Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Leukemia merupakan gangguan utama pada sumsum tulang, yakni
elemen normal digantikan dengan sel darah putih abnormal (Keylie, 2016).
Leukemia terjadi sekitar satu per tiga dari semua kasus kanker pada masa
kanak – kanak (Zupanec & Tomlinson, 2010).
Di dunia terjadi 3-4 kasus leukemia limfoblastik akut pada 100.000 anak,
2.500 – 3.000 anak didiagnosa di Amerika Serikat tiap tahun. Untuk leukemia
mieloblastik akut 500 kasus baru setiap tahun di Amerika Serikat (Manual of
Pediatric Hematology and Oncology, 5th edition, 2011). Untuk Indonesia,
penelitian diRSCM menemukan leukemia sebagai jeniskanker paling banyak
yang terjadi pada anak – anak dengan prevalensi 30 – 40% (Hartoyo &
Kurniawan, 2016).
Dengan kemajuan dalam terapi selama 50 tahun terakhir, sebagian besar
kasus leukemia pada masa kanak – kanak dapat disembuhkan (Zupanec &
Tomlinson, 2010). Menurut Sjakti (2017) dalam http://www.idai.or.id, Di
Indonesia dilaporkan angka sintasan atau tingkat kelangsungan hidup anak
yang menderita leukemia limfositik akut (LLA) sebesar 70 – 80 %. Namun,
selalu ada risiko kambuh, yaitu kembalinya tanda dan gejala penyakit setelah
mengalami remisi (sembuh).
Agar dapat memenuhi kebutuhan bio – psiko – sosio – spiritual pada
anak penderita leukemia, perawat harus memahami kondisi anak secara
keseluruhan.Pemberian asuhan keperawatan yang tepat dan menyeluruh dapat
membantu anak mengurangi kecemasan akibat penyakitnya, hal ini biasanya
dilakukan dengan memberikan terapi bermain pada anak, memotivasi anak
untuk berjuang dalam penyembuhannya, serta membantu anak untuk mau
memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh.

B. Rumusan Masalah

1
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam
makalah ini yaitu: “Bagaimanakah asuhan keperawatan pada anak dengan
Leukemia?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat mengetahui dan memahami asuhan keperawatan yang
diberikan pada anak dengan Leukemia.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat memahami konsep penyakit Leukemia
b. Dapat memahami dan melakukan pengkajian keperawatan pada anak
dengan Leukemia
c. Dapat memahami dan menentukan diagnosa keperawatan pada anak
dengan Leukemia
d. Dapat memahami dan menentukan intervensi keperawatan pada anak
dengan Leukemia
e. Dapat memahami konsep dasar implementasi dan evaluasi
keperawatan pada anak dengan Leukemia

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Definisi
Menurut Sjakti (2017) dalam http://www.idai.or.id, leukemia adalah
kanker sel darah putih atau leukosit. Kanker ini menyerang sumsum tulang
karena disanalah leukosit diproduksi.Akibat kanker ini, maka sumsum tulang
didominasi oleh sel – sel kanker tersebut, akibatnya fungsi sumsum tulang
terganggu.

2
Menurut Guyton & Hall (1997), leukemia adalah kelainan produksi sel
darah putih yang tidak terkontrol yang disebabkan oleh mutasi sel
mielogenosa atau sel limfogenosa.
Sedangkan menurut Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak (1985),
leukemia merupakan penyakit akibat proliferasi (bertambah atau multipikasi)
patologi dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir
fatal. Pada anak, yang sering ditemukan ialah leukemia limfosit akut (LLA).

B. Etiologi
Etiologinya sampai saat ini masih belum jelas, diduga kemungkinan
besar karena virus (virus onkogenik). Menurut Sjakti (2017) dalam
http://www.idai.or.id dan Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak (1985), faktor
lain yang turut berperan dalam terjadinya leukemia, antara lain:
1. Faktor Endogen
Adanya kelainan genetik merupakan salah satu keadaan yang
ditemukan pada leukemia.Hal tersebut diturunkan oleh orangtua, baik
secara langsung maupun tidak.Pada anak dengan riwayat penyakit kanker
pada keluarga memiliki risiko keganasan apapun jenisnya, termasuk
leukemia. Selain itu, faktor lain seperti ras (orang Yahudi lebih mudah
menderita LLK), faktor konstitusi seperti kelainan kromosom (angka
kejadian LMK lebih tinggi pada Sindrom Down).
2. Faktor eksogen seperti sinar X, sinar radioaktif, hormone, bahan kimia
(Benzol, arsen, preparat sulfat), infeksi (virus, bakteri)

Menurut Fianza (2006), pada leukemia limfobastik akut (LLA), faktor


keturunan dan sindroma predisposisi genetik lebih berhubungan dengan LLA
yang terjadi pada anak – anak. Pasien dengan Sindrom Down dan Wiskott-
Aldrich mempunyai risiko yang meningkat untuk menjadi LLA. Paparan
benzene dengan kadar tinggi dapat menyebabkan aplasia sumsum tulang,
kerusakan kromosom, dan leukemia.

C. Patofisiologi

3
Menurut Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak (1985), bila penyebab dari
leukemia itu virus (virus onkogenik yang mempunyai antigen tertentu), maka
virus tersebut akan mudah masuk ke dalam tubuh manusia jika struktur
antigennya sesuai dengan struktur antigen manusia. Bila struktur antigen
individu tidak sama dengan struktur antigen virus, maka virus tersebut
ditolaknya seperti pada benda asing lain. Struktur antigen manusia terbentuk
oleh struktur antigen dari berbagai alat tubuh, terutama kulit dan selaput
lender yang terletak di permukaan tubuh (kulit disebut juga sebagai antigen
jaringan). Oleh WHO terhadap antigen jaringan telah ditetapkan istilah HL –
A (Human leucocyte locus A). Sistem HL – A individu ini diturunkan menurut
hukum genetika sehingga adanya peranan faktor ras dan keluarga dalam
etiologi leukemia tidak dapat diabaikan.
Pada LLA, limfoblast yang abnormal melimpah dalam jaringan
pembentuk darah. Limfoblast bersifat mudah pecah dan imatur, menurunkan
kemampuan terhadap sel darah putih normal untuk melawan infeksi.
Pertumbuhan limfoblast berlebihan dan sel abnormal menggantikan sel
normal sumsum tulang. Sel leukemia yang berproliferasi menunjukkan
kebutuhan metabolik yang besar, menekan sel tubuh yang normal terkait
kebutuhan gizi dan menyebabkan keletihan, penurunan berat badan atau henti
tumbuh, dan kelelahan otot. Sumsum tulang menjadi tidak mampu
mempertahankan kadar normal sel darah merah, sel darah putih, dan
trombosit, sehingga terjadi anemia, neutropenia, dan trombositopenia. Karena
sumsum tulang berekspansi atau sel leukemia menginfiltrasi tulang, nyeri
sendi dan tulang dapat terjadi. Sel leukemik dapat menembus nodus limfe,
menyebabkan limfadenopati difus, atau hati dan limpa, menyebabkan
hepatosplenomegali. Dengan penyebaran ke SSP, dapat terjadi muntah, sakit
kepala, kejang, koma, gangguan penglihatan, atau palsi saraf kranial
(Zupanec & Tomlinson, 2010).

D. Manifestasi Klinik

4
Menurut Sjakti (2017) dalam http://www.idai.or.id,akibat adanya
gangguan sistem pembentukan darah, maka dapat muncul bermacam –
macam gejala, seperti :
1. Pucat (anemia)
Pucat pada anak disebabkan oleh kurangnya sel darah merah. Gejala
ini dapat diwaspadai oleh orangtua dengan melihat apakah bibir anak
pucat atau tidak.
2. Perdarahan
Perdarahan pada anak dapat berupa lebam di kulit, mimisan ataupun
berupa bercak merah sebagai tanda adanya perdarahan. Perdarahan ini
disebabkan oleh trombositopenia atau trombosit kurang dari jumlah
normal (<150.000/µL). Semakin rendah trombosit semakin tinggi risiko
perdarahan.
3. Mudah terinfeksi
Sel leukosit yang diproduksi sumsum tulang bukanlah leukosit yang
normal, sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik. Hal ini
menyebabkan anak mudah terinfeksi kuman maupun virus.
4. Demam
Sel kanker dapat menyebabkan demam karena ada pelepasan zat-zat
peradangan (sitokin inflamasi) sehingga menyebabkan demam. Selain
itu, demam juga sering disebabkan karena adanya infeksi akibat
kekebalan yang menurun.
5. Nyeri tulang/sendi
Nyeri yang dirasakan pada anak merupakan manifestasi dari adanya
infiltrasi (penyebaran) sel-sel kanker yang masuk kedalam permukaan
tulang maupun sendi.Selain nyeri, leukemia pada anak juga
menyebabkan bengkak di daerah persendian.
6. Pembesaran organ (organomegali)
Pembesaran organ atau organomegali disebabkan oleh sel kanker
yang menyebar ke hati, limfa, kelenjar getah bening ataupun organ lain.
Pembesaran ini sering ditemukan secara tidak sengaja ketika dokter
sedang melakukan pemeriksaan fisik.
7. Kloroma
Kloroma adalah salah satu tanda khas dari leukemia yang berupa
bercak kehitaman pada kulit.Gejala ini merupakan salah satu tanda
adanya infiltasi sel kanker ke dermis, subdermis atau epidermis pada
kulit.

5
8. Hiperleukositosis
Pada keadaan tertentu anak dapat mengalami kenaikan jumlah sel
leukosit yang sangat tinggi, yaitu lebih dari 100.000/µL.
Hiperleukositosis ini dapat menyebabkan komplikasi atau penyakit
penyerta berupa kejang, sesak, perdarahan pada paru, otak maupun
ginjal.

6
E. Pathway

‘’

Sumber: Sjakti (2017), Zupanec & Tomlinson (2010) dan Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak (1985)

7
F. Klasifikasi
Menurut Sjakti (2017) dalam http://www.idai.or.id, secara garis besar
leukemia dibagi menjadi leukemia akut dan kronis. Leukemia juga dapat
digolongkan berdasarkan jenis sel leukosit yang terlibat, yaitu leukemia
limfoblastik dan mieloblastik, berdasarkan dua klasifikasi tersebut maka
leukemia dibagi menjadi:
1. Leukemia Limfoblastik Akut (LLA)
Menurut Fianza (2006), leukemia limfoblastik akut (LLA) adalah
keganasan klonal dari sel – sel prekursor limfoid. Lebih dari 80% kasus,
sel – sel ganas berasal dari limfosit B, dan sisanya merupakan leukemia
sel T. Leukemia ini merupakan bentuk leukemia yang paling banyak pada
anak – anak. Klasifikasi morflogi the French – America – British (FAB),
LLA dibagi menjadi tiga yaitu:
a. L1 :sel blas berukuran kecil seragam dengan sedikit sitoplasma dan
nukleoli yang tidak jelas dan merupakan 84% dari LLA.
b. L2 :sel blas berukuran besar heterogen dengan nukleoli yang jelas
dan rasio inti – sitoplasma yang rendah. Merupakan 14% dari LLA.
c. L3 :sel blas dengan sitoplasmabervakuola dan basofilik, hanya
merupakan 1% dari LLA.
2. Leukemia Mieloblastik Akut (LMA)
Leukemia mieloblastik akut (LMA) adalah suatu penyakit yang
ditandai dengan transformasi neoplastik dan gangguan diferensiasi sel –
sel progenitor dari seri mieloid. Bila tidak diobati, penyakit ini akan
mengakibatkan kematian secara cepat dalam waktu beberapa minggu
sampai bulan bilasesudah diagnosis.
3. Leukemia Mieloid Kronik (LMK)
LMK merupakan leukemia kronik dengan gejala yang timbul
perlahan – lahan dan sel leukemia berasal dari transformasi sel induk
myeloid.
4. Leukemia Limfositik Kronik (LLK)
Menurut Rotty (2006) LLK adalah suatu keganasan hematologi yang
ditandai oleh proliferasi klonal dan penumpukan limfosit B neoplastik
dalam darah, sumsum tulang, limfonodi, limpa, hati dan organ – organ
lain. Kebanyakan LLK (95%) adalah neoplasma sel B, sisanya
neoplasma sel T.

8
G. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak (1985), pemeriksaan
diagnostik yang dapat dilakukan pada anak penderita leukemia diantaranya
yaitu:
1. Pemeriksaan Laboratorium
Gejala yang terlihat pada darah tepi berdasarkan pada kelainan
sumsum tulang berupa pansitopenia, limfositosis yang kadang – kadang
menyebabkan gambaran darah tepi monoton dan terdapat sel blast.
Terdapatnya sel blast dalam darah tepi merupakan gejala patologik untuk
leukemia. Kolesterol mungkin rendah, asam urat meningkat,
hipoaminoglobulinimia sumsum tulang. Dari pemeriksaan sumsum
tulang akan ditemukan gambaran yang monoton, yaitu hanya terdiri dari
sel limfopoetik patologis sedangkan sistem lain terdesak (aplasia
sekunder). Pada LMA selain gambaran yang monoton, terlihat pula
adanya hiatus leukemia ialah keadaan yang memperlihatkan banyak sel
blas (mieloblas), beberapa sel tua (segmen) dan sangat kurang bentuk
pematangan sel yang berada di antaranya (promielosit, mielosit,
metamielosit dan sel batang).
2. Biopsi limpa
Pemeriksaan ini memperlihatkan proliferasi sel leukemia dari sel
yang berasal dari jaringan limpa yang terdesak seperti: limfosit normal,
retikuloendotelial (RES), granulosit dan pulp cell.
3. Cairan Serebrospinal
Bila terdapat pengisisan jumlah sel patologis dan protein, berarti
terjadi suatu leukemia meningeal. Kelainan ini dapat terjadi setiap saat
pada perjalanan penyakit baik dalam keadaan remisi maupun keadaan
kambuh.
4. Sitogenik
Pada kasus LMK 70 – 90% menunjukkan kelainan komosom, yaitu
kromosom 21 (kromosom Philadelphia atau Ph 1). 50 – 70% penderita
LLA dan LMA mempunyai kelainan berupa:
a. Kelainan jumlah kromosom seperti diploid (2n), haploid (2n-a),
hyperploid (2n+a)
b. Koriotip yang pseudodiploid pada kasus dengan jumlah kromosom
yang diploid
c. Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial depletion)

9
d. Terdapatnya marker chromosome yaitu elemen yang secara
morfologis bukan merupakan kromosom normal; dari bentuk yang
sangat besar sampai yang sangat kecil.

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada pasien leukemia menurut
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak (1985) adalah :
1. Penatalaksanaan Medis
a. Transfusi darah
Biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 6 g/dl. Pada
trombositopenia yang berat dan perdarahan massif, dapat diberikan
transfusi trombosit dan bila terdapat tanda – tanda DIC (Diseminated
Intravascular Coagulation) dapat diberikan heparin.
b. Kortikosteroid (kortison, deksametason, dan sebagainya)
Setelah dicapai remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan
akhirnya dihentikan.
c. Sitostatika
Selain sitostatika yang lama (L – merkaptopurin atau 6-mp.
Metotreksat atau MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan
lebih paten seperti vinkristin (oncovir), rubidomisin (daunorubycin),
sitosin, arabinosid, L – asparaginase, siklofosfamid atau CPA,
adriamisin, dan sebagainya. Umumnya sitostatika diberikan dalam
kombinasi dengan prednisone. Pada pemberian obat-obatan ini
sering terdapat efek samping berupa alopesia, stomatitis, leukopenia,
infeksi sekunder atau kandidiasis. Bila jumlah leukosit ≤ 2.000/mm 3
hendaknya diberikan dengan hati – hati.
d. Infeksi sekunder dihindarkan (lebih baik pasien dirawat dalam kamar
yang suci hama).
e. Imunoterapi
Merupakan cara pengobatan yang terbaru setelah tercapai remisi
dan jumlah sel leukemia cukup rendah (105 – 106), imunoterapi
mulai diberikan (mengenai cara pengobatan terbaru masih dalam
pengembangan).
2. Cara Pengobatan
Cara pengobatan berbeda – beda pada setiap klinik bergantung dari
pengalaman, tetapi prinsip pengobatannya sama, yaitu dengan pola dasar:
a. Induksi

10
Dimaksudkan untuk remisi, yaitu dengan pemberian berbagai
obat tersebut di atas, baik secara sistemik maupun intratekal (IT) sel
bias dalam sumsum tulang < 5%.
b. Konsolidasi
Yaitu agar sel yang tersisa tidak cepat memperbanyak diri lagi.
c. Rumat (maintenance)
Untuk mempertahankan masa remisi, sedapat – dapatnya suatu
masa remisi yang lama, biasanya dilakukan dengan pemberian
sitostatika separuh dosis biasa.
d. Reinduksi
Dimaksudkan untuk mencegah relaps. Reinduksi biasanya
dilakukan setiap 3 – 6 bulan dengan pemberian obat – obatan pada
induksi selama 10 – 14 hari.
e. Mencegah terjadinya leukemia susunan saraf pusat
Untuk hal ini, MTX IT pada waktu induksi untuk mencegah
leukemia meningeal dan leukemia serebral. Radiasi ini tidak diulang
pada reinduksi.
f. Pengobatan imunologik
Dimaksudkan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada
dalam tubuh agar pasien dapat sembuh dengan sempurna.
Pengobatan dihentikan setelah 2 tahun remisi terus menerus. Fungsi
sumsum tulang diulang secara rutin setelah induksi pengobatan
(setelah 6 minggu).
3. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Wong, dkk (2009), asuhan keperawatan yang diberikan
kepada anak yang menderita leukemia secara langsung berkaitan dengan
regimen terapinya. Perawat yang bekerjasama dengan keluarga anak
yang menderita kanker memiliki peranan suportif yang signifikan dalam
membantu mereka memahami berbagai macam terapi, mencegah atau
mengatasi efek samping atau toksisitas yang telah diperkirakan,
mengamati timbulnya efek terapi di masa depan, dan membantu anak
serta keluarga agar dapat hidup normal dan mampu mengatasi aspek –
aspek emosional akibat penyakit. Penyuluhan merupakan gambaran
peran keperawatan yang konstan, terutama dalam pemeriksaan klinis dan
perawatan di rumah.

11
I. Prognosis
Menurut Menurut Sjakti (2017) dalam http://www.idai.or.id, keberhasilan
pengobatan leukemia tergantung dari jenis leukemia dan stratifikasi risikonya.
Penderita leukemia yang memiliki risiko tinggi, semakin kurang baik pula
prognosisnya. Di Indonesia dilaporkan angka sintasan atau tingkat
kelangsungan hidup anak yang menderita leukemia limfositik akut (LLA)
sebesar 70 – 80 %. Namun, selalu ada risiko kambuh, yaitu kembalinya tanda
dan gejala penyakit setelah mengalami remisi (sembuh).
Diagnosis dini melalui pemeriksaan oleh dokter dan pengobatan yang
tepat dapat memberikan prognosis yang baik.

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan proses pengumpulan data secara sistematis untuk
menentukan status kesehatan dan fungsional kerja serta respon klien pada saat
ini dan sebelumnya (Induniasih & Hendarsih, 2016). Berbagai data yang
dibutuhkan dikumpulkan melalui wawancara maupun berbagai data dari
observasi atau hasil pemeriksaan laboratorium (Prabowo, 2017). Menurut
Hidayat (2012) dan Kyle & Carman (2016), pengkajian pada pasien leukemia
meliputi:
1. Anamnesa
a. Data Biografi
Merupakan data dasar yang berkaitan dengan identitas klien
yang terdiri atas:
1) Identitas pasien, meliputi: Nama, umur, jenis kelamin, suku
bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status, alamat.
2) Penanggung jawab, meliputi: Nama ayah dan ibu, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, hubungan, sumber biaya.
b. Keluhan Utama
Kaji keluhan utama saat ini. Menurut Kyle & Carman (2016),
tanda dan gejala umum yang dilaporkan dapat mencakup demam

12
(dapat persisten atau berulang, dengan penyebab yang tidak
diketahui), keletihan, malaise, atau lesu, palor/pucat, perdarahan atau
memar yang tidak lazim, nyeri abdomen, mual atau muntah, nyeri
tulang, sakit kepala.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Mengkaji data yang berupa pengembangan dari keluhan utama,
meliputi P, Q, R, S, dan T.

d. Riwayat Kesehatan untuk Faktor Risiko


Kaji riwayat medis untuk faktor risiko seperti ras Hispanik,
riwayat infeksi berulang, riwayat trauma seperti jatuh, riwayat
kemoterapi sebelumnya, riwayat terpajan obat kimia, radiasi
berlebihan dan abnormalitas genetik seperti (Sindrom Down, anemia
Fanconi, neurofibromatosis tipe 1, sindrom Shwachman, sindrom
Bloom, dan monosomi 7 familial).
e. Riwayat Kesehatan keluarga
Periksa apakah ada anggota keluarga yang pernah menderita
penyakit yang sama atau menderita penyakit lainnya yang berkaitan
dengan kelainan darah.
f. Riwayat Psikososial
Kaji status psikososial anak dan keluarga, gunakan pertanyaan
terbuka. Terutama penting untuk menentukan harga diri anak, tingkat
ansietas atau stress, dan mekanisme koping. Gejala yang timbul pada
anak biasanya yaitu perasaan tak berdaya/tidak ada harapan, rasa
bosan di dalam kamar yang terbatas, depresi, menarik diri, ansietas,
takut, marah, mudah tersinggung, perubahan alam perasaan, kacau,
perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah, fokus pada diri sendiri.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum:
1) Kesadaran mengalami penurunan: somnolen
2) Penampilan: tampak kelelahan, malaise dan kelemahan

b. Sistem Respirasi

Dispnea, takipnea, batuk, ronchi, penurunan bunyi nafas.

c. Sistem Kardiovaskuler

13
Palpitasi, takikardi, murmur jantung, kulit dan membran mukosa
pucat, defisit saraf kranial dan tanda perdarahan serebral.

d. Sistem Pencernaan

Kehilangan nafsu makan, anoreksia, muntah, penurunan BB,


faringitis, dispagia, nyeri abdomen, distensi abdominal, penurunan
bunyi usus, splenomegaly, hepatomegaly, ikterik, stomatitis, ulkus
mulut, diare, nyeri tekan perineal, fesess hitam (darah pada feses).

e. Sistem Neurologis
Kurang/penurunan koordinasi, perubahan alam perasaan, kacau,
disorientasi, pusing, kesemutan, parestesia, otot mudah terangsang,
kejang.
f. Sistem Muskuloskeletal
Kelemahan otot, nyeri tulang/sendi, nyeri tekan sternal, kram
otot.
g. Sistem Perkemihan
Darah pada urin, penurunan haluaran urin.
h. Sistem Integumen
Kemerahan, purpura, infiltrate leukemik pada dermis.
i. Sistem Penginderaan
Gangguan penglihatan, perdarahan retina, perdarahan gusi,
epistaksis, papil edema, dan eksoftalmus.

B. Diagnosa Keperawatan
Menurut Doenges (2018), diagnosa keperawatan pada pasien leukemia
adalah:
1. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh
2. Nyeri akut berhubungan dengan penyakit
3. Keletihan berhubungan dengan anemia
4. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan kebutuhan gizi, muntah.
5. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan output
berlebihan (mual dan muntah), perdarahan
6. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem pertahanan tubuh

14
C. Intervensi Keperawatan
Adapun intervensi keperawatan yang dapat diberikan pada pasien yang menderita leukemia adalah:

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


No. Keperawatan
Dx

1. Hipertermi berhubungan Setelah diberikan asuhan 1. Pantau suhu tubuh pasien 1. Pola demam dapat membantu
dengan peningkatan keperawatan selama 3 x 24 jam diagnosis
metabolisme tubuh diharapkan suhu tubuh pasien 2. Pantau suhu lingkungan, beri 2. Suhu ruangan/jumlah selimut
normal dengan kriteria hasil : tambahan linen tempat tidur. harus diubah untuk
- suhu tubuh normal : antara mempertahankan suhu mendekati
36,2 – 36,8oC normal
3. Beri kompres air hangat
3. Dapat membantu mengurangi
4. Beri antipiretik, misalnya ASA demam
(aspirin), asetaminofen 4. Digunakan untuk mengurangi
(Tylenol) demam dengan aksi sentralnya
pada hipotalamus dan
meningkatkan autodestruksi dari
sel – sel yang terinfeksi.

2. Nyeri akut berhubungan Setelah diberikan asuhan 1. Kaji tanda vital dan 1. Indikator nyeri akut yang dapat
keperawatan selama 3 x 24 jam perhatikan tanda nonverbal menguatkan laporan verbal atau
dengan penyakit
diharapkan nyeri pada pasien seperti mimik muka nyeri, dapat merupakan indikator tunggal
dapat teratasi dengan kriteria menangis, gelisah. terkait ketidakmampuan atau
hasil: ketidakmauan klien untuk
menyatakan nyeri yang
- Menyatakan bahwa nyeri dialaminya.

15
berkurang
- Terlihat rileks dan dapat tidur 2. Menentukan tingkat nyeri 2. Nyeri adalah pengalaman subjektif
serta beristirahat secara yang dapat ditoleransi klien dan harus ditangani sepenuhnya
adekuat dan membantu klien mencapai oleh penyedia layanan kesehatan
- Menunjukkan perilaku untuk kendali terhadap nyeri guna mendukung kehidupan yang
mengendalikan nyeri paling berkualitas.

3. Beri tindakan yang membuat 3. Meningkatkan efek medikasi


klien nyaman, seperti masase,
kompres dingin dan dukungan
psikologis. 4. Meningkatkan sirkulasi jaringan
dan mobilitas sendi.
4. Ubah posisi secara rutin dan
berikan atau bantu ketika
melakukan latihan rentang
gerak ringan 5. Diberikan untuk nyeri ringan yang
tidak mereda setelah dilakukan
5. Berikan medikasi sesuai tindakan untuk meningkatkan
indikasi, contohnya analgesik. kenyamanan
3. Keletihan berhubungan Setelah diberikan asuhan 1. Kaji keletihan dengan 1. Dampak leukemia, anemia,
dengan anemia keperawatan selama 3 x 24 jam memperhatikan kondisi hipermetabolik yang
diharapkan keletihan dapat ketidakmampuan pasien disebabkan oleh tumor, nyeri,
teratasi dengan kriteria hasil: dalam beraktivitas depresi, dan malnutrisi yang
- Mengalami peningkatan berhubungan dengan kemoterapi
toleransi aktivitas dapat bersifat kumulatif, terutama
- Berpartisipasi dalam 2. Sediakan lingkungan yang selama fase terapi akut dan aktif.
aktivitas kehidupan sehari – tenang dan waktu istirahat 2. Menyimpan kembali energi yang
hari sesuai tingkat dibutuhkan untuk melakukan

16
kemampuan yang bebas gangguan aktifitas dan regenerasi selular
- Tanda – tanda vital dalam serta pemulihan jaringan.
rentang normal 3. Bantu pasien ketika 3. Meminimalkan penggunaan energi
melakukan ambulasi atau dalam ambulasi atau aktivitas lain
aktivitas lain agar keletihan dapat berkurang
4. Rekomendasikan makanan 4. Peningkatan asupan menjadi bahan
dan kudapan dalam porsi kecil bakar untuk mendapatkan energi
yang bernutrisi dan tinggi
protein selama sehari penuh 5. Memaksimalkan oksigen yang
5. Berikan oksigen tambahan tersedia untuk penyerapan selular,
meningkatkan toleransi terhadap
6. Berikan darah dan komponen aktivitas.
darah sesuai indikasi 6. Mengatasi anemia dapat
memperbaiki energi dan toleransi
pasien terhadap aktivitas

4. Ketidakseimbangan Setelah diberikan asuhan 1. Kaji riwayat nutrisi, 1. Mengidentifikasi defisiensi nutrisi
nutrisi: kurang dari keperawatan selama 3 x 24 jam termasuk pilihan makanan yang terjadi pada pasien
kebutuhan berhubungan diharapkan kebutuhan nutrisi 2. Observasi dan catat asupan 2. Memantau asupan nutrisi yang
dengan peningkatan pasien dapat terpenuhi dengan makanan pasien dikonsumsi
kebutuhan gizi, muntah kriteria hasil : 3. Timbang berat badan secara 3. Pantau perkembangan berat badan
- Menunjukkan pertambahan periodik secara tepat dan keefektifan intervensi nutrisi
berat badan yang progresif
atau berat badan yang stabil 4. Rekomendasikan makanan 4. Dapat meningkatkan asupan
- Menunjukkan perubahan porsi kecil dan sering serta makanan.
perilaku untuk makanan ringan diantara
mempertahankan berat waktu makan 5. Meningkatkan nafsu makan dan
badannya 5. Motivasi atau bantu hygene asupan oral. Menurunkan

17
oral yang baik sebelum dan pertumbuhan bakteri,
setelah makan meminimalkan kemungkinan
infeksi.

5. Risiko kekurangan Setelah diberikan tindakan 1. Kaji intake dan output cairan. 1. Kadar fosfor dan asam urat yang
volume cairan keperawatan selama 3 x 24 jam Hitung berat jenis dan Ph meningkat dapat menyebabkan
berhubungan dengan diharapkan pasien tidak urine pembetukan kristal didalam
output berlebihan (mual mengalami kekurangan volume tubulus renalis, yang menganggu
dan muntah), perdarahan cairan, dengan kriteria hasil : filtrasi dan menyebabkan gagal
ginjal
- Menunjukkan volume cairan
yang adekuat 2. Timbang berat badan setiap 2. Mengukur keadekuatan
- Memulai perubahan gaya hari penggantian cairan dan fungsi
hidup untuk mencegah ginjal.
dehidrasi
- Mengidentifikasi faktor risiko 3. Evaluasi turgor kulit, 3. Indikator tak langsung status
pengisisan kembali kapiler, cairan
dan kondisi umum membran
mukosa 4. Memengaruhi asupan, kebutuhan
cairan dan rute penggantian.
4. Perhatikan adanya mual dan
muntah atau demam 5. Mempertahankan keseimbangan
cairan ketika tidak ada asupan
5. Berikan cairan IV secara oral.
adekuat
6. Ketika trombosit kurang dari
6. Kaji pemeriksaan 20.000/mm akibat proliferasi sel
laboratorium: trombosit, darah putih atau supresi sumsum

18
Hb/Ht, dan pembekuan tulang, klien rentang terhadap
darah. perdarahan yang mengancam
jiwa. Penurunan Hb/Ht adalah
indikasi perdarahan samar.

6. Risiko infeksi Setelah diberikan tindakan 1. Lakukan deteksi dini risiko 1. Melindungi pasien dari sumber
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam infeksi dan batasi patogen dan infeksi potensial
penurunan sistem diharapkan klien tidak mengalami pengunjung
pertahanan tubuh infeksi dengan kriteria hasil:
2. Berikan contoh langkah cuci 2. Mencegah kontaminasi silang
- Dapat mengidentifikasi faktor tangan yang baik untuk dan mengurangi risiko infeksi
risiko untuk mencegah atau semua anggota keluarga
mengurangi risiko infeksi maupun pengunjung
- Mendemonstrasikan teknik 3. Mencegah luka akibat linen dan
atau perubahan gaya hidup ekskoriasi kulit
3. Jaga agar linen tetap kering
guna meningkatkan keamanan dan bebas kerut
lingkungan 4. Rongga mulut merupakan media
yang sempurna untuk
4. Inspeksi membrane mukosa pertumbuhan organisme dan
mulut. Berikan hygiene oral rentan terhadap ulserasi dan
yang baik. perdarahan.

19
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi ke status kesehatan yang baik.Implementasi merupakan realisasi dari
perencanaan keperawatan (Induniasih & Hendarsih, 2016).

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan untuk
mengetahui sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.
Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan antara hasil akhir yang
teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan
(Induniasih & Hendarsih, 2016).

20
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Leukemia merupakan suatu kelainan darah yang ditandai dengan
produksi sel darah putih abnormal yang dapat berakibat fatal pada
penderitanya. Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya leukemia yaitu
faktor endogen dan faktor eksogen. Terdapat 4 jenis leukemia, yaitu LLA,
LMA, LLK, dan LMK. Deteksi dini dan pengobatan yang tepat pada anak
yang menderita leukemia memungkinkan anak dapat sembuh dari penyakit
ini.
Sebagai perawat, kita berperan dalam memberikan asuhan keperawatan
secara komprehensif guna membantu pasien dan keluarga dalam memenuhi
kebutuhan bio – psiko – sosio – spiritual pasien selama menjalani perawatan
di rumah sakit. Agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik dan
professional bagi pasien penderita leukemia, maka perawat perlu melakukan
pengkajian keperawatan secara tepat agar semua permasalahan yang dialami
pasien dapat teridentifikasi dan dapat diatasi dengan baik sehingga
mempercepat proses pemulihan kondisi pasien.

B. Saran
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat diharapkan dapat
menjalin kerjasama dengan orangtua dalam memfasilitasi kebutuhan
fisiologis anak serta memenuhi kebutuhan bermain anak melalui adanya
terapi bermain dengan tujuan untuk mengurangi rasa bosan dan kecemasan
anak selama menjalani perawatan.

DAFTAR PUSTAKA

21
Doenges, Marilynn E. 2018. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Asuhan
Klien Anak – Dewasa Edisi 9. Alih bahasa: Bhetsy Angelina. Jakarta: EGC

Fianza & Rotty. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Kelima Jilid II.
Jakarta: Interna Publishing.

Guyton, Arthur C & Hall, John E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9.
Jakarta: EGC

Hartoyo, Vinson & Kurniawan, Andree. 2016. Medicinus Volume 6 (1):14-


7.Diakses dari https://ojs.uph.edu/index.php/MED/article/view/1138Pada 9
Maret 2019 Pukul 23.00 WIB

Hidayat, Aziz Alimul A. 2012. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:


Salemba Medika

Induniasih & Hendarsih, Sri. 2016. Metodologi Keperawatan. Yogyakarta:


Pustaka Baru Press

Kyle, Terri. 2016. Buku Ajar Keperawatan Pediatri Edisi 2. Alih bahasa: Wuri
Praptiani dan Dwi Widiarti. Jakarta: EGC

Prabowo, Eko. 2017. Dokumentasi Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Sjakti, Hikari Ambara. 2017. Artikel Ikatan Dokter Anak Indonesia: Mengenal
Leukemia Pada Anak. Diakses dari http://www.idai.or.id/artikel/seputar-
kesehatan-anak/mengenal-leukemia-pada-anak. Pada 25 Maret 2019 pukul
20.00 WIB

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 1985. Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak.
Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Wong, Donna L, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6 Volume 2.
Jakarta: EGC

Zupanec, S & Tomlinson, D. 2010. Leukemia. In D. Tomlinson & N. E Kline


(Eds.). Pediatric Oncology. New York: Springer

22
23

Anda mungkin juga menyukai