Anda di halaman 1dari 11

PENDIDIKAN DAN KONSULTASI GIZI KONSULTASI GIZI

“SKORBUT”

Dosen Pembimbing

A.A.Gde Raka Kayanaya,SST,M.Kes

Disusun oleh:

GUSTI AYU PUTU DIAN SURYANDARI

P07131217044

D-IV B SEMESTER 4

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN GIZI
TAHUN AJARAN 2018/2019
Satuan Acara Pembelajaran Konsultasi Gizi

I. Tujuan Konsultasi Gizi


Tujuan dari konsultasi gizi yaitu :
1. Meningkatkan keadaan gizi masyarakat untuk mencapai gizi seimbang, sehingga
menurunkan jumlah penduduk yang mengalami gizi kurang, gizi lebih, dan penyakit
tertentu.
2. Meningkatkan penganekaragaman dalam penyelenggaraan makanan dalam upaya
peningkatan status gizi menuju gizi seimbang khususnya pada penderita penyakit
tertentu.

II. Manfaat Konsultasi Gizi


Manfaat dari konsultasi gizi merupakan sistem pertolongan dalam bentuk diskusi untuk
mencapai tujuan berupa pemecahan masalah, pemenuhan kebutuhan, ataupun perubahan
perilaku (sikap) dalam lingkup pelayanan gizi khususnya untuk penderita penyakit tertentu
(Skorbut)

III. Langkah – Langkah Persiapan Konsultasi


1. Tahap Pelibatan (Involving)
Pada tahap ini, gunakan keterampilan komunikasi, sambut klien dengan baik dan
ramah, berdiri serta berikan salam kepada klien. Persilahkan klien untuk duduk dan
merasa nyaman. Disini konselor memperkenalkan nama dan memberikan waktu klien
untuk menceritakan identitas. Selain itu, konselor harus menunjukan kepercayaan diri di
depan klien dan menjelaskan tujuan dari konseling gizi yang akan diberikan.
Adapun data klien yang didapat sebagai berikut :
Nama Klien : Putu Aristya Pratiwi
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 21 Tahun
Alamat : Br. Pipitan, Desa Canggu, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung
Pekerjaan : Mahasiswa
Penyakit : Skorbut

2. Tahap Penjelasan / Menggali Permasalah (Exploring)


Pada tahap ini, konselor akan mengumpukan data, verifikasi, dan interpretasi data
yang sistematis dalam upaya mengidentifikasi masalah gizi dan penyebabnya. Tujuan dari
tahap ini adalah untuk mendapatkan informasi atau data yang lengkap dan sesuai dalam
upaya mengidentifikasi masalah gizi yang terkait dengan masalah asupan energi dan zat
gizi atau faktor lain yang dapat menimbulkan masalah gizi. Informasi yang dapat dikaji
berupa data antropometri, data biokimia, data klinis dan fisik data riwayat makan serta
data riwayat personal. Adapun data-data yang dimaksud perinciannya sebagai berikut :
 Data Antropometri
Berat Badan (BB) : 43 kg
Tinggi Badan (TB) : 153,5 cm
IMT : 18,3
BBI : 48,15 kg
 Kebutuhan Zat Gizi
- Menghitung kebutuhan energi dengan rumus Du Bois :
BMR = BBI x Jam x 0,9
= 48,15 x 24 x 0,9 = 1.040,04 Kkal
Koreksi Tidur = BBI x 0,1 x 8
= 48,15 x 0,1 x 8 = 38,52 Kkal -
= 1.001,52 Kkal
Aktivitas Fisik = 40% x 1.001,52 = 400,608 Kkal +
= 1.402,128 Kkal
SDA = 10 % x 1.402,128 = 140,2128 Kkal +
= 1.542,34 Kkal
Dari hasil peerhitungan di atas, kebutuhan energi klien sehari adalah 1.542,34 Kkal.
- Kebutuhan standar untuk protein:
Menurut WHO, 1990 kebutuhan protein 10% -20% dari total energi. Jadi dalam
sehari, kebutuhan asupan protein klien adalah sebagai berikut :
Protein = 15% x total energi sehari
= 15% x 1.542,34 Kkal
= 231,35 Kkal
4
= 57,83 gram
- Kebutuhan standar untuk lemak :
Berdasarkan anjuran WHO (2010) dan IOM (2005), kontribusi energi dari lemak
bagi remaja dan dewasa sebaiknya tidak melebihi 30%; bagi bayi 40-60% dan bagi
anak-2 tahun 35%. Anjuran konsumsi lemak bagi orang dewasa seperti tercantum
dalam salah satu pesan Pedoman Umum Gizi Seimbang adalah batasi konsumsi
lemak sampai 25% kecukupan energi.
Lemak = 25% x total energi sehari
= 25% x 1.542,34 Kkal
= 385,58 Kkal
9
= 42,8 gram
- Kebutuhan standar untuk karbohidrat :
Menurut anjuran WHO, 1990 kebutuhan Karbohidrat yaitu 50-65% dari total energi.
Jadi konselor menggunakan anjuran konsumsi 60% total energi agar pertambahan
persentase protein, lemak, dan karbohidrat menjadi 100%. Dalam sehari kebutuhan
asupan karbohidrat klien adalah sebagai berikut :
Karbohidrat = 60 % x total energi sehari
= 60 % x 1.542,34 Kkal
= 925,404 Kkal
4
= 231,35 gram

- Kebutuhan untuk tiap kali makan :


Tabel 1. Kebutuhan Zat Gizi Makro per Hari
Waktu Energi (Kkal) Protein (gram) Lemak (gram) Karbohidrat (gram)
Pagi (35%) 539,819 20,2405 14,98 80,9725
Siang (35%) 539,819 20,2405 14,98 80,9725
Malam (30%) 462,702 17,349 12,84 69,405
Jumlah 1.542,34 57,83 42,8 231,35
 Recall 24 Jam
Tabel 2. Hasil Recall 24 Jam
Waktu Banyaknya
No Nama Makanan Bahan Makanan
Makan URT gram
1 Pagi (Pukul - Nasi goreng - Beras giling 1 piring 100
07.00) -Telur ayam 1 butir 55
-Sosis daging ½ potong 10
-Kecap manis 1 sdm 5

2 Selingan Pagi - - - -
(Pukul 11.00)
3 Siang (Pukul - Mie ayam telur - Mie basah 2 gelas 200
13.30) - Ayam 1 ptg kcl 30
- Telur ayam 1 butir 55
4 Selingan Siang -
- - -
(Pukul 16.00)
5 Malam (Pukul - Nasi putih - Beras Giling 1 piring 100
20.00) -Ayam lalapan -Ayam 1 ptg sdg 40
-Tempe goreng -Tempe 2 ptg sdg 50
-Minyak goreng 1 sdm 5

Dari hasil recall 24 jam yang dilakukan, konselor menganalisis kandungan zat gizi total
dari bahan makanan yang sudah didata. Setelah dianalisis, dapat disimpulkan bahwa
dalam sehari, asupan klien belum memenuhi kebutuhan yang dapat dilihat dari tabel di
bawah ini.
Tabel 3. Asupan Zat Gizi Sebelum Konseling
Energi Protein Lemak Karbohidrat
(Kkal) (gram) (gram) (gram)
Recall 24
1.448,7 52,505 49,445 193,6
Jam
Kebutuhan 1.542,34 57,83 42,8 231,35
% Asupan 93,9% 90,7% 115,5% 83,6%

 Data Klinis dan Fisik


Keluhan : Kehilangan nafsu makan, gangguan pencernaan (BB menurun),
merasa selalu lemah dan lelah, mood berubah-ubah, gusi bengkak
dan kadang mengalami pendarahan.
Pengamatan Fisik : Dilihat dari IMT, klien termasuk kategori kurus

 Riwayat Personal
Klien tidak mendapatkan ASI pada 1 tahun pertama. Pola makan klien yang
berubah-ubah dan tidak baik, Selain itu, klien memiliki kebiasaan mengonsumsi junk
food, sangat jarang mengonsumsi buah dan sayur. Dan sering mengalami gangguan
pencernaan. Dapat disimpulkan bahwa klien mengalami penyakit skorbut atau
kekurangan vitamin C

3. Tahap Pemacahan Masalah (Resolving)


Pada tahap ini, konselor harus mampu memberikan solusi sesuai dengan masalah
yang dihadapi dengan memberikan penjelasan berupa alternatif-alternatif pemecahannya,
yakni anjuran perencanaan diet dan olahraga.
Dalam perencanaan diet untuk penderita skorbut, hal yang perlu diperhatikan adalah
asupan makanan yang bergizi seimbang dan mengandung vitamin C, juga pola makan
yang teratur dan baik. Cara mengobati penyakit skorbut ini sebenarnya cukup mudah
yaitu dengan mengkonsumsi sumber makanan yang kaya akan vitamin C seperti buah dan
sayuran segar, yang akan memenuhi kebutuhan tubuh terhadap vitamin ini. Berikut ini
ada beberapa makanan yang kaya akan vitamin C diantaranya Bayam, Brokoli, Buah
kiwi, Jeruk, Jambu batu, Kentang, Kol, Lemon, Stroberi, Tomat, Pepaya, Wortel. Cara
lainnya adalah dengan memberikan suplemen vitamin C kepada penderita. Vitamin C
termasuk zat yang mudah diserap dan dapat meredakan gejala skorbut dengan cepat.
Kebanyakan penderita skorbut dapat sembuh dari gejala skorbut dalam waktu sekitar dua
minggu. Setelah gejala-gejala skorbut mereda, penderita skorbut harus selalu menjaga
pola makannya agar asupan vitamin C tetap terjaga. Jika asupan vitamin C terjaga dengan
baik, penderita skorbut tidak perlu lagi mengonsumsi suplemen vitamin C. Penyembuhan
yang cepat dapat terjadi dengan pemberian 100-200 mg vitamin C harian per oral atau
parenteral. Nyeri dan tenderness akan menghilang, perdarahan subperiostal akan
berangsur-angsur membaik, dan pertumbuhan badan dapat berjalan kembali.
Untuk menghindari penyakit skorbut, beberapa cara yang dapat dilakukan oleh orang
tua, yakni diantaranya adalah sebagai berikut:
 Sediakan menu makanan yang kaya akan nutrisi sehingga kondisi kekurangan vitamin
pada anak dapat dihindari dengan nutrisi untuk anak tumbuh lebih tinggi yang komplit,
maka tumbuh kembang anak juga akan menjadi lebih maksimal karena selalu atur menu
makanan anak supaya kaya nutrisi baik vitamin maupun mineral yang dibutuhkan untuk
aktivitas dan pertumbuhan anak sehari-hari
 Berikan manfaat buah untuk anak yang kaya akan vitamin C seperti anggur, buah jeruk
dan jambu biji dengan kandungan vitamin C yang tinggi maka kemungkinan terjadi
penyakit skorbut dapat dihindari, oleh karena itu selalu masukkan buah sebagai menu
harian anak
 Selalu perhatikan kesehatan gusi dan mulut anak lalu ajarkan anak untuk rajin gosok gigi
dan minum air putih yang banyak, maka plak dan karang gigi yang dapat memperparah
kondisi gusi akibat kekurangan vitamin C dapat dihindari. Langkah berikutnya asupan air
putih yang maksimal akan membantu metabolisme anak untuk menjadi lebih baik

Berikut adalah menu sehari untuk klien sesuai dengan penyakit skorbut yang diderita :
 Tabel 3. Rincian Menu Sehari untuk Klien
Total Zat Gizi Makro
Waktu Menu Energi Protein (gram) Lemak Karbohidrat
Hewani Nabati
(Kkal) (gram) (gram)
Pagi - Nasi putih
(07.00) - Ayam manis
- Sayur sop 521,1 7,28 8,43 10,96 88,14
- Buah jeruk manis
- Air Mineral
Selingan - Jus Alpukat
Pagi 68 0 0,72 5,2 6,16
(10.00)
Siang - Nasi putih
(13.00) - Babi kecap
- Perkedel tahu
497,3 3,57 10,66 16,08 74,32
- Tumis kangkung
- Buah pepaya
- Air Mineral
Selingan - Asinan salak
Siang 23,1 0 0,12 0 6,27
(16.00)
Malam - Nasi Putih 466,81 7,04 13,79 11,67 69,09
(19.00) - Telur omelet
- Tempe Bacem
- Sayur bening
- Air Mineral
Total 1.576,3 51,61 43,91 243,98
Pada perencanaan menu, konselor mengatur bahan makanan yang beragam dan sesuai
dengan aturan dietetik untuk penderita skorbut. Dengan mengatur keberagaman, total kebutuhan
sehari klien dapat terpenuhi. Selain itu, menambahkan selingan makanan pada pagi dan siang
hari juga dapat membantu kecukupan zat gizi klien yang sebelumnya tidak terpenuhi karena
klien tidak mengonsumsi selingan makanan dalam seharinya (dapat dilihat dari hasil recall 24
jam).
Selain perencanaan diet, klien disarankan untuk mengonsumsi suplemen vitamin C untuk
membantu memenuhi kebutuhan vitamin C selain dari sumber buah dan sayur yang pastinya
harus selalu dikonsumsi oleh klien.

4. Tahap Kesimpulan (Concluding)


Pada tahap ini, konselor menyampaikan hasil konseling, menyimpulkan, dan
menekankan hal penting yang perlu dilakukan oleh klien kedepannya. Pada kasus ini,
klien menderita penyakit skorbut yang dilihat dari hasil pemeriksaan laboratorium.
Perencanaan diet yang dapat dilakukan antara lain mengonsumsi makanan bergizi
seimbang, perbanyak buah dan sayur yang kaya akan vitamin C dan juga maengonsumsi
suplemen Vitamin C. Porsi makanan sehari diatur sesuai berat badan dan tinggi badan
klien. Selain perencanaan diet, klien harus melakukan aktivitas fisik setiap harinya untuk
menjaga tubuh tetap ideal dan bugar.

IV. Daftar Pustaka

Katsilambros, Nikolaos, dkk. 2011. Asuhan Gizi Klinik. Jakarta: EGC


Hardinsyah, 2013. Kecakupan Energi, Protein, Lemak, Dan Karbohidrat. Departemen
Gizi FK UI
Rizema Putra, Sitiatava. 2013. Pengantar Ilmu Gizi dan Diet. Jogjakarta: D-Medika
Utama, Hendra, dkk. 2011. Daftar Bahan Makanan Penukar. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI
Anonim, 2018. Penyebab dan cara mengobati skorbut. Tersedia di:
https://www.jamuwalatra.com/penyebab-dan-cara-mengobati-penyakit-skorbut/

https://www.alodokter.com/skorbut

https://www.academia.edu/17563415/DEFISIENSI_VIT_C

https://independent.academia.edu/putriani5

https://www.academia.edu/17178066/Vitamin_C

https://www.scribd.com/document/372579447/KONSEP-SKORBUT

V. Lampiran
1. Pengertian Skorbut
Skorbut adalah penyakit langka yang terjadi saat tubuh kekurangan vitamin C, padahal
vitamin C ini sangat penting bagi tubuh karena berfungsi untuk membantu pembuatan
kolagen. Yang dimaksud dengan kolagen adalah protein yang terdapat pada berbagai
jaringan tubuh seperti kulit, tulang dan pembuluh darah. Tanpa adanya vitamin C yang
cukup, serat kolagen dalam tubuh tidak dapat diperbaiki sehingga dapat memicu
kerusakan pada jaringan tubuh dan kerusakan inilah yang memicu munculnya skorbut
pada seseorang.

2. Patogenesa Skorbut
Selama defisiensi vitamin C pembentukkan kolagen dan kondroitin sulfat terganggu.
Kecenderungan perdarahan,dentin gigi tidak sempurna dan pelonggaran gigi disebabkan
oleh kekurangan kolagen. Karena osteoblast tidak lagi membentuk bahan interseluler
normal (osteoid), pembentukan tulang enkhondral berhenti. Trabekula tulang yang telah
terbentuk menjadi rapuh dan mudah patah. Periosteum menjadi longgar, dan perdarahan
subperiosteal terjadi, terutama pada ujung-ujung femur dan tibia. Pada skorbut berat
dapat ada degenerasi otot skelet, hipertrofi jantung, depresi sumsum tulang dan atrofi
adrenal. Penurunan pembentukan osteoblastik matriks tulang yang ada pada resorpsi
osteoclastic tulang menyebabkan osteoporosis. Karena matriks tulang tidak terbentuk
pada kalsifikasi inti dari tulang rawan di lempen epifiseal, daerah tulang rawan yang
kalsifikasi menetap dan menebal. Avitaminosis vitamin C juga meningkatkan kerapuhan
kapiler, terdapat perdarahan spontan, tidak hanya di sub periosteum tetapi juga di
membran mukosa gusidan usus. Ketika perdarahan sub periostealnya ini terus
berlangsung, perlengketan normal dari epifisis dan lempeng epifisis ke metafisis
terganggu dan pemisahan epifisis.

3. Etiologi Skorbut
Penyebab skorbut adalah kurangnya mengonsumsi makanan yang kaya vitamin C. Meski
demikian, terdapat juga berbagai faktor risiko yang akan membuat seseorang
mengalami skorbut.
Beberapa faktor risiko tersebut antara lain:
 menjalani program diet tertentu, dengan asupan hanya sedikit atau bahkan tidak ada
sumber vitamin C sama sekali
 Mengonsumsi hanya sedikit makanan, yang mungkin disebabkan oleh gangguan makan.
Hal ini sering kali terkait dengan beberapa kondisi, seperti anoreksia, sedang dalam
kondisi sakit parah, atau sedang menjalani terapi berat seperti kemoterapi.
 Pola makan yang kurang baik dan memiliki kebiasaan merokok yang dapat mengurangi
penyerapan vitamin C.
 Memiliki pola makan yang kurang baik dan sedang hamil atau menyusui., di mana dalam
kondisi ini tubuh sebenarnya membutuhkan lebih banyak asupan vitamin C.
 Mengalami gangguan sistem pencernaan yang parah seperti penyakit Crohn.
 Bayi, anak-anak yang kurang gizi, dan orang lanjut usia.
 Mereka yang memiliki kecanduan terhadap alkohol atau obat-obatan terlarang.
Skorbut dapat menyebabkan anemia, kelelahan, perdarahan spontan, nyeri pada anggota
badan terutama pada kaki, serta bengkak pada beberapa bagian tubuh. Selain itu, kondisi ini
terkadang juga menimbulkan luka atau tukak pada gusi dan kehilangan gigi.

4. Gambaran Klinis Skorbut


Gejala awal (8–12 minggu) skorbut meliputi kehilangan nafsu makan, penurunan berat
badan, lemah, mudah marah, dan lelah.
Gejala pada jangka waktu satu hingga tiga bulan meliputi:
 merasa selalu lelah dan lemah
 mudah marah dan sering merasa sedih
 nyeri sendi yang hebat atau nyeri kaki
 gusi bengkak dan berdarah bahkan terkadang gigi yang tangga
 terdapat bintik merah atau biru pada kulit yang biasanya pada tulang kering
 mudah lebam
 rambut terpilin
 luka susah sembuh
 sesak napas
 mood mudah berubah dan depresi
Gejala akhir yang muncul meliputi edema atau bengkak seluruh tubuh, jaundice atau
tubuh berwarna kekuningan, kehancuran sel darah merah atau hemolisis, perdarahan
spontan, neuropati, demam dan kejang. Kondisi macam ini tentunya dapat berakibat
fatal.
5. Pencegahan Skorbut
Selain penyebab dan cara mengobati penyakit skorbut inilah beberapa cara untuk
mencegah penyakit skorbut yang dapat dilakukan oleh orang tua, yakni diantaranya
adalah sebagai berikut :
 Sediakan menu makanan yang kaya akan nutrisi sehingga kondisi kekurangan vitamin
pada anak dapat dihindari dengan nutrisi untuk anak tumbuh lebih tinggi yang komplit,
maka tumbuh kembang anak juga akan menjadi lebih maksimal karena selalu atur menu
makanan anak supaya kaya nutrisi baik vitamin maupun mineral yang dibutuhkan untuk
aktivitas dan pertumbuhan anak sehari-hari
 Berikan manfaat buah untuk anak yang kaya akan vitamin C seperti anggur, buah jeruk
dan jambu biji dengan kandungan vitamin C yang tinggi maka kemungkinan terjadi
penyakit skorbut dapat dihindari, oleh karena itu selalu masukkan buah sebagai menu
harian anak
 Selalu perhatikan kesehatan gusi dan mulut anak lalu ajarkan anak untuk rajin gosok gigi
dan minum air putih yang banyak, maka plak dan karang gigi yang dapat memperparah
kondisi gusi akibat kekurangan vitamin C dapat dihindari. Langkah berikutnya asupan air
putih yang maksimal akan membantu metabolisme anak untuk menjadi lebih baik
sehingga resiko vitamin C yang dapat menyebabkan radang tenggorokan dapat dihindari.

Anda mungkin juga menyukai