Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebiasaan makan etnik Minahasa dan penyakit jantung coroner. Penyakit jantung koroner
yang menjadi kausa utama kematian di seluruh dunia merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang penting di seluruh dunia, termasuk Indonesia dan Sulawesi Utara. Kebiasaan makan yang
dipengaruhi oleh faktor budaya, adat istiadat, agama dan kepercayaan berperan penting dalam
proses kejadian penyakit. Makalah ini bertujuan mengetahui pengaruh kebiasaan makan etnik
Minahasa terhadap kejadian penyakit jantung koroner. Makanan etnik Minahasa ditentukan
berdasarkan 41 jenis makanan yang dikompositkan. Asam lemak jenuh pada setiap jenis
makanan etnik Minahasa umumnya mengandung ALJ dengan kisaran kadar 0,01-10,46% food
per 100 gram. Pengkomsumsi makanan Mihahasa dengan frekuensi makan 2 kali/ bulan berisiko
PJK 4,43 kali lebih besar daripada pengkonsumsi 1 kali/ bulan setelah dikontrol dengan variabel
daging babi hutan (OR=4,3 95%CI:1,66-11,05), kotey (OR=7,15 95% CI: 1,70-30,08), merokok
(OR=2,76 95% CI: 1,36-5,61), usia(OR=1,96 95%CI: 1,36-2,83), jenis kelamin (OR=2,86
95%CI: 1,41-5,78) dan hipertensi (OR=5,86 95% CI: 2,94-11,66). Kebiasaan makan dengan
frekuensi sering berisiko 5,4 kali lebih besar untuk terkena PJK daripada yang mempunyai
kebiasaan makan jarang setelah dikontrol variabel jenis kelamin, riwayat keluarga penyakit
jantung koroner dan diabetes.

B. Rumusan Masalah

a. Mengetahui apa saja kebiasaan makanan Etnik Minahasa.


b. Kandungan apasaja yang terdapat pada makanan yang menjadi kebiasaan makanan Etnik
Minahasa.
c. Penyakit apasaja yang ditimulkan karena terlalu sering mengonsumsi makanan yang menjadi
kebiasaan di Etnik Minahasa.

1
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Kebiasaan Makanan Etnik Minahasa

Menurut Susenas tahun 2003, sekitar 26% penduduk Indonesia punya kebiasaan
mengkonsumsi sayuran kurang dari 7 kali seminggu. Secara keseluruhan 86% penduduk
Indonesia umur 10 tahun ke atas mengkonsumsi buah-buahan kurang dari 7 kali dalam
seminggu, hanya 2% penduduk yang mengkonsumsi buah-buahan 14 kali seminggu pada empat
etnis (Minangkabau, Jawa, Sunda dan Bugis) di Indonesia memperoleh hasil bahwa tingginya
asupan asam lemak jenuh rata-rata 21% energi total. Sementara menurut anjuran AHA
(American Heart Association), asupan asam lemak jenuh kurang dari 10% energi total. Ini
menunjukkan adanya kecenderungan pola makan masyarakat Indonesia terhadap asam lemak
jenuh sudah tinggi yaitu antara 10,15-18. Kebiasaan makan dipengaruhi juga oleh faktor sosial
budaya, adat-istiadat, agama dan kepercayaan serta kebiasaan makan merupakan aspek yang
mengarah bagaimana individu atau kelompok masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya akan
makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan.
Bangsa Indonesia mempunyai sekitar 500 etnis dengan beragam gaya hidup diantaranya
adalah etnis Minahasa yang mayoritas tinggal di Provinsi Sulawesi Utara. Jumlah penduduk
etnik Minahasa adalah yang terbanyak diantara etnik yang ada di Propinsi Sulawesi Utara.
Masyarakat etnik Minahasa mempunyai suatu kebiasaan pesta yang diikuti dengan pesta makan
atau makan makanan Minahasa yang sebagian besar berasal dari lemak hewani (babi). Orang
Minahasa makan daging babi sebagaimana kebanyakan penduduk Indonesia makan daging sapi.
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kebiasaan makan etnis Minahasa
mengkonsumsi makanan yang kaya asam lemak jenuh dengan kejadian PJK dengan
memperhatikan faktor lain seperti gaya hidup sedentary (kurang gerak), kebiasaan merokok,
kebiasaan konsumsi alkohol, karakteristik individu (umur, jenis kelamin, riwayat keluarga),
penyakit penyerta (hipertensi,obesitas dan diabetes melitus).

2
B. Karakteristik Kebiasaan Makanan Etnik Minahasa

Aktivitas fisik sehari-hari (kebiasaan sedentary life style) responden dikategorikan dalam
kurang gerak dan cukup gerak. Diperoleh bahwa sebagian besar dari kasus (68,75%) mempunyai
aktivitas sehari-hari yang kurang gerak (sedentary life style), sedangkan pada control terdapat
43,75% yang sedentary. Kebiasaan merokok pada setengah kasus (55,47%) adalah perokok,
sedangkan pada kontrol hanya sebagian kecil (22,66%) yang perokok. Berdasarkan kebiasaan
mengkonsumsi minuman yang mengandung alkohol, terdapat sepertiga dari kasus (32,81%)
mempunyai kebiasaan minum minuman yang mengandung alcohol seperti cap tikus (minuman
khas Minahasa yang terbuat dari hasil penyulingan pohon enau), anggur, bir, dan sebagainya.
Demikian pula, pada kontrol terdapat hampir sepertiga yaitu 29,69% adalah juga mempunyai
kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol.
Kelompok kasus sebagian besar lebih tua daripada kelompok kontrol. Hampir setengah (40,63%)
subyek pada kelompok kasus berumur 55-64 tahun, sedangkan pada kontrol 37,5%. Subyek yang
berumur 65 tahun terdapat 40,63%, sedangkan pada kontrol hanya sebagian kecil yaitu 24,22%.
Sebagian besar dari kasus yaitu 61,72% mempunyai jenis kelamin laki-laki, sedangkan pada
kontrol terdapat 28,91% adalah berjenis kelamin laki-laki. Hampir separuh (41,41%) pada kasus
ada mempunyai riwayat keluarga penyakit jantung koroner, sedangkan hanya sebagian kecil
(24,22%) pada kontrol yang mempunyai riwayat keluarga penyakit jantung koroner. Sekitar dua
pertiga (67,19%) dari kasus mempunyai riwayat hipertensi, sementara pada kelompok kontrol
hanya terdapat 35,94% yang mempunyai riwayat hipertensi juga. Obesitas atau kegemukan
terdapat pada kasus 62,5% yang tergolong dalam kategori obesitas, sedangkan pada kelompok
kontrol hanya 37,5% yang tergolong dalam kategori obesitas. Riwayat Diabetes Melitus terdapat
sebagian besar yaitu (75%) dari kasus mempunyai riwayat Diabetes Militus dan pada kelompok
kontrol ditemukan 47,66% mempunyai riwayat Diabetes Militus juga.

3
C. Kandungan Asam Lemak Jenuh

Kandungan asam lemak jenuh pada 41 jenis makanan etnik Minahasa berkisar nilai 10,46-
0,01% food per 100 gram. Jenis makanan Tinai (usus atau jeroan babi) mempunyai kandungan
asam lemak jenuh yang tertinggi 10,46% food per 100 gram. Sedangkan, jenis makanan
Tinutuan (bubur Manado) adalah jenis makanan yang mempunyai kandungan asam lemak
jenuh yang terendah yaitu 0,01% food per 100 gram. Jenis makanan etnik Minahasa yang
termasuk dalam kelompok makanan tinggi asam lemak jenuh (3,93-10,46% food per 100 gram)
adalah tinai, ayam santan, babi tore, babi bakar, brenebon babi, babi putar, babi garo rica,
tinorangsak, pangi babi, paniki, babi asam manis, babi kecap, RW, babi hutan, babi leylem dan
sup kuah asam babi. Sedangkan, yang termasuk kelompok makanan rendah asam lemak jenuh
(0,01-3,92% food per 100 gram) adalah tinutuan, sayur pait, kotey atau saut, ikan cakalang
goreng, ikan laut wokublanga, ikan mujair bakar, ikan mujair goreng, ikan cakalang fufu saus,
ikan mas bakar rica, ikan mas wokublanga, ikan mas goreng, kangkung tumis, tikus dan sayur
rica rodo.

D. Hubungan Kebiasaan Makanan dengan Penyakit Jantung Koroner

Berdasarkan analisis 41 jenis makanan etnik Minahasa yang diteliti, diperoleh 25 jenis
makanan yang menunjukkan hubungan bermakna dengan kejadian penyakit jantung koroner,
sedangkan 16 jenis makanan etnik Minahasa lainnya menunjukkan tidak ada hubungan yang
bermakna dengan kejadian penyakit jantung coroner.
Makanan etnik Minahasa yang berpotensi terhadap kejadian penyakit jantung koroner
meliputi tinorangsak, babi putar, babi hutan, babi leylem, babi garo rica, babi kecap, babi asam
manis, babi bakar, babi tore, posana, kotey atau saut, sate babi, loba, tinai, sayur pait babi, sup
brenebon atau kacang merah babi, sup babi kuah asam, sayur kangkung tumis babi, RW(anjing),
paniki (kelelawar), tikus, ikan mas wokublanga, ikan mas goreng, ikan mas bakar rica dan ayam
santan.
Diambil lima jenis makanan yang mempunyai nilai odds ratio tertinggi yaitu kotey atau
saut, paniki atau kelelawar, loba, babi hutan dan babi putar. Setelah dilakukan analisis
multivariat, dari kelima jenis makanan tersebut yang tertinggal dalam model hanya tiga jenis saja

4
yakni babi putar, babi hutan dan kotey atau saut. Setelah melalui proses analisis dengan regresi
logistik dengan mengontrol faktor- faktor lainnya, sehingga diperoleh hasil akhir jenis makanan
yang berisiko terhadap penyakit jantung coroner.
Diketahui efek murni dari orang yang makan makanan babi putar dengan frekuensi
2x/bulan mempunyai kemungkinan lebih besar 4,43 kali (95% CI:1,55-12,65) untuk terkena
penyakit jantung coroner dibanding orang yang makan babi putar dengan frekuensi 1x/bulan.
Setelah dikontrol oleh babi hutan, kotey atau saut, merokok, usia, jenis kelamin dan hipertensi.
Apabila dilakukan analisis penggabungan jenis makanan berisiko babi putar dengan beberapa
jenis makanan lain yang mengandung rica-rica cabe rawit/capsicum fretescens) yang sering
dikonsumsi oleh masyarakat etnik Minahasa dan makanan yang berserat seperti sayur pait (daun
pepaya). Hasilnya menunjukkan risiko babi putar agak menurun dibandingkan jika babi putar itu
sendiri. Misalnya, babi putar digabungkan dengan ikan mas bakar rica dan atau babi garo rica
dalam analisis multivariat menunjukkan penurunan nilai OR. Hal ini diduga karena adanya efek
rica (capsicum frustescens) yang mempunyai efek baik sebagai antikoagulan dan fibrinolitik
untuk kesehatan jantung.
Demikian pula, bila digabungkan babi putar denga sayur pait juga memperlihatkan
adanya penurunan OR pada penggabungan makanan tersebut. Diperoleh bahwa bila
mengkonsumsi babi putar bersama sayur pait dengan frekuensi lebih atau sama dengan dua kali
sebulan mempunyai kemungkinan 3,25 kali lebih besar untuk terkena penyakit dibanding orang
yang mengkonsumsi dengan frekuensi kurang dari atau sama dengan satu kali sebulan setelah
dikontrol oleh faktor usia dan hipertensi.

E. Kebiasaan Makanan dan Penyakit Jantung Koroner

Kebiasaan makan yang dimaksud adalah kebiasaan yang dilihat berdasarkan frekuensi makan
dengan mempertimbangkan kandungan asam lemak jenuh pada masing-masing jenis makanan.
Dilakukan proses mengkompositkan ke-41 jenis makanan tersebut dengan cara mengalikan
frekuensi maka. Frekuensi makan sering adalah dua kali atau lebih dalam sebulan
mengkonsumsi makanan tersebut, sedangkan frekuensi jarang jika mengkonsumsi satu kali

5
atau kurang dalam sebulan. Selanjutnya, dilakukan analisis bivariat, kemudian analisis
multivariat melalui proses uji interaksi dan confounding hingga diperoleh efek murni kebiasaan
makan setelah dikontrol oleh faktor lainnya.
Efek murni dari kebiasaan makan makanan khas etnik Minahasa yang kaya ALJ terhadap
kejadian penyakit jantung koroner adalahbahwa orang yang mempunyai kebiasaan makan
makanan yang kaya asam lemak jenuh dengan frekuensi sering mempunyai risiko 5,4 kali
terserang PJK (95% CI: 2,93-9,93) dibandingkan dengan orang yang mempunyai kebiasaan
makan makanan etnik Minahasa yang kaya asam lemak jenuh dengan frekuensi jarang setelah
dikontrol dengan variabel jenis kelamin, riwayat PJK dalam keluarga dan diabetes mellitus.
Kebiasaan makan etnis Minahasa yang sering mengkonsumsi makanan yang kaya asam lemak
jenuh, didukung pula dengan kebiasaan suka makan enak pada pesta dan sehari-harinya juga,
maka semakin kuat risikonya ke arah terjadinya penyakit jantung coroner. Jenis makanan yang
ada sebagian besar terbuat dari komposisi daging atau lemak hewan babi dan pada umumnya
masakan etnik Minahasa terasa pedas karena menggunakan cabe rawit (rica atau capsicum
fretescens, cayenne, goat pepper). Cabe rawit mempunyai khasiat yang baik untuk kesehatan
jantung, karena berfungsi sebagai antioksidan dan antikoagulan serta anti fibrinolitik.
Namun, yang unik dari makanan etnik Minahasa ada beberapa jenis makanan yang
terbuat dari jenis daging hewan yang tidak lazim dimakan oleh kebanyakan orang pada
umumnya, yaitu antara lain kelelawar (Paniki), anjing (RW), tikus hutan dan sayur yang terbuat
dari batang pisang (Saut atau Kotey). Makanan dari tikus juga dikonsumsi oleh etnis Zimbabwe
yaitu tikus putih. Diketahui bahwa bumbu jahe terutama jenis jahe merah (Zingiber Officinale
var Rubrum) bersifat sebagai antioksidan yang membantu menetralkan efek merusak yang
disebabkan oleh radikal bebas di dalam tubuh. Jahe merangsang pelepasan hormon adrenalin dan
memperbesar pembuluh darah, sehingga darah mengalir lancer dan meringankan kerja pompa
jantung. Gingerol pada jahe bersifat antikoagulan yaitu mencegah penggumpalan darah. Jadi,
mencegah tersumbatnya pembuluh darah sebagai penyebab utama serangan jantung dan stroke.
Gingerol pada jahe juga dapat membantu menurunkan kada kolesterol darah. Bumbu bawang
putih berkhasiat menurunkan dan menstabilkan tekanan darah tinggi, membantu menurunkan
kadar kolesterol darah, membantu mencegah penggumpalan darah, sebagai detoxifier,
antioksidan dan dapat juga sebagai anti bakteri.

6
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Biodata
a. Nama : Ny. S
b. Umur : 50 tahun
c. Jenis Kelamin : Perempua
d. Agama : Islam
e. Alamat : Manado
f. Pendidikan : Tamat SD
g. Pekerjaan : Ibu RT
h. Diagnosa Medis : PJK
i. Tanggal MRS : 4 Maret 2010
j. Tanggal Pengkajian : 5 Maret 2010
2. Keluhan Utama

Pasien mengeluh dada nyeri sebelah kiri tembus punggung sejak 3 hari yang lalu. Nyeri
bertambah bila dibuat aktivitas dan berkurang bila dibuat istirahat. Skala nyeri 5.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Tanggal 4 Maret 2010 pasien dibawa ke RS. Baptis Manado. 3 hari yang lalu pasian mengeluh
dada nyeri sebelah kiri tembus punggung, mual, pusing keringat dingin. Setelah periksa oleh
dokter pasien di diagnosa dengan PJK. Oleh dokter disuruh opname.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien pernag menderita / mempunyai riwayat HT dan DM 1 tahun yang lalu dan pasien belum
pernah poname.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga pasien tidak mempunyai penyakit PJK.

7
6. Riwayat Psikososial Dan Spiritual
a. Psikososial : pasien dapat berhubungan baik denagn pasien, perawat maupun anggota
keluarga.

b. Spiritual : Pasien beragama islam dan rutin menjalankan sholat 5 waktu. Di rumah
sakit tidak pernah menjalankan sholat karena sedang sakit.

Pola
Di Rumah Di RS
Aktivitas

Nutrisi Makan biasa 3 x/hari dengan Lunak jantung 3x/hari. Pasien hanya
nasi, lauk dan sayur menghabiskan 2-3 sendok makan karena passion
mengeluh mual
Minum air putih 6-7
gelas/hari Minum air putih 5-6 gelas/hari
Eliminasi
BAK : 4-5 x/hari BAK : 4-5 x/hari

BAB : 3 x/hari konsistensi BAB : 1-3 x/ hari konsistensi lembek


keras

Istirahat Tidur Siang 1 jam/hari


Siang 2 jam/hari
Malam 7 jam/hari
Malam 6 jam/hari

Mandi 2 x/hari diseka ditempat tidur, ganti baju


Hygiene Mandi 2 x/hari, ganti baju dan dan gosok gigi dibantu perawat / keluarga.
gosok gigi dilakukan sendiri

Sebagai Ibu RT
Aktivitas Lebih banyak di tempat tidur karena pasien
bedrest

8
7. Pola Aktivitas Sehari Hari
a. Keadaan/Penampilan/Kesan Umum Pasien

Keadaan umum pasien kelihatan pucat, menyeringai kesakitan tapi sadar baik.

b. Tanda Tanda Vital


a. Suhu tubuh : 37 C
b. Denyut nadi : 92 x/menit
c. Tensi / TD : 160 / 100 mmHg
d. Respirasi : 22 x/menit
e. TB/BB : -
c. Pemeriksaan Fisik

Diutamakan pada sistem yang terganggu sesuai dengan penyakitnya.

1. Pemeriksaan Kepala dan Leher

a. Kepala

Inspeksi : kulit kepala bersih, rambut warna hitam

Palpasi : tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan tapi pasien mengeluh pusing

b. Mata

Inspeksi : Conjungtiva merah muda, sclera putih

c. Telinga

Inspeksi : Telinga luar bersih, tidak ada lesi, kedua telinga simetris

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan atau massa

d. Hidung

Inspeksi : Lubang hidung simetris, tidak ada secret di lubang hidung, pasien dapat
mengidentifikasi bau dengan benar

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada sinus maksilaris, frontalis dan etmoidalis

9
e. Mulut

Inspeksi : Membran mukosa bibir kering, pucat, gusi tidak ada lesi

f. Leher

Inspeksi : Tidak ada pembengkakan

Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjaran tiroid, tidak ada nyeri tekan

2. Pemeriksaan Integumen / Kulit dan Kuku

Kulit

Inspeksi : warna sawo matang, tidak ada kemerahan, kulit kering

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak terjadi pitting oedem

3. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak

4. Pemeriksaan Thorax / Dada

a. Inspeksi thorax : Pergerakan thoraks saat ekspirasi dan inspirasi kanan dan kiri
bersamaan, ada nyeri tekan karena pasien mengeluh nyeri dada
b. Paru : Perkusi : Bunyi sonor / timpani pada lapang kanan dan kiri

5. Pemeriksaan Jantung

a. Palpasi : tidak ada bunyi tambahan ronchi, wheezing, rales


b. Auskultasi : bunyi S1 dan S2 tunggal

6. Pemeriksaan Abdomen

a. Inspeksi : Tidak terlihat adanya luka


b. Palpasi : Tidak teraba massa, turgor kulit kenyal, tidak terdapat nyeri tekan
c. Perkusi : bunyi abdomen timpani
d. Auskultasi : Terdengar bising usus 8 x/menit.

10
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. S

Umur : 50 tahun

No. Reg : 65-53-48

TANGGAL TANGGAL TTD


NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN
MUNCUL TERATASI

1. 5-3-2010 Gangguan nyaman nyeri berhubungan


dengan iskemia jaringan atau sumabtan pada
arteri koronaria yang ditandai dengan pasien
mengatakan nyeri dada sebelah kiri, pasien
kelihatan menyeringai kesakitan, pasien
tampak pucat, TD : 160/100 mmHg, P :
96x/mnt, skala nyeri 5

Penurunan cardiac output berhubungan


dengan menutunnya kontraksi otot yang
ditandai dengan pasien mengeluh lemah,
sesak napas, sulit melakukan aktivitas yang
berlebih, sering terbangun pada malam hari
2. 5-3-2010
karena sesak dan nyeri dada, TD : 160/100
mmHg, P : 96x/mnt, kulit dingin, N : 22
x/mnt

Ganguan pemenuhan oksigen berhubungan


dengan hipoksia ditandai oleh sesak,tidak
3 5-3-2010 bebas bergerak,gelisah, RR:28 x/I, berbaring
ditempat tidur, os cemas,

11
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen yang ditandai dengan
4. 5-3-2010 pasien mengeluh sesak bila bangun dari
posisi tidur, berkeringat dingin bila merubah
posisi dari tidur langsung duduk, Tanda vital
setelah bangun tidur TD : 170/100 mmHg,
P : 100x/mnt. N : 28x/mnt

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. S

Umur : 50 Tahun

No. Reg : 65-53-48

DIAGNOSA
NO. TUJUAN INTERVENSI RASIONAL TTD
KEPERAWATAN

1. Gangguan nyaman nyeri Setelah dilakukan 1. Monitor dan 1. Variasi


berhubungan dengan iskemia tindakan kaji karakteristik penampilan dan
jaringan atau sumabtan pada keperawtan dalam dan lokasi nyeri perilaku passien
arteri koronaria yang ditandai waktu 2 x 24 jam karena nyeri terjadi
2. Monitor
dengan pasien mengatakan pasien mampu sebagai temuan
tanda-tanda
nyeri dada sebelah kiri, pasien menunjukkan rasa pengkajian
vital ( tekanan
kelihatan menyeringai nyeri dada dengan
darah, nadi) 2. Peningkatan
kesakitan, pasien tampak
Kriteria hasil : tekanan darah dan
pucat, TD : 160/100 mmHg, P
nadi meningklat
: 96x/mnt, skala nyeri 5 - Pasien tampak rileks
sebagai akibat nyeri
- Skala nyeri 0 dan berhubungan

12
- TD : 120/80 mmHg dengan cemas

-P : 80 x/mnt 3. Ciptakan 3. Menurunkan


suasana rangsang eksternal
lingkungan yang dimana ansietas dan
tenang dan regangan jantung
nyaman serta keterbatasan
kemampuan koping
dan keputusan
4. Ajarkan dan terhadap situasi saat
anjurkan pada ini
pasien untuk
4. Membantu dalam
melakukan tehnik
penurunan
relaksasi
persepsi/respon
5. Kolaborasi nyeri
dengan deokter
5. Pilihan untuk
dalam pemberian
menurunkan nyeri
analgesik
hebat, memberikan
sadari dan
mnegurangi kerja
miokard

1. Perubahan
2. Penurunan cardiac output Setelah dilakukan
1. Lakukan terjadi pada TD (
berhubungan dengan tindakan keperawtan
pengukuran hipertensi atau
menutunnya kontraksi otot dalam waktu 224 jam
tekanan darah ( hipotensi) karena
yang ditandai dengan pasien tidak terjadi
bandingkan kedua respon jantung
mengeluh lemah, sesak napas, penurunan cardiac
lengan pada
sulit melakukan aktivitas yang output dengan criteria 2. Sirkulasi
posisi berdiri,
berlebih, sering terbangun hasil : perifer menurun
duduk, dan
pada malam hari karena sesak bila curah jantung
- Pasien tampak tiduran jika
dan nyeri dada, TD : 160/100 menurun membuat

13
mmHg, P : 96x/mnt, kulit semangat memungkinkan kekuatan nadi
dingin, N : 22 x/mnt menungkat
- tidak sesak napas 2. Kaji kualitas
nadi 3. S3 dan
- TD : 120/80 mmHg
S4 atau krekels
3. auskultasi
- P : 80 x/mnt terjadi dengan
bunyi nafas dan
dekompensasi
- kulit normal tidak bunyi jantung
jantung atau
dingin
4. Kolaborasi beberapa obat
- N : 20 x/mnt dengan dokter
4. Pemeriksaan
dalam
dilakukan untuk
pemeriksaan
mengidentifikasi
serial EGC, foto
area iobstruksi atau
thorax, pemberian
kerusakan arteri
obat-obatan anti
koroner yang
disritmia
memerlukan
intervensi bedah

Intoleransi aktivitas Setelah dialkukan 1. Catat irama 1. Kecenderungan


3.
berhubungan dengan tindakan keperawtan jantung, tekanan melakukan respon
ketidakseimbangan antara dalam waktu 224 darah dan nadi pasien terhadap
suplai dan kebutuhan oksigen jam, pasien sebelum dan aktivitas dan dapat
yang ditandai dengan pasien menunjukkan sesudah mengindikasikan
3 angun peningkatan
mengeluh sesak bila melalukan penurunan oksigen
dari posisi tidur, berkeringat kemampuan dalam aktivitas miokardia yang
dingin bila merubah posisi melakukan aktivitas memerlukan
2. Anjurkan
dari tidur langsung duduk, dengan criteria hasil ; penurunan tingkat
pasien agar lebih
Tanda vital setelah bangun aktivitas
- TD : 120/80 mmHg banyak
tidur TD : 170/100 mmHg, P :
beristirahat 2. Menurunkan
100x/mnt. N : 28x/mnt - P : 80 x/mnt
terlebih dahulu kerja miokardia /
- N : 20 x/mnt konsumsi oksigen,

14
- Pasien nyaman 3. Anjurkan menurunkan resiko
dalam tidur pasien komplikasi
menghindari
3. Aktifitas yang
peningkatan
memerlukan
tekanan abdomen
menahan napas dan
contoh mengejan
menunduk (
saat defekasi
manuvervalsalva)
4. Jelaskan pada dapat
pasien tentang mengakibatkan
taha-tahap bradikardi, juga
aktivitas yang menurunkan curah
boleh dilakukan jantung dan
oleh pasien takikardi dengan
peningkatan TD

4. Aktivitas yang
maju memberikan
kontrol jantung,
meningkatkan
regangan dan
mencegah aktivitas
berlebihan

15
D. TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. S

No.
TGL/JAM TINDAKAN TTD
DX

1. 1 6-3-2010 1. Memantau tanda-tanda vital:

9 am S : 37oC N : 22 x/menit

P : 96 x/menit TD : 160/100 mmHg

2. Membersihkan lingkungan tempat tidur pasien dan


merapikannya

3. Mengajarkan tehnik relaksasi napas dalam

1. Melakukan auskultasi bunyi nafas dan bunyi jantung pada


2 2 6-3-2010
pasien
10 am
2. Melakukan pengukuran tekanan darah :

TD : 160/100 mmHg

P : 96 x/mnt

N : 22 x/mnt

1. Memberitahu pasien untuk beristirahat lebih banyak


3 3 6-3-2010
2. Memberitahu pasien untuk tidak mengejan saat BAB
11 am

16
E. EVALUASI

Nama Pasien : Ny. S

Umur : 50 tahun

NO.
No. DX JAM EVALUASI TTD

1. 1 12 S : Pasien mengatakan nyeri berkurang


am
O : Pasien tampak rileks

- Skala nyeri 0

- TD : 140/90 mmHg

A : Tujuan tercapai

P : Hentikan intervensi
12
2. 2 S : Pasien mengatakan sesak berkurang
am
O : Pasien tampak semangat

A : Tujuan tercapai

P : Hentikan intervensi

S : Pasien mengatakan sudah mengalami peningkatandalam aktivitas

O : Pasien sudah nyaman dalam tidur,Sudah bias duduk dengan tenang

3. 3 A : Tujuan tercapai
12
am P : Hentikan intervensi

17
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Gambaran kandungan asam lemak jenuh pada makanan etnik Minahasa adalah 0,01-10,46%
food per 100 gram. Berdasarkan 41 jenis makanan etnik Minahasa yang termasuk kelompok
makanan tinggi ALJ (3,93-10,46% food/100 gram) adalah tinai, ayam santan, babi tore, babi
bakar, brenebon babi, babi putar, babi garo rica, tinorangsak, pangi babi, paniki, babi asam
manis, babi kecap, RW, babi hutan, babi leylem dan sup kuah asam babi. Kelompok makanan
rendah ALJ (0,01-3,92% food/100 gram) adalah tinutuan, sayur pait, kotey atau saut, ikan
cakalang goreng, ikan laut wokublanga, ikan mujair bakar, ikan mujair goreng, ikan cakalang
fufu saus, ikan mas bakar rica, ikan mas wokublanga, ikan mas goreng, kangkung tumis, tikus
dan sayur rica rodo. Orang mengkonsumsi babi putar 2 x/ bulan berisiko 4,43 kali lebih besar
untuk menderita PJK daripada yang mengkonsumsi babi putar dengan frekuensi 1 x/ bulan,
setelah dikontrol oleh babi hutan, saut atau kotey dan faktor usia, jenis kelamin, merokok dan
hipertensi. Orang yang biasa makan makanan etnik Minahasa dengan frekuensi sering berisiko
5,4 kali lebih besar untuk terserang penyakit jantung coroner daripada yang jarang setelah
dikontrol oleh faktor jeniskelamin, adanya riwayat keluarga penyakit jantung koroner dan
diabetes melitus.

18
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2003. Profil kesehatan Indonesia 2003, menuju Indonesia Sehat
2010. Jakarta: Depatemen Kesehatan RI.
Eeuwijk V, Billy K. 2005. Budaya, kesehatan dan kemiskinan: mencari model alternative
pelayanan kesehatan dalam pendekatan budaya di Sulawesi Utara.1(2): 67-72.
Jeany. Serba pedas dari dapur Tomohon. Boga. Republika. Diunduh tanggal: 17 Februari 2008.

19

Anda mungkin juga menyukai