Anda di halaman 1dari 18

DETEKSI DINI MASALAH GIZI

MIKRO MINERAL ZINC (Zn)

Dosen Mata Kuliah:

I Made Rodja Suantara,SKM,M.Kes

Disusun Oleh :

Kelompok 7 D-IV B Semester VI

1. Ni Nyoman Pebriyanti (P07131217042)


2. Ni Kadek Kusuma Dewi (P07131217061)
3. Ni Kadek Mulyaningsih (P07131217068)
4. Putu Widhy Okayanti (P07131217074)
5. Ni Made Ari Kusumadewi (P07131217080)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIK

JURUSAN GIZI

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-
Nya makalah yang berjudul “Mikro Mineral Zinc” ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Makalah ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas perkuliahan semester VI
dalam mata kuliah Deteksi Dini Masalah Gizi Makro Dan Mikro
Dalam penyusunan makalah ini penulis menemukan banyak hambatan yang penulis
hadapi. Namun berkat dukungan, bimbingan dan partisipasi berbagai pihak, hambatan-
hambatan tersebut dapat penulis atasi sedikit demi sedikit. Untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Ibu Dosen Pembimbing Akademik beserta staf pegawai Poltekkes Kemenkes
Denpasar yang telah banyak membantu penulis sehingga mempermudah penulis
dalam penyusunan makalah ini.
2. I Made Rodja Suantara,SKM,M.Kes selaku Pembimbing yang telah dengan sabar
membina dan tiada hentinya memberi semangat pada penulis dalam menyusun
makalah ini.
3. Seluruh pihak yang turut serta memberikan motivasi dan dukungan bagi penulis
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Di samping itu, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis mohon maaf apabila ada kesalahan-kesalahan di dalam penulisan
makalah ini. Akhir kata, dengan selesainya makalah ini, seberapapun sederhananya makalah
ini, penulis berharap makalah ini memiliki sesuatu yang bermanfaat bagi semua pihak yang
membaca makalah ini.

Denpasar, 20 Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN............................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................5
1.3 Tujuan dan Manfaat........................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
DETEKSI DINI DEFISIENSI MIKRO MINERAL ZINC............................................................6
2.1 Gambaran Umum Mikro Mineral Zinc (Zn)........................................................................6
2.2 Defisiensi dan Kelebihan Zinc.........................................................................................7
2.3 Bahan Makanan Sumber Zinc dan Penghambat Penyerapan Zinc................................8
2.4 Hubungan Zinc Dengan Stunting....................................................................................9
BAB III..........................................................................................................................................10
PEMBAHASAN............................................................................................................................10
3.1 Konsep Dasar Timbulnya Masalah Defisiensi Mikro Mineral Zinc...................................10
3.2 Masalah Gizi Kaitannya Sebagai Host Agent dan Environment Pada Defisiensi Zinc......11
3.3 Metode Deteksi Dini Masalah Gizi Mikro Mineral Zinc...............................................12
3.4 Determinan Masalah Gizi Mikro Mineral Zinc............................................................13
3.5 Tahap – tahap Pencegahan Masalah Gizi Mikro Mineral Zinc..........................................15
BAB IV..........................................................................................................................................17
PENUTUP.....................................................................................................................................17
4.1 Kesimpulan..........................................................................................................................17
4.2 Saran....................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seng (Zn) merupakan zat gizi yang esensial dan telah mendapat perhatian yang cukup
besar akhir-akhir ini. Seng berperan untuk bekerjanya lebih dari 70 macam enzim karena
peranannya dalam sintesa ADN, ARN (keduanya unsur utama genetika), dan protein.
Maka defisiensi seng dapat menghambat pembelahan sel, pertumbuhan dan pemulihan
jaringan. Ada kemungkinan seng berinteraksi dengan defisiensi vitamin A dalam proses
terjadinya buta senja (Karyadi, 1996).
Sampai saat ini di Indonesia masih harus menghadapi masalah gizi kurang yang pada
umumnya terdapat di Negara-negara sedang berkembang, yaitu masalah Kurang Energi
Protein (KEP), Kurang Vitamin A (KVA), Anemia Defisiensi Besi, serta masalah
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). Disamping masalah gizi kurang yang
utama tersebut, juga harus menghadapi masalah gizi lebih, serta masalah defisiensi gizi
mikro yang lainnya, seperti defisiensi seng (Zn) (Depkes RI, 2002).
Kekurangan zat gizi akan menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan
yang mengakibatkan seseorang sulit menerima pendidikan, menguasai informasi dan
teknologi sehingga kualitas sumberdaya manusia jauh dari harapan. Status gizi golongan
rawan terutama anak Balita dapat digunakan sebagai indikator kualitas hidup masyarakat.
Pemenuhan zat gizi pada masa janin merupakan modal dasar bagi tumbuh kembang
anak pada usia selanjutnya. Peran gizi pada tumbuh kembang sangat jelas. Pertumbuhan
dalam arti proses bertambahnya struktur dan ukuran tubuh adalah hasil langsung
pemenuhan kebutuhan zat gizi, khususnya energi dan protein. Tidak jarang dari mereka
mengalami gangguan tumbuh kembang karena kekurangan energi dan protein, juga
menderita kekurangan zat gizi mikro yaitu vitamin dan mineral. Salah satu zat gizi mikro
yang berperan dalam tumbuh kembang adalah seng.
Mineral seng (Zn) merupakan mineral mikro yang mutlak dibutuhkan untuk
memelihara kehidupan yang optimal meskipun dalam jumlah yang sangat kecil. Peran
terpenting seng bagi makhluk hidup adalah untuk pertumbuhan dan pemeliharaan sel,
sebab seng berperan pada sintesis dan degradasi karbohidrat, protein, lemak, asam
nukleat, dan pembentukan embrio. Dalam hal ini, seng dibutuhkan untuk proses
percepatan pertumbuhan, menstabilkan struktur membran sel dan mengaktifkan hormon
pertumbuhan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran umum zat gizi mikro zinc?
2. Bagaimana konsep dasar timbulnya masalah defisiensi mikro mineral zinc?
3. Bagaimana masalah gizi kaitannya sebagai host, agent, dan environment pada
defisiensi zinc?
4. Bagaimana metode deteksi dini masalah gizi mikro mineral zinc?
5. Bagaimana determinan masalah gizi mikro mineral zinc?
6. Bagaimana tahap – tahap pencegahan masalah gizi mikro mineral zinc?

1.3 Tujuan dan Manfaat


1. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan gambaran umum zat gizi mikro zinc
2. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan konsep dasar timbulnya masalah
defisiensi mikro mineral zinc
3. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan masalah gizi kaitannya sebagai host,
agent, dan environment pada defisiensi zinc
4. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan metode deteksi dini masalah gizi
mikro mineral zinc
5. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan determinan masalah gizi mikro
mineral zinc
6. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan tahap – tahap pencegahan masalah
gizi mikro mineral zinc
BAB II

DETEKSI DINI DEFISIENSI MIKRO MINERAL ZINC

2.1 Gambaran Umum Mikro Mineral Zinc (Zn)


Seng (Zn) merupakan zat gizi yang esensial dan telah mendapat perhatian yang
cukup besar akhir-akhir ini. Seng berperan untuk bekerjanya lebih dari 70 macam enzim
karena peranannya dalam sintesa AND, ARN (keduanya unsur utama genetika), dan
protein. Maka defisiensi seng dapat menghambat pembelahan sel, pertumbuhan dan
pemulihan jaringan (Olson et.al., dalam Karyadi 1996). Ada kemungkinan seng
berinteraksi dengan defisiensi vitamin A dalam proses terjadinya buta senja (Karyadi,
1996). Seng merupakan trace elementi yang berperan luas pada metabolism tubuh. Seng
berperan aktif dalam seluruh bagian tubuh sebagai konstituen lebih dari 200
metaloenzim yang terlibat dalam metabolisme Karbohidrat, Lemak, Protein serta sintesis
dan pemecahan asam nukleat. Seng merupakan bagian dari banyak metaloenzim dan
bekerja sebagai koenzim pada berbagai sistem enzim. Lebih dari 80 enzim dan protein
yang mengandung seng telah ditemukan
Seng termasuk zat gizi mikro yang mutlak dibutuhkan untuk memelihara
kehidupan yang optimal, meski dalam jumlah yang sangat kecil. Kelompok yang paling
rentan terhadap defisiensi seng adalah anak dalam masa pertumbuhan Tubuh
mengandung 2 – 2,5 gram seng yang tersebar dihampir semua sel. Sebagian besar seng
berada di dalam hati, pankreas, ginjal, otot, dan tulang. Jaringan yang banyak
mengandung seng adalah bagian-bagian mata, kelenjar prostat, spermatozoa, kulit,
rambut dan kuku. Di dalam cairan tubuh, seng terutama merupakan ion intaseluler. Seng
di dalam plasma hanya merupakan 0,1% dari seluruh seng di dalam tubuh yang
mempunyai masa pergantian yang cepat
Kebutuhan seng sangat bervariasi, tergantung pada keadaan fisiologis dan keadaan
patologis. Keadaan fisiologis menggambarkan banyaknya seng yang harus diabsorpsi
untuk menggantikan pengeluaran endogen, pembentukan jaringan, pertumbuhan, dan
sekresi susu, sehingga kebutuhan seng secara fisiologis ini tergantung pada usia dan
status fisiologis seseorang. Sedangkan keadaan patologis yang akan mempengaruhi
peningkatan kebutuhan seng yaitu seperti infeksi, trauma, dan gangguan absorpsi. Selain
itu, mineral seng juga mempunyai peran bagi makhluk hidup seperti :
- Berperan terhadap pertumbuhan dan pembelahan sel, sebab seng berperan
pada sintesis dan degradasi karbohidrat, lemak, protein, asam nukleat, dan
pembentukan embrio.
- Berperan terhadap sistem kekebalan tubuh dan merupakan mediator
potensial pertahanan tubuh terhadap infeksi.
- Berperan dalam berbagai fungsi organ. Misalnya, keutuhan penglihatan
yang merupakan interaksi metabolisme antara seng dan vitamin A.
- Berperan dalam metabolisme tulang

2.2 Defisiensi dan Kelebihan Zinc

Gejala klinis kekurangan seng terdiri dari pertumbuhan yang terlambat,


dermatosis, hipogonadisme, oligospermi, adaptasi gelap yang menurun, gangguan
imunitas, rambut rontok, nafsu makan berkurang (Pudjiadi, 2001).
Menurut Murbawani 2004, gejala seseorang yang tidak mengkonsumsi bahan
makanan yang mengandung zat seng secara adekuat akan cenderung mengalami
gangguan pertumbuhan, anemia, dan kelelahan berat. Juga terjadi perubahan pada
rambut dan kulit, yakni kulit menjadi kering, keriput, serta rambut mudah rontok. Selain
itu, terjadi pula gangguan perkembangan organ seksual, gangguan produksi sperma,
infertilitas baik pada wanita maupun pria, berkurangnya ketahanan tubuh sehingga
mudah terjadi infeksi, gangguan konsentrasi, dan depresi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa defisiensi seng berpengaruh terhadap
hormone pertumbuhan, rendahnya tingkat Insulin like Growth Factor 1 (1 GF-1),
Growth Hormon (GH) Reseptor dan GH Binding Protein RNA seringkali dihubungkan
dengan defisiensi seng. Rendahnya sistem regulasi dari hormone pertumbuhan dapat
menghambat pertumbuhan linier dan kadang sampai terhenti pertumbuhan berat badan
Tanda-tanda kekurangan seng adalah gangguan pertumbuhan dan kematangan
seksual. Fungsi pencernaan terganggu, karena gangguan fungsi pankreas, gangguan
pembentukan kilomikron dan kerusakan permukaan saluran cerna. Di samping itu dapat
terjadi diare dan gangguan fungsi kekebalan. Kekurangan seng kronis mengganggu pusat
sistem saraf dan fungsi otak. Karena kekurangan seng mengganggu metabolisme vitamin
A sering terlihat gejala yang terdapat pada kekurangan vitamin A. kekurangan seng juga
mengganggu fungsi kelenjar tiroid dan laju metabolisme, gangguan nafsu makan,
penurunan ketajaman indra rasa serta memperlambat penyembuhan luka (Almatsier,
2001).
Kelebihan seng hingga dua sampai tiga kali AKG menurunkan absorpsi tembaga.
Kelebihan sampai sepuluh kali AKG mempengaruhi metabolisme kolesterol, mengubah
nilai protein, dan tampaknya dapat mempercepat timbulnya arterosklerosis. Dosis
sebanyak 2 gram atau lebih dapat menyebabkan muntah, diare, demam, kelelahan yang
sangat, anemia, dan gangguan reproduksi. Suplemen seng bisa menyebabkan keracunan

2.3 Bahan Makanan Sumber Zinc dan Penghambat Penyerapan Zinc

Pada umumnya diet tinggi protein mengandung banyak seng, sedangkan


makanan yang mengandung terutama karbohidrat konsentrasinya rendah. Sumber utama
seng terdapat pada bahan makanan berasal dari hewani, seperti daging, ikan, kerang,
ayam, telur dan sebagainya (Pudjiadi, 2001).
Sumber paling baik adalah sumber protein hewani, terutama daging, hati, kerang,
dan telur. Serealia tumbuk dan kacang-kacangan juga merupakan sumber yang baik,
namun mempunyai ketersediaan biologik yang rendah (Almatsier, 2001).
Beberapa bahan makanan yang dapat meningkatkan penyerapan seng adalah
asam sitrat (termasuk golongan vitamin C). Pada umumnya asam sitrat hanya terdapat di
dalam pangan nabati, yaitu sayur dan buah terutama yang asam, seperti jeruk, nenas,
rambutan, pepaya, gandaria, dan tomat. Vitamin C juga banyak terdapat di dalam
sayuran, daun-daunan, dan jenis kol. Sedangkan bahan makanan yang dapat
menghambat penyerapan seng adalah serat dan fitat, seperti : beras, terigu, gandum, teh,
kopi, kacang kedele, kacang, tumbuhan polong, bayam, dan susu
Penghambat absorpsi seng adalah myoinositol heksaphosphate (phytat) yang
banyak terdapat pada makanan yang berasal dari tanaman, khususnya serealia dan biji-
bijian. Daging hewan menyusui,unggas dan ikan adalah makanan yang kaya akan seng
dan makanan tersebut tidak mengandung phytat, sehingga makanan tersebut merupakan
makanan yang kandungan sengnya mudah diserap. Telur dan produk susu juga bebas
dari phytat, namun kandungan sengnya lebih rendah dari daging. Beberapa serealia dan
gandum mengandung seng sedang, namun mengandung phytat cukup tinggi, sehingga
mengurangi jumlah seng yang dapat diserap. Bila bahan makanan tersebut difermentasi,
organisme perfermentasi memproduksi phitase yang dapat memecah phytat, sehingga
dapat meningkatkan absorpsi seng
2.4 Hubungan Zinc Dengan Stunting
Kekurangan seng dapat menyebabkan terjadinya stunting pada anak karena seng
mempunyai peran utama dalam sintesis protein, replikasi gen dan pembelahan sel
yang sangat penting selama periode percepatan pertumbuhan baik sebelum maupun
sesudah kelahiran. Seng berperan penting dalam proses pertumbuhan dan pembelahan
sel terutama pada proses sintesa dan degradasi karbohidrat, lemak, protein, asam
nukleat dan pembentukan embrio. Seng dapat menstimulasi asupan makanan,
kemungkinan melalui jalur hormonal atau neuroendocrine transmitter yang
mempengaruhi selera makan sehingga dapat meningkatkan asupan makanan. Faktor
hormonal juga berpengaruh pada pertumbuhan secara langsung
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa suplementasi seng dapat meningkatkan
pertumbuhan linier anak. Suplementasi seng berpengaruh terhadap peningkatan tinggi
badan pada batita stunting yang disebabkan karena kekurangan seng dan mempunyai
dampak positif pada pertumbuhan linier anak. Adanya pengaruh seng terhadap
pertumbuhan dikarenakan seng termasuk salah satu zat gizi yang tergolong dalam
nutrient tipe 2. Nutrien tipe 2 merupakan bahan pokok komposisi sel dan sangat
penting untuk fungsi dasar jaringan. Selain itu, nutrien yang masuk dalam tipe ini
seperti halnya seng memiliki karakteristik yaitu tidak memiliki tempat penyimpanan
sehingga diperlukan masukan terus-menerus dalam jumlah yang kecil. Dampak utama
jika terjadi kekurangan seng adalah kegagalan pertumbuhan seperti stunting dan
berkurangnya volume jaringan (loss of tissue). Seng dibutuhkan untuk proses
pertumbuhan bukan hanya karena efek replikasi sel dan metabolisme asam nukleat
tetapi juga sebagai mediator hormon pertumbuhan.
Pemberian suplemen seng pada anak stunting dapat meningkatkan konsentrasi
plasma Insulin-like Growth Factor I (IGF I) sehingga memicu kecepatan
pertumbuhan. Insulin-like Growth Factor I merupakan mediator hormon pertumbuhan
yang berperan sebagai suatu growth promoting factor dalam proses pertumbuhan.
Kekurangan hormone pertumbuhan menyebabkan konsentrasi IGF-I dalan sirkulasi
rendah, sebaliknya hormone pertumbuhan tinggi maka konsentrasi IGF-I juga akan
meningkat. Anak stunting mengalami penurunan konsentrasi IGF-I. Menurunnya
konsentrasi IGF-I disebabkan bukan hanya karena kekurangan energi protein tetapi
juga kekurangan seng
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Konsep Dasar Timbulnya Masalah Defisiensi Mikro Mineral Zinc


Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi
badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur dengan panjang
atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi median standar
pertumbuhan anak dari WHO.Stunting disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam
waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.
Stunting dapat terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampaksaat anak
berusia dua tahun.(Kemenkes RI,2018).
Menurut beberapa penelitian, kejadian stunting pada anak merupakan suatu
proses komulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus
kehidupan. Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunting pada anak dan peluang
peningkatannya terjadi dalam 2 tahun pertama dalam kehidupan.
Faktor gizi ibu sebelum dan selama masa kehamilan merupakan penyebab tidak
langsung yang memberikan konstribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan
janin. Ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauetrin
growth retardation(IGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami
gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan
kurangnya asupan makanan yang memadai dan penytakit infeksi yang berulang, dan
meningkatnya kebutuhan metabolik serta mengurangi nafsu makan, sehingga
meningkatnya kurang gizi pada anak. Keadaan ini semakin mempersulit untuk
mengatasi gangguan pertumbuhan yang akhirnya berpeluang terjadinya stunting (Allen
dan Gillespi, 2011).
Stunting tidak hanya disebabkan oleh satu faktor yang sudah dijelaskan diatas,
tetapi disebabkan oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor tersebut saling berhubungan
satu sama lainnya. Menurut Soetjiningsih(2013) Terdapat beberapa faktor penyebab
stunting yaitu sebagai berikut:
1. Faktor biologis:
a.Ras/Suku
b.Jenis kelamin
c.Status gizi
d.Kerentanan teerhadap penyakit
2.Faktor lingkungan fisik:
a.Keadaan geografis
b.Sanitasi
c.Keadaan rumah
d.Radiasi
3.Faktor keluarga:
a.Pendapatan keluarga
b.Pendidikan ibu
c.Pola pengasuhan
d.Adat istiadat, norma dan tabu.

3.2 Masalah Gizi Kaitannya Sebagai Host Agent dan Environment Pada Defisiensi Zinc

Gambar 1. Model Segitiga Epidemiologi


Segitiga epidemiologi ditinjau dari host, agent dan environment, yang diuraikan sebagai
berikut:

1. Host

Pejamu (host) adalah semua faktor yang terdapat pada manusia yang dapat
memengaruhi timbulnya suatu perjalanan penyakit. Yang menjadi host pada keadaan
stunting terutama pada kelompok umur balita usia 0-5 tahun

2. Agent

Agent adalah suatu unsur, organisme hidup atau kuman infektif yang dapat
menyebabkan terjadinya suatu penyakit. Yang dapat dimasukkan sebagai faktor agen
adalah pada penyakit-penyakit infeksi dan intake zat gizi mikro (vitamin dan
mikronutrien). Sedangkan yang lain bisa terdiri dari beberapa agen yang bekerja
sama misalnya pada penyakit kanker.

3. Environment

Faktor lingkungan sangat menentukan dalam hubungan interaksi antara


pejamu (host) dengan faktor agent. Lingkungan yang dimaksud seperti lingkungan
fisik yaitu lingkungan yang berada disekitar manusiayang meliputi kondisi udara,
musim, cuaca, kondisi geografi, dan geologinya yang dapat mempengaruhi host
sedangkan lingkungan biologi, yaitu lingkungan yang berada disekitar manusia
namun yang memiliki jenis dari golongan biotis (hewan,tumbuhan
danmikroorganisme) dan lingkungan non-fisik yaitu lingkungan sebagai akibat dari
interaksi manusia yang meliputi sosial-budaya, norma dan adat-istiadat (Rajab,2009)
Adapun enviroment disini memiliki peran yang sangat besar dalam terjadinya
suatu penyakit yaitu salah satunya stunting. Yang termasuk ke dalam kelompok
enviroment pada stunting adalah pemberian ASI ekslusif, BBLR, pendidikan orang
tua, lingkungan, dan pendapatan keluarga.

3.3 Metode Deteksi Dini Masalah Gizi Mikro Mineral Zinc


Kadar seng tubuh dapat diketahui dengan mengunakan biomarker kadar seng
rambut. Analisis kadar seng rambut lebih tepat menggambarkan kadar seng
kronis pada masa lampau sehingga tepat untuk mengukur kadar seng pada kondisi
stunting yang merupakan kondisi malnutrisi yang sudah berlangsung lama. Kadar
seng serum tidak selalu menggambarkan secara tepat kadar seng tubuh karena
tergantung pada kadar albumin. Selain itu, pengambilan sampel seng rambut akan
menghindari risiko invasif yang mungkin terjadi pada pengambilan serum
Seng. Sampel rambut yang digunakan yaitu rambut kepala bagian occipital
(kepala bagian belakang) sepanjang 1,5-3 cm dari kulit kepala dengan total berat
rambut per sampel yaitu 0,3-0,5 gram. Pemeriksaan kadar seng rambut dengan
menggunakan metoda Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) dengan alat
spectrophotometer Perkin Elmer.
Pengambilan sampel dengan melakukan pengambilan data secara consecutive
sampling pada balita usia 12-24 bulan. Pengumpulan data karakteristik sampel
menggunakan kuesioner meliputi nama, jenis kelamin, tanggal lahir, penyakit
infeksi yang diderita, dan berat badan lahir. Pengukuran tinggi badan
menggunakan Microtoise.
Pengumpulan data asupan zat gizi makro (energi, protein, dan lemak) dan
asupan zat gizi mikro (seng, besi, kalsium, dan vitamin A) diperoleh melalui
wawancara menggunakan food recall 24 jam selama tiga hari tidak berturut-turut.
3.4 Determinan Masalah Gizi Mikro Mineral Zinc
Terdapat beberapa determinan terkait masalah gizi mikro mineral zinc diantarnya:
1. Faktor Keluarga
Faktor keluarga menjadi faktor penyebab dari stunting, dapat dikarenakan nutrisi yang
buruk selama prekonsepsi, kehamilan dan laktasi. Selain itu, perawakan ibu yang
pendek, infeksi, kesehatan jiwa, kehamilan muda, persalinan prematur, hipertensi,
lingkungan rumah, ketidak nyamanan pangan, serta rendahnya edukasi pengasuh juga
dapat memengaruhi.
2. Infeksi
Contoh infeksi seperti gastreoenteritis, enteropati, dan penyakit lain yang disebabkan
oleh infeksi dapat mengakibatkan anoreksia atau menurunnya nafsu makan.
3. Kelainan Endokrin
Stunting dapat diakibatkan oleh kelainan endokrin dan non endokrin, kelainan
endokrin dalam faktor penyebab stunting berhubungan dengan defisiensi GH, IGF-1,
hipotiroidisme, diabetes melitus. Penyebab terbanyak ialah kelainan non endokrin
yaitu penyakit infeksi kronis, gangguan nutrisi, penyakit jantung bawaan,
gastrointestinal, dan faktor sosial ekonomi. Batubara (2010) menyebutkan bahwa
terdapat beberapa penyebab perawakan pendek diantaranya dapat berupa variasi
normal, penyakit endokrin, displasia skeletal, sindrom tertentu, penyakit kronis dan
malnutrisi.
4. Asupan Nutrisi Yang Tidak Adekuat
Faktor penyebab terjadinya stunting beragam yang mencakup kecukupan zat gizi
tidak adekuat dalam jangka waktu panjang dan diperparah dengan terjadinya penyakit
infeksi secara terus menerus. Terganggunya proses pertumbuhan linier tersebut
diakibatkan karena adanya adaptasi tubuh terhadap asupan yang rendah dan
mengakibatkan kecukupan zat gizi yang tidak adekuat, sehingga proses metabolisme
tubuh akan terganggu dan akhirnya proses terbentuknya sel atau jaringan akan
terhambat. Asupan makanan yang rendah akan mengakibatkan kelaparan tersembunyi
atau masalah gizi yang tidak kasat mata yang disebabkan karena kurangnya zat gizi
mikro, seperti zat besi dan seng. Seringkali, makanan yang dikonsumsi berupa
makanan yang tinggi akan karbohidrat, namun rendah akan bahan makanan seperti
lauk hewani, sayur, dan buah. Pada usia dini, balita yang kekurangan zat besi dapat
menyebabkan gangguan kognitif dan fisik dan peningkatan risiko kematian. Hal
tersebut dikarenakan zat besi memegang peran sebagai mengedar oksigen semua
jaringan tubuh. Jika oksigenasi ke jaringan tulang berkurang, maka tulang tidak akan
tumbuh maksimal. Selain itu, balita yang mengalami defisiensi seng juga mudah
terkena penyakit infeksi dan gangguan pertumbuhan pertumbuhan. Seng berperan
untuk memproduksi hormon pertumbuhan.
5. Problem Dalam Pemberian ASI
Tidak memberikan ASI eksklusif dan pengentian dini konsumsi ASI menjadi salah
satu penyebab terjadinya stunting, karena ASI merupakan nutrisi utama pada bayi.
Disarankan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama untuk mencapai tumbuh
kembang yang optimal, setelah 6 bulan baru lah bayi mendapat makanan pendamping
yang adekuat sedangkan ASI dilanjutkan hingga usia 24 bulan. Menyusui yang
berkelanjutan selama 2 tahun dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap
asupan nutrisi yang penting.
Gambar: Patogenesis Stunting

Adapun tanda dan gejala dari stunting:


1. Berat badan tidak naik, cenderung menurun
2. Terlambatnya perkembangan tubuh
3. Mudah terkena penyakit infeksi
4. Kemampuan kognitifnya lemah
5. Mudah lelah
6. Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya
7. Usia 8-10 tahun menjadi lebih pendiam

3.5 Tahap – tahap Pencegahan Masalah Gizi Mikro Mineral Zinc


Merujuk pada pola pikir UNICEF/Lancet, masalah stunting terutama
disebabkan karena ada pengaruh dari pola asuh, cakupan dan kualitas pelayanan
kesehatan, lingkungan, dan ketahanan pangan, maka berikut ini mencoba untuk
membahas dari sisi pola asuh dan ketahanan pangan tingkat keluarga. (Kemenkes RI,
2018).
Ketahanan pangan (food security) tingkat rumah tangga adalah aspek penting
dalam pencegahan stanting. Isu ketahanan pangan termasuk ketersediaan pangan
sampai level rumah tangga, kualitas makanan yang dikonsumsi (intake), serta stabilitas
dari ketersediaan pangan itu sendiri yang terkait dengan akses penduduk untuk
membeli. Masalah ketahanan pangan tingkat rumah tangga masih tetap menjadi
masalah global, dan juga di Indonesia, dan ini sangat terkait dengan kejadian kurang
gizi,dengan indikator prevalensi kurus pada semua kelompok umur. Dalam jangka
panjang masalah ini akan menjadi penyebab cegah stunting, itu penting. Meningkatnya
prevalensi stunting, ada proses gagal tumbuh yang kejadiannya diawali pada
kehamilan, sebagai dampak kurangnya asupan gizi sebelum dan selama kehamilan.
Amanat ketahanan pangan di Indonesia adalah dari UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang
Pangan, dan juga UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Kemenkes RI, 2018).
Untuk mencegah stunting negara hadir untukmasyarakat. Upaya pemerintah dalam hal
ini Kementrian Kesehatan RI telah melakukan intervensi gizi spesiik meliputi
suplementasi gizi makro dan mikro (pemberian tablet tambahan darah, vitamin A,
taburia), pemberian ASI eksklusif dan MPASI, fortikasi, kampanye gizi seimbang,
pelaksaan kelas ibu hamil, pemberian obat cacing, penanganan kekurangangizi dan
JKN (Kemenkes RI, 2018
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Seng berperan untuk bekerjanya lebih dari 70 macam enzim karena peranannya dalam
sintesa AND, ARN (keduanya unsur utama genetika), dan protein. Maka defisiensi seng
dapat menghambat pembelahan sel, pertumbuhan dan pemulihan jaringan (Olson et.al.,
dalam Karyadi 1996). Tanda-tanda kekurangan seng adalah gangguan pertumbuhan dan
kematangan seksual. Fungsi pencernaan terganggu, karena gangguan fungsi pankreas, gangguan
pembentukan kilomikron dan kerusakan permukaan saluran cerna. Kelebihan seng hingga dua
sampai tiga kali AKG menurunkan absorpsi tembaga. Kelebihan sampai sepuluh kali AKG
mempengaruhi metabolisme kolesterol, mengubah nilai protein, dan tampaknya dapat
mempercepat timbulnya arterosklerosis. Dosis sebanyak 2 gram atau lebih dapat
menyebabkan muntah, diare, demam, kelelahan yang sangat, anemia, dan gangguan
reproduksi. Suplemen seng bisa menyebabkan keracunan. Beberapa bahan makanan yang
dapat meningkatkan penyerapan seng adalah asam sitrat (termasuk golongan vitamin C).
contohnya yaitu sayur dan buah terutama yang asam, seperti jeruk, nenas, rambutan,
pepaya, gandaria, dan tomat. Kekurangan seng dapat menyebabkan terjadinya stunting pada
anak karena seng mempunyai peran utama dalam sintesis protein, replikasi gen dan
pembelahan sel yang sangat penting selama periode percepatan pertumbuhan baik sebelum
maupun sesudah kelahiran. Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan
disebabkan kurangnya asupan makanan yang memadai dan penytakit infeksi yang berulang,
dan meningkatnya kebutuhan metabolik serta mengurangi nafsu makan, sehingga
meningkatnya kurang gizi pada anak. Metode yang digunakan untuk mendeteksi masalah
gizi mikro mineral zinc yakni Kadar seng tubuh dapat diketahui dengan mengunakan
biomarker kadar seng rambut. Pengumpulan data asupan zat gizi makro (energi, protein, dan
lemak) dan asupan zat gizi mikro (seng, besi, kalsium, dan vitamin A) diperoleh melalui
wawancara menggunakan food recall 24 jam selama tiga hari tidak berturut-turut.
4.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih focus dan details dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber – sumber
yang lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA
 Kusudaryati DPD. Kekurangan Asupan Besi Dan Seng Sebagai Faktor Penyebab
Stunting Pada Anak. 2013 September : Vol 10
 Hastuti D. 2006. Pengaruh Zinc Sulfat Terhadap Peningkatan Berat Badan, Tinggi
Badan, Dan Status Gizi Pada Balita Gizi Buruk. Skripsi. Surabaya. Universitas
Airlangga.
 Noviza L. 2014. Hubungan Konsumsi Zinc dan Vitamin A Dengan Kejadian Stunted
Pada Anak Balita Di Desa Rambai Kecamatan Pariaman Selatan Tahun 2014. KTI.
Padang. Poltekkes Padang
 Rahayu, Atikah. 2015. Riwayat Berat Badan Lahir dengan Kejadian Stunting pada
Anak Usia Bawah Dua Tahun. National Public Health Journal. Vol.10 No.2
 Kurniawati, Tri. 2017. Langkah-Langkah Penentuan Sebab Terjadinya Stunting Pada
Anak. Jurnal Anak Usia Dini Dan Pendidikan Anak Usia Dini. Vol 3 Nomor 1
 Nutr, Amerta, dkk. 2017. Hubungan Tingkat Kecukupan Zat Besi Dan Seng Dengan
Kejadian Stunting Pada Balita 6-23 Bulan. Jurnal Open Access Under Cc By – Sa
License. V1.361-368
 Tri susilo, Mursid. 2013. Hubungan Kadar seng (Zn) Rambut Dengan Z-score
Panjang Badan Menurut Umur (PB/U) Balita Usia 12-24 Bulan. Journal Of Nutrition
College. Vol2 nomor 4 638-644.

Anda mungkin juga menyukai