Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Magang merupakan kegiatan mandiri mahasiswa yang dilaksanakan di luar
lingkungan kampus untuk mendapatkan pengalaman kerja praktis yang berhubungan
dengan bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat, terutama sesuai dengan bidang
peminatannya, melalui metode observasi dan partisipasi. Kegiatan magang
dilaksanakan sesuai dengan formasi struktural dan fungsional pada instansi atau unit
kerja tempat magang, baik milik pemerintah maupun swasta atau lembaga lain yang
relevan. Melalui pelaksanaan magang diharapkan para calon Sarjana Kesehatan
Masyarakat lulusan Fakultas Kesehatan Masyarakat Unsrat memiliki bekal
pengalaman dan keterampilan yang bersifat akademik dan profesional sehingga lebih
kompetitif atau mampu bersaing dalam pasar kerja yang ada. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sam Ratulangi (FKM Unsrat) Manado menyelenggarakan
Mata Kuliah Magang dengan bobot 4 SKS sebagai salah satu mata kuliah wajib
dalam kurikulum Sarjana Kesehatan Masyarakat (Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sam Ratulangi, 2017).
Pneumonia merupakan penyebab dari 15% kematian balita, yaitu diperkirakan
sebanyak 922.000 balita di tahun 2015. Pneumonia menyerang semua umur di semua
wilayah, namun terbanyak terjadi di Asia Selatan dan Afrika sub-Sahara. Populasi
yang rentan terserang pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia
lanjut lebih dari 65 tahun dan orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi,
gangguan imunologi). Sampai dengan tahun 2014, angka cakupan penemuan
pneumonia balita tidak mengalami perkembangan berarti yaitu berkisar antara 20%-
30%. Pada tahun 2015 terjadi peningkatan menjadi 63,45%. Salah satu penyebab
peningkatan penemuan yaitu menurunnya sasaran penemuan pneumonia, yang
sebelumnya sama untuk semua provinsi (10%), pada tahun 2015 menggunakan hasil
Riskesdas 2013 yang berbeda-beda untuk setiap provinsi dan secara nasional sebesar
3,55%. Sejak tahun 2015 indikator Renstra yang digunakan yaitu persentase

1
kabupaten/kota yang 50% puskesmasnya melakukan pemeriksaan dan tatalaksana
pneumonia melalui program MTBS. Pencapaian untuk tahun 2015 baru tercapai
14,64% sedangkan target sebesar 20% dari seluruh kab/kota yang ada. Angka
kematian akibat pneumonia pada balita sebesar 0,16%, lebih tinggi dibandingkan
dengan tahun 2014 yang sebesar 0,08%. Pada kelompok bayi angka kematian sedikit
lebih tinggi yaitu sebesar 0,17% dibandingkan pada kelompok umur 1-4 tahun yang
sebesar 0,15% (Profil Kesehatan Indonesia, 2015).

1.2. Tujuan Magang


1.2.1. Tujuan Umum
Diharapkan selesai mengikuti kegiatan magang, peserta magang telah mampu dan
trampil dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan praktik yang diperoleh selama
menempuh pendidikan di FKM Unsrat, serta memperoleh gambaran mengenai tugas,
fungsi dan tanggung jawab Sarjana Kesehatan Masyarakat di instansi/unit kerja
pemerintah maupun swasta.

1.2.2. Tujuan Khusus


1. Bagi Peserta Magang
1. Mampu mengidentifikasi dan menjelaskan tentang organisasi, sistem
manajemen, prosedur kerja dan ruang lingkup pelayanan di tempat magang
(Puskesmas, Dinas Kesehatan, Rumah sakit, Perusahaan dan instansi terkait
lainnya baik milik pemerintah maupun swasta).
2. Mampu mengidentifikasi masalah, merumuskan dan memberikan alternative
pemecahan masalah (problem solving) yang ada di tempat magang.
3. Mampu melakukan tindakan-tindakan standar yang umum dilaksanakan
dalam bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat, ditekankan pada bidang minat
yang digeluti.
4. Mampu bekerja sama dengan orang lain dalam satu tim sehingga diperoleh
manfaat bersama baik bagi peserta magang maupun instansi tempat magang.

2. Bagi Fakultas dan Tempat Magang


1. Fakultas mendapat masukan yang berguna untuk penyempurnaan kurikulum
dalam upaya mendekatkan diri dengan kebutuhan pasar kerja.
2. Memberikan masukan yang bermanfaat bagi tempat magang.

2
3. Membina dan meningkatkan kerja sama antara FKM dengan instansi/unit kerja
pemerintah maupun swasta tempat mahasiswa melaksanakan magang.
4. Membuka peluang kerja bagi para lulusan untuk berkarir di instansi/unit kerja
pemerintah maupun swasta.

1.3. Manfaat Magang


1.3.1. Bagi Mahasiswa
1. Mendapatkan pengalaman dan keterampilan yang berhubungan dengan
Bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat, terutama sesuai bidang peminatan yaitu
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Gizi Kesehatan Masyarakat,
Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja, Promosi Kesehatan, serta
Epidemiologi.
2. Terpapar dengan kondisi dan pengalaman kerja di lapangan.
3. Mendapatkan pengalaman menggunakan metode analisis masalah yang tepat
terhadap permasalahan yang ditemukan di tempat magang.
4. Memperkaya kajian dalam Bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat terutama
sesuai bidang minat yang digeluti.
5. Penemuan baru mengenai analisis permasalahan dan kiat-kiat pemecahan
masalah kesehatan.
6. Memperoleh gambaran peluang kerja bagi Sarjana Kesehatan Masyarakat.
7. Mendapatkan bahan untuk penulisan skripsi/karya ilmiah.
1.3.2. Bagi Tempat Magang
1. Tempat magang dapat memanfaatkan tenaga terdidik dalam mambantu
penyelesaian tugas-tugas yang ada sesuai kebutuhan di unit kerja masing-
masing.
2. Tempat magang mendapatkan altenatif calon pegawai/karyawan yang telah
dikenal kualitas dan kredibilitasnya.
3. Turut berpartisipasi dalam peningkatan kualitas pendidikan perguruan tinggi
dalam menciptakan lulusan yang berkualitas.
1.3.3. Bagi Fakultas
1. Laporan magang dapat menjadi salah satu bahan audit internal kualitas
pengajaran.
2. Memperkenalkan program kepada stakeholders terkait.
3. Mendapatkan masukan bagi pengembangan program.
4. Terbinanya jaringan kerja sama dengan tempat magang dalam upaya
meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antara substansi akademik dengan

3
pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam
pembangunan kesehatan masyarakat.

BAB II
GAMBARAN UMUM

2.1. Analisis Situasi Umum


2.1.1. Geografis dan Demografis
Kota Manado terletak diantara : 1 .30 1 (B1) . 40 Lintang Utara 12440 126
(B2) . 50 Bujur Timur. Kota Manado berbatasan dengan :
a.) Sebelah Utara : Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara dan Teluk
Manado
b.) Sebelah Timur : Kecamatan Dimembe
c.) Sebelah Selatan : Kecamatan Pineleng Kabupaten Minahasa
d.) Sebelah Barat : Teluk Manado / Laut Sulawesi
Secara administrative Kota Manado terbagi kedalam 11 kecamatan, 87 kelurahan dan
luas wilayah sebesar 157.3 km2, dengan luas per kecamatan sebagai berikut :

Tabel 1. Luas Wilayah Kecamatan di Kota Manado


No. Kecamatan Kelurahan Luas Wilayah
( Km2)
1. Bunaken 5 36.2

4
2. Bunaken Kepulauan 4 16.9
3. Tuminting 10 4.3
4. Singkil 9 4.7
5. Mapanget 10 49.8
6. Paal Dua 7 8.0
7. Tikala 5 7.1
8. Wenang 12 3.6
9 Wanea 9 7.9
10. Sario 7 1.8
11. Malalayang 9 17.1
JML 11 87 157.3
Sumber : Profil Dinkes Kota Manado Tahun 2015
Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui bahwa Kecamatan Mapanget memiliki daerah
yang paling luas, sedangkan Kecamatan Sario memiliki luas daerah yang paling kecil.

Malalayang; 11%
Sario; 1%
Bunaken Kepulauan; 11%
Wanea; 5%
Bunaken; 23% Wenang; 2%
Tuminting; 3% Tikala; 5%
Paal Dua; 5% Singkil; 3%
Mapanget; 32%

Gambar 1. Presentase Luas Kota Manado Menurut Kecamatan

5
Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kota Manado Tahun 2015

Kota Manado memiliki topografi tanah yang bervariasi untuk tiap-tiap kecamatan,
secara keseluruhan memiliki keadaan tanah yang berombak sebesar 37,95 persen dan
dataran landai sebesar 40,16 persen dari luas wilayah. Sisanya dalam keadaan tanah
berbukit dan bergunung. Ketinggian dari permukaan laut pada tiap-tiap kecamatan
bervariasi. Secara keseluruhan sebesar 92,15 persen dari luas wilayah Kota Manado
terletak pada ketinggian 0 240 meter dari permukaan laut, ini disebabkan tekstur
alam Kota Manado yang berbatasan dengan pantai dan kontur tanah yang berombak
dan berbukit. Sebagai daerah yang terletak di garis katulistiwa, maka Kota Manado
hanya mengenal dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau.

2.1.2. Kependudukan
Perincian jumlah penduduk menurut jenis kelamin laki-laki dan perempuan, per
kecamatan sebagai berikut :
Tabel 2. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin di Kota Manado
No Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah
1. Bunaken 7.861 7.803 15.664
2. Bunaken Kepulauan 2.973 2.953 5.926
3. Tuminting 27.102 26.898 54.000
4. Singkil 24.314 24.128 48.442
5. Mapanget 27.680 27.471 55.151
6. Paal Dua 18.252 18.112 36.364
7. Tikala 18.034 17.895 35.929
8. Wenang 17.082 16.959 34.041
9 Wanea 29.638 29.418 59.056
10. Sario 12.079 11.997 24.076
11. Malalayang 28.597 28.387 56.984
Jumlah 213.612 212.021 425.633

6
Sumber: Data Pustadin 2015 dalam Profil Dinas Kesehatan Kota Manado 2015
Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk Kota Manado
berjumlah 425.633 jiwa yang terdiri dari 213.612 laki-laki dan 212.021 perempuan,
dimana Kecamatan Wanea yang terbanyak penduduknya dan yang paling sedikit
jumlah penduduknya yaitu Kecamatan Bunaken Kepulauan.
Untuk komposisi penduduk Kota Manado Tahun 2015 menurut golongan umur,
menunjukkan bahwa penduduk Kota Manado yang berusia muda (0 14 tahun)
sebesar 107.793 yang berusia produktif (15 64 tahun) sebesar 298.343, dan yang
berusia tua ( >65 tahun) sebesar 19.497.
Berdasarkan data Pusdatin, jumlah penduduk Kota Manado tahun 2015 tercatat
sebesar 425.633 jiwa terdiri dari 213.612 laki-laki dan 212.021 perempuan, dan
rumah tangga sebesar 109.672 dengan rata-rata per rumah tangga 3 5 jiwa,
sedangkan kepadatan penduduk sesuai dengan luas wilayah adalah 157,4 jiwa/km2.

2.1.3. Struktur Organisasi


Dinas Kesehatan Kota Manado dipimpin oleh seorang Kepala Dinas dengan susunan
struktur organisasi yang terdiri dari :
1. Kepala Dinas
2. Sekretariat Dinas, membawahkan :
a. Subbagian Program dan Informasi;
b. Subbagian Keuangan dan Aset;
c. Subbagian Umum dan Kepegawaian;
3. Bidang Kesehatan Masyarakat, membawahkan :
a. Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi;
b. Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat;
c. Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga;
4. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit membawahkan :
a. Seksi Surveilans dan Imunisasi
b. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular

7
c. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan
Jiwa
5. Bidang Pelayanan Kesehatan, membawahkan :
a. Seksi Pelayanan Kesehatan Primer dan Tradisional;
b. Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan;
c. Seksi Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Peningkatan Mutu;
6. Bidang Sumber Daya Kesehatan, membawahkan :
a. Seksi Kefarmasian;
b. Seksi Alat Kesehatan;
c. Seksi Sumber Daya Manusia dan Kesehatan;
7. Unit Pelaksana Teknis Dinas terdiri dari:
1. Puskesmas Minanga
2. Puskesmas Bahu
3. Puskesmas Sario
4. Puskesmas Ranotana Weru
5. Puskesmas Teling Atas
6. Puskesmas Wenang
7. Puskesmas Tikala Baru
8. Puskesmas Ranomut
9. Puskesmas Paniki Bawah
10. Puskesmas Kombos
11. Puskesmas Wawonasa
12. Puskesmas Tuminting
13. Puskesmas Bengkol
14. Puskesmas Bailang
15. Puskesmas Tongkaina
16. Puskesmas Bunaken
8. Kelompok Jabatan Fungsional

2.1.4. Visi dan Misi


Visi Dinas Kesehatan Kota Manado adalah Manado Sehat Menuju Kota
Ekowisata Sedangkan Misi Dinas Kesehatan Kota Manado yaitu :

1. Mewujudkan Pelayanan yang Berkualitas dan Menyenangkan serta


Terjangkau oleh Seluruh Masyarakat

8
2. Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Melalui Pemberdayaan
Masyarakat

Visi dan misi ini bersinergi dan berpedoman dengan Visi dan Misi Kota Manado yang
ada pada saat ini.
Pembangunan di bidang kesehatan pada hakekatnya adalah penyelenggaraan
upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup bagi
setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai
salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional, untuk itu perlu adanya
upaya kesehatan yang dilaksanakan secara menyeluruh, terencana, dan berke-
sinambungan ( sustainable ) serta terjangkau oleh masyarakat melalui fungsi dan
program pokok puskesmas.

2.1.5. Ruang Lingkup


1. Jenis Data / Informasi
Data yang dikumpulkan untuk penyusunan Profil Kesehatan Kota Manado
adalah:
a. Data umum meliputi data geografi, kependudukan, dan sosial ekonomi.
b. Data derajat kesehatan yang meliputi data kematian, data kesakitan, dan data
status gizi.
c. Data upaya kesehatan yang terdiri atas pelayanan kesehatan, perilaku hidup
sehat, dan keadaan lingkungan.
d. Data sumber daya kesehatan, antara lain tenaga kesehatan, sarana kesehatan,
dan pembiayaan kesehatan.
2. Sumber Data
Data untuk penyusunan Profil Kesehatan Kota Manado diperoleh dari :
a. Catatan kegiatan Puskesmas baik untuk kegiatan dalam gedung maupun luar
gedung.
b. Catatan kegiatan Rumah Sakit yang berada di wilayah Kota Manado.
c. Catatan kegiatan yang dilaksanakan langsung oleh Dinas Kesehatan Kota
Manado ; catatan kegiatan harian, dan laporan bulanan.
d. Dokumen Pusdatin 2015, kantor BKKBN Kota Manado, Bappeda Kota
Manado, Dinas Pendidikan dan institusi terkait lainnya.
3. Periode Data dan Jadwal Penyusunan

9
Periode data yang disajikan dalam Profil Kesehatan Kota Manado adalah periode
Januari sampai dengan Desember tahun 2015. Dengan demikian Profil Kesehatan
Kota Manado tahun 2015 berisi data / informasi tahun 2015.

2.1.6. Sumber Daya Kesehatan


2.1.6.1. Sarana dan Prasarana Kesehatan
Sarana pelayanan kesehatan di Kota Manado relative cukup banyak baik dari segi
jumlah maupun jenisnya. Jumlah sarana kesehatan yang menunjang program dari
Dinas Kesehatan Kota Manado adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Di Kota Manado Tahun 2015


No Sarana Jumlah
1 Rumah Sakit Umum 10
2 Rumah Sakit Khusus 2
3 Puskesmas Keliling 7
4 Puskesmas Pembantu 54
5 Balai Pengobatan/Klinik 30
6 Prakter Dokter Perorangan 1.511

7 Pedagang Besar Farmasi 12


8 Apotik 106
9 Toko Obat 35
10 Penyalur Alat Kesehatan 20
Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kota Manado Tahun 2015

2.1.6.2. Tenaga Kesehatan


Berdasarkan data yang didapatkan, ketenagakerjaan di Dinas Kesehatan Kota
Manado adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Jumlah Ketenagakerjaan di Dinas Kesehatan Kota Manado


No
Ketenagakerjaan Jumlah Tenaga
.
1. Dokter 6

10
2. Farmasi 2
3 Perawat 15
4 Bidan 2
5 Nutrisionis 2
6 Kesehatan Lingkungan 6
7 Kesehatan Masyarakat 14
8 Terapis Gigi & Mulut 3
9 Terapis Fisik 1
10 Non Kesehatan 26
Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kota Manado 2015
2.1.6.3. Pembiayaan Kesehatan
Pelaksanaan pembangunan kesehatan diwujudkan dengan adanya program-program
atau proyeksi sektor kesehatan dan program bantuan pembangunan kesehatan.
Anggaran Kesehatan Kota Manado tahun 2015 dengan anggaran perkapita
377,727.16 bersumber dari
2. APBD sebesar Rp. 139.634.120.000,- terdiri dari :
a. Belanja Tidak Langsung sebesar Rp. 48.501.282.000,-
b. Belanja Langsung sebesar Rp. 91.132.838.000,-
3. APBN sebesar Rp. 21.139.023.000,-
a. DAK Rp. 5.395.020.000,-
b. JKN Rp. 9.220.458.000,
c. BOK Rp. 1.813.545.000,-
d. Dana TP Rp. 4.710.000.000,-

2.2. Analisis Situasi Khusus


2.2.1. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Menurut peraturan Peraturan Walikota Manado nomor: 15 Tahun 2008 Tentang
Rincian Tugas Dan Fungsi Dinas Kesehatan Kota Manado, bidang P2P mempunyai
tugas dan fungsi sebagai berikut:
1. Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan lingkungan mempunyai tugas
membantu Kepala Dinas dalam mengoordinasikan penyelenggaraan tugas Bidang
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
2. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidang
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan menyelenggarakan fungsi:

11
a. penyusunan rencana kegiatan Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan;
b. pengkoordinasian penyusunan perencanaan teknis Bidang Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan;
c. penyelenggaraan urusan penyakit menular wabah dan surveilens;
d. penyelenggaraan urusan penanggulangan penyakit tidak menular dan
kesehatan matra;
e. pengkoordinasian penanggulangan bencana alam;
f. penyelenggaraan urusan pengawasan kualitas air;
g. penyelenggaraan urusan bina penyehatan lingkungan;
h. penyusunan laporan kegiatan bidang pengendalian penyakit dan penyehatan
lingkungan;
i. pelaksanaan tugas dan fungsi lain yang diberikan oleh atasan.

2.2.2. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular


Seksi pencegahan dan pengendalian penyakit menular mempunyai tugas
melaksanakan sebagian tugas bidang pencegahan dan pengendalian penyakit dalam
menyiapkan bahan mulai proses perencanaan, pengorganisasian tugas dan
pelaksanaannya, pengelolaan data dan pengembangan sistem serta pengevaluasian
dan pelaporan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Rincian tugas seksi pencegahan dan pengendalian penyakit menular :
a. Merencanakan kegiatan seksi pencegahan dan pengendalian penyakit menular
sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan;
b. Memberikan petunjuk kepada para bawahan di lingkungan seksi pencegahan dan
pengendalian penyakit menular agar dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
petunjuk dan ketentuan yang berlaku sehingga tercapai efektifitas pelaksanaan
tugas;
c. Membagi tugas atau kegiatan kepada para bawahan di lingkungan seksi
pencegahan dan pengendalian penyakit menular dengan memberikan arahan baik
secara lisan maupun tertulis sesuai dengan permasalahan dan bidang tugasnya
masing-masing;

12
d. Memeriksa, mengecek, mengoreksi, dan mengontrol hasil kerja para bawahan di
lingkungan seksi pencegahan dan pengendalian penyakit menular guna
penyempurnaan lebih lanjut;
e. Menilai prestasi kerja para bawahan di lingkungan seksi pencegahan dan
pengendalian penyakit menular berdasarkan hasil yang telah dicapai untuk
dipergunakan sebagai bahan dalam peningkatan karier;
f. Menghimpun dan mempelajari peraturan perundang-undangan, kebijakan teknis,
pedoman dan petunjuk teknis serta bahan-bahan lainnya yang berhubungan
dengan tugas seksi pencegahan dan pengendalian penyakit menular sebagai
pedoman landasan kerja;
g. Menyiapkan bahan-bahan dalam rangka menyusun kebijakan, pedoman dan
petunjuk teknis serta melaksanakan kebijakan teknis operasional di bidang tugas
seksi pencegahan dan pengendalian penyakit menular;
h. Menginventarisasi permasalahan-permasalahan yang berhubungan denga bidang
tugas seksi pencegahan dan pengendalian penyakit menular dan menyaipkan
bahan-bahan dalam rangka pencegahan masalah;
i. Memberikan bimbingan teknis dan supervisi di bidang pencegahan dan
pengendalian penyakit menular;
j. Memantau, mengevaluasi dan melaporkan kegaiatn di bidang pencegahan dan
pengendalian penyakit menular;
k. Merencanakan obat, vaksin program dan bahan medis habis pakai untuk program;
l. Melakukan penyusunan laporan pelaksanaan tugas dengan cara mencari,
mengumpulkan, menghimpun, mensistematiskan dan atau mengolah data dan
informasi yang berhubungan dengan bidang tugasnya;
m. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan.

13
2.2.3. Pneumonia pada Balita
Berdasarkan laporan tiap puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Manado,
jumlah kasus pneumonia pada balita adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Distribusi Kasus Pneumonia pada Balita di Kota Manado Tahun 2016
N Puskesmas Jml Jml. Perkiraan Jml. REALISASI PENEMUAN
o Pnddk Pendd Pnemoni Kunjunga PENDERITA
k Usia a Balita n Balita Pneumonia Pneumonia
Balita Batuk / Berat
(10% Kesukara < 1 th 1-<5 <1 1-<5 Th
peddk) n Th th
Bernapas L P L P L P L P
1 Minanga 29,966 2,997 300 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Bahu 27,703 2,770 277 4 2 2 1 0 0 0 0
3 Sario 24,358 2,436 244 2 2 2 3 0 0 0 0
4 Ranotana 29,941 2,994 299 0 0 1 0 0 0 0 0
weru
5 Teling atas 29,383 2,938 294 216 2 2 3 3 0 0 0 0
6 Wenang 34,448 3,445 344 0 0 0 0 0 0 0 0
7 Tikala baru 36,366 3,637 364 4 2 6 4 0 0 0 0
8 Ranomut 36,804 3,680 368 1,635 0 0 0 0 0 0 0 0
9 Paniki bawah 40,948 4,095 409 615 35 20 43 37 0 0 0 0
10 Bengkol 14,879 1,488 149 0 0 0 0 0 0 0 0
11 Wawonasa 20,546 2,055 205 1 0 0 2 0 0 0 0
12 Kombos 28,484 2,848 285 0 1 0 0 0 0 0 0
13 Tuminting 54,658 5,466 547 760 12 10 20 18 0 0 0 0
14 Bailang 12,994 1,299 130 0 0 0 0 0 0 0 0
15 Tongkaina 2,866 287 29 0 0 0 0 0 0 0 0
16 Bunaken kep 6,007 601 60 1 1 0 0 0 0 0 0
17 Rs/suber lain 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 430,35 43,035 4,304 3,226 61 40 77 68 0 0 0 0
1
Sumber: Laporan ISPA Bulanan Tahun 2016
Berdasarkan tabel 5, dilaporkan bahwa jumlah kunjungan balita batuk/kesukaran
bernapas terbanyak berada pada wilayah Puskesmas Ranomut dengan jumlah
kunjungan sebanyak 1.635 dan kasus Pneumonia terbanyak berada pada wilayah
Puskesmas Paniki Bawah dengan kategori umur < 1 thn laki-laki sebanyak 35 kasus,
< 1 tahun perempuan 20 kasus, 1 - < 5 thn laki-laki 43 kasus, dan 1 - < 5 thn
perempuan 37 kasus. Dalam tabel terlapor beberapa puskesmas yang datanya kosong,
ini terjadi karena pelaporan kasus pneumonia di beberapa puskesmas tidak masuk ke
laporan Dinas Kesehatan. Menurut laporan pneumonia Dinkes Kota Manado dari 16

14
puskesmas hanya 4 puskesmas yang memasukkan laporan lengkap yaitu Puskesmas
Bahu, Teling Atas, Ranomut dan Tuminting. Sepanjang tahun 2016 target yang
dicapai oleh Dinkes Kota Manado untuk laporan pengendalian ISPA yaitu 79.17% .
Hal ini patut menjadi perhatian dan perlu dilakukan evaluasi untuk mengetahui
penyebab tidak adanya data. Sehingga mungkin perlu dilakukan pelatihan terhadap
petugas kabupaten/kota/Puskesmas/RS agar pneumonia balita ditemukan, ditangani
dan dilaporkan. Dari hasil pemetaan insidens pneumonia membuktikan bahwa
pneumonia tersebar di beberapa kecematan di Kota Manado hanya angka insidennya
yang berbeda beda tergantung pada status gizi, sosial ekonomi, sosial budaya,
lingkungan, bagaimana perilaku masyarakat dalam pencarian pengobatan dan
bagaimana kesiapan dan kesiagaan petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan.

15
BAB III
HASIL KEGIATAN

3.1. Uraian Kegiatan


Pelaksanaan kegiatan magang yang telah ditetapkan oleh panitia magang Fakultas
Kesehatan Masyarakat, mulai dilaksanakan pada tanggal 23 Januari 2017 dan
berakhir pada tanggal 10 Februari 2017. Kegiatan magang dilaksanakan di Dinas
Kesehatan Kota Manado. Dalam melaksanakan kegiatan magang, mahasiswa magang
ditempatkan di Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) dan mengikuti
waktu dan hari kerja efektif yang telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kota
Manado, yaitu hari Senin Jumat dengan jam kerja mulai dari pukul 07.30 16.00
WITA.
Kegiatan kegiatan magang yang dilaksanakan di Dinas Kesehatan Kota
Manado adalah sebagai berikut :
a. Minggu I (23 - 27 Januari 2016 )
1. Apel pagi bersama staf Dinas Kesehatan Kota Manado
2. Orientasi lingkungan kerja sekaligus menerima bimbingan dari kepala Seksi
Sumber Daya Manusia Kesehatan
3. Menerima bimbingan dari setiap kepala bidang dan kepala seksi Dinas
Kesehatan Kota Manado
b. Minggu II ( 30 Januari 04 Februari 2017 )
1. Apel pagi bersama staf Dinas Kesehatan Kota Manado
2. Analisis situasi khusus. Dalam analisis situasi khusus hal hal yang dilakukan
adalah pengumpulan data data atau informasi tentang Bidang Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit (P2P)
3. Observasi (pengumpulan data dan referensi laporan magang )
4. Dokumentasi
c. Minggu III ( 6 10 Februari 2017 )
1. Apel pagi bersama staf Dinas Kesehatan Kota Manado
2. Partisipasi (Turun lapangan bersama staf Bidang P2P Dinkes Kota Manado)
3. Menerima bimbingan dari dosen pembimbing lapangan
4. Membuat laporan magang

16
5. Dokumentasi

3.2. Identifikasi Masalah dan Metode yang Digunakan


Berdasarkan identifikasi masalah dan hasil kerja magang yang sudah dilaksanakan
selama 3 minggu di Dinas Kesehatan Kota Manado dan data dari laporan bidang
pencegahan dan pengendalian penyakit terdapat 10 penyakit menonjol pada tahun
2016 dan menunjukkan bahwa penyakit Pneumonia merupakan salah satu penyakit
menonjol dengan jumlah 131 kasus dengan jumlah kasus pada laki-laki 69 kasus dan
perempuan 62 kasus, sehingga penulis mengambil judul tentang Gambaran
Pneumonia pada Balita di Kota Manado Tahun 2016. Menurut hasil Riskesdas 2007,
Pneumonia adalah penyebab kematian kedua pada balita setelah diare.

Gambar 2. Distribusi 10 Penyakit Menonjol Berbasis Puskesmas Tahun 2016

10 PENYAKIT MENONJOL BERDASARKAN SURVEILANS TERPADU PENYAKIT BERBASIS PUSKESMAS (KASUS BARU) TAHUN 2016

1 INFLUENSA 2 HIPERTENSI 3 DIARE 10749


4 DIABETES MELITUS

5 TERSANGA TBC PARU 6 TBC PARU BTA (+) 7 PNEUMONIA 8 DEMAM BERDARAH DENGUE
5543
5206
4392

3030
9 TIFUS 2421
1971 PERUT KLINIS 10 CAMPAK
1646 1410
1384
1082
778
381367451 520338327
69 52 49 39 62 46 41 34 13198 90 73

L P JUMLAH

17
Sumber : Laporan Bulanan Dinas Kesehatan Kota Manado

Metode yang digunakan adalah studi deskriptif untuk mendapatkan gambaran


tentang kasus pneumonia pada balita di Kota Manado. Studi deskriptif digunakan
untuk membuat penilaian terhadap suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu program
di masa sekarang, kemudian hasilnya digunakan untuk menyusun perencanaan
perbaikan program (Metodologi Penelitian Kesehatan, 2012) .

Gambar 3. Prevalensi Pneumonia Bayi, Balita Dan Umur Lebih 5 Tahun di Kota
Manado Tahun 2016

6; 2%

101; 39%

149; 58%

Bayi Balita 5 Tahun

18
Sumber: Laporan Bulanan ISPA Tahun 2016
Berdasarkan gambar diatas, menunjukkan bahwa kasus Pneumonia tertinggi di
Kota Manado tahun 2016 berada pada umur balita yaitu 149.58 % dan terendah
berada pada umur 5 tahun yaitu 6.2 %.

Gambar 4. Prevalensi Pneumonia Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur

19
160

140

120

100

80

60

40

20

0
< 1 th 1-<5 Th 5 Th

Sumber: Laporan Bulanan ISPA Tahun 2016


Berdasarkan gambar diatas, menunujukkan bahwa kasus pneumonia tertinggi
terjadi pada laki-laki dengan kategori umur 1 - < 5 thn yaitu 82 kasus, < 1 thn yaitu
61 kasus, 5 thn yaitu 15 kasus. Kemudian perempuan dengan kategori umur 1 - < 5
thn yaitu 67 kasus, < 1 thn yaitu 40 kasus, 5 thn yaitu 6 kasus.

3.3. Alternatif Pemecahan Masalah


Alternatif pemecahan masalah mengenai Gambaran kasus Pneumonia Balita di Kota
Manado, ditentukan dengan menggunakan metode analisis SWOT (Stregth,Weakness,
Opportunity, Threat). Analisis SWOT dapat diartikan sebagai salah satu kajian yang
dilakukan terhadap suatu organisasi sedemikian rupa sehingga diperoleh keterangan
yang akurat tentang berbagai faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang
dimiliki oleh organisasi. Proses ini melibatkan identifikasi faktor internal dan
eksternal yang mendukung dan tidak mendukung dalam pencapaian tujuan.
a. Stregth atau kekuatan adalah kemampuan yang dimiliki suatu program yang
merupakan suatu keunggulan komparatif sebagai faktor pendukung
berkembangnya suatu program. Faktor ini sangat menguntungkan bagi suatu
program dan sangat mendukung dalam pengembangan keputusan.
b. Weakness atau kelemahan adalah keterbatasan kemampuan suatu program untuk
berkompetisi atau berkembang. Faktor-faktor ini harus diatasi oleh program untuk

20
dapat bergerak menuju suatu kondisi yang baik dan berkembang. Apabila program
tidak dapat mengatasi kelemahan yang dimiliki, maka kelangsungan program
dapat terancam.
c. Opportunities atau peluang adalah kondisi yang menguntungkan bagi suatu
program untuk berkembang.
d. Threat atau ancaman adalah kondisi yang tidak menguntungkan dan merupakan
ancaman bagi kelangsungan program.
Dari strategi di atas dapat menghasilkan empat alternatif strategi yaitu SO (Stregth
Opportunities), WT (Weakness Threats), WO (Weakness Opportunities) dan ST
(Stregth Threats).
a. Strategi SO yaitu strategi yang digunakan untuk memaksimumkan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang yang ada.
b. Strategi WT yaitu strategi yang digunakan untuk meminimumkan kelemahan
dengan tujuan untuk menghindari ancaman. Sedangkan
c. Strategi WO yaitu strategi yang digunakan dengan seoptimal mungkin
meminimalisir kelemahan yang ada untuk memanfaatkan peluang dan strategi.
d. Strategi ST yaitu strategi yang digunakan untuk memanfaatkan atau
mengoptimalkan kekuatan untuk mengurangi ancaman yang ada.

3.3.1 Alternatif Pemecahan Masalah Pneumonia pada Balita


1. Strength atau kekuatan
a. Memiliki Tenaga kesehatan yang memadai.
b. Memiliki tujuan, strategi dan organisasi yang lengkap dan jelas.
c. Adanya Sarana dan Prasarana yang menunjang untuk melakukan program.
d. Adanya dukungan dari pemerintah dan instansi terkait guna keberhasilan
program.

2. Weakness atau kelemahan


a. Masih minimnya perhatian terhadap pencegahan dan pengendalian
Pneumonia.
b. Laporan dari puskesmas masih banyak yang tidak lengkap.
3. Peluang (Opportunities)
a. Pengobatan dengan
menggunakan antibiotik: kotrimoksazol, amoksisilin selama 3 hari dan obat

21
simptomatis yang diperlukan seperti parasetamol, salbutamol (dosis dapat
dilihat pada bagan terlampir).
b. Tindak lanjut bagi
penderita yang kunjungan ulang yaitu penderita 2 hari setelah mendapat
antibiotik di fasilitas pelayanan kesehatan.
c. Rujukan bagi penderita
pneumonia berat atau penyakit sangat berat.
4. Ancaman (Threat)
a. Pengetahuan orangtua tentang pneumonia masih rendah.
b. Kondisi tempat tinggal masyarakat yang kotor dan rentan terhadap penyakit
penumonia.
c. Cuaca yang sering berubah-ubah seringkali membuat daya tahan tubuh balita
menurun.
Dengan melihat beberapa faktor yang ada diatas, maka didapatkan beberapa
alternatif strategi untuk penyelesaian masalah yaitu:
1. Strategi SO
Memanfaatkan sarana dan prasarana serta tenaga kesehatan yang ada sebaik
mungkin untuk pencegahan dan pengendalian pneumonia.
2. Strategi WT
Memaksimalkan upaya promosi kesehatan dari petugas kesehatan melalui
penyuluhan kesehatan masyarakat khususnya pneumonia
3. Strategi WO
Memaksimalkan kinerja petugas kesehatan dengan mengikuti pelatihan-pelatihan
kesehatan khususnya pneumonia. Balita yang memiliki ciri-ciri pneumonia, segera
dibawa ke puskesmas terdekat untuk mendapat penanganan yang tepat.
4. Strategi ST
Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang rumah sehat serta meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan sehat melalui kegiatan
promosi kesehatan dengan penyuluhan.

3.4. Kontribusi Bagi Instansi dan Peserta Magang sesuai dengan Tujuan dan
Manfaat Magang
3.4.1. Kontribusi Bagi Instansi

22
Kontribusi bagi instansi dalam pelaksanaan kegiatan magang yaitu
membantu penyelesaian tugas tugas yang ada di tempat magang atau
unit kerja masing masing dan teridentifikasinya masalah masalah ada
di instansi tersebut dan dapat dijadikan sebagai masukan dalam evaluasi
kegiatan atau program program yang ada di tempat magang .
3.4.2. Kontribusi Bagi Mahasiswa
Kontribusi bagi mahasiswa dalam pelaksanaan kegiatan magang adalah:
1. Dapat mengaplikasikan teori yang telah didapatkan pada tempat
magang.
2. Mendapatkan pengalaman kerja dan keterampilan yang berhubungan
dengan bidang minat.
3. Mampu menganalisis, mengidentifikasi dan mencari alternatif
pemecahan masalah terhadap masalah yang ditemukan di tempat
magang.
4. Memperoleh gambaran peluang kerja bagi Sarjana Kesehatan
Masyarakat.
5. Mampu belajar bekerja sebagai tim baik lintas program maupun lintas
sektor. (Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi,
2017).

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Definisi Pneumonia


Untuk menghindari kerancuan istilah ISPA dan Pneumonia maka cermatilah definisi
berikut. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian/lebih dari saluran napas mulai hidung sampai alveoli
termasuk adneksanya (sinus, rongga teling tengah, pleura). Pneumonia adalah infeksi
akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). (Depkes RI, 2007).

23
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli).
Pneumonia Balita ditandai dengan adanya gejala batuk dan atau kesukaran bernapas
seperti napas cepat, tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK), atau
gambaran radiologi foto thorax/dada menunjukkan infiltrat paru akut. Demam bukan
merupakan gejala yang spesifik pada Balita. Dalam penatalaksanaan pengendalian
ISPA semua bentuk pneumonia seperti bronkopneumonia, bronkiolitis disebut
pneumonia saja (Kemenkes RI, 2012).
Pneumonia adalah infeksi pada satu atau kedua paru-paru. Banyak kuman seperti
bakteri, virus, dan jamur, dapat menyebabkan pneumonia. Pneumonia adalah bukan
penyakit tunggal. Hal ini dapat memiliki lebih dari 30 penyebab yang berbeda.
Memahami penyebab pneumonia penting karena pengobatan pneumonia tergantung
pada penyebabnya. Sekitar sepertiga dari kasus-kasus pneumonia di Amerika Serikat
setiap tahun disebabkan oleh virus. Virus ini merupakan penyebab paling umum
pneumonia pada anak-anak dan dewasa muda. Virus flu merupakan penyebab umum
pneumonia virus pada orang dewasa. Virus lain yang menyebabkan pneumonia
termasuk virus pernapasan syncytial (RSV) virus, rhinovirus, virus herpes simpleks,
sindrom pernafasan akut parah (SARS), dan banyak lagi. Sebagian besar waktu, filter
kuman hidung dan saluran udara dari udara yang di hirup. Hal ini membuat paru-paru
dari terinfeksi. Tapi kuman kadang-kadang menemukan cara untuk memasuki paru-
paru dan menyebabkan infeksi.

Hal ini lebih mungkin terjadi bila:


Sistem kekebalan tubuh lemah.
Sebuah kuman sangat kuat atau hadir dalam jumlah besar.
Tubuh Anda gagal untuk menyaring kuman dari udara yang Anda hirup.

Ketika kuman penyebab pneumonia mencapai paru-paru, kantung udara paru-paru


'(alveoli) menjadi meradang dan mengisi dengan cairan. Hal ini menyebabkan gejala
pneumonia, seperti batuk, demam, menggigil, dan kesulitan bernapas. Bila memiliki
pneumonia, oksigen mungkin memiliki kesulitan mencapai darah. Jika ada terlalu
sedikit oksigen dalam darah, sel-sel tubuh tidak dapat bekerja dengan baik. Karena ini

24
dan risiko infeksi menyebar melalui tubuh, pneumonia dapat menyebabkan kematian.
Pneumonia mempengaruhi paru-paru dalam dua cara. Ini mungkin hanya salah satu
bagian, atau lobus, dari paru-paru, yang disebut lobar pneumonia. Atau, mungkin luas
dengan patch seluruh kedua paru-paru, yang disebut pneumonia bronkial (atau
bronchopneumonia) (Lung, 2016).

4.2. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala penyakit infeksi saluran pernapasan dapat berupa: batuk, kesukaran
bernapas, sakit tenggorok, pilek, sakit telinga, dan demam. Anak dengan batuk atau
sukar bernapas mungkin menderita pneumonia atau infeksi saluran pernapasan yang
berat lainnya. Akan tetapi sebagian besar anak batuk yang datang ke
Puskesmas/fasilitas kesehatan lainnya menderita infeksi saluran pernapasan yang
ringan. Petugas kesehatan perlu mengenal anak-anak yang sakit dengan gejala batuk
atau sukar bernapas yang membutuhkan pengobatan dengan antibiotik, yaitu
pneumonia (infeksi paru) yang ditandai dengan napas cepat dan mungkin juga tarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam.
Paru-paru terdiri dari ribuan bronchi yang masing-masing terbagi lagi menjadi
bronkhioli, yang tiap-tiap ujungnya berakhir pada alveoli. Di dalam alveoli terdapat
kapiler-kapiler pembuluh darah dimana terjadi pertukaran oksigen dan
karbondioksida. Ketika seseorang menderita pneumonia, nanah (pus) dan cairan
mengisis alveoli tersebut dan menyebabkan kasulitan penyerapan oksigen sehingga
terjadi kesukaran bernapas. Anak yang menderita pneumonia, kemampuan paru-paru
untuk mengembang berkurang sehingga tubuh bereaksi dengan bernapas cepat agar
tidak terjadi hipoksida (kekurangan oksigen). Apabila pneumonia bertamabah parah,
paru akan bertambah kaku dan timbul tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam.
Anak dengan pneumonia dapat meninggal karena hipoksia atau sepsis (infeksi
menyeluruh) (Depkes RI, 2007).

4.3. Epidemiologi
Pneumonia, salah satu bentuk tersering dari Infeksi Saluran Napas Bawah Akut
(ISNBA), adalah suatu peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari

25
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.
Pneumonia dapat diklasifikasikan berdasarkan klinis dan epidemiologis, yaitu:

Tabel 6. Klasifikasi Pneumonia


Klasifikasi Keterangan
Pneumonia Komunitas (PK) Sporadis, muda atau tua, didapat
sebelum adanya perawatan dari
rumah sakit
Pneumonia Nosokomial (PN) Didapat dengan didahului perawatan
di rumah sakit
Pneumonia pada gangguan imun Pada pasien keganasan, HIV/AIDS
Pneumonia aspirasi Sering pada pasien alkoholik dan
lanjut usia

Pneumonia komunitas merupakan salah satu subtipe dari pneumonia dengan bentuk
epidemiologis yaitu sebagai infeksi pada parenkim paru paru yang didapatkan di
luar rumah sakit atau fasilitas kesehatan penyedia rawat inap.

Pneumonia komunitas merupakan kondisi medis yang akut dan tersebar di


seluruh belahan dunia. Penyakit ini menjadi salah satu penyebab utama tingginya
angka rawat inap di rumah sakit dan mortalitas di negara berkembang. Faktor - faktor
resiko terjadinya pneumonia komunitas, yaitu sebagai berikut :
1) Usia lanjut lebih dari 65 tahun
2) Merokok
3) Riwayat penyakit saluran pernapasan
4) Memiliki penyakit komorbiditas, seperti diabetes mellitus, penyakit jantung,
penyakit ginjal, dan lain sebagainya
5) Gangguan neurologis, yang dapat menyebabkan kesulitan menelan atau
kesadaran yang menurun
6) Imunitas yang memburuk
7) Alkoholisme
8) Penggunaan antibiotik dan obat suntik intravena

26
9) Riwayat pembedahan atau trauma
Berbagai penelitian epidemiologis sudah banyak dilakukan di tiap negara dan
daerah, dan tidak banyak terdapat perbedaan antara penelitian satu dengan penelitian
lainnya. Pada salah satu penelitian, insidensi meningkat pada kelompok usia yang
lebih tua dengan pria lebih banyak daripada wanita. Hal ini sejalan dengan penelitian
lain oleh Tsai-Ling,dkk yang menyatakan bahwa usia rerata subyek penelitian adalah
sebesar 56,1 22,8 dengan jumlah pria lebih banyak dibandingkan wanita (NM.
Arjanardi, 2014).

4.4. Manajemen Kasus


Proses manajemen kasus disajikan dalam satu bagian yang memperlihatkan urutan
langkah-langkah cara pelaksanaannya. Lima langkah penggunaan bagan tatalaksana
anak batuk atau kesukaran bernapas adalah sebagai berikut:
4.4.1. Menilai anak batuk dan kesukaran bernapas
Menilai berarti memperoleh informasi tentang penyakit anak dengan anamnesis
(mengajukan pertanyaan kepada ibu) dan pemeriksaan fisik balita dengan cara
melihat dan mendengarkan pernapasan. Cara pemeriksaan fisik yang digunakan
adalah dengan mencari beberapa tanda klinik tertentu yang mudah dimengerti dan
diajarkan tanpa penggunaan alat-alat kedokteran seperti stetoskop, pemeriksaan
penunjang baik laboratorium, radiologi ataupun pemeriksaan lainnya. Tanda klinik
tersebut adalah: napas cepat, tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK)
dan suara napas tambahan (wheezing dan stridor).
4.4.2. Membuat klasifikasi dan menentukan tindakan sesuai untuk 2 kelompok umur
balita
Membuat klasifikasi berarti membuat keputusan mengenai kemungkinan tingkat
keparahannya. Klasifikasi merupakan suatu kategori untuk menentukan tindakan
yang akan diambil oleh tenaga kesehatan dan bukan sebagai diagnosis spesifik
penyakit. Klasifikasi ini memungkinkan seseorang dengan cepat menetukan apakah
kasus yang dihadapi adalah suatu penyakit serius ataubukan, apakah perlu dirujuk
segera atau tidak. Dalam membuat klasifikasi harus dibedakan menjadi dua:

27
- Kelompok umur < 2 bulan
- Kelompok umur 2 bulan - < 5 tahun
Menentukan tindakan berarti mengambil tindakan pengobatan terhadap infeksi
bakteri yang secara garis besar dibedakan menjadi tiga yaitu:
- Rujuk segera ke rumah sakit
- Beri antibiotic di rumah
- Beri perawatan di rumah
Pemilihan pengobatan dengan antibiotik disini lebih bersifat empiris, bukan
berdasarkan diagnosis etiologis.
4.4.3. Menetukan Pengobatan dan Rujukan
Menetukan petunjuk pengobatan yang tepat berarti memilikiketrampilan untuk
pemberian antibiotik, menjelaskan petunjuk perawatan di rumah bagi ibu/pengasuh,
pengobatan demam dan wheezing.
4.4.4. Memberi Konseling bagi Ibu
Memberi konseling bagi ibu bararti jugatermasuk menilai cara pemberian makan
balita termasuk pemberian ASI, memberi anjuran pemberian makan yang baik serat
kapan harus membawa anaknya kembali ke fasilitas kesehatan.
4.4.5. Memberi Pelayanan Tindak Lanjut
Memberi pelayanan tindak lanjur berarti menentukan tindakan dan pengobatan pada
saat anak datang kunjungan ulang.
4.4.6. Penerapan di Puskesmas
Menjelaskan tentang persiapan yang harus dilakukan, proses pelaksanaan dan
pencatatan-pelaporan di puskesmas (Depkes RI, 2007).

4.5. Klasifikasi dan Tindakan


4.5.1. Pneumonia Berat pada Anak Berumur 2 Bulan - < 5 Tahun
Hanya apabila tidak ada tanda bahaya maka kita saudara dapat meneruskan langkah
berikutnya untuk menentukan klasifikasi pneumonia berat.
2. Klasifikasi
Seseorang anak berumur 2 bulan - < 5 tahun diklasifikasikan menderita
pneumonia berat apabila dari pemeriksaan ditemukan : Tarikan dinding dada
bagain bawah ke dalam (TDDK)

28
3. Tindakan
Anak yang diklasifikasikan menderita pneumonia berat harus dirujuk segera
ke rumah sakit.
- Berikan satu kali dosis antibiotik (bila mungkin)
- Sebelum anak meninggalkan puskesmas, petugas kesehatan dianjurkan
memberi pengobatan pra rujukan, (missal atasi demam, wheezing, kejang
dan sebagainya), tulislah surat rujukan ke rumah sakit dan anjurkan pada
ibu agar anaknya dibawa ke rumah sakit sesegera mungkin.
4.5.2. Pneumonia pada Anak Berumur 2 Bulan - < 5 Tahun
Sebagian besar anak yang menderita pneumonia tidak akan menderita pneumonia
berat kalau sepat diberi pengobatan yang tepat.
1. Klasifikasi
Seseorang anak berumur 2 bulan - < 5 tahun diklasifikasikan menderita
pneumonia apabila dari pemeriksaa:
- Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
- Adanya napas cepat:
- 50 kali/menit atau lebih pada anak umur 2 - < 12 bulan
- 40 kali/menit atau lebih pada umur 12 bulan - < 5 tahun
2. Tindakan
Penderita pneumonia cukup diberikan pengobatan antibiotik di rumah.
- Nasihati ibu untuk memberikan oabat sesuai anjuran petugas kesehatan
dan membawa kembali jika keadaan anak bertambah buruk serta jelaskan
cara pemberian antibiotik.
- Anjurkan untuk kembali control dalam 2 hari (48 jam) atau lebih cepat
bila keadaan anak:
- Pernapsan menjadi cepat atau sesak
- Tidak dapat minum
- Sakitnya bertambah parah
4.5.3. Pneumonia Berat pada Bayi Berumur < 2 Bulan
1. Klasifikasi
Seseorang bayi berumur < 2 bulan diklasifikasikan menderita pneumonia
berat bila dari pemeriksaan ditemukan:
- Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang kuat (TDDK kuat)
- Adanya napas cepat: 60 kali/menit atau lebih
2. Tindakan
Bayi yang mempunyai TDDK kuat serta napas cepat harus dirujuk segera ke
rumah sakit.

29
- Sebelum bayi meninggalkan puskesmas, petugas kesehatan dianjurkan
memberi pengobatan pra rujukan, (missal atasi demam, wheezing, kejang
dan sebagainya), tulislah surat rujukan ke rumah sakit dan dianjurkan pada
ibu agar anaknya ke rumah sakit sesegera mungkin.
- Berikan satu kali dosis antibiotic sebelum anak dirujuk (bila
memungkinkan).
- Anjurkan ibunya untuk tetap memberika ASI.
- Penting untuk menjaga agar bayi hangat. Cara terbaik mempertahankan
kehanfatan adalah dengan menyelimuti bayi dan tetap menempelkan ke
tubuh ibunya. Hipotermi dapat berakibat fatal/mematikan untuk bayi
muda.
- Kalau tidak dapat dirujuk, lanjut ke pengobatan selanjutnya.

4.6. Pengobatan dan Rujukan


4.6.1. Pengobatan
1. Pemberian Antibiotik Oral
Beri antibiotic oral pilihan pertama (kotrimoksazol) bila tersedia. Ini dipilih
karena sangat efektif, cara pemberiannya mudah dan murah. Antibiotic pilihan
kedua (amaksisilin) diberika hanya apabila obat pilihan pertama tidak tersedia
atau apabila dengan pemberian obat pilihan pertmam tidak membri hasil yang
baik.
2. Pengobatan Demam
Demam sangat umumterjadi pada infeksi saluran pernapasan akut.
Penatalaksanaan demam tergantung dari apakah demam itu tinggi atau rendah.
3. Pengobatan Wheezing
Pada bayi berumur < 2 bulan: wheezing merupakan tanda bahaya dan harus
dirujuk segera. Pada kelompok umur 2 bulan - < 5 tahun: penatalaksanaan
wheezing dengan bronkhodilator tergantung dari apakah wheezing itu
merupakan episode pertama atau berulang.
4.6.2. Rujukan
1. Pengobatan pra rujukan (antibiotik dosis pertama)
2. Merujuk anak
- Menjelaskan perlunya rujukan
- Menuliskan surat rujukan
3. Jika rujukan tidak memungkinkan
- Pemberian antibiotik untuk rawat inap
- Pemberian oksigen (Depkes RI, 2007).

30
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1. Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan
paru-paru. Pneumonia atau dikenal juga dengan istilah paru-paru basah adalah
infeksi yang memicu inflamasi pada kantong-kantong udara di salah satu atau
kedua paru-paru.
2. Pneumonia merupakan penyebab dari 15% kematian
balita, yaitu diperkirakan sebanyak 922.000 balita di tahun 2015. Pneumonia
menyerang semua umur di semua wilayah, namun terbanyak terjadi di Asia
Selatan dan Afrika sub-Sahara.
3. Adapun alternatif pemecahan masalah yang perlu
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Manado melalui metode analisis SWOT
adalah sebagai berikut:
a. Memanfaatkan sarana dan prasarana serta
tenaga kesehatan yang ada sebaik mungkin untuk pencegahan dan
pengendalian pneumonia.
b. Memaksimalkan upaya promosi kesehatan dari
petugas kesehatan melalui penyuluhan kesehatan masyarakat khususnya
pneumonia.
c. Memaksimalkan kinerja petugas kesehatan
dengan mengikuti pelatihan-pelatihan kesehatan khususnya pneumonia. Balita
yang memiliki ciri-ciri pneumonia, segera dibawa ke puskesmas terdekat
untuk mendapat penanganan yang tepat.
d. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
rumah sehat serta meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang perilaku

31
hidup bersih dan sehat melalui kegiatan promosi kesehatan dengan
penyuluhan.

5.2. Saran

Melalui laporan pelaksanaan magang ini, saran penulis bagi Dinas Kesehatan Kota
Manado serta kepada instansi terkait dalam menanggulangi penyakit Pneumonia pada
balita, yaitu dengan:

1. Meningkatkan pelayanan kesehatan di Wilayah Kerja Dinkes Kota Manado,


khususnya di puskesmas yang memiliki jumlah kasus Pneumonia tinggi,
2. Memanfaatkan sumber daya kesehatan di Dinas Kesehatan Kota Manado untuk
ikut serta melaksanakan upaya promotif dan preventif seperti penyuluhan
kesehatan masyarakat khususnya penyakit Pneumonia.

32
DAFTAR PUSTAKA

Depkes, RI. 2007. Pedoman Tatalaksana Pneumonia Balita. Jakarta: Depkes RI.

Depkes, RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2015. (Online)


(www.depkes.go.id/.../profil-kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-Indonesia-
2015.pdf, diunduh pada 12 Februari 2017

Dinkes Manado. 2015. Profil Kesehatan Kota Manado. Manado: Dinkes Kota
Manado

Dinkes Manado. 2016. Laporan ISPA Bulanan. Manado: Dinkes Kota Manado

Kemenkes RI. 2010. Buletin Jendela Epidemiologi Pneumonia Balita. (Online).


(www.depkes.go.id/download.php?file=download/.../buletin/buletin-
pneumonia.pdf, diunduh pada tanggal 12 Februari 2017)

Kemeskes RI. 2012. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut.


(Online).
(pppl.depkes.go.id/_asset/_download/FINALDESIGNPEDOMANPENGEND
ALIANISPA.pdf, diunduh pada tanggal 12 Februari 2017)

33
Kemenkes RI. 2013. Laporan Riset Kesehatan Dasar 2013. (Online),
(www.depkes.go.id/resources/download/general/HasilRiskesdas2013.pdf
diunduh pada 12 Februari 2017)

NM. Arjanardi. 2014. Tinjauan Pustaka Pneumonia. (Online)


(eprints.undip.ac.id/44856/3/Nur_Muhamad_A_22010110120067_Bab2KTI.pd
f, diunduh pada tanggal 23 Februari 2017)

Notoatmodjo S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Paduan Magang Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. 2017.


Manado: FKM Unsrat.

www.lung.org. Learn About Pneumonia | American Lung Association.


(Online). (www.lung.org/lung-health-and-
diseases/lung.../pneumonia/, diakses pada tanggal 23 Februari
2017)

34
LAMPIRAN

35
36
Lampiarn 2. Lembar Identitas Peserta Magang

37
Lampiran 3. Catatan Kegiatan Harian Peserta Magang

38
39
Lampiarn 4. Daftar Hadir Peserta Magang di Tempat Magang

40
Lampiran 5. Lembar Pembimbingan dari Pembimbing Materi

41
Lampiran 6. Lembar Pembimbingan dari Pembimbing Lapangan

42
Lampiran 7. Dokumentasi Kegiatan Magang

43
Ket: Foto bersama dosen pembimbing lapangan dr. Joy M. A. Zeekeon, M.Kes

Ket: Arahan dari Seksi Pengendalian Penyakit Menular

44
Ket: Kegiatan Posbindu di Tikala Ares

Ket: Kegiatan Pemeriksaan Kusta di Puskesmas Paniki Bawah

45
Ket: Kerja bakti bersama staf Dinas Kesehatan Kota Manado

Ket: Rekap data PTM di Wilayah Puskesmas Kota Manado

46

Anda mungkin juga menyukai