KELOMPOK 2
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
pada kurun waktu tersebut yakni banjir 620 kejadian, puting beliung 425, tanah
longsor 330, kebakaran hutan dan lahan 139, gelombang pasang atau abrasi 21,
gempa bumi 10, erupsi gunung api 3 dan kekeringan 1 (Bnbp, 2020).
Dampak buruk akibat bencana antara lain: penyakit menular, kurangnya air
bersih, kesulitan makanan dan gangguan gizi serta gangguan kesehatan mental.
Penyakit yang timbul sangat tergantung dengan jenis bencananya. Berdasar rapid
assessment Departemen Kesehatan salah satu penyakit yang umum di derita
adalah malaria ( Notoatmodjo,2007).
2
Rapid Assessment Evaluasi cepat yang biasanya dilaksanakan pada daerah
bencana atau daerah yang mengalami situasi darurat (Pusat Studi Kebijakan
Kesehatan dan Sosial, 2007).
Survei Cepat adalah salah satu metode survei yang dimaksudkan untuk
memperoleh informasi tentang suatu masalah dalam jangka waktu yang relatif
pendek, dengan biaya yang murah dan hasil yang optimal. Survei cepat ini
dilakukan dengan menentukan kebijakan terhadap suatu program yang segera
ingin dilaksanakan. Dari namanya sebagai suatu survey yang cepat maka
kecepatan waktu yang dimaksud ini adalah hanya selama 3-4 minggu, mulai dari
tahap persiapannya sampai keluarnya laporan hasil survey.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Menguraikan Tehnik Mengidentifikasi Masalah Dengan Rapid
Assessment/Survey Cepat?
C. Tujuan
Mahasiswa Mampu Memahami Tehnik Mengidentifikasi Masalah Dengan
Rapid Assessment/Survey Cepat
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Keadaan yang menunjang untuk terlaksananya suatu survei yang cepat ini
adalah :
1. Kuesioner yang singkat (15-20 pertanyaan saja)
2. Respondennya kecil; sekitar 30 klaster
3. Tujuannya tertentu dan terbatas.
4. Terbatasnya jumlah petugas yang diperlukan (limited personal), dengan
kejelasan tugas masing-masing
5. Biaya yang tidak perlu besar (limited cost)
6. Analisisnya tidak mendalam, tidak perlu waktu lama
Metode yang dipergunakan survei cepat dalam penarikan sampelnya memakai
rancangan sampel klaster dua tahap dengan pemilihan klaster pada tahap pertama
secara probability proportionate to size. Kemudian pemilihan sampel tahap
kedua, dengan pemilihan sampel rumah tangga yang dilakukan secara random
sampling atau dengan menerapkan sistim rumah terdekat. Dengan tehnik
penarikan sampel ini yang telah diuji coba di lapangan pada berbagai negara
sedang berkembang maka dapat dikatakan bahwa metode ini layak diterapkan
sebagai cara pengumpulan informasi yang berasal dari masyarakat (population
base information) pada tingkat kabupaten (Nugraha & Adawiyah, 2019).
5
6. Untuk itu perlu dijelaskan mengenai cara pengumpulan data, alat yang
dipergunakan, petugas yang melakukannya.
7. Kontrol kualitis banyak diarahkan kepada ketepatan cara pengumpulan data
ini.
8. Uji coba (pre-test) merupakan salah satu persyaratan yang diajukan yang
ditujukan untuk mengantisipasi dan mengatasi masalah yang dapat timbul
dilapangan dalam pelaksanaan proposal yang diajukan.
9. Pengorganisasian dan pelaksanaan survey (Nugraha & Adawiyah, 2019).
Tahapan pelaksanaan survei cepat tidak berbeda dengan survei pada
umumnya. Bagi para pengelola program kesehatan (tenaga promosi kesehatan),
perlu memperhatikan beberapa tahapan dalam pelaksanaan survei cepat, sebagai
berikut :
1. Menentukan masalah kesehatan yang menjadi prioritas di kabupaten/kota, dan
menentukan tujuan pelaksanaan survei secara jelas dan rinci.
Pengelola program kesehatan di kabupaten kota tentu mempunyai
prioritas masalah yang akan ditanggulangi. Besarnya masalah seperti rendahnya
pencapaian target satu program atau kendala yang ditemui dalam pelaksanaan
kegiatan dapat diketahui dari laporan bulanan, pertemuan rutin atau melakukan
kajian dari sumber-sumber informasi yang relevan. Dari penentuan masalah
yang akan menjadi prioritas tersebut perlu di deskripsikan tujuan pelaksanaan
survei secara jelas dan rinci. Semakin rinci tujuan akan semakin mudah
mengembangkan kuesioner survei cepat dan melakukan analisis data.
2. Menentukan besar dan teknik pengambilan sampel.
Menentukan besar dan teknik pengambilan sampel harus memperhatikan
prinsip “semua individu dalam satu populasi mempunyai peluang yang sama
terpilih sebagai sampel”. Atas dasar pemahaman ini, perlu secara tegas
ditentukan populasi sasaran sesuai tujuan pelaksanaan survei.
3. Mengembangkan alat pengumpul data.
6
Alat pengumpul data pada survei cepat biasanya menggunakan kuesioner
atau melakukan pengukuran dengan alat tertentu. Pada survey cepat pertanyaan
dibatasi sekitar 20-30 pertanyaan saja. Oleh karena itu, pertanyaan harus dipilih
untuk diarahkan menjawab tujuan dari survey ini.
4. Pengorganisasian dan pelaksanaan survei.
Sebelum survei berlangsung perlu dilakukan standarisasi pengisian
kuesioner antar pewawancara (petugas pengumpul data). Hal lainnya yang harus
dipastikan bahwa pewawancara sudah mengerti benar tentang cara pemilihan
responden (rumah tangga), pertanyaan yang ada pada kuesioner, dan teknik
dasar wawancara. Pembagian tugas diantara pelaksana survei cepat harus jelas
agar tidak terjadi keterlambatan dalam proses pengumpulan, pengolahan dan
analisis data. Ingat dalam survey cepat, waktu menjadi satu hal yang utama.
5. Entry data, interpretasi data, analisis dan laporan.
Data yang sudah terkumpul dalam waktu 1- 2 hari harus sudah di entry ke
dalam komputer. Jika fasilitas tersedia, akan lebih baik proses pemasukkan data
dilakukan di lapangan dengan menggunakan notebook. Akurasi data harus
diperhatikan dalam proses pemasukkan data ini. Analisis data hanya dapat
dilakukan setelah peneliti yakin bahwa entry data sudah benar dan bebas dari
kesalahan. Jika masih ada keraguan, dapat dilakukan pemeriksaan dan
pembersihan data (Nugraha & Adawiyah, 2019).
C. Keunggulan dan Kelemahan Survei Cepat
1. Keunggulan Survey Cepat
Penelitian survei merupakan perangkat penelitian yang murah dan cepat
sehingga informasi yang dibutuhkan dapat dihasilkan secara akurat dan tepat
waktu. Bentuk kuesionernya pun sederhana dan relatif mudah sehingga tidak
memerlukan pelatihan secara khusus. Selain murah dan cepat, keunggulan
lainnya adalah penelitian survei dapat digunakan untuk mengumpulkan
informasi secara sistematis mengenai berbagai hal, misalnya: insidensi
7
penyakit, identifikasi faktor-faktor etiologi penyakit, investigasi kualitas hidup
manusia dan perilaku masyarakat. Agar dapat memberikan data yang lebih
akurat, pengembangan kuesioner perlu memperhatikan faktor validitas dan
reliabilitas.
2. Kelemahan Survey Cepat
a. Tidak bisa menjangkau semua persoalan.
b. Responden dapat memahami pertanyaan secara berbeda dari yang
diinginkan.
c. Ada kemungkinan responden yang terlibat tidak sesuai dengan karakteristik
sampel yang dituju.
d. Beberapa survey cukup sulit dilaksanakan terkait dengan kesediaan
berpartisipasi.
e. Tidak cukup fleksibel dalam mencakup sejumlah perbedaan/perubahan
sosial.
f. Terlalu mengandalkan statistik sehingga mereduksi data yang bersifat
kualitatif yang sebenarnya dapat memperkaya penjelasan sebuah persoalan
(Nugraha & Adawiyah, 2019).
D. Prinsip Dasar Survei Cepat
Survei yang lebih dikenal dengan survei sampel adalah usaha
pengumpulan informasi dari sebagian populasi yang dianggap mewakili
populasi tersebut. Informasi dari masyarakat dapat diperoleh dengan
menggunakan kuisioner (seperti untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan
perilaku) atau dengan melakukan suatu intervensi/pengukuran (seperti
penimbangan, pengukuran tinggi badan dll.) Informasi yang diperoleh dapat
berupa informasi tentang cakupan, insidens, prevalensi atau informasi
tentang hubungan antar variabel. Selama ini kegiatan survei dilaksanakan
dengan biaya tinggi, sampel besar dan prosedur yang cukup rumit. Hal ini
dimaklumi karena survei yang sering dilakukan adalah pada tingkat provinsi
8
bahkan Negara. Tentunya teknik survei seperti ini kurang memadai untuk
dilakukan di tingkat kabupaten, karena rumit, biaya besar dan memerlukan waktu
lama untuk pengolahan/analisis data.
Survei cepat datang sebagai salah satu bentuk survei alternative yang banyak
digunakan karena timbulnya pertanyaan mendasar di lapangan yang perlu
jawaban segera namun tetap mempunyai validitas yang tinggi. Untuk maksud ini
sistem surveilans yang ada terkadang tidak dapat memberikan jawaban terhadap
keinginan untuk menyusun suatu perencanaan yang memerlukan informasi yang
akurat. Pertanyaan–pertanyaan seperti berapa banyak kasus diare per bulan di
suatu kabupaten, berapa besar penurunan kesakitan akibat vaksinasi campak,
berapa besar cakupan imunisasi hepatitis yang telah dilakukan, berapa besar bayi
dengan ASI ekslusif; merupakan pertanyaan yang biasanya diajukan untuk
mendapat jawaban instant dan Survei Cepat menjadi alternatif utama untuk
menjawabnya.
9
World Health Organization (WHO) telah mengembangkan satu teknik survei
yang cepat dan murah untuk mengevaluasi keberhasilan program kesehatan.
Teknik survei ini dikenal sebagai metode survei cepat (Rapid Survei Method).
Metode ini menerapkan rancangan sampel cluster dua tahap, dengan pemilihan
cluster tahap pertama secara probability proportionate to size, pemilihan sampel
pada tahap kedua yaitu sampel rumah tangga dilakukan dengan cara random
sederhana (simple random) atau dengan menerapkan system rumah terdekat.
Survei cepat pertama kali dipakai pada proyek Expanded Programme on
Immunization dari WHO, untuk mengevaluasi keberhasilan program imunisasi.
Survei cepat dirancang sederhana, murah dan cepat sehingga informasi yang
dibutuhkan dapat dihasilkan secara akurat dan tepat waktu. Metode ini
dikembangkan untuk mengatasi kelemahan survei konvensional. Kegiatan survei
konvensional biasanya dilaksanakan dengan biaya tinggi, sampel besar dan
prosedur yang cukup rumit. Teknik ini kurang memadai untuk dilakukan pada
tingkat kabupaten/kota, karena memerlukan waktu lama untuk pengolahan dan
analisis data.
Mengingat keunggulan survei cepat ini, bagi para pengelola dan perencana
program kesehatan di kabupaten/kota, metode survei cepat perlu dikuasai untuk
menilai perkembangan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya pada setiap
periode waktu tertentu (misalnya : per tahun, tiga tahun, lima tahun). Hasil survei
cepat lebih tepat dipakai sebagai bahan evaluasi dan perencanaan, karena data
yang diambil dari fakta yang terjadi dalam masyarakat. Dalam perkembangan
selanjutnya, ternyata teknik survei ini juga dapat digunakan untuk mengevaluasi
program kesehatan lain. Kegiatan evaluasi program kesehatan tidak dapat
dilakukan hanya mengandalkan data rutin, karena beberapa alasan antara lain :
(1) data rutin hanya mencatat kejadian orang yang meminta pelayanan kesehatan
di pusat pelayanan kesehatan di suatu wilayah, (2) kualitas data rutin biasanya
kurang baik dikarenakan pengisian formulir kurang lengkap, salah, dan tidak
10
tepat waktu. Untuk mengatasi ini, perlu dicari sistem pengumpulan data lain yang
non – rutin dan dapat menggambarkan keadaan kesehatan di masyarakat serta
dapat digunakan sebagai penunjang sistem informasi yang sudah ada. Umumnya
untuk pengumpulan data dari masyarakat digunakan survei. Pada tingkat
kabupaten/ kota, teknik survei ini dilakukan modifikasi yang dikenal dengan
survei cepat. (Nugraha, 2019).
11
wilayahnya bukanlah daerah yang reseptif atau daerah potensial untuk terjadi
KLB. Akan tetapi hal itu bukan berarti Tomohon sama sekali tidak memiliki
daerah reseptif, karena dibagian Barat dari Kota Tomohon berbatasan dengan
daerah Minahasa yang masih reseptif, juga di bagian selatan dari Kota Tomohon
yang pernah terjadi KLB malaria (Dinkes).
Untuk setiap kegiatan data merupakan hal yang sangat penting untuk
menyusun perencanaan dan pelaksanaan suatu keputusan yang akan diambil. Data
yang dikelolah dan dianalisa dengan benar bisa dijadikan informasi dan kajian
dalam mengambil keputusan oleh pimpinan. (Rafei 2008).
Dari data yang dikumpulkan, bisa kita jadikan sebuah peta yang
menggambarkan situasi malaria disetiap desa/kelurahan yang ada di wilayah kerja
Puskesmas, untuk memfokuskan lokasi kegiatan pemberantasan malaria.
Kegunaan dari peta ini adalah untuk mengetahui letak daerah yang reseptif,
penyebaran angka insiden malaria (API) perkelurahan/desa, pemberian obat
malaria kepada penderita positif malaria, penyebaran vector serta kegiatan-
kegiatan pemberantasan malaria yang sudah dilaksanakan atau akan dilaksanakan.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Survei Cepat adalah salah satu metode survei yang dimaksudkan untuk
memperoleh informasi tentang suatu masalah dalam jangka waktu yang relatif
pendek, dengan biaya yang murah dan hasil yang optimal. Survei cepat ini
dilakukan dengan menentukan kebijakan terhadap suatu program yang segera
ingin dilaksanakan. Dari namanya sebagai suatu survey yang cepat maka
kecepatan waktu yang dimaksud ini adalah hanya selama 3-4 minggu, mulai dari
tahap persiapannya sampai keluarnya laporan hasil survey.
Tahapan pelaksanaan survei cepat diantaranya: menentukan masalah
kesehatan yang menjadi prioritas di kabupaten/kota, dan menentukan tujuan
pelaksanaan survei secara jelas dan rinci, menentukan besar dan teknik
pengambilan sampel, mengembangkan alat pengumpul data, pengorganisasian
dan pelaksanaan survei, dan entry data, interpretasi data, analisis dan laporan.
B. Saran
Sebagai manusia biasa, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun sehingga kiranya dapat dijadikan sebagai patokan pada
penulisan makalah berikutnya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Depkes Rl, Jakarta, 2005. Pedoman Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor.
Nugraha, Susiana & Adawiyah, AR. 2019. Diktat Mata Kuliah Survey Cepat. Jakarta:
Universitas Respati Indonesia.
Pusat Studi Kebijakan Kesehatan dan Sosial. 2007. Pengelolaan Kesehatan
Masyarakat dalam Kondisi Bencana. Yogyakarta : Yudhistira
Renwarin, V. M. V, & Kandou, J. M. L. U. G. D. (2015). Analisis Pelaksanaan
Program Eliminasi Malaria di Kota Tomohon Analysis Implementation of
Malaria Elimination Program in Tomohon. 634–643.
Sipahutar, A.M.J. 2013. Tanpa Mitigasi Bencana Indonesia 2014 Masih Menangis,
diakses dari
http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Lain_Lain/Artikel/Tanpa_Mitigasi_Benca
na_Indonesia_2014_Masih_Menangis.bmkg. tanggal 13 Maret 2021
14