Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

EPIDEMIOLOGI BENCANA DAN DAMPAKNYA DIWILAYAH PESISIR


DAN KEPULAUAN

KELOMPOK 2

NINGSIH SAPUTRI (J1A118027)


HAISA (J1A118029)
AYU OKTAVIA (J1A118031)
ANIKA SATRIANI (J1A118050)
DENJI TIANSANI AKHMALIA (J1A118051)
NURBAITI (J1A118054)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga penulis berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya.
Makalah ini berisikan tentang penjelasan mengenai “Teknik Mengidentifikasi
Masalah dengan Rapid Assessment/ Survey Cepat”. Diharapkan makalah ini dapat
memberikan informasi kepada kita semua.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi wabarakatuh

Kendari, Maret 2021

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 3
C. Tujuan ................................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 4
A. Pengertian Survei Cepat ....................................................................................... 4
B. Langkah Pelaksanaan Survei Cepat ...................................................................... 5
C. Keunggulan dan Kelemahan Survei Cepat ........................................................... 7
D. Prinsip Dasar Survei Cepat ................................................................................... 8
E. Contoh Kasus Survei Cepat KLB Malaria .......................................................... 11
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara geologis dan hidrologis, Indonesia merupakan wilayah rawan


bencana alam. Salah satunya adalah gempa bumi dan potensi tsunami. Hal ini
dikarenakan wilayah Indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik
aktif yaitu Lempeng Indo-Australia di bagian selatan, Lempeng Eurasia di bagian
utara dan Lempeng Pasifik di bagian Timur. Ketiga lempengan tersebut bergerak
dan saling bertumbukan sehingga Lempeng Indo-Australia menunjam ke bawah
lempeng Eurasia dan menimbulkan gempa bumi, jalur gunung api, dan sesar atau
patahan.

Penunjaman (subduction) Lempeng Indo-Australia yang bergerak relatif ke


utara dengan Lempeng Eurasia yang bergerak ke selatan menimbulkan jalur
gempa bumi dan rangkaian gunung api aktif sepanjang Pulau Sumatera, Pulau
Jawa, Bali dan Nusa Tenggara sejajar dengan jalur penunjaman kedua lempeng
tersebut. memiliki lebih dari 128 gunung berapi aktif, dan sekitar 150 sungai, baik
besar maupun kecil, yang melintasi wilayah padat penduduk. Hampir setiap
kejadian bencana menimbulkan permasalahan kesehatan seperti korban
meninggal, menderita sakit, luka – luka, pengungsi dan masalah gizinya, serta
masalah air bersih dan sanitasi lingkungan yang menurun (Widayatun & Fatoni,
2013).

Bahkan dari data United States Geological Survey (USGS) menunjukkan


bahwa Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki tingkat kegempaan
tertinggi di dunia (Sipahutar, 2013). Data dari kurun waktu 1 Januari 2020 hingga
29 Juni 2020, BNPB mencatat kejadian bencana alam sebanyak 1.549 kali. Dari
total kejadian, lebih dari 99 persen merupakan bencana hidrometeorologi, seperti
banjir, tanah longsor dan angin puting beliung. Rincian jumlah kejadian bencana

1
pada kurun waktu tersebut yakni banjir 620 kejadian, puting beliung 425, tanah
longsor 330, kebakaran hutan dan lahan 139, gelombang pasang atau abrasi 21,
gempa bumi 10, erupsi gunung api 3 dan kekeringan 1 (Bnbp, 2020).

Dampak buruk akibat bencana antara lain: penyakit menular, kurangnya air
bersih, kesulitan makanan dan gangguan gizi serta gangguan kesehatan mental.
Penyakit yang timbul sangat tergantung dengan jenis bencananya. Berdasar rapid
assessment Departemen Kesehatan salah satu penyakit yang umum di derita
adalah malaria ( Notoatmodjo,2007).

Pada bencana gempa bumi dan Tsunami di Aceh, terjadinya kasus


malaria,di disamping karena Aceh termasuk daerah endemis malaria, juga di
latarbelakangi adanya perubahan lingkungan berupa kubangan-kubangan air yang
merupakan tempat perindukan nyamuk Anopheles sundaicus. Spesies nyamuk ini
merupakan salah satu vektor penular malaria. Hal-hal yang menentukan tempat
atau lokasi suatu penyakit oleh vektor antara lain kekhususan topografi tempat.
Perlu diperhatikan pembagian zoogeografi, ketinggian tempat, letak geografis
tempat, susunan geologi, serta besar atau luas tempat. Adanya tumbuh-tumbuhan
juga sangat mempengaruhi kehidupan vektor, misalnya sebagai tempat
meletakkan telur, tempat berlindung dan tempat mencari makan bagi jentik,
tempat hinggap dan tempat beristirahat bagi nyamuk (Depkes Rl 2005).

Rapid Health Assessment (penilaian kesehatan secara cepat) dilakukan


untuk mengatur besarnya suatu masalah yang berkaitan dengan kesehatan akibat
bencana, yaitu dampak yang terjadi maupun yang kemungkinan dapat terjadi
terhadap kesehatan, sebarapa besar kerusakan terhadap sarana permukiman yang
berpotensi menimbulkan masalah kesehatan dan merupakan dasar bagi upaya
kesehatan yang tepat dalam penanggulangan selanjutnya. Assessment terhadap
kondisi darurat merupakan suatu proses yang berkelanjutan, artinya seiring
dengan perkembangan kondisi darurat diperlukan suatu penilaian yang lebih rinci

2
Rapid Assessment Evaluasi cepat yang biasanya dilaksanakan pada daerah
bencana atau daerah yang mengalami situasi darurat (Pusat Studi Kebijakan
Kesehatan dan Sosial, 2007).

Survei Cepat adalah salah satu metode survei yang dimaksudkan untuk
memperoleh informasi tentang suatu masalah dalam jangka waktu yang relatif
pendek, dengan biaya yang murah dan hasil yang optimal. Survei cepat ini
dilakukan dengan menentukan kebijakan terhadap suatu program yang segera
ingin dilaksanakan. Dari namanya sebagai suatu survey yang cepat maka
kecepatan waktu yang dimaksud ini adalah hanya selama 3-4 minggu, mulai dari
tahap persiapannya sampai keluarnya laporan hasil survey.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Menguraikan Tehnik Mengidentifikasi Masalah Dengan Rapid
Assessment/Survey Cepat?

C. Tujuan
Mahasiswa Mampu Memahami Tehnik Mengidentifikasi Masalah Dengan
Rapid Assessment/Survey Cepat

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Survei Cepat


Survei Cepat adalah salah satu metode survei yang dimaksudkan untuk
memperoleh informasi tentang suatu masalah dalam jangka waktu yang relatif
pendek, dengan biaya yang murah dan hasil yang optimal. Survei cepat ini
dilakukan dengan menentukan kebijakan terhadap suatu program yang segera
ingin dilaksanakan. Dari namanya sebagai suatu survey yang cepat maka
kecepatan waktu yang dimaksud ini adalah hanya selama 3-4 minggu, mulai dari
tahap persiapannya sampai keluarnya laporan hasil survey.
Perbedaan teknik survei konvensional dan survei cepat terletak pada
kecepatan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dari masyarakat.
Sebagai metode pengumpulan informasi yang berasal dari masyarakat (population
based information), metode survey cepat memiliki beberapa ciri khas, yaitu:
1. Dipergunakan untuk mengukur kejadian yang sering terjadi di masyarakat
(proporsi kejadian 15% – 85 %).
2. Pengambilan sampel secara klaster dua tahap, dimana untuk tiap wilayah
diambil sebanyak 30 klaster dan pada masing-masing klister diambil sebanyak
7 dan dengan 10 responden.
3. Jumlah pertanyaan hanya dibatasi 20 sampai dengan 30 item pertanyaan saja.
4. Rancangan sampel, pemasukan, pengolahan dan analisis data dilakukan dengan
bantuan komputer (program Csurvei, Csample, Excell, Epi Info) yang
menggunakan asumsi klaster dua tahap).
5. Waktu pelaksanaan sampai dengan penyusunan laporan hanya berkisar 2-3
minggu saja.
6. Hasil survei disajikan dengan menggunakan teknik statistik yang sederhana
dengan tetap memperhatikan kaidah statistik yang berlaku

4
Keadaan yang menunjang untuk terlaksananya suatu survei yang cepat ini
adalah :
1. Kuesioner yang singkat (15-20 pertanyaan saja)
2. Respondennya kecil; sekitar 30 klaster
3. Tujuannya tertentu dan terbatas.
4. Terbatasnya jumlah petugas yang diperlukan (limited personal), dengan
kejelasan tugas masing-masing
5. Biaya yang tidak perlu besar (limited cost)
6. Analisisnya tidak mendalam, tidak perlu waktu lama
Metode yang dipergunakan survei cepat dalam penarikan sampelnya memakai
rancangan sampel klaster dua tahap dengan pemilihan klaster pada tahap pertama
secara probability proportionate to size. Kemudian pemilihan sampel tahap
kedua, dengan pemilihan sampel rumah tangga yang dilakukan secara random
sampling atau dengan menerapkan sistim rumah terdekat. Dengan tehnik
penarikan sampel ini yang telah diuji coba di lapangan pada berbagai negara
sedang berkembang maka dapat dikatakan bahwa metode ini layak diterapkan
sebagai cara pengumpulan informasi yang berasal dari masyarakat (population
base information) pada tingkat kabupaten (Nugraha & Adawiyah, 2019).

B. Langkah Pelaksanaan Survei Cepat


Dalam melaksanakan suatu survei cepat maka langkah-langkah yang dapat
dilakukan dapat meliputi:
1. Penjabaran secara jelas dan singkat pilihan masalah kesehatan.
2. Masalah terpilih hendaknya cukup spesifik
3. Penentuan populasi penelitian dan penarikan sampel.
4. Penentuan ini meliputi populasi sasaran, besar sampel, metode sampel yang
akan dilakukan.
5. Mengembangkan cara pengumpulan data.

5
6. Untuk itu perlu dijelaskan mengenai cara pengumpulan data, alat yang
dipergunakan, petugas yang melakukannya.
7. Kontrol kualitis banyak diarahkan kepada ketepatan cara pengumpulan data
ini.
8. Uji coba (pre-test) merupakan salah satu persyaratan yang diajukan yang
ditujukan untuk mengantisipasi dan mengatasi masalah yang dapat timbul
dilapangan dalam pelaksanaan proposal yang diajukan.
9. Pengorganisasian dan pelaksanaan survey (Nugraha & Adawiyah, 2019).
Tahapan pelaksanaan survei cepat tidak berbeda dengan survei pada
umumnya. Bagi para pengelola program kesehatan (tenaga promosi kesehatan),
perlu memperhatikan beberapa tahapan dalam pelaksanaan survei cepat, sebagai
berikut :
1. Menentukan masalah kesehatan yang menjadi prioritas di kabupaten/kota, dan
menentukan tujuan pelaksanaan survei secara jelas dan rinci.
Pengelola program kesehatan di kabupaten kota tentu mempunyai
prioritas masalah yang akan ditanggulangi. Besarnya masalah seperti rendahnya
pencapaian target satu program atau kendala yang ditemui dalam pelaksanaan
kegiatan dapat diketahui dari laporan bulanan, pertemuan rutin atau melakukan
kajian dari sumber-sumber informasi yang relevan. Dari penentuan masalah
yang akan menjadi prioritas tersebut perlu di deskripsikan tujuan pelaksanaan
survei secara jelas dan rinci. Semakin rinci tujuan akan semakin mudah
mengembangkan kuesioner survei cepat dan melakukan analisis data.
2. Menentukan besar dan teknik pengambilan sampel.
Menentukan besar dan teknik pengambilan sampel harus memperhatikan
prinsip “semua individu dalam satu populasi mempunyai peluang yang sama
terpilih sebagai sampel”. Atas dasar pemahaman ini, perlu secara tegas
ditentukan populasi sasaran sesuai tujuan pelaksanaan survei.
3. Mengembangkan alat pengumpul data.

6
Alat pengumpul data pada survei cepat biasanya menggunakan kuesioner
atau melakukan pengukuran dengan alat tertentu. Pada survey cepat pertanyaan
dibatasi sekitar 20-30 pertanyaan saja. Oleh karena itu, pertanyaan harus dipilih
untuk diarahkan menjawab tujuan dari survey ini.
4. Pengorganisasian dan pelaksanaan survei.
Sebelum survei berlangsung perlu dilakukan standarisasi pengisian
kuesioner antar pewawancara (petugas pengumpul data). Hal lainnya yang harus
dipastikan bahwa pewawancara sudah mengerti benar tentang cara pemilihan
responden (rumah tangga), pertanyaan yang ada pada kuesioner, dan teknik
dasar wawancara. Pembagian tugas diantara pelaksana survei cepat harus jelas
agar tidak terjadi keterlambatan dalam proses pengumpulan, pengolahan dan
analisis data. Ingat dalam survey cepat, waktu menjadi satu hal yang utama.
5. Entry data, interpretasi data, analisis dan laporan.
Data yang sudah terkumpul dalam waktu 1- 2 hari harus sudah di entry ke
dalam komputer. Jika fasilitas tersedia, akan lebih baik proses pemasukkan data
dilakukan di lapangan dengan menggunakan notebook. Akurasi data harus
diperhatikan dalam proses pemasukkan data ini. Analisis data hanya dapat
dilakukan setelah peneliti yakin bahwa entry data sudah benar dan bebas dari
kesalahan. Jika masih ada keraguan, dapat dilakukan pemeriksaan dan
pembersihan data (Nugraha & Adawiyah, 2019).
C. Keunggulan dan Kelemahan Survei Cepat
1. Keunggulan Survey Cepat
Penelitian survei merupakan perangkat penelitian yang murah dan cepat
sehingga informasi yang dibutuhkan dapat dihasilkan secara akurat dan tepat
waktu. Bentuk kuesionernya pun sederhana dan relatif mudah sehingga tidak
memerlukan pelatihan secara khusus. Selain murah dan cepat, keunggulan
lainnya adalah penelitian survei dapat digunakan untuk mengumpulkan
informasi secara sistematis mengenai berbagai hal, misalnya: insidensi

7
penyakit, identifikasi faktor-faktor etiologi penyakit, investigasi kualitas hidup
manusia dan perilaku masyarakat. Agar dapat memberikan data yang lebih
akurat, pengembangan kuesioner perlu memperhatikan faktor validitas dan
reliabilitas.
2. Kelemahan Survey Cepat
a. Tidak bisa menjangkau semua persoalan.
b. Responden dapat memahami pertanyaan secara berbeda dari yang
diinginkan.
c. Ada kemungkinan responden yang terlibat tidak sesuai dengan karakteristik
sampel yang dituju.
d. Beberapa survey cukup sulit dilaksanakan terkait dengan kesediaan
berpartisipasi.
e. Tidak cukup fleksibel dalam mencakup sejumlah perbedaan/perubahan
sosial.
f. Terlalu mengandalkan statistik sehingga mereduksi data yang bersifat
kualitatif yang sebenarnya dapat memperkaya penjelasan sebuah persoalan
(Nugraha & Adawiyah, 2019).
D. Prinsip Dasar Survei Cepat
Survei yang lebih dikenal dengan survei sampel adalah usaha
pengumpulan informasi dari sebagian populasi yang dianggap mewakili
populasi tersebut. Informasi dari masyarakat dapat diperoleh dengan
menggunakan kuisioner (seperti untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan
perilaku) atau dengan melakukan suatu intervensi/pengukuran (seperti
penimbangan, pengukuran tinggi badan dll.) Informasi yang diperoleh dapat
berupa informasi tentang cakupan, insidens, prevalensi atau informasi
tentang hubungan antar variabel. Selama ini kegiatan survei dilaksanakan
dengan biaya tinggi, sampel besar dan prosedur yang cukup rumit. Hal ini
dimaklumi karena survei yang sering dilakukan adalah pada tingkat provinsi

8
bahkan Negara. Tentunya teknik survei seperti ini kurang memadai untuk
dilakukan di tingkat kabupaten, karena rumit, biaya besar dan memerlukan waktu
lama untuk pengolahan/analisis data.

Survei cepat datang sebagai salah satu bentuk survei alternative yang banyak
digunakan karena timbulnya pertanyaan mendasar di lapangan yang perlu
jawaban segera namun tetap mempunyai validitas yang tinggi. Untuk maksud ini
sistem surveilans yang ada terkadang tidak dapat memberikan jawaban terhadap
keinginan untuk menyusun suatu perencanaan yang memerlukan informasi yang
akurat. Pertanyaan–pertanyaan seperti berapa banyak kasus diare per bulan di
suatu kabupaten, berapa besar penurunan kesakitan akibat vaksinasi campak,
berapa besar cakupan imunisasi hepatitis yang telah dilakukan, berapa besar bayi
dengan ASI ekslusif; merupakan pertanyaan yang biasanya diajukan untuk
mendapat jawaban instant dan Survei Cepat menjadi alternatif utama untuk
menjawabnya.

Dinas Kesehatan Kabupaten tentunya memerlukan informasi yang berasal


dari masyarakat untuk perencanaan pembangunan kesehatan di daerahnya. Saat
ini, di era otonomi daerah, tentunya Dinas Kesehatan Kabupaten diharapkan
mampu menyusun perencanaan pembangunan kesehatan sendiri yang sesuai
dengan keadaan daerahnya. Agar perencanaan dapat tersusun dengan baik,
tentunya informasi dari masyarakat sangat diperlukan. Informasi ini kurang
didapat dari data yang bersumber data laporan rutin. Untuk mengatasi
kekurangan ini tentunya dapat dilakukan survei. Tetapi tentu perlu dicari satu
metode survei yang sederhana, murah dan cepat sehingga informasi yang
dibutuhkan dapat dihasilkan secara akurat dan tepat waktu. Survei-survei besar
yang sudah dilakukan selama ini, seperti Survei Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI) maupun Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) ternyata kurang
mampu memenuhi kebutuhan informasi bagi perencanaan kesehatan di tingkat
kabupaten.

9
World Health Organization (WHO) telah mengembangkan satu teknik survei
yang cepat dan murah untuk mengevaluasi keberhasilan program kesehatan.
Teknik survei ini dikenal sebagai metode survei cepat (Rapid Survei Method).
Metode ini menerapkan rancangan sampel cluster dua tahap, dengan pemilihan
cluster tahap pertama secara probability proportionate to size, pemilihan sampel
pada tahap kedua yaitu sampel rumah tangga dilakukan dengan cara random
sederhana (simple random) atau dengan menerapkan system rumah terdekat.
Survei cepat pertama kali dipakai pada proyek Expanded Programme on
Immunization dari WHO, untuk mengevaluasi keberhasilan program imunisasi.
Survei cepat dirancang sederhana, murah dan cepat sehingga informasi yang
dibutuhkan dapat dihasilkan secara akurat dan tepat waktu. Metode ini
dikembangkan untuk mengatasi kelemahan survei konvensional. Kegiatan survei
konvensional biasanya dilaksanakan dengan biaya tinggi, sampel besar dan
prosedur yang cukup rumit. Teknik ini kurang memadai untuk dilakukan pada
tingkat kabupaten/kota, karena memerlukan waktu lama untuk pengolahan dan
analisis data.

Mengingat keunggulan survei cepat ini, bagi para pengelola dan perencana
program kesehatan di kabupaten/kota, metode survei cepat perlu dikuasai untuk
menilai perkembangan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya pada setiap
periode waktu tertentu (misalnya : per tahun, tiga tahun, lima tahun). Hasil survei
cepat lebih tepat dipakai sebagai bahan evaluasi dan perencanaan, karena data
yang diambil dari fakta yang terjadi dalam masyarakat. Dalam perkembangan
selanjutnya, ternyata teknik survei ini juga dapat digunakan untuk mengevaluasi
program kesehatan lain. Kegiatan evaluasi program kesehatan tidak dapat
dilakukan hanya mengandalkan data rutin, karena beberapa alasan antara lain :
(1) data rutin hanya mencatat kejadian orang yang meminta pelayanan kesehatan
di pusat pelayanan kesehatan di suatu wilayah, (2) kualitas data rutin biasanya
kurang baik dikarenakan pengisian formulir kurang lengkap, salah, dan tidak

10
tepat waktu. Untuk mengatasi ini, perlu dicari sistem pengumpulan data lain yang
non – rutin dan dapat menggambarkan keadaan kesehatan di masyarakat serta
dapat digunakan sebagai penunjang sistem informasi yang sudah ada. Umumnya
untuk pengumpulan data dari masyarakat digunakan survei. Pada tingkat
kabupaten/ kota, teknik survei ini dilakukan modifikasi yang dikenal dengan
survei cepat. (Nugraha, 2019).

E. Contoh Kasus Survei Cepat KLB Malaria


Survei Cepat adalah salah satu metode survei yang dimaksudkan untuk
memperoleh informasi tentang suatu masalah dalam jangka waktu yang relatif
pendek, dengan biaya yang murah dan hasil yang optimal. Survei cepat ini
dilakukan dengan menentukan kebijakan terhadap suatu program yang segera
ingin dilaksanakan. Kegiatan surveilans malaria secara umum dibagi tiga periode
yaitu : periode kewaspadaan sebelum KLB atau SKD-KLB, penanggulangan
KLB dan paska KLB. Kegiatan yang terdapat pada periode peringatan dini atau
SKD-KLB adalah mengumpulkan data kasus disetiap jenjang, mengolah dan
menganalisa data, melaporkan, memvisualisasikan data dan melakukan tindakan
pada saat terjadi peningkatan kasus.

Pelaksanaan SKD-KLB Malaria di wilayah Kota Tomohon belum


dilaksanakan di semua puskesmas karena belum pernah terjadi peningkatan kasus
sebanyak dua kali lipat atau peningkatan kasus klinis yang bisa menyebabkan
terjadinya KLB. Walaupun belum pernah ada kejadian KLB tetapi di semua
puskesmas memiliki tim SKD-KLB yang memantau semua KLB. Salah satu
informan menyebutkan bahwa tenaga surveilans tidak hanya melakukan
pemantauan terhadap malaria semata namun pada penyakit lainnya juga.

Penanganan KLB selama ini belum tidak pernah dilaksanakan di Tomohon


karena belum pernah terjadi KLB malaria. Selain dari angka-angka kejadian yang
sedikit dan tidak ada peningkatan kasus, Tomohon juga hampir semua

11
wilayahnya bukanlah daerah yang reseptif atau daerah potensial untuk terjadi
KLB. Akan tetapi hal itu bukan berarti Tomohon sama sekali tidak memiliki
daerah reseptif, karena dibagian Barat dari Kota Tomohon berbatasan dengan
daerah Minahasa yang masih reseptif, juga di bagian selatan dari Kota Tomohon
yang pernah terjadi KLB malaria (Dinkes).

Untuk setiap kegiatan data merupakan hal yang sangat penting untuk
menyusun perencanaan dan pelaksanaan suatu keputusan yang akan diambil. Data
yang dikelolah dan dianalisa dengan benar bisa dijadikan informasi dan kajian
dalam mengambil keputusan oleh pimpinan. (Rafei 2008).

Dari data yang dikumpulkan, bisa kita jadikan sebuah peta yang
menggambarkan situasi malaria disetiap desa/kelurahan yang ada di wilayah kerja
Puskesmas, untuk memfokuskan lokasi kegiatan pemberantasan malaria.
Kegunaan dari peta ini adalah untuk mengetahui letak daerah yang reseptif,
penyebaran angka insiden malaria (API) perkelurahan/desa, pemberian obat
malaria kepada penderita positif malaria, penyebaran vector serta kegiatan-
kegiatan pemberantasan malaria yang sudah dilaksanakan atau akan dilaksanakan.

Dari hasil wawancara semua responden menjawab bahwa pencatatan dan


pelaporan untuk semua kasus malaria baik yang positif ataupun negative sudah
dilakukan di semua puskesmas, dan setiap bulannya secara rutin di laporkan di
Dinas Kesehatan akan tetapi belum satupun petugas malaria yang ada di
Puskesmas membuat Peta yang menggambarkan situasi malaria di daerah
binaannya.(Renwarin & Kandou, 2015).

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Survei Cepat adalah salah satu metode survei yang dimaksudkan untuk
memperoleh informasi tentang suatu masalah dalam jangka waktu yang relatif
pendek, dengan biaya yang murah dan hasil yang optimal. Survei cepat ini
dilakukan dengan menentukan kebijakan terhadap suatu program yang segera
ingin dilaksanakan. Dari namanya sebagai suatu survey yang cepat maka
kecepatan waktu yang dimaksud ini adalah hanya selama 3-4 minggu, mulai dari
tahap persiapannya sampai keluarnya laporan hasil survey.
Tahapan pelaksanaan survei cepat diantaranya: menentukan masalah
kesehatan yang menjadi prioritas di kabupaten/kota, dan menentukan tujuan
pelaksanaan survei secara jelas dan rinci, menentukan besar dan teknik
pengambilan sampel, mengembangkan alat pengumpul data, pengorganisasian
dan pelaksanaan survei, dan entry data, interpretasi data, analisis dan laporan.

B. Saran
Sebagai manusia biasa, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun sehingga kiranya dapat dijadikan sebagai patokan pada
penulisan makalah berikutnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Bnbp. (2020,Juni). Bnbp.id. Retrieved maret 11.2021, from


https://bnpb.go.id/berita/hingga-akhir-juni-2020-jumlah-kejadian-bencana-
alam-lebih-rendah-dari-2019-

Depkes Rl, Jakarta, 2005. Pedoman Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor.

Nugraha, Susiana & Adawiyah, AR. 2019. Diktat Mata Kuliah Survey Cepat. Jakarta:
Universitas Respati Indonesia.
Pusat Studi Kebijakan Kesehatan dan Sosial. 2007. Pengelolaan Kesehatan
Masyarakat dalam Kondisi Bencana. Yogyakarta : Yudhistira
Renwarin, V. M. V, & Kandou, J. M. L. U. G. D. (2015). Analisis Pelaksanaan
Program Eliminasi Malaria di Kota Tomohon Analysis Implementation of
Malaria Elimination Program in Tomohon. 634–643.
Sipahutar, A.M.J. 2013. Tanpa Mitigasi Bencana Indonesia 2014 Masih Menangis,
diakses dari
http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Lain_Lain/Artikel/Tanpa_Mitigasi_Benca
na_Indonesia_2014_Masih_Menangis.bmkg. tanggal 13 Maret 2021

Widayatun, & Fatoni, Z. (2013). Jurnal Kependudukan Indonesia Vol. 8.


Permasalahan Kesehatan Dalam Kondisi Bencana Peran Petugas Kesehatan
Dan Partisipasi Masyarakat , 1-26.

14

Anda mungkin juga menyukai