Anda di halaman 1dari 44

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA S1 FAKULTAS

SASTRA ANGKATAN 2014 TERHADAP KAWASAN TANPA ROKOK


SEBAGAI UPAYA PELAKSANAAN PERATURAN BERSAMA NOMOR 7
TAHUN 2011

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Survei Cepat Epidemiologi
Yang Dibina Oleh dr. Erianto Fanani

Oleh:
Andri Irawati (140612603044)
Ninik Eka Trisiana (140612601216)
Shika Mafrudotun Nandha (140612602914)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
MARET 2017
DAFTAR ISI

Halaman Sampul i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1. Definisi Kawasan Tanpa Rokok 3
2.2. Landasan Hukum Kawasan Tanpa Rokok 3
2.3. Tujuan, Sasaran dan Manfaat Kawasan Tanpa Rokok 4
2.4. Langkah Pengembangan KTR di Tempat Belajar Mengajar 6
2.5. Definisi Pengetahuan 8
2.6. Definisi Sikap 9
BAB III METODE PENELITIAN 10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Survei Cepat 13
4.2. Pembahasan Survei Cepat 27
BAB V PENUTUP
5.1. Simpulan 39
5.2. Saran 40
DAFTAR PUSTAKA 41

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Kebiasaan merokok sudah meluas di hampir semua kelompok masyarakat


di Indonesia dan cenderung meningkat, terutama di kalangan anak dan remaja
sebagai akibat gencarnya promosi rokok di berbagai media massa (Kemenkes,
2011).
Menurut data WHO (dalam Kemenkes, 2015), Indonesia merupakan
negara ketiga dengan jumlah perokok terbesar didunia setelah China dan India.
Rata-rata konsumsi rokok per orang per tahun masyarakat Indonesia selama tahun
2013 saja mencapai 1.250 batang, dengan jumlah kematian penduduk akibat
kebiasaan merokok sebesar 200 ribu orang (Kemenkeu, 2015). Prevalensi perokok
dari 27% pada tahun 1995, meningkat menjadi 36,3% pada tahun 2013. Prevalensi
perokok perempuan turut meningkat dari 4,2% pada tahun 1995 menjadi 6,7%
pada tahun 2013. Prevalensi remaja usia 16-19 tahun yang merokok meningkat 3
kali lipat dari 7,1% di tahun 1995 menjadi 20,5% pada tahun 2014 (Depkes,
2016).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa
usia pertama kali merokok yaitu usia 10–14 tahun sebanyak 9,6%, 15–19 tahun
sebanyak 36,3%, 20–24 tahun 16,3%, 25–29 tahun sebanyak 4,4% dan ≥ 30 tahun
sebanyak 3,2%. Mahasiswa masuk pada kelompok umur 15-19 dan 20-24 yang
memiliki angka prevalensi tertinggi usia pertama kali merokok yang artinya
remaja cenderung adalah perokok (BEM FK UNUD, 2016).
Merokok menimbulkan beban kesehatan, social, ekonomi dan lingkungan
tidak saja bagi perokok tetapi juga bagi orang lain. perokok pasif terutama bayi
dan anak-anak perlu dilindungi haknya dari kerugian akibat paparan rokok.
(Kemenkes, 2015). Ada 25 jenis penyakit yang ditimbulkan karena kebiasaan
merokok seperti Emfisema, Kanker Paru, Bronkhitis Kronis dan Penyakit Paru
lainnya. Dampak lain adalah terjadinya penyakit Jantung Koroner, peningkatan
kolesterol darah, berat bayi lahir rendah (BBLR) pada bayi ibu perokok,
keguguran dan bayi lahir mati (Kemenkes, 2011).
Tobacco Control Support Center Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat
Indonesia (TCSC-IAKMI) berkerja sama dengan Southeast Asia Tobacco Control

1
Aliance (SEATC) dan World Health Organization (WHO) Indonesia melaporkan
empat alternatif kebijakan yang terbaik untuk pengendalian tembakau, yaitu 1)
manaikkan pajak (65% dari harga eceran), 2) melarang semua bentuk iklan rokok,
3) Implementasi 100% Kawasan Tanpa Rokok di tempat umum, tempat kerja,
tempat pendidikan dan 4) memperbesar peringatan merokok dan menambah
gambar dari akibat kebiasaan merokok (Prabandari dkk, 2009).
Implementasi Kawasan Tanpa Rokok adalah salah satu upaya dalam
melindungi mereka yang tidak merokok tetapi terkena paparan asap rokok atau
perokok pasif (Prabandari dkk, 2009). Pengendalian para perokok yang
menghasilkan asap rokok yang sangat berbahaya bagi kesehatan perokok aktif
maupun perokok pasif merupakan salah satu solusi menghirup udara bersih tanpa
paparan asap rokok atau biasa disebut penetapan Kawasan Tanpa Rokok
(Kemenkes, 2011).
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan
dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual,
mengiklankan, dan/atau mempromosikan produk tembakau. Tempat yang
merupakan kawasan tanpa rokok adalah fasilitas pelayanan kesehatan, tempat
proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum,
tempat kerja, dan tempat umum (Peraturan bersama Menteri Kesehatan Dan
Menteri Dalam Negeri, 2011)
Kawasan pendidikan merupakan salah satu kawasan yang terikat oleh
peraturan KTR (BEM FK UNUD, 2016). Universitas Negeri Malang seharusnya
menetapkan KTR karena merupakan kawasan pendidikan. Pada kenyataannya di
Universitas Negeri Malang belum menetapkan dan menerapkan KTR, baik
lingkup universitas atau fakultas. Survei ini dilakukan untuk memperoleh
gambaran pengetahuan dan sikap mahasiswa S1 Fakultas Sastra Angkatan 2014
terhadap Kawasan Tanpa Rokok sebagai upaya pelaksanaan Peraturan Bersama
Nomor 7 Tahun 2011.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Kawasan Tanpa Rokok


Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan
dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual,
mengiklankan, dan/atau mempromosikan produk tembakau (Kemenkes, 2011).
Tempat yang merupakan kawasan tanpa rokok adalah fasilitas pelayanan
kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah,
angkutan umum, tempat kerja, dan tempat umum (Peraturan bersama Menteri
Kesehatan Dan Menteri Dalam Negeri, 2011). Tempat proses belajar mengajar
adalah sarana yang digunakan untuk kegiatan belajar, mengajar, pendidikan
dan/atau pelatihan (Kemenkes, 2011).

2.2 Landasan Hukum Kawasan Tanpa Rokok


Beberapa peraturan telah diterbitkan sebagai landasan hukum dalam
pengembangan Kawasan Tanpa Rokok, sebagai berikut:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan pasal 113 sampai dengan 116
3. Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup

3
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2003 tentang
Pengamanan Rokok bagi Kesehatan
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara
10. Instruksi Menteri Kesehatan Nomor 84/Menkes/Inst/II/2002 tentang Kawasan
Tanpa Rokok di Tempat Kerja dan Sarana Kesehatan
11. Instruksi Menteri Pedidikan dan Kebudayaan RI Nomor 4/U/1997 tentang
Lingkungan Sekolah Bebas Rokok
12. Instruksi Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
161/Menkes/Inst/III/1990 tentang Lingkungan Kerja Bebas Asap Rokok

2.3 Tujuan, Sasaran dan Manfaat Kawasan Tanpa Rokok


Tujuan penetapan Kawasan Tanpa Rokok menurut Pusat Promosi
Kesehatan Kemenkes RI (2011) adalah :
1. Menurunkan angka kesakitan dan/ atau angka kematian dengan cara
mengubah perilaku masyarakat untuk hidup sehat
2. Meningkatkan produktivitas kerja yang optimal
3. Mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih, bebas dari asap rokok
4. Menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula
5. Mewujudkan generasi muda yang sehat
Sasaran Kawasan Tanpa Rokok menurut Pusat Promosi Kesehatan
Kemenkes RI (2011) adalah di tempat pelayanan kesehatan, tempat proses belajar
mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja,
tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan (Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan).
a. Sasaran di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
1) Pimpinan/penanggung jawab/ pengelola fasilitas pelayanan kesehatan
2) Pasien
3) Pengunjung
4) Tenaga medis dan non medis
b. Sasaran di Tempat Proses Belajar Mengajar
1) Pimpinan/penanggung jawab/ pengelola tempat proses belajar mengajar

4
2) Peserta didik/siswa
3) Tenaga kependidikan (guru)
4) Unsur sekolah lainnya (tenaga administrasi, pegawai di sekolah)
c. Sasaran di Tempat Anak Bermain
1) Pimpinan/penanggung jawab/ pengelola tempat anak bermain
2) Pengguna/pengunjung tempat anak bermain
d. Sasaran di Tempat Ibadah
1) Pimpinan/penanggung jawab/ pengelola tempat ibadah
2) Jema’ah
3) Masyarakat di sekitar tempat ibadah
e. Sasaran di Angkutan Umum
1) Pengelola sarana penunjang di angkutan umum (kantin, hiburan, dsb)
2) Karyawan
3) Pengemudi dan awak angkutan
4) Penumpang
f. Sasaran di Tempat Kerja
1) Pimpinan/penanggung jawab/ pengelola sarana penunjang di tempat kerja
(kantin, toko, dsb)
2) Staf/pegawai/karyawan
3) Tamu
g. Sasaran di Tempat Umum
1) Pimpinan/penanggung jawab/ pengelola sarana penunjang di tempat
umum (restoran, hiburan, dsb)
2) Karyawan
3) Pengunjung/pengguna tempat umum

Manfaat Penetapan Kawasan Tanpa Rokok merupakan upaya


perlindungan untuk masyarakat terhadap risiko ancaman gangguan kesehatan
karena lingkungan tercemar asap rokok. Pusat Promosi Kesehatan Kemenkes RI
(2011) yang mejabarkan manfaat penetapan kawasan tanpa rokok antara lain
menurunkan angka kesakitan dengan mengubah perilaku masyarakatsehat,
meningkatkan produktivitas kerja, kualitas udara yang sehat dan bersih,
menurunkan angka perokok dan mecegah perokok pemula.

5
2.4 Langkah Pengembangan KTR di Tempat Belajar Mengajar
Langkah-Langkah Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok Di Tempat
Proses Belajar Mengajar Berdasarkan Pedoman Pengembangan Kawasan Tanpa
Rokok Kementrian Kesehatan RI Tahun 2011. Petugas kesehatan yang berasal
dari Dinas Kesehatan atau Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) terkait dimana
Dinas Kesehatan setempat telah melakukan pengembangan Kawasan Tanpa
Rokok (KTR) melalui konsolidasi lintas program dan lintas sektor serta sosialisasi
peluncuran Kawasan Tanpa Rokok (KTR) tersebut melakukan advokasi kepada
pimpinan atau pengelola tempat proses belajar mengajar dengan menjelaskan
perlunya Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di area tersebut. Dari advokasi tersebut
akhirnya pimpinan/pengelola tempat belajar setuju untuk mengembangkan
Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Hal-hal yang perlu dilakukan oleh
pimpinan/pengelola untuk mengembangkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah
sebagai berikut:
1. Analisis Situasi
Penentu kebijakan atau dalam hal ini adalah pimpinan/pengelola tempat
proses belajar mengajar melakukan pengkajian ulang tentang ada tidaknya
kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan bagaimana sikap dan perilaku
sasaran (karyawan/guru/dosen/siswa) terhadap kebijakan Kawasan Tanpa Rokok
(KTR). Kajian ini untuk memperoleh data dasar dalam membuat kebijakan.
2. Pembentukan Komite atau Kelompok Kerja Penyusunan Kebijakan Kawasan
Tanpa Rokok (KTR)
Pihak pimpinan melakukan pertemuan internal dengan
karyawan/guru/dosen/siswa yang mewakili perokok dan bukan perokok untuk:
1Menyampaikan maksud, tujuan dan manfaat Kawasan Tanpa Rokok (KTR);
a. Membahas rencana kebijakan tentang pemberlakuan Kawasan Tanpa Rokok
(KTR);
b. Meminta masukan tentang penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR),
antisipasi kendala dan sekaligus alternatif solusi;
c. Menetapkan penanggung jawab Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan
mekanisme pengawasannya;
d. Membahas cara sosialisasi yang efektif bagi karyawan/guru/dosen/siswa;

6
3. Membuat Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
Komite atau kelompok kerja yang sudah dibentuk membuat kebijakan yang
jelas tujuan dan cara melaksanakannya.
4. Penyiapan Infrastuktur
Berikut beberapa langkah dalam penyiapan infrastuktur Kawasan Tanpa Rokok
(KTR) sebagai berikut:
a. Membuat surat keputusan dari pimpinan tentang penanggung jawab dan
pengawas Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di tempat proses belajar mengajar;
b. Instrumen pengawasan;
c. Materi sosialisasi enerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR);
d. Pembuatan dan penempatan tanda larangan merokok;
e. Mekanisme dan saluran penyampaian pesan tentang Kawasan Tanpa Rokok
(KTR) di tempat proses belajar mengajar melalui poster, stiker larangan
merokok dan lain sebagainya;
f. Pelatihan bagi pengawas Kawasan Tanpa Rokok (KTR);
g. Pelatihan kelompok sebaya bagi karyawan/guru/dosen/siswa tentang cara
berhenti merokok.
5. Sosialisasi Penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
Sosialisasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR) antara lain:
a. Sosialisasi penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di lingkungan internal
bagi karyawan/guru/dosen/siswa;
b. Sosialisasi tugas dan penanggung jawab dalam pelaksanaan Kawasan Tanpa
Rokok (KTR).
6. Penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
a. Penyampaian pesan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) kepada
karyawan/guru/dosen/siswa melalui poster, tanda larangan merokok,
pengumuman, pengeras suara dan lain sebagainya;
b. Penyediaan tempat bertanya;
c. Pelaksanaan pengawasan Kawasan Tanpa Rokok (KTR).

7
7. Pengawasan dan Penegakan Hukum
a. Pengawas Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di tempat proses belajar mengajar
mencatat pelanggaran dan menerapkan sanksi sesuai peraturan yang berlaku;
b. Melaporkan hasil pengawasan kepada otoritas penagwasan yang ditunjuk,
baik diminta atau tidak.
8. Pemantauan dan Evaluasi
a. Lakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala tentang kebijakan yang
telah dilaksanakan;
b. Minta pendapat komite dan lakukan kajian terhadap masalah yang ditemukan;
c. Putuskan apakah perlu penyesuaian terhadap masalah kebijakan.

2.5 Definisi Pengetahuan


Pengetahuan merupakan keseluruhan gagasan, ide, konsep, pemahaman,
dan pemikiran manusia setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan dapat didapat melalui kelima panca indera manusia yaitu
indera pendengaran, penglihatan, penciuman, raba, dan rasa. Sebagian besar
pengetahuan manusia didapat melalui pendengaran dan penglihatan. Pengetahuan
mencakup penalaran, penjelasan, dan pemahaman manusia tentang segala sesuatu
dan juga praktek atau kemampuan teknis dalam memecahkan berbagai persoalan
hidup (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan adalah perbagai gejala yangditemui dan
diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika
seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian
tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika
seseorang mencicipi masakan yang barudikenalnya, ia akan mendapatkan
pengetahuan tentang bentuk, rasa danaroma masakan tersebut (Notoatmodjo,
2010).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) pengetahuan adalah
segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
(over behaviour). Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua
aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan
menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang

8
diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu.
Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal
meliputi pendidikan, pekerjaan dan usia. Sedangkan faktor eksternal meliputi
faktor lingkungan dan sosial budaya (Wawan, 2010).

2.6 Definisi Sikap


Sikap adalah salah satu istilah bidang psikologi yang berhubungan dengan
persepsi dan tingkah laku. Istilah sikap dalam bahasa Inggris disebut attitude.
Attitude adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang. Suatu
kecenderungan untuk bereaksi terhadap suatu perangsang atau situasi yang
dihadapi. Sikap melibatkan beberapa pengetahuan tentang sesuatu. Namun aspek
yang esensial dalam sikap adalah adanya perasaan atau emosi, kecenderungan
terhadap perbuatan yang berhubungan dengan pengetahuan (Suharyat, 2009).
Menurut Azwar (1995) dalam Putri (2013), sikap dikatakan sebagai suatu respon
evaluatif. Respon hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu
stimulus yang menghendaki adanya reaksi individual. Respon evaluatif berati
bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itutimbul didasari oleh proses
evaluasi dalam diri individu yang memeberi kesimpulan terhadap stimulus dalam
bentuk nilai baik-buruk, positif-negatif yang kemudian mengkristal sebagai
potensi rekasi terhadap objek sikap.
Ada empat definisi sikap menurut Hanna dkk (2003). Pertama, bagaimana
perasaan mereka terhadap obyek positif atau negatif, terima atau tidak terima, pro
atau kontra. Kedua, sikap sebagai kecenderungan untuk merespon sebuah obyek
atau golongan obyek dengan sikap yang secara konsisten menerima atau tidak
menerima. Ketiga, sikap berorientasi pada psikologi sosial yaitu motivasi, emosi,
persepsi, dan proses kognitif yang bertahan lama dengan beberapa aspek dari
masing-masing individu. Keempat, keseluruhan sikap dari seseorang terhadap
obyek dilihat dari fungsi kekuatan dari tiap-tiap sejumlah kepercayaan yang
seseorang pegang tentang beberapa aspek dari obyek dan evaluasi yang diberikan
dari tiap-tiap kepercayaan yang bersangkut paut pada obyek.

9
BAB III
METODE PENELITIAN

Penelitian berupa survei cepat atau rapid survey pengetahuan dan sikap
terhadap Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Mahasiswa S1 Fakultas Sastra Angkatan
2014 Universitas Negeri Malang Sebagai Upaya Pelaksanaan Peraturan Bersama
Nomor 7 Tahun 2011. Fakultas Sastra sebagai wilayah populasi survei dibagi 11
klaster berdasarkan program studi. Satuan klaster berupa program studi. Pada
setiap klaster akan diproporsikan dengan sama atau setara yang kemudian
disesuaikan dengan jumlah responden pada masing-masing klaster. Peneliti
menganggap setiap kelas di masing-masing program studi memiliki karakteristik
yang sama atau homogen.
Populasi survei mengenai pengetahuan dan sikap terhadap KTR ini adalah
seluruh mahasiswa S1 Fakultas Sastra Angkatan 2014 Universitas Negeri Malang.
Survei ini dilaksanakan pada 11 klaster atau progam studi di Fakultas Sastra
Universitas Negeri Malang. Jumlah total populasi survei adalah 904 mahasiswa
dari seluruh program studi di Fakultas Sastra. Dari jumlah populasi tersebut,
selanjutnya akan diproporsikan sama antar klaster sehingga akan diperoleh jumlah
sampel yang akan diteliti. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode simple
random sampling dengan jumlah sampel sebesar 210 mahasiswa.
Pelaksanaan survei ini dilakukan berdasarkan panduan yang telah
ditetapkan WHO. Tahapan survei cepat mengenai pengetahuan dan sikap terhadap
KTR ini adalah : 1) menyiapkan jumlah seluruh mahasiswa S1 Fakultas Sastra
Angkatan 2014 Universitas Negeri Malang, 2) membagi jumlah populasi
berdasarkan program studi di Fakultas Sastra, 3) menyiapkan jumlah mahasiswa
dalam masing-masing program studi di Fakultas Sastra, 4) tetapkan proporsi
persentase jumlah sampel yang diambil setiap program studi (klaster) dengan cara
membagi jumlah sampel survei cepat minimal dengan jumlah populasi, 5)
proporsikan jumlah sampel berdasarkan proporsi persentase jumlah sampel
dikalikan jumlah mahasiswa dalam masing-masing program studi, 6) jumlah
sampel penelitian telah diketahui dan ditetapkan jumlahnya.

10
Data yang dikumpulkan oleh pewawancara menggunakan instrumen
kuisioner. Kuisioner berisi tentang pengetahuan dan sikap terhadap Kawasan
Tanpa Rokok (KTR) Mahasiswa S1 Fakultas Sastra Angkatan 2014 Universitas
Negeri Malang Sebagai Upaya Pelaksanaan Peraturan Bersama Nomor 7 Tahun
2011. Kuisioner dibuat dengan skala Linkert dan Gutman. Kuisioner terdiri dari 6
pertanyaan optional dan 14 pernyataan dengan menggunakan skala Linkert
sehingga terdiri dari 20 soal. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan
menghitung estimasi proporsi dari masing-masing pertanyaan dalam kuisioner
pengetahuan dan sikap terhadap KTR oleh mahasiswa S1 Fakultas Sastra
Angkatan 2014 Universitas Negeri Malang. Hasil analisis disajikan dalam bentuk
diagram pie dan deskripsi singkat.
Berikut adalah perhitungan proporsi dan jumlah sampel penelitian.
No. Klaster Jumlah Proporsi Jumlah Pembagian sampel
berdasar Mahasiwa Sampel berdasarkan kelas
Program studi
1. Pend. Bahasa, 1. A 6
210 : 904
Sastra 2. AA 1
164 = 0,23 38
Indonesia dan 3. B 12
atau 23%
Daerah 4. BB 19
2. Bahasa dan E 8
Sastra 36 23% 8
Indonesia
3. Pesputakaan 39 23% 9 KA 9
4. Pend. Bahasa 1. A 6
Inggris 2. B 6
131 23% 30 3. C 6
4. D 6
5. E 6
5. Bahasa dan 1. F 9
Sastra Inggris 58 23% 14 2. G 5
3. H 0
6. Pend. Bahasa 1. A 0
Arab 78 23% 18 2. B 5
3. C 13
7. Pend. Bahasa 1. A 5
Jerman 68 23% 16 2. B 10
3. C 1
8. Pend. Bahasa 47 23% 11 1. A 2

11
Mandarin 2. B 9
9. Pend. Seni 1. A 6
Rupa 105 23% 24 2. B 17
3. C 1
10. Pend. Seni Tari 1. H 8
dan Musik 68 23% 16 2. I 0
3. J 8
11. Desain 1. E 12
Komunikasi 2. EE 1
110 23% 26
Visual 3. F 10
4. FF 3
Jumlah total 904 210

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Survei Cepat


Berdasarkan hasil kuisioner diperoleh data sebagai berikut.
4.1.1. Karakteristik Responden
Karakteristik responden survey cepat tentang pengetahuan dan sikap terhadap
Kawasan Tanpa Rokok pada Mahasiswa S1 Fakultas Sastra 2014 Universitas
Negeri Malang. Karakteristik responden merupakan ciri yang dimiliki responden
sebagai bagian dari identitasnya. Responden pada survey cepat ini merupakan
mahasiswa S1 Fakultas Sastra Angkatan 2014 dengan total keseluruhan 120
responden. Karakteristik responden pada survey cepat ini meliputi jenis kelamin
dan usia.
4.1.1.1. Karateristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin
140 130

120

100
80
80

60

40

20

Laki-laki Perempuan

1.1. Grafik Karakteristik Responden berdasar Jenis Kelamin


Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi jenis kelamin terbanyak
pada perempuan dibandingkan laki-laki. Berdasarkan kolom diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa keseluruhan responden dari survey cepat tentang pengetahuan
dan sikap terhadap Kawasan Tanpa Rokok (KTR) pada mahasiswa Fakultas
Sastra angkatan 2014 sebanyak 210 mahasiswa yang terdiri dari 80 mahasiswa
laki-laki dan 130 mahasiswa perempuan.

13
4.1.1.2. Karakteristik Responden berdasarkan Usia
100 91
90 84
80
70
60
50
40
27
30
20
10 5 2
1
0

20 21 22 23 24 25

1.2. Grafik Karakteristik Responden berdasar Usia


Rentang usia responden yaitu usia 20 tahun sampai 25 tahun. Kolom diatas
menjelaskan mengenai usia responden dari survey cepat tentang pengetahuan dan
sikap terhadap Kawasan Tanpa Rokok (KTR) pada mahasiswa Fakultas Sastra
angkatan 2014. Hasil penelitian terhadap responden menurut usia dapat diambil
kesimpulan bahwa terdapat mahasiswa usia 20 tahun sebanyak 84 mahasiswa;
usia 21 tahun terdapat 91 mahasiswa; 22 tahun terdapat 27 mahasiswa; 23 tahun
terdapat 5 mahasiswa; 24 tahun terdapat 1 mahasiswa; dan 25 tahun terdapat 2
mahasiswa.

4.1.2. Pengetahuan
4.1.2.1. Pengetahuan adanya Peraturan di Indonesia tentang Kawasan Tanpa
Rokok di Tempat Belajar Mengajar

Pengetahuan adanya Peraturan di Indonesia tentang


KTR di Tempat Belajar Mengajar

Ya
Tidak
41%
59%

14
Diagram pie diatas menerangkan apakah Indonesia sudah memiliki
peraturan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di tempat proses belajar mengajar. Dapat
diambil kesimpulan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Sastra
angkatan 2014 sebesar 41% tidak mengetahui adanya peraturan KTR dan sebesar
59% mahasiswa mengetahui adanya peraturan KTR.

4.1.2.2. Pengetahuan tentang Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di Universitas


Negeri Malang

Pengetahuan tentang Kebijakan KTR di Univ. Negeri


Malang

Ya

31%
Tidak

69%

Diagram pie diatas mengenai apakah Universitas Negeri Malang memiliki


kebijakan terkait Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Dari diagram tersebut dapat
diambil kesimpulan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Sastra
angkatan 2014 terhadap kebijakan KTR sebesar 31% mahasiswa mengetahui dan
sebesar 69% mahasiswa tidak mengetahui adanya kebijakan KTR di Universitas
Negeri Malang.

15
4.1.2.3. Pentingnya Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok Diterapkan di Universitas
Negeri Malang

Pentingnya Kebijakan KTR diterapkan di Univ. Negeri


Malang

Ya
13%
Tidak

87%

Diagram pie diatas menjelaskan apakah penting kebijakan Kawasan Tanpa


Rokok dibuat dan diterapkan di Universitas Negeri Malang, sebesar 87%
mahasiswa menyatakan penting dan sebesar 13% mahasiswa menyatakan tidak
penting jika kebijakan KTR dibuat dan diterapkan di Universitas Negeri Malang.

4.1.2.4. Pengetahuan tentang Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di Fakultas


Sastra

Pengetahuan tentang Kebijakan KTR di Univ. Negeri


Malang

Ya

31% Tidak

69%

Diagram pie diatas membahas mengenai apakah Fakultas Sastra memiliki


kebijakan terkait Kawasan Tanpa Rokok. Dapat diambil kesimpulan bahwa
mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang angkatan 2014 tentang

16
adanya kebijakan terkait Kawasan Tanpa Rokok di Universitas Negeri Malang
sebesar 31% mengetahui dan sebesar 69% tidak mengetahui.

4.1.2.5. Perlunya Program Kawasan Tanpa Rokok di Fakultas Sastra tanpa Surat
Keputusan dari Universitas

Perlunya Program KTR di Fakultas Sastra tanpa Surat


Keputusan dari Universitas

Ya
30%
Tidak

70%

Berdasarkan diagram pie diatas menerangkan perlunya program Kawasan


Tanpa Rokok (KTR) di Fakultas Sastra tanpa surat keputusan dari Universitas
Negeri Malang. Sebesar 30% mahasiswa menyatakan perlu adanya program
Kawasan Tanpa Rokok dan sebesar 70% mahasiswa menyatakan tidak perlu
dengan program Kawasan Tanpa Rokok di lingkungan Fakultas Sastra tanpa Surat
Keputusan.

4.1.2.6. Alasan Perlu atau Tidak Perlunya Kawasan Tanpa Rokok Diterapkan di
Fakultas Sastra

Alasan perlu atau tidaknya KTR di terapkan di Fakultas


Sastra

6%
9% 28%

57%

A B C D

17
Berdasarkan diagram pie diatas membahas mengenai apakah kawasan
tanpa rokok perlu diterapkan bagi warga Fakultas Sastra. Dari diagram tersebut
dapat disimpulkan bahwa sebesar 28% mahasiswa menyatakan perlu supaya
perokok menyadari bahwa merokok bukan ditempat umum; sebesar 57%
mahasiswa menyatakan perlu supaya orang yang tidak merokok terhindar dari
asap rokok dan bebas polusi udara; sebesar 9% mahasiswa menyatakan tidak perlu
karena adanya KTR akan mendiskripsi perokok; dan sebesar 6% mahasiswa
menyatakan tidak perlu karena KTR harus ditunda sampai adanya tempat khusus
merokok.

4.1.3. Sikap
4.1.3.1. Mahasiswa FS UM Akan Menjadi Generasi Lebih Berprestasi Tanpa
Asap Rokok

Mahasiswa FS akan menjadi Generasi lebih Berprestasi tanpa


asap rokok

3%
19%

46%

32%

SS S TS STS

Berdasarkan diagram pie diatas, dapat diketahui pendapat mahasiswa FS


S1 Angkatan 2014 tentang pernyataan “mahasiswa FS akan menjadi generasi
lebih berprestasi tanpa asap rokok”. Pendapat paling banyak sebesar 46%
menyatakan sangat setuju bahwa mahasiswa FS akan menjadi generasi lebih
berprestasi tanpa asap rokok. 32 % menyatakan setuju, 19% menyatakan tidak
setuju dan persentase paling kecil 3% menyatakan sangat tidak setuju bahwa
mahasiswa FS akan menjadi generasi lebih berprestasi tanpa asap rokok.

18
4.1.3.2. Kualitas Kesehatan Mahasiswa FS UM Meningkat Jika Tidak Ada Asap
Rokok

Kualitas Mahasiswa FS Meningkat Jika Tidak Ada Asap


Rokok

1%
8%

46%
45%

SS S TS STS

Pada diagram pie diatas, dapat diketahui pendapat mahasiswa FS S1


Angkatan 2014 tentang pernyataan “Kualitas Mahasiswa FS Meningkat Jika
Tidak Ada Asap Rokok”. Pendapat paling banyak 46% menyatakan sangat setuju
bahwa kualitas mahasiswa FS akan meningkat jika tidak ada asap rokok. 45%
menyatakan setuju, 8% menyatakan tidak setuju dan 1 % menyatakan sangat tidak
setuju bahwa kualitas mahasiswa FS akan meningkat jika tidak ada asap rokok.

4.1.3.3. Saya Mendukung Adanya Kawasan Tanpa Rokok di FS UM

Saya Mendukung Adanya KTR di FS

11%1%

52%
36%

SS S TS STS

Pada diagram pie diatas, dapat diketahui bahwa 52% mahasiswa FS S1


angkatan 2014 menyatakan sangat setuju tentang mendukung adanya KTR di FS.

19
36% menyatakan setuju tentang mendukung adanya KTR di FS, 11 %
menyatakan tidak setuju dan 1% menyatakan sangat tidak setuju tentang
mendukung adanya KTR di FS.

4.1.3.4. KTR Dapat Meningkatkan Kemampuan Warga FS UM Untuk


Berperilaku Sehat

KTR dapat Meningkatkan Kemampuan Warga FS untuk


Berperilaku Sehat

1%
8%

41%

50%

SS S TS STS

Pada diagram diatas, dapat diketahui pendapat mahasiswa FS S1 angkatan


2014 tentang pernyataan “KTR dapat Meningkatkan Kemampuan Warga FS
untuk Berperilaku Sehat”. Sebesar 50% mahasiswa setuju bahwa KTR dapat
meningkatkan kemampuan warga FS untuk berperilaku sehat dan 41%
menyatakan sangat setuju bahwa KTR dapat meningkatkan kemampuan warga FS
untuk berperilaku sehat. Sebesar 8% menyatakan tidak setuju dan 1% menyatakan
sangat tidak setuju bahwa KTR dapat meningkatkan kemampuan warga FS untuk
berperilaku sehat.

20
4.1.3.5. Warga FS UM Seharusnya Tidak Merokok Di Lingkungan Fakultas

Warga FS seharusnya tidak Merokok di Lingkungan Fakultas

3%
16%
40%

41%

SS S TS STS

Pada diagram diatas, dapat diketahui pendapat mahasiswa FS S1 angkatan


2014 tentang pernyataan “Warga FS seharusnya tidak Merokok di Lingkungan
Fakultas”. Sebesar 41% mahasiswa setuju bahwa Warga FS seharusnya tidak
Merokok di Lingkungan Fakultas dan 40% menyatakan sangat setuju bahwa
Warga FS seharusnya tidak Merokok di Lingkungan Fakultas. Sebesar 16%
menyatakan tidak setuju dan 8% menyatakan sangat tidak setuju bahwa Warga FS
seharusnya tidak Merokok di Lingkungan Fakultas.

4.1.3.6. Saya Melihat Dosen FS UM Merokok Di Ruang Kelas

Saya Melihat Dosen FS Merokok di Dalam Kelas

1%
5%

44%

50%

SS S TS STS

21
Pada diagram diatas, dapat diketahui pendapat mahasiswa FS S1 angkatan
2014 tentang pernyataan “melihat dosen FS merokok di dalam kelas”. Sebesar
50% mahasiswa tidak setuju melihat dosen FS merokok di dalam kelas dan 44%
menyatakan sangat tidak setuju mahasiswa tidak setuju melihat dosen FS merokok
di dalam kelas. Sebesar 5% menyatakan sangat setuju dan 1% setuju melihat
dosen FS merokok di dalam kelas.

4.1.3.7. Banyak Mahasiswa FS UM Merokok Di Lingkungan Fakultas

Banyak Mahasiswa FS Merokok di Lingkungan Fakultas

4%
16% 26%

54%

SS S TS STS

Berdasarkan diagram pie diatas, dapat diketahui pendapat mahasiswa FS


S1 Angkatan 2014 tentang pernyataan “Banyak Mahasiswa FS Merokok di
Lingkungan Fakultas”. Pendapat paling banyak sebesar 54% menyatakan setuju
dengan pernyataan banyak mahasiswa FS merokok di lingkungan fakultas.
Sebesar 26 % menyatakan sangat setuju, 16% menyatakan tidak setuju dan
persentase paling kecil 4% menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan
banyak mahasiswa FS merokok di lingkungan fakultas.

22
4.1.3.8. Saya Terganggu Dengan Mahasiswa Yang Merokok Di Lingkungan
Fakultas

Saya Terganggu dengan Mahasiswa yang Merokok di


Lingkungan Fakultas

6%
20%
41%

33%

SS S TS STS

Berdasarkan diagram pie di atas dapat disimpulkan bahwa ada 41%


mahasiswa yang sangat setuju merasa terganggu dengan mahasiswa lain yang
merokok di lingkungan fakultas, 33% mahasiswa yang setuju merasa terganggu
dengan mahasiswa lain yang merokok di lingkungan fakultas, 20% mahasiswa
yang tidak setuju merasa terganggu dengan mahasiswa lain yang merokok di
lingkungan fakultas dan ada 6% mahasiswa yang sangat tidak setuju merasa
terganggu dengan mahasiswa lain yang merokok di lingkungan fakultas.

23
4.1.3.9. Saya Terganggu Bersebelahan Dengan Perokok

Saya Terganggu Bersebelahan dengan Perokok

0%
17%

51%
32%

SS S TS STS

Berdasarkan diagram pie di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat 51%


mahasiswa yang menyatakan bahwa sangat setuju terganggu bersebelahan dengan
perokok, 32% mahasiswa yang menyatakan bahwa setuju terganggu bersebelahan
dengan perokok dan 17% mahasiswa yang menyatakan bahwa tidak setuju
terganggu bersebelahan dengan perokok.

4.1.3.10. Ruang Kelas FS UM Harus Bebas Asap Rokok

Ruang Kelas FS harus Bebas Asap Rokok

3%4%

35%
58%

SS S TS STS

Berdasarkan diagram pie diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat sekitar


58% mahasiswa yang menyatakan bahwa sangat setuju ruang kelas FS harus
bebas asap rokok, 35% mahasiswa yang menyatakan bahwa setuju ruang kelas FS
harus bebas asap rokok, 4% mahasiswa yang menyatakan bahwasangat tidak

24
setuju ruang kelas FS harus bebas asap rokok dan sekitar 3% mahasiswa yang
menyatakan bahwa tidak setuju ruang kelas FS harus bebas asap rokok.

4.1.3.11. Merokok Dapat Dilakukan Di Semua Tempat Di Lingkungan Fakultas


Berdasarkan diagram pie di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat 39%
mahasiswa yang menyatakan bahwa sangat tidak setuju merokok dapat dilakukan
di semua tempat di lingkungan fakultas, 38% mahasiswa yang menyatakan bahwa
tidak setuju merokok dapat dilakukan di semua tempat di lingkungan fakultas,

Merokok dapat dilakukan di Semua Tempat di Lingkungan


Fakultas

10%
13%
39%

38%

SS S TS STS

13% mahasiswa yang menyatakan bahwa setuju merokok dapat dilakukan di


semua tempat di lingkungan fakultas dan 10% mahasiswa yang menyatakan
bahwa sangat setuju merokok dapat dilakukan di semua tempat di lingkungan
fakultas.

25
4.1.3.12. Peringatan Dilarang Merokok Dapat Ditemui Di Lingkungan FS UM

Peringatan dilarang Merokok dapat ditemui di Lingkungan


FS

10% 10%

40% 40%

SS S TS STS

Berdasarkan diagram pie diatas dapat disimpulkan bahwa 40% mahasiswa


menyatakan bahwa sangat setuju tentang adanya peringatan dilarang merokok
yang dapat ditemui di lingkungan FS, 40% mahasiswa menyatakan bahwa setuju
tentang adanya peringatan dilarang merokok yang dapat ditemui di lingkungan
FS, 10% mahasiswa menyatakan bahwa tidak setuju tentang adanya peringatan
dilarang merokok yang dapat ditemui di lingkungan FS, dan 10% mahasiswa
menyatakan bahwa sangat tidak setuju tentang adanya peringatan dilarang
merokok yang dapat ditemui di lingkungan FS.

4.1.3.13. Saya Bebas Merokok Di Lingkungan FS UM

Saya Bebas Merokok di Lingkungan FS

18%
38%

19%

25%

SS S TS STS

26
Berdasarkan diagram pie di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat 38%
mahasiswa yang menyatakan bahwa sangat tidak setuju bebas merokok di
lingkungan FS, 25% mahasiswa yang menyatakan bahwa tidak setuju bebas
merokok di lingkungan FS, 19% mahasiswa yang menyatakan bahwa setuju bebas
merokok di lingkungan FS, dan 18% mahasiswa yang menyatakan bahwa sangat
setuju bebas merokok di lingkungan FS.

4.1.3.14. Warga FS UM Seharusnya Tidak Merokok Di Lingkungan FS UM

Warga FS seharusnya Tidak Merokok di Lingkungan FS

4%
17%
41%

38%

SS S TS STS

Berdasarkan diagram pie di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat 41%


mahasiswa yang menyatakan sangat setuju jika warga FS seharusnya tidak
merokok di lingkungan FS, 38% mahasiswa yang menyatakan setuju jika warga
FS seharusnya tidak merokok di lingkungan FS, 17% mahasiswa yang
menyatakan tidak setuju jika warga FS seharusnya tidak merokok di lingkungan
FS, dan 4% mahasiswa yang menyatakan sangat tidak setuju jika warga FS
seharusnya tidak merokok di lingkungan FS

4.2. Pembahasan
4.2.1. Pengetahuan
4.2.1.1. Pengetahuan adanya Peraturan di Indonesia tentang Kawasan Tanpa
Rokok di Tempat Belajar Mengajar
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan
dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual,

27
mengiklankan, dan/atau mempromosikan produk tembakau. Indonesia
mempunyai peraturan terkait Kawasan Tanpa Rokok di tempat belajar mengajar
yang tertuang dalam Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam
Negeri Nomor 7 Tahun 2011. Dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa KTR
meliputi: fasilitas pelayanan kesehatan; tempat proses belajar mengajar; tempat
anak bermain; tempat ibadah; angkutan umum; tempat kerja; tempat umum; dan
tempat lainnya yang ditetapkan.
Dari hasil survey yang dilakukan oleh peneliti terhadap mahasiswa
fakultas sastra angkatan 2014 Universitas Negeri Malang di peroleh data sebanyak
123 (59%) mahasiswa fakultas sastra mengetahui adanya peraturan tentang KTR
di Indonesia dan sebanyak 87 (41%) mahasiswa fakultas sastra tidak mengetahui
adanya peraturan tentang KTR di Indonesia.

4.2.1.2. Pengetahuan tentang Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di Universitas


Negeri Malang
Universitas Negeri Malang merupakan salah satu tempat proses belajar
mengajar yang didalamnya terdapat dosen, mahasiswa, staff dan lain-lain. Tempat
proses belajar mengajar adalah gedung yang digunakan untuk kegiatan belajar,
mengajar, pendidikan dan/pelatihan. Universitas Negeri Malang sampai tahun ini
belum terdapat kebijakan terkait Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Hal ini dapat
dilihat pada laman Universitas Negeri Malang yaitu https://um.ac.id yang belum
mencantumkan atau menjelaskan terkait kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
di lingkungan universitas.
Hasil survey cepat menunjukkan bahwa mahasiswa fakultas sastra
angkatan 2014 sebesar 64 (31%) mahasiswa mengatakan terdapat kebijakan
terkait KTR di Universitas sedangkan sebesar 146 (69%) mahasiswa mengatakan
tidak tidak terdapat kebijakan terait KTR di Universitas Negeri Malang.

4.2.1.3. Pentingnya Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok Diterapkan di Universitas


Negeri Malang
Hasil survey cepat yang dilakukan oleh peneliti terhadap mahasiswa
fakultas sastra angkatan 2014 menunjukkan bahwa terdapat 181 mahasiswa

28
mengatakan penting jika kebijakan KTR diterapkan di Universitas Negeri Malang
dan sebanyak 29 mahasiswa mengatakan tidak penting jika KTR di terapkan di
lingkungan Universitas. Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian mahasiswa
fakultas sastra mengatakan penting jika KTR diterapkan di lingkungan
universitas. Hal ini dapat mengurangi polusi udara di lingkungan Fakultas Sastra
serta sesuai dengan tujuan KTR yang tertulis dalam Peraturan Bersama Menteri
Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2011, salah satunya yaitu
memberikan ruang dan lingkungan yag bersih dan sehat bagi masyarakat.

4.2.1.4. Pengetahuan tentang Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di Fakultas


Sastra
Fakultas Sastra merupakan fakultas yang didalamnya terdapat 11 program
studi untuk Sarjana Tingkat 1 (S1). Peneliti dalam melakukan survey cepat ini
langsung mendatangi responden yang terdiri dari program studi perpustakaan,
desain omunikasi visual, bahasa dan sastra inggris, pendidikan bahasa dan sastra
inggris, bahasa dan sastra indonesia, pendidikan bahasa dan sastra indonesia,
pendidkan bahasa jerman, pendidikan bahasa arab, pendidikan bahasa mandarin,
pendidikan seni tari dan musik dan pendidikan seni rupa. Dari survey cepat
tersebut diperoleh data sebanyak 62 mahasiswa (30%) mengatakan “ya” yang
berarti fakultas satra memiliki kebijakan terkait KTR dan sebanyak 148
mahasiswa (70%) mengatakan “tidak” yang berarti fakultas sastra tidak memiliki
kebijakan terkait KTR.
Fakultas Sastra untuk saat ini belum mempunyai kebijakan terkait
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) padahal jika merujuk dari Peraturan Bersama
Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2011, dijelaskan
bahwa KTR meliputi tempat belajar mengajar. Fakultas Sastra belum mempunyai
kebijakan terkait KTR dalam dilihat dari laman Fakultas Sastra yaitu
https://sastra.um.ac.id serta dari Katalog Fakultas Sastra, didalamnya tidak atau
belum ada terkait kebijakan Kawasan Tanpa Rokok.

29
4.2.1.5. Perlunya Program Kawasan Tanpa Rokok di Fakultas Sastra tanpa Surat
Keputusan dari Universitas
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian
mengatakan perlu adanya program KTR di Fakultas Sastra meskipun tanpa surat
keterangan dari Universitas. Subjek penelitian yang mengatakan “ya” yang berarti
perlu adanya program KTR adalah sebesar 151 mahasiswa (72%) sedangkan
mahasiswa yang mengatakan “tidak” yang berarti tidak perlu adanya program
KTR yaitu sebesar 59 mahasiswa (28%). Mahasiswa merasa perlu adanya
program KTR sebab didalam Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri
Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2011, dijelaskan tujuan adanya KTR salah satunya
yaitu dapat melindungi kesehatan masyarakat secara umum dari dampak buruk
merokok baik langsung maupun tidak langsung. Jadi dengan adanya program
KTR ini diharapkan kesehatan mahasiswa dapat terhindar dari dampak buruknya
rokok.

4.2.1.6. Alasan Perlu atau Tidak Perlunya Kawasan Tanpa Rokok Diterapkan di
Fakultas Sastra
Hasil survey cepat yang dilakukan oleh peneliti terkait alasan perlu atau
tidaknya KTR diterapkan di Fakultas Sastra ini mempunyai 4 pilihan jawaban
yang terbagi kedalam pilihan A,B,C, dan D. Untuk jawaban pilihan “A”
menunjukkan angka sebesar 28% (57) mahasiswa mengatakan perlu dengan
alasan supaya perokok menyadari bahwa merokok bukan ditempat umum,
sedangkan untuk pilihan jawaban “B” menunjukkan angka sebesar 57% (119)
mahasiswa mengatakan perlu dengan alasan supaya orang yang tidak merokok
terhindar dari asap rokok dan bebas polusi udara, dan untuk pilihan jawaban “C”
menunjukkan angka sebesar 9% (20) mahasiswa mengatakan tidak perlu dengan
alasan karena adanya KTR akan mendiskripsi perokok, serta untuk jawaban
pilihan “D” menunjukka angka sebesar 6% (14) mahasiswa menyatakan tidak
perlu karena KTR harus ditunda sampai adanya tempat khusus merokok. Dari
jawaban tersebut disimpulkan bahwa 50% mahasiswa Fakultas Sastra menyatakan
perlu dengan alasan supaya orang yang tidak merokok terhindar dari asap rokok
dan bebas polusi udara. Hal ini sesui dengan tuujuan KTR yang tertulis dalam

30
Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun
2011 antara lain: memberikan pelindungan yang efektif dari bahaya asap rokok
serta melindungi kesehatan masyarakat secara umum dari dampak buruk merokok
baik langsung maupun tidak langsung.

4.2.2. Sikap
4.2.2.1. Mahasiswa FS UM Akan Menjadi Generasi Lebih Berprestasi Tanpa
Asap Rokok
Pada hasil survey didapat presentase tertinggi 46% mahasiswa S1 Fakultas
Sastra sangat setuju dan 32% setuju bahwa mahasiswa FS akan menjadi generasi
yang lebih berprestasi tanpa asap rokok. Artinya mahasiswa S1 Fakultas Sastra
mengetahui bahwa asap rokok akan berdampak terhadap prestasi generasi muda.
Tujuan dari pelaksanaan KTR menurut Peraturan Bersama Menteri Kesehatan
Dan Menteri Dalam Negeri No. 7 Tahun 2011 adalah salah satunya melindungi
kesehatan masyarakat umum dari dampak buruk merokok baik langsung maupun
tidak langsung. Rokok berdampak buruk bagi kesehatan perokok itu sendirid an
Asap Rokok Orang Lain (AROL) juga berbahaya bagi kesehatan orang di
sekitarnya, yang dalam hal ini menjadi perokok pasif (Kemenkes, 2013).
Komponen utama adalah Nikotin suatu zat berbahaya penyebab kecanduan, Tar
yang bersifat karsinogenik, dan CO yang dapat menurunkan kandungan oksigen
dalam darah (Kemenkes, 2013). Efek ketergantungan nikotin inilah yang
mengakibatkan parapan terus menerus rokok pada perokok nantinya akan
mengakibatkan penurunan fungsi kognitif bagi usia pelajar. Penurunan fungsi
kognitif akan berdampak pada proses pembelajaran dan nilai akhir (Tulenan dkk,
2015). Penyakit-penyakit akibat rokok akhirnya akan melemahkan sumber daya
manusia di Indonesia (Kemenkes, 2011).

4.2.2.2. Kualitas Kesehatan Mahasiswa FS UM Meningkat Jika Tidak Ada Asap


Rokok
Pada hasil survey didapat presentase tertinggi 46% mahasiswa S1 Fakultas
Sastra sangat setuju dan 45% setuju bahwa kualitas kesehatan mahasiswa FS UM
akan meningkat jika tidak ada asap rokok. Hal ini mendukung adanya kawasan

31
tanpa rokok (Peraturan Bersama Menteri Kesehatan Dan Menteri Dalam Negeri
No. 7 Tahun 2011) yang memiliki tujuan memberi perlindungan yang efektif dari
bahaya asap rokok; memberi ruang dan lingkungan yang bersih dan sehat bagi
mayarakat; melindungi kesehatan masyarakat umum dari dampak buruk merokok
baik langsung maupun tidak langsung. Pelaksanaan penerapan Kawasan Tanpa
Rokok dilakukan untuk mempersempit area bagi perokok sehingga generasi
sekarang maupun akan datang dapat terlindungi dari bahaya rokok (Kemenkes,
2011).

4.2.2.3. Saya Mendukung Adanya Kawasan Tanpa Rokok di FS UM


Sasaran dari pelaksanaan kawasan tanpa rokok pada Peraturan Bersama
Menteri Kesehatan Dan Menteri Dalam Negeri No. 7 Tahun 2011 salah satunya
adalah tempat proses belajar mengajar. Fakultas Sastra merupakan salah satu
tempat belajar mengajar di Univesitas Negeri Malang yang seharusnya memiliki
kawasan tanpa rokok tetapi pada kenyataannya belum ada peraturan yang jelas
tentang Kawasan Tanpa Rokok di Fakultas Sastra. Berdasarkan hasil survei yang
diperoleh, 52% mahasiawa S1 Fakultas Sastra sangat setuju dan 36% setuju
tentang mendukung adanya Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Fakultas Sastra. Hal
ini dapat diartikan mahasiawa S1 Fakultas Sastra ingin adanya KTR secara nyata
diimplementasikan di Fakultas Sastra.

4.2.2.4. KTR Dapat Meningkatkan Kemampuan Warga FS UM Untuk


Berperilaku Sehat
Tujuan penetapan KTR adalah menurunkan angka kasakitan atau kematian
dengan cara mengubah perilaku masyarakat untuk hidup sehat (Kemenkes, 2011).
Berdasarkan hasil survei didapatkan 50% mahasiswa setuju dan 41% menyatakan
sangat setuju bahwa KTR dapat meningkatkan kemampuan warga FS untuk
berperilaku sehat. Hal ini berarti mahasiswa S1 Fakultas Sastra tahu bahwa tidak
merokok merupakan salah bentuk dari perilaku hidup sehat. Tidak merokok di
tempat-tempat umum merupakan salah satu indikator perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) (Kemenkes, 2013). Dengan adanya KTR mahasiawa akan menjaga

32
perilakunya untuk tidak merokok sembarangan sehingga menurunkan angka
perokok dan mencegah perokok pemula (Kemenkes, 2011).

4.2.2.5. Warga FS UM Seharusnya Tidak Merokok Di Lingkungan Fakultas


Pada hasil survei didapatkan 41% mahasiswa setuju bahwa Warga FS
seharusnya tidak Merokok di Lingkungan Fakultas dan 40% menyatakan sangat
setuju bahwa Warga FS seharusnya tidak Merokok di Lingkungan Fakultas.
Berdasarkan hasil survei, mahasiswa sebenarnya tahu bahwa warga yang ada di
Fakultas Sastra tidak seharusnya merokok di lingkungan Fakultas. Hal ini
mendukung adanya Kawasan Tanpa Rokok (KTR), didalam pelaksanaan KTR di
tempat belajar mengajar sasaran yang dituju adalah pengelola tempat belajar
mengajar, peserta didik, tenaga kependidikan dan unsur sekolah lainnya (tenaga
administrasi, pegawai di sekolah) (Kemenkes, 2011). Dengan adanya KTR maka
akan secara nyata Lingkungan Fakultas Sastra akan menjadi ruangan atau area
yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi,
menjual, mengiklankan, dan/atau mempromosikan produk tembakau.

4.2.2.6. Saya Melihat Dosen FS UM Merokok Di Ruang Kelas


Berdasarkan hasil survei diperoleh 50% mahasiswa tidak setuju melihat
dosen FS merokok di ruang kelas dan 44% mahasiswa menyatakan sangat tidak
setuju melihat dosen FS merokok di ruang kelas. Ruang kelas merupakan tempat
belajar mengajar aktif di Fakultas Sastra. Pada Peraturan Bersama Menteri
Kesehatan Dan Menteri Dalam Negeri No. 7 Tahun 2011, tempat belajar mengajar
merupakan tempat yang dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan
memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/atau mempromosikan produk
tembakau. Dosen merupakan tenaga kependidikan yang menjadi sasaran kawasan
tanpa rokok di tempat belajar mengajar (Kemenkes, 2011). Dengan mahasiswa
yang tidak setuju dengan adanya dosen merokok di Ruang Kelas sudah
mendukung agar dilaksankanannya Kawasan Tanpa Rokok di Fakultas Sastra.

33
4.2.2.7. Banyak Mahasiswa FS UM Merokok Di Lingkungan Fakultas
Hasil survei yang dilakukan mendapat hasil 54% menyatakan setuju dan
26% menyatakan sangat setuju bahwa banyak mahasiswa FS merokok di
lingkungan fakultas. Parapan terus menerus rokok pada perokok nantinya akan
mengakibatkan penurunan fungsi kognitif. Penurunan fungsi kognitif akan
berdampak pada proses pembelajaran dan nilai akhir mahasiawa (Tulenan dkk,
2015). Untuk itu perlu diberlakukannya Peraturan Bersama Menteri Kesehatan
Dan Menteri Dalam Negeri No. 7 Tahun 2011 bahwa tempat beljar mengajar
harus menjadi Kawasan Tanpa Rokok. Sehingga akan mengurangi bahkan
menghilangkan mahasiswa yang merokok di Lingkunga Fakultas Sastra.

4.2.2.8. Saya Terganggu Dengan Mahasiswa Yang Merokok Di Lingkungan


Fakultas
Berdasarkan hasil survei cepat didapatkan sekitar 74% mahasiswa S1
Fakultas Sastra menyatakan terganggu dan bahkan sangat terganggu dengan
mahasiswa yang merokok di lingkungan fakultas. Menurut Peraturan Bersama
Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri No. 188/MENKES/PB/I/2011
tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok menyatakan bahwa KTR
salah satunya meliputi tempat belajar mengajar yang bertujuan untuk memberikan
ruang atau tempat dan lingkungan yang bersih dan sehat, melindungi kesehatan
secara umum dari dampak buruk merokok baik langsung maupun tidak langsung
dan memberikan perlindungan yang efektif bagi bahaya asap rokok. Kebiasaan
merokok mengabaikan aturan dilarang merokok di tempat umum. Kebiasaan ini
merugikan orang lain karena menjadikan orang lain sebagai perokok pasif yang
jauh lebih berbahaya daripada perokok aktif. Resiko terkena penyakit lebih besar
pada perokok pasif dikarenakan mereka tidak mempunyai filter dalam menyerap
seluruh asap rokok yang dikeluarkan perokok pasif (Nurrahmah, 2015).
Berdasarkan peraturan dan teori tersebut dapat dikatakan bahwa banyak
mahasiswa yang terganggu dan sangat terganggu dengan mahasiswa lain yang
merokok di sekitarnya (fakultas) dikarenakan memberikan dampak buruk bagi
kesehatan.

34
4.2.2.9. Saya Terganggu Bersebelahan Dengan Perokok
Berdasarkan hasil survey cepat terdapat 83% mahasiswa S1 Fakultas
Sastra menyatakan terganggu dan bahkan sangat terganggu bersebelahan dengan
perokok. Berdasarkan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam
Negeri No. 188/MENKES/PB/I/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan
Tanpa Rokok menyatakan bahwa KTR salah satunya meliputi tempat belajar
mengajar yang bertujuan untuk memberikan ruang atau tempat dan lingkungan
yang bersih dan sehat, melindungi kesehatan secara umum dari dampak buruk
merokok baik langsung maupun tidak langsung dan memberikan perlindungan
yang efektif bagi bahaya asap rokok. Kebiasaan merokok mengabaikan aturan
dilarang merokok di tempat umum. Kebiasaan ini merugikan orang lain karena
menjadikan orang lain sebagai perokok pasif yang jauh lebih berbahaya daripada
perokok aktif. Resiko terkena penyakit lebih besar pada perokok pasif
dikarenakan mereka tidak mempunyai filter dalam menyerap seluruh asap rokok
yang dikeluarkan perokok pasif (Nurrahmah, 2015). Berdasarkan peraturan dan
teori tersebut, banyak mahasiswa yang menyatakan terganggu dan sangat
terganggu dengan orang lain yang merokok disekitarnya dikarenakan berdampak
buruk bagi kesehatan.

4.2.2.10. Ruang Kelas FS UM Harus Bebas Asap Rokok


Berdasarkan hasil hasil survey cepat terdapat 93% mahasiswa S1 Fakultas
Sastra menyatakan setuju dan bahkan sangat setuju bahwa ruang kelas FS harus
bebas asap rokok. Berdasarkan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan
Menteri Dalam Negeri No. 188/MENKES/PB/I/2011 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok menyatakan bahwa KTR meliputi tempat
belajar mengajar, tempat pelayanan kesehatan, tempat bermain anak, tempat
ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum dan tempat lainnya yang
ditetapkan. Tujuan KTR adalah untuk memberikan ruang atau tempat dan
lingkungan yang bersih dan sehat, melindungi kesehatan secara umum dari
dampak buruk merokok baik langsung maupun tidak langsung dan memberikan
perlindungan yang efektif bagi bahaya asap rokok. Berdasarkan peraturan tersebut
bahwa ruang kelas dalam tempat belajar mengajar diberlakukan Kawasan Tanpa

35
Rokok yang berarti bebas asap rokok dan banyak mahasiswa yang setuju dan
sangat setuju bahwa ruang kelas harus bebas asap rokok.

4.2.2.11. Merokok Dapat Dilakukan Di Semua Tempat Di Lingkungan Fakultas


Berdasarkan hasil hasil survey cepat terdapat 52% mahasiswa S1 Fakultas
Sastra menyatakan tidak setuju dan bahkan sangat tidak setuju bahwa merokok
dapat dilakukan di semua tempat di lingkungan fakultas. Berdasarkan Peraturan
Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri No.
188/MENKES/PB/I/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok
menyatakan bahwa KTR meliputi tempat belajar mengajar, tempat pelayanan
kesehatan, tempat bermain anak, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja,
tempat umum dan tempat lainnya yang ditetapkan. Tujuan KTR adalah untuk
memberikan ruang atau tempat dan lingkungan yang bersih dan sehat, melindungi
kesehatan secara umum dari dampak buruk merokok baik langsung maupun tidak
langsung dan memberikan perlindungan yang efektif bagi bahaya asap rokok.
Berdasarkan peraturan tersebut bahwa lingkungan tempat belajar yaitu termasuk
lingkungan fakultas diberlakukan Kawasan Tanpa Rokok yang berarti bebas asap
rokok.

4.2.2.12. Peringatan Dilarang Merokok Dapat Ditemui Di Lingkungan FS UM


Berdasarkan hasil hasil survey cepat terdapat 50% mahasiswa S1 Fakultas
Sastra menyatakan setuju dan bahkan sangat setuju bahwa peringatan dilarang
merokok dapat ditemui di lingkungan FS UM namun juga terdapat 50%
menyatakan tidak setuju dan bahkan sangat tidak setuju bahwa peringatan
dilarang merokok dapat ditemui di lingkungan FS UM. Berdasarkan Peraturan
Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri No.
188/MENKES/PB/I/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok
menyatakan bahwa KTR meliputi tempat belajar mengajar, tempat pelayanan
kesehatan, tempat bermain anak, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja,
tempat umum dan tempat lainnya yang ditetapkan. Selain itu, berdasarkan
Pedoman Pengembangan KTR (Kemenkes, 2011), Pembuatan dan Pengembangan
KTR harus disertai penyiapan infrastuktur yaitu meliputi Surat Keputusan,

36
instrumen pengawasan, materi sosialisasi, dan juga pembuatan tanda atau
peringatan dilarang merokok. Sementara ini, Universitas Negeri Malang belum
mengeluarkan Surat Keputusan Rektor yang menyatakan UM berada dalam
Kawasan Tanpa Rokok sehingga 50% mahasiswa FS menyatakan tidak
menjumpai tulisan dilarang merokok di fakultas.

4.2.2.13. Saya Bebas Merokok Di Lingkungan FS UM


Berdasarkan hasil hasil survey cepat terdapat 63% mahasiswa S1 Fakultas
Sastra menyatakan tidak setuju dan bahkan sangat tidak setuju bahwa merokok
bebas dilakukan di lingkungan FS UM. Berdasarkan Peraturan Bersama Menteri
Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri No. 188/MENKES/PB/I/2011 tentang
Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok menyatakan bahwa KTR meliputi
tempat belajar mengajar, tempat pelayanan kesehatan, tempat bermain anak,
tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum dan tempat lainnya
yang ditetapkan. Tujuan KTR adalah untuk memberikan ruang atau tempat dan
lingkungan yang bersih dan sehat, melindungi kesehatan secara umum dari
dampak buruk merokok baik langsung maupun tidak langsung dan memberikan
perlindungan yang efektif bagi bahaya asap rokok. Berdasarkan peraturan tersebut
bahwa lingkungan tempat belajar yaitu termasuk lingkungan fakultas
diberlakukan Kawasan Tanpa Rokok yang berarti bebas asap rokok dan 63%
mahasiswa tidak setuju dan bahkan sangat tidak setuju bahwa merokok dapat
dilakukan bebas di lingkungan fakultas.

4.2.2.14. Warga FS UM Seharusnya Tidak Merokok Di Lingkungan FS UM


Berdasarkan hasil hasil survey cepat terdapat 79% mahasiswa S1 Fakultas
Sastra menyatakan setuju dan bahkan sangat setuju bahwa seharusnya tidak
merokok di lingkungan FS UM. Berdasarkan Peraturan Bersama Menteri
Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri No. 188/MENKES/PB/I/2011 tentang
Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok menyatakan bahwa KTR meliputi
tempat belajar mengajar, tempat pelayanan kesehatan, tempat bermain anak,
tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum dan tempat lainnya
yang ditetapkan. Tujuan KTR adalah untuk memberikan ruang atau tempat dan

37
lingkungan yang bersih dan sehat, melindungi kesehatan secara umum dari
dampak buruk merokok baik langsung maupun tidak langsung dan memberikan
perlindungan yang efektif bagi bahaya asap rokok. Berdasarkan peraturan tersebut
bahwa lingkungan tempat belajar yaitu termasuk lingkungan fakultas
diberlakukan Kawasan Tanpa Rokok yang berarti bebas asap rokok dan 79%
mahasiswa setuju dan sangat setuju bahwa merokok tidak seharusnya dilakukan di
lingkungan fakultas.

38
BAB V
PENUTUP

5.1. Simpulan
5.1.1. Gambaran Pengetahuan Mahasiswa S1 Fakultas Sastra Angkatan 2014
terhadap Kawasan Tanpa Rokok sebagai upaya pelaksanaan Peraturan
Bersama Nomor 7 Tahun 2011.
Gambaran pengetahuan mahasiswa tentang KTR yaitu terdapat 59%
mahasiwa yang mengetahui adanya peraturan tetang KTR di tempat belajar
mengajar, namun 69% mahasiswa yang tidak tahu bahwa peraturan KTR di
Universitas negeri Malang namun hal ini juga sesuai dengan tidak adanya Surat
Keputusan Rektor yang menyatakan tentang KTR, sehingga tidak ada kebijakan
tentang KTR di tingkat Fakultas sehingga terdapat 69% mahasiswa yang tidak
mengetahui adanya peraturan KTR, sebesar 70% mahasiswa menyatakan tidak
perlu dengan program Kawasan Tanpa Rokok di lingkungan Fakultas Sastra tanpa
Surat Keputusan, terdapat 89% mahasiwa yang menyatakan bahwa keberadaan
KTR itu merupakan hal yang penting, dan 57% mahasiswa menyatakan perlunya
KTR supaya orang yang tidak merokok terhindar dari asap rokok dan bebas polusi
udara

5.1.2. Gambaran Sikap Mahasiswa S1 Fakultas Sastra Angkatan 2014 terhadap


Kawasan Tanpa Rokok sebagai upaya pelaksanaan Peraturan Bersama
Nomor 7 Tahun 2011.
Gambaran sikap mahasiswa terhadap KTR adalah terdapat 46% mahasiswa yang
sangat setuju bahwa mahasiswa FS akan menjadi generasi lebih berprestasi tanpa
asap rokok dan kualitias mahasiswa juga akan meningkat tanpa asap rokok,
terdapat 525 mahasiswa yang sangat setuju adanya KTR di FS, sebanyak 50%
mahasiswa setuju bahwa KTR dapat meningkatkan perilaku sehat, 41%
mahasiswa menyatakan setuju bahwa warga FS tidak seharusnya merokok di
Lingkungan Fakultas, terdapat 50% mahasiswa tidak setuju bahwa pernah melihar
dosen FS merokok di dalam kelas, 54% setuju bahwa banyak mahasiwa FS
merokok di lingkungan fakultas, 41% mahasiswa setuju bahwa merasa terganggu

39
dengan mahasiswa lain yang merokok di lingkungan fakultas, 58% mahasiswa
sangat setuju jika ruang kelas harus bebas asap rokok, 51% mahasiswa sangat
setuju jika merasa terganggu bersebelahan dengan perokok, 39% mahasiswa
sangat tidak setuju jika merokok dapat dilakukan di semua tempat di fakultas,
40% mahasiswa menyatakan tidak setuju jika terdapat peringatan dilarang
merokok di FS, 38% mahasiswa menyatakan sangat tidak setuju jika merekan
bebas merokok di lingkungan FS, dan terdapat 41% sangat setuju jika warga FS
seharusnya tidak merokok di lingkungan FS.

5.2. Saran
1. Disarankan untuk pembagian klaster secara lebih terperinci atau sampai pada
klaster terkecil sehingga dapat diambil sampel yang benar-benar mewakili
atau representatif.
2. Disarankan untuk pembagian sampel pada klaster terkecil diambil dengan
proporsi yang sama sehingga lebih dapat mewakili populasi.

40
DAFTAR PUSTAKA

BEM FK UNUD. 2016. Kawasan Tanpa Rokok (Ktr) Universitas Udayana


Dipatuhi Atau Diabaikan?, (Online),
(http://www.bemfkunud.com/uploads/2016/05/KAJIAN-KTR-FORMA-
2016-revisi.pdf), diakses 19 Maret 2017
Depkes. 2016. HTTS 2016: SUARAKAN KEBENARAN, JANGAN BUNUH
DIRIMU DENGAN CANDU ROKOK, (Online),
(www.depkes.go.id/article/print/16060300002/htts-2016-suarakan-
kebenaran-jangan-bunuh-dirimu-dengan-candu-rokok.html), diakses 19
Maret 2017
Hanna dkk. 2003. Consumer Behavior: An Applied ResearchUpper Saddle River,
NJ: Prentice Hall Inc.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2003. (Online), (http://kbbi.web.id/), diakses 23
Maret 2017.
Kemenkes. 2011. Pedoman Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok. (Online),
(http://www.depkes.go.id/resources/download/promosi-
kesehatan/pedoman-ktr.pdf), diakses 25 Maret 2017
Kemenkes. 2011. Pedoman Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI
Kemenkes. 2013. Generasi Muda Sehat, Generasii Tanpa Rokok, (Online),
(http://www.depkes.go.id), diakses 27 Maret 2017
Kemenkes. 2015. Infodatin Perilaku Merokok Masyarakat Indonesia Berdasarkan
Riskesdas 2007 dan 2013, (Online),
(http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin
-hari-tanpa-tembakau-sedunia.pdf), diakses 19 Maret 2017
Kementerian Keuangan. 2015. Media Keuangan Maret 2015, (Online),
(http://www.kemenkeu.go.id/kemenkeu/sites/default/files/media%20keuan
gan/Media%20Keuangan%20Maret%202015/files/assets/basic-
html/page41.html), dikases 19 Maret 2017
Notoatmodjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta

41
Nurrahmah. 2015. Pengaruh Rokok Terhadap Kesehatan dan Pembentukan
Karakter Manusia. (Online),
(http://journal.uncp.ac.id/index.php/proceding/article/view/226/215),
diakses 27 Maret 2017
Peraturan bersama Menteri Kesehatan Dan Menteri Dalam Negeri NOMOR
188/MENKES/PB/I/2011NOMOR 7 TAHUN 2011
Prabandari dkk. 2009. Kawasan Tanpa Rokok Sebagai Alternatif Pengendalian
Tembakau Studi Efektivitas Penerapan Kebijakan Kampus Bebas Rokok
Terhadap Perilaku Dan Status Merokok Mahasiswa Di Fakultas
Kedokteran Ugm, Yogyakarta. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan,
12 (4). (Online). (http://download.portalgaruda.org), diakses 19 Maret
2017
Pusat Promosi Kesehatan Kemenkes RI (2011). Pedoman Pengembangan
Kawasan Tanpa Rokok. Kemenkes RI: Jakarta
Putri, Puri. 2013. Pengaruh Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Pendidikan dan
Terpaan Iklan Layanan Masyarakat KB. (Online),
(http://ejournal.undip.ac.id/index.php/interaksi/article/view/4444/4054),
diakses 25 Maret 2017
Riskesdas. 2007. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007 Laporan Nasional
2007,(Online).(http://www.terbitan.litbang.depkes.go.id/penerbitan/index.
php/lpb/catalog/download/22/22/29-2), diakses 19 Maret 2017
Suharyat, Yayat. 2009. Hubungan Antara Sikap, Minat dan Perilaku Manusia.
Jurnal Region Vol 3:1-19
Tulenan dkk. 2015. Hubungan Perilaku Merokok Dengan Prestasi Belajar Pada
Remaja Perokok Di Sma Negeri 1 Remboken. Ejournal Keperawatan, 3
(2). (Online),
(http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/viewFile/8031/7591),
diakses 27 Maret 2017
Wawan, Dewi. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

42

Anda mungkin juga menyukai