Anda di halaman 1dari 9

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

RSUD KRT. SETJONEGORO


Jl. Setjonegoro No. 1 (0286)321091 /Fax.(0286)323873
Email : rsudsetjonegoro@yahoo.co.id
Website : rsud.wonosobokab.go.id
WONOSOBO

PANDUAN LARANGAN MEROKOK

RSUD KRT SETJONEGORO WONOSOBO

TAHUN 2022

BAB I

PENDHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Undang-undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 115
“Kawasan tanpa rokok antara lain: a. fasilitas pelayanan kesehatan, b.
tempat proses belajar mengajar, c. tempat anak bermain, d. tempat ibadah,
e. angkutan umum, f. tempat kerja, dan g. tempat umum dan tempat lain
yang ditetapkan.
Merokok merupakan sebuah perilaku yang tidak sehat, selain
berbahaya bagi diri sendiri terlebih lagi pada orang lain yang memiliki hak
untuk menghirup udara yang bersih dan terhindar dari segala bahan
cemaran yang dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013).
Gerakan anti rokok yang bertujuan untuk mengkampanyekan mengenai
bahaya dari rokok dan mengeluarkan beberapa peraturan tegas terkait
rokok, yang salah satunya adalah peraturan mengenai KATAR (Kawasan
Tanpa Rokok). Rumah sakit termasuk dalam tatanan institusi kesehatan
yang menyelenggarakan promosi perilaku tidak merokok (DepKes RI, 2009).
Selain itu rumah sakit merupakan sarana kesehatan yang termasuk dalam
ruang lingkup Kawasan Tanpa Rokok (KATAR) (Kemenkes RI, 2010).
Rumah sakit merupakan instansi kesehatan yang menyelenggarakan
promosi ruang lingkup Kawasan Tanpa Rokok (KATAR) (Kemenkes RI,
2010). Saat orang merokok di dalam ruangan, kandungan rokok akan
terbakar dan menimbulkan asap yang beterbangan di dalam ruangan. Jika
asap rokok dihirup pembakar rokok (perokok aktif) akan berakibat kanker
paru-paru, jantung koroner, bronkitis, penyakit stroke, hipertensi, penyakit
diabetes, dan impotensi. Sedangkan pada perokok pasif adalah asap rokok

1
yang dihirup 3 oleh seseorang yang tidak merokok (perokok pasif). Asap
rokok tersebut bisa menjadi polutan bagi manusia dan lingkungan sekitar.
Asap rokok yang terhirup oleh orang-orang bukan perokok karena berada
disekitar perokok bisa menimbulkan asap tangan kedua yang berakibat
meningkatkan bahaya kerusakan paru-paru. Kadar nikotin, karbon
monoksida, serta zat-zat lain yang tinggi dalam mereka memperparah
penyakit yang sedang diderita, dan kemungkinan mendapat serangan
jantung yang lebih tinggi bagi mereka yang berpenyakit jantung (Aryani,
2010).
Dengan adanya ini Manajeman Fasilitas dan Keselamatan membuat
Panduan Kawasan Bebas Rokok sebagai Panduan di RSUD KRT Setjonegoro
Wonosobo.

B. TUJUAN
1. Untuk mewujudkan kawasan bebas rokok di Rumah Sakit.
2. Memberikan perlindungan dari bahaya asap rokok bagi perokok aktif
dan/aktif perokok pasif.
3. Memberikan ruang dan lingkungan yang bersih dan sehat bagi
masyarakat.
4. Melindungi kesehatan masyarakat secara umum dari dampak buruk
merokok baik langsung maupun tidak langsung.
5. Menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, bebas dari asap rokok.
6. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

BAB II

2
DEFINISI

1. Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau


bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tobacum, Nicotiana
rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin, tar
dan zat adiktif dengan atau tanpa bahan tambahan. Merokok merupakan
kegiatan membakar dan/atau menghisap rokok.
2. Merokok adalah kegiatan membakar rokok salah satu ujungnya dan
dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung
lainnya.
3. Larangan Merokok adalah suatu ketentuan yang memaksa warga
masyarakat untuk tidak menghisap rokok di tempat–tempat umum.
4. Perokok pasif adalah orang yang tidak melakukan tindakan merokok tapi
terkena dampak dari merokok dengan menghisap asap rokok yang di
hembuskan oleh perokok yang merokok.
5. Kawasan Bebas Rokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang
untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual,
mengiklankan, dan/atau mempromosikan produk tembakau (Kemenkes RI,
2011).

BAB III

3
RUANG LINGKUP

1. Fasilitas pelayanan Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat


dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif
yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
2. Tempat umum Tempat umum adalah semua tempat tertutup yang dapat
diakses oleh masyarakat umum dan/atau tempat yang dapat dimanfaatkan
bersamasama untuk kegiatan masyarakat yang dikelola oleh pemerintah,
swasta, dan masyarakat.
3. Tempat lainnya yang ditetapkan adalah tempat terbuka yang dapat
dimanfaatkan bersama-sama untuk kegiatan masyarakat.

BAB IV

4
TATA LAKSANA

A. Pengaturan Kawasan Bebas Rokok

Penetapan kawasan tanpa rokok merupakan upaya perlindungan untuk


masyarakat terhadap resiko ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan
tercemar asap rokok. Penetapan kawasan tanpa rokok ini perlu diselenggarakan di
fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, empat anak
bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum dan
tempat lainnya yang ditetapkan.

Pengaturan kawasan tanpa rokok bertujuan untuk:

1. Memberikan acuan bagi pemerintah daerah dalam menetapkan Kawasan


Bebas Rokok.
2. Memberikan pelindungan yang efektif dari bahaya asap rokok.
3. Memberikan ruang dan lingkungan yang bersih dan sehat bagi masyarakat.
4. Melindungi kesehatan masyarakat secara umum dari dampak buruk merokok
baik langsung maupun tidak langsung.

B. Pengembangan Kawasan Bebas Rokok di Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Tempat sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas,
Poliklinik kesehatan, pusat/balai pengobatan, rumah bersalin, balai kesehatan
ibu dan anak, tempat praktek dokter, tempat praktek bidan, posyandu, toko
obat atau apotek, laboratorium dan tempat kesehatan lainnya (PERDES,
2015).

Langkah – Langkah Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok:

Petugas kesehatan melaksanakan advokasi kepada pimpinan rumah


sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dengan menjelaskan perlunya
Kawasan Tanpa Rokok dan keuntungannya jika dikembangkan di area
tersebut. Dari advokasi tersebut akhirnya pimpinan rumah sakit atau fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya setuju untuk mengembangkan Kawasan Tanpa
Rokok. Yang perlu dilakukan oleh pimpinan rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya untuk mengembangkan Kawasan Tanpa Rokok
adalah sebagai berikut :

1. Analisis Situasi

5
Pimpinan rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
melakukan pengkajian ulang tentang ada tidaknya kebijakan Kawasan
Tanpa Rokok dan bagaimana sikap dan perilaku sasaran (karyawan/
pasien/pengunjung) terhadap kebijakan Kawasan Tanpa Rokok. Kajian ini
untuk memperoleh data sebagai dasar membuat kebijakan.
2. Pembentukan Komite atau Kelompok Kerja Penyusunan Kebijakan
Kawasan Tanpa Rokok Pihak pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan
mengajak bicara serikat pekerja yang mewakili perokok dan bukan
perokok untuk:
a. Menyampaikan maksud, tujuan dan manfaat Kawasan Tanpa Rokok.
b. Membahas rencana kebijakan tentang pemberlakuan Kawasan Tanpa
Rokok.
c. Meminta masukan tentang penerapan Kawasan Tanpa Rokok,
antisipasi kendala dan sekaligus alternatif solusi.
d. Menetapkan penanggung jawab Kawasan Tanpa Rokok dan mekanisme
pengawasannya. 5) Membahas cara sosialisasi yang efektif bagi
karyawan/pasien/ pengunjung. Kemudian pihak pimpinan
membentuk komite atau kelompok kerja penyusunan kebijakan
Kawasan Tanpa Rokok.
3. Membuat Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok Komite atau kelompok kerja
membuat kebijakan yang jelas tujuan dan cara melaksanakannya.
4. Penyiapan Infrastruktur.
Membuat surat keputusan dari pimpinan tentang penanggung
jawab dan pengawas Kawasan Tanpa Rokok di fasilitas pelayanan
kesehatan.
a. Instrumen pengawasan.
b. Materi sosialisasi penerapan Kawasan Tanpa Rokok.
c. Pembuatan dan penempatan tanda larangan merokok di fasilitas
pelayanan kesehatan.
d. Mekanisme dan saluran penyampaian pesan di sekitar fasilitas
pelayanan kesehatan.
e. Pelatihan bagi pengawas Kawasan Tanpa Rokok.
f. Pelatihan kelompok sebaya bagi karyawan tentang cara berhenti
merokok.

6
5. Sosialisasi Penerapan Kawasan Tanpa Rokok
a. Sosialisasi penerapan Kawasan Tanpa Rokok di lingkungan internal
bagi karyawan.
b. Sosialisasi tugas dan penanggung jawab dalam pelaksanaan Kawasan
Tanpa Rokok
6. Penerapan Kawasan Tanpa Rokok
a. Penyampaian pesan Kawasan Tanpa Rokok kepada pasien/
pengunjung melalui poster, tanda larangan merokok, pengumuman,
pengeras suara dan lain sebagainya.
b. Penyediaan tempat bertanya.
c. Pelaksanaan pengawasan Kawasan Tanpa Rokok

C. Indikator Kawasan Bebas Rokok


1. Indikator Input
a. Adanya kajian mengenai kebijakan Kawasan Tanpa Rokok dan sikap
serta perilaku sasaran terhadap kebijakan Kawasan Tanpa Rokok.
b. Adanya Komite/Kelompok kerja penyusunan kebijakan Kawasan
Tanpa Rokok.
c. Adanya kebijakan Kawasan Tanpa Rokok.
d. Adanya infrastruktur Kawasan Tanpa Rokok
2. Indikator Proses
a. Terlaksananya sosialisasi penerapan Kawasan Tanpa Rokok.
b. Diterapkannya Kawasan Tanpa Rokok.
c. Dilaksanakannya pengawasan dan penegakan hukum.
d. Dilaksanakannya pemantauan dan evaluasi
3. Indikator Output
Terwujudnya Kawasan Tanpa Rokok di semua tatanan.

BAB V

7
BUKTI DOKUMENTASI

Pencatatan hasil monitoring lingkungan kerja dilakukan oleh komite K3RS


yang melaksanakan pemantauan untuk kemudian dilakukan pelaporan tertulis
sesuai dengan jadwal pelaksanaan pemantauan. Jenis dan bentuk pelaporan
berbeda untuk setiap kegiatan. Laporan disertai usulan atau rekomendasi tindak
lanjut dan ditandatangani oleh Ketua K3RS, kemudian diserahkan kepada
Pimpinan Bila diperlukan, pelaksanan monitoring lingkungan kerja mendiskusikan
rencana dan implementasi tindakan pengendalian yang direkomendasikan dalam
rapat koordinasi yang melibatkan bagian atau unit terkait dan Komite Mutu. Hasil
rapat didokumentasikan dan disusun dalam bentuk laporan untuk disampaikan
kepada pimpinan sebagai bahan pertimbangan lebih lanjut.

BAB VI

8
PENUTUP

Dengan adanya Panduan Kawasan Bebas Rokok K3RS diharapkan dapat


menjadi acuan RSUD KRT Setjonegoro K3RS dalam melaksanakan upaya
Larangan Merokok. Sejalan dengan perkembangan regulasi pemerintah,
perkembangan ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi khususnya dalam
Kawasan Bebas Rokok.

Anda mungkin juga menyukai