Anda di halaman 1dari 12

Kata Pengantar

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Implementasi Kawasan Tanpa Rokok /
KTR di Kota Medan ”.

Makalah ini merupakan tugas untuk memenuhi mata kuliah Hukum dan Perundang-
Undangan Kesehatan di Universitas Sumatera Utara Fakultas Kesehatan Masyarakat, Pada
kesempatan ini kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini

Selanjutnya, sebagai manusia yang tidak luput dari kekeliruan dan kekhilafan, sebagai
makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, kami menyadari kelemahan dan kekurangan dalam
penulisan Tugas Akhir ini. Untuk itu, dengan hati yang terbuka kami mengharapkan saran dan
kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan tugas ini dan perbaikan tugas-tugas
berikutnya.

Akhirnya kami mengharapkan kiranya makalah ini berguna bagi para pembaca dan
semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan karuniaNya kepada kita semua.

Medan, 17 November 2014

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak azasi manusia yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia tahun 1945. Amanat Undang – Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 pasal
115 menetapkan Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR). KTR adalah ruangan atau area yang
dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual,
mengiklankan, dan/atau mempromosikan produk tembakau.

Pemerintah Daerah wajib menetapkan kawasan tanpa rokok di wilayahnya. KTR merupakan
tanggung jawab seluruh komponen bangsa, baik individu, masyarakat, parlemen, maupun
pemerintah untuk melindungi generasi sekarang maupun yang akan datang. Hanya Undang-
Undang atau Perda KTR yang dapat memberikan perlindungan hukum bagi bukan perokok
terhadap paparan asap rokok orang lain.

Di kota Medan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) telah diatur dalam Perda No. 3
Tahun 2014. Ada pun tujuan dari pembuat kebijakan KTR di kota Medan yaitu untuk terciptanya
ruang dan lingkungan yang bersih dan sehat di kota medan , memberikan perlindungan kepada
masyarakat dari dampak buruk rokok baik langsung maupun tidak langsung dan untuk
menciptakan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat di kota medan. Penerapan Kawasan Tanpa
Rokok di Kota Medan masih urang dijalankan oleh masyarakat, masyarakat masih banyak yang
merokok di tempat-tempat yang telah ditetapkan larangan merokok pada Perda No. 3 Tahun
2014. Makalah ini membahas masalah KTR di kota medan menurut Perda No.3 Tahun
2014,tempat atau wilayah di kota medan yang termasuk larangan KTR, serta penerapan Kawasan
Tanpa Rokok.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) menurut Perda kota
Medan No. 3 Tahun 2014 ?
2. Tempat atau wilayah apa saja yang termasuk Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di kota
Medan?
3. Siapa yang bertanggung jawab dalam mengawasi implementasi Perda kota medan No.3
Tahun 2014 Tentang KTR?
4. Bagaimana penerapan Kawasan Tanpa Rokok(KTR) di kota Medan ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Kawasan Tanpa Rokok (KTR) menurut Perda Kota Medan
No. 3 Tahun 2014 .
2. Untuk mengetahui tempat atau wilayah yang termasuk Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di
kota Medan.
3. Untuk mengetahui yang bertanggung jawab dalam mengatasi implementasi Perda kota
Medan No. 3 Tahun 2014 tentang KTR.
4. Untuk mengetahui penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR).

1.4 Manfaat
Memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai Implementasi Kawasan Tanpa
Rokok di Kota Medan ditinjau dari sudut pandang kesehatan dan sudut pandang hukum.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

Kawasan tanpa rokok (KTR) menurut Menteri Kesehatan dan Menteri dalam Negeri
adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan
memproduksi, menjual, mengiklankan, dan mempromosikan produk tembakau. Tempat-tempat
tersebut meliputi, fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak
bermain,tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, dan tempat umum lainnya.

Kawasan Tanpa Rokok (KTR) menurut Peraturan Daerah Kota Medan No.3 Tahun
2014 adalah larangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan
memproduksi, menjual, mengiklankan, dan atau mempromosikan produk tembakau.

Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar dan dihisap
dan/atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau' bentuk lainnya yang
dihasilkan dari tanaman tembakau (nicotiana tobacum, nicotiana rustica), dan spesies lainnya
atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.

Nikotin adalah zat atau bahan senyawa pyrrolidine yang terdapat dalam nicotiana
tabacum, nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang bersifat adiktif dapat
mengakibatkan ketergantungan.

Tar adalah kondensat asap yang merupakan total residu dihasilkan saat Rokok dibakar
setelah dikurangi Nikotin dan air, yang bersifat karsinogenik.

Zat Adiktif adalah bahan yang menyebabkan adiksi atau ketergantungan yang
membahayakan kesehatan dengan ditandai perubahan perilaku, kognitif, dan fenomena
fisiologis, keinginan kuat untuk mengonsumsi bahan tersebut, kesulitan dalam mengendalikan
penggunaannya, memberi prioritas pada penggunaan bahan tersebut daripada kegiatan lain,
meningkatnya toleransi dan dapat menyebabkan keadaan gejala putus zat.
2.2 Tujuan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

Adapun tujuan dari Kawasan Tanpa Rokok (KTR) yaitu :

a) Pelindungan yang efektif kepada para perokok pasif (yang terpaksa menghirup
asap rokok dari perokok) dari bahaya asap rokok
b) Menurunkan angka kesakitan dan/atau angka kematian dengan cara mengubah
perilaku masyarakat untuk hidup sehat.
c) Meningkatkan produktivitas kerja yang optimal.
d) Mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih, bebas dari asap rokok.
e) Menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula..
f) Mewujudkan generasi muda yang sehat.

2.3 Wilayah yang termasuk Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Kota Medan
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Kota Medan diatur dalam pasal 7 Perda No.3 Tahun
2014. Wilayah tersebut antara lain:

1. Fasilitas pelayanan kesehatan di atur dalam pasal 8 meliputi :


a) rumah sakit;
b) rumah bersalin;
c) poliklinik;
d) puskesmas;
e) balai pengobatan;
f) laboratorium;
g) posyandu;
h) tempat praktek kesehatan swasta;
i) apotik; dan
j) tempat pelayanan kesehatan lainnya.

2. Tempat proses belajar mengajar di atur dalam pasal 9 meliputi :

a) sekolah;
b) perguruan tinggi;
c) balai pendidikan dan pelatihan;
d) balai latihan kerja;
e) bimbingan belajar;
f) tempat kursus; dan
g) tempat proses belajar mengajar lainnya.

3. Tempat anak bermain di atur dalam pasal 10 meliputi :

a) kelompok bermain;
b) penitipan anak;
c) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD);
d) Taman Kanak-Kanak;
e) tempat hiburan anak; dan
f) tempat anak bermain lainnya.

4. Tempat ibadah di atur dalam pasal 11 meliputi :

a) masjid/musholla;
b) gereja;
c) pura;
d) vihara;
e) klenteng; dan
f) tempat ibadah lainnya.

5. Angkutan umum di atur dalam pasal 12 meliputi :

a) bus umum;
b) taxi;
c) angkutan kota termasuk kendaraan wisata, bus angkutan anak sekolah, dan bus
angkutan karyawan;
d) angkutan antar kota;
e) kereta api; dan
f) tempat angkutan umum lainnya.
6. Tempat kerja di atur dalam pasal 13 meliputi :

a) perkantoran pemerintah baik sipil maupun Tentara Nasional Indonesia dan


Kepolisian Republik Indonesia;
b) perkantoran swasta;
c) industri;
d) bengkel;
e) Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU); dan
f) tempat kerja lainnya.

7. Tempat umum di atur dalam pasal 14 meliputi :

a) pasar modern;
b) pasar tradisional;
c) tempat wisata;
d) tempat hiburan;
e) hotel;
f) restoran dan rumah makan;
g) tempat rekreasi;
h) tempat olah raga;
i) halte
j) terminal angkutan Lrmum;
k) terminal angkutan barang;
l) pelabuhan laut;
m) bandara, dan
n) tempat umum lainnya.

2.4 Sasaran Kawasan Tanpa Rokok


1. Sasaran di Fasilitas Kesehatan
 Pimpinan/penanggung jawab/pengelola fasilitas pelayanan kesehatan
 Pasien
 Pengunjung
2. Sasaran di tempat belajar mengajar
 Pimpinan/penanggung jawab/pengelola tempat proses belajar mengajar
 Peserta didik/siswa
 Tenaga pendidikan (guru)
 Unsur sekolah lainnya (tenaga administrasi, pegawai di sekolah)

3. Sasaran di Tempat Anak Bermain

 Pimpinan/penanggung jawab/pengelola tempat anak bermain.


 Pengguna/pengunjung tempat anakbermain

4. Sasaran di Tempat Ibadah

 Pimpinan/penanggung jawab/pengelola tempat ibadah.


 Jemaah.
 Masyarakat di sekitar tempat ibadah.

5. Sasaran di Angkutan Umum

 Pengelola sarana penunjang di angkutan umum (kantin, hiburan, dsb).


 Karyawan.
 Pengemudi dan awak angkutan.
 Penumpang.

6. Sasaran di Tempat Kerja

 Pimpinan / penanggung jawab / pengelola sarana penunjang di tempat kerja


(kantin, toko, dsb).
 Staf / pegawai / karyawan.
 Tamu.
7. Sasaran di Tempat Umum

 Pimpinan/penanggung jawab/pengelola sarana penunjang di tempatumum


(restoran, hiburan, dsb).
 Karyawan.
 Pengunjung/pengguna tempat umum.

2.5. Pihak yang bertanggung jawab dalam pengawasan penerapan PERDA KOTA
MEDAN NO. 3 Tahun 2014 tentang KTR

Dalam melakukan pengawasan penerapan PERDA KOTA MEDAN NO. 3 TAHUN 2014
TENTANG KTR, melibatkan beberapa pihak terkait yang bertanggung jawab. Pihak utama yang
berperan sebagai pengawas adalah SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah). SKPD Kota Medan
meliputi sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah, badan daerah, kantor daerah, dan
kecamatan. Dalam melakukan pengawasan, Setiap pengelola, pimpinan dan/atau penanggung
jawab wilayah atau perusahaan dimana wilayah tersebut termasuk kedalam KTR wajib
melakukan pengawasan internal pada tempat dan/atau lokasi yang menjadi tanggung jawabnya
dan melarang semua orang yang berada di dalamnya merokok, seperti yang diterangkan dalam
pasal 21 dan pasal 39, ayat 1 yang isinya adalah “Pengelola, pemimpin dan/atau penanggung
jawab KTR wajib melakukan inspeksi dan pengawasan di KTR yang menjadi tanggung
jawabnya”.

Pengawasan KTR dilaksanakan oleh SKPD yang mempunyai tugas pokok dan fungsi
sesuai dengan tempat yang dinyatakan sebagai KTR. SKPD yang dimaksud tersebut antara lain
sebagai berikut:
a) SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang kesehatan melakukan pengawasan
terhadap KTR fasilitas pelayanan kesehatan;
b) SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang pendidikan melakukan pengawasan
terhadap KTR tempat proses belajar mengajar dan tempat anak bermain dan/atau
berkumpulnya anak-anak;
c) SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang sosial melakukan pengawasan terhadap
KTR tempat ibadah;
d) SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang perhubungan melakukan pengawasan
terhadap KTR angkutan umum;
e) SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang olahraga melakukan pengawasan
terhadap KTR fasilitas olahraga;
f) SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang ketenagakerjaan melakukan
pengawasan KTR di tempat kerja;
g) SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang pariwisata dan bidang perhubungan
melakukan pengawasan KTR di tempat umum;
h) SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang ketertiban umum melakukan
pengawasan seluruh KTR; dan
i) SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang pertamanan melakukan pengawasan
KTR di kawasan pertamanan atau tempat lain yang menjadi tanggung jawabnya.

Pengawasn kebijakan yang dilakukan SKPD dapat melibatkan masyarakat, badan atau
lembaga dan/atau organisasi kemasyarakatan yang berhubungan tentang rokok. Secara umum,
seluruh tanggung jawab pengawasan kebijakan berada pada SKPD selaku pengawas. Seluruh
hasil pengawasan yang dilakukan oleh SKPD dilaporkan oleh masing-masing instansi anggota
SKPD sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing kepada Walikota melalui Sekretaris
Daerah paling lambat dalam waktu 6 (enam) bulan.

2.6. Penerapan PERDA KOTA MEDAN NO. 3 Tahun 2014 tentang KTR

Perda Kota Medan no. 3 tahun 2014 mulai ditetapkan di Kota Medan pada tanggal 20
Januari 2014 dan ditandatangani oleh walikota Medan, Dzulmi Eldin S. Sudah lebih dari seratus
hari sejak ditetapkannya peraturan ini. Peraturan ini juga sudah melewati tahap sosialisasi.
Namun dalam penerapan peraturan ini terdapat banyak kendala yang menghambat proses
implementasi. Berdasarkan laporan yang diperoleh dari pantauan KORAN SINDO pada tanggal
5 november 2014. Dari laporan ini diketahui bahwa dalam implementasi peraturan ini masih
mengalami banyak kendala. Hal ini dikarenakan kurangnya dukungan baik dari masyarakat kota
Medan sendiri maupun pihak pemerintah. Pantauan KORAN SINDO juga menyatakan bahwa
Seperti yang tampak di ruangruang publik termasuk Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr
Pirngadi Medan. Meski sudah dipasang spanduk dan imbauan- imbauan dilarang merokok di
lingkungan rumah sakit, belum tampak perubahan berarti terkait perokok di fasilitas layanan
kesehatan ini. Tidak hanya pedagang keliling yang menjajakan rokok di lingkungan rumah sakit,
salah satu kantin rumah sakit pun terang-terangan menjual rokok.

Dalam penerapan perda ini juga menggunakan sistem pemberian sanksi kepada para
pelanggar peraturan. Sanksi ini secara jelas diterangkan dalam Perda Kota Medan no. 3 tahun
2014 tentang KTR. Sanksi untuk pelanggaran terhadap peraturan ini terbagi atas: sanksi
administratif pada pasal 41 – 43, dan ketentuan pidana yang diatur jelas pada pasal 44.

Sanksi administratif yang diberikan dapat berupa teguran ataupun larangan memasuki
Kawasan Tanpa Rokok. Sedangkan ketentuan pidana merupakan sanksi ancamn hukuman
kurungan penjara ataupun denda sejumlah uang kepada para pelanggar peraturan. Hukuman
kurungan penjara yang diberikan dan pidana denda yang ditetapkan berdasarkan Perda Kota
Medan No. 3 tahun 2014 tentang KTR adalah sebagai berikut:

 Setiap orang yang merokok di tempat atau area yang dinyatakan sebagai KTR,
diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) hari atau pidana denda paling
banyak Rp 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah).
 Setiap orang atau badan yang mempromosikan, mengiklankan, menjual, dan/atau
membeli rokok di tempat atau area yang dinyatakan sebagai KTR, diancam pidana
kurungan paling lama 7 (tujuh) hari atau pidana denda paling banyak Rp
5.000.000,00 (lima juta rupiah).
 Setiap pengelola, pimpinan dan/atau penanggung jawab KTR yang tidak
melakukan pengawasan internal, membiarkan orang merokok, tidak
menyingkirkan asbak atau sejenisnya, dan tidak memasang tanda-tanda dilarang
merokok di tempat atau area yang dinyatakan sebagai KTR, diancam pidana
kurungan paling lama 15 (lima belas) hari atau pidana denda paling banyak Rp
10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
Proses penerapan peraturan ini belum mencapai waktu setahun dan masih diperlukan
banyak evaluasi pada setiap rincian peraturan ini. Saat ini penerapan peraturan ini masih
memiliki kendala di lingkungan masyarakat kota Medan karena kurangnya pengawasan dari
pihak-pihak berwenang.

Sumber :

http://healthpolicys2ugm.wordpress.com/2012/11/23/kebijakan-terpilih-kawasan-tanpa-rokok/

Perda di Kota Medan No. 3 Tahun 2014

Anda mungkin juga menyukai