Anda di halaman 1dari 12

RUMAH SUSUN KEL. SUKARAMAI II KEC.

MEDAN AREA
Mahasiswa FKM USU, stambuk 2012

Komplek rusun dengan kondisi yang sangat memprihatinkan dimana keadaannya


sungguh jauh berbeda dari bersih dan sehat. Keadaan yang benar-benar jauh dari standar
kesehatan yang telah ditetapkan.
Rumah susun yang menjadi tanggung jawab dari pihak PERUMNAS. Seharusnya
mendapatkan perhatian dari dinas kebersihan setempat justru malah terabaikan. Masyarakat
yang kurang akan informasi kesehatan dan juga tidak mau membenahi diri. Lingkunga rumah
susun yang sudah mirip dengan TPA.

1) Kondisi fisik rumah susun sukaramai

Terdapat tiga lingkungan dengan masing-masing kepala lingkungan. Memiliki tiga


bentuk tipe rumah, yaitu: tipe 21, tipe 36, dan tipe 54. Memiliki 400 unit hunian. Setiap
hunian bebas dihuni oleh berapa orang pun. Peraturan yang diterapkan untuk jumlah
penghuni terkesan longgar dan tidak dilaksanakan baik bahkan pengawasannya terkesan tidak
dijalankan dengan efektif dan efisien. Bahkan ada unit hunian dengan tipe 21 yang dihuni
oleh dua keluarga. Didirikan sejak tahun 1986. Tinggi tiap lantai bervariasi, ada yang empat
lantai dan juga ada lima lantai. Tangga di setiap bangunan tidak memiliki pegangan, lantai
tidak berkeramik dan kotor, atap sudah banyak yang bolong. Tiap unit telah memiliki
sertifikat dan telah menjadi hak milik warga, namun warga yang memiliki hak milik ini
kebanyakan menyewakan kembali rumahnya kepada orang lain. Siapa saja boleh tinggal dan
tidak memerlukan proses administrasi yang ribet.

Proses pendataan penduduk kurang dioptimalkan. Banyak warga yang belum terdaftar
sebagai penduduk tetap.

Setiap unit hunian memiliki kamar mandi sendiri. Tidak ada toilet umum. Fasilitas
yang tersedia adalah : musholah sebagai tempat ibadah dan perwiritan. Mayoritas penduduk
adalah etnis tionghoa. Biasanya mereka beribadah diluar wilayah rumah susun. Ada juga
lapangan basket yang awalnya akan dibangun menjadi sebuah taman kanak-kanak namun
luas wilayahnya kurang, maka dibangunlah lapangan basket. Ada aula serbaguna namun
kondisinya sudah tidak terawat. Ada posyandu namun sudah tidak terpakai. Disekitar rusun
terdapat banyak warung-warung dimana penjualnya bukan merupakan warga rusun
sukaramai II. Ada juga beberapa lahan kosong yang tidak terpakai, lahan parkir yang beralih
fungsi menjadi tempat berjualan.

Ada satu bangunan rumah susun dimana jendelanya hanya ditutupi oleh terpal biru
saja. Atapnya sudah bocor. Beberapa bangunan memiliki atap yang diatasnya banyak
sampahnya.
2) Fasilitas kesehatan

Rumah susun Sukaramai II memiliki posyandu kecil namun sudah tidak dimanfaatkan
lagi dan tidak ada puskesmas di rumah susun sukaramai II. Tapi puskesmas berada di
kelurahan sukaramai I. Keluhan yang sering dirasakan warga adalah nyamuk di malam hari
dan kulit gatal-gatal namun sebagian warga tidak memiliki keluhan ini. Keadaan hunian yang
tidak nyaman dirasakan warga sudah dianggap wajar dan maklum di lingkungan tersebut.

3) Penyediaan air bersih


Warga memperoleh air bersih melalui PAM dengan tagihan yang dibayar sendiri oleh
warga tiap bulannya.

4) SPAL
Limbah rumah tangga berupa air di lingkungan rumah susun dialirkan langsung ke
sungai “Solang-saling”. Dulu sungai ini memiliki air yang jernih, luas, dan dalam. Namun
sekarang sudah mengalami penyempitan dan pendangkalan hingga tak ubahnya seperti parit
apalagi diatasnya telah dibangun juga rumah.
Keadaan spal-spal yang ada di lingkungan rumah susun tidak memenuhi standar
dimana spal tersebut tidak tertutup dan dipenuhi oleh sampah sehingga air tidak dapat
mengalir. Namun lingkungan rumah susun tersebut dapat dikatakan jarang terjadi banjir,
apabila terjadi banjir, itu akan cepat surut.

5) sistem pembuangan sampah

awalnya rumah susun Sukaramai II memiliki sistem pembuangan yang terstruktur


dimana terdapat saluran pembuangan sampah dari lantai atas yang mengalir langsung
kebawah. Namun kondisinya sekarang sudah rusak karena tidak ada perawaatan. Warga lebih
suka membuang sampahnya dengan melempar langsung dari jendela kamarnya. Pihak dinas
kebersihan yang jarang datang untuk mengangkut sampah karena jadwal pengangkutan yang
tidak terstruktur menambah keparahan kondisi ini.

Warga tidak memiliki rasa memiliki atas lingkungannya sehingga malas untuk
membersihkannya. Sampah yang dibuang melalui jendela tadi dibiarkan menumpuk
disembarangan tempat bahkan di atas atap. Adapun cara pemusnahan sampah dengan cara
dibakar namun hal itu kurang efisien karena keadaan sampah yang anorganik dan basah.

Karena baru saja dilakukan penggantian jabatan lurah beberapa bulan terakhir. Lurah
yang baru belum menunjukkan kinerjanya. Sempat diadakan gotong royong namun tidak
berjalan karenaa warga yang malas.

Terjadi penumpukan sampah dimana-mana.


6) Lingkungan masyarakat rusun
Bangunan rumah susun telah memiliki izin, hanya rusun saja yang memiliki izin.
Disekitar tahun 2000-an telah terjadi pembangunan ruko-ruko dan rumah-rumah disekitar
daerah pinggiran rel di dekat rusun. Nah, bangunan-bangunan inilah yang tidak memiliki
IMB.
Diekitar rumah susun terdapat rel kereta dan rumah-rumah disekitar rel tersebut
sekarang ini telah memasuki tahap penggusuran karena akan dibangun rel baru sebagai jalur
menuju ke bandara Kualanamu.
Rumah susun Sukaramai II juga telah memasuki tahap pembangunan ulang dimana
bangunan lama akan diganti dengan flat-flat yang lebih layak huni. Namun perjanjian yang
dibuat belum memenuhi kesepakatan antara warga dengan pihak perumnas. Ada sekitar 60 %
dari jumlah warga di rumah susun tersebut yang setuju dengan pembangunan ini. Warga
khawatir akan kehilangan tempat tinggalnya dan juga khawatir akan uang yang diberikan
sebagai ganti rugi tidak mencukupi kebutuhan warga.
Hubungan antar warga tetap rukun meskipun mereka memiliki perbedaan ras dan
suku. 85% warga adalah etnis tionghoa dan 15% adalah pribumi. Sistem keamanan yang ada
kurang ketat bahkan tidak ada satpam yang bertugas. Warga menyebut keamanan di
lingkungan rumah susun Sukaramai II ini sebagai sistem texas, dimana yang terkuat dapat
menjadi pemimpin. Warga lebih banyak yang mengahabiskan waktunya di warung dengan
bermain judi terutama para etnis tionghoa yang suka main kartu, baik pria maupun
wanitanya.

Warga rumah susun Sukaramai II sangat berharap kiranya pihak pemerintah berkenan
untuk memberikan perhatian terhadap lingkungan rumah susun Sukaramai. Pemerintah
secepatnya melakukan tindakan-tindakan penanggulangan sampah dan memberikan solusi-
solusi yang tepat dalam memecahkan masalah yang terjadi agar kondisi rumah susun
Sukaramai kembali bersih dan layak dijadikan sebagai tempat hunian bagi masyarakat rumah
susun Sukaramai II.

Anda mungkin juga menyukai