Anda di halaman 1dari 9

21.

FAKTOR PENGHAMBAT
1. Pembangunan yang lebih merata. Pembangunan merata yang dilakukan dari kota
hingga ke desa tentu saja memungkinkan warga desa tidak akan tergoda untuk
melakukan urbanisasi. Sebab sudah tidak ada lagi hal yang lebih menarik daripada
tinggal di kampung halamannya sendiri. Pembangunan merata itu dimulai dari berbagai
aspek dan menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Mulai dari aspek sarana prasarana
hingga pembangunan sumber daya manusianya.
2. Tersedianya lapangan pekerjaan yang luas di wilayah pedesaan. Sering kali wilayah
pedesaan sangat identik dengan pekerjaan sebagai petani. Namun di luar itu sama
sekali tidak ada lapangan pekerjaan lainnya. Sehingga pembangunan sarana yang baik
diharapkan meningkatkan ketersediaan lapangan pekerjaan yang lebih baik di wilayah
pedesaan selain dari pekerjaan sebagai petani. Guna mencapai hal itu, dibutuhkan
kerjasama yang baik antar aparat pemerintahan dengan masyarakat sekitar.
3. Fasilitas yang memadahi di kampung halaman. Pembangunan fasilitas publik yang
memadahi seperti pembangunan fasilitas pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya
yang ditingkatkan tentu tidak akan mendorong warga untuk pindah ke kota untuk
memperoleh akses publik yang lebih baik. Jadi warga desa tidak perlu jauh-jauh untuk
memperoleh fasilitas publik tersebut.
4. Peningkatan jumlah lapangan pekerjaan diantaranya adalah dengan cara
peningkatan keterampilan. Meningkatnya keterampilan yang dimiliki oleh warga desa
tentu saja akan mengurangi kemungkinan jumlah pengangguran terselubung yang
semakin lama semakin meningkat. Harapannya adalah dengan peningkatan
keterampilan pengangguran terselubung akan berkurang drastis.

5. Peningkatan dalam aspek upah kerja di desa. Peningkatan serta penyetaraan dalam
hal upah tenaga kerja menjadi salah satu hal wajib yang harus dilakukan untuk
mencegah urbanisasi. Sebab upah yang layak akan membuat warga desa dapat hidup
dengan layak. Peningkatan status ekonomi dengan menambahkan upah yang lebih
layak di desa membuat orang desa akan lebih betah untuk mencari nafkah dan
penghidupan di desa jika dibandingkan dengan kota.

1. Faktor penarik
Kota sebagai suatu wilayah industri dan pusat pelayanan jasa tentunya
memberikan magnet tersendiri bagi masyarakat desa untuk hijrah dan
mencari peruntungan. Beberapa hal yang menarik dari kota sehingga
banyak orang rela meninggalkan desanya antara lain:
 Upah kerja di kota lebih tinggi
 Kota banyak menyediakan lapangan pekerjaan mulai dari tenaga kasar
hingga profesional
 Fasilitas pelayanan sosial mudah didapatkan seperti pendidikan,
kesehatan, perbelanjaan
 Kota memiliki gaya hidup relatif bebas dibanding desa
 Sarana transportasi mudah didapat
2. Faktor pendorong
Faktor pendorong berkaitan dengan kondisi di desa yang mengakibatkan
masyarakatnya ingin pergi meninggalkan desa seperti
 Kurangnya lapangan kerja
 Upah di desa relatif rendah
 Tidak tersedianya fasilitas pelayanan sosial di desa
 Adat istiadat desa sangat mengekang dan membuat masyarakat tidak
berkembang
 Motif ingin mencari pengalaman

22.
23. 1. Clustered Rural Settlements
Pola pemukiman desa ini cenderung berkelompok dimana sejumlah keluarga tinggal
berdekatan satu sama lain dengan area di sekitarnya berupa lahan pertanian. Biasanya
pola pemukiman memusat ada di daerah dataran rendah subur dengan sumber air yang
baik atau lembah, contohnya Kampung Naga di Neglasari Tasikmalaya.

Pemukiman desa model ini biasanya akan dijumpai rumah, lumbung padi, gudang
perkakas, tempat ibadah hingga sekolah. Setiap penduduk yang hidup disana akan
diberikan sebidang lahan atau menyewa lahan untuk diusahakan. Saat populasi tumbuh
semakin pesat maka pemukiman baru akan dibangun di dekat rumah yang sudah ada. Pola
pemukiman seperti ini membuat kekerabatan diantara penduduk sangat erat karena jarak
yang berdekatan. Gambar: researchgate.net
Pola Ruang Desa Mengelompok
2. Circular Rural Settlements
Pola pemukiman ini membentuk lingkaran dengan ruang terbuka di tengah-tengah
pemukiman. Pemukiman dibangun mengikuti garis lingkaran dari pusat daerah terbuka.
Pengaturan bangunan biasanya akan dilakukan sesuai kesepakatan atau hukum adat.
Model ini menyerupai pola ruang Von Thunen karena strukturnya melingkar dengan titik
pusat di tengahnya. Gambar: geo-mexico.com

Pola Ruang Desa Melingkar

3. Linier Rural Settlements


Pola pemukiman ini berbentuk memanjang mengikuti suatu kenampakan seperti sungai,
rel kereta atau jalan raya. Transportasi utama mengandalkan sungai atau jalanan sempit
jika diantara rel kereta atau jalan raya. Banjarmasin menjadi salah satu daerah dengan
banyak pemukiman memanjang di pinggir sungai sehingga menghasilkan budaya sungai.
Gambar: rogpalmer.cantabphotos.com
Pola Ruang Desa Memanjang
4. Dispersed Rural Settlements
Pola pemukiman ini tersebar tidak merata di berbagai titik dan biasanya berada di
wilayah seperti pegunungan karst dan perbukitan. Para penduduk cenderung terisolasi
satu sama lain dengan kondisi transportasi yang sulit. Gambar: geograph.ie

Pola Ruang Desa Menyebar


Itulah empat pola keruangan desa di dunia beserta karakteristiknya. Pemilihan lokasi
pemukiman memang kadang cenderung subjektif namun kadang objektif pula. Ada
penduduk yang senang hidup berkelompok dan ada juga yang hidup ingin terpisah satu
sama lain. Namun di balik itu semua, setiap desa punya potensi yang bisa dikembangkan
untuk kesejahteraan masyarakatnya

25. 1. Eopolis
Tahap ini merupakan awal pembentukkan benih sebuah kota yang dicirikan dengan
adanya perkampungan. Kegiatan masyarkat pada tahap ini masih terfokus pada
sektor pertanian, pertambangan, perkebunan dan perikanan.
2. Polis
Tahap ini dicirikan dengan munculnya pasar di tengah perkampungan serta mulai
berdirinya industri kecil. Pengaruh industri pada tahap ini masih belum begitu
besar.
3. Metropolis
Tahap ini kenampakan struktur ruang kota sudah berkembang cukup besar.
Pengaruh kota sudah terasa hingga daerah sekitarnya sehingga banyak ditemukan
kota satelit atau daerah penyokong kota utama.
4. Megalopolis
Tahap ini dicirkan dengan perilaku manusia di atasnya yang hanya berorientasi
materi. Sistem birokrasi yang buruk dan standarisasi produk lebih dipentingkan
pada tahap ini. Contoh tahap ini adalah Kota Paris pada abad ke 18, New York
pada awal abad ke 20.
5. Tiranopolis
Tahap ini merupakan awal kehancuran suatu kota. Kondisi perdagangan mulai
menurun secara signifikan.
6. Nekropolis
Tahap ini disebut juga the city of dead, yaitu kehancurna total kota karena berbagai
faktor seperti kelaparan, perang, bencana atau sistem tata kota yang buruk.
Kenyamanan sudah tidak ditemukan pada kota seperti ini.

26. Dampak Positif

Bagi Kota
- Kota akan menerima pasokan pekerja kelas menengah bawah dari desa untuk sektor
industri.
- Bahan pangan tersedia mulai dari beras, sayuran, buah-buahan.
- Pertumbuhan kota semakin pesat karena banyaknya pembangunan.
- Pendapatan daerah meningkat karena banyaknya penduduk yang hijrah ke kota.
Bagi Desa
- Pendapatan masyarakat desa relatif meningkat.
- Tingkat pendidikan, kesehatan masyarakat desa mulai membaik.
- Pola pikir mulai rasional seiring masuknya informasi dan teknologi.
- Fasilitas jalan mulai banyak dibangun.
- Banyak sektor wisata alam mulai dibangun di desa untuk memenuhi kebutuhan wisata
masyarakat kota.

Dampak Negatif

Bagi Kota
- Banyak muncul slum area atau pemukiman kumuh di penggiran kota.
- Kota semakin padat dan menimbulkan kemacetan.
- Polusi meningkat.
- Volume sampah meningkat dan merusak lingkungan.
- Kriminalitas meningkat.

Bagi Desa
- Desa semakin kekurangan tenaga produktif.
- Arus modernisasi merusak tata kehidupan tradisional masyarakat desa.
- Lahan pertanian semakin berkurang karena ekspansi bisnis penduduk kota.
- Pencemaran mulai banyak berkembang di desa.

28. teori titik henti

32. B. Faktor Pembentuk Kota

Ada dua faktor yang bisa menjadi pembentuk kota, Quipperian, yakni faktor
fisik dan faktor nonfisik.

 Faktor fisik -> letak yang strategis, topografi halus, tanah subur, iklim
mendukung, SDA seperti pertanian, perkebunan, tambang, dan
keindahan alam.
 Faktor nonfisik -> kondisi penduduk, fasilitas sosial, pusat pelayanan,
pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat industri, dan lainnya.
35

1. Desa tradisional -> tipe desa terpencil pada masyarakat suku


terasing dan seluruh kehidupannya masih sangat bergantung pada
alam.
2. Desa swadaya -> penduduk jarang, masih terikat adat istiadat,
tingkat pendidikan rendah, kegiatan penduduk dipengaruhi alam,
daerah berupa pegunungan atau perbukitan, dan lokasi terpencil.
3. Desa swakarya -> desa yang tingkat perkembangannya sudah lebih
maju, adat istiadat sedang mengalami perubahan, pengaruh dari luar
sudah masuk sehingga mengubah pola pikir, lapangan kerja dan
produktivitas bertambah, mata pencaharian penduduk mulai
beragam.
4. Desa swasembada -> desa yang sudah maju, lokasi berada dekat
dengan ibu kota, alat-alat teknis yang digunakan jauh lebih modern,
adat istiadat sudah tidak mengikat, tingkat pendidikan dan
keterampilan sudah lebih tinggi, mata pencaharian beragam, tingkat
kesadaran kesehatan tinggi.

34 .

1. Hubungan sosial bersifat gesselschaft


2. Individualis dan materialistis
3. Mata pencaharian nonagraris
4. Status sosial ekonomi heterogen
5. Toleransi lemah
6. Pandangan hidup rasional dan berpikiran maju
7. Kepadatan penduduk tinggi
8. Terdapat kesenjangan sosial
37

40 Ciri-ciri Umum Desa


Berikut merupakan ciri ciri umum desa, yakni:

1. Masyarakatnya sangat erat dengan alam


2. Kehidupannya banyak tergantung pada musim
3. Merupakan kesatuan social dan kesatuan kerja
4. Jumlah penduduk relatif kecil dan wilayahnya relatif luas
5. Struktur ekonomi dominan agraris
6. Ikatan keluarga sangat erat merupakan suatu paguyuban /
Gemeinchaft
7. Sosial kontrol ditentukan oleh nilai moral dan hokum internal / adat
8. Proses sosialnya berjalan lambat
9. Umumnya berpendidikan rendah

Anda mungkin juga menyukai