E. Klasifikasi Desa
Desa dapat diklasifikasikan berdasarkan luas wilayah, kepadatan penduduk, potensi desa yang
domininan, kegiatan pokok yang menonjol, dan tingkat perkembangan
Klasifikasi desa berdasarkan luas wilayah, yaitu:
1. Desa terkecil , luas wilayah < 2 km2
2. Desa kecil , luas wilayah 2 - 4 km2
3. Desa sedang , luas wilayah 4 - 6 km2
4. Desa besar, luas wilayah 6 - 8 km2
5. Desa terbesar , luas wilayah > 8 km2
Penduduk merupakan faktor utama suatu desa, berdasarkan kepadatan penduduk, desa dibagi
menjadi :
1. Desa terkecil (< 100 jiwa/km2)
2. Desa kecil (100-500 jiwa/km2)
3. Desa sedang (500-1500 jiwa/km2)
4. Desa besar (1500-3000 jiwa/km2)
5. Desa terbesar (3000-4500 jiwa/km2)
Berdasarkan potensi desa yang dominan, desa diklasifikasikan menjadi:
1. Desa nelayan
2. Desa persawahan
3. Desa perladangan
4. Desa desa perkebunan
5. Desa peternakan
6. Desa kerajinan (industri keci)
7. Desa industri besar
8. Desa jasa dan perdagangan
Klasifikasi desa menurut Daldjoeni (1996) dibedakan berdasarkan kegiatan pokok atau kegiatan
yang menonjol pada desa tersebut, yaitu:
1. Desa Agrobisnis, yaitu desa yang kegiatan penduduknya melakukan pengolahan dan distribusi
hasil pertanian.
2. Desa Agro industry, yaitu desa yang pendudukan melakukan kegiatan pengolahan bahan-bahan
hasil pertanian menjadi barang setengah jadi atau barang jadi yang langsung dikonsumsi
3. Desa Wisata, yaitu desa yang memiliki objek wisata sebagai komoditas ekonomi seperti
pemandangan alam, wisata budaya dan wisata sejarah.
4. Desa Industri non-pertanian, yaitu desa yang penduduknya melakukan kegiatan industri seperti
bahan tambang dan industri kerta
Berdasarkan tingkat perkembangan kemajuan desa, ada beberapa tipe desa yaitu desa swadaya,
desa swakarya, dan desa swasembada.
1. Desa swadaya (desa terbelakang) adalah suatu wilayah desa yang masyarakat sebagian besar
memenuhi kebutuhannya dengan cara mengadakan sendiri. Desa ini umumnya terpencil dan
masyarakatnya jarang berhubungan dengan masyarakat luar, sehingga proses kemajuannya sangat
lamban karena kurang berinteraksi dengan wilayah lain atau bahkan tidak sama sekali.
Ciri-cirinya:
a. Adminsitrasi belum dilaksanakan dengan baik
b. Lembaga desa belum berfungsi dengan baik
c. Tingkat pendidikan dan produktifitas masih rendah
d. Sebagian besar kehidupan masyarakat bergantung kepada alam
e. Hasil kegiatan penduduknya hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri
2. Desa swakarya (desa sedang berkembang), keadaannya sudah lebih maju dibandingkan desa
swadaya. Masyarakat di desa ini sudah mampu menjual kelebihan hasil produksi ke daerah lain, di
samping untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Interaksi sudah mulai nampak, walaupun intensitasnya
belum terlalu sering.
Ciri-cirinya:
a. Lembaga sosial dan pemerintahan desa sudah mulai berfungsi
b. Administrasi desa sudah mulai berjalan
c. Adat istiadat sudah mulai longgar
d. Mata pencaharian penduduk sudah mulai beragam
e. Sudah melakukan interaksi dengan daerah lain
f. Mobilisasi semakin terlihat
3. Desa swasembada (desa maju) adalah desa yang sudah mampu mengembangkan semua potensi
yang dimiliki secara optimal. Hal ini ditandai dengan kemampuan masyarakatnya untuk
mengadakan interaksi dengan masyarakat luar, melakukan tukar-menukar barang dengan wilayah
lain (fungsi perdaganagan) dan kemampuan untuk saling mempengaruhi dengan penduduk di
wilayah lain. Dari hasil interaksi tersebut, masyarakat dapat menyerap teknologi baru untuk
memanfaatkan sumber dayanya sehingga proses pembangunan berjalan dengan baik.
Ciri-cirinya:
a. Sarana dan prasarana desa sudah lengkap
b. Pengelolaan administrasi sudah dilakukan dengan baik
c. Pola pikir masyarakat sudah maju dan rasional
d. Mata pencaharian penduduk sudah bergeser dari sektor pertanian ke sektor jasa dan
perdagangan.
F. Potensi Desa
Potensi fisik desa antara lain meliputi:
1. Tanah, dalam artian sumber tambang dan mineral, sumber tanaman yang merupakan sumber mata
pencaharian, bahan makanan, dan tempat tinggal.
2. Air, dalam artian sumber air, kondisi dan tata airnya untuk irigasi, pertanian dan kebutuhan hidup
sehari-hari.
3. Iklim, peranannya sangat penting bagi desa yang bersifat agraris.
4. Ternak, sebagai sumber tenaga, bahan makanan, dan pendapatan.
5. Manusia, sebagai sumber tenaga kerja potensial (potential man power) baik pengolah tanah dan
produsen dalam bidang pertanian, maupun tenaga kerja industri di kota.
Potensi nonfisik desa antara lain meliputi:
1. Masyarakat desa, yang hidup berdasarkan gotong royong dan dapat merupakan suatu kekuatan
berproduksi dan kekuatan membangun atas dasar kerja sama dan saling pengertian.
2. Lembaga-lembaga sosial, pendidikan, dan organisasi-organisasi sosial yang dapat memberikan
bantuan sosial dan bimbingan terhadap masyarakat.
3. Aparatur atau pamong desa, untuk menjaga ketertiban dan keamanan demi kelancaran jalannya
pemerintahan desa.