Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Geografi adalah suatu cabang ilmu yang memiliki cakupan yang sangat luas dan di dalamnya terdapat sub bagian cabang ilmu, salah satunya adalah geografi sosial. Geografi sosial mempelajari tentang alam geografi serta hubungannya dengan aktivitas manusia. Karena alam mempengaruhi aktivitas manusia. Segala proses yang terjadi di alam, akan memiliki dampak terhadap kehidupan manusia. Salah satu aktivitas alam yang berpengaruh terhadap aktivitas manusia adalah meletusnya Gunung Sinabung. Di dalam memenuhi tugas akhir mata kuliah Geografi Sosial, kami membahas tentang Aktivitas Penduduk Yang Berkaitan Dengan Karakteritik. Sampai saat ini masalah sosial merupakan salah satu masalah yang sering mendapat perhatian khusus, terutama mengenai kesejahteraan masyarakat di berbagai daerah. Daerah selalu berkaitan dengan konsep wilayah dalam pemanfaatannya untuk memenuhi kebutuhan dalam mencapai kesejahteraan, dan salah satu faktor yang mempengaruhi pemanfaatan fisik wilayah untuk mencapai kesejahteraan hidup adalah faktor geografis. Faktor geografis yang dimaksud pasti berujung pada segi geografis, baik itu geografi fisik maupun geografi sosial yang tidak akan pernah lepas dari segala bentuk kehidupan dan kegiatan manusia. Apalagi dalam melakukan kegiatan, manusia selalu berinteraksi dengan manusia lainnya dan lingkungan sekitar. Lingkungan akan memberikan mnafaat yang besar kepada manusia apabila manusia mengelola dan mengembangkan sumberdaya secara maksimal. Salah satu lingkungan yang dapat memberikan manfaat kepada manusia adalah daerah pegunungan.

B. RUMUSAN MASALAH Bagaimana aktivitas Masyarakat desa Mbarung Datuk Saudane, Kecamatan Babussalam, Kabupaten Aceh Tenggara. Bagaiman pola pemukinan desa Mbarung Datuk Saudane?

C. TUJUAN PENELITIAN Untuk mengetahui pola pemukiman desa Mbarung Datuk Saudane Untuk mengetahui aktifitas Masyarakat Mbarung Datuk Saudane Mengetahui potensi sumberdaya alam di desa Mbarung Datuk Saudane

D. MANFAAT PENELITIAN Beberapa manfaat yang dapat diambil dari kegiatan penelitian ini antara lain: Menambah wawasan mahasiswa/i pada mata kuliah Geografi Sosial. Adanya fakta mengenai kondisi masyarakat pegunungan yang dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan sumber informasi Sebagai bahan acuan bagi para pengambil kebijakan negara dalam pemerataan pembangunan dan kesejahteraan dari berbagai sisi Pelatihan bagi penulis untuk penelitian mini.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN DESA Desa dalam bahasa Sanksekerta adalah deshi , yang berarti tanah kelahiran atau tanah tumpah darah. Kini pengertiannya berkembang dan bermana sebagai tetorial hukum. Berikut ini adalah pengertian desa menurut beberapa ahli . Menurut Daldjoeni, desa adalah permukiman penduduk diluar kota dan penduduknya bekerja dalam bidang agraris. Menurut S.D. Mistra, desa bukan hanya kumpulan tempat tunggal,tetapi juga kumpulan daerah pertanian, dengan batas-batas tertentu yang luasnya antara 501000are. Sutardjo Kartohadikusumo, desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri. Willian Oghburn dan M.F.Nimcoft, desa adalah sejumlah organisasi sosial kehidupan dalam wilayah yang terbatas. Prof.Drs R.Bintarto, desa adalah perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsure-unsur fisiografis, sosisologis, ekonomis, politis, dan cultural yang ditempat terkait, dalam hubungannya dan pengaruh timbal balik dengan daerah-daerah lain. Berdasarkan UU no.5 tahun 1979 pasal 1 tentang pemerintahan daerah, istilah desa dibedakan dari kelurahan. Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat hukum, mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung dibawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan NKRI. Kelurahan adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk yang mempunyai orgganisasi pemerintahan terendah langsung dibawah camat, yang tidak berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri.

Di Indonesia, istilah desa kebanyakan digunakan di pulau Jawa dan Madura. Di daerah lain, desa disebut dengan istilah, seperti: Banjar (Bali), wanus (Sulawesi Utara), menttawai (Bugis), Nagari (Minangkabau), gampong (Aceh), dan marga (Sumatera Selatan). Meskipun digunakan istilah yang berbeda-beda, semua menunjuk pada pengertian yang sama.

B.

KEHIDUPAN MASYARAKAT DAN KEHIDUPAN DESA Bagi masyarakat awam, desa merupakan tempat tinggal penduduk yang hidup

bertani dengan suasana lingkungan yang tentram dan terletak jauh dari keramaian kota. Kondisi desa seperti gambaran tersebut umunya terdapat di Negara berkembang termasuk Indonesia. Secara umum, ciri-ciri desa di Negara berkembang adalah sebagai berikut: Masyarakatnya sangat religious Pendidikan masyarakat masih rendah Komunikasi atau kontak sosial antar warga bersifat langsung, informal, dan antar pribadi Hubungan antar warga bersifat langgeng Kontrol sosial diatur oleh norma-norma yang bersifat tradisional Gotong royong masih kuat Kelompok primer berperan besar dalam menentukan kebijakan desa Mata pencaharian penduduk umumnya homogeny, misalnya sebagai petani atau nelayan Mempunyai ikatan yang erat dengan alam, sehingga aktivitas mereka sangat dipengaruhi oleh alam Keluarga pedesaan merupakan satu unit kerja dan ekonomi Rumah dan tempat kerja berdekatan Kepadatan penduduknya rendah Proses perubahan sosial berjalan lambat Mobilitas penduduk rendah

C. KLASIFIKASI DESA Desa diklasifikasikan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, antara lain: Menurut Kepadatan penduduk, desa dapat diklasifikasikan menjadi 5 berikut ini: 1. Desa terkecil, kepadatannya 100 jiwa/km2 2. Desa kecil, kepadatannya 100-500 jiwa/km2 3. Desa sedang, kepadatannya 500-1500jiwa/km2 4. Desa besar, kepadatannya 1500-3000jiwa/km2 5. Desa terbesar, kepadannya 3000-4500jiwa/km2

Menurut luas wilayahnya, desa diklasifikasikan menjadi 5 yaitu sebagai berikut: 1. Desa terkecil, luas wilayahnya < 2 km2 2. Desa kecil, luas wilayahnya 2-4 km2 3. Desa sedang, luas wilayahnya 4-6 km2 4. Desa besar, luas wilayahnya 6-8 km2 5. Desa terbesar, luas wilayahnya 8-10 km2

Menurut tingkat perkembangannya, desa diklasifikasikan menjadi Desa Swadaya, Swakarya, dan Swakarsa. 1. Desa tradisional (Desa Swadaya), memiliki ciri-ciri berikut: Belum mampu menyelenggarakan pemerintahan secara mandiri Administrasi desa belum dilaksanakan dengan baik Sarana dan prasarana transportasi terbatas Lokasinya terpencil

2. Desa berkembang (Desa Swakarya), memiliki cirri-ciri sebagai berikut: Telah mampu menyelenggarakan rumah tangganya sendri Lembaga-lembaga desa telah berfungsi dengan baik Pola pikir masyarakat suda berubah, karena pengaruh budaya luar Ikatan adat sudah mulai longgar

3. Desa maju (Desa Swasembada), memiliki ciri-ciri sebagai berikut Lembaga-lembaga desa telah berkembang dan berfungsi baik Sarana dan prasarana desa sudah lengkap Tingkat pendidikan masyarakat tinggi dan pola pikir rasional Aktivitas pertanian tidak sekedar untuk mencukupi kebutuhan sendiri, tetapi juga untuk diperdagangkan. Menurut mata pencaharian penduduknya, desa diklasifikasikan menjadi tiga desa sebagai berikut : 1. Desa Agraris Bila sebagian besar penduduknya berkerja pada sektor pertanian (bercocok tanam, dan berkebun) 2. Desa Nelayan Bila sebagian penduduknya berkerja sebagai nelayan. 3. Desa Industri Bila sebagian besar penduduknya berkerja disektor industri (keramik, batik, ukir-ukiran, dan lain sebagainya) Menurut Fungsinya, terdapat desa sebagai wilayah geografis (region) dan desa sebagai daerah pemerintahan, yaitu: 1. Desa sebagai wilayah geografis (region) Yaitu desa sebagai daerah belakang (hinterland) yang mendukung keperluan kota, terutama sebagai penghasil pangan, juga menjadi penghasil bahan mentah (raw material) dan tenaga kerja (man pawer). 2. Desa sebagai daerah pemerintahan terendah yaitu daerah yang mampu menjalankan kebijakan-kebijakan yang digariskan oleh pemerintahan diatasnya (kecamatan atau pun provinsi).

D.

POLA KERUANGAN DESA a. Tata Guna Lahan Tata guna lahan wilayah pedesaan sebagian besar adalah untuk dua kegiatan

utama, yaitu kegiatan agraris (pertanian) serta permukiman. Sebaliknya di kota tata lahan lebih kompleks sesuai dengan keanekaragaman aktivitas yang ada diwilayah kota. Peruntukan lahan itu adalah bagi lahan pemukiman, industri, dan perdagangan (pasar, mall, atau pertokoan), fasilitas hiburan dan rekreasi, dan berbagai aktivitas lainnya. Seperti telah disampaikan sebalumnya, di pedesaan kemungkinan perluasan pemukiman masih sangat besar. Hal itu terjadi kerena belum banyaknya fungsi-fungsi lain yang dikembangkan selain fungsi pertanian.

b. Pola Permukiman (Pola tata ruang) Secara sosial ekonomis, permukiman desa dapat dibedakan atas beberapa pola sebagai berikut : 1. Pola tertutup (isolated) Pola tertutup masih banyak dijumpai diberbagai wilayah diluar pulau Jawa .di Jawa pola tertutup sudah hampir tidak ada karena jaringan lalu lintas sudah berkembang hingga pelosok.

2. Pola sedikit banyak tertutup (more or less closed) Pola ini akan segera tercapai apabila rencana pembangunan menyeruluruh dapat dilaksanakan secara menyeluruh.

3. Pola terbuka Pola terbuka banyak dijumpai di Pulau Jawa. Namun, diluar Jawa seperti Sumtra dan Kalimantan pola demikian mulai ditemukan dengan dibangunnya jaringan transportasi, seperti Trans Sumatra atau Trans Kalmantan.

Menurut Daljoeni, bentuk dan pola desa dapat dibedakan menjadi 4, yaitu: 1. Pola linear atau memanjang Permukiman penduduk di daerah rendah pada umumnya memanjang sejajar jalan raya yang menembus desa. Jika desa berkembang (mekar) secara wajar tanpa direncanakan, maka tanah pertanian diluar desa disepanjang jalan raya akan berubah menjadi pemukiman baru. Pemekaran suatu desa juga dimungkinkan kearah pedalaman sebelah menyebelahkan dengan jalan raya.

2. Pola memanjang mengikuti garis pantai Di daerah pantai, pola pemukian desa cenderung memanjang mengikuti garis pantai. Di pantai landai dapat tumbuh permukiman penduduk dengan mata pencaharian sebagai nelayan dan pedagang. Jika desa itu berkembang, areal tempat tinggalnya akan meluas sampai bertemu dan menyambung dengan desa lain.

3. Pola memusat Bentuk desa memusat terdapat di wilayah pegunungan, dihuni oleh penduduk dari satu keturunan. Oleh sebab itu, umumnya semuanya warga masyarakat di daerah itu adalah keluarga atau kerabat. Dusun-dusun yang terdapat di desa berbentuk memusat, biasanya sedikit saja tidak lebih dari 40 rumah.

4. Pola mengelilingi suatu fasilitas Bentuk desa ini terdapat di dataran rendah dan memiliki fasilitas umum yang banyak dimanfaatkan oleh penduduk setempat, misalnya mata air, danau, dan waduk. Selain dimanfaatkan sebagai pemukiman, lahan pedesaan juga dimanfaatkan untuk aktivitas sosial ekonomi, seperti persawahan, kebun, areal pengembalaan, emapang, dan lapangan olah raga. Menurut Prof. Drs. R. Bintarto, pola pemukiman pedesaan sangat dipengaruhi oleh faktor geografis, seperti lokasi, iklim, tanah, dan air. Unsur lokasi, menyangkut letak fisiografis, ekonomi, sosial, dan budaya. Unsur iklim, menyangkut curah hujan, temperatur, angin, dan sebagainya. Unsur tanah, menyangkut relief dan kesuburan tanah Unsur air, menyangkut sumber-sumber air, kualiatas air, serta distribusinya.

Menurut Bintarto, di Indonesia terdapat enam Pola Desa, yaitu: Pola memanjang mengikuti alur sungai Pola memanjang mengikuti jalan raya Pola radial (memusat) Pola tersebar Pola memanjang mengikuti garis pantai
9

E. POTENSI DESA Potensi desa merupakan sumber daya yang ada di desa dan bila dimanfaatkan akan memberikan kesejahteraan bagi masyarakatnya. Potensi desa, meliputi Potensi Fisik dan non-Fisik. Potensi fisik desa antara lain berupa : Tanah serta berbagai kekayaan yang terkandung di dalamnya, seperti kesuburan, bahan tambang, dan sebagainya. Air bersih yang menjadi kebutuhan dasar manusia tersedia dalam jumlah banyak (berupa air tanah, sungai, atau danau). Iklim dan cuaca serta segala unsurnya sangat berpengaruh pada aktivitas pertanaian. Ternak, yang dapat dimanfaatkan sebagaisumber pangan(protein), tenaga, pupuk, dan sumber perekonomian masyarakat. Potensi non fisik desa, meliputi unsur-unsur sosial dan budaya, antara lain berupa : Manusia, sebagai pengolah sumber daya alam. Pola kemasyarakatan desa, terutama semangat gotong royong, ikatan kekeluargaan serta kerukunan yang masih tinggi, yang merupakan landasan kokoh dalam pembanguna desa. Lembaga-lembaga desa seperti KUD, BUUD, POSYANDU, dan Karang Taruna, yang berperan meningkatkan kesejahteraan, menambah wawasan, juga meluruskan pola pemikiran masyarakat. Aparatur dan pamong desa yang memiliki peranan vital dalam perekmbangan desa(melalui ketertiban, kejujuran, keteladanan, dan sebagainya).

10

BAB III DESKRIPSI WILAYAH

A.

Karakteristik Desa 1. Karakteristik Fisik Desa Mbarung Datuk Saudane Desa Mbarung Datuk Saudane merupakan desa yang terletak di Kecamatan

Babussalam, Kabupaten Aceh Tenggara. Berikut ini perbatasan Desa Mbarung Datuk Saudane: Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Lawe Salam Sebelah selatan dengan Desa Lawe Sikap Sebelah timur berbatasan dengan Desa Lawe Lubang Sebelah barat berbatasan dengan Desa Lawe Alas. Letak astronomis desa tersebut adalah 250 - 319LU dan 9055 - 9838BT. Curah hujan di desa Mbarung Datuk Saudane tahun 2009 tertinggi pada bulan Nopember sebesar 265 mm dan terendah pada bulan Pebruari sebesar 63 mm sedangkan jumlah hari hujan tertinggi pada bulan Nopember sebanyak 22 hari dan terendah pada bulan Juni sebanyak 6 hari. Suhu udara berkisar antara 15,8C sampai dengan 23,9C dengan kelembaban udara rata-rata setinggi 87,38 %. Desa Mbarung Datuk Saudane berelif kasar dimana terdapat lembah dan jurang yang terjal di sekitar desa.

11

Desa Mbarung Datuk Saudane Luas desa Mbarung Datuk Saudane berkisar 0,15 km2. Dimana luas areal 0,8 km lahan kering yang pada umunya ditanami tanaman keras seperti kakao, karet (rambong). Akses jalan menuju desa tersebut sudah tegolong cukup baik karena jalan-jalan di desa tersebut sudah terbuat dari aspal. Terdapat sebuah sungai yang memotong jalan-jalan desa. Masyarakat memanfaatkan sungai ini sebagai sumber air untuk melakukan aktifitas rumah tangga, seperti mencuci dan mandi. Jalan menuju lahan areal pertanian cukup menanjak dan terjal.

12

2. Karakteristik non-Fisik Desa Mbarung Datuk Saudane

Penduduk berdasarkan Jenis kelamin

Berdasarkan keterangan kepala desa Mbarung Datuk Saudane Bapak Saridin, desa Mbarung Datuk Saudane terakhir kali melalukan penghitungan jumlah penduduk pada tahun 2010. Berdasarkan data, jumlah penduduk desa Mbarung Datuk Saudane sebanyak 274 jiwa dari 57 kepala keluarga, dimana jumlah penduduk laki-laki sebanyak 151 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 123 jiwa. Dari data kependudukan ini dapat ditentukan angka perbandingan jumlah penduduk Laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan (sex ratio).

= 123 jiwa

Dari perhitungan di atas, dapat diketahui perbandingan jumlah penduduk lakilaki dengan jumlah penduduk perempuan. Dimana, di antara 100 penduduk perempuan terdapat 123 penduduk laki-laki. Dengan deemikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa di desa Mbarung Datuk Saudane, penduduk laki-laki lebih banyak jumlahnya daripada jumlah penduduk perempuan. Analisis dari data tersebut adalah angka natalitas tinggi.

13

Penduduk Berdasarkan Umur Tabel 1. Komposisi penduduk menurut umur

NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.

Kelompok Umur 0 4 tahun 5 9 tahun 10 14 tahun 15 19 tahun 20 24 tahun 25 29 tahun 30 - 34 tahun 35 39 tahun 40 - 44 tahun 45 49 tahun 50 54 tahun 55 59 tahun 59 tahun ke atas Jumlah

Frekuensi 8 28 6 13 54 37 51 44 12 17 1 2 1 274

Persentase (%) 2,9 10,2 2,2 4,7 19,7 13,5 18,6 16,1 4,4 6,2 0,4 0,7 0,4 100%

Sumber: Data Kependudukan Kantor Camat Desa Mbarung Datuk Saudane - 2010

14

Dari data di atas, dapat dihitung angka ketergantungannya (dependency ratio). Yaitu dengan membandingkan jumlah penduduk yang non-produktif dengan penduduk produktif.

Komposisi Penduduk Menurut Umur


1 4 16 6 3 10.9 2 5 0-4 Tahun 5-9 Tahun 10-14 Tahun 15-19 20-24 25-29 20 19 14 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 59 >

Dari perhitungan di atas, dapat diketahui perbandingan jumlah penduduk non produktif dengan penduduk produktif. Dimana, di antara 100 penduduk produktif menanggung 48 penduduk non produktif. Dengan deemikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa di desaMbarung Datuk Saudane, penduduk produktif jumlahnya cukup tinggi. Hal ini mengindikasikan tingkat kesejahteraan yang cukup tinggi di desa Mbarung Datuk Saudanedilihat dari komposisi umur.

15

Responden

Dari 274 penduduk desa Mbarung Datuk Saudane, peneliti mengambil 5 orang penduduk yang bekerja sebagai petani. Dari 5 responden yang kami wawancarai, kami ingin mengetahui Aktivitas Penduduk Yang Berkaitan Dengan Karakteritik Wilayah. Kelima responden ini, pada umumnya merasakan dampak yang begitu besar akibat karakteristik wilayah. Responden merupakan penduduk desa Mbarung Datuk Seudane. Identitas responden tersebut antara lain sebagai berikut: Tabel 2. Data responden No. Nama Saridin Sutarno Deli Ekawati Mega Munte Susilawati Umur (tahun) 42 40 27 30 31 Pendidikan SMA SD SMP SMP SD Pekerjaan Kepala Desa Petani, Pedagang Petani Petani Petani

1 2 3 4 5

Sumber: Dokumen Peneliti

Analisis data responden

Dari data pada tabel 2, kita dapat mengetahui pendidikan responden rata-rata rendah. Hal ini terlihat dari mayoritas responden pendidikan terakhirnya SD. Hanya beberapa responden yang berpendidikan menengah dan atas.

16

3.

Klasifikasi Desa Mbarung Datuk Saudane Berdasarkan Kepadatan Penduduk

Berdasarkan kepadatan penduduknya, desa Mbarung Datuk Saudane termasuk dalam desa luas tetapi penduduknya sedikit, kepadatannya 1500-3000 jiwa/km2. Hal ini dapat diketahui berdasarkan perhitungan sebagai berikut.

Berdasarkan luas wilayahnya

Berdasarkan kepadatan penduduknya, desa Mbarung Datuk Saudane termasuk dalam desa besar, luas wilayahnya 0.15km2.

Berdasarkan tingkat perkembangannya

Berdasarkan kepadatan penduduknya, desa Mbarung Datuk Saudane termasuk desa tradisional (desa Swadaya), memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a. Belum mampu menyelenggarakan pemerintahan secara mandiri b. Administrasi desa belum dilaksanakan dengan baik c. Sarana dan prasarana transportasi terbatas d. Lokasinya terpencil

17

4. Pola Keruangan a. Tata Guna Lahan Tata guna lahan di desa Mbarung Datuk Saudane, sebagian besar wilayahnya dijadikan sebagai areal pertanian, terutama bagi tanaman jangka Panjang. Lahan ini umumnya diusahakan secara swadaya oleh masyarakat. dimana setiap usaha pengembangan dan pengolahan lahan dilakukan sendiri oleh masyarakat.

b. Pola permukiman (pola tata ruang) Berdasarkan pola pemukimannya, desa Mbarung Datuk Saudane memiliki pola sedikit banyak tertutup (more or less closed). Hal ini terlihat dari sudah adanya pembangunan di desa tersebut seperti adanya bangunan POSKESDES, Rumah ibadah, WC, Kamar Mandi Umum dan jalan yang sudah di aspal. Berdasarkan klasifikasi Bintarto, desa Mbarung Datuk Saudane termasuk dalam pola pemukiman memusat, karena desa tersebut berada di daerah pegunungan yang berelief kasar serta bertopografi, dengan tingkat kesuburan tanah yang sama di setiap wilayahnya.

5. Potensi Desa Mbarunng Datuk Saudane Tanah serta berbagai kekayaan yang terkandung di dalamnya, seperti kesuburan, lahan pertanian, dan sebagainya. Air bersih yang menjadi kebutuhan dasar manusia tersedia dalam jumlah banyak (berupa sungai dan air tanah) Iklim dan cuaca serta segala unsurnya sangat berpengaruh pada aktivitas pertanaian. Ternak, yang dapat dimanfaatkan sebagaisumber pangan(protein), tenaga, pupuk, dan sumber perekonomian masyarakat.

18

BAB IV HASIL PEMBAHASAN

1. DATA RESPONDEN Berikut Tabel data responden yang kami peroleh dari Desa Mbarung Datuk Saudane yang menggambarkan tentang Aktifitas Masyarakat setempat: a. Usia Responden Data responden berdasarkan usia yang kami dapat, sebagian besar berada pada Usia yang masih produktif. Tabel 1 Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Usia No 1 2 3 4 5 6 Usia Responden 20 - 29 30 39 40 49 50 - 59 60 - 69 70 Keatas Jumlah Sumber: Pengolahan Data Primer Tahun 2012 b. Jenis Kelamin Responden Dari data responden yang kami dapatkan, lebih banyak responden yang berjenis kelamin Perempuan daripada laki-laki. Untuk lebih jelasnya bias dilihat pada table berikut: Tabel 2 Komposisi Responden berdasarkan Jenis Kelamin No. 1 2 Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Jumlah Sumber: Pengolahan Data Primer Tahun 2012 Frekuensi 2 3 5 Persentase (%) 40 60 100 Frekuensi 2 1 2 5 Persentase (%) 40 20 40 100

19

c. Agama Responden Seperti yang kita ketahui Wilayah Indonesia memiliki beragam agama. Begitu juga di Desa Mbarung Datuk Saudane yang memiliki bermacam-macam agama, tapi masyarakatnya lebih banyak menganut agama Islam.

Tabel 3 Komposisi Responden Berdasarkan Agama No. 1 2 Agama Islam Kristen Jumlah Sumber: Pengolahan Data Primer Tahun 2012 Frekuensi 5 5 Persentase (%) 100 100

d. Pendidikan Terakhir Responden Masyarakat Desa Mbarung Datuk Saudane memiliki tingkat pendidikan yang bervariasi. Lebih banyak yang Lulusan tingkat SD dan SMP. Untuk lebih jelasnya bias dilihat pada table berikut:

Tabel 4 Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan No 1 2 3 4 5 Pendidikan Terakhir Tidak Taman SD SD SMP SMA PT (Perguruan Tinggi) Jumlah Sumber: Pengolahan Data Primer Tahun 2012 Frekuensi 2 2 1 5 Persentase (%) 40 40 20 100

20

e. Jumlah Anak Responden Jumlah Anak yang dimaksud adalah jumlah semua anak yang dimiliki responden baik yang ditanggung maupun yang tidak lagi menjadi tanggungan responden. Tabel 5 Komposisi Responden Berdasarkan Jumlah Anak No 1 2 3 4 5 Jumlah Anak 12 23 34 4-5 >5 Jumlah Sumber: Pengolahan Data Primer Tahun 2012 Frekuensi 3 1 1 5 Persentase (%) 60 20 20 100

f. Tingkat Pendidikan Anak Responden Tabel 6 Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Anak No 1 2 3 4 5 Pendidikan Anak SD / Sederajat SMP/ Sederajat SMA / Sederajat PT (Perguruan Tinggi) Belum Sekolah Jumlah Sumber: Pengolahan Data Primer Tahun 2012 Frekuensi 3 1 2 1 7 Persentase (%) 43 14 29 14 100

21

g. Mata Pencaharian Responden Dari data responden yang kami peroleh, mayoritas mata pencahariannya adalah bertani. Mata pencaharian responden dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 6 Komposisi Responden Berdasarkan Mata Pencaharian No. 1 2 3 4 Mata Pencaharian Kepala Desa Bertani Berdagang Ibu Rumah Tangga Jumlah Sumber: Pengolahan Data Primer Tahun 2012 Frekuensi 1 3 1 5 100 Persentase (%) 20 60 20

h. Sarana Informasi Responden Sarana Informasi yang dimiliki Masyarakat di Desa Mbarung Datuk Saudane lebih banyak adalah Televisi. Berikut table sarana informasi di Desa tersebut: Table 7 Sarana Informasi yang dimiliki Masyarakat Desa Mbarung Datuk Saudane No 1 2 3 4 5 Sarana Informasi Televisi Radio Koran Majalah Sumber Lain Jumlah Sumber: Pengolahan Data Primer Tahun 2012 Frekuensi 5 5 Persentase (%) 100 100

22

i. Status Rumah Responden Dari data responden yang kami dapat, Masyarakat di Desa Mbarung Datuk Saudane lebih banyak mengontrak rumah. Berikut table Status rumah responden yang kami peroleh Tabel 8 Status Rumah Responden No 1 2 3 Status Rumah Milik Sendiri Kontrak Milik Saudara Jumlah Sumber: Pengolahan Data Primer Tahun 2012 Frekuensi 5 100 Persentase (%) 100

j. Kondisi/dinding Rumah Responden Tabel 9 Kondisi/dinding Rumah Responden No 1 2 3 Kondisi/dinding rumah Permanen Semi Permanent Papan/Kayu Jumlah Sumber: Pengolahan Data Primer Tahun 2012 Frekuensi 1 2 2 5 Persentase (%) 20 40 40 100

23

2. SARANA DAN PRASARANA Berikut Tabel Sarana dan Prasarana Umum yang terdapat di Desa Mbarung Datuk Saudane, Kecamatan Babussalam, Aceh Tenggara yang kami peroleh dari Kepala Desa Mbarung Datuk Saudane. a. Sarana Olahraga Tabel 10 Sarana Olahraga di Desa Mbarung Datuk Saudane No. 1 2 3 4 5 Sarana Olahraga Lapangan Sepakbola Lapangan Tenis Lapangan Voli Lapangan Badminton Lain-lain Jumlah Sumber: Pengolahan Data Primer Tahun 2012 Frekuensi 2 2 1 2 7 Persentase (%) 29 29 13 29 100

b. Sarana Pendidikan Tabel 11 Sarana Pendidikan di Desa Mbarung Datuk Saudane No. 1 2 3 4 Sarana Pendidikan TK SD SMP SMA Jumlah Sumber: Pengolahan Data Primer Tahun 2012 Frekuensi 11 13 7 6 37 Persentase (%) 30 35 19 16 100

24

c. Sarana Kesehatan Tabel 12 Sarana Pendidikan di Desa Mbarung Datuk Saudane No. 1 2 3 4 Sarana Kesehatan Rumah Sakit Puskesmas Puskesmas Pembantu Puskesmas Keliling Jumlah Sumber: Pengolahan Data Primer Tahun 2012 Frekuensi 1 2 1 4 25 50 25 100 Persentase (%)

d. Sarana Tempat Ibadah Tabel 13 Sarana Tempat Ibadah di Desa Mbarung Datuk Saudane No 1 2 3 Tempat Ibadah Gereja Protestan Mesjid Musholah Jumlah Sumber: Pengolahan Data Primer Tahun 2012 Frekuensi 3 26 10 39 Persentase (%) 7,7 67 25 100

25

Gambar 1 Keadaan Jalan di Desa Mbarung Datuk Saudane

Gambar 2 Angkutan Umum di Desa Mbarung Datuk saudane

Gambar 3 Mushola di Desa Mbarung

Gambar 4 POSKESDE di Desa Mbarung

Gambar 5 MCK Umum di Desa Mbarung

Gambar 6 Kantor Camat Babussalam

26

Gambar 7 Pola Aliran Air di Desa Mbarung

Gambar 8 Ternak Kambing di Desa Mbarung

Gambar 9 Sungai di Desa Mbarung

Gambar 10 Kebun Kako di Desa Mbarung

Gambar 11 Kebun Karet di Desa Mbarung

Gambar 12 Pohon Pinang di Desa Mbarung


27

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat kami peroleh dari penelitian mini yang kami lakukan di desa Mbarung Datuk Saudane kecamatan Babussalam Kabupaten Aceh Tenggara adalah : 1. Wilayah di sekitar pegunungan aktif memang memiliki potensi ekonomi yang cukup tinggi karena lahannya subur dan dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian yang baik, namun disamping itu menyimpan potensi bencana yang dapat merugikan masyarakat. 2. Di desa Mbarung Datuk Saudane sudah terdapat sarana dan prasaranaa yang cukup baik yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk kepentingan masyarakat setempat seperti puskesmas, jalan-jalan yang sudah cukup baik, mesjid.

B. SARAN Adapun saran yang kami ajukan yakni: 1. Peran pemerintah terhadap desa yang baru dimekarkan

28

DAFTAR PUSTAKA

1.

Bintarto, R. 1977. Geografi Sosial. Yogyakarta : Fakultas Geografi Universitas Gajadh Mada.

2.

Lukman, Rinaldi. 2006. Geografi Untuk SMA/MA Kelas XII IPS. Jakarta : PT Galaxy Puspa Mega.

3. 4.

Mulyo, Nianto. 2007. Kompetensi Dasar Geografi 1. Solo : Tiga Serangkai. Yani, Ahmad dan Mamat Ruhimat. 2007. Geografi Menyingkap Fenomena Geosfer. Bandung : Grafindo Media Pratama.

5. 6. 7.

Mantra, Ida Bagoes.2009.Demografi Umum.Yogyakarta:Pustaka Pelajar Wardiyatmoko, K.2009. Geografi SMA. Jakarta: Erlangga www. polapemukiman.com

29

Lampiran DOKUMENTASI PENGUMPULAN DATA

Gambar 13: Photo Wawancara Bersama Kepala Desa Mbarung Datuk Saudane

Gambar 14. Photo bersama Kepala Desa Mbarung Datuk Saudane Bapak Saridin (Responden 1)

30

Gambar 15. Photo bersama Responden 2 (Ibu Deli Ekawati)

Gambar 18. Wawancara Responden 3 (Bapak Sutarno)

31

Gambar 19. Wawancara Bersama Responen 4 (Ibu Mega Munte)

Gambar 20. Photo Bersama Responden 5 (Ibu Susilawati)

32

Gambar 21. Foto Bersama Peneliti di BPS kutacane

Gambar 22. Photo bersama di depan Kantor Camat Babussalam


33

Gambar 23. Photo bersama

Gambar 24. Photo desa Mbarung Datuk Saudane

34

35

Anda mungkin juga menyukai