Anda di halaman 1dari 42

Makalah Geografi

Konsep Wilayah dan Tata Ruang

Disusun oleh

Kelas XII IPS

Ketua:

Hengki Hendrian Saputra

Anggota

Yudha prastio

Putra jaya pratama

Dera puspita

Ema julianti

Sela saputri

SMAN 2 KELUANG

2022

A. Pengertian Wilayah dan Tata Ruang

1. Pengertian Wilayah

wilayah (region) adalah suatu areal yang memiliki karakteristik tertentu berbeda dengan wilayah
yang lain. Karakteristik-karakeristik tersebut berdasarkan iklim, relief/topografi, pola keruangan, dan
kegiatan ekonomi. Berikut pengertian wilayah menurut para ahli.

A. Bintarto, wilayah adalah sebagian permukaan bumi yang dapat dibedakan dalam hal-hal tertentu
dengan daerah sekitarnya.

B. Soefaat, wilayah adalah suatu daerah geografi yang mempunyai luasbtertentu atau dengan
adanya batas administratif, batas ini ditentukan berdasarkan pertimbangan tujuan rencana tata
ruang yang bersangkutan.

c. Ditjen Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum, wilayah adalah ruang yang merupakan
kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya, yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administratif dan fungsional.
D. E. G. R. Taylor, wilayah sebagai suatu daerah tertentu di permukaan bumi yang sapat dibedakan
dengan daerah tetangganya atas dasar kenampalan karakteristik atau properti yang menyatu

Dari beberapa definisi di atas dapat diketahui bahwa wilayah memiliki unsur-unsur sebagai berikut

A. Bagian permukaan bumi yang mempunyai luas dan unsur tertentu

B. Batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan fungsional

2. Pengertian Tata Ruang

Pengertian ruang dalam arti luas adalah terdapatnya kegiatan manusia dan makhluk hidup lainnya
untuk memelihara kelangsungan hidup.

Menurut UU nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, ruang diartikan sebagai wadah yang
meliputi ruang darat, ruang laut, ruang udara dan termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu
kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk hidup lain melakukan kegiatan dan memelihara
kelangsungan hidupnya.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ruang adalah wadah bagi keseluruhan interaksi sistem
sosial ( yang meliputi manusia dengan seluruh kegiatannya, seperti sosial, ekonomi, dan budaya )
dan ekosistem ( sumber daya alam dan sumber daya buatan ). Interaksi yang terjadi antarkomponen
tersebut tidak selalu saling menguntungkan dikarenakan adanya perbedaan kemampuan,
kepentingan, dan adanya sifat perkembangan ekonomi yangdiakumulatif. Oleh sebab itu, ruang
perlu ditata agar tercapai keseimbangan lingkungan dan kenyamanan manusia beserta mahluk hidup
lainnya dalam melakukan kegiatan dan kelangsungan hidupnya secara optimal

Penataan ruang perlu didasarkan pada pemahaman potensi dan keterbatasan alam, perkembangan
kegiatan sosial ekonomi , tuntutan kebutuhan kehidupan saat ini , dan kelestarian lingkungan hidup
di masa yang akan datang . Upaya pemanfaatan ruang dan pengelolaan lingkungan ini dituangkan
dalam suatu kesatuan rencana tata ruang .

Dalam Undang - Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Tata Ruang yang didefinisikan sebagai wujud
struktur ruang dan pola ruang . Sedangkan menurut Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana
Wilayah Nomor 327 / KPTS / M / 2002 , tata ruang didefinisikan sebagai wujud struktur dan pola
pemanfaatan ruang , baik direncanakan maupun tidak direncanakan .

B. Konsep Wilayah dan Tata Ruang

1. Konsep Wilayah
Berdasarkan pengertian wilayah pada butir A dapat diketahui bahwa suatu wilayah mempunyai
unsur - unsur sebagai berikut .

a. Dapat dibedakan dengan daerah lainnya .

b . Daerah geografis yang mempunyai ciri - ciri dan luas tertentu .

c. Mempunyai baras dan sistem tertentu

d . Dapat ditentukan berdasarkan aspek administratif atau fungsional Wilayah berdasarkan


Harrshorne rahun 1952 terdapat dua tipe , yaitu sebagai berikut Wilayah Formal ( Uniform Region /
Homogeneous Region )

Wilayah formal adalah suatu wilayah yang memiliki keseragaman atau kesamaan dalam kriteria
tertentu , baik fisik maupun sosialnya . Contohnya , suatu wilayah mempunyai kesamaan bentang
alam pegunungan yang biasa memiliki kegiatan di bidang bercocok tanam yang disebut wilayah
pertanian .

Wilayah Fungsional ( Nodal Region / Heterogeneous Region / Organic Region / Functiond Region )
Wilayah fungsional memerlukan suatu pusat , kutub atau inti dan dae rah belakang ( hinterland )
atau daerah pinggiran ( periphery ) .

Saling ketergantungan antara pusat dan daerah belakangnya menunjukkan kekuatan tidak
seimbang . Pusat lebih kuat peranannya daripada pinggiran ( periphery )

Pusat berfungsi sebagai pusat permukiman penduduk , pelayanan , pasar barang dagangan hasil
pertanian , serta pusat industri dan perdagangan hasil industri . Sebaliknya , fungsi daerah pinggiran
adalah sebagai produsen bahan mentah dan bahan baku , sumber tenaga kerja , tempat prasarana
barang industri manufaktur serta penyeimbang ekologi .

Faktor - faktor yang memengaruhi hierarki pusar wilayah adalah :

1 ) jumlah penduduk

, 2 ) jumlah sarana dan prasarana yang tersedia , dan

3 ) jumlah jenis sarana pelayanan . Jadi , penataan struktur tipe wilayah fungsional berkaitan dengan
efisiensi runng . Suatu pusat berfungsi melayani daerah belakangnya . Sistem ruang semacam inilah
yang memungkinkan terbentuknya saling ketergantungan fungsional antara unit - unit yang
membentuk wilayah . Contohnya adalah Kawasan Industri Pulo Gadung , kegiatannya saling
dihubungkan dengan jaringan jalan . Bintarto dan Surastopo membagi wilayah menjadi lima , yaitu
sebagai berikut

a Wilayah seragam ( uniform region ) , yaitu wilayah dibagi berdasarkan keseragaman atau
kesamaan dalam kriteria tertentu . Contohnya , wilayah pertanian dan wilayah peternakan .

b Wilayah nodal ( nodal region ) , yaitu wilayah .yang dalam banyak ha diatur oleh beberapa pusat
kegiatan yang saling dihubungkan denga garis lingkar . Contohnya , pelabuhan Tanjung Priok dan
beberapa pusau kegiatan pasar di wilayah DKI Jakarta yang saling dihubungkan oleh jalan taya
Wilayah generik ( generic region ) , yaitu klasifikasi wilayah yang didasarkan atas jenisnya dan bukan
fungsinya . Contohnya , wilayah iklim , wilayah vegetasi , dan wilayah fisiografis . Wilayah khusus
( specific region ) , yaitu klasifikasi wilayah menurut kekhusus annya , merupakan daerah tunggal dan
mempunyai ciri - ciri geografis khusus . Contohnya , wilayah Asia Tenggara yang mempunyai ciri - ciri
geografis tertentu , antara lain sebagai berikut .

1 ) Dekat dengan garis khatulistiwa . dengan tumbuh - tumbuhan

2 ) Beriklim tropis dan sebagian kecil beriklim subtropis yang didominasi tropis .

3 ) Merupakan wilayah agraris .

4 ) Wilayahnya berupa kepulauan dan kontinen yang banyak dipengaruhi oleh lautan .

5 ) Penduduknya mayoritas dari keturunan Melayu dan ras Indocina atau Mongol.

C. Wilayah statistik ( statistic region ) , yaitu wilayah yang dalam klasifikasinya menggunakan metode
statistik sebagai faktor analisis . Contohnya , klasifikasi wilayah berdasarkan tingkat pendapatan
penduduk . Untuk mengetahui tingkat pendapatan penduduk di suatu wilayah diperlukan data
statistik menyangkut jumlah penghasilan per bulan atau per tahun yang diperoleh dari mata
pencahariannya .

2. Konsep Perwilayahan

Perwilayahan adalah proses pengelompokan wilayah berdasarkan kesamaan fisik dan sosial .
Perwilayahan juga berarti membagi wilayah - wilayah tertentu di permukaan bumi untuk keadaan
tujuan tertentu . Untuk menentukan perwilayahan harus diperhatikan hal - hal fisik , yaitu iklim ,
morfologi , sumber daya alam , dan keadaan sosial budaya ( meliputi penduduk dan budayanya ) .

Pada abad ke - 19 , para ahli geografi menggolongkan suatu wilayah berdasarkan wilayah alamiah
( natural region ) dan wilayah kenampakan tanggal ( single feature region ) Pada tahun 1973 ,
Geographical Association membagi wilayah dua , yaitu sebagai berikur Berdasarkan jenisnya
( generic region ) Klasifikasi wilayah menurut jenisnya mengarah pada jenis suatu wilayah seperti
wilayah iklim , wilayah vegetasi , wilayah pertanian , dan wilayah fisiografi .

b . Berdasarkan kekhususannya ( specific region ) . Adapun klasifikasi wilayah menurut


kekhususannya menekankan pada ciri - ciri geografi khusus yang membedakan wilayah - wilayah lain
, seperti Asia Tenggara dan Asia Selatan

Berdasarkan uraian di atas , maka perwilayahan adalah sistem pengklasi fikasian / penggolongan
wilayah berdasarkan kesamaan ciri wilayah dan fenomena - fenomena geografi.

Perwilayahan secara fenomena geografis adalah perwilayahan yang didasarkan atas objek geografi
dalam hubungannya dengan letak suatu tempat di permukaan bumi . Misalnya , Indonesia
merupakan suatu wilayah yang terletak di Asia Tenggara yang memiliki lintang rendah dan berada
diantara Benua Asia-Australia, serta di antara Samudra Pasifik dan Samudra
Hindia. Perbedaan letak dari setiap wilayah tersebut memengaruhi terjadinya

perbedaan karakteristik yang khas dari setiap wilayah di permukaan bumi.

Adapun karakteristik yang bersifat sosial budaya, antara lain administrasi

pemerintahan, struktur penduduk, jenis makanan, rumah, pakaian, mata pen-

caharian, transportasi, pendidikan, kesehatan, penguasaan iptek, kepadatan,

dan persebaran penduduk (antroposfer). Pada awal perkembangannya, proses

penggolongan wilayah hanya didasarkan pada kriteria alamiah (fisik) tetapi

sejak awal abad ke-19 penggolongan wilayah berkembang secara sistematik

dengan memasukan kriteria-kriteria lainnya disesuaikan dengan tujuan yang

didasarkan atas fenomena

ingin dicapai. Oleh sebab itu, suatu sistem perwilayahan yang

geografi, dapat dilakukan melalui tiga aspek, yaitu aspek formal, aspek

fungsional, dan aspek objek geografi.

a. Perwilayahan secara Aspek Formal

didasarkan

Perwilayahan secara aspek formal adalah perwilayahan yang

atas gejala atau objek yang ada di tempat tersebut dengan kesamaan sifat dan

ciri-ciri yang relatif sama. Kriteria pokok yang digunakan antarwilayah dapat

berbeda, yaitu berupa aspek fisik, iklim, dan ekonomi. Berikut beberapa contoh

perwilayahan secara formal.

Lahan pertanian adalah penamaan perwilayahan secara formal

berdasarkan ciri-ciri tanaman dan pengolahan lahan.

2) Provinsi Jawa Tengah merupakan penamaan perwilayahan secara formal,

karena didasari pada undang-undang yang telah ditetapkan dengan batas-

yang jelas, yaitu berupa sungai, pegunungan, dan laut.


batas

3) Perkotaan yang ditandai dengan ciri-ciri permukiman dan jaringan jalan.

Permukiman yang umumnya padat dan tersebar secara merata di sekitar

jalan. Jaringan jalan yang ada hampir tersebar merata di seluruh wilayah

yang saling menghubungkan daerah di perkotaan.

B. Perwilayahan secara aspek fungsional

Perwilayahan di klasifikasikan secara fungsional didasarman atas fungsi, asal usul dan
perkembangannya pada suatu wilayah. Berikut beberapa contoh perwilayahan secara fungsional.

1) daerah resapan meruapakan penamamaan perwilayahan secara fungsional karena didasarkan


pada fungsi darrah yang dijadikan sebagai daerah resapan air hujan. Misalnya, Kawasan Baturaden
sebagai daerah resapan

air hujan untuk pemenuhan air tanah di Kota Purwokerto.

2) Kota satelit adalah penamaan perwilayahan secara fungsional didasarkan

pada fungsi daerah tersebut sebagai penyangga agar penduduk dan kegiatan

lainnya dapat disebar ke kota-kota lain di sekitar kota utama. Misalnya,

Kota Depok, Bekasi, Tangerang, dan Bogor sebagai kota satelit Jakarta.

Kota-kita tersebut berfungsi sebagai pengendali urbanisasi dan kepadatan

Kota Jakarta. Pembenahan kota satelit dapat menahan laju urbanisasi dan

pemerataan pembangunan atau pembentukan pusat pertumbuhan yang

baru.

c. Perwilayahan secara Aspek Geografi

Perwilayahan, secara aspek geografis, bisa didasarkan atas pembagian waktu,

bentuk dasar laut, wilayah pembangunan, dan geologi.

1) Berdasarkan Pembagian Waktu

Indonesia memiliki perbedaan waktu kurang lebih tiga jam antara

Indonesia paling timur dan paling barat. Pembagian daerah waktu di

Indonesia sejak 1 Januari 1988 adalah sebagai berikut.


a) Daerah Waktu Indonesia Barat (WIB) terletak di 105° BT.

b) Daerah Waktu Indonesia Tengah (WITA) terletak di 120° BT.

c) Daerah Waktu Indonesia Timur (WIT) terletak di 135° BT.

2) Berdasarkan Bentuk Dasar Laut

Berdasarkan pada bentuk dasar laut, Indonesia dibagi menjadi tiga

wilayah, yaitu sebagai berikut.

a) Paparan Sunda (Dangkalan Sunda)

b) Paparan Sahul (Dangkalan Sahul)

c) Dasar Laut Peralihan (Bagian Tengah)

3) Berdasarkan Wilayah Pembangunan

Wilayah Indonesia yang begitu luas dengan jumlah pulau yang sangat

banyak merupakan salah satu penghambatan dalam mengoordinasi

pelaksanaan pembangunan. Pembagian wilayah pembangunan di Indonesia dibagi menjadi lima,


yaitu wilayah A berpusat di Medan, wilayah

B berpusat di DKI Jakarta, wilayah C berpusat di Surabaya, dan wilayah

D berpusat di Makassar. Pembagian wilayah bertujuan untuk pemusatan

kegiatan pembangunan sehingga pembangunan dapat tercapai secara

serasi dan seimbang.

4) Berdasarkan Geologi (Rangkaian Pegunungan)

Berdasarkan rangkaian pegunungan Indonesia dapat dikelompokkan dalam dua wilayah, yaitu
sebagai berikut.

a) Rangkaian Pegunungan Sirkum Mediterania

b) Rangkaian Pegunungan Sirkum Pasifik

3. Konsep Tata Ruang

Dalam butir A.2 telah didefinisikan bahwa tata ruang adalah wujud struktur

dan pola pemanfaatan ruang, baik diren

baik direncanakan maupun tidak direncanakan.


Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa wujud tata ruang dapat

berupa struktur ruang dan dapat pula berupa pola pemanfaatan ruang baik

yang direncanakan maupun yang sifatnya tidak direncanakan.

Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem

jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan

sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.

Contohnya, Pusat Kota Bekasi dihubungkan dengan prasarana jalan dan

transportasi ke Tambun dan Bantar Gebang.

Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu

meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk

fungsi budi daya. Peruntukan ruang untuk fungsi lindung, contohnya wilayah

kawasan resapan air, kawasan hutan, dan kawasan cagar budaya.

Peruntukan

perumahan dan permukiman, kawasan perdagangan, kawasan industri, kawasan

ruang untuk kawasan budi daya, contohnya adalah kawasan

pendidikan, dan kawasan perkantoran pemerintah dan niaga. Penataan ruang

adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, da

pengendalian pemanfaatan ruang.

C. Pembangunan dan Pertumbuhan Wilayah

Apa yang dimaksud dengan pembangunan dan pertumbuhan wilayah?

Kalian tentu dapat mendeskripsikannya dengan bahasa kalian masing-masing.

Namun untuk mencapai kesamaan dalam pengertian, kita akan mempelajari

tentang pembangunan dan pertumbuhan wilayah yang diperkuat dengan teori

teori dari para ahlinya.

1. Pembangunan Wilayah
Pembanqunan wilayah idcntik dengan kemajuan. Akan tetapi untuk

mengetahui lebih jelas tentang pembangunan wilayah teori-teori yang

memengaruhi pembangunan wilayah dan konsep-konsepnya, mari kita bahas

pada materi berikut.

a. Pengertian Pembangunan Wilayah

Sebelum kita memasuki pengertian pembangunan wilayah, ada baiknya kita

mengetahui dulu pengertian pembangunan. Ada beberapa ahli mendefinisikan

pembanguan antara lain, sebagai berikut.

1)-Inayatullah (1976), mendetinisikan pembanqunan sebagai perubahan

menuju pola masyarakat yang lebih baik dengan nilai kemanusiaan yang

memungkinkan suatu masyarakat mempunyai kontrol yang lebih besar

terhadap lingkungan dan tujuan politiknya juga memungkinkan warganya

memperoleh kontrol yang lebih terhadap diri mereka sendiri.

2) Rogers dan Shoemaker (1971), mendefinisikan pembangunan sebagai suatu

jenis perubahan sosial, dimana ide-ide baru diperkenalkan pada suatu

sistem sosial untuk menghasilkan pendapatan per kapita dan tingkat

kehidupan yang lebih tinggi melalui metode produksi yang lebih modern

dan organisasi sosial yang lebih baik.

3) Dissanayake (1984), mendetinikan pembangunan sebagai proses perubahan

sOsial yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup dari seluruh atau

mayoritas masyarakat tanpa merusak lingkungan alam dan kultural

tempat mereka berada dan berusaha melibatkan sebanyak mungkin

anggota masyarakat dalam usaha ini dan menjadikan mereka penentu

dan tujuan mereka sendiri.

Dari ketiga definisi di atas, dapat diketahui bahwa pembangunan adalah

proses perubahan sosial quna meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui


metode produksi yang modern, organisasi sosial yang lebih baik, serta tidak

merusak lingkungan dan budaya yang ada.

Lantas, apa yang dimaksud dengan pembangunan wilayah? Beberapa ahli

mendefinisikan pembangunan wilayah (regional development) sebagai berikut

1) Dr. Tony McCall (2009) dari Intirute for Regional Development, University

of Tasmania, mendefinisikan pembanguan wilayah (regional development)

sebaqai studi yanq berfokus pada modal sosial dan kemanusiaan, inovasi,

dan dinamika keruangan-perubahan demografis sebagai komponen kunci

untuk mengetahui secberapa jauh ekonomi wilayah dipengaruhi.

2) Casey J. Dawkins (2005) mendefinisikan pembangunan wilayah sebagai

studi yang mengarah pada proses pengendalian, inovasi, dan pertumbuhan

ckonomi yang secara fundamental mempunyai sifat keruangan.

3) Prof. Dr. Emil Salim (1987) mendefinisikan pembangunan wilayah adalah

proses yang merupakan kelanjutan dari program pembangunan yang

diharapkan akan dapat menghasilkan suatu perubahan-perubahan sebagai

yang konsekuensinya (perubahan yang bersifat positif dan perubahan

bersifat negatif).

Dari ketiga definisi tersebut dapat diketahui bahwa pembangunan wilayah

adalah proses program pembangunan yang mengarah pada bidang sosial

(kewilayahan), dan menghasilkan perubahan-perubahan peri kehidupan

kemanusiaan, inovasi, pertumbuhan ekonomi yang yang bersifat keruangan

dalam

masyarakat.

Dr. Tony McCall, (2009) menyatakan bahwa urutan utama

pembangunan wilayah menyangkut perbaikan ekonomi dan sosial adalah

sebagai berikut.

1) Perbaikan kualitas infrastruktur.


2) Perbaikan pelayanan komunitas (masyarakat).

3) Peningkatan volume dan keragaman produksi.

4) Mengurangi pengangguran.

5) Pertumbuhan kesempatan kerja.

6) Peningkatan kesejahteraan.

7) Perbaikan kualitas hidup.

Lantas, apa perbedaan antara pembangunan wilayah dan pengembangan

wilayah? Dr. Punomosidi Hajisarosa mendefinisikan pengembangan wilayah

sebagai tindakan pengembangan wilayah.

Sedangkan Ir. Soefaat, mendefinisikan pengembangan wilayah sebagai

peningkatan kualitas dan atau perluasan daerah (kuantitatif) cakupannya

dilaksanakan berdasarkan rencana tata ruang.

yang

Dari definisi di atas, dapat diketahui bahwa pengembangan wilayah adalah

suatu usaha pembangunan guna meningkatkan kualitas dan kuantitas wilayah

berdasarkan rencana tata ruang. Pengembangan wilayah adalah suatu usaha

untuk mengoptimalkan pemanfaatan ruang. Pengembangan wilayah membagi

wilayah nasional ke dalam suatu satuan pembanguan yang disesuaikan dengan

potensi wilayahnya masing-masing dan saling mendukung.

Dari uraian di atas tampak perbedaan antara pembangunan wilayah

dan pengembangan wilayah. Pembangunan wilayah lebih berorientasi

kepada pembangunan faktor fisik dan sosial ekonomi guna meningkatkan

kualitas hidup dengan memperhatikan faktor keruangan di suatu wilayah,

sedangkan pengembangan wilayah membagi wilayah menjadi wilayah-wilayah

pengembangan berdasarkan rencana tata ruang dan potensi wilayahnya.

Di samping perbedaan, terdapat pula kesamaan antara pembangunan

wilayah dan pengembangan wilayah. Adapun kesamaan-kesamaannya adalah


sebagai berikut.

1) Keduanya mengarah ke analisis kewilayahan.

2) Keduanya meningkatkan kualitas keruangan dan kualitas hidup masya-

rakat.

3) Keduanya mengarah ke perbaikan infrastruktur serta peningkatan volume

dan keragaman produksi di suatu wilayah.

4) Baik pembangunan wilayah maupun pengembangan wilayah mendorong

pertumbuhan wilayah berdasarkan potensi yang dimiliki wilayah dan

peningkatan kesempatan kerja.

Menurut Direktorat Pengembangan Kawasan Strategis,

Ditjen Penataan ruang, Departemen Permukiman dan Prasa-

ana Wilayah (2002) prinsip dasar dalam pengembangan

vilayah adalah sebagai berikut.

1) Sebagai pusat pertumbuhan (growth centre) dimana

pengembangan wilayah tidak hanya bersifat internal

wilayah, namun harus diperhatikan sebaran atau pengaruh

(spread effect) pertumbuhan yang dapat ditimbulkan bagi

wilayah sekitarnya, bahkan secara nasional. Contohnya,

kota Jakarta sebagai pusat pertumbuhan memengaruhi

pertumbuhan kota-kota sekitarnya, yaitu Bogor, Depok,

Bekasi, dan Tangerang (BODETABEK).

2) Pengembangan wilayah memerlukan upaya kerja sama

pengembangan antardaerah dan menjadi persyaratan utama bagi keber-

hasilan pengembangan wilayah. Contohnya, kerja sama antara pemerintah

DKI Jakarta dengan kota-kota di sekitarnya dalam mengatasi masalah

banjir, permukiman, dan transportasi.


3) Pola pengembangan wilayah bersifat integral yang merupakan integrasi

dari daerah-daerah yang tercakup dalam kawasan melalui pendekatan

kesetaraan. Contohnya, adanya gagasan untuk menjadikan JABODETA-

BEK sebagai kota Megapolitan.

b. Teori Pembangunan Wilayah

Ada beberapa teori pembangunan wilayah, antara lain teori basis ekspor,

ri pertumbuhan jalur cepat, teori pusat pertumbuhan, teori neo klasik, model

erregional, teori Von Thunen, dan teori Alfred Weber,

1) Teori Basis Ekspor

Teori Basis Ekspor dipelopori oleh Douglas C. North (1956). Teori ini

membagi sektor produksi atau jenis pekerjaan yang terdapat di dalam

suatu wilayah atas pekerjaan basis (dasar) dan pekerjaan nonbasis (service).

Kegiatan basis adalah kegiatan yang bersifat exogenous, artinya tidak

terikat pada kondisi internal perekonomian wilayah tersebut dan sekaligus

berfungsi mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya. Sedangkan

kegiatan nonbasis adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

di daerah itu sendiri.

Teori Nonbasis Ekspor menggunakan dua asumsi, yaitu asumsi pokok

atau yang utama bahwa ekspor adalah satu-satunya unsur eksogen

(independent) dalam pengeluaran, artinya semua unsur pengeluaran lain

terikat (dependent) terhadap pendapatan. Secara tidak langsung, hal ini

berarti di luar pertambahan alamiah, hanya peningkatan ekspor saja yang

dapat mendorong peningkatan pendapatan daerah karena sektor lain

terikat oleh peningkatan pendapatan daerah. Sektor lain hanya meningkat

apabila pendapatan daerah secara keseluruhan meningkat.

Asumsi kedua adalah bahwa fungsi pengeluaran dan fungsi impor bertolak
dari titik nol sehingga tidak akan berpotongan.

Beberapa penekanan dalam model Teori Basis Ekspor adalah sebagai

berikut.

a) Suatu daerah tidak harus menjadi daerah industri untuk dapat tumbuh

dengan cepat sebab faktor penentu pertumbuhan daerah adalah Keuntungan komparatif
(keuntungan lokasI yang dimiliki tersebut,

b) Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat dimaksimalkan bila daerah

yang bersangkutan memanfaatkan keuntungan komparatif yang

dimiliki menjadi kekuatan basis ekspor

c) Ketimpangan antardaerah tetap sangat besar dipengaruhi oleh variasi potensi masing-masing
daerah

2) Teori Pertumbuhan Jalur Cepat

Teori Pertumbuhan Jalur Cepat (Turnpike) diperkenalkan oleh Samuels

(1955). Inti teori ini menekankan bahwa setiap daerah (wilayah) perlu

mengetahui sektor atau komoditas yang memiliki potensi besar dan dapat

dikembangkan dengan cepat, baik karena potensi alam maupun karena

sektor ini memiliki keuntungan

dengan kebutuhan modal yanq sama, sektor tersebut dapat memberikan

nilai tambah yang lebih besar, dapat diproduksi dalam waktu yang relatif

SIngkat, dan merupakan sumbangan untuk perekonomian yang cukup

Desar Agar pasarnya terjamin, produk tersebut harus bisa diekspor (keluar

daerah atau luar negeri). Perkembangan sektor tersebut akan mendorong

Sektor lain turut berkembang sehingga perekonomian secara keseluruhan

akan tumbuh.

Selain itu, perlu diperhatikan bahwa kemajuan teknologi sangat ditentukan

oleh jiwa usaha (entrepreneurship) masyarakat dalam melihat peluang dan

mengambil risiko untuk membuka lapangan kerja baru.


3) Teori Pusat Pertumbuhan

Menurut Mercado (2002), konsep pusat pertumbuhan diperkenalkan oleh

Francois Perroux (1949) yang mendefinisikan pusat pertumbuhan sebagai

pusat dari pencaran gaya sentrifugal dan tarikan gaya sentripetal.

Teori Pusat Pertumbuhan merupakan suatu teori yang dapat menggabungkan

antara prinsip-prinsip konsentrasi dengan desentralisasi secara sekaliqus.

Dengan demikian, Teori Pusat Pertumbuhan merupakan salah satu alat

untuk mencapai tujuan pembangunan wilayah yang saling bertolak

belakang, yaitu pertumbuhaan dan pemerataan pembangunan ke

seluruh pelosok daerah. Selain itu, teori ini juga menggabungkan antara

kebijaksanaan dan program pembangunan wilayah dan perkotaan secara

terpadu.

Pusat pertumbuhan harus memiliki empat ciri, yaitu sebaqai berikut

a) Adanya hubungan intern antara berbagai macam kegiatan uana

memilik nilai ekonomi

b) Adanya multiplier effect (unsur pengganda).

c) Adanya konsentrasi geogratis.

d) Bersifat mendorong pertumbuhan daerah belakangnya

4 Teori Neoklasik

Teori Neoklasik dipelopori oleh Borts Stein (1964), kemudian dikembangkan.

oleh Roman (1965) dan Siebert (1969). Dalam negara yang sedang berkem

bang, pada saat proses pembangunan baru dimulai, tingkat perbedaan

kemakmuran antarwilayah cenderung menjadi tinggi (divergence). Hal ini

terjadi karena negara sedang berkembang, lalu lintas modal belum lancar

sehingga proses penyesuaian ke arah tingkat keseimbangan pertumbuhan belum dapat terjadi. Teori
ini mendasarkan analisisnya pada komponen

fungsi produksi. Unsur-unsur yang menentukan pertumbuhan ekonomi

wilayah adalah modal, tenaga kerja, dan teknologi.


5) Model Interregional

Model ini merupakan perluasan dari Teori Basis Ekspor, yaitu dengan

yang bersifat eksogen. Selain itu, model basis ekspor hanya membahas daerah itu sendiri tanpa
memperhatikan dampak dari daerah tetangga. Model interregional memasukkan dampak daerah
tetangga sehingga disebut juga model interregional. Dalam model ini,

diasumsikan bahwa selain ekspor pengeluaran, pemerintah dan investasi

juga bersifat eksogen dan daerah itu terikat kepada suatu sistem yang

yang berhubungan erat.

Model interregional ini berbeda dengan basis ekspor terdahulu, di mana

dalam model ini perubahan pendapatan regional (wilayah) dapat berasal

dari beberapa sumber dan tidak lagi semata-mata dari perubahan ekspor.

Berikut sumber-sumber perubahan pendapatan regional.

a) Perubahan pengeluaran ekonomi regional (investasi dan pengeluaran

pemerintah).

b) Perubahan tingkat pendapatan suatu daerah atau beberapa daerah

lain yang berada dalam suatu sistem yang akan terlihat dari perubahan

ekspor suatu daerah.

c) Perubahan salah satu di antara parameter-parameter model (hasrat

konsumsi marginal, koefisien perdagangan interregional atau tingkat

pajak marginal).

6) Teori Von Thunen

Von Thunen (1854) mengemukakan Teori Lokasi. Ide pokok dari Teori Von

Thunen adalah sebagai berikut.

a) Petani berada di lokasi yang jauh dari pusat pasar atau kota

harus menempuh jarak cukup jauh untuk menjual hasil panennya. Hal

ini menunjukkan betapa mahalnya kota sebagai pusat pasar.

b) Harga sewa lahan pertanian akan berbeda-beda nilainya, tergantung

pada tata guna lahannya. Lahan yang berada pada pusat pasar
atau kota akan lebih mahal dibanding lahan yang jauh dari

pusat pasar karena jarak yang makin jauh dari pusat pasar akan

meningkatkan biaya transportasi. Teori ini menjadi acuan penting

bagi pengembangan wilayah, terutama dalam menentukan berbagai

kegiatan perekonomian.

7) Teori Alfred Waber

Alfred Weber (1909) melakukan analisis tentang lokasi kegiatan industri.

Menurut Alfred Weber pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip

biaya transportasi. Weber menyatakan bahwa lokasi setiap industri

tergantung pada total biaya trasportasi dan tenaga kerja di mana

penjumlahan keduanya harus minimum. Tempat dimana total biaya

transportasi dan tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan

tingkat keuntungan yang maksimum. Menurut Weber, ada tiga faktor

yang memengaruhi lokasi industri, yaitu sebagai berikut.

a) Biaya transportasi.

b) Upah tenaga kerja.

c) bahan mentah

Biaya transportasi berbanding lurus dengan jarak yang

ditempuh

berat barang schingga titik terendah biaya transportasi mmbiaya minimum untuk angkutan bahan
mentah dan distribusi hasil produksi. Dipandang dari yata guna lahan model weber berhuna untuk
merencanakan lokasi industri dalam rangka mensuplai pasar pasar nasional, dan pasar dunia.
Kelemahan model ini terutama biaya transportasi dan biaya produksi yang bersitat konstan produksi
dan tidak memperhatikan faktor lain, seperti faktor kelembagaan.

c. Konsep Pembangunan Wilayah

Ada beberapa konsep dasar pembangunam yang berdimensi wilayah yang

pernah dikembangkan di Indonesia. Menurut Bappenas (2006) yang ditulis oleh

Adi Setiyanto dan Bambang Irawan (2014), ada beberapa konsep pengembangan

wilayah yang pernah diterapkan di Indonesia, di antaranya sebagai berikut.


1. Konsep pengembangan wilayah berbasis karakter sumber daya.

2. Konsep pengembangan wilayah berbasis penataan ruang.

3. Konsep pengembangan wilayah terpadu.

4. Konsep pengembangan wilayah berdasarkan klaster.

ngalan

selama

e) Mendorong inovasi dan kewirausahaan.

1) Mengembangkan pemasaran dan memberi label bagi kawasan.

Contoh pengembangan wilayah berbasis klaster adalah kawasan industri

rotan di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Kawasan industri rotan di

Kabupaten Cirebon mempunyai spesialisasi, yaitu industri kerajinan rotan

dan meubel rotan. Industri ini mempunyai spesialisasi produk, yaitu meubel

rotan yang bergaya Eropa sehingga pemesannya banyak dari luar negeri.

Namun industri ini masih terbatas dalam menciptakan temuan-temuan

baru. Inovasi yang ada masih pada tahap desain produk. Oleh sebab itu,

masih diperlukan penelitian dan pengembangan dengan bekerjasama

lembaga penelitian dan perguruan tinggi, untuk mengembangkan produk,

tenaga ahli, manajemen usaha, kerja sama antarperusahaan, dan kerja

sama industri dengan pemerintah.

2. Pertumbuhan Wilayah

a. Pengertian Pertumbuhan Wilayah

Pusat pertumbuhan dikemukakan oleh Boudeville

(1949) ahli ekomomi Prancis yang mengemukakan bahwa

pusat pertumbuhan adalah sekumpulan fenomena

geografis disemua kegiatan yang ada di permukaan


bumi. Pusat pertumbuhan adalah kota-kota atau wilayah

perkotaan yang memiliki suatu industri yang "propulsive"

atau industri yang berpengaruh besar terhadap

kegiatan lainnya. Jadi pusat pertumbuhan dapat

diartikan sebagai suatu wilayah atau kawasan yang

pertumbuhannya sangat pesat sehingga dapat dijadikan

sebagai pusat pembangunan yang memengaruhi atau

memberikan imbas terhadap kawasan-kawasan lain di

sekitarnya. Melalui pengembangan kawasan pusat-pusat

pertumbuhan ini, diharapkan terjadi proses interaksi

dengan wilayah-wilayah lain di sekitarnya. Sebagai

contoh, Kota Jakarta sebagai ibu kota negara Indonesia

yang memiliki akselerasi perkembangan dan pembangunan sangat cepat,

secara langsung maupun tidak telah memengaruhi kota-kota satelit yang ada

di sekitarnya, yaitu Bogor, Depok, Bekasi, dan Tangerang.

b. Teori Pusat Pertumbuhan

Beberapa teori yang terkait dengan pusat pertumbuhan adalah sebagai

berikut.

1) Teori Kutub Pertumbuhan

2) teori pusat pertumbuhan

3) Teori tempat sentral

4) teori kerucut permintaan

5) teori polarisasi ekonomi

c. Konsep Pusat Pertumbuhan

Ada beberapa konsep pusat pertumbuhan, yaitu sebagai berikut.

1) Konsep Tempat Sentral Christaller


Konsep Tempat Sentral (Central Place Theory) pertama kali dikemukakan oleh

tokoh geografi berkebangsaan Jerman, Walter Christaller (1933). Christaller

mengadakan studi pola persebaran permukiman, desa, dan kota-kota yang

berbeda ukuran serta luasnya. Teori Christaller ini kemudian diperkuat oleh

seorang ahli ekonomi berkebangsaan Jerman, August Losch (1945).

2) Konsep Kerucut Permintaan Losch

Konsep kerucut permintaan dikemukakan oleh Losch (1954). Losch mengatakan bahwa lokasi
penjualan berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang dapat digiringnya. Makin jauh dari pusor,
konsumen enggan membeli karena biaya transportai semakin mahal. Produsen harus memilih lokasi
yang menghasilkan penjualan terbesar. Losch menyarankan lokasi produksi ditempatkan dekat
pasar. Losch juga berpendapat bahwa pasar tidak hanya dapat disusun menurut pengaturan 3, 4,
dan 7 sebagaimana dikemukakan Christaller, tetapi masih memungkinkan lebih banyak susunan
daerah pasar dalam satu jaringan. Lokasi penjual sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen
yang dapat digarapnya. Makin jauh tempat penjualan, konsumen makin enggan membeli karena
biaya transportasi untuk mendatangi tempat penjual makin mahal.

Losch cenderung menyarankan agar lokasi produksi berada di pasar atau

dekat pasar.

Sektor kota kaya mempunyai karakteristik sebagai berikut.

a) Jaringan area pasar yang luas.

b) Aktivitasnya banyak sehingga permintaan lebih tinggi.

3) Konsep Kutub Pertumbuhan Perroux

Francois Perroux (1949) berpendapat bahwa pertumbuhan ataupun

pembangunan tidak dilakukan di seluruh tata ruang, tetapi terbatas pada

beberapa tempat atau lokasi tertentu. Tata ruang diidentifikasikan sebagai

arena atau medan kekuatan yang di dalamnya terdapat kutub-kutub atau

pusat-pusat.

Setiap kutub mempunyai kekuatan pancaran pengembangan keluar dan

kekuatan tarikan ke dalam. Ia menjelaskan tentang pertumbuhan ekonomi,

khususnya mengenai saling ketergantungan perusahaan-perusahaan dan

industri-industri, bukan mengenai pola geografis dan pergeseran industri,


baik secara intra maupun secara inter. Pada dasarnya konsep kutub

pertumbuhan mempunyai pengertian tata ruang ekonomi secara abstrak.

4) Konsep Daerah/Wilayah Inti

Konsep daerah/wilayah inti dikemukakan oleh John Friedman (1964). Ia

melakukan analisis tentang tata ruang, lokasi, serta persoalan-persoalan

kebijakan dan perencanaan pengembangan wilayah dalam ruang lingkup yang lebih umum.

D. Perencanaan Tata Ruang Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota

Rencana umum tata ruang merupakan perangkat penataan ruang wilayah

yang disusun berdasarkan pendekatan wilayah administratif yang secara

hierarki terdiri atas rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata ruang

wilayah provinsi, dan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota.

Indonesia sudah memiliki undang-undang yang mengatur perencanaan

wilayah. Undang-undang tersebut mengatur perencanaan tata ruang secara

nasional, tata ruang provinsi dan tata ruang kabupaten/kota. Undang-undang

1. Perencanaan Tata Ruang Nasional

Perencanaan tata ruang nasional sangat dibutuhkan suatu negara karena

berhubungan dengan pertumbuhan atau pembangunan suatu negara dar

waktu ke waktu. Dengan adanya perencanaan tata ruang

keserasian dan keseimbangan dalam berbagai bidang kehidupan akan terwujud.

dalam suatu negara,

a. Maksud Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007,


tentang Penataan Ruang, Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

merupakan pedoman untuk penyusunan rencana pembangunan jangka panjang

nasional, penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,

pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional,

mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan antarwilayah provinsi

serta keserasian antarsektor, penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi,

penataan ruang kawasan strategis nasional, dan penataan ruang wilayah

provinsi dan kabupaten/kota.

b. Tujuan Penataan Ruang Wilayah Nasional

Tujuan penataan ruang wilayah nasional adalah mewujudkan:

1) ruang wilayah nasional yang aman, nyaman produktif, dan berkelanjutan,

2) keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan,

3)

keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan

kabupaten/kota.

4) keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara

di dalam bumi dalam kerangkan NKRI,

termasuk ruang

5) keterpaduan pengendalian ruang wilayah nasional, provinsi, dan

kabupaten/kota dalam rangka perlindungan fungsi ruang dan pencegahan

dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang;

6) pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan

kesejahteran masyarakat;

7) keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah;

8) pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional.


c. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Nasional

Kebijakan dan strategi ruang wilayah nasional meliputi pengembangan

dan pola ruang.

ruang

struktur

1) Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang Nasional

Kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang nasional adalah

sebagai berikut.

a) Kebijakan pengembangan struktur ruang, yaitu sebagai berikut.

(1) Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan

ekonomi wilayah yang merata dan berhierarki. Contohnya,

pelayanan kota provinsi terhadap kota kabupaten dan kota

kabupaten terhadap kota kecamatan.

(2) Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan

prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber

daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah nasional.

Contohnya, jaringan jalan nasional dan jaringan listrik.

b) Strategi penataan ruang wilayah nasional, yaitu sebagai berikut.

(1) Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan

ekonomi wilayah, yaitu sebagai berikut.

(a) Menjaga keterkaitan antarkawasan perkotaan, antara

kawasan perkotaan dan kawasan pedesaan serta antara

kawasan perkotaan dan daerah sekitarnya.

(b) Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani oleh pusat
pertumbuhan.

(c) Mengendalikan perkembangan kota-kota pantai.

(d) Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan


agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam pengembanga

wilayah sekitarnya.

(2) Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan pra

sarana, yaitu sebagai berikut

(a) Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan

keterpaduan pelayanan transportasi darat, laut, dan udara

(b) Mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi, ter

utama di kawasan terisolasi

jaringan energi untuk memanfaatkan energi

(e) Meningkatkan

terbankan secara optimal dan mewujudkan keterpaduan

sistem penyediaan tenaga listrik.

(d) Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan

keterpaduan sistem jaringan sumber daya air.

(e) Meningkatkan jaringan transmisi dan distribusi minyak dan

gas bumi serta mewujudkan sistem jaringan pipa minyak dan

gas bumi nasional yang optimal.

Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang Wilayah Nasional

Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang wilayah nasional adalah

sebagai berikut.

al Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung, yaitu sebagai

berikut

(1) Kebijakan pengembangan kawasan lindung meliputi hal-hal

berikut.

(a) Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan

hidup

(b) Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat


menimbulkan kerusakan lingkungan hidup.

(2) Strategi untuk memelihara dan mewujudkan kelestarian fungsi

ruang hidup meliputi hal-hal berikut.

(a) Menetapkan kawasan lindung di ruang darat, laut, dan udara

termasuk ruang dalam bumi.

(b) Mewujudkan kawasan berfungsi lindung dalam satu wilayah

pulau dengan luas paling sedikit 30% dari luas pulau tersebut

sesuai dengan kondisi ekosistemnya.

(c) Mengembalikan dan meningkatkan kawasan lindung yang

telah menurun akibat pengembangan kegiatan budi daya

dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan

ekosistem wilayah.

(3) Menimbulkan kerusakan lingkungan hidup meliputi hal-hal berikut.

(a) Menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan ling-

kungan hidup.

(b) Melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan

perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh

suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan

manusia dan mahluk hidup lainnya.

(c) Melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat,

energi, dan/atau komponen lain yang dibuang ke dalamnya.

(d) Mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung

atau tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik

Imgkungan.

(e) Mengendalikan pemanfaatan sum-

ber daya alam secara bijkasana un-

tuk menjamin kepentingan generasi


masa kini dan generasi masa depan.

(D) Mengelola sumber daya alam tak

terbarukan untuk menjamin pe-

manfaatannya secara bijaksana dan

sumber daya alam terbarukan untuk

menjamin keseimbangan ketersedi-

aannya.

(g) Mengembangkan kegiatan budi

daya yang mempunyai daya adaptif

bencana di kawasan rawan bencana.

b) Kebijakan dan strategi pengembangan budi daya, yaitu sebagai

berikut

(1) Kebijkan pengembangan kawasan budi daya meliputi hal-hal

berikut.

(a) Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan

antarkegiatan budi daya.

tidak

(b) Pengendalian pegembangan kegiatan budi daya agar

melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan.

(2) Strategi untuk perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan

keterkaitan antarkegiatan budi daya meliputi hal-hal berikut.

(a) Menetapkan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis

nasional baik di darat, laut, dan udara termasuk yang berada

di dalam bumi.

(b) Mengembangkan budi daya unggulan dalam suatu kawasan.

(c) Mengembangkan kegiatan budi daya untuk menunjang aspek


politik, pertahanan keamanan, sosial budaya, dan iptek.

(d) Mengembangkan dan melestarikan kawasan budi daya

pertanian pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan

nasional.

(e) Mengembangkan pulau-pulau kecil dengan pendekatan gugus

pulau untuk meningkatkan daya saing dan mewujudkan

skala ekonomi.

(f) Mengembangkan kegiatan pengelolaan sumber daya kelaut-

an yang bernilai ekonomi tinggi.

tidak

(3) Strategi untuk pengendalian pengembangan budi daya agar

melampai daya dukung meliputi hal-hal berikut.

(a) Membatasi perkembangan kegiatan budi daya terbangun di

kawasan rawan bencana.

Sumber

(b) Mengembangkan perkotaan metropolitan dan kota besar

dengan mengoptimalkan pemanfatan ruang secara vertikal

dan kompak.

(c) Mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling

sedikit 30% dari luas kawasan perkotaan.

d) membatasi perkembangan kawasan terbangun di kawasan

perkotaan besar dan metropolitan

e) Mengembangkan kegiatan budi daya yang dapat mempertahankan keberadaan pulau pulau kecil

c) kebijakan dan pengembangan kawasan strategi nasional, yaitu


1) Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup di wilayah tertentu dan
strategis

2) peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara

3). Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam

pengembangan perekonomian nasional yang produktif, efisien

dan mampu bersaing

(4) Pemanfaatan SDA dan/atau teknologi tinggi secara optimal untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

(5) Pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya bangsa.

(6) Pelestarian dan peningkatan kawasan lindung

(7) Pengembangan kawasan tertinggal.

d. Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional

Rencana struktur ruang nasional, antara lain sebagai berikut.

1) Sistem Perkotaan Nasional

Sistem perkotaan nasional terdiri atas

a) Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL).

al Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 PKN di

Indonesia kurang lebih sebayak 24 buah atau hampir seluruh kota

provinsi, kecuali ibu kota Sulawesi Barat, Bengkulu, dan Bangka-

Belitung.

b) Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)


PKW adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani

kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota.

Rincian fungsi PKW adalah sebagai berikut

(1) Sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung

PKN.

(2) Sebagai pusar kegiaran industri dan jasa yang melayani skala

provinsi atau beberapa kabupaten.

(3) Sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau

beberapa kabupaten.

c) Pusat Kegiatan Lokal (PKL)

PKL adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani

kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan.

d) Pusat Kegiatan Strategi Nasional (PKSN)

Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) adalah kawasan perkotaan

yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan

perbatasan negara,

2) Sistem Jaringan Tranportasi Nasional

Sistem jaringan transportasi nasional adalah sebagai berikut.

a) Sistem jaringan transportasi darat

Meliputi jaringan jalan nasional, jaringan jalur kereta api, jaringan

transportasi sungai, danau, dan penyeberangan.

b) Sistem jaringan transportasi laut

Meliputi tatanan kepelabuhanan dan alur pelayaran.


c) Sistem jaringan transportasi udara

Meliputi tatanan kebandarudaraan dan ruang udara untuk

penerbangan.

3) Sistem Jaringan Energi Nasional

Sistem jaringan energi nasional adalah sebagai berikut.

a) Jaringan pipa minyak dan gas bumi untuk menyalurkan minyak dan

gas bumi

b) Pembangkit tenaga listrik untuk membantu penyediaan tenaga listrik.

c) Manfaat jaringan transmisi tenaga listrik adalah sebagai berikut.

(1) Mendukung ketersedian tenaga listrik di perkotaan dan dan

pedesaan.

(2) Mendukung pengembangan kawasan pedesaan, pulau-pulau kecil,

dan kawasan terisolasi.

(3) Menyalurkan tenaga listrik berkapasitas besar.

a)

Sistem Jaringan Telekomunikasi Nasional

Sistem jaringan telekomunikasi nasional adalah sebagai berikut.

a Jaringan terresterial untuk menyediakan pelayanan telekomunikasi

wih wilayah nasional

Berikut adalah fungsi sistem teresterial

(1) Menghubungkan antar pusat perkotaan nasional

(2) Menghubungkan pusat perkotaan nasional dengan pusat kegiatan

negara lain

(3) Mendukung pengembangan kawasan andalan

4) Mendukung kegiatan berskala internasional.


b) Jaringan satelit untuk melengkapi sistem jaringan telekomunikasi

nasional melalui satelit telekomunikasi dan stasiun bumi.

3) Sistem Jaringan Sumber Daya Air

Sistem jaringan sumber daya air adalah sebagai berikut.

a) Sistem sumber daya air pada setiap wilayah sungai dan cekungan air

ranah Contohnya Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum.

b) Wilayah sungai, seperti: sungai lintas negara, lintas provinsi, dan

wilayah sungai strategis nasional. Sungai lintas provinsi contohnya

Bengawan Solo.

c) Cekungan air tanah - lintas negara dan lintas provinsi.

2. Perencanaan Tata Ruang Provinsi

Indonesia memiliki 34 provinsi. Setiap provinsi harus memiliki perencanaan

tata ruang guna mengharmonisasikan, menyeimbangkan dan menyerasikan

dalam berbagai bidang kehidupan. Berikut ini akan kalian pelajari tentang

pengertian acuan, fungsi, tujuan, kebijakan, dari perencanaan tata ruang

provinsi.

a. Pengertian dan Acuan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Provinsi

berikut

1) Rencana Tata ruang wilayah nasional

2) Pedoman penataan ruang.

3) Rencana pembangunan jangka panjang daerah.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 15/PRT/M/2009,

rencana tata ruang wilayah (RTRW) Provinsi diartikan sebagai rencana tata
ruang yang bersifat umum dari wilayah provinsi, yang merupakan penjabaran

dari RTRWN, dan yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah

provinsi, rencana struktur ruang wilayah provinsi; rencana pola ruang wilayah

provinsi, penetapan kawasan strategis provinsi; arahan pemanfaatan ruang

wilayah provinsi; dan arahan pengendalian pemanfatan ruang wilayah provinsi

Rencana umum tata ruang provinsi adalah rencana kebijakan operasional

dari RTRW Nasional yang berisi strategi pengembangan wilayah provinsi, me

Talui optimasi pengembangan sumber daya, sinkronisasi pengembangan sektor.

koordinasi lintas wilayah kabupaten/kota, dan sektor, serta pembagian peran

dan fungsi kabupaten/kota di dalam pengembangan wilayah secara keseluruhan.

Penyusunan rencana tata ruang wilayah provinsi mengacu pada hal-hal

Jangka waktu rencana tata ruang wilayah provinsi adalah 20 tahun dan

dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 tahun.

Fungsi dan Manfaat RTRW Provinsl

Berikut ini akan dijabarkan tentang fungsi dan manfaat RTRW Provinsi

1) Fungsi RTRW Provinsi

Fungsi RTRW Provinsi adalah scbagai berikut.

a) Acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembanguna Jangka Mencngah Daerah

(RPJMD)

b) Acuan dalam pemanfaatan ruang/pengembangan wilayah provinsi

c) Acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam

wilayah provinsi:

d) Acuan lokasi investasi dalam wilayah provinsi yang dilakukan


pemerintah, masyarakat, dan swasta.

c) Pedoman untuk menyusun rencana tata ruang kawasan strategis

provinsi.

f) Dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam penataan/ pengem-

bangan wilayah provinsi yang meliputi indikasi arahan peraturan

zonasi, arahan perizinan, arahan insentif, dan disinscntif, serta arahan

sanksi.

g) Acuan dalam administrasi pertanahan.

2) Manfaat RTRW Provinsi

Manfaat RTRW provinsi adalah sebagai berikut.

a) Mewujudkan keterpaduan pembangunan dalam wilayah provinsi.

b) Mewujudkan keserasian pembangunan wilayah provinsi dengan

wilayah sekitarnya.

c) Menjamin terwujudnya tata ruang wilayah provinsi yang berkualitas.

c. Muatan RTRW Provinsi

RTRW Provinsi memuat tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang

wilayah provinsi (penataan provinsi); rencana struktur ruang wilayah provinsi;

encana pola ruang wilayah provinsi; penetapan kawasan strategis provinsi;

irahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi; dan arahan pengendalian

emantaatan ruang wilayah provinsi.

1) Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Provinsi

a) Tujuan Penataan Ruang Wilayah Provinsi

Tujuan penataan ruang wilayah provinsi merupakan arahan

perwujudan ruang wilayah yang akan datang. Tujuan penataan ruang


wilayah provinsi adalah sebagai berikut.

(1) Sebagai dasar untuk memformulasi kebijakan dan strategi

penataan wilayah provinsi.

(2) Memberikan arahan bagi penyusunan indikasi program dalam

RTRW provinsi.

(3) Sebagai dasar dalam penetapan arahan pengendalian penetapan

ruang wilayah provinsi

b) Kebijakan Penetapan Ruang Wilayah Provinsi

Kebijakan penetapan ruang wilayah provinsi merupakan arahan

tindakan yang harus ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan

ruang wilayah provinsi. Kebijakan penataan ruang wilayah provinsi

adalah sebagai berikut.

(1) Sebagai dasar untuk memformulasikan strategi penataan

wilayah provinsi.

(2) Sebagai dasar untuk memformulasikan struktur dan pola ruang

wilayah provinsi.

(3) Memberikan arahan bagi penyusunan indikasi

dalam RTRW provinsi.

(4) Sebagai dasar dalam penetapan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi.

c) Strategi Penataan Ruang Wilayah Provinsi

Strategi penataan ruang wilayah provinsi merupakan penjabaran

masing-masing kebijakan penataan ruang wilayah provinsi ke dalam

langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan penataan ruang

Strategi penataan ruang wilayah provinsi memiliki fungsi sebagai


berikut.

(1) Sebagai arahan untuk menyusun struktur ruang, rencana

indikasi program

ruang, dan penetapan kawasan strategis provinsi.

(2) Memberikan arahan bagi penyusunan

pola

utama

dalam RTRW provinsi.

(3) Sebagai arahan dalam penetapan arahan pengendalian peman-

faatan ruang wilayah provinsi.

2) Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi

tata

Rencana struktur ruang wilayah provinsi merupakan rencana kerangka

ruang wilayah provinsi yang dibangun oleh konstelasi pusat-pusat kegiatan

(sistem perkotaan) yang berhierarki satu sama lain dan dihubungkan oleh

sistem jaringan prasarana wilayah provinsi terutama jaringan transportasi.

Pusat-pusat kegiatan pada wilayah provinsi merupakan pusat pertumbuhan

wilayah provinsi yang dapat adalah sebagai berikut.

a) Pusat Kegiatan Nasional (PKN) di wilayah provinsi.

b) Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) di wilayah provinsi.

(c) Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di wilayah provinsi.

d) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang ditetapkan oleh pemerintah daerah

provinsi.

Sistem jaringan prasarana wilayah provinsi meliputi sistem jaringan

transportasi, energi, telekomunikasi, dan sumber daya air yang

mengintegrasikan dan memberikan layanan bagi pusat-pusat kegiatan


yang ada di wilayah provinsi.

Fungsi rencana struktur wilayah provinsi adalah sebagai berikut.

a) Sebagai pembentuk sistem pusat kegiatan wilayah provinsi yang

memberikan layanan bagi wilayah kabupaten dan wilayah kota yang

berada di wilayah provinsi. Contohya ibukota provinsi.

b) Sebagai arahan peletakan sistem jaringan prasarana wilayah

antarwilayah kabupaten/kota yang juga menunjang keterkaitan pusat

kabupaten/kota antarwilayah provinsi.

3. Perencanaan

Tata Ruang Kabupaten

Jumlah kabupaten yang terdapat di Indonesia adalah 514 kabupaten

1 kabupaten administratif, yaitu Kepulauan Seribu. Setiap kabupaten

menyalakan segala aktivitasnya harus didukung dengan tata ruang yang

baik. Untuk itu perlu perencanaan tata ruang. Berikut akan dibahas tentang

perencanaan tata ruang kabupaten.

a. Pengertian dan Tujuan Rencana Tata Ruang Kabupaten

Penataan

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Ruang, Pasal 11 ayat (2) mengamanatkan bahwa pemerintah daerah kabupaten

berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten yang

meliputi perencanaan tata ruang wilayah kabupaten, pemanfaatan ruang


dan prosedur

wilayah kabupaten, dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupater

Perencanaan tata ruang wilayah kabupaten meliputi proses

penyusunan serta penetapan rencana tata ruang wilayah (RTRW) kabupaten

Penyusunan RTRW kabupaten dilakukan dengan berasaskan pada kaidal

kaidah perencanaan yang mencakup asas keselarasan, keserasian, keterpadua

kelestarian, keberlanjutan, serta keterkaitan antarwilayah, baik di dala

kabupaten bersangkutan maupun dengan kabupaten di sekitarnya.

b. Fungsi dan Manfaat RTRW Kabupaten

Berikut ini akan dijelaskan fungsi dan manfaat RTRW kabupaten.

1)

Fungsi RTRW Kabupaten

Fungsi RTRW kabupaten adalah sebagai berikut.

a) Acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah (RPJMD).

b) Acuan dalam pemanfaatan ruang/pengembangan wilayah kabupaten

c)Acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam

wilayah kabupaten.

d)Acuan lokasi investasi dalam wilayah kabupaten yang dilakukan

pemerintah, masyarakat, dan swasta.

e) Pedoman untuk menyusun rencana rinci tata ruang di wilayah kabu-

paten.

f) Dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam penataan/pengem-

bangan wilayah kabupaten yang meliputi penetapan peraturan zonasi,


perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi.

g) Acuan dalam administrasi pertanahan.

2) Manfaat RTRW Kabupaten

Manfaat RTRW Kabupaten adalah sebagai berikut.

a) Mewujudkan keterpaduan pembangunan dalam wilayah kabupaten.

b) Mewujudkan keserasian pembangunan wilayah kabupaten dengan

wilayah sekitarnya.

c) Menjamin terwujudnya tata ruang wilayah kabupaten yang berkuali-

tas.

c. Muatan RTRW Kabupaten

Muatan RTRW kabupaten adalah sebagai berikut.

1) Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten

a) Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten.

Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan

perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang.

4. Perencanaan Tata Ruang Kota

a. Pengertian dan Tujuan Perencanaan Tata Ruang Kota

Rencana tata ruang wilayah (RTRW) kota adalah rencana tata ruang yang

bersifat umum dari wilayah kota, yang merupakan penjabaran RTRW provinsi,

berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah kota,


rencana struktur wilayah kota, rencana pola ruang wilayah kota, penetapan

kawasan strategis kota, arahan pemanfaatan ruang wilayah kota, dan ketentuan

pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota.

Tujuan penataan ruang wilayah kota adalah tujuan yang ditetapkan

pemerintah daerah kota yang merupakan arahan perwujudan visi dan misi

pembangunan jangka panjang kota pada aspek keruangan, yang pada dasarnya

mendukung terwujudnya ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif

dan berkelanjutan berdasarkan wawasan nusantara dan ketahanan nasional.

b. Fungsi dan Pemanfaatan Tata Ruang Kota

Berikut ini akan dijelaskan tentang fungsi dan manfaat RTRW kota.

1) Fungsi RTRW Kota

Fungsi RTRW kota adalah sebagai berikut.

a) Acuan dalam penyusunan Rencana Jangka Panjang Daerah (RPJPD)

dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

b) Acuan dalam pemanfaatan ruang/pengembangan wilayah kota.

c) Acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam

wilayah kota.

d) Acuan lokasi investasi dalam wilayah kota yang dilakukan pemerin-

tah, masyarakat, dan swasta.

e)

Pedoman untuk menyusun rencana rinci tata ruang di wilayah kota.

f) Dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam penataan/pengem-

bangan wilayah kota yang meliputi penetapan peraturan zonasi,

perizinan, pemberian insentif, dan disinsentif, serta pengenaan sanksi.

g) Acuan dalam administrasi pertanahan.


2) Manfaat RTRW Kota

Manfaat RTRW kota adalah sebagai berikut.

a) Mewujudkan keterpaduan pembangunan dalam wilayah kota.

b) Mewujudkan keserasian pembangunan wilayah kota dengan wilayah

sekitarnya.

c) Menjamin terwujudnya tata ruang wilayah kota yang berkualitas.

C. Muatan RTRW Kota

RTRW kota memuat tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang

wilayah kota (penataan kota); rencana struktur ruang wilayah kota; rencana

pola ruang wilayah kota; penetapan kawasan strategis kota; arahan peman-

faatan ruang wilayah kota; ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang

wilayah kota.

E. Permasalahan dalam Penerapan Tata Ruang Wilayah

Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas dengan penduduk

berdasarkan sensus tahun 2010 sebesar +237 juta jiwa. Perkembangan penduduk

tersebut terjadi dari tahun ke tahun. Kondisi ini dapat berakibat terhadap

kondisi tata ruang di Indonesia karena penduduk memerlukan pangan, tempat

tinggal, dan pakaian. Dalam memenuhi kebutuhan pangan diperlukan wilayah

pertanian yang subur, sementara wilayah pertanian, khususnya di Pulau Jawa

semakin berkurang.

Permasalahan menyangkut penerapan tata ruang di Indonesia antara lain

sebagai berikut.

1.
Belum semua daerah di Indonesia mempunyai peraturan daerah RTRW

2. Inkonsistensi pemeriah daerah dalam pelaksanaan RTRW

3. Rencana tata ruang belum cukup efektif sebagai alat kendali pembangunan

4. Pemerintah kurang memiliki kemampuan untuk mengantisipasi persoalan-persoalan tata ruang


dimasa yang akan datang

5. Tidak adanya ketegasan hukum bagi seseorang yang melanggar tata ruang

6. Perencanaan tata ruang yang disatukan dengan rencana pengembangan

7. Perencanaan tata ruang lebih banyak didominasi oleh keputusan politik

8.setiap daerah dituntut mwningkatkan pendapatan asli daerah ya

9. Terjadinya konflik kepentingan antarsektor, seperti pertambangan,

lingkungan hidup, kehutanan, dan prasarana wilayah.

10. Belum tersedianya alokasi fungsi-fungsi yang tegas dalam RTRWN

dm

Upaya-upaya untuk mengatasi permasalahan penerapan tata ruang

atas adalah sebagai berikut.

1.

Mengupayakan kelengkapan peraturan daerah bagi wilayah-wilayah yang

belum memilikinya.

2. ditjen PRKPU mengirimkan tenaga ahli sesuai kebutuhan daerah

3. Pendampingan dilakukan apabila pemerintah daerah memiliki keter-

batasan dalam hal pendanaan dan sumber daya manusia sehingga


membutuhkan bantuan tenaga ahli teknis penataan ruang, maupun dalam

proses pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

4. Kerja sama pendanaan dilakukan bila pemerintah daerah memiliki

keterbatasan dalam hal pendanaan, namun telah memiliki sumber daya

yang cukup di bidang penataan ruang sehingga bantuan teknis

yang dibutuhkan dari pemerintah pusat hanyalah bantuan bagi kerja sama

pendanaan.

manusia

5. Pemerintah daerah perlu meningkatkan disiplin dalam menerapkan RTRW

di daerahnya.

6. Membuat peraturan yang jelas tentang sanksi hukum bagi pelanggar

RTRW.

7. Menjadikan perencanaan tata ruang wilayah sebagai pedoman dalam

pengembangan wilayah di setiap daerah provinsi dan kabupaten/kota.

8. Menyesuaikan perencanaan dan pelaksanaan tata ruang

jah dengan

karakteristik wilayah masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai