Anda di halaman 1dari 34

BAHAN AJAR

KONSEP WILAYAH DAN TATA RUANG


A. Konsep Wilayah, Perwilayahan dan Tata Ruang
1. Konsep Wilayah
a. Pengertian Wilayah

Menurut Taylor, wilayah adalah bagian dari permukaan bumi yang


berbeda dan ditunjukkan oleh sifat-sifat yang berbeda dari lainnya.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 Tentang Rencana Tata


Ruang Wilayah Nasional, wilayah adalah ruang yan merupakan kesatuan
geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya
ditentukan berdasarkaan administratif dan/ aspek fungsional.

Dapat disimpulkan, wilayah adalah area di permukaan bumi yang dibatasi


oleh kenampakan tertentu yang bersifat khas dan membedakan wilayah tersebut
dengan wilayah lainnya. Misalnya, wilayah hutan berbeda dengan wilayah
pertanian, wilayah kota berbeda dengan perdesaan.

b. Jenis-jenis Wilayah
a) Wilayah Homogen/Formal
Konsep wilayah homogen lebih menekankan aspek homogenitas
(kesamaan) dalam kelompok dan memaksimumkan perbedaan antar
kelompok tanpa memperhatikan bentuk hubungan fungsional
(interaksi) antar wilayah-wilayahnya di dalamnya. Dengan demikian,
wilayah homogen tidak lain adalah wilayah yang diidentifikasikan
berdasarkan adanya sumber-sumber kesamaan atau faktor pencirinya
yang menonjol di wilayah tersebut. Pada awalnya kriteria yang
digunakan adalah kondisi fisik, misalnya topografi, iklim, atau jenis
vegetasi. Kemudian, kriteria berkembang menjadi kriteria ekonomi,
seperti industri atau tipe pertanian. Bahkan juga digunakan kriteria
sosial poilitik, seperti pengaruh partai politik.
Gambar. 2. Wilayah pertanian merupakan suatu bentuk wilayah homogen
Sumber : http://assets-a2.kompasiana.com/statics
b) Wilayah fungsional / nodal
Wilayah fungsional adalah suatu kawasan geografis yang
difungsikan menurut jenis dan kekhususan, suatu wilayah yang saling
berhubungan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain.
Wilayah fungsional sering merujuk pada suatu wilayah nodal atau
polarisasi yang membentuk suatu keberagaman unit, seperti kota,
kecamatan, atau kelurahan yang secara fungsional saling berhubungan.
Sebagai contoh dalam sistem wilayah Daerah Aliran Sungai
terdapat keterkaitan fugsional antara wilayah hulu, tengah dan hilir.
Wilayah hulu sebagai area resapan atau tangkapan air mempengaruhi
sistem kesediaan air tanah dan banjir di wilayah hilir. Dalam
manajemen lingkungan dan bencana, sistem wilayah fungsional
menjadi dasar perumusan perencanaan dan kebijakan.

Gambar. 3. Aktivitas masyarakat pusat pemukiman dengan lereng pegunungan


Sumber : https://dynardbam2007.files.wordpress.com
Contoh wilayah fungsional, misalnya suatu wilayah lereng
pegunungan mulai dari lereng atas sampai dengan lereng kaki, disambung
dengan daerah dataran rendang sehingga akhirnya tepi pantai. Penduduk
lereng atas hidup dari hasil kebun, penduduk lereng kaki hidup dari hasil
pertanian. Adapun penduduk yang berada di dataran hidup darui usaha
pelayanan dan jasa.
c) Wilayah administratif –politis

Gambar : wilayah administratif-politis


Sumber WrodPress.com
Wilayah administratif adalah wilayah perencanaan atau
pengelolaan yang memiliki landasan yuridis-politis yang paling kuat.
Konsep ini didasarkan pada kesatuan politis dan kewenangan dalam
mengatur wilayahnya dalam batas admisntrasi dan umumnya dipimpin
oleh suatu sistem birokrasi atau sistem kelembagaan dengan otonomi
tertentu. Di Indonesia disebut dengan daerah otonom, seperti negara,
provinsi, kabupaten, kota, kecamatan, dan desa atau kelurahan.
d) Wilayah Perencanaan / Pengelolaan Khusus
Wilayah perencanaan dapat berwujud wilayah administratif dan
non administratif baik homogen maupun fungsional, seperti batas
ekologi dan fungsional lain. Penatapan batas wilayah perencanaan
berdasarkan tujuan atau kepentingan perencanaan program. Secara
sederhana konsep wilayah perencanaan didefinisikan sebagai wilayah
yang dibatasi berdasarkan kenyataan sifat-sifat tertentu pada wilayah
tersebut yang bisa bersifat alamiah maupun non alamiah yang
sedemikian rupa sehingga perlu direncanakan dalam kesatuan wilayah
perencanaan.
2. Konsep Perwilayahan
a. Pengertian Perwilayahan

Perwilayahan atau regionalisasi diartikan sebagai upaya mengelompokkan bagian-


bagian permukaan Bumi untuk tujuan tertentu. Misalnya pembagian wilayah menurut iklim,
ketinggian tempat, topografi wilayah, dan lain sebagainya. Perwilayahan di setiap negara
berbeda-beda karena memilikikarakteristik yang tidak sama. Di Indonesia, perwilayahan
didasarkansumber daya yang ada di masing-masing daerah. Dengan demikianpembangunan
dapat direncanakan dengan baik, sehingga pembangunan dapat merata di semua wilayah.

Perwilayahan (regionalisasi) adalah suatu proses penggolongan wilayah berdasarkan


kriteria tertentu. Klasifikasi atau penggolongan wilayah dapat dilakukan secara formal
maupun fungsional. Dalam perencanaan pembangunan, pemerintah harus memahami
kondisi suatu wilayah karena setiap wilayah memiliki kondisi yang berbeda-beda.

Penggolongan wilayah secara garis besar terbagi atas:

1. Natural Region (Wilayah Alamiah atau Fisik); berdasarkan ketampakan alami,


seperti wilayah pertanian dan kehutanan.
2. Single Feature Region (Wilayah Ketampakan Tunggal); berdasarkan pada satu
ketampakan, seperti wilayah berdasarkan iklim, hewan, atau iklim saja.
3. Generic Region (Wilayah Berdasarkan Jenisnya); didasarkan pada ketampakan
jenis atau tema tertentu. Misalnya di wilayah hutan hujan tropis yang ditonjolkan
hanyalah flora tertentu seperti anggrek.
4. Specific Region (Wilayah Spesifik atau Khusus); dicirikan kondisi grafis yang
khas dalam hubungannya dengan letak, adat istiadat, budaya, dan kependudukan
secara umum. Misalnya wilayah Asia Tenggara, Eropa Timur, dsb.
5. Factor Analysis Region (Wilayah Analisis Faktor); berdasarkan metoda statistik-
deskriptif atau dengan metoda statistik-analitik. Penentuan wilayah berdasarkan
analisis faktor terutama bertujuan untuk hal-hal yang bersifat produktif, seperti
penentuan wilayah untuk tanaman jagung dan kentang.
b. Tujuan Perwilayahan
 Untuk meratakan pembangunan di semua wilayah sehingga dapat
mengurangi kesenjangan antara wilayah yang satu dengan wilayah yang
lain.
 Memudahkan koordinasi berbagai program pembangunan pada tiap
daerah.
 Mensosialisasikan berbagai program pembangunan kepada aparatur
pemerintah dan masyarakat serta para pengusaha. Secara garis besar,
perwilayahan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu regional
generalization (generalisasi wilayah) dan regional classification
(klasifikasi wilayah).
Tujuan umum perwilayahan untuk mempermudah penganalisisan serta
memberikan jawaban terhadap persoalan-persoalan yang ada pada kelompok-
kelompok wilayah tertentu
3. Konsep Tata Ruang
a. Pengertian Tata Ruang
Tata ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang,
baik direncanakan maupun tidak. Tata ruang yang dituju dengan penataan
ruang adalah tata ruang yang direncanakan. Sedangkan tata ruang yang
tidak direncanakan adalah tata ruang yang terbentuk secara alamiah seperti
wilayah aliran sungai, danau, suaka alam, gua, gunung, dan sebagainya
Pengertian ruang dan penataan ruang berdasarkan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
adalah sebagai berikut:
 Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan
makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan
hidupnya.
 Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
 Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi
masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.
 Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi
daya.
 Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
 Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan,
pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang.
Seperti diamanatkan dalam UU no 26 tahun 2007,terdapat tiga batasan struktur
ruang menurut hirarkinya khususnya dari provinsi, kabupaten, dan kota.
Defenisi dan arah Struktur ruang
Provinsi Kabupaten Kota
Permen pu 15/2009 Permen pu 16/2009 Permen pu 17/2009
Rencana yang mencakup Rencana yang mencakup Rencana yang mencakup
rencana sistem perkotaan sistem perkotaan wilayah rencana sistem perkotaaan
dalam wilayah provinsi kabupaten yang berkaitan wilayah kota dalam wilayah
yang berkaitan dengan dengan kawasan pelayanannya dan jaringan
kawasan perdesaan dalam perdesaan dalam wilayah prasarana wilayah kota yang
wilayah pelayanannya, pelayanannya dan dikembangkan untuk
dan rencana sistem jaringan prasarana mengintegrasi wilayah kota
prasarana wilayah wilayah kabupaten yang selain untuk melayani kegiatan
provinsi yang dikembangkan untuk skala kota, meliputi sistem
mengintegrasi kan mengintegrasikan jaringan transportasi, sistem
wilayah provinsi serta wilayah kabupaten selain jaringan energi dan kelistrikan,
melayani kegiatan skala untuk melayani kegiatan sistem jaringan
provinsi, yang akan skala kabupaten yang telekomunikasi, sistem
dituju sampai dengan meliputi sistem jaringan jaringan sumber daya air , dan
akhir masa perencanaan transportasi, sistem sistem jaringan lainnya.
jaringan energi, dan
kelistrikan, sistem
jaringan telekomunikasi,
sistem jaringan sumber
daya air termasuk
seluruh daerah hulu
bendungan atau waduk
dari daerah aliran sungai,
dan sistem jaringan
prasarana lain
B. Pertumbuhan dan pembangunan wilayah
1. Pembangunan Wilayah
1. Konsep Pembangunan
Secara etimologik : Berasal dari kata bangun, diberi awalan pem- dan
akhiran –an guna menunjukkan perihal pembangun kata bangun mengandung arti,
aspek fisiologi bangun dalam arti sadar atau siuman, aspek perilaku bangun dalam
arti bangkit atau berdiri, aspek anatomi bangun dalam arti bentuk, gabungan
aspek fisiologi, aspek perilaku dan aspek bentuk bangun dalam arti kata membuat.
Secara ensiklopedik : kata pembangunan telah menjadi bahasa dan konsep
dunia. Konsep itu antara lain, pertumbuhan (growth), rekontruksi (recontruktion),
modernisasi (modernization), westernisasi (westernization), perubahan social
(social change), pembebasan (liberation), pembaharuan (innovation),
pembangunan bangsa (nation building), pembangunan nasional (national
development), pembangunan, pengembangan, pembinaan.
Menurut (Rowles, 2001) menjelaskan bahwa pembangunan adalah suatu
proses sejauh mana suatu wilayah, daerah, ataupun Negara telah menyadari penuh
potensi sumber daya manusia dan fisik untuk dapat mengurangi tingkat
kemiskinan dan untuk meningkat kualitas. (Drs. Nurul Huda, Ms.Ed. 2014.
Suplemen Sumber Belajar Olimpiade Geografi 2 : PT. Bina Prestasi Insani).
Pembangunan biasanya didefenisikan sebagai “rangkaian usaha
mewujudkan pertumbuhan dan pembangunan secara terencana dan sadar yang
ditempuh oleh suatu Negara bangsa menuju modernitas dalam rangka
pembinaanb bangsa / nation-building. Dari defenisi diatas akan mucul tujuh ide
pokok :
1) Pembangunan merupakan suatu proses, pembangunan dilakukan secara berkelanjutan dan
terdiri dari tahap-tahap yang bersifat tanpa akhir.
2) Pembangunan merupakan upaya yang secara sadar ditetapkan sebagai sesuatu untuk
dilaksanakan
3) Pembangunan dilakukan secara terencana, baik jangka waktu pendek, Jangka sedang, dan
jangka panjang, yang dimana dilakukan untuk jangka waktu tertentu.
4) Rencana pembangunan mengandung makna pertumbuhan dan pembangunan
5) Pembangunan mengarah modernitas yang diartikan sebagai cara hidup yang baru dan lebih
baik dari sebelumnya.
6) Modernitas yang ingin dicapai bersifat multi dimensional.
7) Pembangunan ditujukan kepada usaha pembinaan bangsa sehingga semakin kukuh
fondasinya dan menjadi negara yang sejajar dengan bangsa lain. (Sondang P. Siagian: 2001)

2. Indikator Pembangunan
Penggunaan indikator dan variable pembangunan bisa berbeda untuk
setiap negara. di negara-negara yang masih miskin, ukuran kemajuan dan
pembangunan mungkin masih sekitar kebutuhan-kebutuhan dasar seperti
listrik masuk desa, layanan kesehatan pedesaan, dan harga makanan pokok
yang rendah. Sebaliknya, di negara-negara yang telah dapat memenuhi
kebutuhan tersebut, indikator pembangunan akan bergeser kepada faktor-
faktor sekunder dan tersier(Tikson, 2005).

3. Pembangunan Pedesaan Dan Perkotaan


(a) Pembangunan Pedesaan
Terdapat beberapa konsep pembangunan wilayah pedesaan menggunakan
pendekatan spasial (ruang) antara lain, yaitu desa pusat pertumbuhan
(DPP), kawasan terpilih pusat pengembangan desa (KTP2D), dan
agropolitan distrik.
Gambar : pembangunan kawasan pedesaan
Sumber : https://posmetropadang.co.id
Dalam pengembangan wilayahnya, pembangunan pedesaan harus
memiliki tiga unsur penting, yaitu adanya pusat, wilayah pengaruh, dan jaringan
transportasi. Desa yang memiliki potensi diberikan fungsi sebagai pusat pertumbuhan,
yang disebut Desa Pusat Pertumbuhan (DPP), desa-desa yang termasuk dalam jangkauan
pengaruh pusat pertumbuhan disebut Desa Hinterland (DH).

Gambar : Arah pergerakan DH


Sumber : http://rapermen-bangkim.blogspot.com/2009
Jangkauan pelayanan pembangunan dari DPP ke DH dalam suatu wilayah
pengaruh disebut Kawasan Pusat Pertumbuhan Desa, karena jumlah desa yang
difungsikan sebagai DPP terpilih maka kawasan pusat pengembangan desanya
terbatas dan terpilih sehingga disebut Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan
Desa (KTP2D).
Agropolitan yaitu desa yang berada di lahan pertanian. Agropolitan
merupakan kawasan pertanian yang melayani pengembangan daerah pertanian
yang menjadi wilayah pengaruhnya dan melayani pemasaran produksi pertanian
yang dihasilkan untuk dikirim ke luar daerah.

Pembangunan perdesaan seharusnya diarahkan kepada hal-hal sebagai


berikut:

i. Pemantapan ketahanan pangan, maka peningkatan produksi dan


produktivitas sektor pertanian membutuhkan dukungan penyediaan
prasarana fisik perdesaan seperti jaringan irigasi dan jalan desa,
disamping sara produksi pertanian seperti pupuk, bibit unggul dan
teknologi.

ii. Penciptaan kegiatan ekonomi lokal secara beragam

iii. Peningkatan dan memprluas lapangan kerja

iv. Penguatan kelembagaan pedesaan, baik kelembagaan ekonomi dan


sosial

v. Peningkatan partisipasi masyarakat

vi. Meningkatkan kelestarian lingkungan hidup perdesaan

(b) Pembangunan Perkotaan

Dalam Proceeding ‘Penataan Kota Memasuki Milenium Ketiga’,


disebutkan di sana beberapa peranan mendasar dari perkotaan yang perlu jadi
bahan pertimbangan dalam upaya pembangunan perkotaan, antara lain :

 Pertama, Perkotaan harus menjadi pusat peradaban. Dengan begitu


perkotaan diharapkan berperan dalam mewujudkan masyarakat yang
lebih berkualitas, lebih beradab dan mandiri. Salah satu peran utama
pengembangan perkotaan adalah untuk menciptakan suasana
kehidupan yang mendukung terciptanya masyarakat madani.
Perkotaan mesti menjadi persemaian bagi berkembangnya manusia
dan kelompok-kelompok masyarakat yang berbudaya, beradab dan
berkualitas.

 Kedua, Peranan perkotaan dalam menciptakan keseimbangan


lingkungan dan menciptakan kualitas lingkungan hidup perkotaan.
Pembangunan perkotaan yang berwawasan lingkungan merupakan
salah satu ciri yang semakin dituntut dalam perkembangan saat ini dan
juga pada masa yang akan datang.

 Ketiga, Peranan perkotaan dalam upaya penguatan ekonomi nasional


dan daerah. Dalam kaitan ini, perlu dikembangkan sebagai pusat
lahirnya peningkatan produktivitas, efisiensi dan inovasi, yang
menjadi sumber utama bagi perkembangan ekonomi di setiap
masyarakat modern.

 Keempat, Peranan perkotaan dalam mewujudkan desentralisasi dan


otonomi yang bertanggung jawab. Bila pengembangan perkotaan dapat
dikelola secara efisien dan efektif, maka banyak sumber daya nasional 
dan daerah yang dapat dihemat dan dimanfaatkan secara optimal. Inti
dari pengembangan perkotaan yang demikian adalah berfungsinya
sistem pemerintahan kota yang baik yang bertumpu pada terciptanya
pola kebijakan pembangunan perkotaan yang jelas, tersedianya
mekanisme, proses dan prosedur pembangunan perkotaan yang
transparan, terwujudnya pendekatan pembangunan yang partisipatif
yang melibatkan berbagai pelaku (stake holders) serta pelaksanaan
pembanguna perkotaan yang konsisten, termasuk penegakan
peraturannya.

 Kelima, Peranan perkotaan dalam meningkatkan keterkaitan yang


saling menguntungkan antar daerah, wilayah, bangsa dan negara. Oleh
karena, peranan perkotaan dalam era globalisasi akan sangat menonjol,
disebabkan perkotaan merupakan simpul-simpul utama dalam jaringan
global kegiatan ekonomi, sosial, politik dan budaya.

Pembangunan perkotaan sejak Repelita I mulai terencana, namun


masih terbatas pada kota besar sebagai Central Business District (CBD).
Sejak otonomi daerah, pembangunan perkotaan diurus oleh pemerintah
kota.

Indikator keberhasilan pembangunan kota, yaitu tingkat perekonomian


yang merata, kelestarian lingkungan hidup, keseimbangan pembangunan,
dan optimalisasi pemanfaatan ruang.

Konsep Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu (P3KT),


sebagai upaya sistematis dan menyeluruh untuk mewujudkan fungsi dan
peran kota. Selain itu, adanya program pembangunan perkotaan antara lain
program perbaikan kampung (Kampong Improvement Program) (KIP).

Kota merupakan pusat pertumbuhan, kota senantiasa mengalami


perkembangan dari waktu ke waktu. Pola pembangunan kota didasarkan
atas hal-hal sebagai berikut:

1) Aspek topografi (kota pegunungan, kota dataran tinggi, kota


dataran rendah, dan kota pesisir)

2) Aspek kegiatan ekonomi yang menonjol (kota pariwisata, kota


industri, dan kota perdagangan)

3) Aspek tingkat perkembangan kota

4. Pusat Pertumbuhan Wilayah


1. Pusat Pertumbuhan Wilayah di Indonesia
Jakarta adalah adalah satu wilayah di indonesia yang mengalami perkembangan
yang pesat, begitu juga kota kota lainnya di Indonesis sehingga setiap daerah mempunyai
pusat pertumbuhan yang menjadi daya tarik bagi tenaga buruh dari pinggiran,
mempunyai daya tarik terhadap tenaga terampil, modal, dan barang-barang dagangan
yang menunjang pertumbuhan suatu lokasi.
Pusat pertumbuhan akan berpengaruh terhadap daerah di sekitarnya. Pengaruh
tersebut dapat berupa pengaruh positif dan negative yang dikemukakan oleh Myrdall
(1957)
1) Pengaruh Menguntungkan (Spread effect)
 Terbukanya kesempatan kerja
 Banyaknya investasi yang masuk
 Upah buruk semakin tinggi
 Penduduk dapat memasarkan bahan mentah.
2) Pengaruh Merugikan (Backwash Effect)
 Ketimpangan regional
 Ketimpangan Internasional
 menurunnya tingkat kesejahteraan petani
 besarnya ketergantungan masyarakat desa terhadap wilayh pusat pertumbuhan
 Lingkaran setan kemiskinan.
Pusat
pertumbu
No Regional Wilayah Provinsi/daerah
han (kota
Utama)
1 A Medan I Aceh dan sumatera Utara berpusat di medan
II Sumatera Barat, Riau, dan Kepulauan Riau
berpusat di Pekanbaru
2 B Jakarta III Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, dan
Bangka Belitung berpusat di Palembang
IV Lampung, Banten, Jawa Barat, Jakarta, Jawa
Tengah, Dan Yogyakarta Berpusat di Jakarta
V Kalimantan Barat berpusat di Pontianak
3 C Surabaya VI Jawa Timur berpusat di Surabaya
VII Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, serta
Kalimantan Selatan berpusat di Balikpapan dan
Samarinda
4 D Makassar VIII Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,
Sulawesi Selatan, dan Sulawesi tenggara
berpusat di Makassar
IX Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, dan
Gorontalo berpusat di Manado
X Maluku, Maluku Utara, dan Irian Jaya (Papua)
berpusat di Sorong

1. Faktor Pusat Pertumbuhan Wilayah

Berikut ini terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pusat pertumbuhan,


antara lain:

 Faktor alam: pegunungan, dataran tinggi, dataran rendah, cuaca, iklim, rawa-rawa, dan
kesuburan tanah.
 Faktor ekonomi, yaitu perbedaan kebutuhan antara tempat yang satu dengan yang lain.
 Faktor industri, yaitu kebutuhan tenaga kerja, tempat tinggal, dan peralatan rumah.
 Faktor sosial, yaitu pendidikan, pendapatan, dan kesehatan.
 Faktor lalu lintas, yaitu jenis transport, kondisi jalan, dan fasilitas lalu lintas.

2. Fungsi Pusat Pertumbuhan Wilayah

Bagian-bagian dari wilayah di permukaan bumi itu tidak tumbuh bersama-sama


secara teratur, tetapi disengaja atau tidak disengaja ada bagian-bagian yang tumbuh dan maju
atau berkembang lebih cepat dari bagian lain. Cepatnya pertumbuhan di tempat ini dapat
menjadi pendorong bagi bagian lain yang tingkat pertumbuhannya kurang cepat. Secara
umum fungsi pusat pertumbuhan, antara lain:

 Memudahkan koordinasi dan pembinaan.


 Melihat perkembangan wilayah maju atau mundur.
 Meratakan pembangunan di seluruh wilayah.

Teori-Teori Pertumbuhan Wilayah


1) Teori Tempat Sentral
i. Tempat Sentral yang Berhierarki 3 (K=3)
Tempat sentral yang berhierarki 3 adalah pusat pelayanan
berupa pasar yang senantiasa menyediakan barang-barang konsumsi
bagi penduduk yang tinggal di daerah sekitarnya. Hierarki 3 sering
disebut sebagai kasus pasar optimal yang memiliki pengaruh 1/3 bagian
dari wilayah tetangga di sekitarnya yang berbentuk heksagonal,
selain memengaruhi wilayahnya itu sendiri.

K=3
= 6 (1/3 + 1) = 3

Gambar : Tempat Sentral Berhierarki 3 dengan kekuatan pengaruh sepertiga wilayah


sekitarnya, yang disebut Kasus pasar optimum
Sumber : www.wikipedia.com

ii. Tempat Sentral yang Berhierarki 4 (K=4)


Tempat sentral yang berhierarki 4 dinamakan situasi lalu lintas yang
optimum, artinya di daerah tersebut dan daerah-daerah di sekitarnya yang
terpengaruh tempat sentral itu senantiasa memberikan kemungkinan rute lalu
lintas yang paling efisien. Situasi lalu lintas optimum ini memiliki pengaruh ½
bagian dari wilayah-wilayah lain di sekitarnya yang berbentuk segi enam
selain mempengaruhi wilayah itu sendiri.

K=4
= 6 (1/2 + 1) = 4

Gambar : Berhierarki 4 dengan kekuatan pengaruh setengah wilayah sekitarnya, yang


disebut Situasi lalu lintas yang optimum
Sumber : www.wikipedia.com

iii. Tempat Sentral yang Berhierarki 7 (K=7)


Tempat sentral yang berhierarki 7 dinamakan situasi
administratif yang optimum. Tempat sentral ini memengaruhi seluruh
bagian (satu bagian) wilayah-wilayah tetangganya, selain memengaruhi
wilayah itu sendiri. Contoh tempat sentral berhierarki 7 antara lain kota
yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan.

K=7
=6 (1) + 1 = 7
Gambar : Berhierarki 7 dengan kekuatan pengaruh seluruh wilayah, yang disebut
juga Situasi administrasi yang optimum
Sumber : www.wikipedia.com

 Range (Jangkauan), yaitu jarak yang perlu ditempuh orang untuk


mendapatkan barang kebutuhan yang hanya kadang-kadang saja.
 Threshold (ambang), yaitu jumlah minimal penduduk yang diperlukan
untuk kelancaran dan kesinambungan suplai barang.
 Isi Teori, yaitu suatu lokasi pusat aktifitas yang senantiasa melayani
berbagai kebutuhan penduduk harus terletak pada suatu tempat yang
sentral.

2) Teori Kutub Pertumbuhan


Teori ini dikemukakan oleh Perroux pada tahun 1955, atas dasar
pengamatan terhadap proses pembangunan. Perroux mengakui kenyataan bahwa
pembangunan tidak terjadi dimana-mana secara serentak, tetapi muncul ditempat-
tempat tertentu dengan intensitas yang berbeda. Tempat-tampat itulah yang
dinamakan titik-titik dan kutub-kutub pertumbuhan. Dari titik-titik dan kutub-
kutub pertumbuhan itulah pembangunan akan menyebar melalui berbagai saluran
dan mempunyai akibat akhir yang berlainan pada perekonomian secara
keseluruhan.
Mengingat pengamatan diatas teori ini menyarankan keperluan untuk
memusatkan investasi dalam sejumlah sektor kecil sebagia sektor kunci di
beberapa tempat tertentu. Dalam memusatkan usaha pada sejumlah sektor dan
tempat yang kecil diharapkan pembangunan akan menjalar pad sektor lain pada
seluruh wilayah, dengan demikian sumber-sumber material dan manusiawi yang
digunakan dapat dimanfaatkan lebih baik dan lebih efisien.
Jadi pada dasarnya teori kutub pertumbuhan menerangkan akibat dari
sekelompok kesatuan-kesatuan yang memimpin atau karena polarisasi.
3) Teori Sektoral / Sector Theory (August Losch)
Teori Losch merupakan kelanjutan dari teori tempat sentral Christaller
dengan menggunakan konsep yang sama yaitu ambang dan jangkauan.

Gambar di atas mencerminkan progresi wilayah pasaran untuk berbagai


barang dan jasa dengan ambang yang semakin meningkat. Masing-masing barang
dan jasa terdapat di berbagai wilayah pasaran pada bentang lahan yang disusun
dengan penumpukan di atas wilayah pasaran lainnya yang berbentuk heksagonal.
b. Menghitung Daya Dukung Pertumbuhan Dengan Menggunakan Teori Gravitasi,
Teori Titik Henti, Potensi Penduduk, Dan Teori Grafik
1) Teori Model Gravitasi
Teori ini awal mulanya dikemukan oleh Sir Isaac Newton dalam kajian ilmu
Fisika. Menurut Newton dalam hukumnya "gaya gravitasi antara dua benda
berbanding lurus dengan massa masing-masing benda tersebut dan berbanding
terbalik dengan kuadrat jarak antara keduanya". 
2) Teori Titik Henti/Balik (Breaking Point Theory)
Teori Titik Henti (Breaking Point Theory) merupakan hasil modifikasi dari Model
Gravitasi Reilly. Teori ini memberikan gambaran tentang perkiraan posisi garis batas
yang memisahkan wilayah-wilayah perdagangan dari dua kota atau wilayah yang berbeda
jumlah dan komposisi penduduknya. Teori Titik Henti juga dapat digunakan dalam
memperkirakan penempatan lokasi industri atau pusat pelayanan masyarakat.
Penempatan dilakukan di antara dua wilayah yang berbeda jumlah penduduknya agar
terjangkau oleh penduduk setiap wilayah.
3) Teori Grafik/Konektivitas
Salah satu faktor yang mendukung kekuatan dan intensitas interaksi antarwilayah
adalah kondisi prasarana transportasi yang menghubungkan suatu wilayah dengan
wilayah lain di sekitarnya. Jumlah dan kualitas prasarana jalan, baik jalan raya, jalur
udara, maupun laut, tentunya sangat memperlancar laju dan pergerakan distribusi
manusia, barang, dan jasa antarwilayah. Anda tentu sependapat bahwa antara satu
wilayah dan wilayah lain senantiasa dihubungkan oleh jalur-jalur transportasi sehingga
membentuk pola jaringan transportasi. Tingkat kompleksitas jaringan yang
menghubungkan berbagai wilayah merupakan salah satu indikasi kuatnya arus interaksi.

C. Perencanaan tata ruang nasional, provinsi, kabupaten/kota


1) Pengertian perencanaan wilayah dan perencanaan pengembangan wilayah (PPW).
Perencanaan adalah suatu proses menetapkan suatu tujuan dan memilih
langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Perencanaan
merupakan serangkaian dari tindakan yang ditujukan untuk memecahkan masalah
dimasa depan.
Perencanaan wilayah adalah proses untuk mengetahui dan menganalisis
kondisi saat ini, meramalkan perkembangan berbagai faktor, memperkirakan
faktor-faktor pembatas, menetapkan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai,
menetapkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan serta menetapkan lokasi dan
berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan.
Perencanaan Pengembangan Wilayah (PPW) merupakan kegiatan
perencanaan yang bersifat integratif dan koprehensif. Bersifat integratif berkaitan
dengan tipe-tipe perencanaan seperti perencanaan tingkat nasional, perencanaan
sektoral maupun perencanaan pengembangan pedesaan. Sedangkan sifat
koprehensif meliputi aspek-aspek sosial, ekonomi, fisik dan teknik dari objek
perencanaan. Perencanaan pengembangan wilayah dimaksudkan agar semua
daerah dapat melaksanakan pembangunan secara proporsional dan merata sesuai
dengan potensi yang ada di daerah tersebut.

2) Elemen dasar perencanaan wilayah


Menurut Arsyad (Baja, 2012) terdapat 4 elemen dasar perencanaan
wilayah yaitu:
 Merencanakan berarti memilih
 Perencanaan merupakan alat pengalokasian sumber daya
 Perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan
 Perencanaan berorientasi ke masa depan
3) Tahapan utama perencanaan pengembangan wilayah (PPW)
Kegiatan PPW terpadu melibatkan berbagai sektor dan melalui berbagai
tahapan. Terdapat 5 sektor yaitu sosial, institusional, ekonomi, sumber daya fisik,
dan infrastruktur fisik. Selanjutnya pada kegiatan di setiap sektor terdapat 6
tahapan utama, yaitu :
(a) Tahap pertama yaitu tahap praperencanaan, merupakan tahapan
pembuatan keputusan untuk melakukan perencanaan pengembangan
wilayah
(b) Tahap kedua yaitu tahap persiapan, merupakan tahap pembentukan tim
yang berisi wakil dari setiap sektor
(c) Tahap ketiga yaitu tahap penelitian pendahuluan, merupakan tahap untuk
mengetahui kebijakan pembangunan nasional dan wilayah, dan
mengetahui data sumber daya manusia dan suber daya alam
(d) Tahap keempat yaitu tahap penelitian lapngan, merupakan tahap menggali
data-data untuk melakukan PPW, baik melalui observasi dan survei
sistematik
(e) Tahap kelima yaitu tahap penelitian lapangan tambahan, merupakan suatu
tahap yang diperlukan berupa studi tambahan dan tergantung keperluan
(f) Tahap keenam yaitu tahap pelaporan, merupakan tahap setelah semua
studi lengkap untuk penyusunan rencana
4) Tujuan dan bidang-bidang perencanaan wilayah
Tujuan perencanaan wilayah adalah adalah untuk menciptakan kehidupan
yang efisien, nyaman, dan lestari. Manfaat perencanaan wilayah, yaitu :
 Menggambarkan proyeksi dari berbagai kegiatan dan penggunaan
lahan untuk masa yang akan datang
 Membantu pelaku ekonomi untuk memilih lokasi dan kegiatan
yang perlu dikembangkan
 Bahan acuan bagi pemerintah untuk mengendalikan arah
pertumbuhan kegiatan dan penggunaan lahan
 Landasan bagi rencana-rencana lain yang lebih sempit
 Lokasi itu dapat dipergunakan untuk berbagai kegiatan
Bidang-bidang yang tercakup dalam perencanaan wilayah, yaitu :
 Subbidang perencanaan sosial ekonomi wilayah, meliputi sosial
ekonomi wilayah secara umum, sosial ekonomi perkotaan, dan
sosial ekonomi pedesaan
 Subbidang perencanaan tata ruang atau tata guna lahan dapat
diperinci atas taat ruang tingkat nasional, tata ruang tingkat
provinsi, tata ruang tingkat kabupaten/kota, dan tata ruang tingkat
kecamatan
 Subbidang perencanaan khusus meliputi perencanaan lingkungan,
permukiman dan transportasi
 Subbidang perencanaan proyek, seperti perencanaan lokasi proyek
untuk pasar, pendidikan, rumah sehat, real estate, dan lokasi
pertanian
5) Pengertian Perencanaan Tata Ruang Nasional
Gambar : RTRWN
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang selanjutnya disingkat RTRWN adalah
strategi dan arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang wilayah nasional sampai dengan 100
meter di bawah permukaan bumi, satu kilometer diatas permukaan bumi dan batas luar
zona ekonomi eksklusif.
Muatan isi dari RTRWN menurut UU Tata Ruang No. 26 tahun 2007:
a) Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah nasional
b) Rencana struktur ruang wilayah nasional yang meliputi sistem perkotaan nasional yang
terkait dengan kawasan perdesaan dalam wilayah pelayanannya dan sistem jaringan
prasarana utama
c) Rencana pola ruang wilayah nasional yang meliputi kawasan lindung nasional dan
kawasan budi daya yang memiliki nilai strategi nasional
d) Penetapan kawasan strategis nasional
e) Arahan pemanfaatan ruang yang berisi indikasi program utama jangka menengah lima
tahunan
6) Susunan RTRWN

(1) Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional

(2) Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional

(3) Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional


(4) Pewujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan
antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor

(5) Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi

(6) Penataan ruang kawasan strategis nasional;

(7) Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

7) Pola Ruang Wilayah Nasional

Jangka waktu rencana tata ruang wilayah nasional adalah dua puluh tahun dan dapat
ditinjau kembali satu kali dalam lima tahun. Pengesahan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional dan disahkan DPR. Penetapan rencana tata ruang menjadi produk
hukum sehingga mengikat semua pihak untuk melaksanakannya adalah sebuah tahap dari tahap
penyusunan “Perencanaan Pembangunan” yang terdiri dari empat tahapan yaitu:
a) Penyusunan rencana
b) Penetapan rencana
c) Pengendalian pelaksanaan rencana
d) Evaluasi pelaksanaan rencana
Menurut UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,
RTR sepadan dengan rencana pembangunan jangka panjang nasiona/ daerah yang selanjutnya
didetilkan dalam rencanaan pembangunan jangka menengah nasional/ daerah dan rencana
pembangunan tahunan nasional/ daerah yang juga dijadikan dasar atau pertimbangan dalam
penyusunan RTR. Produk hukum dari rencana tata ruang wilayah nasional adalah PP No. 26
Tahun 2008 tentang rencana tata ruang wilayah nasional. Sedangkan untuk skala peta tata ruang
wilayah diatur menurut PP No. 8 Tahun 2013 tetntang ketelitian peta rencana tata ruang
berpedoman pada tingkat ketelitian minimal berskala 1: 1.000.000.

8) Pengertian perencanaan tata ruang Provinsi


Gambar : RTRWP
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi yang selanjutnya disingkat RTRWP
adalah hasil perencanaan tata ruang yang merupakan penjabaran strategi dan arahan
kebijakan pemanfaatan ruang wilayah nasional dan pulau/ kepulauan ke dalam struktur
dan pola ruang wilayah Provinsi.
Muatan isi dari RTRWP memuat:
a) Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah provinsi
b) Rencana struktur ruang wilayah provinsi meliputi sistem perkotaan dalam
wilayahnya yang berkaitan dengan kawasan perdesaan dalam wilayah
pelayanannya dan sistem jaringan prasarana wilayah provinsi
c) Rencana pola ruang wilayah provinsi yang meliputi kawasan lindung dan
kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis provinsi
d) Penetapan kawasan strategis provinsi
e) Arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang berisi indikasi program
utama jangka menegah lima tahunan
f) Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang berisi
indikasi arahan peraturan zonasi system provinsi, arahan perizinan, arahan
insentif dan disentif, serta arahan sanksi.
9) Mengurutkan Susunan RTRWP

 Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah


 Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah; 
 Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang dalam wilayah
provinsi; 
 Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan
antarwilayah kabupaten/kota, serta keserasian antarsektor
 Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi
 Penataan ruang kawasan strategis provinsi
 Penataan ruang wilayah kabupaten/kota. 

10) Pola Ruang Wilayah Provinsi

Jangka waktu rencana tata ruang wilayah provinsi adalah dua puluh tahun dan
dapat dilakukan peninjauan kembali satu kali dalam lima tahun. Pengesahan Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi, penetapan rancangan peraturan daerah provinsi tentang
rencana tata ruang wilayah provinsi dan rencana rinci tata ruang terlebih dahulu harus
mendapat persetujuan substansi dari Menteri.
Ketentuan mengenai muatan, pedoman, dan tata cara penyusunan rencana tata
ruang wilayah provinsi diatur dengan peraturan Menteri, pengesahannya oleh DPRD
provinsi. Produk hukum dari Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi adalah peraturan
daerah, yang dikeluarkan masing-masing provinsi. Skala peta tata ruang wilayah provinsi
menurut PP No. 8 Tahun 2013 tentang ketelitian peta rencana tata ruang yakni tingkat
ketelitian minimal berskala 1: 250.000.
Penyusunan rencana tata ruang wilayah provinsi mengacu pada:

 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; 


 pedoman bidang penataan ruang; dan 
 rencana pembangunan jangka panjang daerah. 

Penyusunan rencana tata ruang wilayah provinsi harus memperhatikan:


 perkembangan permasalahan nasional dan hasil pengkajian implikasi penataan ruang
provinsi; 
 upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi provinsi; 
 keselarasan aspirasi pembangunan provinsi dan pembangunan kabupaten/kota; 
 daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup; 
 rencana pembangunan jangka panjang daerah; 
 rencana tata ruang wilayah provinsi yang berbatasan; 
 rencana tata ruang kawasan strategis provinsi; dan 
 rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota. 

11) Menjelaskan Pengertian perencanaan tata ruang kabupaten/kota

Gambar : RTRWK
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota yang selanjutnya disingkat
RTRWK/K adalah hasil perencanaan tata ruang yang merupakan penjabaran RTRWP ke
dalam struktur dan pola ruang wilayah kabupaten/kota. Muatan isi dari RTRW
Kabupaten adalah:
a) Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten
b) Rencana struktur ruang wilayah kabupaten yang meliputi sistem perkotaan di
wilayahnya yang terkait dengan kawasan perdesaan dan system jaringan
prasarana wilayah kabupaten
c) Rencana pola ruang wilayah kabupaten yang meliputi kawasan lindung
kabupaten dan kawasan budi daya kabupaten
d) Penetapan kawasan strategis kabupaten
e) Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi indikasi program
utama jangka menegah lima tahunan
f) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi
ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan
disentif, serta arahan sanksi.
Sedangkan muatan isi dari RTRWKota ditambahkan:
a) Rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau
b) Rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka non hijau
c) Rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki,
angkutan umum, kegiatan sector informal dan ruang evakuasi bencana, yang
dibutuhkan untuk menjalankan fungsi wilayah kota sebagai pusat pelayanan sosial
ekonomi dan pusat pertumbuhan wilayah.
12) Mengurutkan Susunan RTRW Kabupaten/Kota

Penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten mengacu pada:

 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan rencana tata ruang wilayah provinsi; 
 pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang; dan 
 rencana pembangunan jangka panjang daerah. 
Penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten harus memperhatikan:

 perkembangan permasalahan provinsi dan hasil pengkajian implikasi penataan ruang


kabupaten; 
 upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi kabupaten; 
 keselarasan aspirasi pembangunan kabupaten; 
 daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup; 
 rencana pembangunan jangka panjang daerah; 
 rencana tata ruang wilayah kabupaten yang berbatasan; dan 
 rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten. 

Penyusunan rencana tata ruang wilayah kota harus memperhatikan:

 perkembangan permasalahan provinsi dan hasil pengkajian implikasi penataan ruang


kota; 
 upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi  kota ; 
 keselarasan aspirasi pembangunan  kota ; 
 daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup; 
 rencana pembangunan jangka panjang daerah; 
 rencana tata ruang wilayah  kota yang berbatasan; dan 
 rencana tata ruang kawasan strategis  kota. 

13) Menganalisis Pola Ruang Wilayah Kabupaten/Kota


Jangka waktu rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota adalah dua puluh
tahun dan dapat ditinjau kembali satu kali dalam lima tahun. rencana tata ruang
wilayah kabupaten/kota ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten yang disahkan
oleh DPRD kabupaten/kota. Produk hokum dari rencana rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota adalah peraturan daerah yang dikeluarkan masing-masing
kabupaten/kota. Skala peta rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota menurut PP
No.8 Tahun 2013 berpedoman pada tingkat ketelitian minimal berskala 1: 100.000
(kabupaten) dan skala 1: 50.000 (kota).
Tata ruang wilayah kabupaten memuat:

 Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten; 


 Rencana struktur ruang wilayah kabupaten yang meliputi sistem perkotaan di
wilayahnya yang terkait dengan kawasan perdesaan dan sistem jaringan prasarana
wilayah kabupaten; 
 Rencana pola ruang wilayah kabupaten yang meliputi kawasan lindung kabupaten
dan kawasan budi daya kabupaten; 

 Penetapan kawasan strategis kabupaten; 


 Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi indikasi program
utama jangka menengah lima tahunan; dan 
 Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi
ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan
disinsentif, serta arahan sanksi. 

Rencana tata ruang wilayah kabupaten menjadi  pedoman untuk:

 Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah; 


 Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah; 
 Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah kabupaten; 
 Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan antarsektor; 
 Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; dan 
 Penataan ruang kawasan strategis kabupaten. 

Rencana tata ruang wilayah kota memuat:

 Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah  kota ; 


 Rencana struktur ruang wilayah  kota yang meliputi sistem perkotaan di
wilayahnya yang terkait dengan kawasan perdesaan dan sistem jaringan
prasarana wilayah kota ; 
 Rencana pola ruang wilayah  kota yang meliputi kawasan lindung  kota dan
kawasan budi daya  kota; 

 Penetapan kawasan strategis  kota; 


 arahan pemanfaatan ruang wilayah  kota yang berisi indikasi program utama
jangka menengah lima tahunan; dan 
 Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah  kota yang berisi
ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan
disinsentif, serta arahan sanksi. 

Rencana tata ruang wilayah  kota menjadi pedoman untuk:

 Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah; 


 Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah; 
 Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah kota; 
 Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan antarsektor; 
 Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; dan 
 Penataan ruang kawasan strategis  kota.

D. Permasalahan dalam Penerapan Tata Ruang Wilayah


1. Permasalahan dalam Penerapan Tata Ruang Wilayah

 Pelanggaran Tata Ruang

Pembangunan tanpa memperhatikan kaidah Tata Ruang baik itu Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
(RTRWP) dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten /Kota (RTRWK), adalah
salah satu sumber terjadinya bencana. Ada beberapa jenis kegiatan yang
menyebabkan pelanggaran tata ruang, yaitu sebagai berikut

 Alih Fungsi Lahan


Alih fungsi lahan adalah perubahan fungsi seluruh atau sebagian kawasan lahan
dari dari fungsinya semula menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif terhadap
lingkungan dan potensi lahan itu sendiri

 Trickling down effect

Trickle down effects adalah perkembangnan meluasnya pembagian


pendapatan.Teori “trickle down effects” dari pola pembangunan yang diterapkan di
wilayah miskin di negara berkembang dirasa tidak berhasil memecahkan masalah
pengangguran, kemiskinan dan pembagian pendapatan yang tidak merata, baik di
dalam negara berkembang masing maupun antara negara maju dengan negara
berkembang. Misalnya yang terjadi antara negara Indonesia (dalam hal ini
dikategorikan wilayah miskin) dan negara Jepang (wilayah kaya). Indonesia
merupakan salah satu pemasok bahan baku untuk Jepang, sementara kenyataan yang
terjadi Jepang semakin kaya dan Indonesia semakin miskin. Maksudnya, tingkat
kemiskinan di Indonesia lebih tinggi daripada tingkat kemiskinan di Jepang.

 Backwash effect

Konsep ini pada dasarnya menjelaskan bahwa jika satu wilayah tertentu di sebuah
negara mulai tumbuh atau berkembang, maka akan menyebabkan orang, modal
manusia serta modal fisik (infrastruktur, keuangan, mesin dll) dari bagian lain negara
itu untuk tertarik masuk ke dalam pusat pertumbuhan ini. Konsep ini menunjukkan
bahwa daerah belakang atau pinggiran akan menjadi lebih buruk karena sumber daya
nya pindah ke daerah pusat pertumbuhan. Ini berarti bahwa pertumbuhan di satu
daerah merugikan dan mempengaruhi pertumbuhan lainnya. Contohnya adalah
Jabodetabek.

 Polarization effect

Dalam teori ini berpendapat bahwa perkembangan suatu wilayah tidak terjadi
secara bersamaan. Dalam teori ini terdapat system polarisasi perkembangan suatu
wilayah yang kemudian akan memberikan efek ke wilayah lainnya, atau dengan kata
lain, suatu wilayah yang akan berkembang akan membuat wilayah di sekitarnya akan
ikut berkembang.

2. Permasalahan dalam Penerapan Tata Ruang di Indonesia


i. Tidak adanya ketegasan hukum bagi seorang yang melanggar tata
ruang.

Setiap orang yang melakukan penyimpangan perencanaan tata


ruang tidak pernah atau jarang mendapatkan sanksi. Akibatnya,
penyimpangan penggunaan tata ruang dianggap biasa dan tidak punya arti
apa-apa. Kondisi ini berakibat pada kesemrawutan pelaksanaan tata ruang
wilayah.
ii. Perencanaan tata ruang selalu disatukan dengan rencana
pengembangan.
Perencanaan tata ruang yang disatukan dengan rencana
pembangunan berakibat kesimpangsiuran karena seharusnya perencanaan
tata ruang dijadikan acuan dalam rencana pembangunan.
iii. Perencanaan tata ruang lebih banyak didominasi oleh keputusan
politik.

Tidak bisa dipungkiri bahwa stabilitas politik di Indonesia masih


kurang baik. Banyak pengambil kebijakan dan keputusan memutuskan
atau mengeluarkan kebijakan yang tidak objektif. Terutama dalam bidang
tata ruang. Seharusnya perencanaan tata ruang mengacu pada objektivitas
karakteristik wilayah, bukan kebijakan politik. Jika ini terjadi, maka akan
menghasilkan pemanfaatan lahan yang tidak maksimal. Biasanya hal ini
terjadi dengan kesepakatan serta pemberian uang secara sembunyi-
sembunyi.
iv. Belum semua daerah di Indonesia mempunyai Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) yang sesuai dengan RTRW Nasional.
Menurut catatan kementerian pekerjaan umum, pada tahun 2015
baru 51% dari 34 provinsi di Indonesia yang mempunyai Peraturan Daerah
(perda) tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Tanpa peraturan
daerah yang jelas, pemerintah daerah akan mengalami kesulitan dalam
mengatur peruntukkan suatu wilayah dan mengambil tindakan jika terjadi
pelanggaran RTRW di daerahnya.

Anda mungkin juga menyukai