PERTEMUAN PERTAMA
A. Wilayah dan perwilayahan
1. Pengertian Wilayah
wilayah menurut ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa wilayah adalah sebagai
bagian dari permukaan bumi yang dalam hal-hal tertentu dapat dibedakan dengan
daerah disekelilingnya .
3. Konsep wilayah dapat ditinjau dari tiga aspek, yaitu aspek tipe, hierarki, dan
katagori.
a. Konsep wilayah berdasarkan tipe
Konsep wilayah berdasarkan tipe dibedakan menjadi 2 jenis:
1) Konsep wilayah berdasarkan ide homogenitas (Wilayah Formal)
Wilayah Formal (formal region/homogeneous) adalah suatu wilayah yang
memiliki keseragaman atau kesamaan dalam kriteria tertentu, baik fisik
maupun sosialnya. Contoh: suatu wilayah mempunyai kesamaan bentang
alam pegunungan disebut wilayah pegunungan atau suatu wilayah
mempunyai keseragaman dalam bidang kegiatan bercocok tanam disebut
wilayah pertanian.
Sumber belajar
Wardiyatmoko, K. 2014. Geografi untuk SMA/ MA Kelas XII. Jakarta:
Erlangga
PERTEMUAN KEDUA
a) Pengertian perwilayahan (regionalisasi)
Pewilayahan yang dalam geografi disebut juga regionalisasi merupakan suatu upaya
mengelompokkan atau mengklasifikasikan unsur-unsur yang sama. Mengingat lokasi-
lokasi di muka bumi jumlahnya tak terbatas, maka kamu harus menyusun dan
mengelompokkan serangkaian lokasi yang mempunyai sifat-sifat yang sama menurut
kriteria tertentu. Sehingga informasi dapat diperoleh secara efisien dan efektif.
Regionalisasi suatu fenomena atau gejala di muka bumi memberikan berbagai manfaat.
Beberapa manfaat tersebut antara lain sebagai berikut.
1) Membantu memisahkan sesuatu yang berguna dari yang kurang berguna.
2) Mengurutkan keanekaragaman permukaan bumi.
3) Menyederhanakan informasi dari suatu gejala atau fenomena di permukaan
yang sangat beragam.
Tujuan perwilayahan secara umum untuk memudahkan pemecahan masalah di setiap
wilayah
b) Prinsip-prinsip perwilayahan
Prinsip-prinsip perwilayahan terdiri atas :
a. Penyamarataan Wilayah (Regional Generalization)
Penyamarataan wilayah (generalisasi regional) adalah suatu proses/usaha untuk
membagi permukaan bumi atau bagian dari permukaan bumi tertentu menjadi beberapa
bagian dengan cara mengubah atau menghilangkan faktor-faktor tertentu dalam
populasi yang dianggap kurang penting atau kurang relevan, dengan maksud untuk
menonjolkan karakter-karakter tertentu. Walaupun pengertian penyamarataan itu
sendiri memberi kesan yang bersifat kualitatif, namun dalam pelaksanaannya dapat pula
dikerjakan secara kuantitatif. Dalam mengadakan generalisasi regional, perlu
memperhatikan beberapa hal, antara lain sebagai berikut.
1) Skala Peta
Oleh karena masalah skala merupakan faktor yang sangat penting dalam perpetaan,
maka dalam generalisasi derajat generalisasinya pun dipengaruhi oleh besar-kecilnya
skala yang digunakan dalam peta yang bersangkutan. Suatu studi wilayah yang detail
menghendaki ketelitian dan ketepatan pengukuran-pengukuran yang dilakukan
dilapangan. Dalam hal ini umumnya peta-peta berskala besar digunakan untuk
visualisasi data. Daerah survey pada taraf ini biasanya tidak meliputi daerah yang
terlalu luas. Tentu saja, untuk generalisasi regional yang meliputi daerah luas, dengan
sendirinya akan menggunakan peta-peta yang berskala kecil.
Akibat yang timbul dari penggunaan skala-skala peta yang berbeda-beda tersebut
adalah sebagai berikut :
a) makin besar skala peta yang digunakan (makin detail features yang diamati),
akan makin kecil derajat penyamarataan wilayah yang dilakukan;
b) makin kecil skala yang digunakan (makin tidak detail features yang diamati),
akan semakin besar derajat penyamarataan wilayah yang dilakukan. (James,
1952).
2) Tujuan Pewilayahan
Tujuan pewilayahan akan mempengaruhi derajat generalisasi yang dilakukan. Untuk
pemetaan tata guna tanah misalnya, akan mempunyai derajat geeralisasi yang lebih
kecil dianding dengan generalisasi regional untuk tujuan analisis klimatologis. Hal ini
banyak dipengaruhi oleh ‘visual features’ yang ada dalam penelitian yang dimaksud.
Untuk ‘visual data’ akan mengalami derajat generalisasi yang lebih kecil disbanding
dengan ‘unvisual data’, dengan pengertian bahwa faktor-faktor lain adalah sama.
PERTEMUAN KETIGA
Pewilayahan Berdasarkan Fenomena Geografi
Pewilayahan suatu tempat dapat dilakukan secara formal maupun fungsional. Hal ini
bergantung pada kesepakatan atau tujuan yang akan digunakan dalam klasifikasi pewilayahan
tersebut. Pewilayahan berdasarkan fenomena geografis adalah pewilayahan yang didasarkan
pada gejala atau objek geografi misalnya berdasarkan atmosfer, litosfer, hidrosfer, biosfer,
dan antroposfer.
Sumber:
K. Wardiyatmoko. 2016. Geografi untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga
Bagja Waluyo. 2009. Memahami Geografi SMA/MA Kelas XII Semester1 dan 2,Program
Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: ARMICO
PERTEMUAN KEEMPAT
Teori Pusat Pertumbuhan dan Kutub Pertumbuha
Pusat pertumbuhan adalah suatu wilayah yang tumbh dengan pesat dan mampu
memengaruhi wilayah sekitarnya yang belum berkembang. Pusat pertumbuhan terkait dengan
konsep keruangan, sedangkan kutub pertumbuhan berkaitan dengan konsep ekonomi yang
berkaitan dengan bidang industri.
Teori Kutub Pertumbuhan (Growth Pole)
Teori kutub pertumbuhan menyatakan bahwa titik pusat dalam arti keruangan abstrak
merupakan tempat memancarnya kekuatan setrifugal dan tertariknya kekuatan sentripetal.
Kekuatan sentrifugal contohnya perpindahan penduduk sekitar industri ke luar kota karena
kondisi lingkungan yang tidak nyaman. Gaya sentripetal adalah gaya tarik bagi kegiatan lain
akibat adanya kutub pertumbuhan. Contoh timbulnya gaya sentripetal pada sebuah industri
tekstil seperti penyediaan bahan baku tekstil maupun sarana pasar di sekitar kawasan industri
tekstil. Suatu kawasan industri skala besar akan mendorong terjadinya peningkatan kegiatan
ekonomi yang bersifat terus-menerus dan didukung fasilitas memadai, sumber energi
tercukupi serta sarana transportasi yang baik.
Konsep kutub pertumbuhan didukung teori polarisasi ekonomi oleh Gunar Myrdal yang
menyatakan setiap daerah memiliki pusat pertumbuhan sebagai daya tarik terhadap tenaga
terampil, modal dan barang dagangan. Teori polarisasi menggunakan konsep pusat-pinggiran
(core-periphery). Pusat kegiatan sekaligus berperan sebagai pusat pertumbuhan (core),
sedangkan wilayah pinggiran disebut periphery. Adanya polarisasi ekonomi di suatu wilayah
memberi dampak positif maupun negatif.
Dampak positif polarisasi ekonomi di suatu wilayah antara lain
Meningkatnya investasi masuk dari daerah lain;
Terbukanya kesempatan kerja; dan
Mudah pemasaran bahan mentah.
Dampak negatif polarisasi ekonomi di suatu wilayah antara lain
Kesenjangan antarwilayah;
Menngkatnya tindak kriminalitas; dan
Menurunnya daya dukung lingkungan.
Teori Pusat Pertumbuhan (Growth Center)
Seorang ahli ekonomi dari Perancis menyatakan bahwa pusat pertumbuhan merupakan
sekumpulan fenomena geografis dari semua kegiatan di permukaan bumi. Pusat pertumbuhan
merupakan pengembangan suatu wilayah baik dari pengembangan fisik maupun sosial.
Konsep pusat pertumbuhan memiliki keterkaitan erat dengan persebaran keruangan dan dapat
mendorong suatu wilayah menjadi lebih maju. Kondisi tersebut dapat terwujud dengan
adanya trickle down effect yang bertujuan agar pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah dapat
“menetes ke bawah” dan memperbaiki kesejahteraan masyarakat di sekitar wilayah pusat
pertumbuhan.
Adanya pusat pertumbuhan menyebabkan timbulnya efek menyebar (spread effect)
yang bersifat mendorong perkembangan wilayah di sekitarnya dan efek menyerap (backwash
effect) yang mengakibatkan perpindahan material atau orang dari wilayah pusat pertumbuhan
ke wilayah di sekitarnya.
Teori Tempat Sentral
Walter Christaller (1933) menyatakan bahwa pusat pertumbuhan didasarkan atas lokasi
dan pola persebaran permukiman dalam ruang. Pada suatu ruang kadang ditemukan
persebaran permukiman desa dan kota yang berbeda ukuran. Pernyataan tersebut diperkuat
oleh August Losch (1945) yang menyatakan cara terbaik menyediakan pelayanan
berdasarkan aspek keruangan adalah membentuk jaringan heksagonal.lokasi ini terdapat pada
sentral yang memungkinkan partisipasi manusia dengan jumlah maksimum. Secara
keseluruhan, konsep dasar teori tempat sentral adalah sebagai berikut.
Population threshold, yaitu jumlah minimal penduduk yang diperlukan untuk
melancarkan dan kesinambungan dari unit pelayanan.
Range (jangkauan), yaitu jarak maksimum yang harus ditempuh penduduk untuk
mendapatkan barang/ jasa yang dibutuhkannya dari tempat pusat. Beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam penentuan konsep ini adalah sebagai berikut.
Range selalu lebih besar dibandingkan daerah tempat population threshold.
Inner limit (batas dalam) adalah batas wilayah yang didiami population threshold.
Outer limit (batas luar) adalah batas yang mendapatkan pelayanan terbaik
sehingga di luar batas itu penduduk akan mencari atau pergi ke pusat lain.
Tempat sentral memiliki batas-batas pengaruh yang berbentuk melingkar. tempat
sentral dapat bernetuk kota-kota besar, ibu kota provinsi, kota/kabupaten, rumah sakit dan
pusat perbelanjaan. Syarat-syarat wilayah yang menjadi tempat sentral berdasarkan teori
Walter Christaller yaitu sebagai berikut.
Wilayah yang menjadi tempat sentral harus memiliki relief seragam, sehingga
aksesibilitas transportasi terjangkau karena tidak adanya penghalang berupa lereng.
Tingkat sosial ekonomi penduduk relatif homogen dan tidak ada kegiatan pertanian
dan kehutanan.
Faktor Penentu Pusat Pertumbuhan
Sumberdaya Alam
Wilayah yang memiliki sumberdaya alam melimpah dan dapat mengelolanya dengan
baik berpotensi menjadi pusat pertumbuhan. Selain berpeluang meningkatkan ekonomi
sekitarnya, pemanfaatan tersebut mendorong perluasan kesempatan kerja, meningkatkan
pendapatan daerah, serta mendorong munculnya kegiatan ekonomi penunjang.
Sumberdaya Manusia
Pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal harus melibatkan sumberdaya manusia
yang handal, terampil dan professional, sehingga peran SDM sangat penting dalam
membangun dan membentuk pusat pertumbuhan di suatu wilayah.
Kondisi Topografi
Daerah di wilayah dataran rendah umumnya memiliki relief datar yang berpotensi
menyediakan aksesibilitas jaringan transportasi yang tinggi. Kondisi tersebut memungkinkan
perkembangan pusat pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan wilayah dataran tinggi
yang berelief kasar. Meskipun demikian, wilayah dataran tinggi juga berpotensi menjadi
pusat pertumbuhan apabila didukung fasilitas umum yang memadai, seperti Kota Bandung.
Fasilitas Penunjang
Jaringan jalan, jaringan telekomunikasi, jaringan listrik, pelabuhan laut dan udara, air
bersih, penyediaan bahan bakar, serta prasarana kebersihan yang memadai adalah factor
terpenting perkembangan psat pertumbuhan. tanpa fasilitas tersebut, maka suatu wilayah
tidak dapat melakukan aktivitas sosial ekonomi dengan baik.
Metropolis Menyebar
Pengembangan di bagian pinggir kota, pusat kota paling jarang
penduduknya, penyebaran prasarana sosial ekonomi, dan kota
sebelumnya di bangun kembali dengan kepadatan penduduk rendah.
Secara lebih spesifik ciri dari metropolis menyebar sebagai berikut:
Ciri-ciri metropolis menyebar:
Pusat kota paling jarang penduduknya
Prasarana sosial ekonomi dari pusat kota yang lama disebar
Kota lama dibangun kembali dengan kepadatan penduduk yang lebih rendah
Memerlukan kendaraan pribadi dalam transportasi dan komunikasi untuk
menjembatani jarak
Metropolis menyebar terbentuk dengan mengembangkan pertumbuhan pada bagian
pinggiran kota
Metropolis Galaktika
Kepadatan penduduk tinggi di sekitarnya terdapat kawasan pertanian
dengan kepadatan penduduk rendah, terbentuk dari permukiman kota kecil,
dan arus lalu lintas menyebar, tetapi memusat menuju kawasan pusat kota.
Ciri metropolis galatika secara lebih rinci sebagai berikut:
Berpenduduk rapat dan padat
Terbentuk dari permukiman kota yang kecil
Kegiatan sosial ekonomi terbagi menjadi berbagai unit kecil
Arus lalu lintas menyebar tetapi kemudian akan memusat menuju pusat permukiman
atau CBD
Dipisahkan sejauh beberapa kilometer oleh kawasan pertanian yang rendah sekali
kepadatan penduduknya atau tidak berpenduduk
Metropolis Memusat
Ciri dari metropolis memusat ialah sebagai berikut:
Kegiatan sosial ekonomi yang tinggi mempunyai kepadatan
penduduk yang tinggi di puat kota
Kota sebagai tempat pertemuan secara periodik
Sistem lalu lintas lebih khusus dengan berbagai model
transportasi
Alat transportasi umum lebih diperlukan daripada kendaraan pribadi
Banyak penduduk yang tinggal di apartemen, rumah susun dan sebagainya
Mudahnya pelayanan dan transportasi yang efisien akibat penduduk yang banyak
Tingkat jangkauan sangat tinggi ke berbagai kegiatan khusus maupun ke alam terbuka
dan pedesaan dipinggir kota
Diperlukan juga jalan bebas kendaraan (pedestrian), jalan untuk pejalan kaki
disamping jalan raya (sidewalks) dan sabuk luncur (flying belt).
Terdapat suatu tingkatan tertentu dimana kepadatan penduduk yang sangat tinggi akan
menyulitkan komunikasi antar penduduk.
Metropolis Bintang
Wilayah pusat berbentuk bintang dan memiliki pusat kota utama.
Kawsan berbentuk linear yang ditopang oleh kawasan pertanian.
Adapun secara spesifik ciri-ciri metropolis bintang sebagai berikut:
Mempunyai pusat kota utama
Perubahan-perubahan dapat dilakukan dengan mudah
Pertumbuhan dapat berlangsung ke luar dari lengan-lengan
Lengan-lengan kota metropolitan ini mempunyai kepadatan penduduk yang sedang
Tersedianya lahan pertanian (alam terbuka) dapat mendukung perkembangan kawasan
linear tersebut
Inti kota utama sebagai pusat kota yang dikelilingi oleh banyak kota kedua yang
terletak sepanjang lengan-lengan yang linear tersebut
Pola kepadatan penduduk pada wilayah pusat berbentuk bintang dengan perpanjangan
beberapa bagian kota yang linear seperti lengan di alam terbuka
Metropolis cincin
Metropolis cincin memiliki karakteristik penduduk rendah di tengah
kawasan kota, kepadatan penduduk lebih tinggi di sekeliliing kota
sehingga membentuk jalur melingkar menuju pusat-pusat kota. Secara
spesifik ciri dari metropolis cincin ini adalah:
Kawasan yang jarang penduduknya terdapat ditengah kota (pusat kota)
Kepadatan yang tinggi terdapat disekeliling tengah kota sehingga bentuk ini
menyerupai cincin
Pergerakan lalu lintas utama juga berbentuk cincin dan dibantu oleh beberapa jalur
yang menuju ke CBD
Bentuk kota seperti ini banyak terdapat di Belanda, misalnya kota Haarlem,
Amsterdam, Utrecht, Rotterdam dan sebagainya
SUMBER
Anonim. 2014. “Teori Pertumbuhan Wilayah”. Terdapat pada
https://perencanaankota.blogspot.co.id/2014/12/teori-pertumbuhan-wilayah-
perroux.html?m=1. Diakses pada Rabu, 17 Mei 2017.
Lestari, Tuti Lina. “Arah Perkembangan Kawasan Metropolis”. Terdapat pada
http://smartgeografi.blogspot.co.id/2015/04/arah-perkembangan-kawasan-
metropolis.html. Diakses pada Jumat, 19 Mei 2017.
Majid, R.L.G.W., dkk. 2015. Geografi Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial. Klaten: Intan Pariwara.
Syamsiah. 2009. “Pengertian Pembangunan”. Terdapat pada
https://profsyamsiah.wordpress.com/2009/03/19/pengertian-pembangunan/. Diakses
pada Rabu, 17 Mei 2017.
Wardiatmoko, K. 2015. Geografi untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga.
PERTEMUAN KELIMA
Pusat
No. Regional Wilayah Daerah-Daerah Cakupan
Pertumbuhanan
Aceh dan Sumatera Utara, pusatnya di
I
Medan
Sumatera Barat, Riau, dan Kepulauan
1 A Medan II
Riau, Pusatnya di Pekanbaru
Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, dan
III
Bangka Belitung pusatnya di Palembang
Lampung, Jakarta, Jawa Barat, Jawa
IV Tengah, Banten, dan DI Yogyakarta,
2 B Jakarta
pusatnya di Jakarta
V Kalimantan Barat, pusatnya di Pontianak
Jawa Timur dan Bali, pusatnya di
VI
Surabaya
3 C Surabaya Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur,
VII dan Kalimantan Selatan, pusatnya di
Balikpapan dan Samarinda
Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara
VIII Timur, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi
Utara, Pusatnya di Makassar
4 D Makassar Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, dan
IX
Gorontalo, pusatnya di Manado
Maluku, Maluku Utara, dan Papua,
X
pusatnya di Sorong
Tabel : Wilayah Pusat Pertumbuhan di Indonesia
Pembagian wilayah seperti ini bermanfaat untuk mencapai pembangunnan yang serasi
dan seimbang, baik antarsektor di dalam suatu wilayah pembangunan maupun antarwilayah
pembangunnan. Prinsip perwilayahan di atas juga diterapkan dalam skala yang
memperhatikan hubungan yang saling berkaitan antara kabupaten dan kecamatan dalam
satuan wilayah yang lebih kecil.
Pembagian wilayah seperti ini juga bermanfaat bagi negara yang besar dan luas
seperti Indonesia untuk menjamin tercapainya pembangunan yang serasi dan seimbang.
Penetapan empat wilayah pusat pembangunan utama disertai sepuluh wilayah
pembangunan tersebut dimaksudkan agar wilayah tersebut benear-benar berfungsi sebagai
penggerak dalam memeratakan pembangunan di Indonesia secara menyeluruh. Hasilnya
dapat kita lihat, kini Indonesia bagian timur mulai terlihat peningkatan kegiatan Ekonomi.
Pabrik-pabrik, terutama yang berkaitan dengan industri pertambangan dan industri
pengolahan kayu, mulai tumbuh di kawasan Indonesia timur. Dengan adanya pusat-pusat
kegiatan industri di kawasan atau wilayah tersebut, diharapakan dapat memberi lapangan
kerja kepada banyak orang baik dari daerah itu sendiri maupun pendatang dari daerah lain.
1. Pulau Jawa
Pulau Jawa memiliki luas 129.438 km2 atau sekitar 7% dari seluruh luas daratan
Indonesia. Jawa terkenal memiliki tanah subur, gunung api aktif terbanyak (35 dari 128
gunung apai) di Indonesia, berikilim Am (menurut klasifikasi iklim Koppen), memiliki
banyak hutan dan sungai. Keistimewaan yang dimiliki Pulau Jawa adalah kemampuan atau
daya dukungnya untuk menghidupi penduduk yang cukup banyak. Secara ekologis,
ketimpangan lingkungan hidup di Jawa telah terjadi dan terus meningkat hingga saat ini. Hal
ini dikhawatirkan oleh para ekologi dan demografi.
Jawa merupakan pulau berpenduduk paling padat di Indonesia. Pada tahun 2010 Pulau
Jawa memiliki penduduk sebanyak 136,6 juta jiwa atau sebanyak 58% dari seluruh
penduduk yang tersebar di seluruh Indonesia. Penduduk Pulau Jawa akan bertambah terus
karena penduduk yang ditransmigrasikan, kenyataannya, rata-rata hanya 2% dari
pertambahannya, sementra migrasi penduduk dari luar Jawa ke Jawa terus bertambah
Pengembangan wilayah di Pulau Jawa perlu dioptimalkan antara lain dengan cara
intensifikasi pertanian, pengolahan sumber daya alam seoptimal mungkin, dan memerhatikan
kelestarian lingkungan, memperbanyak usaha-usaha di bidang industri untuk memperluas
tenaga kerja, mengurangi arus urbanisasi, meningkatkan transmigrasi ke luar Pulau Jawa, dan
lain-lain.
2. Pulau Sumatera
Pulau Sumatera kaya akan sumber-sumber mineral ekonomi tinggi, seperti batu bara,
nikel, timah, dan minyak bumi. Luas wilayahnya adalah 480.793 km2, dengan jumlah
penduduk sebanyak 50,6 juta jiwa pada tahun 2010. Sumatera dijuluki sebagai pulau minyak
karena 55,1 % produksi minyak nasional dihasilkan dari pulau ini. Pulau-pulau kecil lain di
sekitar Pulau Sumatera memiliki potensi yang besar, di antaranya Pulau Bangka, Belitung,
Lingga, dan Singkep. Pulau-pulau ini berlokasi di daerah jalur timah; Pulau Bintan dikenal
dengan endapan bauksitnya (bijih alumunium); Pulau Batam merupakan pulau bebas visa
yang langsung berhubungan dengan Singapura dan Johor, Malaysia.
3. Pulau Kalimantan
Sebagian besar tutupan lahan di Pulau Kalimantan berupa hutan rimba dengan luas
daratan 544.150 km2 dan jumlah penduduk sebanyak 13,8 juta jiwa pada tahun 2010.
Keadaan topografi atau relief di Pulau Kalimantan cukup kasar. Daerah perbatasan antara
Indonesia dengan Malaysia di Kalimantan berupa perbukitan, yakni pegunungan Kapuas
Hulu, Bukit Kelintang, dan Pgunungan Iban, Di selatan, di hulu Sungai Kapus terdapat
Pegunungan Muller dan Schwaner dengan puncaknya Bukit Raya, sedangkan di bagian
tenggara terdapat pegunungan Meratus.
Transportasi utama di pulau di Kalimantan adalah transportasi air (sungai). Namun, jalan
darat yang menghubungakan provinsi yang satu dengan provinsi yang lain di Kalimantan
sudah di bangun. Dataran rendah di Kalimantan terdapat di tepi pantai dan sangat luas.
Daerah pantai dan muara sungai umumnya terdiri dari rawa-rawa , dan sebagian kecil telah
dimanfaatkan sebagai lahan persawahan pasang surut. Delta-delta di muara sungai juga
sangan luas. Delta terluas adalah delta pada muara Sungai Barito.
Pengembangan wilayah di Pulau Kalimantan antara lain dengan ekstensifikasi pertanian
dan pengolahan sumber daya alam seoptimal mungkin, misalnya pengolahan kayu.
Penebangan kayu hutan harus mempertimbangkan kelestarian lingkungan. Usaha
pengembangan lainnya, yaitu peningkatan industri kecil, peningkatan industri besar,
peningkatan perekonomian rakyat, dan lain-lain.
4. Pulau Sulawesi
Pulau Sulawesi memiliki jumlah penduduk 17,4 juta jiwa pada tahun 2010 yang tesebar
tidak merata pada daerah seluas 188.522 km2. Kondisi fisik Pulau Sulawesi bergungung-
gunung dan berteluk-teluk denga ciri utama daratan rendanhya sangat sempit, sungainya
pendek-pendek sehingga tidak baik untuk pelayaran, misalnya sungai Poso, Sungai Sampara,
Sungai Laring, dan Sungai Bone.
Daerah Palu di bagian tengah Pulau Sulawesi merupakan daerah banyangan hujan yang
menjadikan daerah ini gersang. Namun demikian, telah dilakukan upaya oleh Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk menghijaukan daerah ini dengan
teknologi pertanian maupun dengan hujan buatan.
Usaha pengembangan wilayah dilaksanakan dengan peningkatan pembangunan pertanian,
peningkatan pembangunan pertanian, peningkatan industri kecil dan besar, peningkatan
perekonomian laut, dan lain-lain.
5. Pulau Bali
Luas Pulau Bali adalah 5.780 km2 dengan jumlah penduduk sekitar 3,8 juta jiwa pada
2010. Ciri khas Pulau Bali yang paling menonjol adalah keindahan alam dan kekayaan
budaya. Seni budaya penduduk Bali sejiwa dengan agama yang dianutnya yang dituangkan
dalam seni ukiran batu, kayu, logam, seni lukisan, dan seni tari. Bangunan yang memiliki
nilai religi dan moral ditambah dengan keindahan alamnya membuat Pulau Bali dikenal
sebagai “Pulau Dewata”
Usaha pengembangan wilayah yang utama meningkatkan kepariwisataan, itensifikasi
pertanian, peningkatan industri kecil, peningkatan perikanan laut, dan lain-lain.
6. Pulau Papua
Pulau Papua memiliki luas wilaya 416.000 km2 dengan jumlah penduduk pada 2010
sebanyak 3,6 juta jiwa dengan persebaran yang tidak merata. Pulau Papua memiliki beberapa
teluk yang sangat dalam, dan sebagian besar daerahnya terdiri dari daratan rendah, serta tepi
pantainya berupa rawa-rawa. Potensi utama pulau ini berupa emas, tembaga, minyak bumi,
kayu hutan, pariwisata, dan budaya suku Asmat yang terkenal.
Usaha pengembangan wilayah di Pulau Papua yaitu pembukaan jalur darat, pemekaran
wilayah provinsi dan kabupaten, pembangunan pertanian dan perikanan, pertambangan,
pengolaha kayu hutan, peningkatan industri kecil, dan peningkatan periwisata alam.
Sumber :
1. Dewi, Nurmala. 2009. Geografi 3 : untuk SMA dan MA Kelas XII. Jakarta : CV. Epsilon
Group
2. Wardiyatmoko, K. 2013. Geografi SMA/MA untuk kelas XI. Jakarta: Erlangga.
PERTEMUAN KEENAM
WILAYAH PUSAT PERTUMBUHAN INDUSTRI (WPPI)
Wilayah pusat pertumbuhan industri (WPPI) adalah suatu bentang alam yang terdiri dari
atas beberapa daerah yang berpotensi untuk tumbuh dan berkembangnya kegiatan industri
serta memiliki keterkaitan ekonomi yang bersifat dinamis karena disukung oleh sistem
penghubungan yang mantap.
WPPI adalah wilayah yang dirancang dengan pola berbasis pengembangan industri
dengan pendayagunaan potensi sumberdaya wilayah melalui penguatan infrastruktur industri
dan konektivitas yang memiliki keterkaitan ekonomi kuat dengan wilayah di sekitarnya;
WPPI bertujuan untuk menekan kesenjangan (disparity) pendapatan dan mengurangi
kesenjangan kemiskinan antar wilayah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) serta kesenjangan
antara kota dan desa; Konsep utama WPPI adalah terbentuknya suatu wilayah dengan
karakteristik tertentu yang berpotensi untuk menumbuhkan dan mengembangkan industri
tertentu yang akan berperan sebagai penggerak utama (prime mover) bagi pengembangan
wilayah tersebut serta membawa peningkatan pertumbuhan industri dan ekonomi pada
wilayah lain di sekitarnya dalam suatu wilayah regional atau provinsi dengan batas-batas
yang jelas;
Pemilihan dan penetapan WPPI bukan hanya dimaksudkan untuk memberikan prioritas
pembangunan industri pada suatu wilayah, namun juga menjadi strategi agar percepatan
penyebaran dan pemerataan pembangunan industri dapat diwujudkan. Wilayah Pusat
Pertumbuhan Industri (WPPI) berperan sebagai penggerak utama (prime mover) ekonomi
dalam WPI. WPPI disusun berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1. Potensi sumber daya alam (agro, mineral, migas);
2. Ketersediaan infrastruktur transportasi;
3. Kebijakan affirmatif untuk pengembangan industri ke luar Pulau Jawa;
4. Penguatan dan pendalaman rantai nilai;
5. Kualitas dan kuantitas SDM;
6. Memiliki potensi energi berbasis sumber daya alam (batubara, panas bumi, air);
7. Memiliki potensi sumber daya air industry;
8. Memiliki potensi dalam pewujudan industri hijau;
9. Kesiapan jaringan pemanfaatan teknologi dan inovasi.
Hadirnya pusat-pusat pertumbuhan akan menarik tenaga kerja yang dilihat dari arus
mobilitas penduduk dari desa ke kota maupun antarprovinsi. Mobilitas penduduk dari
pedesaan menuju kota besar di Indonesia menunjukkan angka yang terus meningkat sejalan
dengan pesatnya pertumbuhan kota. Pengaruh pusat-pusat pertumbuhan itu secara umum
memiliki multidimensi, misalnya persebaran sumber daya, perkembangan ekonomi, dan
perubahan sosial budaya masyarakat.
Kawasan indutri yang telah beroprasi penuh antara lain berlokasi di DKI Jakarta,
Cilegon, Cilacap, Surabaya, Makassar, dan Medan. Selain itu, 89 kawasan industri lainnya
belum beroprasi penuh, yaitu terdapat di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Batam
(Riau), Palu (Sulawesi Tengah), Bitung (Sulawesi Utara), Kalimanta Selatan, Sumatera
Barat, Lampung , dan Bontang (Kalimantan Timur).
Kawasan berikut menjadi tempat pengolahan dan penyimpanan barang yang berasal
dari dalam dan luar negeri. Wilayah ditetapkan sebagai kawasan berikat berdasar keputusan
presidendan BUMN. Contoh kawasan berikat di Indonesia adalah Cilincing (Jakarta), yang
,erupakan kawasan berikat terluas di Indonesia, dan Tanjung Emas Export Processing Zone
(TEPZ) yang berlokasi di Semarang.
PERTERMUAN KETUJUH
(b) Kuantitatif
Menentukan batas wilayah pertumbuhan secara kuantitatif dapat dilakukan dengan
beberapa model yaitu:
Model Thiesen
Untuk menentukan batas wilayah pembangunan dengan model ini, di
perlukan data yang bersifat kuantitatif. Misalnya data jumlah penduduk, curah
hujan, dan iklim. Adapun untuk menentukan batas perwilayahan digunakan
stasiun-stasiun pengamat cuaca yang tersebar di berbagai wilayah sebagai inti
(core). Di antara dua stasiun yang berdekatan dihubungkan dengan garis lurus,
kemudian dibuat garis berat. Garis berat ini merupakan batas antara stasiun yang
satu dengan stasiun yang lainnya. Jika beberapa stasiun berdekatan dibuat garis
sejenis akan terbentuk sebuah poligon yang dikenal dengan nama Poligon
Thiesen.
Poligon Thiesen
Gambar di bawah ini mengenai contoh dari penentuan batas wilayah
dengan metode Thiesen pada Tiga Stasiun (core)
Model Reilly’s Law
Model ini didasarkan atas jarak jangkau pengaruh suatu pusat kegiatan. Antara
dua pusat pertumbuhan memiliki gaya tarik menarik. Kekuatan daya tarik
menarik setiap pusat akan berpengaruh terhadap jarak jangkau pengaruh pusat
pertumbuhan yang bersangkutan. Dengan rumus:
𝒅
𝑫𝑨−𝑩 =
𝑷𝑩
𝟏+√
𝑷𝑨
Keterangan :
𝑫𝑨−𝑩 = batas terluar pusat pertumbuhan (kegiatan) dihitung dalam mil/km
sepanjang jalan dari A menuju B
𝑷𝑨 = jumlah penduduk kota A (dalam hal ini penduduk yang jumlah kecil)
𝑷𝑩 = jumlah penduduk kota B (dalam hal ini penduduk yang jumlah besar)
𝒅 = jarak kota A dan kota B (dalam mil/km)
Contoh:
Kota A sebagai pusat pertumbuhan berpenduduk 900.000 jiwa. Kota B sebagai
pusat pertumbuhan berpenduduk 100.000 jiwa. Jarak kota A menuju kota B
adalah 120 km. Berapa batas terluar kota A terhadap kota B?
Jawab:
𝑑
𝐷𝐴−𝐵 =
𝑃
1 + √𝑃 𝐵
𝐴
120 𝑘𝑚
𝐷𝐴−𝐵 =
100.000
1 + √900.000
120 𝑘𝑚
𝐷𝐴−𝐵 =
1 + 0,333333333
120 𝑘𝑚
𝐷𝐴−𝐵 =
1,333333333
Sumber :
Wardiyatmoko, K, 2014. Geografi untuk SMA / MA kelas XII. Jakarta : Erlangga
http://danageo99.blogspot.co.id/2012/11/konsep-wilayah-dan-pusat-
pertumbuhan.html?m=1diakses pada tanggal 22 April 2017
PERTEMUAN KEDELAPAN
Tata ruang atau dalam bahasa Inggrisnya spatial plan adalah wujud struktur ruang
dan pola ruang disusun secara nasional, regional dan lokal. Secara nasional
disebut Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, yang dijabarkan ke dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, dan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) tersebut perlu dijabarkan ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
(RTRWK).
Ruang didefinisikan sebagai wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan
ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat
manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara
kelangsungan hidupnya.
Struktur ruang
Pola ruang
Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang
untuk fungsi budi daya.
Perencanaan tata ruang adalah proses penyusunan rencana tata ruang untuk
meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan kualitas manusianya dengan
pemanfaatan ruang yang secara struktur menggambarkan ikatan fungsi lokasi yang
terpadu bagi berbagai kegiatan. Perencanaan tata ruang pada dasarnya mencakup
kegiatan penyusunan dan peninjauan kembali rencana tata ruang.
Pelaksanaan atau pemanfaatan rencana tata ruang adalah Suatu proses usaha agar
rencana tata ruang yang telah ditetapkan dapat terwujud sesuai dengan rencana.
Dalam hal ini pelaksanaan atau pemanfaatan rencana tata ruang terutama dalam
bentuk Penyusunan program pembangunan kota dan Pemanfaatan ruang kota yang
sesuai dengan rencana.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota disingkat RTRWK disebut juga sebagai Urban
Planning atau Urban Land use Plan dalam bahasa Inggrisnya adalah dukumen rencana
tata ruang wilayah kota yang dikukuhkan dengan Peraturan Daerah.
meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya buatan untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan rencana tata ruang wilayah provinsi
rencana pola ruang wilayah kabupaten yang meliputi kawasan lindung kabupaten
dan kawasan budi daya kabupaten
arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi indikasi program utama
jangka menengah lima tahunan
Rencana tata ruang wilayah kabupaten menjadi dasar untuk penerbitan perizinan lokasi
pembangunan dan administrasi pertanahan. Jangka waktu rencana tata ruang wilayah
kabupaten adalah 20 (dua puluh) tahun.
Tata ruang perkotaan lebih kompleks dari tata ruang perdesaan, sehingga perlu lebih
diperhatikan dan direncanakan dengan baik. Kawasan/zona di wilayah perkotaan dibagi
dalam beberapa zona sebagai berikut:
Pendidikan
Terminal
Dampak dari rencana tata ruang di wilayah perkotaan yang tidak diikuti adalah
kesemrawutan kawasan mengakibatkan berkembangnya kawasan kumuh yang
berdampak kepada gangguan terhadap sistem transportasi, sulitnya mengatasi dampak
lingkungan yang berimplifikasi kepada kesehatan, sulitnya mengatasi kebakaran bila
terjadi kebakaran
Di Indonesia, Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional adalah arahan kebijakan dan
strategi pemanfaatan ruang wilayah negara yang dijadikan acuan untuk perencanaan
jangka panjang.
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional merupakan:
Rencana struktur ruang wilayah nasional yang meliputi sistem perkotaan nasional
yang terkait dengan kawasan perdesaan dalam wilayah pelayanannya dan sistem
jaringan prasarana utama;
Rencana pola ruang wilayah nasional yang meliputi kawasan lindung nasional
dan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional;
Arahan pemanfaatan ruang yang berisi indikasi program utama jangka menengah
lima tahunan; dan
rencana tata ruang kawasan strategis provinsi dan rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota.
rencana struktur ruang wilayah provinsi yang meliputi sistem perkotaan dalam
wilayahnya yang berkaitan dengan kawasan perdesaan dalam wilayah pelayanannya
dan sistem jaringan prasarana wilayah provinsi
rencana pola ruang wilayah provinsi yang meliputi kawasan lindung dan kawasan
budi daya yang memiliki nilai strategis provinsi
arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang berisi indikasi program utama
jangka menengah lima tahunan; dan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
provinsi yang berisi indikasi arahan peraturan zonasi sistem provinsi, arahan
perizinan, arahan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.