Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN

1. WILAYAH DAN PERWILAYAHAN


Pengertian wilayah
Menurut M.M. Fenneman : Wilayah adalah daerah tertentu dengan bentang lahan yang sejenis dan
dapat dibedakan dengan daerah sekitarnya.
Menurut R.S. Platt : Wilayah adalah daerah tertentu yang keberadaanya dikenal berdasarkan
homogenitas umum, baik atas dasar karakter lahan maupun hunianya.
Menurut K. Yong : Wilayah adalah wilayah geografis yang membentuk suatu kesatuan budaya,
ekonomi, pemikiran-pemikiran, pendidikan, rekreasi, dan dapar dibedakan dengan daerah-daeah
lain.
Menurut kelompok kami : Wilayah adalah suatu daerah yang memiliki ciri khusus yang dapat
dibedakan dengan daerah di sekitarnya.
Konsep wilayah
a. Berdasarkan keadaan alam (natural regional)
- Berdasarkan variasi iklim, terdapat wilayah tropic, subtropik, sedang, arid (gersang), dan
kutub.
- Berdasarkan tinggi rendahnya permukaan bumi, terdapat wilayah dataran rendah,
dataran tinggi, dan dataran pantai.
- Berdasarkan persebaran vegetasi, terdapat wilayah hutan hujan tropis, hutan campuran,
hutan musinm, hutan berdaun jarum, tundra, sabana, dan stepa.
b. Berdasarkan tingkat kebudayaan penduduk (cultural region)
- Apabila wilayah didasarkan suatu kenampakan disebut generic region, contohnya areal
tebu, areal gandum dan areal padi
- Apabila wilayah didasarkan ciri-ciri khusus lokasi dan kekhasannya dibanding wilayah
lain, diseut specific region, contoh wilayah Timur Tengah, Amerika Latin, dan Asia
Tenggara. Jadi, dapat dipahami bahwa konsep wilayah adalah konsep dasar yang penting
dalam geografi karena bermanfaat untuk memahami dan menganalisis interaksi
keruangan migrasi manusia, barang dan jasa, serta perubahan-perubahan yang terjadi
sebagai hasil interaksi antara manusia dan alam. Secara umum konsep wilayah dapat
ditinjau dari tiga aspek, yaitu:
c. Berdasarkan tipe : dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
- Tipe Homogenitas
Tipe wilayah ini sering disebut juga Homogeneus region, formal region, atau uniform
region. Konsep wilayah ini terbentuk karena adanya kesamaan kenampakan, misalnya
iklim, vegetasi, dan bentuk lahan yang ada dalam wilayah tersebut baik secara sendiri-
sendiri maupun gabungan beberapa unsur. Wilayah mempunyai bentuk-bentuk
kenampakan penggunaan lahan dengan pola umum dari aktivitas pertanian, industri,
permukiman, perkebunan, dan bentuk penggunaan lahan lain. Hal yang dipentingkan
dalam konsep wilayah formal adalah identifikasi tentang batas-batas terluar wilayah,
dengan mengenali bagian inti wilayah. Wilayah inti adalah bagian dari suatu wilayah yang
mempunyai derajat diferensiasi paling besar dibandingkan dengan wilayah lain dan
umumnya terletak di bagian tengah.
- tipe heterogenitas
Tipe wilayah ini sering disebut juga functional region, organic region, atau nodal region.
Dalam konsep ini, tercermin adanya suatu pola keragaman dalam suatu wilayah. Di dalam
batas- batas tertentu, terbentuk suatu kesatuan hubungan dan pola kebergantungan yang
biasanya terkontrol oleh sebuah titik pusat yang pada hubungan fungsional. Maka,
wilayah seperti ini disebut juga wilayah fungsional. Batas wilayah nodal adalah sejauh
wilayah tersebut mampu memengaruhi daerah di sekitarnya sehingga tercipta interaksi
yang maksimal.
Ciri-ciri konsep wilayah berdasarkan wilayah fungsional Terdapat empat unsur penting dalam
suatu konsep wilayah berdasarkan wilayah fungsional :
a. Adanya arus barang, ide/gagasan dan manusia
b. Adanya node (pusat) yang menjadi pusat pertemuan arus tersebut secara teroganisir
c. Adanya wilayah yang makin luas
d. Adanya jaring-jaring rute tempat berlangsung tukar menukar

Pengertian Perwilayahan
Perwilayahan (regionalisasi) adalah suatu proses penggolongan wilayah berdasarkan kriteria
tertentu. Klasifikasi atau penggolongan wilayah dapat dilakukan secara formal maupun
fungsional. Dalam perencanaan pembangunan, pemerintah harus memahami kondisi suatu
wilayah karena setiap wilayah memiliki kondisi yang berbeda-beda.

a. Perwilayahan Wilayah Formal


Yang dimaksud wilayah formal menurut Wardiyatmoko, yaitu wilayah yang bercirikan dengan
asosiasi areal yang ditandai dengan alam fisik, biotik, dan sosial. Perwilayahan secara formal
di permukaan bumi, mudah diamati dan dibedakan karena perwilayahan secara formal jelas
batas-batasnya. Berdasarkan proses klasifikasinya ada beberapa wilayah secara formal antara
lain:
- Wilayah menurut kekhususannya. Klasifikasi wilayah ini merupakan daerah tunggal,
mempunyai ciri-ciri geografi yang khusus. Wilayah demikian ini disebut specific region.
Contoh:
- Wilayah Asia Tenggara, di mana daerah ini merupakan daerah tunggal dan mempunyai
ciri-ciri geografi yang khusus, seperti dalam hal lokasi, penduduk, adat-istiadat, bahasa,
dan lain sebagainya.
- Wilayah waktu Indonesia bagian Timur, di mana daerah ini merupakan daerah tunggal
dan mempunyai ciri khusus, yaitu yang lokasinya di Indonesia bagian timur.
- Wilayah daerah penangkapan udang laut di Indonesia mempunyai ciri khusus. Lokasinya
sepanjang pantai hutan bakau atau laut yang pantainya tidak begitu dalam dan reliefnya
bercelah-celah yang cocok untuk sarang udang.
- Wilayah yang menekankan perbedaan kepada jenisnya disebut generic region. Dalam hal
ini fungsi wilayah kurang diperhatikan. Contoh: wilayah iklim, wilayah vegetasi, wilayah
fisiografi, wilayah pertanian, dan wilayah yang menghasilkan hasil bumi. Dalam hal ini
yang ditekankan adalah jenis perwilayahan saja.
- Wilayah berdasarkan keseragaman atau kesamaan dalam kriteria tertentu. Wilayah
seperti ini disebut uniform region. Contoh: wilayah pertanian, di mana terdapat
keseragaman atau kesamaan antara petani atau daerah pertanian dan kesamaan ini
menjadi sifat yang dimiliki oleh elemen-elemen yang membentuk wilayah.
b. Perwilayahan Wilayah Fungsional (Nodal)
Yang dimaksud wilayah fungsional (nodal) menurut Wardiyatmoko, yaitu wilayah-wilayah
pen ting yang sangat erat kaitannya dengan objek kejadian di permukaan bumi. Contoh:
- Terjadinya tanah longsor (erosi) di daerah Wonogiri adalah di daerah pegunungan yang
wilayah hutannya gundul.
- Terjadinya gempa bumi tsunami di Aceh, wilayah yang paling parah adalah Meulaboh
karena daerahnya dekat pantai, tanahnya relatif datar, dan dekat dengan pusat gempa
bumi di dasar laut.
- Terjadinya letusan gunung api Merapi di Jawa Tengah (April s.d. Juni 2006), wilayah yang
paling parah adalah kecamatan Selo Boyolali karena jaraknya dengan gunung Merapi
sangat dekat (± 6 km).
- Terjadinya kekeringan air di gunung seribu di Jawa Tengah Selatan, wilayah yang paling
menderita adalah Kecamatan Parang Gupito dan Rongkop karena daerah topografi karst,
air tanahnya sangat dalam.
- Candi Borobudur terkenal di dunia dan termasuk tujuh keajaiban dunia, wilayah
Indonesia yang paling penting, yaitu Muntilan Magelang karena dekat dengan Borobudur
sehingga dapat menyediakan kebutuhan sarana dan prasarana bagi wisatawan.

c. Perwilayahan Berdasakan Fenomena Geografis


Wilayah di permukaan bumi terdiri dari berbagai fenomena geografis, misalnya keadaan fisik
(daratan, lautan, iklim, dll), keadaan sosial-budaya (penduduk, dll), atau keadaan ekonomi
(sumberdaya alam, dll). Fenomena geografis inilah yang seringkali dijadikan dasar dalam
perwilayahan. Keberadaan fenomena geografis di permukaan bumi terjadi akibat adanya
interaksi antara manusia dengan lingkungannya.

Perwilayahan berdasarkan fenomena geografis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu


generalisasi wilayah (region generalization) dan klasifikasi wilayah (region classification).
- Generalisasi Wilayah (Region Generalization)
Perwilayahan dengan cara menghilangkan/mengubah karakteristik tertentu yang kurang
penting, misalnya menentukan batas terluar suatu wilayah untuk tujuan tertentu.
- Klasifikasi Wilayah (Region Classification)
Perwilayahan dengan cara menggolongkan suatu wilayah secara sistematis berdasarkan
kriteria tertentu, sehingga terlihat perbeclaan dengan wilayah sekitarnya. Contoh:
klasifikasi wilayah berdasarkan curah hujan, yaitu wilayah bercurah hujan tinggi, sedang,
atau rendah.

2. Pusat Pertumbuhan Indonesia


Penerapan penempatan pusat-pusat pertumbuhan yang dilaksanakan oleh Indonesia pada
prinsipnya adalah menggabungkan beberapa teori atau konsep di atas. Pembangunan di
Indonesia dipusatkan di wilayah-wilayah tertentu yang diperkirakan dapat menjadi pusat
pertumbuhan yang mampu menarik daerah-daerah di sekitarnya. Kawasan sentral yang menjadi
pusat pertumbuhan tersebut diharapkan dapat mengalirkan proses pembangunan ke wilayah-
wilayah sekitarnya, sehinga pemerataan pembangunan dapat terjadi ke seluruh pelosok wilayah
negeri secara menyeluruh.
Sistem pembangunan Indonesia telah dicanangkan sejak REPELITA II tahun 1974-1978.
Pembangunan nasional dilaksanakan melalui sistem regionalisasi atau perwilayahan, dengan
kota-kota utama sebagai kutub atau pusat pertumbuhan. Kota-kota sebagai pusat pertumbuhan
nasional ini adalah Medan, Jakarta, Surabaya, dan Makassar. Bersamaan dengan pengembangan
kota-kota pusat pertumbuhan nasional, wilayah pembangunan utama di Indonesia dibagi menjadi
4 region utama berikut.
a. Wilayah Pembangunan Utama A, dengan pusat pertumbuhan utama adalah Kota Medan.
Wilayah ini meliputi:
- Wilayah Pembangunan I, meliputi daerah-daerah Aceh dan Sumatera Utara.
- Wilayah Pembangunan II, meliputi daerah-daerah di Sumatera Barat dan Riau, dengan
pusatnya di Pekanbaru.
b. Wilayah Pembangunan Utama B, dengan pusat pertumbuhan utama adalah Jakarta. Wilayah
ini meliputi:
- Wilayah Pembangunan III, meliputi daerah-daerah Jambi, Sumatera Selatan, dan
Bengkulu. Wilayahnya berpusat di Palembang.
- Wilayah Pembangunan IV, meliputi daerah-daerah Lampung, Jakarta, Jawa Barat, Jawa
tengah, dan D.I. Yogyakarta. Wilayahnya berpusat di Jakarta.
- Wilayah Pembangunan VI, meliputi daerah-daerah di Kalimantan Barat. Wilayahnya
berpusat di Pontianak.
c. Wilayah Pembangunan Utama C, dengan pusat pertumbuhannya utama adalah Surabaya.
Wilayah ini meliputi:
- Wilayah Pembangunan V, meliputi daerah-daerah di Jawa Timur, dan Bali. Wilayah ini
berpusat di Surabaya.
- Wilayah Pembangunan VII, meliputi daerah-daerah di Kalimantan Tengah, Kalimantan
Timur, dan Kalimantan Selatan. Wilayah ini berpusat di Balikpapan dan Samarinda.
d. Wilayah Pembangunan Utama D, dengan pusat pertumbuhan utama adalah Makassar.
Wilayah ini meliputi:
- Wilayah Pembangunan VIII, meliputi daerah-daerah di NTB, NTT, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tenggara. Wilayah ini berpusat di Makassar.
- Wilayah Pembangunan IX, meliputi daerah-daerah Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah.
Wilayah ini berpusat di Manado.
- Wilayah Pembangunan X, meliputi daerah-daerah di Maluku (termasuk Maluku Utara dan
Irian Jaya (Papua). Wilayah ini berpusat di Kota Sorong.

Wilayah pembangunan di atas selanjutnya dikembangkan lagi menjadi wilayah pembangunan


yang lebih kecil lagi yaitu tingkat daerah pada provinsi. Contohnya Jawa Barat dibagi menjadi 6
wilayah pembangunan daerah, sebagai berikut.
a. Wilayah Pembangunan JABOTABEK (termasuk sebagian kecil wilayah Kabupaten Sukabumi).
Pada wilayah ini dikembangkan berbagai aktivitas industri yang tidak tertampung di Jakarta.
b. Wilayah Pembangunan Bandung Raya, Wilayah ini dikembangkan pusat aktivitas
pemerintahan daerah, pendidikan tinggi, perdagangan daerah, industri tekstil. Untuk
konservasi tanah dan rehabilitasi lahan kritis dipusatkan di wilayah-wilayah Kabupaten
Garut, Cianjur, Bandung, dan Sumedang.
c. Wilayah Pembangunan Priangan Timur. Wilayah ini meliputi daerah Kabupten Tasikmalaya
dan Ciamis.
d. Wilayah Pembangunan Karawang. Wilayah ini dikembangkan sebagai produksi pangan
(beras/ padi) dan palawija. Meliputi pula daerah-daerah dataran rendah pantai utara
(Pantura) seperti Purwakarta, Subang, dan Karawang. Pusatnya adalah Kota Karawang.
e. Wilayah Pembangunan Cirebon dan sekitarnya. Wilayah ini dikembangkan sebagai pusat
industri pengolahan bahan agraris, industri, petrokimia, pupuk, dan semen. Untuk keperluan
tersebut, Pelabuhan Cirebon ditingkatkan fungsinya untuk menampung kelebihan arus
keluar masuk barang dari Pelabuhan Tanjung Priok.
f. Wilayah Pembangunan Banten. Wilayah ini berpusat di Kota Serang dan Cilegon. Wilayahnya
terdiri atas 4 zone yaitu, bagian utara diutamakan untuk perluasan dan intensifiksi areal
pesawahan teknis, bagian selatan untuk wilayah perkebunan dan tanaman buah-buahan,
wilayah Teluk Lada untuk intensifikasi usaha pertanian, dan daerah sekitar Cilegon
dikembangkan sebagai pusat industri berat (besi baja).

3. Teori Pusat Pertumbuhan


a. Teori Tempat yang Sentral
Teori Tempat yang Sentral (Central Place Theory) kali pertama dikemukakan oleh tokoh
geografi berkebangsaan Jerman, Walter Christaller (1933). Christaller mengadakan studi
pola persebaran permukiman, desa, dan kota-kota yang berbeda ukuran serta luasnya.
Teori Christaller ini kemudian diperkuat oleh seorang ahli ekonomi berkebangsaan Jerman,
August Losch (1945).
Menurut teori Christaller ini, suatu pusat aktivitas yang senantiasa melayani berbagai
kebutuhan penduduk harus terletak pada suatu lokasi yang sentral, yaitu suatu tempat atau
wilayah (kawasan) yang memungkinkan partisipasi manusia dalam jumlah yang maksimum,
baik mereka yang terlibat dalam aktivitas pelayanan maupun yang menjadi konsumen dari
barang-barang dan jasa tersebut. Selanjutnya dijelaskan bahwa tempat yang sentral
merupakan suatu titik simpul dari suatu bentuk heksagonal (segi enam). Wilayah yang
terletak di dalam segi enam itu merupakan daerah-daerah yang penduduknya mampu
terlayani oleh tempat yang sentral tersebut.

b. Teori Kutub Pertumbuhan


Teori Kutub Pertumbuhan (Growth Poles Theory) sering pula dinamakan sebagai Teori Pusat-
Pusat Pertumbuhan (Growth Centres Theory). Teori ini kali pertama dikembangkan oleh
Perroux sekitar tahun 1955. Ia melakukan pengamatan terhadap proses-
proses pembangunan. Menurut Perroux, pada kenyataannya proses pembangunan di mana
pun adanya bukanlah merupakan suatu proses yang terjadi secara serentak, tetapi muncul di
tempat-tempat tertentu dengan kecepatan dan intensitas yang berbeda satu sama lain.
Tempat-tempat atau kawasan yang menjadi pusat pembangunan ini disebut sebagai pusat
atau kutub pertumbuhan. Dari wilayah kutub pertumbuhan ini, proses pembangunan akan
menyebar ke wilayah-wilayah lain di sekitarnya. Dengan kata lain, kutub pertumbuhan dapat
memberikan imbas (trickling down effect) bagi wilayah atau daerah di sekitarnya.
4. Kerja Sama Antar Wilayah
1. Tujuan
 Menunjang upaya mewujudkan proses pembangunan yang berkelanjutan didaerah.
 Memenuhi kewajiban Pemerintah daerah dalam membangun dan menyelenggarakan
fasilitas pelayanan umum.
 Menanggulangi masalah yang timbul baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
pelaksanaan pembangunan daerah dan membawa dampak terhadap kesejahteraan
masyarakat.
 Mengoptimalkan dan memberdayakan potensi yang dimiliki oleh masing-masing pihak
baik potensi sumber daya manusia, sumber daya alam dan teknologi untuk dimanfaatkan
bersama secara timbal balik. Diharapkan untuk lebih memberikan pengertian,
pemahaman dan kemudahan dalam menyelenggarakan kerjasama antar daerah, maka
diperlukan pedoman yang dapat dijadikan acuan dan rujukan yang komprehensif sesuai
dengan tata cara dan prosedur yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Hal ini juga dilakukan agar tidak hanya melahirkan keuntungan dan
manfaat ekonomi saja tetapi masing-masing pihak juga harus memenuhi syarat-syarat
keabsahan secara yuridis.
2. Faktor Pendorong
 meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
 kemajuan sosial, dan pengembangan kebudayaan negara-negara anggotanya
 memajukan perdamaian dan stabilitas di tingkat regionalnya, serta
 meningkatkan kesempatan untuk membahas perbedaan di antara anggotanya dengan
damai.

5. Pertumbuhan Wilayah Berkelanjutan


a. Pengertian
Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat,
dsb) yang berprinsip "memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan
kebutuhan generasi masa depan" (menurutLaporan Brundtland dari PBB, 1987).
Pembangunan berkelanjutan adalah terjemahan dari Bahasa Inggris,sustainable
development.
b. Ciri-Ciri
 Memberi kemungkinan pada kelangsungan hidup dengan jalan melestarikan fungsi dan
kemampuan ekosistem yang mendukungnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
 Memanfaatkan sumber daya alam dengan menggunakan teknologi yang ramah
lingkungan, sehingga kelestarian lingkungan tetap terjaga.
 Memberikan kesempatan pada sektor dan kegiatan lainnya untuk berkembang bersama
di seluruh daerah dalam kurun waktu yang sama maupun kurun waktu yang berbeda.
 Meningkatkan dan melestarikan kemampuan serta fungsi ekosistem untuk memasok
sumber daya alam. Selain itu, ada upaya untuk melindungi dan mendukung
perikehidupan secara terus menerus.
 Menggunakan prosedur dan tata cara yang memperhatikan kelestarian fungsi dan
kemampuan ekosistem untuk mendukung perikehidupan, baik masa kini maupun masa
datang.
c. Tujuan
 Mengatasi segala bentuk kemiskinan diseluruh tempat.
 Mengakhiri kelaparan, menggalakkan pertanian yang berkelanjutan, mencapai
ketahanan pangan serta perbaikan nutrisi.
 Memastikan pendidikan yang berkualitas yang layak dan inklusif serta mendorong
kesempatan belajar seumur hidup bagi semua orang.
 Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan.
 Menggalakkan hidup sehat dan mendukung kesejahteraan untuk semua usia.
 Menjamin akses air dan sanitasi untuk semua.
 Memastikan akses pada energi yang terjangkau, bisa diandalkan, dan berkelanjutan serta
modern untuk semua.
 Mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif, lapangan
pekerjaan yang layak untuk semua.
 Membangun infrastruktur kuat, mempromosikan industrialisasi berkelanjutan, dan
mendorong inovasi.
 Mengurangi kesenjangan didalam dan diantar negara-negara.
 Membuat perkotaan menjadi inklusif, aman, kuat, dan berkelanjutan.
 Memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan.
 Mengambil langkah penting untuk melawan perubahan iklim dan dampaknya.
 Perlindungan dan penggunaan samudera, laut dan sumber daya kelautan secara
berkelanjutan.
 Mengelola hutan secara berkelanjutan, melawan perubahan lahan menjadi gurun,
menghentikan dan merehabilitasi kerusakan lahan, menghentikan kepunahan
keanekaragaman hayati.
 Mendorong masyarakat adil, damai, dan inklusif.
 Menghidupkan kembali kemitraan global demi pembangunan berkelanjutan.

6. Sistem Perencanaan Wilayah Nasional


a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Pemerintah kota/daerah dalam melaksanakan pembangunan harus direncanakan dan
diputuskan dengan baik, beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan rencana
tata ruang wilayah nasional yaitu :
 Wawasan nusantara dan ketahanan nasional;
 Perkembangan permasalahan regional dan global serta hasil pengkajian implikasi
penataan ruang nasional;
 Upaya perataan pembangunan dan pertumbuhan serta stabilitas ekonomi.
 Aspek lain yang juga menjadi perhatian dalam penyusunan rencana tata ruang nasional
yaitu :
 Keselarasan aspirasi pembangunan nasional dan pembangunan daerah;
 Daya dukung dan daya tamping lingkungan hidup;
 Rencana pembangunan jangka panjang nasional;
 Rencana tata ruang kawasan strategis nasional;
 Rencana tata ruang wilayah provinsi dan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota.
a. Fungsi
 Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional;
 Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional;
 Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional;
 Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah
provinsi serta keserasian antarsektor;
 Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi;
 Penataan ruang kawasan strategis nasional;
 Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

Anda mungkin juga menyukai