Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
BAHAN AJAR
KONSEP WILAYAH DAN TATA RUANG
A. Kompetensi Inti :
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agam yang dianutnya.
2. Menunjukkan sikap jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan proaktif,
sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, meganalisis, pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah
keilmuan.
B. Kompetensi Dasar :
3.2 Memahami konsep wilayah dan pewilayahan dalam perencanaan tata
ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota.
4.2 Membuat peta pengelompokkan penggunaan lahan di wilayah
kabupaten/kota/provinsi berdasarkan data wilayah setempat.
C. Indikator :
1. Mengklasifikasikan jenis-jenis wilayah
2. Menjelaskan konsep wilayah dan pewilayahan
3. Menganalisis metode perwilayahan dan regionalisasi
4. Menganalisis dinamika dan tahapan perkembangan wilayah
5. Menganalisis strategi dalam pengembangan wilayah
6. Menjelaskan konsep ruang dan penataan ruang
7. Mengklasifikasikan penataan ruang
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
8. Mengidentifikasi struktur penataan ruang
9. Mengidentifikasi konsep pembangunan
10. Mengidentifikasi indikator pembangunan suatu wilayah
11. Mengidentifikasi pusat-pusat pertumbuhan wilayah yang ada di
Indonesia
12. Menganalisis teori-teori pertumbuhan wilayah menurut para ahli
13. Menganalisis pengaruh dari pusat-pusat pertumbuhan bagi wilayah
14. Menjelaskan lingkup dan kegiatan dalam penataan ruang wilayah
15. Menjelaskan hirarki dalam penataan ruang di Indonesia
16. Menjelaskan kebijakan dalam pembangunan wilayah
17. Menganalisis peluang dan tantangan dalam pengembangan wilayah
18. Menganalisis permasalahan dalam penataan ruang wilayah di Indonesia
19. Menjelaskan perencanaan pembangunan di Indonesia
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Anda mungkin pernah naik ke suatu tempat yang lebih tinggi, misalnya
puncak gunung, perbukitan, gedung bertingkat, atau naik menara, semacam tugu
monumen nasional (Monas). Pada ketinggian tempat tersebut, anda mungkin
melihat sebuah hamparan permukaan bumi yang indah dan berkesan.
Pada hamparan tersebut tampak suatu tata penggunaan lahan, ada yang
digunakan untuk bangunan gedung, jalan-jalan, pertokoan, bahkan ada yang
tampak kosong beluk dimanfaatkan. Hal tersebut merupakan gambaran tentang
wilayah kota sebagai pusat pertumbuhan. Dalam bab ini, akan dibahas mengengai
suatu bentuk wilayah dan pewilayahan serta pusat-pusat pertumbuhannya dan
batas wilayah pembangunan di Indonesia.
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
wilayah? Bagaimana menentukan batas-batas wilayah pertumbuhan? Ingin segera
mengetahuinya? Anda penasaran? Ikuti pembahasannya berikut.
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
dengan daerah otonom, seperti negara, provinsi, kabupaten, kota,
kecamatan, dan desa atau kelurahan.
4) Wilayah perencanaan / pengelolaan
Wilayah perencanaan dapat berwujud wilayah administratif dan non
administratif baik homogen maupun fungsional, seperti batas ekologi dan
fungsional lain. Penatapan batas wilayah perencanaan berdasarkan tujuan
atau kepentingan perencanaan program. Secara sederhana konsep wilayah
perencanaan didefinisikan sebagai wilayah yang dibatasi berdasarkan
kenyataan sifat-sifat tertentu pada wilayah tersebut yang bisa bersifat
alamiah maupun non alamiah yang sedemikian rupa sehingga perlu
direncanakan dalam kesatuan wilayah perencanaan.
Oleh karena penggunaan istilah wilayah mempunyai kecendrungan meluas
menyangkut berbagai aspek dan disiplin maka perlu untuk merumuskan konsepsi
wilayah secara sistematis. Konsepsi wilayah dapat dibagi atas tiga golongan besar
yaitu:
Wilayah
Ukuran
Formal Wilayah bertopik tunggal
(Size)
Bentuk
Fungsional Wilayah bertopik banyak
(Form)
Fungsi
Wilayah Total
(Function)
Wilayah Pengelolaan
Pembangunan
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Konsepsi wilayah ditinjau dari kategorinya terdiri atas beberapa jenis
wilayah, yaitu
a) Wilayah bertopik tunggal (single topic region)
Penetapan region atau wilayah yang didasarkan pada salah satu aspek
geografi. Contoh kemiringan lereng dapat menunjukkan ketampakan
dari suatu daerah, apakah termasuk daerah yang datar, landai, atau
terjal.
b) Wilayah bertopik gabungan (Combined topic region)
Penetapan wilayah yang mendasarkan pada beberapa topik yang
berbeda satu sama lain. Contohnya wilayah pertanian, wilayah ekonomi
dan lainnya
c) Wilayah bertopik banyak (multiple topic region)
Penetapan wilayah yang didasarkan pada beberapa faktor geografi.
Oleh karena wilayah ini merupakan gabungan beberapa topic yang
berbeda maka disebut juga dengan wilayah berciri banyak (multiple
feature region)
Contoh penetapan wilayah berdasarkan iklim yaitu iklim tropik,
subtropik, sedang, dan dingin. Di katakan berciri majemuk karena iklim
terbentuk dari beberapa unsur seperti suhu, curah hujan, dan angin.
d) Wilayah total (total region)
Penetapan wilayah yang didasarkan pada banyak faktor menyangkut
lingkungan alam, lingkungan biotik, maupun manusia.
Contoh ekosistem mangrove, dikatakan bercirikan keseluruhan karena
melibatkan faktor alam, biotik, dan manusia di sekitarnya.
e) Wilayah pengelolaan pembangunan (compage region)
Penetapan wilayah yang didasarkan aktifitas pembangunan yang
dilakukan untuk melestarikan dan mengembangkan sumber daya.
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Tabel. 2. Wilayah berdasarkan kategorinya
2. Combined topic Wilayah yang eksistensinya Wilayah iklim gabungan dari curah
region (Wilayah didasarkan pada gabungan (lebih hujan dan temperatur, tekanan udara
bertopik dari satu) macam kriteria (topik serta angina
gabungan) yang sama)
3. Multiple topic Wilayah yang eksistensinya Wilayah pertanian (gabungan dari
region (Wilayah mendasarkan pada beberapa topik topik fisik atau tanah, hidrologi dan
bertopik yang berbeda satu sama lain topik tanaman)
banyak)
4. Total Region Delineasi wilayah yang Wilayah administrasi desa, kecamatan,
(Wilayah total) menggunakan semua unsur kabupaten, provinsi
wilayah. Kesatuan politik
(administrasi) sebagai dasar
5. Compage Tidak mendasarkan pada banyak Semacam wilayah perencanaan.
region (Wilayah sedikitnya topik, tetapi aktivitas Misalnya wilayah miskin dan wilayah
Pengelolaan manusia yang menonjol bencana
Pembangunan)
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
“Daerah adalah suatu teritorial dimana makna dan batasan serta perwatakannya
didasarkan pada kewenangan administrasi pemerintah (Propinsi, Kabupaten,
Kota, Kecamatan, dan Desa)”.
Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap
unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya dutentukan berdasarkan aspek
administratif dan aspek fungsional. (Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 dan
PP Nomor 26 Tahun 2008).
Berdasarkan batasan tersebut terdapat beberapa kata kunci diantaranya :
a) Ruang yaitu wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang
udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan mahluk hidup
lainnya hidup dan melaukan kegiatan serta memelihara kelangsungan
hidupnya. Unsur ruang meliputi lokasi, jarak, bentuk dan ukuran.
b) Kesatuan geografis yaitu dimensi geometri dan referensi geografis
mengacu kepada wujud fisik wilayah.
c) Unsur wilayah, meliputi komponen alam fisik dan biotik, komponen
manusia (soial ekonomi dan budaya), komponen buatan hasil cipta
manusia, teknologi.
d) Dibatasi lingkup pengematan tertentu, baik yang berdimensi homogenitas,
fungsional, maupun admintratif.
Dari dua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa wilayah merupakan
suatu kesatuan area di permukaan bumi yang mempunyai ciri dan sifat tertentu
yang terjadi karena hubungan yang kompleks antara unsure tanah, air, tanaman,
binatang dan manusia.
2) Konsep Perwilayahan
Perwilayahan atau regionalisasi diartikan sebagai upaya mengelompokkan
bagian-bagian permukaan Bumi untuk tujuan tertentu. Misalnya pembagian
wilayah menurut iklim, ketinggian tempat, topografi wilayah, dan lain sebagainya.
Tujuan perwilayahan sebagai berikut.
a) Untuk meratakan pembangunan di semua wilayah sehingga dapat mengurangi
kesenjangan antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain.
b) Memudahkan koordinasi berbagai program pembangunan pada tiap daerah.
c) Mensosialisasikan berbagai program pembangunan kepada aparatur
pemerintah dan masyarakat serta para pengusaha.
c. Analisis Perwilayahan, Dinamika dan Strategi Pengembangan Wilayah
1) Metode Perwilayahan dan regionalisasi
Metode perwilayahan digolongkan menjadi dua, yaitu:
a) Penyamarataan Wilayah (regional generalization)
Penyamarataan wilayah adalah suatu proses untuk usaha membagi
permukaan bumi atau membagi permukaan bumi tertentu menjadi
beberapa bagian dengan cara mengubah atau menghilangkan faktor-faktor
tertentu dalam populasi yang dianggab kurang penting atau kurang
relevan, dengan maksud untuk menonjolkan karakter tertentu.
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
b) Klasifikasi Wilayah (Regional Classification)
Klasifikasi adalah metode untuk mengatur data secara sistematis
menjadi golongan-golongan atau beberapa bagian yang dalam hal ini dapat
berupa grup, kelas, atau keluarga. Klasifikasi wilayah adalah usaha untuk
mengadakan penggolongan wilayah secara sistematis kedalam bagian-
bagian tertentu berdasarkan properti tertentu. Penggolongan tersebut
haruslah memperhatikan keragaman sifat dan semua unit (wilayah).
2) Faktor Dinamika Perkembangan Wilayah
Muta′ali (2008) menjelaskan tentang dinamika perkembangan wilayah
dengan mengilutrasikan elemen faktor dari dinamika wilayah tersaji dalam
gambar berikut:
Faktor managemen
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Faktor eksternal berhubungan dengan dua faktor yakni:
(1) Faktor interaksi, interelasi, interpedensi, dengan wilayah lain
(2) Faktor aksesibilitas (keterjangkauan). Semakin tinggi kedua faktor
eksternal bekerja maka proses dinamika wilayah akan semakin tinggi
dan sebaliknya
c) Faktor geografis
Berhubungan erat dengan konsep posisi dan jarak wilayah terhadap wilayah
lain. Jarak mempengaruhi biaya transportasi dan pada akhirnya berpengaruh
terhadap biaya produksi dan berdampak pada naiknya daya saing wilayah
dikarenakan output regional memilki harga rendah dan efisien. Selain itu,
posisi absolut dan relatif wilayah terhadap pusat pertumbuhan ekonomi
(growth center) dan wilayah perkotaan memberikan peluang berusaha dan
berkembang lebih cepat dibandingkan wilayah yang jauh.
d) Faktor managemen wiayah
Berkaitan dengan aspek leadership, politik, kelembagaan dan kebijakan.
e) Faktor historis
Maisng-masing wilayah dalam perkembangannya memiliki sejarah tersendiri,
baik yang bersifat sosial budaya maupun ekonomi
3) Tahapan Perkembangan Wilayah
a) Tahapan perkembangan wilayah dalam tinjauan sosial ekonomi
(1) Teori pentahapan perpektif klasik
James Stuart dan Adam Smith menjelaskan 3 tahapan, yaitu (1) tahap
dominasi pertanian, yang menetukan perkembangan dan distribusi
penduduk, memunculkan sektor pendukung, (2) kegiatan ekonomi
beragam, khususnya jasa dan perdagangan, yang mendukung pertanian
dan, (3) industrialisasi, untuk peningkatan produktivitas dan memenuhi
kebutuhan.
Friederich List (1844), mengungkan lima tahap perkembangan wilayah
yaitu , (1) kehidupan masyakat primitif, (2) pekebunan, (3) pertanian, (4)
manufaktur dan (5) perdagangan
(2) Teori tahap tinggal landas
WW Rostow (1960) mengelompokan tahapan pembangunan dalam lima
tahapan, yaitu (1) masyarakat tradisional, berciri statis dan mendominasi
kegiatan pertanian, ilmu pengetahuan dan teknolodi belum maju.
Masyarakatnya konservatif dan sulit berubah. Produksi sangat terbatas,
masyarakat statis, produksi hanya dipakai untuk konsumsi. Tidak ada
investasi. (2) Pra kondisi untuk tinggal landas, ditandai dengan
perubahan revolusioner dalam masyarakat (terjadi akibat campur tangan
dari luar). Tabungan masyarakat mulai ada dan berkemabang.
Investasipun terjadi, termasuk juga dalam pendidikan dan kesehatan. (3)
Masa tinggal landas, hambatan ekonomi sudah tidak ada. Investasi
berjalan efektif hingga mencapai 5-10% dari pendapatan nasional. (4)
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Masa pendewasaan, masyarakat terus bergerak maju. Investasi 10-20%
dari pendapatan nasional. Industri berkemang pesat. Pertumbuhan
ekonomi meluas kesemua sektor ekonomi yang ada. Keadaan ini dapat
dicapai sekitar 40-60 tahun dari tahap lepas landas. (5) Konsumsi
masyarakat tinggi. Pada periode ini, investasi untuk meningkatkan tidak
lagi menjadi tujuan yang paling utama. Seseudah taraf kedewasaan
dicapai, surplus ekonomi akibat proses politik yang terjadi dialokasikan
untuk kesejahteraan sosial dan penambahan dana sosial.
b) Tahapan perkembangan wilayah dalam tinjauan geografis
Tahapan perkembangan secara geografis diawali dari (1) pusat kota
sebagai pusat pemikman yang terus berkembang dan jika mencapai titik jenuh
berkembang ke arah (2) pinggiran kota dan selanjutnya menjadi perkotaan
yang besar dan luas. Selanjutnya perkmbangan mengarah ke area (3) koridor
transpotasi yang menghubungkan antar kota satu dengan kota yang lain, dan
secara alamiah juga berdampak pada perkembangan wilayah (4) pedesaan.
4) Strategi Pengembangan Wilayah
Dari berbagai kajian literatur telah banyak strategi yang dilakukan dalam
pengembangan wilayah dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi masing-
masing wilayah dan negara. Di bawah ini akan disampaikan bentuk strategi yang
bersifat klasik yang masih digunakan sebagai dasar dalam penyusunan strategi
kebijakan pengembangan wilayah, diantaranya disampaikan Rondinelli (1985),
ada tiga konsep strategi dalam pengembangan wilayah, yaitu : ada tiga konsep
strategi dalam pengembangan wilayah yaitu : (1) kutub-kutub pertumbuhan
(growth pole), (2) integrasi fungsi (functional integration), dan (3) pendekatan
pendesentralisasian wilayah (decentralized territorial approches). Selain itu
ditambahkan strategi rural urban linkages dan strategi regional networking.
Secara singkat strategi-strategi tersebut diuraikan sebagai berikut :
a) Kutub-Kutub Pertumbuhan (growth pole)
Growth Pole atau kutub pertumbuhan pertama kali dipergunakan oleh
Francois Perroux (1950). Dengan tesisnya :
“pertumbuhan tidak terjadi disembarang tempat dan juga tidak terjadi secara
serentak, tetapi pertumbuhan terjadi pada titik-titik atau kutub-kutub
pertumbuhan dengan intensitas yang berubah-ubah, lalu pertumbuhan itu
menyebar sepanjang saluran yang beraneka ragam dan dengan pengaruh
yang dinamis terhadap perekonomian wilayah”.
Dalam konteks pertumbuhan, Francois Perroux menyatakan bahwa yang
menjadi medan magnet adalah kegiatan industri. Industri-industri dan kegiatan-
kegiatan yang akan berkembang dan membentuk kutub pertumbuhan tersebut
memilki beberapa ciri-ciri sebagai Leading Industries dan Propulsive
Industries, antara lain :
Karakteristik Leading Industries.
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
(1) Relatif baru, dinamis, dan mempunyai teknologi yang maju yang
menginjeksikan iklim pertumbuhan ke dalam suatu daerah.
(2) Permintaan terhadap produknya memilki elastisitas pendapatan yang
tinggi, produk tersebut biasanya dijual ke pasar-pasar nasional.
(3) Mempunyai berbagai kaitan antar industri yang kuat dengan sektor-
sektor lainnya.
Karakteristik Propulsive Industries.
(1) Relatif besar.
(2) Tingkat dominasinya tinggi, yaitu kebalikan dari tingkat
ketergantungan industri lain terhadap industri tersebut.
(3) Menimbulkan dorongan yang nyata terhadap linkungan.
(4) Mempunyai kemampuan berinovasi yang tinggi.
Friedman memperkaya konsep growth pole dengan mengemukakan konsep
Center-Periphery (pusat-pinggiran). Pengembangan wilayah menurut Friedman
akan melahirkan kota utama dan wilayah sekitarnya yang menjadi inti (core), dari
sistem kota-kota nasional dan pinggiran (periphery) yang berada diluar dan
bergantung pada inti.
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
spesifik, dan perubahan konsep dasar pembangunan yang hanya menekankan
konsep ekonomi.
Menurut Stohr (1981) teori pembangunan disentralisasi ini didasarkan
pada beberapa hipotesa, yaitu:
(1) Kegagalan strategi devolopment from above di banyak negara dalam
menciptakan integrasi ekonomi wilayah, yang berakibat pada pada
ketimpangan wilayah. hal ini diakibatkan tidak terjadinya integrasi
ekonomi dari program-program pembangunan yang dikembangkan
dalam skala besar.
(2) Kondisi fisik dan sosial ekonomi internal merupakan kunci sukses
penerapan strategi pembangunan.
(3) Dorongan bagi pengembangan suatu konsep pembangunan hendaknya
berasal dari masyarakat dengan mempertimbangkan sumber daya lokal.
(4) Sistem ekonomi lokal berperan dalam membentuk pola interkasi
ekonomi antar wilayah untuk meningkatkan nilai tukar barang produksi
lokal sehingga tidak hanya memiliki nilai guna namun juga memeliki
nilai tukar.
Berbeda dengan strategi pembangunan dari atas, strategi pembangunan
dari bawah ini tidak didukung oleh teori-teori ekonomi yang berstuktur jelas.
Hanya terdapat beberapa konsep pengembangan wilayah yang dikembangkan
berdasarkan strategi ini seperti konsep Agropolitan Development
(dikembangkan oleh Fredman dan Douglass).
c) Strategi Agropolitan
Strategi ini pembangunan tidak hanya kemajuan ekonomi yang
sentralistik, tetapi memberikan kesempatan bagi individu-individu,
kelompok-kelompok sosial dan organisasi masyarakat untuk memobilisasi
kemampuan dan sumberdaya lokal bagi kemajuannya. Pendekatan ini menitik
beratkan pada upaya untuk menciptakan dorongan bagi pembangunan
dinamis di wilayah-wilayah pedesaan yang relatif terbelakang.
Alasan munculnya strategi agropolitan atau tipe-tipe pembangunan dari
bawah antara lain:
(1) Kegagalan strategi devolopment from above, yang berakibat pada
ketimpangan wilayah, karena konsentrasi pada program pembangunan
skala besar (large scale).
(2) Kondisi fisik dan sosial ekonomi internal merupakan kunci sukses
penerapan strategi pembangunan.
(3) Konsep pembangunan hendaknya berasal dari masyarakat itu sendiri
dengan mempertimbangkan sumberdaya lokal dan partisipasi.
(4) Sistem ekonomi lokal harus berperan dalam membentuk pola interaksi
ekonomi antar wilayah.
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
d) Strategi Integrasi Spasial (Functional Spatial Integration)
Strategi integrasi spasial merupakan jalan tengah antar pendekatan
sentralisasi yang menekankan pertumbuhan pada wilayah perkotaan
(metropolitan) dan desentralisasi yang menekankan penyebaran investasi dan
sumberdaya pembangunan pad kota-kota kecil dan pedesaan. Hali ini
dilakukan dengan menciptakan suatu jaringan produksi, distribusi, dan
pertukaran yang mantap mulai dari desa – kota kecil - kota menegah - kota
besar (metropolitan).
Pendekatan altrnatif ini didasari pemikiran bahwa dengan adanya
integrasi sistem pusat-pusat pertumbuhan yang berjenjang dan berbeda
karakteristik fungsionalnya, maka pusat-pusat tersebut akan memacu
penyebaran pembangunan wilayah. Pendekatannya adalah memacu
perkembangan sektor pertanian yang diintegrasikan dengan sektor industri
pendukungnya. Dengan begitu sasaran strategi ini adalah meningkatkan
produksi pertanian, memperluas lapangan kerja, dan meningkatkan
pendapatan bagi sebagian besar penduduk.
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
kebijakan lebih menguntungkan kawasan perkotaan, pada saat yang sama
memperlemah daerah pedesaan. Pada tahun 1980 strategi keterkaitan desa-
kota muncul. Bappenas, UNDP dan UNHCR melakukan joint program
tentang keterkaitan desa-kota pada tahun 1998 yang diberi nama PARUL
(poverty Alleviation Through Rural-Urban Linkages) yang dilksanakan di
Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara serta Kota Sorong.
Sebelumnya UNHCRD juga melakukan pilot project di Daerah Istimewa
Yogyakarta tentang keterkaitan desa-kota.
Keterkaitan (linkages) diartikan sebagai hubungan atau interaksi antar
wilayah yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, dan saling
komplementaritas dan take and give. Prandhan (2003) mengemukakan bahwa
dalam system interaksi antar wilayah terdapat tiga komponen utama, yaitu :
(1) Wilayah perkotaan adalah tempat produksi barang (industri), pelayanan,
teknologi, ide-ide, dan kesempatan kerja dan upah yang tinggi.
(2) Wilayah pedesaan merupakan tempat dihasilkannya bahan mentah,
produksi pertanian, kerajinan dan industri kecil rumah tangga, tenaga
kerja dan modal.
(3) Saran dan prasarana serta kelembagaan yang memungkinkan terjadinya
interaksi antar wilayah perkotaan dan pedesaan, khususnya tranportasi
dan komunikasi.
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
(4) Aspek Perencanaan (Style of Planning),
growth poles : bersifat top-down yang mengandalkan pada perencanaan
sektoral melalui kantor pemerintahan dan bawahannya.
regional networking : bersifat bottom-up dengan prinsip
desentralisasi,dimana daerah dan masyarakat ikut terlibat lebih aktif.
(5) Aspek Kebijakan (Major Policy Areas)
growth poles: berorentasi pada tujuan menarikpelaku ekonomi dan
investasi sebesar-besarnya dipusat pertumbuhan,sehingga kebijakan
intensif, perpajakan, tax holiday menjadi pilihan utama.
regional networking: tipe kebijakan yang diambil mengarah pada
perluasan infrastuktur pedesaan, yang lebih menekankan kepada
pembangunan jalan lokal dan jaringan transportasi diantara pedesaan dan
perkotaan.
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
1) Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia
dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan
hidupnya.
2) Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
3) Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial
ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.
4) Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk
fungsi budi daya.
5) Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
6) Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan,
pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang.
Penataan ruang dilaksanakan berdasarkan beberapa azas. Undang-Undang
No. 26 tahun 2007 menetapkan azas penataan ruang yang akan berfungsi sebagai
titik tumpu kajian proses penataan ruang diselenggarakan dengan berdasarkan
kepada:
1) Keterpaduan, yaitu dengan mengintegrasikan berbagai kepentingan yang
bersifat lintas sektor, lintas wilayah, dan lintas pemangku kepentingan yaitu
pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat
2) Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan
Yaitu keserasian antara struktur ruang dan pola ruang, keselarasan antara
kehidupan manusia dengan lingkungannya, keseimbangan pertumbuhan dan
perkembangan antardaerah serta antara kawasan perkotaan dan kawasan
perdesaan
3) Keberlanjutan, dengan menjamin kelestarian dan kelangsungan daya dukung
dan daya tampung lingkungan dengan memperhatikan kepentingan generasi
mendatang
4) Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan dengan mengoptimalkan manfaat
ruang dan sumberdaya yang terkandung di dalamnya serta menjamin
terwujudnya tata ruang yang berkualitas
5) Keterbukaan, dengan memberikan akses yang seluas-luasnya kepada
masyarakat untuk mendapatkan informal yang berkaitan dengan penataan
ruang
6) Kebersamaan dan kemitraan dengan diselenggarakan dengan melibatkn
seluruh pemangku kepentingan.
7) Perlindungan kepentingan umum dengan mengutamakan kepentingan
masyarakat
8) Kepastian hukum dan keadilan, dengan berlandaskan hukum/ketentuan
peraturan perundang-undangan dan bahwa penataan ruang dilaksanakan
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
dengan mempertimbangkan rasa keadilan masyarakat serta melindungi hak
dan kewajiban semua pihak secara adil dengan jaminan kepastian hokum
9) Akuntabilitas yaitu dapat dipertanggungjawabkan, baik prosesnya,
pembiayaannya, maupun hasilnya.
Penyelenggaraan penataan ruang harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Kondisi fisik wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang rentan
terhadap bencana.
2) Potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan,
kondisi ekeonomi, sosial, budaya, politik, hukum, pertahanan keamanan,
lingkungan hidup, serta ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai satu
kesatuan.
3) Geostrategi, geopolitik, dan geoekonomi.
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
3) Penataan ruang berdasarkan Wilayah administratif, yaitu kegiatan penataan
ruang berdasarkan hirarki sistem administratif yang terdiri atas penataan
ruang wilayah nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan penataan ruang
wilayah kabupaten/kota.
4) Penataan ruang berdasarkan Kegiatan kawasan terdiri atas penataan ruang
kawasan perkotaan dan penataan ruang kawasan pedesaan.
a) Penataan ruang kawasan perkotaan, yaitu wilayah yang mempunyai
kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai
tempat pemukiman perkotaan, pemusatan dan pusat distribusi pelayanan
jasa pemeritahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
b) Penataan ruang kawasan pedesaaan wilayah yang mempunyai kegiatan
utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam.
5) Penataan ruang berdasarkan Nilai strategis kawasan terdiri atas penataan
ruang kawasan strategis nasional, penataan ruang kawasan strategis provinsi,
dan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota.
Jenis kawasan strategis, antara lain, adalah kawasan strategis dari sudut
kepentingan pertahanan dan keamanan, pertumbuhan ekonomi, sosial,
budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, serta
fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Struktur ruang menurut hierarki RTR
Defenisi dan arah Struktur ruang
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
perdesaan dalam wilayah pelayanannya, dan rencana sistem prasarana
wilayah provinsi yang mengintegrasi kan wilayah provinsi serta melayani
kegiatan skala provinsi, yang akan dituju sampai dengan akhir masa
perencanaan
2) Defenisi dan arah struktur ruang kabupaten
Menurut permen pu 16 tahun 2009 adalah rencana yang mencakup sistem
perkotaan wilayah kabupaten yang berkaitan dengan kawasan perdesaan
dalam wilayah pelayanannya dan jaringan prasarana wilayah kabupaten yang
dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kabupaten selain untuk
melayani kegiatan skala kabupaten yang meliputi sistem jaringan transportasi,
sistem jaringan energi, dan kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem
jaringan sumber daya air termasuk seluruh daerah hulu bendungan atau
waduk dari daerah aliran sungai, dan sistem jaringan prasarana lain.
3) Defenisi dan arah struktur ruang kota
Menurut Permen pu 17 tahun 2009 adalah Rencana yang mencakup rencana
sistem perkotaaan wilayah kota dalam wilayah pelayanannya dan jaringan
prasarana wilayah kota yang dikembangkan untuk mengintegrasi wilayah
kota selain untuk melayani kegiatan skala kota, meliputi sistem jaringan
transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan
telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air , dan sistem jaringan lainnya.
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Dari berbagai macam pengertian dari pembangunan maka dapat
disimpulkan bahwa pembangunan merupakan suatu upaya yang melibatkan
masyarakat untuk melakukan proses perubahan dan sebuah transformasi yang
dilakukan dalam rangka menunjang kesejahteraan masyarakat baik dalam bidang
ekonomi maupun sosial yang bertujuan untuk mengurangi kemiskinan tanpa
merusak lingkungan atau kehidupan sosial dan memiliki kehidupan yang layak.
b. Indikator Pembangunan
Penggunaan indikator dan variable pembangunan bisa berbeda untuk setiap
negara. di negara-negara yang masih miskin, ukuran kemajuan dan pembangunan
mungkin masih sekitar kebutuhan-kebutuhan dasar seperti listrik masuk desa,
layanan kesehatan pedesaan, dan harga makanan pokok yang rendah. Sebaliknya,
di negara-negara yang telah dapat memenuhi kebutuhan tersebut, indikator
pembangunan akan bergeser kepada faktor-faktor sekunder dan tersier
(Tikson, 2005).
1) Indikator Kuantitatif
a) Faktor Ekonomi, meliputi GNP (Gross National Product) per kapita,
GDP (Gross Domestic Product), tingkat pengangguran, konsumsi energi.
GNP (Gross National Product) perkapita merupakan ukuran yang paling
umum dipakai. GNP merupakan total nilai pendapatan dari barang dan
jasa yang dihasilkan oleh suatu Negara dibagi dengan jumlah penduduk.
b) Faktor politik, meliputi tingkat korupsi, peran pemerintah
c) Faktor social, ketersediaan jasa pendidikan seperti pendidikan dan
kesehatan, meliputi akses air bersih dan sanitasi (mengindikasikan
tingkat pembangunan infrastruktur pada suatu Negara), tingkat melek
huruf orang dewasa.
d) Faktor demografis, meliputi tingkat kelahiran, tingkat kematian, tingkat
fertilitas, persentase tenaga kerja dibidang pertanian.
e) Indikator lingkungan, berbicara mengenai prilaku atau sikap suatu
Negara dalam menjaga klestarian lingkungan.
2) Indikator Kualitatif
Indikator kualitatif meliputi gambaran kondisi kehidupan dan kualitas hidup
masyarakat. Indikator kualitatif digunakan untuk menganalisa komponen
yang tidak mudah dihitung atau diukur dengan sebuah angka, seperti
kebebasan, korupsi atau keamanan.
3) Ukuran Alternatif Dalam Pembangunan
(Goulet, 1971 dalam Chant, 2009) menyebutkan bahwa ada 3 komponen
utama untuk mengartikan dan mengukur sebuah pembangunan :
a) Life sustenance dalam konteks kebutuhan dasar
b) Self-esteem yang berhubungan dengan self-respect dan kebebasan
c) Kebebasan yang berhubungan dengan kemampuan masyarakat untuk
memilih pilihan mereka
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pengukran alternative yang sering digunakan adalah Human
Development Index (HDI)yang dibuat oleh UNDP pada akhir 1980an .
Human Development Index (HDI), didasari oleh :
a) GDP perkapita yang mengindikasikanstandarhidupdanpenurunan level
minium
b) Tingkat melek huruf orang tua yang mengindikasikan tingkat pengetahuan
haran hidup pada saat kelahiran untuk mecerminkan tingkat kesehatan.
2. Pertumbuhan Wilayah
a. Pusat Pertumbuhan Wilayah di Indonesia
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
c) menurunnya tingkat kesejahteraan petani
d) besarnya ketergantungan masyarakat desa terhadap wilayh pusat
pertumbuhan
e) Lingkaran setan kemiskinan.
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
(b) Wilayah Pembangunan IX, meliputi daerah-daerah Sulawesi Utara,
Sulawesi Tengah, yang pusatnya di Menado.
(c) Wilayah Pembangunan X, meliputi daerah-daerah di Maluku
(termasuk Maluku Utara dan Irian Jaya (Papua) yang pusatnya di Kota
Sorong. Bisa dilihat pada tabel di bawah.
Tabel 5. Pusat-pusat wilayah pembangunan di Indonesia
Pusat
pertumbu
No Regional Wilayah Provinsi/daerah
han (kota
Utama)
1 A Medan I Aceh dan sumatera Utara berpusat di medan
II Sumatera Barat, Riau, dan Kepulauan Riau
berpusat di Pekanbaru
2 B Jakarta III Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, dan
Bangka Belitung berpusat di Palembang
IV Lampung, Banten, Jawa Barat, Jakarta, Jawa
Tengah, Dan Yogyakarta Berpusat di Jakarta
V Kalimantan Barat berpusat di Pontianak
3 C Surabaya VI Jawa Timur berpusat di Surabaya
VII Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, serta
Kalimantan Selatan berpusat di Balikpapan dan
Samarinda
4 D Makassar VIII Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,
Sulawesi Selatan, dan Sulawesi tenggara
berpusat di Makassar
IX Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, dan
Gorontalo berpusat di Manado
X Maluku, Maluku Utara, dan Irian Jaya (Papua)
berpusat di Sorong
b) Zaman sekarang
Pendekatan perwilayahan fungsional di Indonesia zaman sekarang
tercantum dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia(MP3EI) tahun 2011-2025.
MP3EI dilaksanakan untuk mempercepat dan memperkuat
pembangunan ekonomi sesuai dengan keunggulan dan potensi strategis
wilayah dalam enam koridor.Percepatan dan perluasan pembangunan
dilakukan melalui pengembangan delapan program utama yang terdiri atas 22
kegiatan ekonomi utama. Strategi pelaksanaan MP3EI adalah dengan
mengintregasikan tiga elemen utama, yaitu
(1) Mengembangkan potensi ekonomi wilayah di enam Koridor Ekonomi
(KE) Indonesia, yaitu :
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
(a) Koridor Ekonomi Sumatera
(b) Koridor Ekonomi Jawa
(c) Koridor Ekonomi Kalimantan
(d) Koridor Ekonomi Sulawesi
(e) Koridor Ekonomi Bali–Nusa Tenggara
(f) Koridor Ekonomi Papua–Kepulauan Maluku
(2) Memperkuat konektivitas nasional yang terintregasi secara lokal dan
terhubung secara global (locally integrated, globally connected)
(3) memperkuat kemampuan sumber daya manusia (SDM) dan iptek
nasional
(4) Untuk mendukung pengembangan program utama di setiap koridor
ekonomi
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
2) Pulau Jawa
Luas pulau Jawa 129,438 km2 atau 7% dari luas daratan Indonesia dan
jumlah penduduk 136.610.590 jiwa (statistik BPS tahun 2010). Jawa terkenal
memiliki sawah yang subur, memiliki banyak hutan dan sungai serta
kemampuan atau daya dukungnya untuk menghidupi penduduk yang cukup
banyak.sehingga ketimpangan lingkungan hidup terjadi terus menerus hingga
saat ini.
Pengembangan wilayah di Pulau Jawa perlu dioptimalkan dengan cara
intensifikasi pertanian, pengelolaan sumber daya seoptimal mungkin,
memperhatikan kelestarian lingkungan, mengurangi arus urbanisasi,
meningkatkan trasmigrasi ke luar jawa dll
Hutan di pulau jawa sudah semakin sedikit dikarenakan penebangan hutan
3) Pulau Kalimantan
Sebagian besar tutupan lahan di Pulau Kalimantan berupa hutan rimba
dengan luas daratan 544.150 km2 dengan jumlah penduduk 13,8 juta jiwa
pada tahun 2010. Di Pulau Kalimantan sungai merupakan transportasi utama
juga sebagai pusat aktifitas ekonomi
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pengembangan wilayah di Pulau Kalimantandengan ekstensifikasi
pertanian dan pengelolaan sumber daya alam seoptimal mungkin, misalnya
penolahan kayu (penebangan hutan harus mempertimbangkan kelestarian
lingkungan), peningkatan industri kecil,besar,peningkatan perekonomian
rakyat dll
4) Pulau Sulawesi
Jumlah penduduk 17,4 juta jiwa pada tahun 2010 dan tersebar tidak
merata pada daerah seluas 188.522 km2. Kondisi fisik pulau ini bergunung-
gunung dan berteluk-teluk. Usaha pengembangan wilayah dilaksanakan
dengan peningkatan pembangunan pertanian, peningkatan industri kecil dan
besar serta peningkatan perekonomian laut
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
5) Pulau Bali
Luas pulau Bali 5.780 km2 dan jumlah penduduk sekitar 3,8 juta jiwa,
dengan ciri khas yang menonjol adalah keindahan alam dan kekayaan budaya.
Usaha pengembangan wilayah yang utama meningkatkan sektor pariwisata,
intensifikasi pertanian, peningkatan industri kecil, peningkatan perikanan laut
dan lain-lain.
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Banyaknya Wisatawan Mancanegara yang Datang Langsung ke Bali per
Bulan Tahun 2010 – 2014
Tabel 6. Banyaknya Wisatawan Mancanegara yang Datang Langsung ke Bali per
Bulan Tahun 2010 - 2014
Tahun
Bulan
2010 2011 2012 2013 2014
(1) (3) (4) (5) (6) (6)
1 Januari 179 273 209 093 253 286 232 935 279 257
2. Pebruari 191 926 207 195 225 993 241 868 275 795
3. M a r e t 192 579 207 907 230 957 252 210 276 573
4. A p r i l 184 907 224 704 225 488 242 369 280 096
5. M e i 203 388 209 058 220 700 247 972 286 033
6. J u n i 228 045 245 652 244 080 275 667 330 396
7. J u l i 254 907 283 524 271 512 297 878 361 066
8. Agustus 243 154 258 377 254 079 309 219 336 763
9. September 240 947 258 440 257 363 305 629 354 762
10. Oktober 229 904 247 565 255 021 266 562 341 651
11. Nopember 199 861 221 603 242 781 307 276 296 876
12. Desember 227 251 253 591 268 072 299 013 347 370
J u m l ah : 2 385 122 2 576 142 2 826 709 3 278 598 3 766 638
Pertumbuhan
8.01 9.73 4.34 11.16 14.89
(%)
6) Pulau Papua
Pulau papua memiliki luas 416.060 km2 dengan jumlah penduduk 3,6
juta jiwa. Potensi utama pulau ini adalah emas, tembaga, minyak bumi, kayu,
pariwisata dan budaya suku asmat yang sangat terkenal. Usaha
pengembangan Papua adalah pembukaan jalur darat, pemekaran wilayah
provinsi dan kecamatan,pembangunan pertanian, perikanan, pertambangan,
pengolahan kayu,peningkatan industri kecil dan wisata alam.
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
dengan kecepatan dan intensitas yang berbeda satu sama lain, lokasi inilah yang
disebut kutub pertumbuhan.
(Muta’ali : 2014)
Adapun ciri-ciri industri yang dapat membangun sebuah pusat pertumbuhan
antara lain :
(1) Tingkat konsentrasi tinggi
(2) Tingkat Teknologi Maju
(3) Mendorong perkembangan industri di sekitarnya
(4) Manajemen yang professional dan modern
(5) Sarana dan prasarana yang sudah lengkap
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
(1) Daerah metropolitan (metropolitan region)
(2) Poros pembangunan (development axes)
(3) Daerah perbatasan (frontier region)
(4) Daerah tertekan (depressed region)
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
kedua biasanya berlangsung lama, maka pada fase lepas landas ini
berlangsung dalam waktu yang relatif pendek, yaitu 40 s.d. 60 tahun
(Wheeler, 1981:49)
(4) Gerakan ke Arah Kedewasaan (The Drive to Maturity)
Pada masa ini masyarakat sudah secara efektif menggunakan teknologi
modern pada sebagian besar faktor-faktor produksi dan kekayaan alamnya. Di
samping itu struktur dan keahlian tenaga kerja mengalami perubahan, dan
peranan sektor industri semakin penting, dilain pihak sektor pertanian
mengalami penurunan.
(5) Masa Konsumsi Tinggi (The Age Off Hight Mass Consumption)
Pada fase ini orientasi tidak lagi pada masalah produksi, akan tetapi lebih
difokuskan kepada masalah-masalah yang berkaitan dengan peningkatan
kualitas konsumsi dan kesejahteraan masyarakat. Adapun tujuan masyarakat
pada fase ini antara lain adalah: memperbesar pertumbuhan dan kekuasaan
terhadap wilayah lain: menciptakan welfare state, sehingga kemakmuran
menjadi lebih merata, dan berusaha mempertinggi konsumsi masyarakat di
atas keperluan pokok (sandang, pangan, perumahan) menjadi barang-barang
berkualitas tinggi, tahan lama, dan barang-barang mewah. Berdasarkan teori
Rostow dapat dikatakan bahwa dewasa ini negara-negara berkembang
termasuk di antara fase pertama sampai fase ketiga, sedang negara-negara
maju termasuk dalam fase keempat dan kelima.
Teori dari W.W. Rostow tersebut mempunyai cukup banyak kelemahan
antara lain: tidak ada perbedaan yang pasti antara fase yang satu dengan yang
lain (masih kabur); ciri-ciri dalam setiap tahap kurang dapat diuji secara
empiris; teori tersebut belum tentu dapat menunjukkan tahap pembangunan di
negara-negara berkembang, di samping itu perlu diingat bahwa proses
pembangunan tidak hanya bersifat self-sustained growth, melainkan juga
bersifat self limiting effect, dan laju pembangunan suatu wilayah sangat
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang menciptakan masing-masing kekuatan.
2) Teori Polarisasi Ekonomi (Myrdal)
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Gambar 22 : Karl Gunnar Myrdal
Sumber : www.mainotes.com
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Walter Christaller seorang geograf jerman tahun 1933 (Tarigan : 2010)
mengemukakan teori lokasi yang dikenal sebagai teori tempat sentral (central
place theory). Christaller memperkenalkan teori ini tahun 1933 dalam tulisannya
yang berjudul ”Die Zentralen Orte la Suddeutschland”. Tempat yang sentral
diasumsikan sebagai tempat yang memberikan peluang kepada manusia yang
jumlahnya maksimum untuk berpartisipasi dalam kegiatan pelayanan, baik
sebagai pelayannya maupun sebagai pihak yang dilayani.
Teori Christaller
” Jika persebaran penduduk dan daya belinya sama baiknya dengan bentang alam,
sumber dayanya, dan fasilitas tranportasinya, semuanya sama/seragam, lalu pusat-
pusat pemukiman mennyediakan layanan yang sama, menunjukkan fungsi yang
serupa, dan melayani area yang sama besar, maka hal tersebut akan membentuk
kesamaan jarak antara satu pusat pemukiman dengan pusat pemukiman lainnya”
K=3
= 6 (1/3 + 1) = 3
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
K=4
= 6 (1/2 + 1) = 4
K=7
= 6 (1) + 1 = 7
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Sumber : www.wikipedia.com
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
3) Proses pengendalian pemanfaatan ruang yang terdiri atas mekanisme
perizinan dan penertiban terhadap pelaksanaan pembangunan agar tetap
sesuai dengan RTRW dan tujuan penataan ruang wilayahnya.
Dengan kata lain, terdapat 3 konsep yang mendasari RTR, yaitu: (1)
pertumbuhan dan perkembangan ekonomi, (2) pemenuhan kebutuhan dasar, dan
(3) konservasi lingkungan.
1. Lingkup Tahapan Penataan Ruang Wilayah
Lingkup penataan ruang mencakup penyelanggaraan penataan raung yang
meliputi kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan
pengawasan penataan ruang atau disingkat TURBINLAKWAS yang tahapnya
terbagi atas :
1) Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum
pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam penataan ruang yang
dilakukan melalui penetapan peraturan perundang-undangan termasuk
pedoman bidang penataan ruang sebagai acuan penyelenggaraan penataan
ruang.
2) Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja penataan
ruang yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarkat dengan fokus kegiatan untuk meningkatkan kinerja penyelenggaraan
penataan ruang.
3) Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang
yang mencakup perencanaan tata ruang. Pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang pada semua tingkat pemerintahan:
a) Perencanaan tata ruang wilayah adalah suatu proses yang menentukan
struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan
rencana tata ruang.
b) Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola
ruang sesuai dengan renacana ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan
program beserta pembiayaannya.
c) Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib
tata ruang.
4) Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan
ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang mencakup pengawasan terhadap kinerja pengaturan,
pembinaan, pelaksanaan penataan ruang, termasuk pengawasan terhadap
kinerja pemenuhan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang melalui
kegiatan pemantauan, evaluasi dan pelaporan.
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
a) Pemanfaatan ruang dilakukan melalui pelaksanaan program
pemanfaatan ruang beserta pembiayaannya dengan memperhatikan
SPM dalam penyediaan sarana dan prasarana.
b) Dilaksanakan baik pemanfaatan ruang secara vertikal maupun
pemanfaatan ruang didalam bumi.
c) Program pemanfaatan runag beserta pembiayaannya termasuk jabaran
dari indikasi program utama yang termuat di dalam RTRW.
d) Diselenggarakan secara bertahap sesuai dengan jangka waktu indikasi
program utama pemanfaatan ruang yang ditetapkan dalam RTR.
e) Pelaksanaan pemanfaatan ruang di wilayah disinkrosnisasikan
2) Acuan pemanfaatan ruang
a) Pemanfaatan ruang mengacu pada fungsi ruang yang ditetapkan dalam
rencana tata ruang dilaksanakan dengan mengembangkan penatagunaan
tanah, air, udaradan sumberdaya alam lainnya.
b) Penataan ruang pada ruang yang direncanakan untuk pembangunan
prasarana dan sarana bagi kepentingan umum memberikan hak prioritas
pertama Pemerintah dan Pemda untuk menerima hak atas tanah dari
pemegang hak atas tanah.
c) Dalam pemanfaatan ruang pada ruang yang berfungsi lindung,
diberikan prioritas pertama bagi Pemerintah dan Pemda untuk
menerima pengalihan hak atas tanah dari dari pemegang hak atas tanah.
3) Kebijakan dan Program
Dalam pemanfaatn ruang wilayah nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota dilakukan
a) Perumusan kebijakan trategis opersionalisasi rencana tata runag
wilayah dan rencana tata ruang kawasan strategis menurut peruntukan
kawasan.
b) Perumusan program sektoral dalam rangka perwujudan struktur runag
dan pola ruang wilayah dan kawasan strategis
c) Pelasanaan pembangunan sesuai dengan program pemanfaatan ruang
wilayah dan kawasan strategis
4) Prinsip Pemanfaatan Ruang
Dilaksanakan dengan mempertimbangkan:
a) Kawasan budi daya yang dikendalikan dan kawasan budidaya yang
didorong pengembangannya.
b) Standar pelayanan minimal bidang penataan runag.
c) Standar kualitas lingkungan.
d) Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
Pengendalian Pelaksanaan Rencana Tata Ruang
1) pengawasan, usaha untuk menjaga kesesuain pemanfaatan ruang dengan
fungsi ruang yang ditetapkan dalam rencana tata ruang.
1) pelaporan pelaksanaan
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
2) pemantauan dan monitoring
3) peninjauan kembali (evaluasi) dan revisi
2) Penertiban tata ruang, usaha untuk mengambil tindakan dan sangsi agar
pemanfaatan ruang yang direncanakan dapat terwujud.
3) Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan peraturan
zonasi. Perizinan, pemberian insentif dan disentif, serta pengenaan sanksi.
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
semua pihak untuk melaksanakannya adalah sebuah tahap dari tahap penyusunan
“Perencanaan Pembangunan” yang terdiri dari empat tahapan yaitu:
a) Penyusunan rencana
b) Penetapan rencana
c) Pengendalian pelaksanaan rencana
d) Evaluasi pelaksanaan rencana
2) Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi yang selanjutnya disingkat RTRWP
adalah hasil perencanaan tata ruang yang merupakan penjabaran strategi dan
arahan kebijakan pemanfaatan ruang wilayah nasional dan pulau/ kepulauan ke
dalam struktur dan pola ruang wilayah Provinsi.
Muatan isi dari RTRWP memuat:
a) Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah provinsi
b) Rencana struktur ruang wilayah provinsi meliputi sistem perkotaan dalam
wilayahnya yang berkaitan dengan kawasan perdesaan dalam wilayah
pelayanannya dan sistem jaringan prasarana wilayah provinsi
c) Rencana pola ruang wilayah provinsi yang meliputi kawasan lindung dan
kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis provinsi
d) Penetapan kawasan strategis provinsi
e) Arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang berisi indikasi program
utama jangka menegah lima tahunan
f) Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang berisi indikasi
arahan peraturan zonasi system provinsi, arahan perizinan, arahan insentif dan
disentif, serta arahan sanksi.
3) Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRWK/K)
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota yang selanjutnya disingkat
RTRWK/K adalah hasil perencanaan tata ruang yang merupakan penjabaran
RTRWP ke dalam struktur dan pola ruang wilayah kabupaten/kota. Muatan isi
dari RTRW Kabupaten adalah:
a) Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten
b) Rencana struktur ruang wilayah kabupaten yang meliputi sistem perkotaan di
wilayahnya yang terkait dengan kawasan perdesaan dan system jaringan
prasarana wilayah kabupaten
c) Rencana pola ruang wilayah kabupaten yang meliputi kawasan lindung
kabupaten dan kawasan budi daya kabupaten
d) Penetapan kawasan strategis kabupaten
e) Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi indikasi program
utama jangka menegah lima tahunan
f) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi
ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan
disentif, serta arahan sanksi.
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
b. Rencana Rinci Tata Ruang
Rencana rinci tata ruang merupakan hasil dari perencanaan tata ruang.
Rencana rinci tata ruang merupakan operasionalisasi rencana umum tata ruang
yang dalam pelaksanaanya tetap memperhatikan aspirasi masyarakat sehingga
muatan rencana masih dapat disempurnakan dengan tetap mematuhi batasan yang
telah diatur dalam rencana rinci dan peraturan zonasi. Rencana rinci tata ruang
disusun berdasarkan nilai strategis kawasan atau kegiatan kawasan dengan muatan
substansi yang dapat mencakup hingga penetapan blok dan subblok peruntukan.
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
menjadi 27,1 % pada tahun 1999. Gini Index untuk pemerataan penghasilan
Indonesia adalah 0,34, hal ini menunjukkan adanya ketidakmerataan penghasilan
yang cukup besar di Indonesia. Gini index merupakan ukuran tingkat
penyimpangan distribusi penghasilan, Gini index diukur dengan menghitung area
antara kurva Lorenz dengan garis hipotesis pemerataan absolut. Gini Index untuk
pemerataan kepemilikan tanah di Indonesia mencapai 0,46, nilai ini menunjukkan
adanya ketidakmerataan kepemilikan tanah yang cukup besar.
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) adalah
dokumen perencanaan pembangunan nasional yang merupakan jabaran dari
tujuan dibentuknya Pemenrintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Repuplik Indonesia tahun 1945
dalam bentuk visi, misi dan arah pembangunan nasional untuk masa 20 tahun
ke depan yang mencakupi kurun waktu mulai dari tahun 2005-2025.
Visi Pembangunan Nasional tahun 2005-2025
“Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur”
Misi Pembangunan Nasional tahun 2005-2025
Dalam mewujudkan visi pembangunan nasional tersebut ditempuh melalui 8
(delapan) misi pembangunan nasional sebagai berikut:
a) Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika,
berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila
b) Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing
c) Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum.
d) Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu
e) Mewujudkan pemerataan pembangunan dan
f) Mewujudkan Indonesia asri dan lestari
g) Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju,
kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional
h) Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia
internasional
Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut , pemerintah
merancang strategi pembangunan yang terdiri dari empat elemen,
sebagaimana tercantum dalam RPJMN 2010-2014, yaitu :
a) Pro growth (Pro Pertumbuhan)
dilakukan melalui pengutamaan ekspor dan investasi. Selain itu, strategi
ini juga difokuskan pada sektor-sektor mikro ekonomi yang menjadi
bidang usaha masyarakat kelompok bawah, seperti usaha kecil, mikro,
dan usaha informal.
b) Pro job (Pro penciptaan lapangan pekerjaan)
mencakup peningkatan kapasitas tenaga kerja, perlindungan tenaga
kerja, dan program sektor riil didukung dengan perbaikan iklim
investasi dan kerangka regulasi, kerangka anggaran, dan kerja sama
dengan pihak swasta.
c) Pro-poor (Pro pengurangan kemiskinan)
meliputi dikelompokkan menjadi tiga cluster, yakni (1) Program
bantuan sosial berbasis keluarga; (2) Program-program pemberdayaan
masyarakat, dan (3) Program-program pemberdayaan usaha mikro dan
kecil
d) Pro environment (pro lingkungan)
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
strategi pembangunan pro environment untuk mengantisipasi dampak
perubahan iklim (climate change)
sumber:www.bappenas.go.id/index.php/download_file/view/7691/1306
3) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
a) PNPM merupakan Salah satu kebijakan pemerintah yang melibatkan
masyarakat di bidang ekonomi, pembangunan, infrastruktur.
b) PNPM bertujuan untuk mengurangi kemiskinan dan mengembangkan
sistem di masyarakat pedesaan melalui investasi berjangka untuk
mendukung produktivitas dalam membangun komunitas dengan
melibatkan partisipasi masyarakat dalam desain .
c) Pada tahun 2011 , pendapatan per kapita masyarakat pedesaan yang
menerima program PNPM meningkat 9,1 % .
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
3. NAWACITA
Nawa Cita atau Nawacita adalah istilah umum yang diserap dari
bahasa Sanskerta, nawa (sembilan) dan cita (harapan, agenda, keinginan).
Dalam konteks perpolitikan Indonesia menjelang Pemilu Presiden 2014,
istilah ini merujuk kepada visi-misi yang dipakai oleh pasangan calon
presiden/calon wakil presiden Joko Widodo/Jusuf Kalla berisi agenda
pemerintahan pasangan itu. Dalam visi-misi tersebut dipaparkan sembilan
agenda pokok untuk melanjutkan semangat perjuangan dan cita-cita Soekarno
yang dikenal dengan istilah Trisakti, yakni berdaulat secara politik, mandiri
dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
Berikut inti dari sembilan program tersebut.
1) Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga negara, melalui politik luar
negeri bebas aktif, keamanan nasional yang terpercaya dan
pembangunan pertahanan negara Tri Matra terpadu yang dilandasi
kepentingan nasional dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim
2) Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya, dengan
memberikan prioritas pada upaya memulihkan kepercayaan publik pada
institusi-institusi demokrasi dengan melanjutkan konsolidasi demokrasi
melalui reformasi sistem kepartaian, pemilu, dan lembaga perwakilan.
3) Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-
daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
4) Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
5) Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan
kualitas pendidikan dan pelatihan dengan program "Indonesia Pintar";
serta peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan program "Indonesia
Kerja" dan "Indonesia Sejahtera" dengan mendorong land reform dan
program kepemilikan tanah seluas 9 hektar, program rumah kampung
deret atau rumah susun murah yang disubsidi serta jaminan sosial untuk
rakyat di tahun 2019.
6) Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama
bangsa-bangsa Asia lainnya.
7) Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-
sektor strategis ekonomi domestik.
8) Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan
kembali kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek
pendidikan kewarganegaraan, yang menempatkan secara proporsional
aspek pendidikan, seperti pengajaran sejarah pembentukan bangsa,
nilai-nilai patriotisme dan cinta Tanah Air, semangat bela negara dan
budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia.
9) Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia
melalui kebijakan memperkuat pendidikan kebhinnekaan dan
menciptakan ruang-ruang dialog antar warga.
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Dengan demikian, pengembangan suatu wilayah atau kawasan harus
didekati berdasarkan pengamatan terhadap kondisi internal dan sekaligus
mengantisipasi perkembangan eksternal. Faktor-faktor kunci dari sisi internal
adalah pola-pola pengembangan sumber daya manusia, informasi, sumber-sumber
daya modal, dan investasi, kebijakan dalam investasi, pengembangan
infrastruktur, pengembangan kemampuan kelembagaan lokal, dan
kepemerintahan, serta berbagai kerja sama dan kemitraan yang harus digalang
untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Faktor eksternal adalah perhatian pada
masalah kesenjangan wilayah dan pengembang kapasitas otonomi daerah,
perdagangan bebas terutama pengembangan produk dalam pasar bebas untuk
meningkatkan daya saing.
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
dihadapkan pada tiga ancaman, yaitu krisi pangan, krisi air, dan krisi
energi. Ketiga krisis itu menjadi tantangan nasional jangka panjang yang
perlu diwaspadai dan direspon oleh penataan ruang agar tidak
menimbulkan dampak buruk bagi kehidupan masyarakat dan bangsa, yaitu
teramcamnya persatuan bangsa, meningkatnya semangat separatisme, dan
menurunnya kesehatan masyarakat. Krisis pangan diakibatkan
ketidakmampuan tata ruang melindungi lahan pertanian produktif (sawah),
serta krisis energi dalam penataan tata ruang untuk mengurangi
ketergantungan terhadap minyak dan meningkatkan kontribusi gas,
batubara, serta energi terbarukan seperti biogas, biomassa, panas
(geothermal) energi matahari, arus laut, dan tenaga angin serta tenaga
nuklir yang tepat lokasi
g. Selain faktor-faktor tersebut, tantangan penataan ruang berasal dari faktor
eksternal khususnya respon dinamika persaingan global yang semakin kuat
berpengaruh pada pembangunan nasional pada masa yang akan datang.
Perekonomian nasional menjadi lebih terbuka dan akan berpengaruh
perkembangan dan pertumbuhan daerah-daerah di Indonesia. Selanjutnya
akan diikuti dengan peningkatan investasi pemanfaatan sumber daya dan
kebutuhan ruang yang meningkat dan harus direspon secara baik oleh
perangkat penataan ruang untuk memberikan kepastian hukum dalam
berinvestasi
h. Tantangan-tantangan baru penataan ruang muncul perubahan ragam
paradigma perencanaan, yang ditandai dengan globalisasi dan pasar
bebas/kapitalisme, demokratisasi dan desentralisasi, pluralisme, good
gove-nance, partisipatif, gender, kerusakan lingkungan, kemiskinan dan
ketidakadilan sosial, konsepsi peran negara, dan sebagainya. Selain itu
perubahan nilai-nilai perencanaan, seperti:
1) Orientasi oada asoek fisik-estetissemata mulai ditinggalkan
2) Lebih fokus pada kepentingan publik dan lingkungan
3) Tidak lagi berasumsi dan berorientasi pembuatan cetak biru
4) Mengakui pentingnya proses
5) Menyadari aspek politis perencanaan
6) Proses perencanaan adalah proses pembentukan kesepakatan dan
negoisasi
7) Keharusan untuk melibatkan masyarakat dan seluruh stakeholder
8) Model kerjasama regional
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
menggarisbawahi bahwa terdapat dua masalah atau tantangan besar terkait
pengelolaan ruang yaitu efektifitas pelaksanaan tugas dan wewenang dalam
koordinasi dan pengelolaan rung diantara institusi-institusi di daerah.
Secara ringkas beberapa tantangan dan kendala penataan ruang secara
umum sering ditemui diantaranya:
a. Kebijakan dalam RTRW masih dirasakan bersifat makro dan tidak
operasional, sehingga sehingga perlu diterjemahkan dalam langkah-
langkah detil mulai dari tahap perencanaan, tahap pemanfaatan dan
tahap pengendalian pemanfaatan tat ruang
b. Belum ada instrumen atau peraturan perundang-undangan yang dapat
dijadikan dasar dalam penyelesaian permasalahan sengketa runag
c. Belum terintegrasinya peraturan perundang-undangan terkait penataan
ruang serta ego sektoral masih nampak pada masing-masing instansi
d. Perencanaan ruang relatif lebih jelas, sehingga perlu ada proses yang
lebih detil operasional dengan RDTR
e. Banyak kasus pemanfaatan ruang/pembangunan yang terjadi diluar
perencanaan
f. Pemanfaatan ruang lebih dinamis dan komples, termasuk yang
dilakukan oleh pihak swasta dan masyarakat sendiri
g. Masyarakat harus tetap waspada mengamati dan mengontrol proses-
proses pemanfaatan ruang
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
b. Permasalah Lingkungan
1) Menurunnya kualitas lingkungan hidup yang dipicu oleh inkonsistensi
pemanfaatan ruang. Konversi lahan dari kawasan lindung menjadi
kawasan budidaya guna adalah praktek pembangunan yang kerap terjadi.
2) Penurunan luas hutan tropis (deferestasi) akibat pembalakan liar,
meluasnya perambahan dan konversi hutan alam, atau untuk
pengembangan kepentingan budidaya seperti perkebunan dan
pertambangan.
3) Penurunan luas dan fungsi kawasan resapan air mislokasi pemanfaatan
ruang untuk kepentingan pemukiman, budidaya pertanian dan pariwisata
telah mempercepat kerusakan Daerah Aliran Sungai.
4) Meningkatnya fenomena bencana yang di akibatkan miss manajemen
relasi alam dan manusia seperti banjir, longsor dan kekeringan yang
terjadi secara merata di berbagai wilayah di indonesia.
5) Degradasi kualitas lingkungan pada kawasan pesisir yang di tandai
semakin rusak dan menurunnya luas hutan mangrove.
6) Ancaman dampak global warming semakin memperparah kondisi resiko
kerusakan lingkungan khususnya pada sebagian besar perkotaan pesisir
di Indonesia.
7) Meningkatnya urbanisasi dan aglomerasi perkotaan akibat imigrasi desa-
kota yang berimplikasi pada terjadinya alih fungsi lahan pertanian
produktif menjadi lahan pertanian produktif menjadi lahan permukiman
secara signifikan.
8) Pengembangan struktur ruang dan sistem perkotaan yang terpusat pada
pertumbuhan kota-kota besar dan metropolitan saat ini masih sangat
terpusat di pulau Jawa-Bali, sedangklan pertumbuhan kota-kota
menengah dan kecil, terutama di luar jawa, berjalan lambat dan
tertinggal.
9) Masih tingginya kesenjangan antar dan di dalam wilayah, seperti antara
Indonesia bagian barat (Sumatera, Jawa-Bali) dengan indonesia bagian
timur, antara kawasan pedesaan dan kawasan perkotaan, dan kawasan di
wilayah perbatasan kawasan terpencil, terluar dan tertinggal.
10) Desentralisasi pembangunan dan otonomi daerah telah mengakibatkan
meningkatnya konflik pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam
dan konflik peruntukan ruang, baik antarwilayah, antar pusat dan daerah,
serta antar penggunaan.
c. Permasalahan Pengelolaan Penataan Ruang
Rencana tata ruang wilayah belum sepenuhnya efektif menjadi acuan
dalam penataan ruang, sehingga menjadi inkonsistensi pelaksanaan
pembangunan terhadap rencana tata ruang serta lemahnya pengendalian dan
penegakan hukum terhadap pemanfaatan ruang. Hal ini juga di sebabkan
permasalahan internal penataan ruang khususnya terkait dengan aspek
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
kelembagaan manajemen. Beberapa permasalahan pengelolaan lingkungan
adalah sebagai berikut:
1) Belum tepatnya kompetensi sumberdaya manusia dalam bidang
pengelolaan penataan ruang, karena banyak menajemen tata ruang di
daerah tidak memiliki kompetensi (pendidikan, keterampilan, dan
pengalaman) yang memadai untuk merencanakan, melaksanakan,
memantau atau mengawasi penyelenggaraan tata ruang;
2) Rendahnya kualitas hasil rencana tata ruang baik disebabkan sulitnya
memperoleh data dan peta dasar, kompetensi penyusun yang rendah
maupun proses penyusunan tata ruang yang tidak partisipatif dan
memperhatikan dinamika wilayah dan masyarakat-nya.
3) Belum diacukan perundangan penataan ruang sebagai payung
kebijakan pemanfaatan ruang bagi semua sektor, yang mengakibatkan
semakin menguatnya konflik kepentingan sektoral seperti
pertambangan, perkebunan, lingkungan hidup, kehutanan, prasarana
wilayah, dan sebaginya. Konflik kepentingan regional juga terjadi
khususnya antar daerah hulu dengan hilir dan serta antara kotan dan
pinggiran kota atau desa;
4) Belum berfungsinya secara optimal penataan ruang dalam rangka
menyelaraskan, mensinkronkan, dan memadukan berbagai rencana
dan program sektoral dan wilayah;
5) Ego sektoral dan regional yang ditandai dengan kurangnya
kemampuan menahan diri dari keinginan membela kepentingan
masing-masing secara berlebihan;
6) Dukungan terhadap pengembangan wilayah belum optimal, seperti
diindikasikan dari minimnya dukungan kebijakan sektor terhadap
pengembangan kawasan-kawasan strategis nasional dalam RTRWN
seperti kawasan perbatasan negara, kawasan andalan, dan kawasan
lainnya. Hasil serupa juga terjadi di tingkat Provinsi, Kabupaten, dan
Kota.
7) Terjadinya penyimpangan pemanfaatan ruang dari ketentuan dan
norma yang seharusnya ditegakkan.
8) Masih belum lengkapnya alokasi fungsi-fungsi ruang pada skala detil
dan operasional yang secara langsung dapat digunakan untuk
pemberian ijin pemanfaatan ruang;
9) Masih lemahnya pemenuhan hak dan kewajiban serta peran serta
masyarakat dalam penataan ruang.
10) Lemahnya dukungan teknologi informasi dalam proses pengambilan
keputusan (decision support system) atau intervesnsi kebijakan
penataan ruang sehingga belum optiman pemanfaatannya, walaupun
komplesitas permasalahan perkembangan wilayah dan pemanfaatan
ruang semakin kompleks dan nyata;
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
11) Masih terbatasnya kompatibilitas dan kesesuaian standar peta yang
digunakan dalam perencanaan tata ruang wilayah pada berbagai
macam skala (ketelitian peta), khususnya peta dasar;
12) Problem teknis materi dari peraturan tentang penataan ruang yang
meliputi :
a) Pembagian kewenangan secara tegas antara pemerintahan,
pemerintah provinsi dan pemerintahan Kabupaten/Kota;
b) Penegasan muatan rencana tata ruang;
c) Sifat komplementer antara RTRWN, RTRWP, dan RTRWK;
d) Penerapan standar pelayanan minimal dalam penyelenggaraan
penataan ruang
e) Perhatian yang lebih besar terhadap kelestarian lingkungan hidup;
f) Keterkaitan antara rencana tata ruang dengan program
pembangunan;
g) Penegasan mengenai hak masyarakat
h) Penegasan kawajiban dan larangan serta ketentuan sanksi.
i) Batas waktu penyesuaian rencana tata ruang dengan ketentuan
undang-undang penataan ruang (Ernawi 2009).
13) Lemahnya penerapan hukum berkenaan dengan pemanfaatan ruang
dan penegakan hukum terhadap pelanggaran berkenaan dengan
pemanfaatan ruang.
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Dampak positif : Growth Pole
Konsep kutub pertumbuhan memberikan peluang untuk mendekatkan dua
cabang penting dalam analisis regionalyaitu analisis mengenai pertumbuhan
ekonomi regional dan analisis struktur ruang regional.
a) Konsep kutub pertumbuhan memberikan kemungkinan pemakaian dan
pengembangan teknik-teknik analisis seperti analisis input-auput, analisis
aglomerasi
b) Konsep kutub pertumbuhan ini dapat digunakan sebagai alat strategi
intervensi oleh pemerintah dalam menetapkan kebijaksanaan-kebijaksanaan
investasi bagi pembangunan daerah
Dampak negative (Growth Pole)
a) Kerangka permasalahan dikembangkan dalam setting masyarakat industry
dan cenderung tidak melihat problem spesifik wilayah, khususnya wilayah
pedesaan yang di dominasi sector pertanian
b) Dalam hubungan pusat pinggiran, efek balik, sering bekerja lebih cepat dari
efek pemancaran, sehingga kesenjangan wilayah semakin melebar. Kondisi
ini terjadi karena kurang jelasnya hirarki kota-kota dan wilayah pinggiran
tidak memiliki kekuasaan untuk mengendalikan sumber dayanya (Firman
1989)
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
3) Strategi Agropolitan
Strategi ini muncul sebagai respon kegagalan development from above,
seperti kutub pertumbuahan. Menurut strategi ini pengertian pembangunan tidak
hanya kemajuan ekonomi yang sentralistik, tetapi memberikan kesempatan bagi
individu-individu, kelompok-kelompok sosial dan organisasi masyarakat untuk
memobilitasi kemampuan dan sumber daya lokal bagi kemajuannya. Pendekatan
ini menitik beratkan pada upaya untuk menciptakan dorongan bagi pembangunan
dinamis di wilyah-wilayah (pedesaan) yang relative terbelakang.
Agropolitan merupakan pendekatan pengembangan wilayah yang menitik
bertkan pada upaya untuk menciptakan dorongan bagi pembangunan dinamis di
wilayah-wilayah pedesaan dan wilayah yang relatif terbelakang.
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Model interaksi dwesa-kota dalam konteks ekonomi pembangunan,
khususnya ketenaga kerjaan dikemukakan oleh Lewis. Dalam bukunya Economic
Development With Unlimited Suplies of Labour, mengemukakan model perubahan
struktur ekonomi dan sektor secara implisit mensyaratkan proses perpindahan
tenaga kerja dari desa ke kota.
Pradhan (2003) mengemukakan bahwa dalam sistem interaksi antar
wilayah khususnya perdesaan dan perkotaan terdapat tiga komponen utama, yaitu:
a) Wilayah perkotaan, adalah tempat produksi barang (industri), pelayanan,
teknologi, ide-ide dan kesempatan kerja dan upah yang tinggi
b) Wilayah pedesaan merupakan tempat dihasilkannya bahan mentah, produksi
pertanian, kerajinan dan industri kecil rumah tangga, tenaga kerja dan modal
c) Sarana dan prasarana serta kelembagaan yang memungkinkan terjadinya
interaksi antara wilayah perkotaan dan pedesaan khususnya transportasi
(darat, laut, dan udara) dan komunikasi.
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
DAFTAR PUSTAKA