BAHAN AJAR
KONSEP WILAYAH DAN TATA RUANG
: SMA
Satuan Pendidikan
: Geografi
Mata Pelajaran
:XII/I
Kelas / Semester
: Konsep Wilayah dan Tata Ruang
Materi Pokok
A. Kompetensi Inti :
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agam yang dianutnya.
2. Menunjukkan sikap jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan proaktif,
sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, meganalisis, pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah
keilmuan.
B. Kompetensi Dasar :
3.2 Memahami konsep wilayah dan pewilayahan dalam perencanaan tata
ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota.
4.2 Membuat peta pengelompokkan penggunaan lahan di wilayah
kabupaten/kota/provinsi berdasarkan data wilayah setempat.
C. Indikator :
1. Mengklasifikasikan jenis-jenis wilayah
2. Menjelaskan konsep wilayah dan pewilayahan
3. Menganalisis metode perwilayahan dan regionalisasi
4. Menganalisis dinamika dan tahapan perkembangan wilayah
5. Menganalisis strategi dalam pengembangan wilayah
6. Menjelaskan konsep ruang dan penataan ruang
7. Mengklasifikasikan penataan ruang
Konsep Wilayah dan Tata Ruang 1
Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA
Anda mungkin pernah naik ke suatu tempat yang lebih tinggi, misalnya
puncak gunung, perbukitan, gedung bertingkat, atau naik menara, semacam tugu
monumen nasional (Monas). Pada ketinggian tempat tersebut, anda mungkin
melihat sebuah hamparan permukaan bumi yang indah dan berkesan.
Pada hamparan tersebut tampak suatu tata penggunaan lahan, ada yang
digunakan untuk bangunan gedung, jalan-jalan, pertokoan, bahkan ada yang
tampak kosong beluk dimanfaatkan. Hal tersebut merupakan gambaran tentang
wilayah kota sebagai pusat pertumbuhan. Dalam bab ini, akan dibahas mengengai
suatu bentuk wilayah dan pewilayahan serta pusat-pusat pertumbuhannya dan
batas wilayah pembangunan di Indonesia.
Wilayah
Ukuran
Formal Wilayah bertopik tunggal
(Size)
Bentuk
Fungsional Wilayah bertopik banyak
(Form)
Fungsi
Wilayah Total
(Function)
Wilayah Pengelolaan
Pembangunan
2. Combined topic Wilayah yang eksistensinya Wilayah iklim gabungan dari curah
region (Wilayah didasarkan pada gabungan (lebih hujan dan temperatur, tekanan udara
bertopik dari satu) macam kriteria (topik serta angina
gabungan) yang sama)
“Daerah adalah suatu teritorial dimana makna dan batasan serta perwatakannya
didasarkan pada kewenangan administrasi pemerintah (Propinsi, Kabupaten, Kota,
Kecamatan, dan Desa)”.
Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap
unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya dutentukan berdasarkan aspek
administratif dan aspek fungsional. (Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 dan
PP Nomor 26 Tahun 2008).
Berdasarkan batasan tersebut terdapat beberapa kata kunci diantaranya :
a) Ruang yaitu wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang
udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan mahluk hidup
lainnya hidup dan melaukan kegiatan serta memelihara kelangsungan
hidupnya. Unsur ruang meliputi lokasi, jarak, bentuk dan ukuran.
b) Kesatuan geografis yaitu dimensi geometri dan referensi geografis
mengacu kepada wujud fisik wilayah.
c) Unsur wilayah, meliputi komponen alam fisik dan biotik, komponen
manusia (soial ekonomi dan budaya), komponen buatan hasil cipta
manusia, teknologi.
d) Dibatasi lingkup pengematan tertentu, baik yang berdimensi homogenitas,
fungsional, maupun admintratif.
Dari dua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa wilayah merupakan
suatu kesatuan area di permukaan bumi yang mempunyai ciri dan sifat tertentu
yang terjadi karena hubungan yang kompleks antara unsure tanah, air, tanaman,
binatang dan manusia.
2) Konsep Perwilayahan
Perwilayahan atau regionalisasi diartikan sebagai upaya mengelompokkan
bagian-bagian permukaan Bumi untuk tujuan tertentu. Misalnya pembagian
wilayah menurut iklim, ketinggian tempat, topografi wilayah, dan lain sebagainya.
Tujuan perwilayahan sebagai berikut.
a) Untuk meratakan pembangunan di semua wilayah sehingga dapat mengurangi
kesenjangan antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain.
b) Memudahkan koordinasi berbagai program pembangunan pada tiap daerah.
c) Mensosialisasikan berbagai program pembangunan kepada aparatur
pemerintah dan masyarakat serta para pengusaha.
c. Analisis Perwilayahan, Dinamika dan Strategi Pengembangan Wilayah
1) Metode Perwilayahan dan regionalisasi
Metode perwilayahan digolongkan menjadi dua, yaitu:
a) Penyamarataan Wilayah (regional generalization)
Penyamarataan wilayah adalah suatu proses untuk usaha membagi
permukaan bumi atau membagi permukaan bumi tertentu menjadi
beberapa bagian dengan cara mengubah atau menghilangkan faktor-faktor
tertentu dalam populasi yang dianggab kurang penting atau kurang
relevan, dengan maksud untuk menonjolkan karakter tertentu.
(1) Relatif baru, dinamis, dan mempunyai teknologi yang maju yang
menginjeksikan iklim pertumbuhan ke dalam suatu daerah.
(2) Permintaan terhadap produknya memilki elastisitas pendapatan yang
tinggi, produk tersebut biasanya dijual ke pasar-pasar nasional.
(3) Mempunyai berbagai kaitan antar industri yang kuat dengan sektor-
sektor lainnya.
c) Strategi Agropolitan
Strategi ini pembangunan tidak hanya kemajuan ekonomi yang
sentralistik, tetapi memberikan kesempatan bagi individu-individu,
kelompok-kelompok sosial dan organisasi masyarakat untuk memobilisasi
kemampuan dan sumberdaya lokal bagi kemajuannya. Pendekatan ini menitik
beratkan pada upaya untuk menciptakan dorongan bagi pembangunan
dinamis di wilayah-wilayah pedesaan yang relatif terbelakang.
Alasan munculnya strategi agropolitan atau tipe-tipe pembangunan dari
bawah antara lain:
(1) Kegagalan strategi devolopment from above, yang berakibat pada
ketimpangan wilayah, karena konsentrasi pada program pembangunan
skala besar (large scale).
(2) Kondisi fisik dan sosial ekonomi internal merupakan kunci sukses
penerapan strategi pembangunan.
(3) Konsep pembangunan hendaknya berasal dari masyarakat itu sendiri
dengan mempertimbangkan sumberdaya lokal dan partisipasi.
(4) Sistem ekonomi lokal harus berperan dalam membentuk pola interaksi
ekonomi antar wilayah.
1) Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat
manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara
kelangsungan hidupnya.
2) Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
3) Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial
ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.
4) Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk
fungsi budi daya.
5) Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
6) Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan,
pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang.
Penataan ruang dilaksanakan berdasarkan beberapa azas. Undang-Undang
No. 26 tahun 2007 menetapkan azas penataan ruang yang akan berfungsi sebagai
titik tumpu kajian proses penataan ruang diselenggarakan dengan berdasarkan
kepada:
1) Keterpaduan, yaitu dengan mengintegrasikan berbagai kepentingan yang
bersifat lintas sektor, lintas wilayah, dan lintas pemangku kepentingan yaitu
pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat
2) Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan
Yaitu keserasian antara struktur ruang dan pola ruang, keselarasan antara
kehidupan manusia dengan lingkungannya, keseimbangan pertumbuhan dan
perkembangan antardaerah serta antara kawasan perkotaan dan kawasan
perdesaan
3) Keberlanjutan, dengan menjamin kelestarian dan kelangsungan daya dukung
dan daya tampung lingkungan dengan memperhatikan kepentingan generasi
mendatang
4) Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan dengan mengoptimalkan manfaat
ruang dan sumberdaya yang terkandung di dalamnya serta menjamin
terwujudnya tata ruang yang berkualitas
5) Keterbukaan, dengan memberikan akses yang seluas-luasnya kepada
masyarakat untuk mendapatkan informal yang berkaitan dengan penataan
ruang
6) Kebersamaan dan kemitraan dengan diselenggarakan dengan melibatkn
seluruh pemangku kepentingan.
7) Perlindungan kepentingan umum dengan mengutamakan kepentingan
masyarakat
8) Kepastian hukum dan keadilan, dengan berlandaskan hukum/ketentuan
peraturan perundang-undangan dan bahwa penataan ruang dilaksanakan
a. Konsep Pembangunan
1) Secara etimologik : Berasal dari kata bangun, diberi awalan pem- dan akhiran
–an guna menunjukkan perihal pembangun kata bangun mengandung arti,
aspek fisiologi bangun dalam arti sadar atau siuman, aspek perilaku bangun
dalam arti bangkit atau berdiri, aspek anatomi bangun dalam arti bentuk,
gabungan aspek fisiologi, aspek perilaku dan aspek bentuk bangun dalam arti
kata membuat.
2) Secara ensiklopedik : kata pembangunan telah menjadi bahasa dan konsep
dunia. Konsep itu antara lain, pertumbuhan (growth), rekontruksi
(recontruktion), modernisasi (modernization), westernisasi (westernization),
perubahan social (social change), pembebasan (liberation), pembaharuan
(innovation), pembangunan bangsa (nation building), pembangunan nasional
(national development), pembangunan (development), pengembangan
(progress/developing), pembinaan (contruction ).
Pembangunan biasanya didefenisikan sebagai “rangkaian usaha mewujudkan
pertumbuhan dan pembangunan secara terencana dan sadar yang ditempuh
oleh suatu Negara bangsa menuju modernitas dalam rangka pembinaanb
bangsa / nation-building.
2. Pertumbuhan Wilayah
a. Pusat Pertumbuhan Wilayah di Indonesia
b) Zaman sekarang
Pendekatan perwilayahan fungsional di Indonesia zaman sekarang
tercantum dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia(MP3EI) tahun 2011-2025.
MP3EI dilaksanakan untuk mempercepat dan memperkuat
pembangunan ekonomi sesuai dengan keunggulan dan potensi strategis
wilayah dalam enam koridor.Percepatan dan perluasan pembangunan
dilakukan melalui pengembangan delapan program utama yang terdiri atas 22
kegiatan ekonomi utama. Strategi pelaksanaan MP3EI adalah dengan
mengintregasikan tiga elemen utama, yaitu
(1) Mengembangkan potensi ekonomi wilayah di enam Koridor Ekonomi
(KE) Indonesia, yaitu :
2) Pulau Jawa
2
Luas pulau Jawa 129,438 km atau 7% dari luas daratan Indonesia dan
jumlah penduduk 136.610.590 jiwa (statistik BPS tahun 2010). Jawa terkenal
memiliki sawah yang subur, memiliki banyak hutan dan sungai serta
kemampuan atau daya dukungnya untuk menghidupi penduduk yang cukup
banyak.sehingga ketimpangan lingkungan hidup terjadi terus menerus hingga
saat ini.
Pengembangan wilayah di Pulau Jawa perlu dioptimalkan dengan cara
intensifikasi pertanian, pengelolaan sumber daya seoptimal mungkin,
memperhatikan kelestarian lingkungan, mengurangi arus urbanisasi,
meningkatkan trasmigrasi ke luar jawa dll
Hutan di pulau jawa sudah semakin sedikit dikarenakan penebangan hutan
3) Pulau Kalimantan
Sebagian besar tutupan lahan di Pulau Kalimantan berupa hutan rimba
dengan luas daratan 544.150 km2 dengan jumlah penduduk 13,8 juta jiwa
pada tahun 2010. Di Pulau Kalimantan sungai merupakan transportasi utama
juga sebagai pusat aktifitas ekonomi
4) Pulau Sulawesi
Jumlah penduduk 17,4 juta jiwa pada tahun 2010 dan tersebar tidak
merata pada daerah seluas 188.522 km2. Kondisi fisik pulau ini
bergunung-gunung dan berteluk-teluk. Usaha pengembangan wilayah
dilaksanakan dengan peningkatan pembangunan pertanian, peningkatan
industri kecil dan besar serta peningkatan perekonomian laut
5) Pulau Bali
Luas pulau Bali 5.780 km2 dan jumlah penduduk sekitar 3,8 juta jiwa,
dengan ciri khas yang menonjol adalah keindahan alam dan kekayaan
budaya. Usaha pengembangan wilayah yang utama meningkatkan sektor
pariwisata, intensifikasi pertanian, peningkatan industri kecil, peningkatan
perikanan laut dan lain-lain.
6) Pulau Papua
Pulau papua memiliki luas 416.060 km2 dengan jumlah penduduk 3,6
juta jiwa. Potensi utama pulau ini adalah emas, tembaga, minyak bumi, kayu,
pariwisata dan budaya suku asmat yang sangat terkenal. Usaha
pengembangan Papua adalah pembukaan jalur darat, pemekaran wilayah
provinsi dan kecamatan,pembangunan pertanian, perikanan, pertambangan,
pengolahan kayu,peningkatan industri kecil dan wisata alam.
dengan kecepatan dan intensitas yang berbeda satu sama lain, lokasi inilah yang
disebut kutub pertumbuhan.
(Muta’ali : 2014)
Adapun ciri-ciri industri yang dapat membangun sebuah pusat pertumbuhan
antara lain :
(1) Tingkat konsentrasi tinggi
(2) Tingkat Teknologi Maju
(3) Mendorong perkembangan industri di sekitarnya
(4) Manajemen yang professional dan modern
(5) Sarana dan prasarana yang sudah lengkap
kedua biasanya berlangsung lama, maka pada fase lepas landas ini
berlangsung dalam waktu yang relatif pendek, yaitu 40 s.d. 60 tahun
(Wheeler, 1981:49)
(4) Gerakan ke Arah Kedewasaan (The Drive to Maturity)
Pada masa ini masyarakat sudah secara efektif menggunakan teknologi
modern pada sebagian besar faktor-faktor produksi dan kekayaan alamnya. Di
samping itu struktur dan keahlian tenaga kerja mengalami perubahan, dan
peranan sektor industri semakin penting, dilain pihak sektor pertanian
mengalami penurunan.
(5) Masa Konsumsi Tinggi (The Age Off Hight Mass Consumption)
Pada fase ini orientasi tidak lagi pada masalah produksi, akan tetapi lebih
difokuskan kepada masalah-masalah yang berkaitan dengan peningkatan
kualitas konsumsi dan kesejahteraan masyarakat. Adapun tujuan masyarakat
pada fase ini antara lain adalah: memperbesar pertumbuhan dan kekuasaan
terhadap wilayah lain: menciptakan welfare state, sehingga kemakmuran
menjadi lebih merata, dan berusaha mempertinggi konsumsi masyarakat di
atas keperluan pokok (sandang, pangan, perumahan) menjadi barang-barang
berkualitas tinggi, tahan lama, dan barang-barang mewah. Berdasarkan teori
Rostow dapat dikatakan bahwa dewasa ini negara-negara berkembang
termasuk di antara fase pertama sampai fase ketiga, sedang negara-negara
maju termasuk dalam fase keempat dan kelima.
Teori dari W.W. Rostow tersebut mempunyai cukup banyak kelemahan
antara lain: tidak ada perbedaan yang pasti antara fase yang satu dengan yang
lain (masih kabur); ciri-ciri dalam setiap tahap kurang dapat diuji secara
empiris; teori tersebut belum tentu dapat menunjukkan tahap pembangunan di
negara-negara berkembang, di samping itu perlu diingat bahwa proses
pembangunan tidak hanya bersifat self-sustained growth, melainkan juga
bersifat self limiting effect, dan laju pembangunan suatu wilayah sangat
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang menciptakan masing-masing kekuatan.
2) Teori Polarisasi Ekonomi (Myrdal)
Teori Christaller
” Jika persebaran penduduk dan daya belinya sama baiknya dengan bentang alam,
sumber dayanya, dan fasilitas tranportasinya, semuanya sama/seragam, lalu
pusat-pusat pemukiman mennyediakan layanan yang sama, menunjukkan fungsi yang
serupa, dan melayani area yang sama besar, maka hal tersebut akan membentuk
kesamaan jarak antara satu pusat pemukiman dengan pusat pemukiman lainnya”
K=3
=6(1/3+1)=3
K=4
=6(1/2+1)=4
Gambar 25. Berhierarki 4 dengan kekuatan pengaruh setengah wilayah sekitarnya, yang
disebut Situasi lalu lintas yang optimum Sumber : www.wikipedia.com
K=7
=6(1)+1= 7
Sumber : www.wikipedia.com
semua pihak untuk melaksanakannya adalah sebuah tahap dari tahap penyusunan
“Perencanaan Pembangunan” yang terdiri dari empat tahapan yaitu:
a) Penyusunan rencana
b) Penetapan rencana
c) Pengendalian pelaksanaan rencana
d) Evaluasi pelaksanaan rencana
2) Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi yang selanjutnya disingkat RTRWP
adalah hasil perencanaan tata ruang yang merupakan penjabaran strategi dan
arahan kebijakan pemanfaatan ruang wilayah nasional dan pulau/ kepulauan ke
dalam struktur dan pola ruang wilayah Provinsi.
Muatan isi dari RTRWP memuat:
a) Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah provinsi
b) Rencana struktur ruang wilayah provinsi meliputi sistem perkotaan dalam
wilayahnya yang berkaitan dengan kawasan perdesaan dalam wilayah
pelayanannya dan sistem jaringan prasarana wilayah provinsi
c) Rencana pola ruang wilayah provinsi yang meliputi kawasan lindung dan
kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis provinsi
d) Penetapan kawasan strategis provinsi
e) Arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang berisi indikasi program
utama jangka menegah lima tahunan
f) Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang berisi indikasi
arahan peraturan zonasi system provinsi, arahan perizinan, arahan insentif dan
disentif, serta arahan sanksi.
3) Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRWK/K)
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota yang selanjutnya disingkat
RTRWK/K adalah hasil perencanaan tata ruang yang merupakan penjabaran
RTRWP ke dalam struktur dan pola ruang wilayah kabupaten/kota. Muatan isi
dari RTRW Kabupaten adalah:
a) Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten
b) Rencana struktur ruang wilayah kabupaten yang meliputi sistem perkotaan di
wilayahnya yang terkait dengan kawasan perdesaan dan system jaringan
prasarana wilayah kabupaten
c) Rencana pola ruang wilayah kabupaten yang meliputi kawasan lindung
kabupaten dan kawasan budi daya kabupaten
d) Penetapan kawasan strategis kabupaten
e) Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi indikasi program
utama jangka menegah lima tahunan
f) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi
ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan
disentif, serta arahan sanksi.
menjadi 27,1 % pada tahun 1999. Gini Index untuk pemerataan penghasilan
Indonesia adalah 0,34, hal ini menunjukkan adanya ketidakmerataan penghasilan
yang cukup besar di Indonesia. Gini index merupakan ukuran tingkat
penyimpangan distribusi penghasilan, Gini index diukur dengan menghitung area
antara kurva Lorenz dengan garis hipotesis pemerataan absolut. Gini Index untuk
pemerataan kepemilikan tanah di Indonesia mencapai 0,46, nilai ini menunjukkan
adanya ketidakmerataan kepemilikan tanah yang cukup besar.
3. NAWACITA
Nawa Cita atau Nawacita adalah istilah umum yang diserap dari
bahasa Sanskerta, nawa (sembilan) dan cita (harapan, agenda, keinginan).
Dalam konteks perpolitikan Indonesia menjelang Pemilu Presiden 2014,
istilah ini merujuk kepada visi-misi yang dipakai oleh pasangan calon
presiden/calon wakil presiden Joko Widodo/Jusuf Kalla berisi agenda
pemerintahan pasangan itu. Dalam visi-misi tersebut dipaparkan sembilan
agenda pokok untuk melanjutkan semangat perjuangan dan cita-cita Soekarno
yang dikenal dengan istilah Trisakti, yakni berdaulat secara politik, mandiri
dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan. Berikut inti dari
sembilan program tersebut.
1) Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga negara, melalui politik luar
negeri bebas aktif, keamanan nasional yang terpercaya dan
pembangunan pertahanan negara Tri Matra terpadu yang dilandasi
kepentingan nasional dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim
2) Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya, dengan
memberikan prioritas pada upaya memulihkan kepercayaan publik pada
institusi-institusi demokrasi dengan melanjutkan konsolidasi demokrasi
melalui reformasi sistem kepartaian, pemilu, dan lembaga perwakilan.
3) Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat
daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
4) Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
dihadapkan pada tiga ancaman, yaitu krisi pangan, krisi air, dan krisi
energi. Ketiga krisis itu menjadi tantangan nasional jangka panjang yang
perlu diwaspadai dan direspon oleh penataan ruang agar tidak
menimbulkan dampak buruk bagi kehidupan masyarakat dan bangsa, yaitu
teramcamnya persatuan bangsa, meningkatnya semangat separatisme, dan
menurunnya kesehatan masyarakat. Krisis pangan diakibatkan
ketidakmampuan tata ruang melindungi lahan pertanian produktif (sawah),
serta krisis energi dalam penataan tata ruang untuk mengurangi
ketergantungan terhadap minyak dan meningkatkan kontribusi gas,
batubara, serta energi terbarukan seperti biogas, biomassa, panas
(geothermal) energi matahari, arus laut, dan tenaga angin serta tenaga
nuklir yang tepat lokasi
g. Selain faktor-faktor tersebut, tantangan penataan ruang berasal dari faktor
eksternal khususnya respon dinamika persaingan global yang semakin kuat
berpengaruh pada pembangunan nasional pada masa yang akan datang.
Perekonomian nasional menjadi lebih terbuka dan akan berpengaruh
perkembangan dan pertumbuhan daerah-daerah di Indonesia. Selanjutnya
akan diikuti dengan peningkatan investasi pemanfaatan sumber daya dan
kebutuhan ruang yang meningkat dan harus direspon secara baik oleh
perangkat penataan ruang untuk memberikan kepastian hukum dalam
berinvestasi
h. Tantangan-tantangan baru penataan ruang muncul perubahan ragam
paradigma perencanaan, yang ditandai dengan globalisasi dan pasar
bebas/kapitalisme, demokratisasi dan desentralisasi, pluralisme, good
gove-nance, partisipatif, gender, kerusakan lingkungan, kemiskinan dan
ketidakadilan sosial, konsepsi peran negara, dan sebagainya. Selain itu
perubahan nilai-nilai perencanaan, seperti:
1) Orientasi oada asoek fisik-estetissemata mulai ditinggalkan
2) Lebih fokus pada kepentingan publik dan lingkungan
3) Tidak lagi berasumsi dan berorientasi pembuatan cetak biru
4) Mengakui pentingnya proses
5) Menyadari aspek politis perencanaan
6) Proses perencanaan adalah proses pembentukan kesepakatan dan
negoisasi
7) Keharusan untuk melibatkan masyarakat dan seluruh stakeholder
8) Model kerjasama regional
b. Permasalah Lingkungan
1) Menurunnya kualitas lingkungan hidup yang dipicu oleh inkonsistensi
pemanfaatan ruang. Konversi lahan dari kawasan lindung menjadi
kawasan budidaya guna adalah praktek pembangunan yang kerap terjadi.
2) Penurunan luas hutan tropis (deferestasi) akibat pembalakan liar,
meluasnya perambahan dan konversi hutan alam, atau untuk
pengembangan kepentingan budidaya seperti perkebunan dan
pertambangan.
3) Penurunan luas dan fungsi kawasan resapan air mislokasi pemanfaatan
ruang untuk kepentingan pemukiman, budidaya pertanian dan pariwisata
telah mempercepat kerusakan Daerah Aliran Sungai.
4) Meningkatnya fenomena bencana yang di akibatkan miss manajemen
relasi alam dan manusia seperti banjir, longsor dan kekeringan yang
terjadi secara merata di berbagai wilayah di indonesia.
5) Degradasi kualitas lingkungan pada kawasan pesisir yang di tandai
semakin rusak dan menurunnya luas hutan mangrove.
6) Ancaman dampak global warming semakin memperparah kondisi resiko
kerusakan lingkungan khususnya pada sebagian besar perkotaan pesisir
di Indonesia.
7) Meningkatnya urbanisasi dan aglomerasi perkotaan akibat imigrasi
desa-kota yang berimplikasi pada terjadinya alih fungsi lahan pertanian
produktif menjadi lahan pertanian produktif menjadi lahan permukiman
secara signifikan.
8) Pengembangan struktur ruang dan sistem perkotaan yang terpusat pada
pertumbuhan kota-kota besar dan metropolitan saat ini masih sangat
terpusat di pulau Jawa-Bali, sedangklan pertumbuhan kota-kota
menengah dan kecil, terutama di luar jawa, berjalan lambat dan
tertinggal.
9) Masih tingginya kesenjangan antar dan di dalam wilayah, seperti antara
Indonesia bagian barat (Sumatera, Jawa-Bali) dengan indonesia bagian
timur, antara kawasan pedesaan dan kawasan perkotaan, dan kawasan di
wilayah perbatasan kawasan terpencil, terluar dan tertinggal.
10) Desentralisasi pembangunan dan otonomi daerah telah mengakibatkan
meningkatnya konflik pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam
dan konflik peruntukan ruang, baik antarwilayah, antar pusat dan daerah,
serta antar penggunaan.
c. Permasalahan Pengelolaan Penataan Ruang
Rencana tata ruang wilayah belum sepenuhnya efektif menjadi acuan
dalam penataan ruang, sehingga menjadi inkonsistensi pelaksanaan
pembangunan terhadap rencana tata ruang serta lemahnya pengendalian dan
penegakan hukum terhadap pemanfaatan ruang. Hal ini juga di sebabkan
permasalahan internal penataan ruang khususnya terkait dengan aspek
3) Strategi Agropolitan
Strategi ini muncul sebagai respon kegagalan development from above,
seperti kutub pertumbuahan. Menurut strategi ini pengertian pembangunan tidak
hanya kemajuan ekonomi yang sentralistik, tetapi memberikan kesempatan bagi
individu-individu, kelompok-kelompok sosial dan organisasi masyarakat untuk
memobilitasi kemampuan dan sumber daya lokal bagi kemajuannya. Pendekatan
ini menitik beratkan pada upaya untuk menciptakan dorongan bagi pembangunan
dinamis di wilyah-wilayah (pedesaan) yang relative terbelakang.
Agropolitan merupakan pendekatan pengembangan wilayah yang menitik
bertkan pada upaya untuk menciptakan dorongan bagi pembangunan dinamis di
wilayah-wilayah pedesaan dan wilayah yang relatif terbelakang.
DAFTAR PUSTAKA