Anda di halaman 1dari 4

RINGKASAN BAHAN BACAAN THE EMERGENCE

OF DESAKOTA REGIONS IN ASIA : EXPANDING A


HYPOTHESIS
Pengarang : McGee T.M.
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perencanaan
Wilayah
Dosen Pembimbing :
Ir. Jawoto Sih Setyono, MDP

Disusun Oleh :
Dyah Putri Makhmudi
21040114120037

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG

2016
Munculnya Desakota di Asia : Memperluas Hipotesis
Di dalam bab ini akan dijelaskan bagaimana kemunculan wilayah baru akibat dari
aktivitas perkotaan di pusat kota yang terjadi di beberapa negara di Asia. U.N Centre bidang
permukiman penduduk memperkirakan pada tahun 2020, lebih dari 57% dari populasi dunia
akan tinggal di perkotaan. Tujuan dari bab pendahuluan ini adalah untuk melihat ide-ide dari
McGee dan Ginsburg yang menantang untuk memberikan pandangan tertentu dari
perkotaan. McGee dan Ginsburg memiliki pendapat bahwa konteks Asia konvensional
merupakan gambaran transisi dari perdesaan ke perkotaan sebagai kemajuan proses
urbanisasi perlu dievaluasi kembali. Gambaran transisi perkotaan tidak sesuai dengan 3 hal:
1. Pemisahan spasial yang dilakukan terlalu sempit.
2. Tidak sesuai dengan asumsi yang menyatakan bahwa tahap transisi urbanisasi tidak
akan terhindari disebabkan adanya aturan aglomerasi ekonomi.
3. Adanya paradigma Barat mengenai transisisi perkotaan saat sejarah urbanisasi yang
terjadi di Eropa Barat dan Amerika Utara pada abad ke 19 dan 20 yang jelas tidak
sesuai sehingga harus dialihkan pada negara-negara berkembang.
Karena kekurangan 3 hal tersebut, maka konsep transisi perkotaan perlu diposisikan ke
dalam paradigma yang lebih luas dari transisi ekonomi ruang di negara-negara. Paradigama
tersebut mencakup :
1. Peka terhadap unsur sejarah transisi perkotaan dan agraria di negara tertentu.
2. Apresiasi dari lembaga ekolohi, demografi dan ekonomi transisi perkotaan dan agraria.
3. Penyelidikan komponen kelembagaan nasional terutama peran negara dalam proses
pembangunan.
4. Evaluasi yang cermat terhadap negara termasuk transportasi, komoditas dan arus
populasi.
5. Pemahaman tentang perubahan struktural dalam angkatan kerja yang mencerminkan
perubahan sosial.
Definisi dan Parameter
Model konfigurasi spasial dari negara Asia, yang disebut Asiatica Euphoria
menjelaskan wilayah ekonomi spasial yang dibagi menjadi 5 bagian :
1. Kota utama (major citis), di Asia didominasi oleh satu atau dua kota yang sangat besar.
2. Pinggiran kota (peri-urban region), wilayahnya mengelilingi kota dan didominasi tempat
timpat tinggal para kommuter.
3. Wilayah desakota, wilayah campuran pertanian dengan non-pertanian.
4. Wilayah pedesaan (rural urban), paling banyak di Asia dan hampir seluruh penduduk
bertani.
5. Wilayah perbatasan yang jarang penduduknya, sering ditemukan di Asia.
Munculnya Wilayah Metropolitan di Asia

Daerah inti adalah daerah yang mengelilingi kota paling penting dan dominan di suatu
negara (umumnya kota) tetapi tidak selalu ibukota. Dalam hal ini tidak berbatasan dengan
daerah yang ditetapkan sebagai zona desakota. Hongkong dan Singapura tidak masuk ke
dalam definisi desakota. Namun dalam kasus Hongkong, mungkin ada beberapa yang
berpendapat bahwa zona desakota sekarang muncul, membentang dari Hongkong melalui
Zona Ekonomi Khusus Shenzhen dan Delta Seungai Pearl ke Guangzhou dan barat daya
Macau. Bagaimanapun, di negara yang mempunyai populasi besar (kecuali Sri Lanka) telah
mengalami pertumbuhan yang lambat sampai saat ini. Harus ditekankan bahwa hampir
duapertiga dari penduduk inti di negara berkembang terletak di Asia.
Ciri daerah inti di Asia dibagi dalam 3 tipe desa kota :
1. Negara yang mengalami transformasi ekonomi wilayah yang cepat dari wilayah
pinggiran hingga kota dalam pergeseran populasi, meskipun penggunaan lahan
pertanian tetap konsisten. Contoh : Jepang dan Korea Selatan.
2. Negara yang mengalami perubahan ekonomi secara cepat dari pertanian menjadi
daerah industri. Contoh : Taipei-Kaohsiung Taiwan.
3. Daerah yang memiliki kemiripan spasial dan ekonomi tipe 2 tetapi ditandai dengan
perubahan yang terjadi karena pertumbuhan populasi yang cepat dan pertumbuhan
ekonomi yang lambat.
Kondisi dan Proses Munculnya Desakota
Enam ciri utama daerah yang disebut sebagai desakota :
1. Populasi besar yang bergerak di bidang budidaya kecil
2. Peningkatan aktivitas non pertanian di daerah sebelumnya seperti perdagangan,
transportasi dan industri.
3. Fluiditas ekstrim dan mobilitas penduduk tinggi
4. Campuran intens penggunaan lahan dengan pertanian, indutri rumahan, kawasan
industri, perkembangan pinggiran kota dan lainnya yang ada secara berdampingan.
5. Peningkatan partisipasi tenaga kerja wanita di bidang non pertanian.
6. Zona desakota sampai batas tidak terlihat atau abu-abu dari sudut pandang otoritas
negara.
Proses pertama yang membentuk desakota ini adalah hubungan yang dinamis antara
pertanian dan non pertanian, serta pencarian investasi untuk memanfaatkan tenaga kerja
dan lahan yang murah dengan pengaturan agroekologikal yang khusus. Wilayah desa kota
menunjukkan peningkatan yang pesat dari pendapatan sektor pertanian maupun non
pertanian. Terdapat variasi yang signifikan dalam wilayah-wilayah yang berbeda, seperti di
Taiwan berupa peningkatan pendapatan sektor pertanian di pedesaan yang terhubung
dengan peningkatan produksi sektor non pertanian yang berkaitan dengan aspek
ketanagakerjaan dan peningkatan pesat di semua koneksi.
Isu Pembentukan Kebijakan

Perkembangan saat ini menimbulkan pertanyaan apakah daerah desakota merupakan


pilihan kebijakan penengah yang layak dan jika demikian apakah jenis kebijakan ini perlu
diadopsi. Chater Whitney di Shanghai membahas "masalah" yang dihasilkan dari
pertumbuhan inti perkotaan dan daerah desakota yang berada disekitar mereka, masalah
yang menekankan degradasi lingkungan, pembuangan sampah, dan kesejahteraan sosial
yang tidak memadai. Sebelum menangani beberapa bentuk isu "pilihan perencanaan
menengah", maka diperlukan pemerintah daerah untuk menangani masalah mendasar dari
kegunaan perbedaan desa-kota.
Lima prioritas negara-negara Asia jika ingin mengembangkan strategi pragmatis untuk
mengenali pentingnya daerah desakota :
1.

Pemerintah harus membuat beberapa keputusan yang signifikan sehubungan


dengan kebijakan pertanian.

2.

Pemerintah di Asia perlu mempertimbangkan bagaimana cara melepaskan tenaga


kerja pertanian.

3.

Pembangunan pedesaan terpadu.

4.

Pemerintah di Asia perlu memantau perkembangan kegiatan ekonomi untuk masalah


yang akan menimbulkan konflik penggunaan lahan yang tidak sesuai dan pencemaran
lingkungan.

5.

Pemerintah di Asia perlu meningkatkan akses interaksi desa-kota yang intens


dengan peningkatan jalan dan komunikasi kerata api cepat.

Kesimpulan
Dalam buku ini tidak hanya membahas mengenai interaksi ekonomi daerah baru, akan
tetapi juga menekankan bagaimana evolusi sejarah wilayah yang menciptakan kesempatan
unik bagi pembangunan Asia. Kesempatan ini tidak semua dimanfaatkan oleh semua
negara Asia, tetapi tentu tantangan untuk pertumbuhan perkotaan dibandingkan
pertumbuhan pusat pedesaan yang tampaknya sangat diperlukan bagi pembangunan
Asia.Hal tersebut dapat menyelesaikan setidaknya sebagian melalui pengembangan
rencana daerah desakota.
Referensi
McGee, T.M. (1992) The emergence of desakota regions in Asia: expanding a hypothesis,
dalam McGee dan Ginsburg (eds.) Extended Mega-Urban Regions in Asia,
Vancouber: UBC Press, pp. 3-25.

Anda mungkin juga menyukai