Anda di halaman 1dari 12

Local Economic Development

Tuesday, March 1, 2016


Pengembangan Wilayah Berbasis Ekonomi : Pengembangan Ekonomi Lokal

Economic Based Regional Development : Local Economic


Development in Indonesia
TADAKI SANTOSO HASEGAWA
Nrp. 3609100061
Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
2016
1. Background
Berangkat dari ide dasar dalam ilmu perekonomian mengenai bagaimana menciptakan
pertumbuhan ekonomi yang dinamis dan berhubungan satu sama lain terhadap leading industries
(industri-industri unggulan), pengembangan wilayah mengadopsi strategi-strategi pengembangan
ekonomi dalam ilmu ekonomi yang diterapkan dalam ilmu yang bersifat kewilayahan seperti
dalam perencanaan wilayah dan perkotaan, khususnya dalam ilmu manajemen perkotaan dan
ilmu perencanaan wilayah. Berdasarkan SK Mendagri (1995) manajemen perkotaan didefinsikan
sebagai pengelolaan sumberdaya perkotaan yang berkaitan dengan bidang-bidang tata ruang,
lahan, ekonomi, keuangan, lingkungan hidup, pelayanan jasa, investasi, dan prasarana dan sarana
perkotaan, manajemen perkotaan sangat penting dalam peningkatan perekonomian perkotaan dan
daerah sekitarnya (hinterland).
Pengembangan wilayah mencakup berbagai ilmu pengetahuan atau multidisiplin.
Pengembangan wilayah adalah pembangunan yang tidak hanya sekedar pembangunan ekonomi,
tetapi juga merupakan fungsi dari ekonomi, lingkungan, dan sumber daya alam, termasuk
berbagai faktor yang menyertainya dalam mempengaruhi kapasitas ekonomi regional (viable and
vibrant) yang berhubungan dengan SDA, keahlian, dukungan sistem politik dan administrasi,
vitalitas, kekuatan budaya dan kohesi sosial (Supriyadi, 2007). Pengembangan wilayah secara
kritis bergantung kepada proses mengembangkan strategi, rencana merealisasikan potensi yang
dimiliki, dan mengatasi faktor yang menurun atau mendorong pembangunan terhadap wilayah
yang lebih luas sehingga mampu bersaing, memiliki kapasitas, dan memennuhi kebutuhannya
dari berbagai iklim dan perubahan global; disamping tetap menyadari kapasitas dirinya agar
mampu berperan dan mempengaruhi pembangunan ekonomi dan masyarakat.

Stretegi penguatan ekonomi lokal diperlukan dalam mengatasi eksplotiasi pembangunan


wilayah maju terhadap wilayah yang kurang maju dan tertinggal. Wilayah maju yang pesat
perkembangannya memanfaatkan wilayah kurang maju dan tertinggal (hinterland) melalui
interaksi antarwilayah sehingga minimbulkan ketimpangan kesejahteraan antarwilayah. Untuk
mengatasi eksploitasi wilayah maju terhadap wilayah terbelakang (hinterland), maka harus
mendudukkan peran manusia sebagai subjek dan objek pembangunan lokal, memformulasikan
kebutuhan dasar manusia dalam pembangunan lokal, memfokuskan wirausaha, pemerintah
daerah sebagai actor pembangunan pada tingkat lokal, pemberdayaan ekonomi lokal, keterlibatan
komunitas masyarakat dalam pembangunan, dan (memahami) prinsip pembangunan yang
berkelanjutan (Supriyadi, 2007) sehingga perputaran kekayaan (perputaran uang) di wilayah
selain wilayah maju semakin lama dan mensejahterakan masyarakatnya sendiri.
Terdapat beberapa strategi penguatan ekonomi lokal dalam pengembangan wilayah yang
dapat dilakukan, salah satunya adalah pengembangan ekonomi lokal (PEL) / Local Economic
Development (LED). Menurut Supriyadi (2007) pergerakan pembangunan (yang kini) dengan
sistem pasar terbuka dimana hubungan antarwilayah bahkan antarnegara sudah tidak ada batas,
maka sebagai alternatif telah dikembangkan konsep pengembangan wilayah yang berkembang
pada akhir-akhir ini yaitu pembangunan ekonomi lokal didasarkan atas kemampuan lokalitas,
faktor internal, dan pertumbuhan ekonomi lokal (locally based development).
Kedudukan pengembangan ekonomi lokal telah tertulis dalam RPJPN 2005 - 2025, yang
tertuang ke dalam beberapa RPJM, yakni terletak pada RPJM tahap terakhir tahun 2020 - 2024.

2. Deskripsi
Terjadinya polarisasi (polar: kutub, pemusatan) antara wilayah maju terhadap wilayah yang
kurang berkembang menunjukkan perbedaan yang sangat mencolok. Dalam teori sebelumnya
mengenai Growth Pole, terdapat dampak sebagai kelemahannya yang juga menjadi latar
belakang perkembangan teori pengembangan ekonomi lokal, yakni mengenai disparitas wilayah
antara perkotaan (sebagai wilayah maju) dengan perdesaan (sebagian besar wilayah kurang maju
dan tertinggal) karena adanya peningkatan ekonomi yang cepat dan terpusat di perkotaan.

Untuk mengatisipasi terjadinya hal tersebut, diperlukan upaya pemanfaatan sumberdaya lokal
yang ada yaitu sumberdaya fisik, manusia, dan kelembagaannya. Dengan demikian
pembangunan ekonomi lokal berintikan pembangunan yang didasarkan pada kemampuan lokal
yang semakin berkembang atau endogenous development. Dalam istilah lainnya, pembangunan
ekonomi lokal merupakan pemanfaatan faktor-faktor internal lokal guna pembangunan ekonomi
lokal (locally based development)
Menurut Sandercock (2003, dalam Supriyadi 2007) Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)
atau Local Economic Development (LED) sebagai suatu perencanaan yang berbasis komunitas,
dengan tujuan pemberdayaan, perencanaan dari negara (yang) relatif kecil, perencanaan berpikir
kritis untuk kepentingan masyarakat dan komunitas lokal. Selain itu, Blakely (1989, 1994, dalam
Supriyadi 2007) mengatakan bahwa PEL adalah suatu proses pembangunan ekonomi dimana
pemerintah daerah dan/atau kelompok masyarakat berperan aktif dalam mengelola sumberdaya
alam yang dimiliki melalui pola kerjasama dengan pihak swasta atau lainnya (dalam)
menciptakan lapangan kerja dan memberikan stimulasi kegiatan ekonomi pada zona
perekonomiannya. Dalam laporan yang dibuat dari World Bank oleh Swinburn, Murphy, dan
Goga (2006), LED/PEL dikatakan sebagai sebuah proses dimana pihak (sektor) publik, bisnis
(privat), dan Non-Governmental Organization (NGO) / LSM bekerja secara kolektif untuk
menciptakan kondisi lebih baik untuk pertumbuhan ekonomi dan pembangkitan ketenagakerjaan
(employment generation). Beberapa pakar lainnya seperti Blakely and Bradshaw mengatakan
bahwa
Selain itu, dalam Supriyadi (2007) beberapa pakar multidisiplin mengenai ekonomi seperti
Coffey and Polese (1984), Blakely (1994), Rogerson (2000), dan Nei (1999) menyatakan bahwa
institusi ekonomi lokal meliputi pemerintah, industri, masyarakat, lembaga penelitian, dan
perguruan tinggi. Dengan demikian, proses kerjasama diantara ketiga stakeholder, yakni
pemerintah, masyarakat, dan swasta, sangat menentukan dalam pengembangan ekonomi lokal.
3. Sejarah Singkat Pengembangan Ekonomi Lokal
Menurut Coffrey dan Polase (1985) proses berkembangnya ekonomi perekonomian lokal :
1.
2.
3.
4.

Tumbuhnya kewirausahaan lokal


Lepas landasnya perusahaan-perusahaan lokal
Berkembangnya perusahaan-perusahaan tersebut hingga keluar lokalitas
Terbentuknya suatu perekonomian wilayah yang mengakar pada kegiatan dan inisiatif lokal serta
keunggulan-keunggulan komparatif atas aktivitas ekonomi lokal tersebut.

4. Tujuan Pengembangan Ekonomi Lokal


Tujuan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) antara lain :

Meningkatkan pendayagunaan potensi daerah secara optimal melalui kemitraan. Hal ini
artinya setiap potensi daerah, baik berupa barang, social capital (modal sosial),
stakeholder, dan kelembagaan, didayagunakan sebermanfaat mungkin untuk pelaksanaan
PEL.

Meningkatkan kualitas, kuanititas, dan kontinuitas produk komoditi ekspor. Dengan


mempertahankan kualitas produk pemasok, mempertahankan jumlah produk yang dijual,
dan menjaga agar pemasok (eksportir) untuk terus melanjutkan penjualan ekspor
(Supriyadi, 2007).

Memberdayakan stakeholder lokal secara partisipatif agar mampu menciptakan


kreativitas dan produktivitas dalam mendorong PEL.

Meningkatkan dan memberdayakan perempuan dalam mengembangkan ekonomi lokal.

Meningkatkan pendapatan masyarakat dan menciptakan kesempatan kerja.

Mengevaluasi dan mendiskusikan peraturan daerah (Perda) kegiatan PEL

5. Prinsip-prinsip Pendekatan Dalam Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)


Prinsip-prinsip utama dalam pengembangan ekonomi lokal (Syakur, 2013) meliputi :
1. Prinsip Ekonomi
Mulai dengan kebutuhan pasar
Fokuskan pada klaster dari kegiatan ekonomi yang ada, yang produksinya dijual di luar daerah
(economic base), dan multiplier-effect di daerahnya kuat.
Hubungan produsen skala kecil dengan supplier kepada perusahaan pengekspor (ke luar
daerah).
2. Prinsip Kemitraan
Kemitraan adalah tanggung jawab kepada mereka yang diwakilinya
Pemerintah dan sektor swasta berbagi tanggung jawab dalam mengambil keputusan.
Sektor swasta belajar untuk mengambil peran aktif, tidak sekedar pasif.
Pemerintah daerah belajar untuk mendengar dan merespon, tidak sekedar memerintah dan
mengontrol.
Kemitraan mengandalkan sumber daya lokal, bukan bantuan dari luar.
Inisiatif digerakkan oleh pembeli, pasar, dan permintaan, bukan produksi atau supply.
3. Prinsip Kelembagaan
Identifikasi stakeholder (unsr pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat) yang terkait dengan
klaster yang dikembangkan.
Fasilitas dialog di antara mereka untuk menghasilkan ide dan inisiatif.
Mobilisasi sumber daya lokal untuk menunjang insiatif yang diusulkan.
Kembangkan atas dasar kelembagaan dan kegiatan ekonomi yang ada saat ini.
Tabel 1.1. Prinsip-prinsip dalam LED

Sumber : Ringkasan Penulis, 2016.

6. Dimensi Pengembangan Ekonomi Lokal


Dimensi atau batasan PEL (Supriyadi, 2007) adalah :

Pengertian Lokal yang terdapat dalam definisi PEL tidak merujuk pada batasan wilayah
administratif tetapi lebih pada peningakatan kandungan komponen lokal maupun
optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lokal.

PEL sebagai inisiatif daerah yang dilakukan secara partisipatif.

Menekankan pada pendekatan pengembangan bisnis, bukan pada pendekatan bantuan


sosial yang bersifat karikatif.

PEL bukan merupakan upaya penanggulangan kemiskinan secara langsung.

PEL diarahkan untuk mengisi dan menoptimalkan kegiatan ekonomi yang dilakukan
berdasarkan landasan pengembangan wilayah, perwilayahan komoditas, tata ruang, atau
regionalisasi ekonomi.

Sistem Cluster (klaster) yang dimaksudkan disini (Erli, 2013) adalah seleksi terhadap
potensi produk yang dapat diekspor keluar daerah, memiliki efek-berganda (multipliereffect) dan nilai tambah, memiliki jumlah usaha kecil yang terlibat dalam produksi,
memiliki daya saing terhadap daerah lain, dan dalam sektor yang relatif sudah
terorganisir.

7. Tujuan Pelaksanaan atau Target PEL


Tujuan pelaksanaan (target) PEL (Supriyadi, 2007, dan Erli, 2013) adalah :

Terlaksananya upaya percepatan pengembangan ekonomi lokal melalui pelibatan


pemerintah, dunia usaha, masyarakat lokal, dan organisasi masyarakat madani dalam
suatu proses yang partisipatif.

Terbangun dan berkembangnya kemitraan dan aliansi strategis dalam upaya percepatan
pengembangan ekonomi lokal diantara stakeholder secara sinergis.

Terbangunnya sistem cluster.

Meningkatkan peran wanita (gender) dalam mendorong kegiatan ekonomi lokal.

Terbangunnya sarana dan prasarana ekonomi yang mendukung upaya percepatan


pengembangan ekonomi lokal.

Terwujudnya organisasi, pengembangan, dan pertumbuhan UKM (BDC, Trading House,


Koperasi, dan organisasi dagang lainnya) secara ekonomis dan berkelanjutan.

Terwujudnya peningkatan PAD dan PDRB.

Terwujudnya peningkatan pendapatan masyarakat, berkurangnya pengangguran, dan


menurunnya tingkat kemiskinan.

Terwujudnya peningkatan pemerataan antarkelompok masyarakat, antar sektor dan


antarwilayah.

Terciptanya ketahanan dan kemandirian ekonomi masyarakat lokal.

Terpenuhinya permintaan dari para pembeli (buyers), dalam artian eksportir.

Menurut Supriyadi (2007), fokus penerapan dalam mencapai tujuan PEL meliputi :

Membentuk jaringan kerja kemitraan antarpelaku ekonomi dalam mencapai pemanfaatan


potensi lokal dengan meningkatkan kapasitas (kemampuan) pasar pada tingkat lokal,
regional, dan global.

Meningkatkan kapasitas lembaga lokal, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat


dalam pengelolaan PEL.

Menciptaan kolaborasi antaraktor pembangunan, baik pemerintah, swasta, maupun


masyarakat.

Secara kolektif mendorong kondisi yang nyaman bagi pertumbuhan ekonomi dan
ketenagakerjaan.

Sebagai tolok ukur, keberhasilan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) dapat dilihat dari
beberapa indikator (Supriyadi, 2007), meliputi :

Perluasan kesempatan bagi masyarakat kecil dalam kesempatan kerja dan usaha.

Perluasan kesempatan bagi si miskin untuk meningkatkan pendapatan.

Keberdayaan lembaha usaha mikro dan kecl dalam proses produksi dan pemasaran.

Keberdayaan kelembagaan jaringan kerja kemitraan antara pemerintah, usaha swasta, dan
masyarakat lokal.

Selain dari indikator tersebut, perencanaan pengembangan ekonomi lokal mengisyaratkan


adanya beberapa hal, strategi LED yang tersukseskan akan (UN-HABITAT, 2005) :
-

a. Prosedural
Memiliki keinginan politik
Memiliki komitmen dalam menjalankan program
Mengikutsertakan perekonomian sektor informal
Menggunakan pemikiran strategis
Mengevaluasi pro dan kontra
Mengintegrasikan, membuat jaringan, dan tautan
Pertanggungjawaban yang jelas
Mengikutsertakan kebudayaan

b. Substansi
Hasil-hasil yang dapat terlihat
Pemahaman mengenai pasar tercapai
Strategi seimbang
Berpikir secara kualitas
Investasi terhadap infrastruktur terjalin dengan baik
Mengikutsertakan modal alam
Meningkatkan daya pengungkit investasi untuk kepentingan publik
Membuat paraturan-peraturan dan prosedur mengenai keputusan yang jelas
Mempermudah masukan bisnis dan diperkuat dengan peraturan-peraturan
Meningkatkan multiplier-effect
Menstimulasi perkembangan perusahaan bisnis lokal
Menarik bisnis baru yang sesuai dengan lokalitas

8. Langkah-langkah Pelaksanaan PEL


Pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) melalui langkah-langkah (Syarif, 2013)
sebagai berikut :
1. Identifikasi prioritas dalam menciptakan lingkungan usaha yang kondusif.
Tujuannya adalah menetapkan prioritas dan sasaran promos pengembagan ekonomi.
Mendorong investasi dan memfasilitasi peningkatan produksi serta perdagangan di daerah yang
bersangkutan.
Kegiatannya antara lain :
Membentuk tim pendahulu untuk memulai PELP
Memfasilitasi dunia usaha untuk mengidentifikasi isu-isu strategis yang dihadapi.

Mengidentifikasi prioritas dalam reformasi peraturan atau kebijakn menyangkut kegiatan


usaha, prioritas bagi perbaikan kebijakan/peraturan fiskal dari pemda, prioritas perbaikan
prasarana dan pelaynan untuk kegiatan ekonomi .

2. Memilih klaster kegiatan ekonomi (sesuai daya saing).


Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi kegiatan ekonomi lokal yang mempunyai potensi
kuat untuk tumbuh (clusters), membentuk kerjasama dengan pemerintah provinsi lain dan daerah
lain yang mempunyai kesamaan kepentingan.
Kegiatannya antara lain :
Mengidentifikasi kegiatan ekonomi yang menonjol sesuai dengan keunggulan bersaing dan
sumber daya potensial sebagai calon klaster.
Secara partisipatif memilih klaster pertama untuk mengawali kegiatan.
3. Membentuk kemitraan stakeholder.
Tujuannya adalah menciptakan kemitraan antara pemerintah daerah dengan dunia usaha
untuk saling berbagi tanggung jawab dalam pengembangan klaster.
Kegiatannya antara lain :
Mensosialisasikan kepada stakeholder potensial tentang proposal untuk rencana klaster.
Membentuk forum kemitraan stakeholders untuk klaster terpilih.
Untuk mendorong perubahan, dapat dipromosikan juara dari pemda atau dunia usaha
ditunjuk sebagai penggerak.
4. Memperkuat kemitraan.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan kemitraan stakeholders untuk
(menghasilkan) ide-ide, mendorong inisiatif, dan mobilisasi sumber daya yang dibutuhkan untuk
pengembangan usaha.
Kegiatannya antara lain :
Menginventarisasi pelaku ekonomi dalam klaster dan membuat katalog kapasitas dan kualitas
produknya.
Mengorganisir jaringan cabang untk mencakup wilayah kota/kabupaten.
Mengembangkan forum dan media komunikasi.
5. Mempromosikan klaster.
Tujuannya adalah untuk penguatan kemampuan perusahaan lokal untuk berkompetisi dalam
pasar nasional dan internasional, meningkatkan penjualan, meningkatkan pendapatan, dan
menciptakan lapangan kerja produktif.
Kegiatannya antara lain :
Mengarahkan agar anggota klaster melakukan tindakn konkrit dan berorientasi hasil bagi
usahanya.
Menyusun rencana pemasaran, termasuk publikasi katalog.
Mengembangkan merek daerah dan menjaga kualitas melalui sertifikasi.
Membentuk lembaga semacam trading-house di daerah untuk mendorong ekspor ke luar
daerah.
6. Replikasi klaster untuk kegiatan ekonomi yang lain.

Tujuannya adalah untuk membentuk kegiatan usaha yang kompetitif di daerah, dan
membangun kapasitas secara berkelanjutan untuk menunjang pengembangan ekonomi lokal.
Kegiatannya antara lain :
Mengevaluasi kegiatan pengembangan klaster yang berjalan.
Mereplikasikannya dengan penerapan pendekatan PELP untuk kegiatan ekonomi lainnya.
Gambar 1.1. Skema Pelaksanaan PEL

9. Permasalahan Dalam Pengembangan Ekonomi Lokal


Sejumlah komponen sosial dan ekonomi yang bermasalah dalam pengembangan ekonomi
lokal membutuhkan perhatian dan penanganan khusus. Menurut Supriyadi (2007), ada beberapa
faktor yang menyulitkan kerangka kerja operasional PEL yaitu sistem perbankan, proses
pengambilan keputusan, organisasi pelayanan, serta monitoring dan evaluasi. Berikut adalah
beberapa komponen sosial dan ekonomi bermasalah yang perlu diperhatikan dan ditangani :
Tabel 1.2. Permasalahan Sosial dan Ekonomi dalam PEL
Prosedur dan aturan teknis
perbankan secara nasional
Sistem Perbankan
Akses terhadap kredit
dan mekanisme kebutuhan
lokal
Pelaku pengambilan
struktur penerapannya
Proses
keputusan pemerintah pusat,
mengenai transparansi
Pengambilan
administrasi lokal,
interaktif antartingkat
Keputusan
masyarakat
berbeda

Organisasi
Pelayanan

layanan komprehensif : bantuan bisnis, dukungan kredit dan


keuangan, pengembangan projek, informasi, teritorial
pemasaran mengenai koherensi penyedia layanan dengan
tujuan dan strategi pengembangan ekonomi lokal, akses
terhadap layanan khususnya masyarakat dengan sumberdaya
yang sangat terbatas

Monitoring dan
Evaluasi

Kesenjangan Indikator Pengukuran : terjadinya ketidakpastian


dalam proses perencanaan, karena ukuran hasil dan dampak
terhadap teritorial dan populasi tergantung pada tahapan dan
perbaikan-perbaikan, terlalu banyaknya strategi untuk
mempromosikan pengembangan manusia, dan beberapa
ukuran pemantauan dan evaluasi yang sangat bervariatif

Selain mengenai sosial dan ekonomi, secara khusus, penerapan pengembangan ekonomi
lokal dihadapkan pada kendala keahlian. Menurut Supriyadi (2007) proses pengembangan
ekonomi lokal berimplikasi pada keahlian yang berbeda-beda dan terspesialisasikan. Ada dua
efek negatif dari kesenjangan professional, yaitu kendala keefektifan dampak pengembangan
ekonomi lokal pada territorial dan resiko kepemimpinan yang satu lebih ahli dibanding lainnya
yang berdampak negatif dengan terciptanya proses pengambilan keputusan yang eksklusif. Hal
ini berpengaruh dalam proses pengembangan ekonomi lokal. Pengembangan ekonomi lokal yang
merupakan titisan dari pusat, akan melibatkan beberapa kategori ahli, yakni administrasi publik
nasional, administrasi publik lokal, agen pengembangan ekonomi lokal, sektor privat, dan
akademisi. Beberapa ahli yang spesifik dan diperlukan dalam pelaksanaan pengembangan
ekonomi lokal pada setiap tingkatan dan pihak antara lain :
Tabel 1.3. Pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan PEL
Administrasi
Publik
Nasional
Administrasi
Publik Lokal
Agen
Pengembangan
Ekonomi
Lokal

Tenaga Ahli
Keuangan
Tenaga Ahli
Pemantauan
Tenaga Ahli
Perencanaan
Tenaga Ahli
Pemantauan
Manajer
Animator
Ekonomi
Wirausahawan

Sektor Privat
Manajer Bisnis
Akademisi

Tenaga Ahli
Perencanaan
Tenaga Ahli
Jender
Manajer Agen
PEL
Tenaga Ahli
Sektoral
Tenaga Ahli
Keuangan
Proyek
Tenaga Ahli
UKM
Penyediaan
Layanan Bisnis
Tenaga Ahli
Sektoral

Agen Promosi

Tenaga Ahli
UKM

Pembantu
Bidang Hukum
Tenaga Ahli
Jender

Tenaga Ahli
Administrasi
Bisnis
Tenaga Ahli
Pemasaran
Pendifusi
Teknologi
Pelatih

Tenaga Ahli
Jender

Operator
Kredit UKM
Operator
Jender

Membutuhkan pelatih pada tingkat yang berbeda-beda dan penelitipeneliti yang handal pada bidang ilmu dan teknologi masing-masing
sesuai dengan kebutuhan pengembangan ekonomi lokal

Sumber : Ringkasan Penulis, 2016.


11. Pengembangan Ekonomi Lokal Dalam Sektor Pertanian : Studi pada Kecamatan
Pagelaran Kabupaten Malang.
Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) merupakan proses di mana pemerintah lokal dan
organsisasi masyarakat terlibat untuk mendorong, merangsang, memelihara, aktivitas usaha
untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Di Kecamatan Pagelaran sendiri untuk menciptakan
lapangan pekerjaan baru dan meningkatkan perekonomian konsep pengembangan ekonomi lokal
juga dilaksanakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan upaya apa saja yang
dilakukan pemerintah dalam mengembangkan ekonomi lokal, apa yang menjadi faktor
pendukung dan penghambat dalam mengembangkan ekonomi lokal dan bagaimana dampak dari
pengembangan ekonomi lokal ini. Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan yang digunakan antara lain menggunakan metode
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa
pengembangan ekonomi lokal di Kecamatan Pagelaran memberikan dampak yang positif dimana
dengan adanya pengembangan ekonomi lokal ini tercipta lapangan kerja baru sehingga
meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
Supriyadi, Ery. 2007. Telaah Kendala Penerapan Pengembangan Ekonomi Lokal : Pragmatisme dalam
pendekatan PEL dalam jurnal PWK Vol.18 No.2 Agustus 2007 Hal. 103 123.. PWK-ITB :
Bandung.
Syakur Abdul. 2013. Pengembangan Ekonomi Lokal Partispatif : Masalah, Kebijakan, Panduan
Pelaksanaan Kegiatan.
Swinburn, Gwen. Goga, Soraya. dkk.. 2006. Local Economic Development : a Primer Developing and
Implementing Local Economic Development Strategies and Action Plan. The World Bank :
Washington DC.
Susanti E. Ari. Hanafi, Imam. dkk. Pengembangan Ekonomi Lokal Dalam Sektor Pertanian : Studi pada
Kecamatan Pagelaran Kabupaten Malang. Universitas Brawijaya : Malang.
Erli, K.D. Martha. 2013. Konsep Pengembangan Wilayah Berbasis Ekonomi dalam materi perkuliahan
perencanaan wilayah dan kota IV minggu ke-3 jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota. Institut
Teknologi Sepuluh Nopember : Surabaya
Worldbank. Local Economic Development. http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/
TOPICS/EXTURBANDEVELOPMENT/EXTLED/0,,menuPK:341145~pagePK:149018~piPK:
149093~theSitePK:341139,00.html

Alhada, M.F. Habib. 2013. Materi Perkuliahan Fakultas Ekonomi : Pengembangan Ekonomi Lokal
dalam http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/. Universitas Airlangga : Surabaya.
UN-HABITAT dan EcoPlan Internasional Int. 2005. Promoting Local Economic Development Through
Strategic Planning on The ocal Economic Development Series. UN-HABITAT : Nairobi, Kenya.
Parasati,HayuIr.2012.ProfilKegiatanPengembanganEkonomiLokaldanDaerahKabupaten
Boalemo.DeputiBidangPengembanganRegionaldanOtonomiDaerah,Direktorat
PerkotaandanPerdesaan:Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai