2. Deskripsi
Terjadinya polarisasi (polar: kutub, pemusatan) antara wilayah maju terhadap wilayah yang
kurang berkembang menunjukkan perbedaan yang sangat mencolok. Dalam teori sebelumnya
mengenai Growth Pole, terdapat dampak sebagai kelemahannya yang juga menjadi latar
belakang perkembangan teori pengembangan ekonomi lokal, yakni mengenai disparitas wilayah
antara perkotaan (sebagai wilayah maju) dengan perdesaan (sebagian besar wilayah kurang maju
dan tertinggal) karena adanya peningkatan ekonomi yang cepat dan terpusat di perkotaan.
Untuk mengatisipasi terjadinya hal tersebut, diperlukan upaya pemanfaatan sumberdaya lokal
yang ada yaitu sumberdaya fisik, manusia, dan kelembagaannya. Dengan demikian
pembangunan ekonomi lokal berintikan pembangunan yang didasarkan pada kemampuan lokal
yang semakin berkembang atau endogenous development. Dalam istilah lainnya, pembangunan
ekonomi lokal merupakan pemanfaatan faktor-faktor internal lokal guna pembangunan ekonomi
lokal (locally based development)
Menurut Sandercock (2003, dalam Supriyadi 2007) Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)
atau Local Economic Development (LED) sebagai suatu perencanaan yang berbasis komunitas,
dengan tujuan pemberdayaan, perencanaan dari negara (yang) relatif kecil, perencanaan berpikir
kritis untuk kepentingan masyarakat dan komunitas lokal. Selain itu, Blakely (1989, 1994, dalam
Supriyadi 2007) mengatakan bahwa PEL adalah suatu proses pembangunan ekonomi dimana
pemerintah daerah dan/atau kelompok masyarakat berperan aktif dalam mengelola sumberdaya
alam yang dimiliki melalui pola kerjasama dengan pihak swasta atau lainnya (dalam)
menciptakan lapangan kerja dan memberikan stimulasi kegiatan ekonomi pada zona
perekonomiannya. Dalam laporan yang dibuat dari World Bank oleh Swinburn, Murphy, dan
Goga (2006), LED/PEL dikatakan sebagai sebuah proses dimana pihak (sektor) publik, bisnis
(privat), dan Non-Governmental Organization (NGO) / LSM bekerja secara kolektif untuk
menciptakan kondisi lebih baik untuk pertumbuhan ekonomi dan pembangkitan ketenagakerjaan
(employment generation). Beberapa pakar lainnya seperti Blakely and Bradshaw mengatakan
bahwa
Selain itu, dalam Supriyadi (2007) beberapa pakar multidisiplin mengenai ekonomi seperti
Coffey and Polese (1984), Blakely (1994), Rogerson (2000), dan Nei (1999) menyatakan bahwa
institusi ekonomi lokal meliputi pemerintah, industri, masyarakat, lembaga penelitian, dan
perguruan tinggi. Dengan demikian, proses kerjasama diantara ketiga stakeholder, yakni
pemerintah, masyarakat, dan swasta, sangat menentukan dalam pengembangan ekonomi lokal.
3. Sejarah Singkat Pengembangan Ekonomi Lokal
Menurut Coffrey dan Polase (1985) proses berkembangnya ekonomi perekonomian lokal :
1.
2.
3.
4.
Meningkatkan pendayagunaan potensi daerah secara optimal melalui kemitraan. Hal ini
artinya setiap potensi daerah, baik berupa barang, social capital (modal sosial),
stakeholder, dan kelembagaan, didayagunakan sebermanfaat mungkin untuk pelaksanaan
PEL.
Pengertian Lokal yang terdapat dalam definisi PEL tidak merujuk pada batasan wilayah
administratif tetapi lebih pada peningakatan kandungan komponen lokal maupun
optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lokal.
PEL diarahkan untuk mengisi dan menoptimalkan kegiatan ekonomi yang dilakukan
berdasarkan landasan pengembangan wilayah, perwilayahan komoditas, tata ruang, atau
regionalisasi ekonomi.
Sistem Cluster (klaster) yang dimaksudkan disini (Erli, 2013) adalah seleksi terhadap
potensi produk yang dapat diekspor keluar daerah, memiliki efek-berganda (multipliereffect) dan nilai tambah, memiliki jumlah usaha kecil yang terlibat dalam produksi,
memiliki daya saing terhadap daerah lain, dan dalam sektor yang relatif sudah
terorganisir.
Terbangun dan berkembangnya kemitraan dan aliansi strategis dalam upaya percepatan
pengembangan ekonomi lokal diantara stakeholder secara sinergis.
Menurut Supriyadi (2007), fokus penerapan dalam mencapai tujuan PEL meliputi :
Secara kolektif mendorong kondisi yang nyaman bagi pertumbuhan ekonomi dan
ketenagakerjaan.
Sebagai tolok ukur, keberhasilan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) dapat dilihat dari
beberapa indikator (Supriyadi, 2007), meliputi :
Perluasan kesempatan bagi masyarakat kecil dalam kesempatan kerja dan usaha.
Keberdayaan lembaha usaha mikro dan kecl dalam proses produksi dan pemasaran.
Keberdayaan kelembagaan jaringan kerja kemitraan antara pemerintah, usaha swasta, dan
masyarakat lokal.
a. Prosedural
Memiliki keinginan politik
Memiliki komitmen dalam menjalankan program
Mengikutsertakan perekonomian sektor informal
Menggunakan pemikiran strategis
Mengevaluasi pro dan kontra
Mengintegrasikan, membuat jaringan, dan tautan
Pertanggungjawaban yang jelas
Mengikutsertakan kebudayaan
b. Substansi
Hasil-hasil yang dapat terlihat
Pemahaman mengenai pasar tercapai
Strategi seimbang
Berpikir secara kualitas
Investasi terhadap infrastruktur terjalin dengan baik
Mengikutsertakan modal alam
Meningkatkan daya pengungkit investasi untuk kepentingan publik
Membuat paraturan-peraturan dan prosedur mengenai keputusan yang jelas
Mempermudah masukan bisnis dan diperkuat dengan peraturan-peraturan
Meningkatkan multiplier-effect
Menstimulasi perkembangan perusahaan bisnis lokal
Menarik bisnis baru yang sesuai dengan lokalitas
Tujuannya adalah untuk membentuk kegiatan usaha yang kompetitif di daerah, dan
membangun kapasitas secara berkelanjutan untuk menunjang pengembangan ekonomi lokal.
Kegiatannya antara lain :
Mengevaluasi kegiatan pengembangan klaster yang berjalan.
Mereplikasikannya dengan penerapan pendekatan PELP untuk kegiatan ekonomi lainnya.
Gambar 1.1. Skema Pelaksanaan PEL
Organisasi
Pelayanan
Monitoring dan
Evaluasi
Selain mengenai sosial dan ekonomi, secara khusus, penerapan pengembangan ekonomi
lokal dihadapkan pada kendala keahlian. Menurut Supriyadi (2007) proses pengembangan
ekonomi lokal berimplikasi pada keahlian yang berbeda-beda dan terspesialisasikan. Ada dua
efek negatif dari kesenjangan professional, yaitu kendala keefektifan dampak pengembangan
ekonomi lokal pada territorial dan resiko kepemimpinan yang satu lebih ahli dibanding lainnya
yang berdampak negatif dengan terciptanya proses pengambilan keputusan yang eksklusif. Hal
ini berpengaruh dalam proses pengembangan ekonomi lokal. Pengembangan ekonomi lokal yang
merupakan titisan dari pusat, akan melibatkan beberapa kategori ahli, yakni administrasi publik
nasional, administrasi publik lokal, agen pengembangan ekonomi lokal, sektor privat, dan
akademisi. Beberapa ahli yang spesifik dan diperlukan dalam pelaksanaan pengembangan
ekonomi lokal pada setiap tingkatan dan pihak antara lain :
Tabel 1.3. Pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan PEL
Administrasi
Publik
Nasional
Administrasi
Publik Lokal
Agen
Pengembangan
Ekonomi
Lokal
Tenaga Ahli
Keuangan
Tenaga Ahli
Pemantauan
Tenaga Ahli
Perencanaan
Tenaga Ahli
Pemantauan
Manajer
Animator
Ekonomi
Wirausahawan
Sektor Privat
Manajer Bisnis
Akademisi
Tenaga Ahli
Perencanaan
Tenaga Ahli
Jender
Manajer Agen
PEL
Tenaga Ahli
Sektoral
Tenaga Ahli
Keuangan
Proyek
Tenaga Ahli
UKM
Penyediaan
Layanan Bisnis
Tenaga Ahli
Sektoral
Agen Promosi
Tenaga Ahli
UKM
Pembantu
Bidang Hukum
Tenaga Ahli
Jender
Tenaga Ahli
Administrasi
Bisnis
Tenaga Ahli
Pemasaran
Pendifusi
Teknologi
Pelatih
Tenaga Ahli
Jender
Operator
Kredit UKM
Operator
Jender
Membutuhkan pelatih pada tingkat yang berbeda-beda dan penelitipeneliti yang handal pada bidang ilmu dan teknologi masing-masing
sesuai dengan kebutuhan pengembangan ekonomi lokal
Alhada, M.F. Habib. 2013. Materi Perkuliahan Fakultas Ekonomi : Pengembangan Ekonomi Lokal
dalam http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/. Universitas Airlangga : Surabaya.
UN-HABITAT dan EcoPlan Internasional Int. 2005. Promoting Local Economic Development Through
Strategic Planning on The ocal Economic Development Series. UN-HABITAT : Nairobi, Kenya.
Parasati,HayuIr.2012.ProfilKegiatanPengembanganEkonomiLokaldanDaerahKabupaten
Boalemo.DeputiBidangPengembanganRegionaldanOtonomiDaerah,Direktorat
PerkotaandanPerdesaan:Jakarta.