TESIS
Oleh :
VIVUT ANGGARA
167003054/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains
dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah Pada Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh :
VIVUT ANGGARA
167003054/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat
untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Perencanaan
Pembangunan Wilayah dan Perdesaan Sekolah Pasca Sarjana Universitas
Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.
Vivut Anggara
ABSTRAK
ABSTRACT
The problem of slum areas is often one of the main issues that is quite a polemic,
so that it has never been resolved by the handling efforts that have been made
from time to time. In particular, the impact of slum areas will also lead to a bad
paradigm of governance, by giving a negative image of the powerlessness and
inability of the government to regulate the services and welfare of its people. The
problem of slum areas is also experienced by Serdang Bedagai Regency,
especially in Tanjung Beringin District as a fishing or coastal village. The purpose
of this study was to identify the physical conditions of slums, analyze the level of
slums of settlements and analyze handling strategies. This research is a descriptive
qualitative analysis research in which the researcher describes the phenomenon,
which exists by analyzing and presenting the facts systematically to facilitate
understanding and drawing conclusions. Based on the results of the study
concluded that the physical condition of slum areas in Tanjung Beringin
Subdistrict required a pattern of handling: resettlement and rejuvenation, the
results of analysis for the level of settlement slums in Tanjung Beringin
Subdistrict were Medium Slum (KS), and the analysis for handling planning was a
Consolidation model (Land Consolidation) and village improvement program
(KIP).
Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan berkah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan tesis ini, yang berjudul “Analisis Tingkat Kekumuhan
dan Strategi Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh di Kecamatan
Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai”.
Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis banyak
memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Robert Sibarani, MS selaku Direktur Sekolah Pasca
Sarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. lic. Rer. reg. Sirojuzilam, SE selaku Ketua Program
Studi Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan sekaligus
sebagai Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan
masukan kepada penulis.
4. Ibu Prof. Dr. Erika Revida, MS selaku Sekretaris Studi Magister
Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan.
5. Bapak Dr. Rujiman, MA selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini.
6. Bapak Prof. Dr. Suwardi Lubis, MS, Bapak Dr. Agus Purwoko, S.Hut,
M.Si, dan Bapak Dr. Ir. Dwi Lindarto, MT selaku komisi pembanding
yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis.
7. Penghargaan tertinggi penulis sampaikan Kepada Ayahanda Surmin dan
Ibunda Satik (Almh), Ayahanda Ponimin dan Ibunda Dahlia serta istri
tercinta Rustiani, S.Kep Ners, Anak-anak tersayang M. Arya Rheyga
Anggara, M. Abidzar Rayyan Anggara dan M. Akhtar Ruzain Anggara,
beserta keluarga besar.
Penulis
ABSTRAK .............................................................................................................. i
ABSTRACT ........................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................v
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.........................................................................................1
1.2. Perumusan Masalah .................................................................................6
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................ 6
1.4. Manfaat Penelitian............................................................................... 7
PENDAHULUAN
sering dihadapi di kota besar, tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga
berkembang di Asia dan Afrika, menurut publikasi World Bank (1999) lingkungan
kondisi lingkungan hunian yang tidak layak huni, tingkat kepadatan penduduk
yang tinggi, sarana dan prasarana lingkungan yang tidak memenuhi syarat, tidak
penanganannya.
keadaan ke keadaan yang lain dalam waktu yang berbeda yang dapat dicirikan
kegiatan sosial dan ekonomi (Branch, 1996). Bagi kota yang mulai padat
tempat tinggal bagi kaum urban memaksa mereka untuk menempati daerah-
(Budiharjo, 1997).
metropolitan dan atau kota besar, tetapi juga perlu dilakukan di kawasan-
kawasan permukiman kumuh yang ada di kota sedang dan kecil. Penanganan
kawasan permukiman kumuh di kota besar, sedang, dan kota kecil menjadi
cukup strategis manakala kawasan itu memiliki kaitan langsung dengan bagian-
metropolitan.
bukan kawasan hinterland. Hal ini mengingat metodologi identifikasi ini tidak
saja lokasi yang ditemukan terletak di pusat kota daerah bersangkutan atau
Kawasan bebas kumuh serta layak huni masih menjadi impian bagi banyak
dinamai dengan “Gerakan 100-0-100”. Yakni, pencapaian akses air minum 100%,
mengurangi kawasan kumuh hingga 0%, dan menyediakan akses sanitasi layak
masyarakat menempati lokasi tempat tinggal yang tidak sesuai standar sehingga
sungai dan di sepanjang rel kereta api atau lokasi tanah negara yang tidak
dan jasa, kawasan industri terpadu dan kawasan pusat perikanan tangkap (RTRW
permukiman.
Menurut UU No. 1 Tahun 2011 bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera
lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik
dan sehat, yang merupakan kebutuhan dasar manusia, dan yang mempunyai
peran yang sangat strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa
sebagai salah satu upaya membangun manusia Indonesia seutuhnya, berjati diri,
mandiri, dan produktif. Peran pemerintah dalam hal ini adalah menciptakan iklim
yang kondusif agar penduduk lebih cepat dapat menempati rumah yang layak
huni.
kumuh di Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin adalah 6,99
ha.
pemukiman kumuh (Permen PUPR no. 2 tahun 2016). Dalam penelitian ini akan
penanganan
perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Dalam Pasal 1 poin (1) Undang-
Bedagai bebas kawasan kumuh, sesuai dengan salah satu indikator keberhasilan
visi (21 peraihan) yang harus dicapai dalam 5 tahun tertuang dalam Rencana
2. Hasil penelitian ini berguna dan bermanfaat bagi para peneliti lain yang
yang bersih, sehat, aman dan nyaman untuk kelangsungan hidup yang
lebih baik.
TINJAUAN PUSTAKA
yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan dan menjadi referensi
Metode
Pengumpulan
data: primer
dan sekunder.
5. Jawas Dwijo 2011 Penataan Metodologi Perumusan
Putro, Teknik Kawasan Kumuh analisis beberapa strategi
Sipil Fakultas Pinggiran Sungai deskriptif. perencanaan
Teknik di Kecamatan dalam penataan
Universitas Sungai Raya. Metode kawasan kumuh,
Tanjungpura Pengumpulan yaitu strategi
data: primer perencanaan fisik
dan sekunder. bangunan dan
strategi
perencanaan
sarana dan
prasarana.
6. Waston 2013 Dampak Metodologi Angka kelahiran
Malau, FIS Urbanisasi analisis dan urbanisasi
Program Studi Terhadap deskriptif. merupakan dua
Pendidikan Pemukiman faktor
Antropologi Kumuh (Slum Metode utama yang
Universitas Area) di Daerah Pengumpulan menyebabkan
Negeri Medan Perkotaan. data: primer pertambahan
dan sekunder. penduduk yang
kaitan yang sangat erat dengan masyarakatnya. Hal ini berarti perumahan di
baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai
yang tidak dapat kita pisahkan dan berkaitan erat dengan aktifitas ekonomi,
dengan segala isi dan kegiatan yang ada di dalamnya. Berarti permukiman
memiliki arti lebih luas dari pada perumahan yang hanya merupakan wadah
(Niracanti, 2001:51).
rumah atau tempat kediaman yang layak huni dan dilengkapi dengan prasarana
lingkungan.
tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan
atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana,
kampung identik dengan suatu wilayah yang terdapat di pedesaan dan berada
pada
mapan, yang terdiri dari golongan berpenghasilan rendah dan menengah dan
pada
umumnya tidak memiliki prasarana, utilitas dan fasilitas sosial yang cukup baik
jumlah maupun kualitasnya dan dibangun di atas tanah yang telah dimiliki,
Pertama, adalah lahan atau tanah yang diperuntukan untuk permukiman itu
dimana kondisi tanah akan mempengaruhi harga dari satuan rumah yang
dibangun atas lahan tersebut. Kedua, prasarana permukiman yaitu jalan lokal,
saluran drainase, saluran air kotor, saluran air bersih, serta jaringan telepon dan
Suatu permukiman akan menjadi ideal apabila telah memiliki komponen yang
keempat, yaitu fasilitas umum dan social (kadang disebut fasilitas kota) yaitu
suatu permukiman yang baik itu harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
pencemaran lainnya.
cepat dan tidak sampai menimbulkan genangan air walaupun hujan yang
lebat sekalipun.
Perumahan, 2006:39):
semaksimal mungkin.
2. Manusia
hidupnya, baik itu kebutuhan biologis (ruang, udara, temperatur, dan lain-
nilai-nilai moral.
3. Masyarakat
2) Kelompok sosial
4) Pengembangan ekonomi
5) Pendidikan
6) Kesehatan
3) Pusat perbelanjaan
4) Industri
5) Pusat transportasi
5. Networks
permukiman satu dengan yang lainnya tidak sama. Sistem buatan yang
3) Sistem transportasi
4) Sistem komunikasi
transportasi pada permukiman tersebut dan akses ini juga harus mencapai
b. Lokasinya tidak terganggu oleh kegitan pabrik, yang pada umumnya dapat
bau. Untuk mengurangi gangguan kebisingan akibat lalu lintas maka pada
cepat dan tidak sampai menimbulkan genangan air, walaupun hujan yang
lebat sekalipun hal ini hanya mungkin apabila sistem drainase pada
pembuangan keluar dari lokasi ini maka sistem yang di dalam juga harus
mudah.
mampu memikul biaya sambung. Oleh karena itu akan dilayani dengan
Secara manusiawi mereka ingin menempati rumah milik mereka sendiri. Dengan
b. Urbanization (Urbanisasi)
Dengan adanya daya tarik pusat kota maka akan menyebabkan arus
migrasi desa ke kota maupun dari luar kota ke pusat kota. Kaum urbanis yang
bekerja di pusat kota ataupun masyarakat yang membuka usaha di pusat kota,
tentu saja memilih untuk tinggal di permukiman di sekitar keasetan pusat kota
permukiman di kawasan pusat kota. Menurut Komarudin (1997), kita harus akui
Kumuh adalah kesan atau gambaran secara umum tentang sikap dan
tingkah laku yang rendah dilihat dari standar hidup dan penghasilan kelas
menengah. Dengan kata lain, kumuh dapat diartikan sebagai tanda atau cap yang
diberikan golongan atas yang sudah mapan kepada golongan bawah yang belum
mapan. Kumuh dapat ditempatkan sebagai sebab dan dapat pula ditempatkan
sebagai akibat. Ditempatkan dimanapun juga, kata kumuh tetap menjurus pada
penurunan kualitas fungsi sebagai tempat hunian, ciri-cirinya antara lain berada
bangunan sangat tinggi dalam luasan yang sangat terbatas, rawan penyakit sosial
dan penyakit lingkungan, serta kualitas bangunan yang sangat rendah, tidak
prasarana yang ada tidak sesuai dengan standar yang berlaku, baik standar
rumah tinggal dan sebagai sarana pembinaan keluarga, tetapi tidak layak huni
bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat (UU
kumuh.
Ha)
f. Dibangun di atas tanah negara atau tanah milik orang lain dan di luar
mendapatkannya.
tempat mencari nafkah (opportunity value) dan harga rumah juga murah
ekonomi penghuninya.
1. Sebuah komuniti tunggal, berada di tanah milik negara, dan karena itu
sebuah RW,
liar.
informal.
mereka membuat ruang-ruang baru. Perubahan hunian ini akan merubah wajah
suatu hunian. Hal ini akan berpengaruh pada penyediaan fasilitas prasarana
bertambah.
pada kualitas fisik permukiman. Karena dana yang terbatas dan hanya cukup
area terbangun dan area terbuka saja tetapi juga fungsi dari kawasan tersebut.
permukiman.
pakar:
kehidupan kota.
aspek kualitas fisik bangunan dan infrastruktur keciptakaryaan pada suatu lokasi.
a. Ketidakaturan Bangunan
Detil Tata Ruang (RDTR) dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
lebih dari 30 cm selama lebih dari 2 jam dan terjadi lebih dari 2 kali
setahun.
b. Ketidaktersediaan Drainase
dalamnya
berkala.
masyarakat tidak dapat mengakses air minum yang memiliki kualitas tidak
berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Untuk akses aman air minum
yang berlaku
liter/orang/hari.
a. Sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan standar teknis yang
berlaku
Sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan standar teknis yang
persyaratan teknis
air limbah pada perumahan atau permukiman dimana: kloset leher angsa
berlaku
berikut:
lingkungan.
berkala.
proteksi kebakaran yang meliputi: pasokan air dari sumber alam (kolam air,
danau, sungai, sumur dalam) maupun buatan (tangki air, kolam renang,
kebakaran yang meliputi: Alat Pemadam Api Ringan (APAR); mobil pompa;
diantaranya yaitu:
yang rendah.
Berikut ini adalah kriteria dan tingkat kekumuhan yang digunakan dalam
c. Ketidaksesuaian Kondisi bangunan pada lokasi tidak 76% - 100% bangunan pada lokasi tidak 5
dengan Persyaratan memenuhi persyaratan: memenuhi persyaratan teknis
Teknis Bangunan • Pengendalian dampak lingkungan
• Pembangunan bangunan gedung di atas
dan/atau di bawah tanah, air dan/atau
prasarana/sarana umum 51% - 75% bangunan pada lokasi tidak 3
• Keselamatan bangunan gedung memenuhi persyaratan teknis
• Kenyamanan bangunan gedung
• Kemudahan bangunan gedung 25% - 50% bangunan pada lokasi tidak 1
memenuhi persyaratan teknis
b. Kualitas Permukaan Sebagian atau seluruh jalan lingkungan 76% - 100% area memiliki kualitas 5
Jalan Lingkungan terjadi kerusakan permukaan jalan pada permukaan jalan yang buruk
lokasi perumahan atau permukiman
51% - 75% area memiliki kualitas 3
permukaan jalan yang buruk
25% - 50% area memiliki kualitas 1
permukaan jalan yang buruk
3. Kondisi a. Ketidaktersediaan Masyarakat pada lokasi perumahan dan 76% - 100% populasi tidak dapat 5
Penyediaan Akses Aman Air permukiman tidak dapat mengakses air mengakses air minum yang aman
Air Minum Minum minum yang memiliki kualitas tidak
berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa 51% - 75% populasi tidak dapat 3
mengakses air minum yang aman
b. Ketidaktersediaan Tidak ada drainase sehingga menimbulkan 76% - 100% area tidak tersedia 5
Drainase genangan air kotor. drainase lingkungan
51% - 75% area tidak tersedia drainase 3
lingkungan
25% - 50% area tidak tersedia drainase 1
lingkungan
d. Tidak Terpeliharanya Kondisi drainase buruk, karena penimbunan 76% - 100% area memiliki drainase 5
Drainase tanah, sampah maupun karena telah terjadi lingkungan yang kotor dan berbau
kerusakan.
51% - 75% area memiliki 3
drainase lingkungan yang kotor dan
berbau
25% - 50% area memiliki drainase 1
lingkungan yang kotor dan berbau
e. Kualitas Konstruksi Kualitas konstruksi drainase buruk, karena 76% - 100% area memiliki kualitas 5
Drainase berupa galian tanah tanpa material pelapis konstruksi drainase lingkungan buruk
atau penutup maupun karena telah terjadi
kerusakan 51% - 75% area memiliki kualitas 3
konstruksi drainase lingkungan buruk
25% - 50% area memiliki kualitas 1
konstruksi drainase lingkungan buruk
b. Prasarana dan Kondisi prasarana dan sarana pengelolaan air 76% - 100% area memiliki sarpras air 5
Sarana Pengelolaan limbah pada lokasi perumahan atau limbah tidak sesuai persyaratan teknis
Air Limbah Tidak permukiman dimana:
Sesuai dengan • Kloset leher angsa tidak terhubung dengan 51% - 75% area memiliki sarpras air 3
Persyaratan Teknis tangki septik; limbah tidak sesuai persyaratan teknis
Tidak tersedianya sistem pengolahan limbah
setempat atau terpusat 25% - 50% area memiliki sarpras air 1
limbah tidak sesuai persyaratan teknis
6. Kondisi a. Prasarana dan Prasarana dan sarana persampahan pada 76% - 100% area memiliki sarpras 5
Pengelolaan Sarana Persampahan lokasi perumahan atau permukiman tidak pengelolaan persampahan yang tidak
Persampaha Tidak Sesuai Dengan sesuai dengan persyaratan teknis, yaitu: memenuhi persyaratan teknis
n Persyaratan Teknis • Tempat sampah dengan pemilahan
sampah pada skala domestik atau rumah 51% - 75% area memiliki sarpras 3
tangga; pengelolaan persampahan yang tidak
• Tempat pengumpulan sampah (TPS) atau memenuhi persyaratan teknis
TPS3R (reduce, reuse, recycle) pada skala
7. Kondisi a. Ketidaktersediaan Tidak tersedianya prasarana proteksi 76% - 100% area tidak memiliki 5
Proteksi Prasarana Proteksi kebakaran pada lokasi, yaitu: prasarana proteksi kebakaran
Kebakaran Kebakaran • Jalan lingkungan
51% - 75% area tidak memiliki 3
• Bangunan pos kebakaran
prasarana proteksi kebakaran
b. Ketidaktersediaan Tidak tersedianya prasarana proteksi 76% - 100% area tidak memiliki sarana 5
Sarana Proteksi kebakaran pada lokasi, yaitu: proteksi kebakaran
Kebakaran • Pasokan air;
51% - 75% area tidak memiliki sarana 3
• Sarana komunikasi
proteksi kebakaran
• Data sistem proteksi kebakaran lingkungan
• Alat pemadam api ringan (APAR)
25% - 50% area tidak memiliki sarana 1
• Mobil pompa
proteksi kebakaran
• Peralatan pendukung lainnya
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Nomor 2 Tahun 2016 tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan
Kumuh dan Permukiman Kumuh.
terdiri dari:
a. di atas air;
b. di tepi air;
c. di dataran rendah;
d. di perbukitan; dan
a. Pemugaran
b. Peremajaan
c. Pemukiman Kembali.
2016):
a. dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan berat dengan status lahan
b. dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan berat dengan status lahan
kembali;
e. dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan ringan dengan status lahan
f. dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan ringan dengan status lahan
tidak bersifat pasif terhadap lingkungan perumahannya. Secara sadar atau tidak,
yang sesuai norma. Adapun usaha yang dapat dilakukan penghuni terhadap
rumahnya, yaitu:
rumahnya. Bentuk tindakan dapat berupa pindah rumah juga dapat berupa
pada rumah, dengan cara melakukan perubahan pada dirinya tanpa merubah
rumahnya. Dalam hal ini penghuni bersifat pasif atau diistilahkan sebagai
housing adaptation.
sharing merupakan proses sharing lahan, terjadi dengan kondisi (1) lahan
dimiliki oleh satu orang/instansi, (2) Lahan yang dulunya dalam keadaan
menjadi dua, sebagian besar untuk pemilik lahan dan sisanya untuk
dan (5) masyarakat mau berperan aktif dalam proses tersebut, ikut serta
Model land sharing adalah penataan ulang di atas lahan dengan tingkat
Beberapa syarat untuk penanganan yang akan dilakukan, antara lain, (1)
sarana dasar, (3) tata letak bangunan tidak berpola (Mononimbar, 2006).
pemerintah (kebanyakan di tepian sungai, areal PTPN atau rel kereta api)
tanah. Sasaran dari konsolidasi lahan itu sendiri adalah penataan kembali
dinilai kurang memenuhi syarat untuk menjadi kawasan yang lebih baik
(Indra,2012).
lahan dimiliki oleh beberapa orang pada satu lokasi, biasanya merupakan
lahan pertanian yang diperjual belikan secara acak, (2) lahan kemudian
agar bentuk lahan tertata serta memudahkan akses kendaraan. Selain itu
proses ini dimaksudkan agar masyarakat memiliki hidup yang sehat, aman
kabupaten/kota.
Kerangka berpikir merupakan suatu alur pikir peneliti mulai dari awal
METODE PENELITIAN
September 2018. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.1.
pengungkap data yang utama adalah observasi (sumber data primer), teknik
penunjang studi wawancara dan dokumentasi, serta peta citra satelit. Menurut
dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah
terhadap penelitian, dengan maksud untuk mengetahui status dan gejala, yaitu
dilokasi penelitian. Oleh karena itu, peneliti hanya mengambil apa yang terjadi
pada objek dengan direkam atau dipotret sesuai dengan apa adanya, kemudian
dikaitkan dengan tempat dan waktu, yang merupakan dasar suatu perencanaan
dan merupakan alat bantu dalam pengambilan keputusan. Masalah, tujuan, dan
hipotesa penelitian, untuk sampai pada suatu kesimpulan harus didukung oleh
104).
tahapan yang harus direncanakan untuk mendapatkan suatu hasil yang optimal
selanjutnya.
adalah:
1. Data Primer
1). Survey lapangan yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui
2). Telaah Pustaka yaitu salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan
untuk memperoleh data atau gambar berupa peta-peta yang terkait dengan
penelitian berupa peta Rencana Tata Ruang dan peta administrasi, serta
sebelumnya.
Data sekunder merupakan sumber data yang berasal dari instansi yang terkait
kegiatan analisis. Disamping itu, data sekunder lainnya adalah studi literatur
Serdang Bedagai.
data yang diperlukan: Data Perumahan (RTLH), Data Jalan Lingkungan dan
Data Drainase Lingkungan, Data Air Minum dan Data Sanitasi Lingkungan.
Data Kabupaten Serdang Bedagai Dalam Angka 2017 dan Data Kecamatan
diperlukan: Data Profil Kecamatan, Data Profil Desa dan Peta Administrasi
Kecamatan.
dilapangan.
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, maka analisis data
(keruangan).
arah, dan hubungan. Kombinasi dari ketiganya mengenai suatu wilayah akan
membedakan satu lokasi dengan yang lainnya. Dengan demikian jarak, arah,
dan hubungan antara lokasi suatu objek dalam suatu wilayah dengan objek
di wilayah yang lain akan memiliki perbedaan yang jelas. Dan ketiga hal
tersebut merupakan hal yang selalu ada dalam sebuah analisis spasial
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 2 Tahun 2016 ada
3 (tiga) yaitu:
7. Kondisi a. Ketidaktersediaan 𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 76% - 100% area tidak memiliki 5
Proteksi Prasarana Proteksi 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 prasarana proteksi kebakaran
Kebakaran Kebakaran 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 (ℎ𝑎𝑎)
= 𝑥𝑥100% 51% - 75% area tidak memiliki 3
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘
𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ (ℎ𝑎𝑎) prasarana proteksi kebakaran
Sumber : Modifikasi dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Nomor 2 Tahun 2016 tentang Peningkatan Kualitas
Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh.
serta menyusun dan menyajikan data menjadi suatu informasi yang jelas
4.16, Halaman 167 dan Gambar. 4.60, Halaman 168. Serta untuk
Tanjung Beringin dapat dilihat pada Tabel. 4.19, Halaman 173 dan Gambar.
yang baru dimekarkan dari Kabupaten Deli Serdang sesuai dengan UU RI Nomor
Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai pada 18 Desember 2003, pada masa
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Deli Serdang Atas Usul Rencana
mencapai 1.900,22 kilometer persegi ini, terdiri atas 243 desa/kelurahan yang
berikut:
Simalungun
610.906 jiwa dengan komposisi jumlah penduduk laki-laki 306.620 jiwa dan
sebesar 930 jiwa/km2, disusul kecamatan Teluk Mengkudu 630 jiwa/km2, Sei
terendah adalah kecamatan Kotarih 105 jiwa/km2, dan Kecamatan Bintang Bayu
sebesar 17,00 persen dari seluruh penduduk Kabupaten Serdang Bedagai. Jumlah
penduduk terendah ada di Kecamatan Kotarih yaitu sebesar 8.157 jiwa atau 1,34
persen.
Beringin luas desa terbesar adalah desa Tebing Tinggi dengan luas 15,17 km2
atau sekitar 20,4 persen dari total luas Kecamatan Tanjung Beringin, kemudian
diikuti Desa Bagan Kuala dengan luas 15,07 km2 atau 20,3 persen, kemudian
Desa Pematang Cermai dengan luas 15,0 km2 atau 20,2 persen. Sedangkan luas
daerah terkecil adalah Desa Pekan Tanjung Beringin dengan luas 3,3 km2 atau
sekitar 4,4 persen dari total luas wilayah Kecamatan Tanjung Beringin dan
Khalipah.
topografi yang datar dan berada pada ketinggian 0 – 8 meter dari permukaan
laut.
berpantai
landai.
4.2.3. Iklim
sekitar 320C. Curah hujan yang paling banyak adalah pada bulan juli s/d
november. Sedangkan musim kemarau pada bulan februari s/d April dan pada
bulan juni.
pertengahan tahun 2016 sebanyak 37.730 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-
laki sebanyak 19.261 jiwa (51,05 persen) dan jumlah penduduk perempuan
terbanyak yaitu 11.405 jiwa atau 30,23 persen dari total jumlah penduduk
adalah desa Bagan Kuala dengan jumlah 1.504 jiwa atau 3,99 persen dari total
penanganan kawasan.
Selain itu juga, deliniasi dengan mengikuti batas fisik (jalan, sungai, dll), dan
Tabel 4.5. Luasan Lokasi Penelitian di Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2018
Tahun 2018
Beringin
lingkungan.
Nomor 2 tahun 2016 ada 7 (tujuh) aspek kondisi fisik permukiman kumuh.
berlindung dari bahaya, sebagai tempat tinggal, juga dapat dijadikan sarana
mewujudkan kehidupan diri, keluarga, dan masyarakat yang lebih baik. Kondisi
rumah dilokasi penelitian terdiri dari rumah permanen, semi permanen dan
terdapat dilokasi penelitian, ada 3 (tiga) kriteria yang harus kita lihat, yaitu:
disini adalah tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dalam Rencana Tata
dari tepi sungai pada waktu ditetapkan. Jumlah bangunan yang terdapat didalam
yang tidak sesuai dengan ketentuan rencana tata ruang. Berdasarkan hasil
yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis adalah sebanyak 1.641 unit
bangunan.
Untuk lebih jelasnya melihat kondisi bangunan dapat dilihat pada Tabel 4.7
Desa Tebing Tinggi Luas Kawasan Jumlah Bangunan Tidak Tingkat Bangunan Tidak Sesuai Jumlah Bangunan
Kumuh (ha) Bangunan Teratur (unit) Kepadatan Dengan Persyaratan di Sempadan
(unit) (unit) Teknis (unit) Sungai (unit)
- Dusun I 3,31 249 212 199 224 42
Jumlah 3,31 249 212 199 224 42
Desa Pkn. Tanjung Luas Kawasan Jumlah Bangunan Tidak Tingkat Bangunan Tidak Sesuai Jumlah Bangunan
Beringin Kumuh (ha) Bangunan Teratur (unit) Kepadatan Dengan Persyaratan di Sempadan
(unit) (unit) Teknis (unit) Sungai (unit)
- Dusun II 2,42 131 111 105 118 5
- Dusun IV 3,95 208 177 187 187 17
- Dusun V 6,63 349 297 279 314 52
- Dusun VIII 2,45 207 176 166 186 68
- Dusun IX 0,95 354 301 283 319 142
Jumlah 16,40 1249 1062 1020 1124 284
Desa Nagur Luas Kawasan Jumlah Bangunan Tidak Tingkat Bangunan Tidak Sesuai Jumlah Bangunan
Kumuh (ha) Bangunan Teratur (unit) Kepadatan Dengan Persyaratan di Sempadan
(unit) (unit) Teknis (unit) Sungai (unit)
- Dusun I 2,38 125 106 113 113 21
- Dusun II 1,44 200 170 180 180 58
Jumlah 3,82 325 276 293 293 79
dilapangan dan hasil perhitungan panjang jalan lingkungan yang terdapat dilokasi
yang terdapat di Kecamatan Tanjung Beringin, ada 2 (dua) kriteria yang harus
sudah terlayani.
dilapangan jenis permukaan jalan lingkungan dilokasi penelitian ada 3 (tiga) yaitu
aspal, cor beton dan tanah. Adapun panjang jalan lingkungan yang rusak dilokasi
penelitian adalah sepanjang 1.412 m. Untuk lebih jelasnya melihat kondisi jalan
lingkungan dapat dilihat pada Tabel 4.8 dan Gambar 4.12 s/d Gambar 4.19.
Desa Tebing Tinggi Luas Kawasan Panjang Jalan Area yang Belum Terlayani Panjang Jalan Lingkungan yang
Kumuh (ha) Lingkungan (m) Jalan Lingkungan (ha) Rusak (m)
- Dusun I 3,31 500 0 151
Jumlah 3,31 500 0 151
Desa Pkn. Tanjung Luas Kawasan Panjang Jalan Area yang Belum Terlayani Panjang Jalan Lingkungan yang
Beringin Kumuh (ha) Lingkungan (m) Jalan Lingkungan (ha) Rusak (m)
- Dusun II 2,42 122 0 73
- Dusun IV 3,95 198 0 119
- Dusun V 6,63 333 0 200
- Dusun VIII 2,45 123 0 74
- Dusun IX 0,95 48 0 29
Jumlah 16,40 824 0 494
Desa Nagur Luas Kawasan Panjang Jalan Area yang Belum Terlayani Panjang Jalan Lingkungan yang
Kumuh (ha) Lingkungan (m) Jalan Lingkungan (ha) Rusak (m)
- Dusun I 2,38 500 0 210
- Dusun II 1,44 800 0 556
Jumlah 3,82 1300 0 766
pemenuhan kebutuhan terhadap air minum merupakan suatu hal yang sangat
sumber air bersih yang dapat diolah dan dimanfaatkan dimana dalam
minum yang terdapat di Kecamatan Tanjung Beringin, ada 2 (dua) kriteria yang
masyarakat tidak dapat mengakses air minum yang memiliki kualitas tidak
berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Berdasarkan hasil observasi dan
bor. Adapun cara masyarakat untuk mendapatkan air bersih dari sumur bor
adalah dengan cara membeli kepada masyarakat yang memiliki sumur bor senilai
Adapun jumlah kk yang tidak terpenuhi dengan air minum yang sesuai dengan
Lebih jelasnya melihat kondisi penyediaan air minum dapat dilihat pada
Desa Tebing Tinggi Luas Kawasan Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Tidak Terakses Jumlah Penduduk Belum Terpenuhi Air
Kumuh (ha) Kawasan Kumuh (kk) Air Minum Berkualitas (kk) Minum Secara Kuantitas (kk)
- Dusun I 3,31 249 249 249
Jumlah 3,31 249 249 249
Desa Pkn. Tanjung Luas Kawasan Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Tidak Terakses Jumlah Penduduk Belum Terpenuhi Air
Beringin Kumuh (ha) Kawasan Kumuh (kk) Air Minum Berkualitas (kk) Minum Secara Kuantitas (kk)
- Dusun II 2,42 131 131 131
- Dusun IV 3,95 208 208 208
- Dusun V 6,63 349 349 349
- Dusun VIII 2,45 249 249 249
- Dusun IX 0,95 354 354 354
Jumlah 16,40 1291 1291 1291
Desa Nagur Luas Kawasan Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Tidak Terakses Jumlah Penduduk Belum Terpenuhi Air
Kumuh (ha) Kawasan Kumuh (kk) Air Minum Berkualitas (kk) Minum Secara Kuantitas (kk)
- Dusun I 2,38 125 125 125
- Dusun II 1,44 200 200 200
Jumlah 3,82 325 325 325
pengaliran dari buangan limbah cair yang bersumber dari limbah rumah tangga,
air buangan dan pengaruh pasang surutnya air sungai yang kesemuanya diatur
(kontur tanah) sehingga pengaliran air limbah dapat mengalir dengan baik ke
Tanjung Beringin, ada 5 (lima) kriteria yang harus kita lihat, yaitu :
genangan. Dari hasil observasi dan wawancara dilapangan dapat diketahui ada
beberapa titik yang mengalami genangan ketika hujan turun dan pasang air laut,
kawasan permukiman kumuh yang terkena genangan air ketika hujan turun dan
dan/atau saluran lokal tidak tersedia drainase. Dari hasil observasi dilapangan
dimana saluran lokal tidak terhubung dengan saluran pada hierarki diatasnya
Dari hasil observasi dilapangan dapat diketahui bahwa panjang drainase yang
dimana galian tanah tanpa material pelapis atau penutup atau telah terjadi
kerusakan. Dari hasil observasi kondisi drainase yang berada dilokasi penelitian
atau bau-bauan tidak keluar dari drainase dan bisa digunakan oleh pejalan kaki,
Lebih jelasnya melihat kondisi drainase lingkungan dapat dilihat pada Tabel
Desa Tebing Luas Kawasan Panjang Luas Area Luas Area yang Panjang Drainase Panjang Saluran Panjang Drainase
Tinggi Kumuh (ha) Drainase Genangan (>30 Tidak Terlayani Lingkungan yang Tidak Drainase yang dengan Kualitas
Lingkungan (m) cm, >2 Jam) Drainase Terhubung ke Drainase Tidak Terpelihara Buruk (m)
(ha) Lingkungan (ha) Makro (m) (m)
- Dusun I 3,31 1000 1,65 2,38 400 400 400
Jumlah 3,31 1000 1,65 2,38 400 400 400
Desa Pkn. Luas Kawasan Panjang Luas Area Luas Area yang Panjang Drainase Panjang Saluran Panjang Drainase
Tanjung Beringin Kumuh (ha) Drainase Genangan (>30 Tidak Terlayani Lingkungan yang Tidak Drainase yang dengan Kualitas
Lingkungan (m) cm, >2 Jam) Drainase Terhubung ke Drainase Tidak Terpelihara Buruk (m)
(ha) Lingkungan (ha) Makro (m) (m)
- Dusun II 2,42 244 1,21 1,74 97 122 146
- Dusun IV 3,95 396 1,98 2,85 159 198 238
- Dusun V 6,63 666 3,32 4,78 266 333 400
- Dusun VIII 2,45 246 1,23 1,77 98 123 148
- Dusun IX 0,95 96 0,48 0,68 38 48 58
Jumlah 16,40 1648 8,20 11,82 659 824 989
Desa Nagur Luas Kawasan Panjang Luas Area Luas Area yang Panjang Drainase Panjang Saluran Panjang Drainase
Kumuh (ha) Drainase Genangan (>30 Tidak Terlayani Lingkungan yang Tidak Drainase yang dengan Kualitas
Lingkungan (m) cm, >2 Jam) Drainase Terhubung ke Drainase Tidak Terpelihara Buruk (m)
(ha) Lingkungan (ha) Makro (m) (m)
- Dusun I 2,38 500 1,19 1,72 324 405 300
- Dusun II 1,44 800 0,72 1,04 196 245 480
Jumlah 3,82 1300 2,29 2,75 520 650 780
TOTAL 23,53 3948 12,14 14,57 1579 1874 2169
Gambar 4.28. Peta Kondisi Drainase Lingkungan di Dusun I Desa Tebing Tinggi Kecamatan Tanjung Beringin
kekumuhan ditinjau dari kondisi pengelolaan air limbah yang terdapat dilokasi
1) Sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan standar teknis yang
pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan standar teknis, adapun alasan
masyarakat yang tidak memiliki pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan
limbah manusia ke sungai. Jadi, pada umumnya masyarakat yang tidak memiliki
pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan standar teknis adalah masyarakat
yang berada di sempadan sungai. Adapun luas kawasan yang pengelolaan air
limbah tidak sesuai dengan standar teknis adalah seluas 22,96 ha.
persyaratan teknis yang berlaku. Adapun luas kawasan sarana dan prasarana
pengolahan air limbah tidak memenuhi persyaratan teknis adalah seluas 19,80
ha. Lebih jelasnya melihat kondisi pengolahan air limbah lingkungan dapat dilihat
Desa Tebing Tinggi Luas Kawasan Sistem Pengolahan Air Limbah yang tidak Sarana dan Prasarana Air Limbah yang
Kumuh (ha) sesuai dengan standar teknis (ha) tidak memenuhi persyaratan teknis (ha)
- Dusun I 3,31 3,23 2,78
Jumlah 3,31 3,23 2,78
Desa Pkn. Tanjung Luas Kawasan Sistem Pengolahan Air Limbah yang tidak Sarana dan Prasarana Air Limbah yang
Beringin Kumuh (ha) sesuai dengan standar teknis (ha) tidak memenuhi persyaratan teknis (ha)
- Dusun II 2,42 2,36 2,04
- Dusun IV 3,95 3,85 3,32
- Dusun V 6,63 6,47 5,58
- Dusun VIII 2,45 2,39 2,06
- Dusun IX 0,95 0,93 0,80
Jumlah 16,40 16,00 13,8
Desa Nagur Luas Kawasan Sistem Pengolahan Air Limbah yang tidak Sarana dan Prasarana Air Limbah yang
Kumuh (ha) sesuai dengan standar teknis (ha) tidak memenuhi persyaratan teknis (ha)
- Dusun I 2,38 2,33 2,01
- Dusun II 1,44 1,40 1,21
Jumlah 3,82 3,73 3,22
peduli akan kebersihan sehingga masih terlihat sampah yang dibuang bukan
pada tempatnya seperti pada pinggiran jalan dan pada lahan kosong dan
menyebabkan penumpukan.
persampahan yang terdapat dilokasi penelitian, ada 3 (tiga) kriteria yang harus
rumah tangga;
Dari hasil observasi dilapangan dapat diketahui bahwa luas kawasan yang
b. Pengumpulan lingkungan;
d. Pengolahan lingkungan.
Dari hasil observasi dilapangan dapat diketahui bahwa luas kawasan yang
tidak memiliki prasarana dan sarana persampahan sesuai dengan standar teknis
sehingga terjadi pencemaran lingkungan sekitar oleh sampah, baik sumber air
b. Pemeliharaan berkala.
Dari hasil observasi dilapangan dapat diketahui bahwa luas kawasan yang
terjadi pencemaran lingkungan sekitar oleh sampah, baik sumber air bersih,
Desa Tebing Luas Kawasan Area yang tidak memiliki sarpras Area dengan sistem pengolahan sampah Area sarpras
Tinggi Kumuh (ha) persampahan sesuai persyaratan teknis (ha) yang tidak sesuai standar teknis (ha) persampahan tidak
terpelihara (ha)
- Dusun I 3,31 2,62 2,62 0,69
Jumlah 3,31 2,62 2,62 0,69
Desa Pkn. Luas Kawasan Area yang tidak memiliki sarpras Area dengan sistem pengolahan sampah Area sarpras
Tanjung Beringin Kumuh (ha) persampahan sesuai persyaratan teknis (ha) yang tidak sesuai standar teknis (ha) persampahan tidak
terpelihara (ha)
- Dusun II 2,42 1,92 1,92 0,50
- Dusun IV 3,95 3,13 3,13 0,82
- Dusun V 6,63 5,26 5,26 1,37
- Dusun VIII 2,45 1,94 1,94 0,51
- Dusun IX 0,95 0,75 0,75 0,20
Jumlah 16,40 13,00 13,00 3,40
Desa Nagur Luas Kawasan Area yang tidak memiliki sarpras Area dengan sistem pengolahan sampah Area sarpras
Kumuh (ha) persampahan sesuai persyaratan teknis (ha) yang tidak sesuai standar teknis (ha) persampahan tidak
terpelihara (ha)
- Dusun I 2,38 1,89 1,89 0,49
- Dusun II 1,44 1,14 1,14 0,30
Jumlah 3,82 3,03 3,03 0,79
cepat karena banyak benda yang mudah terbakar, tidak ada konstruksi
dipermukiman.
terdapat dilokasi penelitian, ada 2 (dua) kriteria yang harus kita lihat, yaitu:
a. pasokan air yang diperoleh dari sumber alam (kolam air, danau, sungai,
sumur dalam) maupun buatan (tangki air, kolam renang, reservoir air, mobil
c. sarana komunikasi yang terdiri dari alat-alat yang dapat dipakai untuk
Dari hasil observasi dilapangan dapat diketahui bahwa luas kawasan yang
pemadam kebakaran.
Dari hasil observasi dilapangan dapat diketahui bahwa luas kawasan yang
sarana proteksi kebakaran tidak memenuhi persyaratan teknis adalah 10,18 ha,
kebakaran.
Lebih jelasnya melihat kondisi proteksi kebakaran dapat dilihat pada Tabel
Desa Tebing Tinggi Luas Kawasan Area yang tidak tersedia prasarana proteksi Area kawasan yang tidak tersedia sarana
Kumuh (ha) kebakaran (ha) proteksi kebakaran (ha)
- Dusun I 3,31 1,98 1,32
Jumlah 3,31 1,98 1,32
Desa Pkn. Tanjung Luas Kawasan Area yang tidak tersedia prasarana proteksi Area kawasan yang tidak tersedia sarana
Beringin Kumuh (ha) kebakaran (ha) proteksi kebakaran (ha)
- Dusun II 2,42 1,45 0,97
- Dusun IV 3,95 2,37 1,58
- Dusun V 6,63 3,98 2,65
- Dusun VIII 2,45 1,47 0,98
- Dusun IX 0,95 0,57 0,38
Jumlah 16,40 9,84 6,56
Desa Nagur Luas Kawasan Area yang tidak tersedia prasarana proteksi Area kawasan yang tidak tersedia sarana
Kumuh (ha) kebakaran (ha) proteksi kebakaran (ha)
- Dusun I 2,38 0,95 1,43
- Dusun II 1,44 0,58 0,86
Jumlah 3,82 1,53 2,29
Beringin
2016, nilai tingkat kekumuhan Kecamatan Tanjung Beringin adalah 64. Jadi,
yaitu interval antara 45-70. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.14,
Halaman 150.
sebagai berikut:
Gedung, Penyediaan Air Minum dan Pengelolaan Air Limbah dengan kondisi
dengan Kondisi Kumuh Sedang, pada aspek Jalan Lingkungan dan Drainase
Tanjung Beringin
Serdang Bedagai yaitu Bappeda dan Dinas PKP Kabupaten Serdang Bedagai
yang sudah dilakukan selama ini belum berjalan secara maksimal. Konsep
ketika diberikan bantuan, dan sebagainya. Dilihat dari berbagai program dan
kegiatan yang sudah dilaksanakan dan besarnya sumber dana yang telah
yang tidak mudah untuk diatasi walaupun jumlah penduduk miskin sudah semakin
berkurang. Hal ini terjadi karena upaya penanganan kawasan permukiman kumuh
merupakan upaya terpadu yang harus dilakukan oleh semua pihak termasuk juga
masyarakat miskin itu sendiri dengan komitmen yang kuat dari semua unsur
a. Lingkungan Internal
- Kekuatan:
pelayanan maksimal.
- Kelemahan:
b. Lingkungan Eksternal
- Peluang:
Permukiman.
• Adanya kerja sama dengan swasta dan investor dalam penyediaan dana
dari dinas.
permukiman kumuh.
• Pola pikir masyarakat yang cenderung lebih memilih bantuan berupa uang
daripada material.
selanjutnya ditentukan faktor – faktor apa saja yang menjadi pendukung dan
dari kekuatan organisasi dan peluang yang ada, yaitu sebagai berikut:
SDM dinas.
Permukiman.
k. Adanya kerja sama dengan swasta dan investor dalam penyediaan dana
permukiman kumuh didapatkan dari kelemahan organisasi dan ancaman yang ada,
permukiman kumuh
dari dinas.
permukiman kumuh.
j. Pola pikir masyarakat yang cenderung lebih memilih bantuan berupa uang
daripada material.
isu strategis yang ada dalam penanganan kawasan permukiman kumuh. Isu-isu
strategis ini diperoleh dari hasil interaksi antara lingkungan internal dan eksternal.
kumuh yaitu:
yang bersifat moderat strategi dan strategi yang bersifat strategis yaitu:
kembali;
kembali;
kembali.
legalitas lahan serta pola dan strategi penanganan kawasan permukiman kumuh
kondisinya dinilai kurang memenuhi syarat untuk menjadi kawasan yang lebih
baik (Indra,2012).
suatu wilayah yang tidak teratur menjadi teratur, lengkap dengan prasarana dan
jalan kendaraan, jalan setapak, saluran drainase, MCK (Budi Prayitno, 2015).
permukiman kumuh di atas air, status tanah ilegal, maka pola penanganannya
permukiman kumuh di tepi air, status tanah legal, maka pola penanganannya
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.16 Halaman 167 dan
Beringin
Kecamatan Tanjung Beringin dapat dilihat pada Tabel 4.19 Halaman 173 dan
Tanjung Beringin
No Tipologi Bangunan Gedung Jalan Penyediaan Air Drainase Pengelolaan Air Pengelolaan Sistem
Permukiman Lingkungan Minum Lingkungan Limbah Persampahan Proteksi
Kumuh Kebakaran
1. Perumahan membangun memanfaatkan sistem memanfaatkan unit pemipaan Unit Pasokan air
kumuh dan rumah dengan material jalan distribusi jika material saluran jika pengumpulan memanfaatkan
permukiman sistem panggung yang punya menggunakan drainase yang menggunakan sampah seperti sumber air
kumuh di atas air dengan pondasi ketahanan perpipaan, punya ketahanan sistem TPS dapat setempat
umpak atau pondasi terhadap daya maka: terhadap daya pengolahan air ditempatkan di
dalam sesuai rusak air, bisa pipa rusak air, bisa limbah terpusat, atas air
karakteristik tanpa perkerasan sambungan tanpa perkerasan maka:
bangunan ( kayu, bambu) dipasang ( kayu, pasangan pipa
intensitas atau dengan menempel pada batu) atau dengan sambungan
pemanfaatan ruang perkerasan kaku konstruksi jalan perkerasan kaku dipasang
untuk bangunan (beton) sesuai / drainase di atas (beton) sesuai menempel pada
disesuaikan dengan dengan air; atau dengan konstruksi jalan /
ketentuan yang karakteristik pipa karakteristik drainase di atas
berlaku lokal sambungan lokal air; atau
memanfaatkan berada di bawah pipa
bahan bangunan, air sambungan
khususnya untuk dan berada di bawah
pondasi, yang punya memanfaatkan air dan
ketahanan terhadap material yang memanfaatkan
daya rusak air punya ketahanan material yang
terhadap daya punya ketahanan
rusak air terhadap daya
rusak air
2. Perumahan membangun memanfaatkan sistem memanfaatkan unit pemipaan Unit Pasokan air
kumuh dan rumah dengan material jalan distribusi jika material saluran jika pengumpulan memanfaatkan
permukiman konsep waterfrotnt yang punya menggunakan drainase yang menggunakan sampah seperti sumber air
kumuh di tepi air housing, menjadikan ketahanan perpipaan, punya ketahanan sistem TPS dapat setempat
kawasan perairan terhadap daya maka: terhadap daya pengolahan air ditempatkan di
sebagai halaman rusak air, bisa pada sisi rusak air, bisa limbah terpusat, atas air
depan tanpa perkerasan perairan, pipa tanpa perkerasan maka:
( kayu, bambu) sambungan ( kayu, pasangan pada sisi
intensitas atau dengan dipasang batu) atau dengan perairan, pipa
pemanfaatan ruang perkerasan kaku menempel pada perkerasan kaku sambungan
untuk bangunan (beton) sesuai konstruksi jalan (beton) sesuai dipasang
disesuaikan dengan dengan / drainase di atas dengan menempel
ketentuan yang karakteristik air; atau karakteristik pada konstruksi
berlaku lokal pada sisi lokal jalan / drainase
daratan, pipa di atas air; atau
memanfaatkan sambungan pada sisi
bahan bangunan, berada di bawah daratan pipa
khususnya untuk tanah sambungan
pondasi, yang punya berada di bawah
ketahanan terhadap tanah
daya rusak air
Beringin
5.1. Kesimpulan
yang tidak sesuai persyartan teknis, dan tidak adanya proteksi kebakaran.
seluas 2,76 ha dengan status tanah Ilegal melalui Program Konsolidasi Lahan
(KIP).
Dari kesimpulan diatas, saran yang dapat diberikan untuk memperkuat dan
Beringin yaitu:
Sanimas
limbah
permukiman kumuh.
(KIP).
4. Diharapkan peta yang sudah dibuat dalam penulisan tesis ini dapat sebagai
Cholid, Sofyan. 2009. Sistem Informasi Geografis: Suatu Pengantar. Bogor: Staff
Akademik Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP UI.
Johara, T.J. 1999. Tataguna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan dan Wilayah,
Bandung; Institut Teknologi Bandung.
Kuswartojo, tjuk dan suparti A. Salim. 1997. Perumahan dan Pemukiman Yang
Berwawasan Lingkungan. Jakarta: Direktoral Jenderal Pendidikan Tinggi
Dapertemen dan Kebudayaan.
Lubis, A.S. 2010. Kajian Karakteristik Pemukim Kumuh dan Liar di Perkotaan. Tesis
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Medan. Tidak Dipublikasikan.
Sinulingga. 1999. Pembangunan Kota, Tinjauan Regional dan Lokal. Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta.
Sinulingga. 2005. Pembangunan Kota Tinjauan Regional dan Lokal. Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta.