Anda di halaman 1dari 218

ANALISIS TINGKAT KEKUMUHAN DAN STRATEGI

PENANGANAN KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH


DI KECAMATAN TANJUNG BERINGIN
KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

TESIS

Oleh :

VIVUT ANGGARA
167003054/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


ANALISIS TINGKAT KEKUMUHAN DAN STRATEGI
PENANGANAN KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
DI KECAMATAN TANJUNG BERINGIN
KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains
dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah Pada Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh :

VIVUT ANGGARA
167003054/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Telah diuji pada
Tanggal 25 Oktober 2018

PANITIA PENGUJI TESIS


Ketua : Prof. Dr. lic. rer. reg. Sirojuzilam, SE
Anggota : 1. Dr. Rujiman, MA
2. Prof. Dr. Suwardi Lubis, MS
3. Dr. Agus Purwoko, S.Hut, M.Si
4. Dr. Ir. Dwi Lindarto, MT

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN

“ANALISIS TINGKAT KEKUMUHAN DAN STRATEGI PENANGANAN


KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN TANJUNG
BERINGIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI”

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat
untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Perencanaan
Pembangunan Wilayah dan Perdesaan Sekolah Pasca Sarjana Universitas
Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian


tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis
camtumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika
penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis


ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian
tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang
penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundang
yang berlaku.

Medan, Oktober 2018


Penulis

Vivut Anggara

Universitas Sumatera Utara


ANALISIS TINGKAT KEKUMUHAN DAN STRATEGI PENANGANAN
KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN TANJUNG
BERINGIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

ABSTRAK

Permasalahan kawasan permukiman kumuh sering kali menjadi salah satu


isu utama yang cukup menjadi polemik, sehingga seperti tidak pernah
terselesaikan oleh upaya penanganan yang dari waktu ke waktu yang sudah
dilakukan. Secara khusus dampak kawasan permukiman kumuh juga akan
menimbulkan paradigma buruk terhadap penyelenggaraan pemerintahan, dengan
memberikan dampak citra negatif akan ketidakberdayaan dan ketidakmampuan
pemerintah dalam pengaturan pelayanan dan kesejahteraan kehidupan
masyarakatnya. Masalah kawasan permukiman kumuh juga dialami oleh
Kabupaten Serdang Bedagai, khususnya di Kecamatan Tanjung Beringin sebagai
kampung nelayan atau pesisir. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi
kondisi fisik permukiman kumuh, menganalisis tingkat kekumuhan permukiman
dan menganalisis strategi penanganan. Penelitian ini merupakan suatu penelitian
deskriptif analisis kualitatif dimana peneliti menggambarkan fenomena, yang ada
dengan menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematis untuk mempermudah
pemahaman dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan
bahwa kondisi fisik kawasan permukiman kumuh di Kecamatan Tanjung Beringin
diperlukan adanya pola penanganan: permukiman kembali dan peremajaan, hasil
analisis untuk tingkat kekumuhan permukiman di Kecamatan Tanjung Beringin
adalah Kumuh Sedang (KS), dan hasil analisis untuk perencanaan penanganan
adalah model Konsolidasi Lahan (Land Consolidation) dan program perbaikan
kampung (KIP).

Kata Kunci : Analisis Tingkat Kekumuhan, Perencanaan Penanganan,


Kawasan Permukiman Kumuh dan Kecamatan Tanjung Beringin.

Universitas Sumatera Utara


ANALYSIS OF COMMUNITY LEVEL AND STRATEGY OF HUMAN
RESOURCES HANDLING IN TANJUNG BERINGIN DISTRICT,
SERDANG BEDAGAI DISTRICT

ABSTRACT

The problem of slum areas is often one of the main issues that is quite a polemic,
so that it has never been resolved by the handling efforts that have been made
from time to time. In particular, the impact of slum areas will also lead to a bad
paradigm of governance, by giving a negative image of the powerlessness and
inability of the government to regulate the services and welfare of its people. The
problem of slum areas is also experienced by Serdang Bedagai Regency,
especially in Tanjung Beringin District as a fishing or coastal village. The purpose
of this study was to identify the physical conditions of slums, analyze the level of
slums of settlements and analyze handling strategies. This research is a descriptive
qualitative analysis research in which the researcher describes the phenomenon,
which exists by analyzing and presenting the facts systematically to facilitate
understanding and drawing conclusions. Based on the results of the study
concluded that the physical condition of slum areas in Tanjung Beringin
Subdistrict required a pattern of handling: resettlement and rejuvenation, the
results of analysis for the level of settlement slums in Tanjung Beringin
Subdistrict were Medium Slum (KS), and the analysis for handling planning was a
Consolidation model (Land Consolidation) and village improvement program
(KIP).

Keywords: Analysis of Slums, Handling Planning, Slum Settlement Areas


and Tanjung Beringin District.

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan berkah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan tesis ini, yang berjudul “Analisis Tingkat Kekumuhan
dan Strategi Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh di Kecamatan
Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai”.
Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis banyak
memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Robert Sibarani, MS selaku Direktur Sekolah Pasca
Sarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. lic. Rer. reg. Sirojuzilam, SE selaku Ketua Program
Studi Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan sekaligus
sebagai Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan
masukan kepada penulis.
4. Ibu Prof. Dr. Erika Revida, MS selaku Sekretaris Studi Magister
Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan.
5. Bapak Dr. Rujiman, MA selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini.
6. Bapak Prof. Dr. Suwardi Lubis, MS, Bapak Dr. Agus Purwoko, S.Hut,
M.Si, dan Bapak Dr. Ir. Dwi Lindarto, MT selaku komisi pembanding
yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis.
7. Penghargaan tertinggi penulis sampaikan Kepada Ayahanda Surmin dan
Ibunda Satik (Almh), Ayahanda Ponimin dan Ibunda Dahlia serta istri
tercinta Rustiani, S.Kep Ners, Anak-anak tersayang M. Arya Rheyga
Anggara, M. Abidzar Rayyan Anggara dan M. Akhtar Ruzain Anggara,
beserta keluarga besar.

Universitas Sumatera Utara


8. Teman-teman seperjuangan Studi Magister Perencanaan Pembangunan
Wilayah dan Pedesaan 2016.
9. Seluruh civitas akademik Program Studi Magister Perencanaan
Pembangunan Wilayah dan Pedesaan.
Akhir kata, semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi penulis sendiri,
pemangku kepentingan dan ilmu pengetahuan. Semoga kemudahan, kelapangan
dan kebaikan selalu menyertai kita, amin.
Medan, Oktober 2018

Penulis

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Vivut Anggara lahir di Saentis, Kabupaten Deli Serdang - Sumatera Utara,


pada tanggal 22 April 1983, merupakan anak ketiga dari tujuh bersaudara, anak
dari pasangan Ayahanda Surmin dan Alm. Ibunda Satik. Pada Tahun 2005
menikah dengan Rustiani, S.Kep, Ners dan dikaruniahi 3 orang anak laki-laki
yaitu M. Arya Rheyga Anggara, M. Abidzar Rayyan Anggara dan M. Akthar
Ruzain Anggara.
Jenjang pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah, pada tahun 1996
lulus Sekolah Dasar Negeri 104209 Saentis, Tahun 1999 lulus dari SMP Negeri 3
Percut Sei Tuan, dan Tahun 2002 lulus dari SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan
jurusan Teknik Gambar Bangunan. Kemudian pada Tahun 2002 penulis
melanjutkan studi S1 di Institut Teknologi Medan (ITM) jurusan Teknik
Arsitektur dan lulus di Tahun 2007 dengan gelar Sarjana Teknik (ST).
Hingga sekarang penulis aktif bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS)
di Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Serdang Bedagai.
Pada Tahun 2016 penulis melanjutkan studi pendidikan S2 pada Program Studi
Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) Universitas Sumatera
Utara (USU) - Medan.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i
ABSTRACT ........................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................v
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.........................................................................................1
1.2. Perumusan Masalah .................................................................................6
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................ 6
1.4. Manfaat Penelitian............................................................................... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Penelitian Terdahulu ............................................................................. 8
2.2. Pengertian Perumahan dan Permukiman...................................................... 11
2.2.1. Persyaratan Permukiman..............................................................14
2.2.2. Elemen Dasar Perumahan dan Permukiman...................................... 15
2.2.3. Kriteria Permukiman yang Layak Huni ............................................. 17
2.2.4. Faktor Penyebab Tumbuhnya Kawasan Permukiman ...................... 19
2.3. Pengertian Kumuh .................................................................................20
2.4. Pengertian Kawasan Permukiman Kumuh ............................................20
2.5. Faktor Penyebab Tumbuhnya Permukiman Kumuh .............................23
2.6. Indikator Permukiman Kumuh ..............................................................25
2.7. Kriteria dan Penilaian Tingkat Kekumuhan ..........................................31
2.8. Tipologi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh ........................40
2.9. Pola Penanganan Permukiman Kumuh .................................................41
2.10. Perencanaan Penanganan Permukiman Kumuh ..................................42

Universitas Sumatera Utara


2.10.1. Pengertian Perbaikan Permukiman ............................................42
2.10.2. Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman .......................43
2.11. Kerangka Berpikir ...............................................................................47

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................48
3.2. Jenis Penelitian ................................................................................... 49
3.3. Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 49
3.4. Analisis Data..........................................................................................52

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Deskripsi Daerah Penelitian Kabupaten Serdang Bedagai.......................62
4.1.1. Letak dan Keadaan Geografis ......................................................62
4.1.2. Kependudukan .............................................................................65
4.2. Deskripsi Daerah Penelitian Kecamatan Tanjung Beringin ................ 66
4.2.1. Letak dan Keadaan Geografis ......................................................66
4.2.2. Topografi dan Ketinggian ............................................................69
4.2.3. Iklim .............................................................................................69
4.2.4. Kependudukan .............................................................................69
4.2.5. Fasilitas Pendidikan .....................................................................70
4.2.6. Fasilitas Kesehatan .......................................................................72
4.2.7. Fasilitas Peribadatan.....................................................................72
4.3. Deliniasi Kawasan Permukiman Kumuh di Kecamatan Tanjung
Beringin .............................................................................................. 73
4.4. Analisis Kondisi Fisik Kawasan Permukiman Kumuh di Kecamatan
Tanjung Beringin ...................................................................................74
4.4.1. Kondisi Bangunan ........................................................................74
4.4.2. Kondisi Jalan Lingkungan............................................................85
4.4.3. Kondisi Penyediaan Air Minum...................................................95
4.4.4. Kondisi Drainase Lingkungan ...................................................106
4.4.5. Kondisi Pengelolaan Air Limbah ...............................................117
4.4.6. Kondisi Pengelolaan Persampahan ............................................127

Universitas Sumatera Utara


4.4.7. Kondisi Proteksi Kebakaran.......................................................138
4.5. Analisis Tingkat Kekumuhan Kawasan Permukiman di Kecamatan
Tanjung Beringin .................................................................................149
4.6. Analisis Strategi Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh di
Kecamatan Tanjung Beringin ..............................................................157

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan ..............................................................................................184
5.2. Saran ................................................................................................. 185

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................187


LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman


2.1. Penelitian Terdahulu ....................................................................................8
2.2. Kriteria dan Penilaian Tingkat Kekumuhan ...............................................33
2.3. Tipologi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh .............................40
3.1. Faktor/ Parameter Tingkat Kekumuhan .....................................................54
4.1. Luas Wilayah Per Kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai..................63
4.2. Jumlah dan Distribusi Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten
Serdang Bedagai Tahun 2016 ....................................................................65
4.3. Luas Wilayah Per Desa di Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2016......67
4.4. Jumlah Penduduk di Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2016 ...............70
4.5. Luasan Lokasi Penelitian di Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2018 ...71
4.6. Keadaan Sungai Lokasi Penelitian di Kecamatan Tanjung Beringin ........72
4.7. Kondisi Bangunan di Area Deliniasi Kawasan Permukiman Kumuh di
Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2018 ................................................76
4.8. Kondisi Jalan Lingkungan di Area Deliniasi Kawasan Permukiman
Kumuh di Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2018 ...............................86
4.9. Kondisi Penyediaan Air Minum di Area Deliniasi Kawasan Permukiman
Kumuh di Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2018 ...............................97
4.10. Kondisi Drainase Lingkungan di Area Deliniasi Kawasan Permukiman
Kumuh di Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2018 .............................108
4.11. Kondisi Pengelolaan Air Limbah di Area Deliniasi Kawasan Permukiman
Kumuh di Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2018 .............................118
4.12. Kondisi Pengelolaan Persampahan di Area Deliniasi Kawasan
Permukiman Kumuh di Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2018 ........129
4.13. Kondisi Proteksi Kebakaran di Area Deliniasi Kawasan Permukiman
Kumuh di Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2018 .............................140
4.14. Parameter Tingkat Kekumuhan Kawasan Permukiman Kecamatan
Tanjung Beringin......................................................................................150
4.15. Penentuan Aspek Kekumuhan Kawasan Permukiman Kumuh di
Kecamatan Tanjung Beringin...................................................................157

Universitas Sumatera Utara


4.16. Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh di Kecamatan Tanjung
Beringin ....................................................................................................167
4.17. Pola Penanganan Bangunan dan Infrastruktur Pendukung pada
Permukiman Kumuh Menurut Tipologinya di Kecamatan Tanjung
Beringin ....................................................................................................169
4.18. Penanganan Fisik Infrastruktur menurut Pola Penanganan Perumahan
Kumuh dan Permukiman Kumuh di Kecamatan Tanjung Beringin ........171
4.19. Matriks Perencanaan Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh di
Kecamatan Tanjung Beringin...................................................................173

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman


2.1. Kerangka Berpikir ......................................................................................47
3.1. Peta Lokasi Penelitian ................................................................................48
4.1. Peta Administrasi Kabupaten Serdang Bedagai .........................................64
4.2. Peta Administrasi Kecamatan Tanjung Beringin .......................................68
4.3. Peta Lokasi Penelitian di Kecamatan Tanjung Beringin ............................73
4.4. Peta Kondisi Bangunan di Dusun I Tebing Tinggi Kecamatan Tanjung
Beringin ......................................................................................................77
4.5. Peta Kondisi Bangunan di Dusun II Desa Pekan Tanjung Beringin
Kecamatan Tanjung Beringin.....................................................................78
4.6. Peta Kondisi Bangunan di Dusun IV Desa Pekan Tanjung Beringin
Kecamatan Tanjung Beringin.....................................................................79
4.7. Peta Kondisi Bangunan di Dusun V Desa Pekan Tanjung Beringin
Kecamatan Tanjung Beringin.....................................................................80
4.8. Peta Kondisi Bangunan di Dusun VIII Desa Pekan Tanjung Beringin
Kecamatan Tanjung Beringin.....................................................................81
4.9. Peta Kondisi Bangunan di Dusun IX Desa Pekan Tanjung Beringin
Kecamatan Tanjung Beringin.....................................................................82
4.10. Peta Kondisi Bangunan di Dusun I Desa Nagur Kecamatan Tanjung
Beringin ......................................................................................................83
4.11. Peta Kondisi Bangunan di Dusun II Desa Nagur Kecamatan Tanjung
Beringin ......................................................................................................84
4.12. Peta Kondisi Jalan Lingkungan di Dusun I Desa Tebing Tinggi Kecamatan
Tanjung Beringin........................................................................................87
4.13. Peta Kondisi Jalan Lingkungan di Dusun II Desa Pekan Tanjung Beringin
Kecamatan Tanjung Beringin.....................................................................88
4.14. Peta Kondisi Jalan Lingkungan di Dusun IV Desa Pekan Tanjung Beringin
Kecamatan Tanjung Beringin.....................................................................89
4.15. Peta Kondisi Jalan Lingkungan di Dusun V Desa Pekan Tanjung Beringin
Kecamatan Tanjung Beringin.....................................................................90

Universitas Sumatera Utara


4.16. Peta Kondisi Jalan Lingkungan di Dusun VIII Desa Pekan Tanjung
Beringin Kecamatan Tanjung Beringin......................................................91
4.17. Peta Kondisi Jalan Lingkungan di Dusun IX Desa Pekan Tanjung Beringin
Kecamatan Tanjung Beringin.....................................................................92
4.18. Peta Kondisi Jalan Lingkungan di Dusun I Desa Nagur Kecamatan
Tanjung Beringin........................................................................................93
4.19. Peta Kondisi Jalan Lingkungan di Dusun II Desa Nagur Kecamatan
Tanjung Beringin........................................................................................94
4.20. Peta Kondisi Penyediaan Air Minum di Dusun I Desa Tebing Tinggi
Kecamatan Tanjung Beringin.....................................................................98
4.21. Peta Kondisi Penyediaan Air Minum di Dusun II Desa Pekan Tanjung
Beringin Kecamatan Tanjung Beringin......................................................99
4.22. Peta Kondisi Jalan Penyediaan Air Minum di Dusun IV Desa Pekan
Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin .....................................100
4.23. Peta Kondisi Penyediaan Air Minum di Dusun V Desa Pekan Tanjung
Beringin Kecamatan Tanjung Beringin....................................................101
4.24. Peta Kondisi Penyediaan Air Minum di Dusun VIII Desa Pekan Tanjung
Beringin Kecamatan Tanjung Beringin....................................................102
4.25. Peta Kondisi Penyediaan Air Minum di Dusun IX Desa Pekan Tanjung
Beringin Kecamatan Tanjung Beringin....................................................103
4.26. Peta Kondisi Penyediaan Air Minum di Dusun I Desa Nagur Kecamatan
Tanjung Beringin......................................................................................104
4.27. Peta Kondisi Penyediaan Air Minum di Dusun II Desa Nagur Kecamatan
Tanjung Beringin......................................................................................105
4.28. Peta Kondisi Drainase Lingkungan di Dusun I Desa Tebing Tinggi
Kecamatan Tanjung Beringin...................................................................109
4.29. Peta Kondisi Drainase Lingkungan di Dusun II Desa Pekan Tanjung
Beringin Kecamatan Tanjung Beringin....................................................110
4.30. Peta Kondisi Drainase Lingkungan di Dusun IV Desa Pekan Tanjung
Beringin Kecamatan Tanjung Beringin....................................................111
4.31. Peta Kondisi Drainase Lingkungan di Dusun V Desa Pekan Tanjung
Beringin Kecamatan Tanjung Beringin....................................................112

Universitas Sumatera Utara


4.32. Peta Kondisi Drainase Lingkungan di Dusun VIII Desa Pekan Tanjung
Beringin Kecamatan Tanjung Beringin....................................................113
4.33. Peta Kondisi Drainase Lingkungan di Dusun IX Desa Pekan Tanjung
Beringin Kecamatan Tanjung Beringin....................................................114
4.34. Peta Kondisi Drainase Lingkungan di Dusun I Desa Nagur Kecamatan
Tanjung Beringin......................................................................................115
4.35. Peta Kondisi Drainase Lingkungan di Dusun II Desa Nagur Kecamatan
Tanjung Beringin......................................................................................116
4.36. Peta Kondisi Pengelolaan Air Limbah di Dusun I Desa Tebing Tinggi
Kecamatan Tanjung Beringin...................................................................119
4.37. Peta Kondisi Pengelolaan Air Limbah di Dusun II Desa Pekan Tanjung
Beringin Kecamatan Tanjung Beringin....................................................120
4.38. Peta Kondisi Pengelolaan Air Limbah di Dusun IV Desa Pekan Tanjung
Beringin Kecamatan Tanjung Beringin....................................................121
4.39. Peta Kondisi Pengelolaan Air Limbah di Dusun V Desa Pekan Tanjung
Beringin Kecamatan Tanjung Beringin....................................................122
4.40. Peta Kondisi Pengelolaan Air Limbah di Dusun VIII Desa Pekan Tanjung
Beringin Kecamatan Tanjung Beringin....................................................123
4.41. Peta Kondisi Pengelolaan Air Limbah di Dusun IX Desa Pekan Tanjung
Beringin Kecamatan Tanjung Beringin....................................................124
4.42. Peta Kondisi Pengelolaan Air Limbah di Dusun I Desa Nagur Kecamatan
Tanjung Beringin......................................................................................125
4.43. Peta Kondisi Pengelolaan Air Limbah di Dusun II Desa Nagur Kecamatan
Tanjung Beringin......................................................................................126
4.44. Peta Kondisi Pengelolaan Persampahan di Dusun I Desa Tebing Tinggi
Kecamatan Tanjung Beringin...................................................................130
4.45. Peta Kondisi Pengelolaan Air Limbah di Dusun II Desa Pekan Tanjung
Beringin Kecamatan Tanjung Beringin....................................................131
4.46. Peta Kondisi Pengelolaan Air Limbah di Dusun IV Desa Pekan Tanjung
Beringin Kecamatan Tanjung Beringin....................................................132
4.47. Peta Kondisi Pengelolaan Air Limbah di Dusun V Desa Pekan Tanjung
Beringin Kecamatan Tanjung Beringin....................................................133

Universitas Sumatera Utara


4.48. Peta Kondisi Pengelolaan Air Limbah di Dusun VIII Desa Pekan Tanjung
Beringin Kecamatan Tanjung Beringin....................................................134
4.49. Peta Kondisi Pengelolaan Air Limbah di Dusun IX Desa Pekan Tanjung
Beringin Kecamatan Tanjung Beringin....................................................135
4.50. Peta Kondisi Pengelolaan Air Limbah di Dusun I Desa Nagur Kecamatan
Tanjung Beringin......................................................................................136
4.51. Peta Kondisi Pengelolaan Air Limbah di Dusun II Desa Nagur Kecamatan
Tanjung Beringin......................................................................................137
4.52. Peta Kondisi Proteksi Kebakaran di Dusun I Desa Tebing Tinggi
Kecamatan Tanjung Beringin...................................................................141
4.53. Peta Kondisi Proteksi Kebakaran di Dusun II Desa Pekan Tanjung
Beringin Kecamatan Tanjung Beringin....................................................142
4.54. Peta Kondisi Proteksi Kebakaran di Dusun IV Desa Pekan Tanjung
Beringin Kecamatan Tanjung Beringin....................................................143
4.55. Peta Kondisi Proteksi Kebakaran di Dusun V Desa Pekan Tanjung
Beringin Kecamatan Tanjung Beringin....................................................144
4.56. Peta Kondisi Proteksi Kebakaran di Dusun VIII Desa Pekan Tanjung
Beringin Kecamatan Tanjung Beringin....................................................145
4.57. Peta Kondisi Proteksi Kebakaran di Dusun IX Desa Pekan Tanjung
Beringin Kecamatan Tanjung Beringin....................................................146
4.58. Peta Kondisi Proteksi Kebakaran di Dusun I Desa Nagur Kecamatan
Tanjung Beringin......................................................................................147
4.59. Peta Kondisi Proteksi Kebakaran di Dusun II Desa Nagur Kecamatan
Tanjung Beringin......................................................................................148
4.60. Site Plan Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh di Kecamatan
Tanjung Beringin......................................................................................168
4.61. Site Plan Perencanaan Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh
Kecamatan Tanjung Beringin...................................................................176
4.62. Perencanaan Penanganan Bangunan di Kawasan Permukiman Kumuh
Kecamatan Tanjung Beringin...................................................................177
4.63. Perencanaan Penanganan Jalan Lingkungan di Kawasan Permukiman
Kumuh Kecamatan Tanjung Beringin......................................................178

Universitas Sumatera Utara


4.64. Perencanaan Penanganan Pengelolaan Air Minum di Kawasan
Permukiman Kumuh Kecamatan Tanjung Beringin ................................179
4.65. Perencanaan Penanganan Drainase Lingkungan di Kawasan Permukiman
Kumuh Kecamatan Tanjung Beringin......................................................180
4.66. Perencanaan Penanganan Pengelolaan Air Limbah di Kawasan
Permukiman Kumuh Kecamatan Tanjung Beringin ................................181
4.67. Perencanaan Penanganan Pengelolaan Persampahan di Kawasan
Permukiman Kumuh Kecamatan Tanjung Beringin ................................182
4.68. Perencanaan Penanganan Proteksi Kebakaran di Kawasan Permukiman
Kumuh Kecamatan Tanjung Beringin......................................................183

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lingkungan permukiman kumuh merupakan masalah yang terjadi atau

sering dihadapi di kota besar, tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga

berlangsung di kota-kota besar di dunia (Sri, 1988), begitupula di negara-negara

berkembang di Asia dan Afrika, menurut publikasi World Bank (1999) lingkungan

permukiman kumuh digambarkan sebagai bagian yang terabaikan dari

lingkungan perkotaan dimana kondisi kehidupan dan penghidupan

masyarakatnya sangat memprihatinkan, yang diantaranya ditunjukkan dengan

kondisi lingkungan hunian yang tidak layak huni, tingkat kepadatan penduduk

yang tinggi, sarana dan prasarana lingkungan yang tidak memenuhi syarat, tidak

tersedianya fasilitas pendidikan, kesehatan maupun sarana dan prasarana sosial

budaya kemasyarakatan yang memadai. Kekumuhan lingkungan permukiman

cenderung bersifat paradoks, bagi masyarakat yang tinggal di lingkungan

tersebut, kekumuhan adalah kenyataan sehari-hari yang tidak mereka

masalahkan, sedangkan di pihak lain yang berkeinginan untuk menanganinya,

masalah kumuh adalah suatu permasalahan yang harus segera ditanggulangi

penanganannya.

Perkembangan kota merupakan suatu proses perubahan kota dari suatu

keadaan ke keadaan yang lain dalam waktu yang berbeda yang dapat dicirikan

dari penduduknya yang makin bertambah dan makin padat, bangunan-

Universitas Sumatera Utara


bangunannya yang semakin rapat dan wilayah terbangun terutama permukiman

yang cenderung semakin luas, semakin lengkapnya fasilitas kota mendukung

kegiatan sosial dan ekonomi (Branch, 1996). Bagi kota yang mulai padat

penduduknya, pertambahan penduduk tiap tahun jauh melampaui penyediaan

kesempatan kerja didalam wilayahnya sehingga dirasakan menambah berat

tekanan permasalahan di kota-kota besar. Tekanan ekonomi dan kepadatan

tempat tinggal bagi kaum urban memaksa mereka untuk menempati daerah-

daerah pinggiran (slum area) hingga membentuk lingkungan permukiman kumuh

(Budiharjo, 1997).

Penanganan kawasan permukiman kumuh sesungguhnya perlu dilakukan

tidak saja di kawasan-kawasan permukiman kumuh yang menjadi bagian kota

metropolitan dan atau kota besar, tetapi juga perlu dilakukan di kawasan-

kawasan permukiman kumuh yang ada di kota sedang dan kecil. Penanganan

kawasan permukiman kumuh di kota besar, sedang, dan kota kecil menjadi

cukup strategis manakala kawasan itu memiliki kaitan langsung dengan bagian-

bagian kota metropolitan seperti kawasan pusat kota metropolitan, kawasan

pusat pertumbuhan kota metropolitan, maupun kawasan-kawasan lain misalnya

kawasan industri, perdagangan, pergudangan, dan perkantoran. Selain memiliki

kaitan langsung, diduga kawasan permukiman kumuh di daerah penyangga

memberi andil kesulitan penanganan permukiman kumuh yang ada di kota

metropolitan.

Sasaran identifikasi lokasi kawasan permukiman kumuh diutamakan pada

kawasan-kawasan hinterland kota metropolitan yang ada di daerah penyangga.

Universitas Sumatera Utara


Meskipun demikian, melalui identifikasi ini sangat dimungkinkan untuk

ditemukan kawasan-kawasan permukiman kumuh di daerah penyangga yang

bukan kawasan hinterland. Hal ini mengingat metodologi identifikasi ini tidak

membedakan sebaran kawasan permukiman kumuh yang akan ditemukan. Bisa

saja lokasi yang ditemukan terletak di pusat kota daerah bersangkutan atau

kawasan perdesaan nelayan atau kawasan hinterland kota metropolitan. Untuk

itu digunakan kriteria prioritas penanganan yang akan menghasilkan lokasi-lokasi

kawasan permukiman kumuh hinterland yang berbatasan langsung dengan

kawasan-kawasan bagian kota metropolitan.

Kawasan bebas kumuh serta layak huni masih menjadi impian bagi banyak

penduduk di Indonesia. Begitupun bagi pemerintah Indonesia, sehingga melalui

RPJMN III 2015-2019 Pemerintah Indonesia telah menetapkan target yang

dinamai dengan “Gerakan 100-0-100”. Yakni, pencapaian akses air minum 100%,

mengurangi kawasan kumuh hingga 0%, dan menyediakan akses sanitasi layak

100% untuk masyarakat Indonesia di tahun 2019. Kabupaten Sedang Bedagai

sebagai kabupaten pemekaran yang pertumbuhan penduduk meningkat

ditambah dengan tingginya tingkat migrasi mengakibatkan sebagian besar

masyarakat menempati lokasi tempat tinggal yang tidak sesuai standar sehingga

timbulnya masalah seperti tumbuhnya kawasan kumuh sepanjang bantaran

sungai dan di sepanjang rel kereta api atau lokasi tanah negara yang tidak

terawat dengan baik.

Didalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai,

Kecamatan Tanjung Beringin merupakan PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) yang

Universitas Sumatera Utara


memiliki fungsi utama sebagai berikut: permukiman perkotaan, perdagangan

dan jasa, kawasan industri terpadu dan kawasan pusat perikanan tangkap (RTRW

Kabupaten Serdang Bedagai, 2013-2033).

Secara fisik permasalahan permukiman kumuh yang muncul di Kecamatan

Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai adalah merebaknya hunian

dengan kondisi ketidakteraturan bangunan, kepadatan bangunan, kurangnya

sarana dan prasarana lingkungan serta menurunnya kualitas lingkungan

permukiman.

Menurut UU No. 1 Tahun 2011 bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera

lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik

dan sehat, yang merupakan kebutuhan dasar manusia, dan yang mempunyai

peran yang sangat strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa

sebagai salah satu upaya membangun manusia Indonesia seutuhnya, berjati diri,

mandiri, dan produktif. Peran pemerintah dalam hal ini adalah menciptakan iklim

yang kondusif agar penduduk lebih cepat dapat menempati rumah yang layak

huni.

Sesuai dengan SK Bupati Serdang Bedagai Nomor 484/050 Tahun 2014

Tentang Penetapan Lokasi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh di

Kabupaten Serdang Bedagai, menunjukan bahwa luasan kawasan permukiman

kumuh di Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin adalah 6,99

ha.

Peneliti dalam menentukan analisis tingkat kekumuhan kawasan

permukiman kumuh dilakukan dengan menentukan prioritas kriteria-kriteria

Universitas Sumatera Utara


yang berpengaruh terhadap kekumuhan menggunakan tujuh indikator

pemukiman kumuh (Permen PUPR no. 2 tahun 2016). Dalam penelitian ini akan

dilakukan pemetaan kawasan permukiman kumuh yang kemudian

mengklasifikasikan tingkat kekumuhan dan selanjutnya dapat diketahui tipologi

permukiman kumuh dan legalitas lahannya beserta strategi penanganan yang

sesuai dengan hasil penetapan lokasi kawasan permukiman kumuh di Kecamatan

Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai.

Pemerintah telah menetapkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011

tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, yang merupakan revisi terhadap

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan. Secara umum,

Undang-Undang ini merupakan wujud perhatian pemerintah terhadap

penanganan

perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Dalam Pasal 1 poin (1) Undang-

undang Nomor 1 Tahun 2011, dinyatakan bahwa perumahan dan kawasan

permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan,

penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman,

pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap

perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan

sistem pembiayaan, serta peran masyarakat. Undang-Undang tersebut

menyebutkan secara eksplisit bahwa salah satu ruang lingkup penyelenggaraan

perumahan dan kawasan permukiman adalah pencegahan dan peningkatan

kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh.

Universitas Sumatera Utara


Dalam mewujudkan program Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang

Bedagai bebas kawasan kumuh, sesuai dengan salah satu indikator keberhasilan

visi (21 peraihan) yang harus dicapai dalam 5 tahun tertuang dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2016 – 2021 (Peraturan

Daerah (Perda) Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 1 Tahun 2016). Untuk

mendukung program-program tersebut diatas diperlukan kajian lebih lanjut dan

mendalam dengan melakukan penelitian mengenai “Analisis Tingkat

Kekumuhan dan Strategi Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh di

Kecamatan Tanjung Beringin , Kabupaten Serdang Bedagai”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang tersebut, penelitian ini akan

membahas analisis tingkat kekumuhan dan strategi penanganan kawasan

permukiman kumuh di Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang

Bedagai. Secara terperinci, permasalahan yang akan dibahas adalah:

1. Bagaimanakah kondisi fisik kawasan permukiman kumuh di Kecamatan

Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai?

2. Bagaimanakah mengidentifikasi tingkat kekumuhan kawasan permukiman

di Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai?

3. Bagaimanakah strategi penanganan kawasan permukiman kumuh sesuai

dengan hasil penetapan lokasi kawasan permukiman kumuh di Kecamatan

Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai?

Universitas Sumatera Utara


1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi kondisi fisik kawasan permukiman kumuh di Kecamatan

Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Menganalisis tingkat kekumuhan kawasan permukiman di Kecamatan

Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai.

3. Menganalisis strategi penanganan sesuai dengan tingkat kekumuhan,

tipologi dan legalitas lahan kawasan permukiman kumuh di Kecamatan

Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini berguna dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuan, terutama menyangkut ilmu perencanaan dan

pengembangan wilayah pedesaan dan perkotaan.

2. Hasil penelitian ini berguna dan bermanfaat bagi para peneliti lain yang

berminat melakukan kajian dan menindaklanjuti penelitian sejenis.

3. Penelitian ini berguna dan bermanfaat bagi Pemerintah Kabupaten

Serdang Bedagai dalam membuat kebijakan dan strategi pola penanganan

kawasan permukiman kumuh.

4. Bagi masyarakat diharapkan akan terciptanya suatu kawasan permukiman

yang bersih, sehat, aman dan nyaman untuk kelangsungan hidup yang

lebih baik.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang dilakukan sebelumnya

yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan dan menjadi referensi

sebagai metode teori dalam melakukan penelitian ini.

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Tahun Judul Metodologi Hasil Penelitian


1. Darianto 2005 Permukiman Metodologi Permukiman
Bangun, Kumuh dan analisis kumuh tumbuh
Sekolah Permasalahannya deskriptif. akibat; tidak
Pasca Sarjana serta terpeliharanya
PWD USU Pengaruhnya Metode sarana prasarana
Terhadap Pengumpulan yang ada serta
Pengembangan data: primer bangunan tanpa
Wilayah Kota. dan sekunder. perencanaan,
akibat migrasi dan
urban bias
perkotaan serta
tuntutan
pekerjaan.
2. Enny Endang 2006 Faktor-faktor Metodologi Faktor yang
Surtiani, Yang penggabungan menyebabkan
Pasca Sarjana Mempengaruhi pendekatan kawasan Pancuran
Magister Terciptanya kualitatif dan menjadi kumuh
Teknik Kawasan kuantitatif. adalah faktor
Pembangunan Permukiman tingkat
Wilayah dan Kumuh di Metode penghasilan,
Kota Kawasan Pusat Pengumpulan status
Universitas Kota (Studi Kasus data: primer kepemilikan
Diponegoro : Kawasan dan sekunder. hunian, dan lama
Pancuran, tinggal.
Salatiga).
3. Endi Martha 2008 Analisis Faktor- Metodologi Permukiman
Mulia, faktor Tekanan analisis faktor. Kampung Kubur
Sekolah Lingkungan pada mengalami

Universitas Sumatera Utara


No. Peneliti Tahun Judul Metodologi Hasil Penelitian
Pasca Sarjana Permukiman Metode tekanan
PSL USU Kumuh (Studi Pengumpulan lingkungan yang
Kasus : data: primer dipengaruhi oleh
Permukiman dan sekunder. faktor-faktor dari
Kampung Kubur, aspek ekonomi,
Kelurahan sosial dan budaya,
Petisah Tengah, serta fisik
Kecamatan lingkungan.
Medan Petisah).
4. Adina Sari 2010 Kajian Metodologi Karakteristik
Lubis, Karakteristik penggabungan pemukim tidak
Fakultas Pemukim pendekatan terlepas dari latar
Teknik USU Kumuh dan kualitatif dan belakang mereka,
Liar di kuantitatif. baik identitas diri
Perkotaan Metode maupun kondisi
analisis lingkungan.
statistik yakni
analisis silang
(crosstab).

Metode
Pengumpulan
data: primer
dan sekunder.
5. Jawas Dwijo 2011 Penataan Metodologi Perumusan
Putro, Teknik Kawasan Kumuh analisis beberapa strategi
Sipil Fakultas Pinggiran Sungai deskriptif. perencanaan
Teknik di Kecamatan dalam penataan
Universitas Sungai Raya. Metode kawasan kumuh,
Tanjungpura Pengumpulan yaitu strategi
data: primer perencanaan fisik
dan sekunder. bangunan dan
strategi
perencanaan
sarana dan
prasarana.
6. Waston 2013 Dampak Metodologi Angka kelahiran
Malau, FIS Urbanisasi analisis dan urbanisasi
Program Studi Terhadap deskriptif. merupakan dua
Pendidikan Pemukiman faktor
Antropologi Kumuh (Slum Metode utama yang
Universitas Area) di Daerah Pengumpulan menyebabkan
Negeri Medan Perkotaan. data: primer pertambahan
dan sekunder. penduduk yang

Universitas Sumatera Utara


No. Peneliti Tahun Judul Metodologi Hasil Penelitian
pesat di
daerah perkotaan.
Penghuni
pemukiman
kumuh (daerah
slum) adalah
sekelompok orang
yang datang dari
desa menuju kota
dengan
tujuan ingin
mengubah nasib.

7. Amos Setiadi, 2014 Tipologi dan Pola Metode Pola penanganan


Magister Penanganan penilaian permukiman
Teknik Permukiman lingkungan kumuh di Kota
Arsitektur Kumuh di Kota permukiman Bontang sesuai
Universitas Bontang. kumuh dengan
Atma Jaya. dilakukan karakteristik lokasi
dengan sistem dilakukan dengan
pembobotan pola sesuai
pada masing- karakter lokasi,
masing mencakup lokasi
kriteria. dengan kategori
Permukiman
Metode kumuh tinggi (KT)
Pengumpulan dilakukan pola
data: primer penanganan
dan sekunder. kuratif
(penanggulangan),
lokasi dengan
kategori
Permukiman
kumuh sedang
(KS) dilakukan
pola penanganan
reduktif, dan
lokasi dengan
kategori
Permukman
kumuh rendah
(KR) dilakukan
pola penanganan
preventif

Universitas Sumatera Utara


No. Peneliti Tahun Judul Metodologi Hasil Penelitian
(pencegahan).
8. Dar Kasih, 2016 Analisis Tingkat Analisis Tingkat
Sekolah Kekumuhan deskriptif dan kekumuhan
Pasca Sarjana Permukiman di Analisis permukiman di
PWD USU Kecamatan Johan regresi Kecamatan Johan
Pahlawan Dalam berganda. Pahlawan
Pengembangan tergolong kumuh
Wilayah Ibu Kota Metode sedang, ringan
Kabupaten Aceh Pengumpulan dan tidak kumuh.
Barat data: primer
dan sekunder.
9. Chairul 2017 Manfaat Analisis 1. Menganalisis
Abidin, Ketersediaan deskriptif ketersediaan
Sekolah Infrastruktur kuantitatif. infrastruktur
Pasca Sarjana Pada Kawasan 2. Menganalisis
PWD USU Kumuh Metode manfaat
Terhadap Pengumpulan ketersediaan
Pengembangan data: primer infrastruktur
Wilayah di dan sekunder. di kawasan
Kecamatan kumuh
Medan terhadap
Belawan benefit yang
diterima
masyarakat.
10. Hasrul Rizka, 2018 Perencanaan Analisis Kondisi fisik
Sekolah Penanganan Deskriptif permukiman
Pasca Sarjana Kawasan kualitatif dan kumuh perlunya
PWD USU Permukiman analisis SWOT. perbaikan dan
Kumuh di penataan kembali,
Kelurahan Metode hasil analisis
Tanjung Tiram, Pengumpulan untuk tingkat
Kecamatan data: primer kekumuhan
Tanjung Tiram, dan sekunder. adalah
Kabupaten kekumuhan
Batubara sedang, dan hasil
analisis untuk
perencanaan
penanganan
adalah model
program
perbaikan
kampung (KIP)
dan model
konsolidasi lahan

Universitas Sumatera Utara


No. Peneliti Tahun Judul Metodologi Hasil Penelitian
(Land
Consolidation).
Sumber : Tesis

2.2. Pengertian Perumahan dan Permukiman

Perumahan merupakan salah satu bentuk sarana hunian yang memiliki

kaitan yang sangat erat dengan masyarakatnya. Hal ini berarti perumahan di

suatu lokasi sedikit banyak mencerminkan karakteristik masyarakat yang tinggal

di perumahan tersebut (Abrams, 1964:7).

Perumahan dapat diartikan sebagai suatu cerminan dari diri pribadi

manusia, baik secara perorangan maupun dalam suatu kesatuan dan

kebersamaan dengan lingkungan alamnya dan dapat juga mencerminkan taraf

hidup, kesejahteraan, kepribadian, dan peradaban manusia penghuninya,

masyarakat ataupun suatu bangsa (Yudhohusodo, 1991:1).

Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung,

baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai

lingkungan tempat tinggal/lingkungan hunian dan tempat kegiatan mendukung

prikehidupan dan penghidupan. Perumahan dan permukiman adalah dua hal

yang tidak dapat kita pisahkan dan berkaitan erat dengan aktifitas ekonomi,

industrialisasi dan pembangunan daerah. Permukiman adalah perumahan

dengan segala isi dan kegiatan yang ada di dalamnya. Berarti permukiman

memiliki arti lebih luas dari pada perumahan yang hanya merupakan wadah

fisiknya saja, sedangkan permukiman merupakan perpaduan antara wadah

Universitas Sumatera Utara


(alam, lindungan, dan jaringan) dan isinya (manusia yang hidup bermasyarakat

dan berbudaya di dalamnya) (Kuswartojo, 1997:21).

Permukiman merupakan bentuk tatanan kehidupan yang di dalamnya

mengandung unsur fisik dalam arti permukiman merupakan wadah aktifitas

tempat bertemunya komunitas untuk berinteraksi sosial dengan masyarakat

(Niracanti, 2001:51).

Sedangkan pengertian perumahan dan permukiman menurut

Mangkusoebroto (1993:5) adalah tempat atau daerah dimana penduduk

bertempat tinggal atau hidup bersama dimana mereka membangun sekelompok

rumah atau tempat kediaman yang layak huni dan dilengkapi dengan prasarana

lingkungan.

Berdasarkan Undang-undang No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan

Kawasan Permukiman terdapat pengertian-pengertian sebagai berikut:

a. Pengertian rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat

tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan

martabat penghuninya, serta asset bagi pemiliknya.

b. Yang dimaksud dengan perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian

dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi

dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya

pemenuhan rumah yang layak huni.

c. Sedangkan permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri

atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana,

Universitas Sumatera Utara


utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan

perkotaan atau kawasan perdesaan.

Seperti kebanyakan wajah permukiman di Indonesia banyak kita jumpai

permukiman penduduk yang sering disebut kampung. Adapun pengertian

kampung identik dengan suatu wilayah yang terdapat di pedesaan dan berada

pada

kondisi yang terpenuhi kebutuhan masyarakatnya dengan sarana dan prasarana

yang layak. Kampung merupakan lingkungan suatu masyarakat yang sudah

mapan, yang terdiri dari golongan berpenghasilan rendah dan menengah dan

pada

umumnya tidak memiliki prasarana, utilitas dan fasilitas sosial yang cukup baik

jumlah maupun kualitasnya dan dibangun di atas tanah yang telah dimiliki,

disewa atau dipinjam pemiliknya.

2.2.1. Persyaratan Permukiman

Permukiman pada garis besarnya terdiri dari berbagai komponen yaitu:

Pertama, adalah lahan atau tanah yang diperuntukan untuk permukiman itu

dimana kondisi tanah akan mempengaruhi harga dari satuan rumah yang

dibangun atas lahan tersebut. Kedua, prasarana permukiman yaitu jalan lokal,

saluran drainase, saluran air kotor, saluran air bersih, serta jaringan telepon dan

listrik. Komponen ketiga adalah perumahan (tempat tinggal) yang dibangun.

Suatu permukiman akan menjadi ideal apabila telah memiliki komponen yang

keempat, yaitu fasilitas umum dan social (kadang disebut fasilitas kota) yaitu

Universitas Sumatera Utara


fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan, lapangan bermain, dan lainnya

(Sinulingga, 2005). Secara sederhana, Sinulingga (2005) menyatakan bahwa

suatu permukiman yang baik itu harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a) Lokasinya sedemikian rupa sehingga tidak terganggu oleh kegiatan lain

seperti pabrik yang menyebabkan pencemaran udara, lingkungan, atau

pencemaran lainnya.

b) Mempunyai akses terhadap pusat-pusat pelayanan seperti pelayanan

pendidikan, kesehatan dan perdagangan.

c) Mempunyai fasilitas drainase, yang dapat mengalirkan air hujan dengan

cepat dan tidak sampai menimbulkan genangan air walaupun hujan yang

lebat sekalipun.

d) Mempunyai fasilitas penyediaan air bersih, berupa jaringan disribusi yang

siap disalurkan ke masing-masing rumah.

e) Dilengkapi dengan fasilitas pembuangan air kotor/tinja.

f) Dilengkapi dengan fasilitas umum seperti taman bermain bagi anak-anak,

lapangan atau taman, tempat beribadat, pendidikan kesehatan.

g) Adanya fasilitas pembuangan sampah secara teratur agar lingkungan

permukiman tetap nyaman.

h) Dilayani oleh jaringan listrik dan telepon.

2.2.2. Elemen Dasar Perumahan dan Permukiman

Permukiman terbentuk atas kesatuan antara manusia dan lingkungan

disekitarnya. Permukiman merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa

Universitas Sumatera Utara


elemen yaitu (Endi Marlina dan Suparno Sastra Perencanaan dan Pengembangan

Perumahan, 2006:39):

1. Alam yang bisa dimanfaatkan untuk membangun rumah dan difungsikan

semaksimal mungkin.

2. Manusia

Di dalam suatu wilayah permukiman, manusia merupakan pelaku utama

kehidupan, disamping makhluk hidup seperti hewan, tumbuhan dan

lainnya. sebagai makhluk yang paling sempurna, dalam kehidupannya

manusia membutuhkan berbagai hal yang dapat menunjang kelangsungan

hidupnya, baik itu kebutuhan biologis (ruang, udara, temperatur, dan lain-

lain), perasaan dan persepsi, kebutuhan emosional dan kebutuhan akan

nilai-nilai moral.

3. Masyarakat

Masyarakat merupakan kesatuan kelompok orang (keluarga) dalam suatu

permukiman yang membentuk suatu komunitas tertentu. Hal-hal yang

berkaitan dengan permasalahan yang terjadi dalam masyarakat yang

mendiami suatu wilayah permukiman adalah:

1) Kepadatan dan komposisi penduduk

2) Kelompok sosial

3) Adat dan kebudayaan

4) Pengembangan ekonomi

5) Pendidikan

6) Kesehatan

Universitas Sumatera Utara


7) Hukum dan administrasi

4. Bangunan atau rumah

Bangunan atau rumah merupakan wadah bagi manusia. Pada prinsipnya

bangunan yang dapat digunakan sepanjang operasional kehidupan

manusia bisa dikategorikan sesuai dengan fungsi masing-masing, yaitu:

1) Rumah pelayanan masyarakat (sekolah, rumah sakit, dan lain-lain)

2) Fasilitas rekreasi atau hiburan

3) Pusat perbelanjaan

4) Industri

5) Pusat transportasi

5. Networks

Networks merupakan sistem buatan maupun alami yang menyediakan

fasilitas untuk operasional suatu wilayah permukiman. Untuk sistem

buatan, tingkat pemenuhannya bersifat relatif, dimana antara wilayah

permukiman satu dengan yang lainnya tidak sama. Sistem buatan yang

keberadaannya diperlukan dalam suatu wilayah antara lain:

1) Sistem jaringan air bersih

2) Sistem jaringan listrik

3) Sistem transportasi

4) Sistem komunikasi

5) Drainase dan air kotor

6) Tata letak fisik

Universitas Sumatera Utara


Adapun elemen dasar lingkungan perumahan dan permukiman menurut

Permen PUPR no. 2 tahun 2016 yaitu:

1) Kondisi bangunan gedung

2) Kondisi jalan lingkungan

3) Kondisi penyediaan air minum

4) Kondisi drainase lingkungan

5) Kondisi pengelolaan air limbah

6) Kondisi pengelolaan persampahan

7) Kondisi proteksi kebakaran

2.2.3. Kriteria Permukiman yang Layak Huni

Menurut Sinulingga (1999), permukiman yang baik itu harus memenuhi

ketentuan sebagai berikut:

a. Mempunyai akses terhadap pusat-pusat pelayanan pendidikan, kesehatan,

perdagangan. Akses ini dicapai dengan membuat jalan dan sarana

transportasi pada permukiman tersebut dan akses ini juga harus mencapai

perumahan secara individual dengan mengadakan jalan lokal dan terminal

transportasi pada lingkungan permukiman tersebut.

b. Lokasinya tidak terganggu oleh kegitan pabrik, yang pada umumnya dapat

memberikan dampak pada pencemaran udara atau lingkungan lainnya.

Misalnya jauh dari lokasi pembuangan sampah yang dapat menimbulkan

bau. Untuk mengurangi gangguan kebisingan akibat lalu lintas maka pada

Universitas Sumatera Utara


kawasan permukiman yang terletak pada jalan arteri dan kolektor akan

diadakan pengaturan garis sempadan yang cukup besar.

c. Mempunyai fasilitas drainase, yang dapat mengalirkan air hujan dengan

cepat dan tidak sampai menimbulkan genangan air, walaupun hujan yang

lebat sekalipun hal ini hanya mungkin apabila sistem drainase pada

permukiman tersebut dapat dihubungkan dengan saluran pengumpul atau

saluran utama dari sistem perkotaan. Disamping terkait dengan sistem

pembuangan keluar dari lokasi ini maka sistem yang di dalam juga harus

memenuhi ketentuan teknis sehingga dapat mengalirkan air dengan

mudah.

d. Mempunyai fasilitas penyediaan air bersih, berupa jaringan air distribusi

yang siap disalurkan ke masing-masing rumah. Idealnya setiap rumah dapat

dilayani oleh fasilitas air bersih. Untuk masyarakat yang berpenghasilan

rendah hal ini kadang-kadang tidak mungkin dilakukan karena tidak

mampu memikul biaya sambung. Oleh karena itu akan dilayani dengan

kran umum ataupun tangki-tangki air bersih. Untuk pelayanan dengan

tangki-tangki atau kran umum ini memerlukan organisasi/persatuan

penghuni untuk dapat mengelola fasilitas ini secara bersama.

e. Dilengkapi dengan fasilitas pembuangan air kotor/tinja, yang dapat dibuang

dengan sistem individual yaitu tangki septik dan lapangan rembesan

ataupun tangki septik komunal. Untuk permukiman dengan bangunan yang

padat maka perlu dibuat dengan sistem perpipaan air kotor.

Universitas Sumatera Utara


f. Permukiman harus dilayani oleh fasilitas pembuangan sampah secara

teratur agar lingkungan permukiman tetap nyaman.

g. Dilengkapi dengan fasilitas umum seperti taman bermain bagi anak-anak,

lapagan atau taman, tempat beribadat, pendidikan, dan kesehatan sesuai

dengan skala besarnya permukiman.

h. Dilayani dengan jaringan listrik atau telepon.

2.2.4. Faktor Penyebab Tumbuhnya Kawasan Permukiman

Dalam perkembangannya permukiman di pusat kota disebabkan oleh

beberapa faktor Menurut Contantinos Apostolou Doxiadis (1968), disebutkan

bahwa perkembangan permukiman (Development of Human Settlement)

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

a. Growth of Density (Pertumbuhan Jumlah Penduduk)

Dengan adanya pertumbuhan jumlah penduduk yaitu dari kelahiran dan

adanya pertumbuhan jumlah keluarga, maka akan membawa masalah baru.

Secara manusiawi mereka ingin menempati rumah milik mereka sendiri. Dengan

demikian semakin bertambahlah jumlah hunian yang ada di kawasan

permukiman tersebut yang menyebabkan pertumbuhan permukiman.

b. Urbanization (Urbanisasi)

Dengan adanya daya tarik pusat kota maka akan menyebabkan arus

migrasi desa ke kota maupun dari luar kota ke pusat kota. Kaum urbanis yang

bekerja di pusat kota ataupun masyarakat yang membuka usaha di pusat kota,

tentu saja memilih untuk tinggal di permukiman di sekitar keasetan pusat kota

Universitas Sumatera Utara


(down town). Hal ini juga akan menyebabkan pertumbuhan perumahan

permukiman di kawasan pusat kota. Menurut Komarudin (1997), kita harus akui

pula tumbuhnya permukiman-permukiman spontan dan permukiman kumuh

adalah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses urbanisasi.

2.3. Pengertian Kumuh

Kumuh adalah kesan atau gambaran secara umum tentang sikap dan

tingkah laku yang rendah dilihat dari standar hidup dan penghasilan kelas

menengah. Dengan kata lain, kumuh dapat diartikan sebagai tanda atau cap yang

diberikan golongan atas yang sudah mapan kepada golongan bawah yang belum

mapan. Kumuh dapat ditempatkan sebagai sebab dan dapat pula ditempatkan

sebagai akibat. Ditempatkan dimanapun juga, kata kumuh tetap menjurus pada

sesuatu hal yang bersifat negatif (Budiharjo, 1984).

2.4. Pengertian Kawasan Permukiman Kumuh

Kawasan permukiman kumuh adalah lingkungan hunian yang mengalami

penurunan kualitas fungsi sebagai tempat hunian, ciri-cirinya antara lain berada

pada lahan yang tidak sesuai dengan peruntukan/tata ruang, kepadatan

bangunan sangat tinggi dalam luasan yang sangat terbatas, rawan penyakit sosial

dan penyakit lingkungan, serta kualitas bangunan yang sangat rendah, tidak

terlayani prasarana lingkungan yang memadai dan membahayakan

keberlangsungan kehidupan dan penghidupan penghuninya (Budiharjo, 1997).

Universitas Sumatera Utara


Kawasan kumuh adalah kawasan di mana rumah dan kondisi hunian

masyarakat di kawasan tersebut sangat buruk. Rumah maupun sarana dan

prasarana yang ada tidak sesuai dengan standar yang berlaku, baik standar

kebutuhan, kepadatan bangunan, persyaratan rumah sehat, kebutuhan sarana

air bersih, sanitasi maupun persyaratan kelengkapan prasarana jalan, ruang

terbuka, serta kelengkapan fasilitas sosial lainnya (Kurniasih, 2007).

Menurut Sinulingga (2005) pemukiman kumuh adalah lingkungan hunian

atau tempat tinggal/rumah beserta lingkungannya, yang berfungsi sebagai

rumah tinggal dan sebagai sarana pembinaan keluarga, tetapi tidak layak huni

ditinjau dari tingkat kepadatan penduduk, sarana dan prasarananya, fasilitas

pendidikan, kesehatan serta sarana dan prasarana sosial budaya masyarakat.

Permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena

ketidakaturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi dan kualitas

bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat (UU

Perumahan dan Kawasan Permukiman No.1 Tahun 2011).

Pengertian permukiman kumuh hingga kini beragam, hal ini dikarenakan

perbedaan sudut pandang para ahli menilai atau mendefinisikan permukiman

kumuh.

1. Definisi permukiman kumuh menurut Komarudin (1997), lingkungan

permukiman kumuh dapat didefinisikan sebagai berikut:

a. Lingkungan permukiman yang berpenghuni padat (melebihi 500 orang per

Ha)

b. Kondisi sosial ekonomi rendah

Universitas Sumatera Utara


c. Jumlah rumah yang sangat padat

d. Ukurannya di bawah standar

e. Prasarana lingkungan hampir tidak ada atau tidak memenuhi persyaratan

teknis dan kesehatan

f. Dibangun di atas tanah negara atau tanah milik orang lain dan di luar

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Menurut Silas (1996) adalah sebagai berikut:

a. Keadaan rumah pada permukiman kumuh terpaksa dibawah standar, rata-

rata 6 m²/orang. Sedangkan fasilitas kekotaan secara langsung tidak

terlayani karena tidak tersedia. Namun karena lokasinya dekat dengan

permukiman yang ada, maka fasilitas lingkungan tersebut tidak sulit

mendapatkannya.

b. Permukiman ini secara fisik memberikan manfaat pokok, yaitu dekat

tempat mencari nafkah (opportunity value) dan harga rumah juga murah

(asas keterjangkauan) baik membeli atau menyewa.

c. Manfaat permukiman disamping pertimbangan lapangan kerja dan harga

murah adalah kesempatan mendapatkannya atau aksesibilitas tinggi.

3. Menurut Parsudi Suparlan (1993) adalah:

a. Fasilitas umum yang kondisinya kurang atau tidak memadai.

b. Kondisi hunian rumah dan pemukiman serta penggunaan ruang-ruangan

yang mencerminkan penghuninya yang kurang mampu atau miskin.

c. Adanya tingkat frekuensi dan kepadatan volume yang tinggi dalam

penggunaan ruang-ruang yang ada di pemukiman kumuh sehingga

Universitas Sumatera Utara


mencerminkan adanya kesemerawutan tata ruang dan ketidak berdayaan

ekonomi penghuninya.

d. Pemukiman kumuh merupakan suatu satuan-satuan komuniti yang hidup

secara tersendiri dengan batas-batas kebudayaan dan sosial yang jelas,

yaitu terwujud sebagai:

1. Sebuah komuniti tunggal, berada di tanah milik negara, dan karena itu

dapat digolongkan sebagai hunian liar,

2. Satuan komuniti tunggal yang merupakan bagian dari sebuah RT atau

sebuah RW,

3. Sebuah satuan komuniti tunggal yang terwujud sebagai sebuah RT atau

RW atau bahkan terwujud sebagai sebuah Kelurahan, dan bukan hunian

liar.

e. Penghuni pemukiman kumuh secara sosial dan ekonomi tidak homogen,

warganya mempunyai mata pencaharian dan tingkat kepadatan yang

beranekaragam, begitu juga asal muasalnya. Dalam masyarakat

pemukiman kumuh juga dikenal adanya pelapisan sosial berdasarkan atas

kemampuan ekonomi mereka yang berbeda-beda tersebut.

f. Sebagian besar penghuni pemukiman kumuh adalah mereka yang bekerja

di sektor informal atau mempunyai mata pencaharian tambahan di sektor

informal.

Universitas Sumatera Utara


2.5. Faktor Penyebab Tumbuhnya Permukiman Kumuh

Seiring dengan pertumbuhan kehidupan manusia baik ekonomi, sosial

maupun budaya maka manusia berkeinginan untuk memiliki kehidupan dan

status yang lebih baik yaitu dengan mengadakan perubahan-perubahan, seperti

gaya hidup dan bentuk hunian yang mereka tinggali.

Menurut Constantinos Apostolou Doxiadis (1968), pertumbuhan berarti

pula berubah baik bentuk dan ukurannya. Tidak dimungkinkan pertumbuhan

ukuran dengan tidak menyebabkan perubahan bentuk fisiknya. Dengan

bertambahnya jumlah penghuni rumah dan dengan bertambahnya penghasilan

mereka membuat ruang-ruang baru. Perubahan hunian ini akan merubah wajah

suatu hunian. Hal ini akan berpengaruh pada penyediaan fasilitas prasarana

sarana lingkungan yang harus bertambah juga jika jumlah permukiman

bertambah.

Selain hal tersebut di atas, faktor kemiskinan juga sangat berpengaruh

pada kualitas fisik permukiman. Karena dana yang terbatas dan hanya cukup

untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, maka masyarakat kurang mampu

tidak dapat memperbaiki maupun memelihara bangunan rumah hunian mereka.

Yang akan berakibat pada kekumuhan permukiman.

Menurut Constantinos Apostolou Doxiadis (1968), menyebutkan bahwa

mempelajari tentang kawasan Perumahan Permukiman tidak hanya mempelajari

area terbangun dan area terbuka saja tetapi juga fungsi dari kawasan tersebut.

Oleh karenanya dalam mempelajari tentang perumahan permukiman atau

fungsinya, kita juga harus mengetahui hubungan kawasan tersebut dengan

Universitas Sumatera Utara


lingkungan sekitar di luar kawasan tersebut dan mengetahui jalur transportasi

yang menghubungkan kawasan tersebut dengan kawasan lainnya. Karena

aktifitas disekitar kawasan permukiman juga sangat mempengaruhi fungsi dari

permukiman.

Faktor penyebab tumbuhnya permukiman kumuh menurut beberapa

pakar:

1. Menurut Yudohusodo (1991), faktor tumbuhnya permukiman kumuh:

a. Arus urbanisasi penduduk yang pesat terutama di kota-kota besar

berdampak terhadap timbulnya ledakan jumlah penduduk.

b. Sektor informal merupakan bidang pekerjaan tanpa penghasilan yang

tetap. Bidang pekerjaan ini muncul karena pengaruh desakan ekonomi

yang tidak didukung oleh keahlian yang memadai.

c. Kondisi sosial budaya masyarakat juga menjadi pemicu terbentuknya

kawasan permukiman kumuh, yang dimaksud disini menyangkut pola

hidup atau kebiasaan masyarakat yang masih terbawa iramanya

kehidupan kota.

2. Menurut Khomaruddin (1997), penyebab utama tumbuhnya permukiman

kumuh adalah sebagai berikut:

a. Urbanisasi dan migrasi yang tinggi terutama bagi kelompok masyarakat

yang berpenghasilan rendah,

b. Sulit mencari pekerjaan,

c. Sulitnya mencicil atau menyewa rumah,

d. Kurang tegasnya pelaksanaan perundang-undangan,

Universitas Sumatera Utara


e. Perbaikan lingkungan yang hanya dinikmati oleh pemilik rumah serta

disiplin warga rendah,

f. Semakin sempitnya lahan permukiman dan tingginya harga tanah.

2.6. Indikator Permukiman Kumuh

Identifikasi permasalahan kekumuhan merupakan tahap identifikasi untuk

menentukan permasalahan kekumuhan pada obyek kajian yang difokuskan pada

aspek kualitas fisik bangunan dan infrastruktur keciptakaryaan pada suatu lokasi.

Identifikasi permasalahan kekumuhan dilakukan berdasarkan pertimbangan

pengertian perumahan kumuh dan permukiman kumuh, persyaratan teknis

sesuai ketentuan yang berlaku, serta standar pelayanan minimal yang

dipersyaratkan secara nasional berdasarkan beberapa kriteria sebagai berikut

(Permen PUPR no. 2 tahun 2016).

1. Kondisi bangunan gedung dengan faktor kriteria sebagai berikut:

a. Ketidakaturan Bangunan

Ketidakteraturan bangunan merupakan kondisi bangunan gedung pada

permukiman tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dalam Rencana

Detil Tata Ruang (RDTR) dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

(RTBL), paling sedikit pengaturan bentuk, besaran, perletakan, dan

tampilan bangunan pada suatu zona.

b. Tingkat Kepadatan Bangunan yang Tinggi

Universitas Sumatera Utara


Tingkat kepadatan bangunan yang tinggi yang tidak sesuai dengan

ketentuan rencana tata merupakan kondisi bangunan gedung pada

perumahan dan permukiman dengan:

1. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yang melebihi ketentuan RDTR.

KDB yaitu angka persentase perbandingan antara luas seluruh

lantai dasar bangunan gedung yang dapat dibangun dengan luas

lahan yang dikuasai.

2. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) yang melebihi ketentuan dalam

RDTR. KLB yaitu angka persentase perbandingan antara jumlah

seluruh lantai bangunan gedung yang dapat dibangun dengan luas

lahan yang dikuasai.

3. Kualitas Bangunan yang Tidak Memenuhi Syarat Kualitas

bangunan yang tidak memenuhi syarat merupakan kondisi

bangunan gedung pada perumahan dan permukiman yang tidak

sesuai dengan persyaratan teknis meliputi: pengendalian dampak

lingkungan; pembangunan bangunan gedung di atas dan/atau di

bawah tanah, air dan/atau prasarana/sarana umum; keselamatan

bangunan gedung; kesehatan bangunan gedung; kenyamanan

bangunan gedung; dan kemudahan bangunan gedung.

2. Kondisi jalan lingkungan dengan faktor kriteria sebagai berikut:

a. Jalan Lingkungan Tidak Melayani Permukiman

Universitas Sumatera Utara


Jaringan jalan lingkungan tidak melayani seluruh lingkungan perumahan

atau permukiman merupakan kondisi sebagian lingkungan perumahan

atau permukiman tidak terlayani dengan jalan lingkungan.

b. Kualitas Permukaan Jalan Lingkungan Buruk Kualitas permukaan jalan

lingkungan buruk merupakan kondisi sebagian atau seluruh jalan

lingkungan terjadi kerusakan permukaan jalan.

3. Kondisi drainase lingkungan dengan faktor kriteria sebagai berikut:

a. Drainase lingkungan tidak mampu mengalirkan limpasan air hujan

sehingga menimbulkan genangan drainase lingkungan tidak mampu

mengalirkan limpasan air hujan sehingga menimbulkan genangan,

merupakan kondisi dimana jaringan drainase lingkungan tidak mampu

mengalirkan limpasan air sehingga menimbulkan genangan dengan tinggi

lebih dari 30 cm selama lebih dari 2 jam dan terjadi lebih dari 2 kali

setahun.

b. Ketidaktersediaan Drainase

Ketidaktersediaan drainase merupakan kondisi dimana saluran tersier,

dan/atau saluran lokal tidak tersedia.

c. Tidak terhubung dengan sistem drainase perkotaan tidak terhubung

dengan sistem drainase perkotaan merupakan kondisi dimana saluran

lokal tidak terhubung dengan saluran pada hierarki diatasnya sehingga

menyebabkan air tidak dapat mengalir dan menimbulkan genangan.

Universitas Sumatera Utara


d. Tidak dipelihara sehingga terjadi akumulasi limbah padat dan cair di

dalamnya

Tidak dipelihara sehingga terjadi akumulasi limbah padat dan cair di

dalamnya merupakan kondisi dimana pemeliharaan saluran drainase

tidak dilaksanakan baik berupa: pemeliharaan rutin atau pemeliharaan

berkala.

e. Kualitas konstruksi drainase lingkungan buruk

Kualitas konstruksi drainase lingkungan buruk merupakan kondisi dimana

kualitas konstruksi drainase buruk, karena berupa galian tanah tanpa

material pelapis atau penutup atau telah terjadi kerusakan.

3. Kondisi penyediaan air minum dengan faktor kriteria sebagai berikut:

a. Ketidaktersediaan akses aman air minum

Ketidaktersediaan akses aman air minum merupakan kondisi dimana

masyarakat tidak dapat mengakses air minum yang memiliki kualitas tidak

berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Untuk akses aman air minum

dapat dibangun jaringan perpipaan.

b. Tidak terpenuhinya kebutuhan air minum setiap individu sesuai standar

yang berlaku

Tidak terpenuhinya kebutuhan air minum setiap individu merupakan

kondisi dimana kebutuhan air minum masyarakat dalam lingkungan

perumahan atau permukiman tidak mencapai minimal sebanyak 60

liter/orang/hari.

Universitas Sumatera Utara


4. Kondisi pengelolaan air limbah dengan faktor kriteria sebagai berikut:

a. Sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan standar teknis yang

berlaku

Sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan standar teknis yang

berlaku merupakan kondisi dimana pengelolaan air limbah pada

lingkungan perumahan atau permukiman tidak memiliki sistem yang

memadai, yaitu terdiri dari kakus/kloset yang terhubung dengan tangki

septik baik secara individual/domestik, komunal maupun terpusat yang

dalam contoh pembangunannya.

b. Prasarana dan sarana pengelolaan air limbah tidak memenuhi

persyaratan teknis

Prasarana dan sarana pengelolaan air limbah tidak memenuhi

persyaratan teknis merupakan kondisi prasarana dan sarana pengelolaan

air limbah pada perumahan atau permukiman dimana: kloset leher angsa

tidak terhubung dengan tangki septik atau tidak tersedianya sistem

pengolahan limbah setempat atau terpusat.

6. Kondisi pengelolaan persampahan dengan faktor kriteria sebagai berikut:

a. Prasarana dan sarana persampahan tidak sesuai dengan persyaratan yang

berlaku

Prasarana dan sarana persampahan tidak sesuai dengan persyaratan

teknis merupakan kondisi dimana prasarana dan sarana persampahan

Universitas Sumatera Utara


pada lingkungan perumahan atau permukiman tidak memadai sebagai

berikut:

1. tempat sampah dengan pemilahan sampah pada skala domestik

atau rumah tangga.

2. tempat pengumpulan sampah (TPS) atau TPS 3R (reduce, reuse,

recycle) pada skala lingkungan.

3. gerobak sampah atau truk sampah pada skala lingkungan.

4. tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) pada skala lingkungan.

b. Sistem pengelolaan persampahan tidak memenuhi persyaratan teknis

Sistem pengelolaan persampahan tidak memenuhi persyaratan teknis

yang dapat dilihat merupakan kondisi dimana pengelolaan persampahan

pada lingkungan perumahan atau permukiman tidak memenuhi

persyaratan sebagai berikut: pewadahan dan pemilahan domestik;

pengumpulan lingkungan; pengangkutan lingkungan; pengolahan

lingkungan.

c. Tidak terpeliharanya sarana dan prasarana pengelolaan persampahan

Tidak terpeliharanya sarana dan prasarana pengelolaan persampahan

sehingga terjadi pencemaran lingkungan sekitar oleh sampah, baik

sumber air bersih, tanah maupun jaringan drainase merupakan kondisi

dimana pemeliharaan sarana dan prasarana pengelolaan persampahan

tidak dilaksanakan baik berupa: pemeliharaan rutin atau pemeliharaan

berkala.

Universitas Sumatera Utara


7. Kondisi pengamanan kebakaran dengan faktor kriteria sebagai berikut:

a. Ketidaktersediaan prasarana proteksi kebakaran

Ketidaktersediaan prasarana proteksi kebakaran yang memenuhi

persyaratan teknis merupakan kondisi dimana tidak tersedianya prasarana

proteksi kebakaran yang meliputi: pasokan air dari sumber alam (kolam air,

danau, sungai, sumur dalam) maupun buatan (tangki air, kolam renang,

reservoir air, mobil tangki air dan hidran);

b. Ketidaktersediaan sarana proteksi kebakaran

Ketidaktersediaan sarana proteksi kebakaran yang memenuhi persyaratan

teknis merupakan kondisi dimana tidak tersedianya sarana proteksi

kebakaran yang meliputi: Alat Pemadam Api Ringan (APAR); mobil pompa;

mobil tangga sesuai kebutuhan; dan peralatan pendukung lainnya.

2.7. Kriteria dan Penilaian Tingkat Kekumuhan

Berdasarkan persyaratan lingkungan permukiman yang sehat dan aman

serta merujuk pada pedoman Penyusunan Rencana Pencegahan dan

Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan, maka didapat beberapa

kriteria yang disesuaikan dengan wilayah kajian yaitu Kawasan Kecamatan

Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai. Berdasarkan definisinya

permukiman dapat dikatakan kumuh apabila mencakup beberapa variable

diantaranya yaitu:

1. Permukiman tidak layak huni atau membahayakan kehidupan

penghuni baik berupa keamanan maupun dari sisi kesehatan.

Universitas Sumatera Utara


2. Permukiman yang memiliki lingkungan tidak memadai dengan tingkat

kenyamanan dan keamanan bangunan yang rendah. Dengan ciri-ciri,

tidak sesuai dengan tata ruang (illegal), kepadatan bangunan tinggi,

kualitas banguanan rendah, serta sarana dan prasarana lingkungan

yang rendah.

Berikut ini adalah kriteria dan tingkat kekumuhan yang digunakan dalam

perencanaan penanganan kawasan permukiman kumuh di Kecamatan Tanjung

Beringin Kabupaten Serdang Bedagai.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.2. Kriteria dan Penilaian Tingkat Kekumuhan

No. Aspek Kriteria Indikator Parameter Nilai


1 2 3 4 5 6
1. Kondisi a. Ketidakteraturan Tidak memenuhi ketentuan tata bangunan 76% - 100% bangunan pada lokasi tidak 5
Bangunan Bangunan dalam RDTR, meliputi pengaturan bentuk, memiliki keteraturan
Gedung besaran, perletakan, dan tampilan bangunan 51% - 75% bangunan pada lokasi tidak 3
pada suatu zona; dan/atau memiliki keteraturan
25% - 50% bangunan pada lokasi tidak 1
memiliki keteraturan
b. Tingkat Kepadatan Bangunan memiliki kepadatan tidak sesuai 76% - 100% bangunan memiliki 5
Bangunan ketentuan (luas lantai > 7,2 m2 per orang) kepadatan tidak sesuai ketentuan

51% - 75% bangunan memiliki 3


kepadatan tidak sesuai ketentuan

25% - 50% bangunan memiliki 1


kepadatan tidak sesuai ketentuan

c. Ketidaksesuaian Kondisi bangunan pada lokasi tidak 76% - 100% bangunan pada lokasi tidak 5
dengan Persyaratan memenuhi persyaratan: memenuhi persyaratan teknis
Teknis Bangunan • Pengendalian dampak lingkungan
• Pembangunan bangunan gedung di atas
dan/atau di bawah tanah, air dan/atau
prasarana/sarana umum 51% - 75% bangunan pada lokasi tidak 3
• Keselamatan bangunan gedung memenuhi persyaratan teknis
• Kenyamanan bangunan gedung
• Kemudahan bangunan gedung 25% - 50% bangunan pada lokasi tidak 1
memenuhi persyaratan teknis

Universitas Sumatera Utara


No. Aspek Kriteria Indikator Parameter Nilai
1 2 3 4 5 6
2. Kondisi Jalan a. Cakupan Pelayanan Sebagian lokasi perumahan atau permukiman 76% - 100% area tidak terlayani oleh 5
Lingkungan Jalan Lingkungan tidak terlayani dengan jalan lingkungan yang jaringan jalan lingkungan
sesuai dengan ketentuan teknis struktur
beton, aspal, maupun paving. 51% - 75% area tidak terlayani oleh 3
jaringan jalan lingkungan

25% - 50% area tidak terlayani oleh 1


jaringan jalan lingkungan

b. Kualitas Permukaan Sebagian atau seluruh jalan lingkungan 76% - 100% area memiliki kualitas 5
Jalan Lingkungan terjadi kerusakan permukaan jalan pada permukaan jalan yang buruk
lokasi perumahan atau permukiman
51% - 75% area memiliki kualitas 3
permukaan jalan yang buruk
25% - 50% area memiliki kualitas 1
permukaan jalan yang buruk

3. Kondisi a. Ketidaktersediaan Masyarakat pada lokasi perumahan dan 76% - 100% populasi tidak dapat 5
Penyediaan Akses Aman Air permukiman tidak dapat mengakses air mengakses air minum yang aman
Air Minum Minum minum yang memiliki kualitas tidak
berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa 51% - 75% populasi tidak dapat 3
mengakses air minum yang aman

25% - 50% populasi tidak dapat 1


mengakses air minum yang aman

Universitas Sumatera Utara


No. Aspek Kriteria Indikator Parameter Nilai
1 2 3 4 5 6
b. Tidak Terpenuhinya Kebutuhan air minum masyarakat pada lokasi 76% - 100% populasi tidak terpenuhi 5
Kebutuhan Air perumahan atau permukiman tidak mencapai kebutuhan air minum minimalnya
Minum minimal sebanyak 60 liter/orang/hari
51% - 75% populasi tidak terpenuhi 3
kebutuhan air minum minimalnya
25% - 50% populasi tidak terpenuhi 1
kebutuhan air minum minimalnya
4. Kondisi a. Ketidak mampuan Jaringan drainase lingkungan tidak mampu 76% - 100% area terjadi genangan > 5
Drainase mengalirkan mengalirkan limpasan air sehingga 30cm, > 2 jam dan > 2 x setahun
Lingkungan Limpasan Air menimbulkan genangan dengan tinggi lebih
dari 30 cm selama lebih dari 2 jam dan terjadi 51% - 75% area terjadi genangan > 3
lebih dari 2 kali setahun 30cm, > 2 jam dan > 2 x setahun

25% - 50%area terjadi genangan > 1


30cm, > 2 jam dan > 2 x setahun

b. Ketidaktersediaan Tidak ada drainase sehingga menimbulkan 76% - 100% area tidak tersedia 5
Drainase genangan air kotor. drainase lingkungan
51% - 75% area tidak tersedia drainase 3
lingkungan
25% - 50% area tidak tersedia drainase 1
lingkungan

Universitas Sumatera Utara


No. Aspek Kriteria Indikator Parameter Nilai
1 2 3 4 5 6
c. Ketidakterhubungan Kondisi drainase tidak mengalir ke sistem 76% - 100% drainase lingkungan tidak 5
dengan Sistem drainase kota, karena penimbunan tanah, terhubung dengan hirarki di atasnya
Drainase Perkotaan sampah maupun karena telah terjadi
kerusakan. 51% - 75% drainase lingkungan tidak 3
terhubung dengan hirarki di atasnya
25% - 50% drainase lingkungan tidak 1
terhubung dengan hirarki di atasnya

d. Tidak Terpeliharanya Kondisi drainase buruk, karena penimbunan 76% - 100% area memiliki drainase 5
Drainase tanah, sampah maupun karena telah terjadi lingkungan yang kotor dan berbau
kerusakan.
51% - 75% area memiliki 3
drainase lingkungan yang kotor dan
berbau
25% - 50% area memiliki drainase 1
lingkungan yang kotor dan berbau

e. Kualitas Konstruksi Kualitas konstruksi drainase buruk, karena 76% - 100% area memiliki kualitas 5
Drainase berupa galian tanah tanpa material pelapis konstruksi drainase lingkungan buruk
atau penutup maupun karena telah terjadi
kerusakan 51% - 75% area memiliki kualitas 3
konstruksi drainase lingkungan buruk
25% - 50% area memiliki kualitas 1
konstruksi drainase lingkungan buruk

Universitas Sumatera Utara


No. Aspek Kriteria Indikator Parameter Nilai
1 2 3 4 5 6
5. Kondisi a. Sistem Pengelolaan Pengelolaan air limbah pada lokasi 76% - 100% area memiliki sistem air 5
Pengelolaan Air Limbah Tidak perumahan atau permukiman tidak memiliki limbah yang tidak sesuai standar teknis
Air Limbah Sesuai Standar sistem yang memadai, yaitu kakus/kloset
Teknis yang tidak terhubung dengan tangki septik 51% - 75% area memiliki sistem air 3
baik secara individual/domestik, komunal limbah yang tidak sesuai standar teknis
maupun terpusat
25% - 50% area memiliki sistem air 1
limbah yang tidak sesuai standar teknis

b. Prasarana dan Kondisi prasarana dan sarana pengelolaan air 76% - 100% area memiliki sarpras air 5
Sarana Pengelolaan limbah pada lokasi perumahan atau limbah tidak sesuai persyaratan teknis
Air Limbah Tidak permukiman dimana:
Sesuai dengan • Kloset leher angsa tidak terhubung dengan 51% - 75% area memiliki sarpras air 3
Persyaratan Teknis tangki septik; limbah tidak sesuai persyaratan teknis
Tidak tersedianya sistem pengolahan limbah
setempat atau terpusat 25% - 50% area memiliki sarpras air 1
limbah tidak sesuai persyaratan teknis

6. Kondisi a. Prasarana dan Prasarana dan sarana persampahan pada 76% - 100% area memiliki sarpras 5
Pengelolaan Sarana Persampahan lokasi perumahan atau permukiman tidak pengelolaan persampahan yang tidak
Persampaha Tidak Sesuai Dengan sesuai dengan persyaratan teknis, yaitu: memenuhi persyaratan teknis
n Persyaratan Teknis • Tempat sampah dengan pemilahan
sampah pada skala domestik atau rumah 51% - 75% area memiliki sarpras 3
tangga; pengelolaan persampahan yang tidak
• Tempat pengumpulan sampah (TPS) atau memenuhi persyaratan teknis
TPS3R (reduce, reuse, recycle) pada skala

Universitas Sumatera Utara


No. Aspek Kriteria Indikator Parameter Nilai
1 2 3 4 5 6
lingkungan; 25% - 50% area memiliki sarpras 1
• Grobak sampah dan/atau truk sampah pengelolaan persampahan yang tidak
pada skala lingkungan; dan memenuhi persyaratan teknis
• Tempat pengolahan sampah terpadu
b. Sistem Pengelolaan (TPST) pada skala lingkungan 76% - 100% area memiliki sistem 5
Persampahan yang persampahan tidak sesuai standar
Tidak Sesuai Standar
Teknis 51% - 75% area memiliki sistem 3
persampahan tidak sesuai standar
25% - 50% area memiliki sistem 1
persampahan tidak sesuai standar

c. Tidak Terpeliharanya 76% - 100% area memiliki sarpras 5


Sarana dan persampahan yang tidak terpelihara
Prasarana
Pengelolaan 51% - 75% area memiliki sarpras 3
Persampahan persampahan yang tidak terpelihara

25% - 50% area memiliki sarpras 1


persampahan yang tidak terpelihara

7. Kondisi a. Ketidaktersediaan Tidak tersedianya prasarana proteksi 76% - 100% area tidak memiliki 5
Proteksi Prasarana Proteksi kebakaran pada lokasi, yaitu: prasarana proteksi kebakaran
Kebakaran Kebakaran • Jalan lingkungan
51% - 75% area tidak memiliki 3
• Bangunan pos kebakaran
prasarana proteksi kebakaran

Universitas Sumatera Utara


No. Aspek Kriteria Indikator Parameter Nilai
1 2 3 4 5 6
• Bangunan pendukung lainnya 25% - 50% area tidak memiliki 1
prasarana proteksi kebakaran

b. Ketidaktersediaan Tidak tersedianya prasarana proteksi 76% - 100% area tidak memiliki sarana 5
Sarana Proteksi kebakaran pada lokasi, yaitu: proteksi kebakaran
Kebakaran • Pasokan air;
51% - 75% area tidak memiliki sarana 3
• Sarana komunikasi
proteksi kebakaran
• Data sistem proteksi kebakaran lingkungan
• Alat pemadam api ringan (APAR)
25% - 50% area tidak memiliki sarana 1
• Mobil pompa
proteksi kebakaran
• Peralatan pendukung lainnya
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Nomor 2 Tahun 2016 tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan
Kumuh dan Permukiman Kumuh.

Universitas Sumatera Utara


2.8. Tipologi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

Tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh merupakan

pengelompokan perumahan kumuh dan permukiman kumuh berdasarkan letak

lokasi secara geografis. Tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh

terdiri dari:

a. di atas air;

b. di tepi air;

c. di dataran rendah;

d. di perbukitan; dan

e. di daerah rawan bencana.

Tabel 2.3. Tipologi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

No. Tipologi Lokasi


1. Perumahan kumuh dan Perumahan kumuh dan permukiman
permukiman kumuh di atas air kumuh yang berada di atas air, baik
daerah pasang surut, rawa, sungai
ataupun laut.
2. Perumahan kumuh dan Perumahan kumuh dan permukiman
permukiman kumuh di tepi air kumuh yang berada tepi badan air
(sungai, pantai, danau, waduk dan
sebagainya), namun berada di luar
Garis Sempadan Badan Air.
3. Perumahan kumuh dan Perumahan kumuh dan permukiman
permukiman kumuh di dataran kumuh yang berada di daerah dataran
rendah rendah dengan kemiringan lereng <
10%.
4. Perumahan kumuh dan Perumahan kumuh dan permukiman
permukiman kumuh di kumuh yang berada di daerah dataran
perbukitan tinggi dengan kemiringan lereng > 10
% dan < 40%
5. Permukiman kumuh di daerah Permukiman kumuh yang terletak di
rawan bencana daerah rawan bencana alam, khususnya
bencana alam tanah longsor, gempa
bumi dan banjir.

Universitas Sumatera Utara


Sumber : Pedoman Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas

Permukiman Kumuh Perkotaan

2.9. Pola Penanganan Permukiman Kumuh

Dalam upaya peningkatan kualitas terhadap permukiman kumuh,

Pemerintah dan pemerintah daerah menetapkan kebijakan, strategi, serta pola-

pola penanganan yang manusiawi, berbudaya, berkeadilan, dan ekonomis.

Peningkatan kualitas terhadap permukiman kumuh dilakukan dengan pola-pola

penanganan meliputi (Permen PUPR no. 2 tahun 2016):

a. Pemugaran

Pemugaran dilakukan untuk perbaikan dan/atau pembangunan kembali

perumahan dan permukiman menjadi perumahan dan permukiman yang

layak huni. Pemugaran merupakan kegiatan perbaikan rumah, prasarana,

sarana, dan/atau utilitas umum.

b. Peremajaan

Peremajaan dilakukan untuk mewujudkan kondisi rumah, perumahan, dan

permukiman yang lebih baik guna melindungi keselamatan dan keamanan

penghuni dan masyarakat sekitar. Peremajaan dilakukan melalui

pembongkaran dan penataan secara menyeluruh terhadap rumah,

prasarana, sarana, dan/atau utilitas umum.

c. Pemukiman Kembali.

Pemukiman kembali dilakukan untuk mewujudkan kondisi rumah,

perumahan, dan permukiman yang lebih baik guna melindungi

keselamatan dan keamanan penghuni dan masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


Pola-pola penanganan tersebut dilakukan oleh Pemerintah pusat dan

pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya dengan melibatkan peran

masyarakat. Pola-pola penanganan peningkatan kualitas terhadap permukiman

kumuh direncanakan dengan mempertimbangkan (Permen PUPR no. 2 tahun

2016):

a. dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan berat dengan status lahan

legal, maka pola penanganan yang dilakukan adalah peremajaan;

b. dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan berat dengan status lahan

ilegal, maka pola penanganan yang dilakukan adalah pemukiman kembali;

c. dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan sedang dengan status

lahan legal, maka pola penanganan yang dilakukan adalah peremajaan;

d. dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan sedang dengan status

lahan ilegal, maka pola penanganan yang dilakukan adalah pemukiman

kembali;

e. dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan ringan dengan status lahan

legal, maka pola penanganan yang dilakukan adalah pemugaran;

f. dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan ringan dengan status lahan

ilegal, maka pola penanganan yang dilakukan adalah pemukiman kembali.

2.10. Perencanaa Penanganan Permukiman Kumuh

Bentuk-bentuk penanganan permukiman kumuh yang telah dilaksanakan

ada beberapa bentuk antara lain (PU. Cipta Karya, 2006):

Universitas Sumatera Utara


2.10.1. Pengertian Perbaikan Permukiman

Kondisi perumahan kampung digolongkan sebagai perumahan marginal,

tidak memenuhi standar yang berlaku. Namun penghuninya, sesungguhnya,

tidak bersifat pasif terhadap lingkungan perumahannya. Secara sadar atau tidak,

penghuni memberi tanggapan terhadap tempat tinggalnya dengan mengerahkan

segenap sumber daya (fisik, sosial,ekonomi) guna memenuhi kebutuhan rumah

yang sesuai norma. Adapun usaha yang dapat dilakukan penghuni terhadap

rumahnya, yaitu:

1. Usaha memenuhi kebutuhan ketika penghuni merasakan kekurangan pada

rumahnya. Bentuk tindakan dapat berupa pindah rumah juga dapat berupa

perubahan atau penambahan terhadap rumahnya. Jadi penghuni secara aktif

menimbulkan perubahan terhadap keadaan rumahnya atau diistilahkan

sebagai housingadjustment (Moris, 1977).

2. Usaha penghuni sebagai tanggapan atas tekanan akibat berbagai kekurangan

pada rumah, dengan cara melakukan perubahan pada dirinya tanpa merubah

rumahnya. Dalam hal ini penghuni bersifat pasif atau diistilahkan sebagai

housing adaptation.

2.10.2. Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman.

Bentuk-bentuk perbaikan lingkungan permukiman berdasarkan PU. Cipta

Karya 2006, terdapat beberapa bentuk usaha pelaksanaan perbaikan

permukiman, yaitu sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


1. Model Land Sharing, menurut Angel dan Boonyabancha (1988), land

sharing merupakan proses sharing lahan, terjadi dengan kondisi (1) lahan

dimiliki oleh satu orang/instansi, (2) Lahan yang dulunya dalam keadaan

kosong diokupasi/dihuni secara liar oleh sekelompok orang, (3) lahan

mau digunakan kembali oleh pemilik dengan konsekuensi membagi lahan

menjadi dua, sebagian besar untuk pemilik lahan dan sisanya untuk

pemukim liar, (4) keputusan bersama/atas persetujuan dua belah pihak,

dan (5) masyarakat mau berperan aktif dalam proses tersebut, ikut serta

dalam memberikan ide/pemikiran.

Model land sharing adalah penataan ulang di atas lahan dengan tingkat

kepemilikan masyarakat cukup tinggi. Dalam penataan tersebut,

masyarakat akan mendapatkan kembali lahannya dengan luasan yang

sama sebagaimana yang selama ini dimiliki/dihuni secara sah, dengan

memperhitungkan kebutuhan untuk prasarana umum (jalan, saluran).

Beberapa syarat untuk penanganan yang akan dilakukan, antara lain, (1)

tingkat pemilikan/penghunian secara sah (mempunyai bukti

pemilikan/penguasaan atas lahan yang ditempatinya) cukup tinggi

dengan luasan yang terbatas, (2) tingkat kekumuhan tinggi, dengan

ketersediaan lahan yang memadai untuk menempatkan prasarana dan

sarana dasar, (3) tata letak bangunan tidak berpola (Mononimbar, 2006).

Hal ini bisa diterapkan di Indonesia, dimana banyak lahan milik

pemerintah (kebanyakan di tepian sungai, areal PTPN atau rel kereta api)

biasanya dihuni secara liar oleh masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)

Universitas Sumatera Utara


dengan membangun Rusunawa, tentunya dengan pengawasan yang ketat

dan kontinyu agar tidak terjadi penyelewengan pengguna.

2. Program Perbaikan Kampung (KIP); KIP merupakan program yang

bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan penghijauan

masyarakat melalui perbaikan lingkungan secara fisik. Tujuan utamanya

adalah perbaikan kesehatan lingkungan kampung. Komponen dasarnya

adalah perbaikan infrastruktur kawasan seperti jalan kendaraan, jalan

setapak, saluran drainase, MCK dan sebagainya (Budi Prayitno, 2015).

3. Model Konsolidasi Lahan (Land Consolidation). Konsolidasi lahan adalah

bentuk kegiatan mengenai pengelolaan tata guna lahan dengan cara

pengaturan kembali penggunaan lahan dan penguasaan bidang-bidang

tanah. Sasaran dari konsolidasi lahan itu sendiri adalah penataan kembali

penggunaan dan penguasaan tanah pada suatu kawasan yang kondisinya

dinilai kurang memenuhi syarat untuk menjadi kawasan yang lebih baik

(Indra,2012).

Konsolidasi lahan merupakan suatu kegiatan terpadu menata (kembali)

suatu wilayah yang tidak teratur menjadi teratur, lengkap dengan

prasarana dan kemudahan yang diperlukan, agar tercapai penggunaan

tanah/lahan secara optimal yang pada prinsipnya dilaksanakan atas

swadaya masyarakat sendiri.

Konsolidasi lahan juga merupakan suatu sistem pengembangan lahan

inkonvensional yang saat ini telah diterapkan di Indonesia, antara lain,

Denpasar, Bandung, Palu, Kendari dan beberapa kota lain.

Universitas Sumatera Utara


4. Model Land Readjusment. Menurut Doebele (1982), land-readjustment

adalah proses penataan lahan kembali, dilaksanakan dengan kondisi (1)

lahan dimiliki oleh beberapa orang pada satu lokasi, biasanya merupakan

lahan pertanian yang diperjual belikan secara acak, (2) lahan kemudian

dibangun/dihuni oleh pemilik, biasanya bentuk lahan tidak beraturan

atau kurang sarana prasarana seperti jalan lingkungan, taman dan

pedestrian, (3) pemilik ingin menata lahan untuk meningkatkan kualitas

permukiman dan harga lahan, (4) pengaturan lahan secara keseluruhan

disesuaikan dengan proporsi 70%-30%, yaitu 70 untuk pemilik dan 30

untuk fasilitas (jalan dan taman), (5) dilakukan bersama-sama dengan

persetujuan semua pihak.

Proses ini dapat dilakukan pada hunian-hunian kampung di Indonesia

agar bentuk lahan tertata serta memudahkan akses kendaraan. Selain itu

proses ini dimaksudkan agar masyarakat memiliki hidup yang sehat, aman

dan bebas kumuh. Proses land readjusment banyak dilakukan di Bali,

menurut beberapa penelitian menunjukkan bahwa hal ini dapat

dilaksanakan lebih dikarenakan warganya bisa berkompromi agar

mengiklaskan sebagian lahan untuk dibangun jalan bersama.

5. Model Resettlement. Menurut Johara (1999). Resetlement atau

permukiman kembali pada umumnya dilakukan melalui program

transmigrasi yaitu perpindahan penduduk (migrasi) dari suatu daerah

yang rapat penduduknya umumnya di Pulau Jawa menuju daerah yang

masih jarang penduduknya biasanya terdapat diluar Pulau Jawa dengan

Universitas Sumatera Utara


tujuan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan diharapkan

dapat meningkatkan integrasi nasional dalam ekonomi dan sosial.

Resettlement atau pemindahan penduduk pada suatu kawasan yang

khusus disediakan. Pemindahan penduduk biasanya memakan waktu dan

biaya sosial yang cukup besar, termasuk kemungkinan tumbuhnya

kerusuhan atau keresahan masyarakat. Pemindahan ini apabila

permukiman berada pada kawasan fungsional yang akan/perlu

direvitalisasi sehingga memberikan nilai ekonomi bagi pemerintah

kabupaten/kota.

2.11. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan suatu alur pikir peneliti mulai dari awal

dalam menemukan Judul penelitian hingga dilakukannya penelitian tersebut.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Universitas Sumatera Utara


Kawasan Permukiman Kumuh
Kabupaten Serdang Bedagai

Kecamatan Tanjung Beringin

Kondisi Fisik Kawasan Analisis Tingkat


Permukiman Kumuh Kekumuhan

Tipologi Permukiman Strategi Penanganan Kawasan


Status Legalitas Lahan
Kumuh Permukiman Kumuh

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten

Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

secara sengaja (purposive) disebabkan perlunya peningkatan kualitas

permukiman kumuh di Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang

Bedagai. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2018 sampai

September 2018. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Peta Lokasi Penelitian

Universitas Sumatera Utara


3.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitan ini adalah deskriptif kualitatif, dengan menggunakan alat

pengungkap data yang utama adalah observasi (sumber data primer), teknik

penunjang studi wawancara dan dokumentasi, serta peta citra satelit. Menurut

Arikunto (2010:3) dinyatakan bahwa, penelitian deskriptif adalah penelitian yang

dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah

disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan survey. Menurut

Arikunto (2010), pendekatan survey adalah kegiatan mengumpulkan data

sebanyak-banyaknya mengenai fakta-fakta yang merupakan pendukung

terhadap penelitian, dengan maksud untuk mengetahui status dan gejala, yaitu

melihat kondisi/keadaan menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan

dilokasi penelitian. Oleh karena itu, peneliti hanya mengambil apa yang terjadi

pada objek dengan direkam atau dipotret sesuai dengan apa adanya, kemudian

memaparkan kondisi/keadaan tersebut dalam bentuk laporan penelitian secara

lugas dan alami.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Data merupakan gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan yang

dikaitkan dengan tempat dan waktu, yang merupakan dasar suatu perencanaan

dan merupakan alat bantu dalam pengambilan keputusan. Masalah, tujuan, dan

hipotesa penelitian, untuk sampai pada suatu kesimpulan harus didukung oleh

data-data yang relevan. Relevansi data dengan variabel-variabel penelitian

Universitas Sumatera Utara


didasari oleh metode pendekatan masalah yang relevan (Sumaatmaja, 1998:

104).

Pada suatu proses penelitian, tahapan pengumpulan data merupakan

tahapan yang harus direncanakan untuk mendapatkan suatu hasil yang optimal

yang sesuai dengan tujuan dan sasaran penelitian pada proses-proses

selanjutnya.

Sumber-sumber data yang dibutuhkan guna penyusunan penelitian ini

adalah:

1. Data Primer

Data primer dikumpulkan melalui survey primer yang dilakukan melalui

pengamatan dan pengukuran atau penghitungan langsung (observasi) di

Kecamatan Tanjung Beringin.

Pengumpulan data primer dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu:

1). Survey lapangan yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui

pengamatan langsung pada obyek penelitian dalam rangka untuk

memperoleh data dan informasi yang terkait dengan kondisi permukiman

kumuh di Kecamatan Tanjung Beringin.

2). Telaah Pustaka yaitu salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan

untuk memperoleh data atau gambar berupa peta-peta yang terkait dengan

penelitian berupa peta Rencana Tata Ruang dan peta administrasi, serta

data-data pendukung lainnya yang bersumber dari buku-buku atau literatur

yang terkait dengan penelitian dan dokumen laporan hasil penelitian

sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara


2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data yang berasal dari instansi yang terkait

dengan penelitian untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan untuk

kegiatan analisis. Disamping itu, data sekunder lainnya adalah studi literatur

untuk mendapatkan literatur yang berkaitan dengan penelitian. Teknik

pengumpulan data sekunder dilakukan melalui survey ke beberapa instansi

pemerintah yang diharapkan dapat menjadi sumber data, yaitu:

a. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai, data

yang diperlukan: Peta Administrasi Kabupaten Serdang Bedagai, Peta

Administrasi Kecamatan Tanjung Beringin, Profil Kabupaten Serdang

Bedagai, Dokumen RTRW Kabupaten Serdang Bedagai dan SK Kumuh Bupati

Serdang Bedagai.

b. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Serdang Bedagai,

data yang diperlukan: Data Bangunan Sekolah, Bangunan Pelayanan

Kesehatan dan Bangunan Fasilitas Umum dan Tempat Ibadah.

c. Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Serdang Bedagai,

data yang diperlukan: Data Perumahan (RTLH), Data Jalan Lingkungan dan

Data Drainase Lingkungan, Data Air Minum dan Data Sanitasi Lingkungan.

d. Badan Pusat Statistik Kabupaten Serdang Bedagai, data yang diperlukan:

Data Kabupaten Serdang Bedagai Dalam Angka 2017 dan Data Kecamatan

Tanjung Beringin Dalam Angka 2017.

Universitas Sumatera Utara


e. Kantor Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai, data yang

diperlukan: Data Profil Kecamatan, Data Profil Desa dan Peta Administrasi

Kecamatan.

f. Kantor Desa sekecamatan Tanjung Beringin, data yang diperlukan: data

Profil Desa, Peta Administrasi Desa dan Data RPJMDES.

Waktu pengumpulan data sekunder disesuaikan dengan situasi dan kondisi

dilapangan.

3.4. Analisis Data

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, maka analisis data

yang akan digunakan yaitu:

1. Untuk menjawab rumusan masalah pertama yaitu mengidentifikasi kondisi

fisik permukiman kumuh di Kecamatan Tanjung Beringin ialah melakukan

pendekatan survey dengan metode analisis deskriptif dan spasial

(keruangan).

Analisa spasial merupakan sekumpulan metoda untuk menemukan dan

menggambarkan tingkatan/pola dari sebuah fenomena spasial, sehingga

dapat dimengerti dengan lebih baik. Dengan melakukan analisis spasial,

diharapkan muncul infomasi baru yang dapat digunakan sebagai dasar

pengambilan keputusan dibidang yang dikaji. Sebagai sebuah metode,

analisis spasial berusaha untuk membantu perencana dalam menganalisis

kondisi permasalahan berdasarkan data dari wilayah yang menjadi sasaran.

Konsep-konsep yang paling mendasari sebuah analisis spasial adalah jarak,

arah, dan hubungan. Kombinasi dari ketiganya mengenai suatu wilayah akan

Universitas Sumatera Utara


bervariasi sehingga membentuk perbedaan yang signifikan yang

membedakan satu lokasi dengan yang lainnya. Dengan demikian jarak, arah,

dan hubungan antara lokasi suatu objek dalam suatu wilayah dengan objek

di wilayah yang lain akan memiliki perbedaan yang jelas. Dan ketiga hal

tersebut merupakan hal yang selalu ada dalam sebuah analisis spasial

dengan tahapan-tahapan tertentu tergantung dari sudut pandang perencana

dalam memandang sebuah permasalahan analisis spasial (Cholid,2009:5).

Mengidentifkasi kondisi fisik permukiman kumuh merupakan tahapan untuk

menilai lokasi permukiman kumuh berdasarkan kriteria, indikator dan

parameter kekumuhan yang telah ditetapkan di dalam Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 2 tahun 2016 tentang

Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh.

2. Metode analisis yang digunakan untuk menjawab seberapa besar tingkat

kekumuhan permukiman di Kecamatan Tanjung Beringin yaitu analisis

deskriptif kualitatif. Adapun tingkat kekumuhan berdasarkan Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 2 Tahun 2016 ada

3 (tiga) yaitu:

1) Tingkat kekumuhan ringan yaitu interval antara 19-44;

2) Tingkat kekumuhan sedang yaitu interval antara 45-70; dan

3) Tingkat kekumuhan berat yaitu interval antara 71-95.

Untuk mengetahui seberapa besar tingkat kekumuhan yang terjadi di

Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai terlebih dahulu

Universitas Sumatera Utara


kita harus mengidentifikasikan terhadap 7 (tujuh) aspek kondisi fisik yang

membuat kawasan tersebut menjadi kumuh. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada Tabel 3.1 Halaman 54.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.1. Faktor/ Parameter Tingkat Kekumuhan

No. Aspek Kriteria Rumus Parameter Nilai


1 2 3 4 5 6
1. Kondisi a. Ketidakteraturan 76% - 100% bangunan pada lokasi tidak 5
Bangunan Bangunan memiliki keteraturan
Gedung 𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 51% - 75% bangunan pada lokasi tidak 3
𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 (𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢) memiliki keteraturan
= 𝑥𝑥100%
𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 25% - 50% bangunan pada lokasi tidak 1
𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎 (𝑈𝑈𝑈𝑈𝑈𝑈𝑈𝑈) memiliki keteraturan
b. Tingkat Kepadatan 76% - 100% bangunan memiliki 5
Bangunan 𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 kepadatan tidak sesuai ketentuan
𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘
𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 (𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢) 51% - 75% bangunan memiliki 3
= 𝑥𝑥100% kepadatan tidak sesuai ketentuan
𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏
𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎 (𝑈𝑈𝑈𝑈𝑈𝑈𝑈𝑈)
25% - 50% bangunan memiliki 1
kepadatan tidak sesuai ketentuan

c. Ketidaksesuaian 76% - 100% bangunan pada lokasi tidak 5


dengan Persyaratan 𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 memenuhi persyaratan teknis
Teknis Bangunan 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 (𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢)
= 𝑥𝑥100%
𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏
𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎 (𝑈𝑈𝑈𝑈𝑈𝑈𝑈𝑈)
51% - 75% bangunan pada lokasi tidak 3
memenuhi persyaratan teknis

25% - 50% bangunan pada lokasi tidak 1


memenuhi persyaratan teknis

Universitas Sumatera Utara


No. Aspek Kriteria Rumus Parameter Nilai
1 2 3 4 5 6
2. Kondisi Jalan a. Cakupan Pelayanan 76% - 100% area tidak terlayani oleh 5
Lingkungan Jalan Lingkungan jaringan jalan lingkungan
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡
𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 (ℎ𝑎𝑎) 51% - 75% area tidak terlayani oleh 3
= 𝑥𝑥100% jaringan jalan lingkungan
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘
𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎 (ℎ𝑎𝑎)
25% - 50% area tidak terlayani oleh 1
jaringan jalan lingkungan

b. Kualitas Permukaan 76% - 100% area memiliki kualitas 5


Jalan Lingkungan permukaan jalan yang buruk
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 (𝑚𝑚) 51% - 75% area memiliki kualitas 3
= 𝑥𝑥100% permukaan jalan yang buruk
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎 (ℎ𝑎𝑎)
25% - 50% area memiliki kualitas 1
permukaan jalan yang buruk

3. Kondisi a. Ketidaktersediaan 76% - 100% populasi tidak dapat 5


Penyediaan Akses Aman Air mengakses air minum yang aman
Air Minum Minum 𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝐾𝐾𝐾𝐾 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡
51% - 75% populasi tidak dapat 3
= 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑥𝑥100% mengakses air minum yang aman
𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝐾𝐾𝐾𝐾 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎

25% - 50% populasi tidak dapat 1


mengakses air minum yang aman

Universitas Sumatera Utara


No. Aspek Kriteria Rumus Parameter Nilai
1 2 3 4 5 6
b. Tidak Terpenuhinya 76% - 100% populasi tidak terpenuhi 5
Kebutuhan Air kebutuhan air minum minimalnya
Minum 𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝐾𝐾𝐾𝐾 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡ℎ𝑖𝑖
51% - 75% populasi tidak terpenuhi 3
= 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑥𝑥100%
𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝐾𝐾𝐾𝐾 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎 kebutuhan air minum minimalnya
25% - 50% populasi tidak terpenuhi 1
kebutuhan air minum minimalnya
4. Kondisi a. Ketidak mampuan 76% - 100% area terjadi genangan > 5
Drainase mengalirkan 𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 30cm, > 2 jam dan > 2 x setahun
Lingkungan Limpasan Air 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔 (ℎ𝑎𝑎)
= 𝑥𝑥100% 51% - 75% area terjadi genangan > 3
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘
𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎 (ℎ𝑎𝑎) 30cm, > 2 jam dan > 2 x setahun

25% - 50%area terjadi genangan > 1


30cm, > 2 jam dan > 2 x setahun

b. Ketidaktersediaan 76% - 100% area tidak tersedia 5


Drainase drainase lingkungan
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡
51% - 75% area tidak tersedia drainase 3
𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 (ℎ𝑎𝑎)
= 𝑥𝑥100% lingkungan
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘
𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎 (ℎ𝑎𝑎) 25% - 50% area tidak tersedia drainase 1
lingkungan

Universitas Sumatera Utara


No. Aspek Kriteria Rumus Parameter Nilai
1 2 3 4 5 6
c. Ketidakterhubungan 76% - 100% drainase lingkungan tidak 5
dengan Sistem 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 terhubung dengan hirarki di atasnya
Drainase Makro 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡ℎ𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢
𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 (𝑚𝑚) 51% - 75% drainase lingkungan tidak 3
= 𝑥𝑥100% terhubung dengan hirarki di atasnya
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙
𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎 (𝑚𝑚) 25% - 50% drainase lingkungan tidak 1
terhubung dengan hirarki di atasnya

d. Tidak 76% - 100% area memiliki drainase 5


Terpeliharanya lingkungan yang kotor dan berbau
Drainase
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 51% - 75% area memiliki 3
𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 (𝑚𝑚) drainase lingkungan yang kotor dan
= 𝑥𝑥100% berbau
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙
𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎 (𝑚𝑚) 25% - 50% area memiliki drainase 1
lingkungan yang kotor dan berbau

e. Kualitas Konstruksi 76% - 100% area memiliki kualitas 5


Drainase konstruksi drainase lingkungan buruk
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 (𝑚𝑚) 51% - 75% area memiliki kualitas 3
= 𝑥𝑥100%
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙 konstruksi drainase lingkungan buruk
𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎 (𝑚𝑚)
25% - 50% area memiliki kualitas 1
konstruksi drainase lingkungan buruk

Universitas Sumatera Utara


No. Aspek Kriteria Rumus Parameter Nilai
1 2 3 4 5 6
5. Kondisi a. Sistem 76% - 100% area memiliki sistem air 5
Pengelolaan Pengelolaan Air 𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 limbah yang tidak sesuai standar teknis
Air Limbah Limbah Tidak Sesuai 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙ℎ 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡
Standar Teknis 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 (ℎ𝑎𝑎) 51% - 75% area memiliki sistem air 3
= 𝑥𝑥100% limbah yang tidak sesuai standar teknis
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘
𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ (ℎ𝑎𝑎)
25% - 50% area memiliki sistem air 1
limbah yang tidak sesuai standar teknis

b. Prasarana dan 76% - 100% area memiliki sarpras air 5


Sarana Pengelolaan limbah tidak sesuai persyaratan teknis
Air Limbah Tidak 𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑
Sesuai dengan 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙ℎ 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 51% - 75% area memiliki sarpras air 3
Persyaratan Teknis 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 (ℎ𝑎𝑎) limbah tidak sesuai persyaratan teknis
= 𝑥𝑥100%
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘
𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ (ℎ𝑎𝑎) 25% - 50% area memiliki sarpras air 1
limbah tidak sesuai persyaratan teknis

6. Kondisi a. Prasarana dan 76% - 100% area memiliki sarpras 5


Pengelolaan Sarana Persampahan pengelolaan persampahan yang tidak
Persampaha Tidak Sesuai Dengan 𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 memenuhi persyaratan teknis
n Persyaratan Teknis 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠ℎ 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡
𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 (ℎ𝑎𝑎) 51% - 75% area memiliki sarpras 3
= 𝑥𝑥100%
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 pengelolaan persampahan yang tidak
𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ (ℎ𝑎𝑎) memenuhi persyaratan teknis

Universitas Sumatera Utara


No. Aspek Kriteria Rumus Parameter Nilai
1 2 3 4 5 6
25% - 50% area memiliki sarpras 1
pengelolaan persampahan yang tidak
memenuhi persyaratan teknis

b. Sistem 76% - 100% area memiliki sistem 5


Pengelolaan persampahan tidak sesuai standar
Persampahan yang 𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠
Tidak Sesuai Standar 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠ℎ 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 51% - 75% area memiliki sistem 3
Teknis 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 (ℎ𝑎𝑎) persampahan tidak sesuai standar
= 𝑥𝑥100%
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘
25% - 50% area memiliki sistem 1
𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ (ℎ𝑎𝑎)
persampahan tidak sesuai standar

c. Tidak 76% - 100% area memiliki sarpras 5


Terpeliharanya persampahan yang tidak terpelihara
Sarana dan 𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑
Prasarana 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠ℎ 51% - 75% area memiliki sarpras 3
Pengelolaan 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 (ℎ𝑎𝑎) persampahan yang tidak terpelihara
= 𝑥𝑥100%
Persampahan 𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 25% - 50% area memiliki sarpras 1
𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ (ℎ𝑎𝑎) persampahan yang tidak terpelihara

7. Kondisi a. Ketidaktersediaan 𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 76% - 100% area tidak memiliki 5
Proteksi Prasarana Proteksi 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 prasarana proteksi kebakaran
Kebakaran Kebakaran 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 (ℎ𝑎𝑎)
= 𝑥𝑥100% 51% - 75% area tidak memiliki 3
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘
𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ (ℎ𝑎𝑎) prasarana proteksi kebakaran

Universitas Sumatera Utara


No. Aspek Kriteria Rumus Parameter Nilai
1 2 3 4 5 6
25% - 50% area tidak memiliki 1
prasarana proteksi kebakaran

b. Ketidaktersediaan 76% - 100% area tidak memiliki sarana 5


Sarana Proteksi proteksi kebakaran
Kebakaran 𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡
𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 51% - 75% area tidak memiliki sarana 3
𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 (ℎ𝑎𝑎) proteksi kebakaran
= 𝑥𝑥100%
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘
𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ (ℎ𝑎𝑎) 25% - 50% area tidak memiliki sarana 1
proteksi kebakaran

Sumber : Modifikasi dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Nomor 2 Tahun 2016 tentang Peningkatan Kualitas
Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh.

Universitas Sumatera Utara


3. Untuk menjawab rumusan masalah ketiga yaitu bagaimana strategi

penanganan kawasan permukiman kumuh sesuai dengan hasil penetapan

lokasi kawasan permukiman kumuh di Kecamatan Tanjung Beringin,

Kabupaten Serdang Bedagai digunakan analisis deskriptif kualitatif. Teknik

deskriptif kualitatif yaitu teknik analisis yang menstransformasikan data

mentah kedalam bentuk data yang mudah dimengerti dan diintepretasikan,

serta menyusun dan menyajikan data menjadi suatu informasi yang jelas

(Sugiyono, 2008). Adapun perencanaan penanganannya berdasarkan

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 2 Tahun

2016 yaitu: berdasarkan tingkat kekumuhan, tipologi dan status legalitas

lahan serta pola penanganan kawasan permukiman kumuh yang akan

dijelaskan dalam bentuk matriks. Untuk lebih jelasnya Penanganan Kawasan

Permukiman Kumuh di Kecamatan Tanjung Beringin dapat dilihat pada Tabel

4.16, Halaman 167 dan Gambar. 4.60, Halaman 168. Serta untuk

Perencanaan Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh di Kecamatan

Tanjung Beringin dapat dilihat pada Tabel. 4.19, Halaman 173 dan Gambar.

4.61, Halaman 176.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian Kabupaten Serdang Bedagai

Kabupaten Serdang Bedagai yang beribukota Sei Rampah adalah kabupaten

yang baru dimekarkan dari Kabupaten Deli Serdang sesuai dengan UU RI Nomor

36 Tahun 2003 pada tanggal 18 Desember 2003 tentang Pembentukan Kabupaten

Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai pada 18 Desember 2003, pada masa

pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri. Proses lahirnya undang-undang

tentang pembentukan Serdang Bedagai sebagai kabupaten pemekaran merujuk

pada usulan yang disampaikan melalui Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 18/K/2002 tanggal 21 Agustus 2002

tentang Persetujuan Pemekaran Kabupaten Deli Serdang.

Kemudian Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Deli

Serdang Nomor 26/K/DPRD/2003 tanggal 10 Maret 2003 tentang Persetujuan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Deli Serdang Atas Usul Rencana

Pemekaran Kabupaten Deli Serdang menjadi 2 (dua) Kabupaten (Kabupaten Deli

Serdang (Induk), dan Kabupaten Serdang Bedagai. Kabupaten yang luasnya

mencapai 1.900,22 kilometer persegi ini, terdiri atas 243 desa/kelurahan yang

berada dalam 17 kecamatan.

4.1.1. Letak dan Keadaan Geografis

Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten yang berada

di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Serdang

Universitas Sumatera Utara


Bedagai terletak pada posisi 3°01’2,5’’ Lintang Utara - 3°46’33’’ Lintang Utara dan

98°44’22’’ Bujur Timur - 99°19’01’’ Bujur Timur dengan ketinggian berkisar 0 –

500 meter di atas permukaan laut.

Luas wilayah Kabupaten Serdang Bedagai sebesar 1 900,22 km2. Batas-

batas wilayah administrasi Kabupaten Serdang Bedagai, dapat diuraikan sebagai

berikut:

a. Sebelah Utara : berbatasan dengan Selat Malaka

b. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Simalungun

c. Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

d. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Batu Bara dan Kabupaten

Simalungun

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.1. Luas Wilayah Per Kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai

No. Kecamatan Luas Wilayah (km2) Persentase Wilayah (%)


(1) (2) (3) (4)
1 Kotarih 78,02 4,11
2 Silinda 56,74 2,99
3 Bintang Kayu 95,59 5,03
4 Dolok Masihul 237,42 12,49
5 Serbajadi 50,69 2,67
6 Sipispis 145,26 7,64
7 Dolok Merawan 120,60 6,35
8 Tebing Tinggi 182,29 9,59
9 Tebing Syahbandar 120,30 6,33
10 Bandar Khalipah 116,00 6,10
11 Tanjung Beringin 74,17 3,90
12 Sei Rampah 198,90 10,47
13 Sei Bamban 72,26 3,80
14 Teluk Mengkudu 66,95 3,52
15 Perbaungan 111,62 5,87
16 Pegajahan 93,12 4,90
17 Pantai Cermin 80,30 4,23
Jumlah 1900,22 100,00
Sumber : Kabupaten Serdang Bedagai Dalam Angka, BPS Tahun 2017

Universitas Sumatera Utara


SEKOLAH PASCA SARJANA
PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH DAN PEDESAAAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

Gambar 4.1. Peta Administrasi Kabupaten Serdang Bedagai

Universitas Sumatera Utara


4.1.2. Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2016 berjumlah

610.906 jiwa dengan komposisi jumlah penduduk laki-laki 306.620 jiwa dan

perempuan 304.286 jiwa. Kepadatan penduduk Kabupaten Serdang Bedagai

pada tahun 2016 adalah sebesar 321 jiwa/km2.

Tabel 4.2. Jumlah dan Distribusi Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten

Serdang Bedagai Tahun 2016

No. Kecamatan Banyaknya Luas Jumlah Kepadatan Persentas


Desa/Kelura Wilayah Penduduk Penduduk e
han Area (jiwa/km2) Penduduk
(km2) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Kotarih 11 78,02 8.157 105 1,34
2 Silinda 9 56,74 8.493 150 1,39
3 Bintang Kayu 19 95,59 10.796 113 1,77
4 Dolok Masihul 28 237,42 49.444 208 8,09
5 Serbajadi 10 50,69 19.948 394 3,27
6 Sipispis 20 145,26 32.265 222 5,28
7 Dolok 17 120,60 17.346 144 2,84
Merawan
8 Tebing Tinggi 14 182,29 41.334 227 6,77
9 Tebing 10 120,30 32.896 273 5,38
Syahbandar
10 Bandar 5 116,00 25.306 218 4,14
Khalipah
11 Tanjung 8 74,17 37.730 509 6,18
Beringin
12 Sei Rampah 17 198,90 65.094 327 10,66
13 Sei Bamban 10 72,26 43.908 608 7,19
14 Teluk 12 66,95 42.168 630 6,90
Mengkudu
15 Perbaungan 28 111,62 103.837 930 17,00
16 Pegajahan 13 93,12 27.475 295 4,50
17 Pantai Cermin 12 80,30 44.709 557 7,32
Jumlah 243 1.900,22 610.906 321 100,00
Sumber : Kabupaten Serdang Bedagai Dalam Angka, BPS Tahun 2017

Universitas Sumatera Utara


Kepadatan penduduk terbesar adalah di Kecamatan Perbaungan yaitu

sebesar 930 jiwa/km2, disusul kecamatan Teluk Mengkudu 630 jiwa/km2, Sei

Bamban 608 jiwa/km2. Sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk

terendah adalah kecamatan Kotarih 105 jiwa/km2, dan Kecamatan Bintang Bayu

113 jiwa/km2. Ditinjau dari segi persebaran penduduk, jumlah penduduk

terbanyak adalah di Kecamatan Perbaungan yaitu sebesar 103.837 jiwa atau

sebesar 17,00 persen dari seluruh penduduk Kabupaten Serdang Bedagai. Jumlah

penduduk terendah ada di Kecamatan Kotarih yaitu sebesar 8.157 jiwa atau 1,34

persen.

4.2. Deskripsi Daerah Penelitian Kecamatan Tanjung Beringin

4.2.1. Letak dan Keadaan Geografis

Kecamatan Tanjung Beringin, secara geografis terletak pada 2º26º - 2º33º

Lintang Utara dan 99º9º - 99º15º Bujur Timur.

Luas wilayah Kecamatan Tanjung Beringin adalah 74,170 km2, sebagian

besar merupakan dataran rendah. Berdasarkan luas desa di Kecamatan Tanjung

Beringin luas desa terbesar adalah desa Tebing Tinggi dengan luas 15,17 km2

atau sekitar 20,4 persen dari total luas Kecamatan Tanjung Beringin, kemudian

diikuti Desa Bagan Kuala dengan luas 15,07 km2 atau 20,3 persen, kemudian

Desa Pematang Cermai dengan luas 15,0 km2 atau 20,2 persen. Sedangkan luas

daerah terkecil adalah Desa Pekan Tanjung Beringin dengan luas 3,3 km2 atau

sekitar 4,4 persen dari total luas wilayah Kecamatan Tanjung Beringin dan

merupakan Ibu Kota Kecamatan Tanjung Beringin.

Universitas Sumatera Utara


Kecamatan Tanjung Beringin mempunyai batas wilayah sebagai berikut:

o Sebelah Utara : berbatasan dengan Selat Malaka

o Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Sei Rampah

o Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Teluk Mengkudu

o Sebelah Timur : berbatasan dengan Selat Malaka dan Kecamatan Bandar

Khalipah.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.3. Luas Wilayah Per Desa di Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2016

No. Desa Luas (km2) % Terhadap Luas


Kecamatan
(1) (2) (3) (4)
1 Pematang Terang 9,900 13,34
2 Pematang Cermai 15,000 20,22
3 Tebing Tinggi 15,170 20,46
4 Bagan Kuala 15,070 20,32
5 Pkn. Tanjung Beringin 3,300 4,45
6 Mangga Dua 6,230 8,40
7 Nagur 6,000 8,09
8 Sukajadi 3,500 4,72
Jumlah 74,170 100,00
Sumber : Kabupaten Serdang Bedagai Dalam Angka, BPS Tahun 2017

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.2. Peta Administrasi Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


4.2.2. Topografi dan Ketinggian

Salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan lahan adalah

kemiringan lahan (kelerengan). Kecamatan Tanjung Beringin mempunyai

topografi yang datar dan berada pada ketinggian 0 – 8 meter dari permukaan

laut.

Adapun topografi wilayah Kecamatan Tanjung Beringin sebagai berikut:

o Sebelah utara : merupakan daerah dataran rendah pantai landai, hutan

bakau dan rawa-rawa yang berbatasan langsung dengan

negara tetangga Malaysia.

o Sebelah Selatan : merupakan daerah dataran rendah.

o Sebelah Timur : merupakan daerah rawa-rawa, hutan bakau dan

berpantai

landai.

o Sebelah Barat : merupakan daerah dataran rendah.

4.2.3. Iklim

Kecamatan Tanjung Beringin beriklim tropis dengan suhu maksimum

sekitar 320C. Curah hujan yang paling banyak adalah pada bulan juli s/d

november. Sedangkan musim kemarau pada bulan februari s/d April dan pada

bulan juni.

Universitas Sumatera Utara


4.2.4. Kependudukan

Kecamatan Tanjung Beringin mempunyai jumlah rumah tangga sebanyak

8.688 rumah tangga dan jumlah penduduk berdasarkan proyeksi penduduk

pertengahan tahun 2016 sebanyak 37.730 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-

laki sebanyak 19.261 jiwa (51,05 persen) dan jumlah penduduk perempuan

sebanyak 18.469 jiwa (48,95persen).

Desa Pekan Tanjung Beringin merupakan desa yang memiliki penduduk

terbanyak yaitu 11.405 jiwa atau 30,23 persen dari total jumlah penduduk

Kecamatan Tanjung Beringin. Sedangkan desa dengan jumlah penduduk terkecil

adalah desa Bagan Kuala dengan jumlah 1.504 jiwa atau 3,99 persen dari total

jumlah penduduk Kecamatan Tanjung Beringin.

Dengan luas wilayah 74,170 Km², maka rata-rata kepadatan penduduk

Kecamatan Tanjung Beringin mencapai 509 jiwa/Km².

Tabel 4.4. Jumlah Penduduk di Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2016

No. Desa Luas Wilayah Jumlah Kepadatan


(km2) Penduduk Penduduk
(jiwa) (jiwa/km2)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Pematang Terang 9,900 3.307 334
2 Pematang Cermai 15,000 4.462 297
3 Tebing Tinggi 15,170 4.957 327
4 Bagan Kuala 15,070 1.504 100
5 Pkn. Tanjung Beringin 3,300 11.405 3.456
6 Mangga Dua 6,230 4.539 729
7 Nagur 6,000 5.667 945
8 Sukajadi 3,500 1.889 540
Jumlah 74,170 37.730 509
Sumber : Kabupaten Serdang Bedagai Dalam Angka, BPS Tahun 2017

Universitas Sumatera Utara


4.3. Deliniasi Kawasan Permukiman Kumuh di Kecamatan Tanjung Beringin

Deliniasi Kawasan permukiman kumuh dalam proses verifikasi lokasi,

dilakukan dengan adanya proses pembentukan kawasan (penggabungan spot-

spot permukiman kumuh kedalam satu hamparan deliniasi kawasan/clustering),

dengan dasar pertimbangan sebagai berikut:

1. Kesamaan karakteristik/ tipologi kumuh

2. Lokasi dengan jarak yang berdekatan

3. Pembentuk sistem/jaringan infrastruktur yang tidak dapat ditangani

dalam bentuk spot-spot kumuh

4. Pertimbangan keterpaduan penanganan kawasan dan kemudahan

penanganan kawasan.

Selain itu juga, deliniasi dengan mengikuti batas fisik (jalan, sungai, dll), dan

batas administrasi wilayah. Deliniasi dari masing-masing kawasan permukiman

kumuh di Kecamatan Tanjung Beringin berdasarkan hasil observasi dapat dilihat

pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.3 berikut ini.

Tabel 4.5. Luasan Lokasi Penelitian di Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2018

Universitas Sumatera Utara


Sumber : Analisis SIG, Tahun 2018

Tabel 4.6. Keadaan Sungai Lokasi Penelitian di Kecamatan Tanjung Beringin

Tahun 2018

Sumber : Data Olahan, Tahun 2018

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.3. Peta Lokasi Penelitian di Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


4.4. Analisis Kondisi Fisik Kawasan Permukiman Kumuh di Kecamatan Tanjung

Beringin

Secara fisik permasalahan permukiman kumuh yang muncul di Kecamatan

Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai adalah merebaknya hunian

dengan kondisi ketidakteraturan bangunan yang berada pada sempadan sungai,

kepadatan bangunan, kurangnya prasarana lingkungan dan menurunnya kualitas

lingkungan.

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Nomor 2 tahun 2016 ada 7 (tujuh) aspek kondisi fisik permukiman kumuh.

4.4.1. Kondisi Bangunan

Rumah merupakan suatu kebutuhan, sebagai tempat untuk berteduh,

berlindung dari bahaya, sebagai tempat tinggal, juga dapat dijadikan sarana

mewujudkan kehidupan diri, keluarga, dan masyarakat yang lebih baik. Kondisi

rumah dilokasi penelitian terdiri dari rumah permanen, semi permanen dan

kontemporer. Dilokasi studi perkembangan permukiman sangat pesat.

Berdasarkan observasi dilapangan dan hasil perhitungan jumlah bangunan yang

terdapat dilokasi penelitian yaitu sebanyak 1.823 unit bangunan.

Untuk mengidentifikasi kondisi bangunan permukiman kumuh yang

terdapat dilokasi penelitian, ada 3 (tiga) kriteria yang harus kita lihat, yaitu:

1) Ketidakteraturan bangunan, ketidakteraturan bangunan yang dimaksud

disini adalah tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dalam Rencana Tata

Ruang (RTR), yang meliputi pengaturan bentuk, besaran, perletakan, dan

tampilan bangunan pada suatu zona. Berdasarkan hasil observasi dilokasi

Universitas Sumatera Utara


penelitian bahwasanya kondisi bangunan yang tidak memiliki keteraturan

bangunan adalah sebanyak 1.550 unit.

Menurut Rencana Tata Ruang Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten

Serdang Bedagai, tentang pengaturan sempadan sungai tidak bertanggul di

dalam kawasan yaitu : garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 15 meter

dari tepi sungai pada waktu ditetapkan. Jumlah bangunan yang terdapat didalam

garis sempadan bangunan sungai adalah 406 unit bangunan.

2) Tingkat kepadatan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi

yang tidak sesuai dengan ketentuan rencana tata ruang. Berdasarkan hasil

observasi dilokasi penelitian bahwasanya kondisi bangunan memiliki kepadatan

tidak sesuai ketentuan adalah sebanyak 1.512 unit.

3) Ketidaksesuaian dengan persyaratan teknis, Ketidaksesuaian terhadap

persyaratan teknis bangunan gedung merupakan kondisi bangunan gedung pada

perumahan dan permukiman yang bertentangan dengan persyaratan.

Berdasarkan hasil observasi dilokasi penelitian bahwasanya kondisi bangunan

yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis adalah sebanyak 1.641 unit

bangunan.

Untuk lebih jelasnya melihat kondisi bangunan dapat dilihat pada Tabel 4.7

dan Gambar 4.4 s/d Gambar 4.11.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.7. Kondisi Bangunan di Area Deliniasi Kawasan Permukiman Kumuh di Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2018

Desa Tebing Tinggi Luas Kawasan Jumlah Bangunan Tidak Tingkat Bangunan Tidak Sesuai Jumlah Bangunan
Kumuh (ha) Bangunan Teratur (unit) Kepadatan Dengan Persyaratan di Sempadan
(unit) (unit) Teknis (unit) Sungai (unit)
- Dusun I 3,31 249 212 199 224 42
Jumlah 3,31 249 212 199 224 42

Desa Pkn. Tanjung Luas Kawasan Jumlah Bangunan Tidak Tingkat Bangunan Tidak Sesuai Jumlah Bangunan
Beringin Kumuh (ha) Bangunan Teratur (unit) Kepadatan Dengan Persyaratan di Sempadan
(unit) (unit) Teknis (unit) Sungai (unit)
- Dusun II 2,42 131 111 105 118 5
- Dusun IV 3,95 208 177 187 187 17
- Dusun V 6,63 349 297 279 314 52
- Dusun VIII 2,45 207 176 166 186 68
- Dusun IX 0,95 354 301 283 319 142
Jumlah 16,40 1249 1062 1020 1124 284

Desa Nagur Luas Kawasan Jumlah Bangunan Tidak Tingkat Bangunan Tidak Sesuai Jumlah Bangunan
Kumuh (ha) Bangunan Teratur (unit) Kepadatan Dengan Persyaratan di Sempadan
(unit) (unit) Teknis (unit) Sungai (unit)
- Dusun I 2,38 125 106 113 113 21
- Dusun II 1,44 200 170 180 180 58
Jumlah 3,82 325 276 293 293 79

TOTAL 23,53 1823 1550 1512 1641 406


Sumber : Data Olahan, Tahun 2018

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.4. Peta Kondisi Bangunan di Dusun I Desa Tebing Tinggi Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.5. Peta Kondisi Bangunan di Dusun II Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.6. Peta Kondisi Bangunan di Dusun IV Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.7. Peta Kondisi Bangunan di Dusun V Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.8. Peta Kondisi Bangunan di Dusun VIII Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.9. Peta Kondisi Bangunan di Dusun IX Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.10. Peta Kondisi Bangunan di Dusun I Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.11. Peta Kondisi Bangunan di Dusun II Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


4.4.2. Kondisi Jalan Lingkungan

Jaringan jalan memiliki peranan yang sangat penting dalam mendukung

semua kegiatan masyarakat, oleh karena itu perlu dipelihara secara

berkesinambungan agar dapat berfungsi optimal. Perkembangan suatu wilayah

pada dasarnya ditentukan oleh faktor pertumbuhan penduduk, intensitas

kegiatan dan faktor pergerakan antar pusat-pusat kegiatan. Berdasarkan data

dilapangan dan hasil perhitungan panjang jalan lingkungan yang terdapat dilokasi

penelitian yaitu 2.624 meter.

Untuk mengidentifikasi kekumuhan ditinjau dari kondisi jalan lingkungan

yang terdapat di Kecamatan Tanjung Beringin, ada 2 (dua) kriteria yang harus

kita lihat, yaitu:

1) Cakupan pelayanan jalan lingkungan adalah jaringan jalan lingkungan

yang melayani seluruh lingkungan perumahan dan kawasan permukiman.

Berdasarkan hasil observasi dilokasi penelitian bahwasanya kondisi jaringan jalan

lingkungan secara keseluruhan yang berada di Kecamatan Tanjung Beringin

sudah terlayani.

2) Kualitas permukaan jalan lingkungan buruk adalah kualitas permukaan

jalan lingkungan buruk merupakan kondisi sebagian atau seluruh jalan

lingkungan terjadi kerusakan permukaan jalan. Berdasarkan hasil observasi

dilapangan jenis permukaan jalan lingkungan dilokasi penelitian ada 3 (tiga) yaitu

aspal, cor beton dan tanah. Adapun panjang jalan lingkungan yang rusak dilokasi

penelitian adalah sepanjang 1.412 m. Untuk lebih jelasnya melihat kondisi jalan

lingkungan dapat dilihat pada Tabel 4.8 dan Gambar 4.12 s/d Gambar 4.19.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.8. Kondisi Jalan Lingkungan di Area Deliniasi Kawasan Permukiman Kumuh di Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2018

Desa Tebing Tinggi Luas Kawasan Panjang Jalan Area yang Belum Terlayani Panjang Jalan Lingkungan yang
Kumuh (ha) Lingkungan (m) Jalan Lingkungan (ha) Rusak (m)
- Dusun I 3,31 500 0 151
Jumlah 3,31 500 0 151

Desa Pkn. Tanjung Luas Kawasan Panjang Jalan Area yang Belum Terlayani Panjang Jalan Lingkungan yang
Beringin Kumuh (ha) Lingkungan (m) Jalan Lingkungan (ha) Rusak (m)
- Dusun II 2,42 122 0 73
- Dusun IV 3,95 198 0 119
- Dusun V 6,63 333 0 200
- Dusun VIII 2,45 123 0 74
- Dusun IX 0,95 48 0 29
Jumlah 16,40 824 0 494

Desa Nagur Luas Kawasan Panjang Jalan Area yang Belum Terlayani Panjang Jalan Lingkungan yang
Kumuh (ha) Lingkungan (m) Jalan Lingkungan (ha) Rusak (m)
- Dusun I 2,38 500 0 210
- Dusun II 1,44 800 0 556
Jumlah 3,82 1300 0 766

TOTAL 23,53 2624 0 1412


Sumber : Data Olahan, Tahun 2018

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.12. Peta Kondisi Jalan Lingkungan di Dusun I Desa Tebing Tinggi Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.13. Peta Kondisi Jalan Lingkungan di Dusun II Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.14. Peta Kondisi Jalan Lingkungan di Dusun IV Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.15. Peta Kondisi Jalan Lingkungan di Dusun V Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.16. Peta Kondisi Jalan Lingkungan di Dusun VIII Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.17. Peta Kondisi Jalan Lingkungan di Dusun IX Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.18. Peta Kondisi Jalan Lingkungan di Dusun I Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.19. Peta Kondisi Jalan Lingkungan di Dusun II Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


4.4.3. Kondisi Penyediaan Air Minum

Air minum merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, sehingga

pemenuhan kebutuhan terhadap air minum merupakan suatu hal yang sangat

penting untuk diperhatikan. Ketersediaan air minum sangat tergantung kepada

sumber air bersih yang dapat diolah dan dimanfaatkan dimana dalam

penyediaannya air minum dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan kegiatannya

serta sumber air yang ada.

Untuk mengidentifikasi kekumuhan ditinjau dari kondisi penyediaan air

minum yang terdapat di Kecamatan Tanjung Beringin, ada 2 (dua) kriteria yang

harus kita lihat, yaitu:

1) Ketidaktersediaan akses aman air minum merupakan kondisi dimana

masyarakat tidak dapat mengakses air minum yang memiliki kualitas tidak

berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Berdasarkan hasil observasi dan

wawancara dilokasi penelitian masyarakat memperoleh air bersih dari sumur

bor. Adapun cara masyarakat untuk mendapatkan air bersih dari sumur bor

adalah dengan cara membeli kepada masyarakat yang memiliki sumur bor senilai

Rp. 500 – Rp. 1.000/jerigen.

Adapun jumlah kk yang tidak terakses air minum berkualitas adalah

sebanyak 1.865 kk.

2) Tidak Terpenuhinya Kebutuhan Air Minum, sesuai standar yang berlaku,

tidak terpenuhinya kebutuhan air minum setiap individu merupakan kondisi

dimana kebutuhan air minum masyarakat dalam lingkungan perumahan atau

permukiman tidak mencapai minimal sebanyak 60 liter/orang/hari.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dilokasi penelitian, hampir

seluruh masyarakat yang berada di Kecamatan Tanjung Beringin untuk

kebutuhan air secara kuantitas sebanyak 60 liter/orang/hari belum terpenuhi.

Adapun jumlah kk yang tidak terpenuhi dengan air minum yang sesuai dengan

standar adalah sebanyak 1.865 kk.

Lebih jelasnya melihat kondisi penyediaan air minum dapat dilihat pada

Tabel 4.9 dan Gambar 4.20 s/d Gambar 4.27.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.9. Kondisi Penyediaan Air Minum di Area Deliniasi Kawasan Permukiman Kumuh di Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2018

Desa Tebing Tinggi Luas Kawasan Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Tidak Terakses Jumlah Penduduk Belum Terpenuhi Air
Kumuh (ha) Kawasan Kumuh (kk) Air Minum Berkualitas (kk) Minum Secara Kuantitas (kk)
- Dusun I 3,31 249 249 249
Jumlah 3,31 249 249 249

Desa Pkn. Tanjung Luas Kawasan Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Tidak Terakses Jumlah Penduduk Belum Terpenuhi Air
Beringin Kumuh (ha) Kawasan Kumuh (kk) Air Minum Berkualitas (kk) Minum Secara Kuantitas (kk)
- Dusun II 2,42 131 131 131
- Dusun IV 3,95 208 208 208
- Dusun V 6,63 349 349 349
- Dusun VIII 2,45 249 249 249
- Dusun IX 0,95 354 354 354
Jumlah 16,40 1291 1291 1291

Desa Nagur Luas Kawasan Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Tidak Terakses Jumlah Penduduk Belum Terpenuhi Air
Kumuh (ha) Kawasan Kumuh (kk) Air Minum Berkualitas (kk) Minum Secara Kuantitas (kk)
- Dusun I 2,38 125 125 125
- Dusun II 1,44 200 200 200
Jumlah 3,82 325 325 325

TOTAL 23,53 1865 1865 1865


Sumber : Data Olahan, Tahun 2018

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.20. Peta Kondisi Penyediaan Air Minum di Dusun I Desa Tebing Tinggi Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.21. Peta Kondisi Penyediaan Air Minum di Dusun II Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.22. Peta Kondisi Penyediaan Air Minum di Dusun IV Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.23. Peta Kondisi Penyediaan Air Minum di Dusun V Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.24. Peta Kondisi Penyediaan Air Minum di Dusun VIII Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.25. Peta Kondisi Penyediaan Air Minum di Dusun IX Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.26. Peta Kondisi Penyediaan Air Minum di Dusun I Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.27. Peta Kondisi Penyediaan Air Minum di Dusun II Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


4.4.4. Kondisi Drainase Lingkungan

Pengelolaan drainase lingkungan yang berkelanjutan sangatlah penting

dalam peningkatan kualitas permukiman, dimana drainase merupakan

pengaliran dari buangan limbah cair yang bersumber dari limbah rumah tangga,

air buangan dan pengaruh pasang surutnya air sungai yang kesemuanya diatur

dalam suatu sistem pengaliran dengan mengutamakan tinggi permukaan tanah

(kontur tanah) sehingga pengaliran air limbah dapat mengalir dengan baik ke

saluran drainase pembuang dengan maksimal.

Dari hasil observasi dilokasi penelitian panjang jaringan drainase di

Kecamatan Tanjung Beringin adalah 3.948 meter. Untuk mengidentifikasi

kekumuhan ditinjau dari kondisi drainase lingkungan yang terdapat di Kecamatan

Tanjung Beringin, ada 5 (lima) kriteria yang harus kita lihat, yaitu :

1) Drainase lingkungan tidak mampu mengalirkan limpasan air hujan

sehingga menimbulkan genangan, merupakan kondisi dimana jaringan drainase

lingkungan tidak mampu mengalirkan limpasan air sehingga menimbulkan

genangan. Dari hasil observasi dan wawancara dilapangan dapat diketahui ada

beberapa titik yang mengalami genangan ketika hujan turun dan pasang air laut,

kawasan permukiman kumuh yang terkena genangan air ketika hujan turun dan

pasang air laut yaitu seluas 12,14 ha.

2) Ketidaktersediaan drainase, merupakan kondisi dimana saluran tersier

dan/atau saluran lokal tidak tersedia drainase. Dari hasil observasi dilapangan

dapat diketahui luasan kawasan permukiman kumuh yang tidak terlayani

drainase, yaitu seluas 14,57 ha.

Universitas Sumatera Utara


3) Tidak terhubung dengan sistem drainase makro, merupakan kondisi

dimana saluran lokal tidak terhubung dengan saluran pada hierarki diatasnya

sehingga menyebabkan air tidak dapat mengalir dan menimbulkan genangan.

Dari hasil observasi dilapangan dapat diketahui bahwa panjang drainase yang

tidak terhubung dengan saluran hirarki diatasnya adalah 1.579 m.

4) Tidak dipeliharanya drainase, merupakan kondisi dimana pemeliharaan

saluran drainase tidak dilaksanakan baik berupa pemeliharaan rutin dan

pemeliharaan berkala. Dari hasil observasi dan wawancara pemeliharaan

drainase sangat jarang dilakukan, sehingga banyak terdapat sampah-sampah

yang bertumpuk di drainase tersebut yang mengakibatkan ada kawasan drainase

yang sudah mengalami sedimentasi dan penumpukan sampah. Adapun panjang

drainase yang tidak terpelihara adalah 1.874 m.

5) Kualitas konstruksi drainase lingkungan buruk merupakan kondisi

dimana galian tanah tanpa material pelapis atau penutup atau telah terjadi

kerusakan. Dari hasil observasi kondisi drainase yang berada dilokasi penelitian

keseluruhannya tidak memiliki penutup. Penutup drainase berfungsi agar aroma

atau bau-bauan tidak keluar dari drainase dan bisa digunakan oleh pejalan kaki,

dengan demikian kualitas konstruksi drainase lingkungan bisa dikatakan buruk.

Panjang drainase lingkungan dengan kualitas buruk adalah 2.169 m.

Lebih jelasnya melihat kondisi drainase lingkungan dapat dilihat pada Tabel

4.10 dan Gambar 4.28 s/d Gambar 4.35.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.10. Kondisi Drainase Lingkungan di Area Deliniasi Kawasan Permukiman Kumuh di Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2018

Desa Tebing Luas Kawasan Panjang Luas Area Luas Area yang Panjang Drainase Panjang Saluran Panjang Drainase
Tinggi Kumuh (ha) Drainase Genangan (>30 Tidak Terlayani Lingkungan yang Tidak Drainase yang dengan Kualitas
Lingkungan (m) cm, >2 Jam) Drainase Terhubung ke Drainase Tidak Terpelihara Buruk (m)
(ha) Lingkungan (ha) Makro (m) (m)
- Dusun I 3,31 1000 1,65 2,38 400 400 400
Jumlah 3,31 1000 1,65 2,38 400 400 400
Desa Pkn. Luas Kawasan Panjang Luas Area Luas Area yang Panjang Drainase Panjang Saluran Panjang Drainase
Tanjung Beringin Kumuh (ha) Drainase Genangan (>30 Tidak Terlayani Lingkungan yang Tidak Drainase yang dengan Kualitas
Lingkungan (m) cm, >2 Jam) Drainase Terhubung ke Drainase Tidak Terpelihara Buruk (m)
(ha) Lingkungan (ha) Makro (m) (m)
- Dusun II 2,42 244 1,21 1,74 97 122 146
- Dusun IV 3,95 396 1,98 2,85 159 198 238
- Dusun V 6,63 666 3,32 4,78 266 333 400
- Dusun VIII 2,45 246 1,23 1,77 98 123 148
- Dusun IX 0,95 96 0,48 0,68 38 48 58
Jumlah 16,40 1648 8,20 11,82 659 824 989
Desa Nagur Luas Kawasan Panjang Luas Area Luas Area yang Panjang Drainase Panjang Saluran Panjang Drainase
Kumuh (ha) Drainase Genangan (>30 Tidak Terlayani Lingkungan yang Tidak Drainase yang dengan Kualitas
Lingkungan (m) cm, >2 Jam) Drainase Terhubung ke Drainase Tidak Terpelihara Buruk (m)
(ha) Lingkungan (ha) Makro (m) (m)
- Dusun I 2,38 500 1,19 1,72 324 405 300
- Dusun II 1,44 800 0,72 1,04 196 245 480
Jumlah 3,82 1300 2,29 2,75 520 650 780
TOTAL 23,53 3948 12,14 14,57 1579 1874 2169

Universitas Sumatera Utara


Sumber : Data Olahan, Tahun 2018

Gambar 4.28. Peta Kondisi Drainase Lingkungan di Dusun I Desa Tebing Tinggi Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.29. Peta Kondisi Drainase Lingkungan di Dusun II Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.30. Peta Kondisi Drainase Lingkungan di Dusun IV Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.31. Peta Kondisi Drainase Lingkungan di Dusun V Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.32. Peta Kondisi Drainase Lingkungan di Dusun VIII Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.33. Peta Kondisi Drainase Lingkungan di Dusun IX Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.34. Peta Kondisi Drainase Lingkungan di Dusun I Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.35. Peta Kondisi Drainase Lingkungan di Dusun II Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


4.4.5. Kondisi Pengelolaan Air Limbah

Saluran air buangan/limbah sangat penting, untuk mengidentifikasi

kekumuhan ditinjau dari kondisi pengelolaan air limbah yang terdapat dilokasi

penelitian, ada 2 (dua) kriteria yang harus kita lihat, yaitu:

1) Sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan standar teknis yang

berlaku,merupakan kondisi dimana pengelolaan air limbah pada lingkungan

perumahanatau permukiman tidak memiliki sistem yang memadai, yaitu terdiri

dari kakus/kloset yang terhubung dengan tangki septik baik secara

individual/domestik, komunal maupun terpusat. Berdasarkan hasil observasi dan

wawancara dilokasi penelitian masih banyaknya masyarakat yang tidak memiliki

pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan standar teknis, adapun alasan

masyarakat yang tidak memiliki pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan

standar teknis adalah karena daerah lokasi penelitian sebagian berada

disempadan sungai sehingga mereka langsung mengalirkan hasil pembuangan

limbah manusia ke sungai. Jadi, pada umumnya masyarakat yang tidak memiliki

pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan standar teknis adalah masyarakat

yang berada di sempadan sungai. Adapun luas kawasan yang pengelolaan air

limbah tidak sesuai dengan standar teknis adalah seluas 22,96 ha.

2) Sarana dan prasarana pengolahan air limbah tidak memenuhi

persyaratan teknis yang berlaku. Adapun luas kawasan sarana dan prasarana

pengolahan air limbah tidak memenuhi persyaratan teknis adalah seluas 19,80

ha. Lebih jelasnya melihat kondisi pengolahan air limbah lingkungan dapat dilihat

pada Tabel 4.11 dan Gambar 4.36 s/d Gambar 4.43.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.11. Kondisi Pengelolaan Air Limbah di Area Deliniasi Kawasan Permukiman Kumuh di Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2018

Desa Tebing Tinggi Luas Kawasan Sistem Pengolahan Air Limbah yang tidak Sarana dan Prasarana Air Limbah yang
Kumuh (ha) sesuai dengan standar teknis (ha) tidak memenuhi persyaratan teknis (ha)
- Dusun I 3,31 3,23 2,78
Jumlah 3,31 3,23 2,78

Desa Pkn. Tanjung Luas Kawasan Sistem Pengolahan Air Limbah yang tidak Sarana dan Prasarana Air Limbah yang
Beringin Kumuh (ha) sesuai dengan standar teknis (ha) tidak memenuhi persyaratan teknis (ha)
- Dusun II 2,42 2,36 2,04
- Dusun IV 3,95 3,85 3,32
- Dusun V 6,63 6,47 5,58
- Dusun VIII 2,45 2,39 2,06
- Dusun IX 0,95 0,93 0,80
Jumlah 16,40 16,00 13,8

Desa Nagur Luas Kawasan Sistem Pengolahan Air Limbah yang tidak Sarana dan Prasarana Air Limbah yang
Kumuh (ha) sesuai dengan standar teknis (ha) tidak memenuhi persyaratan teknis (ha)
- Dusun I 2,38 2,33 2,01
- Dusun II 1,44 1,40 1,21
Jumlah 3,82 3,73 3,22

TOTAL 23,53 22,96 19,80


Sumber : Data Olahan, Tahun 2018

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.36. Peta Kondisi Pengelolaan Air Limbah di Dusun I Desa Tebing Tinggi Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.37. Peta Kondisi Pengelolaan Air Limbah di Dusun II Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.38. Peta Kondisi Pengelolaan Air Limbah di Dusun IV Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.39. Peta Kondisi Pengelolaan Air Limbah di Dusun V Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.40. Peta Kondisi Pengelolaan Air Limbah di Dusun VIII Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.41. Peta Kondisi Pengelolaan Air Limbah di Dusun IX Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.42. Peta Kondisi Pengelolaan Air Limbah di Dusun I Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.43. Peta Kondisi Pengelolaan Air Limbah di Dusun II Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


4.4.6. Kondisi Pengelolaan Persampahan

Pengelolaan persampahan yang ada dilokasi penelitian saat ini masih

kurang memadai, karena masih banyak sarana penunjang persampahan yang

kurang disetiap lingkungan, kemudian masih banyaknya masyarakat yang kurang

peduli akan kebersihan sehingga masih terlihat sampah yang dibuang bukan

pada tempatnya seperti pada pinggiran jalan dan pada lahan kosong dan

menyebabkan penumpukan.

Untuk mengidentifikasi kekumuhan ditinjau dari kondisi pengelolaan

persampahan yang terdapat dilokasi penelitian, ada 3 (tiga) kriteria yang harus

kita lihat, yaitu:

1) Prasarana dan sarana persampahan tidak sesuai dengan persyaratan

teknis, merupakan kondisi dimana prasarana dan sarana persampahan pada

lingkungan perumahan atau permukiman tidak memadai sebagai berikut:

a. Tempat sampah dengan pemilahan sampah pada skala domestik atau

rumah tangga;

b. Tempat pengumpulan sampah (TPS) atau TPS 3R (reduce, reuse, recycle)

pada skala lingkungan;

c. gerobak sampah dan/atau truk sampah pada skala lingkungan; dan

d. tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) pada skala lingkungan.

Dari hasil observasi dilapangan dapat diketahui bahwa luas kawasan yang

tidak memiliki prasarana dan sarana persampahan sesuai dengan persyaratan

teknis adalah 18,65 ha.

Universitas Sumatera Utara


2) Sistem pengelolaan persampahan yang tidak sesuai standar teknis,

merupakan kondisi dimana pengelolaan persampahan pada lingkungan

perumahan atau permukiman tidak memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Pewadahan dan pemilahan domestik;

b. Pengumpulan lingkungan;

c. Pengangkutan lingkungan; dan

d. Pengolahan lingkungan.

Dari hasil observasi dilapangan dapat diketahui bahwa luas kawasan yang

tidak memiliki prasarana dan sarana persampahan sesuai dengan standar teknis

adalah 18,65 ha.

3) Tidak terpeliharanya sarana dan prasarana pengelolaan persampahan

sehingga terjadi pencemaran lingkungan sekitar oleh sampah, baik sumber air

bersih, tanah maupun jaringan drainase, merupakan kondisi dimana

pemeliharaan sarana dan prasarana pengelolaan persampahan tidak

dilaksanakan baik berupa:

a. Pemeliharaan rutin; dan/atau

b. Pemeliharaan berkala.

Dari hasil observasi dilapangan dapat diketahui bahwa luas kawasan yang

tidak terpeliharanya sarana dan prasarana pengelolaan persampahan sehingga

terjadi pencemaran lingkungan sekitar oleh sampah, baik sumber air bersih,

tanah maupun jaringan drainase adalah 4,88 ha.

Lebih jelasnya melihat kondisi pengelolaan persampahan dapat dilihat

pada Tabel 4.12 dan Gambar 4.44 s/d Gambar 4.51.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.12. Kondisi Pengelolaan Persampahan di Area Deliniasi Kawasan Permukiman Kumuh di Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2018

Desa Tebing Luas Kawasan Area yang tidak memiliki sarpras Area dengan sistem pengolahan sampah Area sarpras
Tinggi Kumuh (ha) persampahan sesuai persyaratan teknis (ha) yang tidak sesuai standar teknis (ha) persampahan tidak
terpelihara (ha)
- Dusun I 3,31 2,62 2,62 0,69
Jumlah 3,31 2,62 2,62 0,69
Desa Pkn. Luas Kawasan Area yang tidak memiliki sarpras Area dengan sistem pengolahan sampah Area sarpras
Tanjung Beringin Kumuh (ha) persampahan sesuai persyaratan teknis (ha) yang tidak sesuai standar teknis (ha) persampahan tidak
terpelihara (ha)
- Dusun II 2,42 1,92 1,92 0,50
- Dusun IV 3,95 3,13 3,13 0,82
- Dusun V 6,63 5,26 5,26 1,37
- Dusun VIII 2,45 1,94 1,94 0,51
- Dusun IX 0,95 0,75 0,75 0,20
Jumlah 16,40 13,00 13,00 3,40
Desa Nagur Luas Kawasan Area yang tidak memiliki sarpras Area dengan sistem pengolahan sampah Area sarpras
Kumuh (ha) persampahan sesuai persyaratan teknis (ha) yang tidak sesuai standar teknis (ha) persampahan tidak
terpelihara (ha)
- Dusun I 2,38 1,89 1,89 0,49
- Dusun II 1,44 1,14 1,14 0,30
Jumlah 3,82 3,03 3,03 0,79

TOTAL 23,53 18,65 18,65 4,88


Sumber : Data Olahan, Tahun 2018

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.44. Peta Kondisi Pengelolaan Persampahan di Dusun I Desa Tebing Tinggi Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.45. Peta Kondisi Pengelolaan Persampahan di Dusun II Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.46. Peta Kondisi Pengelolaan Persampahan di Dusun IV Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.47. Peta Kondisi Pengelolaan Persampahan di Dusun V Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.48. Peta Kondisi Pengelolaan Persampahan di Dusun VIII Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.49. Peta Kondisi Pengelolaan Persampahan di Dusun IX Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.50. Peta Kondisi Pengelolaan Persampahan di Dusun I Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.51. Peta Kondisi Pengelolaan Persampahan di Dusun II Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


4.4.7. Kondisi Proteksi Kebakaran

Kebakaran senantiasa menimbulkan bahaya terhadap keselamatan jiwa

manusia. Kebakaran yang terjadi di permukiman padat dapat bergerak dengan

cepat karena banyak benda yang mudah terbakar, tidak ada konstruksi

pembatas, sistem instalasi listrik yang cenderung ruwet, sehingga menimbulkan

dampak sosial, ekonomi, psikologi, lingkungan dan langsung memiskinkan

masyarakat. Dari observasi dilapangan resiko terjadinya kebakaran dilokasi

penelitan cukup besar, dikarenakan rumah-rumah yang berada dilokasi

penelitian cukup rapat ditambah tidak adanya proteksi kebakaran

dipermukiman.

Untuk mengidentifikasi kekumuhan ditinjau dari proteksi kebakaran yang

terdapat dilokasi penelitian, ada 2 (dua) kriteria yang harus kita lihat, yaitu:

1) Ketidaktersediaan prasarana proteksi kebakaran yang memenuhi

persyaratan teknis merupakan kondisi dimana tidak tersedianya:

a. pasokan air yang diperoleh dari sumber alam (kolam air, danau, sungai,

sumur dalam) maupun buatan (tangki air, kolam renang, reservoir air, mobil

tangki air dan hidran);

b. jalan lingkungan yang memudahkan masuk keluarnya kendaraan

pemadam kebakaran, termasuk sirkulasi saat pemadaman kebakaran dilokasi;

c. sarana komunikasi yang terdiri dari alat-alat yang dapat dipakai untuk

pemberitahuan terjadinya kebakaran baik kepada masyarakat maupun kepada

Instansi Pemadam Kebakaran; dan/atau

Universitas Sumatera Utara


d. data tentang sistem proteksi kebakaran lingkungan yang mudah diakses.

Dari hasil observasi dilapangan dapat diketahui bahwa luas kawasan yang

prasarana proteksi kebakaran tidak memenuhi persyaratan teknis adalah 13,35

ha, yaitu kawasan yang tidak memungkinkan masuk keluarnya kendaraan

pemadam kebakaran.

2) Ketidaktersediaan sarana proteksi kebakaran yang memenuhi

persyaratan teknis, merupakan kondisi dimana tidak tersedianya sarana proteksi

kebakaran yang meliputi:

a. Alat Pemadam Api Ringan (APAR);

b. Kendaraan pemadam kebakaran;

c. Mobil tangga sesuai kebutuhan; dan/atau

d. Peralatan pendukung lainnya.

Dari hasil observasi dilapangan dapat diketahui bahwa luas kawasan yang

sarana proteksi kebakaran tidak memenuhi persyaratan teknis adalah 10,18 ha,

yaitu kawasan yang tidak memungkinkan masuk keluarnya kendaraan pemadam

kebakaran.

Lebih jelasnya melihat kondisi proteksi kebakaran dapat dilihat pada Tabel

4.13 dan Gambar 4.52 s/d Gambar 4.59.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.13. Kondisi Proteksi Kebakaran di Area Deliniasi Kawasan Permukiman Kumuh di Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2018

Desa Tebing Tinggi Luas Kawasan Area yang tidak tersedia prasarana proteksi Area kawasan yang tidak tersedia sarana
Kumuh (ha) kebakaran (ha) proteksi kebakaran (ha)
- Dusun I 3,31 1,98 1,32
Jumlah 3,31 1,98 1,32

Desa Pkn. Tanjung Luas Kawasan Area yang tidak tersedia prasarana proteksi Area kawasan yang tidak tersedia sarana
Beringin Kumuh (ha) kebakaran (ha) proteksi kebakaran (ha)
- Dusun II 2,42 1,45 0,97
- Dusun IV 3,95 2,37 1,58
- Dusun V 6,63 3,98 2,65
- Dusun VIII 2,45 1,47 0,98
- Dusun IX 0,95 0,57 0,38
Jumlah 16,40 9,84 6,56

Desa Nagur Luas Kawasan Area yang tidak tersedia prasarana proteksi Area kawasan yang tidak tersedia sarana
Kumuh (ha) kebakaran (ha) proteksi kebakaran (ha)
- Dusun I 2,38 0,95 1,43
- Dusun II 1,44 0,58 0,86
Jumlah 3,82 1,53 2,29

TOTAL 23,53 13,35 10,18


Sumber : Data Olahan, Tahun 2018

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.52. Peta Kondisi Proteksi Kebakaran di Dusun I Desa Tebing Tinggi Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.53. Peta Kondisi Proteksi Kebakaran di Dusun II Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.54. Peta Kondisi Proteksi Kebakaran di Dusun IV Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.55. Peta Kondisi Proteksi Kebakaran di Dusun V Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.56. Peta Kondisi Proteksi Kebakaran di Dusun VIII Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.57. Peta Kondisi Proteksi Kebakaran di Dusun IX Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.58. Peta Kondisi Proteksi Kebakaran di Dusun I Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.59. Peta Kondisi Proteksi Kebakaran di Dusun II Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


4.5. Analisis Tingkat Kekumuhan Kawasan Permukiman di Kecamatan Tanjung

Beringin

Permukiman yang tergolong dalam permukiman kumuh merupakan

permukiman yang tidak teratur, tidak terencana dan menurunnya kualitas

permukiman. Dalam penelitian ini penulis menggunakan standar tingkat

kekumuhan berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat Nomor 2 Tahun 2016 ada 3 (tiga) yaitu:

1) Tingkat kekumuhan ringan yaitu interval antara 19-44;

2) Tingkat kekumuhan sedang yaitu interval antara 45-70; dan

3) Tingkat kekumuhan berat yaitu interval antara 71-95.

Untuk mengetahui seberapa besar tingkat kekumuhan yang terjadi di

Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai terlebih dahulu kita

harus mengidentifikasikan terhadap 7 (tujuh) aspek kondisi fisik yang membuat

kawasan tersebut menjadi kumuh.

Berdasarkan perhitungan menggunakan standar tingkat kekumuhan sesuai

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 2 Tahun

2016, nilai tingkat kekumuhan Kecamatan Tanjung Beringin adalah 64. Jadi,

dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat kekumuhan yang berada di Kecamatan

Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai adalah tingkat kekumuhan sedang

yaitu interval antara 45-70. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.14,

Halaman 150.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.14. Parameter Tingkat Kekumuhan Kawasan Permukiman Kecamatan Tanjung Beringin

N Aspek Kriteria Rumus Parameter Nilai Perhitungan Nilai


o Kekum
uhan
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Kondisi a. Ketidakteraturan 76% - 100% bangunan pada lokasi 5
. Bangunan Bangunan tidak memiliki keteraturan = 1550 x 100% 5
Gedung 𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 51% - 75% bangunan pada lokasi 3 1823
𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 (𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢) tidak memiliki keteraturan
= 𝑥𝑥100%
𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 25% - 50% bangunan pada lokasi 1 = 85,02%
𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎 (𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢) tidak memiliki keteraturan
b. Tingkat Kepadatan 76% - 100% bangunan memiliki 5
Bangunan 𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 kepadatan tidak sesuai ketentuan = 1512 x 100% 5
𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 1823
𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 (𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢) 51% - 75% bangunan memiliki 3
= 𝑥𝑥100% kepadatan tidak sesuai ketentuan
𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 = 82,94%
𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎 (𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢)
25% - 50% bangunan memiliki 1
kepadatan tidak sesuai ketentuan

c. Ketidaksesuaian 76% - 100% bangunan pada lokasi 5


dengan Persyaratan 𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 tidak memenuhi persyaratan teknis = 1641 x 100% 5
Teknis Bangunan 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 (𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢) 1823
= 𝑥𝑥100%
𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏
𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎 (𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢) = 90,02%
51% - 75% bangunan pada lokasi 3
tidak memenuhi persyaratan teknis

Universitas Sumatera Utara


N Aspek Kriteria Rumus Parameter Nilai Perhitungan Nilai
o Kekum
uhan
1 2 3 4 5 6 7 8
25% - 50% bangunan pada lokasi 1
tidak memenuhi persyaratan teknis
2 Kondisi a. Cakupan Pelayanan 76% - 100% area tidak terlayani 5
. Jalan Jalan Lingkungan oleh jaringan jalan lingkungan = 0 x 100% 0
Lingkunga 𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 23,53
n 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 (ℎ𝑎𝑎) 51% - 75% area tidak terlayani oleh 3
= 𝑥𝑥100% jaringan jalan lingkungan
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 = 0%
𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎 (ℎ𝑎𝑎)
25% - 50% area tidak terlayani oleh 1
jaringan jalan lingkungan

b. Kualitas Permukaan 76% - 100% area memiliki kualitas 5


Jalan Lingkungan permukaan jalan yang buruk = 1412 x 100% 3
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽 2624
𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 (𝑚𝑚) 51% - 75% area memiliki kualitas 3
= 𝑥𝑥100% permukaan jalan yang buruk
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽 = 53,81%
𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎 (𝑚𝑚)
25% - 50% area memiliki kualitas 1
permukaan jalan yang buruk

3 Kondisi a. Ketidaktersediaan 76% - 100% populasi tidak dapat 5


. Penyediaa Akses Aman Air mengakses air minum yang aman = 1865 x 100% 5
n Air Minum 𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 1865
51% - 75% populasi tidak dapat 3
Minum = 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑥𝑥100% mengakses air minum yang aman
𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎 = 100%

Universitas Sumatera Utara


N Aspek Kriteria Rumus Parameter Nilai Perhitungan Nilai
o Kekum
uhan
1 2 3 4 5 6 7 8
25% - 50% populasi tidak dapat 1
mengakses air minum yang aman

b. Tidak Terpenuhinya 76% - 100% populasi tidak 5


Kebutuhan Air terpenuhi kebutuhan air minum = 1865 x 100% 5
Minum 𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡ℎ𝑖𝑖 minimalnya 1865
= 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑥𝑥100% 51% - 75% populasi tidak terpenuhi 3
𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎 kebutuhan air minum minimalnya = 100%
25% - 50% populasi tidak terpenuhi 1
kebutuhan air minum minimalnya
4 Kondisi a. Ketidak mampuan 76% - 100% area terjadi genangan 5
. Drainase mengalirkan 𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 > 30cm, > 2 jam dan > 2 x setahun = 12,14 x 100% 3
Lingkunga Limpasan Air 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔 (ℎ𝑎𝑎) 23,53
= 𝑥𝑥100% 51% - 75% area terjadi genangan > 3
n 𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘
𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎 (ℎ𝑎𝑎) 30cm, > 2 jam dan > 2 x setahun = 51,59%
25% - 50%area terjadi genangan > 1
30cm, > 2 jam dan > 2 x setahun

b. Ketidaktersediaan 76% - 100% area tidak tersedia 5


Drainase 𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 drainase lingkungan = 14,57 x 100% 3
𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙 (ℎ𝑎𝑎) 23,53
= 𝑥𝑥100% 51% - 75% area tidak tersedia 3
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘
drainase lingkungan
𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎 (ℎ𝑎𝑎)

Universitas Sumatera Utara


N Aspek Kriteria Rumus Parameter Nilai Perhitungan Nilai
o Kekum
uhan
1 2 3 4 5 6 7 8
25% - 50% area tidak tersedia 1 = 61,92%
drainase lingkungan
c. 76% - 100% drainase lingkungan 5
Ketidakterhubunga 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 tidak terhubung dengan hirarki di = 1579 x 100% 1
n dengan Sistem 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡ℎ𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢 atasnya 3948
Drainase Makro 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 (𝑚𝑚) 51% - 75% drainase lingkungan 3
= 𝑥𝑥100%
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙 tidak terhubung dengan hirarki di = 39,99%
𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎 (𝑚𝑚) atasnya
25% - 50% drainase lingkungan 1
tidak terhubung dengan hirarki di
atasnya

d. Tidak 76% - 100% area memiliki drainase 5


Terpeliharanya lingkungan yang kotor dan berbau = 1874 x 100% 1
Drainase 3948
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 51% - 75% area memiliki 3
𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 (𝑚𝑚) drainase lingkungan yang kotor = 47,47%
= 𝑥𝑥100% dan berbau
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙
𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎 (𝑚𝑚) 25% - 50% area memiliki drainase 1
lingkungan yang kotor dan berbau

e. Kualitas Konstruksi 76% - 100% area memiliki kualitas 5 = 2169 x 100%


Drainase 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 konstruksi drainase lingkungan 3948 3
𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 (𝑚𝑚) buruk
= 𝑥𝑥100%

Universitas Sumatera Utara


N Aspek Kriteria Rumus Parameter Nilai Perhitungan Nilai
o Kekum
uhan
1 2 3 4 5 6 7 8
= 54,94%
51% - 75% area memiliki kualitas 3
konstruksi drainase lingkungan
buruk
25% - 50% area memiliki kualitas 1
konstruksi drainase lingkungan
buruk
5 Kondisi a. Sistem 76% - 100% area memiliki sistem 5
. Pengelola Pengelolaan Air 𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 air limbah yang tidak sesuai = 22,96 x 100% 5
an Air Limbah Tidak Sesuai 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙ℎ 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 standar teknis 23,53
Limbah Standar Teknis 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 (ℎ𝑎𝑎) 51% - 75% area memiliki sistem air 3
= 𝑥𝑥100%
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 limbah yang tidak sesuai standar = 97,58%
𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ (ℎ𝑎𝑎) teknis
25% - 50% area memiliki sistem air 1
limbah yang tidak sesuai standar
teknis
b. Prasarana dan 76% - 100% area memiliki sarpras 5
Sarana Pengelolaan air limbah tidak sesuai persyaratan = 19,80 x 100% 5
Air Limbah Tidak 𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 teknis 23,53
Sesuai dengan 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙ℎ 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 51% - 75% area memiliki sarpras air 3
Persyaratan Teknis 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 (ℎ𝑎𝑎) = 84,15%
= 𝑥𝑥100% limbah tidak sesuai persyaratan
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 teknis
( )

Universitas Sumatera Utara


N Aspek Kriteria Rumus Parameter Nilai Perhitungan Nilai
o Kekum
uhan
1 2 3 4 5 6 7 8
25% - 50% area memiliki sarpras air 1
limbah tidak sesuai persyaratan
teknis

6 Kondisi a. Prasarana dan 76% - 100% area memiliki sarpras 5


. Pengelola Sarana pengelolaan persampahan yang = 18,65 x 100% 5
an Persampahan Tidak 𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 tidak memenuhi persyaratan teknis 23,53
Persampa Sesuai Dengan 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠ℎ 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡
han Persyaratan Teknis 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 (ℎ𝑎𝑎) = 79,26%
= 𝑥𝑥100% 51% - 75% area memiliki sarpras 3
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 pengelolaan persampahan yang
𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ (ℎ𝑎𝑎) tidak memenuhi persyaratan teknis

25% - 50% area memiliki sarpras 1


pengelolaan persampahan yang
tidak memenuhi persyaratan teknis
b. Sistem 76% - 100% area memiliki sistem 5
Pengelolaan persampahan tidak sesuai standar = 18,65 x 100% 5
Persampahan yang 𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 23,53
Tidak Sesuai 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠ℎ 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 51% - 75% area memiliki sistem 3
Standar Teknis 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 (ℎ𝑎𝑎) persampahan tidak sesuai standar = 79,26%
= 𝑥𝑥100%
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘
25% - 50% area memiliki sistem 1
𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ (ℎ𝑎𝑎)
persampahan tidak sesuai standar

Universitas Sumatera Utara


N Aspek Kriteria Rumus Parameter Nilai Perhitungan Nilai
o Kekum
uhan
1 2 3 4 5 6 7 8
c. Tidak 𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 76% - 100% area memiliki sarpras 5
Terpeliharanya 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠ℎ persampahan yang tidak = 4,88 x 100% 1
Sarana dan 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 (ℎ𝑎𝑎) terpelihara 23,53
= 𝑥𝑥100%
Prasarana 𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 51% - 75% area memiliki sarpras 3
Pengelolaan 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ (ℎ𝑎𝑎) persampahan yang tidak = 20,74%
Persampahan terpelihara
25% - 50% area memiliki sarpras 1
persampahan yang tidak
terpelihara
7 Kondisi a. 76% - 100% area tidak memiliki 5
. Proteksi Ketidaktersediaan prasarana proteksi kebakaran = 13,35 x 100% 3
Kebakara Prasarana Proteksi 𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 23,53
𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 51% - 75% area tidak memiliki 3
n Kebakaran
𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 (ℎ𝑎𝑎) prasarana proteksi kebakaran
= 56,74%
= 𝑥𝑥100%
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 25% - 50% area tidak memiliki 1
𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ (ℎ𝑎𝑎) prasarana proteksi kebakaran

b. 76% - 100% area tidak memiliki 5


Ketidaktersediaan 𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 sarana proteksi kebakaran = 10,18 x 100% 1
Sarana Proteksi 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 23,53
Kebakaran 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 (ℎ𝑎𝑎) 51% - 75% area tidak memiliki 3
= 𝑥𝑥100% sarana proteksi kebakaran
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 = 43,26%
𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ (ℎ𝑎𝑎)

Universitas Sumatera Utara


N Aspek Kriteria Rumus Parameter Nilai Perhitungan Nilai
o Kekum
uhan
1 2 3 4 5 6 7 8
25% - 50% area tidak memiliki 1
sarana proteksi kebakaran
Total Nilai Kekumuhan 64
Sumber : Hasil Analisis

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan Tabel 4.14. Parameter Tingkat Kekumuhan Kawasan

Permukiman Kumuh Kecamatan Tanjung Beringin, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

Tabel 4.15. Penentuan Aspek Kekumuhan Kawasan Permukiman Kumuh di

Kecamatan Tanjung Beringin

No. ASPEK NILAI


1. Bangunan Gedung 5,5,5
2. Jalan Lingkungan 0,3
3. Penyediaan Air Minum 5,5
4. Drainase Lingkungan 3,3,1,1,3
5. Pengelolaan Air Limbah 5,5
6. Pengelolaan Persampahan 5,5,1
7. Proteksi Kebakaran 3,1
Sumber : Hasil Analisis

Kekumuhan di Kecamatan Tanjung Beringin terjadi pada aspek Bangunan

Gedung, Penyediaan Air Minum dan Pengelolaan Air Limbah dengan kondisi

Kumuh Berat, pada aspek Pengelolaan Persampahan dan Proteksi Kebakaran

dengan Kondisi Kumuh Sedang, pada aspek Jalan Lingkungan dan Drainase

Lingkungan dengan kondisi Kumuh Ringan.

4.6. Analisis Strategi Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh di Kecamatan

Tanjung Beringin

Strategi penanganan kawasan permukiman kumuh merupakan implementasi

dari misi Kelompok Kerja (Pokja) Perumahan dan Permukiman Kabupaten

Serdang Bedagai yaitu Bappeda dan Dinas PKP Kabupaten Serdang Bedagai

untuk mencapai visi yang ditetapkan. Penanganan kawasan permukiman kumuh

yang sudah dilakukan selama ini belum berjalan secara maksimal. Konsep

Universitas Sumatera Utara


penanganan yang baik tidak menjamin berhasilnya program penanganan kawasan

permukiman kumuh, dikarenakan banyaknya kendala-kendala yang terjadi seperti

minimnya anggaran, mindset masyarakat yang cenderung money orientation

ketika diberikan bantuan, dan sebagainya. Dilihat dari berbagai program dan

kegiatan yang sudah dilaksanakan dan besarnya sumber dana yang telah

dikeluarkan, kawasan permukiman kumuh tetap masih menjadi permasalahan

yang tidak mudah untuk diatasi walaupun jumlah penduduk miskin sudah semakin

berkurang. Hal ini terjadi karena upaya penanganan kawasan permukiman kumuh

merupakan upaya terpadu yang harus dilakukan oleh semua pihak termasuk juga

masyarakat miskin itu sendiri dengan komitmen yang kuat dari semua unsur

pimpinan baik pemerintah, organisasi masyarakat dan kelompok masyarakat.

Dalam perumusan strategi, ditentukan terlebih dahulu lingkungan internal

dan eksternal yang berpengaruh terhadap organisasi. Lingkungan internal meliputi

kekuatan dan kelemahan yang ada pada organisasi, sedangkan lingkungan

eksternal meliputi peluang dan ancaman untuk organisasi. Berdasarkan penelitian

yang telah dilakukan lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi

dalam penanganan kawasan permukiman kumuh adalah sebagai berikut:

a. Lingkungan Internal

- Kekuatan:

• Kesesuaian visi dan misi pemerintah daerah.

• Pelaksanaan misi guna pencapaian visi.

• Komitmen Bappeda dan Dinas PKP Serdang Bedagai memberikan

pelayanan maksimal.

• Kuantitas dan Kualitas SDM memadai.

Universitas Sumatera Utara


• Fungsi Dinas sebagai penyedia aksesbilitas sebagai upaya menggali

kekurangan dana dalam pelaksanaan program.

- Kelemahan:

• Minimnya anggaran dinas.

• Sarana dan prasarana dinas yang kurang memadai.

• Kurang aktifnya Dinas dalam memberikan penyuluhan dan pendekatan pada

masyarakat yang tinggal di kawasan permukiman kumuh.

• Dinas PKP Serdang Bedagai kurang melakukan pengawasan.

• Adanya data yang dinamis untuk penetapan sasaran program penanganan

kawasan permukiman kumuh.

b. Lingkungan Eksternal

- Peluang:

• Adanya dana stimulan dari Kementrian PUPR untuk bedah rumah.

• Adanya pelatihan-pelatihan dari Kementrian PUPR untuk pengembangan

SDM Dinas terkait.

• Adanya UU No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman.

• Pertumbuhan perekonomian Kabupaten Serdang Bedagai yang baik.

• Letak geografis Kabupaten Serdang Bedagai yang strategis.

• Adanya kerja sama dengan swasta dan investor dalam penyediaan dana

perumahan dan permukiman.

• Kuatnya karakteristik masyarakat daerah dalam nilai sosial budaya.

Universitas Sumatera Utara


- Ancaman:

• Adanya tuntutan target pencapaian Program Pemerintah 100-0-100.

• Banyaknya sarana dan prasarana lingkungan permukiman yang rusak.

• Krisis kepercayaan masyarakat terhadap bantuan stimulan yang disalurkan

dari dinas.

• Masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam revitalisasi kawasan

permukiman kumuh.

• Pola pikir masyarakat yang cenderung lebih memilih bantuan berupa uang

daripada material.

Setelah dilakukan identifikasi mengenai kekuatan dan kelemahan dari

lingkungan internal serta peluang dan ancaman dari lingkungan eksternal,

selanjutnya ditentukan faktor – faktor apa saja yang menjadi pendukung dan

penghambat dalam penanganan kawasan permukiman kumuh. Faktor yang

menjadi pendukung dalam penanganan kawasan permukiman kumuh didapatkan

dari kekuatan organisasi dan peluang yang ada, yaitu sebagai berikut:

a. Kesesuaian visi dan misi pemerintah daerah.

b. Pelaksanaan misi guna pencapaian visi.

c. Komitmen Bappeda dan Dinas PKP Kabupaten Serdang Bedagai

memberikan pelayanan maksimal.

d. Kuantitas dan Kualitas SDM memadai.

e. Fungsi Dinas sebagai penyedia aksesbilitas sebagai upaya menggali

kekurangan dana dalam pelaksanaan program.

Universitas Sumatera Utara


f. Adanya dana stimulan dari Kementrian PUPR untuk bedah rumah.

g. Adanya pelatihan-pelatihan dari Kementrian PUPR untuk pengembangan

SDM dinas.

h. Adanya UU No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman.

i. Pertumbuhan perekonomian Kabupaten Serdang Bedagai yang baik.

j. Letak geografis Kabupaten Serdang Bedagai yang strategis.

k. Adanya kerja sama dengan swasta dan investor dalam penyediaan dana

perumahan dan permukiman.

l. Kuatnya karakteristik masyarakat dalam nilai sosial budaya.

Sedangkan faktor yang menjadi penghambat dalam penanganan kawasan

permukiman kumuh didapatkan dari kelemahan organisasi dan ancaman yang ada,

yaitu sebagai berikut:

a. Minimnya anggaran dinas.

b. Sarana prasarana dinas yang kurang memadai.

c. Kurang aktifnya Dinas dalam memberikan penyuluhan dan pendekatan pada

masyarakat yang tinggal di kawasan kumuh.

d. Dinas PKP Kabupaten Serdang Bedagai kurang melakukan pengawasan.

e. Adanya data yang dinamis untuk penetapan sasaran program penanganan

permukiman kumuh

f. Adanya tuntutan target pencapaian Program Pemerintah 100-0-100.

g. Banyaknya sarana dan prasarana lingkungan permukiman yang rusak.

Universitas Sumatera Utara


h. Krisis kepercayaan masyarakat terhadap bantuan stimulan yang disalurkan

dari dinas.

i. Masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam revitalisasi kawasan

permukiman kumuh.

j. Pola pikir masyarakat yang cenderung lebih memilih bantuan berupa uang

daripada material.

Setelah melakukan identifiksi mengenai faktor pendukung dan penghambat

mengenai penanganan permukiman kumuh, selanjutnya menentukan apa saja isu-

isu strategis yang ada dalam penanganan kawasan permukiman kumuh. Isu-isu

strategis ini diperoleh dari hasil interaksi antara lingkungan internal dan eksternal.

Berikut hasil identifikasi isu-isu strategis penanganan kawasan permukiman

kumuh yaitu:

- Pengoptimalan SDM dalam penanganan kawasan permukiman kumuh.

- Pengembangan permukiman dengan memanfaatkan potensi lokal/ daerah agar

dapat mengakomodasi berkembangnya budaya multi-culture untuk mendukung

pelaksanaan Undang – Undang tentang perumahan dan kawasan permukiman.

- Peningkatan kerjasama dan peran swasta dalam penyelenggaraan

pembangunan dan pengelolaan infrastruktur permukiman secara terpadu,

sinergi dan berkelanjutan.

- Peningkatan revitalisasi sarana dan prasarana perumahan dan permukiman

untuk memenuhi akses masyarakat terhadap pelayanan sarana dan prasarana

permukiman yang memadai.

- Penguatan kelembagaan pembiayaan perumahan dan permukiman.

Universitas Sumatera Utara


- Peningkatan sarana prasarana dinas sebagai pendukung upaya penanganan

kawasan permukiman kumuh.

- Pengoptimalan pengawasan dan evaluasi hasil program kegiatan penanganan

permukiman kumuh dengan melibatkan masyarakat.

- Pengoptimalan dalam penyusunan database sasaran program penanganan

kawasan permukiman kumuh secara integratif.

- Peningkatan sosialisasi program penanganan kawasan permukiman kumuh

sebagai upaya membangun partisipasi dan usaha mandiri/swadaya masyarakat.

Hasil evaluasi isu-isu strategis menghasilkan dua kategori yaitu strategi

yang bersifat moderat strategi dan strategi yang bersifat strategis yaitu:

a. Strategi bersifat moderat:

- Peningkatan revitalisasi sarana dan prasarana kawasan permukiman untuk

memenuhi akses masyarakat terhadap pelayanan sarana dan prasarana

permukiman yang memadai.

- Peningkatan sarana dan prasarana Organisasi Perangkat Daerah (OPD) sebagai

pendukung upaya penanganan kawasan permukiman kumuh.

b. Strategi bersifat strategis:

- Pengoptimalan SDM dalam penanganan kawasan permukiman kumuh.

- Peningkatan dalam pembangunan kawasan permukiman sesuai situasi lokal/

daerah untuk mendukung pelaksanaan Undang – Undang tentang perumahan

dan kawasan permukiman.

Universitas Sumatera Utara


- Pengoptimalan kerjasama dan peran swasta dalam penyelenggaraan

pembangunan dan pengelolaan infrastruktur kawasan permukiman secara

terpadu, sinergi dan berkelanjutan.

- Pengoptimalan pengawasan dan evaluasi hasil program kegiatan penanganan

kawasan permukiman kumuh dengan melibatkan masyarakat.

- Pengoptimalan dalam penyusunan database sasaran program penanganan

kawasan permukiman kumuh secara integratif.

- Peningkatan sosialisasi mengenai program penanganan kawasan permukiman

kumuh, pentingnya partisipasi dan usaha mandiri/swadaya masyarakat.

Sementara penanganan kawasan permukiman kumuh dirumuskan

berdasarkan kondisi faktual dan isu strategis serta kebijakan penanganan

permukiman kumuh hasil overview data spasial tiap-tiap indikator permukiman

kumuh yang telah teridentifikasi pada tahap sebelumnya.

Tipologi perumahan dan permukiman kumuh, tingkat kekumuhan serta

legalitas lahan merupakan pertimbangan dalam menentukan pola-pola

penanganan peningkatan kualitas terhadap kawasan permukiman kumuh serta

penetapan perencanaan penanganan kawasan permukiman kumuh.

Berdasarkan tingkat kekumuhan perumahan dan permukiman kumuh

dilokasi penelitian adalah Kumuh Sedang (KS). Maka pola-pola penanganan

peningkatan kualitas terhadap permukiman kumuh dilokasi penelitian

direncanakan dengan mempertimbangkan (Permen PUPR no. 2 tahun 2016):

Universitas Sumatera Utara


a. dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan berat dengan status

lahan legal, maka pola penanganan yang dilakukan adalah peremajaan;

b. dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan berat dengan status

lahan ilegal, maka pola penanganan yang dilakukan adalah pemukiman

kembali;

c. dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan sedang dengan status

lahan legal, maka pola penanganan yang dilakukan adalah peremajaan;

d. dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan sedang dengan status

lahan ilegal, maka pola penanganan yang dilakukan adalah pemukiman

kembali;

e. dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan ringan dengan status

lahan legal, maka pola penanganan yang dilakukan adalah pemugaran;

f. dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan ringan dengan status

lahan ilegal, maka pola penanganan yang dilakukan adalah pemukiman

kembali.

Hasil dari identifikasi fisik kawasan, tingkat kekumuhan, tipologi dan

legalitas lahan serta pola dan strategi penanganan kawasan permukiman kumuh

di Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai dapat ditentukan

bahwa perencanaan penanganan kawasan permukiman kumuh di Kecamatan

Tanjung Beringin adalah Konsolidasi Lahan (Land Consolidation) dan Program

Perbaikan Kampung (KIP).

Konsolidasi lahan adalah bentuk kegiatan mengenai pengelolaan tata guna

lahan dengan cara pengaturan kembali penggunaan lahan dan penguasaan

Universitas Sumatera Utara


bidang-bidang tanah. Sasaran dari konsolidasi lahan itu sendiri adalah penataan

kembali penggunaan dan penguasaan tanah pada suatu kawasan yang

kondisinya dinilai kurang memenuhi syarat untuk menjadi kawasan yang lebih

baik (Indra,2012).

Konsolidasi lahan merupakan suatu kegiatan terpadu menata (kembali)

suatu wilayah yang tidak teratur menjadi teratur, lengkap dengan prasarana dan

kemudahan yang diperlukan, agar tercapai penggunaan tanah/lahan secara

optimal yang pada prinsipnya dilaksanakan atas swadaya masyarakat sendiri.

Program perbaikan kampung (KIP) Program yang bertujuan untuk

meningkatkan kualitas kehidupan dan penghijauan masyarakat melalui perbaikan

lingkungan secara fisik. Tujuan utamanya adalah perbaikan kesehatan lingkungan

kampung. Komponen dasarnya adalah perbaikan infrastruktur kawasan seperti

jalan kendaraan, jalan setapak, saluran drainase, MCK (Budi Prayitno, 2015).

Berdasarkan hasil penelitian bahwa lokasi kawasan kumuh di Kecamatan

Tanjung Beringin terdiri dari dua lokasi yaitu :

1. Kawasan permukiman kumuh di sempadan sungai dengan luasan 2,76 ha

dengan tingkat kekumuhan sedang, tipologi perumahan kumuh dan

permukiman kumuh di atas air, status tanah ilegal, maka pola penanganannya

sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 2

Tahun 2016 adalah Permukiman Kembali.

2. Kawasan permukiman kumuh di luar sempadan sungai dengan luasan 20,77

ha dengan tingkat kekumuhan sedang, tipologi perumahan kumuh dan

permukiman kumuh di tepi air, status tanah legal, maka pola penanganannya

Universitas Sumatera Utara


sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 2

Tahun 2016 adalah Peremajaan.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.16 Halaman 167 dan

Gambar 4.60 Halaman 168.

Tabel 4.16. Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh di Kecamatan Tanjung

Beringin

No. Lokasi Luas Area Tingkat Tipolog Legalita Pola Perencanaan


Kawasan Kawasan Kekumu i s Lahan Penanganan Penanganan
Kumuh Kumuh han Kawasan Kawasan
(ha) Permukiman Permukiman
Kumuh Kumuh
1. Kawasan 2,76 Kumuh Peruma Ilegal Permukiman Konsolidasi
permukim Sedang han kembali Lahan (Land
an kumuh kumuh Consolidation)
di dan
sempadan permuk
sungai iman
kumuh
di atas
air
2. Kawasan 20,77 Kumuh Peruma Legal Peremajaan Program
permukim Sedang han Perbaikan
an kumuh kumuh Kampung (KIP)
diluar dan
sempadan permuk
sungai iman
kumuh
di tepi
air
Sumber : Data Olahan, Tahun 2018

Selanjutnya Perencanaan Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh di

Kecamatan Tanjung Beringin dapat dilihat pada Tabel 4.19 Halaman 173 dan

Gambar 4.61 Halaman 176 s/d Gambar 4.68 Halaman 183.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.60. Site Plan Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh di Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.17. Pola Penanganan Bangunan dan Infrastruktur Pendukung pada Permukiman Kumuh Menurut Tipologinya di Kecamatan

Tanjung Beringin

No Tipologi Bangunan Gedung Jalan Penyediaan Air Drainase Pengelolaan Air Pengelolaan Sistem
Permukiman Lingkungan Minum Lingkungan Limbah Persampahan Proteksi
Kumuh Kebakaran
1. Perumahan  membangun  memanfaatkan  sistem  memanfaatkan  unit pemipaan  Unit  Pasokan air
kumuh dan rumah dengan material jalan distribusi jika material saluran jika pengumpulan memanfaatkan
permukiman sistem panggung yang punya menggunakan drainase yang menggunakan sampah seperti sumber air
kumuh di atas air dengan pondasi ketahanan perpipaan, punya ketahanan sistem TPS dapat setempat
umpak atau pondasi terhadap daya maka: terhadap daya pengolahan air ditempatkan di
dalam sesuai rusak air, bisa  pipa rusak air, bisa limbah terpusat, atas air
karakteristik tanpa perkerasan sambungan tanpa perkerasan maka:
bangunan ( kayu, bambu) dipasang ( kayu, pasangan  pipa
 intensitas atau dengan menempel pada batu) atau dengan sambungan
pemanfaatan ruang perkerasan kaku konstruksi jalan perkerasan kaku dipasang
untuk bangunan (beton) sesuai / drainase di atas (beton) sesuai menempel pada
disesuaikan dengan dengan air; atau dengan konstruksi jalan /
ketentuan yang karakteristik  pipa karakteristik drainase di atas
berlaku lokal sambungan lokal air; atau
 memanfaatkan berada di bawah  pipa
bahan bangunan, air sambungan
khususnya untuk dan berada di bawah
pondasi, yang punya memanfaatkan air dan
ketahanan terhadap material yang memanfaatkan
daya rusak air punya ketahanan material yang
terhadap daya punya ketahanan
rusak air terhadap daya
rusak air

Universitas Sumatera Utara


No Tipologi Bangunan Gedung Jalan Penyediaan Air Drainase Pengelolaan Air Pengelolaan Sistem
Permukiman Lingkungan Minum Lingkungan Limbah Persampahan Proteksi
Kumuh Kebakaran

2. Perumahan  membangun  memanfaatkan  sistem  memanfaatkan  unit pemipaan  Unit  Pasokan air
kumuh dan rumah dengan material jalan distribusi jika material saluran jika pengumpulan memanfaatkan
permukiman konsep waterfrotnt yang punya menggunakan drainase yang menggunakan sampah seperti sumber air
kumuh di tepi air housing, menjadikan ketahanan perpipaan, punya ketahanan sistem TPS dapat setempat
kawasan perairan terhadap daya maka: terhadap daya pengolahan air ditempatkan di
sebagai halaman rusak air, bisa  pada sisi rusak air, bisa limbah terpusat, atas air
depan tanpa perkerasan perairan, pipa tanpa perkerasan maka:
( kayu, bambu) sambungan ( kayu, pasangan  pada sisi
 intensitas atau dengan dipasang batu) atau dengan perairan, pipa
pemanfaatan ruang perkerasan kaku menempel pada perkerasan kaku sambungan
untuk bangunan (beton) sesuai konstruksi jalan (beton) sesuai dipasang
disesuaikan dengan dengan / drainase di atas dengan menempel
ketentuan yang karakteristik air; atau karakteristik pada konstruksi
berlaku lokal  pada sisi lokal jalan / drainase
daratan, pipa di atas air; atau
 memanfaatkan sambungan  pada sisi
bahan bangunan, berada di bawah daratan pipa
khususnya untuk tanah sambungan
pondasi, yang punya berada di bawah
ketahanan terhadap tanah
daya rusak air

Sumber : Modifikasi Peraturan Menteri PUPR no. 2 tahun 2018

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.18. Penanganan Fisik Infrastruktur menurut Pola Penanganan Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh di Kecamatan Tanjung

Beringin

No Program Penanganan Fisik Peremajaan Permukiman Kembali


Infrastruktur
1. Bangunana Gedung  Perubahan fungsi dan massa bangunan dari Pembangunan bangunan gedung pada lokasi
kondisi awal saat dibangun baru yang sesuai arahan rencana tata ruang dan
 Peningkatan kapasitas tampung dari bangunan sesuai daya tampungnya
gedung
2. Jalan Lingkungan  Perubahan fungsi jalan akibat adanya perubahan Pembangunan jalan lingkungan pada lokasi
fungsi kawasan yang dihubungkan baru yang sesuai arahan rencana tata ruang
 Peningkatan kapasitas jalan lingkungan, seperti:
penambahan lajur dan/atau pelebaran badan jalan
dan/atau menghubungkan jaringan jalan yang pada
lokasi yang sama namun belum tersambung
3. Penyediaan Air Minum  Peningkatan kapasitas dari unit penyediaan air Penyediaan air minum pada lokasi baru yang
minum, seperti penambahan komponen pada unit- sesuai arahan rencana tata ruang dan rencana
unit air baku dan unit produksi induk sektor air minum
 Peningkatan jangkauan pelayanan dari unit
penyediaan air minum, seperti penambahan/
perluasan jaringan unit distribusi dan unit pelayanan
4. Drainase Lingkungan  Peningkatan kapasitas/jumlah sarana dan Pembangunan drainase lingkungan pada lokasi
prasarana drainase, seperti penambahan gorong- baru yang sesuai arahan rencana tata ruang dan
gorong, penambahan pompa, penambahan kapasitas rencana induk sektor drainase
kolam tandon, dan lainnya yang sejenis.
 Peningkatan jangkauan pelayanan dari jaringan
drainase, seperti pelebaran saluran atau dan/atau
menghubungkan jaringan drainase pada lokasi yang
sama namun belum tersambung

Universitas Sumatera Utara


No Program Penanganan Fisik Peremajaan Permukiman Kembali
Infrastruktur
5. Pengelolaan Air Limbah  Peningkatan kapasitas dari unit pengelolaan air Pembangunan unit pengelolaan air limbah
limbah, seperti penambahan komponen pada SPAL- pada lokasi baru yang sesuai arahan rencana
S tata ruang dan rencana induk sektor
 Peningkatan jangkauan pelayanan dari sistem pengelolaan air limbah
pemipaan pada SPAL-T
6. Pengelolaan Persampahan  Peningkatan kapasitas dari unit pengelolaan Pembangunan unit pengelolaan persampahan
persampahan, seperti penambahan komponen pada lokasi baru yang sesuai arahan rencana
pewadahan, pengumpulan, dan pengolahan. tata ruang dan rencana induk sektor
 Peningkatan jangkauan pelayanan dari sistem pengelolaan persampahan
pengangkutan sampah
7. Sistem Proteksi Kebakaran  Peningkatan kapasitas dari unit proteksi Pembangunan unit proteksi kebakaran pada
kebakaran, seperti penambahan komponen sarana lokasi baru yang sesuai arahan rencana tata
dan prasarana proteksi kebakaran ruang dan rencana induk sektor proteksi
 Peningkatan jangkauan pelayanan sarana proteksi kebakaran
kebakaran seperti lingkup pelayanan dari alat dan
kendaraan pemadam kebakaran.
Sumber : Modifikasi Peraturan Menteri PUPR no. 2 tahun 2018

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.19. Matriks Perencanaan Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh di Kecamatan Tanjung Beringin

Kawasan Aspek Yang Permasalahan Perencanaan Penanganan OPD Penanggung


Permukiman Kumuh Diamati Pencegahan Peningkatan Jawab dan Pelaksana
Kecamatan Tanjung Bangunan o Ketidakteraturan o Pengawasan dan o Normalisasi kawasan o Dinas BAPPEDA
Beringin Gedung bangunan pengendalian sempadan sungai o Dinas PUPR
o Berada pada terhadap o Perencanaan dan o Dinas PKP
kawasan kesesuaian pembangunan tanggul o Dinas Penanaman
sempadan sungai perizinan, sungai Modal dan
o Bangunan tidak kesesuaian tata o Relokasi secara bertahap Pelayanan
memenuhi syarat ruang (RTRW) pada bangunan dalam Perizinan Terpadu
teknis bangunan o Pengendalian kawasan sempadan o Dinas LH
pertumbuhan sungai o Satpol PP
perumahan dan o Program bantuan rumah
permukiman tidak layak huni bagi
o Pengawasan dan MBR
pengendalian o Perencanaan dan
pemamfaatan pembangunan PSU
ruang, permukiman
penegakan
aturan
sempadan
sungai
o Pemberdayaan
masyarakat
dalam
pengelolaan dan
pemeliharaan

Universitas Sumatera Utara


Kawasan Aspek Yang Permasalahan Perencanaan Penanganan OPD Penanggung
Permukiman Kumuh Diamati Pencegahan Peningkatan Jawab dan Pelaksana
lingkungan
permukiman
Jalan o Terdapat jalan o Pengawasan dan o Peningkatan kualitas o Dinas PUPR
Lingkungan yang rusak monitoring jalan lingkungan o Dinas PKP
o Pemeliharaan permukiman kumuh
jalan o Perencanaan dan
pembangunan PSU
permukiman
Air Minum o Ketidaktersediaan o Pengawasan dan o Peningkatan kapasitas o UPT Air Minum
akses aman air monitoring produksi SPAM o Dinas PKP
minum o Pemeliharaan o Perluasan daerah
o Kebutuhan air SPAM pelayanan (distribusi)
bersih sebanyak SPAM
60 o Perencanaan
Liter/Orang/Hari sambungan rumah (SR)
belum terpenuhi SPAM
o Perencanaan dan
pembangunan
PAMSIMAS
Drainase o Area permukiman o Pengawasan dan o Perbaikan saluran o Dinas PUPR
Lingkungan yang mengalami monitoring drainase lingkungan o Dinas PKP
genangan ketika o Pemeliharaan o Perencanaan dan
hujan turun drainase pembangunan drainase
o Masih terdapat lingkungan
permukiman yang
belum terlayani

Universitas Sumatera Utara


Kawasan Aspek Yang Permasalahan Perencanaan Penanganan OPD Penanggung
Permukiman Kumuh Diamati Pencegahan Peningkatan Jawab dan Pelaksana
drainase
o Terjadinya
sendimentasi
drainase
Pengelolaan Air o Tidak terlayani o Sosialisasi dan o Pembangunan IPAL o Dinas PKP
Limbah pembuangan air penyuluhan Komunal o Dinas LH
limbah dan tidak masalah o Pembangunan MCK
memenuhi kesehatan dan Komunal
persyaratan teknis lingkungan o Pembangunan MCK
o Pengawasan IPAL Kombinasi
dan monitoring (Terpadu)
o Perencanaan dan
pembangunan
SANIMAS
Pengelolaan o Tidak terkelolanya o Sosialisasi dan o Penambambahan o Dinas PKP
Persampahan persampahan penyuluhan sarpras persampahan o Dinas LH
masalah o Peningkatan
kesehatan dan pengelolaan
lingkungan persampahan
o Pemberian o Pembangunan tempat
sangsi pembuangan sampah
o Pengawasan sementara (TPS)
dan monitoring
Sistem Proteksi o Kawasan yang o Sosialisasi o Penyediaan sarpras o Dinas PUPR
Kebakaran tidak memiliki bahaya proteksi kebakaran o Dinas PKP
sistem proteksi kebakaran o Peningkatan aksesbilitas o Dinas LH

Universitas Sumatera Utara


Kawasan Aspek Yang Permasalahan Perencanaan Penanganan OPD Penanggung
Permukiman Kumuh Diamati Pencegahan Peningkatan Jawab dan Pelaksana
kebakaran o Penataan bagi mobil proteksi
lingkungan kebakaran
permukiman
Sumber : Hasil Analisis

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.61. Site Plan Perencanaan Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.62. Perencanaan Penanganan Bangunan di Kawasan Permukiman Kumuh Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.63. Perencanaan Penanganan Jalan Lingkungan di Kawasan Permukiman Kumuh Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.64. Perencanaan Penanganan Pengelolaan Air Minum di Kawasan Permukiman Kumuh Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.65. Perencanaan Penanganan Drainase Lingkungan di Kawasan Permukiman Kumuh Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.66. Perencanaan Penanganan Pengelolaan Air Limbah di Kawasan Permukiman Kumuh Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.67. Perencanaan Penanganan Pengelolaan Persampahan di Kawasan Permukiman Kumuh Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.68. Perencanaan Penanganan Proteksi Kebakaran di Kawasan Permukiman Kumuh Kecamatan Tanjung Beringin

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa serta pembahasan yang telah

dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kondisi fisik permukiman kumuh di Kecamatan Tanjung Beringin

menunjukkan adanya ketidakteraturan bangunan, adanya jalan yang rusak,

belum terpenuhinya kebutuhan air bersih, adanya drainase yang tidak

terpelihara dan tidak terlayani, pembuangan limbah rumah tangga yang

tidak sesuai dengan persyaratan teknis, sistem pengelolaan persampahan

yang tidak sesuai persyartan teknis, dan tidak adanya proteksi kebakaran.

2. Tingkat kekumuhan yang berada di Kecamatan Tanjung Beringin sesuai

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 2 Tahun

2016, adalah tingkat Kekumuhan Sedang (KS).

3. Perencanaan penanganan kawasan permukiman kumuh di Kecamatan

Tanjung Beringin seluas 23,53 ha adalah perbaikan area kawasan kumuh

seluas 2,76 ha dengan status tanah Ilegal melalui Program Konsolidasi Lahan

(Land Consolidation) dan penataan kawasan permukiman kumuh seluas

20,77 ha dengan status tanah Legal melalui Program Perbaikan Kampung

(KIP).

Universitas Sumatera Utara


5.2. Saran

Dari kesimpulan diatas, saran yang dapat diberikan untuk memperkuat dan

menyempurnakan upaya perencanaan dan penanganan kawasan permukiman

kumuh adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai perlu segera memperbaiki kondisi

fisik dan menata kawasan permukiman kumuh di Kecamatan Tanjung

Beringin yaitu:

a. Normalisasi sungai agar kawasan permukiman lebih teratur dan

ekosistem lingkungan lebih seimbang

b. Peningkatan kualitas rumah tidak layak huni (RTLH) bagi masyarakat

berpenghasilan rendah (MBR)

c. Memperbaiki dan meningkatkan kualitas jalan yang rusak

d. Meningkatkan pelayanan air bersih melalui SPAM, Pamsimas dan

Sanimas

e. Memperbaiki dan meningkatkan kualitas drainase yang rusak serta

membangun drainase untuk kawasan yang belum terlayani drainase

f. Membangun sumur bor, MCK + IPAL Komunal untuk pengolahan air

limbah

g. Menambah sarana dan prasarana persampahan dan

h. Membangun Hydran air untuk proteksi kebakaran.

2. Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai diharapkan mampu menurunkan

tingkat kekumuhan yang berada di Kecamatan Tanjung Beringin dengan

Universitas Sumatera Utara


memperbaiki kondisi fisik dan menata kondisi bangunan di kawasan

permukiman kumuh.

3. Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai perlu segera menyusun master plan

penanganan kawasan kumuh secara komprehensif dengan melibatkan

instansi terkait, pihak swasta dan masyarakat dengan model konsolidasi

lahan (Land Consolidation) dan model rencana program perbaikan kampung

(KIP).

4. Diharapkan peta yang sudah dibuat dalam penulisan tesis ini dapat sebagai

acuan lokasi dalam perbaikan dan penataan permukiman kumuh di

Kecamatan Tanjung Beringin.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Abidin, C. 2017. Manfaat Ketersediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh


Terhadap Pengembangan Wilayah Kecamatan Medan Belawan. Tesis
Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Medan. Tidak
Dipublikasikan.

Abrams, Charles. 1964. Man’s Struggle For Shelter In An Urbanizing World.


London : Cambridge.

Angel, S and S Boonyabancha. 1988. “Land sharing as an alternative to eviction: the


Bangkok experience”, Third World Planning Review Vol 10, No 2, pages 107–127.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta:


Jakarta.

Bangun, Darianto. 2005. Permukiman Kumuh dan Permasalahannya serta


Pengaruhnya Terhadap Pengembangan Wilayah Kota. Tesis Sekolah Pasca
Sarjana Universitas Sumatera Utara. Medan. Tidak Dipublikasikan.

BPS. Kabupaten Serdang Bedagai Dalam Angka 2017.

BPS. Kecamatan Tanjung Beringin Dalam Angka 2017.

Branch, M.C. 1996. Perencanaan Kota yang Komprehensif : Pengantar dan


Penjelasan, translit Wibisono B.H. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.

Budiharjo, Eko. 1997. Tata Ruang Perkotaan. Penerbit alumni, Bandung.

Budihardjo, Eko. 1984. Sejumlah Masalah Permukiman Kota. Penerbit alumni,


Bandung.

Cholid, Sofyan. 2009. Sistem Informasi Geografis: Suatu Pengantar. Bogor: Staff
Akademik Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP UI.

Direktorat Pengembangan Kawasan Pemukiman. 2016. Panduan Pendampingan


Penyusunan Raperda tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh. Jakarta: Direktorat Jenderal
Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Direktorat Pengembangan Kawasan Pemukiman. 2016. Panduan Penyusunan


Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
Perkotaan (RP2KPKP). Jakarta: Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Universitas Sumatera Utara


Doebele, William A (ed.). 1982. Land Readjustment : A Different Approach to
Financing Urbanization. Toronto : LexingtonBooks.

Doxiadis, Constantinos A. 1968, An Introduction To The Science Of Human


Settlements-Ekistics, London: Hutchinson of London.

Johara, T.J. 1999. Tataguna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan dan Wilayah,
Bandung; Institut Teknologi Bandung.

Kasih, Dar. 2016. Analisis Tingkat Kekumuhan Permukiman di Kecamatan Johan


Pahlawan Dalam Pengembangan Wilayah Ibu Kota Kabupaten Aceh Barat.
Tesis Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Medan. Tidak
Dipublikasikan.

Komarudin. 1997. Menelusuri Pembangunan Perumahan dan Permukiman,


Jakarta: Yayasan Real Estate Indonesia, PT. Rakasindo, Jakarta.

Kurniasih, Sri. 2007. “Jurnal Usaha Perbaikan Permukiman Kumuh di Petukangan


Utara –Jakarta Selatan.” Jurnal Fakultas Teknik Arsitektur Universitas Budi
Luhur Jakarta Selatan.

Kuswartojo, tjuk dan suparti A. Salim. 1997. Perumahan dan Pemukiman Yang
Berwawasan Lingkungan. Jakarta: Direktoral Jenderal Pendidikan Tinggi
Dapertemen dan Kebudayaan.

Lubis, A.S. 2010. Kajian Karakteristik Pemukim Kumuh dan Liar di Perkotaan. Tesis
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Medan. Tidak Dipublikasikan.

Malau, Waston. 2013. Dampak Urbanisasi Terhadap Pemukiman Kumuh (Slum


Area) di Daerah Perkotaan, Jurnal JUPIIS Vol 5 Nomor 2, Desember 2013.

Mangkusoebroto, Guritno. 1993. Ekonomi Publik. Yogyakarta. Tidak diterbitkan.

Mononimbar, W.J. 2006. Prospek Metoda Land Sharing Dalam Upaya


Peremajaan Permukiman Kumuh Perkotaan : Analisis Respon Masyarakat
Pemukim. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Mulia, EM. 2008. Analisis Faktor-faktor Tekanan Lingkungan pada Permukiman


Kumuh (Studi Kasus : Permukiman Kampung Kubur, Kelurahan Petisah
Tengah, Kecamatan Medan Petisah). Tesis Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara. Medan. Tidak Dipublikasikan.

Niracanti, Galuh Aji. 2001. Studi Perubahan Penggunaan Ruang Permukiman


Kampung Kauman Semarang. Tugas Akhir S1. Jurusan Perencanaan Wilayah
dan Kota, Universitas Diponegoro.

Universitas Sumatera Utara


Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 2 Tahun
2016 tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh.

Prayitno, Budi. 2015. Skema Inovatif Penanganan Permukiman Kumuh. Gadjah


Mada University Press.

Putro, J.D. 2011. Penataan Kawasan Kumuh Pinggiran Sungai di Kecamatan


Sungai Raya, Jurnal Teknik Sipil Untan, Vol. 11 Nomor 1, Juni 2011.

Rizka, Hasrul. 2018. Perencanaan Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh di


Kelurahan Tanjung Tiram Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara.
Tesis Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Medan. Tidak
Dipublikasikan.

Setiadi, A. 2014. Identifikasi Lingkungan Permukiman Kumuh di Kota Bontang.


Universitas Atma Jaya.

Silas, Johan. 1996. Kampung Surabaya Menuju Metropolitan, Permukiman


Marjinal Amat Liar.

Sinulingga. 1999. Pembangunan Kota, Tinjauan Regional dan Lokal. Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta.

Sinulingga. 2005. Pembangunan Kota Tinjauan Regional dan Lokal. Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta.

Sri, P. 1988. Permukiman Kumuh, Pertimbangan Pengusiran Atau Perbaikan.


Kongres Ikatan Peminat Dan Ahli Demografi Indonesia IV, Jakarta.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:


Alfabeta.

Suparlan, Parsudi. 1993. Kemiskinan di Perkotaan. Cetakan Kedua. Jakarta:


Yayasan Obor Indonesia.

Suparno Sastra M. dan Endi Marlina. 2006. Perencanaan dan Pengembangan


Perumahan. Rajawali Press, Jakarta.

SK Bupati Nomor 484/50/Tahun 2014 tentang Penetapan Lokasi Perumahan


Kumuh dan Permukiman Kumuh di Kabupaten Serdang Bedagai.

Surtiani, E.E. 2006. Faktor-faktor yang mempengaruhi terciptanya kawasan


permukiman kumuh di kawasan pusat Kota (Studi Kasus: Kawasan
Pancuran, Salatiga), Tesis Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan
Kota Universitas Diponegoro. Semarang.

Universitas Sumatera Utara


Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman.

Yudhohusodo, siswono. 1991. Rumah Untuk Seluruh Rakyat. Yayasan Padamu


Negeri. Jakarta.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai