Anda di halaman 1dari 75

MODUL TERAPAN

PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK


& LINGKUNGAN, EKONOMI SERTA
SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN
RENCANA TATA RUANG
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NO.20/PRT/M/2007

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG

Pendahuluan
PENGENALAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK
FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI, SERTA SOSIAL
BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA
RUANG
Apa yang dimaksud dengan Teknik Analisis Aspek Fisik Lingkungan,
Ekonomi, serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang?
Tahapan analisis merupakan tahapan yang harus dilakukan dalam
penyusunan Rencana Tata Ruang. Aspek yang dianalisis adalah aspek Fisik
Lingkungan, Ekonomi, dan Sosial Budaya. Dalam menganalisis aspek-aspek
tersebut diperlukan teknik/cara tertentu agar sesuai dengan tujuan Penataan Ruang.

Apa Tujuan dilakukannya Analisis Aspek Fisik Lingkungan, Ekonomi,


serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang?
Pedoman ini bertujuan untuk memberikan arahan bagi pemangku
kepentingan dalam melakukan analisis-analisis dalam aspek penataan ruang
sebagai salah satu tahapan yang diperlukan dalam penyusunan Rencana Tata Ruang

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

Siapa yang harus menggunakan Analisis Aspek Fisik Lingkungan,


Ekonomi, serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang?
Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota: sebagai acuan dalam
penyelenggaraan penataan ruang di daerah, khususnya instansi yang
mempunyai tugas, pokok, dan fungsi menyusun rencana tata ruang
daninstansi-instansi sektoral yang terkait dengan pelaksanaan penataan ruang
Praktisi/Perencana/Planner: sebagai acuan dalam menyusun rencana tata ruang
Stakeholder lain: sebagai bahan informasi dalam menentukan lokasi dan besaran
kegiatan pemanfataan ruang termasuk investasi, antara lain wakil masyarakat, pihak
akademisi, asosiasi, dan dunia usaha yang terlibat dalam proses penyusunan rencana
tata ruang

Mengapa dilakukan Analisis Aspek Fisik Lingkungan, Ekonomi, serta Sosial


Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang?
Analisis ini dilakukan untuk mengenali karakteristik sumber daya fisik
lingkungan, ekonomi dan sosial budaya daerah sehingga pemanfaatan lahan
dalam pengembangan wilayah dan kawasan dapat dilakukan secara optimal
dengan tetap memperhatikan keseimbangan ekosistem.

Kapan perlu digunakan Teknik Analisis Aspek Fisik Lingkungan, Ekonomi,


serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang ?
Bila suatu daerah hendak menyusun Rencana Tata Ruang, digunakan
untuk menganalisa data dan fakta fisik lingkungan, ekonomi, sosial dan
budaya di daerah agar dapat menjadi acuan dasar penetapan struktur dan
pola ruang serta kebijakan pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan
ruang

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

KEDUDUKAN LEGAL ASPEK DALAM


PERATURAN PENATAAN RUANG

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004


Tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
Tentang Penanggulangan Bencana
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
Tentang Penataan Ruang

PP No. 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan


Hak dan Kewajiban Serta Bentuk dan Tata
Cara Peran Serta Masyarakat dalam
Penataan Ruang
PP Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (RTRWN)

PP Bidang Penataan
Ruang lainnya
PP Penatagunaan Tanah
PP Penatagunaan Air
PP Penatagunaan Hutan
PP Pengelolaan DAS
Terpadu

Pedoman-Pedoman Bidang
Penataan Ruang lainnya
Permen PU No 20/PRT/M/2007
tentang Pedoman Analisis Aspek Fisik
dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial
Budaya dalam Penyusunan Rencana
Tata Ruang

Kepmen Kimpraswil No.


327/KPTS/M/2002 tentang
Penetapan Enam Pedoman
Bidang Penataan Ruang

Acuan Pemerintah Daerah dalam menyusun Peraturan Daerah mengenai


rencana tata ruang wilayah/kawasan pada tahapan analisis data dan fakta kondisi
fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial budaya

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

KEDUDUKAN DALAM PROSES PENATAAN RUANG

Identifikasi Penetapan Kawasan

Pengumpulan & Analisis Data

Pedoman Teknik Analisis


Aspek Fisik &
Lingkungan, Ekonomi, dan
Sosial Budaya dalam
Penataan Ruang

Aspek Fisik
Lingkungan

Aspek
Ekonomi

Analisis Struktur Ruang:

Analisis Pola Ruang:


Kawasan Lindung:

Kawasan yang memberi


perlndungan kawasan
bawahannya

Kawasan perlindungan
setempat

Kawasan suaka alam

Kawasan pelestarian alam

Kawasan rawan bencana


alam

Kawasan lindung lainnya

Pedoman Kriteria
Kawasan Budi Daya

Aspek Sosial
Budaya

Sistem Perkotaan & Perdesaan

Hirarki Pusat-pusat Pengembangan

Hirarki Pusat Pelayanan

Fungsi Pusat-pusat Pelayanan

Sistem Prasarana Wilayah:

Sistem Jaringan Prasarana


Transportasi

Prasarana Telematikan

Sistem Prasarana
Pengairan

Sistem Jaringan Prasarana


Energi

Sistem Prasarana
Lingkungan

Kawasan Budi Daya:

Kawasan hutan produksi

Kawasan pertanian

Kawasan pertambangan

Kawasan industri

Kawasan pariwisata

Kawasan permukiman

Kawasan konservasi budaya


& sejarah

Rencana Tata Ruang

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

Langkah Pelaksanaan
A. ANALISIS ASPEK FISIK DAN LINGKUNGAN

Mengapa harus menganalisis Aspek Fisik dan Lingkungan dalam


Penyusunan Rencana Tata Ruang?
Lahan pada kawasan/wilayah perencanaan merupakan SUMBER DAYA
ALAM yang memiliki KETERBATASAN dalam menampung kegiatan manusia
dalam pemanfaatannya. Banyak contoh kasus kerugian ataupun korban yang
disebabkan oleh ketidaksesuaian penggunaan lahan yang melampaui kapasitasnya.
Untuk itu, perlu dikenali sedini mungkin karakteristik fisik suatu wilayah maupun
kawasan yang dapat dikembangkan untuk dimanfaatkan oleh aktivitas manusia.

TUJUAN

Menemukenali berbagai karakteristik sumber daya alam melalui telaah


kemampuan dan kesesuaian lahan, agar penggunaan lahan dalam
perencanaan pengembangan wilayah/kawasan dapat dilakukan secara
optimal dengan tetap memperhatikan keseimbangan ekosistem untuk
keberlanjutan pembangunan wilayah/kawasan tersebut

OUTPUT

Peta Kemampuan Lahan


Peta Kesesuaian Lahan
Rekomendasi Kesesuaian Lahan

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

21

22

CARA MENCAPAI OUTPUT

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

Arahan
Tata Ruang Pertanian

SKL Morfologi
Klimatologi
SKL Kemudahan
Dikerjakan

Arahan Rasio Tutupan

Topografi
SKL Kestabilan
Lereng

Arahan Ketinggian
Bangunan

Geologi
SKL Kestabilan
Pondasi

Arahan Pemanfaatan
Air Baku

Hidrologi
SKL Ketersediaan Air

Sumber Daya Mineral/


Bahan Galian

Analisa
Kemampuan Lahan

Perkiraan
Daya Tampung Lahan

SKL Untuk Drainase


Persyaratan dan
Pembatas Pengembangan

Bencana Alam

Penggunaan Lahan

SKL Terhadap Erosi

SKL Pembuangan
Limbah
SKL Terhadap
Bencana Alam

Studi yang ada

Kebijakan pemerintah

Evaluasi
Pemanfaatan Lahan
yang Ada terhadap
Kesesuaian Lahan

Analisa
Kesesuaian Lahan

Rekomendasi
Kesesuaian Lahan

PENGUMPULAN DATA

Jenis Data:
1. Klimatologi
2. Topografi
3. Geologi
4. Hidrologi
5. Sumber Daya Mineral/
Bahan Galian
6. Bencana Alam
7. Penggunaan Lahan
8. Studi yang ada
9. Kebijakan pemerintah

Data
Data
Data
Data
Data
Data
Data

Data
Data

Pengumpulan Data adalah langkah pertama yang harus dilakukan. Data-data


ini merupakan data dasar yang kemudian diolah untuk mendapatkan peta
kemampuan dan kesesuaian lahan yang kemudian diusulkan rekomendasi
penggunaannya.

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

23

1. DATA KLIMATOLOGI
Jenis Data
Curah Hujan
Hari Hujan
Intensitas Hujan
Temperatur Rata -rata
Kelembaban Relatif
Kecepatan dan Arah
Angin
Penyinaran Matahari

Sumber Data
BMG/Stasiun Klimatogi
terdekat
BMG/Stasiun Klimatogi
terdekat
BMG/Stasiun Klimatogi
terdekat
BMG/Stasiun Klimatogi
terdekat
BMG/Stasiun Klimatogi
terdekat
BMG/Stasiun Klimatogi
terdekat
BMG/Stasiun Klimatogi
terdekat

Kedalaman Data
Rentang waktu 10
tahun
Rentang waktu 10
tahun
Rentang waktu 10
tahun
Rentang waktu 10
tahun
Rentang waktu 10
tahun
Rentang waktu 10
tahun
Rentang waktu 10
tahun

Acuan dalam Buku


Pedoman
Sub bab 2.2.1 Tabel
2.1
Sub bab 2.2.1 Tabel
2.2
Sub bab 2.2.1 Tabel
2.3

Data klimatologi ini bisa diperoleh dari Stasiun Meteorologi Penerbangan, Stasiun
Meteorologi Maritim, Stasiun Meteorologi dan Klimatologi, atau Stasiun Meteorologi dan
Geofisika yang terdekat atau berada di wilayah/kawasan perencanaan. Stasiun-stasiun ini
mengirimkan datanya pada Balai Besar Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) yang di
Indonesia terbagi dalam lima wilayah yaitu:
1. Balai Besar BMG Wilayah I yang berkedudukan di Medan (Jl. Ngumban Surbakti No. 15
Selayang II Medan), telp: 061-8222877, 8222878, fax: 061-8222878.
2. Balai Besar BMG Wilayah II yang berkedudukan di Ciputat (Jl. KP Bulak Raya Cempaka
Putih - Ciputat ) telp: 021-7402739, 7444338, 7426485, fax: 021-7402739.
3. Balai Besar BMG Wilayah III yang berkedudukan di Denpasar (Jl. Raya Tuban, Badung,
Bali), telp: 0361-751122, fax: 0361-757975.
4. Balai Besar BMG Wilayah IV yang berkedudukan di Makassar (Jl. Racing Centre No 4
Panaikang KP 1351 Makassar), telp: 0411-456493, 449243, fax: 0411-449286, 455019.
5. Balai Besar BMG Wilayah V yang berkedudukan di Jayapura (Jl. Raya Abepura Entrop Kp
1572 Jayapura 99224), telp: 0967-535418, 534439, 535419.
Sedangkan alamat stasiun meteorologi yang ada di Indonesia dapat dilihat dalam bagian
Lampiran dari buku modul ini.

24

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

Tabel A-1. Contoh tabel Rekap Data Klimatologi DaerahX Selama Kurun Waktu 10 Tahun
Temperatur ( oC)
No

Bulan
Maks

min

Ratarata

Curah
Hujan
(mm)

Hari
Hujan
(hari)

Kelembaban
nisbi (%)

Durasi
Penyinaran
(%)

Angin
Kecepatan
(m/dtk)

Arah
maks

Arah
terbanyak

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

Januari

29,70

22,88

25,64

157,6

28,1

87,92

43,35

1,81

Februari

30,04

22,87

25,65

384,7

30,2

85,92

47,69

1,98

TL

TL

Maret

30,51

22,84

25,95

361,5

27,7

85,28

43,16

2,07

TL

TL

April

30,74

23,22

26,29

276,3

26,4

84,88

50,64

1,79

TL

TL

Mei

31,7

23,00

26,72

203,9

25,6

83,92

55,45

1,54

Juni

31,28

22,77

26,27

32,4

2,3

84,03

49,51

1,70

Juli

31,86

21,95

26,50

52,4

4,1

77,76

67,93

3,24

Agustus

32,17

22,53

26,85

0,0

0,0

73,76

62,09

4,16

September

32,47

22,16

26,62

5,4

0,6

78,15

61,55

2,31

10

Oktober

31,83

22,65

26,70

131,8

15,9

81,17

53,75

1,74

11

Nopember

31,18

23,11

26,39

176,5

17,5

84,24

49,61

1,65

12

Desember

30,49

23,23

26,44

323,0

26,9

85,19

47,77

2,11

TL

TL

25

Kendala umum yang sering terjadi dalam pengumpulan data klimatologi adalah kelengkapan
data yang minim, karena ketiadaan data/pengukuran dari stasiun klimatologi terdekat.

2. DATA TOPOGRAFI

Jenis Data

Sumber Data

Peta Rupabumi

Bakosurtanal

Peta Topografi

Badan Pertanahan Nasional (BPN)


Direktorat TNI-AD
Ditjen Geologi dan Sumber Daya
Mineral, Departemen ESDM
Bapeda

Jenis Data
Peta Morfologi

Peta Kemiringan
Lereng (Peta
Lereng)

Sumber Data

Bakosurtanal

Badan Pertanahan Nasional


(BPN)

Ditjen Geologi dan Sumber Daya


Mineral, Departemen ESDM
Bapeda

Bakosurtanal

Badan Pertanahan Nasional


(BPN)

Ditjen Geologi dan Sumber Daya


Mineral, Departemen ESDM
Bapeda

Kedalaman
Data
Skala
1: 20.000
1: 25.000
1: 30.000
1: 50.000
Skala terbesar
yang ada

Acuan dalam Buku


Pedoman
Gambar 2.2

Kedalaman
Data
Turunan dari
data topografi

Acuan dalam Buku


Pedoman
Gambar 2.2

Turunan dari
data topografi

Gambar 2.3

Data Topografi seringkali menjadi peta dasar dari berbagai peta lainnya. Peta ini bisa didapatkan
di Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional yang berkedudukan di Cibinong dalam
bentuk peta rupabumi baik dalam format cetak maupun digital. Dengan pengolahan secara
spasial, peta ini dapat diturunkan menjadi peta morfologi dan peta lereng. Contoh peta
topografi suatu wilayah dapat dilihat pada gambar berikut ini.

26

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

12430'00"

12437'30"

12445'00"

12452'30"

12500'00"

D A N A U
T O N D A N O

L A U T
S U L A W E S I

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG


KABUPATEN MINAHASA TENGGARA
PROVINSI SULAWESI UTARA

TOPOGRAFI WILAYAH
U

KABUPATEN
MINAHASA

KABUPATEN
MINAHASA SELATAN

SKALA 1 : 100.000

6 Km

(Pada kertas A1 : 59,4 cm x 84,1 cm)

17'30"

17'30"

LEGENDA
Ibukota Provinsi
Ibukota Kabupaten
Kantor Kecamatan

Batas Provinsi
Batas Kabupaten
Batas Kecamatan

Wongkai

KEC. RATAHAN

Silian

Wiau

KEC. TOULUAAN

RANOKETANG

Jalan Arteri
Jalan Kolektor
Jalan Lokal
Jalan Lain

RATAHAN

TOMBATU

Wio

D. Buililin

Kuyanga

Winorangin
Rasi

Londola

Molompar
Liwutung

Garis Pantai
Tambelang

KEC. TOMBATU

Sungai

banga

100'00"

Tonsawang

Permukiman

Tatengesan

Lowotag

Ketinggian (m)
2000

MINANGA

KEC. BELANG

1600

Malompar

1400

KABUPATEN
MINAHASA SELATAN

BELANG

1200
1000
800
600
400

KEC. RATATOTOK

200
0
Sumber :
- Peta Rupabumi Bakosurtanal, Skala 1 : 50.000
Tahun 1991 Lembar 2416 - 43, 2416 - 44, 2417 - 12
- Hasil Analisis
Indeks Lokasi
123

124

125

052'30"

Y
#

052'30"

L
A

A
L

U
U

T
K

U
1

KABUPATEN
BOLAANG MONGONDOW
Prov. Sulawesi Utara

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

100'00"

KEC. PUSOMAEN

123

124

125

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
Satuan Kerja Pembinaan Penataan Ruang
Kawasan Sedang Berkembang
12430'00"

12437'30"

27

Gambar A-1

12445'00"

12452'30"

12500'00"

Contoh Peta Topografi (Kasus: Kabupaten Minahasa Tenggara)

Klasifikasi Kelas Lereng


Terdapat berbagai macam pembagian kelas lereng. Pada umumnya, pembagian kelas lerengan
ini disesuaikan dengan kebutuhan analisa. Pada analisis aspek fisik wilayah, kelas lereng yang
biasa dipakai adalah sebagai berikut:
1) Lereng 0 % - 2%
2) Lereng 2% - 5%
3) Lereng 5% - 15%
4) Lereng 15% - 40%
5) Lereng > 40%
Pada peta topografi dengan skala dan kelengkapan yang memungkinkan, selang kelas lereng
5% -15%, dapat dibagi lagi menjadi kelas lereng 5% - 8%, dan 8% - 15%. Pada dasarnya, semakin
banyak pembagian kelas lereng ini akan semakin baik, karena akan semakin diketahui kondisi
lahan dengan lebih detil dimana setiap aktivitas pemanfaatan lahan akan membutuhkan
kesesuaian lahan dengan kriteria kelas lereng tertentu.
Cara Membuat Peta Lereng dari Peta Topografi
Peta lereng diturunkan dari peta topografi. Kategori kelas lereng yang diinginkan ditentukan
terlebih dahulu, baru kemudian dituangkan dalam bentuk spasial dari data yang ada pada peta
topografi dengan menggunakan rumus:
Persen kemiringan yang diinginkan =

Interval Kontur
Jarak sesungguhnya yang ingin diketahui

X 100

Keterangan:
Interval kontur adalah jarak antar garis kontur yang ada dalam peta topografi. Dalam peta
rupa bumi dapat diketahui contoh jarak antar garis kontur adalah 25 m.
Persen kemiringan yang diinginkan adalah batas-batas kategori kelas lereng yang akan
dihitung, misalnya 2 (%), 5 (%), 15 (%), dan seterusnya.
Jarak sesungguhnya yang ingin diketahui adalah jarak antar garis kontur yang ingin
diketahui kemiringan lerengnya. Jarak yang didapat ini adalah jarak sesungguhnya yang
ada di lapangan, sehingga bila akan dihitung dalam peta harus dikonversikan kembali
dengan skala peta yang bersangkutan.
Penentuan peruntukan banyak ditentukan oleh kelas lereng, misalnya peruntukan perumahan
ditempatkan pada lereng 0-15%, sementara perkebunan dan hutan pada kelas lereng 15%-40%.
Contoh peta spasial sebagai gambaran peta lereng dapat dilihat pada Gambar A-2 berikut ini.

28

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

12430'00"

12437'30"

12445'00"

12452'30"

12500'00"

D A N A U
T O N D A N O

L A U T
S U L A W E S I

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG


KABUPATEN MINAHASA TENGGARA
PROVINSI SULAWESI UTARA

LERENG
U

KABUPATEN
MINAHASA

KABUPATEN
MINAHASA SELATAN

SKALA 1 : 100.000

6 Km

(Pada kertas A1 : 59,4 cm x 84,1 cm)

17'30"

17'30"

LEGENDA
Ibukota Provinsi
Ibukota Kabupaten
Kantor Kecamatan

Batas Provinsi
Batas Kabupaten
Batas Kecamatan

Wongkai

KEC. RATAHAN

Silian

Wiau

KEC. TOULUAAN

RANOKETANG

Jalan Arteri
Jalan Kolektor
Jalan Lokal
Jalan Lain

RATAHAN

TOMBATU
D. Buililin

Wio

Kuyanga

Winorangin
Rasi

Londola

Molompar
Liwutung

Tambelang

Garis Pantai

KEC. TOMBATU

Sungai

banga

100'00"

100'00"

KEC. PUSOMAEN

Tonsawang

Permukiman

Tatengesan

Lowotag

Lereng 2 - 15 %

Malompar

KEC. BELANG

KABUPATEN
MINAHASA SELATAN

Lereng 15 - 25 %

BELANG

Lereng 25 - 40 %

Lereng > 40 %
Ket : Klasifikasi lereng berdasarkan :
- Buku Pedoman Analisis Fisik dan Lingkungan untuk
Penyusunan Tata Ruang
- Permen PU No. 20/PRT/M/2007

KEC. RATATOTOK

Sumber :
- Peta Rupabumi Bakosurtanal, Skala 1 : 50.000
Tahun 1991 Lembar 2416 - 43, 2416 - 44, 2417 - 12
- Hasil Analisis

Indeks Lokasi
123

124

125

052'30"

Y
#

052'30"

L
A

A
L

U
U

T
K

U
1

KABUPATEN
BOLAANG MONGONDOW
Prov. Sulawesi Utara

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

Lereng 0 - 2 %

MINANGA

123

124

125

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
Satuan Kerja Pembinaan Penataan Ruang
Kawasan Sedang Berkembang
12430'00"

12437'30"

29

Gambar A-2

12445'00"

12452'30"

12500'00"

Contoh Peta Lereng (Kasus: Kabupaten Minahasa Tenggara)

3. DATA GEOLOGI

Jenis Data

Sumber Data

Kedalaman Data

Geologi Umum

Departemen ESDM

Peta Geologi tata


lingkungan

Geologi Wilayah

Departemen ESDM
Pengamatan
Lapangan

Geologi Permukaan

Penelitian Lapangan

Turunan peta
geologi Umum &
Pengecekan
Lapangan
Kondisi geologi
tanah permukaan
dan sebarannya
lateral dan
vertikal.

Acuan dalam Buku


Panduan
Sub Bab 2.2.3.1
Tabel 2.4
Gambar 2.5
Sub Bab 2.2.3.2
Tabel 2.5

Sub Bab 2.2.3.3


Tabel 2.6
Gambar 2.6

Untuk data geologi umum, bisa didapat dengan skala 1 : 250.000, walaupun dimungkinkan data
geologi wilayah dengan informasi yang lebih rinci dan dengan skala yang lebih besar.
Seringkali mengingat keterbatasan waktu dan biaya, maka peta geologi wilayah perencanaan
lebih bersifat geologi tinjau yang berpegang pada geologi umum, dan lebih menekankan pada
rincian karakteristik litologi dan struktur geologinya, dengan tidak mengabaikan stratigrafi serta
unsur-unsur geologi lainnya. Contoh data peta geologi dapat dilihat pada gambar-gambar
berikut ini.

30

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

JENIS BATUAN
Andesite
Basalt

Tepftra

Contoh Peta Jenis Batuan (Kasus: Kabupaten Minahasa Tenggara)


Peta JeniaGambar A-3
MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,
SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

Alluvium

31

32
MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,
SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

GEOLOGI
Tufa Tondano
Alluvium & Endapan Pantai
Endapan Danau dan Sungai
Batuan Gn api muda
Batuan Gn Api Pinogu
Batuan Gn Api Bilungala
Batugamping Ratatoto
Batuan Gn Api

Gambar A-4

Contoh Peta Formasi Geologi (Kasus: Kabupaten Minahasa Tenggara)

12430'00"

12437'30"

12445'00"

12452'30"

12500'00"

D A N A U
T O N D A N O

L A U T
S U L A W E S I

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG


KABUPATEN MINAHASA TENGGARA
PROVINSI SULAWESI UTARA

GEOLOGI
U

KABUPATEN
MINAHASA

KABUPATEN
MINAHASA SELATAN

6 Km

(Pada kertas A1 : 59,4 cm x 84,1 cm)

SKALA 1 : 100.000

17'30"

17'30"

LEGENDA
Ibukota Provinsi
Ibukota Kabupaten

Kantor Kecamatan
Batas Provinsi
Batas Kabupaten
Batas Kecamatan

Wongkai

KEC. RATAHAN

Silian

Wiau

KEC. TOULUAAN

RANOKETANG

Jalan Arteri
Jalan Kolektor
Jalan Lokal
Jalan Lain

RATAHAN

TOMBATU
D. Buililin

Wio
Kuyanga

Winorangin
Rasi

Londola

Molompar
Liwutung

Garis Pantai
Tambelang

KEC. TOMBATU

Sungai

banga

Permukiman

100'00"

100'00"

KEC. PUSOMAEN

Tonsawang
Tatengesan

Lowotag

Malompar

BELANG

KEC. RATATOTOK

QTv

Tufa Tondano

Qa

Alluvium dan Endapan pantai

Qs

Endapan Danau & Sungai

Qv

Batuan Gunung Api Muda

TQpv

Batuan Gunung Api Pinogu

Tmbv

Batuan Gunung Api Bilungala

Tml

Batu Gamping Ratatoto

Tmv

Batuan Gunung Api

052'30"

Sumber :
- Peta Rupabumi Bakosurtanal, Skala 1 : 50.000
Tahun 1991 Lembar 2416 - 43, 2416 - 44, 2417 - 12
- Peta Geologi dan Potensi bahan Galian Sulawesi Utara,
Departemen Pertambangan dan Energi Tahun 1995
052'30"

Indeks Lokasi
123

124

125

L
A

A
L

U
U

T
K

U
1

KABUPATEN
BOLAANG MONGONDOW

Prov. Sulawesi Utara

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

MINANGA

KEC. BELANG

KABUPATEN
MINAHASA SELATAN

123

124

125

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
Satuan Kerja Pembinaan Penataan Ruang
Kawasan Sedang Berkembang
12430'00"

12437'30"

33

Gambar A-5

12445'00"

12452'30"

12500'00"

Contoh Peta Geologi (Kasus: Kabupaten Minahasa Tenggara)

Peta jenis batuan pada Gambar A-3 di atas didapat dari Peta Geologi dan Potensi Bahan Galian
yang dikeluarkan oleh Departemen Pertambangan dan Energi, Tahun 1995. Peta tersebut
menggambarkan kondisi wilayah berdasarkan faktor litologi atau jenis batuan induk
pembentuknya. Sedangkan berdasarkan formasi batuan wilayah akan didapat peta formasi
geologi seperti terlihat pada Gambar A-4.
Untuk data penggunaan tanah eksisting, pada buku pedoman belum dijelaskan sumber data
ataupun cara mendapatkan datanya. Jenis tanah dapat dilihat pula dari data geologi, karena
jenis batuan induk tertentu akan menghasilkan jenis tanah tertentu pula. Peta jenis tanah ini
dapat dilihat dari peta sistem lahan yang diambil dari peta RePProT (Rencana Pengembangan
Proyek Transmigrasi) tahun 1997 seperti contoh pada Gambar A-6. berikut ini.

34

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

12430'00"

12437'30"

12445'00"

12452'30"

12500'00"

D A N A U
T O N D A N O

L A U T
S U L A W E S I

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG


KABUPATEN MINAHASA TENGGARA
PROVINSI SULAWESI UTARA

SEBARAN JENIS TANAH


U

KABUPATEN
MINAHASA

KABUPATEN
MINAHASA SELATAN

SKALA 1 : 100.000

6 Km

(Pada kertas A1 : 59,4 cm x 84,1 cm)

17'30"

17'30"

LEGENDA
Ibukota Provinsi
Ibukota Kabupaten

KEC. RATAHAN

Silian

Kantor Kecamatan
Batas Provinsi
Batas Kabupaten
Batas Kecamatan

Wongkai

Wiau

KEC. TOULUAAN

RANOKETANG

Jalan Arteri
Jalan Kolektor
Jalan Lokal
Jalan Lain

RATAHAN

TOMBATU
D. Buililin

Wio

Kuyanga

Winorangin
Rasi

Londola

Molompar
Liwutung

Garis Pantai
Tambelang

KEC. TOMBATU

Sungai

banga

100'00"

100'00"

KEC. PUSOMAEN

Tonsawang
Tatengesan

Lowotag

MINANGA
Malompar

BELANG

KEC. RATATOTOK

052'30"

Y
#

052'30"

Sumber :
- Peta Rupabumi Bakosurtanal, Skala 1 : 50.000
Tahun 1991 Lembar 2416 - 43, 2416 - 44, 2417 - 12
- Peta Tanah, Puslitanah Bogor skala 1 : 200.000
Indeks Lokasi
123

124

125

L
A

A
L

U
U

T
K

U
1

KABUPATEN
BOLAANG MONGONDOW

Prov. Sulawesi Utara

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

Dystropepts; Dystrandepts; Tropaquepts


Dystropepts; Humitropepts; Tropohumults
Dystropepts; Humitropepts; Tropudalfs
Dystropepts; Tropudults; Troperthents
Euntrandepts; Eutropepts
Eutropepts
Eutropepts; Dystrandept
Eutropepts; Eutrandepts
Humitropepts; Dystrandepts; Hydrandepts
Rendolls; Eutropepts
Sulfaquents; Hydraquents
Tropopsamments; Tropaquents
Tropudults; Dystropepts; Eutropepts

KEC. BELANG

KABUPATEN
MINAHASA SELATAN

Permukiman
JENIS TANAH

123

124

125

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
Satuan Kerja Pembinaan Penataan Ruang
Kawasan Sedang Berkembang
12430'00"

12437'30"

35

Gambar A-6

12445'00"

12452'30"

12500'00"

Contoh Peta Jenis Tanah (Kasus: Kabupaten Minahasa Tenggara)

4. DATA HIDROLOGI
Jenis Data
Air Permukaan

Sungai (DAS& WS)

Danau

Mata Air
Air Tanah

Air tanah Dangkal

Air tanah Dalam

Sumber Data

Instansi Pengairan
setempat
Peta Hidrologi BPN
Kedalaman sumur
penduduk

Ditjen Geologi &


Sumber daya
Mineral, Dep.
ESDM

Ditjen
Sumber daya Air
Dep. PU

Hasil Penelitian

Kedalaman Data
Dilengkapi data:

Pola Aliran

Arah Aliran

Debit air setiap


musim
Mutu & Kualitas Air

Acuan dalam Buku


Panduan
Sub Bab 2.2.4.1
Tabel 2.7
Gambar 2.7

Sub Bab 2.2.4.2


Gambar 2.8
Gambar 2.9

Data hidrologi merupakan data yang terkait dengan tata air yang ada, baik di permukaan
maupun di dalam tanah/bumi. Tata air yang berada di permukaan tanah dapat berbentuk
badan-badan air terbuka seperti sungai, kanal, danau/situ, mata air, dan laut. Sedangkan tata air
yang berada di dalam tanah (geohidrologi) dapat berbentuk aliran air tanah atau pun sungai
bawah tanah. Data tata air diperlukan untuk dapat melihat dan memperkirakan ketersediaan air
untuk suatu wilayah. Informasi yang dibutuhkan dari data hidrologi ini adalah kuantitas dan
kualitas air yang ada. Data kuantitas terkait dengan pola dan arah aliran serta debit air yang ada
dari masing-masing badan air. Sedangkan data kualitas terkait dengan mutu air (dilihat dari sifat
fisik, kimia dan biologi). Namun data yang terkait dengan kondisi hidrologi ini biasanya sukar
didapat karena harus melakukan pengambilan data primer/pengamatan langsung. Data
sekunder biasanya didapat dari instansi yang terkait dengan lingkungan dan PAM. Data umum
hidrologi yang biasa tersedia adalah peta lokasi badan air (sungai, danau, laut) yang dapat dilihat
dari peta rupabumi. Dari peta ini biasanya bisa didapat informasi wilayah sungai dan daerah
aliran sungai, termasuk pola dan arah alirannya.
Gambar Berikut ini merupakan contoh peta daerah aliran sungai yang terdapat pada suatu
wilayah. Lokasi DAS yang ada di wilayah ini dideliniasi dari peta rupabumi yang dikeluarkan oleh
Bakosurtanal.

36

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)


Abuang
Bangasu
Banger

Lowatag
Makalu
Malompar

Belang
Bentenan

Minanga
Palaus

Kalait
Kaluya

Pangu

Katayang
Kuala Nunuk
Lahendong
Liwutung

Ranoako
Ratahan
Tatengesan
Tilawat
Totok

Sumber:
- Peta Rupabumi Bakosurtanal, Skala 1 : 50.000
- Peta Lampiran UU No. 9 Tahun 2007
- Hasil Analisis

37

Gambar A-7

Contoh Peta Daerah Aliran Sungai/DAS (Kasus: Kabupaten Minahasa Tenggara)

5. DATA SUMBERDAYA MINERAL DAN BAHAN GALIAN

Jenis Data
Potensi Bahan Galian
Golongan C

Sumber daya lainnya


(minyak bumi, batu bara,
mineral logam)

Sumber Data
Departemen
ESDM
Analisis Peta
Geologi
Informasi Pemda
setempat
Departemen
ESDM
Informasi Pemda
setempat

Kedalaman Data
Peta jenis bahan
galian

Peta sumber daya


mineral

Acuan dalam Buku


Panduan
Sub Bab 2.2.5
Tabel 2.8

Sub Bab 2.2.5


Gambar 2.10
Tabel 2.8

Data sumber daya mineral dan bahan galian merupakan data lokasi dari berbagai jenis bahan
tambang dan galian yang ada di wilayah/kawasan perencanaan. Peta ini dapat diperoleh di
instansi terkait (misal: Departemen ESDM), pemerintah setempat yang telah
mengidentifikasinya, serta dari hasil analisis peta geologi berdasarkan jenis dan formasi batuan
pembentuk wilayah. Gambar A-8. berikut ini adalah contoh peta kawasan pertambangan yang
ada di suatu wilayah.

38

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

12430'00"

12437'30"

12445'00"

12452'30"

12500'00"

D A N A U
T O N D A N O

L A U T
S U L A W E S I

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG


KABUPATEN MINAHASA TENGGARA
PROVINSI SULAWESI UTARA

KAWASAN PERTAMBANGAN
DAN BAHAN GALIAN (EKSISTING)
U

KABUPATEN
MINAHASA

KABUPATEN
MINAHASA SELATAN

SKALA 1 : 100.000

6 Km

(Pada kertas A1 : 59,4 cm x 84,1 cm)

17'30"

17'30"

LEGENDA

T
$

Ibukota Provinsi
Ibukota Kabupaten

%
U
%
U

Batas Provinsi
Batas Kabupaten
Batas Kecamatan

KEC. RATAHAN

Silian

%
U

KEC. TOULUAAN

Kantor Kecamatan

Wongkai

RANOKETANG

Wiau

Jalan Arteri
Jalan Kolektor
Jalan Lokal
Jalan Lain

RATAHAN

TOMBATU
D. Buililin

Wio

Kuyanga

Winorangin
Rasi

Londola

Molompar
Liwutung

Tambelang

Garis Pantai

KEC. TOMBATU

Sungai

KEC. PUSOMAEN

banga

100'00"

100'00"

%
U

T
$

Tonsawang

Permukiman

Tatengesan

Lowotag

MINANGA

KEC. BELANG

Pasca Penutupan Tambang

Malompar

T
$

KABUPATEN
MINAHASA SELATAN

LOGAM MULIA
Emas (Au)

BELANG

T
$

T
$

MINERAL INDUSTRI
Barit, Batu Gamping, Batu Lempung, Belerang,
Bentonit, Posfat

%
U

BAHAN GALIAN BANGUNAN


Obsidian, Pasir, Andesit, Batu Paras,
Batu Apung, Granit, Batu dan Pasir, Tras

T
$
KEC. RATATOTOK
Basaan

T
$

Sumber :
- Peta Rupabumi Bakosurtanal, Skala 1 : 50.000
Tahun 1991 Lembar 2416 - 43, 2416 - 44, 2417 - 12
- Dit Geologi DEP-ESDM RI, Tahun 2005
- Dinas Pertambangan Prov. SULUT, Tahun 2006

RATATOTOK

052'30"

052'30"

Indeks Lokasi
123

124

125

L
A

A
L

U
U

T
K

U
1

KABUPATEN
BOLAANG MONGONDOW

Prov. Sulawesi Utara

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

KONTRAK KARYA PERTAMBANGAN

123

124

125

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
Satuan Kerja Pembinaan Penataan Ruang
Kawasan Sedang Berkembang
12430'00"

12437'30"

39

Gambar A-8

12445'00"

12452'30"

12500'00"

Contoh Peta Kawasan Pertambangan (Kasus: Kabupaten Minahasa Tenggara)

6. DATA BENCANA ALAM

Jenis Data

Sumber Data

Letusan Gunung Api

Informasi kondisi
geologi

Gempa Bumi

Informasi kondisi
geologi

Tanah Longsor

Informasi kondisi
geologi

Banjir

Informasi kondisi
topografi dan
klimatologi

Kedalaman Data
Tipologi
Kerawanan
bencana
Tipologi
Kerawanan
bencana
Tipologi
Kerawanan
bencana
Tipologi
Kerawanan
bencana

Acuan dalam Buku


Panduan
Sub Bab 2.2.6
Gambar 2.11
Gambar 2.11

Gambar 2.11

Gambar 2.11

Data bencana alam merupakan informasi penting yang harus dimiliki oleh wilayah/kawasan
perencanaan. Pendeliniasian serta penentuan tipologi wilayah berdasarkan kerawanan atas
bencana ini dapat dilihat lebih detil pada buku pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan
Letusan Gunung Berapi dan Kawasan Rawan Gempa Bumi serta buku pedoman Penataan Ruang
Kawasan Rawan Bencana Longsor. Dari masing-masing data/peta kerawanan (Gambar A-10
dan A-11) ditumpang tindih sehingga didapat peta kerawanan wilayah terhadap bencana alam
seperti terlihat pada contoh gambar berikut ini.

40

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

12430'00"

L
L

A
A

U
W

T
E

12437'30"

12445'00"

12452'30"

12500'00"

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG


KABUPATEN MINAHASA TENGGARA
PROVINSI SULAWESI UTARA

D A N A U
T O N D A N O
S

RAWAN BENCANA
U

KABUPATEN
MINAHASA

KABUPATEN
MINAHASA SELATAN

17'30"

17'30"

Kuntung Kawatak

Dungusan Soputan

Kuntung Potong

Z
$

6 Km

(Pada kertas A1 : 59,4 cm x 84,1 cm)

SKALA 1 : 100.000

LEGENDA

Kuntung Maim beng

Ibukota Provinsi
Ibukota Kabupaten

Pinus
Dungusan Potong
Kuntung Manimporok
Londola Incit
Pangu

Kuala Sapangk o

Londola Kelewaha
Kuala Palaus

Dungusan Keleweng

Dungusan Pas o

Kalatin

Kuala Kaluy a

Kantor Kecamatan

Kuala Lalaus
Kuala Pantuah

Batas Provinsi
Batas Kabupaten
Batas Kecamatan

Kuala Lahendong
Kuala Makalu

Londola M amaya
Kuala Kaw iwi

Londola Lim bale

Londola Bangasu

Silian Dua

Londoa Sue

KEC. RATAHAN

Silian Satu

Lobu

Kuala Ralih

Londola R anoak o

Low u 2

Ranoketangatas

Dungusan T otadel

KEC. TOULUAAN

Low u 1

Ratahan
Tosuraya

Luah Seledan

Luah Kaw elaan


Londola Lim bale
Londola M alebu

Dungusan T akalelang

Kuala Npung

Kuala Ropoa

Luah Sos ong

Luah Tutud

Tombato Tiga

Tombato Satu

Kuala Pula

Kuy anga

Wioi

Ranoako

Kuala Sinoran

Londola Lim bale


Dungusan Keneng
Mundung

Luah Derel

kuala T awang

Rasi
Kuala Muningkawok

Luah Us eban

Londola Sos oan

Kuala Palaus

Luah Kuy anga Winorangin

Londola T iwalai

Jalan Arteri
Jalan Kolektor
Jalan Lokal
Jalan Lain

R A T A H A N

Waw ali

Londola T utua
Tombatu Dua

Betelen

Kali

Londola Pinam angk ulan

Londola Lim bale

Tombatu

Luah Bulilin

Dungusan Kuni

Kuala Masew eng

Molompar D ua
Dungusan Bas ian

Molompar

Kuala Abuang

Liw utung 2
Liw utung

Tolombukan
Es andon
Molompar s atu

Garis Pantai

Kuala Banger

Liw utung 1
Liw utung 1

KEC. TOMBATU

Kuala Nunuk

Londoya Katayan

Tambelang

Kuala Molampar

Londala Yarorongan

Luah Lahendong

KEC. PUSOMAEN

Kuala Hais

Bunag

Kuala Kok or

Londola T iwalako

Sungai

Kuala Lahendong

Luah Mongkawok

100'00"

Londola T iwatak oDungusan Am burum alad

Maulit
Kuala Kok or

Dungusan Solas ang


Dungusan T hewe

Kuala Nunuk
Ponik i
Kuala Malompar

Kuala W ongangaan

Londola R anoak o

Kuala Hais
Kuala Sepel

Banga

Kuala Poniki

Som pini
Kuala Minanga
Tatengesan

Kuala Abuang

Y
#

Kuala W aw esan 1

Kuala Mongawo

Londola Suratkedong
Tonsawang
Low atag

Dungusan M okowatak

Dungusan Pongotitingan

Minanga

Kuala Malompar
Tababo

Kuala W aw esan 2

Londola M atuatuahKuala Totok

Dungusan Lem o

Rumput
Bak au

Tumbak

Watuliney

Londola Kas arengan


Beringin
Kuala W aw esan 2

Dungusan R antai

Dungusan Supit
Dungusan D ahera

Rawan bahaya Aliran Lava

Malompar

Kuala Kaanon

Kuala Binuang

Buk u

Rawan Banjir dan Gelombang Pasang

Dungusan Solinggoat

Kuala Binuang

Morea

Rawan Longsor

Kuala Morea
Teluk Manggadaging
Kuala Mangkit
Kuala Limpoga

Kuala Bas aan

KEC. RATATOTOK
Gunung Alas on

Sumber :
- Peta Rupabumi Bakosurtanal, Skala 1 : 50.000
Tahun 1991 Lembar 2416 - 43, 2416 - 44, 2417 - 12
- Peta Lampiran UU No. 9 Tahun 2007

Mangkit

Kuala Maaya
Bas aan

Kuala Monss alleleos

Kuala Monsalk awi


Kuala Dongit

Kuala Totok

052'30"

Ratatotok 1

Y
#

Pltd

052'30"

Ratatotok 2

Indeks Lokasi
12 3

12 4

12 5

Bak au

L
A

A
L

U
U

T
K

U
1

KABUPATEN
BOLAANG MONGONDOW

Prov. Sulawesi Utara

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

K E C.
TOMBATU

Dungusan Buk u

Dungusan M abiringan

Daerah WASPADA Gunung Api (Radius 8 Km)

Kuala Makalu

KEC. BELANG

Dungusan Kas arengan

Londola T ambaga

Pis a

KABUPATEN
MINAHASA SELATAN

Daerah BAHAYA Gunung Api (Radius 5 Km)

Z
$

Teluk Sompini

Kuala Palaus 2
Kuala Palaus 1
Kuala Banger

Tonbatu

Dungusan Surat

Z
$

Kuala Paneren

Dungusan Bok ason


Dungusan M ogoy unggung

Dungusan Lom angi

Minahas a

Sesar/Patahan

100'00"

Dungusan D okoliuan

Londola Lom angi

12 3

12 4

12 5

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
Satuan Kerja Pembinaan Penataan Ruang
Kawasan Sedang Berkembang
12430'00"

12437'30"

41

Gambar A-9

12445'00"

12452'30"

12500'00"

Contoh Peta Rawan Bencana (Kasus: Kabupaten Minahasa Tenggara)

42
MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,
SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

TIPOLOGI KAWASAN RAWAN BENCANA LETUSAN GUNUNG API


Tipe A (Tingkat Resiko Rendah)
Tipe B (Tingkat Resiko Sedang)
Tipe C (Tingkat Resiko Tinggi)
Pemukiman

Sumber:
- Peta Rupabumi Bakosurtanal, Skala 1 : 50.000
- Hasil Analisa

Gambar A-10

Contoh Peta Tipologi Kerawanan Gunung Berapi (Kasus: Kabupaten Minahasa Tenggara)

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

LOKASI BANJIR DAN LONGSOR 2007


Longsor

Banjir

Sumber:
- Peta Rupabumi Bakosurtanal, Skala 1 : 50.000
- Peta Lampiran UU No. 9 Tahun 2007

43

Gambar A-11

Contoh Peta Rawan Banjir dan Longsor (Kasus: Kabupaten Minahasa Tenggara)

7. DATA PENGGUNAAN LAHAN

Jenis Data

Sumber Data

Kedalaman Data

Acuan dalam Buku


Panduan

Luas Permukiman

Peta Rupa Bumi

Peta Penggunaan

Sub Bab 2.2.7

Luas Perdagangan

Pengamatan

Lahan (Land Use)

Tabel 2.9

Luas Industri
Luas Sawah

Lapang

Gambar 2.12

Peta citra satelit,

Luas Kebun

ICONOS

Luas Hutan

Foto udara

Luas Rawa
Luas Danau, sungai,
kolam
Luas Tambak
Luas penggunaan lainnya

Data penggunaan lahan (Land Use) didapat dari kombinasi berbagai data dan peta seperti:
Peta Rupabumi (terdapat informasi lahan permukiman, sawah, kebun/tegalan, hutan, rawa,
danau, sungai)
Peta citra satelit (terdapat informasi penutupan lahan yang dapat dibedakan karakter
vegetasi dan non vegetasi)
Peta foto udara (terdapat informasi yang lebih detil seperti kawasan perumahan,
perdagangan/perniagaan, industri, sawah/ladang, perkebunan, hutan, kolam, tambak, dan
lainnya)
Pengamatan lapang (observasi) dan informasi/wawancara masyarakat secara langsung.
Berikut ini merupakan contoh informasi penggunaan lahan yang ada di suatu wilayah.

44

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

12430'00"

12437'30"

12445'00"

12452'30"

12500'00"

D A N A U
T O N D A N O

L A U T
S U L A W E S I

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG


KABUPATEN MINAHASA TENGGARA
PROVINSI SULAWESI UTARA

PENGGUNAAN TANAH
U

KABUPATEN
MINAHASA

KABUPATEN
MINAHASA SELATAN

SKALA 1 : 100.000

6 Km

(Pada kertas A1 : 59,4 cm x 84,1 cm)

17'30"

17'30"

LEGENDA
Ibukota Provinsi
Ibukota Kabupaten
Kantor Kecamatan

Batas Provinsi
Batas Kabupaten
Batas Kecamatan

Wongkai

KEC. RATAHAN

Silian

Wiau

KEC. TOULUAAN

RANOKETANG

Jalan Arteri
Jalan Kolektor
Jalan Lokal
Jalan Lain

RATAHAN

TOMBATU
D. Buililin

Wio

Kuyanga

Londola

Winorangin
Rasi

Molompar
Liwutung

Tambelang

Garis Pantai

KEC. TOMBATU

Sungai

banga

100'00"

100'00"

KEC. PUSOMAEN

Tonsawang

Permukiman
Penggunaan Tanah di Kabupaten Minahasa Tenggara :

MINANGA

KEC. BELANG
Malompar

KABUPATEN
MINAHASA SELATAN

Alang-alang

Perkebunan rakyat

Hutan belukar

Rawa

Hutan lebat

Sawah 2x padi/thn

Hutan sejenis alami

Semak

Padang rumput

Sungai/danau

Pemakaman umum/kuburan

Tambak

Perkampungan

Tegalan

BELANG

KEC. RATATOTOK
Sumber :
- Peta Rupabumi Bakosurtanal, Skala 1 : 50.000
Tahun 1991 Lembar 2416 - 43, 2416 - 44, 2417 - 12
- Citra Landsat TM7 , Pathrow 112-59 , 5 November 2005
- Survey Lapang Tahun 2008

Indeks Lokasi
123

124

125

052'30"

Y
#

052'30"

L
A

A
L

U
U

T
K

U
1

KABUPATEN
BOLAANG MONGONDOW
Prov. Sulawesi Utara

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

Tatengesan

Lowotag

123

124

125

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
Satuan Kerja Pembinaan Penataan Ruang
Kawasan Sedang Berkembang
12430'00"

12437'30"

45

Gambar A-12

12445'00"

12452'30"

12500'00"

Contoh Peta Penggunaan Tanah (Kasus: Kabupaten Minahasa Tenggara)

8. DATA STUDI FISIK/LINGKUNGAN YANG ADA/PERNAH DILAKUKAN

Jenis Data
Studi fisik/lingkungan

Sumber Data

Dinas Tata Kot a

Kedalaman Data
Peta peruntukan

Acuan dalam Buku


Panduan
Sub Bab 2.2.8

lahan

Hasil penelitian

Peta daya dukung


lahan

Data-data yang ada dan dihasilkan dari studi-studi ini dapat menjadi data pendukung yang
diperlukan dalam menganalisis aspek fisik dan lingkungan. Dengan begitu, penting untuk
mengumpulkan berbagai studi terkait sebagai bahan referensi dan dalam mempertajam hasil
analisis yang dilakukan.

9. DATA KEBIJAKAN PENGEMBANGAN FISIK YANG ADA

Jenis Data

Sumber Data

Kedalaman Data

Kebijakan

Pemerintah

Bahan pertimbangan

Penggunaan Lahan

Pemerintah

dalam membuat

Daerah

Acuan dalam Buku


Panduan
Sub Bab 2.2.9

rekomendasi kesesuaian
lahan

Data kebijakan pengembangan fisik ini terkait dengan berbagai program dan kebijakan
Pemerintah dan Pemerintah Daerah setempat dalam pemanfaatan ruang. Misalnya:
berbagai program pertanian untuk pengembangan komoditas tertentu dapat dilaksanakan
pada lahan-lahan yang sesuai secara fisik dan kondisi agroklimat yang ada di
wilayah/kawasan perencanaan.
Program pembangunan perumahan dari pemerintah dapat dilaksanakan pada lahan-lahan
yang sesuai untuk peruntukan pembangunan rumah.
Dan sebagainya.

46

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN

Jenis Analisis:
1. SKL Morfologi
2. SKL Kemudahan
Dikerjakan
3. SKL Kestabilan Lereng
4. SKL Kestabilan Pondasi
5. SKL Ketersediaan Air
6. SKL Untuk Drainase
7. SKL Terhadap Erosi
8. SKL Pembuangan
Limbah

SKL
SKL
SKL
SKL
SKL
SKL

KL

SKL
SKL
SKL

ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN

Analisis Kemampuan Lahan merupakan langkah yang harus dilakukan setelah


tahap pengumpulan data sebelumnya yang telah dilakukan.

Sebelum memulai langkah penyusunan masing-masing SKL, maka perlu diketahui terlebih
dahulu beberapa parameter penting yang digunakan, yaitu:
KETINGGIAN
Peta ketinggian dibuat dari peta topografi yang bersumber dari peta topografi dengan skala
terbesar yang tersedia, yang dapat diperoleh pada instansi: Badan Koordinasi Survei dan
Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL), Badan Pertanahan Nasional (BPN), Direktorat TopografiTNI Angkatan Darat, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral Departemen Energi
dan Sumber Daya Mineral, dan instansi terkait lainnya.
Kelas ketinggian dapat dibuat dengan membagi wilayah studi dari titik minimum hingga titik
tertinggi menjadi beberapa kelas yang diinginkan.
MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,
SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

47

LERENG
Peta lereng diturunkan dari peta topografi, karena penataan ruang dan peruntukannya banyak
sekali ditentukan oleh kondisi kemiringan suatu wilayah. Demikian juga pengembangan jaringan
utilitas sangat dipengaruhi oleh kondisi lereng ini. Peta ini memuat pembagian atau klasifikasi
kelas lereng di wilayah dan/atau kawasan perencanaan atas beberapa kelas. Berikut ini adalah
adalah kelas lereng yang biasa dipakai dalam penyusunan rencana tata ruang:
1) Lereng 0 % - 2%
2) Lereng > 2% - 5%
3) Lereng > 5% - 15%
4) Lereng > 15% - 40%
5) Lereng > 40%
(Klasifikasi lereng dapat disesuaikan dengan kondisi lereng wilayah kegiatan)
MORFOLOGI
Gunung/Gunung Berapi:
Satuan tubuh gunung/gunung berapi ini hampir sama dengan satuan morfologi perbukitan, dan
umumnya merupakan sub satuan perbukitan sedang hingga terjal, namun membentuk kerucut
tubuh gunung/gunung berapi. Satuan tubuh gunung/gunung berapi ini perlu dipisahkan dari
satuan perbukitan, karena tubuh gunung/gunung berapi mempunyai karakterisitk tersendiri
dan berbeda dari perbukitan umumnya, seperti banyak dijumpai mata air, kandungankandungan gas beracun, dan sumber daya mineral lainnya yang khas gunung/gunung berapi.
Bukit/Perbukitan:
Satuan morfologi perbukitan adalah bentuk bentang alam yang memperlihatkan relief baik
halus maupun kasar, serta membentuk bukit-bukit dengan kemiringan lereng yang bervariasi.
Secara lebih rinci, satuan morfologi perbukitan dapat dibagi lagi atas tiga sub satuan, yakni :
Sub satuan morfologi perbukitan landai dengan kemiringan lereng antara 5% - 15% dan
memperlihatkan relief halus;
Sub satuan morfologi perbukitan sedang dengan kemiringan lereng berkisar antara 15% 40% dan memperlihatkan relief sedang, dan
Sub satuan morfologi perbukitan terjal dengan kemiringan lebih dari 40% dan
memperlihatkan relief kasar.
Datar/Dataran:
Satuan morfologi dataran adalah bentuk bentang alam yang didominasi oleh daerah yang relatif
datar atau sedikit bergelombang, dengan kisaran kelas lereng 0% - 5%. Lebih rinci lagi satuan
morfologi dataran ini dapat dibedakan atas dua sub satuan, yakni:
Sub satuan morfologi dataran berkisar antara 0% - 2%; dan
Sub satuan morfologi medan bergelombang dengan kisaran kelas lereng lebih dari 2% hingga
5%.

48

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

GEOLOGI
Data geologi yang diperlukan dalam analisis aspek fisik dan lingkungan terdiri dari tiga bagian,
yakni data geologi umum, data geologi wilayah, dan data geologi permukaan.
Data geologi umum diperlukan untuk mengetahui kondisi fisik secara umum, terutama pada
batuan dasar yang akan menjadi tumpuan dan sumber daya alam wilayah ini, serta beberapa
kemungkinan bencana yang bisa timbul akibat kondisi geologinya atau lebih dikenal dengan
bencana alam beraspek geologi. Data geologi ini mencakup stratigrafi uraian litologinya, struktur
geologi, serta penampang-penampang geologi.
Peta geologi wilayah memuat semua unsur geologi seperti yang dikehendaki pada geologi
umum, hanya lebih terinci yang kemungkinan akan berbeda dari peta geologi umum, karena
dilakukan penelitian pada skala lebih besar. Mengingat keterbatasan waktu dan biaya, maka
peta geologi wilayah perencanaan ini lebih bersifat geologi tinjau yang berpegang pada geologi
umum, dan lebih menekankan pada rincian karakteristik litologi dan struktur geologinya, dan
tentunya dengan tidak mengabaikan stratigrafi serta unsur-unsur geologi lainnya.
Data geologi permukaan adalah kondisi geologi tanah/batu yang ada di permukaan dan
sebarannya baik lateral maupun vertikal hingga kedalaman batuan dasar serta sifat-sifat
keteknikan tanah/batu tersebut, dalam kaitannya untuk menunjang pengembangan kawasan.
Data geologi permukaan hanya dapat diperoleh dari penelitian lapangan (data primer), dengan
penyebaran vertikal diperoleh berdasarkan hasil pemboran dangkal. Sifat keteknikan dengan
keterbatasan biaya dan waktu penelitian hanya dapat disajikan berupa pengamatan
megaskopis, kecuali daya dukung tanah/batu yang dapat dipertajam dari hasil pengujian sondir.
AIR TANAH
Data air tanah dapat dipisahkan atas air tanah dangkal dan air tanah dalam, yang masing-masing
diupayakan diperoleh besaran potensinya. Air tanah dangkal adalah air tanah yang umum
digunakan oleh masyarakat sebagai sumber air bersih berupa sumur-sumur, sehingga untuk
mengetahui potensi air tanah bebas ini perlu diketahui kedalaman sumur-sumur penduduk, dan
kemudian dikaitkan dengan sifat fisik tanah/batunya dalam kaitannya sebagai pembawa air.
Selain besarannya, air tanah ini perlu diketahui mutunya secara umum, dan kalau
memungkinkan hasil pengujian mutu air dari laboratorium.
AIR TANAH DALAM (GEOHIDROLOGI)
Data air tanah dapat dipisahkan atas air tanah dangkal dan air tanah dalam, yang masing-masing
diupayakan diperoleh besaran potensinya. Air tanah dalam adalah air pada akuifer yang berada
diantara dua lapisan batuan geologis tertentu, yang menerima resapan air dari bagian hulunya.
PP No. 82/2001 tentang Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Selain besarannya, air
tanah ini perlu diketahui mutunya secara umum, dan kalau memungkinkan hasil pengujian mutu
air dari laboratorium.
MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,
SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

49

HIDROLOGI & KLIMATOLOGI


Untuk data hidrologi, yang dibutuhkan adalah: pola aliran dan karakteristik sungai, serta debit
air sungai. Untuk data klimatologi, data yang dibutuhkan untuk analisa SKL adalah : curah hujan,
serta kecepatan dan arah angin.
PENGGUNAAN LAHAN
Penggunaan lahan didapat dari citra satelit tahun terakhir yang bisa didapat. Dari hasil
interpretasi citra satelit ini, lengkapi pula cara dengan groundcheck dan survei lapangan.
DATA BENCANA ALAM
Data bencana alam untuk mengetahui sejarah dan potensi bancana alam di wilayah studi. Data
tersebut adalah: bencana gunung api, gempa bumi, gelombang pasang/tsunami, dan banjir atau
daerah tergenang.
1. ANALISIS SATUAN KEMAMPUAN LAHAN (SKL) MORFOLOGI
Tujuan analisis
Memilah bentuk bentang alam/
morfologi pada wilayah dan/atau
kawasan perencanaan yang mampu
untuk dikembangkan sesuai dengan
fungsinya

Data yang
dibutuhkan
Peta Morfologi
Peta
Kemiringan
Lahan
Pengamatan
Lapang

Keluaran
Peta SKL
Morfologi

Acuan dalam Buku


Panduan
Sub Bab 2.3.1
Gambar 2.13

Potensi &
Kendala untuk
tiap kelas
Morfologi

Langkah Pelaksanaan
1) Hitung kemiringan lereng wilayah perencanaan secara terinci dari peta topografi, dan
sesuaikan/pertajam dengan hasil pengamatan lapangan, dengan pembagian seperti yang
disyaratkan pada kompilasi data.
2) Dalam kasus tidak tersedia peta topografi yang memadai, kemiringan lereng ditentukan
berdasarkan pengamatan langsung di lapangan dan plotting pada peta dasar (peta ini adalah
merupakan peta sketsa kemiringan lereng).
3) Tentukan satuan-satuan morfologi yang membentuk wilayah perencanaan berdasarkan peta
topografi dan atau peta kemiringan lereng tersebut.
4) Tentukan tingkatan kemampuan lahan morfologi berdasarkan peta-peta hasil analisis di atas,
dan persyaratan atau batasan yang diharapkan pada pengembangan kawasan.
5) Deskripsikan potensi dan kendala morfologi masing-masing tingkatan SKL Morfologi
tersebut

50

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

Parameter (Data Masukan) :


Peta Morfologi
Peta Lereng
Hasil Pengamatan

MORFOLOGI
Gunung/Pegunungan
dan Bukit/Perbukitan
Gunung/Pegunungan
dan Bukit/Perbukitan

LERENG

HASIL
PENGAMATAN

> 40 %

(Groundcheck /
Survei Lapangan)

25 - 40 %

Bukit/Perbukitan

15 - 25 %

Datar

2 - 15 %

Datar

0-2%

SKL MORFOLOGI
Kemampuan lahan dari morfologi
tinggi
Kemampuan lahan dari morfologi
cukup
Kemampuan lahan dari morfologi
sedang
Kemampuan lahan dari morfologi
kurang
Kemampuan lahan dari morfologi
rendah

NILAI
1
2
3
4
5

SKL Morfologi
Morfologi berarti bentang alam. Kemampuan lahan dari morfologi tinggi berarti kondisi
morfologis suatu kawasan kompleks. Morfologi kompleks berarti bentang alamnya berupa
gunung, pegunungan, dan bergelombang. Akibatnya, kemampuan pengembangannnya sangat
rendah sehingga sulit dikembangkan dan atau tidak layak dikembangkan. Lahan seperti ini
sebaiknya direkomendasikan sebagai wilayah lindung atau budi daya yang tak berkaitan dengan
manusia, contohnya untuk wisata alam. Morfologi tinggi tidak bisa digunakan untuk peruntukan
ladang dan sawah. Sedangkan kemampuan lahan dari morfologi rendah berarti kondisi
morfologis tidak kompleks. Ini berarti tanahnya datar dan mudah dikembangkan sebagai tempat
permukiman dan budi daya.

Perhatikan..!!
Penghitungan/pengamatan kemiringan lereng harus dilakukan dengan teliti,
karena beberapa analisis satuan kemampuan lahan menggunakan
kemiringan lereng ini sebagai salah satu masukannya.

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

51

52

12430'00"

12437'30"

12445'00"

12452'30"

12500'00"

D A N A U
T O N D A N O

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG


KABUPATEN MINAHASA TENGGARA
PROVINSI SULAWESI UTARA

SKL MORFOLOGI
U

KABUPATEN
MINAHASA

KABUPATEN
MINAHASA SELATAN

6 Km

SKALA 1 : 100.000 (Pada kertas A1 : 59,4 cm x 84,1 cm)

17'30"

17'30"

LEGENDA
Ibukota Provinsi
Ibukota Kabupaten
Kantor Kecamatan

Batas Provinsi
Batas Kabupaten
Batas Kecamatan

Wongkai

KEC. RATAHAN

Silian

Wiau

KEC. TOULUAAN

RANOKETANG

Jalan Arteri
Jalan Kolektor
Jalan Lokal
Jalan Lain

RATAHAN

TOMBATU
D. Buililin

Wio

Kuyanga

Winorangin
Rasi

Londola

Molompar
Liwutung

Tambelang

Garis Pantai

KEC. TOMBATU

Sungai

100'00"

KEC. PUSOMAEN

banga

100'00"

Tonsawang

Permukiman

Tatengesan

Lowotag

Warna

SKL Morfologi

MINANGA

KEC. BELANG
Malompar

KABUPATEN
MINAHASA SELATAN

Luas (Ha)

Kemampuan Lahan dari


Morfologi Tinggi

9.381,33

13,20

Kemampuan Lahan dari


Morfologi Cukup

22.117,91

31,12

Kemampuan Lahan dari


Morfologi Sedang

25.672,65

36,12

Kemampuan Lahan dari


Morfologi Kurang

10.798,38

15,19

Kemampuan Lahan dari


Morfologi Rendah

3.109,73

4,37

71.080,0

100

BELANG

KEC. RATATOTOK

Total

Sumber :
- Peta Rupabumi Bakosurtanal, Skala 1 : 50.000
Tahun 1991 Lembar 2416 - 43, 2416 - 44, 2417 - 12
- Permen PU No. 20/PRT/M/2007
- Hasil Analisis
052'30"

Y
#

Indeks Lokasi
123

124

125

052'30"

L
A

A
L

U
U

T
K

U
1

M
KABUPATEN
BOLAANG MONGONDOW

Prov. Sulawesi Utara

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

L A U T
S U L A W E S I

123

124

125

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
Satuan Kerja Pembinaan Penataan Ruang
Kawasan Sedang Berkembang
12430'00"

12437'30"

Gambar A-13

12445'00"

12452'30"

12500'00"

Contoh Peta SKL Morfologi (Kasus: Kabupaten Minahasa Tenggara)

2. ANALISIS SATUAN KEMAMPUAN LAHAN (SKL) KEMUDAHAN DIKERJAKAN

Tujuan analisis
Untuk mengetahui tingkat
kemudahan lahan di wilayah
dan/atau kawasan untuk
digali/dimatangkan dalam
proses pembangunan/
pengembangan kawasan

Data yang
dibutuhkan
Peta-peta:

Topografi

Morfologi

Kemiringan
Lereng

Geologi

Geologi
Permukaan

Penggunaan
Lahan saat ini

Keluaran

Peta SKL
Kemudahan
Dikerjakan

Potensi &
kendalan
pengerjaan untuk
tiap SKL

Metode
pengerjaan yang
sesuai untuk tiap
SKL

Sub Bab 2.32


Gambar 2.14

Langkah Pelaksanaan
1) Tentukan tingkat kekerasan batuan berdasarkan peta topografi, peta geologi, peta
penggunaan lahan yang ada saat ini, dan sesuaikan dengan data geologi permukaan yang
merupakan hasil pengamatan langsung di lapangan.
2) Tentukan kemudahan pencapaian berdasarkan peta morfologi, peta kemiringan lereng,
dan penggunaan lahan yang ada saat ini.
3) Tentukan tingkat kemudahan dikerjakan berdasarkan kedua hal tersebut di atas, lengkap
dengan deskripsi masing-masing tingkatan.

Perhatikan..!!
Ketelitian data geologi permukaan serta penentuan lokasi pengeboran akan
sangat menentukan ketepatan analisis tingkat kemudahan dikerjakan ini.

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

53

3. ANALISIS SATUAN KEMAMPUAN LAHAN (SKL) KESTABILAN LERENG


Tujuan analisis
Untuk mengetahui
tingkat kemantapan
lereng di wilayah/
kawasan
pengembangan
dalam menerima
beban.

Data yang dibutuhkan

Keluaran

1. Peta-peta:
Peta SKL Kestabilan
Topografi
Lereng
Morfologi
Daerah lereng yang
aman untuk
Kemiringan Lereng
dikembangkan sesuai
Geologi
dgn fungsi kawasan
Geologi Permukaan
Penggunaan Lahan saat Batasan
pengembangan pada
ini
tiap tingkat
Curah hujan
kestabilan lereng
2. Karakteristik Air tanah
dangkal
3. Data bencana alam

Acuan dalam
Buku Panduan
Sub Bab 2.3.3
Gambar 2.15

Langkah Pelaksanaan
1) Tentukan dahulu daerah yang diperkirakan mempunyai lereng tidak stabil dari peta
topografi, morfologi, dan kemiringan lereng.
2) Pertajam perkiraan di atas dengan memperhatikan kondisi geologi daerah-daerah tersebut.
3) Kaitkan hasil analisis di atas dengan kondisi geologi permukaan serta pengamatan lapangan,
dan karakteristik air tanah dangkalnya.
4) Perhatikan penggunaan lahan yang ada saat ini pada daerah tersebut apakah bersifat
memperlemah lereng atau tidak.
5) Bila sudah ada hasil penelitian mengenai bencana gerakan tanah di wilayah ini, maka daerah
yang rawan bencana adalah daerah yang mempunyai lereng tidak stabil, dan ini merupakan
masukan langsung bagi SKL Kestabilan Lereng.
6) Amati kondisi kegempaan di wilayah ini, karena gempa akan memperlemah kestabilan
lereng.
7) Tentukan tingkat kestabilan lereng di wilayah ini serta deskripsi masing-masing tingkat
tersebut berdasarkan tahapan-tahapan di atas.
Parameter (Data Masukan) :
1 Peta Morfologi
2 Peta Lereng
3 Peta Ketinggian
4 Peta Geologi
5 Peta Air Tanah
6 Peta Curah Hujan
7 Peta Penggunaan tanah

54

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

AIR
CURAH
TANAH
HUJAN
DANGKAL

MORFOLOGI

LERENG

KETINGGIAN

Gunung/
Pegunungan dan
Bukit/Perbukitan

> 40 %

Tinggi

(sama)

Gunung/
Pegunungan dan
Bukit/Perbukitan

25 - 40
%

Cukup
Tinggi

(sama)

Bukit/Perbukitan

15 - 25 %

Sedang

(sama)

Semua

Datar

2 - 15 %

Rendah

(sama)

Semua

Datar

0-2%

Sangat
Rendah

(sama)

Semua

GEOLOGI

PENGGUNAAN LAHAN
Semak,
Belukar,
Ladang
Kebun,
Hutan,
Hutan
Belukar

SKL KESTABILAN
LERENG
Kestabilan
Lereng
Rendah

NILAI

Kestabilan
Lereng
Kurang

Kestabilan
Lereng
Sedang

Kestabilan
Lereng
Tinggi

4
5

SKL Kestabilan Lereng


Kestabilan lereng artinya wilayah tersebut dapat dikatakan stabil atau tidak kondisi lahannya
dengan melihat kemiringan lereng di lahan tersebut. Bila suatu kawasan disebut kestabilan
lerengnya rendah, maka kondisi wilayahnya tidak stabil. Tidak stabil artinya mudah longsor,
mudah bergerak yang artinya tidak aman dikembangkan untuk bangunan atau permukiman dan
budi daya. Kawasan ini bisa digunakan untuk hutan, perkebunan dan resapan air. Sebenarnya,
satu SKL saja tidak bisa menentukan peruntukan lahan apakah itu untuk pertanian,
permukiman, dll. Peruntukan lahan didapatkan setelah semua SKL ditampalkan (overlay) lagi.

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

55

56

12430'00"

12437'30"

12445'00"

12452'30"

12500'00"

D A N A U
T O N D A N O

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG


KABUPATEN MINAHASA TENGGARA
PROVINSI SULAWESI UTARA

SKL KESTABILAN LERENG


U

KABUPATEN
MINAHASA

KABUPATEN
MINAHASA SELATAN

SKALA 1 : 100.000

6 Km

(Pada kertas A1 : 59,4 cm x 84,1 cm)

17'30"

17'30"

LEGENDA
Ibukota Provinsi
Ibukota Kabupaten
Kantor Kecamatan

Batas Provinsi
Batas Kabupaten
Batas Kecamatan

Wongkai

KEC. RATAHAN

Silian

Wiau

KEC. TOULUAAN

RANOKETANG

RATAHAN

TOMBATU
D. Buililin

Jalan Arteri
Jalan Kolektor
Jalan Lokal
Jalan Lain

Wio

Kuyanga

Winorangin
Rasi

Londola

Molompar
Liwutung

Tambelang

Garis Pantai

KEC. TOMBATU

100'00"

KEC. PUSOMAEN

banga

Sungai
100'00"

Tonsawang

Permukiman

Tatengesan

Lowotag

Warna

MINANGA

KEC. BELANG
Malompar

KABUPATEN
MINAHASA SELATAN

BELANG

SKL Kestabilan Lereng

Luas (Ha)

Kestabilan Lereng Rendah

9.556,11

13,44

Kestabilan Lereng Kurang

46.802,21

65,84

Kestabilan Lereng Sedang

11.543,25

16,24

Kestabilan Lereng Tinggi

3.178,43

4,47

Total

71.080,0

100

KEC. RATATOTOK

Sumber :
- Peta Rupabumi Bakosurtanal, Skala 1 : 50.000
Tahun 1991 Lembar 2416 - 43, 2416 - 44, 2417 - 12
- Permen PU No. 20/PRT/M/2007
- Hasil Analisis
052'30"

Y
#

Indeks Lokasi
123

124

125

052'30"

L
A

A
L

U
U

T
K

U
1

M
KABUPATEN
BOLAANG MONGONDOW

Prov. Sulawesi Utara

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

L A U T
S U L A W E S I

123

124

125

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
Satuan Kerja Pembinaan Penataan Ruang
Kawasan Sedang Berkembang
12430'00"

12437'30"

Gambar A-14

12445'00"

12452'30"

12500'00"

Contoh Peta Kestabilan Lereng (Kasus: Kabupaten Minahasa Tenggara)

4. ANALISIS SATUAN KEMAMPUAN LAHAN (SKL) KESTABILAN PONDASI

Tujuan analisis
Mengetahui tingkat
kemampuan lahan
untuk mendukung
bangunan berat
dalam
pengembangan
perkotaan, serta
jenis-jenis pondasi
yang sesuai untuk
masing-masing
tingkatan

Data yang dibutuhkan


1. Peta-peta:
Kestabilan Lereng
Geologi
Geologi Permukaan
Penggunaan Lahan saat
ini
2. Karakteristik Air tanah
dangkal

Keluaran
Peta SKL Kestabilan
Pondasi
Gambaran daya
dukung tanah
Deskripsi tingkat
kestabilan pondasi
Perkiraan jenis
pondasi untuk tiap
tingkatan kestabilan
pondasi

Acuan dalam
Buku Panduan
Sub Bab 2.3.4
Gambar 2.16

Langkah Pelaksanaan
1) Pisahkan daerah-daerah yang berlereng tidak stabil, karena daerah ini merupakan juga
daerah yang memiliki kestabilan pondasi rendah.
2) Perhatikan kondisi geologi yang akan memperlemah daya dukung tanah, seperti: struktur
geologi, dan bantuan yang mempunyai daya dukung lemah (gambut, batu gamping, dan
lain-lain).
3) Kaitkan dengan kondisi geologi permukaan, yang memperlihatkan sifat fisik dan nilai
konus/daya dukung masing-masing jenis tanah.
4) Perhatikan karakteristik air tanah dangkal, terutama kedalaman muka air tanah, dan
pengaruh penyusupan air laut (terjadi salinasi).
5) Perhatikan penggunaan lahan yang ada saat ini, apakah ada yang bersifat memperlemah
daya dukung tanah, seperti penggalian bahan galian C yang tidak beraturan.
Parameter (Data Masukan):
1 Peta Kestabilan lereng
2 Peta Geologi
3 Karakteristik Air tanah dangkal
4 Peta Penggunaan tanah

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

57

SKL KESTABILAN
LERENG
Kestabilan
Lereng Rendah
Kestabilan
Lereng Kurang
Kestabilan
Lereng Sedang
Kestabilan
Lereng Tinggi

GEOLOGI

AIR
TANAH
DANGKAL

PENGGUNAAN
LAHAN
Semak, Belukar,
Ladang
Kebun, Hutan,
Hutan Belukar
Semua
Semua
Semua

SKL KESTABILAN PONDASI

NILAI

Daya Dukung dan Kestabilan


Pondasi Rendah

Daya Dukung dan kestabilan


pondasi Kurang

Daya Dukung dan Kestabilan


pondasi tinggi

2
3
4
5

SKL Kestabilan Pondasi


Kestabilan pondasi artinya kondisi lahan/wilayah yang mendukung stabil atau tidaknya suatu
bangunan atau kawasan terbangun. SKL ini diperlukan untuk memperkirakan jenis pondasi
wilayah terbangun. Kestabilan pondasi tinggi artinya wilayah tersebut akan stabil untuk pondasi
bangunan apa saja atau untuk segala jenis pondasi. Kestabilan pondasi rendah berarti wilayah
tersebut kurang stabil untuk berbagai bangunan. Kestabilan pondasi kurang berarti wilayah
tersebut kurang stabil, namun mungkin untuk jenis pondasi tertentu, bisa lebih stabil, misalnya
pondasi cakar ayam.

Perhatikan..!!
1) Penentuan lokasi pemboran dan sondir yang tepat akan membantu
ketelitian analisis kestabilan pondasi ini.
2) Bangunan berat/tinggi yang sudah ada di salah satu tempat bukan
merupakan indikasi daerah tersebut mempunyai kestabilan pondasi tinggi.

58

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

12430'00"

12437'30"

12445'00"

12452'30"

12500'00"

D A N A U
T O N D A N O

L A U T
S U L A W E S I

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG


KABUPATEN MINAHASA TENGGARA
PROVINSI SULAWESI UTARA

SKL KESTABILAN PONDASI


U

KABUPATEN
MINAHASA
3

KABUPATEN
MINAHASA SELATAN

SKALA 1 : 100.000

6 Km

(Pada kertas A1 : 59,4 cm x 84,1 cm)

17'30"

17'30"

LEGENDA
Ibukota Provinsi
Ibukota Kabupaten

Kantor Kecamatan
Batas Provinsi
Batas Kabupaten
Batas Kecamatan

Wongkai

KEC. RATAHAN

Silian

Wiau

KEC. TOULUAAN

RANOKETANG

RATAHAN

TOMBATU
D. Buililin

Jalan Arteri
Jalan Kolektor
Jalan Lokal
Jalan Lain

Wio

Kuyanga

Winorangin
Rasi

Londola

Molompar
Liwutung

Tambelang

KEC. TOMBATU

Garis Pantai

banga

Sungai
100'00"

Tonsawang

Permukiman

Tatengesan

Lowotag

MINANGA

Warna

Luas (Ha)

Daya Dukung dan Kestabilan


Pondasi Tinggi

5.009,91

7,05

Daya Dukung dan Kestabilan


Pondasi Kurang

46.559,47

65,50

Daya Dukung dan Kestabilan


Pondasi Rendah

19.510,62

27,45

71.080,0

100

SKL Kestabilan Pondasi

Malompar

KEC. BELANG

KABUPATEN
MINAHASA SELATAN

BELANG

Total

KEC. RATATOTOK
Sumber :
- Peta Rupabumi Bakosurtanal, Skala 1 : 50.000
Tahun 1991 Lembar 2416 - 43, 2416 - 44, 2417 - 12
- Hasil Analisis

Indeks Lokasi
123

124

125

052'30"

Y
#

052'30"

L
A

A
L

U
U

T
K

U
1

KABUPATEN
BOLAANG MONGONDOW
Prov. Sulawesi Utara

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

100'00"

KEC. PUSOMAEN

123

124

125

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
Satuan Kerja Pembinaan Penataan Ruang
Kawasan Sedang Berkembang
12430'00"

12437'30"

59

Gambar A-15

12445'00"

12452'30"

12500'00"

Contoh Peta Kestabilan Pondasi (Kasus: Kabupaten Minahasa Tenggara)

5. ANALISIS SATUAN KEMAMPUAN LAHAN (SKL) KETERSEDIAAN AIR


Tujuan analisis

Data yang dibutuhkan

Keluaran

Mengetahui
tingkat
ketersediaan air
dan kemampuan
penyediaan air
pada masingmasing tingkatan,
guna
pengembangan
kawasan.

1. Peta-peta:
Morfologi
Kemiringan Lahan
Geologi
Geologi Permukaan
Penggunaan Lahan
saat ini
Curah hujan
2. Data-data:
Hidrologi
Klimatologi

Peta SKL Ketersedian air &


deskripsi tiap tingkatan
Perkiraan kapasitas
air permukaan & air tanah
Metode pengolahan
sederhana untuk air yang
mutunya tidak memenuhi
persyaratan kesehatan.
Sumber-sumber air yang
bisa dimanfaatkan sebagai
sumber air bersih.

Acuan dalam
Buku Panduan
Sub Bab 2.3.5
Gambar 2.17

Langkah Pelaksanaan
1) Tentukan tingkatan ketersediaan air berdasarkan data hidrologi.
2) Pertajam analisis tersebut dengan melihat kondisi geologi serta geologi permukaan.
3) Hitung kapasitas air berdasarkan data klimatologi dan morfologi, kemiringan lereng,
dengan memperhatikan juga tingkat peresapan berdasarkan kondisi geologi, geologi
permukaan, serta penggunaan lahan yang ada saat ini.
4) Perhatikan pemanfaatan air yang ada saat ini sehingga kapasitas air hasil perhitungan
pada butir 3 dapat diperluas lagi.
5) Uraikan kendala dan potensi masing-masing tingkatan kemampuan ketersediaan air.
Parameter (Data Masukan) :
1 Peta Morfologi
2 Peta Lereng
3 Peta Geologi/Geohidrologi
4 Data Hidrologi dan Klimatologi
5 Peta Penggunaan tanah
SKL Ketersediaan Air
Geohidrologi sudah memperlihatkan ketersediaan air. Geohidrologi sudah ada kelasnya yaitu
tinggi, sedang, hingga rendah. Untuk melihat ketersediaan air seharusnya menggunakan data
primer, tetapi karena keterbatasan waktu dan dana biasanya pengambilan data primer tidak
dapat dilakukan. Ketersediaan air sangat tinggi artinya ketersediaan air tanah dalam dan dangkal
cukup banyak. Sementara ketersediaan air sedang artinya air tanah dangkal tak cukup banyak,
tapi air tanah dalamnya banyak.

60

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

GEOLOGI/
GEOHIDROLOGI

HIDROLOGI
DAN
KLIMATOLOGI

PENGGUNAAN
LAHAN

MORFOLOG I

LERENG

Gunung/Pegunungan
dan Bukit/Perbukitan

> 40 %

Gunung/Pegunungan
dan Bukit/Perbukitan

25 - 40 %

Bukit/Perbukitan

15 - 25 %

Semua

Datar

2 - 15 %

Semua

Datar

0-2%

Semua

Semak,
Belukar,
Ladang
Kebun, Hutan,
Hutan Belukar

SKL DRAINASE

NILAI

ketersediaan air
sangat rendah

ketersediaan air
rendah
ketersediaan air
sedang

2
3
4

ketersediaan air
tinggi

Perhatikan..!!
1) Hati-hati dalam merekomendasikan air tanah dalam atau artesis, karena tanah
artesis ini pengisiannya lambat dan daerah peresapannya perlu pengaman.
Eksploitasi air tanah dalam yang melebihi kapasitasnya akan menimbulkan
berbagai permasalahan, seperti amblesan di permukaan, dan penyusupan air laut
pada daerah pantai.
2) Data curah hujan yang digunakan dalam penghitungan ketersediaan air adalah
data curah hujan minimal rata-rata (10 tahunan), karena penghitungan ini
didasarkan pada ketersediaan air minimal, sehingga pada musim kering pun masih
bisa disediakan air sebesar yang diperhitungkan tersebut.
3) Untuk air tanah yang mutunya kurang atau tidak memenuhi persyaratan,
digolongkan dalam kemampuan yang rendah, dan tidak diperhitungkan dalam
perhitungan kapasitas air. Dalam kasus air yang tersedia hanya dengan mutu
demikian, maka analisis harus dilengkapi dengan pengolahan air secara sederhana
untuk dapat digunakan langsung oleh penduduk.
4) Kondisi geologi yang perlu diperhatikan juga adalah kemungkinan adanya gejala
mineralisasi baik ditempat maupun di bagian hulu, karena proses tersebut akan
menimbulkan pengayaan unsur kimia tertentu yang bersifat beracun seperti
Sulfur, Arsen, dan lainnya.
5) Penggunaan lahan yang ada saat ini yang kemungkinan bersifat
mencemari air seperti: industri, pembuangan sampah, dan lainnya perlu
diperhatikan dalam merekomendasikan ketersediaan air tanah ini.

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

61

62

12430'00"

12437'30"

12445'00"

12452'30"

12500'00"

D A N A U
T O N D A N O

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG


KABUPATEN MINAHASA TENGGARA
PROVINSI SULAWESI UTARA

SKL KETERSEDIAAN AIR


U

KABUPATEN
MINAHASA

KABUPATEN
MINAHASA SELATAN

6 Km

SKALA 1 : 100.000 (Pada kertas A1 : 59,4 cm x 84,1 cm)

17'30"

17'30"

LEGENDA
Ibukota Provinsi
Ibukota Kabupaten
Kantor Kecamatan

Batas Provinsi
Batas Kabupaten
Batas Kecamatan

Wongkai

KEC. RATAHAN

Silian

Wiau

KEC. TOULUAAN

RANOKETANG

RATAHAN

TOMBATU
D. Buililin

Jalan Arteri
Jalan Kolektor
Jalan Lokal
Jalan Lain

Wio

Kuyanga

Winorangin
Rasi

Londola

Molompar
Liwutung

Tambelang

Garis Pantai

KEC. TOMBATU

100'00"

KEC. PUSOMAEN

banga

Sungai
100'00"

Tonsawang

Permukiman

Tatengesan

Lowotag

Warna

MINANGA

SKL Ketersediaan Air

Malompar

Luas (Ha)

Ketersediaan Air Tinggi

9.723,30

13,68

Ketersediaan Air Sedang

26.552,34

37,37

Ketersediaan Air Rendah

27.988,07

39,38

Ketersediaan Air Sangat


Rendah

6.816,29

9,59

71.080,0

100

KEC. BELANG

KABUPATEN
MINAHASA SELATAN

BELANG

Total

KEC. RATATOTOK

Sumber :
- Peta Rupabumi Bakosurtanal, Skala 1 : 50.000
Tahun 1991 Lembar 2416 - 43, 2416 - 44, 2417 - 12
- Hasil Analisis

052'30"

Y
#

Indeks Lokasi
123

124

125

052'30"

L
A

A
L

U
U

T
K

U
1

M
KABUPATEN
BOLAANG MONGONDOW

Prov. Sulawesi Utara

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

L A U T
S U L A W E S I

123

124

125

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
Satuan Kerja Pembinaan Penataan Ruang
Kawasan Sedang Berkembang
12430'00"

12437'30"

Gambar A-16

12445'00"

12452'30"

12500'00"

Contoh Peta SKL Ketersedian Air (Kasus: Kabupaten Minahasa Tenggara)

6. ANALISIS SATUAN KEMAMPUAN LAHAN (SKL) UNTUK DRAINASE

Tujuan analisis
Mengetahui tingkat
kemampuan lahan
dalam mematuskan
air hujan secara
alami, sehingga
kemungkinan
genangan baik
bersifat lokal
ataupun meluas
dapat dihindari

Data yang dibutuhkan

Keluaran

1. Peta-peta:
Peta SKL Drainase &
Morfologi
deskripsi tiap
tingkatannya
Kemiringan Lahan
Tingkat kemampuan
Topografi
lahan dalam proses
Geologi
pematusan
Geologi Permukaan
Penggunaan Lahan saat Daerah-daerah yang
cenderung tergenang
ini
di musim hujan
Curah hujan
2. Data-data:
Hidrologi
Klimatologi

Acuan dalam
Buku Panduan
Sub Bab 2.3.6
Gambar 2.18

Langkah Pelaksanaan
1) Tentukan tingkat kemudahan pematusan berdasarkan peta morfologi, kemiringan lereng,
dan topografi.
2) Pertajam penentuan pada butir 1 dengan melihat kemampuan batuan/tanah dalam
menyerap air guna mempercepat proses pematusan berdasarkan kondisi geologi dan
geologi permukaan.
3) Perhatikan kondisi hidrologi yang berpengaruh dalam proses pematusan ini seperti:
kedalaman muka air tanah, pola aliran sungai, dan lainnya.
4) Kaitkan juga analisis kemampuan drainase ini dengan kondisi klimatologi setempat.
5) Perhitungkan juga penggunaan lahan yang berpengaruh pada proses pematusan, seperti
pengupasan bukit, kepadatan bangunan yang tinggi, penggalian bahan galian Golongan C
yang tidak tersistem, dan lainnya.
6) Deskripsikan masing-masing tingkatan kemampuan drainase setelah memperhatikan
semua hal tersebut di atas.
Parameter (Data Masukan) :
1 Peta Morfologi
2 Peta Lereng
3 Peta Ketinggian
4 Peta Geologi
5 Hidrologi dan Klimatologi
6 Peta Penggunaan tanah

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

63

MORFOLOGI
Gunung/Pegunungan
dan
Bukit/Perbukitan
Gunung/Pegunungan
dan
Bukit/Perbukitan

LERENG

TOPOGRAFI/
KETINGGIAN

> 40 %

Tinggi

GEOLOGI

HIDROLOGI
DAN
KLIMATOLOGI

PENGGUNAAN
LAHAN
Semak,
Belukar,
Ladang
Kebun, Hutan,
Hutan Belukar

25 - 40 %

Cukup Tinggi

Bukit/Perbukitan

15 - 25 %

Sedang

Semua

Datar

2 - 15 %

Rendah

Semua

Datar

0-2%

Sangat
Rendah

Semua

SKL
DRAINASE

NILAI

5
Drainase
Tinggi
4
Drainase
Cukup
Drainase
Kurang

3
2
1

SKL Drainase
Drainase berkaitan dengan aliran air, serta mudah tidaknya air mengalir. Drainase tinggi artinya
aliran air mudah mengalir atau mengalir lancar. Drainase rendah berarti aliran air sulit dan
mudah tergenang.

64

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

12430'00"

12437'30"

12445'00"

12452'30"

12500'00"

D A N A U
T O N D A N O

L A U T
S U L A W E S I

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG


KABUPATEN MINAHASA TENGGARA
PROVINSI SULAWESI UTARA

SKL DRAINASE
U

KABUPATEN
MINAHASA

KABUPATEN
MINAHASA SELATAN

SKALA 1 : 100.000

6 Km

(Pada kertas A1 : 59,4 cm x 84,1 cm)

17'30"

17'30"

LEGENDA
Ibukota Provinsi
Ibukota Kabupaten
Kantor Kecamatan

Batas Provinsi
Batas Kabupaten
Batas Kecamatan

Wongkai

KEC. RATAHAN

Silian

Wiau

KEC. TOULUAAN

RANOKETANG

Jalan Arteri
Jalan Kolektor
Jalan Lokal
Jalan Lain

RATAHAN

TOMBATU
D. Buililin

Wio

Kuyanga

Winorangin
Rasi

Londola

Molompar
Liwutung

Tambelang

Garis Pantai

KEC. TOMBATU

Sungai

banga

100'00"

Tonsawang

Permukiman

Tatengesan

Lowotag

MINANGA

KEC. BELANG

Warna

SKL Drainase

Luas (Ha)

Kemampuan Drainase Tinggi

9.422,39

67,11

Kemampuan Drainase Cukup

47.702,25

19,63

Kemampuan Drainase Kurang

13.956,36

13,26

71.080,0

100

Malompar

KABUPATEN
MINAHASA SELATAN

BELANG

Total

KEC. RATATOTOK

Sumber :
- Peta Rupabumi Bakosurtanal, Skala 1 : 50.000
Tahun 1991 Lembar 2416 - 43, 2416 - 44, 2417 - 12
- Permen PU No. 20/PRT/M/2007
- Hasil Analisis

Indeks Lokasi
123

124

125

052'30"

Y
#

052'30"

L
A

A
L

U
U

T
K

U
1

KABUPATEN
BOLAANG MONGONDOW
Prov. Sulawesi Utara

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

100'00"

KEC. PUSOMAEN

123

124

125

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
Satuan Kerja Pembinaan Penataan Ruang
Kawasan Sedang Berkembang
12430'00"

12437'30"

65

Gambar A-17

12445'00"

12452'30"

12500'00"

Contoh Peta SKL Drainase (Kasus: Kabupaten Minahasa Tenggara)

7. ANALISIS SATUAN KEMAMPUAN LAHAN (SKL) TERHADAP EROSI

Tujuan analisis

Data yang dibutuhkan

Keluaran

Mengetahui daerahdaerah yang


mengalami
keterkikisan tanah,
sehingga dapat
diketahui tingkat
ketahanan lahan
terhadap erosi serta
antisipasi dampaknya
pada daerah yang
lebih hilir.

1. Peta-peta:
Morfologi
Kemiringan Lahan
Geologi
Geologi Permukaan
Penggunaan Lahan
saat ini
Curah hujan
2. Data-data:
Hidrologi
Klimatologi

Peta SKL terhadap Erosi


Deskripsi / Gambaran
batasan pada tiap
tingkat kemampuan
lahan terhadap erosi.
Daerah yang peka
terhadap erosi dan
perkiraan arah
pengendapan hasil erosi
tersebut pada bagian
hilirnya.

Acuan dalam
Buku Panduan
Sub Bab 2.3.7
Gambar 2.19

Langkah Pelaksanaan
1) Tentukan tingkat keterkikisan berdasarkan peta geologi permukaan, peta geologi, peta
morfologi, dan peta kemiringan lereng.
2) Pertajam batasan tersebut dengan memperhatikan kondisi hidrologi dan klimatologi
seperti: pola aliran dan karakteristik sungai, debit sungai, curah hujan, kecepatan dan arah
angin.
3) Perhatikan juga penggunaan lahan yang mempengaruhi aktivitas erosi tersebut seperti:
pengupasan lahan terutama pada perbukitan, penggalian bahan galian Golongan C yang
tidak tersistem, dan lainnya.
4) Tentukan tingkat ketahanan terhadap pengikisan ini setelah diperoleh tingkat keterkikisan
di atas.
Parameter (Data Masukan):
1 Peta Morfologi
2 Peta Lereng
3 Hidrologi dan klimatologi
4 Geologi
5 Penggunaan tanah Eksisting

66

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

MORFOLOGI

LERENG

Gunung/Pegunungan
dan Bukit/Perbukitan

> 40 %

Gunung/Pegunungan
dan Bukit/Perbukitan

25 - 40 %

Bukit/Perbukitan

15 - 25 %

HIDROLOGI
DAN
KLIMATOLOGI

GEOLOGI

PENGGUNAAN
LAHAN
Semak,
Belukar,
Ladang
Kebun, Hutan,
Hutan Belukar

SKL EROSI

NILAI

Erosi Tinggi

Erosi Cukup
Tinggi

Semua

Erosi Sedang

3
4
5

Datar

2 - 15 %

Semua

Erosi Sangat
Rendah

Datar

0-2%

Semua

Tidak ada Erosi

SKL Erosi
Erosi berarti mudah atau tidaknya lapisan tanah terbawa air atau angin. Erosi tinggi berarti
lapisan tanah mudah terkelupas dan terbawa oleh angin dan air. Erosi rendah berarti lapisan
tanah sedikit terbawa oleh angin dan air. Tidak ada erosi berarti tidak ada pengelupasan lapisan
tanah.

Perhatikan..!!
1) Peta geologi permukaan yang memuat juga sifat fisik tanah/batu merupakan penentu
untuk SKL Terhadap Erosi ini, oleh karenanya diperlukan sekali ketelitian data ini.
2) SKL Terhadap Erosi ini seringkali berlawanan dengan SKL Untuk Drainase, namun
demikian tidak berarti berlaku umum dengan menganggap SKL Terhadap
Erosi ini adalah kebalikan dari SKL Untuk Drainase, dan tidak berarti pula
pada waktu di-superimpose-kan akan saling menghilangkan, karena
kedua SKL ini berbeda bobotnya dalam suatu wilayah dan/atau kawasan.

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

67

68

12430'00"

12437'30"

12445'00"

12452'30"

12500'00"

D A N A U
T O N D A N O

L A U T
S U L A W E S I

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG


KABUPATEN MINAHASA TENGGARA
PROVINSI SULAWESI UTARA

KABUPATEN
MINAHASA SELATAN

6 Km

SKALA 1 : 100.000 (Pada kertas A1 : 59,4 cm x 84,1 cm)

17'30"

17'30"

LEGENDA
Ibukota Provinsi
Ibukota Kabupaten
Kantor Kecamatan

Batas Provinsi
Batas Kabupaten
Batas Kecamatan

Wongkai

KEC. RATAHAN

Silian

Wiau

KEC. TOULUAAN

RANOKETANG

RATAHAN

TOMBATU
D. Buililin

Jalan Arteri
Jalan Kolektor
Jalan Lokal
Jalan Lain

Wio

Kuyanga

Winorangin
Rasi

Londola

Molompar
Liwutung

Tambelang

KEC. TOMBATU

Garis Pantai

KEC. PUSOMAEN
100'00"

Sungai
banga

100'00"

Tonsawang

Permukiman

Tatengesan

Lowotag

Warna

MINANGA

KEC. BELANG

SKL Erosi

Malompar

KABUPATEN
MINAHASA SELATAN

BELANG

Luas (Ha)

Erosi Tinggi

9.461,62

4,02

Erosi Sedang

26.852,12

44,89

Erosi Rendah

31.909,64

37,78

Erosi Sangat Rendah

2.856,62

13,31

71.080,0

100

KEC. RATATOTOK

Total

Sumber :
- Peta Rupabumi Bakosurtanal, Skala 1 : 50.000
Tahun 1991 Lembar 2416 - 43, 2416 - 44, 2417 - 12
- Permen PU No. 20/PRT/M/2007
- Hasil Analisis
052'30"

Y
#

Indeks Lokasi
123

124

125

052'30"

L
A

A
L

U
U

T
K

U
1

M
KABUPATEN
BOLAANG MONGONDOW

Prov. Sulawesi Utara

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

SKL EROSI
KABUPATEN
MINAHASA

123

124

125

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
Satuan Kerja Pembinaan Penataan Ruang
Kawasan Sedang Berkembang
12430'00"

12437'30"

Gambar A-18

12445'00"

12452'30"

12500'00"

Contoh Peta SKL Erosi (Kasus: Kabupaten Minahasa Tenggara)

8. ANALISIS SATUAN KEMAMPUAN LAHAN (SKL) PEMBUANGAN LIMBAH

Tujuan analisis
Mengetahui daerahdaerah yang mampu
untuk ditempati
sebagai lokasi
penampungan akhir
dan pengolahan
limbah, baik limbah
padat maupun
limbah cair

Data yang dibutuhkan

Keluaran

1. Peta-peta:
Peta SKL
Morfologi
Pembuangan Limbah
Kemiringan Lahan
Prioritas lokasi
penampungan akhir
Topografi
sampah dan
Geologi
pengelolaan limbah
Geologi Permukaan
serta daya
Penggunaan Lahan saat
tampungnya,
ini
termasuk
Curah hujan
pengamanan
2. Data-data:
lokasinya.
Hidrologi
Klimatologi

Acuan dalam
Buku Panduan
Sub Bab 2.3.8
Gambar 2.20

Langkah Pelaksanaan
1) Menentukan daerah yang mampu sebagai tempat pembuangan akhir sampah berdasarkan
morfologi, kemiringan lereng, dan topografinya.
2) Mempertajam batasan daerah yang relatif kedap air berdasarkan kondisi geologi dan
geologi permukaan.
3) Memperhatikan kondisi hidrologi dan klimatologi, yakni: curah hujan, pola aliran air baik
permukaan maupun air tanah, dan kedalaman muka air tanah dangkal.
4) Memperhalus analisis kemampuan pembuangan limbah ini dengan mempertimbangkan
kondisi penggunaan lahan yang ada saat ini, yakni jarak pencapaian, jenis penggunaan
lahan di sekitar daerah yang diusulkan, dan kemungkinan jenis limbah yang akan dihasilkan.
Parameter (Data Masukan) :
1 Peta Morfologi
2 Peta Lereng
3 Peta Ketinggian
4 Peta Geologi
5 Hidrologi dan Klimatologi
6 Peta Penggunaan tanah

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

69

HIDROLOGI
DAN
KLIMATOLOGI

LERENG

TOPOGRAFI/
KETINGGIAN

> 40 %

Tinggi

Semak,
Belukar,
Ladang

25 - 40 %

Cukup Tinggi

Kebun, Hutan,
Hutan Belukar

Bukit/Perbukitan

15 - 25 %

Sedang

Semua

Datar

2 - 15 %

Rendah

Semua

0-2%

Sangat
Rendah

Semua

MORFOLOGI
Gunung/Pegunungan
dan
Bukit/Perbukitan
Gunung/Pegunungan
dan
Bukit/Perbukitan

Datar

GEOLOGI

PENGGUNAAN
LAHAN

SKL
PEMBUANGAN
LIMBAH
Kemampuan
lahan untuk
pembuangan
limbah Kurang
Kemampuan
lahan untuk
pembuangan
limbah Sedang
Kemampuan
lahan untuk
pembuangan
limbah cukup

NILAI

4
5

SKL Pembuangan Limbah


SKL pembuangan limbah adalah tingkatan untuk memperlihatkan wilayah tersebut cocok atau
tidak sebagai lokasi pembuangan. Analisa ini menggunakan peta hidrologi dan klimatologi.
Kedua peta ini penting, tetapi biasanya tidak ada data rinci yanng tersedia. SKL pembuangan
limbah kurang berarti wilayah tersebut kurang/tidak mendukung sebagai tempat pembuangan
limbah.

Perhatikan..!!
1) Peresapan dan pengaliran air yang melalui penampungan tersebut hendaknya benarbenar diperhitungkan dalam analisis, dikaitkan dengan pemanfaatan air tersebut pada
daerah hilirnya. Hal ini tentunya memerlukan ketajaman analisis menurut kondisi
hidrologi dan geologinya.
2) Jenis limbah yang akan ditempatkan juga harus diperhitungkan untuk menghindari
bahan berbahaya dan beracun (B3), karena jenis limbah ini memerlukan lokasi
pembuangan khusus.
3) Penggunaan lahan yang ada saat ini, terutama permukiman dan prasarana
kota lainnya hendaknya jauh dari daerah yang diusulkan, mengingat
berbagai kesulitan yang mungkin timbul akibat penampungan tersebut.

70

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

12430'00"

12437'30"

12445'00"

12452'30"

12500'00"

D A N A U
T O N D A N O

L A U T
S U L A W E S I

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG


KABUPATEN MINAHASA TENGGARA
PROVINSI SULAWESI UTARA

KABUPATEN
MINAHASA

KABUPATEN
MINAHASA SELATAN

6 Km

SKALA 1 : 100.000 (Pada kertas A1 : 59,4 cm x 84,1 cm)

17'30"

17'30"

LEGENDA
Ibukota Provinsi
Ibukota Kabupaten
Kantor Kecamatan

Batas Provinsi
Batas Kabupaten
Batas Kecamatan

Wongkai

KEC. RATAHAN

Silian

Wiau

KEC. TOULUAAN

RANOKETANG
D. Buililin

Jalan Arteri
Jalan Kolektor
Jalan Lokal
Jalan Lain

RATAHAN

TOMBATU

Wio
Kuyanga

Winorangin
Rasi

Londola

Molompar
Liwutung

Tambelang

Garis Pantai

KEC. TOMBATU

banga

Sungai
100'00"

Tonsawang

Permukiman

Tatengesan

Lowotag

Hutan Lindung
MINANGA

KEC. BELANG
Malompar

KABUPATEN
MINAHASA SELATAN

Warna

BELANG

SKL Pembuangan Limbah

Luas (Ha)

Kemampuan Lahan untuk


Pembuangan Limbah CUKUP

16.885,59

23,76

Kemampuan Lahan untuk


Pembuangan Limbah SEDANG

35.932,63

25,69

Kemampuan Lahan untuk


Pembuangan Limbah RENDAH

18.261,78

50,55

71.080,0

100

KEC. RATATOTOK

Total

Sumber :
- Peta Rupabumi Bakosurtanal, Skala 1 : 50.000
Tahun 1991 Lembar 2416 - 43, 2416 - 44, 2417 - 12
- Permen PU No. 20/PRT/M/2007
- Hasil Analisis

Basaan

RATATOTOK

Indeks Lokasi
123

124

125

052'30"

052'30"

L
A

A
L

U
U

T
K

U
1

KABUPATEN
BOLAANG MONGONDOW
Prov. Sulawesi Utara

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

100'00"

KEC. PUSOMAEN

123

124

125

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
Satuan Kerja Pembinaan Penataan Ruang
Kawasan Sedang Berkembang
12430'00"

12437'30"

71

Gambar A-19

12445'00"

12452'30"

12500'00"

Contoh Peta SKL Pembuangan Limbah (Kasus: Kabupaten Minahasa Tenggara)

9 ANALISIS SATUAN KEMAMPUAN LAHAN (SKL) TERHADAP BENCANA ALAM


Tujuan analisis
Mengetahui tingkat
kemampuan lahan
dalam menerima
bencana alam
khususnya dari sisi
geologi, untuk
menghindari/
mengurangi kerugian
dan korban akibat
bencana tersebut

Data yang
dibutukan
1. Peta-peta:
Morfologi
Kemiringan
Lahan
Topografi
Geologi
Geologi
Permukaan
Penggunaan
Lahan saat ini
2. Data-data:
Hidrologi
Klimatologi
Bencana Alam

Keluaran
Peta SKL terhadap bencana
alam
Deskripsi tiap tingkat
kemampuan lahan terhadap
bencana alam (daerah rawan
& kecenderungan terkena
bencana serta bahaya ikutan
dari bencana tsb.)
Batasan pengembangan (pola
& pengamanan) pada tiap
tingkat kemampuan lahan
terhadap bencana alam

Acuan dalam
Buku Panduan
Sub Bab 2.3.9
Gambar 2.21

Langkah Pelaksanaan
1) Menentukan tingkat kemampuan lahan terhadap bencana alam berdasarkan data bencana
alam.
2) Mempertajam penentuan di atas dengan memperhitungkan kecenderungan untuk terkena
bencana berdasarkan peta topografi, morfologi, kemiringan lereng, kondisi geologi, geologi
permukaan dan data hidrologi serta klimatologi.
3) Menganalisis penggunaan lahan yang ada saat ini yang memperbesar kemungkinan
terkena bencana alam, seperti penggalian sumber mineral atau bahan galian golongan C,
peningkatan aktivitas perkotaan pada daerah-daerah rawan bencana, pengupasan
hutan/bukit, gangguan pada keseimbangan tata air baik air permukaan maupun tanah.
4) Menentukan batasan pengembangan pada masing-masing tingkat kemampuan lahan
terhadap bencana alam tersebut, yang merupakan deskripsi lengkap setiap tingkatan.
Parameter (Data Masukan):
1 Data Bencana Alam
2 Peta Morfologi
3 Peta Lereng
4 Peta Ketinggian
5 Peta Geologi
6 Hidrologi dan Klimatologi
7 Peta Penggunaan tanah

72

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

HIDROLOGI
DAN
KLIMATOLOGI

LERENG

TOPOGRAFI/
KETINGGIAN

> 40 %

Tinggi

Semak,
Belukar,
Ladang

25 - 40 %

Cukup Tinggi

Kebun, Hutan,
Hutan Belukar

Bukit/Perbukitan

15 - 25 %

Sedang

Semua

Datar

2 - 15 %

Rendah

Semua

0-2%

Sangat
Rendah

Semua

MORFOLOGI
Gunung/Pegunungan
dan
Bukit/Perbukitan
Gunung/Pegunungan
dan
Bukit/Perbukitan

Datar

GEOLOGI

PENGGUNAAN
LAHAN

SKL BENCANA
ALAM

Potensi
Bencana Alam
Tinggi
Potensi
bencana alam
Cukup
Potensi
Bencana Alam
Kurang

NILAI

3
2
1

SKL Bencana alam


SKL bencana alam merupakan pertampalan (overlay) dari lima peta bencana alam, yaitu:
Rawan gunung berapi dan aliran lava
Kawasan rawan gempa bumi dan kawasan zona patahan/sesar
Kawasan rawan longsor dan gerakan tanah
Kawasan rawan gelombang pasang dan abrasi pantai
Kawasan rawan banjir
Jadi, morfologi gunung dan perbukitan dinilai tinggi pada peta rawan bencana gunung api dan
longsor. Sedangkan lereng datar yang dialiri sungai dinilai tinggi pada rawan bencana banjir.
Penentuan kelas pada rawan bencana ini ada lima. Kelas 1 artinya rawan bencana alam dan kelas
5 artinya tidak rawan bencana alam.

Perhatikan..!!
1) Setiap gejala bencana alam hendaknya diperhitungkan dalam analisis, karena data ini
merupakan indikasi kehadiran bencana alam tersebut.
2) Kehati-hatian dalam melakukan analisis ini, karena akibat bencana yang muncul
sangat merugikan. Oleh karenanya ketelitian data sangat diperlukan.
3) Kemungkinan suatu jenis bencana alam beraspekan geologi, hendaknya
diperkirakan juga kemungkinan bencana ikutannya seperti kemungkinan
longsoran akibat guncangan gempa.

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

73

74

12430'00"

L
L

A
A

U
W

T
E

12437'30"

12445'00"

12452'30"

12500'00"

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG


KABUPATEN MINAHASA TENGGARA
PROVINSI SULAWESI UTARA

D A N A U
T O N D A N O
S

KABUPATEN
MINAHASA SELATAN

17'30"

SKALA 1 : 100.000

6 Km

(Pada kertas A1 : 59,4 cm x 84,1 cm)

17'30"

Z
$

LEGENDA
Ibukota Provinsi
Ibukota Kabupaten
Kantor Kecamatan

Batas Provinsi
Batas Kabupaten
Batas Kecamatan

Wongkai

KEC. RATAHAN

Silian

Wiau

KEC. TOULUAAN

RANOKETANG

Jalan Arteri
Jalan Kolektor
Jalan Lokal
Jalan Lain

RATAHAN

TOMBATU
D. Buililin

Wio
Kuyanga

Londola

Winorangin
Rasi

Molompar
Liwutung

Garis Pantai

KEC. TOMBATU

Tambelang

Sungai

100'00"

KEC. PUSOMAEN

banga

Sesar

100'00"

Tonsawang

Permukiman

Tatengesan

Lowotag

MINANGA

KEC. BELANG

Warna

Luas (Ha)

Rawan bencana Rendah

56.897,55

80,05

Rawan bencana Cukup

8.466,22

11,91

Rawan bencana Tinggi

5.716,23

8,04

71.080,0

100

SKL Rawan Bencana

Malompar

KABUPATEN
MINAHASA SELATAN

BELANG

Total

KEC. RATATOTOK
Sumber :
- Peta Rupabumi Bakosurtanal, Skala 1 : 50.000
Tahun 1991 Lembar 2416 - 43, 2416 - 44, 2417 - 12
- Permen PU No. 20/PRT/M/2007
- Hasil Analisis

052'30"

Y
#

Indeks Lokasi
123

124

125

052'30"

L
A

A
L

U
U

T
K

U
1

M
KABUPATEN
BOLAANG MONGONDOW

Prov. Sulawesi Utara

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

SKL RAWAN BENCANA


KABUPATEN
MINAHASA

123

124

125

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
Satuan Kerja Pembinaan Penataan Ruang
Kawasan Sedang Berkembang
12430'00"

12437'30"

Gambar A-20

12445'00"

12452'30"

12500'00"

Contoh Peta SKL Terhadap Bencana Alam (Kasus: Kabupaten Minahasa Tenggara)

ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN

ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN

Kemampuan
Lahan

Tujuan analisis
Untuk memperoleh
gambaran tingkat
kemampuan lahan
untuk dikembangkan
sebagai perkotaan,
sebagai acuan bagi
arahan-arahan
kesesuaian lahan pada
tahap analisis
berikutnya.

Data yang
dibutuhkan
1. Peta-peta hasil
analisis SKL
2. Data-data:
Topografi
Geologi
Hidrologi

Klimatologi
Sumberdaya
mineral/ bahan
galian
Bencana Alam
Penggunaan Lahan
Studi yang ada

Keluaran
Peta Klasifikasi
kemampuan lahan
untuk pengembangan
kawasan
Kelas kemampuan lahan
untuk dikembangkan
sesuai fungsi kawasan.
Potensi dan kendala fisik
pengembangan lahan

Acuan dalam
Buku Panduan
Sub Bab 2.3.10
Gambar 2.22
Gambar 2.23
Tabel 2.10

Langkah Pelaksanaan
1) Melakukan analisis satuan-satuan kemampuan lahan, untuk memperoleh gambaran
tingkat kemampuan pada masing-masing satuan kemampuan lahan.
2) Tentukan nilai kemampuan setiap tingkatan pada masing-masing satuan kemampuan
lahan, dengan penilaian 5 (lima) untuk nilai tertinggi dan 1 (satu) untuk nilai terendah.

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

75

3)

4)

5)

Kalikan nilai-nilai tersebut dengan bobot dari masing-masing satuan kemampuan lahan.
Bobot ini didasarkan pada seberapa jauh pengaruh satuan kemampuan lahan tersebut
pada pengembangan perkotaan. Bobot yang digunakan hingga saat ini adalah seperti
terlihat pada Tabel 2.10.
Superimpose-kan semua satuan-satuan kemampuan lahan tersebut, dengan cara
menjumlahkan hasil perkalian nilai kali bobot dari seluruh satuan-satuan kemampuan
lahan dalam satu peta, sehingga diperoleh kisaran nilai yang menunjukkan nilai
kemampuan lahan di wilayah dan/atau kawasan perencanaan.
Tentukan selang nilai yang akan digunakan sebagai pembagi kelas-kelas kemampuan lahan,
sehingga diperoleh zona-zona kemampuan lahan dengan nilai - yang menunjukkan
tingkatan kemampuan lahan di wilayah ini, dan digambarkan dalam satu peta klasifikasi
kemampuan lahan untuk perencanaan tata ruang.

Pembuatan peta nilai kemampuan lahan ini yang merupakan penjumlahan nilai dikalikan
bobot ini ada dua cara, yakni:
a. Men-superimpose-kan setiap satuan kemampuan lahan yang telah diperoleh hasil
pengalian nilai dengan bobotnya secara satu persatu, sehingga kemudian diperoleh peta
jumlah nilai dikalikan bobot seluruh satuan secara kumulatif.
b. Membagi peta masing-masing satuan kemampuan lahan dalam sistem grid, kemudian
memasukkan nilai dikalikan bobot masing-masing satuan kemampuan lahan ke dalam grid
tersebut. Penjumlahan nilai dikalikan bobot secara keseluruhan adalah tetap dengan
menggunakan grid, yakni menjumlahkan hasil nilai dikalikan bobot seluruh satuan
kemampuan lahan pada setiap grid yang sama.
Berikut ini merupakan contoh perhitungan peta kemampuan lahan dari hasil tumpang tindih
berbagai peta SKL yang telah dibuat sebelumnya.

SKL
Kemudahan
Dikerjakan

SKL
Kestabilan
lereng

SKL
Kestabilan
Pondasi

Bobot : 5

Bobot : 1

Bobot : 5

Bobot : 3

Bobot : 5

Bobot : 3

Bobot : 5

5
10
15
20
25

1
2
3
4
5

5
10
15
20
25

3
6
9
12
15

5
10
15
20
25

3
6
9
12
15

25
20
15
10
5

Bobot x nilai

SKL
Morfologi

76

SKL
SKL
Ketersedia- Terhadap
an Air
Erosi

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

SKL untuk
Drainase

SKL
SKL
PembuaKEMAMPU
Bencana
AN LAHAN
ngan
Alam
Limbah
Total
Bobot : 0 Bobot : 5
nilai

0
0
0
0
0

25
20
15
10
5

Dari total nilai, dibuat beberapa kelas yang memperhatikan nilai minimum dan maksimum total
nilai. Dari angka di atas, nilai minimum yang mungkin didapat adalah 32, sedangkan nilai
maksimum yang mungkin didapat adalah 160. Dengan begitu, pengkelasan dari total nilai ini
adalah:
Kelas a dengan nilai 32-58
Kelas b dengan nilai 59-83
Kelas c dengan nilai 84-109
Kelas d dengan nilai 110-134
Kelas e dengan nilai 135-160
Setiap kelas lahan memiliki kemampuan yang berbeda-beda seperti terlihat pada tabel berikut
ini.

32 58

KELAS
KEMAMPUAN
LAHAN
Kelas a

59 83

Kelas b

Kemampuan Pengembangan Rendah

84 109

Kelas c

Kemampuan Pengembangan Sedang

110 134

Kelas d

Kemampuan Pengembangan Agak tinggi

135 160

Kelas e

Kemampuan Pengembangan Sangat tinggi

TOTAL
NILAI

KLASIFIKASI PENGEMBANGAN
Kemampuan Pengembangan Sangat rendah

Perhatikan..!!
1) Penentuan klasifikasi kemampuan lahan tidak mutlak berdasarkan selang nilai,
tetapi memperhatikan juga nilai terendah = 1 dari beberapa satuan kemampuan
lahan, yang merupakan nilai penentu apakah selang nilai tersebut berlaku atau
tidak. Dengan demikian apabila ada daerah atau zona tertentu yang mempunyai
selang nilai cukup tinggi, tetapi karena mempunyai nilai terendah dan
menentukan, maka mungkin saja kelas kemampuan lahannya tidak sama
dengan daerah lain yang memiliki nilai kemampuan lahan yang sama.
2) Klasifikasi kemampuan lahan yang dihasilkan di sini adalah hanya
berdasarkan kondisi fisik apa adanya, belum mempertimbangan
hal-hal yang bersifat non-fisik.

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

77

78

12430'00"

12437'30"

12445'00"

12452'30"

12500'00"

D A N A U
T O N D A N O

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG


KABUPATEN MINAHASA TENGGARA
PROVINSI SULAWESI UTARA

KEMAMPUAN LAHAN
U

KABUPATEN
MINAHASA

KABUPATEN
MINAHASA SELATAN

SKALA 1 : 100.000

6 Km

(Pada kertas A1 : 59,4 cm x 84,1 cm)

17'30"

17'30"

LEGENDA
Ibukota Provinsi
Ibukota Kabupaten

Kantor Kecamatan

Wongkai

Batas Provinsi
Batas Kabupaten
Batas Kecamatan

KEC. RATAHAN

Silian

Wiau

KEC. TOULUAAN

RANOKETANG

TOMBATU
D. Buililin

RATAHAN
Wio

Kuyanga

Jalan Arteri
Jalan Kolektor
Jalan Lokal
Jalan Lain

Winorangin
Rasi

Londola

Molompar

Kalait

Liwutung

Tambelang

KEC. TOMBATU

Garis Pantai

100'00"

KEC. PUSOMAEN
Suhuyon
banga

Sungai

100'00"

Tonsawang

Permukiman

Tatengesan

Lowotag

Warna

MINANGA

KEC. BELANG

Luas (Ha)

Kemampuan Pengembangan
Sangat Rendah

7.750,22

10,90

Kemampuan Pengembangan
Rendah

21.590,89

30,38

Kemampuan Pengembangan
Sedang

25.497,30

35,87

Kemampuan Pengembangan
Agak Tinggi

11.363,61

15,99

Kemampuan Pengembangan
Sangat Tinggi

4.878,02

6,86

71.080,0

100

Kemampuan Lahan

Malompar

KABUPATEN
MINAHASA SELATAN

BELANG

KEC. RATATOTOK

Total

Sumber :
- Peta Rupabumi Bakosurtanal, skala 1:50.000 Tahun 1991
Lembar 2416 - 43, 2416 - 44, 2417 - 12
- Hasil Analisis
052'30"

Y
#

052'30"

Indeks Lokasi
123

124

125

L
A

A
L

U
U

T
K

U
1

KABUPATEN
BOLAANG MONGONDOW

Prov. Sulawesi Utara

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

L A U T
S U L A W E S I

123

124

125

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
Satuan Kerja Pembinaan Penataan Ruang
Kawasan Sedang Berkembang
12430'00"

12437'30"

Gambar A-21

12445'00"

12452'30"

12500'00"

Contoh Peta Kemampuan Lahan (Kasus: Kabupaten Minahasa Tenggara)

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN

Kesesuaian
Lahan

Jenis Analisis:
1. Arahan Tata Ruang
Pertanian
2. Arahan Rasio Tutupan
3. Arahan Ketinggian
Bangunan
4. Arahan Pemanfaatan Air
Baku
5. Perkiraan Daya Tampung
Lahan
6. Persyaratan dan Pembatas
Pengembangan
7. Evaluasi Pemanfaatan
Lahan yang Ada terhadap
Kesesuaian Lahan

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

79

1. ARAHAN TATA RUANG PERTANIAN

Tujuan analisis

Data yang dibutuhkan

Untuk mendapatkan
arahan pengembangan
pertanian sesuai
dengan kesesuaian
lahannya.

ATLAS Arahan Tata Ruang


Pertanian Indonesia, skala
1:1.000.000 (Sumber:
Departemen Pertanian, Badan
Litbang Pertanian, Pusat Litbang
Tanah & Agroklimat, 2001)

Keluaran
Peta Arahan
Tata Ruang
Pertanian

Acuan dalam
Buku Panduan
Sub Bab 2.4.1
Gambar 2.24

Langkah Pelaksanaan
Deliniasi kawasan perencanaan pada peta arahan tata ruang pertanian yang sudah ada.
Kemampuan Lahan
Kelas

Kemampuan Pengembangan

Arahan Tata Ruang Pertanian


Klasifikasi

Nilai

Kelas a

Kemampuan Pengembangan Sangat rendah

Lindung

Kelas b

Kemampuan Pengembangan Rendah

Kawasan Penyangga

Kelas c

Kemampuan Pengembangan Sedang

Kelas d

Kemampuan Pengembangan Agak tinggi

Tanaman Tahunan
Tanaman Setahun

Kelas e

Kemampuan Pengembangan Sangat tinggi

Tanaman Setahun

80

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

Contoh Peta Arahan Tata Ruang Pertanian(Kasus: Kabupaten Minahasa Tenggara)


Gambar A-22
MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,
SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

81

2. ARAHAN RASIO PENUTUPAN

Tujuan analisis
Mengetahui gambaran
perbandingan daerah
yang bisa tertutup
oleh bangunan bersifat
kedap air dengan luas
lahan keseluruhan beserta
kendala fisik pada tiap
tingkatan

Data yang dibutuhkan


Peta-peta:
Klasifikasi
Kemampuan Lahan
SKL untuk drainase
SKL Kestabilan
Lereng
SKL terhadap erosi
SKL terhadap
Bencana alam

Keluaran
Peta Arahan Rasio
Penutupan Lahan
Batasan rasio
tutupan lahan untuk
tiap arahan serta
persyaratan
pengembangannya

Acuan dalam
Buku Panduan
Sub Bab 2.4.2
Gambar 2.25

Langkah Pelaksanaan
1) Tentukan tingkatan rasio tutupan lahan berdasarkan klasifikasi kemampuan lahan, dan
pertajam dengan skala SKL untuk drainase.
2) Saring lagi kesesuaian rasio tutupan lahan ini dengan memperhatikan SKL kestabilan lereng,
SKL terhadap erosi, dan SKL terhadap bencana alam.
3) Gunakan kurva keseimbangan tata air untuk menentukan batasan rasio tutupan lahan,
terutama perbandingan peningkatan aliran permukaan akibat peningkatan tutupan lahan.

Arahan Rasio Tutupan


Kelas Kemampuan Lahan

82

Klasifikasi

Nilai

Kelas a

Non Bangunan

Kelas b

Rasio Tutupan Lahan maks 10 %

Kelas c

Rasio Tutupan Lahan maks 20 %

Kelas d

Rasio Tutupan Lahan maks 30 %

Kelas e

Rasio Tutupan Lahan maks 50 %

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

3
4

Perhatikan..!!
1) Arahan rasio tutupan lahan ini lebih memperhatikan kemungkinan kesulitan
drainase dan gangguan kestabilan lereng bila terjadi peningkatan tutupan lahan.
Sedangkan untuk penurunan muka air tanah memang terjadi, namun konsekuensi
dari mengikuti arahan tutupan lahan maksimum adalah sudah memikirkan sumber
air lain guna memenuhi kebutuhan air bersih/baku.
2) Arahan rasio tutupan lahan ini adalah merupakan perbandingan bruto, dengan
pengertian perbandingan antara luas lahan yang tertutup oleh bangunan bersifat
kedap air dengan luas lahan keseluruhan pada tingkat rasio tutupan lahan yang
ditekan, terutama dalam satu sistem wilayah sungai atau daerah aliran sungai
(DAS).
3) Pengembangan yang kemungkinan diperkirakan akan melampaui
arahan ini disarankan untuk dikembangkan secara vertikal atau
bertingkat.

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

83

17'30"

100'00"

052'30"

12430'00"

Londola

T O

Kuyanga

KEC. RATATOTOK

K E C.
R A T O T O K

Tonsawang

KEC. TOMBATU

D. Buililin

TOMBATU

Molompar

Winorangin
Rasi

12445'00"

BELANG

KEC. BELANG

Liwutung

KEC. RATAHAN

L
A

A
L

Malompar

RATAHAN

U
U

Wio

12452'30"

T
K

Wiau

MINANGA

12452'30"

Tatengesan

K E C.
P U S O M A E N

KEC. PUSOMAEN

Wongkai

KABUPATEN
MINAHASA

D A N A U
T O N D A N O

12500'00"

12500'00"

052'30"

6 Km

%
11,04
30,41
38,09
13,60
6,86
100

Luas (Ha)
7.847,50
21.613,06
27.074,82
9.666,51
4.878,10
71.080,0

Non Bangunan (Kawasan Lindung)


Rasio Tutupan Lahan Maks. 10 %
Rasio Tutupan Lahan Maks. 20 %
Rasio Tutupan Lahan Maks. 30 %
Rasio Tutupan Lahan Maks. 50 %

Arahan Rasio Tutupan

Permukiman

Sungai

Garis Pantai

124

Prov. Sulawesi Utara

124

Indeks Lokasi

125

125

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
Satuan Kerja Pembinaan Penataan Ruang
Kawasan Sedang Berkembang

123

123

Total
Sumber :
- Peta Rupabumi Bakosurtanal, Skala 1 : 50.000
Tahun 1991 Lembar 2416 - 43, 2416 - 44, 2417 - 12
- Hasil Analisis

Warna

Batas Provinsi
Batas Kabupaten
Batas Kecamatan

Kantor Kecamatan

Jalan Arteri
Jalan Kolektor
Jalan Lokal
Jalan Lain

(Pada kertas A1 : 59,4 cm x 84,1 cm)

Ibukota Provinsi
Ibukota Kabupaten

LEGENDA

SKALA 1 : 100.000

ARAHAN RASIO TUTUPAN

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG


KABUPATEN MINAHASA TENGGARA
PROVINSI SULAWESI UTARA

Contoh Peta Arahan Rasio Tutupan (Kasus: Kabupaten Minahasa Tenggara)

K E C.
M B A T U

RANOKETANG

Silian

12445'00"

Gambar A-23

12437'30"

Lowotag

banga

12437'30"

Tambelang

KEC. TOULUAAN

KABUPATEN
MINAHASA SELATAN

KABUPATEN
BOLAANG MONGONDOW

KABUPATEN
MINAHASA SELATAN

12430'00"

L A U T
S U L A W E S I

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG
1

84
100'00"
0

17'30"
2
0

3. ARAHAN KETINGGIAN BANGUNAN


Tujuan analisis
Mengetahui
gambaran daerahdaerah yang sesuai
untuk dikembangkan
dengan bangunan
berat/tinggi pada
pengembangan
kawasan

Data yang dibutuhkan

Keluaran

Peta-peta:
Klasifikasi
Kemampuan Lahan
SKL Kestabilan
pondasi
SKL terhadap
Bencana Alam
Pemanfaatan Lahan
saat ini

Peta Arahan
Ketinggian Bangunan
Batasan / persyaratan
pengembangan
bangunan tinggi

Acuan dalam
Buku Panduan
Sub Bab 2.4.3
Gambar 2.26

Langkah Pelaksanaan
1) Menentukan arahan ketinggian bangunan berdasarkan klasifikasi kemampuan lahan dan
memperhatikan SKL kestabilan pondasi dan SKL terhadap bencana alam.
2) Memperhatikan penggunaan lahan yang ada saat ini yang kemungkinan akan
memperlemah kekuatan bangunan, seperti penggalian bahan galian golongan C, atau
daerah bekas penambangan/pengurukan
3) Menentukan batasan atau persyaratan pengembangan bangunan tinggi pada masingmasing arahan.
Arahan Ketinggian Bangunan
Kelas Kemampuan Lahan
Klasifikasi
Kelas a
Non Bangunan
Kelas b
Non Bangunan
Kelas c
Bangunan < 4 lantai
Kelas d
Kelas e
Bangunan > 4 lantai

Nilai
1
2
3
4

Perhatikan..!!
Arahan Ketinggian Bangunan Bersifat Umum, Yakni Sesuai Untuk
pengembangan bangunan tinggi (4 lantai ke atas), sesuai dengan persyaratan
tertentu, dan tidak sesuai.

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

85

17'30"

100'00"

052'30"

12430'00"

Londola

Kuyanga

RATATOTOK

KEC. RATATOTOK

Tonsawang

KEC. TOMBATU

D. Buililin

TOMBATU

Molompar

Winorangin
Rasi

12445'00"

Basaan

BELANG

KEC. BELANG

Liwutung

KEC. RATAHAN

L
A

A
L

Malompar

RATAHAN

U
U

Wio

12452'30"

T
K

MINANGA

Wiau

12452'30"

Tatengesan

KEC. PUSOMAEN

Wongkai

KABUPATEN
MINAHASA

D A N A U
T O N D A N O

12500'00"

12500'00"

052'30"

6 Km

6,87
41,88
100

36.425,57
4.885,90
29.768,53
71.080,0

Ketinggian Bangunan > 4 Lantai


Non Bangunan (Kawasan Lindung)

Total

%
51,25

Luas (Ha)
Arahan Ketinggian Bangunan
Ketinggia n Bangunan < 4 Lantai

Permukiman

Sungai

Garis Pantai

124

Prov. Sulawesi Utara

124

Indeks Lokasi

125

125

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
Satuan Kerja Pembinaan Penataan Ruang
Kawasan Sedang Berkembang

123

123

Sumber :
- Peta Rupabumi Bakosurtanal, Skala 1 : 50.000
Tahun 1991 Lembar 2416 - 43, 2416 - 44, 2417 - 12
- Hasil Analisis

Warna

Batas Provinsi
Batas Kabupaten
Batas Kecamatan

Kantor Kecamatan

Jalan Arteri
Jalan Kolektor
Jalan Lokal
Jalan Lain

(Pada kertas A1 : 59,4 cm x 84,1 cm)

Ibukota Provinsi
Ibukota Kabupaten

LEGENDA

SKALA 1 : 100.000

ARAHAN KETINGGIAN BANGUNAN

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG


KABUPATEN MINAHASA TENGGARA
PROVINSI SULAWESI UTARA

Contoh Peta Arahan Ketinggian Bangunan (Kasus: Kabupaten Minahasa Tenggara)

RANOKETANG

Silian

12445'00"

Gambar A-24

12437'30"

Lowotag

banga

12437'30"

Tambelang

KEC. TOULUAAN

KABUPATEN
MINAHASA SELATAN

KABUPATEN
BOLAANG MONGONDOW

KABUPATEN
MINAHASA SELATAN

12430'00"

L A U T
S U L A W E S I

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG
1

86
100'00"
0

17'30"
2
0

4. ARAHAN PEMANFAATAN AIR BAKU

Tujuan analisis
Mengetahui
sumber-sumber
air yang dapat
dimanfaatkan
sebagai sumber air
baku dalam
perencanaan tata
ruang

Data yang
dibutuhkan
1. Peta-peta:

SKL Ketersediaan
Air

Penggunaan
Lahan saat ini
2. Data:

Hasil Perhitungan
Ketersediaan Air

Keluaran

Peta Arahan Pemanfaatan Air


Baku

Kapasitas sumber-sumber air


yang disarankan untuk
dikembangkan

Gambaran prioritas
pengembangan sumbersumber air baku sesuai dengan
kapasitas dan kebutuhan, serta
teknis pemanfaatannya

Acuan dalam
Buku Panduan
Sub Bab 2.4.4

Langkah Pelaksanaan
1. Mempelajari SKL ketersediaan air, dan tentukan sumber-sumber air yang paling
memungkinkan sebagai sumber air baku untuk pusat-pusat kegiatan dalam wilayah
dan/atau kawasan (termasuk memperhitungkan jarak) berdasarkan SKL tersebut.
2. Memperhatikan juga penggunaan lahan yang ada saat ini, terutama yang berkaitan dengan
pemanfaatan air seperti pertanian, industri, dan lainnya.
3. Menentukan prioritas pemanfaatan sumber-sumber yang telah diarahkan tersebut sesuai
dengan tingkat kebutuhan dan ketersediaan, serta teknis eksploitasinya.
Arahan Pemanfaatan Air Baku
Kelas Kemampuan Lahan
Klasifikasi
Kelas a
Sangat Rendah
Kelas b
rendah
Kelas c
Cukup
Kelas d
Baik
Kelas e
Sangat Baik

Nilai
1
2
3
4
5

Perhatikan..!!
1) Dalam memberikan arahan pemanfaatan sumber-sumber air baku, berikan juga
tindakan pengamanan pada sumber-sumber tersebut agar kesinambungan
ketersediaan air dan keseimbangan tata air tetap terjaga.
2) Untuk arahan pemanfaatan air yang mengambil dari sumber penggunaan
lain seperti irigasi, industri dan lainnya, hitung dengan teliti agar tidak
menganggu sistem yang sudah ada.
MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,
SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

87

Contoh Peta Arahan Ketinggian Bangunan (Kasus: Kabupaten Minahasa Tenggara)


Gambar A-24

88

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

5. PERKIRAAN DAYA TAMPUNG LAHAN

Tujuan analisis
Mengetahui
perkiraan jumlah
penduduk yang bisa
ditampung di wilayah
dan/atau kawasan,
dengan pengertian
masih dalam batas
kemampuan lahan

Data yang dibutuhkan


Peta-peta:
Proyeksi jumlah
penduduk
Standar kebutuhan
air/hari/orang

Keluaran
Peta Perkiraan Daya
tampung lahan
Persyaratan
pengembangan
berdasarkan daya
tampung lahan

Acuan dalam
Buku Panduan
Sub Bab 2.4.5

Langkah Pelaksanaan
1) Menghitung daya tampung berdasarkan ketersediaan air, kapasitas air yang bisa
dimanfaatkan, dengan kebutuhan air perorang perharinya disesuaikan dengan jumlah
penduduk yang ada saat ini, atau misalnya rata-rata 100 l/jiwa/hari (tergantung standar
yang digunakan). Berikut ini merupakan contoh perhitungan ketersediaan sumber air
permukaan pada setiap satuan wilayah sungai (Kasus: Kabupaten Minahasa Tenggara).

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

89

No

DAS

Luas

DEBIT RUN OFF

Ketersediaan Air Pemukaan

(Ha)

(m3/detik hari-hujan)

(Juta M3/tahun)

Abuang

1455.77

78.51

1,090.21

Bangasu

11417.28

357.89

4,969.75

Banger

1830.95

93.14

1,293.36

Belang

7193.78

231.05

3,208.47

Bentenan

2331.49

78.93

1,096.01

Kalat

2339.88

83.47

1,159.13

Kaluya

993.24

37.94

526.88

Katayang

5127.58

158.59

2,202.16

Kuala Nunuk

1631.89

50.52

701.54

10

Lahendong

1900.68

46.81

650.03

11

Liwutung

2114.58

58.80

816.46

12

Lowatag

4039.76

168.47

2,339.37

13

Makalu

1829.20

123.04

1,708.60

14

Malompar

3713.01

131.08

1,820.17

15

Minanga

2032.48

197.10

2,736.91

16

Palaus

676.99

15.63

217.05

17

Pangu

1207.36

90.51

1,256.77

18

Ranoako

4813.29

137.60

1,910.72

19

Ratahan

1124.48

48.33

671.07

20

Tatengesan

2054.72

128.86

1,789.34

21

Tilawat

1425.57

36.57

507.84

22

Totok

8309.58

268.40

3,727.12

23

Pulau
Jumlah

1517.43

44.13

612.81

71080.98

2665.36

37,011.80

KETERSEDIAAN PERHARI

2)

101,37

Menghitung daya tampung berdasarkan arahan rasio tutupan lahan dengan asumsi
masing-masing arahan rasio tersebut dipenuhi maksimum, dan dengan anggapan luas
lahan yang digunakan untuk permukiman hanya 50% dari luas lahan yang boleh tertutup
(30% untuk fasilitas dan 20% untuk jaringan jalan serta utilitas lainnya). Kemudian dengan
asumsi 1KK yang terdiri dari 5 orang memerlukan lahan seluas 100 m2. Maka dapat
diperoleh daya tampung berdasarkan arahan rasio tutupan lahan ini sebagai berikut:
50% {n % x luas lahan (m2)}
Daya tampung (n) = --------------------------------------- x 5 (jiwa)
100

90

MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK LINGKUNGAN, EKONOMI,


SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

Anda mungkin juga menyukai