Anda di halaman 1dari 24

EXECUTIVE SUMMARY

Studi Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kabupaten Kebumen


1



Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Kabupaten Kebumen
























TAHUN 2010









DAFTAR ISI


1.1 LATAR BELAKANG 2
1.2 RUANG LINGKUP MATERI/ KEGIATAN 2
1.3 IDENTIFIKASI ISU-ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
DAN LINGKUNGAN HIDUP..

2
A. Aspek Sosial 3
B. Aspek Ekonomi 4
C. Aspek Lingkungan Hidup... 4
1.4 PENETAPAN PRIORITAS KAJIAN KRP RTRW KABUPATEN KEBUMEN. 5
1.5 KAJIAN PENGARUH DAMPAK, ALTERNATIF KRP DAN REKOMENDASI... 5
1. Kebijakan Pengembangan Kawasan Perkotaan 5
2. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Prasarana Jaringan Jalan
Wilayah.

6
3. Kebijakan Rencana Struktur Ruang (Sistem Perkotaan). 7
4. Kebijakan dan Strategi Pemerataan Fungsi Prasarana Wilayah Untuk
Mendukung Kegiatan Agrobisnis dan Kegiatan Pendukung Lainnya.

8
5. Rencana Jaringan Transportasi (Jaringan Jalan).. 9
6. Rencana Pola Ruang (Kawasan Potensi Tambang). 11
7. Rencana Pola Ruang (Kawasan Rawan Bencana)... 12
8. Rencana Penetapan Kawasan Strategis (Kawasan Strategis dari Sudut
Pertumbuhan Ekonomi).

17
9. Rencana Penetapan Kawasan Strategis (Sudut Daya Dukung
Lingkungan).

22





EXECUTIVE SUMMARY
Studi Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kabupaten Kebumen
2
1.1. LATAR BELAKANG
Seiring dengan semakin meningkatnya masalah lingkungan hidup di seluruh
pelosok bumi yang terbentang dari lokal hingga global, langkah-langkah pencegahan
timbulnya dampak negatif terhadap kerusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup
menjadi semakin mendesak untuk ditempuh. Penanggulangan dan pengendalian dampak
negatif terhadap lingkungan hidup serta isu keberlanjutan lingkungan hidup terasa tidak
cukup dan kurang efektif jika dilakukan pada saat kegiatan telah memasuki masa operasi
dan sepenuhnya hanya mengandalkan pendekatan teknologi.
Menyikapi situasi tersebut, sejalan dengan amanat Undang Undang nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, pemerintah daerah
wajib membuat Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk memastikan bahwa
prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam
pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana dan/atau program. Instrumen ini
mencoba mengatasi kelemahan yang diutarakan di atas. Kerusakan sumber daya alam
dan pencemaran lingkungan akan lebih efektif dicegah bila sejak proses formulasi
Kebijakan, Rencana dan Program (KRP) telah dipertimbangkan masalah lingkungan
hidup dan ancaman terhadap keberlanjutannya sesuai konsep sustainable development.
KLHS menjadi terasa semakin penting kehadirannya ketika tujuan ketujuh dari
Millenium Development Goals (MDGs) yaitu terjaminnya keberlanjutan lingkungan hidup,
menetapkan salah satu target penting yang hendak dicapai, yakni : terintegrasikannya
prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dalam kebijakan, rencana dan program dan
berkurangnya kerusakan sumber daya alam. Penetapan target ini telah menyebabkan
KLHS semakin banyak diadopsi oleh berbagai negara maju dan berkembang.
KLHS adalah proses mengintegrasikan pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan hidup dalam pengambilan keputusan terhadap kebijakan,
rencana, dan/atau program yang selanjutnya disingkat KRP, melalui antisipasi
kemungkinan dampak negatif KRP terhadap lingkungan hidup. KLHS yang memiliki
kualitas baik tidak hanya karena analisisnya baik, namun juga karena dapat mempengaruhi
muatan akhir KRP, sehingga keputusan-keputusan yang dibuat akuntabel. Hal ini dapat
tercapai apabila KLHS dilaksanakan dengan melibatkan pemangku kepentingan, yaitu para
perencana, pengambil keputusan, dan masyarakat. Keberagaman cara melaksanakan
setiap rangkaian proses-proses tersebut diatas menyebabkan rincian pelaksanaan KLHS
tidak dapat dibakukan dan dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan.
Kegiatan Studi Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kabupaten
Kebumen Tahun 2010 ini merupakan sebuah langkah dalam rangka proses
mengintegrasikan dan mengarusutamakan (mainstreaming) pembangunan berkelanjutan
yang berwawasan lingkungan hidup dalam proses pengambilan keputusan terhadap
Kebijakan, Rencana dan Program (KRP) di wilayah Pemerintah Daerah Kabupaten
Kebumen, sehingga diharapkan tercipta pembangunan yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan.

1.2. RUANG LINGKUP MATERI/ KEGIATAN
Lingkup materi/ kegiatan Studi Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS) Kabupaten Kebumen ini terbagi atas beberapa tahapan, yaitu tahap laporan
pendahuluan, tahap laporan antara, tahap draft laporan akhir dan tahap laporan akhir.
Sedangkan secara rinci keseluruhan lingkup kegiatan Studi Penyusunan Kajian
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) secara materi adalah sebagai berikut (UUPLH No.32
Tahun 2009, Pasal 15) :
1) Identifikasi kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk
pembangunan di Kabupaten Kebumen.
2) Perkiraan mengenai dampak dan resiko lingkungan hidup di Kabupaten Kebumen.
3) Kinerja layanan/jasa ekosistem di Kabupaten Kebumen.
4) Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam di Kabupaten Kebumen.
5) Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim di Kabupaten
Kebumen.
6) Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati di Kabupaten Kebumen.
Berdasarkan 6 (enam) point substansi materi diatas, dalam kegiatan Penyusunan Studi
Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Kabupaten Kebumen mencakup
pada point 1 dan 2 yaitu Identifikasi kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup untuk pembangunan di Kabupaten Kebumen dan Perkiraan mengenai dampak dan
resiko lingkungan hidup di Kabupaten Kebumen.
Sedangkan jika dikaitkan dengan ketentuan PP No. 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang, maka lingkup Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS) Kabupaten Kebumen merupakan penyelenggaraan KLHS yang diintegrasikan ke
dalam proses penyusunan rencana, dalam hal ini Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Kebumen yang disusun Tahun 2010. Secara rinci penjabaran kerangka logis
dalam pengkajian pengaruh Kebijakan, Rencana dan Program (KRP) RTRW Kabupaten
Kebumen meliputi :
1) Perumusan Konteks, Tujuan dan lingkup KLHS (Posisi KLHS)
2) Identifikasi Pemangku Kepentingan
3) Identifikasi Isu-isu Strategis Pembangunan Berkelanjutan dan Lingkungan Hidup
4) Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup
5) Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP
6) Rekomendasi dan Presentasi untuk Pengembilan Keputusan

1.3. IDENTIFIKASI ISU-ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DAN
LINGKUNGAN HIDUP
Identifikasi isu-isu strategis pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup
dirumuskan untuk mengetahui isu-isu strategis yang terdapat di Kabupaten Kebumen
sebagai variabel yang akan dikaji dan diintegrasikan dengan KRP Kabupaten Kebumen.
Berdasarkan kajian yang telah dilakukan rumusan isu-isu strategis terkait dengan kebijakan
EXECUTIVE SUMMARY
Studi Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kabupaten Kebumen
3
yang mempengaruhi perkembangan Kabupaten Kebumen dan kondisi keruangan
Kabupaten Kebumen adalah sebagai berikut :
1) Secara geografis Kabupaten Kebumen terletak pada jalur strategis yang merupakan
jalur perdagangan dan ekonomi utama di Pulau Jawa Bagian Selatan atau Pantai
Selatan Jawa (Pansela) yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam
memperlancar kegiatan perekonomian yaitu dilalui oleh jalur bebas hambatan
Yogyakarta-Cilacap (Kota Hierarki I) atau berada di sekitar kawasan Pusat Kegiatan
Nasional (PKN) yaitu dekat dengan Kabupaten Cilacap.
2) Penetapan Kebumen dalam RTRWN yang diikuti dengan RTRWP sebagai Pusat
Kegiatan Wilayah (PKW) dengan status II/C/1 yang berimplikasi pada peran Kebumen
sebagai pusat pelayanan dalam lingkup regional, dengan demikian harus ada
peningkatan kuantitas dan kualitas dari penyediaan Fasilitas Umum dan Fasilitas
Sosial serta sarana-prasarana di Wilayah Kebumen.
3) Adanya pengembangan jalur jalan utama yang melewati Kabupaten Kebumen yaitu
jalan bebas hambatan sepanjang Cilacap-Yogyakarta dan atau jalan kolektor primer
Jalur Lintas Selatan Jawa Tengah (JJLS) maka peluang akan pengembangan jasa
perdagangan dan angkutan barang di sepanjang jalur bebas hambatan tersebut perlu
ditangkap dengan pengembangan kawasan Petanahan yang dikembangkan sebagai
perkotaan perdagangan pergudangan, dan jasa di wilayah jalur Selatan tersebut.
4) Penetapan Wilayah Sungai Serayu Bogowonto sebagai kawasan strategis nasional
menuntut adanya pengelolaan DAS Wawar dan Luk Ulo secara terpadu dalam satu
sistem Sungai Serayu Bogowonto dari hulu hingga hilir untuk keberlanjutan fungsi
wilayah sungai tersebut.
5) Pengembangan Wilayah Pesisir di sepanjang pantai Selatan dari arah Buayan, Ayah
sampai dengan Mirit.
6) Pertumbuhan Kabupaten Kebumen masih cenderung terbatas pada wilayah yang
dilalui oleh jalur tengah, hal tersebut menyebabkan disparitas antara wilayah Utara,
tengah dan Selatan dalam hal persebaran sarana dan prasarana.
7) Potensi pertanian (lahan yang subur) masih cenderung dikelola secara tradisional dan
parsial, dengan pengetahuan petani yang terbatas sehingga hasil pertanian belum
berkembang secara maksimal.
8) Potensi perikanan dan kelautan belum dikembangkan secara optimal, hal tersebut
terkait keterbatasan sumber daya manusia baik itu keterampilan maupun pengetahuan
untuk mengolah potensi tersebut, serta sarana prasarana dan pemodalan yang masih
sulit diakses oleh masyarakat.
9) Pengelolaan potensi pertambangan di Kabupaten Kebumen masih tumpang tindih
dengan pengelolaan sektor lainnya, sehingga menimbulkan dampak negatif berupa
kerusakan lingkungan terutama pada lahan pertanian produktif perlu ditetapkan dalam
Masterplan yang jelas dan tegas.
10) Di Kabupaten Kebumen terdapat sebaran situs-situs Karst Gombong Selatan dan
Cagar Alam Geologi Karangsambung yang ditetapkan sebagai Karst Gombong
Selatan Heritage yang berskala dunia. Maka keberadaannya harus dilindungi namun
juga dikembangkan untuk keperluan kajian pendidikan dan wisata keilmuan, untuk itu
diperlukan akses-akses pencapaian yang tepat agar pengembangannya tidak
mengganggu luasan/volume serta kondisi keaslian karst tersebut (melindungi
sebagai obyek heritage karst).
11) Potensi pariwisata pantai, alam dan budaya, memerlukan panduan perencanaan
untuk pengelolaan maupun pengembangan kawasan pariwisata maupun perikanan
tangkap dan budidaya.
12) Potensi sarang burung walet yang berpengaruh pada PAD Kabupaten serta lahan
mata pencaharian masyarakat.
13) Mempunyai peran strategis dalam bidang transportasi darat dan perkeretaapian.
Peningkatan stasiun-stasiun eksisting Kabupaten Kebumen dengan jumlah 4 (empat)
buah.
Berdasarkan kegiatan penjaringan aspirasi masyarakat terkait
potensi/permasalahan yang telah dilakukan melalui kuisioner/angket dan kegiatan FGD
(Focus Group Discussion) dan rumusan isu strategis dari kajian RTRW Kabupaten
Kebumen, maka secara rinci dapat teridentifikasi isu-isu strategis di Kabupaten Kebumen
yang terkait dengan pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup dalam kegiatan
Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Kabupaten Kebumen. Adapun
rumusan isu-isu strategis tersebut adalah sebagai berikut :
A. Aspek Sosial
Isu strategis yang terkait dengan pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup
dari aspek sosial adalah :
1) Meningkatnya ancaman terhadap kualitas sumberdaya manusia yang kurang optimal.
Isu strategis ini dirumuskan mengingat terdapat beberapa permasalahan dan
kelemahan yang mampu memicu timbulnya isu strategis diatas, antara lain :
Masih adanya kualitas sumber daya manusia di Kabupaten Kebumen yang
kurang menguasai dari segi ketrampilan dan pengetahuan untuk mengolah
sumber daya pertanian yang ada
Ketergantungan masyarakat terhadap pemerintah masih tinggi (kurangnya
pemberdayaan masyarakat)
Kurangnya tingkat kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan hidup
Masih adanya kegiatan pertanian, peternakan, perikanan yang masih dilakukan
dengan teknologi yang sederhana dengan peralatan yang minim, sehingga
hasilnya seringkali tidak memuaskan.
Kurangnya sarana dan prasarana pendukung aktvitas penduduk yang terkait
dengan peningkatan SDM, misalnya : sarana pendidikan ketrampilan, balai
pelatihan, balai pengembangan SDM, sarana transportasi dan lain-lain.
Semakin meningkatnya pengganguran dalam usia produktif
EXECUTIVE SUMMARY
Studi Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kabupaten Kebumen
4
2) Timbulnya kesenjangan (disparitas) wilayah dari aspek sosial (kecemburuan sosial).
Isu strategis ini dirumuskan mengingat terdapat beberapa permasalahan dan
kelemahan yang mampu memicu timbulnya isu strategis diatas, antara lain :
Fasilitas publik sulit terjangkau oleh masyarakat pada beberapa wilayah karena
lokasi dan transportasi belum memadai, contoh RSUD dan lain-lain.
Jumlah sarana dan prasarana pendidikan masih belum mencukupi di beberapa
wilayah, terutama untuk SMU/SMK, hal tersebut mempengaruhi tingkat dan
jangkauan layanan.
Di sebagian wilayah masih mengalami kesulitan air bersih terutama karena
sumur yang mengering, sumber air dari PDAM yang kadang macet atau kondisi
airnya yang kotor.
B. Aspek Ekonomi
Isu strategis yang terkait dengan pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup
dari aspek ekonomi adalah :
1) Meningkatnya ancaman jumlah penduduk miskin.
Isu strategis ini dirumuskan mengingat terdapat beberapa permasalahan dan
kelemahan yang mampu memicu timbulnya isu strategis diatas, antara lain :
Kurangnya sarana dan prasarana pendukung aktvitas penduduk yang terkait
dengan peningkatan SDM, misalnya : sarana pendidikan ketrampilan, balai
pelatihan, balai pengembangan SDM, sarana transportasi dan lain-lain.
Pengembangan sektor perekonomian mikro seringkali terhalang oleh modal yang
sulit diakses oleh masyarakat
2) Meningkatnya jumlah angka pengangguran.
Isu strategis ini dirumuskan mengingat terdapat beberapa permasalahan dan
kelemahan yang mampu memicu timbulnya isu strategis diatas, antara lain :
Masih lemahnya sumberdaya manusia dalam penciptaan lapangan pekerjaan,
misalnya : melalui industri rumah tangga.
Kurangnya SDM yang siap kerja dan memiliki keterampilan yang langsung dapat
diterapkan dalam lapangan pekerjaan.
C. Aspek Lingkungan Hidup
Isu strategis yang terkait dengan pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup
dari aspek lingkungan hidup adalah :
1) Kerusakan lingkungan dan Sumberdaya Alam (lahan, air, keanekaragaman hayati,
pesisir laut, DAS, hutan dan lain-lain).
Isu strategis ini dirumuskan mengingat terdapat beberapa permasalahan dan
kelemahan yang mampu memicu timbulnya isu strategis diatas, antara lain :
Alih fungsi lahan pertanian yang sulit dikendalikan akibat pembangunan fisik
perkotaan, misalnya di Kecamatan Gombong.
Adanya penambangan yang merusak lingkungan di kawasan pesisir misalnya di
Luk Ulo (penambangan pasir).
Pengelolaan kawasan hutan lindung dengan jenis tanaman yang kurang mampu
mendukung kelestarian sumberdaya air, misalnya: di Kawasan Hutan Lindung
sekitar Waduk Sempor dengan jenis tanaman pinus.
Adanya penambangan kawasan Karst Gombong Selatan yang kurang sesuai
dan tidak memperhatikan aspek lingkungan.
Adanya penambangan liar di kawasan Situs Geologi Karangsambung sehingga
mempengaruhi kelestarian lingkungan Kawasan Lindung Geologi
Karangsambung pada zona inti.
Keberadaan industri masih banyak menimbulkan masalah terhadap lingkungan
sekitar terutama dari segi pengadaan bahan baku dan tidak memperhatikan
keberlanjutan lingkungan, misalnya industri genting dan batu bata di Pejagoan.
Belum adanya regulasi yang dipedomani dalam pemanfaatan dan pengelolaan
sumber daya.
Belum jelasnya pemetaan potensi lingkungan
2) Pencemaran lingkungan (air, tanah/lahan, udara).
Isu strategis ini dirumuskan mengingat terdapat beberapa permasalahan dan
kelemahan yang mampu memicu timbulnya isu strategis diatas, antara lain :
Kemungkinan akan timbul berbagai gangguan/polusi/bencana akibat rencana
pembangunan Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) seperti polusi udara, air dan
tanah.
Keberadaan pertambangan/penggalian masih banyak menimbulkan masalah
terhadap lingkungan sekitar terutama dari segi pembuangan limbah.
Masyarakat sebagian besar mengeluhkan pendirian menara telekomunikasi yang
dianggap banyak menyalahi aturan serta kurang memperhatikan dampaknya
bagi masyarakat sekitar.
Limbah industri tempe yang mengakibatkan pencemaran air dan udara
Pencemaran pada daerah pembakaran batu kapur di Kawasan Karst
3) Meningkatnya intensitas dan luasan daerah rawan bencana.
Isu strategis ini dirumuskan mengingat terdapat beberapa permasalahan dan
kelemahan yang mampu memicu timbulnya isu strategis diatas, antara lain :
Masih perlunya sinkronisasi lanjut terhadap kebijakan pengembangan di bagian
Selatan Kabupaten Kebumen mempunyai fungsi wilayah sebagai zona/barier
pengamanan nasional di Wilayah Selatan Pulau Jawa.
Daerah kabupaten Kebumen bagian utara dan tengah merupakan perbukitan dan
pegunungan yang rawan erosi dan longsor akibat adanya kegiatan
penambangan oleh masyarakat sekitar secara illegal dan kurangnya penanaman
pohon yang dapat menahan ke pantai air untuk pencegahan adanya emosi dan
tanah longsor.
Pengembangan lokasi-lokasi karst (kawasan lindung) yang kurang tertata bisa
mengakibatkan terjadi degradasi lingkungan seperti hilangnya mata air, bencana
longsor, dan sebagainya.
EXECUTIVE SUMMARY
Studi Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kabupaten Kebumen
5
Berdasarkan uraian isu strategis diatas, maka dapat dirumuskan beberapa point isu
strategis yang menjadi prioritas untuk diperhatikan dalam studi Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS) ini, meliputi :
a. Kawasan Potensi Pertambangan : Penambangan yang kurang memperhatikan
lingkungan.
b. Kawasan Karst Gombong Selatan : Penambangan liar di kawasan Karst yang
merupakan kawasan yang harus dilindungi.
c. Kawasan Geologi Karangsambung : Penambangan liar di kawasan Geologi
Karangsambung sehingga mempengaruhi kelestarian lingkungan Kawasan Lindung
Geologi Karangsambung.
d. Kawasan Pesisir : Penambangan pasir dan batuan di kawasan sempadan pantai
misalnya di Luk Ulo.
e. Kawasan Peruntukan Industri Batu Bata dan Genteng : Pengambilan bahan baku
yang menyalahi aturan, misalnya di Pejagoan.
f. Kawasan Hutan Lindung di Sekitar Waduk Sempor : Pengelolaan dengan jenis
tanaman homogen (seperti : Tanaman Pinus) yang kurang mampu mendukung
kelestarian sumberdaya air.
g. Alih Fungsi Lahan Pertanian : Lahan pertanian sawah yang sulit dikendalikan akibat
pembangunan fisik perkotaan, misalnya di Kecamatan Gombong.
Rumusan isu-isu strategis diatas, menjadi prioritas isu lingkungan yang akan
dikajian lebih detail dalam kajian pengaruh/ dampak, penyusunan alternatif KRP
(Kebijakan, Rencana, Program) dan rekomendasi dalam studi ini sebagai upaya dalam
mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan hidup.

1.4. PENETAPAN PRIORITAS KAJIAN KRP RTRW KABUPATEN KEBUMEN
Prioritas kajian ditentukan berdasarkan beberapa pertimbangan, yaitu :
Kebijakan dan rencana merupakan kebijkan yang mempunyai pengaruh besar
terhadap lingkungan (kerusakan lingkungan dan SDA, pencemaran lingkungan dan
berpengaruh pada peningkatan intensitas dan luasan area rawan bencana).
Merupakan kebijakan dan rencana yang terkait langsung dengan isu-isu strategis
pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup.
Merupakan kebijakan dan rencana dengan nilai prioritas (dinotasikan dengan skor/
jumlah dampak), yaitu nilai 5 (lima) sampai dengan 7 (tujuh).
Nilai dampak negatif lebih banyak daripada dampak positif (tingkat urgensi
dampak/resiko negatif besar).
Berdasarkan pertimbangan diatas, maka dapat dirumuskan beberapa kebijakan
dan rencana yang akan dikaji pengaruhnya terhadap lingkungan secara lebih detail.
Adapun beberapa kebijakan dan rencana yang menjadi kajian prioritas adalah sebagai
berikut :
1) Kebijakan Pengembangan Kawasan Perkotaan
2) Kebijakan dan Strategi Pengembangan Prasarana Jaringan Jalan Wilayah
3) Kebijakan Rencana Struktur Ruang (Sistem Perkotaan)
4) Rencana Jaringan Transportasi (Jaringan Jalan)
a. Pembangunan Jalan Lingkar (Kota Kebumen)
b. Pembangunan Jalan Lingkar Prembun
c. Pembangunan Jalan tembus yang merupakan ruas jalan yang merangkai
kawasan pinggiran
5) Kebijakan Prasarana Lingkungan (Persampahan)
6) Rencana Pola Ruang (Kawasan Potensi Tambang)
7) Rencana Pola Ruang (Kawasan Rawan Bencana)
8) Rencana Penetapan Kawasan Strategis (Kawasan Strategis dari Sudut Pertumbuhan
Ekonomi)
a. Kawasan Ekonomi Cepat Tumbuh Prembun Kutowinangun Kebumen
Sruweng Karanganyar Gombong
b. Kawasan Pesisir Ayah
c. Kawasan Peruntukan industri Batu Bata dan Genteng di Pejagoan
d. Peruntukan Industri Kerajinan Rakyat
e. Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS)
9) Rencana Penetapan Kawasan Strategis (Sudut Daya Dukung Lingkungan)
a. Kawasan Hutan Lindung Waduk Sempor dan Waduk Wadaslintang.
b. Kawasan Karst Gombong Selatan
c. Kawasan Geologi Karangsambung

1.5. KAJIAN PENGARUH DAMPAK, ALTERNATIF KRP DAN REKOMENDASI
Kajian pengaruh dampak, alternatif KRP dan rekomendasi yang dikaji dan
dirumuskan pada prioritas KRP dari produk RTRW Kabupaten Kebumen adalah sebagai
berikut :
1. Kebijakan Pengembangan Kawasan Perkotaan
Pengembangan kawasan perkotaan sebagai pusat pertumbuhan dan pelayanan
untuk mengembangkan potensi jasa agrobisnis dan potensi lokal lainnya di Kabupaten
Kebumen.
Kajian Dampak :
Kebijakan pengembangan kawasan perkotaan yang dikembangkan berdasarkan
potensi daerah, akan menimbulkan beberapa dampak baik dampak positif maupun
negatif. Dampak positif terhadap kebijakan pengembangan kawasan perkotaan
diatas antara lain:
Aspek Sosial
Meningkatkan interaksi antar kawasan perkotaan yang dikembangkan sesuai
potensi masing-masing wilayah.
Meningkatnya keberadaan fasilitas umum dan sosial sebagai penunjang
perkembangan kawasan perkotaan, misalnya : fasilitas pendukung
transportasi (halte, terminal).
EXECUTIVE SUMMARY
Studi Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kabupaten Kebumen
6
Aspek Ekonomi
Meningkatkan pertumbuhan kawasan khususnya disekitar kawasan
pengembangan perkotaan.
Meningkatnya nilai lahan baik pada kawasan pengembangan perkotaan dan
pada area sekitar kawasan perkotaan.
Meningkatnya peluang usaha baru sebagai akibat dari pengembangan
kawasan perkotaan.
Dampak negatif kebijakan pengembangan kawasan perkotaan diatas antara lain :
Aspek Sosial
Timbulnya sikap individualisme pada masyarakat
Gangguan keamanan dan ketertiban (meningkatnya angka kejahatan)
Aspek Ekonomi
Semakin menurunnya sumber daya alam (lahan, air dan lain-lain).
Semakin keterbatasan lahan/ ruang mengingat nilai lahan semakin tinggi.
Aspek Lingkungan
Kualitas lingkungan menurun (lahan, air, udara, dan lain-lain).
Perubahan tata guna lahan (alih fungsi lahan)
Semakin meningkatnya peluang untuk adanya perumahan kumuh.
Menurunnya kualitas udara akibat adanya perkembangan dan peningkatan
kepadatan kawasan.
Peningkatan intensitas kebisingan akibat meningkatnya keramaian dari
perkembangan kawasan perkotaan.
Alternatif KRP :
Alternatif kebijakan pengembangan kawasan perkotaan diatas dapat
diimplementasikan dengan memprioritaskan pada terwujudnya prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan, dengan dukungan beberapa alternatif kebijakan,
rencana dan program sebagai berikut :
Kebijakan peningkatan fungsi dan peran kawasan perkotaan dengan tetap
memperhatikan keseimbangan antara sumberdaya alam, sumberdaya ekonomi,
dan sumberdaya sosial untuk menjamin terwujudnya pembangunan
berkelanjutan.
Pengembangan system kerjasama (channeling) dalam system pengelolaan,
pemanfataan dan pemasaran potensi daerah sehingga terwujud kondisi
perekonomian yang saling menguatkan antara kawasan perkotaan dan
perdesaan.
Peningkatan kondisi perekonomian kawasan perkotaan yang mampu menangkap
potensi dari daerah penghasil (perdesaan) untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat.


Rekomendasi :
Rekomendasi terkait kebijakan pengembangan kawasan perkotaan diatas dapat
diimplementasikan dengan memprioritaskan pada terwujudnya prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan, dengan dukungan beberapa alternatif rekomendasi
sebagai berikut :
Kebijakan pengembangan kawasan perkotaan harus memberikan perhatian yang
seimbang pada kepentingan non-ekonomi, yakni kepentingan sosial dan
kepentingan lingkungan hidup.
Implementasi kebijakan pengembangan kawasan perkotaan harus diikuti dengan
pengembangan system infrastruktur sehingga terbentuk pemenuhan layanan
baik dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan.
Kebijakan pengembangan kawasan perkotaan harus diikuti dengan rekomendasi
dan ketentuan yang dihasilkan dari studi peraturan zonasi kawasan perkotaan.
Implementasi kebijakan pengembangan kawasan perkotaan harus dilakukan
dengan memperhatikan dan mengacu pada ketentuan peraturan zonasi.
Implementasi kebijakan pengembangan kawasan perkotaan harus diikuti dengan
kegiatan monitoring dan evaluasi secara berkesinambungan.
Pengembangan kawasan perkotaan harus dilakukan dengan mempertimbangkan
pengkajian pemerataan pembangunan.
2. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Prasarana Jaringan Jalan Wilayah
Pengembangan sistem angkutan umum yang mampu meningkatkan aksesibilitas
masyarakat dan mendorong kegiatan perekonomian masyarakat di Kabupaten
Kebumen secara berkesinambungan.
Kajian Dampak :
Kebijakan pengembangan sistem angkutan umum, akan menimbulkan beberapa
dampak baik dampak positif maupun negatif. Dampak positif terhadap kebijakan
pengembangan sistem angkutan umum diatas antara lain:
Aspek Sosial
Mempermudah interaksi antar masyarakat dalam mendukung aktivitas
penduduk.
Meningkatkan mobilitas barang dan orang.
Aspek Ekonomi
Memperlancar arus dan distribusi barang dan jasa dengan wilayah terkait.
Meningkatkan roda perekonomian kawasan, khususnya dengan dukungan
sarana angkutan transportasi.
Dampak negatif pengembangan sistem angkutan umum diatas antara lain :
Aspek Sosial
Gangguan keamanan dan ketertiban (meningkatnya angka kejahatan)
Aspek Lingkungan
Kualitas lingkungan menurun (udara).
Peningkatan intensitas kebisingan.
EXECUTIVE SUMMARY
Studi Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kabupaten Kebumen
7
Peningkatan kemacetan lalu lintas.
Alternatif KRP :
Alternatif kebijakan pengembangan system angkutan umum diatas dapat
diimplementasikan dengan memprioritaskan pada terwujudnya prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan, dengan dukungan beberapa alternatif kebijakan,
rencana dan program sebagai berikut :
Pengembangan moda angkutan massal yang mampu melayani dan memenuhi
kebutuhan masyarakat (dari segi kualitas dan kuantitas).
Pengembangan sarana angkutan umum yang mampu menjangkau seluruh
wilayah sehingga dapat menunjang terwujudnya kelancaran arus barang dan
manusia serta integrasi antar wilayah.
Peningkatan kinerja layanan angkutan umum massal memprioritaskan pada
keamanan, kenyamanan dan transportasi ramah lingkungan.
Rekomendasi :
Rekomendasi kebijakan pengembangan sistem angkutan umum diatas dapat
diimplementasikan dengan memprioritaskan pada terwujudnya prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan, dengan dukungan beberapa rekomendasi sebagai
berikut :
Pengembangan sistem angkutan umum diikuti dengan penetapan baku mutu
gangguan yang merupakan ukuran batas unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya yang meliputi unsur getaran, kebisingan dan kebauan.
Penetapan standart penggunaan bahan bakar pada moda transportasi dengan
standart bahan bakar transportasi yang ramah lingkungan.
Pengembangan moda angkutan massal harus disesuaikan dengan standart
penggunaan bahan bakar sehingga dapat meminimalisasi polusi udara
3. Kebijakan Rencana Struktur Ruang (Sistem Perkotaan)
Penetapan dilakukan dengan membagi pusat-pusat kegiatan ke dalam notasi PPK
(Pusat Pelayanan Kawasan) dan PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan), serta pusat
kegiatan lain dengan hirarki yang lebih tinggi yang telah ditetapkan di dalam kebijakan
di atasnya.
Kajian Dampak :
Dampak positif terhadap rencana struktur ruang system perkotaan diatas antara
lain :
Aspek Sosial
Meminimalisasi tingkat disparitas (kesenjangan wilayah) desa-kota di wilayah
Kabupaten Kebumen.
Meningkatnya keberadaan fasilitas umum dan sosial sebagai penunjang
system perkotaan, misalnya : pusat kegiatan kawasan dan lingkungan.
Pemerataan tingkat pelayanan dari pusat pelayanan lingkungan (PPL) hingga
pusat pelayanan kawasan (PPK).

Aspek Ekonomi
Meningkatkan pertumbuhan kawasan khususnya pada tiap tingkat layanan
pusat kegiatan.
Memberikan arahan yang jelas terkait pengembangan kawasan dari aspek
ekonomi.
Aspek Lingkungan
Pengembangan wilayah berdasarkan arahan daya dukung lingkungan.
Peningkatan perwujudan pengembangan kawasan dengan memperhatikan
pembangunan yang berkelanjutan dan memperhatikan lingkungan hidup.
Dampak negatif rencana struktur ruang sistem perkotaan diatas antara lain :
Aspek Sosial
Menimbulkan peluang dalam kecemburuan sosial akibat pelayanan yang
kurang merata.
Masih rendahnya tingkat kualitas SDM, mengingat tidak meratanya
pelayanan sosial dan umum.
Aspek Ekonomi
Tingginya nilai lahan akibat perkembangan suatu wilayah.
Semakin keterbatasan lahan/ ruang mengingat nilai lahan semakin tinggi.
Harga kebutuhan pokok penduduk cenderung mengalami peningkatan
Aspek Lingkungan
Kualitas lingkungan menurun (lahan, air, udara, dan lain-lain).
Perubahan tata guna lahan (alih fungsi lahan), misalnya Sawah depan Balai
Desa Bumirejo, telah beralih fungsi menjadi toko, pabrik, dan lain-lain
semuanya dipinggir jalan sehingga sawah kurang produktif.
Semakin meningkatnya peluang terbentuknya kawasan yang kurang tertata.
Alternatif KRP :
Alternatif pengembangan rencana struktur ruang (sistem perkotaan) diatas dapat
diimplementasikan dengan memprioritaskan pada terwujudnya prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan, dengan dukungan beberapa alternatif kebijakan,
rencana dan program sebagai berikut :
Kebijakan peningkatan fungsi dan peran pada masing-masing struktur ruang
sesuai hirarki untuk mewujudkan keterpaduan antar wilayah (pusat hinterland)
sebagai upaya dalam meminimalisasi disparitas (kesenjangan) wilayah.
Optimalisasi pengembangan kawasan sesuai dengan potensi yang dimiliki
masing-masing wilayah dalam peningkatan daya saing dan keterkaitan antar
wilayah satu dengan lainnya.
Penerapan rencana struktur ruang dengan tetap mengacu dan
mempertimbangkan pada daya dukung dan daya tampung lingkungan.


EXECUTIVE SUMMARY
Studi Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kabupaten Kebumen
8
Rekomendasi :
Rekomendasi pengembangan rencana struktur ruang (sistem perkotaan) diatas
dapat diimplementasikan dengan memprioritaskan pada terwujudnya prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan, dengan dukungan beberapa rekomendasi sebagai
berikut :
Rencana struktur ruang harus memberikan perhatian yang seimbang pada
kepentingan non-ekonomi, yakni kepentingan sosial dan kepentingan lingkungan
hidup.
Implementasi rencana struktur ruang harus didasarkan atas keterpaduan antar
wilayah (pusat hinterland) sehingga tidak terjadi disparitas (kesenjangan)
wilayah dari masing-masing aspek (ekonomi, sosial dan lingkungan).
Pengembangan rencana struktur ruang pada masing-masing hirarki dari aspek
lingkungan perlu diikuti dan dilengkapi dengan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS) sesuai dengan studi rincinya. Misalnya : studi kajian penetapan PKL
(Pusat Kegiatan Lokal) dengan KLHS nya.
4. Kebijakan dan Strategi Pemerataan Fungsi Prasarana Wilayah Untuk
Mendukung Kegiatan Agrobisnis dan Kegiatan Pendukung Lainnya
Kebijakan dan strategi terpilih dalam pemerataan fungsi prasarana wilayah untuk
mendukung kegiatan agrobisnis dan kegiatan pendukung lainnya yaitu kebijakan
pengembangan sistem prasarana pengelolaan lingkungan, meliputi :
Pengelolaan sistem jaringan persampahan yang ramah lingkungan
Pengoptimalan sistem sanitasi lingkungan yang sudah ada dan pengembangan
sistem sanitasi individual dan komunal yang diarahkan pada sistem publik
Kajian Dampak :
Dampak positif terhadap rencana diatas antara lain :
Aspek Sosial
Terciptanya budaya hidup bersih didalam lingkungan masyarakat
Terciptanya keharmonisan didalam masyarakat dalam hal kebersihan
lingkungan terutama dalam penanggulangan persampahan
Aspek Ekonomi
Peningkatan nilai tambah dari usaha pemanfaatan limbah sampah seperti
pupuk kompos, dan sebagainya.
Lingkungan yang sehat berdampak pada sehatnya lingkungan sehingga
masyarakat jarang sakit (hemat biaya kesehatan).
Aspek Lingkungan
Lingkungan menjadi lebih bersih dan sehat
Meminimalisir bahaya/polusi akibat dari penumpukan sampah seperti banjir
dan polusi udara.
Dampak negatif rencana diatas antara lain :
Aspek Sosial
Timbulnya konflik kepentingan misalnya dalam hal pembebasan tanah untuk
lokasi pembangunan sarana prasarana baru seringkali terjadi
perselisihan/konflik (warga dengan pemerintah/investor).
Aspek Ekonomi
Pembiayaan untuk pengadaan prasarana yang cukup mahal.
Diperlukan anggaran khusus untuk operasi dan pemeliharaan sapras.
Aspek Lingkungan
Pengembangan sarana prasarana baru mengakibatkan terjadinya alih fungsi
lahan misalnya pengembangan kawasan khusus untuk IPLT, TPA dan
sebagainya yang memerlukan ruang khusus (kawasan steril).
Alternatif KRP :
Pengelolaan sistem jaringan persampahan yang ramah lingkungan
Alternatif kebijakan pengelolaan sistem jaringan persampahan yang ramah
lingkungan diatas dapat diimplementasikan dengan memprioritaskan pada
terwujudnya prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, dengan dukungan
beberapa alternatif kebijakan, rencana dan program sebagai berikut:
Pengembangan konsep pengelolaan sampah terpadu, yang
mengkombinasikan berbagai teknik pemanfaatan dan pemusnahan sampah,
seperti daur ulang plastik dan kertas, pengkomposan, serta insinerasi.
Peningkatan kuantitas (frekuensi pengadaannya) dan kualitas program-
program reduce, reuse, recycle (3R).
Peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia usaha/swasta sebagai mitra
pengelola.
Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan.
Pengoptimalan sistem sanitasi lingkungan yang sudah ada dan
pengembangan sistem sanitasi individual dan komunal yang diarahkan
pada sistem publik
Alternatif kebijakan pengoptimalan sistem sanitasi lingkungan yang sudah ada
dan pengembangan sistem sanitasi individual dan komunal yang diarahkan pada
sistem publik diatas dapat diimplementasikan dengan memprioritaskan pada
terwujudnya prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, dengan dukungan
beberapa alternatif kebijakan, rencana dan program sebagai berikut:
Peningkatan akses prasarana dan sarana sanitasi baik sistem on site maupun
off site diperkotaan dan perdesaan untuk perbaikan kesehatan masyarakat
Peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam
penyelenggaraan pengembangan sistem pengelolaan sanitasi permukiman.
Pengembangan perangkat peraturan perundangan penyelenggaraan
pengelolaan sanitasi permukiman.
Penguatan kelembagaan dan peningkatan kapasitas personil pengelolaan
sanitasi permukiman.
EXECUTIVE SUMMARY
Studi Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kabupaten Kebumen
9
Peningkatan dan pengembangan alternatif sumber pendanaan pembangunan
prasarana dan sarana sanitasi permukiman.
Rekomendasi :
a. Pengelolaan sistem jaringan persampahan yang ramah lingkungan
Rekomendasi kebijakan pengelolaan sistem jaringan persampahan yang ramah
lingkungan diatas dapat diimplementasikan dengan memprioritaskan pada
terwujudnya prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, dengan dukungan
beberapa rekomendasi sebagai berikut:
Penetapan berbagai peraturan resmi yang berkaitan dengan penerapan
konsep Zero Waste dan mengintensifkan berbagai saluran komunikasi untuk
kepentingan sosialisasi secara luas.
Mempermudah akses publik ke hasil-hasil penelitian dan pengembangan
yang berkaitan dengan kegiatan persampahan di Kabupaten kebumen.
Pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya
b. Pengoptimalan sistem sanitasi lingkungan yang sudah ada dan
pengembangan sistem sanitasi individual dan komunal yang diarahkan
pada sistem publik
Rekomendasi kebijakan pengoptimalan sistem sanitasi lingkungan yang sudah
ada dan pengembangan sistem sanitasi individual dan komunal yang diarahkan
pada sistem publik diatas dapat diimplementasikan dengan memprioritaskan
pada terwujudnya prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, dengan dukungan
beberapa rekomendasi sebagai berikut:
Meningkatkan akses masyarakat terhadap prasarana dan sarana sanitasi.
Mendorong partisipasi dunia usaha/swasta dalam penyelenggaraan
pengembangan dan pengelolaan sanitasi permukiman.
Menyusun perangkat peraturan perundangan yang mendukung
penyelengaraan pengelolaan sanitasi lingkungan.
Mendorong dan memfasilitasi pembentukan dan perkuatan kelembagaan
pengelola sarana prasana sanitasi permukiman ditingkat masyarakat.
5. Rencana Jaringan Transportasi (Jaringan Jalan)
a. Pembangunan Jalan Lingkar (Kota Kebumen)
Kajian Dampak :
Dampak positif rencana diatas antara lain:
Aspek Sosial
Semakin mudahnya tingkat interaksi antar ruang di Kawasan Perkotaan
Kebumen
Aspek Ekonomi
Meningkatnya nilai lahan disekitar Jalur Jalan Lingkar di Perkotaan
Kebumen
Kemudahan arus transportasi dan distribusi barang dan jasa dikawasan
Perkotaan Kebumen.
Aspek Lingkungan
Mengurangi kemacetan lalu lintas diperkotaan Kebumen (memecah
keramaian kota)
Mengurangi beban traffic didalam Kawasan Perkotaan Kebumen.
Dampak negatif rencana pembangunan Jalur Jalan Lingkar di Perkotaan
Kebumen diatas antara lain :
Aspek Sosial
Terganggunya tingkat kesehatan masyarakat, khususnya dari segi
kebisingan yang ditimbulkan lalu lintas.
Tingkat kenyamanan masyarakat kawasan perkotaan kebumen disekitar
kawasan jalan lingkar menurun akibat tingkat akstivitas yang semakin
meningkat.
Aspek Lingkungan
Kemungkinan timbulnya polusi (udara,) akibat pembangunan Jalur Jalan
Lingkar di Perkotaan Kebumen.
Peningkatan kebisingan lalu lintas yang semakin tinggi di Jalur Jalan
Lingkar di Perkotaan Kebumen.
Alternatif KRP :
Alternatif rencana pembangunan Jalan Lingkar (Kota Kebumen) diatas dapat
diimplementasikan dengan memprioritaskan pada terwujudnya prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan, dengan dukungan beberapa alternatif kebijakan,
rencana dan program sebagai berikut :
Pengembangan jalur hijau pada kawasan sekitar rencana jalur Jalan Lingkar
Kota Kebumen .
Pengoptimalan lahan yang ada untuk mengantisipasi terjadinya alih fungsi
lahan terutama untuk kawasan pertanian.
Rencana pengembangan jalan lingkar kota harus tetap menjaga keberadaan
jaringan prasarana yang lain seperti jaringan irigasi, drainase dan
sebagainya.
Rekomendasi :
Rekomendasi rencana pembangunan Jalan Lingkar (Kota Kebumen) diatas
dapat diimplementasikan dengan memprioritaskan pada terwujudnya prinsip-
prinsip pembangunan berkelanjutan, dengan dukungan beberapa
rekomendasi sebagai berikut:
Kebijakan penghijauan sepanjang jalan lingkar kota kebumen sebagai barier
(jalur hijau) yang mampu mencegah timbunya polusi udara.



EXECUTIVE SUMMARY
Studi Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kabupaten Kebumen
10
Peningkatan motivasi sebagai upaya untuk membangun kesadaran
masyarakat dan upaya rehabilitasi lingkungan perkotaan kebumen dalam
menjaga kelestarian lingkungan
b. Pembangunan Jalan Lingkar Prembun
Kajian Dampak :
Dampak positif terhadap rencana diatas antara lain :
Aspek Sosial
Adanya perkembangan kegiatan penduduk disekitar Jalur Jalan Lingkar
Prembun, misalnya : pembangunan perumahan penduduk dan kegiatan
pembangunan lainnya.
Aspek Ekonomi
Meningkatnya nilai lahan disekitar Jalur Jalan Lingkar Prembun
Meningkatkan perkembangan ekonomi di kawasan Prembun dan
sekitarnya.
Meningkatnya arus transportasi dan distribusi barang dan jasa dengan
kawasan di Kabupaten Kebumen sebelah utara.
Dampak negatif rencana pembangunan Jalan Lingkar Prembun diatas antara
lain :
Aspek Sosial
Adanya kesenjangan wilayah (disparitas) dengan wilayah lain,
khususnya dari segi aksesibilitas (daya jangkauan layanan transportasi)
Terganggunya tingkat kesehatan masyarakat, khususnya dari segi
kebisingan yang ditimbulkan lalu lintas.
Aspek Lingkungan
Kemungkinan timbulnya polusi (udara) akibat pembangunan Jalan
Lingkar Prembun.
Peningkatan kebisingan lalu lintas yang semakin tinggi di kawasan
sekitar Prembun.
Alternatif KRP :
Alternatif rencana pembangunan Jalan Lingkar Prembun diatas dapat
diimplementasikan dengan memprioritaskan pada terwujudnya prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan, dengan dukungan beberapa alternatif kebijakan,
rencana dan program sebagai berikut :
Pengembangan jalur hijau pada kawasan sekitar rencana jalur Jalan Lingkar
Prembun.
Pembangunan jaringan irigasi yang menyambung kiri dan kanan jalan baru
dengan debit dan jangkauan layanan yang tetap (minimal) dan ditingkatkan.
Pengelolaan kawasan sekitar yang dilalui rencana jalur Jalan Lingkar
Prembun (Misalnya : tata bangunan dan lingkungan, dan lain-lain).
Pembangunan, pengadaan dan peningkatan kelengkapan sarana jaringan
jalan, misalnya : rambu lalu lintas, penerangan jalan dan lain-lain.
Rekomendasi :
Rekomendasi rencana pembangunan Jalan Lingkar Prembun diatas dapat
diimplementasikan dengan memprioritaskan pada terwujudnya prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan, dengan dukungan beberapa rekomendasi
sebagai berikut:
Pembangunan Jalan Lingkar Prembun harus didahului dengan studi kajian
penetapan/ kelayakan Jalur Jalan Lingkar Prembun.
Pembangunan Jalan Lingkar Prembun harus didahului dengan studi KLHS
sektoral transportasi dan studi AMDAL Jalan Lingkar Prembun.
Implementasi pembangunan Jalan Lingkar Prembun harus dilengkapi
dengan pengembangan jalur hijau pada kawasan sekitar rencana jalur Jalan
Lingkar Prembun.
Implementasi control irigasi khususnya pafa persawahan untuk ditingkatkan
sistem jaringannya
Penataan kawasan sekitar Jalan Lingkar Prembun diikuti dengan
penyusunan kajian peraturan zonasi.
Pengelolaan kawasan sekitar Jalan Lingkar Prembun harus dilakukan
dengan mengacu pada hasil peraturan zonasi.
c. Pembangunan Jalan tembus yang merupakan ruas jalan yang merangkai
kawasan pinggiran
Kajian Dampak :
Dampak positif rencana jalan tembus yang merupakan ruas jalan yang
merangkai kawasan pinggiran diatas antara lain :
Aspek Sosial
Mempermudah interaksi dengan antar wilayah di Kabupaten Kebumen
terutama di kawasan pingggiran.
Adanya perkembangan kegiatan penduduk disekitar jalan tembus,
misalnya : pembangunan perumahan penduduk dan kegiatan
pembangunan lainnya.
Aspek Ekonomi
Peningkatan pengembangan wilayah atau kawasan pertumbuhan baru
dengan peluang baru terutama dari sektor pariwisata
Meningkatnya arus transportasi dan distribusi barang dan manusia
dengan kawasan di Kabupaten Kebumen.
Peningkatan lalu lintas yang semakin tinggi di kawasan pinggiran
Kabupaten Kebumen.
Dampak negatif rencana jalan tembus yang merupakan ruas jalan yang
merangkai kawasan pinggiran diatas antara lain :
Aspek Sosial
EXECUTIVE SUMMARY
Studi Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kabupaten Kebumen
11
Terganggunya tingkat kesehatan masyarakat, khususnya dari segi
kebisingan yang ditimbulkan lalu lintas.
Aspek Lingkungan
Kemungkinan timbulnya polusi (udara,) akibat pembangunan jalan
tembus.
Peningkatan intensitas kebisingan.
Alternatif KRP :
Alternatif rencana pembangunan jalan tembus diatas dapat diimplementasikan
dengan memprioritaskan pada terwujudnya prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan, dengan dukungan beberapa alternatif kebijakan, rencana dan
program sebagai berikut:
Peninjauan kembali terhadap penetapan jalur jalan tembus yang merangkai
kawasan pinggiran (misalnya : dari segi kelayakan).
Pemilihan jalur jalan tembus yang disesuaikan dengan hasil peninjauan
kembali dan skala prioritas.
Rekomendasi :
Rekomendasi rencana pembangunan jalan tembus diatas dapat
diimplementasikan dengan memprioritaskan pada terwujudnya prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan, dengan dukungan beberapa rekomendasi
sebagai berikut :
Implementasi rencana jalan tembus yang merangkai kawasan pinggiran
harus didahului dengan penetapan/ kelayakan jalur jalan tembus.
Implementasi rencana jalan tembus harus diikuti dengan pengembangan
jalur hijau disekitar jalur jalan tembus.
6. Rencana Pola Ruang (Kawasan Potensi Tambang)
Rencana pola ruang berupa kawasan potensi pertambangan diasumsikan akan
menimbulkan beberapa dampak, baik dampak positif maupun negatif. Secara rinci
potensi pertambangan yang menimbulkan dampak meliputi : tanah liat, kapur dan
pasir.
Kajian Dampak :
Dampak positif terhadap rencana pola ruang potensi pertambangan diatas antara
lain :
Aspek Sosial
Meningkatkan interaksi masyarakat didalam upaya pengembangan dan
pengelolaan kawasan tambang (tanah liat, kapur dan pasir).
Peningkatan ketrampilan dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan
kawasan tambang.
Aspek Ekonomi
Meningkatkan tingkat pendapatan yang dihasilkan penduduk dari kegiatan
sektor pertambangan.
Tersediannya lapangan pekerjaan baru (multiplier effect).
Meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat.
Dampak negatif terhadap rencana pola ruang potensi pertambangan diatas antara
lain :
Aspek Sosial
Ganguan interaksi sosial akibat dari persaingan usaha yang tidak sehat akibat
banyak warga asing (luar daerah) yang datang.
Persaingan antar sesama penambang untuk mendapatkan lokasi
penambangan yang seluas-luasnya.
Aspek Ekonomi
Pembiayaan reklamasi kawasan bekas tambang yang lebih mahal.
Timbulnya dampak negatif (kerusakan) yang lebih banyak, misalnya pada
penambangan kawasan hulu akan menimbulkan longsor, kekeringan, hilangnya
sumber mata air, dan banjir pada kawasan hilir.
Aspek Lingkungan
Perubahan tata guna lahan (alih fungsi lahan) misalnya untuk penambangan
tanah liat merupakan pengambilan tanah lapisan atas yang tentunya akan
mengurangi kesuburan tanah.
Timbul gangguan tanah (erosi/longsor) akibat penambangan yang tidak ramah
lingkungan.
Penurunan kualitas dan kuantitas air akibat penambangan tanah liat, kapur dan
pasir sehingga air tidak terserap/tersimpan secara optimal.
Semakin menurunnya sumber daya alam hayati yang ada di kawasan tersebut.
Semakin besarnya luasan/area polusi yang diakibatkan dari adanya kegiatan
pengolahan bahan tambang misalnya pada proses penambangan kapur.
Penggalian/penambangan pasir pada kawasan pantai/pesisir akan
menyebabkan timbulnya bahaya abrasi pantai jika tidak disertai dengan upaya
perlindungan kawasan (regulasi/kebijakan yang tegas seperti peraturan
zonasi).
Alternatif KRP :
Alternatif rencana pola ruang berupa kawasan potensi pertambangan (tanah liat,
kapur dan pasir) diatas dapat diimplementasikan dengan memprioritaskan pada
terwujudnya prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, dengan dukungan
beberapa alternatif kebijakan, rencana dan program sebagai berikut :
Pengembangan potensi pertambangan sesuai dengan arahan pola ruang
(kegiatan potensi pertambangan tetap bisa dijalankan) dengan alasan untuk
meningkatkan perekenomian (kesejahteraan masyarakat).
Kegiatan pertambangan boleh dilakukan dengan tetap memperhatikan dan diikuti
kegiatan yang mendukung upaya keberlanjutan lingkungan, (misalnya :
konservasi/rehabilitasi pada lokasi pertambangan).
EXECUTIVE SUMMARY
Studi Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kabupaten Kebumen
12
Identifikasi dan pengkajian dalam penentuan lokasi pertambangan yang paling
kecil dalam menimbulkan dampak terhadap lingkungan, misalnya : sudah
mempunyai aksesibilitas baik, sehingga tidak perlu membuka lahan baru untuk
jalan dan merusak lingkungan.
Pengendalian area bekas tambang untuk diadakan kegiatan rehabilitasi dalam
pemulihan ekosistem.
Rekomendasi :
Rekomendasi rencana pola ruang berupa kawasan potensi pertambangan (tanah
liat, kapur dan pasir) diatas dapat diimplementasikan dengan memprioritaskan
pada terwujudnya prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, dengan dukungan
beberapa rekomendasi sebagai berikut :
Pengembangan potensi pertambangan harus didahului dengan Kajian
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) sektoral pertambangan.
Pengembangan potensi pertambangan harus dilengkapi dengan kajian
pengembangan kawasan dan peraturan zonasi kawasan pertambangan.
Kegiatan pertambangan harus dilakukan sesuai dengan peraturan zonasi
kawasan pertambangan.
Kegiatan pertambangan harus dilakukan dengan tetap memperhatikan
lingkungan dan diikuti dengan kegiatan yang mendukung upaya keberlajutan
lingkungan, (misalnya : konservasi/rehabilitasi pada lokasi dan kawasan
pertambangan).
Pengawasan lokasi tambang harus ditingkatkan.
Reklamasi/merehabilitasi kawasan bekas pertambangan terbuka.
Meningkatkan eksploitasi dengan selalu memperhatikan aspek lingkungan hidup.
Meningkatkan peluang usaha pertambangan skala kecil di wilayah terpencil
dengan memperhatikan aspek sosial dan lingkungan hidup.
Menjamin kepastian hukum melalui penyerasian aturan dan penegakan hukum
secara konsekuen.
Pembinaan (bimbingan teknis pertambangan) dan pengawasan kegiatan
penambangan.
Sosialisasi kebijakan dan regulasi bidang pertambangan.
Pengembangan sistem insentif dan disinsentif terhadap kegiatan-kegiatan yang
berpotensi mencemari lingkungan seperti industri dan pertambangan.
7. Rencana Pola Ruang (Kawasan Rawan Bencana)
1) Kawasan Rawan Bencana Longsor
Kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Kebumen terdapat di sebagian
wilayah Kecamatan Rowokele, Sempor, Karanggayam, Karangsambung,
Pejagoan, Sruweng, Sadang, Alian, Padureso, Karanganyar, Buayan, Ayah. Selain
itu, tanah longsor atau erosi banyak terjadi di badan sungai besar yaitu Sungai Luk
Ulo.

Kajian Dampak :
Kawasan rawan bencana longsor dalam pengembangan wilayah Kabupaten
Kebumen memberikan dampak pengembangan yang cenderung negatif,
meliputi :
Aspek Sosial
Timbulnya konflik didalam masyarakat didalam penyediaan sarana dan
prasarana.
Timbulnya kecemburuan sosial antara masyarakat dilokasi rawan
bencana dengan kawasan lainnya.
Aspek Ekonomi
Kerugian materi yang cukup banyak seperti misalnya hilangnya
lokasi/area pertanian pada kawasan longsor yang berupa lahan
pertanian.
Perlu adanya pembiayaan yang besar untuk pemulihan area rawan
longsor.
Aspek Lingkungan
Semakin berkurangnya daya serap tanah untuk menyimpan cadangan air
tanah.
Timbulnya degradasi lingkungan dan kesuburan tanah makin berkurang
akibat erosi.
Selain subur dan bermanfaat, sedimentasi di muara sungai menyebabkan
pendangkalan. Akibatnya lalu lintas air terhambat dan mengakibatkan
banjir.
Longsor tanah atau lahan di daerah berlereng yang mengakibatkan
kerusakan lahan dan bangunan.
Alternatif KRP :
Alternatif rencana pola ruang berupa kawasan rawan bencana diatas dapat
diantisipasi dengan memprioritaskan pada terwujudnya prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan, dengan dukungan beberapa alternatif kebijakan,
rencana dan program sebagai berikut :
Memperbaiki sistem pengelolaan hutan termasuk pengawasan dan
penegakan hukumnya.
Peningkatan efektivitas reboisasi dan penghijauan secara terpadu.
Penetapan wilayah prioritas rehabilitasi hutan dan lahan.
Pengendalian pada kawasan lereng-lereng yang curam, rawan gempa,
daerah yang rawan longsor dan tanahnya labil untuk tidak digunakan
sebagai permukiman.
Pengadaan reboisasi pada hutan-hutan di lereng gunung yang telah rusak
untuk mencegah banjir dan tanah longsor.
EXECUTIVE SUMMARY
Studi Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kabupaten Kebumen
13
Pembuatan teras-teras atau sengkedan pada lahan pertanian di daerah
lereng untuk mengurangi erosi dan longsor lahan.
Rekomendasi :
Rekomendasi rencana pola ruang berupa kawasan rawan bencana diatas
dapat diantisipasi dengan memprioritaskan pada terwujudnya prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan, dengan dukungan beberapa rekomendasi
sebagai berikut :
Merumuskan indikasi kriteria-kriteria bencana alam tanah longsor, penyebab
dan tingkat kerusakan lingkungan yang ditimbulkan.
Menyusun data-data informasi dengan survei dan diskusi dengan
stakeholder terkait tanah longsor.
Merumuskan kriteria lokasi-lokasi yang mempunyai resiko terjadinya
bencana alam longsor.
Merumuskan langkah-langkah operasional untuk prioritas penanganan pada
kawasan rawan bencana longsor.
Merumuskan kegiatan penataan ruang yang diperlukan pada kawasan
rawan bencana longsor.
Pembahasan dengan Pemda setempat sebagai masukan untuk menyusun
Standard Operasional Prosedur Penanganan Paska Bencana di bidang
Penataan Ruang.
2) Kawasan Rawan Bencana Banjir
Kawasan rawan banjir di Kabupaten Kebumen antara lain terdapat di sebagian
wilayah Kecamatan Ayah, Adimulyo, Kuwarasan, Puring, Gombong, Karanganyar,
Sruweng, Petanahan, Klirong, Buluspesantren, Kebumen, Ambal, Kutowinangun,
Bonorowo, Mirit, Prembun, Alian, Karanggayam dan Buayan.
Kajian Dampak :
Kawasan rawan bencana banjir dalam pengembangan wilayah Kabupaten
Kebumen memberikan dampak pengembangan yang cenderung negatif,
meliputi :
Aspek Sosial
Timbulnya konflik didalam masyarakat didalam penyediaan sarana dan
prasarana.
Timbulnya kecemburuan sosial antara masyarakat dilokasi rawan
bencana dengan kawasan lainnya.
Aspek Ekonomi
Timbulnya kerugian materi akibat rusaknya permukiman.
Lumpuhnya beberapa kegiatan perekonomian khususnya pada sektor
pertanian dan perikanan.
Aspek Lingkungan
Timbulnya berbagai masalah terkait sarana prasarana seperti air bersih,
persampahan, drainase dan sebagainya.
Timbulnya berbagai macam penyakit.
Alternatif KRP :
Alternatif rencana pola ruang berupa kawasan rawan bencana diatas dapat
diantisipasi dengan memprioritaskan pada terwujudnya prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan, dengan dukungan beberapa alternatif kebijakan,
rencana dan program sebagai berikut :
Prioritas penanganan pada kawasan sempadan sungai, dan kawasan-
kawasan yang sensitif secara ekologis atau memiliki kerentanan tinggi
terhadap perubahan alam atau kawasan yang bermasalah.
Mempertahankan berlangsungnya proses ekologis esensial sebagai sistem
pendukung kehidupan dan keanekaragaman hayati pada wilayah pesisir
agar tetap lestari yang dicapai melalui keterpaduan pengelolaan sumber
daya alam dari hulu hingga ke hilir
Perbaikan dan revitalisasi situ-situ (kantung-kantung air).
Pengembangan normalisasi sungai-sungai yang mengalami sedimentasi
untuk memperlancar aliran sungai dan mencegah banjir.
Rekomendasi :
Rekomendasi rencana pola ruang berupa kawasan rawan bencana diatas
dapat diantisipasi dengan memprioritaskan pada terwujudnya prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan, dengan dukungan beberapa rekomendasi
sebagai berikut :
Merumuskan indikasi kriteria-kriteria penyebab dan tingkat kerusakan
lingkungan yang ditimbulkan akibat bencana banjir.
Menyusun data-data informasi dengan survei dan diskusi dengan
stakeholder terkait banjir.
Merumuskan langkah-langkah operasional untuk prioritas penanganan pada
kawasan rawan bencana banjir.
Merumuskan kegiatan penataan ruang yang diperlukan pada kawasan
rawan bencana banjir.
Pembahasan dengan Pemda setempat sebagai masukan untuk menyusun
Standard Operasional Prosedur Penanganan Paska Bencana banjir di
bidang Penataan Ruang.
3) Kawasan Rawan Bencana Kekeringan
Kawasan rawan bencana kekeringan di Kabupaten Kebumen meliputi hampir
terdapat di 19 Kecamatan 75 Desa, misalnya wilayah Kecamatan Sruweng, Alian,
Poncowarno, Karangsambung, Karanggayam, Padureso.



EXECUTIVE SUMMARY
Studi Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kabupaten Kebumen
14
Kajian Dampak :
Kawasan rawan bencana kekeringan dalam pengembangan wilayah
Kabupaten Kebumen memberikan dampak pengembangan yang cenderung
negatif, meliputi :
Aspek Sosial
Timbulnya konflik didalam masyarakat didalam penyediaan sarana dan
prasarana.
Timbulnya kecemburuan sosial antara masyarakat dilokasi rawan
bencana dengan kawasan lainnya.
Aspek Ekonomi
Banyak petani yang mengalami kerugian karena lahan pertanian tidak
bisa ditanami akibat susahnya air.
Pada kondisi kekeringan yang berlebih menyebabkan puso (gagal
panen).
Aspek Lingkungan
Kesuburan tanah semakin berkurang akibatnya mempengaruhi keadaan
ekosistem yang ada.
Banyak terjadi degradasi lingkungan akibat banyaknya tumbuh-tumbuhan
yang mati.
Alternatif KRP :
Alternatif rencana pola ruang berupa kawasan rawan bencana diatas dapat
diantisipasi dengan memprioritaskan pada terwujudnya prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan, dengan dukungan beberapa alternatif kebijakan,
rencana dan program sebagai berikut :
Pengembangan pola tanam yang hemat air, yakni dengan cara sistem gilir
giring, irigasi tetes dan siraman
Perencanaan dan evaluasi pengelolaan DAS prioritas untuk direhabilitasi.
Rehabilitasi daerah hulu untuk menjamin pasokan air irigasi untuk pertanian.
Rekomendasi :
Rekomendasi rencana pola ruang berupa kawasan rawan bencana diatas
dapat diantisipasi dengan memprioritaskan pada terwujudnya prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan, dengan dukungan beberapa rekomendasi
sebagai berikut :
Merumuskan indikasi kriteria-kriteria bencana alam kekeringan, penyebab
dan tingkat kerusakan lingkungan yang ditimbulkan.
Menyusun data-data informasi dengan survei dan diskusi dengan
stakeholder terkait kekeringan.
Merumuskan kriteria lokasi-lokasi yang mempunyai resiko terjadinya
bencana alam kekeringan.
Merumuskan langkah-langkah operasional untuk prioritas penanganan pada
kawasan rawan bencana kekeringan.
Merumuskan kegiatan penataan ruang yang diperlukan pada kawasan
rawan bencana kekeringan.
Pembahasan dengan Pemda setempat sebagai masukan untuk menyusun
Standard Operasional Prosedur Penanganan Paska Bencana kekeringan di
bidang Penataan Ruang.
4) Kawasan Rawan Bencana Angin Topan
Kawasan rawan bencana angin topan di Kabupaten Kebumen meliputi wilayah
Kecamatan Ayah, Pejagoan, Adimulyo, Kuwarasan, Ambal, Buluspesantren,
Petanahan.
Kajian Dampak :
Kawasan rawan bencana angin topan dalam pengembangan wilayah
Kabupaten Kebumen memberikan dampak pengembangan yang cenderung
negatif, meliputi :
Aspek Sosial
Timbulnya konflik didalam masyarakat didalam penyediaan sarana dan
prasarana seperti banyaknya bangunan rumah, sekolah,dan fasilitas
lainnya yang rusak.
Timbulnya korban jiwa
Aspek Ekonomi
Banyak kerugian materi baik itu sarana prasarana, harta benda
(pertanian, peternakan, dan lain-lain)
Angin topan juga menyebabkan banjir, putusnya aliran listrik dan
kerusakan parah di berbagai tempat.
Aspek Lingkungan
Banyak pohon tumbang, rumah rusak dan angin topan juga
menyebabkan terjadinya gelombang air laut disepanjang pantai dan
menggangu aktivitas system pelayaran laut bahkan mengakibatkan
tengelamnya kapal-kapal nelayan.
Mengakibatkan erosi pantai secara substansial,
pengikisan/penghancuran pulau (barier) penghalang, dan pemecahan
lahan pesisir sehingga membentuk ceruk atau teluk kecil (inlet).
Alternatif KRP :
Alternatif rencana pola ruang berupa kawasan rawan bencana diatas dapat
diantisipasi dengan memprioritaskan pada terwujudnya prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan, dengan dukungan beberapa alternatif kebijakan,
rencana dan program sebagai berikut :
Pengembangan penggunaan teknologi canggih seperti satelit sangat
bermanfaat dalam memprediksi bencana dan badai.
EXECUTIVE SUMMARY
Studi Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kabupaten Kebumen
15
Sosialisasi produk-produk penataan ruang kepada masyarakat
Rekomendasi :
Rekomendasi rencana pola ruang berupa kawasan rawan bencana diatas
dapat diantisipasi dengan memprioritaskan pada terwujudnya prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan, dengan dukungan beberapa rekomendasi
sebagai berikut :
Merumuskan indikasi kriteria-kriteria bencana alam angin topan, penyebab
dan tingkat kerusakan lingkungan yang ditimbulkan.
Menyusun data-data informasi dengan survei dan diskusi dengan
stakeholder terkait angin topan.
Merumuskan kriteria lokasi-lokasi yang mempunyai resiko terjadinya
bencana alam angin topan.
Merumuskan kriteria lokasi-lokasi yang mempunyai resiko terjadinya
bencana alam angin topan.
Merumuskan langkah-langkah operasional untuk prioritas penanganan pada
kawasan rawan bencana angin topan.
Merumuskan kegiatan penataan ruang yang diperlukan pada kawasan
rawan bencana angin topan.
Pembahasan dengan Pemda setempat sebagai masukan untuk menyusun
Standard Operasional Prosedur Penanganan Paska Bencana angin topan di
bidang Penataan Ruang.
5) Kawasan Rawan Bencana Gempa Tektonik
Bencana gempa tektonik rawan terjadi di hampir seluruh wilayah Kabupaten
Kebumen dengan pembagian menjadi tiga zona rawan gempa tektonik yaitu zona
rawan gempa tektonik menengah, zona rawan gempa tektonik tinggi dan zona
rawan gempa tektonik sangat tinggi. Luas daerah yang berada di zona rawan
gempa tektonik menengah mencakup 55,08% wilayah Kabupaten Kebumen atau
seluas 730,51 km2, sedangkan zona rawan gempa tektonik tinggi mencakup
44,57% dan sisanya (0,35%) masuk ke dalam zona rawan gempa tektonik sangat
tinggi yang meliputi Kecamatan Sadang, Karanggayam, Rowokele dan Sempor.
Kajian Dampak :
Kawasan rawan bencana gempa tektonik dalam pengembangan wilayah
Kabupaten Kebumen memberikan dampak pengembangan yang cenderung
negatif, meliputi :
Aspek Sosial
Timbulnya konflik didalam masyarakat didalam penyediaan sarana dan
prasarana
Timbulnya kecemburuan sosial antara masyarakat dilokasi rawan
bencana dengan kawasan lainnya.

Aspek Ekonomi
Gempa tektonik menyebabkan kerusakan tanaman dan bangunan.
Lumpuhnya berbagai aktivitas ekonomi seperti system transportasi laut
dan darat.
Aspek Lingkungan
Rusaknya bangunan, retaknya tanah memutus jalan, listrik dan sarana-
sarana lainnya, serta korban jiwa yang banyak. Contohnya gelombang
tsunami di Naggroe Aceh Darussalam dan gempa di Jogjakarta.
Kesuburan tanah makin berkurang akibat erosi.
Alternatif KRP :
Alternatif rencana pola ruang berupa kawasan rawan bencana diatas dapat
diantisipasi dengan memprioritaskan pada terwujudnya prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan, dengan dukungan beberapa alternatif kebijakan,
rencana dan program sebagai berikut :
Pengembangan konstruksi bangunan juga diusahakan tahan gempa.
Pengembangan pos-pos pengamatan bencana gempa tektonik.
Sosialisasi produk-produk penataan ruang kepada masyarakat.
Rekomendasi :
Rekomendasi rencana pola ruang berupa kawasan rawan bencana diatas
dapat diantisipasi dengan memprioritaskan pada terwujudnya prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan, dengan dukungan beberapa rekomendasi
sebagai berikut :
Merumuskan indikasi kriteria-kriteria bencana alam gempa tektonik dan
tingkat kerusakan lingkungan yang ditimbulkan.
Menyusun data-data informasi dengan survei dan diskusi dengan
stakeholder terkait gempa tektonik.
Merumuskan kriteria lokasi-lokasi yang mempunyai resiko terjadinya
bencana alam gempa tektonik.
Merumuskan langkah-langkah operasional untuk prioritas penanganan pada
kawasan rawan bencana gempa tektonik.
Merumuskan kegiatan penataan ruang yang diperlukan pada kawasan
rawan bencana gempa tektonik.
Pembahasan dengan Pemda setempat sebagai masukan untuk menyusun
Standard Operasional Prosedur Penanganan Paska Bencana gempa
tektonik di bidang Penataan Ruang.
6) Kawasan Rawan Bencana Tsunami
Wilayah Kabupaten Kebumen yang rawan terjadi bencana Tsunami ditetapkan
dalam 3 hierarki keamanan yang terdiri dari Ring 1, berjarak 3 km dari titik pasang
tertinggi ke arah darat. Ring 2, berjarak 5 km dari titik pasang tertinggi ke arah
darat. Ring 3, berjarak 7 km dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
EXECUTIVE SUMMARY
Studi Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kabupaten Kebumen
16
Lokasi rawan Tsunami dan gelombang pasang air laut adalah daerah sepanjang
pantai Selatan Jawa yang meliputi wilayah Kecamatan Ayah, Buayan, Puring,
Petanahan, Klirong, Buluspesantren, Ambal dan Mirit. Zona penyelamatan
bencana Tsunami ini diarahkan di jalur tengah, yaitu di Kecamatan Kebumen,
Gombong, Karanganyar, Sruweng, Prembun, dan Kutowinangun yang memiliki
aksesibilitas yang lebih mudah daripada dari kecamatan lainnya.
Kajian Dampak :
Kawasan rawan bencana bencana tsunami dalam pengembangan wilayah
Kabupaten Kebumen memberikan dampak pengembangan yang cenderung
negatif, meliputi :
Aspek Sosial
Korban jiwa dan ancaman kemanusiaan.
Aspek Ekonomi
Kerusakan pada berbagai bentuk infrastruktur.
Kejadian tsunami menyebabkan banyak kerugian materi seperti
banyaknya rumah, lingkungan, dan keadaan tanah yang menjadi rusak
akibat terbawa arus tsunami.
Terganggunya system transportasi laut dan aktivitas nelayan.
Aspek Lingkungan
Banjir dan gelombang pasang.
Pencemaran air bersih.
Mewabahnya virus dan bakteri penyakit
Lingkungan menjadi kotor dan tak layak dihuni
Alternatif KRP :
Alternatif rencana pola ruang berupa kawasan rawan bencana diatas dapat
diantisipasi dengan memprioritaskan pada terwujudnya prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan, dengan dukungan beberapa alternatif kebijakan,
rencana dan program sebagai berikut :
Prioritas penanganan pada kawasan sempadan pantai, sempadan sungai,
mangrove, dan kawasan-kawasan yang sensitif secara ekologis atau
memiliki kerentanan tinggi terhadap perubahan alam atau kawasan yang
bermasalah.
Pengembangan sarana pengaman laut seperti pengembangan pemecah
ombak atau tanggul laut.
Pengembangan reboisasi pantai yaitu penanaman kembali hutan mangrove
yang telah rusak untuk mengurangi dampak abrasi dan tsunami.
Himbauan/larangan bertempat tinggal atau tinggal di daerah sekitar 100
meter dari tepi pantai, sebab daerah ini merupakan daerah yang mengalami
kerusakan terparah akibat tsunami, badai dan angin ribut.

Rekomendasi :
Rekomendasi rencana pola ruang berupa kawasan rawan bencana diatas
dapat diantisipasi dengan memprioritaskan pada terwujudnya prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan, dengan dukungan beberapa rekomendasi
sebagai berikut :
Mengurangi kerentanan dari kawasan pesisir dan para pemukimnya dari
ancaman kenaikan muka air laut, banjir, abrasi, dan ancaman alam lainnya.
Merumuskan indikasi kriteria-kriteria bencana alam tsunami, penyebab dan
tingkat kerusakan lingkungan yang ditimbulkan.
Menyusun data-data informasi dengan survei dan diskusi dengan
stakeholder terkait tsunami.
Merumuskan kriteria lokasi-lokasi yang mempunyai resiko terjadinya
bencana alam tsunami.
Merumuskan langkah-langkah operasional untuk prioritas penanganan pada
kawasan rawan bencana tsunami.
Merumuskan kegiatan penataan ruang yang diperlukan pada kawasan
rawan bencana tsunami.
Penyiapan Pedoman dan Norma, Standar, Prosedur dan Manual (NSPM)
untuk percepatan desentralisasi bidang penataan ruang ke daerah -
khususnya untuk penataan ruang dan pengelolaan sumber daya kawasan
pesisir/tepi air.
Penyiapan dukungan sistem informasi dan database pengelolaan kawasan
pesisir.
Penyiapan peta-peta yang dapat digunakan sebagai alat mewujudkan
keterpaduan pengelolaan kawasan pesisir.
Keterpaduan yang bersifat lintas sektoral dan lintas wilayah dalam konteks
pengembangan kawasan pesisir sehingga tercipta konsistensi pengelolaan
pembangunan sektor dan wilayah terhadap rencana tata ruang kawasan
pesisir.
Mengidentifikasi batas jangkauan kawasan bencana tsunami.
Mengenali morfologi (bentuk dan tipe) wilayah dan kaitannya dengan
jangkauan limpasan tsunami dan gelombang pasang.
Menetapkan kawasan konservasi pada daerah rawan bencana tsunami.
Mengenali karakter sarana dan prasarana untuk meminimalisasi korban
manusia dan kelumpuhan fungsi wilayah.
Menyusun Perencanaan Tata Ruang untuk meminimalisasi risiko bencana
tsunami.
7) Kawasan Rawan Bencana Gelombang Pasang Air Laut
Kabupaten Kebumen memiliki kawasan rawan bencana gelombang pasang air laut
di bagian selatan Kebumen yang memang berbatasan langsung dengan Samudra
EXECUTIVE SUMMARY
Studi Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kabupaten Kebumen
17
Hindia, wilayah tersebut meliputi Kecamatan Ayah, Buayan, Puring, Petanahan,
Klirong, Buluspesantren, Ambal dan Mirit.
Kajian Dampak :
Kawasan rawan bencana gelombang pasang air laut dalam pengembangan
wilayah Kabupaten Kebumen memberikan dampak pengembangan yang
cenderung negatif, meliputi :
Aspek Sosial
Timbulnya konflik didalam masyarakat didalam penyediaan sarana dan
prasarana
Timbulnya kecemburuan sosial antara masyarakat dilokasi rawan
bencana dengan kawasan lainnya.
Aspek Ekonomi
Kerugian materi akibat tambak atau lokasi perikanan budidaya pada
kawasan pesisir sering tenggelam akibat gelombang pasang laut yang
berlebih.
Nelayan tidak dapat beraktivitas dan system transportasi laut terganggu.
Aspek Lingkungan
Abrasi yang terus-menerus terjadi mengakibatkan garis pantai makin
maju ke arah daratan. Akibatnya banyak rumah di pantai yang hancur
dan terendam laut.
Gelombang pasang air laut sangat berpengaruh adalah ketajaman
gelombang yang biasanya terjadi pada saat angin kencang atau badai
yang mengakibatkan banyaknya terjadi erosi pantai.
Alternatif KRP :
Alternatif rencana pola ruang berupa kawasan rawan bencana diatas dapat
diantisipasi dengan memprioritaskan pada terwujudnya prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan, dengan dukungan beberapa alternatif kebijakan,
rencana dan program sebagai berikut :
Pengembangan sarana pengaman laut seperti pengembangan pemecah
ombak atau tanggul laut.
Pengembangan vegetasi tanaman yang mampu menahan gelombang,
seperti palem, waru, camplung, beringin atau sejenis lainnya.
Pengembangan reboisasi pantai yaitu penanaman kembali hutan mangrove
yang telah rusak untuk mengurangi dampak abrasi dan tsunami.
Relokasi ; alternatif ini dikembangkan apabila dampak ekonomi dan
lingkungan akibat kenaikan muka air laut dan banjir sangat besar sehingga
kawasan budidaya perlu dialihkan lebih menjauh dari garis pantai. Dalam
kondisi ekstrim, bahkan, perlu dipertimbangkan untuk menghindari sama
sekali kawasan-kawasan yang memiliki kerentanan sangat tinggi
Akomodasi ; alternatif ini bersifat penyesuaian terhadap perubahan alam
atau resiko dampak yang mungkin terjadi seperti reklamasi, peninggian
bangunan atau perubahan agriculture menjadi budidaya air payau
(aquaculture) ; area-area yang tergenangi tidak terhindarkan, namun
diharapkan tidak menimbulkan ancaman yang serius bagi keselamatan jiwa,
asset dan aktivitas sosial-ekonomi serta lingkungan sekitar.
Proteksi ; alternatif ini memiliki dua kemungkinan, yakni yang bersifat hard
structure seperti pembangunan penahan gelombang (breakwater) atau
tanggul banjir (seawalls) dan yang bersifat soft structure seperti revegetasi
mangrove atau penimbunan pasir (beach nourishment). Walaupun
cenderung defensif terhadap perubahan alam, alternatif ini perlu dilakukan
secara hati-hati dengan tetap mempertimbangkan proses alam yang terjadi
sesuai dengan prinsip working with nature.
Rekomendasi :
Rekomendasi rencana pola ruang berupa kawasan rawan bencana diatas
dapat diantisipasi dengan memprioritaskan pada terwujudnya prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan, dengan dukungan beberapa rekomendasi
sebagai berikut :
Menyusun data-data informasi dengan survei dan diskusi dengan
stakeholder terkait gelombang pasang air laut.
Merumuskan kriteria lokasi-lokasi yang mempunyai resiko terjadinya
bencana alam gelombang pasang air laut.
Merumuskan langkah-langkah operasional untuk prioritas penanganan pada
kawasan rawan bencana gelombang pasang air laut.
Merumuskan kegiatan penataan ruang yang diperlukan pada kawasan
rawan bencana gelombang pasang air laut.
Pembahasan dengan Pemda setempat sebagai masukan untuk menyusun
Standard Operasional Prosedur Penanganan Paska Bencana gelombang
pasang air laut di bidang Penataan Ruang.
8. Rencana Penetapan Kawasan Strategis (Kawasan Strategis dari Sudut
Pertumbuhan Ekonomi)
a. Kawasan Ekonomi Cepat Tumbuh Prembun Kutowinangun Kebumen
Sruweng Karanganyar Gombong
Rencana penetapan kawasan strategis Cepat Tumbuh Prembun Kutowinangun
Kebumen Sruweng Karanganyar Gombong
Kajian Dampak :
Dampak positif terhadap rencana diatas antara lain :
Aspek Sosial
Semakin meningkatnya interaksi masyarakat pada kawasan yang
bersangkutan
EXECUTIVE SUMMARY
Studi Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kabupaten Kebumen
18
Mudahnya pemenuhan/tingkat pelayanan bagi masyarakat dalam
berbagai sektor
Meningkatnya keberadaan fasilitas umum dan sosial sebagai penunjang
perkembangan kawasan terkait, misalnya : fasilitas pendukung
transportasi (halte, terminal).
Aspek Ekonomi
Meningkatnya nilai lahan baik pada Kawasan Ekonomi Cepat Tumbuh
Prembun Kutowinangun Kebumen Sruweng Karanganyar
Gombong
Meningkatnya peluang usaha baru sebagai akibat dari pengembangan
kawasan.
Dampak negatif rencana diatas antara lain :
Aspek Sosial
Semakin menurunnya tingkat hubungan kekerabatan antar masyarakat
(sosialisasi sesama warga) seperti semakin lunturnya budaya gotong
royong dan sebagainya.
Gangguan keamanan dan ketertiban (meningkatnya angka kejahatan)
Aspek Ekonomi
Semakin menurunnya sumber daya alam (lahan, air dan lain-lain) akibat
pencemaran dan kegiatan alih fungsi lahan.
Semakin keterbatasan lahan/ ruang mengingat nilai lahan semakin tinggi.
Aspek Lingkungan
Kualitas lingkungan menurun (lahan, air, udara, dan lain-lain).
Perubahan tata guna lahan (alih fungsi lahan)
Semakin meningkatnya peluang untuk adanya perumahan kumuh.
Menurunnya kualitas udara akibat adanya perkembangan dan
peningkatan kepadatan kawasan.
Alternatif KRP :
Alternatif rencana penetapan kawasan strategis Ekonomi Cepat Tumbuh
Prembun Kutowinangun Kebumen Sruweng Karanganyar Gombong
diatas dapat diimplementasikan dengan memprioritaskan pada terwujudnya
prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, dengan dukungan beberapa
alternatif kebijakan, rencana dan program sebagai berikut :
Kebijakan peningkatan fungsi dan peran Kawasan Ekonomi Cepat Tumbuh
Prembun Kutowinangun Kebumen Sruweng Karanganyar
Gombong dengan tetap memperhatikan keseimbangan antara sumberdaya
alam, sumberdaya ekonomi, dan sumberdaya sosial untuk menjamin
terwujudnya pembangunan berkelanjutan.
Pengoptimalan lahan yang ada untuk mengantisipasi terjadinya alih fungsi
lahan terutama untuk kawasan pertanian (penetapan deliniasi kawasan
cepat tumbuh).
Rencana pengembangan Kawasan Ekonomi Cepat Tumbuh Prembun
Kutowinangun Kebumen Sruweng Karanganyar Gombong harus
tetap menjaga keberadaan jaringan prasarana yang lain seperti jaringan
irigasi, drainase dan sebagainya.
Rekomendasi :
Rekomendasi rencana penetapan Kawasan Strategis Ekonomi Cepat Tumbuh
Prembun Kutowinangun Kebumen Sruweng Karanganyar Gombong
diatas dapat diimplementasikan dengan memprioritaskan pada terwujudnya
prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, dengan dukungan beberapa
alternatif rekomendasi sebagai berikut :
Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap keperdulian lingkungan
Deliniasi Kawasan Ekonomi Cepat Tumbuh Prembun Kutowinangun
Kebumen Sruweng Karanganyar Gombong untuk meminimalisir
terjadinya alih fungsi lahan
Studi rencana rinci Kawasan Ekonomi Cepat Tumbuh Prembun
Kutowinangun Kebumen Sruweng Karanganyar Gombong Yang
diikuti dengan studi KLHS.
Pengembangan kawasan ekonomi cepat harus diikuti dengan peningkatan
ketersediaan pelayanan publik.
b. Kawasan Pesisir Ayah
Rencana penetapan kawasan strategis di daerah pesisir ayah.
Kajian Dampak :
Dampak positif terhadap rencana diatas antara lain :
Aspek Sosial
Meningkatkan interaksi masyarakat didalam upaya pengembangan
kawasan pesisir.
Aspek Ekonomi
Meningkatkan tingkat pendapatan yang dihasilkan penduduk dari
kegiatan sektor industri.
Tersedianya lapangan pekerjaan baru (multiplier effect)
Meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat
Meningkatnya perekonomian daerah (PAD) dari sektor idustri
Dampak negatif rencana diatas antara lain :
Aspek Sosial
Ganguan interaksi sosial akibat dari persaingan usaha yang tidak sehat
akibat banyak warga asing (luar daerah) yang datang.
Penurunan tingkat kebudayaan asli daerah.
EXECUTIVE SUMMARY
Studi Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kabupaten Kebumen
19
Seiring dengan meningkatnya tekanan pesisir karena aktivitas penduduk,
maka bencana alam berupa badai, topan dan tsunami merupakan
ancaman berat terhadap penduduk.
Aspek Ekonomi
Semakin menurunnya sumber daya alam hayati yang ada di kawasan
tersebut.
Menurunnya kesuburan tanah akibat tanah lapisan atas banyak yang
diambil tanpa ada rehabilitasi lahan (keberlanjutan) sehingga produksi
pertanian semakin menurun.
Aspek Lingkungan
Perubahan tata guna lahan (alih fungsi lahan)
Perubahan bentang alam pada kawasan pesisir bisa mengakibatkan
dampak negatif seperti pencemaran, erosi dan perubahan secara drastis
regim aliran air tawar yang terjadi di ekosistem daratan (lahan atas) pada
akhirnya akan berdampak terhadap ekosistem pesisir.
Kerusakan mangrove, kerusakan terumbu karang, kerusakan padang
lamun, pemanfaatan sumberdaya laut secara berlebihan, pencemaran
laut, erosi pantai, dan perubahan lingkungan wilayah pesisir karena faktor
alami.
Alternatif KRP :
Alternatif rencana penetapan kawasan strategis kawasan pesisir diatas dapat
diimplementasikan dengan memprioritaskan pada terwujudnya prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan, dengan dukungan beberapa alternatif kebijakan,
rencana dan program sebagai berikut :
Pengembangan kawasan pesisir didahului dan disesuaikan dengan kajian
studi Masterplan Fisik dan Pengelolaan Kawasan Pesisir yang tetap
memperhatikan kondisi ekonomi, sosial masyarakat dan lingkungan.
Pengembangan kawasan pesisir didahului dan disesuaikan dengan
Penyusunan Masterplan Kawasan Minapolitan khususnya Pengembangan
Perikanan Tangkap di Ayah dan Perikanan Budidaya di Rowokele.
Rekomendasi :
Rekomendasi rencana penetapan kawasan strategis kawasan pesisir diatas
dapat diimplementasikan dengan memprioritaskan pada terwujudnya prinsip-
prinsip pembangunan berkelanjutan, dengan dukungan beberapa alternatif
rekomendasi sebagai berikut :
Pengembangan kawasan pesisir harus didahului dan disesuaikan dengan
kajian studi Masterplan Fisik dan Pengelolaan Kawasan Pesisir yang tetap
memperhatkan kondisi ekonomi, sosial masyarakat dan lingkungan.
Pengembangan kawasan pesisir dapat dilakukan dengan didahului
Penyusunan Masterplan Kawasan Minapolitan khususnya Pengembangan
Perikanan Tangkap di Ayah dan Perikanan Budidaya di Rowokele.
Kegiatan budidaya yang terdapat di kawasan pesisir harus dibatasi dengan
standart baku mutu air laut.
Penyusunan tata-ruang dan zonasi untuk perlindungan sumber daya alam
kawasan pesisir.
Pengembangan kemitraan dengan masyarakat setempat, LSM, dan dunia
usaha dalam perlindungan dan pelestarian sumber daya alam pesisir.
Rehabilitasi ekosistem dan habitat yang rusak di kawasan pesisir, perairan,
bekas kawasan pertambangan, disertai pengembangan sistem manajemen
pengelolaannya.
c. Kawasan Peruntukan industri Batu Bata dan Genteng
Kawasan ini meliputi Desa Kewayuhan, Kedawung dan Peniron, Kecamatan
Pejagoan serta Desa Sruweng, Giwangretno dan Jabres, Kecamatan Sruweng.
Kajian Dampak :
Dampak positif terhadap rencana diatas antara lain :
Aspek Sosial
Meningkatnya tingkat interaksi positif antar masyarakat pengusaha
Meningkatnya kelembagaan antara sesama pengusaha dalam
pengembangan usaha
Meningkatkan interaksi masyarakat didalam system pemasaran produk
hasil industri.
Aspek Ekonomi
Meningkatkan tingkat pendapatan yang dihasilkan penduduk dari
kegiatan sektor industri.
Tersediannya lapangan pekerjaan baru (multiplier effect)
Meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat
Dampak negatif rencana diatas antara lain :
Aspek Sosial
Timbulnya persaingan negatif diantara pelaku usaha sektor industri
Ganguan interaksi sosial akibat dari persaingan usaha yang tidak sehat
akibat terbatasnya bahan baku dan pemasaran.
Aspek Ekonomi
Semakin menurunnya bahan baku industri yang tidak memperhatikan sisi
keberlanjutan.
Menurunnya kualitas produk (genting) akibat susahnya mencari bahan
baku asli.


EXECUTIVE SUMMARY
Studi Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kabupaten Kebumen
20
Aspek Lingkungan
Menurunnya kesuburan tanah akibat tanah lapisan atas banyak yang
diambil tanpa ada rehabilitasi lahan (keberlanjutan).
Seperti di Pejagoan terdapat penggalian tanah untuk pembuatan genteng
yang dirasa terlalu dalam yaitu di lokasi tanah desa (tanah kemakmuran)
penggalian mencapai 7,5 meter padahal posisi di tengah permukiman
penduduk dan tanpa diikuti kegiatan rehabilitasi dan revitalisasi lahan.
Menurunnya kualitas dan kuantitas air akibat berkurangnya vegetasi yang
dapat menyerap air
Perubahan tata guna lahan (alih fungsi lahan)
Meningkatnya emisi gas karbon yang dihasilkan dari proses pembuatan
batu bata dan genting
Alternatif KRP :
Alternatif rencana penetapan kawasan strategis peruntukan industri Batu Bata
dan Genteng di Pejagoan diatas dapat diimplementasikan dengan
memprioritaskan pada terwujudnya prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan, dengan dukungan beberapa alternatif kebijakan, rencana dan
program sebagai berikut :
Studi kelayakan terkait keberadaan dan keberlanjutan industri Batu Bata
dan Genteng di Pejagoan (pembatasan deliniasi area galian).
Pengembangan potensi kawasan industri Batu Bata dan Genteng di
Pejagoan dapat selalu dilaksanakan dengan tetap pertimbangan sebagai
potensi untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Kegiatan potensi kawasan industri diatas boleh dilakukan dengan tetap
memperhatikan dan diikuti kegiatan yang mendukung upaya keberlanjutan
lingkungan, (misalnya : konservasi/rehabilitasi pada lokasi industri).
Penetapan konsekuensi penggalian : siapa, dimana, apa yang ada, dan
bagaimana mengembalikan kerusakan lingkungan untuk mewujudkan
lingkungan yang seimbang.
Studi lanjutan untuk merekomendasikan lokasi pengambilan bahan baku
industri batu bata dan genteng.
Rekomendasi :
Rekomendasi rencana penetapan kawasan strategis peruntukan industri Batu
Bata dan Genteng di Pejagoan diatas dapat diimplementasikan dengan
memprioritaskan pada terwujudnya prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan, dengan dukungan beberapa rekomendasi sebagai berikut :
Pengembangan potensi industri batu bata dan genting harus didahului
dengan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) sektoral industri.
Pengembangan kawasan industry batu bata dan genting hanya
diperbolehkan dalam arahan pengembangan dengan skala industri rakyat/
industri kecil.
Studi kelayakan terkait keberadaan dan keberlanjutan industri batu bata
dan genteng di pejagoan baik dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan.
Pengembangan potensi kawasan industri harus dilengkapi dengan kajian
pengembangan kawasan dan peraturan zonasi kawasan kawasan industri.
Implementasi pemanfaatan dan pengelolaan kawasan industri harus
dilakukan dengan mengacu peraturan zonasi yang telah disusun.
Pengembangan kawasan industri harus diikuti dengan monitoring dan
evaluasi sebagai media dalam pengendalian pemanfaatan ruang dan
lingkungan hidup.
Kesepakatan antar stekholder/pemangku kepentingan/pengambil
keputusan yang tertuang dalam dokumen yang menyatu dengan berkas
perijinan.
Kesepakatan bersama yang memperhatikan kepentingan seluruh
komponen
d. Peruntukan Industri Kerajinan Rakyat
Rencana penetapan kawasan strategis pengembangan pusat pertumbuhan
berbasis potensi sumber daya alam dan kegiatan budi daya unggulan khususnya
Industri Kerajinan Rakyat (misalnya Batik, rokok, makanan kecil, oleh-oleh
cinderamata Kebumenan, batuan hias dan lain-lain).
Kajian Dampak :
Dampak positif terhadap rencana diatas antara lain :
Aspek Sosial
Meningkatnya taraf hidup (kesejahteraan masyarakat) dari terciptanya
lapangan kerja sektor industri tersebut.
Berkurangnya angka kemiskinan yang terdapat di wilayah dengan basis
pengembangan sektor industri tersebut.
Berkurangnya angka atau tingkat pengangguran yang terdapat di wilayah
tersebut.
Aspek Ekonomi
Meningkatnya nilai daya tarik kawasan industri sebagai kawasan
unggulan sektor industri atau kawasan pariwisata berbasis industri.
Meningkatkan tingkat pendapatan yang dihasilkan penduduk dari
kegiatan sektor industri.
Dampak negatif rencana diatas antara lain :
Aspek Sosial
Menurunnya tingkat kesehatan akibat adanya konsumsi hasil produk
industri, misalnya : industri rokok.
EXECUTIVE SUMMARY
Studi Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kabupaten Kebumen
21
Timbulnya persaingan negatif diantara pelaku usaha sektor industri
Ganguan interaksi sosial akibat dari persaingan usaha yang tidak sehat
akibat terbatasnya bahan baku dan pemasaran.
Aspek Lingkungan
Adanya ancaman polusi terhadap air, tanah sebagai akibat dari kegiatan
industri yang masih belum memperhatikan lingkungan, seperti : industry
tahu, tempe, sate ayam ambal, dan lanting kuwarasan.
Alternatif KRP :
Alternatif rencana penetapan kawasan strategis peruntukan industri kerajinan
rakyat diatas dapat diimplementasikan dengan memprioritaskan pada
terwujudnya prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, dengan dukungan
beberapa alternatif kebijakan, rencana dan program sebagai berikut :
Studi kelayakan terkait keberadaan dan keberlanjutan industri kerajinan
rakyat.
Pengembangan potensi kawasan industri kerajinan rakyat dapat selalu
dilaksanakan dengan tetap pertimbangan sebagai potensi untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Kegiatan potensi kawasan industri diatas boleh dilakukan dengan tetap
memperhatikan dan diikuti kegiatan yang mendukung upaya keberlanjutan
lingkungan, (misalnya : dengan dilengkapi dengan system pengelolaan
limbah).
Pengembangan industri kerajinan rakyat diikuti dengan studi profil dan
investasi pengembangan keberlanjutan industri.
Rekomendasi :
Rekomendasi rencana penetapan kawasan strategis peruntukan industri
kerajinan rakyat diatas dapat diimplementasikan dengan memprioritaskan
pada terwujudnya prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, dengan
dukungan beberapa rekomendasi sebagai berikut :
Pengembangan potensi industri kerajinan rakyat harus didahului dengan
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) sektoral industri.
Studi kelayakan terkait keberadaan dan keberlanjutan industri kerajinan
rakyat.
Pengembangan industri kerajinan rakyat didukung dengan adanya kegiatan
pemetaan potensi industri kerajinan rakyat
Pengembangan potensi kawasan industri kerajinan rakyat harus
dilaksanakan dengan tetap mempertimbangkan kelestarian lingkungan.
Kegiatan potensi kawasan industri harus diikuti dengan kegiatan yang
mendukung upaya keberlanjutan lingkungan, (misalnya : dengan dilengkapi
dengan sistem pengelolaan limbah).

e. Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS)
Rencana penetapan Kawasan Strategis dari Sudut Pertumbuhan Ekonomi pada
Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS).
Kajian Dampak :
Dampak positif rencana diatas antara lain :
Aspek Sosial
Adanya perkembangan kegiatan penduduk disekitar Jalur Jalan Lintas
Selatan (JJLS), misalnya : pembangunan perumahan penduduk dan
kegiatan pembangunan lainnya.
Meningkatnya kepadatan penduduk yang mempunyai dampak lanjutan
berupa peningkatan arus lalu lintas.
Meningkatnya keberadaan fasilitas umum dan sosial, misalnya : fasilitas
pendukung transportasi (halte, terminal).
Aspek Ekonomi
Meningkatnya nilai lahan disekitar Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS).
Meningkatkan kesempatan kerja dan peluang berusaha
Meningkatnya arus transportasi dan distribusi barang dan jasa
Dampak negatif rencana diatas antara lain :
Aspek Sosial
Adanya kesenjangan wilayah (disparitas) dengan wilayah lain, khususnya
dari segi aksesibilitas (daya jangkauan layanan transportasi)
Terganggunnya tingkat kesehatan masyarakat, khususnya dari segi
kebisingan yang ditimbulkan lalu lintas.
Meningkatnya tingkat kemacetan akibat proses pembangunan.
Aspek Lingkungan
Kemungkinan timbulnya polusi (air, udara, tanah) akibat pembangunan
dan tingkat lalu lintas yang semakin meningkat.
Peningkatan intensitas kebisingan
Penurunan kualitas air
Penurunan ekosistem dan keanekaragaman hayati (vegetasi lingkungan)
Alternatif KRP :
Alternatif rencana penetapan kawasan strategis pada Jalur Jalan Lintas
Selatan (JJLS) diatas dapat diimplementasikan dengan memprioritaskan pada
terwujudnya prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, dengan dukungan
beberapa alternatif kebijakan, rencana dan program sebagai berikut :
Pengembangan jalur hijau pada kawasan sekitar rencana Jalur Jalan Lintas
Selatan (JJLS).
Pengembangan sarana dan prasarana pendukung transportasi di sekitar
Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) misalnya : terminal, halte, dan lain-lain.
EXECUTIVE SUMMARY
Studi Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kabupaten Kebumen
22
Pengelolaan kawasan sekitar yang dilalui rencana Jalur Jalan Lintas
Selatan (JJLS) (Misalnya : tata bangunan dan lingkungan kawasan, dan
lain-lain).
Perlu adanya perhatian/kajian alternatif terkait jalur JJLS pada kawasan
sekitar kawasan zona latihan perang (memperhatikan sisi keamanan
pengguna jalan), misalnya dialihkan ke utara.
Rekomendasi :
Rekomendasi rencana penetapan kawasan strategis pada Jalur Jalan Lintas
Selatan (JJLS) diatas dapat diimplementasikan dengan memprioritaskan pada
terwujudnya prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, dengan dukungan
beberapa rekomendasi sebagai berikut :
Pembangunan Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) harus didahului dengan
studi KLHS sektoral transportasi dan studi AMDAL Jalur Jalan Lintas
Selatan (JJLS).
Implementasi pembangunan Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) harus
dilengkapi dengan pengembangan jalur hijau pada kawasan sekitar
rencana Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS).
Penataan kawasan sekitar Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) diikuti dengan
penyusunan kajian peraturan zonasi kawasan sekitar Jalur Jalan Lintas
Selatan (JJLS).
Pengelolaan kawasan sekitar Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) harus
dilakukan dengan mengacu pada hasil peraturan zonasi.
Implementasi Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) harus diikuti dengan
kegiatan pengelolaan kawasan sekitar Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS)
(Misalnya : penataan tata bangunan dan lingkungan kawasan, dan lain-
lain).
9. Rencana Penetapan Kawasan Strategis (Sudut Daya Dukung Lingkungan)
a. Kawasan Hutan Lindung Waduk Sempor dan Waduk Wadaslintang.
Rencana penetapan Kawasan Strategis dari Sudut Daya Dukung Lingkungan
Hidup.
Kajian Dampak :
Dampak positif rencana diatas antara lain :
Aspek Sosial
Peningkatan sumber dan sistem informasi dalam pengelolaan Waduk
Sempor dan Waduk Wadaslintang.
Aspek Ekonomi
Peningkatan pendapatan masyarakat, karena adanya pengembangan
Waduk Sempor dan Waduk Wadaslintang sebagai objek wisata.
Peningkatan perekonomian wilayah khususnya dari sektor pariwisata.

Aspek Lingkungan
Meningkatnya kawasan lindung di sekitar Waduk Sempor dan Waduk
Wadaslintang.
Meningkatkan kawasan resapan air.
Meningkatnya cadangan sumber air bersih dari Waduk Sempor dan
Waduk Wadaslintang untuk pemenuhan kebutuhan air bersih di wilayah
Kabupaten Kebumen.
Adanya peningkatan perlindungan ekosistem dan keanekaragaman
hayati (vegetasi lingkungan)
Dampak negatif rencana diatas antara lain :
Aspek Ekonomi
Timbulnya kegiatan yang dapat mengganggu aktivitas di sekitar kawasan
pengembangan waduk.
Aspek Lingkungan
Timbulnya peluang untuk terwujudnya kawasan tidak tertata dalam
kegiatan perdagangan di sekitar kawasan pariwisata.
Alternatif KRP :
Alternatif rencana penetapan kawasan strategis kawasan hutan lindung
Waduk Sempor dan Waduk Wadaslintang diatas dapat diimplementasikan
dengan memprioritaskan pada terwujudnya prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan, dengan dukungan beberapa alternatif kebijakan, rencana dan
program sebagai berikut:
Studi identifikasi penetapan kawasan strategis kawasan hutan lindung
Waduk Sempor dan Waduk Wadaslintang.
Pengembangan kawasan hutan lindung Waduk Sempor dan Waduk
Wadaslintang untuk menunjang perlindungan kawasan lindung.
Pengelolaan kawasan lindung dengan dukungan jenis tanaman yang
mampu mendukung potensi resapan air.
Pada kawasan hulu ditanami tanaman-tanaman yang tepat berdaya tahan
lama dan baik untuk penyerapan air.
Rekomendasi :
Rekomendasi rencana penetapan kawasan strategis kawasan hutan lindung
Waduk Sempor dan Waduk Wadaslintang diatas dapat diimplementasikan
dengan memprioritaskan pada terwujudnya prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan, dengan dukungan beberapa rekomendasi sebagai berikut :
Pengembangan kawasan hutan lindung Waduk Sempor dan Waduk
Wadaslintang didahului dengan studi identifikasi penetapan kawasan
strategis kawasan hutan lindung Waduk Sempor dan Waduk
Wadaslintang.
EXECUTIVE SUMMARY
Studi Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kabupaten Kebumen
23
Pengembangan kawasan hutan lindung Waduk Sempor dan Waduk
Wadaslintang perlu diikuti dengan dokumen KLHS sektoral yaitu
kehutanan.
Pengembangan kawasan hutan lindung Waduk Sempor dan Waduk
Wadaslintang harus dilengkapi dengan kajian pengembangan kawasan dan
peraturan zonasi kawasan hutan lindung Waduk Sempor dan Waduk
Wadaslintang.
Implementasi pemanfaatan dan pengelolaan kawasan hutan lindung
Waduk Sempor dan Waduk Wadaslintang harus dilakukan dengan
mengacu peraturan zonasi yang telah disusun.
Pengelolaan kawasan lindung harus dikembangkan dengan pola tanam
dan jenis tanaman yang sesuai dengan karakteristik kawasan.
Tidak melakukan eksploitasi secara berlebihan didaerah yang
kemiringannya terjal dan melakukan reboisasi terhadap hutan gundul
didaerah yang berlereng terjal dengan jenis vegetasi yang kuat menyerap
air.
b. Kawasan Karst Gombong Selatan
Rencana penetapan Kawasan Strategis dari Sudut Daya Dukung Lingkungan
Hidup kawasan Karst Gombong Selatan
Kajian Dampak :
Dampak positif rencana diatas antara lain :
Aspek Sosial
Peningkatan sumber dan sistem informasi dalam pengetahuan kawasan
Karst Gombong Selatan.
Peningkatan informasi dalam manajemen pengelolaan kawasan Karst
Gombong Selatan.
Aspek Lingkungan
Meningkatnya ketahanan kawasan lindung kawasan Karst Gombong
Selatan.
Meningkatkan kawasan resapan air di sekitar kawasan Karst Gombong
Selatan.
Adanya peningkatan perlindungan ekosistem dan keanekaragaman
hayati (vegetasi lingkungan) di di sekitar kawasan Karst Gombong
Selatan.
Dampak negatif rencana diatas antara lain :
Aspek Ekonomi
Semakin menurunnya tingkat pendapatan masyarakat akibat
terbatasinya/ terhentinya kegiatan penambangan.


Alternatif KRP :
Alternatif rencana penetapan kawasan strategis Kawasan Karst Gombong
Selatan diatas dapat diimplementasikan dengan memprioritaskan pada
terwujudnya prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, dengan dukungan
beberapa alternatif kebijakan, rencana dan program sebagai berikut :
Pengembangan dan pengelolaan Kawasan Karst Gombong Selatan sesuai
dengan kelas atau pembagian zona yang telah ditetapkan.
Penyusunan studi dan peta zonasi kawasan Karst Gombong Selatan
sebagai upaya dalam mempertahankan dan melindungi Karst Gombong
Selatan.
Pengelolaan kawasan Karst Gombong Selatan dengan tetap
memperhatikan kearifan lokal masyarakat sekitar.
Sosialisasi dan motivasi terkait pentingnya kelestarian Karst Gombong
Selatan
Rekomendasi :
Rekomendasi rencana penetapan kawasan strategis Kawasan Karst
Gombong Selatan diatas dapat diimplementasikan dengan memprioritaskan
pada terwujudnya prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, dengan
dukungan beberapa alternatif rekomendasi sebagai berikut :
Pengembangan dan pengelolaan Kawasan Karst Gombong Selatan harus
disesuaikan dengan kelas atau pembagian zona yang telah ditetapkan.
Pengembangan kawasan hutan lindung Kawasan Karst Gombong Selatan
perlu diikuti dengan dokumen KLHS sektoral yaitu ESDM (Energi Sumber
Daya Mineral).
Pengembangan Kawasan Karst Gombong Selatan harus dilengkapi dengan
kajian pengembangan kawasan dan peraturan zonasi Kawasan Karst
Gombong Selatan.
Pengelolaan Kawasan Karst Gombong Selatan harus dikembangkan
dengan kajian peraturan zonasi dan disesuaikan dengan karakteristik
kawasan.
Pelaksanaan konservasi kawasan karst Gombong Selatan.
Inventarisasi (izin pertambangan, izin peledakan, izin perindustrian, status
kepemilikan lahan, jumlah penduduk dan sosial ekonomi), yang
dilaksanakan oleh berbagai stakeholder (BPLHD Prov/Kab, Dinas ESDM,
Disparbud, Tim Teknik Penyelamatan Karst Kabupaten Kebumen.
Identifikasi alternatif mata pencaharian dan komoditi masyarakat disekitar
kawasan karst.
Pengawasan dan pengamanan Kawasan Gombong Selatan.
Sosialisasi (Kebijakan Penanganan Kawasan Karst, rencana tindak
penyelamatan), dilaksanakan oleh multistakeholder.
EXECUTIVE SUMMARY
Studi Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kabupaten Kebumen
24
c. Kawasan Geologi Karangsambung
Rencana penetapan Kawasan Strategis dari Sudut Daya Dukung Lingkungan
Hidup Geologi Karangsambung
Kajian Dampak :
Dampak positif rencana diatas antara lain :
Aspek Sosial
Peningkatan sumber dan sistem informasi dalam pengetahuan kawasan
Geologi Karangsambung.
Peningkatan informasi dalam manajemen pengelolaan kawasan Geologi
Karangsambung.
Aspek Lingkungan
Meningkatnya perlindungan situs kawasan lindung kawasan Geologi
Karangsambung.
Adanya peningkatan perlindungan ekosistem dan keanekaragaman
hayati (vegetasi lingkungan) di sekitar kawasan Geologi Karangsambung.
Dampak negatif rencana diatas antara lain :
Aspek Ekonomi
Semakin menurunnya tingkat pendapatan masyarakat akibat
terbatasinya/ terhentinya kegiatan penambangan.
Alternatif KRP :
Alternatif rencana penetapan kawasan strategis Kawasan Geologi
Karangsambung diatas dapat diimplementasikan dengan memprioritaskan
pada terwujudnya prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, dengan
dukungan beberapa alternatif kebijakan, rencana dan program sebagai
berikut :
Penetapan kawasan Situs Geologi Karangsambung dengan mengacu pada
pola peruntukan sesuai dengan zona dari rencana perlindungan situs
geologi.
Sosialisasi dan motivasi kelestarian lingkungan kawasan geologi
Karangsambung sebagai asset (kekayaan geologi) daerah.
Pemberdayaan masyarakat sesuai kultur dan lingkungan dalam
pengembangan Kawasan Geologi Karangsambung.
Pengembangan kegiatan industry/pabrik di Kecamatan Karangsambung
untuk mengalihkan penambang galian beralih profesi, sehingga kerusakan
lingkungan tidak semakin parah, dan penambang tidak selamanya di lokasi
tambang.
Rekomendasi :
Rekomendasi rencana penetapan kawasan strategis Kawasan Geologi
Karangsambung diatas dapat diimplementasikan dengan memprioritaskan
pada terwujudnya prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, dengan
dukungan beberapa alternatif rekomendasi sebagai berikut :
Perlindungan, pengelolaan, promosi kepariwisataan dan pengembangan
ekonomi masyarakat sekitar kawasan Geologi Karangsambung.
Perlunya payung hukum yang jelas dalam pemanfaatan dan pengelolaan
Kawasan Geologi Karangsambung.
Kesepakatan bersama yang memperhatikan kepentingan seluruh
komponen
Penyusunan aturan yang jelas dan sanksi yang tegas terhadap
pengelolaan/ pemanfaatan kawasan Geologi Karangsambung.
Pengawasan dan pengamanan Kawasan Geologi Karangsambung.
Identifikasi alternatif mata pencaharian dan komoditi masyarakat disekitar
kawasan Geologi Karangsambung.
Sosialisasi (Kebijakan Penanganan Kawasan Karst, rencana tindak
penyelamatan), dilaksanakan oleh multistakeholder.

Anda mungkin juga menyukai