BAB
3
PROFIL KOTA JAYAPURA DAN
KAWASAN PRIORITAS PENATAAN
KAWASAN RAWAN BENCANA
PENDAHULUAN
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 1
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
Luas Kota Jayapura sebagaimana menurut UU No. 6 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kota Jayapura,
BPS, dan Claim Pemda adalah 94.000 ha atau 940 km2, sedangkan berdasarkan perhitungan GIS (sumber:
RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030) adalah 944 km2 atau 94.350 ha. Bila dilihat dari luas distrik di
Kota Jayapura, maka luas wilayah terbesar terdapat di Distrik Muara Tami (67% dari luas Kota Jayapura),
sedangkan yang terkecil terdapat di Distrik Jayapura Utara dan Distrik Jayapura Selatan (5% dari luas
Kota Jayapura).
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 2
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
Kota Jayapura tidak hanya mencakup wilayah daratan, tetapi juga wilayah laut dan pulau-pulau kecil yang
ada dalam batas wilayahnya. Perairan pesisir yang dimaksud dalam UU No. 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Pesisir Laut dan Pulau-pulau Kecil adalah laut yang berbatasan dengan daratan meliputi
perairan sejauh 12 mil laut diukur dari garis pantai, perairan yang menghubungkan pantai dan pulau-
pulau, estuari, teluk, perairan dangkal, rawa payau, dan laguna. Luas wilayah laut di Kota Jayapura adalah
2,81 km2 dan panjang garis pantai 116, 77 km (RTRW Provinsi Papua 2010-2030). Pulau-pulau kecil di
Kota Jayapura dapat dilihat pada Tabel III-2.
Tabel III-2 Pulau-pulau Kecil di Kota Jayapura
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 3
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 4
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 5
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
B. Hidrometeorologi
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 6
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
Hidrometeorologi terdiri atas iklim, musim, curah hujan, suhu udara, dan kelembaban udara.
a. Iklim: iklim di Kota Jayapura adalah tropis basah, cenderung panas, basah, dan/atau lembab.
Pola ini dipengaruhi oleh topografi yang tidak rata. Papua terletak di sebelah Selatan
khatulistiwa, sehingga panjangnya siang hari selalu tepat (12 jam sehari), dengan perbedaan
tahunan hanya sekitar 30 menit, antara siang hari terpanjang dan siang hari terpendek.
b. Musim: Kota Jayapura dipengaruhi adanya sirkulasi angin pasat, sirkulasi angin musim, sirkulasi
dalam skala regional maupun pengaruh dalam skala meso. Pengaruh angin pasat dikarenakan
letak wilayah ini yang berhadapan dengan Samudera Pasifik, sedangkan pengaruh angin musim
terjadi karena wilayah ini terletak dalam lintasan sirkulasi angin musim yang berlangsung dalam
periode April-Oktober dan Oktober-April. Selanjutnya sirkulasi regional di Samudera Pasifik,
sangat berpengaruh terhadap pola iklim di wilayah ini. Hal ini dikarenakan adanya Siklon Tropis
antara April hingga November di Utara Pulau Papua. Kondisi skala meso yang berkaitan dengan
kondisi lokal di wilayah ini tetap menjadi salah satu pembentuk karakter iklim di Kota Jayapura.
Musim kemarau terjadi di sekitar Juni hingga Oktober, dan musim hujan terjadi di Desember
hingga Mei.
c. Curah Hujan: variasi curah hujan di Kota Jayapura pada tahun 2010 antara 45-465 mm/tahun.
Jumlah hari hujan pada tahun 2010 bervariasi antara 6-24 hari hujan/bulan, dimana jumlah hari
hujan terbanyak pada bulan Maret dan terendah pada bulan Juli. Sejak tahun 2007-2010,
intensitas rata-rata curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2009 (278,42 mm/tahun) dan
terendah tahun 2008 (195,83 mm/tahun), sedangkan jumlah hari hujan tertinggi terjadi tahun
2009 (246 hari hujan/tahun) dan terendah tahun 2010 (215 hari hujan/tahun).
d. Suhu Udara: suhu udara minimum di Kota Jayapura adalah ±23,9OC dan suhu maksimum adalah
32,5OC. Rata-rata suhu udara minimum mutlak berdasarkan data dari Stasiun Meteorologi Dok II
pada tahun 2006 adalah 22,8°C dan pada tahun 2007 meningkat menjadi 24,9°C. Rata-rata suhu
udara maksimum mutlak tahun 2006 adalah 31,7°C dan meningkat menjadi 31,8°C tahun 2007
dan 2008. Pada tahun 2010, suhu minimum adalah 25,3°C dan suhu maksimum adalah 32,1°C.
Peningkatan suhu ini menurut ahli lingkungan merupakan dampak pemanasan global akibat
pembangunan yang mengabaikan lingkungannya.
e. Kelembaban Udara: Kelembaban udara di Kota Jayapura berkisar 77% hingga 82%, kelembaban
udara di Kota Jayapura cenderung rendah. Kelembaban udara tahun 2008 berkisar antara 76%-
82% dengan kelembaban tertinggi tetap di bulan Januari, sedangkan terendah di bulan Agustus.
Kecepatan angin rata-rata meningkat menjadi 7 knot pada tahun 2008. Pada tahun 2010,
kelembaban udara berkisar antara 73%-82% dengan kelembaban tertinggi bulan Januari dan
kecepatan angin 6-8 knot.
C. Geologi
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 7
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
Kondisi geologi Kota Jayapura tersusun oleh beberapa jenis batuan dan batuan beku sedimen
dengan sebaran yang cukup luas yang memungkinkan terdapatnya beberapa jenis bahan galian.
a. Tmm = Formasi Makats, yaitu terdiri dari Grewak, Batu Lempung, dan Batu Lanau;
b. Qa = Batuan Kuarter = Aluvium, yakni endapan aluvium dan endapan pantai, yang terdiri dari
kerikil, pasir, lanau, dan endapan pantai mengandung batu gamping koral yang berumur resen
(sekarang);
c. Qpj, yaitu Batuan Gunung, merupakan lava menengah berbiotit;
d. Qc1 merupakan Endapan Pantai Muda, yang terdiri dari endapan klastika lepas halus-kasar
berupa lumpur dan pasir;
e. Batuan Ultramafik (Um): terdiri dari Hasburgrit, Sepentinit, dan Dunit. Mineral utama olivine,
terubah menjadi sepiolit dan antigorit, serta piroksen. Dunit terserpentinitkan, rekahan-rekahan
terisi oleh asbes dan dijumpai urat-urat kuarsa di beberapa tempat;
f. Kelompok Malihan (Ptmc): terdiri dari group Batuan Metamorf Cycloop, berupa Sekis, Setempat
Genes, Filit, Unakit, Batu Pualam, Ambifolit dengan sisipan batu marmer dan batu tanduk terlipat
dan tersesarkan yang merupakan kerak samudera. Sekis bersusun karbonat-klorit, klorit-
muskovit dengan tebal 50 cm. Genes bersusun Mika, Karbonat, Klorit. Satuan batuan ini
bersentuhan tektonik dengan Batuan Ultramafik, serta berumur Pra-Tersier, yaitu 65,4 juta
tahun yang lalu;
g. Formasi Nubai (Tomn): terdiri dari batu gamping bersisipan Biomkrit, Napal, Batu Pasir.
h. Struktur tektonik yang banyak dijumpai di Kota Jayapura terdiri dari pelipatan dan
sesar/patahan. Pelipatan berupa Antiklin dan Sinklin dengan sumbu Dominan berarah Barat
Laut-Tenggara, sedangkan sebagian kecil bersumbu Barat-Timur. Sesar terdiri dari sesar turun,
naik, dan geser-jurus. Hampir semua satuan batuan yang tersingkap di wilayah ini terbentuk
setelah tumbukan pra-tersier, ada juga yang berumur Miosin tengah sampai Miosin akhir. Semua
batuan tersebut terendapkan dalam cekungan Papua bagian Utara yang berkembang di atas
kompleks tumbukan tersebut dan sangat boleh jadi dipengaruhi gerakan kedua lempeng
tersebut.
D. Jenis Tanah
Jenis tanah yang ada di Kota Jayapura memiliki struktur kimiawi yang berbeda-beda. Adapun jenis
tanah di Kota Jayapura adalah sebagai berikut:
a. Latosol, tanah ini terletak pada iklim basah dengan curah hujan 2000-7000 mm/tahun, dengan
bulan kering kurang dari 3 bulan yang terletak pada topografi bergelombang. Salumnya dalam
(1,5-10 m) dengan warna merah coklat hingga kuning. Reaksi tanah masam sampai agak masam
(pH 4,5-6,5) dan kepekaan terhadap erosi kecil. Jenis tanah ini cocok untuk persawahan, tanaman
palawija, sayur-sayuran, buah-buahan, kebun karet, lada, dan tegalan yang terdapat di Distrik
Jayapura Utara, Distrik Jayapura Selatan, Distrik Abepura, dan Distrik Muara Tami.
b. Mediteran Rensina, jenis tanah ini tersebar di Distrik Abepura dan Distrik Muara Tami.
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 8
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
c. Podsolik merah kuning, jenis tanah ini terbentuk pada tipe iklim basah dengan curah hujan 2500-
3500 mm/tahun tanpa bulan kering. Terletak pada topografi bergelombang sampai berbukit-
bukit pada elevasi 10-100 m dpl, salumnya agak tebal (1-2 m) dengan warna merah hingga
kuning. Reaksi tanah sangat masam (pH 3,4-5,0) dan sangat peka terhadap erosi, mempunyai
tingkat kesuburan rendah. Tanah ini sangat luas, terluas di Distrik Jayapura Utara, Distrik
Jayapura Selatan, dan Distrik Heram.
d. Podsolik merah kuning rensina Jenis tanah ini terdapat di Distrik Jayapura Selatan, Distrik
Abepura, dan Distrik Muara Tami.
E. HIDROLOGI
Sungai yang melintas di Kota Jayapura diantaranya adalah:
Distrik Jayapura Utara : Anafre (panjang 2,85 km), Aryoko (panjang 4,68 km), Kloofkamp,
Bahabuaya, APO (panjang 6,327 km), Yapis (3 km), dan Dok IX (3
km
Distrik Jayapura Selatan : Sian Nan (panjang 1 km), Wav Nan (2 km), Masyauw Nan (3 km),
dan Hanya Nan;
Distrik Abepura dan : Acai (2,27 km), Siborogonyie (11,2 km), Kali Kampwalker (10
Heram km), Buper, Jaifuri, Kujabu (3,49 km);
Distrik Muara Tami : Sungai Tami (1 km) dan Moso.
Arah aliran sungai bermuara ke Laut Pasifik, kecuali Sungai Kampwolker dan Buper yang bermuara ke
Danau Sentani. Sungai tidak hanya merupakan suatu alur di permukaan bumi yang berfungsi sebagai
saluran drainase dan terdiri dari aliran air dan sedimen terangkut, melainkan juga suatu sistem keairan
terbuka yang padanya terjadi interaksi antara faktor biotis dan abiotis, yaitu flora fauna disatu sisi dan
hidraulika air dan sedimen disisi yang lain, serta seluruh aktivitas manusia yang berhubungan langsung
atau tidak langsung dengan sungai.
Kondisi sumberdaya air ini di wilayah hulu masih cukup baik, namun menjadi kurang baik bila berada di
sekitar aktivitas masyarakat dan akhirnya aliran air ini akan bermuara ke laut/danau dengan membawa
air yang sudah tercemar dengan limbah cair dan padat.
Danau juga terdapat di Kota Jayapura, yaitu Danau Yuong dan Wakulu di Distrik Abepura, serta Danau
Sentani yang sebagian berada di wilayah Distrik Heram. Danau Sentani memiliki luas ±9.630 Ha, berada
di Kota Jayapura (Kampung Yoka Distrik Heram) dan Kabupaten Jayapura (Distrik Sentani Timur, Distrik
Waibu, dan Distrik Ebungfauw). Outflow Danau Sentani melalui Sungai Jaifuri yang berada di sebelah
selatan danau, aliran bawah tanah, serta melalui rekahan-rekahan batu kapur yang banyak terdapat di
sebelah Timur Danau Sentani menuju ke Sungai Tami yang selanjutnya bermuara ke Teluk Seko di Lautan
Pasifik. Air danau juga dimanfaatkan sebagai sumber air bersih oleh masyarakat yang bermukim di tepi
danau.
Pantai yang terdapat di Kota Jayapura berdasarkan Data Lingkup Kerja Pengairan Dinas Pekerjaan
Umum Kota Jayapura Tahun 2012 adalah Pantai Skouw Yambe sampai dengan Sae dengan panjang 5 km,
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 9
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
Pantai Holtekamp memiliki panjang 10 km, Teluk Youtefa dengan panjang pantai 2 km, Pantai Hamadi 3
km, Pantai Dok II 1 km, dan Pantai Base-G 4 km.
Rawa yang terdapat di Kota Jayapura berdasarkan Data Lingkup Kerja Pengairan Dinas Pekerjaan Umum
Kota Jayapura Tahun 2012 adalah rawa di Kampung Mamberamo (Kelurahan Koya Timur) memiliki luas
3.000 ha, luas rawa di Holtekamp 1.500 ha, Embung Entrop memiliki luas 1 ha, Organda Padang Bulan
memiliki luas rawa 5 ha, Hamadi memiliki luas rawa 5 ha, dan Pasir II dengan luas rawa 8 ha.
Irigasi Muara Tami dengan panjang saluran tersier (1x1 m) adalah 30 km, saluran sekunder (2,5x2 m)
dengan panjang 20 km, dan saluran primer (4x3 m) dengan panjang saluran 30 km (sumber: Data
Lingkup Kerja Pengairan Dinas Pekerjaan Umum Kota Jayapura, 2012).
3.1.2 Kondisi Sosial dan Kependudukan
A. SOSIAL
Kota Jayapura sebagai wilayah perkotaan menjadi tujuan migrasi bagi masyarakat di sekitar Kota
Jayapura maupun kota-kota lainnya di Indonesia. Masyarakat yang menetap telah membentuk
masyarakat majemuk yang berasal dari berbagai suku bangsa dan budaya.
Penduduk asli Papua sendiri (termasuk Kota Jayapura) memiliki ciri-ciri fisik berkulit hitam, berbulu, dan
berambut keriting. Masyarakat asli pada dasarnya termasuk ke dalam rumpun suku bangsa Melanesia,
dengan ciri-ciri berkulit hitam dan berambut keriting, tinggi badan pria sekitar 165-175 cm dan wanita
155-165 cm.
Dari tanda-tanda tersebut terlihat ada keterkaitan dengan penduduk asli Australia, yaitu Suku Aborigin.
Pada penetapan wilayah perbatasan RI-PNG, Pemerintah Belanda dan Pemerintah Australia tidak
memperhatikan batas-batas tradisional antar etnik, yang menyebabkan suku-suku yang sama terbagi
menjadi beberapa bagian kecil. Padahal wilayah perbatasan merupakan wilayah yang bebas bagi
mobilitas suku-suku di Barat dan di Timur, karena antara keduanya terdapat sumberdaya alam yang
saling melengkapi kebutuhan suku-suku tersebut.
a. Distrik Jayapura Utara: Suku asli di Distrik Jayapura Utara adalah Suku Kayobatu.
b. Distrik Jayapura Selatan: Suku asli di Distrik Jayapura Selatan adalah Tobati Enggros, dengan
marga Hamadi, Ireeuw, Afaar, Hasor, Dawir, Hay, Itaar, Mano, Injama, Kerauje, Iwo, Sanyi, Drunyi,
Habubuk, Hanasbey, Srem-srem, Sembra, dan Samay. Kampung Tahima Soroma terdapat Suku Sibi,
Hay, Youwe, dan Soro. Sebagian lainnya telah berpindah ke daratan di sekitar Entrop, Kotaraja, Kali
Acai, atau tempat lainnya. Namun pada saat acara-acara adat, suku-suku ini akan berkumpul.
c. Distrik Abepura: Suku asli di Distrik Abepura termasuk dalam Suku Tobati Enggros yang juga
berada di Distrik Jayapura Selatan. Menurut penduduk setempat, nama asli kedua kampung adalah
”Tubadij” artinya sudah jadi orang di sini atau kampung saya di sini, dan ”Injros” yang terdiri dari
dua kata, yaitu ”Inj” (tempat) dan ”Ros” (dua), yang bila diartikan secara lengkap adalah kampung
kedua atau tempat tinggal kedua. Dulunya kampung ini hanya ada satu kampung, yaitu Tobati,
namun karena perkembangan jumlah penduduk, maka suku utama (Drunyi dan Sanyi) pindah ke
tempat permukiman kedua di Injros. Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Tobati, di samping
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 10
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
Bahasa English Pidgin oleh sebagian orang yang sering berkunjung secara tradisional ke Papua
Neuw Guinea (PNG) untuk bertemu sanak keluarga mereka yang bermukim di sana. Namun,
jumlah penutur Bahasa Tobati saat ini jarang digunakan secara aktif. Bahasa yang sering
digunakan adalah bahasa persatuan (Bahasa Indonesia) yang diperkenankan di Papua sejak 5
Pebruari 1855 (yang kala itu disebut Maleise Taal-Bahasa Melayu)-ketika penyebaran Agama
Kristen masuk di Pulau Mansinam (Manokwari), Tanah Papua. Selain itu, terdapat Suku Nafri yang
bertempat tinggal di Kampung Nafri.
d. Distrik Heram: Penduduk asli di Kampung Yoka di Distrik Heram termasuk dalam Suku Sentani,
meskipun secara wilayah administrasi berada di Kota Jayapura.
e. Distrik Muara Tami: Suku asli di Distrik Muara Tami adalah masyarakat peramu, yaitu hanya
memanfaatkan hasil hutan. Hanya sedikit masyarakat asli yang mulai terbiasa bertani dengan
mulai menanam umbi-umbian untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Kehidupan pedesaan masih
terasa di Distrik Muara Tami, kecuali di Koya Barat dan Koya Timur yang mulai diramaikan dengan
aktivitas perdagangan, serta wisata pemancingan dan rumah makan.
Disadur dari Laporan Final Bantuan Teknis Pelaksanaan Penataan Ruang Kawasan Muara Tami.
Berdasarkan sejarah, dalam selayang pandang Pulau Papua dijelaskan bahwa sejarah orang Papua
mulai diungkap dalam catatan tertulis setelah ditemukan sepotong catatan tentang New Guenea
dan penduduknya, yang menjadi nenek moyang Bangsa Papua, pada awal kedatangan orang
Portugis dipermulaan abad ke-16.
Suku dengan mobilitas tinggi ini pada saat ini sering disebut para pelintas batas. Warga Indonesia
yang sempat tinggal di PNG kemudian kembali ke Papua diberikan tempat tinggal khusus di
Kampung Mosso. Sebagai para pelintas batas, para penduduk asli perbatasan memiliki KTP khusus
berwarna merah sebagai pengganti paspor/visa jika ingin melakukan kunjungan ke PNG. Suku
yang berbeda menempati kampung-kampung Distrik Muara Tami, seperti:
Suku di Skouw Mabo, yaitu Malo, Membilong, Palora, Awe, dan Kemo;
Suku di Skouw Yambe, yaitu Rolo, Patipeme, Ramela, Membilong, dan Pae;
Suku di Skouw Sae, yaitu Nali, Mutang, Lomo, Reto, dan Palora;
Suku pendatang di Holtekamp, yaitu Sarmi, Serui, dan Yawa;
Suku asli yang masih ada di Koya Barat dan Koya Timur adalah Rolo, suku Jawa merupakan
asal para transmigran;
Suku di Mosso adalah Nyao, yaitu para pelintas batas.
Makanan lokal penduduk adalah sagu. Dulu tersedia cukup melimpah dibeberapa hutan sagu
berawa, namun saat ini sebagian besar hutan sagu telah dijadikan kawasan permukiman, seperti di
Kotaraja dan Entrop. Menangkap ikan di laut dan kerang juga merupakan pekerjaan rutin yang
dilakukan oleh penduduk. Mencari ikan di laut biasanya dilakukan oleh kaum pria, dan wanita
mengumpulkan kerang di laut dan hutan bakau.
B. KEPENDUDUKAN
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 11
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
Kota Jayapura memiliki luas wilayah seluas 940 Km2. Mempunyai jumlah penduduk pada tahun 2016
sebesar 288.786 jiwa. Dilihat dari kondisi Demografis, jumlah penduduk Kota Jayapura mengalami
perkembangan , mengingat pada tahun 2015 menurut data yang diterbitkan Badan Pusat Statistika,
penduduk Kota Jayapura sejumlah 283.490 jiwa, terdiri atas 154.096 jiwa laki -laki dan 134.690 jiwa
perempuan. Jumlah penduduk ini mengalami kenaikan sebesar 2,83 % bila dibandingkan dengan
jumlah penduduk pada tahun 2014, yakni sejumlah 275.694 jiwa terdiri atas 144.440 jiwa laki-laki dan
131.254 jiwa perempuan. Kepadatan penduduk Kota Jayapura tahun 2016 adalah sebesar 307 jiwa per
Km² (sumber jayapurakota.bps.go.id).
Demikian halnya bila dibandingkan perkembangan Jumlah penduduk Kota Jayapura dari tahun ke tahun
yang juga mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk sebesar 258.889 jiwa pada
tahun 2010 menjadi sebesar 288.786 jiwa pada tahun 2016. Secara umum pertambahan penduduk di
Kota Jayapura tidak mengalami peningkatan yang pesat. Dalam 6 tahun terakhir rata-rata tingkat
pertumbuhan penduduk Kota Jayapura adalah sebesar 1,84%. Peningkatan jumlah penduduk juga terjadi
pada tiap-tiap kecamatan yang ada di Kota Jayapura. Diperinci tiap distrik, jumlah penduduk terbesar
terdapat di Distrik Abepura yaitu sebesar 82.090 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 44.031
jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 38.059 jiwa, sedangkan untuk jumlah penduduk terendah yang
ada di Kota Jayapura terdapat di Distrik Muara Tamu dengan jumlah penduduk sebesar 12.626 jiwa
dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 6.738 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 5.888 jiwa.
Tabel III-4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kota Jayapura
Luas Wilayah Kepadatan
No Distrik Laki Perempuan Jumlah
(Km2) Penduduk
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 12
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 13
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 14
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 15
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
A. Sumberdaya Hutan
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 16
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
Berdasarkan UU RI Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem
berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan
alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Berkembangnya aktivitas ekonomi
telah berpengaruh terhadap alih fungsi lahan, khususnya hutan.
Tabel III-5 Penetapan Hutan Lindung Cagar Alam dan Taman Wisata Alam di Kota Jayapura
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 17
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 18
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 19
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 20
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
Potensi sumberdaya galian batuan tersebut bila dikaitkan dengan pola ruang di Kota Jayapura adalah
sebagai berikut:
a. Distrik Jayapura Utara
Adanya kawasan hutan lindung dan lokasi pemukiman yang cukup padat. Potensi sumber daya alam
(galian batuan) yang tersebar pada wilayah ini adalah endapan tanah lateritik dan batugamping.
Namun endapan tanah lateritik berada pada kawasan hutan lindung, sedangkan batugamping
berada pada kawasan padat pemukiman.
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 21
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 22
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 23
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 24
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 25
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
(a) Potensi longsor di Distrik Jayapura Utara adalah di kawasan Rumah Sakit Dok II Kelurahan
Bhayangkara, Kawasan Kloofkamp dan Paldam di Kelurahan Gurabesi, Kawasan perdagangan
dan jasa di Jalan Percetakan Kelurahan Gurabesi.
(b) Lokasi kawasan longsor di Distrik Jayapura Selatan berada di perbukitan Entrop (sekitar
walikota), Kelurahan Ardipura, Perbukitan sekitar Teluk Youtefa (Skyline-Vihara) Entrop, dan
Numbay (depan Pelabuhan).
(c) Lokasi kawasan longsor di Distrik Abepura berada di sepanjang Tanah Hitam menuju Koya
(terutama koordinat 02o38,138’ LS–140o43,667 BT, dengan kemiringan mencapai 60o-80o).
c. Tinggi Gelombang Laut
Tinggi gelombang laut dapat mencapai 1,5 meter yang berpotensi terjadi di kawasan pantai di
Kota Jayapura.
d. Abrasi
Kawasan rawan bencana alam rawan abrasi merupakan wilayah pesisir pantai yang luasannya
berkurang, karena gerusan gelombang air laut. Kawasan ini terletak di Pantai Hamadi dan sepanjang
pantai yang menghadap ke Samudera Pasifik.
e. Tsunami
Tsunami dapat timbul bila kondisi di bawah ini terpenuhi, yaitu 1) gempa bumi dengan pusat di
tengah lautan; 2) gempa bumi dengan magnitude lebih besar dari 6.0 skala Ricter; 3) gempa bumi
dengan pusat gempa dangkal, kurang dari 33 km; 4) gempa bumi dengan pola mekanisme dominan
adalah sesar naik atau sesar turun; 5) lokasi sesar (rupture area) di lautan yang dalam (kolom air
dalam); 6) morfologi (bentuk) pantai biasanya pantai terbuka dan landai atau berbentuk teluk.
Potensi tsunami terjadi di Samudera Pasifik. Gempa berkekuatan 8,9 SR yang juga diikuti gelombang
tsunami di Jepang pada tanggal 11 Maret 2011 juga berdampak terhadap pesisir pantai Kota
Jayapura yang berhadapan langsung dengan Samudera Pasifik. Peristiwa tersebut telah merusak
beberapa bangunan rumah dan jembatan di Kampung Tobati, yang berlokasi di tengah Teluk
Youtefa. Beberapa rumah dan jembatan di Kampung Tobati rusak parah, bahkan beberapa hancur
total akibat gelombang tsunami tersebut. Kurang lebih 20 rumah yang hanyut dan rusak, 16 di
antaranya dari Kampung Tobati dan Metu Debi, serta sedikitnya 4 rumah di Kampung Enggros.
Selain rumah penduduk, ada juga beberapa fasilitas umum yang rusak, seperti Mawu (sebutan
pendopo oleh masyarakat Injros).
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 26
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
f. Angin
Adanya angin maksimum lebih dari 28 knot atau 14 m/s, berpotensi merusak atap rumah bahkan
merobohkan pohon. Angin kencang sering terjadi bersamaan dengan adanya Siklon Tropis di Utara
Papua.
g. Banjir/Genangan Air
Wilayah Distrik Jayapura Utara yang pernah terkena banjir adalah Belakang BRI Kloofkamp dan
Aspol di Kelurahan Gurabesi. Genangan air yang terjadi akibat kondisi drainase yang buruk
(kapasitas saluran yang kurang, terjadi penumpukan sampah, pengaruh pasang surut laut, dimensi
inlet saluran yang kurang memadai), serta perubahan fungsi guna lahan dari lahan resapan air
menjadi kawasan terbangun. Lokasi kawasan genangan dan rawan banjir di Kota Jayapura adalah:
(a) Kawasan genangan dan rawan banjir Distrik Jayapura Utara:
Kawasan Pusat Kota, Kelurahan Gurabesi
Kawasan Putaran SPBU APO, Kelurahan Bhayangkara;
Kawasan Kantor Dinas Perikanan Provinsi Papua, Kelurahan Imbi;
Kawasan Perempatan Kantor Polsek Jayapura Utara, Kelurahan Imbi;
Kawasan Kantor P dan P Provinsi Papua, Kelurahan Tanjung Ria;
Kawasan Pantai Base-G, Kelurahan Tanjung Ria; dan
Kawasan SD Inpres Angkasa, Kelurahan Angkasapura.
(b) Kawasan genangan dan rawan banjir Distrik Jayapura Selatan:
Kawasan Kelapa Dua Entrop, Kelurahan Entrop;
Kawasan Papua Trade Center (PTC), Kelurahan Entrop;
Kawasan Pasar Hamadi, Kelurahan Hamadi;
Kawasan Hotel Rais dan Hotel Relat, Kelurahan Argapura;
Kawasan Posponpes DDI, Kelurahan Entrop.
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 27
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 28
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 29
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 30
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 31
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 32
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 33
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 34
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
Gambar 3-8 Peta Risiko Bencana Longsor dan Peta Risiko Bencana Banjir
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 35
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 36
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 37
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 38
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 39
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 40
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 41
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 42
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 43
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
Distrik Abepura terdiri dari 3 kampung dan 8 kelurahan. Secara keseluruhan, Distrik Abepura
memiliki luas wilayah seluas 155,7 km2. Distrik Abepura memiliki batasbatas yaitu sebelah
utara; Distrik Jayapura Selatan, sebelah selatan; Kabupaten Keerom, sebelah barat; Distrik
Heram, dan sebelah timur; Distrik Muara Tami.
B. Distrik Jayapura Selatan
Distrik Jayapura Selatan terletak pada posisi 20,54” hingga 20,58” Lintang Selatan dan 1400,66”
hingga 1400,72” Bujur Timur. Berdasarkan elevasi (ketinggian dari permukaan laut), dataran di
Distrik Jayapura Selatan terdiri dari: 0 m - 100 m = 100 % 01 m - 500 m = 0 % 501 m -1000 m = 0
% 1.001 m keatas = 0 % dengan ketinggian rata-rata ± 15,71 meter diatas permukaan laut. Jarak
antara Ibu Kota Kecamatan ke Daerah Kampung/Kelurahan:
1. Entrop - Tobati : 4 km.
2. Entrop – Tahima Soroma : 8 km.
3. Entrop - Hamadi : 3 km.
4. Entrop - Ardipura : 2 km.
5. Entrop - Numbai : 5 km.
6. Palu - Argapura : 2 km.
Wilayah Distrik Jayapura Selatan bagian utara berbatasan dengan Distrik Jayapura Utara, bagian
timur berbatasan dengan Lautan Pasifik, bagian selatan berbatasan dengan Distrik Heeram, dan
bagian barat berbatasan dengan Distrik Abepura.
C. Distrik Jayapura Utara
Distrik Jayapura Utara terletak pada
posisi ... hingga ... Lintang Selatan dan ...
hingga ... Bujur Timur.
Jarak antara Ibukota Kecamatan ke Daerah Kampung/Kelurahan:
1. Tanjung Ria – Kayobatu : 2 km.
2. Tanjung Ria – Gurabesi : 10 km.
3. Tanjung Ria – Bhayangkara : 8 km.
4. Tanjung Ria – Mandala : 6 km.
5. Tanjung Ria – Trikora : 6 km.
6. Tanjung Ria – Angkasapura : 4 km.
7. Tanjung Ria – Imbi : 2 km
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 44
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
Wilayah Distrik Jayapura Utara, bagian utara berbatasan dengan Lautan Pasifik, bagian timur
berbatasan dengan Teluk Yos Sudarso, bagian selatan berbatasan dengan Distrik Jayapura
Selatan, dan bagian barat berbatasan dengan Gunung Cyclop (kabupaten Jayapura).
D. Distrik Heram
Distrik Jayapura Utara terletak pada posisi ... hingga ... Lintang Selatan dan ... hingga ... Bujur
Timur.
Jarak antara Ibukota Kecamatan ke Daerah Kampung/Kelurahan:
1. Tanjung Ria - Kayobatu : 2 km.
2. Tanjung Ria - Gurabesi : 10 km.
3. Tanjung Ria - Bhayangkara : 8 km.
4. Tanjung Ria - Mandala : 6 km.
5. Tanjung Ria - Trikora : 6 km.
6. Tanjung Ria – Angkasapura : 4 km.
7. Tanjung Ria - Imbi : 2 km
Wilayah Distrik Jayapura Utara, bagian utara berbatasan dengan Lautan Pasifik, bagian timur
berbatasan dengan Teluk Yos Sudarso, bagian selatan berbatasan dengan Distrik Jayapura
Selatan, dan bagian barat berbatasan dengan Gunung Cyclop (kabupaten Jayapura).
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 45
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
B. Jayapura Selatan
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 46
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
D. Distrik Heram
1. Kepadatan Penduduk
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 47
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
1. Kepadatan Penduduk
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 48
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
1. Kepadatan Penduduk
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 49
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
D. Distrik Heram
1. Kepadatan Penduduk
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 50
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 51
Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Di Kota Jayapura
Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
Tabel III-5 Penetapan Hutan Lindung Cagar Alam dan Taman Wisata Alam di Kota Jayapura........16
Profil Kota Jayapura dan Kawasan Prioritas Penataan Kawasan Rawan Bencana 3 - 52