Anda di halaman 1dari 5

BAB I BAB I

PENDAHULUAN
1.
PENDAHULUAN
Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana menjadi


dasar penyelenggaraan penanggulangan bencana di Indonesia. Terbitnya Undang-
undang tersebut telah memicu terjadinya pergeseran paradigma penanggulangan
bencana menjadi berorientasi pengurangan risiko.

Berdasarkan kesepakatan global terkait dengan pengurangan risiko bencana, Indonesia


telah menyepakati Sendai Framework for Disaster Risk Reduction (SFDRR) 2015-2030.
Salah satu rencana aksinya adalah memahami risiko bencana. Kebijakan dan praktik
penanggulangan bencana harus didasarkan pada pemahaman tentang risiko bencana
pada semua dimensi, yakni ancaman, kerentanan, dan kapasitas. Pengetahuan tersebut
dimanfaatkan untuk tujuan penilaian risiko sebelum bencana, pencegahan, dan mitigasi,
serta pengembangan dan pelaksanaan kesiapsiagaan yang memadai dan respon yang
efektif terhadap bencana. Oleh karena itu, penyusunan kajian risiko bencana penting
untuk dilaksanakan sebagai satu upaya untuk melaksanakan rencana aksi di dalam
SFDRR.

Sejalan dengan itu, pengukuran efektivitas penanggulangan bencana berdasarkan


indeks risiko bencana 2018 membutuhkan baseline (gambaran dasar) yang digunakan
sebagai acuan saat mengukur keberhasilan dinamika penyelenggaraan penanggulangan
bencana di Indonesia selama 5 tahun ke depan. Baseline indeks risiko bencana pada
dasarnya tetap mengacu kepada metodologi Kajian Risiko Bencana yang telah
ditetapkan menjadi Peraturan oleh Kepala BNPB No.2 Tahun 2012 tentang Pedoman
Pengkajian Risiko Bencana.

1
Di dalam RPJMN 2020-2024 sasaran pengarusutamaan Kerentanan Bencana dan
Perubahan Iklim untuk lima tahun ke depan adalah meningkatkan ketahanan suatu
daerah yang diukur untuk menghadapi kejadian bencana, dengan mempertimbangkan
karakteristik kebencanaan secara lebih luas, tidak hanya bencana alam konvensional,
namun juga bencana non-alam (man-made disaster) dan bencana kegagalan teknologi.
Oleh karena itu terkait kebijakan PRB, selain termuat dalam RPJMD, dan renstra BPBD,
sesuai 6 arahan presiden, bahwa pemerintah di tingkat kabupaten/kota harus memiliki
acuan dalam pengurangan risiko bencana utamanya melalui kajian risiko bencana dan
peta rawan bencana.

Kabupaten Majalengka merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang
memiliki potensi bencana, baik bencana geologi maupun bencana hidrometeorologi.
Adapun jenis-jenis potensi bencana yang ada di Kabupaten Majalengka diantaranya:
Bahaya Gempabumi, Bahaya Letusan Gunung Api, Bahaya Cuaca Ekstrim, Bahaya Banjir,
Bahaya Banjir Bandang, Bahaya Kebakaran Hutan dan Lahan, Bahaya Tanah Longsor
atau Gerakan Tanah.

Dalam kaitan hal tersebut, Pemerintah Daerah Kabupaten Majalengka perlu melakukan
kajian tentang kebencanaan sebagai dasar pelaksanaan lebih lanjut. Kajian tentang
resiko bencana di wilayah Kabupaten Majalengka tersebut, sebagai dasar hukum dan
landasan kebijakan pelaksanaan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh
bencana. Sekaligus dalam rangka pengenalan dan adaptasi terhadap bahaya yang ada,
serta kegiatan berkelanjutan untuk mengurangi atau menghilangkan resiko jangka
panjang, baik terhadap kehidupan manusia maupun harta benda, sehingga dapat
mengurangi indeks resiko bencana sesuai dengan target mitigasi bencana.

2. Maksud dan Tujuan


a. Maksud
Maksud dari penyusunan laporan ini adalah untuk menghasilkan Kajian Risiko Bencana
(KRB) sebagai dasar yang kuat dalam perencanaan kebijakan penanggulangan bencana
bagi para pengambil keputusan dan para pelaku penanggulangan bencana di Kabupaten
Majalengka dalam rangka mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh bencana.

2
b. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk menyusun Peta Resiko (peta
bahaya, peta kerentanan dan peta kapasitas) dengan skala 1: 25.000 untuk wilayah
administrasi Kabupaten Majalengka dengan kedetailan sampai dengan desa/kelurahan.

Adapun untuk sasaran yang ingin dicapai dari penyusunan laporan ini adalah sebagai
berikut :

a Tersusunnya Dokumen Kajian Resiko Bencana Kabupaten Majalengka Tahun


2022;
b Tersusunnya Peta Rawan Bencana BencanaTahun 2022;
c Tersusunnya album peta kajian resiko bencana dengan skala 1:25.000 untuk
wilayah administrasi Kabupaten Majalengka dengan kedetailan desa/kelurahan.
 Peta-peta Bahaya;
 Peta-peta Kerentanan;
 Peta-peta Kapasitas;
 Peta-peta Risiko Bencana;
 Peta Multibahaya;
 Peta Multi Risiko.

3. Ruang Lingkup Wilayah dan Pekerjaan


a. Ruang Lingkup Wilayah

Lokasi pekerjaan Penyusunan Dokumen Kajian Risiko Bencana Kabupaten


Majalengka adalah wilayah administratif Kabupaten Majalengka.

b. Ruang Lingkup Substansi


Lingkup materi kegiatan Penyusunan Dokumen ini, yaitu:
 Penyusunan metodologi dan rencana kerja yang sesuai dengan arahan KAK dan
pengalaman analisis dan penyusunan KRB yang pernah dilaksanakan oleh pihak
konsultan, mengacu pada Peraturan oleh Kepala BNPB No.2 Tahun 2012 tentang
Pedoman Pengkajian Risiko Bencana.
 Pengumpulan data sekunder, informasi, peta dan demografi wilayah, literatur,
dan peraturan perundangan terkait dengan penanggulangan bencana.

3
 Melakukan kajian tingkat ancaman bencana secara geografis, geologis, dan
hidrometeorogis.
 Melakukan kajian kerentanan baik kerentanan fisik, kerentanan sosial,
kerentanan ekonomi, serta kerentanan lingkungan.
 Melakukan kajian kapasitas dalam menghadapi bencana dengan mendasarkan
pada kapasitas lokal yang dimiliki saat ini.
 Melakukan kajian risiko serta menyusun Peta Risiko Bencana Kabupaten
Majalengka, sesuai standar BNPB (berdasarkan Perka BNPB No. 2 tahun 2012
tentang Pedoman Pengkajian Risiko Bencana).

Pembahasan jenis bahaya pada kegiatan ini mengacu kepada Pedoman Umum
Pengkajian Risiko Bencana yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Penanggulangan
Bencana. Adapun jenis bahaya yang harus dikaji di dalam dokumen ini adalah:
1. Bahaya Banjir Bandang;
2. Bahaya Gempabumi;
3. Bahaya Cuaca Ekstrim;
4. Bahaya Kebakaran Hutan dan Lahan;
5. Bahaya Letusan Gunung Api.

4. Jangka Waktu Pelaksanaan


Kegiatan Penyusunan Dokumen Kajian Risiko Bencana Kabupaten Majalengka Tahun
2022 dilaksanakan selama 60 (enampuluh) hari kalender, terhitung setelah
penandatanganan kontrak kerja.

5. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan untuk Penyusunan Dokumen Kajian Risiko Bencana
Kabupaten Majalengka Tahun 2022 adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan
Menguraikan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup
substansi, ruang lingkup wilayah, dan jangka waktu pekerjaan.

4
BAB II Metodologi
Berisi mengenai pendekatan dan metode yang digunakan dalam Penyusunan
Dokumen Kajian Risiko Bencana Kabupaten Majalengka Tahun 2022.

BAB III Gambaran Umum Wilayah dan Kebencanaan di Kabupaten Majalengka


Berisi tentang gambaran wilayah kajian terkait profil Kabupaten Majalengka,
serta memaparkan kondisi wilayah yang pernah terjadi dan berpotensi terjadi
yang menunjukkan dampak bencana yang sangat merugikan (baik dalam hal
korban jiwa maupun kehancuran ekonomi, infrastruktur dan lingkungan).
Selain itu, secara singkat akan memaparkan data sejarah kebencanaan daerah
dan potensi bencana daerah

BAB IV Pengkajian Risiko Bencana


Pengkajian risiko bencana memaparkan hasil pengkajian risiko bencana
berdasarkan pada Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Nomor 02 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana
dan referensi pedoman lainnya yang ada di kementerian/Lembaga di tingkat
nasional. Pengkajian risiko bencana terdiri dari identifikasi risiko, penilaian
risiko, dan kajian risiko bencana Kabupaten Majalengka.

BAB V Rekomendasi
Rekomendasi memaparkan rencana aksi peningkatan kapasitas daerah. Rencana aksi
terdiri dari rumusan hasil penjabaran kegiatan dari Indikator Ketahanan Daerah dan
memperhatikan usulan kegiatan pengurangan risiko bencana di tingkat Kota dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana.

Anda mungkin juga menyukai