PROPOSAL PENELITIAN
ANALISIS DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LAHAN KAWASAN
PERKOTAAN SINDANGBARANG KABUPATEN CIANJUR
Proposal ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Metodologi Riset
Oleh.
Aldo Ananda Putra
NIM. 153060052
FAKULTAS TEKNIK
2018
KATA PENGANTAR
1. Bapak Dr. Ir. I.F. Poernomosidhi, M.Sc., MCIT., MIHT dan Bapak Dr. Ir. Ari
Djatmiko, MT. selaku Dosen Mata kuliah Metodologi Riset yang telah
memberikan ilmu dan pengetahuan di Program Studi Perencanaan Wilayah dan
Kota Universitas Pasundan.
2. Teh Meyliana Lisanti., ST., M.Si dan teh Eliza Putri Ayu., ST selaku Asisten
Dosen yang telah memberikan bimbingan dan motivasi guna penyelesaian
Usulan Penelitian ini.
3. Keluarga tercinta yang dengan penuh cinta dan kasih sayangnya telah banyak
memberikan doa, dukungan dan motivasi secara materiil maupun moril guna
kelancaran penyelesaian usulan penelitian ini.
i
DAFTAR ISI
ii
2.6 Jenis Tanah ........................................................................................................... 24
2.7 Komponen Air Tanah........................................................................................... 29
2.8 Kesesuaian Lahan Untuk Tempat Tinggal (Gedung)........................................... 34
2.9 Daya Tampung Lahan .......................................................................................... 34
2.10 Peraturan dan Perundang-undangan .................................................................... 36
2.10.1 Penataan Ruang dalam Undang- Undang No 26 tahun 2007................... 36
2.11 Studi Terdahulu ................................................................................................... 37
2.11.1 Analisis Daya Dukung Dan Daya Tampung Lahan Perumahan di Kota
Cimahi (Tugas Akhir Fahri Fansuri Tahun 2017 Universitas Pasundan Teknik
Perencanaan Wilayah dan Kota) .......................................................................... 38
2.11.2 Kajian Kemampuan Dan Daya Tampung Lahan Perumahan Di Kawasan
Perkotaan BWK Takengon Pusat (Tugas Akhir Wien Khutami Tahun 2015
Universitas Pasundan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota) .......................... 39
2.11.3 Evaluasi Kesesuaian Lahan Permukiman Di Kota Semarang Bagian Selatan
(Tugas Akhir Mitra Satria Tahun 2012 Universitas Diponegoro Teknik
Perencanaan Wilayah dan Kota) .......................................................................... 41
2.11.4 Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Permukiman Di Kabupaten Semarang
(Tugas Akhir Hendra Wijaya Tahun 2009 Universitas Diponegoro Teknik
Perencanaan Wilayah dan Kota) .......................................................................... 43
2.11.5 Kajian Kesesuaian Lahan Perumahan Berdasarkan Karakteristik Fisik
Dasar di Kota Fakfak ( Tesis Arief Hartadi Tahun 2009 Universitas Diponegoro
Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota) .............................................................. 46
2.11.6 Daya Dukung Lahan Untuk Pengembangan Kawasan Permukiman
Perkotaan di Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung (Jurnal Penelitian Yulianti
Samsidar, Indarti Komala Dewi dan Bayu Wirawan Tahun 2013 Universitas
Pakuan Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota) ..................................... 48
BAB III ....................................................................................................................... 57
GAMBARAN UMUM WILAYAH ........................................................................... 57
3.1 Kedudukan Kawasan Perkotaan Sindangbarang ................................................... 57
3.1.1 Posisi Geografis dan Luas Wilayah ............................................................ 57
3.2 Kondisi Fisik Alam .............................................................................................. 58
3.2.1 Gerakan Tanah ................................................................................................... 58
3.3 Penggunaan Lahan ............................................................................................... 59
iii
3.4 Kependudukan...................................................................................................... 60
3.4.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk................................................... 60
3.4.2 Kepadatan Penduduk ................................................................................. 62
BAB IV ....................................................................................................................... 64
RENCANA PELAKSANAAN TUGAS AKHIR ....................................................... 64
4.1 Rencana Penyelesaian Tugas Akhir .................................................................... 64
4.2 Kendala ................................................................................................................ 65
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 66
Desain Survey ............................................................................................................. 68
A. Mekanisme Survey............................................................................................... 68
LAMPIRAN ................................................................................................................ 75
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
Desa Mekarlaksana dan Desa Muaracikadu dengan luas total sekitar seluas 7.868,54
ha.
Berdasarkan data dari BPS Kecamatan Sindangbarang Tahun 2017 menyebutkan
bahwa jumlah penduduk dari tahun 2014 sampai tahun 2016 di seluruh Kecamatan
Sindangbarang pada tahun pertama mengalami penurunan dan tahun selanjutnya
mengalami peningkatan sedangkan untuk tingkat kepadatan penduduk dari tahun 2014
sampai tahun 2016 rata – rata mengalami peningkatan kecuali di desa muaracikadu
yang tiap tahunnya tetap. Secara umum penggunaan lahan yang terdapat di Kecamatan
Sindangbarang didominasi oleh kegiatan pertanian dan perkebunan. Kegiatan pertanian
(sawah tadah hujan) di Kecamatan Sindangbarang seluas 1.129,60 Ha, Perkebunan
sekitar 2.896,01 Ha, sedangkan luas lahan non pertanian (permukiman) adalah seluas
265,10 Ha.
Kegiatan sektor perkebunan sendiri cukup mendominasi di Kecamatan
Sindangbarang, mengingat bahwa 36,81% lahan Kecamatan Sindangbarang
merupakan lahan perkebunan. Hal ini juga mengakibatkan konsentrasi penduduk lebih
terpusat di Desa Saganten dan Desa Sirnagalih. Selain kegiatan pertanian dan
perkebunan, kegiatan lain yang tidak kalah pentingnya di Kecamatan Sindangbarang
adalah lahan berupa permukiman, perdagangan dan jasa.
Berdasarkan arahan RTRW Kabupaten Cianjur sendiri, Kecamatan Sindangbarang
diarahkan sebagai pusat kegiatan lingkungan dengan fungsi sebagai distribusi
pengolahan hasil perkebunan dan pertanian serta permukiman perdagangan dan jasa.
Selain pengembangan kawasan budidaya pertanian, terdapat fungsi lindung seperrti
sempadan pantai. Berdasarkan hasil olahan peta GIS bahwa penggunaan lahan di
kawasan perkotaan Sindangbarang Kabupaten Cianjur ini didominasi oleh penggunaan
lahan Kebun dan Tanah ladang/Tegalan dengan persentase luas total yaitu 73,6% atau
5.791,43 Ha dari total luas lahan kawasan perkotaan yaitu 7.868,54 Ha.
Menurut Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 16 Tahun 2013 tentang
rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau – pulau kecil provinsi jawa barat tahun 2013
– 2029 bahwa Kecamatan Sindangbarang termasuk kedalam pusat kegiatan lokal
2
perkotaan atau disebut PKL Perkotaan adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala Kabupaten/Kota atau beberapa kecamatan. Dari kondisi
tersebut di kawasan perkotaan Sindangbarang diperlukan penelitian, untuk mengetahui
sejauh mana daya dukung lahan dan daya tampung lahan yang dapat dikembangkan
untuk menampung jumah penduduk di masa yang akan datang.
3
5) Belum optimalnya pengelolaan potensi pesisir dan kelautan;
6) Konflik kepentingan berbagai sektor di kawasan pesisir;
7) Potensi wisata belum berkembang;
8) Banyaknya bagian wilayah ini yang berada pada kawasan rawan bencana tanah
longsor dan gelombang pasang laut atau tsunami;
9) Potensi kerusakan lingkungan akibat kegiatan eksploitasi pertambangan;
10) Belum optimalnya sistem simpul transportasi berupa terminal yang mendukung
perkembangan pusat kegiatan lokal Sindangbarang;
11) Belum optimalnya penyediaan sarana sosial dan ekonomi;
12) Belum optimalnya infrastruktur jalan antar kecamatan diantaranya ke kecamatan
Cikadu, Kecamatan Leles, dan Kecamatan Agrabinta; dan
Belum optimalnya perwujudan kawasan lindung.
1.3.2 Sasaran
Sasaran yang harus dicapai dalam perumusan tujuan penelitian di atas adalah
sebagai berikut.
1. Teridentifikasinya daerah rawan bencana di Kawasan Perkotaan
Sindangbarang Kabupaten Cianjur .
2. Teridentifikasinya proyeksi pertumbuhan penduduk di Kawasan Perkotaan
Sindangbarang Kabupaten Cianjur.
3. Teridentifikasinya daya dukung lahan potensial Kawasan Perkotaan
Sindangbarang Kabupaten Cianjur.
4. Teridentifikasinya daya tampung lahan di Kawasan Perkotaan Sindangbarang
Kabupaten Cianjur.
4
5. Terumuskannya konsep kawasan perkotaan yang sesuai dengan daya dukung
dan daya tampung lahan di Kawasan Perkotaan Sindangbarang.
5
Persentase (%)
16.92 17.08
15.89 18.07
32.04
6
Gambar 1.2 Peta Administrasi Kawasan Perkotaan Sindangbarang Kabupaten Cianjur
7
1.4.2 Ruang Lingkup Substansi
Ruang lingkup substansi adalah penjelasan batasan materi yang dilakukan dalam
penelitian ini, dengan menitik beratkan pengkajian terhadap daya dukung lahan pada
kemampuan lahan potensial sebagai kawasan perkotaan secara fisik. Selain itu diperlukan data
penunjang dalam pengkajian studi ini yang terdiri atas data penggunaan lahan serta data jumlah
penduduk Kawasan Perkotaan Sindangbarang Kabupaten Cianjur. Berikut adalah substansi
sebagai batasan materi penelitian:
1. Analisis Fisik Daerah Rawan Bencana
Batasan materi yang dilakukan dalam penelitian ini, dengan menitik beratkan pengkajian
terhadap daya dukung lahan pada kemampuan lahan potensial sebagai kawasan perkotaan
secara fisik. Oleh karena itu dibutuhkan data fisik dasar seperti data kemiringan,
rawan bencana, air tanah, geologi serta tingkat kerentanan bahaya erosi.
2. Analisis Proyeksi Pertumbuhan Penduduk
Dalam studi ini, akan dilakukan analisis mengenai proyeksi jumlah pertumbuhan penduduk
dan daya tampung lahan terhadap penduduk di Kawasan Perkotaan Sindangbarang. Hasil
analisis pertumbuhan penduduk ini akan digunakan untuk pertimbangan analisis daya
tampung Kawasan Perkotaan di Kecamatan Sindangbarang Kabupaten Cianjur.
3. Analisis Daya Dukung Lahan Kawasan Perkotaan
Kondisi fisik dasar lahan sangat mempengaruhi daya dukung lahan bagi suatu ativitas
pembangunan tata guna lahan. Dalam analisis daya dukung lahan ini lebih ditekankan pada
variabel kemiringan, air tanah, jenis batuan, jenis tanah,gerakan tanah, serta potensi banjir.
Tujuan utama dari analisis daya dukung lahan ini adalah mengetahui wilayah yang memiliki
daya dukung potensial untuk kawasan perkotaan.
4. Analisis Daya Tampung Lahan Kawasan Perkotaan
Kecamatan Sindangbarang yang merupakan PKL perkotaan Sindangbarang memiliki
fungsi utama sebagai pusat pengolahan hasil pertanian, pusat perikanan, pusat jasa pariwisata,
dan pertambangan, dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi membuat Kawasan
Perkotaan Sindangbarang Kabupaten Cianjur harus memikirkan keberadaan kebutuhan akan
daya tampung lahan di masa yang akan datang.
8
1.5 Metodologi Penelitian
Dalam kajian studi ini ada tiga metodologi yang digunakan yaitu metedologi pendekatan
studi, metedologi pengumpulan data dan metedologi analisis data, untuk lebih jelasnya
sebagai berikut.
1.5.1 Metodologi Pendekatan
Metode pendekatan yang dilakukan dalam penelitian akan melalui tahapan tertentu,
sesuai dengan latar belakang, permasalahan yang dihadapi, serta tujuan akhir studi ini.
Metode pendekatan yang digunakan dalam studi ini dengan menggunakan metode kuantitatif.
Metode penelitian kuantitatif menuntut peneliti diharapkan mampu menjelaskan hal sebagai
Berikut :
1. Pendekatan terhadap kondisi fisik lahan
2. Mengetahui pertumbuhan penduduk hingga 20 tahun yang akan datang
3. Pendekatan menggunakan daya dukung lahan secara fisik, sehingga dapat mengetahui
lahan potensial yang dapat dikembangkan sebagai peruntukan perumahan.
4. Pendekatan daya tampung lahan berdasarkan pertumbuhan penduduk dan daya
dukung lahan.
5. Memberikan saran dan rekomendasi terhadap pengembangan lahan terkait kebutuhan
rumah bagi penduduk.
1.5.2 Metodologi Pengumpulan Data
Proses pengumpulan dalam kajian ini antara lain adalah sebagai berikut:
1) Pengumpulan Data Primer
Yaitu data yang diperoleh dari survei lapangan langsung mengamati obyek yang menjadi
sasaran penelitian. Adapun bentuk pengumpulan data primer yang dilakukan adalah observasi
lapangan, yaitu teknik pengumpulan data dimana peneliti melakukan pengamatan secara
langsung terhadap gejala-gejala subjek yang diselidiki. Observasi lapangan dalam studi ini
hanya melihat kondisi eksisting penggunaan lahan baik yang dapat dikembangkan untuk
perumahan maupun yang sudah termanfaatkan peruntukkannya. Hasil dari observasi lapangan
berada setelah proses tumpang tindih kriteria daya dukung lahan perumahan dan setelah
diketahui lahan potensial untuk dijadikan sebagai pemanfaatan lahan perumahan. Adapun
metode yang digunakan yaitu dengan Convert peta daya dukung lahan perumahan potensial ke
dalam Google Earth untuk mengetahui lokasi penggunaan lahan yang masih berpotensi untuk
dimanfaatkan.
9
2) Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder merupakan pengumpulan data yang dilakukan untuk
mendapatkan data yang telah disusun atau di olah pada instansi terkait, yaitu Bappeda, BPN,
Dinas Cipta Karya serta BPS dan Badan Geologi Jawa Barat.
Tabel 1.2 Matrik Kebutuhan Data
No Sasaran Metode Kebutuhan Data Sumber Data
1 Teridentifikasi proyeksi Kuantitatif dan Jumlah Penduduk BPS dan
penduduk Deskriptif Tahun 2014-2017 Kecamatan
2 Teranalisis daya dukung lahan Overlapping Map, Peta Bappeda/BPN/
perumahan Pembobotan 1. Kemiringan Dinas Cipta
Skoring dan Lereng karya/Badan
Deskriptif 2. Jenis Batuan Geologi
3. Jenis Tanah
4. Air Tanah
(Konservasi)
5. Rawan Bencana
10
1.5.3 Metode Analisis
Adapun metode analisis yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat
beberapa tahap yaitu analisis pertumbuhan penduduk yang didalamnya termasuk
analisis proyeksi penduduk untuk 20 tahun yang akan datang, analisis daya dukung
lahan perumahan dengan metode Overlapping Map (tumpang tindih) dan pembobotan
terhadap kriteria perumahan serta skoring. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah
penjelasan mengenai tahapan analisis:
1. Analisis Pertumbuhan Penduduk
Dalam analisis ini, akan dilakukan pengidentifikasian pertumbuhan penduduk
tahun 2018-2038 pada Kawasan Perkotaan Sinddangbarang. Adapun metode yang
dipergunakan yaitu aritmatik, geometrik dan regresi linear.
2. Analisis Daya Dukung Lahan Perumahan
Daya dukung lahan perumahan memiliki variabel dalam penetapan kriteria
kelayakan yaitu dari faktor kondisi fisik ini sangat mempengaruhi jenis guna lahan
yang akan dikembangkan, karena menyangkut pemeliharaan dan perawatan, daya
dukung pengembangan berikutnya bila diperlukan, serta minimumnya dampak yang
dapat merugikan wilayah sekeliling ataupun terhadap dirinya sendiri. Daya dukung
lahan merupakan analisis dari faktor fisik lahan yang dapat mengetahui lahan potensial
yang dapat dikembangkan dengan melihat faktor fisik yang menguntungkan dan faktor
fisik yang merugikan. Dalam analisis daya dukung lahan perumahan dibagi menjadi 3
bagian yaitu daya dukung lahan, neraca pemanfaatan lahan dan kesesuaian lahan
peruntukan perumahan. Berikut penjelasannya.
A. Daya Dukung Lahan
Daya dukung lahan merupakan suatu analisis lahan untuk mengetahui daya
dukung fisik lahan suatu wilayah dengan menggabungkan beberapa peta kondisi fisik
dengan penentuan bobot. Acuhan dalam analisis daya dukung lahan untuk perumahan
dengan menggunakan kriteria berdasarkan Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi Bandung tahun 2010, agar lebih spesifik dalam mengalaisis daya dukung lahan
11
terhadap pondasi dalam kontruksi perumahan yang akan di lakukan. Metode yang
digunakan yaitu metode skoring, tumpang tindih (Superimpose) dan metode deskriptif.
Berdasarkan Output yang akan dihasilkan dari analisis daya dukung lahan akan
dipergunakan sebagai analisis lanjutan dalam menentukan lahan yang potensial untuk
daya tampung lahan perumahan.
3. Analisis Daya Tampung Lahan Perumahan
Pertumbuhan penduduk yang cukup pesat selalu berhubungan dengan daya
tampung lahan dan seberapa besar lahan yang ada dapat menampung jumlah penduduk.
Nilai yang didapat dari hasil analisis daya dukung lahan dapat digunakan sebagai acuan
untuk mengetahui kawasan mana saja yang masih dapat dimanfaatkan untuk
perumahan dan sebaliknya.
Dalam analisis daya tampung lahan akan dilakukan perbandingan antara jumlah
perkembangan penduduk dengan ketersediaan lahan, dimana dalam penduduk di
asumsikan berdasarkan RP4D sebagai berikut:
• Menghitung daya tampung dengan anggapan luas lahan yang digunakan untuk
perumahan hanya 70% dari luas lahan yang boleh tertutup (30% untuk fasilitas
serta utilitas lainnya).
• 1 KK yang terdiri dari 4 jiwa
Daya tampung lahan dihitung dengan menggunakan variabel luasan fungsi lahan
dibagi dengan jumlah penduduk eksisting, dengan rumus sebagai berikut :
A= L/P
A = Daya Tampung lahan
L = Luas Lahan (ha)
P = Populasi Penduduk (jiwa)
Apabila nilai daya dukung lahan tersebut melebihi nilai yang ditentukan maka
dikatakan populasi penduduk pada wilayah tersebut sudah melebihi daya dukung
lingkungannya (di luar ambang batas).
12
Gambar 1.2 Kerangka Analisis
13
Tabel 1.3 Matriks Analisis
Teknik
Teknik Sumber
No Sasaran Manfaat Kriteria Indikator Pengumpula Data Hasil
Analisis Data
n Data
1 Analisis Untuk Wilayah Tingkat Survey Analisis Dokumen Pengumpula Untuk
pendudu mengetahu dengan kepadatan sekunder yang jumlah n data mengetahui
k i kepadatan tingkat penduduk digunakan penduduk Sekunder jumlah
penduduk, kepadatan dan jumlah adalah kawasan penduduk pada
proyeksi penduduk penduduk dengan perkotaan tahun 2018-
jumlah serta dari tahun menggunaka Sindangbara 2038 serta
penduduk kepadatan 2018-2038 n rumus ng sebagai bahan
untuk 20 yang tinggi regresi linier pertimbangan
tahun dalam
mendatang menentukan
yaitu dari dan memilih
tahun wilayah
2018-2038 potensial untuk
mengembangk
an kebutuhan
lahan.
2 Analisis Untuk Wiayah yang Kondisi fisik Survey Analisis Untuk
daya mengetahu memenuhi Kawasan primer dan overlay peta mengetahui
dukung i daya daya dukung Perkotaan survey kondisi fisik wilayah
lahan dukung lahan secara Sindangbara sekunder wilayah potensial yang
lahan pada fisik dalam ng seperti dapat
kawasan memenuhi kemiringan, dimanfaatkan
terbangun kebutuhan jenis batuan, dalam
di perumahan jenis tanah, pengembangan
Kawasan air tanah, lahan terkait
Perkotaan Gerakan kebutuhan
tanah dan lahan di
banjir
14
kawasan
perkotaan
3 Analisis Untuk Daya Luas wilayah Survey Analisis Untuk
daya mengetahu tampung potensial, dan sekunder yang mengetahui
tampung i seberapa lahan jumlah berdasarkan digunakan berdasarkan
lahan besar lahan berdasarkan proyeksi hasil analisis dengan hasil proyeksi
kawasan jumlah penduduk menggunaka penduduk 20
Perkotaan penduduk pada 20 tahun n kuantitatif tahun
Sindangbar dan lahan yang akan berdasarkan mendatang
ang dapat potensial datang serta asumsi apakah lahan
menampun untuk lahan sebagai yang ada cukup
g jumlah dikembangka eksisting berikut: untuk
penduduk n serta yang dapat 1 KK terdiri menampung
penggunaan dikembangka dari 4 orang perkembangan
lahan n sebagai penduduk yang
eksisting kawasan ada
perkotaan berdasarkan
daya dukung
lahan serta
penggunaan
lahan eksisting
yang ada
Sumber : Hasil Olahan 2018
15
1.6 Batasan Studi
Adapun batasan studi yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Dalam studi ini mencakup beberapa aspek yang terkait, meliputi aspek fisik, tata
guna lahan dan kependudukan.
2) Dalam Studi ini wilayah yang dikaji yaitu yang terdapat di kawasan perkotaan
Sindangbarang dengan jumlah 5 desa yakni Desa Sirnagalih, Desa Saganten, Desa
Talagasari, Desa Mekarlaksana dan Desa Muaracikadu.
3) Hasil akhir studi ini adalah hanya mengetahui daya dukung lahan dan daya
tampung lahan dalam peruntukan kawasan perkotaan Sindangbarang Kabupaten
Cianjur serta arahan pengembangan kawasan perkotaan.
16
1.7 Kerangka Berpikir
Teori dan Kebijakan Latar Belakang Permasalahan:
Berdasarkan penggunaan lahan terbangun dan fungsi
Teori:
1. Definisi Kota (1979)
• Kabupaten Cianjur
utama kegiatan budidaya bukan pertanian dari 11 desa di merupakan Wilayah
2. Definisi Perkotaan (1997)
Kecamatan Sindangbarang, yang masuk ke dalam karakteristik Pembangunan (WP) Selatan,
3. Ditjen Cipta Karya: 1997
akan tetapi termasuk
Kebijakan: tersebut dan merupakan deliniasi administrasi Kawasan kedalam salah satu wilayah
1. RPJMD Kabupaten Cianjur 2016-2021
Perkotaan Sindangbarang meliputi 5 desa, yaitu Desa Sirnagalih, yang memiliki kerentanan
2. UU No. 24 Tahun 1992
terhadap bencana alam.
3. RTRW Kabupaten Cianjur Desa Saganten, Desa Talagasari, Desa Mekarlaksana dan Desa
• Kecamatan Sindangbarang
Muaracikadu dengan luas total sekitar seluas 7.868,54 ha. bahwa masuk kedalam daerah
jumlah penduduk di Kecamatan Sindangbarang pada tiap rawan bencana yang terbagi
atas tiga kategori, yaitu
tahunnya mengalami peningkatan. Dari kondisi tersebut di daerah rawan longsor,
kawasan perkotaan Sindangbarang diperlukan penelitian, untuk daerah rawan banjir, dan
daerah rawan tsunami dan
mengetahui sejauh mana daya tampung lahan yang dapat gelombang pasang.
dikembangkan untuk menampung jumah penduduk di masa yang
akan datang.
Tujuan:
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi Daya Tampung dari Kawasan
Perkotaan Sindangbarang Kabupaten Cianjur.
Sasaran:
• Teridentifikasinya daerah rawan bencana di Kawasan Perkotaan Sindangbarang Kabupaten Cianjur .
• Teridentifikasinya Proyeksi pertumbuhan penduduk di Kawasan Perkotaan Sindangbarang Kabupaten
Cianjur.
• Teridentifikasinya Daya dukung lahan potensial Kawasan Perkotaan Sindangbarang Kabupaten Cianjur.
INPUT • Teridentifikasinya Daya tampung lahan potensial Kawasan Perkotaan Sindangbarang Kabupaten
Cianjur
Analisis
1. Analisis daerah rawan bencana
PROSES 2. Analisis proyeksi pertumbuhan penduduk
3. Analisis daya dukung lahan potensial
Teridentifikasinya daya dukung dan daya tampung lahan kawasan perkotaan sindangbarang Kab. Cianjur
17
1.8 Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam penelitian ini meliputi:
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan mengenai Latar Belakang, Rumusan Permasalahan, Tujuan dan Sasaran,
Ruang Lingkup yang terdiri dari Ruang Lingkup Wilayah dan Ruang Lingkup
Substansi, Batasan Studi, Metodologi, dan Sistematika Pembahasan Penelitian.
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
19
• Lahan adalah bentukan alam, seperti tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia
yang mempunyai sifat tersendiri serta mencerminkan hasil pengaruh berbagai
faktor yang membentuknya di alam.
• Lahan adalah sarana produksi tanaman yang mampu menghasilkan berbagai
tanaman.
Menurut FAO tahun 1993 yang dikutip dari Widiatmaka (2007:19) mengemukakan
tentang pengertian lahan adalah sebagai berikut:
Lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi
dan vegetasi, dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaannya.
Termasuk didalamnya daya dukung lahan perlu dilakukan analisis mengenai daya
dukung yang membandingkan kebutuhan antara tata guna lahan dengan lingkungan
alam atau sistem lingkungan buatan. Hal ini bertujuan untuk mempelajari dampak dari
pertumbuhan penduduk dan sistim pembangunan kota, sistim fasilitas umum, dan
pengamatan lingkungan. Daya dukung lingkungan terkait dengan kapasitas ambang
batas sebagai dasar untuk membatasi rekomendasi pertumbuhan.
Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan luas lahan garapan cenderung
makin kecil, keadaan ini menyebabkan meningkatnya tekanan penduduk terhadap
lahan. Kemudian di daerah perladang berpindah kenaikan kepadatan penduduk juga
meningkatkan tekanan penduduk terhadap lahan karena naiknya kebutuhan akan
pangan akibatnya diperpendeknya masa istirahat lahan (Soemarwoto, 2001).
Selanjutnya, bahwa meningkatnya kepadatan penduduk daya dukung lahan pada
akhirnya akan terlampaui. Hal ini menunjukkan bahwa lahan di suatu wilayah tidak
mampu lagi mendukung jumlah penduduk di atas pada tingkat kesejahteraan tertentu
(Mustari et.al., 2005).
20
pemukiman, pertanian, peternakan, pertambangan, jalan dan tempat bangunan fasilitas
sosial, ekonomi dan sebagainya.
Daya dukung lingkungan pada hakekatnya adalah daya dukung lingkungan
alamiah, yaitu berdasarkan biomas tumbuhan dan hewan yang dapat dikumpulkan dan
ditangkap per satuan luas dan waktu di daerah itu. Daya dukung lingkungan hidup
terbagi menjadi 2 (dua) komponen, yaitu kapasitas penyediaan (supportive capacity)
dan kapasitas tampung limbah (assimilative capacity).
Daya Dukung berdasarkan Pedoman Analisis Daya Dukung Tanah Fondasi
Dangkal Bangunan Air adalah kemampuan tanah untuk menahan tekanan atau beban
bangunan pada tanah dengan aman tanpa menimbulkan keruntuhan geser dan
penurunan berlebihan. Daya dukung yang aman terhadap keruntuhan tidak berarti
bahwa penurunan fondasi akan berada dalam batas-batas yang diizinkan. Oleh karena
itu, analisis penurunan harus dilakukan karena umumnya bangunan peka terhadap
penurunan yang berlebihan).
Dalam menerapkan konsep daya dukung lahan perlu dilakukan analisis
mengenai daya dukung yang membandingkan kebutuhan antara tata guna lahan dengan
lingkungan alam atau sistem lingkungan buatan. Hal ini bertujuan untuk mempelajari
dampak dari pertumbuhan penduduk dan sistim pembangunan kota, sistim fasilitas
umum, dan pengamatan lingkungan. Daya dukung lingkungan terkait dengan kapasitas
ambang batas sebagai dasar untuk membatasi rekomendasi pertumbuhan.
Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan luas lahan garapan cenderung
makin kecil, keadaan ini menyebabkan meningkatnya tekanan penduduk terhadap
lahan. Kemudian di daerah perladang berpindah kenaikan kepadatan penduduk juga
meningkatkan tekanan penduduk terhadap lahan karena naiknya kebutuhan akan
pangan akibatnya diperpendeknya masa istirahat lahan (Soemarwoto, 2001).
Selanjutnya, bahwa meningkatnya kepadatan penduduk daya dukung lahan pada
akhirnya akan terlampaui. Hal ini menunjukkan bahwa lahan di suatu wilayah tidak
21
mampu lagi mendukung jumlah penduduk di atas pada tingkat kesejahteraan tertentu
(Mustari et.al., 2005).
Daya dukung lahan merupakan harkat lahan yang ditetapkan menurut macam
pengolahan atau syarat pengelohan yang diperlukan berkenaan dengan pengendalian
bahaya degradasi lahan atau penekanan resiko kerusakan lahan selama penggunaanya
untuk suatu maksud tertentu, atau berkenaan dengan pemulihan lahan yang telah
menunjukkan gejala-gejala degradasi.
22
a) Mineral Mineral
Mineral Mineral adalah bahan organik yang terbentuk secara alamiah,
mempunyai komposisi kimia yang tetap, dan bentuk hablur (struktur kristal) yang
beraturan, umumnya seragam pada batas volumenya. Suatu campuran dari kumpulan
satu atau lebih mineral disebut batuan.
b) Batuan Beku
Batuan Batuan adalah kumpulan satu atau lebih mineral. Kejadian dan sifat
batuan ditentukan oleh kandungan mineralnya dan hubungan atau keadaan mineralnya
satu sama lain (tekstur).
Batu pasir
Batu Pasir terbentuk dari sementasi dari butiran-butiran pasir yang terbawa oleh
aliran sungai, angin, dan ombak dan akhirnya terakumulasi pada suatu tempat.
Komposisi batuannya bervariasi, tersusun terutama dari kuarsa, feldspar atau pecahan
dari batuan, misalnya basalt, riolit, sabak, serta sedikit klorit dan bijih besi. Batu pasir
tahan terhadap cuaca tapi mudah untuk dibentuk. Hal ini membuat jenis batuan ini
merupakan bahan umum untuk bangunan dan jalan. Karena kekerasan dan kesamaan
ukuran butirannya, batu pasir menjadi bahan yang sangat baik untuk dibuat menjadi
batu asah (Grindstone) yang digunakan untuk menajamkan pisau dan berbagai
kegunaan lainnya. Bentukan batuan yang terutama tersusun dari batu pasir biasanya
mengizinkan perkolasi air dan memiliki pori untuk menyimpan air dalam jumlah besar
sehingga menjadikannya sebagai akuifer yang baik selain itu batu pasir kuarsa berguna
pencampur semen.
• Lempung
Lempung membentuk gumpalan keras saat kering dan lengket apabila basah
terkena air dan sulit diolah. Ini disebabkan lempung mengandung partikel yang
berukuran sangat kecil sehingga lebih padat karena ikatan partikel di dalamnya lebih
erat. Karena memiliki sifat seperti itu, tanah akan terasa berat dan susah diolah terutama
di musim penghujan, namun tanah ini akan menjadi sangat keras dan pecah di musim
23
kemarau. Bahkan karena sifatnya itu, air lebih sulit meresap sehingga mempunyai
kemampuan untuk menahan air dan unsur hara cukup baik, tidak terlalu lekat dan keras
sehingga mudah untuk dikerjakan sebagai usaha tani padi sawah. batu lempung atau
tanah liat adalah untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan keramik, genteng,
batu bata.
• Batu serpih
Batu serpih terdiri dari butiran yang sangat halus , permukaanya licin dan
mudah belah, berwarna biru dan abu-abu.
• Konglomerat
24
1. Tekstur tanah
Tekstur tanah terdiri dari butir-butir tanah berbagai ukuran. Bagian tanah yang lebih
dari 2 mm sampai lebih kecil dari pedon disebut fragmen batuan atau bahan kasar
(kerikil sampai batu). Bahan –bahan tanah yang halus (<2mm) disebut fraksi tanah
halus dan dapat dibedakan menjadi:
• Pasir : 2mm- 50 µ
• Debu : 50 µ - 2 µ
• Liat : < 2 µ
Berdasarkan atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu, dan liat maka
tanah dapat dikelompokan ke dalam beberapa macam kelas tekstur.
Tabel 2.1 Klasifikasi Tanah
Klasifikasi Jenis
Pasir
Kasar
Pasir berlempung
Lempung Berpasir
Agak Kasar
Lempung Berpasir Halus
Lempung Berpasir Sangat
Halus
Sedang Lempung
Lempung Berdebu
Debu
Lempung liat
Agak Halus Lempung liat berpasir
Lempung liat berdebu
Liat berpasir
Halus Liat berdebu
liat
Sumber: Harjdowigeno, 2010;40
Tanah yang bertekstur pasir mempunyai luas permukaan kecil sehingga sulit
menyerap air dan unsur hara. Tanah-tanah bertekstur liat mempunyai luas permukaan
25
yang besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi.
Tanah yang bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia dari pada tekstur kasar.
Tekstur tanah menunjukan kasar halusnya tanah dari fraksi tanah halus (<2mm).
Berdasar atas perbandingan banyak butiran-butiran pasir, debu dan liat maka tanah
dikelompokkan dalam beberapa macam kelas tektur.
Gambar 2.6 Diagram Segitiga Tekstur Tanah Dan Sebaran Besar Butiran
26
Jenis Tekstur
Rasa kasar jelas
Pasir berlempung Sedikit nsekali melekat
Dapat dibentuk bola yang mudah sekali hancur
Rasa kasar agak jelas
Lempung berpasir
Agak melekat
Dapat dibuat bola, mudah hancur
27
Jenis Tekstur
Dapat dibentuk bola teguh, mudah digulung
Rasa halus, berat, agak licin
Liat berdebu Sangat lekat
Dapat dibentuk bola teguh, mudah digulung
Rasa berat, halus
Liat Sangat lekat
Dapat dibentuk bola dengan baik, mudah digunakan
Sumber: Harjdowigeno, 2010;42
2. Struktur Tanah
Menurut Hardjowigeno (1995:41), struktur tekstur tanah merupakan gumpalan
kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan struktur ini terjadi karena butirbutir pasir, debu
dan liat terkait satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik oksida-oksida
besi dan lain-lain.
Menurut bentuknya, struktur dapat dibedakan menjadi :
• Bentuk lempeng • Gumpal membulat
• Prisma • Granuler
• Tiang • Remah
• Gumpal bersudut
Tabel 2.3 Sifat Fisik Tanah
Tanah Tekstur
Great C-
Pasir Struktur Permeabilitas
Ordo Group Pasir Debu Liat Org
Halus
(Pandanan)
Haplorthox Remah
Oxisol 0,2 3,1 19,7 77,0 1,01 Agak Cepat
(Latosol) Halus
Haplorthox Remah
1,0 0,4 18,7 79,9 2,00 Sedang
(Latosol) Halus
Tropohumult Butir-
Ultisol 0,1 5,4 26,5 68,0 2,15 Sedang
(Mediteran) Gumpal
28
Tanah Tekstur
Great C-
Pasir Struktur Permeabilitas
Ordo Group Pasir Debu Liat Org
Halus
(Pandanan)
Tropudult
5,4 22,9 29,5 42,2 1,42 Gumpal Lambat
(Podsolik)
Troporthent
Entisol 0,6 2,1 26,1 71,2 0,73 Remah Lambat
(Regosol)
Tropaqualf
Alfisol 0,1 5,9 28,3 65,7 1,72 Gumpal Lambat
(Mediteran)
Tropudalf
0,1 2,9 20,5 76,4 0,63 Gumpal Lambat
(Mediteran)
Chromudent
Vertisol 0,6 17,4 18,7 63,3 0,81 Gumpal Lambat
(Grumosol)
Sumber: Dariah et al, hal 16
Permeabilitas adalah sifat dari suatu bahan yang poreus, sehingga air dapat
mengalir atau rembes melalui bahan ini. Untuk menyatakan permeability, dalam
mekanika tanah dipergunakan istilah “Coefisient of Permeability” atau koefisien
permeabilitas yang dinyatakan dengan huruf k dengan satuan cm/detik.
Porositas adalah proporsi ruang pori tanah (ruang kosong) yang terdapat dalam
suatu volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara , sehingga merupakan
indicator kondisi drainase dan aerasi tanah. Tanah yang poreus berarti tanah yang
cukup mempunyai ruang pori untuk pergerakan air dan udara masuk dan keluar tanah
yang secara leluasa , sebaliknya jika tanah tidal poreus (Hakim ,1996)
29
• Air Permukaan Perairan permukaan diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama,
yaitu badan air tergenang (Standing Waters atau lentik) dan badan air mengalir
(Flowing Waters atau lotik). Perairan tergenang meliputi danau, kolam, waduk, rawa
dan sebagainya. Sedangkan perairan mengalir (lotik) contohnya adalah sungai.
• Air tanah Air tanah adalah bagian air yang berada pada lapisan permukaan tanah.
Kedalaman ait tanah tidak sama ada setiap tempat tergantung pada tebal-tipisnya
lapisan permukaan di atasnya dan kedudukan lapian air tanah tersebut.
Permukaan yang merupakan bagian atas dari tubuh air disebut permukaan
preatik. Volume air yang meresap ke dalam tanah tergantung pada jenis lapisan
batuannya. Terdapat dua jenis lapisan dalam tanah yaitu lapisan kedap air
(Impermeable) dan lapisan tak kedap air (Permeable) Lapisan tanah kaitannya dengan
kemampuan menyimpan dan meloloskan air dibedakan atas empat lapisan yaitu :
Aquifer, adalah lapisan yag dapat menyimpan dan mengalirkan air dalam jumlah
besar. Lapisan batuan ini bersifat permeable seperti kerikil, pasir dll.
Aquiclude, adalah lapisan yang dapat menyimpan air tetapi tidak dapat
mengalirkan air dalam jumlah besar, seperti lempung, tuff halus dan silt.
Aquifuge, adalah lapisan yang tidak dapat menyimpan dan mengalirkan air,
contohnya batuan granit dan batuan yang kompak.
Aquifard, adalah lapisan atau ormasi batuan yang dapat menyimpan air tetapi
hanya dapat melooskan air dalam jumlah yang terbatas. Dengan pemahaman
peranan hidrologi, dalam hal ini potensi sumberdaya air tanah dan air permukaan,
maka diharapkan bahwa setiap pengambilan keputusan pada setiap tahapan
perencanaan, pelaksanaan, hingga pengendalian suatu pengembangan
wilayah/kota, aspek keairtanahan maupun permukaan selalu dipertimbangkan.
30
Tabel 2.4 Penilaian Komponen Bahaya Geologi untuk Perumahan Perkotaan
No Komponen Kisaran Kelas Nilai Bobot Skor
1. MMI ∞ Richt
er
I, II, III, IV, V <0,05 <5 Baik
4 16
g
VI, VII 0,05- 5-6 Sedang
Gempa Bumi 3 4 12
0,15g
VIII 0,15- 6-6,5 Buruk
2 8
0,30g
IX, X, XI, XII >0,30 >6,5 Sangat buruk
1 4
g
Sangat Rendah Baik 4 16
Potensi Gerakan Rendah Sedang 3 12
2 4
Tanah Menengah Buruk 2 8
Tinggi Tidak layak 1 4
3 Aman Baik 4 8
Gunung Api Kawasan rawan I Sedang 3 2 6
Kawasan rawan II Buruk 1 2
4 Ketinggian Tinggi landaan
tempat
Tidak Tidak Baik
Tsunami (Potensi 4 8
Berpotensi berpotensi 2
Landaan)
5-15 m 0-2 m Sedang 3 6
2-5 m 2-5 m Buruk 2 4
0-2m 5-15 m Sangat buruk 1 2
Sumber: Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan, 2010
Dalam tabel pembobotan diatas gempa bumi memiliki nilai bobot tertinggi
karena terkait mitigasi bencana. Gempa bumi dalam hal keselamatan manusia lebih
rentan tinggi karena sulit dalam mengantisipasi keselamatan manusia jika terjadi
sewaktu-waktu dibanding yang lainnya.
31
Tabel 2.5 Faktor Penyisih Geologi
No Komponen Keterangan
1 Sesar Aktif Tidak Layak
2 Banjir (lebih dari 3m) Tidak Layak
3 Penurunan Tanah Tidak Layak
Sumber: Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan, 2010
32
Sumber: Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan, 2010
• Zona Leluasa adalah daerah yang memiliki sumber daya geologi yang tinggi dan
faktor kendala geologi yang rendah, mudah mengorganisasikan ruang kegiatan
maupun pemilihan jenis penggunaan lahan.Pada wilayah ini tidak memerlukan
rekayasa teknologi sehingga biaya pembangunannya rendah.
• Zona Cukup Leluasa adalah daerah yang memiliki sumber daya geologi yang agak
tinggi dan terdapat kendala geologi yang agak rendah, agak mudah dalam
pengorganisasian ruang kegiatan maupun pemilihan jenis penggunaan lahan. Pada
wilayah ini kadang kala diperlukan adanya rekayasa teknologi, namun secara
keseluruhan biaya pembangunan cukup rendah.
• Zona Agak Leluasa adalah wilayah yang memiliki sumber daya geologi dan
kendala geologi menengah, cukup mudah dalam pengorganisasian ruang kegiatan
maupun pemilihan jenis penggunaan lahan. Pada wilayah ini diperlukan rekayasa
teknologi dan biaya pembangunan sedang.
• Zona Kurang Leluasa adalah wilayah dengan kondisi fisik lahan yang memadai
untuk dikembangkan serta adanya faktor pembatas atau kendala geologi
lingkungan cukup tinggi. Pada zona kurang leluasa, selalu diperlukan rekayasa
teknologi dan biaya pembangunan agak mahal.
• Zona Tidak Leluasa adalah daerah dengan kondisi fisik lahan yang memiliki
sumber daya geologi tidak memadai untuk dikembangkan serta adanya faktor
33
pembatas atau kendala geologi lingkungan tinggi. Pada zona tidak leluasa sangat
diperlukan rekayasa teknologi dan biaya pembangunan sangat mahal.
Budidaya Lindung
34
Tabel 2.6 Konsumsi Lahan Per Kapita
No. Populasi Penduduk (jiwa) Konsumsi lahan (ha/jiwa)
1. 10.000 0,100
2. 25.000 0,091
3. 50.000 0,086
4. 100.000 0,076
5. 250.000 0,070
6. 500.000 0,066
7. 1.000.000 0,061
8. 2.000.000 0,057
Sumber : Yeates et al, 1980
35
(SD). Adanya konsep Carrying Capacity (CC) berdasarkan sebuah pemikiran bahwa
lingkungan mempunyai batas kapasitas maksimum guna mendukung pertumbuhan
populasi penduduk yang berbanding lurus dengan azas manfaatnya.
36
b. Kawasan perlindungan setempat, antara lain, sempadan pantai, sempadan sungai,
kawasan sekitar danau/waduk, dan kawasan sekitar mata air;
c. Kawasan suaka alam dan cagar budaya, antara lain, kawasan suaka alam, kawasan
suaka alam laut dan perairan lainnya, kawasan pantai berhutan bakau, taman
nasional, taman hutan raya, taman wisata alam cagar alam, suaka margasatwa,
serta kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;
d. Kawasan rawan bencana alam, antara lain, kawasan rawan letusan gunung berapi,
kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan
gelombang pasang, dan kawasan rawan banjir; dan
e. Kawasan lindung lainnya, misalnya taman buru, cagar biosfer, kawasan
perlindungan plasma nutfah, kawasan pengungsian satwa, dan terumbu karang.
37
2.11.1 Analisis Daya Dukung Dan Daya Tampung Lahan Perumahan di Kota
Cimahi (Tugas Akhir Fahri Fansuri Tahun 2017 Universitas Pasundan Teknik
Perencanaan Wilayah dan Kota)
Kota Cimahi merupakan bagian dari Metropolitan Bandung, secara otomatis
harus mampu menjadi kota yang dapat melayani kota induknya, yaitu Kota Bandung.
Implikasinya permintaan sektor permukiman menjadi sangat tinggi di Kota Cimahi.
Berada pada wilayah yang strategis menjadikan Kota Cimahi sebagai wilayah yang
tepat untuk tempat tinggal bagi masyarakat, hal tersebut menyebabkan perkembangan
tidak terkendali dengan daya dukung dan daya tampung lahan seperti keterbatasan
lahan di Kota Cimahi yang tidak dapat mengimbangi kebutuhan akan pembangunan
fisik seperti perumahan, perkantoran, kegiatan komersial, dan lain lain. Terdapat
beberapa kawasan yang mempunyai tingkat kepadatan penduduk yang sudah melebihi
daya tampung lahan, hal ini disebabkan tingginya pertumbuhan jumlah penduduk
sebesar 1,36% pertahun serta tingginya kepadatan intensitas bangunan yang dapat
berakibat munculnya permukiman kumuh yang berada di bantaran sungai, Wilayah
yang berbatasan dengan kawasan industri (kelurahan Melong dan Cigugur Tengah)
serta sepanjang lintasan rel kereta api (Kelurahan Cibeureum) tidak sesuai dengan daya
tampung lahan. Selain itu Kota Cimahi sulit mengendalikan laju alih fungsi lahan
karena pembangunan di perkotaan memaksa tingginya kebutuhan terhadap lahan
permukiman sehingga terjadi alih fungsi penggunaan lahan dari sawah yang tergolong
masih produktif menjadi perumahan terutama yang berada di Kecamatan Cimahi
Utara, Kelurahan Cipageran dan Citeureup yang termasuk daerah resapan air KBU.
Oleh karena itu di butuhkan penelitian yang bertujuan mengidentifikasi daya
dukung dan daya tampung lahan perumahan di Kota Cimahi pada masa yang akan
datang. Agar sampai pada tujuan tersebut, maka sasaran yang akan dicapai dalam studi
ini yaitu Teridentifikasinya proyeksi pertumbuhan penduduk di Kota Cimahi,
Teranalisisnya daya dukung lahan potensial untuk dikembangkan sebagai kawasan
perumahan di Kota Cimahi, serta teranalisisnya daya tampung lahan terkait kebutuhan
38
rumah penduduk di Kota Cimahi. Pendekatan studi yang dilakukan yaitu pendekatan
terhadap kondisi fisik, penduduk dan kondisi daya tampung lahan, sedangkan metode
analisis yang digunakan adalah metode analisis pertumbuhan penduduk, analisis daya
dukung lahan perumahan dan analisis daya tampung lahan.
Kesimpulan yang dapat di ambil dari penelitian ini bahwa pesatnya
perkembangan penduduk di Kota Cimahi untuk 20 tahun mendatang baik penduduk
maupun rumah sudah mengalami “Over Capacity” di tahun 2025. Rekomendasi dari
penelitian ini didasarkan pada perkembangan daya tampung penduduk yaitu untuk
pengembangan lahan perumahan di masa yang akan datang, dapat di arahkan untuk
menggunakan alternatif pengembangan rusun dengan mempertimbangakan daya
dukung lahan leluasa serta memanfaatkan daya dukung agak leluasa dijadikan sebagai
lahan cadangan untuk masa yang akan datang dalam pengoptimalan lahan sebagai
rumah tapak.
39
perkotaan BWK Takengon Pusat terdapat sebuah Danau Laut Tawar yang strategis
untuk tempat tinggal bagi masyarakat, menyebabkan perkembangan yang tidak
seimbang dengan daya dukung Lahan dan daya tampung lahan, kawasan perkotaan
Takengon bagian pusat mengalami keterbatasan lahan yang dimiliki, meskipun
memiliki potensi perkembangan yang cukup tinggi namun BWK Takengon Pusat ini
memiliki lahan yang terbatas, sulit untuk dapat mendukung perkembangan BWK ini
(sumber : RDTR BWK Pusat Takengon), Beberapa kawasan terbangun berada di garis
sempadan danau dan sungai serta mempunyai tingkat kepadatan penduduk yang sudah
melebihi daya tampung lahan, selain itu sebagian besar kawasan terbangun mempunyai
garis sempadan bangunan dibawah standar yang ditetapkan. Hal seperti ini yang terjadi
pada salah satu lokasi di kawasan Sungai Peusangan, dimana sebagian perumahan
dibangun pada kawasan lindung yang menyebabkan penurunan jumlah mata air serta
penurunan kualitas sungai yang disebabkan oleh banyaknya permukiman yang berada
pada area resapan air. Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi kemampuan lahan
dan daya tampung lahan untuk perumahan pada kawasan Perkotaan BWK Takengon
Pusat serta pemanfaatan peruntukan lahan yang ada untuk dikembangkan sebagai
kawasan perumahan.
Teknik analisis yang akan dilakukan dalam penelitian terdiri dari beberapa
tahap yaitu analisis fungsi kawasan, analisis penggunaan lahan, analisis perubahan
pengggunaan lahan, dan analisis kesesuaian perubahan penggunaan lahan terhadap
arahan pemanfaatan fungsi kawasan, alat analisis yang digunakan adalah klasifikasi
digital citra satelit, analisis spasial seperti overlay dan buffering, serta skoring.
Berdasarkan hasil analisis, penelitian ini menghasilkan Kemampuan lahan perumahan
potensial berupa potensi kemampuan lahan perumahan sebanyak 158, 14 Ha yang
tersebar di 10 desa dan daya tampung lahan kawasan perkotaan BWK Takengon Pusat
terhadap jumlah penduduk pada tahun 2033 tersebar dibeberapa desa dikawasan
perkotaan BWK Takengon Pusat yaitu, Desa AsirAsir, Desa Asir-Asir Asia, Desa
Merah Mersah, Desa One-One, dan Desa Takengon Timur dengan total jumlah yang
tertampung sebesar 18.580 Jiwa. Sedangkan yang tidak tertampung terdapat pada Desa
40
Bale Atu, Desa Blang Kolak I, Desa Blang Kolak II, Desa Hakim Bale Bujang, Desa
Takengon Barat dengan total 5.084 Jiwa.
41
lahan permukiman eksisting , analisis kuanitatif deskriptif seperti analisis evaluasi
penggunaan lahan permukiman.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah tingkatan kesesuaian lahan untuk
permukiman di Kota Semarang bagian selatan. Tingkatan ini terbagi menjadi 4 (empat)
tingkatan yaitu kawasan sangat sesuai untuk permukiman seluas 3987,7 Ha (29,8%),
kawasan sesuai untuk permukiman seluas 2265,5 Ha (16,9%), kawasan kurang sesuai
untuk permukiman seluas 321,5 Ha (2,4%), kawasan tidak sesuai untuk permukiman
yang berupa kawasan penyangga dan lindung lokal seluas 6812,3 Ha (50,9%) Lahan
yang memiliki tingkat kesesuaian untuk kawasan permukiman pada kategori sangat
sesuai merupakan lahan yang memiliki kemiringan lahan <15%, jenis tanah yang tidak
atau agak peka terhadap erosi, curah hujan 27,7-34,8 mm/tahun dan tidak dalam lokasi
rawan bencana.
Evaluasi kesesuaian lahan permukiman pada lokasi permukiman yang berada
dalam kriteria kawasan sangat sesuai seluas 2585,4 Ha, kawasan sesuai seluas1118,8
Ha, kawasan kurang sesuai seluas 20,2 Ha dan dalam kawasan yang tidak sesuai untuk
permukiman yang berada pada kawasan penyangga seluas 1735,5 dan lindung lokal
seluas 293,6 Ha. Sedangkan untuk perubahan penggunaan lahan dalam kurun waktu 10
tahun, lokasi lahan permukiman seluas 567,1 Ha berada dalam kawasan budidaya
dengan rincian 295,6 Ha berada pada kesesuaian yang sangat sesuai untuk
permukiman, 271,3 Ha berada pada kesesuaian yang sesuai dan 0, 2 Ha berada pada
kawasan kurang sesuai. Untuk perubahan alih fungsi lahan yang berada dalam kawasan
tidak sesuai atau kawasan penyangga (738,5 Ha) dan lindung lokal(87,6 Ha) berjumlah
826,1 Ha. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat dijadikan rekomendasi bagi
pemerintah setempat untuk merumuskan kebijakan dan peraturan yang tegas dalam
pembangunan permukiman di Kota Semarang bagian selatan.
42
2.11.4 Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Permukiman Di Kabupaten Semarang
(Tugas Akhir Hendra Wijaya Tahun 2009 Universitas Diponegoro Teknik
Perencanaan Wilayah dan Kota)
Kabupaten Semarang merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang
berkembang cukup pesat karena adanya pengaruh dari keberadaan jalur transportasi
utama Semarang-Solo-Yogyakarta, adanya rencana pembangunan jalan tol Semarang-
Solo dan beberapa kawasan industri besar. Faktor-faktor tersebut nantinya akan
menimbulkan dampak positif dan negatif. Satu sisi keberadaan jalan tol dan jalan arteri
memberikan kemudahan akses sehingga dapat mendorong terjadinya perubahan dan
pergeseran wilayah pertumbuhan yang diikuti adanya peningkatan jumlah penduduk.
Begitupula keberadaan kawasan industri besar yang didukung dengan kemudahan
aksess mendorong peningkatan aktivitas masyarakat yang secara langsung
meningkatkan lahan terbangun sekitarnya. Hal ini dikarenakan aktivitas yang
dilakukan masyarakat memerlukan ruang untuk mewadahinya yang berupa lahan
terbangun. Sedangkan dampak negatif berupa perubahan guna lahan disekitarnya, dari
lahan non terbangun (lahan pertanian dan konservasi) menjadi lahan terbangun.
Semua aktivitas tersebut mendorong terjadinya peningkatan akumulasi jumlah
penduduk di sekitarnya. Kondisi tersebut mendorong peningkatan kebutuhan lahan
permukiman yang tidak semuanya dapat ditampung oleh lahan yang tersedia di
Kabupaten Semarang. Kawasan permukiman nantinya akan tumbuh dan berkembang
secara sporadis dan membentuk kantong-kantong permukiman yang sebagian berada
pada lahan yang tidak sesuai di Kabupaten Semarang. Hal ini mengingat wilayah
Kabupaten Semarang sebagian bertopografi tidak datar karena berupa daerah
pegunungan dan dialiri banyak sungai besar, kecil serta adanya danau/ rawa. Hal ini
menyebabkan adanya kawasan permukiman pada lahan yang tidak sesuai untuk
bermukim seperti kawasan bertopografi tidak datar, rawan bencana, sempadan sungai,
sempadan jalan tol maupun kawasan lindung. Keberadaan kawasan permukiman pada
lahan yang tidak sesuai tentu saja dapat menimbulkan permasalahan.
43
Perkembangan pemukiman dapat menjadi persoalan sehubungan dengan
masalah lingkungan dan sumber daya alam. Pemilihan lahan untuk dijadikan kawasan
pemukiman baru merupakan proses pemanfaatan ruang. Setiap proses pemanfaatan
ruang terlebih dahulu harus melalui analisis kesesuaian lahan yang bertujuan agar
kegiatan yang akan diletakkan diatas lahan tersebut, sesuai dengan kemampuan lahan
yang dipilih dan memberikan keuntungan terhadap kelangsungan kegiatan yang
direncanakan. Analisis kesesuaian lahan pemukiman merupakan proses penggambaran
tingkat kesesuaian lahan untuk kegiatan pemukiman. Tingkat kesesuaian lahan
pemukiman dapat memberikan informasi dalam memprediksi tindakan apa yang
diperlukan serta konsekuensinya apabila lahan tersebut akan dikembangkan menjadi
kawasan pemukiman baru. Sebagai salah satu upaya dalam mengidentifikasi
kesesuaian lahan yang efisien dan terkendali maka diperlukan suatu instrumen yang
mampu menjembatani hal tersebut dengan menggunakan teknologi Sistem Informasi
Geografis (SIG).
Terkait dengan hal di atas maka perlu dilakukan kajian mengenai bagaimana
tingkat kesesuaian lahan untuk permukiman di Kabupaten Semarang?. Adapun tujuan
dari penelitian ini adalah mengetahui tingkat kesesuaian lahan permukiman di wilayah
Kabupaten Semarang sebagai salah satu wilayah yang berkembang dengan tingkat
pertumbuhan lahan permukimannya cenderung meningkat setiap tahunnya.
Untuk mencapai tujuan diatas maka dalam kajian ini menggunakan 3 (tiga)
pendekatan studi yakni pendekatan keruangan (spatial) dengan menggunakan GIS,
pendekatan kuantitatif untuk melakukan analisis secara kuantitatif terkait dengan
skoring dan pembobotan, serta pendekatan kualitatif normatif terkait dengan
pengolahan data yang bersifat non-numerik berdasarkan standar yang digunakan.
Adapun analisis dalam penelitian ini adalah analisis penentuan fungsi kawasan lindung
dan budidaya yang terdiri dari variabel kelerengan, curah hujan, dan jenis tanah. Untuk
kawasan lindung sendiri didalamnya meliputi variabel sawah irigasi teknis dan
kawasan perlindungan setempat yang terdiri dari sempadan sungai, sempadan danau
44
dan sempadan jalan tol. Analisis kriteria kesesuaian lahan permukiman untuk
merumuskan lahan mana saja yang sesuaiuntuk kawasan permukiman. Selanjutnya
adalah analisis kesesuaian lahan permukiman yang terdiri dari variabel kelerengan,
curah hujan, jenis tanah, daerah rawan bencana berupa kondisi banjir, bahaya longsor
dan gunung berapi, serta kedalaman air tanah. Terakhir adalah analisis kesesuaian lahan
untuk permukiman sepanjang rencana jalan tol Semarang-Solo di Kabupaten
Semarang.
Berdasarkan hasil analisis diatas diketahui diwilayah studi terdapat empat
tingkat kesesuaian lahan permukiman yakni lahan yang sangat sesuai untuk
permukiman seluas 50.609,807 Ha (50,05%) yang tersebar di Kecamatan Ambarawa,
Bancak, Bandungan, Banyubiru, Bawen, Bergas, Bringin, Getasan,
Jambu, Kaliwungu, Pabelan, Pringapus, Sumowono, Suruh, Susukan, Tengaran,
Tuntang, Ungaran Barat dan Ungaran Timur; lahan yang sesuai untuk permukiman
seluas 5.616,433 Ha (5,55%) yang tersebar di Kecamatan Ambarawa, Bancak,
Bandungan, Banyubiru, Bawen, Bergas, Bringin, Getasan, Jambu, Kaliwungu,
Pabelan, Pringapus, Sumowono, Suruh, Susukan, Tengaran, Tuntang, Ungaran Barat
dan Ungaran Timur; lahan yang kurang sesuai untuk permukiman seluas 106,035 Ha
(0,10 %) yang tersebar di Kecamatan Bandungan, Bergas, Sumowono, Ungaran Barat
dan lahan yang tidak sesuai untuk permukiman berupa kawasan lindung dan penyangga
seluas 44.776,323 Ha (44,29 %) yang tersebar di Kecamatan Ambarawa, Bancak,
Bandungan, Banyubiru, Bawen, Bergas, Bringin, Getasan, Jambu, Kaliwungu,
Pabelan, Pringapus, Sumowono, Suruh, Susukan, Tengaran, Tuntang, Ungaran Barat
dan Ungaran Timur. Dari empat tingkat kesesuaian lahan permukiman tersebut,
prioritas utama pembangunan untuk kawasan permukiman yaitu pada kriteria sangat
sesuai dan sesuai yakni seluas 56.226,240 Ha (99,81%).
45
2.11.5 Kajian Kesesuaian Lahan Perumahan Berdasarkan Karakteristik Fisik
Dasar di Kota Fakfak ( Tesis Arief Hartadi Tahun 2009 Universitas Diponegoro
Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota)
Penggunaan lahan perumahan perkotaan banyak ditemui yang tidak sesuai
dengan peruntukannya dengan tidak terpenuhinya kriteria-kriteria tersebut. Hal ini bisa
dimungkinkan dengan berkembangnya suatu kota akibat urbanisasi dan industrialisasi
menyebabkan kebutuhan lahan semakin besar untuk menampung semua kegiatan
tersebut, akhirnya untuk memenuhi kebutuhan akan perumahan, penduduk
membangun rumahnya pada lahan yang tidak sesuai dengan kriteriakriteria tersebut
seperti pembangunan perumahan di lereng-lereng bukit atau wilayah berkontur yang
mempunyai kemiringan tanah diatas 10% tanpa diimbangi dengan perlakuan atau
persyaratan teknis tertentu. Seperti halnya di kota Fakfak yang dalam
perkembangannya merupakan kota di pesisir pantai yang curam disebelah selatan dan
sebelah utara berupa perbukitan. Kota Fakfak tumbuh secara linier dengan
kecenderungan mengikuti jaringan jalan yang ada terutama di sepanjang garis pantai
adapun kondisi di sebelah utara dengan kelerengan yang cukup curam merupakan
kendala bagi pengembangan kota ke arah samping. Dengan kondisi topografi demikian,
untuk lahan perumahan terletak pada kemiringan lahan yang lebih dari 10%, yang
menghambat pembangunan perumahan dikarenakan tingkat kesulitan yang lebih tinggi
sehingga membutuhkan biaya yang lebih besar. Dalam Rencana Detail Tata Ruang
Kota (RDTRK) Fakfak tahun 1996-2006 telah ditetapkan pemanfaatan lahan
khususnya untuk perumahan prioritas 1 dengan pola linier di sepanjang jalan arteri dan
pengembangannya ke arah utara, untuk kawasan perumahan prioritas 2 dan 3, namun
demikian tetap banyak dijumpai pembuatan perumahan oleh penduduk di lereng-lereng
perbukitan.
Permasalahan yang terjadi di Kota Fakfak adalah Penggunaan lahan untuk
perumahan yang berada pada lahan berkontour yang mempunyai kemiringan lereng
diatas 10%, luasan lahan rumah yang sangat terbatas dikarenakan kondisi topografi
yang berkontur, membutuhkan biaya tinggi sementara perekonomian penduduk pada
46
umumnya terbatas sehingga secara luas tidak ada keserasian dengan lingkungan di
kawasan tersebut, tidak dilengkapinya sistem drainase dan pembuangan air limbah
yang baik, menyebabkan rentan terhadap bahaya banjir, erosi dan sedimentasi akibat
pembuangan limpasan air hujan, sulitnya aksesibilitas yang menghubungkan kawasan
perumahan dengan kawasan lainnya, kondisi geologis yang berupa batuan menyulitkan
dalam penggalian dan pembuatan pondasi, serta kurangnya pengawasan dan bimbingan
pemerintah daerah kepada penduduk dalam pembangunan perumahan yang
disesuaikan dengan kemiringan lahannya. Tujuan studi ini adalah untuk mengkaji
kesesuaian lahan kawasan perumahan di kota Fakfak berdasarkan karakteristik fisik
dasar.
Dalam pelaksanaan penelitian ini, metode yang digunakan adalah dengan
pendekatan deskriptif dan kualitatif. Secara deskriptif, kondisi alam seperti iklim dan
wilayah bencana gempa bumi dan tsunami dapat diketahui pengaruhnya terhadap
kawasan perumahan. Pendekatan kualitatif dimaksudkan untuk membandingkan
kondisi eksisting di lapangan yang ditinjau berdasarkan karakteristik fisik lahannya
dengan standar atau ketentuan yang telah tetapkan yang didapat dari kajian teori yang
telah dilakukan. Masing-masing kondisi eksisting alam di wilayah penelitian
dikonversikan dalam nilai dan bobot tertentu sehingga memudahkan dalam analisa
numerik, yang selanjutnya informasi tersebut disuperimposekan yang akhirnya dapat
diketahui tingkat kesesuaian lahan untuk kegiatan perumahan. Sedangkan metode
analisis yang yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara deskriptif dan
super posisi (over lay) datadata fisik dasar yang berkaitan dengan kesesuaian lahan
untuk perumahan, data tersebut antara lain fisiografi, iklim maupun kerawanan
terhadap bencana alam serta penyediaan infrastruktur perumahan. Sebelumnya
dilakukan penilaian dan pembobotan terhadap data tersebut baik yang mendukung
maupun menghambat bagi peruntukan perumahan.
Wilayah yang paling tinggi kesesuaian lahan perumahannya seluas 826,41 ha
atau 28,70% dan yang sesuai seluas 1.432.48 ha (47,68%), sehingga secara umum lahan
perumahan di kota Fakfak telah sesuai, hanya wilayah ini termasuk wilayah pesisir
47
pantai yang rawan tsunami yang juga termasuk wilayah sempadan pantai. Sedang
wilayah yang kurang dan tidak sesuai sekitar 25 %. Pada wilayah ini termasuk wilayah
dengan kepadatan relatif tinggi yaitu kampung Gwerpe (48 jw/ha), Lusypkeri (37
jw/ha) dan Kayu Merah (16 jw/ha) dibandingkan dengan wilayah lain yang rata-rata
dibawan 10 jiwa/ha.
48
Hasil yang diperoleh berdasarkan metode kuantitatif dan kualitatif dengan
menggunakan sistem informasi gografis menunjukan kawasan lindung seluas 9.552 ha
dan kawasan budidaya seluas 107.825 ha. Kawasan budidaya dengan kemampuan
pengembangan tinggi dan sedang merupakan wilayah yang sangat baik dalam
pengembangan kawasan permukiman perkotaan. Ratio tutupan lahan/Building
Coverage (BC) untuk pengembangan kawasan permukiman perkotaan pada
kemampuan pengembangan tinggi sebesar 5,74% dan sedang sebesar 9,48% dengan
kapasitas maksimal perluasan kedua lahan tersebut seluas 1.254 ha dan seluas 18.069
ha. Kesesuaian pemanfaatan lahan eksisting untuk pengembangan kawasan
permukiman perkotaan adalah permukiman, perkebunan, tegalan/lahan, tambak dan
belukar sebesar 22,56% berada di kemampuan pengembangan tinggi dan sedang.
Sedangkan kesesuaian rencana kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten
Pesawaran sebesar 45,54% berada di kemampuan pengembangan tinggi dan sedang.
49
Tabel 2.7 Perbandingan Kajian Studi Terdahulu
Penulis Fahri Fansuri Wien Khutami Mitra Satria Hendra wijaya Arief Hartadi Yulianti Samsidar
Judul Analisis Daya Dukung Dan Kajian Kemampuan Evaluasi Kesesuaian Evaluasi Kesesuaian Kajian Kesesuaian Daya Dukung Lahan
Daya Tampung Lahan dan Lahan Permukiman Di Lahan Untuk Lahan Perumahan Untuk Pengembangan
Perumahan di Kota Cimahi Daya Tampung Kota Semarang Bagian Permukiman Di Berdasarkan Kawasan Permukiman
Lahan Perumahan di Selatan Kabupaten Semarang Karakteristik Fisik Perkotaan di
Kawasan Dasar di Kota Kabupaten Pesawaran
Perkotaan Fakfak Provinsi Lampung
BWK
Takengon Pusat
Tujuan Tujuan yang ingin dicapai Teridentifikasinya Untuk mengevaluasi Mengetahui tingkat mengkaji kesesuaian Mengidentifikasi daya
yaitu teridentifikasinya kemampuan lahan kesesuaian lahan dan kesesuaian lahan lahan kawasan dukung lahan untuk
daya dukung dan daya dan daya tampung penggunaan lahan untuk permukiman di perumahan di kota pengembangan
tampung lahan perumahan lahan untuk permukiman di Kota wilayah Kabupaten Fakfak berdasarkan kawasan permukiman
di Kota Cimahi pada masa perumahan pada Semarang bagian Semarang sebagai karakteristik fisik perkotaan di
yang akan datang. kawasan Perkotaan selatan salah satu wilayah dasar Kabupaten Pesawaran
BWK Takengon yang berkembang Provinsi Lampung
Pusat serta dengan tingkat
pemanfaatan pertumbuhan lahan
peruntukan lahan permukimannya
yang ada untuk cenderung meningkat
dikembangkan setiap tahunnya
sebagai kawasan
perumahan.
50
Penulis Fahri Fansuri Wien Khutami Mitra Satria Hendra wijaya Arief Hartadi Yulianti Samsidar
Sasaran • Teridentifikasinya • Mengidentifikasi • Analisis kondisi fisik • Analisis Kondisi • Identifikasi tata • mengidentifikasi
proyeksi pertumbuhan penggunaan lahan lahan Kota Semarang fisik Lahan guna lahan di kota fungsi kawasan
penduduk di Kota untuk melihat bagian selatan. kabupaten semarang Fakfak lindung dan
Cimahi. seberapa • Analisis kesesuaian • Analisis kesesuaian • Identifikasi kondisi budidaya
• Teranalisisnya daya perubahan lahan permukiman lahan kabupaten fisik lahan kota • mengidentifikasi
dukung lahan potensial penggunaan lahan Kota Semarang bagian semarang untuk Fakfak kemampuan lahan
untuk dikembangkan dari nonterbangun selatan. permukiman • Identifikasi kondisi kawasan budidaya
sebagai kawasan menjadi terbangun • Identifikasi • Identifikasi iklim berdasarkan aspek
perumahan di Kota untuk melihat penggunaan lahan penggunaan lahan • Identifikasi wilayah fisik dasar untuk
Cimahi. kecenderungan eksisting Kota kabupaten semarang rawan bencana pengembangan
• Teranalisisnya daya perubahan Semarang bagian • Analisis kawasan
tampung lahan terkait penggunaan lahan selatan. kemampuan dan permukiman
kebutuhan rumah yang ada. • Evaluasi penggunaan kesesuaian lahan perkotaan
penduduk di Kota Cimahi ▪ Teridentifikasinya lahan permukiman kawasan budidaya • analisis daya
kemampuan lahan eksisting Kota untuk perumahan dukung lahan
pada kawasan Semarang Bagian • menganalisis
perkotaan sebagai Selatan. kesesuaian
lahan yang potensi pemanfaatan lahan
untuk eksisting dan
dikembangkan • Rencana
sebagai pemanfaatan lahan
perumahan. RTRW Kabupaten
• Teridentifikasinya Pesawaran Tahun
kondisi daya 2011-2031 dengan
tampung lahan kemampuan lahan.
yang dapat
dikembangkan
sebagai kawasan
perumahan untuk
kebutuhan rumah
penduduk dalam
mewujudkan tata
ruang yang baik.
51
Penulis Fahri Fansuri Wien Khutami Mitra Satria Hendra wijaya Arief Hartadi Yulianti Samsidar
Analisis • Analisis Proyeksi • analisis fungsi • Analisis fungsi • Analisis perubahan • deskriptif • analisis kualitatif
Pertumbuhan Penduduk kawasan, analisis kawasan pengguaan lahan • super impose • analisis kuantitatif
Kota Cimahi • penggunaan • Analisis Kesesuaian • Analisis kesesuaian (over lay)
• Analisis Daya Dukung lahan lahan permukiman lahan permukiman
Lahan Perumahan di • analisis berdasarkan kondisi
Kota Cimahi perubahan fisik lahan
• Analisis Daya Tampung pengggunaan • AnalisisPenggunaan
Lahan Perumahan di lahan Lahan Permukiman
Kota Cimahi. • analisis Eksisting
kesesuaian • Analisis Evaluasi
perubahan Penggunaan Lahan
penggunaan Permukiman
lahan terhadap
arahan
pemanfaatan
fungsi kawasan.
Ouput Dari tahun 2010 - 2014 Kemampuan lahan Pemantauan kesesuaian lahan Wilayah yang paling Daya dukung lahan
penduduk cimahi dengan perumahan potensial perkembangan lahan permukiman yakni tinggi kesesuaian untuk pengembangan
laju pertumbuhan berupa potensi permukiman dengan cara lahan yang sangat lahan perumahannya kawasan permukiman
penduduk tertinggi berada kemampuan lahan manual akan memakan sesuai untuk seluas 826,41 ha atau perkotaan di
pada Kecamatan Cimahi perumahan banyak waktu, tenaga permukiman seluas 28,70% dan yang Kabupaten Pesawaran
Selatan dengan rata-rata sebanyak 158, 14 Ha dan biaya 50.609,807 Ha sesuai seluas 1.432.48 berada di kawasan
pertumbuhan penduduk yang tersebar di 10 sehingga (50,05%) yang ha (47,68%), sehingga budidaya yaitu pada
2,07 %. Adapun secara desa dan daya pemanfaatan peta tersebar di Kecamatan secara umum lahan kemampuan
keseluruhan pertumbuhan tampung lahan penggunaan lahan yang Ambarawa, Bancak, perumahan di kota pengembangan tinggi
penduduk Kota Cimahi kawasan perkotaan lebih mudah akan Bandungan, Fakfak telah sesuai, seluas 1.951 ha dan
sebesar 1,7 % dalam kurun BWK Takengon digunakan dalam analisis Banyubiru, hanya wilayah ini sedang dengan seluas
waktu 5 tahun. Jumlah Pusat terhadap kali ini. Dalam peniltian Bawen, Bergas, termasuk wilayah 44.597 ha. Kapasitas
penduduk di Kota Cimahi jumlah penduduk kali ini, akan digunakan Bringin, Getasan, pesisir pantai yang daya dukung lahan
mengalami perkembangan pada tahun 2033 peta penggunaan lahan Jambu, Kaliwungu, rawan tsunami yang kemampuan
yang cukup tinggi hingga tersebar dibeberapa tahun 1999 dan 2009 Pabelan, Pringapus, juga termasuk pengembangan tinggi
tahun 2035 menjadi desa dikawasan karena disesuaikan Sumowono, Suruh, wilayah sempadan dan sedang masih di
775.487 jiwa dengan perkotaan BWK dengan citra yang Susukan, Tengaran, pantai. Sedang bawah ambang batas
kepadatan sebesar 191 Takengon Pusat digunakan untuk melihat Tuntang, Ungaran wilayah yang kurang ratio tutupan lahan
52
Penulis Fahri Fansuri Wien Khutami Mitra Satria Hendra wijaya Arief Hartadi Yulianti Samsidar
Jiwa/Ha dan dapat di yaitu, Desa Asir- penggunaan lahan secara Barat dan Ungaran dan tidak sesuai dengan maksimal
katagorikan sedang. Asir, Desa Asir-Asir langsung yang dapat Timur; lahan yang sekitar 25 %. perluasan
Jumlah ini meningkat 46 Asia, Desa Merah membantu dalam sesuai untuk Pada wilayah ini pengembangan
Jiwa/Ha jika dibandingkan Mersah, Desa pemantauan permukiman seluas termasuk wilayah kawasan permukiman
dengan kepadatan OneOne, dan Desa perkembangan 5.616,433 Ha (5,55%) dengan kepadatan perkotaan seluas 1.254
penduduk pada tahun 2014 Takengon Timur penggunaan lahan yang tersebar di relatif tinggi yaitu ha dan 18.069 ha.
yang memiliki jumlah dengan total jumlah dalam Kota Semarang. Kecamatan kampung Gwerpe Kesesuaian
penduduk sebesar 579.015 yang tertampung Ambarawa, (48 jw/ha), pemanfaatan lahan
jiwa dan kepadatan sebesar 18.580 Jiwa. Bancak, Bandungan, Lusypkeri (37 jw/ha) eksisting untuk
penduduk sebesar 143 Sedangkan yang Banyubiru, Bawen, dan Kayu Merah (16 dikembangkan
jiwa/Ha. tidak tertampung Bergas, Bringin, jw/ha) dibandingkan kawasan permukiman
Berdasarkan hasil analisis terdapat pada Desa Getasan, Jambu, dengan wilayah lain perkotaan seluas
daya dukung lahan Bale Atu, Desa Kaliwungu, Pabelan, yang ratarata 10.502 ha adalah
perumahan yang Blang Kolak I, Desa Pringapus, dibawan 10 jiwa/ha. permukiman,
berpotensi untuk di Blang Kolak II, Sumowono, perkebunan,
kembangkan sebagai Desa Hakim Bale Suruh, Susukan, tegalan/lahan, tambak
kawasan perumahan di Bujang, Desa Tengaran, Tuntang, dan belukar berada di
Kota Cimahi dengan Takengon Barat Ungaran Barat dan kemampuan
klasifikasi leluasa sebesar dengan total 5.084 Ungaran Timur pengembangan tinggi
3.054,64 Ha tersebar di Jiwa. dan sedang.
seluruh kecamatan. Sedangkan
Kesesuaian lahan potensial kesesuaian rencana
untuk pengembangan kawasan permukiman
perumahan hanya tersedia perkotaan berada di
lahan sebesar 366,76 Ha kemampuan
dari luas wilayah Kota pengembangan tinggi
Cimahi sebesar 4.052,88 dan sedang seluas
ha. 1.080 ha dan seluas
Daya tampung rumah 29.046 ha
maksimal di Kota Cimahi
dengan luas lahan
potensial perumahan
sebesar 256,73 Ha dari
70% kesesuaian lahan
53
Penulis Fahri Fansuri Wien Khutami Mitra Satria Hendra wijaya Arief Hartadi Yulianti Samsidar
perumahan 366,76 Ha
hanya dapat menampung
sebanyak 25.257 unit
dengan daya tampung
penduduk sebesar 101.028
jiwa. Untuk 20 tahun ke
depan sudah tidak dapat
mencukupi, hal tersebut
diketahui terdapat selisih
antara daya tampung
maksimal dengan proyeksi
penduduk tahun 2035
sebesar -95.442 jiwa dan
hanya dapat menampung
hingga tahun 2024.
54
Penulis Fahri Fansuri Wien Khutami Mitra Satria Hendra wijaya Arief Hartadi Yulianti Samsidar
Kritik ▪ Pada penelitian ini hanya Pada penelitian ini Hasil studi yang telah Hasil studi ini Hasil studi ini Hasil studi ini hanya
Terhadap berdasarkan kondisi fisik, hanya dilakukan ini sebaiknya dilakukan hanya dilakukan hanya menggunakan acuhan
Studi penggunaan lahan dan mengidentifikasi juga melakukan analisis menggunaakan untuk mengetahui Peraturan Menteri
Terdahulu kependudukan, belum kemampuan lahan penampalan atau overlay saja untuk sesuai dan tidak Pekerjaan Umum
menyertakan indikator yang diperuntukan overlay terhadap peta- sesuai dan tidak sesuai sesuai bagi kawasan No.20/PRT/M/2007
sosial, ekonomi serta sebagai kawasan peta tematik seperti bagi kawasan permukiman, tidak Tentang Pedoman
sarana prasarana perumahan dengan kermiringan lereng, permukiman di bandingkan Teknik Analisis
penunjang. melihat daya potensi air, kawasan dengan pola ruang Aspek Fisik dan
▪ Untuk peta penggunaan tampung kebutuhan lindung dan lain-lain, yang telah ada. Lingkungan,
lahan dan rencana pola lahan terhadap sehingga tidak hanya Ekonomi Serta Sosial
ruang yang digunakan kebutuhan jumlah dibatasi dengan faktor Budaya Dalam
menggunakan data tahun penduduk yang akan penduduk saja. Penyusunan Rencana
2012. datang agar Tata Ruang. Jakarta.
sehingga perlu Tidak di kombinasi
▪ Proyeksi penduduk tidak
dilakukan penelitian dengan kriteria
memperhitungkan
lebih detail untuk perumahan dan
pengaruh Kota Bandung
penentuan lokasi permukiman dari
terhadap Kota Cimahi
perumahan dengan badan geologi.
▪ Tidak membahas menggunakan skala
mengenai harga lahan peta lebih detail dan
yang terdapat di Kota dengan
Cimahi. mempertimbangkan
▪ Tidak membahas fungsi kawasan
mengenai perhitungan peruntukan lainnya
jumlah sumur resapan seperti kawasan
secara teknis. penyangga, kawasan
pertanian dan lain-
lain.
55
Penulis Fahri Fansuri Wien Khutami Mitra Satria Hendra wijaya Arief Hartadi Yulianti Samsidar
Kelebihan ▪ Aspek Kebencanaan ▪ Tidak hanya daya ▪ Melakukan overlay ▪Kesesuaian lahan ▪ Tidak hanya ▪ Tidak hanya
dibandingkan merupakan aspek yang tampung saja tetapi terhadap peta – peta dianalisis, lalu menganalisis mengacu terhadap
dengan salahsatunya berpengaruh membahas daya tematik seperti dilanjutkan dengan berdasarkan peraturan menteri
Penulis terhadap penilaian daya dukung lahan untuk kemiringan lereng, melihat kondisi guna karakteristik fisik pekerjaan umum
dukung dan daya kawasan perkotaan. potensi air, kawasan lahan, kependudukan tetapi aspek guna saja untuk melihat
tampung lahan di ▪ Fungsi kawasan lindung dan lain-lain, dan kebencanaan lahan dan sosial hasil studi tetapi
perkotaan. Perkotaan sebagai tidak hanya melihat sehingga metode budaya atau juga melihat
▪ Menggunakan data Pusat Kegiatan dari kependudukannya yang digunakan tidak kependudukan RDTR dan
terbaru dan terupdate Lokal saja tetapi guna lahan hanya overlay ▪ Tidak hanya RPJMD sebagai
dan fisik kebencanaan. melihat acuan rencana
kesesuaian lahan pengembangan
tetapi daya kawasan perkotaan
dukung lahan dan ▪ Setelah didapatkan
daya tampung hasil daya dukung
lahan kawasan lahan selanjutnya
perkotaan melihat hasil dari
daya tampung
lahan sehingga
terlihat sampai
mana kawasan
perkotaan ini dapat
menampung
jumlah penduduk
yang tiap tahunnya
mengalami
peningkatan yang
disampingnya
terdapat berbaga
macam ancaman
kebencanaan.
Sumber : Hasil Olahan 2018
56
BAB III
57
Sebelah Barat, Desa Kertsmukti Kecamatan Sindangbarang
Untuk lebih jelas mengenai luasan deliniasi kawasan Perkotaan Sindangbarang
dapat dilihat Pada Tabel 3.1.
58
berdasarkan intensitas tertinggi atau tingkat kerusakan terparah yang diakibatkan oleh
terjadinya gempa bumi. Besarnya intensitas atau tingginya kerusakan akibat gempa
bumi sangat tergantung pada beberapa faktor, di antaranya ialah jarak tempat tersebut
terhadap sumber gempa bumi dan kondisi geologi setempat makin dekat suatu tempat
terhadap sumber gempa bumi, makin besar intensitas gempanya dan makin tinggi
tingkat kerusakannya.
59
Tabel 3.3 Luas Wilayah Menurut Jenis Penggunaan Lahan di Kawasan Perkotaan
Sindangbarang Tahun 2018
No Penggunaan Lahan Luas (Ha)
1 Air Laut 31,78
2 Air Tawar 117,98
3 Belukar/Semak 403,68
4 Kebun 2.896,01
5 Pasir Darat 16,10
6 Pemukiman 265,10
7 Rawa 16,77
8 Rumput 96,12
9 Sawah Tadah Hujan 1.129,60
10 Tanah Ladang/Tegalan 2.895,42
Total 7.868,54
Sumber: Hasil Olahan Peta GIS Tahun 2018
1% 2%
5%
Air Laut
Air Tawar
37% Belukar/Semak
37%
Kebun
Pemukiman
0% Rawa
0% 1% 3%
3.4 Kependudukan
Dalam suatu perencanaan analisis kependudukan sangat penting sekali
terutama untuk melihat faktor-faktor perkembangan kota, karena dalam penyediaan
fasilitas pelayanan kota sangat tergantung pada keadaan penduduk pada saat ini
maupun pada perkiraan di masa mendatang. Perkembangan jumlah penduduk di
kawasan ini cenderung linear dilihat dari data penduduk tiap kecamatan berdasarkan
RTRW Kabupaten tekait.
3.4.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Aspek kependudukan di Kecamatan Sindangbarang perkembangannya
mencakup tiga tahun terakhir yaitu mengenai jumlah dan sebaran penduduk tiap
60
kelurahan, struktur dan pertumbuhan penduduk berdasarkan struktur penduduk umur,
jenis kelamin, mata pencaharian, tingkat pendidikan, agama, dan mobilitas penduduk
(migrasi, kelahiran dan kematian), sosial berkenaan dengan kependudukan, struktur
penduduk, sikap/perilaku masyarakat, sedangkan sektor ekonomi berkenaan dengan
kegiatan supply dan demand dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Kecamatan Sindangbarang
Luas
No Desa 2014 2015 2016 2017
(Km2)
1 Hegarsari 8,12 3.618 3.314 3.342 3.346
2 Jatisari 37,5 5.744 5.487 5.532 5.538
3 Kertasari 11,01 3.845 3.556 3.584 3.589
4 Talagasari 14,48 4.051 3.785 3.817 3.822
5 Sirnagalih 18 6.990 6.180 6.231 6.239
6 Saganten 8,7 6.054 6.134 6.185 6.193
7 Jayagiri 16,08 7.913 7.010 7.066 7.075
8 Muaracikadu 128,43 6.791 6.281 6.332 6.340
9 Girimukti 13,43 6.154 5.687 5.734 5.741
10 Mekarlaksana 8,41 4.089 3.922 3.954 3.959
11 Kertamukti 6,15 2.241 2.006 2.024 2.026
Jumlah 270,31 57.490 53.362 53.801 53.868
Sumber : Data BPS Kecamatan Sindangbarang Tahun 2017
8,000
6,000
4,000
2,000
Berdasarkan data tabel dan grafik tersebut dapat dilihat bahwa jumlah penduduk
di Kecamatan Sindangbarang pada tiap tahunnya mengalami peningkatan. Karena
61
Penduduk merupakan aspek yang sangat penting dalam proses pembangunan karena
seiring bertambahnya jumlah penduduk maka semakin luasnya kebutuhan ruang yang
harus disediakan. Jumlah Penduduk Kecamatan Sindangbarang pada tahun 2014
berjumlah 57.490 jiwa. Jumlah penduduk terbanyak yang terdapat di Kecamatan
Sindangbarang terdapat di Desa Jayagiri dengan jumlah 7.913 jiwa dan desa yang
memiliki jumlah penduduk paling kecil adalah desa Kertamukti dengan jumlah
penduduk sebesar 2024 jiwa.
62
Kepadatan Penduduk
No Desa Luas (Km2)
2014 2015 2016 2017
11 Kertamukti 6,15 326 328 329 329
Jumlah 270,31 197 198 199 272
Sumber : Data BPS Kecamatan Sindangbarangdan Tahun 2017
Kepadatan Penduduk
800
600
400
200
63
BAB IV
RENCANA PELAKSANAAN TUGAS AKHIR
64
Langkah - Bulan
Langkah
No. Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September
Penyelesaian
TA 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Sidang Akhir
8
TA
Revisi &
9
Pembukuan TA
4.2 Kendala
Kendala yang mungkin akan terjadi selama proses pengerjaan Tugas Akhir dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.2 Kendala dalam proses pengerjaan Tugas Akhir
No. Kendala Deskripsi Solusi
1. Pembagian waktu pengerjaan yang Waktu luang menjadi tidak produktif Membuat time schedule agar mengerjakan
belum optimal Tugas Akhir dapat tepat waktu dan
Produktif
2. Kesulitan dalam memahami materi Kesulitan dalam mengerjakan laporan Tugas Perbanyak referensi studi terdahulu dan
Akhir melakukan bimbingan kepada dosen
pembimbing serta bertukar pikiran dengan
rekan yang memahami materi.
3. Kesulitan menemui dosen pembimbing Kesulitan untuk melakukan bimbingan sesuai Membuat jadwal bimbingan rutin dan
jadwal yang ditentukan menghubungi dosen pembimbing untuk
membuat janji untuk melakukan
bimbingan dengan dosen pembimbing
65
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Perundang-undangan :
BPS Kecamatan Sindangbarang Dalam Angka 2015
BPS Kecamatan Sindangbarang Dalam Angka 2016
BPS Kecamatan Sindangbarang Dalam Angka 2017
BPS Kecamatan Sindangbarang Dalam Angka 2018
RPJMD Kabupaten Cianjur 2016-2021
RTRW Kab. Cianjur Tahun 2011 - 2031
Thesis/Tugas Akhir :
Fansuri F. Tahun 2017. Analisis Daya Dukung dan Daya Tampung Lahan Perumahan
di Kota Cimahi. Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Pasundan.
Bandung
66
Hartadi A. Tahun 2009. Kajian Kesesuaian Lahan Perumahan Berdasarkan
Karakteristik Fisik Dasar di Kota Fakfak. Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota
Universitas Diponegoro. Semarang.
Khutami W. Tahun 2015. Kajian Kemampuan Dan Daya Tampung Lahan Perumahan
Di Kawasan Perkotaan BWK Takengon Pusat. Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota
Universitas Pasundan. Bandung.
Jurnal Penelitian:
Samsidar Y, Komala Dewi I dan Wirawan B. Tahun 2013. Daya Dukung Lahan Untuk
Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan di Kabupaten Pesawaran Provinsi
Lampung. Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Pakuan. Bogor
Blog/Situs web :
67
Desain Survey
A. Mekanisme Survey
a. Tahap Persiapan
Merancang kegiatan survei untuk memperoleh data dan informasi guna
mendukung mempermudah kegiatan survei.
Menyusun dan mempersiapkan alat survei yang dibutuhkan, yaitu :
- Peta
Peta digunakan untuk membantu peneliti sebelum melakukan survei agar
dapat mengetahui kondisi daerah yang akan diteliti. Peta juga dapat
menyajikan data tentang potensi dan permasalahan suatu wilayah.
- Kamera
Kamera digunakan untuk mendokumentasikan kondisi fisik eksisting
daerah yang termasuk ke dalam Tabel ceklis foto.
- Form Wawancara (Terlampir)
Form Wawancara digunakan untuk menanyakan beberapa pertanyaan
kepada responden, baik dari instansi ataupun terhadap masyarakat mengenai
Kabupaten Cianjur.
- Alat Tulis
Alat tulis digunakan untuk mencatat poin-poin penting dan hal yang
berhubungan dengan jawaban respoden hasil wawancara ataupun quisioner.
- Check List Data
Check List Data digunakan untuk acuan ketika meminta data terhadap
instansi terkait, sehingga nantinya surveyor dapat memeriksa kembali ada
atau tidaknya susunan data yang diperlukan pada Tabel Checklist Data.
- Check List Foto
Check List Foto digunakan untuk acuan surveyor mengenai apa saja dan
lokasi mana saja yang harus di dokumentasikan pada Tabel ceklis foto.
68
B. Tahap Survey
Dalam pengumpulan data di daerah perlu dilakukan survei data sekunder dan
juga primer dengan mengumpulkan berbagai informasi baik dari lapangan, kantor
pemerintah setempat dan masyarakat pada umumnya.
- Pengumpulan Data Primer
- Observasi Lapangan
Langkah-langkah dalam melakukan observasi lapangan
Kabupaten Cianjur adalah sebagai berikut.
• Mengetahui lokasi yang akan di observasi.
• Melihat kebutuhan data observasi pada Tabel Observasi
Lapangan.
• Mendokumentasikan hasil observasi dengan melihat Tabel
ceklis foto.
• Mencatat poin penting hasil observasi dengan baik.
- Wawancara/Kuisioner
Langkah-langkah dalam melakukan wawancara/ kuisioner
survei penelitian adalah sebagai berikut :
• Menjelaskan identitas diri dan maksud tujuan dari wawancara
yang akan dilakukan dengan ramah dan sopan.
• Memahami dengan baik pertanyaan dan tujuan wawancara
dalam Tabel Wawancara.
• Berikan pertanyaan secara sistematis, jangan memotong
pembicaraan jika narasumber belum selesai memberikan
jawaban.
• Rekam hasil wawancara menggunakan recorder atau juga
dengan alat tulis.
• Simpulkan hasil wawancara dengan baik dan dapat dipahami
oleh yang lain.
69
• Berikan ucapan terima kasih atas ketersediaannya untuk di
wawancara.
C. Survei Primer
Penentuan Jumlah sampling
1. Instansi dan Perangkat Daerah
Untuk penentuan narasumber wawancara yang akan ditanya yaitu kepala atau
bidang dari instansi terkait.
2. Masyarakat
Untuk penentuan jumlah responden bagi pengambilan kuisioner di Kabupaten
Cianjur bagian Tengah ini menggunakan rumus Sugiono dengan
menggunakan tabel penentuan jumlah sampel dari Isaac dan Michael untuk
menentukan jumlah kuisioner yang di butuhkan dengan menggunakan tingkat
kesalahan 5 % karena kami anggap tingkat akurasi yang cukup akurat dan
jumlah kuisioner yang tidak terlalu banyak karena terbatasnya dana serta
waktu. Rumus Sugiono yang digunakan sebagai berikut :
ni = Ni/N x n
Keterangan :
ni : Jumlah sampel
Ni : Jumlah penduduk tiap kecamatan
N : Jumlah total penduduk di setiap kecamatan
n : Jumlah sampel penduduk
70
Tabel 1 Observasi Lapangan
No Aspek Tujuan Observasi Metode Observasi Alat Dokumentasi
Melakukan Dokumentasi mengenai
Mengidentifikasi Kondisi Sosial dan Budaya di Wilayah Kondisi Sosial dan Budaya Foto dan
1. Kependudukan Kamera, Alat Tulis
Kabupaten Cianjur bagian Tengah. masyarakat di wilayah Kabupaten Dokumen
Cianjur bagian Tengah
Kamera
Lokasi sekitar rawan Bencana/ Penyebab bencana Melihat lokasi sekitar yang terkena
2. Fisik Alat Tulis Foto
Dampak lokasi sekitar yang selalu terkena bencana bencana
Peta
71
Tabel 3 Wawancara
Bidang
No Instansi/Narasumber Topik Alamat
Kepala Desa/Kepala
Mengetahui lokasi bencana
5. Camat
Mengetahui dampak dari bencana
72
Tabel 4 Checklis Data
Bentuk Keteran
No Instansi Alamat Aspek Kebutuhan Data Sumber Data Tahun
Data gan
Rencana struktur ruang, Rencana pola Dokum
ruang, Rencana kawasan strategis RTRW Provinsi dan en dan
Kebijakan, provinsi jawa barat dan kabupten RTRW Kabupaten Peta
Kelembagaan cianjur Digital Data
Dan Arahan Kebijakan Sektoral provinsi RPJM Provinsi Terbaru
Pembiayaan Jawa Barat RPJP Provinsi Dokum
-Arahan Kebijakan RPJM Kabupaten en
Sektoral Kabupaten Cianjur RPJP Kabupaten
Jalan Raya Bandung No Data Kemiringan Lereng (topografi) Materi Teknis dan Fakta
65, Bojong, Karang Analisis RTRW
1 BAPPEDA
Tengah, Kabupaten Kabupaten Cianjur
Cianjur, Jawa Barat Data Ketinggian Materi Teknis dan Fakta
Tanah (Topografi) Analisis RTRW Dokum
Kabupaten Cianjur en dan 2011-
FISIK
Kondisi Bentang Alam (Morfologi) Materi Teknis dan Fakta Peta 2031
Analisis RTRW Digital
Kabupaten Cianjur
Jenis Batuan ( Geologi) Materi Teknis dan Fakta
Analisis RTRW
Kabupaten Cianjur
73
Bentuk Keteran
No Instansi Alamat Aspek Kebutuhan Data Sumber Data Tahun
Data gan
Jenis Tanah dan Kedalaman Efektif Materi Teknis dan Fakta
Tanah (Geologi) Analisis RTRW
Kabupaten Cianjur
Data Curah Hujan (presipitasi) Materi Teknis dan Fakta
Analisis RTRW
Kabupaten Cianjur
74
LAMPIRAN
BPBD
PROGRAM STUDI
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
Identitas Responden
Nama : ......................................................................................
......................................................................................
Jabatan : ......................................................................................
Aspek fisik :
75
Camat/Kades
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
Tujuan dari wawancara ini adalah untuk memperifikasi kondisi fisik yang ada di
Kawasan Perkotaan Sindangbarang Kabupaten Cianjur
Tanggal : ......................................................................
76