Anda di halaman 1dari 128

USULAN TEKNIS

Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

BAB V
PENDEKATAN METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA

V.1. PENDEKATAN METODOLOGI


Berdasarkan Kerangka Acuan Kerja (KAK), tujuan utama dari kegiatan ini adalah untukmenyusun
rencana pengembangan antar kawasan sebagai dokumen acuan bagi pembangunan keterpaduan
infrastruktur wilayah di kawasan Metro Medan - Tebing Tinggi - Dumai - Pekanbaru. .Untuk itu dibutuhkan
suatu pendekatan pelaksanaan kegiatan yang sistematis dan mampu mengakomodasikan inovasi terkini
perencanaan pembangunan pembangunan infrastruktur wilayah. Dalam usulan teknis metodologi ini,
garis besar pendekatan dijelaskan melalui konsep dan alur pendekatan pelaksanaan kegiatan.
Sementara penjelasan rinci teknik-teknik analisis dijelaskan pada pembahasan tentang pendekatan
pelaksanaan untuk tahapan kegiatan.

V.1.1. PENDEKATAN
V.1.1.1. Konsep Dasar Kegiatan Utama
Mengacu pada sasararan dan ouput kegiatan yang tertuang dalam kerangka acuan kerja kegiatan,
menurut pemahaman konsultan, secara garis besar fokus utama dari kegiatan ini dapat digambarkan
seperti pada Gambar 1.
Kegiatan Utama

Fokus Kegiatan

Perumusan Strategi
Pengembangan wilayah
(SPW)

Fokus :
Kajian RTR, Ekonomi Regional , Kajian Kebijakan, Kajian
Pengembangan Wilayah

Rencana Strategis
Pembangunan
Infrastruktur (RSI)

Fokus :
Perumusan Strategi Pengembangan Infrastruktur wilayah, Kajian
Kebutuhan Program Pembangunan Infrastruktur dalam 10 tahun

Rencana Program
Infrsatruktur Jangka
Menenganh (RP)

Fokus :
Perumusan Program Pembangunan Infrastruktur Wilayah
Tahunan dalam 5 tahun,

Pemabuatan Peta
Keterpaduan
Infrsatruktur Wilayah

Fokus :
Kajian dan perumusan Keterpaduan Program Pembangunan
Infra

Penyusunan
Rencana Induk
Kawasan Inkubasi

Fokus :
Penyusunan Masterplan Kawasan Inkubasi Terpilih

Riencana Tapak dan


DED Anjungan cerdas

Fokus :
Penyusunan Site plan dan DED Anjungan Cerdas di Kawasan
Inkubasu

Penyusunan Dokumen
Pengadaan Jasa

Fokus :
Perusmusan dokumen pengadaan jasa pembangunan
infrastruktu r di anjungan cerdas

Gambar 1. Konsep Lingkup Kegiatan Utama


Sumber : Intepretasi KAK, 2015
PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V-1

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Berdasarkan Gambar 1 tersebut, maka kegiatan ini secara garis besar terdiri dari 8(delapan) sebagai
berikut
1. Perumusan Strategi Pengembangan Wilayah (SPW), yang memperhatikan dan
mempertimbangkan rencana tata ruang, kondisi infrastruktur dan wilayah saat ini dan kondisi
yang dituju, serta memberikan arahan pengembangan wilayah (indikasi potensi produksi utama
kawasan) agar potensinya dapat dioptimalkan dan mempunyai nilai tambah serta mendapat
dukungan infrastruktur yang diperlukan;
2. Perumusan Rencana strategis infrastruktur wilayah (RSI), yang berisikan strategi pengembangan
infrastruktur wilayah dalam periode 10 (sepuluh) tahun untuk mendukung elemen-elemen
pengembangan kawasan yang sudah membentuk struktur yang kuat secara terpadu dengan
kawasan;
3. Penyusunan Program jangka menengah infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(RP) dalam periode 5 (lima) tahun sesuai kebutuhan, yang dijabarkan dalam program tahunan
berikut dengan sumber pembiayaannya termasuk dana dari pihak dunia usaha;
4. Perkiraan kinerja fungsi dan manfaat dari infrastruktur PUPR yang diprogramkan dalam jangka
menengah;
5. Pembuatan Peta keterpaduan infrastruktur antar kawasan Metro Medan - Tebing Tinggi - Dumai
- Pekanbaru.
6. Rencana Induk Kawasan Inkubasi terpilih di Metro Medan - Tebing Tinggi - Dumai - Pekanbaru.
7. Rencana tapak (site plan) dan rancangan teknis (DED) anjungan cerdas di kawasan inkubasi.
8. Dokumen pengadaan jasa untuk implementasi fisik dan konsultan supervisi implementasi fisik di
anjungan cerdas
Berdasarkan pemahaman terhadap lingkup kegiatan utama tersebut, selanjutnya konsultan akan
menjelaskan secara lebih rinci konsepsi kajian dari ke tujuh kegiatan utama. Penjelasan konsepsi
kajian untuk tiap kegaiatn utama ini penting sebagai landasan awal penyusunan instrumen dan
metode analisis serta rencana kerja yang akan dikembangkan untuk menyelesaikan kegiatan kajian
ini.

V.1.1.2. Konsepsi Kegiatan Perumusan Strategi Pengembangan Wilayah (SPW)


Arah kebijakan dan strategi pembangunan wilayah Sumatera mengacu pada strategi pembangunan
nasional pada RPJMN 2015-2019 yakni peningkatan ekonomi wilayah yang kompetitif berbasis pada
keunggulan sumber daya alam, kapasitas sumber daya manusia dan penguatan kapasitas iptek di
wilayah Sumatera, demi Terbangunnya Perekonomian Wilayah Sumatera yang unggul dan kompetitif,
serta mengacu pada tema RKP 2015, yaitu Melanjutkan Reformasi bagi Percepatan Pembangunan
Ekonomi yang Berkeadilan. Dengan demikian, arah kebijakan umum pengembangan Wilayah
Sumatera menyeimbangkan pengembangan kelembagaan percepatan pembangunan daerah
tertinggal, pemenuhan kebutuhan pelayanan publik dasar, dan mengoptimalkan pengembangan
perekonomian masyarakat. Pengembangan komoditas unggulan melalui penguatan rantai nilai
komoditas pada sektor pertanian, pertambangan, perkebunan, perikanan dan kelautan, pariwisata
dan industri, dilaksanakan dengan strategi:
1. Meningkatkan kapasitas dan kualitas infastruktur dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi
(produksi-distribusi) pada sektor kelautan dan perikanan; sub sektor perkebunan, peternakan dan
tanaman pangan;
2. Meningkatkan produktivitas hasil pertanian tanaman pangan, perkebunan, kelautan dan
perikanan, peternakan, dan pertambangan;
PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V-2

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

3.
4.
5.
6.

Meningkatan produksi produk olahan bernilai tambah tinggi hasil pertambangan dan pertanian;
Menciptakan iklim investasi yang kondusif
Pengembangan destinasi wisata dan sentra-sentra kreatif
Meningkatkan kualitas dan kenyamanan tinggal para wisatawan dengan meningkatkan sarana
dan prasarana yang menunjang kegiatan pariwisata
7. Pengembangan kegiatan perekonomian masyarakat di wilayah sumatera secara terpadu dan
lintas sektor terutama pada subsektor perkebunan, danpangan-hortikultura;
8. Pengembangan perekonomian masyarakat pada sub-sektor perikanan laut difokuskan di pada
kepulauan-kepulauan di wilayah Sumatera;
9. Peningkatan keterkaitan ekonomi pada kawasan terisolir, perdesaan, dengan pusat-pusat
pertumbuhan.
Kegiatan perumusan Strategi Pengembangan Wilayah (SPW) ditujukan untuk mendapatkan arahan
strategi pengembangan wilayah yang didasarkan pada kajian potensi ekonomi wilayah, rencana tata
ruang wilayah, kinerja infrsatruktur wilayah, dinamika kependudkan hingga kebijakan pembangunan
tingkat nasional,provinsimaupun kabupaten/kota yang terkait wilayah tersebut. Kagiatan ini
diharapkan menghasilkan rumusan strategi pengembangan wilayah yang mampu mengarahkan
pembangunan infrsatruktur wilayah sesuai dengan arah dan tujuan pengembangan wilayah yang
bersangkutan. Hasil kajian pada tahap ini merupakan payung atau landasan dari seluruh tahapan
kegiatan yang ada pada kegiatan ini. Oleh karena itu kegiatan ini membutuhkan pendekatan
pelaksanaan kegiatan yang terstruktu, sistematis dan terukur. Konsultan mengusulkan konsep
pendekatan kegiatan ini secara garis besar seperti terlihat pada Gambar 2.

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V-3

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Penetapan Deliniasi Kawasan


Pengembangan

Kajian Ekonomi
Kawasan

Potensi Ekonomi
Kinerja Ekonomi
wilayah
Komoditas Unggulan
Tingkat Produksi
Prospek
pengembangan
Kawasan Ekonomi
Kebutuhan investasi
Lainnya

Kajian Rencana
Tata Ruang dan
Daya Dukung
Lingkungan

Kajian Infrastruktur
Wilayah

Tingkat pelayanan
Rencana
Pengembangan
Kebutuhan
pengembangan
Prospek infrastruktur
Kebutuhan investasi
Lainnya

Metro Medan
Tebing Tinggi
Dumai
Pekanbaru

Kajian Sosial
Kependukukan

RTRWN
RTR Pulau
RTR KSN
RTR Provinsi
RTR Kab/Kota
Kawasan Strategis
Daya dukung
Lingkungan
Lainnyai

Kuan tas
Kualitas
Mobilitas
Kebutuhan
Pengemabngan
Lainnya

Kajian Strategi
Pengembangan
Wilayah

Diskusi, FGD,
Koordinasi

Kajian Kebijakan
Pembangunan

Kebijakan Nasional/
sektoral
Kebijakan daerah
Kelembagaan
Regulasi
Kelembangaan
Lainnya

Kajian Aspek
Kewilayahan Lainnya

Kawasam perdesaan
Kawasan perkotaan
Kawasan industri
Kawasan Strategis
Lainnya

Proinsip dan kaidah


Pengembangan
Wilayah

Sintesa Hasil
Analisis

Arahan Strategi
Pengembangan
Wilayah (SPW)

Target pengembangan
ekonomi wilayah
Arahan Sektorr/Produk
Ekonomi Unggulan
Aeahan pengembangan
kawasan prioritas
(Inkubasi)
Arahan dan strategi
pengembangan
infraatruktur wilayah
Lainnya

Gambar 2. Konsepsi Kegiatan Perumusan Strategi Pengembangan Wilayah (SPW)


Sumber : Intepretasi KAK dan Usulan Konsultan, 2015

Selain melaksanakan kajian sesuai dengan kaidah analisis pengemabngan wilayah, kegiatan ini juga
menitikberatkan pada beberapa aktivitas utama antara lain identifikasi dan review atas dokumendokumen perencanaan yang sudah ada meliputi kebijakan dan regulasi tingkat nasional, provinsi dan
daerah seperti RPJPN/D, RPJMN/D, Pergub terkait pembangunan ekonomi, lingkungan, tata ruang,
maupun sektor lainnya perlu dikaji. Kajian sinkronisasi dan keterpaduan RTR juga dilakukan untuk
memperkuat kedudukan dokumen Studi dalam tataran perencanaan pembangunan tata ruang
nasional. Kebijakan dan regulasi tingkat sektoral yang terkait langsung dengan implementasi
pembangunan di wilayah kajian juga perlu direview guna mendapatkan gambaran sinergitas kebijakan
secara komprehensif.

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V-4

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Berdasarkan Peningkatan Keterpaduan Rencana dan Program Pembangunan Infrastruktur PUPR


Melalui Pendekatan Wilayah yang dikembangkan oleh Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah
Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat, Arahan & program untuk kawasan
Metropolitan Medang - Tebing Tinggi - Dumai - Pekanbaru adalah sebagai berikut.

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V-5

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V-6

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

V.1.1.3. Konsepsi Kegiatan Perumusan Rencana Strategis Pengembangan Infrastruktur


Kegiatan perumusan Rencana Strategis Pengembangan Infrastruktur wilayah ditujukan untuk
mendapatkan arahan pengembangan infrastruktur kawasan berdasarkan analisis kebutuhan
infrastruktur untuk mendukung startegi pengembangan wilayah. Dalam kegiatan ini beberapa aspek
analisis yang dilakukan antara lain meliputi analisis daya dukung lingkungan terhadap pengembangan
infrastruktur, analisis ekonomi pembangunan infrastruktur terutama berkaitan dengan rencana
pengembangan komoditas unggulan wilayah, serta analisis keterpaduan infrastruktur serta analisis
daya dukung tanah dan rona lingkungan terkait pembangunan kawasan anjungan cerdas.
Berdasarkan Konsultasi Regional Kementerian PUPR tahun 2015, Sasaran Strategis Pembangunan
Bidang PUPR tahun 2015-2019 adalah meningkatnya kehandalan infrastruktur PUPR dalam
mewujudkan: ketahanan air, kedaulatan pangan,dan ketahanan energi; konektivitas bagi penguatan
daya saing; layanan infrastruktur dasar; dan keterpaduan pembangunan antar daerah antar sektor
dan antar tingkat pemerintahan untuk mensejahterakan masyarakat dengan rincian sebagai berikut;
1. Meningkatnya keterpaduan pembangunan infrastruktur PUPR antar daerah, antar sektor dan
antar tingkat pemerintahan
2. Meningkatnya dukungan kedaulatan pangan dan ketahanan energi
3. Meningkatnya dukungan konektivitas bagi penguatan daya saing
4. Meningkatnya dukungan layanan infrastruktur dasar permukiman dan perumahan

Sasaran Pembangunan Infrastruktur 2015-2019

Sumber: Bappenas

Guna mendorong dan meningkatkan konektivitas, khususnya di koridor ekonomi Sumatera,


Pemerintah berupaya meningkatkan keterhubungan (konektivitas) melalui pembangunan berbagai
proyek infrastruktur fisik (phisical connectivity). melalui penetapan Peraturan Presiden Nomor 100
Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol di Sumatera, Pemerintah akan segera
melaksanakan pembangunan dan pengoperasian jalan tol trans Sumatera melalui penugasan kepada
Badan Usaha Milik Negara (PT. Hutama Karya (Persero)). Dalam Perpres tersebut Pemerintah
memutuskan untuk mendahulukan pengusahaan pembangunan empat ruas tol, yaitu jalan tol MedanPT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V-7

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Binjai yang mencapai 16,8 km dengan nilai investasi Rp. 2 triliun, ruas tol Pekanbaru-Dumai
sepanjang 135 km dengan nilai investasi Rp. 14,7 triliun, Palembang-Indralaya sepanjang 22 km
dengan investasi 1 triliun, dan Bakauheni-Terbangi Besar yang panjangnya mencapai 150 km dengan
investasi Rp. 13,8 triliun.
Selain penguatan konektivitas di koridor ekonomi Sumatera melalui pembangunan infrastruktur
jaringan jalan, baik di pusat industri hulu dan hilir maupun di pusat kegiatan, prioritas pembangunan
infrastruktur dasar yang menghubungkan antar daerah dimaksudkan agar konektivitas antar wilayah
di kawasan Sumatera dapat segera terintegrasi, sehingga kegiatan ekonomi utama masyarakat
Sumatera yakni dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit, karet, batu bara dan industri besi baja
dapat berkembang lebih pesat.
Jalan raya merupakan prasarana transportasi penting saat ini, jalan dapat mengalami kemunduran
karena pemakaian dan penurunan kualitas. Penyebabnya adalah pemakaian, penyalahgunaan dan
cuaca. Jalan membutuhkan pemeliharaan permukaan dan pemeliharaan sisi jalan, bahu jalan dan
drainase. Dengan demikian dalam mendesain jalan perlu memperhatikan kapasitas, alinyemen
vertikal, horisontal, ruas jalan, kerangka sistem transportasi, sistem jaringan jalan dan daya dukung
perkerasan jalan terhadap beban. Sistem transportasi air harus mendukung peningkatan kualitas
ekologis kawasan tipe air, juga secara ekonomi, sosial dan budaya. Sistem jaringan pergerakan dan
prasarana penunjang (terminal, jalan, perparkiran) angkutan jalan raya, kereta api, angkutan laut,
sungai dan penyeberangan.
Dilihat dari gambar berikut, dapat dilihat bahwa terdapat rencana pembangunan jalan Tol Trans
Sumatera yang membujur mulai dari Aceh hingga Lampung dengan panjang 2771 km yang
merupakan salah satu program Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun
2015- 2019 mengenai percepatan pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan.
Kota Metropolitan Medan - Tebing Tinggi - Dumai - Pekanbaru dilalui oleh jalan Trans Sumatera.
Dengan adanya akses transportasi yang mudah maka masing- masing kawasan dapat saling
terintegrasi yang nantinya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah.

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V-8

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Sumber: beritabekasi.co.id

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V-9

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 10

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 11

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 12

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 13

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 14

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Konsep Gerbang Pelabuhan dan Bandar Udara Internasional

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 15

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Transit Oriented Development


Transit Oriented Development atau disingkat menjadi TOD merupakan salah satu pendekatan
pengembangan kota yang mengadopsi tata ruang campuran dan maksimalisasi penggunaan
angkutan massal seperti Busway/BRT, Kereta api kota (MRT), Kereta api ringan (LRT), serta
dilengkapi jaringan pejalan kaki/sepeda.
TOD merupakan peruntukan lahan campuran berupa perumahan atau perdagangan yang
direncanakan untuk memaksimalkan akses angkutan umum dan sering ditambahkan kegiatan lain
untuk mendorong penggunaan moda angkutan umum. Strategi TOD yaitu dengan perkuatan
pelayanan angkutan umum berbasis MRT (Mass Rapid Transit) yang didasarkan jarak tempuh, biaya
transportasi dan volume, serta pengurangan kendaraan pribadi. TOD harus ditempatkan, pada:

Jaringan utama angkutan massal


Koridor jaringan bus/ BRT dengan frekuensi tinggi
Jaringan penumpang bus yang waktu tempuhnya kurang dari 10 menit dari jaringan utama
angkutan massal.

Kalau persyaratan diatas tidak dipenuhi oleh suatu kawasan maka perlu diambil langkah untuk
menghubungkan dengan angkutan massal, disamping itu yang juga perlu menjadi pertimbangan
adalah frekuensi angkutan umum yang tinggi.
Ada beberapa ciri tata ruang campuran yang bisa dicapai dengan mudah cukup berjalan kaki atau
bersepeda. Beberapa ciri penting yang akan terjadi dalam pengembangan TOD yaitu:

Penggunaan ruang campuran yang terdiri dari pemukiman, perkantoran, serta fasilitas
pendukung,
Kepadatan penduduk yang tinggi yang ditandai dengan bangunan apartemen, condominium
Tersedia fasilitas perbelanjaan
Fasilitas kesehatan,
Fasilitas pendidikan
Fasilitas hiburan
Fasilitas olahraga
Fasilitas Perbankan

Ketergantungan terhadap kendaraan pribadi cenderung meningkat di kota-kota besar Indonesia,


pilihan moda pribadi telah meningkat menjadi 80%, sedangkan kondisi tahun 1980an angkanya masih
berkisar 50-50. Hal ini akan berdampak negatif terhadap lingkungan. Berdasarkan penerapan TOD di
beberapa kota besar menunjukkan penurunan ketergantungan terhadap kendaraan pribadi, karena
adanya pilihan yang cepat, murah dan mudah untuk mencapai tujuan hanya dengan berjalan kaki/
menggunakan angkutan umum. Masyarakat tidak perlu repot mencari tempat parkir, membayar biaya
parkir yang tinggi, dan biaya operasi yang tinggi pula.

Matriks Manfaat TOD Secara Umum


Penggunaan Angkutan Umum

Operator Angkutan Umum

Keuntungan Bagi Masyarakat

Berkembangnya aktivitas di sekitar


kawasan stasiun

Pertambahan jumlah
penumpang

Volume lalu lintas berkurang

Fasilitas pejalan kaki lebih baik

Biaya tiap penumpang semakin


rendah

Biaya infrastruktur rata-rata


berkurang

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 16

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Penggunaan Angkutan Umum


Peningkatan keamanan di dekat
stasiun

Operator Angkutan Umum


Image lebih baik

Keuntungan Bagi Masyarakat


Meningkatnya nilai properti

Strategi TOD: Perkuatan Pelayanan Angkutan Umum Berbasis MRT/BRT


Pelayanan angkutan umum massal menjadi daya tarik karena perjalanannya akan lebih cepat,
mudah, hemat energi dan ramah lingkungan. Pengembangan MRT di Curitiba (Brazil) dan
Sengkang (Singapura) adalah salah satu contoh pengembangan TOD yang sukses. Jalur Mass
Rapid Transit ini merupakan tantangan baru bagi para arsitek yang diminta untuk
mengintegrasikan stasiun transit dengan desainnya. Namun pengembangan tersebut harus
dijaga supaya tidak menimbulkan pemekaran kota (sprawling). Inggris telah membangun green
belt dimana menjaga kawasan tetap 16.000 km2.
Penataan Tata guna Lahan
Pendekatan perencanaan perkotaan menuju pada pembentukan kepadatan dan penggunaan
bersama dan mendapatkan kembali ruang untuk pejalan kaki dan sepeda dengan tujuan untuk
mengalihkan permintaan perangkutan ke moda kendaraan tidak bermotor. Menciptakan
kepadatan dan fungsi bersama di daerah sub- perkotaan yang luas akan mengarah ke sub- pusat
dimana terjadi banyak aktivitas dan kebutuhan sehari- hari masyarakat: perkantoran, permukiman,
pendidikan, hiburan, fasilitas publik, pusat perbelanjaan, dll. Sub-pusat ini memiliki prioritas paling
tinggi untuk dihubungkan dengan distrik pusat bisnis dan diantaranya dengan skema mass rapid
transit, seperti kereta ringan/ MRT atau jalur BRT, berpengaruh pada :
-

Berkembangnya aktivitas di sekitar kawasan stasiun


Pertambahan jumlah penumpang
Volume lalu lintas berkurang
Fasilitas Pejalan kaki lebih baik
Biaya tiap penumpang semakin rendah
Biaya infrastruktur rata-rata berkurang
Peningkatan keamanan di dekat stasiun
Image lebih baik
Meningkatnya nilai properti

Perbaikan Fasilitas NMT (Non Motorized Transport)


Mobilitas warga kota akan ditingkatkan dengan penerapan konsep pejalan kaki yang intensif,
dengan menyediakan trotoar luas, nyaman, terlindung, dan aman dari banjir. Kemudian akan
ditinggikan lagi pada masa yang akan datang, berpindah dari satu gedung ke gedung lainnya,
sepanjang atau melalui kota-kota modern di Indonesia yang akan memiliki ruang publik tingkat
dua dan tingkat tiga yang berada di atas jalan-jalan penuh sesak dan rawan banjir menjadi tempat
transit pejalan kaki.
Investasi Lahan TOD
Pada perkembangan selanjutnya sektor swasta dan publik ditingkatkan dekat dengan akses
transportasi umum, yang berada di sepanjang koridor dan stasiun moda transportasi,
terkonsentrasi dan kepadatan di sekitar yang menghubungkan stasiun. Pengembang dan investor
akan setuju untuk menyediakan dana tambahan karena yang membuat gedung tersebut mampu
menghasilkan adalah terhubungnya gedung dengan transit massal, baik itu dari sisi pejalan kaki
PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 17

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

maupun kereta. Konektivitas menjadi bagian paling penting dari suatu gedung, sebagaimana
masing-masing fungsi hanya akan berhasil jika warga masyarakat mendapatkan cara termudah,
teraman, tercepat dan bertingkat, kering, dan permukaan lantai yang kuat, paling nyaman, secara
alami terkendali terhadap iklim dan memiliki tempat terlindung terhadap ruang. Jembatan pejalan
kaki hal ini mencirikan elemen kota masa depan menyediakan jalur pejalan kaki dari satu
gedung ke gedung lain pada saat yang sama sebagai tempat bertemu, area peristirahatan, tempat
observasi, dan pusat perbelanjaan.

Tahapan-Tahapan Penerapan TOD


Tahap 1

Memperkuat investasi publik dalam angkutan umum dengan memastikan bahwa


pengembangan angkutan umum berpusat pada stasiun

Tahap 2

Mengetahui bahwa area stasiun adalah daerah khusus dan seluruh wilayah yang
berada di sekitarnya berkesempatan untuk mengembangkan pembangunn
tradisional.

Tahap 3

Mengambil kesempatan yang diberikan oleh angkutan umum untuk mempromosikan


TOD sebagai bagian dari strategi manajemen pertmbuhan yang lebih luas

Tahap 4

Rezoning daerah-daerah yang berpengaruh di sekitar stasiun untuk hanya


menggunakan moda angkutan umum dalam melakukan perjalanannya

Tahap 5

Fokus pada investasi instansi publik dan uapaya perencanaan di daerah stasiun
dengan peluang pembangunan terbesar

Tahap 6

Membangun broad-based core untuk mendukung TOD melalui pejabat-pejabat


terpilih, staf pemerintah daerah, pemilik tanah, dan lingkungan

Tahap 7

Menyiapkan kerangka kerja mandiri untuk lebih mempromosikan TOD setelah


perencanaan selesai.

Tujuan utama dari Konsep TOD, compact city, smart growth, New Urbanism antara lain:

mengurangi kemacetan lalulintas


penghematan biaya transportasi melalui Mass Transit
lingkungan yang ramah pagi pejalan kaki maupun pesepeda
mencegah urban sprawl yang dapat menyusutkan lahan pertanian
menjaga kelestarian lingkungan yang pada akhirnya yang dapat melangsungkan kehidupan
manusia sendiri.

Syarat utama untuk mewujudkan tujuan-tujuan utama yaitu melalui penataan ruang secara mix useD
yang didukung sistem transportasi umum (mass transit) yang mudah dicapai dan beragam. Indikasi
keberhasilan konsep TOD yaitu masyarakat lebih memilih transportasi umum daripada transportasi
pribadi, simpul-simpul permukiman mix used dapat terhubung satu sama lain, kenyamanan antara
fisik bangunan dan lingkungan.

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 18

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Transit Point
Transit point merupakan titik-titik atau node yang direncanakan
sebagai titik transit atau pergantian moda transportasi (formal
dan informal) atau meneruskan dengan berjalan kaki. Faktor
yang mempengaruhi titik transit point yaitu time distance atau
waktu tempuh dengan tujuan perjalanan, ketersediaan moda
untuk meneruskan perjalanan. Lokasi transit point direncanakan
pada sub terminal, stasiun tramp, dermaga wisata, halte dan taxi
stands.
Transit core merupakan zona inti pada kawasan transit dengan radius
pengaruh pelayanan dan penataan mil atau 400 meter atau 50 ha.
Transit neighborhood merupakan zona ring kedua sebagai kawasan terdekat atau lingkungan sekitar,
dengan radius pengaruh mil atau 800 meter atau sekitar 200 ha dari titik transit
Transit Supportive Area merupakan kawasan penyangga sebagai zona ring ketiga dengan radius
pengaruh 1 mil atau 1,6 KM atau sekitar 8 00 ha dari titik transit.
Faktor yang menentukan transit point :
Land Use Kawasan
Working Distance
Cost Transport
Trayek Pelayanan Moda Transportasi Umum (Formal Dan Informal)
Rencana Pengembangan Traffic System Management, meliputi :
Integrasi dengan kerangka jalan kawasan

Pengembangan kawasan dengan konsep TOD

Penataan Transit Point dan interchane

Penataan Sirkulasi Kendaraan umum

Pengaturan moda transportasi

Penyediaan sarana transportasi kawasan (Sub terminal, halte, taxistands)

Terminal
Terminal merupakan titik dimana penumpang dan barang masuk atau keluar dari sistem jaringan transportasi.
Dilihat dari sistem jaringan transportasi secara keseluruhan, terminal merupakan simpul utama dalam haringan
dimana sekumpulan lintasan rute secara keseluruhan bertemu. Oleh karena itu terminal menjadi komponen
utama dalam sistem jaringan transportasi jalan yang berperan penting terhadap proses perpindahan
penumpang dan barang.
- Menyediakan akses ke kendaraan yang bergerak pada jalur khusus
- Menyediakan tempat dan kemudahan perpindahan/ pergantian moda transportasi
- Menyediakan sarana simpul lalu lintas, tempat konsolidasi lalu lintas
- Menyediakan tempat untuk menyimpan barang/ kendaraan
PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 19

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Output utama kegiatan yang berupa rencana strategis pembangunan infrsatruktur (RSI) wilayah di
wilayah perencanaan akan berisi antara lain target dan sasaran pembangunan infrastruktur yang ingin
dicapai dalam kurun waktu 10 tahun, arah strategi dan kebijakan pembangunan infrastruktur untuk
mencapai target dan sasaran tersebut, program prioritas pembangunan infrastruktur wilayah dalam
10 tahun kedepan serta strategi implementasinya. Dalam keluaran kegiatan ini, lokasi pengembangan
anjungan cerdas sebagai salah satu infratruktur wilayah juga akan dirumuskan.

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 20

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Arah Startegi pengembangan


Wilayah (SWP)

Kajian Fisik dan


Lingkungan
pembangunan
Infrsatruktur
wilayah

Target dan sasaran Pembangunan


Komoditas Unggulan
Strategi pengembaangan Infrsatruktur
Rencana Kawasan Prioritas (inkubasi)

Kajian Sosial
Ekonomi
Pembangunan
Infrsatruktur

Kajian Standar
Pelayanan
Infrastrukur

Dukungan Fisik Alam


Daya dukung tanah
Rona Lingkungan
Daya tampung
Kebencanaan
Lainnya

Manfaat Ekonomi
Kelayakan Ekonomi
Dampak ssosial
Lainnyai

Kondisi Ideal
SPM
Benchmark
Tingkat pelayanan Saat
ini
Lainnya

Kajian Strategi
Pengembangan
Infrastruktur
Wilayah

Diskusi, FGD,
Koordinasi

Kajian Keterpaduan
Pembangunan
Infrastruktur

Kajian Kebutuhan
Infrastruktur wilayah
Prediski Kebutuhan
berdasarkan jenis
Kajian Anjungan Cerdas
Prediksi kebutuhan
investasi
Kebutuahan Regulasi
Kebutuhan
Kelembagaan
Lainnya

Keterpaduan lokasi
Keterpaduan sisi waktu
Keterpaduan
kelembagaan
Keterpaduan
pembiayaani
Lainnya

Standar/kaidah/Norma
Pembangunan
infrastruktur Wilayah

Sintesa Hasil
Analisis

Rencana Strategis
Infrastruktur
Wilayah (RSI)

Target dan sasaran


Pembangunan
Infrastruktur wilayah
Arahan strategei dan
kebijakan
Program Prioritas
Pengembangan
Infrsatruktur wilayah (10
tahun)
Strategi implementasi
Anjungan Cerdas
Lainnya


Gambar 3. Konsepsi Kegiatan Perumusan Rencana Strategis Infrastruktur
Sumber : Intepretasi KAK dan Usulan Konsultan, 2015.

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 21

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

V.1.1.4. Konsep Kegiatan Perumusan Rencana Program Pembangunan Infrsatruktur


Wilayah Jangka Menengah (RP)
Kegiatan kajian perumusan rencana program pembangunan infrastruktur wilayah Jangka Menengah
ditujukan untuk mendapatkan rumusan rencana program prioritas pembangunan infrastruktur dan
perumahan di wilayah perencanaan dalam dimensi waktu 5 tahun serta dijabarkan dalam rencana
kegiatan tahunan.
Rencana Strategis
Pengembangan Infrsatruktur
(RIS)

Kajian Teknis
Pembangunan
Infrastruktur

Tahapan
Pembangunan yang
dibutuhkan
Kebutuhan ut
mendukung BL FL
ekonomi wilayah
Dampak ssosial
Lainnya

Diskusi, FGD,
Koordinasi

Target dan sasaran Pembangunan


Infrastruktur (10 tahun)
Stratgei dan Kebijkan (10 tahun)
Program prioritas 10 tahun
Rencana Anjungan Cerdas

Kajian Daya Ungkit


Pembangunan
Infrastruktur

Mul plier effect


investasi infrastruktur
dalam 5 tahun
Dukungan terhadap
penyelesaian masalah
pembangunan wilayah
Lainnya

Kajian Program
Prioritas
Infrastruktur
dan perumahan
5 tahunan

Kajian Pembiayaan
Pembangunan
Infrastruktur

Investasi Pemeintah
Investasi swasta
Kemitraan
Lainnya

Standar/kaidah/Norma
Program Pembangunan
infrastruktur Wilayah

Sintesa Hasil
Analisis

Rencana Program
Infrastruktur dan
Perumahan Jangka
Menengah (RP)
Target dan sasaran
Program Infrastruktur
wilayah dan 5 tahun
Program Prioritas
Pengembangan
Infrastruktur wilayah (5
tahun)
Rencana kegiatan
tahunan
Kebutuhan pembiayaan
Lainnya

Gambar 4. Konsepsi Kegiatan Perumusan Rencana Program Infrastruktur


Sumber : Intepretasi KAK dan usulan konsultan, 2015.

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 22

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Untuk mencapai tujuan kegiatan tersebut, maka beberapa aspek analisis yang akan dilakukan antara
lain meliputi analasis tahapan pembangunan infrastruktur dan perumahan sesuai strategi yang telah
ditetapkan, analisis daya ungkit (leverage) pembangunan infrastruktur, analisis multiplier effect
pembangunan infrastruktur, analisis dampak pembangunan infrastruktur, analisis kelembagaan serta
analisi pembiayaan pembangunan infrastruktur di wilayah perencanaan

V.1.1.5. Konsepsi Kegiatan Penyusunan Peta Keterpaduan Pembangunan Infrastruktur


Kegiatan kajian penyusunan peta keterpaduan pembangunan infrastruktur wilayah ditujukan untuk
mendapatkan peta rencana implementasi program prioritas pembangunan infrastruktur berdasarkan
jenis dan pelakasanaanya secara terpadu di wilayah perencanaan. Keterpaduan menjadi penting
untuk meningkatkan daya ungkit pembangunan infrastruktur sekaligus meningkatkan efisiensi dan
efektifitas pembangunan infrastruktur di wilayah perencanaan.
Rencana Program
Infrasatruktur
Jangka Menengah
(RP)

Jenis Infrsatruktur
Program Prioritas
Waktu Pelaksanaan
Pembiayaan

Rencana Program
Pembangunan
Infrastruktur
Transportasi

Rencana Program
Pembangunan
Infrastruktur Energi

Jenis dan pelaksana


Besaran
Lolasi
Waktu dan biaya

Rencana Program
Infrastruktur
Sumber Daya Air

Jenis dan pelaksana


Besaran
Lolasi
Waktu dan biaya

Jenis dan pelaksana


Besaran
Lolasi
Waktu dan biaya

Analisis
Sinkronisasi
dan
Keterpaduan
Program

Koordinasi Stakeholder
dan shareholder

Rencana
Pembangunan
Infrastruktur lainnya

Jenis dan pelaksana


Besaran
Lolasi
Waktu dan biaya

Prinsip dan kaidah


Keterpaduan program

Kesepakatan
Keterpaduan
Program
Pembangunan
Peta Keterpaduan
Program
Pembangunan
Infrastruktur wilayah

Gambar 5. Konsepsi Kegiatan Penyusunan Peta Keterpaduan Infrastruktur


Sumber : Intepretasi KAK dan usulan konsultan, 2015.

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 23

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

V.1.1.6. Konsepsi Kegiatan Penyusunan Rencana Induk Kawasan Inkubasi Terpilih


Kegiatan kajian penyusunan rencana induk kawasan inkubasi terpilih ditujukan untuk menghasilkan
masterplan kawasan yang dipriroitaskan pengembangannya dalam 5 sampai 10 tahun mendatang.
Kawasan inkubasi ditetapkan berdasarkan kajian dan kriteria yang ditetapkan pada saat pelaksanaan
kajian penyusunan strategi pengembangan wilayah (SWP). Masterplan kawasan inkubasi minimal
akan berisi deliniasi dan loaksi kawasan, visi dan tujuan pengembangan kawasan, target dan sasaran
pengembangan kawasan, prioritas pengembangan kegiatan utama kawasan, arahan tata ruang
kawasan serta indikasi program pengembangan kawasan .
Arah Strategi
Pengembangan
Wilayah (SPW)
Penetapan Kawasan
Inkubasi

Kajian
Pengembangan
Kegiatan Utama
Kawan

Kajian Benchmark
pengembangan
Kawasan

Kajian Kebutuhan
sarana permukiman
Kawasan

Kajian Kebutuhan
Infrastruktur Kawasan

Kajian Kebutuhan
Ruang Kawasan

Tipologi kawasan
Benchmark
Pengembangan
Kawasan
Lainnya

Arah pengembangan
Kegiatan Ekonomi
Utama
Kegiatan Pendukung
Lainnyai

Kebutuhan permukiman
Kebutuhan sarana
permukiman
Tingkat pelayanan Saat
ini
SPM permukiman
Lainnya

Kajian Rencana
Pengembangan
Kawasan
inkubasi

Diskusi, FGD,
Koordinasi

Prediksi Kebutuhan
berdasarkan jenis
Kajian Lokasi Anjungan
Cerdas
Prediksi kebutuhan
investasi
Lainnya

Kebutuhan ruang untuk


kegiatan utama
Kebutuhan ruang untuk
kegiatan pendukung
Kebutuhan ruang untuk
sarana permukiman
Kebutuhan ruang untuk
infrsatruktur wilayah
Lainnya

Standar/kaidah/
Benchmark
Pembangunan kawasan
inkubasi

Sintesa Hasil
Analisis

Rencana Induk
Kawasan Inkubasi

Target dan sasaran


Pembangunan kawasan
Rencana pengembangan
kegiatan utama kawasan
Rencana pengembangan
kegiatan pendukung
kawasan
Rencana pengembangan
infrsatruktur kawasani
Penetapan lokasi
Anjungan Cerdas
Lainnya

Gambar 6. Konsepsi Kegiatan Penyusunan Rencana Induk Kawasan Inkubasi


Sumber : Intepretasi KAK dan usulan konsultan, 2015.

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 24

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Pengembangan Green Infrastructure


a. Green Corridor
Green corridor merupakan ruang terbuka di kawasan perkotaan, tempat dilakukan upaya
penanaman tumbuhan hijau yang diharapkan mampu memenuhi tiga fungsi utama dalam
penataan ruang luar, yaitu fungsional, pelestarian lingkungan, dan estetika.

Sebagai tanaman fungsional, tanaman untuk jalur hijau diharapkan dapat memberikan
perlindungan dari gangguan alam seperti angin, sengatan matahari, kebisingan, polusi, debu, dan
bau- bauan yang memberikan pengaruh baik terhadap kesehatan, karena tumbuhan menghisap
karbondioksida (CO2) dan mengeluarkan (O2) yang dibutuhkan makhluk hidup, serta memberi
nilai tambah terhadap nilai estetika kawasan. Dalam memenuhi fungsi estetika, tanaman jalur hijau
dijadikan titik perhatian yang dominan dengan memberikan karakteristik ukuran, bentuk, warna
dan tekstur tertentu, sehingga halur hijau menjadi tempat menyenangkan, tenang, dan teduh.
Selain itu tanaman hijau juga dapat mempengaruhi iklim mikro karena berfungsi sebagai pengatur
lingkungan yang memberikan hawa sejuk, nyaman dan segar. Green corridor menjadi sebuah
variasi dalam lingkungan kota, sehingga view perkotaan tidak hanya didominasi oleh beton dan
aspal yang monoton.

b. Eco Drainage
Drainase ramah lingkungan (Ecodrainage) didefinisikan sebagai upaya mengelola kelebihan air
dengan cara sebesar-besarnya diresapkan ke dalam tanah secara alamiah atau mengalirkan ke
sungai dengan tanpa melampaui kapasitas sungai sebelumnya. Dalam drainase ramah
PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 25

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

lingkungan, justru air kelebihan pada musim hujan harus dikelola sedemikian sehingga tidak
mengalir secepatnya ke sungai. Namun diusahakan meresap ke dalam tanah, guna meningkatkan
kandungan air tanah untuk cadangan pada musim kemarau. Konsep ini sifatnya mutlak di daerah
beriklim tropis dengan perbedaan musim hujan dan kemarau yang ekstrem seperti di Indonesia.
Metode drainase ramah lingkungan yang dapat dipakai di Indonesia, di antaranya adalah metode
kolam konservasi, metode sumur resapan, metode river side polder, dan metode pengembangan
areal perlindungan air tanah (ground water protection area).
Dalam jangka panjang, beban drainase perlu diturunkan, atau minimal dipertahankan, sehingga
fasilitas yang dikembangkan tidak akan mengalami overload. Usaha yang dapat ditempuh yaitu
dengan konsep Zero Delta Q, artinya debit yang keluar dari suatu kawasan diolah dan di
konservasi sehingga tidak membebani system kota. Beberapa pendekatan dalam penanganan
drainase kawasan, sebagai berikut:

Konsep one watershed one plan- one management

Berikut contoh skema pengembangan kawasan dengan konsep ecodrainage:

Skema Pengembangan Kawasan Dengan Konsep Ecodrainage

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 26

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Pada skema diatas menjelaskan bahwa pada daerah dengan natural ground cover memiliki aliran
air permukaan (run off) yang relatif rendah dibandingkan dengan lahan yang sudah mengalami
intervensi terhadap bangunan, sehingga lebih rendah resiko terjadinya genangan dipermukaan.
Hal ini disebabkan karena minimnya lahan sebagai daerah resapan air akibat terjadinya
perkerasan. Keberadaan tanaman hijau juga mempengaruhi jumlah run-off dan terjadinya proses
evapotranspirasi. Oleh karena itu didalam sebuah perencanaan kawasan diperlukan adanya
perencanaan terhadap keberadaan lahan hijau sebagai daerah resapan air sehingga dapat
mengurangi resiko terjadinya genangan/ banjir.

Preseden Kawasan Ruang Biru Kota

c. Konservasi dan Recycling System


Air merupakan kebutuhan penting guna menunjang aktivitas manusia, sehingga pemenuhan
kebutuhan air bersih bagi masyarakat perlu diperhatikan sehingga ketersediaan air yang ada pada
suatu kawasan mampu memenuhi kebutuhan saat ini dan dimasa yang akan datang. Begitu besar
manfaat air bagi kehidupan, sehingga sudah menjadi suatu keharusan untuk menjaga kelestarian
air.

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 27

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Pada konsep ini supply air kawasan dapat berasal dari air hujan, deep well, dan sungai yang
dialirkan ke wetlend atau kolam retensi. Dari kolam retensi dengan menggunakan pompa
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan air bersih perkotaan. Air yang telah digunakan nantinya
diolah melalui IPAL sehingga dapat dimanfaatkan kembali sebagai supply air kawasan.
Pengunaan air daur ulang yang diterapkan sebagai upaya menghemat air akan berpengaruh
dalam menjaga kestabilan kualitas dan jumlah dari supply air bersih serta menyelamatkan
lingkungan. Upaya konservasi air bertujuan untuk:
Menjamin ketersediaan air untuk generasi mendatang
Penghemat energi- pemompaan air, pengiriman, dan fasilitas pengolahan air limbah
Konservasi habitat, penggunaan air oleh manusia yang diminimalisir untuk membantu
mengamankan simpanan sumber air bersih untuk habitat liar lokal dan penerimaan migrasi
aliran air, termasuk usaha- usaha baru pembangunan waduk dan infrastruktur berbasis air
lainnya.
Melihat pentingnya keberadaan air untuk menunjang kehidupan makhluk hidup, maka diperlukan
adanya upaya untuk dapat mengelola sumber air sehingga mampu memenuhi kebutuhan makhluk
hidup, tidak hanya untuk masa sekarang namun juga dimasa yang akan datang, salah satunya
dengan menggunaan kolam retensi dan long storage.
Sistem konservasi air dan recycling system dapat diterapkan dengan cara, yaitu:
Kolam retensi
Kolam retensi menggantikan peran lahan resapan yang dijadikan lahan tertutup/ lahan
perkerasan. Fungsi kolam retensi yaitu menampung air hujan langsung dan aliran dari sistem
untuk diresap kedalam tanah, sehingga penempatan kolam retensi sebaiknya diletakkan di
bagian terendah dari lahan. Penyediaan kolam retensi sebagai Ruang Publik (Water Park)
Yang Nyaman dan Asri.

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 28

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Konsep Kolam Retensi dan Taman Kota

Konsep ini dimaksudkan meneruskan aliran air permukaan pada kolam retensi, dimana pada
bagian sisi kolam retensi terdapat buffer zone. Pengembangan daerah cekungan sebagai
kolam retensi memiliki manfaat sebagai ecodrainage, ecosystem air tawar, river park, supply
air baku, dan sediment control.
Long Storage
Sistem Sungai Buatan (long storage) disediakan sedemikian rupa sehingga memenuhi unsur
estetika, nilai manfaat, amenitas dan keseimbangan lingkungan. Untuk memenuhi berbagai
unsur tersebut, Sungai Buatan (long storage) buatan didesain dengan mengacu pada
beberapa kriteria sebagai berikut:
Sungai Buatan (long storage) harus memiliki kedalaman yang cukup sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai jalur transportasi air di dalam kawasan
Sungai Buatan (long storage) harus memiliki bentuk tebing tidak curam sehingga tidak
membahayakan bagi pengunjung kawasan
Sungai Buatan (long storage) harus memiliki aliran yang terkendali sehingga tidak
menyebabkan perubahan morfologi Sungai Buatan (long storage) dalam jangka panjang.
Sungai Buatan (long storage) harus dibentuk sealami mungkin sehingga dapat
menciptakan nilai estetika tinggi.

d. Natural Purify dan Ecosystem


Fitoremediasi merupakan proses bioremediasi yang menggunakan berbagai tanaman untuk
menghilangkan, memindahkan, atau menghancurkan kontaminan dalam tanah dan air bawah
tanah. Konsep penggunaan tanaman untuk penanganan limbah dan sebagai indikator
pencemaran udara dan air sudah lama ada, yaitu dengan memanfaatkan lahan basah, alangalang dan tanaman apung.

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 29

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Metode Bioremediasi

Metode bioremediasi sama halnya dengan fitoremediasi, yaitu prinsip penanganan saluran
drainase terpadu yang berwawasan lingkungan melalui pengolahan air limbah dengan konsep
lahan basah buatan. Konsep fitoremediasi dengan memanfaatkan tanaman air yang dapat
mengurai limbah di air. Prosesnya ada pada skema di bawah ini:

Konsep Fitoremediasi

Phytoaccumulation merupakan proses tumbuhan menarik zat kontaminan dari media sehingga
berakumulasi disekitar akar tumbuhan. Proses ini disebut juga Hyperacumulation.
Rhyzofiltration merupakan proses adsorpsi atau pengedapan zat kontaminan oleh akar untuk
menempel pada akar. Percobaan untuk proses ini dilakukan dengan menanan bunga matahari
pada kolam mengandung radio aktif untuk suatu test di Chernobyl, Ukraina.
Phytostabilization merupakan penempelan zat-zat contaminan tertentu pada akar yang tidak
mungkin terserap kedalam batang tumbuhan. Zat-zat tersebut menempel erat (stabil ) pada akar
sehingga tidak akan terbawa oleh aliran air dalam media.
Rhyzodegradation disebut juga enhenced rhezosphere biodegradation, or plentedassisted
bioremidiation degradation yang merupakan penguraian zat-zat kontaminan oleh aktivitas microba
yang berada disekitar akar tumbuhan. Misalnya ragi, fungi dan bakteri.
Phytodegradation merupakan proses yang dilakukan tumbuhan untuk menguraikan zat
kontaminan yang mempunyai rantai molekul yang kompleks menjadi bahan yang tidak berbahaya
dengan dengan susunan molekul yang lebih sederhan yang dapat berguna bagi pertumbuhan
tumbuhan itu sendiri. Proses ini dapat berlangsung pada daun , batang, akar atau diluar sekitar
akar dengan bantuan enzym yang dikeluarkan oleh tumbuhan itu sendiri. Beberapa tumbuhan
mengeluarkan enzym berupa bahan kimia yang mempercepat proses proses degradasi.
Phytovolatization merupakan proses menarik dan transpirasi zat contaminan oleh tumbuhan
dalam bentuk yang telah larutan terurai sebagai bahan yang tidak berbahaya lagi untuk
PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 30

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

selanjutnya di uapkan ke admosfir. Beberapa tumbuhan dapat menguapkan air 200 sampai
dengan 1000 liter perhari untuk setiap batang.

Tanaman Air Sebagai Pengurai Limbah di Air

e. 3R (Reuse, Reduce, Recycle)


Undang-undang No. 18 tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah mengamanatkan sebuah
system pengolahan sampah yang bertumpu pada tanggung jawab para produsen sampah untuk
mengurangi timbulan sampah sejak dari rumah tangga maupun dari sarana/prasarana/fasilitas
umum. Menngacu pada Permen PU nomor 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional Pengembangan Pengelolaan Persampahan terutama yang berkaitan dengan kebijakan
pengurangan sampah sejak dari sumbernya dengan program 3R.
Reuse artinya menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang
sama atau fungsi lainnya. Reduce yaitu mengurangi segala sesuatu yang menghasilkan sampah,
sedangkan recycle berarti mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi barang atauproduk
baru yang bermanfaat. Pengelolaan sampah dengan menggunakan sistem 3R dapat dilakukan
oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja tanpa perlu mengeluarkan biaya namun dapat
memberikan manfaat yang signifikan dalam penanganan permasalahan sampah karena dapat
mengurangi volume timbunan sampah.

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 31

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Pada sistem 3R sebelum timbunan sampah rumah tangga dibawa ke TPS dilakukan pemisahan
sampah dari sumber sampah, yaitu sampah organik dan non- organik yang diharapkan dapat
mereduksi volume sampah sebesar 20%. Kemudian dari TPS dilakukan lagi pemilahan dan
pengolahan sampah yang diharapkan dapat meduksi volume sampah sebesar 30%, dimana jenis
sampah organik dapat dimanfaatkan sebagai kompos sedangkan non organik diserahkan pada
bank sampah, yang nantinya dapat dilakukan daur ulang sampah menjadi barang yang
bermanfaat.

f. Saving Energy
Saving energy atau penghematan energi memberikan nilai tambah yang mampu mengurangi
biaya operasional pada setiap aktivitas. Memang manfaat dari kegiatan saving energy tidak dapat
dirasakan dalam jangka pendek, namun dapat dirasakan manfaat jangka panjangnya dimana
dengan melakukan saving energy bukan tidak mungkin dapat menghemat energi untuk memenuhi
kebutuhan dimasa yang akan datang. Saving energy merupakan upaya efisiensi energi yang
dilakukan untuk mengurangi pasokan kebutuhan energi baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Saving energy dilakukan dengan menganalisa pemakaian energy yang ada saat ini bagi aktivitas
atau operasional. Program efisiensi energi dilakukan secara menyeluruh dengan mengoptimalkan
semua sumber daya dan peluang menurunkan konsumsi energi pada setiap proses. Saat ini
kebutuhan terhadap listrik menjadi suatu hal penting yang perlu diperhatikan, karena hampir
segala aktivitas manusia membutuhkan listrik. Dengan menggunakan energi listrik untuk
penerangan kota yang cukup besar, sehingga diperlukan management saving energi sebagai
berikut:
Pengaturan jam penyalaan antara Penerangan Jalan Umum (PJU), lampu- lampu baliho/ iklan
dan lampu- lampu yang berasal dari gedung- gedung
Penggunaan lampu yang hemat energi seperti LED dan pemanfaatan cahaya alami
Penggunaan solar cell sebagai alternatif tenaga untuk lampu penerangan

Diagram Jaringan Listrik Pararel System


PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 32

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

g. Safety System
Tingginya tingkat kepadatan bangunan pada suatu kawasan dapat memicu terjadinya kebakaran
karena adanya hubungan arus pendek. Dengan resiko tersebut, ini menjadi hal penting yang perlu
diperhatikan dalam perencanaan suatu kawasan guna menanggulangi terjadinya resiko
kebakaran yang dapat terjadi suatu waktu. Salah satu konsep safety system sebagai antisipasi
resiko terjadinya kebakaran yaitu dengan menggunakan hydrant kawasan.
Dalam pengembangan system hydrant yang diterapkan yaitu dengan memanfaatkan air laut yang
melimpah sebagai air pengisi ground resevoir yang digunakan untuk hydrant lingkungan. Air laut
secara grafitasi mengisi setiap ground resevoir yang ada. Dengan menggunakan instalasi
pemipaan bawah tanah yang tahan korosi air laut (karena mengandung kadar garam yang tinggi),
air laut selalu mengisi ground resevoir secara terus menerus. Sedangkan limpahan air dari ground
resevoir dikembalikan lagi ke laut lewat pemipaan air dari saluran glutter.

Konsep Safety System dengan Pengembangan Hydrant Kawasan

V.1.1.7. Konsepsi Kegiatan Penyusunan Siteplan dan DED Anjungan Cerdas


Tempat istirahat/anjungan cerdas atau dikenal secara lebih luas sebagai rest area adalah tempat
beristirahat sejenak untuk melepaskan kelelahan, kejenuhan, ataupun ke toilet selama dalam
perjalanan jarak jauh. Tempat istirahat ini banyak ditemukan di jalan tol ataupun dijalan nasional
dimana para pengemudi jarak jauh beristirahat. Di jalan arteri primer juga banyak ditemukan restoran
yang berfungsi sebagai tempat istirahat. Restoran-restoran ini banyak digunakan oleh pengemudi truk
jarak jauh ataupun bus antar kota untuk beristirahat (Neufert, 1978).
Fasilitas ditempat istirahat bervariasi menurut besar kecilnya tempat atau besar kecilnya lalu lintas
yang dilewati tempat istirahat seperti:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Ruang parkir
Toilet
Area Komersial - kantin/cafe/restoran, dll
Kursi dan meja istirahat
Musola/Mesjid
SPBU/Pompa bensin

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 33

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

7. ATM
Maksud dan tujuan perancangan Rest Area adalah:
1. Merancang fasilitas fungsi jasa Peristirahatan yang terpadu berdasarkan aspek-aspek perilaku
pengendara dan penumpang dengan tujuan untuk menciptakan sebuah kesatuan hubungan
fungsional dan unsur-unsur fungsi ruang yang terdapat didalamnya.
2. Merancang pusat komersil yang dapat mendukung dan mempermudah para pengendara dan
penumpang yang sedang melakukan perjalanan dan juga mendukung fungsi Rest Area.
3. Merancang Tempat peristirahatan yang sesuai standar dan layak memenuhi syarat dengan tidak
mengesampingkan perilaku pengendara dan penumpang yang ada.
Dalam peraturan perundangan mengenai Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ada ketentuan yang
menyebutkan bahwa setiap mengemudikan kendaraan selama 4 jam harus istirahat selama
sekurang-kurangnya setengah jam, untuk melepaskan kelelahan, tidur sejenak ataupun untuk minum
kopi, makan ataupun ke kamar kecil/toilet.
Untuk meningkatkan keselamatan lalu lintas dari kendaraan yang melewati tempat istirahat dengan
kendaraan yang keluar masuk ke tempat istirahat harus direncanakan sedemikian sehingga konflik
dapat diminimalisasi, terutama pada tempat istirahat yang ditempatkan pada pada salah satu sisi di
jalan dua arah karena akan terjadi konflik bersilangan untuk kendaraan yang memotong jalan masuk
ke tempat istirahat.
Keadaan ini menjadi masalah besar di jalan arteri nasional yang arus lalu lintasnya sudah tinggi tetapi
belum ada median jalannya. Masalah lain yang juga ditemukan ditempat istirahat yang tidak terlalu
ramai adalah masalah kriminal, dimana dilakukan pencurian ataupun pemerasan terhadap pengguna
tempat istirahat, ataupun tempat istirahat dijadikan tempat untuk melakukan pertemuan, pacaran yang
strategis.
Pendekatan yang dilakukan adalah:
1. Studi literatur untuk mempelajari:
a. Karakteristik dan citra sebuah Rest Area.
b. Standar ruangruang untuk fasilitas peristirahatan dan Komersil beserta ruang penunjang.
c. Tipologi bangunan Rest Area, fasilitas komersil, dan tipologi fasilitas penunjang dikaitkan
dengan tema perilaku.
d. Studi banding tema sejenis: Sebagai perbandingan ke dalam perancangan proyek nantinya.
Dan untuk data ini kebanyakan diambil dari internet.
e. Standar peraturan dan kebijakan yang berlaku di daerah sekitar tapak.
2. Survey lapangan:
a. Ke lokasi tapak: Untuk mengetahui kondisi tapak, permasalahan dan potensi yang dapat
menjadi prospek bangunan yang direncanakan.
b. Studi banding proyek sejenis: Melakukan survey yang berhubungan dengan proyek sejenis,
sehingga dapat melihat potensi pasar yang ada. Sebagian data diambil dari literatur tertulis
(buku dan majalah sebagai referensi) dan data internet.
c. Melakukan wawancara dan kuisioner kepada narasumber yang diperlukan.
Kegiatan Penyusunan Siteplan dan DED Anjungan Cerdas di kawasan inkubasi terpilih ditujukan
untuk mnedapatkan rencana tapak dan teknis pembangunan anjungan cerdas yang dapat segera
diimplemnatasikan. Anjungan cerdas adalah entitas pelayanan dalm konstek sistem transportasi
yang mampu memberikan pelayanan bagi pengggun ajalan sekaligus mampu memberikan manfaat

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 34

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

pada pengembangan ekonomi lokal. Anjunagn cerdas yang digunakan menggunakan konsep
pengembangan michinoeki yang dikembangkan pemerintah Jepang.

Gambar 7. Bencmark Anjungan Cerdas


Pendekatan analisis yang digunakan dalam kegiatan ini mengikuti standart penyusunan rencana
tapak maupun DED. Beberapa aspek penting pada tahap ini antara lain penetapan lokasi anjungan
cerdas, visi pengembangan, tujuan pengembangan, fungsi utama yang dikembangkan, komponen
kegiatan utama kawasan, kebutuhan ruang, serta tata letak komponen kegiatan (site plan). DED
dilakukan untuk beberapa sarana dan prasarana wilayah yang dijadikan prioritas dalam jangka waktu
dekat.

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 35

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Rencana Induk
Kawasan Inkubasi
Penetapan Lokasi
Anjungan Cerdas

Kriteria Fisik dan Lingkungan


Kriteria ekonomi dan sosial
Kriteria Sarana dan
prasarana
Ktriteria fungsional

Kajian Fisik dan


Lingkungan
Kawasan

Dukungan Fisik Alam


Daya dukung tanah
Rona Lingkungan
Daya tampung
Kebencanaan
Lainnya

Diskusi, FGD,
Koordinasi

Kajian Komponen
In Kawasan

Komponen in
Komponen
Pendukungl
Lainnyai

Kajian Visi
Pengembangan

Visi Kawasan
Benchmark
Arah pengembangan
Lainnya

Penyusunan
Tata Letak
Kawasan
anjungan
Cerdas

Kajian Kebutuhan
Ruang

Prediski Kebutuhan
ruang kegiatan utama
Prediksi kebutuhan
kegiatan pendukung
Prediksi kebutuhan
runagn sarana dan
prasaranai

Standar/kaidah/Norma
Tata Letak Kawasan
Anjungan Cerdas

Rencana Tapak
Anjungan Cerdas

DED Bangunan
pada Anjungan
Cerdas

Standar/kaidah/Norma
DED Bangunan

Gambar 8. Konsepsi Kegiatan Penyusunan Siteplan dan DED Anjungan Cerdas

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 36

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 37

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 38

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 39

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 40

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Gambar 9. Contoh Pengaturan / Layout Anjungan Cerdas

V.1.2. METODOLOGI
Berdasarkan konsepsi dasar tersebut, selanjutnya dikembangkan alur pikir pendekatan seperti terlihat
pada gambar 10. Berdasarkan gambar tersebut, kegiatan utama dilaksanakan secara mengalir mulai
dari langkah persiapan hingga langkah finailsasi. Beberapa inovasi dalam tiap tahapan dikembangkan
sesuai akumulasi pengetahuan yang telah dimiliki konsultan terkait penggalaman melaksanakan
kegiatan sejenis. Inovasi terutama dikembangkan dalam kegiatan analisis dan perumusan strategi dan
skenario pengembangan melalui penggunaan dan pemanfaatan model dalam pelaksanaannya.

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 41

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Kajian Awal

Persiapan

Kajian Ekonomi
Kawasan

Survey dan
Analisis

Potensi Ekonomi
Kinerja Ekonomi
wilayah
Komoditas Unggulan
Tingkat Produksi
Prospek
pengembangan
Kawasan Ekonomi
Kebutuhan investasi
Lainnya

Perumusan
Rencana

Kajian Rencana
Tata Ruang dan
Daya Dukung
Lingkungan

Kajian Infrastruktur
Wilayah

Tingkat pelayanan
Rencana
Pengembangan
Kebutuhan
pengembangan
Prospek infrastruktur
Kebutuhan investasi
Lainnya

Diskusi, FGD,
Koordinasi

Pemahaman Kegiatan
Penetapan deliniasi kawasan
Penetapan meteodolog
Rencana Kegiatan

RTRWN
RTR Pulau
RTR KSN
RTR Provinsi
RTR Kab/Kota
Kawasan Strategis
Daya dukung
Lingkungan
Lainnyai

Kajian Sosial
Kependukukan

Kuan tas
Kualitas
Mobilitas
Kebutuhan
Pengemabngan
Lainnya

Kajian
Pengembangan
Wilayah

Kajian Kebijakan
Pembangunan

Kebijakan Nasional/
sektoral
Kebijakan daerah
Kelembagaan
Regulasi
Kelembangaan
Lainnya

Kajian Aspek
Kewilayahan Lainnya

Kawasam perdesaan
Kawasan perkotaan
Kawasan industri
Kawasan Strategis
Lainnya

Proinsip dan kaidah


Pengembangan
Wilayah

Perumusan Strategi
Pengembangan
wilayah (SPW)

Perumusan Rencana
Strategis
Infrsatruktur
Wilayah (RSI)

Perumusan
Rencana Induk
Kawasan Inkubasi

Perumusan Rencana
Program
Infrsatruktur Jangka
Menengah (RP

Perumusan
Rencana Tapak dan
DED Anjungan
Cerdas

Peta Keterpaduan
Program
Infrastruktur A, B, C
dan PR

Dokumen
Pengadaan Jasa
pembangunan
Anjungan Cerdas

Gambar 10. Konsep Alur Pelaksanaan Kegiatan


Sumber : Analisis Konsultan, 2015

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 42

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

V.1.3. Program Kerja


Berdasarkan alur pendekatan yang telah disusun, maka selanjutnya dikembangkan berbagai aktivitas
turunan sebagai langkah operasional pendekatan tersebut. Setiap tahapan kegiatan utama memiliki
teknik analisis dan pendekatan sesuai kebutuhan aktivitas utama pada tahapan tersebut. Dengan
mempertimbangkan waktu pelaksanaan kegiatan selama 6 (enam) bulan, maka konsultan
mengembangkan tahapan kegiatan ini dalam, 3 (tiga) tahapan implementasi seperti terlihat pada
Gambar 11.

V.1.3.1. Tahapan Persiapan


Aktivitas ini menjadi langkah awal pelaksanaan kegiatan secara keseluruhan. Berdasarkan aktivitas
dalam tahapan ini antara lain pemahaman terhadap tujuan, sasaran, keluaran dan manfaat kegiatan.
Berdasarkan pemahanan tujuan dan sasaran tersebut tim pelaksana menerjemahkannya dalam suatu
pendekatan yang terstruktur dan sitematis. Salah satu aspek penting dalam kegiatan ini dalah
menetapkan batasan kegiatan yang akan dikembangkan seperti lingkup wilayah kajian, skala analisis
dan resolusi data , teknik analisis yang paling sesuai dan kebutuhan sumber daya yang diperlukan.
1. Tujuan dan Ruang Lingkup
Tujuan strategis kegiatan persiapan dan kajian awal adalah untuk mendapatkan metodologi
pelaksanaan kegiatan yang bersifat inovatif, operasional dan sistematis, instrumen survey dan
analisis, konsep awal pengembangan dan rencana kerja serta didkung penyelsaian kegiatan
administratif yang optimal (koordinasi, surat menyusrat, administrasi survey dan lain sebagainya).
Lingkup kegiatan ini meliputi beberapa aktivitas yakni :
a. Pemahaman tujuan, sasaran dan penyempurnaan metode
Penyempurnaan metode pelaksanaan dilakukan melalui konsultasi yang intensif dengan Tim
teknis PUPR. Hasil konsultasi dituangkan dalam berita acara dan dijadikan landasan
peyempurnaan metode pelaksanaan kegiatan. Hal-hal yang dikonsultasi meliputi unsur
pokok kegiatan seperti pembahasan rencana kerja, teknik survey dan analisis, teknik
perumusan rencana serta batasa-batasan pemodelan.
b. Penyusunan Instrumen Survey dan Analisis
Penyusunan instrumen survey dan analisis ditujukan untuk memberikan panduan dan
pedoman pelaksanaan survey pengumpulan data dan analisisnya. Instrumen survey
dituangkan dalam bentuk petunjuk teknis survey dan dilengkapi dengan kuesioner, daftar
kebutuhan data serta target/objek survey. Pemilihan teknik analisis seperti analisis rantai
nilai, analisis infrastruktur dan lain sebagianya dilaksanakan pada tahapan ini.
c. Kajian Awal
Kajian awal dilaksanakan dengan cara mengumpulkan berbagai data dan informasi yang
berkaitan dengan perencanaan pembangunan baik pada level nasional, provinsi dan
kabupaten hingga kota terutama yang berkaitan dengan isu-isu kebijakan pembangunan
wilayah kajian yang bersifat strategis.
d. Metode dan Teknik Analisis
Metode yang digunakan pada kegiatan persiapan ini meliputi :
- Konsultasi teknis dan koordinasi dengan tim teknis
- Tinjauan Literatur dan referensi terkait
- Survey Pendahuluan data sekunder di tingkat kementerian
- FGD (Focus Group Discussion)

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 43

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

2. Ouput yang dihasilkan


Ouput utama dari kegiatan persiapan ini adalah metodolgi pelaksanaan kegiatan yang dapat
menjamin tercapaianya tujuan dan keluaran kegiatan sesuai jadwal. Inovasi dalam metodologi
menjadi salah satu susbtansi dalam perumusan metodologi dalam tahapan ini. Keluaran fisik dari
tahapan persiapan ini dituangkan dalam laporan pendahuluan.

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 44

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Tahap 2 :
Survey dan Analisis

Stage

Tahap-1 : Kajian
Awal

Tahap 3 :
Perumusan Rencana

2a. Daya Dukung Fisik dan


Lingkungan

2b. Dinamka soaial


kependudukan

Detail Activity

1a. Pemahaman
Kegiatan

3a. Perumusan
Strategi
Pengembangan
Wilayah (SPW)

2c, Kajian Ekonomi


Wilayah

1b.Deliniasi
Kawasan

2i. Kajian dan


Analisis
Pengembbangan
Wilayah

2d. Kajian Tata Ruang

1c. Metodologi

3b. Peumusan Rencan


Strategis
Infrastruktur (RSI)
3c. Perumusan
Rencana Program
Infrastruktur
Jangka Menengah
(RP)

1d. Rencana Kerja

2f Kajian infrsatruktur
wilayah

1d. Rencana
survey

3d. Pembuatan peta


keterpaduan
program
infrastruktur A, B,
C dan PR

2g. Kajian iKebijakan,


regulasi, Kelembagaan
dan pembitayaan

3e. Penyusunan
Rencana Induk
Kawasan Inkubasi

3f. Penyusunan Rencaa


Tapak dan DED
Anjungan Cerdas

3h. Finalisasi

3g. Penyusunan
Dokumen
Pengadaan jasa
Pembangunan
Anjungan Cerdas

Product

Bulan

2h. Kajian Aspek


Kewilayahan Lainnya

Bulan Ke 1
1.
2.
3.
4.

Hasil kajian awal


Perbaikan Metodologi
Rencana Kerja
Laporan Pendahuluan

Bulan Ke 2-3
1.
2.
3.
4.

Hasil Survey Kawasan


Hasil Analisis dan Kajian Pengembangan Wilayah
Laporan Antara
FGD

Bulan Ke 2-6
1.SPW
2.RSI
3 RP
4. FGD

5. Rencana Induk
6. Rencana Tapak dan DED
7. FGD

9. Laporan Akhir

Gambar 11. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan


Sumber : Analisis, 2015
PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 45

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

V.1.3.2. Tahapan Survey dan Analisis


Sejalan dengan arahan dalam kerangka acuan kerja (KAK), tahapan kegiatan ini berisi antara lain
aktivitas survey pengumpulan data dan informasi, serta analisis terkait komponen pengembangan
wilayah. Analisis pada tahap ini diharapkan melibatkan Local Engagement yang menguasai dinamika
masing-masing wilayah.
1. Tujuan
Tahapan kegiatan ini ditujukan untuk mendapatkan gambaran kinerja pengembangan wilayah
pada koridor Metropolitan Medan - Tebing Tinggi Dumai - Pekanbaru yang pada gilirannya
menghasilkan anlisis kebutuhan pengembangan infrsatruktur wilayah. kesiapan kawasankawasan strtegis provinsi Kaltim dalam mendukung pembangunan ekonomi hijau serta
menghasilkan kebutuhan pengembangannya.
2. Ruang Lingkup Analisis
Berdasarkan pemahaman terhadap KAK, lingkup kegiatan ini meliputi beberapa aktivitas yakni :
a. Analisis Kapasitas Ekonomi Wilayah Berbasis Sumber Daya Alam Unggulan
Analisis kapsiatas ekonomi wilayah berdasarkan sumber daya alam wilayah meliputi antara
lain analisis dan inventarisasi potensi sumber daya alam, analisis tingkat utilisasi potensi SDA
hingga pemetaan stock sumber daya yang dapat ditingkatkan nilai tambahnya. Hasil kajian
diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kapasitas ekonomi kawasan dalam
mendukung ekonomi kawasan dalam 10-20 tahun.
b. Analisis dan Pemetaan Daya Dukung Lingkungan
Analisis dan pemetaan daya dukung lingkungan dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran
terkait kapasitas lingkungan dalam mendukung pembangunan ekonomi kawasan. Beberapa
indikator lingkungan yang digunakan antara lain meliputi tapak ekologis, kebencanaan, eco
region dan daya dukung lingkungan untuk pembangunan kawasan.
c. Analisis Sosial dan Kependudukan
Analisis dan pemetaan sumber daya manusia dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran
terkait kapasitas sumber daya manusia dalam mendukung pembangunan wilayah. Beberapa
indikator yang dapat digunakan adalh dimensi kuantitas, kualitas dan mobilitas penduduk.
d. Analisis dan Pemetaan Kapasitas Infrastruktur
Analisis dan pemetaan infrastruktur dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran terkait
kapasitas infrastruktur dalam mendukung pembangunan wilayah. Beberapa indikator yang
dapat digunakan adalah lokasi, kapasitas dan tingkat pelayanan serta rencana pembangunan
infrastruktur strategis.
e. Analisis Tata Ruang
Analisis tata ruang dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran mengenai rencana
pengembangan apola , struktur dan kawasan strategis di wilayah perencanaan, termasuk
analisis sinergi dan kesesuaian rencana pada berbagai level (RTRWN, RTR Pulau, RTR
KSN, RTRW Provinsi dan RTRW Kab/Kota.
f. Analisis Kebijakan, Regulasi dan Kelembagaan
Analisis kebijakan, regulasi dan kelembagaan dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran
mengenai kebijakan-kebijakan yang berpengaruh terhadap pengembangan wilayah
perencanaan baik kebijakan pusat, provinsi maupun kabupaten dan kota.

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 46

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Gambar 12. Lokasi Pengembangan Kawasan Perencanaan


3. Metode dan Teknik Analisis yang digunakan
Tahapan ini merupakan tahapan yang sarat dengan penggunaan teknik-teknik analisis sesuai
kebutuhan. Berikut penjelasan beberapa teknik-teknisk analisis utama yang digunakan dalam
tahapan ini.
a. Analisis Kapasitas Ekonomi berbasis Potensi Sumber Daya Alam Ekonomi Unggulan
Metode yang digunakan adalam analisis ini meliputi beberapa tahapan analisis, yakni
inventarisasi sumber daya alam unggulan wilayah, analisis tingkat utilisasi sumber daya alam
unggulan, seta analisis stock sumber daya unggulan wilayah yang dapat dikembangkan lebih
lanjut. Secara garis besar teknik analisis yang digunakan dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Metode dan Teknik Analisis Ekonomi Wilayah
No
1.

Aktivitas
Inventarisasi Potensi
Sumber Daya Alam
Unggulan

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

Teknik Analisis
Analisi Potensi Sumber
Daya Alam
Analisis GIS
Analisis Statistik

Inovasi
Integrasi metode GIS
dengan metode ekonomi
dalam analisis dinamika

V - 47

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

No

Aktivitas

2.

Analisis Tingkat
Utilisasi Sumber Daya

3.

Analisis Stock
Sumber Daya alam
untuk peningkatan
nilai tambah

Teknik Analisis
Analisis Ekonomi Sumber
Daya Alam
Analisis Input Ouput
Analisis Kontribusi
Ekonomi Wilayah
Analisis tingkat ekspoitasi
Analisis Spasial
Analisis Ekonometrik
Analisis aliran komoditas
Analisis ratai nilai
Analisis pohon industri
Analisis spasial utk neraca
sumber daya alam

Inovasi
sumber daya alam ekonomi
unggulan wilayah

Sumber : Analisis, 2015

b. Teknik Analisis Ekonomi Wilayah


1) Analisis Sumber Daya Ekonomi Kawasan
Analisis sumber daya kawasan dimaksudkan untuk melihat dukungan dan kapasitas
maksimum sumber daya yang dimiliki kawasan dalam pengembangan usaha unggulan
di wilayah perencanaan. Analisis ini sangat penting dilakukan guna menentukan jenis
dan skala usaha unggulan di wilayah perencanaan. Metode analisis yang digunakan
antara lain analisis kesesuaian lahan, dan analisis daya tampung. Salah satu teknik
analisis yang digunakan adalah Analisis Overlay dengan menggunkan GIS; metode ini
dilakukan dengan dengan melakukan super impose/tumpang tindih peta-peta tematik
yang sesuai untuk mendapatkan hasil akhir berupa peta neraca sumber daya.

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 48

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Gambar 13. Proses Analisis Dengan GIS

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 49

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

2) Analisis Kinerja Pertumbuhan dan Kontribusi Ekonomi Usaha Unggulan


Teknik analisis yang dapat digunakan dalam analisis ini adalah analisis shift-share.
Teknik analisis ini berguna pula untuk mengetahui suatu sektor ekonomi yang
menonjol dan potensial dibandingkan sektor-sektor lain dalam lingkup daerah
kajian. Analisis shift-share dapat dipilah menjadi :
a) Total Shift (ST)
Metoda ini ditujukan untuk membandingkan indikator-indikator atau besaran
ekonomi yang dimiliki daerah kajian terhadap daerah yang lebih luas.
Perbandingan tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

ST E jt Et Eo E jo
dimana :
Ejt
Ejo
Et
Eo

= besaran aktivitas ekonomi total di daerah j (daerah kajian) pada tahun


terakhir (ke-n)
= besaran aktivitas ekonomi total di daerah j pada tahun dasar
= besaran aktivitas ekonomi total di daerah yang lebih luas pada tahun terakhir
= besaran aktivitas ekonomi total di daerah yang lebih luas pada tahun dasar

Apabila :
ST > 0
ST < 0

: aktivitas ekonomi total berkembang pesat


: aktivitas ekonomi total berkembang lambat,
stagnan, atau malah menurun

b) Differential Shift (SD)


Metoda SD ini didasarkan pada kenyataan bahwa jenis-jenis kegiatan ekonomi
di suatu daerah mempunyai tingkat pertumbuhan yang lebih cepat
dibandingkan dengan pertumbuhan kegiatan ekonomi tersebut di daerah yang
lebih luas. Formulasi matematisnya adalah :
SD E ijt E it E io E ijo

dimana :
Eijt

= besaran aktivitas ekonomi i di daerah j (daerah kajian)


pada tahun terakhir
Eijo = besaran aktivitas ekonomi i di daerah j pada tahun dasar
Eit = besaran aktivitas ekonomi i di daerah yang lebih luas
pada tahun terakhir
Eio = besaran aktivitas ekonomi i di daerah yang lebih luas
pada tahun dasar
Apabila :
SD > 0 : aktivitas ekonomi i berkembang pesat dan memiliki
akses ke pasar dan sumberdaya yang relatif baik
SD < 0 : aktivitas ekonomi i berkembang lambat atau malah
menurun

c) Proportional Shift (SP)


Metoda ini didasarkan pada kenyataan bahwa ada pertumbuhan aktivitas
ekonomi tertentu di suatu daerah yang berkembang lebih cepat atau lebih
lambat dibandingkan dengan pertumbuhan aktivitas ekonomi secara
keseluruhan. Perumusan matematisnya :

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 50

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

SP ST SD
dimana :
SP
=
proportional shift
ST
= total shift
SD
= differential shift
Apabila :
SP > 0 : daerah kajian bisa berspesialisasi dalam aktivitas ekonomi i yang cepat
pertumbuhannya
SP < 0 : daerah kajian tidak bisa berspesialisasi dalam aktivitas ekonomi i yang cepat
pertumbuhannya

d) Share Analysis (H)


Share analysis dapat diterapkan untuk :
- Menentukan posisi suatu daerah kajian secara kuantitatif dan kualitatif di
dalam sebuah sistem daerah yang luas
- Memberikan karakteristik struktur ekonomi berbagai wilayah dalam
ukuran relatif
- Memperlihatkan berbagai aspek pertumbuhan baik sama maupun
menyimpang terhadap karakteristik sistem daerah yang lebih luas
- Membantu memberikan karakteristik elemen-elemen yang stabil baik
dalam struktur ekonomi daerah maupun struktur ekonomi sistem daerah
yang lebih luas
Secara matematis share analysis dapat diformulasikan seperti berikut:

H E jo Et Eo E jo
dimana :
Ejo = besaran aktivitas ekonomi di daerah j pada tahun dasar
Et = besaran aktivitas ekonomi di daerah yang lebih luas pada tahun terakhir
Eo = besaran aktivitas ekonomi di daerah yang lebih luas pada tahun dasar

3) Analisis Potensi Ekspor


Teknik analisis yang digunakan dalam tahapan ini antara lain teknik perhitungan
indeks lokasi (Location Quotient/LQ). Metoda location quotient digunakan untuk
mengetahui kemampuan suatu daerah dalam sektor ekonomi atau kegiatan usaha
tertentu, baik sektor perdagangan, jasa, industri, pertanian, maupun sektor lainnya
dalam melakukan ekspor. Formulasi yang digunakan adalah :
LQ i

Si / N i
S /N

dimana :
Si = jumlah tenaga kerja sektor i di daerah kajian
Ni = jumlah tenaga kerja sektor i di daerah yang menjadi orientasi daerah kajian
S = jumlah tenaga kerja seluruh sektor di daerah kajian
N = jumlah tenaga kerja seluruh sektor di daerah yang menjadi orientasi daerah
kajian
Apabila :
PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 51

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

LQi > 1 : daerah kajian memiliki potensi ekspor dalam sektor i


LQi < 1 : daerah kajian mempunyai kecenderungan impor dalam sektor i
LQi = 1 : daerah kajian berkecukupan dalam sektor i

Berdasarkan formulasi di atas dapat dinyatakan bahwa pada dasarnya pendekatan


LQ memperlihatkan perbandingan relatif antara kemampuan suatu sektor di daerah
kajian dan sektor sejenis di lingkup daerah yang lebih luas. Dari perbandingan
relatif tersebut, dapat diketahui sektor-sektor unggulan yang dimiliki daerah kajian,
baik di pasar lokal, regional, nasional, maupun bahkan internasional.
Sebagai tambahan, variabel tenaga kerja dalam formulasi di atas bukanlah satusatunya variabel yang bisa digunakan. Variabel lain yang dapat diterapkan antara
lain adalah pendapatan dan nilai tambah yang dihasilkan sektor tertentu. Untuk dan
sekitarnya, ukuran-ukuran di atas dapat digunakan sesuai dengan ketersediaan
data.
Hasil perhitungan LQ belum bisa digunakan untuk mengambil kesimpulan akhir,
melainkan bersifat sementara karena masih harus dilengkapi dengan metoda
pendekatan lainnya. Akan tetapi, kesimpulan sementara tersebut sudah cukup
menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam sektor tertentu.
4) Analisis Kemampuan Menciptakan Multiplier Effek
Dalam merencanakan pengembangan usaha unggulan kawasan, kerap tidak lagi
dilakukan pendekatan sektoral-parsial, melainkan sudah semakin menuntut
tinjauan sistem multisektoral yang dalam perekonomian akan memperjelas
hubungan saling mempengaruhi antara satu sektor ekonomi dengan sektor
ekonomi lainnya.Tinjauan multisektor ini dapat dilakukan dengan analisis input
output (I-O analysis).
Tujuan utama analisis I-O adalah menjelaskan besaran aliran antarsektor dalam
hubungannya dengan tingkat produksi dalam tiap sektor. Salah satu aspek penting
dalam perekonomian adalah hubungan antarindustri pada sektor-sektor yang
berbeda ini.
Hubungan ini merupakan hubungan saling ketergantungan satu dengan yang
lainnya. Perubahan pada suatu sektor akan mempengaruhi sektor lainnya.
Hubungan antarsektor tersebut dapat dipilah menjadi hubungan
langsung, hubungan tidak langsung, dan hubungan sampingan. Hubungan
langsung adalah pengaruh yang secara langsung dirasakan oleh sektor yang
menggunakan masukan (input) dari keluaran (output) industri yang bersangkutan.
Hubungan tak langsung adalah pengaruh terhadap sektor yang keluarannya
(output) tidak digunakan sebagai masukan bagi keluaran sektor yang
bersangkutan.
Sementara hubungan samping adalah pengaruh tidak langsung yang lebih panjang
lagi jangkauannya dibandingkan pengaruh langsung. Ketiga jenis hubungan ini
pun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu backward linkage dan forward linkage.
Untuk Kawasan Strategis Kabupaten, analisis I-O dapat digunakan untuk
menganalisis struktur perekonomian, merumuskan program tindakan, dan
meramalkan kejadian yang akan datang.

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 52

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Untuk meningkatkan perekonomian Kawasan, kita dapat menggunakan I-O untuk


melihat seberapa besar nilai tambah yang dapat dihasilkan oleh usaha unggulan
Kawasan.
Semakin besar nilai tambah yang dapat dihasilkan, maka semakin besar multiplier
effect yang terjadi di daerah tersebut. Salah satu cara meningkatkan nilai tambah
adalah dengan mendirikan industri-industri pengolahan sektor-sektor unggulan.
Beberapa kelemahan analisis I-O adalah adanya asumsi bahwa daerah yang
sedang dianalisis merupakan daerah dengan perekonomian tertutup. Kemudian,
adanya asumsi bahwa teknologi konstan mengakibatkan koefisien teknik tetap.
Asumsi ini kurang relevan untuk kondisi saat ini dimana teknologi berkembang
dengan cepat. Selain itu keadaan perekonomian di Indonesia yang ditandai dengan
tingginya dan berfluktuasinya laju inflasi menjadikan analisis I-O semakin tidak
akurat. Inflasi dapat menyebabkan koefisien teknik yang digunakan dalam
perhitungan tidak relevan lagi.
Walaupun memiliki banyak kelemahan, analisis I-O masih sering digunakan karena
mampu melihat hubungan antarsektor (linkage) dan menggambarkan struktur
ekonomi wilayah kajian. Jika data memadai, maka analisis I-O bisa digunakan
untuk penyusunan Strategic Plan maupun sektor-sektor unggulan Kawasan.
5) Analisis Pemilihan Komoditas dan Usaha Unggulan
Dalam menentukan hasil akhir analisis beruapa pemilihan komoditas dan usaha
unggulan KSK sesudah dilakukan analisis sebelumnya, maka metode yang dapat
digunakan adalah analisis AHP. AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty dan
dipublikasikan pertama kali dalam bukunya tahun 1980 yang berjudul The Analytic
Hierarchy Process. AHP merupakan sebuah metode analisis untuk memecahkan
masalah (problem solving) dan kemudian membuat keputusan (decision making).
Di dalam AHP, permasalahan didekomposisi ke dalam beberapa isu dasar dan
kemudian dibuatkan model hirarkinya. Untuk tipe hirarki tertentu, tujuan
keseluruhan ditempakan pada level tertinggi, sedangkan elemen-elemen yang
memiliki kemiripan sifat dikelompokkan pada level interim. Selanjutnya, AHP
dilakukan dengan memanfaatkan perbandingan berpasangan (pair-wise
comparison).
Pengambilan keputusan dimulai dengan membuat lay-out dari keseluruhan hirarki
keputusannya. Hirarki tersebut menunjukkan faktor-faktor yang ditimbang serta
berbagai alternatif yang ada. Kemudian, sejumlah perbandingan berpasangan
dilakukan, untuk mendapatkan penetapan nilai faktor dan evaluasinya. Sebelum
penetapan, terlebih dahulu ditentukan kelayakan hasil nilai faktor yang didapat
dengan mengukur tingkat konsistensinya (level of concistensy). Pada akhirnya,
alternatif dengan consistency index (CI) tertinggi dipilih sebagai alternatif terbaik.
Adapun langkah-langkah penerapan metode AHP dalam penentuan usaha
unggulan Kawasan adalah sebagai berikut :
a) Definisikan masalah dan tentukan tujuan pengembangan usaha unggulan
Kawasan
b) Susun struktur hirarki usahan unggulan kawasan mulai dari level atas (tujuan
dan sasaran pengembangan Kawasan dari sudut pandang pembuat
PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 53

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

keputusan), lalu level intermediat (kriteria-kriteria Kawasan), hingga level


terbawah (daftar alternatif lokasi Kawasan).
c) Susun matriks perbandingan berpasangan (pair-wise comparison matrices)
berukuran n x n untuk setiap level terbawah dengan satu matriks pada level
intermediat dengan menggunakan pengukuran skala relatif sebagaimana
tampak pada Tabe. Dalam penggunaan angka yang terdapat dalam tabel ini,
perlu digunakan suatu asumsi bahwa jika suatu variabel A adalah amat sangat
penting dibandingkan variabel B, maka akan diberikan rating sebesar 9; dan
sebaliknya jika B adalah amat sangat tidak penting dibandingkan dengan A,
maka diberikan nilai 1/9. Namun demikian, pada dasarnya untuk
pembandingan berpasangan biasanya menggunakan nilai tidak lebih dari
skala 7.
Tabel 2. Skala Relatif Intensitas Kepentingan dalam Penghitungan AHP
Intensitas
Kepentingan
1

Definisi

Penjelasan

Sama Pentingnya

Dua variabel memiliki kontribusi yang sama


pentingnya terhadap tujuan
Salah satu variabel merupakan cukup penting
dibandingkan variabel lainnya
Salah satu variabel adalah penting dibandingkan
variabel lainnya
Salah satu variabel adalah jauh lebih penting
dibandingkan dengan variabel lainnya
Salah satu variabel adalah jauh lebih penting
secara absolut dibandingkan dengan variabel
lainnya
Angka-angka ini dapat digunakan apabila
diperlukan kompromi untuk menentukan tingkat
kepentingannya

Cukup Penting

Penting

Sangat Penting

Amat Sangat Penting

2,4,6,8

Angka-angka tengah
di antara dua
intensitas
kepentingan

d) Dalam membuat matriks perbandingan berpasangan, indeks konsistensi harus


ditentukan dengan menggunakan eigenvalue max. Cara menghitung indeks
konsistensi (CI) adalah sebagai berikut :
CI = (max n) / (n 1)
dimana n adalah ukuran matriks.

Konsistensi dapat diuji dengan menggunakan rasio konsistensi (consistensy ratio,


CR) berdasarkan formula berikut :
CR = CI / RI
dimana RI adalah satuan nilai yang ditetapkan berdasarkan dimensi tertentu,
sebagaimana dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 3. Nilai RI Menurut Ukuran Dimesi (D)

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 54

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

D 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
RI 0 0 0,52 0,89 1,12 1,26 1,36 1,41 1,46 1,49 1,52 1,54 1,56 1,58 1,59
CR dapat diterima apabila tidak melebihi angka 0,1, atau dengan kata lain matriks
adalah tidak konsisten (terlalu acak). Untuk memperoleh matriks yang konsisten,
perlu dilakukan penilaian ulang. Pengukuran konsisitensi dalam model AHP
dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah mengukur konsistensi setiap
matriks perbandingan berpasangan dan tahap kedua mengukur konsistensi
keseluruhan hirarki. Pengertian konsistensi itu sendiri adalah jenis pengukuran
yang tidak dapat terjadi begitu saja, atau dengan kata lain diperlukan adanya syarat
tertentu. Suatu matriks, misalnya dengan tiga variabel (i, j, k) dan setiap
perbandingannya dinyatakan dengan a, maka perbandingan tersebut akan
konsisten 100% apabila memenuhi syarat berikut : aij x ajk = aik
6) Analisis Rantai Nilai, Proses Bisnis dan Skala Usaha Unggulan
Analisis rantai nilai, proses bisnis dan skala pengembangan komoditas usaha
unggulan dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran rinci kedudukan usaha
unggulan unggulan tersebut dalam mata rantai usaha/ekonomi dari komoditas yang
diunggulkan. Kedudukan Usaha unggulan dapat berada pada usha di sektor hulu,
tengah maupun hilir. Usuha yang menggunakan sumnber daya lokal sebagai basis
usahannya umumnya berada pada sektor hulu. Teknik yang digunakan dalam
analisis ini antara lain adalah analisi rantai nilai.
Menurut Porter (1985:35) yang termasuk dalam value system adalah rantai nilai
pemasok, rantai nilai perusahaan, rantai nilai penyalur, dan rantai nilai pembeli.
Pemasok mempunyai rantai nilai yang menciptakan dan menyampaikan bahan
baku yang dibeli perusahaan ke dalam rantai nilai perusahaan. Pemasok tidak
hanya menyampaikan satu produk melainkan juga dapat mempengaruhi kinerja
perusahaan dengan berbagai cara. Disamping itu, banyak produk yang mengalir
melintasi rantai nilai saluran dalam perjalanan mereka menuju pembeli.
Porter (1985:38) menyebutkan nilai adalah jumlah uang yang tersedia dibayarkan
pembeli untuk sesuatu yang ditawarkan perusahaan. Nilai ukur dengan
pendapatan total, cerminan harga yang ditentukan perusahaan dan jumlah unit
produk yang dapat dijualnya. Suatu perusahaan dikatakan mampu laba jika nilai itu
dkeluarkan dalam membuat produk.
Sedangkan yang dimaksud value activities (aktivitas nilai), menurut Porter
(1985:38) adalah kegiatan fisik dan teknologi yang diselenggarakan perusahaan.
Aktivitas nilai ini merupakan batu-batu pembangun yang digunakan badan usaha
untuk menciptakan produk yang bernilai bagi pembeli.Dan Porter (1985:38)
mendefinisikan margin adalah selisih antara nilai total dengan biaya kolektif untuk
menyelenggarakan aktivitas nilai.
Untuk mengenal aktivitas nilai diperlukan perusahaan aktivitas yang berbeda
secara teknologis dan strategis. Value chain memilah-milah badan usaha dalam
sembilan aktivitas yang secara strategis relevan guna memahami perilaku biaya
serta sumber differensiasi yang ada dan potensial
PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 55

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Menurut Porter (1985:39-43), aktivitas nilai dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a) Primary Activities
Yang artinya aktivitas yang terlibat secara langsung dalam penciptaan produk
secara fisik, penjualan dan penyampaian pada pembeli termasuk purna
jualnya
Aktivitas primer dibagi menjadi 5 kategori aktivitas generik yang terdiri dari:
Inbound Logistic
Aktivitas yang berhubungan dengan penerimaan, penyimpanan dan
penyebaran input ke produk, seperti penanganan material, pergudangan
untuk material, pengembalian persediaan material, penjadwalan
kendaraan pengangkutan bahan, dan pengembalian barang ke pemasok.
Operations
Aktivitas yang berhubungan dengan transfomasi input menjadi bentuk
produk jadi, seperti penggunaan mesin untuk produksi, pengemasan
produk, perakitan, pemeliharaan pertilatan untuk produksi, pengujian,
pencetakan, dan pengoperasian fasilitas.
Outbound Logistic
Aktivitas yang berhubungan dengan pengumpulan, penyimpanan dan
pendistribusian produk secara fisik ke konsumen, seperti pergudangan
untuk barang jadi, pengiriman material, operasi kendaraan pengiriman,
pengolahanpesanan dan penjadwalan.
Marketing and Sales
Aktivitas yang berhubungan dengan penyediaan sarana agar pembeli
dapat membeli produk dan aktivitas yang mempengaruhi pembeli agar
mereka mau membelinya seperti periklanan, promosi, wira niaga, penentu
kuota, pemilihan penyalur, berhubungan penyalur dan penetapan harga.
Service
Aktivitas yang berhubungan dengan layanan untuk memperkuat atau
menjaga nilai produk, seperti penanganan, perbaikan, pelatihan, pasokan
suku cadang, dan penyesuaian produk.

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 56

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Gambar 14. Analisis Rantai Nilai


b) Support Activities
Yang artinya aktivitas pendukung aktivitas primer dalam melakukan
operasinya agar berjalan lebih baik, yang dibagi menjadi 4 kategori aktivitas
generik, yaitu;
Procurement
Pembelian mengacu pada fungsi pembelian input yang digunakan dalam
rantai nilai badan usaha pada input yang dibeli itu sendiri.
Technology Development
Pengembangan teknologi terdiri dan beragam aktivitas yang secara umum
dapat dikelompokkan ke dalam usaha memperbaiki produk dan
memperbaiki proses.
Pengembangan teknologi yang terkait langsung, dengan produk akhir.
Pengembangan teknologi juga mempunyai banyak bentuk, mulai dari
penelitian desain dan desain produk sampai ke penelitian media, desain
penelitian proses dan prosedur pelayanan.
Human Resources Management
Manajemen sumber daya manusia dari beberapa aktivitas yang meliputi
perekrutan, penerimaan, pelatihan, pengembangan dan kompensasi
untuk semua jenis tenaga kerja.
PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 57

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Firm Infrastructure
Terdiri atas sejumlah aktivitas yang meliputi manajemen umum,
perencanaan, keuangan, akuntansi, hukum, hubungan dengan
pemerintah dan manajemen mutu.
Procurement, Technology Development, Human Resources Management
dikaitkan secara khusus dalam tiap-tiap aktivitas utama, sedangkan Infra
Structure tidak dapat dikaitkan peranannya secara khusus dalam aktivitas
utama.
Jadi value chain sebagai sarana adalah menyediakan kerangka kerja
suatu badan usaha secara lengkap dan sistematik untuk menyediakan
nilai yang unggul.Rantai nilai (value chain) merupakan pola yang
digunakan perusahaan untuk memahami posisi biayanya dan untuk
mengidentifikasi cara-cara yang dapat digunakan untuk memfasilitasi
implementasi dari strategi tingkat bisnisnya.
7) Analisis Kelayakan Investasi Usaha Unggulan
Metode pendekatan yang akan digunakan untuk penyusunan kelayakan investasi
sektor/komoditas unggulan di Kawasan secara garis besar dikelompokkan menjadi
dua aspek, yaitu :
Kelayakan finansial (financial feasibility), yang berisikan antara lain proyek
yang diusulkan, sumber-sumber pendanaan investasi, tingkat bunga, pajak,
dan kemungkinan-kemungkinan pembentukan mitra kerjasama.
Kelayakan ekonomi (economic feasibility), antara lain mengenai laporan
singkat tentang sektor/komoditas yang diunggulkan, data-data pokok yang
relevan dengan sektor/komoditas unggulan tersebut, perhitungan benefit dan
biaya beserta analisisnya, analisis sensitivitas dan risiko, serta analisis
dampak/eksternalitas (forward and backward linkage).
Lebih jauh, metode kelayakan ekonomi di atas dapat dijabarkan ke dalam laporan
dan analisis seperti di bawah ini :
Laporan singkat tentang sektor/komoditas yang diunggulkan untuk
dilaksanakan, berisikan antara lain :
- Kondisi eksisting
- Potensi dan prospek pengembangan
- Peluang pasar (interaksi demand dan supply)
- Perkiraan biaya total yang diperlukan
Data pokok yang relevan, memuat data dan informasi mengenai :
- Perkiraan umur proyek
- Kapasitas produksi : yang eksisting dan yang ditargetkan
- Berbagai bentuk biaya : biaya pengadaan bahan baku, bahan penolong,
barang modal (lokal dan/atau impor), biaya tenaga kerja (terampil dan
tidak terampil), biaya overhead, biaya operasional produksi, biaya
depresiasi, biaya pajak, biaya bunga pinjaman, biaya pemeliharaan, biaya
pengangkutan, biaya pergudangan, dan berbagai jenis biaya lainnya yang
relevan
Perhitungan Cost dan Benefit, antara lain menyangkut :

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 58

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Perhitungan Net Present Worth (NPW) berdasarkan formulasi berikut :


n

NPW =

B k Ck

(1 i )
k 0

dimana Bk adalah benefit kotor pada tahun k, Ck biaya kotor pada tahun k, i
adalah social opportunity cost of capital yang dipergunakan sebagai social
discount rate, dan n umur proyek.

Perhitungan Internal Rate of Return (IRR) :


IRR = i1 +

NPW1
(i2 - i1)
NPW1 NPW2

Perhitungan Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) :


n

Net B/C =

B k Ck

(1 i )
k 0
n

Ck B k

(1 i )
k 0

dimana Bk - Ck > 0 dan Bk - Ck < 0

Analisis benefit dan biaya : mengkaji hasil-hasil perhitungan NPW, IRR,


dan Net B/C dan menganalisisnya atau membandingkannya berdasarkan
kriteria-kriteria yang digunakan.
Analisis Sensitivitas dan Risiko
Analisis sensitivitas berkaitan dengan adanya perubahan dalam NPW akibat
perubahan parameter penting tertentu, seperti discount rate, social benefits,
dan lain-lain. Sedangkan analisis risiko dapat membantu calon investor untuk
mengambil keputusan sehubungan dengan adanya perubahan discount rate
(tingkat inflasi) maupun social benefits.

c. Analisis Kesesuian Rencana Tata Ruang


Analisis kesesuaian RTRW pada skala nasional, pulau, kawasan hingga provinsi
dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran sinergi pembangunan berdimensi
kewilayahan. Secara prinsip, sinergi pembangunan berdimensi uang padad level
nasional, pulau maupun provinsi telah dituangkan alam perwujudan struktur, pola ruang
hingga pengembangan kawasan strategis. Beberapa komponen penting yang menjadi
wadah untuk adalah membangun sinergi tersebut adalah komponen pembentuk struktur
ruang yakni Pusat Kegiatan (PKN.PKSN, PKW,PKL), dan sistem jaringan infrastruktur
(transtportasi, energi,sumber daya air), komponen pembentuk pola ruang (kawasan
budidaya dan lindung) serta kawasan strategis (Kapet, KEK, kawasan andalan). Selain
kesesuain antar rencana tata ruang, kesesuaian dengan rencana pembangunan
lainnya seperti MP3EI, pengembangan sistem logistik nasional, pengembangan
kawasan cepat tumbuh, KEK, FTZ, juga menjadi bagian dari analisis yang dilakukan.
Metode yang digunakan untuk mendukung analisis pada bagian ini terdirii dari 2 (dua)
teknik analisis, yakni teknik analisis kebijakan dan teknik analisis spasial. Teknik analisis
kebijakan digunakan untuk menilai keserasian dan keselarasan kebijakan tata ruang
yang telah ditetapkan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku, maupun
PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 59

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

kesesuian dengan rencana pembangunan lainnya. Teknik analisis kebijakan juga


digunakan untuk melihat sejauh mana urgensi atau prioritas implemnatasi kebijakan dan
program pembangunan di suatu wilayah dalam jangka pendek, menangah dan panjang.
Selanjutnya teknik analisis kebijakan digunakan untuk melihat sejaiu man kelayakan
implemenetasi rencana-rencana yang sudah ditetapkan tersebut di suatu wilayah
dalam jangka pendek, menengah dan panjang.

Gambar 15. Konsep Kesesuaian RTRW dalam Pembangunan Berdimensi Kewilayahan


Sumber : Bappenas, 2014

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 60

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

RENCANA TATA RUANG WILAYAH

RENCANA
STRUKTUR
RUANG

PROGRAM
PERWUJUDAN
STRUKTUR
RUANG

Efisiensi dan efektifitas


pelayanan sarana dan
prasarana

RENCANA POLA
RUANG

RENCANA
KAWASAN
STRATEGIS

PROGRAM
PERWUJUDAN
POLA RUANG

Harmonisasi pemanfaatan
sumber daya alam (berbagai
sektor) secara berkelanjutan

Gambar 16. Komponen Pokok Analisis Kebijakan dalam RTR


Sumber : Bappenas, 2013

Sementara teknik analisis spasial digunakan untuk memperkuat analisis penetnuan


lokasi/kawasan-kawasan yang akan dikembangkan guna mendukung proses
transformasi sumber daya alam di wilayah kajian. Teknik analisis spasial dapat
memberikan temuan berupa kawasan-kawasan mana yang sebaiknya dikembangkan
sebagia pusat pengembangan produksi bahana mentah, mana kawasan yang cocok
untuk pengambgan kawasan industri pengolahan serta mana kawasan yang dapat
difungsikan sebagai kawasan pusat distribusi. Teknik analisis spasial juga dapat
digunakan untuk menentukan spatial value chain yang mencerminkan konektivitas
sistem produksi antar kawasan dalam suatu pola struktur ruang yang akan
dikembangkan.

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 61

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Gambar 17. Teknik Penyajian Peta Hasil Analisis Kesesuain RTRW


d. Analisis Kebutuhan Infrastruktur Berdasarkan Jenis dan Lokasinya
Analisis Kebutuhan Pengembangan infrsatruktur kawasan antara lain ditentukan oleh
beberapa hal antara lain berupa kinerja kapasitas yang ada saat ini serta tingkat
pelayanan yang dimilikinya. Tahapan analisis tingkat kapasitas sarana dan prasarana
merupakan tahapan yang penting dalam kegiatan ini. Hasil analisis kinerja ini akan
menjadi dasar dan arah perumusan kebutuhan sarana dan prasarana untuk percepatan
pengembangan kawasan melalui program ini.
Hal penting yang perlu ditetapkan terlebih dahulu dalam memulai kegiatan analisis
penentuan kinerja kapasitas sarana dan prasaran kawasan adalah pemilihan
Benchmark/tolok ukur indikator kapasitas yang akan digunakan. Sebagai benchmark
awal, konsultan mengusulkan penggunaan tolok ukur berupa standar atau acuan atau
pedoman yang berlaku dan dikeluarkan secara nasional maupun internasional.
Selanjutnya dengan menggunakan metode penyusunan indeks maka dapat dihitung
kinerja kapasitas setiap jenis sarana dan prasarana kawasan

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 62

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

B
i 1

IKI

B
i 1

IKV

IKV

B
i 1

IKI

B
i 1

IKV

i 1

IKI

IKV

i 1

B
i 1

IKI

B
i 1

IKV

B
i 1

IKI

B
i 1

IKT

Bs IKV
i

i1

Bv
i1

Gambar 18. Pendekatan Analisis Kapasitas SaranaPrasarana Kawasan


Indeks adalah perbandingan antara suatu jumlah tertentu dengan standard atau dengan
dasar yang telah ditentukan sebelumnya. Indeks kapasitas adalah suatu cara untuk
memonitor dan melaporkan tingkat pemanfaatan kapasitas komponen-komponen
sarana dan prasarana kawasan secara kuantitatif berdasarkan pada suatu standar
tertentu. Suatu indeks pada dasarnya merupakan fraksi antara numerator dan
denominator. Numerator merupakan jumlah hasil pengukuran, sedangkan denominator
merupakan standar tertentu sebagai pembanding. Jika hasil pengukuran kurang dari
standard maka nilai indeks rendah dan ini menunjukkan adanya kebutuhan peningkatan
kapasitas sarana dan prasarana

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 63

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Langkah-langkah kegiatan dalam tahapan ini antara lain sebagai berikut :


-

Menentukan lingkup dan jenis sarana dan prasarana l yang akan menjadi area
kajian kapasitas pada tahap ini.
Menganalisis indikator kapasitas masing-masing sarana dan prasarana
berdasarkan kuantitas, kualitas, teknologi dan sistem pengelolaannya.
Mengukur indeks kinerja masing-masing aspek kapasitas tiap sarana dan
prasarana
Melakukan Gap Analysis kinerja masing-masing sarana dan prasarana terhadap
standar pelayanan yang digunakan sebagai acuan
Menganalisis kebutuhan peningkatan dan pembangunan sarana dan prasarana
kawasan

e. Analisis Daya Dukung Tanah dan Rona Lingkungan


1) Penyusun Daya Dukung Lahan dan Rona Lingkungan
Daya dukung lahan diukur menurut berbagai kriteria:
-

Ekologi
Ekonomi
Estetika (keindahan)
Rekreasi
Psikologi (agar orang tetap tenang)
Pertanian
Cagar alam
Kehidupan penduduk

Masing-masing mempunyai persyaratan sendiri, tetapi harus saling mengisi.


Misalnya:
-

Ekologi cagar alam


Estetika rekreasi
Pertanian ekonomi
Psikologi kehidupan penduduk

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 64

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Daya dukung yang dimaskud adalah yang alami. Akan tetapi dapat ditingkatkan
dengan teknologi. Walaupun demikian ada batas maksimalnya.
Ekosisitem pertanian, agar dapat dipertahankan dengan baik memerlukan
pengelolaan secara benar. Kalau tidak, maka dapat terjadi penurunan nilai.
Mengelola dalam arti mengatur proses sehingga secara sinambung dapat
bermanfaat lebih sesuai, memenuhi kebutuhan.

Gambar 19. Ekosistem Non Alami


Ekosistem adalah sistem kehidupan yang terselenggara dengan interaksi antara
makhluk hidup dengan habitat (lingkungan hidup) dan antar makhluk dalam suatu
habitat.
Eko = rumah, tempat hidup.
Macam ekosistem tergantung pada makhluk yang menempati. Adapun ekosistem
pertanian melibatkan makhluk hidup: manusia, ternak, tanaman dan lahan sebagai
konsep habitat (abiotik). Adapun tujuan pengelolaan ekosisitem adalah
meningkatkan produktivitas. Ekosistem gurun mempunyai produktivitas rendah.
Ekosistem tropika mempunyai produktifitas tinggi. Ekosistem dapat dibagi menjadi
ekosistem alamiah dan ekosistem budaya (misalnya pertanian).
Penggunaan lahan (Tataguna lahan) memikirkan:
-

Matra tempat, yang berarti ditentukan oleh faktor sumberdaya (pewilayahan


usaha)
Matra waktu, yang menyangkut perkembangan persepsi penggunaan
sumberdaya (dinamika usaha).

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 65

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Gambar 20. Perencanaan Wilayah Bermatra Tempat dan Waktu


Latar belakang manusia menggunakan lahan untuk pertanian ada 3 macam,
tergantung pada kemahiran:
-

Pertanian subsisten (untuk pemenuhan kebutuhan sendiri)


Pertanian komersial, untuk jual beli, di sini pemenuhan kebutuhan tidak
langsung dari hasilnya.

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 66

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Pertanian bahan mentah industri, misalnya menggali pasir (sebagai anasir


lahan) untuk dijual

Gambar 21. Pertanian Susisten

Gambar 22. Pertanian Komersial

Gambar 23. Pertanian Industri

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 67

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Komponen lahan yang harus dipertahankan dalam ekosistem pertanian adalah:


-

Abiotik:
Iklim: curah hujan, energi matahari, suhu
Tanah: air, hara tanaman,udara, rhizosphere (tempat berpangkal
tanaman). Di sini tanaman tidak dapat memanfaatkan air langsung dari
hujan, tetapi diubah dalam bentuk lengas.
Biotik:
tumbuhan pendukung, misalnya Rhizobium
pengganggu, yang mengganggu fungsi, yaitu hama dan penyakit
perusak, kerugian fisik, misalnya penggerek daun atau buah

Untuk dapat menjalankan tata ruang memerlukan sistem pengharkatan, sehinga


tata ruang berwawasan lingkungan.
Pengharkatan dapat menurut berbagai faktor:
-

Sebagai kenyataan: misal: jenis tanah, morfologi permukaan


Sebagai fakta: klasifikasi fungsi
Sebagai persepsi: nilai

Gambar 24. Pengharkatan Menurut Faktor Sebagai Kenyataan

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 68

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Gambar 25. Pengharkatan Menurut Faktor Sebagai Produksi Primer

Gambar 26. Pengharkatan Menurut Faktor Sebagai Persepsi Nilai

Sumberdaya Air
1. Ketersediaan Air
Air merupakan salah satu unsur yang sangat penting bagi kelangsungan hidup
manusia maupun mahkluk hidup lainnya yang ada di muka bumi. Sejalan
dengan pertambahan dan perkembangan penduduk serta industri, maka
kebutuhan terhadap air bersih semakin meningkat. Peningkatan kebutuhan
akan air ini tidak diimbangi oleh jumlah air yang tersedia, karena sumberdaya
air di dunia ini tidak akan pernah bertambah jumlahnya. Oleh karena itu, sudah
PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 69

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

selayaknya sumber-sumber air yang telah ada perlu dijaga dan dilestarikan.
Apabila memungkinkan ditingkatkan ketersediaannya meskipun memerlukan
jangka waktu yang panjang.
Pertumbuhan penduduk dan aktvitas pembangunan yang tinggi, serta adanya
eksploitasi sumberdaya alam secara intensif dan berlebihan, memberikan
peringatan kepada kita untuk menyusun suatu strategi yang lebih baik dalam
mengelola sumberdaya alam air. Strategi ini harus diproyeksikan terhadap
matra waktu berjangka pendek dan berjangka panjang. Peningkatan jumlah
penduduk cenderung meningkatkan permintaan akan sumber daya air, dilain
pihak yang terjadi justru sebaliknya, yakni air menjadi sumber daya yang
keberadaannya semakin tak berketentuan.
Dalam memahami keberadaan air perlu dicermati daur (siklus) air yang terjadi
di alam. Di samping itu perlu difahami bahwa keberadaan air akan berfluktuasi
dengan fungsi waktu.

Gambar 27. Silklus Air


Pasokan air tidak hanya diperlukan untuk kebutuhan rumah tangga, tetapi juga
untuk pengairan dan air minum, di samping juga untuk keprluan industri.
Sumber air primer di bumi adalah presipitasi (curahan). Di samping itu ada
juga embun dan salju.
Di daerah iklim kering, air hujan langsung dipanen untuk berbagai
penggunaan. Air hujan ditampung dalam embung. Air dalam embung dapat
dimanfaatkan untuk keperluan air minum, irigasi, atau air minum ternak.
Sehingga air hujan tidak diusahakan meresap, tetapi dibiarkan sebagai runoff,
yang kemudian ditampung. Contoh di Timor air ditampung di tempat yang
kedap air (lempung), atau menimbun tanah dengan sisa hasil panen agar air
tidak cepat menguap.
Indonesia sebagai negara tropis sebagian besar wilayahnya mempunyai curah
hujan yang cukup tinggi yaitu 4000 mm/tahun, namun pada beberapa daerah
memilki curah hujan yang cukup rendah yaitu 800 mm/tahun. Meskipun potensi
PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 70

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

curah hujan cukup tingi, namun pada kenyataannya besarnya aliran mantap
(base flow) yang terjadi secara kontinyu setiap tahun, hanya sekitar 25 30%
dari aliran permukaan total.
Berdasarkan perhitungan curah hujan tersebut, ketersediaan air di Indonesia
adalah 3.279 milyar m3 per tahun sedang jumlah kebutuhan air adalah 88,5
milyar m3 per tahun. Jika dinyatakan dalam nilai Indeks Ketersediaan Air (IKA)
untuk jumlah penduduk sekitar 230 juta jiwa pada tahun 1999, maka IKA
Indonesia adalah sebesar 14.000 m3/kapita/tahun. Dengan laju pertumbuhan
penduduk yang demikian pesat (sekitar 2,5% per tahun), nilai IKA bisa turun
secara drastis mencapai ambang toleransi sebesar 1000 m3/kapita/tahun.
Sementara itu, pertumbuhan penduduk dan peningkatan pendapatan akan
memacu pertumbuhan sektor-sektor lainnya (termasuk sektor industri).
Pertumbuhan tersebut memerlukan tersedianya air tawar dalam jumlah yang
cukup besar, baik untuk irigasi, untuk mencukupi kebutuhan hidup, pembangkit
listrik, kebutuhan industri, dan lain-lain, sedangkan ketersediaan sumberdaya
air relatif tetap.
Pertumbuhan industri yang kurang terencana akan menghasilkan buangan air
limbah ke sungai, sehingga dikhawatirkan tingkat pencemaran air terutama di
sungai-sungai utama akan meningkat bila upaya pengendaliannya tidak
memadai. Kerusakan hutan, alih fungsi lahan melalui perambahan kawasan
hutan, perluasan kawasan budidaya, dan permukiman serta industri dapat
merusak ekosistem dan kesetimbangan daur/siklus lingkungan, termasuk
diantaranya siklus hidrologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengurangan luas hutan dari 36% menjadi 25%, 15% dan 0% akan menaikkan
puncak banjir berturut-turut 12,7%, 58,7% dan 90,4%, dan meningkatkan laju
erosi sebesar 10%, 60% dan 90%.
2. Pengelolaan air
Dalam hubungannya dengan pengelolaan air, ada istilah Surjan lahan surjan
yaitu kenampakan lahan dengan surjan, analoginya lahan sawah. Pertanian
sistem surjan: ragam pertanian sistem surjan (menjadikan lahan surjan)
Bonorowo: lahan yang pada waktu musim hujan beno, akan tetapi pada waktu
kemarau kering. Sehingga untuk mengurangi gagal risiko panen dibuat sistem
surjan.
Dalam konteks tataguna lahan, lahan memperlihatkan dua potensi yaitu:

Potensi maslahat (Potensi), yaitu potensi yang disediakan oleh lahan


untuk kepentingan manusia.
Potensi mudarat (Masalah), yaitu yang dapat mengganggu atau merusak
kehidupan manusia. Misalnya lahan dengan kemiringan curam
berpotensi erosi dan longsor.

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 71

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Gambar 28. Erosi dan sedimentasi

Gambar 29. Longsor

Potensi Lahan
1. Potensi Maslahat
Potensi maslahat diukur dengan harkat:

Kemampuan (indikator biofisik)


Kesesuaian (indikator ekonomi)
Keselarasan (indikator sosial)
Kelayakan (indikator bisnis)

Harkat lahan sebagai mutu hanya dapat ditaksir secara:

Empirik, sbagai faktanya adalah alami.


Percobaan, faktanya dibuat

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 72

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Teknik simulasi dengan parameter-parameter.

a. Kemampuan Lahan
Kemampuan lahan (land capability) dinilai menurut macam pengelolaan
yang disyaratkan berdasarkan pertimbangan biofisik untuk mencegah
terjadinya kerusakan lahan selama penggunaan.
Makin rumit
pengelolaan yang diperlukan, berarti lahan makin rentan usikan,
kemampuan lahan dinilai makin rendah untuk macam penggunaan yang
direncanakan. Berkenaan dengan peruntukan lahan maka kemampuan
lahan menjadi pedoman pemilihan macam penggunaan lahan yang paling
aman bagi keselamatan lahan.
Kemampuan Lahan merupakan daya yang dimiliki oleh lahan untuk
menanggung kerusakan lahan. Yang menentukan adalah faktor biofisik.
Untuk lahan yang datar mempunyai kemampuan yang lebih tinggi
daripada lahan yang miring.
Penilaian kemampuan lahan dengan empat kriteria:
-

Ketahanan lahan menghadapi usikan


Macam dan tingkat risiko yang muncul dalam penggunaan lahan. Di
sini ada dalam sistem penilaian.
Ketinggian kemampuan aktual (asli) yang dapat dicapai dengan
masukan teknologi
Jaminan kemanfaatan yang memadai secara ketetrlanjutan, yaitu
Persoalan pengelolaan.

b. Kesesuaian Lahan
Kesesuaian lahan (land suitability) dinilai berdasarkan pengelolaan khas
yang diperlukan untuk mendapatkan nisbah (ratio) yang lebih baik antara
manfaat/maslahat yang dapat diperoleh dan korbanan/biaya/masukan
yang diperlukan. Makin rumit pengelolaan khas yang diperlukan, berarti
makin lmah daya tanggap lahan terhadap masukan teknologi, kesesuaian
lahan dinilai rendah untuk macam penggunaan yang direncanakan.
Kesesuaian lahan berkonotasi ekonomi. Dalam memperuntukkan lahan
bagi suatu keperluan tertentu diutamakan pertimbangan kemungkinan
mengoptimumkan masukan berkenaan dengan keluaran yang diinginkan.
Pengoptiman ini dapat direncanakan menurut konsep ekologi (adaptasi)
atau menurut konsep ekonomi (efisiensi), baik dalam hal konservasi fungsi
lahan maupun dalam hal peningkatan kapasitas produktif.
Adapun kecocokan lahan untuk penggunaan khusus menurut konsep
ekonomi. Dalam hal ini sudah ada pemilihan komoditas.

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 73

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

c. Daya Dukung Lahan


Daya dukung lahan (Land Carrying Capacity) dinilai menurut ambang
batas kesanggupan lahan sebagai suatu ekosistem menahan keruntuhan
akibat penggunaan. Daya dukung lahan ditentukan oleh banyak faktor
baik biofisik maupun sosial-ekonomi-budaya yang saling mempengaruhi.
Daya dukung tergantung pada persentasi lahan yang dapat digunakan
untuk peruntukan tertentu yang berkelanjutan dan lestari, persentasi lahan
ditentukan oleh kesesuaian lahan untuk peruntukan tertentu.
Konsep daya dukung harus merujuk pada aras (level) penggunaan lahan
yang akan meluangkan pemeliharaan secara sinambung suatu aras mutu
lingkungan tertentu dalam suatu aras tujuan pengelolaan tertentu yang
ditetapkan dengan mengingat biaya pemeliharaan mutu sumberdaya
pada suatu aras yang akan mendatangkan kepuasan pengguna
sumberdaya. Daya dukung lahan merupakan gabungan kemampuan dan
kesesuaian. Ditaksir berdasarkan batas ketahanan suatu ekosistem
dalam menghadapi dampak penggunaan yang bertujuan menumbuhkan
dan meningkatkan manfaatnya yang masih dapat mendatangkan
kepuasan kepada pemakainya. ergantung pada imbangan kemampuan
lahan yang dijadikan tolok ukur dengan latar belakang keperluan dan
kepentingan yang dipilih. Ada daya dukung ekologi, ekonomi, fasilitas,
rekreasi, estetika, psikologi, keterlanjutan fungsi, dsb. Kelayakan lahan
menurut pertimbangan kemampuan dan kesesuaian.

2. Potensi Mudarat
Potensi mudarat diukur dengan indikator risiko. Dalam menetapkan risiko
dilakukan:

Analisis risiko
Penilaian risiko: berat, sedang, ringan
Pengelolaan risiko dengan tujuan tidak mengganggu dalam penggnunaan
lahan

Risiko mengimplikasikan kemungkinan:

Pelukaan, misalnya jalan licin menyebabkan tergelincir


Perusakan, misanya banjir, longsor, angin ribut
Penggangguan
Efek-efek atau dampak yang merugikan dan yang tidak diinginkan.

Catatan: risiko merupakan kejadian umum dalam kehidupan kita.

Kerusakan lahan (land degradation) merujuk kepada penurunan kapasitas


lahan bagi produksi atau penurunan bagi pengelolaan lingkungan yang dengan
kata lain ialah penurunan mutu lahan.

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 74

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Gambar 30. Kerusakan lahan

Gambar 31. Dampak berupa cemaran minyak di dalam tanah

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 75

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Gambar 32. Peta potensi bencana alam

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 76

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

2) Analisis Fisik Lahan


Salah satu faktor yang berpengaruh besar dan juga sangat dipengaruhi oleh
pembangunan adalah faktor sumberdaya alam dan daya dukung lingkungan, yang
sebenarnya merupakan sumberdaya lahan. Sumber daya alam dan daya dukung
lingkungan ini salah satunya adalah lingkungan fisik yang merupakan tempat
dilaksanakannya pembangunan. Dari kenyataan tersebut diperlukan adanya
keserasian antara pembangunan yang dilakukan dengan daya dukung fisik. Untuk
mencapai keserasian tersebut, hal yang perlu dilakukan adalah mengetahui
kemampuan daya dukung lingkungan fisik. Dengan diketahuinya daya dukung
lingkungan fisik, maka dapat ditentukan juga kegiatan pembangunan yang sesuai
dengan daya dukung tadi.
Dalam penentuan kesesuaian lahan ini dilakukan delineasi wilayah menjadi
kawasan lindung dan budi daya. Misalnya, untuk kawasan budi daya difokuskan
pada kesesuaian lahan untuk pertanian, hal ini didasari oleh peranan sektor
pertanian yang masih dominan dan sesuai dengan arahan pengembangan suatu
wilayah yang secara umum difokuskan pada sektor pertanian. Faktor-faktor
penentunya ditekankan pada aspek fisik dasar yang meliputi kemiringan,
ketinggian, jenis tanah, curah hujan dan tekstur tanah.
Dari hasil analisis kesesuaian lahan untuk kawasan lindung terutama hutan lindung
lebih terkonsentrasi di wilayah utara dan tengah. Untuk kawasan budi daya, dari
hasil analisis kesesuian lahan gabungan terdapat enam kombinasi. Kombinasi ini
secara umum merupakan kesesuaian lahan untuk beberapa kegiatan dalarn suatu
kawasan. Dari hasil analisis kesesuaian lahan gabungan dengan penggunaan
lahan saat ini (existing), akan diperoleh penggunaan lahan yang telah sesuai
dengan daya dukungnya. Di samping itu dari pertampalan dengan Arahan
Penatagunaan Lahan juga dapat terjadi perbedaan, sehingga dapat dikatakan
sebagai konflik. Misalnya kawasan lindung hasil analisis yang dijadikan kawasan
budidaya dan sebaliknya. Sehingga ini sebagai bukti perlunya evaluasi terhadap
perencanaan pengembangan wilayah yang didasari perkembangan daya dukung
lingkungan dan adanya beberapa ketidaksesuaian peruntukan lahan dengan daya
dukung lingkungan.

a. Analisis Carrying Capacity Ratio


Dalam menganalisis jumlah KK maksimum untuk penyediaan lahan budidaya
lahan sawah dan ladang digunakan metode CCR. Metode ini menggunakan
data luas lahan yang dipanen dalam setahun, persen penduduk petani
dikalikan jumlah KK, dan rata-rata lahan dimiliki petani. Perhitungan metode ini
adalah sebagai berikut:
Axr
CCR =
Hxhxf
PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 77

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Sehingga diperoleh
Axr
H=
CCR x hx f
Keterangan
CCR
: Kemampuan daya dukung (Carrying Capacity Ratio)
A
: Jumlah total area yang digunakan untuk kegiatan pertanian
r
: Frekuensi panen per hektar
H
: Jumlah KK (rumah tangga)
h
: Persentase jumlah penduduk yang tinggal
f
: Ukuran lahan pertanian rata-rata yang dimiliki petani
b. Analisis Peruntukan Lahan
Analisis Pertuntukan lahan dapat dilakukan dengan mendasarkan SK Menteri
Pertanian no 837/KPTS/UM/11.1980. Dalam metode analisis ini ditentukan
tiga faktor, yaitu: 1) kemiringan lereng, 2) jenis tanah dan 3) curah hujan.
Ketiga faktor tersebut masing-masing ditetapkan skornya kemudian hasilnya
dijumlah dan menghasilkan indeks lokasi. Indeks lokasi <125 dan kemiringan
lereng <8% direkomendasikan sebagai kawasan permukiman dan tanaman
semusim. Indeks lokasi <125 dan kemiringan lereng <15% direkomendasikan
sebagai kawasan budidaya tanaman tahunan. Daerah dengan indeks lokasi
125-175 diperuntukkan sebagai Kawasan Fungsi Penyangga. Daerah dengan
indeks lokasi >175 diperuntukkan sebagai Kawasan Lindung.
1. Kelas lereng
2. Jenis tanah
3. Intensitas hujan

Erosi

Penilaian Kriteria Kelayakan Fisik Wilayah Untuk Pemanfaatan Lahan


No. Kriteria
1.

2.

Klasifikasi
0-8 %
8-15 %
Lereng/Kemiringan 15-25 %
25-45 %
>45 %
Aluvial, Tanah Glei,
Planosol, Hidromorf,
Kelabu, Lateria air
tanah
Latosol
Jenis Tanah
Brown Forest Soil,
New Calcie
Andosol, Lateritic,
Grumosol, Renzina

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

Keterangan
Datar
Landai
Agak curam
Curam
Sangat curam

Skor
20
40
60
80
100

Tidak peka

15

Agak peka

30

Kurang Peka

45

Peka

60

V - 78

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

No. Kriteria

3.

Curah Hujan

Klasifikasi
Regosol, Litosol,
Oranosol, Renzina
0,0-13,6 mm/hh
13,6-20,7 mm/hh
20,7-27,7 mm/hh
27,7-34,8 mm/hh
>34,8 mm/hh

Keterangan

Skor

Sangat Peka

75

Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi

10
20
30
40
50

hh = hari hujan
Sumber: SK Menteri Pertanian Nomer 837/KPTS/UM/11.1980

c. Analisis Alih Guna Lahan


Penilaian kesesuaian lahan dapat diperikan sebagai pemeringkatan
kecukupan mutu lahan selaku barang yang ditawarkan dalam memenuhi
permintaan suatu macam penggunaan.
Garis diagonal putus-putus
menunjukkan ambang batas keadaan lingkungan goyah, yang berarti sebagai
kedudukan titik-titik keseimbangan antara daya tahan lingkungan dan daya
usik kegiatan penggunaan lahan yang menimpa lingkungan. Penggunaan
lahan di atas garis diagonal menjamin sepenuhnya keselamatan lahan. Akan
tetapi pemanfaatan lahan menjadi tidak efektif. Penggunaan lahan di bawah
garis diagonal menimbulkan risiko besar meruntuhkan lahan karena aras
intensitas penggunaan melampaui aras ketahanan lahan.

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 79

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

1 - 6 : peningkatan harkat lahan dengan masukan teknologi tertentu

Harkat lahan
meningkat

Garis keseimbangan daya


dukung
dengan
beban
penggunaan
D

1
3

C
2

B
Harkat
aktual

F
E
4

Harkat
potensial

b
Permintaan
bertambah

penggunaan

lahan

a - f : perubahan progresif penggunaan lahan


AG

: perubahan tataguna lahan

Penyusunan alih tataguna lahan menurut berbagai tingkat perbaikan mutu lahan

d. Klasifikasi kemampuan lahan


Klasifikasi kemampuan lahan adalah penilaian komponen lahan yang menurut
Arsyad (1989) adalah penilaian komponen-komponen lahan secara sistematis
dan pengelompokan ke dalam berbagai kategori berdasar sifat-sifat yang
merupakan potensi dan penghambat dalam penggunaan lahan.
Lahan digolongkan kedalam 3 (tiga ) kategori utama yaitu kelas, sub-kelas dan
satuan kemampuan lahan.
Struktur klasifikasi kemampuan lahan yang disajikan Tabel berikut
menjelaskan bahwa pendekatan klasifikasi lahan ini dapat diterapkan untuk
berbagai tingkatan skala perencanaan. Perencanaan penggunaan lahan di
wilayah propinsi dapat menggunakan klasifikasi pada tingkat kelas dan untuk
wilayah kabupaten menggunakan sub kelas .
Kemampuan lahan dapat dicerminkan dalam bentuk peta kemampuan lahan.
Peta kemampuan lahan dapat menggambarkan tingkat kelas potensi lahan
PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 80

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

secara keruangan dan dapat dipakai untuk menentukan arahan penggunaan


lahan pedesaan secara umum.

Struktur klasifikasi lahan

Klasifikasi kemampuan lahan dapat diterapkan sebagai metode perencanaan


penggunaan lahan (Hockensmith dan Steele, 1943). Selanjutnya menurut
Klingebiel dan Montgomery (1961) hubungan antara kelas kemampuan lahan
dengan intensitas dan macam penggunaan lahan disajikan dalam Gambar.

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 81

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

e. Kemampuan Wilayah (M Soepraptohardjo)


Cara penilaian Kemampuan wilayah
Sambil menunggu cara kwantitatif yang lebih sempurna, maka
disini dikemukakan suatu cara penilaian kemampuan wilayah. Cara ini
merupakan integrasi cara penilaian angk-angka oleh LPTP bogor dengan
cara penilaian fakta-fakta lapang oleh SCS, Amerika Serikat. Dasarnya
ialah kuantitati. Sifatnya diaknotik dan umum. Prinsip penilaian ialah
membandingkan besarnya peranan faktor-faktor penghambat dan bahaya
dalam usaha penilaian terhadap sifat-sifat tanah. Sebagai dasar
digunakan satuan peta tanah dari jenis peta tanah.
Faktor dibagi dalam faktor menguntungkan dan faktor merugikan.
Sifat-sifat tanah digolongkan faktor menguntungkan. Sifat ini terdiri dari:
kandungan unsur hara tanaman (Plant Nutrient Contents = PNC)
hubungan kelembaban tanah-tanaman (Plant Soil Moisture
Relationhip = PSM)
- Permeabilitas (Permeability = P)
- daya tahan terhadap erosi (Erosion Susceptibility = ES)
- kadar cadangan mineral (Mineral reserve = M).
Faktor sekeliling dibagi dalam faktor penghambat dan faktor
bahaya, keduanya merupakan faktor merugikan.
-

Faktor penghambat meliputi : Batu Besar ( Rock = R), Batu Kecil


(Stone = S), kongkresi ((Contretions = Cn), padas (Panlayer = Pa), muka
air tanah (Grounwater Table = GW), relief mikro (Micro Relief = MR), relief
makro mikro (Macro Relief = Re), dan lereng (Slope = Sl).
Faktor bahaya meliputi : kekeringan (Droughtness = D), salinitas
(Salinity = Sa), kadar racun (Toxicity = T), pengerutan (Shrinkage = Sh),
banjir (Overflow + O), dan erosi (Erosion = E).
Semua faktor tersebut dinilai dan dibandingkan secara relatif. Cara
penilaian mengikuti gagasan JONES, et al (1950) dengan beberapa
modifikasi.

Dasar penilaian
Dasar-dasar penilaian angka-angka laboratorium ialah golongan
harkat menurut WICAKSONO (1953). Dasar penilaian fakta-fakta lapang
berpedoman pada penggolongan oleh SOEPRAPTOHARDJO, et al (Dok
LPTP, 1964.
Angka yang diberikan kepada setiap unsur kemampuan wilayah
merupakan penilaian relatif dengan dasar : peranan tertinggi sesuatu sifat
terhadap unsur kemampuan diberi angka tertinggi (Lampiran 1).
Sifat-sifat tanah merupakan faktor menguntungkan dan dinilai
dengan angka positif ; ditinjau sifat fisik dan kimia lapisan atas (50 cm),
kecuali permeabilitas dan kedalaman efektif. Faktor sekeliling merupakan

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 82

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

faktor merugikan dan dinilai dengan angka negatif. Jumlah nilai (positif
dan negatif) menentukan nilai kemempuan wilayah.

Arti Kelas Kemampuan Wilayah


Masing-masing kelas kemampuan wilayah tersebut diatas
mempunyai perbedaan dalam taraf kemampuannya untuk digunakan.
Makin besar pembatasannya, makin jelek kemampuannya, makin
terbatas kemungkinan penggunaannya.

f.

Indeks Storie
Menurut Storie (Storie index) ada 4 faktor untuk mengharkatkan lahan, yaitu

Faktor untuk mengharkatkan profil fisik dari tanah yang bersangkutan.


Menurut faktor A tanah dikelompokkan menjadi 8 kelompok. Adapun
keterangan beberapa kelompok sbb:
-

Tanah-tanah yang tedapat dalam kipas aluvial ditemukan di lembah


atau yang terdapat di dataran banjir atau endapan-endapan
sekunder lainnya yang masih muda yang belum mengembangkan
profil atau yang profilnya masih seragam.
Mencakup tanah-tanah seperti no 1 tetapi sudah memperlihatkan
perkembangan profil.
Mencakup tanah-tanah yang sudah memperlihatkan perkembangan
profil yang jelas.
Tanah-tanah yang terdapat di dataran yang lebih tua atau terasteras yang memiliki profil yang sudah jelas berkembang dan sudah
membentuk horizon B (horizon argilik). Penilaian ini didasarkan
atas ketebalan profil tanah atau kedalaman tanah yang
menghambat pertumbuhan akar. Profil yang tidak ada perlapisan
dinilai 100. apabila terdapat lapisan pembatas tetapi pada jeluk
lebih dari 1 m diberi nilai 70. Untuk yang mempunyai lapisan
pembatas kurang dari jeluk 1 m diberi nilai 50-60. Semakin tua
tanah maka nilainya semakin menurun, kandungan haranya
semakin rendah. Sehingga untuk tanah-tanah muda diberi nilai 100,
sedang untuk tanah-tanah tua diberi nilai 95-100. Menurut Storie,
lapisan pembatas akar tanaman nilainya dianggap sama dan lebih
penting daripada ketersediaan hara.

Faktor yang mencakup tekstur tanah lapisan atas.


-

Menurut Storie: Tekstur yang paling baik adalah tekstur sedang


yaitu geluh pasiran sangat halus, geluh pasiran halus, geluh, dan
geluh debuan diberi nilai 100.

Tekstur yang paling jelek adalah pasir, kerikil, kerakal (gravely sand)
diberi nilai 20-30

Pasir batuan diberi nilai 10-40.

Berdasarkan lereng

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 83

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Yang paling baik adlah lerng datar sampai hampir datar dengan
kemiringan 0-2%, dan diberi nilai 100

Yang paling jelek adalah tanah yang lerengnya sangat curam


dengan kemiringan 45%, dan diberi nilai 5-30

Lereng yang curam atau sangat curam maka tanah-tanah yang


berada mudah tererosi.

Faktor X
Dengan memperhatikan kadar atau keadaan tanah:
-

Drainase
Yang paling baik diberi angka 100 sedang yang paling jelek (rawa)
diberi angka 10-40.

Alkalinitas
Alkalinitas berkaitan dengan pH. Jika pH tanah 8,5 maka dapat
dikatakan bahwa tanah tersebut alkalin karena kadar Na nya tinggi.
Tanah yang sangat alkalin diberi nilai 5-15, sedang yang bebas dinilai
100. Sodik: lapisan tanah yang kaya Na

Kandungan hara atau kesuburan tanah


Jika kandungan hara tinggi maka diberi nilai 100. Sedang serendahrendahnya kandungan hara (miskin) diberi nilai 60-80. Hal ini karena
penangannannya dapat dilakukan dengan mudah, yaitu pemupukan.

Kemasaman
Bergantung pada tingkat kemasaman, dan diberi nilai 80-95.
Perbedaan nilai juga ditentukan olah tanaman yang mampu
menyesuaikan dengan pH yang rendah.

Erosi
Erosi yang dimaksud adalah erosi yang sudah berlangsung. Jika
erosi nya kecil diberi nilai 100. Di wilayah yang nampak parit-parit
dari hasil erosi berarti erosi yang berlangsung intensif dan terjadi
pada masa lampau dan diberi nilai 10-70. Untuk nilai 70 jika parit
dalam dan rapat sehingga tidak ada lagi tempat tanaman hidup,
sedang untuk 10 jika masih adal lahan yang masih dapat ditumbuhi
tanaman.

Relief mikro
Relief mikro hubungannya dengan penggunaan tanah. Jika
permukaan tanah rata (licin) maka diberi nilai 100, jika kelihatan ada
alur-alur kecil diberi nilai 60-95. Untuk Vertisol yang mempunyai
kenampakan berupa gilgai maka dapat menurunkan nilai.

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 84

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Contoh: Penilaian indeks sorie


NO
A

PARAMETER
C

NILAI
X
1
2
3
4
5
6
Rata-rata
1
2
3
4
5
6
Rata-rata
1
2
3
4
5
Rata-rata

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 85

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Contoh: Penetapan kelas kemampuan lahan (usda)


No

Parameter
I

1
2
3
4
5
6
7
8
9

Lereng
Solum
Erosi
Drainase
Pengolahan
WHC
Respon pemupukan
Struktur tanah
Permeabilitas

II

Datar
Dalam
S kecl
Baik
Mudah
Baik
respon

Landai
Peka

K E L A S
IV
Curam
Dangkal
Sgt peka
Buruk

III
Agk miring
Dangkal
Sgt peka
Buruk
Rendah
Rendah

VI
Curam
Sgt dangkal
Sgt berat

Tergenang
berbatu

VII
Curam
Sgt dangkal
Sgt berat
Berbatu

Rendah

Sdkt krg baik


Sgt lambat

Contoh: Kritria klasifikasi kemampuan lahan (Kliengebiel & Montgomery, 1961)


No

Ciri lahan

Kelas lahan
I

Lereng

Datar

II
Landai

Bahaya erosi

t.a.

Sedang

3
4

Bahaya banjir
Jeluk tanah

t.a.
Ideal

5
6

Struktur tanah dan Baik


kemudahan
pengolahan
Drainase
Baik

Kadang
Sering
Kurang dari Dangkal
ideal
Kurang
mendukung

WHC

Baik

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

III
Sedangcuram
Tinggi

Dapat
Sangat
diperbaiki dg lambat
drainas
Sedang
Rendah

IV
Curam

V
Landai

VI
Curam

VII
Sangat curam

VIII
Sangat curam

Membahayak
an
Sering
Dangkal

Membahayak
an
Sering
Dangkal

Membahayak
an
Dangkal

Membahayak
an
Dangkal

Membahayak
an
Dangkal

Menggenang

Menggenang

Menggenang

Menggenang

Rendah

Rendah

Rendah

Rendah

Rendah

V - 86

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

No

Ciri lahan
I

Salinitas

t.a.

9
10

Status hara
Iklim

Baik
Mendukung

11

Pengelolaan

Biasa

II
Sedikitsedang
Sedang
Sedikit
pembatas
Hati-hati

12

Kebatuan

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

III
sedang
Rendah
Sedang
Khusus
-

Kelas lahan
IV
V
Membahayak an
Kurang
Tidak
mendukung
Kadang dapat Tidak dapat
ditanami
ditanami
Beberapa
Membahayak
an

VI
Membahayak
an
Tidak
mendukung
Tidak dapat
ditanami
Membahayak
an

VII
Membahayak
an
Tidak
mendukung
Tidak dapat
ditanami
Membahayak
an

VIII
Membahayak
an
Membahayak
an
Tidak dapat
ditanami
Membahayak
an

V - 87

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Contoh: Kelas kemampuan lahan dan tipe landuse (Kliengebiel & Montgomery, 1961)
No
1
2
3
4
5

Tipe Landuse
Tanaman
semusim
Rumput
Rangeland
Hutan kayu
Hutan alami

Kelas Lahan
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
Sesuai untuk budidaya tanaman dan
Umumnya tidak sesuai untuk budidaya
penggunaan lain
tanaman
+
+
+
+
+
+
+
+

+
+
+
+

+
+
+
+

+
+
+
+

+
+
+
+

+
+
+
+

+
+
+

V.1.3.3. Tahapan Perumusan Rencana


Rumusan rencana pengembangan kawasan ditetapkan berdasarkan masukan analisis-analisis yang
mendahuluinya. Perumusan strategi pengembangan wilayah merupakan salah satu kegiatan utama
yang menjadi penghubung antar analisis pada tahap awal dengan tahap akhir kegiatan. Sementara
perumusan rencana tapak dilaksankan sebagai penjabaran lebih rinci dari strategi pembengangan
wilayah yang telah ditetapkan.
Sejalan dengan arahan KAK, maka beberapa pendekatan yang disarankan akan menjadi metode
utama dalam pelaksanaan kegiatan pada tahap ini. Bebeberapa metode terebiut antara lain
pendekatan perencanaan berbasis skenario (scenario planning), pendekatan penyusunan rencana
strategis, pendekatan perumusan rencana induk dan pendekatan penyusuana rencana tapak.
Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan rumusan strategi pengembangan wilayah, rencana
strategis pembangunan infrsatruktur wilayah, rencana program pembangunan infrsatruktur jangka
menengah, rencana induk kawasan inkubasi terpilih, hingga rencana tapak dan DED anjungan cerdas
di wilayah perencanaan (Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru).

1. Perumusan Strategi Pengembangan Wilayah (SPW)


a. Perencanaan Berbasis Skenario
Strategi pengembangan wilayah (SPW) wilayah perencanaan yang meliputi antara lain target
dan saaran pengembangan wilayah, arahan strategi dan kebijakan pengembangan kawasan,
strategi dan program pengembangan infrastruktur kawasan,
program prioritas
pemgembangan kawasan, serta arahan pengembangan kawasan inkubasi.
Teknik analisis yang biasa digunakan dalam kegiatan ini adalah teknik analisis skenario
(scenario analysis), biasa juga disebut planning scenario. Teknik ini merupakan satu dari
sejumlah metode foresight, yang tepat digunakan pada kondisi di mana banyak faktor di
lingkungan kita, kurang dapat diprediksi perkembangannya. Sebagai alat manajemen,
scenario analysis merupakan tahap awal dalam urutan pembuatan suatu keputusan. Untuk
keputusan jangka panjang, hasilnya dapat berupa kebijakan (policy) dan rencana strategis
(strategic planning). Hubungannya dapat dilihat pada skema berikut:

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 88

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Scneario Analysis (foresight)

Planning

Decision Making
Skenario sendiri bukanlah suatu prediksi masa depan, atau sesuatu hasil forecast, tetapi lebih
merupakan gambaran alternatif masa depan, dibangun atas dasar sejumlah elemen, key
variables dan critical uncertainties, dalam lingkungan eksternal organisasi.
The Danger in Forecasting Is ....
Single point forecast

Today

Range
of
Uncertainties

Trends

You get it wrong !


Timing
Source ICL

Gambar 33. Perbandingan Forecast dan Scenario Planning


Scenario analysis didefinisikan oleh Peter Schwartz dalam bukunya The Art of the Long
View, bahwa : a Scenario is a tool for ordering ones perceptions about alternative future
environments in wich to days decision might be played out.
Proses penyusunan analisis skenario dapat berbeda-beda, namun pada umumnya mengikuti
suatu pola yang terstruktur, interaktif, dan imajinatif, dengan tahapan sebagai berikut :
1) Identifikasi dan Penyepakatan Isue Masa Depan
Pada tahap awal, analisis skenario sebaiknya dimulai dengan sebuah keputusan atau
issu yang spesifik, jangka waktunya, kemudian kembangkan ke lingkungan sekitarnya.
Penentuan partisipan yang terlibat adalah komponen yang sangat menentukan dalam
proses penyusunan skenario. Tingkat pengetahuan, pengalaman, dan subyektifitas
partisipan sangat berpengaruh dalam menentukan sesuatu kejadian di masa datang.
Adalah penting melibatkan juga orang-orang luar, seperti dari pihak masyarakat, pakar,
atau pihak yang tertarik, untuk memperbaiki pandangan partisipan.
2) Identifikasi Faktor-faktor Utama dalam Lingkungan Sekitarnya
Jika identifikasi focal issue atau decision ada pada tahap awal, maka langkah berikutnya
adalah menyusun faktor-faktor utama (key factors) yang mempengaruhi keberhasilan
atau kegagalan desicion yang dihasilkan pada tahap sebelumnya. Dalam konteks
pengembangan skenario pengembangan wilayah kajian berapa faktor utama yang

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 89

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

berpengaruh antara lain kapsitas sumber daya alam, kebijakan dan rencana tingkat
pusat, besaran investasi dan kebijakan serta rencana pembangunan daerah.
3) Indentifikasi Variabel Terprediksi( Key Predictible Variables)
Berdasarkan tahap sebelumnya, tugas berikutnya adalah membuat suatu daftar faktorfaktor substansial atau variabel-variabel yang mana dalam suatu jangka waktu tertentu,
mungkin memberi dampak yang sangat kuat terhadap topik tersebut, paling tidak secara
prinsip dan dapat diprediksi..
4) Identifikasi Variabel Yang Tidak Terprediksi (Critical Uncertainties)
Hal-hal yang sangat berpengaruh namun tidak dapat diperkirakan kapan akan terjadi,
sesuatu yang tidak berkelanjutan, atau bukan tahapan perubahan, yang mempunyai
pengaruh yang besar terhadap topik tersebut. Salah satu jenis variabel ini antara lain
adalah bencana.
5) Pengelompokan Variabel
Sejumlah besar variabel unmanagable akan muncul dalam analisis skenario ini. Tahap
selanjutnya adalah mengurangi jumlah tersebut sampai menemukan variabel-variabel
yang lebih dapat dikendalikan. Variabel tersebut kemudian di uji tingkat pengaruh dan
tingkat ketidak-pastiannya, dan kemudian ditempatkan pada kelompok yang sama.
6) Identifikasi Key Driving Forces
Bagian pertama tahap ini adalah merangking predictible variabels menurut tingkat
pentingnya. Kemudian merangking critical uncertainties menurut tingkat penting dan
ketidak-pastiannya. Dengan dasar pertimbangan ini, serangkaian key driving forces akan
terbentuk.
7) Pemilihan Logika Skenario
Tahap ini adalah tahap dimana pemikiran ditantang berkreasi tinggi, bertujuan untuk
membangun satu set skenario yang masuk akal/logis, yang akan membantu dalam
menentukan jumlah dan karakteristik dari skenario yang akan disusun.
8) Penyusunan Skenario
Logika-logika skenario yang dibentuk pada tahap sebelumnya, dirangkai pada tahap ini.
Penyusunan skenario ini mempertimbangkan kembali variabel-variabel utama skenario
yang sudah diidentifikasi sebelumnya, antara lain: key driving forces dan hubungan yang
mungkin dapat terjadi antara satu dengan lainnya, setiap faktor kuncinya, dan
kecenderungan yang telah diidentifikasi pada tahap-tahap sebelumnya.
9) Kajian Kesesuaian Skenario
Kaji kesesuaian tiap skenario dari logikanya yang terbentuk, identifikasi hal-hal
utamanya, termasuk yang berhubungan dengan kekurangan terbesarnya. Pada tahap
ini, skenario di cek lagi terhadap variabel-variabel kuncinya hingga dapat meyakinkan
konsistensinya.
10) Pengkajian Implikasi Skenario dalam Perencanaan Strategis
Implikasi dari suatu skenario diuji dengan membalik arah alur logikanya, dari hasil
menuju issu dasarnya. Dari sini akan ditemukan kekuatan skenario tersebut, dan strategi
apa yang perlu diambil untuk menyikapi skenario tersebut
PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 90

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

b. Penyusunan Roadmap
Selanjutnya aktivitas utama dalam kegiatan ini adalah merumuskan roadmap transformasi
sumberdaya alam wilayah dalam kerangka pembangunan ekonomiwilayah. Untuk itu
dibutuhkan suatu metode yang sistematis untuk mendukung kegiatan tersebut. pemetarencanaan (roadmapping) pada dasarnya adalah (Taufik, 2003): serangkaian proses
perencanaan dalam konteks tematik bidang dan/atau lingkup (domain) kerja organisasi
tertentu yang didorong oleh proyeksi kebutuhan-kebutuhan atas kondisi di masa datang yang
dinilai sangat penting.
Pemeta-rencanaan merupakan proses yang dibangun atas visi bersama (common vision)
para pelaku (partisipan) yang terlibat tentang arah masa depan yang dituju dan apa yang
diperlukan untuk mencapainya. Hal ini mencakup juga proses mempertemukan sisi yang
mencerminkan kebutuhan dengan sisi yang mencerminkan pasokan , dan membangun
konsensus antara para pelaku (partisipan) yang terlibat. Hal ini juga menunjukkan
pemetarencanaan teknologi sebagai alat pembelajaran dan komunikasi beragam pihak yang
terlibat
Waktu
Pendorong
Pasar
(Market
Drivers)

Fitur
Produk
Sains/
Teknologi

PP 3
PP 2

Segmen B
Kelompok A

FP 1

FP 3
FP 2

Kelompok B

ST 3
ST 2

Bidang B

LB 1

K1

Kepemilikan /
Infrastruktur
SDM /
Kapabilitas

Kompetensi
Inti
(Core
Competences)

ST 4

LB 2
LB 3

Keuangan

FP 4

ST 1

Bidang A

Program
Litbang
(R&D)
Sumber
Daya

PP 1

Segmen A

LB 5

LB 7

LB 4

LB 6

K2
KI 1
SK 1

SK 2

KI 1

KI 4
KI 2
KI 3

Gambar 34. Model Generik Teknik Pemeta-rencanaan (Roadmapping)


Sumber : BPPT, 2011

Peta rencana biasanya memuat konsensus terutama tentang:


1) Visi dari sebuah industri/komunitas dalam merancang masa depan;
2) Jenis dan fitur produk (barang dan/atau jasa) yang diperlukan oleh industri/pasar yang
menjadi tujuan di masa depan;
3) Teknologi dan faktor penting lain yang sesuai dan dibutuhkan untuk menghasilkan
produk tersebut;
4) Kelayakan, alternatif dan prioritas teknologi yang dibutuhkan tersebut;
5) Bagaimana memberikan/menyediakan solusi teknologi yang dibutuhkan melalui
kegiatan litbang dan/atau kegiatan penting lain, dan mengembangkan/menyediakan
kapabilitas dan sumber daya yang diperlukan.
Hasil analisis roadmap ini selanjutnya akan menjadi dasar bagi perumusan rencana program
pengembangan wilayah dalam jangak menengah dan tahuan. Rencana program tersebut
PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 91

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

mempertimbangkan arah transformasi ekonomi wilayah berbasis komoditas unggulan yang


menjadi substansi pokok dari roadmap tersebut.

2. Perumusan Rencana Strategis Pembangunan Infrastruktur Wilayah (RSI)


Rencana Strategis Pengembangan Infrastruktur wilayah (RSI) dalam dimensi 10 tahun yang
bersi antara lain : target dan sasaran pembangunan infrsatruktur wilayah perencanaan dalam 10
tahun mendatang, strategi pengembangan infrsatruktur wilayah dalam 10 tahun mendatang, serta
program prioritas pembangunan infrsatruktur wilayah dalam 10 tahun mendatang terkait strategei
pengembangan wilayah.
Dalam pengembangan kawasan yang berorientasi ekonomi, pusat-pusat kegiatan yang
membentuk kota metropolitan membutuhkan jaringan infrastruktur yang dapat memberikan
pelayanan terhadap aktivitas ekonomi yang ada dan menjadi kekuatan pembentuk struktur ruang
pada kawasan tersebut. Konsep kota Metropolitan merupakan suatu bentuk permukiman berskala
besar yang terdiri dari satu atau lebih kota besar dan kawasan yang secara keseluruhan
terintegrasi, membentuk suatu sistem struktur ruang tertentu dengan satu atau lebih kota besar
sebagai pusat dalam keterkaitan ekonomi dan sosial, dan mempunyai kegiatan ekonomi jasa dan
industri yang beragam.
Untuk itu pada kawasan Metropolitan, baik yang berbentuk monosentris maupun polisentris,
jaringan jalan yang ada harus dapat memfasilitasi mobilitas dan kebutuhan pergerakan kendaraan
baik dari kota pusat ke kota satelit maupun di antara kota satelit yang ada. Pola jaringan jalan
yang dikembangkan sebaiknya terdiri dari jaringan jalan radial dan jaringan jalan lingkar yang
merupakan pola jaringan yang paling efisien untuk kota berukuran cukup besar dan memiliki
kecenderungan penyebaran pusat-pusat kegiatan.

3. Perumusan Rencana Program Pembangunan Infrastruktur Wilayah dalam Jangka


Menengah (RP)
Rencana Program (RP) Pembangunan infrastruktur wilayah dan perumahan dalam jangka
menengah 5 tahunan yang dirinci pada kegiatan tahunan. Rencana ini berisi antara laian target
dan sasaran pengembangan infrastruktur dan perumahan di wilayah perencanaan dalam jangka
menengah, program prioritas pengembangan infrastruktur wilayah dalam jangka menengah, serta
strategi implementasi pembangunan infrastruktur di wilayah perencanaan, kerangka regulasi,
kelembagaan dan pembiayaan.
Dalam penyusunan RPIJM mengacu pada dokumen perencanaan spasial yang dituangkan dalam
RTRW serta perencanaan pembangunan yang dijabarkan dalam RPJMD. Di samping itu, RPIJM
juga mengacu pada dokumen perencanaan teknis bidang Cipta Karya seperti dokumen RPKPP,
RI-SPAM, SSK, RTBL, dan dokumen Strategi yang lain yang terkait dengan pengembangan
wilayah.
Setelah memahami arahan yang ada dalam dokumen kebijakan dan rencana, dilakukan analisis
teknis untuk menghasilkan rencana program dan investasi di setiap sektor. Proses analisis teknis
ini diawali identifikasi isu strategis yang dapat berpengaruh terhadap penyediaan infrastruktur
permukiman, kondisi eksisting infrastruktur, permasalahan yang menghambat, serta tantangan ke
depan. Setelah itu, dilakukan analisis kebutuhan infrastruktur disesuaikan dengan kebutuhan dan
kondisi lokal. Dari analisis tersebut akan muncul program-program pembangunan sektoral yang
perlu dilakukan.
PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 92

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Apabila readiness criteria sudah terpenuhi, maka program-program sektoral yang telah
teridentifikasi tersebut dapat dikembangkan menjadi usulan program dan kegiatan dalam bentuk
rencana program dan investasi sektoral.
Selain melihat rencana investasi dari masing-masing sektor dalam penyusunan RPIJM diperlukan
suatu analisis terhadap keuangan daerah, kelembagaan serta perlindungan terhadap lingkungan
dan sosial. Analisis keuangan daerah dimaksudkan untuk melihat kapasitas keuangan daerah
dan sumber-sumber pendanaan keuangan daerah dalam investasi pembangunan jangka
menengah.
Sedangkan aspek kelembagaan menganalisis keorganisasian, tata laksana, dan sumber daya
manusia dalam implementasi RPIJM, dan analisis perlindungan lingkungan dan sosial
dimaksudkan untuk melindungi lingkungan dan sosial seperti diperlukannya KLHS, AMDAL, atau
konsultasi masyarakat.

4. Perumusan Rencana Induk Kawasan Inkubasi Terpilih


Rencana induk Pembangunan Kawasan Inkubasi terpilih berisi antara lain visi dan tujuan
pengembangan kawasan, strategi pengembangan kawasan, rencana pengembangan komponen
utama kawasan, rencana kebutuhan ruang kawasan, rencana lokasi anjungan cerdas serta
indikasi program pembangunan kawasan termasuk rencana pembangunan infrastruktur dan
perumahan di kawasan tersebut.
A. Jaringan Jalan & Transportasi
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang
Jalan, sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri dari sistem
jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin dalam hubungan
hierarki. Sistem jaringan jalan disusun dengan mengacu pada rencana tata ruang wilayah
dan dengan memperhatikan keterhubungan antar kawasan dan/ atau dalam kawasan
perkotaan. Penyelenggara jalan wajib mendukung pertumbuhan ekonomi di wilayah yang
sudah berkembang agar pertumbuhannya tidak terhambat oleh kurang memadainya
prasarana transportasi jalan, yang disusun dengan mempertimbangkan pelayanan kegiatan
perkotaan.
Grigg (1988), mendefinisikan desain jalan didasarkan pada beberapa karakteristik desain
penting meliputi kapasitas, alinyemen vertikal dan horisontal, ruas jalan :
-

Konsep kapasitas jalan sudah dikembangkan untuk menghitung kemampuan suatu


jalan untuk menampung lalu lintas. Untuk jalan bebas hambatan, kapasitasnya adalah
2000 mobil penumpang per jam per jalur; dan untuk jalan dengan dua jalur dengan dua
arah, kapasitasnya adalah 1000 mobil per jam per jalur. Kapasitas tersebut kemudian
diperkecil karena ternyata ditemukan banyak kesulitan menyeberang dan juga
hambatan-hambatan lain sehubungan dengan akses. Kapasitas berkaitan dengan
kualitas layanan melalui konsep tingkat layanan. Tingkatan tersebut biasanya adalah
disebutkan dari A-F yaitu: A adalah aliran lancar; B adalah aliran stabil; C adalah aliran
stabil (dengan lebih banyak batasan); D adalah aliran hampir tidak stabil; E adalah
volume mendekati kapasitas; dan F adalan aliran forced flow.

Alinyemen vertikal dan horisontal memerlukan penggunaan beberapa parameter


penting seperti jarak pandang dan kecepatan rencana. Alinemen juga menentukan
besar biaya dan hambatan-hambatan lokasi dari sebuah jalan.

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 93

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Ruas jalan adalah faktor penting dalam pembiayaan, kekuatan struktural, daya tahan,
tingkat layanan, keamanan, dan drainase. Standar penentuan ruas jalan sudah
dikembangkan selama bertahun-tahun dengan percobaan-percobaan yang memakai
berbagai macam material pondasi dan lapis permukaan yang berbeda, untuk drainase
yang layak, dan untuk keamanan berkendara pada semua kondisi lalu lintas. Ruas jalan
khusus untuk jalan raya dua jalur dan antar-negara bagian dapat dilihat pada gambar
di bawah. Jalan-jalan kota tentunya mempunyai ruas jalan yang berbeda,
menyesuaikan dengan fungsi drainase, jalur sepeda, jalur pemandangan, dan
pertimbangan-pertimbangan perkotaan lainnya. Jalan dibangun berdasarkan kombinasi
standar-standar yang menentukan, sebagian besar, biaya dan tingkat daya guna.

Peran jalan terhadap pembangunan wilayah, antara lain:


-

Ekonomi
Sebagai Infrastruktur Untuk Mobilitas/ mendistribusikan Orang Dan Atau Barang
Sebagai Infrastuktur Yang Mendorong pertumbuhan Ekonomi Regional (Ship
Promotes The Trade)
Sebagai Infrastruktur Yang Mendukung Perdagangan Dan Sektor Ekonomi
Lainnya (Ship Follow The Trade )
Sosial Budaya
Sebagai Infrastuktur Untuk Meningkatkan mobilitas Sosial Budaya Diantara
Penduduk/Suku bangsa
Politik
Sebagai Infrastruktur Yang Mendukung penyelenggaraan Administrasi Seluruh
Daerah di Indonesia
Sebagai Jembatan Dan Sarana Perkuatan integritas Bangsa
Pertahanan dan Keamanan
Keterpaduan Antar Moda Jalan dan penyeberangan Merupakan perwujudan Wawasan
Nusantara dan Memperkokoh Ketahanan Nasional .

Pengelompokan sistem jaringan jalan, berdasarkan:


-

Status : Jalan nasional - Jalan propinsi - Jalan kabupaten/kota


Fungsi :

arteri primer kolektor primer lokal primer


a. Sistem primer

arteri sekunder kolektor sekunder jalan lingk.


b. Sistem sekunder
Kelas : I, II, IIIA, IIIB, IIIC

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 94

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Pengelompokan berdasarkan daya dukung perkerasan jalan terhadap beban:


-

Kelas I : Jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan
ukuran lebar tidak melebihi 2.500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 mm dan
muatan sumbu terberat yang diijinkan lebih besar dari 10 ton.
Kelas II : Jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan
ukuran lebar tidak melebihi 2.500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 mm dan
muatan sumbu terberat yang diijinkan 10 ton.
Kelas IIIA : Jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 18.000
mm dan muatan sumbu terberat yang diijinkan 8 ton.
Kelas IIIB : Jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 12.000
mm dan muatan sumbu terberat yang diijinkan 8 ton.
Kelas IIIC : Jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 mm, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 mm
dan muatan sumbu terberat yang diijinkan 8 ton.

Sistem Jaringan Jalan Primer, terdefinisi atas:


Jalan Arteri Primer :
Adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu yang terletak berdampingan,
atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang ke dua.
Persyaratan Teknis:
Kecepatan rencana > 60 km/jam
Lebar badan jalan > 8,0 m
Kapasitas jalan lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata
Jalan masuk dibatasi secara efisien sehingga kecepatan rencana dan kapasitas jalan
dapat tercapai
Tidak boleh terganggu oleh kegiatan lokal, lalu lintas lokal, lalu lintas ulang-alik
Jalan arteri primer tidak terputus walaupun memasuki kota
Tingkat kenyamanan dan keamanan yang dinayatakan dengan indeks permukaan
tidak kurang dari 2.
Jalan Kolektor Primer :
Adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang kedua atau
menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga.
Persyaratan Teknis :
Kecepatan rencana > 40 km/jam
Lebar badan jalan > 7,0 m
Kapasitas jalan lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata
Jalan kolektor primer tidak terputus walaupun memasuki kota
Jaslan masuk dibatasi sehingga kecepatan rencana dan kapasitas jalan tidak
terganggu
Indeks permukaan tidak kurang dari 2.
Jalan Lokal Primer :
Adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu dengan persil atau
menghubungkan kota jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga, kota jenjang ketiga
dengan kota jenjang di bawahnya, kota jenjang ketiga dengan persil, atau kota di bawah
jenjang ketiga sampai persil.
Persyaratan Teknis :
PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 95

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Kecepatan rencana > 20 km/jam


Lebar badan jalan > 6,0 m
Jalan lokal primer tidak terputus walaupun memasuki kota
Indeks permukaan tidak kurang dari 2.

Jalan raya merupakan prasarana transportasi penting saat ini, jalan dapat mengalami
kemunduran karena pemakaian dan penurunan kualitas. Penyebabnya adalah
pemakaian, penyalahgunaan dan cuaca. Jalan membutuhkan pemeliharaan permukaan
dan pemeliharaan sisi jalan, bahu jalan dan drainase. Dengan demikian dalam
mendesain jalan perlu memperhatikan kapasitas, alinyemen vertikal, horisontal, ruas
jalan, kerangka sistem transportasi, sistem jaringan jalan dan daya dukung perkerasan
jalan terhadap beban. Sistem transportasi air harus mendukung peningkatan kualitas
ekologis kawasan tipe air, juga secara ekonomi, sosial dan budaya. Sistem jaringan
pergerakan dan prasarana penunjang (terminal, jalan, perparkiran) angkutan jalan raya,
kereta api, angkutan laut, sungai dan penyeberangan.

Skematik Desain Jembatan


Grigg (1988), mendefinisikan fungsi jembatan, adalah bagian yang penting dalam jaringan
jalan. Desain dan konstruksi jembatan adalah pekerjaan teknis yang sangat penting karena
sangat berperan dalam baik pada biaya pembangunannya maupun faktor pertimbangan
keselamatan. Jembatan enghubungkan bagian-bagian jalan atau saluran. Gorong-gorong
juga mempunyai fungsi umum seperti jembatan. Biasanya desain jembatan adalah
wewenang para tenaga ahli teknis struktural, dengan masukan dari para ahli hidrolika
mengingat adanya faktor aliran air dan kemungkinan kerusakan yang disebabkan erosi.
Riyanto (2008), dikenal ada beberapa jenis konstruksi jembatan, masing-masing jenis
jembatan memiliki kelebihan dan kekurangan serta dipilih berdasarkan kondisi lapangan
menyangkut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

metoda/kemudahan pelaksanaannya, tidak mengganggu lalu lintas ;


panjang bentang jembatan yang dibutuhkan ;
estetika ;
biaya konstruksi ;
biaya pemeliharaan ;
kemampuan pelaksana dan ketersediaan bahan konstruksi.

Arch bridge

Truss bridge

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

Suspension bridge

Cable stayed bridge

V - 96

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Jembatan adalah sistem prasarana kota penting dalam jaringan jalan kendaraan maupun
pejalan kaki di daratan, selain itu daerah bawah jembatan dapat dimanfaatkan untuk
mendukung keberlangsungan sistem prasarana kota lainnya yaitu jaringan transportasi air
(kapal atau kano) serta saluran drainase yang melintas di bawahnya. Pemeliharaan
jembatan juga sangat diperlukan karena keamanan jembatan sangat penting dari waktu ke
waktu.

Sistem Transportasi
Sistem transportasi merupakan bentuk keterikatan dan keterkaitan antara penumpang,
barang, prasarana dan sarana yang berinteraksi dalam rangka perpindahan orang atau
barang, yang tercakup dalam suatu tatanan, baik secara lami ataupun buatan/ rekayasa.
Perencanaan sistem transportasi dilakukan untuk mencapai proses transportasi penumpang
dan barang secara optimum dalam ruang dan waktu tertentu, dengan mempertimbangkan
faktor keamanan, kenyamanan dan kelancaran serta efisiensi waktu dan biaya.
Pertimbangan dalam penyusunan Rencana Sarana dan Prasarana Transportasi, antara lain:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Tata Guna Tanah (Land use)


Sistem Jaringan Jalan
Sistem Moda Angkutan
Sistem Parkir
Sistem Terminal
Sistem Tanda Lalulintas
Sosial Budaya

Pada dasarnya terdapat dua peranan utama prasarana transportasi, yaitu:


Sebagai alat bantu untuk mengarahkan pembangunan di daerah perkotaan
Sebagai prasarana bagi pergerakan manusia dan/ atau barang yang timbul akibat
adanya kegiatan di daerah perkotaan tersebut.

Sedangkan peranan transportasi dalam masalah perkotaan turut menentukan bentuk tata
kota yang diinginkan dengan menggabungkan beberapa strategi yang menyangkut
transportasi. Salah satunya adalah membuat kota-kota lebih rapat, dengan demikian
mengurangi kebutuhan perjalanan dengan angkutan umum macam apapun. Pada dasarnya
permintaan atas jasa transportasi merupakan cerminan kebutuhan akan transpor dari
pemakai sistem tersebut, baik untuk angkutan manusia maupun angkutan barang dan
karena itu permintaan jasa akan transpor merupakan dasar yang penting dalam
mengevaluasi perencanaan transportasi dan desain fasilitasnya. Semakin banyak dan
pentingnya aktivitas yang ada maka tingkat akan kebutuhan perjalananpun meningkat. Pada
dasarnya permintaan akan jasa transportasi merupakan cerminan akan kebutuhan
transportasi dari pemakai sistem tersebut.

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 97

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

B. Drainase
Seiring dengan pesatnya pertumbuhan
perkotaan dan permasalahan banjir
yang makin meningkat pula maka
pengelolaan drainase perkotaan harus
dilaksanakan secara menyeluruh
dimulai dari tahap perencanaan,
konstruksi, operasi dan pemeliharaan
yang
ditunjang
peningkatan
kelembagaan
dan
partisipasi
masyarakat. Pembangunan Sistem
Drainase Perkotaan harus memperhatikan fungsi drainase perkotaan sebagai prasarana
kota yang didasarkan pada konsep berwawasan lingkungan. Konsep ini berkaitan dengan
upaya konservasi sumber daya air yang pada prinsipnya adalah pengendalian air hujan
dengan memaksimalkan peresapan ke dalam tanah dan meminimalkan aliran permukaan
(limpasan). Agar penanganan permasalahan sistem drainase dapat dilakukan secara terus
menerus dengan sebaik-baiknya. SPM sub sektor drainase adalah tersedianya sistem
jaringan drainase skala kawasan dan skala kota sehingga tidak terjadi genangan (lebih dari
30 cm, selama 2 jam) dan tidak lebih dari 2 kali.
Fungsi drainase perkotaan adalah;
Mengeringkan bagian wilayah kota yang permukaan lahannya rendah dari genangan
sehingga tidak menimbulkan dampak negatif berupa kerusakan infrastruktur kota dan
harta benda milik masyarakat.
Mengalirkan kelebihan air permukaan ke badan air terdekat secepatnya agar tidak
membanjiri/ menggenangi kota yang dapat merusak selain harta benda masyarakat juga
infrastruktur perkotaan.
Mengendalikan sebagian air permukaan akibat hujan yang dapat dimanfaatkan untuk
persediaan air dan kehidupan akuatik.
Meresapkan air permukaan untuk menjaga kelestarian air tanah.
Kewenangan Pengelolaan Dan Fungsi Pelayanan Sistem Drainase Perkotaan
Sistem Drainase Lokal (minor urban drainage)

Sistem drainase lokal ( Minor ) adalah suatu jaringan sistem drainase yang melayani
suatu kawasan kota tertentu seperti kompleks permukiman, daerah komersial,
perkantoran dan kawasan industri, pasar dan kawasan parawisata. Sistem ini
melayani area sekitar kurang lebih 10 Ha. Pengelolaan sistem drainase lokal menjadi
tanggungjawab masyarakat, pengembang atau instansi pada kawasan masingmasing.
Sistem Drainase Utama ( Major Urban Drainage )

Sistem Jaringan Utama ( Major Urban Draiange ) adalah sistem jaringan drinase
yang secara struktur terdiri dari saluran primer yang menampung aliran dari saluran
saluran sekunder. Saluran sekunder menampung aliran dari saluran-saluran
tersier. Saluran tersier menampung aliran dari Daerah Alrannya masing-masing.
Jaringan Drainase Lokal dapat langsung mengalirkan alirannya ke saluran Primer,
sekunder maupun tersier.
PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 98

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Pengendalian Banjir (flood control)

Pengendalian Banjir adalah upaya mengendalikan aliran permukaan dalam sungai


maupun dalam badan air yang lainnya agar tidak maluap serta limpas atau
menggenagi daerah perkotaan. Pengendalian banjir merupakan tanggung jawab
pemerintah Propinsi atau Pemerintah Pusat. Konstruksi / Bangunan air pada sistem
Flood Control antara lain berupa :
Tanggul
Bangunan Bagi
Pintu Air
Saluran Flood Way

Bentuk-Bentuk Saluran Drainase dan Fungsinya

Bentuk-Bentuk Saluran Terbuka


Sungai merupakan tipe umum dari saluran terbuka namun bentuk penampang
melintangnya tidak beraturan. Umumnya, sungai menjadi pembuang utama dari seluruh
jaringan drainase yang ada yang didesain untuk mengalir secara gravitasi. Namun ada
pula sungai yang difungsikan selain sebagai drainase juga sebagai pengendali banjir.
Saluran terbuka untuk sistem drainase merupakan saluran buatan yang dibentuk dan
didesain menurut fungsi dan lokasinya.
Bentuk dan Fungsi Saluran Tertutup (Sewerage)

Catatan: walaupun bentuk bangunan tertutup namun karena muka air tidak mengisi seluruh penampang
maka sifat aliran air tetap aliran pada saluran terbuka.

Bentuk-Bentuk Saluran Tertutup


Yang dimaksud dengan saluran tertutup dalam hal ini adalah sistem saluran yang
berfungsi untuk mengalirkan air hujan ataupun air limbah penduduk yang konstruksinya
ditanam pada kedalaman tertentu di dalam tanah yang disebut sistem sewerage.
Walaupun tertutup alirannya mengikuti gravitasi yaitu aliran pada saluran terbuka.
Biasanya saluran ini dibuat di daerah yang sudah padat, sehingga walaupun ada
saluran drainase namun di bagian atasnya dapat difungsikan untuk keperluan lain misal

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 99

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

sebagai sidewalk, jalan atau bangunan. Yang perlu diperhatikan adalah di tempattempat tertentu harus ada lubang (manhole) agar dapat dilakukan pembersihan dan
pemeliharaan drainase secara rutin. Jarak manhole ini umumnya berkisar 25 m. Bentukbentuk dan fungsi saluran saluran tertutup secara umum di antaranya dapat dilihat
berikut ini.
Bentuk-Bentuk Umum Saluran Terbuka dan Fungsinya

Drainase tanpa pasangan hanya bentuk tanah merupakan saluran terbuka tanpa
lapisan penguat, dengan persyaratan umum sebagai berikut:
Mempunyai kelandaian yang cukup untuk mengaliran air
Kecepatan aliran memenuhi persyaratan yang diinginkan, sehingga tidak
mengakibatkan kerusakan/pengendapan-pengendapan
Kecepatan didesain berdasarkan konsep stable channel design yaitu ada
keseimbangan antara degradasi dan agradasi
Perhitungan debit dan dimensi saluran harus sudah memperhitungkan tanaman
yang tumbuh di sepanjang saluran. Banyaknya tanaman akan meningkatkan
kekasaran dinding dan dasar saluran yang mengakibatkan penurunan kecepatan
air. Talud atau saluran stabil harus didesain dengan dengan kekuatan tanah.

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 100

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Biasanya dimensinya lebih besar dibandingkan dengan saluran berpasangan


sehingga untuk daerah padat penduduk kurang efektif.
Bangunan-Bangunan Sistem Drainase dan Pelengkapnya

Bangunan Struktur
Bangunan struktur adalah bangunan pasangan disertai dengan perhitunganperhitungan kekuatan tertentu. Contoh bangunan struktur adalah:

Bangunan rumah pompa

Bangunan tembok penahan tanah

Bangunan terjunan yang cukup tinggi

Jembatan

Bangunan Non Struktur


Bangunan non struktur adalah bangunan pasangan atau tanpa pasangan, tidak
disertai dengan perhitungan-perhitungan kekuatan tertentu yang biasanya
berbentuk siap pasang. Contoh bangunan non struktur adalah:

Pasangan
Saluran kecil tertutup
Tembok talud saluran
Manhole/bak kontrol ukuran kecil
Street inlet

Tanpa pasangan
Saluran tanah
Saluran tanah berlapis rumput
Saluran tanah berlapis tanah kedap air

Bangunan-Bangunan Pelengkap Saluran Drainase


Bangunan pelengkap saluran drainase diperlukan untuk melengkapi suatu
sistem saluran untuk fungsi-fungsi tertentu. Pada dasarnya bangunan pelengkap
drainase haruslah kuat, fungsional, tidak menyebabkan ketidaknyamanan
berkendaraan, dan tidak merusak keindahan kota. Adapun bangunan-bangunan
pelengkap sistem drainase antara lain:
- Catch Basin/Watershed
Bangunan dimana air masuk kedalam sistem saluran tertutup. Air mengalir
bebas diatas permukaan tanah menuju catch basin. Untuk mempermudah
air masuk, lokasi catch basin ditetapkan pada tempat yang rendah.
Permukaan juga dibuat lebih rendah dari tanah di sekelingnya. Catch basin
dibuat pada tiap persimpangan jalan, pada tempat-tempat yang rendah,
tempat parkir.
- Inlet

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 101

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Apabila terdapat saluran terbuka dimana pembuangannya akan dimasukan


ke dalam saluran tertutup yang lebih besar, maka dibuat suatu konstruksi
khusus inlet. Inlet harus diberi saringan agar sampah tidak masuk kedalam
saluran tertutup.
- Manhole
Untuk keperluan pemeliharaan sistem saluran drainase tertutup di setiap
diberi manhole pertemuan, perubahan dimensi, perubahan bentuk selokan
dan setiap jarak 10-25 meter. Lubang manhole dibuat sekecil mungkin
supaya ekonomis, cukup asal dapat dimasuki oleh orang dewasa. Biasanya
diameter lubang adalah 60 cm dengan tutup dari besi tulang
- Headwall
Headwall adalah konstruksi khusus pada outlet saluran tertutup dan ujung
gorong-gorong yang dimaksudkan untuk melindungi dari longsor dan erosi.
- Gorong-Gorong
Gorong-gorong didesain untuk mengalirkan air untuk menembus jalan raya,
jalan kereta api, atau lain-lain halangan.bentuk penampangnya dapat berupa
lingkaran, segi empat dan lain-lain tergantung dari debit, ruang bebas dari
atasnya, perhitungan ekonomi dan peraturan setempat.
- Bangunan Terjun
Bangunan ini digunakan untuk menerjunkan aliran. Hal ini diperlukan jika
kemiringan medan tanah sangat curam dan dikhawatirkan bangunan saluran
tidak stabil. Bangunan ini juga dilengkapi dengan ruang olokan untuk
meredam energi, dan banyak jenisnya.
- Siphon
Sama halnya dengan gorong-gorong, hanya dasar saluran menukik ke
bawah dan muncul lagi pada akhir bangunan yang dilewati. Shipon hanya
digunakan jika benar-benar diperlukan dan tidak ada alternatif lain untuk
membuat persilangan dengan bangunan atau sungai/saluran lain. Selain
harganya mahal, secara hidrolis juga kurang menguntungkan (banyak
kehilangan tinggi, kecepatan rendah) dan mudah tersumbat. Sebaiknya
dalam merencanakan drainase dihindarkan perencanaan dengan
menggunakan shipon. Saluran dengan debit yang besar dapat dibuat dibuat
shipon dan saluran drainasenya yang dibuat saluran terbuka atau goronggorong.
- Bangunan Got Miring
Sama dengan bangunan terjun, tetapi air mengalir melalui saluran yang
kemiringannya agak landai.
Kewenangan Pengelolaan Dan Fungsi Pelayanan Sistem Drainase Perkotaan
Sistem Drainase Lokal (minor urban drainage)

Sistem drainase lokal (Minor) adalah suatu jaringan sistem drainase yang
melayani suatu kawasan kota tertentu seperti kompleks permukiman, daerah
komersial, perkantoran dan kawasan industri, pasar dan kawasan parawisata.
PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 102

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Sistem ini melayani area sekitar kurang lebih 10 Ha. Pengelolaan sistem drainase
lokal menjadi tanggungjawab masyarakat, pengembang atau instansi pada
kawasan masing-masing.
Sistem Drainase Utama (Major Urban Drainage)

Sistem Jaringan Utama (Major Urban Draiange) adalah sistem jaringan drinase
yang secara struktur terdiri dari saluran primer yang menampung aliran dari
saluran saluran sekunder. Saluran sekunder menampung aliran dari saluransaluran tersier. Saluran tersier menampung aliran dari Daerah Alrannya masingmasing. Jaringan Drainase Lokal dapat langsung mengalirkan alirannya ke
saluran Primer, sekunder maupun tersier.
Pengendalian Banjir (flood control)

Pengendalian Banjir adalah upaya mengendalikan aliran permukaan dalam


sungai maupun dalam badan air yang lainnya agar tidak maluap serta limpas atau
menggenagi daerah perkotaan. Pengendalian banjir merupakan tanggung jawab
pemerintah Propinsi atau Pemerintah Pusat. Konstruksi / Bangunan air pada
sistem Flood Control antara lain berupa :
Tanggul
Bangunan Bagi
Pintu Air
Saluran Flood Way

Berdasarkan fisiknya, sistem drainase terdiri atas:


1. Sistem Saluran Primer
Saluran primer adalah saluran yang menerima masukan aliran dari saluransaluran sekunder. Saluran primer relatif besar sebab letak saluran paling hilir.
Aliran dari saluran primer langsung dialirkan ke badan air.
2. Sistem Saluran Sekunder
Saluran terbuka atau tertutup yang berfungsi menerima aliran air dari saluransaluran tersier dan meneruskan aliran ke saluran primer.
3. Sistem Saluran Tersier
Saluran drainase yang menerima aliran air langsung dari saluran-saluran
pembuangan rumah-rumah. Umumnya saluran tersier ini adalah saluran kiri
kanan jalan perumahan. Untuk Kota-kota air seperti Palembang, Banjarmasin
dan Pontianak agak sulit menentukan dan membedakan mana sungai dan
saluran drainase. Sebab aliran yang dipengaruhi pasang laut yang tinggi
terkadang berputar arah alirannya.

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 103

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Lay-Out Umum Dari Sistem Drainase Perkotaan

Skematik Lay-Out Dari Drainase Minor Dan Mayor Sistem Drainase Perkotaan

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 104

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

C. Air Bersih
Air bersih memegang peranan penting sebagai kebutuhan pokok dan utama penghidupan
dan kehidupan penduduk di suatu wilayah. Sasaran rencana kebutuhan air bersih
dikategorikan berdasarkan jumlah kebutuhan penduduk pendukung dan kebutuhan aktivitas
perkotaan. Standarisasi kebutuhan air bersih berdasarkan petunjuk pedoman yang berlaku
termasuk sasaranpenggunaanya, antara lain :
a. Air bersih perumahan
Kebutuhan air bersih untuk perumahan digolongkan untuk kebutuhan perjiwa penghuni
(jumlah penduduk). Diasumsikan bahwa tiap satu rumah akan dialami oleh 1 KK dengan
5 jiwa. Tiap 1 jiwa membutuhkan lebih kurang 60 liter/hari.
b. Air bersih fasilitas pendidikan
Kebutuhan air bersih untuk kebutuhan fasilitas pendidikan diketahui setelah dianalisis
besaran jumlah dan jenis fasilitas pendidikan yang akan tersedia hingga akhir tahun
perencanaan. Standar kebutuhan air bersih untuk fasilitas pendidikan berdasarkan
jenjang tingkat pendidikan formal adalah :
-

Kebutuhan air bersih untuk jenjang pendidikan STK adalah 10 liter/orang/hari.


Kebutuhan air bersih untuk jenjang pendidikan SD adalah 10 liter/orang/hari.
Kebutuhan air bersih untuk jenjang pendidikan SLTP adalah 10 liter/orang/hari.
Kebutuhan air bersih untuk jenjang pendidikan SMU adalah 10 liter/orang/hari.

c. Air bersih fasilitas kesehatan


Demikian halnya dengan fasilitas lainnya, jumlah kebutuhan air bersih untuk fasilitas
kesehatan di kawasan perencanaan sangat targantung dari jumlah fasilitas pelayanan
kesehatan yang direncanakan. Adapun jenis fasilitas kesehatan yang akan direncanakan
pada kawasan perencanaan adalah :
-

Kebutuhan air bersih untuk toko obat/apotik adalah 30 liter/unit/hari.


Kebutuhan air bersih untuk tempat praktek dokter adalah 300 liter/unit/hari.
Kebutuhan air bersih untuk balai pengobatan/puskesmas pembantu adalah 10.000
liter/unit/hari.

d. Air bersih fasilitas olah raga dan ruang terbuka


Kebutuhan air bersih untuk mendukung kegiatan olah raga dan ruang terbuka di
kawasan perencanaan terbagi atas taman tempat bermain dan lapangan olah raga.
Masing masing membutuhkan air bersih sebanyak 1000 liter/Ha/hari.
e. Air bersih fasilitas perekonomian
Perhitungan kebutuhan air bersih untuk fasilitas perekonomian di kawasan perencanaan
disesuaikan dengan standar lingkungan permukiman kota. Kebutuhan air bersih untuk
sarana perekonomian adalah : (a) pasar 10.000 liter/unit/hari, (b) warung 250
liter/unit/hari, (c) pertokoan membutuhkan air bersih sebanyak 1.000 liter/unit/hari.
f. Air bersih fasilitas pelayanan umum
Kebutuhan air bersih untuk fasilitas pelayanan umum digunakan asumsi asumsi
berdasarkan standar atau pedoman perencanaan lingkungan. Kantor lingkungan, kantor
pos pembantu, dan parkir umum ditambah MCK, dengan kebutuhan air bersih 1.000
liter/unit/hari.
PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 105

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

g. Air bersih fasilitas peribadatan


Berdasarkan analisa kependudukan di kawasan perencanaan sebagian besar penduduk
beragama Islam, sehingga komposisi penduduk pada tahun mendatang tidak jauh
berbeda pada keadaan sekarang. Hasil analisis menunjukkan bahwa perkiraan
kebutuhan fasilitas peribadatan di kawasan perencanaan yaitu Masjid lingkungan dan
mushallah. Kebutuhan sarana air bersih untuk Masjid adalah 3.500 liter/unit/hari, dan
Mushallah membutuhkan air bersih sebanyak 2.000 liter/unit/hari.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 Tentang Sistem Pengembangan Air
Minum menyebutkan bahwa sistem penyediaan air minum terdiri dari:
Unit Air Baku, dapat terdiri dari bangunan penampungan air, bangunan
pengambilan/penyadapan, alat pengukuran dan peralatan pemantauan, sistem
pemompaan, dan/atau bangunan sarana pembawa serta perlengkapannya. Unit air
baku, merupakan sarana pengambilan dan/atau penyediaan air baku. Air baku wajib
memenuhi baku mutu yang ditetapkan untuk penyediaan air minum sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Unit Produksi, merupakan prasarana dan sarana yang dapat digunakan untuk
mengolah air baku menjadi air minum melalui proses fisik, kimiawi, dan/atau biologi. Unit
produksi, dapat terdiri dari bangunan pengolahan dan perlengkapannya, perangkat
operasional, alat pengukuran dan peralatan pemantauan, serta bangunan
penampungan air minum.
Unit Distribusi, terdiri dari sistem perpompaan, jaringan distribusi, bangunan
penampungan, alat ukur dan peralatan pemantauan. Unit distribusi wajib memberikan
kepastian kuantitas, kualitas air, dan kontinuitas pengaliran, yang memberikan jaminan
pengaliran 24 jam per hari.
Unit Pelayanan, terdiri dari sambungan rumah, hidran umum, dan hidran kebakaran.
Untuk mengukur besaran pelayanan pada sambungan rumah dan hidran umum harus
dipasang alat ukur berupa meter air. Untuk menjamin keakurasiannya, meter air wajib
ditera secara berkala oleh instansi yang berwenang.
Unit Pengelolaan, terdiri dari pengelolaan teknis dan pengelolaan nonteknis.
Pengelolaan teknis terdiri dari kegiatan operasional, pemeliharaan dan pemantauan dari
unit air baku, unit produksi dan unit distribusi. Sedangkan pengelolaan nonteknis terdiri
dari administrasi dan pelayanan. Gambar berikut memperlihatkan Sistem Penyediaan
Air Minum.

Skematik Sistem Penyediaan Air Minum


PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 106

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Water Treatment Plant (WTP)


Water Treatment Plant (WTP) merupakan sebuah sistem yang difungsikan untuk mengolah
air dari kualitas air baku (influent) yang kurang bagus agar mendapatkan kualitas air
pengolahan (effluent) standart yang diinginkan/ ditentukan atau siap untuk dikonsumsi.
Prinsip kerja WTP dibagi menjadi 2, yaitu:
Inservice

Merupakan proses pemurnian/ demineralisasi air suling desalt (Raw Water) prinsip
kerjanya dimulai dari Raw Water yang berada pada Raw water tank dipompa masuk
kedalam Vesel (Mixbed Polisher) yang berisi Resin-Resin. Proses inservice ini
berlangsung terus menerus dan akan berhenti jika Conductivity Air yang keluar dari vesel
menyentuh limit yang ditentukan yaitu 1ms/cm, dengan kata lain hal ini mengindikasikan
bahwa resin resin yang berada pada vesel sudah jenuh dan memerlukan proses
regenerasi.
Regenerasi Resin

Merupakan proses mengembalikan/ mengaktifkan kondisi resin anion dan resin kation
yang telah jenuh akibat digunakan untuk proses pemurnian air.
Umumnya, air tanah yang diambil dari mata air atau memompa air dari confined aquifer
sudah menjadi air bersih. Sehingga yang perlu dilakukan adalah melakukan penetesan air
secara kualitatif sehingga layak untuk dikonsumsi. Bila air baku dari sungai, danau, bendung
atau waduk maka ada beberapa beberapa hal yang harus diketahui menyangkut kualitas
air. Bangunan pengolahan air diperlukan untuk mengubah air baku menjadi air brsih.
Air (yang biasanya keruh) dalam proses di WTP dialirkan ke dalam bak pengendapan awal
(pre-settling tank) untuk melakukan pengendapan awal. Dalam proses pengendapan ini
larutan khlorin (Cl2) dimasukkan ke dalam air untuk membunuh unsur-unsur organik yang
berbahaya. Material padat termasuk lumpur akan terendapkan di dasar bak ini. Selanjutnya
air yang sudah (agak) bersih dialirkan ke bak klarfikasi. Tawas atau alumunium sulfat
(A12SO4) dimasukkan ke dalam bak ini sehingga terjadi penggumpalan (koagulasi), air
menjadi lebih bersih dan endapan hasil dari gumpalan akan terkumpul didasar bak
pengendapan. Khlorin juga ditambahkan dalam proses ini untuk mematikan unsur-unsur
organik yang masih ada di dalam air.
Selanjutnya air dialirkan ke bak penyaringan, bahan untuk menyaring air dipakai biasanya
ijuk, pasir dan kerikil (sering juga ditambahkan arang). Kotoran yang maih ada akan terpisah
dari air. Di dalam bak ini perlu dibuat bak penampung kotoran yang terpisah dari air.
Walaupun demikian karena proses volume air yang diproses cukup banyak masih ada juga
sisa kotoran, endapan yang akan semakin banyak dengan semakin banyaknya air yang
diproses. Oleh karena itu perlu dilakukan pencucian air mulai dari bak pengendapan, bak
klarifikasi dan bak penyaringan. Proses pencucian dilakukan secara kontinyu sehingga
komponen-komponen yang ada dalam setiap bak akan selalu relatif bersih.
Direkomendasikan untuk menentukan periode pencucian yang tetap untuk setiap WTP
karena kualitas air baku yang diambil berbeda.
Air bersih selanjutnya dialirkan ke penampungan air bersih dan perlu juga ditambahkan
larutan kapur (CaOH) untuk pengontrolan keasaman air yang biasanya 8 pH. Air yang
mempunyai pH rendah akan bersifat asam dan mempunyai sifat korosif untuk pipa-pipa

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 107

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

pengaliran. Sebaliknya air dengan pH yang tinggi juga kuran baik karena bila digunan untuk
mencuci dengan sabun busanya hanya sedikit.

Skema Bagian-Bagian untuk O & P Sistem Air Bersih


Secara umum, skema pengolahan air bersih di daerah-daerah di Indonesia terlihat seperti
pada gambar di bawah. Terdapat 3 bagian penting dalam sistem pengolahannya.
1) Bangunan Intake
Bangunan intake ini berfungsi sebagai bangunan pertama untuk masuknya air dari
sumber air. Pada umumnya, sumber air untuk pengolahan air bersih, diambil dari sungai.
Pada bangunan intake ini biasanya terdapat bar screen yang berfungsi untuk menyaring
benda-benda yang ikut tergenang dalam air. Selanjutnya, air akan masuk ke dalam
sebuah bak yang nantinya akan dipompa ke bangunan selanjutnya, yaitu WTP Water
Treatment Plant.
2) Water Treatment Plant
Water Treatment Plant atau lebih populer dengan akronim WTP adalah bangunan utama
pengolahan air dari kualitas air baku (Influent) yang kurang bagus agar mendapatkan
kualitas air pengolahan (effluent) standart yang di inginkan/ditentukan atau siap untuk di
konsumsi. Biasanya bagunan ini terdiri dari 4 bagian, yaitu : bak koagulasi, bak flokulasi,
bak sedimentasi, dan bak filtrasi.
Koagulasi

Dari bangunan intake, air akan dipompa ke bak koagulasi ini. pada proses koagulasi
ini dilakukan proses destabilisasi partikel koloid, karena pada dasarnya air sungai
atau air-air kotor biasanya berbentuk koloid dengan berbagai partikel koloid yang
terkandung di dalamnya. Destabilisasi partikel koloid ini bisa dengan penambahan
bahan kimia berupa tawas, ataupun dilakukan secara fisik dengan rapid mixing
PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 108

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

(pengadukan cepat), hidrolis (terjunan atau hydrolic jump), maupun secara mekanis
(menggunakan batang pengaduk). Biasanya pada WTP dilakukan dengan cara
hidrolis berupa hydrolic jump. Lamanya proses adalah 30 90 detik.
Flokulasi

Setelah dari unit koagulasi, selanjutnya air akan masuk ke dalam unit flokulasi. Unit
ini ditujukan untuk membentuk dan memperbesar flok. Teknisnya adalah dengan
dilakukan pengadukan lambat (slow mixing).
Sedimentasi

Setelah melewati proses destabilisasi partikel koloid melalui unit koagulasi dan unit
flokulasi, selanjutnya perjalanan air akan masuk ke dalam unit sedimentasi. Unit ini
berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel koloid yang sudah didestabilisasi
oleh unit sebelumnya. Unit ini menggunakan prinsip berat jenis. Berat jenis partikel
koloid (biasanya berupa lumpur) akan lebih besar daripada berat jenis air. Dalam bak
sedimentasi, akan terpisah antara air dan lumpur.
Filtrasi

Setelah proses sedimentasi, proses selanjutnya adalah filtrasi. Unit filtrasi ini, sesuai
dengan namanya, adalah untuk menyaring dengan media berbutir. Media berbutir ini
biasanya terdiri dari antrasit, pasir silica, dan kerikil silica denga ketebalan berbeda.
Dilakukan secara gravitasi.
3) Reservoir
Setelah dari WTP dan berupa clear water, sebelum didistribusikan, air masuk ke dalam
reservoir. Reservoir ini berfungsi sebagai tempat penampungan sementara air bersih
sebelum didistribusikan melalui pipa-pipa secara grafitasi. Karena kebanyakan distribusi
di kita menggunakan grafitasi, maka reservoir ini biasanya diletakkan di tempat dengan
eleveasi lebih tinggi daripada tempat-tempat yang menjadi sasaran distribusi. Biasanya
terletak diatas bukit, atau gunung.
Gabungan dari unit-unit pengolahan air ini disebut IPA Instalasi Pengolahan Air. Untuk
menghemat biaya pembangunan, biasanya Intake, WTP, dan Reservoir dibangun dalam
satu kawasan dengan ketinggian yang cukup tinggi, sehingga tidak diperlukan pumping
station dengan kapasitas pompa dorong yang besar untuk menyalurkan air dari WTP ke
reservoir. Setelah dari reservoir, air bersih siap untuk didistribusikan melalui pipa-pipa
dengan berbagai ukuran ke tiap daerah distribusi.

D. Air Limbah/ Sanitasi


Semakin berkembangnya sebuah kota, maka semakin banyak limbah yang dihasilkan
sehingga diperlukan pengolahan air limbah yang baik agar tidak menjadi ancaman bagi
penduduk perkotaan. Pengolahan air limbah bertujuan untuk memurnikan air limbah, yaitu
air yang sudah tercemar dengan zat- zat dari sisa produksi sebuah pabrik maupun kegiatan
rumah tangga sehingga tidak merusak lingkungan maupun membahayakan makhluk hidup
disekitarnya. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam penyaluran air buangan,
yaitu :
sumber atau asal air buangan
PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 109

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

besar atau prosentase air buangan dari air minum


besarnya curah hujan
Sewage Treatment Plant (STP) merupakan sebuah sistem pengolahan air limbah domestik
menjadi air bersih kualitas 3, yang kemudian bisa dimanfaatkan untuk menyiram tanaman
atau dibuang kesungai tanpa mencemari air sungai. Sebelum limbah dibuang kelingkungan,
air hasil olahan harus memenuhi standar limbah yang aman bagi lingkungan. Saat ini
metode STP sudah banyak diterapkan, dimana dengan menggunakan bio septict tank untuk
mengolah limbah rumah tangga.

Sistem Bioseptic Tank Individual


Proses sistem dari Sewage Treatment Plant, dibagi menjadi 3 bagian utama, yaitu:
Pre Treatment
STP System
Effluent Tank

Pelaksanaan pengelolaan limbah cair dilaksanakan dengan menetapkan system yang


direncanakan adalah dengan system individual dengan kriteria sebagai berikut:
Sistem yang digunakan dalam pengelolaan limbah cair dengan memberikan bangunan
pengolah limbah di masing masing lokasi / setempat.
Digunakan untuk mengelola limbah pada bangunan / kawasan bernilai komersil dan
mengikat sebagai persyaratan pembangunan unit komersil.

STP biasanya diletakkan di daerah yang relatif rendah dan diatas MAT (Muka Air Tanah)
yang dilengkapi dengan daerah pengolahannya, dan dekat daerah pembuangannya.
Sedangkan untuk STP individual diletakkan pada setiap blok permukiman ata bangunan.

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 110

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Skema Sistem Pengolahan Air Limbah


Pada dasarnya air limbah domestik terbagi menjadi 2 jenis yaitu, black water dan grey water.
Blackwater adalah istilah yang digunakan untuk air limbah yang mengandung kotoran
manusia. Kelompok air limbah ini harus diolah terlebih dahulu karena mengandung bakteri
patogen. Blackwater dikenal juga dengan istilah sewage. Sedangkan Greywater merupakan
air limbah domestik yang berasal dari dapur (tempat cuci piring / kichen sink), air bekas cuci
pakaian (air bekas dari pipa pembuangan mesin cuci misalnya), dan air mandi (bukan dari
closet). Beberapa kunci utama yang membedakan dari greywater dan blackwater yang saya
kutip dari greywater.com antara lain:
Greywater memiliki kandungan nitrogen yang jauh lebih rendah dibanding blackwater
Greywater mengandung pathogen yang jauh lebih rendah daripada blackwater
Greywater jauh lebih mudah didekomposisi daripada blackwater
Secara umum, greywater dikelola dengan dialirkan dari sumbernya menuju ke bak tampung
terlebih dahulu setelah itu baru menuju ke drainase terdekat. Untuk blackwater dari toilet
mengalir menuju bioseptic tank individual dimana mayoritas sedimen akan mengendap. Jika
ada cairan effluent dari bioseptic tank keluar maka akan menuju ke bak tampung lalu ke
drainase. Dengan cara ini maka air limbah yang keluar ke drainase tidak terlalu
membahayakan dan dalam batas yang normal.

E. Persampahan
Perkotaan atau kawasan metropolitan merupakan perwujudan perkembangan yang alamiah
dari suatu proses globalisasi yang berkembang sangat pesat. Salah satu persoalan yang
dihadapi dari perkembangan kawasan yaitu sampah. Sampah adalah limbah yang bersifat
padat, yang terdiri dari zat atau bahan organik dan non- organik, yang dianggap tidak
berguna/ tidak memiliki manfaat lagi dan harus dikelola dengan baik sedemikian rupa agar
tidak membahayakan lingkungan. Adapun faktor yang mempengaruhi macam, jenis, dan
besarnya timbunan sampah yaitu:
Jenis bangunan yang ada
Tingkat aktivitas
Iklim
PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 111

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Musim
Letak geografis
Topografi
Jumlah penduduk
Sosial- ekonomi
Perkembangan teknologi
Sumber persampahan di perkotaan dapat dibedakan sebagai berikut (Widyadmoko, 2002 :
2) :
a. Sampah Rumah Tangga, merupakan sampah yang berasal dari rumah tangga ini dapat
terdiri dari berbagai macam jenis sampah, antara lain:
-

Sampah Basah atau sampah yang terdiri dari bahan-bahan organik yang mudah
membusuk yang sebagian besar adalah sisa makanan, potongan hewan, sayuran
dan lain-lain.

Sampah Kering yaitu sampah yang terdiri dari logam, seperti besi tua, kaleng bekas
dan sampah kering nonlogam seperti kayu, kaca, keramik, batu-batuan dan sisa kain.

Sampah Lembut misalnya sampah debu yang berasal dari penyapuan lantai rumah,
gedung, penggergajian kayu dn abu yng berasal dari sisa pembakaran kayu, sampah
dan rokok.

Sampah Besar atau sampah yang terdiri dari buangan rumah tangga yang besarbesar seperti meja, kursi, kulkas, televisi, radio dn peralatan dapur.

b. Sampah Komersial, yaitu sampah yang berasal dari kegiatan komersial seperti pasar,
pertokoan, rumah makan, tempat hiburan, penginapan, bengkel, kios dan sebagainya.
Demikian pula dari institusi seperti perkantoran, pendidikan, tempat ibadah, dan lembaglembaga non komersial lainnnya.
c. Sampah Bangunan, yaitu sampah yang berasal dari kegiatan pembangunan termasuk
pemugaran dan pembongkaran suatu bangunan seperti semen, kayu, batu bata, genting
dan sebagainya.
d. Sampah Fasilitas Umum, yaitu sampah ini berasal dari pembersihan dan penyapuan
jalan, trotoar, taman,lapangan, tempat rekreasi dan tempat umum lainnya. Contoh jenis
sampah ini adalah daun, ranting, tempat pembungkus, plastik, rokok, debu dan lain-lain.
Berdasarkan sifatnya sampah digolongkan atas (Hadiwiyoto, 1983:14):
a. Sampah organik, terdiri atas daun-daunan, kayu, kertas, karton, tulang, sisa-sisa
makanan ternak, sayur dan buah
-

Sampah yang tersusun dari senyawa-senyawa organik

Mudah didegradasi oleh mikroorganisme

b. Sampah anorganik, terdiri atas kaleng, plastik, besi dan logam-logam lain, gelas, mika
-

Tidak tersusun dari senyawa-senyawa organik

Tidak dapat didegradasi oleh mikroba.

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 112

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Timbunan sampah menurut SK SNI S-04-1993-03 (Departemen Pekerjaan Umum, 1993),


adalah sampah yang dihasilkan dari sumber sampah. Timbunan sampah digunakan sebagai
pegangan bagi perencana dan pengelola dalam pengelolaan sampah.
Berdasarkan SK SNI-04-1993-03 ditetapkan suatu spesifikasi timbunan sampah untuk kota
sedang dan kota kecil di Indonesia sebagai pegangan bagi perencana dan pengelola dalam
pengelolaan sampah di kota masing-masing. Kota menurut jumlah penduduknya, dapat
dikualifikasikan menjadi tiga yaitu; kota kecil, kota sedang dan kota besar. Kualifikasi kota
didasarkan pada jumlah penduduknya, yaitu :
a. Kota kecil adalah kota yang jumlah penduduknya < 100.000 jiwa
b. Kota sedang adalah kota yang jumlah penduduknya 100.000 s/d 500.000
c. Kota besar adalah kota yang jumlah penduduknya > 500.000
Besaran timbunan sampah dapat berdasarkan komponan sumber sampah dapat dilihat
pada tabel berikut:
Besaran Timbunan Sampah Berdasarkan Komponan Sumber Sampah
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Komponen Sumber Sampah


Rumah permanen
Rumah semi permanen
Rumah non permanen
Kantor
Toko/ruko
Sekolah
Jalan arteri sekunder
Jalan kolektor sekunder
Jalan lokal
Pasar

Satuan
Per orang/hari
Per orang/hari
Per orang/hari
Per orang/hari
Per petugas/hari
Per murid/hari
Per meter/hari
Per meter/hari
Per meter/hari
Per meter2/hari

Volume (liter)
2.25-2.50
2.00-2.25
1.75-2.00
0.50-0.75
2.50-3.00
0.10-0.15
0.10-0.15
0.10-0.15
0.05-0.10
0.20-0.60

Berat (kg)
0.350-0.400
0.300-0.350
0.250-0.300
0.250-0.100
0.150-0.350
0.010-0.020
0.020-0.100
0.010-0.050
0.005-0.025
0.100-0.300

Sumber : SK SNI-04-1993-03

Berat Jenis Komponan Sampah


No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Komponen Sampah
Kertas
Karton
Plastik
Kain
Karet
Kulit
Kaca
Kaleng
Alumunium
Logam lain
Abu/debu dan lain-lain.
Sampah basah

Berat Jenis (kg/m3)


89,71
49,66
65,68
65,68
129,75
160,19
195,43
89,71
160,19
320,38
480,57
288,34

Sumber: Tchobanoglous, 1993:8

Besaran timbunan sampah berdasarkan klasifikasi kota dapat dilihat pada tabel berikut.

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 113

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Besaran Timbunan Sampah Berdasarkan Klasifikasi Kota


No.
1
2

Klasifikasi Kota
Kota sedang
Kota kecil

Satuan
Volume (l/orang/hari)
Berat (kg/orang/hari)
2.75-3.25
0.70-0.80
2.50-2.75
0.625-0.7

Sumber : SK SNI-04-1993-03

Sedangkan untuk kota besar atau metropolitan diharuskan mengadakan pengambilan dan
pengukuran timbunan sampah. Faktor yang mempengaruhi jumlah timbunan sampah antara
lain (Pomalingo, 2000:7):
a. Letak geografis
b. Klimatologis
c. Frekuensi pengumpulan sampah
d. Karakteristik populasi
e. Kebiasaan masyarakat
Kuantitas sampah yang dihasilkanakan dikumpulkan ataupun dikelola dengan
menggunakan sarana dan prasarana, berupa penyediaan;
a. Gerobak 1 M2 untuk 200 KK.
b. Tempat pembuangan sementara (TPS) untuk 150 KK
c. Container sampah dengan volume 6 8 M2 2.000 KK.
Jumlah, Komposisi, Karakteristik Rata-Rata dan Ciri Sampah di Kota-Kota Besar
No.
1

Uraian
Sumber sampah
Sampah rumah tangga
Sampah perkotaan, industri non proses
Jalan-jalan, taman dan lain-lain
Komposisi sampah
Sampah organik
Kertas
Kayu
Plastik
Logam
Kaca
Karet
Jumlah sampah
Produksi sampah
Berat jenis
Karakteristik sampah
Kadar air
Nilai kalor
Kadar abu

Volume
80 %
11 %
9%
79,5 %
8%
3,65 %
3,67 %
1,37 %
0,05 %
0,05 %
0,5-2,5 kg/orang/hari
0,2 kg/orang/hari
60,09 %
5,32 %
10,59 %

Sumber : Hadiwiyoto, 1983:20-21

Terdapat 2 pendekatan yang dilakukan dalam mengendalikan volume sampah, yaitu:


Minimasi sampah yang akan terbentuk

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 114

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Sistem pengelolaan minimasi sampah dengan metode 3R (Reuse, Reduce, Recycle)


yaitu konsep penanganan sampah dengan cara Reduce (mengurangi), Reuse
(menggunakan kembali) dan Recycle (mendaur ulang) sampah mulai dari sumbernya.
Dengan adanya penggunaan metode 3R maka diharapkan akan terjadi reduksi sampah
sehingga jumlah timbulan sampah yang masuk ke TPA tidak melebihi kapasitas dan
tidak memperpendek usia pakai.
Mengelola sampah yang akan terbentuk
Pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Pengelolaan
sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan, atau
pembuangan dari material sampah.

Skema Sistem Pengolahan Sampah


Faktor yang mempengaruhi sistem pengolahan sampah perkotaan, yaitu:
Kepadatan dan penyebaran penduduk
Karakteristik fisik lingkungan dan sosial ekonomi
Timbulan dan karakteristik sampah
Budaya sikap dan perilaku masyarakat
Jarak dari sumber sampah ke TPA
Rencana tata ruang dan pengembangan kota
Sarana pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir
Biaya yang tersedia
Peraturan daerah setempat

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 115

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Teknik operasional pengelolaan sampah dilakukan dengan menggunakan sistem


pewadahan individual tidak langsung, yaitu:
Pewadahan dan Pemilahan
Pewadahan dan pemilahan pada masing-masing sumber sampah dengan
menyediakan 2 unit tong/ bin sampah pada masing-masing rumah tangga untuk jenis
sampah organik dan non organik.
Pengumpulan
Pengumpulan sampah dari tempat pewadahan dengan motor sampah menuju
tempat penampungan sampah sementara
Pengolahan
Sampah organik diolah menjadi kompos (composting), dimanfaatkan untuk pupuk
tanaman
Sampah non organik disuplai ke industri pengolahan untuk didaur ulang.

Pengangkutan Sisa Sampah ke TPA


Sisa sampah yang tidak dapat didaur ulang diangkut menuju lokasi TPA (Tempat
Pembuangan Akhir).

F. Jaringan Listrik
Kebutuhan tenaga listrik di Indonesia terus meningkat sesuai dengan laju pertumbuhan
ekonomi dan pertambahan penduduk. Listrik merupakan bentuk energi yang paling
bermanfaat dan tepat bagi kehidupan manusia modern seperti sekarang ini, dimana energi
listrik mempunyai satu fungsi fundamental yang dapat memberikan suatu kebutuhan atau
pelayanan daya listrik yang diperlukan oleh konsumen.

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 116

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Sistem Jaringan Distribusi Listrik


Program pengembangan listrik diarahkan untuk meningkatkan penyelenggaraan pelayanan
bagi kepentingan umum dengan menyediakan tenaga listrik dalam volume yang mencukupi
serta kualitas yang terus meningkat. Maka perencanaan dan pembangunan kelistrikan
diarahkan pada pembentukan dan pengembangan suatu sistem kelistrikan nasional yang
menjadikan setiap pembangunan kelistrikan bukan merupakan proyek-proyek yang berdiri
sendiri melainkan merupakan bagian dari suatu kesatuan perencanaan yang menyeluruh.

G. Telekomunikasi
Jaringan telekomunikasi pada umumnya terlayani dengan jaringan dari Telkom dan Base
Tranceiver Station (BTS). Untuk skenario penanganan jangka panjang, direkomendasikan
menggunakan sistem fiber optic. Jaringan fiber optic yaitu jaringan berkecepatan tinggi
dengan kabel serat optik yang merupakan helaian optik murni yang sangat tipis dan dapat
membawa informasi digital untuk jarak jauh.

H. Fire Hydrant
Kota besar menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat, dimana merupakan sentra dari
kegiatan ekonomi yang berpengaruh terhadap tingginya arus tenaga kerja baik dari dalam
maupun dari luar wilayah itu sendiri. Masalah yang timbul dari perkembangan perkotaan
yaitu kepadatan penduduk yang berpengaruh terhadap munculnya permukimanpermukiman padat penduduk. Salah satu permasalahan yang timbul dari munculnya
permukiman padat yaiu terjadinya kebakaran. Untuk mengurangi resiko terjadinya
kebakaran pada suatu wilayah maka dibutuhkan perencanaan fire hydrant.
Fire hydrant merupakan salah satu sistem kebakaran dengan sistem yang terorganisir
sehingga memiliki keterkaitan satu sama lainnya yang tidak dapat dipisahkan, sehingga
pada sistem jaringan hydrant apabila salah satu komponen bermasalah akan
mempengaruhi kinerja hydrant secara keseluruhan.
Sistem instalasi jaringan hydrant terdiri dari :

Fire Pumps ( yang meliputi Diesel Pump, Electrical Pump, dan Jockey pump )
Hydrant Pillar
Hydrant Box ( indoor ataupun outdoor )
Hoose reel
Siamese connection ( Fire Department Connection )
Hose
Noozle

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 117

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Konsep Fire Management Area (FMA) atau sering disebut sebagai konsep Wilayah
Manajemen Kebakaran (WMK). WMK merupakan salah satu dasar pokok dalam
perencanaan sistem penanggulangan kebakaran di perkotaan yang menentukan efektivitas
pemadaman suatu areal atau wilayah, disamping penentuan penyediaan air untuk
pemadaman. Untuk menentukan jumlah kebutuhan air untuk pemadaman di setiap WMK
dibutuhkan analisis resiko kebakaran, dimana di dalam analisis tersebut diperhitungkan
volume total bangunan, angka resiko bahaya kebakaran, serta angka klasifikasi konstruksi
bangunan. Konstruksi suatu bangunan harus mampu menciptakan kestabilan struktur
selama kebakaran untuk memberikan waktu bagi penghuni untuk menyelamatkan diri dan
memberikan kesempatan petugas untuk beroperasi.
Konsep WMK dirancang untuk mendukung tercapainya sistem penanggulangan kebakaran
yang efektif yang ditentukan melalui waktu tanggap (respond time) dan bobot serangan
(weight of attack). Waktu tanggap terhadap pemberitahuan kebakaran adalah total waktu
dari saat menerima berita pengiriman pasukan dan sarana pemadaman kebakaran ke
lokasi kebakaran sampai dengan kondisi siap untuk melaksanakan pemadaman kebakaran.
Waktu tanggap terdiri atas waktu pengiriman pasukan dan sarana pemadam kebakaran
(dispatch time), waktu perjalanan menuju lokasi kebakaran, dan waktu menggelar sarana
pemadam kebakaran sampai siap untuk melaksanakan pemadaman (lihat Peraturan
Menteri PU No. 25/PRT/M/2008 sebagai referensi). Untuk kondisi di Indonesia, waktu
tanggap tidak lebih dari 15 (lima belas) menit. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu
tanggap adalah :
Sistem pemberitahuan kejadian kebakaran untuk menjamin respon yang tepat;
Tipe layanan yang dilakukan oleh instansi penanggulangan kebakaran;
Ukuran atau luasan wilayah yang dilayani termasuk potensi bahaya di lokasi WMK dan
kapasitas kemampuan yang ada;
Perjalanan petugas & kendaraan pemadam menuju ke lokasi kebakaran.

Untuk menjamin kualitas bobot serangan dan respond time yang tepat termasuk unsur jarak
atau aksesibilitas maka ditentukan pos-pos pemadam kebakaran dalam setiap WMK.
Secara kuantitas disebutkan bahwa daerah layanan dalam setiap WMK tidak melebihi radius
7,5 km, di luar daerah tersebut dikategorikan sebagai daerah yang tidak terlindung
(unprotected area). Daerah yang sudah terbangun harus mendapatkan perlindungan dari
mobil pemadam kebakaran yang pos terdekatnya berada dalam jarak 2,5 km dan berjarak
3,5 km dari sektor.
Berdasarkan unsur-unsur di atas, maka selanjutnya dibuat peta jangkauan layanan
penanggulangan kebakaran secara rinci yang menunjukkan lokasi dari setiap pos pemadam
di wilayah tersebut. Peta jangkauan layanan penanggulangan kebakaran secara geografis
bisa kurang tepat dengan mengingat adanya jalan atau infrastruktur lainnya, sungai, bukitbukit dan batas-batas fisik lainnya. Penerapan WMK memiliki peran strategis dalam
penentuan persyaratan sumber air untuk pemadaman kebakaran di wilayah kota.
Kebutuhan air untuk setiap WMK ditentukan dengan analisis resiko kebakaran dengan
memperhitungkan potensi bahaya kebakaranyang terdapat dalam WMK, yang dinyatakan
dalam volume bangunan yang terkena kebakaran, kelas bahaya hunian, kelas konstruksi
bangunan dan factor bahaya kebakaran. Bagan Alir untuk menyusun Rencana Induk Sistem
Penanggulangan Kebakaran Kota / kabupaten (Permen PU No. 25/PRT/M/2008) Dari
kebutuhan air total yang dibutuhkan pada setiap WMK, serta dengan memperhitungkan laju
pengeluaran air (delivery rate) dan laju penerapan air efektif (application rate) untuk
PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 118

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

pemadaman kebakaran, maka dapat ditentukan kebutuhan pos atau stasiun kebakaran
yang memadai termasuk sarana hidran, mobil tangki dan titik-titik penghisapan air yang
diperlukan untuk menjamin efektivitas pemadaman kebakaran. Dari volume ini dapat
direncanakan jumlah dan kualifikasi personil, sarana, peralatan dan kelengkapan penunjang
lainnya. Peralatan sederhana seperti Alat Pemadam Api Ringan (APAR) sebaiknya tersedia
pada tiap pos kebakaran lingkungan (min 10 buah @ 10 kg).

5. Penyusunan Peta Keterpaduan Pembangunan Infrastruktur


Peta Keterpaduan pembangunan infrastruktur yang bersisi peta rencana keterpaduan
pembangunan infrastruktur kePUan (A, B, C PR) dan infrsatruktur lainnya (energi, ICT,
Transportasi).

6. Perumusan Rencana Tapak dan DED Anjungan Cerdas


Anjungan Cerdas yang sekaligus berfungsi sebagai Roadside Service Station (Rossita)
merupakan perluasan model tempat istirahat melalui adopsi konsep Michinoeki yang berasal dari
Jepang. Anjungan ini direncanakan dan didesain untuk membangun komunitas dan memfasilitasi
hubungan antara masyarakat lokal dan pengguna jalan, menyediakan kesempatan berbisnis bagi
masyarakat lokal, dan sebagai tempat penyediaan pelayanan publik (antara lain layanan
kesehatan, aktivitas pendidikan dan kebudayaan) (Yokota, 2014). Anjungan Cerdas merupakan
bagian dari skema investasi infrastruktur kewilayahan yang dipandang sebagai alat yang efektif
untuk mempromosikan dan mengaplikasikan pembangunan berbasis komunitas (communitydriven development atau CDD) yang mampu mengakomodasi kebutuhan sosial maupun ekonomi
pengguna jalan dan masyarakat lokal, selain memiliki fungsi untuk keselamatan jalan.
Kata cerdas dimaknai sebagai nilai baru yang diinginkan dari fungsi anjungan ini, bahwa selain
dapat memberikan dukungan terhadap manfaat umum, anjungan ini juga diharapkan dapat
mendorong interaksi yang baik antara pengguna jalan, masyarakat dan pemerintah lokal, dan
pemerintah pusat sebagai pembina infrastruktur wilayah dalam mendorong terwujudnya pusat
kegiatan baru di sekitar jalan arteri sehingga fungsi dan ciri jalan arteri dapat dipertahankan
semaksimal mungkin.
Dengan fungsi tersebut, stasiun pelayanan sisi jalan selain menjadi perlengkapan jalan dengan
fungsi keselamatan, turut menjadi sarana pemberdayaan masyarakat. Masyarakat lokal dapat
berpartisipasi secara aktif dalam perekonomian atau sebagai inkubator bisnis melalui kemudahan
berwiraswata. Sebagai skema investasi, stasiun pelayanan sisi jalanAnjungan Cerdas juga
berperan sebagai simpul pertukaran informasi kewilayahan yang mengkombinasikan pergerakan
pengguna jalan dengan komunitas lokal, sehingga terjadi aktivitas komersil dan pelayanan publik.
Sejumlah aspek masih memerlukan pertimbangan untuk mendorong Anjungan Cerdas sebagai
skema pengembangan wilayah yang efektif. Keterlibatan stakeholder perlu diperhatikan karena
melibatkan berbagai pemangku kepentingan, meliputi pengendara, komunitas lokal dan
pemerintah. Para stakeholder juga harus mampu berkomunikasi untuk mengetahui kebutuhan
dan kemungkinan kerjasama dan partisiapasi dalam perencanaan, pembangunan dan
operasinya. Adanya permintaan yang nyata dan jelas diperlukan untuk mendengar aspirasi dan
kepentingan penduduk lokal dan untuk berdiskusi Agar stasiun pelayanan sisi jalanAnjungan
Cerdas berperan secara ekonomi, diilakukan penyediaan produk lokal yang unit dan berbeda

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 119

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

dibandingkan dengan tempat. Ketika penduduk mendapatkan keuntungan dari produk yang dijual,
maka penduduk akan semakin tremotivasi untuk menciptakan produk yang lebih baik.
Pengembangan stasiun pelayanan sisi jalan / Anjungan Cerdas memiliki peran yang luas dan
multifungsi, yaitu tidak hanya sebagai perlengkapan jalan dengan fungsi utama untuk beristirahat,
melainkan juga pemberdayaan ekonomi lokal. Anjungan Cerdas juga berupa wadah inkubasi
bisnis bagi penduduk lokal maupun sebagai penghubung regional (regional linkages) yang
menjembatani kebutuhan informasi antara pengguna jalan dan berbagai potensi ekonomi di
sepanjang jalan maupun pada wilayah atau kawasan. Oleh karena itu, kajian pengembangan
Anjungan Cerdas sebagai bentuk skema investasi pada kawasan tertentu dilakukan.. Hal ini
dimaksudkan agar wilayah- wilayah atau kawasan-kawasan tersebut mampu mendapatkan
manfaat sebesar-besarnya atas pengembangan Anjungan Cerdas.

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 120

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 121

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Perancangan Anjungan Cerdas/rest area yang berkelanjutan akan menyeimbangkan pelestarian


view, lingkungan dan budaya lokal dan daerah sekitarnya dengan mobilitas, keselamatan,
pemeliharaan, konservasi energi dan persyaratan desain, serta ekonomi dengan
mempertimbangkan;
a. Perencanaan Tapak dan Tata Guna Lahan.
Perencanaan tapak adalah seni dan pengetahuan bagaimana mengatur dan memanfaatkan
bagian-bagian dari suatu tapak. Rencana tapak adalah pedoman untuk membangun.
Rencana yang bagus belum tentu efisien, karena tapak mempunyai masalah dan potensi
yang belum tentu tepat untuk semua jenis kebutuhan.

Gambar 35. Pendekatan Generik Perencanaan Anjungan Cerdas


b. Perancangan Tapak
1) Pengaruh Lingkungan Sekitar terhadap Tapak dan Pengaruh Perencanaan Tapak
terhadap Lingkungan Sekitar.
Perancangan tapak ini dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan seperti aspek urban dan
anlisa tapak, seperti penentuan letak akses masuk utama dan samping, sirkulasi dan
parkir serta penataan zoning bangunan. Secara Urban, lokasi tapak yang sangat dekat
dengan area-area perdagangan dan fasilitas umum menjadikan area pusat photografi ini
menjadi salah satu bagian dari area-area tersebut, sehingga perlu adanya suatu
kekhasan tersendiri bagi bangunan ini.

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 122

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

Bangunan yang di rencanakan ini memiliki beberapa massa bangunan yang menyebar
sesuai dengan fungsinya, sehingga di perlukan suatu bentuk yang dapat terlihat secara
visual sebagai penangkap (vocal point) dari area pusat fotografi ini.
Selain itu juga di harapkan dari bangunan ini akan dapat menjadi salah satu daya tarik
tersendiri bagi lingkungan sekitarnya.
2) Pencapaian Tapak
Pencapaian tapak dari luar dapat di capai dari dua akses jalan raya. Pemikiran akan
pencapaian tapak sengaja di bagi menjadi dua dengan memperhatikan akan kebutuhan
parkir dan pencapaian ke dalam bangunan. Selain itu juga kembali memperhatikan akan
kedua sasaran pengunjung dari pusat potografi ini sendiri yang terbagi atas masyarakat
umum dan masyarakat fotografi. Pencapaian dari akses utama lebih di tujukkan kepada
masyarakat umum yang berkepentingan di area ini hanya untuk jangka waktu yang tidak
terlalu lama, sedangkan akses masuk dari jalan masuk samping (side enterance) lebih
di tujukkan kepada pengelola atau pengunjung tetap untuk memudahkan pencapaian ke
fasilitas-fasilitas bangunan.
Jalan masuk servis di capai dari jalan masuk utama, akan tetapi pencapaiannya kearah
servis memiliki jalan tersendiri yang sama dengan jalan dari para pengelola dan
karyawan fasilitaspusat fotografi ini. Jalan masuk untuk mobil pemadam kebakaran juga
di asumsikan dapat melalui jalan yang sama.
3) Sirkulasi dalam Tapak
Sirkulas di dalam tapak di bagi atas sirkulasi kendaraan dan sirkulasi pengunjung. Untuk
sirkulasi kendaraan dalam tapak bagi menjadi sirkulasi mobil dan sirkulasi sepeda motor,
serta di terapkan sistem sirkulasi dua arah, kecuali pada daerah penurunan penumpang
di depan bangunan penerima.
Untuk sirkulasi pengujung dapat di bedakan menjadi dua yaitu sirkulasi penghuni tetap
(masyarakat dan pengelola) dan sirkulasi pengunjung (masyarakat umum). Untuk pola
sirkulasi pengunujung dan penghuni dapat di lihat skemanya. Sistem sirkulasi secara
keseluruhan bersifat radialdengan bertumpu pada satu area terbuka di tengah tapak
yang berfungsi sebagai area terbuka. Dari hal inilah kemudian sistem sirkulasi menyebar
kemasing-masing fasilitas yang ada. Sirkulasi pengunjung dan penghuni dapat saling
overlaap satu dengan yang lainnya. Sirkulasi pengunjung dari bangunan penerima lebih
di arahkan untuk menuju ke hall di tengah dulu sebelum di arahkan menuju ke masingmasing fasilitas bangunan, sementara sirkulasi penghuni di arahkan langsung dari satu
fasilitas ke fasilitas lainnya untuk memudahkan pencapaian kedalam bangunan.
Pola sirkulasi dalam bangunan bisa bersifat linear dan menyebar, jadi dalam satu fasilitas
memiliki akses masuk tersendiri. Akses masuk dalam bangunan juga tetap dibedakan
sesuai dengan konsep sasaran dari perancangan pusat anjungan cerdas ini, yaitu akses
penghuni dan akses pengunjung, untuk memudahkan pencapaian di dalam ruang.
Sistem sirkulasi terdiri dari;
a)
b)
c)
d)
e)

Pintu masuk
Tata letak bangunan
Hirarki jalan, demensi dan ukuran
Pedestrian
Kelengkapan jalan (drainase, bahujalan, pembatas)

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 123

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

f)

Kelengkapan vegetasi

4) Analisis Tapak
Analisis tautan merupakan suatu kegiatan riset praperancangan yang memusat pada
kondisi-kondisi yang ada, dekat dan potensial pada dan di sekitar sebuah tapak proyek.
Analisis tersebut, sedikit banyak, merupakan suatu penyelidikan atas seluruh tekanan,
gaya, dan situasi serta perhubungan timbale baliknya pada lahan di mana anjungan akan
didirikan.
Peran utama dari analisis tautan dalam perancangan adalah memberi kita informasi
mengenai tapak kita sebelum memulai konsep-konsep perancangan kita sehingga
pemikiran dini kita tentang bangunan kita dapat menggabungkan tanggapan-tanggapan
yang berarti terhadap kondisi-kondisi luaran.
Persoalan-persoalan tapak yang khas yang di tunjukkan pada suatu analisis tautan
adalah lokasi tapak, ukuran, bentuk, kontur, pola-pola drainase, tata wilayah dan garis
sempadan, utilitas, cirri-ciri di atas tapak yang penting (bangunan, pepohonan, dll), lalu
lintas di sekitarnya, pola-pola lingkungan, pemandangan kea rah dan tapak seta
iklim.Sebagai perancang kita perlu mengetahui sesuatu hal mengenai persoalanpersoalan ini agar dapat merancang sebuah bangunan yang berhasil yang tidak hanya
memenuhi pertanggung jawab internalnya saja (fungsi) tetapi juga berhubungan baik
dengan lingkungan eksternalnya. Karena bangunan kita akan berada untuk banyak
tahun, analisis tautan kita haruslah mencoba membahas kondisi-kondisi di masa depan
yang potensial dan juga kondisi-kondisi yang dapat kita amati pada tapak sekarang ini.
Beberapa dari perspoalan-persoalan yang serupa dalam kaitan ini adalah pola-pola
tatawilayah yang berubah-ubah di sekitar tapak kita, perubahan arah pada jalan-jalan
besar dan kecil, pola-pola cultural yang berubah-ubah di lingkungan sekitar dan
pembangunan proyek-proyek yang penting yang berdekatan yang membawa dampak
pada tapak anjungan cerdas yang meliputi;
a) Pengolahan fisik alam
b) Geometri jalan yang memperhitungkan alinyemen vertikal dan horisontal, jarak
pandang, serta arus lalu lintas.
c) Orientasi kendaraan pengunjung melalui traffic flow dan fasilitas parkir untuk tiap
jenis kendaraan dengan koordinasi arah pejalan kaki dan jalur pedestrian menuju
area utama rest area.
d) Sistem infrastruktur dan utilitas
e) Design Rekayasa tapak (cut & fill kontur, kalan/pedestrian, drainase, turap,
perkerasan)
f) Layout termasuk parkir, pencahayaan (lighting dan sirkulasi, bangunan, vegetasi
dan kenyamanan (amenities).
g) Grading dan drainase harus harmonis dengan bentuk lahan dan lingkungan serta
mengikuti kelerengan yang ada dan pola drainase alam.
h) Tata vegetasi
i) Landscape Architectural Elements: planting dan hardscape.
j) Gubahan massa dan bentuk bangunan
k) Penerapan Sustainable Architecture
5) Dokumen DED Anjungan Cerdas
a) Membuat gambar-gambar detail perencanaan terdiri dari gambar arsitektur, struktur,
mekanikal dan elektrikal dan detail landscape
PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 124

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

b)
c)
d)
e)

Dalam menyusun gambar detail dengan mengacu pada kebijakan dan


persyaratan yang ditetapkan khusus untuk bangunan Pemerintah daerah
disesuaikan dengan fungsi bangunan
- Gambar-gambar detail struktur disertai dengan data hitungan pembebanan
struktur dengan mempertimbangkan keselamatan pengguna.
- Gambar-gambar detail mekanikal dan elektrikal disertai dengan data hitungan
dan system operasi dan prosedur penggunaan dengan mempertimbangkan
keselamatan pengguna.
- Sistem penyelamatan dalam keadaan bahaya atau darurat untuk bangunan
yang kompleksitasnya tinggi ataupun dengan ketinggian lebih dari 2 lantai harus
direncanakan sesuai dengan persyartan keselamatan bangunan misalnya
untuk peletakan tangga darurat untuk penyelamatan ketika ada kebakaran,
lampu peringatan tanda kebakaran, detector asap, fire alarm dan system
pemadam kebakaran harus juga direncanakan dan digambarkan detailnya .
Menyusun Dokumen Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
Menyusun Spesifikasi Teknis
Menyusun Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Menyusun Bill of Quantity (BoQ)

7. Penyusunan Dokumen Pengadaan Jasa Pembangunan Anjungan Cerdas

Dokumen yang disipakan merupakan Dokumen Lelang yang terdiri dari;


a.
a.
b.
c.
d.

Gambar Kerja
Dokumen Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
Dokumen Spesifikasi Teknis
Dokumen Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Bill of Quantity (BoQ)

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

V - 125

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

V.2. ORGANISASI DAN PERSONIL


SATKER PUSAT
PENGEMBANGAN
KAWASAN STRATEGIS

Ahli Pengembangan Wilayah


(Team Leader)
TENAGA AHLI

Ahli Teknik Jalan


& Transportasi
Ahli Geologi &
Pertambangan
Ahli Sosial
Budaya
Ahli Teknik
Kelistrikan

Ahli Ekonomi
Wilayah

Ahli Teknik
Air Limbah

Ahli Pengelolaan
Sumber Daya Laut
Ahli
Pemetaan
Ahli
Pembiayaan
Program
Ahli
Penanganan
Bencana Alam

TENAGA PENDUKUNG

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

Sekretaris

Ahli Teknik
Persampahan
Ahli Perkebunan
dan Pertanian

Ahli
Kemitraan

Ahli Teknik
Air Minum
Ahli Komunikasi
Massa

Ahli
Arsitektur

Ahli
Pengelolaan
Hutan
Ahli
Pengembangan
Kawasan Industri

Ahli
Lansekap
Ahli
Pengembangan
Sumber Daya Air

Ahli Sipil Bangunan/


Pengembangan
Perumahan

Operator Komputer

Ahli Lingkungan
Hidup
Ahli Desain
Grafis
Ahli Teknik
Komunikasi
Ahli
Pengembangan
Pariwisata
Ahli Penyiapan
Dokumen Tender
(Cost Estimator)

Operator Digitasi

V - 126

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metro Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

VI - 1

USULAN TEKNIS
Rencana Pengembangan Kawasan Metro Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

PT.WISWAKHARMAN
Jl. Bukit Tenis, No. 4 Bukit Sari, Semarang
Telp. (024) 7463033; Fax. (024) 7474561

VIII - 1

Anda mungkin juga menyukai