evisi
encana Tata Ruang Wilayah
Kota Banda Aceh
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Tahun 2006 - 2016
Laporan Akhir
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Kata Pengantar
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Banda Aceh merupakan rencana induk yang akan dijadikan
sebagai pedoman/acuan bagi pemerintah kota dalam melakukan pembangunan/pengembangan Kota Banda
Aceh. Mengingat pada akhir tahun 2004 telah terjadi bencana gempa dan tsunami di Provinsi NAD
khususnya Kota Banda Aceh yang mengakibatkan terjadinya perubahan pemanfaatan ruang dan struktur
ruang kota yang ada, sehingga diperlukan kegiatan penyempurnaan atau Revisi RTRW Kota Banda Aceh
agar dapat relevan dengan kondisi setelah bencana tersebut.
Kegiatan ini merupakan penyempurnaan dari produk RTRW Kota Banda Aceh 2002 – 2010 (sebelum
bencana gempa dan tsunami) dengan memperhatikan aspirasi masyarakat Kota Banda Aceh dan merujuk
Urgent Plan of Banda Aceh City yang telah disusun oleh JICA serta studi-studi keruangan yang ada pasca
bencana gempa dan tsunami.
Dokumen Laporan Akhir disusun sebagai produk dokumen pertama dari pekerjaan “Revisi Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) 2006 – 2016 Kota Banda Aceh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam”
kerjasama antara Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) NAD-Nias dengan konsultan pelaksana.
Mudah-mudahan laporan ini dapat bermanfaat dan menjadi dasar untuk penyusunan rencana tahap yang
lebih rinci. Atas bantuan dan kerja sama semua pihak hingga tersusunnya dokumen ini, kami ucapkan terima
kasih.
Laporan Akhir
i
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Daftar Isi
BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang --------------------------------------------------------------------------------------------- I-1
1.2 Issue Pokok Dalam Penyusunan Revisi RTRW ----------------------------------------------------- I-3
1.3 Maksud, Tujuan dan Sasaran ---------------------------------------------------------------------------- I-3
1.4 Lingkup Studi ---------------------------------------------------------------------------------------------- I-4
1.5 Wilayah Studi ---------------------------------------------------------------------------------------------- I-4
1.6 Substansi ---------------------------------------------------------------------------------------------------- I-4
1.7 Metodologi ------------------------------------------------------------------------------------------------- I-5
1.7.1 Azaz Rencana -------------------------------------------------------------------------------------- I-5
1.7.2 Pendekatan Penataan Ruang -------------------------------------------------------------------- I-6
1.7.3 Tahapan Pekerjaan -------------------------------------------------------------------------------- I-8
1.8 Sistematika Laporan -------------------------------------------------------------------------------------- I - 12
Laporan Akhir
ii
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir
iii
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir
iv
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Daftar Tabel
BAB 2
Tabel 2.1 Peran, Fungsi dan Kedudukan Kota Banda Aceh -------------------------------- II - 2
Tabel 2.2 Luas dan Prosentase Wilayah Kecamatan di Kota Banda Aceh ---------------- II - 3
Tabel 2.3 Sungai di Kota Banda dan Aceh ----------------------------------------------------- II - 5
Tabel 2.4 Luas Penggunaan Lahan Berdasarkan Kecamatan di Kota Banda Aceh
Tahun 2002 ------------------------------------------------------------------------------ II - 10
Tabel 2.5 Luas dan Persentase Tingkat Kepadatan Kawasan Terbangun di
Kota Banda Aceh Tahun 2005 ------------------------------------------------------ II - 11
Tabel 2.6 Pola Penggunaan Lahan Kota Banda Aceh
Tahun 2005 ------------------------------------------------------------------------------ II - 12
Tabel 2.7 Pembagian Zona, Fungsi dan Penggunaan Lahan
Kota Banda Aceh Menurut URRP BAC -------------------------------------------- II - 17
Tabel 2.8 Rencana Intensitas Pemanfaatan Ruang di Kota Tahun 2010 ------------------ II - 20
Tabel 2.9 Jumlah Penduduk di Kota Banda Aceh Tahun 2001-2003 ---------------------- II - 23
Tabel 2.10 Jumlah Penduduk Pasca Tsunami di Kota Banda Aceh -------------------------- II - 25
Tabel 2.11 Proyeksi Penduduk Kota Banda Aceh --------------------------------------------- II - 28
Tabel 2.12 Tingkat Kepadatan Penduduk di Kota Banda Aceh Tahun 2003 -------------- II - 29
Tabel 2.13 Tingkat Kepadatan Penduduk di Kota Banda Aceh
Pasca Tsunami -------------------------------------------------------------------------- II - 30
Tabel 2.14 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kota Banda Aceh
Tahun 2003 ------------------------------------------------------------------------------ II - 31
Tabel 2.15 Jumlah Penduduk Laki-Laki dan Perempuan Pasca Tsunami
Di Kota Banda Aceh ------------------------------------------------------------------ II - 32
Tabel 2.16 Jumlah & Titik Lokasi Pengungsi dalam Wilayah Kota Banda Aceh ---------- II - 33
Tabel 2.17 Kondisi PDAM Tirta Daroy --------------------------------------------------------- II - 40
Tabel 2.18 Kondisi Sampah Berdasarkan Jenisnya -------------------------------------------- II - 43
Tabel 2.19 Kondisi Saluran dan Pintu Air Sebelum dan Setelah Bencana Tsunami ------- II - 46
Tabel 2.2 Banyaknya Fasilitas Telepon di Kota Banda Aceh Tahun 2004-2005 --------- II - 47
Laporan Akhir
v
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
BAB 3
Tabel 3.1 Pembagian Zona Pada BWK Barat Kota Banda Aceh --------------------------- III - 9
Tabel 3.2 Pembagian Zona Pada BWK Utara Kota Banda Aceh -------------------------- III - 10
Tabel 3.3 Pembagian Zona Pada BWK Selatan Kota Banda Aceh ------------------------ III - 11
Tabel 3.4 Pembagian Zona Pada BWK Timur Kota Banda Aceh ------------------------- III - 11
Tabel 3.5 Rencana Distribusi Penduduk Kota Banda Aceh Tahun 2016 ----------------- III - 12
Tabel 3.6 Rencana Sistem Pusat Pelayanan ---------------------------------------------------- III - 13
Tabel 3.7 Rencana Penggunaan Lahan Tahun 2016 ------------------------------------------ III - 15
Tabel 3.8 Rencana Kawasan Budidaya --------------------------------------------------------- III - 21
Tabel 3.9 Rencana Kepadatan Bangunan ------------------------------------------------------ III - 25
Tabel 3.10 Rencana Koefisien Lantai Bangunan ------------------------------------------------ III - 27
Tabel 3.11 Rencana Ketinggian Bangunan ------------------------------------------------------ III - 28
Tabel 3.12 Rencana Ketinggian Bangunan ------------------------------------------------------ III - 29
Tabel 3.13 Proyeksi Kebutuhan Air Kota Banda Aceh Tahun 2011 dan 2016 ------------ III - 36
Tabel 3.14 Proyeksi Timbulan Sampah Kota Banda Aceh Tahun 2011 dan 2016 -------- III - 40
Tabel 3.15 Periode Ulang Saluran Drainase ----------------------------------------------------- III - 44
Tabel 3.16 Rencana Flood Canal ------------------------------------------------------------------ III - 45
Tabel 3.17 Normalisasi Sungai Dalam Kota ----------------------------------------------------- III - 45
Tabel 3.18 Debit dan Dimensi Saluran Primer -------------------------------------------------- III - 46
Tabel 3.19 Jumlah dan Lokasi Retarding Pond, Pintu Air dan Pompa ---------------------- III - 47
Tabel 3.20 Proyeksi Kebutuhan Listrik Kota Banda Aceh Tahun 2011 dan 2016 ------- III - 55
Tabel 3.21 Proyeksi Kebutuhan Jaringan Telepon Kota Banda Aceh Tahun 2011
dan 2016 ---------------------------------------------------------------------------------- III - 55
Laporan Akhir
vi
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Tabel 3.22 Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Pendidikan Kota Banda Aceh Tahun 2011
dan 2016 --------------------------------------------------------------------------------- III - 56
Tabel 3.23 Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Kesehatan Kota Banda Aceh Tahun 2011
dan 2016 --------------------------------------------------------------------------------- III - 57
Tabel 3.24 Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Peribadatan Kota Banda Aceh Tahun 2011
dan 2016 --------------------------------------------------------------------------------- III - 57
BAB 4
Tabel 4.1 Daftar Stakeholder Revisi RTRW Kota Banda Aceh Tahun 2006 ------------- IV - 21
Tabel 4.2 Dasar Pembebanan Biaya IMB ------------------------------------------------------ IV - 30
Tabel 4.3 Indikasi Program Pengembangan Kota Banda Aceh Tahun 2007 - 2016 ----- IV - 47
Laporan Akhir
vii
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Daftar Gambar
BAB 2
Gambar 2.1 Kota Banda Aceh ----------------------------------------------------------------------------II - 3
Gambar 2.2 Bentang Alam Kota Banda Aceh ---------------------------------------------------------II - 4
Gambar 2.3 Grafik Klimatologi Kota Banda Aceh ---------------------------------------------------II - 6
Gambar 2.4 Struktur Patahan Semangko ---------------------------------------------------------------II - 7
Gambar 2.5 Peta Konsep Struktur Kota Banda ACeh Tahun 2016 --------------------------------II - 9
Gambar 2.6 Grafik Luas Penggunaan Lahan Berdasarkan Kecamatan di Kota Banda Aceh
Tahun 2005 -----------------------------------------------------------------------------------II - 11
Gambar 2.7 Grafik Luas Kerusakan Lahan di Kota Banda Aceh -----------------------------------II - 13
Gambar 2.8 Peta Penggunaan Lahan Kota Banda Aceh Tahun 2005 ------------------------------II - 14
Gambar 2.9 Identifikasi Kerusakan Lahan di Kota Banda Aceh Pasca Tsuami ------------------II - 15
Gambar 2.10 Kondisi Lahan di Kota Banda Aceh Pasca Tsunami ----------------------------------II - 14
Gambar 2.11 Peta Arahan Kesesuaian Zonasi Fisik Di Kota Banda Aceh Pasca Tsunami -----II - 16
Gambar 2.12 Peta Pembagian Zona Fisik Kota Banda Aceh ------------------------------------------II - 19
Gambar 2.13 Grafik Perkembangan Penduduk di Kota Banda Aceh -------------------------------II - 24
Gambar 2.14 Grafik Penurunan Jumlah Penduduk dan Jumlah Pengungsi di
Kota Banda Aceh Pasca Bencana Tsunami ---------------------------------------------II - 25
Gambar 2.15 Persebaran Jumlah Orang yang Meninggal dan Hilang di
Kota Banda Aceh Pasca Bencana Tsunami ---------------------------------------------II - 26
Gambar 2.16 Grafik Tingkat Kepadatan Penduduk di Kota Banda Aceh Tahun 2003 ----------II - 29
Gambar 2.17 Grafik Penurunan Kepadatan Penduduk di Kota Banda Aceh Pasca
Bencana Tsunami ----------------------------------------------------------------------------II - 31
Gambar 2.18 Grafik Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kota Banda Aceh
Tahun 2003 -----------------------------------------------------------------------------------II - 32
Gambar 2.19 Grafik Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kota Banda Aceh ------II - 36
Gambar 2.20 Grafik distribusi PDRB Atas Harga Berlaku Per Sektor di Kota Banda Aceh ----II - 36
Gambar 2.21 Grafik Jumlah Pencari Kerja yang Ditempatkan ----------------------------------------II - 37
Gambar 2.22 Grafik Jumlah Pencari Kerja Yang Ditempatkan di Kota Banda Aceh Selama
Periode Tahun 2000 - 2004 ----------------------------------------------------------------II - 38
Gambar 2.23 Jaringan Jalan Kota banda Aceh Sebelum Tsunami -----------------------------------II - 39
Gambar 2.24 IPLT di Gampong Jawa yang Direhabilitasi Pada Desember 2005 -----------------II - 42
Gambar 2.25 Rute Operasional Truk Angkutan Sampah dan Lokasi Kontainer DKP
Kota Banda Aceh -----------------------------------------------------------------------------II - 44
Gambar 2.26 Peralatan Berat Yang Dimiliki DKP Kota Banda Aceh -------------------------------II - 45
Laporan Akhir
viii
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
BAB 3
Gambar 3.1 Tahapan Pengembangan Kota Banda Aceh ---------------------------------------------III - 3
Gambar 3.2 Peta Rencana Struktur Ruang --------------------------------------------------------------III - 5
Gambar 3.3 Peta Arahan Fungsi Berdasarkan Zona Fisik BWK ------------------------------------III - 8
Gambar 3.4 Peta Rencana Kawasan Lindung dan Ruang Terbuka Hijau -------------------------III - 18
Gambar 3.5 Peta Rencana Cagar Budaya ----------------------------------------------------------------III - 20
Gambar 3.6 Peta Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun 2016 -----------------------------------------III - 24
Gambar 3.7 Peta Jaringan Jalan ---------------------------------------------------------------------------III - 31
Gambar 3.8 Tipikal Potongan Melintang Jalan Poros dan Lingkar Kota Banda Aceh ----------III - 32
Gambar 3.9 Jalan Di Atas Tanggul Laut ----------------------------------------------------------------III - 33
Gambar 3.10 Peta Rencana Jaringan Air Bersih ---------------------------------------------------------III - 38
Gambar 3.11 Denah Lokasi Pembuangan Akhir Sampah dan IPLT Gampong Jawa Serta
Rencana LPA dan IPLT Baru -------------------------------------------------------------III – 39
Gambar 3.12 Pembagian Zona Drainase Kota Banda Aceh -------------------------------------------III - 42
Gambar 3.13 Peta Rencana Jaringan Saluran Primer ---------------------------------------------------III - 49
Gambar 3.14 Sketsa Detected Breakwater ---------------------------------------------------------------III - 52
Gambar 3.15 Sketsa Dinding Penahan Gelombang (Seawall ) ----------------------------------------III - 52
Gambar 3.16 Skematis Embankment (Tanggul) --------------------------------------------------------III - 53
Gambar 3.17 Skematis Coastal Forest ---------------------------------------------------------------------III - 53
Gambar 3.18 Tidal Gate -------------------------------------------------------------------------------------III - 54
Gambar 3.19 Peta Jalan Pelarian Darurat -----------------------------------------------------------------III - 59
BAB 4
Gambar 4.1 Model 1 ; Perencanaan Strategis Pembangunan Daerah Berjalan Beriringan
Secara Kohesif dengan Perencanaan Strategis Tata Ruang Wilayah -----------------IV - 8
Gambar 4.2 Model II : Rencana Strategis Memayungi Rencana Pembangunan Daerah/
Sektoral dan Rencana Tata Ruang Wilayah ---------------------------------------------IV - 9
Laporan Akhir
ix
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
BAB
I
PENDAHULUAN
Gempa bumi yang diikuti gelombang tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 dan
gempa susulan pada tanggal 28 Maret 2005, telah meluluhlantakkan sebagian besar
wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera
Utara dengan korban lebih dari 200.000 (dua ratus ribu) jiwa meninggal dan
meninggalkan kerusakan fisik yang luar biasa. Oleh karena itu, wilayah ini harus
direncanakan dan ditata kembali mengikuti kaidah-kaidah dan norma-norma perencanaan
yang tepat dengan memasukkan aspek mitigasi terhadap bencana alam dalam rangka
meminimalkan resiko di kemudian hari dengan memberikan kesempatan masyarakat
untuk berpartisipasi dalam proses perencanaan dan implementasinya.
Dalam rangka percepatan proses penanganan bencana dan dampak luar biasa
yang ditimbulkan tersebut, Pemerintah mengeluarkan Perpu No. 2 Tahun 2005 tentang
Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi NAD dan
Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara, serta mengeluarkan Perpres No. 30 Tahun 2005
tentang Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat
Provinsi NAD dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara sebagai acuan bagi proses
percepatan tersebut. Rencana Induk ini merupakan dasar bagi perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan.
Tujuan penataan ruang wilayah Aceh dan Nias pasca bencana gempa bumi dan
tsunami adalah membangun kembali wilayah, kota, kawasan, dan lingkungan
permukiman yang rusak akibat bencana gempa dan tsunami sehingga masyarakat dapat
segera melakukan aktivitasnya dalam kondisi yang lebih baik dan aman dari bencana.
Laporan Akhir
I-1
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir
I-2
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Maksud pekerjaan ini adalah membantu menyusun acuan bagi Pemerintah Kota
dalam melaksanakan program-program pembangunan sebagai wujud operasionalisasi dari
Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD dan Nias.
Laporan Akhir
I-3
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Tujuan pekerjaan ini adalah menyusun RTRWK Banda Aceh, yang berfungsi
sebagai acuan spasial dalam membangun kembali wilayah, kota, kawasan, dan
lingkungan permukiman yang rusak akibat bencana gempa dan tsunami sehingga
masyarakat dapat segera melakukan aktivitasnya dalam kondisi kualitas tata ruang yang
lebih baik dan aman dari bencana juga dapat mengoptimalkan pertumbuhan ekonomi
wilayah. Sasaran yang hendak dicapai dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
a. Tersusunnya Revisi RTRW Kota Banda Aceh.
b. Terselenggaranya konsultasi publik dalam proses penyusunan RTRWK di tingkat
Kota dan Kecamatan.
c. Tersusunya Naskah Akademis dan Rancangan Qanun tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Banda Aceh.
Lingkup wilayah penyusunan Rencana Tata Ruang ini meliputi seluruh wilayah
Kota Banda Aceh. RTRWK disusun dengan kedalaman substansi yang sesuai dengan
ketelitian atau skala petanya 1 : 10.000 berjangka waktu perencanaan 10 tahun atau
disesuaikan dengan kebutuhan setempat. Unit analisisnya adalah lingkup kecamatan
sedangkan sistem jaringan prasarana digambarkan pada kedalaman sistem primer dan
sekunder.
1.6 SUBSTANSI
1. Mengkaji RTRW Kota Banda Aceh 2002 – 2010 dan Urgent Plan Kota Banda Aceh;
2. Mengumpulkan data/informasi, baik dilakukan survey primer (observasi lapangan,
wawancara tersur dan/atau mendalam) maupun survei sekunder (pengumpulan
data/informasi terolah/terkondisikan dari instansi/organisasi terkait), untuk
memperkaya/menyempurnakan Urgent Plan tesebut;
3. Melakukan analisis terhadap berbagai data dan informasi yang terkumpul;
4. Menyempurnakan Konsepsi Rencana dan memperkaya kelengkapan dan kedalaman
Rencana sesuai arahan peraturan-perundangan yang berlaku serta dan arahan
Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD – Nias, tanpa mengubah struktur
kota secara drastis;
Laporan Akhir
I-4
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
5. Menyusun RTRW Kota Banda Aceh dalam format yang sesuai dengan peraturan -
perundangan yang berlaku;
6. Menyusun Naskah Akademis dan Rancangan Qanun tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Banda Aceh;
7. Konsultasi publik sebagai bagian integral proses penyusunan rencana.
1.7 METODOLOGI
Penyusunan Revisi RTRW Kota Banda Aceh tidak lepas kaitannya dengan landasan
yang akan dijadikan acuan dalam penyusunannya. Landasan yang akan dijadikan pijakan
adalah azas-azas rencana tata ruang wilayah Kota yang diuraikan sebagai berikut:
Laporan Akhir
I-5
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
g. Azas Keterbukaan
Setiap orang/pihak dapat memperoleh keterangan mengenai produk perencanaan tata
ruang.
Bentuk-bentuk partisipatif ini dapat berupa Peran Serta Masyarakat (PSM). Dalam
penyusunan Revisi RTRW Kota Banda Aceh, maka PSM ini dapat dilibatkan dalam
persiapan penyusunan dan dalam penyusunan rencana. Implementasi PSM dalam
persiapan penyusunan dimulai dengan mengetahui penyusunan RTRW Kota melalui
pengumuman, dapat dilakukan melalui media cetak, media elektronik dan forum
pertemuan. PSM dalam penyusunan rencana dilakukan pada:
Laporan Akhir
I-6
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
d. Pertumbuhan Ekonomi
Penataan ruang hendaknya dapat merangsang pertumbuhan ekonomi, untuk itu
diperlukan adanya:
♦ Optimalisasi pemanfaatan ruang
♦ Berorientasi pada pasar internasional
♦ Skala besar dan menengah
Laporan Akhir
I-7
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
1. Persiapan
Kegiatan persiapan dimulai sejak keluarnya Surat Perintah Kerja (SPM) dalam
pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Revisi RTRW Kota Banda Aceh. Persiapan pokok
yang dilakukan meliputi :
Pemantapan metodologi
Pembuatan rencana kerja
Mobilisasi personil
Persiapan survei (check list data & kuesioner, surat survei dll.)
Laporan Akhir
I-8
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Keluaran
Keluaran dari tahap ini adalah gambaran kondisi Banda Aceh sebelum dan sesudah
gempa serta potensi dan permasalahan pengembangan Kota Banda Aceh. Yang
menjadi dasar analisis, penjabaran konsep dan rencana Kota Banda Aceh.
Pada tahap ini juga dilakukan review khusus terhadap Master Plan dan RTRW Kota
Banda Aceh 2002 – 2010 yang pernah disusun. Hasil review berupa materi yang perlu
disempurnakan, materi yang belum ada dan perlu ditambahkan serta materi yang
tidak perlu ditambahkan karena sudah cukup memenuhi. Hasil dari review kemudian
disepakati dengan tim teknis untuk menjadi bahan untuk tahap analisis, konsep dan
rencana.
Laporan Akhir
I-9
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
3. Analisis
Analisis ditujukan untuk mengantisipasi perkembangan-perkembangan maupun
kecenderungan yang terjadi pada masa akan datang. Inti dari analisis ini mencakup:
keadaan dasar, kecenderungan perkembangan, kebutuhan ruang, kemampuan lahan,
kendala pengembangan dan kemampuan pengelolaan pembangunan daerah.
Kegiatan analisis dan penyusunan konsep dilakukan setelah pengumpulan data dan
informasi. Serangkaian kegiatan pengumpulan data, review analisis dan konsep
strategi dilakukan selama 2,5 bulan dan dituangkan dalam Laporan Antara dan
didiskusikan dengan tim teknis. Kemudian hasilnya dibahas dalam forum workshop di
tingkat kota.
Keluaran dari hasil workshop adalah pengayaan terhadap hasil analisis terutama
menyangkut permasalahan-permasalahan pengembangan kota, serta konsep
pengembangannya. Hasil workshop dirumuskan sebagai bahan perbaikan analisis dan
konsep pengembangan kota (perbaikan laporan antara).
Laporan Akhir
I - 10
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
5. Draft Rencana
Hasil analisis dan konsep yang telah diworkshopkan kemudian dijadikan sebagai
bahan dasar penyusunan draft rencana yang meliputi :
Rumusan Rencana
Tujuan pemanfaatan ruang wilayah Kota Banda Aceh
Rencana struktur pemanfaatan ruang
Rencana pola pemanfaatan ruang
Rencana sistem prasarana wilayah yang terdiri dari :
Rencana pengelolaan kawasan lindung dan budidaya
Rencana pengelolaan kawasan tertentu dan kawasan prioritas
Rencana Penatagunaan tanah, air, udara, hutan, dan sumberdaya lainnya
Rencana sistem kegiatan pembangunan.
Rencana Pengelolaan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang :
6. Finalisasi
Pada tahap ini dilakukan perbaikan dan finalisasi produk rencana dan rancangan
Perda/Qanun RTRW Kota Banda Aceh.
Laporan Akhir
I - 11
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Sistematika Laporan Akhir Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banda Aceh
meliputi :
BAB 1 PENDAHULUAN
Laporan Akhir
I - 12
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
BAB
II
Analisis fungsi, peranan dan kedudukan Kota Banda Aceh, dilakukan dengan
mempertimbangkan kebijakan regional yang terkait, kondisi hubungan regional dengan
wilayah sekitar serta kecenderungan pemanfaatan ruang kota.
Walaupun mengalami kehancuran pasca tsunami tahun 2004, Kota Banda Aceh
tetap memiliki peran, fungsi, dan kedudukan yang strategis dalam konteks pelayanan
regional. Kota Banda Aceh adalah ibukota Propinsi Nangroe Aceh Darusalam sehingga
berfungsi sebagai pusat pemerintahan propinsi. Di samping itu dari aspek sosial
ekonomi, kota ini juga berperan sebagai pusat permukiman dan koleksi serta distribusi
barang dan jasa dari wilayah hinterland-nya.
Mempertimbangkan potensi dan permasalahan yang dimiliki Kota Banda Aceh dan
arahan-arahan penataan ruang yang hirarkinya lebih tinggi serta rekomendasi dari
rencana-rencana serupa yang telah disusun sebelumnya, maka dalam perencanaan ke
depan, status Kota Banda Aceh ditetapkan sebagai berikut (lihat tabel 2.1) :
Laporan Akhir
II - 1
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
TABEL 2.1
PERAN, FUNGSI DAN KEDUDUKAN KOTA BANDA ACEH
2.2.1 GEOGRAFIS
Letak geografis Kota Banda Aceh antara 5°30’ – 05035’ LU dan 95°30’ –
99016’ BT. Tinggi rata-rata 0,80 meter diatas permukaan laut, dengan luas wilayah
61,36 km2. Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:
Utara : Selat Malaka
Selatan : Kecamatan Darul Imarah dan Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh
Besar
Barat : Kecamatan Peukan Bada , Kabupaten Aceh Besar
Timur : Kecamatan Barona Jaya dan Kecamatan Darussalam, Kabupaten Aceh
Besar
Laporan Akhir
II - 2
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
GAMBAR 2.1
PETA KOTA BANDA ACEH
Sumber: Master Plan NAD-NIAS Lampiran 2 dan 4
TABEL 2.2
LUAS DAN PROSENTASE WILAYAH KECAMATAN
DI KOTA BANDA ACEH
PERSENTASE
NO KECAMATAN LUAS (Km2)
(%)
1. Meuraxa 7,258 11,83
2. Baiturrahman 4,539 7,40
3. Kuta Alam 10,047 16,37
4. Syiah Kuala 14,244 23,21
5. Ulee Kareng 6,150 10,02
6. Banda Raya 4,789 7,80
7. Kuta Raja 5,211 8,49
8. Lueng Bata 5,341 8,70
9. Jaya Baru 3,780 6,16
JUMLAH 61,359 100,00
Sumber: Banda Aceh Dalam Angka, 2003
Laporan Akhir
II - 3
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
2.2.2 TOPOGRAFI
Kota Banda Aceh secara geologi merupakan dataran banjir Krueng Aceh dan
70% wilayahnya berada pada ketinggian kurang dari 10 meter dari permukaan laut. Ke
arah hulu dataran ini menyempit dan bergelombang dengan ketinggian hingga 50 m di
atas muka laut. Dataran ini diapit oleh perbukitan terjal di sebelah Barat dan Timur
dengan ketinggian lebih dari 500 m, sehingga mirip kerucut dengan mulut menghadap
ke laut. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Gambar 2.2
Dataran banjir :
– Ketinggian ≤ 5 meter
– cenderung tergenang
permanen
– drainase sulit
– air tanah dangkal dan
payau
Dataran:
– ketinggian 5 – 10m
– daerah hilir rawan banjir
– drainase sulit terutama
pada daerah hilir
– air tanah sebagian payau
– bagian hulu bergelombang
lemah
Dataran Bergelombang:
– dataran bergelombang
ketinggian 20-50 m
– drainase cukup mudah
– relatif bebas dari
genangan
GAMBAR 2.2
BENTANG ALAM KOTA BANDA ACEH
Sumber: Master Plan NAD-NIAS Lampiran 2 dan 4
2.2.3 HIDROLOGI
Ada delapan sungai yang melalui Kota Banda Aceh yang berfungsi sebagai
daerah tangkapan air (Catchment Area) dan sumber air baku, kegiatan perikanan, dan
sebagainya. Wilayah Kota Banda Aceh memiliki air tanah yang bersifat asin, payau dan
tawar. Daerah dengan air tanah asin terdapat pada bagian utara dan timur kota sampai
ke tengah kota. Air payau berada di bagian tengah kota membujur dari timur ke barat.
Sedangkan wilayah yang memiliki air tanah tawar berada di bagian selatan kota
membentang dari kecamatan Baiturrahman sampai kecamatan Meuraxa. Berikut pada
Tabel 2.3, menjelaskan nama-nama sungai dan luas daerah resapannya.
Laporan Akhir
II - 4
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
TABEL 2.3
SUNGAI DI KOTA BANDA DAN ACEH
2.2.4 KLIMATOLOGI
Banda Aceh memiliki suhu udara rata-rata bulanan berkisar antara 25,50C hingga
27,50C dengan tekanan (minibar) 1008-1012. Sedangkan untuk suhu terendah dan
tertinggi bervariasi antara 18,00C hingga 20,00C dan antara 33,00C hingga 37,00C .
Curah hujan kota Banda Aceh yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi Blang
Bintang menunjukkan bahwa curah hujan yang terjadi selama tahun 1986 sampai
dengan 1998 berkisar antara 1.039 mm sampai dengan 1.907 mm dengan curah hujan
tahunan rata-rata 1.592 mm. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret, Oktober
dan Nopember, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Januari, Februari
dan Agustus. Jumlah hari hujan tertinggi terjadi pada bulan agustus yaitu 20-21 hari dan
terendah pada bulan februari dan maret dengan jumlah hari hujan hanya 2 – 7 hari.
Kelembaban udara di Kota Banda Aceh sangat bervariasi tergantung pada
keadaan iklim pada umumnya. Kelembaban udara dari data tahun 1998 berkisar antara
75% - 87 %. Kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan Desember dan terendah
pada bulan juni. Kecepatan angin bertiup antara 2 – 28 knots. Gambar 2.3 di bawah ini
memperlihatkan grafik perkembangan kondisi klimatologis Kota Banda Aceh selama
setahun yang meliputi curah hujan rata-rata bulanan; suhu udara rata-rata, maksimum
dan minimum; tingkat kelembaban relatif rata-rata, maksimum dan minimum; serta
kecepatan angin rata-rata, maksimum dan minimum.
Laporan Akhir
II - 5
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
GAMBAR 2.3
KLIMATOLOGI KOTA BANDA ACEH
Sumber: URRP Banda Aceh City, JICA Study Team
Pulau Sumatera dilalui oleh patahan aktif Sesar Semangko yang memanjang dari
Banda Aceh hingga Lampung. Patahan ini bergeser sekitar 11 cm/tahun dan merupakan
daerah rawan gempa dan longsor.
Pada gambar 2.4 di bawah ini, menunjukkan ruas-ruas Patahan Semangko di
Pulau Sumatera dan juga kedudukannya terhadap Kota Banda Aceh. Kota Banda Aceh
diapit oleh dua patahan di Barat dan Timur kota, yaitu patahan Darul Imarah dan
Darussalam, dan kedua patahan yang merupakan sesar aktif tersebut diperkirakan
bertemu pada pegunungan di Tenggara kota. Sehingga sesungguhnya Banda Aceh
adalah suatu dataran hasil amblasan sejak Pliosen, membentuk suatu Graben. Sehingga
dataran Banda Aceh ini merupakan batuan sedimen yang berpengaruh kuat apabila
terjadi gempa disekitarnya.
Laporan Akhir
II - 6
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
GAMBAR 2.4
STRUKTUR PATAHAN SEMANGKO
Sumber: URRP Banda Aceh City, JICA Study Team, Lampiran 4
Struktur Kota Banda Aceh berpusat pada mesjid Baiturrahman dan pasar Aceh
yang menjadi menjadi pusat pemerintahan, budaya, agama serta perdagangan. Pusat ini
melayani pemukiman dan kegiatan pantai serta pemukiman perkotaan sekitarnya
bahkan sampai ke daerah permukiman lainnya seperti Lambaro dan Lhok Nga di
Kabupaten Aceh Besar. Sistem infrastruktur menyatukan ketiga wilayah kota tersebut
menjadi suatu kawasan Perkotaan.
Kemudian, pada kawasan permukiman perkotaan pada lapis berikutnya terdapat
permukiman dan pusat pelayanan baru. Kawasan ini dalam pemanfaatan ruangnya
masih beragam antar kebun dan sawah pertanian. Jumlah penduduk kota Banda Aceh
pada tahun 2003 sekitar 230.828 jiwa, dengan dominasi kegiatan ekonomi di bidang
jasa (perdagangan dan pemerintahan), nelayan dan petani tambak. Seperti umumnya
kota-kota di Indonesia, Banda Aceh pun tumbuh hampir tidak terencana, dengan
konsentrasi kepadatan di pusat kota (sekitar Masjid Baiturrahman), dan memanjang
Laporan Akhir
II - 7
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
hampir linier mengikuti jalan utama yang relatif sejajar pantai, dan melebar ke arah
pantai.
Pusat Kota, yaitu Mesjid Baiturrahman dan pasar Aceh, menjadi pusat
pemerintahan, budaya, agama serta perdagangan yang melayani pemukiman dan
kegiatan pantai serta pemukiman perkotaan sekitarnya bahkan sampai ke daerah
permukiman lainnya seperti Lambaro dan Lhok Nga di Kabupaten Aceh Besar. Sistem
infrastruktur yang ada mendukung ketiga wilayah kota tersebut sehingga
menyatukannya menjadi suatu kawasan Perkotaan (Metropolitan). Kemudian, pada
kawasan permukiman perkotaan pada lapis berikutnya terdapat permukiman dan pusat
pelayanan baru. Kawasan ini dalam pemanfaatan ruangnya masih beragam antar kebun
dan sawah pertanian.
Pengembangan Kota Banda Aceh di masa mendatang direkomendasikan untuk
mengembangkan struktur pusat Kota Banda Aceh ke dalam bentuk multi center, dengan
satu atau dua pusat kota dan didukung oleh beberapa sub pusat pengembangan. Pusat-
pusat tersebut dihubungkan dengan jaringan jalan melingkar berikut utilitas lainnya.
Tuntutan terhadap pengembangan pusat-pusat pelayanan semakin dibutuhkan seiring
dengan semakin pesatnya perkembangan kota di masa mendatang. Hal ini dilakukan
dalam rangka memberikan efisiensi dan efektifitas pelayanan.
Struktur Ruang Perkotaan Kawasan Perkotaan Banda Aceh dan sekitarnya
dikembangkan dengan sistem sub pusat kota dan sistem infrastruktur wilayah. Sistem
sub-pusat kota diarahkan pada pengembangan dua pusat perkotaan di pusat kota lama
(Baiturrahman dan Peunayong) dan di selatan yaitu di Batoh-Lampeuneurut, serta
didukung oleh sub pusat kota, yaitu sub pusat perkotaan Ulee Lheue, Jaya Baru,
Keutapang, Lampulo, Peunayong, Neusu, Leung bata, Lamdom, Jeulingke, Ulee Kareng,
Kopelma dan Lambaro. Lihat Gambar 2.5 Peta Konsep Struktur Kota Banda Aceh
Laporan Akhir
II - 8
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir
II - 9
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Jenis penggunaan Lahan di setiap kecamatan yang terdapat di Kota Banda Aceh
sebelum Tsunami dapat dilihat pada Tabel 2.4. Sedangkan Gambar 2.6 menunjukkan
perbandingan jenis penggunaan lahan antar kecamatan di Kota Banda Aceh.
TABEL 2.4
LUAS PENGGUNAAN LAHAN BERDASARKAN KECAMATAN
DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2002
Rawa tidak
Bangunan
ditanami
Lain-lain
Tambak
Jumlah
Sawah
Tegal/
kebun
Tadah
hujan
Kecamatan
Laporan Akhir
II - 10
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
1200,00
1000,00
600,00
400,00
200,00
0,00 Kut a
Meur
Syiah
Luen
Kut a
Band
Jaya
Ulee
Baitu
axa
g Ba
Alam
Raja
a Ra
Baru
Kare
rrahm
Kuala
ta
ya
ng
an
Nama Kecamatan
GAMBAR 2.6
LUAS PENGGUNAAN LAHAN BERDASARKAN KECAMATAN
DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2002
Sumber: Banda Aceh dalam Angka Tahun 2002
TABEL 2.5
LUAS DAN PERSENTASE PENGGUNAAN LAHAN
DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2005
Laporan Akhir
II - 11
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
TABEL 2.6
POLA PENGGUNAAN LAHAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2005
Bencana Tsunami yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 yang lalu telah
mengakibatkan kerusakan parah pada wilayah Kota Banda Aceh khususnya pada
kawasan pesisirnya. Kondisi tersebut akan mempengaruhi pola pemanfaatan lahan di
Kota Banda Aceh di masa yang akan datang. Luas kerusakan berdasarkan jenis
penggunaan lahan di Kota Banda Aceh ditampilkan dalam gambar 2.7 berikut ini.
Laporan Akhir
II - 12
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
37% Permukiman
2%
Pertambakan
13% Persawahan
19%
Perkebunan dan Belukar
Lahan Terbuka
29%
GAMBAR 2.7
LUAS KERUSAKAN LAHAN DI KOTA BANDA ACEH
Sumber: Deputi Penginderaan Jauh, LAPAN, April 2005
Dari data diatas dapat diketahui, bahwa kecamatan yang memiliki tanah
terbangun yang tinggi adalah Kecamatan Kuta Alam, Kecamatan Baiturrahman, dan
Kecamatan Kuta Raja. Sedangkan kecamatan Banda Jaya dan Kecamatan Ulee Kareng
memiliki lahan yang cukup luas yang masih belum terbangun. Berikut ini Gambar 2.8,
yang menunjukkan peta penggunaan lahan Kota Banda Aceh.
Laporan Akhir
II - 13
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Gambar 2.8
Penggunaan Lahan Tahun 2005
Laporan Akhir
II - 14
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
GAMBAR 2.9
IDENTIFIKASI KERUSAKAN LAHAN DI KOTA BANDA ACEH PASCA TSUNAMI
Sumber: Master Plan NAD-NIAS, Lampiran 2 dan 4
Dampak kerusakan pasca Tsunami telah mengubah kondisi fisik lahan Kota
Banda Aceh sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.10 berikut ini. Kondisi tersebut
antara lain dipengaruhi oleh ada tidaknya genangan, kondisi air tanah, kondisi drainase
wilayah jenis tanah, dan potensi terkena Tsunami.
GAMBAR 2.10
KONDISI LAHAN DI KOTA BANDA ACEH PASCA TSUNAMI
Sumber: Master Plan NAD-NIAS, Lampiran 2 dan 4
Laporan Akhir
II - 15
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
II Kawasan terbangun
kepadatan rendah, didukung
bangunan tahan gempa dan
sistem drainase yang handal
(kanal). Tidak disarankan
untuk kegiatan komersial atau
kegiatan sosial lainnya.
Perumahan masih
dimungkinkan dengan
persyaratan bangunan dan
lingkungan yang ketat, dan
disepakati oleh lebih dari 50%
warga gampong semula
untuk kembali bermukim di
kawasan ini
GAMBAR 2.11
ARAHAN KESESUAIAN ZONASI FISIK
DI KOTA BANDA ACEH PASCA TSUNAMI
Sumber: Master Plan NAD-NIAS, Lampiran 2 dan 4
Laporan Akhir
II - 16
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Berdasarkan gambar diatas disepakati Kota Banda Aceh dibagi dalam 4 karakteristik
zona yaitu :
1. Coastal Zone
2. Eco Zone (evacuation)
3. Traditional City Center Zone (Escape Guiding)
4. Urban Development Zone (Emergency Base)
Lebih jelas lihat gambar 2.12 Peta Pembagian Zona Kota Banda Aceh lihat tabel 2.7
Pembagian Zona Fungsi , dan Jenis Penggunaan Lahannya.
TABEL 2.7
PEMBAGIAN ZONA, FUNGSI DAN JENIS PENGGUNAAN LAHAN
KOTA BANDA ACEH MENURUT URRP BAC
Laporan Akhir
II - 17
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Berdasarkan hasil diskusi dengan masyarakat Aceh, Bappeda Provinsi NAD, Dinas
Perkotaan dan Perkim Provinsi NAD, Dinas Tata Kota Banda Aceh, Bappeda Kabupaten
Aceh Besar, dan Dinas Praswil Banda Aceh, telah disepakati memilih skenario dengan
melakukan perbaikan pola dan struktur dengan memberikan 2 pilihan bagi masyarakat,
yaitu (1) pindah ke lokasi aman bagi masyarakat yang ingin pindah, dan (2) tetap di
lokasi semula yang telah dilengkapi berbagai sarana prasarana perlindungan. Namun
demikian, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
Fungsi-fungsi penting kota, seperti kantor pemerintahan, rumah sakit dalam
jangka panjang sebaiknya dipindahkan ke daerah aman.
Perlu adanya fasilitas pelindungan dan penyelamatan
Penggunaan teknologi bangunan tahan gempa dan tsunami
Pengaturan kembali fungsi-fungsi kota secara ruang dalam wujud zonasi
berdasarkan tingkat potensi kerusakan
Penataan pemukiman nelayan dan non nelayan di sekitar pantai dan bagi yang
ingin pindah diberikan alternatif tempat yang aman.
Laporan Akhir
II - 18
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir
II - 19
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
TABEL 2.8
RENCANA INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG
DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2010
(VERSI KAJIAN DEPARTEMEN PU TAHUN 2006)
Laporan Akhir
II - 20
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
2. Pemerintahan/Perkantoran
– KDB maksimum 70% 60% 60% 60%
– KLB maksimum 2,8 1,2 1,2 1,2
– Ketinggian Bangunan 20 meter 16 12 meter 12
maksimum meter meter
3. Perdagangan dan Jasa
– KDB maksimum 80% 70% 70% 80%
– KLB maksimum 1,6 1,4 1,4 1,6
– Ketinggian Bangunan 12 meter 12 12 meter 12
maksimum meter meter
4. Fasilitas Sosial/Umum
– KDB maksimum 60% 60% 50% 60%
– KLB maksimum 1,2 1,2 1,0 1,2
– Ketinggian Bangunan 12 meter 12 12 meter 12
maksimum meter meter
5. Kawasan Budaya
– KDB maksimum 40% - - -
– KLB maksimum 0,8 - - -
– Ketinggian Bangunan 12 meter - - -
maksimum
6. Campuran perdagangan dan
jasa, perkantoran dan
perumahan 80% 60% 50% 60%
– KDB maksimum 1,6 1,2 1,0 1,2
– KLB maksimum 12 meter 12 12 meter 12
– Ketinggian Bangunan meter meter
maksimum
7. Terminal
– KDB maksimum 20% - - 20%
– KLB maksimum 0,4 - - 0,4
– Ketinggian Bangunan 12 meter - - 12
maksimum meter
Sumber: Revisi RTRW Kota Banda Aceh Tahun 2010 (Versi PU)
Laporan Akhir
II - 21
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Perkembangan Kota Banda Aceh dapat dikategorikan dalam pola tumbuh ”Multi
Nuclei Model” atau yang mempunyai beberapa titik tumbuh. Dalam Revisi Rencana Tata
Ruang Kota Banda Aceh tahun 2001-2010, titik-titik tumbuh tersebut dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Titik Tumbuh Utama di pusat kota dengan kegiatan perdagangan dan jasa,
pemerintahan dan perkantoran, fasilitas umum dan lain-lain. Titik tumbuh ini
berkembang ke segala penjuru kota, namun pertumbuhan ke arah Barat dan Utara
dibatasi oleh kawasan tambak yang cukup potensial serta dibatasi oleh pantai.
2. Titik Tumbuh Sekunder tersebar pada 3 (tiga) lokasi sesuai dengan homogenitas
kawasan, yaitu di sebelah Barat, Timur, dan Selatan kota dengan kegiatan
pelayanan umum dan fasilitas sosial-ekonomi.
3. Titik-titik tumbuh lain pada tingkatan yang lebih rendah berada di pusat-pusat
permukiman.
Pola pertumbuhan dari titik-titik tumbuh tersebut ternyata mempunyai pola linier
dan berkembang seiring perkembangan jaringan jalan sehingga menunjukkan pola
pengembangan ruang dengan Linear Growth Model.
Rencana tata ruang Kota Banda Aceh sebelum Tsunami memperlihatkan struktur
kota bahwa kawasan pantai dikembangkan sebagai kawasan wisata lingkungan atau
daerah penyangga di Kawasan Pantai Utara Kota, antara sempadan pantai, kawasan
pantai/penyangga dengan kawasan perkotaan.
Adapun kawasan pusat perdagangan Central Business District (CBD) terletak
pada Kecamatan Baiturrahman yang berjarak 2 km dari pantai yang berada dibagian
pusat wilayah Kota Banda Aceh, sedangkan kawasan wisata terletak didaerah
Kecamatan Meuraxa dan Kecamatan Syiah Kuala (Kawasan Pantai) dan kawasan
pendidikan di Kecamatan Syiah Kuala (Pinggiran Kota), Lueng Bata dan Ulhee Kareng
(Pusat Perkotaan).
Kawasan non urban yang ada di sepanjang pantai seakan menjadi pemisah
antara kawasan pantai dengan kawasan perkotaan, namun fungsi kawasan non urban
ini tidak/belum dijelaskan fungsinya secara spesifik, apakah sebagai kawasan penyangga
(buffer zone) atau kawasan kosong (tidak dibangun).
Dari tata ruang yang ada terlihat bahwa arah kecenderungan perkembangan
perkotaan (Kota Banda Aceh), kearah selatan (berbatasan langsung dengan Aceh Besar)
Laporan Akhir
II - 22
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
maka sub pusat (perdagangan dan jasa), sport center (Pusat Olahraga) berada
diperbatasan antara wilayah Kota Banda Aceh dengan wilayah Kabupaten Aceh Besar.
Dengan demikian, terlihat bahwa pusat persebaran perkotaan Banda Aceh untuk
mendatang adalah ke Selatan (ke wilayah Kabupaten Aceh Besar).
Jumlah penduduk kota Banda Aceh sebelum terjadinya bencana Tsunami adalah
sekitar 230.828 jiwa, dengan mayoritas penduduk beragama dan berbudaya Islam.
Sebagai Ibukota Propinsi NAD sekaligus merupakan pusat pemerintahan dan kegiatan
ekonomi, Kota Banda Aceh memiliki kepadatan penduduk tertinggi diantara
kabupaten/kota lainnya. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk Kota Banda
Aceh per Kecamatan sebelum terjadinya Tsunami, dapat dilihat pada Tabel 2.9.
TABEL 2.9
JUMLAH PENDUDUK DI KOTA BANDA ACEH
TAHUN 2001-2003
PRE TSUNAMI
JUMLAH JUMLAH JUMLAH
NO KECAMATAN PENDUDUK PENDUDUK PENDUDUK
(%) (%) (%)
Th. 2001 Th. 2002 Th. 2003
(JIWA) (JIWA) (JIWA)
1. Baiturrahman 33.399 14,96 33.331 14,75 32.765 14,19
2. Kuta Alam 52.824 23,66 50.338 22,27 47.538 20,59
3. Meuraxa 27.468 12,31 28.158 12,46 30.532 13,22
4. Syiah Kuala 26.401 11,83 26.577 11,76 28.298 12,25
5. Lueng Bata 13.477 6,04 15.064 6,67 16.708 7,23
6. Kuta Raja 17.467 7,82 18.420 8,15 18.793 8,14
7. Banda Raya 17.563 7,87 17.802 7,88 18.509 8,01
8. Jaya Baru 20.902 9,36 21.137 9,35 20.901 9,05
9. Ulee Kareng 13.722 6,15 15.169 6,71 16.784 7,27
TOTAL 223.223 100,00 225.996 100,0 230.828 100.00
Sumber: Banda Aceh dalam Angka Tahun 2001-2003
Laporan Akhir
II - 23
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Kemudian, pada Gambar 2.13 berikut ini, dapat diketahui pertumbuhan jumlah
penduduk di masing-masing kecamatan di Kota Banda Aceh selama periode tahun 2001
sampai dengan tahun 2003. Selain itu, juga dapat diketahui kecamatan yang mengalami
konsentrasi penduduk terbesar.
60000
50000
Jumlah Penduduk (jiwa)
40000
30000
20000
10000
Jaya Baru
Banda Raya
Ulee Kareng
Baiturrahman
Meuraxa
Syiah Kuala
Lueng Bata
Kuta Raja
Kuta Alam
Tahun 2001
Tahun 2002
Tahun 2003
Nama Kecamatan
GAMBAR 2.13
GRAFIK PERKEMBANGAN PENDUDUK
DI KOTA BANDA ACEH
Sumber: Banda Aceh dalam Angka Tahun 2001-2003
Pasca terjadinya Tsunami, jumlah penduduk kota Banda Aceh berkurang dengan
pesat sekitar 27%. Menurut sensus yang dilakukan oleh pemerintah kota jumlah
penduduk Banda Aceh sebelum Tsunami adalah sebesar 263.668 jiwa dan tereduksi
menjadi 192.194 jiwa, dengan jumlah kehilangan (meninggal dunia atau hilang)
sebanyak 71.475 jiwa dan jumlah penduduk yang kehilangan tempat tinggal sebanyak
65.500 jiwa. Untuk jelasnya mengenai jumlah penduduk setelah Tunami di Kota Banda
Aceh pada tiap-tiap kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.10 dibawah.
Laporan Akhir
II - 24
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
TABEL 2.10
JUMLAH PENDUDUK PASCA TSUNAMI
DI KOTA BANDA ACEH
JUMLAH PENDUDUK
JUMLAH
NO KECAMATAN PRE- PASCA PENGUNGSI
TSUNAMI TSUNAMI
1. Baiturrahman 37.449 36.783 5.052
2. Kuta Alam 55.062 43.113 23.971
3. Meuraxa 31.218 5.657 867
4. Syiah Kuala 42.779 35.514 6.411
5. Lueng Bata 18.360 18.254 5.229
6. Kuta Raja 20.217 5.122 230
7. Banda Raya 19.071 19.015 9.451
8. Jaya Baru 22.005 11.384 6.163
9. Ulee Kareng 17.510 17.388 8.126
TOTAL 263.668 192.194 65.500
Sumber: Pemerintah Kota Banda Aceh, 12 April 2005
60000
50000
40000
30000
20000
10000
0
ru
ya
a
ta
ja
am
xa
an
ng
al
Ra
Ba
Ba
Ra
ra
m
re
Ku
al
eu
ah
Ka
a
ng
ya
a
da
h
t
t
M
rr
Ku
ia
Ku
Ja
e
ee
n
itu
Lu
Sy
Ba
Ul
Ba
Laporan Akhir
II - 25
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
GAMBAR 2.15
PERSEBARAN JUMLAH ORANG YANG MENINGGAL DAN HILANG
DI KOTA BANDA ACEH PASCA BENCANA TSUNAMI
Sumber: URRP Banda Aceh City, JICA Study Team, Lampiran 4
Kemudian, JICA dalam penyusunan URRP Kota Banda Aceh dan Additional Study-
nya memproyeksikan pertumbuhan penduduk pasca Tsunami dengan menggunakan tiga
metode perhitungan, yaitu:
o Ekstrapolasi dari tingkat pertumbuhan rata-rata antara tahun 1998 sampai dengan
tahun 2003, yaitu sebesar 2,1%. Hasil perhitungannya adalah sebagai berikut:
Laporan Akhir
II - 26
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
o Metode Regresi yang diformulasikan dari data antara tahun 1995 sampai dengan
tahun 2004, yaitu sebagai berikut:
Y = −14.211.050 + 7.216,14 * X (r = 0,88)
Hasil perhitungan dengan model regresi di atas adalah:
Laporan Akhir
II - 27
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
TABEL 2.11
PROYEKSI PENDUDUK KOTA BANDA ACEH
HINGGA TAHUN 2016
Dari hasil proyeksi yang dilakukan, jumlah penduduk di Kota Banda Aceh hingga
tahun 2016 diperkirakan mencapai jumlah 276 ribu jiwa lebih. Jumlah ini tentunya telah
mempertimbangkan faktor pertumbuhan alamiah, migrasi, dan perkembangan sosial-
ekonomi masyarkat. Proyeksi jumlah penduduk ini tentunya diperlukan untuk
mengalokasikan sistem aktifitas penduduk dan sarana serta prasarana pendukungnya.
Laporan Akhir
II - 28
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
TABEL 2.12
TINGKAT KEPADATAN PENDUDUK DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2003
JUMLAH
LUAS KEPADATAN
PENDUDUK
NO KECAMATAN WILAYAH PENDUDUK
TAHUN 2003
(Ha) (Jiwa/Ha)
(Jiwa)
1. Baiturrahman 32,765 453.90 72
2. Kuta Alam 47,538 1004.70 47
3. Meuraxa 30,532 725.80 42
4. Syiah Kuala 28,298 1424.40 20
5. Lueng Bata 16,708 534.10 31
6. Kuta Raja 18,793 521.10 36
7. Banda Raya 18,509 478.90 39
8. Jaya Baru 20,901 378.00 55
9. Ulee Kareng 16,784 615.00 27
TOTAL 230,828 6135.90 38
Sumber : Banda Aceh dalam Angka Tahun 2003
70
60
50
40
30
20 kepadatan Penduduk
(Jiwa/Ha)
10
0
Meuraxa
Jaya Baru
Syiah Kuala
Banda Raya
Kuta Alam
Ulee Kareng
Baiturrahman
Lueng Bata
Kuta Raja
Nama Kecamatan
GAMBAR 2.16
GRAFIK TINGKAT KEPADATAN PENDUDUK
DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2003
Sumber : Banda Aceh dalam Angka Tahun 2003
Laporan Akhir
II - 29
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
TABEL 2.13
TINGKAT KEPADATAN PENDUDUK DI
KOTA BANDA ACEH PASCA TSUNAMI
KEPADATAN
JUMLAH PENDUDUK
LUAS PENDUDUK
(Jiwa)
NO KECAMATAN WILAYAH (Jiwa/Ha)
PRE- PASCA (Ha) PRE- PASCA
TSUNAMI TSUNAMI TSUNAMI TSUNAMI
1. Baiturrahman 37.449 36.783 453.90 83 81
2. Kuta Alam 55.062 43.113 1004.70 55 42
3. Meuraxa 31.218 5.657 725.80 43 8
4. Syiah Kuala 42.779 35.514 1424.40 30 25
5. Lueng Bata 18.360 18.254 534.10 34 34
6. Kuta Raja 20.217 5.122 521.10 39 10
7. Banda Raya 19.071 19.015 478.90 40 40
8. Jaya Baru 22.005 11.384 378.00 58 30
9. Ulee Kareng 17.510 17.388 615.00 28 28
TOTAL 263.668 192.194 6135.9 43 31
Sumber : BPS Propinsi NAD, Tahun 2005
Laporan Akhir
II - 30
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
am
an
ng
ta
a
ja
ya
a
ru
al
x
Ba
Ra
Ba
hm
re
Ra
ra
Ku
al
Ka
eu
g
ta
ta
rra
ya
a
h
en
M
nd
Ku
Ku
ia
ee
Ja
i tu
Lu
Sy
Ba
Ul
Ba
GAMBAR 2.17
GRAFIK PENURUNAN KEPADATAN PENDUDUK
DI KOTA BANDA ACEH PASCA BENCANA TSUNAMI
Sumber : BPS Propinsi NAD, Tahun 2005
Struktur atau komposisi penduduk dapat dilihat berdasarkan kelompok umur dan
jenis kelamin. Berikut ini, dalam Tabel 2.14, adalah data jumlah penduduk kota Banda
Aceh pada Tahun 2003 di rinci berdasarkan jenis kelamin di tiap-tiap kecamatan.
TABEL 2.14
JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN JENIS KELAMIN
DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2003
Laporan Akhir
II - 31
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Kemudian, pada Gambar 2.18 berikut ini, dapat dilihat perbandingan jumlah
perempuan dan laki-laki antar kecamatan di Kota Banda Aceh pada tahun 2003.
25.000
20.000
Jumlah Penduduk (Jiwa)
15.000
10.000
Laki-laki
Perempuan
5.000
Jaya Baru
Kuta Alam
Baiturrahman
Meuraxa
Kuta Raja
Syiah Kuala
Lueng Bata
Banda Raya
Ulee Kareng
Nama Kecamatan
GAMBAR 2.18
GRAFIK JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN JENIS KELAMIN
DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2003
Sumber : BPS Propinsi NAD, Tahun 2003
Laporan Akhir
II - 32
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Kondisi sosial masyarakat di Kota Banda Aceh belum pulih dan normal seperti
sediakala karena masih banyak masyarakat yang trauma dan membutuhkan pemulihan
psikologi. Masyarakat masih banyak yang tinggal di camp-camp pengungsi. Lokasi
pengungsian tersebar diberbagai didaerah, bahkan dari Kota Banda Aceh banyak
masyarakat yang tinggal di camp pengungsian di daerah kabupaten Aceh Besar ataupun
pindah keluar kota terdekat seperti Medan.
Adapun lokasi pengungsian penduduk Kota Banda Aceh adalah seperti terlihat
pada Tabel 2.16 berikut.
TABEL 2.16
JUMLAH & TITIK LOKASI PENGUNGSI
DALAM WILAYAH KOTA BANDA ACEH
Jumlah
Nama Lokasi
No. Kecamatan Desa/Kelurahan Pengungsi Koordinator
Pengungsian
(Jiwa)
Kel. Sukaramai Taman Budaya 175 Lurah Sukaramai
Rumah Penduduk 100 Lurah Sukaramai
Kel. Setui Rumah Penduduk 305 Lurah Setui
Lurah Neusu
Kel. Neusu Jaya Rumah Penduduk 397
Jaya
Lurah Ateuk
Kel. Ateuk Pahlawan Gedung Tgk Chik Ditiro 1.452
Pahlawan
Lurah Ateuk
Rumah Penduduk 623
Pahlawan
Lurah Kampung
1. Baiturrahman Kel. Kampong Baro Kantor Lurah Kampung Baru 25
Baru
Kel. Peuniti 1. Komplek Baperis 135 Lurah Peuniti
2. Rumah Penduduk 401 Lurah Peuniti
Desa Ateuk Jawo Rumah Penduduk 536 Lurah Peuniti
Desa Ateuk
Rumah Penduduk 607 Lurah Peuniti
Munjeng
Desa Ateuk Deah
Rumah Penduduk 230 Lurah Peuniti
Tanoh
Desa Neusu Aceh Rumah Penduduk 513 Lurah Peuniti
Jumlah 5.499
Desa Kopelma 1. Mesjid Jamik Kopelma Kades Kopelma
548
Darussalam Darussalam Darussalam
2. Gedung ACC Dayan
30 sda
Dawood
2. Syiah Kuala 3. Fakultas Pertanian 130 sda
4. Rumah Dinas Rektor
90 sda
Unsyiah
5. Gedung Fak. Teknik
50 sda
Unsyiah
Laporan Akhir
II - 33
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Jumlah
Nama Lokasi
No. Kecamatan Desa/Kelurahan Pengungsi Koordinator
Pengungsian
(Jiwa)
6. Gedung RKU I dan III
60 sda
Unsyiah
7. Gedung Fak. Kedokteran
37 sda
Unsyiah
8. Rumah Penduduk 724 sda
Desa Rukoh 1. Rumah T. Nyak Arief 302 Kades Rukoh
2. Rumah Penduduk 1.995 sda
Kades
Desa Lamgugop Rumah Penduduk 283
Lamgugob
Desa Ie Masen Kaye
Rumah Penduduk 752 Kades IMKA
Adang
Desa Pineung Rumah Penduduk 114 Kades Pineung
Jumlah 5.115
Kades Lueng
Desa Lueng Bata Mesjid Jamik Lueng Bata 390
Bata
Komplek Dinas SDA Prov.
1.097 Sda
NAD
Rumah Penduduk 583 sda
Panteriek Rumah Penduduk 253 Kades Panteriek
Kades
Lamseupeng Rumah Penduduk 516
Lamseupeung
3. Lueng Bata Blang Cut Rumah Penduduk 432 Kades Blang Cut
Kades
Sukadamai Rumah Penduduk & MIN 553
Sukadamai
Lampaloh Rumah Penduduk 96 Kades Lampaloh
Batoh Rumah Penduduk 1.056 Kades Batoh
Kades Cot
Cot Mesjid Rumah Penduduk 794
Mesjid
Lamdom Rumah Penduduk 341 Kades Landom
Jumlah 6.111
Kel. Mulia Mesjid Almukaramah 190 Lurah Mulia
Posko Methodis 52 Sda
Desa Lampulo Posko Hotel Rajawali 420 Kades Lampulo
Kel. Beurawe Mesjid Al Furqan 698 Jiwa Lurah Beurawe
Kel. Laksana Mesjid Al Huda 589 Jiwa Lurah Laksana
Lurah Bandar
4. Kuta Alam Kel. Bandar Baru Posko Depan PLN 138 Jiwa
Baru
Kel. Keuramat Mesjid Baiturrahman 773 Jiwa Lurah Keuramat
Kel. Kuta Alam Gedung DPRD Prov. NAD 450 Jiwa Lurah Kuta Alam
Posko Didepan Kedai Niagara 575 Jiwa sda
Rumah Penduduk 30 Jiwa sda
Jumlah 3.915 Jiwa
Kades
Desa Lamglumpang Lapangan Bola 144 Jiwa
Lamglumpang
Desa Lambhuk MIN Lambhuk 7 Jiwa Kades Lambhuk
5. Ulee Kareeng Desa Doi Pesantren Babunajah 111 Jiwa Kades Doi
Desa Ie Masen Kades Ie Masen
Mesjid 109 Jiwa
U.Kareng U.K
Desa Ceurih Mesjid Baitussalihin 1.431 Jiwa Kades Ceurih
Laporan Akhir
II - 34
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Jumlah
Nama Lokasi
No. Kecamatan Desa/Kelurahan Pengungsi Koordinator
Pengungsian
(Jiwa)
Kecamatan U. Camat Ulee
Rumah Penduduk 6.309 Jiwa
Kareng Kareeng
Jumlah 8.111 Jiwa
Kades Lhong
Desa Lhong Raya Mesjid Lhong Raya 1.362 Jiwa
Raya
Kades Lhong
Desa Lhong Cut Rumah Penduduk 383 Jiwa
Cut
Desa Peunyerat Rumah Penduduk 514 Jiwa Kades Peunyerat
Desa Lampeuot Rumah Penduduk 193 Jiwa Kades Lampeuot
Desa Mibo Meunasah Mibo 583 Jiwa Kades Mibo
Desa Lam Ara Mesjid Lam Ara 1.041 Jiwa Kades Lam Ara
6. Banda Raya
Desa Geuceu Kaye Kades Geuceu
Rumah Penduduk 209 Jiwa
Jatho Kaye Jatho
Kades Geuceu
Desa Geuceu Iniem Mesjid Geuceu Iniem 1.115 Jiwa
Iniem
Komplek BLK 880 Jiwa sda
Kades
Desa Lamlagang Rumah Penduduk 1.480 Jiwa
Lamlagang
Jumlah 7.762 Jiwa
Desa Geuceu Kades Geuceu
Rumah Penduduk 294 Jiwa
Meunara Meunara
Kades
Desa Lamteumen
Rumah Penduduk 17 Jiwa Lamteumen
Timur
7. Jaya Baru Timur
Kades
Desa Lamteumen
Rumah Penduduk 32 Jiwa Lamteumen
Barat
Barat
Jumlah 343 Jiwa
8. Meuraxa Tidak Ada Pengungsi -
9. Kutaraja Tidak Ada Pengungsi -
36.856
Jumlah Pengungsi seluruhnya
Jiwa
Sumber: Pemda Kota Banda Aceh, Tahun 2005
Perekonomian Kota Banda Aceh didominasi kegiatan jasa perdagangan dan jasa
pemerintahan, wisata, disamping nelayan dan petambak. Hal ini antara lain dapat dilihat
dari struktur PDRB kota tersebut. Perhitungan PDRB akan meliputi 9 (sembilan) sektor
kegiatan perekonomian atau lapangan usaha, yaitu sektor-sektor pertanian,
pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik dan air minum, bangunan
dan konstruksi, perdagangan hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, bank
dan lembaga keuangan serta jasa-jasa lainnya.
Laporan Akhir
II - 35
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) kota Banda Aceh atas harga
berlaku mulai tahun 2000 sampai dengan 2004 menampakkan gejala peningkatan
secara positif rata-rata sebesar 9,58%. Demikian pula perhitungan PDRB kota Banda
Aceh atas dasar harga konstan juga menunjukan peningkatan secara positif rata-rata
sebesar 5,05%. Untuk lebih jelasnya pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan
dapat di lihat pada Gambar 2.19 di bawah ini.
PDRB ATAS DASAR HARGA KONSTAN
1.600.000
1.500.000
1499842,15
1.400.000 1324257,30
1.300.000 1400897,28
1.200.000 1264609,05
1.218.609,86
1.100.000
1.000.000
1 2 3 4 5
GAMBAR 2.19
PERTUMBUHAN PDRB ATAS DASAR HARGA KONSTAN KOTA BANDA ACEH
Sumber: Kota Banda aceh dalam Angka tahun 2000-2004
BANGUNAN / KONSTRUKSI
GAMBAR 2.20
DISTRIBUSI PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU PER SEKTOR
DI KOTA BANDA ACEH
Sumber: Kota Banda aceh dalam Angka tahun 2000-2004
Laporan Akhir
II - 36
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
2.5.2 KETENAGAKERJAAN
Dengan jumlah penduduk yang terus bertambah maka para pencari kerja di Kota
Banda Aceh juga bertambah pula, tahun 2000 saja para pencari kerja berjumlah 18.180,
tahun 2002 mengalami peningkatan sebesar 22.315, tahun 2003 dan 2004 menurun
sebesar 17.170. Sedang jumlah penduduk yang sudah tertampung didunia kerja juga
menunjukkan peningkatan yang positif. Tahun 2000 yang sudah bekerja 1.005, tahun
2002 meningkat menjadi 1.041, tahun 2003-2004 meningkat pula mencapai 4.213.
untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Gambar 2.21 di bawah ini.
GAMBAR 2.21
JUMLAH PENCARI KERJA YANG DITEMPATKAN
Sumber: Kota Banda aceh dalam Angka tahun 2000-2004
Kemudian, distribusi jenjang pendidikan dari pencari kerja yang terdapat di Kota
Banda Aceh ditampilkan pada Gambar 2.22
Setelah terjadinya bencana Tsunami, angka pengangguran diperkirakan
mengalami peningkatan hingga mencapai 30 persen. Data resmi Disnaker dan
Kependudukan setempat mencatat jumlah warga yang tidak memiliki pekerjaan
mencapai lebih dari 44.258 orang. Gempa dan tsunami menghancurkan sebagian besar
pusat bisnis di kota itu, seperti pasar tradisional, terminal, dan pelabuhan. Ini membuat
aktivitas usaha di sektor informal yang selama ini menyerap ribuan tenaga kerja belum
sepenuhnya pulih, bahkan banyak pedagang dan pemilik toko masih mengungsi.
Laporan Akhir
II - 37
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Aktivitas perikanan yang selama ini jadi sektor andalan dan memberikan
kontribusi besar bagi pendapatan asli daerah kota itu nyaris lumpuh total hingga kini.
Pelabuhan perikanan maupun feri di daerah Ulee Lheue rata dengan tanah, ratusan
perahu nelayan hancur tersapu tsunami, dan ratusan hektar tambak milik para petani
setempat dipenuhi lumpur.
Sementara perekonomian di sektor formal juga belum pulih. Jika sebelum
tsunami jumlah perusahaan di Banda Aceh mencapai 356 unit, kini hanya ada 197 unit
usaha. Sedangkan 159 perusahaan lainnya telah hancur akibat gempa dan tsunami.
GAMBAR 2.22
JUMLAH PENCARI KERJA YANG DITEMPATKAN
DI KOTA BANDA ACEH SELAMA PERIODE TAHUN 2000-2004
Sumber: Kota Banda aceh dalam Angka tahun 2000-2004
Moda transportasi di kota Banda aceh memiliki jaringan pelayanan dalam dan
luar kota. Jaringan pelayanan dalam kota berupa kendaraan umum yaitu angkutan
umum atau labi-labi, becak, bus Damri dan mini bus (L300). Sedangkan untuk jaringan
luar kota dilayani oleh angkutan lintas propinsi seperti bus antar kota.
Untuk kondisi jaringan jalan sebelum tsunami, total panjang jalan sekitar 495 km
yang terdiri dari jalan nasional 12 km, jalan propinsi 22,4 km dan jalan kota 460 km.
Laporan Akhir
II - 38
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Berdasarkan kelas jalannya, terdiri dari arteri primer 18 km, arteri sekunder 29 km,
kolektor 30 km dan jalan lokal 418 km. Sedangkan pada pasca tsunami, terdapat
beberapa kerusakan jaringan jalan yaitu untuk jalan arteri primer tidak ada kerusakan
sama sekali. Sedangkan untuk jalan arteri sekunder mengalami kerusakan sekitar 4%,
jalan kolektor sekitar 7% dan jalan lokal sekitar 40%. Untuk lebih jelasnya lihat
Gambar 2.23.
GAMBAR 2.23
JARINGAN JALAN KOTA BANDA ACEH SEBELUM TSUNAMI
Sumber: JICA, 2005, Lampiran 4
Laporan Akhir
II - 39
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Penyediaan air bersih penduduk Kota Banda Aceh sebelum terjadinya tsunami,
dilayani oleh pelayanan dari PDAM Tirta Daroy Banda Aceh, dan pemanfaatan sumur
air tanah dangkal yang ada di rumah penduduk. Tingkat pelayanan PDAM Tirta Daroy
Banda Aceh, adalah 47% dari penduduk, dengan sumber air dari sumur bor yang
berlokasi di Lambaro dan Siron, dengan memanfaatkan air Sungai Krueng Aceh yang
mempunyai debit minimal 10.38m3/dt pada musim kemarau panjang. Berikut ini Tabel
2.17 mengenai kondisi PDAM Tirta Daroy pada sebelum dan sesudah tsunami.
TABEL 2.17
KONDISI PDAM TIRTA DAROY
Laporan Akhir
II - 40
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Sedangkan untuk sistem perpipaan penyediaan air bersih di Kota Banda Aceh
dibagi menjadi 4 jaringan yaitu ; jaringan Wilayah Meuraxa, jaringan Wilayah Syiah
Kuala, jaringan Wilayah Baiturrahman dan jaringan Wilayah Kuta Alam. Jaringan
perpipaan yang digunakan di Kota Banda Aceh terdiri dari berbagai jenis material pipa
yaitu baja, DCIP, PVC, GIP dengan diameter 25 - 600 mm.
Jaringan pipa distribusi di daerah Darussalam dan Unsyiah terpisah sama sekali
dari jaringan yang ada di Kota Banda Aceh lainnya khususnya di Darussalam, Unsyiah
kira-kira memiki sekitar 900 sambungan rumah dan dilengkapi dengan elevated
reservoir dari beton kapasitas sekitar 500 m3, mendapat suplai air dari IPA Siron melalui
pipa transmisi primer diameter 200 dan 150 mm.
Bencana gempa dan tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 berpengaruh
pada beberapa infrastruktur penyediaan air bersih yang dimiliki oleh PDAM Tirta Daroy.
Kerusakan tersebut antara lain:
a. Menurunnya kapasitas produksi air minum IPA Lambaro dan IPA Siron. IPA Siron
tidak dapat dioperasikan, karena pompa submersible air baku tidak cukup terendam
air karena rendahnya permukaan air, sedangkan IPA Lambaro masih dapat
diopersikan dengan 2 pompa kapasitas 2 x 147 L/detik.
b. Menurunnya kapasitas pelayanan akibat terlantarnya operasi dan pemeliharaan IPA
Lambaro dan IPA Siron, anggaran pengoperasian dan pemeliharaan yang tidak
mencukupi, serta kondisi aset instalasi pengolahan air yang sudah tua.
c. Menurunnya kapasitas produksi akibat kerusakan jaringan pipa distribusi terutama di
Kecamatan Meuraxa dan Kuta Raja dan rusaknya jembatan-jembatan pipa di daerah
tersebut.
d. Menurunnya pendapatan secara drastis karena hilangnya pelanggan, dari total
25.812 SR bulan Maret tinggal 8.000 SR atau 21% jumlah penduduk. Dan
berangsur-angsur mendaftar kembali, membayar rekening air hingga pada akhir Juni
2005 pelanggan yang ada menjadi 12.000 SR, data terakhir jumlah pelanggan
menjadi 14.656 SR.
e. Terganggunya manajemen dan administrasi PDAM karena Kantor PDAM sebagian
hancur dan arsip-arsip yang terletak dilantai dasar hilang/rusak di samping itu, juga
terdapat karyawan yang meninggal yaitu 28 orang.
Laporan Akhir
II - 41
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Pengelolaan air limbah buangan penduduk Kota Banda Aceh sebelum maupun
sesudah tsunami sebagian besar adalah dengan menggunakan pengolahan setempat
(on site), yaitu berupa tangki septic dan sistem peresapan di halaman rumahnya, untuk
limbah black water (limbah dari WC)-nya. Sedangkan untuk limbah domestik selain yang
dari water closed, umumnya dibuang langsung ke saluran drainase yang ada di depan
rumah. Namun sebagian masyarakat juga masih melakukan pembuangan air limbah
langsung ke badan air seperti sungai dan pantai, terutama bagi masyarakat yang berada
di sekitar kawasan tersebut.
Kemudian, untuk mengatasi limbah perkotaan non domestic, Pemerintah Kota
Banda Aceh mempunyai sebuah Instalasi pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang dikelola
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Banda Aceh, IPLT tersebut berlokasi di
Gampong Jawa (lihat Gambar 2.24). Pada saat terjadi tsunami IPLT tersebut
mengalami kerusakan yang cukup parah, dan telah diberikan bantuan dari pihak donor
untuk merehabilitasi kembali.
GAMBAR 2.24
IPLT DI GAMPONG JAWA YANG DIREHABILITASI PADA
DESEMBER 2005
Laporan Akhir
II - 42
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
2.7.3 PERSAMPAHAN
Pada saat sebelum terjadinya tsunami, timbulan sampah Kota Banda Aceh
adalah sekitar sebesar 600m3 perhari, dengan tingkat pelayanan 65%. Dengan sistem
pewadahan di rumah, pengumpulan menuju container sebanyak 53 unit yang tersebar di
seluruh kota dan pembuangan akhir dengan sistem open dumping di Gampong Jawa.
Armada truk sampah yang dimiliki adalah 29 unit yang beroperasi setiap hari,
mengangkut sampah dari tempat pembuangan sementara berupa container ke tempat
pembuangan akhir (TPA) Gampong Jawa. Komposisi sampah perkotaan Banda Aceh
dijelaskan pada Tabel 2.18 di bawah ini.
TABEL 2.18
KOMPOSISI SAMPAH BERDASARKAN JENISNYA
Laporan Akhir
II - 43
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Tugas lainnya DKP Kota Banda Aceh pada masa pasca tsunami, adalah
pemeliharaan dan perawatan sanitasi di barak-barak pengungsi melalui program
bantuan dari Unicef, yang disebut Temporary Living Camp Sanitation (TLCS). Jumlah
barak pengungsi seluruhnya yang menjadi pelayanan DKP Kota Banda Aceh, adalah
sebanyak 80 lokasi, yang tersebar dalam wilayah Kota Banda Aceh sebanyak 11 lokasi,
dan yang terdapat dalam wilayah Kabupaten Aceh Besar sebanyak 69 lokasi.
Sistem pengelolaan persampahan yang saat ini dilaksanakan di Kota Banda
Aceh, meliputi kegiatan pewadahan sampah, pengumpulan sampah, pemindahan
sampah, pengangkutan sampah, pengolahan sampah dan pembuangan akhir sampah.
Rute operasional truck angkutan sampah dan lokasi kontainer DKP dapat di lihat pada
Gambar 2.25
GAMBAR 2.25
RUTE OPERASIONAL TRUK ANGKUTAN SAMPAH DAN LOKASI KONTAINER DKP KOTA
BANDA ACEH
Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan, (lampiran 4)
Laporan Akhir
II - 44
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
GAMBAR 2.26
PERALATAN BERAT YANG DIMILIKI DKP KOTA BANDA ACEH
2.7.4 DRAINASE
Sistem drainase perkotaan Kota Banda Aceh dibawah kendali Dinas Pekerjaan
Umum (DPU). Luas area sistem drainase meliputi 35 km2 dan dibagi dalam 3 zona dan
17 sub-area. Kondisi topografi yang relatif datar, menurunnya daya tampung saluran
dan adanya pengaruh aliran balik dari pasang air laut menyebabkan tidak
memungkinkan untuk mengalirkan air dari semua area secara gravitasi dan harus
Laporan Akhir
II - 45
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
dibantu dengan pompa pada setiap outlet jaringannya. Infrastruktur jaringan drainase
belum lengkap dan tidak befungsi dengan baik menyebabkan terjadinya genangan bila
turun hujan lebat.
Bencana Tsunami menyebabkan rusaknya jaringan drainase lebih dari 90%,
tanggul dan dinding penahan banjir di sungai. Selain rusak saluran drainase juga terisi
oleh Lumpur dan kotoran. Kerusakan tersebut diantaranya dua saluran drainase di desa
Gampong Pie, peningkatan genangan air akibat pasang air laut yang semula hanya 10
cm menjadi 30-40 cm. Kerusakan juga terjadi pada saluran drainase di Iskandar Muda,
saluran primer Meuraxa dan pintu air di Kuren Gulamus. Kerusakan lainnya adalah
stasium pompa dan pintu air di Sungai Titi Panjang, rusaknya tanggul Krueng Doy.
Kondisi saluran drainase dan pintu air sebelum dan setelah bencana Tsunami disajikan
dalam Tabel 2.19 berikut.
TABEL 2.19
KONDISI SALURAN DAN PINTU AIR SEBELUM
DAN SETELAH BENCANA TSUNAMI
2.7.5 TELEKOMUNIKASI
Laporan Akhir
II - 46
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Banyaknya
No. Fasilitas Telepon
2004 2005
1 Perumahan/Residensial 17.423 SST 11.257 SST
2 Bisnis 2.673 SST 252 SST
3 Sosial 121 SST 81 SST
4 Telepon Umum 222 Buah -
5 Wartel 437 SST 374 SST
6 Kiospon 39 SST -
Total 20.915 14.494
Sumber: BPS, 2004-2005
2.7.6 KELISTRIKAN
Laporan Akhir
II - 47
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
TABEL 2.21
KONDISI JARINGAN LISTRIK DI KOTA BANDA ACEH
Untuk daerah kawasan yang terkena bencana tidak bisa dilayani sampai
perbaikan rekonstruksi secara menyeluruh. Namun untuk kawasan yang tidak terkena
dampak sudah terlayani dengan baik. Berikut kondisi listrik di Kota Banda Aceh.
Laporan Akhir
II - 48
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
TABEL 2.22
JUMLAH TK, SD, SLTP, SLTA, DAN KEJURUAN
DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2004-2005
LUAS LUAS
STANDAR STANDAR KEBUTU KEBUTU
KEBUTUH KEBUTUH
JENIS PENDUDUK LUAS HAN HAN
NO AN AN
FASILITAS PENDUKUNG LAHAN TAHUN TAHUN
TAHUN TAHUN
(Jiwa) (m2) 2011 2016
2011 (m2) 2016 (m2)
1 TK 1000 1200 234 281033 269 323033
2 SD 1600 3600 146 526937 168 605687
3 SLTP 4800 2700 49 131734 56 151422
4 SLTA 4800 2700 49 131734 56 151422
Sumber: Hasil Analisis
Laporan Akhir
II - 49
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
TABEL 2.24
JUMLAH SARANA KESEHATAN KOTA BANDA ACEH
TAHUN 2004-2005
Laporan Akhir
II - 50
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Di daerah Kota Banda Aceh, hampir merata desa memiliki Masjid dan Musholla,
karena mayoritas penduduk di Kota Banda Aceh adalah beragama Islam. Hanya di
Kecamatan Kuta Alam terdapat tempat ibadah umat Kristen, Hindu dan Budha. (Lihat
Tabel 2.26).
TABEL 2.26
JUMLAH FASILITAS PERIBADATAN
DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2003
Surau / Gereja
Kecamatan Masjid Gereja Pura Vihara Kelenteng
langgar katolik
Meuraxa 10 29 0 0 0 0 0
Banda Raya 6 23 0 0 0 0 0
Baiturrahman 17 21 0 0 0 0 0
Lueng Bata 2 10 0 0 0 0 0
Kuta Alam 23 27 3 2 0 4 1
Kutaraja 6 9 0 0 1 0 0
Syiah Kuala 11 18 0 0 0 0 0
Ulee Kareng 7 6 0 0 0 0 0
Jaya Baru 7 20 0 0 0 0 0
JUMLAH 89 163 3 2 1 4 1
Sumber : Podes Kota Banda Aceh,Tahun 2003
STANDAR STANDAR
LUAS LUAS
JENIS PENDUDUK LUAS KEBUTUHAN KEBUTUHAN
NO KEBUTUHAN KEBUTUHAN
FASILITAS PENDUKUNG LAHAN TAHUN 2011 TAHUN 2016
TAHUN 2011 TAHUN 2016
(Jiwa) (m2)
1 Masjid Skala 120000 4000 2 7806 2 8973
Kecamatan
2 Masjid Skala 30000 1750 8 13661 9 15703
Lingkungan
Sumber: Hasil Analisis
Laporan Akhir
II - 51
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Untuk kantor Pos Hansip di 6 kecamatan tidak diperlukan, hanya diperlukan pos
pengamanan untuk para pengungsi 1 unit di masing-masing kecamatan. Sedangkan
untuk Kantor Pos Pembantu diperlukan di pusat Kota Banda Aceh di perlukan di
Kecamatan Kuta Alam 1 unit, Baiturrahman 1 unit, Jaya Baru 1 unit dan Syiah Kuala 1
unit. Serta sarana PLN, PDAM, Telkom, dan Polsek diperlukan 1 unit di masing-masing
wilayah yang terkena dampak untuk melayani masyarakat yang sedang membangun
kembali wilayahnya yang terkena tsunami.
Laporan Akhir
II - 52
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Masyarakat Banda Aceh pada umumnya terdiri dari pedagang, nelayan dan
petani dan sangat kuat ibadatnya dengan nilai budaya yang islami. Pembangunan
kedepan harus memperhatikan nilai budaya dan islami yang hidup dalam masyarakat,
dengan demikian Rencana Tata Ruang didasarkan pada nilai-nilai ini. Untuk Land Mark
kota yang berfokus pada mesjid Baiturahman dan menjadi dasar dari Urban Design kota
– kota. Disamping itu situs-situs budaya harus juga diperhatikan agar perkembangan
Banda Aceh kedepan tidak mencabut msyarakat Aceh dari akar budaya dan nilai
Islamnya. Kehidupan nelayan disepanjang pantai perlu diberi ruang dan teknologi agar
kehidupannya lebih baik lagi.
Ekonomi Banda Aceh didukung oleh sektor jasa, perikanan, pertanian serta
wisata. Penataan kembali kota harus di upayakan untuk memperkuat sektor ini sehingga
semakin modern dan dapat meningkatkan kesempatan kerja. Untuk nelayan dan petani
perlu diperhatikan dengan sarana TPI dan infrastruktur pendukungnya. Dibidang wisata,
kiranya Tsunami dapat diambil hikmah untuk sektor wisata mengingat kejadian tanggal
26 Desember 2004 yang lalu adalah suatu kejadian besar di dunia.
Ekonomi kota berbasis pada kelautan wisata dan jasa, diharapkan pembangunan
prasarana dapat mendukung transformasi sektor Basik ini menjadi semakin modern
sehingga secara terus menerus dapat meningkatkan nilai tambah dan penyerapan
terhadap angkatan kerja.
Laporan Akhir
II - 53
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir
II - 54
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
BAB
III
Laporan Akhir
III - 1
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
1. Peranan:
Sebagai Kota hirarki I di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dengan wilayah
pengembangan Kabupaten Pidie, Kabupaten Aceh Besar, dan Kota Sabang
Sebagai ibukota Provinsi Nanggroe Aceh Darrusalam
2. Fungsi:
Salah satu pintu gerbang Indonesia Bagian Barat yang mengemban fungsi sebagai
pusat koleksi dan distribusi barang dan jasa wilayah hiterland-nya
Pusat pemerintahan dan perkantoran untuk skala kota dan regional
Pusat perdagangan dan jasa untuk skala kota dan regional
Pusat kegiatan industri kecil
Pusat permukiman, fasilitas umum, dan sosial skala kota dan regional
Pusat kegiatan keagamaan (Islamic Center)
3. Kedudukan:
Dalam lingkup nasional, kedudukan Kota Banda Aceh merupakan salah satu Pusat
Kegiatan Nasional (PKN) Orde II, yang diharapkan sebagai Counter Magnet bagi
Kota Medan
Kota Banda Aceh juga ditetapkan sebagai bagian dari kebijakan Indonesia-
Malaysia-Thailand Growth Triangle
Laporan Akhir
III - 2
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
GAMBAR 3.1
TAHAPAN PENGEMBANGAN KOTA BANDA ACEH
Laporan Akhir
III - 3
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir
III - 4
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
: gambar 3.2
PETA RENCANA STRUKTUR RUANG
Laporan Akhir
III - 5
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir
III - 6
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Kareng. Untuk lebih jelas, arahan kesesuaian fungsi berdasarkan zona di dalam BWK
Timur Kota dapat di lihat pada Tabel 3.4
Kemudian pada Gambar 3.3 Peta Arahan Fungsi Zona Per BWK dan Tabel
3.1 – 3.4 dapat dilihat penjelasan fungsi zona berdasarkan karakter zona kesesuaian
pengembangan fisik. Dan ketentuan zonasi lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 1
dan 2.
Laporan Akhir
III - 7
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Gambar3.3
PETA ARAHAN FUNGSI BERDASARKAN ZONA FISIK PERBWK
Laporan Akhir
III - 8
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir
III - 9
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Kode Zona
No. Fungsi Wilayah
BWK
1. Sebagai daerah perlindungan pantai yang berupa
P.2 Hutan Mangrove (Hutan Lindung) dan juga kawasan
Perikanan Tangkap/ Perikanan Samudera
2. • Sebagai tempat pembuangan akhir sampah (TPA),
dan instalasi pengolahan limbah tinja (IPLT) di
B.1 Gampong Jawa.
• Sebagai zona konservasi berupa hutan
mangrove/pond.
3. • Zona Perikanan samudera didukung fasilitas
B.2 perikanan.
• Tempat Pelelangan Ikan
4. • Zona hijau yang berupa pond dan wisata
• Permukiman terbatas yang diarahkan untuk tidak
B.3
mengalami pengembangan lagi.
• Cold Strorage
5. Kawasan campuran komersial fasum dan hunian
B.4
komersial.
6. • Zona Tambak
• Zona hijau yang menjadi buffer/penyangga antara
B.5 zona tambak dan permukiman.
• Zona perkantoran yang memiliki pola perkembangan
linier/ di sepanjang jalan.
7. • Wisata Budaya
B.6
• Zona Perkantoran dan Perdagangan dan jasa.
8. • Pusat Keagamaan dan Kebudayaan
B.7 • Pusat pelayanan umum dan Pemerintahan
• Perdagangan dan Jasa
9. • Kawasan perdagangan dan jasa Kota lama.
B.8 • Kawasan campuran hunian komersial
• Kawasan campuran komersial dan Fasilitas umum.
10. B.9 • Kawasan Permukiman Kepadatan Tinggi
11. • Kawasan Permukiman Kepadatan Tinggi
B.10
• Kawasan Campuran Komersial
Sumber: Hasil Analisis
Laporan Akhir
III - 10
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Kode Zona
No. Fungsi Wilayah
BWK
1. C.1 Kawasan Permukiman kepadatan tinggi.
Kode Zona
No. Fungsi Wilayah
BWK
Sebagai daerah perlindungan pantai yang
berupa Hutan Mangrove (Hutan Lindung)
1. P.3
dan juga kawasan Perikanan Tangkap/
Perikanan Samudera
• Perikanan Budidaya/tambak
• Zona Konservasi
2. D.1
• Permukiman terbatas, diarahkan untuk
tidak mengalami pengembangan.
• Perikanan Budidaya/tambak
• Zona Konservasi
3. D.2 • Permukiman terbatas, diarahkan untuk
tidak mengalami pengembangan.
• Kawasan Campuran komersial (mix-use).
• Kawasan Permukiman kepadatan tinggi
4. D.3 • Kawasan perkantoran dan kawasan
campuran komersial
• Kawasan Permukiman kepadatan tinggi
5. D.4
• Kawasan Campuran Komersial
6. D.5 Kawasan Permukiman kepadatan tinggi
Untuk penjelasan mengenai Zoning Regulation dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2.
Laporan Akhir
III - 11
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Penduduk adalah komponen terpenting dalam penataan ruang. Hal ini karena
tujuan akhir dari kegiatan penataan ruang adalah mewujudkan kesejahteraan penduduk
dengan cara mengalokasikan berbagai sumber daya secara optimal. Untuk itu dalam
proses penataan ruang diperlukan upaya pendistribusian penduduk sesuai dengan daya
dukung lingkungannya sehingga memperoleh manfaat yang optimal dari sumber daya
yang didistribuskan serta terciptanya kemudahan dalam pelayanan sarana dan prasarana
kota.
Rencana distribusi penduduk ini dilakukan atas pertimbangan kondisi jumlah
penduduk sebelum tsunami, proyeksi pertumbuhan penduduk, daya dukung lingkungan,
arahan rencana kegiatan dan tingkat kerentanan terhadap bencana. Distribusi penduduk
ini dilakukan berdasarkan katagori wilayah dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi,
sedang, dan rendah. Adapun ukuran dari masing-masing kepadatan tersebut adalah :
Kepadatan penduduk rendah dengan rentang antara 1 - 25 jiwa/ha
Kepadatan penduduk sedang dengan rentang antara 26 – 50 jiwa/ha
Kepadatan penduduk tinggi dengan rentang antara 51-100 jiwa/ha
Rentang ini disesuaikan dengan karakteristik untuk kota menengah seperti Kota
Banda Aceh ini. Berdasarkan analisa telah didapatkan jumlah penduduk untuk tahun
Rencana 2016 adalah sejumlah 276.194 jiwa. Adapun rencana distribusi penduduk di Kota
Banda Aceh ditetapkan sebagai berikut (lihat Tabel 3.5).
TABEL 3.5
RENCANA DISTRIBUSI PENDUDUK KOTA BANDA ACEH TAHUN 2016
ARAHAN
JUMLAH ARAHAN KEPADATAN
No. BWK
PENDUDUK SUB PUSAT BWK
(Jiwa)
1 BWK BARAT 63.909 1. Ulee Lheue : Kepadatan Rendah
2. Jaya Baru : Kepadatan Sedang
3. Lamteumen : Kepadatan Tingggi
2 BWK UTARA (PUSAT 58.049 1. Lampulo : Kepadatan Rendah
KOTA LAMA) 2. Peunayong/ :Kepadatan Tinggi
Kampung Baru
3 BWK SELATAN 104.787 1. Neusu : Kepadatan Tinggi
2. Batoh/Lamdom:Kepadatan Tinggi
4 BWK TIMUR 49.449 1. Jeulingke : Kepadatan Sedang
2. Ulee Kareng:Kepadatan Tinggi
Total Proyeksi 276.194
Laporan Akhir
III - 12
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Lihat kembali Gambar 3.2, Arahan rencana sistem pusat pelayanan di Kota
Banda Aceh dijelaskan pada Tabel 3.6 berikut ini:
TABEL 3.6
RENCANA SISTEM PUSAT PELAYANAN
PUSAT/SUBPUSAT
NO FUNGSI SKALA PELAYANAN
PELAYANAN
1 PEUNAYONG / Pusat pemerintahan Kota Regional & Kota
KAMPUNG BARU Banda Aceh
Perdagangan dan Jasa
Perkantoran
2 ULEE LHEUE Pelabuhan penumpang & Regional & Kota
barang dan penumpang
Tsunami Park
Pariwisata Pantai
Hutan Kota dan
konservasi (hutan
mangrove)
PUSAT/SUBPUSAT
NO FUNGSI SKALA PELAYANAN
PELAYANAN
permukiman
5 ULEE KARENG Perdagangan dan jasa Kota dan lokal
permukiman
6 LAMPULO Pelabuhan ikan Regional & Kota
Galangan kapal
Industri pengolahan ikan
Perumahan nelayan
7 JEULINGKE Pusat Pemerintahan Prop Regional
NAD & Perkantoran Kota dan Lokal
Propinsi NAD (eksisting)
Perdagangan dan jasa
Permukiman
8 NEUSU Perdagangan dan jasa Kota dan lokal
permukiman
9 KOPELMA Pendidikan Regional
Perdagangan dan jasa Kota dan lokal
Sumber : Hasil Analisis
Untuk lebih jelasnya mengenai rencana penggunaan lahan pada tahun 2016 dapat
dilihat pada Tabel 3.7
Laporan Akhir
III - 14
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
TABEL 3.7
RENCANA PENGGUNAAN LAHAN TAHUN 2016
No Pemanfaatan Ruang Luas (HA) %
I Kawasan Terbangun 4563,71 74,377
Permukiman 2787,874 45,435
- Permukiman 2293,053 37,371
1
- Permukiman Terbatas 428,680 6,986
- Permukiman Khusus Nelayan 66,141 1,078
2 Kawasan Perdagangan dan Jasa 188,422 3,071
3 Perkantoran 117,453 1,914
Kawasan Campuran 543,482 8,857
- Kawasan Campuran Hunian & Komersial 100,744 1,642
4
- Kawasan Campuran Komersial & FU 383,597 6,252
- Kawasan Komersial & FU 59,141 0,964
Fasilitas 205,016 3,341
- Fasilitas Kesehatan 9,888 0,161
5 - Fasilitas Pendidikan 184,379 3,005
- Fasilitas Peribadatan 10,255 0,167
- Fasilitas Umum 0,494 0,008
Transportasi 657,886 10,722
- Terminal 10,431 0,170
6
- Pelabuhan Ferri 33,041 0,538
- Jalan 614,414 10,013
Kawasan Industri 7,725 0,126
- Cold Storage 0,944 0,015
7
- TPI 5,106 0,083
- Rumah Potong Hewan 1,675 0,027
Utilitas 24,241 0,395
8 - IPLT 22,762 0,371
- TPA 1,479 0,024
Wisata & Hiburan 31,610 0,515
- Pasar Seni 10,655 0,174
9
- Kawasan Wisata PLTD Apung 18,162 0,296
- Tsunami Heritage 2,792 0,046
II Ruang Terbuka 1572,19 25,623
1 Kawasan Hutan Kota 212,686 3,466
2 Zona Hijau dan Wisata 190,955 3,112
3 Zona Perikanan Samudera 121,351 1,978
4 Zona Tambak Ikan 552,359 9,002
Ruang Terbuka Hijau 109,006 1,777
- Taman Kota 31,036 0,506
5
- Jalur Hijau 60,614 0,988
- Lapangan Olah Raga 17,356 0,283
6 Kuburan 11,060 0,180
7 Sungai 224,970 3,666
8 Air 149,804 2,441
Total 6.135,90 100,000
Sumber : Rencana Konsultan, 2006
Laporan Akhir
III - 15
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
- Kawasan resapan air yang merupakan kawasan yang berfungsi meresapkan air
hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akifer) yang berguna
sebagai sumber air.
Laporan Akhir
III - 16
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir
III - 17
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir
III - 18
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir
III - 19
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir
III - 20
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir
III - 22
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
8 Kawasan Kawasan industri kecil bersifat home Kawasan industri kecil ini
Industri Kecil industry yang kegiatannya menyatu diarahkan di BWK bagian utara
dengan permukiman penduduk
Secara umum Peta Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun 2016 dapat dilihat pada Gambar
3.6
Laporan Akhir
III - 23
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir
III - 24
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
ARAHAN KDB
NO PERUNTUKAN KLASIFIKASI
MAKSIMUM
1 Permukiman Rumah Kapling Besar 40%
Rumah Kapling Sedang 50%
Rumah Kapling Kecil 60%
2 Perumahan 15 – 20 %
terbatas dan
perumahan nelayan
Laporan Akhir
III - 25
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
ARAHAN KDB
NO PERUNTUKAN KLASIFIKASI
MAKSIMUM
8 Kawasan Perikanan 50%
Laporan Akhir
III - 26
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
TABEL 3.10
RENCANA KOEFISIEN LANTAI BANGUNAN
ARAHAN KLB
NO PERUNTUKAN KLASIFIKASI
MAKSIMUM
1 Permukiman Rumah Kapling Besar 1,8
Rumah Kapling Sedang 1,0
Rumah Kapling Kecil 1,2
2 Perumahan 0,4
terbatas dan
perumahan
nelayan
3 Kawasan Fasilitas Umum 2,0
Campuran Fasilitas Sosial 2,0
4 Kawasan Wisata Rekreasi Luar Ruangan 0,2
Rekreasi Dalam Ruangan 0,9
5 Kawasan 2,0
Perkantoran
6 Kawasan Perdagangan 2,4
Perdagangan Jasa 2,4
dan jasa
7 Kawasan 1
Perikanan
8 Kawasan 1,2
Industri Kecil
9 Kawasan Pelabuhan penyebrangan 0,2
Pelabuhan Pelabuhan Ikan 0,4
10 Ruang Terbuka Taman Kota -
Hijau dan Kawasan Konservasi -
Olahraga Sarana olahraga 0,3
Untuk penjelasan mengenai ketentuan KDB dan KLB yang lebih detail dapat dilihat pada
lampiran 3.
Laporan Akhir
III - 27
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
TABEL 3.11
RENCANA KETINGGIAN BANGUNAN
JUMLAH
NO PERUNTUKAN KLASIFIKASI LANTAI
MAKSIMUM
1 Permukiman Rumah Kapling Besar 3
Rumah Kapling Sedang 2
Rumah Kapling Kecil 2
2 Perumahan terbatas 2
dan perumahan nelayan
3 Kawasan Campuran Fasilitas Umum 4
Fasilitas Sosial 4
4 Kawasan Wisata Rekreasi Luar Ruangan 2
Rekreasi Dalam Ruangan 3
5 Kawasan Perkantoran 4
6 Kawasan Perdagangan Perdagangan 4
dan jasa Jasa 2
7 Kawasan Perikanan 2
8 Kawasan Industri Kecil 2
9 Kawasan Pelabuhan Pelabuhan penyebrangan 2
Pelabuhan Ikan 2
10 Ruang Terbuka Hijau Taman Kota -
dan Olahraga Kawasan Konservasi -
Sarana olahraga 2
Keterangan : 1. Ketinggian bangunan tidak boleh melebihi kaki kubah Mesjid Raya Baiturrahman pada
kawasan mesjid tersebut.
2. Ketinggian diluar kawasan sekitar Mesjid Raya Baiturrahman tidak dibatasi
ketinggiannya, dan harus menyesuaikan dengan kondisi geologi dan tanah setempat.
Garis Sempadan Bangunan (GSB) adalah jarak antara batas luar daerah milik jalan
(Damija) dengan dinding luar bangunan persil. Penetapan garis sempadan bangunan di
wilayah perencanaan mempertimbangkan fungsi jaringan jalan, dan fungsi kegiatannya.
Pengaturan GSB di Kota Banda Aceh diarahkan pada Tabel 3.12 berikut.
Laporan Akhir
III - 28
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
TABEL 3.12
RENCANA KETINGGIAN BANGUNAN
GSB GSB
GSB SAMPING
NO PERUNTUKAN KLASIFIKASI DEPAN BELAKANG
(MIN)
(MIN) (MIN)
1 Permukiman Rumah Kapling Besar R 2x3m 3m
Rumah Kapling Sedang R 2m 3m
Rumah Kapling Kecil R 0 2m
2 Perumahan R 0 2m
terbatas dan
perumahan
nelayan
3 Kawasan Fasilitas Umum R 2m 2m
Campuran Fasilitas Sosial R 2m 2m
4 Kawasan Rekreasi Luar Ruangan R 2 x 10 m 10 m
Wisata Rekreasi Dalam Ruangan R 2x5m 5m
5 Kawasan R 2m 2m
Perkantoran
6 Kawasan Perdagangan R 0 0
Perdagangan Jasa R 0 2m
dan jasa
7 Kawasan R 2x4m 4m
Perikanan
8 Kawasan R 2m 2m
Industri Kecil
9 Kawasan Pelabuhan penyebrangan R 2 x 10 m 10 m
Pelabuhan Pelabuhan Ikan R 2x5m 5m
10 Ruang Terbuka Taman Kota - - -
Hijau dan Kawasan Konservasi - - -
Olahraga Sarana olahraga R - -
Ket: R = ½ dari Rumija, bila jalan lebih lebar dari 8 m maka GSB depan minimum adalah ½ Rumija + 1
GSB terkecil sebesar 4 m, kecuali jalan buntu atau jalan setapak ditetapkan 2 m.
Jaringan Jalan
Guna mempermudah akses pengembangan wilayah utara maka perlu
pembangunan jalan lingkar di sisi utara yang berfungsi sebagai jalan arteri primerr. Trase
jalan tersebut melewati daerah-daerah antara lain Simpang Lamteumen-Lamjame Uleu
Pata-Ulee Lheue-Gampong Jawa-Deah Raya-Tibang-Krueng Cut tembus ke Krueng Raya.
Laporan Akhir
III - 29
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Usulan tambahan untuk memperpanjang Jalan Syiah Kuala sampai dengan Jalan
Soekarno Hatta. Perpanjangan Jalan Syiah Kuala sampai dengan Jalan Soekarno Hatta
saat ini sedang dalam pengerjaan.
Selain Jalan Lingkar Utara, pengembangan jalan lingkar luar sisi Selatan juga
diperlukan untuk mengantisipasi pengembangan wilayah sisi Selatan serta untuk
mempermudah akses ke Pelabuhan di daerah Ulee Lheue. Jaringan jalan Lingkar Selatan
dimulai dari Ulee Lheue, Jl. Lhoknga, Jl. Tgk Abd. Rahman Meunasah Meucab, Jl.
Soekarno Hatta, ke Lampeuneurut Kecamatan Ingin Jaya (Kabupaten Aceh Besar).
Disamping lingkar luar perlu dikembangkan juga Jalan Poros Barat-Timur untuk
mengantisipasi pengembangan wilayah terutama keberadaan rencana terminal terpadu di
wilayah Batoh/Lamdom. Jalan poros tersebut berawal dari Jl. Soekarno Hatta di daerah
Lam Ara melewati Jl. Wedana, Jl. Tgk. Dilhong, Cot Mesjid, Pango Raya, Pango Deah,
melintas Jl. Tengku Yusuf sampai persimpangan Ceurih menerus ke Jl. Mesjid Toha dan
terhubung ke jalan lingkar Selatan di Kecamatan Kuta Baru Kabupaten Aceh Besar. Peta
rencana jaringan jalan dapat dilihat pada Gambar 3.7.
Laporan Akhir
III - 30
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir
III - 31
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Jalan lingkar dan poros merupakan jalan tipe 4/2 D (4 lajur 2 arah dengan median), lebar
Right of Way (ROW) atau ruang milik jalan (Rumija) adalah 40 m. Potongan melintang
jalan lingkar dan poros tersebut adalah sebagai berikut: (lihat Gambar 3.8)
GAMBAR 3.8
TIPIKAL POTONGAN MELINTANG JALAN POROS DAN LINGKAR KOTA BANDA ACEH
Laporan Akhir
III - 32
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Rencana ruas jalan lingkar Utara antara Ulee Lheu dan Krueng Raya, sebagian
rencana ruasnya saat ini merupakan daerah pasang surut dan berbatasan langsung
dengan laut. Oleh karena itu maka sebagian ruasnya akan dibangun diatas timbunan.
Timbunan ini juga akan difungsikan sebagai tanggul laut (breakwater). Tipikal konstruksi
jalan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.9
ROW=4-6 m
Dasar Laut
GAMBAR 3.9
JALAN DI ATAS TANGGUL LAUT
Untuk dimensi masing-masing lapisan (primary, secondary dan core layer) dari
tanggul laut (breakwater) disesuaikan dengan tinggi gelombang rencana. Badan jalan
diletakkan di atas lapisan primer dengan diberi lapisan antara berupa geotekstile dan
kemudian di atasnya diurug dengan lapisan pondasi jalan (sub base dan base course) dan
selanjutnya lapisan permukaan berupa aspal hotmix (AC MS 800-1000 kg)
Fasilitas penunjang
o Terminal Penumpang
Fasilitas penunjang dalam sistem transportasi yang perlu dikembangkan untuk
Kota Banda Aceh adalah pembangunan Terminal Penumpang Tipe A yang
berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan penumpang antar kota antar
propinsi, angkutan antar kota dalam propinsi. Terminal tersebut berada di daerah
Lamdom dengan luas 3 ha. Keberadaan terminal ini harus didukung oleh jalan
arteri yaitu Jalan Poros Utara Selatan (terusan dari Jalan Syah Kuala sampai Jl.
Soekarno Hatta) dan Jalan Poros Barat Timur (Lam Ara sampai Jl. Mesjid Toha).
Laporan Akhir
III - 33
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Dengan dibangunnya Terminal Penumpang Tipe A untuk bus antar kota yang
baru, maka terminal bus antar kota yang lama di Setui akan beralih fungsi dan
berubah menjadi Terminal Penumpang Tipe B yang semula melayani bus antar
kota menjadi angkutan antar kota jarak dekat (L300). Luasan untuk Terminal Tipe
B ini adalah 2 Ha yang terletak di Setui.
o Terminal Barang
Pembangunan terminal barang akan terpadu dengan terminal penumpang yaitu
terminal Tipe A di daerah Lamdom. Dimana keberadaannya harus didukung oleh
Jalan Poros Utara Selatan dan Barat Timur.
Perangkutan umum
Dalam dokumen hasil studi Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Kota
Banda Aceh oleh Dirjen Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum dan Urgent
Plan JICA tidak menyebutkan mengenai perubahan jaringan pelayanan angkutan
umum perkotaan, demikian juga dalam dokumen hasil studi Revisi RTRW Kota Banda
Aceh 2001/2010 menyebutkan tidak ada perubahan terhadap jaringan pelayanan
angkutan umum perkotaan di Kota Banda Aceh.
Klasifikasi pelabuhan
Pengembangan pelabuhan di pelabuhan lama kawasan Ulee Lheue adalah untuk
pelabuhan skala internasional sebagai pelabuhan pengumpan primer dan berfungsi
untuk pelabuhan umum melayani penumpang antar pulau dan Negara (propinsi,
kabupaten atau kota).
Laporan Akhir
III - 34
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Jalur pelayaran
Pelabuhan ini diperuntukkan terutama untuk kapal-kapal penumpang dari dank e
pelabuhan Sabang, Medan dan propinsi lainnya. Dan juga sebagai pengumpan ke dan
dari daerah sekitar Banda Aceh.
Klasifikasi pelabuhan
Pengembangan pelabuhan untuk penyeberangan menjadi satu dengan
pengembangan pelabuhan umum penumpang di daerah Ulee Lheue. Pelabuhan
melayani khususnya untuk kapal jenis ro ro.
Fasilitas penunjang
Sama seperti pelabuhan umum maka fasilitas pokok untuk pelabuhan penyeberangan
ro ro adalah alur, kolam pelabuhan, dermaga khusus ro-ro, terminal penumpang.
Sedangkan untuk fasilitas penunjang berupa kantor, utilitas dan fasilitas umum
lainnya. Bentuk layout untuk pelabuhan penyeberangan ini berupa wharf yang
menyatu dengan daratan.
Jalur pelayaran
Pelabuhan ini diperuntukkan terutama untuk kapal-kapal jenis ro-ro yang penumpang
dan barang dari daerah sekitar Banda Aceh menuju Pulau We, Pulau Nasi atau pulau-
pulau lain di sekitar Banda Aceh.
Laporan Akhir
III - 35
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Kebutuhan air Kota Banda Aceh diperkirakan akan meningkat dari 414 liter/detik
pada tahun 2006 sampai menjadi 704 liter/detik pada tahun 2016. Cakupan pelayanan
direncanakan telah mencapai 85% dari seluruh penduduk Kota Banda Aceh, baik yang
dipenuhi melalui sambungan rumah maupun hidran umum. Secara lebih rinci proyeksi
kebutuhan air disajikan pada Tabel .3.13
TABEL 3.13
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR KOTA BANDA ACEH
TAHUN 2011 DAN 2016
Untuk memenuhi kebutuhan air baku, Kota Banda Aceh mempunyai potensi
sumber air yang dapat dipergunakan, yaitu Sungai Krueng Aceh yang mempunyai debit
minimal 10,38 m3/detik atau hampir mencapai 900 m3/ hari pada musim kemarau
panjang. Terdapat dua unit Instalasi Pengolahan Air Minum yang sampai saat ini
Laporan Akhir
III - 36
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
beroperasi di Kota Banda Aceh, yaitu IPA Lambaro dengan kapasitas terpasang 435
liter/detik dan IPA Siron berkapasitas 20 liter/detik. Lokasi intake kedua IPA tersebut
adalah di Sungai Krueng Aceh.
PDAM Tirta Daroy diharapkan telah mampu merehabilitasi dan membangun
kembali seluruh sarana dan prasarana sistem penyediaan air bersih, berupa instalasi
pengolahan, sistem distribusi dan sarana penunjangnya sampai dengan tahun 2009.
Target pelayananan terhadap pelanggan PDAM Tirta Daroy sampai dengan tahun 2016
minimal mencapai 85 %.
Rencana pengembangan Instalasi Pengolahan Air Minum berupa peningkatan
kapasitas produksi pada masing-masing Instalasi Pengolahan Air Minum dan sarana
penunjangnya. Kekurangan produksi air bersih akan mulai terjadi pada tahun 2009,
sehingga direncanakan peningkatan Instalasi Pengolahan Air Lambaro sebesar 100
liter/detik pada tahun 2009 dan pada tahun 2012 ditingkatkan menjadi 200 liter/detik.
Sungai Kreung Aceh sebagai sumber air baku yang potensial bagi penyediaan air
bersih Kota Banda Aceh, sehingga keberadaannya perlu dijaga dengan baik, karena air
permukaan sangat rawan terhadap pengaruh pencemaran. Upaya-upaya untuk tetap
menjaga kuantitas air dan kualitas air yang baik harus dilaksanakan dengan strategi yang
jelas dan program kegiatan yang baik, antara lain dengan:
Menjaga kualitas air baku agar tetap memenuhi daya dukungnya dengan melakukan
monitoring secara rutin,
Menindak tegas tanpa ada tawar menawar pada semua industri dan atau lainnya
yang membuang limbah cairnya ke badan air sehingga kualitas mengalami
penurunan,
Melakukan pengamanan terhadap kawasan daerah pengaliran sungai, agar tetap
menjadi daerah tangkapan air yang baik bagi Sungai Krueng Aceh.
Berikut ini adalah peta rencana Jaringan air bersih yang akan dijelaskan pada
Gambar 3.10 di bawah ini.
Laporan Akhir
III - 37
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir
III - 38
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
GAMBAR 3.11
DENAH LOKASI PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DAN IPLT GAMPONG JAWA
SERTA RENCANA LPA DAN IPLT BARU
Laporan Akhir
III - 39
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Timbulan sampah yang akan dihasilkan di Kota Banda Aceh berasal dari kawasan
perumahan (domestik), industri, kawasan komersil, wisata dan fasilitas umum lainnya.
Timbulan sampah yang dikelola adalah timbulan sampah non B-3 (Bahan Beracun dan
Beracun/Hazardous Waste). Laju timbulan sampah adalah adalah 2,5 L/orang/hari, sesuai
dengan SNI 19-3983-1995, sehingga pada akhir tahun perencanaan mencapai 690
m3/hari. Proyeksi timbulan sampah yang dihasilkan Kota Banda Aceh disajikan pada tabel
3.14
TABEL 3.14
PROYEKSI TIMBULAN SAMPAH KOTA BANDA ACEH
TAHUN 2011 DAN 2016
Pola penanganan sampah yang dikembangkan untuk Kota Banda Aceh harus
mampu menstimulasi dan secara konkrit melibatkan dunia usaha maupun peran serta
masyarakat secara lebih luas. Berdasarkan uraian sebelumnya bahwa pengelolaan
sampah yang direncanakan lebih menekankan pada pengurangan (reduce) volume
sampah yang dihasilkan dan yang dibuang ke TPA. Bentuk pengelolaan seperti ini
memerlukan peran serta dari semua pihak baik pemerintah melalui instansi atau dinas
terkait maupun masyarakat.
Dokumen Urgent Rehabilitation and Reconstruction Plan for Banda Aceh City JICA
dan Rencana Tata Ruang Wilayah Metropolitan Banda Aceh JICA (Additional Study),
menjelaskan lokasi LPA Gampong Jawa hanya akan berumur 2 tahun, sehingga
diperlukan alternative pencarian lokasi LPA baru. Dari hasil kesepakatan antar
Pemerintah Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar dan Provinsi NAD alternative lokasi
LPA Baru adalah di Montasik, Kecamatan Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar.
Laporan Akhir
III - 40
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Sungai Krueng Aceh yang mengalir melalui Kota Banda Aceh dengan beberapa
anak sungainya seperti Krueng Daroy, krueng Doy dan Krueng Neng merupakan saluran
drainase alam yang menjadi outlet dari saluran-saluran drainase yang ada. Sehingga
aliran air hujan yang mengalir disaluran-saluran drainase sangat dipengaruhi oleh
permukaan air di sungai tersebut. Padahal permukaan air sungai dipengaruhi oleh pasang
surut air laut, oleh sebab itu aliran air hujan tidak dapat selalu dialirkan secara gravitasi.
Untuk keperluan manejemen jaringan drainase Kota Banda Aceh, maka sistem Drainase
Kota Banda Aceh dibagi menjadi 7 zona sebagai berikut :
Untuk lebih jelas dalam pembagian zona drainase dapat di lihat pada Gambar 3.12.
Berdasarkan kondisi fisik Kota Banda Aceh, prinsip dasar dalam penyusunan
Rencana drainase Kota Banda Aceh adalah :
a. Pembagian sistem yang jelas dan keseragaman penamaan sistem, saluran dan
bangunan-bangunan drainase lainnya (nomenklatur)
b. Sungai-sungai besar sebagai saluran primer menggunakan alur pematusan alami,
sedangkan saluran sekunder dan tersier mengikuti pola tata ruang dan jaringan jalan
c. Perhitungan debit aliran didasarkan pada rencana penggunaan lahan di masa yang
akan datang
d. Perlu ditetapkan batasan tinggi genangan yang dapat diterima dalam perencanaan,
baik untuk pemukiman, jalan, area industri/bisnis maupun area yang penting lainnya.
Hal ini sangat penting mengingat bahwa penanganan drainase sangat sulit untuk
membebaskan area dari genangan sehingga harus ada batasan tinggi genangan yang
masih bisa ditolerir.
Laporan Akhir
III - 41
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
GAMBAR 3.12
PEMBAGIAN ZONA DRAINASE KOTA BANDA ACEH
Laporan Akhir
III - 42
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
e. Air hujan secepatnya dialirkan badan air terdekat untuk memperpendek panjang
saluran
f. Saluran maupun infrastruktur drinase lainnya direncanakan secara ekonomis dalam
pembangunan, operasional dan pemeliharaannya
g. Flood Canal di bagian selatan Kota Banda Aceh digunakan untuk membagi debit
volume banjir dan melindungi Kota Banda Aceh dari meluapnya debit banjir dari lahan
yang lebih tinggi .
h. Saluran drainase perkotaan harus difungsikan sebagai saluran kolektor dan long
storage
i. Optimalisasi dan normalisasi sungai yang ada untuk meningkatkan daya tampung dan
kemampuan alirnya.
j. Membangun retarding basin dan retarding pond yang dilengkapi dengan pompa air
untuk mengurangi debit limpasan yang langsung mengalir ke sungai/saluran.
k. Meningkatkan peresapan air hujan ke dalam tanah untuk mengurangi volume
limpasan permukaan.
l. Dalam sistem drainase yang merupakan kombinasi dari saluran drainase, retarding
pond dan retarding basin, tidak hanya besarnya debit yang dihitung tetapi juga
volume air yang dapat dialirkan (dipompa) dan yang harus ditahan (storage).
Sehingga dalam analisa tidak cukup hanya dihitung debit banjir puncak tetapi juga
waktu konsentrasi atau dengan kata lain perlu dihitung hidrograf banjir rencana.
m. Perlunya tinjauan aspek kelembagaan dalam operasional dan pemeliharaan.
Sedangkan kriteria perencanaan dalam pengembangan sistem drainase adalah
sebagai berikut :
a. Hujan dengan ketentuan sebagai berikut :
Perkiraan hujan rencana dilakukan dengan analisa frekuwensi terhadap data curah
hujan harian maksimum tahunan dengan lama pengamatan sekurang-kurangnya
10 tahun
Analisa frekuensi terhadap curah hujan menggunakan metode probabilitas
distribusi normal, distribusi log normal, Pearson Type III, Log Pearson Type III
dan Gumbel. Perhitungan didasarkan pada ketentuan standar kala ulang yang
disepakati
Pengecekan data hujan menggunakan metoda ekurva masa ganda, Chi Square
atau Smirnov-Kolmogorov
Laporan Akhir
III - 43
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
TABEL 3.15
PERIODE ULANG SALURAN DRAINASE
Pembangunan flood canal di bagian selatan kota untuk mengalirkan langsung air
dari sungai yang ada dalam kota yang biasanya menyebabkan terjadi genangan. (lihat
Tabel 3.16)
TABEL 3.16
RENCANA FLOOD CANAL
Selain normalisasi pada Flood Canal, pada beberapa penampang sungai yang
mengalir dalam kota juga perlu dilakukan normalisasi dengan dimensi seperti pada Tabel
3.17 berikut.
TABEL 3.17
NORMALISASI SUNGAI DALAM KOTA
Lebar Panjang
Kemiringan Kapasitas Debit Periode
No Sungai dasar Sungai
Tanggul (m3/dt) ulang
(m) (km)
dari 10 menjadi
1 Kr. Daroy 20 0.5 3.05 102 25 tahun
5 0.98
dari 2 menjadi
2 Kr. Neng 7 0.5 1.6 5 tahun
47.33
11 11
Kr. Lhueng Paga dari 12 menjadi
3 (upstream) 10 0.5 3.62 111.43 25 tahun
Sumber : JICA Studi
Laporan Akhir
III - 45
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
TABEL 3.18
DEBIT DAN DIMENSI SALURAN PRIMER.
Miring
Nama Luas Koef. Kekasaran Kedalaman Lebar Tinggi
Debit dasar Kecepatan
Saluran DAS aliran saluran air dasar Jagaan
rencana
Ha M3/dt m m m m/dt
1.1 58.00 0.700 1.70 0.0003 0.025 1.28 2.60 0.25 0.51
1.2 53.00 0.700 0.36 0.0003 0.025 0.72 1.50 0.20 0.34
1.3 65.50 0.778 1.68 0.0003 0.025 1.28 2.60 0.25 0.51
1.4 29.50 0.732 0.61 0.0003 0.025 0.88 1.80 0.20 0.39
2.1 130.00 0.780 2.41 0.0003 0.025 1.46 3.00 0.25 0.55
3.1 41.00 0.780 0.88 0.0003 0.025 1.00 2.10 0.20 0.42
3.2 75.50 0.793 3.88 0.0003 0.025 1.75 3.60 0.25 0.62
3.3 223.00 0.794 9.92 0.0003 0.025 1.50 8.00 0.30 0.73
3.4 58.00 0.684 1.78 0.0003 0.025 1.31 2.70 0.25 0.50
4.1 47.00 0.730 2.64 0.0003 0.025 1.51 3.10 0.25 0.56
4.2 39.50 0.800 2.18 0.0003 0.025 1.41 2.90 0.25 0.53
4.3 29.00 0.800 1.30 0.0003 0.025 1.16 2.40 0.20 0.47
4.4 44.00 0.800 2.31 0.0003 0.025 1.44 2.90 0.25 0.55
5.1 77.50 0.715 3.48 0.0003 0.025 1.68 3.40 0.25 0.61
5.2 30.00 0.792 1.57 0.0003 0.025 1.24 2.50 0.25 0.50
5.3 56.00 0.792 0.79 0.0003 0.025 0.96 2.00 0.20 0.41
5.4 50.50 0.792 0.37 0.0003 0.025 0.72 1.50 0.20 0.34
5.5 110.00 0.792 3.14 0.0003 0.025 1.62 3.30 0.25 0.59
6.1 40.50 0.792 7.27 0.0003 0.025 1.50 6.00 0.30 0.69
6.2 125.50 0.792 2.53 0.0003 0.025 1.49 3.00 0.25 0.57
6.3 57.00 0.762 1.46 0.0003 0.025 1.21 2.50 0.20 0.48
6.4 75.00 0.727 2.23 0.0003 0.025 1.42 2.90 0.25 0.54
7.1 65.00 0.740 1.56 0.0003 0.025 1.24 2.50 0.25 0.50
8.1 90.00 0.740 2.11 0.0003 0.025 1.39 2.80 0.25 0.54
9.1 127.00 0.795 2.11 0.0003 0.025 1.39 2.80 0.25 0.54
9.2 45.00 0.795 1.89 0.0003 0.025 1.34 2.70 0.25 0.52
9.3 60.00 0.797 1.45 0.0003 0.025 1.21 2.50 0.20 0.48
9.4 53.00 0.700 1.37 0.0003 0.025 1.18 2.40 0.20 0.48
9.5 19.00 0.800 0.94 0.0003 0.025 1.03 2.10 0.20 0.44
9.6 50.00 0.686 1.50 0.0003 0.025 1.23 2.50 0.25 0.49
10.1 41.00 0.800 1.81 0.0003 0.025 1.31 2.70 0.25 0.51
11 54.00 0.800 1.30 0.0003 0.025 1.16 2.40 0.20 0.47
11.1 34.00 0.789 2.29 0.0003 0.025 1.44 2.90 0.25 0.55
11.2 335.00 0.789 9.95 0.0003 0.025 1.50 6.00 0.30 0.69
11.3 19.00 0.789 1.08 0.0003 0.025 1.08 2.20 0.20 0.45
Laporan Akhir
III - 46
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Miring
Nama Luas Koef. Kekasaran Kedalaman Lebar Tinggi
Debit dasar Kecepatan
Saluran DAS aliran saluran air dasar Jagaan
rencana
Ha M3/dt m m m m/dt
12 58.00 0.789 3.62 0.0003 0.025 1.71 3.50 0.25 0.61
12.1 150.00 0.794 0.92 0.0003 0.025 1.02 2.10 0.20 0.43
12.2 24.00 0.763 2.38 0.0003 0.025 1.46 3.00 0.25 0.54
12.3 38.50 0.763 2.91 0.0003 0.025 1.57 3.20 0.25 0.58
12.4 33.00 0.794 2.49 0.0003 0.025 1.48 3.00 0.25 0.56
13.1 45.00 0.794 3.77 0.0003 0.025 1.73 3.50 0.25 0.62
13.2 16.00 0.758 1.50 0.0003 0.025 1.22 2.50 0.20 0.49
13.3 26.50 0.799 0.27 0.0003 0.025 0.64 1.30 0.20 0.32
13.4 28.50 0.530 0.70 0.0003 0.025 0.92 1.90 0.20 0.40
13.5 43.00 0.800 0.83 0.0003 0.025 0.98 2.00 0.20 0.42
13.6 50.00 0.796 3.87 0.0003 0.025 1.75 3.50 0.25 0.63
14.1 45.50 0.775 4.86 0.0003 0.025 1.90 3.90 0.25 0.65
15.1 45.00 0.683 2.46 0.0003 0.025 1.48 3.00 0.25 0.56
15.2 27.00 0.683 1.13 0.0003 0.025 1.10 2.30 0.20 0.45
15.3 85.00 0.561 2.12 0.0003 0.025 1.39 2.80 0.25 0.54
16.1 180.00 0.543 4.63 0.0003 0.025 1.87 3.80 0.25 0.65
17.1 41.50 0.543 0.91 0.0003 0.025 1.01 2.10 0.20 0.43
17.2 20.50 0.543 1.11 0.0003 0.025 1.09 2.20 0.20 0.46
Selain Saluran air, dalam sistem drainase kota Banda Aceh juga diperlukan kolam
penampungan pintu air dan pompa mengingat kota Banda Aceh memiliki topografi yang
relative datar sehingga tidak memungkinkan semua air dapat dialirkan secara gravitasi.
Jumlah dan lokasi retarding pond, pintu air dan pompa dalam sistem drainase
Kota banda Aceh dapat dilihat pada Tabel 3.19 berikut :
TABEL 3.19
JUMLAH DAN LOKASI RETARDING POND, PINTU AIR DAN POMPA
Laporan Akhir
III - 47
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Peta rencana jaringan saluran primer, retarding pond, pintu air dan pompa dapat
dilihat pada Gambar 3.13.
Garis sempadan sungai untuk flood way dan kr. Aceh idealnya direncanakan 30
meter kekiri dan ke kanan seperti pada gambar dibawah ini. Namun sempadan sungai
juga dapat ditetapkan dengan disesuaikan pada kondisi lapangan mengingat sebagian
merupakan daerah yang telah terbangun. Manajemen konservasi dapat dilakukan dengan
cara:
GSS GSS
Sungai
10 – 20 m 10 – 20 m
10 m 10 m
Sumber: Additional Study Team, 2006
Laporan Akhir
III - 48
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
GAMBAR. 3.13
Laporan Akhir
III - 49
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Garis sempadan sungai untuk Titi Panjang, Lueng Paga, Daroy, Doy and Neng
Rivers (sebagai drainase utama) adalah minimum 15 m ke kiri dan ke kanan seperti pada
gambar dibawah.
Garis sempadan pantai direncanakan proporsi pada bentuk dan kondisnya (dari
garis pantai terluar ke
GSStidal dyke atau coastal road) GSS
Sungai
4m 4–6m 4–6m 4m
Sumber: Additional Study Team, 2006
Bakau
GSB
30 m 5 – 10 m
Untuk menanggulangi bencana yang disebabkan oleh banjir dapat pula dilakukan
dengan cara mengurangi limpasan permukaan sekaligus sebagai konservasi air tanah dan
melindungi daerah aliran sungai. Untuk mengurangi limpasan permukaan dapat dilakukan
sebagai berikut :
• Membangun sumur resapan di area pemukiman untuk meresapkan air hujan ke tanah
• Melindungi dan meningkatkan fungsi hutan sebagai sarana penyimpan air
• Menjaga kolam-kolam penampungan dan rawa sebagai penyangga air dan sumber air
sungai
• Membangun Check Dam di hulu untuk menghambat aliran sediment ke hilir
• Konservasi tumbuhan pada daerah aliran sungai sebagai daerah peresapan air
Laporan Akhir
III - 50
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
2. Breakwater groins
Breakwater dibangun untuk melindungi
gempuran gelombang, dengan harapan
pada daerah yang dilindungi terjadi
breakwater
gelombang yang relatif kecil. Bangunan
ini biasa untuk melindungi infrastruktur
pantai seperti pelabuhan, tempat rekreasi
dan lain-lain. detached breakwater
3. Detected breakwater
Bangunan ini tujuannya sama dengan
breakwater, namun bangunan ini Gambar Sket Groin, Breakwater dan
detected breakwater
konstruksinya dipasang sejajar dengan
Laporan Akhir
III - 51
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
pantai, akibat dari kondisi ini, di belakang detected breakwater akan terjadi sirkulasi
arus dari kiri dan kanan dan dengan kecepatan rendah akan terbentuk sedimentasi
yang disebut tombolo. (lihat Gambar 3.14)
Ombak
Pemecah Air Jarak
Tombolo
Tonjolan
Garis Pantai
Source : USACE, Coastal Engineering Technical Note, CETN III-48
GAMBAR 3.14
SKETSA DETECTED BREAKWATER
Ombak Pemantul
Beton
Lempengan Baja
Laporan Akhir
III - 52
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
5. Embankment
Embankment memegang peranan untuk mencegah air setelah melewati breakwater .
Keberadaan embankment cukup penting karena breakwater tidak dapat mencegah air
secara keseluruhan sehingga embankment dapat membantu menghentikan rambatan
gelombang kearah daratan. (lihat Gambar 3.16)
GAMBAR 3.16
SKEMATIS EMBANKMENT
6. Coastal Forest
Seawall dan breakwater adalah struktur buatan untuk melawan gelombang/tsunami.
Namun perlu dicatat bahwa pembangunan dan pemeliharaan struktur tersebut
memerlukan biaya cukup tinggi dan dapat merubah kondisi lingkungan di sepanjang
pantai.
Tanaman pantai seperti bakau, pohon sagu, dan pohon kelapa memiliki kemampuan
alamiah untuk mereduksi gelombang tsunami dan juga merupakan solusi dari
kelemahan penggunaan struktur buatan. (lihat Gambar 3.17)
Palem /
Dinding Pemecah
Bakau Tambak
GAMBAR 3.17
SKEMATIS COASTAL FOREST
Laporan Akhir
III - 53
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Jembatan Kontrol
Laut
Sungai
GAMBAR 3.18
TIDAL GATE
Laporan Akhir
III - 54
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
TABEL 3.20
PROYEKSI KEBUTUHAN LISTRIK KOTA BANDA ACEH TAHUN 2011 DAN 2016
KEBUTUHAN KEBUTUHAN
STANDAR PENDUDUK
NO JENIS FASILITAS TAHUN 2011 TAHUN 2016
PENDUKUNG
(kva) (kva)
TABEL 3.21
PROYEKSI KEBUTUHAN JARINGAN TELPON KOTA BANDA ACEH
TAHUN 2011 DAN 2016
Laporan Akhir
III - 55
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Hingga tahun 2011 jumlah sambungan satuan telpon (SST) yang dibutuhkan
untuk rumah tangga mencapai 9,6 ribu SST, sedangkan pada tahun 2016 dibutuhkan
11,05 ribu SST. Kebutuhan lain yang relatif besar adalah untuk kebutuhan fasilitas umum
dan sosial yang mencapai 289 SST pada tahun 2011 dan 331 SST tahun 2016, sementara
itu kebutuhan yang relatif kecil adalah telepon umum yang hanya mencapai 96 SST pada
tahun 2011 dan 110 SST pada tahun 2016.
Seperti halnya analisis terhadap utilitas kota, perhitungan kebutuhan fasilitas kota
juga dilakukan dengan menggunakan standar dari Departemen PU tahun 1997. Angka
yang dihasilkan juga masih aggregat untuk skala kota. Pendistribusian fasilitas ini
nantinya akan dilakukan tidak berdasarkan lingkup administrasi, tetapi disesuaikan
dengan kebutuhan masyarakatnya dan tujuan perencanaan yang diinginkan pada suatu
kawasan.
Jaringan jalan emergensi ini bermanfaat baik untuk kegiatan pelarian dari bencana
dalam waktu pendek. Juga jalur ini berguna untuk pertolongan pertama dan evakuasi
korban.
Laporan Akhir
III - 58
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
GAMBAR 3.19
Laporan Akhir
III - 59
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
BAB
IV
RENCANA IMPLEMENTASI
4.1.1 PENDAHULUAN
Laporan Akhir
IV - 1
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan
hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan, sedang kawasan
budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan
atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan.
Dilihat dari perspektif fungsi-fungsi manajemen, maka penataan ruang akan
merupakan sebuah siklus proses yang saling berhubungan yaitu perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang, dimana penataan ruang
tersebut berdasar wilayah administratif akan terdiri penataan ruang nasional, penataan
ruang provinsi dan penataan ruang kabupaten/kota.
Berkaitan dengan kegiatan penataan ruang, baik pada tataran perencanaan tata
ruang, pemanfaatan ruang maupun pada tataran pengendalian pemanfaatan ruang,
beberapa peraturan dan perundang-undangan yang dapat dipakai sebagai rujukan
diantaranya adalah :
1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanan Pembangunan
Nasional
4. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 Tentang Pelaksanaan Hak dan
Kewajiban Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan
Ruang
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1998 Tentang Tata Cara Peran serta
Masyarakat dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah
6. Keputusan Menteri Kimpraswil Nomor 327/KPTS/M/2002 Tanggal 12 Agustus 2002,
Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang
Laporan Akhir
IV - 2
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Isu keselarasan, keserasian dan keseimbangan merupakan isu yang penting dalam
penataan ruang, terutama yang berkaitan dengan struktur dan pola pemanfaatan
ruang, persebaran penduduk antar wilayah, pertumbuhan antar sektor dan
wilayah. Ketidakseimbangan dalam pertumbuhan pembangunan baik secara
spasial maupun secara sosial dan ekonomi akan menjadi problem yang serius
dalam pembangunan. Kemampuan daya dukung dan kelestarian sumberdaya alam
harus juga menjadi perhatian penting dalam penataan ruang mengingat kita
sedang terus mendorong konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable
development), suatu model pembangunan yang memperhatikan kepentingan
generasi di masa yang akan datang.
Laporan Akhir
IV - 3
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
informasi serta mempunyai kedudukan yang setara dalam proses penataan ruang
meskipun tentunya terdapat fungsi-fungsi yang berbeda. Sekalipun penataan ruang
merupakan domain publik, hal ini tidak mengabaikan rasa keadilan dan perlindungan
hukum bagi setiap warga dalam menjalankan hak dan kewajibannya berkaitan dengan
penataan ruang sehingga didorong untuk mencapai win-win solution.
Apabila azas-azas dalam penataan ruang dapat dioperasikan dalam menjadi landasan
bagi pemanfaatan ruang, maka diharapkan tercapainya tujuan dari penataan ruang,
antara lain :
1. Terselenggaranya pemanfaatan ruang berwawasan lingkungan yang berlandaskan
Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional
2. Terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan kawasan
budidaya
3. Tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk :
• Mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas, berbudi luhur, dan sejahtera
• Mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan sumberdaya alam dan
sumberdaya buatan dengan memperhatikan sumberdaya manusia
• Meningkatkan pemanfaatan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan secara
berdayaguna, berhasil guna, dan tepatguna untuk meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia
• Mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan mencegah serta menanggulangi
dampak negatif terhadap lingkungan
• Mewujudkan keseimbangan kepentingan kesejahteraan dan keamanan
perencanaan pembangunan daerah di sisi yang lain. Tidak meleburnya perencanaan tata
ruang menjadi bagian integral dari perencanaan pembangunan di daerah menjadikan
implementasi perencanaan tata ruang di daerah tidak dapat berjalan secara efektif,
demikian juga dengan efektifitas pengendaliannya.
Struktur perencanaan pembangunan di Indonesia berdasarkan hirarki dimensi
waktunya berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional dapat dibagi menjadi perencanaan jangka panjang,
jangka menengah dan jangka pendek (tahunan), sehingga dengan Undang-Undang ini
kita mengenal satu bagian penting dari perencanaan wilayah yaitu apa yang disebut
sebagai rencana pembangunan daerah, yaitu Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJP-D), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM-D) dan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) serta Rencana Strategis Satuan Kerja
Pemerintah Daerah (Renstra-SKPD) dan Rencana Kerja Satuan Kerja Pemerintah Daerah
(Renja-SKPD) sebagai kelengkapannya. Sementara itu tentang perencanaan keruangan di
Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang,
dimana dengan Undang-Undang ini secara hirarki Pemerintahan, Perencanaan Tata Ruang
dibagi menjadi Rencana Tata Ruang Nasional, Propinsi dan Kabupaten/Kota yang
membagi ruang dalam kawasan lindung dan kawasan budidaya.
Meskipun seringkali dinyatakan bahwa perencanaan tata ruang merupakan matra
keruangan dari perencanaan pembangunan, namun demikian didalam praktiknya sering
ditemui potensi jarak/gap bahkan potensi distorsi antara perencanaan keruangan dan
perencanaan pembangunan. Fakta mengenai hal ini seringkali ditemui pada saat diskusi
pembahasan mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota serta Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah, dimana pembahasan tentang hubungan antara rencana pembangunan dan
rencana tata ruang tidak dapat dijelaskan dengan memuaskan. Ketidakjelasan ini
mengakibatkan sulitnya memberikan jawaban atas pertanyaan seberapa jauh rencana
tata ruang dapat dioperasionalisasikan. Tulisan ini dimaksudkan untuk menggugah
kembali perbincangan mengenai bagaimana rencana tata ruang dapat
dioperasionalisasikan ditengah-tengah beragam perencanaan pembangunan yang ada di
daerah.
Laporan Akhir
IV - 5
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir
IV - 6
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir
IV - 7
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Gambar 4.1 :
Gambar 4.2
Laporan Akhir
IV - 8
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Pada usulan alternatif model kedua, Djunaidi berusaha untuk lebih mempertegas
upaya “menghilangkan” gap antara rencana tata ruang dengan rencana pembangunan
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Penyusunan rencana tata ruang dan rencana pembangunan dimulai dengan terlebih
dahulu menyusun Rencana Strategis yang bersifat umum, tidak hanya dengan analisis
SWOT seperti pada model pertama.
2. Rencana Strategis Dinas/Departemen/Sektoral di “dialogkan” dengan Rencana
Strategis Tata Ruang Wilayah. Dengan “mendialogkan” kedua jenis perencanaan
strategis tersebut diharapkan terjadi saling koreksi diantara kedua perencanaan
tersebut, sehingga potensi gap dan distorsi diantara keduanya diharapkan dapat
“dihilangkan” demikian keselarasan kedua jenis perencanaan tersebut dapat dicapai.
3. Rencana Strategis Dinas/Departemen/Sektoral selanjutnya diterjemahkan dalam
Program Pembangunan Daerah demikian juga Rencana Strategis Tata Ruang Wilayah
diterjemahkan dalam Rencana Strategis Pengembangan Bagian Wilayah/Kawasan dan
Program Pengembangan Bagian Wilayah/Kawasan.
4. Pelaksanaan pembangunan oleh Pemerintah, Swasta dan Masyarakat merujuk kepada
berbagai perencanaan tata ruang dan perencanaan pembangunan diatas.
Dua alternatif model tersebut diatas telah berusaha untuk memposisikan dimana
perencanaan tata ruang wilayah berada diantara tuntutan-tuntutan pembangunan baik
dibidang ekonomi maupun dibidang sosial serta bidang-bidang lainnya.
Laporan Akhir
IV - 9
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir
IV - 10
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Jika RPJM Daerah bersifat indikatif maka Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD) yang berdurasi tahunan relatif lebih bersifat definitif karena keterlaksanaannya
akan didukung dengan ketersediaan anggaran yang disebut sebagai Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dengan demikian secara teoritis seharusnya
RKPD akan menjadi instrumen yang lebih nyata dalam operasionalisasi rencana tata ruang
khususnya dari sektor pemerintah daerah. Namun dalam kenyataannya RKPD ini lemah
fungsinya sebagai instrumen operasionalisasi rencana tata ruang baik RTRW apalagi
RDTRK/RBWK karena karena penyusunannya tidak diorientasikan kepada kedua
perencanaan tata ruang tersebut dan tidak dimilikinya Program Distrik Multi Sektor.
Laporan Akhir
IV - 11
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
disusun secara terpisah yaitu Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan
Ruang dan Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional. Draft RUU perubahan UU Penataan Ruang dalam penjelasannya
juga mengusulkan upaya mendekatkan kedua jenis perencanaan tersebut dengan
menyebutkan bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah harus mengacu kepada Rencana
Pembangunan Jangka Panjang, namun hal ini dapat menimbulkan tafsir bawa
perencanaan tersebut bersifat “sequensial” yaitu penyusunan RPJP dahulu baru
peyusunan RTRW padahal keduanya adalah sama-sama perencanaan jangka panjang.
Dalam pemahaman yang lain bila konsep seperti dilaksanakan, hal itu akan dapat
mematikan konsep untuk “mendialogkan” kedua perencanaan tersebut.
1. Jika kita simak lebih mendalam mengenai isi apa yang disebut selama ini sebagai
“Rencana Pembangunan” esensinya adalah “perencanaan pembangunan berbagai
sektor pembangunan” atau lazim disebut sebagai perencanaan sektoral.
2. Langkah pelaksanaan kegiatan pembangunan sektoral harus dipandang sebagai
bagian dari program-program untuk mengimplementasikan rencana tata ruang,
sehingga rencana tata ruang dapat mengarahkan dan menunjukkan implikasi
keruangan dari perencanaan sektoral.
3. Untuk mengkorelasikan semua perencanaan didaerah, perlu dipikirkan untuk
memberi arti “Rencana Pembangunan” sebagai integrasi perencanaan spasial,
perencanaan sektoral serta perencanaan pendukung sebagai penjamin
Laporan Akhir
IV - 12
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Dimensi Waktu
Materi Perencanaan Terintegrasi
Perencanaan
Jangka Panjang
Jangka
Perencanaan Perencanaan Perencanaan Perencanaan
Menengah
Spasial Sektoral Finansial Institusional
Jangka
Pendek
Laporan Akhir
IV - 13
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Bila disimak secara mendalam, tujuan yang hendak dicapai dalam penataan ruang
adalah kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan ruang yang berkualitas, yaitu
pemanfaatan ruang yang selaras, serasi dan seimbang diantara keseluruhan kepentingan,
baik kepentingan yang berhubungan langsung dengan kebutuhan hidup manusia maupun
kepentingan kelestarian lingkungan yang sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup
generasi dimasa yang akan datang. Dengan demikian bila ditanya untuk siapa penataan
ruang perlu dilakukan, maka tentu tidak lain dan tidak bukan jawabnya adalah untuk para
pemangku kepentingan atau stakeholder ruang tersebut dimana para anggotanya adalah
masyarakat secara umum, kalangan dunia usaha dan pemerintah.
Apabila dapat difahami bahwa penataan ruang ditujukan bagi kemanfaatan para
pemangku kepentingan atau stakeholder, maka menjadi strategis keterlibatan secara
egaliter para pemangku kepentingan dalam proses penataan ruang, baik pada proses
perencanaan, pemanfaatan maupun pada proses pengendalian, agar tercapai
pemanfaatan ruang yang berkualitas sehingga penataan ruang mampu memberikan
kontribusi yang signifikan bagi kesejahteraan manusia dan lingkungannya.
Terdapat beberapa peraturan dan perundang-undangan yang dapat dipakai
sebagai rujukan atau pedoman bagaimana peran serta masyarakat dapat dilaksanakan
dalam penataan ruang, yaitu UU No. 24 Tahun 1992 Tentang ”Penataan Ruang”,
Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1996 Tentang ”Pelaksanaan Hak dan
Kewajiban, Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang”,
dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 9 Tahun 1998 Tentang ”Tata Cara Peran
Serta Masyarakat dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah”.
UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan ruang menyatakan dengan tegas
tentang hak dan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang. Dalam pasal 5 ayat 1
Undang-Undang ini dinyatakan bahwa “Setiap orang berkewajiban berperan dalam
memelihara kualitas ruang”, sedang ayat 2 menyatakan “ Setiap orang berkewajiban
menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Sementara pasal 4 ayat 2 Undang-
Undang tersebut menyatakan “Setiap orang berhak untuk mengetahui rencana tata
ruang, berperan serta dalam penyusunan tata ruang, memperoleh penggantian yang
layak atas kondisi yang dialaminya sebagai akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan
yang sesuai tata ruang”. Pasal 12 ayat 1 Undang-Undang ini mempertegas peran serta
masyarakat dalam penataan ruang, seperti dinyatakan sebagai berikut : “Penataan ruang
dilakukan oleh Pemerintah dengan peran serta masyarakat”.
Laporan Akhir
IV - 14
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Dari pasal 4 ayat 2, pasal 5 ayat 1 dan 2 serta pasal 12 ayat 1 UU No. 24 Tahun
1992 tersebut dapat dipahami beberapa hal tentang hak, kewajiban dan peran serta
masyarakat dalam penataan ruang sebagai berikut :
1. Pada setiap fase penataan ruang, yaitu pada fase perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang setiap orang sebagai
anggota masyarakat berhak untuk terlibat secara langsung dan aktif untuk
mengambil peran sesuai dengan kapasitas dan kapabilitasnya.
2. Lebih dari sekedar memiliki hak untuk ikut terlibat dalam penataan ruang, bahkan
setiap orang diwajibkan berperan serta dalam memelihara kualitas ruang, seperti
diamanatkan ayat 1 pasal 5 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992.
3. Setiap orang sebagai anggota masyarakat mempunyai hak berupa akses untuk
mendapatkan informasi yang seluas-luasnya tentang rencana tata ruang, hal ini
penting karena dengan keterbukaan tentang rencana tata ruang, diharapkan dapat
mengurangi pelanggaran tata ruang. Untuk mengoperasikan kebijakan ini tentu
diperlukan dukungan perangkat sistem informasi ketataruangan yang handal,
sehingga setiap orang dapat mengaksesnya dengan cepat, mudah, murah dan
akurat.
4. Pelaksanaan pemanfaatan ruang dengan dalih kepentingan pembangunan sekalipun
tidak boleh merugikan setiap orang yang “property” nya terkena dampak
pembangunan, namun sebaliknya setiap anggota masyarakat harus mendapat “ganti
untung” dari dampak pembangunan tersebut.
Laporan Akhir
IV - 15
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir
IV - 16
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir
IV - 17
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir
IV - 18
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Peran serta masyarakat dalam kegiatan perencanaan tata ruang, khususnya yang
berkaitan dengan penyusunan atau penyempurnaan RTRW Kabupaten/Kota, berdasar
Permendagri Nomor 9 tahun 1998 Tentang Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam
Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah, secara sederhana dapat digambarkan dalam
diagram skematik sebagai berikut :
Bupati/
Walikota Masukan publik secara :
- Lisan
DPRD
- Tertulis
Bapekab/ - Forum pertemuan
Bapeko Peraturan
Daerah (PERDA)
Jangka waktu : 30 hari
Jangka waktu : - Penyempurnaan
7 hari Rancangan
Jangka waktu : 30 hari
Sumber : Warta Kebijakan
Laporan Akhir
IV - 19
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Indentifikasi potensi dan Bantuan pemikiran dan pertimbangan Bantuan pemikiran atau
masalah pembangunan berkenaan dengan bentuk dan pola pertimbangan untuk penertiban
termasuk bantuan untuk pemanfaatan pedesaan dan kegiatan pemanfaatan ruang
memperjelas hak atas ruang perkotaan dan peningkatan kualitas
pemanfaatan ruang
Laporan Akhir
IV - 20
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
dari rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Para pihak termasuk anggota masyarakat
dan dunia usaha sebagai bagian dari stakeholder atas lahan yang ruangnya ditata selama
ini tidak banyak dilibatkan, padahal merekalah yang memiliki property right atas lahan
tersebut sehingga semestinya development right mereka juga diperhatikan dan dihargai
dengan cara melibatkan mereka secara aktif dan egaliter dalam proses penataan ruang.
Di kota Banda Aceh, anggota stakeholder dalam penataan ruang disamping unsur
Pemerintah Kota seperti Badan Perencana Kota (Bapeko), Dinas Tata Kota, Bagian-bagian
pada Sekretariat Kota, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Pasar, Dinas Prasarana
Jalan dan Sumber Daya Air, Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Dinas
Perhubungan serta Dinas-dinas teknis kota lainnya, juga organisasi-organisasi non
pemerintah seperti organisasi masyarakat (Ormas), organisasi sosial-politik (Parpol),
lembaga swadaya masyarakat (LSM), organisasi profesi, organisasi dunia usaha,
perguruan tinggi, lembaga penelitian, ulama, cendekiawan, mukim, tengku, lembaga adat
serta organisasi dan lembaga kemasyarakatan lainnya. Secara lebih rinci anggota
stakeholder perencanaan tata ruang (RTRW) Kota Banda Aceh tampak dalam tabel
sebagai berikut dibawah ini :
TABEL 4.1
DAFTAR STAKEHOLDER
REVISI RTRW KOTA BANDA ACEH
TAHUN 2006
PEMERINTAH
NON PEMERINTAH
1). Mukim
2). Ulama/Tengku/Tuku
3). Majelis Pemusyawaratan Ulama (MPU)
4). Lembaga Adat dan Kebudayaan Aceh (LAKA)
5). Jaringan Kerja Masyarakat Adat (JKMA)
6). Bakti Sosial Pembangunan Desa (UKM-BSPD)
7). Lembaga Pusat Penelitian Ilmu Budaya
8). Forum LSM Aceh
9). Walhi
10). Pusat Studi HAM
11). Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI)
12). Organisasi Keagamaan
13). Organisasi Sosial
14). Prganisasi Kepemudaan
15). Forsikal (Forum Studi Kependudukan dan Lingkungan Hidup)
16). Partai Politik PKS, PPP, Golkar, PAN dan Demokrat)
17). Dr. Nazamuddin (Akademisi)
18). Syarifah Rahmatillah (Ketua Mispi)
19). Adli Abdullah (Akademisi)
20). Dr. Raja Masbar (Akademisi)
21). Ir. Imran A. Rahman M.Eng (Akademisi)
22). Ir. Ismail Yusuf. M.Eng (Akademisi)
23). LSM : FORSIKAL (Forum Studi Kependudukan dan Lingkungan Hidup)
24). LSM : KKTGA (Kelompok Kerja Transformasi Gender)
25). LSM : LPLH (Lembaga Pembelajaran Lingkungan Hidup)
26). LSM : LPSELH (Lembaga Pengembangan Sosial Ekonomi dan Lingkungan Hidup)
27). LSM : CCDE (Pusat Pengembangan Masyarakat dan Pendidikan)YAM (Yayasan Abdi Masyarakat)
28). LSM : YBA (Community for Farmers and Environment Development)
29). LSM : YPSI (Yayasan Pemerhati Sosial Indonesia
30). LSM : SAHARA (Yayasan Suara Hati Rakyat)
31). LSM : FA (Yayasan Flower Aceh)
32). LSM : YASMA (Yayasan Karya Bersama)
33). LSM : PASE (Yayasan Pagar Alam Indonesia)
34). LSM : YAB (Yayasan Anak Bangsa)
35). LSM : YRBI (Yayasan Rumpun Bambu Indonesia
36). LSM : YAPDA (Yayasan Putra Dewantara): Empowering Circle for Society Movement
37). Masyarakat (mukim, LSM)
38). Pelaku ekonomi (KADIN, REI, kelompok pengusaha retail, dll)
39). Pelabuhan
40). Apindo
41). Masyarakat Nelayan
Laporan Akhir
IV - 22
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
PENGGUNA
Laporan Akhir
IV - 23
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
SOSIALISASI
KONSEP RTRW JICA DAN PU
REKONFIRMASI/SOSI
ALISASI RTRW KOTA
REVISI RTRW JICA DAN BANDA ACEH HASIL
PU REVISI
QONUN
QONUN
Laporan Akhir
IV - 24
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Model partisipasi masyarakat dalam perencanaan sektor publik dari waktu kewaktu
terus mengalami perkembangan kualitas yang positif. Kalau pada mulanya model
partisipasi masyarakat ini hanya sampai pada tingkatan “sosialisasi” yang diartikan
sebagai perencanaan yang telah disusun oleh pemerintah sekedar hanya diinformasikan
kepada masyarakat, pada tingkatan ini masyarakat tidak secara aktif terlibat, masyarakat
terlibat pada posisi sangat pasif, hanya menerima saja perencanaan yang sudah jadi
untuk “dipaksakan” pelaksanaannya. Pada fase yang lebih maju masyarakat diundang
pada proses awal perencanaan, diminta masukan dan kritiknya, masukan dan kritik
tersebut ditampung oleh pemerintah dan kemudian hasil analisis yang berupa rencana
disampaikan kepada masyarakat untuk diimplementasikan, tetapi pada fase ini tidak ada
penjelasan tentang hasil masukan dan kritik yang telah disampaikan masyarakat mana
yang diterima, mana yang ditolak, dan mengapa masukan dan kritik tersebut diterima
atau ditolak. Pada fase yang lebih maju lagi partisipasi masyarakat perencanaan sektor
publik, khususnya pada perencanaan tata ruang, para anggota stakeholder yang
seharusnya lebih dominan dalam proses perencanaan tata ruang, sedang unsur
pemerintah sebagai bagian stakeholder lebih banyak pada posisi sebagai pihak yang
memfasilitasi proses perencanaan yang dimotori oleh masyarakat dan anggota
stakeholder lainnya. Apabila aktor utama dalam proses perencanaan tata ruang adalah
masyarakat dan anggota stakeholder lainnya, maka segala konflik-konflik kepentingan
dalam penataan ruang akan menjadi agenda pembahasan yang penting dalam proses
perencanaan tata ruang untuk dicarikan kesepakatan solusinya dengan tetap
memperhatikan nilai-nilai dan prinsip-prinsip ketataruangan yang telah diterima secara
umum, dan jika ini dapat dilaksanakan maka kita sedang mengimplementasikan konsep
“consensus planning” yang diberi arti oleh Johan Woltjer sebagai “Consensus planning
is proposed here not only to include process-related quality demands such as
transparency and legitimacy, but also specifically to include, and not reject, substantive
values and expert knowledge in planning”.
Untuk mengoperasikan konsep participatory planning atau consensus planning
dalam mendorong peran serta masyarakat pada proses revisi Rencana Tata Ruang
Wilayah kota Banda Aceh, dimulai dengan membahas beberapa issue strategis akan
dibahas dalam forum dialog publik, dimana para anggota stakakeholder membahas dan
menyepakati setiap permasalahan pada setiap issue strategis dalam kelompok kerja
focus group discussion (FGD).
Laporan Akhir
IV - 25
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Dalam rangka pengaturan dan penataan tata ruang perkotaan yang serasi,
seimbang dan berdaya guna, pemerintah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
orang perorang atau badan untuk mendirikan, memperluas dan merehab/memperbaiki
bangunannya tetapi harus disesuaikan dengan perencanaan tata ruang kota, disamping
itu tidak boleh mengesampingkan faktor keselamatan dan keamanan pengguna
bangunan. Karena pengguna itulah yang akan menempati dan mempergunakan
bangunan tersebut.
Dengan memperhatikan keamanan dan keselamatan maka pengguna akan merasa
tenang dan nyaman menempati bangunan. Tentunya bangunan tersebut harus sesuai
dengan rencana tata ruang kota serta memenuhi persyaratan teknis, sehingga akan
memudahkan pengaturan dan penambahan sarana dan prasarana dalam menunjang
kegiatan masyarakat maupun pengguna bangunan, dengan harapan terciptanya pola
lingkungan yang nyaman, serasi serta aman bagi penghuninya.
Didalam pendirian bangunan untuk menunjang kelancaran dan ketertibannya
pemerintah telah menetapkan syarat-syarat yang harus dilaksanakan oleh orang atau
badan ketika hendak mendirikan sebuah bangunan.
Laporan Akhir
IV - 26
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
8. Surat Perjanjian atau Surat Kuasa yang disahkan oleh pejabat yang berwenang
untuk itu (bila pemohon bukan pemilik tanah)
9. Surat Pernyataan Pelepasan Hak dari Pemilik Tanah terhadap tanah yang
termasuk dalam bagian Garis Sempadan Bangunan (GSB)/Rencana Perluasan
Jalan, khusus untuk bangunan dengan fungsi Usaha.
10. Fotocopy IMB lama beserta lampirannya (khusus untuk Rehabilitasi/
Renovasi/Penambahan bangunan).
b. Syarat Teknis
1. Advice Planning/Keterangan Rencana Peruntukan yang diterbitkan oleh Dinas Tata
Kota dan Permukiman Kota Banda Aceh.
2. Gambar Rencana Bangunan (Site Plan dan Sistem Jaringan Drainase untuk
pengolahan air limbah, Denah, Tampak, Potongan) dan Spesifikasi Teknis yang
dibuat oleh perencana/konsultan
3. Perhitungan Struktur Konstruksi dan Gambar Detail
Laporan Akhir
IV - 27
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
9. Kemudian diserahkan ke Subdin Tata Ruang / Tata Kota dan Subdin Perizinan
Bangunan untuk pembuatan peta situasi bangunan dan pemeriksaan kelengkapan
permohonan.
10. Diserahkan ke bagian Administrasi untuk kelengkapan Administrasi
11. Setelah Administrasi lengkap dilakukan penelitian teknis dan penetapan biaya retribusi
12. Pemohon menyetorkan retribusi ke Bendaharawan kemudian disetorkan ke kas
Daerah
13. Setelah itu dibuatkan penyiapan SIMB
14. Walikota memberi persetujuan dan menandatangani SIMB
15. SIMB di serahkan ke Dinas Tata Kota dan Permukiman untuk regristasi dan
penyerahan SIMB ke Pemohon
Laporan Akhir
IV - 28
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
M KEPALA DINAS
E SUBDIN PERIZINAN Disposisi
BANGUNAN
N
D Pemeriksaan Kelengkapan
SUBDIN TATA
Permohonan
I RUANG/ TATA KOTA
R Pembuatan Peta Situasi
I Penelitian Administrasi Bangunan
K
A Penelitian Teknis
N
PEMOHON
B Penetapan Biaya Retribusi
A Penyetoran Retribusi
N Penyiapan SIMB
G BENDAHARAWAN
U Penerimaan Retribusi
N WALIKOTA Penyetoran ke Kas Daerah
A Persetujuan /
N penandatanganan SIMB
Laporan Akhir
IV - 29
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
TABEL 4.2
DASAR PEMBEBANAN BIAYA IMB
Laporan Akhir
IV - 30
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir
IV - 31
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir
IV - 32
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
izin diberikan kepada orang atau badan yang akan mendirikan sebuah usaha dalam
memanfaatkan tata ruang dan penggunaan sumber daya alam dalam rangka untuk
menjaga kelestarian lingkungan.
Setiap usaha mendirikan bangunan/usaha perlu adanya izin gangguan dengan
tujuan untuk menata lokasi tata ruang agar tercipta lingkungan yang tertib, aman dan
nyaman.
Untuk menunjang kelancaran dan ketertibannya pemerintah telah menetapkan
syarat-syarat yang harus dilaksanakan oleh orang atau badan ketika hendak mengajukan
izin gangguan. Pengurusan Izin Gangguan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Surat permohonan yang ditandatangani permohon diatas materei Rp. 6000 diketahui
Lurah/Geuchik setempat dimana lokasi didirikan bangunan.
2. Photo copy KTP yang masih berlaku
3. Retribusi sampah dari Dispenda
4. Retribusi Kartu Tabung Racun Api
5. Rekomendasi dari Camat
6. Photo Copy Akte Perusahaan
7. Status tempat usaha
8. Bukti Lunas PBB
9. Fotocopy SITU (Surat Izin Tempat Usaha)
10. Izin HO (Izin Gangguan) dari Bagian Hukum
11. Rekomendasi Dinas Informasi & Komunikasi
12. Rekomendasi Dinas Kesehatan/Kartu Kier Kesehatan
13. Rekomendasi dari Polres
14. Rekomendasi dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
15. Rekomendasi dari Dinas Peternakan
16. Rekomendasi dari Dinas Industri dan Perdagangan
17. Rekomendasi dari Dinas LLAJ
18. Rekomendasi dari Majelis Permusyawaratan Ulama
19. Rekomendasi dari Bapelda
Laporan Akhir
IV - 33
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Surat Permohonan
Bagian Umum
Asisten I
Bagian hukum
Peninjauan Lapangan Bagian Ekonomi
Bagian Paperda
Dinas Tata Kota
Pemadam
Diterima
Pengumuman 30 hari
sejak ditanda tangani
Retribusi HO
pada Bank
Paraf :
SK Walikota 1. Kabag Hukum
2. Asisten tata praja
3. Sekda
Laporan Akhir
IV - 34
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
No Jenis Usaha
1 Elektro motor, tenaga uap air, uap gas, uap bertekanan tinggi
13 Galangan kapal kayu, tempat pembuatan barang dari batu dan penggergajian batu,
tempat pembuatan gilingan dan kereta, tempat pembuatan tong, tempat
pertukangan kayu
14 Pabrik tapioka
15 Pabrik untuk mengerjakan karet, getah perca, bahan-bahan yang mengandung zat
karet
16 Perusahaan kawasan industri
Laporan Akhir
IV - 35
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
No Jenis usaha
1 Tempat persewaan kendaraan, perusahaan susu
2 Tempat penembakan
3 Gudang penggantungan tembakau
4 Gudang kapuk, perusahaan batik
5 Warung dalam bangunan tetap, tempat usaha lain yang dapat menimbulkan
bahaya atau gangguan
6 Usaha rekreasi dan hiburan umum seperti :
Taman gelanggang renang, pemandian alam, padang golf, kolam pancing,
gelanggang permainan ketangkasan, gelanggang bowling dan bilyard, klub
malam, diskotik, panti pijat, panti mandi uap, bioskop, pusat pasar seni, dunia
fantasi theater atau panggung terbuka dan tertutup, taman satwa pentas
pertunjukan satwa, usaha fasilitas wisata tirta, usaha sarana fasilitas olah
raga, balai pertemuan, barber shop, salon kecantikan, pusat kecantikan, pusat
kesegaran jasmani, fitnes center
7 Rumah makan, restoran, bar
8 Hotel berbintang, hotel melati, penginapan remaja
9 Tempat penyelenggaraan musik hidup, tempat penyelenggaraan musik
tradisional atau sejenisnya
10 Ruang/gedung/tempat penyimpanan/penimbunan barang-barang dagangan
Laporan Akhir
IV - 36
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
No Jenis usaha
22 Tempat penyimpanan dan penjualan eceran minyak tanah, minyak solar,
premium, residu, spritus, alkohol, gas elpiji dan sebagainya
23 Bengkel sepeda dan sepeda motor
24 Bengkel perbaikan mesin
25 Perbaikan / service accu dan dinamo
26 Tempat penampungan dan penjualan kertas-kertas bekas, besi bekas, kayu
bekas, plastik bekas, dan barang-barang bekas lainnya.
27 Tempat peternakan unggas, sapi, sapi perah, dan sejenisnya
28 Pengepakan barang-barang dagangan, sortasi perusahaan ekspedisi
29 Warung nasi, mie, bakso, sate dan sejenisnya termasuk warung es/ice cream
Tempat usaha adalah tempat yang digunakan untuk menjalankan suatu usaha
secara teratur dan terus menerus dalam rangka memperoleh keuntungan. Karena usaha
yang berjalan secara terus-menerus inilah maka perlu adanya izin tempat usaha agar
sesuai dengan perencanaan tata ruang yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Pemberian izin usaha dimaksudkan untuk mengatur, mengawasi dan
mengendalikan serta menata kegiatan usaha agar sesuai dengan peruntukan kawasan
dan zona yang diatur dalam Rencana Tata Ruang.
Dengan adanya izin usaha bertujuan untuk mengatur tata tertib juga untuk
mengatur pelaksanaan usaha itu sendiri agar tertib dan aman sehingga tidak
mengganggu kelestarian lingkungan. Dalam melakukan aktifitas usaha bagi orang
perorang atau badan agar sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kota
Untuk menunjang kelancaran dan ketertibannya pemerintah telah menetapkan
syarat-syarat yang harus dilaksanakan oleh orang atau badan ketika hendak mengajukan
izin tempat usaha.
Laporan Akhir
IV - 37
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir
IV - 38
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir
IV - 39
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir
IV - 40
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir
IV - 41
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir
IV - 43
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
KERANGKA
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
REVISED PERENCANAAN
PLAN TATA RUANG
CORRECTIVE PEMANFAATAN
ACTION RUANG
PENGENDALIAN
PEMANFAATAN RUANG
PRINSIP-
PERIZINAN
PRINSIP
SIS DUR
Laporan Akhir
IV - 44
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
kegiatan pembangunan dengan cara melanggar rencana tata ruang yang telah
ditetapkan.
Perangkat lainnya dalam pengendalian pemanfaatan ruang adalah aktifitas yang
lebih bersifat teknis, yaitu perangkat-perangkat perizinan, pengawasan dan penertiban.
Dengan perizinan diharapkan ada control terhadap rencana pembangunan yang akan
dilaksanakan oleh masyarakat karena mereka akan membangun sesuai ketentuan-
ketentuan yang sudah termaktub didalam klausula-klausula izin yang diberikan oleh
lembaga yang berwenang, sementara perizinan yang diberikan diharapkan untuk
menggunakan rencana tata ruang yang telah ditetapkan sebagai acuan atau rujukan,
dengan demikian diharapkan setiap aktifitas pembangunan yang berizin tidak melanggar
rencana tata ruang. Perangkat pengawasan merupakan aktifitas yang bersifat reguler,
dan berkelanjutan yang dilaksanakan oleh lembaga pengendalian pemanfaatan ruang.
Perangkat ini secara sistematis akan mendeteksi perubahan pemanfaatan ruang melalui
laporan baik dari instansi yang bersifat sektoral maupun instansi yang bersifat
kewilayahan. Selain melalui laporan, kegiatan pengawasan juga akan secara aktif
melakukan kegiatan pemantauan (monitoring) langsung dilapangan. Hasil-hasil data dan
informasi yang didapat baik melalui proses pelaporan ataupun proses pemantauan
langsung dilapangan digunakan untuk melakukan evaluasi terjadinya pelanggaran atau
penyimpangan terhadap pelaksanaan pembangunan yang terjadi dilapangan. Hasil
evaluasi ini akan berupa analisis terhadap penyebab pelanggaran, luasnya atau kuantitas
serta kualitas pelanggaran, serta coverage akibat pelanggaran tersebut terhadap rencana
tata ruang yang telah ditetapkan, sehingga rekomendasi dari hasil evaluasi ini akan
dapat berupa rekomendasi penyempurnaan terhadap rencana tata ruang, serta upaya-
upaya penertiban pelaksanaan pemanfaatan ruang.
dan Kantor Kecamatan. Karena pusat-pusat kegiatan pengendalian berada pada lapisan
kedua atau ketiga dari struktur organisasi pemerintahan daerah, maka independensi
kegiatan pengendalian ini tentu sulit dilaksanakan untuk menghadapi tekanan politis oleh
kekuasaan diatasnya.
Keterlibatan masyarakat dan anggota stakeholder lainnya dalam penataan ruang
terutama pengendalian pemanfaatan ruang, dirasakan masih terlalu rendah kalau tidak
boleh dikatakan tidak ada sama sekali. Kedepan perlu dipertimbangkan untuk
mengembangkan sebuah model organisasi pengendalian pemanfaatan ruang yang
menghadirkan keterlibatan masyarakat dan anggota stakeholder lainnya secara lebih
intensif untuk mengakomodasi sikap, pikiran dan pendapat mereka, sehingga proses
pemanfaatan ruang dapat berjalan sesuai dengan rencana tata ruang yang telah
ditetapkan sebagai bagian dari upaya mencapai kesejahteraan masyarakat.
Indikasi program ini adalah penjabaran dari rencana tata ruang yang telah
dirumuskan pada bab sebelumnya. Program-program ini disusun untuk jangka waktu 10
tahun, yiatu tahun 2007 – 2016. Dalam pelaksanaannya program-program tersebut
dijabarkan ke dalam dua tahap, yiatu tahap I untuk jangka waktu lima tahun pertama
(2007 – 2011) dan tahap II untuk jangka waktu lima tahun ke dua (2012 – 2016), dimana
pentahapannya program didasarkan atas skenario pengembangan Kota Banda Aceh.
Adapun substansi program yang didasarkan atas skenario pengembangan Kota Banda
Aceh adalah:
Indikasi program tahap I meliputi:
o rehabilitasi dan pengendalian pembangunan di Utara Banda Aceh
o revitalisasi dan pengembangan terbatas pada pusat kota lama
Indikasi program tahap II meliputi pengembangan kota ke bagian selatan Banda Aceh
Selanjutnya, program-program yang telah dirumuskan dikelompokkan ke dalam
berbagai bidang pembangunan, sehingga nantinya akan memudahkan dalam
pengimplementasiannya oleh dinas atau badan terkait. Karena masih merupakan indikasi,
maka program-proram ini masih bersifat makro dan perlu dijabarkan lagi ke dalam
kegiatan-kegiatan yang lebih detail lagi untuk implementasinya. Adapun rumusan indikasi
program pengembangan Kota Banda Aceh tahun 2007- 2017 dijelaskan pada Tabel 4.1
berikut ini.
Laporan Akhir
IV - 46
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
TABEL 4.3
INDIKASI PROGRAM PENGEMBANGAN
KOTA BANDA ACEH TAHUN 2007 – 2016
Jangka Waktu
Lembaga
No. Indikasi Program 2007 - 2012 - Pelaksana
2011 2016
A. Bidang Hukum dan Kelembagaan:
1. Penyusunan Qonun Rencana Tata Ruang
Bidang
Wilayah Kota Banda Aceh 2007 – 2017
Hukum
2. Penyusunan Regulasi zoning Kota Banda
Pemerintah Kota
Aceh
Banda Aceh
3. Peningkatan kuantitas dan kualitas staf
Bappeko
pemerintah di bidang penataan ruang
B. Bidang Lingkungan Hidup:
1. Rehabilitasi kawasan pesisir
Bappeko
2. Pengembangan kawasan hutan bakau
Dinas
3. Pengembangan hutan kota Lingkungan
4. Pengembangan kegiatan wisata terbatas di Hidup
kawasan konservasi
Bidang Tata Ruang dan Perumahan
C.
Permukiman:
1. Rehabilitasi permukiman di daerah yang
Bappeko
dilanda tsunami
Dinas PU
2. Rehabilitasi dan pengendalian
Dinas Tata Kota
pengembangan pusat kota lama
Dinas
3. Pengembangan pusat permukiman baru di
Permukiman
bagian selatan kota
4. Mengkoordinasi pengembangan Kota Bappeko
Banda Aceh dengan Kabupaten Aceh Bappeda Kab
Besar Aceh Besar
d. Bidang Transportasi
1. Pembangunan jalan Lingkar Utara
2. Pengembangan jalan lingkar luar sisi
Selatan • Bappeko
3. Pengembangan Jalan Poros Barat-Timur • Dinas Prasarana jalan
dan Sumber Daya Air
4. Pengembangan escape dan relief road
• Dinas PU
5. Pembangunan Terminal Penumpang Tipe
A
6. Rehabilitasi dan Pengembangan terminal-
terminal lama
• Dinas Perhubungan
7. Rehabilitasi dan pengembangan pelabuhan • Administrator
pelabuhan
e. Bidang Prasarana Kota
1. Rehabilitasi seluruh sarana dan prasarana
sistem penyediaan air bersih • PDAM Tirta Daroy
2. Peningkatan pelayanan air bersih • Dinas Prasarana jalan
dan Sumber Daya Air
Laporan Akhir
IV - 47
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Jangka Waktu
Lembaga
No. Indikasi Program 2007 - 2012 - Pelaksana
2011 2016
3. Pengembangan Instalasi Pengolahan Air
Minum
4. Peningkatan pelayanan Instalasi
Pengolahan Air Lambaro
5. Rehabilitasi dan pemeliharaan TPA
Bappeko
(Tempat Pembuangan Akhir) Sampah
Dinas PU
lama Dinas Kebersihan
6 Pengembangan TPA Baru
7. Rehabilitasi jaringan drainase yang telah
ada
• Bapeko (Badan
8. Pengembangan sistem drainase baru
Perencanaan Kota
9. Pengembangan Flood Canal di bagian • Dinas Prasarana jalan
selatan kota dan Sumber Daya Air
• Dinas PU
10. Optimalisasi dan Normalisasi sungai
11. Membangun retarding basin dan retarding
pond
12. Rehabilitasi dan peningkatkan pelayanan
PLN Kota Banda Aceh
Listrik
13. Rehabilitas dan Peningkatkan pelayanan
PT. TELKOM
telekomunikasi
f. Bidang Fasilitas Kota
1. Pengembangan kuantitas dan kualitas
fasilitas pendidikan • Bapeko
2. Pengembangan kuantitas dan kualitas • Dinas Pendidikan
fasilitas kesehatan • Dinas Kesehatan
• Dinas Sosial
3. Pengembangan kuantitas dan kualitas
fasilitas peribadatan
Laporan Akhir
IV - 48
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN ZONING REGULATION
1. Wilayah Pengembangan Banda Aceh Barat
TABEL :1.1
UNIT ZONING REGULATION :P.1 (PESISIR BANDA ACEH BARAT)
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : ULEE LHEUE
ZONA : A / PESISIR (COASTAL ZONE)
WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH BARAT
INTENSITAS
KEGIATAN YANG PEMANFAATAN
FUNGSI PROPORSI LOKASI
DIPERBOLEHKAN RUANG
KDB KLB
- Ruang Hijau RH Hutan Mangrove (Hutan Kawasan sepanjang pantai dari Pelabuhan Ulee Lheue sampai dengan - -
- Perikanan dan Lindung) banjir kanal di Alue Naga, dengan lebar minimum 150 m dari garis
Tangkap IT pantai.
Khusus, untuk garis pantai Ulee Lheue sepanjang 120 m, harus tersedia
100% populasi mangrove minimal 72 m.
Perikanan Tangkap/ Perikanan Di seluruh wilayah perairan Kota Banda Aceh di sepanjang garis pantai - -
Samudera Kota Banda Aceh sejauh 4 mil dari garis pantai.
:1.2
TABEL
UNIT ZONING REGULATION : A.1 (KAWASAN KONSERVASI MEURAXA BARAT)
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : ULEE LHEUE
ZONA : B / ECO-ZONE
WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH BARAT
INTENSITAS
KEGIATAN YANG PEMANFAATAN
FUNGSI PROPORSI LOKASI
DIPERBOLEHKAN RUANG
KDB KLB
Ruang RT Konservasi: 40% Di daerah genangan sekitar muara sungai Krueng Nieng mulai dari
Terbuka - Zona hijau/pond sepanjang Jl. Lok Nga, hingga ke selatan pada Jalan Lingkar Utara,
0% -
- Wisata berupa pond dan taman sebagai daerah resapan air di sekitarnya,
sehingga juga berfungsi sebagai pariwisata.
Perumahan PT Perumahan dengan tingkat 30% Di sekitar Jl. Iskandar Muda dan bagian barat Jl. Lok Nga (pertemuan
Terbatas kepadatan rendah, kategori dengan Jl. Tgk. Abd. Rahman Meunasah Meucab), kelurahan Lamjene.
30 – 40% 0,6-0,8
rumah sederhana dan sangat
sederhana
Pertambakan IB Zona tambak 20% Di daerah muara Krueng Nieng berbatasan dengan kawasan Zona
hijau, berupa kawasan tambak budidaya. 0% -
TABEL :1.3
UNIT ZONING REGULATION : A.2 (KAWASAN PELABUHAN ULEE LHEUE)
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : ULEE LHEUE
ZONA : B / ECO-ZONE
WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH BARAT
INTENSITAS
KEGIATAN YANG PEMANFAATAN
FUNGSI PROPORSI LOKASI RUANG
DIPERBOLEHKAN
KDB KLB
Pelabuhan PL Pelabuhan Penyeberangan 100% Di kelurahan Ulee Lheue.:
Barang dan Penumpang serta - Pelabuhan Ferry 10% 0,2
fasilitas penunjangnya - Pelabuhan Samudera 20% 0,8
- Pergudangan 30% 0,3
Tsunami TH - Landmark/Monumen Tsunami 10% Di daerah genangan sekitar muara sungai Krueng Nieng mulai dari
Heritage dan - Kawasan Wisata sepanjang jalan Lok Nga, hingga ke selatan pada Jalan Lingkar Utara,
10% 0,2
Wisata berupa Landmark/Monumen Tsunami.
TABEL :1.4
UNIT ZONING REGULATION : A.3 (KAWASAN PENGEMBANGAN MEURAXA UTARA)
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : ULEE LHEUE
ZONA : B / ECO-ZONE
WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH BARAT
INTENSITAS
KEGIATAN YANG PEMANFAATAN
FUNGSI PROPORSI LOKASI
DIPERBOLEHKAN RUANG
KDB KLB
Ruang RT Konservasi dan Pariwisata 20% Merupakan barier/pembatas antara zona tambak dan permukiman
Terbuka - Zona hijau/Pond terbatas, berada di antara jalan Rama setia dan Jl. Iskandar Muda 0% -
- Wisata
Perikanan IB Zona Perikanan Tambak 20% Di dataran yang tergenang antara Jl. Rama Setia dan Jl. Lingkar Utara
0% -
Budidaya serta dibatasi zona hijau di sebelah selatan.
Permukiman PT Permukiman dengan tingkat 20% Di sepanjang sisi Timur Jl. Iskandar Muda dan di sepanjang Jalan Rama
Terbatas kepadatan rendah Setia 30 – 40% 0,6-0,8
TABEL :1.4
UNIT ZONING REGULATION : A.3 (KAWASAN PENGEMBANGAN MEURAXA UTARA)
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : ULEE LHEUE
ZONA : B / ECO-ZONE
WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH BARAT
INTENSITAS
KEGIATAN YANG PEMANFAATAN
FUNGSI PROPORSI LOKASI
DIPERBOLEHKAN RUANG
KDB KLB
Zona Perairan RT Konservasi 40% Di sekitar daerah tergenang pada kelurahan Gampong Jawa, Gampong
- Hutan Mangrove Pande dan Deah Teungoh 0% -
- Pond
TABEL :1.5
UNIT ZONING REGULATION : A.4 (SUB PUSAT WILAYAH PENGEMBANGAN JAYA BARU)
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : JAYA BARU
ZONA : C / TRADITIONAL CITY CENTER ZONE
WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH BARAT
INTENSITAS
KEGIATAN YANG PEMANFAATAN
FUNGSI PROPORSI LOKASI
DIPERBOLEHKAN RUANG
KDB KLB
Perkantoran K Perkantoran: 5% Di sepanjang sisi Utara Jl. Cut Nyak Dhien di sekitar pertemuan dengan
- Pelayanan Umum Jl. Tgk Abd Rahman Meunasah Meucab dan Jl. Soekarno Hatta di 30 – 50% 0,8 – 2,4
- Perkantoran Swasta sebelah Barat
Perkantoran Pemerintahan 5% Di sepanjang sisi Utara Jl. Cut Nyak Dhien yang dibatasi Sungai Krueng
35 – 40% 0,8 – 1,4
Nieng di sebelah Timur.
Mix Use MU - Perdagangan-jasa 10% Di sepanjang Jl. Tgk Abd Rahman Meunasah Meucab: Di sepanjang sisi
- Pelayanan Umum Jl. Jenderal Sudirman dan Jl. Soekarno - Hatta
30 – 60% 0,3 – 2,4
- Perkantoran Swasta
- Fasum dan Fasos
Permukiman P - Perumahan dengan tingkat 70 % Di sisi Barat Jl. Tgk Abd Rahman Meunasah Meucab hingga Sungai
kepadatan sedang. Krueng Nieng dengan tingkat kepadatan sedang, di Kawasan antara jl.
- Perumahan dengan tingkat Tgk Abd Rahman Meunasah Meucab dengan Sungai Krueng Nieng.
kepadatan tinggi, kategori
rumah sangat sederhana
40 – 50% 0,8 – 1,0
sampai dengan rumah sangat
besar dengan fasilitas
penunjang.
- Rumah susun
Ruang Terbuka RT Sempadan sungai (Konservasi) 5% Jalur hijau di sepanjang DAS Krueng Nieng dan Krueng Daroy dengan
0% -
lebar 10 – 50 m
Pelayanan Kota PK - Sarana Pendidikan 5% Di antara Jl. Cut Nyak Dhien dan Jl. Nasruddin Daud, Di sepanjang sisi
- Fasilitas Peribadatan Jl. Teuku Umar 30 – 40% 1,2 -0,8
Perdagangan PJ Pertokoan 5% Berada di sepanjang jalan Teuku Umar yang dibatasi anatara Jl.
Jasa Jenderal Sudirman dan sungai Krueng Doy. Dan juga berada di
60% 1,8
sepanjang Jl. Iskandar Muda sisi timur yang dibatasi antara jalan
lingkar utara dan sungai krueng Doy
Mix Use MU - Perdagangan-jasa 5% Di sepanjang Jl. Surien yang berada di antara Jl. Pemancar dan Jl. H.
- Fasum dan Fasos Abu Bakar, serta pada Jl Surien yang berbatasan dengan Jl. Iskandar 30 – 60% 0,3 – 2,4
Muda.
Permukiman PT Perumahan dengan tingkat Pada daerah Punge Ujong yang berada diantara jalan lingkar utara dan
Terbatas kepadatan rendah 10 % Jl. Iskandar Muda, dibatasi Jl. Pendidikan pada sisi selatan. 30 – 40% 0,6-0,8
Permukiman P Perumahan dengan tingkat Dibatasi sungai Krueng Nieng pada sisi Barat, Jl. Teuku Umar pasa sisi
kepadatan sedang 60% selatan, Sungai Krueng Doy dan Jl. Iskandar Muda di sisi Timur serta 40 – 50% 0,8 – 1,0
jalan lingkar utara pada sisi Utara.
Tsunami TH - Landmark 3% Berupa Monument PLTD Apung, yang diarahkan untuk kegiatan wisata
Heritage dan - Wisata bersejarah bersejarah. 10% 0,2
Wisata
Ruang Terbuka RT Sempadan sungai (Konservasi) 10% Di sepanjang DAS Krueng Doy dengan lebar 10 – 50 m.
0% -
Pelayanan Kota PK Sarana Pelayanan Kota Berupa terminal kelas B yang melayani antar kota dalam propinsi.
10% 0,2
Transportasi Berada di Jl Teuku Umar.
Sarana Pendidikan 5% Di sepanjang Jl. Surien yang berada di antara Jl. Pemancar dan Jl. H.
Abu Bakar 30 – 40% 1,2 -0,8
TABEL : 1.7
UNIT ZONING REGULATION : A.6 (KAWASAN PERMUKIMAN MEURAXA TIMUR)
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : JAYA BARU
ZONA : C / TRADITIONAL CITY CENTER ZONE
WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH BARAT
INTENSITAS
KEGIATAN YANG PEMANFAATAN
FUNGSI PROPORSI LOKASI
DIPERBOLEHKAN RUANG
KDB KLB
Perdagangan PJ Pertokoan 10% Di sepanjang Jl. Iskandar Muda bagian Utara yang berbatasan dengan
Jasa Jl. Lingkar Utara dan di Jl. Habib Abdurrahman yang berada di sisi 60% 1,8
Barat Krueng Doy.
Mix Use MU - Perdagangan-jasa 5% Berada di sepanjang Jl.Habib Abdurrahman dibatasi oleh jalan lingkar
- Pelayanan Umum utara dan sungai krueng Doy
30 – 60% 0,3 – 2,4
- Perkantoran Swasta
- Fasum dan Fasos
PermukimanTe PT Perumahan dengan tingkat 20 % Pada wilayah Lampaseh Aceh yaitu di sisi selatan jalan lingkar Utara
rbatas kepadatan rendah dan diantara Jl. Iskandar Muda dan Jl.Habib Abdurrahman. 30 – 40% 0,6-0,8
Permukiman P Perumahan dengan tingkat 50% Pada wilayah Punge Jurong yang dibatasi sungai Krueng Doy pada sisi
kepadatan sedang selatan dab berada diantara Jl. Iskandar Muda dan Jl.Habib 40 – 50% 0,8 – 1,0
Abdurrahman.
Ruang RT Konservasi: 5% Di sebelah utara berbatasan dengan jalur lingkar utara
Terbuka - Zona hijau/pond 0% -
- Wisata
Sempadan sungai (Konservasi) 10% Di sepanjang DAS Krueng Doy berupa jalur hijau dengan lebar 10 – 50
m dan Hutan Kota yang merupakan buffer antara kawasan 0% -
permukiman dan tambak yang berada di Deah Baro
2. Wilayah Pengembangan Banda Aceh Utara
TABEL : 2.1
UNIT ZONING REGULATION : P.2 (PESISIR BANDA ACEH UTARA)
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : LAMPULO
ZONA : A / PESISIR (COASTAL ZONE)
WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH UTARA
INTENSITAS
KEGIATAN YANG PEMANFAATAN
FUNGSI PROPORSI LOKASI
DIPERBOLEHKAN RUANG
KDB KLB
- Ruang Hijau RH Hutan Mangrove (Hutan Kawasan sepanjang pantai dari Pelabuhan Ulee Lheue sampai dengan - -
- Perikanan dan Lindung) banjir kanal di Alue Naga, dengan lebar minimum 150 m dari garis
Tangkap IT pantai.
100% Khusus, untuk garis pantai Ulee Lheue sepanjang 120 m, harus tersedia
populasi mangrove minimal 72 m.
Perikanan Tangkap/ Perikanan Di seluruh wilayah perairan Kota Banda Aceh di sepanjang garis pantai - -
Samudera Kota Banda Aceh sejauh 4 mil dari garis pantai.
TABEL :2.2
UNIT ZONING REGULATION : B.1 (TPA DAN IPLT GAMPONG JAWA)
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : ULEE LHEUE
ZONA : B / ECO-ZONE
WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH BARAT
INTENSITAS
KEGIATAN YANG PEMANFAATAN
FUNGSI PROPORSI LOKASI RUANG
DIPERBOLEHKAN
KDB KLB
Pelayanan PK - TPA 10% Di Gampong Jawa, yaitu di sisi Barat Krueng Aceh. 5% 0,05
Kota - IPLT 30% Di Gampong Jawa, yaitu di sisi Barat Krueng Aceh. 60% 0,6
Zona Perairan RT Konservasi 60% Di sekitar daerah tergenang pada kelurahan Gampong Jawa, Gampong
- Hutan Mangrove Pande dan Deah Teungoh 0% -
- Pond
TABEL : 2.3
UNIT ZONING REGULATION : B.2 (KAWASAN PERIKANAN LAMPULO)
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : LAMPULO
ZONA : C / TRADITIONAL CITY CENTER ZONE
WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH UTARA
INTENSITAS
KEGIATAN YANG PEMANFAATAN
FUNGSI PROPORSI LOKASI
DIPERBOLEHKAN RUANG
KDB KLB
Perikanan IT - Fasilitas Perikanan 20% Industri Pengolahan hasil Perikanan yang berbatasan dengan zona
50% 1,0
Tangkap/samu dan perairan selat Malaka.
dera IB - Zona Perikanan Samudera 40% Di kawasan yang terletak di sekitar Jalur Lingkar Utara, Krueng Aceh,
dan Jl. Syiah Kuala ke arah Utara hingga bertemu dengan kawasan 50% 1,0
fasilitas perikanan
- Pelabuhan Ikan 5% Pelabuhan Ikan juga berfungsi sebagai tempat pelelangan ikan di sisi
50% 1,0
Timur Sungai Krueng Aceh di kelurahan Lampulo
Mix Use MU - Perdagangan-jasa 3% Di sepanjang sisi Barat Jl. Syiah Kuala. Dan sepanjang sisi Timur
- Fasum dan Fasos Krueng Aceh pada Jl. Sisingamangaraja yang dibatasi Tempat 30 – 60% 0,3 – 2,4
Pelelangan ikan di sisi Utara dan Jl.Kenari Lampulo.
Permukiman PT Perumahan Nelayan 30% Perumahan Nelayan dikembangkan pada kawasan yang terletak antara
Terbatas Jl. Kenari Lampulo dan Jl. Bampulo SP. Gano 30 – 40% 0,6-0,8
Zona wisata TH - Wisata bersejarah 2% Pada kawasan Lamdingin, berupa kawasan peringatan Tsunami (kapal
di atas rumah) 10% 0,2
TABEL : 2.4
UNIT ZONING REGULATION : B.3 (KAWASAN PERMUKIMAN TERBATAS KUTARAJA)
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : PEUNAYONG
ZONA : C / TRADITIONAL CITY CENTER ZONE
WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH UTARA
INTENSITAS
KEGIATAN YANG PEMANFAATAN
FUNGSI PROPORSI LOKASI
DIPERBOLEHKAN RUANG
KDB KLB
Ruang Terbuka RT Konservasi 30 % Dibatasi Jalur Lingkar Utara pada sisi Utara dan Jl Pintu Air sampai
- Zona hijuau dengan Jl. KR.Gedong pada sisi Selatan. Dan pada sisi timur dibatasi
0% -
- Pond Krueng Aceh.
- wisata
Sempadan sungai (Konservasi) 10 % Hutan Kota di sepanjang DAS Krueng Aceh berupa jalur hijau dengan
lebar 10 – 50 m dan di sepanjang ruas Jl. Lingkar Utara sebagai buffer 0% -
untuk kawasan permukiman yang berada di sekitarnya.
Zona Wisata 5% Berbatasan dengan Zona hijau terletak di Jl. KR. Gedong 10% 0,2
Perikanan IB/ Cold Storage 2% Berada di sisi Barat Krueng Aceh berbatasan langsung dengan Zona
50% 1,0
IT hijau di sisi utara.
Perdagangan Jasa PJ - Perdagangan Ritel/Eceran 10% Di sepanjang Jl. Habib Abdurrahman dibatasi Krueng Doy di sisi Barat
- Jasa Komersial dan Jl. Prof A Madjid Ibrahim I. Dan di sepanjang Jl. Persatuan yang
60% 1,8
dibatasi Jl. Prof A Madjid Ibrahim II di sisi Selatan dan Jl Perdamaian di
sisi Utara
Mix Use MU --- Perdagangan-jasa 5% Di sepanjang Jl. Jl. Prof A Madjid Ibrahim I, dibatasi Jl.Iskandar Muda
--- Pelayanan Umum pada sisi Selatan dan Jl. Perintis di sisi Utara
--- Perkantoran Swasta 30 – 60% 0,3 – 2,4
--- Fasum dan Fasos
Kawasan campuran komersial 15% Dibatasi Jl.Habib Abdurrahman di sisi Selatan, Krueng Doy di sisi Barat,
dan hunian Jl. Tentara Pelajar di sisi Barat, dan Jl. Pintu Air sampai dengan Jl. 30 – 60% 0,3 – 2,4
T.Muda di sisi Utara.
Permukiman PT Perumahan dengan tingkat 20% Kawasan permukiman dengan kepadatan rendah tidak diarahkan di
Terbatas kepadatan rendah. jalan-jalan ujtama, melainkan dikembangkan di jalan-jalan lingkungan
dan di bagian Utara yang berbatasan dengan Jl. Lingkar Utara di batasi 30 – 40% 0,6-0,8
buffer zone yang berupa taman kota sebagai daerah konservasi
sekaligus mitigasi bencana.
Pelayanan Kota PK Fasilitas Pendidikan 3% Di sisi Barat sepanjang Jl. Prof A Madjid Ibrahim I pada ruas yang
30 – 40% 0,8 – 1,2
berada di bagian Utara Jl. Perintis.
TABEL : 2.5
UNIT ZONING REGULATION : B.4 (KAWASAN PERMUKIMAN TERBATAS KAMPUNG MULIA)
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : PEUNAYONG
ZONA : C / TRADITIONAL CITY CENTER ZONE
WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH UTARA
INTENSITAS
KEGIATAN YANG PEMANFAATAN
FUNGSI PROPORSI LOKASI
DIPERBOLEHKAN RUANG
KDB KLB
Mix Use MU - Perdagangan-jasa Di sepanjang Jl. Pocut Baren dibatasi Jl. Panglima Polim pada sisi Barat
- Pelayanan Umum dan Jl. Syiah Kuala pada sisi Timur. Di sepanjang Jl. TGK. Hasyim Banta
- Perkantoran Swasta Muda, sepanjang Jl. T.Blang, sepanjang Jl. Syiah Kuala yang dibatasi Jl.
10% 30 – 60% 0,3 – 2,4
- Fasum dan Fasos Pocut Baren di sisi Selatan dan Jl. Kenari Lampulo di sisi Utara. Serta
sepanjang Jl. TGK Hasan Krueng Kalee yang berbatasan langsung
dengan Krueng Aceh di sisi Barat sampai dengan Jl. Sisingamangaraja.
Kawasan Campuran hunian Pada kawasan hunian yang dibatasi Jl. T.Blang di sisi Utara, Jl. TGK
komersial 20% Hasan Krueng Kalee di sisi Barat, Jl. TGK Hasyim Banta Muda di sisi 30 – 60% 0,3 – 2,4
Timur, dan Jl. Pocut Baren di sisi Selatan.
Perdagangan PJ - Perdagangan Ritel/Eceran Di sisi Selatan sepanjang Jl. Mayjend T Hamzah Bendahara, di kawasan
Jasa - Perdagangan Besar 5% antara Sungai Krueng Aceh dan Jl. Panglima Polim, di sepanjang Jl. 60% 1,8
- Jasa Komersial Darma dan Jl. TH GLP Tengku Hasan Dek.
Permukiman P Perumahan dengan tingkat Pada kawasan Kampung Mulia yang dibatasi oleh Jl. Syiah Kuala di sisi
kepadatan sedang. 30% Timur, Jl. T.Blang di sisi Utara, Jl. Pocut Baren di sisi Selatan dan Jl. 40 – 50% 0,8 – 1,0
TGK Hasyim Banta Muda di sisi Timur.
Perumahan PT Perumahan dengan tingkat Di kawasan yang dibatasi Jl. T.Blang di sisi Selatan, Jl. Kenari Lampulo
Terbatas kepadatan rendah 30% di sisi Utara, Jl. Syiah Kuala di sisi Timur dan Jl. Sisingamangaraja di 30 – 40% 0,6-0,8
sisi Barat.
Pelayanan PK Fasilitas Pendidikan Pada Jl. TGK Hasan Krueng Kalee berbatasan dengan zona
2% 30 – 40% 0,8 – 1,2
Kota perdagangan dan jasa.
Ruang Terbuka RT Sempadan sungai (Konservasi) Hutan Kota di sepanjang DAS Krueng Aceh berupa jalur hijau dengan
3% lebar 10 – 50 m, sedangkan pariwisata air dilakukan di sepanjang aliran 0% -
Sungai Krueng Aceh.
TABEL : 2.6
UNIT ZONING REGULATION : B.5 (KAWASAN PERMUKIMAN TERBATAS BANDAR BARU)
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : LAMPULO
ZONA : C / TRADITIONAL CITY CENTER ZONE
WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH UTARA
INTENSITAS
KEGIATAN YANG PEMANFAATAN
FUNGSI PROPORSI LOKASI
DIPERBOLEHKAN RUANG
KDB KLB
Pertambakan IB Zona tambak Pada wilayah di sebelah Utara jalan lingkar Utara yang dibatasi dengan
Jl. Syiah Kuala di sisi Barat, Krueng Titi Panyang di sisi Timur dan sisi 0% -
Utara.
Perkantoran K Perkantoran: 5% Di sepanjang Jl. Mohammad Daud Beureuh.
- Pelayanan Umum 30 – 50% 1 – 2,4
- Perkantoran Swasta
Perdagangan PJ - Perdagangan Ritel/Eceran 3% Di sekitar pertemuan antara Jl. Syiah Kuala dan Jl. Mohammad Daud
60% 1,8
Jasa - Jasa Komersial Beureuh.
Mix Use MU - Perdagangan-jasa 7% Di sisi Timur Jl. Syiah Kuala yang berada pada ruas Utara Jl. LR.
- Pelayanan Umum Arwana
30 – 60% 0,3 – 2,4
- Perkantoran Swasta
- Fasum dan Fasos
Permukiman PT Perumahan dengan tingkat 10% Dibatasi Zona hijau di sisi Utara, Jl. Mujahidin di sisi Selatan dan Jl.
30 – 40% 0,6-0,8
Terbatas kepadatan rendah Syiah Kuala di sisi Barat.
Permukiman P Permukiman dengan Kepadatan 305 Di wilayah yang dibatasi Jl. Mohammad Daud Beureueh di sisi Selatan,
sedang Jl Mujahidin-Jl. LR Taqwa di sisi Utara, dan Jl. Syiah Kuala di sisi Barat
40 – 50% 0,8 – 1,0
serta berbatasn dengan Taman hiburan di Kelurahan Bandar Baru di
sisi Timur.
Pelayanan Kota PK Fasilitas Pendidikan 3% Di sisi Barat Jl Kartika pada ruas yang berpotongan dengan JL.
30 – 40% 0,8 – 1,2
Mohammad Daud Beureuh di sisi Selatan.
Perikanan IB Kawasan Perikanan Tambak 20% Di sisi Selatan Jl. Lingkar Utara.
0% -
Budidaya
Ruang Terbuka RT Sempadan sungai (Konservasi) 10% Jalur hijau di sepanjang DAS Krueng Titi Panyang dengan lebar 10 –
0% -
50m
Zona hijau 7% Di sisi Utara kawasan permukiman sebagai buffer yang membatasi
0% -
dengan kawasan perikanan tambak.
Taman Hiburan 5% Di sisi Barat Sungai Krueng Titi Panyang yang berpotongan dengan Jl.
Mohammad Daud Beureuh. 20% 0,2
TABEL : 2.7
UNIT ZONING REGULATION : B.6 (KAWASAN PERMUKIMAN TERBATAS BAITURRAHMAN BARAT)
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : PEUNAYONG
ZONA : C / TRADITIONAL CITY CENTER ZONE
WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH UTARA
INTENSITAS
KEGIATAN YANG PEMANFAATAN
FUNGSI PROPORSI LOKASI
DIPERBOLEHKAN RUANG
KDB KLB
Perkantoran K Perkantoran: 5% Di sekitar Jl. Iskandar Muda dan di selatan Jl. Teuku Umar
- Pelayanan Umum 30 – 50% 1 – 2,4
- Perkantoran Swasta
Perdagangan PJ Pertokoan 10% Di sepanjang Jalan Teuku Umar
60% 1,8
Jasa
Mix Use MU - Perdagangan-jasa 5% Di sepanjang Jl. Sultan Alaidin Johansyah dibatasi Krueng Daroy di sisi
- Pelayanan Umum Selatan
30 – 60% 0,3 – 2,4
- Perkantoran Swasta
- Fasum dan Fasos
Permukiman P Perumahan dengan tingkat 60 % Di kawasan segitiga antara Sungai Krueng Doy, Krueng Daroy, dan Jl.
kepadatan sedang, kategori Iskandar Muda. Dan kawasan Sukaramai yang dibatasi oleh Krueng Doy
rumah sangat sederhana di sisi Barat, dan Jl. Teuku Umar di sisi Timur. Permukiman juga
40 – 50% 0,8 – 1,0
sampai dengan rumah sangat terdapat di kawasan pertemuan Jl. Teuku Umar dan Jl. Sultan Alaidin
besar dengan fasilitas Johansyah.
penunjang.
Ruang Terbuka RT Sempadan sungai (Konservasi) 5% Di sepanjang DAS Krueng Doy dan Krueng Daroy berupa jalur hijau
dengan lebar 10 – 50 m. 0% -
Taman Kota dan 5% Di kawasan Sukaramai pada Jl. Iskandar Muda 10% 0,2
wisata budaya 10% Di kawasan Sukaramai pada Jl. Teuku Umar bagian Utara. 10% 0,2
TABEL : 2.8
UNIT ZONING REGULATION : B.7 (PUSAT WILAYAH PENGEMBANGAN BAITURRAHMAN)
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : PEUNAYONG
ZONA : C / TRADITIONAL CITY CENTER ZONE
WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH UTARA
INTENSITAS
KEGIATAN YANG PEMANFAATAN
FUNGSI PROPORSI LOKASI
DIPERBOLEHKAN RUANG
KDB KLB
Perkantoran K Perkantoran: Pada kawasan yang dibatasi Jl.TGK Abu Lamu di sisi Barat, Jl. Kandang
- Pelayanan Umum dan Pusat di sisi Timur dan pertemuan antara Jl. Iskandar Muda dan Teuku Umar
Pemerintahan pada sisi Selatan. Serta pada kawasan yang dibatasi Jl. Cemara, Jl. TGK
20% 30 – 50% 1 – 2,4
- Perkantoran Swasta Syiah Muda Wali, Jl. Imam Bonjol dan Jl. Prof. Madjid Ibrahim II. Dan
juga terdapat di sepanjang Jl. Cut Mutia yang merupakan kantor polda
NAD.
Perdagangan PJ - Perdagangan Ritel/Eceran Tersebar pada kawasan pusat kota Lama mengelilingi Masjid
Jasa - Perdagangan Besar Baiturrahman. Kawasan ini dibatasi Jl. Prof. A.Madjid Ibrahim I di sisi
- Jasa Komersial Barat, Jl. Diponegoro di sisi Utara, Jl. Sultan Alaidin di sisi Timur dan Jl.
40% 60% 1,8
Mohammad Jam di sisi Selatan. Selain itu juga terdapat pada kawasan
Utara Jl. Diponegoro, dengan batas Utara Jl. WR.Supratman, Batas
Barat Jl. Cut Mutia dan Batas Timur Jl. Tentara Pelajar.
Pelayanan Kota PK - Fasilitas Sosial (Pusat Masjid Raya Baiturrahman, terletak di Jl. Mohammad Jam
Keagamaan dan Kebudayaan) 10% 30 – 60% 0,3 – 2,4
- Terminal Kota Pada perempatan Jl. WR.Supratman dan Jl. Cut Mutia.
5% 10% 0,2
Mix Use MU - Perdagangan-jasa Di sepanjang Jl. Sultan Alaidin yang dibatasi sampai dengan pertemuan
- Pelayanan Umum Jl. Mohammad Jam dan Jl. Tengku Cik Ditiro.
5% 30 – 60% 0,3 – 2,4
- Perkantoran Swasta
- Fasum dan Fasos
Ruang Terbuka RT Sempadan sungai (Konservasi) 5% Jalur hijau di sepanjang DAS Krueng Aceh dengan lebar 10 – 50 m 0% -
Taman Kota Di kawasan antara Jl. Tgk Abu Lamu dan Jl. Tgk Abdullah Luong
Rimba, dan di antara Jl. Prof A Madjid Ibrahim dan Jl. Iskandar Muda,
10% 0% -
serta di sisi utara Masjid Raya Baiturrahman di sepanjang Jl. Tgk Cik
Pantekulu
Wisata Budaya Di sepanjang Jalan Sultan Alaidin yang berhadapan dengan Kantor
5% 10% 0,2
Walikota dan dibatasi Krueng Aceh di sisi Selatan.
TABEL : 2.9
UNIT ZONING REGULATION : B.8 (KAWASAN PERDAGANGAN JASA PEUNAYONG)
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : LAMPULO
ZONA : C / TRADITIONAL CITY CENTER ZONE
WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH UTARA
INTENSITAS
KEGIATAN YANG PEMANFAATAN
FUNGSI PROPORSI LOKASI
DIPERBOLEHKAN RUANG
KDB KLB
Perkantoran K Perkantoran: 5% Pada bagian Selatan Krueng Aceh: di Jl. Tengku Cik Ditiro sisi Selatan
- Pelayanan Umum yang dibatasi Jl. Taman Makam Pahlawan sampai dengan Jl. Belibis. Di
- Perkantoran Swasta sepanjang Jl. Suleman Daud yang dibatasi Jl. Sentosa di sisi Barat dan
Jl. Taman Makam Pahlawan di sisi Timur.
Pada Bagian Utara Krueng Aceh: di Jl. Mohammad Daud Beureueh sisi 30 – 50% 1 – 2,4
Selatan yang dibatasi dari Jl. Perkasa Alam di sisi Timur sampai
pertemuan dengan Jl. Panglima Polim di sisi Barat. Juga di Jl. Sri
sepanjang Ratu Safiatuddin yang berbatasan dengan Krueng Aceh di
sisi Selatan.
Perdagangan PJ - Perdagangan Ritel/Eceran 5% Pada bagian Selatan Krueng Aceh: di sepanjang Jl. Tengku Cik Ditiro
Jasa - Jasa Komersial sisi Selatan yang dibatasi Jl. Taman Makam Pahlawan di sisi Timur dan
Krueng Daroy di sisi Barat.
Pada bagian Utara Krueng Aceh: berada di kawasan Peunayong yang
60% 1,8
dibatasi Krueng Aceh di sisi Barat dan sepanjang Jl. Panglima Polim di
sisi Timur, dan Jl. TGK.Muhammad Dausyah di sisi Utara. Dan di
wilayah yang dibatasi Jl. H. Dirmutala di sisi selatan dan Jl. Mayjen T.
Hamzah Bendahara di sisi Utara.
Mix Use MU - Perdagangan-jasa 25% Pada bagian Selatan Krueng Aceh: di sepanjang Jl. Tengku Cik Ditiro
- Pelayanan Umum sisi Utara, yang dibatasi Krueng Daroy di sebelah Barat, dan Krueng
- Perkantoran Swasta Lueng Paga pada sisi Timur. Dan di sepanjang Jl. Taman Makam
- Fasum dan Fasos Pahlawan, yang berada di sisi Utara dan Selatan taman Makam
Pahlawan.
Pada bagian Utara Krueng Aceh: di Jl. Mohammad Daud Beureueh sisi
30 – 60% 0,3 – 2,4
Utara yang dibatasi Jl. Panglima Polim di sisi Barat dan Jl. Syiah Kuala
di sisi Timur. Di sepanjang Jl. Syiah Kuala dari Jl. Mohammad Daud
Beureueh di sisi Selatan dan Jl. Pocut Baren di sisi Utara. Sepanjang Jl.
Pocut Baren dan sepanjang Jl.Darma sampai pertemuan dengan Jl.
Pocut Baren.
TABEL : 2.9
UNIT ZONING REGULATION : B.8 (KAWASAN PERDAGANGAN JASA PEUNAYONG)
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : LAMPULO
ZONA : C / TRADITIONAL CITY CENTER ZONE
WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH UTARA
INTENSITAS
KEGIATAN YANG PEMANFAATAN
FUNGSI PROPORSI LOKASI
DIPERBOLEHKAN RUANG
KDB KLB
- Kawasan campuran hunian Pada sisi Selatan Krueng Aceh: dibatasi Jl. Elang pada sisi selatan dan
komersial zona perdagangan dan jasa di Jl. Tengku Cik Ditiro pada sisi Utara.
Pada sisi timur dibatasi Jl. Taman Makam Pahlawan. Di sisi Barat
dibatasi Krueng Daroy sampai pertemuan Jl. Jl. Nyak Adam Kamil V.
30 – 60% 0,3 – 2,4
Pada sisi Utara Krueng Aceh; kawasan ini berada pada kawasan yang
dibatasi Jl. Syiah Kuala, Pocut Baren, Jl. Mohammad Daud Beureueh
dan Zona perdagangan dan Jasa di Jl. Panglima Polim.
Permukiman P Perumahan dengan tingkat 40% Pada sisi Selatan Krueng Aceh: berada di wilayah Ateuk Pahlawan yang
kepadatan sedang dibatasi Krueng Lueng Paga di sisi Barat dan Jl. Taman Makam
Pahlawan di sisi Timur, di sisi Utara dibatasi zona perkantoran di Jl.
Tengku Cik Ditiro, dan di sisi Selatan dibatasi Jl. Elang. 40 – 50% 0,8 – 1,0
Pada sisi Utara Krueng Aceh: di sepanjang Krueng Aceh sebelah Utara
yang dibatasi Jl. TH.GLP.Payong Tengku Hasan Dek di sisi Timur dan
Zona pendidikan pada sisi Barat.
Pelayanan PK Fasilitas pendidikan 5% Dibatasi Krueng Aceh di sisi Selatan dan Jl. Mayjen T Hamzah
30 – 40% 0,8 – 1,2
Kota Bendahara.
Ruang Terbuka RT Sempadan sungai (Konservasi) 20% Hutan Kota di sepanjang DAS Krueng Aceh berupa jalur hijau dengan
lebar 10 – 50 m dan di sepanjang ruas Jl. Lingkar Utara sebagai buffer 0% -
untuk kawasan permukiman yang berada di sekitarnya.
TABEL :2.10
UNIT ZONING REGULATION : B.9 (KAWASAN PENGEMBANGAN NEUSU)
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : NEUSU
ZONA : D / NEW URBAN CITY CENTER ZONE
WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH UTARA
INTENSITAS
KEGIATAN YANG PEMANFAATAN
FUNGSI PROPORSI LOKASI
DIPERBOLEHKAN RUANG
KDB KLB
Pelayanan PK - Fasilitas Umum 5% Dikembangkan di sekitar kawasan permukiman.
30 – 40% 0,8 – 1,2
Kota - Fasilitas Sosial
Perdagangan PJ Pertokoan 5% Berada di sepanjang Jl. Hasan Saleh yang dibatasi Jl. Nyak Adam Kamil
Jasa II, sampai Jl. Sultan Alaidin Johan Syah dan sepanjang Jl. Sultan Alaidin 60% 1,8
Johan Syah.
Mix Use MU - Perdagangan-jasa 10% Di sekitar pertemuan antara Jl. Nyak Adam Kamil II dan Jl. Taman
- Pelayanan Umum dan Makam Pahlawan dan di sisi Barat Jl. Sultan Malikul Saleh. Serta di
Perkantoran Swasta sepanjang Jl. TGK Dilhong II. 30 – 60% 0,3 – 2,4
- Perkantoran Swasta
- Fasum dan Fasos
Permukiman P - Perumahan dengan tingkat 70 % Dibatasi Jl. Sultan Alaidin Johan Syah dan Krueng Daroy di sisi Barat
kepadatan tinggi, kategori dan sisi Utara. Dan dibatasi Krueng Lueng Paga pada sisi timur serta Jl.
rumah sangat sederhana TGK Dilhong II pada sisi Selatan.
sampai dengan rumah sangat 20 – 60% 0,7 – 1,2
besar dengan fasilitas
penunjang.
- Rumah susun
Perkantoran K Perkantoran: 5% Di sepanjang Jl. Nyak Adam Kamil II sampai dengan pertemuan
- Pelayanan umum dengan Jl. Hasan Saleh pada sebelah Barat dan berbatasan dengan 30 – 50% 1 – 2,4
- Perkantoran swasta zona mix-use pada sebelah Timur.
Ruang RT Sempadan sungai (Konservasi) 5% Di sepanjang DAS Krueng Daroy, Krueng Lueng Paga dan Krueng Aceh
Terbuka berupa jalur hijau dengan lebar 10 – 50m 0% -
TABEL : 2.11
UNIT ZONING REGULATION : B.10 (KAWASAN PERMUKIMAN SYIAH KUALA)
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : ULEE KARENG
ZONA : D / NEW URBAN CITY CENTER ZONE
WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH UTARA
INTENSITAS
KEGIATAN YANG PEMANFAATAN
FUNGSI PROPORSI LOKASI
DIPERBOLEHKAN RUANG
KDB KLB
Perkantoran K Perkantoran: 5% Di sisi Selatan Jl. Tgk Nyak Arief dan di sisi Barat Jl. Tgk Nyak Makam:
35 – 40% 0,8 – 1,4
- Pelayanan Umum - Pelayanan umum dan Pemerintahan
- Perkantoran Swasta - Perkantoran swasta 30 – 50% 1,0 – 2,4
Perdagangan PJ - Perdagangan Ritel/Eceran 10% Di sepanjang Jl. Laksamana Malayahati dan di sisi Selatan Jl. Tgk Nyak
dan jasa - Perdagangan Besar Arief 30 – 60% 0,3 – 1,8
- Jasa Komersial
Mix Use MU - Perdagangan Ritel/Eceran 10% Di sepanjang Jl. Tgk Chik Dipineung dan di bagian Timur Jl. Prada
- Perdagangan Besar Utama yang berbatasan dengan Jl. Laksamana Malayahati.
- Jasa Komersial
- Perkantoran
- Sarana Pelayanan Kota : 30 – 60% 0,3 – 2,4
Fasilitas Umum, Fasilitas
Sosial, Institusi dan
Transportasi
- Industri
Permukiman P - Perumahan dengan tingkat 65% Di kawasan yang dibatasi oleh Jl. Laksamana Malayahati, Jl. Tgk Nyak
kepadatan tinggi, kategori Makam, Jl. Tgk Nyak Arief, dan Jl. Tgk Chik Dipineung
rumah sangat sederhana
20 – 60% 0,7 – 1,2
sampai dengan rumah sedang
dengan fasilitas penunjang.
- Rumah susun
Ruang RT Sempadan sungai (Konservasi) 10% Di sepanjang DAS Banjir Kanal Krueng Aceh berupa jalur hijau dengan
0% -
Terbuka lebar 10 – 50m
3. Wilayah Pengembangan Banda Aceh Selatan
TABEL : 3.1
UNIT ZONING REGULATION : C.1 (KAWASAN PERMUKIMAN BANDA RAYA)
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : NEUSU
ZONA : D / NEW URBAN CITY CENTER ZONE
WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH SELATAN
INTENSITAS
KEGIATAN YANG PEMANFAATAN
FUNGSI PROPORSI LOKASI
DIPERBOLEHKAN RUANG
KDB KLB
Pelayanan PK Fasilitas Pendidikan 5% Diarahkan dikembangkan di sekitar kawasan permukiman.
30 – 40% 0,8 – 1,2
Kota
Perdagangan PJ Pertokoan 5% Di sekitar perempatan Jl. Sultan Malikul Saleh, Jl. Residen Danubroto,
Jasa Jl. Hasan Saleh dan Jl. Sultan Aladin Johan Syah, serta di sisi Selatan Jl. 60% 1,8
Cut Nyak Dhien.
Mix Use MU - Perdagangan-jasa 10% Di sepanjang Jl. Soekarno Hatta, Jl. Sultan Malikul Saleh, dan Jl. Sultan
- Pelayanan Umum Aladin Johan Syah
30 – 60% 0,3 – 2,4
- Perkantoran Swasta
- Fasum dan Fasos
Permukiman P - Perumahan dengan tingkat 70 % Di sisi Utara Jl Wedana hingga sungai Krueng Daroy dan Krueng Doy.
kepadatan tinggi, kategori
rumah sangat sederhana
sampai dengan rumah sangat 20 – 60% 0,7 – 1,2
besar dengan fasilitas
penunjang.
- Rumah susun
Ruang RT Sempadan sungai (Konservasi) 10% Di sepanjang DAS Krueng Daroy dan Krueng Doy berupa jalur hijau
0% -
Terbuka dengan lebar 10 – 50m.
TABEL :3.2
UNIT ZONING REGULATION : C.2 (KAWASAN PERMUKIMAN LUENG BATA)
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : LUENG BATA
ZONA : D / NEW URBAN CITY CENTER ZONE
WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH SELATAN
INTENSITAS
KEGIATAN YANG PEMANFAATAN
FUNGSI PROPORSI LOKASI
DIPERBOLEHKAN RUANG
KDB KLB
Perdagangan PJ Pertokoan 10% Di sepanjang Jl. Tgk Mum Lueng Bata
60% 1,8
Jasa
Mix Use MU - Perdagangan-jasa 20% Di sisi Utara Jl. Amd Manunggal XLI, sepanjang jalur Poros Utara –
- Pelayanan Umum Selatan, Jl. Angsa, dan Jl. Ke Kampus Muhamadiyah
- Perkantoran Swasta 30 – 60% 0,3 – 2,4
- Fasum dan Fasos
Permukiman P - Perumahan dengan tingkat 50 % Dikembangkan di sepanjang Jalur Poros Utara – Selatan.
kepadatan tinggi, kategori
rumah sangat sederhana
sampai dengan rumah sangat 20 – 60% 0,7 – 1,2
besar dengan fasilitas
penunjang.
- Rumah susun
Perkantoran K Perkantoran: 5% Di sepanjang Jl. Lueng Bata – Lhamdom
- Pelayanan umum 30 – 50% 1 – 2,4
- Perkantoran swasta
Ruang RT Sempadan sungai (Konservasi) 15% Di sepanjang DAS Krueng Lueng Paga berupa jalur hijau dengan lebar
0% -
Terbuka 10 – 50m di sisi Timur Jl. Tgk Mum Lueng Bata.
TABEL :3.3
UNIT ZONING REGULATION : C.3 (KAWASAN PUSAT PENGEMBANGAN KOTA BARU)
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : LAMDOM
ZONA : D / NEW URBAN CITY CENTER ZONE
WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH SELATAN
INTENSITAS
KEGIATAN YANG PEMANFAATAN
FUNGSI PROPORSI LOKASI
DIPERBOLEHKAN RUANG
KDB KLB
Mix Use MU - Perdagangan-jasa 20% Pada Jl. Poros Utara – Selatan, yaitu di sepanjang Koridor yang
- Pelayanan Umum menghubungkan antara Lamdhom dan Lampeuneurut, sepanjang Jl.
30 – 60% 0,3 – 2,4
- Perkantoran Swasta AMD Manunggal Ali, dan Jl. Ke Kampus Muhamadiyah.
- Fasum dan Fasos
Permukiman P - Perumahan dengan tingkat 20 % Dibatasi oleh sebelah barat dibatasi sungai Krueng Lueng Paga, sebelah
kepadatan tinggi, kategori Utara dibatasi Jl. AMD Manunggal Ali dan di sisi Selatan dibatasi oleh
rumah sangat sederhana batas administratif Kota Banda Aceh.
sampai dengan rumah sangat 20 – 60% 0,7 – 1,2
besar dengan fasilitas
penunjang.
- Rumah susun
Pertanian T Pertanian 40% Kawasan pertanian di kembangakan di daerah Selatan, yaitu di luar 0% -
Administratif Kota Banda Aceh.
Ruang RT Sempadan sungai (Konservasi) 5% Di sepanjang DAS Krueng Lueng Paga berupa jalur hijau dengan lebar
0% -
Terbuka 10 – 50m di sisi Timur Jl. Tgk Mum Lueng Bata.
Stadion Olahraga 15% Di kawasan antara Jl. Tgk Dilhong II dan sungai Krueng Lueng Paga
10% 0,2
TABEL : 3.4
UNIT ZONING REGULATION : C.4 (PUSAT WILAYAH PENGEMBANGAN BANDA ACEH BARAT)
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : KEUTAPANG
ZONA : D / NEW URBAN CITY CENTER ZONE
WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH SELATAN
INTENSITAS
KEGIATAN YANG PEMANFAATAN
FUNGSI PROPORSI LOKASI
DIPERBOLEHKAN RUANG
KDB KLB
Perkantoran K Perkantoran: 5% Di sisi Selatan Jl. Cut Nyak Dien
- Pelayanan Umum 30 – 50% 1 – 2,4
- Perkantoran Swasta
Perdagangan PJ Pertokoan 15% Di sepanjang sisi Jl. Teuku Umar
60% 1,8
Jasa
Mix Use MU - Perdagangan-jasa 20% Di sepanjang sisi Jl. Jenderal Sudirman dan Jl. Soekarno – Hatta.
- Pelayanan Umum
30 – 60% 0,3 – 2,4
- Perkantoran Swasta
- Fasum dan Fasos
Permukiman P - Perumahan dengan tingkat 40 % Di kawasan antara Jl. Tgk Abd Rahman Meunasah Meucab dengan
kepadatan tinggi, kategori Sungai Krueng Nieng.
rumah sangat sederhana
sampai dengan rumah sangat 40 – 50% 0,8 – 1,0
besar dengan fasilitas
penunjang.
- Rumah susun
Pelayanan PK Fasilitas Peribadatan 5% Di sepanjang sisi Jl. Teuku Umar
40% 0,8
Kota
Ruang RT Sempadan sungai (Konservasi) 15% Di sepanjang DAS Krueng Daroy berupa jalur hijau dengan lebar 10 –
0% -
Terbuka 50m.
4. Wilayah Pengembangan Banda Aceh Timur
TABEL : 4.1
UNIT ZONING REGULATION : P.3 (PESISIR BANDA ACEH TIMUR)
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : JEULINGKE
ZONA : A / PESISIR (COASTAL ZONE)
WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH TIMUR
INTENSITAS
KEGIATAN YANG PEMANFAATAN
FUNGSI PROPORSI LOKASI
DIPERBOLEHKAN RUANG
KDB KLB
- Ruang Hijau RH Hutan Mangrove (Hutan Kawasan sepanjang pantai dari Pelabuhan Ulee Lheue sampai dengan - -
- Perikanan dan Lindung) banjir kanal di Alue Naga, dengan lebar minimum 150 m dari garis
Tangkap IT pantai.
100% Khusus, untuk garis pantai Ulee Lheue sepanjang 120 m, harus tersedia
populasi mangrove minimal 72 m.
Perikanan Tangkap/ Perikanan Di seluruh wilayah perairan Kota Banda Aceh di sepanjang garis pantai - -
Samudera Kota Banda Aceh sejauh 4 mil dari garis pantai.
TABEL : 4.2
UNIT ZONING REGULATION : D.1 (KAWASAN KONSERVASI ALUE NAGA)
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : JEULINGKE
ZONA : B / ECO-ZONE
WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH TIMUR
INTENSITAS
KEGIATAN YANG PEMANFAATAN
FUNGSI PROPORSI LOKASI
DIPERBOLEHKAN RUANG
KDB KLB
Permukiman PT Perumahan khusus Nelayan 10% Di sekitar Alue Naga dan sisi Timur Banjir Kanal.
Terbatas dengan tingkat kepadatan
rendah, kategori rumah 30 – 40% 0,6-0,8
sederhana dan sangat
sederhana
Perikanan IB Kawasan Perikanan Tambak 30% Di sisi Utara Jalan Lingkar Utara.
0% -
Budidaya
Ruang RT - Hutan Mangrove (Konservasi) 50% Di sepanjang pesisir pantai Utara Kota Banda Aceh
Terbuka - Sempadan Sungai (greenbelt) 10% Di sekitar muara Krueng Aceh dan Banjir Kanal, berupa kolam pancing 0% -
- ponds dan taman untuk daerah resapan
TABEL : 4.3
UNIT ZONING REGULATION : D.2 (SUB PUSAT WILAYAH PENGEMBANGAN JEULINGKE)
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : JEULINGKE
ZONA : C / TRADITIONAL CITY CENTER ZONE
WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH TIMUR
INTENSITAS
KEGIATAN YANG PEMANFAATAN
FUNGSI PROPORSI LOKASI
DIPERBOLEHKAN RUANG
KDB KLB
Mix Use MU - Perdagangan-jasa 10% Di sisi Utara sepanjang Jl. Tengku Nyak Arief .
- Pelayanan Umum dan Kantor
Pemerintahan 30 – 60% 0,3 – 2,4
- Perkantoran Swasta
- Fasum dan Fasos
Permukiman PT Perumahan dengan tingkat 20% Di kelurahan Jeulingke, tepatnya di sisi Utara Jl. Tengku Nyak Arief .
30 – 40% 0,6-0,8
Terbatas kepadatan rendah
Permukiman P Perumahan dengan tingkat 30% Berbatasan dengan zona mix-use di sepanjang sisi Utara Jl. Tengku
20 – 60% 0,7 – 1,2
kepadatan sedang Nyak Arief.
Perikanan IB Kawasan Perikanan Tambak 30% Di sekitar Jl. Lingkar Utara.yang merupakan daerah genangan sekaligus
0% -
Budidaya DAS Krueng titi Panyang.
Ruang RT - Sempadan sungai 10% Di sisi Utara kawasan permukiman sebagai buffer yang membatasi
Terbuka (Konservasi) dengan kawasan perikanan tambak serta di sepanjang DAS Krueng Titi
0% -
- Sabuk hijau (greenbelt) Panyang berupa jalur hijau dengan lebar 10 – 50m.
- Taman Kota
TABEL : 4.4
UNIT ZONING REGULATION : D.3 (KAWASAN PERMUKIMAN SYIAH KUALA)
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : ULEE KARENG
ZONA : D / NEW URBAN CITY CENTER ZONE
WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH TIMUR
INTENSITAS
KEGIATAN YANG PEMANFAATAN
FUNGSI PROPORSI LOKASI
DIPERBOLEHKAN RUANG
KDB KLB
Perkantoran K Perkantoran: 5% Di sisi Selatan Jl. Tgk Nyak Arief dan di sisi Barat Jl. Tgk Nyak Makam:
35 – 40% 0,8 – 1,4
- Pelayanan Umum - Pelayanan umum dan Pemerintahan
- Perkantoran Swasta - Perkantoran swasta 30 – 50% 1,0 – 2,4
Perdagangan PJ - Perdagangan Ritel/Eceran 10% Di sepanjang Jl. Laksamana Malayahati dan di sisi Selatan Jl. Tgk Nyak
dan jasa - Perdagangan Besar Arief 30 – 60% 0,3 – 1,8
- Jasa Komersial
Mix Use MU - Perdagangan Ritel/Eceran 10% Di sepanjang Jl. Tgk Chik Dipineung dan di bagian Timur Jl. Prada
- Perdagangan Besar Utama yang berbatasan dengan Jl. Laksamana Malayahati.
- Jasa Komersial
- Perkantoran
- Sarana Pelayanan Kota : 30 – 60% 0,3 – 2,4
Fasilitas Umum, Fasilitas
Sosial, Institusi dan
Transportasi
- Industri
Permukiman P - Perumahan dengan tingkat 65% Di kawasan yang dibatasi oleh Jl. Laksamana Malayahati, Jl. Tgk Nyak
kepadatan tinggi, kategori Makam, Jl. Tgk Nyak Arief, dan Jl. Tgk Chik Dipineung
rumah sangat sederhana
20 – 60% 0,7 – 1,2
sampai dengan rumah sedang
dengan fasilitas penunjang.
- Rumah susun
Ruang RT Sempadan sungai (Konservasi) 10% Di sepanjang DAS Banjir Kanal Krueng Aceh berupa jalur hijau dengan
0% -
Terbuka lebar 10 – 50m
Pelayanan Kota PK Fasilitas Pendidikan 5% Berada di pertemuan Jl. Tgk. Chik Dipineung dan Jl.TGK Nyak Makam.
30 – 40% 0,8 – 1,2
TABEL : 4.5
UNIT ZONING REGULATION : D.4 (KAWASAN PERMUKIMAN ULEE KARENG UTARA)
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : ULEE KARENG
ZONA : D / NEW URBAN CITY CENTER ZONE
WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH TIMUR
INTENSITAS
KEGIATAN YANG PEMANFAATAN
FUNGSI PROPORSI LOKASI
DIPERBOLEHKAN RUANG
KDB KLB
Mix Use MU - Perdagangan-jasa 20% Di sepanjang Jl. Tengku Iskandar sampai dengan pertemuan dengan Jl.
- Pelayanan Umum Peutamerehom dan sepanjang Jl. P.Nyak Makam pada sisi timur, serta
- Perkantoran Swasta sepanjang Jl. TGK.Chik Dipineung sampai dengan pertemuan dengan 30 – 60% 0,3 – 2,4
- Fasum dan Fasos Jl. Ulee Kareng Prada.
- Industri
Permukiman P Perumahan dengan tingkat 70% Tersebar di Kecamatan Ulee Kareng pada Kelurahan Pango Raya,
kepadatan tinggi, kategori Pango Deah, Ilie, dan Lamteh. Dibatasi oleh Jl. P Nyak Makam di
rumah sangat sederhana sebelah Barat hingga Jl. Ulee Kareng Prada, serta Jl. Tgk Chik
20 – 60% 0,7 – 1,2
sampai dengan rumah sedang Dipineung di sebelah Utara dan Jl. Tengku Yusuf pada sebelah Selatan.
dengan fasilitas penunjang.
- Rumah susun
Perkantoran K Perkantoran: 5% Di sepanjang sisi Timur Jl. P.Nyak Makam.
- Pelayanan Umum 35 – 40% 0,8 – 1,4
- Perkantoran Swasta
Pelayanan Kota PK Fasilitas Pendidikan 5% Berada di pertemuan Jl. Tgk. Chik Dipineung dan Jl.TGK Nyak Makam.
30 – 40% 0,8 – 1,2
TABEL : 4.6
UNIT ZONING REGULATION : D.5 (KAWASAN PERMUKIMAN ULEE KARENG SELATAN)
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : ULEE KARENG
ZONA : D / NEW URBAN CITY CENTER ZONE
WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH TIMUR
INTENSITAS
KEGIATAN YANG PEMANFAATAN
FUNGSI PROPORSI LOKASI
DIPERBOLEHKAN RUANG
KDB KLB
Mix Use MU Perdagangan-jasa 10% Di sepanjang Jl. Tengku Iskandar sampai dengan pertemuan dengan Jl.
- Pelayanan Umum Tengku Yusuf. Dan rencana jalan lingkar dalam terusan dari Jl. P. Nyak
- Perkantoran Swasta Makan ke arah selatan hingga berpotongan dengan Krueng Aceh. 30 – 60% 0,3 – 2,4
- Fasum dan Fasos
- Industri
Permukiman P Perumahan dengan tingkat 70% Berada di kawasan yang berbatasan dengan Krueng Aceh di sisi Barat,
kepadatan tinggi, kategori sampai batas administrasi Banda Aceh di sisi Timur.
rumah sangat sederhana
20 – 60% 0,7 – 1,2
sampai dengan rumah sedang
dengan fasilitas penunjang.
- Rumah susun
Perdagangan PJ Perdagangan Ritel dan Grosir 5% Berada di Ujung Jl. Tengku Iskandar pada pertemuan dengan Jl. TH
Jasa Jasa Pelayanan GLP Payong Tengku Hasan dek. 35 – 40% 0,8 – 1,4
Hotel dan Restoran
Pelayanan Kota PK Fasilitas Pendidikan 3% Berbatasan dengan Krueng Aceh pada sisi Selatan pada Jl. Padat Karya
Pango. 30 – 40% 0,8 – 1,2
Ruang RT Sempadan sungai (Konservasi) 10% Di sepanjang DAS Krueng Aceh berupa jalur hijau dengan lebar 10 –
Terbuka 50m di sisi Timur Jl. Tgk Mum Lueng Bata. Serta daerah resapan air
0% -
pada Meander (belokan Krueng Aceh) yang juga dapat dimanfaatkan
sebagai hutan kota.
Zona Wisata 2% Berada pada wilayah Ilie, Ulee kareng 10% 0,2
TABEL : 4.7
UNIT ZONING REGULATION : D.6 (PUSAT WILAYAH PENGEMBANGAN ULEE KARENG)
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : ULEE KARENG
ZONA : D / NEW URBAN CITY CENTER ZONE
WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH TIMUR
INTENSITAS
KEGIATAN YANG PEMANFAATAN
FUNGSI PROPORSI LOKASI
DIPERBOLEHKAN RUANG
KDB KLB
Perdagangan PJ - Perdagangan Ritel dan Grosir 40% Di sepanjang simpang tujuh yaitu di Jl. Tengku Iskandar, Jl. Ulee
Jasa - Jasa Pelayanan Kareng Prada, Jl. Lamgapang, Jl. Lamreung, dan Jalan Mesjid Toha. 30 – 60% 0,3 – 1,8
- Hotel dan Restoran
Mix Use MU - Perdagangan-jasa 5% Di sepanjang Jl. Tengku Iskandar sampai dengan pertemuan dengan Jl.
- Pelayanan Umum Tengku Nyak Makam. Dan sebagian Jl. Tengku Nyak Makam di sisi
- Perkantoran Swasta Selatan. 30 – 60% 0,3 – 2,4
- Fasum dan Fasos
- Industri
Permukiman P - Perumahan dengan tingkat 55% Tersebar di Kecamatan Ulee Kareng pada Kelurahan Ie Masen Ulee
kepadatan tinggi, kategori Kareng, Kelurahan Ceurih, dan sebagaian dari kelurahan Lam
rumah sangat sederhana Geulumpang yang dibatasi Jl.Tengku Musa sampai dengan pertemuan
20 – 60% 0,7 – 1,2
sampai dengan rumah sedang dengan Jl. Tengku Yusuf pada sebelah Barat dan dibatasi dengan
dengan fasilitas penunjang. Krueng Cut di Sebelat Utara, Timur dan Selatan.
- Rumah susun
TABEL : 4.8
UNIT ZONING REGULATION : D.7 (KAWASAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA)
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : KOPELMA
ZONA : D / NEW URBAN CITY CENTER ZONE
WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH TIMUR
INTENSITAS
KEGIATAN YANG PEMANFAATAN
FUNGSI PROPORSI LOKASI
DIPERBOLEHKAN RUANG
KDB KLB
Pelayanan Kota PK Fasilitas Pendidikan Tinggi 40% Kampus Universitas Syiah Kuala. 30 – 40% 0,8 – 1,2
Perdagangan PJ - Perdagangan Ritel/Eceran 5% Di sepanjang Jl. Utama sampai dengan pertemuan dengan Jl. Kuto
dan jasa - Perdagangan Besar Inong Bale, dan sepanjang Jl. Kuto Inong Bale. 30 – 60% 0,3 – 1,8
- Jasa Komersial
Mix Use MU - Perdagangan Ritel/Eceran 5% Di sepanjang Jalan yang membatasi wilayah Kampus Universitas Syiah
- Perdagangan Besar Kuala di bagian Utara.
- Jasa Komersial
- Perkantoran
- Sarana Pelayanan Kota : 30 – 60% 0,3 – 2,4
Fasilitas Umum dan Fasilitas
sosial, Institusi dan
Transportasi
- Industri
Permukiman P - Perumahan dengan tingkat 40% Di bagian Utara dan Barat Kampus Universitas Syiah Kuala.
kepadatan tinggi, kategori
rumah sangat sederhana
20 – 60% 0,7 – 1,2
sampai dengan rumah sedang
dengan fasilitas penunjang.
- Rumah susun
Ruang RT Sempadan sungai (Konservasi) 10% Di sepanjang DAS Banjir Kanal Krueng Aceh berupa jalur hijau dengan
0% -
Terbuka lebar 10 – 50m
LAMPIRAN 2
MATRIKS PERATURAN PENGGUNAAN UNTUK
KAWASAN PERMUKIMAN
KETERANGAN :
I : Penggunaan atau kategori penggunaan diijinkan sesuai dengan haknya, yang berarti bahwa tidak akan ada pembatasan atau
peninjauan atau tindakan lain dari Pemerintah Kota sebagai persyaratan memperolah ijin penggunaan selain memproses IMB.
B : Penggunaan memerlukan Ijin Penggunaan Bersyarat. Ijin Penggunaan bersyarat diperlukan untuk penggunaan yang memiliki
potensi dampak penting terhadap lingkungan sekitarnya atau yang lebih luas. Oleh karena itu permohonan perlu dilengkapi AMDAL,
RKL, RPL..
- : Penggunaan atau kategori penggunaan tidak diijinkan
FUNGSI WILAYAH
KATEGORI PENGGUNAAN INDIKATOR PERSYARATAN
PT P PK RT PJ MU K IT IB T SO PL AG
I PERUMAHAN
1 Akomodasi Hunian Bersama - B _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ - Kesesuaian dengan kebutuhan
(rumah petak) - Rasio MCK terhadap jumlah penghuni
2 Rumah Susun - I _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ -
3 Rumah Tunggal B I _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ B - Rumah tunggal untuk Wilayah PT
(Permukiman Terbatas) adalah tipe
FUNGSI WILAYAH
KATEGORI PENGGUNAAN INDIKATOR PERSYARATAN
PT P PK RT PJ MU K IT IB T SO PL AG
rumah sedang, sederhana dan sangat
sederhana
- Rumah tunggal untuk Wilayah AG
(Agropolitan) adalah tipe rumah
perdesaan
4 Rumah Dinas, Wisma Tamu - I _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ -
5 Asrama Mahasiswa dan Pelajar - B _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ - Rasio KM/WC terhadap jumlah
penghuni.
- Rasio tempat parkir terhadap jumlah
penghuni.
6 Tempat kos, sebagai - B _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ - Proporsi terhadap total luas lantai
penggunaan pelengkap penggunaan utama (maks. 20%, dan
tidak lebih dari 120 m2).
7 Rumah kos yang berdiri sendiri - B _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ - Proporsi MCK terhadap jumlah penghuni
- Rasio tempat parkir terhadap jumlah
penghuni.
- Ketertiban dan keamanan lingkungan
8 Rumah Usaha, sebagai B B _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ - Proporsi terhadap total luas lantai
penggunaan pelengkap penggunaan rumah tinggal (maks. 20%
(praktek dokter individu, dari total luas lantai).
bidan, pengobatan alternatif, - Ketertiban dan keamanan lingkungan
warung, persewaan, dll.)
II PERDAGANGAN RITEL/ECERAN
1 Departemen Store _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ -
2 Toko -
Bahan Bangunan dan Alat _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Tersedia tempat parkir dan bongkar
Pertukangan muat barang.
Alat Rumah _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Tersedia fasilitas parkir dan bongkar
Tangga/Furniture muat barang.
Hewan Peliharaan dan _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Ketersediaan fasilitas penunjang.
Perlengkapannya - Jaminan keamanan.
Pakaian dan _ B _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Rasio tempat parkir terhadap luas lantai
Kelengkapannya (butik) bangunan usaha
FUNGSI WILAYAH
KATEGORI PENGGUNAAN INDIKATOR PERSYARATAN
PT P PK RT PJ MU K IT IB T SO PL AG
Peracangan _ B _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Dalam bentuk rumah usaha khusus
untuk wilayah P (Permukiman). Lihat
persyaratan rumah usaha.
3 Pusat Perbelanjaan/Shopping _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Sesuai arahan Rencana Tata Ruang
Center/Mall - Ketersediaan tempat parkir dan bongkat
muat barang.
4 Kios, Warung B B _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Dalam bentuk rumah usaha khusus
untuk wilayah P (Permukiman). Lihat
persyaratan rumah usaha.
5 Pasar _ _ _ _ B B _ _ B _ _ _ B - Sesuai arahan Rencana Tata Ruang
- Ketersediaan sarana pengelolaan
limbah.
- Ketersediaan tempat parkir dan bongkat
muat barang.
6 Restoran _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Rasio tempat parkir terhadap luas lantai
bangunan usaha.
- Ketersediaan sarana pengelolaan
limbah.
8 PKL B B B _ B B B _ _ _ _ _ B - Batasan lokasi berjualan (di dalam
daerah sempadan bangunan)
- Batasan jenis dagangan dan waktu
berjualan
9 Galeri _ B _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Disesuaikan dengan kebutuhan
setempat
- Ketersediaan fasilitas pendukung.
- Ketersediaan tempat parkir dan bongkar
muat barang.
- Dalam bentuk rumah usaha khusus
untuk wilayah P (Permukiman). Lihat
persyaratan rumah usaha.
10 Ruang Pamer dan Tempat _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Boleh dilengkapi bengkel perawatan
Penjualan Kendaraan Bermotor (bukan bengkel perbaikan).
Tertutup (dealer, showroom) - Tersedia tempat parkir dan bongkar
11 Ruang Pamer dan Tempat _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ muat barang.
FUNGSI WILAYAH
KATEGORI PENGGUNAAN INDIKATOR PERSYARATAN
PT P PK RT PJ MU K IT IB T SO PL AG
Penjualan Kendaraan Bermotor
Terbuka
12 Ruang Pamer dan Tempat _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Tersedia tempat parkir dan
Penjualan Alat-alat Berat bongkarmuat barang.
13 Tempat Penjualan Peralatan _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ B
dan Pasokan Pertanian
14 Tempat Penjualan Suku _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Disesuaikan kebutuhan setempat.
Cadang - Tersedia tempat parkir dan bongkar
15 Tempat Penjualan Barang _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ muat barang.
Bekas (besi, bekas bangunan)
III PERDAGANGAN BESAR/GROSIR
1 Pasar Grosir, Pasar Induk _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ B - Sesuai arahan Rencana Tata Ruang
2 Pertokoan Grosir _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Ketersediaan tempat parkir dan bongkat
muat barang.
3 Tempat Pelelangan Ikan _ _ _ _ _ _ _ B B _ _ _ _
IV JASA KOMERSIAL
1 Trade Centre _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Sesuai arahan Rencana Tata Ruang
- Ketersediaan tempat parkir dan bongkat
muat barang.
2 Lembaga Keuangan (bank, _ _ _ _ B B B _ _ _ _ _ _ - Batasan minimal luas lahan.
asuransi, leasing, bursa - Tersedia lahan parkir (proporsi terhadap
saham, sekuritas, money total luas lantai bangunan).
changer) - Jaminan Keamanan.
3 Jasa Pelayanan Penginapan _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Batasan minimal luas lahan.
(hotel, losmen, penginapan, - Tersedia lahan parkir (proporsi terhadap
cottage, homestay) total luas lantai bangunan).
- Privacy terjamin.
4 Jasa Hiburan dan Pertunjukkan _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Batasan minimal luas lahan.
(bioskop, drive-in, sandiwara) - Tersedia tempat parkir
- Disesuaikan kebutuhan komunitas
setempat.
5 Jasa Reparasi dan Perawatan _ B _ _ I I _ _ _ _ _ _ _ - Dalam bentuk rumah usaha khusus
(arloji, elektronika, sepeda) untuk wilayah P (Permukiman). Lihat
FUNGSI WILAYAH
KATEGORI PENGGUNAAN INDIKATOR PERSYARATAN
PT P PK RT PJ MU K IT IB T SO PL AG
persyaratan rumah usaha.
6 Jasa Pengiriman/Ekspedisi _ _ _ I I _ _ _ _ _ _ _ -
7 Jasa Usaha Makanan dan _ B _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Proporsi terhadap total luas penggunaan
Minuman (catering) utama.
- Dalam bentuk rumah usaha khusus
untuk wilayah P (Permukiman). Lihat
persyaratan rumah usaha.
- Pengendalian pencemaran lingkungan
(limbah padat dan cair)
8 Jasa Pemakaman dan _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Disesuaikan kebutuhan komunitas
Penitipan Jenazah setempat.
- Jaminan Keamanan
9 Studio Radio dan Televisi _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Batasan minimal luas lahan.
- Tersedia tempat parki
- Persetujuan komunitas setempat.
10 Jasa Personal (salon _ B _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Proporsi terhadap luas penggunaan
kecantikan, pangkas rambut, utama.
laundry, rias pengantin, - Rasio tempat parkir terhadap luas
penjahit, studio foto, wartel, penggunaan tempat usaha
warnet, rental komputer, - Dalam bentuk rumah usaha khusus
persewaan video, persewaan untuk wilayah P (Permukiman). Lihat
majalah) persyaratan rumah usaha.
11 Jasa Pelayanan Bisnis (foto _ B _ _ B B B _ _ _ _ _ _
kopi, pengurusan surat-surat
dan dokumen, biro perjalanan)
12 Perkantoran Bisnis dan _ _ _ _ I I I _ _ _ _ _ _ -
Profesional (notaris,
pengacara, akuntan,
konsultan, kontraktor, kantor
lembaga profesi)
13 Taman Hiburan dan Teater _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Batasan minimal luas lahan.
Terbuka - Tersedia tempat parkir
- Disesuaikan kebutuhan komunitas
setempat.
FUNGSI WILAYAH
KATEGORI PENGGUNAAN INDIKATOR PERSYARATAN
PT P PK RT PJ MU K IT IB T SO PL AG
14 Penitipan Hewan Peliharaan _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Disesuaikan kebutuhan komunitas
setempat.
- Jaminan keamanan.
15 Fasilitas Penitipan Anak _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Proporsi terhadap luas penggunaan
utama
- Daya tampung (kapasitas)
- Kelengkapan fasilitas
16 Pameran di Ruang Terbuka _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Bersifat temporer
(produk unggulan, bunga) - Luas lahan memenuhi
17 Studio Ketrampilan (non _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Luas lahan memenuhi
fasilitas pendidikan) - Tersedia tempat parkir
18 Panti Pijat _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Persetujuan komunitas setempat.
- Tersedia tempat parkir.
19 Klub Malam, Bar, Karaoke, _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Persetujuan komunitas setempat.
Cafe - Tersedia tempat parkir.
20 Fasilitas Rekreasi Privat dan _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Tersedia fasilitas pendukung.
Kebugaran (club house, fitness - Tersedia tempat parkir.
centre)
21 Fasilitas Daur Ulang - Persetujuan komunitas setempat.
Pengumpul kecil/besar _ B _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ - Tersedia tempat parkir.
- Pengendalian pencemaran lingkungan
Pengolahan hasil daur _ B _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ (limbah padat)
ulang
Pengkomposan dari _ B _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
bahan-bahan hijau dan
organik
Tempat pengumpulan _ B _ _ _ B _ _ _ _ _ _ _
puing-puing bangunan
Pengolahan buangan _ B _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
komersial dan pabrik
22 Klinik dan Rumah Sakit hewan _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Batasan minimum luas lahan.
- Keamanan warga sekitar
- Pencemaran lingkungan
23 Tempat Persewaan Kendaraan _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Batasan minimum luas lahan.
FUNGSI WILAYAH
KATEGORI PENGGUNAAN INDIKATOR PERSYARATAN
PT P PK RT PJ MU K IT IB T SO PL AG
- Tersedia tempat parkir
24 Bengkel Mobil _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Pengendalian pencemaran dan
kebisingan
25 Bengkel Sepeda Motor _ B _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Pengendalian pencemaran dan
kebisingan
- Dalam bentuk rumah usaha khusus
untuk wilayah P (Permukiman). Lihat
persyaratan rumah usaha.
26 SPBU _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Batasan minimum luas lahan.
- Persetujuan komunitas setempat
- Keamanan terhadap kebakaran dan
bahaya ledakan
- Sirkulasi kendaraan dalam tapak tidak
mengganggu lalu-lintas sekitar.
V PERKANTORAN
1 Perkantoran Pemerintah _ B B _ _ I I _ _ _ _ _ _ - Kesesuaian jenis kantor dengan
(eksekutif,legislatif, yudikatif) karakter zona setempat.
- Batasan minimum luas lahan
- Rasio tempat parkir terhadap luas lantai.
2 Perkantoran Organisasi Sosial- _ B _ _ _ I I _ _ _ _ _ _ - Khusus untuk wilayah P (Permukiman)
Politik-Kemasyarakatan, harus memperhatikan proporsi terhadap
Kantor Yayasan, LSM luas penggunaan rumah tinggal (maks.
20%)
- Keamanan dan ketertiban lingkungan.
- Persetujuan komunitas setempat.
3 Kantor Perwakilan Negara _ _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ - Keamanan dan ketertiban lingkungan.
Asing - Persetujuan komunitas setempat.
- Tersedia fasilitas yang memadai.
VI PENGGUNAAN SARANA PELAYANAN KOTA
1 Sarana Pendidikan
Taman Kanak-kanak dan _ B I _ _ B _ _ _ _ _ _ _ - Batasan minimal luas kapling
Playgroup - Rasio tempat parkir terhadap luas lantai
SD sampai SMU dan MI _ B I _ _ B _ _ _ _ _ _ _ - Ketertiban dan keamanan lokasi
FUNGSI WILAYAH
KATEGORI PENGGUNAAN INDIKATOR PERSYARATAN
PT P PK RT PJ MU K IT IB T SO PL AG
sampai MA
Sekolah Tinggi/Universitas _ _ I _ _ B _ _ _ _ _ _ _
Sekolah Kejuruan _ _ I _ _ B _ _ _ _ _ _ _
Pendidikan Kedinasan _ _ I _ _ B _ _ _ _ _ _ _
Tempat Kursus (bahasa, _ B I _ _ B _ _ _ _ _ _ _ - Proporsi terhadap luas penggunaan
kecantikan, musik, tari, rumah tinggal maks. 20% bila di wilayah
desain, akuntansi, permukiman (P)
komputer, mengetik, - Rasio tempat parkir terhadap luas
menjahit, memasak, penggunaan tempat usaha
mengemudi, montir) - Persetujuan tetangga sekitar.
Sekolah Luar Biasa _ B I _ _ B _ _ _ _ _ _ _ - Kelengkapan fasilitas pendukung.
- Ketertiban dan keamanan lokasi
Pondok Pesantren _ B I _ _ B _ _ _ _ _ _ _ - Batasan minimal luas kapling
- Kelengkapan fasilitas pendukung
- Persetujuan komunitas setempat
2 Sarana Kesehatan
Rumah Sakit _ _ I _ _ B _ _ _ _ _ _ _ - Batasan minimal luas kapling.
- Ketersediaan fasilitas pengelolaan
limbah
- Rasio tempat parkir terhadap luas
penggunaan utama.
Fasilitas Kesehatan _ B I _ _ B _ _ _ _ _ _ _ - Ketersediaan fasilitas pengelolaan
Lingkungan (Puskesmas, limbah
BKIA, Poliklinik, Klinik) - Tidak menimbulkan konflik pemanfaatan
kegiatan.
Tempat Praktek Medis _ B I _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Rasio tempat parkir terhadap luas
Rawat Luar (tempat penggunaan tempat usaha.
praktek bersama) - Persetujuan tetangga sekitar.
- Ketertiban dan keamanan lingkungan.
Apotik _ B I _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Proporsi terhadap luas lantai
penggunaan utama (maks. 20% dari
total luas lantai).
- Rasio tempat parkir terhadap luas
FUNGSI WILAYAH
KATEGORI PENGGUNAAN INDIKATOR PERSYARATAN
PT P PK RT PJ MU K IT IB T SO PL AG
pengunaan tempat usaha.
- Ketersediaan fasilitas pengelolaan
limbah.
Laboratorium Diagnostik _ _ I _ _ B _ _ _ _ _ _ _ - Ketersediaan fasilitas pengelolaan
limbah.
3 Sarana Peribadatan _ I I _ _ I _ _ _ _ _ _ _ - Kelengkapan fasilitas pendukung
- Persetujuan komunitas sekitar.
4 Sarana Sosial - Batasan minimal luas kapling
Panti Wredha _ B I _ _ B _ _ _ _ _ _ _ - Kelengkapan fasilitas pendukung
- Persetujuan komunitas sekitar
Panti Asuhan _ B I _ _ B _ _ _ _ _ _ _ - Ketertiban dan keamanan lingkungan
Panti Perawatan Narkoba _ _ I _ _ B _ _ _ _ _ _ _
Pondok Sosial _ B I _ _ B _ _ _ _ _ _ _
5 Balai Pertemuan Warga _ B I _ _ B _ _ _ _ _ _ _ - Batasan pengguna (hanya untuk
komunitas setempat)
6 Museum _ _ I _ _ B _ _ _ _ _ _ _ - Ketersediaan lahan
- Kelengkapan fasilitas pendukung
- Ketersediaan tempat parkir
7 Sarana Keamanan dan - Ketersediaan lahan
Keselamatan - Kelengkapan fasilitas pendukung
Kantor Polisi, Koramil _ _ I _ _ B I _ _ _ _ _ _ - Ketersediaan tempat parkir
Pos Pemadam Kebakaran _ _ I _ B B I _ _ _ _ _ _
Pos Keamanan _ B I _ _ B I _ _ _ _ _ _
Lingkungan
Lembaga _ _ I _ B B _ _ _ _ _ _ _
Pemasyarakatan
8 Sarana Olah Raga dan - Ketersediaan lahan
Pertemuan - Kelengkapan fasilitas pendukung
Stadion dan Sarana Olah _ B I _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Ketersediaan tempat parkir
raga Tertutup
Gedung Pertemuan, _ _ I _ B B _ _ _ _ _ _ _
Convention Hall
FUNGSI WILAYAH
KATEGORI PENGGUNAAN INDIKATOR PERSYARATAN
PT P PK RT PJ MU K IT IB T SO PL AG
VII PENGGUNAAN SARANA PELAYANAN KOTA/ INSTITUSI
1 Antena Komunikasi - Keamanan terhadap bangunan dan
Fasilitas Telekomunikasi _ _ B _ B B _ _ _ _ _ _ _ lingkungan sekitar
Minor
Fasilitas Telekomunikasi _ _ B _ B B _ _ _ _ _ _ _
Major
Antena Satelit _ _ B _ B B _ _ _ _ _ _ _
2 Fasilitas Gardu induk listrik _ _ B _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Keamanan terhadap bangunan dan
lingkungan sekitar
5 Krematorium _ _ B _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Disesuaikan kebutuhan komunitas
setempat.
- Jaminan keamanan.
6 Transmisi Induk, Relay, _ B B _ _ B _ _ _ _ _ _ _ - Batasan minimal luas kapling
Distribusi Komunikasi (Stasiun - Ketersediaan fasilitas penunjang
Telepon Otomat) - Keamanan terhadap bangunan dan
7 Instalasi Pengolahan dan _ B B _ _ B _ _ _ _ _ _ _ lingkungan sekitar
Penyimpanan Air Bersih - Disesuaikan kebutuhan komunitas
(penjernihan air, tandon air, setempat.
menara air)
8 Instalasi Pengolahan Air _ _ B _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ - Kesesuaian dengan kebutuhan setempat
Limbah/Limbah Tinja (perumahan : TPS dan depo sampah)
9 Instalasi dan Tempat _ B B _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ - Persetujuan komunitas setempat.
Pembuangan Sampah (TPS - Pengendalian pencemaran lingkungan
dan depo sampah) TPS, sekitar
incerinator)
10 Tempat Pembuangan Sampah _ _ B _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
Akhir
VII SARANA PELAYANAN KOTA TRANSPORTASI
1 Terminal Kargo _ _ B _ _ B _ _ _ _ _ I _ - Disesuaikan kebutuhan komunitas
2 Terminal Penumpang, Shelter, _ B B _ B B B _ _ _ _ I _ setempat.
Halte - Batasan minimal luas kapling
- Ketersediaan fasilitas penunjang
FUNGSI WILAYAH
KATEGORI PENGGUNAAN INDIKATOR PERSYARATAN
PT P PK RT PJ MU K IT IB T SO PL AG
3 Stasiun Kereta Api
5 Pelabuhan Laut, Terminal Peti _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ I _ _
kemas
6 Pelabuhan Penyeberangan _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ I _ _
7 Badan Meteorologi dan
Geofisika (BMG)
VIII INDUSTRI
1 Industri kecil/rumah tangga _ B _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Industri Non Polutan
2 Industri Percetakan dan Surat _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Batasan minimal luas kapling
Kabar - Ketersediaan fasilitas penunjang
3 Industri Perikanan _ _ _ _ _ _ _ B B _ _ _ _ - Keamanan terhadap bangunan dan
(Pengolahan ikan, lingkungan sekitar
pengalengan, dll) - Persetujuan komunitas setempat
- Pengendalian pencemaran lingkungan
4 Pengolahan Hasil Pertanian _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ B
sekitar
(Agroindustri)
IX PERGUDANGAN
1 Gudang Tertutup/Terbuka _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ B _ - Disesuaikan kebutuhan komunitas
2 Fasilitas Pindahan dan _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ B _ setempat
Penitipan Barang (Moving and - Batasan minimal luas kapling
Storage) - Ketersediaan fasilitas penunjang
3 Gudang Terbuka Sementara di B B B _ B B B _ _ _ _ B B - Batasan waktu (hanya diijinkan selama
Luar Lokasi Pembangunan pembangunan proyek)
Proyek
X RUANG TERBUKA HIJAU
1 Hijau Lindung _
Hutan Kota I I I I I I I I I I I I I
Hutan Bakau I I I I I I I I I I I I I
2 Hijau Binaan
Taman Kota I I I I I I I _ _ I I I I _
Rekreasi Kota (Kebun _ _ B B B B _ _ _ _ _ _ _ - Batasan luas lahan minimum
FUNGSI WILAYAH
KATEGORI PENGGUNAAN INDIKATOR PERSYARATAN
PT P PK RT PJ MU K IT IB T SO PL AG
Binatang, Taman Ria, - Disesuaikan kebutuhan setempat
Taman Remaja) - Persetujuan komunitas setempat
Pemakaman I I I B B B _ _ _ _ _ _ B
Bumi Perkemahan _ _ B B B B _ _ _ _ _ _ B
Sabuk Hijau I I I I I I I I I I I I I _
3 Hijau Tata Air _
Tepi Sungai dan Saluran I I I I I I I I I I I I I
(sempadan sungai)
1. Tepi Waduk (sempadan I I I I I I I I I I I I I
waduk)
2. Tepi Laut (sempadan I I I I I I I I I I I I I
pantai)
4 Hijau Utilitas
▪ Jalur Hijau SUTT B B B B B B B B B B B B B - Batasan ruang bebas SUTT
▪ Jalur Hijau Pengaman B B B B B B B B B B B B B - Batasan ruang bebas jaringan pipa gas
Jaringan Pipa Gas
5 Hijau Prasarana Jalan dan B B B B B B B B B B B B B - Batasan Rumija, Rumaja, Ruwasja,
Kereta Api (median, pulau GSB, dan Garis Sempadan Kereta Api
jalan, interchange jalan tol,
sempadan kereta api)
6 Hijau Olah-raga
▪ Lapangan Olah-raga B B B B B B _ _ _ _ _ _ _ - Kesesuaian dengan kebutuhan setempat
Terbuka (sepak bola,
basket, voli)
▪ Lapangan Golf, Driving _ _ B B B B _ _ _ _ _ _ - Kesesuaian dengan kebutuhan
Range setempat
7 Tempat Terbuka Penjualan B B B B B B _ _ _ B _ _ B - Batasan lokasi
Tanaman dan Bunga - Ketersediaan tempat parkir
- Ketertiban dan keamanan lokasi
- Pelestarian lingkungan
8 Tempat Pemeliharaan/Istal _ _ B B B B _ _ _ B _ _ B - Kesesuaian dengan kebutuhan
Kuda Pacu setempat
FUNGSI WILAYAH
KATEGORI PENGGUNAAN INDIKATOR PERSYARATAN
PT P PK RT PJ MU K IT IB T SO PL AG
9 Tempat Pembenihan B B B B B B _ _ _ B _ _ B - Dalam bentuk rumah usaha khusus
Holtikultura dan Rumah Kaca untuk wilayah P (Permukiman). Lihat
persyaratan rumah usaha.
- Ketertiban dan keamanan lingkungan
XI PERTAMBAKAN
1 Tambak Budidaya
▪ Tambak Produksi _ _ _ _ _ _ _ _ I _ _ _ _ -
▪ Tempat Pembibitan dan _ _ _ _ _ _ _ _ I _ _ _ _ -
Fasilitas Aquaculture
2 Tambak/Kolam Rekreasi - Disesuaikan kebutuhan setempat
(ekowisata) - Pengendalian pencemaran lingkungan
Kolam Pancing _ _ B B B B _ _ B B _ _ B (limbah padat dan cair)
Restoran Apung _ _ B B B B _ _ B B _ _ B - Pelestarian lingkungan
Rekreasi Perahu _ _ B B B B _ _ B B _ _ B
XII PERAIRAN
1 Telaga, ponds B B B B B B B B B B B B B - Kesesuaian dengan kebutuhan
- Ketersediaan tanah
- Batasan sempadan telaga
2 Saluran drainase B B B B B B B B B B B B B - Kesesuaian dengan kebutuhan
- Batasan sempadan saluran
XIII TATA INFORMASI (SIGN)
1 Tata Informasi Proyek B B B _ B B B _ _ B _ B _ Batasan penataan signage
2 Tata Informasi Komunitas B B B _ B B B _ _ B _ B _
(penunjuk lokasi, penunjuk
arah, papan informasi)
3 Tata Informasi Komersial B B B _ B B B _ _ B _ B _
(reklame)
LAMPIRAN 3
KETENTUAN KDB DAN KLB
FASILITAS KESEHATAN
Peruntukkan KDB KLB
Fasilitas Kesehatan Lingkungan (Puskesmas, BP, BKIA, 50% 1
Posyandu, Poliklinik, dsb.)
Luas tanah minimum 300m2
Praktek Dokter bersama 40% 0,8
Luas tanah minimum 300m2
Apotik/ Laboraturium Klinis 50% 0,5
2
Luas tanah minimum 200m
Rumah Sakit kelas D 35% 0,7
2
Luas tanah minimum 5000m
Rumah Sakit kelas C 40% 0,4
Luas tanah minimum 10.000m2 35% 0,7
30% 0,9
Rumah Sakit kelas B 40% 0,8
Luas tanah minimum 45.000m2 35% 1,4
30% 1,8
Rumah Sakit kelas A 40% 0,8
Luas tanah minimum 70.000m2 35% 1,4
30% 1,8
FASILITAS PENDIDIKAN
Peruntukkan KDB KLB
Pendidikan Pra Sekolah (playgroup)
Luas tanah minimum 250m2 35% 0,35
Pendidikan Dasar dan Menengah 40% 0,8
Luas tanah minimum 10.000m2 30% 1,2
Pendidikan Tinggi
Luas tanah minimum 50.000m2 40% 1,6
Pendidikan Luar Sekolah (Ruko atau Rukan) 40% 0,8
Luas tanah minimum 500m2 30% 1,2
Pondok Pesantren
Luas tanah minimum 50.000m2 40% 1,6
FASILITAS PERIBADATAN
Peruntukkan KDB KLB
Mesjid
Luas tanah minimum 1.000m2 40% 0,8
Gereja
Luas tanah minimum 1.000m2 40% 0,8
Vihara
Luas tanah minimum 1.000m2 40% 0,8
RUANG TERBUKA
Peruntukkan KDB KLB
Taman Kota 0% -
Lapangan Olahraga 10% 0,2
Kolam Renang 20% 0,2
Taman Pemakaman Umum 5% 0,05
Tempat Pembuangan Akhir Sampah 5% 0,05
Tempat Pembuangan Sampah Sementara 60% 0,6
Instalasi Pengolahan Tinja dan/ Air Limbah 60% 0,6
Instalasi Pengolahan Air Bersih 60% 0,6
Tempat Pemotongan Hewan 50% 1,2
Hutan Kota 0% -
Kegiatan Pertanian 0% -
INDUSTRI
Peruntukkan KDB KLB
Industri Rumah
Luas tanah minimum 1.000m2 60% 1,2
Industri Pengolahan Ikan
Luas tanah minimum 10.000m2 50% 1,0
Galangan Kapal Kayu
Luas tanah minimum 10.000m2 50% 1,0
Pembangkit Listrik
Luas tanah minimum 10.000m2 50% 1,0
JASA PELAYANAN
Peruntukkan KDB KLB
Salon/tukang cukur/tukang jahit
Luas tanah minimum 100m2 60% 1,2
Layanan Dokumen/Warnet/Wartel
Luas tanah minimum 100m2 60% 1,2
Bengkel Sepeda Motor
Luas tanah minimum 100m2 60% 1,2
Bengkel Mobil
Luas tanah minimum 1000m2 60% 1,2
Bengkel Mesin/Listrik umum
Luas tanah minimum 1000m2 50% 1,0
PERKANTORAN
Peruntukkan KDB KLB
Perkantoran/Layanan Masyarakat dengan gedung tersendiri 40% 0,8
Luas tanah minimum 750m2 35% 1,4
Perkantoran/Layanan Masyarakat pada ruko/rukan
Luas lantai dasar minimum 150m2 60% 1,8
Perkantoran bukan layanan masyarakat dengan gedung sendiri 50% 1,0
Luas tanah minimum 1.000m2 40% 1,6
30% 2,4
Perkantoran bukan layanan masyarakat pada ruko/rukan
Luas tanah minimum 100m2 60% 2,4
Fasilitas Transportasi
Peruntukkan KDB KLB
Terminal Bis AKAP 10% 0.2
Terminal Angkutan Kota 10% 0.2
Pelabuhan Ferry 10% 0.2
Pelabuhan Ikan 20% 0,4
Pelabuhan Samudera 20% 0,8
Depo Bahan Bakar Minyak 40% 0,8