evisi
encana Tata Ruang Wilayah
Kota Banda Aceh
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Tahun 2006 - 2016
Laporan Akhir
Kata Pengantar
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Banda Aceh merupakan rencana induk yang akan dijadikan
sebagai pedoman/acuan bagi pemerintah kota dalam melakukan pembangunan/pengembangan Kota Banda
Aceh. Mengingat pada akhir tahun 2004 telah terjadi bencana gempa dan tsunami di Provinsi NAD
khususnya Kota Banda Aceh yang mengakibatkan terjadinya perubahan pemanfaatan ruang dan struktur
ruang kota yang ada, sehingga diperlukan kegiatan penyempurnaan atau Revisi RTRW Kota Banda Aceh
agar dapat relevan dengan kondisi setelah bencana tersebut.
Kegiatan ini merupakan penyempurnaan dari produk RTRW Kota Banda Aceh 2002 2010 (sebelum
bencana gempa dan tsunami) dengan memperhatikan aspirasi masyarakat Kota Banda Aceh dan merujuk
Urgent Plan of Banda Aceh City yang telah disusun oleh JICA serta studi-studi keruangan yang ada pasca
bencana gempa dan tsunami.
Dokumen Laporan Akhir disusun sebagai produk dokumen pertama dari pekerjaan Revisi Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) 2006 2016 Kota Banda Aceh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
kerjasama antara Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) NAD-Nias dengan konsultan pelaksana.
Mudah-mudahan laporan ini dapat bermanfaat dan menjadi dasar untuk penyusunan rencana tahap yang
lebih rinci. Atas bantuan dan kerja sama semua pihak hingga tersusunnya dokumen ini, kami ucapkan terima
kasih.
Laporan Akhir
i
Daftar Isi
Kata Pengantar ----------------------------------------------------------------------------------------------------- i
Daftar Isi ------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ii
Daftar Tabel --------------------------------------------------------------------------------------------------------- v
Daftar Gambar ------------------------------------------------------------------------------------------------------ vii
BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8
Latar Belakang --------------------------------------------------------------------------------------------Issue Pokok Dalam Penyusunan Revisi RTRW ----------------------------------------------------Maksud, Tujuan dan Sasaran ---------------------------------------------------------------------------Lingkup Studi ---------------------------------------------------------------------------------------------Wilayah Studi ---------------------------------------------------------------------------------------------Substansi ---------------------------------------------------------------------------------------------------Metodologi ------------------------------------------------------------------------------------------------1.7.1 Azaz Rencana -------------------------------------------------------------------------------------1.7.2 Pendekatan Penataan Ruang -------------------------------------------------------------------1.7.3 Tahapan Pekerjaan -------------------------------------------------------------------------------Sistematika Laporan --------------------------------------------------------------------------------------
I-1
I-3
I-3
I-4
I-4
I-4
I-5
I-5
I-6
I-8
I - 12
2.3
Laporan Akhir
ii
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
3.4
3.5
Laporan Akhir
iii
3.6.
3.7
3.8
3.9
4.2
LAMPIRAN 1
ZONING REGULATION
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
Laporan Akhir
iv
Daftar Tabel
BAB 2
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Tabel 2.4
Tabel 2.5
Tabel 2.6
Tabel 2.7
Tabel 2.8
Tabel 2.9
Tabel 2.10
Tabel 2.11
Tabel 2.12
Tabel 2.13
Tabel 2.14
Tabel 2.15
Tabel 2.16
Tabel 2.17
Tabel 2.18
Tabel 2.19
Tabel 2.2
Laporan Akhir
Tabel 2.21
Tabel 2.22
Tabel 2.23
Tabel 2.24
Tabel 2.25
Tabel 2.26
Tabel 2.27
BAB 3
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4
Tabel 3.5
Tabel 3.6
Tabel 3.7
Tabel 3.8
Tabel 3.9
Tabel 3.10
Tabel 3.11
Tabel 3.12
Tabel 3.13
Tabel 3.14
Tabel 3.15
Tabel 3.16
Tabel 3.17
Tabel 3.18
Tabel 3.19
Tabel 3.20
Tabel 3.21
Pembagian Zona Pada BWK Barat Kota Banda Aceh --------------------------- III - 9
Pembagian Zona Pada BWK Utara Kota Banda Aceh -------------------------- III - 10
Pembagian Zona Pada BWK Selatan Kota Banda Aceh ------------------------ III - 11
Pembagian Zona Pada BWK Timur Kota Banda Aceh ------------------------- III - 11
Rencana Distribusi Penduduk Kota Banda Aceh Tahun 2016 ----------------- III - 12
Rencana Sistem Pusat Pelayanan ---------------------------------------------------- III - 13
Rencana Penggunaan Lahan Tahun 2016 ------------------------------------------ III - 15
Rencana Kawasan Budidaya --------------------------------------------------------- III - 21
Rencana Kepadatan Bangunan ------------------------------------------------------ III - 25
Rencana Koefisien Lantai Bangunan ------------------------------------------------ III - 27
Rencana Ketinggian Bangunan ------------------------------------------------------ III - 28
Rencana Ketinggian Bangunan ------------------------------------------------------ III - 29
Proyeksi Kebutuhan Air Kota Banda Aceh Tahun 2011 dan 2016 ------------ III - 36
Proyeksi Timbulan Sampah Kota Banda Aceh Tahun 2011 dan 2016 -------- III - 40
Periode Ulang Saluran Drainase ----------------------------------------------------- III - 44
Rencana Flood Canal ------------------------------------------------------------------ III - 45
Normalisasi Sungai Dalam Kota ----------------------------------------------------- III - 45
Debit dan Dimensi Saluran Primer -------------------------------------------------- III - 46
Jumlah dan Lokasi Retarding Pond, Pintu Air dan Pompa ---------------------- III - 47
Proyeksi Kebutuhan Listrik Kota Banda Aceh Tahun 2011 dan 2016 ------- III - 55
Proyeksi Kebutuhan Jaringan Telepon Kota Banda Aceh Tahun 2011
dan 2016 ---------------------------------------------------------------------------------- III - 55
Laporan Akhir
vi
Tabel 3.22
Tabel 3.23
Tabel 3.24
BAB 4
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Daftar Stakeholder Revisi RTRW Kota Banda Aceh Tahun 2006 ------------- IV - 21
Dasar Pembebanan Biaya IMB ------------------------------------------------------ IV - 30
Indikasi Program Pengembangan Kota Banda Aceh Tahun 2007 - 2016 ----- IV - 47
Laporan Akhir
vii
Daftar Gambar
BAB 2
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Gambar 2.6
Gambar 2.7
Gambar 2.8
Gambar 2.9
Gambar 2.10
Gambar 2.11
Gambar 2.12
Gambar 2.13
Gambar 2.14
Gambar 2.15
Gambar 2.16
Gambar 2.17
Gambar 2.18
Gambar 2.19
Gambar 2.20
Gambar 2.21
Gambar 2.22
Gambar 2.23
Gambar 2.24
Gambar 2.25
Gambar 2.26
Laporan Akhir
viii
BAB 3
Gambar 3.1
Gambar 3.2
Gambar 3.3
Gambar 3.4
Gambar 3.5
Gambar 3.6
Gambar 3.7
Gambar 3.8
Gambar 3.9
Gambar 3.10
Gambar 3.11
Gambar 3.12
Gambar 3.13
Gambar 3.14
Gambar 3.15
Gambar 3.16
Gambar 3.17
Gambar 3.18
Gambar 3.19
BAB 4
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Laporan Akhir
ix
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Gempa bumi yang diikuti gelombang tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 dan
gempa susulan pada tanggal 28 Maret 2005, telah meluluhlantakkan sebagian besar
wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera
Utara dengan korban lebih dari 200.000 (dua ratus ribu) jiwa meninggal dan
meninggalkan kerusakan fisik yang luar biasa. Oleh karena itu, wilayah ini harus
direncanakan dan ditata kembali mengikuti kaidah-kaidah dan norma-norma perencanaan
yang tepat dengan memasukkan aspek mitigasi terhadap bencana alam dalam rangka
meminimalkan resiko di kemudian hari dengan memberikan kesempatan masyarakat
untuk berpartisipasi dalam proses perencanaan dan implementasinya.
Dalam rangka percepatan proses penanganan bencana dan dampak luar biasa
yang ditimbulkan tersebut, Pemerintah mengeluarkan Perpu No. 2 Tahun 2005 tentang
Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi NAD dan
Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara, serta mengeluarkan Perpres No. 30 Tahun 2005
tentang Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat
Provinsi NAD dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara sebagai acuan bagi proses
percepatan tersebut. Rencana Induk ini merupakan dasar bagi perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan.
Tujuan penataan ruang wilayah Aceh dan Nias pasca bencana gempa bumi dan
tsunami
adalah
membangun
kembali
wilayah,
kota,
kawasan,
dan
lingkungan
permukiman yang rusak akibat bencana gempa dan tsunami sehingga masyarakat dapat
segera melakukan aktivitasnya dalam kondisi yang lebih baik dan aman dari bencana.
Laporan Akhir
I-1
b.
c.
d.
e.
b.
c.
d.
e.
Melaksanakan
pembangunan
dalam
memanfaatkan
ruang
bagi
kegiatan
pembangunan.
Laporan Akhir
I-2
1.2
diperlukan sebagai acuan spasial bagi kegiatan pengembangan sosial dan ekonomi
sehingga dapat memberikan hasil yang optimal dan berkelanjutan bagi masyarakat. Oleh
karenanya, penyusunan RTRW Kota sangat mendesak untuk dilakukan, tentunya dengan
melibatkan berbagai pemangku kepentingan (stakeholder) dan partisipasi dari masyarakat
sendiri sebagaimana diamanatkan oleh UU No. 24 tahun 1992.
Kota Banda Aceh pernah mempunyai Rencana Tata Ruang Wilayah Kota sebelum
bencana (gempa dan tsunami), yang disusun tahun 2002 untuk masa berlaku 2002
2010. Namun karena perubahan yang sangat besar akibat bencana tersebut, diperlukan
revisi terhadap RTRW kota tersebut. Selain itu, Kota Banda Aceh juga telah mempunyai
Urgen Rehabilitation and Reconstrukction Plan for the Banda Aceh City (disingkat Urgent
Plan) yang dikerjakan oleh JICA pasca bencana, untuk memfasilitasi proses rehabilitasi
dan rekonstruksi yang mendesak untuk dilaksanakan. Berbekal sekurang-kurangnya 2
dokumen utama diatas, perlu disusun revisi RTRW Kota yang berlaku pasca bencana,
beserta Naskah Akademis dan Draft Rancangan Qanun tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kota Banda Aceh, untuk proses legalisasinya.
Dalam pelaksanaan program rehabilitasi dan rekonstruksi di Kota Banda Aceh,
banyak pihak telah merujuk pada Urgent Plan JICA di atas. Oleh karena itu, untuk
menjamin konsistensi, diharapkan secara umum struktur ruang kota tidak mengalami
perubahan berarti. Dengan kata lain, revisi ini lebih merupakan pengayaan kelengkapan
dan kedalaman RTRW Kota, agar sejalan dengan arahan peraturan-perundangan yang
berlaku, termasuk Kempmen Kimpraswil No: 327/KPTS/M/2005. Selain itu, Konsultan juga
diharapkan menyesuaikan format Urgent Plan tersebut dengan format RTRW Kota
menurut Kempem Kimpraswil di atas, sehingga dapat diproses lebih lanjut menjadi
Perda/Qanun.
1.3
Laporan Akhir
I-3
Tujuan pekerjaan ini adalah menyusun RTRWK Banda Aceh, yang berfungsi
sebagai acuan spasial dalam membangun kembali wilayah, kota, kawasan, dan
lingkungan permukiman yang rusak akibat bencana gempa dan tsunami sehingga
masyarakat dapat segera melakukan aktivitasnya dalam kondisi kualitas tata ruang yang
lebih baik dan aman dari bencana juga dapat mengoptimalkan pertumbuhan ekonomi
wilayah. Sasaran yang hendak dicapai dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
a.
b.
c.
Tersusunya Naskah Akademis dan Rancangan Qanun tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Banda Aceh.
1.4
LINGKUP STUDI
1.5
WILAYAH STUDI
Lingkup wilayah penyusunan Rencana Tata Ruang ini meliputi seluruh wilayah
Kota Banda Aceh. RTRWK disusun dengan kedalaman substansi yang sesuai dengan
ketelitian atau skala petanya 1 : 10.000 berjangka waktu perencanaan 10 tahun atau
disesuaikan dengan kebutuhan setempat. Unit analisisnya adalah lingkup kecamatan
sedangkan sistem jaringan prasarana digambarkan pada kedalaman sistem primer dan
sekunder.
1.6
SUBSTANSI
1. Mengkaji RTRW Kota Banda Aceh 2002 2010 dan Urgent Plan Kota Banda Aceh;
2. Mengumpulkan data/informasi, baik dilakukan survey primer (observasi lapangan,
wawancara tersur dan/atau mendalam) maupun survei sekunder (pengumpulan
data/informasi
terolah/terkondisikan
dari
instansi/organisasi
terkait),
untuk
Laporan Akhir
I-4
5. Menyusun RTRW Kota Banda Aceh dalam format yang sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku;
6. Menyusun Naskah Akademis dan Rancangan Qanun tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Banda Aceh;
7. Konsultasi publik sebagai bagian integral proses penyusunan rencana.
1.7
METODOLOGI
Keseimbangan dan keterpaduan pengembangan antara hulu dan hilir dalam suatu
Daerah Aliran Sungai (DAS)
Laporan Akhir
I-5
g. Azas Keterbukaan
Setiap orang/pihak dapat memperoleh keterangan mengenai produk perencanaan tata
ruang.
Setiap orang harus mempunyai hak untuk mendapatkan informasi dan memiliki
akses menuju informasi yang lengkap.
Struktur komunikasi dalam masyarakat harus terjadi dalam dua arah, dialog dan
keinginan berkomunikasi dapat dilakukan dengan bebas.
Keterlibatan Stakeholders ini dapat dimulai dari munculnya ide atau gagasan
pengelolaan, penyusunan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian.
Bentuk-bentuk partisipatif ini dapat berupa Peran Serta Masyarakat (PSM). Dalam
penyusunan Revisi RTRW Kota Banda Aceh, maka PSM ini dapat dilibatkan dalam
persiapan penyusunan dan dalam penyusunan rencana. Implementasi PSM dalam
persiapan penyusunan dimulai dengan mengetahui penyusunan RTRW Kota melalui
pengumuman, dapat dilakukan melalui media cetak, media elektronik dan forum
pertemuan. PSM dalam penyusunan rencana dilakukan pada:
Laporan Akhir
I-6
bermanfaat
bagi
kesejahteraan
masyarakat,
pendekatan
yang
akan
d. Pertumbuhan Ekonomi
Penataan ruang hendaknya dapat merangsang pertumbuhan ekonomi, untuk itu
diperlukan adanya:
Laporan Akhir
I-7
Kemampuan pembiayaan
Pemantapan metodologi
Mobilisasi personil
Persiapan survei (check list data & kuesioner, surat survei dll.)
Laporan Akhir
I-8
Rencana Detail Tata Ruang dan Rencana Teknik Ruang Kota yang pernah disusun
Keluaran
Keluaran dari tahap ini adalah gambaran kondisi Banda Aceh sebelum dan sesudah
gempa serta potensi dan permasalahan pengembangan Kota Banda Aceh. Yang
menjadi dasar analisis, penjabaran konsep dan rencana Kota Banda Aceh.
Pada tahap ini juga dilakukan review khusus terhadap Master Plan dan RTRW Kota
Banda Aceh 2002 2010 yang pernah disusun. Hasil review berupa materi yang perlu
disempurnakan, materi yang belum ada dan perlu ditambahkan serta materi yang
tidak perlu ditambahkan karena sudah cukup memenuhi. Hasil dari review kemudian
disepakati dengan tim teknis untuk menjadi bahan untuk tahap analisis, konsep dan
rencana.
Laporan Akhir
I-9
3. Analisis
Analisis ditujukan untuk mengantisipasi perkembangan-perkembangan maupun
kecenderungan yang terjadi pada masa akan datang. Inti dari analisis ini mencakup:
keadaan dasar, kecenderungan perkembangan, kebutuhan ruang, kemampuan lahan,
kendala pengembangan dan kemampuan pengelolaan pembangunan daerah.
4. Perumusan Konsep dan Strategi RTRW Kota
Rumusan Konsep
Hasil analisis yang telah dilakukan selanjutnya dibuat rumusan konsep dan strategi
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banda Aceh mencakup:
a. Perumusan tujuan pemanfaatan ruang
b. Alternatif Konsep Struktur & Pola Pemanfaatan Ruang
c. Pengelolaan infrastruktur dan sarana
d. Pengembangan Ekonomi dan Investasi
e. Pengembangan Sosial dan Kependudukan
Kegiatan analisis dan penyusunan konsep dilakukan setelah pengumpulan data dan
informasi. Serangkaian kegiatan pengumpulan data, review analisis dan konsep
strategi dilakukan selama 2,5 bulan dan dituangkan dalam Laporan Antara dan
didiskusikan dengan tim teknis. Kemudian hasilnya dibahas dalam forum workshop di
tingkat kota.
permasalahan-permasalahan
pengembangan
kota,
serta
konsep
Laporan Akhir
I - 10
5. Draft Rencana
Hasil analisis dan konsep yang telah diworkshopkan kemudian dijadikan sebagai
bahan dasar penyusunan draft rencana yang meliputi :
Rumusan Rencana
Laporan Akhir
I - 11
1.8
SISTEMATIKA LAPORAN
Sistematika Laporan Akhir Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banda Aceh
meliputi :
BAB 1
PENDAHULUAN
B0AB 2
Pemanfaatan
Ruang,
Karakteristik
Kependudukan
dan
Banda
Pemanfaatan
Aceh
dalam
Ruang,
konstelasi
Rencana
Pola
Regional,
Rencana
Struktur
Pemanfaatan
Ruang,
Rencana
Sistem
Pengelolaan
Utilitas,
Kawasan
Rencana
Lindung;
Sistem
Budidaya
Fasilitas,
serta
Rencana
Perkotaan;
dan
Kawasan
Strategis.
BAB 4
RENCANA IMPLEMENTASI
Bab ini memuat instrumen implementasi rencana tata ruang yang telah
dirumuskan pada Bab 3. Hal-hal yang dibahas pada bagian ini adalah
Pentahapan dan Prioritas Rencana, Arahan Penyusunan Perda dan Regulasi
Lainnya Terkait dengan Penataan Ruang, Indikasi Program Pemanfaatan
Ruang,
Indikasi
Pembiayaan
Pembangunan
Kota,
Pengendalian
Laporan Akhir
I - 12
BAB
II
Laporan Akhir
II - 1
TABEL 2.1
PERAN, FUNGSI DAN KEDUDUKAN KOTA BANDA ACEH
PERAN
1. Sebagai Kota hirarki I
pada wilayah
pengembangan
Kabupaten Pidie,
Kabupaten Aceh
Besar, dan Kota
Sabang
2. Sebagai ibukota
Provinsi Aceh
FUNGSI
1. Sebagai salah satu pintu gerbang Indonesia
Bagian Barat yang mengemban fungsi
sebagai pusat koleksi dan distribusi barang
dan jasa wilayah hiterland-nya
2. Pusat pemerintahan dan perkantoran skala
kota dan regional
3. Pusat perdagangan dan jasa untuk skala
kota dan regional
4. Pusat kegiatan industri kecil skala kota dan
regional
5. Pusat permukiman, fasilitas umum, dan
sosial skala kota dan regional
6. Pusat kegiatan keagamaan (Islamic Center)
KEDUDUKAN
Dalam lingkup nasional
merupakan:
1. Salah satu Pusat
Kegiatan Nasional
(PKN) Orde II, yang
diharapkan sebagai
Counter Magnet bagi
Kota Medan
2. Bagian dari kebijakan
Indonesia-MalaysiaThailand Growth
Triangle
2.2
2.2.1 GEOGRAFIS
Letak geografis Kota Banda Aceh antara 530 05035 LU dan
9530
99016 BT. Tinggi rata-rata 0,80 meter diatas permukaan laut, dengan luas wilayah
61,36 km2. Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:
Utara
Selat Malaka
Selatan
Barat
Timur
Laporan Akhir
II - 2
GAMBAR 2.1
PETA KOTA BANDA ACEH
PERSENTASE
(%)
NO
KECAMATAN
1.
Meuraxa
7,258
11,83
2.
Baiturrahman
4,539
7,40
3.
Kuta Alam
10,047
16,37
4.
Syiah Kuala
14,244
23,21
5.
Ulee Kareng
6,150
10,02
6.
Banda Raya
4,789
7,80
7.
Kuta Raja
5,211
8,49
8.
Lueng Bata
5,341
8,70
9.
Jaya Baru
3,780
6,16
61,359
100,00
JUMLAH
Laporan Akhir
II - 3
2.2.2 TOPOGRAFI
Kota Banda Aceh secara geologi merupakan dataran banjir Krueng Aceh dan
70% wilayahnya berada pada ketinggian kurang dari 10 meter dari permukaan laut. Ke
arah hulu dataran ini menyempit dan bergelombang dengan ketinggian hingga 50 m di
atas muka laut. Dataran ini diapit oleh perbukitan terjal di sebelah Barat dan Timur
dengan ketinggian lebih dari 500 m, sehingga mirip kerucut dengan mulut menghadap
ke laut. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Gambar 2.2
Dataran banjir :
Ketinggian 5 meter
cenderung tergenang
permanen
drainase sulit
air tanah dangkal dan
payau
Dataran:
ketinggian 5 10m
daerah hilir rawan banjir
drainase sulit terutama
pada daerah hilir
air tanah sebagian payau
bagian hulu bergelombang
lemah
Dataran Bergelombang:
dataran bergelombang
ketinggian 20-50 m
drainase cukup mudah
relatif bebas dari
genangan
GAMBAR 2.2
BENTANG ALAM KOTA BANDA ACEH
Sumber: Master Plan NAD-NIAS Lampiran 2 dan 4
2.2.3 HIDROLOGI
Ada delapan sungai yang melalui Kota Banda Aceh yang berfungsi sebagai
daerah tangkapan air (Catchment Area) dan sumber air baku, kegiatan perikanan, dan
sebagainya. Wilayah Kota Banda Aceh memiliki air tanah yang bersifat asin, payau dan
tawar. Daerah dengan air tanah asin terdapat pada bagian utara dan timur kota sampai
ke tengah kota. Air payau berada di bagian tengah kota membujur dari timur ke barat.
Sedangkan wilayah yang memiliki air tanah tawar berada di bagian selatan kota
membentang dari kecamatan Baiturrahman sampai kecamatan Meuraxa. Berikut pada
Tabel 2.3, menjelaskan nama-nama sungai dan luas daerah resapannya.
Laporan Akhir
II - 4
TABEL 2.3
SUNGAI DI KOTA BANDA DAN ACEH
NAMA SUNGAI
Krueng Aceh
1712,00
Krueng Daroy
14,10
Krueng Doy
13,17
Krueng Neng
6,55
18,25
Krueng Tanjung
30,42
7,80
2.2.4 KLIMATOLOGI
Banda Aceh memiliki suhu udara rata-rata bulanan berkisar antara 25,50C hingga
27,50C dengan tekanan (minibar) 1008-1012. Sedangkan untuk suhu terendah dan
tertinggi bervariasi antara 18,00C hingga 20,00C dan antara 33,00C hingga 37,00C .
Curah hujan kota Banda Aceh yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi Blang
Bintang menunjukkan bahwa curah hujan yang terjadi selama tahun 1986 sampai
dengan 1998 berkisar antara 1.039 mm sampai dengan 1.907 mm dengan curah hujan
tahunan rata-rata 1.592 mm. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret, Oktober
dan Nopember, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Januari, Februari
dan Agustus. Jumlah hari hujan tertinggi terjadi pada bulan agustus yaitu 20-21 hari dan
terendah pada bulan februari dan maret dengan jumlah hari hujan hanya 2 7 hari.
Kelembaban udara di Kota Banda Aceh sangat bervariasi tergantung pada
keadaan iklim pada umumnya. Kelembaban udara dari data tahun 1998 berkisar antara
75% - 87 %. Kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan Desember dan terendah
pada bulan juni. Kecepatan angin bertiup antara 2 28 knots. Gambar 2.3 di bawah ini
memperlihatkan grafik perkembangan kondisi klimatologis Kota Banda Aceh selama
setahun yang meliputi curah hujan rata-rata bulanan; suhu udara rata-rata, maksimum
dan minimum; tingkat kelembaban relatif rata-rata, maksimum dan minimum; serta
kecepatan angin rata-rata, maksimum dan minimum.
Laporan Akhir
II - 5
GAMBAR 2.3
KLIMATOLOGI KOTA BANDA ACEH
Laporan Akhir
II - 6
GAMBAR 2.4
STRUKTUR PATAHAN SEMANGKO
Sumber: URRP Banda Aceh City, JICA Study Team, Lampiran 4
2.3
Laporan Akhir
II - 7
hampir linier mengikuti jalan utama yang relatif sejajar pantai, dan melebar ke arah
pantai.
Pusat Kota, yaitu Mesjid Baiturrahman dan pasar Aceh, menjadi pusat
pemerintahan, budaya, agama serta perdagangan yang melayani pemukiman dan
kegiatan pantai serta pemukiman perkotaan sekitarnya bahkan sampai ke daerah
permukiman lainnya seperti Lambaro dan Lhok Nga di Kabupaten Aceh Besar. Sistem
infrastruktur
yang
ada
mendukung
ketiga
wilayah
kota
tersebut
sehingga
Laporan Akhir
II - 8
Laporan Akhir
II - 9
Jumlah
428,4
12,0
453,9
Kuta Alam
4,0
957,2
37,0
6,5
1004,7
Meuraxa
62,5
548,8
32,5
60,0
22,0
725,8
Syiah Kuala
30,0
1171,3
145,1
6,0
40,0
32,0
1424,4
Lueng Bata
23,5
460,6
24,0
26,0
534,1
Kuta Raja
493,1
22,0
6,0
521,1
Banda Raya
178,0
245,9
25,0
30,0
478,9
Jaya Baru
61,5
292,1
11,4
9,0
4,0
378,0
Ulee Kareng
36,0
293,2
183,8
102,0
615,0
409,0
4890,6
421,8
168,0
240,5
6135,9
6,0
Tambak
13,5
Tegal/
kebun
Baiturrahman
Kecamatan
Sawah
Tadah
hujan
Lain-lain
Rawa tidak
ditanami
Bangunan
Berdasarkan data penggunaan lahan (data kawasan terbangun) di masingmasing kecamatan, maka dapat diketahui persentase tingkat kepadatan kawasan
terbangun seperti pada Tabel 2.5 berikut.
Laporan Akhir
II - 10
1200,00
1000,00
800,00
600,00
400,00
200,00
0,00
ng
Kare
Ulee
Baru
Jaya
ya
a Ra
Band
Raja
Kut a
ta
g Ba
Luen
Kuala
Syiah
axa
Meur
Alam
Kut a
an
rrahm
Baitu
Nama Kecamatan
Sawah Tadah Hujan
Tegal/Kebun
Tambak
GAMBAR 2.6
LUAS PENGGUNAAN LAHAN BERDASARKAN KECAMATAN
DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2002
Sumber: Banda Aceh dalam Angka Tahun 2002
TABEL 2.5
LUAS DAN PERSENTASE PENGGUNAAN LAHAN
DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2005
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Kecamatan
Baiturrahman
Banda Jaya
Jaya Baru
Kuta Alam
Kuta Raja
Lueng Bata
Meuraxa
Syiah Kuala
Ulee Kareng
Tanah
Terbangun
(Ha)
281,12
237,77
118,87
362,82
5,60
191,90
2,22
404,88
254,15
Total Luas
Lahan
419,78
509,61
473,36
970,73
377,76
449,45
906,10
1.604,77
516,16
Persentase (%)
Tanah
Terbangun
66,97
46,66
25,11
37,38
1,48
42,70
0,24
25,23
49,24
Persentase (%)
Tanah Belum
Terbangun
33,03
53,34
74,89
62,62
98,52
57,30
99,76
74,77
50,76
Laporan Akhir
II - 11
TABEL 2.6
POLA PENGGUNAAN LAHAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2005
No
I
1
2
3
Pemanfaatan Ruang
Kawasan Terbangun
Permukiman
Kawasan Perdagangan dan Jasa
Perkantoran
Fasilitas
- Fasilitas Kesehatan
4
- Fasilitas Pendidikan
- Fasilitas Peribadatan
Transportasi
5 - Terminal
- Jalan
II Ruang Terbuka
1 Kawasan Hutan Kota
2 Pertanian
3 Kanal
4 Zona Tambak Ikan
Ruang Terbuka Hijau
- Taman Kota
- Jalur Hijau
5
- Lapangan Olah Raga
- Rawa
- Alang-Alang
6 Kuburan
7 Sungai
Air
8 - Air Laut
- Danau
Total
Sumber : Citra 2005 JICA
Luas (HA)
2.124,95
1.360,41
128,53
113,16
222,30
33,95
174,89
13,46
300,54
3,90
296,64
4.010,95
285,92
651,78
104,44
204,48
1.373,79
20,15
1.138,37
24,50
140,16
50,61
11,89
116,74
1.261,92
1.231,41
30,51
6.135,90
%
34,63
22,17
2,09
1,84
3,62
0,55
2,85
0,22
4,90
0,06
4,83
65,37
4,66
10,62
1,70
3,33
22,39
0,33
18,55
0,40
2,28
0,82
0,19
1,90
20,57
20,07
0,50
100,00
Bencana Tsunami yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 yang lalu telah
mengakibatkan kerusakan parah pada wilayah Kota Banda Aceh khususnya pada
kawasan pesisirnya. Kondisi tersebut akan mempengaruhi pola pemanfaatan lahan di
Kota Banda Aceh di masa yang akan datang. Luas kerusakan berdasarkan jenis
penggunaan lahan di Kota Banda Aceh ditampilkan dalam gambar 2.7 berikut ini.
Laporan Akhir
II - 12
37%
2%
Permukiman
Pertambakan
13%
19%
Persawahan
Perkebunan dan Belukar
Lahan Terbuka
29%
GAMBAR 2.7
LUAS KERUSAKAN LAHAN DI KOTA BANDA ACEH
Sumber: Deputi Penginderaan Jauh, LAPAN, April 2005
Dari data diatas dapat diketahui, bahwa kecamatan yang memiliki tanah
terbangun yang tinggi adalah Kecamatan Kuta Alam, Kecamatan Baiturrahman, dan
Kecamatan Kuta Raja. Sedangkan kecamatan Banda Jaya dan Kecamatan Ulee Kareng
memiliki lahan yang cukup luas yang masih belum terbangun. Berikut ini Gambar 2.8,
yang menunjukkan peta penggunaan lahan Kota Banda Aceh.
Laporan Akhir
II - 13
Gambar 2.8
Penggunaan Lahan Tahun 2005
Laporan Akhir
II - 14
GAMBAR 2.9
IDENTIFIKASI KERUSAKAN LAHAN DI KOTA BANDA ACEH PASCA TSUNAMI
Dampak kerusakan pasca Tsunami telah mengubah kondisi fisik lahan Kota
Banda Aceh sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.10 berikut ini. Kondisi tersebut
antara lain dipengaruhi oleh ada tidaknya genangan, kondisi air tanah, kondisi drainase
wilayah jenis tanah, dan potensi terkena Tsunami.
GAMBAR 2.10
KONDISI LAHAN DI KOTA BANDA ACEH PASCA TSUNAMI
Sumber: Master Plan NAD-NIAS, Lampiran 2 dan 4
Laporan Akhir
II - 15
(Conservation,
Zona
V),
Kawasan
Pengembangan
Terbatas
(Restristic
Development Area, meliputi zona I, II, dan III), Kawasan Pengembangan (Promoted
Development Area, zona IV). Hal ini ditunjukkan pada Gambar 2.11 berikut ini.
GAMBAR 2.11
ARAHAN KESESUAIAN ZONASI FISIK
DI KOTA BANDA ACEH PASCA TSUNAMI
Laporan Akhir
II - 16
Berdasarkan gambar diatas disepakati Kota Banda Aceh dibagi dalam 4 karakteristik
zona yaitu :
1. Coastal Zone
2. Eco Zone (evacuation)
3. Traditional City Center Zone (Escape Guiding)
4. Urban Development Zone (Emergency Base)
Lebih jelas lihat gambar 2.12 Peta Pembagian Zona Kota Banda Aceh lihat tabel 2.7
Pembagian Zona Fungsi , dan Jenis Penggunaan Lahannya.
TABEL 2.7
PEMBAGIAN ZONA, FUNGSI DAN JENIS PENGGUNAAN LAHAN
KOTA BANDA ACEH MENURUT URRP BAC
Zona
1. Pesisir
(Coastal Zone)
2. Eco-Zone
3. Traditional
City Center
Zone
Laporan Akhir
Klasifikasi
Zona
Bencana
Identifikasi
Mitigasi
Tsunami
Area Evakuasi
Area
Pendukung
Evakuasi
Lokasi/Fungsi
Pelabuhan
Pohon Kelapa/
Mangrove
Fasilitas peringatan
bencana
Kegiatan perikanan
dan pelabuhan
ikan
Pasar ikan
Masjid Raya
Museum
Pusat Komersial
yang ada saat ini
Penggunaan
Lahan/Antisipasi
Bencana
Restorasi ekosistem
pesisir
Hutan pesisir
Pelabuhan kapal ferry
Fasilitas pemecah
gelombang di sepanjang
garis pantai
Rekonstruksi area
permukiman untuk
returnees
II - 17
Zona
Klasifikasi
Zona
Bencana
Lokasi/Fungsi
Penggunaan
Lahan/Antisipasi
Bencana
Fasilitas transportasi darat
(terminal bus)
Jalur-jalur evakuasi
Pusat pelayanan
pemerintahan
Posko-posko Bantuan
Darurat
Fasilitas pendidikan
Berdasarkan hasil diskusi dengan masyarakat Aceh, Bappeda Provinsi NAD, Dinas
Perkotaan dan Perkim Provinsi NAD, Dinas Tata Kota Banda Aceh, Bappeda Kabupaten
Aceh Besar, dan Dinas Praswil Banda Aceh, telah disepakati memilih skenario dengan
melakukan perbaikan pola dan struktur dengan memberikan 2 pilihan bagi masyarakat,
yaitu (1) pindah ke lokasi aman bagi masyarakat yang ingin pindah, dan (2) tetap di
lokasi semula yang telah dilengkapi berbagai sarana prasarana perlindungan. Namun
demikian, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
Fungsi-fungsi penting kota, seperti kantor pemerintahan, rumah sakit dalam
jangka panjang sebaiknya dipindahkan ke daerah aman.
Perlu adanya fasilitas pelindungan dan penyelamatan
Penggunaan teknologi bangunan tahan gempa dan tsunami
Pengaturan kembali fungsi-fungsi kota secara ruang dalam wujud zonasi
berdasarkan tingkat potensi kerusakan
Penataan pemukiman nelayan dan non nelayan di sekitar pantai dan bagi yang
ingin pindah diberikan alternatif tempat yang aman.
Laporan Akhir
II - 18
Laporan Akhir
II - 19
pengaturan
Adanya ketentuan batas yang tegas antara lahan yang boleh dan tidak boleh
ditempati bangunan
Adanya ketentuan batas yang tegas antara kapling bangunan dengan Daerah Milik
Jalan (Damija).
TABEL 2.8
RENCANA INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG
DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2010
(VERSI KAJIAN DEPARTEMEN PU TAHUN 2006)
PERUNTUKAN LAHAN
BWK
PUSAT
KOTA
60%
1,2
12 meter
Perumahan
KDB maksimum
KLB maksimum
Ketinggian
Laporan Akhir
70%
1,4
10 meter
Bangunan
BWK
TIMUR
KOTA
BWK
SELATAN
KOTA
BWK
BARAT
KOTA
60%
1,2
12
meter
60%
1,2
12 meter
60%
1,2
12
meter
60%
1,2
10
60%
1,2
10 meter
60%
1,2
10
II - 20
PERUNTUKAN LAHAN
BWK
PUSAT
KOTA
maksimum
BWK
TIMUR
KOTA
meter
BWK
SELATAN
KOTA
BWK
BARAT
KOTA
meter
2. Pemerintahan/Perkantoran
KDB maksimum
KLB maksimum
Ketinggian
Bangunan
maksimum
70%
2,8
20 meter
60%
1,2
16
meter
60%
1,2
12 meter
60%
1,2
12
meter
80%
1,6
12 meter
70%
1,4
12
meter
70%
1,4
12 meter
80%
1,6
12
meter
4. Fasilitas Sosial/Umum
KDB maksimum
KLB maksimum
Ketinggian
Bangunan
maksimum
60%
1,2
12 meter
60%
1,2
12
meter
50%
1,0
12 meter
60%
1,2
12
meter
5. Kawasan Budaya
KDB maksimum
KLB maksimum
Ketinggian
maksimum
40%
0,8
12 meter
80%
1,6
12 meter
60%
1,2
12
meter
50%
1,0
12 meter
60%
1,2
12
meter
7. Terminal
KDB maksimum
KLB maksimum
Ketinggian
maksimum
20%
0,4
12 meter
20%
0,4
12
meter
Bangunan
Bangunan
Sumber: Revisi RTRW Kota Banda Aceh Tahun 2010 (Versi PU)
Laporan Akhir
II - 21
Laporan Akhir
II - 22
maka sub pusat (perdagangan dan jasa), sport center (Pusat Olahraga) berada
diperbatasan antara wilayah Kota Banda Aceh dengan wilayah Kabupaten Aceh Besar.
Dengan demikian, terlihat bahwa pusat persebaran perkotaan Banda Aceh untuk
mendatang adalah ke Selatan (ke wilayah Kabupaten Aceh Besar).
2.4
ANALISIS
DAN
KARAKTERISTIK
KEPENDUDUKAN
DAN
KEMASYARAKATAN
2.4.1 JUMLAH DAN PERTUMBUHAN PENDUDUK
Jumlah penduduk kota Banda Aceh sebelum terjadinya bencana Tsunami adalah
sekitar 230.828 jiwa, dengan mayoritas penduduk beragama dan berbudaya Islam.
Sebagai Ibukota Propinsi NAD sekaligus merupakan pusat pemerintahan dan kegiatan
ekonomi,
Kota
Banda
Aceh
memiliki
kepadatan
penduduk
tertinggi
diantara
kabupaten/kota lainnya. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk Kota Banda
Aceh per Kecamatan sebelum terjadinya Tsunami, dapat dilihat pada Tabel 2.9.
TABEL 2.9
JUMLAH PENDUDUK DI KOTA BANDA ACEH
TAHUN 2001-2003
PRE TSUNAMI
JUMLAH
PENDUDUK
Th. 2001
(JIWA)
JUMLAH
PENDUDUK
Th. 2002
(JIWA)
(%)
JUMLAH
PENDUDUK
Th. 2003
(JIWA)
14,96
33.331
14,75
32.765
14,19
52.824
23,66
50.338
22,27
47.538
20,59
Meuraxa
27.468
12,31
28.158
12,46
30.532
13,22
4.
Syiah Kuala
26.401
11,83
26.577
11,76
28.298
12,25
5.
Lueng Bata
13.477
6,04
15.064
6,67
16.708
7,23
6.
Kuta Raja
17.467
7,82
18.420
8,15
18.793
8,14
7.
Banda Raya
17.563
7,87
17.802
7,88
18.509
8,01
8.
Jaya Baru
20.902
9,36
21.137
9,35
20.901
9,05
9.
Ulee Kareng
13.722
6,15
15.169
6,71
16.784
7,27
223.223
100,00
225.996
100,0
230.828
100.00
NO
KECAMATAN
1.
Baiturrahman
33.399
2.
Kuta Alam
3.
TOTAL
(%)
(%)
Laporan Akhir
II - 23
Kemudian, pada Gambar 2.13 berikut ini, dapat diketahui pertumbuhan jumlah
penduduk di masing-masing kecamatan di Kota Banda Aceh selama periode tahun 2001
sampai dengan tahun 2003. Selain itu, juga dapat diketahui kecamatan yang mengalami
konsentrasi penduduk terbesar.
60000
50000
40000
30000
20000
Ulee Kareng
Jaya Baru
Banda Raya
Kuta Raja
Lueng Bata
Syiah Kuala
Tahun 2003
Meuraxa
Tahun 2002
Kuta Alam
0
Tahun 2001
Baiturrahman
10000
Nama Kecamatan
GAMBAR 2.13
GRAFIK PERKEMBANGAN PENDUDUK
DI KOTA BANDA ACEH
Pasca terjadinya Tsunami, jumlah penduduk kota Banda Aceh berkurang dengan
pesat sekitar 27%. Menurut sensus yang dilakukan oleh pemerintah kota jumlah
penduduk Banda Aceh sebelum Tsunami adalah sebesar 263.668 jiwa dan tereduksi
menjadi 192.194 jiwa, dengan jumlah kehilangan (meninggal dunia atau hilang)
sebanyak 71.475 jiwa dan jumlah penduduk yang kehilangan tempat tinggal sebanyak
65.500 jiwa. Untuk jelasnya mengenai jumlah penduduk setelah Tunami di Kota Banda
Aceh pada tiap-tiap kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.10 dibawah.
Laporan Akhir
II - 24
TABEL 2.10
JUMLAH PENDUDUK PASCA TSUNAMI
DI KOTA BANDA ACEH
JUMLAH PENDUDUK
NO
KECAMATAN
PRETSUNAMI
JUMLAH
PENGUNGSI
PASCA
TSUNAMI
1.
Baiturrahman
37.449
36.783
5.052
2.
Kuta Alam
55.062
43.113
23.971
3.
Meuraxa
31.218
5.657
867
4.
Syiah Kuala
42.779
35.514
6.411
5.
Lueng Bata
18.360
18.254
5.229
6.
Kuta Raja
20.217
5.122
230
7.
Banda Raya
19.071
19.015
9.451
8.
Jaya Baru
22.005
11.384
6.163
9.
Ulee Kareng
17.510
17.388
8.126
263.668
192.194
65.500
TOTAL
60000
50000
40000
30000
20000
10000
re
ng
Ka
Ba
ru
Ul
ee
Ja
ya
da
Ra
ya
ja
Ra
Ba
n
Ku
t
Ba
ta
ng
Lu
e
Ku
al
ra
xa
Sy
ia
h
M
eu
al
a
Ku
t
Ba
itu
rr
ah
m
an
am
GAMBAR 2.14
GRAFIK PENURUNAN JUMLAH PENDUDUK DAN JUMLAH PENGUNGSI
DI KOTA BANDA ACEH PASCA BENCANA TSUNAMI
Sumber: Pemerintah Kota Banda Aceh, 12 April 2005
Laporan Akhir
II - 25
GAMBAR 2.15
PERSEBARAN JUMLAH ORANG YANG MENINGGAL DAN HILANG
DI KOTA BANDA ACEH PASCA BENCANA TSUNAMI
Sumber: URRP Banda Aceh City, JICA Study Team, Lampiran 4
Kemudian, JICA dalam penyusunan URRP Kota Banda Aceh dan Additional Studynya memproyeksikan pertumbuhan penduduk pasca Tsunami dengan menggunakan tiga
metode perhitungan, yaitu:
o
Ekstrapolasi dari tingkat pertumbuhan rata-rata antara tahun 1998 sampai dengan
tahun 2003, yaitu sebesar 2,1%. Hasil perhitungannya adalah sebagai berikut:
Laporan Akhir
II - 26
Tahun
Jumlah
Penduduk
12-4-2005
2005
2006
2007
2008
2009
192.194
196.230
200.351
204.558
208.854
213.240
Metode Regresi yang diformulasikan dari data antara tahun 1995 sampai dengan
tahun 2004, yaitu sebagai berikut:
Tahun
Jumlah
Penduduk
12-4-2005
192.194
2005
2006
2007
2008
2009
199.194
206.194
213.194
220.194
227.194
Tahun
Jumlah
Penduduk
12-4-2005
192.194
2005
2006
2007
2008
2009
200.843
212.893
225.667
239.206
253.559
Laporan Akhir
II - 27
TABEL 2.11
PROYEKSI PENDUDUK KOTA BANDA ACEH
HINGGA TAHUN 2016
TAHUN
JUMLAH PENDUDUK
2005
199.194
2006
206.194
2007
213.194
2008
220.194
2009
227.194
2010
234.194
2011
241.194
2012
248.194
2013
255.194
2014
262.194
2015
269.194
2016
276.194
Dari hasil proyeksi yang dilakukan, jumlah penduduk di Kota Banda Aceh hingga
tahun 2016 diperkirakan mencapai jumlah 276 ribu jiwa lebih. Jumlah ini tentunya telah
mempertimbangkan faktor pertumbuhan alamiah, migrasi, dan perkembangan sosialekonomi masyarkat. Proyeksi jumlah penduduk ini tentunya diperlukan untuk
mengalokasikan sistem aktifitas penduduk dan sarana serta prasarana pendukungnya.
Laporan Akhir
II - 28
TABEL 2.12
TINGKAT KEPADATAN PENDUDUK DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2003
NO
JUMLAH
PENDUDUK
TAHUN 2003
(Jiwa)
32,765
47,538
30,532
28,298
16,708
18,793
18,509
20,901
16,784
230,828
KECAMATAN
1.
Baiturrahman
2.
Kuta Alam
3.
Meuraxa
4.
Syiah Kuala
5.
Lueng Bata
6.
Kuta Raja
7.
Banda Raya
8.
Jaya Baru
9.
Ulee Kareng
TOTAL
LUAS
WILAYAH
(Ha)
KEPADATAN
PENDUDUK
(Jiwa/Ha)
453.90
1004.70
725.80
1424.40
534.10
521.10
478.90
378.00
615.00
6135.90
72
47
42
20
31
36
39
55
27
38
80
70
60
50
40
30
20
kepadatan Penduduk
(Jiwa/Ha)
Ulee Kareng
Jaya Baru
Banda Raya
Kuta Raja
Lueng Bata
Syiah Kuala
Meuraxa
Kuta Alam
10
Baiturrahman
Nama Kecamatan
GAMBAR 2.16
GRAFIK TINGKAT KEPADATAN PENDUDUK
DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2003
Sumber : Banda Aceh dalam Angka Tahun 2003
Laporan Akhir
II - 29
TABEL 2.13
TINGKAT KEPADATAN PENDUDUK DI
KOTA BANDA ACEH PASCA TSUNAMI
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
KECAMATAN
Baiturrahman
Kuta Alam
Meuraxa
Syiah Kuala
Lueng Bata
Kuta Raja
Banda Raya
Jaya Baru
Ulee Kareng
TOTAL
JUMLAH PENDUDUK
(Jiwa)
PRETSUNAMI
37.449
55.062
31.218
42.779
18.360
20.217
19.071
22.005
17.510
263.668
PASCA
TSUNAMI
36.783
43.113
5.657
35.514
18.254
5.122
19.015
11.384
17.388
192.194
LUAS
WILAYAH
(Ha)
453.90
1004.70
725.80
1424.40
534.10
521.10
478.90
378.00
615.00
6135.9
KEPADATAN
PENDUDUK
(Jiwa/Ha)
PREPASCA
TSUNAMI TSUNAMI
83
81
55
42
43
8
30
25
34
34
39
10
40
40
58
30
28
28
43
31
Laporan Akhir
II - 30
Ku
al
Lu
a
en
g
Ba
ta
Ku
ta
Ra
ja
Ba
nd
a
Ra
ya
Ja
ya
Ba
ru
Ul
ee
Ka
re
ng
Sy
ia
h
eu
ra
x
am
al
Ku
ta
Ba
i tu
rra
hm
an
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
GAMBAR 2.17
GRAFIK PENURUNAN KEPADATAN PENDUDUK
DI KOTA BANDA ACEH PASCA BENCANA TSUNAMI
Sumber : BPS Propinsi NAD, Tahun 2005
KECAMATAN
Perempuan
1.
Baiturrahman
17.008
15.757
2.
Kuta Alam
24.640
22.898
3.
Meuraxa
15.384
15.148
4.
Syiah Kuala
14.269
14.029
5.
Lueng Bata
8.506
8.202
6.
Kuta Raja
9.671
9.122
7.
Banda Raya
9.407
9.102
8.
Jaya Baru
10.378
10.523
9.
Ulee Kareng
8.620
8.164
117.883
112.945
TOTAL
Laporan Akhir
II - 31
Kemudian, pada Gambar 2.18 berikut ini, dapat dilihat perbandingan jumlah
perempuan dan laki-laki antar kecamatan di Kota Banda Aceh pada tahun 2003.
25.000
15.000
10.000
Laki-laki
Perempuan
Ulee Kareng
Jaya Baru
Banda Raya
Kuta Raja
Lueng Bata
Syiah Kuala
Meuraxa
Kuta Alam
5.000
Baiturrahman
20.000
Nama Kecamatan
GAMBAR 2.18
GRAFIK JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN JENIS KELAMIN
DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2003
Sumber : BPS Propinsi NAD, Tahun 2003
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
KECAMATAN
Baiturrahman
Kuta Alam
Meuraxa
Syiah Kuala
Lueng Bata
Kuta Raja
Banda Raya
Jaya Baru
Ulee Kareng
TOTAL
Sumber : Hasil Survey, Tahun 2005
Laporan Akhir
II - 32
Lokasi
pengungsian tersebar diberbagai didaerah, bahkan dari Kota Banda Aceh banyak
masyarakat yang tinggal di camp pengungsian di daerah kabupaten Aceh Besar ataupun
pindah keluar kota terdekat seperti Medan.
Adapun lokasi pengungsian penduduk Kota Banda Aceh adalah seperti terlihat
pada Tabel 2.16 berikut.
TABEL 2.16
JUMLAH & TITIK LOKASI PENGUNGSI
DALAM WILAYAH KOTA BANDA ACEH
No.
Kecamatan
Kel. Setui
Taman Budaya
Rumah Penduduk
Rumah Penduduk
Jumlah
Pengungsi
(Jiwa)
175
100
305
Rumah Penduduk
397
1.452
Rumah Penduduk
623
25
Kel. Peuniti
1. Komplek Baperis
2. Rumah Penduduk
Rumah Penduduk
135
401
536
Lurah Sukaramai
Lurah Sukaramai
Lurah Setui
Lurah
Neusu
Jaya
Lurah
Ateuk
Pahlawan
Lurah
Ateuk
Pahlawan
Lurah Kampung
Baru
Lurah Peuniti
Lurah Peuniti
Lurah Peuniti
Rumah Penduduk
607
Lurah Peuniti
Rumah Penduduk
230
Lurah Peuniti
Rumah Penduduk
513
5.499
Lurah Peuniti
Desa/Kelurahan
Kel. Sukaramai
1.
Baiturrahman
2.
Syiah Kuala
Laporan Akhir
Nama Lokasi
Pengungsian
Koordinator
548
Kades Kopelma
Darussalam
30
sda
130
sda
90
sda
50
sda
II - 33
No.
Kecamatan
Desa Rukoh
4.
Kuta Alam
Ulee Kareeng
Laporan Akhir
60
sda
37
sda
724
302
1.995
sda
Kades Rukoh
sda
Kades
Lamgugob
Rumah Penduduk
752
Kades IMKA
Rumah Penduduk
114
5.115
Kades Pineung
390
Kades
Bata
1.097
Sda
Panteriek
583
253
Lamseupeng
Rumah Penduduk
516
Blang Cut
Rumah Penduduk
432
Sukadamai
553
Lampaloh
Batoh
Rumah Penduduk
Rumah Penduduk
96
1.056
Cot Mesjid
Rumah Penduduk
794
Lamdom
Jumlah
Kel. Mulia
Rumah Penduduk
Desa Lampulo
Kel. Beurawe
Kel. Laksana
Mesjid Almukaramah
Posko Methodis
Posko Hotel Rajawali
Mesjid Al Furqan
Mesjid Al Huda
341
6.111
190
52
420
698 Jiwa
589 Jiwa
sda
Kades Panteriek
Kades
Lamseupeung
Kades Blang Cut
Kades
Sukadamai
Kades Lampaloh
Kades Batoh
Kades
Cot
Mesjid
Kades Landom
138 Jiwa
Kel. Keuramat
Kel. Kuta Alam
Mesjid Baiturrahman
Gedung DPRD Prov. NAD
Posko Didepan Kedai Niagara
Rumah Penduduk
773 Jiwa
450 Jiwa
575 Jiwa
30 Jiwa
3.915 Jiwa
Desa Lamglumpang
Lapangan Bola
144 Jiwa
Desa Lambhuk
Desa Doi
Desa
Ie
Masen
U.Kareng
Desa Ceurih
MIN Lambhuk
Pesantren Babunajah
7 Jiwa
111 Jiwa
Mesjid
109 Jiwa
Mesjid Baitussalihin
1.431 Jiwa
Jumlah
5.
Koordinator
283
Lueng Bata
Jumlah
Pengungsi
(Jiwa)
Rumah Penduduk
Desa Lamgugop
3.
Nama Lokasi
Pengungsian
Desa/Kelurahan
Lueng
Lurah Mulia
Sda
Kades Lampulo
Lurah Beurawe
Lurah Laksana
Lurah
Bandar
Baru
Lurah Keuramat
Lurah Kuta Alam
sda
sda
Kades
Lamglumpang
Kades Lambhuk
Kades Doi
Kades Ie Masen
U.K
Kades Ceurih
II - 34
No.
Kecamatan
Kecamatan
Kareng
Jumlah
6.
Banda Raya
U.
8.
9.
Meuraxa
Kutaraja
6.309 Jiwa
1.362 Jiwa
Rumah Penduduk
383 Jiwa
Desa Peunyerat
Desa Lampeuot
Desa Mibo
Desa Lam Ara
Desa Geuceu Kaye
Jatho
Rumah Penduduk
Rumah Penduduk
Meunasah Mibo
Mesjid Lam Ara
514 Jiwa
193 Jiwa
583 Jiwa
1.041 Jiwa
Rumah Penduduk
209 Jiwa
1.115 Jiwa
Komplek BLK
880 Jiwa
Rumah Penduduk
1.480 Jiwa
Jumlah
Desa
Meunara
Jaya Baru
Rumah Penduduk
Jumlah
Pengungsi
(Jiwa)
Koordinator
Camat
Kareeng
Ulee
8.111 Jiwa
Desa Lamlagang
7.
Nama Lokasi
Pengungsian
Desa/Kelurahan
Kades
Lhong
Raya
Kades
Lhong
Cut
Kades Peunyerat
Kades Lampeuot
Kades Mibo
Kades Lam Ara
Kades
Geuceu
Kaye Jatho
Kades
Geuceu
Iniem
sda
Kades
Lamlagang
7.762 Jiwa
Geuceu
Desa
Timur
Lamteumen
Desa
Barat
Lamteumen
Rumah Penduduk
294 Jiwa
Rumah Penduduk
17 Jiwa
Rumah Penduduk
32 Jiwa
Jumlah
Tidak Ada Pengungsi
Tidak Ada Pengungsi
Kades
Geuceu
Meunara
Kades
Lamteumen
Timur
Kades
Lamteumen
Barat
343 Jiwa
36.856
Jiwa
2.5
perekonomian
atau
lapangan
usaha,
yaitu
sektor-sektor
pertanian,
pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik dan air minum, bangunan
dan konstruksi, perdagangan hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, bank
dan lembaga keuangan serta jasa-jasa lainnya.
Laporan Akhir
II - 35
Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) kota Banda Aceh atas harga
berlaku mulai tahun 2000 sampai dengan 2004 menampakkan gejala peningkatan
secara positif rata-rata sebesar 9,58%. Demikian pula perhitungan PDRB kota Banda
Aceh atas dasar harga konstan juga menunjukan peningkatan secara positif rata-rata
sebesar 5,05%. Untuk lebih jelasnya pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan
dapat di lihat pada Gambar 2.19 di bawah ini.
PDRB ATAS DASAR HARGA KONSTAN
1.600.000
1.500.000
1499842,15
1.400.000
1324257,30
1400897,28
1.300.000
1.200.000
1264609,05
1.218.609,86
1.100.000
1.000.000
1
GAMBAR 2.19
PERTUMBUHAN PDRB ATAS DASAR HARGA KONSTAN KOTA BANDA ACEH
Sumber: Kota Banda aceh dalam Angka tahun 2000-2004
23,02%
PERTAMBANGAN DAN
PENGGALIAN
3,69%
INDUSTRI PENGOLAHAN
35,24%
LISTRIK DAN AIR MINUM
BANGUNAN / KONSTRUKSI
PERDAGANGAN, HOTEL &
RESTORAN
16,13%
8,89%
8,36%
0,93%3,75%0,00%
PENGANGKUTAN DAN
KOMUNIKASI
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN
LAINNYA
JASA-JASA
GAMBAR 2.20
DISTRIBUSI PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU PER SEKTOR
DI KOTA BANDA ACEH
Sumber: Kota Banda aceh dalam Angka tahun 2000-2004
Laporan Akhir
II - 36
2.5.2 KETENAGAKERJAAN
Dengan jumlah penduduk yang terus bertambah maka para pencari kerja di Kota
Banda Aceh juga bertambah pula, tahun 2000 saja para pencari kerja berjumlah 18.180,
tahun 2002 mengalami peningkatan sebesar 22.315, tahun 2003 dan 2004 menurun
sebesar 17.170. Sedang jumlah penduduk yang sudah tertampung didunia kerja juga
menunjukkan peningkatan yang positif. Tahun 2000 yang sudah bekerja 1.005, tahun
2002 meningkat menjadi 1.041, tahun 2003-2004 meningkat pula mencapai 4.213.
untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Gambar 2.21 di bawah ini.
GAMBAR 2.21
JUMLAH PENCARI KERJA YANG DITEMPATKAN
Sumber: Kota Banda aceh dalam Angka tahun 2000-2004
Kemudian, distribusi jenjang pendidikan dari pencari kerja yang terdapat di Kota
Banda Aceh ditampilkan pada Gambar 2.22
Setelah
terjadinya
bencana
Tsunami,
angka
pengangguran
diperkirakan
Laporan Akhir
II - 37
Aktivitas perikanan yang selama ini jadi sektor andalan dan memberikan
kontribusi besar bagi pendapatan asli daerah kota itu nyaris lumpuh total hingga kini.
Pelabuhan perikanan maupun feri di daerah Ulee Lheue rata dengan tanah, ratusan
perahu nelayan hancur tersapu tsunami, dan ratusan hektar tambak milik para petani
setempat dipenuhi lumpur.
Sementara perekonomian di sektor formal juga belum pulih. Jika sebelum
tsunami jumlah perusahaan di Banda Aceh mencapai 356 unit, kini hanya ada 197 unit
usaha. Sedangkan 159 perusahaan lainnya telah hancur akibat gempa dan tsunami.
GAMBAR 2.22
JUMLAH PENCARI KERJA YANG DITEMPATKAN
DI KOTA BANDA ACEH SELAMA PERIODE TAHUN 2000-2004
Sumber: Kota Banda aceh dalam Angka tahun 2000-2004
2.6
Laporan Akhir
II - 38
Berdasarkan kelas jalannya, terdiri dari arteri primer 18 km, arteri sekunder 29 km,
kolektor 30 km dan jalan lokal 418 km. Sedangkan pada pasca tsunami, terdapat
beberapa kerusakan jaringan jalan yaitu untuk jalan arteri primer tidak ada kerusakan
sama sekali. Sedangkan untuk jalan arteri sekunder mengalami kerusakan sekitar 4%,
jalan kolektor sekitar 7% dan jalan lokal sekitar 40%. Untuk lebih jelasnya lihat
Gambar 2.23.
GAMBAR 2.23
JARINGAN JALAN KOTA BANDA ACEH SEBELUM TSUNAMI
Sumber: JICA, 2005, Lampiran 4
Laporan Akhir
II - 39
2.7
Unit
L/detik
%
Unit
Sebelum
435
47
25,812
Sesudah
365-380
NA
14,656
Hydrant/Public Tap
Kehilangan Air
Waktu Pengoperasian
Jumlah Pegawai
Unit
%
Jam/hari
Orang
100
48
24
173
46
55-60
20
143
Laporan Akhir
II - 40
Sedangkan untuk sistem perpipaan penyediaan air bersih di Kota Banda Aceh
dibagi menjadi 4 jaringan yaitu ; jaringan Wilayah Meuraxa, jaringan Wilayah Syiah
Kuala, jaringan Wilayah Baiturrahman dan jaringan Wilayah Kuta Alam. Jaringan
perpipaan yang digunakan di Kota Banda Aceh terdiri dari berbagai jenis material pipa
yaitu baja, DCIP, PVC, GIP dengan diameter 25 - 600 mm.
Jaringan pipa distribusi di daerah Darussalam dan Unsyiah terpisah sama sekali
dari jaringan yang ada di Kota Banda Aceh lainnya khususnya di Darussalam, Unsyiah
kira-kira memiki sekitar 900 sambungan rumah dan dilengkapi dengan elevated
reservoir dari beton kapasitas sekitar 500 m3, mendapat suplai air dari IPA Siron melalui
pipa transmisi primer diameter 200 dan 150 mm.
Bencana gempa dan tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 berpengaruh
pada beberapa infrastruktur penyediaan air bersih yang dimiliki oleh PDAM Tirta Daroy.
Kerusakan tersebut antara lain:
a. Menurunnya kapasitas produksi air minum IPA Lambaro dan IPA Siron. IPA Siron
tidak dapat dioperasikan, karena pompa submersible air baku tidak cukup terendam
air karena rendahnya permukaan air, sedangkan IPA Lambaro masih dapat
diopersikan dengan 2 pompa kapasitas 2 x 147 L/detik.
b. Menurunnya kapasitas pelayanan akibat terlantarnya operasi dan pemeliharaan IPA
Lambaro dan IPA Siron, anggaran pengoperasian dan pemeliharaan yang tidak
mencukupi, serta kondisi aset instalasi pengolahan air yang sudah tua.
c. Menurunnya kapasitas produksi akibat kerusakan jaringan pipa distribusi terutama di
Kecamatan Meuraxa dan Kuta Raja dan rusaknya jembatan-jembatan pipa di daerah
tersebut.
d. Menurunnya pendapatan secara drastis karena hilangnya pelanggan, dari total
25.812 SR bulan Maret tinggal 8.000 SR atau 21% jumlah penduduk. Dan
berangsur-angsur mendaftar kembali, membayar rekening air hingga pada akhir Juni
2005 pelanggan yang ada menjadi 12.000 SR, data terakhir jumlah pelanggan
menjadi 14.656 SR.
e. Terganggunya manajemen dan administrasi PDAM karena Kantor PDAM sebagian
hancur dan arsip-arsip yang terletak dilantai dasar hilang/rusak di samping itu, juga
terdapat karyawan yang meninggal yaitu 28 orang.
Laporan Akhir
II - 41
GAMBAR 2.24
IPLT DI GAMPONG JAWA YANG DIREHABILITASI PADA
DESEMBER 2005
Laporan Akhir
II - 42
2.7.3 PERSAMPAHAN
Pada saat sebelum terjadinya tsunami, timbulan sampah Kota Banda Aceh
adalah sekitar sebesar 600m3 perhari, dengan tingkat pelayanan 65%. Dengan sistem
pewadahan di rumah, pengumpulan menuju container sebanyak 53 unit yang tersebar di
seluruh kota dan pembuangan akhir dengan sistem open dumping di Gampong Jawa.
Armada truk sampah yang dimiliki adalah 29 unit yang beroperasi setiap hari,
mengangkut sampah dari tempat pembuangan sementara berupa container ke tempat
pembuangan akhir (TPA) Gampong Jawa. Komposisi sampah perkotaan Banda Aceh
dijelaskan pada Tabel 2.18 di bawah ini.
TABEL 2.18
KOMPOSISI SAMPAH BERDASARKAN JENISNYA
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Jenis Sampah
Organik
Kertas
Kaca
Plastik
Logam
Kayu
Kain
Karet
Lain-lain
Jumlah
Prosentase
70,64 %
5,21 %
1,36 %
9,04 %
1,75 %
5,80 %
4,13 %
1,52 %
0,55 %
100,00 %
Laporan Akhir
II - 43
Tugas lainnya DKP Kota Banda Aceh pada masa pasca tsunami, adalah
pemeliharaan dan perawatan sanitasi di barak-barak pengungsi melalui program
bantuan dari Unicef, yang disebut Temporary Living Camp Sanitation (TLCS). Jumlah
barak pengungsi seluruhnya yang menjadi pelayanan DKP Kota Banda Aceh, adalah
sebanyak 80 lokasi, yang tersebar dalam wilayah Kota Banda Aceh sebanyak 11 lokasi,
dan yang terdapat dalam wilayah Kabupaten Aceh Besar sebanyak 69 lokasi.
Sistem pengelolaan persampahan yang saat ini dilaksanakan di Kota Banda
Aceh, meliputi kegiatan pewadahan sampah, pengumpulan sampah, pemindahan
sampah, pengangkutan sampah, pengolahan sampah dan pembuangan akhir sampah.
Rute operasional truck angkutan sampah dan lokasi kontainer DKP dapat di lihat pada
Gambar 2.25
GAMBAR 2.25
RUTE OPERASIONAL TRUK ANGKUTAN SAMPAH DAN LOKASI KONTAINER DKP KOTA
BANDA ACEH
Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan, (lampiran 4)
Laporan Akhir
II - 44
GAMBAR 2.26
PERALATAN BERAT YANG DIMILIKI DKP KOTA BANDA ACEH
2.7.4 DRAINASE
Sistem drainase perkotaan Kota Banda Aceh dibawah kendali Dinas Pekerjaan
Umum (DPU). Luas area sistem drainase meliputi 35 km2 dan dibagi dalam 3 zona dan
17 sub-area. Kondisi topografi yang relatif datar, menurunnya daya tampung saluran
dan
adanya
pengaruh
aliran
balik
dari
pasang
air
laut
menyebabkan
tidak
memungkinkan untuk mengalirkan air dari semua area secara gravitasi dan harus
Laporan Akhir
II - 45
dibantu dengan pompa pada setiap outlet jaringannya. Infrastruktur jaringan drainase
belum lengkap dan tidak befungsi dengan baik menyebabkan terjadinya genangan bila
turun hujan lebat.
Bencana Tsunami menyebabkan rusaknya jaringan drainase lebih dari 90%,
tanggul dan dinding penahan banjir di sungai. Selain rusak saluran drainase juga terisi
oleh Lumpur dan kotoran. Kerusakan tersebut diantaranya dua saluran drainase di desa
Gampong Pie, peningkatan genangan air akibat pasang air laut yang semula hanya 10
cm menjadi 30-40 cm. Kerusakan juga terjadi pada saluran drainase di Iskandar Muda,
saluran primer Meuraxa dan pintu air di Kuren Gulamus. Kerusakan lainnya adalah
stasium pompa dan pintu air di Sungai Titi Panjang, rusaknya tanggul Krueng Doy.
Kondisi saluran drainase dan pintu air sebelum dan setelah bencana Tsunami disajikan
dalam Tabel 2.19 berikut.
TABEL 2.19
KONDISI SALURAN DAN PINTU AIR SEBELUM
DAN SETELAH BENCANA TSUNAMI
Structures
Pumping
stations
Primary
drains
Water gates
Description
Drainage area
Number of subzones
Existing
Damaged
Damage ratio
Existing
Damaged
Damage ratio
Existing
Damaged
Damage ratio
Unit
Ha
Nos.
Zone I
957
6
Zone II
992
5
Zone III
1.550
6
Total
3.499
17
Nos.
Nos.
%
m
m
%
Nos.
Nos.
Nos.
4
4
100
22.735
6.177
27
25
15
60
1
0
0
12.937
3.490
27
30
7
23
3
3
100
15.690
1.927
12
43
8
19
8
7
88
51.362
11.594
23
98
30
31
2.7.5 TELEKOMUNIKASI
Sarana telekomunikasi yang berupa telepon, telegram, faximile, dan berbagai
produk telekomunikasi lainnya seperti GSM, CDMA operator Satelindo, Telkomsel, telah
merambah seluruh kecamatan di kota Banda Aceh. Berdasarkan data dari BPS 2004 dan
2005, dapat diketahui banyaknya fasilitas telepon yang diklasifikasikan dalam kategori
fasilitas untuk perumahan, bisnis, sosial, telepon umum, wartel dan kiospon. Dari data
Laporan Akhir
II - 46
Fasilitas Telepon
Banyaknya
Perumahan/Residensial
2004
17.423 SST
2005
11.257 SST
Bisnis
2.673 SST
252 SST
Sosial
121 SST
81 SST
Telepon Umum
222 Buah
Wartel
437 SST
374 SST
Kiospon
39 SST
20.915
14.494
Total
Sumber: BPS, 2004-2005
2.7.6 KELISTRIKAN
Perbaikan instalasi listrik terus dilakukan untuk menormalkan penerangan, agar
dapat bekerja pada malam hari untuk melakukan pembersihan serta kebutuhan
penerangan pada instalasi Rumah Sakit. Guna mendukung upaya ini berbagai peralat
PLN dari Jakarta yang telah diberangkatkan dari Jakarta pada tanggal 15 Januari 2006
dengan Kapal Tomini serta telah dilakukan pemasangan dan penggantian tiang listrik
yang rusak di daerah Kajhu, Ulee Lheue dan Braden. (lihat Tabel 2.21)
Laporan Akhir
II - 47
TABEL 2.21
KONDISI JARINGAN LISTRIK DI KOTA BANDA ACEH
KOTA
Banda
Aceh
KONDISI KELISTRIKAN
Kondisi kelistrikan kota Banda Aceh 95% beban Puncak 25MW telah
tersambung 32.000 pelanggan Dari 34.000 pelanggan yang kondisinya
memungkinkan disambung (pelanggan sebelum bencana 74.000)
Jaringan listrik menuju malahayati sepanjang 20 Km rusak total, maka
pemenuhan kebutuhan listrik untuk pelabuhan Malahayati
menggunakan genset
Untuk daerah kawasan yang terkena bencana tidak bisa dilayani sampai
perbaikan rekonstruksi secara menyeluruh. Namun untuk kawasan yang tidak terkena
dampak sudah terlayani dengan baik. Berikut kondisi listrik di Kota Banda Aceh.
2.8
Laporan Akhir
II - 48
TABEL 2.22
JUMLAH TK, SD, SLTP, SLTA, DAN KEJURUAN
DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2004-2005
TK
KEC.
SD
SLTP
SLTA
SMK
2004
2005
2004
2005
2004
2005
2004
2005
Baiturrahman
10
24
24
2004
2005
Kuta Alam
20
18
22
22
13
13
Meuraxa
19
19
Syiah Kuala
14
14
Lueng Bata
Kuta Raja
13
13
Banda Raya
Jaya Baru
10
10
Ulee Kareng
TOTAL
66
68
119
119
28
28
28
28
Berdasarkan
proyeksi
pertumbuhan
jumlah
penduduk,
maka
perkiraan
kebutuhan fasilitas pendidikan di kota Banda Aceh tahun 2016 dapat dilihat pada tabel
2.23
TABEL 2.23
PROYEKSI KEBUTUHAN FASILITAS PENDIDIKAN KOTA BANDA ACEH
TAHUN 2011 DAN 2016
NO
1
2
3
4
JENIS
FASILITAS
STANDAR
PENDUDUK
PENDUKUNG
(Jiwa)
STANDAR
LUAS
LAHAN
(m2)
KEBUTU
HAN
TAHUN
2011
1000
1600
4800
4800
1200
3600
2700
2700
234
146
49
49
TK
SD
SLTP
SLTA
LUAS
KEBUTUH
AN
TAHUN
2011 (m2)
281033
526937
131734
131734
KEBUTU
HAN
TAHUN
2016
269
168
56
56
LUAS
KEBUTUH
AN
TAHUN
2016 (m2)
323033
605687
151422
151422
Laporan Akhir
II - 49
TABEL 2.24
JUMLAH SARANA KESEHATAN KOTA BANDA ACEH
TAHUN 2004-2005
Jumlah
2004
2005
9
6
33
9
8
12
8
14
105
80
12
12
7
8
1
1
0
1
183
143
Jenis Sarana
Kesehatan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Puskesmas
Puskesmas Pembantu
Puskesmas Keliling
Poliklinik Desa
Posyandu
Rumah Bersalin
Rumah sakit umum
Rumah sakit jiwa
Rumah sakit ibu dan anak
Jumlah
proyeksi
pertumbuhan
jumlah
penduduk,
maka
perkiraan
kebutuhan fasilitas kesehatan di kota Banda Aceh tahun 2016 dapat dilihat pada tabel
2.25
TABEL2.25
PROYEKSI KEBUTUHAN FASILITAS KESEHATAN KOTA BANDA ACEH
TAHUN 2011 DAN 2016
NO
1
2
3
4
5
6
7
JENIS
FASILITAS
Puskesmas
Puskesmas
Pembantu
BKIA dan RS
Bersalin
Balai
Pengobatan
Apotek
Praktek Dokter
Posyandu
STANDAR
PENDUDUK
PENDUKUNG
(Jiwa)
120000
30000
STANDAR
LUAS
LAHAN
(m2)
2400
1200
2
8
LUAS
KEBUTUHAN
TAHUN
2011 (m2)
4684
9368
10000
1600
23
37471
27
43071
3000
300
78
23419
90
26919
10000
5000
2500
350
100
100
23
47
94
8197
4684
9368
27
54
108
9422
5384
10768
KEBUTUHAN
TAHUN 2011
KEBUTUHAN
TAHUN
2016
LUAS
KEBUTUHAN
TAHUN 2016
2
9
5384
10768
Laporan Akhir
II - 50
Masjid
Meuraxa
Banda Raya
Baiturrahman
Lueng Bata
Kuta Alam
Kutaraja
Syiah Kuala
Ulee Kareng
Jaya Baru
JUMLAH
10
6
17
2
23
6
11
7
7
89
Surau /
langgar
29
23
21
10
27
9
18
6
20
163
Gereja
0
0
0
0
3
0
0
0
0
3
Gereja
katolik
0
0
0
0
2
0
0
0
0
2
Pura
Vihara
Kelenteng
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
4
0
0
0
0
4
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
Berdasarkan
proyeksi
pertumbuhan
jumlah
penduduk,
maka
perkiraan
kebutuhan fasilitas peribadatan di kota Banda Aceh tahun 2016 dapat dilihat pada tabel
2.27
TABEL 2.27
PROYEKSI KEBUTUHAN FAS ILITAS PERIBADATAN KOTA BANDA ACEH
TAHUN 2011 DAN 2016
NO
JENIS
FASILITAS
STANDAR
PENDUDUK
PENDUKUNG
(Jiwa)
STANDAR
LUAS
LAHAN
(m2)
KEBUTUHAN
TAHUN 2011
LUAS
KEBUTUHAN
TAHUN 2011
KEBUTUHAN
TAHUN 2016
LUAS
KEBUTUHAN
TAHUN 2016
Masjid Skala
Kecamatan
120000
4000
7806
8973
Masjid Skala
Lingkungan
30000
1750
13661
15703
Laporan Akhir
II - 51
2.9
Laporan Akhir
II - 52
Pembangunan
kedepan harus memperhatikan nilai budaya dan islami yang hidup dalam masyarakat,
dengan demikian Rencana Tata Ruang didasarkan pada nilai-nilai ini. Untuk Land Mark
kota yang berfokus pada mesjid Baiturahman dan menjadi dasar dari Urban Design kota
kota. Disamping itu situs-situs budaya harus juga diperhatikan agar perkembangan
Banda Aceh kedepan tidak mencabut msyarakat Aceh dari akar budaya dan nilai
Islamnya. Kehidupan nelayan disepanjang pantai perlu diberi ruang dan teknologi agar
kehidupannya lebih baik lagi.
Laporan Akhir
II - 53
kota
dan
kawasan
tetap
memperhatikan
prinsip-prinsip
hak
Laporan Akhir
II - 54
BAB
III
3.1
sumber daya di suatu wilayah/kota ke dalam suatu deliniasi wilayah perencanaan. Artinya
komponen-komponen tata ruang di dalam wilayah perencanaan harus terintegrasi, di
samping itu, wilayah perencanaan juga harus terintegrasi dengan rencana yang hirarkinya
lebih tinggi. Dalam perencanaan Kota Banda Aceh, selain harus memperhatikan
komponen-komponen tata ruang yang ada di wilayahnya, juga harus memperhatikan
peranannya dalam lingkup yang lebih luas. Dengan demikian perencanaannya akan dapat
menciptakan kesinergian dengan rencana-rencana spasial lainnya.
Sehubungan dengan hal tersebut, langkah awal dalam perencanaan Kota Banda
Aceh adalah perlunya menetapkan Peran, Fungsi, dan Kedudukan Kota Banda Aceh dalam
konstelasi regional, sehingga dalam pelaksanaannya di masa mendatang dapat bersinergi
dengan wilayah-wilayah sekitarnya. Penetapan ini mempertimbangkan potensi dan
permasalahan yang dimiliki Kota Banda Aceh dan arahan-arahan penataan ruang yang
hirarkinya lebih tinggi serta rekomendasi dari rencana-rencana serupa yang telah disusun
sebelumnya. Berdasarkan pertimbangan di atas, Peran Kedudukan dan Fungsi Kota Banda
Aceh ditetapkan sebagai berikut.
Laporan Akhir
III - 1
1. Peranan:
2. Fungsi:
Salah satu pintu gerbang Indonesia Bagian Barat yang mengemban fungsi sebagai
pusat koleksi dan distribusi barang dan jasa wilayah hiterland-nya
Pusat permukiman, fasilitas umum, dan sosial skala kota dan regional
3. Kedudukan:
Dalam lingkup nasional, kedudukan Kota Banda Aceh merupakan salah satu Pusat
Kegiatan Nasional (PKN) Orde II, yang diharapkan sebagai Counter Magnet bagi
Kota Medan
Kota Banda Aceh juga ditetapkan sebagai bagian dari kebijakan Indonesia-
3.2
Rencana
ke
depannya,
Skenario
yang digunakan
adalah
dengan
menerapkan model pengembangan kota Dual Center With Multi Recidential Area. Model
pengembangan ini merupakan konsep pengembangan kota yang memiliki dua pusat kota
untuk mendorong perkembangan kota dan didukung oleh permukiman dengan kegiatan
ekonomi di dalamnya. Pusat kota yang ditetapkan adalah pusat kota lama dan pusat kota
baru. Pusat kota lama berpusat di Peunayong yang berorientasi pada Masjid Baiturrahman
dengan kegiatan yang sudah berkembang pesat baik sebelum dan sesudah Tsunami.
Sedangkan pusat kota baru berada di Batoh (Kec. Lueng Bata) dan Lampeuneurut
(Kabupaten Aceh Besar), pusat pengembangan ini diarahkan sebagai pusat pemerintahan
Propinsi NAD dan sebagai daerah evakuasi atau zona penyelamatan bila terjadi bencana.
Laporan Akhir
III - 2
Tahap I
Rehabilitasi dan
pengendalian
pembangunan di
Utara Banda
Aceh
Tahap II
Revitalisasi dan
pengembangan
terbatas pada
Pusat Kota Lama
Tahap III
Pengembangan
kota diarahkan
pada Selatan
Kota Banda
Aceh
GAMBAR 3.1
TAHAPAN PENGEMBANGAN KOTA BANDA ACEH
Laporan Akhir
III - 3
3.3
akan digunakan untuk menyusun arahan rencana pemanfaatan ruang di Kota Banda
Aceh. Penjabaran rencana struktur pemanfaatan ruang meliputi arahan rencana
pengembangan dan distribusi penduduk, rencana struktur ruang kota, rencana kawasan
strategis kota, dan rencana sistem pusat pelayanan.
Rencana struktur pemanfaatan ruang yang direkomendasikan dalam rencana ini
mengikuti rencana struktur pemanfaatan ruang yang telah direncanakan oleh Dirjen
Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum yang dituangkan ke dalam dokumen
Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Kota Banda Aceh. Dokumen tersebut
dijadikan acuan karena substansi yang dikandungnya lebih diterima oleh stakeholders
dibandingkan dengan dokumen-dokumen perencanaan lainnya untuk Kota Banda Aceh.
Pada akhirnya, arahan yang telah direncanakan pada dokumen Rencana Struktur dan Pola
Pemanfaatan Ruang Kota Banda Aceh akan dijadikan dasar dalam merumuskan rencana
tata ruang dan pengembangan fasilitas dan utilitas dalam Revisi RTRW Kota Banda Aceh
ini.
Laporan Akhir
III - 4
: gambar 3.2
PETA RENCANA STRUKTUR RUANG
Laporan Akhir
III - 5
kesesuaian fungsi
berdasarkan zona di dalam BWK Selatan Kota dapat di lihat pada Tabel 3.3.
4. BWK Timur Kota
BWK ini terdiri dari wilayah Kecamatan Syiah Kuala dan Ulee Kareng, merupakan
pengembangan wilayah kota ke bagian Timur, yang berfungsi sebagai pusat
pelayanan sosial kota seperti halnya pendidikan, kesehatan dan kegiatan lain yang
komplementer dengan kedua kegiatan tersebut. Pusat BWK Timur ditetapkan di Ulee
Laporan Akhir
III - 6
Kareng. Untuk lebih jelas, arahan kesesuaian fungsi berdasarkan zona di dalam BWK
Timur Kota dapat di lihat pada Tabel 3.4
Kemudian pada Gambar 3.3 Peta Arahan Fungsi Zona Per BWK dan Tabel
3.1 3.4 dapat dilihat penjelasan fungsi zona berdasarkan karakter zona kesesuaian
pengembangan fisik. Dan ketentuan zonasi lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 1
dan 2.
Laporan Akhir
III - 7
Gambar3.3
PETA ARAHAN FUNGSI BERDASARKAN ZONA FISIK PERBWK
Laporan Akhir
III - 8
1.
Kode
Zona
BWK
P1
(Pesisir)
2.
A.1
3.
A.2
4.
A.3
5.
A.4
6.
A.5
7.
A.6
Fungsi Wilayah
Laporan Akhir
III - 9
No.
Kode Zona
BWK
1.
P.2
2.
B.1
3.
B.2
4.
B.3
5.
B.4
6.
B.5
7.
B.6
8.
B.7
9.
B.8
10.
11.
B.9
B.10
Fungsi Wilayah
Sebagai daerah perlindungan pantai yang berupa
Hutan Mangrove (Hutan Lindung) dan juga kawasan
Perikanan Tangkap/ Perikanan Samudera
Sebagai tempat pembuangan akhir sampah (TPA),
dan instalasi pengolahan limbah tinja (IPLT) di
Gampong Jawa.
Sebagai
zona
konservasi
berupa
hutan
mangrove/pond.
Zona Perikanan samudera didukung fasilitas
perikanan.
Tempat Pelelangan Ikan
Zona hijau yang berupa pond dan wisata
Permukiman terbatas yang diarahkan untuk tidak
mengalami pengembangan lagi.
Cold Strorage
Kawasan campuran komersial fasum dan hunian
komersial.
Zona Tambak
Zona hijau yang menjadi buffer/penyangga antara
zona tambak dan permukiman.
Zona perkantoran yang memiliki pola perkembangan
linier/ di sepanjang jalan.
Wisata Budaya
Zona Perkantoran dan Perdagangan dan jasa.
Pusat Keagamaan dan Kebudayaan
Pusat pelayanan umum dan Pemerintahan
Perdagangan dan Jasa
Kawasan perdagangan dan jasa Kota lama.
Kawasan campuran hunian komersial
Kawasan campuran komersial dan Fasilitas umum.
Kawasan Permukiman Kepadatan Tinggi
Kawasan Permukiman Kepadatan Tinggi
Kawasan Campuran Komersial
Laporan Akhir
III - 10
Kode Zona
BWK
1.
C.1
2.
C.2
3.
C.3
4.
C.4
Sumber: Hasil Analisis
Fungsi Wilayah
Kawasan Permukiman kepadatan tinggi.
Kode Zona
BWK
Fungsi Wilayah
Sebagai daerah perlindungan pantai yang
berupa Hutan Mangrove (Hutan Lindung)
dan juga kawasan Perikanan Tangkap/
Perikanan Samudera
Perikanan Budidaya/tambak
Zona Konservasi
Permukiman terbatas, diarahkan untuk
tidak mengalami pengembangan.
Perikanan Budidaya/tambak
Zona Konservasi
Permukiman terbatas, diarahkan untuk
tidak mengalami pengembangan.
Kawasan Campuran komersial (mix-use).
Kawasan Permukiman kepadatan tinggi
Kawasan perkantoran dan kawasan
campuran komersial
Kawasan Permukiman kepadatan tinggi
Kawasan Campuran Komersial
1.
P.3
2.
D.1
3.
D.2
4.
D.3
5.
D.4
6.
D.5
7.
D.6
8.
D.7
Untuk penjelasan mengenai Zoning Regulation dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2.
Laporan Akhir
III - 11
Banda Aceh ini. Berdasarkan analisa telah didapatkan jumlah penduduk untuk tahun
Rencana 2016 adalah sejumlah 276.194 jiwa. Adapun rencana distribusi penduduk di Kota
Banda Aceh ditetapkan sebagai berikut (lihat Tabel 3.5).
TABEL 3.5
RENCANA DISTRIBUSI PENDUDUK KOTA BANDA ACEH TAHUN 2016
No.
BWK
BWK BARAT
BWK SELATAN
BWK TIMUR
Total Proyeksi
Laporan Akhir
ARAHAN
JUMLAH
PENDUDUK
(Jiwa)
63.909
58.049
104.787
49.449
ARAHAN KEPADATAN
SUB PUSAT BWK
1.
2.
3.
1.
2.
1.
2.
1.
2.
276.194
III - 12
Batas-batas fisik yang tegas, seperti sungai, jalan, bukit, jalur hijau dan lain-lain
Lihat kembali Gambar 3.2, Arahan rencana sistem pusat pelayanan di Kota
PUSAT/SUBPUSAT
PELAYANAN
PEUNAYONG /
KAMPUNG BARU
ULEE LHEUE
FUNGSI
LAMTEUMEN
BATOH/LAMDOM
Laporan Akhir
SKALA PELAYANAN
Perkantoran
Perdagangan dan Jasa
Permukiman
Pusat pemerintahan
provinsi NAD yang baru
Pusat perdagangan dan
jasa
Regional
III - 13
NO
PUSAT/SUBPUSAT
PELAYANAN
ULEE KARENG
LAMPULO
JEULINGKE
NEUSU
KOPELMA
FUNGSI
permukiman
Perdagangan dan jasa
permukiman
Pelabuhan ikan
Galangan kapal
Industri pengolahan ikan
Perumahan nelayan
Pusat Pemerintahan Prop
NAD & Perkantoran
Propinsi NAD (eksisting)
Perdagangan dan jasa
Permukiman
Perdagangan dan jasa
permukiman
Pendidikan
Perdagangan dan jasa
SKALA PELAYANAN
Regional
Kota dan Lokal
Regional
Kota dan lokal
3.4
Kelestarian lingkungan
Laporan Akhir
III - 14
TABEL 3.7
RENCANA PENGGUNAAN LAHAN TAHUN 2016
No
I
1
2
3
4
9
II
1
2
3
4
5
6
7
8
Pemanfaatan Ruang
Kawasan Terbangun
Permukiman
- Permukiman
- Permukiman Terbatas
- Permukiman Khusus Nelayan
Kawasan Perdagangan dan Jasa
Perkantoran
Kawasan Campuran
- Kawasan Campuran Hunian & Komersial
- Kawasan Campuran Komersial & FU
- Kawasan Komersial & FU
Fasilitas
- Fasilitas Kesehatan
- Fasilitas Pendidikan
- Fasilitas Peribadatan
- Fasilitas Umum
Transportasi
- Terminal
- Pelabuhan Ferri
- Jalan
Kawasan Industri
- Cold Storage
- TPI
- Rumah Potong Hewan
Utilitas
- IPLT
- TPA
Wisata & Hiburan
- Pasar Seni
- Kawasan Wisata PLTD Apung
- Tsunami Heritage
Ruang Terbuka
Kawasan Hutan Kota
Zona Hijau dan Wisata
Zona Perikanan Samudera
Zona Tambak Ikan
Ruang Terbuka Hijau
- Taman Kota
- Jalur Hijau
- Lapangan Olah Raga
Kuburan
Sungai
Air
Total
Luas (HA)
4563,71
2787,874
2293,053
428,680
66,141
188,422
117,453
543,482
100,744
383,597
59,141
205,016
9,888
184,379
10,255
0,494
657,886
10,431
33,041
614,414
7,725
0,944
5,106
1,675
24,241
22,762
1,479
31,610
10,655
18,162
2,792
1572,19
212,686
190,955
121,351
552,359
109,006
31,036
60,614
17,356
11,060
224,970
149,804
6.135,90
%
74,377
45,435
37,371
6,986
1,078
3,071
1,914
8,857
1,642
6,252
0,964
3,341
0,161
3,005
0,167
0,008
10,722
0,170
0,538
10,013
0,126
0,015
0,083
0,027
0,395
0,371
0,024
0,515
0,174
0,296
0,046
25,623
3,466
3,112
1,978
9,002
1,777
0,506
0,988
0,283
0,180
3,666
2,441
100,000
Laporan Akhir
III - 15
Kawasan hutan bakau yang berfungsi sebagai kawasan penyangga bagi daerah
sekitarnya untuk mengatur tata air, pencegahan banjir dan erosi, serta
memelihara kesuburan tanah. Di samping itu, kawasan ini juga memiliki fungsi
untuk meminimalkan potensi bahaya tsunami bagi daerah sekitarnya. Kawasan
hutan bakau diarahkan pada kawasan pesisir utara Kota Banda Aceh
Lokasi yang termasuk dalam kategori ini adalah Hutan Kota (hutan magrove dll) yang
berfungsi sebagai jalur penyangga antara kawasan permukiman dan zona perikanan.
Area ini mulai dari Deah Glumpang di Kecamatan Meuraxa memanjang hingga
Jeulingke di Kecamatan Syiah Kuala.
Kawasan resapan air yang merupakan kawasan yang berfungsi meresapkan air
hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akifer) yang berguna
sebagai sumber air.
Laporan Akhir
III - 16
Laporan Akhir
III - 17
GAMBAR 3.4
RUANG
TERBUKA HIJAU
Laporan Akhir
III - 18
Laporan Akhir
III - 19
Laporan Akhir
III - 20
PERUNTUKAN
Permukiman
Perumahan
terbatas dan
perumahan
nelayan
Kawasan
Laporan Akhir
KARAKTERISTIK
Kawasan yang memiliki kegiatan
utama bukan sebagai pertanian
dengan susunan fungsi kawasan
sebagai tempat perumahan
perkotaan, koleksi dan distribusi
pelayanan jasa pemerintahan,
pelayanan kegiatan sosial, serta
kegiatan ekonomi.
Khusus untuk peruntukan perumahan,
klasifikasi perumahan di Kota Banda
Aceh adalah:
o Kapling Besar dengan luas 500 m2
atau lebih.
o Kapling Sedang dengan luas 200 500 m2
o Kapling kecil dengan luas 200
m2
Perumahan terbatas adalah
perumahan yang dibangun dengan
ketentuan-ketentuan atau persyaratan
teknis bangunan/konstruksi tahan
gempa, sehingga perumahan yang
dibangun tahan terhadap bencana
sepeti gempa dan tsunami.
Perumahan ini juga ditata dengan
baik dengan dilengkapi dengan jalurjalur penyelamatan dari bencana.
Perumahan seperti ini harus dibatasi
pertumbuhannya dan hanya
diperuntukkan untuk penduduk yang
benar-benar tinggal dan bermata
pencaharian di pantai seperti nelayan.
Kawasan yang diisi oleh berbagai jenis
ARAHAN
Permukiman diarahkan di sekitar
ibukota kecamatan, BWK bagian
barat, selatan, dan timur
Pengembangan kawasan
permukiman ke arah utara
dibatasi karena kawasan tersebut
diarahkan untuk konservasi,
perikanan, pelabuhan, dan
wisata
NO
PERUNTUKAN
Campuran
Kawasan Wisata
KARAKTERISTIK
kegiatan seperti perdagangan dan
jasa, perkantoran, perumahan,
fasilitas umum dan sosial.
Kawasan
Perkantoran
Laporan Akhir
ARAHAN
BWK bagian utara, timur, dan
selatan. Secara spesifik kegiatan
ini dialokasikan di Jl Pocut Baren,
Jl Iskandar, Muda hingga Ulee
Iheue, Jl Rama Setia, Jl T
Iskandar, Sebelah utara Jl Twk
Hayim Banta Muda, Jl tgk Hasan
Krueng Kalee menuju Lampulo,
Jl Sultan Alaidin Johansyah,
Persimpangan Jl Syah Kuala
dengan Jl Pocut Baren hingga
Lamdingin, sebagian Jl Tbk
Imam Leung Bata, Jl Cut Nyak
Dhien, Jl Soekarno-Hatta, Jl
Teuku Umar, Jl Tengku Abdul
Rahman, dan Jl Wedana. Jl. Tgk
CikDipinrang,Jl. Nyak Makam, Jl.
St Malikul Saleh, Jl. Sudirman, Jl.
Hasan Saldi, Jl. Mohamad Tahir,
Jl. Tgk Diblang, Jl. Lingkar
kampus, Jl. Tembus Batoh-Simp
Surabaya, Jl. Tembus LamdukPango, Keuramat, Peuniti dan
Keudah.
Wisata alam diarahkan pada
kawasan pantai mulai dari Jaya
Baru sampai Alue Naga.
Kawasan ini juga didukung oleh
hutan mangrove dan hutan
wisata
Wisata budaya diarahkan di
kawasan Mesjid Raya
Baiturrahman, Komplek museum
Aceh, Gunongan, Taman Putroe
Phang, Pendopo, Kerkhoff,
Makam Syah Kuala, Makam
Sultan Iskandar Muda, dan
Makam Kandang XII
Kawasan wisata tsunami
(tsunami herritage) diarahkan di
kawasan Ulee Iheue
Kawasan Perkantoran
pemerintahan dialokasikan di
BWK bagian Pusat/Utara dan
Selatan
III - 22
NO
6
PERUNTUKAN
Kawasan
Perdagangan
dan jasa
Kawasan
Perikanan
KARAKTERISTIK
Kawasan perdagangan dan jasa adalah
kawasan yang menaungi berbagai
kegiatan perdagangan, jasa komersial,
dan jasa perkantoran
ARAHAN
Kawasan Perdagangan dan jasa
untuk skala regional diarahkan di
BWK Selatan , sedangkan untuk
skala pelayanan kota dan lokal
diarahkan di BWK Utara dan
Timur
Kawasan
Industri Kecil
Kawasan
Pelabuhan
10
Ruang Terbuka
Hijau dan
Olahraga
Secara umum Peta Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun 2016 dapat dilihat pada Gambar
3.6
Laporan Akhir
III - 23
GAMBAR
Laporan Akhir
3.6
RENCANA
PEMANFAATAN
RUANG
TAHUN
2016
III - 24
3.5
PERUNTUKAN
KLASIFIKASI
Permukiman
Perumahan
terbatas dan
perumahan nelayan
Kawasan Campuran
Kawasan Wisata
Kawasan
Perkantoran
Kawasan Pusat
Perdagangan dan
jasa
Kawasan Pusat
Perdagangan
Laporan Akhir
ARAHAN KDB
MAKSIMUM
40%
50%
60%
15 20 %
Fasilitas Umum
Fasilitas Sosial
50%
50%
10%
30%
60%
Perdagangan
Jasa
60%
70%
70%
III - 25
NO
PERUNTUKAN
Kawasan Perikanan
Kawasan Industri
Kecil
10
Kawasan
Pelabuhan
11
Ruang Terbuka
Hijau dan Olahraga
3.5.2
KLASIFIKASI
ARAHAN KDB
MAKSIMUM
50%
60%
Pelabuhan penyebrangan
Pelabuhan Ikan
10%
20%
Taman Kota
Kawasan Konservasi
Sarana olahraga dan Fasilitas
umum
0%
0%
10 15 %
seluruh lantai bangunan dengan luas lahan atau luas kapling dimana bangunan tersebut
berada. Konsep koefisien lantai bangunan memiliki kaitan dengan koefisien dasar
bangunan dan ketinggian bangunan. Penetapan KLB dilakukan dengan pertimbangan:
Pencahayaan dan ventilasi alami sebagai salah satu upaya menciptakan lingkungan
yang sehat dan nyaman.
Pembentukan ruang dan jarak yang mempunyai skala harmonis antara bangunan
dengan ruang luarnya, agar tercipta komposisi ruang yang masih berskala manusia.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan di atas, Rencana KLB di Kota Banda
Laporan Akhir
III - 26
TABEL 3.10
RENCANA KOEFISIEN LANTAI BANGUNAN
NO
PERUNTUKAN
Permukiman
Perumahan
terbatas dan
perumahan
nelayan
Kawasan
Campuran
3
4
5
6
7
8
9
10
ARAHAN KLB
MAKSIMUM
1,8
1,0
1,2
0,4
KLASIFIKASI
Fasilitas Umum
Fasilitas Sosial
Kawasan Wisata Rekreasi Luar Ruangan
Rekreasi Dalam Ruangan
Kawasan
Perkantoran
Kawasan
Perdagangan
Perdagangan
Jasa
dan jasa
2,0
2,0
0,2
0,9
2,0
2,4
2,4
Kawasan
Perikanan
Kawasan
Industri Kecil
Kawasan
Pelabuhan
1,2
0,2
0,4
0,3
Ruang Terbuka
Hijau dan
Olahraga
Pelabuhan penyebrangan
Pelabuhan Ikan
Taman Kota
Kawasan Konservasi
Sarana olahraga
Untuk penjelasan mengenai ketentuan KDB dan KLB yang lebih detail dapat dilihat pada
lampiran 3.
bangunan
memiliki
pengertian
jumlah
lantai
maksimum
yang
Laporan Akhir
III - 27
TABEL 3.11
RENCANA KETINGGIAN BANGUNAN
NO
PERUNTUKAN
Permukiman
2
3
Perumahan terbatas
dan perumahan nelayan
Kawasan Campuran
Kawasan Wisata
5
6
Kawasan Perkantoran
Kawasan Perdagangan
dan jasa
7
8
9
Kawasan Perikanan
Kawasan Industri Kecil
Kawasan Pelabuhan
10
KLASIFIKASI
Fasilitas Umum
Fasilitas Sosial
Rekreasi Luar Ruangan
Rekreasi Dalam Ruangan
Perdagangan
Jasa
Pelabuhan penyebrangan
Pelabuhan Ikan
Taman Kota
Kawasan Konservasi
Sarana olahraga
JUMLAH
LANTAI
MAKSIMUM
3
2
2
2
4
4
2
3
4
4
2
2
2
2
2
2
Keterangan : 1. Ketinggian bangunan tidak boleh melebihi kaki kubah Mesjid Raya Baiturrahman pada
kawasan mesjid tersebut.
2. Ketinggian diluar kawasan sekitar Mesjid Raya Baiturrahman tidak dibatasi
ketinggiannya, dan harus menyesuaikan dengan kondisi geologi dan tanah setempat.
Laporan Akhir
III - 28
TABEL 3.12
RENCANA KETINGGIAN BANGUNAN
NO
PERUNTUKAN
Permukiman
Perumahan
terbatas dan
perumahan
nelayan
Kawasan
Campuran
3
4
Kawasan
Wisata
Kawasan
Perkantoran
Kawasan
Perdagangan
dan jasa
Kawasan
Perikanan
Kawasan
Industri Kecil
Kawasan
Pelabuhan
7
8
9
10
Ruang Terbuka
Hijau dan
Olahraga
KLASIFIKASI
GSB
DEPAN
(MIN)
R
R
R
R
Fasilitas Umum
Fasilitas Sosial
Rekreasi Luar Ruangan
Rekreasi Dalam Ruangan
Perdagangan
Jasa
R
R
Pelabuhan penyebrangan
Pelabuhan Ikan
Taman Kota
Kawasan Konservasi
Sarana olahraga
R
R
R
R
R
2x3m
2m
0
0
GSB
BELAKANG
(MIN)
3m
3m
2m
2m
2m
2m
2 x 10 m
2x5m
2m
GSB SAMPING
(MIN)
0
0
2m
2m
10 m
5m
2m
0
2m
2x4m
4m
2m
2m
R
R
R
2 x 10 m
2x5m
-
10 m
5m
-
Ket: R = dari Rumija, bila jalan lebih lebar dari 8 m maka GSB depan minimum adalah Rumija + 1
GSB terkecil sebesar 4 m, kecuali jalan buntu atau jalan setapak ditetapkan 2 m.
3.6
Jaringan Jalan
Guna
mempermudah
akses
pengembangan
wilayah
utara
maka
perlu
pembangunan jalan lingkar di sisi utara yang berfungsi sebagai jalan arteri primerr. Trase
jalan tersebut melewati daerah-daerah antara lain Simpang Lamteumen-Lamjame Uleu
Pata-Ulee Lheue-Gampong Jawa-Deah Raya-Tibang-Krueng Cut tembus ke Krueng Raya.
Laporan Akhir
III - 29
Usulan tambahan untuk memperpanjang Jalan Syiah Kuala sampai dengan Jalan
Soekarno Hatta. Perpanjangan Jalan Syiah Kuala sampai dengan Jalan Soekarno Hatta
saat ini sedang dalam pengerjaan.
Selain Jalan Lingkar Utara, pengembangan jalan lingkar luar sisi Selatan juga
diperlukan untuk mengantisipasi pengembangan wilayah sisi Selatan serta untuk
mempermudah akses ke Pelabuhan di daerah Ulee Lheue. Jaringan jalan Lingkar Selatan
dimulai dari Ulee Lheue, Jl. Lhoknga, Jl. Tgk Abd. Rahman Meunasah Meucab, Jl.
Soekarno Hatta, ke Lampeuneurut Kecamatan Ingin Jaya (Kabupaten Aceh Besar).
Disamping lingkar luar perlu dikembangkan juga Jalan Poros Barat-Timur untuk
mengantisipasi pengembangan wilayah terutama keberadaan rencana terminal terpadu di
wilayah Batoh/Lamdom. Jalan poros tersebut berawal dari Jl. Soekarno Hatta di daerah
Lam Ara melewati Jl. Wedana, Jl. Tgk. Dilhong, Cot Mesjid, Pango Raya, Pango Deah,
melintas Jl. Tengku Yusuf sampai persimpangan Ceurih menerus ke Jl. Mesjid Toha dan
terhubung ke jalan lingkar Selatan di Kecamatan Kuta Baru Kabupaten Aceh Besar. Peta
rencana jaringan jalan dapat dilihat pada Gambar 3.7.
Laporan Akhir
III - 30
Laporan Akhir
III - 31
Jalan lingkar dan poros merupakan jalan tipe 4/2 D (4 lajur 2 arah dengan median), lebar
Right of Way (ROW) atau ruang milik jalan (Rumija) adalah 40 m. Potongan melintang
jalan lingkar dan poros tersebut adalah sebagai berikut: (lihat Gambar 3.8)
GAMBAR 3.8
TIPIKAL POTONGAN MELINTANG JALAN POROS DAN LINGKAR KOTA BANDA ACEH
Laporan Akhir
III - 32
Rencana ruas jalan lingkar Utara antara Ulee Lheu dan Krueng Raya, sebagian
rencana ruasnya saat ini merupakan daerah pasang surut dan berbatasan langsung
dengan laut. Oleh karena itu maka sebagian ruasnya akan dibangun diatas timbunan.
Timbunan ini juga akan difungsikan sebagai tanggul laut (breakwater). Tipikal konstruksi
jalan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.9
ROW=4-6 m
Laut
+ 0.00 m LWS
1:1.5
Cubes 17.5 t
p=2800 kg/m3
1-6 ton
H=2-3 m
Darat
1:1.5
300-1000 kg
1:1.5
1:1.5
Grave
Dasar Laut
GAMBAR 3.9
JALAN DI ATAS TANGGUL LAUT
Untuk dimensi masing-masing lapisan (primary, secondary dan core layer) dari
tanggul laut (breakwater) disesuaikan dengan tinggi gelombang rencana. Badan jalan
diletakkan di atas lapisan primer dengan diberi lapisan antara berupa geotekstile dan
kemudian di atasnya diurug dengan lapisan pondasi jalan (sub base dan base course) dan
selanjutnya lapisan permukaan berupa aspal hotmix (AC MS 800-1000 kg)
Fasilitas penunjang
o
Terminal Penumpang
Fasilitas penunjang dalam sistem transportasi yang perlu dikembangkan untuk
Kota Banda Aceh adalah pembangunan Terminal Penumpang Tipe A yang
berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan penumpang antar kota antar
propinsi, angkutan antar kota dalam propinsi. Terminal tersebut berada di daerah
Lamdom dengan luas 3 ha. Keberadaan terminal ini harus didukung oleh jalan
arteri yaitu Jalan Poros Utara Selatan (terusan dari Jalan Syah Kuala sampai Jl.
Soekarno Hatta) dan Jalan Poros Barat Timur (Lam Ara sampai Jl. Mesjid Toha).
Laporan Akhir
III - 33
Dengan dibangunnya Terminal Penumpang Tipe A untuk bus antar kota yang
baru, maka terminal bus antar kota yang lama di Setui akan beralih fungsi dan
berubah menjadi Terminal Penumpang Tipe B yang semula melayani bus antar
kota menjadi angkutan antar kota jarak dekat (L300). Luasan untuk Terminal Tipe
B ini adalah 2 Ha yang terletak di Setui.
Sedangkan untuk terminal angkutan perkotaan (Terminal Tipe C), tetap
menggunakan terminal yang lama yakni di Keudah, namun terlebih dahulu harus
direnovasi, karena sampai saat ini kondisinya masih memprihatinkan akibat
bencana tsunami.
Terminal Barang
Pembangunan terminal barang akan terpadu dengan terminal penumpang yaitu
terminal Tipe A di daerah Lamdom. Dimana keberadaannya harus didukung oleh
Jalan Poros Utara Selatan dan Barat Timur.
Perangkutan umum
Dalam dokumen hasil studi Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Kota
Banda Aceh oleh Dirjen Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum dan Urgent
Plan JICA tidak menyebutkan mengenai perubahan jaringan pelayanan angkutan
umum perkotaan, demikian juga dalam dokumen hasil studi Revisi RTRW Kota Banda
Aceh 2001/2010 menyebutkan tidak ada perubahan terhadap jaringan pelayanan
angkutan umum perkotaan di Kota Banda Aceh.
3.6.2
Klasifikasi pelabuhan
Pengembangan pelabuhan di pelabuhan lama kawasan
Laporan Akhir
III - 34
Jalur pelayaran
Pelabuhan ini diperuntukkan terutama untuk kapal-kapal penumpang dari dank e
pelabuhan Sabang, Medan dan propinsi lainnya. Dan juga sebagai pengumpan ke dan
dari daerah sekitar Banda Aceh.
Klasifikasi pelabuhan
Pengembangan
pelabuhan
untuk
penyeberangan
menjadi
satu
dengan
Fasilitas penunjang
Sama seperti pelabuhan umum maka fasilitas pokok untuk pelabuhan penyeberangan
ro ro adalah alur, kolam pelabuhan, dermaga khusus ro-ro, terminal penumpang.
Sedangkan untuk fasilitas penunjang berupa kantor, utilitas dan fasilitas umum
lainnya. Bentuk layout untuk pelabuhan penyeberangan ini berupa wharf yang
menyatu dengan daratan.
Jalur pelayaran
Pelabuhan ini diperuntukkan terutama untuk kapal-kapal jenis ro-ro yang penumpang
dan barang dari daerah sekitar Banda Aceh menuju Pulau We, Pulau Nasi atau pulaupulau lain di sekitar Banda Aceh.
Laporan Akhir
III - 35
3.7
Unit
Orang
%
Orang
Orang
Orang
SR / 5 orang
HU / 100
orang
m3/hari
m3/hari
m3/hari
m3/hari
%
m3/hari
m3/hari
m3/hari
liter/detik
2006
206.194
60
123.716
111.354
12.372
22.269
2011
241.194
80
192.955
173.660
19.296
34.732
2016
276.194
85
234.765
211.288
23.476
42.258
124
16.702
495
3.340
20.537
45
9.242
29.779
35.734
414
193
26.049
772
5.210
32.031
30
9.609
41.640
49.968
579
235
31.693
939
6.339
38.971
30
11.691
50.663
60.796
704
Keterangan:
SR : Sambungan Rumah
HU : Hidran Umum
ND : Non Domestik
Untuk memenuhi kebutuhan air baku, Kota Banda Aceh mempunyai potensi
sumber air yang dapat dipergunakan, yaitu Sungai Krueng Aceh yang mempunyai debit
minimal 10,38 m3/detik atau hampir mencapai 900 m3/ hari pada musim kemarau
panjang. Terdapat dua unit Instalasi Pengolahan Air Minum yang sampai saat ini
Laporan Akhir
III - 36
terpasang 435
liter/detik dan IPA Siron berkapasitas 20 liter/detik. Lokasi intake kedua IPA tersebut
adalah di Sungai Krueng Aceh.
PDAM Tirta Daroy diharapkan telah mampu merehabilitasi dan membangun
kembali seluruh sarana dan prasarana sistem penyediaan air bersih, berupa instalasi
pengolahan, sistem distribusi dan sarana penunjangnya sampai dengan tahun 2009.
Target pelayananan terhadap pelanggan PDAM Tirta Daroy sampai dengan tahun 2016
minimal mencapai 85 %.
Rencana pengembangan Instalasi Pengolahan Air Minum berupa peningkatan
kapasitas produksi pada masing-masing Instalasi Pengolahan Air Minum dan sarana
penunjangnya. Kekurangan produksi air bersih akan mulai terjadi pada tahun 2009,
sehingga direncanakan peningkatan Instalasi Pengolahan Air Lambaro sebesar 100
liter/detik pada tahun 2009 dan pada tahun 2012 ditingkatkan menjadi 200 liter/detik.
Sungai Kreung Aceh sebagai sumber air baku yang potensial bagi penyediaan air
bersih Kota Banda Aceh, sehingga keberadaannya perlu dijaga dengan baik, karena air
permukaan sangat rawan terhadap pengaruh pencemaran. Upaya-upaya untuk tetap
menjaga kuantitas air dan kualitas air yang baik harus dilaksanakan dengan strategi yang
jelas dan program kegiatan yang baik, antara lain dengan:
Menjaga kualitas air baku agar tetap memenuhi daya dukungnya dengan melakukan
monitoring secara rutin,
Menindak tegas tanpa ada tawar menawar pada semua industri dan atau lainnya
yang membuang limbah cairnya ke badan air sehingga kualitas mengalami
penurunan,
Laporan Akhir
III - 37
Laporan Akhir
III - 38
terutama
mengenai
persyaratan
hukum
dan
persyaratan
teknis
operasionalnya.
Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kota Banda Aceh sebagai tempat proses
pengelolaan dan pembuangan akhir sampah terletak di Desa Gampong Jawa yang
berjarak 3 km dari pusat kota. Hingga saat ini landfill Gampong Jawa telah memiliki
lahan seluas 21 ha, yang telah difungsikan sebagai landfill seluas 12 ha, dan yang
belum difungsikan seluas 9 ha.
Denah Lokasi Pembuangan Akhir Sampah dan IPLT Gampong Jawa
yang ada
pada saat ini dan rencana LPA dan IPLT baru, dapat pada Gambar 3.11 berikut ini.
GAMBAR 3.11
DENAH LOKASI PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DAN IPLT GAMPONG JAWA
SERTA RENCANA LPA DAN IPLT BARU
Laporan Akhir
III - 39
Timbulan sampah yang akan dihasilkan di Kota Banda Aceh berasal dari kawasan
perumahan (domestik), industri, kawasan komersil, wisata dan fasilitas umum lainnya.
Timbulan sampah yang dikelola adalah timbulan sampah non B-3 (Bahan Beracun dan
Beracun/Hazardous Waste). Laju timbulan sampah adalah adalah 2,5 L/orang/hari, sesuai
dengan SNI 19-3983-1995, sehingga pada akhir tahun perencanaan mencapai 690
m3/hari. Proyeksi timbulan sampah yang dihasilkan Kota Banda Aceh disajikan pada tabel
3.14
TABEL 3.14
PROYEKSI TIMBULAN SAMPAH KOTA BANDA ACEH
TAHUN 2011 DAN 2016
Deskripsi
Unit
Populasi
Orang
Timbulan Sampah
L/orang/hari
Total Sampah
L/hari
Total Sampah
m3/hari
2006
2011
2016
206.194
241.194
276.194
2,5
2,5
2,5
515.485
602.985
690.485
515
603
690
Pola penanganan sampah yang dikembangkan untuk Kota Banda Aceh harus
mampu menstimulasi dan secara konkrit melibatkan dunia usaha maupun peran serta
masyarakat secara lebih luas. Berdasarkan uraian sebelumnya bahwa pengelolaan
sampah yang direncanakan lebih menekankan pada pengurangan (reduce) volume
sampah yang dihasilkan dan yang dibuang ke TPA. Bentuk pengelolaan seperti ini
memerlukan peran serta dari semua pihak baik pemerintah melalui instansi atau dinas
terkait maupun masyarakat.
Dokumen Urgent Rehabilitation and Reconstruction Plan for Banda Aceh City JICA
dan Rencana Tata Ruang Wilayah Metropolitan Banda Aceh JICA (Additional Study),
menjelaskan lokasi LPA Gampong Jawa hanya akan berumur 2 tahun, sehingga
diperlukan alternative pencarian lokasi LPA baru. Dari hasil kesepakatan
antar
Pemerintah Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar dan Provinsi NAD alternative lokasi
LPA Baru adalah di Montasik, Kecamatan Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar.
Laporan Akhir
III - 40
III - 41
GAMBAR 3.12
PEMBAGIAN ZONA DRAINASE KOTA BANDA ACEH
Laporan Akhir
III - 42
e. Air hujan secepatnya dialirkan badan air terdekat untuk memperpendek panjang
saluran
f.
g. Flood Canal di bagian selatan Kota Banda Aceh digunakan untuk membagi debit
volume banjir dan melindungi Kota Banda Aceh dari meluapnya debit banjir dari lahan
yang lebih tinggi .
h. Saluran drainase perkotaan harus difungsikan sebagai saluran kolektor dan long
storage
i.
Optimalisasi dan normalisasi sungai yang ada untuk meningkatkan daya tampung dan
kemampuan alirnya.
j.
Membangun retarding basin dan retarding pond yang dilengkapi dengan pompa air
untuk mengurangi debit limpasan yang langsung mengalir ke sungai/saluran.
Dalam sistem drainase yang merupakan kombinasi dari saluran drainase, retarding
pond dan retarding basin, tidak hanya besarnya debit yang dihitung tetapi juga
volume air yang dapat dialirkan (dipompa) dan yang harus ditahan (storage).
Sehingga dalam analisa tidak cukup hanya dihitung debit banjir puncak tetapi juga
waktu konsentrasi atau dengan kata lain perlu dihitung hidrograf banjir rencana.
Perkiraan hujan rencana dilakukan dengan analisa frekuwensi terhadap data curah
hujan harian maksimum tahunan dengan lama pengamatan sekurang-kurangnya
10 tahun
Pengecekan data hujan menggunakan metoda ekurva masa ganda, Chi Square
atau Smirnov-Kolmogorov
Laporan Akhir
III - 43
Koefisien Run off dihitung berdasarkan jenis tata guna lahan daerah aliran
c. Periode ulang
Periode ulang perencanaan drainase harus memenuhi ketentuan dapat di lihat pada
Tabel 3.15 berikut :
TABEL 3.15
PERIODE ULANG SALURAN DRAINASE
Tipologi Kota
Kota
Kota
Kota
Kota
Metropolitan
Besar
Sedang
Kecil
< 10
2 Tahun
2 Tahun
2 Tahun
2 Tahun
Kapasitas saluran dihitung dengan Persamaan Manning atau persamaan lain yang
sesuai
Saluran
drainase
yang
terpengaruh
aliran
balik
(backwater)
perlu
Kecepatan maksimum saluran tanah 0.7 m/dt, saluran pasangan batu kali 2 m/dt
dan saluran beton 3 m/dt atau sesuai dengan aturan lain yang berlaku dan kondisi
di lapangan
storage,
Laporan Akhir
III - 44
No
1
2
3
4
5
6
20
Lebar
tanggul
kiri dan
kanan (m)
5
20
33
50
10
10 - 58
5
5
5
5
Lebar
dasar (m)
Sungai
Kr. Titi Paya - Kr. Kon Keumeh
Kr. Kon Keumeh - Kr. Lueng
Paga
Kr. Lueng Paga - Kr. Daroy
Kr. Daroy - Tunnel width 50 m
Tiga Tunnel
Outlet Tunnel - width 58 m
Panjang
Sungai
(km)
3.895
5
tahunan
117.5
10
tahunan
148.64
3.27
2.444
1.116
8.00
3.498
123.4
187.82
278.31
337.807
175.44
269.05
411.74
485.31
mengalir dalam kota juga perlu dilakukan normalisasi dengan dimensi seperti pada Tabel
3.17 berikut.
TABEL 3.17
NORMALISASI SUNGAI DALAM KOTA
No
Sungai
Kr. Daroy
Kr. Neng
Lebar
dasar
(m)
20
5
7
11
10
Kemiringan
Tanggul
0.5
0.5
0.5
Panjang
Sungai
(km)
3.05
0.98
1.6
11
3.62
Kapasitas Debit
(m3/dt)
Periode
ulang
dari 10 menjadi
102
25 tahun
dari 2 menjadi
47.33
dari 12 menjadi
111.43
5 tahun
25 tahun
Laporan Akhir
III - 45
TABEL 3.18
DEBIT DAN DIMENSI SALURAN PRIMER.
Nama
Saluran
Luas
DAS
Koef.
aliran
Ha
1.1
1.2
1.3
1.4
2.1
3.1
3.2
3.3
3.4
4.1
4.2
4.3
4.4
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
6.1
6.2
6.3
6.4
7.1
8.1
9.1
9.2
9.3
9.4
9.5
9.6
10.1
11
11.1
11.2
11.3
58.00
53.00
65.50
29.50
130.00
41.00
75.50
223.00
58.00
47.00
39.50
29.00
44.00
77.50
30.00
56.00
50.50
110.00
40.50
125.50
57.00
75.00
65.00
90.00
127.00
45.00
60.00
53.00
19.00
50.00
41.00
54.00
34.00
335.00
19.00
Laporan Akhir
Debit
Miring
dasar
rencana
Kekasaran
saluran
M3/dt
0.700
0.700
0.778
0.732
0.780
0.780
0.793
0.794
0.684
0.730
0.800
0.800
0.800
0.715
0.792
0.792
0.792
0.792
0.792
0.792
0.762
0.727
0.740
0.740
0.795
0.795
0.797
0.700
0.800
0.686
0.800
0.800
0.789
0.789
0.789
1.70
0.36
1.68
0.61
2.41
0.88
3.88
9.92
1.78
2.64
2.18
1.30
2.31
3.48
1.57
0.79
0.37
3.14
7.27
2.53
1.46
2.23
1.56
2.11
2.11
1.89
1.45
1.37
0.94
1.50
1.81
1.30
2.29
9.95
1.08
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.025
0.025
0.025
0.025
0.025
0.025
0.025
0.025
0.025
0.025
0.025
0.025
0.025
0.025
0.025
0.025
0.025
0.025
0.025
0.025
0.025
0.025
0.025
0.025
0.025
0.025
0.025
0.025
0.025
0.025
0.025
0.025
0.025
0.025
0.025
Kedalaman
air
Lebar
dasar
Tinggi
Jagaan
Kecepatan
m/dt
1.28
0.72
1.28
0.88
1.46
1.00
1.75
1.50
1.31
1.51
1.41
1.16
1.44
1.68
1.24
0.96
0.72
1.62
1.50
1.49
1.21
1.42
1.24
1.39
1.39
1.34
1.21
1.18
1.03
1.23
1.31
1.16
1.44
1.50
1.08
2.60
1.50
2.60
1.80
3.00
2.10
3.60
8.00
2.70
3.10
2.90
2.40
2.90
3.40
2.50
2.00
1.50
3.30
6.00
3.00
2.50
2.90
2.50
2.80
2.80
2.70
2.50
2.40
2.10
2.50
2.70
2.40
2.90
6.00
2.20
0.25
0.20
0.25
0.20
0.25
0.20
0.25
0.30
0.25
0.25
0.25
0.20
0.25
0.25
0.25
0.20
0.20
0.25
0.30
0.25
0.20
0.25
0.25
0.25
0.25
0.25
0.20
0.20
0.20
0.25
0.25
0.20
0.25
0.30
0.20
0.51
0.34
0.51
0.39
0.55
0.42
0.62
0.73
0.50
0.56
0.53
0.47
0.55
0.61
0.50
0.41
0.34
0.59
0.69
0.57
0.48
0.54
0.50
0.54
0.54
0.52
0.48
0.48
0.44
0.49
0.51
0.47
0.55
0.69
0.45
III - 46
Nama
Saluran
Luas
DAS
Koef.
aliran
12
12.1
12.2
12.3
12.4
13.1
13.2
13.3
13.4
13.5
13.6
14.1
15.1
15.2
15.3
16.1
17.1
17.2
58.00
150.00
24.00
38.50
33.00
45.00
16.00
26.50
28.50
43.00
50.00
45.50
45.00
27.00
85.00
180.00
41.50
20.50
Ha
Debit
Miring
dasar
rencana
Kekasaran
saluran
Kedalaman
air
m
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.025
0.025
0.025
0.025
0.025
0.025
0.025
0.025
0.025
0.025
0.025
0.025
0.025
0.025
0.025
0.025
0.025
0.025
1.71
1.02
1.46
1.57
1.48
1.73
1.22
0.64
0.92
0.98
1.75
1.90
1.48
1.10
1.39
1.87
1.01
1.09
M3/dt
0.789
0.794
0.763
0.763
0.794
0.794
0.758
0.799
0.530
0.800
0.796
0.775
0.683
0.683
0.561
0.543
0.543
0.543
3.62
0.92
2.38
2.91
2.49
3.77
1.50
0.27
0.70
0.83
3.87
4.86
2.46
1.13
2.12
4.63
0.91
1.11
Lebar
dasar
Tinggi
Jagaan
Kecepatan
m/dt
3.50
2.10
3.00
3.20
3.00
3.50
2.50
1.30
1.90
2.00
3.50
3.90
3.00
2.30
2.80
3.80
2.10
2.20
0.25
0.20
0.25
0.25
0.25
0.25
0.20
0.20
0.20
0.20
0.25
0.25
0.25
0.20
0.25
0.25
0.20
0.20
0.61
0.43
0.54
0.58
0.56
0.62
0.49
0.32
0.40
0.42
0.63
0.65
0.56
0.45
0.54
0.65
0.43
0.46
Selain Saluran air, dalam sistem drainase kota Banda Aceh juga diperlukan kolam
penampungan pintu air dan pompa mengingat kota Banda Aceh memiliki topografi yang
relative datar sehingga tidak memungkinkan semua air dapat dialirkan secara gravitasi.
Jumlah dan lokasi retarding pond, pintu air dan pompa dalam sistem drainase
Kota banda Aceh dapat dilihat pada Tabel 3.19 berikut :
TABEL 3.19
JUMLAH DAN LOKASI RETARDING POND, PINTU AIR DAN POMPA
No
1
Lokasi
Retarding
Pond (Ha)
Pintu Air
Pompa
1.5
Kapasitas
(m3/dt)
4
1.5
1.5
Outlet 1
1.5
Outlet 2
1.5
Outlet 3
1.5
Outlet Zone 1
8.5
Jumlah
Lebar (m)
Jumlah
Outlet Zone 2
Laporan Akhir
III - 47
No
Lokasi
1.5
Outlet 1
1.5
Outlet 2
1.5
1.5
1.5
0.6
10
1.5
Lebar (m)
Jumlah
Outlet Zone 3
1.5
Outlet Zone 4
Outlet (long storage)
Pompa
Jumlah
1.5
Outlet 3
4
Pintu Air
Kapasitas
(m3/dt)
1
Outlet 4
3
Retarding
Pond (Ha)
Outlet Zone 5
Outlet Kr. Titi Panjang
4.5
Peta rencana jaringan saluran primer, retarding pond, pintu air dan pompa dapat
dilihat pada Gambar 3.13.
GSS
GSS
10 m
10 20 m
Sungai
10 20 m
10 m
Laporan Akhir
III - 48
Laporan Akhir
3.13
III - 49
Garis sempadan sungai untuk Titi Panjang, Lueng Paga, Daroy, Doy and Neng
Rivers (sebagai drainase utama) adalah minimum 15 m ke kiri dan ke kanan seperti pada
gambar dibawah.
Garis sempadan pantai direncanakan proporsi pada bentuk dan kondisnya (dari
garis pantai terluar ke
tidal dyke atau coastal road)
GSS
GSS
Sungai
4m
46m
46m
4m
Tanggul
Bakau
Laut
Tambak Ikan
Jalan
GSB
30 m
5 10 m
Untuk menanggulangi bencana yang disebabkan oleh banjir dapat pula dilakukan
dengan cara mengurangi limpasan permukaan sekaligus sebagai konservasi air tanah dan
melindungi daerah aliran sungai. Untuk mengurangi limpasan permukaan dapat dilakukan
sebagai berikut :
Membangun sumur resapan di area pemukiman untuk meresapkan air hujan ke tanah
Menjaga kolam-kolam penampungan dan rawa sebagai penyangga air dan sumber air
sungai
Konservasi tumbuhan pada daerah aliran sungai sebagai daerah peresapan air
Laporan Akhir
III - 50
groins
daerah
yang
dilindungi
terjadi
breakwater
detached breakwater
3. Detected breakwater
Bangunan ini tujuannya sama dengan
breakwater,
namun
bangunan
Laporan Akhir
ini
III - 51
pantai, akibat dari kondisi ini, di belakang detected breakwater akan terjadi sirkulasi
arus dari kiri dan kanan dan dengan kecepatan rendah akan terbentuk sedimentasi
yang disebut tombolo. (lihat Gambar 3.14)
Ombak
Pemecah Air
Jarak
Tombolo
Tonjolan
Garis Pantai
Ombak
Pemantul
Beton
Lempengan Baja
Laporan Akhir
III - 52
5. Embankment
GAMBAR 3.16
SKEMATIS EMBANKMENT
6. Coastal Forest
Seawall dan breakwater adalah struktur buatan untuk melawan gelombang/tsunami.
Namun perlu dicatat bahwa pembangunan dan pemeliharaan struktur tersebut
memerlukan biaya cukup tinggi dan dapat merubah kondisi lingkungan di sepanjang
pantai.
Tanaman pantai seperti bakau, pohon sagu, dan pohon kelapa memiliki kemampuan
alamiah untuk mereduksi gelombang tsunami dan juga merupakan solusi dari
kelemahan penggunaan struktur buatan. (lihat Gambar 3.17)
Palem /
Dinding Pemecah
Bakau
Tambak
GAMBAR 3.17
SKEMATIS COASTAL FOREST
Laporan Akhir
III - 53
Jembatan Kontrol
Laut
Sungai
GAMBAR 3.18
TIDAL GATE
Laporan Akhir
III - 54
TABEL 3.20
PROYEKSI KEBUTUHAN LISTRIK KOTA BANDA ACEH TAHUN 2011 DAN 2016
NO
STANDAR PENDUDUK
PENDUKUNG
JENIS FASILITAS
1
2
900 kva / kk
250% kebutuhan RT (KK)
Penerangan Jalan
KEBUTUHAN
TAHUN 2011
(kva)
KEBUTUHAN
TAHUN 2016
(kva)
43.414.920
108.537.300
49.714.920
124.287.300
6.512.238
7.457.238
Dari hasil perhitungan, pada tahun 2011 kebutuhan listrik rumah tangga di Kota
Banda Aceh sekitar 43,41 juta kva. Angka ini bertambah menjadi 49,71 juta pada tahun
2016. Kebutuhan listrik untuk fasilitas umum dan sosial di Banda Aceh pada tahun 2011
sebesar 108,54 juta kva, sedangkan tahun 2016 meningkat menjadi 124,29 juta kva.
Sementara itu untuk penerangan jalan kebutuhan listrik yang diperlukan adalah sebesar
6,51 juta kva pada tahun 2011 serta sebesar 7,46 juta kva pada tahun 2016.
NO
JENIS FASILITAS
Telepon Umum
STANDAR
PENDUDUK
PENDUKUNG
4 per 100 penduduk
KEBUTUHAN
TAHUN
2011
9.647
KEBUTUHAN
TAHUN
2016
11.047
3% dari kebutuhan
Rumah Tangga
1 per 2500 penduduk
289
331
96
110
Laporan Akhir
III - 55
Hingga tahun 2011 jumlah sambungan satuan telpon (SST) yang dibutuhkan
untuk rumah tangga mencapai 9,6 ribu SST, sedangkan pada tahun 2016 dibutuhkan
11,05 ribu SST. Kebutuhan lain yang relatif besar adalah untuk kebutuhan fasilitas umum
dan sosial yang mencapai 289 SST pada tahun 2011 dan 331 SST tahun 2016, sementara
itu kebutuhan yang relatif kecil adalah telepon umum yang hanya mencapai 96 SST pada
tahun 2011 dan 110 SST pada tahun 2016.
3.8
juga dilakukan dengan menggunakan standar dari Departemen PU tahun 1997. Angka
yang dihasilkan juga masih aggregat untuk skala kota. Pendistribusian fasilitas ini
nantinya akan dilakukan tidak berdasarkan lingkup administrasi, tetapi disesuaikan
dengan kebutuhan masyarakatnya dan tujuan perencanaan yang diinginkan pada suatu
kawasan.
NO
1
2
3
4
JENIS
FASILITAS
TK
SD
SLTP
SLTA
STANDAR
PENDUDUK
PENDUKUNG
(Jiwa)
STANDAR
LUAS
LAHAN
(m2)
KEBUTUHAN
TAHUN 2011
(unit)
1.000
1.600
4.800
4.800
1.200
3.600
2.700
2.700
241
150
50
50
LUAS
KEBUTUHAN
TAHUN 2011
(m2)
2892.00
540.000
135.000
135.000
KEBUTUHAN
TAHUN 2016
(unit)
276
172
57
57
LUAS
KEBUTUHAN
TAHUN 2016
(m2)
331.200
619.200
153.900
153.900
Laporan Akhir
III - 56
JENIS
FASILITAS
NO
STANDAR
PENDUDUK
PENDUKUNG
(Jiwa)
STANDAR
LUAS
LAHAN
(m2)
KEBUTUHAN
TAHUN
2011
LUAS
KEBUTUHAN
TAHUN 2011
(m2)
KEBUTUHAN
TAHUN 2016
LUAS
KEBUTUHAN
TAHUN 2016
(m2)
1
2
Puskesmas
Puskesmas
Pembantu
120.000
30.000
2.400
1.200
2
8
4.800
9.600
2
9
4.800
10.800
BKIA dan RS
Bersalin
10.000
1.600
24
38.400
27
43.200
4
5
6
7
Balai Pengobatan
Apotek
Praktek Dokter
Posyandu
3.000
10.000
5.000
2.500
300
350
100
100
80
24
48
96
24.000
8.400
4.800
9.600
92
27
55
110
27.600
9.450
5.500
11.000
fasilitas
peribadatan
di Kota
Banda
Aceh
dilakukan
dengan
pertimbangan bahwa fasilitas yang ada sebelumnya telah rusak akibat bencana tsunami.
Kebutuhan fasilitas yang dihasilkan merupakan kebutuhan aggregate untuk Kota Banda
Aceh. Secara lebih rinci, kebutuhan fasilitas kesehatan di Kota Banda Aceh diperlihatkan
pada Tabel 3.24 berikut ini.
TABEL 3. 24
PROYEKSI KEBUTUHAN FASILITAS PERIBADATAN KOTA BANDA ACEH
TAHUN 2011 DAN 2016
NO
JENIS
FASILITAS
STANDAR
PENDUDUK
PENDUKUNG
(Jiwa)
STANDAR
LUAS
LAHAN
(m2)
KEBUTUHAN
TAHUN 2011
LUAS
KEBUTUHAN
TAHUN 2011
(m2)
KEBUTUHAN
TAHUN 2016
LUAS
KEBUTUHAN
TAHUN 2016
(m2)
Masjid Skala
Kecamatan
120.000
4.000
8.000
8.000
Masjid Skala
Lingkungan
30.000
.1750
14.000
15.750
Laporan Akhir
III - 57
Laporan Akhir
III - 58
GAMBAR 3.19
PETA JALAN PELARIAN DARURAT DAN EVAKUASI
(tadinya 3.19 dan 3.20, tapi sekarang digabung jadi 1 peta)
Laporan Akhir
III - 59
BAB
IV
RENCANA IMPLEMENTASI
4.1
4.1.1 PENDAHULUAN
Dalam kegiatan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia hampir
selalu bersentuhan dengan pemanfaatan ruang. Karena banyak ragam dalam kegiatan
manusia, seperti kegiatan penyediaan perumahan, pertanian, industri, perdagangan serta
beragam kegiatan lainnya, maka sangat besar timbulnya potensi konflik diantara
bermacam-macam kepentingan dan fungsi dalam pemanfaatan ruang.
Besarnya
potensi
konflik
dalam
pemanfaatan
ruang
inilah
memunculkan
ruang
tersebut.
Keseimbangan
dan
keadilan
yang
dimaksud
misalnya
keseimbangan dan keadilan dalam penggunaan luas lahan untuk pertanian, kehutanan,
perdagangan, industri dan kepentingan serta fungsi lainnya.
Sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 Tentang
Penataan Ruang, yang dimaksud ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang
lautan, dan ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk
hidup lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya,
sedang tata ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik
direncanakan
maupun
tidak
direncanakan.
Untuk
mendapatkan
keseimbangan
lingkungan, berdasarkan fungsinya maka dalam penataan ruang dikenal adanya 2 (dua)
jenis kawasan yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya, dimana kawasan lindung
Laporan Akhir
IV - 1
adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan
hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan, sedang kawasan
budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan
atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan.
Dilihat dari perspektif fungsi-fungsi manajemen, maka penataan ruang akan
merupakan sebuah siklus proses yang saling berhubungan yaitu perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang, dimana penataan ruang
tersebut berdasar wilayah administratif akan terdiri penataan ruang nasional, penataan
ruang provinsi dan penataan ruang kabupaten/kota.
4.1.2 REFERENSI
PERATURAN
DAN
PERUNDANG-UNDANGAN
PENATAAN RUANG
Berkaitan dengan kegiatan penataan ruang, baik pada tataran perencanaan tata
ruang, pemanfaatan ruang maupun pada tataran pengendalian pemanfaatan ruang,
beberapa peraturan dan perundang-undangan yang dapat dipakai sebagai rujukan
diantaranya adalah :
1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanan Pembangunan
Nasional
4. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 Tentang Pelaksanaan Hak dan
Kewajiban Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan
Ruang
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1998 Tentang Tata Cara Peran serta
Masyarakat dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah
6. Keputusan Menteri Kimpraswil Nomor 327/KPTS/M/2002 Tanggal 12 Agustus 2002,
Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang
Laporan Akhir
IV - 2
Terpadu
Berkelanjutan
Azas ini memberikan landasan bahwa dalam penataan ruang semua kepentingan
harus dijamin untuk diakomodasikan, apakah itu kepentingan masyarakat,
pemerintah maupun kepentingan swasta atau dunia usaha baik usaha skala besar,
menengah maupun yang berskala kecil atau golongan ekonomi lemah. Sedangkan
dilihat dari perspektif kemanfaatannya, penataan ruang harus berangkat dari
pemikiran untuk menghindari sedapat mungkin kemudaratan dalam pemanfaatan
ruang, mengingat sifat ketersediaan sumberdaya ruang yang terbatas artinya tidak
dapat ditambahkan dari yang tersedia dialam ini, oleh karenanya pemanfaatan
ruang harus diorientasikan pada dayaguna dan hasilguna bagi kesejahteraan
manusia secara agregat, luas dan menyeluruh tanpa mengorbankan kepentingan
yang bersifat privat, sehingga penataan ruang dapat mewujudkan kualitas ruang
sesuai potensi dan fungsi ruang yang tersedia.
Isu keselarasan, keserasian dan keseimbangan merupakan isu yang penting dalam
penataan ruang, terutama yang berkaitan dengan struktur dan pola pemanfaatan
ruang, persebaran penduduk antar wilayah, pertumbuhan antar sektor dan
wilayah. Ketidakseimbangan dalam pertumbuhan pembangunan baik secara
spasial maupun secara sosial dan ekonomi akan menjadi problem yang serius
dalam pembangunan. Kemampuan daya dukung dan kelestarian sumberdaya alam
harus juga menjadi perhatian penting dalam penataan ruang mengingat kita
sedang terus mendorong konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable
IV - 3
informasi serta mempunyai kedudukan yang setara dalam proses penataan ruang
meskipun tentunya terdapat fungsi-fungsi yang berbeda. Sekalipun penataan ruang
merupakan domain publik, hal ini tidak mengabaikan rasa keadilan dan perlindungan
hukum bagi setiap warga dalam menjalankan hak dan kewajibannya berkaitan dengan
penataan ruang sehingga didorong untuk mencapai win-win solution.
Apabila azas-azas dalam penataan ruang dapat dioperasikan dalam menjadi landasan
bagi pemanfaatan ruang, maka diharapkan tercapainya tujuan dari penataan ruang,
antara lain :
1. Terselenggaranya pemanfaatan ruang berwawasan lingkungan yang berlandaskan
Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional
2. Terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan kawasan
budidaya
3. Tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk :
Mewujudkan
keterpaduan
dalam
penggunaan
sumberdaya
alam
dan
IV - 4
perencanaan pembangunan daerah di sisi yang lain. Tidak meleburnya perencanaan tata
ruang menjadi bagian integral dari perencanaan pembangunan di daerah menjadikan
implementasi perencanaan tata ruang di daerah tidak dapat berjalan secara efektif,
demikian juga dengan efektifitas pengendaliannya.
Struktur perencanaan pembangunan di Indonesia berdasarkan hirarki dimensi
waktunya berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional dapat dibagi menjadi perencanaan jangka panjang,
jangka menengah dan jangka pendek (tahunan), sehingga dengan Undang-Undang ini
kita mengenal satu
perbincangan
mengenai
bagaimana
rencana
tata
ruang
dapat
Laporan Akhir
IV - 5
berjudul
Mendulang
Uang
dengan
Tata
Ruang
mengungkapkan
Laporan Akhir
IV - 6
Penataan ruang yang berkualitas akan dapat mendorong rencana investasi didaerah.
Pertumbuhan
wilayah
perlu
ditunjang
oleh
pengelolaan
tata
ruang
untuk
Masih didapati adanya kenyataan bahwa penataan ruang masih belum dapat
mengakomodasi rencana pembangunan dan pendanaan oleh pemerintah, swasta dan
masyarakat.
cukup besar terhadap perannya untuk menjadi inspirator utama pembangunan didaerah
ternyata belum dapat berjalan seperti diharapkan disebabkan terutama karena belum
meleburnya penataan ruang sebagai bagian integral dari perencanaan pembangunan di
daerah. Penataan ruang di satu sisi berjalan dengan format dan kaidah-kaidahnya sendiri
dan di sisi yang lain, perencanaan pembangunan berjalan dengan tata cara dan normanormanya sendiri.
Menanggapi hubungan antara rencana tata ruang dengan berbagai macam
perencanaan pembangunan, Achmad Djunaedi dalam tulisannya berjudul Alternatif
Model Penerapan Strategis dalam Penataan Ruang Kota di Indonesia, mengusulkan dua
alternatif model yaitu, model pertama perencanaan strategis pembangunan daerah
berjalan seiring secara kohesif dengan perencanaan strategis tata ruang wilayah, dan
model kedua rencana strategis menjadi payung bagi rencana pembangunan daerah dan
rencana tata ruang wilayah. Kedua model tersebut tampak pada diagram dibawah ini
pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2.
Laporan Akhir
IV - 7
Gambar 4.1 :
Gambar 4.2
Laporan Akhir
IV - 8
Dua alternatif model tersebut diatas telah berusaha untuk memposisikan dimana
perencanaan tata ruang wilayah berada diantara tuntutan-tuntutan pembangunan baik
dibidang ekonomi maupun dibidang sosial serta bidang-bidang lainnya.
Laporan Akhir
IV - 9
IV - 10
dapat
dianggap
sebagai
unsur
lemah
RPJM
Daerah
sebagai
instrumen
operasionalisasi rencana tata ruang adalah bahwa pelaku pemanfaat ruang adalah semua
stakeholder, yaitu pemerintah daerah, pemerintah pusat, swasta, dan masyarakat,
sementara RPJM Daerah hanya memuat program dan kegiatan Satuan Kerja Pemerintah
Daerah (SKPD) dan Lintas Satuan Kerja Pemerintah Daerah (Lintas SKPD). Oleh
karenanya RPJM Daerah jika format muatannya seperti itu, maka lebih cocok disebut
sebagai Rencana Kegiatan 5 Tahun Pemerintah Daerah dan bukan perencanaan
pembangunan di daerah karena tidak mengintegrasikan kegiatan pembangunan seluruh
stakeholdernya.
Jika RPJM Daerah bersifat indikatif maka Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD) yang berdurasi tahunan relatif lebih bersifat definitif karena keterlaksanaannya
akan didukung dengan ketersediaan anggaran yang disebut sebagai Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dengan demikian secara teoritis seharusnya
RKPD akan menjadi instrumen yang lebih nyata dalam operasionalisasi rencana tata ruang
khususnya dari sektor pemerintah daerah. Namun dalam kenyataannya RKPD ini lemah
fungsinya sebagai instrumen operasionalisasi rencana tata ruang baik RTRW apalagi
RDTRK/RBWK karena
perencanaan tata ruang tersebut dan tidak dimilikinya Program Distrik Multi Sektor.
Bagian
lain
yang
pembangunan
dan
tidak
kalah
perencanaan
pentingnya
dalam
mengoperasikan
keruangan
adalah
perencanaan
Rencana
Tata
perencanaan
keuangan
dan
perencanaan kelembagaan.
Usulan
Alternatif
Hubungan
Ruang
dengan
Rencana
Pembangunan
Selama ini dikalangan masyarakat berkembang pandangan tentang hubungan
antara rencana tata ruang dengan rencana pembangunan sebagai dua hal yang terpisah,
walaupun di beberapa pembahasan ada upaya untuk mendekatkan keduanya. Dalam
bahasa masyarakat yang lebih sederhana seringkali diungkapkan sebagai rencana tata
ruang berjalan sendiri dan rencana pembangunan juga berjalan sendiri, masing-masing
berjalan sendiri-sendiri. Memang dasar hukum dari kedua jenis perencanaan tersebut
Laporan Akhir
IV - 11
disusun secara terpisah yaitu Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan
Ruang dan Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional. Draft RUU perubahan UU Penataan Ruang dalam penjelasannya
juga mengusulkan upaya mendekatkan kedua jenis perencanaan tersebut dengan
menyebutkan bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah harus mengacu kepada Rencana
Pembangunan Jangka Panjang, namun hal ini dapat menimbulkan tafsir bawa
perencanaan tersebut bersifat sequensial yaitu penyusunan RPJP dahulu baru
peyusunan RTRW padahal keduanya adalah sama-sama perencanaan jangka panjang.
Dalam pemahaman yang lain bila konsep seperti dilaksanakan, hal itu akan dapat
mematikan konsep untuk mendialogkan kedua perencanaan tersebut.
Implikasi praktis yang nyata dalam perencanaan pembangunan didaerah seperti
telah disampaikan dalam bagian Pendahuluan adalah bahwa baik dalam pembahasan
penyusunan draft RPJP-Daerah maupun draft RPJM-Daerah tidak dapat dijelaskan sampai
sejauh mana kedua perencanaan pembangunan tersebut telah didialogkan, karena tidak
adanya pemahaman konseptual mengenai pentingnya hal tersebut, disamping secara
teknis tidak adanya tekanan metodologis untuk melakukannya. Karenanya perencanaan
pembangunan terutama pada RPJM-Daerah yang pada intinya merupakan pernyataan
perencanaan sektoral tidak mengungkapkan lokasi kegiatan yang direncanakannya dan
akibatnya perencanaan pembangunan seperti itu tidak dapat mengungkapkan implikasi
spasialnya.
Untuk menghindari beberapa kelemahan hubungan antar jenis perencanaan
tersebut diatas disampaikan beberapa hal :
1.
Jika kita simak lebih mendalam mengenai isi apa yang disebut selama ini sebagai
Rencana Pembangunan esensinya adalah perencanaan pembangunan berbagai
sektor pembangunan atau lazim disebut sebagai perencanaan sektoral.
2.
3.
Laporan Akhir
sektoral
serta
perencanaan
pendukung
sebagai
penjamin
IV - 12
5.
6.
PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Dimensi Waktu
Perencanaan
Jangka Panjang
Jangka
Menengah
Perencanaan
Spasial
Perencanaan
Sektoral
Perencanaan
Finansial
Perencanaan
Institusional
Jangka
Pendek
Laporan Akhir
IV - 13
Bila disimak secara mendalam, tujuan yang hendak dicapai dalam penataan ruang
adalah kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan ruang yang berkualitas, yaitu
pemanfaatan ruang yang selaras, serasi dan seimbang diantara keseluruhan kepentingan,
baik kepentingan yang berhubungan langsung dengan kebutuhan hidup manusia maupun
kepentingan kelestarian lingkungan yang sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup
generasi dimasa yang akan datang. Dengan demikian bila ditanya untuk siapa penataan
ruang perlu dilakukan, maka tentu tidak lain dan tidak bukan jawabnya adalah untuk para
pemangku kepentingan atau stakeholder ruang tersebut dimana para anggotanya adalah
masyarakat secara umum, kalangan dunia usaha dan pemerintah.
Apabila dapat difahami bahwa penataan ruang ditujukan bagi kemanfaatan para
pemangku kepentingan atau stakeholder, maka menjadi strategis keterlibatan secara
egaliter para pemangku kepentingan dalam proses penataan ruang, baik pada proses
perencanaan,
pemanfaatan
maupun
pada
proses
pengendalian,
agar
tercapai
Kewajiban, Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang,
dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 9 Tahun 1998 Tentang Tata Cara Peran
IV - 14
Dari pasal 4 ayat 2, pasal 5 ayat 1 dan 2 serta pasal 12 ayat 1 UU No. 24 Tahun
1992 tersebut dapat dipahami beberapa hal tentang hak, kewajiban dan peran serta
masyarakat dalam penataan ruang sebagai berikut :
1.
Pada setiap fase penataan ruang, yaitu pada fase perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang setiap orang sebagai
anggota masyarakat berhak untuk terlibat secara langsung dan aktif untuk
mengambil peran sesuai dengan kapasitas dan kapabilitasnya.
2.
Lebih dari sekedar memiliki hak untuk ikut terlibat dalam penataan ruang, bahkan
setiap orang diwajibkan berperan serta dalam memelihara kualitas ruang, seperti
diamanatkan ayat 1 pasal 5 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992.
3.
Setiap orang sebagai anggota masyarakat mempunyai hak berupa akses untuk
mendapatkan informasi yang seluas-luasnya tentang rencana tata ruang, hal ini
penting karena dengan keterbukaan tentang rencana tata ruang, diharapkan dapat
mengurangi pelanggaran tata ruang. Untuk mengoperasikan kebijakan ini tentu
diperlukan dukungan perangkat sistem informasi ketataruangan yang handal,
sehingga setiap orang dapat mengaksesnya dengan cepat, mudah, murah dan
akurat.
4.
diperjelas dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 Tentang Pelaksanaan Hak
dan Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan
Ruang. Pasal 15 peraturan pemerintah ini menyebutkan beberapa bentuk peran serta
masyarakat dalam proses perencanaan tata ruang wilayah kabupaten/kota sebagai
berikut :
1.
2.
Laporan Akhir
IV - 15
3.
Pemberian
masukan
dalam
merumuskan
perencanaan
tata
ruang
wilayah
kabupaten/kota.
4.
5.
Pengajuan
keberatan
terhadap
rancangan
Rencana
Tata
Ruang
Wilayah
pemanfaatan
ruang
wilayah
Kabupaten/Kota.
6.
7.
peran
serta
masyarakat
dalam
Pemanfaatan ruang daratan dan ruang udara berdasarkan peraturan perundangundangan, agama, adat, atau kebiasaan yang berlaku.
2.
Bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan wujud struktural dan pola
pemanfaatan di kawasan perkotaan dan perdesaan.
3.
4.
Konsolidasi pemanfaatan tanah, air, udara, dan sumber daya alam lainnya untuk
tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas
5.
Perubahan atau konversi pemanfaatan ruang sesuai dengan Rencana Tata Ruang
wilayah Kabupaten / Kota.
6.
7.
kabupaten dan kota, didalam pasal 17 peraturan ini, menyebutkan beberapa bentuk yang
dapat dilaksanakan, yaitu :
1.
2.
Laporan Akhir
IV - 16
yang
ketiga
yaitu
perumusan
perencanaan
tata
ruang.
Penentuan
arah
RDTR,
Rencana
Teknik
Ruang,
Bupati/Walikota
wajib
Laporan Akhir
IV - 17
Pasal 16 ayat 3 dan Pasal 22 ayat 5 , pada tahap penentuan arah pengembangan dan
identifikasi potensi dan masalah pembangunan wilayah Kabupaten/Kota peran serta
masyarakat dalam bentuk pemberian masukan disampaikan kepada Bupati/Walikota
melalui Bapekab/Bapeko.
Pasal 16 ayat 6 dan Pasal 22 ayat 5, pemberian masukan oleh masyarakat pada tahap
penentuan arah pengembangan dan identifikasi potensi dan masalah pembangunan
wilayah Kabupaten/Kota, dilaksanakan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari
setelah diumumkan.
Pasal 16 ayat 7 dan Pasal 22 ayat 6, pemberian masukan oleh masyarakat, dapat
dilakukan secara tertulis yang tembusannya disampaikan kepada Ketua DPRD
Kabupaten/Kota, atau secara lisan yang dicatat dan dituangkan dalam berita acara
yang dibuat oleh Bapekab/Bapeko.
Pasal 17 ayat 1 dan Pasal 23 ayat 1, untuk menerima saran, pertimbangan, pendapat,
tanggapan, keberatan, atau masukan dari masyarakat, informasi tentang arah
pengembangan serta identifikasi potensi dan masalah pembangunan
wilayah
Kabupaten/Kota, dibahas dalam forum pertemuan yang lebih luas dengan melibatkan
para pakar dan tokoh masyarakat bersama Bupati/Walikota dibantu BKPRD
Kabupaten/Kota dan instansi terkait.
Pasal 32 dan 33, proses perumusan perencanaan tata ruang dilakukan dengan
melibatkan peran serta masyarakat melalui pemberian masukan yang dilaksanakan
melalui lokakarya atau sarasehan dengan melibatkan para pakar, tokoh masyarakat,
bersama Bupati/Walikota dibantu BKPRD dan instansi terkait di daerah, untuk
selanjutnya hasilnya akan dirumuskan dalam rancangan rencana tata ruang seperti
RTRW Kabupaten/Kota.
Pasal 34 dan 35, Rancangan RTRW Kabupaten/Kota yang telah disiapkan oleh
Bapekab/Bapeko diumumkan kepada masyarakat secara luas setidaknya selama 7
(tujuh) hari melalui media cetak atau media elektronik serta melalui forum pertemuan.
Pengajuan keberatan disampaikan masyarakat maksimum selama 30 (tiga puluh) hari
Laporan Akhir
IV - 18
bersama
Bupati/Walikota
dibantu
BKPRD
Kabupaten/Kota,
lanjuti
Bapekab/Bapeko
untuk
penyempurnaan
Rancangan
RTRW
Kabupaten/Kota.
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
Tahap 4
Persiapan
- Pengumuman
rencana penyusunan
Rencana Tata Ruang
Penentuan arah
pengembangan termasuk
identifikasi potensi dan masalah
:
- Penyampaian masukan
Perumusan Rencana :
- Penyusunan rencana
berdasarkan Masukan
Publik dan dinas sektoral
melalui lokakarya intern
Penetapan Rencana
- Penyampaian
rancangan dan berita
acara
- Penetapan rencana
tata ruang
Pengumuman lewat :
- Media massa, TV,
Radio, Surat Kabar,
dll
- Forum pertemuan
- Pengumuman rancangan
lewat media massa
Forum pertemuan (7 hari)
Sidang DPRD
- Penyampaian keberatan
Bupati/
Walikota
DPRD
Bapekab/
Bapeko
Jangka waktu :
7 hari
Peraturan
Daerah (PERDA)
Laporan Akhir
IV - 19
Dalam Pengendalian
Pemanfaatan Ruang
Pengawasan terhadap
pemanfaatan ruang
Penyelenggaraan kegiatan
pembangunan berdasarkan tata
ruang yang telah ditetapkan
IV - 20
dari rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Para pihak termasuk anggota masyarakat
dan dunia usaha sebagai bagian dari stakeholder atas lahan yang ruangnya ditata selama
ini tidak banyak dilibatkan, padahal merekalah yang memiliki property right atas lahan
tersebut sehingga semestinya development right mereka juga diperhatikan dan dihargai
dengan cara melibatkan mereka secara aktif dan egaliter dalam proses penataan ruang.
Di kota Banda Aceh, anggota stakeholder dalam penataan ruang disamping unsur
Pemerintah Kota seperti Badan Perencana Kota (Bapeko), Dinas Tata Kota, Bagian-bagian
pada Sekretariat Kota, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Pasar, Dinas Prasarana
Jalan dan Sumber Daya Air, Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Dinas
Perhubungan serta Dinas-dinas teknis kota lainnya, juga organisasi-organisasi non
pemerintah seperti organisasi masyarakat (Ormas), organisasi sosial-politik (Parpol),
lembaga swadaya masyarakat (LSM), organisasi profesi, organisasi dunia usaha,
perguruan tinggi, lembaga penelitian, ulama, cendekiawan, mukim, tengku, lembaga adat
serta organisasi dan lembaga kemasyarakatan lainnya. Secara lebih rinci anggota
stakeholder perencanaan tata ruang (RTRW) Kota Banda Aceh tampak dalam tabel
sebagai berikut dibawah ini :
TABEL 4.1
DAFTAR STAKEHOLDER
REVISI RTRW KOTA BANDA ACEH
TAHUN 2006
PEMERINTAH
1).
2).
3).
4).
5).
6).
7).
8).
9).
10).
11).
12).
13).
14).
15).
Laporan Akhir
IV - 21
NON PEMERINTAH
1).
2).
3).
4).
5).
6).
7).
8).
9).
10).
11).
12).
13).
14).
15).
16).
17).
18).
19).
20).
21).
22).
23).
24).
25).
26).
27).
28).
29).
30).
31).
32).
33).
34).
35).
36).
37).
38).
39).
40).
41).
Mukim
Ulama/Tengku/Tuku
Majelis Pemusyawaratan Ulama (MPU)
Lembaga Adat dan Kebudayaan Aceh (LAKA)
Jaringan Kerja Masyarakat Adat (JKMA)
Bakti Sosial Pembangunan Desa (UKM-BSPD)
Lembaga Pusat Penelitian Ilmu Budaya
Forum LSM Aceh
Walhi
Pusat Studi HAM
Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI)
Organisasi Keagamaan
Organisasi Sosial
Prganisasi Kepemudaan
Forsikal (Forum Studi Kependudukan dan Lingkungan Hidup)
Partai Politik PKS, PPP, Golkar, PAN dan Demokrat)
Dr. Nazamuddin (Akademisi)
Syarifah Rahmatillah (Ketua Mispi)
Adli Abdullah (Akademisi)
Dr. Raja Masbar (Akademisi)
Ir. Imran A. Rahman M.Eng (Akademisi)
Ir. Ismail Yusuf. M.Eng (Akademisi)
LSM : FORSIKAL (Forum Studi Kependudukan dan Lingkungan Hidup)
LSM : KKTGA (Kelompok Kerja Transformasi Gender)
LSM : LPLH (Lembaga Pembelajaran Lingkungan Hidup)
LSM : LPSELH (Lembaga Pengembangan Sosial Ekonomi dan Lingkungan Hidup)
LSM : CCDE (Pusat Pengembangan Masyarakat dan Pendidikan)YAM (Yayasan Abdi Masyarakat)
LSM : YBA (Community for Farmers and Environment Development)
LSM : YPSI (Yayasan Pemerhati Sosial Indonesia
LSM : SAHARA (Yayasan Suara Hati Rakyat)
LSM : FA (Yayasan Flower Aceh)
LSM : YASMA (Yayasan Karya Bersama)
LSM : PASE (Yayasan Pagar Alam Indonesia)
LSM : YAB (Yayasan Anak Bangsa)
LSM : YRBI (Yayasan Rumpun Bambu Indonesia
LSM : YAPDA (Yayasan Putra Dewantara): Empowering Circle for Society Movement
Masyarakat (mukim, LSM)
Pelaku ekonomi (KADIN, REI, kelompok pengusaha retail, dll)
Pelabuhan
Apindo
Masyarakat Nelayan
Laporan Akhir
IV - 22
PENGGUNA
1).
2).
3).
4).
5).
6).
7).
8).
9).
10).
11).
12).
13).
14).
15).
16).
17).
IV - 23
ZONING
UMUM KOTA
DENGAN
WAWASAN
BENCANA
FGD
I
PEMBATASAN
PEMANFAATAN RUANG
KAWASAN
PANTAI
FGD
II
PEMBATASAN
INTENSITAS
PEMANFAATAN
RUANG
KAWASAN
PUSAT KOTA
LAMA
FGD
III
RENCANA
PENGEMBAN
GAN KOTA KE
ARAH
SELATAN
FGD
IV
REN-BANG
PUSAT
PELAYANAN
SEKUNDER
(SUB CITY
CENTRE)
FGD
V
RENCANA
PENGEMBAN
GAN JALAN
UTAMA KOTA
FGD
VI
LOKASI
TPA
PEMBATASA
N
PEMANFAAT
AN LAHAN
SBG SOLUSI
UTK
MENANGANI
BANJIR
FGD
VII
FGD
VIII
REKONFIRMASI/SOSI
ALISASI RTRW KOTA
BANDA ACEH HASIL
REVISI
QONUN
QONUN
Laporan Akhir
IV - 24
Model partisipasi masyarakat dalam perencanaan sektor publik dari waktu kewaktu
terus mengalami perkembangan kualitas yang positif. Kalau pada mulanya model
partisipasi masyarakat ini hanya sampai pada tingkatan sosialisasi yang diartikan
sebagai perencanaan yang telah disusun oleh pemerintah sekedar hanya diinformasikan
kepada masyarakat, pada tingkatan ini masyarakat tidak secara aktif terlibat, masyarakat
terlibat pada posisi sangat pasif, hanya menerima saja perencanaan yang sudah jadi
untuk dipaksakan pelaksanaannya. Pada fase yang lebih maju masyarakat diundang
pada proses awal perencanaan, diminta masukan dan kritiknya, masukan dan kritik
tersebut ditampung oleh pemerintah dan kemudian hasil analisis yang berupa rencana
disampaikan kepada masyarakat untuk diimplementasikan, tetapi pada fase ini tidak ada
penjelasan tentang hasil masukan dan kritik yang telah disampaikan masyarakat mana
yang diterima, mana yang ditolak, dan mengapa masukan dan kritik tersebut diterima
atau ditolak. Pada fase yang lebih maju lagi partisipasi masyarakat perencanaan sektor
publik, khususnya pada perencanaan tata ruang, para anggota stakeholder yang
seharusnya lebih dominan dalam proses perencanaan tata ruang, sedang unsur
pemerintah sebagai bagian stakeholder lebih banyak pada posisi sebagai pihak yang
memfasilitasi proses perencanaan yang dimotori oleh masyarakat dan anggota
stakeholder lainnya. Apabila aktor utama dalam proses perencanaan tata ruang adalah
masyarakat dan anggota stakeholder lainnya, maka segala konflik-konflik kepentingan
dalam penataan ruang akan menjadi agenda pembahasan yang penting dalam proses
perencanaan
tata
ruang
untuk
dicarikan
kesepakatan
solusinya
dengan
tetap
consensus planning
dalam mendorong peran serta masyarakat pada proses revisi Rencana Tata Ruang
Wilayah kota Banda Aceh, dimulai dengan membahas beberapa issue strategis akan
dibahas dalam forum dialog publik, dimana para anggota stakakeholder membahas dan
menyepakati setiap permasalahan pada setiap issue strategis dalam kelompok kerja
focus group discussion (FGD).
Laporan Akhir
IV - 25
IV - 26
8. Surat Perjanjian atau Surat Kuasa yang disahkan oleh pejabat yang berwenang
untuk itu (bila pemohon bukan pemilik tanah)
9. Surat Pernyataan Pelepasan Hak dari Pemilik Tanah terhadap tanah yang
termasuk dalam bagian Garis Sempadan Bangunan (GSB)/Rencana Perluasan
Jalan, khusus untuk bangunan dengan fungsi Usaha.
10. Fotocopy
IMB
lama
beserta
lampirannya
(khusus
untuk
Rehabilitasi/
Renovasi/Penambahan bangunan).
b. Syarat Teknis
1. Advice Planning/Keterangan Rencana Peruntukan yang diterbitkan oleh Dinas Tata
Kota dan Permukiman Kota Banda Aceh.
2. Gambar Rencana Bangunan (Site Plan dan Sistem Jaringan Drainase untuk
pengolahan air limbah, Denah, Tampak, Potongan) dan Spesifikasi Teknis yang
dibuat oleh perencana/konsultan
3. Perhitungan Struktur Konstruksi dan Gambar Detail
Adapun prosedur proses perizinan pendirian bangunan ada tahapan-tahapan yang
harus dipatuhi oleh orang atau badan. Prosedur proses perizinan adalah sebagai berikut:
1. Pemohon mengajukan surat permohonan kepada Bagian Tata Usaha dengan
melampirkan fotocopy KTP dan Sertifikat Tanah
2. Bagian Tata Usaha membuat agenda pendaftaran kemudian diajukan ke Kepala Dinas
3. Kepala dinas membuat disposisi kemudian diserahkan ke Subdin Tata Ruang/Tata
Kota untuk diperiksa kelengkapan surat permohonan.
4. Subdin Tata Ruang/Tata Kota melakukan pemeriksaan atas kelengkapan dari surat
permohonan bila belum lengkap dikembalikan ke pemohon untuk dilengkapi dan bila
sudah lengkap dilanjutkan dengan melakukan pengukuran atas lahan yang akan
dibangun
5. Dibuatkan
Advice
Planning/Surat
Keterangan
Rencana
Peruntukan
kemudian
IV - 27
9. Kemudian diserahkan ke Subdin Tata Ruang / Tata Kota dan Subdin Perizinan
Bangunan untuk pembuatan peta situasi bangunan dan pemeriksaan kelengkapan
permohonan.
10. Diserahkan ke bagian Administrasi untuk kelengkapan Administrasi
11. Setelah Administrasi lengkap dilakukan penelitian teknis dan penetapan biaya retribusi
12. Pemohon menyetorkan retribusi ke Bendaharawan kemudian disetorkan ke kas
Daerah
13. Setelah itu dibuatkan penyiapan SIMB
14. Walikota memberi persetujuan dan menandatangani SIMB
15. SIMB di serahkan ke Dinas Tata Kota dan Permukiman untuk regristasi dan
penyerahan SIMB ke Pemohon
Laporan Akhir
IV - 28
A
D
V
I
C
E
P
L
A
N
N
I
N
G
PEMOHON
Permohonan Advice Planning
(Melampirkan Fotocopy KTP
dan Sertifikat tanah)
SUBDIN
TATA RUANG/TATA
Pemeriksaan Kelengkapan
Pemohonan
M
E
N
D
I
R
I
K
A
N
Agenda Pendaftaran
KEPALA DINAS
Diposisi
Pengukuran Situasi
Lapangan
Advice Planning (Surat
Keterangan Rencana
Peruntukan)
Pemohon
I
Z
I
N
BAGIAN TATA
PERMOHONAN
IZIN MENDIRIKAN
BANGUNAN (IMB)
PERENCANA /
KONSULTAN
Pembuatan Gambar
Bangunan dan Persyaratan
BAGIAN TATA USAHA
Agenda Pendaftaran
KEPALA DINAS
SUBDIN PERIZINAN
BANGUNAN
Pemeriksaan Kelengkapan
Permohonan
Penelitian Administrasi
Disposisi
SUBDIN TATA
RUANG/ TATA KOTA
Pembuatan Peta Situasi
Bangunan
Penelitian Teknis
B
A
N
G
U
N
A
N
(IMB)
PEMOHON
Penyetoran Retribusi
Penyiapan SIMB
WALIKOTA
BENDAHARAWAN
Penerimaan Retribusi
Penyetoran ke Kas Daerah
Persetujuan /
penandatanganan SIMB
PEMOHON
Regristrasi dan
Penyerahan SIMB
Laporan Akhir
IV - 29
TABEL 4.2
DASAR PEMBEBANAN BIAYA IMB
No
1
Jenis
Bangunan
Hunian
Usaha
Laporan Akhir
Fungsi Bangunan
Bangunan
Permanen
Bangunan semi
Permanen
Rumah Tinggal
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Perkantoran
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Perdagangan
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Perhotelahan
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Industri
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Bioskop
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
IV - 30
No
No
3
Jenis
Bangunan
Fungsi Bangunan
Jenis
Bangunan
Sosial
Budaya
Keagamaan
Laporan Akhir
Bangunan semi
Permanen
Terminal
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Penyimpanan
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Fungsi Bangunan
&
Bangunan
Permanen
Bangunan
Permanen
Bangunan semi
Permanen
Pendidikan
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Pelayanan Kesehatan
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Olah Raga
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Kebudayaan
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Pelayanan Umum
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Panti Asuhan
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Tempat Ibadah
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
IV - 31
No
Jenis
Bangunan
Khusus
Pagar
Fungsi Bangunan
Bangunan
Permanen
Bangunan semi
Permanen
Pesantren
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Sejenisnya
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Reaktor
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Menara
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Tower
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Tugu
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Militer
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
1
2
3
4 Keatas
Melindungi Tanah
Per M
Per M
Sejenis
Per M
Per M
IV - 32
izin diberikan kepada orang atau badan yang akan mendirikan sebuah usaha dalam
memanfaatkan tata ruang dan penggunaan sumber daya alam dalam rangka untuk
menjaga kelestarian lingkungan.
Setiap usaha mendirikan bangunan/usaha perlu adanya izin gangguan dengan
tujuan untuk menata lokasi tata ruang agar tercipta lingkungan yang tertib, aman dan
nyaman.
Untuk menunjang kelancaran dan ketertibannya pemerintah telah menetapkan
syarat-syarat yang harus dilaksanakan oleh orang atau badan ketika hendak mengajukan
izin gangguan. Pengurusan Izin Gangguan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1.
Surat permohonan yang ditandatangani permohon diatas materei Rp. 6000 diketahui
Lurah/Geuchik setempat dimana lokasi didirikan bangunan.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
IV - 33
Bagian Umum
Asisten I
Bagian Hukum
Syarat-syarat
Peninjauan Lapangan
Berita Acara
Peninjauan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Bagian hukum
Bagian Ekonomi
Bagian Paperda
Dinas Tata Kota
Pemadam
Diterima/ditolak
Diterima
Pengumuman 30 hari
sejak ditanda tangani
Rekomendasi Lurah
Tergantung Pemohon
Keberatan dari
masyarakat
Ditindaklanjuti ke
Walikota
Retribusi HO
pada Bank
SK Walikota
Laporan Akhir
Paraf :
1. Kabag Hukum
2. Asisten tata praja
3. Sekda
IV - 34
Jenis Usaha
Elektro motor, tenaga uap air, uap gas, uap bertekanan tinggi
Penyulingan kering dari bahan tumbuh-tumbuhan dan hewani, termasuk pabrik gas
10
Pabrik porselin, pabrik pecah belah, tempat pembuatan batu merah, genteng, ubin,
dan tegel, tempat pembakaran gamping, gipsa dan pembasahaan
11
12
13
Galangan kapal kayu, tempat pembuatan barang dari batu dan penggergajian batu,
tempat pembuatan gilingan dan kereta, tempat pembuatan tong, tempat
pertukangan kayu
14
Pabrik tapioka
15
Pabrik untuk mengerjakan karet, getah perca, bahan-bahan yang mengandung zat
karet
16
Laporan Akhir
IV - 35
Jenis usaha
Tempat penembakan
Warung dalam bangunan tetap, tempat usaha lain yang dapat menimbulkan
bahaya atau gangguan
10
11
12
13
14
Apotik
15
16
17
18
19
20
21
Laporan Akhir
IV - 36
No
Jenis usaha
22
23
24
25
26
27
28
29
Warung nasi, mie, bakso, sate dan sejenisnya termasuk warung es/ice cream
30
31
32
33
34
izin
usaha
dimaksudkan
untuk
mengatur,
mengawasi
dan
mengendalikan serta menata kegiatan usaha agar sesuai dengan peruntukan kawasan
dan zona yang diatur dalam Rencana Tata Ruang.
Dengan adanya izin usaha bertujuan untuk mengatur tata tertib juga untuk
mengatur pelaksanaan usaha itu sendiri agar tertib dan aman sehingga tidak
mengganggu kelestarian lingkungan. Dalam melakukan aktifitas usaha bagi orang
perorang atau badan agar sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kota
Untuk menunjang kelancaran dan ketertibannya pemerintah telah menetapkan
syarat-syarat yang harus dilaksanakan oleh orang atau badan ketika hendak mengajukan
izin tempat usaha.
Laporan Akhir
IV - 37
Nama Usaha
Syarat
Rumah kecantikan,
Wisma pangkas
1.
2.
3.
4.
Rumah Bilyard
Laporan Akhir
dan
IV - 38
No
Nama Usaha
Syarat
3. Izin Gangguan (HO)
Depot obat
1.
2.
3.
4.
5.
Apotik
Rumah sakit,
rumah bersalin,
Klinik
10
11
Koperasi
12
Bengkel, Doorsmer,
Ruang penyimpanan,
Pergudagangan,
Penimbunan minyak Oli,
gas/elpiji
Percetakan
13
Mobil
barang/penumpang
1.
14
15
Perhotelan, Losmen,
Penginapan, Wisma
Melampirkan
Perhubungan
rekomendasi
dari
Dinas
Laporan Akhir
IV - 39
No
Klasifikasi
Jenis Usaha
Assesoris
1. Jual
2. Jual
3. Jual
4. Jual
5. Jual
6. Jual
7. Jual
8. Jual
Kesehatan
1. Depot obat
2. Apotik
3. Praktek dokter
4. Klinik
5. Rumah Sakit
6. Tukang Gigi
7. Jual alat-alat kesehatan
8. Fitness center
1. Wartel
2. Kios phon
3. Warnet
4. Jaringan Telekomunikasi
5. Pemancar TV
6. Pemancar radio
7. Jual alat-alat komunikasi/HP
8. Entertaintments
9. Periklanan
Rental
1. Alat-alat musik
2. Perlengkapan pesta
Laporan Akhir
kaca mata
jam
kaca
keramik dan sejenisnya
barang antik
mainan anak-anak
mas dan perak
souvenir
IV - 40
No
Klasifikasi
Jenis Usaha
3. Komputer, VCD, play station, Video game
4. Mobil dan
5. Kendaraan bermotor
Dealer,
distributor
perbengkelan
10
Rumah kecantikan
1. Salon wanita
2. Wisma pangkas pria
3. Jual alat-alat kecantikan
11
1. Restoran
2. Catering
3. Rumah makan
4. Kedai kopi
12
13
Biro/jasa umum
Laporan Akhir
1. SPBU
2. Jual gas elpiji
3. Jual minyak Oli
4. Penimbunan Minyak dan sejenis
dan 1. Dealer mobil
2. Dealer kendaraan bermotor
3. Jual sepeda
4. Jual suku cadang kendaraan
5. Bengkel mobil
6. Bengkel kendaraan bermotor
7. Bengkel las dan cat
8. Bengkel sepeda
9. Doorsmer
10. Distributor
IV - 41
No
Klasifikasi
Jenis Usaha
10. Penukaran valas, pegadaian
11. Asuransi
12. Koperasi
14
Bidang kepariwisataan
1. Perhotelan berbintang
2. Hotel melati
3. Wisma/penginapan/losmen
4. Pengelolaan fasilitas wisata
5. Meseum
6. Kebun binatang
7. Bioskop
8. Tempat hiburan anak-anak
9. Rumah bilyard
15
Perbankan
1. Jasa perbankan
16
Market/Maal
1. Mall
2. Super market
3. Mini market
17
Gudang
1. Ruang penyimpanan
2. Pergudangan
18
Reperasi
1. Alat-alat elektronik
2. Alat-alat mekanikal
3. Alat-alat manual
19
Industri
1. Pembuatan sepatu/sol
2. Pembuatan tempe/tahu
3. Pengolahan air mineral
4. Bahan bangunan
5. Makanan/minuman
6. Obat-obatan
7. Panglong kayu/kayu olahan
8. Tekstil
20
Transportasi
1. Angkutan barang
2. Angkutan penumpang
IV - 42
tata
ruangnya
tidak
memperhatikan
kecenderungan
kebutuhan
perkembangan faktor-faktor tersebut diatas terutama faktor ekonomi. Oleh karena itu
dibutuhkan sebuah model kelembagaan dan instrumen pengendalian pemanfaatan ruang
yang dapat mengakomodasikan rencana tata ruang disatu sisi dengan dinamika
kebutuhan pemanfaatan ruang disisi yang lain secara harmonis.
Tujuan utama pengendalian pemanfaatan ruang dengan demikian adalah untuk
menjamin pelaksanaan pemanfaatan ruang dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang
yang telah ditetapkan. Oleh karena itu kunci utama keberhasilan pengendalian
pemanfaatan ruang adalah kualitas rencana tata ruang yang telah ditetapkan, yaitu
rencana tata ruang yang disamping memenuhi norma dan kaidah penataan ruang juga
rencana tata ruang tersebut harus difahami dan di terima (accept) oleh masyarakat dan
semua anggota stakeholder lainnya, dengan demikian proses perencanan tata ruang
adalah awal dari keberhasilan pengendalian pemanfaatan ruang.
Disamping tersedianya rencana tata ruang yang memadai kualitasnya, faktor lain
yang dapat menunjang keberhasilan pengendalian pemanfaatan ruang adalah tersedianya
perangkat-perangkat pengendalian pemanfaatan ruang yang terdiri dari perangkat
kelembagaan, perangkat kebijakan dan perangkat aktifitas. Perangkat kelembagaan dapat
berupa prinsip-prinsip dalam pengendalian pemanfaatan ruang yang tentunya akan
menjadi sistem nilai atau roh yang menggerakkan dan memberi inspirasi bagi praktekpraktek pengendalian pemanfaatan ruang. Perangkat kelembagaan yang lain adalah
organisasi pengendalian pemanfaatan ruang lengkap dengan struktur organisasi dan job
description nya serta segala uraian tentang prosedur-prosedur yang berkaitan dengan
kegiatan teknis organisasi pengendalian pemanfaatan ruang.
Laporan Akhir
IV - 43
KERANGKA
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
REVISED
PLAN
PERENCANAAN
TATA RUANG
CORRECTIVE
ACTION
PEMANFAATAN
RUANG
PENGENDALIAN
PEMANFAATAN RUANG
KELEMBAGAAN
KEBIJAKAN
PRINSIPPRINSIP
AKTIVITAS
PERIZINAN
ORGANISASI
INSENTIF
PENGAWASAN
JOB DISKRIPSI
DISINSENTIF
PENERTIBAN
SIS DUR
lainnya agar masyarakat dan anggota stakeholder yang lain tertarik untuk melaksanakan
pembangunan sesuai rencana tata ruang yang telah ditetapkan karena mendapatkan
keuntungan dengan adanya kebijakan insentif tadi. Sebaliknya kebijakan disinsentif
dimaksudkan agar masyarakat dan anggota stakeholder lainnya yang mencoba untuk
memaksa melanggar rencana tata ruang akan mendapatkan kerugian, kesulitan
ataupun kemudaratan yang lain dalam pembangunan yang dilaksanakannya, dengan
demikian diharapkan kebijakan disinsentif ini akan dapat menekan kuantitas dan kualitas
Laporan Akhir
IV - 44
kegiatan pembangunan dengan cara melanggar rencana tata ruang yang telah
ditetapkan.
Perangkat lainnya dalam pengendalian pemanfaatan ruang adalah aktifitas yang
lebih bersifat teknis, yaitu perangkat-perangkat perizinan, pengawasan dan penertiban.
Dengan perizinan diharapkan ada control terhadap rencana pembangunan yang akan
dilaksanakan oleh masyarakat karena mereka akan membangun sesuai ketentuanketentuan yang sudah termaktub didalam klausula-klausula izin yang diberikan oleh
lembaga yang berwenang, sementara perizinan yang diberikan diharapkan untuk
menggunakan rencana tata ruang yang telah ditetapkan sebagai acuan atau rujukan,
dengan demikian diharapkan setiap aktifitas pembangunan yang berizin tidak melanggar
rencana tata ruang. Perangkat pengawasan merupakan aktifitas yang bersifat reguler,
dan berkelanjutan yang dilaksanakan oleh lembaga pengendalian pemanfaatan ruang.
Perangkat ini secara sistematis akan mendeteksi perubahan pemanfaatan ruang melalui
laporan baik dari instansi yang bersifat sektoral maupun instansi yang bersifat
kewilayahan. Selain melalui laporan, kegiatan pengawasan juga akan secara aktif
melakukan kegiatan pemantauan (monitoring) langsung dilapangan. Hasil-hasil data dan
informasi yang didapat baik melalui proses pelaporan ataupun proses pemantauan
langsung dilapangan digunakan untuk melakukan evaluasi terjadinya pelanggaran atau
penyimpangan terhadap pelaksanaan pembangunan yang terjadi dilapangan. Hasil
evaluasi ini akan berupa analisis terhadap penyebab pelanggaran, luasnya atau kuantitas
serta kualitas pelanggaran, serta coverage akibat pelanggaran tersebut terhadap rencana
tata ruang yang telah ditetapkan, sehingga rekomendasi
dapat berupa rekomendasi penyempurnaan terhadap rencana tata ruang, serta upayaupaya penertiban pelaksanaan pemanfaatan ruang.
Organisasi Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Pengendalian pemanfaatan ruang sebagai bagian dari proses penataan ruang
selama ini lebih banyak didominasi oleh pemerintah. Pengendalian pemanfaatan ruang
secara makro di daerah dilaksanakan oleh Bapekab/Bapeko melalui proses pelaporan,
pemantauan dan evaluasi. Sementara proses pengendalian pemanfaatan ruang secara
lebih mikro dan teknis pada umumnya dilaksanakan oleh Dinas Tata Kota terutama
melalui proses perizinan, pengawasan dan penertiban. Semua masukan proses
pengendalian pemanfaatan ruang selain melalui proses pemantauan langsung dilapangan,
pada umumnya diperoleh dari instansi kewilayahan seperti Kantor Kelurahan, Kantor Desa
Laporan Akhir
IV - 45
dan Kantor Kecamatan. Karena pusat-pusat kegiatan pengendalian berada pada lapisan
kedua atau ketiga dari struktur organisasi pemerintahan daerah, maka independensi
kegiatan pengendalian ini tentu sulit dilaksanakan untuk menghadapi tekanan politis oleh
kekuasaan diatasnya.
Keterlibatan masyarakat dan anggota stakeholder lainnya dalam penataan ruang
terutama pengendalian pemanfaatan ruang, dirasakan masih terlalu rendah kalau tidak
boleh dikatakan tidak ada sama sekali. Kedepan perlu dipertimbangkan untuk
mengembangkan sebuah model organisasi pengendalian pemanfaatan ruang yang
menghadirkan keterlibatan masyarakat dan anggota stakeholder lainnya secara lebih
intensif untuk mengakomodasi sikap, pikiran dan pendapat mereka, sehingga proses
pemanfaatan ruang dapat berjalan sesuai dengan rencana tata ruang yang telah
ditetapkan sebagai bagian dari upaya mencapai kesejahteraan masyarakat.
4.2
INDIKASI PROGRAM
Indikasi program ini adalah penjabaran dari rencana tata ruang yang telah
dirumuskan pada bab sebelumnya. Program-program ini disusun untuk jangka waktu 10
tahun, yiatu tahun 2007 2016. Dalam pelaksanaannya program-program tersebut
dijabarkan ke dalam dua tahap, yiatu tahap I untuk jangka waktu lima tahun pertama
(2007 2011) dan tahap II untuk jangka waktu lima tahun ke dua (2012 2016), dimana
pentahapannya program didasarkan atas skenario pengembangan Kota Banda Aceh.
Adapun substansi program yang didasarkan atas skenario pengembangan Kota Banda
Aceh adalah:
Indikasi program tahap II meliputi pengembangan kota ke bagian selatan Banda Aceh
Selanjutnya, program-program yang telah dirumuskan dikelompokkan ke dalam
berbagai
bidang
pembangunan,
sehingga
nantinya
akan
memudahkan
dalam
pengimplementasiannya oleh dinas atau badan terkait. Karena masih merupakan indikasi,
maka program-proram ini masih bersifat makro dan perlu dijabarkan lagi ke dalam
kegiatan-kegiatan yang lebih detail lagi untuk implementasinya. Adapun rumusan indikasi
program pengembangan Kota Banda Aceh tahun 2007- 2017 dijelaskan pada Tabel 4.1
berikut ini.
Laporan Akhir
IV - 46
TABEL 4.3
INDIKASI PROGRAM PENGEMBANGAN
KOTA BANDA ACEH TAHUN 2007 2016
No.
Indikasi Program
A.
B.
Jangka Waktu
2007 2012 2011
2016
Lembaga
Pelaksana
C.
d.
e.
Laporan Akhir
Bidang
Hukum
Pemerintah Kota
Banda Aceh
Bappeko
Bappeko
Dinas
Lingkungan
Hidup
Bappeko
Dinas PU
Dinas Tata Kota
Dinas
Permukiman
Bappeko
Bappeda
Aceh Besar
Kab
Bappeko
Dinas Prasarana jalan
dan Sumber Daya Air
Dinas PU
Dinas Perhubungan
Administrator
pelabuhan
IV - 47
No.
Jangka Waktu
2007 2012 2011
2016
Indikasi Program
Lembaga
Pelaksana
Bappeko
Dinas PU
Dinas Kebersihan
Bapeko (Badan
Perencanaan Kota
Dinas Prasarana jalan
dan Sumber Daya Air
Dinas PU
pond
f.
PT. TELKOM
dan
kualitas
2. Pengembangan kuantitas
fasilitas kesehatan
dan
kualitas
3. Pengembangan kuantitas
fasilitas peribadatan
dan
kualitas
Laporan Akhir
Bapeko
Dinas Pendidikan
Dinas Kesehatan
Dinas Sosial
IV - 48
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN ZONING REGULATION
KEGIATAN YANG
DIPERBOLEHKAN
FUNGSI
- Ruang Hijau
- Perikanan
Tangkap
:1.1
:P.1 (PESISIR BANDA ACEH BARAT)
: ULEE LHEUE
: A / PESISIR (COASTAL ZONE)
: BANDA ACEH BARAT
RH
dan
IT
PROPORSI
TABEL
UNIT ZONING REGULATION
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN
ZONA
WILAYAH PENGEMBANGAN
Ruang
Terbuka
RT
Perumahan
Terbatas
PT
:1.2
: A.1 (KAWASAN KONSERVASI MEURAXA BARAT)
: ULEE LHEUE
: B / ECO-ZONE
: BANDA ACEH BARAT
KEGIATAN YANG
DIPERBOLEHKAN
FUNGSI
LOKASI
INTENSITAS
PEMANFAATAN
RUANG
KDB
KLB
-
PROPORSI
LOKASI
Konservasi:
- Zona hijau/pond
- Wisata
40%
30%
INTENSITAS
PEMANFAATAN
RUANG
KDB
KLB
0%
30 40%
0,6-0,8
Pertambakan
IB
Zona tambak
TABEL
UNIT ZONING REGULATION
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN
ZONA
WILAYAH PENGEMBANGAN
Tsunami
Heritage dan
Wisata
PL
TH
100%
- Landmark/Monumen Tsunami
- Kawasan Wisata
10%
Ruang
Terbuka
Perikanan
Budidaya
Permukiman
Terbatas
0%
LOKASI
INTENSITAS
PEMANFAATAN
RUANG
KDB
KLB
10%
0,2
- Pelabuhan Samudera
20%
0,8
- Pergudangan
30%
0,3
10%
0,2
:1.4
: A.3 (KAWASAN PENGEMBANGAN MEURAXA UTARA)
: ULEE LHEUE
: B / ECO-ZONE
: BANDA ACEH BARAT
KEGIATAN YANG
DIPERBOLEHKAN
FUNGSI
PROPORSI
Pelabuhan Penyeberangan
Barang dan Penumpang serta
fasilitas penunjangnya
TABEL
UNIT ZONING REGULATION
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN
ZONA
WILAYAH PENGEMBANGAN
:1.3
: A.2 (KAWASAN PELABUHAN ULEE LHEUE)
: ULEE LHEUE
: B / ECO-ZONE
: BANDA ACEH BARAT
KEGIATAN YANG
DIPERBOLEHKAN
FUNGSI
Pelabuhan
20%
PROPORSI
LOKASI
RT
20%
IB
20%
PT
20%
Di dataran yang tergenang antara Jl. Rama Setia dan Jl. Lingkar Utara
serta dibatasi zona hijau di sebelah selatan.
Di sepanjang sisi Timur Jl. Iskandar Muda dan di sepanjang Jalan Rama
Setia
INTENSITAS
PEMANFAATAN
RUANG
KDB
KLB
0%
0%
30 40%
0,6-0,8
TABEL
UNIT ZONING REGULATION
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN
ZONA
WILAYAH PENGEMBANGAN
KEGIATAN YANG
DIPERBOLEHKAN
FUNGSI
Zona Perairan
:1.4
: A.3 (KAWASAN PENGEMBANGAN MEURAXA UTARA)
: ULEE LHEUE
: B / ECO-ZONE
: BANDA ACEH BARAT
RT
Konservasi
- Hutan Mangrove
- Pond
PROPORSI
LOKASI
40%
INTENSITAS
PEMANFAATAN
RUANG
KDB
KLB
0%
TABEL
UNIT ZONING REGULATION
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN
ZONA
WILAYAH PENGEMBANGAN
KEGIATAN YANG
DIPERBOLEHKAN
FUNGSI
Perkantoran
Mix Use
Permukiman
:1.5
: A.4 (SUB PUSAT WILAYAH PENGEMBANGAN JAYA BARU)
: JAYA BARU
: C / TRADITIONAL CITY CENTER ZONE
: BANDA ACEH BARAT
MU
PROPORSI
LOKASI
Perkantoran:
- Pelayanan Umum
- Perkantoran Swasta
Perkantoran Pemerintahan
5%
Perdagangan-jasa
Pelayanan Umum
Perkantoran Swasta
Fasum dan Fasos
Perumahan dengan tingkat
kepadatan sedang.
- Perumahan dengan tingkat
kepadatan tinggi, kategori
rumah
sangat
sederhana
sampai dengan rumah sangat
besar
dengan
fasilitas
penunjang.
- Rumah susun
10%
Di sepanjang sisi Utara Jl. Cut Nyak Dhien di sekitar pertemuan dengan
Jl. Tgk Abd Rahman Meunasah Meucab dan Jl. Soekarno Hatta di
sebelah Barat
Di sepanjang sisi Utara Jl. Cut Nyak Dhien yang dibatasi Sungai Krueng
Nieng di sebelah Timur.
Di sepanjang Jl. Tgk Abd Rahman Meunasah Meucab: Di sepanjang sisi
Jl. Jenderal Sudirman dan Jl. Soekarno - Hatta
5%
70 %
Ruang Terbuka
RT
5%
Pelayanan Kota
PK
- Sarana Pendidikan
- Fasilitas Peribadatan
5%
Pertokoan
15%
Perdagangan
Jasa
PJ
INTENSITAS
PEMANFAATAN
RUANG
KDB
KLB
30 50%
0,8 2,4
35 40%
0,8 1,4
30 60%
0,3 2,4
40 50%
0,8 1,0
0%
30 40%
1,2 -0,8
60%
1,8
Di sisi Barat Jl. Tgk Abd Rahman Meunasah Meucab hingga Sungai
Krueng Nieng dengan tingkat kepadatan sedang, di Kawasan antara jl.
Tgk Abd Rahman Meunasah Meucab dengan Sungai Krueng Nieng.
Jalur hijau di sepanjang DAS Krueng Nieng dan Krueng Daroy dengan
lebar 10 50 m
Di antara Jl. Cut Nyak Dhien dan Jl. Nasruddin Daud, Di sepanjang sisi
Jl. Teuku Umar
Di sepanjang sisi Jl. Teuku Umar
TABEL
UNIT ZONING REGULATION
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN
ZONA
WILAYAH PENGEMBANGAN
:1.6
: A.5 (KAWASAN PERMUKIMAN TERBATAS JAYA BARU TIMUR)
: JAYA BARU
: C / TRADITIONAL CITY CENTER ZONE
: BANDA ACEH BARAT
KEGIATAN YANG
DIPERBOLEHKAN
FUNGSI
Perkantoran
Perdagangan
Jasa
PJ
Mix Use
MU
Permukiman
Terbatas
PT
Permukiman
PROPORSI
LOKASI
Perkantoran Swasta
2%
Di sepanjang sisi Utara Jl. Cut Nyak Dhien yang dibatasi Sungai Krueng
Nieng di sisi Barat dan Jl. Jendral Sudirman di sisi Timur.
Pertokoan
5%
- Perdagangan-jasa
- Fasum dan Fasos
5%
10 %
60%
Dibatasi sungai Krueng Nieng pada sisi Barat, Jl. Teuku Umar pasa sisi
selatan, Sungai Krueng Doy dan Jl. Iskandar Muda di sisi Timur serta
jalan lingkar utara pada sisi Utara.
- Landmark
- Wisata bersejarah
3%
RT
10%
PK
Sarana
Pelayanan
Transportasi
Sarana Pendidikan
5%
Tsunami
Heritage dan
Wisata
Ruang Terbuka
TH
Pelayanan Kota
Kota
INTENSITAS
PEMANFAATAN
RUANG
KDB
KLB
30 50%
1 2,4
60%
1,8
30 60%
0,3 2,4
30 40%
0,6-0,8
40 50%
0,8 1,0
10%
0,2
0%
10%
0,2
30 40%
1,2 -0,8
TABEL
UNIT ZONING REGULATION
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN
ZONA
WILAYAH PENGEMBANGAN
KEGIATAN YANG
DIPERBOLEHKAN
FUNGSI
Perdagangan
Jasa
PJ
Mix Use
MU
PermukimanTe
rbatas
PT
Permukiman
Ruang
Terbuka
: 1.7
: A.6 (KAWASAN PERMUKIMAN MEURAXA TIMUR)
: JAYA BARU
: C / TRADITIONAL CITY CENTER ZONE
: BANDA ACEH BARAT
RT
Pertokoan
- Perdagangan-jasa
- Pelayanan Umum
- Perkantoran Swasta
- Fasum dan Fasos
Perumahan dengan tingkat
kepadatan rendah
PROPORSI
LOKASI
10%
5%
20 %
50%
Konservasi:
- Zona hijau/pond
- Wisata
5%
10%
Pada wilayah Lampaseh Aceh yaitu di sisi selatan jalan lingkar Utara
dan diantara Jl. Iskandar Muda dan Jl.Habib Abdurrahman.
Pada wilayah Punge Jurong yang dibatasi sungai Krueng Doy pada sisi
selatan dab berada diantara Jl. Iskandar Muda dan Jl.Habib
Abdurrahman.
INTENSITAS
PEMANFAATAN
RUANG
KDB
KLB
60%
1,8
30 60%
0,3 2,4
30 40%
0,6-0,8
40 50%
0,8 1,0
0%
0%
KEGIATAN YANG
DIPERBOLEHKAN
FUNGSI
- Ruang Hijau
- Perikanan
Tangkap
: 2.1
: P.2 (PESISIR BANDA ACEH UTARA)
: LAMPULO
: A / PESISIR (COASTAL ZONE)
: BANDA ACEH UTARA
RH
dan
IT
PROPORSI
LOKASI
100%
TABEL
UNIT ZONING REGULATION
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN
ZONA
WILAYAH PENGEMBANGAN
:2.2
: B.1 (TPA DAN IPLT GAMPONG JAWA)
: ULEE LHEUE
: B / ECO-ZONE
: BANDA ACEH BARAT
KEGIATAN YANG
DIPERBOLEHKAN
FUNGSI
INTENSITAS
PEMANFAATAN
RUANG
KDB
KLB
-
Pelayanan
Kota
PK
TPA
IPLT
Zona Perairan
RT
Konservasi
- Hutan Mangrove
- Pond
10%
30%
INTENSITAS
PEMANFAATAN
RUANG
KDB
KLB
5%
0,05
60%
0,6
60%
0%
PROPORSI
LOKASI
TABEL
UNIT ZONING REGULATION
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN
ZONA
WILAYAH PENGEMBANGAN
KEGIATAN YANG
DIPERBOLEHKAN
FUNGSI
Perikanan
Tangkap/samu
dera
Mix Use
: 2.3
: B.2 (KAWASAN PERIKANAN LAMPULO)
: LAMPULO
: C / TRADITIONAL CITY CENTER ZONE
: BANDA ACEH UTARA
IT
dan
IB
MU
Permukiman
Terbatas
PT
Zona wisata
TH
PROPORSI
LOKASI
- Fasilitas Perikanan
20%
40%
- Pelabuhan Ikan
5%
- Perdagangan-jasa
- Fasum dan Fasos
3%
Perumahan Nelayan
30%
- Wisata bersejarah
2%
INTENSITAS
PEMANFAATAN
RUANG
KDB
KLB
50%
1,0
50%
1,0
50%
1,0
30 60%
0,3 2,4
30 40%
0,6-0,8
10%
0,2
TABEL
UNIT ZONING REGULATION
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN
ZONA
WILAYAH PENGEMBANGAN
KEGIATAN YANG
DIPERBOLEHKAN
FUNGSI
Ruang Terbuka
Perikanan
Perdagangan Jasa
Mix Use
Permukiman
Terbatas
Pelayanan Kota
: 2.4
: B.3 (KAWASAN PERMUKIMAN TERBATAS KUTARAJA)
: PEUNAYONG
: C / TRADITIONAL CITY CENTER ZONE
: BANDA ACEH UTARA
RT
IB/
IT
PJ
MU
PT
PK
Konservasi
- Zona hijuau
- Pond
- wisata
Sempadan sungai (Konservasi)
PROPORSI
LOKASI
30 %
Dibatasi Jalur Lingkar Utara pada sisi Utara dan Jl Pintu Air sampai
dengan Jl. KR.Gedong pada sisi Selatan. Dan pada sisi timur dibatasi
Krueng Aceh.
10 %
Zona Wisata
Cold Storage
5%
2%
- Perdagangan Ritel/Eceran
- Jasa Komersial
10%
--- Perdagangan-jasa
--- Pelayanan Umum
--- Perkantoran Swasta
--- Fasum dan Fasos
Kawasan campuran komersial
dan hunian
5%
Fasilitas Pendidikan
15%
20%
3%
Hutan Kota di sepanjang DAS Krueng Aceh berupa jalur hijau dengan
lebar 10 50 m dan di sepanjang ruas Jl. Lingkar Utara sebagai buffer
untuk kawasan permukiman yang berada di sekitarnya.
Berbatasan dengan Zona hijau terletak di Jl. KR. Gedong
Berada di sisi Barat Krueng Aceh berbatasan langsung dengan Zona
hijau di sisi utara.
Di sepanjang Jl. Habib Abdurrahman dibatasi Krueng Doy di sisi Barat
dan Jl. Prof A Madjid Ibrahim I. Dan di sepanjang Jl. Persatuan yang
dibatasi Jl. Prof A Madjid Ibrahim II di sisi Selatan dan Jl Perdamaian di
sisi Utara
Di sepanjang Jl. Jl. Prof A Madjid Ibrahim I, dibatasi Jl.Iskandar Muda
pada sisi Selatan dan Jl. Perintis di sisi Utara
Dibatasi Jl.Habib Abdurrahman di sisi Selatan, Krueng Doy di sisi Barat,
Jl. Tentara Pelajar di sisi Barat, dan Jl. Pintu Air sampai dengan Jl.
T.Muda di sisi Utara.
Kawasan permukiman dengan kepadatan rendah tidak diarahkan di
jalan-jalan ujtama, melainkan dikembangkan di jalan-jalan lingkungan
dan di bagian Utara yang berbatasan dengan Jl. Lingkar Utara di batasi
buffer zone yang berupa taman kota sebagai daerah konservasi
sekaligus mitigasi bencana.
Di sisi Barat sepanjang Jl. Prof A Madjid Ibrahim I pada ruas yang
berada di bagian Utara Jl. Perintis.
INTENSITAS
PEMANFAATAN
RUANG
KDB
KLB
0%
0%
10%
0,2
50%
1,0
60%
1,8
30 60%
0,3 2,4
30 60%
0,3 2,4
30 40%
0,6-0,8
30 40%
0,8 1,2
TABEL
UNIT ZONING REGULATION
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN
ZONA
WILAYAH PENGEMBANGAN
KEGIATAN YANG
DIPERBOLEHKAN
FUNGSI
Mix Use
: 2.5
: B.4 (KAWASAN PERMUKIMAN TERBATAS KAMPUNG MULIA)
: PEUNAYONG
: C / TRADITIONAL CITY CENTER ZONE
: BANDA ACEH UTARA
MU
Perdagangan-jasa
Pelayanan Umum
Perkantoran Swasta
Fasum dan Fasos
Kawasan
komersial
Perdagangan
Jasa
PJ
Permukiman
PROPORSI
Campuran
10%
hunian
20%
- Perdagangan Ritel/Eceran
- Perdagangan Besar
- Jasa Komersial
Perumahan
dengan
tingkat
kepadatan sedang.
30%
30%
Perumahan
Terbatas
PT
Pelayanan
Kota
Ruang Terbuka
PK
Fasilitas Pendidikan
RT
5%
2%
3%
LOKASI
Di sepanjang Jl. Pocut Baren dibatasi Jl. Panglima Polim pada sisi Barat
dan Jl. Syiah Kuala pada sisi Timur. Di sepanjang Jl. TGK. Hasyim Banta
Muda, sepanjang Jl. T.Blang, sepanjang Jl. Syiah Kuala yang dibatasi Jl.
Pocut Baren di sisi Selatan dan Jl. Kenari Lampulo di sisi Utara. Serta
sepanjang Jl. TGK Hasan Krueng Kalee yang berbatasan langsung
dengan Krueng Aceh di sisi Barat sampai dengan Jl. Sisingamangaraja.
Pada kawasan hunian yang dibatasi Jl. T.Blang di sisi Utara, Jl. TGK
Hasan Krueng Kalee di sisi Barat, Jl. TGK Hasyim Banta Muda di sisi
Timur, dan Jl. Pocut Baren di sisi Selatan.
Di sisi Selatan sepanjang Jl. Mayjend T Hamzah Bendahara, di kawasan
antara Sungai Krueng Aceh dan Jl. Panglima Polim, di sepanjang Jl.
Darma dan Jl. TH GLP Tengku Hasan Dek.
Pada kawasan Kampung Mulia yang dibatasi oleh Jl. Syiah Kuala di sisi
Timur, Jl. T.Blang di sisi Utara, Jl. Pocut Baren di sisi Selatan dan Jl.
TGK Hasyim Banta Muda di sisi Timur.
Di kawasan yang dibatasi Jl. T.Blang di sisi Selatan, Jl. Kenari Lampulo
di sisi Utara, Jl. Syiah Kuala di sisi Timur dan Jl. Sisingamangaraja di
sisi Barat.
Pada Jl. TGK Hasan Krueng Kalee berbatasan dengan zona
perdagangan dan jasa.
Hutan Kota di sepanjang DAS Krueng Aceh berupa jalur hijau dengan
lebar 10 50 m, sedangkan pariwisata air dilakukan di sepanjang aliran
Sungai Krueng Aceh.
INTENSITAS
PEMANFAATAN
RUANG
KDB
KLB
30 60%
0,3 2,4
30 60%
0,3 2,4
60%
1,8
40 50%
0,8 1,0
30 40%
0,6-0,8
30 40%
0,8 1,2
0%
TABEL
UNIT ZONING REGULATION
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN
ZONA
WILAYAH PENGEMBANGAN
KEGIATAN YANG
DIPERBOLEHKAN
FUNGSI
Pertambakan
Perkantoran
Perdagangan
Jasa
Mix Use
Permukiman
Terbatas
Permukiman
: 2.6
: B.5 (KAWASAN PERMUKIMAN TERBATAS BANDAR BARU)
: LAMPULO
: C / TRADITIONAL CITY CENTER ZONE
: BANDA ACEH UTARA
IB
K
PJ
MU
PT
P
PROPORSI
LOKASI
5%
Pada wilayah di sebelah Utara jalan lingkar Utara yang dibatasi dengan
Jl. Syiah Kuala di sisi Barat, Krueng Titi Panyang di sisi Timur dan sisi
Utara.
Di sepanjang Jl. Mohammad Daud Beureuh.
Zona tambak
Perkantoran:
- Pelayanan Umum
- Perkantoran Swasta
- Perdagangan Ritel/Eceran
- Jasa Komersial
- Perdagangan-jasa
- Pelayanan Umum
- Perkantoran Swasta
- Fasum dan Fasos
Perumahan dengan tingkat
kepadatan rendah
Permukiman dengan Kepadatan
sedang
3%
7%
10%
305
Pelayanan Kota
PK
Fasilitas Pendidikan
3%
Perikanan
Budidaya
Ruang Terbuka
IB
20%
RT
10%
Zona hijau
7%
Taman Hiburan
5%
Di sekitar pertemuan antara Jl. Syiah Kuala dan Jl. Mohammad Daud
Beureuh.
Di sisi Timur Jl. Syiah Kuala yang berada pada ruas Utara Jl. LR.
Arwana
Dibatasi Zona hijau di sisi Utara, Jl. Mujahidin di sisi Selatan dan Jl.
Syiah Kuala di sisi Barat.
Di wilayah yang dibatasi Jl. Mohammad Daud Beureueh di sisi Selatan,
Jl Mujahidin-Jl. LR Taqwa di sisi Utara, dan Jl. Syiah Kuala di sisi Barat
serta berbatasn dengan Taman hiburan di Kelurahan Bandar Baru di
sisi Timur.
Di sisi Barat Jl Kartika pada ruas yang berpotongan dengan JL.
Mohammad Daud Beureuh di sisi Selatan.
Di sisi Selatan Jl. Lingkar Utara.
Jalur hijau di sepanjang DAS Krueng Titi Panyang dengan lebar 10
50m
Di sisi Utara kawasan permukiman sebagai buffer yang membatasi
dengan kawasan perikanan tambak.
Di sisi Barat Sungai Krueng Titi Panyang yang berpotongan dengan Jl.
Mohammad Daud Beureuh.
INTENSITAS
PEMANFAATAN
RUANG
KDB
KLB
0%
30 50%
1 2,4
60%
1,8
30 60%
0,3 2,4
30 40%
0,6-0,8
40 50%
0,8 1,0
30 40%
0,8 1,2
0%
0%
0%
20%
0,2
TABEL
UNIT ZONING REGULATION
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN
ZONA
WILAYAH PENGEMBANGAN
KEGIATAN YANG
DIPERBOLEHKAN
FUNGSI
Perkantoran
Perdagangan
Jasa
Mix Use
Permukiman
Ruang Terbuka
: 2.7
: B.6 (KAWASAN PERMUKIMAN TERBATAS BAITURRAHMAN BARAT)
: PEUNAYONG
: C / TRADITIONAL CITY CENTER ZONE
: BANDA ACEH UTARA
K
PJ
MU
RT
Perkantoran:
- Pelayanan Umum
- Perkantoran Swasta
Pertokoan
- Perdagangan-jasa
- Pelayanan Umum
- Perkantoran Swasta
- Fasum dan Fasos
Perumahan dengan tingkat
kepadatan sedang, kategori
rumah sangat sederhana
sampai dengan rumah sangat
besar dengan fasilitas
penunjang.
Sempadan sungai (Konservasi)
PROPORSI
5%
LOKASI
Di sekitar Jl. Iskandar Muda dan di selatan Jl. Teuku Umar
10%
5%
60 %
INTENSITAS
PEMANFAATAN
RUANG
KDB
KLB
Di kawasan segitiga antara Sungai Krueng Doy, Krueng Daroy, dan Jl.
Iskandar Muda. Dan kawasan Sukaramai yang dibatasi oleh Krueng Doy
di sisi Barat, dan Jl. Teuku Umar di sisi Timur. Permukiman juga
terdapat di kawasan pertemuan Jl. Teuku Umar dan Jl. Sultan Alaidin
Johansyah.
30 50%
1 2,4
60%
1,8
30 60%
0,3 2,4
40 50%
0,8 1,0
5%
Di sepanjang DAS Krueng Doy dan Krueng Daroy berupa jalur hijau
dengan lebar 10 50 m.
0%
5%
10%
0,2
wisata budaya
10%
10%
0,2
TABEL
UNIT ZONING REGULATION
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN
ZONA
WILAYAH PENGEMBANGAN
KEGIATAN YANG
DIPERBOLEHKAN
FUNGSI
Perkantoran
Perdagangan
Jasa
Pelayanan Kota
: 2.8
: B.7 (PUSAT WILAYAH PENGEMBANGAN BAITURRAHMAN)
: PEUNAYONG
: C / TRADITIONAL CITY CENTER ZONE
: BANDA ACEH UTARA
PJ
PK
Perkantoran:
- Pelayanan Umum dan Pusat
Pemerintahan
- Perkantoran Swasta
- Perdagangan Ritel/Eceran
- Perdagangan Besar
- Jasa Komersial
- Fasilitas
Sosial
(Pusat
Keagamaan dan Kebudayaan)
- Terminal Kota
Mix Use
Ruang Terbuka
MU
RT
- Perdagangan-jasa
- Pelayanan Umum
- Perkantoran Swasta
- Fasum dan Fasos
Sempadan sungai (Konservasi)
Taman Kota
PROPORSI
20%
40%
Pada kawasan yang dibatasi Jl.TGK Abu Lamu di sisi Barat, Jl. Kandang
di sisi Timur dan pertemuan antara Jl. Iskandar Muda dan Teuku Umar
pada sisi Selatan. Serta pada kawasan yang dibatasi Jl. Cemara, Jl. TGK
Syiah Muda Wali, Jl. Imam Bonjol dan Jl. Prof. Madjid Ibrahim II. Dan
juga terdapat di sepanjang Jl. Cut Mutia yang merupakan kantor polda
NAD.
Tersebar pada kawasan pusat kota Lama mengelilingi Masjid
Baiturrahman. Kawasan ini dibatasi Jl. Prof. A.Madjid Ibrahim I di sisi
Barat, Jl. Diponegoro di sisi Utara, Jl. Sultan Alaidin di sisi Timur dan Jl.
Mohammad Jam di sisi Selatan. Selain itu juga terdapat pada kawasan
Utara Jl. Diponegoro, dengan batas Utara Jl. WR.Supratman, Batas
Barat Jl. Cut Mutia dan Batas Timur Jl. Tentara Pelajar.
Masjid Raya Baiturrahman, terletak di Jl. Mohammad Jam
10%
5%
5%
5%
10%
Wisata Budaya
LOKASI
5%
INTENSITAS
PEMANFAATAN
RUANG
KDB
KLB
30 50%
1 2,4
60%
1,8
30 60%
0,3 2,4
10%
0,2
30 60%
0,3 2,4
0%
0%
10%
0,2
TABEL
UNIT ZONING REGULATION
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN
ZONA
WILAYAH PENGEMBANGAN
KEGIATAN YANG
DIPERBOLEHKAN
FUNGSI
Perkantoran
Perdagangan
Jasa
Mix Use
: 2.9
: B.8 (KAWASAN PERDAGANGAN JASA PEUNAYONG)
: LAMPULO
: C / TRADITIONAL CITY CENTER ZONE
: BANDA ACEH UTARA
PJ
MU
Perkantoran:
- Pelayanan Umum
- Perkantoran Swasta
- Perdagangan Ritel/Eceran
- Jasa Komersial
Perdagangan-jasa
Pelayanan Umum
Perkantoran Swasta
Fasum dan Fasos
PROPORSI
LOKASI
5%
Pada bagian Selatan Krueng Aceh: di Jl. Tengku Cik Ditiro sisi Selatan
5%
25%
yang dibatasi Jl. Taman Makam Pahlawan sampai dengan Jl. Belibis. Di
sepanjang Jl. Suleman Daud yang dibatasi Jl. Sentosa di sisi Barat dan
Jl. Taman Makam Pahlawan di sisi Timur.
Pada Bagian Utara Krueng Aceh: di Jl. Mohammad Daud Beureueh sisi
Selatan yang dibatasi dari Jl. Perkasa Alam di sisi Timur sampai
pertemuan dengan Jl. Panglima Polim di sisi Barat. Juga di Jl. Sri
sepanjang Ratu Safiatuddin yang berbatasan dengan Krueng Aceh di
sisi Selatan.
Pada bagian Selatan Krueng Aceh: di sepanjang Jl. Tengku Cik Ditiro
sisi Selatan yang dibatasi Jl. Taman Makam Pahlawan di sisi Timur dan
Krueng Daroy di sisi Barat.
Pada bagian Utara Krueng Aceh: berada di kawasan Peunayong yang
dibatasi Krueng Aceh di sisi Barat dan sepanjang Jl. Panglima Polim di
sisi Timur, dan Jl. TGK.Muhammad Dausyah di sisi Utara. Dan di
wilayah yang dibatasi Jl. H. Dirmutala di sisi selatan dan Jl. Mayjen T.
Hamzah Bendahara di sisi Utara.
Pada bagian Selatan Krueng Aceh: di sepanjang Jl. Tengku Cik Ditiro
sisi Utara, yang dibatasi Krueng Daroy di sebelah Barat, dan Krueng
Lueng Paga pada sisi Timur. Dan di sepanjang Jl. Taman Makam
Pahlawan, yang berada di sisi Utara dan Selatan taman Makam
Pahlawan.
Pada bagian Utara Krueng Aceh: di Jl. Mohammad Daud Beureueh sisi
Utara yang dibatasi Jl. Panglima Polim di sisi Barat dan Jl. Syiah Kuala
di sisi Timur. Di sepanjang Jl. Syiah Kuala dari Jl. Mohammad Daud
Beureueh di sisi Selatan dan Jl. Pocut Baren di sisi Utara. Sepanjang Jl.
Pocut Baren dan sepanjang Jl.Darma sampai pertemuan dengan Jl.
Pocut Baren.
INTENSITAS
PEMANFAATAN
RUANG
KDB
KLB
30 50%
1 2,4
60%
1,8
30 60%
0,3 2,4
TABEL
UNIT ZONING REGULATION
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN
ZONA
WILAYAH PENGEMBANGAN
: 2.9
: B.8 (KAWASAN PERDAGANGAN JASA PEUNAYONG)
: LAMPULO
: C / TRADITIONAL CITY CENTER ZONE
: BANDA ACEH UTARA
KEGIATAN YANG
DIPERBOLEHKAN
FUNGSI
- Kawasan campuran
komersial
Permukiman
Pelayanan
Kota
Ruang Terbuka
PROPORSI
Pada sisi Selatan Krueng Aceh: dibatasi Jl. Elang pada sisi selatan dan
zona perdagangan dan jasa di Jl. Tengku Cik Ditiro pada sisi Utara.
Pada sisi timur dibatasi Jl. Taman Makam Pahlawan. Di sisi Barat
dibatasi Krueng Daroy sampai pertemuan Jl. Jl. Nyak Adam Kamil V.
Pada sisi Utara Krueng Aceh; kawasan ini berada pada kawasan yang
dibatasi Jl. Syiah Kuala, Pocut Baren, Jl. Mohammad Daud Beureueh
dan Zona perdagangan dan Jasa di Jl. Panglima Polim.
hunian
LOKASI
40%
PK
Fasilitas pendidikan
5%
RT
20%
Pada sisi Selatan Krueng Aceh: berada di wilayah Ateuk Pahlawan yang
dibatasi Krueng Lueng Paga di sisi Barat dan Jl. Taman Makam
Pahlawan di sisi Timur, di sisi Utara dibatasi zona perkantoran di Jl.
Tengku Cik Ditiro, dan di sisi Selatan dibatasi Jl. Elang.
Pada sisi Utara Krueng Aceh: di sepanjang Krueng Aceh sebelah Utara
yang dibatasi Jl. TH.GLP.Payong Tengku Hasan Dek di sisi Timur dan
Zona pendidikan pada sisi Barat.
Dibatasi Krueng Aceh di sisi Selatan dan Jl. Mayjen T Hamzah
Bendahara.
Hutan Kota di sepanjang DAS Krueng Aceh berupa jalur hijau dengan
lebar 10 50 m dan di sepanjang ruas Jl. Lingkar Utara sebagai buffer
untuk kawasan permukiman yang berada di sekitarnya.
INTENSITAS
PEMANFAATAN
RUANG
KDB
KLB
30 60%
0,3 2,4
40 50%
0,8 1,0
30 40%
0,8 1,2
0%
TABEL
UNIT ZONING REGULATION
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN
ZONA
WILAYAH PENGEMBANGAN
KEGIATAN YANG
DIPERBOLEHKAN
FUNGSI
Pelayanan
Kota
Perdagangan
Jasa
Mix Use
Permukiman
Perkantoran
Ruang
Terbuka
:2.10
: B.9 (KAWASAN PENGEMBANGAN NEUSU)
: NEUSU
: D / NEW URBAN CITY CENTER ZONE
: BANDA ACEH UTARA
PK
PJ
MU
K
RT
- Fasilitas Umum
- Fasilitas Sosial
Pertokoan
- Perdagangan-jasa
- Pelayanan Umum dan
Perkantoran Swasta
- Perkantoran Swasta
- Fasum dan Fasos
- Perumahan dengan tingkat
kepadatan tinggi, kategori
rumah sangat sederhana
sampai dengan rumah sangat
besar dengan fasilitas
penunjang.
- Rumah susun
Perkantoran:
- Pelayanan umum
- Perkantoran swasta
Sempadan sungai (Konservasi)
PROPORSI
LOKASI
5%
5%
Berada di sepanjang Jl. Hasan Saleh yang dibatasi Jl. Nyak Adam Kamil
II, sampai Jl. Sultan Alaidin Johan Syah dan sepanjang Jl. Sultan Alaidin
Johan Syah.
Di sekitar pertemuan antara Jl. Nyak Adam Kamil II dan Jl. Taman
Makam Pahlawan dan di sisi Barat Jl. Sultan Malikul Saleh. Serta di
sepanjang Jl. TGK Dilhong II.
10%
70 %
5%
5%
INTENSITAS
PEMANFAATAN
RUANG
KDB
KLB
30 40%
0,8 1,2
60%
1,8
30 60%
0,3 2,4
20 60%
0,7 1,2
30 50%
1 2,4
0%
Dibatasi Jl. Sultan Alaidin Johan Syah dan Krueng Daroy di sisi Barat
dan sisi Utara. Dan dibatasi Krueng Lueng Paga pada sisi timur serta Jl.
TGK Dilhong II pada sisi Selatan.
TABEL
UNIT ZONING REGULATION
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN
ZONA
WILAYAH PENGEMBANGAN
KEGIATAN YANG
DIPERBOLEHKAN
FUNGSI
Perkantoran
Perdagangan
dan jasa
PJ
Mix Use
MU
Permukiman
Ruang
Terbuka
: 2.11
: B.10 (KAWASAN PERMUKIMAN SYIAH KUALA)
: ULEE KARENG
: D / NEW URBAN CITY CENTER ZONE
: BANDA ACEH UTARA
RT
Perkantoran:
- Pelayanan Umum
- Perkantoran Swasta
- Perdagangan Ritel/Eceran
- Perdagangan Besar
- Jasa Komersial
- Perdagangan Ritel/Eceran
- Perdagangan Besar
- Jasa Komersial
- Perkantoran
- Sarana Pelayanan Kota :
Fasilitas Umum, Fasilitas
Sosial, Institusi dan
Transportasi
- Industri
- Perumahan dengan tingkat
kepadatan tinggi, kategori
rumah sangat sederhana
sampai dengan rumah sedang
dengan fasilitas penunjang.
- Rumah susun
Sempadan sungai (Konservasi)
PROPORSI
LOKASI
5%
Di sisi Selatan Jl. Tgk Nyak Arief dan di sisi Barat Jl. Tgk Nyak Makam:
- Pelayanan umum dan Pemerintahan
- Perkantoran swasta
Di sepanjang Jl. Laksamana Malayahati dan di sisi Selatan Jl. Tgk Nyak
Arief
10%
10%
65%
10%
INTENSITAS
PEMANFAATAN
RUANG
KDB
KLB
35 40%
0,8 1,4
30 50%
1,0 2,4
30 60%
0,3 1,8
30 60%
0,3 2,4
20 60%
0,7 1,2
0%
Di sepanjang Jl. Tgk Chik Dipineung dan di bagian Timur Jl. Prada
Utama yang berbatasan dengan Jl. Laksamana Malayahati.
Di kawasan yang dibatasi oleh Jl. Laksamana Malayahati, Jl. Tgk Nyak
Makam, Jl. Tgk Nyak Arief, dan Jl. Tgk Chik Dipineung
Di sepanjang DAS Banjir Kanal Krueng Aceh berupa jalur hijau dengan
lebar 10 50m
KEGIATAN YANG
DIPERBOLEHKAN
FUNGSI
Pelayanan
Kota
Perdagangan
Jasa
Mix Use
Permukiman
Ruang
Terbuka
: 3.1
: C.1 (KAWASAN PERMUKIMAN BANDA RAYA)
: NEUSU
: D / NEW URBAN CITY CENTER ZONE
: BANDA ACEH SELATAN
PROPORSI
LOKASI
PK
Fasilitas Pendidikan
5%
PJ
Pertokoan
5%
MU
RT
Perdagangan-jasa
Pelayanan Umum
Perkantoran Swasta
Fasum dan Fasos
Perumahan dengan tingkat
kepadatan tinggi, kategori
rumah sangat sederhana
sampai dengan rumah sangat
besar dengan fasilitas
penunjang.
- Rumah susun
Sempadan sungai (Konservasi)
10%
70 %
10%
INTENSITAS
PEMANFAATAN
RUANG
KDB
KLB
30 40%
0,8 1,2
60%
1,8
30 60%
0,3 2,4
20 60%
0,7 1,2
0%
Di sisi Utara Jl Wedana hingga sungai Krueng Daroy dan Krueng Doy.
Di sepanjang DAS Krueng Daroy dan Krueng Doy berupa jalur hijau
dengan lebar 10 50m.
TABEL
UNIT ZONING REGULATION
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN
ZONA
WILAYAH PENGEMBANGAN
KEGIATAN YANG
DIPERBOLEHKAN
FUNGSI
Perdagangan
Jasa
Mix Use
Permukiman
Perkantoran
Ruang
Terbuka
:3.2
: C.2 (KAWASAN PERMUKIMAN LUENG BATA)
: LUENG BATA
: D / NEW URBAN CITY CENTER ZONE
: BANDA ACEH SELATAN
PJ
Pertokoan
MU
K
RT
Perdagangan-jasa
Pelayanan Umum
Perkantoran Swasta
Fasum dan Fasos
PROPORSI
LOKASI
10%
20%
Di sisi Utara Jl. Amd Manunggal XLI, sepanjang jalur Poros Utara
Selatan, Jl. Angsa, dan Jl. Ke Kampus Muhamadiyah
50 %
5%
15%
INTENSITAS
PEMANFAATAN
RUANG
KDB
KLB
60%
1,8
30 60%
0,3 2,4
20 60%
0,7 1,2
30 50%
1 2,4
0%
TABEL
UNIT ZONING REGULATION
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN
ZONA
WILAYAH PENGEMBANGAN
KEGIATAN YANG
DIPERBOLEHKAN
FUNGSI
Mix Use
:3.3
: C.3 (KAWASAN PUSAT PENGEMBANGAN KOTA BARU)
: LAMDOM
: D / NEW URBAN CITY CENTER ZONE
: BANDA ACEH SELATAN
LOKASI
20%
Pertanian
Perdagangan-jasa
Pelayanan Umum
Perkantoran Swasta
Fasum dan Fasos
Perumahan dengan tingkat
kepadatan tinggi, kategori
rumah sangat sederhana
sampai dengan rumah sangat
besar dengan fasilitas
penunjang.
- Rumah susun
Pertanian
Ruang
Terbuka
RT
5%
Stadion Olahraga
15%
Permukiman
MU
PROPORSI
20 %
40%
INTENSITAS
PEMANFAATAN
RUANG
KDB
KLB
30 60%
0,3 2,4
20 60%
0,7 1,2
0%
0%
10%
0,2
Dibatasi oleh sebelah barat dibatasi sungai Krueng Lueng Paga, sebelah
Utara dibatasi Jl. AMD Manunggal Ali dan di sisi Selatan dibatasi oleh
batas administratif Kota Banda Aceh.
TABEL
UNIT ZONING REGULATION
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN
ZONA
WILAYAH PENGEMBANGAN
KEGIATAN YANG
DIPERBOLEHKAN
FUNGSI
Perkantoran
Perdagangan
Jasa
Mix Use
Permukiman
Pelayanan
Kota
Ruang
Terbuka
: 3.4
: C.4 (PUSAT WILAYAH PENGEMBANGAN BANDA ACEH BARAT)
: KEUTAPANG
: D / NEW URBAN CITY CENTER ZONE
: BANDA ACEH SELATAN
K
PJ
MU
Perkantoran:
- Pelayanan Umum
- Perkantoran Swasta
Pertokoan
PK
Perdagangan-jasa
Pelayanan Umum
Perkantoran Swasta
Fasum dan Fasos
Perumahan dengan tingkat
kepadatan tinggi, kategori
rumah sangat sederhana
sampai dengan rumah sangat
besar dengan fasilitas
penunjang.
- Rumah susun
Fasilitas Peribadatan
RT
PROPORSI
5%
LOKASI
Di sisi Selatan Jl. Cut Nyak Dien
15%
20%
40 %
INTENSITAS
PEMANFAATAN
RUANG
KDB
KLB
30 50%
1 2,4
60%
1,8
30 60%
0,3 2,4
40 50%
0,8 1,0
40%
0,8
0%
5%
15%
FUNGSI
- Ruang Hijau
- Perikanan
Tangkap
RH
dan
IT
PROPORSI
LOKASI
100%
INTENSITAS
PEMANFAATAN
RUANG
KDB
KLB
-
TABEL
UNIT ZONING REGULATION
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN
ZONA
WILAYAH PENGEMBANGAN
KEGIATAN YANG
DIPERBOLEHKAN
FUNGSI
Permukiman
Terbatas
Perikanan
Budidaya
Ruang
Terbuka
: 4.2
: D.1 (KAWASAN KONSERVASI ALUE NAGA)
: JEULINGKE
: B / ECO-ZONE
: BANDA ACEH TIMUR
PT
IB
RT
PROPORSI
LOKASI
10%
30%
50%
10%
INTENSITAS
PEMANFAATAN
RUANG
KDB
KLB
0,6-0,8
0%
0%
TABEL
UNIT ZONING REGULATION
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN
ZONA
WILAYAH PENGEMBANGAN
KEGIATAN YANG
DIPERBOLEHKAN
FUNGSI
Mix Use
: 4.3
: D.2 (SUB PUSAT WILAYAH PENGEMBANGAN JEULINGKE)
: JEULINGKE
: C / TRADITIONAL CITY CENTER ZONE
: BANDA ACEH TIMUR
MU
Permukiman
Terbatas
Permukiman
PT
Perikanan
Budidaya
Ruang
Terbuka
IB
RT
PROPORSI
- Perdagangan-jasa
- Pelayanan Umum dan Kantor
Pemerintahan
- Perkantoran Swasta
- Fasum dan Fasos
Perumahan dengan tingkat
kepadatan rendah
Perumahan dengan tingkat
kepadatan sedang
Kawasan Perikanan Tambak
10%
- Sempadan sungai
(Konservasi)
- Sabuk hijau (greenbelt)
- Taman Kota
10%
LOKASI
Di sisi Utara sepanjang Jl. Tengku Nyak Arief .
20%
30%
30%
INTENSITAS
PEMANFAATAN
RUANG
KDB
KLB
30 60%
0,3 2,4
30 40%
0,6-0,8
20 60%
0,7 1,2
0%
0%
TABEL
UNIT ZONING REGULATION
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN
ZONA
WILAYAH PENGEMBANGAN
KEGIATAN YANG
DIPERBOLEHKAN
FUNGSI
Perkantoran
Perdagangan
dan jasa
PJ
Mix Use
MU
Permukiman
Ruang
Terbuka
Pelayanan Kota
: 4.4
: D.3 (KAWASAN PERMUKIMAN SYIAH KUALA)
: ULEE KARENG
: D / NEW URBAN CITY CENTER ZONE
: BANDA ACEH TIMUR
RT
Perkantoran:
- Pelayanan Umum
- Perkantoran Swasta
- Perdagangan Ritel/Eceran
- Perdagangan Besar
- Jasa Komersial
- Perdagangan Ritel/Eceran
- Perdagangan Besar
- Jasa Komersial
- Perkantoran
- Sarana Pelayanan Kota :
Fasilitas Umum, Fasilitas
Sosial, Institusi dan
Transportasi
- Industri
- Perumahan dengan tingkat
kepadatan tinggi, kategori
rumah sangat sederhana
sampai dengan rumah sedang
dengan fasilitas penunjang.
- Rumah susun
Sempadan sungai (Konservasi)
PK
Fasilitas Pendidikan
PROPORSI
LOKASI
5%
Di sisi Selatan Jl. Tgk Nyak Arief dan di sisi Barat Jl. Tgk Nyak Makam:
- Pelayanan umum dan Pemerintahan
- Perkantoran swasta
Di sepanjang Jl. Laksamana Malayahati dan di sisi Selatan Jl. Tgk Nyak
Arief
10%
10%
65%
10%
5%
INTENSITAS
PEMANFAATAN
RUANG
KDB
KLB
35 40%
0,8 1,4
30 50%
1,0 2,4
30 60%
0,3 1,8
30 60%
0,3 2,4
20 60%
0,7 1,2
0%
30 40%
0,8 1,2
Di sepanjang Jl. Tgk Chik Dipineung dan di bagian Timur Jl. Prada
Utama yang berbatasan dengan Jl. Laksamana Malayahati.
Di kawasan yang dibatasi oleh Jl. Laksamana Malayahati, Jl. Tgk Nyak
Makam, Jl. Tgk Nyak Arief, dan Jl. Tgk Chik Dipineung
Di sepanjang DAS Banjir Kanal Krueng Aceh berupa jalur hijau dengan
lebar 10 50m
Berada di pertemuan Jl. Tgk. Chik Dipineung dan Jl.TGK Nyak Makam.
TABEL
UNIT ZONING REGULATION
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN
ZONA
WILAYAH PENGEMBANGAN
KEGIATAN YANG
DIPERBOLEHKAN
FUNGSI
Mix Use
Permukiman
Perkantoran
Pelayanan Kota
: 4.5
: D.4 (KAWASAN PERMUKIMAN ULEE KARENG UTARA)
: ULEE KARENG
: D / NEW URBAN CITY CENTER ZONE
: BANDA ACEH TIMUR
MU
K
PK
- Perdagangan-jasa
- Pelayanan Umum
- Perkantoran Swasta
- Fasum dan Fasos
- Industri
Perumahan dengan tingkat
kepadatan tinggi, kategori
rumah sangat sederhana
sampai dengan rumah sedang
dengan fasilitas penunjang.
- Rumah susun
Perkantoran:
- Pelayanan Umum
- Perkantoran Swasta
Fasilitas Pendidikan
PROPORSI
LOKASI
20%
70%
5%
5%
INTENSITAS
PEMANFAATAN
RUANG
KDB
KLB
30 60%
0,3 2,4
20 60%
0,7 1,2
35 40%
0,8 1,4
30 40%
0,8 1,2
TABEL
UNIT ZONING REGULATION
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN
ZONA
WILAYAH PENGEMBANGAN
KEGIATAN YANG
DIPERBOLEHKAN
FUNGSI
Mix Use
Permukiman
MU
Perdagangan
Jasa
PJ
Pelayanan Kota
PK
Ruang
Terbuka
: 4.6
: D.5 (KAWASAN PERMUKIMAN ULEE KARENG SELATAN)
: ULEE KARENG
: D / NEW URBAN CITY CENTER ZONE
: BANDA ACEH TIMUR
RT
Perdagangan-jasa
- Pelayanan Umum
- Perkantoran Swasta
- Fasum dan Fasos
- Industri
Perumahan dengan tingkat
kepadatan tinggi, kategori
rumah sangat sederhana
sampai dengan rumah sedang
dengan fasilitas penunjang.
- Rumah susun
Perdagangan Ritel dan Grosir
Jasa Pelayanan
Hotel dan Restoran
Fasilitas Pendidikan
Sempadan sungai (Konservasi)
Zona Wisata
PROPORSI
LOKASI
10%
70%
5%
3%
10%
2%
INTENSITAS
PEMANFAATAN
RUANG
KDB
KLB
30 60%
0,3 2,4
20 60%
0,7 1,2
35 40%
0,8 1,4
Berbatasan dengan Krueng Aceh pada sisi Selatan pada Jl. Padat Karya
Pango.
30 40%
0,8 1,2
0%
10%
0,2
TABEL
UNIT ZONING REGULATION
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN
ZONA
WILAYAH PENGEMBANGAN
KEGIATAN YANG
DIPERBOLEHKAN
FUNGSI
Perdagangan
Jasa
PJ
Mix Use
MU
Permukiman
: 4.7
: D.6 (PUSAT WILAYAH PENGEMBANGAN ULEE KARENG)
: ULEE KARENG
: D / NEW URBAN CITY CENTER ZONE
: BANDA ACEH TIMUR
INTENSITAS
PEMANFAATAN
RUANG
KDB
KLB
PROPORSI
LOKASI
40%
30 60%
0,3 1,8
30 60%
0,3 2,4
20 60%
0,7 1,2
5%
55%
TABEL
UNIT ZONING REGULATION
SUB WILAYAH PENGEMBANGAN
ZONA
WILAYAH PENGEMBANGAN
KEGIATAN YANG
DIPERBOLEHKAN
FUNGSI
Pelayanan Kota
Perdagangan
dan jasa
PK
PJ
Mix Use
MU
Permukiman
Ruang
Terbuka
: 4.8
: D.7 (KAWASAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA)
: KOPELMA
: D / NEW URBAN CITY CENTER ZONE
: BANDA ACEH TIMUR
RT
PROPORSI
LOKASI
40%
5%
5%
40%
10%
INTENSITAS
PEMANFAATAN
RUANG
KDB
KLB
30 40% 0,8 1,2
30 60%
0,3 1,8
30 60%
0,3 2,4
20 60%
0,7 1,2
0%
Di sepanjang DAS Banjir Kanal Krueng Aceh berupa jalur hijau dengan
lebar 10 50m
LAMPIRAN 2
MATRIKS PERATURAN PENGGUNAAN UNTUK
KAWASAN PERMUKIMAN
PT
P
PK
RT
PJ
MU
K
:
:
:
:
:
:
:
IT
IB
T
PL
AG
TH
PERUMAHAN TERBATAS
PERUMAHAN
PELAYANAN KOTA
RUANG TERBUKA
PERDAGANGAN DAN JASA
MIX USE
:
:
:
:
:
:
PERKANTORAN
PERIKANAN TANGKAP
PERIKANAN BUDIDAYA
PERTANIAN
PELABUHAN (KAWASAN KHUSUS)
AGROPOLITAN (KAWASAN KHUSUS)
TSUNAMI HERITAGE (KAWASAN KHUSUS)
KETERANGAN :
I
: Penggunaan atau kategori penggunaan diijinkan sesuai dengan haknya, yang berarti bahwa tidak akan ada pembatasan atau
peninjauan atau tindakan lain dari Pemerintah Kota sebagai persyaratan memperolah ijin penggunaan selain memproses IMB.
B
: Penggunaan memerlukan Ijin Penggunaan Bersyarat. Ijin Penggunaan bersyarat diperlukan untuk penggunaan yang memiliki
potensi dampak penting terhadap lingkungan sekitarnya atau yang lebih luas. Oleh karena itu permohonan perlu dilengkapi AMDAL,
RKL, RPL..
: Penggunaan atau kategori penggunaan tidak diijinkan
FUNGSI WILAYAH
KATEGORI PENGGUNAAN
PERUMAHAN
2
3
INDIKATOR PERSYARATAN
PT
PK
RT
PJ
MU
IT
IB
SO
PL
AG
I
I
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
B
FUNGSI WILAYAH
KATEGORI PENGGUNAAN
PT
PK
RT
PJ
MU
IT
INDIKATOR PERSYARATAN
IB
SO
PL
AG
4
5
I
B
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
II
1
2
FUNGSI WILAYAH
KATEGORI PENGGUNAAN
Peracangan
PT
_
P
B
INDIKATOR PERSYARATAN
PK
_
RT
_
PJ
B
MU
B
K
_
IT
_
IB
_
T
_
SO
_
PL
_
AG
_
Pusat Perbelanjaan/Shopping
Center/Mall
Kios, Warung
Pasar
Restoran
PKL
Galeri
10
11
FUNGSI WILAYAH
KATEGORI PENGGUNAAN
12
13
14
15
III
PT
Penjualan Kendaraan Bermotor
Terbuka
Ruang Pamer dan Tempat
_
Penjualan Alat-alat Berat
Tempat Penjualan Peralatan
_
dan Pasokan Pertanian
Tempat Penjualan Suku
_
Cadang
Tempat Penjualan Barang
_
Bekas (besi, bekas bangunan)
PERDAGANGAN BESAR/GROSIR
INDIKATOR PERSYARATAN
PK
RT
PJ
MU
IT
IB
SO
PL
AG
Pertokoan Grosir
3
IV
JASA KOMERSIAL
Trade Centre
FUNGSI WILAYAH
KATEGORI PENGGUNAAN
PT
PK
RT
PJ
MU
IT
INDIKATOR PERSYARATAN
IB
SO
PL
AG
persyaratan rumah usaha.
Jasa Pengiriman/Ekspedisi
9
10
11
12
13
FUNGSI WILAYAH
KATEGORI PENGGUNAAN
INDIKATOR PERSYARATAN
14
PT
_
P
_
PK
_
RT
_
PJ
B
MU
B
K
_
IT
_
IB
_
T
_
SO
_
PL
_
AG
_
15
16
17
18
19
20
21
Pengumpul kecil/besar
22
23
FUNGSI WILAYAH
KATEGORI PENGGUNAAN
PT
PK
RT
PJ
MU
IT
INDIKATOR PERSYARATAN
IB
SO
PL
AG
- Tersedia tempat parkir
24
Bengkel Mobil
25
26
SPBU
PERKANTORAN
Perkantoran Pemerintah
(eksekutif,legislatif, yudikatif)
VI
1
Playgroup
FUNGSI WILAYAH
KATEGORI PENGGUNAAN
PT
PK
RT
PJ
MU
IT
INDIKATOR PERSYARATAN
IB
SO
PL
AG
sampai MA
Sekolah Tinggi/Universitas
Sekolah Kejuruan
Pendidikan Kedinasan
Pondok Pesantren
Sarana Kesehatan
Rumah Sakit
Fasilitas Kesehatan
Lingkungan (Puskesmas,
BKIA, Poliklinik, Klinik)
Apotik
FUNGSI WILAYAH
KATEGORI PENGGUNAAN
PT
Laboratorium Diagnostik
Sarana Peribadatan
Sarana Sosial
PK
RT
PJ
MU
IT
INDIKATOR PERSYARATAN
IB
SO
PL
AG
Panti Wredha
Panti Asuhan
Pondok Sosial
Museum
Pos Keamanan
Lingkungan
Lembaga
Pemasyarakatan
Sarana Olah Raga dan
Pertemuan
Gedung Pertemuan,
Convention Hall
- Ketersediaan lahan
- Kelengkapan fasilitas pendukung
- Ketersediaan tempat parkir
FUNGSI WILAYAH
KATEGORI PENGGUNAAN
VII
1
PT
P
PK
RT
PJ
PENGGUNAAN SARANA PELAYANAN KOTA/ INSTITUSI
INDIKATOR PERSYARATAN
MU
IT
IB
SO
PL
AG
Antena Komunikasi
Fasilitas Telekomunikasi
Minor
Fasilitas Telekomunikasi
Major
Antena Satelit
Krematorium
8
9
10
VII
1
Terminal Kargo
FUNGSI WILAYAH
KATEGORI PENGGUNAAN
3
6
7
VIII
INDIKATOR PERSYARATAN
PT
PK
RT
PJ
MU
IT
IB
SO
PL
AG
Gudang Tertutup/Terbuka
3
4
IX
3
X
1
Hijau Lindung
Hutan Kota
Hutan Bakau
Hijau Binaan
Taman Kota
_
- Batasan luas lahan minimum
FUNGSI WILAYAH
KATEGORI PENGGUNAAN
PT
MU
IT
IB
SO
PL
AG
Bumi Perkemahan
Sabuk Hijau
Lapangan Olah-raga
Terbuka (sepak bola,
basket, voli)
Lapangan Golf, Driving
Range
Tempat Terbuka Penjualan
Tanaman dan Bunga
PJ
RT
PK
INDIKATOR PERSYARATAN
Tempat Pemeliharaan/Istal
Kuda Pacu
_
_
FUNGSI WILAYAH
KATEGORI PENGGUNAAN
9
Tempat Pembenihan
Holtikultura dan Rumah Kaca
XI
PERTAMBAKAN
Tambak Budidaya
Tambak Produksi
XII
Kolam Pancing
INDIKATOR PERSYARATAN
PT
B
P
B
PK
B
RT
B
PJ
B
MU
B
K
_
IT
_
IB
_
T
B
SO
_
PL
_
AG
B
Restoran Apung
Rekreasi Perahu
Telaga, ponds
Saluran drainase
PERAIRAN
XIII
LAMPIRAN 3
KETENTUAN KDB DAN KLB
FASILITAS KESEHATAN
Peruntukkan
Fasilitas Kesehatan Lingkungan (Puskesmas, BP, BKIA,
Posyandu, Poliklinik, dsb.)
KDB
50%
KLB
1
40%
0,8
50%
0,5
35%
0,7
40%
0,4
35%
0,7
30%
40%
35%
30%
40%
35%
30%
0,9
0,8
1,4
1,8
0,8
1,4
1,8
KDB
KLB
35%
40%
30%
0,35
0,8
1,2
40%
40%
30%
1,6
0,8
1,2
40%
1,6
KDB
KLB
40%
0,8
40%
0,8
40%
0,8
Pendidikan Tinggi
RUANG TERBUKA
Peruntukkan
KDB
0%
10%
20%
5%
5%
60%
60%
60%
50%
0%
0%
KLB
0,2
0,2
0,05
0,05
0,6
0,6
0,6
1,2
-
KDB
KLB
60%
1,2
50%
1,0
50%
1,0
50%
1,0
JASA PELAYANAN
Peruntukkan
Salon/tukang cukur/tukang jahit
KDB
KLB
60%
1,2
60%
1,2
60%
1,2
60%
1,2
50%
1,0
KDB
KLB
Hotel Berbintang
60%
40%
30%
1,2
1,6
2,4
50%
0,5
40%
0,8
Taman Kota
Lapangan Olahraga
Kolam Renang
Taman Pemakaman Umum
Tempat Pembuangan Akhir Sampah
Tempat Pembuangan Sampah Sementara
Instalasi Pengolahan Tinja dan/ Air Limbah
Instalasi Pengolahan Air Bersih
Tempat Pemotongan Hewan
Hutan Kota
Kegiatan Pertanian
INDUSTRI
Peruntukkan
Industri Rumah
Layanan Dokumen/Warnet/Wartel
PERDAGANGAN
Peruntukkan
Warung/Toko Eceran Kecil
KDB
KLB
70%
0,7
60%
70%
60%
1,8
2,8
4,8
50%
1,0
40%
0,4
30%
0,3
PERKANTORAN
Peruntukkan
Perkantoran/Layanan Masyarakat dengan gedung tersendiri
KDB
40%
KLB
0,8
35%
1,4
60%
50%
40%
30%
1,8
1,0
1,6
2,4
60%
2,4
KDB
KLB
50%
1,0
50%
2,0
40%
0,8
40%
0,4
40%
0,4
40%
0,4
50%
1,0
PERUMAHAN
Peruntukkan
Rumah ukuran sangat besar (kapling >600m2)
Rumah ukuran besar (kapling 301 m2 s/d 600 m2)
2
KDB
KLB
40%
1,2
40%
50%
50%
60%
0,8
1,0
1,0
1,2
20%
0,8
20%
30%
30%
40%
0,8
0,6
0,6
0,8
KDB
Mengikuti
bangunan
kegiatan
berada
KLB
ketentuan
dimana
tersebut
30%
0.9
10%
0,2
Fasilitas Transportasi
Peruntukkan
KDB
KLB
10%
10%
10%
20%
20%
40%
0.2
0.2
0.2
0,4
0,8
0,8