Anda di halaman 1dari 348

Laporan Fakta Analisa

RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala hidayah serta rahmat yang telah
diberikan-Nya sehingga kami dapat menulis Laporan Antara mengenai “Rencana
Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo Kabupaten
Banyuwangi ” dengan baik. Dokumen ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah
Studio 2 RDTRK. Tujuan dari pembuatan Laporan Antara ini adalah untuk membuat
dokumen Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Bangorejo Kabupaten
Banyuwangi.
Dalam penulisan laporan antara ini tentunya kami mengalami berbagai
hambatan serta rintangan. Namun karena adanya tekad serta dukungan dari
berbagai pihak-pihak terkait menjadikan laporan antara ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari terdapat beberapa kelemahan dan kekurangan dalam
Laporan Antara dikarenakan kelalaian serta kekurangan ilmu yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami memohon himbauan, kritikan serta saran yang membangun guna
menjadikan laporan antara ini lebih baik dan lebih berguna bagi para pembaca.
Semoga laporan antara ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembacanya guna
mendapatkan informasi mengenai Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo
Kabupaten Banyuwangi.

Jember, 29 April 2019

Tim Penyusun

i
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ----------------------------------------------------------------------------------- i

DAFTAR ISI ---------------------------------------------------------------------------------------------- ii

DAFTAR GAMBAR ----------------------------------------------------------------------------------- ix

DAFTAR TABEL ------------------------------------------------------------------------------------- xii

1 PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------------ 1

1.1 LATAR BELAKANG ------------------------------------------------------------------------ 1

1.2 KEDUDUKAN RDTR ---------------------------------------------------------------------- 2

1.3 DASAR HUKUM ---------------------------------------------------------------------------- 4

1.4 MAKSUD, TUJUAN, SASARAN, DAN MANFAAT -------------------------------- 5

1.4.1 Maksud ---------------------------------------------------------------------------------- 5

1.4.2 Tujuan ----------------------------------------------------------------------------------- 5

1.4.3 Manfaat ---------------------------------------------------------------------------------- 6

1.5 SASARAN PERENCANAAN ------------------------------------------------------------ 6

1.6 PENDEKATAN PERENCANAAN ------------------------------------------------------ 7

1.7 RUANG LINGKUP-------------------------------------------------------------------------- 8

1.7.1 Ruang Lingkup Wilayah ---------------------------------------------------------- 10

1.7.2 Ruang Lingkup Waktu ------------------------------------------------------------- 13

1.8 SISTEMATIKA PEMBAHASAN------------------------------------------------------- 13

2 TINJAUAN KEBIJAKAN ------------------------------------------------------------------ 15

2.1 ARAHAN UNDANG-UNDANG NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG


PENATAAN RUANG ----------------------------------------------------------------------------- 15

ii
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

2.2 PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NO. 1 TAHUN 2008 TENTANG


PEDOMAN PERENCANAAN KAWASAN PERKOTAAN ------------------------------ 17

2.3 PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG NO. 16 TAHUN


2018 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
DAN PERATURAN ZONASI KABUPATEN/KOTA -------------------------------------- 18

2.4 KEDUDUKAN PERATURAN ARAHAN KAWASAN PERENCANAAN


DALAM KEBIJAKAN PENATAAN RUANG WILAYAH --------------------------------- 21

2.4.1 Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2031. -------------------------------------- 21

2.4.2 Revisi RTRW Kabupaten Banyuwangi Tentang Rencana Tata Ruang


Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012-2032. --------------------------------- 29

2.4.3 Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten


Banyuwangi -------------------------------------------------------------------------------------- 35

2.4.4 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten


Banyuwangi Tahun 2016-2021 ------------------------------------------------------------- 36

2.4.5 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten


Banyuwangi Tahun 2016-2021 ------------------------------------------------------------- 39

2.4.6 Rencana Strategis (Renstra) Tahun 2016 – 2021------------------------- 47

3 GAMBARAN UMUM ----------------------------------------------------------------------- 48

3.1 LETAK GEOGRAFIS DAN ADMINISTRATIF KABUPATEN BANYUWANGI


48

3.2 KONDISI FISIK DASAR ---------------------------------------------------------------- 49

3.2.1 Topografi ------------------------------------------------------------------------------ 49

3.2.2 Geologi -------------------------------------------------------------------------------- 49

3.2.3 Hidrologi ------------------------------------------------------------------------------- 49

3.2.4 Klimatologi ---------------------------------------------------------------------------- 50

3.2.5 Jenis Tanah -------------------------------------------------------------------------- 50

3.3 GUNA LAHAN ----------------------------------------------------------------------------- 52

3.4 KAWASAN LINDUNG, SUAKA ALAM DAN SUAKA MARGA SATWA --- 52

3.5 KERAWANAN BENCANA ------------------------------------------------------------- 53

3.5.1 Kawasan Lahan Kritis ------------------------------------------------------------- 53

iii
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

3.5.2 Kawasan Rawan Bencana Longsor ------------------------------------------- 54

3.5.3 Kawasan Rawan Bencana Banjir ---------------------------------------------- 54

3.5.4 Kawasan Rawan Bancana Gunung Berapi --------------------------------- 54

3.5.5 Kawasan Rawan Gempa --------------------------------------------------------- 55

3.5.6 Kawasan Rawan Gelombang Pasang Tsunami --------------------------- 55

3.6 KEPENDUDUKAN ----------------------------------------------------------------------- 56

3.6.1 Tingkat pendidikan ----------------------------------------------------------------- 56

3.6.2 Tingkat mata pencaharian ------------------------------------------------------- 56

3.6.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin 56

3.7 FASILITAS---------------------------------------------------------------------------------- 57

3.7.1 Fasilitas Pendidikan---------------------------------------------------------------- 57

3.7.2 Fasilitas Kesehatan ---------------------------------------------------------------- 58

3.7.3 Fasilitas Peribadatan -------------------------------------------------------------- 60

3.7.4 Fasilitas Perdagangan dan Jasa ----------------------------------------------- 61

3.7.6 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin 62

3.8 UTILITAS ----------------------------------------------------------------------------------- 63

3.8.1 Jaringan listrik ----------------------------------------------------------------------- 63

3.8.2 Jaringan telepon -------------------------------------------------------------------- 66

3.8.3 Jaringan air bersih ------------------------------------------------------------------ 66

3.8.4 Sistem persampahan ----------------------- Error! Bookmark not defined.

3.8.5 Pengelolahan Air Limbah--------------------------------------------------------- 67

3.8.6 Jaringan drainase ------------------------------------------------------------------ 68

3.9 PEREKONOMIAN ------------------------------------------------------------------------ 68

3.9.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ----------------------------------- 68

3.10 LETAK GEOGRAFIS DAN ADMINISTRATIF KECAMATAN BANGOREJO


68

3.11 KONDISI FISIK DASAR KECAMATAN BANGOREJO ------------------------ 69

3.11.1 Topografi ------------------------------------------------------------------------------ 69

3.11.2 Hidrologi ------------------------------------------------------------------------------- 72

iv
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

3.11.3 Kelerengan --------------------------------------------------------------------------- 72

3.11.4 Klimatologi ---------------------------------------------------------------------------- 73

3.11.5 Jenis tanah --------------------------------------------------------------------------- 74

3.11.6 Vegetasi ------------------------------------------------------------------------------- 74

3.12 Pola Ruang Eksisting -------------------------------------------------------------------- 74

3.12.1 Pola ruang BWP Bangorejo ----------------------------------------------------- 75

3.12.2 Intensitas pemanfaatan ruang -------------------------------------------------- 76

3.13 GUNA LAHAN ----------------------------------------------------------------------------- 79

3.14 KEPENDUDUKAN ----------------------------------------------------------------------- 81

3.14.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk --------------------------------------------- 81

3.14.2 Jumlah Penduduk Menurut Agama -------------------------------------------- 82

3.14.3 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan---------------------------------------- 83

3.15 FASILITAS---------------------------------------------------------------------------------- 83

3.15.1 Fasilitas Pendidikan---------------------------------------------------------------- 83

3.15.2 Fasilitas Kesehatan ---------------------------------------------------------------- 84

3.15.3 Fasilitas Peribadatan -------------------------------------------------------------- 85

3.15.4 Fasilitas Perdagangan dan Jasa ----------------------------------------------- 86

3.15.5 Fasilitas Pemerintahan ------------------------------------------------------------ 87

3.16 UTILITAS ----------------------------------------------------------------------------------- 88

3.16.1 Jaringan Listrik ---------------------------------------------------------------------- 88

3.16.2 Jaringan Air Bersih ----------------------------------------------------------------- 88

3.16.3 Jaringan Telepon ------------------------------------------------------------------- 91

3.16.4 Jaringan Drainase ------------------------------------------------------------------ 91

3.16.5 Sistem Persampahan ------------------------------------------------------------- 91

3.16.6 Pengelolaan air limbah------------------------------------------------------------ 92

3.17 KAWASAN RAWAN BENCANA ------------------------------------------------------ 93

3.18 ISU STRATEGIS-------------------------------------------------------------------------- 95

3.18.1 Potensi di Kecamatan Bangorejo ---------------------------------------------- 95

3.18.2 Masalah di Kecamatan Bangorejo --------------------------------------------- 96

v
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

3.19 Urgensi Penanganan -------------------------------------------------------------------- 97

3.20 Tujuan Penataan BWP Bangorejo --------------------------------------------------- 98

4 ANALISIS ------------------------------------------------------------------------------------- 102

4.1 Analisis Struktur Internal BWP Bangorjeo ---------------------------------------- 102

4.1.1 Sistem Pusat Pelayanan -------------------------------------------------------- 102

4.1.2 Sistem Jaringan Jalan ------------------------------------------------------------ 102

4.1.3 Intensitas Pengembangan Ruang pada Seluruh BWP------------------ 103

4.2 Analisis Sistem Penggunaan Lahan (Land Use)-------------------------------- 107

4.2.1 Analisis Simpangan Antara Pola Ruang RTRW -------------------------- 111

4.2.2 Analisis Tutupan Lahan dan Run Off ---------------------------------------- 113

4.2.2 Analisis Kepemilikan Lahan ---------------------------------------------------- 119

4.3 Analisis Kedudukan dan Peran BWP Bangorejo Lebih Luas ---------------- 119

4.3.1 Analisis Kedudukan dan Keterkaitan Sosial-Budaya dan Demografi


BWP Bangorejo Ppada Wilayah Yang Lebih Luas ----------------------------------- 119

4.3.1 Analisis Kedudukan dan Keterkaitan Ekonomi BWP Bangorejo pada


Wilayah Yang Lebih Luas ------------------------------------------------------------------- 121

4.3.2 Analisis Kedudukan dan Keterkaitan System Prasarana Wilayah


Perencanaan dengan Wilayah Yang Lebih Luas ------------------------------------- 121

4.3.3 Analisis Spesifik Terkait Kekhasan Kawasan ------------------------------ 122

4.4 Analisis Sumber Daya Alam dan Fisik Lingkungan BWP Bangorejo ------ 123

4.4.1 Analisis Sumber Daya Air ------------------------------------------------------- 123

4.4.2 Analisis Sumber Daya Tanah -------------------------------------------------- 126

4.4.3 Analisis Topografi dan Kelerengan ------------------------------------------- 130

4.4.4 Analisis Geologi Lingkungan --------------------------------------------------- 134

4.4.5 Analisis Klimatologi --------------------------------------------------------------- 136

4.5 Analisis Sosial Budaya ----------------------------------------------------------------- 146

4.5.1 Elemen Kota dan Nilai Historis Budaya ------------------------------------- 146

4.5.2 Modal Sosial dan Budaya Yang Melekat Pada Masyarakat (Adat
Istiadat) 149

vi
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

4.5.3 Tingkat Partisipasi / Peran Serta Masyarakat Dalam Pembangunan


152

4.5.4 Pergeseran Budaya Lokal Suku Osing di Kecamatan Bangorejo


Kabupaten Banyuwangi---------------------------------------------------------------------- 154

4.6 Analisis Kependudukan ---------------------------------------------------------------- 155

4.6.1 Analisis Sosial Kependudukan------------------------------------------------- 155

4.7 Analisis Ekonomi dan Sektor Unggulan ------------------------------------------- 161

4.8 Analisis Transportasi ------------------------------------------------------------------- 163

4.8.1 Sistem Kegiatan ------------------------------------------------------------------- 163

4.8.2 Sistem Pergerakan ---------------------------------------------------------------- 164

4.8.3 Sistem Jaringan Jalan ------------------------------------------------------------ 165

4.9 Analisis Sumber Daya Buatan ------------------------------------------------------- 176

4.9.1 Analisis Ketersediaan Sarana Wilayah -------------------------------------- 176

4.9.2 Analisis Ketersediaan Prasarana Wilayah ---------------------------------- 211

4.10 Analisis Lingkungan Binaan ---------------------------------------------------------- 247

4.10.1 Analisis Figure And Ground ---------------------------------------------------- 247

4.10.2 Analisis Aksesbilitas Pejalan Kaki dan Pesepeda ------------------------ 253

4.10.3 Analisis Ketersediaan RTH di BWP Bangorejo --------------------------- 256

4.10.4 Analisis Tata Massa Bangunan------------------------------------------------ 261

4.10.5 Analisis Land Value Capture --------------------------------------------------- 264

4.11 Analisis Kelembagaan------------------------------------------------------------------ 265

4.11.1 Analisis Kelembagaan Kabupaten Banyuwangi -------------------------- 266

4.11.2 Analisis Kelembagaan BWP Bangorejo ------------------------------------- 293

4.12 Analisis Pembiayaan Pembangunan ----------------------------------------------- 295

5 KONSEP PENGEMBANGAN ---------------------------------------------------------- 311

5.1 Perumusan Tujuan BWP -------------------------------------------------------------- 311

5.2 Penetapan Visi Misi Kawasan-------------------------------------------------------- 317

5.2.1 Analisis SWOT --------------------------------------------------------------------- 319

5.3 Konsep Pusat Pelayanan ------------------------------------------------------------- 323

vii
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

5.3.1 Konsepsi pengembangan kota ------------------------------------------------ 323

5.3.2 Konsep Kebijakan Sistem Pusat Pelayanan ------------------------------- 323

5.3.3 Konsep penduduk --------------------------- Error! Bookmark not defined.

5.4 Konsep Rencana Pola Ruang-------------------------------------------------------- 324

5.4.1 Zona lindung ------------------------------------------------------------------------ 324

5.4.2 Zona Budidaya --------------------------------------------------------------------- 327

viii
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kedudukan RDTR Dalam Sistem Penataan Ruang ............................... 3
Gambar 1.2 Peta Orientasi Deliniasi Terhadap Kabupaten Banyuwangi ................ 11
Gambar 1.3 Peta Deliniasi RDTR Kawasan Agropolitan Kec. Bangorejo ............... 12
Gambar 3.1 Diagram Jenis Tanah dan Luas Tanah Kab. Banyuwangi ................... 51
Gambar 3.2 Grafik Jumlah Fasilitas Kebudayaan dan Rekreasi Kab. Banyuwangi 62
Gambar 3.3 Peta Jaringan PJU ................................................................................ 65
Gambar 3.4 Diagram Penyaluran Akhir Tinja Kab. Banyuwangi ............................. 67
Gambar 3.5 Peta Topografi Wilayah Perencanaan Bangorejo ................................ 71
Gambar 3.6 Peta LP2B .............................................................................................. 75
Gambar 3.7 Peta Tata Guna Lahan pada Wilayah Deliniasi.................................... 80
Gambar 3.8 Grafik Jumlah penduduk menurut Pekerjaan Kec. Bangorejo ............. 82
Gambar 3.9 Fasilitas pendidikan Kec. Bangorejo .................................................... 84
Gambar 3.10 Fasilitas kesehatan Kec. Bangorejo ................................................... 85
Gambar 3.11 Peta Radius Pelayanan Fasilitas Kesehatan ...................................... 85
Gambar 3.12 Fasilitas peribadatan Kec. Bangorejo ................................................. 86
Gambar 3.13 Fasilitas Perjas Kec. Bangorejo .......................................................... 87
Gambar 3.14 Peta Radius Pelayanan Perdagangan Jasa ....................................... 87
Gambar 3.15 Kantor Kecamatan Bangorejo............................................................. 88
Gambar 3.16 Jaringan Listrik SUTT Kec. Bangorejo ............................................... 88
Gambar 3.17 Peta Jaringan Air Bersih ...................................................................... 90
Gambar 3.18 Jaringan Drainase Terbuka Kec. Bangorejo ...................................... 91
Gambar 3.19 Peta Persebaran Sampah ................................................................... 92
Gambar 3.20 Tempat Sampah Kec. Bangorejo........................................................ 92
Gambar 3.21 Limbah Domsestik pada Saluran Drainase Di Kec. Bangorejo ......... 93
Gambar 3.22 Peta Rawan Bencana ......................................................................... 94
Gambar 3.23 Peta Potensi Kawasan Agropolitan Kec. Bangorejo ........................ 100

ix
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 3.24 Peta Potensi Kawasan Agropolitan Kec. Bangorejo ........................ 101
Gambar 4.1 Peta Internal BWP Bangorejo ............................................................. 106
Gambar 4.2 Peta Penggunaan Lahan ..................................................................... 107
Gambar 4.3 Hasil Overlay Peta Existing dan Peta Pola Ruang RTRW ................. 111
Gambar 4.4 Peta Rawan Bencana BWP Bangorejo ............................................... 128
Gambar 4.5 Peta SKL Bencana Alam ..................................................................... 128
Gambar 4.6Peta SKL Drainase BWP Bangorejo .................................................... 129
Gambar 4.7 Peta SKL Erosi BWP Bangorejo ......................................................... 131
Gambar 4.8 Peta SKL Kestabilan Lereng ............................................................... 132
Gambar 4.9 Peta SKL Morfologi BWP Bangorejo ................................................... 133
Gambar 4.10 Peta Jenis Tanah BWP Bangorejo .................................................... 135
Gambar 4.11 Prakiraan Awal Musim Hujan 2017/2018 ZOM di Jawa Timur ......... 138
Gambar 4.12 Perbandingan Prakiraan Awal Musim Hujan 2017/2018 Terhadap Rata-
Ratanya ZOM di Jawa Timur ................................................................................... 139
Gambar 4.13Peta Curah Hujan BWP Bangorejo .................................................... 141
Gambar 4.14 Perumahan warga (langgam bangunan)........................................... 148
Gambar 4.15 Dam Sere ........................................................................................... 149
Gambar 4.16 Upacara Piodalan di Desa Sambirejo ............................................... 150
Gambar 4.17 Upacara di Pura Gaib di Gg. Sraewet ............................................... 150
Gambar 4.18 Kesenian Kuntulan............................................................................. 152
Gambar 4.19 Peta Kepadatan Penduduk ............................................................... 157
Gambar 4.20 Peta Kondisi Jaringan Jalan .............................................................. 174
Gambar 4.21 Peta Hierarki Jaringan Jalan ............................................................. 176
Gambar 4.22 Peta radius pelayanan fasilitas pendidikan ....................................... 181
Gambar 4.23 Peta Proyeksi Kebutuhan Pendidikan ............................................... 182
Gambar 4.24 Peta Fasilitas Peribadatan................................................................. 187
Gambar 4.25 Peta Proyeksi Kebutuhan Kesehatan ............................................... 193
Gambar 4.26 Peta Proyeksi Kebutuhan Perdagangan Jasa .................................. 198
Gambar 4.27 Peta Fasilitas Pemerintahan ............................................................. 209
Gambar 4.28 Peta Proyeksi Volume Sampah......................................................... 214
Gambar 4.29 Peta Jaringan Drainase ..................................................................... 222
Gambar 4.30 Peta Proyeksi Kebutuhan Telepon .................................................... 234
Gambar 4.31 Peta Jaringan Listrik .......................................................................... 239
Gambar 4.32 Peta Jaringan Irigasi .......................................................................... 241
Gambar 4.33 Peta Proyeksi Pembuangan Air Limbah ........................................... 246
Gambar 4.34 Peta Figure Ground ........................................................................... 248

x
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 4.35 Peta Ruang Terbuka Hijau ................................................................ 261


Gambar 4.36 Diagram Sumber Pembiayaan Pembangunan ................................. 297
Gambar 4.37 Kerangka berfikir perumusan Strategi............................................... 298
Gambar 5.1 Peta Jalur Angkutan Umum................................................................. 330
Gambar 5.2 Peta Jaringan Telekomunikasi ............................................................ 332

xi
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Lingkup Wilayah Agropolitan Bangorejo ................................................... 10


Tabel 2.1 Kajian Kebijakan RTRW Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2031............ 22
Tabel 2.2 Kajian Kebijakan RTRW Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012-2032 ...... 30
Tabel 2.3 Visi Misi RPJP Kabupaten Banyuwangi ................................................... 43
Tabel 2.4 Sasaran Pokok RPJP Kabupaten Banyuwangi ........................................ 43
Tabel 3.1 Jenis Tanah Kab. Banyuwangi ................................................................. 49
Tabel 3.2 Curah Hujan Kab. Banyuwangi ................................................................. 50
Tabel 3.3 Jenis Tanah dan Luas Tanah Kab. Banyuwangi ...................................... 51
Tabel 3.4 Tingkat Pendidikan .................................................................................... 56
Tabel 3.5 Tingkat Mata Pencaharian ........................................................................ 56
Tabel 3.6 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin & Rasio Jenis Kelamin Kab. . 57
Tabel 3.7 Jumlah Fasilitas Pendidikan Kab. Banyuwangi ........................................ 57
Tabel 3.8 Jumlah Fasilitas Kesehatan Kab. Banyuwangi......................................... 58
Tabel 3.9 Jumlah Tenaga Kesehatan Kab. Banyuwangi .......................................... 59
Tabel 3.10 Jumlah Fasilitas Peribadatan Kab. Banyuwangi .................................... 60
Tabel 3.11 Jumlah Failitas Perdagangan dan Jasa Kab. Banyuwangi .................... 61
Tabel 3.12 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin & Rasio Jenis Kelamin Kab.
Banyuwangi ................................................................................................................ 62
Tabel 3.13 Jumlah Jaringan listrik Kab. Banyuwangi tahun 2008-2017 .................. 64
Tabel 3.14 Jumlah Jaringan air bersih Kab. Banyuwangi ....................................... 66
Tabel 3.15 Sistem Pengelolahan sampah Kab. Banyuwangi ................................... 67
Tabel 3.16 Jumlah PDRB Kab. Banyuwangi tahun 2015-2017................................ 68
Tabel 3.17 Jumlah luas Desa di Kec. Bangorejo ...................................................... 68
Tabel 3.18 Topografi Desa di Kec. Bangorejo ......................................................... 69
Tabel 3.19 Jumlah curah hujan Kec. Bangorejo ....................................................... 72

xii
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Tabel 3.20 Kelerengan Kecamatan Bangorejo ......................................................... 72


Tabel 3.21 Jumlah curah hujan Kec. Bangorejo ....................................................... 73
Tabel 3.22 Jenis Tanah Kecamatan Bangorejo ........................................................ 74
Tabel 3.23 Luas Lahan Sawah di BWP Bangorejo................................................... 75
Tabel 3.24 Peruntukan Permukiman Kecamatan Bangorejo ................................... 77
Tabel 3.25 Peruntukan Perkantoran ......................................................................... 77
Tabel 3.26 Peruntukan Pendidikan ........................................................................... 78
Tabel 3.27 Peruntukan Perdagangan dan Jasa ....................................................... 78
Tabel 3.28 Peruntukan Peribadatan Kecamatan Bangorejo .................................... 78
Tabel 3.29 Luas Tata Guna Lahan pada Kawasan Perencanaan ........................... 79
Tabel 3.30 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin Kec. Bangorejo .............. 81
Tabel 3.31 Jumlah luas, penduduk, dan kepadatan penduduk Kec. Bangorejo ...... 81
Tabel 3.32 Jumlah penduduk berdasarkan Agama Kec. Bangorejo ........................ 82
Tabel 3.33 Jumlah penduduk berdasarkan pekerjaan Kec. Bangorejo ................... 83
Tabel 3.34 Jumlah pendidikan Kec. Bangorejo ........................................................ 83
Tabel 3.35 Jumlah fasilitas kesehatan Kec. Bangorejo ............................................ 84
Tabel 3.36 Jumlah Fasilitas Peribadatan Kec. Bangorejo ........................................ 85
Tabel 3.37 Jumlah Fasilitas Perdagangan dan Jasa Kec. Bangorejo ...................... 86
Tabel 4.1 Sistem Pusat Pelayanan BWP Bangorejo .............................................. 102
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Indeks Sentralitas di Kecamatan Bangorejo ............. 103
Tabel 4.3 Luas Penggunaan Lahan Kecamatan Bangorejo Untuk Kawasan Budidaya
.................................................................................................................................. 109
Tabel 4.4 Luas Penggunaan Lahan Kecamatan Bangorejo Untuk Kawasan Lindung
.................................................................................................................................. 110
Tabel 4.5 Jenis Vegetasi ......................................................................................... 114
. Tabel 4.6 Intensitas curah hujan Kec. Bangorejo ................................................. 116
Tabel 4.7 Panjang Sungai Bangorejo ...................................................................... 116
Tabel 4.8 Peta Kelerengan ...................................................................................... 117
Tabel 4.9 Kondisi Kerapatan Aliran Sungai ............................................................. 117
Tabel 4.10 Ketinggian Tempat................................................................................. 118
Tabel 4.11 Analisis Kepemilikan Lahan................................................................... 119
Tabel 4.12 Nama Sungai dan Panjang Sungai di Bangorejo.................................. 124
Tabel 4.13Rawan Bencana Bangorejo .................................................................... 126
Tabel 4.14 Luas, Letak dan Tinggi Bangorejo......................................................... 130
Tabel 4.15 Kelerengan BWP Bangorejo.................................................................. 130
Tabel 4.16 Jenis Tanah di BWP Bangorejo ............................................................ 134

xiii
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Tabel 4.17 Prakiraan Musim Hujan di Banyuwangi Menurut BMKG ...................... 136
Tabel 4.18 Normal Musim Hujan Periode Tahun 1981-2010 Kabupaten Banyuwangi
.................................................................................................................................. 136
Tabel 4.19 Curah Hujan Kecamatan Bangorejo...................................................... 140
Tabel 4.20 Analisis Sumber Daya Alam dan Fisik atau Lingkungan BWP ............. 142
Tabel 4.21 SLQ dan DLQ Bangorejo ...................................................................... 162
Tabel 4.22 Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten Banyuwangi............ 266
Tabel 4.23 PDRB Banyuwangi ................................................................................ 298
Tabel 4.24 Target dan Realisasi Pajak Bumi Bangunan Perkotaan 2017.............. 300
Tabel 4.25 Target dan Realisasi Pajak Bumi Bangunan Pedesaan 2017 .............. 300
Tabel 4.26 Pembiayaan Pembangunan Desa Bangorejo ....................................... 301
Tabel 5.1 Analisis SWOT ........................................................................................ 319

xiv
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penataan ruang merupakan suatu proses yang meliputi proses perencanaan,
pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang dilakukan secara terus-
menerus dan berkesinambungan sebagai suatu sistem. Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang, maka renacana tata ruang
di Indonesia dirumuskan secara berjenjang mulai tingkat yang sangat umum sampai
tingkat paling rinci. Pemerintah daerah mempunyai kewenangan untuk menyusun
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRW) berikut instrumen-instrumen
lainnya seperti Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi yang
diperlukan agar pemanfaatan ruang dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana tata
ruang yang telah di susun.
Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi merupakan salah satu perangkat
pengendalian pemanfaatan ruang yang berisi ketentuan-ketentuan teknis dan
administratif pemanfaatan ruang dan pengembangan tapak. Penyusunan RDTR dan
PZ menjadi rujukan kegiatan perijinan, pengawasan dan penertiban dalam
pengendalian pemanfaatan ruang, yang merujuk pada Rencana Detail Tata Ruang
yang umumnya telah menetapkan fungsi, intensitas, ketentuan tata massa
bangunan, sarana dan prasarana. Sesuai amanat UU No. 26 Tahun 2007 dan PP.
No. 15 Tahun 2010, RTRW Kabupaten yang merupakan arahan umum perlu
didukung dengan penyusunan RDTR pada bagian wilayah kabupaten yang
diprioritaskan. Dalam Perda Kabupaten Banyuwangi No. 8 Tahun 2012 tentang
RTRW Kabupaten Banyuwangi 2012-2032, diarahkan penyusunan rencana rinci
pada kawasan perkotaan dan kawasan strategis kabupaten. Salah satu kawasan
strategis Kabupaten Banyuwangi adalah kawasan pengembangan Kecamatan
Bangorejo.

1
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Kecamatan Bangorejo merupakan salah satu kecamatan bagian selatan yang


ada di wilayah Kabupaten Banyuwangi yang memiliki dominasi guna lahan utama
sebagai kawasan pertanian. Sebagaimana telah di tetapkan dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Banyuwangi Nomor 08 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012-2032, bahwa Kecamatan Bangorejo di
tetapkan sebagai Kawasan Agropolitan. Agropolitan itu sendiri merupakan sistem
fungsional desa-desa yang ditunjukkan dari adanya hirarki keruangan desa yang
ditandai dengan keberadaan pusat agropolitan dan desa-desa di sekitarnya.
Pengembangan Kawasan Agropolitan dirasakan begitu penting, mengingat
pengembangannya yang memanfaatkan dan mengusung konsep sesuai dengan
keunikan, keunggulan, dan kearifan lokal. Pengembangan dilaksanakan melalui
penyediaan infrastruktur desa yang memadai. Pengadaan infrastruktur juga ditujukan
bagi peningkatan produktivitas, pengolahan, serta pemasaran hasil pertanian.
Permasalahan pada Kawasan Agropolitan tidak hanya pada penyediaan
infrastruktur, melainkan pada alih fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan
terbangun seperti permukiman akibat pertambahan penduduk yang setiap tahunnya
meningkat. Dengan demikian, perlu adanya penyusunan Rencana Detail Tata Ruang
dan Peraturan Zonasi pada Kawasan Agropolitan yang merupakan kebutuhan
perencanaan daerah sebagai wujud kesiapan Kabupaten Banyuwangi dalam
mendorong pembangunan khususnya dalam fasilitasi pengembangan Kawasan
Agropolitan dan mengatasi terjadinya alih fungsi lahan serta mempertahankan
Kecamatan Bangorejo sebagai Kawasan Agropolitan yang dapat mendukung
percepatan pertumbuhan ekonomi dan pengembangan wilayah.

1.2 KEDUDUKAN RDTR


Sesuai ketentuan Pasal 59 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, setiap RTRW kabupaten/kota harus
menetapkan bagian dari wilayah kabupaten/kota yang perlu disusun RDTR-nya.
Bagian dari wilayah yang akan disusun RDTR tersebut merupakan kawasan
perkotaan atau kawasan strategis kabupaten/kota. RDTR merupakan rencana yang
menetapkan blok pada kawasan fungsional sebagai penjabaran kegiatan ke dalam
wujud ruang yang memperhatikan keterkaitan antar kegiatan dalam kawasan
fungsional agar tercipta lingkungan yang harmonis antara kegiatan utama dan
kegiatan penunjang dalam kawasan fungsional tersebut.
RDTR yang disusun lengkap dengan peraturan zonasi merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan untuk suatu BWP tertentu. Dalam hal RDTR tidak
disusun atau RDTR telah ditetapkan sebagai perda namun belum ada peraturan

2
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

zonasinya sebelum keluarnya pedoman ini, maka peraturan zonasi dapat disusun
terpisah dan berisikan zoning map dan zoning text untuk seluruh kawasan perkotaan
baik yang sudah ada maupun yang direncanakan pada wilayah kabupaten/kota.
Rencana, aturan, ketentuan dan mekanisme penyusunan RDTR Kota harus merujuk
pada pranata rencana lebih tinggi, baik pada lingkup kawasan maupun daerah.
Secara umum kedudukan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan dalam
Penataan Ruang sebagaimana terlihat pada diagram 1.1.

Gambar 1.1 Kedudukan RDTR Dalam Sistem Penataan Ruang

RENCANA RENCANA UMUM RENCANA RINCI TATA


PEMBANGUNAN TATA RUANG RUANG

RTR KEPULAUAN
RPJP NASIONAL RTRW NASIONAL
RTR KAWASAN
STRATEGIS

RPJM NASIONAL NASIONAL

RTR KAWASAN

RPJP PROVINSI STRATEGIS


RTRW PROVINSI
PROVINSI

RDTR KABUPATEN
RPJM PROVINSI
RTR KAWASAN
RTRW KABUPATEN STATEGIS
RPJP KABUPATEN KABUPATEN

RTRW KOTA RDTR KOTA


RPJM KABUPATEN
RTR KAWASAN
STRATEGIS KOTA

Sumber: Pedoman Penyusunan RDTR

Kedudukan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Agropolitan


Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi :
1. RDTR adalah sebagai rencana rinci dari RTRW Kabupaten Banyuwangi
sebagai salah satu perangkat pengendalian ruang;
2. Rencana Pengembangan dan peruntukan kawasan.

3
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Fungsi Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Agropolitan Kecamatan


Bangorejo Kabupaten Banyuwangi :
1. Kendali mutu pemanfaatan ruang Kawasan Agropolitan Kecamatan
Bangorejo berdasarkan RTRW Kabupaten Banyuwangi;
2. Acuan bagi kegiatan pemenfaatan ruang yang lebih rinci dari kegiatan
pemanfaatan ruang yang diatur dalam RTRW;
3. Acuan bagi kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang;
4. Acuan bagi penerbitan izin pemanfaatan ruang;
5. Acuan dalam penyusunan RTBL.

1.3 DASAR HUKUM


Penyusunan Dokumen Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Agropolitan
Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi mengacu pada:
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria;
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan;
3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;
4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;
6. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan;
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
8. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan;
9. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman;
10. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 tentang Penertiban dan
Pendayagunaan Tanah Terlantar;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan Alih
Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;
16. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai;

4
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

17. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Tingkat Ketelitian Peta
untuk Penataan Ruang Wilayah;
18. Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern;
19. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 33 tahun 1989 tentang
Pengelolaan Kawasan Budidaya;
20. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1990 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung;
21. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2007 tentang Pedoman
Teknis Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya
dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang;
22. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 27 Tahun 2009 tentang
Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis;
23. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16 Tahun 2018 Tentang
Pedoman Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi;
24. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang Nomor 1 Tahun 2018 Tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi,
Kabupaten dan Kota;
25. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 08 Tahun 2012 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012-2032;
26. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 2 Tahun 2013 Tentang Izin
Penggunaan Pemanfaatan Tanah;
27. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 7 Tahun 2016 Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Banyuwangi.

1.4 MAKSUD, TUJUAN, SASARAN, DAN MANFAAT


1.4.1 Maksud
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Agropolitan
Kecamatan Bangorejo secara umum mempunyai maksud agar tersusunnya
Kebijakan Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo
yang akan menjadi pedoman dalam pengelolaan pembangunan dan pengembangan
Kawasan Agropolitan serta mendukung pencapaian tujuan penataan ruang wilayah
Kabupaten Banyuwangi.
1.4.2 Tujuan
Tujuan dari Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
Agropolitan Kecamatan Bangorejo adalah :

5
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

1. Mewujudkan pengembangan pembangunan Kawasan Agropolitan secara


maksimal dalam proses produksinya;
2. RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo dirumuskan sebagai
kesatuan tata ruang, sehingga terpadu dan saling mengisi dengan arahan
RTRW Kabupaten serta rencana tata ruang lainnya yang terkait;
3. Terumuskan penetapan fungsi wilayah, penyebaran fasilitas, dan utilitas yang
diperlukan, serta meningkatkan kualitas kehidupan bagi masyarakatnya;
4. Tersusunnya zonasi dan pemberian periijinan kesesuaian pemanfaatan
bangunan dengan peruntukan lahan.
5. Terwujudnya kepastian hukum, sehingga akan dapat meningkatkan peran
masyarakat dan swasta dalam bidang pembangunan;
6. Tersusunnya arahan atau pedoman bagi pemerintah daerah dalam
pelaksanaan pembangunan, khususnya di wilayah perencanaan.
1.4.3 Manfaat
Manfaat RDTR sesuai dengan Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata
Ruang Kabupaten/Kota, yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum, adalah sebagai:
1. Penentu intensitas pemanfaatan ruang untuk setiap bagian wilayah sesuai
dengan fungsinya di dalam struktur ruang Kawasan secara keseluruhan;
2. Arahan lokasi dari berbagai kegiatan yang mempunyai kesamaan fungsi
maupun lingkungan permukiman dengan karakteristik tertentu;
3. Penentu bagi penetapan kawasan yang diprioritaskan untuk disusun program
pengembangan kawasan dan pengendalian pemanfatan ruangnya pada
tingkat BWP atau sub BWP.

1.5 SASARAN PERENCANAAN


Sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan Penyusunan Rencana
Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo Kabupaten
Banyuwangi, adalah tersedianya Dokumen RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan
Bangorejo yang memenuhi ketentuan teknis dalam Permen ATR No. 16 Tahun 2018,
serta disusun dengan konsep mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya kawasan,
menjamin keserasian tata lingkungan, dan mempertimbangkan aspirasi masyarakat.

6
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

1.6 PENDEKATAN PERENCANAAN


Metode pendekatan perencanaan digunakan untuk menyusun dan
menentukan pola pikir dalam melaksanakan proses perencanaan penyusunan RDTR
Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo. Pola pikir ini akan menentukan arah
dan strategi dalam arah perencanaan dan penetapan wilayah untuk di kembangkan
di wilayah perencanaan. Metode pendekatan perencanaan yang digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Bangorejo antara
lain:

1. Top Down dan Bottom Up Planning


Pendekatan perencanaan ini merupakan perpaduan dari arahan dan
kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dengan aspirasi dari
masyarakat. Pendekatan ini menggunakan 2 (dua) istilah perencanaan yaitu
top down planning berupa perencanaan program-program serta merupakan
penjabaran dari kebijakan tata ruang oleh Pemerintah Provinsi maupun
daerah, serta yang kedua adalah bottom up planning. Perencanaan ini
memberikan penekanan bahwa RDTR Kecamatan Bangorejo
mengakomodasi aspirasi masyarakat sebagai pelaku pembangunan, dan
dengan melibatkan masyarakat dalam proses perencanaannya.
Perencanaan ini merupakan upaya untuk memberdayakan masyarakat dalam
perencanaan kerakyatan dan untuk mengembangkan segala potensi,
mengurangi dan seoptimal mungkin menyelesaikan permasalahan serta
menanggulangi segala ancaman atau tantangan yang muncul dari
pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah perencanaan.

2. Pendekatan Perencanaan Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan


Pendekatan ini akan mendorong perencanaan yang tidak hanya berorientasi
pada kebutuhan dan pemanfaatan ruang yang semaksimal mungkin untuk
kebutuhan saat ini, namun juga berorientasi pada masa yang akan datang
dengan tetap memanfaatkan ruang seoptimal mungkin dengan tidak merusak
lingkungan. Prinsip pendekatan perencanaan berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan antara lain:
a. Prinsip perencanaan tata ruang yang berpijak pada pelestarian dan
berorientasi ke depan (jangka panjang).
b. Penekanan pada nilai manfaat yang besar bagi masyarakat.
c. Prinsip pengelolaan aset sumber daya yang tidak merusak dan lestari.

7
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

d. Kesesuaian antara kegiatan pengembangan dengan daya dukung


ruang.
e. Keselarasan yang sinergis antara kegiatan eksplorasi dan eksploitasi
SDA dengan keseimbangan dan daya dukung lingkungannya.
f. Antisipasi yang tepat dan monitoring perubahan lingkungan yang
terjadi akibat pembangunan dan pemanfatan lahan untuk kawasan
budidaya.

3. Pendekatan Komunitas/Masyarakat (Community Approach)


Pendekatan ini digunakan dengan pemahaman bahwa masyarakat setempat
adalah masyarakat yang paling tahu kondisi di wilayahnya dan setiap
kegiatan pembangunan harus memperhitungkan nilai-nilai sosial budaya
pembangunan. Oleh karena itu langkah perencanaan tata ruang kawasan
harus mencerminkan masyarakat lokal yang ikut terlibat dalam proses
perencanaan dan pengambilan keputusan.

1.7 RUANG LINGKUP


Berdasarkan UU No.26 Tahun 2007, Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang
Kawasan didasarkan pada azas-azas seperti asas keterpaduan; keserasian,
keseimbangan dan keselarasan; azas berkelanjutan; azaz keberdayagunaan dan
keberhasilan; azas keterbukaan; kebersamaan dan kemitraan; azas perlindungan
dan kepentingan umum; azas kepastian hukum dan keadilan; serta azas akuntabilitas
yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan karakteristik Kawasan
Agropolitan Kecamatan Banyuwangi itu sendiri maupun hubungan dengan daerah
sekitarnya dengan ruang lingkup meliputi :
a. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Agropolitan Kecamatan
Banyuwangi memuat rumusan kebijaksanaan pemanfaatan ruang untuk
menyiapkan perwujudan ruang pada pusat kegiatan, dalam rangka
pelaksanaan program dan pengendalian pembangunan yang dilaksanakan
pemerintah, swasta dan masyarakat dalam jangka pendek, menengah dan
panjang;
b. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Agropolitan Kecamatan
Banyuwangi harus memuat arahan rencana pada pemanfaatan ruang
mengenai rencana pengelolaan kawasan budidaya dan rencana pengelolaan
kawasan lindung, serta bukan lagi sekedar arahan tetapi secara teknis sudah
menjadi kebijaksanaan lebih konkrit tentang :
1. Fisik Dasar kawasan meliputi topografi, hidrologi, geologi, klimatologi;

8
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

2. Kependudukan meliputi jumlah dan persebaran penduduk menurut jenis


kelamin, umur,agama, pendidikan dan mata pencaharian;
3. Pemanfaatan ruang ditinjau dari segi besaran pada setiap blok
peruntukan yang materinya sekurang-kurangnya mengatur arahan lokasi
perdagangan dan jasa, industri menurut jenisnya, pendidikan mulai dari
TK s/d Perguruan Tinggi, fasilitas kesehatan, sarana peribadatan, taman
rekreasi, sarana olah raga, perkantoran dan perumahan, terminal, jalur
hijau, makam, pertanian dan kawasan khusus lainnya ;
4. Penggunaan lahan meliputi luasan dan persebaran kegiatan seperti
permukiman, perdagangan dan jasa, kesehatan, industri, pariwisata,
pertambangan, pertanian, kehutanan, dsb;
5. Struktur tingkat pelayanan kegiatan kota dalam hal hubungan tata
jenjang, kapasitas dan intensitas antara fungsi-fungsi pelayanan tiap-tiap
lingkungan yang materinya sekurang-kurangnya mengatur perdagangan,
pendidikan, kesehatan, olah raga dan rekreasi, selain itu juga membahas
mengenai arah pergerakan penduduk untuk motivasi bekerja, belanja dan
bersekolah;
6. Sistem prasarana lainnya, meliputi sistem jaringan listrik/energi, jaringan
telekomunikasi, infrastruktur perkotaan (air minum, pengolahan air
limbah, sistem persampahan, sistem drainase kota, dan jalur evakuasi
bencana;
7. Fasilitas pelayanan umum mencakup penentuan kebutuhan fasilitas yang
didasarkan pada fungsi dan daya tampung dari wilayah perencanaan
dengan memperhitungkan skala pelayanan masing-masing jenis fasilitas
tersebut terdiri dari perdagangan dan jasa, kesehatan, pendidikan,
peribadatan, fasilitas umum (olahraga dan rekresasi), RTH dan
transportasi;
8. Peruntukan blok meliputi penentuan luasan dan delinasi blok bangunan
tiap fungsi pemanfaatan, baik untuk kawasan lindung dan budidaya.
9. Intensitas bangunan, mencakup perbandingan antara luas bangunan
dengan luas lahan keseluruhan pada setiap blok peruntukan yang
materinya sekurang-kurangnya mengatur koefisien dasar bangunan
(KDB), Koefisien Lantai Bangungan (KLB), Tinggi lantai bangunan (TL),
Garis Sempadan Bangunan (GSB).

9
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

10. Perekonomian meliputi investasi, kegiatan industri, kegiatan


perdagangan dan jasa, pariwisata, pertambangan, pertanian, kehutanan,
perikanan, dsb.
11. Pengendalian pemanfaatan ruang meliputi pengawasan pemanfaatan
ruang, pelaporan, evaluasi, tindakan, perijinan, pemberian intensif dan
disintensif, pemberian kompensasi dan pengenaan sanksi.
12. Indikasi program berupa tahapan pelaksanaan pembangunan dalam hal
pengendalian peruntukan, pelaksanaan / program / kegiatan prasarana
dan sarana kota dalam kurun waktu 20 (dua puluh) Tahun yang dibagi
dalam program 5 (lima) Tahunan.
1.7.1 Ruang Lingkup Wilayah
Lingkup wilayah penyusunan RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan
Bangorejo Kabupaten Banyuwangi adalah Kawasan Agropolitan di Kecamatan
Bangorejo yang berada di enam Desa yaitu Desa Bangorejo, Desa Sambirejo, Desa
Sukorejo, Desa Ringintelu, Desa Sambimulyo dan Desa Kebondalem.
Tabel 1.1 Lingkup Wilayah Agropolitan Bangorejo
NO DESA Luas (Km2)
1 Desa Bangorejo 10,34
2 Desa Sambirejo 9,35
3 Desa Sukorejo 9,79
4 Desa Ringintelu 6,80
5 Desa Kebondalem 19,88
6 Desa Sambimulyo 9,79
JUMLAH 65,95
Sumber: Kecamatan Bangorejo dalam Angka, 2018

Berikut merupakan ruang lingkup wilayah penyusunan Rencana Detail Tata


Ruang (RDTR) Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo, beserta deliniasinya
yang dituangkan dalam peta di bawah ini.

10
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 1.2 Peta Orientasi Deliniasi Terhadap Kabupaten Banyuwangi

11
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 1.3 Peta Deliniasi RDTR Kawasan Agropolitan Kec. Bangorejo

12
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

1.7.2 Ruang Lingkup Waktu


a. Jangka Waktu Penyusunan
Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan Penyusunan RDTR Kawasan
Agropolitan Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi akan
diselesaikan seluruhnya dalam waktu 4 bulan (120 hari kalender).
b. Jangka Waktu Perencanaan
RDTR berlaku dalam jangka waktu 20 (dua puluh) tahun atau sebagaimana
masa berlakunya RTRW Kabupaten Banyuwangi (2012-2032) dan ditinjau
kembali setiap 5 (lima) tahun. Peninjauan kembali RDTR dapat dilakukan
lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun jika:
1. Terjadi perubahan RTRW Kabupaten yang mempengaruhi Kawasan
Agropolitan Kecamatan Bangorejo;
2. Terjadi bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan perundangan
yang mengakibatkan perubahan batas administrasi Kecamatan
Bangorejo.

1.8 SISTEMATIKA PEMBAHASAN


Dalam Laporan Antara Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
Agropolitan Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi ini, sistematika
pembahasan diatur sesuai dengan tatanan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan uraian tentang latar belakang penyusunan RDTR; dasar
hukum penyusunan RDTR; Maksud dan tujuan; Ruang lingkup serta
sistematika penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
Agropolitan Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi.
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN
Bab ini berisikan uraian mengenai Kebijakan wilayah perencanaan yang
meliputi kebijakan RTRW Provinsi Jawa Timur, RTRW Kabupaten
Banyuwangi, RPJP dan RPJM Kabupaten Banyuwangi.
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN
Bab ini berisikan uraian mengenai kondisi wilayah perencanaan yang
meliputi kondisi eksisting atas aspek kependudukan, guna lahan, dan
beberapa aspek pengenal yang menjadi orientasi atas wilayah
perencanaan serta potensi dan masalah Kawasan Agropolitan
Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi.
BAB IV FAKTA ANALISA

13
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Bab ini berisikan uraian tentang fakta dan analisa yang dipakai dalam
penyusunan RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo
Kabupaten Banyuwangi.
BAB V KONSEP PENGEMBANGAN
Bab ini berisikan tentang konsep pengembangan RDTR Kawasan
Agropolitan Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi

14
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

2 TINJAUAN KEBIJAKAN
2.1 ARAHAN UNDANG-UNDANG NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN
RUANG
Perencanaan tata ruang dilakukan agar pengendalian dan program
dilaksanakan sesuai dengan arahan dalam UU No 26 Tahun 2007 tentang penataan
ruang pada pasal 14 disebutkan bahwa:

(1) Perencanaan tata ruang dilakukan untuk menghasilkan:


a. Rencana umum tata ruang
b. Rencana rinci tata ruang.
(2) Rencana umum tata ruang sebagaimana dimaksud secara berhierarki terdiri
atas:
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
b. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
c. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten dan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota.

Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kabupaten dalam UU No 26 Tahun 2007


pada pasal 25 dan 26 menyebutkan tentang penataan ruang bahwa:

1. Penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten mengacu pada:


a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi
b. Pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang
c. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
2. Penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten harus memperhatikan
a. Perkembangan permasalahan provinsi dan hasil pengkajian implikasi
penataan ruang kabupaten

15
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

b. Upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi kabupaten


c. Keselarasan aspirasi pembangunan kabupaten
d. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
e. Rencana pembangunan jangka panjang daerah
f. Rencana tata ruang wilayah kabupaten yang berbatasan
g. Rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten.

Penataaan ruang yang sesuai dengan strategi besar pembangunan


masyarakat di suatu kabupaten juga harus memiliki rencana tata ruang yang detail,
dalam undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang dijelaskan
rencana tata ruang wilayah kabupaten memuat:

a. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten


b. Rencana struktur ruang wilayah kabupaten yang meliputi sistem perkotaan di
wilayahnya yang terkait dengan kawasan perdesaan dan sistem jaringan
prasarana wilayah kabupaten dimana dalam ayat penjelasan disebutkan
struktur ruang wilayah kabupaten merupakan gambaran sistem perkotaan
wilayah kabupaten dan jaringan prasarana wilayah kabupaten yang
dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kabupaten selain untuk
melayani kegiatan skala kabupaten yang meliputi sistem jaringan
transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan
telekomunikasi, dan sistem jaringan sumber daya air, termasuk seluruh
daerah hulu bendungan atau waduk dari daerah aliran sungai. Rencana tata
ruang digambarkan kabupaten adalah pusat wilayah yang diletakkan jaringan
prasarana dan sarana penurut UU dalam pengelolaannya harus kewenangan
pemerintah daerah kabupaten.
c. Rencana pola ruang wilayah kabupaten yang meliputi kawasan lindung
kabupaten dan kawasan budidaya kabupaten dalam ayat penjelasan bahwa
pola ruang wilayah kabupaten merupakan gambaran pemanfaatan ruang
wilayah kabupaten, baik untuk pemanfaatan yang berfungsi lindung maupun
budi daya yang belum ditetapkan dalam rencana tata ruang wilayah nasional
dan rencana tata ruang wilayah provinsi.
d. Penetapan kawasan strategis kabupaten adalah wilayah yang penataan
ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam
lingkup kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau
lingkungan

16
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

e. Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi indikasi program


utama jangka menengah lima tahunan
f. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi
ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif
dan disinsentif, serta arahan sanksi.

2.2 PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NO. 1 TAHUN 2008 TENTANG


PEDOMAN PERENCANAAN KAWASAN PERKOTAAN
Perencanaan tata ruang adalah suatu administrasi dan kebijakan
dikembangkan sebagai pendekatan menyeluruh lintas disiplin terhadap
pembangunan daerah yang seimbang dan penataaan ruang yang sesuai dengan
strategi besar pada pembangunan masyarakat.

Arah pembangunan kawasan perkotaan yang berada di dua atau lebih


kabupaten dituangkan dalam masing-masing RPJPD kabupaten yang bersangkutan.
Rencana arah pembangunan kawasan perkotaan yang tertuang dalam RPJPD (pasal
8) memuat:

a. Peningkatan kesejahteraan masyarakat perkotaan


b. Pemenuhan standar pelayanan perkotaan
c. Keterkaitan fungsi antar kawasan perkotaan.

Arah pembangunan kawasan perkotaan yang tertuang dalam RPJPD menjadi


acuan penyusunan rencana tata ruang dan pedoman penyusunan RPJMD. Rencana
Tata Ruang Kawasan Perkotaan tertuang dalam peraturan menteri dalam negeri no.
1 tahun 2008 (pasal 11) sebagai berikut:

Rencana Detail Tata Ruang sebagaimana dimaksud. dalam Pasal 10, dijadikan
pedoman untuk:

a. Pengaturan tata guna tanah (Land Regulation)


b. Penerbitan surat keterangan pemanfaatan ruang
c. Penerbitan Advise Planning
d. Penerbitan izin prinsip pembangunan
e. Penerbitan izin lokasi
f. Pengaturan teknis bangunan
g. Penyusunan rencana teknik ruang kawasan perkotaan
h. Penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan.

17
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

2.3 PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG NO. 16 TAHUN 2018
TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
DAN PERATURAN ZONASI KABUPATEN/KOTA
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang No. 16 Tahun 2018 tentang
“Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi
Kabupaten/Kota“, definisi RDTR adalah rencana secara rinci tentang tata ruang
wilayah kabupaten/kota sebagai penjabaran RTRW kabupaten/kota yang menjadi
rujukan bagi penyusunan rencana teknis sektor dan pelaksanaan pengendalian
pemanfaatan ruang.

Pada Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang No. 16 Tahun 2018 Pedoman
RDTR menyebutkan bahwa isi dari muatan dokumen RDTR yaitu:

a. Tujuan penataan bagian wilayah perencanaan


b. Rencana struktur ruang
c. Rencana pola ruang
d. Penetapan sub bagian wilayah perencanaan yang diprioritaskan
penanganannya
e. Ketentuan pemanfaatan ruang

Berdasarkan peraturan menteri dan tata ruang no. 16 tahun 2018 tentang
Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota, bahasan dalam
RDTR mencakup sebagai berikut :

1. Tujuan penataan BWP dalam tujuan RDTR berfungsi sebagai berikut:


a. Sebagai acuan untuk penyusunan rencana pola ruang, penyusunan rencana
jaringan prasarana, penetapan Sub BWP yang diprioritaskan
penanganannya, penyusunan ketentuan pemanfaatan ruang, penyusunan
peraturan zonasi.
b. Menjaga konsistensi dan keserasian pengembangan kawasan perkotaan
dengan RTRW kabupaten/kota.

Perumusan tujuan penataan BWP dalam muatan RDTR didasarkan pada:

a. Arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW kabupaten/kota


b. Isu strategis BWP, yang antara lain dapat berupa potensi, masalah, dan
urgensi penanganan
c. Karakteristik BWP.

Tujuan penataan BWP dijelaskan dengan pertimbangan sebagai berikut:

18
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

a. Keseimbangan dan keserasian antar bagian dari wilayah kabupaten/kota


b. Fungsi dan peran BWP
c. Potensi investasi
d. Keunggulan dan daya saing BWP
e. Kondisi sosial dan lingkungan BWP
f. Peran aspirasi masyarakat dalam pembangunan
g. Prinsip-prinsip yang merupakan penjabaran dari tujuan tersebut.

2. Rencana Struktur Ruang


Rencana struktur ruang merupakan susunan pusat-pusat pelayanan dan
sistem jaringan prasarana di BWP yang akan dikembangkan untuk mencapai tujuan
dalam melayani kegiatan skala BWP. Untuk mengembangkan pusat-pusat pelayanan
dan sistem jaringan prasarana di BWP Rencana struktur ruang berfungsi sebagai:

a. Pembentuk sistem pusat pelayanan di dalam BWP


b. Dasar perletakan jaringan serta rencana pembangunan prasarana dan utilitas
dalam BWP sesuai dengan fungsi pelayanannya
c. Dasar rencana sistem pergerakan dan aksesibilitas lingkungan dalam RTBL
dan rencana teknis sektoral.

Materi Untuk mengembangkan pusat-pusat pelayanan dan sistem jaringan


prasarana di BWP rencana struktur ruang meliputi:

a. Rencana Pengembangan Pusat Pelayanan


b. Rencana Jaringan Transportasi
c. Rencana Jaringan Prasarana

3. Rencana Pola Ruang


Rencana pola ruang merupakan rencana distribusi zona pada BWP yang akan
diatur sesuai dengan fungsi dan peruntukannya. Rencana pola ruang berfungsi
sebagai:

a. Alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial budaya, ekonomi, serta kegiatan
pelestarian fungsi lingkungan dalam BWP
b. Alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial budaya, ekonomi, serta kegiatan
pelestarian fungsi lingkungan dalam BWP
c. Dasar penyusunan RTBL dan rencana teknis lainnya
d. Dasar penyusunan rencana jaringan prasarana

19
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Rencana pola ruang RDTR terdiri atas:

a. Zona lindung
b. Zona budidaya

4. Penetapan Sub BWP yang Diprioritaskan


Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya merupakan upaya
dalam rangka operasionalisasi rencana tata ruang yang diwujudkan ke dalam
rencana penanganan Sub BWP yang diprioritaskan.

Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya berfungsi sebagai:

a. Dasar penyusunan RTBL dan rencana teknis pembangunan sectoral


b. Dasar pertimbangan dalam penyusunan indikasi program prioritas RDTR.

Penetapan sub BWP yang diprorioritaskan dalam penanganannya harus


memuat:

a. Lokasi Lokasi Sub BWP yang diprioritaskan harus digambarkan dalam peta.
Lokasi tersebut dapat meliputi seluruh wilayah Sub BWP yang ditentukan,
atau dapat juga meliputi sebagian saja dari wilayah Sub BWP tersebut serta
Batas delinisi lokasi Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya harus
ditetapkan dan mempertimbangkan jenis kawasan, kesesuaian karakteristik
tematik, batas fisik, fungsi fisik kawasan dan penentuan wilayah administratif
secara kultural adat.
b. Tema penanganan adalah program utama untuk setiap lokasi yang akan
diprioritaskan sub BWPnya.

5. Ketentuan Pemanfaatan Ruang


Dalam RDTR merupakan upaya mewujudkan RDTR dalam bentuk program
pengembangan BWP dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahun.

Program dalam ketentuan pemanfaatan ruang meliputi:

a. Program Pemanfaatan Ruang Prioritas merupakan program-program


pengembangan BWP yang diindikasikan memiliki bobot tinggi berdasarkan
tingkat kepentingan atau diprioritaskan dan memiliki nilai strategis untuk
mewujudkan rencana pola ruang dan rencana jaringan prasarana di BWP
sesuai tujuan penataan BWP.
b. Lokasi merupakan tempat dimana usulan program akan dilaksanakan.

20
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

c. Besaran merupakan perkiraan jumlah satuan masing-masing usulan program


prioritas pengembangan wilayah yang akan dilaksanakan.
d. Sumber Pendanaan Sumber pendanaan dapat berasal dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota, APBD Provinsi,
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), swasta, dan/atau
masyarakat.
e. Instansi Pelaksana Instansi pelaksana merupakan pihak-pihak pelaksana
program prioritas yang meliputi pemerintah seperti satuan kerja perangkat
daerah (SKPD), dinas teknis terkait, dan/atau kementerian/lembaga, swasta,
dan/atau masyarakat.

Waktu dan Tahapan Pelaksanaan Program direncanakan dalam kurun waktu


perencanaan 20 (dua puluh) tahun yang dirinci setiap 5 (lima) tahunan dan masing-
masing program mempunyai durasi pelaksanaan yang bervariasi sesuai kebutuhan.

2.4 KEDUDUKAN PERATURAN ARAHAN KAWASAN PERENCANAAN


DALAM KEBIJAKAN PENATAAN RUANG WILAYAH
2.4.1 Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2031.
Peraturan daerah nomor 5 tahun 2012 RTRW Provinsi Jawa Timur yaitu
menjelaskan bahwa perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan
struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata
ruang.

1. Penataan RTRW Provinsi memiliki visi penataan yaitu:

Visi penataan Ruang Provinsi adalah “Terwujudnya Ruang Wilayah


Provinsi Berbasis Agribisnis dan Jasa Komersial yang Berdaya Saing Global
Dalam Pembangunan Berkelanjutan.”

2. Misi penataan ruang adalah mewujudkan:


a. Keseimbangan pemerataan pembangunan antarwilayah dan
pertumbuhan ekonomi;
b. Pengembangan pusat pertumbuhan wilayah;
c. Penyediaan sarana dan prasarana wilayah secara berkeadilan dan
berhierarki serta bernilai tambah tinggi;
d. Pemantapan fungsi lindung dan kelestarian sumber daya alam dan
buatan;

21
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

e. Optimasi fungsi budidaya kawasan dalam meningkatkan kemandirian


masyarakat dalam persaingan global;
f. Keterpaduan program pembangunan berbasis agribisnis dan jasa
komersial yang didukung seluruh pemangku kepentingan;
g. Kemudahan bagi pengembangan investasi daerah serta peningkatan
kerja sama regional.

Arahan pengembangan kebijakan RTRW Provinsi bagian wilayah perkotaan


Banyuwangi berfungsi sebagai Kawasan Agropolitan, Kawasan agropolitan
menurut Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 adalah kawasan yang terdiri atas
satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi
pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya
keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem
agribisnis. dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 2.1 Kajian Kebijakan RTRW Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2031
No KEBIJAKAN TERKAIT KETERANGAN
A. RENCANA STRUKTUR RUANG
1 RENCANA SISTEM Rencana sistem perkotaan di wilayah kabupaten
PERKOTAAN banyuwangi sebagai berikut:
PKW adalah kawasan perkotaan yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala provinsi atau
kegiatan beberapa kabupaten/kota. Rencana
sistem perkotaan di Provinsi Jawa Timur adalah
Probolinggo, Tuban, Kediri, Madiun,
Banyuwangi, Jember, Blitar, Pamekasan,
Bojonegoro, dan Pacitan
2 RENCANA SISTEM Rencana system perwilayahan di wilayah
PERWILAYAHAN kabupaten banyuwangi sebagai berikut:
WP Banyuwangi dengan pusat di  Pusat : Kabupaten Banyuwangi
Perkotaan Banyuwangi meliputi: Fungsi WP Banyuwangi: pertanian tanaman
Kabupaten Banyuwangi dengan pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan,
pusat perkotaan Banyuwangi kehutanan, perikanan, pertambangan, industri,
pendidikan, kesehatan, dan pariwisata.
3 RENCANA FUNGSI Pengembangan sistem agropolitan dan sistem
WILAYAH/PERKOTAAN agroindustri sebagaimana yang dimaksud dalam
fungsi WP Banyuwangi memfokuskan pada:
pertanian tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan,
pertambangan, industri, pendidikan, kesehatan,
dan pariwisata
4 RENCANA PENGEMBANGAN  Rencana jaringan jalan bebas hambatan antar
INFRASTRUKTUR kota dari Probolinggo–Banyuwangi,
Rencana jaringan jalan nasional arteri primer
dari Surabaya–Sidoarjo–Gempol–Pasuruan–
Probolinggo– Situbondo–Banyuwangi,
Rencana jaringan jalan nasional kolektor
primer Glonggong–Pacitan–Panggul–
Durenan–Tulungagung– Blitar–Kepanjen–
Turen–Lumajang–Wonorejo–Jember–

22
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

No KEBIJAKAN TERKAIT KETERANGAN


Gentengkulon–Jajag–Benculuk–Rogojampi–
Banyuwangi
 Rencana jalan strategis nasional. Paltuding–
Banyuwangi
 Pengembangan jalur Terminal A Sri Tanjung
di Kabupaten Banyuwangi, Terminal B
Wiroguno dan Terminal Brawijaya di
Kabupaten Banyuwangi,
 Pengembangan Jalur perkeretaapian umum
Jalur Timur : Surabaya (Semut)–Surabaya
(Gubeng)–Surabaya (Wonokromo)–
Sidoarjo–Bangil–Pasuruan– Probolinggo–
Jember–Banyuwangi, jalur kereta api ganda
Jalur Timur : Surabaya (Semut)–Surabaya
(Gubeng)–Surabaya (Wonokromo)–
Sidoarjo–Bangil–Pasuruan– Probolinggo–
Jember–Banyuwangi
 Rencana jaringan sungai, danau, dan
Rencana pengembangan pelabuhan
penyeberangan
B. RENCANA POLA RUANG
 RENCANA KAWASAN LINDUNG
1 Arahan Pengelolaan Kawasan a. pengawasan dan pemantauan untuk
Hutan Lindung pelestarian kawasan konservasi dan
kawasan hutan lindung
b. mempertahankan luasan kawasan hutan
lindung
c. pelestarian keanekaragaman hayati dan
ekosistemnya
d. pengembangan kerja sama antarwilayah
dalam pengelolaan kawasan lindung
e. percepatan rehabilitasi hutan dan lahan yang
termasuk kriteria kawasan lindung dengan
melakukan penanaman pohon lindung yang
dapat digunakan sebagai perlindungan
kawasan bawahannya yang dapat
dimanfaatkan hasil hutan nonkayunya
f. pemanfaatan jalur wisata alam
jelajah/pendakian untuk menanamkan rasa
memiliki terhadap alam
g. pemanfaatan kawasan lindung untuk sarana
pendidikan penelitian dan pengembangan
kecintaan terhadap alam.
2 Kawasan Perlindungan Setempat Peraturan pemerintah no. 26 tahun 2008
(sempadan pantai) menjelaskan kriteria kawasan lindung nasional
(pasal 56) sebagai berikut:
a. daratan sepanjang tepian laut dengan jarak
paling sedikit 100 (seratus) meter dari titik
pasang air laut tertinggi ke arah darat
b. daratan sepanjang tepian laut yang bentuk
dan kondisi fisik pantainya curam atau terjal
dengan jarak proporsional terhadap bentuk
dan kondisi fisik pantai.
3 Kawasan Perlindungan Setempat a. daratan sepanjang tepian sungai bertanggul
(sempadan sungai) dengan lebar paling sedikit 5 (lima) meter dari
kaki tanggul sebelah luar
b. daratan sepanjang tepian sungai besar tidak
bertanggul di luar kawasan permukiman

23
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

No KEBIJAKAN TERKAIT KETERANGAN


dengan lebar paling sedikit 100 (seratus)
meter dari tepi sungai
c. daratan sepanjang tepian anak sungai tidak
bertanggul di luar kawasan permukiman
dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh)
meter dari tepi sungai.
4 Kawasan Perlindungan Setempat a. daratan dengan jarak 50 (lima puluh) meter
(kawasan sekitar danau atau sampai dengan 100 (seratus) meter dari titik
waduk) pasang air danau atau waduk tertinggi
b. daratan sepanjang tepian danau atau waduk
yang lebarnya proporsional terhadap bentuk
dan kondisi fisik danau atau waduk.
5 Kawasan Perlindungan Setempat Peraturan daerah provinsi jawa timur no. 5 tahun
(kawasan sekitar mata air) 2012 arahan pengelolaan kawasan perlindungan
setempat sebagai berikut:
a. penetapan perlindungan pada sekitar mata
air minimum berjari-jari 200 meter dari
sumber mata air jika di luar kawasan
permukiman dan 100 meter jika di dalam
kawasan permukiman
b. perlindungan sekitar mata air untuk kegiatan
yang menyebabkan alih fungsi lindung dan
menyebabkan kerusakan kualitas sumber air
c. pembuatan sistem saluran bila sumber
dimanfaatkan untuk air minum atau irigasi
d. pengembangan tanaman perdu, tanaman
tegakan tinggi, dan penutup tanah untuk
melindungi pencemaran dan erosi terhadap
air
e. pembatasan penggunaan lahan secara
langsung untuk bangunan yang tidak
berhubungan dengan konservasi mata air
f. perlindungan sekitar mata air yang terletak
pada kawasan lindung tidak dilakukan secara
khusus sebab kawasan lindung tersebut
sekaligus berfungsi sebagai pelindung
terhadap lingkungan dan air.
6 Kawasan Perlindungan Setempat Kawasan lindung spiritual dan kearifanlokal
(kawasan lindung spiritual dan terdapat di permukiman budaya suku Osing di
kearifan lokal) Kabupaten Banyuwangi. Arahan pengelolaan
kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal
meliputi:
a. pelestarian kawasan lindung spiritual dan
kearifan lokal yang masih terdapat di
berbagai wilayah kabupaten/kota
b. pembatasan dan pelarangan perubahan
keaslian kawasan dengan pemodernan ke
bentuk lain
c. perlindungan terhadap kawasan lindung
spiritual dan kearifan lokal ditetapkan dalam
peraturan yang terdapat pada rencana tata
ruang kabupaten/kota.
7 Cagar Alam Cagar alam yang terdapat di kabupaten
banyuwangi yaitu terletak di Janggangan
Rogojampi I/II di Kabupaten Banyuwangi
dengan luas sekurang-kurangnya lebih 7,50 ha.
Untuk Arahan pengelolaan kawasan cagar alam
meliputi:

24
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

No KEBIJAKAN TERKAIT KETERANGAN


a. rehabilitasi tanah rusak/kawasan kritis
terutama pada kelerengan 40%
b. pengelolaan cagar alam
c. peningkatan fungsi lindung cagar alam
d. pengembangan kegiatan secara lebih spesifik
berdasarkan karakteristik kawasan dengan
mengedepankan fungsi lindung kawasan.
8 Taman Wisata Alam Taman Wisata Alam terdapat di Ijen Merapi
Unggup-Unggup di Kabupaten Bondowoso dan
Kabupaten Banyuwangi dengan luas sekurang-
kurangnya 92 ha.
9 Rawan Bencana Alam a. Kawasan rawan tanah longsor
b. Kawasan rawan banjir
10 Kawasan Lindung Geologi  Kawasan keunikan batuan dan fosil terdapat
di Teluk Grajagan di Kabupaten
Banyuwangi Arahan pengelolaan kawasan
keunikan batuan dan fosil meliputi:
a. penetapan kawasan sebagai kawasan
konservasi dan tidak diizinkan untuk
melakukan kegiatan pertambangan dan
membangun bendungan di atasnya
b. pembuatan papan nama yang
menunjukkan pentingnya kawasan
tersebut
c. pembuatan papan narasi geologi di
kawasan-kawasan tersebut dan brosur
sebagai media sosialisasi ke masyarakat
dan pelajar/mahasiswa
 Kawasan rawan gempa bumi, Arahan
pengelolaan kawasan rawan gempa bumi
meliputi:
a. penataan ruang
b. rekayasa teknologi.
 RENCANA KAWASAN BUDIDAYA
1 Rencana Kawasan Hutan a. pengusahaan hutan produksi dengan
produksi menerapkan sistem silvikultur tebang habis
permudaan buatan (THPB)
b. reboisasi dan rehabilitasi lahan pada bekas
tebangan dan tidak diizinkan
pengalihfungsian ke budi daya
nonkehutanan
c. pemantauan dan pengendalian kegiatan
pengusahaan hutan serta gangguan
keamanan hutan lainnya
d. pengembalian fungsi hutan semula dengan
reboisasi pada kawasan yang mengalami
perambahan atau bibrikan
e. percepatan reboisasi dan pengayaan
tanaman di kawasan hutan produksi yang
mempunyai tingkat kerapatan tegakan
rendah
f. pengembangan zona penyangga di
kawasan hutan produksi yang berbatasan
dengan hutan lindung
g. pengembalian kondisi hutan bekas
tebangan melalui reboisasi dan rehabilitasi
lahan kritis.

25
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

No KEBIJAKAN TERKAIT KETERANGAN


2 Rencana Kawasan Hutan Rakyat Rencana hutan rakyat di Jawa Timur ditetapkan
dengan luas sekurang-kurangnya 425.570,43 ha.
Hutan rakyat
3 Kawasan Peruntukan Pertanian Arahan pengelolaan kawasan peruntukkan
Komoditas unggulan: pertanian meliputi:
Pengembangan hortikultura di a. area lahan sawah beririgasi harus
wilayah Kabupaten Banyuwangi dipertahankan agar tidak berubah fungsi
penghasil buah pisang, jeruk dan menjadi peruntukan yang lain
manggis b. pengalihan fungsi areal sebagaimana
dimaksud pada huruf a wajib disediakan
lahan pengganti
c. pengembangan sawah beririgasi teknis
dilakukan dengan memprioritaskan
perubahan sawah nonirigasi menjadi sawah
irigasi melalui dukungan pengembangan
dan perluasan jaringan irigasi, pembukaan
areal baru pembangunan irigasi, dan
pengembangan waduk/embung
d. peningkatan produksi dan produktivitas
tanaman pangan dengan mengembangkan
kawasan pertanian terpadu (cooperative
farming), dan hortikultura dengan
mengembangkan kawasan budi daya
pertanian ramah lingkungan (good
agriculture practices)
e. pengembangan kelembagaan kelompok
tani ke arah kelembagaan
ekonomi/koperasi.
4 Kawasan Percenguntukan Pengelolaan kawasan peruntukan perkebunan
Perkebunan tersistem pewilayahan komoditi sesuai dengan
Komoditas Unggulan: kopi, karet, potensinya, luas wilayah dan daya saing
kakao, kelapa, produkperkebunan, untuk pengembangan
wilayah perkebunan diarahkan untuk
meningkatkan produktivitas, kualitas, efisiensi
dan keberlanjutan kedepannya. pengembangan
perkebunan dapat dibagi dalam 2 (dua)
kelompok yaitu:
1. tanaman semusim terdiri dari tembakau
dan tebu
2. tanaman tahunan terdiri dari kapas,
jambu, cengkeh,the, karet, kakao, panili,
kelapa dan nilam.
5 Kawasan Peruntukan Peternakan Sentra peternakan ternak besar, Arahan
pengelolaan kawasan peruntukan peternakan
terdiri darii:
a. pengembangan kawasan peternakan yang
mempunyai keterkaitan dengan pusat
distribusi pakan ternak dan sektor industri
pendukung lainnya
b. pemertahanan ternak plasma nuftah
sebagai potensi daerah
c. pengembangan kawasan peternakan
diarahkan pada pengembangan komoditas
ternak unggulan
d. kawasan budi daya ternak yang berpotensi
menularkan penyakit dari hewan ke
manusia atau sebaliknya pada permukiman
padat penduduk ditempatkan terpisah

26
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

No KEBIJAKAN TERKAIT KETERANGAN


sesuai dengan standar teknis kawasan
usaha peternakan dengan memperhatikan
kesempatan berusaha dan melindungi
daerah permukiman penduduk dari
penularan penyakit hewan menular
e. pengaturan pemeliharaan hewan yang
diternakkan serta tata niaga hewan dan
produk bahan asal hewan di kawasan
perkotaan
f. peningkatan nilai ekonomi ternak dengan
mengelola dan mengolah hasil ternak;
g. pengembangan kelembagaan kelompok
tani ke arah kelembagaan
ekonomi/koperasi.
6 Kawasan Peruntukan Perikanan Kabupaten banyuwangi trmasuk dalam
pengembangan kawasan peruntukan perikanan
tangkap, Muncar di Kabupaten Banyuwangi
pengembangan Pelabuhan Perikanan Pantai
(PPP), Pancer di Kabupaten Banyuwangi
pengembangan Pangkalan Pendaratan Ikan
(PPI). Berikut arahab pengelolaan kawasan
peruntukan perikanan:
a. pemertahanan, perehabilitasian, dan
perevitalisasian tanaman bakau/mangrove
dan terumbu karang
b. pengembangan perikanan tangkap dan
perikanan budi daya
c. penjagaan kelestarian sumber daya air
terhadap pencemaran limbah industry
d. pengendalian pemanfaatan sumber daya di
wilayah pesisir melalui penetapan rencana
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil
e. pengembangan sarana dan prasarana
pendukung perikanan
f. peningkatan nilai ekonomi perikanan
dengan meningkatkan pengolahan dan
pemasaran hasil perikanan
g. pengembangan kelembagaan kelompok
nelayan ke arah kelembagaan
ekonomi/koperasi. h. pemertahanan luasan
dan sebaran kawasan tambak garam agar
tidak berubah fungsi
h. pembukaan peluang pengembangan
tambak garam baru dalam rangka
meningkatkan produksi garam dan
membuka peluang investasi
i. pengembangan teknologi dalam rangka
meningkatkan kuantitas dan kualitas
produksi garam
j. pengembangan kawasan tambak garam
dengan mempertimbangkan aspek
lingkungan hidup yang keberlanjutan.
7 Kawasan Peruntukan Kawasan peruntukan pertambangan di wilayah
Pertambangan meliputi: mineral Provinsi Jawa Timur termasuk dalam wilayah
logam, panas bumi (Belawan- yang memiliki potensi sumber daya bahan
Ijen), tambang yang berwujud padat, cair, atau gas.
Kawasan ini dibagi menjadi kawasan

27
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

No KEBIJAKAN TERKAIT KETERANGAN


pertambangan mineral, pertambangan minyak
dan gas bumi dan kawasan potensi daerah
panas bumi.
8 Kawasan peruntukan industri Kawasan peruntukan industri dalam Pasal 72
huruf h direncanakan dengan luas sekurang-
kurangnya 69.288,52 Ha meliputi:
a. kawasan industry
b. kawasan peruntukan industri di luar
kawasan industry
c. sentra industri.
9 Kawasan Peruntukan Pariwisata 1. Grajagan masuk dalam daya tarik wisata
alam, berlokasi di Pantai Plengkung,
Pantai Sukamade, dan Kawah Ijen di
Kabupaten Banyuwangi
2. Taman Suruh di Kabupaten
Banyuwangi masuk dalam daya tarik
wisata hasil buatan manusia
Kawasan peruntukan pariwisata meliputi:
a. daya tarik wisata alam
b. daya tarik wisata budaya
c. daya tarik wisata hasil buatan manusia
10 Kawasan Peruntukan Arahan pengelolaan kawasan permukiman
Permukiman perdesaan meliputi:
a. pengelompokan lokasi permukiman
perdesaan yang sudah ada
b. pengembangan permukiman perdesaan
sedapat mungkin menghindari terjadinya
alih fungsi lahan produktif
c. Penanganan kawasan permukiman
kumuh di perdesaan melalui perbaikan
rumah tidak layak huni
d. d. penataan kawasan permukiman
perdesaan melalui konsolidasi tanah.
Arahan pengelolaan kawasan permukiman
perkotaan meliputi:
a. pengaturan perkembangan
pembangunan permukiman perkotaan
baru
b. pengembangan permukiman perkotaan
dengan memperhitungkan daya
tampung perkembangan penduduk,
sarana, dan prasarana yang dibutuhkan
c. penanganan kawasan permukiman
kumuh perkotaan dapat dilakukan
melalui pembangunan rumah susun
d. penataan kawasan permukiman
perkotaan melalui konsolidasi tanah.
11 Peruntukan Kawasan Budi Daya Peruntukan kawasan budi daya lainnya
Lainnya banyuwangi termasuk dalam kawasan
pertahanan dan keamanan
12 Kawasan Andalan Kawasan Banyuwangi dan sekitarnya meiliki
sektor unggulan yaitu perikanan dan pertanian.
13 Rencana Kawasan Pesisir dan Arahan pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-
Pulau-Pulau Kecil pulau kecil dilakukan dengan:
a. membatasi pengembangan kawasan
terbangun pada kawasan perlindungan
ekosistem

28
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

No KEBIJAKAN TERKAIT KETERANGAN


b. mengembangkan kegiatan budi daya
yang bersinergi dengan potensi kawasan
pesisir dan pulau-pulau kecil.
C. PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS PROVINSI JAWA TIMUR
1. Rencana pengembangan Rencana kawasan strategis yang berada dalam
kawasan strategis dari sudut lingkup pengelolaan Pemerintah Daerah Provinsi
kepentingan ekonomi sebagai KSP, Kabupaten Banyuwangi masuk
kawasan agropolitan regional yang terdiri atas
Sistem Agropolitan Wilis yaitu:
Sistem Agropolitan Ijen (meliputi Kabupaten
Banyuwangi, Kabupaten Bondowoso,
Kabupaten Jember, dan Kabupaten
Situbondo)
2. Rencana pengembangan Rencana kawasan strategis yang berada dalam
kawasan strategis dari sudut lingkup pengelolaan Pemerintah Daerah Provinsi
kepentingan sebagai KSP, Kabupaten Banyuwangi masuk
pendayagunaan Sumber kedalam kawasan pengembangan potensial
Daya Alam dan/atau panas bumi
kepentingan teknologi tinggi
D. ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH PROVINSI
Pengendalian pemanfaatan ruang
diselenggarakan melalui penetapan indikasi:
a. arahan peraturan zonasi
b. arahan perizinan
c. arahan insentif dan disinsentif
d. arahan pengenaan sanksi.
Sumber: Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa
Timur Tahun 2011-2031.

2.4.2 Revisi RTRW Kabupaten Banyuwangi Tentang Rencana Tata Ruang


Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012-2032.
Rencana pembangunan perkotaan baik nasional maupun daerah memiliki
tahapan-tahapan dalam perencanaan dalam jangka waktu tertentu.

1. Visi dalam penataan ruang Kabupaten adalah sebagai berikut:

“Terwujudnya pengembangan wilayah dan pertumbuhan ekonomi kabupaten


berbasis pada potensi sumber daya alam daerah yang didukung oleh
pembangunan sarana dan prasarana yang memadai dengan memperhatikan
harmonisasi antara pengelolaan kawasan budidaya, kawasan lindung, dan
pengendalian kawasan rawan bencana.”

2. Misi Penataan Ruang Kabupaten Banyuwangi adalah :


a. Mewujudkan pengelolaan kawasan lindung, kawasan budidaya, dan
pengendalian kawasan rawan bencana secara harmonis dan berkelanjutan;
b. Mengembangkan sarana dan prasarana wilayah perkotaan dan perdesaan
untuk mendukung pengembangan wilayah dan untuk mengurangi disparitas
antar wilayah;

29
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

c. Mewujudkan pengembangan kawasan ekonomi unggulan yang berbasis


sumber daya lokal berupa pertanian tanaman pangan, perkebunan,
kehutanan, peternakan, perikanan, dan pariwisata untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat;
d. Mewujudkan pengembangan kawasan perdagangan dan jasa, industri kecil
dan menengah serta industri besar untuk memacu pertumbuhan ekonomi;
e. Mewujudkan pengembangan pendidikan yang berbasis sumber daya lokal
dalam rangka mendukung peningkatan sumber daya manusia;
f. Meningkatkan kerjasama investasi antara pemerintah, pelaku usaha dan
masyarakat untuk mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat;
g. Mewujudkan pengelolaan sumber daya alam secara optimal untuk
mendorong kemandirian ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi telah memiliki dokumen Rencana Tata


Ruang Wilayah Wilayah yang disusun pada Tahun 1999 dengan masa berlaku
sampai Tahun 2010. Selama periode tersebut, telah banyak kebijakan baik yang
berskala lokal, regional sampai nasional yang berubah, termasuk gambaran
perkembangan pemanfaatan sumber daya baik alam maupun buatan. Perubahan-
perubahan tersebut perlu dikaji ulang serta perlu dilakukan updating data-data yang
telah ada guna penyusunan revisi RTRW yang telah ada sebelumnya.

Didalam revis RDTR Kab. Banyuwangi terdapat kebijakan di Kecamatan


Bangorejo, beberapa kebijakan yang terkait dengan arah pengembangan kawasan
perkotaan Bangorejo secara rinci dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 2.2 Kajian Kebijakan RTRW Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012-2032


NO KEBIJAKAN TERKAIT KETERANGAN
KRITERIA DAN PENETAPAN KAWASAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN
1 Deliniasi Batas Wilayah Pada kecamatan Bangorejo dalam Revisi RTRW
Kota Kabupaten Kabupaten Banyuwangi wilayah perkotaannya meliputi:
Banyuwangi Bangorejo, Sukorejo, Sambirejo, Kebundalem,
Ringintelu

Wilayah Pedesaan meliputi: Temurejo, Sambimulyo,


Ringintelu
RENCANA STRUKTUR RUANG
RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KAWASAN PERKOTAAN
1 Orde dan Hierarki Pusat Dengan mengacu pada sistem perkotaan dokumen Revisi
Kegiatan Perkotaan RTRW Banyuwangi, maka kota Bangorejo masuk dalam
kategori Kota Kecil B meliputi: Kota Bangorejo,
Tegaldlimo, Cluring, Gambiran, Glenmore, dan
Singojuruh
2 Rencana Sistem Pusat Kelengkapan fasilitas suatu kota secara tidak langsung
kegiatan akan mencerminkan tingkat kekotaan suatu wilayah.
Berdasarkan kondisi tersebut, sistem pusat kegiatan
perkotaan pada kecamatan Bangorejo dalam RTRW

30
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

NO KEBIJAKAN TERKAIT KETERANGAN


kabupaten Banyuwangi adalah sebagai PKLp. Pusat
Kegiatan Lokal promosi yang selanjutnya disingkat PKLp
adalah pusat kegiatan yang dipromosikan untuk kemudian
hari dapat ditetapkan sebagai PKL.
3 Pusat pengembangan Adapun fungsi utama Kota Bangorejo adalah :
untuk Wilayah 1. Pusat pemerintahan skala kecamatan
Pengembangan 2. Pusat perdagangan dan jasa skala beberapa
Banyuwangi Selatan kecamatan
3. Pusat fasilitas umum skala beberapa kecamatan
4 Rencana Sistem Kota Bangorejo, struktur kotanya akan dipengaruhi oleh
Perkotaan dan Fungsi kegiatan pariwisata di bagian selatan maupun potensi
Perwilayahan sebagai penghasil jeruk terbesar di Kabupaten
Banyuwangi.
5 Rencana Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana
Pengembangan Sistem transportasi darat Kecamatan Bangorejo masuk dalam
Prasarana Wilayah jaringan jalan kolektor primer meliputi: ruas Jalan Jajag –
Kabupaten Banyuwangi Bangorejo – Pesanggaran

Kecamatan Bangorejo mengembangkan rencana


pengembangan jalur dan ruang evakuasi rencana
bencana gempa
RENCANA POLA RUANG
KAWASAN LINDUNG
KAWASAN PERLINDUNGAN SETEMPAT
1 Kawasan Sempadan Sempadan pantai pada kawasan yang memiliki fungsi
Pantai lindung atau konservasi ditetapkan batas minimal 100
(seratus) meter dari titik pasang air laut tertinggi.
Sempadan pantai ini terdapat diseluruh wilayah pesisir
Kabupaten Banyuwangi termasuk Kecamatan Bangorejo
itu sendiri.
2 Kawasan Ruang Di masing-masing perkotaan, dari luas RTH yang
Terbuka Hijau direncanakan dengan kategori RTH publik paling sedikit
30 % (tiga puluh persen) dari luas kawasan perkotaan
sebesar kurang lebih 4.597 hektar, rencana kawasan RTH
Kecamatan Bangorejo termasuk dalam luasan tersebut

3 Kawasan Rawan Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu wilayah di


Bencana Alam Jawa Timur dan Indonesia yang sering dilanda gempa,
khususnya wilayah-wilayah yang berada di bagian
wilayah-wilayah selatan. Kecamatan Bangorejo
termasuk didalamnya.
Strategi mitigasi bencana gempa bumi antara lain:
a. Manajemen resiko gempa bumi (earthquake risk
management) melalui penataan ruang
b. Mitigasi bencana gempa bumi melalui rekayasa
teknologi
4 Kawasan Rawan Kawasan rawan gelombang pasang dan tsunami berada
Gelombang Pasang di Kecamatan Bangorejo
Dan Tsunami
Berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk memperkecil
kemungkinan terjadinya bahaya tsunami sebagai berikut:
1. Mempertahankan bentukan alami sebagai
pelindung alam, seperti hutan produksi, hutan
mangrove, dll. Penanaman hutan mangrove
dimulai dari garis tepi pantai hingga ke pusat kota,
yang harus dikembangkan sebagai elemen

31
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

NO KEBIJAKAN TERKAIT KETERANGAN


lansekap kota. Kecerdasan pemilihan jenis-jenis
pohon yang sesuai dengan penempatannya akan
mengoptimalkan fungsi hutan mangrove. Hutan
mangrove merupakan habitat ideal terumbu
karang yang sangat penting bagi pelestarian tepi
pantai, mencegah instrusi air laut, penahan abrasi
pantai, penahan angin dan gelombang besar dari
lautan lepas, menyerap limpahan air dari daratan
termasuk di saat banjir, dan menetralisasi
pencemaran air laut. Penelitian Pusat Studi
Tsunami juga menunjukkan bahwa hutan
mangrove yang rapat, lebar jalur mangrove 200
meter hingga 5 kilometer lebih dari garis pantai
dengan ketinggian 10-15 meter (pohon bakau atau
nipah berusia dari 15 tahun) dapat meredam 50%
energi gelombang.
2. Pembagian zona peruntukkan kawasan budidaya
di pesisir pantai bahaya tsunami,yaitu :
a. zona perikanan tangkap
b. zona hutan bakau/mangrove
c. zona perikanan darat/tambak
d. zona perkebunan
e. zona permukiman/wisata bahari.
Kecamatan Bangorejo akan direncanakan Jalur evakuasi
5 Kawasan Lindung Pada daerah yang menjadi wilayah Kawasan abrasi
Geologi berada di Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, Banyuwangi,
Kabat, Rogojampi, Muncar, Tegaldlimo, Purwoharjo,
Bangorejo, Siliragung dan Pesanggaran.

RENCANA KAWASAN BUDIDAYA


1 Kawasan Peruntukan Kawasan hutan produksi tetap yang direncanakan di
Hutan Produksi Tetap Kabupaten Banyuwangi terletak di Kecamatan
Wongsorejo, Kalipuro, Licin, Glagah, Songgon, Sempu,
Glenmore, Kalibaru, Tegaldlimo, Purwoharjo, Siliragung,
Pesanggaran dan Bangorejo.
Rencana penanganan kawasan produksi tetap adalah:
1. Reboisasi dan rehabilitasi lahan pada bekas tebang,
dan tidak dapat dialihfungsikan ke budidaya lainnya
kecuali untuk tanaman dengan tegakan yang dapat
memberikan fungsi perlindungan.
2. Pengembangan kawasan penyangga pada kawasan
hutan produksi yang berbatasan dengan hutan
lindung.
2 Kawasan Peruntukan Kawasan pengembangan perikanan di Kabupaten
Perikanan Banyuwangi dialokasikan disepanjang kawasan pesisir
yang membentang dari arah utara sampai selatan (Selat
Bali dan Samudera Indonesia).

Kecamatan Bangorejo termasuk dalam kawasan


peruntukan perikanan tangkap.

32
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

NO KEBIJAKAN TERKAIT KETERANGAN


Adapun arahan pengembangan kawasan perikanan
adalah:
1. Pengembangan kawasan pertambakan perlu diatur
secara serasi dengan kawasan hutan bakau
maupun industri hasil pertanian.
2. Kawasan pertambakan dapat dialihfungsikan atas
pertimbangan tertentu.
3. Pengembangan perikanan darat diarahkan pada
kawasan tegalan, pertanian lahan basah atau
bercampur dengan permukiman.
4. Pengembangan kawasan perikanan darat
diserasikan dengan pemanfaatan ruang
permukiman maupun pemanfaatan ruang kawasan
pertanian, maupun industri hasil pertanian.
3 Kawasan Peruntukan Kecamatan Bangorejo mempunyai potensi bahan galian
Pertambangan tanah urug dan tanah pasir.
Arahan pengembangan pertambangan di Kabupaten
Banyuwangi adalah :
a. Lokasi pertambangan yang berada di lokasi hutan
lindung seperti G.Tumpang Pitu, Pantai Pulau
Merah, perlu diatur secara khusus berdasarkan
Perda bagi pemegang eksploitasi dan harus
mengacu pada undang-undang tentang kawasan
lindung. Selain itu perlu dilakukan sanksi yang tegas
jika melanggar aturan yang telah disepakati, dan
diwajibkan untuk melakukan reboisasi kembali
terhadap lahan yang sudah dieksploitasi.
b. Mewajibkan bagi seluruh pemegang eksploitasi
untuk melakukan reboisasi terhadap kawasan yang
telah dieksploitasi, jika melanggar diberikan sanksi.
c. Memberikan batasan lahan yang dapat dieksploitasi
dan harus menjaga keseimbangan lingkungan yang
ada.
4 Kawasan Peruntukan Pengembangan kawasan peruntukan industri di
Industri Kabupaten Banyuwangi didasarkan pada potensi
sumberdaya alam yang ada. Kecamatan Bangorejo
termasuk kedalam Kawasan industri menengah yaitu
Pengembangan agroindustri berada disentra produksi
pertanian terintegrasi dengan kawasan agropolitan. dan
Sentra industri kecil atau industri rumah tangga yaitu
Industri aneka olahan makanan dan minuman berupa sale
pisang, bagiak, kripik pisang, kripik singkong, kripik
nangka, jenang, rengginang, kue kering, roti, tahu, tempe,
kopi bubuk, dan aneka sirup

5 Kawasan Peruntukan Kawasan permukiman yang diperkirakan akan tumbuh


Permukiman sebagai akibat adanya perkembangan wilayah, sentra
ekonomi, industri dan infrastruktur.
Salah satu diantaranya adalah Kawasan permukiman
yang timbul karena pembangunan jalur lintas selatan yang
melewati Kecamatan Rogojampi, Srono, Muncar,
Tegaldlimo, Purwoharjo, Bangorejo, Siliragung,
Pesanggaran, Glenmore dan Kalibaru.

33
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

NO KEBIJAKAN TERKAIT KETERANGAN


6 Kawasan Peruntukan Zona kawasan lindung yang diarahkan untuk perindungan
Lainnya ekosistem terumbu karang dan fishing ground ada di
sekitar P. Tabuhan
Zona Konservasi Atau
Lindung (Zona Kecamatan Bangorejo termasuk dalam Zona konservasi
Perubahan Ekosistem atau lindung ini.
Pesisir)
7 Kawasan Pertahanan Kecamatan Bangorejo termasuk dalam Rencana
dan Keamanan pengembangan Koramil
RENCANA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH KABUPATEN
BANYUWANGI
1 Kawasan Strategis Kawasan agropolitan di Kecamatan Bangorejo masuk
Kepentingan dalam Pusat Kegiatan Lokal proosi (PKLp) berupa
Pertumbuhan Ekonomi pengembangan pertanian tanaman pangan, hortikultura
(Kawasan agropolitan) dan perkebunan dengan wilayah penunjangnya meliputi:
1. Kecamatan Purwoharjo
2. Kecamatan Tegaldlimo
3. Kecamatan Siliragung
4. Kecamtan Pesanggaran.

Komoditasnya meliputi: Jagung, Jeruk Siam, Nanas,


Kelapa, Kapuk Randu, Jati, Sapi Potong, Ayam Petelur.
2 Kawasan Strategis Kecamatan Bangorejo masuk kawasan perikanan
Kepentingan
Pendayagunaan
Sumber Daya Alam
(Kawasan perikanan)
3 Kawasan StrategisKawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan
Kepentingan Fungsi
daya dukung lingkungan hidup, dalam Rencananya
dan Daya Dukung Kabupaten Bangorejo meliputi:
Lingkungan Hidup a. Kawasan hutan lindung,
b. Kawasan hutan produksi,
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN
Arahan pengendalian pemanfaatan ruang
diselenggarakan melalui :
a. ketentuan umum peraturan zonasi
b. ketentuan perizinan
c. ketentuan pemberian insentif dan disinsentif
d. arahan pengenaan sanksi.
Peraturan zonasi dibagi berdasarkan tiga bagian utama,
yaitu :
a. Struktur ruang dan sistem perkotaan
b. Sistem jaringan prasarana wilayah
c. Kawasan lindung dan budidaya
Penetapan peraturan zonasi disusun sebagai pedoman
pengendalian pemanfaatan ruang. Peraturan zonasi
disusun berdasarkan rencana rinci tata ruang.

HAK KEWAJIBAN DAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG


Dalam kegiatan mewujudkan pemanfaatan ruang wilayah,
masyarakat berhak :
a. mengetahui rencana tata ruang artinya masyarakat
dapat mengetahui rencana tata ruang melalui
Lembaran Daerah, pengumuman atau
penyebarluasan oleh pemerintah.
b. menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat
penataan ruang artinya pertambahan nilai ruang

34
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

NO KEBIJAKAN TERKAIT KETERANGAN


dapat dilihat dari sudut pandang ekonomi, sosial,
budaya dan kualitas lingkungan yang dapat berupa
dampak langsung terhadap peningkatan ekonomi
masyarakat, sosial, budaya dan kualitas
lingkungan.
c. memperoleh penggantian yang layak atas kerugian
yang timbul akibat pelaksanaan kegiatan
pembangunan yang sesuai dengan rencana tata
ruang maksudnya dengan penggantian yang layak
adalah nilai atau besarnya penggantian tidak
menurunkan tingkat kesejahteraan orang yang
diberi penggantian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
d. mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang
terhadap pembangunan yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang.
e. mengajukan tuntutan pembatalan izin dan
penghentian pembangunan yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang kepada pejabat
berwenang.
f. mengajukan gugatan ganti rugi kerugian kepada
pemerintah atau pemegang izin apabila kegiatan
pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana
tata ruang menimbulkan kerugian.
Dalam kegiatan penataan ruang wilayah Kabupaten
Banyuwangi, seluruh stakeholder baik pemerintah
ataupun masyarakat kewenangannya wajib untuk :
a. mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan,
dimaksudkan sebagai kewajiban setiap orang untuk
memiliki izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang
berwenang sebelum pelaksanaan permanfaatan
ruang.
b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin
pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang,
dimaksudkan sebagai kewajiban setiap orang untuk
melaksanakan pemanfaatan ruang sesuai denghan
fungsi ruang yang dicantumkan dalam izin
pemanfaatan ruang.
c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam
persyaratan izin pemanfaatan ruang, dimaksudkan
sebagai kewajiban setiap orang untuk memenuhi
ketentuan amplop ruang dan kualitas ruang.
d. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh
ketentuan peraturan perundang-udangan
dinyatakan sebagai milik umum dimaksudkan untuk
menjamin agar masyarakat dapat mencapai
kawasan yang dinyatakan dalam peraturan
perundang-undangan sebagai milik umum, antara
lain kawasan sumber air dan pesisir pantai.
Sumber: Revisi RTRW Kab. Banyuangi Tahun 2012-2032

2.4.3 Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten


Banyuwangi

Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arah tindakan


yang harus ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah kabupaten

35
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

sedangkan strategi penataan ruang wilayah kabupaten merupakan penjabaran


kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten ke dalam langkah-langkah
operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Didalam mencapai
tujuan dari penataan ruang wilayah di Kabupaten Banyuwangi ditetapkan 10
(sepuluh) kebijakan penataan ruang wilayah yang dijabarkan kedalam beberapa
strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Banyuwangi. Adapun kebijakan dan
strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Banyuwangi adalah :

 Kebijakan pengembangan kawasan strategis di Kabupaten Banyuangi


dilakukan melalui pengembangan kawasan sesuai fungsi masing-masing
dalam mendukung fungsi pengembangan kawasan pertanian, perikanan,
kawasan pariwisata terpadu, Kebijakan pengembangan pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi, dan penyelamatan lingkungan hidup untuk
mewujudkan Kabupaten Banyuwangi kabupaten berbasis pertanian
bersinergi dengan pengembangan perikanan, pariwisata, industri,
perdagangan dan jasa yang berdaya saing dan berkelanjutan.
 Strategi pengembangan kawasan strategis, memuat:
1. Diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan
Pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional
2. Mengembangkan kawasan untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi
melalui Sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan
ekonomi, mempertahankan tingkat produksi pangan,
mempertahankan tingkat produksi sumber energi dan mempercepat
pertumbuhan kawasan tertinggal.
3. Mengembangkan Kawasan untuk kepentingan sosio-budaya, melalui
pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya dan
prioritas peningkatan kualitas sosial budaya.
4. Mengembangkan Kawasan penyelamatan lingkungan hidup dengan
dilakukannya perlindungan dan pelestarian keanekaragaman hayati
serta perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir
punah.

2.4.4 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten


Banyuwangi Tahun 2016-2021
RPJMDes merupakan dokumen perencanaan lima tahunan sebagai pedoman
dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan social
kemasyarakatan bagi Pemerintah Desa. RPJMDes disusun berdasarkan visi dan misi

36
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Kepala Desa terpilih, yang kemudian disesuaikan dengan visi dan misi Pemerintah
Daerah agar dapat terintegrasi antara Pemerintah Desa dan Pemerintah Kabupaten.

A. Hubungan RPJMDes dengan Dokumen Perencanaan Lainnya

Hubungan RPJMDes dengan RPJMD Kabupaten Dokumen RPJMDes


memperhatikan dokumen RPJMD Kabupaten Banyuwangi untuk mewujudkan
keselarasan, keserasian dan kesesuaian dengan tujuan pembangunan Daerah.

Isu-isu strategis :

1. Rendahnya akses masyarakat terhadap kebutuhan dasar yang berkualitas


2. Belum optimalnya penguatan modal sosial dan penanganan PMKS
3. Belum kuatnya bargaining position UMKM dan sumber daya wirausaha
4. Pertumbuhan ekonomi yang belum fokus pada sektor unggulan
5. Disparitas pendapatan dan infrastruktur yang masih harus diselesaikan
6. Belum optimalnya kontribusi pariwisata pariwisata terhadap PDRB
7. Belum optimalnya penyediaan fasilitas publik dan infrastruktur pendukung
perekonomian
8. Rendahnya akses masyarakat terhadap air bersih dan lingkungan yang
sehat serta berkualitas
9. Belum terbangunnya system penanggulangan bencana
10. Baiknya kualitas penataan ruang namun belum diiringi dengan luasan RTH
public yang proposional
11. Rendanya kapasitas sumber daya manusia dipedesaan
12. Meningkatnya afirmasi terhadap perlindungan perempuan dan anak serta
kesetaraan gender
13. Belum optimalnya upaya pencegahan pencemaran lingkungan dan sumber
daya alam
14. Belum optimalnya penyelenggaraan pemerintah
15. Belum berjalannya pelayanan public yang efektif, efisien dan berbasis
teknologi informasi

RPJPD kabupaten Banyuwangi Tahun 2005-2025 menjadi bagian yang tidak


terpisahkan dalam penyusunan RPJMD, karena RPJMD Tahun 2016-2021
merupakan tahapan ketiga pelaksanaan pembangunan dari RPJPD kebupaten
Banyuwangi. Mewujudkan sasaran pokok pembangunan dalam jangka panjang
ang telah disusun Visi RPJPD Kabupaten Banyuwangi tahun 2005-2025 adalah
“KABUPATEN BANYUWANGI YANG RELIGIUS, SEJAHTERA DAN MANDIRI

37
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

BERBASIS AGROBISNIS DAN EKOWISATA TERPADU” adapun uraian dari


misi tersebut:

1. Misi I.1:

Mewujudkan masyarakat Kabupaten Banyuwangi yang religious dan


menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan lokal.

2. Misi I.2:

Mewujudkan ketentraman dan ketertiban masyarakat

3. Misi II.1:

Mewujudkan kualitas hidup masyarakat melalui peningkatan SDM berasas


pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

4. Misi II.2:

Mewujudkan peningkatan pembangunan infrastruktur sosial dan ekonomi


yang berkelanjutan

5. Misi II.3

Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih professional dan


tanggung jawab

6. Misi III.1

Mewujudkan Kabupaten Banyuwangi yang mandiri berbasis agrobisnis


terpadu

7. Misi III.2:

Mewujudkan Kabupaten Banyuwangi yang mandiri berbasis Ekowisata


terpadu

B. Visi pembangunan daerah Kabupaten Banyuwangi


Visi pembangunan daerah Kabupaten Banyuwangi untuk periode RPJMD
2016-2021 sesuai dengan visi kepala daerah terpilih adalah sebagai berikut:

“Terwujudnya masyarakat Banyuwangi yang semakin sejahtera, mandiri dan


berakhlak mulia melalui peningkatan perekonomian dan kualitas sumber daya
manusia”

C. Misi Pembangunan

38
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

1. Mewujudkan aksessibilitas dan kualitas pelayanan bidang Pendidikan,


kesehatan dan kebutuhan dasar lainnya
2. Mewujudkan daya saing ekonomi daerah melalui pertumbuhan ekonomi yang
berkualitas dan berkelanjutan berbasis potensi sumberdaya alam dan
kearifan lokal
3. Meningkatkan kuantitas da kualitas infrastruktur fisik, ekonomi, dan sosial
4. Optimalisasi sumberdaya daerah berbasis pemberdayaan masyaraklat,
pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
5. Mewujudkan tata pemerintah yang baik dan bersih serta layanan public yang
berkualitas berbasis teknologi informasi
D. Strategi, Kebijakan dan Program
Penentuan alternative untuk menentukan strategi, Kabupaten banyuwangi
menggunakan analisis SWOT untuk mencapai strategi, sasaran, kebijakan serta
programnya berikut uraiannya;

1. Mengembangkan system pemerintahan yang interaktif;


2. Melakukan akselerasi pembangunan melalui optimalisasi Teknologi
informasi;
3. Membangun generasi yang handal melalui jaminan akses layanan dasar
dan pengembangan Pendidikan;
4. Pengarustamaan Budaya;
5. Percepatan pembangunan infrastruktur dasar;
6. Penciptaan inklusivitas pertumbuhan ekonomi;
7. Mengurangi kesenjangan yang berorientasi pada pro-equity, pro-job, pro-
growth, pro-environment melaui penguatan interkonektivitas.

2.4.5 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten


Banyuwangi Tahun 2016-2021
Dalam RPJP Kabupaten Banyuwangi menimbang bahwa dokumen RPJP
memuat hal visi, misi dan arah pembangunan nasional yang mempunyai karakteristik
tersendiri.

A. Tujuan dari RPJP Kabupaten Banyuwangi adalah :


1. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi antar daerah,
dengan pemerintah Provinsi Jawa Timur maupun pemerintah pusat, antar
ruang, antar waktu dan antar fungsi pemerintahan

39
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

2. Mendorong terciptanya keterkaitan dan konsistensi sistem perencanaan,


penganggaran, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan
pembangunan daerah Kabupaten Banyuwangi;
3. Merumuskan arah kebijakan dan strategi pembangunan daerah
Kabupaten Banyuwangi sesuai dengan kondisi, potensi dan prospek
pengembangan yang berazaskan kebersamaan, berkeadilan dan
berkelanjutan;
4. Menjaga kesinambungan pembangunan Kabupaten Banyuwangi dalam
periode lima tahunan yang dituangkan dalam RPJM Daerah Kabupaten
Banyuwangi dan
5. Menjamin kepastian arah pembangunan baik oleh pemerintah, swasta
maupun masyarakat.

Berdasarkan data PDRB Kabupaten Banyuwangi sektor yang memberikan


pengaruh besar terhadap perekonomian Kabupaten Banyuwangi sehingga
pembangunan di bidang infrastruktur perlu dan terus ditingkatkan yang ditunjang
dengan layanan penyuluhan pertanian yang efektif, masyarakat yang tinggal di
pedesaan sebagian besar penghasilannya berasal dari sektor pertanian, sehingga
infrastruktur yang ada di kawasan pedesaan terus ditingkatkan, terutama dalam
infrastruktur jalan. Tidak hanya untuk meningkatkan produksi pertanian, namun jalan
beraspal juga dapat membantu keterhubungan dengan wilayah yang lain.

Selain itu, langkah-langkah lain yang dilakukan oleh pemerintah dalam


mendukung berbagai jalan keluar guna meningkatkan perekonomian masyarakat,
yaitu:

1. Upaya memacu produktivitas masyarakat khususnya yang berpenghasilan


rendah yang bekerja di sektor pertanian di daerah pedesaan melalui
peningkatan akses mereka terhadap pengetahuan dan teknologi pertanian
serta upaya peningkatan layanan penyuluhan pertanian. Intervensi yang
telah dilakukan antara lain melalui perbaikan jalan pedesaan, serta
perbaikan akses terhadap listrik dan irigasi di sebagian kecamatan di
Kabupaten Banyuwangi;
2. Kedua, upaya memacu produktivitas masyarakat khususnya yang
berpenghasilan rendah yang bekerja di sektor nonpertanian. Yang perlu
ditekankan di sini adalah upaya melalui peningkatan pendidikan yang lebih
baik agar mereka dapat memperoleh pekerjaan yang lebih baik, serta
peningkatan pelatihan kerja;

40
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

3. Jaringan irigasi menjadi infrastruktur utama dalam peningkatan


pembangunan pertanian.

Potensi pertanian yang sangat besar di Kabupaten Banyuwangi rata-rata


masih sekitar 50% setiap tahunnya, hal ini memiliki potensi besar untuk
dikembangkan, hanya saja potensi ini belum dimanfaatkan dengan baik karena
produk-produk pertanian belum dimanfaatkan menjadi produk olahan, apabila produk
pertanian itu diolah akan memiliki nilai tambah tersendiri.

Kawasan permukiman di Kabupaten Banyuwangi dibagi menjadi:

a. Kawasan permukiman yang dibangun oleh pengembang (developer);


b. Kawasan permukiman yang dibangun secara mandiri oleh masyarakat.
Kawasan ini umumnya berupa kampung, serta permukiman formal yang
cenderung memiliki kapling lebih luas serta kawasan permukiman pedesaan;
c. Kawasan permukiman yang diperkirakan akan tumbuh sebagai akibat adanya
perkembangan wilayah, sentra ekonomi, industri dan infrastruktur, di
antaranya:

Kawasan permukiman yang timbul karena pembangunan jalur lintas selatan


yang melewati Kecamatan Rogojampi, Srono, Muncar, Tegaldlimo, Purwoharjo,
Bangorejo, Siliragung, Pesanggaran, Glenmore dan Kalibaru.

Kawasan pengembangan di wilayah Kabupaten Banyuwangi dibagi menjadi 4


pengembangan yang salah satunya adalah:

1. Wilayah Pengembangan (WP) Banyuwangi Selatan. Dari empat wilayah


pengembangan tersebut, ditetapkan 1 (satu) pusat wilayah pengembangan
yang akan menjadi pusat orientasi dari wilayah-wilayah yang ada di
belakangnya. Pusat-pusat pengembangan tersebut ditetapkan berdasarkan
hasil analisa orde kota. Pusat kota yang dimaksud adalah :
a. Bangorejo ditetapkan sebagai pusat pengembangan untuk wilayah
Banyuwangi Selatan. Berdasarkan RTRW Kabupaten Banyuwangi tahun
2009 ditetapkan bahwa Kecamatan Gangorejo termasuk dalam PKLp
(Pusat Kegiatan Lokal Promosi) yang merupakan kawasan perkotaan
yang nantinya akan dikembangkan sebagai pusat pelayanan untuk
beberapa kecamatan
2. Pengembangan cluster wilayah di Kabupaten Banyuwangi didasarkan pada
potensi dan arahan pengembangan, Kecamatan Bangorejo termasuk dalam
Cluster Banyuwangi Selatan. Cluster Banyuwangi Selatan yang meliputi

41
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Kecamatan Pesanggaran, Siliragung, dan Tegaldlimo, dengan Kecamatan


Bangorejo sebagai pusat pelayanan dan pertumbuhan. Fungsi Kegiatan :
a. Pertanian tanaman pangan
b. Perikanan
c. Perkebunan
d. Pariwisata
e. Industri Kecil
f. Kawasan Lindung
3. Strategi untuk pengendalian perkembangan kawasan perkotaan agar tidak
cenderung memusat di kawasan perkotaan Banyuwangi, Ketapang, dan
Ronggojampi, meliputi:
a. Mengembangkan dan mempromosikan kawasan perkotaan kecamatan
khususnya di wilayah bagian selatan menjadi PKLp.
b. Mengembangkan kegiatan agropolitan untuk meningkatkan kualitas hasil
pertanian (perkebunan dan perikanan) di wilayah bagian selatan dan
barat.
4. Analisa Isu strategis Kabupaten Banyuwangi
a. Pengembangan Wilayah dan Penataan Ruang. Tantangan
pengembangan wilayah dan penataan ruang di Kabupaten Banyuwangi
adalah menjaga konsistensi antara perencanaan, pemanfaatan dan
pengendalian ruang, pengembangan pusat-pusat pertumbuhan,
mengurangi kesenjangan pembangunan antara di perkotaan dan
perdesaan, penetapan kawasan-kawasan strategis, mengupayakan
keberlanjutan areal pertanian serta perencanaan alih fungsi lahan.
b. Isu strategis pembangunan daerah Kabupaten Banyuwangi adalah
potensi pertanian yang belum teroptimalkan, berdasarkan data statistik
Kabupaten Banyuwangi memiliki lahan pertanian yang luasnya berada di
peringkat ketiga setelah Kabupaten Malang dan Jember.
B. Visi dan Misi Daerah

“Visi dari RPJP Kabupaten Banyuwangi adalah “Kabupaten Banyuwangi yang


religius, sejahtera dan mandiri berbasis agrobisnis dan ekowisata terpadu”

C. Visi misi RPJP di jelaskan pada tabel berikut :

42
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Tabel 2.3 Visi Misi RPJP Kabupaten Banyuwangi


Visi Misi

Kabupaten Banyuwangi yang Misi II.2: Mewujudkan peningkatan


sejahtera pembangunan infrastruktur sosial dan ekonomi
yang berkelanjutan
Kabupaten Banyuwangi yang mandiri Misi III.1: Mewujudkan Kabupaten Banyuwangi
berbasis agrobisnis dan ekowisata yang Mandiri berbasis agrobisnis terpadu
terpadu
Misi III.2: Mewujudkan Kabupaten Banyuwangi
yang Mandiri berbasis Ekowisata terpadu
Sumber: RPJP Kab. Banyuwangi

Sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan jangka panjang daerah


Kabupaten Banyuwangi merupakan sasaran pokok yang akan digunakan untuk
mencapai visi misi RPJP Banyuwangi. Sasaran pokok yang ada dalam RPJP
Kabupaten Banyuwangi adalah sebagai berikut;

Tabel 2.4 Sasaran Pokok RPJP Kabupaten Banyuwangi


MISI DAERAH SASARAN POKOK ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

Misi II. 1: Meningkatnya 1. Pembangunan pendidikan diarahkan


Mewujudkan aksesibilitas dan pada peningkatan aksesibilitas
Kualitas partisipasi pemerataan dan perluasan kesempatan
Hidup Masyarakat terhadap pendidikan memperoleh pendidikan yang
Berasas yang berkualitas berkualitas dan terjangkau di semua
Pembangunan yang merata bagi jenis jalur dan jenjang pendidikan untuk
Berkelanjutan dan seluruh masyarakat. mewujudkan SDM yang secara aktif
Berwawasan mampu mengembangkan potensi
Lingkungan dirinya dengan memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan
untuk dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara;
2. Pembangunan pendidikan, baik pada
jalur formal, nonformal, dan informal
pada setiap jenjang dan jenis
pendidikan, diarahkan pada
peningkatan kompetensi dasar
masyarakat dalam upaya meningkatkan
daya saing sumberdaya manusia
Kabupaten Banyuwangi; dan
3. Pembangunan Iptek mencakup upaya
penguasaan ilmu pengetahuan dasar
dan terapan, pengembangan ilmu sosial
dan humaniora bagi kemajuan dan
kesejahteraan masyarakat. Disamping
itu pengembangan teknologi dan
pemanfaatan hasil penelitian.
Meningkatnya 1. Pembangunan kesehatan diarahkan
aksesibilitas yang pada peningkatan derajat kesehataan
merata masyarakat melalui peningkatan akses
bagi seluruh terhadap pelayanan kesehatan,
masyarakat terhadap pencegahan dan penanggulangan
pelayanan kesehatan berbagai penyakit menular khususnya
yang berkualitas. HIV/AIDS, peningkatan kualitas

43
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

MISI DAERAH SASARAN POKOK ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

layanan kesehatan, peningkatan gizi


masyarakat, pemberdayaan
masyarakat dan perbaikan manajemen
kesehatan;
2. Peningkatan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya dapat terwujud;
3. Peningkatan upaya kesehatan,
pembiayaan kesehatan melalui
kemitraan, sumberdaya manusia
kesehatan, obat dan perbekalan
kesehatan yang disertai oleh
peningkatan pengawasan,
pemberdayaan masyarakat; dan
manajemen kesehatan; dan
4. Peningkatan upaya kesehatan pada
komunitas khusus (ibu, bayi, balita,
lansia, dan kelompok miskin).
Meningkatnya 1. Pembangunan ketenagakerjaan
perluasan kesempatan diarahkan pada perluasan lapangan
kerja kerja, peningkatan kualitas tenaga kerja,
di berbagai sektor kesejahteraan dan perlindungan serta
strategis. kemandirian tenaga kerja yang
berwawasan wirausaha sehingga
mampu bersaing di era global;
2. Pengembangan keterampilan tenaga
kerja untuk meningkatkan produktivitas
dan daya saing lokal dilakukan melalui
pendidikan dan keterampilan teknis
sesuai dengan tuntutan pasar kerja,
serta pengembangan dan pemerataan
balai latihan kerja daerah; dan
3. Pengurangan tingkat pengangguran
terbuka dilakukan melalui peningkatan
ketrampilan teknis usaha perekonomian
skala lokal, pembukaan lapangan kerja
baru, pengadaan tenaga kerja di sektor
industri maupun pendidikan dan
pelatihan khusus bagi tenaga satuan
pengamanan dan polisi pamongpraja.
Upaya untuk mewujudkan Balai Latihan
Kerja (BLK) sebagai sarana pendidikan
dan pelatihan keterampilan bagi
pemuda putus sekolah menjadi salah
satu alternatif terbaik dalam
memecahkan tingkat pengangguran
terbuka.
Meningkatnya kualitas 1. Pembangunan pemberdayaan
sumberdaya perempuan dan anak, diarahkan
manusia, termasuk dengan memperkuat kelembagaan,
peran perempuan pengarusutamaan gender dan anak
dalam pembangunan dalam pembangunan, sehingga
yang diupayakan terjaminnya keadilan gender dalam
dengan peningkatan berbagai perundangan;
pendidikan, 2. Peningkatan proporsionalitas,
partisipasi dan peran serta kaum

44
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

MISI DAERAH SASARAN POKOK ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

kesehatan dan lain- perempuan di dalam politik dan


lain. pemerintahan yang dilaksanakan
dengan prinsip-prinsip rekruitmen dan
kaderisasi politik maupun prinsip-prinsip
kepatutan yang ada; dan
3. Pemberdayaan perempuan berupa
peningkatan wawasan, ketrampilan,
pembinaan dan pendampingan
kelompok usaha ibu-ibu rumah tangga
di perdesaan harus menjadi program
kerja lintas sektor dan instansi
pemerintah.
Meningkatnya 1. Pengelolaan sumberdaya alam
pengelolaan sumber senantiasa harus dikelola secara
daya alam yang seimbang untuk menjamin
berwawasan keberlanjutan pembangunan.
lingkungan yang2. Penerapan prinsip - prinsip
berupaya untuk pembangunan di seluruh sektor dan
melestarikan dan wilayah menjadi prasyarat utama untuk
menjaga fungsi diinternalisasikan ke berkelanjutan
lingkungan dalam (sustainable development) dalam
mendukung kebijakan dan peraturan perundangan.
keserasian dan
keseimbangan
kehidupan sosial dan
ekonomi masyarakat
melalui peningkatan
pemberdayaan
kearifan lokal yang
baik.
Misi II. 2: Meningkatnya 1. Pembangunan infrastruktur diarahkan
Mewujudkan aksesibiltas pada pemerataan aksesibilitas antar
Peningkatan masyarakat wilayah dalam upaya mendukung
Pembangunan secara merata pembangunan yang berkelanjutan;
Infrastruktur terhadap sarana dan 2. Pembangunan sarana dan prasarana
Sosial dan prasarana kebutuhan secara kuantitas maupun kualitas
Ekonomi Yang dasar (listrik, air ditujukan kepada pengembangan sistem
Berkelanjutan bersih, pemukiman, jaringan transportasi darat, udara, laut
transportasi dan lain dan penyeberangan ke Provinsi Bali
sebagainya) di seluruh serta pengembangan sistem jaringan
wilayah. prasarana dasar (jalan utama, jaringan
air minum, jaringan drainase, jaringan air
limbah, persampahan, jaringan pos dan
telekomunikasi); secara efektif terhadap
pengelolaan dan pengendalian
pemanfaatan
3. Peningkatan penegakan hukum (law
enforcement) ruang sesuai dengan
fungsi ruang secara efektif dalam
kerangka keserasian dan keberlanjutan,
sosialisasi kebijakan penataan ruang
dan rencana tata ruang, partisipasi dan
yang terpenting adalah koordinasi antar
level pemerintahan berkaitan dengan
kebijakan penataan ruang; stakeholder
dan
4. Pemerataan pendapatan yang ditandai
menurunnya indeks gini dan tingkat

45
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

MISI DAERAH SASARAN POKOK ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

pembangunan yang semakin merata


keseluruh wilayah akan mengakibatkan
kualitas hidup dan kesejahteraan
masyarakat di perdesaan/kampung,
sehingga kesenjangan antar wilayah
dapat berkurang.
5. Infrastruktur strategis antara lain
Bandara Blimbingsari, Pelabuhan
(penyeberangan dan pelabuhan laut),
dan jalan intas selatan dengan segala
potensinya dengan dukungan jaringan
perkeretaapian terus dikembangkan
untuk mewujudkan sistem transportasi
terpadu antar moda dan intra moda
Kabupaten Banyuwangi yang efisien
dan efektif, terjangkau, ramah
lingkungan dan berkelanjutan yang
meliputi transportasi darat-laut-udara.
Tersedianya Keterkaitan oleh tersedianya sarana dan
prasarana dan sarana prasarana ekonomi (produksi, distribusi dan
ekonomi yang handal pasar) yang terintegrasi akan melahirkan
dalam mempercepat kemajuan ekonomi daerah secara
proses produksi, berkelanjutan. Peningkatan produktivitas
promosi, distribusi dan masyarakat juga harus didukung oleh
pemasaran hasil-hasil penelitian dan pengembangan serta
komoditas unggulan penguasaan ilmu pengetahuan dan
daerah. teknologi maupun ketersediaan infrstruktur
ekonomi yang handal dalam mempercepat
proses produksi, distribusi dan pemasaran
hasil-hasil komoditas unggulan daerah. Ke
depan, penyediaan infrastruktur ekonomi
dilakukan oleh pihak swasta sementara
pemerintah daerah hanya sebagai perumus
kebijakan pembangunan infrastruktur
ekonomi di daerah;
2. Perdagangan diarahkan untuk
memperkokoh sistem distribusi yang efisien
dan efektif untuk menjamin kepastian
berusaha untuk mewujudkan: (a)
perkembangan kelembagaan perdagangan
yang efektif dalam perlindungan konsumen
dan persaingan usaha secara sehat; (b)
terintergrasinya aktivitas perekonomian
daerah dan terbangunnya kesadaran
penggunaan produksi lokal; (c)
meningkatkan perdagangan antar
wilayah/daerah; dan (d) terjaminnya
ketersediaan bahan pokok dan barang
strategis lainnya dalam harga yang dapat
terjangkau oleh masyarakat;
3. Peningkatan aksesibilitas dari kawasan
andalan dan kawasan budidaya lainnya ke
tujuan-tujuan pemasaran
Sumber: RPJP Kab. Banyuwangi

46
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

2.4.6 Rencana Strategis (Renstra) Tahun 2016 – 2021


Analisis isu-isu strategis dalam RENSTRA menyebutkan bahwa Kecamatan
Bangorejo masuk ke dalam strategi pembangunan yang dilakukan oleh Kabupaten
Banyuwangi. Berikut Strategi pengembangan kawasan strategis untuk Kecamatan
Bangorejo:

“Pengembangan agropolitan yang berpusat di Bangorejo yang terintegrasi


dengan sistem agropolitan Ijen, pengembangan kawasan pariwisata yang
ditetapkan pada 3 (tiga) obyek wisata unggulan yaitu Kawah Ijen, Pantai
Plengkung dan Sukamade.”

Program kegiatan pembangunan pertanian secara berkelanjutan dengan


memperhatikan aspek kelestarian lingkungan lebih terjaga karena sudah ada rambu-
rambu tentang penetapan kawasan pembangunan pertanian tanaman pangan,
perkebunan, hortikultura dan peternakan.

47
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

3 GAMBARAN UMUM
3.1 LETAK GEOGRAFIS DAN ADMINISTRATIF KABUPATEN BANYUWANGI

Secara astronomis, Kabupaten Banyuwangi terletak pada koordinat 7°43’-8°46’


Lintang Selatan dan 113°53’-114°38’ Bujur Timur. Berdasarkan letak Geografis
Kabupaten Banyuwangi terletak di ujung timur pulau Jawa dan merupakan
Kabupaten terluas di pulau Jawa, pesisir Kabupaten Banyuwangi menjadi
penghubung antara pualau Jawa dengan Pulau Bali. Pada umumnya, Kabupaten
Banyuwangi wilayah barat dan utara berupa pegunungan dan bangian selatan
berupa dataran rendah. Wilayah daratan Kabupaten Banyuwangi terdiri atas dataran
tinggi dan dataran rendah. Kawasan dataran tinggi merupakan kawasan penghasil
produk perkebunan dan dataran rendah memiliki potensi hasil pertanian yang sangat
tinggi. Sedangkan untuk daerah pantai yang membujur dari utara hingga ke selatan
merupakan kawasan penghasil berbagai biota laut. Batas-batas administratif
Kabupaten Banyuwangi adalah sebagai berikut:

 Batas bagian timur : Selat Bali


 Batas bagian selatan : Samudera Indonesia
 Batas bagian barat : Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso
 Batas bagian utara : Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Bondowoso

Luas wilayah Kabupaten Banyuwangi sekitar 5.782,50 km², yang didominasi


oleh kawasan hutan.

48
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

3.2 KONDISI FISIK DASAR


3.2.1 Topografi
Topografi merupakan unsur yang sangat penting untuk diketahui, karena
digunakan untuk mempertimbangkan kesesuaian lahan. Keadaan topografi yang ada
di Kabupaten Banyuwangi terbagi menjadi kawasan pegunungan yang ada di bagian
barat dan utara dengan tingkat kemiringan 40° dan dataran rendah di bagian selatan
dengan tingkat kemiringan kurang dari 15°. Dataran rendah yang terbentang dari
selatan hingga utara juga terdapat banyak sungai yang selalu mengalir sepanjang
tahun sehingga sangat berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah dan hasil
pertanian.

3.2.2 Geologi
Kondisi geologi yang ada di Kabupaten Banyuwangi berbeda untuk setiap
wilayah, dan berperan bagi terbentuknya bentukan lahan pada wilayah tersebut.
Berdasarkan struktur geologi, jenis tanah yang ada di Kabupaten Banyuwangi adalah
sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jenis Tanah Kab. Banyuwangi


Luas
Struktur Geologi
Ha %
Aluvium 134.525,00 23,27
Hasil gunung api kwarter muda 170.310,50 29,43
Hasil gunung api kwarter tua 59.283,00 10,26
Andesit 47.417,75 8,20
Milosen falses semen 89.177,25 15,43
Miosen falsen batu gamping 77.536,50 13,41
Sumber: RTRW Kabupaten Banyuwangi 2012-2032

Berdasarkan struktur geologinya, luastanah di Kabupaten Banyuwangi


sebagian besar merupakan hasil Gunung Api Kwarter Muda dengan persentase
luassebesar 29.43%, hasil Gunung Api Kwarter tua luasnya 10,26%, Aluvium
sebesar 23,27%, Miosenfalses semen 15,43%, Miosenfalsen batu gamping 13,41%,
dan struktur geologi Andesit merupakan struktur geologi terendah di Kabupaten
Banyuwangi dengan luas sebesar 8.20%.

3.2.3 Hidrologi
Kabupaten Banyuwangi dilintasi oleh sungai-sungai, baik sungai besar maupun
kecil. Terdapat 105 sungai kecil dan besar sehingga Kabupaten Banyuwangi sangat
cocok untuk pertanian lahan basah.

Dataran rendah memiliki tingkat kemiringan kurang dari 15°, dengan rata-rata
curah hujan yang memadai sehingga tingkat kesuburan tanah semakin tinggi.

49
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Dataran rendah terbentang dari selatan hingga utara memiliki banyak sungai, tercatat
ada 35 DAS, sehingga sangat berpengaruh terhadap tingkat kesuburan tanah.

3.2.4 Klimatologi
Klimatologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang iklim yang dilihat dari
kondisi rata-rata curah hujan di suatu wilayah dalam periode waktu yang lama. Iklim
dipengaruhi oleh letak geografis dan topografi di suatu wilayah yang berkaitan
dengan posisi matahari terhadap daerah di bumi.

Tabel 3.2 Curah Hujan Kab. Banyuwangi


Bulan Curah Hujan (mm) Curah Hujan (hari)
Januari 244,0 27
Februari 224,8 11
Maret 121,1 15
April 83,7 17
Mei 150,9 12
Juni 173,2 13
Juli 118,4 16
Agustus 48,2 8
September 9,3 7
Oktober 113,2 13
November 192,5 19
Desember 276,6 26
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi

Suhu udara di Kabupaten Banyuwangi berkisar antara 21,0°C-33,8°C dengan


suhu rata-rata 27,4°C, hal ini disebabkan oleh kawasan Banyuwangi yang dikelilingi
oleh dataran tinggi dan pesisir sehingga suhu udara yang ada tidak begitu stabil.
Curah hujan yang ada di Kabupaten Banyuwangi rata-rata mencapai 1.463 mm/tahun
serta hari hujan sebanyak 12 hari/bulan.

3.2.5 Jenis Tanah


Jenis tanah yang ada di Kabupaten Banyuwangi berbeda-beda untuk setiap
wilayah, jenis tanah yang ada di Kabupaten Banyuwangi terdiri dari 5 jenis tanah,
sedangkan yang banyak ditemui di Kabupaten Banyuwangi adalah jenis tanah
podsolik dengan luas 348.684,75 Ha atau 60,30% dari luas keseluruhan wilayah
Kabupaten Banyuwangi, untuk jenis tanah yang lain adalah tanah regosol dengan
luas 23,96% dari luas wilayah Kabupaten Banyuwangi, Lithosol 6,75%, Gambut
6,55%, dan yang terkecil adalah jenis tanah Lathosol dengan 2,44% dari luas seluruh

50
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

wilayah Kabupaten Banyuwangi. Berikut tebel dan grafik jenis tanah dan luas tanah
di Kabupaten Banyuwangi:

Tabel 3.3 Jenis Tanah dan Luas Tanah Kab. Banyuwangi


Luas
Struktur Geologi
Ha %

Regosol 138.490,87 23,96

Lithosol 39.031,88 6,75

Lathosol 14.109,30 2,44

Podsolik 348.684,75 60,30

Gambut 37.433,70 6,55


Sumber: BPS Banyuwangi dalam Angka Tahun 2018

Struktur Geologi
Regosol Lithosol Lathosol Podsolik Gambul

7%
24%

7%

60%
2%

Gambar 3.1 Diagram Jenis Tanah dan Luas Tanah Kab. Banyuwangi
Sumber: Banyuwangi dalam Angka, 2018

Persebaran jenis tanah yang ada di Kabupaten Banyuwangi adalah sebagai


berikut:

1. Jenis tanah Regosol terdapat di Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, Glagah,


Songgon, Glanemore, Gambiran, Bangorejo, Cluring, Muncar, Purwoharjo
dan Tegaldelimo
2. Tanah litosol yang terdapat pada wilayah Kecamatan Kalibaru, Glenmore
dan Pesanggaran
3. Tanah lathosol yang terdapat pada wilayah Kecamatan Purwoharjo dan
Tegaldelimo

51
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

4. Tanah podsolik yang hampir terdapat pada seluruh wilayah kecamatan di


Kabupaten Banyuwangi kecuali wilayah Kecamatan Cluring, Purwoharjo
dan Muncar hanya sebagian kecil terdapat tanah podsolik.

3.3 GUNA LAHAN


Penggunaan lahan yang ada di Kabupaten Banyuwangi dapat dikategorikan
menjadi dua, yaitu pemanfaatan lahan terbangun dan pemanfaatan lahan non
terbangun. Pemanfaatan lahan terbangun meliputi:
a. Kawasan perdagangan dan jasa
b. Kawasan perumahan
c. Fasilitas pendidikan
d. Fasilitas kesehatan
e. Bangunan umum dan kantor pemerintahan
f. Bangunan industri

Lahan tidak terbangun yang berada di Kabupaten Banyuwangi berupa:

a. Kuburan
b. Perkebunan
c. Lahan pertanian
d. Kawasan perairan/ sungai
e. Ruang Terbuka Hijau

3.4 KAWASAN LINDUNG, SUAKA ALAM DAN SUAKA MARGA SATWA

Yang dimaksud dengan kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan


dengan fungsi utama melindungi kelesatarian lingkungan hidup yang mencakup
sumber alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna
kepentingan pembangunan berkelanjutan.

Dalam arahan penetapan kawasan lindung di wilayah Kabupaten Banyuwangi


juga mengacu pada ketentuan-ketentuan yang sudah ditetapkan dalam Peraturan
Pemerintah RI No.26 Tahun 2007 tentang Tata Ruang Wilayah Nasional serta Surat
Keputusan Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/1980, terhadap pengelolahan
kawasan lindung, penetapan lokasi oleh tingkat pusat maupun provinsi serta
berdasarkan hasil kajian kondisi fisik dasar wilayah.

Berdasarkan RTRW Kabupaten Banyuwangi tahun 2012-2032 kawasan


lindung di Kabupaten Banyuwangi terdiri dari:

52
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

1. Kawasan pelestarian alam dan cagar budaya terdiri atas Kawasan


Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya meliputi kawasan
cagar alam dan suaka alam laut, kawasan pantai berhutan bakau,
taman nasional dan taman wisata alam, kawasan cagar budaya dan
ilmu pengetahuan.

2. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahannya


meliputi kawasan hutan lindung dan kawasan resapan air yaitu
kawasan disekitar rawa

3. Kawasan Perlindungan Setempat meliputi kawasan sempadan


pantai, kawasan sempadan sungai, kawasan disekitar waduk, dan
kawasan disekitar mata air.

4. Kawasan Rawan Bencana Alam meliputi kawasan rawan gempa


bumi, kawasan rawan tanah longsor, dan kawasan rawan gelombang
pasang dan tsunami.

5. Kawasan lindung geologi terdiri atas kawasan rawan letusan gunung


berapi

3.5 KERAWANAN BENCANA

Kawasan rawan bencana adalah kawasan yang sering atau mempunyai


potensi tinggi mengalami bencana. Adapun tujuannya adalah melindungi manusia
dan kegiatan dari bencana yang disebabkan oleh alam maupun manusia secara tidak
langsung oleh perbuatan manusia. Kawasan rawan bencana yang ada di Kabupaten
Banyuwangi terbagi menjadi:

3.5.1 Kawasan Lahan Kritis

Istilah lahan kritis dipakai untuk menyebut kondisi suatu lahan yang telah
mengalami degradasi sehingga lahan tersebut tida bisa menjalankan fungsinya,
suatu lahan dinilai sebagai lahan bila usaha untuk mengambil manfaat dari
produktivitasnya tidak sebanding dengan hasil produksinya. Dari istilah di atas,
Kecamatan Bangorejo tidak terdapat kawasan lahan kritis dikarenakan aktivitas
manusia yang dilaukan di Kecamatan Bangorejo belum beragam, hanya pada sektor
pertanian saja, walaupun ada di beberapa desa yang sudah terdapat industri namun
keberadaan industri tersebut tidak merusak kegunaan lahan yang ada, sehingga hasil
produksi pada sektor pertanian masih dikatakan baik.

53
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

3.5.2 Kawasan Rawan Bencana Longsor

Kawasan rawan bencana tanah longsor yang berada di Kabupaten


Banyuwangi terbagi menjadi tiga, yaitu kerentanan tanah tinggi, kerentanan tanah
sedang, dan daerah aman yang dijelaskan secara rinci sebagai berikut:

1 Kerentanan tanah tinggi terdapat di Kecamatan Glagah, Wongsorejo dan


Licin. Pada daerah ini perlu dihindari untuk lahan permukiman maupun
lahan terbangun lainnya

2 Kerentanan sedang meliputi Kecamatan Pesanggaran, Glenmore,


Kalibaru, Glagah, Songgon, Kalipuro, Wongsorejo, Licin, Kabat dan
Siliragung. Pada daerah ini diperlukan penyelidikan kemantapan lereng
secara rinci dan membangun bangunan pencegah gerakan tanah

3 Wilayah lainnya merupakan daerah yang aman terhadap kerentanan


gerakan tanah, artinya tidak ada kendala tetapi perlu adanya penyelidikan
tanah terlebih dahulu, apabila akan dilakukan penyayatan lereng.

3.5.3 Kawasan Rawan Bencana Banjir

Kawasan rawan banjir yang terdapat di Kabupaten Banyuwangi adalah


sebagai berikut:

 Kecamatan Banyuwangi

 Kecamatan Kalipuro

 Kecamatan Muncar

 Kecamatan Purwoharjo

 Kecamatan Kalibaru

3.5.4 Kawasan Rawan Bancana Gunung Berapi

Kawasan rawan letusan gunung berapi di Kabupaten Banyuwangi terdapat di


Kecamatan Songgon, Kecamatan Licin, Kecamatan Glagah, Kecamatan Kalipuro,
Kecamatan Wongsorejo, Kecamatan Glenmore, Kecamatan Sempu dan Kecamatan
Kalibaru.

54
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

3.5.5 Kawasan Rawan Gempa

Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu wilayah di Jawa Timur dan


Indonesia yang sering dilanda gempa, tepatnya di pantai selatan Banyuwangi.
Gempa sering terjadi di perairan selatan yang sebagian besar berskala 6,5–7 skala
magnitud.

Estimasi terjadinya gempa sulit diramalkan, maka dari itu yang bisa dilakukan
oleh masyarakat adalah melakukan proses engineering terhadap setiap desain
bangunan yang ada di Kabupaten Banyuwangi, khususnya wilayah-wilayah yang
berada di bagian selatan tepatnya Kecamatan Pesanggaran, Siliragung, Bangorejo,
Purwoharjo dan Tegaldlimo, Kalibaru,Glenmore, Genteng, Gambiran, Cluring, Srono,
Singojuruh, Muncar, Rogojampi, Kabat dan Banyuwangi yang harus
mempertimbangkan aspek kegempaan, baik aspek konstruksi bangunan gedung,
jembatan, jalan raya dan lain-lain.

3.5.6 Kawasan Rawan Gelombang Pasang Tsunami

Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa berdasarkan catatan terjadinya


gempa yang dimonitor dengan menggunakan citra satelit, tercatat bahwa gempa
sering terjadi di lepas pantai selatan Kabupaten Banyuwangi. Hal ini mengindikasikan
bahwa potensi bahaya terjadinya tsunami di perairan selatan Kabupaten Banyuwangi
tinggi.

Berdasarkan kondisi yang ada, wilayah selatan Kabupaten Banyuwangi


sebagian merupakan wilayah hutan dan diantaranya merupakan gunung, seperti
G.Sukamade, G.Rajegwesi, G.Poncomoyo, G.Jagatamu, G.Sumbudadung,
G.Pemirsan, G.Tumpangpitu, G.Lampon, G.Dogong sehingga lebih aman bila terjadi
tsunami. Namun ada beberapa daerah yang akan terlanda gelombang tsunami cukup
besar diantaranya Desa Sarongan, Desa Kandangan, Desa Sumberagung, Desa
Buluagung, Desa Pesanggaran, dimana daerah-daerah tersebut merupakan daerah
tujuan wisata.

Kawasan rawan gelombang pasang dan tsunami di Kabupaten Banyuwangi


berada di Kecamatan Wongsorejo, Kecamatan Kalipuro, Kecamatan Banyuwangi,
Kecamatan Kabat, Kecamatan Rogojampi, Kecamatan Muncar, Kecamatan
Tegaldlimo, Kecamatan Purwoharjo, Kecamatan Bangorejo, Kecamatan Siliragung,
dan Kecamatan Pesanggaran.

55
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

3.6 KEPENDUDUKAN

3.6.1 Tingkat pendidikan


Tabel jumlah pencarikerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan yang
ditamatkan dan jenis kelamin di Kabupaten Banyuwangi tahun 2017

Tabel 3.4 Tingkat Pendidikan


Pendidikan yang ditamatkan Laki-laki Perempuan Jumlah
Belum tamat SD 0 16 16
SD 72 800 872
SMP 103 706 809
SMA 782 793 1 575
Diploma I/II/II/akademi 90 254 344
Universitas 306 330 636
Jumlah 1 353 2 899 4 252
Sumber : BPS Kecamatan Bangorejo Dalam Angka Tahun 2018

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa masyarakat yang mencari


pekerjaan rata-rata tamat sekolah SMA, sedangkan masayarakat yang belum tamat
SD sebanyak 0 untuk laki-laki.

3.6.2 Tingkat mata pencaharian


Tabel 3.5 Tingkat Mata Pencaharian
Sektor Jumlah penduduk
Pertanian 288. 337
Pertambangan dan penggalian 5 225
Industri 129 500
Lstrik dan air minum 2 280
Konstruksi 61 739
Perdagangan, rumah makan, dan akomodasi 250 924
Transportasi, pergudangan dan komunikasi 27 007
LK,RE, persewaan dan jasa perusahaan 10 445
Jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan 103 438
Sumber : BPS Kecamatan Bangorejo Dalam Angka Tahun 2018

Berdasarkan data tabel diatas, dapat diketahui bahwa masayarakat


Kabupaten Banyuwangi banyak yang bekerja di sektor pertanian, dan pertanian
menjadi mata pencaharian utama masyarakat. dan penduduk paling sedikit bekerja
di sektor listrik dan air imumm.

3.6.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin
Penduduk berumur 15 tahun keatas yang bekerja menurut pendidikan
tertinggi yang ditamatkan dan jenis kelamin Kabupaten banywangi 2015.

56
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Tabel 3.6 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin & Rasio Jenis Kelamin Kab.
Rasio Jenis
Kecamatan Laki-Laki Perempuan
Kelamin
Pesanggaran 24.970 24.138 103
Siliragung 23.277 22.163 105
Bangorejo 30.483 29.764 102
Purwoharjo 33.440 33.122 101
Tegaldlimo 32.072 31.163 103
Muncar 66.237 64.412 103
Curing 35.960 36.161 99
Gambiran 29.455 29.949 98
Tegalsari 23.813 24.059 99
Glanemore 34.898 37.117 94
Kalibaru 30.866 31.709 97
Genteng 42.207 42.216 100
Srono 44.830 45.162 99
Rogojampi 26.799 27.755 97
Kabat 29.893 30.210 101
Singojuruh 23.362 24.426 99
Sempu 36.223 36.285 96
Songgon 25.900 27.027 100
Glagah 18.359 19.096 96
Licin 14.695 14.907 99
Banyuwangi 53.932 56.110 96
Giri 14.943 14.749 101
Kalipuro 38.377 39.049 98
Wongsorejo 37.599 39.066 96
Jumlah 798.926 1.604.897 99
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi dalam Angka Tahun 2018

Berdasarkan pada tabel diatas dapat diketahui di Kabupaten Banyuwangi


jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan rasio jenis kelamin bahwa penduduk
lebih banyak perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Pada data diatas jumlah
penduduk berdasarkan jenis kelamin, perempuan sebanyak 1.604.897 jiwa dan laki-
laki sebanyak 798.926 jiwa penduduk.

3.7 FASILITAS
3.7.1 Fasilitas Pendidikan
Berikut tabel banyaknya fasilitas pendidikan yang ada di Kabupaten
Banyuwangi:

Tabel 3.7 Jumlah Fasilitas Pendidikan Kab. Banyuwangi


Kecamatan TK RA SD MI SMP MTS SMA SMK MA

Pesanggaran 27 2 35 3 7 2 1 2 1
Siliragung 26 1 29 8 7 3 1 4 2
Bangorejo 27 4 30 13 6 4 2 4 1
Purwoharjo 30 3 32 12 11 4 3 2 2
Tegaldlimo 44 5 36 15 6 2 3 4 1

57
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Kecamatan TK RA SD MI SMP MTS SMA SMK MA

Muncar 48 11 48 14 14 8 2 6 3
Curing 41 11 44 16 8 5 2 7 3
Gambiran 39 6 33 9 6 3 2 2 0
Tegalsari 31 2 25 9 5 5 1 5 3
Glanemore 48 2 46 8 10 6 4 3 3
Kalibaru 18 1 34 7 9 2 1 1 2
Genteng 56 4 42 8 17 4 7 6 2
Srono 46 6 45 18 15 6 5 5 2
Rogojampi 23 3 28 4 7 3 3 3 2
Blimbingsari 26 3 24 8 4 4 0 1 1
Kabat 23 5 34 15 3 7 1 2 1
Singojuruh 12 1 29 3 3 1 1 3 1
Sempu 43 5 32 12 8 2 1 2 1
Songgon 20 4 28 8 4 4 1 1 2
Glagah 12 0 19 2 2 3 1 2 0
Licin 8 2 23 5 2 3 0 0 1
Banyuwangi 43 5 41 5 11 4 4 3 3
Giri 14 2 17 4 3 2 2 4 2
Kalipuro 30 10 28 16 6 10 1 1 6
Wongsorejo 24 11 38 17 11 7 2 2 4

Jumlah 759 109 820 239 185 104 51 75 49

Sumber: BPS Banyuwangi dalam Angka Tahun 2018

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa di kabupaten banyuwangi


mengenai fasilitas pendidikan sudah tersebar pada setiap kecamatan mulai dari
pendidikan informal dan formal, seperti TK dan RA , SD dan MI, SMP dan MTs, dan
SMA, SMK dan MA. Kecuali pada Kecamatan Gambiran tidak terdapat fasilitas
pendidikan tingkat MA, Kecamatan Blimbingsari tidak terdapat fasilitas pendidikan
tingkat SMA, Kecamatan Glagah tidak terdapat fasilitas pendidikan tingkat RA dan
Ma dan Kecamatan Licin tidak terdapat fasilitas pendidikan tingkat SMA dan SMK.

3.7.2 Fasilitas Kesehatan


Tabel 3.8 Jumlah Fasilitas Kesehatan Kab. Banyuwangi
Rumah Rumah Puskesmas Posyandu
Kecamatan Puskesmas
sakit bersalin pembantu
Pesanggaran 0 0 2 3 57

58
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Rumah Rumah Puskesmas Posyandu


Kecamatan Puskesmas
sakit bersalin pembantu
Siliragung 0 0 1 4 65
Bangorejo 0 0 2 5 90
Purwoharjo 0 1 2 4 91
Tegaldlimo 0 0 2 4 88
Muncar 1 0 4 8 179
Curing 0 0 2 5 84
Gambiran 4 0 2 4 75
Tegalsari 0 0 1 3 55
Glanemore 1 0 2 6 133
Kalibaru 0 0 1 2 81
Genteng 1 0 2 4 114
Srono 0 0 3 5 115
Rogojampi 2 0 2 5 117
Kabat 1 0 2 5 97
Singojuruh 0 0 1 5 70
Sempu 0 0 3 6 117
Songgon 0 0 1 4 92
Glagah 0 0 1 2 49
Licin 0 0 1 35 44
Banyuwangi 3 0 3 4 173
Giri 0 0 1 2 50
Kalipuro 0 0 2 6 111
Wongsorejo 0 0 2 6 118

Jumlah 14 1 45 105 2.265

Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi dalam Angka Tahun 2018

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa di Kabupaten Banyuwangi


mengenai fasilitas kesehatan sudah lengkap seperti Rumah sakit, Rumah Bersalin,
Puskesmas, Puskesmas Pembantu, dan Posyandu. Fasilitas kesehatan paling
banyak yaitu posyandu sebanyak 2.265 unit posyandu dan sudah tersebar pada
setiap kecamatan.

Tabel 3.9 Jumlah Tenaga Kesehatan Kab. Banyuwangi


Unit Kerja Dokter Spesialis Dokter Umum Dokter Gigi
Puskesmas 0 61 45
Rumah sakit 159 99 18

59
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Unit Kerja Dokter Spesialis Dokter Umum Dokter Gigi


Institusi diknakes 0 0 0
Sarana kesehatan lain 24 59 4
Dinkes kabupaten 0 4 0
Jumlah 183 223 67
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi dalam Angka Tahun 2018

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa tenaga kerja pada bidang kesehatan
sudah mencukupui di Kabupaten Banyuwangi dengan Dokter Spesialis sebanyak
183 orang, Dokter Umum sebanyak 223 orang, dan Dokter Gigi sebanyak 67 orang.

3.7.3 Fasilitas Peribadatan


Tabel 3.10 Jumlah Fasilitas Peribadatan Kab. Banyuwangi
Kecamatan Masjid Musholla Gereja Gereja Vihara Pura
Protestan Katholik
Pesanggaran 56 127 23 1 6 12
Siliragung 56 248 7 - - 11
Bangorejo 96 343 19 - 13 -
Purwoharjo 82 45 18 9 17 1
Tegaldlimo 74 74 12 - 23 2
Muncar 113 415 8 7 - 9
Curing 93 428 7 - 3 1
Gambiran 64 262 6 3 6 1
Tegalsari 65 223 4 - 12 -
Glanemore 115 174 8 2 - 4
Kalibaru 82 362 1 1 - -
Genteng 90 271 2 1 - -
Srono 62 131 - 1 1 1
Rogojampi 50 163 3 1 - -
Blimbingsari 43 198 - - - 3
Kabat 70 348 - - - -
Singojuruh 44 217 3 - - -
Sempu 104 249 6 3 - -
Songgon 86 239 3 - 5 -
Glagah 29 165 1 - - -
Licin 43 169 0 - - -
Banyuwangi 73 275 9 1 1 -
Giri 31 188 - - - -
Kalipuro 52 94 1 - - -

60
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Kecamatan Masjid Musholla Gereja Gereja Vihara Pura


Protestan Katholik
Wongsorejo 71 203 - - - 1
Jumlah 1.607 4.727 201 15 138 24

Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi dalam Angka Tahun 2018

Berdasarkan data diatas dapat diketahui mayoritas penduduk banyuwangi


beragama Islam hal tersebut didukung oleh banyaknya fasilitas peribadatan berupa
masjid dan langgar sebanyak 6.334 unit. Selain itu fasilitas peribadatan yang lain pun
sudah ada di Kabupaten banyuwangi seperti gereja, wihara dan pura. Masing-masing
sebanyak 216 unit gereja, 138 unit vihara, dan 24 unit pura.

3.7.4 Fasilitas Perdagangan dan Jasa


Tabel 3.11 Jumlah Failitas Perdagangan dan Jasa Kab. Banyuwangi
Kecamatan Pasar umum Toko Rumah makan

Pesanggaran 3 694 167


Siliragung 4 633 154
Bangorejo 5 587 112
Purwoharjo 4 753 210
Tegaldlimo 12 668 175
Muncar 4 726 200
Curing 8 708 123
Gambiran 4 746 221
Tegalsari 6 621 172
Glanemore 4 648 189
Kalibaru 3 627 172
Genteng 4 852 186
Srono 3 702 168
Rogojampi 8 680 240
Kabat 6 749 223
Singojuruh 3 600 176
Sempu 6 672 120
Songgon 2 584 112
Glagah 3 699 213
Licin 2 646 197
Banyuwangi 4 892 240
Giri 4 722 218

61
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Kecamatan Pasar umum Toko Rumah makan

Kalipuro 4 730 204


Wongsorejo 3 674 218

Jumlah 111 16.616 4.414

Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi dalam Angka Tahun 2018

Dilihat dari data diatas dapat diketahui bahwa fasilitas perdagangan dan jasa
pada kabupaten Banyuwangi terdapat rumah makan, pasar umum dan toko. Pasar
umum sebanyak 111 unit, toko 16.616 unit dan rumah makan sebanyak 4.414 unit.

3.7.5 Fasilitas Kebudayaan dan Rekreasi

FASILITAS PARIWISATA
300

250

200
Hotel Berbintang
150 Hotel non Berbintang
100 Restaurant
50

0
2012 2013 2014 2015 2016 2017

Gambar 3.2 Grafik Jumlah Fasilitas Kebudayaan dan Rekreasi Kab. Banyuwangi
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi dalam Angka Tahun 2018
Berdasarkan grafik diatas bahwa fasilitas pariwisata dari tahun 2012-2017
selalu mengalami peningkatan di Kabupaten Banyuwangi, baik dari fasilitas hotel
berbintang, hotel non berbintang, hingga restoran atau rumah makan. Pada tahun
2017 hotel berbintang sebanyak 6 unit, hotel non berbintang sebanyak 76 unit, dan
251 unit restoran.

3.7.6 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin
Penduduk berumur 15 tahun keatas yang bekerja menurut pendidikan tertinggi
yang ditamatkan dan jenis kelamin Kabupaten banywangi 2015.

Tabel 3.12 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin & Rasio Jenis Kelamin Kab.
Banyuwangi
Kecamatan Laki-Laki Perempuan Rasio Jenis Kelamin

Pesanggaran 24.970 24.138 103


Siliragung 23.277 22.163 105

62
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Kecamatan Laki-Laki Perempuan Rasio Jenis Kelamin

Bangorejo 30.483 29.764 102


Purwoharjo 33.440 33.122 101
Tegaldlimo 32.072 31.163 103
Muncar 66.237 64.412 103
Curing 35.960 36.161 99
Gambiran 29.455 29.949 98
Tegalsari 23.813 24.059 99
Glanemore 34.898 37.117 94
Kalibaru 30.866 31.709 97
Genteng 42.207 42.216 100
Srono 44.830 45.162 99
Rogojampi 26.799 27.755 97
Kabat 29.893 30.210 101
Singojuruh 23.362 24.426 99
Sempu 36.223 36.285 96
Songgon 25.900 27.027 100
Glagah 18.359 19.096 96
Licin 14.695 14.907 99
Banyuwangi 53.932 56.110 96
Giri 14.943 14.749 101
Kalipuro 38.377 39.049 98
Wongsorejo 37.599 39.066 96
Jumlah 798.926 1.604.897 99

Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi dalam Angka Tahun 2018

Berdasarkan pada tabel diatas dapat diketahui di Kabupaten Banyuwangi


jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan rasio jenis kelamin bahwa penduduk
lebih banyak perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Pada data diatas jumlah
penduduk berdasarkan jenis kelamin, perempuan sebanyak 1.604.897 jiwa dan laki-
laki sebanyak 798.926 jiwa penduduk.

3.8 UTILITAS
3.8.1 Jaringan Listrik
Tabel berikut menunjukan daya Terpasang, Produksi, dan Distribusi Listrik PT.
PLN (Persero) pada Cabang/Ranting PLN Kabupaten Banyuwangi, 2008-2017.

63
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Tabel 3.13 Jumlah Jaringan listrik Kab. Banyuwangi tahun 2008-2017


Tahun Daya Produksi Listrik Dipakai Hilang
terpasang listrik terjual sendiri
2008 276 272 950 492 870 327 456 943 224 851 042 35 076 061
2009 301 386 400 537 672 666 487 712 934 557 987 49 401 745
2010 327 958 000 563 965 215 509 056 599 571 868 54 336 748
2011 357 544 450 587 666 675 533 085 291 530 745 4 050 639
2012 397 379 950 649 457 378 594 729 682 555 833 54 171 864
2013 439 862 100 714 435 809 652 976 725 480 942 61 459 084
2014 504 693 570 800 633 819 726 255 621 504 989 74 378 198
2015 551 424 340 907 919 925 830 541 379 253 115 77 378 546
2016 605 197 390 941 499 467 862 210 220 395 130 79 289 241
2017 633 176 050 950 350 740 882 307 091 343 440 68 043 641
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa penggunaan listrik di


Kabupaten Banyuwangi bertambah dari tahun ke tahun.

64
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 3.3 Peta Jaringan PJU

65
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

3.8.2 Jaringan Telepon


Penggunaan telepon di Kabupaten Banyuwangi yang semakin pesat
menyebabkan jaringan telepon yang ada di Kabupaten Banyuwangi sudah terpenuhi,
tidak hanya telepon kabel penggunaan sarana telekomunikasi juga menggunakan
telepon seluler, dalam hal ini penyediaan tower Base Transceiver Station (BTS) di
Kabupaten Banyuwangi sudah sampai pelosok desa.

3.8.3 Jaringan Air Bersih


Menurut data RPIJM kebutuhan air minum penduduk Kabupaten Banyuwangi
sudah terpenuhi dari segi akses untuk mendapatkan air, Akan tetapi dalam
pemahaman terhadap akses air minum yang layak ternyata belum sepenuhnya
dirasakan oleh penduduk Kabupaten Banyuwangi. Berikut tabel sumber air minum
yang ada di Kabupaten Banyuwangi

Tabel 3.14 Jumlah Jaringan air bersih Kab. Banyuwangi


No. Sumber Air Minum Prosentase
1 Air Botol Kemasan 1,6%
2. Air isi ulang 4,7%
3. Air PDAM 21,2%
4. Hidrant Umum PDAM 2,9%
5. Kran Umum PDAM/Proyek 7,0%
6. Sumur PompaTangan 8,2%
7. Sumur Gali Terlindungi 44,1%
8. Sumur Gali Tak Terlindungi 2,5%
9. Mata air terlindungi 5,5%
10. Mata air tak terlindungi 0,5%
11. Air hujan 0,1%
12. Air sungai 1,1%
13. Waduk/danau 0,1%
14. Lainnya 0,5%
Sumber Data: Studi EHRA Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016

3.8.4 Sistem Persampahan


Pengelolaan sampah merupakan hal yang perlu ditangani, di Kabupaten
Banyuwangi sendiri penanganan sampah dilakukan dengan dibakar, dibuang ke
TPA, dikumpulkan kolektor, dan ada yang dibuang ke tanah. Berikut tabel sistem
pengolahan sampah yang ada di Kabupaten Banyuwangi.

66
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Tabel 3.15 Sistem Pengelolahan Sampah Kab. Banyuwangi

Input User Pengump Penamp Pengan Pengol Pembuangan/ Kode/


Interfa ulan ungan gkutan ahan Pemrosesan Nama
ce Setempat Setemp Antara/ Akhir/ Daur Aliran
at/ Akhir Ulang
Penamp
ungan
Awal
Sam Tempa Dasawism - Motor Bank - PS-1
pah t a/sekolah sampah Sampa
an sampa h
organ h
ik
Sam Tempa Motor - - TPS TPA PS-2
pah t sampah 3R
terca sampa Gerobak TPS Dump - TPA PS-3
mpur h sampah truck
- - - - Ditimbun/dibak PS-4
ar
- - - - Saluran/sungai PS-5
Jalan/t Gerobak Contain Arm roll - TPA/Kompostin PS-6
aman Sampah er g
Pasar - Contain Arm roll - TPA/Kompostin PS-7
er g
3.8.5 Pengelolahan Air Limbah
Sistem pengelolaan air limbah domestik yang perlu ditangani di Kabupaten
Banyuwangi diantaranya adalah tempat yang dituju untuk membuang kotoran.
Penanganan dilakukan agar pembuangan air limbah domestik tidak menyebabkan
pencemaran air. Berikut diagram penyaluran akhir tinja di Kabupaten Banyuwangi.

Penyaluran Akhir Tinja

Tangki septik
Pipa sewer
1%
18% Cubluk/lobang tanah
5% Langsung ke drainase
1%
11% Sungai/danau/pantai
62%
Kolam/sawah
2% Kebun/tanah lapang
Tidak tahu

Gambar 3.4 Diagram Penyaluran Akhir Tinja Kab. Banyuwangi


Sumber: Lapkhir RPIJM Kabupaten Banyuwangi

Berdasarkan diagram diatas, dapat diketahui bahwa sebanyak 62%


masyarakat sudah membuang air limbah domestik ke tangki septik, dan masih ada
5% masyarakat yang membuang ke sungai.

67
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

3.8.6 Jaringan Drainase


Secara umum kondisi drainase di Kabupaten Banyuwangi terutama pada
saluran drainase terbuka. Kondisinya banyak mengalami penurunan kualitas seperti
terjadinya penumpukan sedimen lumpur atau sampah. Sehingga menyebabkan
genangan pada saat musim hujan.

3.9 PEREKONOMIAN
3.9.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Tabel 3.16 Jumlah PDRB Kab. Banyuwangi tahun 2015-2017
Lapangan usaha 2015 2016 2017
Pertanian, Kehutanan, dan
21.944.164,58 23.475.737,82 24.347.820,50
Perikanan
Pertambangan dan Penggalian 4.650.842,95 5.033.739,61 5.504.252,04
Industri Pengolahan 6.549.448,36 7.264.441,92 7.760.903,26
Pengadaan Listrik dan Gas 25.576,80 28.832,33 31.557,58
Pengadaan Air, Pengelolaan
36.944,20 40.484,51 42.022,00
Sampah,
Konstruksi 6.820.370,11 7.775.548,32 8.994.178,93
Perdagangan Besar dan Eceran;
8.454.492,78 9.618.546,48 10.988.013,05
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan 1.814.180,69 2.064.862,08 2.294.321,43
Penyediaan Akomodasi dan Makan
1.392.292,50 1.638.066,96 1.915.462,28
Minum
Infor masi dan Komunikasi 2.413.780,53 2.676.775,28 2.955.664,90
Jasa Keuangan dan Asuransi 1.055.224,07 1.180.434,18 1.278.070,21
Real Estate 895.733,60 970.945,89 1.063.755,97
Jasa perusahaan 134.595,10 149.553,41 161.184,94
Administrasi
Pemerintahan,Pertahanan dan 1.340.237,30 1.494.432,61 1.637.263,69
Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 1.813.156,30 1.978.775,44 2.160.730,68
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 189.245,30 217.677,62 247.157,68
Jasa lainnya 649.011,00 739.613,68 863.386,81
Produk Domestik Regional Bruto 60.179.292,92 66.348.468,12 72.245.718,94
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi dalam Angka Tahun 2018

Berdasarkan data BPS Kabupaten Banyuwangi dalam angka tahun 2018


bahwa pendapatan domestik regional bruto kabupaten Banyuwangi selalu
mengalami peningkatan setiap tahunnya berdasarkan harga laku. Pendapatan
terbesar pada kabupaten banyuwangi pada lapangan usaha pertanian, kehutan, dan
perikanan, perdagangan besar dan eceran, serta industri pengolahan.

3.10 LETAK GEOGRAFIS DAN ADMINISTRATIF KECAMATAN BANGOREJO


Secara geografis Kecamatan Bangorejo memiliki luas wilayah 100.62 Km2 yang
dibagi menjadi 7 desa, diantaranya:

Tabel 3.17 Jumlah luas Desa di Kec. Bangorejo


Desa/kelurahan Luas (km²) Prosentase luas desa (%)
Sukorejo 9,79 9.73

68
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Desa/kelurahan Luas (km²) Prosentase luas desa (%)


Ringintelu 6,80 6.76
Sambirejo 9,35 9.29
Sambimulyo 9,79 9.73
Temurejo 34,67 34.46
Bangorejo 10,34 10.28
Kebondalem 19,88 19.76
Jumlah 100,62 100.00
Sumber: BPS Kecamatan Bangorejo dalam angka 2018.

Batas wilayah Kecamatan Bangorejo:


1. Sebelah Utara adalah Kecamatan Tegal Sari dan Gambiran.
2. Sebelah Timur adalah Kecamatan Purwoharjo
3. Sebelah Selatan adalah Samudera Hindia dan,
4. Sebelah Barat adalah Kecamatan Siliragung.

3.11 KONDISI FISIK DASAR KECAMATAN BANGOREJO


3.11.1 Topografi
Secara topografi Kecamatan Bangorejo termasuk daerah dataran rendah,
dengan dataran rendah rata-rata di kecamatan Bangorejo 70.43 m.dpl.

Tabel 3.18 Topografi Desa di Kec. Bangorejo


Desa/kelurahan Letak Tinggi Tanah (m.dpl)

Sukorejo Dataran 65
Ringintelu Dataran 75
Sambirejo Dataran 61
Sambimulyo Dataran 62
Temurejo Dataran 65
Bangorejo Dataran 75
Kebondalem Dataran 90
Sumber: BPS Kecamatan Bangorejo dalam Angka 2018

69
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

70
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 3.5 Peta Topografi Wilayah Perencanaan Bangorejo

71
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

3.11.2 Hidrologi
Secara hidrologi Kecamatan Bangorejo termasuk daerah dengan curah hujan
rendah dengan rata-rata curah hujan 6,5 mm per hari karena intensitas hujan
dikatakan lebat (tinggi) bila mencapai 50-100 mm per hari, dan dikatakan sangat
lebat (tinggi) jika curah hujan lebih dari 100 mm per hari.

Tabel 3.19 Jumlah curah hujan Kec. Bangorejo


Bulan Curah Hujan (mm) Curah Hujan (hari)
Januari 268 10
Februari 380 14
Maret 67 3
April 37 2
Mei 167 5
Juni 170 5
Juli 206 7
Agustus 104 4
September 221 7
Oktober 267 4
November 190 6
Desember 295 11
Sumber: BPS Kecamatan Bangorejo dalam Angka 2018

Data hidrologi yang ada di kecamatan Bangorejo, masyarakat disana banyak


menggunakan sumur bor pribadi dan juga ada beberapa masyarakat desa yang
menggunakan PDAM, keadaan air yang terdapat pada kecamatan Bangorejo cukup
baik dan cukup bersih.

3.11.3 Kelerengan
Kelerengan adalah kemiringan tanah atau sudut yang dibentuk oleh
permukaan tanah dengan bidang horizontal, yang dinyatakan dalam persen.

Tabel 3.20 Kelerengan Kecamatan Bangorejo


Desa Kelerengan
Sukorejo 0-8%
Ringintelu 0-8%
Sambirejo 0-8%
Sambimulyo 0-8%
Bangorejo 0-15%
Kebondalem 0-40%
Sumber: Survey Sekunder, 2019

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa tingkat kelerengan tertinggi


berada di Desa Kebondalem, dan tingkat kelerengan rendah dominan berada di
setiap Desa di BWP Bangorejo.

72
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

3.11.4 Klimatologi
Klimatologi merupakan ilmu yang mencari gambaran dan penjelasan
mengapa iklim dan cuaca di berbagai tempat di bum bisa berbeda, serta bagaimana
hubungan antara iklim dengan kehidupan manusia sehari-hari.

Kecamatan Bangorejo termasuk daerah dengan curah hujan rendah dengan


rata-rata curah hujan 6,5 mm per hari karena intensitas hujan dikatakan lebat (tinggi)
bila mencapai 50-100 mm per hari, dan dikatakan sangat lebat (tinggi) jika curah hujan
lebih dari 100 mm per hari.

Tabel 3.21 Jumlah Curah Hujan Kec. Bangorejo


Bulan Curah Hujan (mm) Curah Hujan (hari)
Januari 268 10
Februari 380 14
Maret 67 3
April 37 2
Mei 167 5
Juni 170 5
Juli 206 7
Agustus 104 4
September 221 7
Oktober 267 4
November 190 6
Desember 295 11
Sumber: BPS Kecamatan Bangorejo dalam Angka 2018

Intensitas hujan dikatakan lebat bila mencapai 50-100 mm per hari sementara
dikatakan sangat lebat bila leih dari 100 mm per hari. Jika kita lihat dari data BPS
Kecamatan Bangorejo dapat dihitung:

Curah hujan tinggi:

50 x 30 = 1.500 mm per bulan

1500 x 12= 18.000 mm per tahun

Sedangkan dari data diatas bahwa curah hujan di Kecamatan Bangorejo


adalah 2.372 mm per tahun, dari analisis diatas dapat diketahui bahwa curah hujan
di Kecamatan Bangorejo sangat rendah. Bahkan dari hasil wawancara dari beberapa
masyarakat di desa mengatakan di Kecamatan Bangorejo pernah mengalami
kekeringan berkepanjangan sehingga sumber air bersih sangat sulit untuk
didapatkan.

73
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

3.11.5 Jenis tanah


Jenis tanah merupakan salah satu material yang di dalamnya mengandung
butiran mineral padat yang tersedimentasi dan berasal dari pelapukan bahan organik
serta berisi sat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang pada partikel padat. Jenis
tanah dapat diketahui dari jenis dataran yang terdapat di Kecamatan Bangorejo.
Berikut ini data letak dan tinggi wilayah Kecamatan Bangorejo.

Tabel 3.22 Jenis Tanah Kecamatan Bangorejo


No Desa Jenis tanah
1 Sukorejo Grumosol Kelabu
2 Ringintelu Grumosol Kelabu, komplek latosol cokelat kemerahan dan litosol
3 Sambirejo Grumosol Kelabu, komplek latosol cokelat kemerahan dan litosol
4 Sambimulyo Grumosol Kelabu, komplek latosol cokelat kemerahan dan litosol
6 Bangorejo Grumosol Kelabu, komplek latosol cokelat kemerahan dan litosol,
alluvial cokelat kemerahan
7 Kebondalem Grumosol Kelabu, regosol cokelat, alluvial cokelat kemerahan
Sumber: BPS Kecamatan Bangorejo dalam Angka Tahun 2018

Dari data diatas dapat diketahui bahwa Kecamatan Bangorejo sebagian besar
berupa jenis tanah Grumosol kelabu, jenis tanah ini memiliki kadar lempung yang
tinggi dan umumnya bersifat basa, jenis tanah ini dapat digunakan untuk areal
persawahan namun harus memperhatikan dengan baik keadaan drainase dan sistem
jaringan irigasinya.

3.11.6 Vegetasi
Vegetasi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang komunitas
tumbuhan yang terjadi pada suatu tempat, mencangkup perpaduan komunal dari
jenis-jenis flora dan penyusunannya maupun tutupan lahan yang dibentuknya
(Wikipedia). Di kecamatan Bangorejo terdapat komunitas beberapa tanaman, namun
komoditas utama pada kawasan tersebut pada buah naga dan buah jeruk.

3.12 Pola Ruang Eksisting


Pola ruang eksisting merupakan penggunaan lahan eksisting pada suatu
wilayah yang menggambarkan kegiatan masyarakat di BWP Bangorejo. Penggunaan
lahan eksisting akan menggambarkan pola persebaran penduduk dalam suatu
kawasan.

Pola ruang BWP Bangorejo menggambarkan aktivitas masyarakat yang ada di


wilayah BWP Bangorejo dan dominasi penggunaan lahan. Luas keseluruhan BWP
Bangorejo adalah 6.595 Ha.

74
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

3.12.1 Pola ruang BWP Bangorejo


Pola ruang di BWP Bangorejo terbagi menjadi dua yaitu kawasan tidak
terbangun dan kawasan terbangun, penggunaan lahan di BWP Bangorejo adalah
sebagai berikut:

a. Lahan tidak terbangun


Lahan tak terbangun di BWP Bangorejo terbagi menjadi beberapa
penggunaan, namun penggunaan lahan tak terbangun yang ada di BWP
Bangorejo masih didominasi oleh lahan sawah. Data luas lahan sawah di
BWP Bangorejo adalah sebagai berikut:

Tabel 3.23 Luas Lahan Sawah di BWP Bangorejo


No. Desa Luas Sawah (Ha) Luas Sawah LP2B (Ha) Ladang (Ha)
1 Bangorejo 706 630.54 -
2 Kebondalem 233 231.86 -
3 Ringintelu 362 308.26 13,81
4 Sambimulyo 680 706.74 -
5 Sambirejo 655 492.32 -
6 Sukorejo 514 484.98 -
Jumlah 3.150 2,854.98 13,81
Sumber: Data Rekapitulasi Luas Kawasan Pertanian Pangan (KP2B) Tahun 2018

Gambar 3.6 Peta LP2B


b. Lahan terbangun

75
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Berdasarkan perhitungan lahan terbangun dan lahan non terbangun di BWP


Bangorejo maka dapat diketahui luas keseluruhan lahan terbangun di BWP
Bangorejo adalah seluas 2.647,24 Ha dan luas lahan tidak terbangun di BWP
Bangorejo seluas 3.947,76 Ha. Dengan luas lahan keseluruhan di Kecamatan
Bangorejo seluas 6.595 Ha.

Lahan terbangun yang ada di BWP Bangorejo berupa peruntukan perumahan


sebagai tempat tinggal atau lingkungan hunian, dan lahan untuk lingkungan
non hunian yang digunakan oleh masyarakat sebagai kegiatan yang
mendukung perikehidupan dan penghidupannya antara lain di bidang sosial,
budaya, ekonomi, dan penyelenggaraannya, lahan non hunian yang ada di
BWP Bangorejo berupa peruntukan pendidikan, perdagangan dan jasa,
peribadatan, jalan, kantor, dan lain-lain.

Sedangkan untuk lahan non terbangun yang ada di BWP Bangorejo terbagi
menjadi lahan sawah, dan Ruang Terbuka Hijau. Lahan sawah yang ada di
BWP Bangorejo terbagi menjadi sawah, ladang, kebun kelapa, dan RTH yang
ada di BWP Bangorejo berupa tempat rekreasi dan olah raga.

3.12.2 Intensitas pemanfaatan ruang


Intensitas pemanfaatan ruang merupakan Intensitas pemanfaatan lahan
adalah tingkat alokasi dan distribusi luas lantai maksimal bangunan terhadap lahan /
tapak peruntukannya. Menurut jenisnya intensitas pemanfaatan lahan antara lain
KDB, KLB, GSB.

 KDB (Koefisien Dasar Bangunan), yaitu merupakan angka perbandingan


luas lahan yang tertutup bangunan dan bangunan-bangunan dalam tiap
petak peruntukan dibanding dengan luas petak peruntukan.

 KLB (Koefisien Lantai Bangunan), yaitu merupakan angka perbandingan


jumlah luas lantai bangunan dibanding luas kapling rumah.

 GSB adalah batasan yang mana banguanan bisa dibangun secara masif di
luar batasan GSB hanya boleh dilewati oleh bagian dari banguan yang
terbuka seperti taman, teras, balkon dan sejenisnya.

Dari pola tata guna lahan di BWP Bangorejo maka dapat diketahui peruntukan
lahan dibedakan menjadi peruntukan permukiman, perdagangan dan jasa,
perkantoran, dan fasilitas umum.

1. Peruntukan Permukiman

76
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Besaran intensitas pemanfaatan ruang untuk peruntukan permukiman adalah


sebagai berikut.

Tabel 3.24 Peruntukan Permukiman Kecamatan Bangorejo


GSB
Desa KDB (%) KLB
Depan Kanan Kiri
Bangorejo 75-90 1-2 1-3 0-2 0-2
Sambirejo 60-80 1-2 3-5 2-4 2-4
Sambimulyo 75-90 1-2 1-3 2-4 2-4
Sukorejo 75-90 1-2 1-3 0-2 0-2
Kebondalem 75-90 1-2 1-3 0-2 0-2
Ringintelu 75-90 1-2 1-3 0-2 0-2
Sumber: Survey Sekunder, 2019

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui intensitas peruntukan lahan


permukiman yang ada di BWP Bangorejo rata-rata mulai dari 60-90%

2. Peruntukan perkantoran

Pemanfaatan ruang untuk peruntukan lahan perkantoran adalah sebagai


berikut:

Tabel 3.25 Peruntukan Perkantoran


GSB
Desa KBD (%) KLB
Depan Kanan Kiri
Bangorejo 75-90 1 1-3 0-2 0-2
Sambirejo 60-80 1 1-3 1-3 1-3
Sambimulyo 60-80 1 1-3 1-3 1-3
Sukorejo 75-90 1 1-3 0-2 0-2
Kebondalem 75-90 1 1-3 0-2 1-3
Ringintelu 75-90 1 1-3 0-2 0-2
Sumber: Survey Sekunder, 2019

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diketahui intensitas peruntukan lahan


perkantoran di BWP Bangorejo rata-rata mulai dari 60-90% dengan GSB
yang berbeda untuk setiap desa.

3. Peruntukan pendidikan

Untuk peruntukan fasilitas umum, besar pemanfaatan ruangnya adalah


sebagai berikut:

77
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Tabel 3.26 Peruntukan Pendidikan


GSB
Desa KBD KLB
Depan Kanan Kiri
Bangorejo 70-90 1-2 1-3 0-2 0-2
Sambirejo 70-90 1-2 2-4 1-3 1-3
Sambimulyo 70-90 1-2 1-3 1-3 0-2
Sukorejo 75-90 1-2 1-3 0-2 0-2
Kebondalem 70-90 1-2 1-3 0-2 0-2
Ringintelu 75-90 1-2 1-3 0-2 0-2
Sumber: Survey Sekunder, 2019

Dapat diketahui intensitas peruntukan fasilitas umum yang memiliki


pemanfaatan ruang terbesar terletak di Desa

4. Peruntukan perdagangan dan jasa

Besaran intensitas pemanfaatan ruang untuk peruntukan perdagangan dan


jasa dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 3.27 Peruntukan Perdagangan dan Jasa


GSB
Desa KBD KLB
Depan Kanan Kiri
Bangorejo 75-90 1 1-3 1-3 1-3
Sambirejo 80-90 1 0-2 1-3 1-3
Sambimulyo 75-90 1 0-2 1-3 1-3
Sukorejo 75-90 1 1-3 0-2 0-2
Kebondalem 75-90 1 1-3 1-3 1-3
Ringintelu 75-90 1 1-3 0-2 0-2
Sumber: Survey Sekunder, 2019

5. Peruntukan peribadatan

Besaran intensitas pemanfaatan ruang untuk peruntukan peribadatan adalah


sebagai berikut:

Tabel 3.28 Peruntukan Peribadatan Kecamatan Bangorejo


GSB
Desa KBD KLB
Depan Kanan Kiri
Bangorejo 75-90 1 1-3 0-2 0-2
Sambirejo 90-100 1 1-5 1-3 1-3
Sambimulyo 75-90 1 1-3 0-2 0-2
Sukorejo 75-90 1 1-3 0-2 0-2

78
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

GSB
Desa KBD KLB
Depan Kanan Kiri
Kebondalem 75-90 1 1-3 1-3 1-3
Ringintelu 75-90 1 1-3 0-2 0-2
Sumber: Survey Sekunder, 2019

Berdasarkan data diatas, maka dapat diketahui peruntukan


peribadatan di BWP Bangorejo rata-rata memiliki GSB 1-5 meter.

3.13 GUNA LAHAN


Kecamatan Bangorejo merupakan daerah atau kawasan agropolitan.
Agropolitan adalah Kota yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem
dan usaha agribisnis serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela
kegiatan pembangunan pertanian di wilayah sekitarnya. Kegiatan di kecamatan
Bangorejo mengacu usaha tanaman tertentu pada tanah atau tumbuh lainnya dalam
ekosistem yang sesuai. Diantaranya yaitu buah jeruk dan buah naga yang menjadi
tanaman utama atau penting di kawasan tersebut. Guna lahan pada kawasan
perencanaan dapat terlihat pada tabel berikut

Tabel 3.29 Luas Tata Guna Lahan pada Kawasan Perencanaan


Guna Lahan Luas
Luas lahan sawah 4.024
Industri kecil 422
Perdagangan dan jasa 567
Pendidikan 74
Kesehatan 79
Perkebunan 13.633,2
Sungai 20Km
Sumber : BPS Kecamatan Bangorejo dalam Angka 2018

79
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 3.7 Peta Tata Guna Lahan pada Wilayah Deliniasi

80
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

3.14 KEPENDUDUKAN
3.14.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Berdasarkan data dari BPS Kecamatan Bangorejo tahun 2017 diketahui bahwa
umlah penduduk yang ada di Kecamatan Bangorejo adalah 60.247.

Tabel 3.30 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin Kec. Bangorejo


Penduduk
Desa/kelurahan Jumlah
Laki-laki Perempuan
Sukorejo 3753 3497 7.250
Ringintelu 3267 3201 6468
Sambirejo 4137 4005 8142
Sambimulyo 4198 4025 8223
Temurejo 6473 6374 12847
Bangorejo 4417 4426 8843
Kebondalem 4238 4236 8474
Jumlah 30.483 29.764 60.247
Sumber: BPS Kecamatan Bangorejo tahun 2018

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk tertinggi


berada di desa Temurejo dengan jumlah penduduk 12.847 jiwa, dan untuk jumlah
penduduk terendah berada di desa Ringintelu dengan jumlah penduduk sebesar
6.468 jiwa.

Tabel 3.31 Jumlah luas, penduduk, dan kepadatan penduduk Kec. Bangorejo
Luas Penduduk Kepadatan penduduk (orang /
Desa/kelurahan
km² % Jumlah % km²)
Sukorejo 9,79 10 7.250 12,03 742
Ringintelu 6,80 7 6468 10,74 953
Sambirejo 9,35 9 8142 13,51 872
Sambimulyo 9,79 10 8223 13,65 841
Temurejo 34,67 34 12847 21,32 371
Bangorejo 10,34 10 8843 14,68 857
Kebondalem 19,88 20 8474 14,07 427
Jumlah 100,62 100 60.247 100,00 600
Sumber: BPS Kecamatan Bangorejo tahun 2018

Dengan luas wilayah 100,62 km², Kecamatan Bangorejo memiliki tingkat


kepadatan penduduk 600 orang / km² dengan kepadatan penduduk tertinggi berada
di wilayah Desa Ringintelu dan kepadatan penduduk terendah berada di wilayah
Desa Temurejo.

81
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

3.14.2 Jumlah Penduduk Menurut Agama


Tabel 3.32 Jumlah penduduk berdasarkan Agama Kec. Bangorejo
Desa Islam Protestan Katolik Hindu Budha Lainnya
Sukorejo 5639 51 3 432 1 1
Ringintelu 5382 116 12 297 2 0
Sambirejo 6773 63 2 486 1 0
Sambimulyo 6650 41 4 466 0 0
Temurejo 9891 227 177 606 0 1
Bangorejo 7786 51 10 4 2 4
Kebondalem 7982 99 9 97 4 1
Jumlah 50.103 648 217 2.388 10 7
Sumber: BPS Kecamatan Bangorejo dalam Angka 2018

Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan


Bangunan
1400

3902 Perdangan Besar, Eceran, Rumah


Makan dan Hotel

Angkutan, Pergudangan, Informasi


dan Komunikasi

284 Keuangan dan Asuransi, Usaha


404 Persewaan Bangunan, Tanah, dan
Jasa Persewaan Bangunan
7200 Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan
Perorangan

Gambar 3.8 Grafik Jumlah penduduk menurut Pekerjaan Kec. Bangorejo


Sumber: BPS Kecamatan Bangorejo dalam Angka Tahun 2018

Berdasarkan data sekunder kecamatan Bangorejo dapat diketahui bahwa


sebagian besar masyarakat atau penduduk di kecamatan Bangorejo beragama
Islam. Persentase agama pada penduduk di Kecamatan Bangorejo, penduduk yang
beragama islam sebesar 93,87%, beragama protestan sebesar 1,21%, beragama
katolik 0,4%, beragama hindu 4,47%, beragama budha 0,018%, dan lainnya 0,013%.

82
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

3.14.3 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan


Tabel 3.33 Jumlah penduduk berdasarkan pekerjaan Kec. Bangorejo
Sektor
Pertanian,
Desa/kelurahan Listrik,
Kehutanan, Pertambangan Industri
Gas dan
Perburuan dan dan Penggalian Pengolahan
Air
Perikanan
Sukorejo 1531 30 526 6
Ringintelu 1211 11 450 6
Sambirejo 2049 13 154 2
Sambimulyo 2028 17 180 7
Temurejo 3799 7 116 5
Bangorejo 2017 7 215 5
Kebondalem 1728 6 273 5
Jumlah 14363 91 1914 36
Sumber: BPS Kecamatan Bangorejo dalam Angka 2018

Berdasarkan data BPS Kecamatan Bangorejo bahwa penduduk atau


masyarakat kecamatan Bangorejo sebagian besar bekerja pada bagian perdagangan
besar, eceran, rumah makan dan hotal sebanyak 7200 jiwa penduduk. Sebagian
kecilnya bekerja pada bidang keuangan dan asuransi, usaha persewaan bangunan,
tanah dan jasa persewaan bangunan sebanyak 284 jiwa penduduk.
3.15 FASILITAS
3.15.1 Fasilitas Pendidikan
Jumlah fasilitas di kecamatan Bangorejo dari setiap jenjang pendidikan, baik
dari TK & RA, SD, MI, SMP, MTS, SMA, SMK dan MA.

Tabel 3.34 Jumlah pendidikan Kec. Bangorejo


Desa (TK & RA) SD MI SMP MTS SMA SMK MA
Sukorejo 3 3 2 1 1 0 0 0
Ringintelu 3 2 1 1 0 0 0 0
Sambirejo 3 5 1 1 1 0 1 1
Sambimulyo 5 4 5 0 1 0 1 0
Temurejo 7 6 2 1 0 0 0 0
Bangorejo 5 3 1 2 0 1 1 0
Kebondalem 5 7 1 0 1 1 1 0
Jumlah 31 30 13 6 4 2 4 1
Sumber: BPS Kecamatan Bangorejo dalam Angka 2018

Berdasarkan data diatas maka dapat diketahui bahwa perseberan fasilitas


pendidikan belum merata pada setiap desa di kecamatan Bangorejo kecuali TK &
RA, SD, dan MI yang sudah tersebar di setiap desa. Persebaran yang tidak merata
ini dapat mengganggu generasi bangsa untuk menuntut ilmu di daerah Bangorejo.

83
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Berikut ini adalah dokumen dari salah satu fasilitas pendidikan yang terdapat di
Kecamatan Bangorejo.

SMP NEGERI 1 SD NEGERI 3


Gambar 3.9 Fasilitas pendidikan Kec. Bangorejo
Sumber: Survey primer

3.15.2 Fasilitas Kesehatan


Jumlah fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Bangorejo, sebagai
berikut:

Tabel 3.35 Jumlah fasilitas kesehatan Kec. Bangorejo


Desa RS Puskesmas Pustu Poliklinik Polindes Posyandu
Sukorejo 0 0 1 0 0 9
Ringintelu 0 0 0 0 0 9
Sambirejo 0 1 1 0 1 14
Sambimulyo 0 0 0 0 0 14
Temurejo 0 0 1 0 0 20
Bangorejo 0 0 1 1 0 12
Kebondalem 0 1 1 0 1 12
Jumlah 0 2 5 1 2 90
Sumber: BPS Kecamatan Bangorejo dalam Angka 2018

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa fasilitas kesehatan yang


terdapat di Kecamatan Bangorejo berupa Puskesmas, Pustu, Poliklinik, Polindes,
dan Posyandu, namun di Kecamatan Bangorejo masih belum memiliki Rumah Sakit
(RS) yang dapat mempermudah masyarakat atau penduduk untuk menjalani segala
macam perobatan. Berikut ini adalah dokumen dari salah satu fasilitas kesehatan
yang terdapat di Kecamatan Bangorejo.

84
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

RS. GLADICAL PUSKESMAS


MEDIKA3.10 Fasilitas kesehatan Kec. SAMBIMULYO
Gambar Bangorejo
Sumber: Survey primer

Gambar 3.11 Peta Radius Pelayanan Fasilitas Kesehatan


3.15.3 Fasilitas Peribadatan
Jumlah fasilitias peribadatan di Kecamatan Bangorejo, sebagai berikut:
Tabel 3.36 Jumlah Fasilitas Peribadatan Kec. Bangorejo
Gereja Gereja
Desa Masjid Langgar Pura
Kristen Katolik
Sukorejo 8 30 0 0 0
Ringintelu 7 42 0 2 1
Sambirejo 17 25 0 1 3
Sambimulyo 14 88 0 0 2
Temurejo 18 88 0 6 4
Bangorejo 12 58 0 1 0
Kebondalem 12 59 0 2 2

85
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gereja Gereja
Desa Masjid Langgar Pura
Kristen Katolik
Jumlah 88 390 0 12 12
Sumber: BPS Kecamatan Bangorejo dalam Angka 2018

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa fasilitas peribadatan terbanyak


di Kecamatan Bangorejo adalah Langgar sebanyak 390 unit, sedangkan fasilitas
peribadatan yang sedikit adalah gereja kristen. Langgar dan masjid menjadi tempat
peribadatan yang paling banyak dan tersebar pada setiap desa dikarenakan
sebagian besar masyarakat di kecamatan Bangorejo beragama Islam.

LANGGAR MASJID MIFTAHUL FALAH


SAMBIMULYO
Gambar 3.12 Fasilitas peribadatan Kec. Bangorejo
Sumber: Survey Primer

3.15.4 Fasilitas Perdagangan dan Jasa


Jumlah fasilitas perdagangan dan jasa pada kecamatan Bangorejo, sebagai
berikut:

Tabel 3.37 Jumlah Fasilitas Perdagangan dan Jasa Kec. Bangorejo


Toko/
Pasar Pasar Semi Pasar Tanpa
Desa Minimarket Warung
Permanen Permanen Bangunan
Kelontong
Sukorejo 0 2 1 0 42
Ringintelu 0 0 0 0 58
Sambirejo 0 1 0 0 49
Sambimulyo 1 1 0 2 115
Temurejo 0 2 0 0 120
Bangorejo 0 2 1 1 54
Kebondalem 1 0 1 1 112
Jumlah 2 8 3 4 550
Sumber: BPS Kecamatan Bangorejo dalam Angka 2018

Fasilitas perdagangan dan jasa yang ada di Kecamatan Bangorejo berupa


pasar permanen yang berada di desa Sambimulyo dan desa Kebondalem, pasar
semi permanen yang berada di Sukorejo, Sambirejo, Sambimulyo, Temurejo dan

86
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Bagorejo, pasar tanpa bangunan, beberapa minimarket, dan toko atau warung yang
tersebar di setiap desa yang ada di Kecamatan Bangorejo. Berikut ini dokumen dari
salah satu fasilitas perdagangan dan jasa yang terdapat di Kecamatan Bangorejo

TOKO SETIA TOKO GRAHAMAS

Gambar 3.13 Fasilitas Perjas Kec. Bangorejo


Sumber: Survey Primer

Gambar 3.14 Peta Radius Pelayanan Perdagangan Jasa


3.15.5 Fasilitas Pemerintahan
Kecamatan Bangorejo memiliki sebuah Kantor Pemerintahan Kecamatan
Bangorejo yang terletak pada Jalan Pesanggaran No. 548, dan Kantor kepala desa
bangorejo yang terletak di jalan Sultan Agung No. 93 bahkan setiap desa memiliki
Kantor pemerintahan yang berfungsi untuk menerima segala bentuk informasi,
merekam informasi, mengatur informasi, memberi informasi serta melindungi aset
atau harta pada Kecamatan atau wilayah tersebut.

87
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

KANTOR KECAMATAN
BANGOREJO
Gambar 3.15 Kantor Kecamatan Bangorejo
Sumber: Survey Primer
3.16 UTILITAS
3.16.1 Jaringan Listrik

Berdasarkan hasil survey primer yang telah dilakukan, pada kawasan


perencanaan penggunaan jaringan listrik yang ada di Desa Sukorejo menggunakan
saluran SUTM dan sudah teraliri listrik pada setiap desa.

JARINGAN LISTRIK
SUTTSUTM Kec. Bangorejo
Gambar 3.16 Jaringan Listrik
Sumber: Survey Primer

3.16.2 Jaringan Air Bersih

Berdasarkan data RPIJM Kabupaten Banyuwangi dijelaskan bahwa


Kecamatan Bangorejo masih belum terlayani oleh PDAM Kabupaten Banyuwangi.
Pada Desa Ringintelu dan Desa Temurejo merupakan desa yang rawan akan air
bersih, direncanakan pembangunan sebuah unit SPAM IKK Kecamatan Bangorejo
yang direncakan dibangun pada tahun 2020 dan tahun 2027 dengan produk
masing-masing tahun sebesar 20L/dt. Jumlah ini direncakan akan mampu
memenuhi kebutuhan pelanggan hingga akhir tahun pelayan sebesar 32% dari total
jumlah penduduk di kecamatan Bangorejo.

Berdasarkan hasil survey primer yang telah dilakukan di BWP Bangorejo

88
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

untuk setiap rumah menggunakan sumur. Akan tetapi, terdapat dua Desa yang
mengalami kekeringan di saat musim kemarau, yaitu Desa Temurejo dan Desa
Ringintelu sesuai dengan RPIJM. Untuk mengatasi masalah tersebut, masyarakat
setempat menggunakan sumur bor sebagai sumber air bersih di saat kekeringan di
beberapa dusun yang ada di Desa Ringintelu dan Temurejo.

89
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 3.17 Peta Jaringan Air Bersih

90
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

3.16.3 Jaringan Telepon


Jaringan telepon pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaiut
jaringan tetap dan jaringan bergerak. Jaringan tetap dapat dinikmati melalui telepon
rumah atau Kantor yang biasanya menggunakan kabel, sedangkan jaringan telepon
bergerak yang dapat dinikmati dimana saja tanpa melalui perentara kabel hanya
melalui perantara sinyal atau jaringan internet, jaringan bergerak ini lebih mudah
pengguna dalam berkomunikasi. Di Kecamatan Bangorejo sudah
mengimplementasikan kedua jenis jaringan tersebut yang sebagian terdapat pada
Kantor pemerintahan mengenai jaringan tetap, sedangkan jaringan bergerak hampir
setiap warga sudah menggunakan handphone atau smartphone.

Mengenai jaringan telepon dan jaringan internet pada Kecamatan Bangorejo


tidak terdapat masalah didalamnya, semua warga dapat mengakses internet dengan
cepat dan mudah.

3.16.4 Jaringan Drainase


Berdasarkan hasil survey primer Kecamatan Bangorejo jaringan drainase
yang digunakan adalah jenis drainase terbuka dan tertutup di sepanjang jalan yang
dilalui. Jaringan drainase yang ada disetiap desa tidak sama, salah satunya Desa
Sukorejo yang tidak memiliki jaringan drainase.

Berdasarkan data sekunder yang telah didapat jaringan drainase yang ada di
Kecamatan Bangorejo kondisi jaringan drainase terbuka mengalami penurunan
kualitas salah satunya terjadi penumpukan sedimen lumpur atau sampah.

DRAINASE

Gambar 3.18 Jaringan Drainase Terbuka Kec. Bangorejo


Sumber: Survey Primer
3.16.5 Sistem Persampahan
Pada Kecamatan Bangorejo sistem pengolahan sampah masih belum ada,
berdasarkan RPIJM Kabupaten Banyuwangi diketahui bahwa tidak sampah yang di

91
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

angkut ke TPA dan tidak ada sampah yang di proses. Sampah-sampah yang ada di
Kecamatan Bangorejo tidak di proses, dan hanya ditumpuk atau dibakar.
Berdasarkan hasil survey primer yang telah dilakukan, tempat sampah yang ada di
Kecamatan Bangorejo hanya berada pada koridor desa Bangorejo dan hanya ada
beberapa tempat sampah.

Gambar 3.19 Peta Persebaran Sampah

TEMPAT SAMPAH

Gambar 3.20 Tempat Sampah Kec. Bangorejo


Sumber: Survey Primer

3.16.6 Pengelolaan Air Limbah


Berdasarkan data dari RPIJM Desa yang beresiko sanitasi air limbah
domestik adalah desa Sambirejo dan desa Kebondalem. Masih adanya kebiasaan
masyarakat yang menggunakan sungai sebagai MCK menjadi masalah yang perlu
ditangani agar tidak terjadi pencemaran air dan lingkungan. Berdasarkan data RPIJM

92
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Kabupaten Banyuwangi diketahui Kecamatan Bangorejo memiliki tangki septik


individual sebanyak 13.805 dan MCK sebanyak 100, tangki septik individual belum
aman 1.712, dan BABs 2.688. Limbah domestik yang ada di Kecamatan Bangorejo
masih dibuang ke saluran drainase sehingga berpotensi mencemari air.

LIMBAH DOMESTIK PADA SALURAN


DRAINASE
Gambar 3.21 Limbah Domsestik pada Saluran Drainase Di Kec. Bangorejo
Sumber: Survey Primer
3.17 KAWASAN RAWAN BENCANA
Rawan bencana adalah Daerah yang memiliki risiko tinggi terhadap ancaman
terjadinya bencana baik akibat kondisi geografis, geologis dan demografis maupun
karena ulah manusia.

93
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 3.22 Peta Rawan Bencana

94
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Berdasarkan peta diatas dapat diketahui bahwa BWP Bangorejo merupakan


kawasan yang rawan akan letusan gunung berapi yang tepatnya berada di Desa
Kebondalem dan rawan akan gerakan tanah.

3.18 ISU STRATEGIS


3.18.1 Potensi di Kecamatan Bangorejo
BWP Bangorejo memiliki beberapa potensi yang dapat dikembangkan untuk
meningkatkan perekonomian wilayah. Potensi yang ada di Kecamatan Bangorejo
adalah sebagai berikut:

1. Sektor Pertanian

Kecamatan Bangorejo merupakan kecamatan yang sangat berpotensi pada


sektor pertanian, berdasarkan RTRW Kabupaten Banyuwangi, Kecamatan Bangorejo
merupakan Kecamatan yang berpotensi sebagai kawasan Agropolitan. Produksi
pertanian yang ada di setiap desa di BWP Bangorejo adalah buah naga dan buah
jeruk, Kecamatan Bangorejo dikenal sebagai Kecamatan dengan hasil produksi
pertanian buah naga dan jeruk yang sangat tinggi. Selain buah naga dan jeruk
hasil pertanian masyarakat juga berupa padi, jagung, kedelai, dan singkong.

Untuk meningkatkan hasil pertanian agar buah naga dapat panen meskipun
bukan waktunya, masyarakat menggunakan sistem lampu pada buah naga agar
panen dapat dilakukan setiap 4 bulan sehingga buah naga dapat di produksi tidak
hanya pada panen raya, hal ini dapat membantu meningkatkan perekonomian
masyarakat.

2. Sektor Agroindustri

Sektor Agroindustri di BWP Bangorejo berupa home industri di setiap desa,


sehingga potensi untuk mengembangkan Agroindustri di BWP Bangorejo sudah
bisa dilaksanakan.

3. Sistem Pengairan
Sistem pengairan di Kecamatan Bangorejo menggunakan irigasi teknis di
setiap desa (berdasarkan Kecamatan Bangorejo dalam angka 2018 dan hasil
survey primer). Dengan sistem pengairan yang baik, petani dapat bercocok tanam
dengan baik dan sangat berpotensi terhadap hasil pertanian. Debit air yang ada di
Kecamatan ini cukup tinggi karena dialiri oleh dua sungai dan tidak kering
walaupun pada musim kemarau.

95
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

4. Budaya dan Adat Istiadat

Kecamatan Bangorejo memiliki potensi dalam kebudayaannya, kegiatan ini


terletak di Desa Kebondalem, pada setiap tahun genap terdapat tradisi arung
kanal yang di ikuti oleh seluruh masyarakat yang ada di setiap desa di Kecamatan
Bangorejo. Kegiatan ini dilakukan di sungai di desa Kebondalem, kegiatan yang
dilakukan adalah kegiatan pameran kapal yang dibuat oleh masyarakat setempat
dan di pamerkan di sungai. Kegiatan ini berlangsung selama tiga hri berturut-turut
dan menjadi antusiasme masyarakat yang ada di Kecamatan Bangorejo.

Kegiatan rutin yang dilakukan di Desa Kebondalem yang lain adalah lomba
lintas srawet. Kegiatan lintas gunung ini dijadikan ajang untuk melestarikan alam
yang ada di gunung Srawet karena gunung Srawet merupakan hutan lindung dan
sudah tertera pada peraturan desa Kebondalem, kegiatan ini tidak hanya
diikutioleh masyarakat Kecamatan Bangorejo sendiri tapi banyak dari masyarakat
luar yang mengikuti kegiatan ini dan berpartisipasi dalam kegiatan ini.

5. Lahan Subur

Kecamatan Bangorejo memiliki lahan pertanian yang subur, berdasarkan


Kecamatan Bangorejo dalam angka jenis tanah yang ada di Kecamatan Bangorejo
diperuntukkan sebagai lahan pertanian, sehingga hasil produksi pertanian
masyarakat sangat tinggi.

3.18.2 Masalah di Kecamatan Bangorejo


Masalah yang ada di Kecamatan Bangorejo adalah sebagai berikut:

1. Daerah Aliran Sungai

Pada daerah sepanjang aliran sungai tidak ada plengsengan, yang dapat
mengakibatkan permukaan tanah didaerah sekitar sungai amblas dikarekan
aliran sungai yang deras. hal ini terdapat di desa Ringintelu, Kebondalem, dan
beberapa bagian di desa Sukorejo. Untuk desa Bangorejo plengsengan masih
ada yang rusak.

Masih ada bangunan permanen yang ada di sekitar sempadan sungai,


bangunan permanen yang ada di sempadan sungai berada di desa Ringintelu,
Kebondalem, dan sebagian wilayah di desa Sukorejo. Pada sekitar sungai di
Desa Ringintelu terdapat jamban bersama disekitar sungai, sehingga sungai
dapat berpotensi tercemar. Selain itu, masih ada juga peternakan yang berada
di sempadan sungai.

96
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Saluran drainase dan sungai yang berada di Desa Sambimulyo dan Desa
Bangorejo tercemar karena tercampur dengan limbah domestik dan menjadi
tempt pembuangan sampah oleh masyarakat.

2. Infrastruktur jalan

Aksesbilitas pada kecamatan Bangorejo masih dapat dikatakan kurang baik


dikarenakan hampir di setiap desa permukaan jalan banyak yang berlubang,
tergenang air, dan tidak beraspal sehingga hal tersebut dapat mengganggu
masyarakat dalam menjalankan aktivitas.

Furniture jalan yang ada di Desa Sambimulyo masih kurang lengkap terutama
pada lampu jalan, hal ini dapat mengganggu aktivitas masyarakat dalam
melakukan pergerakan di malam hari. Bahu jalan yang terdapat di Desa
Bangorejo digunakan untuk berdagang, sehingga dapat menyebabkan
kemacetan.

Prasarana pedestrian masih sangat minim dan hanya ada di beberapa ruas
di Desa Bangorejo. Tidak ada terminal transit maupun halte, serta masih belum
ada angkutan umum untuk meunjang aktivitas masyarakat.

3. Ruang Terbuka

Ruang Terbuka di BWP Bangorejo masih minim, sehingga diperlukan adanya


Ruang Terbuka, baik Ruang Terbuka Hijau maupun non hijau untuk mewadahi
aktivitas masyarakat.

4. Pertanian

Pada saat musim panen saat ini masyarakat tidak mendapatkan hasil yang
menguntungkan dikarenakan menurunnya nilai jual hasil panen yang tidak sesuai
dengan modal yang digunakan untuk perawatan atau pemeliharan produk
tersebut, dan dapat dikatakan saat ini para petani di kecamatan Bangorejo
mengalami kerugian yang sangat besar.

3.19 Urgensi Penanganan


Urgensi penanganan yang ada di BWP Bangorejo adalah sebagai berikut:

a. Pengembangan sarana prasarana penunjang Kawasan Agropolitan di BWP


Bangorejo

b. Pengembangan dan peningkatan kawasan perdagangan dan jasa yang


sekaligus menjadi agribisnis dan pasar agropolitan

97
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

c. Penambahan atau pembangunan satu pasar agar kegiatan masyarakat


tidak perlu keluar kawasan untuk membeli barang

d. Peningkatan dan perbaikan jaringan jalan

e. Pembangunan tempat untuk kegiatan agroindustri yang mewadahi seluruh


kegiatan agroindustri untuk setiap desa (pengembangan zona Industri)

f. Pembangunan koperasi

g. Peningkatan dan pengembangan prasarana sampah

h. Peningkatan dimensi, perkerasan, dan panjang drainase

3.20 Tujuan Penataan BWP Bangorejo


Yang dimaksud dengan Tujuan Penataan Ruang BWP adalah merupakan nilai
dan/atau kualitas terukur yang akan dicapai sesuai dengan arahan pencapaian
sebagaimana ditetapkan dalam RTRW dan merupakan alasan disusunnya RDTR
tersebut, serta apabila diperlukan dapat dilengkapi konsep pencapaian.
Kebijakan penataan ruang adalah arahan pengembangan wilayah yang
ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten guna mencapai tujuan penataan ruang
wilayah kabupaten dalam kurun waktu 20 tahun. Kebijakan perencanaan berfungsi:
a. Sebagai dasar untuk memformulasikan strategi penataan ruang
b. Sebagai dasar untuk merumuskan rencana struktur dan rencana pola ruang
c. Memberikan arah bagi penyusunan program di wilayah perencanaan
d. Sebagai dasar penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang

Yang dimaksud dengan strategi penataan ruang adalah merupakan penjabaran


kebijakan penataan ruang ke dalam langkah-langkah pencapaian tindakan yang lebih
nyata yang menjadi dasar dalam penyusunan rencana struktur dan pola ruang
wilayah kabupaten. Strategi perencanaan berfungsi:

a) memberikan arah bagi penyusunan program-program pembangunan; dan

b) sebagai dasar dalam penetapan kaidah pengelolaan wilayah perencanaan

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan tujuan dari penataan


BWP Bangorejo adalah

“Terwujudnya Kawasan BWP Bangorejo Sebagai Kawasan Ketahanan


Pangan dan Agroindustri Berkelanjutan”

1. Prinsip penataan rencana struktur ruang BWP Bangorejo meliputi:

98
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

a. Memantapkan fungsi dan peran BWP Bangorejo sebagai pusat


kegiatan lingkungan promosi
b. Peningkatan aksesibilitas yang memadai dan terintegrasi untuk
meningkatkan pelayanan pemerataan pembangunan, dan kegiatan
perekonomian dengan baik.
2. Prinsip penataan rencana pola ruang BWP Bangorejo meliputi:
a. Pengendalian pemanfaatan lahan pada kawasan lahan pertanian
LP2B
b. Mengoptimalisasi rencana pemanfaatan lahan di BWP Bangorejo
yang dsesuaikan dengan daya tampung dan daya dukung
lingkungan serta kawasan rawan bencana.
c. Mengoptimalisasi peran BWP Bangorejo dalam mengembangkan
kawasan Agropolitan
3. Prinsip penanganan kawasan dan bangunan BWP Bangorejo meliputi:
a. Pengendalian peruntukan lahan LP2B
b. Menggunakan konsep insntif dan disinsentif pada pelaksanaan
pemanfaatan ruang yang sesuai dan tidak sesaui dengan RDTR.

99
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 3.23 Peta Potensi Kawasan Agropolitan Kec. Bangorejo


Sumber : Survey Primer

100
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 3.24 Peta Potensi Kawasan Agropolitan Kec. Bangorejo


Sumber : Survey Primer

101
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

4 FAKTA ANALISA
4.1 Analisis Struktur Internal BWP Bangorjeo
4.1.1 Sistem Pusat Pelayanan

Sesuai dengan pembagian kawasan perkotaan dan perdesaan yang tertera


pada dokumen RTRW Kabupaten banyuwangi, pembagian kawasan perkotaan dan
perdesaan di Kecamatan Bangorejo berdasarkan pada kondisi lahan terbangun,
tingkat perkembangan maupun jumlah penduduk, sebagai berikut:

Tabel 4.1 Sistem Pusat Pelayanan BWP Bangorejo


Kecamatan Wilayah Perkotaan Wilayah Perdesaan

Bangorejo, Sukorejo, Sambirejo, Temurejo, Sambemulyo,


Bangorejo
Kebundalem, Ringintelu Ringintelu
Sumber: Survey Primer, 2019

Dengan memperhatikan jumlah penduduk yang akan berkembang serta


melihat hierarki pusat kegiatan perkotaan, Kecamatan Bangorejo termasuk Kota
Kecil B, dimana Kecamatan Bangorejo sebagai Pusat Kegiatan Lingkungan Promosi
(PKLp). Adapun fungsi utama Kecamatan Bangorejo adalah:

a. Pusat pemerintahan skala kecamatan


b. Pusat perdagangan dan jasa skala beberapa kecamatan
c. Pusat fasilitas umum skala beberapa kecamatan

4.1.2 Sistem Jaringan Jalan

Sistem jaringan jalan berdasarkan UU No. 38 Tahun 2004 tentang jalan (pasal
7), terdiri atas sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder. Sistem
jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan
distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional ,

102
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat


kegiatan. Sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan
peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan
perkotaan.

Jalan umum menurut fungsinya (UU. No. 38 tahun 2004, tentang Jalan pasal
8) dikelompokkan ke dalam :

a. Jalan Arteri, yaitu jalan umum yang berfungsi melayanai angkutan utama
dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah
jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.
b. Jalan Kolektor, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan
rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.
c. Jalan Lokal, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah,
dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

Berdasarkan kriteria tersebut diatas, jaringan jalan di Kecamatan Bangorejo


merupakan jalan lokal primer, dimana jalan-jalan yang menghubungkan pusat
kegiatan dengan jalan kolektor.

4.1.3 Intensitas Pengembangan Ruang pada Seluruh BWP

Dalam intensitas pengembangan ruang pada seluruh BWP ini yaitu bagian
dalam analisis untuk menentukan atau menetapkan sistem pusat-pusat pelayanan
masih diperlukan mengingat arahan rencana pola ruang dalam RTRW Kabupaten
Banyuwangi belum dapat secara langsung diturunkan atau diterjemahkan kedalam
rencana pola ruang RDTR Kecamatan Bangorejo tanpa adanya penetapan pusat-
pusat pelayanan kota, penetapan pusat-pusat ini menjadi dasar pertimbangan dalam
membagi zona dan subzona dalam rencana pola ruang RDTR Kecamatan
Bangorejo.

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Indeks Sentralitas di Kecamatan Bangorejo


NO DESA S. Pen S. Kes S.Per S. Perjas S.Ako Jumlah
1 Sukorejo 10,81 3,78 0,32 1,70 1,07 17,68
2 Ringintelu 9,35 1,42 1,34 0,23 1,07 13,71
3 Sambirejo 19,99 8,52 1,88 0,56 1,07 32,02
4 Sambimulyo 10,19 1,42 0,71 1,20 1,07 14,59
5 Bangorejo 17,07 10,15 0,74 1,80 1,07 30,83
6 Kebondalem 12,57 9,47 1,26 1,17 1,07 25,54
Sumber: Hasil Analisa tahun 2019

103
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Sesudah dihasilkan indeks sentralitas, selanjutnya adalah menghitung kelas


interval untuk penentuan orde kawasan yaitu menghitung banyak kelas orde, panjang
kelas, dan pembagian orde. Uraian perhitungannya dapat dilihat dibawah ini:

Banyak kelas = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 6

= 1 + 3,3 (0,78)

= 1 + 2,574

= 3,574 / 4

Panjang Kelas = ( Bobot I.S Tertinggi – Bobot I.S Terendah ) / Kelas Interval

= ( 32,02 – 13,71 ) / 4

= 4,58

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat diperoleh panjang kelas


untuk setiap hierarki :

1. Hierarki I : 32,02 – 27,44 ( Desa Sambirejo dan Bangorejo )


2. Hierarki II : 27,44 – 22,86 ( Desa Kebondalem )
3. Hierarki III : 22,86 – 18,28 ( Tidak ada )
4. Hierarki IV : 18,28 – 13,7 ( Desa Sukorejo, Sambimulyo, Ringintelu )

Berdasarkan hierarki pusat pelayanan, dapat dilihat bahwa keterpusatan


pelayanan terdapat di Desa Sambirejo dan Desa Bangorejo. Wilayah ini memiliki
sarana dan prasarana yang memadai mulai dari fasilitas pendidikan, fasilitas
kesehatan, fasilitas peribadatan, fasilitas perdagangan dan jasa, dan fasilitas
akomodasi. Berdasarkan dokumen RTRW Kabupaten Banyuwangi Desa Bangorejo
ditetapkan sebagai pusat pemerintah skala kecamatan, pusat perdagangan dan jasa
skala kecamatan dan pusat fasilitas umum skala kecamatan.

Selanjutnya adalah hierarki II, pelayanan yang terdapat di Desa Kebondalem,


disana sarana dan prasarananya sudah memadai namun untuk fasilitas perdagangan
dan jasa di wilayah ini terdapat pasar yang lingkup skalanya sudah kecamatan tetapi
pelayanan tersebut belum begitu sempurna dan harus di kembangkan.

Terakhir yaitu Hierarki IV, pelayanan yang terdapat di Desa Sukorejo,


Sambimulyo dan Ringintelu, hal ini menunjukkan bahwa wilayah ini masih memiliki

104
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

sarana dan prasarana yang hanya melayani kebutuhan skala di desa masing-masing
tersebut saja.

105
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 4.1 Peta Internal BWP Bangorejo

106
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

4.2 Analisis Sistem Penggunaan Lahan (Land Use)

Gambar 4.2 Peta Penggunaan Lahan


Sumber: Hasil Analisis

107
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Pada penggunaan lahan di Kecamatan Bangorejo didapat dari data


observasi, primer, sekunder serta hasil wawancara di lapangan. Untuk mendapatkan
data penggunaan lahan tersebut yang perlu dilakukan yaitu observasi dan Analisa
pola ruang didokumen perencanaan pada lokasi deliniasi sehingga data penggunaan
lahan yang dihasilkan lebih akurat. Untuk data penggunaan lahan tahun dihasilkan
dari sumber hasil olahan pribadi dan hasil pengecekan lapangan serta deliniasi
dengan citra GIS. Observasi lapang dilakukan untuk klasifikasi penggunaan lahan
pada atribut Peta pada kawasan budidaya dan kawasan lindung sehingga diperoleh
Peta penggunaan lahan eksisting terbaru. Pengecekan lapang dilakukan di beberapa
titik pengamatan yang diindikasikan mengalami banyak persimpangan pada lahan
dan alih fungsi perubahan penggunaan lahan.
Beberapa Desa di Kecamatan Bangorejo yang dipilih antara lain Desa
Kebondalem, Bangorejo, Sambimulyo, Sambirejo, Sukorejo dan Ringintelu.
Pengambilan titik-titik sampel pada saat pengecekan lapang dilakukan secara
keseluruhan untuk mewakili berbagai jenis penggunaan lahan yang tersebar di
beberapa kecamatan terpilih. Untuk melihat Jenis, luas dan masing-masing
perubahan penggunan lahan di Kabupaten Bangorejo dihasilkan dari Analisa pola
ruang, pola ruang pada suatu kawasan terdiri dari kawasan budidaya dan kawasan
lindung. Analisis sistem penggunaan lahan dilakukan untuk mendetailkan pola ruang
dari RTRW ke RDTR Kabupaten Bangorejo.
Penggunaan lahan yang digunakan pada Kecamatan Bangorejo adalah, sawah,
ladang, permukiman, industri, perdagangan jasa, dan lain sebagainya. Dari
penggunaan lahan tersebut di ketahui Kecamatan Bangorejo memiliki adalah
kawasan lindung dan kawasan budidaya. Untuk melihat kesesuian lahan tersebut
terlihat dari hasil overlay antara lain peta hutan lindung, suaka alam, hutan produksi
dan hutan rakyat, perkebunan, pertanian lahan kering, pertanian lahan basah
(sawah), permukiman, industri, dan perdagangan dan jasa, menghasilkan peta
arahan fungsi kawasan di desa-desa yang didasarkan pada fungsi kawasan lindung
dan kawasan budidaya. Berdasarkan hasil pengolahan data, dengan analisis
penggunaan lahan didapatkan bahwa Kecamatan Bangorejo didominasi dengan
kawasan budidaya lokasi perencanaan tersebar di empat desa yang ada dan satu
desa lainnya masih berupa kawasan lindung yang masih dijaga fungsinya.
Kecamatan yang didominasi kawasan budidaya tersebut nantinya akan diarahkan
untuk menjadi kawasan strategis ekonomi yang dikembangkan sesuai dengan
potensi unggulan daerah masing-masing.

a. Kawasan Budidaya

108
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama


untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam kondisi dan
potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan yang akan
mempengaruhi perkembangan suatu wilayah perencanaan pada Kecamatan
Bangorejo. Luas wilayah keseluruhan Kecamatan Bangorejo untuk kawasan
budidaya adalah 20,309 Ha. Pola penggunaan lahan Kecamatan Bangorejo yang
didominasi oleh kawasan budidaya akan diarahkan untuk menjadi kawasan strategis
ekonomi yang dikembangkan sesuai dengan potensi unggulan desa masing-masing.

Tabel 4.3 Luas Penggunaan Lahan Kecamatan Bangorejo Untuk Kawasan Budidaya
No. Kelas Penggunaan Lahan Luas (ha)
1. Ruang Taman Hijau (RTH) 6,338 ha
2. Hutan Produksi 296.48 ha
3. Pemukiman 1868.80 ha
4. Sawah irigasi 3390.96 ha
5. Industri 8,713 ha
6. Sawah 2124.52 ha
7. Tanah Ladang 562.89 ha
8. Perdagangan dan Jasa 12.86 ha
9. Pemerintah 1.65 ha
Jumlah 20,309 ha
Sumber: Luas didasarkan perhitungan di peta

Seperti yang ada di dokumen perencanaan Kecamatan Bangorejo seperti


RTRW, RPJM dan RPJP pengembangan kawasan budidaya ini merupakan segala
upaya untuk peningkatan pendayagunaan lahan yang berada di luar kawasan
lindung, untuk dimanfaatkan tanpa mengganggu keseimbangan dan kelestarian
lingkungan hidup. Pengelolaan kawasan budidaya yang ada di enam desa di
Kecamatan Bangorejo tersebut ditujukan dengan mendorong segala kegiatan
perekonomian yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan memperkuat
perekonomian desa berdasarkan potensi yang ada. Ini nantinya dalam kawasan
budidaya tiap desa didasarkan pada potensi wilayah yang ada tanpa mengurangi
atau merusak kawasan lindung yang ada di Kecamatan Bangorejo.

Fungsi kawasan di Kecamatan Bangorejo di dominasi dengan kawasan


budidaya yang terdiri dari enam desa yaitu Desa Kebondalem, Ringintelu, Sukorejo,
Sambimulyo, Sambirejo dan Bangorejo. Kawasan budidaya yang ada di dominasi
oleh sawah. Kecamatan dengan kawasan budidaya yang didominasi oleh sawah,
yaitu, Sambimulyo 679.58 Ha dan Bangorejo 630.54 Ha. Desa Sambirejo dan
Bangorejo memiliki fungsi kawasan budidaya serta menjadi pusat Indeks Sentralitas
dan Desa Sukorejo memiliki fungsi kawasan yang dominan untuk permukiman.

109
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

b. Kawasan Lindung

Kawasan lindung adalah kawasan yang dimanfaatkan untuk perlindungan dan


pelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya
buatan, sedangkan kawasan budidaya adalah kawasan yang dimanfaatkan untuk
budidaya atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam. Kecamatan Bangorejo
memiliki Pemanfaatan kawasan lindung, analisis kawasan lindung digunakan untuk
membandingkan penggunaan lahan yang sebesar 24.58 ha sedangkan sisanya
20,309 ha merupakan areal kawasan budidaya berupa areal untuk perumahan,
perdagangan dan jasa, industri, maupun penggunaan lain-lain. Berikut tabel luas
penggunaan lahan untuk kawasan lindung di Kecamatan Bangorejo:

Tabel 4.4 Luas Penggunaan Lahan Kecamatan Bangorejo Untuk Kawasan Lindung
No. Kelas Penggunaan Lahan Luas (ha)
1. Padang Rumput 24.58 ha
Sumber : Luas didasarkan perhitungan di peta

Berdasarkan hasil analisis, kawasan yang memberikan kawasan lindung di


wilayah Kecamatan Bangorejo adalah Desa Kebondalem. Pengelolaan Lingkungan
Hidup pada tahap ini difokuskan pada upaya pencegahan dan pemulihan kondisi
lingkungan yang telah terdegradasi, melalui peran serta seluruh stakeholders dalam
bentuk perlindungan terhadap kawasan-kawasan lindung (termasuk kawasan sekitar
mata air) agar tetap terjaga yang disertai dengan upaya pemulihan dan penyelamatan
terhadap lahan-lahan kritis yang telah berubah fungsi menjadi kawasan budidaya
melalui program pemulihan dan rehabilitasi lingkungan lainnya.

110
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

4.2.1 Analisis Simpangan Antara Pola Ruang RTRW

Gambar 4.3 Hasil Overlay Peta Existing dan Peta Pola Ruang RTRW
Sumber: Hasil Analisis

111
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Penyimpangan penggunaan lahan merupakan perubahan satu bentuk


penggunaan lahan ke penggunaan lahan lainnya secara permanen berdasarakan
pola ruang dengan penggunaan lahan eksisting. Peta Lokasi Penyimpangan
diperoleh dengan melakukan overlay antara Peta Penggunaan Lahan Eksisting
dengan peta RTRW. Berdasarkan Gambar tersebut penyimpangan penggunaan
lahan di Kecamatan Bangorejo tersebar di seluruh wilayah Desa. Desa Sambimulyo
dan Desa Sukorejo paling banyak terjadi penyimpangan yaitu masing-masing
sebesar 0.485 ha sampai 3.664 ha. Luas penyimpangan terkecil terjadi di Desa
Sambirejo sebesar 0.273 ha. Jenis penyimpangan selanjutnya yang paling banyak
terjadi pada kawasan sempadan sungai yang berubah menjadi lahan terbangun.
Berikut komponen utama terjadinya penyimpangan penggunaan lahan:

1. Komponen utama I merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap


terjadinya penyimpangan penggunaan lahan, yaitu jumlah penduduk,
kepadatan penduduk, jumlah fasilitas pendidikan dan jarak ke pusat
pelayanan pendidikan. Hal ini menunjukkan hubungan bahwa semakin
meningkatnya jumlah penduduk maka kepadatan penduduk semakin tinggi,
sehingga akan berpengaruh terhadap jumlah fasilitas pendidikan dan jarak ke
pusat layanan pendidikan. Aksesibilitas atau kemudahan untuk mencapai
pusat layanan pendidikan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
yang pada akhirnya akan meningkatkan kebutuhan lahan.
2. Komponen utama II faktor yang berpengaruh adalah jumlah keluarga di
sekitar bantaran sungai, jumlah bangunan rumah di sekitar bantaran sungai
dan luas lahan non pertanian. Hal ini menunjukkan hubungan antara luas
lahan non pertanian dengan banyaknya jumlah keluarga dan bangunan di
sekitar bantaran sungai. Lahan disekitar bantaran sungai dapat dimanfaatkan
sebagai lahan pertanian (ladang). Penggunaan lahan disekitar bantaran
menjadi lahan terbangun merupakan pelanggaran garis sempadan sungai
yang selanjutnya diduga berpengaruh terhadap penyimpangan dan dapat
menyebabkan menurunnya luas lahan pertanian atau dengan kata lain luas
lahan non pertanian meningkat.
3. Komponen utama III faktor yang berpengaruh adalah jumlah fasilitas
kesehatan dan jarak ke pusat pelayanan kesehatan. Hal ini menunjukkan
hubungan fasilitas infrastruktur kesehatan, dimana semakin banyak jumlah
fasilitas kesehatan menyebabkan jarak ke pusat pelayanan kesehatan
semakin dekat dan akan diikuti dengan peningkatan kebutuhan lahan.

112
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Berdasarkan ketiga komponen utama tersebut, dapat dijelaskan bahwa


faktor-faktor yang mempengaruhi penyimpangan penggunaan lahan terhadap RTRW
di Kecamatan Bangorejo adalah faktor penduduk dan permukiman (jumlah dan
kepadatan), ketersediaan lahan (luas wilayah dan luas lahan non pertanian) serta
infrastruktur dan aksesibilitas fasilitas pendidikan dan kesehatan.

4.2.2 Analisis Tutupan Lahan dan Run Off

Tutupan lahan atau land cover merupakan jenis lahan yang dilihat dari sisi bio-
fisiknya, yaitu jenis bio-fisika yang ada di suatu lokasi tertentu, seperti tumbuhan, air,
pertanian, bangunan, dan sebagainya. Penggunaan lahan tertentu seperti sekolah,
rumah sakit, hotel, dan industri masuk dalam jenis ‘bangunan’ dari sisi penutupan
lahan. Analisa tutupan lahan BWP Bangorejo didasarkan pada kondisi eksisting,
kondisi fisik BWP Bangorejo, dan kerentanan terhadap resiko bencana.Tutupan
lahan pada BWP Bangorejo adalah sebagai berikut:

a. Tutupan Lahan Bangunan

Dalam era tahun ini Kecamatan Bangorejo mengalami perubahan


tutupan lahan bangunan, penebangan dan pembukaan lahan serta pembakaran
dilakukan untuk membuka lahan baru sehingga mempengaruhi pemanasan
global dan perubahan nutrisi pada tanah, berikut jenis tutupan lahan Bangunan
yang berada di kecamatan Bangorejo:

Tabel 4.5 Jenis Tutupan Lahan di Bangorejo


No. Jenis Tutupan Lahan Gambar Luas

1868.80 ha
1. Pemukiman

113
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

No. Jenis Tutupan Lahan Gambar Luas

2.
12.86 ha
Perdagangan dan Jasa

8,713 ha
3. Industri

1.65 ha
4. Kantor Pemerintah

1.1 ha
5. Kesehatan

Sumber: Hasil Analisis


b. Tutupan Lahan Pertanian
Tutupan lahan pertanian di BWP Bangorejo berupa lahan pertanian buah
naga, buah jeruk, padi, jagung, dll. Luas lahan pertanian pada BWP Bangorejo
tercatat sebagai berikut:

Tabel 4.6 Jenis Vegetasi


No. Jenis Vegetasi Nilai Rentang (Mdpl) Luas (Ha)
1. Padi 0-300 3.004
2. Buah Naga 0-350 329

114
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

No. Jenis Vegetasi Nilai Rentang (Mdpl) Luas (Ha)


3. Jeruk Siam 0-500 3 588
Sumber: Survey Sekunder, 2019
c. Tutupan Lahan Tumbuhan
Kawasan lahan kering yang telah ditumbuhi dengan berbagai vegetasi alami
heterogen dan homogen dengan tingkat kerapatan jarang hingga rapat.
Kawasan tersebut didominasi vegetasi rendah (alami).

d. Run Off
Run off merupakan merupakan bagian dari siklus hidrologi, yaitu air limpasan
yang berasal dari air hujan yang mengalir di atas permukaan tanah. Air hulu
menuju hilir yang kemudian bermuara di sungai, danau, maupun laut. Run off
terjadi karena curah hujan yang mengaliri didalam air sungai karena gaya
grafitasi. Pada awalnya aliran air/sungai terjadi karena air mengalir mengikuti
retakan-retakan yang ada pada daerah sekitar sungai. Sehingga pada
awalnya daerah tersebut bukan merupakan daerah aliran sungai menjadi
sebuah sungai-sungai kecil karena terjadi proses pelapukan, erosi, pelapukan
tanah dan sebagainya. Run off sangat dipengaruhi oleh intensitas hujan, luas
DAS, kemiringan lereng DAS, dan kerapatan daerah aliran atau drainase.
 Kondisi saluran drainase
Saluran drainase di BWP Bangorejo terdiri dari drainase perkerasan dan
non perkerasan, drainase yang menggunakan perkerasan terdapat di
ruas jalan utama dan jalan gang, untuk drainase non perkerasan hanya
ada di spot-spot tertentu dan tidak terlalu banyak. Kondisi jaringan
drainase di BWP Bangorejo masih ada yang menyatu dengan limbah
masyarakat, serta masih ada beberapa spot saluran drainase yang
menjadi tumpukan sampah, sehingga saluran drainase tidak dapat
berfungsi dengan baik. Drainase tanpa perkerasan menyebabkan air yang
ada tidak dapat mengalir dengan baik. Untuk kedepannya diperlukan
pengembangan saluran drainase dengan memperbaiki perkerasan
drainase yang masih belum menggunakan perkerasan
sertameningkatkan kualitas saluran drainase dengan tidak membuang
sampah pada saluran drainse dan limbah masyarakat ridak dibuang
kesaluran drainase.
 Intensitas Hujan
Intensitas curah hujan dikatakan tinggi jika mencapai 50-100 mm per hari
sementara dikatakan sangat lebat bila leih dari 100 mm per hari.
Sedangkan curah hujan yang ada di BWP Bangorejo adalah 2.372 mm

115
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

per tahun, sehingga dapat disimpulkan bahwa curah hujan di BWP


Bangorejo masih rendah. Berikut tabel curah hujan di kecamatan
Bangorejo:

. Tabel 4.7 Intensitas curah hujan Kec. Bangorejo

Bulan Curah Hujan (mm) Curah Hujan (hari)


Januari 268 10
Februari 380 14
Maret 67 3
April 37 2
Mei 167 5
Juni 170 5
Juli 206 7
Agustus 104 4
September 221 7
Oktober 267 4
November 190 6
Desember 295 11
Sumber: BPS Kecamatan Bangorejo dalam Angka 2018

Di beberapa wilayah di BWP Bangorejo masih ada kawasan yang


mengalami kekeringan berkepanjangan. Fenomena Kekurangan air ini
akan berdampak kepada hasil pertanian, sehingga masyarakat bangorejo
banyak yang beralih pada pertanian buah naga yang membutuhkan air
yang sedikit dalam pertumbuhannya.

 Luas DAS
Sungai ini menjadi sumber air masyarakat untuk saluran irigasi pada
setiap desa, sehingga sungai yang ada di BWP Bangorejo sangat
berpengaruh terhadap pertanian di BWP Bangorejo. Panjang sungai yang
melintasi BWP Bangorejo adalah sebagai berikut.

Tabel 4.8 Panjang Sungai Bangorejo


Nama sungai Panjang sungai (Km)
Kalibaru 8
Kalisetail 12
Sumber: Survey Sekunder

Pertanian yang menggunakan aliran sungai biasanya Padi dan jeruk.


Sedangkan lebar sungai yang ada di BWP Bangorejo mencapai 20 meter.

116
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

 Kemiringan Lereng DAS


Kecamatan Bangorejo memiliki karakteristik lahan perdesaan yang datar
sampai dengan sangat terjal. Dari hasil Analisa Kecamatan Bangorejo
layak ditempati oleh Permukiman. Kelerengan yang ada di BWP
Bangorejo sebagai berikut:

Tabel 4.9 Peta Kelerengan


Desa Kelerengan Keterangan

Sukorejo 0-8% Landai


Ringintelu 0-8% Landai
Sambirejo 0-8% Landai
Sambimulyo 0-8% Landai
Bangorejo 0-15% Miring
Kebondalem 0-40% Sangat Terjal

Sumber: Survey Sekunder

Kondisi kemiringan lereng yang terjal berada di Desa Kebondalem. Di


desa ini juga dilintasi oleh sungai yang cukup panjang yang berada di
perbatasan desa. Kemiringan lereng sangat menentukan cepat laju air
dalam mengalir. Semakin besar kemiringan lereng, maka akan semakin
cepat laju air larian dan mempercepat respon DAS terhadap curah hujan.
 Kondisi Kerapatan Aliran
Merupakan jumlah dari semua saluran air/sungai (km) dibagi luas DAS
(km²). Dengan kerapatan daerah aliran tinggi, debit puncak akan tercapai
dalam waktu lebih cepat karena semakin tinggi kerapatan daerah aliran
akan semakin besar kecepatan air larian untuk curah hujan yang sama.
Indek Kerapatan Sungai dapat dirumuskan yaitu dengan:
(Dd) = L ( Jumlah panjang sungai dan anak sungai (km))

A ( Luas DAS (km²))


Kriteria :
Dd < 0.25 = Rendah
Dd 0,25 - 10 = Sedang
Dd 10,0 – 25 = Tinggi
Dd > 25 = Sangat Tinggi

Tabel 4.10 Kondisi Kerapatan Aliran Sungai


Dd Kelas Keterangan
(km)

117
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

< 0.25 Rendah Alur sungai melewati batuan dengan resistensi


keras, maka angkutan sedimen yang terangkut
aliran sungai lebih kecil jika dibandingkan pada
alur sungai yang melewati batuan dengan
resistensi yang lebih lunak, apabila kondisi lain
yang mempengaruhinya sama
0,25 - Sedang Alur sungai melewati batuan dengan resistensi
10 yang lebih lunak, sehingga angkutan sedimen
yang terangkut aliran akan lebih besar
10,0 – Tinggi Alur sungai melewati batuan dengan resistensi
25 yang lunak, sehingga angkutan sedimen yang
terangkut aliran akan lebih besar
> 25 Sangat tinggi Alur sungai melewati batuan yang kedap air.
Keadaan ini akan menunjukkan bahwa air hujan
yang menjadi aliran akan lebih besar jika
dibandingkan suatu daerah dengan di rendah
melewati batuan yang permeabilitas tinggi.
Sumber: Hasil Analisis

Jika dihitung kondisi kerapatan aliran yang ada di BWP Bangorejo adalah 33,3
sehingga dapat diketahui indeks kerapatan daerah aliran sungai sangat tinggi,
sehingga arahan pengembangan untuk kedepannya adalah dengan
mempertahankan limpasan air permukaan dengan sistem regulasi dan
menjaga kondisi lingkungan sekitar sungai dan memperbaiki serta
meningkatkan kualitas saluran drainase untuk mempermudah saluran air
limpasan yang ada di BWP Bangorejo.

 Kondisi Jarak Dari Jalan


Dari hasil overlay peta pada penyimpangan jalan jarak dari jalan dan tutupan
lahan didapat bahwa, untuk kawasan kering hutan lahan sebesar 0.485Ha. Ini
menjelaskan bahwa daerah-daerah di kawasan Kecamatan Bangorejo
merupakan kawasan yang cukup dekat dari jalan sehingga akses yang tidak
dijaga pengembangan kotanya akan merusak kawasan tersebut. Sehingga
terjadi penyimpangan lahan dan jalan.

 Ketinggian Tempat
Secara umum kondisi CADS memiliki sebaran ketinggian.

Tabel 4.11 Ketinggian Tempat


No. Desa Ketinggian (Mdpl) Luas (km2) %
1. Sukorejo 65 9,79 9,73
2. Ringintelu 75 6,80 6,76
3. Sambimulyo 62 9,79 9,29
4. Bangorejo 75 10,34 9,73
5. Kebondalem 90 19,88 10,28
6. Sambirejo 61 9,35 19,76
Sumber: Hasil Analisis

118
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Luasan terbesar kawasan berada di Kebondalem pada ketinggian 90 mdpl


(10,28%) dan luasan terkecil berada pada ketinggian Sambirejo 61 mdpl
(19,76%). Berdasarkan peta sebaran ketinggian, dapat dilihat bahwa daerah
dataran pada daerah tersebut merupakan daerah dataran rendah.

4.2.2 Analisis Kepemilikan Lahan

Kepemilihan lahan di BWP Bangorejo terbagi menjadi lahan milik pribadi


maupun lahan milik pemerintah dengan besar prosentase pada masing-
masing desa berbeda.

Tabel 4.12 Analisis Kepemilikan Lahan


Desa Lahan pribadi Lahan milik pemerintah
Sambirejo 95% 5%
Sambimulyo 95% 5%
Bangorejo 75% 25%
Kebondalem 70% 30%
Ringintelu 90% 10%
Sukorejo 80% 20%
Sumber: Hasil Wawancara 2019
Sehingga hasil analisa dapat disimpulkan kepemilikan lahan di BWP
Bangorejo cenderung memiliki kepemilikan lahan pribadi, kepemilikan lahan
pribadi ini terbesar berada di Desa Sambirejo dan Sambimulyo, dimana lahan
pada desa ini dominan digunakan sebagai lahan pertanian untuk penghasilan
sebagai petani. Kecamatan Bangorejo telah memberikan kebebasan serta
masyarakat Bangorejo memiliki lahan dan kelegalitasan atas lahan yang
jelas.

4.3 Analisis Kedudukan dan Peran BWP Bangorejo Lebih Luas


Analisis BWP pada wilayah yang lebih luas yaitu dilakukan untuk dapat
memahami kedudukan dan keterkaitan BWP Bangorejo dalam system regional yang
lebih luas dalam aspek social, ekonomi, lingkungan, sumber daya buatan atau
prasarana, budaya, pertahanan, dan keamanan. System regional tersebut dapat
berupa system kota, wilayah lainnya, kabupaten atau kota yang berbatasan, pulau,
diaman BWP Bangorejo tersebut dapat berperan dalam perkembangan regional.
Oleh karena itu, dalam analisis regional ini dilakukan analisis pada aspek sebagai
berikut:

4.3.1 Analisis Kedudukan dan Keterkaitan Sosial-Budaya dan Demografi


BWP Bangorejo Ppada Wilayah Yang Lebih Luas
Kegiatan social – budaya BWP Bangorejo memiliki ciri khas tersendiri
dengan desa-desa lainnya.Karakter social-budaya masyarakat BWP

119
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Bangorejo berkaitan dengan suku dan agama pada masyarakat setempat.


Wilayah Bangorejo memiliki dominan penduduk suku jawa yang masih
mempercayai budaya-budaya leluhur yang sampai saat sekarang masih
dilestarikan oleh masyarakat dan pemerintah setempat sebagai ciri khas
social-budaya BWP Bangorejo. Selain itu, adanya keragaman Agama di
BWP Bangorejo membuat semakin banyaknya kegiatan yang berbau
agama di BWP Bangorejo. Berikut ini merupakan beberapa kegiatan
social-budaya dan keagamaan yang ada di BWP Bangorejo.

1. Tradisi Arung Kanal dan Balang Apem

Tradisi Arung Kanal Tradisi Balang Apem

Gambar 4. Budaya Kecamatan Bagorejo


Sumber: Survey Primer, 2019
2. Lintas Srawet

Tradisi Lintas Srawet Kebondalem

Gambar 4. Budaya Kecamatan Bagorejo


Sumber: Survey Primer, 2019

Berdasarkan gambar di atas, kedua tradisi tersebut merupakan tradisi


terbesar yang ada di Kecamatan Bangorejo yang di lestarikan sampai saat
ini. Kedua tradisi tersebut sudah ada sejak dulu, akan tetapi oleh pihak
Pemerintah BWP Bangorejo dijadikan sebagai tradisi rutin setiap tahun genap

120
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

dan tahun ganjil. Tradisi yang berlangsung di tahun genap yaitu tradisi Arung
Kanal dan Balang Apem. Sedangkan di tahun genap yaitu Tradisi Lintas
Srawet. Kedua tradisi tersebut disambut baik oleh masyarakat Bangorejo
ataupun masyarakat luar Bangorejo. Karena adanya tradisi tersebut,
berdampak pada wilayah yang lebih luas karena adanya pergerakan
masyarakat luar BWP Bangorejo untuk berkunjung ke 2 tradisi tersebut.

4.3.1 Analisis Kedudukan dan Keterkaitan Ekonomi BWP Bangorejo pada


Wilayah Yang Lebih Luas
BWP Bangorejo adalah kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan
strategis dalam bidang pertanian, karena produk unggulannya berupa buah
jeruk dan buah naga yang menjadi ciri khas pertanian di kawasan tersebut.
Berdasarkan Kecamatan Bangorejo dalam angka, Pekerjaan utama
masyarakat BWP Bangorejo yaitu sebagai petani dengan jumlah kurang lebih
10.000 jiwa.
Sector pertanian BWP Bangorejo menjadi sangat menonjol dan
berdampak pada perekonomian masyarakat BWP Bangorejo ataupun pada
Wilayah yang lebih luas. Karena pada dasarnya setiap letak wilayah secara
otomatis akan keterkaitan atau pengaruh dengan wilayah disekitarnya. Hal
tersebut juga akan membawa dampak positif maupun negative pada wilayah
di sekitarnya. Hal tersebut pula terjadi pada BWP Bangorejo dan wilayah
disekitarnya dalam bidang pertanian terkait ekonomi.
Berdasarkan data primer yang di dapat melalui wawancara, BWP
Bangorejo merupakan wilayah yang utama dalam penanaman buah naga.
Karena keberhasilan petani-petani buah naga yang ada di BWP Bangorejo
yang berdampak pada naiknya taraf ekonomi masyarakat setempat,
membuat petani-petani kawasan lain seperti Kecamatan Tegaldlimo dan
Kecamatan Pesanggaran mengikuti jejak Petani Buah Naga BWP Bangorejo
untuk menanam buah naga pada lahan sawahnya. Tidak hanya itu,
keberhasilan Petani Buah Naga di BWP Bangorejo juga berdampak pada
ekonomi masyarakat karena mereka dapat membuka lapangan pekerjaan
baru sebagai industry pembuat peti buah naga.

4.3.2 Analisis Kedudukan dan Keterkaitan System Prasarana Wilayah


Perencanaan dengan Wilayah Yang Lebih Luas
Sistem prasarana menjadi hal utama yang harus dipenuhi dalam suatu
wilayah perencanaan. BWP Bangorejo termasuk ke dalam wilayah paling

121
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

pojok bagian selatan di Kabupaten Banyuwagi. Karena letak BWP Bangorejo


yang jauh dari pusat Kota, system prasarana BWP Bangorejo kurang
terpenuhi terutama dalam prasarana jalan. Banyak desa-desa yang jalannya
masih berupa tanah liat dan banyak kondisi jalan yang rusak parah. Dalam
hal ini dapat dikatakan bahwa Kawasan BWP Bangorejo masih harus
mendapatkan pelayanan dari pusat, tidak hanya dalam prasaran jalan akan
tetapi juga system prasarana yaitu jaringan telekomunikasi, jaringan listrik dll
karena belum dapat memenuhi kebutuhan sendiri.
Pada Kawasan BWP Bangorejo tidak dilalui oleh angkutan umum
seperti Bus, Angkot ataupun Bandar udara. Untuk kedudukan dan keterkaitan
system prasarana BWP Bangorejo dengan wilayah yang lebih luas,
berdasarkan kondisi eksisting tidak begitu banyak terkait dengan wilayah
yang lebih luas karena letak geografis BWP Bangorejo itu sendiri.

4.3.3 Analisis Spesifik Terkait Kekhasan Kawasan


Pada Kawasan BWP Bangorejo mempunyai ciri khas sehingga dapat dikenal
secara lebih luas. Ciri khas yang dimiliki BWP Bangorejo adalah produk
pertaniannya yaitu penghasil buah jeruk dan buah naga terbesar bagian
wilayah Banyuwangi. Akibat dari kondisi tersebut BWP Bangorejo sangat
mempengaruhi pada wilayah sekitarnya. Karena peningkatan taraf ekonomi
masyarakat BWP Bangorejo akibat dari komoditas unggulan pertanian
tersebut. Selain itu, BWP Bangorejo juga mendorong dalam pertumbuhan
ekonomi dalam pendapatan asli daerah Kabupaten Banyuwangi.

Pertanian Buah Naga dan Buah Jeruk Bangorejo

122
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Luas wilayah pertanian yang ada di wilayah BWP Bangorejo dan


suksesnya hasil produksi pertanian menjadikan Bangorejo sebagai kawasan
Agropolitan sesuai dengan RTRW Kabupaten Banyuwangi. Selain dari segi
pertanian, Wilayah BWP Bangorejo juga terkenal wisata budayanya yaitu
tradisi arung kanal dan baling apem yang dilaksanakan satu tahun sekali di
tahun genap. Hal tersebut menjadi ciri khas BWP Bangorejo lantaran tidak
semua desa menyelenggarakan tradisi tersebut dan hanya ada di wilayah
BWP Bangorejo sendiri. Dalam Wilayah BWP Bangorejo, tepatnya terletak di
Desa Kebondalem terdapat sebuah gunung yaitu gunung srawet yang juga
sebagai ciri khas kawasan tersebut. Oleh masyarakat dan pemerintah
setempat, gunung srawet dimanfaatkan sebagai tempat wisata dan wisata
budaya yaitu lintas srawet yang dilaksanakan satu tahun sekali di tahun ganjil.

Tradisi Arung Kanal Tradisi Balang Apem

4.4 Analisis Sumber Daya Alam dan Fisik Lingkungan BWP Bangorejo
4.4.1 Analisis Sumber Daya Air
Analisis sumber daya air ini dilakukan untuk memahami bentuk dan pola
kewenangan, pola pemanfaatan, dan pola kerjasama pemanfaatan sumber daya air
yang ada dan yang sebaiknya dikembangkan di dalam BWP. Khususnya terhadap
sumber air baku serta air permukaan (sungai dan/atau danau) yang mengalir dalam
BWP yang memiliki potensi untuk mendukung pengembangan dan/atau memiliki
kesesuaian untuk dikembangkan bagi kegiatan tertentu yang sangat membutuhkan
sumber daya air.

1. Air Permukaan

Kondisi hidrologi yang ada di BWP Bangorejo dipengaruhi oleh sungai-sungai


yang melintas di wilayah BWP Bangorejo, sungai ini menjadi sumber untuk saluran
irigasi lahan pertanian di BWP Bangorejo.

123
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Tabel 4.13 Nama Sungai dan Panjang Sungai di Bangorejo


Nama sungai Panjang sungai (Km)
Kalibaru 8
Kalisetail 12
Sumber: Kecamatan Bangorejo dalam angka 2018

124
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 4. Peta SKL Ketersesiaan Air BWP Bangorejo


Sumber: Survey Sekunder, 2019

125
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Menurut Analisis SKL Ketersediaan air, diperoleh hasil bahwa ketersediaan


air di kawasan perencanaan Bangorejo rata-rata cukup tinggi walaupun ada
sebagian wilayah di Kebondalem memiliki ketersediaan air yang rendah.

2. Air Permukaan

Menurut data hidrologi, masyarakat di Kecamatan Bangorejo banyak


menggunakan sumur pribadi dan juga sumur bor yang digunakan untuk
pemenuhan kebutuhan air sehari-hari.Selain itu sumur pribadi dan juga sumur bor
pada tiap rumah digunakan mengairi sawah mereka pada saat musim kemarau,
meskipun biasanya masyarakat memanfaatkan sungai untuk mengairi sawah
mereka. Hal ini menunjukkan bahwa kawasan bangorejo memiliki keadaan air
cukup baik dan menurut hasil wawancara kondisi air yang cukup bersih.

4.4.2 Analisis Sumber Daya Tanah


1. Rawan Bencana
Kawasan rawan bencana yang terdapat di Kecamatan Bangorejo terdiri dari
dua macam, yang pertama adalah daerah rawan genangan/banjir sedangkan
yang kedua adalah rawan kekeringan.Adapun untuk daerah rawan
genangan/banjir merupakan daerah perkotaan yang relatif datar meliputi kawasan
Desa Kebondalem dan Desa Sambirejo.Sedangkan untuk wilayah rawan
kekeringan yaitu Desa Kebondalem, Desa Sambimulyo dan Desa
Sambirejo.Secara umum kekeringan didefinisikan sebagai keadaan dimana suplai
air berada di bawah kebutuhan air bagi makhluk hidup dan lingkungan dalam
periode tertentu. Secara spesifik, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana mendefinisikan kekeringan adalah ketersediaan air
yang jauh di bawah kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan
ekonomi dan lingkungan. Adapun yang dimaksud kekeringan di bidang pertanian
adalah kekeringanyang terjadi di lahan pertanian yang ada tanaman (padi, jagung,
kedelai dan lain-lain) yang sedang dibudidayakan.

Tabel 4.14 Rawan Bencana Bangorejo


Desa/Kelurahan Jenis Ancaman/Bahaya Tingkat
Ancaman/Bahaya
Kebondalem Kekeringan Sedang
Banjir Rendah
Sambimulyo Kekeringan Sedang
Sambirejo Kekeringan Sedang
Banjir Rendah
Sumber :BP2N

126
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Secara meteorologis, kondisi musim mempunyai siklus yang dapat dijadikan


referensi bagi upaya antisipatif permasalahan sumberdaya air yang berjangka
panjang. Kurangnya air saat kemarau dan melimpahnya air saat penghujan
merupakan variabel yang saling berhubungan.Pertumbuhan penduduk dan
perkembangan pola hidup masyarakat telah memicu terjadinya krisis lingkungan
termasuk krisis air.Pertumbuhan pesat penduduk telah meningkatkan konversi
lahan dari lahan terbuka ke lahan terbangun yang mengakibatkan kerusakan
ekosistem DAS dan peningkatan aliran permukaan. Berdasarkan Tabel Rawan
Bencana, tingkat ancaman banjir di kawasan Bangorejo terbilang rendah.
Berkaitan dengan penjelasan diatas, hal tersebut disebabkan karena adanya
peningkatan debit air di DAS, endapan lumpur dan dimensi saluran yang tidak
dapat menampung debit hujan serta penjenuhan lahan. Sedangkan untuk jenis
ancaman kekeringan di kawasan Bangorejo memiliki tingkat ancaman
sedang.Ancaman kekeringan yang memiliki tingkat bahaya lebih tinggi
dibandingkan ancaman banjir, tentu harus lebih diperhatikan mengingat kawasan
bangorejo yang difokuskan untuk menjadi wilayah agropolitan.Air menjadi
kebutuhan vital masyarakat bangorejo untuk menyuplai irigasi. Apabila kebutuhan
air tidak terpenuhi maka dikhawatirkan sawah-sawah akan gagal panen.
Kekeringan tersebut terjadi karena air sumber bawah tanah berkurang sehingga
sumur-sumur tidak terisi dengan air.Maka arahan yang dapat dilakukan untuk
mencegah terjadinya bencana tersebut yaitu dengan pengelolaan air seperti
perbaikan drainase, pembuatan waduk, atau dapat juga menggunakan metode
model rainwater harvesting, dll. Selain itu pengurangan penggunaan sumur untuk
setiap rumah juga membantu dalam menjaga kuantitas air tanah.

127
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 4.4 Peta Rawan Bencana BWP Bangorejo

Gambar 4.5 Peta SKL Bencana Alam

128
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 4.6 Peta SKL Drainase BWP Bangorejo

129
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

4.4.3 Analisis Topografi dan Kelerengan


Analisis topografi dan kelerengan dilakukan untuk mengetahui potensi dan
permasalahan pengembangan wilayah perencanaan berdasarkan ketinggian dan
kemiringan lahan.Secara topografi Kecamatan Bangorejo termasuk daerah dataran
rendah, dengan dataran rendah rata-rata di kecamatan Bangorejo 70.43 m.dpl.

Tabel 4.15 Luas, Letak dan Tinggi Bangorejo


Desa Letak Tinggi Tanah Luas (Km2) Prosentase
(m.dpl) Luas Desa (%)
Sukorejo daratan 65 9,79 9.73
Ringintelu daratan 75 6,80 6.76
Sambirejo daratan 61 9,35 9.29
Sambimulyo daratan 62 9,79 9.73
Temurejo daratan 65 34,67 34.46
Bangorejo daratan 75 10,34 10.28
Kebondalem daratan 90 19,88 19.76
Sumber : Kecamatan Bangorejo dalam Angka 2018

Tabel 4.16 Kelerengan BWP Bangorejo


Desa Kelerengan
Sukorejo 0-8%
Ringintelu 0-8%
Sambirejo 0-8%
Sambimulyo 0-8%
Bangorejo 0-15%
Kebondalem 0-40%
Sumber: BPS Kecamatan Bangorejo dalam Angka Tahun 2019

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa tingkat kelerengan tertinggi


berada di Desa Kebondalem, dan tingkat kelerengan rendah dominan berada di
setiap Desa di BWP Bangorejo.

130
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 4.7 Peta SKL Erosi BWP Bangorejo


Berdasarkan Hasil analisis SKL Erosi, dikatakan bahwa sebagian daerah di
kebondalem memiliki potensi erosi yang cukup tinggi.Hal ini disebabkan karena
kelerengan pada wilayah tersebut berkisar hingga 40% yang akhirnya menyebabkan
kestabilan lereng kurang.

131
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 4.8 Peta SKL Kestabilan Lereng


Berdasarkan hasil analisis SKL Kestabilan lereng, desa sambimulyo
sambirejo, ringintelu dan sukorejo memiliki kestabilan lereng yang tinggi dan
berdasarkan hasil analisis SKL Morfologi, morfologi pada Kecamatan Bangorejo
terbilang rendah.

132
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 4.9 Peta SKL Morfologi BWP Bangorejo

133
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

4.4.4 Analisis Geologi Lingkungan


Tabel 4.17 Jenis Tanah di BWP Bangorejo
No Desa Jenis tanah
1 Sukorejo Grumosol Kelabu
2 Ringintelu Grumosol Kelabu, komplek latosol cokelat kemerahan dan litosol
3 Sambirejo Grumosol Kelabu, komplek latosol cokelat kemerahan dan litosol
4 Sambimulyo Grumosol Kelabu, komplek latosol cokelat kemerahan dan litosol
6 Bangorejo Grumosol Kelabu, komplek latosol cokelat kemerahan dan litosol,
alluvial cokelat kemerahan
7 Kebondalem Grumosol Kelabu, regosol cokelat, alluvial cokelat kemerahan
Sumber : Data Dem USGS

Dari data diatas dapat diketahui bahwa Kecamatan Bangorejo sebagian besar
berupa jenis tanah Grumosol kelabu, jenis tanah ini memiliki kadar lempung yang
tinggi dan umumnya bersifat basa, jenis tanah ini dapat digunakan untuk areal
persawahan namun harus memperhatikan dengan baik keadaan drainase dan sistem
jaringan irigasinya.Maka arahan selanjutnya yaitu dengan pengembangan dan
pengelolaan drainase dan jaringan irigasi yang tepat agar dapat dikelola sebagai
persawahan. Selain itu pelu diperhatikan juga jenis tanaman yang akan ditanam
dalam area tersebut.

134
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 4.10 Peta Jenis Tanah BWP Bangorejo

135
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

4.4.5 Analisis Klimatologi


1) Curah Hujan
Berdasarkan dari data yang diperoleh diketahui bahwa di wilayah
Kecamatan Bangorejo memiliki hari hujan sebanyak 78 hari (tiap
tahun/pada tahun 2017).Adapun total curah hujan selama setahun
sebesar 2372 mm atau rata-rata tiap hari sekitar 30,41 mm tiap hari hujan.
Periode hari hujan terbanyak terjadi selama bulan Februari yaitu
sebanyak 14 hari dengan rata-rata curah hujan 27,14 mm/hari.
Sedangkan untuk hari hujan paling sedikit ada di bulan Maret (dengan
banyaknya hari hujan sebanyak 3 hari) dan bulan April sebanyak 2 hari.
Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika di Indonesia,
perkirakan awal musim hujan wilayah Banyuwangi pada tahun 2017/2018
jatuh pada bulan Oktober (untuk wilayah Banyuwangi bagian barat dan
tengah), November (untuk wilayah Banyuwangi bagian timur dan selatan)
dan Desember (untuk wilayah Banyuwangi bagian timur laut) dengan sifat
hujan di wilayah Banyuwangi bagian timur selatan normal dan wilayah
Banyuwangi bagian barat, tengah dan timur laut di atas normal.

Tabel 4.18 Prakiraan Musim Hujan di Banyuwangi Menurut BMKG


NO Daerah / Awal Musim Perbandingan Thd Rata- Sifat
.ZOM Kabupaten Hujan Antara Rata (Dasarian) Hujan
Banyuwangi bagian AN
182 Nov III – Des II -1
timur laut
Banyuwangi bagian AN
191 Okt II – Nov I +1
barat
Banyuwangi bagian AN
192 Okt I – Okt III +1
tengah
Banyuwangi bagian N
193 Nov II – Des I -1
timur
Banyuwangi bagian N
194 Nov II – Des I -1
selatan
Sumber : Prakiraan Musim Hujan 2017/2018 di Indonesia (BMKG)

Tabel 4.19 Normal Musim Hujan Periode Tahun 1981-2010 Kabupaten Banyuwangi
NO ZOM Rata-Rata Panjang Musim Normal Curah
Periode Musim (Dasarian) Hujan (mm)
Hujan
182 Des II – Mar I 27 592 - 802
191 Okt II – Mei II 14 1729 - 2339
192 Okt II – Jul II 7 2191 - 2965
193 Des I – Apr III 21 1029 - 1392
194 Des I – Mar I 26 506 - 684
Sumber : Prakiraan Musim Hujan 2017/2018 di Indonesia (BMKG)

136
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

137
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 4.11 Prakiraan Awal Musim Hujan 2017/2018 ZOM di Jawa Timur
Sumber: Prakiraan Musim Hujan 2017/2028 di Indonesia (BMKG)

138
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 4.12 Perbandingan Prakiraan Awal Musim Hujan 2017/2018 Terhadap Rata-
Ratanya ZOM di Jawa Timur
Sumber : Prakiraan Musim Hujan 2017/2018 di Indonesia (BMKG)

139
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Secara geografis, Bangorejo berada di selatan Banyuwangi. Sesuai dengan


prakiraan dari BMKG bahwa bulan November dan bulan Maret merupakan bulan awal
dan bulan akhir periode hujan, sehingga pada bulan November grafik naik hingga
puncaknya di bulan Februari dan mulai turun kembali pada bulan Maret. Bulan April
merupakan hari hujan tersedikit dikarenakan bulan Apil merupakan bulan dimulainya
musim kemarau (sesuai prakiraan BMKG).Untuk curah hujan rata-rata terbanyak ada
pada periode bulan September hingga November dengan rata-rata curah hujan
sekitar 31-66 mm/hari.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel curah hujan
Kecamatan Bangorejo.

Tabel 4.20 Curah Hujan Kecamatan Bangorejo


Bulan Curah Hujan (mm) Jumlah Hari Hujan Rata-Rata
Januari 268 10 26,8
Februari 380 14 27,14286
Maret 67 3 22,33333
April 37 2 18,5
Mei 167 5 33,4
Juni 170 5 34
Juli 206 7 29,42857
Agustus 104 4 26
September 221 7 31,57143
Oktober 267 4 66,75
November 190 6 31,66667
Desember 295 11 26,81818
Jumlah 2372 78 30,41026
Sumber : Kecamatan Bangorejo dalam Angka 2018

Menurut data tabel diatas, wilayah bangorejo mengalami hujan sepanjang


tahun (meskipun pada musim kemarau). Hal ini mengindikasikan bahwa wilayah
bangorejo cocok untuk daerah pertanian.

140
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 4.13 Peta Curah Hujan BWP Bangorejo

141
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Tabel 4.21 Analisis Sumber Daya Alam dan Fisik atau Lingkungan BWP
No Analisa Sub- Lokasi Kondisi Potensi Masalah Arahan Pengembangan
Analisa
1 Sumber Air Kecamatan Air Sungai  2 sungai yang  Pengelolaan DAS  potensi genangan perlu
Daya Air Permukaan Bangorejo
melintasi Bangorejo kurang diperhatikan mengingat
berpotensi untuk diperhatikan banyaknya timbunan
menjadi sumber sehingga banyak sampah di daerah sungai
saluran irigasi lahan masyarakat yang akhirnya
pertanian pada BWP membuang mencemari sungai
Bangorejo sampang di sehingga perlu adanya
pinggiran sungai penambahan fasilitas
tempat pembuangan
sampah agar masyarakat
tidak lagi membuang
sampah di daerah sekitar
sungai. Selain itu juga
perlu dilakukan tindakan
tegas bagi mansyarakat
yang mencemari sungai.
 Perlunya peningkatan
kualitas drainase

142
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

No Analisa Sub- Lokasi Kondisi Potensi Masalah Arahan Pengembangan


Analisa
Air Tanah Kecamatan Air Sumur  Sebagai pemenuh  Penggunaan air Perlu diperhatikan kuantitas
Bangorejo baik
kebutuhan sehari-hari tanah yang dan penggunaan air tanah
selain menggunakan berlebih agar sesuai batas
PDAM, serta ditakutkan akan
digunakan untuk memberikan
irigasi dampak pada
kemudian hari
2 Sumber Rawan Desa Kekeringan  Cukupnya curah  Perlunya pengelolaan air
Daya Bencana Kebondalem, dan Banjir
hujan yang terjadi di seperti perbaikan
Tanah Desa yang
Sambimulyo, diakibatkan Kecamatan drainase, pembuatan
Desa oleh air
Bangorejo waduk, atau dapat juga
Sambirejo sumber
bawah tanah seharusnya mampu menggunakan metode
yang
untuk memerangi model rainwater
berkurang
sehingga kekeringan yang ada harvesting, dll. Selain itu
sumur-sumur
di desa-desa dalam pengurangan
tidak terisi
dengan air wilayah Bangorejo. penggunaan sumur untuk
setiap rumah juga
membantu dalam
menjaga kuantitas air
tanah.

143
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

No Analisa Sub- Lokasi Kondisi Potensi Masalah Arahan Pengembangan


Analisa
3 Topografi Kelerengan Desa Kelerengan  memudahkan untuk  Diarahkan untuk
dan dan Sambimulyo, 0-8%
dikembangkan Pengembangan dan
Kelerengan Ketinggian Sambirejo, Terbilang
Sukorejo, cukup rendah khususnya pertanian pemenuhan fasilitas
Ringintelu dengan
skala kecamatan.
ketinggan 61-
75 m dpl (fasilitas ekonomi,
dll)
Sebagian Kelerengan  Dapat dikembangan  Tingkat erosi  Pengawasan lebih
Desa 0-40%
sebai daerah wisata cukup tinggi kepada daerah yang
Kebondalem dikatakan
Tinggi memiliki tingkat
Dengan
ketinggian kelerengan cukup
61-90 mdpl tinggi yang juga
merupakan daerah
dilindungi.
4 Geologi Jenis Kecamatan sebagian  jenis tanah ini dapat  Pengembangan dan
Lingkungan Tanah Bangorejo besar berupa
digunakan untuk areal pengelolaan drainase
jenis tanah
Grumosol persawahan namun dan jaringan irigasi yang
kelabu, jenis
harus memperhatikan baik agar dapat dikelola
tanah ini
memiliki dengan baik keadaan sebagai persawahan.
kadar
lempung drainase dan sistem Selain itu pelu
yang tinggi jaringan irigasinya. diperhatikan juga jenis

144
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

No Analisa Sub- Lokasi Kondisi Potensi Masalah Arahan Pengembangan


Analisa
dan tanaman yang akan
umumnya.
ditanam dalam area
tersebut
5 Klimatologi Curah Kecamatan Curah hujan  Berpotensi kegiatan  Kurangnya  Diperlukan pengetahuan
Hujan Bangorejo rata-rata
pertanian pengelolaan air lebih tentang pengaturan
197,7 mm,
maksimum hujan sehingga dan perlakuan dalam
380 mm.
air hujan tidak bercocok tanam untuk
Rata-rata
hari hujan tetampung produksi yang maksimal
sebanyak 6,5
dengan baik dan
hari dalam
satu tahun. berpotensi banjir

145
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

4.5 Analisis Sosial Budaya


Sosial budaya atau kebudayaan adalah segala sesuatu atau tata nilai yang
berlaku dalam sebuah masyarakat yang menjadi ciri khas dari masyarakat tersebut.
Analisis sosial budaya dilakukan untuk mengkaji kondisi sosial budaya masyarakat
yang mempengaruhi pengembangan wilayah perencanaan seperti elemen-elemen
kota yang memiliki nilai historis dan budaya yang tinggi (urban heritage, langgam
arsitektur, landmark kota) serta modal sosial dan budaya yang melekat pada
masyarakat (adat istiadat) yang mungkin menghambat ataupun mendukung
pembangunan, tingkat partisipasi/peran serta masyarakat dalam pembangunan,
kepedulian masyarakat terhadap lingkungan, dan pergeseran nilai dan norma yang
berlaku dalam masyarakat setempat.

Sasaran dalam analisa sosial budaya yang akan dicapai adalah sebagai
berikut:

1) Teridentifikasinya struktur sosial dan budaya yang terbentuk di


wilayah dan/ataukawasan.
2) Terumuskannya potensi dan kondisi sosial budaya, meliputi pasar
tenaga kerja, keragaman sosial budaya penduduk, serta jumlah dan
pertumbuhan penduduk.
3) Penilaian pelayanan sarana dan prasarana sosial budaya yang
mendukung pengembangan wilayah dan/ataukawasan.

Dalam analisa sosial budaya, terdapat beberapa pemahaman yang perlu dkaji
untuk mengetahui kondisi sosial budaya masyarakat yang dapat menjadi salah satu
faktor pengembangan BWP Bangorejo.

4.5.1 Elemen Kota dan Nilai Historis Budaya


Elemen-elemen pembentuk kota yang meiliki nilai historis pada BWP
Bangorejo terdiri dari beberapa bentuk yaitu urban heritage, langgam arsitektur, dan
landmark kota.

Urban heritage merupakan kawasan cagar budaya dimana suatu sistem kota
yang mempertahankan situs atau kawasan bersejarah tanpa mengabaikan konteks
dan fungsi dari tata kota yang baru, dengan kata lain antara bangunan tua, tempat
bersejarah tetap menyatu menjadi satu landscap perkotaan. di BWP Bangorejo tidak
terdapat kawasan maupun bangunan urban heritage.

146
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Langgam arsitektur merupakan bentuk bagunan yang menciri khaskan suatu


kawasan. Langgam arsitektur dibagi menjadi langgam klasik, langgam arsitektur
modern, langgam post modern, langgam purna modern, dekonstruksi. Langgam
arsitektur di BWP Bangorejo terbentuk oleh filosofi arsitektural yang sarat akan
tradisi-tradisi akan nilai Hindu dengan ajaran islam secara beriringan karena nilai
Hindu tidak bisa dihilangkan sepenuhnya. Adat-istiadat yang ada mempengaruhi
ruang dan bentuk rumah Osing walau hal itu tidak direncanakan, dirancang dan
dibuat dari luar, tetapi lebih terbentuk dari dalam melalui rangkaian proses berdimensi
waktu, sehingga selanjutnya menghasilkan suatu karya yang unik, khas dan
berkarakter. Penggunaan bangunan yang mencirikan langgam arsitektur BWP
Bangorejo masih digunakan terutama pada bangunan permukiman masyarakat.
detail bangunan pada BWP Bangorejo adalah arsitektural suatu bangunan terdiri dari
lantai, dinding, atap, ornament/langgam, tiang kolom dan detail dekoratif yang lain.
Elemen tersebut juga berpengaruh terhadap makna arsitektural dan filosofis
bangunan, apalagi pada arsitektur tradisional.

Konsep ruang sebagai hasil penciptaan dari adanya elemen arsitektural yang
disesuaikan dengan fungsi dan aktivitas, elemen arsitektutal ini dipengaruhi adanya
aktivitas masyarakat yang cenderung pedesaan murni dan agraris.Karena selain
sebagai wadah pemenuhan hajad hidup sehari-hari, hal tersebut juga dipengaruhi
oleh penilaian makna kegiatan yang dilakukan oleh penghuni atau pelaku kegiatan di
ruang tersebut. Ciri-ciri arsitektur bangunan warga Kecamatan Bangorejo:

1. Halaman atau Ruang terbuka pada rumah Kecamatan Bangorejo sifatnya


privat dan non privat yang pada umumnya digabung dengan kebun sayuran
atau taman. Bentuk halaman Kecamatan Bersifat privat dan non privat
karena dipengaruhi oleh mayoritas pendatang dari luar kabupaten
Banyuwangi seperti suku jawa dan madura.
2. Bentuk atap untuk bangunan Tradisional Tikel Balung, Baresan, dan
Cerocogan merupakan indikator bentuk dasar rumah Kecamatan Bangorejo
yang masih berasal dari sumber yang sama yaitu Jawa, bentuk atap ini
memiliki arti bahwa struktur sosial masyarakat Osing pada umumnya
cenderung egaliter (tidak mengenal adanya hierarki/ stratifikasi dalam
hubungan kemasyarakatan). Bentuk dasar rumah memiliki kesamaan
dengan rumah Kampung (Jawa), yang merupakan rumah golongan
masyarakat biasa. Dapat dianalogikan bahwa masyarakat Osing dan
Kecamatan Bangorejo mewakili klas masyarakat biasa, bukan keturunan

147
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

bangsawan atau raja dalam konteks budaya Jawa sebagai induknya. Bentuk
atap di kecamatan Bangorejo juga ada yang memiliki bentuk Modern seperti
datar, pelana, gergaji, perisai, pelana ganda dan lain-lain.
3. Elemen ornament tambahan padmasana (tempat bersembahyang dan
menaruh sajian umat Hindu).
4. Penggunaan warna yang khas di kecamatan Bangorejo adalah merah,
kuning dan putih paling banyak digunakan.

Gambar 1 Gambar 2
Gambar 4.14 Perumahan warga (langgam bangunan)
Sumber: Survey Sekunder, 2019
Gambar 1 perumahan warga desa Kecamatan Bangorejo (Langgam
Bangunan). Langgam modern di BWP Bangorejo dipengaruhi oleh adanya
modernisasi yang mulai masuk sehingga merubah bentuk bangunan, sumber hasil
observasi tahun 2019. Gambar 2. Perumahan modern warga desa berubah fungsinya
Kecamatan Bangorejo, sumber hasil observasi tahun 2019.

Landmark adalah simbol yang menarik secara visual dengan sifat


penempatan yang menarik perhatian. Biasanya landmark mempunyai bentuk yang
unik serta terdapat perbedaan skala dalam lingkungannya. Beberapa landmark
hanya mempunyai arti di daerah kecil dan hanya dapat dilihat di daerah itu,
sedangkanlain mempunyai arti untuk keseluruhan kota dan bisa di lihat dari mana-
mana. Landmarkadalah elemen penting dari bentuk kota karena membantu orang
mengenali suatu daerah. Landamark dari Kecamatan Bangorejo merupakan
Pengairan Bangorejo yaitu destinasi wisata BBU 10 Dam Sere yang sudah sejak
1892. Kondisi Dam Sere juga masih terjaga dengan baik bentuk dan
arsitekturnya.masyarakat yang ingin menikmati hari libur serta beraktivitas secara
gratis dipusatkan didalam Dam Sere, disisi lain untuk kegiatan beribadatan umat
hindu beradadi Dusun Sambirejo desa Sambimulyo di Pura Dharma Marga, kegiatan
ini rutin dilakukan saat upacara Piodalan. Untuk kegiatan umat muslim di pusatkan
berada di pondok pesantren yang tersebar di kecamatan Bangorejo.

148
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 4.15 Dam Sere


Sumber: Data Sekunder Dam Sere (Landmark) Kec. Bangorejo

4.5.2 Modal Sosial dan Budaya Yang Melekat Pada Masyarakat (Adat Istiadat)
Sistem sosial yang masih hidup di kecamatan Bangorejo adalah dapat
dikatakan bahwa antar individu memiliki kesadaran kolektif yang tinggi. Keunikan ini
dapat dilihat apabila ada sebuah acara hajatan, ziarah makam, tabuhan ramadan dan
rewang. Masyarakat di kecamatan bangorejo tanpa dimintai bantuan akan membantu
orang yang memiliki acara hajatan, rewang serta membantu panen dengan sukarela,
keunikan ini merupakan budayamasyarakat yang masih terjaga.

Dari segi kehidupan kesenian di Kecamatan Bangorejo yang dapat diamati


dan dinikmati sampai sekarang merupakan rangkaian jalur kehidupan seni budaya
sejak berabad-abad lalu, baik pada masa Majapahit maupun masa sebelumnya.Seni
merupakan media yang mempunyai peranan penting dalam melakukan pelaksanaan
kegiatan religi, karena media tersebut memiliki daya tarik yang dapat mengesankan
hati setiap pendengarnya dan penonton melalui kesenian tentunya, tidak hanya
sebagai hiburan, belaka, misalnya sebagai mata pencaharian untuk propaganda atau
bahkan untuk berdakwah. Karena pengaruh masuknya agama Islam dan Hindu sejak
dulu, maka masyarakat Kecamatan Bangorejo memiliki beragam kebudayaan yang
masih dipertahankan seperti:

149
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 4.16 Upacara Piodalan di Desa Sambirejo


Sumber: Data Sekunder

Piodalan berasal dari kata wedal yang memiliki arti keluar atau lahir.Jadi,
layaknya kita merayakan hari ulang tahun, saat peringatan upacara Piodalan (odalan)
tersebutlah ditetapkan sebagai hari lahir sebuah Pura atau bangunan suci. Dengan
kata lain, piodalan / pujawali / petoyan merupakan peringatan hari lahirnya sebuah
tempat suci umat Hindu.

Sebagai bentuk penghormatan kepada Sang Yang Widi, umat Hindu yang
ada di Kecamatan Bangorejo menggelar upacara piodalan atau pembersihan setiap
setuhun sekali. Acara yang dilakukan di Pura Dharma Marga, Sambirejo Dusun
Sambirejo, Desa Sambimulyo, Kecamatan Bangorejo. Acara ini bertujuan untuk
memperingati hari ulang tahun pura serta menyucikan pura dan para umat.

 Kebudayaan Kereta Kencana Pura Sunialoka (Pura Gaib) Gaib di Atas


Bukit Srawet

Gambar 4.17 Upacara di Pura Gaib di Gg. Sraewet


Sumber: Data Sekunder
Pura Sunialoka terletak di Dusun Tangjung Rejo, Desa Kebondalem,
Kecamatan Bangorejo, Kabupaten Banyuwangi.Pura ini letaknya di atas bukit
bebatuan yang disebut Gunung Sari, dan di sebelah Gunung Sari terdapat

150
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

sebuah bukit yang lebih tinggi yang disebut Gunung Srawet. Mengenai
sejarah berdirinya pura Sunialoka Gunung Srawet diceritakan Romo Mangku
Sukarno (juru kunci) Berawal adanya kejadian aneh di luar nalar yakni pada
awal tahun 2000 - an sekitar jam satu siang, cuaca cerah, di atas bukit Srawet
tampak kereta kencana yang ditarik enam ekor kuda melayang-layang di atas
Bukit Srawet. Atas kejadian terrsebut, para pemuka masyarakat dan para
spiritualis melakukan semedi di atas Bukit Srawet.

Dari semedi tersebut ada salah seorang diantaranya disabdakan


bahwa agar di tempat tersebut dibangun sebuah tempat pemujaan Hyang
Maha Kuasa.Dalam hal ini diterjemahkan dengan membangun Pura.Pura
mulai dibangun tahun 2003 dan selesai tahun 2009, didanai dari punia umat
baik di daerah sekitar Srawet, Banyuwangi, dan dari Bali.Pura Kahyangan
Jagat Sunia Loka disungsung sedikitnya 4.500 umat Hindu di Kecamatan
Bangorejo dan sekitarnya.

 Budaya Kegiatan Rutinan Kuntulan Kajian Islam di Kecamatan


Bangorejo

Kesenian di Banyuwangi diperkirakan sudah ada di Blambangan sejak


masa pemerintahan Tumenggung Jaksanegara (1771-1773), ia seorang
pangeran keturanan Tawang Alun, putra dari Mas Bagus Dalem Wiraguna
yang bernama Ki Rempeg Jagapati yang mengungsi ke hutan Bayu dengan
membawa 2000 pasukan bersenjata, ia juga mempunyai gamelan, beserta
pemainnya. Kesenian Kuntulan awalnaya dilahirkan dari lingkungan Pondok
Pesantren.Pondok Pesantren merupakan salah satu cikal bakal dan pilar
pendidikan Islam di Kecamatan Bangorejo.

Kuntulan berasal dari dua kalimat bahasa Arab yaitu (kuntu: saya)
(lan: dari kata lailan: malam) Kuntulan: saya diwaktu malam. Saya adalah
Santri, dan malam adalah waktu untuk mengisi kekosongan dalam melakukan
pengajian sebagai selingannya, mereka melakukan kegiatan seni kuntulan.

151
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar Kuntulan Lanang Gambar Kuntulan Wadon

Gambar 4.18 Kesenian Kuntulan

Kuntulan atau hadrah kuntul merupakan kesenian asli Banyuwangi


dengan jenis peralatan yang khas berupa alat musik ritmis, yang disebut
terbang.Kegiatan ini adalah rutinan antar masjid, rutinan antar mushollah dan
rutinan antar rumah disetiap anggota Desa Ringintelu danDesa Sambirejo,
melakukan kegiatan rutin Sholawat Kuntulan, dengan menggunakan rebana
namun ditabuh dengan nada ala kuntulan. kegiatan rutinannya sholawat versi
kuntulan, ini kami kemas agar anggota tidak jenuh, kegiatan tahlilan sudah
dilakukan bersama masyarakat dan kajian kitab sudah ada di masjid-masjid,
Penyajian kesenian ini biasanya ada gerakan-gerakan tari sederhana, seperti
gerakan sholat, wudhu (bersuci) dan berdo’a.pemain dalam kuntulan ini
dipisahkan baik pemusik dan penari laki-laki dan penari perempuan.

4.5.3 Tingkat Partisipasi / Peran Serta Masyarakat Dalam Pembangunan


Salah satu ciri perencanaan di Kecamatan Bangorejo adalah terfokus pada
kepentingan masyarakat, yaitu berdasarkan pada masalah dan kebutuhan yang
dihadapi masyarakat. Hal ini dapat diperoleh melalui kegiatan penyelidikan yaitu
sebuah proses untuk mengetahui, menggali dan mengumpulkan masalah dan
kebutuhan-kebutuhan bersifat lokal yang berkembang di masyarakat.

Kegiatan ini idealnya dilakukan saat pelaksanaan musrenbang tingkat


desa/kelurahan. Kegiatan ini dimulai dari tingkat lingkungan/dusun melalui
mekanisme Badan Permusyawaratan Desa sebanyak 9 orang, kepala desa serta
perangkat desa yang dapat meninjau dan memberikan saran saat rapat dan warga
yang berminat untuk mengikuti rapat, tujaan yang dicapai adalah menggali dan
mengumpulkan masalah-masalah dan kebutuhan masyarakat, sehingga diperoleh
daftar masalah dan kebutuhan secara menyeluruh yang perlu diseleksi lebih lanjut
untuk dipilih mana masalah dan kebutuhan yang dianggap prioritas untuk dijadikan
usulan prioritas dalam tahapan musrenbang. Musrenbang diadakan setiap awal
bulanfebruary agar pelaksaan pembangunan desa menjadi maksimal.

152
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Ada kecenderungan dalam daftar usulan kegiatan pada musrenbang


kecamatan didominasi kegiatan fisik pada seluruh desa/kelurahan di Kecamatan
Bangorejo. Bahkan pada daftar usulan kegiatan prioritas yang diusulkan untuk
masing-masing desa/kelurahan, secara keseluruhan merupakan kegiatan yang
terkait dengan bidang prasarana, kesehatan, Pendidikan dan pertanian seperti pada
Desa Sukorejo, Ringintelu, Sambirejo, Sambimulyo, Bangorejo dan Kebondalem
prioritas kegiatan yang diusulkan adalah kebutuhan yang mendesak bagi warga yaitu
perkerasan dan pengaspalan jalan serta pemeliharaan saluran irigasi.

Kebutuhan tersebut bahkan merupakan usulan lama yang belum terealisir


sehingga diusulkan kembali tahun ini. Sedangkan usulan desa/kelurahan yang
berbentuk krisis ekonomi seperti pinjaman modal untuk usaha belum terakomodir,
usulan ini sudah menjadi prioritas kecamatan pada pelaksanaan musrenbang di
kecamatan Bangorejo tetapi setelah memperhatikan dalam rapat tersebut dapat
diambil kesimpulansama hasilnya seperti tahun-tahun lalunya. Contoh hasil
musrenbang seperti berikut:

1. RKPDes tahun 2019 merupakan landasan dan pedoman bagi Pemerintah


Desa, Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Masyarakat dalam pelaksanaan
pembangunan Desa tahun 2019.
2. RKPDes tahun 2019 dapat diubah dalam hal :
 Terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis politik, krisis
ekonomi, dan/atau kerusuhan sosial yang berkepanjangan.
 Terdapat perubahan mendasar atas kebijakan Pemerintah, Pemerintah
daerah Provinsi dan/atau Pemerintah Kabupaten.

Berdasarkan hasil tersebut, dapat diinterpretasikan bahwa tidak semua


desa/kelurahan berhasil dalam melakukan penjaringan masalah dalam kebutuhan
masyarakat yang disebabkan masyarakat yang kurang berperan aktif dalam
mengawasi pembangunan ini, terkait membuat daftar prioritas dan masalah juga
tidak ada perkembangan yang signifikan sehingga lambat dalam memenuhi prinsip
kesesuaian antara rencana pembangunan dengan masalah dan kebutuhan
masyarakat. Ketidaktahuan warga akan kesesuaian rencana dengan masalah dan
kebutuhan mengakibatkan masyarakat belum memahami sepenuhnya arti
pelaksanaan musrenbang, masyarakat juga hanya tahu mengusulkan tanpa
mengetahui bahwa dalam pencapaian visi dan misi kepala daerah perlu program atau
kegiatan kerja berkelanjutan atau berkesinambungan.

Berdasarkan hasil penelitian, maka ada beberapa arahan sebagai berikut:

153
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

1. Perlu penyempurnaan tahapan pelaksanaan perencanaan pembangunan


agar dapat dilaksanakan secara simpel dan mudah dipahami oleh seluruh
pemangku kepentingan dalam perencanaan pembangunan.
2. Pemerintah desa/kelurahan perlu mengoptimalkan tahapan musyawarah pra
musrenbang terutama kegiatan identifikasi masalah dan kebutuhan
masyarakat mulai tingkat lingkungan/dusun sehingga perencanaan tersebut
dapat dirasakan oleh masyarakat.
3. Perlunya perekrutan dan pelatihan kader pembangunan di tingkat desa/
kelurahan sehingga melalui kehadiran mereka masyarakat dapat
berpartisipasi aktif dalam proses perencanaan pembangunan di wilayah
masing-masing.
4. Perlunya sosialisasi peningkatan pemahaman mengenai pentingnya
perencanaan pembangunan dan mekanisme perencanaan pembangunan.

4.5.4 Pergeseran Budaya Lokal Suku Osing di Kecamatan Bangorejo


Kabupaten Banyuwangi
Penduduk yang mendiami Bangorejo kebanyakan pendatang seperti dari
jawa Tengah yang ditunjukkan dengan bahasa sehari-hari mereka yang memakai
bahasa Jawa.Temuan tentang pergeseran budaya lokal suku Osing menunjukkan
beberapa data empirik yang menjadi pemicu terjadinya pergeseran budaya lokal.

Pergeseran budaya lokal di Kecamatan Bangorejo tersebut bisa dilihat dari


aspek gaya hidup (lifetyle). Sebagian besar masyarakat Kecamatan Bangorejo
beragama Islam, dan setengahnya lagi beragama Hindhu, akan tetapi seiring
berkembangnya model atau fashion yang dianggap modern yang dihasilkan oleh
budaya luar tentunya juga berpengaruh terhadap gaya berpenampilan masyarakat
Kecamatan Bangorejo. Saat ini pakaian adat mulai tergeser dengan masuknya
urbanisasi dari pendatang-pendatang baru yang menetap sehingga tradisi baju adat
asli Bangorejo/Osing muali tergeser.Pakaian adat di kecamatan Bangorejo adalah
untuk laki-laki baju adat hitam-hitam sedangkan untuk perempuan baju kebaya
dominan bewarna hitam serta bawahan yang memakai kain batik/kain dominan
berwarna hitam, pakaian khas ini melambangkan kesederhanaan, kelanggenan, dan
ketahanan diri.

Budaya Lokal asli yang sekarang sebagian besar dikarenakan


masyarakatnya menganut Agama Islam, tidak mengesampingkan tradisi-tradisi
mereka.Kecamatan Bangorejo masih mempertahankan budayanya, banyak kegiatan

154
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

tradisi suku tersebut yang masih dilakukan hingga sekarang.Beberapa diantaranya


adalah tradisi rewang, acara pengajian dan silaturahmi.

Masyarakat muslim yang berada di Kecamatan Bangorejo dalam


perkembangannya mulai tidak mengikuti, terkadang yang mengikuti hanya sebagai
bentuk rasa toleransi dengan hanya meramaikan acara tersebut. Upacara adat atau
budaya lokal secara keseluruhan masih dipegang teguh oleh masyarakat yang masih
beragama Hindu.Hal ini dikarenakan prinsip atau ajaran dalam agama Hindu
dianggap sesuai dengan budaya lokal Osing.

4.6 Analisis Kependudukan


4.6.1 Analisis Sosial Kependudukan
Perencanaan suatu wilayah pada hakekatnya merupakan suatu upaya yang
ditunjukkan untuk mewadahi kegiatan penduduknya. Kependudukan merupakan
salah satu komponen yang penting dalam merencanakan suatu peran kota. Dengan
adanya kependudukan, maka perputaran arus barang dan arus uang akan menjadi
lebih hidup. Hal ini juga yang menjadikan perkembangan kota menjadi lebih cepat.
Hal tersebut menunjukan bahwa kependudukan merupakan faktor penentu dalam
kegiatan perencanaan wilayah. Untuk proyeksi penduduk dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
4.6.1.1 Proyeksi Penduduk
Proyeksi penduduk merupakan prakiraan jumlah penduduk di masa yang
akan datang. Proyeksi penduduk dapat pula diartikan perhitungan ilmiah yang
didasarkan asumsi dari komponen-komponen laju pertumbuhan penduduk yaitu
kelahiran, kematian dan migrasi penduduk. Ketiga komponen inilah yang
menentukan besarnya jumlah penduduk dan struktur penduduk di masa yang akan
datang. Dengan teknik perhitungan jumlah penduduk, bisa digunakan beberapa cara
seperti proyeksi, estimasi dan cohort. Akan tetapi metode proyeksi adalah metode
yang paling tepat dan cukup akurat dalam perhitungannya. Ada beberapa macam
cara proyeksi yaitu mathematical method dan component method.

Bentuk mathematical model geometrik adalah sebagai berikut :


Pn = Po (1+r)n , dimana :
Pn = Jumlah penduduk tahun ke-n
Po = Jumlah penduduk pada tahun dasar pengamatan
n = periode pengamatan
r = persentase laju pertumbuhan tiap tahun
Hasil dari proyeksi penduduk tahun 2019 sampai 2039 dengan menggunakan

155
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

mathematical method dapat dilihat pada tabel.

Tabel 4.22 Hasil Proyeksi Jumlah Penduduk Kecamatan Bangorejo Tahun 2019-2039
Jumlah Penduduk Tahun
No Nama Desa
2019 2024 2029 2034 2039
1 Desa Bangorejo 8.905 9.160 9.488 9.827 10.179
2 Desa Sambirejo 8.186 8.366 8.595 8.831 9.074
3 Desa Sukorejo 7.299 7.500 7.759 8.026 8.303
4 Desa Ringintelu 6.474 6.498 6.528 6.559 6.589
5 Desa Kebondalem 8.535 8.786 9.109 9.444 9.791
6 Desa Sambimulyo 8.290 8.561 8.913 9.280 9.661
Jumlah 47.690 48.870 50.392 51.967 53.598
Sumber : Hasil Analisa, 2019

Berdasarkan pada analisa kependudukan dapat diketahui bahwa jumlah


penduduk di wilayah Kecamatan Bangorejo dari tahun ke tahun mengalami kenaikan.
Adanya perkembangan kedepannya dengan jumlah yang semakin meningkat dari
tahun ke tahun, maka diperlukan adanya perencanaan distribusi penduduk beserta
kepadatannya dan mengacu pada kemampuan daya dukung lahan terhadap
penyediaan permukiman bagi pertambahan penduduk. Selain itu kepadatan
penduduk juga harus didistribusikan secara merata sehingga antar desa tidak terjadi
ketimpangan yang terlalu besar.
4.6.1.2 Analisis Kepadatan Penduduk
Analisis kepadatan penduduk dibuat untuk mengetahui tingkat kepadatan
setiap desa di Kecamatan Bangorejo. Penentuan klasifikasi kepadatan penduduk di
Kecamatan Bangorejo disesuaikan dengan klasifikasi kepadatan yaitu sangat
rendah, rendah, sedang dan tinggi. Klasifikasi kepadatan penduduk di Kecamatan
Bangorejo berdasarkan pedoman Rencana Detail Tata Ruang, Kepadatan penduduk
di klasifikasikan menjadi 4 (empat) kelas, yaitu:
a) Kepadatan tinggi : 200 – 400 jiwa/ha
b) Kepadatan sedang : 100 – 200 jiwa/ha
c) Kepadatan rendah : 50 – 100 jiwa/ha
d) Kepadatan sangat rendah : 0 – 50 jiwa/ha

156
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 4.19 Peta Kepadatan Penduduk


Berikut ini merupakan table kepadatan penduduk di Kecamatan Bangorejo
hingga tahun 2037 sebagai berikut.
Tabel 4.23 Kepadatan Penduduk di Kecamatan Bangorejo tahun 2039
Kepadatan Penduduk (Jiwa)
Luas
No Desa Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
(Km2)
2019 2023 2029 2033 2039
1 Desa Bangorejo 1034 9 9 9 10 10
2 Desa Sambirejo 935 9 9 9 9 10
3 Desa Sukorejo 979 7 8 8 8 8
4 Desa Ringintelu 680 10 10 10 10 10
5 Desa Kebondalem 1988 4 4 5 5 5
6 Desa Sambimulyo 979 8 9 9 9 10
Jumlah 6595 47 48 50 51 53
Sumber : Hasil Analisa, 2019

Pada tahun 2037 kepadatan penduduk tertinggi terletak pada 4 Desa yaitu
Desa Bangorejo, Desa Sambirejo, Desa Ringintelu, dan Desa Sambimulyo yaitu 10
jiwa/ha. Jika dilihat berdasarkan kepadatan penduduk di Kecamatan Bangorejo dari
tahun 2018 hingga 2037, Kecamatan Bangorejo secara umum memiliki tingkat
kepadatan penduduk sangat rendah, sehingga lahan yang terdapat di Kecamatan
Bangorejo masih dapat menampung penduduk hingga 20 tahun kedepan. Namun
meskipun Kecamatan Bangorejo mampu menampung penduduk hingga 20 tahun
kedepan, tetap diperlukan pengendalian dan pemerataan persebaran penduduk
sehingga penduduk lebih merata serta pelayanan terhadap penduduk lebih optimal.

157
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

4.6.1.3 Proyeksi Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio)


Rasio ketergantungan (dependency ratio) adalah angka yang menyatakan
perbandingan antara banyaknya penduduk usia produktif (penduduk usia dibawah 15
tahun dan penduduk usia 65 tahun atau lebih) dengan banyaknya penduduk usia
produktif (penduduk usia 15-64 tahun) (nurdin, 2010). Rumus untuk menghitung
dependency ratio adalah sebagai berikut.

Menurut Nurdin, rasio ketergantungan lebih merupakan perbandingan antara


penduduk usia muda dan penduduk usia tua dengan penduduk usia kerja. Meskipun
tidak akurat secara ekonomi, rasio ketergantungan dapat menggambarkan
banyaknya penduduk yang harus ditanggung oleh penduduk usia kerja.

Berdasarkan penjabaran diatas, maka proyeksi rasio ketergantungan di masa


yang akan datang dapat dihitung dengan pertama-tama menghitung proyeksi
penduduk di masa yang akan datang. Kemudian, baru dihitung rasio ketergantungan
di masa yang akan datang dengan data dari proyeksi penduduk.

Tabel 4.24 Penduduk Menurut Kelompok Umur BWP Bangorejo Tahun 2018
Kelompok Umur
No Desa 0-4 Tahun 5-9 Tahun 10-14 Tahun
L p L P L P
1 Desa Bangorejo 314 302 336 353 388 318
2 Desa Sambirejo 264 306 342 304 345 344
3 Desa Sukorejo 234 236 255 269 313 301
4 Desa Ringintelu 257 223 285 223 283 239
5 Desa Kebondalem 321 302 321 315 336 377
6 Desa Sambimulyo 293 271 332 327 340 304
Sumber: BPS tahun 2018

Kelompok Umur
No Desa 15-19 Tahun 20-24Tahun 25-29 Tahun
L p L P L P
1 Desa Bangorejo 342 314 233 207 236 265
2 Desa Sambirejo 323 304 302 219 272 247

158
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Kelompok Umur
No Desa 15-19 Tahun 20-24Tahun 25-29 Tahun
L p L P L P
3 Desa Sukorejo 302 294 298 207 236 172
4 Desa Ringintelu 258 232 161 180 205 188
5 Desa Kebondalem 338 294 283 252 259 249
6 Desa Sambimulyo 308 267 262 236 268 242
Sumber: BPS tahun 201

Kelompok Umur
No Desa 30-34 Tahun 35-39Tahun 40-44 Tahun
L p L P L P
1 Desa Bangorejo 286 310 329 348 348 364
2 Desa Sambirejo 276 285 284 275 312 315
3 Desa Sukorejo 232 243 282 274 315 278
4 Desa Ringintelu 240 215 230 219 228 236
5 Desa Kebondalem 277 273 270 324 314 319
6 Desa Sambimulyo 259 291 332 308 331 310
Sumber: BPS tahun 2018

Kelompok Umur
No Desa 45-49 Tahun 50-54Tahun 55-59 Tahun
L p L P L P
1 Desa Bangorejo 343 352 282 316 256 276
2 Desa Sambirejo 312 313 272 279 247 244
3 Desa Sukorejo 270 264 243 237 230 226
4 Desa Ringintelu 242 261 195 215 199 214
5 Desa Kebondalem 279 367 298 328 276 234
6 Desa Sambimulyo 289 309 282 295 278 269
Sumber: BPS tahun 2018

Kelompok Umur
No Desa 60-64 Tahun 65-69 Tahun 70-74 Tahun
L p L P L P
1 Desa Bangorejo 295 241 190 204 125 143
2 Desa Sambirejo 254 225 147 173 125 117
3 Desa Sukorejo 222 176 138 143 90 91
4 Desa Ringintelu 202 202 130 148 98 99
5 Desa Kebondalem 260 215 182 154 126 127
6 Desa Sambimulyo 233 207 174 169 109 120
Sumber: BPS tahun 2018

159
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Kelompok
Umur
No Desa 75+ Tahun
L P
1 Desa Bangorejo 122 115
2 Desa Sambirejo 58 57
3 Desa Sukorejo 91 88
4 Desa Ringintelu 53 108
5 Desa Kebondalem 98 98
6 Desa Sambimulyo 106 102
Sumber: BPS tahun 2018

Berdasarkan jumlah penduduk menurut kelompok umur di atas, proyeksi rasio


ketergantungan (dependency ratio) adalah sebagai berikut.

RK = 10873 + 4418 x 100

32111

= 47,619

Berdasarkan hasil perhitungan penduduk diatas dapat disimpulkan pada BWP


Bagorejo dimana komposisi penduduk berdasarkan umur bahwa interval umur 0 – 14
Tahun memiliki jumlah terbanyak yaitu 10873 jiwa. Umur 15 – 64 tahun mencapai
32111 dan umur 65+ tahun mencapai 4418. berdasakan hasil perhitungan
dependency ratio beban tanggungan di BWP Bangorejo dapat diketahui bahwa rasio
ketergantungan berada pada jumlah 47,619, artinya setiap 100 orang usia produktif
menanggung 47,619 orang usia tidak produktif.

4.6.1.4 Analisis Sex Ratio


Sex ratio biasa digunakan untuk mengukur banyaknya jenis kelamin pada suatu
wilayah. Semakin tingginya angka sex ratio (lebih dari 100) menunjukkan semakin
banyak jumlah penduduk laki-laki dibandingkan dengan penduduk perempuan.
Sedangkan angka sex ratio yang semakin rendah (kurang dari 100) menunjukkan
semakin banyak jumlah penduduk perempuan dibandingkan dengan penduduk laki-
laki dan juga menunjukkan jika kematian penduduk laki-laki lebih besar dibandingkan
kematian penduduk perempuan.
Tabel 4.25 Jumlah Penduduk dan Presentase Penduduk Menurut Desa/ Kelurahan Dan
Jenis Kelamin Pada Kecamatan Bangorejo Tahun 2018
Jumlah dan Presentase Penduduk Sex
Desa/Kelurahan Jumlah
Laki-laki % Perempuan % Rasio
Desa Bangorejo 4417 14,49 4426 14,87 8843 99,80
Desa Sambirejo 4137 13,57 4005 13,46 8142 103,30
Desa Sukorejo 3753 12,31 3497 11,75 7250 107,32

160
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Jumlah dan Presentase Penduduk Sex


Desa/Kelurahan Jumlah
Laki-laki % Perempuan % Rasio
Desa Ringintelu 3267 10,72 3201 10,75 6468 102,06
Desa Kebondalem 4238 13,90 4236 14,23 8474 99,80
Desa Sambimulyo 4198 13,77 4025 13,52 8223 104,30
Sumber: Kecamatan Bangorejo Dalam Angka 2018

Berdasarkandata sex rasio diatas menunjukkan bahwa pada setiap desa yang
ada pada BWP Bangorejo dominan menunjukkan angka lebih dari 100.
Kesimpulannya bahwa penduduk laki-laki melebihi penduduk perempuan di BWP
Bangorejo. Hal tersebut dapat dimanfaatkan sebagai peluang dalam meningkatkan
produktifitas di bidang pertanian karena banyaknya jumlah laki-laki dibandingkan
dengan jumlah perempuan.

4.7 Analisis Ekonomi dan Sektor Unggulan


Analisis dilakukan untuk menciptakan keterkaitan intra-regional (antar
kawasan/kawasan perkotaan/perdesaan/kabupaten/kota) maupun interregional
sehingga teridentifikasi sektor-sektor riil unggulan, dan solusi-solusi secara ekonomi
yang mampu memicu peningkatan ekonomi wilayah kota.

Salah satu cara/metode yang dapat diterapkan untuk mengidentifikasikan


apakah suatu sektor atau sub sektor ekonomi tergolong kategori basis atau non basis
di Kecamatan Bangorejo adalah dengan menggunakan metode perhitungan Location
Quotient (LQ), yaitu dengan membandingkan antara pangsa relatif pendapatan
(tenaga kerja) sektor i pada tingkat wilayah terhadap pendapatan total wilayah
dengan pangsa relatif pendapatan sektor i pada tingkat nasional terhadap
pendapatan total nasional. Apabila nilai LQ suatu sektor ekonomi ≥1 maka sektor
ekonomi tersebut merupakan sektor basis dalam perekonomian daerah yang
bersangkutan, sedangkan bila nilai LQ suatu sektor atau sub sektor ekonomi < 1
maka sektor atau sub sektor ekonomi tersebut merupakan sektor non basis dalam
perekonomian daerah yang bersangkutan. Dalam perhitungan sektor basis
menggunakan LQ tersebut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
menggunakan SLQ (Static Location Quptient) dan DLQ (Dynamic Location Quotient).
Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui kondisi sektor basis pada satu tahun serta
untuk mengetahui sektor mana saja yang memiliki pertumbuhan cepat dan lambat
serta berpotensi untuk menjadi sektor basis sehingga hasil LQ dan DLQ dapat
dikomparasikan. Berikut merupakan hasil perhitungan dari SLQ dan DLQ:

161
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Tabel 4.26 SLQ dan DLQ Bangorejo


No Sektor SLQ Keterangan DLQ Keterangan
1 Pertanian, 1,62 Basis -0,92 Potensi
Kehutanan, perkembangan
Perburuan dan lebih lambat
Perikanan
2 Pertambangan dan 0,51 Non Basis -0,06 Potensi
Penggalian perkembangan
lebih lambat
3 Industri Pengolahan 0,36 Non Basis 0,28 Potensi
perkembangan
lebih lambat
4 Listrik, Gas, dan Air 0,12 Non Basis 0 Potensi
perkembangan
lebih lambat
5 Bangunan 0,45 Non Basis -0,04 Potensi
perkembangan
lebih lambat
6 Perdagangan Besar, 0,64 Non Basis 0,18 Potensi
Eceran, Rumah perkembangan
Makan dan Hotel lebih lambat
7 Angkutan, 0,39 Non Basis -0,26 Potensi
Pergudangan, perkembangan
Informasi dan lebih lambat
Komunikasi
8 Keuangan dan 0,20 Non Basis 0 Potensi
Asuransi, Usaha perkembangan
Persewaan, Tanah lebih lambat
dan Jasa Persewaan
Bangunan
9 Jasa 0,85 Non Basis -2,35 Potensi
Kemasyarakatan, perkembangan
Sosial dan lebih lambat
Perorangan
Sumber : Hasil Analisis 2019

Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa sektor yang berpotensi menjadi sektor
basis dan memiliki pertumbuhan cepat adalah sektor pertanian dengan nilai LQ ≥ 1.
Sedangkan untuk sektor yang tidak berpotensi menjadi sektor basis dan memiliki
pertumbuhan lambat adalah Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan,

162
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Listrik, Gas, dan Air, Bangunan, Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan dan
Hotel, Angkutan, Pergudangan, Informasi dan Komunikasi, Keuangan dan Asuransi,
Usaha Persewaan, Tanah dan Jasa Persewaan Bangunan dan Jasa
Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan.

4.8 Analisis Transportasi


Sistem transportasi yang ada di wilayah perencanaan berupa sistem
transportasi darat yang berupa jaringan transportasi jalan. Sistem transportasi
merupakan gabungan elemen-elemen atau komponen–komponen yang terdiri dari
prasarana (jalan dan terminal), sarana (kendaraan), dan sistem pengoperasian (yang
mengkoordinasikan komponen prasarana dan sarana). Ini berarti bahwa
pengembangan sistem transportasi dimaksudkan untuk mendukung kelancaran
mobilitas manusia antar tata guna lahan dalam memenuhi kebutuhan kehidupan
ekonominya.

Analisa jaringan transportasi dan pergerakan memiliki keterkaitan dengan


pembentukan struktur ruang BWP Bangorejo. Karena adanya keterkaitan antara
sistem transportasi dengan pola tata guna lahan pada suatu kawasan maka telaah
terhadap sistem jaringan pergerakan sangat penting untuk dilakukan. Selain itu
infrastruktur transportasi merupakan kegiatan jasa yang melayani pergerakan
kegiatan sosial dan kegiatan ekonomi penduduk sehingga pelayanan sistem
transportasi harus mampu mendukung dan sesuai dengan struktur dan fungsi BWP
Bangorejo yang telah ditetapkan.

4.8.1 Sistem Kegiatan


Dalam RTRW Banyuwangi, Kecamatan Bangorejo termasuk dalam PKLp
(Pusat Kegiatan Lingkungan promosi) dan merupakan bagian dari Kecamatan yang
menjadi pusat pertumbuhan Kabupaten Banyuwangi selatan yang juga berfungsi
sebagai kawasan Agropolitan. BWP Bangorejo dalam RTRW Banyuwangi ditetapkan
sebagai pusat pemerintahan skala kecamatan, pusat perdagangan dan jasa skala
beberapa kecamatan dan pusat fasilitas umum skala beberapa kecamatan.

Sistem kegiatan yang ada di BWP Bangorejo berdasarkan kondisi eksisting


terdiri dari beberapa zona kegiatan yaitu zona perdagangan dan jasa skala
Kecamatan, zona pendidikan, kegiatan pertanian, zona permukiman, zona
pemerintahan, dan kegiatan peribadatan. Berdasarkan kondisi eksisting kegiatan
perdagangan dan jasa di BWP Bangorejo hanya untuk skala satu Kecamatan yang
belum lengkap sehingga kebutuhan masyarakat yang berada di Desa Bangorejo dan
Kebondalem masih harus keluar dari wilayah BWP Bangorejo untuk mendapatkan

163
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

barang yang diinginkan. Berdasarkan kegiatan tersebut dapat diketahui tarikan yang
ada di BWP Bangorejo yang menimbulkan pergerakan masayarakat di BWP
Bangorejo.

4.8.2 Sistem Pergerakan


Sistem pergerakan yang ada di BWP Bangorejo didominasi oleh aktivitas
yang dilakukan oleh masyarakat pada setiap antar zona kegiatan, pergerakan
menuju lokasi pariwisata yang melintasi ruas jalan utama di Desa Sambirejo, serta
ruas jalan yang terhubung dengan kawasan lain terutama Kecamatan Jajag yang
melayani perdagangan jasa untuk beberapa desa di BWP Bangorejo. Sistem
pergerakan pada koridor perencanaan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.27 Sistem Kegiatan dan Sistem Pergerakan


Sistem kegiatan Sistem pergerakan
Perdagangan dan jasa Sistem pergerakan terjadi antar zona
permukiman dengan zona perdagangan
dan jasa. Kegiatan perdagangan dan jasa
memiliki hubungan yang kuat dengan zona
perumahan sehingga terjadi pergerakan
yang tinggi antar zona.
Selain pergerakan di BWP Bangorejo
sendiri terdapat kegiatan perdagangan dan
jasa di luar kawasan BWP yang menjadi
tujuan masyarakat dalam membeli barang
kebutuhan, hal ini disebabkan oleh pasar
yang ada di BWP Bangorejo masih belum
mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.

Pertanian Sistem pergerakan terjadi antar zona


permukiman dengan zona pertanian
dimana sebagian besar aktivitas
masyarakat berada di lahan pertanian,
sehingga terjadi pergerakan yang tinggi
pada kedua zona.
Pendidikan Sistem pergerakan terjadi antar zona
permukiman dengan zona pendidikan
sehingga terjadi pergerakan yang tinggi
pada kedua zona ini.
Kegiatan peribadatan Sistem pergerakan yang terjadi antar
beberapa zona yaitu permukiman,
perdagangan dan jasa, dan kawasan
pemerintahan dengan kawasan
peribadatan sehingga terjadi pergerakan
tinggi di kawasan ini.
Zona pemerintahan Pergerakan yang terjadi pada zona ini
masuh belum terlalu tinggi sehingga
pergerakan masyarakat hanya terjadi pada
waktu-waktu dan kebutuhan tertentu.
Lokasi pariwisata Pergerakan yang terjadi di Desa Sambirejo
juga didominasi oleh masyarakat yang
menuju ke kawasan pariwisata di pulau
merah, sehingga aktivitas pergerakan yang

164
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Sistem kegiatan Sistem pergerakan


berada di ruas jalan ini cukup tinggi dan
padat
Industri Pergerakan masyarakat pada kegiatan
industri berada di pabrik yang terdapat di
Desa Sambirejo.
Sumber: Survey Sekunder, 2019

4.8.3 Sistem Jaringan Jalan


Rencana sistem jaringan jalan di wilayah BWP Bangorejo difokuskan untuk
mempermudah pergerakan dan aksesbilitas serta antar pusat dengan sub-sub pusat
yang ada di wilayah BWP Bangorejo. Sehingga rencana sistem transportasi tidak
hanya difokuskan pada aksesbilitas di kawasan perencanaan tetapi juga keterkaitan
dengan wilayah yang lebih luas.

Berdasarkan Undang-Undang pasal 7 no. 38 tahun 2004 tentang jalan


dijelaskan bahwa sistem jaringan jalan terdiri atas sistem jaringan jalan primer dan
sistem jaringan jalan sekunder:

1. Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di
tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang
berwujud pusat-pusat kegiatan : pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan
wilayah, pusat kegiatanlokal sampai ke pusat kegiatan lingkungan; dan
menghubungkan antarpusat kegiatan nasional.
2. Sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan
peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam
kawasan perkotaan.
Hierarki jalan merupakan pengelompokan jalan yang didasarkan pada fungsi
jalan, berdasarkan administrasi pemerintah, dan berdasarkan muatan sumbu yang
menyangkut dimensi dan berat kendaraan. Berdasarkan fungsinya, jalan dibagi
menjadi:
Tabel 4.28 Jenis Jalan BWP Bangorejo
Arteri Primer Jalan yang menghubungkanan tarpusat kegiatan nasional atau
antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah.
Kecepatan paling rendah 60km/jam dengan lebar badan jalan
minimal 11m, mempunyai kapasitas lebih besar dari kapasitas
rata– rata dan lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu.
Arteri Sekunder Jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan
sekunder kesatu, kawasan sekunder kesatu
Dengan kawasan sekunder kesatu lainnya, kawasan sekunder
kesatu dengan kawasan sekunder kedua. Kecapatan minimal
30km/jam dengan lebar badan jalan minimal 11m dan lalu lintas
cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat.

165
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Kolektor Primer Jalan yang menghubungkan antara pusat kegiatan nasional dengan
pusat kegiatan local antar pusat kegiatan wilayah atau antar pusat
kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal. Kecepatan paling
rendah 40km/jam dengan lebar badan jalan minimal 9m.
Kolektor Jalan yang menghubungkan antar pusat kegiatan nasional dengan
Sekunder pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan wilayah atau antar pusat
kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal. Kecepatan minimal
540km/jam dengan lebar badan jalan miniml 9m
Lokal primer Jalan lokal primer adalah ruas jalan yang menghubungkan kota
jenjang kesatu dengan persil, dengan kecepatan rencana lebih dari
20 km/jam
Lokal sekunder Jalan lokal sekunder adalah ruas jalan yang menghubungkan
kawasan sekunder satu dengan perumahan atau kawasan
sekunder dua dengan perumahan, dan seterusnya. Dengan tingkat
kecepatan rencana lebih dari 10 km/jam
Jalan lingkungan Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan
ciri-ciri perjalanan jarak dekat dan kecepatan rata-rata rendah
Sumber : Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006

Jalan umum menurut fungsinya (UU Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan
Pasal 8) dikelompokkan ke dalam :
a) Jalan arteri, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama
dengan cirri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan
jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.
b) Jalan kolektor, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan cirri perjalanan jarak sedang,
kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.
c) Jalan lokal, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan cirri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata
sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
d) Jalan lingkungan, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan cirri perjalanan jarak dekat dan kecepatan rata-rata
rendah.
Jalan menurut statusnya dikelompokkan ke dalam: jalan nasional, jalan
provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa (UU Nomor 38 Tahun
2004 tentang Jalan pasal 9).
a) Jalan nasional
b) Jalan provinsi
c) Jalan kabupaten
d) Jalan kota
e) Jalan desa

Berdasarkan muatan sumbu yang menyangkut dimensi dan berat kendaraan,


jalan dibedakan menjadi:

166
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

1. jalan kelas I, yaitu jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui Kendaraan
Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus)
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 (delapan belas ribu)
milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan
muatan sumbu terberat 10 (sepuluh) ton;

2. jalan kelas II, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat
dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua
ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 (dua belas
ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter,
dan muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton;

3. jalan kelas III, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat
dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 (dua
ribu seratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 (sembilan ribu)
milimeter, ukuran paling tinggi 3.500 (tiga ribu lima ratus) milimeter, dan
muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton; dan

4. jalan kelas khusus, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor
dengan ukuran lebar melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran
panjang melebihi 18.000 (delapan belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi
4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat lebih dari
10 (sepuluh) ton.

Perhitungan LOS (Level Of Service). LOS (Level of Service) atau tingkat


pelayanan jalan adalah salah satu metode yang digunakan untuk menilai kinerja jalan
yang menjadi indikator dari kemacetan.Pemilihan lokasi counting didasarkan pada
asumsi tingkat keramaian pergerakan masyarakat, yang terbagi menjadi dua tempat
di perempatan Desa Sambimulyo dan perempatan Desa Sukorejo. Perempatan Desa
Sambimulyo merupakan jalan menuju kawasan pariwisata pulau merah. Berikut hasil
perhitungan LOS pada BWP Bangorejo.

 Perempatan Desa Sambimulyo

Tabel 4.29 Data Hasil Counting Sambimulyo 2019


Jenis kendaraan Hasil counting
Motor 194
Mobil 54
Motor 132
Mobil 32
Motor 78
Mobil 9

167
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Jenis kendaraan Hasil counting


Motor 168
Mobil 60
Truk 10
Sumber: Hasil Counting 2019

 Perempatan Desa Sukorejo

Tabel 4.30 Data Hasil Counting Sukorejo 2019


Jenis kendaraan Hasil counting
Motor 128
Mobil 54
Motor 97
Mobil 7
Motor 143
Mobil 25
Motor 143
Mobil 40
Truk 5
Sumber: Hasil Counting 2019

Berdasarkan hasil perhitungan LOS di dua tempat berbeda dihasilkan


perhitungan di perempatan Desa Sambimulyo sebesar 0,266 sedangkan di Desa
Sukorejo didapatkan 0,226, berdasarkan tingkat pelayanan jalan termasuk dalam
tingkat pelayanan B yaitu:

Tabel 4.31 Tingkat Pelayanan MKJI


Tingkat
Rasio Karakteristik
pelayanan
A 0,00-0,19 Arus bebas, volume rendah, dan kecepatan tinggi,
pengemudi dapat memilih kecepatan yang
dikehendaki
B 0,20-0,44 Arus stabil, kecepatan sedikit terbatas oleh lalu
lintas, pengemudi masih dapat bebas dalam memilih
kecepatannya
C 0,45-0,74 Arus stabil, kecepatan dapat di kontrol oleh lalu lintas
D 0,75-0,84 Arus mulai tidak stabil, kecepatan rendah dan
berbeda-beda, volume mendekati kapasitas
E 0,85-1,0 Arus tidak stabil, kecepatan rendah dan berbeda-
beda, volume mendekati kapasitas
F Lebih besar Arus yang terhambat, kecepatan rendah, volume
dari 1,0 diatas kapasitas, sering terjadi kemacetan pada
waktu yang lam
Sumber: MKJI

Tingkat pelayanan di BWP Bangorejo termasuk dalam tingkat pelayanan B


dimana memiliki karakteristik Arus stabil, kecepatan sedikit terbatas oleh lalu lintas,
pengemudi masih dapat bebas dalam memilih kecepatannya. Sehingga perlu adanya
penyesuaian tingkat pelayanan jalan dengan karakteristik tersebut. Jaringan jalan di
BWP Bangorejo sebagai berikut:

168
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

1. Jalan Kabupaten
Merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak termasuk
jalan nasional dan propinsi yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan
ibukota kecamatan, antar ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat
kegiatan lokal, antar pusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan
jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.
Jalan yang ada di BWP Bangorejo termasuk kedalam jenis jalan Kabupaten.
Yang termasuk sistem jaringan jalan kabupaten di BWP Bangorejo adalah
sebagai berikut:
a. Jaringan jalan yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan
ibukota kecamatan
b. Jaringan jalan yang menghubungkan antar ibukota kecamatan dan
antar desa
c. Jaringan jalan yang menghubungkan ibu kota kecamatan dan atau
pusat perdesaan dengan kawasan pertanian, perikanan, perkebunan,
kehutanan, dan pariwisata
d. Jaringan jalan sekunder didalam kawasan perkotaan
Jaringan jalan lingkungan yang menghubungkan antar permukiman
perkotaan dan antar permukiman perdesaan diseluruh kabupaten
2. Jaringan jalan kolektor primer

Jalan yang menghubungkan antara pusat kegiatan nasional dengan pusat


kegiatan lokal antar pusat kegiatan wilayah atau antar pusatkegiatan wilayah
dengan pusat kegiatan lokal. Yang termasuk dalam jenis jaringan jalan kolektor
primer pada kawasan BWP Bangorejo adalah sebagai berikut:

Tabel 4.32 Jaringan Jalan Kolektor Primer BWP Bangorejo


Jaringan Jalan Kolektor Primer
Desa Temurejo 6 Jl. Kartini 1
Jl. Sambirejo-Sukorejo Jl. Kartosudirjo
Kebondalem-Kesilir Krajan Jl. H. Mujuri
Glagah Agung-Sambirejo Ruas jalan jajag-bangorejo-pesanggaran
Sambirejo Kebondalem Jl. Kartosudirjo 1
Jl. Pemuda Jl. Soekarno Hatta
Jl. Kartini 2 Jl. Lingkungan Bangorejo 9
Jl. Soekarno Hatta 2 Jl. H. Sulaiman
Sumber: GIS SHP jaringan jalan

3. Jaringan Jalan Lokal Primer

Jaringan jalan lokal primer adalah jaringan jalan yang menghubungkan antara
kawasan perkotaan dengan kawasan perkotaan lainnya, atau kawasan perkotaan

169
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

dengan kawasan pedesaan pendukungnya. Yang termasuk jaringan jalan lokal


primer di kawasan BWP Bangorejo adalah sebagai berikut:

Tabel 4.33 Jaringan Jalan Lokal Primer BWP Bangorejo


Jaringan Jalan Lokal Primer
Jl. Kebondalem-Ringintelu Jl Haji Arjo Subronto
Jl Bengkulu Jl Dulmungin 1
Gg Desa Bangorejo 2 Jl Dulmungin 2
Jl Flores (poros Ringintelu-Sukorejo) Jl Dulmungin 3
Sambimulyo-Sambirejo Jl Kartini
Jl Syaiful Bahri Jl Sambirejo-Sukorejo
Jl PB Sudirman 1 Jl Kartosudirjo 2
Jl Kemantren 4 Jl Isno
Jl Kemantren 5 Jl Marto Ngabdul 1
Jl Kemantren 6 Jl Marto Ngabdul 2
Jl PB Sudirman 2 Jl Marto Ngabdul 3
Sumber: Survey Primer, 2019

4. Jaringan Jalan Lokal Sekunder


Jaringan jalan lokal sekunder yang ada di wilayah BWP Bangorejo adalah
sebagai berikut:

Tabel 4.34 Jaringan Jalan Lokal Sekunder BWP Bangorejo


Jaringan Jalan Lokal Sekunder
Sambirejo-Sukorejo Jl Slamet
Jl. Ringintelu-Kebondalem Jl Pattimura
Jl Kartini Bangorejo-Gunungsari
Gg Desa Bangorejo 4 Jl sawah 8
Gg H Sulaiman 18 Gg Desa Bangorejo 1
Jl sawah 10 Jl Imam Bonjol
Jl Raya Pesanggaran Jl Marto Ngabdul
Jl Bulukembar 3 Jl Bulukembar 4
Jl Bulukembar 1 Jl Bulukembar 2
Jl Imam Bonjol Jl Marto Ngabdul 4
Jl Marto Ngabdul 5 Jl sawah 17
Jl Sawah 35
Sumber: Survey Primer, 2019

Rencana pengembangan jaringan jalan di BWP Bangorejo anatara lain


sebagai berikut:

a. Rencana jalan lintas selatan


b. Jalan lingkar
c. Jalan tembus potensial
d. Rencana peningkatan kualitas fungsi jalan dari jalan Kabupaten menjadi
jalan Provinsi di ruas jalan Jajag-Bangorejo-Pesanggaran
e. Pengembangan jembatan

Berdasarkan penjabaran diatas, maka dapat diarahkan dimensi jalan pada


masing-masing fungsi jalan. Arahan ini mengacu pada Peraturan Pemerintah no

170
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

34 tahun 2006. Dimensi jalan berpengaruh pada pola pergerakan di BWP


Bangorejo. Analisa jaringan jalan pada BWP Bangorejo adalah sebagai berikut:

Tabel 4.35 Analisis Jaringan Jalan BWP Bangorejo


LOKASI KONDISI ANALISA
EKSISTING
Desa Aspal dan berlubang Pada ruas jalan utama yang terletak di
Sambirejo sepanjang koridor kantor desa yaitu Jl.
Isno, ruas Jl. Kartini, Jl. Imam Bonjol, ruas
jalan Sambirejo-Sukorejo, kondisi jalan
aspal yang ada masih ada yang berlubang
dan kondisi tergenang oleh air, sehingga
untuk kedepannya perlu adanya perbaikan
jalan yang berlubang untuk memudahkan
akses masyarakat.
Makadam Kondisi jalan makadam berada di ruas
jalan lingkungan terhubung dengan jalan
utama, tepatnya berada di ruas Jl.
Sambirejo-Sukorejo, Jl Marto Ngabdul 4, Jl
Marto Ngabdul 5, Jl Marto Ngabdul 2,
untuk kedepannya perlu adanya
peningkatan perkerasan jalan yaitu
dengan mengubah kondisi jalan yang
awalnya makadam menjadi aspal atau
beton.
Pavling Perkerasan jalan yang menggunakan
pavling berada di ruas jalan gang, untuk
kedepannya tidak perlu adanya perubahan
perkerasan.
Belum ada Kondisi jalan yang berada di kawasan
perkerasan perbatasan di Jl. Sambirejo-Sukorejo,
masih belum ada perkerasan sehingga
akses pada kawasan ini masih susah,
pada musim hujan kondisi jalan licin,
sehingga untuk kedepannya perlu adanya
pengembangan dan perbaikan jalan pada
wilayah perbatasan dengan mengubah
perkerasan menggunakan jalan aspal.
Desa Sukorejo Aspal Kondisi ruas jalan utama di desa Sukorejo
sudah menggunakan perkerasan aspal,
namun masih ada jalan yang bolong dan
untuk kedepannya perlu adanya perbaikan
jalan berlubang.
Makadam Kondisi jalan makadam di desa ini hampir
50%, sehingga akses untu
Belum ada Kondisi jalan yang masih belum ada
perkerasan perkerasan terdapat di jalan-jalan menuju
lahan pertanian yang ada di desa
Sukorejo, sehingga untuk
pengembangannya diperlukan adanya
pengembangan pembangunan perkerasan
jalan untuk memudahkan akses
masyarakat menuju lahan pertanian
Bangorejo Aspal Pada beberapa ruas jalan di koridor jalan
Pesanggaran, Jl Soekarno hatta, desa
Bangorejo kondisi jalan aspal sudah bagus
dan tidak ada bolongan, namun di
beberapa ruas jalan masih ada yang rusak

171
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

LOKASI KONDISI ANALISA


EKSISTING
dan berbolong tepatnya di Jl. Kartini 1,
untuk masa mendatang diperlukan adanya
pengembangan perbaikan jalan untuk
memudahkan akses masyarakat.
Makadam Pada ruas jalan di Gg Desa Bangorejo 1,
ruas jalan Bangorejo – Gunungsari, Gg
Desa Bangorejo 2, masih berupa
makadam, sehingga perlu adanya
pengembangan perkerasan jalan untuk
memudahkan akses masyarakat.
Paving Jalan paving yang ada di Desa Bangorejo
terletak di jalan lingkungan yang masuk
gang permukiman masyarakat,
pengembangan jalan paving untuk
kedepannya tidak perlu diperbaiki.
Jalan tanpa Jalan tanpa perkerasan yang ada di desa
perkerasan Bangorejo terletak di ruas jalan menuju
lahan pertanian, sehingga untuk
kedepannya perlu adanya pengembangan
perkerasan jalan
Kebondalem Aspal Kondisi jalan beraspal yang ada di Desa
Kebondalem sudah bagus dan tidak ada
bolongan pada ruas jalan utama terutama
pada jalan perbatasan Kebondalem-
Sambirejo, ruas jalan menuju
perdagangan dan jasa, ruas jalan menuju
kantor pemerintahan, sedangkan untuk
jalan beraspal yang mengalami kerusakan
atau bolongan terdapat di beberapa ruas
jalan menuju kawasan pertanian, sehigga
perlu adanya perbaikan jalan yang rusak
untuk memudahkan mobilitas masyarakat.
Makadam Makadam terdapat pada beberapa ruas
jalan menuju permukiman masyarakat,
sehingga kedepannya diperlukan
pengembangan perbaikan perkerasan
jalan menjadi aspal atau beton.
Paving Kondisi jalan berpaving di Desa
Kebondalem terdapat pada gang menuju
rumah atau permukiman masyarakat,
untuk kedepannya jalan perlu
dipertahankan agar pergerakan
masyarakat tidak terganggu
Jalan tanpa Jalan tanpa perkerasan di Desa
perkerasan Kebondalem terdapat di beberapa ruas
dengan presentase lebih sedikit, sehingga
kedepannya diperlukan adanya
pengembangan perkerasan jalan menjadi
jalan beraspal atau beton.
Sambimulyo Aspal Jalan aspal yang terdapat di Desa
Sambimulyo terdapat pada ruas jalan
utama desa dan beberapa ruas jalan
perbatasan, beberapa ruas jalan aspal di
Desa Sambimulyo masih dalam keadaan
kurang baik dan bolong sehingga
diperlukan perbaikan jalan.

172
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

LOKASI KONDISI ANALISA


EKSISTING
Makadam Jalan makadam di Desa Sambimulyo
terdapat pada ruas jalan gang yang
menuju permukiman dan lahan pertanian
masyarakat, sehingga kedepannya
diperlukan peningkatan perkerasan jalan
menjadi aspal atau beton agar
memudahkan masyarakat dalam
melakukan pergerakan.
Paving Kondisi jalan paving di Desa Sambimulyo
terdapat di gang kecil yang ada di
permukiman masyarakat. untuk
kedepannya perlu dipertahankan agar
masyarakat dapat mengakses
permukiman dengan baik.
Jalan tanpa Terdapat beberapa ruas jalan tanpa
perkerasan perkerasan di Desa Sambimulyo sehingga
diperlukan pengembangan dengan
perkerasan aspal atau beton.
Ringintelu Aspal Kondisi jalan beraspal di Desa Ringintelu
masih terdapat ruas jalan yang rusak dan
berlubang sehingga pengembangannya
perlu adanya perbaikan jalan aspal yang
rusak.
Makadam Kondisi jalan makadam di Desa Ringintelu
hanya terdapat di beberapa ruas jalan
sehingga pengembangannya diperlukan
perbaikan perkerasan jalan menjadi jalan
aspal atau beton.
Paving Kondisi jalan paving yang ada di Desa
Ringintelu terdapat di jalan gang menuju
permukiman masyarakat, sehingga
kedepannya perlu dipertahankan untuk
memudahkan pergerakan masyarakat.
Jalan tanpa Jalan tanpa perkerasan di Desa Ringintelu
perkerasan terdapat di beberapa ruas jalan sehingga
untuk kedepannya diperlukan
pengembangan perkerasan menjadi aspal
atau beton.
Sumber: Hasil Analisa 2019

173
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 4.20 Peta Kondisi Jaringan Jalan


Lebar jalan eksisting di BWP Bangorejo berbeda-beda untuk setiap wilayah,
berikut data lebar jalan eksisting di BWP Bangorejo:

Tabel 4.36 Lebar Jalan Eksisting BWP Bangorejo


Desa Jalan Lebar jalan
Bangorejo Jalan lokal sekunder 12 meter
Jalan lokal primer 8 meter
Jalan lingkungan atau jalan paving 6 meter
Sambirejo Jalan lokal sekunder 6,5 meter
Jalan lokal primer 4,5 meter
Jalan lokal primer atau jalan paving 2 meter
Sambimulyo Jalan lokal primer 4,3 meter
Arteri sekunder 6,2 meter
Kolektor 5 meter
Jalan lingkungan 2,9
Sukorejo Lokal sekunder 6,5 meter
Jalan lokal primer 5 dan 4,5 meter
Jalan lokal primer atau jalan paving 3 meter
Kebondalem Lokal sekunder 10 meter
Jalan lokal primer 8 meter
Jalan lokal primer atau jalan paving 6 meter
Ringintelu Lokal sekunder 4 meter
Lokal primer 3 meter
Lingkungan 1 atau jalan paving 2 meter
Sumber: Survey Sekunder, 2019

174
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Rencana dimensi jalan meliputi penentuan lebar ruang manfaat jalan, ruang
pengawasan jalan, dan ruang milik jalan. Dalam penetapan dimensi jalan ini harus
memenuhi standar minimum yang terdapat cukup ruang untuk jalur hijau dan
kelengkapan jalan (Street Furniture).Pengertian rumija, rumaja, dan ruwasja di
jelaskan secara rinci sebagai berikut:

 Rumaja (ruang manfaat jalan) adalah suatu ruang yang dimanfaatkan


untuk konstruksi jalan dan terdiri atas badan jalan, saluran tepi jalan, serta
ambang pengamannya. Badan jalan meliputi jalur lalu lintas, dengan atau
tanpa jalur pemisah dan bahu jalan, termasuk jalur pejalan kaki. Ambang
pengaman jalan terletak di bagian paling luar, dari ruang manfaat jalan,
dan dimaksudkan untuk mengamankan bangunan jalan.
 Rumija/Ruang milik jalan (Right Of Way) adalah sejalur tanah tertentu di
luar ruang manfaat jalan yang masih menjadi bagian dari ruang milik jalan
yang dibatasi oleh tanda batas ruang milik jalan yang dimaksudkan untuk
memenuhi persyaratan keluasan keamanan penggunaan jalan antara lain
untuk keperluan pelebaran ruang manfaat jalan pada masa yang akan
datang.
 Ruwasja (Ruang pengawasan jalan) adalah ruang tertentu yang terletak
di luar ruang milik jalan yang penggunaannya diawasi oleh penyelenggara
jalan agar tidak mengganggu pandangan pengemudi, konstruksi
bangunan jalan apabila ruang milik jalan tidak cukup luas, dan tidak
mengganggu fungsi jalan. Terganggunya fungsi jalan disebabkan oleh
pemanfaatan ruang pengawasan jalan yang tidak sesuai dengan
peruntukannya.
Dimensi pada masing-masing fungsi jalan di BWP Bangorejo disesuaikan
dengan standart dan mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006
tentang Jalan.

175
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 4.21 Peta Hierarki Jaringan Jalan


4.9 Analisis Sumber Daya Buatan
4.9.1 Analisis Ketersediaan Sarana Wilayah
4.9.1.1 Fasilitas Pendidikan
Pada table pendidikan dapat diketahui bahwa failitas pendidikan mulai jenis tk
hingga SMA telah ada di Kecamatan Bangorejo. Dalam pengembangan
kawasannya fasilitas harus dapat melayani masyarakatnya, oleh karena itu
dilakukan analisis pengembangan kebutuhan fasilitas wilayah hingga 20 tahun
kedepan. Analisis ini menggunakan proyeksi penduduk dengan tabel SNI tentang
penyediaan fasilitas pendidikan berdasarkan jumlah penduduk pendukungnya.

176
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Tabel 4.37 Standar Kebutuhan Fasilitas Pendidikan


Jenis Jumlah Kebutuhan Standard Kriteria Keterangan
Sarana Penduduk (m2/jwa)
Luas Luas Radius Lokasi dan
Lantai Lahan Penyelesaian
Taman 1.250 216 500 0,28 500 Di tengah 2 rombongan
Kanak- Terma m2/j m’ kelompok prabelajar @ 60
Kanak s uk warga. Tidak murid dapat
rumah menyeberan g bersatu dengan
penjag jalan raya. sarana
a 36 Bergabung lain
m2 dengan taman
sehingga
terjadi
Sekolah 1.600 633 2.000 1,25 1.000 Kebutuhan
pengelompok
Dasar m’ harus
an
Berdasarkan
kegiatan.
perhitungan
SLTP 4.800 2.282 9.000 1,88 1.000 Dapat
dengan rumus
m’ dijangkau
2,
SMU 4.800 3.835 12.500 2,6 3.000 Dengan
3 dan 4.
m’ kendaraan
Dapat
umum.
digabung
Disatukan
dengan
dengan
sarana
lapangan
pendidika n
olah raga.
lain, mis. SD,
Tidak selalu
SMP, SMA
harus di
dalam satu
pusat
komplek
lingkungan.
Taman 2.500 72 150 0,09 1.000 Di tengah
Bacaan m’ kelompok
warga
tidak
menyeberan g
jalan
lingkungan.
Sumber: SNI 03-1733-1989, Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota.

Untuk menghitung proyeksi kebutuhan fasilitas pendidikan hingga 20 tahun


ke depan terhitung mulai tahun 2018 maka dibutuhkan proyeksi kependudukan

177
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

mulai tahun 2019 hingga tahun 2039. Cara yang digunakan dalam menghitung
proyeksi penduduk ini menggunakan cara bentuk mathematical model geometric
sehingga menghasilkan proyeksi penduduk Kecamatan Bangorejo sebagai berikut.
Tabel 4.38 Proyeksi Penduduk Kecamatan Bangorejo
No Nama Desa Jumlah Penduduk Tahun
2019 2023 2028 2033 2039
1 Desa Bangorejo 8.905 9.160 9.488 9.827 10.179
2 Desa Sambirejo 8.186 8.366 8.595 8.831 9.074
3 Desa Sukorejo 7.299 7.500 7.759 8.026 8.303
4 Desa Ringintelu 6.474 6.498 6.528 6.559 6.589
5 Desa Kebondalem 8.535 8.786 9.109 9.444 9.791
6 Desa Sambimulyo 8.290 8.561 8.913 9.280 9.661
Sumber: Analisis, 2019

A. Fasilitas Pendidikan TK
Berdasarkan tabel diatas minimum penduduk yang mendukung keberadaan
sarana pendidikan TK yaitu tiap 1 unit TK harus dapat melayani 1250 jiwa
penduduk, dengan luas lahan minimal yang dibutuhkan untuk fasilitas ini adalah
500 m2. Sehingga jumlah sarana TK pada kondisi eksisting dibandingkan
dengan pedoman standar pelayanan minimum mulai dari tahun 2019 hingga
2039 contoh perhitungannya dapat diketahui pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.39 Perbandingan Jumlah TK Eksisting Dengan Kebutuhan Pertambahan TK Tahun
2019 Berdasarkan SNI
Jumlah Penduduk Jumlah
TK
Penduduk Pendukung TK
No. Desa Berdasarkan
Tahun Berdasarkan Eksisting
SNI 2018
2019 SNI 2018
1. Desa Bangorejo 8.905 1.250 5 8
2. Desa Sambirejo 8.186 1.250 3 7
3. Desa Sukorejo 7.299 1.250 3 6
4. Desa Ringintelu 6.474 1.250 3 6
5. Desa Kebondalem 8.535 1.250 5 7
6. Desa Sambimulyo 8.290 1.250 5 7
Sumber: Analisis
Selanjutnya untuk mengetahui kebutuhan fasilitas pendidikan TK hingga 20
tahun ke depan diperlukan proyeksi jumlah penduduk. Proyeksi penduduk yang
digunakan dalam menghitung kebutuhan fasilitas kesehatan ini digunakan
proyeksi penduduk dengan rentan waktu setiap 5 tahun hingga mencapai 20
tahun terhitung dari tahun 2019. Setelah mengetahui hasil proyeksi seperti pada
tabel proyeksi kependudukan Kecamatan Bangorejo diatas hingga 20 tahun

178
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

terhitung tahun 2019 diatas maka selanjutnya yaitu menentukan jumlah


kebutuhan TK di Kecamatan Bangorejo.
Tabel 4.40 Kebutuhan Fasilitas TK Tahun 2023-2039 Kecamatan Bangorejo
Kebutuhan TK Berdasarkan SNI
Desa TK Eksisting
(2023) (2028) (2033) (2039)
Desa Bangorejo 5 8 8 8 9
Desa Sambirejo 3 7 7 8 8
Desa Sukorejo 3 6 7 7 7
Desa Ringintelu 3 6 6 6 6
Desa Kebondalem 5 8 8 8 8
Desa Sambimulyo 5 7 8 8 8
Sumber: Analisis

Tabel diatas merupakan tabel kebutuhan pendidikan TK berdasarkan SNI


03-1733-1989 tentang tata cara perencanaan kawasan perumahan kota. Terlihat
bahwa selama 20 tahun fasilitas pendidikan TK bertambah, sehingga sangat
diperlukan penambahan fasilitas sesuai dengan SNI atau tabel diatas sehingga
kebutuhan akan fasilitas TK dapat terpenuhi.

B. SD/MI-Sederajat
Berdasarkan SNI 03-1733-1989 tentang tata cara perencanaan kawasan
perumahan kota minimum penduduk yang mendukung keberadaan sarana
pendidikan SD yaitu tiap 1 unit SD harus dapat melayani 1600 jiwa penduduk,
dengan luas lahan minimal yang dibutuhkan untuk fasilitas ini adalah 2000 m2.
Sehingga jika ingin mengetahui kebutuhan fasilitas pendidikan SD di Kecamatan
Bangorejo mulai tahun 2019 hingga tahun 2039, dilakukan dengan cara jumlah
sarana SD pada kondisi eksisting dibandingkan dengan pedoman standar
pelayanan minimum dapat diketahui pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.41 Kebutuhan Fasilitas SD Tahun 2018-2037 Kecamatan Bangorejo
Jumlah Kebutuhan SD Berdasarkan SNI (1.600
Desa SD Jiwa/SD)
Eksisting 2019 2024 2029 2034 2039
Desa Bangorejo 4 6 6 6 7 7
Desa Sambirejo 6 6 6 6 6 6
Desa Sukorejo 5 5 5 5 6 6
Desa Ringintelu 3 5 5 5 5 5
Desa Kebondalem 8 6 6 6 6 7
Desa Sambimulyo 9 6 6 6 6 7
Sumber: Analisis

179
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa fasilitas pendidikan SD/MI-sederajat


dapat ditambah sesuai dengan kebutuhan yang telah ada di tabel hasil diatas,
dengan kata lain bahwa fasilitas pendidikan SD di beberapa desa Kecamatan
Bangorejo belum memenuhi jumlah standar, sehingga diperlukan penambahan
sesuai dengan tabel diatas.

C. SMP/MTS-Sederajat
Untuk fasilitas pendidikan berupa SMP/MTS-sederajat sesuai dengan SNI
03-1733-1989 tentang tata cara perencanaan kawasan perumahan kota
penduduk yang mendukung keberadaan sarana pendidikan SMP yaitu tiap 1 unit
SMP harus dapat melayani 4800 jiwa penduduk, dengan luas lahan minimal yang
dibutuhkan untuk fasilitas ini adalah 9000 m2. Sehingga jumlah sarana SMP
eksisting dan jumlah SMP berdasarkan SNI mulai tahun 2019-2039 dapat
diketahui di tabel bawah ini

Tabel 4.42 Kebutuhan Fasilitas SMP Tahun 2019-2039 Kecamatan Bangorejo


Jumlah Kebutuhan SMP Berdasarkan SNI (4.800
Desa SMP Jiwa/SMP)
Eksisting 2019 2024 2029 2034 2039
Desa Bangorejo 2 2 2 2 3 3
Desa Sambirejo 2 2 2 2 2 2
Desa Sukorejo 2 2 2 2 2 2
Desa Ringintelu 1 2 2 2 2 2
Desa Kebondalem 1 2 2 2 2 3
Desa Sambimulyo 1 2 2 2 2 3
Sumber: Analisis

Dari tabel diatas kita dapat mengetahui jumlah kebutuhan fasilitas


pendidikan berupa SMP di setiap 5 tahun hingga mencapai 20 tahun ke depan
terhitung mulai tahun 2019 hingga tahun 2039. Dapat dilihat pada tabel diatas
desa-desa di Kecamatan Bangorejo memerlukan kebutuhan penambahan
fasilitas pendidikan SMP sesuai dengan kebutuhan SNI seperti tabel diatas.

D. SMA/SMK-Sederajat
Jika melihat pada tabel SNI 03-1733-1989 tata cara perencanaan kawasan
perumahan kota penduduk tentang fasilitas pendidikan, penduduk yang
mendukung keberadaan sarana pendidikan SMA yaitu tiap 1 unit SMA harus
dapat melayani 4800 jiwa penduduk, dengan luas lahan minima yang dibutuhkan
untuk fasilitas ini adalah 12500 m2. Sehingga jumlah sarana SMA eksisting dan

180
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

jumlah SMA berdasarkan SNI mulai tahun 2019-2039 dapat diketahui di tabel
bawah ini

Tabel 4.43 Kebutuhan Fasilitas SMA Tahun 2019-2039 Kecamatan Bangorejo


Jumlah Kebutuhan SMA Berdasarkan SNI (4.800
Desa SMA Jiwa/SMA)
Eksisting 2019 2024 2029 2034 2039
Desa Bangorejo 2 2 2 2 3 3
Desa Sambirejo 2 2 2 2 2 2
Desa Sukorejo 0 2 2 2 2 2
Desa Ringintelu 0 2 2 2 2 2
Desa Kebondalem 2 2 2 2 2 3
Desa Sambimulyo 1 2 2 2 2 3
Sumber: Analisis

Tabel diatas menunjukkan jumlah kebutuhan fasilitas pendidikan berupa


SMA di setiap 5 tahun hingga mencapai 20 tahun ke depan terhitung mulai tahun
2019 hingga tahun 2039. Dapat dilihat pada tabel diatas desa-desa di
Kecamatan Bangorejo memerlukan kebutuhan penambahan fasilitas pendidikan
SMA sesuai dengan kebutuhan SNI seperti tabel diatas.

Gambar 4.22 Peta Radius Pelayanan Fasilitas Pendidikan

181
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 4.23 Peta Proyeksi Kebutuhan Pendidikan


4.9.1.2 Fasilitas Peribadatan
Pada tabel jumlah fasilitas peribadatan diatas Kecamatan Bangorejo memiliki
fasilitas peribadatan berupa Masjid, Langgar, Gereja Katolik, dan Vihara. Dalam
pengembangan kawasannya fasilitas harus dapat melayani masyarakatnya, oleh
karena itu dilakukan analisis pengembangan kebutuhan fasilitas wilayah hingga 20
tahun kedepan. Analisis ini menggunakan proyeksi penduduk dengan tabel SNI
tentang penyediaan fasilitas pendidikan berdasarkan jumlah penduduk
pendukungnya.

Tabel 4.44 Standar Kebutuhan Fasilitas Peribadatan


K
rit
Jumlah Kebutuhan e
Standa
Pendudu ri
Jenis rd
k a
Sarana (m2/jw
Penduku Lokasi
Luas Luas a)
ng Radi dan
Lantai Lahan
us Penyelesa
Min(m2). Min(m2)
ian
Musholla/ 250 45 100 bila 0,36 100 Di tengah
Langgar bangunan m’ kelompok
Tersendiri tetangga.
Dapat
merupakan
bagian
dari
bangunan

182
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

K
rit
Jumlah Kebutuhan e
Standa
Pendudu ri
Jenis rd
k a
Sarana (m2/jw
Penduku Lokasi
Luas Luas a)
ng Radi dan
Lantai Lahan
us Penyelesa
Min(m2). Min(m2)
ian
sarana lain

Mesjid 2.500 300 600 0,24 1.000 Di tengah


Warga m’ kelompok
tetangga
tidak
menyebera
ng jalan
raya. Dapat
bergabung
dalam
lokasi balai
warga.
Mesjid 30.000 1.800 3.600 0,12 Dapat
Lingkun dijangkau
gan dengan
(Kelurah kendaraan
an) umum
Sarana Tergantu Tergantu Tergantu - - -
ibadah ng ng ng
agama sistem kebiasaa kebiasaa
yang lain kekeraba n n
tan / setempat setempat
hirarki
lembaga
Sumber: SNI 03-1733-1989, Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota .

Untuk menghitung proyeksi kebutuhan fasilitas peribadatan hingga 20 tahun ke


depan terhitung mulai tahun 2019 maka dibutuhkan proyeksi kependudukan mulai
tahun 2019 hingga tahun 2039. Cara yang digunakan dalam menghitung proyeksi
penduduk ini menggunakan cara bentuk mathematical model geometric sehingga
menghasilkan proyeksi penduduk Kecamatan Bangorejo sebagai berikut.
Tabel 4.45 Proyeksi Penduduk Kecamatan Bangorejo
No Nama Desa Jumlah Penduduk Tahun
2019 2023 2028 2033 2039
1 Desa Bangorejo 8.905 9.160 9.488 9.827 10.179
2 Desa Sambirejo 8.186 8.366 8.595 8.831 9.074
3 Desa Sukorejo 7.299 7.500 7.759 8.026 8.303
4 Desa Ringintelu 6.474 6.498 6.528 6.559 6.589

183
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

No Nama Desa Jumlah Penduduk Tahun


2019 2023 2028 2033 2039
5 Desa Kebondalem 8.535 8.786 9.109 9.444 9.791
6 Desa Sambimulyo 8.290 8.561 8.913 9.280 9.661
Sumber: Analisis

A. Fasilitas Peribadatan Masjid

Masjid merupakan fasilitas peribadatan bagi umat islam untuk memenuhi


kebutuhan spiritual dan rohaninya. Masjid digunakan untuk umat silam beribadah
dengan Tuhannya yaitu Allah. Masjid sangat dibutuhkan mengingat di
Kecamatan Bangorejo mayoritasnya adalah pemeluk agama islam. Berdasarkan
tabel SNI 03-1733-1989 tata cara perencanaan kawasan perumahan kota
penduduk tentang fasilitas peribadatan, minimum penduduk yang mendukung
keberadaan sarana peribadata Masjid yaitu tiap 1 unit Masjid harus dapat
melayani 2500 jiwa penduduk, dengan lua lahan minimal yang dibutuhkan untuk
fasilitas ini adalah 600 m2. Sehingga jumlah saran Masjid mulai dari tahun 2019
hingga tahun 2039 dilakukan dengan cara membandingkan kondisi eksisting
dengan pedoman standar pelayanan dan proyeksi kependudukan dapat
diketahui pada tabel berikut.
Tabel 4.46 Kebutuhan Fasilitas Masjid Tahun 2019-2039 Kecamatan Bangorejo
Desa Jumlah Kebutuhan Masjid Berdasarkan SNI (2.500
Masjid Jiwa/Masjid)
Eksisting 2019 2024 2029 2034 2039
Desa Bangorejo 12 4 4 4 4 5
Desa Sambirejo 17 4 4 4 4 4
Desa Sukorejo 8 3 3 4 4 4
Desa Ringintelu 7 3 3 3 3 3
Desa Kebondalem 12 4 4 4 4 4
Desa Sambimulyo 14 4 4 4 4 4
Sumber: Analisis

Berdasarkan hasil analisis pada tabel diatas yaitu kebutuhan masjid hingga
20 tahun ke depan diketahui bahwa fasilitas peribadatan berupa masjid seluruh
desa-desa di Kecamatan Bangorejo telah terpenuhi dengan baik sesuai dengan
SNI yang ada, sehingga tidak diperlukan penambahan fasilitas peribadatan
berupa masjd untuk 20 tahun kedepan terhitung mulai tahun 2019 hingga 2039.

B. Fasilitas Peribadatan Musholla Atau Langgar

184
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Langgar merupakan fasilitas peribadatan untuk pemeluk agama islam, sama


seperti masjid yang memiliki fungsi untuk memfasilitasi dan memenuhi
kebutuhan spiritual dan rohaninya serta untuk beribadah ke pada Tuhannya.
Langgar cenderung lebih kecil daripada masjid dan menampung lebih sedikit dari
masjid. Berdasarkan tabel SNI 03-1733-1989 tata cara perencanaan kawasan
perumahan kota penduduk tentang fasilitas peribadatan, penduduk yang
mendukung keberadaan sarana peribadatan Musholla/Langgar yaitu tiap 1 unit
Musholla/Langgar harus dapat melayani 250 jiwa penduduk, dengan luas lahan
minimal yang dibutuhkan untuk fasilitas ini adalah 100 m2. Sehingga jumlah
kebutuhan langgar mulai dari tahun 2019 hingga tahun 2039 dilakukan dengan
cara membandingkan kondisi eksisting dengan pedoman standar pelayanan dan
proyeksi kependudukan dapat diketahui pada tabel berikut.

Tabel 4.47 Kebutuhan Fasilitas Langgar Tahun 2019-2039 Kecamatan Bangorejo


Desa Jumlah Kebutuhan Langgar Berdasarkan SNI
Langgar (250Jiwa/Langgar)
Eksisting 2019 2024 2029 2034 2039
Desa Bangorejo 58 36 37 38 40 41
Desa Sambirejo 25 33 34 35 36 37
Desa Sukorejo 30 30 30 32 33 34
Desa Ringintelu 42 26 26 27 27 27
Desa Kebondalem 59 35 36 37 38 40
Desa Sambimulyo 88 34 35 36 38 39
Sumber: Analisis

Berdasarkan hasil analisis pada tabel diatas diketahui bahwa Desa


Sambimulyo, Kebondalem, Ringintelu, dan Bangorejo telah memenuhi SNI
sehingga tidak diperlukan penambahan fasilitas peribadatan berupa langgar.
Namun pada Desa Sambirejo, dan Sukorejo diperlukan penambahan sesuai
pada analisis pada tabel diatas yang mengacu pada proyeksi kependudukan
dam SNI.
C. Fasilitas Peribadatan Pura
Pura merupakan fasilitas peribadatan bagi umat hindu, di Kecamatan
Bangorejo masyarakat yang memeluk agama hindu merupakan terbanyak ke 2
setalah umat islam. Berdasarkan tabel SNI 03-1733-1989 tata cara perencanaan
kawasan perumahan kota penduduk tentang fasilitas peribadatan, penduduk
yang mendukung keberadaan sarana peribadatan Pura yaitu tiap unit Pura harus
dapat melayani penduduk tergantung pada sistem kekerabatan / hirarki lembaga,

185
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

dengan luas lahan minimal yang dibutuhkan untuk fasilitas ini tergantung kepada
kebiasaan setempat. Sehingga jumlah kebutuhan pura mulai dari tahun 2019
hingga tahun 2039 dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 4.48 Kebutuhan Fasilitas Pura Tahun 2019-2039 Kecamatan Bangorejo


Desa Jumlah Kebutuhan Pura Berdasarkan SNI
Pura
2019 2024 2029 2034 2039
Eksisting
Desa Bangorejo 0 - - - - -
Desa Sambirejo 3 - - - - -
Desa Sukorejo 0 - - - - -
Desa Ringintelu 1 - - - - -
Desa Kebondalem 2 - - - - -
Desa Sambimulyo 2 - - - - -
Sumber: Analisis

Dapat dilihat pada tabel diatas peribadatan pura di Kecamatan Bangorejo


berada di Desa Sambirejo, Desa Ringintelu, Desa Kebondalem, Desa
Sambimulyo. Untuk proyeksi kebutuhan peribadatan pura untuk 20 tahun
kedepan tergantung sistem kekerabatan / hirarki lembaga
D. Fasilitas Peribadatan Gereja Katolik
Gereja katolik merupakan tempat peribadatan bagi umat atau masyarakat
yang beraga katolik, gereja katolik ini dibangun untuk memenuhi kebutuhan
spiritual dan rohani bagi umat atau masyarakat katolik. Berdasarkan tabel SNI
03-1733-1989 tata cara perencanaan kawasan perumahan kota penduduk
tentang fasilitas peribadatan, Berdasarkan tabel SNI 03-1733-1989 tata cara
perencanaan kawasan perumahan kota penduduk tentang fasilitas peribadatan,
penduduk yang mendukung keberadaan sarana peribadatan Gereja Katolik yaitu
tiap unit Gereja Katolik harus dapat melayani penduduk tergantung pada sistem
kekerabatan / hirarki lembaga, dengan luas lahan minimal yang dibutuhkan untuk
fasilitas ini tergantung kepada kebiasaan setempat. Sehingga jumlah kebutuhan
pura mulai dari tahun 2019 hingga tahun 2039 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.49 Kebutuhan Fasilitas Gereja Katolik Tahun 2019-2039 Kecamatan Bangorejo
Jumlah Kebutuhan Gereja Katolik Berdasarkan SNI
Gereja
Desa
Katolik 2019 2024 2029 2034 2039
Eksisting
Desa Bangorejo 1 - - - - -

186
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Jumlah Kebutuhan Gereja Katolik Berdasarkan SNI


Gereja
Desa
Katolik 2019 2024 2029 2034 2039
Eksisting
Desa Sambirejo 1 - - - - -
Desa Sukorejo 0 - - - - -
Desa Ringintelu 2 - - - - -
Desa Kebondalem 2 - - - - -
Desa Sambimulyo 0 - - - - -
Sumber: Analisis
Berdasarkan pada tabel diatas peribadatan Gereja Katolik di Kecamatan
Bangorejo berada di Desa Sambirejo, Desa Ringintelu, Desa Kebondalem, Desa
Bangorejo. Untuk proyeksi kebutuhan peribadatan Gereja Katolik untuk 20 tahun
kedepan tergantung sistem kekerabatan / hirarki lembaga.

Gambar 4.24 Peta Fasilitas Peribadatan


4.9.1.3 Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang berada di Kecamatan Bangorejo telah dipaparkan di
table jumlah fasilitas kesehatan yang berupa PUSKESMAS, PUSTU, POLIKLINIK,
dan POSYANDU. Fasilitas kesehatan tersebut tersebar di berbagai desa yang
berada di Kecamatan Bangorejo. Untuk mengetahui kebutuhan akan fasilitas

187
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

kesehatan di Kecamatan Bangorejo terdapat table SNI tentang kebutuhan fasilitas


kesehatan berdasarkan jumlah penduduk pendukungnya.

Tabel 4.50 Standar Kebutuhan Fasilitas Kesehatan


Jenis Jumlah Kubutuhan Standar Kriteria Keterangan
Sarana Penduduk Luas Luas d Radis Lokasi
Pendukun Lantai Laha (m2/jwa) us dan
g Min(m2) n Min Penyeles
. (m2). ai an
Posyandu 1.250 36 60 0,048 500 Di tengah Dapat
kelompok bergabung
tetangga dengan balai
tidak warga atau
Menyeber sarana
ang jalan hunian/ruma
raya. h
Balai 2.500 150 300 0,12 1.000 Di tengah Dapat
Pengobata m’ kelompok bergabung
n Warga tetangga dalam
tidak lokasi balai
Menyeber warga
ang jalan
raya.
BKIA / 30.000 1.500 3.000 0,1 4.000 Dapat
Klinik m’ dijangkau
Bersalin dengan
kendaraan
umum
Puskesmas 30.000 150 300 0,006 1.500 -idem- Dapat
Pembantu m’ bergbung
dan Balai dalam
Pengobata lokasi
n kantor
Lingkungan kelurahan

Puskesma 120.000 420 1.000 0,008 3.000 -idem- Dapat


s dan Balai m’ bergabung
Pengobat dalam
an lokasi

188
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Jenis Jumlah Kubutuhan Standar Kriteria Keterangan


Sarana Penduduk Luas Luas d Radis Lokasi
Pendukun Lantai Laha (m2/jwa) us dan
g Min(m2) n Min Penyeles
. (m2). ai an
kantor
kecamatan
Tempat 5.000 18 - - 1.500m -idem- Dapat
Praktek ’ bersatu
Dokter dengan
Apotik / 30.000 120 250 0,025 1.500 -idem- rumah
Rumah m’ tinggal/tem
Obat pat
usaha/apoti
k
Sumber: SNI 03-1733-1989, Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota.

Selanjutnya untuk menghitung proyeksi kebutuhan fasilitas kesehatan hingga


20 tahun ke depan terhitung mulai tahun 2019 maka dibutuhkan proyeksi
kependudukan mulai tahun 2019 hingga tahun 2039. Cara yang digunakan dalam
menghitung proyeksi penduduk ini menggunakan cara bentuk mathematical model
geometric sehingga menghasilkan proyeksi penduduk Kecamatan Bangorejo
sebagai berikut.
Tabel 4.51 Proyeksi Penduduk Kecamatan Bangorejo
No Nama Desa Jumlah Penduduk Tahun
2019 2024 2029 2034 2039
1 Desa Bangorejo 8.905 9.160 9.488 9.827 10.179
2 Desa Sambirejo 8.186 8.366 8.595 8.831 9.074
3 Desa Sukorejo 7.299 7.500 7.759 8.026 8.303
4 Desa Ringintelu 6.474 6.498 6.528 6.559 6.589
5 Desa Kebondalem 8.535 8.786 9.109 9.444 9.791
6 Desa Sambimulyo 8.290 8.561 8.913 9.280 9.661
Sumber: Analisis
A. Fasilitas Kesehatan Puskesmas
Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta
masyarakat dan memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Depkes RI, 1991).
Berdasarkan tabel SNI 03-1733-1989 tata cara perencanaan kawasan

189
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

perumahan kota penduduk tentang fasilitas kesehatan, minimum penduduk yang


mendukung keberadaan sarana peribadata Puskesmas yaitu tiap 1 unit
Puskesmas harus dapat melayani 120.000 jiwa penduduk, dengan luas lahan
minimal yang dibutuhkan untuk fasilitas ini adalah 1000 m2. Sehingga jumlah
saran Puskesmas mulai dari tahun 2019 hingga tahun 2039 dilakukan dengan
cara membandingkan kondisi eksisting dengan pedoman standar pelayanan dan
proyeksi kependudukan dapat diketahui pada tabel berikut
Tabel 4.52 Kebutuhan Fasilitas Puskesmas Tahun 2019-2039 Kecamatan Bangorejo
Jumlah Kebutuhan Puskesmas Berdasarkan SNI
Desa Puskesmas (120.000jiwa/puskesmas)
Eksisting 2019 2024 2029 2034 2039
Desa Bangorejo 0 0 0 0 0 0
Desa Sambirejo 1 1 1 1 1 1
Desa Sukorejo 0 0 0 0 0 0
Desa Ringintelu 0 0 0 0 0 0
Desa Kebondalem 1 1 1 1 1 1
Desa Sambimulyo 0 0 0 0 0 0
Sumber: Analisis

Dari tabel diatas dapat diketahun bahwa fasilitas kesehatan berupa


Puskesmas di Kecamatan Bangorejo telah memenuhi standard dan telah
memfasilitasi seluruh masyarakat di Kecamatan Bangorejo. Fasilitas puskesmas
sendiri terdapat pada Desa Sambirejo, dan Desa Kebondalem saja namun kedua
puskesmas tersebut dapat menampung masing-masing yaitu 120.000 jiwa.
B. Fasilitas Kesehatan Pustu
Pustu atau singkatan dari puskesmas pembantu, merupakan salah satu dari
fasilitas kesehatan yang membantu dari kinerja puskesmas. Berdasarkan tabel
SNI 03-1733-1989 tata cara perencanaan kawasan perumahan kota penduduk
tentang fasilitas kesehatan, minimum penduduk yang mendukung keberadaan
sarana kesehatan Puskesmas dan Balai Kesehatan yaitu tiap 1 unit Puskesmas
pembantu harus dapat melayani 30000 jiwa penduduk, dengan luas lahan
minimal yang dibutuhkan untuk fasilitas ini adalah 300 m2. Sehingga jumlah
saran Puskesmas Pembantu mulai dari tahun 2019 hingga tahun 2039 dilakukan
dengan cara membandingkan kondisi eksisting dengan pedoman standar
pelayanan dan proyeksi kependudukan dapat diketahui pada tabel berikut

190
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Tabel 4.53 Kebutuhan Fasilitas Puskesmas Pembantu Tahun 2019-2039 Kecamatan


Bangorejo
Desa Jumlah Kebutuhan Pustu Berdasarkan SNI
Pustu (120.000jiwa/pustu)
Eksisting 2019 2024 2029 2034 2039
Desa Bangorejo 1 1 1 1 1 1
Desa Sambirejo 1 1 1 1 1 1
Desa Sukorejo 1 1 1 1 1 1
Desa Ringintelu 0 0 0 0 0 0
Desa Kebondalem 1 1 1 1 1 1
Desa Sambimulyo 0 0 0 0 0 0
Sumber: Analisis

Dari tabel diatas dapat diketahun bahwa fasilitas kesehatan berupa


Puskesmas Pembantu di Kecamatan Bangorejo telah memenuhi standard dan
telah memfasilitasi seluruh masyarakat di Kecamatan Bangorejo. Fasilitas
puskesmas pembantu sendiri terdapat pada Desa Sambirejo, Desa Bangorejo,
Desa Sukorejo dan Desa Kebondalem saja namun keempat puskesmas tersebut
dapat menampung masing-masing yaitu 30.000 jiwa.
C. Fasilitas Kesehatan Poliklinik/Balai Pengobatan
Poliklinik atau balai pengobatan merupakan salah satu fasilitas kesehatan
yang berada di Kecamatan Bangorejo. Berdasarkan tabel SNI 03-1733-1989 tata
cara perencanaan kawasan perumahan kota penduduk tentang fasilitas
kesehatan, minimum penduduk yang mendukung keberadaan sarana kesehatan
Poliklinik/Balai Pengobatan d yaitu tiap 1 unit Balai Pengobatan harus dapat
melayani 30.000 jiwa penduduk, dengan luas lahan minimal yang dibutuhkan
untuk fasilitas ini adalah 300 m2. Sehingga jumlah saran Puskesmas Pembantu
mulai dari tahun 2019 hingga tahun 2039 dilakukan dengan cara
membandingkan kondisi eksisting dengan pedoman standar pelayanan dan
proyeksi kependudukan dapat diketahui pada tabel berikut.
Tabel 4.54 Kebutuhan Fasilitas Puskesmas Pembantu Tahun 2019-2039 Kecamatan
Bangorejo
Jumlah Kebutuhan Pustu Berdasarkan SNI
Desa Pustu (120.000jiwa/pustu)
Eksisting 2019 2024 2029 2034 2039
Desa Bangorejo 1 1 1 1 1 1
Desa Sambirejo 0 0 0 0 0 0
Desa Sukorejo 0 0 0 0 0 0
Desa Ringintelu 0 0 0 0 0 0

191
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Jumlah Kebutuhan Pustu Berdasarkan SNI


Desa Pustu (120.000jiwa/pustu)
Eksisting 2019 2024 2029 2034 2039
Desa Kebondalem 0 0 0 0 0 0
Desa Sambimulyo 0 0 0 0 0 0
Sumber: Analisis

Tabel diatas menunjukkan bahwa fasilitas kesehatan berupa Poliklinik/balai


pengobatan di Kecamatan Bangorejo telah memenuhi standard dan telah
memfasilitasi seluruh masyarakat di Kecamatan Bangorejo. Fasilitas
Poliklinik/balai pengobatan sendiri terdapat pada Desa Bangorejo saja namun
Poliklinik/balai pengobatan tersebut dapat menampung hingga yaitu 30.000 jiwa.
D. Fasilitas Kesehatan Posyandu
Posyandu adalah wadah pemeliharaan kesehatan yang dilakukan dari, oleh
dan untuk masyarakat yang dibimbing petugas terkait. (Departemen Kesehatan
RI. 2006). Di Kecamatan Bangorejo terdapat posyandu pada setiap desanya.
Berdasarkan tabel SNI 03-1733-1989 tata cara perencanaan kawasan
perumahan kota penduduk tentang fasilitas kesehatan, penduduk yang
mendukung keberadaan sarana kesehatan Posyandu yaitu tiap 1 unit Posyandu
harus dapat melayani 1250 jiwa penduduk, dengan luas lahan minimal yang
dibutuhkan untuk fasilitas ini adalah 60 m2. Sehingga jumlah saran Posyandu
mulai dari tahun 2019 hingga tahun 2039 dilakukan dengan cara
membandingkan kondisi eksisting dengan pedoman standar pelayanan dan
proyeksi kependudukan dapat diketahui pada tabel berikut.
Tabel 4.55 Kebutuhan Fasilitas Puskesmas Pembantu Tahun 2019-2039 Kecamatan
Bangorejo
Jumlah Kebutuhan Posyandu Berdasarkan SNI
Desa Posyandu (1250jiwa/posyandu)
Eksisting 2019 2024 2029 2034 2039
Desa Bangorejo 12 8 8 8 8 9
Desa Sambirejo 14 7 7 7 8 8
Desa Sukorejo 9 6 6 7 7 7
Desa Ringintelu 9 6 6 6 6 6
Desa Kebondalem 12 7 8 8 8 8
Desa Sambimulyo 14 7 7 8 8 8
Sumber: Analisis
Berdasarkan tabel analisis diatas diketahui jumlah kebutuhan posyandu per
5 tahun sesuai SNI, hasil dari analisis tersebut yaitu fasilitas kesehatan berupa
posyandu di desa-desa Kecamatan Bangorejo sudah terpunuhi hingga tahun

192
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

2037. Sehingga tidak diperlukan penambahan fasilitas kesehatan berupa


posyandu.

Gambar 4.25 Peta Proyeksi Kebutuhan Kesehatan


4.9.1.4 Fasilitas Perdagangan Dan Jasa
Fasilitas Perdagangan dan Jasa yang berada di Kecamatan Bangorejo telah
dipaparkan di tabel jumlah fasilitas perdagangan dan jasa yang berupa Pasar
Permanen, Pasar Semi Permanen, Pasar Tanpa Bangunan, Minimarket,
Toko/warung kelontong. Fasilitas perdagangan dan jasa tersebut tersebar di
berbagai desa yang berada di Kecamatan Bangorejo. Dalam pengembangan
kawasannya fasilitas harus dapat melayani masyarakatnya, oleh karena itu
dilakukan analisis pengembangan kebutuhan fasilitas wilayah hingga 20 tahun
kedepan. Untuk mengetahui kebutuhan akan fasilitas perdagangan dan jasa di
Kecamatan Bangorejo terdapat table SNI tentang kebutuhan fasilitas perdagangan
dan jasa berdasarkan jumlah penduduk pendukungnya.

193
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Tabel 4.56 Standar Kebutuhan Fasilitas Perdagangan dan Jasa


Kriter
Jumlah Kebutuhan
Standa ia
Pendudu
Jenis Luas rd
k Luas Lokasi dan
Sarana Lahan (m2/jwa Radiu
Penduku Lantai Penyelesai
Min(m2 ) s
ng Min(m2). an
).
Toko / 250 50 100 0,4 300 Di tengah
Warung (termas (bila m’ kelompok
uk berdiri tetanggan
gudang) sendiri dapat
) merupakan
bagian dari
sarana lain

Pertokoan 6.000 1.200 3.000 0,5 2.000 Di pusat


m’ kegiatan
sub
lingkungan.
KDB 40
dapat
berbentuk
P&D
Pusat 30.000 13.500 10.000 0,33 Dapat
pertokoan dijangkau
+ Pasar dengan
Lingkunga kendaraan
n umum
Pusat 120.000 36.000 36.000 0,3 Terletak di
perbelanja jalan
an dan utama.
niaga (took Termasuk
+ pasar + sarana
bank + parker
kantor) sesuai
ketentuan
setempat
Sumber: SNI 03-1733-1989, Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota .

194
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Selanjutnya untuk menghitung proyeksi kebutuhan fasilitas perdagangan dan


jasa hingga 20 tahun ke depan terhitung mulai tahun 2019 maka dibutuhkan
proyeksi kependudukan mulai tahun 2019 hingga tahun 2039. Cara yang digunakan
dalam menghitung proyeksi penduduk ini menggunakan cara bentuk mathematical
model geometric sehingga menghasilkan proyeksi penduduk Kecamatan Bangorejo
sebagai berikut
Tabel 4.57 Proyeksi Penduduk Kecamatan Bangorejo
Jumlah Penduduk Tahun
No Nama Desa
2019 2024 2029 2034 2039
1 Desa Bangorejo 8.905 9.160 9.488 9.827 10.179
2 Desa Sambirejo 8.186 8.366 8.595 8.831 9.074
3 Desa Sukorejo 7.299 7.500 7.759 8.026 8.303
4 Desa Ringintelu 6.474 6.498 6.528 6.559 6.589
5 Desa Kebondalem 8.535 8.786 9.109 9.444 9.791
6 Desa Sambimulyo 8.290 8.561 8.913 9.280 9.661
Sumber: Analisis
A. Fasilitas Perdagangan Dan Jasa Warung/Toko
Warung/toko merupakan salah satu fasilitas perdagangan dan jasa yang
ada di Kecamatan Bangorejo. Berdasarkan Berdasarkan tabel SNI 03-1733-
1989 tata cara perencanaan kawasan perumahan kota penduduk tentang
fasilitas perdagangan dan jasa, standar minimum penduduk yang mendukung
keberadaan warung/toko yaitu tiap 1 unit warung/toko harus dapat melayani 250
jiwa penduduk, dengan luas lahan minimal yang dibutuhkan untuk fasilitas ini
adalah 100 m2. Sehingga jumlah saran Warung/Toko mulai dari tahun 2019
hingga tahun 2039 dilakukan dengan cara membandingkan kondisi eksisting
dengan pedoman standar pelayanan dan proyeksi kependudukan dapat
diketahui pada tabel berikut.
Tabel 4.58 Kebutuhan Fasilitas Warung/Toko Tahun 2018-2037 Kecamatan Bangorejo
Jumlah Kebutuhan Warung/Toko Berdasarkan
Desa Warung/toko SNI (250 jiwa/warung atau toko)
Eksisting 2019 2024 2029 2034 2039
Desa Bangorejo 54 36 37 38 40 41
Desa Sambirejo 49 33 34 35 36 37
Desa Sukorejo 42 30 30 32 33 34
Desa Ringintelu 58 26 26 27 27 27
Desa Kebondalem 112 35 36 37 38 40
Desa Sambimulyo 115 34 35 36 38 39
Sumber: Analisis

195
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Dapat diketahui dari tabel diatas bahwa fasilitas perdagangan dan jasa
warung/toko di Kecamatan Bangorejo, di seluruh Desa-Desa telah terfasilitasi
warung/toko sebagai fasilitas perdagangan dan jasa. Sehingga tidak diperlukan
penambahan fasilitas perdagangan dan jasa berupa warung/toko di Kecamatan
Bangorejo.
B. Fasilitas Perdagangan Dan Jasa Pasar Permanen
Pasar permanen merupakan salah satu fasilitas perdagangan dan jasa yang
berupa pasar tetap atau tidak bisa dirubah lagi. Pada tabel SNI 03-1733-1989
tata cara perencanaan kawasan perumahan kota penduduk tentang fasilitas
perdagangan dan jasa, standar minimum penduduk yang mendukung
keberadaan pasar permanen yaitu tiap 1 unit pasar permanen harus dapat
melayani 120.000 jiwa penduduk, dengan luas lahan minimal yang dibutuhkan
untuk fasilitas ini adalah 36.000 m2. Sehingga jumlah saran pasar permanen
mulai dari tahun 2019 hingga tahun 2039 dilakukan dengan cara
membandingkan kondisi eksisting dengan pedoman standar pelayanan dan
proyeksi kependudukan dapat diketahui pada tabel berikut.
Tabel 4.59 Kebutuhan Fasilitas Pasar Permanen Tahun 2019-2039 Kecamatan Bangorejo
Jumlah Kebutuhan Pasar Permanen Berdasarkan
Pasar SNI (120.000jiwa/pasar permanen)
Desa
Permanen
2019 2024 2029 2034 2039
Eksisting
Desa Bangorejo 0 0 0 0 0 0
Desa Sambirejo 0 0 0 0 0 0
Desa Sukorejo 0 0 0 0 0 0
Desa Ringintelu 0 0 0 0 0 0
Desa Kebondalem 1 1 1 1 1 1
Desa Sambimulyo 1 1 1 1 1 1
Sumber: Analisis
Tabel diatas menunjukkan bahwa fasilitas Perdagangan dan Jasa berupa
Pasar Permanen di Kecamatan Bangorejo telah memenuhi standard dan telah
memfasilitasi seluruh masyarakat di Kecamatan Bangorejo. Fasilitas Pasar
Permanen sendiri terdapat pada Desa Bangorejo saja namun Pasar Permanen
tersebut dapat menampung hingga yaitu 120.000 jiwa.
C. Fasilitas Perdagangan Dan Jasa Pasar Semi Permanen
Pasar semi permanen merupakan salah satu fasilitas perdagangan dan jasa
yang berupa pasar yang tidak bersifat permanen namun semi permanen. Pada
tabel SNI 03-1733-1989 tata cara perencanaan kawasan perumahan kota

196
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

penduduk tentang fasilitas perdagangan dan jasa, standar minimum penduduk


yang mendukung keberadaan pasar semi permanen yaitu tiap 1 unit pasar semi
permanen harus dapat melayani 30.000 jiwa penduduk, dengan luas lahan
minimal yang dibutuhkan untuk fasilitas ini adalah 10.000 m2. Sehingga jumlah
saran pasar permanen mulai dari tahun 2019 hingga tahun 2039 dilakukan
dengan cara membandingkan kondisi eksisting dengan pedoman standar
pelayanan dan proyeksi kependudukan dapat diketahui pada tabel berikut.
Tabel 4.60 . Kebutuhan Fasilitas Pasar Semi Permanen Tahun 2019-2039 Kecamatan
Bangorejo
Jumlah Kebutuhan Pasar Semi Permanen
Pasar Semi Berdasarkan SNI (30.000jiwa/pasar semi
Desa
Permanen permanen)
Eksisting 2019 2024 2029 2034 2039
Desa Bangorejo 2 2 2 2 2 2
Desa Sambirejo 1 1 1 1 1 1
Desa Sukorejo 2 2 2 2 2 2
Desa Ringintelu 0 0 0 0 0 0
Desa Kebondalem 0 0 0 0 0 0
Desa Sambimulyo 1 1 1 1 1 1
Sumber: Analisis
Tabel diatas menunjukkan bahwa fasilitas Perdagangan dan Jasa berupa
Pasar Semi Permanen di Kecamatan Bangorejo telah memenuhi standard dan
telah memfasilitasi seluruh masyarakat di Kecamatan Bangorejo. Fasilitas Pasar
Semi Permanen sendiri terdapat pada Desa Bangorejo, Desa Sambirejo, Desa
Sukorejo, dan Desa Sambimulyo saja namun Pasar Semi Permanen tersebut
dapat menampung hingga yaitu 30.000 jiwa pada masing-masing pasar semi
permanen sehingga dapat memfasilitasi seluruh masyarakat di Kecamatan
Bangorejo.
D. Fasilitas Perdagangan Dan Jasa Pertokoan
Fasilitas perdagangan dan jasa yang berupa pertokoan di Kecamatan
Bangorejo sudah ada dibeberapa desanya. Pada tabel SNI 03-1733-1989 tata
cara perencanaan kawasan perumahan kota penduduk tentang fasilitas
perdagangan dan jasa, standar minimum penduduk yang mendukung
keberadaan pertokoan yaitu tiap 1 unit pertokoan harus dapat melayani 6.000
jiwa penduduk, dengan luas lahan minimal yang dibutuhkan untuk fasilitas ini
adalah 3.000 m2. Sehingga jumlah saran pertokoan mulai dari tahun 2019
hingga tahun 2039 dilakukan dengan cara membandingkan kondisi eksisting

197
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

dengan pedoman standar pelayanan dan proyeksi kependudukan dapat


diketahui pada tabel berikut.
Tabel 4.61 Kebutuhan Fasilitas Pertokoan Tahun 2019-2039 Kecamatan Bangorejo
Jumlah Kebutuhan Pertokoan Berdasarkan SNI
Desa Pertokoan (6.000jiwa/pasar semi permanen)
Eksisting 2019 2024 2029 2034 2039
Desa Bangorejo 1 2 2 2 2 2
Desa Sambirejo 0 2 2 2 2 2
Desa Sukorejo 0 2 2 2 2 2
Desa Ringintelu 0 2 2 2 2 2
Desa Kebondalem 1 2 2 2 2 2
Desa Sambimulyo 2 2 2 2 2 2
Sumber: Analisis
Dari tabel diatas diketahui bahwa pertokoan di Kecamatan Bangorejo yang
sudah memenuhi SNI hingga tahun 2039 adalah Desa Sambimulyo. Untuk desa-
desa yang lain seperti Desa Bangorejo, Desa Sambirejo, Desa Sukorejo, Desa
Ringintelu, Desa Kebondalem, sehingga diperlukan penambahan fasilitas
perdagangan dan jasa berupa pertokoan di desa-desa tersebut.

Gambar 4.26 Peta Proyeksi Kebutuhan Perdagangan Jasa


4.9.1.5 Fasilitas Pemerintahan
Fasilitas Pemerintahan dan Pelayanan Umum berfungsi sebagai penunjang
kegiatan administrasi pemerintahan di suatu wilayah. Fasilitas pemerintahan di

198
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Kecamatan Bangorejo sangat beragam mulai dari terdapatnya kantor kecamatan,


kantor desa, kantor pos, pos hansip, polsek, koramil, dan lain-lain. Dalam
pengembangan kawasannya fasilitas harus dapat melayani masyarakatnya, oleh
karena itu dilakukan analisis pengembangan kebutuhan fasilitas wilayah hingga 20
tahun kedepan. Untuk mengetahui kebutuhan akan fasilitas pemerintahan di
Kecamatan Bangorejo terdapat table SNI tentang kebutuhan fasilitas perdagangan
dan jasa berdasarkan jumlah penduduk pendukungnya.

Tabel 4.62 Kebutuhan Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum


Jenis Jumlah Kebutuhan Per Stan Kriteria
Sarana Penduduk Satuan Sarana dard
Pendukung Luas Luas (m2/j Radius Lokasi dan
(jiwa) Lantai Lahan iwa) pencapai Penyelesaian
Min. Min. an
(m2 (m2)
Balai 2.500 150 300 0,12 Di tengah
pertemua kelompok
n bangunan
pos hansip 2.500 6 12 0,06 500 m’ hunian warga,
ataupun di akses
keluar/masuk
dari kelompok
bangunan.
RW Dapat
berintegrasi
dengan
bangunan
sarana yang lain.
gardu 2.500 20 30 0,01 500 m’ Lokasi dan
listrik 2 bangunannya
harus
mempertimbang
kan keamanan
dan
kenyamanan
sekitar.
Telepon 2.500 - 30 0,01 500 m’ Lokasinya
umum, bis 2 disebar pada
surat titiktitik

199
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Jenis Jumlah Kebutuhan Per Stan Kriteria


Sarana Penduduk Satuan Sarana dard
Pendukung Luas Luas (m2/j Radius Lokasi dan
(jiwa) Lantai Lahan iwa) pencapai Penyelesaian
Min. Min. an
(m2 (m2)
strategis atau di
sekitar pusat
lingkungan
parkir 2.500 - 100 0,04 Dilokasikan
umum dapat melayani
kebutuhan
bangunan
sarana
kebudayaan dan
rekreasi lain
berupa balai
pertemuan
warga.
Kantor 30.000 500 1.000 0,03 Dapat dijangkau
kelurahan 3 dengan
pos kamtib 30.000 72 200 0,00 kendaraan
6 umum.
pos 30.000 72 200 0,00 Beberapa
pemadam 6 sarana dapat
kebakaran digabung dalam
Agen 30.000 36 72 0,00 satu atau
pelayanan 24 kelompok
pos Kelura bangunan pada
Loket han 30.000 21 60 0,00 tapak yang
pembayar 2 sama.
an air Agen layanan
bersih pos dapat
Loket 30.000 21 60 0,00 bekerja sama
pembayar 2 dengan pihak
an listrik yang mau
berinvestasi dan
bergabung

200
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Jenis Jumlah Kebutuhan Per Stan Kriteria


Sarana Penduduk Satuan Sarana dard
Pendukung Luas Luas (m2/j Radius Lokasi dan
(jiwa) Lantai Lahan iwa) pencapai Penyelesaian
Min. Min. an
(m2 (m2)
dengan sarana
lain
dalam bentuk
wartel, warnet,
atau warpostel.
Loket
pembayaran air
bersih dan listrik
lebih baik saling
bersebelahan.
telepon 30.000 - 80 0,00 Lokasinya
umum, bis 3 disebar pada
surat, bak titiktitik strategis
sampah atau di sekitar
kecil pusat
lingkungan.
parkir 30.000 - 500 0,01 Dilokasikan
umum 7 dapat melayani
kebutuhan
bangunan
sarana
kebudayaan dan
rekreasi lain
berupa geduang
serba guna /
balai karang
taruna.
Kantor 120.00 1.000 2.500 0,02 Dapat dijangkau
kecamata 0 dengan
n kendaraan
kantor 120.00 500 1.000 0,00 umum.
polisi 0 1 Beberapa

201
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Jenis Jumlah Kebutuhan Per Stan Kriteria


Sarana Penduduk Satuan Sarana dard
Pendukung Luas Luas (m2/j Radius Lokasi dan
(jiwa) Lantai Lahan iwa) pencapai Penyelesaian
Min. Min. an
(m2 (m2)
pos 120.00 500 1.000 0,00 sarana dapat
pemadam 0 1 digabung dalam
kebakaran satu atau
kantor pos Keca 120.00 250 500 0,00 kelompok
pembantu matan 0 4 bangunan pada
Stasiun 120.00 500 1.000 0,00 3 - 5 km tapak yang
telepon 0 8 sama. Lokasinya
otomat mempertimbang
dan agen kan kemudahan
pelayan- dijangkau dari
an lingkungan luar.
gangguan
telepon
balai nikah 120.00 250 750 0,00 Lokasinya harus
/ KUA / 0 6 strategis untuk
BP4 memudahkan
dicari dan
dijangkau oleh
pengunjung di
luar kawasan.
Telepon 120.00 - 80 0,00 Lokasinya
umum, bis 0 3 disebar pada
surat, bak titiktitik strategis
sampah atau di sekitar
besar pusat
lingkungan.
parkir 120.00 - 2000 0,01 Dilokasikan
umum 0 7 dapat melayani
kebutuhan
bangunan
sarana
kebudayaan dan
rekreasi lain

202
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Jenis Jumlah Kebutuhan Per Stan Kriteria


Sarana Penduduk Satuan Sarana dard
Pendukung Luas Luas (m2/j Radius Lokasi dan
(jiwa) Lantai Lahan iwa) pencapai Penyelesaian
Min. Min. an
(m2 (m2)
berupa balai
pertemuan
warga.
Sumber : SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di
Perkotaan

Selanjutnya untuk menghitung proyeksi kebutuhan fasilitas pemerintahan


hingga 20 tahun ke depan terhitung mulai tahun 2019 maka dibutuhkan proyeksi
kependudukan mulai tahun 2019 hingga tahun 2039. Cara yang digunakan dalam
menghitung proyeksi penduduk ini menggunakan cara bentuk mathematical model
geometric sehingga menghasilkan proyeksi penduduk Kecamatan Bangorejo
sebagai berikut
Tabel 4.63 Proyeksi Penduduk Kecamatan Bangorejo
No Nama Desa Jumlah Penduduk Tahun
2019 2024 2029 2034 2039
1 Desa Bangorejo 8.905 9.160 9.488 9.827 10.179
2 Desa Sambirejo 8.186 8.366 8.595 8.831 9.074
3 Desa Sukorejo 7.299 7.500 7.759 8.026 8.303
4 Desa Ringintelu 6.474 6.498 6.528 6.559 6.589
5 Desa Kebondalem 8.535 8.786 9.109 9.444 9.791
6 Desa Sambimulyo 8.290 8.561 8.913 9.280 9.661
Sumber: Analisis
A. Fasilitas Pemerintahan Kantor Kecamatan
Kantor Kecamatan merupakan bagian dari pemerintahan yang menjalankan
tugasnya untuk melayani masyarakat, sistem informasi untuk proses pembuatan
KTP, KK, dan lain-lain. Berdasarkan pedoman dalam SNI kawasan yang
mempunyai penduduk 120.000 jiwa, harus memiliki sekurang-kurangnya 1
Kantor Administrasi Pemerintahan yang berfungsi sebagai Kantor Kecamatan.
Kebutuhan lahan bagi sarana pada unit ini adalah sebuah ruang perkantoran dan
pelayanan umum dengan luas lahan minimum 2.500 m2. Sehingga jumlah saran
kantor kecamatan mulai dari tahun 2019 hingga tahun 2039 dilakukan dengan
cara membandingkan kondisi eksisting dengan pedoman standar pelayanan dan
proyeksi kependudukan dapat diketahui pada tabel berikut.

203
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Tabel 4.64 Kebutuhan Fasilitas Kecamatan Tahun 2019-2039 Kecamatan Bangorejo


Jumlah Kebutuhan Kecamatan Berdasarkan SNI
Desa Kecamatan (120.000 jiwa/kecamatan)
Eksisting 2019 2024 2029 2034 2039
Desa Bangorejo 0 0 0 0 0 0
Desa Sambirejo 0 0 0 0 0 0
Desa Sukorejo 0 0 0 0 0 0
Desa Ringintelu 0 0 0 0 0 0
Desa Kebondalem 1 1 1 1 1 1
Desa Sambimulyo 0 0 0 0 0 0
Sumber: Analisis
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa di Kecamatan Bangorejo terdapat
1 kantor kecamatan yang berada di Desa Kebondalem. Satu Kantor Kecamatan
dapat menampung dan melayani 120.000 penduduk. Sehingga dapat dikatakan
bahwa fasilitas pemerintahan berupa kantor kecamatan di Kecamatan Bangorejo
sudah tercukupi berdasarkan SNI03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan
Lingkungan Perumahan di Perkotaan.

B. Fasilitas Pemerintahan Kantor Kelurahan/Desa


Kantor Desa merupakan pusat pelayanan di Desa yang melayani
masyarakatnya. Kantor Desa juga menjadi central segala kegiatan yang ada di
Desa, baik itu di bidang Pemerintahan, Pemberdayaan, Pembangunan ataupun
Pembinaan semua berpusat di Kantor Desa. Berdasarkan pedoman dalam SNI
03-1733-1989 tata cara perencanaan kawasan perumahan kota penduduk
kawasan yang mempunyai penduduk 30.000 jiwa, harus memiliki sekurang-
kurangnya 1 Kantor Administrasi Pemerintahan yang berfungsi sebagai Kantor
Desa/ Kelurahan. Kebutuhan lahan bagi sarana pada unit ini adalah sebuah
ruang perkantoran dan pelayanan umum dengan luas lahan minimum 1.000 m2.
Sehingga jumlah saran kantor desa mulai dari tahun 2019 hingga tahun 2039
dilakukan dengan cara membandingkan kondisi eksisting dengan pedoman
standar pelayanan dan proyeksi kependudukan dapat diketahui pada tabel
berikut.

Tabel 4.65 Kebutuhan Fasilitas Kantor Desa Tahun 2019-2039 Kecamatan Bangorejo
Jumlah Kebutuhan Kantor Desa Berdasarkan SNI
Kantor (30.000 jiwa/kecamatan)
Desa
Desa
2019 2024 2029 2034 2039
Eksisting
Desa Bangorejo 1 1 1 1 1 1

204
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Jumlah Kebutuhan Kantor Desa Berdasarkan SNI


Kantor (30.000 jiwa/kecamatan)
Desa
Desa
2019 2024 2029 2034 2039
Eksisting
Desa Sambirejo 1 1 1 1 1 1
Desa Sukorejo 1 1 1 1 1 1
Desa Ringintelu 1 1 1 1 1 1
Desa Kebondalem 1 1 1 1 1 1
Desa Sambimulyo 1 1 1 1 1 1
Sumber: Analisis

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa keberadaan fasilitas


pemerintahan di Kecamatan Bangorejo berupa Kantor Desa/Kelurahan telah
terpenuhi mulai tahun 2019 hingga 20 tahun kedepan yaitu hingga tahun 2039.
Sehingga tidak diperlukan penambahan fasilitas pemerintahan berupa kantor
desa di Kecamatan Bangorejo

C. Fasilitas Pemerintahan Kantor Polisi/Koramil


Kantor polisi atau KORAMIL yaitu fasilitas pemerintahan pada wilayah
daerah atau wilayah Kecamatan (sector). Kantor polisi dan Koramil sangat
dibutuhkan di Kecamatan Bangorejo untuk memfasilitasi masyarakatnya pada
bidang keamanan, pertahanan dan lain-lain. Berdasarkan pedoman dalam SNI
03-1733-1989 tata cara perencanaan kawasan perumahan kota kawasan yang
mempunyai penduduk 120.000 jiwa, harus memiliki sekurang-kurangnya 1 ruang
perkantoran dan pelayanan umum yang berfungsi sebagai kantor polisi atau
Koramil. Kebutuhan lahan bagi sarana pada unit ini adalah sebuah ruang
perkantoran dan pelayanan umum dengan luas lahan minimum 1000 m2.
Sehingga jumlah saran kantor polisi, dan Koramil mulai dari tahun 2019 hingga
tahun 2039 dilakukan dengan cara membandingkan kondisi eksisting dengan
pedoman standar pelayanan dan proyeksi kependudukan dapat diketahui pada
tabel berikut.

Tabel 4.66 Kebutuhan Fasilitas Kantor Polisi & Koramil Tahun 2019-2039 Kecamatan
Bangorejo
Jumlah Kebutuhan Kantor Polisi dan Koramil
Kantor Berdasarkan SNI (120.000 jiwa/kecamatan)
Desa Polisi &
Koramil 2019 2024 2029 2034 2039
Eksisting
Desa Bangorejo 1 1 1 1 1 1

205
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Jumlah Kebutuhan Kantor Polisi dan Koramil


Kantor Berdasarkan SNI (120.000 jiwa/kecamatan)
Desa Polisi &
Koramil 2019 2024 2029 2034 2039
Eksisting
Desa Sambirejo 0 0 0 0 0 0
Desa Sukorejo 0 0 0 0 0 0
Desa Ringintelu 0 0 0 0 0 0
Desa Kebondalem 1 1 1 1 1 1
Desa Sambimulyo 0 0 0 0 0 0
Sumber: Analisis

Diketahui pada tabel diatas bahwa fasilitas pemerintahan kantor polisi dan
koramil masih dapat menampung seluruh masyarakat Kecamatan Bangorejo.
Karena setiap 1 kantor polisi dan koramil dapat menampung atau memfasilitasi
120.000 masayarakat. Kantor polisi dan koramil yang berada di Desa
Kebondalem sudah mencukupi untuk Kecamatan Bangorejo mulai dari tahun
2019 hingga tahun 2039 sehingga tidak diperlukan penambahan kantor polisi
atau koramil di Kecamatan Bangorejo
D. Fasilitas Pemerintahan Kua
KUA atau dapat di jabarkan yaitu kantor urusan agama, merupakan fasilitas
pemerintahan yang memiliki tugas – tugas pokok Kantor Urusan Agama dalam
pelayanan Munakahat, Perwakafan, Zakat, Ibadah Sosial, Kepenyuluhan dan
lain-lain, membina Badan / Lembaga Semi Resmi seperti MUI, BAZ, BP4, LPTQ
dan tugas Lintas Sektoral di wilayah Kecamatan. Berdasarkan pedoman dalam
SNI, kawasan yang mempunyai penduduk 120.000 jiwa, harus memiliki
sekurang-kurangnya 1 ruang perkantoran dan pelayanan umum yang berfungsi
sebagai KUA. Kebutuhan lahan bagi sarana pada unit ini adalah sebuah ruang
perkantoran dan pelayanan umum dengan luas lahan minimum 750 m2.
Sehingga jumlah saran KUA mulai dari tahun 2019 hingga tahun 2039 dilakukan
dengan cara membandingkan kondisi eksisting dengan pedoman standar
pelayanan dan proyeksi kependudukan dapat diketahui pada tabel berikut.

Tabel 4.67 Kebutuhan Fasilitas KUA Tahun 2019-2039 Kecamatan Bangorejo


Jumlah Kebutuhan KUA Berdasarkan SNI (120.000
Desa KUA jiwa/kecamatan)
Eksisting 2019 2024 2029 2034 2039
Desa Bangorejo 0 0 0 0 0 0
Desa Sambirejo 0 0 0 0 0 0

206
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Jumlah Kebutuhan KUA Berdasarkan SNI (120.000


Desa KUA jiwa/kecamatan)
Eksisting 2019 2024 2029 2034 2039
Desa Sukorejo 0 0 0 0 0 0
Desa Ringintelu 0 0 0 0 0 0
Desa Kebondalem 1 1 1 1 1 1
Desa Sambimulyo 0 0 0 0 0 0
Sumber: Analisis
Diketahui pada tabel diatas bahwa fasilitas pemerintahan kantor urusan
agama atau yang sering disingkat dengan KUA di Kecamatan Bangorejo masih
dapat menampung seluruh masyarakat Kecamatan Bangorejo. Karena setiap 1
kantor urusan agama dapat menampung atau memfasilitasi 120.000
masayarakat. Kantor urusan agama yang berada di Desa Kebondalem sudah
mencukupi untuk Kecamatan Bangorejo mulai dari tahun 2019 hingga tahun
2039 sehingga tidak diperlukan penambahan kantor urusan agama atau KUA di
Kecamatan Bangorejo.

4.9.1.6 Fasilitas Ruang Terbuka, Taman Dan Lapangan Olah Raga


Fasilitas ruang terbuka, taman dan lapangan olah raga di Kecamatan
Bangorejo berupa Lapangan dan TPU (Tempat Pemakaman Umum). Dalam
pengembangan kawasannya fasilitas harus dapat melayani masyarakatnya, oleh
karena itu dilakukan analisis pengembangan kebutuhan fasilitas wilayah hingga
20 tahun kedepan. Untuk mengetahui kebutuhan akan fasilitas pemerintahan di
Kecamatan Bangorejo terdapat table SNI tentang kebutuhan fasilitas
perdagangan dan jasa berdasarkan jumlah penduduk pendukungnya.

Tabel 4.68 Kebutuhan Fasilitas Ruang Terbuka, Taman dan Lapangan Olah Raga
Kebutuha
Jumlah
n Standar Radius
Penduduk
Jenis Luas d pencapaia KriteriaLokasi
pendukun
Sarana Lahan (m2/jiwa n dan Penyelesaian
g
Min. ) (m)
(jiwa)
(m2)
Taman 250 250 1 100 Di tengah
/Tempat kelompok tetangga.
Main
Taman/ 2.500 1.250 0,5 1.000 Di pusat kegiatan
Tempat lingkungan
Main
Taman dan 30.000 9.000 0,3 Sedapat mungkin
Lapangan berkelompk
Olah Raga dengan sarana
pendidikan.

207
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Kebutuha
Jumlah
n Standar Radius
Penduduk
Jenis Luas d pencapaia KriteriaLokasi
pendukun
Sarana Lahan (m2/jiwa n dan Penyelesaian
g
Min. ) (m)
(jiwa)
(m2)
Taman dan 120.000 24.000 0,2 Terletak di jalan
Lapangan utama. Sedapat
Olah Raga mungkin
berkelompok
dengan sarana
pendidikan
Jalur Hijau - - 15 m Terletak menyebar.
Kuburan / 120.000 Mempertimbangka
Pemakama n radius
n Umum pencapaian dan
area yang dilayani.
Sumber: SNI 03-1733-1989 tata cara perencanaan kawasan perumahan kota kawasan
Selanjutnya untuk menghitung proyeksi kebutuhan fasilitas ruang terbuka,
taman dan lapangan olah raga hingga 20 tahun ke depan terhitung mulai tahun
2019 maka dibutuhkan proyeksi kependudukan mulai tahun 2019 hingga tahun
2039. Cara yang digunakan dalam menghitung proyeksi penduduk ini
menggunakan cara bentuk mathematical model geometric sehingga
menghasilkan proyeksi penduduk Kecamatan Bangorejo sebagai berikut
Tabel 4.69 Proyeksi Penduduk Kecamatan Bangorejo
Jumlah Penduduk Tahun
No Nama Desa
2019 2024 2029 2034 2039
1 Desa Bangorejo 8.905 9.160 9.488 9.827 10.179
2 Desa Sambirejo 8.186 8.366 8.595 8.831 9.074
3 Desa Sukorejo 7.299 7.500 7.759 8.026 8.303
4 Desa Ringintelu 6.474 6.498 6.528 6.559 6.589
5 Desa Kebondalem 8.535 8.786 9.109 9.444 9.791
6 Desa Sambimulyo 8.290 8.561 8.913 9.280 9.661
Sumber: Analisis

208
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 4.27 Peta Fasilitas Pemerintahan


A. Faslitas Lapangan
Dikecamatan Bangorejo memiliki Lapangan yang biasanya digunakan untuk
kegiatan olahraga terutama sepak bola. Berdasarkan pedoman dalam SNI 03-
1733-1989 tata cara perencanaan kawasan perumahan kota kawasan yang
mempunyai penduduk 120.000 jiwa, harus memiliki sekurang-kurangnya 1 ruang
perkantoran dan pelayanan umum yang berfungsi sebagai kantor polisi atau
Koramil. Kebutuhan lahan bagi sarana pada unit ini adalah sebuah ruang
perkantoran dan pelayanan umum dengan luas lahan minimum 1000 m2.
Sehingga jumlah saran kantor polisi, dan Koramil mulai dari tahun 2019 hingga
tahun 2039 dilakukan dengan cara membandingkan kondisi eksisting dengan
pedoman standar pelayanan dan proyeksi kependudukan dapat diketahui pada
tabel berikut.

Tabel 4.70 Kebutuhan Fasilitas Lapangan Tahun 2019-2039 Kecamatan Bangorejo


Jumlah Kebutuhan Lapangan Olahraga
Desa Lapangan Berdasarkan SNI (120.000 jiwa/Lapangan)
Eksisting 2019 2024 2029 2034 2039
Desa Bangorejo 2 2 2 2 2 2
Desa Sambirejo 1 1 1 1 1 1
Desa Sukorejo 1 1 1 1 1 1
Desa Ringintelu 1 1 1 1 1 1

209
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Jumlah Kebutuhan Lapangan Olahraga


Desa Lapangan Berdasarkan SNI (120.000 jiwa/Lapangan)
Eksisting 2019 2024 2029 2034 2039
Desa Kebondalem 1 1 1 1 1 1
Desa Sambimulyo 0 0 0 0 0 0
Sumber: Analisis
Dari tabel diatas diketahui bahwa fasilitas lapangan di Kecamatan Bangorejo
berjumlah 5 lapangan olahraga, desa-desa yang memiliki lapangan olahraga
adalah Desa Bangorejo, Desa Sambirejo, Desa Ringintelu, Desa Sukorejo dan
Desa Kebondalem. Fasilitas lapangan di Kecamatan Bangorejo masih dapat
menampung seluruh masyarakat Kecamatan Bangorejo. Karena setiap 1
lapangan dapat menampung atau memfasilitasi 120.000 masayarakat.
Lapangan olahraga yang berada di keempat desa sudah mencukupi untuk
Kecamatan Bangorejo mulai dari tahun 2019 hingga tahun 2039 sehingga tidak
diperlukan penambahan Lapangan Olahraga di Kecamatan Bangorejo, yang
diperlukan adalah memadukan lapangan olahraga dan taman seperti hal nya
RTH public.
B. Fasilitas TPU (Tempat Pemakaman Umum)
Fasilitas tempat pemakaman umum atau bisa digolongkan menjadi RTH
merupakan salah satu fasilitas yang penting karena untuk memfasilitasi
masyarakat yang sudah meninggal untuk mengkuburkannya disana. Sehingga
untuk mengetahui kebutuhan TPU atau RTH ini diperlukan acuan tabel SNI 03-
1733-1989 tata cara perencanaan kawasan perumahan kota penduduk tentang
fasilitas ruang terbuka, taman dan lapangan olah raga, penduduk yang
mendukung keberadaan sarana ruang terbuka, taman dan lapangan olah raga
TPU/RTH yaitu tiap 1 unit TPU/RTH harus dapat melayani 120.000 jiwa
penduduk. Sehingga jumlah saran TPU mulai dari tahun 2019 hingga tahun 2039
dilakukan dengan cara membandingkan kondisi eksisting dengan pedoman
standar pelayanan dan proyeksi kependudukan dapat diketahui pada tabel
berikut.

Tabel 4.71 Kebutuhan Fasilitas TPU Tahun 2019-2039 Kecamatan Bangorejo


Jumlah Kebutuhan TPU Berdasarkan SNI (120.000
Desa TPU jiwa/Lapangan)
Eksisting 2019 2024 2029 2034 2039
Desa Bangorejo 1 1 1 1 1 1
Desa Sambirejo 1 1 1 1 1 1

210
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Jumlah Kebutuhan TPU Berdasarkan SNI (120.000


Desa TPU jiwa/Lapangan)
Eksisting 2019 2024 2029 2034 2039
Desa Sukorejo 1 1 1 1 1 1
Desa Ringintelu 2 2 2 2 2 2
Desa Kebondalem 2 2 2 2 2 2
Desa Sambimulyo 1 1 1 1 1 1
Sumber: Analisis
Berdasarkan tabel diatas diketahui jumlah tempat pemakan umum di
Kecamatan Bangorejo berjumlah 10, Fasilitas TPU di Kecamatan Bangorejo
masih dapat menampung seluruh masyarakat Kecamatan Bangorejo. Karena
setiap 1 lapangan dapat menampung atau memfasilitasi 120.000 masayarakat.
TPU yang berada di kelima desa sudah mencukupi untuk Kecamatan Bangorejo
mulai dari tahun 2019 hingga tahun 2039 sehingga tidak diperlukan penambahan
TPU di Kecamatan Bangorejo.

4.9.2 Analisis Ketersediaan Prasarana Wilayah


4.9.2.1 Persampahan
Sampah merupakan limbah yang bersifat padat yang dapat terdiri dari zat
organik maupun non organik yang sudah dipakai oleh manusia dan tidak berguna
lagi sehingga harus dikelola supaya tidak membahayakan lingkungan maupun
suapaya dapat melindungi kehidupan lainnya. Sistem prasarana persampahan di
Kecamatan Bangorejo tidak ada, tidak terdapat TPS, TPST, maupun TPA di
Kecamatan Bangorejo ini. Tempat Penampungan Sementara (TPS) adalah tempat
sebelum sampah diangkut ke tempat pendaur ulangan, pengelolaan, dan/ atau
tempat pengelolaan sampah terpadu. Sedangkan TPST (Tempat Pengolahan
Sampah Terpadu) yaitu tempat dilaksanakannya pengumpulan, pemilahan,
penggunaan ulang, pendaur ulangan, dan pemrosesan akhir sampah. TPA (Tempat
Pemrosesan Akhir) adalah tempat untuk memproses dan mengembalikan sampah
ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan (menurut UU no
18 tahun 2008). Seperti yang kita ketahui sangat penting keberadaan
TPS/TPST/TPA bagi sistem persampahan di Kecamatan Bangorejo, sehingga tidak
ada juga petugas pengangkut persampahan yang mengambil sampah-samaph di
Kecamtan Bangorejo. Hal ini membuat sistem persampahan di Kecamatan
Bangorejo yaitu dikumpulkan di lahan kosong, mayoritas dikumpulkan dipinggiran
sungai lalu di bakar. Pada perkembangannya seiring dengan pertambahan
penduduk maka timbulan sampah yang ada akan semakin meningkat dan sistem

211
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

jaringan sampah sebaiknya sudah terpenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu, di


perlukan adanya kebutuhan proyeksi kebutuhan jaringan sampah. Untuk
memproyeksi sistem jaringan sampah menggunakan metode (SNI 19-2454-2002
dan SNI 3242-2008) sebagai berikut::

 Sampah domestik : 2,5 m3/hari/orang


 Tong Sampah : setiap rumah yang terdiri dari 5 jiwa
 TPS dimensi 6m3 : 2.500 jiwa
 Pelayanan Pengangkutan Gerobak Sampah 3x seminggu : >2500 jiwa
 Pelayanan Pengangkutan Mobil Sampah 3x seminggu : >120.000 jiwa

Berikut merupakanvolume sampah domestic di Kecamatan Bangorejo mulai


tahun 2019 hingga tahun 2039 berdasarkan proyeksi penduduk.

Tabel 4.72 Volume Sampah Domestik di Kecamatan Bangorejo Tahun 2019


No Desa Tahun Jumlah Penduduk Sampah Domestik (m3/hari/orang)
1. Bangorejo 2019 8.968 22262.5
2. Sambirejo 2019 8.231 20465
3. Sukorejo 2019 7.349 18247.5
4. Ringintelu 2019 6.480 16185
5. Kebondalem 2019 8.597 21337.5
6. Sambimulyo 2019 8.357 20725
Sumber: Analisis

Tabel 4.73 Volume Sampah Domestik di Kecamatan Bangorejo Tahun 2024


No Desa Tahun Jumlah Penduduk Sampah Domestik (m3/hari/orang)
1. Bangorejo 2024 9.289 22900
2. Sambirejo 2024 8.457 20915
3. Sukorejo 2024 7.602 18750
4. Ringintelu 2024 6.510 16245
5. Kebondalem 2024 8.914 21965
6. Sambimulyo 2024 8.700 21402.5
Sumber: Analisis

Tabel 4.74 Volume Sampah Domestik di Kecamatan Bangorejo Tahun 2029


No Desa Tahun Jumlah Penduduk Sampah Domestik (m3/hari/orang)
1. Bangorejo 2029 9.622 23720
2. Sambirejo 2029 8.689 21487.5
3. Sukorejo 2029 7.865 19397.5
4. Ringintelu 2029 6.540 16320
5. Kebondalem 2029 9.241 22772.5

212
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

No Desa Tahun Jumlah Penduduk Sampah Domestik (m3/hari/orang)


6. Sambimulyo 2029 9.058 22282.5
Sumber: Analisa

Tabel 4.75 Volume Sampah Domestik di Kecamatan Bangorejo Tahun 2034


No Desa Tahun Jumlah Penduduk Sampah Domestik (m3/hari/orang)
1. Bangorejo 2034 9.967 24567.5
2. Sambirejo 2034 8.928 22077.5
3. Sukorejo 2034 8.136 20065
4. Ringintelu 2034 6.571 16397.5
5. Kebondalem 2034 9.581 23610
6. Sambimulyo 2034 9.430 23200
Sumber: Analisa

Tabel 4.76 Volume Sampah Domestik di Kecamatan Bangorejo Tahun 2039


No Desa Tahun Jumlah Penduduk Sampah Domestik (m3/hari/orang)
1. Sukorejo 2039 10.323 20757,5
2. Ringintelu 2039 9.173 16472,5
3. Sambirejo 2039 8.417 22685
4. Sambimulyo 2039 6.601 24152,5
5. Bangorejo 2039 9.934 25447,5
6. Kebondalem 2039 9.818 24477,5
Sumber: Analisa

213
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 4.28 Peta Proyeksi Volume Sampah


Sehingga dari tabel diatas kita dapat mengetahui jumlah sampah domestik
di desa-desa Kecamatan Bangorejo selanjutnya yaitu perlu adanya perhitungan
kebutuhan prasaran persampahan sebagai berikut.

Tabel 4.77 Kebutuhan Sarana Persampahan Kecamatan Bangorejo Tahun 2019


Jumlah Jumlah Lingkup
No Desa Tahun Kebutuhan
Penduduk Kebutuhan Prasarana
 Tong  1781  Rumah
1. Bangorejo 2019 8.968 Sampah
 TPS  4  RW
 Tong  1638  Rumah
2. Sambirejo 2019 8.231 Sampah
 TPS  4  RW
 Tong  1460  Rumah
3. Sukorejo 2019 7.349 Sampah
 TPS  3  RW
 Tong  1295  Rumah
4. Ringintelu 2019 6.480 Sampah
 TPS  3  RW
 Tong  1707  Rumah
5. Kebondalem 2019 8.597
Sampah

214
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Jumlah Jumlah Lingkup


No Desa Tahun Kebutuhan
Penduduk Kebutuhan Prasarana
 TPS  4  RW
 Tong  1558  Rumah
6. Sambimulyo 2019 8.357 Sampah
 TPS  4  RW
Sumber: Analisis

Tabel 4.78 Kebutuhan Sarana Persampahan Kecamatan Bangorejo Tahun 2024


Jumlah Jumlah Lingkup
No Desa Tahun Kebutuhan
Penduduk Kebutuhan Prasarana
 Tong  1832  Rumah
1. Bangorejo 2024 9.289 Sampah
 TPS  4  RW
 Tong  1674  Rumah
2. Sambirejo 2024 8.457 Sampah
 TPS  4  RW
 Tong  1500  Rumah
3. Sukorejo 2024 7.602 Sampah
 TPS  3  RW
 Tong  1300  Rumah
4. Ringintelu 2024 6.510 Sampah
 TPS  3  RW
 Tong  1758  Rumah
5. Kebondalem 2024 8.914 Sampah
 TPS  4  RW
 Tong  1713  Rumah
6. Sambimulyo 2024 8.700 Sampah
 TPS  4  RW
Sumber: Analisis

Tabel 4.79 Kebutuhan Sarana Persampahan Kecamatan Bangorejo Tahun 2029


Jumlah Jumlah Lingkup
No Desa Tahun Kebutuhan
Penduduk Kebutuhan Prasarana
 Tong  1898  Rumah
1. Bangorejo 2029 9.622 Sampah
 TPS  4  RW
 Tong  1719  Rumah
2. Sambirejo 2029 8.689 Sampah
 TPS  4  RW

215
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Jumlah Jumlah Lingkup


No Desa Tahun Kebutuhan
Penduduk Kebutuhan Prasarana
 Tong  1552  Rumah
3. Sukorejo 2029 7.865 Sampah
 TPS  4  RW
 Tong  1306  Rumah
4. Ringintelu 2029 6.540 Sampah
 TPS  3  RW
 Tong  1822  Rumah
5. Kebondalem 2029 9.241 Sampah
 TPS  4  RW
 Tong  1783  Rumah
6. Sambimulyo 2029 9.058 Sampah
 TPS  4  RW
Sumber: Analisis

Tabel 4.80 Kebutuhan Sarana Persampahan Kecamatan Bangorejo Tahun 2034


Jumlah Jumlah Lingkup
No Desa Tahun Kebutuhan
Penduduk Kebutuhan Prasarana
 Tong  1966  Rumah
1. Bangorejo 2034 9.967 Sampah
 TPS  4  RW
 Tong  1767  Rumah
2. Sambirejo 2034 8.928 Sampah
 TPS  4  RW
 Tong  1606  Rumah
3. Sukorejo 2034 8.136 Sampah
 TPS  4  RW
 Tong  1312  Rumah
4. Ringintelu 2034 6.571 Sampah
 TPS  3  RW
 Tong  1889  Rumah
5. Kebondalem 2034 9.581 Sampah
 TPS  4  RW
 Tong  1856  Rumah
6. Sambimulyo 2034 9.430 Sampah
 TPS  4  RW
Sumber: Analisis

216
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Tabel 4.81 Kebutuhan Sarana Persampahan Kecamatan Bangorejo Tahun 2039


Jumlah Jumlah Lingkup
No Desa Tahun Kebutuhan
Penduduk Kebutuhan Prasarana
 Tong  1.661  Rumah
1. Sukorejo 2039 8.303 Sampah
 TPS  4  RW
 Tong  1.318  Rumah
2. Ringintelu 2039 6.589 Sampah
 TPS  3  RW
 Tong  1.815  Rumah
3. Sambirejo 2039 9.074 Sampah
 TPS  4  RW
 Tong  1932  Rumah
4. Sambimulyo 2039 9661 Sampah
 TPS  4  RW
 Tong  2.036  Rumah
5. Bangorejo 2039 10.179 Sampah
 TPS  5  RW
 Tong  1959  Rumah
6. Kebondalem 2039 9791 Sampah
 TPS  4  RW
Sumber: Analisis

Tabel diatas merupakan tabel kebutuhan prasarana persampahan di


Kecamatan Bangorejo sesuai dengan SNI yang ada mulai tahun 2019 hingga tahun
2039. Sehingga diperlukan penambahan prasarana persampahan sesuai dengan
tabel diatas.

4.9.2.2 Air Bersih


Berdasarkan data RPIJM Kabupaten Banyuwangi dijelaskan bahwa
Kecamatan Bangorejo masih belum terlayani oleh PDAM Kabupaten Banyuwangi.
Sistem air bersih di Kecamatan Bangorejo adalah masyarakat mayoritas dah hampir
seluruhnya memanfaatkan atu menggunakan sumur bor untuk mendapatkan air
bersih, hal ini dikarenakan selain Kecamatan Bangorejo tidak terjangkau PDAM,
Sungai yang berada di Kecamatan Bangorejo tidak layak konsumsi atau tidak layak
pakai untuk air bersih.
Penduduk di Wilayah Kecamatan Bangorejo yang bertambah dari tahun ke
tahun yang sebanding dengan kebutuhan akan jaringan air bersih maka dari itu

217
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

kebutuhan air bersih harus dilakukan analisis proyeksi kebutuhan prasarana


jaringan air bersih didasari oleh SNI 03-1733-2004.
Kebutuhan air bersih dapat dilakukan dengan analisis proyeksi dan pemenuhan
prasarana jaringan air dengan berdasarkan SNI 03-1733-2004 sebagai berikut :
a. Harus tersedia jaringan kota atau lingkungan sampai dengan sambungan
rumah
b. Pipa yang ditanam dalam tanah menggunakan pipa PVC, GIP atau fiber
glass; dan
c. Pipa yang dipasang di atas tanah tanpa perlindungan menggunakan GIP.
d. Satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 250 jiwa
e. Radius pelayanan maksimum 100 meter
f. Kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30 liter/orang/hari

Selain itu juga dapat dilakukan analisis berdasarkan Keputusan Menteri


Permukiman dan Prasarana Wilayah No.534/KPTS/M/2001 kebutuhan jaringan air
bersih adalah sebagai berikut :

a. Kebutuhan rumah tangga : 60 lt/orang/hari


b. Fasilitas perdagangan dan jasa : 14.42 % kebutuhan rumah tangga
c. Fasilitas umum : 11.20 % kebutuhan rumah tangga
d. Industri : 11.20 % kebutuhan rumah tangga
e. Kebocoran : 2% kebutuhan rumah tangga
f. Cadangan : 5% kebutuhan rumah tangga

Sehingga dari klasifikasi diatas maka dapat diketahui perhitungan akan


kebutuhan air pada Rumah Tangga, Perdagangan dan Jasa, Fasilitas Umum,
Industri. Kebutuhan akan air di Kecamatan Bangorejo mulai tahun 2019 hingga
tahun 2039 dapat diketahui sebagai berikut.

218
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Tabel 4.82 Kebutuhan Air di Kecamatan Bangorejo Tahun 2019


Kebutuhan Kebutuhan
Jumlah Kebutuhan Kebutuhan
Desa Tahun Rumah Tangga Fasilitas Kebocoran Cadangan Total
Penduduk Industri (Lt) Perjas (Lt)
(Lt) Umum
Bangorejo 2019 8303 534300 59841.6 77046.06 59841.6 10686 26715 768430.26
Sambirejo 2019 6589 491160 55009.92 70.825.272 55009.92 9823.2 24558 706.386.312
Sukorejo 2019 9074 437940 49049.28 63.150.948 49049.28 8758.8 21897 629.845.308
Ringintelu 2019 9661 388440 43505.28 56.013.048 43505.28 7768.8 19422 558.654.408
Kebondalem 2019 10179 512100 57355.2 73844.82 57355.2 10242 25605 736502.22
Sambimulyo 2019 9791 497400 55708.8 71725.08 55708.8 9948 24870 715360.68
Sumber: Analisis

Tabel 4.83 Kebutuhan Air di Kecamatan Bangorejo Tahun 2024


Kebutuhan Kebutuhan
Jumlah Kebutuhan Kebutuhan
Desa Tahun Rumah Tangga Fasilitas Kebocoran Cadangan Total
Penduduk Industri (Lt) Perjas (Lt)
(Lt) Umum
Bangorejo 2024 9160 549600 61555.2 79252.32 61555.2 10992 27480 790434.72
Sambirejo 2024 8366 501960 56219.52 72.382.632 56219.52 10039.2 25098 721.918.872
Sukorejo 2024 7500 450000 50400 64890 50400 9000 22500 647190
Ringintelu 2024 6498 389880 43666.56 56.220.696 43666.56 7797.6 19494 560.725.416
Kebondalem 2024 8786 527160 59041.92 76.016.472 59041.92 10543.2 26358 758.161.512
Sambimulyo 2024 8561 513660 57529.92 74.069.772 57529.92 10273.2 25683 738.745.812
Sumber: Analisis

Tabel 4.84 Kebutuhan Air di Kecamatan Bangorejo Tahun 2029


Kebutuhan Kebutuhan
Jumlah Kebutuhan Kebutuhan
Desa Tahun Rumah Tangga Fasilitas Kebocoran Cadangan Total
Penduduk Industri (Lt) Perjas (Lt)
(Lt) Umum
Bangorejo 2029 9160 569280 63759.36 82.090.176 63759.36 11385.6 28464 818.738.496
Sambirejo 2029 8366 515700 57758.4 74363.94 57758.4 10314 25785 741679.74
Sukorejo 2029 7500 465540 52140.48 67.130.868 52140.48 9310.8 23277 669.539.628
Ringintelu 2029 6498 391680 43868.16 56.480.256 43868.16 7833.6 19584 563.314.176

219
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Kebutuhan Kebutuhan
Jumlah Kebutuhan Kebutuhan
Desa Tahun Rumah Tangga Fasilitas Kebocoran Cadangan Total
Penduduk Industri (Lt) Perjas (Lt)
(Lt) Umum
Kebondalem 2029 8786 546540 61212.48 78.811.068 61212.48 10930.8 27327 786.033.828
Sambimulyo 2029 8561 534780 59895.36 77.115.276 59895.36 10695.6 26739 769.120.596
Sumber: Analisis

Tabel 4.85 Kebutuhan Air di Kecamatan Bangorejo Tahun 2034


Kebutuhan Kebutuhan
Jumlah Kebutuhan Kebutuhan
Desa Tahun Rumah Tangga Fasilitas Kebocoran Cadangan Total
Penduduk Industri (Lt) Perjas (Lt)
(Lt) Umum
Bangorejo 2034 9827 589620 66037.44 85.023.204 66037.44 11792.4 29481 847.991.484
Sambirejo 2034 8831 529860 59344.32 76.405.812 59344.32 10597.2 26493 762.044.652
Sukorejo 2034 8026 481560 53934.72 69.440.952 53934.72 9631.2 24078 692.579.592
Ringintelu 2034 6559 393540 44076.48 56.748.468 44076.48 7870.8 19677 565.989.228
Kebondalem 2034 9444 566640 63463.68 81.709.488 63463.68 11332.8 28332 814.941.648
Sambimulyo 2034 9280 556800 62361.6 80290.56 62361.6 11136 27840 800789.76
Sumber: Analisis

Kebutuhan Kebutuhan
Jumlah Kebutuhan Kebutuhan
Desa Tahun Rumah Tangga Fasilitas Kebocoran Cadangan Total
Penduduk Industri (Lt) Perjas (Lt)
(Lt) Umum
Sukorejo 2039 8303 498180 55796.16 71.837.556 55796.16 9963.6 24909 716.482.476
Ringintelu 2039 6589 395340 44278.08 57.008.028 44278.08 7906.8 19767 568.577.988
Sambirejo 2039 9074 544440 60977.28 78.508.248 60977.28 10888.8 27222 783.013.608
Sambimulyo 2039 9661 579660 64921.92 83.586.972 64921.92 11593.2 28983 833.667.012
Bangorejo 2039 10179 610740 68402.88 88.068.708 68402.88 12214.8 30537 878.366.268
Kebondalem 2039 9791 587460 65795.52 84.711.732 65795.52 11749.2 29373 844.884.972

Sumber: Analisis

220
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Tabel diatas merupakan kebutuhan Air di Kecamatan Bangorejo mulai tahun 2018 hingga tahun 2037, sehingga diperlukan prasarana air
bersih tambahan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Mengingat beberapa desa di Kecamatan Bangorejo saat musim kemarau mengalam i
kekeringan, oleh karena itu diperlukan penambahan pasokan air seperti yang telah terjadi di Desa Ringintelu yang sudah menggunakan saluran
Hipam untuk akses airnya, meskipun saluran hipam tersebut tidak menyeluruh. Oleh karena itu diperlukan pengembangan saluran hipam
tersebut agar menyebar merata dan mengurangi resiko kekeringan di Kecamatan Bangorejo

1. Drainase
Berdasarkan hasil survey primer Kecamatan Bangorejo jaringan drainase yang digunakan adalah jenis drainase terbuka dan tertutup di
sepanjang jalan yang dilalui. Jaringan drainase yang ada disetiap desa tidak sama, salah satunya Desa Sukorejo yang tidak memiliki jaringan
drainase.
Berdasarkan data sekunder yang telah didapat jaringan drainase yang ada di Kecamatan Bangorejo kondisi jaringan drainase terbuka
mengalami penurunan kualitas salah satunya terjadi penumpukan sedimen lumpur atau sampah.

221
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 4.29 Peta Jaringan Drainase


Tabel 4. Drainase Kecamatan Bangorejo
No Desa Jenis Drainase Jenis Perkerasan Keterangan
Drainase
1. Sukorejo  Terbuka  Perkerasan  Drainase yang berada
di Desa Sukorejo

222
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

No Desa Jenis Drainase Jenis Perkerasan Keterangan


Drainase
 Tidak terdapat mayoritas yaitu
perkerasan drainase terbuka yang
(tanah saja) hanya pada jaringan
jalan kabupaten dan
kolektor primer
selebihnya tidak
menggunakan
perkerasan
 Drainase terbuka
tersbut sering terdapat
dan tersumbat sampah
 Terdapat beberapa
tempat yang tidak
memiliki saluran
drainase sehingga jika
hujan menggenang di
jalan
2. Ringintelu  Terbuka  Perkerasan  Ukuran setiap
 Tidak terdapat drainase di Ringintelu
perkerasan berbeda-beda
(tanah saja)

223
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

No Desa Jenis Drainase Jenis Perkerasan Keterangan


Drainase
 Terdapat drainase
terbuka sebagai
pembuangan air
limbah
 Mayoritas terdapat
sampah dalam
drainase

3. Sambirejo  Terbuka  Perkerasan  Terdapat drainase


 Tidak terdapat terbuka sebagai
perkerasan pembuangan air
(tanah saja) limbah dan terdapat
sampah
 Ukuran setiap
drainase berbeda-
beda dengan tidak
terdapat perkerasan
tersebut
4. Sambimulyo  Terbuka  Perkerasan  Drainase di Desa
 Tertutup Sambimulyo mayoritas

224
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

No Desa Jenis Drainase Jenis Perkerasan Keterangan


Drainase
 Tidak terdapat drainase terbuka, dan
perkerasan mayoritas terdapat
(tanah saja) sampah dan air limbah
 Drainase tertutup
mayoritas tidak sesuai
standar
 Ukuran drainase satu
dengan lainnya
berbeda-beda
5. Bangorejo  Terbuka  Perkerasan  Drainase yang berada
 Tertutup  Tidak terdapat di Desa Bangorejo
perkerasan mayoritas yaitu
(tanah saja) drainase terbuka yang
hanya pada jaringan
jalan kabupaten dan
kolektor primer
selebihnya tidak
menggunakan
perkerasan

225
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

No Desa Jenis Drainase Jenis Perkerasan Keterangan


Drainase
 Terdapat sampah dan
limbah rumah tangga
pada drainase terbuka

6. Kebondalem  Terbuka  Perkerasan  Drainase di Desa


semen Kebondalem
 Tidak terdapat mayoritas drainase
perkerasan terbuka, dan mayoritas
(tanah saja) terdapat sampah dan
air limbah
 Ukuran drainase satu
dengan lainnya
berbeda-beda

Sumber: Survei Primer

Tabel diatas merupakan kondisi eksisting drainase yang berada di Kecamatan Bangorejo. Dalam analisis ini drainase yang ada di wilayah
Kecamatan Bangorejo dilakukan analisis proyeksi samapi tahun 2039. Menurut SNI 02-2406-1991 tentang Tata Cara Perencanaan Umum
Drainase Perkotaan, dalam menentukan air buangan drainase diasumsikan 70% dari tingkat air bersih di suatu kawasan. Berdasarkan asumsi

226
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

tersebut, maka dilakukan analisis air buangan. Berikut merupakan hasil analisis dari air buangan saluran drainase di Wilayah Kecamatan
Bangorejo.

Tabel 4. Jumlah Air Buangan Pada Saluran Drainase Tahun 2019


No Desa Tahun Total Kebutuhan Air Jumlah Air
Bersih (Liter) Buangan Pada
Saluran
1. Bangorejo 2019 768430.26 537901.182
2. Sambirejo 2019 706386.312 494470.4184
3. Sukorejo 2019 629845.308 440891.7156
4. Ringintelu 2019 558654.408 391058.0856
5. Kebondalem 2019 736502.22 515551.554
6. Sambimulyo 2019 715360.68 500752.476
Sumber: Analisa

Tabel 4: Jumlah Air Buangan Pada Saluran Drainase Tahun 2024

No Desa Tahun Total Kebutuhan Jumlah Air


Air Bersih (Liter) Buangan Pada
Saluran
1. Bangorejo 2024 790434.72 553304.304
2. Sambirejo 2024 721918.872 505343.2104
3. Sukorejo 2024 647190 453033
4. Ringintelu 2024 560725.416 392507.7912

227
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

5. Kebondalem 2024 758161.512 530713.0584


6. Sambimulyo 2024 738745.812 517122.0684
Sumber: Analisa

Tabel 4 Jumlah Air Buangan Pada Saluran Drainase Tahun 2029


No Desa Tahun Total Kebutuhan Jumlah Air Buangan
Air Bersih (Liter) Pada Saluran
1. Bangorejo 2029 818738.496 573116.9472
2. Sambirejo 2029 741679.74 519175.818
3. Sukorejo 2029 669539.628 468677.7396
4. Ringintelu 2029 563314.176 394319.9232
5. Kebondalem 2029 786033.828 550223.6796
6. Sambimulyo 2029 769120.596 538384.4172
Sumber Analisa

Tabel 4: Jumlah Air Buangan Pada Saluran Drainase Tahun 2034


No Desa Tahun Total Kebutuhan Jumlah Air
Air Bersih (Liter) Buangan Pada
Saluran
1. Bangorejo 2034 847991.484 593594.0388
2. Sambirejo 2034 762044.652 533431.2564
3. Sukorejo 2034 692579.592 484805.7144
4. Ringintelu 2034 565989.228 396192.4596

228
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

5. Kebondalem 2034 814941.648 570459.1536


6. Sambimulyo 2034 800789.76 560552.832
Sumber: Analisa

Tabel 4: Jumlah Air Buangan Pada Saluran Drainase Tahun 2039


No Desa Tahun Total Kebutuhan Jumlah Air
Air Bersih (Liter) Buangan Pada
Saluran
1. Sukorejo 2039 716482.476 501537.7332
2. Ringintelu 2039 568577.988 398004.5916
3. Sambirejo 2039 783013.608 548109.5256
4. Sambimulyo 2039 833667.012 583566.9084
5. Bangorejo 2039 878366.268 614856.3876
6. Kebondalem 2039 844884.972 591419.4804
Sumber: Analisa

Pada tabel diatas dapat diketahui jumlah air buangan yang akan dibuang ke saluran drainase sehingga diperlukan perbaikan pada saluran
drainase sehingga dapat menampung sejumlah air buangan pada saluran drainase dari tahun 2019 hingga tahun 2039, dan juga sistem saluran
drainase di wilayah Kecamatan Bangorejo dapat dikembangkan melalui sosialisasi mengenai fungsi dan manfaat saluran drainase, agar
masyarakat menjaga drainase supaya tidak dialihfungsikan menjadi pembuangan sampah, dan juga agar sewaktu musim hujan air dapat
mengalir dan tidak tersumbat sehingga menyebabkan terjadinya banjir.

2. Analisis Jaringan Telepon

229
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Pada wilayah Kecamatan Bangorejo sebagian besar jaringan telepon sudah terpenuhi. Namun untuk kondisi di Kecamatan Bangorejo saat
ini penduduknya lebih banyak memakai jaringan seluler untuk berkomunikasi. Kebutuhan jaringan telepon pada wilayah Kecamatan Bangorejo
dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan fasilitas umum yang terdapat di
Kecamatan Bangorejo. Maka dari itu dibutuhkan proyeksi analisis kebutuhan jaringan telepon agar dapat mengetahui jumlah kebutuhan yang
ada sesuai dengan SNI 03-1733-2004 dengan ketentuan sebagai berikut:

Tabel Kebutuhan sambungan teleponWilayah Kecamatan Bangorejo Berdasarkan Proyeksi Penduduk

No Nama Desa/ Tahun Jumlah Sambu Sambung Sambu Total


Kelurahan Pendud ngan an ngan
uk Rumah Telepon Telepon
Tangga Per Jiwa Umum
1 Bangorejo 2019 8.968 1781 1157.65 35.62 2974.27
2 Sambirejo 2019 8.231 1637.2 1064.18 32.744 2734.124
3 Sukorejo 2019 7.349 1459.8 948.87 29.196 2437.866
4 Ringintelu 2019 6.480 1294.8 841.62 25.896 2162.316
5 Kebondalem 2019 8.597 1707 1109.55 34.14 2850.69
6 Sambimulyo 2019 8.357 1658 1077.7 33.16 2768.86
Sumber: Analisis

Tabel 4. Kebutuhan sambungan teleponWilayah Kecamatan Bangorejo Berdasarkan Proyeksi Penduduk 2024
No Nama Desa/ Tahun Jumlah Sambu Sambung Sambu Total
Kelurahan Pendud ngan an ngan
uk

230
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Rumah Telepon Telepon


Tangga Per Jiwa Umum
1 Bangorejo 2024 9.289 1.832 1.190,8 36,64 3.059,44
2 Sambirejo 2024 8.457 1.673,2 1.087,58 33,464 2.794,244
3 Sukorejo 2024 7.602 1500 975 30 2.505
4 Ringintelu 2024 6.510 1.299,6 844,74 25,992 2.170,332
5 Kebondalem 2024 8.914 1.757,2 1.142,18 35,144 2.934,524
6 Sambimulyo 2024 8.700 1.712,2 1.112,93 34,244 2.859,374
Sumber: analisa 2019

Tabel Kebutuhan sambungan teleponWilayah Kecamatan Bangorejo Berdasarkan Proyeksi Penduduk 2029

No Nama Desa/ Tahun Jumlah Sambu Sambung Sambu Total


Kelurahan Pendud ngan an ngan
uk Rumah Telepon Telepon
Tangga Per Jiwa Umum
1 Bangorejo 2029 9488 1897.6 1233.44 37.952 3168.992
2 Sambirejo 2029 8595 1719 1117.35 34.38 2870.73
3 Sukorejo 2029 7759 1551.8 1008.67 31.036 2591.506
4 Ringintelu 2029 6528 1305.6 848.64 26.112 2180.352
5 Kebondalem 2029 9109 1821.8 1184.17 36.436 3042.406
6 Sambimulyo 2029 8913 1782.6 1158.69 35.652 2976.942
Sumber: Analisa

231
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Tabel Kebutuhan sambungan teleponWilayah Kecamatan Bangorejo Berdasarkan Proyeksi Penduduk 2034

No Nama Desa/ Tahun Jumlah Sambu Sambung Sambu Total


Kelurahan Pendud ngan an ngan
uk Rumah Telepon Telepon
Tangga Per Jiwa Umum
1 Bangorejo 2034 9.967 1.965,4 1.277,51 39,308 3.282,218
2 Sambirejo 2034 8.928 1.766,2 1.148,03 35,324 2.949,554
3 Sukorejo 2034 8.136 1.605,2 1.043,38 32,104 2.680,684
4 Ringintelu 2034 6.571 1.331,8 852,67 26,236 2.210,706
5 Kebondalem 2034 9.581 1.888,8 1.227,72 37,776 3.154,296
6 Sambimulyo 2034 9.430 1.856 1.206,4 37,12 2.919,52
Sumber: Analisis 2019

Tabel Kebutuhan sambungan telepon Wilayah Kecamatan Bangorejo Berdasarkan Proyeksi Penduduk 2039

No Nama Desa/ Tahun Jumla Sambu Sambun Sambu Total


Kelurahan h ngan gan ngan
Pendu Rumah Telepon Telepo
duk Tangg Per Jiwa n
a Umum
1 Bangorejo 2039 10.323 2.035,8 1.323,27 40,716 3.399,786
2 Sambirejo 2039 9.173 1.814,8 1.179,62 36,296 3.030,716

232
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

3 Sukorejo 2039 8.417 1.660,6 1.079,39 33,212 2.773,202


4 Ringintelu 2039 6.601 1.317,8 856,57 26,356 2.200,726
5 Kebondalem 2039 9.934 1.958,2 1.272,83 39,164 3.270,194
6 Sambimulyo 2039 9.818 1.932,2 1.255,93 38,644 3.226,774
Sumber: analisa 2019

Dari tabel diatas dapat diketahui kebutuhan sambungan telepon untuk menunjang masyarakat Kecamatan Bangorejo berkomunikasi dan
lai-lain. Diharap sambungan telepon di Kecamatan Bangorejo sesuai dengan analisis diatas untuk pengembangannya.

233
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 4.30 Peta Proyeksi Kebutuhan Telepon


5. Analisis Jaringan Listrik

Pada Kecamatan Bangorejo jaringan listrik sudah terlayani dengan baik dan perseberan jaringan listrik di Kecamatan Bangorejo sudah
merata dimana jaringan listrik bersumber dari PLN. Setiap tahun dengan bertambahnya jumlah penduduk maka meningkat pula jaringan listrik
yang harus disediakan di Kecamatan Bangorejo. Maka perlu dilakukan rencana pengembangan jaringan listrik yang akan dikembangkan

234
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

berdasarkan kebutuhan listrik yang didasarkan dengan jumlah penduduk. Perhitungan listrik menggunakan acuan standart PLN dengan
ketentuan sebagai berikut:

 Rumah tangga : 450 VA atau 4,5 KVA dengan 5 jiwa/KK


 Perdagangan dan Jasa : 70 % dari kebutuhan rumah tangga
 Fasilitas umum : 15 % dari kebutuhan rumah tangga
 Penerangan jalan : 1 % dari kebutuhan rumah tangga
 Industri : 15 % dari kebutuhan rumah tangga
 Cadangan : 5 % dari kebutuhan rumah tangga

235
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Tabel Kebutuhan Jaringan Listrik Wilayah Kecamatan Bangorejo Berdasarkan Proyeksi Penduduk 2019

Permukiman/ Fasilitas
Nama Desa/ Jumlah Perdagangan dan Penerangan Industri Cadangan
No Tahun Rumah Tangga Umum
Kelurahan Penduduk Jasa (KVA) Jalan (KVA) (KVA) (KVA)
(KVA) (KVA)

1 Bangorejo 2019 8.968 8014.5 5610.15 1.202.175 80.145 1.202.175 400.725


2 Sambirejo 2019 8.231 7367.4 5157.18 1105.11 73.674 1105.11 368.37
3 Sukorejo 2019 7.349 6569.1 4598.37 985.365 65.691 985.365 328.455
4 Ringintelu 2019 6.480 5826.6 4078.62 873.99 58.266 873.99 291.33
5 Kebondalem 2019 8.597 7681.5 5377.05 1.152.225 76.815 1.152.225 384.075
6 Sambimulyo 2019 8.357 7461 5222.7 1119.15 74.61 1119.15 373.05
Sumber: Analisa

Tabel Kebutuhan Jaringan Listrik Wilayah Kecamatan Bangorejo Berdasarkan Proyeksi Penduduk 2024

Permukiman/
Nama Desa/ Jumlah Perdagangan dan Fasilitas Penerangan Industri Cadangan
No Tahun Rumah Tangga
Kelurahan Penduduk Jasa (KVA) Umum (KVA) Jalan (KVA) (KVA) (KVA)
(KVA)

1 Bangorejo 2024 9.160 8.244 5.770,8 1.236,6 82,44 1.236,6 412,2

2 Sambirejo 2024 8.366 7.529,4 5.270,58 1.129,41 75.294 1.129,41 376,47

3 Sukorejo 2024 7.500 6.750 4.725 1.012,5 67,5 1.012,5 337,5

4 Ringintelu 2024 6.498 5.848,2 4.093,74 877,23 58,482 877,23 292,41

5 Kebondalem 2024 8.786 7.889,4 5.522,58 1.183,41 78,894 1.183,41 394,47

6 Sambimulyo 2024 8.561 7.704,9 5.393,43 1.155,735 77,049 1.155,735 385,245

236
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Sumber : Analisis 2019

Tabel Kebutuhan Jaringan Listrik Wilayah Kecamatan Bangorejo Berdasarkan Proyeksi Penduduk 2029

Nama Desa/ Jumlah Permukiman/ Rumah Perdagangan dan Fasilitas Penerangan Industri Cadangan
No Tahun
Kelurahan Penduduk Tangga (KVA) Jasa (KVA) Umum (KVA) Jalan (KVA) (KVA) (KVA)

1 Bangorejo 2029 9.160 8.244 5.770,80 1.236,60 82,44 1.236,60 412,2


2 Sambirejo 2029 8.366 7.529,40 5.270,58 1.129,41 75.294 1.129,41 376,47
3 Sukorejo 2029 7.500 6.750 4.725 1.012,50 67,5 1.012,50 337,5
4 Ringintelu 2029 6.498 5.848,20 4.093,74 877,23 58,482 877,23 292,41
5 Kebondalem 2029 8.786 7.889,40 5.522,58 1.183,41 78,894 1.183,41 394,47
6 Sambimulyo 2029 8.561 7.704,90 5.393,43 1.155,74 77,049 1.155,74 385,245
Sumber: Analisa

Tabel Kebutuhan Jaringan Listrik Wilayah Kecamatan Bangorejo Berdasarkan Proyeksi Penduduk 2034

Nama Desa/ Jumlah Permukiman/ Rumah Perdagangan dan Fasilitas Penerangan Industri Cadangan
No Tahun
Kelurahan Penduduk Tangga (KVA) Jasa (KVA) Umum (KVA) Jalan (KVA) (KVA) (KVA)

1 Bangorejo 2034 9.827 8.844,42 6.191,09 1.326,66 88,4442 1.326,66 442,221


2 Sambirejo 2034 8.831 7.947,90 5.563,53 1.192,19 79,479 1.192,19 397,395
3 Sukorejo 2034 8.026 7.223,40 5.056,38 1.083,51 72,234 1.083,51 361,17
4 Ringintelu 2034 6.559 5.903,10 4.132,17 885,465 59,031 885,465 295,155
5 Kebondalem 2034 9.444 8.499,60 5.949,72 1.274,94 84,996 1.274,94 424,98
6 Sambimulyo 2034 9.280 8.352 5.846,40 1.252,80 83,52 1.252,80 417,6

237
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Sumber : Analisis 2019

Tabel Kebutuhan Jaringan Listrik Wilayah Kecamatan Bangorejo Berdasarkan Proyeksi Penduduk 2039

Permukiman/ Fasilitas
Nama Desa/ Jumlah Perdagangan Penerangan Industri Cadangan
No Tahun Rumah Tangga Umum
Kelurahan Penduduk dan Jasa (KVA) Jalan (KVA) (KVA) (KVA)
(KVA) (KVA)

1 Bangorejo 2039 10.179 9.161,10 6.412,77 1.374,17 91,611 1.374,17 458,055


2 Sambirejo 2039 9.074 8.166,60 5.716,62 1.224,99 81,666 1.224,99 408,33
3 Sukorejo 2039 8.303 7.472,70 5.230,89 1.120,91 74,727 1.120,91 373,635
4 Ringintelu 2039 6.589 5.930,10 4.151,07 889,515 59,301 889,515 296,505
5 Kebondalem 2039 9.791 8.811,90 6.168,33 1.321,79 88,119 1.321,79 440,595
6 Sambimulyo 2039 9.661 8.694,90 6.086,43 1.304,24 86,949 1.304,24 434,745
Sumber : Analisis 2019

Dari tabel diatas diketahui kebutuhan jaringan listrik yang dibutuhkan di desa-desa Kecamatan Bangorejo mulai tahun 2019 hingga
20 tahun kedepan yaitu tahun 2039. Dari analisis di atas dapat diketahui bahwa desa yang membutuhkan pasokan listrik terbesar di
Kecamatan Bangorejo adalah desa Bangorejo sedangkan yang membutuhkan pasokan listrik terkecil adalah Ringintelu hal ini dikarenakan
selain Desa Bangorejo terdapat berbagai jenis guna lahan desa ini juga merupakan yang paling terbesar jumlah penduduknya di Kecamatan
Bangorejo. Sehingga diperlukan pasokan listrik yang lebih dan sesuai dengan tabel diatas mengingat Kecamatan Bangorejo merupakan
salah satu sentra buah naga yang membutuhkan listrik lebih untuk menerangi buah naga pada malam hari.

238
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 4.31 Peta Jaringan Listrik

239
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

6. Analisis Jaringan Irigasi

Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air
bawah tanah, irigasi pompa dan irigasi rawa. Tujuan irigasi adalah mengalirkan air secara teratur sesuai kebutuhan tanaman pada saat
persediaan lengas tanah tidak mencukupi untuk mendukung pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman bisa tumbuh secara normal. Adapun
jenis irigasi yang ada di Kecamatan Bangorejo sebagai berikut

Table Luas Lahan Sawah Dirinci Menurut Jenis Pengairan Dan Desa/Kelurahan Tahun 2017

Irigasi
No Desa/Kelurahan
Teknis Setengah Teknis Sederhana
1. Sukorejo 501 0 0
2. Ringintelu 353 0 0
3. Sambirjo 639 0 0
4. Sambimulyo 663 0 0
5. Temurejo 759 0 0
6. Bangorejo 689 0 0
7. Kebondalem 227 0 0
Jumlah 3832 0 0
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi

240
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 4.32 Peta Jaringan Irigasi


Pengertian sawah irigasi teknis adalah sawah yang memiliki saluran masuk dan keluar terpisah agar penyediaan dan pembagian air
irigasi dapat sepenuhnya diatur dengan mudah. Sawah Irigasi teknis Biasanya mempunyai jaringan terdiri dari saluran primer (utama) dan
skunder serta saluran tersier dimana saluran primer dan skunder serta bangunannya dibangun dan dipelihara oleh pihak pemerintah dalam hal
ini adalah dinas pengairan.

241
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Sawah irigasi teknis biasanya sudah banyak diterapkan di banyak areal sawah di Indonesia yang membutuhkan pengairan yang tertata
dan terjadwal setiap saatnya, biasanya dalam pengairan sawah irigasi teknis ini sudah mempunyai sumber air yang menjadi sumber utama
pengairan seperti waduk atau bendungan agar pada waktu musim penghujan dan musim kemarau lebih teratur dan tertata. Di Kecamatan
Bangorejo memiliki irigasi teknis yang sumber airnya yaitu sungai yang ada di Kecamatan Bangorejo itu sendiri. Sehingga arahan yang dapat
diambil yaitu Pemeliharaan saluran air pada sawah dengan irigasi teknis ini

Mengoptimalkan sumber air (sungai) untuk irigasi teknis pertanian, agar pertanian di Kecamatan Bangorejo semakin mengalami penambahan
jumlah produksi

7. Analisis Sanitasi

Analisis jaringan sanitasi berguna untuk mengetahui bahwa limbah yang dihasilkan oleh masyarakat Wilayah Kecamatan Bangorejo.
Sanitasi merupakan salah satu sistem utilitas yang penting keberadaannya dan beroperasi untuk pembuangan air limbah. Jenis-jenis elemen
perencanaan pada jaringan air limbah yang harus disediakan pada lingkungan perumahan di wilayah perencanaan berdasarkan SNI SNI 03-
1733-2004 adalah:

a) septik tank
b) bidang resapan
c) jaringan pemipaan air limbah.

Proyeksi total buangan limbah menggunakan jumlah penduduk dengan target pada tahun 2018 hingga tahun 2039, dapat dilihat pada tabel
berikut. Buangan air limbah

242
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Tabel Total Buangan Air Limbah Wilayah Kecamatan Bangorejo Berdasarkan Proyeksi Penduduk

Nama Desa/ Jumlah Buangan Air Buangan Buangan Buangan Sosial


No Tahun
Kelurahan Penduduk Limbah Industri Perumahan Ekonomi
1 Bangorejo 2019 8905 1282320 346226.4 423165.6 51292.8
2 Sambirejo 2019 8186 1178784 318271.68 388998.72 47151.36
3 Sukorejo 2019 7299 1051056 283785.12 346848.48 42042.24
4 Ringintelu 2019 6474 932256 251709.12 307644.48 37290.24
5 Kebondalem 2019 8535 1229040 331840.8 405583.2 49161.6
6 Sambimulyo 2019 8290 1193760 322315.2 393940.8 47750.4

Nama Desa/ Jumlah Buangan Air Buangan Buangan Buangan Sosial


No Tahun
Kelurahan Penduduk Limbah Industri Perumahan Ekonomi
1 Bangorejo 2024 9160 1319040 2473.2 435283.2 52761.6
2 Sambirejo 2024 8366 1204704 2258.82 397552.32 48188.16
3 Sukorejo 2024 7500 1080000 2025 356400 43200
4 Ringintelu 2024 6498 935712 1754.46 308784.96 37428.48
5 Kebondalem 2024 8786 1265184 2372.22 417510.72 50607.36
6 Sambimulyo 2024 8561 1232784 2311.47 406818.72 49311.36

Nama Desa/ Jumlah Buangan Air Buangan Buangan Buangan Sosial


No Tahun
Kelurahan Penduduk Limbah Industri Perumahan Ekonomi

243
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

1 Bangorejo 2029 9488 1366272 368893.44 450869.76 54650.88


2 Sambirejo 2029 8595 1237680 334173.6 408434.4 49507.2
3 Sukorejo 2029 7759 1117296 301669.92 368707.68 44691.84
4 Ringintelu 2029 6528 940032 253808.64 310210.56 37601.28
5 Kebondalem 2029 9109 1311696 354157.92 432859.68 52467.84
6 Sambimulyo 2029 8913 1283472 346537.44 423545.76 51338.88

Nama Desa/ Jumlah Buangan Air Buangan Buangan Buangan Sosial


No Tahun
Kelurahan Penduduk Limbah Industri Perumahan Ekonomi
1 Bangorejo 2034 9827 1415088 2653.29 466979.04 56603.52
2 Sambirejo 2034 8831 1271664 2384.37 419649.12 50866.56
3 Sukorejo 2034 8026 1155744 2167.02 381395.52 46229.76
4 Ringintelu 2034 6559 944496 1770.93 311683.68 37779.84
5 Kebondalem 2034 9444 1359936 2549.88 448778.88 54397.44
6 Sambimulyo 2034 9280 1336320 2505.6 440985.6 53452.8

Nama Desa/ Jumlah Buangan Air Buangan Buangan Buangan Sosial


No Tahun
Kelurahan Penduduk Limbah Industri Perumahan Ekonomi

244
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

1 Bangorejo 2039 10179 1465776 395759.52 483706.08 58631.04


2 Sambirejo 2039 9074 1306656 352797.12 431196.48 52266.24
3 Sukorejo 2039 8303 1195632 322820.64 394558.56 47825.28
4 Ringintelu 2039 6589 948816 256180.32 313109.28 37952.64
5 Kebondalem 2039 9791 1409904 380674.08 465268.32 56396.16
6 Sambimulyo 2039 9661 1391184 375619.68 459090.72 55647.36

Setelah mengetahui perhitungan diatas adapun arahan yang dibutuhkan yaitu Dalam penanganan limbah khusus rumah tangga dan
industri diperlukan pengembangan fasilitas sanitasi dan juga IPAL untuk daerah industri. Upaya penanganan permasalahan limbah
khusus rumah tangga dibedakan menurut wilayah perkotaan dan perdesaan.

1. Pada wilayah perkotaan pengembangan sanitasi diarahkan kepada pemenuhan fasilitas septic tank pada masing-masing KK; serta
2. Pada wilayah perdesaan penanganan limbah khusus rumah tangga dapat dikembangkan fasilitas sanitasi pada setiap KK serta
fasilitas sanitasi umum

Dan juga untuk industri perlu adanya IPAL supaya tidak mencemari daerah sekitar. Masih sebagian industri yang sudah menggunakan
IPAL belum semuanya maka dari itu perlu kesadaran untuk mengolah limbah

245
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 4.33 Peta Proyeksi Pembuangan Air Limbah

246
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

4.10 Analisis Lingkungan Binaan


Analisis kondisi lingkungan binaan dilakukan untuk menciptakan ruang yang berkarakter, layak huni dan berkelanjutan secara ekonomi,
lingkungan, dan sosial. Analisis ini didasarkan pada kondisi fisik kawasan perencanaan dan kriteria lokal minimum dan analisis ini digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan konsep ruang. Analisis kondisi lingkungan binaan tersebut meliputi:
a) Analisis figure and ground
b) Analisis aksesibilitas pejalan kaki dan pesepeda
c) Analisis ketersediaan ruang terbuka hijau dan non hijau
d) Analisis tata massa bangunan
e) Analisis land value capture (pertambahan nilai lahan)

4.10.1 Analisis Figure And Ground


Analisis ini menggunakan teori figure-ground, teori ini berawal dari studi tentang hubungan perbandingan lahan yang ditutupi
bangunan sebagai massa yang padat (figure) dengan ruang-ruang (void-void) terbuka (ground). Secara khusus teori memfokuskan diri pada
pemahaman pola, tekstur dan poche (tipologi-tipologi massa bangunan dan ruang tersebut).

247
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 4.34 Peta Figure Ground


 Pola Massa dan Ruang
Secara teoritik ada enam tipologi pola yang dibentuk oleh hubungan massa dan ruang yaitu pola anguler, asial, grid, kurva lin ier, radial
konsentris dan organis. Pola angular adalah konfigurasi yang dibentuk oleh massa dan ruang secara menyiku. Pola aksial adalah konfigurasi
massa bangunan dan ruang di sekitar poros keseimbangan yang tegak lurus terhadap suatu bangunan monumentalis. Pola grid adalah
konfigurasi massa dan ruang yang dibentuk perpotongan jalan-jalan secara tegak lurus. Pola kurva linier adalah konfigurasi massa bangunan

248
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

dan ruang secara linier (lurus menurus). Pola radial konsentris adalah konfigurasi massa dan ruang yang memusat, sedangkan pola organis
merupakan konfigurasi massa dan ruang yang dibentuk secara tidak beraturan.

Sumber: Markus Zahn,2000


Secara teori tersebut Kecamatan Bangorejo memiliki pola ruang grid, dimana aktifitas atau kegiatan pada wilayah tersebut tersebar di
berbagai tempat, dan pengendara dapat bergerak dari suatu tempat ke tempat lainnya tanpa harus melalui titik pusat (melalui CBD). Dan
diperjelas dengan gambar peta dibawah ini yang menunjukkan pola ruang pada Kecamatan Bangorejo adalah Grid.

249
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

 Tekstur Perkotaan

Tekstur merupakan derajat keteraturan dan kepadatan massa dan ruang. Menurut variasi massa dan ruangnya, secara teoritik ada tiga
tipologi tekstur perkotaan yaitu (1) tekstur homogen; konfigurasi yang dibentuk oleh massa dan ruangnya yang realtif sama baik dari ukuran,
bentuk dan kerapatan, (2) tekstur heterogen; konfigurasi yang dibentuk oleh massa dan ruangnya yang ukuran, bentuk dan kerapatannya

250
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

berbenda, (3) tektur tidak jelas adalah konfigurasi yang dibentuk oleh massa dan ruangnya yang ukuran, bentuk dan kerapatannya sangat
heterogen sehingga sulit mendefinisikannya.
Sesuai dengan teori diatas BWP Bangorejo memiliki tekstur homogen dimana konfigurasi yang dibentuk oleh massa dan ruangnya yang
realatif sama baik dari ukuran, bentuk dan kerapatan.
Kepadatan bangunan merupakan persentase kawasan terbangun dengan total luas lahan keseluruhan kawasan terbangun. Pada
kawasan wilayah BWP Bangorejo memiliki dua tingkatan kepadatan yaitu kepadatan rendah (BCR < 50%), dan kepadatan tinggi (BCR >
70%). Berikut ini adalah tabel tingkat kepadatan di wilayah BWP Bangorejo.
Desa Luas Lahan Non Terbangun (Ha) Luas Lahan Terbangun (Ha) Luas LT / LD Klasifikasi Tingkat Kepadatan
(Ha)
Bangorejo 706 328 1.034 31,72 Rendah
Kebondalem 233 1.755 1.988 88,27 Tinggi
Ringintelu 362 318 680 46,76 Rendah
Sambimulyo 680 299 979 30,54 Rendah
Sambirejp 655 280 935 29,94 Rendah
Sukorejo 514 465 979 47,49 Rendah
Sumber: Analisis Tahun 2019
Kepadatan rendah ( BCR<50% ) pada kawasan ini identik dengan penggunaan lahan tidak terbangun seperti lahan yang diperuntukkan
untuk sektor pertanian, hampir disetiap desa kepadatan bangunannya rendah. Kepadatan tinggi dengan (BCR>70%) terletak pada daerah
kebondalem. BWP Bangorejo mempunyai pola bangunan homogen. Pola bangunan dilihat dari masing-masing bentuk bangunan yang
memiliki bentuk dasar yang sama baik dalam ukuran, bentuk, dan kerapatan.
 Tipologi Solid (massa) dan Void (ruang)

251
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Sistem hubungan di dalam figure/ground mengenal dua kelompok elemen, yaitu solid (massa bangunan) dan void (ruang). Secara teoritik
ada tiga elemen dasar yang bersifat solid serta empat elemen dasar yang bersifat void. Tiga elemen solid (atau blok) adalah (1) blok tunggal:
terdapat satu massa bangunan dalam sebuah blok yang dibatasi jalan atau elemen alamiah, (2) blok yang mendefinisi sisi: konfigurasi massa
bangunan yang menjadi pembatas sebuah ruang dan (3) blok medan: konfigurasi yang terdiri dari kumpulan massa bangunan tersebar
secara luas.

Sumber: Markus Zahn, 2000:97

Sesuai dengan teori diatas, dapat diketahui bahwa BWP Bangorejo memiliki solid atau blok medan, dimana konfigurasi pada kawasan
wilayah BWP Bangorejo terdiri dari kumpulan massa bangunan secara tersebar luas.

Elemen void (ruang) sama pentingnya, karena elemen ini mempunyai kecenderungan untuk berfungsi sebagai sistem yang memiliki
hubungan erat tata letak dan gubahan massa bangunan. Secara teoritik ada empat elemen void yaitu (1) sistem tertutup yang lin ier, ruang
yang dibatas oleh massa bangunan yang memanjang dengan kesan tertutup, biasanya adalah ruang berada didalam atau belakang
bangunan dan umumnya bersifat private atau khusus seperti brandgang (2) sistem tertutup yang memusat: ruang yang dibatas oleh massa
bangunan dengan kesan tertutup, (3) sistem terbuka yang sentral : ruang yang dibatasi oleh massa dimana kesan ruang bersifat terbuka
namun masih tampak terkfokus (misalnya alun-alun, taman kota, dan lain-lain) dan (4) elemen sistem terbuka yang linear merupakan tipologi

252
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

ruang yang berkesan terbuka dan linear (misalnya kawasan sungai dan lain-lain). Dalam literatur arsitektur, elemen terbuka kadang-kadang
juga diberikan istilah soft-space dan ruang dinamis, sedangkan ruang tertutup dinamakan hard-space dan ruang statis.

Sumber: Markus Zahn, 2000 : 97

Dari teori diatas dapat diketahui BWP Bangorejo memiliki elemen void dengan sistem tertutup yang linear, yaitu ruang yang dibatas oleh
massa bangunan yang memanjang dengan kesan tertutup, biasanya adalah ruang berada didalam atau belakang bangunan dan umumnya
bersifat private atau khusus seperti bergang.

4.10.2 Analisis Aksesbilitas Pejalan Kaki dan Pesepeda


Aksesbilitas pejalan kaki adalah derajat kemudahan dicapai untuk para pejalan kaki, aksesbilitas ini berdasarkan pada empat asas
antara lain: keamanan, kemudahan, kegunaan, dan kemandirian.

Perencanaan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki adalah suatu proses untuk menentukan penyediaan dan pemanfaatan
prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki dalam rencana tata ruang. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
03/Prt/M/2014 tentang Pedoman Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki di kawasan

253
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

perkotaan dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah kabupaten/kota, perencana, sarana jarngan pejalan kaki pada rencana tata ruang
wilayah kabupaten / kota.
Perencanaan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki dilakukan dengan memperhatikan:
 Fungsi dan manfaat prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki.
 Prinsip perencanaan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki.
 Kriteria prasarana dan sarana jarngan pejalan kaki.
 Teknik perencanaan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki dan,
 Ruang jalur pejalan kaki.

Adapun fungsi dan manfaat prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki yaitu untuk memfasilitasi pergerakan pejalan kai dari satu
tempat ke tempat lainnya dengan menjamin aspek keselamatan dan kenyaman pejalan kaki. Untuk membangun sebuah aksesbilitas
pejalan kaki, maka diperlukan adanya kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan tingkat pelayanan prasarana dan sarana
jarngan pejalan kaki. Kriteria prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki adalah sebagai berikut:

 Karakteristik pejalan kaki.


 Karakteristik lingkungan, dan
 Keterkaitan antar kegiatan dan moda transportasi lainnya serta jenis penggunaan lahan atau kegiatan.

Untuk teknik perencanaan prasarana dan sarana jarngan pejalan kai terdiri atas:

 Segregasi
 Integrasi, dan
 Separasi

254
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Ruang jalur pejalan kaki merupakan ruang yang diperlukan pejalan kaki untuk berdiri dan berjalan yang dihitung berdasarkan
dimensi tubuh manusia pada saat membawa barang atau berjalan dengan pejalan kaki lainnya baik dalam kondisi diam maupun bergerak.
Untuk penyediaan prasarana jaringan pejalan kaki dilakukan dengan mempertimbangkan:

 Karakteristik sistem transportasi dan pergantian moda serta pusat kegiatan.


 Karakteristik fungsi jalan dan penggunaan lahan.
 Ketersediaan penyebrangan.
 Ketersediaan jalur hijau.
 Letak prasarana jaringan pejalan kaki dan
 Bentuk prasarana jaringan pejalan kaki.

Penyediaan prasarana jaringan pejalan kaki dilakukan dengan mempertimbangkan:

 Jenis kegiatan
 Waktu pemanfaatan
 Jumlah pengguna dan
 Ketentuan teknis yang berlaku.

Pemanfaatan prasarana jaringan pejalan kaki hanya diperkenankan untuk pemanfaatan fungsi sosial dan ekologis yang berupa
aktivitas bersepeda, interaksi sosial, kegiatan usaha kecil formal, aktivitas pameran di ruang terbuka, jalur hijau, dan sarana pejalan kaki.
Perencanaan, penyediaan, dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki dilaksanakan dengan melibatkan peran
masyarakat.

255
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Berdasarkan kondisi eksisting, dapat diketahui bahwa aksesbilitas pejalan kaki dan pesepeda tidak terdapat di BWP Bangorejo.
Dikarenakan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu:

 Infrastruktur jalan, dimana di BWP Bangorejo infrastruktur jalan tidak memadai dengan kondisi jalan yang kurang baik, seperti
banyaknya lubang pada jalan yang mengakibatkan genangan sehingga membuat aktivitas masyarakat terganggu dalam tingkat
keamanan maupun kenyamanan.
 Tidak adanya pembatas jalan di sisi kanan dan kiri jalan yang mengakibatkan kesalamatan pengguna jalan terancam.
Dari pejabaran yang sudah dijelaskan, arah pengembangan BWP Bangorejo dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
 Infrastruktur jalan dapat dilakukan pengembangaan dengan cara merubah infrastruktur jalan melalui penambahan
pengerasan jalan seperti aspal untuk mempermudah masyarat dalam melakukan segala aktivitas sehingga masyarakat
merasa aman dan nyaman,
 Ditambahkan pengeras jalan atau pedestrian untuk para pengguna jalan sehingga keselamatan pengguna jalan tidak
terancam dengan laju transportasi yang melaju pada jalan di BWP Bangorejo.

4.10.3 Analisis Ketersediaan RTH di BWP Bangorejo


Menurut Fandeli et al. (2004) ruang terbuka hijau kota merupakan bagian dari penataan ruang perkotaan yang berfungsi sebagai
kawasan lindung. Kawasan lindung itu sendiri merupakan kawasan yang memiliki fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup
termasuk didalamnya sumberdaya alam dan sumber daya buatan. Fandeli et al. (2004) menyatan bahwa kawasan hijau kota terdiri atas
pertamanan kota, kawasan hijau kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olahraga dan kawasan hijau pekarangan.
Pada analisis ini dilakukan tabulasi data dengan membangun grafik dan tabel dari hasil penggunaan lahan tahun 2018 berupa
RTH untuk mengetahui ketersediaan RTH di BWP Bangorejo pada tahun 2018. Interpretasi kenampakan RTH pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:

256
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

a) RTH Tempat Pemakaman Umum


Karakteristik visual: berbentuk mengelompok, terdapat titik-titik putih (nisan), berasosiasi dengan vegatsi berwarna hijau, pola
tidak teratur, tekstur agak kasar.
b) RTH Olahraga
Karakteristik visual: berbentuk mengelompok, berwarna hijau, berasosiasi dengan lapangan olahraga.
c) RTH Sempadan Sungai
Karakteristik visual: berbentuk jalur memanjang mengikuti pola sungai yang berkelok-kelok, berwarna hijau, berasosiasi
dengan sungai, tekstur agak kasar.
d) RTH Privat
Karakteristik visual: bentuk tidak beraturan, berwarna hijau, berasosiasi dengan bangunan atau pemukiman, pola tidak teratur.
e) RTH Taman Kota
Karakteristik visual: berwarna hijau, memiliki luasan tertentu, mengelompok, berada di tengah kota.
f) RTH Jalur Hijau Jalan
Karakteristik visual: berwarna hijau, berasosiasi dengan jalan kota atau jalan tol, membentuk jalur memanjang atau
membentuk pulau.
g) RTH Sempadan Jalan Kereta Api
Karaktersitik

Kemudian dilakukan perhitungan kecukupan RTH berdasarkan luas wilayah dan jumlah penduduk. Luas RTH yang dibutuhkan
berdasarkan luas wilayah dihitung dengan cara mengalikan 20% dengan luas wilayah sesuai dengan UU No. 26 Tahun 2007 dalam hal
ini, luas wilayah dirinci setiap kelurahan. Dari hasil perhitungan didapatkan kecukupan RTH masing-masing kelurahan di BWP Bangorejo

257
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

dan kecukupan RTH berdasarkan jumlah penduduk dihitung dengan cara mengalikan jumlah penduduk dengan standar luas RTH per
kapita yang diatur dalam Permen PU No. 5 Tahun 2008 sebesar 20 m 2 / kapita. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:

RTH pi = Pi x k m2 / penduduk.

Keterangan:

K = nilai ketentuan luas RTH per penduduk berdasarkan Permen PU No. 05/PRT/M/2008.

Pi = Jumlah penduduk di wlayah i.

 Ketersediaan RTH BWP Bangorejo Tahun 2018

Pada tahun2018, luasan RTH BWP Bangorejo keseluruhan sebesar 8,244 Ha. Desa yang memiliki luasan RTH tertinggi yaitu
Desa Kebondalem dengan luasan RTH sebesar 3,855 Ha atau sebesar 46,76 % kemudian diikuti oleh Desa Sambirejo dengan luasan
RTH sebesar 1,147 Ha atau 13,91 % dari total keseluruhan luasan RTH. Luasan RTH terkecil dimiliki oleh desa Ringintelu dengan
luasan RTH 0,4775 Ha atau sebesar 5,79 % dari total keseluruhan luasan RTH, hal ini disebabkan oleh luas wilayah desa tersebut
relatif kecil dibandingkan dengan luas wilayah lainnya. Hasil identifikasi RTH BWP Bangorejo tahun 2018:

Tabel Luasan RTH Eksisting BWP Bangorejo tahun 2018

Desa Luas RTH Eksisting BWP Bangorejo (Ha) Persen (%)


Bangorejo 0,7305 8,8609898108
Kebondalem 3,855 46,761280932
Ringintelu 0,4775 5,7920912179
Sambimulyo 1,0315 12,512130034

258
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Sambirejo 1,1470 13,913148957


Sukorejo 1,0025 12,160359049
Jumlah 8,244 100
Sumber: Analisa, Tahun 2018

 Kecukupan RTH BWP Bangorejo Berdasarkan Jumlah Penduduk

Kebutuhan RTH BWP Bangorejo berdasarkan jumlah penduduk serta kecukupannya pada tahun 2018 disajikan pada tabel berikut
ini:

RTH menurut
Jumlah Penduduk Luas Wilayah Kebutuhan RTH 20% RTH Total BWP
Desa Permen PU Selisih (Ha)(b)
(Jiwa) (Ha) (Ha) Bangorejo (Ha)
(Ha)(a)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Bangorejo 8.843 1.034 206,8 0,17686 0,7305 0,55364
Kebondalem 8.474 1.988 397,6 0,16948 3,855 3,68552
Ringintelu 6.468 680 136 0,12936 0,4775 0,34814
Sambimulyo 8.223 979 195,8 0,16446 1,0315 0,86704
Sambirejo 8.142 935 187 0,16284 1,1470 0,98416
Sukorejo 7.250 979 195,8 0,145 1,0025 0,8575
Jumlah 47.400 6.595 1.319 0,948 8,244 7,296
(a)
Keterangan Permen PU No. 05/PRT/M/2008

(b)
Selisih = (5) – (6)

259
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Menurut Permen PU No. 5 tahun 2008 penduduk membutuhkan RTH sebesar 20 m 2 agar dapat melalukan aktifitas dengan
nyaman. Sebagai pembanding, Curitiba (Brazil) telah berkembang menjadi kota yang nyaman dengan luasan ruang terbuka hijaunya
55 m2/penduduk pada tahun 2002 yang merupakan ukuran yang sangat tinggi untuk suatu kota (Diroktorat Jendral Penataan Ruang
2006). Contoh lainnya, luasan RTH kota di Malaysia ditetapkan sebesar 1,9 m 2/penduduk, sedangkan di Jepang 5m 2/penduduk (Tong
Yiew dalam Direktorat Jendral Penataan Ruang 2006). Menyatakan bahwa Dewan Kota Lancashire, Inggiris menentukan 11,5
m2/penduduk dan Amerika 60m 2/penduduk.

Tabel diatas menunjukkan luas RTH eksisting BWP Bangorejo pada tahun 2018 sebesar 8,244 Ha. Dari total seluruh desa di
BWP Bangorejo sedangkan RTH yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk di BWP Bangorejo sebesar 0,948 Ha.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa BWP Bangorejo belum bisa memenuhi kebutuhan RTH berdasarkan jumlah penduduk. Oleh karena
itu perlu adanya penambahan RTH sebanyak 7,296 Ha. Berdasarkan proprsi RTH 20% per luas kelurahan juga belum mencukupi
kebutuhan RTH yang ada yaitu sebesar 1.319 Ha. Oleh karena itu perlu adanya upaya penambahan areal yang berpotensi untuk
dijadikan RTH hingga tercapainya kecukupan RTH ditinjau dari luas wilayah dan jumlah penduduk agar seluruh masyarakat nyaman
dalam melakukan ativitas.

260
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 4.35 Peta Ruang Terbuka Hijau


4.10.4 Analisis Tata Massa Bangunan
Tata Massa Bangunan adalah bentuk besaran, peletakan, dan tampilan bangunan pada suatu persil atau tapak yang dikuasi.
Pengaturan ini mencakup antara lain GSB, jarak bebas antar bangunan minimum, tinggi bangunan maksimum atau minimum, amplop

261
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

bangunan, tampilan bangunan dan aturan lain yang dianggap perlu. Penentuan tata massa bangunan ini dibedakan dalam fungsi
sebagai berikut:
Tabel. Tata Masa Bangunan BWP Bangorejo

1. Peruntukan Permukiman
Besaran intensitas pemanfaatan ruang untuk peruntukan permukiman adalah sebagai berikut
Desa KDB (%) KLB GSB
Depan Kanan Kiri
Bangorejo
Sambirejo 60-80 1-2 3-5 2-4 2-4
Sambimulyo
Sukorejo 75-90 1-2 1-3 0-2 0-2
Kebondalem
Ringintelu 75-90 1-2 1-3 0-2 0-2

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui intensitas peruntukan lahan permukiman yang memiliki pemanfaatan ruang
terbesar adalah
2. Peruntukan perkantoran
Pemanfaatan ruang untuk peruntukan lahan perkantoran adalah sebagai berikut:
Desa KBD (%) KLB GSB
Depan Kanan Kiri
Bangorejo
Sambirejo 60-80 1 1-3 1-3 1-3
Sambimulyo
Sukorejo 75-90 1 1-3 0-2 0-2
Kebondalem
Ringintelu 75-90 1 1-3 0-2 0-2

262
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diketahui intensitas peruntukan lahan perkantoran yang memiliki pemanfaatan
ruang terbesar terletak di Desa

3. Peruntukan pendidikan
Untuk peruntukan fasilitas umum, besar pemanfaatan ruangnya adalah sebagai berikut:
Desa KBD KLB GSB
Depan Kanan Kiri
Bangorejo
Sambirejo 70-90 1-2 2-4 1-3 1-3
Sambimulyo
Sukorejo 75-90 1-2 1-3 0-2 0-2
Kebondalem
Ringintelu 75-90 1-2 1-3 0-2 0-2

Dapat diketahui intensitas peruntukan fasilitas umum yang memiliki pemanfaatan ruang terbesar terletak di Desa

4. Peruntukan perdagangan dan jasa


Besaran intensitas pemanfaatan ruang untuk peruntukan perdagangan dan jasa dijelaskan pada tabel berikut:
Desa KBD KLB GSB
Depan Kanan Kiri
Bangorejo
Sambirejo 80-90 1 0-2 1-3 1-3
Sambimulyo
Sukorejo 75-90 1 1-3 0-2 0-2
Kebondalem
Ringintelu 75-90 1 1-3 0-2 0-2

263
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diketahui intensitas peruntukan lahan perdagangan dan jasa yang memiliki
pemanfaatan ruang terbesar terletak di Desa

5. Peruntukan peribadatan
Besaran intensitas pemanfaatan ruang untuk peruntukan peribadatan adalah sebagai berikut:
Desa KBD KLB GSB
Depan Kanan Kiri
Bangorejo
Sambirejo 90-100 1 1-5 1-3 1-3
Sambimulyo
Sukorejo 75-90 1 1-3 0-2 0-2
Kebondalem
Ringintelu 75-90 1 1-3 0-2 0-2

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diketahui intensitas peruntukan lahan perdagangan dan jasa yang memiliki
pemanfaatan ruang terbesar terletak di Desa

4.10.5 Analisis Land Value Capture

Perkembangan kota yang semakin meningkat berpengaruh terhadap kebutuhan lahan disuatu wilayah. Lahan merupakan suatu
sumber daya yang menyediakan ruangan (space) yang dapat mendukung semua kebutuhan makhluk hidup. Pada dasarnya ruangan
yang disediakan sangat terbatas, sementara itu kebutuhan akan tanah mempunyai kecenderungan yang terus meningkat dari tahun ke
tahun, baik untuk kebutuhan perumahan, pertanian, industri danlain sebagainya (Marindi, 2015).
Harga lahan sangat dipengaruhi parameter-parameter nilai lahan, dimana semakin strategis lokasi lahan dengan kota maka nilai
lahan akan semakin tinggi. nilai lahan semakin tinggi apabila dekat dengan pusat kegiatan, selain itu juga dipengaruhi oleh j arak dari

264
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

pusat pelayanan, fasilitas kota dan lain-lain, jika eksternalitas bersifat positif, seperti dekat dengan pusat perekonomian, bebas banjir,
kepadatan penduduk, dan adanya sarana jalan, maka lahan akan bernilai tinggi jika dibandingkan dengan lahan yang tidak menerima
eksternalitas, meskipun luas dan bentuk tanah itu sama, jika lahan menerima eksternalitas yang bersifat negatif, seperti dekat dengan
sampah, jauh dari pusat kota perekonomian, tidak bebas banjir, maka lahan akan bernilai rendah jika dibandingkan dengan lahan yang
tidak menerima eksternalitas yang negatif (Pearce and Tuner, 1990).
Pada dokumen RTRW Kabupaten Banyuwangi 2012 – 2032 Kecamatan Bangorejo ditetapkan sebagai pusat pengembangan
untuk wlayah pengembangan Banyuwangi Selatan, dimana fungsi utama Kecamatan Bangorejo sebagai pusat pemerintahan skala
kecamatan, pusat perdagangan dan jasa skala kecamatan, dan pusat fasilitas umum skala beberapa kecamatan.
Hal ini membuat Kecamatan Bangorejo merupakan salah satu kecamatan yang memiliki potensi dana nilai lahan yang tinggi.
tingkat nilai lahan di peroleh dari analisis indeks sentralitas yang sudah dikerjakan, dimana nilai lahan terbagai menjadi tiga tingkatan,
yaitu kelas tinggi, sedang, dan rendah.
Kelas tinggi terletak di Desa Bangorejo dan Sambirejo dikarenakan kedua desa ini sebagai daerah yang menjadi pusat pelayanan
di BWP Bangorejo dengan fasilitas yang lebih lengkap dan memadai dibandingkan desa yang lainnya. Sedangkatn kelas sedang terletak
di Desa Kebondalem dikarenakan desa ini sebagai daerah yang masuk ke hierarki pelayanan ke dua setelah Desa Bangorejo dan Desa
Sambirejo. Kelas rendah di Desa Sukorejo, Sambimulyo dan Ringintelu dikarenakan desa tersebut memiliki fasilitas yang kurang
memadai dan kurang lengkap dalam melayani segala kebutuhan masyarakat pada BWP Bangorejo.

4.11 Analisis Kelembagaan


Kelembagaan dapat diarahkan sebagai organisasi. Dalam aspek kelembagaan terdapat nilai, aturan, norma, kepercayaan, moral, ide,
gagasan, doktrin, keinginan, kebutuhan, orientasi, dan lain-lain. Sementara aspek keorganisasian berisi struktur, peran, hubungan antar pesan,
integrasi antar bagian, struktur umum, perbandingan struktur tekstual dengan struktur riil, struktur kewenangan, hubungan kegiatan dengan
tujuan, aspek solidaritas, keanggotaaan, klik, profil, pola kekuasaan, dan lain-lain (Sudaryanto 2005). Analisis kelembagaan dilakukan untuk

265
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

memahami kapasitas Pemerintah Kota dalam menyelenggarakan pembangunan yang mencakup struktur organisasi dan tata laksana
pemerintahan, sumber daya manusia, sarana dan prasarana kerja, produk-produk pengaturan serta organisasi non Pemerintah, perguruan tinggi
dan masyarakat. Berdasarkan analisis kelembagaan ini terdiri dari 2 kelembagaan yaitu: Organisasi perangkat daerah kabupaten banyuwangi
dan kelembagaan yang ada dimasyarakat kecamatan Bangorejo. Berikut ini merupakan analisis kelembagaan Kabupaten Banyuwangi.

4.11.1 Analisis Kelembagaan Kabupaten Banyuwangi


Analisis kelembagaan merupakan struktur kelembagaan yang ada seperti fungsi dan peran lembaga, mekanisme peran serta masyarakat,
termasuk media serta jaringan untuk ketertiban masyarakat dalam proses perencanaan, pemanfaatan, pengendalian serta pengawasan. Di
dalam kelembagaan Kabupaten Banyuwangi yaitu terdapat Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten Banyuwangi adalah sebagai berikut.

Tabel 4.86 Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten Banyuwangi

No OPD Kab. Banyuwangi No OPD Kab. Banyuwangi

1 Badan Kepegawaian, Pendidikan 16 Dinas Pendidikan Kabupaten


dan Pelatihan Banyuwangi
2 Badan Pendapatan Daerah 17 Dinas Perhubungan
3 Badan Perencanaan Pembangunan 18 Dinas Perikanan dan Pangan
Daerah
4 Badan Pengelolaan Keuangan dan 19 Dinas Perindustrian dan Pangan
Aset Daerah
5 Dinas Kependudukan dan 20 Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Pencatatan Sipil
6 Dinas Koperasi dan Usaha Mikro 21 Dinas Pertanian
7 Dinas Lingkungan Hidup 22 Dinas Perumahan dan Kawasan
Permukiman
8 Dinas Pekerjaan Umum Pengairan 23 Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi
9 Dinas Pemberdayaan Maysarakat 24 Dinas Kesehatan

266
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

No OPD Kab. Banyuwangi No OPD Kab. Banyuwangi

10
Dinas Pemberdayaan Perempuan 25 Dinas Pekerjaan Umum, Cipta Karya
dan KB dan PU
11 Dinas Sosial 26 Satuan Polisi Pamong Praja
12 Dinas Komunikasi, Informatika dan 27 Sekretariat Daerah
Persandian
13 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 28 Sekretariat DPRD
14 Dinas Penanaman Modal dan 29 Inspektorat
Pelayanan Terpadu
15 Dinas Pemuda dan Olahraga 30
Sumber: PERDA Kab. Banyuwangi No 8 Tahun 2016

Berdasarkan table diatas,lembaga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Banyuwangi menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah membawa perubahan yang signifikan terhadap pembentukan Perangkat Daerah, Dengan sebuah prinsip tepat
fungsi dan tepat ukuran (rightsizing) berdasarkan beban kerja yang sesuai dengan kondisi nyata di masing-masing Daerah. Hal ini juga sejalan
dengan prinsip penataan organisasi Perangkat Daerah yang rasional, proporsional, efektif, dan efisien.

Dasar utama pembentukan Perangkat Daerah, yaitu adanya Urusan Pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah yang terdiri atas
Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan. Urusan Pemerintahan Wajib dibagi atas Urusan Pemerintahan yang berkaitan
dengan pelayanan dasar dan Urusan Pemerintahan yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar. Berdasarkan pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota, Perangkat Daerah mengelola unsur manajemen yang
meliputi sarana dan prasarana, personil, metode kerja dan penyelenggaraan fungsi manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengoordinasian, penganggaran, pengawasan, penelitian dan pengembangan, standardisasi, dan pengelolaan informasi sesuai
dengan substansi urusan pemerintahan yang ditangani. Penataan organisasi perangkat daerah sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan

267
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah dalam rangka meningkatkan efektivitas dan produktivitas penyelenggaraan
pemerintah daerah.

Dengan demikian, kelembagaan yang ada di Pemerintah Banyuwangi sudah berjalan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 18
Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah dalam rangka meningkatkan efektivitas dan produktivitas penyelenggaraan pemerintah daerah. Dalam
analisis kelambagaan ini, penulis menguraikan dengan lebih mendalam dan konkrit masing-masing Struktur-struktur kedudukan, tugas dan fungsi
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten banyuwangi dalam pemberdayaan.

1. Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan


a. Badan kepegawaian, pendidikan dan pelatihan merupakan unsur penunjang urusan pemerintahan dibidang kepegawaian, pendidikan
dan pelatihan yang menjadi kewenangan daerah.
b. Badan kepegawaian, pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh kepala badan kepegawaian,
pendidikan dan pelatihan yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada bupati melalui sekretaris
c. Badan kepegawaian, pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas membantu bupati dalam
melaksanakan fungsi penunjang urusan pemerintahan dibidang kepegawaian, pendidikan dan pelatihan yang menjadi kewenangan
daerah
d. Badan kepegawaian, pendidikan dan pelatihan dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menyelenggarakan
fungsi:
 Perumusan kebijakan teknis dibidang kepegawaian, pendidikan dan pelatihan.
 Pengkoordinasian penyusunan kebijakan dibidang kepegawaian, pendidikan dan pelatihan
 Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang kepegawaian, pendidikan dan pelatihan
 Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh bupati terkait dengan tugas dan fungsinya.

268
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

A. Susunan organisasi
Badan kepegawaian, pendidikan dan pelatihan, terdiri dari:
1. Kepala badan;
2. Secretariat;
3. Bidang pengadaan dan mutasi pegawai;
4. Bidang pendidikan dan pelatihan;
5. Bidang pengendalian dan pengolahan data;
6. Kelompok jabatan fungsional;
 Sekretariat sebagaimana dimaksud, membawahi:
a. Sub bagian umum dan kepegawaian
b. Sub bagian keuangan dan perlengkapan
c. Sub bagian penyusunan program
 Bidang pengadaan dan mutasi pegawai sebagaimana dimaksud, membawahi:
a. Sub bidang pengadaan pegawai;
b. Sub bidang mutasi pegawai
 Bidang pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud, membawahi:
a. Sub bidang diklat perjenjangan
b. Sub bidang diklat teknis fungsional
 Bidang pengendalian dan pengolahan data sebagaimana dimaksud, membawahi:
a. Sub bidang pengendalian;
b. Sub bidang pengolahan data

269
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

 Sekretariat sebagaimana dimaksud dipimpin oleh seorang sekretaris yang dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada kepala badan;
 Bidang-bidang sebagaimana dimaksud masing-masing dipimpin oleh seorang kepala bidang yang dalam melaksanakan tugasnya
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala badan melalui sekretaris
 Sub bagian sebagaimana dimaksud di pimpin oleh seorang kepala sub bagian yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada sekretaris;
 Sub bidang sebagaimana dimaksud dipimpin oleh seorang kepala sub bidang yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah
dan betanggung jawab kepada kepala bidang.
2. Badan Penanggulangan Bencana Daerah
1. Badan penanggulangan bencana daerah mempunyai tugas:
a. Menetapkan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana,
penanganan darurat, rehabilitasi, serta rekonstruksi secara adil dan setara;
b. Menetapkan standarisasi serta kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang-
undangan;
c. Menyusun, menetapkan, dan menginformasikan peta rawan bencana;
d. Menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana;
e. Melaksanakan penyelenggaraan penanggulangan bencana;
f. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada bupati setiap bulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat
dalam kondisi darurat bencana;
g. Mengkoordinasikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang;
h. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang berasal dari APBN, APBD dan sumber lain yang sah;

270
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

i. Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan bupati sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Untuk meaksanakan tugas sebagaimana BPBD menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat, tepat, efektif
dan efisien; dan
b. Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana serta terencana, terkoordinir dan terpadu
A. Susunan organisasi
Susunan organisasi BPBD terdiri atas:
a. Kepala
b. Unsur pengarah; dan
c. Unsur pelaksana

3. Badan Pembangunan Perencanaan Daerah


1. Badan perencanaan pembangunan daerah merupakan unsur penunjang urusan pemerintahan bidang perencanaan, dan bidang
penelitian dan pengembangan yang menjadi kewenangan daerah;
2. Badan perencanaan pembangunan daerah sebagaimana dimaksud dipimpin oleh kepala badan yang berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada bupati melalui sekretaris daerah;
3. Badan perencanaan pembangunan daerah sebagaimana dimaksud mempunyai tugas membantu bupati dalam melaksanakan fungsi
penunjang urusan pemerintahan di bidang perencanaan, dan di bidang penelitian dan pengembangan yang menjadi kewenangan
daerah;
4. Badan perencanaan pembangunan daerah dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud menyelengarakan fungsi:
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang perencanaan pembangunan daerah;

271
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

b. Perumusan kebijakan teknis di bidang penelitian dan pengembangan;


c. Pengkoordinasian penyusunan kebijakan teknis di bidang perencanaan pembangunan daerah;
d. Pengkoordinasi penyusunan kebijakan teknis di bidang penelitian dan pengembangan;
e. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perencanaan, dan di bidang penelitian dan pengembangan;
f. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh bupati terkait dengan tugas dan fungsinya.

A. Susunan organisasi

Badan perencanaan pembangunan daerah, terdiri dari:

a. Kepala badan;
b. Sekretariat
c. Bidang perencanaan, pengendalian dan evaluasi;
d. Bidang ekonomi;
e. Bidang prasarana, prasarana wilayah dan lingkungan hidup;
f. Bidang kesejahteraan rakyat dan pemerintahan;
g. Bidang penelitian dan pengembangan;
h. Kelompok jabatan

4. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata


1. Dinas kebudayaan dan pariwisata merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan bidang kebudayaan dan bidang pariwisata yang
menjadi kewenangan daerah;

272
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

2. Dinas kebudayaan dan pariwisata sebagaimana dipimpin oleh kepala dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
kepada bupati melalui sekretaris daerah;
3. Dinas kebudayaan dan pariwisata sebagaimana mempunyai tugas membantu bupati melaksanakan urusan pemerintahan dibidang
kebudayaan dan dibidang pariwisata yang menjadi kewenangan daerah dan tugas pembantuan yang diberikan kepada kabupaten;
4. Dinas kebudayaan dan pariwisata dalam melaksanakan tugas sebagaimana menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan kebijakan teknis dibidang kebudayaan dan pariwisata;
b. Pelaksanaan kebijakan teknis dibidang kebudayaan dan pariwisata;
c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan dibidang kebudayaan dan pariwisata;
d. Pelaksanaan administrasi dinas kebudayaan dan pariwisata
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh bupati terkait dengan tugas dan fungsinya.
A. Susunan organisasi
Dinas kebudayaan dan pariwisat, terdiri dari:
a. Kepala dinas
b. Sekretariat
c. Bidang kebudayaan
d. Bidang produk pariwisata
e. Bidang pemasaran
f. UPTD
g. Kelompok jabatan

5. Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil

273
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

1. Dinas kependudukan dan pencatatan sipil mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang
kependudukan dan pencatatan sipil;
2. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, dinas kependudukan dan pencatatan sipil mempunyai fungsi:
a. Perumusan kebijakan teknis kependudukan dan pencatatan sipil;
b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang kependudukan dan pencatatan sipil;
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang kependudukan dan pencatatan sipil;
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya
A. Susunan organisasi
Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil, terdiri dari:
a. Kepala dinas;
b. Secretariat
c. Bidang pelayanan pendaftaran penduduk
d. Bidang pengelolaan informasi administrasi kependudukan
e. Bidang pelayanan pencatatan sipil
f. Bidang pemanfaatan data dan inovasi pelayanan
g. UPTD
h. Kelompok jabatan fungsional

6. Dinas Koperasi Dan Usaha Mikro


1. Dinas koperasi dan usaha mikro merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan bidang koperasi dan usaha mikro yang menjadi
kewenangan daerah;

274
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

2. Dinas koperasi dan usaha mikro sebagaimana dipimpin oleh kepala dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada
bupati melalui sekretaris daerah;
3. Dinas koperasi dan usaha mikro sebagaimana mempunyai tugas membantu bupati melaksanakan urusan pemerintahan dibidang
koperasi dan usaha mikro yang menjadi kewenangan daerah dan tugas pembantuan yang diberikan kepada kabupaten;
4. Dinas koperasi dan usaha mikro dalam melaksanakan tugas sebagaimana menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan kebijakan dibidang koperasi dan usaha mikro
b. Pelaksanaan kebijakan dibidang koperasi dan usaha mikro
c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan dibidang koperasi dan usaha mikro
d. Pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup tugasnya
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh bupati terkait dengan tugas dan fungsinya
A. Susunan organisasi
Dinas Koperasi dan usaha mikro, terdiri dari:
a. Kepala dinas
b. Sekretariat
c. Bidang kelembagaan koperasi
d. Bidang usaha koperasi
e. Bidang usaha mikro
f. UPTD
g. Kelompok jabatan fungsional

7. Dinas Lingkungan Hidup

275
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

1. Dinas lingkungan hidup merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan daerah di bidang lingkungan hidup;
2. Dinas lingkungan hidup dipimpin oleh kepala dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada bupati melalui
sekretaris daerah;
3. Dinas lingkungan hidup sebagaimana tugas membantu bupati melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah
dibidang lingkungan hidup;
4. Dinas lingkungan hidup dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan kebijakan daerah dibidang lingkungan hidup
b. Pelaksanaan kebijakan daerah dibidang lingkungan hidup
c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan daerah di bidang lingkungan hidup
d. Pelaksanaan administrasi dinas daerah di bidang lingkungan hidu; dan
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh bupati terkait dengan tugas dan fungsinya
A. Susunan organisasi
Dinas Lingkungan hidup terdiri dari:
a. Kepala dinas
b. Secretariat
c. Bidang pengawasan dan pengendalian
d. Bidang konservasi dan rehabilitasi
e. Bidang kebersihan
f. UPTD
g. Kelompok jabatan

276
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

8. Dinas Pekerjaan Umum Pengairan


1. Dinas pekerjaan umum pengairan merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan dibidang pekerjaan umum dan penataan ruang
yang menjadi kewenangan daerah;
2. Dinas pekerjaan umum pengairan sebagaimana dipimpin oleh kepala dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
kepada bupati melalui sekretaris daerah;
3. Dinas pekerjaan umum pengairan sebagaimana mempunyai tugas membantu bupati melaksanakan urusan pemerintahan dibidang
pekerjaan umum dan penataan ruang terkait pembantuan yang diberikan kepada kabupaten;
4. Dinas pekerjaan umum pengairan dalam melaksanakan tugas sebagaimana menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan kebijakan teknis dibidang sumber daya air (SDA) dan air minum/air bersih;
b. Pelaksanaan kebijakan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang sumber daya air (SDA) dan air minum/air bersih;
c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang sumber daya air (SDA) dan air minum/air bersih;
d. Pelaksanaan administrasi dinas pekerjaan umum pengairan dan;
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh bupati terkait dengan tugas dan fungsinya.
A. Susunan Organisasi
Dinas Pekerjaan umum pengairan terdiri dari:
a. Kepala dinas
b. Secretariat
c. Bidang pembangunan dan pengembangan
d. Bidan operasi dan pemeliharaan
e. Bidang bina manfaat dan kemitraan
f. UPTD

277
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

g. Kelompok jabatan fungsional

9. Dinas Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa


1. Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa. Dalam
tugas ini badan pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa kabupaten Banyuwangi menyusun dan melaksanakan kebijakan
bupati di bidang pemberdayaan masyarakat dalam peraturan bupati. Keputusan bupati pedoman umum, juklak dan juknis dengan
berpedoman pada peraturan dari pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten banyuwangi;
2. Dinas pemberdayaan masyarakat dan desa dalam melaksanakan tugas sebagaimana menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan kebijakan teknis dibidang pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa. Dalam fungsi ini badan pemberdayaan
masyarakat dan pemerintahan desa kabupaten banyuwangi menyiapkan penyusunan peraturan banyuwangi, keputusan bupati dan
pedoman petunjuk teknis program pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa;
b. Pengkoordinasian penyusunankebijakan di bidang pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa. Dalam fungsi ini badan
pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait untuk mengumpulkan dan
mengolah data untuk penyususnan kebijakan program pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa;
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa. Dalam fungsi ini badan
pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa kabupaten banyuwangi menyusun materi pembinaan kebijakan,
program/kegiatan pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa baik dalam bentuk rapat koordinasi dan pelantihan kepada
staff badan pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa, kasi pemerintahan desa, BPD, Lembaga kemasyarakatan desa
dan steakholder;
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya
A. Susunan Organisasi

278
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Dinas Pemberdayaan masyarakat dan desa terdiri dari:


a. Kepala badan
b. Secretariat
1. Sub bagian umum dan keuangan
2. Sub bagian penyusunan program
c. Bidang pemberdayaan partisipasi masyarakat dan social budaya
1. Sub bidang partisipasi masyarakat
2. Sub bidang social budaya
d. Bidang pemberdayaan dan pengelolaan sumber daya alam dan tekhnologi tepat guna
1. Sub bidang pemanfaatan dan pengembangan sumber daya alam
2. Sub bidang pengkajian dan pemanfaatan tekhnologi tepat guna
e. Bidang pemberdayaan usaha ekonomi masyatrakat
1. Sub bidang pemberdayaan usaha ekonomi masyarakat
2. Sub bidang penanggulangan dan pengentasan kemiskinan
f. Bidang pemerintahan desa dan lembaga kemasyarakatan desa/kelurahan
1. Sub bidang pemerintahan desa
2. Sub bidang lembaga kemasyarakatan desa/kelurahan
g. Kelompok jabatan fungsional

10. Dinas Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana

279
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

1. Dinas pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan dibidang pemberdayaan
perempuan dan perlindungan anak, dan dibidang pengendalian penduduk dan keluarga berencana yang menjadi kewenangan;
2. Dinas pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dipimpin oleh kepala dinas yang berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada bupati melalui sekretaris daerah;
3. Dinas pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana sebagaimana mempunyai tugas membantu bupati melaksanakan urusan
pemerintaahan dibidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, dan dibidang pengendalian penduduk dan keluarga
berencana yang menjadi kewenangan daerah dan tugas pembantuan yang diberikan kepada;
4. Dinas pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan kebijakan teknis dibidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, dan dibidang pengendalian penduduk
dan keluarga berencana;
b. Pelaksanaan kebijakan dibidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, dan dibidang pengendalian penduduk dan
keluarga berencana;
c. Pelaksanaan evaluasi dan pembinaan tugas dibidang pemberdyaan perempuan dan perlindungan anak, dan di bidang
pengendalian penduduk dan keluarga berencana;
d. Pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup tugasnya;
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh bupati terkait dengan tugas dan fungsinya
A. Susunan organisasi

Dinas Pemberdayaan perrempuan dan keluarga berencana, terdiri dari:

a. Kepala dinas
b. Secretariat

280
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

c. Bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak


d. Bidang keluarga berencana dan kesejahteraan keluarga
e. Bidang pengendalian penduduk dan penggerakan
f. UPTD
g. Kelompok jabatan

11. Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi


1. Dinas pendidikan merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan bidang pendidikan;
2. Dinas pendidikan sebagaimana dipimpin oleh kepala dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada bupati melalu i
sekretaris daerah;
3. Dinas pendidikan sebagaimana mempunyai tugas membantu bupati melaksanakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan yang
menjadi kewenangan daerah dan tugas pembantuan yang diberikan kepada kabupaten;
4. Dinas pendidikan dalam melaksanakan tugas sebagaimana menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan kebijakan teknis dibidang pendidikan
b. Pelaksanaan kebijakan teknis di bidang pendidikan
c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pendidikan
d. Pelaksanaan administrasi dinas pendidikan dan
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh bupati terkait dengan tugas dan fungsinya
A. Susunanan organisasi
Dinas Pendidikan terdiri dari:
a. Kepala dinas

281
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

b. Secretariat
c. Bidang pendidikan anak usia dini
d. Bidang pendidikan sekolah dasar
e. Bidang pendidikan sekolah menengah pertama
f. Bidang pendidikan masyarakat
g. UPTD
h. Kelompok jabatan

12. Dinas Perhubungan Kabupaten Banyuwangi


1. Merumuskan kebijakan bidang perhubungan dalam wilayah kerjanya, kebijakan teknis bidang perhubungan, penyelenggaraan
administrasi termasuk perizinan angkutan perhubungan, evaluasi dan laporan terkait bidang perhubungan. Karena fungsinya yang
strategis bidang perhubungan, Dishub juga menyiapkan SDM sedini mungkin dengan sekolah-sekolah binaan bidang transportasi
seperti sekolah tinggi transportasi darat (STTD) dan lainnya.
2. Untuk wewenang, Dishub memiliki wewenang untuk memberikan ijin persuratan terkait transportasi dan perhubungan seperti urus ijin
usaha angkutan, ijin angkutan penumpang umum, ijin angkutan barang, penertiban ijin trayek dan akrtu pengawasan angkutan
penumpang umum, ijin trayek angkutan antar jemput, ijin operasi angkutan sewa, ijin operasi angkutan pariwisata, surat persetujuan ijin
trayek (SPIT), Ijin operasi (SPIO) angkutan taksi antar kota dalam provinsi (AKDP) dan lainnya.
A. Susunan organisasi
Dinas Perhubungan terdiri dari:
a. Kepala dinas
b. Sekretariat

282
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

1. kasubag administrasi umum dan kepegawaian


2. kasubag keuangan dan perlengkapan
3. kasubag penyusunan program
c. Kelompok JFU
d. Kabid perhubungan laut, udara dan perekertaapian
1. kasi perhubungan laut
2. kasi perhubungan udara dan perkeretaapian
e. Kabid lalu lintas dan angkutan jalan
1. kasi angkutan jalan dan pengendalian operasional
2. kasi manajemen rekayasa dan sarana prasarana
f. Kabid lampu penerangan jalan umum
1. kasi pemeliharaan LPJU
2. Kasi pembangunan LPJU

13. Dinas Perikanan Dan Pangan Kabupaten Banyuwangi


1. Dinas perikanan dan pangan merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan bidang kelautan, perikanan dan pangan yang menjadi
kewenangan daerah;
2. Dinas perikanan daan pangan dipimpin oleh kepala dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada bupati melalui
sekretaris daerah;
3. Dinas perikanan dan pangan mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan, dan bidang
pangan yang menjadi kewenangan daerah dan tugas pembantuan yang diberikan kepada kabupaten;

283
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

4. Dinas perikanan dan pangan dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan dan penetapan kebijakan di bidang pengelolaan perikanan tangkap, pengelolaan perikanan budidaya, pemberdayaan
nelayan kecil dan usaha kecil pembudidayaan ikan dan penyelenggaraan pangan
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan perikanan tangkap, pengelolaan perikanan budidaya, pemberdayaan nelayan kecil
dan usaha kecil pembudidayaan ikan, dan penyelenggaraan pangan
c. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervise atas pelaksanaan kebijakan pengelolaan perikanan tangkap, pengelolaan perikanan
budidaya, pemberdayaan nelayan kecil dan usaha kecil pembudidayaan ikan, dan penyelenggaraan pangan
d. Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantive kepada seluruh unsur unit organisasi di lingkungan dinas perikanan dan pangan
e. Pembinaan dan pemberian dukungan administrasi di lingkungan dinas perinana dan pangan
f. Pengelolaan barang milik/kekayaan Negara yang menjadi tanggung jawab dinas perikanan dan pangan;dan
g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh bupati terkait dengan tugasnya
A. Susunan organisasi
Dinas Perikanan dan pangan terdiri dari:
a. Kepala dinas
b. Secretariat
1. Sub bagian umum dan kepegawaian
2. Sub bagian keuangan dan perlengkapan
3. Sub bagian penyusunan program
c. Bidang perikanan tangkap
1. Seksi kenelayanan
2. Seksi sarana penangkapan ikan dan pengelolaan sumber

284
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

3. Seksi pengelolaan TPI dan PPI


d. Bidang perikanan budidaya
1. Seksi produksi dan usaha pembudidayaan ikan
2. Seksi perbenihan ikan
3. Seksi kesehatan ikan dan lingkungan
e. Bidang ketahanan pangan
1. Seksi ketersediaan dan cadangan pangan
2. Seksi distribusi pangan
3. Seksi konsumsi dan penganekaragaman pangan
f. UPTD
g. Kelompok jabatan fungsional

14. Dinas Perindustrian Dan Perdagangan


1. Dinas perindustrian dan perdagangan merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan bidang perindustrian daan bidang
perdagangan yang menjadi kewenangan daerah;
2. Dinas perindustrian dan perdagangan sebagaimana dimaksud dipimpin oleh kepala dinas yang berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada bupati melalui sekretaris daerah;
3. Dinas perindustrian dan perdagangan sebagaimana dimaksud mempunyai tugas membanu bupati melaksanakan urusan pemerintahan
dibidang perindustrian dan dibidang perdagangan yang menjadi kewenangan daerah dan tugas pembantuan yang diberikan kepada
kabupaten;
4. Dinas perindustrian dan perdagangan dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud menyelenggarakan fungsi:

285
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

a. Perumusan kebijakan dibidang perindustrian dan perdagangan


b. Pelaksanaan kebijakan dibidang perindustrian dan perdagangan
c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan dibidang perindustrian dan perdagangan
d. Pelaksanaan administrasi dinas perindustrian dan perdagangan
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh bupati terkait dengan tugas dan fungsinya.
A. Susunan organisasi

Dinas Perindustrian dan perdagangan terdiri dari:

a. Kepala dinas
b. Secretariat
c. Bidang perindustrian
d. Bidang perdagangan
e. Bidang pasar
f. Bidang standarisasi dan perlindungan konsumen
g. UPTD
h. Kelompok jabatan

15. Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan


1. Dinas perpustakaan dan kearsipan merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan dibidang perpustakaan dan dibidang kearsipan
yang menjadi kewenangan;
2. Dinas perpustakaan dan kearsipan sebagaimana dimaksud dipimpin oleh kepala dinas yang berkedudukan di bawah dan
bertanggungjawab kepada bupati melalui sekretaris;

286
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

3. Dinas perpustakaan dan kearsipan sebagaimana dimaksud mempunyai tugas membantu bupati melaksanakan urusan pemerintahan
dibidang perpustakaan dan dibidang kearsipan yang menjadi kewenangan daerah dan tugas pembantuan yang diberikan kepada;
4. Dinas perpustakaan dan kearsipan dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan kebijakan teknis dibidang perpustakaan dan kearsipan
b. Pelaksanaan kebijakan teknis dibidang perpustakaan dan kearsipan
c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan teknis dibidang perpustakaan dan kearsipan
d. Pelaksanaan administrasi dinas perpustakaan dan kearsipan; dan
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh bupati terkait dengan tugas dan fungsinya
A. Susunan organisasi
Dinas Perpustakaan dan kearsipan terdiri dari:
a. Kepala dinas
b. Secretariat
c. Bidang perpustakaan
d. Bidang kearsipan
e. UPTD
f. Kelompok jabatan

16. Dinas Pertanian Kabupaten Banyuwangi


1. Dinas pertanian merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan dibidang pertanian yang menjadi kewenangan;
2. Dinas pertanian sebagaimana dimaksud dipimpin oleh kepala dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada bupati
melalui sekretaris daerah;

287
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

3. Dinas pertanian sebagaimana dimaksud mempunyai tugas membantu bupati melaksanakan urusan pemerintahan dibidang pertanian
yang menjadi kewenangan daerah dan tugas pembantuan yang diberikan kepada;
4. Dinas pertanian dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud menyelenggarakan fungsi:
1. Perumusan kebijakan teknis dibidang pertanian
2. Pelaksanaan kebijakan teknis dibidang pertanian
3. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan teknis dibidang pertanian
4. Pelaksanaan administrasi dinas pertanian; dan
5. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh bupati terkait dengan tugas dan fungsinya
A. Susunan organisasi
Dinas Pertanian terdiri dari:
a. Kepala dinas
b. Secretariat
c. Bidang tanaman pangan
d. Bidang perkebunan dan holtikultura
e. Bidang kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner
f. Bidang budidaya, kelembagaan dan usaha peternakan
g. UPTD
h. Kelompok jabatan

17. Dinas Perumahan Dan Kawasan Permukiman

288
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

1. Dinas perumahan dan kawasan permukiman merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan bidang perumahan dan kawasan
permukiman yang menjadi kewenangan daerah;
2. Dinas perumahan dan kawasan permukiman sebagaimana dimaksud ayat (1) di pimpin oleh kepala dinas yang berkedudukan di bawah
dan bertanggung jawab kepada bupati melalui sekretaris daerah;
3. Dinas perumahan dan kawasan permukiman sebagaimana dimaksud ayat (1) mempunyai tugas membantu bupati melaksanakan
urusan pemerintahan di bidang perumahan dan kawasan permukiman yang menjadi kewenangan daerah dan tugas pembantuan yang
diberikan kepada kabupaten;
4. Dinas perumahan dan kawasan permukiman dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menyelenggarakan
fungsi:
a. Perumusan kebijakan di bidang perumahan dan kawasan permukiman;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang perumahan dan kawasan permukiman;
c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang perumahan dan kawasan permukiman;
d. Pelaksanaan administrasi dinas perumahan dan kawasan permukiman;
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.
A. Susunan organisasi
Dinas Perumahan dan kawasan permukiman terdiri dari:
a. Kepala dinas
b. Secretariat
1. Sub bagian umum dan keuangan
2. Sub bagian penyusunan program
c. Kepala bidang perumahan

289
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

1. Seksi pengendalian perumahan


2. Seksi rehabilitasi dan relokasi
d. Kepala bidang kawasan permukiman
1. Seksi PSU dan rumah susun seksi
2. Seksi kawasan kumuh
e. UPTD
f. Kelompok jabatan fungsional

18. Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi


1. Membantu bupati melaksanakan urusan pemerintah dibidang tenaga kerja dan dibidang transmigrasi yang menjadi kewenangan daerah
dan tugas pembantuan yang diberikan kepada kabupaten
2. Dinas tenaga kerja dan transmigrasi dalam melaksanakan tugas sebagaimana di maksud pada ayat (3) menyelenggarakan tugas:
a. Perumusan kebijakan di bidang perumahan dan kawasan permukiman;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang perumahan dan kawasan permukiman;
c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang perumahan dan kawasan permukiman;
d. Pelaksanaan administrasi dinas perumahan dan kawasan permukiman;
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.
A. Susunan organisasi

Dinas Tenaga kerja dan transmigrasi terdiri dari:

a. Kepala dinas

290
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

b. Sekretaris dinas tenaga kerja dan transmigrasi


1. Kasubag umum dan keuangan
2. Kasubag penyusunan program
c. Kepala dinas transmigrasi (dinas tenaga kerja dan transmigrasi)
1. kasi fasilitasi transmigrasi
2. kasi kerjasama dan penempatan transmigrasi
d. kepala bidang penta (dinas tenaga kerja dan transmigrasi)
1. kasi penempatan tenaga kerja
2. kasi pelatihan dan produktifitas tenaga kerja
e. kepala bidang HI (dinas tenaga kerja dan transmigrasi)
1. kasi penyelesaian perselisihan hubungan industrial dan syarat kerja
2. kasi pembinaan kelembagaan pengupahan dan jaminan social

19. Satuan Polisi Pamong Praja


1. Satuan polisi pamong praja merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan bidang ketentraman dan ketertiban umum serta
perlindungan masyarakat, terdiri dari Sub. Urusan ketentraman dan ketertiban umum, dan sub urusan kebakaran yang menjadi
kewenangan;
2. Satuan polisi pamong praja dipimpin oleh kepala satuan yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada bupati melalui
sekretaris daerah;

291
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

3. Satuan polisi pamong praja mempunyai tugas membantu bupati melaksanakan urusan pemerintahan di bidang ketentrataman dan
ketertiban umum serta perlindungan masyarakat, terdiri dari sub, Urusan ketentraman dan ketertiban umum, dan sub urusan kebakaran
yang menjadi kewenangan daerah dan tugas pembantuan yang diberikan kepada kabupaten;
4. Satuan polisi pamng praja dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang ketentraman dan ketertiban umum, dan kebakaran serta penegakan perda
b. Pelaksanaan kebijakan teknis di bidang ketentraman dan ketertiban umum, dan kebakaran serta penegakan perda
c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan teknis di bidang ketentraman dan ketertiban umum, dan kebakaran serta penegakan perda
d. Pelaksanaan administrasi pada satuan polisi pamong praja; dan
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh bupati terkait dengan tugas dan fungsinya
A. Susunan organisasi

Satuan Polisi pamong praja terdiri dari:

a. Kepala stauan
b. Secretariat
c. Bidang ketertiban umum dan ketentraman masyarakat
d. Bidang penegakan perundang-undangan daerah
e. Bidang perlindungan masyarakat (LINMAS)
f. Bidang penanggulangan kebakaran
g. UPT satuan polisi pamong praja
h. Kelompok jabatan

292
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

4.11.2 Analisis Kelembagaan BWP Bangorejo


Berikut ini merupakan kelembagaan yang ada di BWP Bangorejo, dalam meuwujudkan penataan ruang BWP Bangorejo dan
mengakomodasi kepentingan masyarakat dalam penyelenggaraan penataan ruang.

1. Kelembagaan Dalam Usaha Tani (SUT)


Menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 273/Kpts/ot.160/4/2007 tentang pedoman pembinaan kelembagaan petani, Gapoktan
adalah kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. Adanya
gapoktan agar kelompok tani dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna, dan menyediakan sarana produksi pertanian, peningkatan,
permodalan, atau perluasan usaha tani untuk para petani dan kelompok tani dari sektor hulu dan hilir, serta peningkatan kerjasama dan
pemasaran produk.

Dalam Pembentukan Gapoktan dilakukan suatu musyawarah yang dihadiri sedikitnya oleh para kontak tani atau para ketua kelompok
tani yang akan bergabung dalam organisasi Gapoktan, yang sebelumnya di tiap masing-masing kelompok telah disepakati kepengurusan
gapoktan oleh para anggota kelompok yang tergabung ke dalam Gapoktan. Dalam pelaksanaan pembentukan Gapoktan sekaligus disepakati
susuna kepengurusan dan jangka lama waktu kepengurusannya, ketua Gapoktan dipilih secara musyawarah dan demokrasi oleh para
anggota Gapoktan, dan selanjutnya ketua untuk memilih pendamping dalam kepengurusan Gapoktan baik itu sekretaris dan bendahara,
Untuk mendapatkan legitimasi, kepengurusan Gapoktan dilakukan pengukuhan oleh pejabat Desa atau kelurahan wilayah setempat.
Kelompok yang berkaitan dengan system usaha tani pada BWP Bangorejo antara lain.

a. Kelompok tani
b. Gabungan Kelompok Tani
c. Pedagang Pengepul
d. Koperasi Tani

293
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

e. Koperasi Unit Desa


f. Pasar
g. Kios
h. PPL
i. Lembaga Swadaya Masyarakat

Dengan adanya kelompok/lembaga petani, mempermudah petani dalam dalam memenuhi segala sesuatu untuk produksi pertaniannya.
Seperti adanya kios yang menyediakan obat-obatan untuk usaha pertanian para petani dan pengepul atau tengkulak sebagai sarana dalam
memasarkan hasil pertaniannya.

2. Usaha Mukiro Kecil dan Menengah (UMKM)


UMKM adalah singkatan dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Pengertian UMKM adalah suatu usaha yang diatu roleh undang-undang
dengan usaha kecil dan menengah. Usaha mikro adalah usaha milki perseorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sesuai yang diatur
dalam undang-undang. Untuk meningkatkan sumberdaya manusia khususnya para pelaku Usaha Mikro, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
melalui Dinas Koperasi dan UMKM memberdayakan UMKM dengan menyelenggarakan pelatihan managemen UMKM dengan tujuan agar
pelaku usaha paham dan meningkat pengetahuan dan keterampilannya dalam mengelola usahanya. Berikut ini merupakan UMKM yang
terdapat dalam BWP Bangorejo terdapat yaitu

a. UMKM Paguyuban Serikat Buruh Migrant Indonesia ( SBMI ) “DAHLIA“


Desa Kebondalem Kecamatan Bangorejo dengan Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Banyuwangi tampil dengan hasil kerajinannya
berupa Kaos I Love Banyuwangi, Mukena Khas Banyuwangi, Asesoris Wanita (bros).
b. UMKM Puspa Naga Desa Temurejo

294
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

UMKM Puspa Naga Desa Bangorejo yaitu megolah hasil pertanian buah naga menjadi bahan olahan seperti dodol buah naga untuk
meningkatka hasil produksi buah naga.
3. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Istilah LSM secara tegas didefinisikan dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) No. 8/1990, yang ditujukan kepada Gubernur
di seluruh Indonesia tentang Pembinaan Lembaga Swadaya Masyarakat. Lampiran II dari mendagri menyebutkan bahwa LSM adalah
organisasi/lembaga yang anggotanya adalah masyarakat warga negara Republik Indonesia yang secara sukarela atau kehendak sendiri
berniat serta bergerak di bidang kegiatan tertentu yang ditetapkan oleh organisasi/lembaga sebagai wujud partisipasi masyarakat dalam
upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat, yang menitikberatkan kepada pengabdian secara swadaya. Pada BWP
Bangorejo terdapat LSM Advokasi yang diketuai oleh bapak Suparmin, Spd., SH. Dengan adanya LSM sebagai mitra pemerintah dalam
mewujudkan good govermance, pemerintah yang bersih, serta berwibawa akan selalu bersikap kooperatif dan kritis.

4. Peran Masyarakat
Masyarakat mempunyai peran penting dalam mewujudkan perencanaan suatu wilayah, dikarenakan masyarakatlah yang mengerti
kondisi wilayah tersebut dan masyarakat pula yang merasakan adanya suatu perencanaan. Sesuai dengan Undang - Undang No.26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah No.26 Tahun 2007 tentang Tata Cara peran Serta Masyarakat dalam Penataan
Ruang, masyarakat mempunyai peran salah satunya yaitu menjaga, memelihara, dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup.
Selain itu, terdapat juga hak-hak masyarakat dalam penataan ruang yaitu mengetahui rencana penataan ruang, menikmati pertambahan nilai
ruang akibat dari penataan ruang, dan mendapat ganti rugi sesuai dengan rencana tata ruang.

4.12 Analisis Pembiayaan Pembangunan


Analisis pembiayaan pembangunan dilakukan untuk mengidentifikasi besar pembelanjaan pembangunan, alokasi dana terpakai, dan
sumber-sumber pembiayaan pembangunan. Pada dasarnya yang menjual sumber pembiayaan pembangunan yang utama di kabupaten

295
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

banyuwangi adalah APBD kabupaten disamping bantuan-bantuan dari pemerintah provinsi maupun pemerintah pusat. Dalam pelaksanaannya,
pembiayaan pembangunan dapat dilaksanakan dengan menggunakan sumber-sumber pendanaan sebagai berikut:

a. Pembiayaan pemerintah
b. Dana yang berasal dari pendapatan asli daerah kota
c. Dana yang merupakan bantuan dari propinsi
d. Dana yang merupakan ganjaran sektoral dari pusat/ departemen berupa proyek-proyek;
e. Dana yang merupakan sumbangan dari sector swasta dapat berupa dana membangun materi ataupun proyek kerjasama;
f. Swadaya masyarakat
g. Subsidi dari pemerintah pusat

Pembiayaan pemerintah tergantung kepada kondisi sumber-sumber penerimaan pemerintah daerah, baik berupa pendapatan asli daerah
(PAD), dana perimbangan, pinjaman maupun penerimaan-penerimaan dari sumber-sumber lain yang sah. Analisis ini akan menjadi bahan
pertimbangan dalam perumusan konsep pengembangan BWP yang terdapat di RDTR dengan kemampuan pendapatan daerah yang tersedia.

296
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 4.36 Diagram Sumber Pembiayaan Pembangunan


Sumber: Penulis

Ketika sudah teridentifikasi sumber-sumber pendanaan untuk pelaksanaan pembangunan infrastruktur daerah, maka diperlukan adanya
strategi-strategi yang tersusun dalam rangka mengatasi permasalahan-permasalahan terkait dengan pembiayaan pembangunan sehingga
pembangunannya tidak akan terhambat dan tetap berjalan sebagaimana yang telah direncanakan. Penentuan strategi implementasi pembiayaan
pembangunan merupakan bentuk luaran (output) dari analisa yang sudah dilakukan. Strategi implementasi pembiayaan pembangunan berguna
sebagai solusi dalam mengatasi permasalahan yang ada.

297
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 4.37 Kerangka berfikir perumusan Strategi


Sumber: Penulis

1. Sumber-Sumber Pembiayaan Pembangunan


1. PDRB

Produk domestik regional bruto (PDRB) adalah besarnya produk domestik bruto (PDB) suatu daerah. Produk domestik regional bruto
menyajikan data series PDB baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000, yang disajikan dalam nilai rupiah maupun
persentase. berdasarkan data beberapa tahun terakhir baik data yang dihimpun secara langsung (data primer) maupun data yang dikutip
dari adminstrasi Instansi/Dinas/Lembaga Pemerintah maupun swasta (data sekunder).

Tabel 4.87 PDRB Banyuwangi


No. Lapangan usaha Harga Berlaku Harga Konstan
1. Pertanian 15.417.540,78 5.993.530,88

298
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

2. Pertambangan dan Penggalian 1.535.764,11 581.649,10


3. Industri Pengolahan 1.859.244,40 854.372,23
4. Listrik, GAS, Air Bersih 104.469,57 58.693,70
5. Bangunan 405.524,33 124.582,07
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 11.044.399,51 3.798.288,97
7. Pengangkutan dan Komunikasi 1.542.091,19 591.509,45
8. Keuangan, Persewaan, Js Perusahaan 1.495.275,87 798.105,45
9. Jasa-jasa 2.064.599,46 710.976,05
Sumber : Banyuwangi dalam Angka 2018

Berdasarkan pada tabel maupun grafik diatas dapat dijelaskan bahwa jenis sektor yang paling tinggi dihasilkan oleh Kabupaten
Banyuwangi adalah pada sektor Pertanian. Hal tersebut dilatar belakangi dengan potensi Kabupaten Banyuwangi berupa sektor pertanian.

2. PBB

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Pajak Negara yang dikenakan terhadap bumi dan atau bangunan berdasarkan Undang-
undang nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang nomor 12 Tahun 1994.
PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan atau
bangunan. Keadaan subjek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besarnya pajak.

PBB dikenakan terhadap objek pajak berupa tanah dan atau bangunan yang didasarkan pada azas kenikmatan dan manfaat, dan
dibayar setiap tahun. PBB pengenaannya didasarkan pada Undang-undang No. 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No.12 tahun 1994. Namun demikian dalam perkembangannya PBB sektor pedesaan

299
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

dan perkotaan menjadi pajak daerah yang diatur dalam Undang-Undang No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
(PDRD) Pasal 77 sampai dengan Pasal 84 mulai tahun 2010.

Salah satu alternatif sumber penerimaan daerah berdasarkan Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah adalah pajak daerah.
Pajak daerah merupakan komponen utama Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang memberikan kontribusi terbesar sebagai sumber
penerimaan daerah. Menurut Siahaan (2005) pajak daerah merupakan pajak yang ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan Peraturan
Daerah (Perda), dengan wewenang pemungutan dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan hasilnya digunakan untuk membiayai
pengeluaran pemerintah daerah dalam melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah.

Tabel 4.88 Target dan Realisasi Pajak Bumi Bangunan Perkotaan 2017
No Desa/Kelurahan Target (Rp) Realisasi (Rp) Prosentase
1. Bangorejo 304.554.428 305.643.523 100
2. Kebondalem 144.605.309 144.605.309 100
Jumlah 449.159.737 450.248.832 100
Sumber: Badan Pendapatan Banyuwangi

Tabel 4.89 Target dan Realisasi Pajak Bumi Bangunan Pedesaan 2017
No. Desa/Kelurahan Target (Rp) Realisasi (Rp) Prosentase
1. Sukorejo 213.669.322 215.931.483 100
2. Sambirejo 151.291.102 151.291.102 100
3. Sambimulyo 178.650.709 181.144.613 100
4. Temurejo 208.066.767 210.221.931 100
5. Ringintelu 128.776.139 116.899.382 83,20
Jumlah 880.454.039 875.488.511 97,54

300
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Sumber: Badan Pendapatan Banyuwangi

Adapun pembangunan di Kecamatan Bangorejo dibiayai oleh sumber biaya DD, PBB.

 Pembiayaan Pembangunan Desa Bangorejo

Tabel 4.90 Pembiayaan Pembangunan Desa Bangorejo


PELAKSANA SELESAI
SUMBER
NO NAMA KEGIATAN AN BIAYA (Rp) PEKERJAAN
BIAYA
PEKERJAAN (%)
1 Pembangunan DD 15 Ags s/d 60.052.000,- 100%
saluran air/ 10 Sept 2015
plengsengan RW 1
dusun Tamansuruh
2 Perbaikan saluran REWARD 6 Sept s/d 75.691.250,- 100%
air / gorong-gorong PBB 2 Okt 2015
depan P Eko
Purwanto RT 4 RW
1 dusun Bangorejo
3 Pembangunan REWARD 10 Sept s/d 63.619.600,- 100%
penahan badan PBB 9 Okt 2015
jalan RT 2 RW 4
dusun Tamansuruh

301
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

PELAKSANA SELESAI
SUMBER
NO NAMA KEGIATAN AN BIAYA (Rp) PEKERJAAN
BIAYA
PEKERJAAN (%)
4 Rehab Los pasar REWARD 12 Sept s/d 60.014.350,- 100%
dusun Sere PBB 5 Okt 2015
5 Perbaikan REWARD 20 Sept s/d 68.001.950,- 100%
jembatan dan PBB 11 Okt 2015
saluran air RW 3
dusun Gunungsari
6 Pembangunan DD 17 Okt s/d 89.201.800,- 100%
paving tahap 1 6 Nopb 2015
simpang empat
(pasar subuh)
7 Pembangunan DD 13 Nop s/d 61.998.200,- 100%
paving tahap 2 30 Nop 2015
simpang empat
(pasar subuh)
8 Pembangunan ADD 27 Nop s/d 5.500.000,- 100%
paving halaman 15 Des 2015
rumah dinas Kades
9 Rehab kamar ADD 27 Nop s/d 9.444.000,- 100%
mandi rumah dinas 20 Des 2015
Kades

302
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Desa Sukorejo dalam pembiayaan pembangunan yang dilakukan sebagian besar bersumber dari dana desa atau bisa disingkat DD,
namun ada yg berumber dari reward PBB dan ADD. Sehingga diharapkan untuk kedepannya pemerintah daerah lebih memfasilitasi akan
pembiayaan pembangunan yang ada di Kecamatan Bangorejo

 Pembiayaan Pembangunan Desa Sukorejo

SUMBER DANA INDIKATIF BANTUAN KEUANGAN


NO NAMA KEGIATAN DANA DESA ALOKASI DANA
PAD KABUPATEN PROVINSI
(DD)APBN DESA
Pembangunan penahan
badan Jalan Dsn.
1 33.000.000
Sukomukti RT. 02 RW.
03
Plengsengan penahan
2 badan jalan Dsn. 15.000.000
Sukorejo RT 03 RW 05
Plengsengan penahan
badan jalan Dsn.
3 33.000.000
Sukomukti RT. 01 RW.
07
Plengsengan penahan
badan jalan Dsn.
4 33.000.000
Sukomukti RT. 03 RW.
06
Plengsengan penahan
5 badan jalan Dsn. 33.000.000
Sukorejo RT 02 RW 08

303
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Plengsengan penahan
6 badan jalan Dsn. 33.000.000
Sukorejo RT 02 RW 05
Plengsengan penahan
7 badan jalan Dsn. 20.000.000
Sukorejo RT 01 RW 05
Pembangunan jalan
8 paving Dsn. Sukomukti 50.000.000
RT. 02 RW. 01
Pembangunan jalan
9 paving Dsn. Sukomukti 50.000.000
RT. 01 RW. 02

Pembangunan jalan
10 paving Dsn. Sukomukti 50.000.000
RT. 02 RW. 02

Pembangunan jalan
11 paving Dsn. Sukorejo 50.000.000
RT. 01 RW. 01
Pembangunan jalan
12 paving Dsn. Sukorejo 50.000.000
RT. 02 RW. 02

Pembangunan jalan
13 paving Dsn. Sukorejo 50.000.000
RT. 02 RW. 06

Pembangunan LPJU
14 45.000.000
Dusun Sukorejo
Pembangunan LPJU
15 45.000.000
Dusun Sukomukti
Pemasangan granit
16 15.000.000
lantai

304
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Pembangunan jaringan
17 12.000.000
internet 2 titik
Pembangunan taman
18 bermain anak (Play 11.000.000
Ground)
Pembangunan papan
19 8.000.000
nama desa
Jasa perawatan saluran
20 13.200.000
irigasi pertanian
Pengrasakan 4 titik jalan
21 40.000.000
di Dusun Sukorejo
pengrasakan 4 titik jalan
22 40.000.000
di Dusun Sukomukti
Bantuan rehab
23 5.000.000
poskamling
Rehabilitasi ruang
24 46.000.000
pelayanan kantor desa

Penghijauan kantor desa


25 10.000.000
sukorejo

Belanja jasa perawatan


26 12.000.000
jenazah
Bantuan material
27 pembuatan JAMBAN 10.000.000
bagi keluarga miskin
Pembangunan MCK
28 15.000.000
Pasar Krempyeng
Rehab MCK Kantor
29 15.000.000
Desa Sukorejo
PELAKSANAAN
750.200.000 77.000.000 15.000.000 842.200.000
PEMBANGUNAN DESA

305
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

 Pembiayaan Pembangunan Desa Kebondalem

NAMA KEGIATAN SUMBER DANA ANGGARAN BANTUAN KEUANGAN


NO
PEMBANGUNAN
APBN/APBD/APBD II APBD DESA LAINNYA KABUPATEN PROVINSI
Perbaikan saluran irigasi
1 Dsn. Kebonrejo RT. 02 RW. 20.250.000
01
Pavingisasi jalan Dsn.
2 64.349.000
Sendangrejo RT 04 RW. 02
Pavingisasi jalan Dsn.
3 144.692.000
Kebonrejo RT 04 RW. 02
Pemeliharaan jalan Dsn.
4 Kebondalem RT. 03 RW. 9.500.000
03
Pembangunan penahan
5 badan jalan Dsn. 45.846.000
Tanjungrejo RT. 2 RW. 1
Pembangunan jembatan
6 Dsn. Kebondalem RT. 04 195.001.800
RW. 02
Pembangunan jembatan
7 Dsn. Tanjungrejo RT. 04 74.304.000
RW. 01
Pembanguan plat duicker
8 Dsn. Sendangrejo RT. 04 46.624.000
RW. 03
Arung kanal Desa
9 75.000.000
Kebondalem
Pembangunan tempat
10 parker Dsn. Kebondalem 38.334.000
RT. 03 RW. 02

306
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Pemeliharaan jalan
11 pemukiman dan perawatan 45.500.000
plengsengan 4 dusun
Pengadaan timbangan
12 3.600.000
badan pada posyandu desa
Pemberian makanan
tambahan dan vitamin
13 16.800.000
untuk balita dan lansia
pada posyandu desa
Pemeliharaan sara PAUD
14 30.000.000
Desa Kebondalem
Penguatan permodalan
15 65.000.000
BUMDes Kebondalem

 Pembiayaan Pembangunan Desa Sambimulyo 2018

BIAYA
NO NAMA KEGIATAN PEMBANGUNAN
RP SUMBER
1 Pavingisasi Jl. Handoko Dsn. Sambirejo 30.000.000 DD
2 Pengerasan Jl. Makan Dsn. Sambirejo ke timur 20.000.000 DD
3 Urugan Jl. Katim Dsn. Sambirejo 10.000.000 DD
4 Pembangunan jembatan Dsn. Sambirejo 20.000.000 DD
5 Plengsengan Jl. Makam Dsn. Kedungrejo 36.000.000 DD
6 Plengsengan Jl. Mbah Saelah Dsn. Kedungrejo 36.000.000 DD
7 Makadam Jl. Mbah Sarah RT.02 RW. 01 Dsn. Kedungrejo 36.000.000 DD
8 Penahanan badan jalan RT. 01 RW. 05 Dsn. Kedungrejo 36.000.000 DD
9 Sumur bor/air bersih RT. 06 RW. 06 Dsn. Kedungrejo 28.000.000 DD
10 Penahanan badan jalan RT. 01 RW. 05 Dsn. Kedungrejo 36.000.000 DD
11 Pavingisasi Jl. Makam Dsn. Kedungrejo 150.000.000 APBD II
12 Pengadaan air bersih wilayah pasar 300.000.000 APBD II
13 Pavingisasi Jl. Kartini Dsn. Sambimulyo 350.000.000 APBD I

307
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

14 Pavingisasi Jl. Makam Kedungrejo Dsn. Sambimulyo 150.000.000 APBD I


15 Pembangunan jembatan meselan Dsn. Sambimulyo 800.000.000 APBN
16 Pengadaan air bersih Dsn. Kedungrejo 600.000.000 APBN

 Pembiayaan Pembangunan Desa Ringintelu

NAMA KEGIATAN SUMBER DANA ANGGARAN BANTUAN KEUANGAN


NO
PEMBANGUNAN
APBN/APBD/APBD II APBD DESA LAINNYA KABUPATEN PROVINSI
Pengerasan jalan
1 perempatan Balidesa 200.000.000
ketimur Dsn. Ringinmulyo

Pavingisasi Dam Pedotan


2 80.000.000
ke Selatan Dsn. Yudomulyo

Plengsengan depan
3
P.Wrso Dsn. Ringintelu

Pavingisasi Masjid AL Amin


4 150.000.000
Dsn. Ringinmulyo

Plengsengan Selatan P
5 gimun ke Timu RT 2 RW 1 100.000.000
Dsn. Ringintelu

Perbaikan lapangan Volly


6 15.000.000
mayora Dsn. Ringinmulyo

308
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Pelatihan peternakan kecil


7 dan besar Dsn. 50.000.000
Ringinmulyo

Berdasarkan keterangan diatas, maka dapat diketahui perkiraan kebutuhan pendanaan dalam kegiatan pembangunan di BWP
Bangorejo dapat diperkirakan sebagai berikut:

Nama Kegiatan Sumber Dana Besaran

Pengaspalan jalan APBN, APBD 200.000.000-300.000.000

Pavingasi jalan DD, APBdes, ADD 100.000.000-150.000.000

Pembangunan jembatan DD, APBdes 80.000.000

Arung kanal APBdes, 90.000.000

Pemeliharaan jalan DD 50.000.000

Penyediaan PJU APBDes 50.000.000

Pembangunan saluran air bersih DD, APBDesa 300.000.000

Perbaikan saluran irigasi DD 15.000.000

Pembangunan tempat parkir APBDes, PAD 50.000.000

309
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Perkiraan tabel pembiayaan pembangunan dan kegiatan pembangunan disesuaikan dengan kebutuhan dan urgensi kawasan. Untuk
kedepannya diperlukan adanya pembiayaan pembangunan dari sumber dana lain selain APBDes, dan Dana Desa agar kegiatan pembangunan
dapat sesuai dengan apa yang telah diharapkan.

310
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

5 KONSEP PENGEMBANGAN
5.1 Perumusan Tujuan BWP
Tujuan penataan BWP menjadi nilai atau kualitas terukur yang akan dicapai sesui dengan arahan pencapaian yang telah ditetapkan dalam
rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuwangi. Tujuan penataan BWP memuat tema yang akan direncanakan di BWP. Tujuan
penataan BWP berfungsi sebagai:

a. Sebagai acuan untuk penyusunan rencana pola ruang, penyusunan rencana jaringan prasarana, penetapan bagian sub BWP yang
diprioritaskan penanganannya, dan penyusunan peraturan zonasi
b. Menjaga konsistensi dan keserasian pembangunan kawasan perkotaan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.

Dalam menyusun RDTR dan PZ BWP Bangorejo diperlukan pula adanya penyusunan tujuan penataan BWP. Perumusan tujuan penataan
ruang bagian wilayah perkotaan Bangorejo didasarkan pada:

311
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

a. Arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW Kabupaten Banyuwangi


b. Isu strategis wilayah Kecamatan Bangorejo yang berupa potensi, masalah, dan urgensi/keterdesakan penanganan.
c. Karakteristik BWP Bangorejo.

Tujuan penataan ruang bagian wilayah perencanaan Bangorejo dirumuskan dengan mempertimbangkan:

a. Keseimbangan dan keserasian antar bagian dari wilayah kabupaten banyuwangi


b. Fungsi dan peran wilayah perencanaan
c. Potensi investasi
d. Kondisi sosial dan lingkungan wilayah perencanaan
e. Peran masyarakat untuk turut serta dalam pembangunan
f. Prinsip-prinsip yang merupakan penjabaran tujuan tersebut.

Penentuan Tujuan Penataan BWP Bangorejo

Pertimbangan Uraian Rumusan Tujuan


Arahan RTRW Jawa Timur Kabupaten Banyuwangi sebagai fungsi WP pertanian dan pengembangan sistem Agropolitan
agropolitan
Arahan di RTRW Tujuan penataan ruang di Kabupaten Banyuwangi yaitu: “Terwujudnya Pengembangan wilayah dengan
pengembangan wilayah pemanfaatan Sumber Daya Alam
dan pertumbuhan ekonomi kabupaten berbasis pada potensi sumber daya
alam daerah yang didukung oleh pembangunan sarana dan prasarana yang
memadai dengan memperhatikan harmoniasi antara pengelolaan kawasan
budidaya, kawasan lindung, dan pengendalian kawasan rawan bencana”

312
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Pertimbangan Uraian Rumusan Tujuan


Isu Strategis (potensi) 1. Sektor Pertanian  Pertanian/ Agropolitan
Kecamatan Bangorejo merupakan kecamatan yang sangat berpotensi pada sektor  Agroindustri
pertanian, berdasarkan RTRW Kabupaten Banyuwangi, Kecamatan Bangorejo merupakan  Agrobisnis
Kecamatan yang berpotensi sebagai kawasan Agropolitan. Produksi pertanian yang ada di  Infrastruktur
setiap desa di BWP Bangorejo adalah buah naga dan buah jeruk, Kecamatan  Kawasan pariwisata
Bangorejo dikenal sebagai Kecamatan dengan hasil produksi pertanian buah naga
dan jeruk yang sangat tinggi. Selain buah naga dan jeruk hasil pertanian masyarakat
juga berupa padi, jagung, kedelai, dan singkong.
Untuk meningkatkan hasil pertanian agar buah naga dapat panen meskipun bukan
waktunya, masyarakat menggunakan sistem lampu pada buah naga agar panen
dapat dilakukan setiap 4 bulan sehingga buah naga dapat di produksi tidak hanya
pada panen raya, hal ini dapat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat.
2. Sektor Agroindustri
Sektor Agroindustri di BWP Bangorejo berupa home industri di setiap desa, sehingga
potensi untuk mengembangkan Agroindustri di BWP Bangorejo sudah bisa
dilaksanakan.
3. Sistem Pengairan
Sistem pengairan di Kecamatan Bangorejo menggunakan irigasi teknis di setiap
desa (berdasarkan Kecamatan Bangorejo dalam angka 2018 dan hasil survey
primer). Dengan sistem pengairan yang baik, petani dapat bercocok tanam dengan
baik dan sangat berpotensi terhadap hasil pertanian. Debit air yang ada di
Kecamatan ini cukup tinggi karena dialiri oleh dua sungai dan tidak kering walaupun
pada musim kemarau.
4. Budaya dan Adat Istiadat
Kecamatan Bangorejo memiliki potensi dalam kebudayaannya, kegiatan ini terletak
di Desa Kebondalem, pada setiap tahun genap terdapat tradisi arung kanal yang di
ikuti oleh seluruh masyarakat yang ada di setiap desa di Kecamatan Bangorejo.
Kegiatan ini dilakukan di sungai di desa Kebondalem, kegiatan yang dilakukan
adalah kegiatan pameran kapal yang dibuat oleh masyarakat setempat dan di
pamerkan di sungai. Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari berturut-turut dan
menjadi antusiasme masyarakat yang ada di Kecamatan Bangorejo.
Kegiatan rutin yang dilakukan di Desa Kebondalem yang lain adalah lomba lintas
srawet. Kegiatan lintas gunung ini dijadikan ajang untuk melestarikan alam yang ada
di gunung Srawet karena gunung Srawet merupakan hutan lindung dan sudah tertera

313
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Pertimbangan Uraian Rumusan Tujuan


pada peraturan desa Kebondalem, kegiatan ini tidak hanya diikutioleh masyarakat
Kecamatan Bangorejo sendiri tapi banyak dari masyarakat luar yang mengikuti
kegiatan ini dan berpartisipasi dalam kegiatan ini.
5. Lahan Subur
Kecamatan Bangorejo memiliki lahan pertanian yang subur, berdsarkan Kecamatan
Bangorejo dalam angka jenis tanah yang ada di Kecamatan Bangorejo
diperuntukkan sebagai lahan pertanian, sehingga hasil produksi pertanian
masyarakat sangat tinggi.

Isu Strategis (Masalah) 1. Daerah Aliran Sungai  Agropolitan


Pada daerah sepanjang aliran sungai tidak ada plengsengan, yang dapat  Infrastruktur
mengakibatkan permukaan tanah didaerah sekitar sungai amblas dikarekan aliran  Sarana dan prasarana
sungai yang deras. hal ini terdapat di desa Ringintelu, Kebondalem, dan beberapa
bagian di desa Sukorejo. Untuk desa Bangorejo plengsengan masih ada yang rusak.
Masih ada bangunan permanen yang ada di sekitar sempadan sungai, bangunan
permanen yang ada di sempadan sungai berada di desa Ringintelu, Kebondalem,
dan sebagian wilayah di desa Sukorejo. Pada sekitar sungai di Desa Ringintelu
terdapat jamban bersama disekitar sungai, sehingga sungai dapat berpotensi
tercemar. Selain itu, masih ada juga peternakan yang berada di sempadan sungai.
Saluran drainase dan sungai yang berada di Desa Sambimulyo dan Desa Bangorejo
tercemar karena tercampur dengan limbah domestik dan menjadi tempt
pembuangan sampah oleh masyarakat.
2. Infrastruktur jalan
Aksesbilitas pada kecamatan Bangorejo masih dapat dikatakan kurang baik
dikarenakan hampir di setiap desa permukaan jalan banyak yang berlubang,
tergenang air, dan tidak beraspal sehingga hal tersebut dapat mengganggu
masyarakat dalam menjalankan aktivitas.
Furniture jalan yang ada di Desa Sambimulyo masih kurang lengkap terutama pada
lampu jalan, hal ini dapat mengganggu aktivitas masyarakat dalam melakukan
pergerakan di malam hari. Bahu jalan yang terdapat di Desa Bangorejo digunakan
untuk berdagang, sehingga dapat menyebabkan kemacetan.

314
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Pertimbangan Uraian Rumusan Tujuan


Prasarana pedestrian masih sangat minim dan hanya ada di beberapa ruas di Desa
Bangorejo. Tidak ada terminal transit maupun halte, serta masih belum ada angkutan
umum untuk menunjang aktivitas masyarakat.
3. Ruang Terbuka
Ruang Terbuka di BWP Bangorejo masih minim, sehingga diperlukan adanya Ruang
Terbuka, baik Ruang Terbuka Hijau maupun non hijau untuk mewadahi aktivitas
masyarakat.
4. Pertanian
Pada saat musim panen saat ini masyarakat tidak mendapatkan hasil yang
menguntungkan dikarenakan menurunnya nilai jual hasil panen yang tidak sesuai
dengan modal yang digunakan untuk perawatan atau pemeliharan produk tersebut,
dan dapat dikatakan saat ini para petani di kecamatan Bangorejo mengalami
kerugian yang sangat besar.

Isu Strategis (urgensi a. Pengembangan sarana prasarana penunjang Kawasan Agropolitan di BWP  Sarana prasarana
pengangan) Bangorejo  Agrobisnis
b. Pengembangan dan peningkatan kawasan perdagangan dan jasa yang  Infrastruktur
sekaligus menjadi agribisnis dan pasar agropolitan  Agropolitan
c. Penambahan atau pembangunan satu pasar agar kegiatan masyarakat tidak
perlu keluar kawasan untuk membeli barang
d. Peningkatan dan perbaikan jaringan jalan
e. Pembangunan tempat untuk kegiatan agroindustri yang mewadahi seluruh
kegiatan agroindustri untuk setiap desa (pengembangan zona Industri)
f. Pembangunan koperasi
g. Peningkatan dan pengembangan prasarana sampah
h. Peningkatan dimensi, perkerasan, dan panjang drainase.
Karakteristik BWP Bangorejo termasuk dalam kawasan perkotaan yang ditetapkan sebagai pusat  Pertanian
pengembangan Banyuwangi Selatan dan sebagai Kecamatan penghasil buah naga  Aksesibilitas
terbesar
Fungsi dan Peran 1. Pusat pemerintahan skala kecamatan  Perdagangan
2. Pusat perdagangan dan jasa skala beberapa kecamatan  Pertanian

315
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Pertimbangan Uraian Rumusan Tujuan


3. Pusat fasilitas umum skala berapa kecamatan  Pariwisata
Kota Bangorejo, struktur kotanya akan dipengaruhi oleh kegiatan pariwisata di
bagian selatan maupun potensi sebagai penghasil jeruk terbesar di Kabupaten
Banyuwangi.
Potensi Investasi  Memiliki potensi buah naga dan buah jeruk Agropolitan, Agrobisnis dan
 Industri dodol buah dan sayur Agroindustri
Kondisi sosial dan Kondisi sosial dan lingkungan yang mayoritas merupakan penduduk asli, dan Pertanian
lingkungan sebagian besar bekerja di sektor pertanian.
Peran masyarakat Peran Masyarakat dalam pembangunan tinggi, hal ini karakteritik masyarakat Peran Masyarakat Tinggi
sebagian besar bekerja sebagai Petani

Dalam revisi RTRW Kabupaten Banyuwangi, Bangorejo termasuk dalam sistem pusat kegiatan lokal promosi atau yang disingkat PKLp.
PKLp adalah pusat kegiatan yang dipromosikan untuk kemudian hari dapat ditetapkan sebagai PKL. Perkotaan Bangorejo memiliki fungsi utama
sebagai pusat pemerintahan skala kecamatan/local, pusat perdagangan dan jasa skala beberapa Kecamatan, dan pusat fasilitas umum skala
beberapa kecamatan. Struktur kota Bangorejo dipengaruhi oleh kegiatan pariwisata di bagian selatan dan potensi pertanian atau agropolitan
sebagai penghasil jeruk terbesar di Kabupaten Banyuwangi.

Potensi yang dimiliki BWP Bangorejo adalah pertanian buah naga dan buah jeruk, potensi untuk pengembangan agroindustri adalah
padi, jagung, kedelai, dan singkong serta potensi agroindustri yang ada adalah dodol buah naga, dan dodol berbagai jenis sayuran.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan tujuan dari penataan BWP Bangorejo adalah

“Terwujudnya Kawasan BWP Bangorejo Sebagai Kawasan Ketahanan Pangan Dan Agroindustri Berkelanjutan”

316
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

BWP Bangorejo sebagai wilayah perencanaan memiliki fungsi utama sebagai PKLp Kabupaten Banyuwangi. Untuk menunjang fungsi
tersebut, maka kawasan perkotaan Banyuwangi diarahkan melayani kegiatan skala kecamatan. Adapun kriteria kawasan BWP Bangorejo
sebagai fungsi PKLp meliputi dua hal, yaitu:

Adapun tujuan yang akan dicapai dalam jangka panjang adalah sebagai berikut:

1. Mengembangkan dan meningkatkan kawasan perdagangan dan jasa sehingga menjadi sentra Agrobisnis di BWP Bangorejo dan
memenuhi kebutuhan masyarakat untuk skala beberapa kecamatan.

2. Meningkatkan dan memperbaiki infrastruktur yang dibutuhkan dalam mengembangkan sektor pertanian

3. Pengembangan zona Agroindustri guna meningkatkan perekonomian masyarakat secara merata

4. Pengembangan kawasan secara merata di setiap wilayah yang di sesuaikan dengan potensi dan masalah yang ada di masing-masing
wilayah.

5. Mengembangkan dan meningkatkan potensi Sumber Daya, baik Sumber Daya Manusia, maupun Sumber Daya Alam secara efektif dan
efisien

5.2 Penetapan Visi Misi Kawasan


Penetapan visi dan misi kawasan didasarkan pada karakteristik kawasan visi RTRW Kabupaten Banyuwangi, masalah, isu strategis, dan
analisis SWOT.

Visi RTRW Kabupaten Banyuwangi :

317
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

“Mewujudkan ruang kabupaten berbasis pertanian bersinergi dengan pengembangan perikanan, pariwisata, industri perdagangan
dan jasa yang berdaya saing dan berkelanjutan”

Berdasarkan RTRW Kabupaten Banyuwangi dapat diketahui visi RTRW Kabupaten Banyuwangi adalah kawasan Agropolitan, pariwisata,
industri, serta perdagangan dan jasa.

Permasalahan di BWP Bangorejo adalah sebagai berikut:


1. Daerah Aliran Sungai
Pada daerah sepanjang aliran sungai tidak ada plengsengan, yang dapat mengakibatkan permukaan tanah didaerah sekitar
sungai amblas dikarekan aliran sungai yang deras. hal ini terdapat di desa Ringintelu, Kebondalem, dan beberapa bagian di desa
Sukorejo. Untuk desa Bangorejo plengsengan masih ada yang rusak.
Masih ada bangunan permanen yang ada di sekitar sempadan sungai, bangunan permanen yang ada di sempadan sungai berada
di desa Ringintelu, Kebondalem, dan sebagian wilayah di desa Sukorejo. Pada sekitar sungai di Desa Ringintelu terdapat jamban bersama
disekitar sungai, sehingga sungai dapat berpotensi tercemar. Selain itu, masih ada juga peternakan yang berada di sempadan sungai.
Saluran drainase dan sungai yang berada di Desa Sambimulyo dan Desa Bangorejo tercemar karena tercampur dengan limbah
domestik dan menjadi tempt pembuangan sampah oleh masyarakat.
2. Infrastruktur jalan
Aksesbilitas pada kecamatan Bangorejo masih dapat dikatakan kurang baik dikarenakan hampir di setiap desa permukaan jalan
banyak yang berlubang, tergenang air, dan tidak beraspal sehingga hal tersebut dapat mengganggu masyarakat dalam menjalankan
aktivitas.

318
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Furniture jalan yang ada di Desa Sambimulyo masih kurang lengkap terutama pada lampu jalan, hal ini dapat mengganggu aktivitas
masyarakat dalam melakukan pergerakan di malam hari. Bahu jalan yang terdapat di Desa Bangorejo digunakan untuk berdagang,
sehingga dapat menyebabkan kemacetan.
Prasarana pedestrian masih sangat minim dan hanya ada di beberapa ruas di Desa Bangorejo. Tidak ada terminal transit maupun
halte, serta masih belum ada angkutan umum untuk meunjang aktivitas masyarakat.
3. Ruang Terbuka
Ruang Terbuka di BWP Bangorejo masih minim, sehingga diperlukan adanya Ruang Terbuka, baik Ruang Terbuka Hijau maupun
non hijau untuk mewadahi aktivitas masyarakat.
4. Pertanian
Pada saat musim panen saat ini masyarakat tidak mendapatkan hasil yang menguntungkan dikarenakan menurunnya nilai jual
hasil panen yang tidak sesuai dengan modal yang digunakan untuk perawatan atau pemeliharan produk tersebut, dan dapat dikatakan
saat ini para petani di kecamatan Bangorejo mengalami kerugian yang sangat besar.

5.2.1 Analisis SWOT


Tabel 5.1 Analisis SWOT
Kekuatan (S) Kelemahan(W)

319
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

1. Potensi pertanian terutama buah jeruk dan 1. Jumlah air yang tersedia untuk irigasi masih
buah naga terbesar di Kabupaten kurang dari jumlah air yang dibutuhkan
Banyuwangi 2. Tidak adanya utilitas persampahan sehingga
2. Kondisi topografi terutama pada lahan irigasi banyak spot-spot yang dijadikan tempat
memiliki kemiringan yang baik pembuangan sampah oleh masyarakat
3. Terdapat sungai yang menjadi sumber 3. Infrastruktur jalan masih kurang memadai untuk
saluran irigasi meningkatkan pertanian
4. Kawasan pertanian di Kabupaten
Banyuwangi meliputi pertanian lahan basah
dan pertanian lahan kering

Kesempatan(O) Strategi (SO) Strategi (WO)


1. Hasil pertanian masyarakat dapat dijadikan
olahan sehingga agroindustri dapat
berkembang dengan baik
2. Industri pengolahan pertanian
3. Pasar yang mewadahi agrobisnis

Tantangan(T) Strategi (ST) Strategi (TW)

320
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

1. Kurangnya perhatian pemerintah dalam 1. Peningkatan sarana dan prasarana untuk 1. Hasil pertanian masyarakat dijadikan olahan dan
mengelola hasil pertanian masyarakat untuk meningkatkan potensi hasil pertanian buah dikembangkan menjadi makanan atau masakan
meningkatkan perekonomian naga dan buah jeruk khas bwp Bangorejo
2. Kurangnya penyuluhan mengenai pertanian, 2. Meningkatkan kegiatan penyuluhan 2. Pertanian disediakan tempat untuk pengolahan
penyuluhan pertanian tidak merata dan pertanian untuk seluruh masyarakat agar industri
hanya untuk beberapa kelompok masyarakat mengetahui fungsi dan pengelolaan untuk 3. Hasil pertanian masyarakat dipasarkan pada satu
3. Sarana dan prasarana untuk menunjang pertanian lahan basah dan lahan kering pasar yang juga sebagai tempat perdagangan dan
kegiatan pertanian jasa
4. Perdagangan dan jasa masih kurang
mewadahi kebutuhan masyarakat

Berdasarkan visi RTRW Kabupaten Banyuwangi dan hasil analisis SWOT diatas, maka dapat dirumuskan visi dan misi RDTR BWP
Bangorejo adalah

“Terwujudnya BWP Bangorejo Sebagai Kawasan Agropolitan Yang Dapat Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Dengan
Pembangunan Berkelanjutan”

 Terwujudnya

321
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Kata “terwujudnya” mengandung makna menuju proses perwujudan. Proses tersebut membutuhkan waktu untuk membentuk wujud, dari
kondisi state of the art (saat ini) ke kondisi state of arrival (kondisi harapan). Jadi terminologi terwujudnya adalah proses perubahan
(change) menuju ke kondisi yang dicitakan.
 Kawasan Agropolitan
Fungsi kawasan Agropolitan ialah kawasan yang berpotensi akan pertanian yang tidak hanya terfokus pada hasil pertanian tetapi juga
terintegrasi antara agropolitan, agrobisnis, dan agroindustri yang didukung oleh infrastruktur, sarana, dan prasarana yang dibutuhkan
oleh kawasan pertanian sehingga aktivitas pertanian dari hulu hingga hilir dapat berkembang di BWP Bangorejo
 Perekonomian Masyarakat
Perekonomian masyarakat dapat mengandung arti peningkatan hasil pertanian masyarakat. dengan terintegrasinya agropolitan,
agrobisnis, dan agroindustri diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat BWP Bangorejo.
 Pembangunan Berkelanjutan
Berkelanjutan adalah pelaksanaan sistem yang terintegrasi antara praktek produksi dengan pemanfaatan sumberdaya secara efisien.
Dari kegiatan pembangunan yang dilakukan di BWP Bangorejo diharapkan dapat berkelanjutan sehingga kegiatan pembangunan dapat
sejalan dengan lingkungan, sosial, dan ekonomi.
Berdasarkan penjabaran diatas, maka untuk mewujudkan visi diatas misi kawasan BWP Bangorejo adalah sebagai berikut:
 Meningkatkan kualitas hasil produksi pertanian masyarakat BWP Bangorejo
 Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia agar hasil pertanian masyarakat dapat meningkat dan memiliki kualitas yang lebih baik
 Tersedianya infrstruktur, fasilitas, dan utilitas yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan pertanian

322
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

5.3 Konsep Pusat Pelayanan


5.3.1 Konsepsi pengembangan kota
Dalam merencanakan konsep pengembangan kawasan BWP Bangorejo didasari oleh potensi, masalah dan kebijakan dasar
pengembangan BWP Bangorejo, perencanaan pengembangan kawasan BWP Bangorejo sebagai berikut:

a. Meningkatkan dan mengembangkan jaringan jalan di setiap wilayah secara merata untuk mendukung kegiatan pertanian masyarakat,
serta aksesbilitas antar kawasan di BWP Bangorejo
b. Mengembangkan dan menetapkan kawasan pusat kota menjadi pusat aktivitas utama penduduk
c. Mengembangkan kegiatan adat dan budaya menjadi kegiatan wisata yang dapat meningkatkan perekonomian BWP Bangorejo

5.3.2 Konsep Kebijakan Sistem Pusat Pelayanan


Sistem pusat pelayanan yang ada di BWP Bangorejo adalah dengan menerapkan sistem multi nodal. Model struktur ruang multi nodal
adalah terdiri dari satu pusat dan beberapa sub pusat da sub-sub pusat yang saling terhubung satu sama lain. Pengembangan pusat BWP
Bangorejo dilakukan untuk meningkatkan fungsi kawasan. Penetapan sub pusat dan sub-sub pusat kawasan didasarkan pada skala pelayanan
kawasan dibawah pusat dan sub pusat.

Pengembangan pusat BWP Bangorejo, sub pussat, dan sub-sub pusat dilakukan untuk memperjelas dan mempertegas bentuk struktur
kota yang ada di BWP Bangorejo. Pengembangan sistem pusat pelayanan di BWP Bangorejo adalah sebagai berikut:

a. Pusat kota yang melayani dan diperuntukkan untuk seluruh masyarakat yang tinggal di BWP Bangorejo, serta dapat pula melayani skala
beberapa kecamatan
b. Pengembangan pusat kota dalam hal ini berupa pengembangan kawasan perdagangan jasa, dan fasilitas, utilitas yang dibutuhkan oleh
masyarakat

323
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

c. Pengembangan sub pusat kawasan yang disesuaikan dengan skala pelayanan sub pusat, yaitu untuk melayani beberapa desa atau
memiliki lingkup skala pelayanan dibawah pusat kota
d. Pusat Bagian Wilayah Perkotaan dijadikan sebagai pusat orientasi kegiatan masyarakat dan diperuntukkan kepada masyarakat BWP
Bangorejo

5.4 Konsep Rencana Pola Ruang


Rencana pola ruang BWP Bangorejo memuat rencana kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung dengan fungsi utama

5.4.1 Zona lindung


Kawasan lindung merupakan kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup mencakup sumber
alam, sumberdaya buatan dan nilai sejarah/budaya bangsa guna mensukseskan sistem pembangunan berkelanjutan. Ketentuan Klasifikasi Zona
lindung dihasilkan dari kompilasi beberapa kriteria Zona lindung, antara lain:

a. Undang Undang No 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati Dan Ekosistemnya

b. KEPPRES No. 32 Tahun 1990 tentang pengelolaan Zona lindung,

c. Kriteria penggunaan lahan menurut SK MENTAN NO. 837/Kpts/UM/II 1980 dan NO. 683/Kpts/UM/II/1981.

d. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 28/PRT/M/2015 Tentang Penetapan Garis
Sempadan Sungai Dan Garis Sempadan Danau

e. Perda Jawa Timur No 11 Tahun 1991 tentang Zona lindung.

324
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Kawasan yang termasuk dalam zona lindung BWP Bangorejo adalah kawasan perlindungan setempat dan RTH (Ruang Terbuka Hijau).
Perencanaan pengelolaan zona lindung di BWP Bangorejo memiliki fungsi sebagai berikut:

 Membatasi perluasan untuk keperluan budidaya termasuk permukiman.


 Mengembalikan fungsi lindung pada kawasan yang mengalami kerusakan.
 Penanganan dan peningkatan fungsi lindung pada kawasan yang telah mengalami alih fungsi lahan.
 Pada Zona lindung yang dibawah bumi memiliki nilai ekonomis sangat tinggi maka kawasan tersebut dapat dikelola bersama (melalui
kajian lingkungan, nilai ekonomi dan makna sosial dalam skala besar dan setempat) dengan catatan bila dilakukan kegiatan eksploitasi
setelah selesai harus diikuti upaya pengembalian fungsi lindung.
 Dilakukan kegiatan pemantauan secara ketat terhadap Zona lindung yang memiliki potensi atau rawan alih fungsi lahan.

Kawasan lindung BWP Bangorejo adalah sebagai berikut:

A. Kawasan Perlindungan Setempat


1) Kawasan sempadan sungai
Kawasan sempadan sungai berupa kawasan sepanjang kanan dan kiri sungai. Kawasan ini juga termasuk sungai
buatan/kanal/saluran irigasi yang memiliki manfaat penting untuk melestarikan fungsi sungai. Tujuan penetapan sempadan sungai adalah
untukmelindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar
sungai serta mengamankan aliran sungai. Arahan sempadan sungai BWP Bangorejo mengacu pada RTRW Banyuwangi dan Permen
PU No. 63 Tahun 1993
Arahan sempadan sungai BWP Bangorejo adalah sebagai berikut:
a. Sempadan sungai bukan permukiman kurang lebih 100 meter dari kiri kanan sungai

325
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

b. Sempadan sungai yang melewati kawasan permukiman kurang lebih 10-15 meter dari kiri kanan sungai
c. Sempadan anak sungai di kawasan bukan permukiman kurang lebih 50 meter di kiri kanan anak sungai.
d. Garis sempadan sungai bertanggul di BWP Bangorejo ditentukan lebar paling sedikit 5 meter dari kaki tanggul sebelah luar apabila
berada diluar kawasan perkotaan dan 3 meter apabila berada didalam kawasan perkotaan.
e. Garis sempadan sungai tidak bertanggul ditentukan sebagai berikut:
o Untuk kedalaman kurang dari atau sama dengan 3 meter, paling sedikit berjarak 10 meter dari tepi kiri dan kanan palung sungai
sepanjang alur sungai
o Pada kedalaman lebih dari 3 meter sampai dengan 20 meter jaraknya palig sedikit 15 meter dari tepi kiri dan kanan palung sungai
sepanjang alur sungai
o Untuk kedalaman lebih dari 20 meter jarak paling sedikit adalah 30 meter dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alu r
sungai.
1) Kawasan sempadan irigasi
Kawasan sempadan irigasi adalah kawasan sepanjang kanan kiri saluran irigasi yang memiliki manfaat penting dalam
melestarikan fungsi irigasi. Ketentuan penetapan kawasan irigasi didasarkan pada Perda no. 15 Tahun 1986.
Ketentuan sempadan saluran irigasi adalah sebagai berikut:
2) Kawasan sempadan tiang listrik
Untuk masa mendatang arahan pada kawasan sekitar jaringan tegangan tinggi
3) Kawasan sempadan tiang jaringan telepon
B. Ruang Terbuka Hijau
Kawasan ruang terbuka hijau (RTH) adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat
terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Ketentuan Ruang Terbuka

326
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Hijau di kawasan perkotaan adalah 30% dengan 20% RTH publik dan 10% RTH privat. Ruang Terbuka Hijau BWP Bangorejo berupa
ruang terbuka hijau ruang terbuka hijau privat yang banyak terdapat di rumah masyarakat. untuk RTH publik yang ada di BWP Bangorejo
masih belum ada.
RTH Publik adalah RTH yang dapat diakses langsung oleh public baik yang dikelola pemerintah maupun swasta. Sedangkan
RTH Privat adalah ruang terbuka yang berada pada kavling-kavling individu yang dikelola dan hanya diakses oleh pemilik.
Arahan pengembangan Ruang Terbuka Hijau untuk kedepannya diarahkan dengan mengembangkan dan meningkatkan RTH
public yang dapat menjadi wadah kegiatan masyarakat dalam melakukan aktivitas, serta dapat memenuhi aturan ketentuan RTH di
Kecamatan, yakni 30% yang terdiri dari RTH public 20% dan RTH privat 10%

5.4.2 Zona Budidaya


Zona budidaya merupakan kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber
daya alam dan sumber daya buatan. Kawasan yang termasuk zona budidaya di BWP Bangorejo adalah sebagai berikut:

A. Zona Perumahan
Kawasan untuk zona permukiman didasarkan pada kesesuaian tanah untuk permukiman.
 Pengembangan perumahan dapat dilakukan di daerah-daerah kantong perumahan umum yang tertata maupun perumahan di
perkampungan oleh penduduk di BWP Bangorejo
 Ketersediaan sarana dan prasarana perumahan yang memadai
 Pengembangan perumahan pada lokasi baru atau lahan baru
 Pengembangan kawasan permukiman pada lokasi baru harus memiliki daerah resapan air yang dapat melayani kawasan permukiman
yang ada di kawasan tersebut

327
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

 Pengembangan perumahan di lokasi baru guna memenuhi kebutuhan perumahan penduduk BWP Bangorejo, lokasi diarahkan pada
kawasan yang masih belum berkembang dan disesuaikan dengan kesesuaian tanah untuk perumahan, serta lahan yang masih belum
banyak terbangunnya.
B. Zona Perdagangan dan Jasa
Untuk masa mendatang kegiatan perdagangan dan jasa diarahkan pada hal berikut:
 Pengembangan dan peningkatan kawasan perdagangan dan jasa skala beberapa kecamatan, hal ini sesuai dengan arahan RTRW
Kabupaten Banyuwangi tahun 2012-2032 yang menyatakan bahwa kawasan perdagangan dan jasa BWP Bangorejo harus dapat
melayani beberapa Kecamatan yang ada di bawahnya.
 Pembangunan kawasan perdagangan jasa di lokasi baru yang berada di desa yang belum memiliki sarana perdagangan dan jasa, yang
nantinya akan menjadi sub pusat baru yang terhubung dengan pusat dan sub-sub pusat yang lain.
 Pengembangan perdagangan dan jasa yang telah ada menjadi skala yang lebih besar untuk dapat mewadahi kebutuhan masyarakat
skala lokal/lingkungan/desa.
C. Kawasan Pendidikan
Pengembangan fasilitas pendidikan dimasa mendatang disesauikan dengan kebutuhan dan pertumbuhan penduduk di BWP Bangorejo,
berdasarkan hasil analisa, diketahui perkembangan jumlah penduduk BWP Bangorejo adalah
D. Zona Pertanian
Banyaknya kebutuhan akan lahan untuk dijadikan lahan terbangun baik untuk pengembangan kawasan permukiman, perkantoran dan
lain sebagainya sehingga lahan pertanian untuk masa yang akan datang diasumsikan akan semakin berkurang akibat tingkat
perkembangan dari berbagai kegiatan yang berkembang.
Arahan untuk kawasan pertanian pada BWP Bangorejo untuk masa mendatang diarahkan sebagai berikut:
 Mempertahankan lahan irigasi teknis

328
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

 Pengalihfungsian lahan pertanian menjadi lahan terbangun terkait dengan perkembangan kota diprioritaskan pada lahan yang
mempunyai tingkat kesuburan rendah terlebih dahulu.
 Sawah irigasi teknis tetap dipertahankan sekaligus sebagai lahan cadangan kota yang dapat di kembangkan menjadi lahan
terbangun sesuai kebutuhan perkembangan kota.

5.5 Konsep Sistem Jaringan Prasarana Wilayah


5.5.1 Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Transportasi
Pengembangan sistem jaringan transportasi di BWP Bangorejo untuk masa mendatang diarahkan pada pengembangan jalan, arahan
dimensi jalan, pengaturan sirkulasi, sarana dan prasarana pada jalan maupun angkutan umum.

a. Arahan pengembangan jaringan jalan


Arahan pengembangan jalan berupa pengembangan jalan lingkungan, utnuk memudahkan akses pada kawasan permukiman
masyarakat
b. Sirkulasi kendaraan
Sirkulasi kendaraan BWP Bangorejo dilewati oleh motor, mobil, dan angkutan berat berupa truk, dan beberapa bus mini untuk angkutan
umum. Arahan pengembangan sirkulasi pada BWP Bangorejo adalah sirkulasi untuk angkutan berat disesuaikan dengan fungsi jalan
dan jenis jaringan jalan yaitu kolektor primer yang berada di ruas jalan utama desa Kebondalem, Sambirejo, Sambimulyo, Bangorejo,
....... serta arus kendaraan yang padat di BWP Bangorejo terletak di ruas perempatan jalan Desa Sambimulyo-pulau merah.
Jalan di BWP Bangorejo secara keseluruhan merupakan jalan dua lajur-dua jalur, dan untuk jalan lingkungan tertentu yang sudah ada
merupakan jalan satu arah.
c. Sarana dan prasarana angkutan umum
Angkutan umum yang ada di BWP Bangorejo adalah sebagai berikut:

329
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 5.1 Peta Jalur Angkutan Umum


5.5.2 Konsep Pengembangan Sistem Jaringan Irigasi
Di Kecamatan Bangorejo memiliki irigasi teknis yang sumber airnya yaitu sungai yang ada di Kecamatan Bangorejo itu sendiri. Untuk
arahan pengembangan sistem jaringan irigasi pada Kecamatan Bangorejo yaitu:
 Pemeliharaan saluran air pada sawah dengan irigasi teknis ini

330
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

 Mengoptimalkan sumber air (sungai) untuk irigasi teknis pertanian, agar pertanian di Kecamatan Bangorejo semakin mengalami
penambahan jumlah produksi

5.5.3 Konsep Pengembangan Sistem Jaringan Telekomunikasi


Penggunaan telepon di Kecamatan Bangorejo yang semakin pesat menyebabkan jaringan telepon yang ada di Kecamatan Bangorejo
sudah terpenuhi, tidak hanya telepon kabel penggunaan sarana telekomunikasi juga menggunakan telepon seluler (HP), dalam hal ini
penyediaan tower Base Transceiver Station (BTS) di Kecamatan Bangorejo sudah sampai di setiap desa- desanya. Sehingga untuk arahan
pengembangan sistem prasarana telekomunikasi didapat sebagai berikut
 Pemeliharaan prasarana telekomunikasi
 Memberikan area perlindungan terhadap Base Transeiver Station (tower pemancar sinyal)

331
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 5.2 Peta Jaringan Telekomunikasi


5.5.4 Konsep Pengembangan Sistem Jaringan Listrik
Sistem Prasarana Listrik di Kecamatan Bangorejo telah menfasilitasi masyarakatnya dengan baik. Sehingga arahan pengembangan
sistem prasarana listrik sebagai berikut
 Pemeliharaan prasarana listrik yang ada di Kecamatan Bangorejo

332
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

5.5.5 Konsep Pengembangan Sistem Jaringan Air Bersih


Seperti yang diketahui air bersih di Kecamatan Bangorejo di dapat masyarakat dengan menggunakan sumur, namun jika pada musim
kekeringan masyrakat Kecamatan Bangorejo kekurangan air bersih. Sehingga untuk arahan pengembangan sistem jaringan air bersih adalah
Pemerintah daerah memasukkan distribusi air bersih PDAM bagi desa-desa di Kecamatan Bangorejo agar tidak kekurangan air saat
kekeringan

5.5.6 Konsep Sistem Drainase


Kondisi saluran drainase di Kecamatan Bangorejo tergolong tidak cukup baik dimulai dari banyaknya drainase yang tidak memakai
perkerasan, ukuran drainase berbeda-beda, drainase terbuka yang dijadikan pembuangan air limbah, dan didalam saluran drainase terdapat
banyak sampah. Sehingga untuk arahan sistem drainase yaitu:

1. Ukuran drainase disamakan berdasarkan fungsinya


2. Perkerasan semen terhadap drainase tanah
3. Pembersihan drainase rutin oleh warga maupun petugas terkait

5.5.7 Konsep Sistem Prasarana Lingkungan


Konsep pengembangan prasarana lingkungan terdiri dari:

A. Sistem persampahan
Arahan pengembangan sistem persampahan untuk masa mendatang di BWP Bangorejo adalah:
a) Pemerintah daerah melakukan sosialisasi terhadap masyrakat atas buruknya pembakaran sampah yang berdampak
kepada manusia maupun lingkungan

333
Laporan Fakta Analisa
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

b) Pemerintah daerah menyediakan tong sampah pada setiap beberapa rumah agar warga membuang sampah di sana
c) Menyediakan tempat pembuangan di setiap pasar yang ada di Kecamatan Bangorejo
d) Terdapatnya petugas kebersihan atau petugas pengangkut persampahan
e) Dibangunnya TPS di Kecamatan Bangorejo

B. Sistem sanitasi dan limbah


Arahan pengembangan sistem sanitasi dan limbah yaitu:
a. Pembangunan saluran sanitasi dan limbah disetiap desa-desa

334

Anda mungkin juga menyukai