DAMPAK LINGKUNGAN
4.1. Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk
pembangunan
4.1.1. Kemampuan lahan untuk alokasi pemanfaatan ruang
Kemampuan lahan merupakan karakteristik lahan yang mencakup sifat
tanah (fisik dan kimia), topografi, drainase, dan kondisi lingkungan hidup
lain. Kemampuan lahan sangat berkaitan dengan tingkat bahaya
kerusakan dan hambatan dalam mengelola lahan. Dengan demikian,
apabila tingkat bahaya/risiko kerusakan dan hambatan penggunaan
meningkat, spektrum penggunaan lahan akan menurun.
Lahan diklasifikasikan ke dalam 8 (delapan) kelas, yang ditandai dengan
huruf romawi I sampai dengan VIII. Dua kelas pertama (kelas I dan kelas
II) merupakan lahan yang cocok untuk penggunaan pertanian dan 2 (dua)
kelas terakhir (kelas VII dan kelas VIII) merupakan lahan yang harus
dilindungi atau untuk fungsi konservasi. Kelas III sampai dengan kelas
VI dapat dipertimbangkan untuk berbagai pemanfaatan lainnya.
Berdasarkan data sekunder dan beberapa literature yang terkait, Luas
Kecamatan Plumpang yaitu 865.200 Ha dengan pemanfaatan masing-
masing lahannya 6,75% sawah, 1,25% ladang, 1% pekarangan, 1% hutan
dan 5,29% digunakan untuk pemanfaatan lainnya. Dari data tersebut
diketahui bahwa mayoritas pemanfaatan lahannya untuk kegiatan
pertanian. Namun, di kecamatan Plumpang juga terdapat pemanfaatan
lahan sebagai kawasan pertambangan, sehingga jenis tanah yang ada
adalah jenis tanah mediteran merah kuning yaitu tanah yang berasal dari
endapan batu kapur di daerah bukit sampai gunung. Dampak yang
ditimbulkan Pertambangan batu kapur terhadap kecamatan Plumpang
yaitu meningkatnya jumlah lahan yang rusak akibat perluasan tambang
dan wilayah menjadi rentan terhadap erosi.
Pertambangan batu kapur 2006 Pertambangan batu kapur 2014
Keterangan:
SL= Ketersediaan lahan (ha)
Pi = Produksi aktual tiap jenis komoditi (satuan tergantung kepada
jenis komoditas) Komoditas yang diperhitungan meliputi pertanian,
perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.
Hi = Harga satuan tiap jenis komoditas (Rp/satuan) di tingkat
produsen
Hb = Harga satuan beras (Rp/kg) di tingkat produsen
Ptvb = Produktivitas beras (kg/ha)
= 7.205.773 ha
2. Penghitungan Kebutuhan (Demand) Lahan
Rumus:
DL = N x KHLL
Keterangan:
DL = Total kebutuhan lahan setara beras (ha)
N = Jumlah penduduk (orang)
KHLL = Luas lahan yang dibutuhkan untuk kebutuhan hidup layak per
penduduk :
a. Luas lahan yang dibutuhkan untuk kebutuhan hidup
layak per penduduk merupakan kebutuhan hidup layak
per penduduk dibagi produktifitas beras lokal.
b. Kebutuhan hidup layak per penduduk diasumsikan
sebesar 1 ton setara beras/kapita/ tahun.
c. Daerah yang tidak memiliki data produktivitas beras
lokal, dapat menggunaan data rata-rata produktivitas
beras nasional sebesar 2400 kg/ha/tahun.
Maka diperoleh perhitungan sebagai berikut :
N = 87.345 jiwa
KHLL = 15,21 Ha
DL = 87.345 X 15,21
= 1.329.249 Ha
3. Penentuan Status Daya Dukung Lahan
Status daya dukung lahan diperoleh dari pembandingan antara
ketersediaan lahan ( SL ) dan kebutuhan lahan (DL).
Bila SL > DL , daya dukung lahan dinyatakan surplus.
Bila SL < DL, daya dukung lahan dinyatakan defisit atau terlampaui
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh SL = 7.205.773 ha dan DL =
1.329.249 Ha, maka SL > DL. Sehingga dapat disimpulkan bawha
status daya dukung lahan kecamatan Plumpang dinyatakan surplus.
4.1.3. Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan air
Ketersediaan air ditentukan dengan menggunakan metode koefisien
limpasan berdasarkan informasi penggunaan lahan serta data curah hujan
tahunan. Sementara itu, kebutuhan air dihitung dari hasil konversi
terhadap kebutuhan hidup layak.
Koefisien Limpasan Tertimbang
Cara Penghitungan :
Keterangan:
SA = ketersediaan air (m3/tahun)
C = koefisien limpasan tertimbang
Ci = Koefisien limpasan penggunaan lahan i (lihat Tabel 9)
Ai = luas penggunaan lahan i (ha) dari data BPS atau Daerah Dalam
Angka, atau dari data Badan Pertanahan Nasional (BPN)
R = rata-rata aljabar curah hujan tahunan wilayah (mm/tahunan) dari
data BPS atau BMG atau dinas terkait setempat.
Ri = curah hujan tahunan pada stasiun i
m = jumlah stasiun pengamatan curah hujan
A = luas wilayah (ha)
10 = faktor konversi dari mm.ha menjadi m3
Keterangan :
R : Tinggi hujan rata-rata
r1, r2,r3,r4,rn : tinggi hujan rata-rata perbulan
n : jumlah stasiun pengamat
Maka, diperoleh hitungan sebagai berikut :
1798
𝑅= = 1798 𝑚𝑚⁄𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛𝑎𝑛
1