PENDAHULUAN
Penataan ruang merupakan suatu proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan, dan
pengendalian pemanfaatan ruang. Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk
mewujudkan ruang wilayah yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan sesuai dengan
yang diamanatkan dalam Undang – undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Penataan ruang pada akhirnya akan menjadi suatu kebijakan pemerintah daerah yang merupakan
salah satu faktor pemicu prtumbuhan suatu kawasan disamping kegiatan ekonomi dan
transportasi wilayah. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu perencanaan ruang yang
komprehensif dan bersinergis dengan produk – produk perencanaan daerah sebelumnya yang
saat ini masih berlaku, sehingga di dalam implementasinya akan terlihat suatu rangkaian proses
kegiatan yang saling terkait, terstruktur dan tepat sasaran sesuai dengan tujuan awal maupun
skala prioritas yang telah diterapkan sebelumnya
Mengacu pada penjelasan sebelumnya, hal tersebut juga diamalami oleh Kecamatan
Blimbingsari yang merupakan salah satu kecamatan baru di Kabupaten Banyuwangi.
Berdasarkan Salinan Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 8 Tahun 2015 tentang
Pembentukan Kecamatan Blimbingsari, menimbang bahwa dengan semakin meningkatnya
jumlah penduduk dan volume kegiatan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di
Banyuwangi seiring dengan tigkat perkembangan yang ada, maka dalam rangka meningkatkan
efektivitas pelaksanaan tugas – tugas pelayanan kepada masyarakat dibentuklah Kecamatan
Blimbingsari. Pembentukan Kecamatan Blimbingsari ini terdiri dari 10 desa yang berasal dari
Kecamatan Rogojampi sebanyak 8 desa dan dari Kecamatan Kabat sebanyak 2 desa.
Keberadaan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Blimbingsari ini diharapkan
akan dapat menampung berbagai kegiatan pembangunan. Rencana itu diharapkan akan menjadi
rujukan bagi penempatan kegiatan pembangunan yang membutuhkan ruang dan yang bisa
dinyatakan secara dimensional. Dalam Undang – undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penaatan Ruang, Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) merupakan penjabaran dari Rencana
Umum Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota ke dalam rencana distribusi pemanfaatan ruang dan
bangunan serta bukan bangunan pada kawasan kota. Dengan kata lain rencana detail tata ruang
ini mempunyai fungsi untuk mengatur dan menata kegiatan fungsional yang direncanakan oleh
perencaaan ruang diatasnya, dalam mewujudkan ruang yang serasi, seimbang, aman, nyaman,
produktif dan berkelanjutan.
a. Kawasan yang mempunyai ciri perkotaan atau direncanakan menjadi kawasan perkotaan;
dan
b. Memenuhi kriteria lingkup wilayah perencanaan RDTR yang ditetapkan dalam pedoman
ini
RTRW kabupaten/kota perlu dilengkapi dengan acuan lebih detail pengendalian pemanfaatan
ruang kabupaten/kota, dalam hal ini RTRW kabupaten/kota memerlukan RDTR, maka disusun
RDTR yang muatan materinya lengkap, termasuk peraturan zonasi , sebagai salah satu dasar
dalam pengendalian pemanfataan ruang dan sekaligus menjadi dasar penyusunan RTB bagi zona
– zona yang ada pada RDTR ditentukan sebagai zona yang penanganannya diprioritaskan.
RDTR meupakan rencana yang menetapkan blok pada kawasan fungsional sebagai
penjabaran kegiatan ke dalam wujud ruang yang memperhatikan keterkaitan antar kegiatan
dalam kawasan fungsional agar tercipta lingkungan yang harmonis antara kegiatan utama dan
kegiatan penunjang dalam kawasan fungsional tersebut.
RENCANA RENCANA UMUM TATA RENCANA RINCI TATA
PEMBANGUNAN RUANG RUANG
RTR KEPULAUAN
RPJP NASIONAL RTRW NASIONAL RTR KAWASAN
STRATEGIS NASIONAL
RPJM NASIONAL
RTR KAWASAN
STRATEGIS PROVINSI
RPJP PROVINSI RTRW PROVINSI
RDTR KABUPATEN
RPJM PROVINSI
RTR KAWASAN
STATEGIS KABUPATEN
RTRW KABUPATEN
RPJP KABUPATEN
RDTR KOTA
RTRW KOTA
RPJM KABUPATEN RTR KAWASAN
STRATEGIS KOTA
Gambar 1.1
Kedudukan RDTR Kabupaten/Kota dalam Sistem Penataan Ruang dan Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
RENCANA WILAYAH PERENCANAAN
RTRW
WILAYAH KABUPATE/KOTA
KABUPATEN/KOTA
RDTR BWP
Keterangan :
Gambar 1.2
Hubungan antara RTRW Kabupaten/Kota, RDTR, dan RTBL serta Wilayah Perencanaannya
1.4.1 Maksud
1.4.2 Tujuan
Tujuan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Blimbingsari, Kecamatan
Banywuangi yaitu untuk mendapatkan gambaran mengenai pola spasial kawasan perencanaan
serta untuk menentukan arah pengembangan kawasan Kecamatan Blimbingsari.
1.4.3 Sasaran
Adapun sasaran yang ingin dicapai adalah :
a. Teridentifikasinya dan terpilihnya kawasan strategis yang akan direncanakan
b. Teridentifikasinya potensi, issue dan masalah terkait penataan ruang yang
berkembang di wilayah perencanaan
c. Tersusunnya analisis kebutuhan pengembangan kawasan yang berbasis pada issue
pokok dan permasalahan di wilayah perencanaan
d. Tersusunnya konsep serta strategi pemngembangan ruang
e. Terususunya rencana implementasi pemanfaatan ruang kawasan dan pengendalian
pemanfaatan ruang
1.4.4 Fungsi
Adapun fungsi dari perencanaan ini adalah :
a. Kendali mutu pemanfaatan ruang wilayah Kecamatan Blimbingsari
b. Acuan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang lebih rinci dari kegiatan pemanfaatan
ruang yang diatur dalam RTRW Banyuwangi
c. Acuan bagi kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang
Ruang lingkup wilayah perencanaan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan
Blimbingsari Kabupaten Banyuwangi ini adalah Kecamatan Blimbingsari, Secara administrative
Kecamatan Blimbingsari memiliki luas wilayah sebesar 5.047,55 km yang meliputi 10 desa yaitu
antara lain Desa Kaligung, Karangrejo, Bomo, Gintangan, Kaotan, Watukebo, Patemon,
Blimbingsari, Badean, dan Sukojati.
Kecamatan Blimbingsari, secara administrasi memiliki batas – batas dengan wilayah lain.
Adapun batas – batas administrasi wilayah Kecamatan Blimbingsari sebagai berikut :
Sebelah utara : Kecamatan Kabat
Sebelah timur : Selat Bali
Sebelah selatan : Kecamatan Muncar dan Kecamatan Srono
Sebelah barat : Kecamatan Rogojampi
Gambar 1.3
Peta Deliniasi Kecamatan Blimbingsari
Ruang lingkup pada penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi
Kecamatan Blimbingsari Kabupaten Banyuwangi sebagai berikut :
1. Persiapan
a. Pembentukan Tim Penyusun
Pembentukan tim penyusun ini dilengkapi dengan bidang keahlian sesuai dengan
kebutuhan perencanaan Rencana Detail Tata Ruang
b. Kajian Awal Data Sekunder/ Studi Literature
Mencakup peninjauan kembali yang berkaitan dengan wilayah perencanaan atau
Bagian Wilayah Perkotaan (BWP) baik berupa hasil penelitian/studi, peraturan
yang sudah ada seperti RTRW Jawa Timur, RTRW Kabupaten Banyuwangi,
RDTR Kecamatan Rogojampi, RDTR Kecamatan Kabat, RDTR Kawasan Sekitar
Bandara Blimbingsari, RPJMD serta ketentuan sektoral terkait pemanfaatan
ruang.
c. Penetapan Deliniasi Bagian Wilayah Perkotaan (BWP)
d. Persiapan Teknis
1. Penyiapan metodologi pendekatan pelaksanaan pekerjaan
2. Penyiapan rencana kerja
3. Penyiapan perangkat survey (checklist data yang dibutuhkan, panduan
wawancara, panduan observasi, kuisioner, dokumentasi dll)
2. Pengumpulan Data dan Informasi
a. Data Primer
Dalam pengumpulan data primer, data diperoleh langsung dari sumbernya
dengan melakukan kegiatan sebagai berikut :
1. Wawancara, dilakukan untuk mengetahui aspirasi masyarakat, informasi
terkait potensi dan masalah kawasan perencanaan. Selain wawancara juga
dilakukan penyebaran angket.
2. Observasi lapangan, dengan melihat kondisi fisik, jenis tata guna lahan,
intensitas ruang serta infrastruktur kawasan perencanaan
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan dari berbagai
instansi pemerintahan seperti Pemerintahan Kecamatan Blimbingsari, Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Badan Pusat Statistic
Kabupaten Banyuwangi, Dinas Perhubungan, Badan Penaggulangan Bencana
Daerah Kabupaten Banyuwangi, Dinas Pekerjaan Umum, Cipta Karya dan
Penataan Ruang Kabupaten Banyuangi, Badan Pengelolaan Pendapatan
Daerah, Dinas Lingkingan Hidup, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan,
Angkasa Pura, PLN, Telkom, PDAM, Dinas Pertanian serta Dinas
Perindustrian dan Perdagangan
3. Pengolahan dan Analisa Data :
Pada dasarnya kegiatan analisa ini meliputi :
a. Pengolahan dan analisis data untuk penyusunan Rencana Detail Tata Ruang
Pengolahan dan analisis data untuk penyusunan RDTR meliputi :
1. Analisis struktur internal bwp
2. Analisis sistem penggunaan lahan (land use)
3. Analisis kedudukan dan peran bwp dalam wilayah yang lebih luas
4. Analisis sumber daya alam dan fisik atau lingkungan bwp
5. Analisis sosial budaya
6. Analisis kependudukan
7. Analisis ekonomi dan sektor unggulan
8. Analisis transportasi
9. Analisis sumber daya buatan
10. Analisis kondisi lingkungan binaan
11. Analisis kelembagaan
12. Analisis pembiayaan pembangunan
b. Perumusan Konsep Rencana Detail Tata Ruang dan Muatan Peraturan Zonasi
c. Penyusunan dan Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana
Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kecamatan Blimbingsari
Memuat rumusan rencana yang bersifat operasional yang dapat dijadikan
pedoman bagi setiap kegiatan pembangunan, pelaksanaan program – program
penataan fisik dan pengendalian pemanfaatan ruang baik yang dilaksanakan
oleh warga, pelaku ekonomi maupun pihak pemerintah.
Subtansi rencana meliputi :
1. Tujuan penataan ruang bagian wilayah perkotaan
2. Rencana pola ruang
3. Rencana jaringan prasarana
4. Penetapan sub bagian wilayah perencanaan yang diprioritaskan
penanganannya
5. Arahan pemanfaatan ruang
6. Peraturan zonasi
Adapun dasar hukum yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Detail Tata
Ruang Kecamatan Blimbingsari, Banyuwangi sebagai berikut :
1. Undang – undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
2. Undang – undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan
3. Undang – undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan
4. Undang – undang Nomor 8 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
5. Undang – undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan
6. Undang – undang Nomor 7 Tahun 2010 tentang Sumber Daya Air
7. Undang – undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
8. Undang – undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
9. Undang – undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
10. Undang – undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
11. Undang – undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
12. Undang – undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan
13. Undang – undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan
Ekosistemnya
14. Undang – undang Nomor 68 Tahun 2014 tentang Penataan Wilayah Pertahanan Negara
15. Undang – undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional
16. Standart Nasional Indonesia 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan
17. Peraturan Pemerintah Nomor 142 tahun 2015 tentang Kawasan Industri
18. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
19. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan
Penerbangan
20. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang
21. Peraturan Presiden Nomor 51 Tahun 2016 tentang Batas Sempadan Pantai
22. Permenpu Nomor 1/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang
Terbuka Non Hijau di Wilayah Kota/Kawasan Perkotaan
23. Peraturan Menteri Agrarian dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertahanan Nasional Republik
Indonesia Nomor 16 tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang
dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
24. Peraturan Menteri PU no. 41/PRT/M/2007 tentang Pedoman Kriteria Teknik Kawasan
Budidaya
25. Keputusan Presiden Republic Indonesia Nomor 32 tahun 1990 tentang Kawasan Lindung
26. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 327/KPTS/M/2002 tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan
Dalam penyajian Laporan Pendahuluan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan
Blimbingsari, Kabpaten Banyuwangi terdiri dari beberapa bab yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas tentang latar belakang dalam penyusunan rdtr, maksud tujuan
dan sasaran, ruang lingkup wilayah, dasar hukum serta sistematika laporan dalam
penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Blimbingsari, Kabupaten
BanyuwangiError! Bookmark not defined.