Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyelenggaraan penataan ruang sebagaimana diatur dalam Undang – Undang
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah Nomor 15
Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, menyatakan bahwa
penyelenggaraan penataan ruang terdiri dari kegiatan perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Perencanaan tata ruang
dilakukan untuk menghasilkan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang.
Kabupaten Mappi telah mempunyai rencana umum tata ruang berupa Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Mappi Tahun 2011 – 2031. Upaya untuk menyelaraskan dengan RTRW
Kabupaten Mappi, diperlukan suatu rencana rinci yang merupakan penjabaran dari RTRW
dan berfungsi mengatur dan menata kegiatan fungsional berupa Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR). Berdasarkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang / Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail
Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten / Kota, Rencana Detail Tata Ruang
Kabupaten / Kota yang selanjutnya disingkat RDTR adalah rencana secara terperinci
tentang tata ruang wilayah kabupaten / kota yang dilengkapi dengan peraturan zonasi
kabupaten / kota.
Upaya melaksanakan amanat Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007, Peraturan
Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010, Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang / Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 16 Tahun 2018 dan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten Mappi maka Pemerintah Kabupaten Mappi mempunyai kewajiban untuk
menyusun Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) sebagai pedoman untuk penyusunan
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) atau rencana teknis ruang kawasan
perkotaan dan pemberian perizinan kesesuian pemanfaatan bangunan dan peruntukan
lahan. Kawasan Khusus Perkotaan Simpang Tiga Moor merupakan salah satu wilayah yang
berada di Distrik Nambioman Bapai Kabupaten Mappi dimana dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kabupaten Mappi Tahun 2011 – 2031 diamanatkan perlu disusun RDTR –
nya. Dalam rencana pusat kegiatan Kawasan Khusus Perkotaan Simpang Tiga Moor
merupakan bagian dari Sub Satuan Wilayah Pengembangan (SSWP) Mappi Tengah
dengan pusat pengembangannya di Kepi guna melayani wilayah Distrik Obaa dan Distrik
Passue. Untuk kedepannya, Kawasan Khusus Perkotaan Simpang Tiga Moor diharapkan
mampu menjadi Pusat Kegiatan Lokal Pengembangan (PKLp) sebagai kawasan

Penyusunan RDTR Kawasan Khusus Perkotaan Simpang Tiga Moor Tahun 2018 I-1
Laporan Antara

penghubung antara Kepi dengan Waemeaman untuk melayani kegiatan berskala distrik
maupun kabupaten. Berdasarkan uraian diatas, maka Penyusunan Rencana Detail Tata
Ruang Kawasan Khusus Perkotaan Simpang Tiga Moor menjadi sangat penting untuk
dilakukan.

1.2. Definisi Operasional


Definisi operasional merupakan istilah dasar dan definisi yang digunakan terkait
dengan penyusunan RDTR Kawasan Khusus Perkotaan Simpang Tiga Moor, yang diuraikan
sebagai berikut :
1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk
ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain
hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
2. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
3. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
4. Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan
pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.
5. Struktur Ruang adalah susunan pusat – pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi
masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.
6. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.
7. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang
sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program
beserta pembiayaannya.
8. Izin Pemanfaatan Ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan
ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan.
9. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang.
10. Peraturan Zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan
ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok / zona peruntukan
yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang.
11. Penggunaan Lahan adalah fungsi dominan dengan ketentuan khusus yang ditetapkan
pada suatu kawasan, blok peruntukan, dan / atau persil.
12. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten / Kota adalah rencana tata ruang
yang bersifat umum dari wilayah kabupaten / kota, yang merupakan penjabaran dari
RTRW Provinsi, dan yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah
kabupaten / kota, rencana struktur ruang wilayah kabupaten / kota, rencana pola

Penyusunan RDTR Kawasan Khusus Perkotaan Simpang Tiga Moor Tahun 2018 I-2
Laporan Antara

ruang wilayah kabupaten / kota, penetapan kawasan strategis kabupaten / kota,


arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten / kota, dan ketentuan pengendalian
pemanfaatan ruang wilayah kabupaten / kota.
13. Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya disingkat RDTR adalah rencana secara
terperinci tentang tata ruang wilayah kabupaten / kota yang dilengkapi dengan
peraturan zonasi kabupaten / kota.
14. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan yang selanjutnya disingkat RTBL adalah
panduan rancang bangun suatu lingkungan / kawasan yang dimaksudkan untuk
mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta
memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum
dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan
pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan / kawasan.
15. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan / atau
aspek fungsional.
16. Bagian Wilayah Perkotaan yang selanjutnya disingkat BWP adalah bagian dari
kabupaten / kota dan / atau kawasan strategis kabupaten / kota yang akan atau perlu
disusun rencana rincinya, dalam hal ini RDTR, sesuai arahan atau yang ditetapkan di
dalam RTRW kabupaten / kota yang bersangkutan, dan memiliki pengertian yang sama
dengan zona peruntukan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor
15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang.
17. Sub Bagian Wilayah Perkotaan yang selanjutnya disebut Sub BWP adalah bagian
dari BWP yang dibatasi dengan batasan fisik dan terdiri dari beberapa blok, dan
memiliki pengertian yang sama dengan subzona peruntukan sebagaimana dimaksud
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang.
18. Kawasan Perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,
pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan
ekonomi.
19. Kawasan Strategis Kabupaten / Kota adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten /
kota terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan / atau lingkungan.
20. Kawasan Budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya buatan.

Penyusunan RDTR Kawasan Khusus Perkotaan Simpang Tiga Moor Tahun 2018 I-3
Laporan Antara

21. Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya
buatan.
22. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu
satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta
mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan
perdesaan.
23. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari pemukiman, baik perkotaan
maupun pedesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum
sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.
24. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang memenuhi standar
tertentu untuk kebutuhan bertempat tinggal yang layak, sehat, aman, dan nyaman.
25. Jaringan adalah keterkaitan antara unsur yang satu dan unsur yang lain.
26. Blok adalah sebidang lahan yang dibatasi sekurang – kurangnya oleh batasan fisik
yang nyata seperti jaringan jalan, sungai, selokan, saluran irigasi, saluran udara
tegangan ekstra tinggi, dan pantai, atau yang belum nyata seperti rencana jaringan
jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan rencana kota,
dan memiliki pengertian yang sama dengan blok peruntukan sebagaimana dimaksud
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang.
27. Sub blok adalah pembagian fisik di dalam satu blok berdasarkan perbedaan subzona.
28. Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik spesifik.
29. Subzona adalah suatu bagian dari zona yang memiliki fungsi dan karakteristik tertentu
yang merupakan pendetailan dari fungsi dan karakteristik pada zona yang
bersangkutan.
30. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disingkat KDB adalah angka persentase
perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung dan luas lahan / tanah
perpetakan / daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan RTBL.
31. Koefisien Daerah Hijau yang selanjutnya disingkat KDH adalah angka persentase
perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung yang
diperuntukkan bagi pertamanan / penghijauan dan luas tanah perpetakan / daerah
perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan RTBL.
32. Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disingkat KLB adalah angka persentase
perbandingan antara luas seluruh lantai bangunan gedung dan luas tanah perpetakan /
daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan RTBL.
33. Garis Sempadan Bangunan yang selanjutnya disingkat GSB adalah sempadan
yang membatasi jarak terdekat bangunan terhadap tepi jalan; dihitung dari batas terluar

Penyusunan RDTR Kawasan Khusus Perkotaan Simpang Tiga Moor Tahun 2018 I-4
Laporan Antara

saluran air kotor (riol) sampai batas terluar muka bangunan, berfungsi sebagai
pembatas ruang, atau jarak bebas minimum dari bidang terluar suatu massa bangunan
terhadap lahan yang dikuasai, batas tepi sungai atau pantai, antara masa
bangunan yang lain atau rencana saluran, jaringan tegangan tinggi listrik, jaringan
pipa gas, dan sebagainya (building line).
34. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat RTH adalah area memanjang / jalur
dan / atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
35. Ruang Terbuka Non Hijau yang selanjutnya disingkat RTNH adalah ruang terbuka
dibagian wilayah perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori RTH, berupa lahan
yang diperkeras atau yang berupa badan air, maupun kondisi permukaan tertentu yang
tidak dapat ditumbuhi tanaman atau berpori.
36. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi yang selanjutnya disingkat SUTET adalah
saluran tenaga listrik yang menggunakan kawat penghantar di udara yang digunakan
untuk penyaluran tenaga listrik dari pusat pembangkit ke pusat beban dengan tegangan
di atas 278 kV.
37. Saluran Udara Tegangan Tinggi yang selanjutnya disingkat SUTT adalah saluran
tenaga listrik yang menggunakan kawat penghantar di udara yang digunakan untuk
penyaluran tenaga listrik dari pusat pembangkit ke pusat beban dengan tegangan di
atas 70 kV sampai dengan 278 kV.

1.3. Maksud, Tujuan dan Sasaran


1.3.1. Maksud
Maksud dari dilakukannya kegiatan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) Kawasan Khusus Perkotaan Simpang Tiga Moor adalah sebagai berikut :
a. Sebagai kendali mutu pemanfaatan ruang wilayah kabupaten berdasarkan Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW)
b. Sebagai acuan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang lebih rinci dari kegiatan
pemanfaatan ruang yang diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
c. Sebagai acuan bagi kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang
d. Sebagai acuan bagi penerbitan izin pemanfaatan ruang
e. Sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

1.3.2. Tujuan
Adapun tujuan dari Penyusunan Rencana Detail tata Ruang (RDTR) Kawasan
Khusus Perkotaan Simpang Tiga Moor adalah sebagai berikut :

Penyusunan RDTR Kawasan Khusus Perkotaan Simpang Tiga Moor Tahun 2018 I-5
Laporan Antara

a. Sebagai penentu lokasi berbagai kegiatan yang mempunyai kesamaan fungsi dan
lingkungan permukiman dengan karakteristik tertentu
b. Sebagai alat operasionalisasi dalam sistem pengendalian dan pengawasan pelaksanaan
pembangunan fisik kabupaten yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat, pemerintah
daerah, swasta, dan / atau masyarakat
c. Menjadi suatu ketentuan intensitas pemanfaatan ruang untuk setiap bagian wilayah
sesuai dengan fungsinya di dalam struktur ruang kabupaten secara keseluruhan
d. Menjadi suatu ketentuan dalam penetapan kawasan yang diprioritaskan untuk disusun
program pengembangan kawasan dan pengendalian pemanfaatan ruangnya pada tingkat
Bagian Wilayah Perkotaan (BWP) atau Sub Bagian Wilayah Perkotaan (SBWP)

1.3.3. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam kegiatan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) Kawasan Khusus Perkotaan Simpang Tiga Moor meliputi :
a. Teridentifikasinya potensi dan permasalahan wilayah Kawasan Khusus Perkotaan
Simpang Tiga Moor
b. Terumuskannya analisis penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
Khusus Perkotaan Simpang Tiga Moor
c. Tersusunnya materi teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Khusus
Perkotaan Simpang Tiga Moor, meliputi :
1) Muatan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Khusus Perkotaan Simpang
Tiga Moor antara lain :
 Tujuan Penataan Ruang Bagian Wilayah Perkotaan
 Rencana Struktur Ruang
 Rencana Pola Ruang
 Rencana Jaringan Prasarana
 Penetapan Sub Bagian Wilayah Perkotaan yang Diprioritaskan Penanganannya
 Ketentuan Pemanfaatan Ruang
 Peraturan Zonasi
2) Muatan Peraturan Zonasi antara lain :
 Teks Zonasi (Zoning Text)
 Materi Opsional
d. Tersusunnya Draft Rancangan Peraturan Daerah Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
Kawasan Khusus Perkotaan Simpang Tiga Moor

1.4. Ruang Lingkup Kegiatan


1.4.1. Ruang Lingkup Wilayah

Penyusunan RDTR Kawasan Khusus Perkotaan Simpang Tiga Moor Tahun 2018 I-6
Laporan Antara

Secara kewilayahan, lingkup kegiatan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang


(RDTR) Kawasan Khusus Perkotaan Simpang Tiga Moor adalah di sekitar Tugu Simpang
Tiga Moor dimana secara administratif sebagian masuk dalam Distrik Obaa dan sebagian
masuk dalam Distrik Nambioman Bapai. Berdasarkan arahan RTRW Kabupaten Mappi 2011
– 2031, deliniasi Kawasan Khusus Perkotaan Simpang Tiga Moor meliputi Tugu Simpang
Tiga Moor – Agham – Tereyemu – Waemeaman.

Sumber : RTRW Kabupaten Mappi Tahun 2011 – 2031


Peta 1.1.
Ruang Lingkup Wilayah

1.4.2. Ruang Lingkup Substansial

Penyusunan RDTR Kawasan Khusus Perkotaan Simpang Tiga Moor Tahun 2018 I-7
Laporan Antara

Secara substansial lingkup kegiatan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang


(RDTR) Kawasan Khusus Perkotaan Simpang Tiga Moor adalah sebagai berikut :

a. Persiapan Penyusunan
1) Persiapan awal, yaitu upaya pemahaman terhadap KAK (Kerangka Acuan Kerja) serta
penyiapan anggaran dan biaya
2) Kajian awal data sekunder, yaitu melakukan pemahaman (review) terhadap kebijakan
daerah meliputi RTRW, RPJPD, RPJMD dan kebijakan terkait penataan ruang lainnya
3) Persiapan teknis pelaksanaan kegiatan meliputi penyusunan metodologi dan teknik
analisis secara terperinci dan penyiapan rencana survey lapangan

b. Pengumpulan Data
Untuk keperluan pengenalan karakteristik wilayah perencanaan dan guna keperluan
penyusunan rencana pola ruang serta rencana jaringan prasarana wilayah perencanaan,
perlu dilakukan pengumpulan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer
dengan kedalaman tingkat kampung dilakukan melalui :
1) Penjaringan aspirasi masyarakat yang dapat dilaksanakan melalui penyebaran angket
(questioner), temu wicara, wawancara person to person dan lain sebagainya
2) Pengenalan kondisi fisik dan sosial ekonomi wilayah perencanaan secara langsung
melalui kunjungan ke seluruh bagian wilayah perencanaan
Adapun data yang dihimpun dalam pengumpulan data meliputi :
 Data Wilayah Administrasi
 Data Fisiografis
 Data Kependudukan
 Data Ekonomi dan Keuangan
 Data Ketersediaan Prasarana dan Sarana
 Data Peruntukan Ruang
 Data Pengusaan, Penggunaan dan Pemanfaatan Lahan
 Data Terkait Kawasan dan Bangunan (Kualitas, Intensitas Bangunan dan Tata
Bangunan)
 Peta Dasar Rupa Bumi Indonesia (RBI) dan Peta Tematik yang dapat menjelaskan
penguasaan lahan, penggunaan lahan dan peruntukan ruang dengan skala atau
tingkat ketelitian peta minimal 1 : 5.000
Tingkat akurasi data, sumber penyedia data, kewenangan sumber atau instansi penyedia
data, tingkat kesalahan, variabel ketidakpastian, serta variabel – variabel lainnya yang
mungkin ada, perlu diperhatikan dalam pengumpulan data. Data dalam bentuk data

Penyusunan RDTR Kawasan Khusus Perkotaan Simpang Tiga Moor Tahun 2018 I-8
Laporan Antara

statistik dan peta, serta informasi yang dikumpulkan berupa data tahunan (time series)
minimal 5 (lima) tahun terakhir dengan kedalaman data setingkat kampung. Data
berdasarkan kurun waktu tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran perubahan
apa yang terjadi pada bagian dari wilayah perencanaan.

c. Tahap Pengolahan dan Analisis Data


Berdasarkan hasil survey, kemudian dilakukan pengolahan data dan analisis, yang
antara lain meliputi :
1) Analisis Karakteristik Wilayah, meliputi :
 Kedudukan dan peran bagian dari wilayah kabupaten / kota dalam wilayah yang
lebih luas (kabupaten / kota)
 Keterkaitan antar wilayah kabupaten / kota dan antara bagian dari wilayah
kabupaten / kota
 Keterkaitan antar komponen ruang di Bagian Wilayah Perencanaan
 Karakteristik fisik bagian dari wilayah kabupaten / kota
 Kerentanan terhadap potensi bencana, termasuk perubahan iklim
 Karakteristik sosial kependudukan
 Karakteristik perkonomian
 Kemampuan keuangan daerah
2) Analisis Potensi dan Masalahan Pengembangan Wilayah, meliputi :
 Analisis kebutuhan ruang
 Analisis perubahan pemanfaatan ruang
3) Analisis Kualitas Kinerja Kawasan dan Lingkungan
 Potensi dan masalah pengembangan BWP
 Peluang dan tantangan pengembangan
 Kecenderungan perkembangan
 Perkiraan kebutuhan pengembangan di BWP
 Intensitas pemanfaatan ruang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung
(termasuk prasarana / infrastruktur dan utilitas)
 Teridentifikasinya indikasi arahan penanganan kawasan dan lingkungan

Rincian analisis dalam penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi serta rincian perumusan
substansi RDTR dan Peraturan Zonasi dapat dilihat pada Lampiran VII dan VIII Peraturan
Menteri Agraria dan Tata Ruang / Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 16 Tahun
2018 tentang Pedoman Penyusunan Rencanan Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi
Kabupaten / Kota.

Penyusunan RDTR Kawasan Khusus Perkotaan Simpang Tiga Moor Tahun 2018 I-9
Laporan Antara

d. Tahap Perumusan Konsep RDTR, dilakukan dengan :


 Mengacu pada RTRW dan hasil reviewnya
 Mengacu pada pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang
 Memperhatikan RPJPD dan RPJMD Kabupaten Mappi
Konsep RDTR dirumuskan berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya
dengan menghasilkan bebrapa alternatif konsep pengembangan wilayah, yang berisi :
 Rumusan tentang tujuan, kebijakan dan strategi pengembangan wilayah kabupaten /
kota
 Konsep pengembangan wilayah kabupaten / kota
Setelah dilakukan beberapa kali interaksi, dipilih alternatif terbaik sebagai dasar
perumusan RDTR. Hasil kegiatan perumusan konsepsi RDTR terdiri atas :
 Tujuan penataan BWP
 Rencana pola ruang
 Recana jaringan prasarana
 Penetapan dari bagian wilayah RDTR yang diprioritaskan penanganannya
 Ketentuan pemanfaatan ruang
 Peraturan zonasi

1.5. Dasar Hukum


Beberapa dasar hukum yang dapat digunakan sebagai acuan dalam Penyusunan
Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Khusus Perkotaan Simpang Tiga Moor antara lain :
1. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok – Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043);
2. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);
3. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budi Daya
Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3478);
4. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 154, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3881);
5. Undang – Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang –

Penyusunan RDTR Kawasan Khusus Perkotaan Simpang Tiga Moor Tahun 2018 I-10
Laporan Antara

Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah


Pengganti Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas
Undang – Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang –
Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412);
6. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 243, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4045);
7. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas
Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4152);
8. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169);
9. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247);
10. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4411);
11. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
12. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4444);
13. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);
14. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
15. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2008 Nomor 69, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851);

Penyusunan RDTR Kawasan Khusus Perkotaan Simpang Tiga Moor Tahun 2018 I-11
Laporan Antara

16. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959);
17. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4966);
18. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan
Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 84,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5015);
19. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025);
20. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2009 tentang
Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 133,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5052);
21. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5059);
22. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5068);
23. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 130, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5168);
24. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188);
25. Undang – Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5214);
26. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang – undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
27. Undang – Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5492);

Penyusunan RDTR Kawasan Khusus Perkotaan Simpang Tiga Moor Tahun 2018 I-12
Laporan Antara

28. Undang – Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5495);
29. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);
30. Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaNomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan
Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 119, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4242);
31. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4385);
32. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4453) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5056);
33. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 33,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4490)
34. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang –
Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4532);
35. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4593);
36. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4624);
37. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4655);

Penyusunan RDTR Kawasan Khusus Perkotaan Simpang Tiga Moor Tahun 2018 I-13
Laporan Antara

38. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4696) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun
2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata
Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan Hutan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 16, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4814) ;
39. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828);
40. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4858);
41. Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaNomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4859);
42. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan
Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987);
43. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan
dan Fungsi Kawasan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 15, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 5097);
44. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
45. Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaNomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan
Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5160);
46. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan
Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5185);
47. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 74, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5230);

Penyusunan RDTR Kawasan Khusus Perkotaan Simpang Tiga Moor Tahun 2018 I-14
Laporan Antara

48. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 48, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5285);
49. Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaNomor 8 Tahun 2013 tentang Tingkat
Ketelitian Peta Untuk Penataan Ruang Wilayah;
50. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;
51. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang /
Jasa Pemerintah;
52. Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan
Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 156);
53. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang / Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor
16 Tahun 2018 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan
Peraturan Zonasi Kabupaten / Kota;
54. Peraturan Daerah Provinsi Papua No 2 Tahun 2004 Tentang Pembagian Penerimaan
Dalam Rangka Otonomi Khusus (Lembaran Daerah Provinsi Papua Tahun 2004 Nomor
4);
55. Peraturan Daerah Provinsi Papua No 3 Tahun 2004 Tentang Pokok – Pokok
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Papua Tahun 2004 Nomor
5);
56. Peraturan Daerah Kabupaten Mappi No 7 Tahun 2006 Tentang Pembentukan Distrik
Kaibar, Distrik Passue, Distrik Minyamur dan Distrik Venaha;
57. Peraturan Daerah Kabupaten Mappi No 1 Tahun 2012 Tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Mappi Tahun 2005 – 2025;
58. Peraturan Daerah Kabupaten Mappi No 4 Tahun 2013 Tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Mappi Tahun 2012 – 2017;
59. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Mappi Tahun 2011 – 2031 (Belum
Disahkan).

1.6. Sistematika Penulisan


Sistematika laporan pendahuluan kegiatan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang
Kawasan Khusus Perkotaan Simpang Tiga Moor, secara rinci diuraikan dalam 5 (lima) bab,
antara lain :
BAB I PENDAHULUAN

Penyusunan RDTR Kawasan Khusus Perkotaan Simpang Tiga Moor Tahun 2018 I-15
Laporan Antara

Bab ini berisi tentang latar belakang, definisi operasional, maksud tujuan dan
sasaran, ruang lingkup kegiatan (wilayah dan substansial), dasar hukum serta
sistematika penulisan laporan pendahuluan

BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN


Bab ini berisi tentang tinjauan kebijakan penataan ruang yang terkait dengan
kegiatan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Khusus Perkotaan
Simpang Tiga Moor

BAB III TINJAUAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN


Bab ini berisi tentang tinjauan umum secara makro tingkat Kabupaten Mappi, mikro
tingkat Distrik Obaa dan tinjauan umum messo tingkat Kawasan Khusus Perkotaan
Simpang Tiga Moor

BAB IV ANALISIS PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN KHUSUS PERKOTAAN


SIMPANG TIGA MOOR
Bab ini berisi tentang analisis pengembangan wilayah yang dibutuhkan dalam
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Khusus Perkotaan Simpang
Tiga Moor. Beberapa analisis tersebut antara lain analisis konstelasi regional,
sumber daya alam dan fisik / lingkungan, ekonomi dan sektor unggulan,
kependudukan, sosial budaya, sumber daya buatan, penataan kawasan dan
bangunan, kelembagaan serta pembiayaan pembangunan

BAB V PERUMUSAN KONSEP PENATAAN KAWASAN SIMPANG TIGA MOOR


Bab ini berisi tentang konsep penataan Kawasan Khusus Perkotaan Simpang Tiga
Moor meliputi perumusan isu strategis, tujuan penataan ruang serta kebijakan dan
strategi penataan ruang Bagian Wilayah Perencanaan (BWP)

Penyusunan RDTR Kawasan Khusus Perkotaan Simpang Tiga Moor Tahun 2018 I-16

Anda mungkin juga menyukai