KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO
BAB II
TINJAUAN KEBIJAKAN
2.1 RDTR
Rencana detail tata ruang adalah rencana secara terperinci tentang tata ruang
wilayah kabupaten/kota yang dilengkapi dengan peraturan zonasi kabupaten/kota tersebut
(Permen PU No.20 tahun 2011). Bagian dari wilayah yang akan disusun RDTR meliputi
kawasan perkotaan atau kawasan strategis kabupaten/kota yang memiliki ciri perkotaan.
RDTR merupakan rencana yang menetapkan blok pada kawasan fungsional yang
memperhatikan keterkaitan antar kegiatan dalam kawasan fungsional, sehingga tercipta
kesimbangan antara kegiatan utama dan kegiatan penunjang didalam kawasan tersebut
2.1.1 Tujuan dan Sasaran RDTR
Tujuan dari penyusunan RDTR antar lain, arahan bagi masyrakat dalam pengisian
pembangunan fisik kawasan. Pedoman bagi instansi dalam menyusun zonasi, dan
pemberian perijinan kesesuaian pemanfaatanbangunan dengan peruntukan lahan
(Cahya,Darmawan - 2012). Sasaran dari RDTR antara lain Menciptakan keselarasan,
keserasian, keseimbnagan antar lingkungan permukimanndalam kawasan, mewujudkan
keterpaduan program pembangunan antar kawasan maupun dalam kawasan. Terkendalinya
pembangunan kawasan strategis dan fungsi kota, baik yang dilakukan pemerintah maupun
masyarakat/swasta, mendorongnya investasi masyarakat di dalam kawasan.
Terkoordinasinya pembangunan kawasan antara pemerintah dan masyarakat/swasta.
2.1.2 Fungsi dan Kegunaan RDTR
Fungsi dan kegunaan dari RDTR antara lain :
1. Menyiapkan perwujudan ruang, dalam rangka pelaksanaan program pembangunan
daerah,
2. Menjaga konsistensi pembangunan dan keserasian perkembangan kawasan
fungsional dengan RTRW kota,
3. Menciptakan keterkaitan antar kegiatan yang selaras, serasi dan efisien dalam
perencanaan kawasan,
4. Menjaga konsistensi perwujudan ruang kawasan melalui pengendalian program
program pembangunan daerah (Cahya,Darmawan - 2012).
PERENCAN II-1
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO
PERENCAN II-2
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO
PERENCAN II-3
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO
pola ruang merupakan distribusi peruntukkan ruang pada suatu wilayah yang
meliputi ruang untuk fungsi lindung dan ruang untuk fungsi budidaya. Rencana
pola ruang dalam RDTR merupakan rencana distribusi subzona peruntukan yang
antara lain meliputi:
1. Zona hutan lindung,
2. Zona yang memberikan perlindungan terhadap zona di bawahnya,
3. Zona perlindungan setempat,
4. Zona RTH,
5. Zona suaka alam dan cagar budaya,
6. Zona rawan bencana alam,
7. Zona perumahan,
8. Zona perdagangan dan jasa,
9. Zona perkantoran,
10. Zona sarana pelayanan umum,
11. Zona khusus,
12. Zona industri,
13. Zona lainnya (yang tidak selalu berada di perkotaan),
14. Zona campuran.
Rencana pola ruang dimuat dalam peta yang juga berfungsi sebagai zoning
map bagi peraturan zonasi.Penyusunan rencana pola ruang memiliki berbagai
macam fungsi, di antaranya sebagai:
1. Alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial, ekonomi, serta kegiatan pelestarian
fungsi lingkungan dalam BWP
2. Dasar penerbitan izin pemanfaatan ruang
3. Dasar penyusunan RTBL;
4. Dasar penyusunan rencana jaringan prasarana.
Dalam penyusunannya, rencana pola ruang memiliki dasar-dasar perumusannya tersendiri
yakni:
1. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dalam BWP
2. Perkiraan kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan
pelestarian fungsi lingkungan. Serta selain dasar-dasar perumusannya tersebut,
dalam penyusunannya, rencana pola ruang juga memiliki kriterita perumusannya,
antara lain:
PERENCAN II-4
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO
1. Mengacu pada rencana pola ruang yang teah ditetapkan dalam RTRW
2. Memperhatikan rencana pola ruang bagian wilayah yang berbatasan
3. Memperhatikan mitigasi dan adaptasi bencana pada BWP, termasuk dampak
perubahan iklim
4. Menyediakan RTH dan RTNH untuk menampung kegiatan sosial, budaya, dan
ekonomi masyarakat.
1.13.3 2.3.1 Zona Lindung
Zona kawasan lindung merupakan wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
yaitu untuk melindungi kelestarian lingkungan hidup, yang mencakup sumberdaya
alam dan sumberdaya buatan (UUPR No.26 Tahun 2007). Kawasan lindung pada suatu
wilayah meliputi:
a. Kawasan yang memberikan pelindungan terhadap kawasan bawahnya, antara lain
kawasan hutan lindung, kawasan bergambut, dan kawasan resapan air;
b. Kawasan perlindungan setempat, antara lain kawasan sempadan sungai, sempadan
pantai, kawasan sekitar danau atau waduk, dan kawasan sekitar mata air;
c. Kawasan suaka alam dan cagar budaya, antara lain kawasan suaka alam, kawasan
suaka alam laut dan perairan lainnya, kawasan pantai berhutan bakau, taman
nasional, taman hutan raya, taman wisata alam, cagar alam, suaka margasatwa,
serta kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;
d. Kawasan rawan bencana alam, antara lain kawsan rawan letusan gunung berapi,
kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan
gelombang pasang, dan kawasan rawan banjir;
e. Kawasan lindung lainnya, misalnya taman burung, cagar biosfer, kawasan
perlindungan plasma nutfah, kawasan pengungsian satwa, dan terumbu karang.
Selain itu akan dilakukan analisis sumber daya alam (zona lindung) yang
dilakukan untuk mengetahui daya dukung/kemampuan wilayah perencanaan dalam
menunjang fungsi hutan/sumber daya alam hayati lainnya, baik untuk perlindungan
maupun kegiatan produksi. Selain itu, analisis ini dimaksudkan untuk menilai
kesesuaian lahan bagi penggunaan hutan produksi tetap dan terbatas, hutan yang
dapat dikonversi, hutan lindung dan kesesuaian fungsi hutan lainnya. Dalam
muatan rencana pola ruang, zona lindung meliputi:
a. Zona hutan lindung;
PERENCAN II-5
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO
PERENCAN II-6
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO
PERENCAN II-7
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO
Zonasi, Manfaat Peraturan Zonasi, Materi Wajib, Materi Pilihan, Standar Teknis,
serta Ketentuan Pengaturan Zonasi.
A. Fungsi Peraturan Zonasi
Peraturan Zonasi berdasarkan PERMEN PU no.20 tahun 2011 memiliki lima
fungsi. Pertama, peraturan zonasi berfungsi sebagai perangkat operasional
pengendalian pemanfaatan ruang. Kedua, peraturan zonasi juga berfungsi sebagai
acuan dalam pemberian izin pemanfaatan ruang. Ketiga, juga sebagai acuan dalam
pemberian insentif dan disinsentif. Keempat, pertaruan zonasi merupakan acuan dalam
pengenaan sanksi. Terakhir, peraturan zonasi juga sebagai rujukan teknis dalam
pengembangan atau pemanfaatan lahan dan penetapan lokasi investasi.
B. Manfaat Peraturan Zonasi
Manfaat Peraturan Zonasi berdasarkan PERMEN PU no.20 tahun 2011 dapat
dirasakan dalam 3 hal. Peraturan zonasi bermanfaat untuk menjamin dan menjaga
kualitas ruang BWP minimal yang ditetapkan. Peraturan zonasi juga bermanfaat
menjaga kualitas dan karakteristik zona dengan meminimalkan penggunaan lahan yang
tidak sesuai dengan karakteristik zona. Peraturan zonasi juga meminimalkan gangguan
atau dampak negatif terhadap suatu zona.
C. Materi Wajib
Menurut PERMEN PU no.20 tahun 2011, peraturan zonasi memuat materi wajib
yang harus dimuat, meliputi ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan, ketentuan
intensitas pemanfaatan ruang, ketentuan tata bangunan, ketentuan prasarana dan sarana
minimal, dan ketentuan pelaksanaan, Adapun penjelasan lebih lanjut adalah sebagai
berikut.
1. Ketentuan Kegiatan Dan Penggunaan Lahan
Ketentuan ini berisi kegiatan dan penggunaan lahan, yang dapat
diklasifikasikan kedalam empat ketentuan, klasifikasi (I), klasifikasi (T),
klasifikasi (B), serta klasifikasi (X). Penjelasan mengenai klasifikasi tersebut
ialah sebagai berikut;
a. Klasifikasi (I)
Klasifikasi (I) dimaksudkan sebagai pemanfaatan yang diizinkan,
dikarenakan memiliki sifat sesuai dengan peruntukan ruang yang
direncanakan. Pemerintah, baik kabupaten/kota, tidak dapat melakukan
PERENCAN II-8
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO
PERENCAN II-9
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO
PERENCAN II-10
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO
PERENCAN II-11
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO
c. Ketentuan untuk penggunaan lahan yang sudah ada dan tidak sesuai dengan
peraturan zonasi. Ketentuan ini berlaku untuk pemanfaatan ruang dengan izin
yang diterbitkan sebelum penetapan RDTR/peraturan zonasi, dan dapat
dibuktikan bahwa izin tersebut diperoleh sesuai dengan prosedur yang benar.
D. Materi Pilihan
Peraturan Zonasi juga memuat materi pilihan, dimaksudkan sebagai materi
yang perlu dimuat sesuai dengan kebutuhan daerah masing-masing. Materi pilihan
terdiri dari ketentuan tambahan, ketentuan khusus, standar teknis, dan ketentuan
pengaturan zonasi. Penjelasan lebh lanjutnya ialah sebagai berikut;
1. Ketentuan Tambahan
Ketentuan tambahan adalah ketentuan lain yang dapat ditambahkan pada suatu
zona untuk melengkapi aturan dasar yang sudah ditetapkan. Ketentuan tambahan
berfungsi memberikan aturan pada kondisi yang lebih spesifik pada zona tertentu
dan belum diatur dalam ketentuan dasar.
2. Ketentuan Khusus
Ketentuan khusus adalah ketentuan yang mengatur pemanfaatan zona yang
memiliki fungsi khusus dan diberlakukan sesuai dengan karakteristik zona dan
kegiatannya. Selain itu, ketentuan pada zona-zona yang digambarkan di peta
khusus yang tumpang tindih dengan zona lainnya dapat pula dijelaskan di
ketentuan ini. Komponen ketentuan khusus antara lain meliputi zona keselamatan
operasi penerbangan (KKOP), zona cagar budaya atau adat, zona rawan bencana,
zona pertahanan keamanan (hankam), zona pusat penelitian, zona pengembangan
nuklir, zona pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan pembangkit listrik tenaga
uap (PLTU), zona gardu induk listrik, zona sumber air baku, serta zona BTS.
3. Standar Teknis
Standar teknis adalah aturan-aturan teknis pembangunan yang ditetapkan
berdasarkan peraturan/standar/ketentuan teknis berlaku, serta panduan yang terukur
dan ukuran sesuai dengan kebutuhan. Standar teknis yang digunakan dalam
penyusunan RDTR mengikuti Standar Nasional Indonesia (SNI), antara lain SNI
Nomor 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di
Perkotaan Lingkungan dan/atau standar lain. Tujuan standar teknis adalah
memberikan kemudahan dalam menerapkan ketentuan teknis yang diberlakukan di
setiap zona.
PERENCAN II-12
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO
2.5 Kependudukan
Kependudukan atau yang biasa disebut dengan demografi merupakan turunan dari
Bahasa Yunani yaitu demos berarti rakyat dan grafein berarti menulis. Demografi adalah
tulisan-tulisan yang pada dasarnya berisi tentang rakyat atau penduduk. Kependudukan
menurut Donald J Borque pada dasarnya mempelajari secara statistik dan secara matematik
tentang besar, komposisi, distribusi penduduk dengan memperkirakan perubahan-
perubahannya sepanjang waktu serta dilihat berdasarkan 5 komponen yang ada yaitu
kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial.
1.13.5 2.5.1 Tingkat Pertumbuhan Penduduk
Tingkat pertumbuhan penduduk merupakan angka atau tingkat pertumbuhan dan
pertambahan penduduk yang berasal dari serapan growth rate dimana dinyatakan dalam
persen per tahun. Pertumbuhan dan perubahan penduduk minimal mencakup 3 fenomena
yaitu:
1. Pertumbuhan penduduk : Kelahiran, kematian, dan perpindahan.
2. Struktur penduduk : pengelompokan didasarkan pada karakteristik tertentu.
3. Jumlah dan persebaran : didasarkan pada rasio antara variabel tertentu terhadap
jumlah penduduk.
1.13.6 2.5.2 Kelahiran
Menurut Shryork dan Siegel (1976) istilah kelahiran sama dengan fertilitas
atau fertility adalah kelahiran hidup, yaitu bayi lahir yang ditandakan dengan tanda
kehidupan. Bayi dilahirkan dengan tidak adanya tanda-tanda kehidupan disebut
dengan lahir mati dan tidak dikategorikan sebagai periswita kelahiran
A. Angka Kelahiran Kasar
PERENCAN II-13
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO
PERENCAN II-14
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO
merupakan faktor penting dalam peningkatan harkat dan martabat, mutu kehidupan
serta kesejahteraan umum sehingga perlu dikembangkan secara terpadu, terarah,
terencana serta berkelanjutan / berkesinambungan. Beberapa ketentuan umum yang
harus dipenuhi dalam merencanakan lingkungan perumahan di perkotaan adalah:
1. Lingkungan perumahan merupakan bagian dari kawasan perkotaan sehingga dalam
perencanaannya harus mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
setempat atau dokumen rencana lainnya yang ditetapkan oleh Pemerintah
Kota/Kabupaten.
2. Untuk mengarahkan pengaturan pembangunan lingkungan perumahan yang sehat,
aman, serasi secara teratur, terarah serta berkelanjutan / berkesinambungan, harus
memenuhi persyaratan administrasi, teknis dan ekologis, setiap rencana
pembangunan rumah atau perumahan, baik yang dilakukan oleh perorangan
maupun badan usaha perumahan.
3. Perencanaan lingkungan perumahan kota meliputi perencanaan sarana hunian,
prasarana dan sarana lingkungan serta utilitas umum yang diperlukan untuk
menciptakan lingkungan perumahan perkotaan yang serasi, sehat, harmonis dan
aman. Pengaturan ini dimaksudkan untuk membentuk lingkungan perumahan
sebagai satu kesatuan fungsional dalam tata ruang fisik, kehidupan ekonomi, dan
sosial budaya.
4. Perencanaan pembangunan lingkungan perumahan harus dilaksanakan oleh
kelompok tenaga ahlinya yang dapat menjamin kelayakan teknis, yang
keberadaannya diakui oleh peraturan yang berlaku.
5. Penyediaan prasarana dan sarana lingkungan perumahan merupakan bagian dari
sistem pelayanan umum perkotaan sehingga dalam perencanaannya harus
dipadukan dengan perencanaan lingkungan perumahan dan kawasan-kawasan
fungsional lainnya.
6. Perencanaan pembangunan lingkungan perumahan harus menyediakan pusat-pusat
lingkungan yang menampung berbagai sektor kegiatan (ekonomi, sosial, budaya),
dari skala lingkungan terkecil (250 penduduk) hingga skala terbesar (120.000
penduduk), yang ditempatkan dan ditata terintegrasi dengan pengembangan desain
dan perhitungan kebutuhan sarana dan prasarana lingkungan.
7. Pembangunan perumahan harus memenuhi persyaratan administrasi yang berkaitan
dengan perizinan pembangunan, perizinan layak huni dan sertifikasi tanah, yang
PERENCAN II-15
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO
PERENCAN II-16
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO
PERENCAN II-17
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO
kawasan tertentu sesuai dengan prinsip pemanfaatan ruang dan pengendalian bangunan
gedung dan lingkungan secara maksimal. Proses tersebut meliputi perencanaan teknis,
pelaksanaan konstruksi. Kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran bangunan
gedung dan lingnkungan.
A. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007 Tentang
Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan BAB III Rencana
Umum dan Panduan Rancangan. Koefisien Dasar Bangunan ialah pesentase angka
perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung yang bisa dibangun
dengan luasan lahan atau tanah petak atau daerah perencanaan yang dikuasai.
B. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007 Tentang
Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan BAB III Rencana
Umum dan Panduan Rancangan. Koefisien Lantai Bangunan ialah persentase angka
pembanding antara jumlah luas lantai dari seluruh bangunan yang bisa dibangun
dengan luasan lahan atau tanah petak atau daerah perencanaan yang dikuasai
C. Koefisien Dasar Hijau (KDH)
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007 Tentang
Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan BAB III Rencana
Umum dan Panduan Rancangan. Koefisien Dasar Hijau ialah persentase angka
luasan seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung yang diguunakan untuk
pertamanan atau penghijauan dan luasan tanah petak atau daerah perencanaan yang
dikuasai.
PERENCAN II-18
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO
PERENCAN II-19
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO
PERENCAN II-20
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO
penggerak, dan terminal. Menurut Ahmad Munawar dalam bukunya terdapat lima
unsur pokok sistem transportasi yaitu :
1. Orang yang membutuhkan transportasi
2. Barang yang dibutukan
3. Kendaraan atau moda pergerakan
4. Jalan sebagai prasarana transportas
5. Organisasi dalam mengelola angkutan
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. KM/49/Tahun 2005
menjelaskan bahwa sistem transportasi merupakan suatu tatanan transportasi yang
terorganisasi di mana sistem tersebut terdiri dari transportasi jalan, transportasi
kereta api, transportasi udara, dan transportasi pipa. Kelima unsur tersebut
membentuk suatu sistem transportasi yang dapat menjamin penumpang atau barang
yang diangkut dari suatu tempat ke tempat lain.
PERENCAN II-21
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO
PERENCAN II-22
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO
Satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 250 jiwa. Radius pelayanan
maksimum 100 meter. Kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30
liter/orang/hari. Ukuran dan konstruksi kran umum sesuai dengan SNI 03-2399-
1991 tentang Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum.
4. Penyediaan hidran kebakaran
Untuk daerah komersial jarak antara kran kebakaran 100 meter. Untuk daerah
perumahan jarak antara kran maksimum 200 meter. Jarak dengan tepi jalan
minimum 3.00 meter. Apabila tidak dimungkinkan membuat kran diharuskan
membuat sumur-sumur kebakaran. Perencanaan hidran kebakaran mengacu pada
SNI 03-1745-1989 tentang Tata Cara Pemasangan Sistem Hidran Untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung.
1.13.13 2.9.3 Jaringan Drainase
Jaringan drainase, di dalamnya mencakup sarana dan prasarana drainase. Prasarana
drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah, baik yang
terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang berfungsi menyalurkan
kelebihan air dari suatu kawasan ke badan air penerima. Sarana drainase adalah bangunan
pelengkap yang merupakan bangunan yang ikut mengatur dan mengendalikan sistem aliran
air hujan agar aman dan mudah melewati jalan, belokan daerah curam, bangunan tersebut
seperti gorong-gorong, pertemuan saluran, bangunan terjunan, jembatan, tali-tali air,
pompa, pintu air (Peraturan Menteri PU Nomor 12 tahun 2004 tentang Penyelenggaraan
Sistem Drainase Perkotaan).
Menurut SNI 03-1733 Tahun 2004 tentang jaringan drainase adalah
prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan penerima air dan
atau ke bangunan resapan buatan, yang harus disediakan pada lingkungan
perumahan di perkotaan. Bagian-bagian dari jaringan drainase adalah sebagai
berikut:
PERENCAN II-23
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO
pelengkap
Bangunan terjunan
Jembatan
Street inlet
Pompa
Pintu air
Sumber: SNI 03-1733 Tahun 2004
Berdasarkan Tabel 2.2 bagian drainase berdasarkan SNI terbagi menjadi
sarana dan prasana. Sarana memiliki 2 kategori yaitu badan penerima air dan
bangunan pelengkap. Prasarana untuk badan penerima air terdiri dari sumber air
dipermukaan dan di bawah permukaan tanah. Prasarana untuk bangunan pelengkap
drainase ialah gorong -gorong, bangunan terjunan, jembatan dan lainnya
1.13.14 2.9.4 Jaringan Persampahan
Sampah didefinisikan sebagai bentuk limbah berbentuk padat yang berasal
dari kegiatan manusia dan hewan kemudian dibuang karena tidak bermanfaat atau
keberadaannya tidak diinginkan lagi (Tchobanoglus,1993). Berdasarkan UU No.18
Tahun 2008, sampah diartikan sebagai sisa kegiatan sehari hari manusia dan atau
proses alam yang berbentuk padat. Selain itu diatur juga dalam Peraturan
Pemerintah No. 81 Tahun 2012 tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan
sampah sejenis sampah rumah tangga. Berdasarkan UU No.18 Tahun 2008 tentang
pengelolaan sampah, ada beberapa kegiatan pengurangan sampah yaitu :
1. Pembatasan timbulan sampah
2. Pendauran ulang sampah
3. Pemanfaatan kembali sampah
Sedangkan kegiatan penangnan sampah meliputi :
1. Pemilahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan atau sifat sampah
2. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber
sampah menuju tempat penampungan sementara atau tempat penampungan terpadu
3. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber atau tempat
penampungan sampah menuju tempat pemrosesan akhir
4. Pengolahan dalam bentuk karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah
5. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan atau residu
hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
PERENCAN II-24
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO
PERENCAN II-25
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO
pengiriman dan atau penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk tanda tanda,
isyarat, tulisan, gambar, suara dan bunyi, melalui system kawat, optic, radio, dan
system elektromagnetik lainnya (Permen Kominfo No.15 tahun 2015) .
PERENCAN II-26
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO
PERENCAN II-27
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO
PERENCAN II-28
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO
PERENCAN II-29
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO
2. Pengembangan jaringan energi bahan bakar minyak (BBM) dan gas berupa
pembangunan Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU) dan Stasiun
Pengisian Bulk Elpiji (SPBE)
3. Pengembangan sumber energi alternatif berupa Pembangkit Listrik Tenaga
Mikrohidro (PLTMH) serta pengembangan Desa Mandiri Energi di seluruh
kecamatan.
4. Pengembangan sistem jaringan prasarana sumber daya air berupa embung atau
waduk
5. Pembangunan, rehabilitasi serta operasi dan pemeliharaan bangunan-bangunan
pengendali banjir berupa Bendung Sungai Cecep di Kecamatan Kertek
6. Pengembangan jalur evakuasi bencana angin topan yang meliputi jalan lingkungan
– jalan desa – jalan lokal – jalan kolektor di Kecamatan Kertek menuju tempat
evakuasi terdekat.
3.13.5 2.11.2 Pola Ruang Kabupaten Wonosobo
Rencana pola ruang wialayah Kabupaten Wonosobo meliputi rencana
kawasan lindung dan kawasan budidaya. Rencana kawasan lindung yang ada di
Kecamatan Kertek menurut RTRW Kabupaten Wonosobo Tahun 2011-2031 ialah
sebagai berikut.
1. Kawasan lindung berupa hutan lindung meliputi beberapa Kecamatan, salah
satunya berada di Kecamatan Kertek dengan total luas di seluruh kecamatan yaitu
4.019 ha
2. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan di bawahnya yaitu
berupa kawasan resapan air yang berada di Kecamatan Kertek
3. Kawasan perlindungan setempat yang meliputi kawasan sempadan sungai (bendung
sungai Cecep), kawasan sekitar danau atau waduk, dan kawasan ruang terbuka
hijau perkotaan (RTH perkotaan ibu kota Kecamatan Kertek).
4. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan yaitu Situs Bongkotan di Kecamatan
Kertek
5. Kawasan rawan angin topan, kawasan rawan kebakaran hutan, dan kawasan rawan
letusan gunung berapi di Kecamatan Kertek
6. Kawasan sekitar mata air dengan radius sekurang-kurangnya 200 m di seluruh
kecamatan
PERENCAN II-30
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO
7. Kawasan cekungan air tanah (CAT) Wonosobo yang salah satunya meliputi
Kecamatan Kertek
Sedangkan rencana kawasan budidaya menurut RTRW Kabupaten
Wonosobo Tahun 2011-2031 yang ditetapkan di Kecamatan Kertek diantaranya
yaitu sebagai berikut:
1. Kawasan peruntukan hutan produksi terbatas dengan total luas di seluruh
kecamatan kurang lebih 10.159 ha, dimana salah satunya berada di Kecamatan
Kertek
2. Kawasan peruntukan hutan produksi tetap dengan total luas di seluruh kecamatan
kurang lebih 6.134 ha, dimana salah satunya berada di Kecamatan Kertek
3. Kawasan peruntukan hutan rakyat dengan total luas di seluruh kecamatan kurang
lebih 19.185 ha, dimana salah satunya berada di Kecamatan Kertek
4. Kawasan pertanian lahan basah dan lahan kering
5. Kawasan tanaman pangan diarahkan dan ditetapkan untuk dipertahankan sebagai
kawasan lahan pangan pertanian berkelanjutan
6. Kawasan peruntukan perkebunan yang meliputi sentra tanaman kopi arabika, sentra
tanaman tembakau, sentra tanaman teh, dan sentra tanaman kapulogo
7. Kawasan peruntukan peternakan yang meliputi ternak sapi potonh, ternak sapi
perah, ternak kerbau, ternak kuda, ternak domba, ternak kelinci, ternak ayam ras
pedaging, dan ternak burung puyuh.
8. Kawasan peruntukan perikanan yang meliputi kawasan budidaya mina padi di
pertanian dengan irigasi teknis maupun non teknis
9. Kawasan peruntukan pertambangan mineral bukan logam dan batuan berupa sirtu
10. Kawasan peruntukan industri baik industri besar, sedang, dan kecil yang berada di
seluruh kecamatan
11. Kawasan peruntukan wisata yang meliputi wisata alam Lembah Sindoro-Sumbing;
wisata budaya Situs Bongkotan dan Tradisi Tenongan Putra di Desa Pagerejo;
wisata minat khusus berupa Agrowisata Koridor Kledung yang berada di
Kecamatan Kertek
12. Kawasan peruntukan permukiman yang meliputi permukiman perkotaan dan
permukiman perdesaan
PERENCAN II-31
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO
13. Kawasan peruntukan lainnya yang meliputi kawasan pertahanan dan keamanan
berupa perkantoran militer dan kepolisian; kawasan perdagangan dan jasa di
koridor Wonosobo – Kertek; dan kawasan pemerintahan
3.13.6 2.11.3 Kawasan Strategis Kabupaten Wonosobo
Penentuan Kawasan Strategis Kabupaten dilakukan dengan mengacu pada
Kawasan Strategis Provinsi. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten ditentukan
berdasarkan beberapa sudut kepentingan diantaranya yaitu:
1. Kawasan strategis untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi
2. Kawasan strategis untuk kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan
teknologi tingggi
3. Kawasan strategis untuk kepentingan sosial budaya
4. Kawasan strategis untuk kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan
Kecamatan Kertek ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Strategis
Kabupaten yang memiliki fungsi untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi, sosial
budaya, serta fungsi dan daya dukung lingkungan. Rencana pengembangan
Kecamatan Kertek sebagai Kawasan Strategis untuk kepentingan pertumbuhan
ekonomi, diantaranya yaitu.
1. Pengembangan kawasan PKLp yang meliputi Kecamatan Kertek dan
Kecamatan Selomerto
2. Pengembangan kawasan segitiga Selomerto-Wonosobo-Kertek
3. Pengembangan kawasan koridor jalan kolektor yang meliputi koridor
Wonosobo – Kertek (ruas jalan Batas Kota Wonosobo – Kertek); koridor
Kertek – Kledung (ruas jalan Kertek – Batas Kabupaten Temanggung); dan
koridor Kertek – Sapuran (ruas jalan Kertek – Kepil)
4. Pengembangan sentra-sentra industri kecil di seluruh kecamatan
5. Pengembangan Agrowisata Koridor Kledung di Kecamatan Kertek
Sedangkan rencana pengembangan Kecamatan Kertek sebagai Kawasan
Strategis untuk kepentingan sosial budaya dan fungsi dan daya lingkungan
lingkungan diantaranya yaitu:
1. Pengembangan kawasan wisata minat khusus berupa kawasan agrowisata di
koridor Kledung
2. Pengembangan kawasan Sindoro Sumbing yang salah satunya meliputi
Kecamatan Kertek untuk kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan
PERENCAN II-32
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO
PERENCAN II-33
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO
PERENCAN II-34
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO
dari keluarga miskin sebelumnya. Tingkat pendidikan keluarga miskin juga tidak
berbeda dengan tingkat pendidikan orangtua mereka. Salah satu permasalahan
sosial ekonomi yang cukup pelik dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten Wonosobo
adalah kesejahteraan petani. sekitar 54% penduduk Kabupaten Wonosobo bekerja
sebagai petani dan buruh tani. Pertanian memiliki peran ekonomi penting bagi
kelangsungan ekonomi masyarakat. Sistem pertanian yang ideal:
a. Economically viable. Secara ekonomi menguntungkan dan dapat
dipertanggungjawabkan. Petani mampu menghasilkan keuntungan dalam
tingkat produksi yang cukup dan stabil.
b. Ecologically sound. Berwawasan ekologis. Kualitas agrosistem dipelihara dan
ditingkatkan dengan menjaga keseimbangan ekologi serta konservasi
c. Berkeadilan sosial. Sistem pertanian menjamin keadilan dalam akses dan
kontrol terhadap lahan, modal, informasi, dan pasar bagi yang terlibat tanpa
membedakan gender, kelompok, agama dan etnis.
d. Adaptable. Mampu berhadaptasi dengan perubahan kebijakan, pertumbuhan
populasi dan konstalasi pasar.
Belum meratanya peluang serta rendahnya aksesibilitas kesempatan kerja pada
berbagai sektor unggulan yang sesuai dengan sebagian besar kondisi kompetensi SDM
tenaga kerja, serta adanya peningkatan pengangguran yang disebabkan oleh terjadinya
pemutusan hubungan kerja dari perusahaan yang kolaps. Untuk itu perlu untuk
mensinkronisasi kebijakan ketenagakerjaan dan iklim usaha dalam rangka penciptaan
lapangan kerja serta pelatihan dan pendidikan bagi tenaga kerja siap mandiri dan siap
bekerja sesuai dengan ketrampilan serta penyediaan akses informasi pekerjaan bagi
tenaga kerja usia produktif.
Terdapat isu ketenagakerjaan, tantangan angka pengangguran terbuka sebanyak
5,34% di tahun 2014, tantangan menciptakan lapangan kerja, mata pencaharian
berkelanjutan dan pertumbuhan berkeadilan melalui pengurangan jumlah kaum muda
yang menganggur. Peningkatan kualitas pendidikan vokasi dan pendidikan non formal
dalam rangka membekali angkatan kerja dengan keahlian di bidangnya guna menekan
angka pengangguran terbuka di masa mendatang.
1. Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola
2. Isu SOTK dan Kepegawaian
PERENCAN II-35
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO
PERENCAN II-36
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO
usaha. Selama ini bentuk kemitraan dengan dunia usaha melalui CSR
(Corporate Social Responsibility).
7. Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
a. Pemenuhan kualitas infrastruktur jalan yang belum optimal
b. Belum optimalnya pengelolaan drainase lingkungan
c. Belum optimalnya layanan transportasi, sirkulasi lalu lintas, dan sarana
prasarana perhubungan
d. Kualitas infrastruktur wilayah lainnya yang belum optimal
e. Kendala limitasi dan keterisolasian wilayah
f. Dilalui jalur penghubung PKN Cilacap-PKN Semarang dan PKN
Yogyakarta serta koridor KSPN Borobudur-Dieng
g. Belum terpenuhinya air minum sesuai standar kesehatan
h. Masih rendahnya cakupan pelayanan sanitasi
i. Isu lingkungan permukiman kumuh
j. Pengembangan teknologi informasi dan komunikasi yang masih belum
optimal
8. Pemberdayaan Masyarakat dan Ketahanan Keluarga
Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan sosial, budaya, dan
ekonomi agar tercipta masyarakat yang berinisiatif untuk memulai proses
kegiatan sosial agar mampu memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri.
Berdasarkan pemahaman mengenai pengertianpemberdayaan masyarakat,
upaya pemerintah untuk mengoptimalkan keterlibatan masyarakat dalam proses
pembangunan di Kabupaten Wonosobo memerlukan penguatan agar potensi
masyarakat yang dimiliki dapat dimanfaatkan secara optimal untuk
pembangunan. LPM, PKK, RW, dan Karang Taruna sebagai institusi lembaga
kemasyarakatanbelum berperan optimal dalam pemberdayaan masyarakat serta
dalam penyelenggaraan pembangunan mulai dari perencanaan sampai dengan
evaluasinya.
9. Lingkungan Hidup, Penataan Ruang, dan Kebencanaan
a. Masih tingginya indeks risiko bencana
b. Alih fungsi dan pengelolaan lahan pertanian belum ramah lingkungan
c. Belum optimalnya penegakan peraturan perundangan di bidang tata ruang
PERENCAN II-37
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO
PERENCAN II-38
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO
Pengurangan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan
Angka Kematian Balita (AKABA), (2) pencegahan dan penanggulangan
penyakit menular (Demam Berdarah, Tb Paru dan HIV/AIDS), (3) peningkatan
mutu dan standar pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan rujukan
yang dapat dijangkau masyarakat tidak mampu; (4) mengotimalkan pelayanan
RSUDdan Pusat Kesehatan Masyarakat.
12. Pariwisata
Kabupaten Wonosobo sudah menjadi destinasi wisata unggulan, namun
terdapat beberapa permasalahan yang dirasakan mengganggu bagi wisatawan
sehingga mengurangi kepuasan kunjungan di Kabupaten Wonosobo,
diantaranya infrastruktur jalan yang kurang baik, masih kurangnya sarana
prasarana wisata seperti toilet dan tempat parkir, kualitas obejek wisata yang
belum dioptimalkan, belum maksimalnya even-even wisata di destinasi wisata,
dan transportasi antara objek wisata.
13. Kesetaraan Gender dan Perlindungan Anak
Permasalahan kesetaraan gender dan perlindungan anak yang masih dihadapi di
Kabupaten Wonosobo yaitu masih terdapatnya kesenjangan gender di berbagai
bidang. Hal ini tercermin pada masih rendahnya kualitas hidup dan peran
perempuan, termasuk meningkatnya kasus kekerasan terhadap perempuan dan
anak yang disebabkan oleh: (i) terjadinya kesenjangan gender dalam hal akses,
manfaat, dan partisipasi dalam pembangunan, serta penguasaan terhadap
sumber daya, terutama di tatanan antarprovinsi dan antarkabupaten/ kota; (ii)
rendahnya peran dan partisipasi perempuan di bidang politik, jabatan-
jabatanpublik, dan di bidang ekonomi; dan (iii) rendahnya kesiapan perempuan
dalam mengantisipasi dampak perubahan iklim, krisis energi, krisis ekonomi,
bencana alam dan konflik sosial, serta terjadinya penyakit. Lebih jauh lagi
melihat akar permasalahan kesenjangan gender dalam hal akses, manfaat, dan
partisipasi adalah masih lemahnya kelembagaan pengarusutamaan gender, yang
disebabkan oleh: (i) belum optimalnya pengintegrasian perspektif gender ke
dalam penyusunan kebijakan, yang mengakibatkan masih banyaknya kebijakan
yang belum merespon perspektif gender; (ii) belum memadainya kapasitas
kelembagaan dalam pelaksanaan PUG, yang ditandai dengan masih rendahnya
kapasitas sumber daya manusia, termasuk kemampuan dalam memberikan
PERENCAN II-39
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO
PERENCAN II-40
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO
usaha dalam distribusi dan peredaran produk barang dan jasa. Ketersediaan
tenaga kerja yang berkualitas sesuai kebutuhan dunia usaha industri masih
rendah. Keberhasilan dalam penanganan indistri kreatif di Kabupaten
Wonosobo, diharapkan dapat memberikan kontribusi ke pencapaian sasaran
RPJMN 2015-2019, melalui indikator sumbangan sector industri ke PDB
Nasional dan juga penambahan jumah industri kreatif yang masuk dalam
kategori skala industri menengah dan besar.
16. Isu ramah investasi
Isu ini berimplikasi pada ketersediaan sistem informasi layanan investasi yang
terintegrasi dan ramah pasar berbasis pada keunggulan daerah (core
competence) juga urgen untuk penguatan daya saing daerah.
17. Isu pasar dan komoditas
Isu ini sebagai penopang daya saing daerah. Oleh karena itu revitalisasi dan
rehabilitasi pasar tradisional, ketersediaan stok komoditas pangan, dan
terjaganya pengendalian harga merupakan isu strategis.
PERENCAN II-41
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO
Pendapatan negara merupakan suatu hak pemerintahan pusat yang telah diakui sebagai
penambahan nilai kekayaan bersih. Belanja negara merupakan suatu kewajian
pemerintahan pusat yang telah diakui sebagai pengurangan nilai kekayaan bersih.
2.15.2 APBD
Berdasarkan DR. Tjahjanulin Domai, MS pada Modul Pengelolaan
Keuangan Daerah Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Anggaran Pendapatan dan
Belanja Pemerintah daerah merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah
daerah dan disetujui oleh DPRD tingkat Provinsi/ Kabupaten / Kota. Pendapatan
daerah merupakan hak pemerintah daerah yang telah diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih. Belanja daerah merupakan kewajiban pemerintah daerah yang
telah diakui sebagai nilai dari pengurangan kekayaan bersih.
2.15.3 Hutang atau Pinjaman Daerah
Menurut Permendagri 13 tahun 2006 , Permendagri 59/2007, dan
Permendagri 21/2011 hutang atau pinjaman daerah adalah jumlah uang yang wajib
dibayar pemerintah daerah dan atau kewajiban pemerintah daerah yang dapat
dinilai dengan uang berdasarkan peraturan perundang-undangan, perjanjian, atau
berdasarkan sebab lainnya yang sah.Sedangkan menurut PP No. 105 tahun 2000
tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah hutang atau
pinjaman daerah adalah Jumlah uang yang wajib dibayar Daerah sebagai akibat
penyerahan uang, barang dan/atau jasa kepada Daerah atau akibat lainnya
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
PERENCAN II-42
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS