Anda di halaman 1dari 43

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)

KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO

BAB II
TINJAUAN KEBIJAKAN

2.1 RDTR
Rencana detail tata ruang adalah rencana secara terperinci tentang tata ruang
wilayah kabupaten/kota yang dilengkapi dengan peraturan zonasi kabupaten/kota tersebut
(Permen PU No.20 tahun 2011). Bagian dari wilayah yang akan disusun RDTR meliputi
kawasan perkotaan atau kawasan strategis kabupaten/kota yang memiliki ciri perkotaan.
RDTR merupakan rencana yang menetapkan blok pada kawasan fungsional yang
memperhatikan keterkaitan antar kegiatan dalam kawasan fungsional, sehingga tercipta
kesimbangan antara kegiatan utama dan kegiatan penunjang didalam kawasan tersebut
2.1.1 Tujuan dan Sasaran RDTR
Tujuan dari penyusunan RDTR antar lain, arahan bagi masyrakat dalam pengisian
pembangunan fisik kawasan. Pedoman bagi instansi dalam menyusun zonasi, dan
pemberian perijinan kesesuaian pemanfaatanbangunan dengan peruntukan lahan
(Cahya,Darmawan - 2012). Sasaran dari RDTR antara lain Menciptakan keselarasan,
keserasian, keseimbnagan antar lingkungan permukimanndalam kawasan, mewujudkan
keterpaduan program pembangunan antar kawasan maupun dalam kawasan. Terkendalinya
pembangunan kawasan strategis dan fungsi kota, baik yang dilakukan pemerintah maupun
masyarakat/swasta, mendorongnya investasi masyarakat di dalam kawasan.
Terkoordinasinya pembangunan kawasan antara pemerintah dan masyarakat/swasta.
2.1.2 Fungsi dan Kegunaan RDTR
Fungsi dan kegunaan dari RDTR antara lain :
1. Menyiapkan perwujudan ruang, dalam rangka pelaksanaan program pembangunan
daerah,
2. Menjaga konsistensi pembangunan dan keserasian perkembangan kawasan
fungsional dengan RTRW kota,
3. Menciptakan keterkaitan antar kegiatan yang selaras, serasi dan efisien dalam
perencanaan kawasan,
4. Menjaga konsistensi perwujudan ruang kawasan melalui pengendalian program
program pembangunan daerah (Cahya,Darmawan - 2012).

PERENCAN II-1
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO

2.1.3 Muatan RDTR


Menurut (Cahya Darmawan, 2012) Muatan RDTR ialah:
1. Tujuan dan sasaran pembangunan kawasan perencanaan,
2. Perumusan kebijakan dan strategi pengembangan kawasan,
3. Identifikasi potensi dan masalah kawasan,
4. Analisis ruang makro dan mikro kawasan,
5. Perumusan kebutuhan pengembangan dan pengembangan dan penataan ruang
kawasan,
6. Perumusan rencana detail tata ruang kawasan,
7. Pengaturan ketentuan amplop ruang, dan
8. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang.
2.1.4 Masa Berlaku RDTR
Rencana Detail Tata Ruang Kota dilaksanakan dalam rentang waktu 20
tahun. Rencana Tata Ruang Wilayah, dan ditinjau kembali setiap 5 tahun. (Cahya
Darmawan , 2012). Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam rentang waktu 20
tahun peninjauan RDTR bisa dilakukan lebih dari 1 kali.

2.2 Struktur Ruang Kota


Menurut Peraturan Menteri (PERMEN) Perkejaan Umum Nomor 20/PRT/M/2011
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten
atau Kota, yang dimaksudkan dengan struktur ruang ialah adalah susunan pusat-pusat
permukiman dan sistem jaringan (sarana dan prasarana) yang memiliki fungsi pendukung
aktivitas perekonomian masyarakat dan memiliki hubungan fungsional. Berdasarkan
Kedalaman RTRW Kabupaten atau Kota PERMEN PU No. 16/PRT/M/2009 dan
PERMEN PU No. 17/PRT/M/2009 Struktur Ruang merupakan pusat kegiatan di wiliyah
Kabupaten / Kota yang berperan sebagai simpul pelayanan sosial, budaya, ekonomi dana
tau administrasi masyarakat di wilayah Kabupaten yang terdiri dari :
1. PKN berlokasi di Kabupaten atau Kota
2. PKW berlokasi di Kabupaten atau Kota
3. PKL berlokasi di Kabupaten atau Kota
4. PKSN berlokasi di Kabupaten atau Kota
5. Pusat – pusat lain berlokasi di Kabupaten atau Kota yang meliputi

PERENCAN II-2
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO

a. Pusat Pelayanan Kawasan yang melayani kegiatan skala kecamatan atau


beberapa desa
b. Pusat Pelayanan Lingkungan yang melayani kegiatan skala antar desa
Berdasarkan skala pelayanan pada nomor tiga memiliki ketentutan bahwa pusat kegiatan
yang dipromosikan untuk di kemudian hari ditetapkan sebagai PKL (dengan notasi PKLp).
PKLp merupakan pusat pelayanan kawasan. Pada nomor satu PKN harus dijadikan sebagai
pusat kawasan strategis Kabupaten untuk mendorong program pembangunan dalam arahan
pemanfaatan ruang
1.13.1 2.2.1 Simpul
Berdasarkan buku The Image of The City yang ditulis oleh (Kevin Lynch,
1960) bahwa terdapat lima unsur untuk menggambarkan suatu kota, yaitu Path,
Edge, District, Node dan Landmark. Node atau Simpul merupakan suatu titik atau
lokasi strategis yang dapat diamati. Simpul ini bisa berkonsentrasi pada suatu
penggunaan atau ciri fisik yang penting. Contoh dari node atau simpul ialah
persimpangan jalan, tempat pemberhentian, ruang terbuka hijau, tempat pergantian
moda angkutan. (Kevin Lynch, 1960)
1.13.2 2.2.2 Jaringan
Permukiman atau perkoataan mencerminkan totalitas dalam suatu
lingkungan yang terbentuk dari lima unsur utama, yaitu Alam, Manusia, Ruang
Kehidupan, Jaringan dan Karakteristik Permukiman. Network atau jaringan
merupakan hal mendasar untuk menggambarkan suatu permukiman, untuk
menghubungkan suatu tempat dengan tempat lainnya bisa menggunakan titik – titik
pertemuan (nodal point). Titik – titik tersebut biasanya ruang terbuka yang bersifat
alami hingga geometrik. Titik ini bisa bertumbuh mengikuti jalan atau terpecah.
Pecahan dari titik ini utama memiliki luasan yang lebih kecil (Doxiadis, 1968).

2.3 Pola Ruang


Salah satu substansi dalam perencanaan tata ruang suatu kota, yaitu adanya
arahan rencana pola ruang terhadap pola ruang eksisting. Penyusunan rencana pola
ruang dalam dokumen Rencana Tata Ruang berfungsi sebagai alokasi ruang untuk
berbagai kegiatan sosial, ekonomi, dan pelestarian lingkungan; dasar izin
pemanfaatan ruang, dasar penyusunan RTBL, dan dasar penyusunan rencana
jaringan prasarana. Berdasarkan UU No.26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang,

PERENCAN II-3
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO

pola ruang merupakan distribusi peruntukkan ruang pada suatu wilayah yang
meliputi ruang untuk fungsi lindung dan ruang untuk fungsi budidaya. Rencana
pola ruang dalam RDTR merupakan rencana distribusi subzona peruntukan yang
antara lain meliputi:
1. Zona hutan lindung,
2. Zona yang memberikan perlindungan terhadap zona di bawahnya,
3. Zona perlindungan setempat,
4. Zona RTH,
5. Zona suaka alam dan cagar budaya,
6. Zona rawan bencana alam,
7. Zona perumahan,
8. Zona perdagangan dan jasa,
9. Zona perkantoran,
10. Zona sarana pelayanan umum,
11. Zona khusus,
12. Zona industri,
13. Zona lainnya (yang tidak selalu berada di perkotaan),
14. Zona campuran.
Rencana pola ruang dimuat dalam peta yang juga berfungsi sebagai zoning
map bagi peraturan zonasi.Penyusunan rencana pola ruang memiliki berbagai
macam fungsi, di antaranya sebagai:
1. Alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial, ekonomi, serta kegiatan pelestarian
fungsi lingkungan dalam BWP
2. Dasar penerbitan izin pemanfaatan ruang
3. Dasar penyusunan RTBL;
4. Dasar penyusunan rencana jaringan prasarana.
Dalam penyusunannya, rencana pola ruang memiliki dasar-dasar perumusannya tersendiri
yakni:
1. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dalam BWP
2. Perkiraan kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan
pelestarian fungsi lingkungan. Serta selain dasar-dasar perumusannya tersebut,
dalam penyusunannya, rencana pola ruang juga memiliki kriterita perumusannya,
antara lain:

PERENCAN II-4
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO

1. Mengacu pada rencana pola ruang yang teah ditetapkan dalam RTRW
2. Memperhatikan rencana pola ruang bagian wilayah yang berbatasan
3. Memperhatikan mitigasi dan adaptasi bencana pada BWP, termasuk dampak
perubahan iklim
4. Menyediakan RTH dan RTNH untuk menampung kegiatan sosial, budaya, dan
ekonomi masyarakat.
1.13.3 2.3.1 Zona Lindung
Zona kawasan lindung merupakan wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
yaitu untuk melindungi kelestarian lingkungan hidup, yang mencakup sumberdaya
alam dan sumberdaya buatan (UUPR No.26 Tahun 2007). Kawasan lindung pada suatu
wilayah meliputi:
a. Kawasan yang memberikan pelindungan terhadap kawasan bawahnya, antara lain
kawasan hutan lindung, kawasan bergambut, dan kawasan resapan air;
b. Kawasan perlindungan setempat, antara lain kawasan sempadan sungai, sempadan
pantai, kawasan sekitar danau atau waduk, dan kawasan sekitar mata air;
c. Kawasan suaka alam dan cagar budaya, antara lain kawasan suaka alam, kawasan
suaka alam laut dan perairan lainnya, kawasan pantai berhutan bakau, taman
nasional, taman hutan raya, taman wisata alam, cagar alam, suaka margasatwa,
serta kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;
d. Kawasan rawan bencana alam, antara lain kawsan rawan letusan gunung berapi,
kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan
gelombang pasang, dan kawasan rawan banjir;
e. Kawasan lindung lainnya, misalnya taman burung, cagar biosfer, kawasan
perlindungan plasma nutfah, kawasan pengungsian satwa, dan terumbu karang.
Selain itu akan dilakukan analisis sumber daya alam (zona lindung) yang
dilakukan untuk mengetahui daya dukung/kemampuan wilayah perencanaan dalam
menunjang fungsi hutan/sumber daya alam hayati lainnya, baik untuk perlindungan
maupun kegiatan produksi. Selain itu, analisis ini dimaksudkan untuk menilai
kesesuaian lahan bagi penggunaan hutan produksi tetap dan terbatas, hutan yang
dapat dikonversi, hutan lindung dan kesesuaian fungsi hutan lainnya. Dalam
muatan rencana pola ruang, zona lindung meliputi:
a. Zona hutan lindung;

PERENCAN II-5
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO

b. Zona yang memberikan perlindungan terhadap zona di bawahnya yang meliputi


zona bergambut dan zona resapan air;
c. Zona perlindungan setempat yang meliputi sempadan pantai, sempadan sungai,
zona sekitar danau atau waduk, dan zona sekitar mata air;
d. Zona RTH kota yang antara lain meliputi taman RT, taman RW, taman kota dan
pemakaman;
e. Zona suaka alam dan cagar budaya;
f. Zona rawan bencana alam yang antara lain meliputi zona rawan tanah longsor, zona
rawan gelombang pasang, dan zona rawan banjir; dan
g. Zona lindung lainnya.
1.13.4 2.3.2 Zona Budidaya
Zona kawasan budidaya merupakan wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama yaitu untuk membudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya
alam, sumbe daya manusia, dan sumber daya buatan (UUPR No.26 Tahun 2007).
Kawasan budidaya dalam suatu wilayah meliputi
a. Kawasan peruntukan hutan produksi
b. Kawasan peruntukan hutan rakyat
c. Kawasan peruntukan pertanian
d. Kawasan peruntukan perikanan
e. Kawasan peruntukan pertambangan
f. Kawasan peruntukan permukiman
g. Kawasan peruntukan industri
h. Kawasan peruntukan pariwisata
i. Kawasan peruntukan beribadah
j. Kawasan peruntukan pendidikan
k. Kawasan peruntukan pertahanan keamanan
Adapun analisis yang dilakukan sesuai dengan karakteristik BWP yang akan
direncanakan, untuk mengetahui pola kewenangan, pola pemanfaatan, maupun pola
kerjasama pemanfaatan sumber daya tersebut. Dalam muatan rencana pola ruang,
zona budidaya meliputi:
1. Zona perumahan, yang dapat dirinci ke dalam perumahan dengan kepadatan sangat
tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah (bila diperlukan dapat dirinci lebih
lanjut ke dalam rumah susun, rumah kopel, rumah deret, rumah tunggal, rumah

PERENCAN II-6
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO

taman, dan sebagainya); zona perumahan juga dapat dirinci berdasarkan


kekhususan jenis perumahan, seperti perumahan tradisional, rumah
sederhana/sangat sederhana, rumah sosial, dan rumah singgah;
2. Zona perdagangan dan jasa, yang meliputi perdagangan jasa deret dan perdagangan
jasa tunggal (bila diperlukan dapat dirinci lebih lanjut ke dalam lokasi PKL, pasar
tradisional, pasar modern, pusat perbelanjaan, dan sebagainya);
3. Zona perkantoran, yang meliputi perkantoran pemerintah dan perkantoran swasta;
4. Zona sarana pelayanan umum, yang antara lain meliputi sarana pelayanan umum
pendidikan, sarana pelayanan umum transportasi, sarana pelayanan umum
kesehatan, sarana pelayanan umum olahraga, sarana pelayanan umum sosial
budaya, dan sarana pelayanan umum peribadatan;
5. Zona industri, yang meliputi industri kimia dasar, industri mesin dan logam dasar,
industri kecil, dan aneka industri;
6. Zona khusus, yang berada di kawasan perkotaan dan tidak termasuk ke dalam zona
sebagaimana dimaksud pada angka 1 sampai dengan angka 5 yang antara lain
meliputi zona untuk keperluan pertahanan dan keamanan, zona Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL), zona Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), dan zona
khusus lainnya;
7. Zona lainnya, yang tidak selalu berada di kawasan perkotaan yang antara lain
meliputi zona pertanian, zona pertambangan, dan zona pariwisata; dan
8. Zona campuran, yaitu zona budidaya dengan beberapa peruntukan fungsi dan/atau
bersifat terpadu, seperti perumahan dan perdagangan/jasa, perumahan,
perdagangan/jasa dan perkantoran.

2.4 Peraturan Zonasi


Peraturan Zonasi berdasarakn UU no.26 tahun 2007 adalah ketentuan yang
mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya
dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam
rencana rinci tata ruang. Peraturan Zonasi disusun sebagai pedoman pengendalian
pemanfaatan ruang. Peraturan zonasi ditetapkan oleh peraturan pemerintah untuk
arahan peraturan zonasi sistem nasional, serta peraturan daerah sesuai dengan
tingkatannya. Peraturan zonasi memuat enam muatan yakni Fungsi Peraturan

PERENCAN II-7
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO

Zonasi, Manfaat Peraturan Zonasi, Materi Wajib, Materi Pilihan, Standar Teknis,
serta Ketentuan Pengaturan Zonasi.
A. Fungsi Peraturan Zonasi
Peraturan Zonasi berdasarkan PERMEN PU no.20 tahun 2011 memiliki lima
fungsi. Pertama, peraturan zonasi berfungsi sebagai perangkat operasional
pengendalian pemanfaatan ruang. Kedua, peraturan zonasi juga berfungsi sebagai
acuan dalam pemberian izin pemanfaatan ruang. Ketiga, juga sebagai acuan dalam
pemberian insentif dan disinsentif. Keempat, pertaruan zonasi merupakan acuan dalam
pengenaan sanksi. Terakhir, peraturan zonasi juga sebagai rujukan teknis dalam
pengembangan atau pemanfaatan lahan dan penetapan lokasi investasi.
B. Manfaat Peraturan Zonasi
Manfaat Peraturan Zonasi berdasarkan PERMEN PU no.20 tahun 2011 dapat
dirasakan dalam 3 hal. Peraturan zonasi bermanfaat untuk menjamin dan menjaga
kualitas ruang BWP minimal yang ditetapkan. Peraturan zonasi juga bermanfaat
menjaga kualitas dan karakteristik zona dengan meminimalkan penggunaan lahan yang
tidak sesuai dengan karakteristik zona. Peraturan zonasi juga meminimalkan gangguan
atau dampak negatif terhadap suatu zona.
C. Materi Wajib
Menurut PERMEN PU no.20 tahun 2011, peraturan zonasi memuat materi wajib
yang harus dimuat, meliputi ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan, ketentuan
intensitas pemanfaatan ruang, ketentuan tata bangunan, ketentuan prasarana dan sarana
minimal, dan ketentuan pelaksanaan, Adapun penjelasan lebih lanjut adalah sebagai
berikut.
1. Ketentuan Kegiatan Dan Penggunaan Lahan
Ketentuan ini berisi kegiatan dan penggunaan lahan, yang dapat
diklasifikasikan kedalam empat ketentuan, klasifikasi (I), klasifikasi (T),
klasifikasi (B), serta klasifikasi (X). Penjelasan mengenai klasifikasi tersebut
ialah sebagai berikut;
a. Klasifikasi (I)
Klasifikasi (I) dimaksudkan sebagai pemanfaatan yang diizinkan,
dikarenakan memiliki sifat sesuai dengan peruntukan ruang yang
direncanakan. Pemerintah, baik kabupaten/kota, tidak dapat melakukan

PERENCAN II-8
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO

peninjauan atau tindakan lain terhadap kegiatan dan penggunaan lahan


klasifikasi (I).
b. Klasifikasi (T)
Klasifikasi (T) dimasksudkan sebagai pemanfaatan yang diperbolehkan
dengan bersyarat secara terbatas oleh ketentuan ketentuan sebagai
berikut;
1) Pembatasan pengoperasian, baik dalam bentuk pembatasan waktu
beroperasinya suatu kegiatan di dalam subzona maupun pembatasan
jangka waktu pemanfaatan lahan untuk kegiatan tertentu yang
diusulkan.
2) Pembatasan intensitas ruang, baik KDB, KLB, KDH, jarak bebas,
maupun ketinggian bangunan. Pembatasan ini dilakukan dengan
menurunkan nilai maksimal dan meninggikan nilai minimal dari
intensitas ruang dalam peraturan zonasi.
3) Pembatasan jumlah pemanfaatan, dalam artian jika pemanfaatan yang
diusulkan telah ada dan mampu melayani kebutuhan, serta belum
memerlukan tambahan, maka pemanfaatan tersebut tidak boleh
diizinkan atau diizinkan terbatas dengan pertimbangan-pertimbangan
khusus. Contoh: dalam sebuah zona perumahan yang berdasarkan
standar teknis, telah cukup jumlah fasilitas peribadatannya, maka
aktivitas rumah ibadah termasuk dalam klasifikasi (T).
c. Klasifikasi (B)
Klasifikasi (B) dimaksudkan sebagai pemanfaatan yang diperbolehkan
dengan syarat tertentu, dapat berupa persyaratan umum (seperti dokumen
AMDAL, Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL), atau
pengenaan disinsentif dampak pembangunan) dan persyaratan khusus
(seperti menambahkan luas RTH, menambahkan tempat parkir, atau
memperlebar pedestrian), diperlukan dikarenakan dampak besar yang
ditimbulkan pemanfaatan ruang bagi lingkungan sekitar.
d. Klasifikasi (X)
Klasifikasi (X) dimaksudkan sebagai pemanfaatan yang tidak
diperbolehkan pada zona yang bersangkutan, dikarenakan memiliki sifat

PERENCAN II-9
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO

tidak sesuai dengan peruntukan lahan yang direncanakan dan dapat


menimbulkan dampak yang cukup besar bagi lingkungan di sekitarnya.
Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan ini dirumuskan berdasarkan ketentuan
maupun standar terkait pemanfaatan ruang, peraturan bangunan setempat, dan
ketentuan ketentuan khusus bagi unsur bangunan atau komponen yang dikembangkan.
Ketentuan-ketentuan tersebut antara lain adalah:
1. Ketentuan Intesitas Pemanfaatan Ruang
Ketentuan ini mengenai besaran pembangunan yang diperbolehkan pada suatu
zona, meliputi
2. KDB Maksimum; KDB maksimum ditetapkan dengan pertimbangkan tingkat
pengisian atau peresapan air, kapasitas drainase, dan jenis penggunaan lahan.
3. KLB Maksimum; KLB maksimum ditetapkan dengan pertimbangkan harga lahan,
ketersediaan dan tingkat pelayanan prasarana (jalan), dampak atau kebutuhan
terhadap prasarana tambahan, serta ekonomi dan pembiayaan.
4. Ketinggian Bangunan Maksimum;
5. KDH Minimal; KDH minimal digunakan untuk mewujudkan RTH dan
diberlakukan secara umum pada suatu zona. KDH minimal ditetapkan dengan
mempertimbangkan tingkat pengisian atau peresapan air dan kapasitas drainase.
6. Beberapa ketentuan lain dapat ditambahkan dalam intensitas pemanfaatan ruang,
antara lain meliputi: Koefisien Tapak Basement (KTB) Maksimum, Koefisien
Wilayah Terbangun (KWT) Maksimum, Kepadatan Bangunan atau Unit
Maksimum, Kepadatan bangunan atau unit maksimum (ditetapkan dengan
mempertimbangkan faktor kesehatan (ketersediaan air bersih, sanitasi, sampah,
cahaya matahari, aliran udara, dan ruang antar bangunan), faktor sosial (ruang
terbuka privat, privasi, serta perlindungan dan jarak tempuh terhadap fasilitas
lingkungan), faktor teknis (resiko kebakaran dan keterbatasan lahan untuk
bangunan atau rumah), dan faktor ekonomi (biaya lahan, ketersediaan, dan ongkos
penyediaan pelayanan dasar)), serta Kepadatan Penduduk Maksimal.
7. Ketentuan Tata Bangunan
Komponen ketentuan tata bangunan minimal terdiri atas:
a. GSB minimal yang ditetapkan dengan mempertimbangkan keselamatan, resiko
kebakaran, kesehatan, kenyamanan, dan estetika.

PERENCAN II-10
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO

b. Tinggi bangunan maksimum atau minimal yang ditetapkan dengan


pertimbangkan keselamatan, resiko kebakaran, teknologi, estetika, dan
parasarana.
c. Jarak bebas antarbangunan minimal, harus memenuhi ketentuan tentang jarak
bebas yang ditentukan oleh jenis peruntukan dan ketinggian bangunan.
d. Tampilan bangunan yang ditetapkan dengan mempertimbangkan warna
bangunan, bahan bangunan, tekstur bangunan, muka bangunan, gaya
bangunan, keindahan bangunan, serta keserasian bangunan dengan lingkungan
sekitarnya.
8. Ketentuan Prasarana dan Sarana Minimal
Ketentuan berkaitan dengan prasarana dan sarana minimal, berfungsi sebagai
kelengkapan dasar fisik lingkungan dalam rangka menciptkana lingkungan nyaman
dengan penyediaan prasarana dan sarana yang sesuai. Prasarana yang diatur dapat
berupa prasarana parkir, aksesibilitas untuk difabel, jalur pedestrian, dan
kelengkapan prasrana lainnya yang diperlukan.
9. Ketentuan Pelaksanaan
a. Ketentuan variasi pemanfaatan ruang merupakan ketentuan yang memberikan
kelonggaran untuk menyesuaikan kondisi tertentu dengan tetap mengikuti
ketentuan massa ruang yang ditetapkan dalam peraturan zonasi. Hal ini
dimaksudkan untuk menampung dinamika pemanfaatan ruang mikro, serta
sebagai dasar antara lain transfer of development rights (TDR) dan air right
development yang dapat diatur lebih lanjut dalam RTBL.
b. Ketentuan pemberian insentif dan disinsentif merupakan ketentuan yang
memberikan insentif bagi kegiatan pemanfaatan ruang, sejalan dengan rencana
tata ruang dan memberikan dampak positif bagi masyarakat, serta memberikan
disinsentif bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak sejalan dengan rencana
tata ruang serta memberikan dampak negatif bagi masyarakat. Insentif dapat
berbentuk kemudahan perizinan, keringanan pajak, kompensasi, imbalan, subsidi
prasarana, pengalihan hak membangun, dan ketentuan teknis lainnya. Sedangkan
disinsentif dapat berbentuk pengetatan persyaratan, pengenaan pajak dan
retribusi yang tinggi, pengenaan denda, pembatasan penyediaan prasarana dan
sarana, atau kewajiban untuk penyediaan prasarana dan sarana kawasan.

PERENCAN II-11
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO

c. Ketentuan untuk penggunaan lahan yang sudah ada dan tidak sesuai dengan
peraturan zonasi. Ketentuan ini berlaku untuk pemanfaatan ruang dengan izin
yang diterbitkan sebelum penetapan RDTR/peraturan zonasi, dan dapat
dibuktikan bahwa izin tersebut diperoleh sesuai dengan prosedur yang benar.
D. Materi Pilihan
Peraturan Zonasi juga memuat materi pilihan, dimaksudkan sebagai materi
yang perlu dimuat sesuai dengan kebutuhan daerah masing-masing. Materi pilihan
terdiri dari ketentuan tambahan, ketentuan khusus, standar teknis, dan ketentuan
pengaturan zonasi. Penjelasan lebh lanjutnya ialah sebagai berikut;
1. Ketentuan Tambahan
Ketentuan tambahan adalah ketentuan lain yang dapat ditambahkan pada suatu
zona untuk melengkapi aturan dasar yang sudah ditetapkan. Ketentuan tambahan
berfungsi memberikan aturan pada kondisi yang lebih spesifik pada zona tertentu
dan belum diatur dalam ketentuan dasar.
2. Ketentuan Khusus
Ketentuan khusus adalah ketentuan yang mengatur pemanfaatan zona yang
memiliki fungsi khusus dan diberlakukan sesuai dengan karakteristik zona dan
kegiatannya. Selain itu, ketentuan pada zona-zona yang digambarkan di peta
khusus yang tumpang tindih dengan zona lainnya dapat pula dijelaskan di
ketentuan ini. Komponen ketentuan khusus antara lain meliputi zona keselamatan
operasi penerbangan (KKOP), zona cagar budaya atau adat, zona rawan bencana,
zona pertahanan keamanan (hankam), zona pusat penelitian, zona pengembangan
nuklir, zona pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan pembangkit listrik tenaga
uap (PLTU), zona gardu induk listrik, zona sumber air baku, serta zona BTS.
3. Standar Teknis
Standar teknis adalah aturan-aturan teknis pembangunan yang ditetapkan
berdasarkan peraturan/standar/ketentuan teknis berlaku, serta panduan yang terukur
dan ukuran sesuai dengan kebutuhan. Standar teknis yang digunakan dalam
penyusunan RDTR mengikuti Standar Nasional Indonesia (SNI), antara lain SNI
Nomor 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di
Perkotaan Lingkungan dan/atau standar lain. Tujuan standar teknis adalah
memberikan kemudahan dalam menerapkan ketentuan teknis yang diberlakukan di
setiap zona.

PERENCAN II-12
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO

4. Ketentuan Pengaturan Zonasi.


Ketentuan pengaturan zonasi adalah varian dari zonasi konvensional yang
dikembangkan untuk memberikan fleksibilitas dalam penerapan aturan zonasi dan
ditujukan untuk mengatasi berbagai permasalahan dalam penerapan peraturan
zonasi dasar. Ketentuan pengaturan zonasi berfungsi untuk memberikan
fleksibilitas dalam penerapan peraturan zonasi dasar serta memberikan pilihan
penanganan pada lokasi tertentu sesuai dengan karakteristik, tujuan pengembangan,
dan permasalahan yang dihadapi pada zona tertentu, sehingga sasaran pengendalian
pemanfaatan ruang dapat dicapai secara lebih efektif.

2.5 Kependudukan
Kependudukan atau yang biasa disebut dengan demografi merupakan turunan dari
Bahasa Yunani yaitu demos berarti rakyat dan grafein berarti menulis. Demografi adalah
tulisan-tulisan yang pada dasarnya berisi tentang rakyat atau penduduk. Kependudukan
menurut Donald J Borque pada dasarnya mempelajari secara statistik dan secara matematik
tentang besar, komposisi, distribusi penduduk dengan memperkirakan perubahan-
perubahannya sepanjang waktu serta dilihat berdasarkan 5 komponen yang ada yaitu
kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial.
1.13.5 2.5.1 Tingkat Pertumbuhan Penduduk
Tingkat pertumbuhan penduduk merupakan angka atau tingkat pertumbuhan dan
pertambahan penduduk yang berasal dari serapan growth rate dimana dinyatakan dalam
persen per tahun. Pertumbuhan dan perubahan penduduk minimal mencakup 3 fenomena
yaitu:
1. Pertumbuhan penduduk : Kelahiran, kematian, dan perpindahan.
2. Struktur penduduk : pengelompokan didasarkan pada karakteristik tertentu.
3. Jumlah dan persebaran : didasarkan pada rasio antara variabel tertentu terhadap
jumlah penduduk.
1.13.6 2.5.2 Kelahiran
Menurut Shryork dan Siegel (1976) istilah kelahiran sama dengan fertilitas
atau fertility adalah kelahiran hidup, yaitu bayi lahir yang ditandakan dengan tanda
kehidupan. Bayi dilahirkan dengan tidak adanya tanda-tanda kehidupan disebut
dengan lahir mati dan tidak dikategorikan sebagai periswita kelahiran
A. Angka Kelahiran Kasar

PERENCAN II-13
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO

Angka fertilitas/kelahiran kasar (Crude Birth Rate = CBR) menunjukkan jumlah


kelahiran setiap 1000 penduduk setiap tahun. Dikatakan parameter kasar karena
pembaginya adalah seluruh penduduk pada pertengahan tahun baik itu laki-laki
maupun perempuan, balita, remaja, dewasa dan tua.
B. Angka Kematian Umum
Angka fertilitas/ kelahiran umum (General Fertility Rate = GFR) menunjukkan
kisaran per 1000 perempuan usia reproduksi ( 15-44 atau 15-49) dalam satu tahun.
Disebut fertilitas umum dikarenakan pembaginya adalah seluruh perempuan usia
reproduksi tanpa memperhatikan kemampuan melahirkan menurut kelompok umur
perempuan.
C. Angka Kelahiran Menurut Usia
Angka fertilitas/kelahiran menurut umur (Age Specific Fertiliy Rate = ASFR)
menunjukkan jumlah kelompok menurut kelompok umur, mulai usia 15-49 hingga
45-49 tahun per 1000 penduduk perempuan per tahun.
1.13.7 2.5.3 Kematian
WHO menyebutkan bahwa mortalitas atau kematian adalah keadaan
hilangnya tanda-tanda kehidupan secara permanen yang dapat terjadi setiap saat
setelah kelahiran hidup.
A. Angka Kematian Kasar
Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate) adalah angka yang menunjukkan
berapa besarnya kematian yang terjadi pada suatu tahun tertentu untuk setiap 1000
penduduk. Angka ini disebut kasar sebab belum memperhitungkan umur penduduk.
B. Angka Kematian Bayi 
Angka Kematian Bayi (AKB) adala banyaknya kematian bayi usia dibawah satu
tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. Kegunaan: AKB
digunakan untuk mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat. 

2.6 Perencanaan Kebutuhan Sarana Permukiman


Menurut SNI 03-1733 Tahun 2004 tentang Tata Cara Perencanaan
Lingkungan, permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaaan yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan
yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Pembangunan perumahan

PERENCAN II-14
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO

merupakan faktor penting dalam peningkatan harkat dan martabat, mutu kehidupan
serta kesejahteraan umum sehingga perlu dikembangkan secara terpadu, terarah,
terencana serta berkelanjutan / berkesinambungan. Beberapa ketentuan umum yang
harus dipenuhi dalam merencanakan lingkungan perumahan di perkotaan adalah:
1. Lingkungan perumahan merupakan bagian dari kawasan perkotaan sehingga dalam
perencanaannya harus mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
setempat atau dokumen rencana lainnya yang ditetapkan oleh Pemerintah
Kota/Kabupaten.
2. Untuk mengarahkan pengaturan pembangunan lingkungan perumahan yang sehat,
aman, serasi secara teratur, terarah serta berkelanjutan / berkesinambungan, harus
memenuhi persyaratan administrasi, teknis dan ekologis, setiap rencana
pembangunan rumah atau perumahan, baik yang dilakukan oleh perorangan
maupun badan usaha perumahan.
3. Perencanaan lingkungan perumahan kota meliputi perencanaan sarana hunian,
prasarana dan sarana lingkungan serta utilitas umum yang diperlukan untuk
menciptakan lingkungan perumahan perkotaan yang serasi, sehat, harmonis dan
aman. Pengaturan ini dimaksudkan untuk membentuk lingkungan perumahan
sebagai satu kesatuan fungsional dalam tata ruang fisik, kehidupan ekonomi, dan
sosial budaya.
4. Perencanaan pembangunan lingkungan perumahan harus dilaksanakan oleh
kelompok tenaga ahlinya yang dapat menjamin kelayakan teknis, yang
keberadaannya diakui oleh peraturan yang berlaku.
5. Penyediaan prasarana dan sarana lingkungan perumahan merupakan bagian dari
sistem pelayanan umum perkotaan sehingga dalam perencanaannya harus
dipadukan dengan perencanaan lingkungan perumahan dan kawasan-kawasan
fungsional lainnya.
6. Perencanaan pembangunan lingkungan perumahan harus menyediakan pusat-pusat
lingkungan yang menampung berbagai sektor kegiatan (ekonomi, sosial, budaya),
dari skala lingkungan terkecil (250 penduduk) hingga skala terbesar (120.000
penduduk), yang ditempatkan dan ditata terintegrasi dengan pengembangan desain
dan perhitungan kebutuhan sarana dan prasarana lingkungan.
7. Pembangunan perumahan harus memenuhi persyaratan administrasi yang berkaitan
dengan perizinan pembangunan, perizinan layak huni dan sertifikasi tanah, yang

PERENCAN II-15
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO

diatur oleh Pemerintah Kota/Kabupaten setempat dengan berpedoman pada


peraturan perundang-undangan yang berlaku.
8. Rancangan bangunan hunian, prasarana dan sarana lingkungan harus memenuhi
persyaratan teknis kesehatan dan keselamatan sesuai Standar Nasional Indonesia
atau ketentuan-ketentuan lain yang diatur dengan Peraturan Pemerintah, Peraturan
Daerah serta Pedoman Teknis yang disusun oleh instansi terkait.
9. Perencanaan lingkungan perumahan juga harus memberikan kemudahan bagi
semua orang, termasuk yang memiliki ketidakmampuan fisik atau mental seperti
para penyandang cacat, lansia, dan ibu hamil, penderita penyakit tertentu atas dasar
pemenuhan azas aksesibilitas (sesuai dengan Kepmen No. 468/ Thn. 1998), yaitu:
a. Kemudahan, yaitu setiap orang dapat mencapai semua tempat atau bangunan
yang bersifat umum dalam suatu lingkungan;
b. Kegunaan, yaitu setiap orang harus dapat mempergunakan semua tempat atau
bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan;
c. Keselamatan, yaitu setiap bangunan yang bersifat umum dalam suatu
lingkungan terbangun, harus memperhatikan keselamatan bagi semua orang;
dan
d. Kemandirian, yaitu setiap orang harus dapat mencapai, masuk dan
mempergunakan semua tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu
lingkungan dengan tanpa membutuhkan bantuan orang lain.
10. Dalam menentukan besaran standar untuk perencanaan lingkungan perumahan kota
yang meliputi perencanaan sarana hunian, prasarana dan sarana lingkungan,
menggunakan pendekatan besaran kepadatan penduduk.
11. Dalam merencanakan kebutuhan lahan untuk sarana lingkungan, didasarkan pada
beberapa ketentuan khusus, yaitu:
a. Besaran standar ini direncanakan untuk kawasan dengan kepadatan penduduk
<200 jiwa/ha;
b. Untuk mengatasi kesulitan mendapatkan lahan, beberapa sarana dapat dibangun
secara bergabung dalam satu lokasi atau bangunan dengan tidak mengurangi
kualitas lingkungan secara menyeluruh;
c. Untuk kawasan yang berkepadatan >200 jiwa/ha diberikan reduksi 15-30%
terhadap persyaratan kebutuhan lahan; dan

PERENCAN II-16
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO

d. Perencanaan prasarana lingkungan, utilitas umum dan sarana lingkungan harus


direncanakan secara terpadu dengan mempertimbangkan keberadaan prasarana
dan sarana yang telah ada dengan tidak mengurangi kualitas dan kuantitas secara
menyeluruh.
Tabel 2. 1 Faktor Reduksi Kebutuhan Lahan untuk Sarana Lingkungan Berdasarkan Kepadatan
Penduduk
Klasifikasi Kepadatan
Kawasan Rendah Sedang Tinggi Sangat Padat
Kepadatan < 150 jiwa/ha 151 – 200 jiwa/ha 201 – 400 jiwa/ha > 400 jiwa/ha
penduduk
Reduksi terhadap - - 15% (maksimal 30% (maksimal)
kebutuhan lahan
Sumber: SNI 03-1733 Tahun 2004
Berdasarkan Tabel 2.1 bahwa kepadatan penduduk dikatakan rencah apabila
kurang dari 150 jiwa/ha dan untuk kategori sangat padat lebih dari 400 jiwa/ha.
Reduksi terhadap kebutuhan lahan untuk kepadatan rendah dan sedang tidak
tercantumkan besarannya. Kategori tinggi memiliki nilai maksimal 15% dalam
reduksi terhadap kebutuhan lahannya, dan kategori sangat padat memiliki nilai
maksimal 30% daalam reduksi terhadap kebutuhan lahannya.
12. Dalam menentukan besaran standar untuk perencanaan kawasan perumahan baru di
kota/new development area yang meliputi perencanaan sarana hunian, prasarana
dan sarana lingkungan, pengembangan desain dapat mempertimbangkan sistem
blok / grup bangunan/ cluster untuk memudahkan dalam distribusi sarana
lingkungan dan manajemen sistem pengelolaan administratifnya. Apabila dengan
sistem blok / grup bangunan/ cluster ternyata pemenuhan sarana hunian, prasarana
dan sarana lingkungan belum dapat terpenuhi sesuai besaran standar yang
ditentukan, maka pengembangan desain dapat mempertimbangkan sistem radius
pelayanan bagi penempatan sarana dan prasaran lingkungan, yaitu dengan kriteria
pemenuhan distribusi sarana dan prasarana lingkungan dengan memperhatikan
kebutuhan lingkungan sekitar terdekat.

2.7 Penataan Bangunan


Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007 Tentang
Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan BAB 1 Pasal 1 Nomor 4
Penataan Bangunan dan Lingkungan merupakan kegiatan perencanaan pembangunan,
pelaksanaan, perbaikan, pengembangan atau melestarikan bangunan dan lingkungan atau

PERENCAN II-17
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO

kawasan tertentu sesuai dengan prinsip pemanfaatan ruang dan pengendalian bangunan
gedung dan lingkungan secara maksimal. Proses tersebut meliputi perencanaan teknis,
pelaksanaan konstruksi. Kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran bangunan
gedung dan lingnkungan.
A. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007 Tentang
Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan BAB III Rencana
Umum dan Panduan Rancangan. Koefisien Dasar Bangunan ialah pesentase angka
perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung yang bisa dibangun
dengan luasan lahan atau tanah petak atau daerah perencanaan yang dikuasai.
B. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007 Tentang
Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan BAB III Rencana
Umum dan Panduan Rancangan. Koefisien Lantai Bangunan ialah persentase angka
pembanding antara jumlah luas lantai dari seluruh bangunan yang bisa dibangun
dengan luasan lahan atau tanah petak atau daerah perencanaan yang dikuasai
C. Koefisien Dasar Hijau (KDH)
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007 Tentang
Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan BAB III Rencana
Umum dan Panduan Rancangan. Koefisien Dasar Hijau ialah persentase angka
luasan seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung yang diguunakan untuk
pertamanan atau penghijauan dan luasan tanah petak atau daerah perencanaan yang
dikuasai.

D. Koefisien Tapak Besmen (KTB)


Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007 Tentang
Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan BAB III Rencana
Umum dan Panduan Rancangan. Koefisien Tapak Besmen persentase angka
pembanding antara luasan tapak basemen dan luas petak tanah atau daerah
perencanaan yang dikuasai.
E. Sistem insentif-disinsentif pengembangan.

PERENCAN II-18
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007 Tentang


Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan BAB III Rencana
Umum dan Panduan Rancangan Sistem insentif-disinsentif pengembangan terdiri
dari :
1. Insentif Luas Bangunan, yaitu insentif yang berkaitan dengan KLB. Diberikan
apabila gedung yang terbangun memenuhi persyaratan peruntukan lantai dasar
yang dianjurkan. Luas lantai bangunan dalam fungsi ini dipertimbangkan untuk
tidak diperhitungkan dalam KLB.
2. Insenstif Langsung, yaitu insentif yang berkemungkinan dalam penambahan
luas lantai maksimum untuk bangunan yang menyediakan fasilitas umum
positif bagi lingkungan permukimam, diantaranya jalur pejalan kaki, ruang
terbuka umum, dan fasilitas umum.
F. Sistem pengalihan nilai koefisien lantai bangunan
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007 Tentang
Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan BAB III Rencana
Umum dan Panduan Rancangan Sistem pengalihan nilai koefisien lantai bangunan
atau Transfer of Development Right merupakan hak pemilik bangunan yang bisa
dialihkan kepada pihak atau lahan lain, hal ini dihitung berdasarkan pengalihan
nilai KLB (selisih antara KLB aturan dan KLB terbangun). Maksimum KLB yang
bisa dialihkan sebesar 10% dari nilai KLB yang ditetapkan. Pengalihan ini hanya
bisa dilakukan bila terletak dalam satu daerah perencanaan yang sama, dan pihak
terkait telah memanfaatkan minimal 60% KLB nya dari KLB yang ditetapkan pada
daerah perencanaan.

2.8 Sistem Transportasi


Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. KM/49/Tahun 2005 menjelaskan
bahwa sistem transportasi merupakan suatu tatanan transportasi yang terorganisasi di mana
sistem tersebut terdiri dari transportasi jalan, transportasi kereta api, transportasi udara, dan
transportasi pipa. Pada setiap sistem transportasi tersebut, masing – masing memiliki
sarana dan prasarana, kecuali pipa dan saling berinteraksi dengan perangkat lunak dan
perangkat pikir untuk membentuk suatu sistem pelayanan jasa transportasi yang efektif,
efisien dan berfungsi dalam memberikan pelayanan untuk perpindahan orang atau barang.

PERENCAN II-19
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO

1.13.8 2.8.1 Fungsi Transportasi


Menurut Ir. Sakti Adji Adisasmita, M.Si.,M.Eng.Sc.,Ph.D dalam Modul I
Pengantar Perencanaan Transportasi, menjelaskan bahwa transportasi memiliki peranan
strategis untuk mendukung pengembangan suatu kegiatan pembangunan dengan cara
penigkatan kelancaran angkutan baran dan manusia dari suatu tempat ke tempat lain.
Transportasi yang ada dapat mengubah suatu arus lalu lintas atau pergerakan yang telah
ada. Fungsi lain dari transportasi juga meningkatkan perekonomin masyarakat dan
pemerataan pembangunan
1.13.9 2.8.2 Elemen Dasar Transportasi
Menurut Abdul Khadir dalam Transportasi : Peran dan Dampaknya dalam
Pertumbuhan Ekonomi Nasional, menjelaskan bahwa elemen dasar transportasi meliputi
empat unsur pokok yaitu jalan, kendaraan dan alat angkut, tenaga penggerak, dan terminal.
Menurut Ahmad Munawar dalam bukunya terdapat lima unsur pokok sistem transportasi
yaitu :
1. Orang yang membutuhkan transportasi
2. Barang yang dibutukan
3. Kendaraan atau moda pergerakan
4. Jalan sebagai prasarana transportasi
5. Organisasi dalam mengelola angkutan
Menurut Rustian Kamaluddin dalam usaha memperlancar sistem
transportasi harus memiliki elemen pokok berupa :
1. Penumpang atau barang yang dipindahkan
2. Kendaraan atau moda sebagai sarana pengangkut
3. Jalan sebagai prasarana
4. Terminal
5. Organisasi dalam mengelola angkutan
Persepsi yang dikemukakan para ahli tersebut sudah mewakili elemen
pokok suatu transportasi.
1.13.10 2.8.3 Unsur – Unsur Dasar Transportasi
Menurut Abdul Khadir dalam Transportasi : Peran dan Dampaknya dalam
Pertumbuhan Ekonomi Nasional, menjelaskan bahwa elemen dasar transportasi
meliputi empat unsur pokok yaitu jalan, kendaraan dan alat angkut, tenaga

PERENCAN II-20
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO

penggerak, dan terminal. Menurut Ahmad Munawar dalam bukunya terdapat lima
unsur pokok sistem transportasi yaitu :
1. Orang yang membutuhkan transportasi
2. Barang yang dibutukan
3. Kendaraan atau moda pergerakan
4. Jalan sebagai prasarana transportas
5. Organisasi dalam mengelola angkutan
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. KM/49/Tahun 2005
menjelaskan bahwa sistem transportasi merupakan suatu tatanan transportasi yang
terorganisasi di mana sistem tersebut terdiri dari transportasi jalan, transportasi
kereta api, transportasi udara, dan transportasi pipa. Kelima unsur tersebut
membentuk suatu sistem transportasi yang dapat menjamin penumpang atau barang
yang diangkut dari suatu tempat ke tempat lain.

2.9 Jaringan Prasarana


Jaringan prasarana merupakan bagian dari struktur ruang yang berfungsi sebagai
pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menyebutkan bahwa sistem jaringan
prasarana antara lain mencakup sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan
kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan persampahan dan sanitasi, serta
sistem jaringan sumber daya air.
1.13.11 2.9.1 Jaringan Pergerakan
Sulistyorini, dkk (2015) menyebutkan bahwa pergerakan merupakan hasil
dari interaksi antara sistem kegiatan dengan sistem jaringan. Pergerakan yang
dimaksud dapat berupa pergerakan manusia dan/atau barang. Pergerakan
disebabkan oleh adanya kegiatan dan tata guna lahan yang berbeda pada setiap
tempat. Perpindahan atau pergerakan yang dilakukan membutuhkan sarana dan
prasarana transportasi. Adisasmita (2011) menyebutkan bahwa transportasi adalah
tindakan atau kegiatan mengangkut atau memindahkan orang dan/atau barang dari
suatu tempat ke tempat lainnya, atau dari tempat asal ke tempat tujuan. Transportasi
dalam arti yang luas meliputi transportasi jalan, transportasi kereta api, transportasi
sungai dan danau, transportasi penyeberangan, transportasi laut, dan transportasi
udara, di mana masing-masing transportasi tersebut dilengkapi sarana dan

PERENCAN II-21
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO

prasarana. Transportasi memiliki peranan yang sangat penting karena transportasi


adalah sarana penghubung yang mendekatkan dan menjembatani beberapa pihak
yang saling membutuhkan. Selain itu, transportasi memiliki peranan penting karena
erat kaitannya dengan sektor-sektor lain. Salah satu contoh prasarana transportasi
adalah jalan.
Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 menyebutkan bahwa Jalan adalah
prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan
pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi pergerakan lalu lintas,
yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan
tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori,
dan jalan kabel. Dapat disimpulkan bahwa Jalan adalah prasarana transportasi darat
yang dapat dipergunakan untuk suatu perhubungan lalu lintas yang ada di
permukaan bumi, dan termasuk bangunan pelengkap dan pergerakan nya
diperuntukan bagi pergerakan lalu lintas.
1.13.12 2.9.2 Jaringan Air Bersih
Air adalah air minum, air bersih, air kolam renang, dan air pemandian umum. Air
bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi
syarat kesehatan dan dapat diminum apabila dimasak (Permenkes Nomor 416 Tahun 1990
tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air). Kualitas air harus memnuhi syarat
kesehatan yang meliputi persyaratan mikrobiologi, fisika, kimia, dan radioaktif. Jaringan
air bersih pada lingkungan perumahan di perkotaan memiliki beberapa persyaratan, kriteria
dan kebutuhan yang harus dipenuhi, yaitu (SNI 03-1733 Tahun 2004):
1. Penyediaan kebutuhan air bersih
Lingkungan perumahan harus mendapat air bersih yang cukup dari perusahaan air
minum atau sumber lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Apabila telah
tersedia sistem penyediaan air bersih kota atau sistem penyediaan air bersih
lingkungan, maka tiap rumah berhak mendapat sambungan rumah atau sambungan
halaman.
2. Penyediaan jaringan air bersih
Harus tersedia jaringan kota atau lingkungan sampai dengan sambungan rumah.
Pipa yang ditanam dalam tanah menggunakan pipa PVC, GIP atau fiber glass. Pipa
yang dipasang di atas tanah tanpa perlindungan menggunakan GIP.
3. Penyediaan kran umum

PERENCAN II-22
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO

Satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 250 jiwa. Radius pelayanan
maksimum 100 meter. Kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30
liter/orang/hari. Ukuran dan konstruksi kran umum sesuai dengan SNI 03-2399-
1991 tentang Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum.
4. Penyediaan hidran kebakaran
Untuk daerah komersial jarak antara kran kebakaran 100 meter. Untuk daerah
perumahan jarak antara kran maksimum 200 meter. Jarak dengan tepi jalan
minimum 3.00 meter. Apabila tidak dimungkinkan membuat kran diharuskan
membuat sumur-sumur kebakaran. Perencanaan hidran kebakaran mengacu pada
SNI 03-1745-1989 tentang Tata Cara Pemasangan Sistem Hidran Untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung.
1.13.13 2.9.3 Jaringan Drainase
Jaringan drainase, di dalamnya mencakup sarana dan prasarana drainase. Prasarana
drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah, baik yang
terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang berfungsi menyalurkan
kelebihan air dari suatu kawasan ke badan air penerima. Sarana drainase adalah bangunan
pelengkap yang merupakan bangunan yang ikut mengatur dan mengendalikan sistem aliran
air hujan agar aman dan mudah melewati jalan, belokan daerah curam, bangunan tersebut
seperti gorong-gorong, pertemuan saluran, bangunan terjunan, jembatan, tali-tali air,
pompa, pintu air (Peraturan Menteri PU Nomor 12 tahun 2004 tentang Penyelenggaraan
Sistem Drainase Perkotaan).
Menurut SNI 03-1733 Tahun 2004 tentang jaringan drainase adalah
prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan penerima air dan
atau ke bangunan resapan buatan, yang harus disediakan pada lingkungan
perumahan di perkotaan. Bagian-bagian dari jaringan drainase adalah sebagai
berikut:

Tabel 2. 2 Bagian-bagian Jaringan Drainase


Sarana Prasarana
Sumber air di permukaan tanah (laut, sungai, danau)
Badan Penerima Air
Sumber air di bawah permukaan tanah (air tanah akifer)
Bangunan Gorong-gorong
Pertemuan saluran

PERENCAN II-23
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO

pelengkap
Bangunan terjunan
Jembatan
Street inlet
Pompa
Pintu air
Sumber: SNI 03-1733 Tahun 2004
Berdasarkan Tabel 2.2 bagian drainase berdasarkan SNI terbagi menjadi
sarana dan prasana. Sarana memiliki 2 kategori yaitu badan penerima air dan
bangunan pelengkap. Prasarana untuk badan penerima air terdiri dari sumber air
dipermukaan dan di bawah permukaan tanah. Prasarana untuk bangunan pelengkap
drainase ialah gorong -gorong, bangunan terjunan, jembatan dan lainnya
1.13.14 2.9.4 Jaringan Persampahan
Sampah didefinisikan sebagai bentuk limbah berbentuk padat yang berasal
dari kegiatan manusia dan hewan kemudian dibuang karena tidak bermanfaat atau
keberadaannya tidak diinginkan lagi (Tchobanoglus,1993). Berdasarkan UU No.18
Tahun 2008, sampah diartikan sebagai sisa kegiatan sehari hari manusia dan atau
proses alam yang berbentuk padat. Selain itu diatur juga dalam Peraturan
Pemerintah No. 81 Tahun 2012 tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan
sampah sejenis sampah rumah tangga. Berdasarkan UU No.18 Tahun 2008 tentang
pengelolaan sampah, ada beberapa kegiatan pengurangan sampah yaitu :
1. Pembatasan timbulan sampah
2. Pendauran ulang sampah
3. Pemanfaatan kembali sampah
Sedangkan kegiatan penangnan sampah meliputi :
1. Pemilahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan atau sifat sampah
2. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber
sampah menuju tempat penampungan sementara atau tempat penampungan terpadu
3. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber atau tempat
penampungan sampah menuju tempat pemrosesan akhir
4. Pengolahan dalam bentuk karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah
5. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan atau residu
hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

PERENCAN II-24
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO

Menurut Ditjen Cipta karya (2006), pengelolaan sampah dibagi menjadi 2,


yaitu:
2. Penangan setempat
Penangan setempat dimaksudkan penganan yang dilaksanakan sendiri oleh
penghasil sampah dengan menanam sampah dalam galian tanah pekarangannya.
3. Pengelolaan terpusat
Pengelolaan terpusat dimaksudkan sebagai suatu proses penanganan sampah yang
terkoordinir untuk melayani suatu wilayah/kota
3.13.1 2.9.5 Jaringan Sanitasi
Sanitasi dapat diartikan sebagai usaha usaha pengawasan yang ditujukan
terhadap faktor lingkungan yang dapat menjadi mata rantai dalam penularan
penyakit (Ehler dan Steel dalam buku sanitasi makanan dan minuman pada institusi
pendidikan tenaga sanitasi karya anwar). Menurut World Health Organization
(WHO) sanitasi merupakan suatu usaha pencegahan penyakit dengan
mengendalikan faktor faktor risiko lingkungan yang mampu menjadi sumber dari
penularan penyakit.
3.13.2 2.9.6 Jaringan Energi
Energi adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh benda agar benda tersebut
dapat melakukan usaha, sehingga menebabkan suatu perubahan (Arif dan Muji,
2009).Menurut Undang Undang Republik Indonesia No.30 tahun 2007 energi
adalah kemampuan untuk melakukan kerja yang dapat berupa panas, cahaay,
mekanika, kimia, dan elektromagnetika. Menurut Peraturan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral Republik Indonesia No.14 tahun 2012 ada beberapa cara
penghematan energi, yaitu melalui :
1. Sistem tata udara
2. Sistem tata cahaya
3. Peralatan pendukung
4. Proses produksi
5. Peralatan pemanfaat energi utama
3.13.3 2.9.7 Jaringan Telekomunikasi
Komunikasi adalah kata kata yang mencakup segala bentuk interaksidengan
orang lain yang berupa percakapan biasa, membujuk, mengajar, dan negosiasi
(Nurjaman & umam,2012). Sedangkan Telekomunikasi adalah setiap pemancaran,

PERENCAN II-25
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO

pengiriman dan atau penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk tanda tanda,
isyarat, tulisan, gambar, suara dan bunyi, melalui system kawat, optic, radio, dan
system elektromagnetik lainnya (Permen Kominfo No.15 tahun 2015) .

2.10 Tinjauan RTRW Provinsi Jawa Tengah


Menurut Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No.6 Tahun 2010 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 – 2029, muatan
RTRW Provinsi Jawa Tengah meliputi tujuan, kebijakan, dan strategi penataan
ruang wilayah provinsi; rencana struktur dan pola ruang provinsi; penetapan
kawasan strategis provinsi; arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi; serta
arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi
A. Tujuan, Kebijakan dan Strategi
Tujuan penataan ruang wilayah Provinsi Jawa Tengah yaitu untuk mewujudkan
ruang wilayah Provinsi Jawa Tengah yang lestari dengan memperhatikan pemerataan
pembangunan wilayah. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah provinsi meliputi
pengembangan struktur ruang, pengembangan pola ruang, dan pengembangan kawasan
strategis. Kebijakan pengembangan struktur ruang yang dimaksud ialah sebagai berikut.
1. Peningkatan pelayanan perdesaan dan pusat pertumbuhan ekonomi perdesaan
2. Peningkatan pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah
perkotaan yang merata dan berhierarki
3. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan infrastruktur
transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu dan
merata di seluruh wilayah
Sedangkan kebijakan dalam pengembangan pola ruang wilayah provinsi meliputi
pengembangan kawasan lindung serta kawasan budidaya. Kebijakan pengembangan
kawasan lindung dan kawasan budidaya yang dimaksud ialah sebagai berikut.
1. Pemeliharaan dan pewujudan kelestarian fungsi dan daya lingkungan hidup
2. Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang menyebabkan kerusakan
lingkungan hidup
3. Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan
budidaya
4. Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya
dukung lingkungan hidup dan daya tampung lingkungan hidup.

PERENCAN II-26
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO

Selain itu, adapun kebijakan pengembangan kawasan strategis dalam


penataan ruang wilayah yang meliputi sebagai berikut.
1. Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
2. Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan
dalam kerangka ketahanan nasional
3. Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan
perekonomian daerah
4. Pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi yang tinggi secara optimal
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
5. Pelestarian dan peningkatan sosial budaya bangsa
6. Pelestarian dan peningkatan nilai kawasan lindung yang telah ditetapkan
sebagai warisan dunia
Pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan dalam
tingkat perkembangan antar kawasan.
B. Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi
Rencana pengembangan struktur ruang wilayah Provinsi Jawa Tengah mencakup
sistem perdesaan, sistem perkotaan, sistem perwilayahan, dan sistem jaringan prasarana
wilayah. Kabupaten Wonosobo termasuk sistem perwilayahan yang ditetapkan dalam
kawasan kerjasama antar daerah kabupaten/kota yang disebut dengan Purwomanggung.
Purwomanggung meliputi Kabupaten Purworejo, Kota Magelang, Kabupaten Wonosobo,
Kabupaten Magelang, dan Kabupaten Temanggung dengan fungsi pengembangan sebagai
pusat pelayanan lokal dan provinsi. Rencana sistem jaringan prasarana wilayah Kabupaten
Wonosobo yang tercantum dalam RTRW Provinsi Jawa Tengah ialah sebagai berikut.
1. Rencana sistem jaringan prasarana transportasi yang berupa rencana pengembangan
terminal tipe A
2. Rencana pengembangan prasarana kelistrikan berupa Pembangkit Listrik Tenaga
Panas Bumi (PLTB)
3. Rencana sistem jaringan prasarana lingkungan yang berupa pengembangan
prasarana persampahan dengan melaksanakan pendekatan pengurangan,
memanfaatkan kembali, dan daur ulang. Selain itu adapun pengembangan prasarana
limbah dan drainase berupa pembangunan IPAL dan IPLT, sistem drainase terpadu,
serta pengembangan sumur resapan pada tiap bangunan.

PERENCAN II-27
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO

C. Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi


Rencana pola ruang wilayah provinsi mencakup rencana pola ruang berupa
kawasan lindung dan budidaya yang tersebar di wilayah Provinsi Jawa Timur.
Kawasan lindung yang dimaksud meliputi kawasan yang memberi perlindungan
terhadap kawasan bawahannya; kawasan perlindungan setempat; kawasan suaka
alam, kawasan pelestarian alam, dan kawasan cagar budaya; kawasan rawan
bencana alam; kawasan lindung geologi; dan kawasan lindung lainnya. Sedangkan
kawasan budidaya yang dimaksud meliputi kawasan hutan produksi; kawasan hutan
rakyat; kawasan peruntukan pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan,
pertambangan, industri, pariwisata, permukiman; serta kawasan pesisir dan pulau-
pulau kecil.

2.11 Tinjauan RTRW Kabupaten Wonosobo


Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 2 Tahun 2011
Tentang RTRW Kabupaten Wonosobo Tahun 2011 – 2031, penataan ruang daerah
Kabupaten Wonosobo memiliki tujuan untuk mewujudkan daerah berbasis
agroindustri dan pariwisata dengan didukung oleh pertanian yang berkelanjutan.
Dalam mewujudkan tujuan tersebut, ditetapkan kebijakan dan strategi dalam
perencanaan ruang wilayah Kabupaten Wonosobo diantaranya yaitu sebagai
berikut.
1. Pengembangan agroindustri berbasis potensi lokal
2. Pengembangan pariwisata yang berkelanjutan
3. Peningkatan kualitas dan jangkauan sarana prasarana wilayah
4. Percepatan pewujudan fungsi dan peran pusat kegiatan secara berhirarki
5. Pengendalian alih fungsi lahan pertanian pangan produktif
6. Peningkatan fungsi pelestarian kawasan lindung
7. Pengembangan fungsi sosial budaya masyarakat dalam pembangunan wilayah
8. Peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan negara
3.13.4 2.11.1 Struktur Ruang Kabupaten Wonosobo
Rencana struktur ruang wilayah daerah menurut RTRW Kabupaten
Wonosobo Tahun 2011 – 2031 meliputi rencana sistem pusat kegiatan dan rencana
sistem jaringan prasarana wilayah. Rencana sistem pusat kegiatan terdiri dari sistem
perkotaan dan sistem perdesaan. Kecamatan Kertek tergolong sebagai PKLp (Pusat

PERENCAN II-28
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO

Kegiatan Lokal promosi) dimana daerah PKLp memiliki fungsi utama


pengembangan kawasan diantaranya yaitu:
1. Pemerintahan kecamatan
2. Perdagangan dan jasa
3. Pendidikan menengah
4. Jasa pariwisata
5. Pertanian
6. Pelayanan sosial dan ekonomi skala regional
7. Pengembangan permukiman
8. Peruntukan industri
Rencana sistem jaringan prasarana wilayah terdiri dari rencana sistem
jaringan prasarana utama dan sistem jaringan prasarana lainnya. Sistem jaringan
prasarana utama meliputi sistem jaringan transportasi darat dan sistem jaringan
perkeretaapian. Rencana sistem jaringan transportasi darat di Kecamatan Kertek
diantaranya yaitu:
1. Pengembangan jalan nasional berupa jalan kolektor primer (K1) yang berada di
ruas jalan batas Kota Wonosobo – Kertek dan ruas jalan Kertek – Batas
Kabupaten Temanggung (KDU).
2. Pengembangan jalan lingkar utara perkotaan Kertek dan pengembangan jalan
lingkar selatan perkotaan Kertek
3. Rencana peningkatan dan pengembangan sistem jaringan jalan lingkungan
4. Pengembangan terminal tipe C, salah satunya yaitu Terminal Kertek yang berada
di Kecamatan Kertek
5. Peningkatan jaringan trayek angkutan perkotaan yang salah satunya meliputi
Wonosobo – Kertek, pengembangan jaringan trayek angkutan perintis, serta
pengembangan jaringan lintas angkutan barang
Sedangkan rencana sistem jaringan prasarana lainnya yang meliputi sistem
jaringan prasarana energi, telekomunikasi, sumber daya air, dan sistem prasarana
lainnya di Kecamatan Kertek diantaranya yaitu:
1. Rencana sistem jaringan prasarana energi yang meliputi pengembangan Jaringan
Tegangan Menengah (JTM) 20 kilovolt di seluruh kecamatan serta pengembangan
jaringan listrik perdesaan distribusi tegangan 220 volt untuk menjangkau seluruh
wilayah dusun.

PERENCAN II-29
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO

2. Pengembangan jaringan energi bahan bakar minyak (BBM) dan gas berupa
pembangunan Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU) dan Stasiun
Pengisian Bulk Elpiji (SPBE)
3. Pengembangan sumber energi alternatif berupa Pembangkit Listrik Tenaga
Mikrohidro (PLTMH) serta pengembangan Desa Mandiri Energi di seluruh
kecamatan.
4. Pengembangan sistem jaringan prasarana sumber daya air berupa embung atau
waduk
5. Pembangunan, rehabilitasi serta operasi dan pemeliharaan bangunan-bangunan
pengendali banjir berupa Bendung Sungai Cecep di Kecamatan Kertek
6. Pengembangan jalur evakuasi bencana angin topan yang meliputi jalan lingkungan
– jalan desa – jalan lokal – jalan kolektor di Kecamatan Kertek menuju tempat
evakuasi terdekat.
3.13.5 2.11.2 Pola Ruang Kabupaten Wonosobo
Rencana pola ruang wialayah Kabupaten Wonosobo meliputi rencana
kawasan lindung dan kawasan budidaya. Rencana kawasan lindung yang ada di
Kecamatan Kertek menurut RTRW Kabupaten Wonosobo Tahun 2011-2031 ialah
sebagai berikut.
1. Kawasan lindung berupa hutan lindung meliputi beberapa Kecamatan, salah
satunya berada di Kecamatan Kertek dengan total luas di seluruh kecamatan yaitu
4.019 ha
2. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan di bawahnya yaitu
berupa kawasan resapan air yang berada di Kecamatan Kertek
3. Kawasan perlindungan setempat yang meliputi kawasan sempadan sungai (bendung
sungai Cecep), kawasan sekitar danau atau waduk, dan kawasan ruang terbuka
hijau perkotaan (RTH perkotaan ibu kota Kecamatan Kertek).
4. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan yaitu Situs Bongkotan di Kecamatan
Kertek
5. Kawasan rawan angin topan, kawasan rawan kebakaran hutan, dan kawasan rawan
letusan gunung berapi di Kecamatan Kertek
6. Kawasan sekitar mata air dengan radius sekurang-kurangnya 200 m di seluruh
kecamatan

PERENCAN II-30
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO

7. Kawasan cekungan air tanah (CAT) Wonosobo yang salah satunya meliputi
Kecamatan Kertek
Sedangkan rencana kawasan budidaya menurut RTRW Kabupaten
Wonosobo Tahun 2011-2031 yang ditetapkan di Kecamatan Kertek diantaranya
yaitu sebagai berikut:
1. Kawasan peruntukan hutan produksi terbatas dengan total luas di seluruh
kecamatan kurang lebih 10.159 ha, dimana salah satunya berada di Kecamatan
Kertek
2. Kawasan peruntukan hutan produksi tetap dengan total luas di seluruh kecamatan
kurang lebih 6.134 ha, dimana salah satunya berada di Kecamatan Kertek
3. Kawasan peruntukan hutan rakyat dengan total luas di seluruh kecamatan kurang
lebih 19.185 ha, dimana salah satunya berada di Kecamatan Kertek
4. Kawasan pertanian lahan basah dan lahan kering
5. Kawasan tanaman pangan diarahkan dan ditetapkan untuk dipertahankan sebagai
kawasan lahan pangan pertanian berkelanjutan
6. Kawasan peruntukan perkebunan yang meliputi sentra tanaman kopi arabika, sentra
tanaman tembakau, sentra tanaman teh, dan sentra tanaman kapulogo
7. Kawasan peruntukan peternakan yang meliputi ternak sapi potonh, ternak sapi
perah, ternak kerbau, ternak kuda, ternak domba, ternak kelinci, ternak ayam ras
pedaging, dan ternak burung puyuh.
8. Kawasan peruntukan perikanan yang meliputi kawasan budidaya mina padi di
pertanian dengan irigasi teknis maupun non teknis
9. Kawasan peruntukan pertambangan mineral bukan logam dan batuan berupa sirtu
10. Kawasan peruntukan industri baik industri besar, sedang, dan kecil yang berada di
seluruh kecamatan
11. Kawasan peruntukan wisata yang meliputi wisata alam Lembah Sindoro-Sumbing;
wisata budaya Situs Bongkotan dan Tradisi Tenongan Putra di Desa Pagerejo;
wisata minat khusus berupa Agrowisata Koridor Kledung yang berada di
Kecamatan Kertek
12. Kawasan peruntukan permukiman yang meliputi permukiman perkotaan dan
permukiman perdesaan

PERENCAN II-31
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO

13. Kawasan peruntukan lainnya yang meliputi kawasan pertahanan dan keamanan
berupa perkantoran militer dan kepolisian; kawasan perdagangan dan jasa di
koridor Wonosobo – Kertek; dan kawasan pemerintahan
3.13.6 2.11.3 Kawasan Strategis Kabupaten Wonosobo
Penentuan Kawasan Strategis Kabupaten dilakukan dengan mengacu pada
Kawasan Strategis Provinsi. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten ditentukan
berdasarkan beberapa sudut kepentingan diantaranya yaitu:
1. Kawasan strategis untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi
2. Kawasan strategis untuk kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan
teknologi tingggi
3. Kawasan strategis untuk kepentingan sosial budaya
4. Kawasan strategis untuk kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan
Kecamatan Kertek ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Strategis
Kabupaten yang memiliki fungsi untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi, sosial
budaya, serta fungsi dan daya dukung lingkungan. Rencana pengembangan
Kecamatan Kertek sebagai Kawasan Strategis untuk kepentingan pertumbuhan
ekonomi, diantaranya yaitu.
1. Pengembangan kawasan PKLp yang meliputi Kecamatan Kertek dan
Kecamatan Selomerto
2. Pengembangan kawasan segitiga Selomerto-Wonosobo-Kertek
3. Pengembangan kawasan koridor jalan kolektor yang meliputi koridor
Wonosobo – Kertek (ruas jalan Batas Kota Wonosobo – Kertek); koridor
Kertek – Kledung (ruas jalan Kertek – Batas Kabupaten Temanggung); dan
koridor Kertek – Sapuran (ruas jalan Kertek – Kepil)
4. Pengembangan sentra-sentra industri kecil di seluruh kecamatan
5. Pengembangan Agrowisata Koridor Kledung di Kecamatan Kertek
Sedangkan rencana pengembangan Kecamatan Kertek sebagai Kawasan
Strategis untuk kepentingan sosial budaya dan fungsi dan daya lingkungan
lingkungan diantaranya yaitu:
1. Pengembangan kawasan wisata minat khusus berupa kawasan agrowisata di
koridor Kledung
2. Pengembangan kawasan Sindoro Sumbing yang salah satunya meliputi
Kecamatan Kertek untuk kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan

PERENCAN II-32
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO

3. Pengembangan kawasan hutan lindung, kawasan resapan air, kawasan sekitar


mata air, kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS)

2.12 Tinjauan Kebijakan RPJM Kabupaten Wonosobo


Visi dan misi merupakan gambaran ke depan Kabupaten Wonosobo pada
kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati terpilih untuk periode RPJMD Tahun
2016-2021. Gambaran tentang visi dan misi dituangkan ke dalam tujuan dan
sasaran yang merujuk RPJPD Kabupaten Wonosobo Tahun 2015-2019 dengan
mempertimbangkan RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018 dan RTRW
Kabupaten Wonosobo 2011-2031.
3.13.7 2.12.1 Visi Kabupaten Wonosobo
Visi pembangunan daerah Kabupaten Wonosobo untuk tahun 2016-2021
adalah “TERWUJUDNYA WONOSOBO BERSATU UNTUK MAJU, MANDIRI
DAN SEJAHTERA UNTUK SEMUA”. Adapun penjelasan dari tiap-tiap unsur
visi adalah sebagai berikut:
1. BERSATU
Adalah semangat dan kerangka berfikir serta bertindak oleh setiap pribadi dan
lembaga penyelenggara pemerintah daerah dalam mengatur, melayani,
membangun, dan memberdayakan masyarakat.
2. MAJU
Mengisyaratkan adanya tekad yang kuat dari pemerintahan daerah untuk terus
meningkatkan capaian kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah.
3. MANDIRI
Adalah suatu kondisi yang mencirikan kemampuan daerah untuk berdiri dengan
kekuatan dan kemampuan sendiri sesuai dengan semangat otonomi daerah.
Ketergantungan bantuan dari Pemerintah dan Provinsi secara bertahap harus
dikurangi.
4. SEJAHTERA UNTUK SEMUA
Merupakan tujuan akhir dari penyelenggaraan pemerintahan daerah dimanapun
entitasnya adalah untuk kesejahteraan masyarakat. Dan kesejahteraan tidak boleh
hanya dinikmati oleh sekelompok atau golongan masyarakat tertentu tetapi harus
bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat Wonosobo.

PERENCAN II-33
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO

3.13.8 2.12.2 Misi Kabupaten Wonosobo


Misi dari visi “TERWUJUDNYA WONOSOBO BERSATU UNTUK
MAJU, MANDIRI DAN SEJAHTERA UNTUK SEMUA” akan dicapai melalui 5
(lima) misi pembangunan sebagai berikut:
1. Meningkatkan persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan
bermasyarakat.
2. Meningkatkan capaian kinerja dan pemajuan penyelenggaraan pemerintahan.
3. Meningkatkan kemandirian daerah.
4. Meningkatkan kesejahteraan dan pemerataannya.
5. Melakukan harmonisasi prinsip berkelanjutan dan berkesinambungan sebagai
prinsip pembangunan daerah.

2.13 Tinjauan Kebijakan RPJMD Kabupaten Wonosobo


Tinjauan kebijakan RPJMD Kabupaten Wonosobo menguraikan isu
strategis serta visi dan misi yang dimiliki oleh Kabupaten Wonosobo. Isu-isu
strategis yang ini berkaitan dengan permasalahan-permasalahan pokok yang
dihadapi, pemanfaatan potensi dan masalah keberlangsungan pembangunan
(sustainability) pembangunan dan menjadi dasar utama visi dan misi pembangunan
jangka menengah. Sementara visi dan misi merupakan gambaran ke depan
Kabupaten Wonosobo pada kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati terpilih untuk
periode RPJMD Tahun 2016-2021. Gambaran tentang visi dan misi dituangkan ke
dalam tujuan dan sasaran yang merujuk RPJPD Kabupaten Wonosobo Tahun 2015-
2019 dengan mempertimbangkan RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018
dan RTRW Kabupaten Wonosobo 2011-2031
3.13.9 Isu Strategis Kabupaten Wonosobo
1. Penanggulangan Kemiskinan, Permasalahan Sosial, dan Pengangguran
Isu kemiskinan di Kabupaten Wonosobo hingga saat ini masih belum ditangani
secara optimal. Meskipun pada tahun 2015, angka kemiskinan di Kabupaten
Wonosobo memgalami penurunan, tetapi masih menempati peringkat teratas
sebagai kabupeten termiskin di Jawa Tengah. Kecenderungan kemiskinan di
Kabupaten Wonosobo mempunyai empat dimensi pokok, yaitu: kurangnya
kesempatan, rendahnya kemampuan, kurangnya jaminan, dan ketidakberdayaan.
Pada umumnya kondisi ekonomi dan pendidikan orang tua keluarga miskin terlahir

PERENCAN II-34
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO

dari keluarga miskin sebelumnya. Tingkat pendidikan keluarga miskin juga tidak
berbeda dengan tingkat pendidikan orangtua mereka. Salah satu permasalahan
sosial ekonomi yang cukup pelik dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten Wonosobo
adalah kesejahteraan petani. sekitar 54% penduduk Kabupaten Wonosobo bekerja
sebagai petani dan buruh tani. Pertanian memiliki peran ekonomi penting bagi
kelangsungan ekonomi masyarakat. Sistem pertanian yang ideal:
a. Economically viable. Secara ekonomi menguntungkan dan dapat
dipertanggungjawabkan. Petani mampu menghasilkan keuntungan dalam
tingkat produksi yang cukup dan stabil.
b. Ecologically sound. Berwawasan ekologis. Kualitas agrosistem dipelihara dan
ditingkatkan dengan menjaga keseimbangan ekologi serta konservasi
c. Berkeadilan sosial. Sistem pertanian menjamin keadilan dalam akses dan
kontrol terhadap lahan, modal, informasi, dan pasar bagi yang terlibat tanpa
membedakan gender, kelompok, agama dan etnis.
d. Adaptable. Mampu berhadaptasi dengan perubahan kebijakan, pertumbuhan
populasi dan konstalasi pasar.
Belum meratanya peluang serta rendahnya aksesibilitas kesempatan kerja pada
berbagai sektor unggulan yang sesuai dengan sebagian besar kondisi kompetensi SDM
tenaga kerja, serta adanya peningkatan pengangguran yang disebabkan oleh terjadinya
pemutusan hubungan kerja dari perusahaan yang kolaps. Untuk itu perlu untuk
mensinkronisasi kebijakan ketenagakerjaan dan iklim usaha dalam rangka penciptaan
lapangan kerja serta pelatihan dan pendidikan bagi tenaga kerja siap mandiri dan siap
bekerja sesuai dengan ketrampilan serta penyediaan akses informasi pekerjaan bagi
tenaga kerja usia produktif.
Terdapat isu ketenagakerjaan, tantangan angka pengangguran terbuka sebanyak
5,34% di tahun 2014, tantangan menciptakan lapangan kerja, mata pencaharian
berkelanjutan dan pertumbuhan berkeadilan melalui pengurangan jumlah kaum muda
yang menganggur. Peningkatan kualitas pendidikan vokasi dan pendidikan non formal
dalam rangka membekali angkatan kerja dengan keahlian di bidangnya guna menekan
angka pengangguran terbuka di masa mendatang.
1. Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola
2. Isu SOTK dan Kepegawaian

PERENCAN II-35
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO

Penyempuranaan kebijakan di bidang aparatur akan mendorong terciptanya


kelembagaan yang sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi masing-masing SKPD, manjemen pemerintahan dan manajemen SDM
aparatur yang efektif, serta sistem pengawasan dan akuntabilitas yang mampu
mewujudkan pemerintahan yang berintegritas tinggi. Implementasi hal-hal
tersebut pada masing-masing SKPD akan mendorong perubahan mind set dan
culture set pada setiap birokrat ke arah budaya yang lebih profesional,
produktif, dan akuntabel
3. Iso Reformasi Keuangan Daerah
Mekanisme penganggaran yang tepat sasaran dan langsung menyentuh pada
kepentingan masyarakat luas. Mekanisme ini tertuju pada proses kerja
pemerintahan yang menentukan siapa berbuat apa, tenggang waktu serta target
yang tepat. Selain itu pemerintah juga perlu upaya meningkatkan transparansi,
partisipasi, dan akuntabilitas anggaran.
4. Isu Regulasi
Pemerintah daerah di masa depan harus mampu menyusun kerangka regulasi
yang memperhatikan aspek budaya partisipasi baik oleh pemerintah, swasta,
dan masyarakat itu sendiri. Ketersediaan regulasi/kebijakan daerah yang tepat
adalah berbasis akurasi data dan diimplementasikan berbasis sanksi yang jelas
atas segala bentuk pelanggaran/pengabaian.
5. Isu Kemitraan dan Partisipasi Masyarakat
Pengawasan penyelenggaraan pelayanan publik dan pembangunan daerah
menjadi isu strategis mendorong upaya penurunan resiko korupsi dan
peningkatan kualitas pelayanan publik. Transparansi informasi dengan
mengoptimalkan penggunaan teknologi informasi (TI) diharapkan
meningkatkan akuntabilitas publik berbasis akurasi data. Tarnsparansi informasi
mencakup penyelenggaraan pemerintahan dan pengelolaan keuangan daerah.
6. Isu Kerjasama antar Daerah (KAD) dan Dunia Privat Bersifat Strategis
Kerjasama antar daerah dan kerjasama dengan dunia usaha berperan strategis
untuk meningkatkan daya saing daerah. Kerjasama antar daerah juga diperlukan
untuk memecahkan masalah lingkungan dan sumber daya publik, seperti
persampahan, air. Kerjasama dengan dunia usaha (privat) menjadi isu penting
karena adanya kebutuhan transfer ketrampilan, tehnologi, dan modal dari dunia

PERENCAN II-36
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO

usaha. Selama ini bentuk kemitraan dengan dunia usaha melalui CSR
(Corporate Social Responsibility).
7. Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
a. Pemenuhan kualitas infrastruktur jalan yang belum optimal
b. Belum optimalnya pengelolaan drainase lingkungan
c. Belum optimalnya layanan transportasi, sirkulasi lalu lintas, dan sarana
prasarana perhubungan
d. Kualitas infrastruktur wilayah lainnya yang belum optimal
e. Kendala limitasi dan keterisolasian wilayah
f. Dilalui jalur penghubung PKN Cilacap-PKN Semarang dan PKN
Yogyakarta serta koridor KSPN Borobudur-Dieng
g. Belum terpenuhinya air minum sesuai standar kesehatan
h. Masih rendahnya cakupan pelayanan sanitasi
i. Isu lingkungan permukiman kumuh
j. Pengembangan teknologi informasi dan komunikasi yang masih belum
optimal
8. Pemberdayaan Masyarakat dan Ketahanan Keluarga
Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan sosial, budaya, dan
ekonomi agar tercipta masyarakat yang berinisiatif untuk memulai proses
kegiatan sosial agar mampu memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri.
Berdasarkan pemahaman mengenai pengertianpemberdayaan masyarakat,
upaya pemerintah untuk mengoptimalkan keterlibatan masyarakat dalam proses
pembangunan di Kabupaten Wonosobo memerlukan penguatan agar potensi
masyarakat yang dimiliki dapat dimanfaatkan secara optimal untuk
pembangunan. LPM, PKK, RW, dan Karang Taruna sebagai institusi lembaga
kemasyarakatanbelum berperan optimal dalam pemberdayaan masyarakat serta
dalam penyelenggaraan pembangunan mulai dari perencanaan sampai dengan
evaluasinya.
9. Lingkungan Hidup, Penataan Ruang, dan Kebencanaan
a. Masih tingginya indeks risiko bencana
b. Alih fungsi dan pengelolaan lahan pertanian belum ramah lingkungan
c. Belum optimalnya penegakan peraturan perundangan di bidang tata ruang

PERENCAN II-37
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO

d. Ketidakteraturan bangunan permukiman dan kepadatan tinggi di kawasan


permukiman
e. Terbatasnya RTH milik publik
f. Belum optimalnya pengelolaan persampahan
g. Terbatasnya pengamanan kebakaran
10. Pendidikan dan Kebudayaan
Sampai dengan tahun 2015 partisipasi sekolah sampai jenjang pendidikan
setingkat SMP di Kabupaten Wonosobo baru mencapai 79, 21. ini, artinya
masih ada sebagian anak- anak usia sekolah yang belum memperoleh hak atas
pendidikan dasar. Beberapa penyebab rendahnya partisipasi sekolah adalah :
Pertama dari segi layanan, masih ada kesenjangan antar kecamatan dalam
penyediaan sekolah tingkat SMP yang ditunjukkan dengan rasio ketersediaan
sekolah per kecamatan per 1.000 penduduk. Di beberapa kecamatan dalam
setiap 1000 penduduk memiliki 5-6 sekoalh setingkat SMP sedangkan di
kecamatan lain dalam setiap 1000 penduduk hanya memeiliki 1-2 sekolah SMP.
Kedua, Dengan kondisi geografis di Wonosobo, Ada, beberapa desa dimana
anak- anaknya kesulitan untuk mengakses sekolah SMP sehingga karena faktor
ekonomi orang tua enggan menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih
tinggi. Ketiga, sebaran guru yang kurang merata dari segi kualitas maupun
kuantitas. Guru dengan kompetensi sesuai standar sebagian besar menumpuk di
sekolah sekolah yang berlokasi di ibukota kabupaten sehingga ada ketimpangan
mutu. Pada setiap tahun ajaran baru, sekolah dengan label favorit banyak
diminati calon siswa. Dengan kondisi ini maka perlu ada kebijakan pemerataan
mutu baik dari kualitas dan kuantitas tenaga pendidik maupun sarana dan
prasarana penujang kegiatan belajar. Selain meningkatkan pemerataan mutu
pendidikan formal, upaya lain untuk meningkatkan partisipasi sekolah adalah
dengan mengembalikan kembali anak- anak putus sekolah melalui pendidikan
non formal.
11. Kesehatan
Lini terdepan dalam isu kesehatan adalah upaya kuratif dan rehabilitatif, yaitu
pelayanan kesehatan dalam bentuk pengobatan. Bentuk pelayanan kuratif
tersedia melalui pelayanan Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat), Klinik
Kesehatan, dan Rumah sakit.Isu Kesehatan, yang krusial adalah (1)

PERENCAN II-38
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO

Pengurangan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan
Angka Kematian Balita (AKABA), (2) pencegahan dan penanggulangan
penyakit menular (Demam Berdarah, Tb Paru dan HIV/AIDS), (3) peningkatan
mutu dan standar pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan rujukan
yang dapat dijangkau masyarakat tidak mampu; (4) mengotimalkan pelayanan
RSUDdan Pusat Kesehatan Masyarakat.
12. Pariwisata
Kabupaten Wonosobo sudah menjadi destinasi wisata unggulan, namun
terdapat beberapa permasalahan yang dirasakan mengganggu bagi wisatawan
sehingga mengurangi kepuasan kunjungan di Kabupaten Wonosobo,
diantaranya infrastruktur jalan yang kurang baik, masih kurangnya sarana
prasarana wisata seperti toilet dan tempat parkir, kualitas obejek wisata yang
belum dioptimalkan, belum maksimalnya even-even wisata di destinasi wisata,
dan transportasi antara objek wisata.
13. Kesetaraan Gender dan Perlindungan Anak
Permasalahan kesetaraan gender dan perlindungan anak yang masih dihadapi di
Kabupaten Wonosobo yaitu masih terdapatnya kesenjangan gender di berbagai
bidang. Hal ini tercermin pada masih rendahnya kualitas hidup dan peran
perempuan, termasuk meningkatnya kasus kekerasan terhadap perempuan dan
anak yang disebabkan oleh: (i) terjadinya kesenjangan gender dalam hal akses,
manfaat, dan partisipasi dalam pembangunan, serta penguasaan terhadap
sumber daya, terutama di tatanan antarprovinsi dan antarkabupaten/ kota; (ii)
rendahnya peran dan partisipasi perempuan di bidang politik, jabatan-
jabatanpublik, dan di bidang ekonomi; dan (iii) rendahnya kesiapan perempuan
dalam mengantisipasi dampak perubahan iklim, krisis energi, krisis ekonomi,
bencana alam dan konflik sosial, serta terjadinya penyakit. Lebih jauh lagi
melihat akar permasalahan kesenjangan gender dalam hal akses, manfaat, dan
partisipasi adalah masih lemahnya kelembagaan pengarusutamaan gender, yang
disebabkan oleh: (i) belum optimalnya pengintegrasian perspektif gender ke
dalam penyusunan kebijakan, yang mengakibatkan masih banyaknya kebijakan
yang belum merespon perspektif gender; (ii) belum memadainya kapasitas
kelembagaan dalam pelaksanaan PUG, yang ditandai dengan masih rendahnya
kapasitas sumber daya manusia, termasuk kemampuan dalam memberikan

PERENCAN II-39
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO

bantuan teknis pelaksanaan PUG, minimnya ketersediaan data terpilah menurut


jenis kelamin dan penggunaannya dalam siklus pembangunan; dan (iii) masih
rendahnya pemahaman tentang konsep dan isu gender, nilai-nilai kesetaraan
gender, dan manfaat PUG dalam pembangunan, baik di pusat maupun di
daerah.
14. Ketahanan Pangan dan Energi
Isu Ketahanan Pangan dan Energi, tantangannya bagaimana meningkatkan
produktivitas sumber pangan untuk masyarakat Kabupaten Wonosobo. Isu
produktivitas Hasil Pertanian, Peternakan, Perikanan Darat, ditekankan pada
diversifikasi pengolahan hasil Pertanian, Peternakan, perikanan darat berbasis
tehnologi tepat. Aspek yang dipenuhi (1) ketersediaan, kecukupan, stabilitas,
aksesibilitas, kualitas, kuantitas, keterjangkauan serta keamanan pangan secara
berkesinambungan; (2) mengamankan stok cadangan pangan dan pengendalian
harga daerah. Indikasi ketahanan pangan mencakup produksi dalam negeri dari
hasil tanaman padi, jagung, kedelai, gula, daging sapi dan produksi perikanan.
Isu strategis bidang energi adalah ketepatan distribusi dan stabilitas harga bahan
bakar/energi, terutama LPG 3 kg.
15. Ekonomi
a. Isu UMKM
Perkembangan kontribusi sektor industri Kabupaten Wonosobo cenderung
mengalami penurunan selama periode 2010-2014.Isu strategisnya adalah
bagaimana meningkatkan produktivitas kabupaten. Usaha Mikro Kecil
Menengah dan Koperasi (UMKMK), menjadi ujung tombak daya saing. Isu
strategis adalah bagaimana menumbuhkan jumlah wirausaha di kalangan
muda yang berkelanjutan. Koperasi diharapkan menjadi lembaga penguat
tumbuhnya usaha mikro para wirausahawan pemula. Oleh karena itu
peningkatan kuantitas dan kualitas koperasi aktif harus dikondisikan.
b. Isu industri kreatif dan sertifikasi/standarisasi pengembangan industri
Terkait posisi geoekonomi Kabupaten Wonosobo, pengembangan industri
Kreatif untuk mendukung daya saing pasar pariwisata perlu diprioritaskan.
Hal yang mendesak dilakukan untuk peningkatan daya saing produk dan
jasa adalah penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) dalam rangka
penerapan Pasar Bebas Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) kepada pelaku

PERENCAN II-40
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO

usaha dalam distribusi dan peredaran produk barang dan jasa. Ketersediaan
tenaga kerja yang berkualitas sesuai kebutuhan dunia usaha industri masih
rendah. Keberhasilan dalam penanganan indistri kreatif di Kabupaten
Wonosobo, diharapkan dapat memberikan kontribusi ke pencapaian sasaran
RPJMN 2015-2019, melalui indikator sumbangan sector industri ke PDB
Nasional dan juga penambahan jumah industri kreatif yang masuk dalam
kategori skala industri menengah dan besar.
16. Isu ramah investasi
Isu ini berimplikasi pada ketersediaan sistem informasi layanan investasi yang
terintegrasi dan ramah pasar berbasis pada keunggulan daerah (core
competence) juga urgen untuk penguatan daya saing daerah.
17. Isu pasar dan komoditas
Isu ini sebagai penopang daya saing daerah. Oleh karena itu revitalisasi dan
rehabilitasi pasar tradisional, ketersediaan stok komoditas pangan, dan
terjaganya pengendalian harga merupakan isu strategis.

2.15 Pembiayaan Pembangunan Daerah


Pengertian sempit pembiayaan pembangunan daerah merupakan usaha pemerintah
untuk menyediakan dana dimana dana tersebut digunakan untuk membiayai pembangunan
dengan mengeluarkan APBN/D dengan cara menutup defisit anggaran. Dalam pengertian
ini adalah bahwa pemerintah melakukan usaha untuk menutup defisit anggaran untuk
membiayai pembangunan dari sumber utang dan non-utang. Sedangkan dalam pengertian
luas tersebut berarti usaha pemerintah dalam menyediakan dana untuk membiayai
pembangunan di wilayahnya dengan menggunakan sumber-sumber dari pendapatan
(revenue), utang (debt), dan kekayaan (equity) yang bersifat konvensional atau non-
konvensional. Dalam pengertian ini bahwa pada dasarnya pemerintah menyadari
pembiayaan pembangunan tidak cukup hanya dari APBN/D saja, juga harus melibatkan
aktor lain di luar pemerintah bahkan asing. Pembiayaan pembangunan model ini bisa
berasal dari APBN dan diluar APBN.
2.15.1 APBN
Berdasarkan DR. Tjahjanulin Domai, MS pada Modul Pengelolaan Keuangan
Daerah Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang telah disetujui oleh DPR.

PERENCAN II-41
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KERTEK
KABUPATEN WONSOBO

Pendapatan negara merupakan suatu hak pemerintahan pusat yang telah diakui sebagai
penambahan nilai kekayaan bersih. Belanja negara merupakan suatu kewajian
pemerintahan pusat yang telah diakui sebagai pengurangan nilai kekayaan bersih.
2.15.2 APBD
Berdasarkan DR. Tjahjanulin Domai, MS pada Modul Pengelolaan
Keuangan Daerah Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Anggaran Pendapatan dan
Belanja Pemerintah daerah merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah
daerah dan disetujui oleh DPRD tingkat Provinsi/ Kabupaten / Kota. Pendapatan
daerah merupakan hak pemerintah daerah yang telah diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih. Belanja daerah merupakan kewajiban pemerintah daerah yang
telah diakui sebagai nilai dari pengurangan kekayaan bersih.
2.15.3 Hutang atau Pinjaman Daerah
Menurut Permendagri 13 tahun 2006 , Permendagri 59/2007, dan
Permendagri 21/2011 hutang atau pinjaman daerah adalah jumlah uang yang wajib
dibayar pemerintah daerah dan atau kewajiban pemerintah daerah yang dapat
dinilai dengan uang berdasarkan peraturan perundang-undangan, perjanjian, atau
berdasarkan sebab lainnya yang sah.Sedangkan menurut PP No. 105 tahun 2000
tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah hutang atau
pinjaman daerah adalah Jumlah uang yang wajib dibayar Daerah sebagai akibat
penyerahan uang, barang dan/atau jasa kepada Daerah atau akibat lainnya
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

PERENCAN II-42
AAN
WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS

Anda mungkin juga menyukai