Bagian ini menjabarkan mengenai tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang
Kecamatan Banyuresmi.
Bagian ini menjelaskan mengenai rencana pola ruang yang dijabarkan per zona
peruntukkan sesuai rancangan RDTR Kecamatan Banyuresmi.
Bagian ini menjabarkan Rencana Jaringan Prasarana dijelaskan dari rencana jaringan
pergerakan hingga rencana jaringan sistem prasarana seperti drainase, air limbah dsb. sesuai
rancangan RDTR Kecamatan Banyuresmi.
Bagian ini merupakan acuan dalam mewujudkan rencana yang terdiri atas program
perwujudan,lokasi, sumber pendanaan,instansi pelaksana, waktu dan tahapan pelaksanaan.
Bagian ini mengatur bentuk penindakkan dari pelanggaran rencana tata ruang berupa
sanksi administratif, sanksi pidana serta penjelasan mengenai penyidikan tindak
pidana di bidang tata ruang.
Bagian ini menjelaskan tentang ketentuan peralihan yang berlaku dan berkaitan
dengan Rancangan Perda Kecamatan Banyuresmi tentang RDTR Kecamatan
Banyuresmi
A. Pengertian
Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Banyuresmi
memuat beberapa istilah tata ruang yang perlu diketahui di antaranya :
19. Koefisien Daerah Hijau (KDH) adalah angka persentase perbandingan antara
luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung yang diperuntukkan bagi
pertamanan/ penghijauan dan luas tanah perpetakan/ daerah perencanaan yang
dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan;
20. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah angka persentase perbandingan antara
luas seluruh lantai bangunan gedung dan luas tanah perpetakan/daerah
perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan renca tata bangunan dan
lingkungan;
21. Lingkungan adalah bagian dari wilayah kabupaten/kota yang merupakan
kesatuan ruang untuk suatu kehidupan dan penghidupan tertentu dalam suatu
sistem pengembangan kabupaten/kota secara keseluruhan;
22. Masyarakat adalah orang perorangan, kelompok orang termasuk masyarakat,
hukum adat, badab hukum atay badan usaha, lembaga, dan organisasi yang
berkepentingan dengan penyelenggaraan bangunan gedung;
23. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam
bidang penataan ruang;
24. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola
ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan
program beserta pembiayaannya;
25. Pemerintah daerah adalah Gubernur/walikota dan perangkat daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah;
26. Pemerintah pusat selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
27. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang;
28. Pengaturan zonasi adalah ketentuan tentang persyaratan pemanfaatan ruang
sektoral dan ketentuan persyaratan pemanfaatan ruang untuk setiap blok yang
penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang;
29. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata
ruang;
30. Penggunaan lahan adalah fungsi dominan dengan ketentuan khusus yang
ditetapkan pada suatu kawasan, blok peruntukan, dan/atau persil;
31. Peran masyarakat adalah berbagai kegiatan masyarakat, yang timbul atas
kehendak dan keinginan sendiri di tengah masyarakat sesuai dengan hak dan
kewajiban dalam penyelenggaraan penataan ruang;
32. Peraturan zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan
pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap
blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang;
33. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang
dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang;
34. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari
satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta
mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan
perdesaan;
35. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari pemukiman, baik
perkotaan maupun pedesaan yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan
utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni;
36. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budi daya;
37. Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang
memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya;
38. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang;
39. Rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota adalah rencana tata ruang memuat
kebijakan dan penetapan Pemerintahan Kabupaten/Kota mengenai lokasi
kawasan-kawasan yang harus dilindungi di wilayah darat dan/atau wilayah laut,
lokasi pengembangan kawasan budidaya, termasuk dalamnya kawasan-kawasan
produksi dan kawasan permukiman, sistem prasarana transportasi, fasilitas dan
utilitas umum, serta kawasan-kawasan di wilayah darat dan wilayah laut yang
diprioritaskan pengembangannya dalam kurun waktu rencana;
40. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia
dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan
hidupnya;
41. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah panduan rancang
bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan
pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi
pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan
53. Zonasi adalah pembagian kawasan ke dalam beberapa zona sesuai dengan fungsi
dan karakteristik semula atau diarahkan bagi pengembangan fungsi-fungsi lain.
B. Jangka Waktu
RDTR berlaku dalam jangka waktu 20 (dua puluh) tahun dan ditinjau kembali setiap 5
(lima) tahun. Peninjauan kembali RDTR dapat dilakukan lebih dari 1 (satu) kali dalam 5
(lima) tahun jika :
Tujuan penataan ruang berfungsi sebagai acuan untuk penyusunan rencana struktur ruang,
rencana jaringan prasarana, rencana pola ruang, penetapan bagian dari wilayah RDTR
yang diprioritaskan penanganannya, ketentuan pemanfaatan ruang dan penyusunan
peraturan zonasi serta menjaga konsistensi dan keserasian pembangunan kawasan
perkotaan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota. Tujuan penataan ruang
BWP Banyuresmi yaitu:
Tujuan penataan BWP Banyuresmi ini merupakan tujuan bersama yang ingin dicapai dari
hasil perencanaan yang akan diwujudkan melalui proses pemanfaatan dan pengendalian
ruang. Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang BWP Banyuresmi, maka disusun
kebijakan penataan ruang. Kebijakan penataan ruang BWP Banyuresmi meliputi:
Luas
No. Desa Ketinggian
(Hektar)
1 Ds. Sukasenang 500 - 1000 m 315,53
2 Ds. Sukaratu 500 - 1000 m 356,58
3 Ds. Cipicung 500 - 1000 m 232,84
4 Ds. Pamekarsari 500 - 1000 m 316,1
5 Ds. Bageundit 500 - 1000 m 230,77
6 Ds. Sukamukti 500 - 1000 m 300,53
500 - 1000 m 341,97
7 Ds. Sukaraja
1000 - 1500 m 59,45
8 Ds. Binakarya 500 - 1000 m 269,02
9 Ds. Banyuresmi 500 - 1000 m 248,82
10 Ds. Karyamukti 500 - 1000 m 223,84
11 Ds. Dangdeur 500 - 1000 m 334,7
12 Ds. Cimareme 500 - 1000 m 315,01
13 Ds. Karyasari 500 - 1000 m 276,95
A. Struktur Ruang
Rencana struktur ruang terdiri atas rencana system pusat pelayanan, rencana jaringan
transportasi, dan rencana sistem jaringan prasarana.
Dalam lingkup rencana detail tata ruang, rencana pengembangan pusat pelayanan pada
BWP Banyuresmi ini meliputi :
Tata guna lahan memiliki kaitan erat dengan rencana transportasi, seperti rencana
pelebaran jalan ataupun rencana pembuatan jalan. Tata guna lahan dapat menentukan
sebaran pergerakan, bangkitan dan tarikan terhadap suatu zona. Pengkonsentrasian
aktifitas masyarakat pada suatu zona dapat menjadi dasar untuk menetukan sirkulasi
kendaraan. Di samping itu, rencana pelebaran jalan dan upaya pembebasan lahan akan
sangat berkaitan dengan penggunaan dan pemilikan lahan yang berada di sisi-sisi ruas
jalan.
• Jalan Garut-Bandung
• Karangpawitan - Banyuresmi;
3. Peningkatan fungsi ruas jalan menjadi kolektor primer 4 (empat) terdiri atas:
• Cipicung - Wanaraja;
Rencana sistem perparkiran di Zona Perdagangan dan Jasa Skala BWP pada
SBWP A yang terdiri dari:
o Pembebasan dari seluruh kegiatan parkir pola on street
o Mewajibkan parkir kendaraan di dalam kavling/perpetakan (off street
parking) untuk bangunan fungsi rumah tinggal.
o Mewajibkan kepada setiap lingkungan/ kompleks perdagangan,
komersial dan fungsi umumnya lainnya yang banyak mendatangkan
pergerakan, untuk menyediakan ruang parkir kendaraan di dalam kaling/
perpetakan masing-masing dengan penataan pavement dan vegetasi
sebagai elemen landscape untuk fungsi peneduh dan estetika lingkungan.
o Rencana parkir luar berada antara badan jalan dan jalur pedestrian
(Dawasja) dengan lebar 5 m yang dianggap cukup proposional untuk
perputaran kendaraan roda 4 dan roda 2, sistem parkir ini diarahkan pada
bangunan lingkungan/kompleks publik seperti bangunan pusat
perdagangan & pertokoan
o Rencana parkir dalam terdapat di dalam kavling/ perpetakan (Dawasja),
sistem parkir ini diarah bangunan private dan bangunan umum seperti
bangunan perkantoran, sosial dan komersial lainnya.
Rencana tempat penyeberangan
Jalur penyeberangan merupakan jembatan atau jalur yang digunakan untuk
melindungi para pejalan kaki yang akan menyeberang untuk melakukan
aktivitas. Jalur penyebrangan yang terdapat di BWP Banyuresmi adalah pusat
perdagangan dan jasa SBWP A dan depan sekolah dan kantor-kantor
pemerintahan. Keberadaan jalur penyeberangan ini masih belum memadai
karena tidak semua lokasi-lokasi yang memerlukan sudah dilengkapi dengan
jalur penyeberangan. Khusus untuk penyeberangan di depan fasilitas
pendidikan diarahkan penentuan zona selamat sekolah (ZSS).
o Lebar pedestrian adalah 2 m pada kiri dan kanan jalan masuk Kawasan
perdagangan dengan jalur yang searah (jalur di sebelah kanan untuk
menuju masuk kawasan dan jalur di sebelah kiri untuk menuju ke arah
luar kawasan) sehingga lebar 2 m dapat optimal.
Perencanaan energi listrik BWP di Banyuresmi antara lain untuk keperluan domestik dan
non domestik. Untuk keperluan domestik, perencanaan energi listrik dibedakan
berdasarkan tipe rumahnya, dengan asumsi bahwa semakin besar tipe rumah, kebutuhan
listriknya akan besar pula demikian pula sebaliknya.
Kebutuhan energi listrik di kawasan perencanaan sampai akhir tahun perencanaan 2040
agar dapat melayani kebutuhan listrik sebesar 20,624 KVA.
Gardu Hubung yang berfungsi untuk membagi daya listrik dari Gardu Induk
Gardu Distribusi yang berfungsi untuk menyalurkan atau menghubungkan daya
listrik tegangan rendah ke konsumen/masyarakat
c. Rencana pendistribusian jaringan listrik biar dapat diakses ke setiap wilayah di BWP
Banyuresmi
e. Jaringan listrik atau kabel distribusi listrik ke permukiman penduduk mengikuti jalan
koridor utama maupun jalan lingkungan.
f. Kabel utama yang menghubungkan suplai utama dengan suplai tegangan di tiap-tiap
gardu pembangkit, jaringan distribusinya melalui jaringan bawah tanah.
BWP Banyuresmi merupakan bagian dari DAS Cimanuk, Wilayah BWP Banyuresmi
memiliki 3 jenis kondisi hidrologi yaitu daerah aman, daerah resapam dan bukan
cekungan. Kecamatan Buah Dua memiliki potensi sumber mata air yang cukup berlimpah
di tiap-tiap desa namun belum terkelola dan belum dimanfaatkan dengan optimal.
Rencana pengembangan sistem jaringan air baku di BWP Banyuresmi, yaitu meliputi:
Pembangunan jaringan air bersih yang berasal dari sumber Mata Air/Sungai yang
dialirkan melalui jaringan perpipaan ditampung dibak/bangunan penangkap mata air
(broncaptring), kemudian dialirkan melalui perpiaan ke bak penampung (reservoir) untuk
didistribusikan ke rumah penduduk atau MCK yang ada.
Rencana pengembangan sistem jaringan sampah 20 tahun yang akan datang di BWP
Banyuresmi seharusnya diarahkan melalui konsep pelibatan masyarakat dalam mengelola
dan mendayagunakan produksi sampah secara kualitas maupun kuantitas. Sehingga
dengan konsep pengelolaan sampah tersebut maka di BWP Banyuresmi, sampah bukan
menjadi masalah akan tetapi sampah akan menjadi berkah. Berikut adalah rencana
pengelolaan sampah di BWP Banyuresmi, yaitu sebagai berikut:
1. Pengembangan TPS di BWP Banyuresmi menjadi TPS3R seperti pada TPS
Kwarasan. Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2013
tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, TPS harus
memenuhi kriteria teknis:
Ruang evakuasi skala kota dapat memanfaatkan ruang terbuka publik yang cukup besar
seperti di alun-alun kota, di lapangan-lapangan olahraga, halaman/gedung sekolah, dan
lain-lain.
Zona konservasi di BWP Banyuresmi merupakan Sub Zona Cagar ALam (KS-1) seluas
68,97 Ha atau 0,92 % dari luas total BWP yang berada di SBWP B Blok B.5.
RTH Publik
Lokasi dari rencana pengembangan ruang terbuka hijau untuk pemakaman terletak:
‐ SBWP A Blok A.1, Blok A.2, Blok A.3, Blok A.4, Blok A.5, Blok A.6, Blok
A.7, Blok A.8, Blok A.9
2. Luas RTH Fungsi Tertentu di Rencana Pola Ruang Kecamatan Banyuresmi:
Luas rencana zona ruang terbuka hijau untuk pemakaman di Kawasan perencanaan
adalah sebesar 0,10 Ha.
B.1.5. Zona Rawan Gerakan Tanah
1. Lokasi Rawan Bencana Gerakan Tanah Tinggi di Rencana Pola Ruang Kecamatan
Banyuresmi :
Lokasi dari rencana pengembangan rawan bencana gerakan tanah tinggi terletak:
‐ SBWP A Blok A.1, Blok A.2, Blok A.3, Blok A.4, Blok A.5, Blok A.6, Blok
A.7, Blok A.8, Blok A.9
‐ SBWP B Blok B.3 dan Blok B.6
2. Luas Rawan Bencana Gerakan Tanah Tinggi di Rencana Pola Ruang Kecamatan
Banyuresmi :
Luas rencana zona rawan gerakan tanah tinggi di Kawasan perencanaan adalah
sebesar 267,63 Ha atau 3,58% dari luas total BWP.
Lokasi dan luas yang direncanakan untuk zona sarana pelayanan umum (SPU) di
kawasan perencanaan adalah sebagai berikut :
Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya difungsikan untuk
pengembangan kegiatan pelayanan pemerintahan dan tempat bekerja/berusaha, tempat
berusaha, dilengkapi dengan fasilitas umum/sosial pendukungnya.
SBWP A Blok A.1, Blok A.2, Blok A.3, Blok A.4, Blok A.5, Blok A.6, Blok
A.7, Blok A.8, Blok A.9, Blok A.11 dan Blok A.12
SBWP B Blok B-1, B-2, B-3
SBWP C Blok C.1 , Blok C.2, Blok C.3, Blok C.5, Blok C.6, Blok C.7, Blok
C.8
- Pertanian Perkebunan (P-3):
SBWP A Blok A.1, Blok A.2, Blok A.3, Blok A.4, Blok A.5, Blok A.6, Blok
A.7, Blok A.8, Blok A.9
SBWP B Blok B.3 dan Blok B.5
SBWP C Blok C.2, Blok C.3, Blok C.5, Blok C.6, Blok C.7, Blok C.8
2. Luas Zona Pertanian di Kecamatan Banyuresmi:
Luas rencana pengembangan zona pertanian di BWP Banyuresmi adalah 1.449,64 Ha
atau 19,41 % dari luas total BWP Banyuresmi. Untuk lebih rincinya masing-masing
zona yaitu sebagai berikut:
- LP2B (P-1.1):
SBWP A 465,38 Ha
SBWP B 62,35 Ha
SBWP C 295,41 Ha
- LC2B (P-1.2):
SBWP A 117,09 Ha
SBWP B 62,06 Ha
SBWP C 166,81 Ha
- Pertanian Perkebunan (P-3):
SBWP A 6,27 Ha
SBWP B 67,80 Ha
SBWP C 206,48 Ha
Zona Pertahanan Dan Keamanan (HK) adalah peruntukan tanah yang merupakan bagian
dari kawasan budi daya yang dikembangkan untuk menjamin kegiatan dan
pengembangan bidang pertahanan dan keamanan seperti kantor, instalasi hankam,
termasuk tempat latihan baik pada tingkat nasional, Lanud, Kodam, Korem, Koramil, dsb
Distribusi lokasi Sub Zona Pertahanan Dan Keamanan di BWP Banyuresmi diarahkan
pada SBWP A Blok A-1 seluas 0,10 Ha.