Anda di halaman 1dari 10

Landasan Gambaran

Pendahuluan Metodologi Rencana Kerja


Teori Umum
Laporan Pendahuluan

BAB 4
METODOL
OGI

PENYUSUNAN KAJIAN PENGOPERASIAN BRT DI KOTA


4.1
CIREBON
Landasan Gambaran
Pendahuluan Metodologi Rencana Kerja
Teori Umum
Laporan Pendahuluan

4.1 PENDEKATAN PEKERJAAN


Pada akhir-akhir ini persaingan antarmoda angkutan udara, darat, laut, dan kereta api pada
beberapa rute menjadi isu yang menarik. Misalnya pada persaingan antara angkutan udara,
angkutan jalan, dan angkutan KA, sedangkan persaingan antarmoda lain yang muncul
adalah antara transportasi air/sungai dengan transportasi jalan. Pada awalnya dominasi
transportasi yang digunakan di kedua wilayah tersebut adalah transportasi sungai karena
kondisi geografis yang lebih mendukung pengembangan transportasi air dibandingkan
dengan transportasi jalan. Perkembangan teknologi dan kebutuhan masyarakat akan layanan
yang sifatnya door to door services menyebabkan terjadi perpindahan dominasi penggunaan
moda transportasi dari transportasi sungai ke transportasi jalan. Hal tersebut didukung pula
oleh program pengembangan infrastruktur transportasi yang saat ini lebih diarahkan pada
pengembangan infrastruktur jalan dibandingkan dengan pengembangan infrastruktur
transportasi sungai seperti dermaga, alur pelayaran, fasilitas perambuan dan sebagainya. Hal
ini menyebabkan tingkat kapasitas yang dapat didukung dermaga menurun, panjang
pelayaran menjadi semakin berkurang karena efek pendangkalan (kurangnya perawatan alur
pelayaran), tingkat keselamatan dan kenyamanan juga menurun karena banyak rambu yang
tertutup semak dan tumbuhan enceng gondok. Permasalahan yang sama akan timbul pada
rute-rute lain yang mempunyai potensi persaingan antar moda, sehingga dikhawatirkan
dampaknya akan memburuk apabila tidak segera disikapi secara bijak.

Dalam ilmu ekonomi, produksi jasa angkutan adalah sebagai kebutuhan turunan ( derived
demand), artinya kebutuhan yang disebabkan oleh kebutuhan yang lain. Dengan demikian
maka orang yang memakai jasa angkutan akan memilih jenis moda angkutan yang sesuai
bagi dirinya dalam hal pelayanan maupun daya belinya. Sehingga dalam persaingan produksi
barang atau jasa yang sifatnya subtitusi, maka faktor harga (tarif) adalah sangat
menentukan. Hasil studi Puslitbang Perhubungan Darat menunjukkan bahwa masing-masing
moda mempunyai karakteristik, keunggulan dan kekurangan masing-masing. Secara teknis
tidak ada satu moda yang unggul secara mutlak. Teknologi yang digunakan terkait erat
dengan harga yang harus dibayarkan. Karakteristik untuk masing-masing moda dapat
ditunjukkan dalam tabel berikut.

Tabel 4.1 Karakteristik Moda


Moda
No Variabel Pesawat
Bis Kereta Api Kapal
Udara
1 Biaya operasi 33 118 294 365-399
(Rp./seat-km)
2 Kapasitas angkut 22 400 100-150 120-160
(penumpang)
3 Kecepatan rata-rata 60-70, 70-80, 35 (tergantung 700 (B-737)
(km/jam) tergantung tergantung cuaca

PENYUSUNAN KAJIAN PENGOPERASIAN BRT DI KOTA


4.2
CIREBON
Landasan Gambaran
Pendahuluan Metodologi Rencana Kerja
Teori Umum
Laporan Pendahuluan

Moda
No Variabel Pesawat
Bis Kereta Api Kapal
Udara
kondisi lalin kepadatan lintas dan ukuran
mesin
kapal)
4 Kebutuhan Relatif tidak Memerlukan Memerlukan Memerlukan
prasarana/fasilitas memerlukan prasarana prasarana prasarana
untuk prasarana khusus khusus khusus
operasi sarana khusus, (jalan rel) yang (pelabuhan) (bandara) yang
kecuali jaringan didukung yang didukung
jalan yang persinyalan didukung fasilitas
digunakan dan komunikasi fasilitas keselamatan
pengguna keselamatan penerbangan
lainnya pelayaran
5 Sifat pelayanan Lokal, relatif Relatif lokal, Regional scale, Regional scale,
door-to door point to point point
services point services to point only to point only
(stasiun (pelabuhan (bandara
ke stasiun) memerlukan ke bandara),
memerlukan sarana memerlukan
sarana pendukung sarana
pendukung untuk pendukung
untuk mencapai untuk
mencapai tujuan akhir mencapai
tujuan akhir perjalanan tujuan akhir
perjalanan
6 Polusi (udara) yang Tinggi, single Relatif rendah, Relatif rendah, Relatif tinggi,
ditimbulkan engine per single single meskipun single
vehicle, engine per engine per engine per
sifat lokal, rangkaian, vehicle tapi vehicle
regional sifat lokal, kapasitas konsumsi BB
regional angkut tinggi,
tinggi, sifat sifat lokal,
lokal, regional,
regional, nasional, global
nasional
7 Keselamatan(operasi) Relatif rendah, Relatif tinggi, Relatif tinggi, Tinggi,
sangat karena menerapkan menerapkan
tergantung mempunyai prosedur prosedur
pada kondisi lintasan keselamatan keselamatan
lalin sendiri dan yang yang baku
selama menerapkan baku
perjalanan prosedur
dan perilaku keselamatan
pengemudi yang
baku
8 Aksesibilitas ke Angkutan Angkutan Angkutan Angkutan
prasarana/fasilitas pribadi, pribadi, pribadi, pribadi,
Angkutan Umum Angkutan AU khusus AU khusus
Umum (taksi/DAMRI) (taksi/DAMRI)
9 Kemudahan Tinggi, via agen Tinggi, via agen Realtif tinggi, Tinggi, via agen
mendapatkan seat bis atau atau langsung via agen perjalanan via
langsung stasiun perjalanan/ telpon
terminal PELNI
10 Kenyamanan Sangat tinggi, Tinggi, barang Tinggi, barang Rata-rata,
barang bawaan bawaan relatif bawaan relatif barang
relatif banyak banyak banyak bawaan (kabin)
terbatas
11 Frekuensi pelayanan Harian Harian Mingguan Harian
(keberangkatan (keberangkatan (keberangkatan
sore hari) sore relatif
hari) tiap jam)
12 Nilai waktu Cukup tinggi Cukup tinggi Rendah Tinggi
Sumber : Puslitbang Perhubungan Darat, 2011

PENYUSUNAN KAJIAN PENGOPERASIAN BRT DI KOTA


4.3
CIREBON
Landasan Gambaran
Pendahuluan Metodologi Rencana Kerja
Teori Umum
Laporan Pendahuluan

Karakteristik moda tersebut memberikan konsekuensi pemilihan moda sesuai dengan


kebutuhan, yaitu angkutan jalan bersifat door to door service dan cocok untuk seluruh
kondisi, angkutan KA cocok untuk angkutan perkotaan dan cocok pula untuk jarak
menengah. Angkutan laut cocok untuk kegiatan pengangkutan barang dengan volume tinggi
yang tidak terlalu dipengaruhi oleh waktu. Angkutan udara cocok untuk jarak menengah dan
jarak jauh.

Penyebab terjadinya persaingan yang mengakibatkan perpindahan penumpang angkutan


laut atau darat ke angkutan udara ialah terjadinya tingkat besaran tarif yang hampir sama
atau tidak jauh berbeda antara moda tersebut pada kondisi ekonomi saat sekarang ini. Oleh
karena itu, dengan memahami bentuk persaingan antar moda yang seperti diuraikan
sebelumnya, maka dapat dibuat pilihan penyelesaian masalah tersebut sebagai dasar
mengambil kebijaksanaan, yaitu:
a. Dengan mengakui mekanisme pasar, yakni dengan mengakui keunggulan masing-
masing moda sehingga arah kebijakan pembangunan moda difokuskan pada keunggulan
masing-masing moda sampai tercapai sinergi baru dalam pembangunan transportasi
berkelanjutan.
b. Dengan mengendalikan elastisitas silang ( cross elasticity), yakni dengan memahami
peranan angka cross elasticity maka eksistensi moda transportasi lain dapat
dipertahankan. Peran penentu dalam pengendalian angka elastisitas adalah harga.
Kebijakan yang dapat menahan kebebasan penentuan besaran harga jual produksi jasa
angkutan udara adalah dengan adanya aturan pemerintah yang membuat batasan harga
yang paling rendah yang boleh ditawarkan oleh perusahaan angkutan udara kepada
konsumen. Dengan demikian diharapkan kalaupun terjadi perpindahan moda dari
angkutan darat atau laut ke angkutan udara, adalah bukan disebabkan oleh adanya tarif
angkutan udara akan tetapi lebih karena tingkat pendapatan konsumen yang bertambah
(daya beli meningkat).

Mencermati tren yang berkembang di masyarakat mengenai persaingan antar moda,


khususnya mengenai tarif, kapasitas, ketepatan waktu serta kenyamanan dan aksesibilitas,
sudah seharusnya menyusun klasifikasi dan spesifikasi layanan yang diberikan dengan
mempertimbangkan berbagai keunggulan dari masing–masing moda. Untuk itu diperlukan
kebijakan pemerintah yang secara tegas mengatur operasi, tarif dan spesifikasi layanan agar
persaingan tidak semakin meruncing melainkan menjadi komplementer antar satu moda
dengan moda yang lain. Untuk mensinergikan integritas antarmoda, perlu fasilitas

PENYUSUNAN KAJIAN PENGOPERASIAN BRT DI KOTA


4.4
CIREBON
Landasan Gambaran
Pendahuluan Metodologi Rencana Kerja
Teori Umum
Laporan Pendahuluan
(infrastruktur) yang memadai sehingga hambatan-hambatan geografis dapat diminimalkan
untuk memaksimalkan transportasi dalam melancarkan distribusi orang maupun barang.

4.2 METODOLOGI
4.2.1 Survey Pendahuluan
Survey Pendahuluan atau Reconnaissance Survey adalah survey yang dilakukan pada awal
pekerjaan dilokasi pekerjaan, yang bertujuan untuk memperoleh data awal sebagai bagian
penting bahan kajian kelayakan teknis untuk bahan pekerjaan selanjutnya Survey ini
diharapkan mampu memberikan saran dan bahan pertimbangan terhadap survey detail
lanjutan. Tim melaksanakan koordinasi dan konfirmasi dengan instansi / unsur - unsur
terkait di daerah sehubungan dengan dilaksanakannya survey pendahuluan.

Tim bersama-sama melaksanakan survey dan mendiskusikannya serta membuat usulan


perencanaan di lapangan bagian demi bagian sesuai dengan bidang keahliannya masing-
masing serta membuat sketsa dilengkapi catatan-catatan dan kalau perlu membuat tanda di
lapangan berupa patok serta dilengkapi foto – foto penting dan identitasnya masing-masing
yang akan dioptimalkan di kantor sebagai bahan penyusunan laporan setelah kembali.
Adapun survey pendahuluan untuk masing – masing bagian.

Melakukan pengamatan di Kota Cirebon untuk mengetahui kondisi eksisting sebagai dasar
perumusan masalah. Pengamatan dilakukan dengan mengamati kondisi eksisting
transportasi di Kota Cirebon baik dari segi sarana maupun prasarana. Selain melakukan
pengamatan dilakukan pula studi literatur terkait permasalahan transportasi perkotaan dan
alternatif solusi pemecahan masalahnya terutama literatur terkait perencanaan angkutan
massal yang telah dilakukan di wilayah-wilayah lain.

4.2.2 Survey Detail


a) Survei Statis Angkutan Umum
Survei Statis merupakan survei penunjang keterkait pelayanan angkutan umum.
Tujuannya untuk mengetahui kinerja pelayanan angkutan umum yang telah
beroperasi di wilayah studi.
b) Survei Dinamis Angkutan Umum
Dilaksanakannya survai dinamis adalah untuk mendapatkan data kinerja pelayanan
angkutan dengan maksud mengetahui:
a. Jumlah penumpang yang diangkut pada trayek tertentu, yaitu; total penumpang
yang naik dan turun dalam suatu trayek. Total penumpang naik/turun yang
diperoleh dari survai ini dapat berupa total penumpang per hari, yang dapat

PENYUSUNAN KAJIAN PENGOPERASIAN BRT DI KOTA


4.5
CIREBON
Landasan Gambaran
Pendahuluan Metodologi Rencana Kerja
Teori Umum
Laporan Pendahuluan

digunakan untuk menghitung tarif angkutan, maupun total penumpang pada


jam -jam sibuk dan tidak sibuk, yang dapat digunakan untuk perencanaan trayek
angkutan, serta untuk mengetahui tingkat kepenuh-sesakan kendaraan;
b. Waktu perjalanan, yaitu: total waktu yang digunakan untuk melayani suatu
trayek tertentu dalam sekali jalan, termasuk tundaan, waktu berhenti untuk
menaikkan dan menurunkan penumpang; dan
c. Produktivitas ruas pada setiap trayek, yaitu: total penumpang yang naik dan
turun per waktu pelayanan pada setiap segmen/ruas atau total peumpang naik
dan turun per km pelayanan.
c) Survei Wawancara Rumah Tangga
Survei wawancara rumah tangga merupakan survei yang dilakukan dengan
mewawancarai penduduk Kota Cirebon dengan jumlah sampel yang telah ditentukan.
Sampel ditentukan berdasarkan tiap zona yang jumlahnya berbeda sesuai dengan
populasi penduduk yang berada pada zona tersebut. Pelaksanaan survei wawancara
dilakukan dengan melakukan wawancara ke tiap-tiap rumah di wilayah studi.
Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah
disusun dalam bentuk formulir, dengan waktu pelaksanaan di tiap rumah sekitar 15 –
20 menit.
d) Survei Wawancara Tepi Jalan
Survei wawancara tepi jalan dilakukan untuk daerah kordon luar pada wilayah studi
dengan cara memberhentikan kendaraan yang melewati lokasi survei dan melakukan
wawancara kepada pengemudi atau penumpang kendaraan mengenai rincian
informasi perjalanan menurut daftar pertanyaan yang telah disiapkan. Pada penelitian
ini data yang digunakan adalah data wawancara terhadap pergerakan orang.
e) Survei Inventarisasi Jalan
Survei inventarisasi dilakukan di seluruh ruas jalan di Kota Cirebon untuk mengetahui
ruas mana saja yang dapat digunakan untuk pengoperasian angkutan massal. Survei
ini dilakukan dengan mencatat dimensi jalan. Data yang dibutuhkan antara lain :
(1) Panjang jalan;
(2) Lebar jalan;
(3) Tipe jalan;
(4) Lebar trotoar;
(5) Lebar median; dan
(6) Jenis perkerasan jalan.

PENYUSUNAN KAJIAN PENGOPERASIAN BRT DI KOTA


4.6
CIREBON
Landasan Gambaran
Pendahuluan Metodologi Rencana Kerja
Teori Umum
Laporan Pendahuluan
4.2.3 Data Primer
Data primer yang dimaksud pada penelitian ini merupakan data yang diperoleh langsung dari
responden terkait keinginan dan harapan masyarakat mengenai rencana pengoperasian
angkutan massal/BRT di Kota Cirebon. Adapun metode pengumpulan data-data tersebut
adalah sebagai berikut:
a) Survei Wawancara State of Preference Kebersediaan Berpindah dari Kendaraan
Pribadi ke Angkutan Umum
Survei ini dilakukan dengan cara mewawancarai pengguna kendaraan pribadi,
angkutan umum dan masyarakat guna mengetahui demand dari tingkat kebersediaan
berpindah jika telah dilakukan peningkatan pelayanan angkutan umum.Survei
wawancara ini dilakukan dengan metode pengisian kuisoner yang di tujukan kepada
responden dengan pembagian pertanyaan sebagai berikut:
(1) Data Responden
Data responden di tujukan untuk mengetahui tentang identitas responden:
1) Jenis kelamin;
2) Umur;
3) Pendidikan;
4) Pekerjaan;
5) Kendaraan yang digunakan;
6) Pendapatan dalam satu bulan;
7) Banyak perjalanan dalam sehari;
8) Maksud perjalanan; dan
9) Alasan tidak menggunakan angkutan umum;
(2) Data Pengguna Angkutan Umum
Data Pengguna angkutan umum ini ditujukan untuk mengetahui tingkat
penggunaan angkutan umum, meliputi:
1) Tingkat keseringan menggunakan angkutan umum;
2) Banyak perjalanan menggunakan angkutan umum;
3) Alasan penggunaan angkutan umum; dan
4) Maksud perjalanan dengan menggunakan angkutan umum;
(3) Pelayanan Angkutan Umum
Data ini ditujukan untuk mengetahui penilaian responden akan pelayanan
angkutan umum saat ini yang berisikan sebagai berikut:
1) Kondisi jalur yang digunakan sebagai rute angkutan umum;

PENYUSUNAN KAJIAN PENGOPERASIAN BRT DI KOTA


4.7
CIREBON
Landasan Gambaran
Pendahuluan Metodologi Rencana Kerja
Teori Umum
Laporan Pendahuluan

2) Keterjangkauan akan mendapatkan angkutan umum (Aksesibilitas);


3) Waktu menunggu untuk mendapatkan angkutan umum;
4) Lama perjalanan menggunakan angkutan umum guna menuju tempat
tujuan.
(4) Harapan Pelayanan Angkutan Umum dan Kebersediaan Berpindah
Data ini ditujukan untuk mengetahui harapan pengguna angkutan umum terkait
peningkatan pelayanan angkutan umum di Kota Cirebon dan kebersediaan
berpindah meggunakan angkutan umum jika sudah dilakukan peningkatan
pelayanan.

4.2.4 Penyusunan
1. Analisa Data Lapangan
Data – data yang diperoleh dari peninjauan lapangan maupun survey detail di
lapangan harus dianalisis untuk mendapatkan data yang dapat digunakan guna
menunjang kegiatan perencanaan.
2. Analisis Permintaan Angkutan
Hasil survey detail yang dilakukan harus dituangkan dalam bentuk gambar peta,
termasuk kontur dan potongan – potongan yang diperlukan dalam perencanaan.
3. Pelaporan Pendahuluan
Pelaporan pendahuluan berupa penyampaian Lap Awal kepada Dinas Perhubungan
Kota Cirebon.
4. Kegiatan Pelaporan
Setelah melakukan Survey, Pengukuran dan Data Lapangan, maka Konsultan harus
segera menuangkan dalam bentuk perencanaan detail termasuk gambar – gambar
yang bias digunakan dalam pelaksanaan.

PENYUSUNAN KAJIAN PENGOPERASIAN BRT DI KOTA


4.8
CIREBON
Landasan Gambaran
Pendahuluan Metodologi Rencana Kerja
Teori Umum
Laporan Pendahuluan

Gambar 4.1 Alur Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan Kajian Pengoperasian BRT di Kota Cirebon

PENYUSUNAN KAJIAN PENGOPERASIAN BRT DI KOTA


4.9
CIREBON
Landasan Gambaran
Pendahuluan Metodologi Rencana Kerja
Teori Umum
Laporan Pendahuluan

PENYUSUNAN KAJIAN PENGOPERASIAN BRT DI KOTA


4.10
CIREBON

Anda mungkin juga menyukai