Anda di halaman 1dari 12

Pemerintah Kabupaten Ende

Provinsi Nusa Tenggara Timur

1.1
BUKU RENCANA
KETENTUAN UMUM
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur

1.1 Maksud, Tujuan, dan Sasaran Penyusunan RDTR Kawasan Pariwisata Ende-Kelimutu

1.1.1. Maksud

Penyusunan RDTR Kawasan Pariwisata Ende – Kelimutu sebagai terusan atau


implementasi dari arahan produk rencana tata ruang di atasnya atau RTRW Kabupaten
Ende tahun 2011 – 2031.

1.1.2. Tujuan

Tujuan dari pekerjaan ini adalah menyusun rencana detail tata ruang sebagai dasar
kebijakan pengembangan dan operasionalisasi perwujudan pemanfaatan ruang di
Kawasan Pariwisata Ende-Kelimutu.
1.1.3. Sasaran

Sasaran yang hendak dicapai dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah:


a. Tersedianya materi teknis RDTR di Kawasan Pariwisata EndeKelimutu yang siap
menuju proses persetujuan substansi;
b. Tersusunnya rancangan peraturan kepala daerah dan naskah akademik tentang
RDTR di Kawasan Pariwisata Ende-Kelimutu;
c. Tersedianya album peta RDTR di Kawasan Pariwisata Ende-Kelimutu dengan skala 1
: 5.000;
d. Tersedianya dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS);

1.2 Ketentuan Umum Penyusunan RDTR


Secara garis besar, latarbelakang percepatan diperlukannya Materi Teknis RDTR dan PZ
Kawasan Pariwisata Ende-Kelimutu terkait dengan terbitnya Undang-undang No.11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja dan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang. Dengan adanya UU dan PP tersebut, Pemerintah Daerah harus memiliki perda
tentang RDTR sebagai instrumen pemanfaatan ruang yang operasional sebagai turunan dari RTRW
yang sifatnya belum operasional. Disebutkan di dalam Pasal 14 dalam UU 11/2020 bahwa KKPR
diberikan sebagai kesesuaian rencana lokasi kegiatan dan/atau usaha dengan RDTR. Dengan
begitu, dapat disimpulkan kedudukan RDTR sangat penting. Selain kedudukannya sebagai arahan
detail dari RTRW, RDTR juga sebagai acuan dalam memberikan ijin kepada pelaku usaha.

1.2
BUKU RENCANA
KETENTUAN UMUM
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur

1.2.1. Istilah dan Definisi

Dalam Rencana Detail Tata Ruang ini yang dimaksud dengan

1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan
makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
2. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
3. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
4. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
5. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi
masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.
6. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi
daya.
7. Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik spesifik.
8. Pengaturan Penataan Ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum bagi
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Masyarakat dalam Penataan Ruang.
9. Pembinaan Penataan Ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja Penataan
Ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan
Masyarakat.
10. Pelaksanaan Penataan Ruang adalah upaya percapaian tujuan Penataan Ruang
melalui pelaksanaan Perencanaan Tata Ruang, Pemanfaatan Ruang, dan
Pengendalian Pemanfaatan Ruang.
11. Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk menentukan Struktur Ruang dan
Pola Ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan RTR.
12. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan Struktur Ruang dan Pola Ruang
sesuai dengan RTR melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta
pembiayaannya.
13. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib Tata
Ruang.
14. Pengawasan Penataan Ruang adalah upaya agar Penyelenggaraan Pemanfaatan
Ruang dapat diwujudkan dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

1.3
BUKU RENCANA
KETENTUAN UMUM
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur

15. Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang adalah kesesuaian antara rencana kegiatan
Pemanfaatan Ruang dengan RTR.
16. Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang adalah dokumen yang
menyatakan kesesuaian antara rencana kegiatan Pemanfaatan Ruang dengan RDTR.
17. Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang adalah dokumen yang
menyatakan kesesuaian antara rencena kegiatan Pemanfaatan Ruang dengan RTR
selain RDTR.
18. Rekomendasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang adalah dokumen yang
menyatakan kesesuaian rencana kegiatan Pemanfaatan Ruang yang didasarkan pada
kebijakan nasional yang bersifat strategis dan belum diatur dalam RTR dengan
mempertimbangkan asas dan tujuan Penyelenggaraan Penataan Ruang.
19. Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut PZ Kabupaten/Kota
adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan
ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang
penetapan zonanya dalam rencana detail tata ruang.
20. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut RTRW
Kabupaten/Kota adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah
kabupaten/kota, yang mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana
Tata Ruang Pulau/Kepulauan, Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional, RTRW
Provinsi, dan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi.
21. Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya disingkat RDTR adalah rencana secara
terperinci tentang tata ruang wilayah kabupaten/kota yang dilengkapi dengan
peraturan zonasi kabupaten/kota.
22. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif
dan/atau aspek fungsional
23. Bagian Wilayah Perencanaan yang selanjutnya disingkat BWP adalah bagian dari
kabupaten/kota dan/atau kawasan strategis kabupaten/kota yang akan atau perlu
disusun RDTRnya, sesuai arahan atau yang ditetapkan di dalam RTRW
Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
24. Sub Bagian Wilayah Perencanaan yang selanjutnya disebut Sub BWP adalah bagian
dari BWP yang dibatasi dengan batasan fisik dan terdiri atas beberapa blok.

1.4
BUKU RENCANA
KETENTUAN UMUM
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur

25. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk masyarakat


hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan nonpemerintah lain dalam
penyelenggaran penataan ruang.
26. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
penataan ruang.
27. Gubernur adalah Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur.
28. Bupati adalah Bupati Kabupaten Ende.

1.2.2. Kedudukan RDTR dan Peraturan Zonasi

Setiap RTRW kabupaten/kota harus menetapkan bagian dari wilayah kabupaten/kota


yang perlu disusun RDTR-nya. Bagian dari wilayah yang akan disusun RDTR tersebut merupakan
kawasan perkotaan atau kawasan strategis kabupaten/kota. Kawasan strategis kabupaten/kota
dapat disusun RDTR apabila merupakan:

a. kawasan yang mempunyai ciri perkotaan atau direncanakan menjadi kawasan


perkotaan; dan
b. memenuhi kriteria lingkup wilayah perencanaan RDTR.

Kedudukan RDTR adalah sebagai rencana rinci dari Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten/Kota dan peraturan zonasi sebagai salah satu perangkat pengendalian pemanfaatan
ruang. Kedudukan RDTR dalam sistem perencanaan tata ruang dan sistem perencanaan
pembangunan nasional dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1.1 Kedudukan RDTR dalam sistem perencanaan tata ruang dan Sistem
perencanaan pembangunan nasional

1.5
BUKU RENCANA
KETENTUAN UMUM
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur

RDTR disusun apabila sesuai kebutuhan, RTRW kabupaten/kota perlu dilengkapi dengan
acuan lebih detil pengendalian pemanfaatan ruang kabupaten/kota. Dalam hal RTRW
kabupaten/kota memerlukan RDTR, maka disusun RDTR yang muatan materinya lengkap,
termasuk peraturan zonasi, sebagai salah satu dasar dalam pengendalian pemanfaatan ruang

RDTR merupakan rencana yang menetapkan blok pada kawasan fungsional sebagai
penjabaran kegiatan ke dalam wujud ruang yang memperhatikan keterkaitan antarkegiatan dalam
kawasan fungsional agar tercipta lingkungan yang harmonis antara kegiatan utama dan kegiatan
penunjang dalam kawasan fungsional tersebut.RDTR yang disusun lengkap dengan peraturan
zonasi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan untuk suatu BWP tertentu.

1.2.3. Fungsi dan Manfaat RDTR dan Peraturan Zonasi

RDTR dan peraturan zonasi berfungsi sebagai:

a. kendali mutu pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota berdasarkan RTRW;


b. acuan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang lebih rinci dari kegiatan pemanfaatan
ruang yang diatur dalam RTRW;
c. acuan bagi kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang;
d. acuan bagi penerbitan izin pemanfaatan ruang; dan
e. acuan dalam penyusunan RTBL.

RDTR dan peraturan zonasi bermanfaat sebagai:

a. penentu lokasi berbagai kegiatan yang mempunyai kesamaan fungsi dan


lingkungan permukiman dengan karakteristik tertentu;
b. alat operasionalisasi dalam sistem pengendalian dan pengawasan
pelaksanaan pembangunan fisik kabupaten/kota yang dilaksanakan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, swasta, dan/atau masyarakat;
c. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang untuk setiap bagian wilayah sesuai
dengan fungsinya di dalam struktur ruang kabupaten/kota secara
keseluruhan; dan
d. ketentuan bagi penetapan kawasan yang diprioritaskan untuk disusun
program pengembangan kawasan dan pengendalian pemanfaatan ruangnya
pada tingkat BWP atau Sub BWP.

1.6
BUKU RENCANA
KETENTUAN UMUM
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur

Gambar 1.2 Urgensi Rencana Detail Tata Ruang

1.2.4. Kriteria dan Lingkup Wilayah Perencanaan RDTR dan Peraturan Zonasi

Jangka waktu penyusunan dan penetapan RDTR kabupaten/kota sebagaimana paling


lama 12 (dua belas) bulan terhitung sejak dimulainya pelaksanaan penyusunan RDTR
kabupaten/kota. RDTR kabupaten/kota paling sedikit memuat:

a. tujuan penataan wilayah perencanaan;


b. rencana Struktur Ruang;
c. rencana Pola Ruang;
d. ketentuan Pemanfaatan Ruang; dan
e. peraturan zonasi.

Penyusunan RDTR kabupaten/kota dapat mencakup kawasan dengan karakteristik


perkotaan, karakteristik perdesaan, serta kawasan lintas kabupaten/kota. Kawasan dengan
karakteristik perkotaan merupakan kawasan yang memiliki fungsi utama kegiatan ekonomi,
lingkungan hidup, sosial, dan budaya dengan karakteristik perkotaan. Kawasan dengan
karakteristik perdesaanmerupakan kawasan yang memiliki fungsi utama kegiatan ekonomi,
lingkungan hidup, sosial, dan budaya dengan karakteristik perdesaan. Kawasan lintas
kabupaten/kota yang secara fungsional terdapat di lebih dari 1 (satu) wilayah kabupaten/kota
yang berbatasan, penyusunan RDTR dimaksud dilaksanakan secara terintegrasi oleh Pemerintah
Daerah kabupaten/kota terkait.

1.7
BUKU RENCANA
KETENTUAN UMUM
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur

1.2.4.1. Kriteria Perencanaan RDTR berikut PZ :

RDTR disusun apabila:

a. RTRW kabupaten/kota dinilai belum efektif sebagai acuan dalam pelaksanaan


pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang karena tingkat ketelitian
petanya belum mencapai 1:5.000; dan/atau
b. RTRW kabupaten/kota sudah mengamanatkan bagian dari wilayahnya yang perlu
disusun RDTR-nya.

1.2.4.2. Lingkup Wilayah Perencanaan RDTR berikut PZ :

RDTR ditetapkan dengan peraturan kepala daerah kabupaten/ kota sesuai wilayah
administrasinya. Wilayah perencanaan RDTR mencakup:

1. Wilayah administrasi.
Dapat terjadi pada kecamatan yang luas kawasan perkotaannya mendominasi luas
wilayah, cenderung enclave dan terpisah dari kawasan perkotaan di kecamatan
lainnya. Pada wilayah kota, RDTR biasanya disusun pada BWP yang ditetapkan dalam
RTRW Kota (lebih dari 1 kecamatan) Pada wilayah kabupaten, RDTR biasanya dilakukan
pada kawasan perkotaan (kecenderungan berada pada lintas kecamatan).

Kemungkinan Penerapan :

 Berada pada wilayah kota yang BWP nya masih didominasi fungsi non terbangun
dan fungsi terbangunnya berada pada 1 wilayah kecamatan (kemungkinan terjadi
pada kota di luar Jawa)
 Berada pada wilayah kabupaten dalam kondisi kawasan perkotaan yang enclave
mendominasi pada wilayah satu kecamatan

Gambar 1.3 Lingkup Wilayah RDTR Berdasarkan Wilayah Administrasi Kecamatan dalam
Wilayah Kota

1.8
BUKU RENCANA
KETENTUAN UMUM
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur

2. Kawasan fungsional, seperti bagian wilayah kota/sub wilayah kota.


Umumnya digunakan pada wilayah Kota, berada pada Bagian Wilayah Kota yang telah
ditetapkan dalam RTRW Kota

Gambar 1.4 Lingkup Wilayah RDTR Berdasarkan Kawasan Fungsional seperti Bagian
Wilayah Kota/Subwilayah Kota

3. Bagian dari wilayah kabupaten/kota yang memiliki ciri perkotaan


Lingkup wilayah RDTR umumnya merupakan kawasan perkotaan yang ditetapkan
sebagai ibu kota kabupaten atau kawasan permukiman perkotaan (selain ibu kota
kabupaten) yang ditetapkan dalam RTRW Kabupaten. Ibu Kota Kabupaten pada kota
metropolitan di Pulau Jawa, pola ruang didominasi perkotaan. Pada wilayah Kota,
dapat terjadi pada suatu BWP yang persentase kawasan lindungnya cukup besar,
sehingga wilayah RDTR dipilih pada wilayah perkotaannya saja (kasus pada kota-kota di
luar Jawa). Wilayah perencanaan dapat lebih dari 1 kecamatan (lintas kecamatan yang
berbatasan). Sebaran fasilitas atau objek strategis pada ibu kota kabupaten seringkali
pada lokasi yang jauh pada pusat kota (alasan pemerataan sebaran fasilitas), misal :
bandara, RSUD, Terminal, dsb. Perbandingan area terbangun dengan area tidak
terbangun masih lebih besar area tidak terbangun. Maka perlu redeleniasi kawasan
perkotaan

1.9
BUKU RENCANA
KETENTUAN UMUM
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur

Gambar 1.5 Lingkup Wilayah RDTR Berdasarkan Bagian dari Wilayah Kabupaten yang
Memiliki Ciri Perkotaan

4. kawasan strategis kabupaten/ kota yang memiliki ciri kawasan perkotaan.


Pada wilayah Kabupaten, lingkup RDTR berada pada kawasan strategis yang
berimplikasi pada perkembangan perkotaan (umumnya kawasan strategis dari sudut
kepentingan ekonomi). Wilayah perencanaan dapat berupa desa/kelurahan di dalam 1
kecamatan dan/atau lebih dari 1 kecamatan (lintas kecamatan). Wilayah perencanaan
merupakan penurunan dari pola ruang “Kawasan Permukiman Perkotaan” yang berada
pada wilayah yang menjadi kawasan strategis dalam RTRW Kabupaten. Luasan
kawasan perencanaan dihitung berdasarkan kebutuhan ruang sebagai multiplier effect
dari perkembangan sektor strategis yang ditetapkan pada kawasan tersebut. Dalam
penyusunannya perlu mempertimbangkan daya dukung lingkungan.

1.10
BUKU RENCANA
KETENTUAN UMUM
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur

Gambar 1.6 Lingkup Wilayah RDTR Berdasarkan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota yang
Memiliki Ciri Kawasan Perkotaan
5. Bagian wilayah kabupaten/kota yang berupa kawasan pedesaan dan direncanakan
menjadi kawasan perkotaan.
Lingkup wilayah dapat berada pada areal pengembangan pusat pertumbuhan baru
suatu wilayah kabupaten/kota karena adanya peningkatan hirarki kota dalam rencana
struktur ruang RTRW (misal dari PPL menjadi PPK). Dapat juga berupa pengembangan
dari ibu kota kecamatan (IKK) menjadi kawasan perkotaan lintas kecamatan. Selain itu
dapat juga berupa pengembangan Kawasan Permukiman Skala Besar, misal KASIBA-
LISIBA, atau Kota Terpadu Mandiri (KTM) yang pengembangannya akan berimplikasi
pada perkembangan kawasan perkotaan baru

Gambar 1.7 Lingkup Wilayah RDTR Berdasarkan Bagian dari Wilayah Kabupaten/Kota yang
Berupa Kawasan Perdesaan dan Direncanakan Menjadi Kawasan Perkotaan

RDTR kabupaten/kota menjadi acuan untuk:


a. penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah kabupaten/kota;
b. penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah
kabupaten/kota;
c. Pemanfaatan Ruang dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang;
d. perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan antarsektor; dan
e. penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi.

1.2.5. Masa Berlaku RDTR

RDTR Kabupaten/Kota berlaku dalam jangka waktu 20 (dua puluh) tahun dan ditinjau
kembali setiap 5 (lima) tahun. Peninjauan kembali RDTR Kabupaten/Kota dapat dilakukan lebih

1.11
BUKU RENCANA
KETENTUAN UMUM
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur

dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun apabila terjadi perubahan lingkungan strategis berupa
bencana alam skala besar dan perubahan batas wilayah daerah. Selain itu perlu dipertimbangkan
pula jika terjadi perubahan RTRW kabupaten/kota yang mempengaruhi BWP RDTR atau terjadi
dinamika internal kabupaten/kota seperti perkembangan ekonomi yang signifikan dan sebagainya
yang mempengaruhi pemanfaatan ruang secara mendasar.

1.12
BUKU RENCANA
KETENTUAN UMUM

Anda mungkin juga menyukai