A. LATAR BELAKANG
Pemerintah Daerah sebagai elemen pengatur pembangunan perlu mengatur
penataannya wilayahnya, Penataannya didasarkan pada pemahaman potensi dan
keterbatasan alam, perkembangan kegiatan sosial ekonomi yang ada, serta tuntutan
kebutuhan peri kehidupan saat ini dan kelestarian lingkungan hidup di masa yang
akan datang. Upaya pemanfaatan ruang dan pengelolaan lingkungan ini dituangkan
dalam suatu kesatuan rencana tata ruang.
Sesuai dengan Undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, ada
dua komponen utama yang membentuk tata ruang, yakni wujud struktural dan pola
pemanfaatan ruang. Tata ruang mempunyai ukuran kualitas yang bukan semata
menggambarkan mutu tata letak dan keterkaitan hirarkis, baik antar kegiatan maupun
antar pusat, akan tetapi juga menggambarkan mutu komponen penyusunan ruang.
Mutu ruang itu sendiri ditentukan oleh terwujudnya keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan pemanfaatan ruang yang mengindahkan faktor daya dukung
lingkungan, fungsi lingkungan, lokasi, dan struktur (keterkaitan jaringan infrastruktur
dengan pusat permukiman dan jasa).
Dalam konteks penyelenggaraan penataan ruang di daerah, dewasa ini Kabupaten
Sidenreng Rappang sebagai suatu daerah otonom sudah memiliki Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten SIdenreng Rappang yang bisa dijadikan panduan
“Guide” untuk pembangunan sebagaimana dimaksud dalam UU. No. 27 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang.
I-1
LAPORAN ANTARA
I-2
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi Kota
Empagae Kecamatan Wattang Sidenreng dilakukan dalam rangka mewujudkan
pemanfaatan ruang secara efektif, efisien, dan berkelanjutan yang diharapkan dapat
memberikan arahan rencana kota yang lebih baik dan dapat menjadi pedoman bagi
pengambil keputusan/kebijakan dalam perkembangan distrik tersebut.
Terwujudnya rencana detail tata ruang dan zoning regulation yang mengatur
dan mengendalikan pemanfaatan ruang di Kawasan Perkotaan Empagae;
Sebagai acuan bagi kegiatan pemanfaatan ruang dan dasar bagi penebitan
izin pemanfaatan ruang;
I-3
LAPORAN ANTARA
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi Kota Empagae Kecamatan
Wattang Sidenreng akan berlaku dalam jangka waktu 20 (dua puluh) tahun dan
ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun. Peninjauan kembali RDTR dan peraturan zonasi
dapat dilakukan lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun jika:
1. Terjadi perubahan RTRW Kabupaten Sidenreng Rappang yang mempengaruhi
BWP RDTR; atau
I-4
LAPORAN ANTARA
I-5
LAPORAN ANTARA
Gambar 1.3. Ilustrasi Lingkup Wilayah RDTR Berdasarkan Bagian dari Wilayah
Kabupaten yang Memiliki Ciri Perkotaan
I-6
LAPORAN ANTARA
Gambar 1.5. Ilustrasi Lingkup Wilayah RDTR Berdasarkan Bagian dari Wilayah
Kabupaten/Kota yang Berupa Kawasan Perdesaan dan Direncanakan Menjadi
Kawasan Perkotaan
E. KEDUDUKAN RDTR
I-7
LAPORAN ANTARA
I-8
LAPORAN ANTARA
Gambar 1.7. Hubungan antara RTRW Kabupaten/Kota, RDTR dan RTBL serta
Wilayah Perencanaannya
I-9
LAPORAN ANTARA
I - 10
LAPORAN ANTARA
g. Tahap Sosialisasi
Melakukan sosialisasi melalui media cetak, elektronik, penerbitan manual dan
hand out, pembentukan media interaktif untuk menyalurkan aspirasi
masyarakat.
2. DATA DAN FASILITAS PENUNJANG
Penyediaan data dan fasilitas yang disediakan oleh pengguna jasa yang dapat
digunakan dan harus dipelihara oleh penyedia jasa adalah :
1) Kumpulan laporan dan data sebagai hasil studi terdahulu yang dapat dipakai
sebagai referensi oleh penyedia jasa.
2) Tidak disediakan akomodasi dan ruangan kantor sehingga harus disediakan
oleh penyedia jasa.
3) Pengguna jasa akan mengangkat petugas atau wakilnya yang bertindak
sebagai pengawas atau supervisor dalam rangka pelaksanaan jasa
konsultasi.
4) Pedoman Penyusunan Ketentuan/Aturan Pemanfaatan Ruang (RDTR dan
Zoning Regulation).
3. ALIH PENGETAHUAN
Penyedia Jasa diwajibkan untuk berkonsultasi dengan stakeholders yang ada di
daerah dalam rangka alih pengetahuan mengenai substansi pekerjaan. Diskusi
dengan pihak di daerah dilakukan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali di daerah
dengan metode-metode alih pengetahuan yang mendorong kepada penguatan
kapasitas stakeholder daerah. Selain itu pihak penyedia jasa juga diharapkan
memprakarsai Diskusi publik sebanyak 1 (satu) kali agar produk yang dihasilkan
dapat disepakati oleh seluruh stakeholder yang bersangkutan.
G. LANDASAN HUKUM
I - 11
LAPORAN ANTARA
I - 12
LAPORAN ANTARA
26. Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 2013 tentang Ketelitian Peta Rencana Tata
Ruang;
27. Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan;
28. Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2011 tentang Sungai;
29. Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang;
30. Peraturan Pemerintah No 68 tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran
Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang;
31. Keputusan presiden Nomor 4 tahun 2009 tentang Badan Koordinasi Penataan
Ruang Nasional;
32. Peraturan Pemerintah No 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional;
33. Peraturan Pemerintah No.41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah;
34. Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tantang Jalan;
35. Peraturan Pemerintah No.16 tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah;
36. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 01/PRT/M/2013 tentang Pelimpahan
Kewenangan Pemberian Persetujuan Substansi Dalam Penetapan Rancangan
Peraturan Daerah Tentang Rencana Rinci Tata Ruang Kabupaten/Kota;
37. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2011 tentang Pedoman
Penggunaan Sumber Daya Air;
38. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota;
39. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2010 tentang Pedoman
Pemanfaatan dan Penggunaan Bagian-Bagian Jalan;
40. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11/PRT/M/2009 tentang Pedoman
Persetujuan Subtansi Dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota, Beserta Rencana Rincinya;
41. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 12/PRT/M/2009 tentang Pedoman
Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Non Hijau di Wilayah
Kota/Kawasan Perkotaan;
I - 13
LAPORAN ANTARA
42. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2009 tentang Pedoman Teknis
Manajemen Proteksi Kebakaran di Perkotaan;
43. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 22/PRT/M/2007 tentang Pedoman
Penataan Ruang Kawasan Bencana Longsor;
44. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 41/PRT/M/2007 tentang Pedoman
Kriteria Teknis Perencanaan Tata Ruang Kawasan Budidaya;
45. Peraturan Perumahan Rakyat No. 22/Permen/M/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi Dan Daerah Kabupaten/Kota;
46. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 50 Tahun 2009 tentang Pedoman Koordinasi
Penataan Ruang Daerah;
47. Keputusan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No. 4 tahun 2008
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana;
48. Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan
Lingkungan Perumahan di Perkotaan.
H. AZAS-AZAS PERENCANAAN
Dalam Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi Kota
Empagae Kecamatan Wattang Sidenreng, dilakukan dengan memperhatikan berbagai
azas perencanaan, sebagai berikut:
1. Azas Fungsi Utama
Pemanfaatan ruang dilakukan berdasarkan fungsi utama perlindungan dan
budidaya.
2. Azas Fungsi Kawasan dan Kegiatan
Pemanfaatan ruang dilakukan berdasarkan fungsi kawasan dan kegiatan meliputi
kawasan perdesaan, kawasan perkotaan, dan kawasan tertentu.
3. Azas Manfaat
Pemanfaatan ruang secara optimal harus tercermin di dalam penentuan jenjang,
fungsi pelayanan kegiatan, dan sistem jaringan prasarana kota.
4. Azas Keseimbangan dan Keserasian
Dalam dan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan
Zonasi Kota Empagae Kecamatan Wattang Sidenreng harus dapat diciptakan
I - 14
LAPORAN ANTARA
I - 15