RUANG KABUPATEN/KOTA
DAN PERATURAN ZONASI
Iwan Kustiwan
KK Perencanaan dan Perancangan Kota
SAPPK ITB
Sasaran Pelatihan
Peserta pelatihan dapat:
1. Menjelaskan kedudukan RDTR Kabupaten/Kota sebagai
rencana rinci dan peraturan zonasi yang
melengkapinya sebagai perangkat pengendalian
pemanfaatan ruang
2. Menjelaskan fungsi dan manfaat RDTR dan peraturan
zonasi dalam konteks pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang
3. Menjelaskan kriteria dan dan lingkup wilayah
perencanaan yang disusun RDTR dan peraturan zonasi
yang melengkapinya
4. Menjelaskan persoalan dan kebutuhan penyusunan
RDTR dan Peraturan zonasi
5. Menjelaskan perbedaan proses perencanaan tata
ruang dan peraturan zonasi sebagai perangkat
pengendalian.
Materi
1. Kedudukan, Fungsi dan Manfaat RDTR dan
Peraturan Zonasi
2. Kriteria penyusunan dan Lingkup Wilayah
Perencanaan RDTR dan Peraturan Zonasi
Kedudukan RDTR
PP No. 15 Tahun 2010:
Setiap RTRW kabupaten/kota harus
menetapkan bagian dari wilayah kabupaten/kota
yang perlu disusun RDTR-nya.
Bagian dari wilayah yang akan disusun RDTR
merupakan kawasan perkotaan atau kawasan
strategis kabupaten/kota.
Kawasan strategis kabupaten/kota dapat disusun
RDTR apabila merupakan:
kawasan yang mempunyai ciri perkotaan atau
direncanakan menjadi kawasan perkotaan
memenuhi kriteria lingkup wilayah perencanaan
RDTR yang ditetapkan dalam pedoman RDTR.
Rencana Umum
Rencana Rinci
RTR Pulau
RPJP Nasional
RTRW Nasional
RPJM Nasional
RPJP Propinsi
RTRW Propinsi
RPJM Propinsi
RTRW
Kabupaten
RDTR Kabupaten
RTR Kawasan Strategis Kabupaten
RPJP
Kabupaten/Kota
RPJM
Kabupaten/Kota
RTRW
Kota
RDTR Kota
RTR Kawasan Strategis Kota
Penyelenggaraan
Penataan Ruang
Pengaturan
Pembinaan
Perencanaan
Pelaksanaan
Pemanfaatan
Rencana Umum
Kedudukan RDTR
sbg Rencana Rinci
dan Kaitannya
dengan Peraturan
Zonasi
Pengawasan
Pengendalian
Pengenaan Sanksi
Insentif &
Disinsentif
Perizinan
Rencana Rinci
Peraturan
Zonasi
Lingkup Wilayah
RDTR berdasarkan
wilayah administrasi
kecamatan dalam
wilayah kota
Lingkup Wilayah
RDTR berdasarkan
kawasan fungsional
seperti bagian
wilayah kota/sub
wilayah kota
PERSOALAN PENYUSUNAN
RENCANA RINCI
Perbedaan rencana umum dengan
rencana rinci
Prinsip hierarkis-komplementer
(1)
Konsitensi substansi RDTR Kabupaten/Kota terhadap
produk rencana tata ruang yang bersifat umum
Komplementaritas dalam penyusunan RDTR
Penjabaran rinci dari rencana umum.
Dalam penyusunan RDTR Kabupaten/Kota
bagaimana RTRW Kabupaten/Kota dijabarkan lebih
lanjut:
Tingkat kerincian/kedetailan struktur ruang wilayah
kabupaten/kota
Tingkat kerincian/kedetailan pola ruang wilayah
kabupaten/kota
24
Prinsip hierarkis-komplementer
(2)
KEBUTUHAN PENYUSUNAN
RDTR
1. RTRW kab/kota belum dapat dijadikan acuan
bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang lebih
rinci;
2. RTRW kab/kota belum dapat dijadikan acuan
bagi kegiatan pengendalian pemanfaatan
ruang;
3. RTRW kab/kota belum dapat dijadikan acuan
bagi penerbitan izin pemanfaatan ruang;
4. RTRW kab/kota belum dapat dijadikan acuan
dalam penyusunan rencana tata bangunan
dan lingkungan (RTBL).
26
RDTR
Kabupaten/Kota
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
pusat lingkungan
Rencana sistem prasarana utama Jaringan
transportasi
(Transportasi darat, Transportasi laut, Transportasi
udara)
Rencana sistem prasarana lainnya
Infrastruktur perkotaan:
RDTR
Rencana Jaringan Prasarana
1. Rencana pengembangan
pergerakan
2. Rencana pengembangan
energi/kelistrikan
3. Rencana pengembangan
telekomunikasi
4. Rencana pengembangan
air minum
5. Rencana pengembangan
drainase
6. Rencana pengembangan
air limbah
7. Rencana pengembangan
lainnya
jaringan
jaringan
jaringan
jaringan
jaringan
jaringan
prasarana
Kebutuhan Penyusunan
Peraturan Zonasi
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kab/Kota belum operasional, sehingga
sulit dijadikan rujukan dalam pengendalian penataan ruang;
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kab/Kota pada meskipun sudah lebih
rinci
seringkali
masih
kurang
operasional
sebagai
rujukan
pengendalian pemanfaatan ruang karena tidak disertai dengan
aturan yang lengkap.
Perlu menerapkan instrumen pengendalian pemanfaatan ruang sebagai
upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang, dimaksudkan agar pemanfaatan
ruang dilakukan sesuai dengan RTR yang telah ditetapkan.
Instrumen pengendalian pemanfaatan ruang yang dapat diterapkan
adalah peraturan zonasi.
Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur tentang
persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan
disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya
dalam rencana rinci tata ruang (UU 26/2007, penjelasan umum no. 6)
32
RDTR Kab/Kota
Peraturan
Zonasi
RTBL
Perda
RDTR+P
Z
Dimana sebaiknya
(arah pengembangan
dan berapa
intensitasnya:
- Perumahan [Jenis, R]
- Komersial [K]
- Industri [I]
- dll
Plannin
g
Pendekatan/Meto
de:
- Ekonomi
- Sosial
- Fisik.
- Sistem Internal &
Produk:
- Perwujudan pola
ruang (alokasi
pola ruang)
Bagaimana sebaiknya
[kinerja]:
- Perumahan [Jenis, R]
- Komersial [K]
- Industri [I]
- dll
v
s
[Zoning]
Regulati
on
Produk:
- Perangkat
pengendalian.
- Ketentuan
pemanfaatan
ruang.
- Dampak
Pendekatan/Metod
e:
- Dampak.
- Kesesuaian/kompati
bilitas guna lahan
dan kegiatan
Muatan RDTR
(Permen PU
20/2011)
Pengumpulan Data
Untuk keperluan pengenalan karakteristik BWP dan
penyusunan rencana pola ruang dan rencana jaringan
prasarana BWP
PENYUSUNAN RDTR
BERSAMA DENGAN
PERATURAN ZONASI
TERIMA KASIH
5 Desember 2013