Rencana Induk Kelitbangan Kota Bandung 2018-2023 merupakan produk kebijakan yang
diamanatkan oleh Peraturan Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2016 tentang Pedoman Penelitian dan
Pengembangan di Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah. Rencana Induk Kelitbangan
Kota Bandung merupakan arahan dalam penyelenggaraan fungsi kegiatan penelitian dan
pengembangan di lingkungan Pemerintah Kota Bandung. Target akhir yang diharapkan dicapai adalah
terjawabnya tantangan dan dinamika dalam penyelenggaraan pemerintahan guna mendukung
peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan kelitbangan yang akan
dilakukan diharapkan mampu menghasilkan berbagai terobosan baru dalam mendukung optimalisasi
kinerja pemerintah daerah dalam rangka percepatan pembangunan daerah secara tepat sasaran dan
berdaya saing.
Terima kasih disampaikan atas kerja keras dari tim penyusun, khususnya Kepala Bidang Penelitian
dan Pengembangan bersama-sama dengan tim sehingga Rencana Induk Kelitbangan Kota Bandung
dapat terselesaikan dengan baik. Terima kasih juga disampaikan kepada segenap perangkat daerah
lain dan unsur-unsur masyarakat yangtelah memberikan sumbang sarannya sehingga dokumen ini
dapat menjadi panduan kelitbangan kedepan. Dokumen ini juga diharapkan dapat mendorong sinergi
dan koordinasi antar pemangku kepentingan dalam upaya pembangunan Kota Bandung yang
berkelanjutan kedepannya.
Ringkasan Eksekutif ii
Rencana Induk Kelitbangan Pemerintah Kota Bandung Tahun 2018-2023
RINGKASAN EKSEKUTIF
Pendahuluan litbang di daerah merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Sistem
Undang-Undang Nomor 23 Tahun
Nasional Penelitian, Pengembangan,
2014 tentang Pemerintah Daerah
dan Peneriapan Ilmu Pengetahuan dan
mengamanatkan fungsi penelitian dan
Teknologi. Pemerintah daerah dituntut
pengembangan (litbang) sebagai salah
untuk berperan serta dalam
satu fungsi penunjang dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan
pelaksanaan urusan pemerintahan
teknologi (IPTEK), meningkatkan
daerah. Fungsi kegiatan penelitian dan
kapasitas pengembangan Iptek, serta
pengembangan (kelitbangan) ini
mengindentifikasi kebutuhan dan
diperlukan untuk menjawab tantangan
persoalan yang dihadapi para
dan dinamika dalam penyelenggaraan
pengguna Iptek, yaitu industri,
pemerintahan guna mendukung
masyarakat, dan pemerintah.
peningkatan pelayanan publik dan
kesejahteraan masyarakat. Inovasi, Pengembangan Iptek oleh pemerintah
kemajuan ilmu pengetahuan, daerah sangat penting untuk dapat
perkembangan teknologi, dan menjawab berbagai permasalahan dan
terobosan yang dihasilkan oleh kebutuhan di berbagai bidang.
kelitbangan dapat mendukung Kelitbangan diharapkan menjadi
percepatan pembangunan daerah wadah pemikiran (think tank) yang
secara tepat sasaran dan berdaya saing harus mampu mendorong peningkatan
tinggi. Hal ini menjadi dasar efektivitas kinerja Perangkat Daerah
pentingnya peran kelitbangan untuk serta menuntaskan berbagai
mendukung kemajuan pembangunan permasalahan yang terjadi di Kota
dan kinerja penyelenggaraan Bandung. Hasil-hasil kelitbangan
pemerintah di daerah. diharapkan mampu menjadi dasar
dalam pengambilan kebijakan strategis
Undang-Undang Nomor 18 Tahun
di daerah, terutama dalam menghadapi
2002 tentang Sistem Nasional
berbagai peluang, tantangan dan
Penelitian, Pengembangan, dan
permasalahan perkotaan yang ada,
Penerapan Ilmu Pengetahuan dan
serta mampu memberikan masukan
Teknologi menyatakan bahwa lembaga
Ringkasan Eksekutif ii
Rencana Induk Kelitbangan Pemerintah Kota Bandung Tahun 2018-2023
bagi perumusan strategi kebijakan dan informal, ruang evakuasi bencana, dan
prioritas utama program Kota Bandung kawasan peruntukan lainnya.
secara cermat, terpadu, serta Meskipun demikian, morfologi Kota
berkelanjutan. Kegiatan kelitbangan Bandung yang berbentuk cekungan
diharapkan menjadi ujung tombak berpotensi bencana karena dikelilingi
pelaksanaan pembangunan dalam oleh gunung berapi aktif dan berada di
pengambilan kebijakan strategis daerah antara 3 (tiga) daerah sumber gempa
secara terarah, terkoordinasi, terpadu, bumi.
dan berkesinambungan dalam rangka Jumlah Penduduk di Kota Bandung
mencapai tujuan pembangunan. juga masuk kedalam kategori padat
Berdasarkan hal tersebut, perlu disusuk dengan rata-rata kepadatan penduduk
kerangka kebijakan kelitbangan Kota Bandung pada tahun 2017 adalah
pemerintah daerah yang 14.526 jiwa per km2 dengan tren
mengakomodir berbagai aspek meningkat setiap tahunnya. Jumlah
penyelenggaraan pemerintahan dalam penduduk tersebut dapat menjadi
suatu konsep rencana kelitbangan potensi maupun permasalahan baru
secara komprehensif dan sinergis jika tidak dikelola dan dipersiapkan
melalui Rencana Induk Kelitbangan dengan baik.
Kota Bandung Tahun 2018-2023. Di bidang perekonomian, PDRB Kota
Bandung terus mengalami peningkatan
dalam kurun waktu 5 tahun terakhir
2. Gambaran umum Wilayah dan
dengan kontribusi terbesar diberikan
Sumber Daya Kelitbangan
oleh kategori Perdagangan Besar dan
Kota Bandung adalah ibukota Provinsi
Eceran, serta kategori Industri
Jawa Barat dengan luas 16.729,65 ha.
Pengolahan. Rata-rata Laju
Bentuk bentangan alam Kota Bandung
Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota
merupakan cekungan dengan
Bandung Tahun 2013-2017 mencapai
morfologi perbukitan di bagian Utara
7.64%, lebih besar dibandingkan LPE
dan dataran di bagian Selatan.
Provinsi Jawa Barat dan nasional di
Karakteristik wilayah Kota Bandung
periode yang sama dengan pencapaian
mendukung pengembangan kawasan
masing-masing 5.48% dan 5.11%.
perumahan, wisata buatan, ruang
terbuka non hijau, ruang sektor
Ringkasan Eksekutif iv
Rencana Induk Kelitbangan Pemerintah Kota Bandung Tahun 2018-2023
Ringkasan Eksekutif v
Rencana Induk Kelitbangan Pemerintah Kota Bandung Tahun 2018-2023
urusan litbang dan perencanaan untuk perguruan tinggi dan akademisi yang
mencari solusi dari permasalahan kompeten serta berkualitas di Kota
pembangunan di Kota Bandung; Bandung; potensi sumber daya
kebijakan kelitbangan satu pintu; dan manusia yang kreatif, produktif, serta
databse online hasil kelitbangan. komunitas yang beragam; lokasi kota
bandung yang strategis dan menjadi
Di sisi lain, permasalahan yang
pusat pertumbuhan ekonomi;
teridentifikasi dan berpotensi
terbukanya peluang kerjasama
menghambat kelitbangan di Kota
kelitbangan dengan lembaga
Bandung adalah belum terbentuknya
internasional; kebijakan pemerintah
organisasi sesuai amanat Permendagri
pusat yang mendukung serta
17 Tahun 2016; adanya keterbatasan
terbukanya kerjasama kelitbangan
kepakaran pejabat fungsional peneliti
dengan pemerintah provinsi dan
dan belum adanya tenaga pendukung
pemerintah kota/kabupaten lainnya;
kelitbangan untuk mendukung fungsi
perkembangan teknologi informasi dan
administrasi kelitbangan; minimnya
komunikasi yang pesat.
publikasi ilmiah hasil kelitbangan dan
pemanfaatan hasil kelitbangan sebagai Adapun tantangan yang dihadapi
rekomendasi kebijakan; keterbatasan dalam pelaksanaan kelitbangan adalah
koordinasi, kewenangan pemangku tuntutan rekomendasi perumusan
urusan kelitbangan, serta pagu kebijakan yang implementatif dan
anggaran dalam mendukung tepat sasaran serta munculnya isu dan
kelitbangan di lingkungan pemerintah persoalan lintas wilayah yang
Kota Bandung; dan belum adanya memerlukan koordinasi lintas sektoral
aturan di tingkat pemerintah kota dalam upaya penyelesaiannya.
Bandung yang memayungi kegiatan
pengadaan barang dan jasa dengan
5. Arah kebijakan Kelitbangan
lembaga litbang non pemerintah dan
perguruan tinggi swasta. Arah Kebijakan adalah rumusan
kerangka pikir atau kerangka kerja untuk
menyelesaikan permasalahan
4. Peluang dan Tantangan
pembangunan dan mengantisipasi isu
Secara eksternal, kelitbangan di Kota strategis daerah yang dilaksanakan
Bandung didukung oleh tersedianya secara bertahap sebagai penjabaran
Ringkasan Eksekutif vi
Rencana Induk Kelitbangan Pemerintah Kota Bandung Tahun 2018-2023
Ringkasan Eksekutif ix
Rencana Induk Kelitbangan Pemerintah Kota Bandung Tahun 2018-2023
Ringkasan Eksekutif x
Rencana Induk Kelitbangan Pemerintah Kota Bandung Tahun 2018-2023
Ringkasan Eksekutif xi
Rencana Induk Kelitbangan Pemerintah Kota Bandung Tahun 2018-2023
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii
RINGKASAN EKSEKUTIF .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. i
DAFTAR TABEL .................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................. iii
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 5
1.1 LATAR BELAKANG .................................................................................................................... 1
1.2 DASAR HUKUM ........................................................................................................................... 4
1.3 TUJUAN DAN SASARAN ............................................................................................................ 6
1.4 SISTEMATIKA PENULISAN ....................................................................................................... 6
GAMBARAN UMUM KELITBANGAN ............................................................................ 9
2.1 GAMBARAN UMUM WILAYAH ........................................................................................................ 9
2.1.1 Aspek Administratif dan Geografis........................................................................................... 9
2.1.2 Aspek Demografi .................................................................................................................... 11
2.1.3 Aspek Perekonomian Daerah ................................................................................................. 19
2.1.4 Aspek Kesejahteraan Masyarakat .......................................................................................... 31
2.1.5 Aspek Kesempatan Kerja ........................................................................................................ 56
2.1.6 Aspek Pembangunan Infrastruktur ........................................................................................ 57
2.1.7 Aspek Lingkungan Hidup ........................................................................................................ 60
2.2 KONDISI SUMBER DAYA KELITBANGAN ........................................................................................ 64
2.2.1 Kelembagaan ......................................................................................................................... 64
2.2.2 Sumber Daya Kelitbangan ...................................................................................................... 66
2.2.3 Pendanaan Kelitbangan ......................................................................................................... 68
2.2.4 Kerjasama Kelitbangan .......................................................................................................... 70
2.3 POTENSI DAN PERMASALAHAN .................................................................................................... 74
2.4 PELUANG DAN TANTANGAN ......................................................................................................... 76
ARAH KEBIJAKAN KELITBANGAN ............................................................................. 78
3.1 ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH ................................................................... 79
3.1.1 Visi dan Misi .......................................................................................................................... 80
3.1.2 Arah Kebijakan dan Strategi Jangka Panjang Pembangunan Daerah .................................. 84
3.2 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI KELITBANGAN DAERAH ........................................ 97
3.2.1 Arah Kebijakan Kelitbangan.................................................................................................. 97
3.2.2 Strategi Kebijakan Kelitbangan ........................................................................................... 110
3.3 INDIKASI PROGRAM PRIORITAS KELITBANGAN DAERAH .......................................... 113
3.3.1 Program Prioritas Kelitbangan Bidang tata Kelola Pemerintahan dan Pelayanan Publik . 114
3.3.2 Program Prioritas Kelitbangan Bidang Sosial dan Kemasyarakatan .................................. 120
3.3.3 Program Prioritas Kelitbangan Bidang Ekonomi dan Pembangunan Daerah .................... 124
3.3.4 Program Prioritas Kelitbangan Bidang Inovasi dan Pengembangan IPTEK ...................... 135
STRATEGI PELAKSANAAN ........................................................................................... 139
Daftar Isi i
Rencana Induk Kelitbangan Pemerintah Kota Bandung Tahun 2018-2023
Daftar Isi ii
Rencana Induk Kelitbangan Pemerintah Kota Bandung Tahun 2018-2023
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jumlah dan Komposisi Penduduk Kota Bandung Tahun 2013-2017……............................12
Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Kota Bandung Berdasarkan Kelompok Usia Tahun 2017 …..................16
Tabel 2.3 Perkembangan Komposisi Penduduk Kota Bandung Berdasarkan Tingkat Pendidikan (Usia
>10 Tahun dan Ijazah Tertinggi) Periode 2014-2017……….............…………………….17
Tabel 2.4 PDRB Kota Bandung Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha (juta Rupiah)
Tahun 2013-2017 ................................... ......................... ..................................................20
Tabel 2.5 PDRB Kota Bandung Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (juta Rupiah)
Tahun 2013-2017 ……........................................................................................................22
Tabel 2.6 Perbandingan PDRB Per kapita Harga Konstan Kota Bandung Wilayah Bandung raya dan
Provinsi Jawa Barat Periode 2013-2017 (dalam juta rupiah) …...……………...………...28
Tabel 2.7 Komposisi Siswa Miskin pada Setiap jenjang Pendidikan di Kota Bandung……...….…....36
Tabel 2.8 Jumlah Tindak Pidana Menurut Jenis Kriminalitas di Kota Bandung Tahun 2014-2016 …49
Tabel 2.9 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2), dan Garis Kemiskinan di Kota Bandung Tahun 2014 –
2017..................................................................……………………………………………56
Tabel 2.10 Rasio Panjang Jalan per Jumlah Kendaraan Tahun 2013 – 2017……..........................…..58
Tabel 2.11 Formasi Personil Bidang Penelitian dan Pengembangan…………….................................68
Tabel 2.12. Besaran dan Proporsi Anggaran Program Penelitian dan Pengembangan terhadap APBD
Kota Bandung………………………………………...................................................…...70
Tabel 2.13 Daftar MOU Kerjasama Pemerintah Kota Bandung dengan PTN, PTS serta pemangku
kepentingan kelitbangan lainnya Tahun 2013-2018…..................................................….72
Tabel 3.1 Jenis Kelitbangan Utama dan Keluarannya………………………………..........................98
Tabel 3.2 Capaian Kinerja Pemerintahan Kota Bandung Tahun 2013-2018 Berdasarkan Misi
Pemerintah Kota Bandung 2018-2023.................... ......................... ..............................102
Tabel 3.3 Tabel Program Prioritas Bidang Tata Kelola Pemerintahan dan Pelayanan
Publik……………………………………………………………………........................118
Tabel 3.4 Tabel Program Prioritas Bidang Sosial Kemasyarakatan……………...........................…122
Tabel 3.5 Tabel Program Prioritas Bidang Ekonomi dan Pembangunan Daerah..… ........................129
Tabel 3.6 Tabel Program Prioritas Bidang Inovasi dan Pengembangan IPTEK…............................136
Tabel 4.1 Jenis-Jenis Koordinasi Kelitbangan……………………………………............................141
Tabel 4.2 Kegiatan dan Pihak yang Bekerjasama dengan Bidang Kelitbangan Kota Bandung Pada
Tahun 2017 dan 2018………………………………...............................................……142
Tabel 4.3 Bentuk-Bentuk Kerjasama yang diharapkan dengan Para Pemangku Kepentingan..........146
Daftar Tabel ii
Rencana Induk Kelitbangan Pemerintah Kota Bandung Tahun 2018-2023
DAFTAR GAMBAR
Diagram 1.1 Alur Pikir Penyusunan Rencana Induk ………………….................................………….3
Gambar 2.1 Peta Administratif Kota Bandung……………………..........................………...............10
Gambar 2.2 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Kota Bandung Tahun 2014-2017...........................12
Gambar 2.3 Jumlah Penduduk per Kecamatan di Kota Bandung Tahun 2017. …..........................…14
Gambar 2.4 Proporsi Penduduk Kota Bandung Tahun 2017 ….………………….............................15
Gambar 2.5 Usia Produktif Penduduk Kota Bandung Tahun 2017…..……..........................……….16
Gambar 2.6 Perkembangan Komposisi Penduduk Kota Bandung Berdasarkan Tingkat Pendidikan
(Usia >10 Tahun dan Ijazah Tertinggi) Periode 2014-2017…................………..…….17
Gambar 2.7 Perkembangan Tenaga Kerja dan Pengangguran Kota Bandung Periode 2013-2015 dan
2017 ……………...…………................................................………….……………...18
Gambar 2.8 Ilustrasi Perbandingan Jumlah Bekerja dan Jumlah Pengangguran Kota Bandung Tahun
2017 …………….…………………….................................................….……………19
Gambar 2.9 Persentase PDRB Kota Bandung Berdasarkan lapangan Usaha Tahun 2017 (Atas Dasar
Harga Berlaku) ……………………...................................................…….…………..24
Gambar 2.10 Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Bandung tahun 2013-2017 dan
Perbandingannya dengan Jawa Barat dan Nasional (Metode Tahun Dasar
2010)…………………………………… …..................................……………………25
Gambar 2.11 PDRB Per Kapita Kota Bandung Tahun 2013-2017……….............................………..27
Gambar 2.12 Perkembangan Perngeluaran per Kapita Kota Bandung Tahun 2013-2017 (dalam ribu
rupiah)…………. …………………………….....................................................……..29
Gambar 2.13 Inflasi Tahunan Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, dan Nasional Periode 2010-
2017................................................……………………………………………………30
Gambar 2.14 Perkembangan Harapan Lama Sekolah Kota Bandung Tahun 2010-2017….................31
Gambar 2.15 Grafik Rata-Rata Lama Sekolah Kota Bandung Tahun 2013-2017..........................…...32
Gambar 2.16 Angka Partisipasi Kasar Kota Bandung Tahun 2013-2017 ........ ...............................…33
Gambar 2.17 Angka Partisipasi Murni Kota Bandung Tahun 2013-2017 …..…...........................…...34
Gambar 2.18 Angka Pendidikan yang Ditamatkan di Kota Bandung Tahun 2013-2017…..............…35
Gambar 2.19 Komposisi Siswa Miskin Kota Bandung Tahun 2017 ………..........................…...…...36
Gambar 2.20 Distribusi Siswa Miskin di Setiap Jenjang Pendidikan Per Kecamatan di Kota Bandung
Tahun 2017 ……………….………………………................................................…...39
Gambar 2.21 Jumlah Sekolah Terkreditasi, Rintisan Inklusif dan Sekolah Hijau …...........................40
Gambar 2.22 Perbandingan Angka Harapan Hidup Kota Bandung, provinsi Jawa Barat, dan
Nasional.....................……………………………………………….....................……41
Gambar 2.23 Angka Kesakitan Penduduk di Kota Bandung dan Jawa Barat Menurut Jneis Kelamin
Tahun 2017 …………….……………............................................………………….43
Gambar 2.24 Angka Kematian Ibu Tahun 2016-2017 .......… .....................………………………..44
Gambar 2.25 Angka Kematian Bayi Tahun 2016-2017 ……………...………......................……....45
Gambar 2.26 Balita Gizi Buruk Tahun 2016-2017 ………………….........................……………...46
Gambar 2.27 Penderita Penyakit Demam Berdarah di Kota Bandung Tahun 2017. .........................47
Gambar 2.28 Jenis Kriminalitas Tertinggi Tahun 2014-2016 …………………......................……..48
Gambar 2.29 Jumlah Pelanggaran K3 …………………………........................................................51
Gambar 2.30 Jumlah Unjuk Rasa Per Bidang ……………………………….....................……..….51
Gambar 2.31 Sebaran Jumlah Rumah Tangga Miskin Per Kecamatan di Kota Bandung Tahun
2017…………………….………………………................................................…….53
Gambar 2.32 Perbandingan Gini Ratio Kota Bandung, Jawa Barat, dan Nasional Tahun 2012-
2017..................... .....................…………..……………….…………………………55
Gambar 2.33 Indeks Kedalaman Kemiskinan ……………………...........................……………….56
Gambar 2.34 Perkembangan Tenaga Kerja dan Pengangguran Kota Bandung Periode 2013-2015 dan
2017 ………………..………………………………...............................................…57
Gambar 2.35 Persentase rumah tangga yang menggunakan air kemasan, isi ulang dan air ledeng serta
air minum bersih……………………………..............................................…………59
Gambar 2.36 Jumlah Air Minum yang Disalurkan di Kota Bandung Tahun 2014-2017......……….60
Gambar 2.37 Proporsi Anggaran Penelitian dan Pengembangan Kota Bandung Tahun 2014-
2018..................... ..................... ..................... ..................... ..................... .........…..70
Daftar Gambar iv
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang, dasar hukum sebagai landasan hukum,
tujuan dan sasaran penyusunan Rencana Induk Kelitbangan Pemerintah
Kota Bandung tahun 2018-2023 dan Sistematika Penulisan
Rencana Induk Kelitbangan Pemerintah Kota Bandung Tahun 2018-2023
Kelitbangan memiliki peran penting dalam mendukung kemajuan pembangunan dan kinerja
penyelenggaraan pemerintah di daerah. Salah satu dari peran strategis litbang adalah
berupaya mewujudkan visi dan misi pembangunan, yang berbasis pada penelitian dan analisa
data ilmiah. Keberadaan litbang sangat penting dalam mendukung kemajuan ilmu
pengetahuan, teknologi dan inovasi yang dapat diterapkan oleh pemerintah daerah.
Menurut UU Nomor 18 Tahun 2002, lembaga litbang merupakan salah satu unsur utama
Sistem Inovasi Nasional (SINas), yang berperan sebagai pengembang ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK), meningkatkan kapasitas pengembangan Iptek, serta mengidentifikasi
kebutuhan dan persoalan yang dihadapi para pengguna Iptek. Berdasarkan karakteristiknya,
pengguna Iptek dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yakni industri, masyarakat,
dan pemerintah. Sistem Inovasi sendiri kemudian didefinisikan sebagai keseluruhan proses
dalam satu sistem untuk menumbuhkembangkan inovasi antar kelompok pengguna Iptek
tersebut.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat penting bagi pemerintah dalam
menjawab kebutuhan berbagai bidang (baik ekonomi, pendidikan, pertahanan, sosial dan
budaya), sehingga litbang dapat menjadi kunci sekaligus kekuatan bagi negara untuk
meningkatkan daya saing bangsa baik dalam lingkungan regional maupun global. Di
lingkungan Pemerintah Kota Bandung, kelitbangan sebagai wadah pemikiran (think tank)
yang harus mampu mendorong peningkatan efektivitas kinerja Perangkat Daerah serta
menuntaskan berbagai permasalahan yang terjadi di Kota Bandung. Hasil-hasil kelitbangan
diharapkan mampu menjadi dasar dalam pengambilan kebijakan strategis di daerah, terutama
Pendahuluan 1
Rencana Induk Kelitbangan Pemerintah Kota Bandung Tahun 2018-2023
dalam menghadapi berbagai peluang, tantangan dan permasalahan perkotaan yang ada, serta
mampu memberikan masukan bagi perumusan strategi kebijakan dan prioritas utama program
Kota Bandung secara cermat, terpadu, serta berkelanjutan. Kegiatan kelitbangan diharapkan
menjadi ujung tombak pelaksanaan pembangunan dalam pengambilan kebijakan strategis
daerah secara terarah, terkoordinasi, terpadu, dan berkesinambungan dalam rangka mencapai
tujuan pembangunan.
Urusan Penelitian dan Pengembangan di Pemerintah Kota Bandung berada berada dibawah
Bidang Penelitian dan Pengembangan pada Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian,
dan Pengembangan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 8 Tahun 2016
tentang Perangkat Daerah, yang menyelenggarakan unsur penunjang Urusan Pemerintahan
meliputi fungsi penunjang perencanaan pembangunan dan fungsi penunjang penelitian dan
pengembangan.
Penyusunan Rencana Induk Kelitbangan Kota Bandung Tahun 2018-2023 dilakukan dengan
memperhatikan visi dan misi pembangunan Kota Bandung, masukan dari berbagai pemangku
kepentingan, potensi dan kemampuan wilayah serta isu-isu strategis pemerintah daerah yang
menjadi prioritas kelitbangan. Rencana Induk Kelitbangan disusun dengan melakukan
penelaahan terhadap rencana pembangunan jangka panjang (RPJPD) sehingga fungsi
kelitbangan selaras dan memperkokoh perencanaan pembangunan daerah.
Pendahuluan 2
Rencana Induk Kelitbangan Pemerintah Kota Bandung Tahun 2018-2023
Diagram 1.1.
Pendahuluan 3
Rencana Induk Kelitbangan Pemerintah Kota Bandung Tahun 2018-2023
Landasan penyusunan Rencana Induk Kelitbangan Kota Bandung Tahun 2018-2023 adalah:
Pendahuluan 4
Rencana Induk Kelitbangan Pemerintah Kota Bandung Tahun 2018-2023
12. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 070 Tahun 2011 tentang Pokok-
Pokok Kode Etik Peneliti di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan
Pemerintah Daerah;
13. Peraturan Bersama Menteri Negara Riset dan Teknologi dan Menteri Dalam
Negeri Nomor 03 Tahun 2012 dan Nomor 36 Tahun 2012 tentang
Penguatan Sistem Inovasi Daerah ;
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2016 tentang Pedoman
Penelitian dan Pengembangan di Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah
Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 546);
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 061-001 Tahun 2017 tentang
Prosedur Tahapan Penelitian dan Pengembangan di Kementerian Dalam
Negeri dan Pemerintah Daerah;
18. Peraturan Daerah Kota Bandung. Nomor 08 Tahun 2008. Tentang. Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Tahun 2005-2025;
Pendahuluan 5
Rencana Induk Kelitbangan Pemerintah Kota Bandung Tahun 2018-2023
20. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 8 Tahun 2016 tentang Perangkat
Daerah;
Tujuan dari Rencana Induk Kelitbangan Kota Bandung Tahun 2018-2023 adalah sebagai
arahan/acuan pelaksanaan kegiatan kelitbangan di lingkungan Pemerintah Kota Bandung.
Sistematika penulisan Rencana Induk Kelitbangan Kota Bandung Tahun 2018-2023 mengacu
pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2016 Tentang
Pedoman Penelitian dan Pengembangan di Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintahan
Daerah, yang meliputi:
BAB I. PENDAHULUAN
Pendahuluan 6
Rencana Induk Kelitbangan Pemerintah Kota Bandung Tahun 2018-2023
BAB V PENUTUP
Pendahuluan 7
BAB II
GAMBARAN UMUM
KELITBANGAN
Bab ini berisikan gambaran umum kelitbangan yang meliputi gambaran
umum wilayah yang terdiri dari aspek administratif dan geografis, Aspek
Demografis, Aspek Perekonomian Daerah, Aspek Kesejahteraan Masyarakat,
Aspek Kesempatan Kerja, Aspek pembangunan infrastruktur, dan Aspek
Lingkungan Hidup; Kondisi Sumber daya kelitbangan juga dijelaskan dengan
penjabaran mengenai kelembagaan, sumber daya kelitbangan, pendanaan
kelitbangan, dan kerjasama kelitbangan; Bab ini juga menjelaskan mengenai
Potensi dan Permasalahan serta Tantangan dan Peluang yang dihadapi oleh
Kelitbangan Kota Bandung.
Rencana Induk Kelitbangan Pemerintah Kota Bandung Tahun 2018-2023
Kota Bandung merupakan ibukota Provinsi Jawa Barat yang secara administratif
berbatasan dengan beberapa kabupaten/kota lainnya, yaitu:
Kota Bandung memiliki luas wilayah sebesar 16.729,65 Ha, yang terbagi atas 30
kecamatan dan 151 kelurahan, dibantu oleh masyarakat dalam bentuk organisasi
rukun warga sejumlah 1.584 Rukun Warga (RW) dan 9.873 Rukun Tetangga
(RT). Berikut Gambar 2.1 Peta Administrasi Kota Bandung.
9
Gambaran Umum Kelitbangan
Rencana Induk Kelitbangan Pemerintah Kota Bandung Tahun 2018-2023
Secara geografis Kota Bandung berada pada 107º36’ Bujur Timur dan
6º55’Lintang Selatan terletak di bagian tengah Cekungan Bandung pada
ketinggian 791 m di atas permukaan laut (dpl), titik tertinggi di daerah utara
dengan ketinggian 1.050 m dan titik terendah di sebelah selatan dengan
ketinggian 675 m di atas permukaan laut. Wilayah Kota Bandung bagian selatan
sampai lajur lintasan kereta api memiliki permukaan tanah relatif datar, sedangkan
wilayah kota bagian utara memiliki topografi berbukit. Berada pada Cekungan
Bandung yang dikelilingi oleh gunung berapi yang masih aktif dan berada di
antara 3 (tiga) daerah sumber gempa bumi yang saling melingkup, yaitu (i)
sumber gempa bumi Sukabumi-Padalarang-Bandung, (ii) sumber gempa bumi
Bogor-Puncak-Cianjur, serta (iii) sumber gempa bumi Garut-Tasikmalaya-
Ciamis. Wilayah Kota Bandung dilewati oleh 11 sungai sepanjang 252,55 km,
10
Gambaran Umum Kelitbangan
Rencana Induk Kelitbangan Pemerintah Kota Bandung Tahun 2018-2023
Pada tahun 2017, tingkat curah hujan Kota Bandung bervariasi dari 39,1 mm
sampai dengan 442,2 mm. Secara alamiah, Kota Bandung tergolong daerah yang
cukup sejuk. Rata-rata temperatur di Kota Bandung pada tahun 2017 mencapai
23,48°C. Penggunaan lahan di Kota Bandung didominasi oleh lahan permukiman,
jumlahnya meningkat sangat signifikan dari tahun 2013. Pada tahun 2014 sebesar
57,23 % (9.601,46 ha), persentase tersebut terus meningkat seiring pertumbuhan
penduduk dan pembangunan Kota Bandung, terutama pertumbuhan perumahan di
bagian timur dan utara Kota Bandung. Persentase luas lahan pertanian basah di
tahun 2014 tercatat hanya sekitar 6,75% berkurang dari tahun sebelumnya.
Sedangkan penggunaan lahan untuk perdagangan dan jasa mencapai 2,35% dan
penggunaan lahan untuk industri sebesar 5,36% dari total lahan yang ada.
Berdasarkan deskripsi karakteristik wilayah, dapat diidentifikasi wilayah yang
memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan perumahan, perdagangan
dan jasa, perkantoran, industri dan pergudangan, wisata buatan, ruang terbuka non
hijau, ruang sektor informal, ruang evakuasi bencana, dan kawasan peruntukan
lainnya.
11
Gambaran Umum Kelitbangan
Rencana Induk Kelitbangan Pemerintah Kota Bandung Tahun 2018-2023
1.240.000 3
1.218.143
1.220.000 1.211.803
1.202.025 2,5
1.200.000
1.194.315
1.182.714 1.185.562
1.176.603 2
1.180.000
1.160.000 1,5
1.139.296
1.140.000
1
1.120.000
0,5
1.100.000
1.080.000 0
2014 2015 2016 2017
Tabel 2.1 dibawah ini menjelaskan mengenai jumlah dan komposisi penduduk
kota Bandung berdasarkan aspek demografis di Tahun 2013-2017.
Tabel 2.1 Jumlah dan Komposisi Penduduk Kota Bandung Tahun 2013-2017
Tahun
Uraian
2013 2014 2015 2016 2017
Jumlah Penduduk N/A 2.322.010 2.378.628 2.397.365 2.412.458
(jiwa)
Rata-rata Kepadatan N/A 13.879 14.218 14.330 14.420
Penduduk (jiwa/km2)
Laju Pertumbuhan N/A 2,84
Penduduk (%) 2,44 0,79 0,63
Komposisi Penduduk
menurut:
a. Jenis Kelamin
Laki - Laki (orang) N/A 1.182.714 1.202.025 1.211.803 1.218.143
Perempuan (orang) N/A 1.139.296 1.176.603 1.185.562 1.194.315
b. Angkatan Kerja N/A 1.192.770 1.192.521 N/A 1.219.398
(orang)
12
Gambaran Umum Kelitbangan
Rencana Induk Kelitbangan Pemerintah Kota Bandung Tahun 2018-2023
Tahun
Uraian
2013 2014 2015 2016 2017
Jumlah yang Bekerja N/A 1.096.799 1.084.989 N/A 1.116.529
(orang)
Jumlah 129.142 95.971 107.532 N/A 102.869
Pengangguran
(orang)
Tingkat 10,98 8,05 9,02 N/A 8,44
Pengangguran
(%)
Sumber: BPS dan Disdukcapil Kota Bandung
13
Gambaran Umum Kelitbangan
Rencana Induk Kelitbangan Pemerintah Kota Bandung Tahun 2018-2023
Mandalajati 67.652
Cinambo 24.145
Panyileukan 37.882
Gedebage 38.169
Ujung Berung 81.271
Cibiru 71.612
Arcamanik 72.424
Rancasari 80.701
Buah Batu 97.857
Bandung Kidul 57.732
Antapani 75.209
Sumur Bandung 35.919
Cibeunying Kaler 68.316
Bojongloa Kidul 84.079
Kiaracondong 124.255
Bandung Kulon 130.831
Cibeunying Kidul 109.149
Lengkong 70.943
Batununggal 117.515
Regol 80.314
Astana Anyar 73.236
Bandung Wetan 29.774
Cidadap 52.044
Sukajadi 99.672
Cicendo 94.048
Andir 99.085
Bojongloa Kaler 120.851
Babakan Ciparay 132.497
Coblong 111.247
Sukasari 74.029
0 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 140.000
Besaran jumlah penduduk diatas mendiami wilayah seluas 167,31 km2, sehingga
rata-rata kepadatan penduduk Kota Bandung pada tahun 2017 adalah 14.526 jiwa
per km2 dengan tren meningkat setiap tahunnya. Tingkat kepadatan penduduk
Kota Bandung merupakan salah satu yang tertinggi jika dibandingkan dengan
kabupaten/kota lainnya pada regional Jawa Barat ataupun Nasional.
14
Gambaran Umum Kelitbangan
Rencana Induk Kelitbangan Pemerintah Kota Bandung Tahun 2018-2023
Usia 65-75+;
126.703
Usia 0-14;
566.741
Usia 15-64;
1.804.494
15
Gambaran Umum Kelitbangan
Rencana Induk Kelitbangan Pemerintah Kota Bandung Tahun 2018-2023
Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Kota Bandung Berdasarkan Kelompok Usia Tahun
2017
Komposisi penduduk Kota Bandung menurut jenis kelamin selama periode tahun
2014-2017 menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki–laki cenderung lebih
banyak (1,59%) daripada penduduk perempuan.
16
Gambaran Umum Kelitbangan
Rencana Induk Kelitbangan Pemerintah Kota Bandung Tahun 2018-2023
Pada tahun 2014, penduduk usia di atas 10 tahun yang tidak memiliki ijazah SD
sebesar 12,4% dan kemudian mengalami penurunan menjadi 11,7%, pada tahun
2017. Di sisi lain,
penduduk usia di atas
10 tahun yang
memiliki ijazah
tertinggi
SD/MI/sederajat,
SMP/MTs/sederajat,
SLTA/sederajat, dan
Perguruan Tinggi
mengalami fluktuasi,
Tahun
Uraian
2014 2015 2016 2017
Tidak Mempunyai Ijazah (%) 12,39 13,82 12,11 11,70
17
Gambaran Umum Kelitbangan
Rencana Induk Kelitbangan Pemerintah Kota Bandung Tahun 2018-2023
Tahun
Uraian
2014 2015 2016 2017
SMP/MTs/Sederajat (%) 17,11 16,77 16,64 16,72
Jumlah angkatan kerja Kota Bandung setiap tahun mengalami peningkatan rata-
rata sebesar 1,21% selama periode tahun 2013-2017 (lihat Gambar 2.7). Pada
tahun 2013, angkatan kerja yang berada di Kota Bandung tercatat sebanyak
1.176.377 tenaga kerja dan meningkat menjadi 1.219.398 tenaga kerja di tahun
2017.
1.200.000 12
10,98
Tingkat pengangguran
1.000.000 9,02 10
terbuka di Kota
800.000 8,44 8
8,05
1.116.529
Bandung selama
1.096.799
1.084.989
Persen
Orang
1.047.235
600.000 6
periode 2013-2017
400.000 4
mengalami
200.000 2
penurunan, dimana
0 0
2013 2014 2015 2017* pada tahun 2013
Bekerja Pengangguran tingkat pengangguran
Tingkat Pengangguran mencapai 10,98%,
Sumber: BPS Kota Bandung kemudian mengalami
Gambar 2.7 Perkembangan Tenaga Kerja dan penurunan yang
Pengangguran Kota Bandung Periode 2013-2015 dan signifikan menjadi
2017 8,44% di tahun 2017.
Hal ini mengindikasikan bahwa pertambahan angkatan kerja mampu diserap oleh
peningkatan jumlah lapangan kerja yang ada. Akan tetapi apabila dibandingkan
dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Nasional sebesar 5,13 % dan
Provinsi sebesar 8,16 % maka TPT Kota Bandung paling besar.
18
Gambaran Umum Kelitbangan
Rencana Induk Kelitbangan Pemerintah Kota Bandung Tahun 2018-2023
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator untuk
mengetahui kondisi perekonomian suatu wilayah secara makro. Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) pada tingkat regional menggambarkan kemampuan suatu
wilayah untuk menciptakan nilai tambah pada suatu waktu tertentu. PDRB dapat
dibagi menjadi dua jenis, yaitu PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan PDRB Atas
Dasar Harga Konstan. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bandung
tahun 2017 menunjukkan Kategori Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor merupakan kategori dengan kontribusi terbesar yaitu
sebesar 26,56%. Kategori Industri Pengolahan merupakan kategori yang
memberikan kontribusi terbesar kedua pada PDRB yaitu sebesar 19,33%.
Kontribusi setiap kategori pada PDRB Kota Bandung menurut lapangan usaha
dapat dilihat pada Tabel 2.4 dan 2.5 berikut.
19
Gambaran Umum Kelitbangan
Rencana Induk Kelitbangan Pemerintah Kota Bandung Tahun 2018-2023
Tabel 2.4 PDRB Kota Bandung Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha (juta rupiah) Tahun 2013─2017
Kategori Tahun
G Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi 37.550.557,04 40.412.177,42 43.307.804,29 46.451.124,92 49.410.000,07
Mobil dan Sepeda Motor
Kategori Tahun
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.149.454,58 1.274.376,79 1.422.891,18 1.564.364,77 1.707.983,97
Tabel 2.5 PDRB Kota Bandung Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (juta rupiah) Tahun 2013─2017
Tahun
Kategori
2013 2014 2015 2016* 2017**
A Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 219.108,54 236.522,06 266.413,55 258.769,06 286.222,02
Tahun
Kategori
2013 2014 2015 2016* 2017**
K Jasa Keuangan dan Asuransi 8.687.069,45 10.016.160,81 11.181.554,01 12.613.090,39 14.145.708,63
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.421.210,08 1.734.019,17 2.012.776,11 2.322.079,53 2.590.047,51
R,S,T,
Jasa Lainnya 4.945.669,24 5.815.782,89 6.520.702,98 7.477.935,29 8.654.962,31
U
Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa selama lima tahun terakhir (2013- 2017),
struktur perekonomian Kota Bandung didominasi oleh 6 (enam) kategori lapangan
usaha, diantaranya: Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil, dan Sepeda
Motor; Industri Pengolahan; Transportasi dan Pergudangan; Informasi dan
Komunikasi; Konstruksi; serta Jasa Keuangan dan Asuransi. Secara serentak keenam
kategori tersebut memiliki peranan sebesar 82,16 persen terhadap total PDRB Kota
Bandung tahun 2017. Gambar 2.3 menggambarkan kontribusi kategori PDRB di Kota
Bandung tahun 2017 yang diurut mulai dari nilai kontribusi terbesar (kategori
perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor) hingga nilai
kontribusi terkecil (kategori pengadaan listrik dan gas) dengan menggunakan harga
berlaku.
0 10 20 30
Persen
Apabila melihat tren dari tahun 2013–2017, Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor, serta Industri Pengolahan merupakan dua lapangan usaha
yang memberikan peranan tertinggi terhadap total PDRB Kota Bandung. Namun
meskipun peranannya tinggi, selama 2013-2017 kedua lapangan usaha tersebut
cenderung menunjukkan peranan yang menurun. Sebaliknya, lapangan usaha
Transportasi dan Pergudangan peranannya berangsur-angsur meningkat. Sementara
lapangan usaha Konstruksi, Informasi dan Komunikasi, serta Jasa Keuangan dan
Asuransi peranannya berfluktuasi namun cenderung meningkat. Hal tersebut dapat
menggambarkan terjadinya pergeseran struktur ekonomi di Kota Bandung ke kategori
jasa-jasa.
9
7,84 7,72 7,64 7,79 Keterangan:
8 7,21
7 6,33
5,67 *LPE Kota Bandung dan
6 5,09 5,04 5,29
Jawa Barat (Sumber: BPS
5 5,56 Kota Bandung dan Jawa
4 5,01 4,88 5,03 5,07 Barat, 2018)
3
2013 2014 2015 2016 2017 *LPE Nasional (Sumber: BPS
Jawa Barat Nasional Kota Bandung Pusat, 2018)
100 96,12
87,07
90
78,89
80
69,9 69,2
Juta Rp
70 64,73
61,74 60,28
60
56,24
52,47
50
40
2013 2014 2015 2016* 2017**
Tabel 2.6 Perbandingan PDRB Per Kapita Harga Konstan Kota Bandung
Wilayah Bandung Raya dan Provinsi Jawa Barat Periode 2013-2017
Tahun
Wilayah (Kota/Kab/
Provinsi) 2013 2014 2015 2016* 2017**
Berdasarkan Tabel 2.6 diatas dapat diketahui bahwa Kota Bandung dan Kota Cimahi
merupakan daerah yang memiliki nilai PDRB per kapita lebih tinggi daripada
Provinsi Jawa Barat, sementara Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang, dan
Kabupaten Bandung Barat masih dibawah PDRB per kapita Provinsi Jawa Barat.
16,200
16,033
16,000
15,805
15,800
15,609
15,600
15,400
Ribu Rp
15,200
15,048
14,957
15,000
14,800
14,600
14,400
2013 2014 2015 2016 2017
E. Laju Inflasi
Inflasi merupakan salah satu indikator penting yang dapat memberikan informasi
tentang dinamika perkembangan harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat
dan berpengaruh terhadap kemampuan daya beli masyarakat. Perkembangan harga
barang dan jasa tersebut menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat
daya beli. Selama periode 2013-2017, Kota Bandung mengalami fluktuasi laju inflasi
tiap tahunnya, seperti yang terlihat pada Gambar 2.7. Pada tahun 2013 tingkat inflasi
Kota Bandung pada posisi 7,97%, terus mengalami penurunan sampai 2016, dan
kenaikan pada tahun 2017 menjadi 3,46 %. Komponen makanan jadi, rokok dan
tembakau menjadi komponen inflasi yang terbesar yaitu mencapai 7,11%
10
9
7,76
8
7 7,97
6
Persen
5 3,93
3,46
4 2,93
4,53
4,02
3
2 2,75
1
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Sumber: BPS Kota Bandung, BPS Jawa Barat, dan BPS Pusat
Gambar 2.13 Inflasi Tahunan Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, dan
Nasional Periode 2010-2017
Jika dibandingkan dengan tingkat inflasi di tingkat nasional dan regional Jawa
Barat, nilai inflasi di Kota Bandung pada tahun 2017 cenderung sedikit lebih
rendah daripada regional provinsi Jawa Barat dan Nasional. Selain itu, tingkat
inflasi Kota Bandung di tahun 2017 juga relatif lebih rendah jika dibandingkan
dengan 5 kota lainnya di Jawa Barat (Bogor, Sukabumi, Cirebon, Depok,
danTasikmalaya). Hal ini mengindikasikan bahwa kenaikan harga di Kota
Bandung cenderung tidak mengalami fluktuasi yang relatif besar.
A. Pendidikan
Harapan Lama Sekolah (HLS) merupakan indikator pengganti Angka Melek Huruf
(AMH). HLS didefinisikan sebagai lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan
akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. Diasumsikan bahwa
peluang anak tersebut
14
13,89 13,9 akan tetap bersekolah
13,9
13,8
pada umur-umur
13,7 13,63 berikutnya sama dengan
13,6 peluang penduduk yang
Tahun
13,5
bersekolah per jumlah
13,4 13,33
penduduk untuk umur
13,3
13,2 13,13
yang sama saat ini. HLS
13,1 dihitung pada usia 7
13 tahun ke atas karena
2013 2014 2015 2016 2017
mengikuti kebijakan
pemerintah yaitu program
Sumber: BPS Kota Bandung, 2017 wajib belajar. HLS dapat
Gambar 2.14 Perkembangan Harapan Lama digunakan untuk
Sekolah Kota Bandung Tahun 2010-2017 mengetahui kondisi
pembangunan sistem
pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya pendidikan
(dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai oleh setiap anak.
HLS Kota Bandung terus mengalami tren meningkat yaitu 13,13 tahun pada tahun
2013, menjadi 13,90 tahun pada tahun 2017. Artinya, secara rata-rata anak usia 7
tahun yang masuk jenjang pendidikan formal pada tahun 2017 memiliki peluang
untuk bersekolah selama 13,90 tahun atau setara dengan Diploma III.
Rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk
berusia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang
pernah dijalani. Indikator ini dihitung dari variabel pendidikan tertinggi yang
ditamatkan dan tingkat pendidikan yang sedang diduduki. Standar UNDP adalah
minimal 0 tahun dan maksimal 15 tahun. Rata-rata lama sekolah Kota Bandung terus
mengalami peningkatan, mulai dari 10,37 tahun pada tahun 2013, menjadi 10,59
tahun pada tahun 2017. Hal ini artinya rata-rata lama sekolah masyarakat Kota
Bandung setara dengan SMA Kelas 2 atau kelas XI.
10,65
10,58 10,59
10,6
10,5
10,45
10,4 10,37
10,35
10,3
2013 2014 2015 2016 2017
Gambar 2.15 Grafik Rata-Rata Lama Sekolah Kota Bandung Tahun 2013-2017
Angka partisipasi kasar adalah rasio jumlah siswa, berapapun usianya yang sedang
sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang
berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. Capaian tingkat APK Kota Bandung
pada tahun 2017 untuk tingkat SD/MI dan SMP/MTs melampaui 100%, yaitu
106,19% untuk APK SD/MI dan 104,80% untuk APK SMP/MTs serta 109,66%
untuk SMA/SMK/MA. Hal ini didukung oleh adanya penguatan penyelenggaraan
program sekolah gratis melalui pendanaan BOS APBN, BOS Provinsi, dan BOS
Kota.
140
120
100
Persentase
80
60
40
20
0
2013 2014 2015 2016 2017
SD/MI 131,05 109,13 102,01 110,13 106,19
SMP/MTs 116,16 108,19 103,19 104,17 104,8
SMA/SMK/MA (khusus Kota
98,96 99,31 104,25 102,81 109,66
Bandung)
Series4 100 100 100 100 100
Tahun
Angka partisipasi murni adalah persentase siswa dengan usia yang berkaitan dengan
jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang sama. Capaian Angka
Partisipasi Murni (APM) Kota Bandung pada tahun 2017 secara umum untuk jenjang
pendidikan SD/MI dan SMP/Mts mencapai 100%. Hanya saja, untuk jenjang
pendidikan SMA/MA/SMK masih dibawah 100% yaitu sebesar 95,71%. Hal ini
menunjukan perlunya dukungan program yang mampu mendorong keberlanjutan
pendidikan dari tingkat menengah ke tingkat atas.
120
100
80
Persentase
60
40
20
0
2013 2014 2015 2016 2017
SD/MI/Paket A 100 100 100 100 100
SMP/MTs/Paket B 100 100 100 100 100
SMA/SMK/MA/Paket C 0 94,04 94,86 95,69 95,71
Tahun
Angka pendidikan yang ditamatkan (APT) adalah rasio jumlah penduduk yang
mencapai jenjang pendidikan tertentu terhadap total jumlah penduduk. Nilai angka
tamat berkisar antara 0-100. Semakin tinggi ijazah/STTB yang dimiliki oleh sebagian
besar penduduk suatu wilayah maka mencerminkan semakin tinggi taraf
intelektualitas masyarakat di wilayah tersebut. Mengacu pada tabel berikut, di Kota
Bandung pada tahun 2017, angka tamat SD sebesar 20,66 persen, angka tamat SMP
sebesar 21,56 persen, angka tamat SMP sebesar 35,59 persen, dan angka tamat PT
sebesar 14,88 persen, artinya sebagian besar penduduk di Kota Bandung telah
menamatkan jenjang pendidikan SMA.
Pada tahun 2017 terdapat 331.245 siswa miskin di Kota Bandung yang bersekolah
pada berbagai jenjang. Siswa miskin yang bersekolah pada jenjang SD/MI sejumlah
137.940 siswa (41,64%), SMP/ Mts sejumlah 92.015 siswa (27,78%) dan
SMA/MA/Sederajat sejumlah 101.290 siswa (30,58%). Berikut adalah komposisi
siswa miskin.
SMU / MA /
Sederajat;
101.290; 30% SD / MI /
Sederajat; SD / MI / Sederajat
137.940; 42%
SLTP / MTs / Sederajat
SMU / MA / Sederajat
SLTP / MTs /
Sederajat;
92.015; 28%
Berdasarkan Tabel 2.7, komposisi siswa miskin pada seluruh jenjang pendidikan
paling banyak terdapat di Kecamatan Bojongloa Kaler. Jumlah siswa miskin untuk
jenjang pendidikan SD/MI/Sederajat mencapai 12.380 jiwa, Jumlah siswa miskin
untuk tingkat SMP/MTs/Sederajat mencapai 7.996 jiwa, dan jumlah siswa miskin di
tingkat SMA/MA/Sederajat mencapai 8.835 jiwa.
SD/MI/ SMA/MA/
No Kecamatan SMP/Mts/ Sederajat
sederajat Sederajat
SD/MI/ SMA/MA/
No Kecamatan SMP/Mts/ Sederajat
sederajat Sederajat
Ujungberung
Sumur Bandung
Sukasari
Sukajadi
Regol
Rancasari
Panyileukan
Mandalajati
Lengkong
Kiaracondong
Gedebage
Coblong
Cinambo
Cidadap
Cicendo
Cibiru
Cibeunying Kidul
Cibeunying Kaler
Buahbatu
Bojongloa Kidul
Bojongloa Kaler
Batununggal
Bandung Wetan
Bandung Kulon
Bandung Kidul
Babakan Ciparay
Astanaanyar
Arcamanik
Antapani
Andir
Gambar 2.20 Distribusi Siswa Miskin pada Setiap Jenjang Pendidikan per
Kecamatan di Kota bandung Tahun 2017
Secara keseluruhan di Kota Bandung tersedia sekolah Negeri maupun Swasta untuk
tingkat pendidikan SD sebanyak 466 unit, SMP sebanyak 242 unit, SMA sebanyak
136 unit, SMK sebanyak 125 unit dan SLB sebanyak 45 unit. Sekolah yang dikelola
oleh pemerintah dari berbagai tingkat pendidikan sebanyak 376 unit sedangkan yang
dikelola swasta sebanyak 638 unit. Pada Tahun 2017, sekolah yang telah terakreditasi
untuk SD sebanyak 63,66% (296 sekolah), dan SMP sebanyak 53.36% (129 sekolah).
Selain itu juga telah tersedia sekolah rintisan inklusif dan sekolah hijau (adiwiyata).
Jumlah sekolah rintisan inklusif SD sebanyak 32 sekolah dan SMP sebanyak 17
sekolah sedangkan jumlah sekolah hijau SD sebanyak 31 sekolah dan SMP sebanyak
30 sekolah.
Sekolah Hijau
Rintisan
Akreditasi
SD SMP
B. Kesehatan Masyarakat
Tingkat kesehatan suatu wilayah dapat dilihat dari besar usia harapan hidup
penduduknya. Membaiknya kondisi kesehatan masyarakat Kota Bandung diiringi
dengan peningkatan angka harapan hidup. Angka Harapan Hidup pada tahun 2013
sebesar 73,79 tahun dan pada tahun 2017 menjadi 73,86 tahun. Hal ini berarti
menunjukkan
75 penambahan sebesar
74,5
73,79 73,8 73,82 73,84 73,86 0,09 poin atau terjadi
74
73,5 peningkatan sebesar
73 0,12 %. Jika
72,5
72,5
dibandingkan dengan
72
71,5
AHH Nasional dengan
71,1
71 rata-rata 71,11 tahun
70,5
dan Provinsi Jawa
70
2013 2014 2015 2016 2017 Barat dengan rata-rata
Provinsi Jawa Barat Nasional Kota Bandung 72,5 tahun, maka AHH
kota Bandung paling
Sumber: BPS Kota Bandung, 2018
tinggi. Jika
Gambar 2.22 Perbandingan Angka Harapan Hidup dibandingkan antara
Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat dan Nasional penduduk laki-laki dan
perempuan, penduduk
perempuan memiliki usia harapan hidup yang lebih lama dibanding penduduk.
Peningkatan angka harapan hidup sangat dipengaruhi beberapa faktor, antara lain:
Merujuk pada konsep yang diterapkan oleh BPS dalam Susenas, maka Tingkat
Morbiditas (angka kesakitan) menunjukkan adanya gangguan/keluhan kesehatan yang
mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-hari baik dalam melakukan pekerjaan,
bersekolah, mengurus rumah tangga maupun melakukan aktivitas lainnya. Pada
umumnya keluhan kesehatan yang mengindikasikan adanya suatu penyakit yang
biasa dialami oleh penduduk adalah panas, batuk, pilek, asma/napas sesak, diare,
sakit kepala berulang, sakit gigi, campak, dll. Semakin banyak penduduk yang
mengalami gangguan kesehatan berarti semakin rendah derajat kesehatan di wilayah
tersebut dan menunjukkan angka kesakitan yang tinggi di wilayah tersebut
(penduduknya banyak yang mengalami sakit).
Berdasarkan hasil Susenas 2017, angka kesakitan penduduk Kota Bandung sebesar
15,37 persen. Jika dilihat menurut jenis kelaminnya, angka kesakitan penduduk laki-
laki tidak jauh berbeda (15,27 persen) dengan angka kesakitan penduduk perempuan
(15,48 persen) di Kota Bandung Tahun 2017. Angka Kesakitan di Kota Bandung
masih lebih besar dibandingkan dengan angka kesakitan di Provinsi Jawa Barat.
Dimana angka kesakitan Jawa Barat sebesar 14,74 persen dengan angka kesakitan
penduduk lakilaki sebesar 14,66 persen dan 14,82 persen untuk angka kesakitan
penduduk perempuan di Jawa Barat Tahun 2017. Hal tersebut berarti derajat
kesehatan di Kota Bandung masih lebih rendah dibandingkan dengan Jawa Barat
pada tahun 2017.
15,6 15,48
15,4
15,27
15,2
15
14,82
14,8
14,66
14,6
14,4
14,2
Laki-laki Perempuan
Resiko yang dihadapi ibu hamil selama kehamilan dan melahirkan dipengaruhi oleh
keadaan sosial ekonomi, keadaan kesehatan yang kurang baik menjelang kehamilan,
kejadian komplikasi selama kehamilan dan kelahiran, serta gambaran tersedianya dan
penggunaan fasilitas kesehatan pelayanan prenatal dan obstetric. Angka kematian Ibu
adalah jumlah kematian ibu karena kehamilan, persalinan, masa nifas dalam suatu
wilayah dan periode tertentu. Cara perhitungannya adalah Jumlah kematian ibu
karena kehamilan, persalinan, masa nifas dalam suatu wilayah dan periode tertentu
dibandingkan dengan jumlah lahir hidup dalam waktu dan periode yang sama x
100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2017, kematian ibu di Kota Bandung mencapai
53,55 % atau sebanyak 16 orang ibu meninggal, lebih rendah dibandingkan tahun
2016 yang mencapai 59,18% atau 27 orang ibu meninggal. Adapun penyebab
kematian ibu terbanyak adalah Atonia Uteri, Cardiac Aerest, Eklamsi dan Pendarahan
Post Partum sebanyak 12,5%.
100
90
80
70
59,18
Persentase
60 53,55
50
40
30
20
10
2016 2017
100
90
80
70
Persentase 60
50
40
29,23 28,91
30
20
10
2016 2017
Persentase 0,57
0,5
0,39
0
2016 2017
Pada tahun 2017, penyakit menular di Kota Bandung didominasi oleh penyakit
Demam Berdarah dengan jumlah yang mencapai 1.786 orang penderita dan terdapat
penderita yang meninggal sebanyak 6 orang. Kecamatan Lengkong merupakan
kecamatan dengan jumlah penderita demam berdarah terbanyak yaitu 138 orang
sedangkan yang terendah adalah Kecamatan Cidadap yaitu 12 orang.
Mandalajati
Cinambo
Panyileukan
Gedebage
Ujung Berung
Cibiru
Arcamanik
Rancasari
Buah Batu
Bandung Kidul
Antapani
Sumur Bandung
Cibeunying Kaler
Bojongloa Kidul
Kiaracondong
Bandung Kulon
Cibeunying Kidul
Lengkong
Batununggal
Regol
Astana Anyar
Bandung Wetan
Cidadap
Sukajadi
Cicendo
Andir
Bojongloa Kaler
Babakan Ciparay
Coblong
Sukasari
Meninggal Penderita
Tahun 2017
Angka Kriminalitas
Data dari Polrestabes Kota Bandung yang ditampilkan pada Portal BPS kota Bandung
menunjukkan jumlah tindak pidana yang tinggi, seperti pada kota besar pada
umumnya. Jumlah keseluruhan tindak pidana di Kota Bandung selama tahun 2014-
2016 mengalami penurunan. Jenis kriminalitas tertinggi pada tahun 2014 adalah
pencurian kendaraan bermotor roda 2, pada tahun 2015 tertinggi adalah tindak pidana
penipuan dan tahun 2016 jenis kriminalitas lain selain dari 27 jenis kriminal yang
terinci pada tabel dibawah ini. Respon warga terhadap gejala ini, antara lain nampak
dari penjagaan keamanan diri secara spontan dalam bentuk penutupan akses ke
kawasan-kawasan permukiman (terutama dari golongan mampu) yang sekaligus
menimbulkan kesan eksklusivisme; selain kegiatan ronda sebagai wujud penjagaan
keamanan komunitas. Data tersebut diharapkan dapat menggambarkan kondisi
gangguan keamanan, karena data terbaru sulit untuk diperoleh.
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
Curanmor R-2 Curi Berat Penipuan Kriminalitas lainnya
6 Aniaya Ringan 57 54 43
10 Peras / Anc.Keras 43 42 42
11 Pengrusakan 34 43 37
12 Kebakaran 0 0 0
13 Pembunuhan 6 8 8
14 Perkosaan 13 9 9
15 Perzinahan 14 13 11
16 Penculikan 5 4 7
17 Narkotika 0 0 0
19 Pemalsuan Surat 36 60 43
20 Pemalsuan Merk 7 4 3
21 Sumpah Palsu 0 0 0
22 Perjudian 28 17 10
23 Penghinaan 20 11 25
25 Penadahan 0 2 1
26 Korupsi 0 3 0
5000
3952
3806
4000
3529
3000 2731
2000
1000
0
2014 2015 2016 2017
8
7
6
5
4
3
2
1
0
2014 2015 2016 2017
Bidang Politik 0 1 2 1
Bidang Ekonomi 0 4 7 4
Bidang Agama 0 1 1 0
Bidang Lainnya 0 2 0 0
3. Tingkat pendidikan yang rendah, dimana hal ini berpengaruh pada kompetensi
dan skill yang dimiliki oleh penduduk dalam dunia kerja.
4. Distribusi yang tidak merata, dimana secara makro kemiskinan muncul karena
adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan
distribusi pendapatan menjadi timpang.
Sebagai kota metropolitan, Kota Bandung tak lepas dari masalah kemiskinan.
Berdasarkan data dari Pemerintah Kota Bandung, jumlah penduduk miskin terbilang
signifikan karena mencapai lebih dari 10 persen dari jumlah warga Kota Bandung.
Berikut adalah tabel rincian jumlah rumah tangga miskin setiap kecamatan di Kota
Bandung.
Ujungberung 5.564
Sumur Bandung 1.046
Sukasari 2.596
Sukajadi 5.469
Regol 4.264
Rancasari 3.138
Panyileukan 1.651
Mandalajati 3.853
Lengkong 2.658
Kiaracondong 8.589
Gedebage 1.936
Coblong 6.265
Cinambo 1.560
Cidadap 1.903
Cicendo 3.968
Cibiru 4.491
Cibeunying Kidul 6.094
Cibeunying Kaler 2.924
Buahbatu 5.653
Bojongloa Kidul 6.031
Bojongloa Kaler 11.405
Batununggal 8.672
Bandung Wetan 1.044
Bandung Kulon 8.344
Bandung Kidul 3.857
Babakan Ciparay 9.811
Astanaanyar 3.823
Arcamanik 3.887
Antapani 2.785
Andir 5.452
0 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000
Jumlah KK Miskin
Berdasarkan data pada Tabel 2.31 tersebut, pada tahun 2017, Kecamatan Bojongloa
Kaler merupakan wilayah dengan jumlah rumah tangga miskin terbesar mencapai
138.733 KK, padat penduduk dan berada di daerah pusat kota dengan kondisi
lingkungan yang kurang tertata baik. Tingginya jumlah keluarga miskin di kecamatan
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain rendahnya aksesibilitas warga
miskin terhadap sistem sumber yang ada, ketidakberdayaan warga miskin dalam
pengambilan keputusan dalam setiap kegiatan pembangunan, rendahnya kualitas
sumber daya manusia, serta rendahnya sistem perlindungan sosial baik yang
dilakukan oleh pemerintah maupun yang berbasis masyarakat. Sementara Kecamatan
Bandung Wetan merupakan kecamatan di Kota Bandung dengan jumlah rumah
tangga miskin terendah yaitu sebanyak 1.044 KK atau 0,75%.
a. Gini Ratio
Gini ratio di Kota Bandung lebih besar daripada Provinsi Jawa Barat dan nasional.
Artinya tingkat ketimpangan pendapatan di Kota Bandung termasuk tinggi Dari tahun
2012 hingga tahun 2014 angka gini ratio merangkak naik dan bahkan sudah mencapai
angka 0,48 pada tahun 2014 dan mengalami penurunan menjadi 0,43 pada tahun
2017. Angka gini ratio Kota Bandung menunjukkan bahwa ketimpangan pendapatan
antar golongan masyarakat tergolong ‘sedang’. Situasi ini membutuhkan upaya
penurunan ketimpangan dan agar tidak terjadi tingkat ketimpangan ‘tinggi’. Berikut
ini adalah perkembangan gini ratio di Kota Bandung dari tahun 2012-2017.
Gambar 2.32 Perbandingan Gini Ratio Kota Bandung, Jawa Barat dan
Nasional Tahun 2012 – 2017
Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index = P1) merupakan ukuran rata-rata
kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis
kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran
penduduk miskin dari garis kemiskinan. Bila dilihat perkembangannya selama
periode 2014 – 2017, indeks kedalaman kemiskinan di Kota Bandung berfluktuasi.
Akan tetapi, Bila dilihat perkembangannya selama periode tahun 2014 – 2017, indeks
kedalaman kemiskinan di Kota Bandung berfluktuasi, pada tahun 2014-2015 Indeks
Kedalaman Kemiskinan mengalami kenaikan. Indeks Kedalaman Kemiskinan naik
dari 0,69 pada tahun 2014 menjadi 0,72 pada tahun 2015. Ini mengindikasikan bahwa
rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauhi garis
kemiskinan. Sementara itu selama periode 2015-2016 mengalami penurunan menjadi
0.55 ini artinya bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin
mendekat garis kemiskinan. Dan selama periode 2016-2017 mengalami kenaikan
0,8
0,7 0,72
0,69 0,68
0,6
0,55
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
2014 2015 2016 2017
Jumlah angkatan kerja Kota Bandung mengalami peningkatan sebesar 1,39% selama
periode tahun 2013-2014. Pada tahun 2013, angkatan kerja yang berada di Kota
Bandung tercatat sebanyak 1.176.377 orang dan meningkat menjadi 1.192.770
orang di tahun 2014. Di sisi lain, tingkat pengangguran terbuka di Kota Bandung di
tahun 2013 yang sebesar
1.200.000
10,98 12 10,98%, mengalami
Persen
Orang
600.000 6
Hal ini mengindikasikan
400.000 4
bahwa pertambahan
200.000 2 angkatan kerja mampu
0 0 diserap oleh peningkatan
2013 2014 2015 2017*
jumlah lapangan kerja
Bekerja Pengangguran
yang ada. Namun pada
Tingkat Pengangguran
tahun 2015,
Sumber: BPS Kota Bandung pengangguran terbuka
mengalami kenaikan
Gambar 2.34 Perkembangan Tenaga Kerja dan
menjadi sebesar 9,02%
Pengangguran Kota Bandung Periode 2013-2015 dan
yang selanjutnya
2017
mengalami penurunan
menjadi 8,44% pada
tahun 2017. Ini menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Bandung melalui kebijakan
dan programnya yang pro-job cukup berhasil mengurangi angka pengangguran yang
ada. Hal ini juga ditunjang oleh semakin membaiknya tingkat perekonomian makro
ekonomi Kota Bandung, sehingga penyediaan lapangan pekerjaan mengalami
perbaikan.
A. Panjang Jalan
Tabel 2.10 Rasio Panjang Jalan per Jumlah Kendaraan Tahun 2013 - 2017
No. Tahun
Uraian
2013 2014 2015 2016 2017
No. Tahun
Uraian
2013 2014 2015 2016 2017
B. Air Minum
Berdasarkan hasil Susenas 2017, terdapat peningkatan persentase rumah tangga yang
menggunakan air kemasan, isi ulang dan air ledeng sebanyak 86,89 persen rumah
tangga sebagai sumber air minum. Dan sebesar 92,49 persen rumah tangga
menggunakan air minum bersih. Dari segi fasilitas air minum di Kota Bandung tahun
2017 ini banyak mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2016.
100
92,49
90 87,92 86,89
80,01
80
70
60
50
2016 2017
Air Kemasan, isi ulang dan air Ledeng Air Minum Bersih
Gambar 2.35 Persentase rumah tangga yang menggunakan air kemasan, isi
ulang dan air ledeng serta air minum bersih
Pada tahun 2017, jumlah air minum yang disalurkan PDAM Tirtawening Kota
Bandung mencapai 42.000.663 m3, menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang
mencapai 42.528.447 m3 namun pada periode 2014-2107 rata-rata laju pertumbuhan
air bersih yang disalurkan meningkat sebesar 3,25% pertahun dengan koefesien
variasi 4,69%. Rata-rata jumlah air minum yang disalurkan 3.300.989 m3 sampai
3.485.474 m3 per bulannya.
3.900.000
m3
3.400.000
2.900.000
Tahun 2014-2017
C. Sistem Drainase
Sistem drainase yang ada saat ini di Kota Bandung merupakan peninggalan jaman
kolonial Belanda, dimana sistem drainase tersebut dirancang untuk dapat memenuhi
kebutuhan penduduk sejumlah 800.000 jiwa. Perkembangan penduduk Kota Bandung
yang saat ini mencapai 2,4 juta jiwa memerlukan rancangan sistem drainase baru.
Saat ini Kota Bandung, belum memiliki Rencana Induk Sistem Drainase sehingga
B. Pengelolaan Persampahan
Kota Bandung merupakan salah satu kota yang mengalami permasalahan di bidang
pengelolaan sampah karena kondisi kurang optimalnya sistem pengangkutan sampah
khususnya pada sub bagian pelayanan pengangkutan sampah. Masih banyak sampah
yang belum terangkut dan terjadi penumpukan di beberapa daerah di Kota Bandung.
Masa pakai TPA Sarimukti akan habis pada akhir tahun 2017 sehingga ada rencana
pemindahan ke TPSA Legok Nangka yang berada di Kecamatan Nagreg, Kabupaten
Bandung. Pemindahan lokasi TPA ini diikuti dengan rencana sistem pengangkutan
sampah yang baru menggunakan Stasiun Peralihan Antara (SPA). Dengan
menggunakan sistem baru ini setiap kendaraan pengangkut sampah akan menuju
Stasiun Peralihan Antara (SPA), dimana terdapat 2 SPA yang akan beroperasi di kota
Bandung, yaitu SPA Gedebage dan SPA Leuwigajah. Untuk wilayah operasional
Bandung Selatan dan Bandung Timur akan dilayani oleh SPA Gedebage sedangkan
untuk wilayah operasional Bandung Utara dan Bandung Barat akan dilayani oleh
SPA Leuwigajah. Volume sampah yang dihasilkan di Kota Bandung berasal dari
kegiatan rumah tangga (domestik) dan berasal dari kegiatan fasilitas sosial,
perkantoran, pasar, pertokoan dan kegiatan lainnya (non domestik). Mengacu pada
standar produksi sampah untuk kota kecil adalah 2,5 liter/orang/hari (SNI 3242:2008)
dan jumlah penduduk Kota Bandung tahun 2017 adalah 2.412.458 jiwa (Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Bandung, 2018) maka volume sampah yang
dihasilkan adalah 6.031,15 m3/hari. Bila diasumsikan cakupan pelayanan sebesar
80% maka timbulan sampah yang harus ditangani adalah sebesar 4.824,92 m3/hari.
Sementara itu kapasitas TPA yang ada pada tahun 2009 hanya 3.837.899 m3 (PD
Kebersihan Kota Bandung, 2009). Sehingga saat ini TPA Sarimukti berstatus
overload (Bandung TV, 2018).
Sampai dengan tahun 2017, tersedia sebanyak 132 unit Tempat Pembuangan Sampah
Sementara (TPSS) dan 9 unit Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) di Kota
Bandung. Lokasi tempat pembuangan sampah terpadu tersebar di 6 kecamatan Kota
Bandung yaitu Coblong 2 unit, Kiaracndong (1 unit), Anstana Anyar (1 unit), Sumur
Bandung (1 Unit), Antapani (3 unit) dan Bandung Wetan (1 unit), sedangkan TPSS
terbanyak terdapat pada kecamatan Batununggal yaitu 14 unit.
Kota Bandung berada di Cekungan Bandung yang dikelilingi oleh gunung berapi
yang masih aktif dan berada di antara 3 (tiga) daerah sumber gempa bumi yang saling
melingkup, yaitu (i) sumber gempa bumi Sukabumi-Padalarang-Bandung, (ii) sumber
gempa bumi Bogor-Puncak-Cianjur, serta (iii) sumber gempa bumi Garut-
Tasikmalaya-Ciamis. Daerah-daerah tersebut berada di sepanjang sesar-sesar aktif,
sehingga sewaktu-waktu dapat terjadi gempa tektonik. Selain itu, Kota Bandung
memiliki jumlah penduduk dan kepadatan yang cukup serta kerapatan bangunan yang
cukup tinggi pula sehingga berisiko tinggi pada berbagai bencana yang terjadi.
Ancaman bencana geologis bagi Kota Bandung sangat besar karena dikelilingi
patahan (sesar/fault) dari 3 (tiga) penjuru, setiap sesar menyimpan potensi
kegempaan. Di utara Sesar Lembang, di barat patahan Cimandiri, dan di selatan
patahan dengan jalur Baleendah dan Ciparay hingga Tanjungsari. Selain itu, dasar
Cekungan Bandung memiliki tingkat sedimentasi yang tinggi sehingga akan
memberikan efek yang lebih besar apabila terkena rambat gelombang gempa.
Sedimentasi tertinggi terdapat di Kawasan Cibiru, Gedebage, Soekarno-Hatta, dan
Tol Purbaleunyi.
Beberapa wilayah rawan bencana di Kota Bandung yang terindentifikasi antara lain
sebagai berikut:
1. Daerah rawan banjir: di utara jalan tol Purbaleunyi dan 68 (enam puluh delapan)
lokasi; terutama daerah-daerah yang dilewati oleh 5 (lima) aliran sungai, yaitu
aliran sungai Cipaku, Cikapundung, Cibeunying, Cipamokolan, dan Cipadung.
6. Menurut hasil kajian yang dilakukan Bappeda pada tahun 2016, gambaran
tingkat ketahanan secara keseluruhan untuk Kota Bandung, ketahanan dari
aspek sosial, fisik dan kelembagaan relatif cukup memadai dibandingkan
dengan ketahanan dari aspek alam (pengelolaan lingkungan hidup) dan
ekonomi. Jika dilihat secara lebih mendalam terhadap parameter tiap aspeknya,
parameter kesehatan, kelistrikan dan modal sosial merupakan yang tertinggi
dengan nilai indeks di atas 4. Sedangkan parameter Sanitasi dan Limbah Padat,
Fungsi Ekosistem, Keuangan dan Tabungan, Frekuensi Bahaya, serta Anggaran
dan Subsidi merupakan yang terendah dengan nilai indeks di bawah 3. Dari 88
pertanyaan terkait kapasitas daerah dalam penanggulangan bencana, Kota
Bandung hanya 19 pertanyaan yang terpenuhi. Dengan demikian, sesuai dengan
kriteria Perka BNPB 3/2012, maka Kota Bandung berada pada Level 2, yakni
“Daerah telah melaksanakan beberapa tindakan pengurangan risiko bencana
dengan pencapaian-pencapaian yang masih bersifat sporadis yang disebabkan
belum adanya komitmen kelembagaan dan/atau kebijakan yang sistematis”.
Kota Bandung perlu memutakhirkan dan mendetailkan pemahaman risiko
bencana (multi bahaya), pada unit analisis yang lebih rinci, yakni kelurahan,
yang sampai saat ini belum dimiliki.
2.2.1 Kelembagaan
Mengacu pada Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2016 Tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah Kota Bandung dan Peraturan Wali Kota Bandung Nomor
1402 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta
Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Kota
Bandung, Bappelitbang Kota Bandung melaksanakan unsur penunjang urusan
pemerintahan yang menyelenggarakan fungsi penunjang perencanaan pembangunan
dan fungsi penunjang penelitian dan pengembangan. Susunan Organisasi
Bappelitbang Kota Bandung ditetapkan Kepala Badan yang membawahi Sekretariat,
Bidang Analisis Pembangunan Daerah, Perencanaan Program, Data, Evaluasi, dan
Pelaporan, Bidang I Perencanaan Sosial Budaya dan Pemerintahan, Bidang II
Perencanaan Ekonomi, Sumber Daya Keuangan dan Sumber Daya Alam, Bidang
Perencanaan III Perencanaan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, Bidang
Penelitian dan Pengembangan serta Unit Pelaksana Teknis Bandung Planning Gallery
(BPG) dan Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).
Kondisi kelembagaan litbang yang saat ini yang masih bersatu dengan urusan
perencanaan seringkali terjadi benturan kepentingan serta hambatan dalam
koordinasi dengan perangkat daerah, koordinasi dengan pusat, termasuk juga
dalam jenjang karir peneliti. Selain itu, kondisi saat ini memberikan kemudahan
dalam koordinasi dan komunikasi informasi terkait isu-isu pembangunan kota.
Akan ditambahkan menunggu masukan dari personil litbang.
peneliti, perekayasa, analis kebijakan dan pejabat fungsional lain yang terkait
fungsi kelitbangan. Tenaga lain yang dimaksud adalah pegawai negeri sipil yang
diangkat dalam jabatan administrator, pengawas dan pelaksana atau pegawai
pemerintah dengan perjanjian kontrak (PPPK) yang menyelenggarakan fungsi
kelitbangan. Dalam melaksanakan tugasnya pejabat fungsional peneliti mengacu
pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2018 Tentang Jabatan Fungsional
Peneliti dan Peraturan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Nomor 14
Tahun 2018 Tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Peneliti.
IIIc S2 Perencanaan
IIIc S2 Administrasi 1
Pemerintahan
Jumlah 9
1
0,89
0,8
0,6
0,54
0,4 0,41
0,33
0,2 0,25
0
2014 2015 2016 2017 2018
2013
2014
2015
2016
2017
2018
Sementara itu, permasalahan yang dapat diidentifikasi pada Kota Bandung adalah
sebagai berikut :
• Belum tersedianya media publikasi di media cetak dan OJS (open journal
system) untuk meningkatkan penyebarluasan dan pemanfaatan hasil-hasil
kelitbangan Kota Bandung;
• Belum tersedianya bank data yang lengkap dan akurat sebagai pendukung
kegiatan kelitbangan Kota Bandung;
Adapun peluang yang berasal dari eksternal Pemerintah Kota Bandung yang dapat
mempengaruhi kegiatan Kelitbangan adalah sebagai berikut :
Arah Kebijakan adalah rumusan kerangka pikir atau kerangka kerja untuk menyelesaikan
permasalahan pembangunan dan mengantisipasi isu strategis daerah yang dilaksanakan secara
bertahap sebagai penjabaran strategi. Arah kebijakan merupakan pengejawantahan dari strategi
pembangunan daerah yang difokuskan pada prioritas-prioritas pencapaian tujuan dan sasaran
pembangunan.
RPJPD RPJMD
20 Tahun 5 Tahun
- Program Prioritas
- Program Prioritas
Bagian ini menjelaskan mengenai visi dan misi daerah sesuai dengan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Kota Bandung Tahun 2005-2025
A. Visi Daerah
Berdasarkan kondisi saat ini dan isu-isu strategis pada 20 tahun mendatang, serta
penggalian aspirasi dan persepsi masyarakat yang telah dilakukan, maka “Visi
Daerah” Kota Bandung pada tahun 2025 adalah:
Kata “Bermartabat” tersebut yang juga merupakan bagian dari visi Kota Bandung
terdahulu sesuai dengan Perda No. 6 Tahun 2004 yaitu “Kota Jasa yang
BERMARTABAT”, masih relevan untuk dijadikan visi Kota Bandung Tahun
2005-2025 tetapi dengan pemaknaan yang lebih filosofis. Bermartabat disini
merupakan kata secara harfiah, yang mempunyai arti harkat atau harga diri, yang
menunjukkan eksistensi masyarakat kota yang dapat dijadikan teladan karena
ketakwaanya, , kemakmuran, kebersihan, ketertiban, ketaatan, keamanan, dan
berkeadilan. Jadi, kota bermartabat adalah kota yang memiliki harga diri,
kehormatan, keadilan dan harkat kemanusiaan.
Berdasarkan pemahaman tersebut, sangatlah rasional pada kurun waktu dua puluh
tahun ke depan diperlukan langkah dan tindakan pemantapan (Reorientasi,
Refungsionalisasi, Restrukturisasi, Revitalisasi, dan Reaktualisasi) pembangunan
yang harus dilakukan bersama-sama oleh pemerintah Kota Bandung dan
partisipasi aktif masyarakatnya serta didukung secara politis oleh pihak legislatif.
Dengan demikian pemantapan pembangunan ke depan memerlukan upaya-upaya
yang lebih inovatif, cerdas dan terarah, namun tetap ramah dalam meningkatkan
akselerasi pembangunan guna tercapainya kemakmuran dan kesejahteraan
masyarakat.
Kondisi relatif pencapaian visi tersebut pada tahun 2025 selayaknya secara
normatif dapat diukur dari berbagai kriteria ‘bermartabat’ sebagai berikut:
• Kota Bandung menjadi kota yang masyarakatnya bertakwa pada Tuhan Yang
Maha Esa
• Kota Bandung menjadi kota yang paling menonjol sisi keadilan-nya bagi
semua golongan masyarakat kota dalam hal kesempatan pelaksanaan hak dan
kewajibannya berkehidupan dan berpenghidupan;
• Kota Bandung menjadi kota yang teraman bagi berbagai masyarakat yang
tinggal maupun pengunjung untuk berbagai keperluannya.
B. Misi Daerah
Dalam rangka mewujudkan visi yang telah ditetapkan (2005-2025) sesuai dengan
potensi sumber daya dan kemampuan yang dimiliki serta didukung oleh semangat
kebersamaan, tanggung jawab yang optimal dan proporsional dari seluruh
komponen kota, maka Misi yang akan dilaksanakan beserta arah pembangunan,
strategi, dan indikator kinerja 20 tahun mendatang adalah sebagai berikut:
Salah satu misi untuk mewujudkan Visi Kota Bandung sebagai Kota
“BERMARTABAT” adalah mengembangkan sumberdaya manusia (SDM)
yang handal dan religius. Sumberdaya manusia yang handal diindikasikan dari
Bila hanya SDM yang handal saja tanpa mempunyai ketaatan terhadap ajaran
agama maka dikhawatirkan menghasilkan SDM yang dapat membahayakan
atau merusak kinerja dan keberlanjutan kehidupan Kota Bandung melalui
berbagai tindakan-tindakan yang tidak terpuji. Namun dengan adanya
tambahan “religius” maka SDM yang handal tersebut akan memberikan
manfaat bagi dirinya, orang lain (keluarga dan masyarakat) serta kehidupan
perkotaan melalui berbagai kegiatan yang secara langsung maupun tidak
langsung berkontribusi terhadap upaya mewujudkan kota yang bermartabat.
Misi ini didasarkan atas kondisi obyektif bahwa kualitas pelayanan yang
diberikan aparatur pemerintah kepada masyarakat belum optimal, sehingga
menyebabkan tidak optimalnya peran serta masyarakat dalam pembangunan
kota.
Misi ini didasarkan bahwa suatu Daerah dalam sistem pembiayaan terdiri atas :
pertama, pembiayaan yang bersumber dari pemerintah sebagai kebijakan fiskal
Daerah dalam bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD),
kedua, pembiayaan yang bersumber dari swasta dan dunia usaha dalam bentuk
investasi, dan ketiga, pembiayaan yang bersumber dari masyarakat dalam
bentuk swadaya masyarakat. Peningkatan sistem pembiayaan pembangunan
yang dilaksanakan oleh pemerintah, swasta dan masyarakat ini akan dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang sekaligus dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat kota.
II. Terwujudnya perekonomian kota yang berdaya saing, ditandai oleh hal-
hal berikut :
IV. Terwujudnya lingkungan hidup kota yang berkualitas, Yang ditandai oleh
hal-hal berikut :
VI. Terwujudnya sistem pembiayaan kota terpadu, yang ditandai oleh hal-hal
berikut :
Pada periode ini, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kota Bandung telah
memasuki tahap ke IV (empat) dengan uraian strategi pada masing – masing misi
sebagai berikut:
2. Terjamin dan tersedianya kuantitas dan kualitas air (air permukaan, air
tanah dangkal dan air tanah dalam), melalui strategi;
2. Terwujudnya masyarakat dan aparat yang sadar hukum dan HAM, melalui
strategi;
No Jenis Keluaran
1 Penelitian Rekomendasi
2 Pengkajian Rekomendasi
3 Pengembangan Naskah Akademik, Rancangan Regulasi,
Permodelan Kebijakan/Program
4 Perekayasaan Pedoman Umum/Teknis Pelaksanaan
5 Penerapan Uji coba model kebijakan/program pada daerah
percontoha
6 Pengoperasian Penerapan model kebijakan/program secara lebih
luas/menyeluruh dan pendampingan
7 Evaluasi kebijakan Rekomendasi (lanjut dengan perbaikan atau
dicabut)
Sumber: Permendagri No.17 Tahun 2016
Pencapaian tujuan dan sasaran dari perangkat penelitian dan kelitbangan daerah
perlu selaras dengan strategi dan arah kebijakan daerah. Kebijakan kelitbangan
akan menjadi serangkaian kebijakan yang akan ditempuh oleh perangkat
kelitbangan untuk mendukung pencapaian target pembangunan daerah.
Terkait dengan hal tersebut, tahapan yang perlu dilakukan dalam merumuskan
arahan kebijakan Kelitbangan 2018-2023 adalah:
permukaan
e. Peningkatan luas dan lamanya banjir
f. Penurunan ruang terbuka hijau
2. Daya Tarik dan Daya Saing Kota
a. Potensi ekonomi di sektor pariwisata belum tertangani secara
maksimal
b. Pertumbuhan penduduk belum dapat diimbangi oleh penyediaan
lapangan kerja yang memadai
c. Tidak selarasnya sebaran fungsi kegiatan dengan fungsi jalan
d. Belum berkembangnya Gedebage sebagai Pusat Primer ke dua dan
belum berfungsinya Pusat sekunder
e. Ketidaksiapan infrastruktur dan keterbatasan lahan di lokasi wisata
f. Belum maksimalnya penanganan Koperasi ,UKM penanganan
Koperasi ,UKM dan sektor informal dan sektor informal
g. Banyak ruang publik belum terancang dengan baik
3. Sosial kemasyarakatan
a. Pertumbuhan penduduk belum dapat diimbangi oleh penyediaan
permukiman layak huni
b. Belum semua penduduk, terutama pada kelompok miskin, mampu
menjangkau pelayanan pendidikan tingkat menengah ke atas
c. Belum semua penduduk dapat terjangkau oleh pelayanan kesehatan
yang memadai, terutama golongan penduduk miskin.
d. Meningkatnya jumlah gelandangan dan pengemis, pelacuran,
narkoba
e. Peningkatan kualitas SDM belum dapat diikuti oleh penyediaan
lapangan kerja yang sesuai sehingga menimbulkan pengangguran
terdidik
5. Manajemen Kota
a. ketidakseimbangan antara penyediaan infrastruktur dan utilitas
kota dengan dinamika aktivitas kota sehingga tingkat pelayanan
menjadi tidak optimal
b. Keterbatasan SDM, hambatan birokrasi, keterbatasan biaya
pembangunan merupakan kendala yang harus segera disikapi dan
diatasi
c. Belum optimalnya kerjasama antar kota
d. Belum optimalnya pelayanan publik yang sesuai dengan tuntutan
dan perkembangan zaman
Meningkatkan
mutu layanan
kesehatan
Aset Daerah
Meningkatkan
produk unggulan
daerah berbasis
pemberdayaan
masyarakat
Meningkatkan
daya saing industri
unggulan dan
iklim perdagangan
yang kondusif
Mewujudkan
Ketahanan Pangan
dan Pertanian
Perkotaan yang
Berkelanjutan
Meningkatkan
kualitas iklim
usaha dan
invenstasi yang
kondusif
Meningkatkan
Promosi dan
Kerjasama
investasi
Meningkatkan
Kepatuhan Pelaku
Usaha atas Izin
Yang diterbitkan
Mendorong
terciptanya
lapangan pekerjaan
baru berbasis padat
karya
Mendorong daya
saing koperasi dan
UMKM untuk
mendukung
penguatan
ekonomi
kerakyatan yang
kreatif
Mewujudkan
Ketahanan Pangan
dan Pertanian
Perkotaan yang
Berkelanjutan
Membangun rusun
untuk seluruh
lapisan masyarakat
dengan
memperhatikan
fungsi dan
keseimbangan
lingkungan hidup
Mengembangkan
sistem jaringan
angkutan umum
massal yang
terintegrasi dan
transportasi ramah
lingkungan
Mengendalikan
ketertiban dan
keselamatan lalu
lintas
Memenuhi
ketersediaan
perumahan yang
layak dan inklusif
bagi semua
masyarakat Kota
Bandung
pembiayaan dan kolaborasi, arah kebijakan keempat ini sesuai dengan strategi
dari misi kelima, yaitu “optimalisasi pertisipasi kolaborasi dalam pembangunan”
dengan mendorong peningkatan swadaya masyarakat, perguruan tinggi, dan
swasta dalam berpartisipasi dan berkolaborasi pada pembangunan kota serta
pengembangan skema kolaborasi pembiayaan pembangunan sesuai peraturan
perundang-undangan melalui kerjasama daerah.
Inovasi daerah yang dilakukan untuk mendorong perbaikan tata kelola keuangan
daerah, tata kelola sumber daya aparatur, tata kelola pelayanan publik, serta
pemecahan masalah pembangunan kota. Kegiatan inovatif dapat memberikan
masukan strategis dalam penyusunan kebijakan inovasi daerah yang bersifat
holistik-tematik, integratif dan spasial terutama untuk diintegrasikan dalam
dokumen perencanaan dan penganggaran daerah. Integrasi inovasi ke dalam
dokumen perencanaan dan penganggaran juga penting untuk menjamin
keberlanjutan inovasi daerah. Sebagai bagian dari inovasi yang dilakukan, hasil
litbang harus menjadi masukan dan landasan dalam penentuan kajian prioritas
penelitian dan pengembangan selanjutnya. Hasil litbang penting untuk dapat
dengan mudah diakses oleh publik, tidak hanya di Kota Bandung namun secara
2. Merumuskan tema prioritas serta target output sesuai tujuan dari masing-
masing capaian kinerja untuk periode 5 (lima) tahun kedepan sehingga
rencana kelitbangan merupakan kegiatan yang terintegrasi dan
berkelanjutan.
a. Merumuskan tema prioritas serta target output sesuai tujuan dari masing-
masing capaian kinerja untuk periode 5 (lima) tahun kedepan sehingga
rencana kelitbangan merupakan kegiatan yang terintegrasi dan
berkelanjutan.
Permasalahan dan isu strategis dalam RPJPD Kota Bandung 2005-2025 perlu
disesuaikan dengan target dan pencapaian pemerintah Kota Bandung dalam kurun
waktu 2013-2018. Hal tersebut akan menjadi dasar dalam penentuan prioritas
program dan pembangunan Kota Bandung Tahun 2018-2023. Selain itu,
dilakukan pula kajian terkait dengan kondisi eksisiting dalam pelaksanaan tema
pembangunan prioritas sebagai pencapaian pembangunan di Kota Bandung dan
juga upaya penyelesaian permasalahan global, dalam hal ini adalah mengkaji
pencapaian target sustainable development goals di tingkat Kota Bandung,
Isu-isu strategis yang terkait dengan bidang tata kelola pemerintahan dan
pelayanan publik perlu diakomodasi dalam program prioritas kelitbangan di
bidang tata kelola pemerintahan dan pelayanan publik. Isu strategis tersebut
adalah 1). Pelayanan fasilitas pendidikan yang belum merata dan terjangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat; 2) Perlunya peningkatan pelayanan fasilitas
kesehatan, akses seluruh lapisan masyarakat terhadap fasilitas kesehatan, dan
penyelesaian persoalan kesehatan melalui program yang terintegrasi 3) Kebutuhan
menciptakan birokrasi yang modern
A. Isu-isu pokok
Isu-isu pokok yang menjadi permasalahan dalam bidang tata kelola pemerintahan
dan pelayanan publik, meliputi:
Di sisi lain, mengacu pada data yang diperoleh dari Basis Data
Pembangunan Daerah Kota Bandung Tahun 2018, jumlah siswa miskin
yang duduk di bangku SD/MI mencapai 41.64%, di bangku SMP/Mts
sebanyak 27.78%; dan di bangku SMA/MA/Sederajat mencapai 30.58%.
Jumlah tersebut menunjukkan masih banyaknya siswa sekolah yang
masuk kedalam kategori miskin dan perlu memperoleh dukungan agar
dapat melanjutkan sekolahnya, khususnya melanjutkan ke jenjang yang
lebih tinggi.
Di sisi lain, saat ini Pemerintah Kota Bandung telah menerapkan beberapa
kebijakan baru terkait dengan bidang pendidikan, seperti kebijakan
mengenai penerimaan siswa baru berdasarkan cluster tempat tinggal,
maupun PPDB. Perlu adanya evaluasi kebijakan pendidikan yang telah
dilakukan selama ini untuk mengetahui pencapaian target dan persoalan
Mengacu pada angka kematian ibu, data basis pembangunan daerah kota
Bandung menunjukkan bahwa angka kematian ibu pada tahun 2017 masih
mencapai 53.55%. Disisi lain, angka kematian bayi pada tahun 2017
mencapai 28.91%. Kondisi gizi kronis (stunting) di Kota Bandung
mencapai 25,8%.
Dalam birokrasi yang dituntut untuk memiliki mutu pelayanan publik yang
berkualitas, dibutuhkan juga dukungan dalam hal pemanfaatan teknologi
terkini. Hal ini dapat dilakukan melalui kerjasama dengan tenaga ahli
dibidang teknologi maupun swasta yang telah terlebih dahulu menerapkan
pemanfaatan teknologi dalam meningkatkan kinerja dan performanya.
Pemanfaatan teknologi dapat digunakan untuk pengelolaan keuangan dan
aset daerah serta di bidang perizinan. Dalam bidang perizinan,
pemanfaatan teknologi terpadu telah sesuai dengan kebijakan dari
pemerintah pusat mengenai Pelayanan Perizinan Terpadu (online single
submission).
Di sisi lain, perlu adanya jaminan sosial yang memadai bagi ASN sebagai
bagian dari upaya meningkatkan kinerja ASN. Jaminan-jaminan sosial
tersebut meliputi jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan
kematian, jaminan perlindungan hukum bagi pemerintah, dan berbagai
insentif lain yang dapat menunjang kinerja ASN.
Tabel 3.3 Tabel Program Prioritas Bidang Tata Kelola Pemerintahan dan
Pelayanan Publik
Bidang pendidikan
Bidang Kesehatan
Isu-isu strategis yang terkait dengan bidang sosial dan kemasyarakatan perlu
diakomodasi dalam program prioritas kelitbangan di bidang sosial dan
kemasyarakatan. Isu pokok tersebut adalah permasalahan terkait dengan upaya
peningkatan ketentraman, kenyamanan, dan taraf hidup masyarakat.
A. Isu Pokok
Isu pokok dalam bidang sosial dan kemasyarakatan terkait dengan
peningkatan ketentraman, kenyamanan, dan taraf hidup masyarakat di Kota
Bandung. Komponen utama yang perlu didorong dalam peningkatan kondisi
hidup masyarakat adalah melalui keterlibatan masyarakat, niat baik, serta
atribut-atribut sosial lain dalam berhubungan. Upaya peningkatan taraf hidup
masyarakat dilakukan dengan menggerakkan kebersamaan, ide,
kesalingpercayaan dan saling menguntungkan untuk mencapai kemajuan
bersama. Keterlibatan dan hubungan masyarakat memegang peranan yang
sangat penting dalam memfungsikan dan memperkuat masyarakat modern.
Hal yang perlu dilakukan dan dikaji adalah mengenai penguatan ketahanan
keluarga sebagai basis individu. Selain itu, perlu dilakukan kajian mengenai
Di sisi lain, masyarakat juga perlu didorong untuk dapat berperan aktif dalam
pembangunan di Kota Bandung. Masyarakat didorong untuk aktif
berpartisipasi dalam pembangunan dan memiliki fungsi sebagai subjek yang
berkolaborasi bersama dengan pemerintah dalam menentukan kebijakan dan
program sesuai dengan kebutuhannya.
Sosial Kemasyarakatan
Berdasarkan penelaahan permasalahan dan isu strategis, isu-isu pokok yang perlu
diakomodir dalam program prioritas kelitbangan bidang ekonomi dan
pembangunan daerah adalah 1) mendorong peningkatan perekonomian kota,
pengentasan kemiskinan, dan upaya mengurangi kesenjangan ; 2) Kebutuhan akan
penyediaan infrastuktur kota untuk mendukung kegiatan masyarakat dalam
menjawab persoalan keterbatasan daya dukung dan daya tampung kota; 3)
Kebutuhan sinergitas dan koordinasi pembangunan untuk meningkatkan aktivitas
pertukaran informasi, teknologi, perdagangan dan jasa, serta upaya pemecahan
persoalan kewilayahan;
A. Isu-Isu Pokok
1) Mendorong peningkatan ekonomi kota, pengentasan kemiskinan, dan
upaya mengurangi ketimpangan
Pertumbuhan ekonomi di Kota Bandung terus mengalami peningkatan.
Hal ini didukung oleh perkembangan struktur ekonomi kota Bandung yang
didukung oleh sektor tersier seperti sektor perdagangan, hotel& restoran,
pengangkutan& komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.
Potensi investasi yang berkembang di Kota Bandung juga terletak pada
sektor perdagangan dan jasa.
Potensi ekonomi Kota Bandung tidak dapat dipisahkan dari daya tarik kota
Bandung sebagai tujuan pariwisata. Kegiatan pariwisata di Kota Bandung
perlu memperoleh perhatian khusus, terutama dalam hal peningkatan
kualitas produk dan pelayanan. Hal ini diperlukan untuk mendorong
potensi dan daya saing pariwisata sebagai salah satu sektor unggulan di
Kota Bandung.
Bidang inovasi dan iptek merupakan bagian tidak terpisahkan dari program
prioritas lainnya. Bidang inovasi dan Iptek menjadi bagian dalam pemanfaatan
teknologi dan metoda-metoda baru untuk pencapaian target-target pembangunan
yang dapat menjawab keseluruhan isu-isu strategis yang muncul. Dalam program
prioritas kelitbangan di tahun 2018-2023, program prioritas yang terkait dengan
Bidang Inovasi dan Pengembangan IPTEK meliputi Pemanfaatan teknologi dan
inovasi lainnya dalam penyelesaian permasalahan pembangunan.
A. Isu-Isu Pokok
1) Pemanfaatan teknologi digital dalam penyelesaian permasalahan
pembangunan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan teknologi saat ini berkembang
dengan sangat pesat. Jika dimanfaatkan secara tepat guna, teknologi digital
dapat meningkatkan perekonomian, mengubah masyarakat kearah yang
STRATEGI PELAKSANAAN
Bab ini berisikan penjelasan mengenai strategi pelaksanaan kelitbangan Kota
Bandung yang mencakup kelembagaan dan evaluasi pelaksanaan
Rencana Induk Kelitbangan Pemerintah Kota Bandung Tahun 2018-2023
4.1 KELEMBAGAAN
Kelembagaan Kelitbangan Kota Bandung saat ini terdiri atas Tim Pengawas dan
Tim Kelitbangan. Tim Pengawas terdiri atas seorang ketua dan dua anggota,
dengan komposisi dari perwakilan dari perangkat daerah terkait. Tim Pengawas
memiliki tugas untuk : (1) Memberikan penilaian atas rangkaian kelitbangan; (2)
Melakukan pengendalian sesuai dengan tahapan kelitbangan; (3) Memberikan
saran dan masukan untuk kesempurnaan kelitbangan. Tim Pengawas untuk setiap
pekerjaan kelitbangan ditetapkan dengan SK tim.
Tim Kelitbangan terdiri dari dua unsur yaitu unsur pelaksana dan unsur
penunjang. Unsur pelaksana terdiri atas pejabat fungsional keahlian, tenaga ahli
perorangan atau tenaga ahli yang berasal dari Perguruan Tinggi Negeri, memiliki
tugas untuk : (1) Melaksanakan kelitbangan sesuai dengan norma, standar,
prosedur dan kriteria yang ditetapkan; (2) Melaporkan hasil pelaksanaan
kelitbangan kepada Kepala Bappekelitbangan Kota Bandung. Adapun unsur
penunjang berisikan unsur-unsur administrasi yang membantu pelaksanaan
kegiatan kelitbangan.
Tabel 4.2 dibawah ini menjelaskan mengenai data pihak yang bekerjasama dengan
kelitbangan Kota Bandung pada Tahun 2017-2018.
Tahun 2017
Tahun 2018
8 Kajian Prasarana, Sarana dan Utilitas untuk PT. Cipta Sarana Conindo
Perumahan Vertikal di Kota Bandung
Dalam perjalanan kelitbangan Kota Bandung sampai saat ini, Perguruan Tinggi
Negeri dan beberapa perguruan tinggi swasta, serta konsultan swasta yang telah
menjalin kerjasama. Perguruan Tinggi Negeri yang kerap bekerjasama adalah ITB
(Institut Teknologi Bandung), UNPAD (Universitas Padjajaran), UPI
(Universitas Pendidikan Indonesia), STIA LAN (Sekolah Tinggi Ilmu
Administrasi Lembaga Nasional). Sementara Perguruan Tinggi Swasta yang telah
bekerjasama adalah Universitas Parahyangan. Jenis kerjasama yang dilakukan
adalah dalam bentuk narasumber, tenaga ahli dan kerjasama riset.
kolaborasi kelitbangan, selain itu dapat juga memanfaatkan APBN serta hibah
baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Sinergi kelitbangan pusat dengan daerah juga dapat mendorong kebijakan dan
perencanaan daerah berbasis riset dan peningkatan inovasi daerah, untuk itu
diperlukan penguatan kelembagaan dan sumber daya manusia kelitbangan.
Contohnya adalah pentingnya sinergitas antara Kemenristek, Badan Penelitian
dan Pengembangan Provinsi Jawa Barat, Badan Kelitbangan Kementerian Dalam
Negeri dan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) untuk meningkatkan
fungsi dan pefan penelitian dalam pengambil kebijakan pemerintah.
Menapaki dunia digital saat ini, perlunya perubahan pola pikir bahwa koordinasi
dan sinergi tidak hanya melalui pelaksanaan forum dan rapat-rapat secara tatap
muka, namun juga perlu sentuhan teknologi, seperti Kota Bandung yang selain
membentuk grup whatsapp Mitra Kelitbangan sebagai wadah komunikasi, juga
telah meluncurkan website e-kelitbangan dimana didalamnya termuat menu
komunikasi dengan pemangku kepentingan yaitu : 1) Informasi hasil-hasil kajian
dan kegiatan kelitbangan Pemerintah Kota Bandung; 2) Menu usulan kajian bagi
perangkat daerah lingkup Kota Bandung; 3) Menu usulan inovasi bagi perangkat
daerah lingkup Kota Bandung; 4)Menu usulan inovasi bagi masyarakat; 5)Menu
Tanya jawab. Strategi ke depan, bahwa koordinasi dan sinergitas lewat media
digital ini perlu ditingkatkan.
Rencana Kerja
RKPD Jangka Pendek
Tahunan
(1 Tahun)
Kelitbangan
Tantangan yang diperoleh dari hasil evaluasi kondisi eksisting lainnya adalah
adanya inovasi maupun kajian dari Perangkat Daerah di Pemerintah Kota
Bandung yang belum melalui proses kelitbangan. Dalam beberapa kegiatan, hal
ini kemudian berdampak pada perbedaan standar kualitas kajian kelitbangan di
pemkot Bandung dan optimalisasi pemanfaatan inovasi daerah karena terkait
dengan urgensi yang sebenarnya dapat dikaji melalui proses kelitbangan.
PENUTUP
Bab ini merupakan bagian penutup dari Rencana Induk Kelitbangan Kota Bandung
Tahun 2018-2023
Rencana Induk Kelitbangan Pemerintah Kota Bandung Tahun 2018-2023
Rencana Induk Kelitbangan ini memuat arah kebijakan kelitbangan yang mengacu
pada rencana pembangunan jangka panjang dan menengah daerah, dipaparkan
keterkaitan antara misi yang diemban oleh perangkat litbang daerah serta
indikator-indikatornya. Selanjutnya, Rencana Induk Kelitbangan Kota Bandung
2019-2023 menjabarkan keterkaitan antara misi pembangunan daerah, isu-isu
strategis, program/tema/kegiatan prioritas kelitbangan di Kota Bandung. Rencana
Induk Kelitbangan disusun melalui proses yang partisipatif, mulai dari
indentifikasi potensi, permasalahan, peluang, dan tantangan, hingga isu-isu pokok
dan indikasi program-program prioritas.
151
Penutup
Rencana Induk Kelitbangan Pemerintah Kota Bandung Tahun 2018-2023
Selain implementasi dan tindak lanjut dari Rencana Induk Kelitbangan ini perlu
dilakukan evaluasi pelaksanaan kelitbangan. Evaluasi Kelitbangan perlu
dilaksanakan dua kali dalam setahun oleh Tim Pengendali Mutu (TPM) yang
meliputi evaluasi tengah tahun dan evaluasi akhir tahun. Evaluasi dilakukan
menggunakan seperangkat indikator kinerja kunci yang disusun dan disesain
sedemikian rupa sehingga mewakili keseluruhan komponen kinerja kelitbangan
yang meliputi tingkat konsistensi antara Rencana Induk dan Rencana Kerja
Tahunan, tingkat keterlibatan dan kerjasama dengan para pemangku kepentingan
lain, tingkat penindaklanjutan (follow-up) dari hasil-hasil kelitbangan, serta
tingkat pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana kelitbangan.
152
Penutup