1
DAFTAR ISI
Halaman Sampul
Kata Pengantar Kepala Bappeda dan Litbang Kab. Tegal
Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Dasar Hukum
1.3. Tujuan dan Sasaran
1.4. Sistematika Penulisan
2
BAB IV STRATEGI PELAKSANAAN
4.1. Kelembagaan
4.1.1. Koordinasi Pelaksanaan
4.1.2. Keterlibatan Institusi Kelitbangan
4.1.3. Kerjasama dan Sinergitas Pelaksanaan
4.2. Evaluasi Pelaksanaan
BAB V PENUTUP
3
KATA PENGANTAR
Ir. SUHARMANTO
Pembina Utama Muda
NIP. 19600113 198603 1 019
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
Indonesia baru memilki Undang-Undang terkait kelitbangan pada tahun 2002
yaitu Undang-Undang yang dimaksud adalah Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002
tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi. Untuk tingkat pemerintah daerah, Undang-Undang ini
secara khusus mengatur tentang fungsi, kelembagaan, peran, dan pembiayaan dalam
sisten nasional penelitian, pengembangan, dan penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Pengaturan dari Undang-Undang ini untuk pemerintah daerah disajikan pada
tabel sebagai berikut.
Undang-Undang No. 18 Tahun 2002 kemudian diturunkan ke dalam Peraturan
Bersama Menteri Negara Riset dan Teknologi dan Menteri Dalam Negeri tentang
Penguatan Sistem Inovasi Daerah. Sistem Inovasi Daerah (SIDa) sendiri didefinisikan
sebagai keseluruhan proses dalam satu sistem untuk menumbuhkembangkan inovasi
yang dilakukan antar institusi pemerintah, pemerintahan daerah, lembaga kelitbangan,
lembaga pendidikan, lembaga penunjang inovasi, dunia usaha, dan masyarakat di
daerah. Inovasi sendiri, oleh peraturan dimaksud, diartikan sebagai kegiatan
penelitian, pengembangan, penerapan, pengkajian, perekayasaan, dan
pengoperasian yang selanjutnya disebut kelitbangan yang bertujuan mengembangkan
penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru atau cara baru untuk
menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau
proses produksi.
Secara lebih ringkas, World Bank (2010) mendefinisikan inovasi sebagai
teknologi atau cara yang baru bagi masyarakat tertentu. Implikasinya adalah, baru
disini tidak harus berarti baru yang sama sekali baru. Bisa jadi suatu cara sudah lama
diterapkan oleh masyarakat A, tetapi bagi masyarakat B yang belum pernah
mengenalnya sebelumnya, kemudian mempraktekkannya, maka itu adalah inovasi
bagi masyarakat.
Dua karakteristik kunci dari inovasi adalah, pertama, didiseminasikan, dan
kedua, diterapkan. Jika ia aalah sesuatu yang baru tetapi tidak didiseminasikan, maka
itu bukan inovasi. Demikian juga halnya jika itu adalah sesuatu yang baru namun tidak
dipraktekkan, maka itu juga bukan merupakan inovasi. Menggunakan pemahaman ini,
inovasi pada dasarnya lebih kepada proses sosial dan tidak melulu berasal dari hasil-
hasil penelitian. Inovasi banyak lahir dari para usahawan (entrepreneur) yang
menerjemahkan ide menjadi nyata. Perwujudan dari ide itu, pada akhirnya juga
ditentukan bagaimana penerimaan sosial atas penerapannya (World Bank 2010).
Tingkat inovasi menjadi penting karena menentukan kemajuan suatu bangsa.
Menurut World Bank (2010), setidaknya ada empat peran yang dimainkan oleh inovasi,
pertama, sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi; kedua, membantu
6
meningkatkan produktivitas; ketiga, sebagai fondasi bagi daya saing
(competitiveness); dan keempat, meningkatkan kesejahteraan. Data perbandingan
Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita antara Ghana dengan Korea
dapatmenegaskan akan pentingnya arti inovasi.
7
9. Peraturan Daerah Kabupaten Tegal Nomor 10 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Tegal Tahun 2012 - 2032 (Lembaran Daerah
Kabupaten Tegal Tahun 2012 Nomor 10, Tambahan Lembaran Daerah Nomor
60);
10. Peraturan Daerah Kabupaten Tegal Nomor 4 Tahun 2016 tentang Perencanaan
dan Penganggaran Pembangunan Daerah Kabupaten Tegal (Lembaran Daerah
Kabupaten Tegal Tahun 2016 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Nomor
103);
11. Peraturan Daerah Kabupaten Tegal Nomor 12 Tahun 2016 tentang Pembentukan
dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Tegal (Lembaran Daerah Kabupaten
Tegal Tahun 2016 Nomor 12, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 110).
12. Peraturan Daerah Kabupaten Tegal Nomor 3 Tahun 2019 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Tegal Tahun
2019-2024 (Lembaran Daerah Kabupaten Tegal Tahun 2019 Nomor ....,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Tegal Nomor .....).
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Dasar Hukum
1.3. Tujuan dan Sasaran
1.4. Sistematika Penulisan
8
BAB II. GAMBARAN UMUM KELITBANGAN
2.1. Gambaran Umum Wilayah
2.2. Kondisi Sumber Daya Kelitbangan
2.2.1. Kelembagaan
2.2.2. Sumber Daya Manusia Kelitbangan
2.2.3. Pendanaan Kelitbangan
2.2.4. Kerjasama Kelitbangan
2.3. Potensi dan Permasalahan
2.4. Peluang dan Tantangan
BAB V PENUTUP
9
BAB II
GAMBARAN UMUM KELITBANGAN
10
Kecamatan yang mempunyai wilayah yang terluas adalah kecamatan Bumijawa
(8.856 Ha), sedangkan yang paling kecil adalah Kecamatan Slawi (1.389 Ha).
Kabupaten Tegal berbatasan dengan :
▪ Sebelah utara : Kota Tegal dan Laut Jawa
▪ Sebelah timur : Kabupaten Pemalang
▪ Sebelah selatan : Kabupaten Brebes danKab. Banyumas
▪ Sebelah barat : Kabupaten Brebes
11
B. Letak dan lokasi Geografis
Kabupaten Tegal merupakan salah satu daerah Kabupaten di Propinsi Jawa
Tengah dengan ibukota Slawi dan terletak di : 108° 57'6" s/d 109° 21'30" BT dan
antara 6° 50'41" s/d 7° 15'30" LS.
Gambar 2. 1. Peta Konstelasi Kabupaten Tegal dengan Wilayah Sekitarnya
12
Kabupaten Tegal merupakan salah satu kabupaten di wilayah administratif
Provinsi Jawa Tengah dengan ibukota kabupaten berada di Kota Slawi, lokasi strategis
pengembangan pembangunan poros Jakarta – Semarang dan poros ke selatan
Purwokerto / Cilacap. Wilayah Kabupaten Tegal meliputi pesisir utara bagian barat dan
sebagian wilayah berbatasan dengan laut jawa (pantura). Kabupaten Tegal
mempunyai letak yang sangat strategis dimana dilintasi oleh beberapa Jalur utama,
sebagai berikut :
▪ Jalan Tol Pejagan - Pemalang
▪ Jalan Arteri Pantura Semarang - Tegal - Cirebon di sebelah utrara,
▪ Jalan Arteri Primer Tegal – Cilacap.
▪ Jalan Arteri Sekunder Ketanggungan – Prupuk
▪ Jalur Kereta Api Jakarta – Semarang – Surabaya
▪ Jalur Kereta Api Jakarta - Cirebon – Yogyakarta
▪ Jalur Kereta Api Tegal – Slawi - Purwokerto
C. Topografi
Kabupaten Tegal secara Topografis terdiri dari 3 (tiga) kategori daerah, yaitu:
▪ Daerah pantai : Meliputi Kecamatan Kramat, Suradadi dan Warureja
▪ Daerah dataran rendah : Meliputi Kecamatan Adiwerna, Dukuhturi, Talang,
Tarub, Pagerbarang, Dukuhwaru, Slawi, Lebaksiu
sebagian wilayah Suradadi, Warureja,
Kedungbanteng dan Pangkah
▪ Daerah Dataran Tinggi : Meliputi Kecamatan Jatinegara, Margasari,
Balapulang, Bumijawa, Bojong dan sebagian
Pangkah, Kedungbanteng
13
Gambar 2. 2. Peta Topografi Kabupaten Tegal
14
ada dengan memperhatikan optimasi pemanfaatannya. Kawasan budidaya yang
dikelola pemanfaatan ruangnya terdiri dari: kawasan peruntukan hutan produksi;
kawasan peruntukan pertanian; kawasan peruntukan perikanan; kawasan peruntukan
pertambangan; kawasan peruntukan industri; kawasan peruntukan pariwisata;
kawasan peruntukan permukiman; kawasan peruntukan lainnya.
1) Kawasan peruntukan hutan produksi.
Kawasan ini adalah kawasan yang dapat diperuntukkan bagi hutan produksi
terbatas dimana eksploitasinya hanya dapat dengan sistem tebang pilih dan
penanaman kembali ataupun hutan rakyat, maksudnya tanah rakyat yang ditanami
dengan tanaman seperti halnya tanaman kehutanan namun sudah biasa ditanam
rakyat dalam upaya konservasi tanah dan air.
Hutan produksi terbatas terdapat di Kecamatan Bumijawa, Bojong, Margasari,
Balapulang, Lebaksiu, Jatinegara, dan Kedungbanteng seluas 6.672,4 ha. Hutan
produksi tetap terdapat di kecamatan Bumijawa, Bojong, Margasari, Pagerbarang,
Balapulang, Lebaksiu, Jatinegara, Kedungbanteng, dan Pangkah seluas 14.097,34 ha
2) Kawasan peruntukan pertanian.
Kawasan ini adalah kawasan yang dapat diperuntukkan bagi usaha pertanian
meliputi: kawasan budidaya tanaman pangan, kawasan budidaya hortikultura,
kawasan budidaya perkebunan, kawasan budidaya peternakan , Kawasan budidaya
tanaman pangan meliputi: kawasan pertanian lahan basah , kawasan pertanian lahan
kering (tanah ladang) . Lokasi Kawasan pertanian lahan basah seluas kurang lebih
39.045 (tiga puluh sembilan ribu empat puluh lima) hektar tersebar di seluruh wilayah
Kabupaten. Sawah : Kecamatan Warurejo, Lebaksiu, Pagerbarang, Balapulang,
Margasari, Dukuhturi, dan Dukuhwaru. Padi Ladang: Kecamatan Kedungbanteng,
Bumijawa, Margasari, dan Bojong. Dan Palawija: Kecamatan Suradadi,
Kedungbanteng, Pangkah, Lebaksiu, Warurejo, dan Margasari.
3) Kawasan peruntukan perikanan.
Kawasan perikanan adalah kawasan yang diperuntukkan bagi usaha
pengembangan perikanan. Berdasarkan tempat pembudidayaan, dibedakan:
perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Kawasan Perkembangan Perairan
Umum, yaitu perikanan yang diusahakan di waduk, sungai, bendung, rawa dan
sebagainya. Kawasan Pengembangan Budidaya Perikanan Kolam Air Tawar,
dilaksanakan pada daerah yang mempunyai sumber air tawar dan benih yang mudah
di dapat. Budidaya ini dapat dilaksanakan pada daerah pegunungan dan dataran
rendah. Tujuan Usaha ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas kawasan
perairan darat agar dapat meningkatkan perekonomian wilayah serta dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
15
Wilayah kawasan perikanan berupa kawasan tambak dan kolam seluas 321 Ha
yang tersebar di Kecamatan Kedungbanteng, Pangkah, Kramat, Suradadi, Bumijawa,
Lebaksiu dan Warureja. Rencana pengembangan perikanan tangkap dilakukan
dengan daerah tangkapan antara 0-4 mil dari sepanjang pantai di Daerah di
Kecamatan Kramat, Kecamatan Suradadi, Kecamatan Warureja
4) Kawasan peruntukan pertambangan.
Kawasan pertambangan adalah kawasan yang diperuntukkan bagi
perkembangan, baik wilayah yang sedang maupun yang akan segera dilakukan
kegiatan pertambangan. Pengembangan kawasan pertambangan di Kabupaten Tegal
masih membutuhkan beberapa tahapan sebelum sampai pada tahapan eksploitasi. Hal
tersebut karena masih belum diketahui mengenai kondisi volume kandungan bahan
tambang yang ada. Meskipun sudah terindikasikan luasan hamparan tambang yang
merata di wilayah kabupaten Tegal. Sedangkan sampai saat sekarang penguasaan
dan pengusahaan bahan galian tambang yang ada masih ditangani oleh masyarakat
umum awam dengan sistem pengelolaan informal. Lokasi yang sesuai dengan yang
ditetapkan Departemen Pertambangan dimana mempunyai potensi bahan tambang
yang bernilai tinggi; meliputi Kecamatan Balapulang, Bojong, Bumijawa, Lebaksiu,
Slawi. Pertambangan pasir dan batu gamping di Kecamatan Margasari
5) Kawasan peruntukan industri.
Kawasan peruntukan industri meliputi: industri besar; industri menengah; dan
industri kecil dan mikro. Industri besar meliputi: kawasan Industri Margasari di
Kecamatan Margasari; kawasan Industri Pantura meliputi: Kecamatan Kramat;
Kecamatan Suradadi; dan Kecamatan Warureja.
Sentra kawasan industri berlokasi di Kecamatan Kramat dan Kecamatan
Adiwerna, Kecamatan Talang, Pangkah, Pagerbarang, Suradadi, dan Warureja.
Kawasan industri ini perlu diperhatikan pengolahan limbah industrinya. Khusus untuk
kawasan industri di Kecamatan Kramat (yaitu industri perkayuan dan perikanan), agar
diperhatikan kelestarian lingkungan pantai. Luas kawasan peruntukan industri 1.770
hektar.
6) Kawasan peruntukan pariwisata.
Kawasan pariwisata alam meliputi: Pantai Purwahamba Indah di Kecamatan
Suradadi. Pada lokasi dilengkapi hotel, restoran & taman rekreasi. Pemandian air
panas Guci di Kecamatan Bojong dan Bumijawa merupakan wisata alam di lereng
Gunung Slamet dengan hawa yang sejuk dan panorama indah serta adanya sumber
air panas alami. Keberadaannya dilengkapi dengan adanya hotel, restoran dan taman
wisata; Telaga Putri di Kecamatan Bumijawa; Gua Lawa di Kecamatan Balapulang;
Gua Santri di Kecamatan Balapulang; dan Telaga air Cenggini di Kecamatan
16
Balapulang. Sedangkan Kawasan pariwisata budaya meliputi: Makam Amangkurat
dan Makam Suroponolawen di Kecamatan Adiwerna; Makam Semedo di Kecamatan
Kedungbanteng; dan Makam Syeh Maulana Magribi di Gunung Tanjung di Kecamatan
Lebaksiu;
7) Kawasan peruntukan permukiman.
8) Kawasan peruntukan lainnya.
B. Kawasan Lindung
Kawasan Lindung yang tertuang dalam RTRW Kabupaten Tegal terdiri dari
Hutan Lindung, Kawasan yang Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahnya,
Kawasan Perlindungan Setempat, Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar
budaya, Kawasan Rawan Bencana, Kawasan lindung geologi, Kawasan Lindung
Lainnya.
1) Hutan Lindung.
Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang
mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitarnya maupun kawasan
bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta memelihara
kesuburan tanah. Kawasan lindung dikelola oleh negara sangat penting dalam
menjaga kualitas air sungai, ketersediaan air sungai, serta pelestarian berbagai flora
dan fauna sepanjang Daerah Aliran Sungai termasuk peningkatan produktivitas lahan,
terletak di Kecamatan Bumijawa, Kecamatan Bojong, Kecamatan Balapulang,
Kecamatan Margasari seluas 2.961,41 ha.
2) Kawasan yang Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahnya.
Kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan bawahannya adalah
kawasan resapan air. Kawasan resapan air adalah daerah yang memiliki kemampuan
tinggi meresapkan air hujan, sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akuiver)
yang berguna sebagai penyedia sumber air.
▪ Kecamatan Balapulang dengan luas kurang lebih 549 hektar;
▪ Kecamatan Jatinegara dengan luas kurang lebih 1.766 hektar;
▪ Kecamatan Kedungbanteng dengan luas kurang lebih 319 hektar;
▪ Kecamatan Lebaksiu dengan luas kurang lebih 806 hektar
▪ Kecamatan Pangkah dengan luas kurang lebih 517 hektar.
3) Kawasan Perlindungan Setempat.
Kawasan Sempadan Sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai,
termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting
untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. dengan luas kurang lebih 33.593
hektar tersebar di seluruh Kecamatan di Kabupaten. Tujuannya adalah Melindungi
17
sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air
sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai. Lokasi
Sempadan Sungai Besar yaitu: Sungai Rambutan, Sungai Cenang, Sungai Jimat,
Sungai Cacaban, Sungai Gung , Sungai Kliwon, Sungai Gangsa, Sungai Pemali,
Sungai-Sungai Besar lainnya
Kawasan sempadan pantai adalah kawasan sepanjang pantai yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai dengan luas kurang
lebih 226 hektar. Tujuan Melindungi pantai dari kegiatan manusia yang dapat
mengganggu ekosistem. Pada wilayah Kabupaten Tegal, kawasan yang dimaksud
adalah kawasan sekitar Pantai Maribaya (Kecamatan Kramat), Desa Kedungkelor
(Kecamatan Warureja), Desa Demangharjo, Suradadi, Purwahamba dan Bojongsana
(Kecamatan Suradadi).
Kawasan sekitar mata air adalah kawasan dis ekeliling mata air yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air
dengan luas kurang lebih 265 hektar. Tujuannya adalah untuk Melindungi mata air dari
kegiatan budidaya yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan
sekitarnya.
Kawasan sekitar danau/waduk adalah kawasan tertentu, di sekeliling
danau/waduk yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian
fungsi danau/waduk dengan luas kurang lebih 394 (tiga ratus sembilan puluh empat)
hektar terletak di Waduk Cacaban. Tujuannya adalah Melindungi waduk/danau dari
kegiatan budidaya yang dapat mengganggu kelestarian fungsi danau/waduk. Lokasi
berada Di sekitar kawasan Waduk Cacaban terutama terdapat di Kecamatan
Kedungbanteng dan Jatinegara.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah luasan memanjang atau jalur dan/atau
mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman,
baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Kawasan ruang
terbuka hijau sebagai kawasan yang mempunyai fungsi lindung atau konservasi adalah
sesuai dengan RUTRK untuk masing-masing ibukota kecamatan yang bersangkutan.
Dimana proporsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) kawasan perkotaan di wilayah Daerah
adalah paling sedikit 30 % dari luas kawasan perkotaan, yang diisi oleh tanaman baik
yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja di tanam.
Pembagian Ruang Terbuka Hijau (RTH) ini terdiri dari Ruang Terbuka Hijau
(RTH) publik paling sedikit 20 % dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) privat 10 %.
Distribusi Ruang Terbuka Hijau (RTH) kawasan perkotaan disesuaikan dengan
sebaran penduduk dan hierarki pelayanan dengan memperhatikan rencana struktur
dan pola ruang wilayah tersebar di seluruh ibukota kecamatan dengan luas kurang
18
lebih 5.714 (lima ribu tujuh ratus empat belas) hektar atau 30 (tiga puluh) persen dari
luas wilayah kawasan perkotaan
4) Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya.
Kawasan Suaka Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu baik di darat
maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan
keragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya. Suaka alam untuk
melestarikan lingkungan dan melindungi keanekaragaman biota serta ekosistem.
Gejala dan keunikan alam bagi kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan
pembangunan pola umumnya. Kawasan suaka alam di Kabupaten Tegal terdiri dari:
▪ Cagar alam; Kawasan cagar alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu baik
di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan
pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang
juga berfungsi sebagai penyangga sistem kehidupan. Lokasi berada di Kecamatan
Bumijawa (Cagar Alam Guci) seluas + 2 ha ; dan dan Kecamatan Jatinegara
(Cagar Alam Sub Vak 18c, 19b Jatinegara) seluas + 6,6 ha.
▪ Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya; Kawasan suaka alam laut dan
perairan lainnya adalah adalah daerah yang mewakili ekosistem khas di lautan
maupun perairan lainnya, yang merupakan habitat alami yang memberikan tempat
maupun perlindungan bagi perkembangan keanekaragaman tumbuhan dan satwa
yang ada. Lokasi Berupa Kawasan Konservasi Perairan Karang Jeruk Kecamatan
Kramat dengan luas +10,635 ha.
▪ Pantai berhutan bakau, Kawasan pantai berhutan bakau adalah kawasan pesisir
laut yang merupakan habitat alami hutan bakau yang berfungsi memberikan
perlindungan terhadap pantai dan lautan. Tujuannya Memberikan perlindungan
terhadap pantai dan lautan dengan tujuan untuk melestarikan hutan bakau
sebagai pembentuk ekosistem hutan bakau dan tempat berkembang biaknya
berbagai biota laut, pelindung pantai dari pengikisan air laut serta penunjang
usaha budidaya lainnya. Selama itu juga dapat melindungi kawasan daratan
disekitarnya dan bahaya rob dan pengikisan pantai. Pantai berhutan bakau
berlokasi di Kecamatan Warureja.
▪ Cagar budaya dan ilmu pengetahuan. Kawasan cagar budaya dan ilmu
pengetahuan diperuntukan bagi kegiatan yang bertujuan untuk melindungi atau
melestarikan budaya dan kegiatan pengembangan ilmu pengatahuan. Kawasan
cagar budaya dan ilmu pengetahuan adalah kawasan yang mempunyai nilai
penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan dapat berupa
peninggalan bersejarah yang berguna bagi pengembangan budaya dan ilmu
pengetahuan.
19
5) Kawasan Lindung Lainnya.
Kawasan lindung lainnya berupa Kawasan lindung dilihat fisiografis seperti
hutan lindung yang dikelola oleh masyarakat adalah kawasan yang sepenuhnya
diperuntukan bagi konservasi hidrologi, yaitu mengatur tata air, mencegah banjir dan
erosi serta memelihara keawetan kesuburan tanah. dengan luas kurang lebih 1.389
hektar meliputi:
▪ Kecamatan Bumijawa dengan luas kurang lebih 749 (hektar;
▪ Kecamatan Bojong dengan luas kurang lebih hektar;
▪ Kecamatan Balapulang dengan luas kurang lebih 39 hektar;
▪ Kecamatan Jatinegara dengan luas kurang lebih 112 hektar;
▪ Kecamatan Pangkah dengan luas kurang lebih 233 hektar; dan
▪ Kecamatan Kedungbanteng dengan luas kurang lebih 202 hektar.
Pelestarian kawasan lindung di luar kawasan hutan berperan dalam
memberikan ruangan yang cukup bagi peresapan air hujan pada daerah resapan air
tanah dan penanggulangan banjir. Upaya pengelolaan kawasan sama dengan upaya
pengelolaan kawasan hutan lindung. Tujuannya Memberikan ruangan yang cukup bagi
peresapan air hujan pada daerah resapan air tanah dan penanggulangan banjir.
20
Gambar 2. 3. Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Tahun 2018
1,600,000
1,400,000
1,200,000
1,000,000
800,000
600,000
400,000
200,000
0
2014 2015 2016 2017 2018
Laki-laki 705,958 708,301 710,513 712,511 714,305
Perempuan 714,148 716,590 718,873 721,004 722,920
21
Kecamatan Laki-laki Perempuan Total Sex Rasio
Th 2017 712.511 721.004 1.433.515 99
Th 2016 710.513 718.873 1.429.386 98.84
Th 2015 708.301 716.590 1.424.891 99,00
Th 2014 705.958 714.148 1.420.106 98.86
22
C. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk dapat berupa peningkatan jumlah penduduk (nilai laju
pertumbuhan penduduk positif) atau juga penurunan jumlah penduduk (nilai laju
pertumbuhan penduduk negatif). Laju pertumbuhan penduduk akan berpengaruh pada
proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Tegal beberapa tahun yang akan datang. Selain
itu, pertumbuhan penduduk juga memengaruhi berbagai potensi dan masalah yang
ada di Kabupaten Tegal baik berupa ketersediaan lapangan pekerjaan dan sumber
daya tenaga kerja, sarana dan prasarana, kepadatan penduduk, dan lain-lain. Berikut
adalah grafik pertumbuhan penduduk Kabupaten Tegal dari tahun 2013-2018.
Gambar 2. 5 Pertumbuhan Penduduk 5 Tahun Terakhir (2013-2018)
23
Gambar 2. 6 Piramida Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
25
2.2. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
2.2.1. Pertumbuhan Ekonomi
Selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Tegal sejak Tahun 2013 sampai dengan Tahun 2017 mengalami fluktuatif.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tegal pada Tahun 2013, 2015, 2016 dan 2017
capaiannya lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Nasional dan
Provinsi Jawa Tengah. Secara rerata pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tegal selama
5 (lima) tahun terakhir selalu di atas 5% dan pada Tahun 2013 sampai pada angka
6,37%.
Gambar 2. 7. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tegal Tahun 2013-2017
6.73
PERTUMBUHAN EKONOMI
Kabupaten Tegal Jawa Tengah Nasional
5.92
5.56
5.49
5.47
5.38
5.27
5.27
5.27
5.11
5.07
5.03
5.02
5.01
4.88
26
Gambar 2. 8. Pertumbuhan ekonomi Se Eks Karesidenan Pekalongan
Tahun 2017
27
D Pengadaan Listrik dan Gas 4.24 3.73 1.65 5.65 4,78
E Pengadaan Air, Pengelolaan 3.91 0.30 2.35 4.09 4,30
Sampah, Limbah dan Daur Ulang
F Konstruksi 4.51 5.54 5.35 7.22 5,85
G Perdagangan Besar dan Eceran; 5.17 4.12 5.19 3.80 4,43
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
H Transportasi dan Pergudangan 9.11 8.69 6.85 6.09 6,50
I Penyediaan Akomodasi dan Makan 6.94 7.18 6.10 6.33 6,74
Minum
J Informasi dan Komunikasi 8.82 9.00 7.60 7.50 9,51
K Jasa Keuangan dan Asuransi 3.54 7.05 6.86 5.09 4,24
L Real Estate 6.10 7.30 7.83 4.50 4,07
M Jasa Perusahaan 8.10 9.23 8.43 6.50 6,14
N Administrasi Pemerintahan, 0.76 5.10 2.96 3.25 3,46
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
O Jasa Pendidikan 9.72 6.92 7.08 6.57 8,40
P Jasa Kesehatan dan Kegiatan 8.50 4.98 6.93 6.10 8,78
Sosial
Q Jasa lainnya 8.73 3.13 4.37 5.43 7,70
Produk Domestik Regional Bruto/ Gross 5.03 5.49 5.92 5.38 5,51
Regional Domestic Product
2.2.2. PDRB
PDRB Kabupaten Tegal tahun 2018 berdasarkan harga berlaku mencapai
Rp33.079.234,10 juta dan PDRB berdasarkan harga konstan tahun 2018 mencapai
Rp.23.552.548,37 juta. Struktur ekonomi Kabupaten Tegal didominasi oleh tiga sektor
utama yaitu: sektor pertanian, sektor industri dan sektor perdagangan. Ketiga sektor
tersebut merupakan sektor riil yang sangat mempengaruhi perekonomian Kabupaten
Tegal, dan bisa dilihat pengaruhnya pada penggunaan lahan serta penduduk berdasar
matapencaharian.
Sektor industri pengolahan berkembang dengan adanya klaster logam di
Kecamatan Talang dan Adiwerna utamanya meliputi komponen kapal, komponen alat
mesin pertanian, komponen otomotif, komponen alat berat, dan peralatan rumah
tangga. Produk IKM Kabupaten Tegal telah banyak dipakai di banyak daerah di
Indonesia, bahkan di beberapa negara tetangga. Industri pengolahan makanan juga
berkembang dengan baik di Kabupaten Tegal utamanya minuman dan makanan kecil
khas Kabupaten Tegal diantaranya adalah teh, tahu aci, pilus, anthor, olos, dan kacang
bogares. Kuliner lain selain makanan kecil adalah sate kambing muda yang terkenal
28
gurih dan lezat danteh poci yang tidak dapat dipisahkan dari kedua kuliner khas Tegal
di atas dan sangat mendukung perkembangan industri berbasis makanan ini. Industri
konfeksi juga menyumbang kontribusi yang cukup besarutamanya industri batik
tegalan sebagai identitas budaya khas Kabupaten Tegal. Upaya yang telah dilakukan
diantaranya adalah peningkatan kualitas batik, introduksi pewarna alami, pelatihan
manajemen, promosi melalui pameran, dan kebijakan untuk mengenakan batik tegalan
sebagai pakaian resmi daerah yang dikenakan setiap hari Kamis.
Secara umum, industri pengolahan merupakan kontributor yang signifikan
karena selain sumbangsihnya yang besar pada perekonomian Kabupaten Tegal, sifat
industrinya adalah padat karya sehingga dapat memberikan lapangan pekerjaan baru
bagi masyarakat. Selain itu, kontribusinya relatif stabil –hampir mencapai 30% dari
total perekonomian wilayah - serta tren pertumbuhannya juga cenderung meningkat
selama lima tahun terakhir. Sebagai sektor ekonomi yang memiliki potensi bagus serta
backward dan forward linkage yang kuat, sudah seharusnya sektor industri pengolahan
dijadikan prioritas pembangunan. Perkembangan yang terjadi pada sektor ini akan
menarik sektor ekstarktif untuk maju dan mendorong sektor tersier untuk berkembang.
Kontribusi sektor perdagangan juga sangat signifikan. Hal ini dapat dilihat dari
banyaknya outlet penjualan di sepanjang jalur regional yang ada. Berkembangnya
sektor ini dilatarbelakangi dengan berkembangnya sektor lain, mengingat
perkembangan perdagangan merupakan muara dari sistem produksi. Kawasan pusat
ekonomi di Kabupaten Tegal adalah Kecamatan Adiwerna dan Slawi. Pusat-pusat
perdagangan muncul dengan pesat serta membentuk satu koridor ekonomi yang utuh.
Hampir semua titik penjualan hasil produksi di Kabupaten Tegal berada di area
Adiwerna dan Slawi.
Sektor perdagangan juga mengalami tren yang menaik dari tahun ke tahun,
serta kontribusinya juga mengalami peningkatan. Selain karena lokasi Kabupaten
Tegal yang relatif baik, perkembangan sektor ini dipengaruhi perkembangan kawasan
perkotaan kecamatan, dan tumbuhnya sektor industri pengolahan. Peningkatan
aktifitas sektor perdagangan dan industri memberi pengaruh terhadap ketahanan
perekonomian daerah. Hal tersebut dibuktikan pada saat kondisi makro ekonomi
Indonesia yang bergejolak pada tahun 2015 tidak terlalu mempengaruhi kondisi makro
ekonomi Kabupaten Tegal. Perkembangan kawasan perkotaan di kecamatan juga
memiliki pengaruh yang signifikan dimana perkembangan fisik dan ekonomi tidak lagi
terpusat pada kawasan Slawi-Adiwerna, tetapi juga pada kawasan perkotaan
kecamatan, yang berfungsi sebagai pusat pelayanan lokal untuk kawasan sekitarnya.
Selain itu, pertumbuhan sektor industri pengolahan yang bagus akan secara langsung
mendorong perkembangan sektor perdagangan. Setiap barang yang diproduksi pasti
29
akan dijual, dan setiap penjualan akan meningkatkan pertumbuhan sektor
perdagangan.
Sementara, kontribusi sektor pertanian juga relatif besar meskipun tidak terlalu
signifikan. Meskipun demikian, sektor ini tetap harus menjadi perhatian karena
merupakan sektor yang sangat strategis. Kondisi ketahanan pangan Kabupaten Tegal
sangat bergantung pada performa sektor pertanian. Selain itu, jumlah masyarakat yang
bekerja pada sektor ini sangat besar dan merupakan kontributor terbesar pada jenis
pekerjaan yang ditekuni masyarakat Kabupaten Tegal.Sayangnya, perkembangan
sektor pertanian cenderung mengalami penurunan. Hal ini karena fokus usaha di
sektor ini masih berkutat pada cara ekstraktif. Cara ini sangat bergantung pada kondisi
alam, dimana ketika hasil yang didapat berkualitas bagus maka sektor pertanian akan
tumbuh. Sebaliknya, jika hasil yang didapat berkualitas kurang baik, maka sektor
pertanian akan cenderung turun.
Di samping itu, luas lahan pertanian yang semakin berkurang (termasuk
infrastruktur pendukungnya) juga ikut mendorong turunnya kontribusi sektor pertanian.
Kedua hal tersebut menjadikan sektor pertanian hanya menghasilkan nilai tambah
yang kecil dalam perekonomian. Kondisi ini diperburuk dengan lemahnya industri
pengolahan di Kabupaten Tegal yang berbasis pada produk pertanian yang dihasilkan
dari daerah sendiri. Industri pengolahan makanan yang memiliki kontribusi besar yaitu
industri teh, mengambil bahan baku bukan dari Kabupaten Tegal. Industri pengolahan
makanan kecil juga kebanyakan berbahan dasar terigu yang merupakan bahan impor.
Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Tegal perlu mendorong industrialisasi pertanian yang
berbasis produk pertanian di Kabupaten Tegal. Jika hal ini dapat dilakukan dengan
baik, maka sektor industri akan berkembang, dan sektor perdagangan juga akan ikut
terdorong.
30
Tabel 2. 5 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2014-2018 atas Dasar Harga Berlaku (Juta Rupiah)
2014 2015 2016 2017 2018
No Sektor
Nilai % Nilai % Nilai % Nilai % Nilai %
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3.565.019,14 15,43 3.879.322.43 15,15 4.097.190.91 14,62 4.191.174,92 13,79 4.395.637,80 13,29
B Pertambangan dan Penggalian 965.944,03 4,18 1.138.617,76 4,45 1.253.014,46 4,47 1.367.812,76 4,50 1.501.669,83 4,54
C Industri Pengolahan 7.561.988,77 32,72 8.516.055,92 33,25 9.604.453.44 34,27 10.607.567,68 34,91 11.694.230,31 35,35
D Pengadaan Listrik dan Gas 15.003.50 0,06 16.016,37 0,06 17.334,93 0,06 19.374,69 0,06 21.020,22 0,06
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
9.634,63 0,042 9.922,55 0,39 10.237,01 0,37 10.787,76 0,36 11.320,91 0,03
Limbah dan Daur Ulang
F Konstruksi 1.757.421,40 7,61 1.935.916,03 7,74 2.071.862.50 7,56 2.272.526,44 7,48 2.514.327,11 7,60
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
3.687.696,94 15,96 3.999.444,07 15,62 4.276.012,13 15,26 4.592.693,59 15,12 4.942.943,53 14,94
Mobil dan Sepeda Motor
H Transportasi dan Pergudangan 597.093,65 2,58 678.087,35 2,65 735.051,72 2,62 819.818,16 2,70 899.883,09 2,72
I Penyediaan Akomodasi dan Makan 947.998,75 4,10 1.069.660,33 4,18 1.196.647,19 4,27 1.300.911,86 4,28 1.402.152,54 4,24
J Informasi danKomunikasi 600.478.85 2,60 645.062,14 2,52 708.874,41 2,53 7991.444,75 2,60 863.787,54 2,61
K Jasa Keuangan dan Asuransi 530.164,97 2,29 590.903,79 2,30 643.374,04 2,30 696.744,87 2,29 751.377,45 2,27
L Real Estat 370.106,44 1,60 409.786,78 1,60 452.379,95 1,61 485.883,21 1,60 535.851,35 1,62
M Jasa Perusahaan 90.163,90 0,39 103.454,47 0,40 114.790,86 0,41 126.292,27 0,42 141.499,73 0,43
N Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
534.057,68 2,31 583.200,27 2,28 675.999,28 2,21 664.248,22 2,19 695.063,70 2,10
dan Jaminan Sosial Wajib
O JasaPendidikan 1.183.260,42 5,12 1.288.282,96 5,03 1.424.096,19 5,08 1.575.268,51 5,18 1.766.445,24 5,34
P Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 182.174.35 0,79 198.743,34 0,78 215.363,43 0,77 233.313,25 0,77 256.424,33 0,78
Q Jasa lainnya 510.444,00 2,21 546.165,87 2,13 586.514,11 2,09 629.951,34 2,07 685.599,42 2,07
Total 23.108.651,44 100 25.608.642,44 100 28.025.643,38 100 30.383.814,24 100 33.079.234,10 100
31
Tabel 2. 6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2014- 2018 atas Dasar Harga Konstan (Juta Rupiah)
2014 2015 2016 2017 2018
No Sektor
Nilai % Nilai % Nilai % Nilai % Nilai %
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2.755.34 -4.28 2.832.654 2,81 2.919,344 3,06 2.958.745,2 1,35 3.001.385,12 12,74
B Pertambangan dan Penggalian 778.437,77 6,17 794.797,71 2,10 848.474,09 6,75 903.624,91 6,50 950.494,40 4,04
C Industri Pengolahan 5.920.278,6 8,13 6.322.825,6 6,80 6.782.532,8 7,27 7.245.198,2 6,95 7.737.577,82 32,85
D Pengadaan Listrik dan Gas 14.869,27 4,24 15.423,63 3,73 15.677,59 1,65 16.562,92 5,65 17.354,26 0,07
E Pengadaan Air, Pengelolaan 9.266,72 3,91 9.294,84 0,30 9.513,22 2,35 9.902,65 4,09 10.328,77 0,04
Sampah, Limbah dan Daur Ulang
F Konstruksi 1.482.494,95 4,51 1.564.698,24 5,54 1.648.467,47 5,35 1.767.539,31 7,22 1.871.005,74 7,94
G Perdagangan Besar dan Eceran; 3.331.113,77 5,17 3.468.214,13 4,12 3.648.221,49 5,19 3.786.804,37 3,80 3.954.562,55 16,79
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
H Transportasi dan Pergudangan 551.915,09 9,11 599.869,73 8,69 640.964,42 6,85 679.998,81 6,09 724.207,50 3,07
I Penyediaan Akomodasi dan Makan 846.713,92 6,94 907.506,46 7,18 962.864,89 6,10 1.023.815,80 6,33 1.092.854,31 4,64
J Informasi dan Komunikasi 635.456,39 8,82 692.670,72 9,00 745.335,96 7,60 801.236,16 7,50 877.419,74 3,73
K Jasa Keuangan dan Asuransi 412.037,35 3,54 441.095,37 7,05 471.375,08 6,86 495.346,36 5,09 516.328,24 2,19
L Real Estat 340.514,94 6,10 365.375,63 7,30 393.993,84 7,83 411.723,56 4,50 428.500,96 1,82
M Jasa Perusahaan 76.873.96 8,10 83.967,53 9,23 91.048,23 8,43 96.966,36 6,50 102.918,94 0,44
N Administrasi Pemerintahan, 415.894,01 0,76 437.110,91 5,10 450.068,43 2,96 464.695,65 3,25 480.794,36 2,04
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
O JasaPendidikan 795.930,56 9,72 851.008,20 6,92 911.281,14 7,08 971.127,23 6,57 1.052.730,62 4,47
P Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 148.536,60 8,50 155.940,58 4,98 166.751,02 6,93 176.922,33 6,10 192.456,53 0,82
Q Jasa lainnya 443.165,91 8,73 457.021,52 3,13 477.002,67 4,37 502.890,27 5,43 541.628,51 2,30
Total 18.958.841,04 100 19.999.475,45 100 21.182.917.23 100 22.322.100,13 100 23.552.548,37 100
32
2.2.3. Laju Inflasi
Selama tahun 2018 laju inflasi yang terjadi di Kota Slawi secara umum mencapai
2,95 persen, lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 3,58
persen. Kenaikan indeks ini lebih didorong oleh kenaikan indeks pada kelompok
Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar; yang selama tahun kalender 2018
walaupun mengalami inflasi hanya sebesar 2,48 persen tetapi memberikan andil inflasi
terbesar, yakni 0,76 persen. Berikutnya kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan
tembakau yang memberikan andil inflasi 0,68 persen; kelompok Bahan Makanan sebesar
0,53 persen; kelompok Transport, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 0,42 persen; kelompok
sandang 0,28 persen; kelompok kesehatan 0,17 persen; dan terakhir kelompok Pendidikan,
Rekreasi dan Olahraga 0,12 persen.
Gambar 2. 9. Perkembangan Inflasi
33
25.00
23.02
21.20
19.61
20.00 17.97
16.27
15.00
14.82 15.57 16.39
13.35 14.04
10.00
5.00
0.00
2014 2015 2016 2017 2018
Gambar 2. 10. PDRB per kapita ADHB dan ADHK Tahun 2014-2018
Sumber : BPS Kabupaten Tegal, Tahun 2019.
2.2.5. Indeks GINI
Ukuran untuk melihat ketimpangan pendapatan masyarakat. Indeks Gini Kabupaten
Tegal menunjukan adanya peningkatan ketimpangan pendapatan dalam masyarakat. Data
terakhir yang tersedia adalah Indeks Gini Kabupaten Tegal tahun 2014 - 2018
sebagaimana tersaji dalam gambar grafik indek gini.
Gambar 2. 11. Gini Ratio Kabupaten Tegal, Jawa Tengah dan Nasional
0.45
0.4
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
2014 2015 2016 2017 2018
Kab. Tegal 0.33 0.33 0.324 0.293 0.311
Prov. Jateng 0.388 0.382 0.357 0.365 0.357
Nasional 0.41 0.41 0.4 0.391 0.384
KEMISKINAN
Nasional Jawa Tengah Kab. Tegal
16 13.58 13.58 13.27
14 12.23
11.25 11.25 10.7 11.32
12 10.12
10 9.82
9.87 10.09 10.1 9.9
8
6 7.94
4
2
0
2014 2015 2016 2017 2018
35
Gambar 2. 13. Perbandingan Kemiskinan di eks Karesidenan Pekalongan
36
Gambar 2. 15. Indeks Keparahan Kemiskinan Kabupaten Tegal Tahun 2014 – 2018
Total 184.070
18000
15396
16000 13969
14000 13019 12523 12350
11248 11160 11056 10604
12000
9757
10000 8855 8599 8458 8326
7472 7279 7243 6756
8000
6000
4000
2000
0
Jumlah
37
Gambar 2. 17. Jumlah individu Miskin Per Kecamatan
Total 723.590
70000
59048 57412
60000
50743 49767 49752
50000 46246 45293 45095
41735
37164 35572
40000 33241 32920 32087
29329 27892
30000 26605
23689
20000
10000
Jumlah
38
Gambar 2. 18. TPT Kabupaten Tegal dan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 – 2018
Angka pengangguran pada tahun 2016 dan 2015 menunjukkan angka yang tetap,
yaitu 9,52%. Hal ini disebabkan oleh kondisi makro ekonomi tahun 2016 dan 2015 di
Kabupaten Tegal relative tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Angka TPT di
Kabupaten Tegal pada tahun 2018 masih menunjukkan angka yang relatif tinggi, yaitu
8,45%. Hal ini terjadi karena karakteristik pengangguran di Kabupaten Tegal relatif
berpendidikan menengah (SMK) dan tinggi (PT). Pencari kerja di Kabupaten Tegal
cenderung memilih pekerjaan yang disukai dan memilih menunda memperoleh pekerjaan
ketimbang bekerja namun bukan pada pekerjaan yang diinginkan atau lebih suka
menganggur.
Kondisi Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Tegal pada Tahun 2018
menjadi salah satu fokus utama bagi Pemerintah Kabupaten Tegal dalam pengambilan
kebijakan pada 5 (lima) tahun ke depan. Data kinerja TPT Tahun 2018 disandingkan
dengan Kabupaten/Kota se-eks Karesidenan Pekalongan dapat dilihat pada gambar berikut
ini.
39
Gambar 2. 19. TPT Kabupaten /Kota se Eks Karisidenan Pekalongan
Brebes 7.27
Tegal 8.45
Pemalang 6.21
Pekalongan 4.41
Batang 4.23
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
40
Tabel 2. 8 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2014 - 2018
Tahun
Indikator
2014 2015 2016 2017 2018
IPM : 64,10 65,04 65,84 66,44 67,33
Angka Harapan Hidup (tahun) 70,80 70,90 71,02 71,14 71,28
Harapan Lama Sekolah (EYS) 11,99 12 12,01 12,06 12,34
Rata-rata Lama Sekolah (MYS) 5,93 6,30 6,54 6,55 6,70
Pengeluaran (Ribu
8.050 8.367 8.709 9.136 9.433
Rupiah/orang/tahun)
60 62 64 66 68 70 72 74 76
41
penduduk yang memenuhi AHH mengindikasikan jumlah lansia yang semakin banyak.
Lansia yang tidak produktif akan menjadi beban dependensi rasio bagi penduduk usia
produktif.
Gambar 2. 22. Angka Harapan Hidup Tahun 2014 – 2018
65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75
Sumber : BPS Kab. Tegal, Tahun 2018.
2.2.10. Harapan Lama Sekolah (HLS)
Harapan Lama Sekolah merupakan perhitungan seseorang berusia di atas 7 tahun
dimungkinkan akan mengenyam pendidikan sepanjang hidupnya. Dari data yang ada, HLS
Kabupaten Tegal menunjukkan angka yang semakin meningkat setiap tahun. Bila tahun
2016 angkanya 12,01 tahun, tahun 2017 telah menjadi 12,06 tahun dan tahun 2018
sebesar 12,34 tahun.
42
Gambar 2. 24. Angka Harapan Lama Sekolah Tahun 2014 – 2018
43
Gambar 2. 26. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Tahun 2014 -2018
44
Non Perpipaan (Sumur dan
N/A N/A N/A 66,82
Mata Air) 64,69
Capaian Air Minum PDAM
19,41
(%) 11,49 14,09 16,57 18,41
Capaian Air Minum
-
Pamsimas (%) - - - -
Capaian Akses Air Minum
N/A 78,75 N/A N/A 86,23
Keseluruhan (%)
3) Kawasan Kumuh
45
Luas dan sebaran lokasi kumuh di Kabupaten Tegal telah ditetapkan melalui
Keputusan Bupati Nomor 484 Tahun 2015 yang telah direvisi dengan Keputusan Bupati
Nomor 239 Tahun 2016 Tentang Penetapan Lokasi Kumuh di Kabupaten Tegal, berbagai
upaya telah dilakukan dalam upaya pengurangan lahan kumuh tersebut, luas dan sebaran
pengurangan Kawasan kumuh di Kabupaten Tegal tergambar sebagaimana tabel berikut:
Tabel 2. 11 Pengurangan Kawasan Kumuh Tahun 2014-2018
Luas Luas Pengurangan (Ha) Kondisi
No Kecamatan sesuai SK Sampai
2014 2015 2016 2017 2018
239/2016 2018
1 Adiwerna 166,5 N/A N/A N/A N/A 97,74 68,76
2 Dukuhturi 53,2 N/A N/A N/A N/A 1,32 51,88
3 Jatinegara 18,4 N/A N/A N/A N/A 0 18,4
4 Kedungbanteng 30,4 N/A N/A N/A N/A 0 30,4
5 Kramat 18,5 N/A N/A N/A N/A 6,72 11,78
6 Lebaskiu 68,9 N/A N/A N/A N/A 0 68,9
7 Slawi 28,5 N/A N/A N/A N/A 4,2 24,3
8 Suradadi 48,6 N/A N/A N/A N/A 0 48,6
9 Talang 32,5 N/A N/A N/A N/A 2,2 30,3
10 Tarub 9,88 N/A N/A N/A N/A 0 9,88
11 Warureja 12,4 N/A N/A N/A N/A 0 12,4
Total 487,78 N/A N/A N/A N/A 112,18 375,6
23% 77%
46
yaiu 10 persen kelompok termisikin dari PBDT. Besaran Anggaran alokasi RTLH
Kabupaten Tegal mulai tahun 2016 sebesar Rp. 20 Juta per KRT. Angka ini lebih tingga
dari alokasi Pemerintah Pusat sebesar Rp 15 Juta dan Pemerintah Provinsi sebesar Rp 10
Juta.
Rasio jumlah Linmas per RT dari tahun ke tahun cenderung tidak mengalami
kenaikan maupun penurunan, sehingga untuk tahun mendatang perlu kerja keras agar
rasio jumlah Linmas per RT mengalami kenaikan
Tabel 2. 14 Rasio Jumlah Linmas Terlatih Tahun 2014-2018
No. Uraian 2014 2015 2016 2017 2018
Rasio jumlah Linmas terlatih dari tahun 2014 sampai tahun 2018 cenderung
mengalami penurunan, sehingga ada upaya agar jumlah linmas meningkat ditahun-tahun
mendatang.
47
Tabel 2. 15 kasus kebakaran tertangani Tahun 2014-2018
Jumlah Kasus Kebakaran
No. Uraian
2014 2015 2016 2017 2018
1. Jumlah kebakaran 58 60 78 99 153
48
berikutnya mengalami penurunan, begitu juga untuk tahun beriutnya mengalami kenaikan
dan pada tahun terakhir mengalami kenaikan, untuk itu perlu usaha-usaha yang keras agar
masyarakat yang siap siaga bencana mengalami kenaikan dari tahun ketahun.
Tabel 2. 18 Persentase Penanganan Bencana
Indikator 2014 2015 2016 2017 2018
Jumlah masyarakat yang dibina 120 130 340 490 425
dalam pencegahan dan
kesiapsiagaan bencana
Jumlah masyarakat yang 14.435 10.475 35.807 36.240 22.648
bertempat tinggal di wilayah
pembinaan
Persentase masyarakat siap siaga 0,83 1,24 0,95 1,35 1,88
bencana
A. Pangan
1) Ketersediaan Pangan Utama
Pangan merupakan suatu kebutuhan dasar utama bagi manusia untuk dapat
mempertahankan hidup, oleh karena itu kecukupan pangan bagi setiap orang pada setiap
waktu merupakan hak azazi yang harus dipenuhi. Ketersediaan pangan suatu wilayah
didasarkan pada ketersediaan pangan utama, jumlah konsumsi pangan dan jumlah
penduduk. Tabel berikut memberikan gambaran tentang ketersediaan pangan di
Kabupaten Tegal
49
No Uraian 2014 2015 2016 2017 2018
Pangan Utama(ton)
2. Jumlah Penduduk (jiwa) 1.420.132 1.424.890 1.429.386 1.433.515 1.433.515
3. Jumlah Komsumsi Pangan 133.574 133.156 133.155 134.588 134.588
Utama(ton)
4. Ketersediaan Pangan 137,12 161,36 166,37 164,89 164,89
Utama (ton) terhadap Jumlah
Komsumsi Pangan Utama
50
1. Distribusi dan Akses Pangan
-Ketersediaan informasi pasokan, harga 48,28 49,95 77,68 104,22 104,22
dan akses pangan di daerah
- Stabilitas harga dan pasokan pangan 87,07 85,14 98,67 91,64 91,64
2. Penganekaragaman dan Keamanan
- Skor pola pangan harapan
Pangan 83,8 83,6 72,1 78,6 78,6
Pengawasan dan pembinaan keamanan 80 73,58 - - -
pangan
3. Penanganan kerawanan pangan
- Penanganan daerah rawan pangan 7 16 9 15 9
Indikator dari jenis pelayanan Distribusi dan Akses Pangan adalah Ketersediaan
Informasi Pasokan, Harga dan Akses Pangan di Daerah, serta indikator stabilitas harga dan
pasokan pangan. Target komoditas yang wajib dipantau untuk diketahui informasi pasokan,
harga dan akses adalah gabah/beras, jagung, kedelai, daging sapi, daging ayam, telur,
minyak goreng, gula pasir dan cabe merah. capaian ketersediaan informasi pasokan,
harga dan akses pangan di daerah pada Tahun 2016 sebesar 77,68% dan Tahun 2017
meningkat menjadi sebesar 104,22%. Adapun stabilitas harga dan pasokan pangan
tercapai 98,67% pada Tahun 2012 namun turun menjadi 91,64% di Tahun 2013.
Indikator dari jenis pelayanan Penganekaragaman dan Keamanan Pangan adalah
skor Pola Pangan Harapan (PPH) dan indikator Pengawasan dan Pembinaan Keamanan
Pangan. Pada Tahun 2016 skor Pola Pangan Harapan (PPH) di Kabupaten Tegal sebesar
72,1% dan Tahun 2017 meningkat menjadi 78,6%.
Indikator dari Penanganan Kerawanan Pangan pada Tahun 2016 sebanyak 15
Desa, sedangkan pada tahun 2017 turun menjadi 9. Dukungan untuk pencapaian jenis
pelayanan ini antara lain dengan pembuatan peta ketahanan dan kerentanan pangan
tingkat Kabupaten Tegal.Adapun Distribusi dan Akses Pangan, Penganekaragaman dan
Distribusi Pangan, Penanganan Kerawanan Pangan, sampai dengan tahun 2017 secara
rinci sebagaimana dijelaskan pada tabel 2.51 di bawah ini
3) Regulasi Ketanahan Pangan
Ketahanan pangan merupakan urusan wajib pemerintah propinsi dan pemerintah
kabupaten/kota. Hal ini sesuai dengan Peraturan pemerintah (PP) nomor 3 tahun 2011
tentang Pertanggungjawaban Gubernur dan Bupati/Walikota, dimana bahwa gubernur dan
bupati/walikota mempunyai kewajiban melaporkan kepada pemerintah dan DPRD tentang
pembangunan ketahanan pangan; dan sesuai dengan PP Nomor 38 tahun 2011
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi
dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, yang menyatakan bahwa ketahanan pangan
menjadi urusan wajib pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.
Peraturan perundang-undangan terkait dengan ketahanan pangan yang dapat
dipedomani pemerintah Kabupaten/Kota telah tersedia, diantaranya yaitu: UU No. 7 tahun
1996 tentang Pangan; PP No. 68 tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan; PP 28 tahun
2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan; dan sebagainya. Standar Pelayanan
Minimal Ketahanan Pangan Kabupaten Tegal tahun 2013 - 2017 tercermin dengan capaian
indikator ketersediaan energi per kapitan dari tahun 2013 – 2016 selalu meningkat, namun
mengalami penurunan pada tahun 2017. Sedangkan ketersediaan protein per kapita dan
Penguatan Cadangan Pangan dari tahun 2013 – 2017 perkembangannya masih fluktuatif.
51
B. Pertanahan
Urusan pertanahan berdasarkan Undang – Undang No.23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahahan Daerah merupakan kewenangan Pemerintah Pusat. Terkait dengan
urusan pertanahan maka pemerintah kabupaten Tegal hanya fokus pada koordinasi dalam
hal pelaksanaan kegiatan pertanahan serta menfasilitasi proses pengurusan sertifikasi
tanah – tanah yang merupakan aset pemerintah kabupaten.
Tabel 2. 22 Sertifikat Tanah Pemerintah Darah Tahun 2014-2018
No Uraian 2014 2015 2016 2017 2018
1 Jumlah Bidang tanah Keseluruhan N/A N/A N/A N/A N/A
2 Jumlah Bidang tanah yang telah bersertifikat
a. Swadaya N/A N/A N/A N/A N/A
b. Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap 2.500 3.250 5.000 25.000 45.000
(PTSL)
3 Jumlah Bidang Tanah Milik Kabupaten 1.593 1.593 1.593 1.593 1.593
a. Bersertifkat N/A N/A N/A N/A 816
b. Belum Berseritikat N/A N/A N/A N/A 677
52
yang terbentuk, penurunan emisi Gas Rumah Kaca(GRK), meningkatnya jumlah
usahadan/kegiatan yang memiliki IPLC, dan menurunnya tingkat kerusakan lingkungan.
Untuk mencapai kondisi tersebut diperlukan kerja keras semua pihak yang terkait.
Tabel 2. 24 Cakupan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup
Tahun 2014-2018
No Uraian 2014 2015 2016 2017 2018
1 Jumlah pemantauan lingkungan 61 63 65 54 55
Jumlah Rekomendasi Ijin Pembuangan
2 9 4 4 9 3
Limbah Cair
3 Jumlah Pembinaan usaha 10 15 15 20 20
Jumlah Wilayah yang terkena Kerusakan
4 2 4 6 8 10
Lingkungan
53
No. Uraian 2014 2015 2016 2017 2018
terangkut (m3)
2 Jumlah volume sampah yang 989,80 960,09 458,00 496,00 640,46
dihasilkan (m3)
3 Sampah terangkut 19,64 26,19 63,29 70,00 80.00
54
Kondisi TPS
No. Uraian
2014 2015 2016 2017 2018
1. Jumlah TPSS (unit) 50 45 72 113 118
Jumlah Daya Tampung TPS
2. 98,56 88,71 141,92 222,75 240,66
(ton)
3. Jumlah Penduduk (jiwa) 1.420.132 1.424.890 1.429.386 1.433.515 1.437.225
Rasio Daya Tampung TPS
4. 0.069 0.062 0.099 0,155 0,082
per 1.000 penduduk
Tabel 2. 30 Data Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) dan Jumlah Badan Publik
Yang TerbukaTahun 2014-2018
55
Jumlah per tahun
No Uraian
2014 2015 2016 2017 2018
1 Kualifikasi tingkat KIP Badan Publik 0 0 0 0 41,60
2 Jumlah Desa yang telah terbentuk 6 6 6 6 6
LKM/KIM
3 Pengembangan KIM 2 4 6 8 10
Tabel 2. 33 Jumlah Bimtek Pelaku Pengadaan Dan Tingkat Standarisasi LPSE Tahun
2014-2018
57
Jumlah per tahun
No Uraian
2014 2015 2016 2017 2018
1 Bimtek e-Procurement Bagi Pelaku 0 0 0 118 238
Pengadaan
2 Standarisasi Layanan Pengadaan Secara 0 0 6 7 10
Elektronik (LPSE)
Sumber : Dinas Komunikasi dan Informatika Tahun 2018
Dari Tabel diatas terlihat bahwa Bimtek e-Procurement Bagi Pelaku Pengadaan
yang telah dilaksanakan sejak Tahun 2017. Pada Bimtek Tahun 2017 Pelaku Pengadaan
berjumlah 118 orang berasal dari OPD dan Bagian (60), Kelompok Kerja (30) dan
Penyedia (40). Pada Tahun 2018 berjumlah 238 orang dimana jumlah pelaku di Tahun
2017 ditambah dengan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) sejumlah 60 orang dan Pejabat
Pengadaan (PP) sejumlah 60 orang, dan terlihat pula bahwa proses Standarisasi LPSE
telah dimulai sejak Tahun 2016 ketika LPSE masih unit bagian dari Bagian Perekonomian
Setda Kabupaten Tegal
58
Dalam kurun waktu Tahun 2014 – 2018, jumlah UKM di Kabupaten Tegal
mengalami kenaikan yang sangat tinggi yaitu dari 29.995 unit menjadi 166.092 unit atau
mengalami kenaikan sekitar 450%. Sedangkan jumlah UKM yang mempunyai legalitas
mengalami keningkatan 1000 % yaitu dari 512 unit menjadi 5.916 unit. Perkembangan
Jumlah dan UKM yang mempunyai legalitas di Kabupaten Tegal dapat dilhat pada tabel
berikut:
Tabel 2. 35 Jumlah UKM Non BPR/LKM Tahun 2014 - 2018
Jumlah per tahun
No Uraian
2014 2015 2016 2017 2018
1 Jumlah seluruh UKM 29.995 33.520 33.530 142.412 166.092
1 Jumlah BPR 13 13 11 11 12
F. Penanaman Modal
1) Program Penanaman Modal
Penanaman Modal adalah mendorong meningkatnya nilai investasi PMA dan PMDN
di Kabupaten Tegal. Untuk mencapai kondisi tersebut dengan menarik para investor lokal
maupun Luar Negeri untuk menanamkan modalnya di kabupaten Tegal.Nilai investasi PMA
dan PMDN mulai tahun 2014 sampai dengan Tahun 2018 dapat dilihat dalam tabel di
bawah.
Tabel 2. 37 Nilai Investasi PMDN/PMA Tahun 2014 – 2018
59
PMDN PMA
Jml Jml
Tahun Nilai Investasi Nilai Investasi
Proyek Proyek
Sumber : Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Tegal Tahun 2018
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa realisasi jumlah investor PMDN
pada tahun 2014 – 2016 mengalami peningkatan, namun pada tahun 2017 mengalami
penurunan menjadi 5.266 investor. Pada tahun 2018 mengalami peningkatan yang
signifikan yaitu sebanyak 7.257 investor dengan nilai investasi mencapai
1.073.862.531.863. Dengan Peningkatan jumlah investasi PMDN mengindikasikan bahwa
Kabupaten Tegal memiliki prospek dan daya tarik bagi investor yang harus semakin
ditingkatkan.
2) Indek Kepuasan Masyarakat Perizinan
Pelayanan perizinan yang optimal dapat meningkatkan kepuasaan masyarakat
terhadap palayanan perizinan di Kabupaten Tegal sehingga dapat meningkatkan
kepatuhan para pelaku usaha untuk mengurus perizinan. Indeks Kepuasan Masyarakat
terkait perizinan dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 2. 38 Indeks Kepuasan Masyarakat Tahun 2014 – 2018
No Uraian 2014 2015 2016 2017 2018
1 Indeks kepuasan 72,00 72,38 73,87 75,32 77,61
Masyarakat perijinan
Sumber : Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Tegal Tahun 2018
Dengan melihat Tabel di atas pada tahun 2014 – 2018 selalu terjadi peningkatan
kepuasan masyarakat dalam pengurusan izin, hal ini menunjukan bahwa masyarakat
sudah memperoleh pelayanan perizinan yang cukup baik.
3) Pengendalian PMPTSP
Kepatuhan Perusahaan untuk mengurus perizinan sesuai ketentuan sangat
diperlukan untuk menjaga iklim investasi di Kabupaten Tegal. Pengendalian PMPTSP
diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan para investor yang dilaksanakan melaui Tim
Pengendali OPD yang terkait. Kondisi kepatuhan perusahaan yang berizin mulai tahun
2017 sampai dengan Tahun 2018 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2. 39 Kepatuhan Perusahaan Berizin Tahun 2017-2018
No Uraian 2017 2018
Sumber : Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Tegal Tahun 2018
Jumlah Perusahaan Berizin pada tahun 2017 sebanyak 5.270 meningkat pada
tahun 2018 menjadi 5.475 dengan Kepatuhan Perusahaan yang sudah berizin meningkat
1,73% dari 45 % pada tahun 2017 menjadi 46,73% tahun 2018.
60
G. Kebudayaan
Kebudayaan merupakan keseluruhan gagasan, perilaku, dan karya cipta manusia
yang dapat menuntun kehidupan manusia agar lebih bermartabat. Pembangunan
kebudayaan tidak dapat dilepaskan dari pengaruh budaya baru di era globalisasi, namun
demikian harus tetap berpijak pada nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila,
sehingga terwujud karya-karya seni budaya yang memiliki kepribadian. Disisi lain kesenian
merupakan hasil karya yang mengacu pada nilai keindahan (estetika) dan mewujud dari
proses pengendapan makna relasi antar manusia dan manusia dengan lingkungan
hidupnya.
Tabel 2. 40 Kondisi Budaya Tahun 2014 – 2018
Kondisi Per Tahun
No Uraian
2014 2015 2016 2017 2018
A. Pertanian
1) Kelembagaan SDM Penyuluh Pertanian
Penyuluh pertanian berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional penyuluhan
pertanian pada instansi pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah. Tugas pokok
penyuluh pertanian adalah menyuluh, selanjutnya dalam menyuluh dapat dibagi menjadi
menyiapkan, melaksanakan, mengembangkan, mengevaluasi dan melaporkan kegiatan
penyuluhan. Secara lengkap komposisi jumlah penyuluh di Kabupaten Tegal sebagaimana
Tabel berikut ini.
61
Kondisi Per Tahun
No. Uraian
2014 2015 2016 2017 2018
1. Penyuluh PNS :
a. Pertanian 88 88 88 108 108
b. Perikanan 6 6 - - -
c. Kehutanan 15 15 - - -
2. Penyuluh THL – TBPP 81 81 77 49 49
81 81 81 81
3. Penyuluh Swadaya :
a. Pertanian 44 132 - - -
b. Perikanan 15 11 - - -
c. Kehutanan 30 30 - - -
Jumlah 279 363 246 238 238
62
Kondisi Per Tahun
No. Uraian
2014 2015 2016 2017 2018
Luas Tanam (ha) 177 177 83 50 38
Luas Panen (ha) 168 168 95 55 35
Produksi (ton) 1.744 1.744 933 637 346
Produktivitas (ton/ha) 10,40 10,40 10,51 11,56 9,89
6. Kacang Tanah
Luas Tanam (ha) 290 191 199 126 66
Luas Panen (ha) 290 187 197 135 75
Produksi (ton) 564 354 494 363 90
Produktivitas (ton/ha) 1,94 1,89 2,51 2,69 1.20
7. Kacang Hijau
Luas Tanam (ha) 33 159 55 11 9
Luas Panen (ha) 8 142 58 14 0
Produksi (ton) 7 167 60 16 0
Produktivitas (ton/ha) 0,96 1,17 1,04 1,20 0
Sayuran dan Buah
Semusim
1. Bawang Merah
Luas Tanam (ha) 2.548 2.272 1.783 1.926 2.414
Luas Panen (ha) 2.060 2.518 2.091 1.884 2.323
Produksi (ton) 243.412 284.775 212.204 19.828 248.276
Produktivitas (ton/ha) 11,82 11,31 10.15 10,52 106,86
2. Cabe
Luas Tanam (ha) 539 484 303 327 360
Luas Panen (ha) 536 543 353 328 397
Produksi (ton) 4.628 3.994 3.130 3.581 38.705
Produktivitas (ton/ha) 8,63 7,35 8,87 10,92 97,49
3. Kentang
Luas Tanam (ha) 485 406 418 459 409
Luas Panen (ha) 418 481 348 548 406
Produksi (ton) 4.256 4.723 3.761 11.866 87.160
Produktivitas (ton/ha) 10,18 9,83 10,81 21,65 214,68
4. Kubis
Luas Tanam (ha) 1.214 1.280 1.179 1.162 1.090
Luas Panen (ha) 1.190 1.280 1.276 1.202 1.108
Produksi (ton) 17.545 17.445 21.313 22.619 197.015
Produktivitas (ton/ha) 14,74 13,63 16,70 18,82 177,81
5. Semangka
Luas Tanam (ha) 130 111 109 123 72
Luas Panen (ha) 127 114 109 123 72
Produksi (ton) 2.134 1.405 1.389 1.689 7.185
Produktivitas (ton/ha) 16,80 12,32 12,74 13,73 99,79
Tanaman Hias
1. Melati
Luas Tanam (ha) 2 13 1 - 10.000
Luas Panen (ha) 371 338 337 341 3.419.250
Produksi (ton) 9.542 8.505 5.807 4.796 5.263.728
Produktivitas (ton/ha) 25,70 25,17 17,23 14,07 1,54
Perkebunan Rakyat
1. Kelapa Dalam
Luas Tanam (ha) 4.575 4.286 4.186 3.665 3.370,66
Luas Panen (ha) 2.399 2.383 2.283 2.123 2.027,40
Produksi (ton) 1.774 2.257 2.155 1.887 1.807,94
63
Kondisi Per Tahun
No. Uraian
2014 2015 2016 2017 2018
Produktivitas (ton/ha) 0,74 0,95 0,94 0,89 891,75
2. Cengkeh
Luas Tanam (ha) 1.065 1.220 1.282 1.325 1.323,48
Luas Panen (ha) 690 662 768 765 764,17
Produksi (ton) 103 122 85 140 140,31
Produktivitas (ton/ha) 0,15 0.18 0,11 0.18 183,61
3. Teh
Luas Tanam (ha) 158 171 163 163 164,73
Luas Panen (ha) 121 122 121 129 128,43
Produksi (ton) 36 24 35 35 35,06
Produktivitas (ton/ha) 0,30 0,20 0,29 0,27 273,02
4. Tebu
Luas Tanam (ha) 5.130 5.458 3.548 3.265 2.687,30
Luas Panen (ha) 5.130 5.458 3.548 3.265 2.669,18
Produksi (ton) 19.713 18.997 15.872 14.299 30.912,06
Produktivitas (ton/ha) 3,84 3,48 4,47 4,38 11,58
64
Nilai
Produksi (Pi) Harga
Produksi/satuan
No Komoditas Kuantum /Satuan
dalam Rupiah (Pi x
2012 (Hi)
Hi)
Nangka 18.263 45.000 821.835.000
Belimbing 2.243 40.000 89.720.000
4 Peternakan
Sapi Potong (ekor=250kg) 1.315.845 101.750 133.887.228.750
Kerbau (ekor=250kg) 26.593 110.000 2.925.230.000
Domba/Kambing (ekor=20kg) 930.958 65.000 60.512.270.000
Kambing (ekor=20kg) 493.740 100.000 49.374.000.000
Ayam Kampung (ekor=2kg) 6.500.169 57.357 372.830.193.333
Ayam Buras (16 telur=1kg) 237.802 50.000 11.890.100.000
Itik (ekor=1,5kg) 162.154 70.000 11.350.780.000
Lainnya (puyuh, kelinci, angsa) 117.241 30.000 3.517.230.000
Burung Dara 2.289 30.000 68.670.000
Telur Ayam Kampung 7.144.390 2.000 14.288.780.000
Telur Itik 912.840 2.000 1.825.680.000
Telur Puyuh 43.642 500 21.821.000
Susu 713.428 4.000 2.853.712.000
Jumlah Total 827.101.340.174
Ketersediaan lahan dari hasil perhitungan tahun 2017 sebesar 104.908,85 Ha.
Perhitungan kebutuhan lahan dilakukan dengan mempertimbangkan jumlah penduduk, luas
lahan yang dibutuhkan untuk kebutuhan hidup layak per penduduk. Kemampuan
lingkungan hidup dalam pemenuhan lahan untuk hidup layak dihitung dengan
memperhitungkan luas lahan yang dibutuhkan untuk kebutuhan hidup layak perpenduduk
yang dilihat dari dimana dalam Dokumen KLHS RPJMD menunjukkan kebutuhan lahan di
Kabupaten Tegal di tahun 2017 adalah sebesar 215.027, 25 Ha dan di tahun 2031
diproyeksikan sebesar 225.583,05 Ha.
Berdasarkan perhitungan ketersediaan dan kebutuhan lahan, dapat ditentukan
status daya dukung lahan di Kabupaten Tegal. Berdasarkan hasil perhitungan diatas
didapatkan bahwa :
▪ Untuk Tahun 2017 maka SL (104.908,85 Ha) < DL, (215.027,25 Ha), hal ini berarti
bahwa daya dukung lahan dinyatakan defisit atau terlampaui. Kondisi tersebut berarti
bahwa daya dukung lahan belum dapat memenuhi kebutuhan.
▪ Untuk Tahun 2031 maka SL (104.908,85 Ha) < DL, (225.583,05 Ha), hal ini berarti
bahwa daya dukung lahan dinyatakan defisit. Kondisi tersebut berarti bahwa daya
dukung lahan belum dapat memenuhi kebutuhan.
3) Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB
Sektor pertanian Kabupaten Tegal memiliki peluang besar untuk dapat lebih
berkembang dari kondisi eksisting saat ini,hal ini dapat dilihat darikontribusi sektor
pertanian terhadap capaian PDRB Kabupaten Tegal. Pada tahun 2017 kontribusi sektor
pertanian terhadap PDRBKabupaten Tegal berdasarkan harga berlaku mencapai 12,50%
dan berdasar harga konstan mencapai 11,88%seperti dapat dilihat pada Tabel 2.82. Selain
merupakan kontributor ketiga terbesar dalam perekonomian wilayah, angka di atas
menunjukkan bahwa inflasi di sektor pertanian relatif lebih rendah daripada inflasi pada
sektor lainnya. Sayangnya, kontribusi sektor pertanian menunjukkan tren yang semakin
65
menurun. Hal ini perlu mendapat perhatian karena banyaknya masyarakat yang bekerja
pada sektor ini. Sebagaimana Tabel 2.80 di bawah ini.
Tabel 2. 44 Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB Tahun 2013-2017
Kondisi Per Tahun (Dalam Jutaan Rupiah)
No Uraian
2013 2014 2015 2016 2017
1 Jumlah Kontribusi
Sektor Pertanian:
- ADH Berlaku 3.468.079,63 3.565.019,14 3.879.322,43 4.114.690,91 4.191.174,92
- ADH Konstan 2.878.663,32 2.755.341,24 2.832.654,60 2.935.344,86 2.958.745,2
2. Jumlah PDRB:
- ADH Berlaku 20.767.110,9 23.108.651,4 25.590.642,4 27.727.792,9 30.044.412,2
8 3 4 8 8
- ADH Konstan 18.050.291,9 18.958.841,0 19.992.675,4 21.265.717,2 21.265.717,2
7 4 5 3 3
3. Kontribusi Sektor
Pertanian thd
PDRB
- ADH Berlaku 16,70 15,43 15,16 14,84 13,79
- ADH Konstan 15,95 14,53 14,17 13,80 1,35
66
B. Perdagangan
1) Ekspor Bersih Perdagangan
Nilai ekspor bersih perdagangan di Kabupaten Tegal dari tahun 2013 sampai
tahun 2016meningkat tetapi tahun 2017 mengalami penurunan akibat meningkatnya nilai
impor. Berikut secara lengkap disajikan data mengenai ekspor bersih perdagangan di
Kabupaten Tegal selama kurun waktu 2013-2017 sebagaimana Tabel di bawah.
Tabel 2. 46 Jumlah Ekspor Bersih Perdagangan Tahun 2013– 2017
Kondisi Per Tahun (Dalam Ribuan)
No. Uraian
2013 2014 2015 2016 2017
1. Nilai Ekspor 111.280.610 147.007.019 153.188.157.270 209.619.490.505 228.638.224.198
2. Nilai Impor 21.239.567 20.782.118 64.630.930.460 16.312.612.489 54.801.884.058
3. Nilai Ekspor
Bersih (Nilai
Ekspor – 90.041.043 126.224.901 88.557.226.810 193.306.878.015 173.836.380.139
Nilai
Impor)
67
Kondisi Per Tahun (Dalam Jutaan Rupiah)
No. Uraian
2013 2014 2015 2016 2017*
- ADH Konstan 17,55 17,57 17,35 17,16 17,31
C. Perindustrian
1) Produk Lokal dan Lembaga Usaha yang Terstandarisasi
Kabupaten Tegal memiliki potensi industri yang sangat besar baik industri Logam,
Mesin, Alat Transportasi, Tekstil maupun Aneka. Potensi Industri tersebut tersebar di
wilayah Kabupaten Tegal. Dalam upaya mempersiapkan daya saing ekonomi daerah perlu
adanya standarisasi produk dan lembaga usahanya. Peningkatan standarisasi produk dan
Lembaga usaha dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel 2. 48 Produk Lokal dan Lembaga Usaha yang Terstandarisasi
Tahun 2014 – 2018
Kondisi Per Tahun
Uraian
2014 2015 2016 2017 2018
Produk Lokal dan Lembaga
Usaha yang 0.10% 0.10% 0.13% 0.13% 0.17%
Terstandarisasi
Sumber : Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Tahun 2018
2) IKM yang memperoleh Legalitas Usaha
Sektor industri di Kabupaten Tegal didominasi oleh industri makanan, tekstil dan
mesin. Industri makanan terutama didorong oleh adanya pabrik teh yang berskala nasional,
serta industri kecil dan menengah yang memproduksi makanan ringan serta tempe dan
tahu. Pertumbuhan industri makanan sangat pesat, untuk menjalan usahanya perlu adanya
legalitas usaha dalam operasionalnya. Perkembangan IKM dibidang industri dapat dilihat
pada Tabel dibawah ini.
Tabel 2. 49 IKM yang memperoleh Legalitas Usaha Tahun 2014- 2018
Uraian 2014 2015 2016 2017 2018
IKM yang memperoleh
0.32% 0.39% N/A 0.43% 0.45%
Legalitas Usaha
hasil kelitbangan yang termanfaatkan dalam 90,24 90,65 91,18 92,21 93,76
perencanaan pembangunan daerah
68
Pemanfaatan hasil kelitbangan dalam perencanaan pembangunan daerah masih
perlu ditingkatkan agar lebih optimal dimasa mendatang. Sistem pendataan dan pelaporan
kelitbangan yang belum terintegrasi dalam satu lembaga dimanamasing-masing
lembaga/instansi yang melakukan fungsi kelitbangan belum sepenuhnya melakukan
koordinasi dan sinergi menjadi salah satu kendala yang perlu dibenahi.Guna mendukung
pelaksanaan pembangunan daerah yangmengedepankan proses kelitbangan dan IPTEK,
maka pengembangan danpenerapannya diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan
meningkatkankesejahteraan masyarakat.
B. Sekretariat Daerah
Sekretariat Daerah mempunyai tugas membantu Bupati dalam penyusunan
kebijakan dan pengkoordinasian administrasi terhadap pelaksanaan tugas Perangkat
Daerah serta pelayanan administrastif. Dalam melaksanakan tugasnya Sekretariat Daerah
mempunyai fungsi 1) pengkoordinasian penyusunan kebijakan Daerah; 2)
pengkoordinasian pelaksanaan tugas Perangkat Daerah; 3) pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan kebijakan Daerah; pelayanan administratif dan pembinaan aparatur sipil
negara padainstansi Daerah; dan pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati terkait
dengan tugas dan fungsinya. Gambaran umum mengenai capaian di Sekretariat daerah
sebagai berikut:
1) Capaian kinerja pemerintah daerah
Capaian kinerja pemerintah daerah difokuskan pada indikator Persentase Indeks
reformasi birokras, OPD rumpun pemerintahan skor LKJIP B, Nilai SAKIP Kabupaten,
Persentase IKM Kecamatan, dan Persentase IKM Kabupaten. Indikator-inidkator ini
menggambarkan kinerja pemerintah daerah secara umum yang menjadi tanggungjawab
koordinasi Sekretariat Daerah. Berikut digambarkan capaian kinerja pemerintah daerah
dalam tabel berikut ini.
Tabel 2. 51 Capaian kinerja pemerintah derah Tahun 2014-2018
Kondisi Per Tahun (%)
No Uraian
2014 2015 2016 2017 2018
1 Indeks reformasi birokrasi 43,71 43,94 44,56 45,01 45,25
2 Persentase OPD rumpun 50,45 51,56 53,87 54,74 55,41
pemerintahan skor LKJIP B
3 Nilai SAKIP Kabupaten 56,5 56,7 56,9 57,0 57,2
4 Persentase IKM Kecamatan 67,31 68,45 69,04 69,22 71.28
5 Persentase IKM Kabupaten 70,2 70,5 70,8 71,4 71,8
69
2.4.1. Pengeluaran Per Kapita Disesuaikan
Pengeluaran per kapita disesuaikan ditentukan dari nilai pengeluaran per kapita dan
paritas daya beli (Purchasing Power Parity). Penghitungan paritas daya beli pada meode
baru menggunakan 96 komoditi dimana 66 komoditas merupakan makanan dan sisanya
merupakan komoditas non makanan. Pengeluaran per kapita di Kabupaten Tegal
menunjukkan tren meningkat setiap tahun. Kinerja tersebut menunjukkan bahwa tingkat
pengeluaran per kapita penduduk Kabupaten Tegal mengalami peningkatan seiring dengan
peningkatan taraf hidup masyarakat Kabupaten Tegal. Data tahun 2016 menunjukkan
angka 8.709 ribu rupiah/orang/kapita, meningkat menjadi angkanya menjadi 9.433 ribu
rupiah/orang/tahun.
Gambar 2. 27. Pengeluaran per kapita disesuaikan
70
makanan menandakan bahwa sebagian besar penduduk masih mementingkan kebutuhan
pokok.
Tabel 2. 52 Rata-rata Pengeluaran (Rupiah/kapita/bulan) Kabupaten Tegal
TAHUN MAKANAN NON MAKANAN
2014 310.000 225.860
2015 340.313 281.668
2016 377.317 346.992
2017 451.189 350.816
2018 449.371 402.025
71
Gambar 2. 29. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP)
108.00
107.80
106.98
106.35 106.38
106.12 106.13
105.95 105.88 105.81
105.53 105.41
Tabel 2. 57 Rasio penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan
pekerjaan utama 2015-2017
Lapangan Pekerjaan Utama 2015 2016 2017
Pertanian, kehutanan, perburuan dan 130.016 Data tidak 121.080
perikanan/Agriculture, Forestry, Hunting, and rilis
Fisheries
Industri Pengolahan/ManufacturingIndustry 109.606 139.419
Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan, dan 164.067 188.514
Hotel/Wholesale Trade,
Retail Trade, Restaurants, and Hotels
74
Lapangan Pekerjaan Utama 2015 2016 2017
Jasa Kemasyarakatan/Community, Social, and 60.085 91.947
Personal Services
Lainnya/Others (Pertambangan dan Penggalian, 105.792 104.202
Listrik, Gas dan Air, Bangunan, Angkutan,
Pergudangan dan Komunikasi, Keuangan,
Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah dan
Jasa Perusahaan/Mining and Qurrying, Electricity,
Gas and Water, Contructions, Transportation,
Storage and Communication, Financing, Insurance,
Real Estate, and Bussiness Services)
Jumlah/Total 596.566 645.162
75
2.2. KONDISI SUMBER DAYA KELITBANGAN
2.2.1 Kelembagaan
No Lembaga Alamat
1 LPPM UPS Jl. Halmahera Km. 1 Mintaragen Kec Tegal Timur Kota
Tegal
2 LPPM IBN Jl. Jeruk No. 09 RT 04 RW 02 Procot Slawi Kab. Tegal
3 LPPM Stikes Bhamada Slawi Jl. Cut Nyak Dien No. 16 Kalisapu Slawi Kab. Tegal
4 LPPM AMIK BSI Jl. Sipelem No. 22 Kraton, Tegal Barat Kota Tegal
5 LPPM AMIK YMI Jl. Raya Dampyak Km. 4 Padaharja, Kramat Kab Tegal
6 LPPM STMIK YMI Jl. Pendidikan No. 1 Pesurungan Lor Margadana Kota
Tegal
7 LPPM Politeknik Baja Tegal Jl. Raya Singkli No. 242 Kaliwadas Adiwerna Kab Tegal
8 LPPM Akbid Siti Fatimah Dukuhwaru Jl. Raya Slawi Jatibarang Km. 4 Dukuhwaru Kab. Tegal
9 LPPM Politeknik Purbaya Tegal Jl. Pancakarya No. 1 Kajen Talang Kab Tegal
10 LPPM Politeknik Muhammadiyah Jl. Melati No. 27 Slerok Tegal Timur Kota Tegal
Tegal
11 LPPM Akper Pemkot Tegal Jl. Dewi sartika No. 1 Debong Kulon Tegal Selatan Kota
Tegal
12 LPPM Akademi Perikanan Baruna Jl. Slawi Jatibarang Km. 4 Dukuhwaru Kab Tegal
Tegal
13 LPPM ABA IEC Putra Bangsa Tegal Jl. Imam Bonjol No. 1 Slawi Kab Tegal
14 LPPM Politeknik Trisila Dharma Tegal Jl. Halmahera No. 1 Mintaragen Tegal Timur Kota Tegal
15 LPPM STKIP NU Slawi Jl. A. Yani No. 21 Procot Slawi Kab Tegal
16 LPPM Politkenik Keselamatan Jl. Semeru No. 3 Slerok Tegal Timur Kota Tegal
Transportasi Tegal
17 LPPM STIES Putra Bangsa Slawi Gedung Yaumi Center Jl. Prof Moh. Yamin No. 22
Trayeman Slawi Kab. Tegal
18 LPPM Politeknik Harapan Bersama Jl. Mataram No. 9 Pesurungan Lor Kota Tegal
Tegal
19 Bappeda dan Litbang Kab. Tegal Jl. Dr. Soetomo No. 1 Slawi Kab. Tegal
20 UPTD Klinik Pertanian Jl. Raya Bojong Bumijawa Bojong Kab. Tegal
21 UPTD Lab. Perindustrian Kompleks LIK Takaru Dampyak Kramat Kab. Tegal
2 LPPM IBN
76
14 LPPM Politeknik Trisila Dharma
Tegal
15 LPPM STKIP NU Slawi
2 LPPM IBN
77
2.3. POTENSI DAN PERMASALAHAN
2.3.1 Potensi
a. Wisata (religi dan berbasis ekonomi kreatif)
Pengembangan pariwisata akan memberikan kontribusi dalam mendorong dan
mempercepat pertumbuhan ekonomi. Kabupaten Tegal memiliki beragam potensi sumber
daya alam dan keberagaman budaya yang dapat dijadikan sebagai wahana
kepariwisataan. Pengembangan “pariwisata yang kekinian” tidak lagi hanya mengandalkan
indahnya bentang alam, tetapi juga dengan memadukan potensi-potensi sektor lainnya,
seperti mengembangan potensi wisata religi, wisata industri, wisata pendidikan, wisata
kesehatan, dan wisata kebudayaan serta dikaitkan dengan potensi-potensi lain yang dapat
dinilai sebagai sebuah keunikan untuk menjadi daya tarik wisata, baik wisatawan lokal
maupun manca negara.
Kabupaten Tegal yang berlokasi pada simpul persinggahan mobilitas antar daerah
khususnya di lingkup pantai utara Jawa ditunjang akses jalan tol trans Jawa yang sudah
terbangun, dan dengan kondisi topografi yang heterogen, serta memiliki karakteristik
budaya lokal yang unik, tentunya memiliki banyak potensi wisata yang layak
dikembangkan. Dampak positif bagi pariwisata Kabupaten Tegal dengan terbukanya akses
jalan tol ruas pantai utara Jawa, perlu diantisipasi dengan perbaikan infrastruktur menuju
lokasi wisata. Isu terkait dengan budaya dan kearifan lokal adalah perlunya upaya menggali
nilai nilai luhur yang ada di masyarakat yang mengedepankan pengetahuan, seni, budaya,
bahasa Tegal dan industri kreatif melalui pengembangan strategi kebudayaan sebagai
sarana pembinaan mental yang berbudi luhur yang dibarengi dengan pengembangan nilai-
nilai tradisi, sejarah dan kepahlawanan dalam kehidupan sehari-hari, yang didukung
dengan pengembangan sistem informasi budaya, tanpa mengesampingkan upaya
pelestarian dan pengembangan potensi budaya lokal.
b. Industri (standardisasi)
Kondisi daya saing Kabupaten Tegal secara singkat dapat dilihat pada kondisi
PDRB berdasar Pengeluaran. PDRB Pengeluaran mengindikasikan bahwa sekira 85%
perekonomian Kabupaten Tegal ditunjang dari konsumsi masyarakat, sekira 24% ditunjang
dari investasi, dan nilai impor sekira 19% total perekonomian. Hal ini mengindikasikan
bahwa daya saing Kabupaten Tegal masih relatif belum kuat dan investasi masih relatif
kecil. Meskipun demikian, tren negatif nett ekspor (ekspor–impor) selalu mengalami
penurunan, yang mengindikasikan bahwa perkembangan ekonomi berjalan di rel yang
benar; walaupun belum dapat memenuhi kebutuhan dirinya sendiri (self sufficiency).
Sementara, dari tren perkembangan kontribusi sektoral PDRB Kabupaten Tegal,
terlihat bahwa telah terjadi structural transformation sektor ekonomi, dari berbasis agraris
menjadi berbasis industri pengolahan; dengan kontribusi sektor perdagangan juga besar
dan relatif stabil perkembangannya. Pada dasarnya hal ini merupakan hal yang umum
terjadi pada kawasan yang mengalami perkembangan ekonomi. Untuk itu, peran
Pemerintah Kabupaten Tegal adalah mengatur (sebagai regulator) agar sektor agraris tidak
ditinggalkan, mengingat banyaknya tenaga kerja yang bekerja di sektor ini. Pemerintah
Kabupaten Tegal juga perlu untuk mendorong industrialisasi pertanian agar memberikan
nilai tambah yang baik bagi usaha sektor primer. Di sisi lain, Pemerintah Kabupaten Tegal
harus tetap mendorong perkembangan sektor industri dan perdagangan sebagai dua
sektor dengan kontribusi tertinggi pada perekonomian Kabupaten.
78
Selanjutnya, Pemerintah Kabupaten Tegal wajib melanjutkan pembangunan yang
telah dilaksanakan untuk mendorong peningkatan daya saing ekonomi lokal, diantaranya
pembangunan pasar tradisional yang representatif, fasilitasi merk, fasilitasi SNI, dan
pendampingan manajemen pelaku usaha. Daya saing ekonomi lokal harus didukung
dengan inovasi dan kreativitas daerah sehingga dapat terus menumbuhkan pelaku-pelaku
usaha baru terutama pada lapangan usaha industri kreatif. Menumbuhkembangkan industri
kreatif harus didukung oleh kelembagaan, kapasitas sumber daya manusia, jejaring
informasi dan tata laksana berbasis ilmu pengetahuan dengan mengutamakan penelitian,
teknik rekayasa dan penghargaan terhadap kekayaan intelektual.
2.3.2. Permasalahan
a. Lingkungan Hidup (pengelolaan sampah)
Kabupaten Tegal memiliki tiga macam sarana persampahan, yaitu tempat
pembuangan akhir (TPA) berjumlah satu, tempat pembuangan sementara (TPS) berjumlah
105 TPS, dan bank sampah berjumlah 85. Ketiga macam sarana tersebut tersebar di
Kabupaten Tegal, TPA berada di Desa Penujah, TPS tersebar di seluruh kecamatan di
Kabupaten Tegal kecuali pada Kecamatan Pagerbarang dan Waruteja, lalu bank sampah
tersebar pada setiap kecamatan di Kabupaten Tegal kecuali di Kecamatan Suradadi,
Talang, Jatinegara, Lebaksiu, Balapulang, dan Pagerbarang. Apabila dibandingkan dengan
jumlah penduduk, maka keberadaan infrastruktur persampahan masih jauh dari memadai.
Beberapa permasalaham di infrastruk persampahan adalah:
Belum adanya konsep (masterplan/roadmap) pengelolaan sampah dari hulu ke hilir:
Dokumen ini seharus ada dan memuat terkait dengan jumlah dan lokasi sebaran sarana
dan prasarana persampahan, rencana dan target pencapaian, kebutuhan anggaran dan
sumberdaya manusia. Sehingga dalam perencanaan pembangunan infrastruktur berbasis
pada database yang aktual dan up to date.
Tingkat jangkauan (aksesibilitas) penanganan sampah masih sangat kecil, tidak
semua kecamatan terlayani angkutan sampah, pelayanan sampah saat ini masih fokus di
wilayah perkotaan (Slawi, Adiwerna, Dukuhturi Talang, Kramat), sedangkan kecamatan
lainnya belum terlayani.
b. Permukiman (sanitasi)
Profil sanitasi untuk cakupan layanan untuk on site system sebesar 65% dari total
penduduk Kabupaten Tegal, yaitu terdiri atas sistem on site individual (tangki septik)
mencakup 63,85% dan sistem on site komunal (MCK, MCK++) mencakup 1,15%.
Sedangkan cakupan layanan off site system di Kabupaten Tegal saat ini belum ada. Pada
Tahun 2016 masih terdapat sekitar 29,59% masyarakat yang Buang Air Besar
Sembarangan (BABS). Upaya percepatan penanganan sanitasi menuju 100% di
Kabupaten Tegal antara lain Program PDPM yang fokus pada tema penanganan sanitasi
sampai tuntas. Tahun 2017 dan 2018 Pemerintah Kabupeten Tegal telah mengalokasi
sekitar 21,8 Milyar/Tahun untuk pembangunan Jamban Sehat 11.200 Rumah
Tangga/Tahun. Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah idlle capacity IPLT Penujah
sudah mencapai 0%, perlu dilakukan upaya revitalisasi IPLT Penujah.
Pengelolaan air bersih saat ini untuk perpipaan terbagi menjadi 2 (dua) pengelolaan
SPAM PDAM untuk wilayah perkotaan dan SPAM Pamsimas untuk wilayah perdesaan,
Untuk wilayah perkotaan saat ini sebagian besar sudah terlayani oleh SPAM PDAM,
Namun saat ini menghadapi kendala yaitu terbatasnya sumber air baku di mana iddle
79
capacity SPAM PDAM tersisa tidak lebih dari 50 Liter/Detik. Sedangkan untuk SPAM
PAMSIMAS saat ini telah ada di 120 Desa, namun perlu upaya perluasan jaringan
pemenuhan air bersih.
c. Bencana
Kebupaten Tegal termasuk daerah rawan bencana tanah longsor, banjir, gempa
bumi, gelombang pasang, kekeringan dan kebakaran. Kerawanan bencana tanah longsor
tinggi terdapat di sebagian wilayah Kecamatan Balapulang, Bojong, Bumijawa, Jatinegara,
Kedungbanteng, Lebaksiu, Margasari, dan Pangkah; dengan total luasan sebesar
15.011,29 Ha atau sekitar 15,30% dari luasan wilayah Kabupaten Tegal. Kerawanan
bencana banjir ‘tinggi’ menempati luasan 20.794,86 Ha atau 21,19% dari luas wilayah
kabupaten yang berada di sebagian wilayah Kecamatan Adiwerna, Balapulang, Bojong,
Bumijawa, Dukuhturi, Dukuhwaru, Kramat, Lebaksiu, Margasari, Pangkah, Slawi, Suradadi,
Talang, Tarub, dan Warureja. Kerawanan bencana gempa bumi ‘sedang’ berada di
sebagian wilayah Kecamatan Balapulang, Bojong, Bumijawa, Jatinegara, Kedungbanteng,
Lebaksiu, Pangkah, dan Warureja; dengan total luas 15.204,43 Ha (15,49% dari luas
wilayah Kabupaten Tegal). Area potensi/kerawanan bencana alam gelombang pasang
“tinggi” terdapat di sebagian wilayah Kecamatan Kramat (25,71 Ha), Suradadi (70,87 Ha),
dan Warureja (34,29 Ha).
Kerawanan bencana alam kekeringan “tinggi” berada di sebagian Kecamatan
Balapulang, Bojong, Bumijawa, Jatinegara, Kedungbanteng, Lebaksiu, Margasari,
Pagerbarang, Pangkah, dan Warureja; dengan total area seluas 7.697,18 Ha (7,84%) dari
luas wilayah Kabupaten Tegal. Kerawanan bencana kebakaran dalam kategori tinggi
berada pada area seluas 19.547,87 Ha atau seluas 19,92% dari luas wilayah kabupaten
yang berdada di sebagian wilayah Kecamatan Balapulang, Bojong, Bumijawa, Jatinegara,
Kedungbanteng, Lebaksiu, Margasari, Pangkah, dan Warureja.
Dalam menyikapi kerawanan bencana yang ada, Pemerintah Kabupaten Tegal
perlu melakukan upaya strategis dalam mewujudkan kesiapsiagaan (mitigasi) bencana di
samping kesiapan tanggap darurat dan rehabilitasi rekonstruksi pasca bencana.
80
2. Tantangan
a. Perkembangan global
Isu pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup menjadi isu yang penting
baik secara global maupun nasional khususnya terkait dengan isu perubahan iklim. Adanya
dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim seperti bencana banjir, longsor dan
kekeringan menuntut adanya pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan yang
berkelanjutan.
Sumber daya alam dan lingkungan hidup memiliki peran ganda, yaitu sebagai
modal pembangunan dan, sekaligus, sebagai penopang sistem kehidupan. Adapun jasa-
jasa lingkungan meliputi keanekaragaman hayati, penyerapan karbon, pengaturan air
secara alamiah, keindahan alam, dan udara bersih merupakan penopang kehidupan
manusia. Namun, pengelolaan sumber daya alam tersebut masih belum berkelanjutan dan
relatif mengabaikan kelestarian fungsi lingkungan hidup sehingga daya dukung lingkungan
menurun dan ketersediaan sumber daya alam menipis. Menurunnya daya dukung dan
ketersediaan sumber daya alam juga terjadi karena kemampuan iptek yang rendah
sehingga tidak mampu mengimbangi laju pertumbuhan penduduk.
Dengan menelaah kondisi sumber daya alam dan lingkungan hidup saat ini, apabila
tidak diantisipasi dengan kebijakan dan tindakan yang tepat akan dihadapkan pada tiga
ancaman, yaitu krisis pangan, krisis air, dan krisis energi. Ketiga krisis itu menjadi
tantangan jangka panjang yang perlu diwaspadai agar tidak menimbulkan dampak buruk
bagi kehidupan masyarakat.
Selain isu-isu sumber daya alam, tantangan global yang sedang mengemuka hari
ini adalah isu ekonomi (liberalisasi, privatisasi), isu teknologi (wireless community), hinggu
isu budaya (relasi yang semakin patembayan; gesselschaft).
81
BAB III
ARAH KEBIJAKAN KELITBANGAN
5.1. Mewujudkan iklim yang kondusif bagi kehidupan beragama dan berkepercayaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Kualitas kehidupan beragama menjadi titik tolak dan cermin dalam menjalankan
aktivitas pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan, serta menjadi tolok ukur
tingkat moralitas masyarakat. Menyadari demikian pentingnya kualitas kehidupan
beragama, maka yang menjadi arah kebijakan untuk dapat mewujudkannya adalah :
5.1.1. Memfasilitasi terbangunnya kepercayaan inter dan antar umat beragama bagi
terciptanya suatu perekat sosial dalam rangka pemantapan kerukunan/toleransi
kehidupan beragama, sehingga terwujud iklim kondusif bagi kehidupan beragama
dan berkepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
5.1.2. Meningkatkan akhlak dan moral masyarakat melalui peningkatan pemanfaatan
tempat-tempat ibadah dan mendorong semakin tekunnya masyarakat dalam
menjalankan keyakinan agamanya masing-masing.
5.1.3. Membangun kesalehan individual dan sosial sebagai implementasi dari nilai
ketakwaan kepada Tuhan YME.
5.2. Mewujudkan budaya belajar dan pendidikan yang berkualitas, merata serta
terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.
Pembangunan pendidikan merupakan investasi untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia, yang menjadi modal utama dalam pembangunan. Oleh
karena itu, yang menjadi arah kebijakan dalam pembangunan pendidikan adalah :
5.2.1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk mendukung terwujudnya
masyarakat yang bertakwa, berharkat, bermartabat, berakhlak mulia, dan
menghargai keberagaman, sehingga mampu bersaing di era global dengan tetap
berlandaskan pada norma kehidupan masyarakat Indonesia tanpa diskriminasi.
5.2.2. Mengokohkan komitmen terhadap peningkatan kualitas pelayanan pendidikan, yang
tercermin pada penyelenggaraan pendidikan yang bermutu, terjangkau dan merata
yang mencakup semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan, dengan mendorong
melembaganya sistem pembelajaran jarak jauh (tele-edukasi) dan penguatan Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dengan mengutamakan wilayah tertinggal
untuk menjamin seluruh masyarakat tuntas pendidikan dasar; peningkatan relevansi
pendidikan terhadap dunia usaha yang didukung dengan penumbuhan muatan
kewirausahaan (entrepreneurship), pendidikan anti korupsi sejak dini dan muatan
kearifan lokal dalam materi pembelajaran; peningkatan kapasitas tenaga pendidik
dan kependidikan, termasuk kapasitas pendayagunaan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK); penumbuhan dan pemberdayaan lembaga pendidikan formal,
non formal dan informal dengan menjamin kesetaraan gender dalam
82
penyelenggaraannya serta dengan meningkatkan kapasitas kelembagaan
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
5.2.3. Perwujudan budaya belajar dalam rangka mengembangkan pengetahuan dan
ketrampilan bagi penduduk, guna meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan dan
teknologi (iptek) untuk menumbuhkan kebanggaan kebangsaan, akhlak mulia serta
kemampuan peserta didik agar dapat hidup bersama dalam masyarakat;
menyediakan pelayanan pendidikan sepanjang hayat dan memberikan bekal
pengetahuan sesuai perkembangan iptek untuk meningkatkan kualitas hidup dan
produktivitas masyarakat, termasuk untuk memberikan bekal pengetahuan dan
keterampilan bagi penduduk usia produktif yang jumlahnya semakin besar;
pengembangan jaringan kerja perpustakaan untuk menyediakan sumber
pengetahuan, dan pengembangan sistem pengelolaan perpustakaan, baik
perpustakaan instansi-instansi pemerintah maupun perpustakaan masyarakat yang
disertai dengan perluasan dan pemerataan layanan perpustakaan yang menarik
untuk membangun budaya baca, dengan melibatkan peran aktif masyarakat dalam
pengembangan perpustakaan, tanpa mengabaikan upaya penyelamatan dan
pelestarian koleksi pustaka kuno, serta senantiasa meningkatkan kapasitas
pustakawan dan mendayagunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam
pengelolaan perpustakaan.
5.3. Mewujudkan budaya sehat dan pelayanan kesehatan yang berkualitas, merata
serta terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.
Pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan upaya
kesehatan, pembiayaan, sumber daya manusia, obat dan perbekalan yang disertai
dengan pengawasan, pemberdayaan masyarakat dan manajemen. Untuk itu, yang
menjadi arah kebijakan adalah :
5.3.1. Menumbuhkan dan mengembangkan budaya hidup sehat bagi masyarakat melalui
peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang;
upaya promotif kepada masyarakat; dan peningkatan kesadaran preventif dalam
pencegahan dan pemberantasan penyakit.
5.3.2. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat bagi terwujudnya perilaku dan
kemandirian terhadap lingkungan yang sehat dengan menumbuhkan prakarsa
masyarakat dalam penyediaan layanan kesehatan kolektif melalui asuransi
kesehatan, dan penjaminan layanan kesehatan dasar, termasuk didalamnya
pemanfaatan layanan kesehatan keliling (mobile health service) terutama bagi
masyarakat di wilayah tertinggal.
5.3.3. Pembangunan kesehatan yang mendasarkan pada perikemanusiaan,
pemberdayaan dan kemandirian, dengan sasaran utama pada penduduk rentan,
antara lain ibu, bayi, anak, manusia usia lanjut (manula) dan keluarga miskin
melalui upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak, guna menekan angka kematian
ibu melahirkan dan kematian anak bawah lima tahun (balita); dan perbaikan gizi
masyarakat dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber gizi lokal.
5.3.4. Peningkatan akses masyarakat untuk memiliki rumah layak huni, terutama
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dengan mendorong peran serta swasta
termasuk pengembang.
5.3.5. Peningkatan kualitas dan ketersediaan sarana dan prasarana dasar perumahan dan
permukiman dengan meningkatkan peranserta swasta.
83
5.3.6. Pengembangan kelembagaan komunitas perumahan dalam pengelolaan dan
peningkatan kualitas lingkungan permukiman dan perumahan.
5.4. Mewujudkan perekonomian daerah yang berbasis kerakyatan dan iklim yang
produktif bagi tumbuhnya investasi.
Perekonomian daerah dikembangkan berlandaskan prinsip demokrasi
ekonomi, yang memperhatikan terjaminnya kesempatan berusaha dan bekerja bagi
seluruh masyarakat. Secara bertahap dilakukan transformasi dari perekonomian
yang berbasis keunggulan komparatif sumberdaya alam menjadi perekonomian
yang menitikberatkan pada keunggulan kompetitif. Seiring dengan itu, secara
gradual pula dilakukan pengembangan ekonomi dengan pendekatan rumpun usaha
yang lebih menjamin kesetaraan para pelaku ekonomi yang memiliki saling
ketergantungan, sehingga tidak terjadi marginalisasi bagi pelaku yang lemah. Untuk
itu diperlukan sarana dan prasarana pendukung ekonomi yang mencukupi dan
berkualitas. Berpijak dari hal tersebut, dibutuhkan arah kebijakan sebagai berikut :
5.4.1. Pengembangan pertanian dalam arti luas yang didukung ketersediaan lahan
produktif /sawah lestari yang cukup, guna peningkatan produksi yang menjamin
keberlanjutan ketahanan pangan, ketersediaan protein hewani; berkembangnya
sistem agribisnis; peningkatan kesejahteraan petani, berkembangnya kelembagaan
pertanian; dan pengembangan potensi lokal spesifik yang berkeunggulan dan
bernilai ekonomis.
5.4.2. Peningkatan ketahanan pangan untuk kedaulatan pangan dengan pengembangan
aneka bahan pangan lokal dan pemerataan distribusi pangan.
5.4.3. Pengembangan sektor kelautan dan perikanan untuk mendukung penyediaan
protein hewani, kelestarian keanekaragaman hayati laut, dan kesejahteraan
masyarakat pesisir, serta pengembangan komoditas industri/pasar nasional maupun
internasional.
5.4.4. Pembangunan industri, guna mewujudkan industri yang berdaya saing, baik di pasar
lokal, nasional, maupun internasional; optimalisasi produk substitusi impor;
peningkatan kekuatan basis produksi dan perdagangan produk usaha mikro, kecil
dan menengah, dan penyediaan ruang bagi kawasan industri.
5.4.5. Pengembangan dan peningkatan transaksi perdagangan, untuk menjaga distribusi
dan ketersediaan bahan kebutuhan pokok masyarakat dengan harga yang
terjangkau, perlindungan konsumen; dan peningkatan ekspor komoditi nonmigas.
5.4.6. Pengembangan lembaga keuangan di daerah, guna memberikan alternatif
pendanaan bagi investasi di daerah, baik investasi oleh masyarakat maupun
swasta.
5.4.7. Peningkatan penanaman modal di daerah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
daerah yang dipergunakan sebesar-besarnya untuk pencapaian kemakmuran
masyarakat, penciptaan lapangan kerja baru, dan berkembangnya tanggungjawab
sosial perusahaan (corporate social responsibility).
5.4.8. Pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan koperasi sebagai salah
satu pilar pembangunan ekonomi, dan penumbuhan lapis-lapis usaha baru untuk
memperkuat formasi rumpun usaha.
5.4.9. Pengembangan iptek untuk mendukung ekonomi, guna peningkatan kualitas dan
kemanfaatan iptek dalam rangka mendukung daya saing, yang dilakukan melalui
84
peningkatan penguasaan dan penerapan iptek secara luas dalam sistem produksi
barang/jasa, membangun pusat-pusat keunggulan iptek, kelembagaan penelitian
dan pengembangan (litbang), serta fasilitasi kepemilikan Hak Kekayaan Intelektual
(HKI).
5.4.10. Pembangunan kepariwisataan untuk meningkatkan daya tarik wisatawan dengan
mengoptimalkan potensi-potensi wisata lokal dan mengembangkan wawasan
budaya daerah.
5.4.11. Pembangunan ketenagakerjaan diarahkan untuk meningkatkan kualitas tenaga
kerja, kesejahteraan dan perlindungan tenaga kerja, dan peningkatan jiwa
kewirausahaan.
5.4.12. Pengembangan sistem sarana dan prasarana perhubungan darat, untuk
peningkatan aksesibilitas wilayah yang mendukung pelayanan mobilitas barang dan
jasa; baik untuk penumpang maupun barang yang bersifat massal.
85
5.5.7. Pembangunan sumberdaya air bagi tercapainya kehandalan ketersediaan air
melalui pembangunan waduk, waduk-waduk lapangan (embung), jaringan irigasi,
jaringan drainase, dan pemanfaatan kembali air permukaan.
5.5.8. Pembangunan sistem air minum, guna tersedianya air minum perpipaan yang bisa
diakses masyarakat melalui peningkatan kapasitas pelayanan air minum dan
peningkatan kinerja pengelola air minum.
5.5.9. Pengembangan sistem penanganan persampahan dan drainase melalui
peningkatan kesadaran dan partisipasi seluruh pihak yang terlibat terhadap
pentingnya peningkatan pengelolaan dan pelayanan persampahan dan drainase.
5.6. Mewujudkan kehidupan sosial masyarakat yang aman dan bersatu yang
dilandasi kearifan lokal.
Membangun masyarakat yang aman, maju dan berkualitas, berbasis nilai-
nilai keluarga yang dijiwai semangat gotong-royong adalah muara dari
pembangunan kehidupan sosial masyarakat, yang mencakup pemberdayaan
perempuan, penanganan masalah sosial, pengembangan kebudayaan, dan
pembinaan pemuda dan olahraga. Untuk mewujudkannya dibutuhkan arah
kebijakan yang jelas, yaitu :
5.6.1. Penguatan nilai-nilai keluarga sebagai dasar terciptanya kehidupan sosial
masyarakat yang aman, melalui pemberdayaan keluarga, perempuan dan anak bagi
tercapainya peningkatan kualitas hidup; perlindungan perempuan dan anak dari
tindak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi; peningkatan jamiman atas hak-hak
anak; penguatan dan peningkatan kesetaraan dan keadilan gender; serta jaringan
pengarusutamaan gender dan anak.
5.6.2. Pembangunan Sosial yang dititikberatkan pada peningkatan pelayanan terhadap
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), partisipasi masyarakat dalam
mendayagunakan Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS), peningkatan
kapasitas lembaga-lembaga sosial, dan penanggulangan dampak sosial suatu
bencana.
5.6.3. Pengembangan strategi kebudayaan sebagai sarana pembinaan mental yang
berbudi luhur yang dibarengi dengan pengembangan nilai-nilai tradisi, sejarah dan
kepahlawanan dalam kehidupan sehari-hari, yang didukung dengan pengembangan
sistem informasi budaya, tanpa mengesampingkan upaya pelestarian dan
pengembangan potensi budaya lokal.
5.6.5. Pembangunan pemuda dan olah raga, guna pengembangan pemuda yang beriman
dan bertakwa serta mengusai ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menumbuhkan
wirausahawan berbasis pengetahuan (knowledge base enterprise),
mengembangkan jiwa kepemimpinan dan kepeloporan pemuda yang berwawasan
kebangsaan dalam keberagaman, pembinaan olah raga untuk meningkatkan jiwa
sportivitas dan meningkatkan prestasi olah raga sampai tingkat nasional melalui
penetapan cabang olah raga prioritas dan sistem pembinaan yang berjenjang.
86
pemerintahan yang baik adalah meningkatnya derajat kepuasan masyarakat atas
kinerja penyelenggaraan fungsi pemerintahan. Komitmen untuk mewujudkan tata
pemerintahan yang baik, terumuskan dalam arah kebijakan sebagai berikut :
5.7.1. Mengembangkan sistem perencanaan pembangunan daerah melalui
pengembangan sistem manajemen data dan informasi yang akurat, dengan
melibatkan peran aktif masyarakat dalam perencanaan dan pengendalian program
pembangunan daerah, serta peningkatan kapasitas kelembagaan perencana
pembangunan daerah.
5.7.2. Pembangunan kesatuan bangsa dan politik dalam negeri untuk memperkuat
persatuan dan kesatuan bangsa, meningkatkan keamanan dan ketertiban
masyarakat, serta kesadaran politik bagi masyarakat.
5.7.3. Penegakan hukum dan perlindungan masyarakat secara tegas, lugas, profesional
dan tidak diskriminatif, dengan tetap menjunjung tinggi dan mendorong kesadaran
masyarakat terhadap hak-hak asasi manusia (HAM).
5.7.4. Peningkatan pelaksanaan otonomi daerah melalui penerapan prinsip-prinsip tata
pemerintahan yang baik pada semua lini pemerintahan dan dalam penyelenggaraan
semua fungsi pemerintahan yang didukung dengan peningkatan kapasitas dan
pengawasan kelembagaan daerah; pemberian reward dan punishment kepada
penyelenggara pemerintahan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; dan
penguatan partisipasi masyarakat dalam pengawasan penyelenggaraan fungsi
pemerintahan.
5.7.5. Pengembangan etika birokrasi dan budaya kerja, serta peningkatan pengetahuan
dan pemahaman para penyelenggara pemerintahan daerah terhadap prinsip-prinsip
ketatapemerintahan yang baik.
5.7.6. Peningkatan fungsi komunikasi dan informasi bagi upaya pencerdasan masyarakat
melalui pengembangan dan pemanfaatan jaringan teknologi informasi dan
komunikasi, peningkatan pelayanan komunikasi dan informatika, serta
pengembangan sistem informasi manajemen penyelenggaraan pemerintahan
daerah sangkil dan mangkus.
5.7.7. Peningkatan sistem administrasi kependudukan dan kesadaran masyarakat
terhadap tertib administrasi kependudukanan, guna mendorong terakomodasinya
hak penduduk dan perlindungan sosial.
5.7.8. Pengendalian mobilitas penduduk guna menunjang persebaran penduduk yang
lebih seimbang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan.
5.7.8. Pemberdayaan masyarakat dan desa dalam rangka pengembangan social capital
dan human capital yang belum tergali potensinya melalui peningkatan kapasitas
kelembagaan masyarakat desa dan partisipasi kemandirian masyarakat desa
dalam pembangunan, serta pengembangan manajemen pembangunan partisipatif
masyarakat desa dan perekonomian masyarakat desa.
87
upaya peningkatan jaminan kesejahteraan bagi transmigran di daerah tujuan
transmigrasi.
4.1. Visi
Visi Kabupaten Tegal Jangka Panjang adalah : “Terwujudnya Masyarakat yang
Maju, Sejahtera dan Mandiri berlandaskan Ketakwaan Kepada Tuhan Yang Maha
Esa”. Visi pembangunan daerah tahun 2005 – 2025 itu mengarah pada pencapaian cita-
cita dan harapan masyarakat Kabupaten Tegal. Visi pembangunan daerah tersebut harus
dapat diukur untuk mengetahui tingkat kemajuan, kesejahteraan, dan kemandirian yang
ingin dicapai. Oleh karena itu, perlu diberikan penjelasan makna visi untuk mendapatkan
kesamaan persepsi tentang muatan substansi filosofis yang terkandung, sehingga segenap
pemangku kepentingan secara sinergis dan optimal dapat memberikan kontribusi dalam
rangka pencapaiannya. Pernyataan Visi Kabupaten Tegal tersebut memiliki beberapa
pengertian pokok sebagai berikut :
1. Masyarakat, adalah masyarakat Kabupaten Tegal yang merupakan seluruh elemen
dalam wilayah administratif Kabupaten Tegal, baik pemerintah, dunia usaha maupun
masyarakat umum.
2. Maju, mengandung arti bahwa pelaksanaan pembangunan daerah senantiasa
dilandasi dengan keinginan bersama untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik
secara fisik maupun nonfisik didukung oleh sumber daya manusia yang unggul,
berdaya saing tinggi, serta berwawasan ke depan yang luas. Maju juga diarahkan pada
peningkatan kapasitas inovatif dan kreatif, serta terbentuknya daerah yang mampu
mengelola segenap potensinya namun tetap mengedepankan pentingnya kerja sama
dan sinergitas. Beberapa indikator yang dapat digunakan sebagai ukuran tercapainya
kondisi maju adalah tercapainya daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan
keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta
kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat, terbangunnya jaringan sarana
dan prasarana pembangunan, pemerintahan dan pelayanan yang merata yang
berdampak pada berkurangnya kesenjangan antar wilayah, pembangunan perdesaan
dan daerah terpencil; optimalnya pengelolaan dan pemanfaatan aset-aset daerah dan
sumber-sumber keuangan lainnya bagi kepentingan pembangunan; dan meningkatnya
investasi dalam pembangunan yang didukung kondusivitas daerah.
3. Sejahtera, mengandung arti bahwa seluruh masyarakat Kabupaten Tegal telah
menunjukkan kondisi kemakmuran, yaitu masyarakat yang terpenuhi kebutuhan
ekonomi maupun sosial dan keamanan. Dengan kata lain kebutuhan dasar masyarakat
telah terpenuhi secara lahir batin secara adil dan merata. Beberapa indikator yang
dapat digunakan sebagai ukuran tercapainya kondisi sejahtera adalah tercapainya
pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkesinambungan sehingga
meningkatkan pendapatan perkapita pada tingkat yang tinggi, menurunnya tingkat
88
pengangguran terbuka, menurunnya jumlah penduduk miskin; terbangunnya struktur
perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif; meningkatnya kualitas
sumber daya manusia yang ditandai oleh terpenuhinya hak sosial masyarakat yang
mencakupi akses pada pelayanan dasar, sehingga mampu meningkatkan
meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), meningkatkan perlindungan dan
kesejateraan sosial, keluarga kecil berkualitas, pemuda dan olah raga, serta
meningkatan kualitas kehidupan beragama; terwujudnya kesetaraan dan keadilan
gender pada seluruh bidang pembangunan, kesejahteraan dan perlindungan anak;
tersedianya infrastruktur yang memadai; meningkatnya profesionalitas aparatur negara
pusat dan daerah untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa,
dan bertanggung jawab yang mampu mendukung pembangunan daerah.
4. Mandiri, mengandung arti bahwa pembangunan daerah sebagai usaha untuk mengisi
kemerdekaan merupakan upaya membangun kemandirian. Kemandirian bukan berarti
situasi dan kondisi dalam keterisolasian. Kemandirian mengenal adanya kondisi saling
ketergantungan yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan masyarakat, baik dalam
suatu negara maupun bangsa. Terlebih lagi pada era globalisasi dan otonomi daerah
ketergantungan antardaerah semakin kuat karena disadari bahwa tidak ada suatu
daerah yang dapat memenuhi segala kebutuhan dan mengatasi permasalahannya
sendiri. Kemandirian yang demikian adalah paham yang proaktif dan bukan reaktif atau
defensif. Kemandirian merupakan konsep yang dinamis karena mengenali bahwa
kehidupan dan kondisi saling ketergantungan senantiasa berubah, baik konstelasinya,
perimbangannya, maupun nilai-nilai yang mendasari dan memengaruhinya. Untuk
membangun kemandirian harus dibangun kemajuan ekonomi melalui peningkatan
daya saing yang menjadi kunci kemandirian. Selain itu, secara prinsip kemandirian
mencerminkan suatu sikap untuk mengenali potensi dan kemampuannya dalam
mengelola sumber daya yang tersedia serta tantangan yang dihadapinya. Karena
menyangkut sikap, kemandirian pada dasarnya adalah masalah budaya dalam arti
seluas-luasnya. Sikap kemandirian harus dicerminkan dalam setiap aspek kehidupan,
baik hukum, ekonomi, politik, maupun sosial budaya. Kemandirian tercermin antara
lain pada ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu memenuhi
tuntutan kebutuhah pembangunan daerahnya; kemandirian aparatur pemerintah dan
aparatur penegak hukum dalam menjalankan tugasnya; kemampuan pembiayaan
pembangunan daerah yang makin kokoh; serta kemampuan memenuhi sendiri
kebutuhan pokok.
5. Takwa, mengandung arti bahwa seluruh elemen masyarakat Kabupaten Tegal, dalam
menjalankan aktivitas kehidupannya berlandaskan kepada keimanan yang kuat,
menjalankan keyakinannya sesuai agama masing-masing dan memiliki akhlak yang
terpuji sebagai manusia yang menjaga hubungan baik kepada sesama manusia
maupun kepada Tuhan Yang Maha Esa.
4.2. Misi
Dalam mewujudkan visi pembangunan daerah tersebut ditempuh melalui 6 (enam)
misi pembangunan daerah sebagai berikut :
1. Mewujudkan iklim yang kondusif bagi kehidupan beragama dan berkepercayaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, adalah upaya untuk mewujudkan masyarakat
berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah
89
Pancasila dengan memperkuat jati diri dan karakter bangsa melalui fasilitasi
masyarakat yang bertujuan membentuk manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, mematuhi aturan hukum, memelihara kerukunan internal dan antar umat
beragama, melaksanakan interaksi antarbudaya, mengembangkan modal sosial,
menerapkan nilai-nilai luhur budaya bangsa, dan memiliki kebanggaan sebagai bangsa
Indonesia dalam rangka memantapkan landasan spiritual, moral, dan etika
pembangunan bangsa.
2. Mewujudkan budaya belajar dan pendidikan yang berkualitas, merata serta
terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat, adalah upaya untuk mengedepankan
pembangunan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing, melalui
pemerataan, perluasan, peningkatan relevansi, penumbuhan muatan kewirausahaan
dan pemberdayaan kelembagaan pendidikan termasuk perpustakaan; pengembangan
jiwa kepemimpinan dan kepeloporan pemuda, peningkatan jiwa sportivitas serta
prestasi olah raga.
3. Mewujudkan budaya hidup sehat dan pelayanan kesehatan yang berkualitas,
merata serta terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat, adalah upaya untuk
mengedepankan pembangunan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing,
melalui peningkatan budaya sehat dan kesehatan ibu dan anak, pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular, penjaminan layanan kesehatan dasar terutama bagi
wilayah tertinggal, penumbuhan prakarsa masyarakat dalam penyediaan layanan
kesehatan kolektif dan perbaikan gizi; peningkatan akses masyarakat berpenghasilan
rendah dalam kepemilikan rumah layak huni dan pengembangan kelembagaan
komunitas perumahan untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman.
4. Mewujudkan perekonomian daerah yang berbasis kerakyatan dan iklim yang
produktif bagi tumbuhnya usaha, adalah upaya untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi sehingga pendapatan perkapita pada akhir periode pembangunan jangka
panjang mencapai tingkat kesejahteraan setara dengan kabupaten/kota yang maju di
Jawa Tengah; membaiknya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan
keunggulan kompetitif sektor basis ekonomi daerah sehingga mampu menghasilkan
komoditi berkualitas, berdaya saing global, menjadi motor penggerak perekonomian;
meningkatnya sumber-sumber pembiayaan pembangunan daerah; semakin baiknya
ketersediaan kebutuhan pokok yang didukung dengan swasembada pangan dan yang
disertai dengan tersedianya instrumen jaminan pangan pada tingkat masyarakat; dan
semakin optimalnya pemanfaatan aset dan produk daerah yang berdaya saing tinggi
sebagai sumber-sumber kekayaan daerah.
5. Mewujudkan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang
berkelanjutan, adalah upaya untuk meningkatkan pengelolaan sumber daya alam
yang berorientasi pada pelestarian lingkungan hidup dan mengurangi laju pemanasan
global; meningkatnya kualitas dan pengelolaan kekayaan keragaman jenis dan
kekhasan sumber daya alam untuk mewujudkan nilai tambah, daya saing, dan modal
pembangunan daerah; meningkatnya kesadaran, sikap mental, dan perilaku
masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan, serta mengurangi
risiko bencana alam.
6. Mewujudkan kehidupan sosial masyarakat yang aman dan bersatu yang
dilandasi kearifan lokal, bahwa dimensi sosial dalam kehidupan, meniscayakan
penciptaan sebuah penataan sistem yang mewadahi dinamika kemasyarakatan. Ini
90
dilakukan dengan terus memperkokoh kualitas kehidupan masyarakat itu sendiri.
Aplikasinya bisa dilakukan secara berjenjang berdasarkan stratifikasi kehidupan sosial,
budaya dan kearifan lokal. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari peranan perempuan, yang
mana secara umum status perempuan dalam masyarakat masih memerlukan
perhatian. Budaya paternalistik yang masih banyak dianut oleh masyarakat relatif
meletakkan laki-laki sebagai pengambil keputusan utama dalam rumah tangga. Oleh
karena itu sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk menghilangkan diskriminasi
terhadap perempuan, Kabupaten Tegal berupaya untuk mewujudkan kesejajaran
peranan perempuan untuk berperan aktif dalam kehidupan ekonomi, politik serta
pengambilan keputusan.
7. Mewujudkan tata pemerintahan yang baik, adalah upaya untuk meningkatnya
kinerja penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik didukung dengan peningkatan
profesionalisme aparatur daerah, peningkatan kualitas pelayanan publik sesuai dengan
standar mutu pelayanan yang berorientasi pada terciptanya kepuasan masyarakat,
pengembangan sistem dan iklim demokrasi pada berbagai aspek kehidupan politik,
peningkatan kemampuan dan kemandirian daerah dalam mendukung pembangunan
daerah, penguatan kelembagaan lokal yang mampu mengakomodasi tuntutan
perubahan dan berperan aktif dalam pembangunan daerah, dan peningkatan
hubungan kerja sama yang saling menguntungkan dengan berbagai pihak pada tingkat
lokal, nasional, dan internasional. Selain itu dapat mewujudkan keberhasilan otonomi
daerah yang seimbang yang didukung oleh stakeholders dalam mempercepat
kesejahteraan rakyat dan pelayanan umum. Itulah sebabnya, keberhasilan
pelaksanaan tata pemerintahan yang baik sangat tergantung pada peran pemerintah,
dunia usaha/swasta dan masyarakat sebagai tiga pilar utama good governance.
91
stakeholders kelitbangan
Peningkatan penerapan
Sistem Inovasi Daerah
Peningkatan
pemanfaatan
laboratorium daerah oleh
masyarakat serta dunia
usaha dan industri
Penerapan produk-
produk inovasi daerah
Meningkatnya pemanfaatan data Peningkatan sistem
base kelitbangan informasi data base
kelitbangan
Peningkatan diseminasi
hasil-hasil kelitbangan
3.2.2. Strategi
No Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
1. Meningkatkan Meningkatnya Peningkatan kuantitas Peningkatan jumlah SDM
Kapasitas kapasitas dan kualitas SDM kelitbangan
Kelitbangan kelembagaan Kelitbangan
Daerah kelitbangan
Peningkatan peran Peningkatan kualitas SDM
lembaga kelitbangan kelitbangan
Peningkatan tata kelola
kelembagaan kelitbangan
Peningkatan peran lembaga
kelitbangan daerah
Meningkatnya Peningkatan Peningkatan bimbingan teknis
kualitas hasil-hasil pemanfaatan teknologi pelaksanaan kelitbangan
kelitbangan dan metode ilmiah
dalam kelitbangan
Peningkatan kolaborasi
stakeholders kelitbangan
Peningkatan kaji terap dan
banchmarking kelitbangan
Peningkatan penerapan
teknologi dalam proses
kelitbangan
2 Meningkatkan Meningkatnya Peningkatan Peningkatan koordinasi pasca
penerapan hasil- integrasi hasil litbang pemanfaatan hasil ekspose hasil-hasil
hasil kelitbangan dan dokumen litbang oleh pemda, kelitbangan
dalam perencanaan dunia usaha dan dunia
pembangunan stakeholders industri
Peningkatan penerapan
Sistem Inovasi Daerah
Peningkatan pemanfaatan
laboratorium daerah oleh
masyarakat serta dunia usaha
dan industri
Penerapan produk-produk
inovasi daerah
Meningkatnya Peningkatan Peningkatan sistem informasi
pemanfaatan data aksesibilitas informasi data base kelitbangan
base kelitbangan hasil-hasil kelitbangan
92
Peningkatan diseminasi hasil-
hasil kelitbangan
93
3.1.3. Program Prioritas Bidang Ekonomi dan Pembangunan Daerah
No Tema Sasaran Indikator Output 2020 2021 2022 2023 2024
Isu: Pengembangan Kawasan
1 Pengembangan Meningkatnya kajian Berkembangnya Rekomendasi,
Kajian,
destinasi wisata dan kerjasama wisata desa,
Penerapan
pariwisata ekowisata,
agrowisata
2 Pengembangan Meningkatnya kajian Berkembangnya Rekomendasi,
Kajian,
pusat dan kerjasama wilayah strategis
Penerapan
pertumbuhan pengembangan dan cepat
wilayah wilayah strategis tumbuh baru
dan cepat tumbuh berbasis
agropolitan
3 Pengembangan Meningkatnya kajian Berkembangnya Rekomendasi,
Kajian,
ekonomi dan kerjasama ekonomi desa
Penerapan
perdesaan pengembangan berbasis
ekonomi desa masyarakat
94
pengelolaan kajian dan bank sampah Kajian,
limbah ekonomis kerjasama berbasis Penerapan
pengelolaan komunitas
limbah ekonomis
95
BAB IV
STRATEGI PELAKSANAAN
4.1. KELEMBAGAAN
4.1.1. Koordinasi Pelaksanaan
Pelaksanaan Kelitbangan dan Penerapan Sistem Iptekin di lingkup Pemerintahan
Kabupaten Tegal didukung oleh:
1. Majelis Pertimbangan (MP)
2. Tim Pengendali Mutu (TPM)
3. Sekretariat Tim Pengendali Mutu (Sekretariat TPM)
4. Tim Kelitbangan (TK) atau Tim Penerapan Sistem Iptekin (TPSI) atau Tim
Kelitbangan dan Penerapan Sistem Iptekin (TKPSI):
TPM dibentuk untuk setiap jenis kelitbangan penerapan sistem Iptekin yang
beranggotakan Kepala Badan (Penanggung Jawab), Sekretaris Badan atau Kepala Bidang
(Ketua), dan Tenaga Ahli/Pakar/Praktisi dan Pimpinan/Administrator pada Lembaga
yang menyelenggarakan fungsi kelitbangan (Anggota). TPM ditetapkan dengan
Keputusan Bupati atau pejabat lain yang ditunjuk. Dalam melaksanakan tugasnya, TPM
mengadakan sidang (forum diskusi) sesuai dengan kebutuhan masing- masing
kelitbangan dan penerapan sistem Iptekin.
96
3. Sekretariat Tim Pengendali Mutu (Sekretariat TPM)
b. Unsur Penunjang
Unsur Penunjang bertugas untuk:
1) memberikan dukungan percepatan penyelenggaraan kelitbangan dan penerapan
sistem Iptekin;
2) memberikan pelayanan administratif dan manajerial, bantuan, dan dorongan demi
kelancaran kelitbangan dan penerapan sistem Iptekin;
3) memberikan peluang kemudahan, bantuan, dan dorongan kepada tim pelaksana
kelitbangan dan penerapan sistem Iptekin;
4) memberikan peluang kemudahan, bantuan, dan dorongan kepada Kabupaten
Tegal;
97
5) menjaga agar penyelenggaraan kelitbangan dan penerapan sistem Iptekin dapat
dilakukan secara efisien, efektif, ekonomis, produktif, dan berkelanjutan sesuai
kaidah ilmiah dan peraturan perundang-undangan; dan
6) melaporkan hasil fasilitasi kegiatan kelitbangan dan penerapan
sistem Iptekin kepada Kepala Badan.
98
meningkatkan jejaring (networks) dan kolaborasi dengan aktor-aktor kelitbangan lainnya,
khususnya perguruan tinggi dan sektor swasta”. Diantara strategi-strategi untuk arah kebijakan
ini adalah:
a. Sosialisasi rancangan agenda dan prioritas riset kelitbangan di Kabupaten Tegal kepada
berbagai level dan lingkup stakeholders mulai dari lembaga pemerintah kementerian
maupun non kementerian maupun, lembaga swadaya masyarkat (LSM) atau lembaga
riset/kelitbangan independen, perusahaan swasta, perguruan tinggi hingga ke
komunitas masyarakat yang terlibat dalam kegiatan kelitbangan melalui berbagai forum
serta berbagai media komunikasi baik media elektronik maupun media cetak dan temu muka
dengan para mitra.
b. Membangun kesepahaman bersama dengan perguruan tinggi dan sektor swasta yang
relevan dengan kebutuhan-kebutuhan kelitbangan daerah dan mewujud dalam bentuk
konsorsium riset daerah.
c. Mengembangkan kolaborasi dengan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk
menghasilkan invensi-invensi yang mendorong terjadinya perbaikan mutu produk, efisiensi
usaha dan terciptanya produk yang berdaya saing.
d. Mengembangkan skema insentif bagi para peneliti luar untuk dapat melaksanakan
penelitiannya di Kabupaten Tegal dengan topik-topik yang sesuai dengan kebutuhan daerah.
99
No Prioritas Riset Pengusul/Pelaksana Sumber Dana
Kab, Anggaran Instansi,
Swadaya
8 Pengembangan pusat DPU, Disperkimtaru, Bappeda APBN, APBD Prov, APBD
Kab, Anggaran Instansi,
pertumbuhan wilayah dan Litbang, Kotaku, PTN/PTS Swadaya
9 Pengembangan ekonomi Dispermasdes, Bappeda dan APBN, APBD Prov, APBD
Kab, Anggaran Instansi,
perdesaan Litbang, Kotaku, PTN/PTS, Swadaya
TKPKD
10 Pemenuhan sanitasi sehat Dinkes, Disperkimtaru, PTN/PTS, APBN, APBD Prov, APBD
Kab, Anggaran Instansi,
Desa Swadaya
11 Penyediaan aksesibilitas wilayah DPU, Bappeda dan Litbang, APBN, APBD Prov, APBD
Kab, Anggaran Instansi,
kumuh, terpencil, tertinggal, PTN/PTS Swadaya
terluar
12 Pengembangan klaster industri Disperinaker, Bappeda dan APBN, APBD Prov, APBD
Kab, Anggaran Instansi,
Litbang, PTN/PTS Swadaya
13 Penumbuhan kewirausahaan Disparpora, Bappeda dan Litbang, APBN, APBD Prov, APBD
Kab, Anggaran Instansi,
pemuda pemula Tim Kerja Wirausaha Pemuda, Swadaya
KNPI, Karang Taruna, PTN/PTS
14 Pemenuhan teknologi tepat Dis Tan dan KP, Klinik Pertanian, APBN, APBD Prov, APBD
Kab, Anggaran Instansi,
guna pertanian HKTI, KTNA, PTN/PTS Swadaya
15 Pemenuhan bibit unggul Dis Tan dan KP, Klinik Pertanian, APBN, APBD Prov, APBD
Kab, Anggaran Instansi,
HKTI, KTNA, PTN/PTS Swadaya
16 Pengembangan pengelolaan DLH, BUMDesa, PTN/PTS APBN, APBD Prov, APBD
Kab, Anggaran Instansi,
limbah ekonomis
Swadaya
100
BAB V
PENUTUP
101