Anda di halaman 1dari 25

PENYUSUNAN RANCANGAN PROGRAM

INOVASI PEMBANGUNAN DAN


PEMBERDAYAAN KEWILAYAHAN DALAM
MASA PANDEMI COVID-19 KELURAHAN
WARUNG MUNCANG

LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK LAPANGAN IV


BERBASIS PROGRAM STUDI

Oleh

SITI RAHMA ALFIANTI (29.0576)

PROGRAM STUDI: KEUANGAN PUBLIK

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI


2022
PENYUSUNAN RANCANGAN PROGRAM INOVASI
PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN KEWILAYAHAN
DALAM MASA PANDEMI COVID-19 DI KELURAHAN
WARUNG MUNCANG

Siti Rahma Alfianti

Program Studi Keuangan Publik, Institut Pemerintahan Dalam Negeri

ABSTRAK

Program Inovasi Pembangunan dan Pemberdayaan Kewilayahan (PIPPK)


merupakan salah satu kebijakan yang dikeluarakan oleh Walikota Bandung pada
tahun 2015 dan kebijakan ini tertuang dalam Peraturan Walikota Bandung Nomor
281 tahun 2015. PIPPK merupakan kebijakan baru dan diharapkan mampu
mewujudkan sinergitas kinerja aparatur kewilayahan dengan lembaga
kemasyarakatan kelurahan. Akan tetapi dalam pelaksanaannya PIPPK di
Kelurahan Warung Muncang ini dinilai belum optimal dan mempunyai beberapa
hambatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Perencanaan PIPPK di
Kelurahan Warung Muncang, untuk mengetahui faktor penghambat PIPKK, dan
untuk mengetahui Tinjauan Siyasah Dusturiyah tentang Kebijakan Walikota
Bandung mengenai PIPPK. Penelitian ini bertolak pada pemikiran bahwa pola
kebijakan Walikota Bandung mengenai PIPPK yang menuntut pengaturan salah
satunya adalah siyasah dusturiyah yang membicakan bagaimana pemerintah itu
mengatur, mengurus dalam berbagai aspek kebijakan yang akan
diimplementasikan, dan hal ini pun tertuang dalam al-Qur’an dan al-Sunnah serta
kaidah-kaidah fiqh siyasah yang dikemas dalam aturan perundang-undangan
yang berlaku dengan tujuan untuk kemaslahatan hidup orang banyak. Untuk
menjawab pertanyaan tersebut peneliti juga menggunakan Teori Implementasi
Edward III yang menyatakan bahwa “Tanpa Implementasi yang efektif maka
pembuat keputusan kebijakan tidak akan berhasil dilaksanakan”, dengan melihat
faktor sumber daya, komunikasi, disposisi, dan struktur birokrasi dalam
pelaksanaan PIPPK di Kelurahan Warung Muncang.

Kata Kunci: Kebijakan Publik, PIPPK, Pembangunan, Pemberdayaan


I. PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Salah satu bentuk kemandirian pemerintah daerah pasca

reformasi tercermin dalam undang-undang (UU) nomor 23 tahun 2014

tentang pemerintahan daerah, dimana daerah otomon diberikan

kewenangan untuk dapat mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahan dan kepentingan masyarakatnya, termasuk mengelola

jalannya pembangunan di daerahnya. Kewenangan tersebut merupakan

bentuk desentralisasi pemperintah pusat yang dimaksudkan untuk

mendorong tercapainya pembangunan nasional yang lebih efisien dan

tepat sasaran melalui daerah-daerah otonom. Dalam mengelola

pembangunan ditingkat daerah, pemerintah daerah bertindak berdasarkan

Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) nomor 54 tahun 2010

tentang perencanaan pembangunan daerah, dimana daerah otonom

mengelola pembangunan daerahnya sesuai potensi yang dimiliki dalam

upaya mendukung pembangunan nasional.

Pemerintah Kota Bandung dibawah pimpinan Ridwan Kamil

menjalankan kewenangannya mengelola pembangunan daerah melalui

aktivitas kebijakan dan berbagai program pembangunan. Salah satunya

yang mendapat perhatian banyak yaitu program pembangunan daerah

dengan nama Program Inovasi Pembangunan dan Pemberdayaan

Kewilayahan atau disingkat PIPPK. Program ini telah dirumuskan sejak

2015 lalu dan dituangkan menjadi sebuah kebijakan dalam Peraturan

Walikota Bandung Nomor 281 Tahun 2015.


PIPPK merupakan salah satu bentuk realisasi program untuk

menunjang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Kota Bandung ditahun 2015-2021. Prinsip dasar dari pembangunan model

PIPPK ini adalah melibatkan masyarakat secara utuh, mulai dari

perencanaan sampai pada pelaksanaannya harus di inisiasi oleh

masyarakat dan pemerintah berperan sebagai fasilitator yang

mengarahkan pembangunannya. Dalam program ini masyarakat Kota

Bandung sampai ketingkat Rukun Warga (RW) dilibatkan dalam proses

pembangunan kewilayahan, dan pemerintah ditingkan kelurahan serta

kecamatan menjadi stakeholder dalam memfasilitasi kegiatan

pembangunan masyarakatnya. Dalam hal pendanaan, yang menjadi

sumber dana pelaksanaan PIPPK adalah Anggaran Pendapatan Belanja

Daerah (APBD) Kota Bandung.

Kelurahan Warung Muncang sebagai salah satu kelurahan yang

berada di Kota Bandung, sudah melaksanakan PIPPK selama 6 tahun

terakhir. Adapun pembangunan wilayah yang dimaksud dalam program ini

adalah pembangunan sarana penunjang dengan ruang lingkup tertentu

yang di inisiasi dan dikoordinir melalui lembaga kemasyarakatan yakni

Rukun Warga (RW). Lembaga Pemeberdayaan Masyarakat (LPM)

Kelurahan, Karang Taruna Kelurahan, dan Tim Penggerak

Pemeberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Keluarahan.

Pelaksanaaan pembangunan dan pemberdayaan melalui program

ini sudah secara jelas di atur dalam Perwal No.281/2015, sehingga


kegiatan yang dilaksanakan lembaga kemasyarakatan akan lebih terarah

dengan batasan-batasan program masing-masing. Contohnya seperti

untuk lembaga RW ruang lingkup kegiatannya di prioritaskan meliputi

aspek infrastruktur, sosisal kemasyarakatan, penguatan kelembagaan

RW, pelaksanaan Ketertiban, Kebersihan, dan Keindahan (K3) dilingkup

RW, serta pemberdayaan dan inovasi ekonomi lokal.

Di Kelurahan Warung Muncang terdapat 15 Rukun Warga dan 15

lembaga kemasyarakatan tingkat keluarahan meliputi LPM, Karang

Taruna, dan PKK di 5 kelurahan. Lembaga tersebut menjadi kelompok

sasaran yang ikut serta dalam pelaksanaan PIPPK Kelurahan Warung

Muncang Rp 599.436.378. Sedangkan realisasinya sendiri mengahbiskan

anggaran sebesar Rp 493.547.867. Dengan kata lain penyerapan

anggaran sebesar 60 %.

Fenomena yang terjadi dalam pelaksanaan PIPPK pada

Kelurahan Warung Muncang yaitu rendahnya sinergitas yang terjalin

antara kelurahan sebagai fasilitator dengan masyarakat sebagai sasaran

program. Selain itu, partisipasi masyarakat dalam pembangunan

kewilayahanpun masih terlihat rendah. Pada realisasinya, masih terjadi

keterbatasan partisipasi masyarakat dalam menentukan pembangunan,

terindikasi dari tidak dibuatnya 5 media komunikasi sebagai wadah

aspirasi masyarakat. Sehingga yang terjadi adalah pembangunan yang

dihendaki oleh sebagian orang saja, padahal jelas disebutkan dalam

Perwal no 281/2015 bahwa PIPPK ini bertumpu pada pembangunan


manusia dengan upaya memberdayakan masyarakatnya. Pada tataran

teknis angka partisipasi masyarakat menjadi aspek yang diperhitungkan

dalam menilai keberhasilan pelaksanaan programnya.

Dari fenomena tersebut berkembang beberapa permasalahan

dalam pelaksanaan PIPPK di Kelurahan Warung Muncang. Seperti,

adanya penggunaan dana yang kurang terencana yang berakibat pada

pembangunan dilingkungan masyarakat terkesan setengah-setengah.

Banyak jalan diperbaiki melalui PIPPK tetapi dalam waktu kurang dari dua

bulan aspalnya sudah rusak parah.

Terjadinya pembangunan yang kurang tepat sasaran (tepat guna)

bahkan cenderung mubazir. Salah satu temuan yaitu pengadaan pot

tanaman di pinggir jalan melalui anggaran PIPPK, padahal masih banyak

infrastruktur masyarakat yang lebih bermanfaat belum secara maksimal

tersentuh pembangunan seperti sarana masjid, posyandu, poskamling

dan yang lainnya.

I.II Identifikasi Masalah


Penulis akan membatasi permasalahan dalam kegiatan Praktek
Lapangan IV yang ditemukan adalah Penyusunan Perencanaan Program
Inovasi dan Pemberdayaan Kewilayahan Keluarahan Warung Muncang.
I.III Rumusan Masalah
Berdasarkan permaslahan yang telah diuraikan pada latar belakang
di atas maka fokus permaslahan dalam kegiatan Praktek Lapangan IV
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Implementasi Program Inovasi Pembangunan Dan
Pemberdayaan Kewilayahan Di Kelurahan Warung Muncang
Kecamatan Bandung Kulon Kaler Kota Bandung?
2. Apa faktor penghambat dan pendukung Program Inovasi
Pembangunan Dan Pemberdayaan Kewilayahan Di Kelurahan
Warung Muncang Kecamatan Bandung Kulon Kaler Kota
Bandung?
I.IV Tujuan
Berdsarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan dalam
penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Implementasi Program Inovasi
Pembangunan Dan Pemberdayaan Kewilayahan Lingkup Tim
Penggerak PKK Di Kelurahan Warung Muncang Kota Bandung.
2. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung dalam
Implementasi Program Inovasi Pembangunan Dan
Pemberdayaan Kewilayahan Lingkup Tim Penggerak PKK Di
Kelurahan Warung Muncang Kecamatan Bandung Kulon Kaler
Kota Bandung.

II. METODE PRAKTEK


II.I Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data diyakini sebagai langkah penelitian

dalam melaksanakan penelitian untuk mendapatkan data. Untuk

mengumpulkan data dalam Kegiatan Praktek Lapangan IV dilakukan

dengan metode tertentu sesuai dengan tujuannya. Ada berbagai

metode yang telah penulis lakukan sebagai berikut ini:

1. Wawancara

Wawancara yang dijelaskan Nurdin dan Hartati (2019:178)

adalah suatu cara pengumpulan data yang dilakukan melalui

komunikasi verbal untuk memperoleh informasi langsung dari

sumbernya.
2. Observasi

S.Margono (1997:159) sebagaimana dikutip Nurdin dan Hartati

(2019:174) menyatakan bahwa observasi diartikan sebagai

pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala

yang tampak pada objek penelitian.

3. Dokumentasi

Shidiq dan Choiri (2019:73) menjelaskan bahwa dokumentasi

adalah mengumpulkan dokumen dan data yang dibutuhkan

terkait permaslaahan penelitian sehingga menambah

kepercayaan dan mendukung pembuktian kejadian yang diteliti.

II.II Proses Pelaksanaan Praktik Lapangan


II.III

NO. LANGKAH-LANGKAH LOKASI WAKTU DURASI


1. Diskusi bersama lurah dan Kantor Selasa, 11 2 jam
perangkat kelurahan Keluaraha Maret
n Warung 2022
Muncang (10.00-
12.00 Wib)
2. Merumuskan Kantor Rabu, 12 3-4 jam
permasalahan- Kelurahan Maret
permasalahan yang akan Warung 2022
diangkat Muncang (13.30-
17.00 Wib)
3. Melakukan wawancara Kantor Kamis, 15 1 jam
dengan bendahara Kelurahan Maret
kelurahan Warung 2022
Muncang (10.00-
11.00 Wib)
4. Mendampingi dan Kantor Jumat- 3 hari
menginput data-data dan Kelurahan Minggu, 16
anggaran PIPPK Warung Maret
Muncang 2022

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan pendahuluan tertulis di atas, maka Praktek Lapangan

IV ini memfokuskan pada perencanaan Program Inovasi dan

Pemberdayaan Kewilayahan melaksanakan perencanaan tentang

menganggarkan untuk program PIPPK Kelurahan Warung Muncang.

Desa Bojonghaleuang secara umum keadaan geografinya merupakan

dataran rendah yang memiliki luas lahan sekitar 3,3 KM / 269 Ha.

A. PIPPK Kelurahan Warung Muncang

PIPPK (Program Inovasi Pembangunan dan Pemberdayaan

Kewilayahan) di Kota Bandung dinilai sukses menghadirkan perubahan

yang merata di masyarakat. Tidak hanya soal pembangunan infrastruktur

tetapi juga pemberdayaan masyarakat. Walikota Bandung Ridwan Kamil

menuturkan bahwa konsep PIPPK adalah konsep yang paling benar

dalam teori pembangunan apapun. Ia berpandangan bahwa pada

hakikatnya, pembangunan adalah kebersamaan, antara pemerintah,


masyarakat dan professional. Jika masyarakat sebuah negara telah

mampu turut berpartisipasi dalam urusan pembangunan negara tersebut,

itulah ciri negara yang beradab. Melalui PIPPK, Bapak Ridwan Kamil

yakin bahwa kota Bandung sudah dekat dengan tujuan itu. Jadi

semangatnya di kelurahan, kecamatan, hingga di pusat, masyarakat harus

menjadi lebih pintar, lebih sejahtera, dan lebih mandiri, bisa menolong diri

sendiri, bisa mensejahterakan lingkungan sendiri, dan bisa menyukseskan

program dengan inisiatif sendiri. Bapak Ridwan Kamil menekankan,

konsep PIPPK bukanlah program politik, melainkan murni teori

pembangunan. Ia menjelaskan, PIPPK merupakan konsep desentralisasi

di mana kekuatan pembangunan disebarkan secara merata ke seluruh

wilayah dan organisasi kemasyarakatan. Tujuannya adalah untuk

mempercepat hadirnya perubahan. Perubahan itu cepat karena

dibelanjakan oleh masyarakat sendiri dikerjakan oleh masyarakat sendiri,

supaya merata, tidak ada satu jengkal pun RW-RW yang tidak ada

sentuhan pembangunan, supaya berdaya karena masyarakat yang

mengerjakan dengan kerja sama. Pada tahun 2017, Kepala Bagian

Pemerintahan Umum Anton Sugiana mengatakan ada beberapa

penyempurnaan yang akan dilakukan oleh pemerintah Kota Bandung,

yakni penyiapan instrument pedoman teknis dan membangun persamaan

persepsi, filosofi, dan mekanisme PIPPK. Peningkatan kapasitas Sumber

Daya Manusia Aparatur Kewilayahan dan Lembaga Kemasyarakatan juga

menjadi fokus PIPPK tahun 2021. Telah dipersiapkan berbagai instrument


pengukuran keberhasilan pembangunan melalui PIPPK, antara lain

pengukuran indeks kebahagiaan keluarga di tingkat kelurahan, indeks

kemasyarakatan sebagai rapor tingkat ketaatan dan partisipasi

masyarakat dalam pembangunan. Ada juga pengukuran indeks

pembangunan manusia lokal dari setiap kelurahan se-Kota Bandung.

PIPPK yang dilaksanakan oleh Kelurahan dengan Lembaga

Pemerintahan di bagi menjadi 4 lingkup, yaitu sebagai berikut:

1. PIPPK (Program Inovasi Pembangunan dan Pemberdayaan

Kewilayahan) lingkup RW

2. PIPPK (Program Inovasi Pembangunan dan Pemberdayaan

Kdewilayahan) lingkup TP.PKK

3. PIPPK (Program Inovasi Pembangunan dan Pemberdayaan

Kewilayahan) lingkup Karang Taruna

4. PIPPK (Program Inovasi Pembangunan dan Pemberdayaan

Kewilayahan) lingkup Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

(LPM)

B. Laporan PIPPK Kelurahan Warung Muncang

Dalam melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan pada

kelurahan Warung Muncang Tahun 2020-2021 dianggarkan dari DPA

perubahan PIPPK Lingkup Kelurahan Warung Muncang di tahun 2020

sebesar Rp. 734.170.658,. Namun dana yang terserap di Kelurahan

Warung Muncang hanya sebesar Rp. 628.476.838 periode tanggal 01

Januari 2020 s/d 30 September 2021 dengan persentase 84,57% Dan


untuk lingkup RW Kelurahan Warung Muncang, setahun dari anggaran

SKPD/Dinas terkait Kota Bandung hasilnya menjadi Rp.599.436.378, dan

dana yang dapat diserap hanya sebesar Rp.493.547.876. Sisa anggaran

yang tidak terserap dikarenakan efisiensi harga sebesar Rp.105.888.502

dengan total persentase sebesar 82,34%.

Realisasi anggaran kegiatan PIPPK tersebut direalisasikan untuk

kebersihan, sosial ekonomi, penghijauan, fasilitas kelembagaan dan

infrastruktur. Misalnya di tahun 2020, PIPPK mengadakan kegiatan urban

farming yang dilakukan oleh PKK, selain itu adanya gerakan maghrib

mengaji, kegiatan karang taruna, dan kegiatan LPM. Adapun 88 kegiatan

PIPPK di tahun 2017 yaitu merenovasi rumah yang tidak layak huni,

pembuatan sarana air bersih, perbaikan jalan, perbaikan sarana air kotor,

pembangunan gedung kantor RW di tiap-tiap RW yang ada di Kelurahan

Warung Muncang, pembangunan MCK, pembuatan gazebo, kegiatan

pemberian honorarium petugas sampah RW, pemasangan vertical

garden, belanja kebersihan kepada setiap RW dan belanja bahan atau

bibit tanaman kegiatan PIPPK lingkup RW.

Kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahun anggaran

2020-2021 sebagaimana disebutkan bertujuan untuk mewujudkan kinerja

pemerintah Kelurahan Warung Muncang agar berjalan efektif, efesien,

transparan dan akuntabel. Kemudian mewujudkan Kelurahan Warung

Muncang yang bersih, tertib, tertata dan kondusif berlandasan kesadaran

dan partisipasi seluruh warga masyarakat, serta terciptanya sosial budaya


di lingkungan Kelurahan Warung Muncang yang ramah, tentram dan

damai dengan menunjang toleransi sikap religius.

Dari hasil pemaparan di atas, akuntabilitas pengelolaan keuangan

PIPPK (Program Inovasi Pembangunan dan Pemberdayaan Kewilayahan)

di Kelurahan Warung Muncang dapat dikatakan sudah akuntabel

mengingat setiap realisasinya telah dilaksanakan dan dilaporkan pada

laporan kegiatan tahunan Kelurahan Warung Muncang dan juga

penyerapannya mengalami peningkatan. Dengan adanya program ini

tentunya sangat membantu untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dimana masyarakat di level paling bawah bisa menjadi

semakin berdaya. Di samping dapat memberdayakan masyarakat

program ini dapat mendorong kehidupan ekonomi masyarakat, misalkan

yang tadinya masyarakat tidak memiliki pekerjaan dengan adanya 88

program ini masyarakat menjadi ikut berperan aktif dalam membangun

lingkungannya.

Namun, meskipun sudah dapat dikatakan akuntabel masih banyak

yang harus di evaluasi dari kegiatan PIPPK ini, karena masih terdapat

kendala dan hambatan di lapangan. Misalnya, pejabat birokrasi takut

sehingga pencairan tertunda, ragu-ragu dalam mengambil keputusan,

kurangnya transparansi dalam penggunaan anggaran, keterbatasan SDM

dalam pengelolaan dana PIPPK, kurangnya keterlibatan masyarakat

dalam pelaksanaan program PIPPK, dan kurangnya koordinasi antara

aparat kewilayahan dengan SKPD.


Selain itu, di dalam PIPPK terdapat target-target yang belum

tercapai dan masih memerlukan adanya evaluasi, seperti tersedianya

pedoman pendampingan bagi pelaksanaan PIPPK, terlaksananya

pendampingan wilayah dalam sosialisasi, pelaksanaan dan monitoring

serta evaluasi PIPPK. Namun dalam evaluasinya tersedianya pedoman

pendampingan bagi pelaksanaan PIPPK belum terlaksana secara optimal.

Kemudian, terselenggaranya bimbingan teknis bagi Aparatur Kewilayahan

dan Lembaga Kemasyarakatan tentang petunjuk teknis PIPPK,

terselenggaranya sinkronisasi DPA Kewilayahan dengan lingkup kegiatan

yang ada di juknis PIPPK. Evaluasinya, pelatihan terlaksana sebagai

pemahaman program PIPPK agar tepat sasaran. Kegiatan sosialisasi

PIPPK di masyarakat, sosialisasi disetiap kelurahan dan kecamatan se-

kota Bandung juga di tingkat kota Bandung oleh tim pengarah PIPPK,

evaluasi yang harus dilakukan proses sosialisasi yang dilaksanakan perlu

adanya pola sosialisasi yang lebih baik serta koordinasi tim pengarah 89

tingkat kota dan tim pengarah tingkat kecamatan, idealnya sosialisasi

dilakukan oleh TP pengarah PIPPK kecamatan, belum terlaksana secara

optimal, dan sosialisasi yang dilakukan oleh tim pengarah PIPPK kota

Bandung bersama lembaga kemasyarakatan.

Adanya keterbukaan dalam membedah isi DPA, kehadiran

masyarakat dalam kegiatan sosialisasi, musyawarah dan rapat-rapat

penyusunan kegiatan. Keanggotaan lembaga kemasyarakatan merupakan

refresentasi dari masyarakat di setiap Kelurahan se-Kota Bandung,


terjadinya kesepakatan seluruh warga masyarakat disetiap kelurahan

untuk menerima, menyusun kebutuhan pembangunan melalui PIPPK.

Untuk evaluasinya baru hanya 38,7% kelurahan yang terbuka untuk

membedah DPA dengan lembaga kemasyarakatan, kehadiran

masyarakat hampir sudah memenuhi target disetiap tahapan kegiatan,

hampir sebagian besar keanggotaan lembaga kemasyarakatan adalah

perwakilan dari RT dan RW atau aktivis masyarakat di tingkat RT dan RW

di setiap kelurahan se Kota Bandung, dan masih banyak usulan

pembangunan yang tidak terakomodasi dalam DPA kelurahan, belum

terdapat dokumen hasil rembug warga dalam pemetaan swadaya berupa

profile kelurahan, adanya usulan kegiatan yang sesuai dengan target

program pemerintah kota Bandung yang terdokumentasikan dalam PJM

kelurahan yang masih belum terealisasi.

Untuk tahapan pelaksanaan PIPPK, memiliki target hasil kegiatan

musyawarah telah disebarluaskan kepada masyarakat luas, setiap

pelaksanaan kegiatan ada papan informasi yang menggambarkan jumlah

bantuan dan jenis kegiatan, setiap penerima manfaat PIPPK tersusun dari

setiap lembaga 90 masyarakat. Untuk evaluasinya masih terbatas di

lembaga kemasyarakatan tingkat kelurahan, dan belum

terdokumentasikan disetiap kelurahan.

Pada Program Inovasi Pembangunan dan Pemberdayaan

Kewilayahan (PIPPK) masih banyak yang harus disempurnakan karena

masih banyak ju ga pelaksanaannya yang belum tepat sasaran. Dengan


adanya system e-budgeting dalam perencanaan anggaran daerah

dilakukan sebagai langkah penghematan. Salah satu factor masih

rendahnya penyerapan dana PIPPK disebabkan karena ketidak pahaman

atau bisa saja salah kode rekening

IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil wawancara dan hasil penelitian yang dilakukan

oleh peneliti tentang Analisis Program Inovasi Pembangunan dan

Pemberdayaan Kewilayahan (PIPPK) Kecamatan Bandung Kulon Kaler

Kelurahan Warung Muncang Kota Bandung, maka diperoleh kesimpulan

sebagai berikut:

1. PIPPK (Program Inovasi Pembangunan dan Pemberdayaan

Kewilayahan) yang dilakukan Kecamatan Bandung Kulon Kaler Kelurahan

Warung MuncangKota Bandung sudah dapat dikatakan baik karena

dengan adanya program ini pembangunan dan masyarakatnya menjadi

semakin berdaya meskipun masih terdapat berbagai hambatan dalam

setiap realisasinya dan juga masih diperlukan adanya evaluasi.

B. Saran

1. Diharapkan hasil laporan dan evaluasi kegiatan kelurahan ini dapat

dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan pembangunan

selanjutnya, sehingga dalam pelaksanaan pembangunan di kelurahan

Warung Muncang bersifat terencana dan sistematis dan berkelanjutan;


2. Untuk mendapatkan hasil pembangunan yang optimal di wilayah

Kelurahan Warung Muncang disarankan agar adanya dukungan yang

positif dari Stake Holders terhadap masalah-masalah

sosial/kemasyarakatan, khususnya keamanan dan ketertiban serta

masalah kesehatan.

3. Menciptakan hubungan yang sinergis antara Kecamatan, Dinas,

Instansi, Organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat

(LSM) dan masyarakat.

4. Untuk PIPPK (Program Inovasi Pembangunan dan Pemberdayaan

Kewilayahan) sendiri, kalau bisa lebih di tingkatkan lagi dan kalau bisa

dilanjutkan. Dan mengenai akuntabilitas pengelolaan keuangannya pun

masih harus ditingkatkan juga, mengingat setiap kegiatan yang

dilakukan harus dilaporkan dan dipertanggungjawabkan pada tingkat

yang lebih tinggi.


DAFTAR PUSTAKA
I. BUKU

Akib, Haedar, ‘Implementasi Kebijakan: Apa, Mengapa Dan Bagaimana’,


Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Publik, 1.1 (2012), 1–11
Darmawan, Deni, ‘Metode Penelitian Kuantitatif’, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, (2013)
John Yus Madoli, ‘Evaluasi Kebijakan Penyelenggaraan Ketertiban
Umum Di Kabupaten Poso'Disertasi : Studi Penegakan Peraturan
Daerah Oleh Satuan Polisi Pamong Praja Di Kabupaten Poso’,
(2013)
Komigi, Isak, ‘Evaluasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri Perdesaan Di Kabupaten Sorong Provinsi Papua
Barat, Disertasi : Studi Kasus Pada Suku Moi, (2015)
II. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Perwal Kota Bandung No.281 Tahun 2015 Mengenai PIPPK

Juknis PIPPK 2015

III. JURNAL ILMIAH

Pusparini H, Nurabiah, dan Mariadi Y. (2020). Program Pendampingan


Aparat Desa Dalam Mencetak Desa Melek Akuntansi. Jurnal
PEPADU, 1(1), 7-11.
Suartini S, Sulitiyo H, dan Huda S. (2020). Determinasi Transparansi
APBDes Pada Kabupaten Karawang. Jurnal Akuntansi Universitas
Singaperbangsa Karawang, 7(1), 71-73.
Widodo A. (2018). Peranan Pendampingan Bagi Perangkat Desa Dalam
Penyusunan APBDes Sebagai Upaya Membangun Desa Menuju
Kecamatan Yang Sejahtera. Jurnal Diklatpim Tingkat IV Jawa
Tengah, 14(1), 1-6.

Zulaifah IA, dan Marwata. (2020). Perencanaan Pengelolaan Keuangan


Desa. Jurnal Akuntansi dan Pajak, 21(1), 130-141.
IV. SUMBER BACAAN DARI INTERNET

http://pidodokulon.desa.id/kabardetail/4279/tahapan-penyusunan
apbdes.html/ (diakses pada tanggal 19 Maret 2022 pukul 13.00
WIB)
http://bpkad.mojokertokab.go.id/berita/Pendampingan%20Penyusunan%2
0APBD%20Desa/ (diakses pada tanggal 19 Maret 2022 pukul
16.00 WIB)
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai