Anda di halaman 1dari 9

6.

PENGALAMAN KOTA-KOTA PERCONTOHAN DALAM PENERAPAN GOOD GOVERNANCE


PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL DARI KISAH SUKSES DI DAERAH

A. PERUMUSAN VISI & MISI PEMBANGUNAN KOTA METRO


Permasalahan Karena Pemerintah Daerah dan pihak eksekutif menganggap Visi, Misi, dan Strategi yang dirumuskan oleh Walikota saat pencalonan adalah Visi Kota Metro, maka inisiatif untuk merumuskan Visi Kota tidak muncul dari pihak eksekutif, tetapi dari kelompok masyarakat dan dari eksekutif dan legislatif secara perorangan. Inisiatif ini dimunculkan melalui Tim Kota, yaitu kumpulan orang yang peduli akan pembangunan kota Metro. Tim ini terdiri dari beberapa komponen masyarakat, yang kemudian diperluas keanggotaannya. Untuk mewujudkan visi kota Metro, yang merupakan harapan semua warga kota tentang masa depan, maka stakeholders kota perlu dilibatkan. Hasil kerja tim selanjutnya dikembangkan dengan prakarsa DPRD, melalui forum public hearing, public meeting, dan konsultasi publik. Strategi Kesepakatan yang dicapai dikukuhkan dalam suatu Peraturan Daerah, yaitu Perda No. 4 Tahun 2000. Visi Kota ini menjadi acuan dalam merumuskan prioritas pembangunan. Dengan keberhasilan perumusan visi misi kota ini banyak manfaat yang dirasakan oleh Kota Metro. Hasil dan Pelajaran yang Diperoleh Pelaksanaan agenda pembangunan menjadi lebih terarah karena harus mengacu pada visi misi yang telah ditetapkan melalui Perda. Kesadaran masyarakat untuk berperan dalam pembangunan kota semakin meningkat. Pemerintah daerah telah berani membuka diri (transparan) sebelum menentukan kebijakan kota, dan secara tersirat ada pengakuan dari Pemerintah Daerah terhadap eksistensi dan kemampuan unsur-unsur masyarakat. Selain itu dalam menentukan kebijakan strategis, interaksi Pemda dan DPRD tidak lagi hanya antar sesamanya saja tapi juga melibatkan unsur masyarakat. Proses perumusan secara partisipatif, demokratis, dan kesetaraan menjadi pelajaran bagi daerah lain yang ada di Propinsi Lampung. Setidaknya dalam setiap pembahasan APBD selalu menggunakan skala prioritas pada Visi dan Misi Kota. Pembicaraan di masyarakat tentang Visi dan Misi menjadi imbas bagi daerah lain. Kesepakatan/ komitmen dan kepedulian masyarakat yang sadar akan masa depan kotanya merupakan kata kunci untuk mengawali penyusunan visi kota.

B. PENYUSUNAN VISI DAN MISI SECARA PARTISIPATIF DI KOTA SAWAHLUNTO


Permasalahan Selama ini boleh dikatakan visi dan misi kota Sawahlunto yang ada dirumuskan atas keinginan dan milik Pemerintah Daerah, sehingga visi kota yaitu Sawahlunto Kota Idaman (Indah Damai Aman dan Nyaman) hanya merupakan slogan indah belaka yang tidak jelas kemana arahnya dan usaha-usaha apa yang akan diwujudkan untuk mencapai visi tersebut. Ada opini yang dibangun melalui studi oleh Lembaga Studi ITB tentang potensi wisata di Kota Sawahlunto berupa peninggalan bangunan peninggalan Belanda dan gedung-gedung yang pernah digunakan sebagai bangunan ambang batu bara. Strategi Strategi yang kemudian dilakukan untuk mengarahkan pengembangan Kota Sawahlunto adalah dengan mengganti visi kota yang lama dengan merumuskan visi misi baru. Hal ini dilakukan pemerintah daerah bersama-sama dengan masyarakat, yang melibatkan juga pendapat tenaga ahli/pakar. Untuk merumuskan visi baru yang lebih realistis dengan melibatkan partisipasi masyarakat, diadakanlah lokakarya visi misi kota. 300 orang yang terdiri dari semua unsur yang ada di Kota Sawahlunto diundang untuk menghadiri lokakarya ini. Lokakarya ini diawali dengan penjelasan teknis penyusunan visi misi oleh pihak BUILD yang selanjutnya disepakati karakteristik visi yang bersifat spesifik, ada rentang waktu, realita berorientasi pada kesejahteraan masyarakat dan ada komitmen bersama. Penjelasan ini dimaksudkan sebagai proses penyamaan persepsi. Para undangan lokakarya juga dilampirkan konsep visi misi Kota Sawahlunto yang telah disusun oleh tim Pemkot, yaitu KOTA IDAMAN, agar peserta dapat mempelajari dan menyampaikan tanggapannya pada lokakarya. Dalam pelaksanaan lokakarya, visi misi kota tersebut diatas ditolak oleh komponen masyarakat yang hadir, sehingga rumusan Kota Idaman menjadi gagal. Muncul kebutuhan untuk mengimplementasikan penjelasan teknis tentang visi misi yang sudah dijelaskan sebelumnya untuk menyusun visi baru. Dalam proses penyusunan, muncul lebih dari 100 lembar usulan yang kemudian dikelompokkan menjadi 55 lembar usulan potensi yang diharapkan untuk dikembangkan di kota Sawahlunto (yakni kelompok pengembangan ekonomi, fisik dan keindahan alam, budaya, serta wisata). Dengan karakteristik khas daerah setempat dan logika bahwa pengem-bangan wisata dapat mewakili pengembangan semua komponen yang ada dalam kelompok-kelompok usulan lainnya, peserta lokakarya akhirnya menyepakati rumusan visi Sawahlunto 2020 Menjadi Kota Wisata Tambang Yang Berbudaya. Setelah tercapai kesepakatan tentang Visi Kota Sawahlunto, maka walikota selaku pemerintah meminta kesediaan yang hadir untuk memberikan kewenangan membentuk sebuah tim untuk

menindak lanjutinya dalam proses perumusan misi kota. Usulan ini disepakati oleh komponen yang hadir dan anggota tim akan terdiri dari unsur masyarakat dan unsur pemerintah yang diberi nama Badan Pekerja penyusun misi kota. Dalam proses perumusan misi, dilakukan lokakarya atau seminar yang dilaksanakan dalam bentuk dua kali seminar, tahap pertama dengan para pakar, tahap kedua dengan unsur masyarakat. Setelah melalui beberapa kali diskusi, Badan Pekerja berhasil memperbaiki dan merumuskan kembali misi kota yang sesuai dengan visi kota. Hasil dan Pelajaran yang Diperoleh Pemerintah daerah bersama-sama dengan tokoh-tokoh masyarakat sepakat dengan visi Sawahlunto 2020 menjadi Kota Wisata Tambang yang Berbudaya yang dituangkan dalam Perda Nomor 2 tahun 2001. Rumusan misi kota yang ditetapkan sesuai dengan visi kota, yaitu: Memelihara dan mengembangkan nilai-nilai dasar agama dan adat di tengahtengah masyarakat; Meningkatkan fasilitas dan pelayanan umum; Mengembangkan objek wisata tambang; Mengembangkan seluruh potensi kota yang dapat mendorong berkembangnya pariwisata. Dengan keberhasilan perumusan visi misi kota ini banyak manfaat yang dirasakan oleh Kota Sawahlunto. Pelaksanaan agenda pembangunan menjadi lebih terarah karena harus mengacu pada visi misi yang telah ditetapkan melalui Perda, dan kesadaran masyarakat untuk mengambil perannya dalam pembangunan kota semakin meningkat. Pemerintah daerah telah berani membuka diri (transparan) sebelum menentukan kebijakan kota, dan secara tersirat ada pengakuan dari Pemerintah Daerah terhadap eksistensi dan kemampuan unsur-unsur masyarakat. Selain itu dalam menentukan kebijakan strategis, interaksi Pemda dan DPRD tidak lagi hanya antar sesamanya saja tapi juga melibatkan unsur masyarakat. Kondisi terakhir dari pelaksanaan kegiatan inisiatif perumusan visi dan misi kota Sawahlunto adalah Pemda sudah mulai bekerjasama dengan pihak ketiga dan mengkampanyekan visi misi kota, dan sebagian masyarakat sudah tahu apa yang menjadi visi misi kotanya. Pemda juga sudah mengiventarisir aset-aset wisata tambang beserta wisata penunjang lainnya meskipun belum cukup signifikan, dan di kota Sawahlunto sudah ada LSM Pariwisata dan tenaga pemandu wisata yang telah dilatih. Keberadaan visi kota yang jelas telah dimanfaatkan sebagai pemandu semua program pembangunan di kota dan kebijakan kebijakan yang diperlukan. Rumusan kegiatan yang diperlukan untuk pedoman bagi penyusunan dokumen perencanaan lainnya telah dibukukan dalam judul agenda Sawahlunto 2020 yang intinya berupa

upaya merealisasikan visi. Visi misi yang disusun sepihak oleh pemerintah saja tidak dapat dikatakan visi misi kota. Visi misi kota adalah visi misi yang disusun bersama dengan melibatkan stakeholder kota dilandasi juga oleh kajian-kajian yang memadai dengan melibatkan para pakar. Legitimasi dari masyarakat mutlak diperlukan dalam pengambilan kebijakan yang berdampak terhadap kepentingan masyarakat banyak. Masa depan suatu kota perlu dipertimbangkan dengan cara menggali potensi-potensi yang ada.

C. PENGALAMAN KOTA GORONTALO DALAM MENGINTRODUSIR TRANSPARANSI PENGELOLAAN PEMERINTAHAN KOTA


Permasalahan Keterbukaan adalah salah satu kunci pengembalian kepercayaan masyarakat pada pemerintah, dan momentum perubahan politik 1998 telah melebarkan jalan menuju perbaikan. Namun tidak dengan daerah Gorontalo karena selama ini masyarakat tidak dilibatkan dalam proses penyelenggaraan pemerintahan. Strategi Semangat masyarakat akan keterbukaan bersambung pula pada tuntutan publik akan keterbukaan penyelenggaraan pemerintahan kota. Walikota Gorontalo menjawab aspirasi masyarakatnya ini dengan mengeluarkan SK No. 398A tahun 2000. Surat keputusan ini berisi kewajiban bagi pemerintah kota untuk menyampaikan hasil audit inspektorat kepada DPRD untuk mendorong pengawasan bersama. Berdasarkan surat keputusan tersebut pemerintah kota berinisiatif mengorganisir rapat koordinasi dan lokakarya tentang pengawasan partisipatif yang juga melibatkan masyarakat secara langsung. Dalam rakor dan Lokakarya tersebut yang dihadiri oleh Kepala Inspektorat Gorontalo, Kepala Inspektorat Kab. Minahasa, Kab Bolmong, dan Kepala Inspektorat Propinsi Sulawesi Utara itu dihasilkan sebuah rekomendasi perda transparansi dan perda pengawasan partisipatif. Rakor tersebut juga menunjuk sebuah tim kecil yang bertugas menyusun pokok-pokok substansi dari sebuah perda transparansi dan perda pengawasan partisipatif. Proses selanjutnya adalah mengajak keterlibatan DPRD untuk lebih aktif dalam mendorong lahirnya kedua perda tersebut. Usaha ini berhasil ketika beberapa anggota DPRD menyampaikan inisiatif rancangan perda transparansi pada pimpinan DPRD, yang selanjutnya ditindaklanjuti dengan pembentukan pansus. Pansus yang diketuai oleh Adhan Dambea dan beranggotakan lima orang ini kemudian mengadakan public hearing di setiap kecamatan dan universitas untuk mensosialisasikan dan mendiskusikan rancangan perda tersebut. Berbagai masukan yang diperoleh dalam proses ini menjadi bahan perbaikan bagi pansus. Pihak-pihak yang secara praktis

akan terkait dengan perda ini seperti kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan lembagalembaga swadaya masyarakat serta organisasi kemasyarakatan yang lain juga dilibatkan. Keseluruhan proses dari mulai pertama kali diintrodusirnya gagasan, sosialisasi, pelibatan sebanyak mungkin pihak, studi banding, perencanan sampai pengesahannya memakan waktu kurang lebih dua tahun. Dibutuhkan stamina tinggi, nafas panjang, konsistensi dan kesabaran ekstra untuk tetap menjaga keberlangsungan proses tersebut. Semua itu ternyata membawa hasil nyata. Hasil dan Pelajaran yang Diperoleh Dengan adanya SK tersebut, masyarakat dapat mengikuti dan terlibat setiap proses pengambilan kebijakan dan penyusunan peraturan daerah. Karena dengan adanya perda tersebut pemerintah berkewajiban untuk terus menginformasikan pada masyarakat tentang apa saja yang mereka rencanakan dan kerjakan. Selain itu pula, keterbukaan menjadikan masyarakat semakin cerdas dan kritis. Hal ini merupakan langkah pemberdayaan fungsi kontrol masyarakat. Meningkatnya kemampuan kontrol masyarakat akan mendorong pemerintah pula untuk selalu melahirkan kebijakan-kebijakan publik yang memahami dan mampu menjawab persoalan rakyat.

D. PELAKSANAAN E-PROCUREMENT DI KOTA SURABAYA


Permasalahan Proses pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan sebelumnya dirasa kurang transparan. Penyedia barang/jasa untuk Instansi Pemerintah Kota Surabaya adalah perusahaan yang mempunyai hubungan dekat dengan pejabat Pemkot, sehingga jadwal penyelesaian proyek sering tidak tepat waktu. Berkaitan dengan hal tesebut, tuntutan masyarakat tentang transparansi pelaksanaan pembangunan belum terakomodir. Strategi Pada awal tahun 2003, Pemerintah Kota Surabaya berdasar pada Keppres No. 18 tahun 2000 tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah, memfasilitasi proses prakualifikasi secara elektronik. Untuk itu, telah dibuka portal www.lelangserentak.com. Selanjutnya, awal tahun 2004, berdasarkan Keppres No. 80/2003 Pemerintah Kota Surabaya menyempurnakan sistem pengadaan barang/ jasa dalam bentuk e-Procurement (e-Proc) yang dikenal dengan Se-PS (Surabaya e-Procurement System). Penyempurnaan sistem tersebut diaplikasikan dalam portal www.surabaya-eproc.or.id. Beberapa tahapan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya dalam melaksanakan sistem e-procurement, yaitu: 1. Persiapan

a. Membentuk Sekretariat Layanan e-Procurement Pemerintah Kota Surabaya guna melayani panitia pengadaan dan penyedia barang/jasa dengan dukungan sarana dan prasarana penunjang. b. Menyusun Keputusan Kepala Daerah tentang pedoman teknis dan prosedur pelaksanaan eProcurement. c. Mengadakan diklat internal terhadap panitia pengadaan barang/jasa. d. Mengadakan sosialisasi eksternal kepada para penyedia barang/jasa. 2. Pelaksanaan a. Membangun ruang Pusat Layanan Data On-Line e-Procurement di Kantor Pemerintah Kota Surabaya untuk penyedia barang/jasa dan panitia pengadaan yang memerlukan akses ke situs e-Proc atau mendapatkan short course tentang tata cara mengikuti e-Procurement di Pemerintah Kota Surabaya. b. Mengoperasionalkan layanan on-line untuk penyedia barang/jasa yang memerlukan panduan untuk mengikuti tahapan lelang on-line dalam bentuk layanan Integrated Help Desk. c. Bekerjasama dengan kelompok penyedia barang/jasa golongan ekonomi lemah/ perusahaan kecil membangun Pusat Layanan Data e-Procurement. Diharapkan akses perusahaan kecil untuk mengikuti pelaksanaan e-Procurement tersedia dengan mudah dan on-line 24 jam. d. Koordinasi dengan stakeholder dalam hal ini asosiasi penyedia barang/jasa maupun Lembaga Penyedia Jasa Konstruksi Nasional dan Daerah. PRINSIP 2 3. Aplikasi Sistem e-Procurement Aplikasi sistem e-Procurement dikembangkan dari prosedur lelang yang ada pada Keputusan Presiden No. 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Aplikasi sistem ini terbagi dalam 3 menu utama yaitu menu untuk penyedia barang/jasa, menu untuk panitia pengadaan dan menu untuk administrator sistem. Masing-masing menu memiliki kode akses tersendiri untuk menjaga kerahasiaan data dan proses. 4. Infrastruktur Penunjang Infrastruktur penunjang yang perlu disiapkan antara lain: a. Penyiapan server khusus untuk administrator e-Procurement. Berbagai fasilitas keamanan diletakkan pada perangkat utama server ini, termasuk access control ke server utama. b. Jaringan komputer (Local Area Network) antar unit di lingkup Instansi Pemerintah untuk menunjang kinerja panitia pengadaan dan masing-masing panitia pengadaan.

c. Menyiapkan back-up server data yang selalu identik dengan server induk di Pemerintah Kota Surabaya dan diletakkan di IIE (Indonesia Internet Exchange) sehingga terjamin keamanan dan kecepatan akses (Co-Location). 5. Manajemen Pelaksanaan a. Untuk meningkatkan mutu pelayanan terhadap panitia pengadaan dan penyedia barang/jasa sebagai pelanggan utama dan masyarakat umum yang ingin memanfaatkan informasi pelaksanaan lelang paket-paket pekerjaan di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya maka Sekretariat Layanan e- Procurement sebagai administrator web sekaligus koordinator kegiatan penunjang pelaksanaan lelang melakukan sertifikasi ISO 9001:2000 untuk Sistem Manajemen Mutu. b. Guna melindungi pelaksanaan e-Procurement terhadap opini yang menyudutkan dari sisi pandang hak atas kekayaan intelektual. Pemerintah Kota Surabaya mengajukan pendaftaran hak penciptaan aplikasi e-Procurement ini ke Departemen Kehakiman. 6. Proses Lelang melalui e-Procurement Tahapan-tahapan proses lelang yang ada pada fasilitas e-Procurement pada portal www.surabaya-eproc.or.id antara lain: a. Pelaksanaan lelang dikoordinasikan oleh Sekretariat Daerah dengan membentuk Sekretariat Layanan e-Procurement. b. Satuan Kerja secara mandiri menetapkan paket pekerjaan yang akan dilelang dan dilaksanakan secara e-Procurement dengan memanfaatkan portal tersebut. Seluruh dokumen pengadaan barang/jasa di-inputkan ke dalam portal tersebut. c. Paket pekerjaan yang dilelang diumumkan oleh masing-masing Unit Satuan Kerja. d. Penyedia barang/jasa melakukan registrasi pada portal resmi e-Procurement dengan menyertakan alamat e-mail dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) perusahaan. Portal akan menjawab secara otomatis melalui e-mail yang sudah dimasukkan dan memberi password. e. Password berfungsi untuk kunci pembuka bagi user mengikuti proses lelang selanjutnya (mengisi data kualifikasi dan paket pekerjaan yang diminati) dan sebagai salah satu fungsi keamanan data dalam proses lelang. f. Penyedia barang/jasa sebelum Aanwijzing dapat men-download dokumen pengadaan barang/jasa. g. Penyedia barang/jasa memilih paket pekerjaan yang ditawarkan sesuai dengan kualifikasi yang dimiliki dan selanjutnya mengajukan penawaran harga yang secara otomatis dienkripsi oleh software portal.

h. Pembukaan dokumen penawaran hanya dapat dibuka oleh Panitia Lelang masing-masing Unit Satuan Kerja sesuai setting waktu pembukaan sampul di situs e-Procurement yang selanjutnya mengadakan evaluasi untuk menentukan pemenang lelang. i. Seluruh peserta lelang dan masyarakat dapat melihat hasil evaluasi atas penawaran yang telah dilakukan pada portal e-Procurement tersebut. Hasil dan Pelajaran yang Diperoleh Lelang dengan sistem e-Procurement (Se-PS) diikuti oleh 23 Dinas, 5 Badan, 4 Kantor, dan 9 bagian di lingkungan Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD Pemerintah Kota Surabaya memperoleh hasil sebagai berikut: 1. Penghematan a. Kompetisi penawaran: Pemerintah Kota mendapatkan penghematan anggaran belanja sampai dengan 25% dari rencana semula. Penghematan ini diperoleh melalui efisiensi karena kompetisi penawaran yang sehat dari para peserta lelang dan karena sebagian besar penawaran yang dilakukan di bawah harga pagu yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota Surabaya. b. Paperless: Biaya pengadaan kertas kerja dan pemenuhan persyaratan serta penggandaan dokumen lelang dapat dihemat sebesar tidak kurang 80%. 2. Percepatan Pelayanan: a. Anggaran Berbasis Kinerja: Dengan menggunakan sistem Anggaran Berbasis Kinerja, penghematan anggaran dapat direalisasikan untuk penambahan target kinerja, misal; dari target sejumlah 100 unit kelas bangku sekolah dapat dicapai menjadi 300 unit kelas bangku sekolah, demikian juga jalan, saluran dsb., sehingga target pelayanan dapat dipercepat dan diperbanyak. b. Percepatan realisasi barang/jasa: Dengan jadwal di-setting yang tepat, maka realisasi penyelesaian proyek pengadaan barang/jasa dapat diwujudkan diawal atau tengah tahun 3. Memperoleh Award: a. Jawa Pos Institute of Pro-Otonomi dalam kategori Region in a Leading Profile on Public Accountability pada tanggal 28 April 2004. b. e-Government Award dari Majalah Warta Ekonomi pada tahun 2004. c. Mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2000 untuk Sistem Manajemen Mutu (Quality Management System) pada tanggal 4 Maret 2004. d. Jawa Pos Institute of Pro-Otonomy dalam kategori Region in a Leading Profile on Public Accountability pada tanggal 4 Mei 2005.

4. Terhindar dari tuduhan KKN: Panitia pengadaan dan jajaran pengguna anggaran akan terhindar dari tuduhan KKN karena seluruh proses dilaksanakan secara transparan. Dengan adanya keterbukaan/transparansi, telah memberi kesempatan kepada semua pihak (perusahaan kecil, menengah, dan besar) untuk berpartisipasi dalam mengikuti proses lelang pengadaan barang/jasa. Lebih dari itu, pihak penyedia barang/jasa akan berupaya meningkatkan kualitas barang/jasa yang ditawarkan dengan harga yang kompetitif. Keuntungan yang dapat diambil oleh Pemerintah Kota Surabaya adalah dapat diperolehnya barang/jasa yang berkualitas baikdengan harga yang rendah, dengan kata lain dapat dimungkinkan penghematan anggaran belanja. 5. Menyediakan kesempatan kerja: Bagi penyedia barang/jasa kategori kecil dan menengah tersedia kesempatan pekerjaan yang sangat luas karena lebih dimungkinkan untuk memenangkan tender. e-procurement yang diterapkan di Kota Surabaya merupakan embrio e-marketplace pertama di Indonesia. Tercatat hit rata-rata per hari sebanyak 50.000 orang dan kunjungan ke situs sampai dengan bulan April 2005 tidak kurang dari 85.000. e-procurement ini merupakan cikal bakal dari model Government e-Procurement yang dapat diterapkan segenap instansi Pemerintah baik di Pusat maupun Daerah karena semua sistem operasional dan prosedur mengacu kepada Keppres No. 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan menjadi salah satu provider e-Procurement bagi Pemerintah Daerah yang menilai bahwa menyelenggarakan eProcurement sendiri tidaklah efisien dan efektif. Lebih dari itu, sistem e-Procurement nantinya dapat di-install-kan gratis oleh Bappenas bekerjasama dengan Pemerintah Kota Surabaya atau pihak lain yang ditunjuk. Pemerintah Daerah/kota cukup menyediakan beberapa hardware dan personil untuk dilatih agar dapat mengelola sistem tersebut.

Anda mungkin juga menyukai