OLEH :
DEVRI AYULIA (742342020041)
ALIFAH SYATRIANI (742342020044)
MUSFIRA (742342020045)
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.
Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun,
i
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pancasila Dalam Kurun Waktu Orde Lama
B. UUD 1945 Dalam Kurun Waktu Orde Lama
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Pancasila Dalam Kurun Waktu Orde Lama?
b. Bagaimana UUD 1945 Dalam Kurun Waktu Orde Lama?
C. Tujuan
a. Mengetahui Pancasila Dalam Kurun Waktu Orde Lama
b. Mengetahui UUD 1945 Dalam Kurun Waktu Orde Lama
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Dalam menghayati Pancasila, pandangan hidup tersebut diperas menjadi tiga unsur
penting yang disebut Trisila, kemudian Trisila ini masih dapat diperas menjadi satu unsur
utama yaitu Ekasila. Ekasila inilah yang dimaksud dengan Nasakom.2
2
Inu Kencana Syafii, dkk, Sistem Pemerintahan Indonesia, (Jakarta :Rineka Cipta, 1993), hlm 45-46
3
1. Pengertian Dekrit
Dekrit adalah suatu putusan dari organ tertinggi ( kepala negara atau organ lain) yang
merupakan penjelmaan kehendak yang sifatnya sepihak. Dekrit di lakukan bilamana
negara dalam keadaan darurat,keselamatan bangsa dan negara terancam oleh bahaya. 3
Landasan hukum Dekrit adalah 'Hukum Darurat' yang di bedakan atas dua macam
yaitu:
a) Hukum Tatanegara Darurat Subjektif yaitu suatu keadaan hukum yang memberi
wewenang kepada organ tertinggi untuk mengambil tindakan - tindakan hukum
bahkan kalau perlu melanggar undang-undang hak asasi rakyat, bahkan kalau perlu
undang-undang dasar.
b) Hukum Tatanegara Darurat Objektif yaitu suatu keadaan hukum yang memberi
wewenang kepada organ tertinggi negara untuk mengambil tindakan - tindakan
hukum. Namun tetap berlandaskan pada konstitusi yang berlaku. 4
2. Pemilu tahun 1955, dalam kenyataannya tidak dapat memenuhi harapan masyarakat,
bahkan kestabilan dalam bidang politik, ekonomi, sosial, maupun hankam. Keadaan ini
disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut.
a) Makin berkuasanya modal-modal raksasa terhadap perekonomian Indonesia.
b) Akibat silih bergantinya kabinet, maka pemerintah tidak mampu menyalurkan
dinamika masyarakat kearah pembangunan, terutama pembangunan bidang
ekonomi.
c) Sistem liberal berdasarkan UUDS 1950 mengakibatkan kabinet jatuh bangun
sehingga pemerintahan tidak stabil.
d) Pemilu 1955 ternyata dalam DPR tidak mencerminkan perimbangan kekuasaan
politik yang sebenarnya hidup dalam masyarakat, karena banyak golongan-golongan
di daerah-daerah belum terwakili DPR .
e) Konstituante yang bertugas membentuk UUD yang baru ternyata gagal.
Atas dasar hal tersebut Presiden menyatakan, bahwa negara dalam keadaan ketatanegaraan
yang membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa serta keselamatan Negara. Untuk itu,
Presiden mengeluarkan dekrit pada tanggal 5 juli 1959. Isi dekrit tersebut adalah sebagai
berikut.
a) Membubarkan Konstituante
b) Menetapkan berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlaku lagi UUDS 1950.
3
Kaelan, Pendidikan Pancasila. (Yogyakarta : Paradigma, 2010), hlm.52
4
Ibid. Hlm.53
4
c) Dibentuknya MPRS dan DPAS dalam waktu sesingkat-singkatnya.
Setelah dekrit presiden 5 juli 1959, keadaan tatanegara indonesia mulai berangsur-angsur
stabil. Tapi keadaan yang demikian itu di manfaatkan oleh kalangan komunis, bahkan
dalam pemerintahan juga tidak luput dari bahaya tersebut, yaitu dengan menanamkan
ideologi bahwa 'ideologi belum selesai dan bahkan di tekankan tidak akan selesai sebelum
tercapainya masyarakat yang adil dan makmur' . Dengan keadaan yang demikian ini
berlakulah hukum-hukum revolusi. Akibatnya terjadilah pemusatan kekuasaan di tangan
presiden sehingga presiden memiliki kekuasaan di bidang hukum, misalnya :
a) Presiden dengan penetapan . Presiden membekukan DPR hasil pemilu 1955 yang
kemudian di susul dengan pembentukan DPR GR yang anggota-anggotanya di tunjuk
oleh presiden sendiri.
b) Dengan sebuah penpres di bentuklah MPRS sesuai dengan perintah dekrit bahkan
pembentukan MPRS harus di lakukan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
c) Pembentukan DPA oleh presiden.
d) Di bentuknya mentri koordinator yang langsung di kendalikan oleh presiden secara
sentral ,hal itu dilakukan dalam reorganisasi „100 menteri‟ .
Dengan dasar pemikiran supaya tidak terulang lagi peristiwa di masa lampau, maka pada
waktu itu Presiden Soekarno sebagai kepala eksekutif menerapkan demokrasi terpimpin.
Demokrasi terpimpin adalah suatu paham demokrasi yang tidak didasarkan atas paham
liberalisme, sosialisme-nasional,fasisme, dan komunisme, tetapi oleh suatu paham
demokrasi yang didasarkan kepada keinginan-keinginan luhur bangsa Indonesia, seperti
yang tercantum dalam pembukaanUUD 1945 yang menuju kepada suatu tujuan
masyarakat adil dan makmur yang penuh dengan kebahagiaan material dan spritual sesuai
dengan cita-cita proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Berkat lindungan Allah Yang Maha Kuasa maka bangsa Indonesia tidak goyah walaupun
akan diganti dengan ideologi komunis secara paksa. Hal ini di karenakan pancasila telah
merupakan pandangan hidup bangsa serta sebagai jiwa bangsa. Atas dasar peristiwa
tersebut maka 1 oktober 1965 di peringati bangsa Indonesia sebagai „ Hari Kesaktian
Pancasila‟.
5
dengan di bukanya poros Jakarta-Peking. Peristiwa demi peristiwa yang di coba oleh
komunis untuk menggantikan ideologi pancasila. Peristiwa – peristiwa itu antara lain di
bangkitkannya bangsa Indonesia untuk berkonfrontasi dengan Malaysia. Peristiwa
Kanigoro, Boyolali. Indramayu ,Bandar Betsy dan sebagainya.
Puncak peristiwa tersebut yaitu meletusnya pemberontakan Gestapu PKI atau di kenal
dengan G 30 S PKI pada tanggal 30 september 1965 untuk merebut kekusaan yang sah
negara RI yang di proklamasikan tanggal 17 Agustus 1945. Di sertai dengan pembunuhan
yang keji dari para jendral yang tidak berdosa. Pemberontakan PKI tersebut berupaya
untuk mengganti secara paksa ideologi dan dasar filsafat negara pancasila dengan ideologi
komunis Marxis.
Meletusnya pemberontakan G 30 S PKI sampai saat ini di sebut sebagai „orde baru‟.
Yang tujuan nya menuntut di laksanakannya pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen. Munculnya orde baru ini di awali dengan munculnya aksi-aksi dari seluruh
masyarakat antara lain KAPPI, KAMI, KAGI, dan lain sebagainya. Gelombang aksi
rakyat tersebut muncul di mana-mana dengan suatu tuntutan yang terkenal dengan
„Tritura‟. Adapun isi tritura tersebut adalah sebagai berikut :
1) Pembubaran PKI dan ormas-ormasnya
2) Pembersihan kabinet dari unsur-unsur G 30 S PKI
3) Penurunan harga
Karena orde lama akhirnya tidak mampu lagi menguasai pimpinan negara, maka
presiden/ panglima tertinggi memberikan kekuasaan penuh kepada panglima angkatan
darat letnan jendral soeharto,yaitu dalam bentuk suatu „surat perintah 11 maret 1966‟
(Super Semar). Dan pada sidang istimewa MPR presiden soekarno tidak bisa
mempertanggungjawabkan tugasnya,sehingga berakhir lah masa orde lama.5
5
Ibid. Hlm 54
6
b. Latar belakang keluarnya Dekrit Presiden
November 1956. Namun pada kenyataannya sampai tahun 1958 belum berhasil
merumuskan UUD yang diharapkan. Sementara, di kalangan masyarakat
pendapatpendapat untuk kembali kepada UUD '45 semakin kuat. Dalam menanggapi hal
itu, Presiden Ir. Soekarno lantas menyampaikan amanat di depan sidang Konstituante pada
22 April 1959 yang isinya menganjurkan untuk kembali ke UUD '45. Pada 30 Mei 1959
Konstituante melaksanakan pemungutan suara.Hasilnya 269 suara menyetujui UUD 1945
dan 199 suara tidak setuju. Meskipun yang menyatakan setuju lebih banyak dan tetapi
makanya pemungutan suara ini harus diulang, karena jumlah suara tidak memenuhi
kuorum. Kuorum adalah jumlah minimum anggota yang harus hadir di rapat, majelis, dan
sebagainya (biasanya lebih dari separuh jumlah anggota) agar dapat mengesahkan suatu
putusan. Pemungutan suara kembali dilakukan pada tanggal 1 dan 2 Juni 1959. Dari
pemungutan suara ini Konstituante juga gagal mencapai kuorum. Untuk meredam
kemacetan, Konstituante memutuskan reses (masa perhentian sidang parlemen; masa
istirahat dari kegiatan bersidang) yang ternyata merupakan akhir dari upaya penyusunan
UUD Alasan Dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959
a) Undang-undang Dasar yang menjadi pelaksanaan pemerintahan negara belum berhasil
dibuat sedangkan Undang-undang Dasar Sementara (UUDS 1950) dengan sistem
pemerintahan demokrasi liberal dianggap tidak sesuai dengan kondisi kehidupan
masyarakat Indonesia.
b) Kegagalan konstituante dalam menetapkan undang-undang dasar sehingga membawa
Indonesia ke jurang kehancuran sebab Indonesia tidak mempunyai pijakan hukum yang
mantap.
c) Situasi politik yang kacau dan semakin buruk.
d) Terjadinya sejumlah pemberontakan di dalam negeri yang semakin bertambah gawat
bahkan menjurus menuju gerakan sparatisme.
e) Konflik antar partai politik yang mengganggu stabilitas nasional
f) Banyaknya partai dalam parlemen yang saling berbeda pendapat sementara sulit sekali
untuk.
g) Masing-masing partai politik selalu berusaha untuk menghalalkan segala cara agar
tujuan partainya tercapai.
Tujuan dikeluarkan dekrit adalah untuk menyelesaikan masalah negara yang semakin
tidak menentu dan untuk menyelamatkan negara Isi Dekrit 5 Juli 1959. Adapun isi dari
dekrit presiden 5 Juli 1959 adalah :
7
a) Pembubaran Konstituante;
b) Pemberlakuan kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950;
c) Pembentukan MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 ini mendapat dukungan dari lapisan masyarakat Indonesia.
Kasad (kepala staf Angkatan Darat) memerintahkan kepada segenap personil TNI untuk
melaksanakan dan mengamankan dekrit tersebut. Mahkamah Agung membenarkan dekrit
tersebut. DPR dalam sidangnya tertanggal 22 Juli 1959 secara aklamasi menyatakan
kesediaannya untuk terus bekerja dengan berpedoman pada UUD 1945. Dikeluarkannya
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 mendapat sambutan positif dari seluruh lapisan masyarakat
yang sudah jenuh melihat ketidakpastian nasinal yang mengakibatkan tertundannya upaya
pembangunan nasional. Dukungan spontan tersebut menunjukkan bahwa rakyat telah lama
mendambakan stabilitas politik dan ekonomi. Semenjak pemerintah Republik Indonesia
menetapkan dekrit presiden 5 Juli 1959, indonesia memasuki babak sejarah baru, akni
berlakunya kembali UUD 1945 dalam kerangka Demokrasi terpimpin. Menurut UUD
1945, Demokrasi terpimpin mengandung pengertian kedaulatan rakyat yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Yang dimaksud
permusyawaratan/perwakilan adalah MPR sebagai pemegang kedaulatan. Dengan
demikian harus dimaknai bahwa kedaulatan ada ditangan rakyat dan tehnisnya sepenuhnya
dilaksanakan oleh MPR. Dalam perkembangan selanjutnya, Dekrit Presiden 5 Juli 1959
ditindak lanjuti dengan penataan bidang politik, sosial-ekonomi dan pertahanan keamanan.
Sebagai realisasinya, pada tanggal 20 Agustus 1959, Presiden Soekarno menyampaikan
surat No. 2262/HK/59 kepada DPR yang isinya menekankan kepada kewenangan presiden
untuk memberlakukan peraturan negara baru. atas dasar peraturan tersebut, Presiden
soekarno kemudian membentuk lembaga-lembaga negara, seperti MPRS, DPAS, DPR-
GR, Kabinet kerja dan Front nasional.
8
Munculnya Maklumat Wakil Presiden Nomor X pada tanggal 16 Oktober 1945 yang
berbunyi: “Sebelum MPR, DPR, dan DPA terbentuk, segala kekuasaan dilaksanakan
oleh Presiden dengan bantuan sebuah komite nasional.” maka Komite Nasional
Indonesia Pusat (KNIP) yang berperan sebagai lembaga pembantu presiden mengalami
perubahan fungsi. Oleh maklumat wakil presiden, KNIP diberi sebuah kekuasaan dan
kewenangan legislatif serta diberi kewenangan untuk berpartisipasi dalam menerapkan
Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Padahal seperti yang kita ketahui, tugas legislatif
seharusnya dilakukan oleh DPR, sedangkan penetapan GBHN seharusnya dilakukan
oleh MPR.
b) Maklumat Pemerintah pada tanggal 14 November 1945
Maklumat pemerintah yang dikeluarkan oleh presiden pada 14 November 1945 juga
merupakan bentuk penyimpangan terhadap konstitusi yang ada pada waktu itu.
Maklumat ini menyatakan perubahan pada sistem pemerintahan yang ada di
Indonesia.Sistem pemerintahan kabinet presidensiil berganti menjadi sistem
pemerintahan kabinet parlementer. Perubahan sistem pemerintahan ini didasari atas
usulan dari Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP). Seperti yang
kita ketahui, perbubahan sistem pemerintahan tidak bisa dilakukan hanya dengan
pengeluaran maklumat presiden begitu saja. Perubahan sistem pemerintahan harus
melalui tahapan-tahapan yang kompleks dan perlu dibicarakan dengan unsur-unsur
yang mendukung sistem pemerintahan.
9
(KASI), Kesatuan Aksi Wanita Indonesia (KAWI), dan Kesatuan Aksi Guru Indonesia
(KAGI). Organisasi-orgaisasi tersebut melakukan demonstran besar-besaran. Akan tetapi
pemerintah tidak segera mengambil tindakan. Pada tanggal 10 januari 1966 KAMI dan
KAPPI melopori kesatuan aksi dalam Front Pancasila mendatangi DPR-GR menuntut tiga
tuntuta rakyat.
Berikut ini adalah tiga tuntutan rakyat :
a) Pembubaran PKI (Partai Komunis Indonesia)
b) Pembersihan kabinet dari unsur-unsur G 30 S / PKI.
c) Penurunan harga/perbaikan ekonomi.
Tiga tuntutan di atas adalah dasar yang menjadi keresahan masyarakat Indonesia. Selain
pembubaran PKI beserta ormas-ormasnya dan pembersihan cabinet G30 SPKI ada juga
tuntutan yaitu mengenai ekonomi. Masyarakat Indonesia menginginkan perubahan
ekonomi terutama pada penurunan harga-harga kebutuhan pokok.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Orde lama adalah tatanan kehidupan lama dalam kenegaraan di Indonesia yakni dalam
periode antara tanggal 5 Juli 1959 – 11 Maret 1966.
2. Penyimpangan yang terjadi pada Masa Orde Lama.
a. Dalam Bidang Ideologi
b. Bidang Yuridis
c. Bidang Ekonomi
3. Dekrit adalah suatu putusan dari organ tertinggi ( kepala negara atau organ lain) yang
merupakan penjelmaan kehendak yang sifatnya sepihak. Dekrit di lakukan bilamana
negara dalam keadaan darurat,keselamatan bangsa dan negara terancam oleh bahaya.
4. isi tritura tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pembubaran PKI dan ormas-ormasnya
b. Pembersihan kabinet dari unsur-unsur G 30 S PKI
c. Penurunan harga
5. Presiden telah mengeluarkan peraturan dalam bentuk Penetapan Presiden. Yang hal itu
tidak dikenal di UUD 1945. MPRS dengan ketetapan No. I/MPRS/1960 telah menetapkan
Pidato Presiden tanggal 17 Agustus 1959 yang berjudul Penemuan Kembali Revolusi Kita
(Manifesto Politik Repuplik Indonesia) sebagai GBHN tetap. Pimpinan lembaga-lembaga
negara diberi kedudukan sebagai mentri-mentri negara. Yang berarti sejajar dengan
pembantu Presiden. Hak Budget tidak berjalan, karena setelah tahun 1960 Pemerintah
tidak mengajukan RUU APBN untuk mendapat persetujuan DPR sebelum berlakunya
tahun anggaran yang bersangkutan. 5 Maret 1960 lewat Penetapan Presiden No.3 tahun
1960, Presiden membubarkan anggota DPR hasil pemilihan umum 1955. Lalu lewat
penetapan Presiden No.4 tahun 1960, tanggal 24 Juni 1960 dibentuklah DPR Gotong
Royong (DPR-GR). MPRS mengangkat Ir.Soekarno sebagai Presiden seumur hidup
melalui ketetapan Nomor III/MPRS/1963. Politik Luar Negeri RI yang bebas aktif
diselewengkan menjadi politik poros-porosan, dimana Indonesia hanya menjalin
kerjasama dengan Blog Negara Komunis dan memusuhi negara-negara Barat. Indonesia
keluar dari PBB pada tanggal 19 September 1960. Adanya ajaran NASAKOM
(Nasionalis, Agama, dan Komunis).
11
B. Saran
Saya sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan sangat jauh
dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu
pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah
diatas.
12
DAFTAR PUSTAKA
13