Anda di halaman 1dari 16

PERKEMBANGAN FISIKA DALAM PERSPEKTIF ISLAM DAN

ALAMIAH MODERN

Oleh :

JULIA FITRI

PARHATI

FATHYAH DHAFIRAH

MESI HERLY YULIANDA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD )

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH

BANDA ACEH, 2023


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirahim
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan
rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan penulisan Makalah ini yang berjudul
“PERKEMBANGAN FISIKA DALAM PERSPEKTIF ISLAM DAN ALAMIAH
MODERN" Makalah ini dapat diselesaikan dengan tidak lepas dari bantuan dan
dukungan berbagai pihak, baik bantuan berupa tenaga, pikiran, semangat dan
sebagainya, kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, akan tetapi kami berharap semoga apa yang tertulis dalam makalah
ini bermanfaat bagi bagi kita semua dengan harapan semoga dapat bermanfaat.

Banda Aceh, 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1 Latar belakang masalah .......................................................... 1
1.2 Rumusan masalah................................................................... 1
1.3. Tujuan ................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................... 2


2.1. Perkembangan fisika dalam perspektif islam ......................... 2
2.2. Perkembangan fisika dalam ilmu alamiah modern ................ 4

BAB III PENUTUP .................................................................................. 8


3.1 Kesimpulan ............................................................................ 8
3.2 Saran ...................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 9

ii
BAB I

PENGETAHUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Membahas masalah perkembangan fisika dalam persfektif islam dan ilmu


alamiah modern, pertama-tama kita perlu mengkaji terlebih dahulu apa
sebenarnya fisika itu? Nah,fisika itu sebenarnya adalah suatu ilmu pengetahuan
yang mana di dalamnya membahas tentang alam ataupun mempelajari tentang
gejala alam yang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang dan waktu.

Sejak awal pertengahan abad ke-20, ilmu pengetahuan alam dan teknologi
telah berkembang dengan pesat. Hampir segala sendi kehidupan umat manusia
yang dipengaruhinya, sandang dan papan , kesehatan individu maupun masyarakat,
komunikasi dan lain-lainnya. Dengan demikian mau tidak mau setiap masyarakat
secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan ilmu pengetahuan alam
khususnya FISIKA.

Pada dasarnya ilmu pengetahuan tentang fisika ini mulai berkembang sejak
manusia menggunakan pola pikir. Dimana ilmu pengetahuan ini berkembang
setelah adanya pengamatan, pengalama, dan pemikiran yang terbatas , kemudian
dilengkapi atau disempurnakan oleh mitos.lmu pengetahetahuaan yang diperoleh
dengan cara tersebut dimulai pada orang babilonia. Kemudian ilmu pengetahuan
sendiri khususnya fisika berkembangan setelah manusia menggunakan
pengamatan dengan memakai alat kemudian didasarkan pada pemikiran yang
rasional. Cara memperoleh pengetahuan seperti di atas dipelopori orang-orang
yunani.

Jadi dalam makalah ini akan dibahas bagaimana pandangan islam terhadap
pengetahuan fisika serta fisika dalam dunia modern seperti saat ini, kemudian
dalam makalah ini nantinya akan diberikan pandangan bahwa sebenarnya fisika
salah satu ilmu yang allah singgung dalam al-Qur’an.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana perkembangan fisika dalam perspektif Islam ?

2. Bagaimana perkembangan fisika dalam ilmu alamiah modern?

1
1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan fisika dalam perspektif islam.

2. Untuk mengetahui Bagaimana perkembangan fisika dalam ilmu alamiah


modern.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Fisika dalam perspektif Islam

Kaum muslimin meyakini bahwa semua ilmu pengetahuan berasal dari Allah.
dan Al-Qur'an merupakan Kalamullah.Pengetahuan tentang zat, energi, ruang
waktu dan interaksi benda-benda di alam ini sering disebut dengan fisika. Untuk
ilusterasi ada 3 contoh disini :

1. Teori bahwa bumilah yang pusat tata surya (geosentris), bahkan alam
semesta , karena di Al Qur'an tidak pernah menyebutkan ada ayat menyatakan
bumi beredar, tetapi matahari, bulan, dan bintanglah yg beredar (QS 13:2, 14:33).
Teori ini bahkan didukung seorang syeikh terkemuka dari Arab Saudi, yg
memfatwakan bahwa percaya kepada teori heliosentris bisa menjerumuskan pada
kemusrikan.

2. Teori bahwa besi magnet dapat digunakan sebagai pembangkit energi yg tak
ada habisnya, dengan dalil QS 57:25 yang menyatakan bahwa Allah menciptakan
besi yg di dalamnya terdapat kekuatan yang hebat, yang ia tafsirkan sebagai
energi.

3. Teori 7 lapis atmosfir, karena dikatakan hujan turun dari langit QS 35:27
sedangkan Allah menciptakan tujuh langit QS 41:12, sehingga hujan itu terjadi
pada lapis langit pertama.

Dengan melihat teori dan klaim tersebut, sepertinya mereka mengulang


apa yg pernah dilakukan kaum mutakalimin (Pencipta filsafat) dimasa lalu, yg
mencari-cari suatu kesimpulan hanya berdasarkan asumsi, sekalipun asumsi itu
berasal dari suatu ayat Qur'an yg ditafsirkan secara subyektif. Tentu saja, cara
berpikir mutakalimin seperti ini tidak pernah menghasilkan terobosan ilmiah yang
hakiki, apalagi dapat dipakai untuk keperluan praktis.

Para fisikawan muslim pada masa keemasan Islam adalah orang-orang yang
dididik dari awal dengan aqidah Islam, rata2 mereka hapal Qur'an sebelum
baligh.Mereka sagat memahami bahwa alam memiliki hukum-hukumnya yang
obyektif, yang dapat terungkap sendiri pada mereka yag sabar melakukan
pengamatan dan penelitian dengan sangat cermat.

Di dalam al-qur’an juga terdapat isyarat–isyarat tentang ilmu fisika


sebagaimana firman allah dalam al-qur’an. Relativitas waktu adalah fakta yang
terbukti secara ilmiah. Hal ini telah diungkapkan melalui teori relativitas waktu
Einstein di tahun-tahun awal abad ke-20. Sebelumnya, manusia belumlah
3
mengetahui bahwa waktu adalah sebuah konsep yang relatif, dan waktu dapat
berubah tergantung keadaannya. Ilmuwan besar, Albert Einstein, secara terbuka
membuktikan fakta ini dengan teori relativitas. Ia menjelaskan bahwa waktu
ditentukan oleh massa dan kecepatan. Dalam sejarah manusia, tak seorang pun
mampu mengungkapkan fakta ini dengan jelas sebelumnya

Tapi ada perkecualian; Al Qur’an telah berisi informasi tentang waktu yang
bersifat relatif Sejumlah ayat yang mengulas hal ini berbunyi:

“Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-
kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah
seperti seribu menurut perhitunganmu.” (Qs Al Hajj: 47)

“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya
dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.(Q.S.
Sajadah :5)

Dalam sejumlah ayat disebutkan bahwa manusia merasakan waktu secara berbeda,
dan bahwa terkadang manusia dapat merasakan waktu sangat singkat sebagai
sesuatu yang lama:

“Allah bertanya: ‘Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?’ Mereka


menjawab: ‘Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah
kepada orang-orang yang menghitung.’ Allah berfirman: ‘Kamu tidak tinggal (di
bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui’.”

(Qs Al Mu’minuun:112-114)

Fakta bahwa relativitas waktu disebutkan dengan sangat jelas dalam Al Qur’an,
yang mulai diturunkan pada tahun 610 M, adalah bukti lain bahwa Al Qur’an
adalah Kitab Suci Firman Tuhan.

Dan dalam ayat lain yang artinya

“…Dan Kami turunkan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan
berbagai manfaat bagi manusia…”

(Qs Al Hadid : 25)

Ilmuwan dari NASA seperti Profesor Amstrong menjelaskan bahwa memang besi
(Fe) diturunkan dari langit. Sains memberikan informasi kepada kita, bahwa besi
termasuk logam berat yang tidak dapat dihasilkan oleh bumi sendiri.

Pada awal pembentukan planet bumi pernah dihujani asteroid yang kaya dengan
unsur besi. Setiap benturan tersebut juga menimbulkan ledakan energi yang
4
meningkat kan suhu planet bumi sampai 1.800 derajat celcius. Energi sistem tata
surya kita tidak cukup untuk memproduksi elemen besi. Perkiraan paling baik,
energi yang dibutuhkan adalah empat kali energi sistem matahari kita, dengan
demikian besi hanya dapat dihasilkan oleh suatu bintang yang jauh lebih besar
daripada matahari, denga suhu ratusan juta derejat celcius.

Kemudian meledak dahsyat sebagai nova atau supernova, dan hasilnya menyebar
di angkasa sebagai meteorit yang mengandung besi, melayang di angkasa sampai
tertarik oleh grafitasi bumi, diawal terbentuknya bumi miliaran tahun yang lalu.
Lautan yang mencapai kedalaman 10 mil lebur dan meluas hingga menyelimuti
planet Bumi. Radioaktif didalam planet ini semaikn memanaskan suhu dalam
interior bumi sehingga menjadi sebuah periok besi yang meleleh.

Lelehan meteor besi itu kemudian mulai menyusut ke tengah karena ditarik
gaya grafitasi bumi. Lelehan besi tersebut mengalir sejauh ribuan kilometer dari
permukan mengikuti perjalananya menuju inti bumi. Perjalanan tersebut
membutuhkan waktu kurang lebih satu miliar tahun. Rentang waktu tersebut
tergolong pendek dalam skala geologi.

Menurut buku Ir Agus Haryo Sudarmoojo (2008), itulah penyebab mengapa


planet bumi mempunyai inti besi yang dikelilingi oleh lelehan-lelehan batu
gunung berapi hingga saat ini. Artinya besi yang kita kenal menjadi bagian hidup
hidup manusia ternyata bukan dari planet Bumi. Luar biasa, besi adalah salah satu
unsur yang dinyatakan secara jelas dalam Al Qur’an. Dalam Surat Al-Hadiid,
yang berarti “besi”.

Beberapa nama tokoh-tokoh dalam islam di bidang Fisika ,antara lain:

1. Al-Kindi nama lengkapnya Abu Yusuf Ya’cub Ibn Ishak Al-Kindi, dia
memberi definisi tentang fisika adalah telaah atau kajian atas berbagai objek yang
sifat nya dapat di tangkap oleh indra atau yang bersifat materi atau bergerak .

2. Ar-Razi nama lengkapnya Abu Bakar Muhammad Ibn Zakaria Ar-Razi (abad
ke-9) oleh serjana barat lebih di kenal sebagai rhazes atau rasis seoarang doktor
dan ahli kimia dalam bidang kimia.

3. Al-Farabi dalam bidang sains.

4. Ibnu Al-Haytsam (al-Hazen) adalah pioner modern ketika menerbitkan


bukunya pada tahun 1021 M .Dia menemukan bahwa proses melihat adalah
jatuhnya cahaya ke mata, bukan karena sorot mata sebagaimana diyakini orang
sejak zaman Aristoteles .Dalam kitabnya Al-Haytsam menunjukkan berbagai cara
untuk membuat teropong dan juga kamera sederhana (Camera obscura). Perlu
diketahui bahwa al-haytsam melakukan eksperimen optiknya pada saat ia
mengalami tahanan rumah, setelah gagal memenuhi tugas Amir Mesir untuk
5
mewujudkan proyek bendungan sungai Nil. Dia baru dilepas setelah penemuan
optiknya dinilai impas untuk investasi yg telah dikeluarkan sang Amir[1].

Ibn al-Haytsam juga memulai suatu tradisi metode ilmiah untuk menguji sebuah
hipotesis, 600 tahun mendahului Rene Descartes yg dianggap bapak metode
ilmiah eropa di zaman rennaisance.Metode ilmiah Ibn al-haytsam dimulai dari
pengamatan empiris, perumusan masalah, formulasi hipotesisi, uji hipotesis,
dengan eksperimen, analisis hasil eksperimen,interprestasi data dan formulasi
kesimpulan, dan diakhiri dengan publikasi.

Publikasi kemudaian dinilai dengan peer-review yg memungkinkan setiap


orang melacakdan bila perlu mengulangiapa yg dikerjakan seorang peneliti.
Proses peer review telah menjadi tradisi dalam dunia medis sejak Ishaq bin Ali al
Rahwi (854-931 M) Ibnu Sina atau Avecenna (980-1037 M) setuju bahwa
kecepatan cahaya pasti terbatas.

Tujuh peralatan yang diciptakan Ibn al-Haytsam dituliskan dalam Risala fi’l-alat
atau Manuskrip tentang Peralatan. Ketujuh alat yang diciptakannya itu adalah
triquetrum, dioptra, perlatan segi tiga, quadran, sektan, astrolab serta peralatan asli
tentang refleksi.

2.2 Perkembangan Fisika dalam Ilmu Alamiah Modern

Ilmu pengetahuan mulai berkembang sejak manusia menggunakan pola pikir.


Ilmu pengetahuan berkembang setelah adanya pengamatan, pengalaman, dan
pemikiran yang terbatas, kemudian dilengkapi atau disempurnakan oleh mitos.
Ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan melalui cara tersebut dimulai pada
orang Babilonia. Kemudian ilmu pengetahuan berkembang setelah manusia
menggunakan pengamatan dengan memekai alat kemudian didasarkan pada
rasional. Cara meemperoleh pengetahuan seperti di atas dipelopori orang-orang
Yunani.

1. Astronomi (Perbintangan)

Astronomi, yang secara etimologi berarti “ilmu bintang” (dari Yunani: άστρο,
+ νόμος), adalah ilmu yang melibatkan pengamatan dan penjelasan kejadian yang
terjadi di luar Bumi dan atmosfernya. Ilmu ini mempelajari asal-usul, evolusi,
sifat fisik dan kimiawi benda-benda yang bisa dilihat di langit (dan di luar Bumi),
juga proses yang melibatkan mereka.

Selama sebagian abad ke-20, astronomi dianggap terpilah menjadi astrometri,


mekanika langit, dan astrofisika. Status tinggi sekarang yang dimiliki astrofisika
bisa tercermin dalam nama jurusan universitas dan institut yang dilibatkan di
6
penelitian astronomis: yang paling tua adalah tanpa kecuali bagian ‘Astronomi’
dan institut, yang paling baru cenderung memasukkan astrofisika di nama mereka,
kadang-kadang mengeluarkan kata astronomi, untuk menekankan sifat
penelitiannya. Selanjutnya, penelitian astrofisika, secara khususnya astrofisika
teoretis,

bisa dilakukan oleh orang yang berlatar belakang ilmu fisika atau matematika
daripada astronomi.[2]

ASTRONOMI DI INDONESIA

a. Masyarakat Tradisional

Seperti kebudayaan-kebudayaan lain di dunia, masyarakat asli Indonesia


sudah sejak lama menaruh perhatian pada langit. Keterbatasan pengetahuan
membuat kebanyakan pengamatan dilakukan untuk keperluan astrologi. Pada
tingkatan praktis, pengamatan langit digunakan dalam pertanian dan pelayaran.
Dalam masyarakat Jawa misalnya dikenal pranatamangsa, yaitu peramalan musim
berdasarkan gejala-gejala alam, dan umumnya berhubungan dengan tata letak
bintang di langit. Nama-nama asli daerah untuk penyebutan obyek-obyek
astronomi juga memperkuat fakta bahwa pengamatan langit telah dilakukan oleh
masyarakat tradisional sejak lama. Lintang Waluku adalah sebutan masyarakat
Jawa tradisional untuk menyebut tiga bintang dalam sabuk Orion dan digunakan
sebagai pertanda dimulainya masa tanam. Gubuk Penceng adalah nama lain untuk
rasi Salib Selatan dan digunakan oleh para nelayan Jawa tradisional dalam
menentukan arah selatan. Joko Belek adalah sebutan untuk Planet Mars,
sementara lintang kemukus adalah sebutan untuk komet. Sebuah bentangan
nebula raksasa dengan fitur gelap di tengahnya disebut sebagai Bimasakti.

b. Masa Modern

Pelaut-pelaut Belanda pertama yang mencapai Indonesia pada akhir abad-16


dan awal abad-17 adalah juga astronom-astronom ulung, seperti Pieter Dirkszoon
Keyser dan Frederick de Houtman. Lebih 150 tahun kemudian setelah era
penjelajahan tersebut, misionaris Belanda kelahiran Jerman yang menaruh
perhatian pada bidang astronomi, Johan Maurits Mohr, mendirikan observatorium
pertamanya di Batavia pada 1765. James Cook, seorang penjelajah Inggris, dan
Louis Antoine de Bougainville, seorang penjelajah Perancis, bahka

n pernah mengunjungi Mohr di observatoriumnya untuk mengamati transit Planet


Venus pada 1769[1]. Ilmu astronomi modern makin berkembang setelah pata
tahun 1928, atas kebaikan Karel Albert Rudolf Bosscha, seorang pengusaha
perkebunan teh di daerah Malabar, dipasang beberapa teleskop besar di Lembang,
7
Jawa Barat, yang menjadi cikal bakal Observatorium Bosscha, sebagaimana
dikenal pada masa kini.

Penelitian astronomi yang dilakukan pada masa kolonial diarahkan pada


pengamatan bintang ganda visual dan survei langit di belahan selatan ekuator
bumi, karena pada masa tersebut belum banyak observatorium untuk pengamatan
daerah selatan ekuator.

Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaan, bukan berarti penelitian


astronomi terhenti, karena penelitian astronomi masih dilakukan dan mulai adanya
rintisan astronom pribumi. Untuk membuka jalan kemajuan astronomi di
Indonesia, pada tahun 1959, secara resmi dibuka Pendidikan Astronomi di Institut
Teknologi Bandung. Pendidikan Astronomi di Indonesia secara formal dilakukan
di Departemen Astronomi, Institut Teknologi Bandung. Departemen Astronomi
berada dalam lingkungan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
(FMIPA) dan secara langsung terkait dengan penelitian dan pengamatan di
Observatorium Bosscha.

Lembaga negara yang terlibat secara aktif dalam perkembangan astronomi di


Indonesia adalah Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Selain
pendidikan formal, terdapat wadah informal penggemar astronomi, seperti
Himpunan Astronomi Amatir Jakarta, serta tersedianya planetarium di Taman
Ismail Marzuki, Jakarta yang selalu ramai dipadati pengunjung.

Perkembangan astronomi di Indonesia mengalami pertumbuhan yang pesat,


dan mendapat pengakuan di tingkat Internasional, seiring dengan semakin
banyaknya pakar astronomi asal Indonesia yang terlibat dalam kegiatan astronomi
di seluruh dunia serta banyaknya siswa SMU yang memenangi Olimpiade
Astronomi Internasional maupun Olimpiade Astronomi Asia Pasific.Demikian
juga dengan adanya salah seorang putra terbaik bangsa dalam bidang astronomi di
tingkat Internasional, yaitu Profesor Bambang Hidayat yang pernah menjabat
sebagai vice president IAU (International Astronomical Union).

Penemuan dan pelajaran sejumlah bintang diakui menjadi suatu sumbangan-


sumbangan orang-orang islam berharga dan tak dapat dilupakan. Bintang-bintang
tersebut masih dikenal sidalam bahasa-bahasa barat dengan nama-nama arab
mereka, ibnu rusyd yang telah mengenal tempat-tempat dipermukaan matahari.
Kemudian orng-orang arab badui sebelum islam telah mengembangkan observasi
perbintangan yang sangat tepat. Sejumlah buku bernama kitab al-Anwa,memberi
kita bukti yang cukup tentang keluasan ilmu pengetahuan arab. Observatorium
telah timbul dimana-mana, dibawah khalifah al-Ma’mun,lingkaran bumi telah
diukur dengan ketepatan hasil yang mengagumkan.karya-karyanya.telah
dikumpulkan paling dahulu adalah yang berhubungan dengan air surut, air pasang,
fajar, senjakala pelangi,lingkaran cahaya disekeliling matahari dan bulan.
8
2. Ilmu Alam

Ilmu alam (bahasa Inggris: natural science; atau ilmu pengetahuan alam)
adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada rumpun ilmu dimana obyeknya
adalah benda-benda alam dengan hukum-hukum yang pasti dan umum, berlaku
kapan pun dimana pun.

Sains (science) diambil dari kata latin scientia yang arti harfiahnya adalah
pengetahuan. Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa Sains merupakan
kumpulan pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa
Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan
mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak
dapat dipisahkan. "Real Science is both product and process, inseparably Joint"
(Agus. S. 2003: 11).Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang
ditempuh para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari
penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah merumuskan
masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data,
menganalisis dan akhimya menyimpulkan. Dari sini tampak bahwa karakteristik
yang mendasar dari Sains ialah kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk
kuantitas.Ilmu alam mempelajari aspek-aspek fisik & nonmanusia tentang Bumi
dan alam sekitarnya. Ilmu-ilmu alam membentuk landasan bagi ilmu terapan,
yang keduanya dibedakan dari ilmu sosial, humaniora, teologi, dan seni.

Sifat khas dalam ilmu islam ini adalah tekanan diberikan pada percobaan dan
penelitian pada prasangka. Cara arab adalah sangat unik dan ajaibpara pengarang
mulai mempelajari ilmu-ilmu mereka dengan dengan mempersiapkan kamus-
kamus dengan menggolong-golongkan istilah-istilah teknis, yang didapatkan
dalam bahasa mereka sendiri. Dengan kesabaran yang luar biasa, mereka
membongkar semua kitab puisi dan prosa , untuk mengumpulkan istilah-istilah
dengan kutipan yang berguna di dalam masing-masing cabangnya sebagaimana
anatomi (ilmu urai tubuh), zoologi (ilmu tumbuh-tumbuhan), astronomi,dll.[3]

3. Ilmu Optik

Optika adalah cabang fisika yang menggambarkan perilaku dan sifat cahaya
dan interaksi cahaya dengan materi. Optika menerangkan dan diwarnai oleh gejala
optis. Kata optik berasal dari bahasa Latin ὀπτική, yang berarti tampilan.

Bidang optika biasanya menggambarkan sifat cahaya tampak, inframerah dan


ultraviolet; tetapi karena cahaya adalah gelombang elektromagnetik, gejala yang
sama juga terjadi di sinar-X, gelombang mikro, gelombang radio, dan bentuk lain
dari radiasi elektromagnetik dan juga gejala serupa seperti pada sorotan partikel
muatan (charged beam). Optik secara umum dapat dianggap sebagai bagian dari
keelektromagnetan. Beberapa gejala optis bergantung pada sifat kuantum cahaya
9
yang terkait dengan beberapa bidang optika hingga mekanika kuantum. Dalam
prakteknya, kebanyakan dari gejala optis dapat dihitung dengan menggunakan
sifat elektromagnetik dari cahaya, seperti yang dijelaskan oleh persamaan
Maxwell.

Bidang optik memiliki identitas, masyarakat, dan konferensinya sendiri. Aspek


keilmuannya sering disebut ilmu optik atau fisika optik. Ilmu optik terapan sering
disebut rekayasa optik. Aplikasi dari rekayasa optik yang terkait khusus dengan
sistem iluminasi (iluminasi) disebut rekayasa pencahayaan. Setiap disiplin
cenderung sedikit berbeda dalam aplikasi, keterampilan teknis, fokus, dan afiliasi
profesionalnya. Inovasi lebih baru dalam rekayasa optik sering dikategorikan
sebagai fotonika atau optoelektronika. Batas-batas antara bidang ini dan "optik"
sering tidak jelas, dan istilah yang digunakan berbeda di berbagai belahan dunia
dan dalam berbagai bidang industri.

Ilmu ini terutama berutang budi kepada orang-orang islam.Kita mempunyai buku
tentang sinar-sinar oleh Al-kindi yang telah jauh lebih maju dari pada
pengetahuan Greek tentang kaca-kaca pembakar. Ibnu Al-Haitam (Alhazen, 965
M), yang telah mengikutinya, patut dihadiahi suatu kemasyuran terakhir.Al-kindi,
Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Biruni, dll, yang merupakan wakil-wakil dari ilmu
islam,tidak menyerahkan tempat mereka seorang pun didalam sejarah dunia
tentang ilmu-ilmu.

4. Meneralogi, Ilmu Mekanik, (Peasawat) Dsb.

Ini telah menarik perhatian orang terpelajar, kedua-duanya dari segi


pandangan kedokteran. Untuk membedakan batu-batu berharga, ilmu tersebut
banyak dicari oleh para raja dan orang kaya lainnya. Karya-karya Al-Biruni dapat
dipergunakan didalam lapangan ini.

Ibnu Firnas (wafat tahun 888 M) telah menemukan suatu alat, yang dengan alat itu,
dia terbang pada suatu jarak yang jauh. dia meninggal dunia didalam suatu
kecelakaan, dia tidak meninggalkan pengganti untuk meneruskan dan
menyempurnakan pekerjaannya. Yang lain-lain telah menciptakan alat–alat
mekanis untuk mengembangkan perahu-perahu yang ditenggelamkan.[4]

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kaum muslimin meyakini bahwa semua ilmu pengetahuan berasal dari


Allah. dan Al-Qur'an merupakan Kalamullah.Pengetahuan tentang zat, energi,
ruang waktu dan interaksi benda-benda di alam ini sering disebut dengan fisika.
Untuk ilusterasi ada 3 contoh disini : (1) Teori bahwa bumilah yang pusat tata
surya (geosentris), bahkan alam semesta , karena di Al Qur'an tidak pernah
menyebutkan ada ayat menyatakan bumi beredar, tetapi matahari, bulan, dan
bintanglah yg beredar (QS 13:2, 14:33). Teori ini bahkan didukung seorang
syeikh terkemuka dari Arab Saudi, yg memfatwakan bahwa percaya kepada teori
heliosentris bisa menjerumuskan pada kemusrikan. (2) Teori bahwa besi magnet
dapat digunakan sebagai pembangkit energi yg tak ada habisnya, dengan dalil QS
57:25 yang menyatakan bahwa Allah menciptakan besi yg di dalamnya terdapat
kekuatan yang hebat, yang ia tafsirkan sebagai energi. (3) Teori 7 lapis atmosfir,
karena dikatakan hujan turun dari langit QS 35:27 sedangkan Allah menciptakan
tujuh langit QS 41:12, sehingga hujan itu terjadi pada lapis langit pertama

Beberapa nama tokoh-tokoh dalam islam di bidang Fisika ,antara lain:

Al-Kindi nama lengkapnya Abu Yusuf Ya’cub Ibn Ishak Al-Kindi, dia memberi
definisi tentang fisika adalah telaah atau kajian atas berbagai objek yang sifat nya
dapat di tangkap oleh indra atau yang bersifat materi atau bergerak. Ar-Razi
nama lengkapnya Abu Bakar Muhammad Ibn Zakaria Ar-Razi (abad ke-9) oleh
serjana barat lebih di kenal sebagai rhazes atau rasis seoarang doktor dan ahli
kimia dalam bidang kimia. (Al-Farabi dalam bidang sains). Ibnu Al-Haytsam (al-
Hazen) adalah pioner modern ketika menerbitkan bukunya pada tahun 1021
M .Dia menemukan bahwa proses melihat adalah jatuhnya cahaya ke mata, bukan
karena sorot mata sebagaimana diyakini orang sejak zaman Aristoteles.

Perkembangan Fisika dalam Ilmu Alamiah Modern

(;Astronomi (Perbintangan)). Astronomi, yang secara etimologi berarti “ilmu


bintang” (dari Yunani: άστρο, + νόμος), adalah ilmu yang melibatkan pengamatan
dan penjelasan kejadian yang terjadi di luar Bumi dan atmosfernya. Ilmu ini
mempelajari asal-usul, evolusi, sifat fisik dan kimiawi benda-benda yang bisa
dilihat di langit (dan di luar Bumi), juga proses yang melibatkan mereka. Ilmu
Alam, Ilmu alam (bahasa Inggris: natural science; atau ilmu pengetahuan alam)
adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada rumpun ilmu dimana obyeknya
adalah benda-benda alam dengan hukum-hukum yang pasti dan umum, berlaku
11
kapan pun dimana pun. Ilmu Optik, Optik adalah cabang fisika yang
menggambarkan perilaku dan sifat cahaya dan interaksi cahaya dengan materi.
Optika menerangkan dan diwarnai oleh gejala optis. Kata optik berasal dari
bahasa Latin ὀπτική, yang berarti tampilan.

3.2 SARAN

Hendaknya pembaca sebagai generasi muda harus mengetahui bagaimana


perkembangan Fisika dalam perspektip Islam dan Ilmu Alamiah Modern. Karena
dengan begitu pembaca bisa mengetahui lebih dalam tentang bagaimana
pandangan Islam tentang Fisika dan juga Ilmu Aamiah modern.

12
DAFTAR PUSTAKA

Mas’ud, Ibnu dan Paryono Joko, Ilmu Alamiah Dasar, Bandung: CV Pustaka
Setia, 2008.

Mawardi dan Hidayati Nur, IAD-ISD-IBD, Bandung: CV Pustaka Setia, 2002.

Harlim, Djodi Dkk, Ilmu Alamiah Dasar, Ujung Pandang: Graha Guru, 1993.

13

Anda mungkin juga menyukai