BERBASIS PKM
Di Susun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Kuliah Kerja Nyata (KKN)
Di susun Oleh:
Nim : 11820037
TAHUN 2022
HALAMAN PENGESAHAN
Disahkan di Semarang
Pada Tanggal, Maret 2022
Mengetahui,
Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Ketua Kelompok KKN
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan
rahmat, taufik, hidayah serta inayahnya sehingga kami dapat melaksanakan
Kuliah Kerja Nyata berbasis Pengabdian kepada Masyarakat (KKN-PkM) di desa
Godong kecamatan Godong kabupaten Grobogan dengan baik dan lancar.
Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW.
Kuliah Kerja Nyata berbasis Pengabdian kepada Masyarakat (KKN-PkM)
merupakan salah satu persyaratan akademik dalam lingkungan Sekolah Tinggi
Agama Islam Wali Sembilan (SETIA WS). Kuliah Kerja Nyata berbasis
Pengabdian kepada Masyarakat (KKN-PkM) ini dapat terlaksana seperti apa yang
direncanakan apabila didalamnya terdapat bantuan moril dan material berbagai
pihak, dan semoga bantuannya dapat bernilai ibadah disisi Allah SWT. Untuk itu
penulis menghaturkan terima kasih sebesarnya kepada :
1. Bapak Drs. H. Muhlisin, SE., M.Ag.,M.M. selaku Ketua Sekolah Tinggi
Agama Islam Wali Sembilan Semarang.
2. Bapak Dr. H. Mustagfirin, M.Ag selaku ketua panitia penyelenggara
KKN-PkM
3. Ibu Hj. Uswatun Marhamah, M.Pd Ketua Jurusan Sekolah Tinggi Agama
Islam Wali Sembilan Semarang.
4. Bapak Drs.H.M. Ali Fauzin, MM, M.Par, M.SI selaku Dosen Pembimbing
Lapangan.
5. Bapak H. Zaenal Arifin selaku Kepala Desa Godong Kecamatan Godong
Kabupaten Grobogan.
6. Rekan-rekan KKN Kelompok I SETIA WS Semarang di Desa Godong.
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangan yang terdapat didalamnya, untuk itu penulis sangat mengharapkan
adanya kritikan dan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan
laporan ini.
ii
Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi penulis sendiri dan orang lain pada masa-masa mendatang. Amin.
iii
DAFTAR ISI
iv
A. Jenis Penelitian ................................................................................. 26
B. Subyek Penelitia ............................................................................... 26
C. Teknik Pengumoulan Data ............................................................... 27
D. Analisis Data..................................................................................... 28
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 29
B. Rekomedasi ...................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
3.
v
4.
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dakwah merupakan suatu proses penyampaian informasi dalam Islam
dengan tujuan mengajak manusia menuju kepada kebaikan, sehingga tercapainya
kehidupan yang tentram dunia akhirat. Penyampaian informasi dapat dilakukan
dengan beberapa metode diantaranya secara lisan, melalui perbuatan, dan tulisan 1.
bahwa dakwah adalah Usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada
perorangan manusia dan seluruh umat tentang konsep Islam, pandangan dan
tujuan hidup manusia di dunia ini, yang meliputi amal ma’ruf nahi munkar,
dengan berbagai media dan cara yang diperbolehkan dan membimbing
pengalaman dalam peri kehidupan perseorangan, peri kehidupan berumah tangga
(usrah), peri kemasyarakatan dan peri kehidupan bernegara. Lain halnya dengan
realitas yang ada saat ini, kegiatan dakwah sering kali dalam masyarakat hanya
diartikan sebagai ceramah agama yakni pendakwah menyampaikan pesannya di
hadapan masyarakat dengan rentan waktu tertentu 2. Pendakwah dalam masyarakat
umum sering disebut sebagai dai, kiai, ustadz atau ustadzah. Tetapi sebenarnya
pendakwah tidak hanya sebatas itu, melainkan seorang guru, dosen, orang tua juga
dapat dikatakan sebagai pendakwah. Karena secara hakiki dakwah bukan hanya
kewenangan atau kewajiban ulama atau tokoh agama, tapi dakwah adalah
tanggung jawab setiap muslim yang ada di muka bumi ini. Kewajiban setiap
muslim untuk berdakwah sudah terkandung dalam Al-Qur’an surat Ali-Imran ayat
104:
"Dan hendaklah ada diantara kalian kamu segolongan umat yang
menyeru pada kebajikan, menyuruh kepada ma'ruf dan mencegah pada yang
munkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung"3.
Setiap muslim yang akan melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai
pendakwah, pengajak, penyeru dan pemanggil umat, harus senantiasa berpegang
1
Amin, Darori, Islam dan Kebudayaan Jawa, Yogyakarta: Gama Media, 2002
2
Aziz, Moh, Ali, Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana, 2009
3
Al-Qur'an al-Karim, 2006: 64
1
2
kepada segala ketentuan serta keterangan yang ada dalam al-Qur’an dan al-hadis.
Dengan kata lain, al-Qur’an dan al-hadis mengingatkan umat untuk meninggalkan
serta menjauhkan diri dari kemungkaran, kenistaan, kebatilan, kesewenang-
wenangan, kebodohan dan keterbelakangan4. Selain untuk pengingat, al-Quran
dan al-hadis juga ditetapkan sebagai fondasi bagi umat muslim di dunia, agar
setiap perbuatan yang dijalankan mendapat syafaat dunia dan akhirat.
Keharusan tetap berlangsungnya dakwah Islamiyah merupakan realisasi
dari salah satu fungsi hidup setiap muslim sebagai risalah penerus perjuangan
Nabi Muhammad SAW5. Dakwah Islamiyah memiliki wilayah yang luas
dikarenakan masuk dalam semua aspek kehidupan. Kita sendiri tidak bisa terlepas
dari kegiatan dakwah, sebab apapun yang berkaitan dengan Islam, dapat
dipastikan terdapat unsur-unsur dakwah. Dakwah mempunyai beberapa unsur
yang mendukungnya, yaitu subyek dakwah atau pendakwah, obyek dakwah atau
mad’u, materi, metode, media dan strategi. Semua unsur-unsur tersebut saling
bersinergi satu sama lain, supaya tujuan dakwah dapat tercapai dengan baik.
Salah satu unsur penting dalam dakwah adalah subyek dakwah. Subyek
dakwah disebut dai, ibarat seorang guide atau pemandu terhadap orang-orang
yang ingin mendapatkan keselamatan hidup di dunia dan akhirat. Sebagai
petunjuk jalan yang harus mengerti dan memahami jalan yang boleh dilalui dan
mana jalan yang tidak boleh dilalui. Dari kedudukannya yang sangat penting di
tengah masyarakat, seorang dai harus mampu merealisasikan ajaran-ajaran Islam
di masyarakat. Menghindarkan masyarakat dari berpedoman pada ajaran-ajaran di
luar al-Quran dan hadis.
Aktivitas dakwah di Indonesia merupakan sesuatu yang khas dan tidak
bisa terlepas dari kebudayaan masyarakat. Indonesia memiliki keanekaragaman
budaya, adat, istiadat yang berbentuk ritual sosial keagamaan yang berkembang di
masyarakat. Khususnya masyarakat Jawa, salah satu kelompok masyarakat yang
memiliki banyak tradisi dan selanjutnya dijadikan sebagai salah satu praktik yang
memiliki nilai strategis bagi kehidupan. Menjadikan suatu tradisi sebagai sarana
4
Ardhana, Jurnalistik Dakwah, Yogyakarta: PustakaPelajar, 1995.
5
Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1987
3
6
Hasanah, Hasyim, Gerakan Dakwah Kultural, Semarang: UIN Walisongo, 2015
4
Hal ini memang tidak bisa disalahkan sepenuhnya karena mereka masih
belum mengenal ajaran agama Islam yang melarang keras ritual atau tindakan di
atas. Namun dalam pelaksanaannya saat ini, hadirin yang kumpul di rumah duka
pada hari-hari tertentu itu membaca bacaan-bacaan tertentu yang di kenal sebagai
bacaan tahlilan, yakni membaca lafal “laa illaaha illallah” secara bersama-sama,
sebagai suatu cara yang efektif untuk menanamkan jiwa tauhid selain itu
menimbulkan efek sentimental (penuh perasaan) dan sugestif (gampang menerima
paham atau pengajaran). Selain itu bacaan bacaan yang ada di tahlilan adalah
bacaan dari sepenggal ayat yang ada di dalam al-Quran.
Pemahaman masyarakat tentang tradisi tahlilan sangat diterima dan diakui.
Bahwa tahlilan merupakan kewajiban bagi masyarakat setempat, karena bertujuan
untuk menyebarkan atau memperluas syi’ar Islam, saling menjaga tali
silaturrahim sesama warga serta untuk mengirim doa kepada keluarga yang telah
meninggal. Tahlilan merupakan amalan saleh yang sesuai dengan tuntutan agama
dipandang dari sudut penambahan ilmu7.
Tradisi tahlilan merupakan salah satu hasil akulturasi antara nilai-nilai
masyarakat setempat dengan nilai-nilai Islam. Tradisi tahlilan dalam acara
selamatan kematian pada masyarakat ini merupakan salah satu sistem ritualitas
yang masih dipertahankan secara eksklusif hingga kini. Tradisi tahlilan ini
meskipun berangkat dari kristalisasi nilai-nilai budaya yang sedemikian
tradisional, namun pengaruhnya hingga kini masih sedemikian kuat. Pelaksanaan
tahlilan serta upacara lain dalam masyarakat Jawa biasa dipimpin oleh modin.
Modin atau yang biasa disebut lebe ini dipandang memiliki pengetahuan yang
mendalam tentang agama Islam di masyarakat. Sehingga ia seringkali tampil
menjadi wakil utama dalam acara-acara penting umat Islam di desa.
Keberadaan modin ini sangat menarik dalam lingkup dakwah Islam. Hal
ini disebabkan modin merupakan semacam penanggungjawab keagamaan,
terutama bagi masyarakat desa. Modin yang masuk dalam administrasi kelurahan
bertugas dalam hal kesejahteraan masyarakat khususnya dalam keagamaan. Tugas
dan kewajibannya berhubungan dengan hukum Islam. Salah seorang modin yang
7
Jaiz, Hartono, Ahmad, Tarekat Tasawuf dan Mauludan, Surakarta: Wacana Ilmiah Press, 2007
5
8
Wawancara dengan Pak Modin
6
wilayah yang masih kental dengan adanya peran modin yaitu Desa Godong
Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan. Sehingga peneliti mengangkat judul
“Peran Modin dalam Dakwah di Masyarakat”
B. Identifikasi Masalah
Bertumpu pada latar belakang masalah, maka pokok permasalahan yang
menjadi fokus kajian dari penulis yaitu bagaimana peran modin dalam dakwah di
masyarakat?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan
Untuk mengetahui peran mudin dalam berdakwah di masyarakat (Studi di
Desa Godong Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan).
b. Manfaat
Secara Teoritik
Menambah khasanah pengetahuan dalam bidang ilmu Dakwah
mengenai Eksistensi Modin dan perannya dalam dakwah pada masyarakat Desa
Godong.
Secara praktis
1. Memberikan kesempatan bagi diri penulis untuk mengembangkan
kemampuan menulis sebuah karya ilmiah akademis mengenai
Peran Modin dalam Dakwah di Masyarakat. Hal ini nantinya dapat
menjadi referensi bagi penulis-penulis lain untuk memperdalam
pengetahuan tentang peran modin dalam dakwah.
2. Memberikan sebuah deskripsi yang aktual mengenai urgensi peran
Modin dalam dakwah di masyarakat, sehingga diharapkan dapat
memberikan sumbangsih bagi diri penulis pribadi, pemangku
kebijakan dan masyarakat umum untuk mencari sebuah solusi
dalam mengatasi berbagai masalah tentang peran Modin dalam
Dakwah di Masyarakat.
BAB II
PERAN MUDIN DAN DAKWAH
A. Peran
1. Pengertian dan Teori Peran
a. Pengertian Peran
Peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang
mempunyai suatu status9. Status atau kedudukan didefinisikan sebagai
suatu peringkat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok, atau posisi
suatu kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lainnya. Setiap
orang mungkin mempunyai sejumlah status dan diharapkan mengisi
peran sesuai dengan status tersebut. Dalam arti tertentu, status dan peran
adalah dua aspek dari gejala yang sama. Status adalah seperangkat hak
dan kewajiban, sedangkan peran adalah pemeranan dari seperangkat
kewajiban dan hak-hak tersebut.
Peranan atau peran (role) merupakan aspek dinamis kedudukan
(status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai
dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Pentingnya
peranan adalah karena ia mengatur perilaku seseorang. Peranan
menyebabkan seseorang pada batas-batas tertentu dapat meramalkan
perbuatan-perbuatan orang lain. Peranan diatur oleh norma-norma yang
berlaku. Misalnya, norma kesopanan menghendaki agar seorang laki-laki
bila berjalan bersama seorang wanita, harus di sebelah kiri10.
Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan
posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam
masyarakat (yaitu social-position) merupakan unsur statis yang
menunjukkan tempat individu pada organisasi masyarakat. Peranan lebih
banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses.
9
Horton, Paul B, Sosiologi, Jakarta: Erlangga, 1999
10
Soekanto, TeoriPeranan, Jakarta: Bumi Aksara, 2002
7
8
11
Syani, Abdul, Sosiologi, Sistematika, Teoridan Terapan, Jakarta: PN Bumi Aksara, 1994
10
B. Modin
1. Sejarah Modin
Sejarah perkembangan modin berawal ketika ajaran Islam masuk ke
Indonesia di mana terdapat perpaduan antara Hukum Islam dan Hukum
Adat. Dalam perkembangannya atau proses masuknya Islam ke Indonesia
tidak lepas dari peran budaya atau disebut akulturasi agama 12. Kemunculan
dan perkembangan Islam di Negara Indomelayu (seperti Indonesia)
menimbulkan transformasi kebudayaan-peradaban lokal. Transformasi suatu
kebudayaan-peradaban melalui pergantian agama terjadi karena Islam bukan
hanya menekankan keimanan yang benar, akan tetapi juga mengatur
bagaimana untuk tingkah yang baik. Ajaran yang terdapat dalam Islam pada
giliranya harus diimplementasikan setiap Muslim dalam berbagai aspek
kehidupannya.
Pengaruh budaya terhadap masuknya Islam di Indonesia sangatlah
kuat. Ajaran-ajaran Islam yang mencakup aspek akidah, syari'ah dan akhlak,
menampakkan perhatiannya yang sangat besar terhadap persoalan utama
kemanusiaan dan budaya di Indonesia yang sangat plural. Hal yang sama
juga terjadi pada munculnya modin sebagai petugas resmi urusan agama di
12
Mulyosari, Dinamika Masyararat dan Solusinya, Kasusatas Pemilihan Kaum di Dusun
Cupuwatu I Purwomartani Kalasan Sleman. Aplikasia, Jurnal Aplikasi llmu-ilmu Agama. Vol.
VIII, No. 2, Desember 2007.
11
sebuah desa yang tidak lepas dari pengaruh budaya. Pola-pola struktural
Jawa Islam konteporer memiliki kemiripan dengan yang ada dalam mitologi
zaman Mataram dan organisasi keraton. Pada kalangan masyarakat jawa
yang sangat anti-santri, kegiatan agama seperti memimpin doa, mencatat
peristiwa kelahiran, pernikahan, khitanan, dan penyelenggaraan upacara
kematian harus dipimpin oleh orang spesial dalam menyelengarakan ritual
Islam disebut dengan modin.
Pada tahun 1814 di masa Raffles, telah ada seorang Penghulu yang
merupakan anggota konstitusi dari warga asli Indonesia yang berkedudukan
sebagai pemimpin masjid. Perannya adalah membantu muslim untuk
memutuskan problem yang muncul. Kemudian istilah ini lebih dikenal
sebagai muaddzin yang mempunyai arti pemimpin Masjid. Perkembangan
sekanjutnya muncul istilah Kaum atau yang bisa disebut modin, rois atau
The Mosque Official (Pemimpin Masjid). Modin bertugas mengurusi urusan
orang yang mau menikah dan orang yang kena musibah kematian.
Kemudian, sekitar orde lama, modin masuk menjadi bagian dari
Administrasi Desa, dimana bisa kita lihat, secara struktural, seorang modin
dipilih oleh Kepala Desa.
BPD Kepala Desa
Sekdes
2. Pengertian Modin
Modin menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti juru azan;
muazzin, pegawai masjid. Kata modin berasal dari bahasa Arab: mu’addzin, dan
merupakan sebutan bagi orang yang menyuarakan adzan. Modin adalah seorang
pegawai rendahan dalam soal administrasi agama yang membantu seorang
penghulu dalam berbagai upacara keagamaan. Modin adalah juru muadzin atau
pegawai masjid yang dipilih pemerintah atau usul kyai, berfungsi juga sebagai
catatan sipil di tingkat daerah13.
Modin pada abad ke- 19 di Jawa digunakan untuk menunjukan pejabat
keagamaan tingkat desa, satu tingkat dibawah penghulu kabupaten, atau naib.
Modin bertanggung jawab mengenai urusan-urusan keagamaan penduduk Desa,
seperti menemani pengantin wanita dan pria ke naib dan membantu
mempersiapkan pernikahan. Di sejumlah wilayah di Jawa, muncul berbagai nama
untuk modin, seperti kaum, lebe atau amil.
Modin menurut sekretaris Desa Godong H. Nur Salim adalah perangkat
desa yang mengurusi masalah nikah, masalah kematian, masalah kependudukan,
13
Latif, M., Syahbudin, Persaingan Calon Kepala Desa di Jawa, Yogyakarta: Media Perssindo,
2000.
13
ِ َٰو َج َع ْلنٰهُ ْم اَىِٕ َّمةً يَّ ْه ُدوْ نَ بِا َ ْم ِرنَا َواَوْ َح ْينَآ اِلَ ْي ِه ْم فِ ْع َل ْالخَ يْر
ت َواِقَا َم الصَّلٰو ِة َواِ ْيتَاۤ َء
ٰ ال َّزكٰو ِةۚ َو َكانُوْ ا لَنَا
ۙ َعبِ ِد ْين
“Dan Kami menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi
petunjuk dengan perintah Kami dan Kami wahyukan kepada mereka agar berbuat
14
kebaikan, melaksanakan salat dan menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami
mereka menyembah”14
Berdasarkan wawancara dengan Sekretaris Desa Godong, H. Nur Salim
menyatakan, bahwa syarat-syarat untuk menjadi seorang modin sama halnya
dengan syarat-syarat perangkat desa lainnya antara lain sebagai berikut:
1. Kartu Keluarga (KK) dan KTP,
2. Ijazah sekolah minimal SLTA atau sederajat
3. Akta Kelahiran
4. Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK)
5. Surat tidak pernah menjalani kurungan penjara
6. Surat keterangan bertaqwa kepada Allah SWT
7. Surat keterangan kesehatan dari dokter
8. Warga bertempat tinggal di Desa Godong
Adapun untuk modin menurut H. Nur Salim mempunyai kriteria khusus,
sebagai berikut:
1. Pendidikan Non-Formal
Kriteria khusus Modin, di samping berpendidikan formal
sebagaimana syarat menjadi perangkat desa juga wajib menempuh pendidikan
non-formal. Pendidikan non-formal yang dimaksud adalah pesantren. Diharapkan
modin mempunyai pengetahuan agama yang mendalam, karena tugas modin
banyak berkaitan dengan agama.
2. Harus Siap Mengurusi Jenazah
Kriteria kedua yaitu harus siap mengurus jenazah, memandikan
jenazah dan mengafani jenazah. Tugas ini menjadi tugas modin yang paling
utama, dikarenakan mengurus jenazah merupakan sesuatu hal yang seringkali
membuat orang takut. Selain itu, tidak semua orang paham bagaimana tata
caranya mengurus jenazah.
C. Dakwah
14
Al-Qur'an al-Karim, Departemen Agama RI AL-Qur'an Tajwid dan Terjemahnya, (Jakarta:
Syaamil Cipta Media, 2006)
15
1. Pengertian Dakwah
Secara lughowi dakwah berasal dari kata ً( دع ي~~دع دع~~وةda‟a,
yad‟u, da‟watan). Dalam tata Bahasa Arab, kata dakwah berbentuk sebagai isim
masdar yang berarti memanggil, mengajak atau menyeru 15. Mengajak, menyeru
memanggil dalam kebaikan untuk menpengaruhi umat menjadi yang lebih baik.
Mempengaruhi manusia memalui ucapan baik dapat pula dengan kiasan agar
lawan bicara merasa nyaman dengan ucapan yang ditututrkan dan tidak
tersinggung atas apa yang diucapkan. Makna utama kata dakwah menurut bahasa
adalah call (memanggil), invite (mengundang), dan digunakan juga untuk arti
missionary activity dan missionary work.
Kata dakwah dan derivasinya dalam al-Qur’an menemukan tiga kategori
arti. Pertama, arti-arti dakwah yang menjelaskan hubungan vertikal, yaitu do’a/
memohon kepada Tuhan dan ibadah/ menyembah. Kedua arti-arti yang
menejelaskan horisontal, yaitu undangan, harapan, panggilan, seruan, ajakan dan
permintaan. Ketiga arti-arti lainnya terdiri dari arti mendakwa dan anak angkat.
Penggunaan kata dakwah banyak dikaitkan oleh masyarakat dakwah
ditemukan tiga ketegori. Pertama, arti dakwah derivasinya dalam al-Qur’an sama
dengan devinisi istilah dakwah dalam ilmu dakwah, terdiri dari sejumlah arti yang
mengandung pengertian menggerakkan sesama manusia untuk berbuat sesuatu.
Kedua, arti dakwah derivasinya dalam al-Qur’an mirip dengan devinisi istilah
dakwah dalam ilmu dakwah, terdiri dari kelompok arti yang mengandung
pengertian mendorong/menggerakkan Tuhan (bukan manusia) untuk melakukan
sesuatu. Ketiga, arti dakwah derivasinya dalam al-Qur’an tidak sama dengan
devinisi istilah dakwah dalam ilmu dakwah, terdiri dari sejumlah arti yang tidak
mengandung pengertian menggerakkan orang lain atau pihak lain16.
dilakukan secara sadar daan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain
baik secara individual maupun secara kelompok agar timbul dalam dirinya
suatu pengertian, kesadaran, sikap, penghayatan serta pengalaman terhadap
ajaran agama sebagai message yang disampaikan kepadanya dengan taanpa
adanya unsurunsur pemaksaan.
b. Nasarudin Latif dalam bukunnya “Teori dan Praktek Dakwah Islamiyah”,
mendefinisikan dakwah adalah usaha aktivitas dengan lisan maupun tulisan
yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman
dan menaati Allah SWT. Sesuai dengan garisgaris akidah dan syariat serta
akhlak Islamiyah.
c. Syekh Ali Mahfud dalam kitabnya “Hidayatul Mursyidin”, memberikan
definisi dakwah sebagai berikut: Dakwah adalah mendorong manusia untuk
melakukan kebajikan dan mengikuti petunjuk agama, menyeru mereka
kepada kebaikan dan mencegah mereka dari perbuatan munkar agar
memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
d. Muhammad Khidr Husein mengatakan, bahwa dakwah adalah upaya untuk
memotivasi orang agar berbuat baik dan mengikuti jalan petunjuk, dan
melakukan amar makruf nahi munkar dengan tujuan mendapatkan kesuksesan
dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
e. Abdul Munir Mulkhan mengartikan dakwah sebagai usaha mengubah situasi
kepada yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap individu maupun
masyarakat.
f. Menurut M. Quraish Shihab, mendefinisikan dakwah sebagai seruan atau
ajakan kepada keinsafan, atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang
lebih baik (dari yang awalnya berprilaku buruk sampai kepada arah yang
lebih baik) dan sempurna. Baik kepada pribadi maupun kepada masyarakat,
dan dakwah seharusnya berperan dalam pelaksanaan ajaran Islam secara lebih
menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan17.
Menurut penulis, dakwah berarti mengajak, menyeru kepada perorangan
maupun kelompok tentang ajaran ajaran Islam yang diperintahkan oleh Allah dan
17
Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Qur'an, Bandung: Mizan, 1992
17
2. Dakwah Dasar
Dakwah merupakan kewajiban stiap muslimin dan muslimat.
Misalnya amar ma‟ruf nahi mungkar, jihad dan memberi nasehat. Untuk
menguatkan kewajiban dakwah bagi setiap muslm perlu juga ditinjau dari segi
kepentingan perkembangan dakwah dan pemanfaatan ilmu untuk diri sendiri dan
orang lain, sesuai firman Allah di dalam surat An-Nahl ayat 125 yang berbunyi:
َع اِلٰى َسبِي ِْل َربِّكَ بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َموْ ِعظَ ِة ْال َح َسنَ ِة َو َجا ِد ْلهُ ْم بِالَّتِ ْي ِه َي اَحْ َس ُنۗ اِ َّن َربَّك ُ اُ ْد
َض َّل ع َْن َسبِ ْيلِهٖ َوهُ َو اَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهتَ ِد ْين
َ هُ َو اَ ْعلَ ُم بِ َم ْن
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang
baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”19.
3. Tujuan Dakwah
18
Hafidhuddin, Didin, Dakwah Aktual, Jakarta: Gema Insane, 1998
19
Al-Qur'an al-Karim, Departemen Agama RI AL-Qur'an Tajwid dan Terjemahnya, (Jakarta:
Syaamil Cipta Media, 2006)
18
a. Tujuan Praktis
Tujuan praktis dalam berdakwah merupakan tujuan tahap awal untuk
menyalamatkan umat manusia dari lembah kegelapan dan membawanya ke
tempat yang terang-benderang, dari jalan yang sesat kepada jalan yang lurus, dari
lembah kemusyrikan dengan segala bentuk kesengsaraan menuju kepada tauhid
yang menjanjikan kebahagiaan. Hal ini tercermin dalam al-Qur’an surah al-
Thalaq: 11
22
Pimay, Awaluddin. 2006. Metodologi Dakwah. Semarang: Rasail. (Anshari, 1993: 107).
20
23
Dokumentasi data pokok Desa Godong, 2010
22
23
24
Dokumentasi data pokok Desa Godong, 2010
24
masyarakat Desa Godong juga ada yang berpendidikan non formal baik itu
tambahan jadi double pendidikan, formal dan non formal. pendidikan non
formal seperti mengaji diniyah, mengaji di pak ustadz, mengaji di pondok dan
mengaji di TPQ/TPA yang tersebar di 3 gedung TPQ/TPA dan Madrasah
Diniyah Awaliyah (MDA), 1 pndok pesantren, 3 masjid, 21 musholla atau
langgar di wilayah dengan jumlah murid sekitar 1.078.25
Pendidikan di Desa Godong bisa di katakana maju, salah satunnya bisa
dilihat dari infrastruktur, baik sarana pendidikan formal maupun pendidikaan
nonformal. Di Desa Godong terdapat sarana pendidikan formal terdiri dari
gedung sekolah anak di usia dini (play group), taman kanak-kanak, gedung
sekolah dasar, gedung SMP/MTS, SMK/SMA/MA dan gedung-gedung untuk
sekolah non formal yakni pondok pesantren dan gedung majelis taklim untuk
orang tua.
B. Biografi Modin
1. Riwayat Hidup
Ahmad Muadib, lahir pada tanggal 19 Juli 1971 di Dusun
Kemantren, Desa Godong, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan.
Ahmad Muadib lahir dari orang tua yang bernama H. Nur Syahid dan
Hj. Nur Afiyah. Ayahnya merupakan seorang guru mengaji dan juga
sebagai imam disalah satu masjid. H. Nur Syahid juga mendapat
kepercayaan untuk memimpin Mushola Miftahul Jannah dan juga
sebagai penceramah aktif setiap harinya. Mata pencaharian beliau
hanya sebagai petani biasa yang dibantu oleh istrinya seorang ibu
rumah tangga.
Semenjak lahir Muadib sudah berada dalam lingkungan yang
bersifat agamis. Bukan hanya karena latar belakang ayahnya yang
notebennya adalah seorang tokoh agama, tetapi juga karena aktivitas
masa kecilnya sudah lekat dengan pendidikan agama. Akibat pengaruh
lingkungan seperti inilah Ahmad Muadib memutuskan untuk tetap
25
Dokumentasi data pokok Desa Godong, 2010
25
26
Wawancara dengan Modin, Godong 2022
27
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitataif dengan menggunakan
analisa diskriptif. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan
pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu
fenomena sosial dan masalah manusia. Peneliti membuat suatu gambaran
kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan
melakukan situasi yang dialami. Bogdan dan Taylor mengemukakan bahwa
metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dan perilaku dari orang-orang
yang diamati.27
B. Subyek Penelitian
Penentuan informan digunakan teknik purposive yakni memfokuskan
pada informan-informan di dalam unit kasus yang akan diteliti. Untuk
kemudian peneliti memilih informan, kelompok, tempat, kegiatan dan
peristiwa yang kaya dengan informasi.28 Penentuan informan dengan teknik
purposive ini berdasarkan atas kriteria tertentu. Informan tersebut terdiri dari:
1. Informan Pangkal yakni Kepala Desa Godong. Dari Informan pangkal
ini peneliti akan menggali informasi dan mendapatkan informan kunci
yang memiliki kredibilitas untuk memberikan informasi terkait tema
penelitian ini.
2. Informan kunci disini adalah Sekretaris Desa dan Modin. Adapun
kriteria yang peneliti tetapkan untuk Sekretaris Desa adalah memiliki
data-data yang peneliti butuhkan seperti: Profil desa, Struktur
Organisasi desa dan sudah menjabat selama bertahun-tahun. Sementara
27
Ardial, Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014), hal. 249
28
Nana Syaodiq Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya,2012), hal.101
28
29
29
Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kulalitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset,
1998), hal.135
30
2. Observasi
Pengamatan dilakukan untuk mengetahui secara langsung proses
penyampaian keagamaan kepada masyarakat yang mengarah ke
kegiatan-kegiatan keagamaan yang sudah ada.
3. Dokumentasi
Adapun dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang
kondisi umum masyarakat Desa Godong dan menyimpan berbagai
informasi penting yang terkait dalam penelitian yang digunakan untuk
memverifikasi berbagai informasi dari informan.
D. Analisis Data
Peneliti menulusuri data dari berbagai sumber, mengumpulkan data
sejenis dari beberapa sumber data yang berbeda, mendiskusikan data yang
diperoleh dengan peneliti lain dalam hal ini adalah rekan sejawat dalam
sebuah forum diskusi informal yang menyajikan draft awal hasil penelitian
lapangan.
Analisis pascalapangan dilakukan dengan menelaah fieldnote, mereduksi
dan mengkategori data sesuai fokus atau temuan dan memeriksa kepastian
data.
31
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Fokus kajian dari penelitian ini yaitu peran modin dalam dakwah di
masyarakat Desa Godong Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan. Maka
penulis dapat menyimpulkan, bahwa tugas dan fungsi modin termasuk dalam
ranah peran modin dalam dakwah. Tugas dakwah modin juga terlihat dari
tugas pokok dan fungsinya yang telah dijabarkan dalam tugas kerja sebagai
perangkat desa. Tugas tersebut antara lain: (1) Mengadakan pencatatan dan
pengurus kematian serta segala sesuatu yang berhubungan dengan
perkawinan, pendataan tentang nikah, talak, rujuk, dan cerai. (2) Memfasilitasi
pembinaan kerukunan antar umat beragama, sosial budaya, dan keagamaan.
(3) Membantu memberi bantuan pada korban bencana alam serta mengawasi
pelaksanaannya. (4) Menyiapkan pelaksanaan pembinaan dibidang
pendidikan. (5) Membina kegiatan pengumpulan dana sosial, zakat, infaq, dan
shodaqoh. (6) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa
sesuai dengan bidang tugasnya.
Berdakwah dengan menggunakan pendekatan dakwah kultural dan
struktural. Jika di klasifiasikan peran modin dalam dakwah di masyarakat itu
ada tiga, pertama, modin sebagai mediator antara masyarakat dengan
pemerintahan dan pemerintahan dengan masyarakat. Kedua, Sebagai
jemabatan religius. Ketiga, Penanggung jawab akan kegiatan-kegiatan
keagamaan.
B. REKOMENDASI
1. Modin sebagai penanggungjawab keagamaan yang paling dekat
dengan masyarakat hendaknya tidak hanya dipandang sebagai orang
yang mengurus jenazah dan pernikahan, tetapi dipandang lebih
memaksimal dengan berbagai tugas modin yang telah tercantum dalam
amanat tugas kerja Kepala Desa.
32
33
Amin, Darori, Islam dan Kebudayaan Jawa, Yogyakarta: Gama Media, 2002.
2005.
Hamzah Ya’qub, Publistik Islam cet. II, Bandung: CV. Diponegoro, 1981.
35
36
Sofwan, Ridin, Internalisasi Nilai Jawadan Islam dalam Aspek Kepercayaan dan
Rituaal, dalam M. Darori Amin (ed), Islam dan Kebudayaan Jawa,
Yogyakarta: Gama Media, 2002.
Suhartini, Dakwah Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta: Pustaka Pesantren,
2005.
Sulthon Muhammad, Desain Ilmu Dakwah Kajian Ontologis, Epistemologis dan
Abshor, 2007.
1994.
Ummi, Sumbulah, Islam Jawa Dan Akulturasi Budaya: Karakteristik, Variasi Dan
Wiradi, Gunawan, Dua Abad Penguasaan Tanah Pertanian di Jawa dari Masa ke
LAMPIRAN
39