Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN INDIVIDU

KULIAH KERJA NYATA (KKN)

BERBASIS PKM

“PERAN MODIN DALAM DAKWAH DI MASYARAKAT DESA GODONG


KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN”

Di Susun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Kuliah Kerja Nyata (KKN)
Di susun Oleh:

Nama : Mohammad Imam Khambali

Nim : 11820037

PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSIYAH (AS)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM WALISEMBILAN SEMARANG

TAHUN 2022
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, ketua KKN kelompok 1 menyatakan


bahwa mulai tanggal 07 Februari 2022 sampai dengan 28 Februari 2022 telah
melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Semester Khusus Tahun Akademik
2022/2023 di Desa Godong, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Jawa
Tengah yang beranggotakan :

Mohammad Imam Khambali 11820037

Sebagai pertanggung jawaban, kami telah menyusun Laporan Kelompok


KKN Semester Khusus Tahun Akademik 2022/2023 di Desa Godong, Kecamatan
Godong, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.

Disahkan di Semarang
Pada Tanggal, Maret 2022

Mengetahui,
Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Ketua Kelompok KKN

Drs. H. M. Ali Fauzin, MM, M.Par, M.SI Mohammad Imam Khambali


NIDN:8861823 NIM 11820037

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan
rahmat, taufik, hidayah serta inayahnya sehingga kami dapat melaksanakan
Kuliah Kerja Nyata berbasis Pengabdian kepada Masyarakat (KKN-PkM) di desa
Godong kecamatan Godong kabupaten Grobogan dengan baik dan lancar.
Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW.
Kuliah Kerja Nyata berbasis Pengabdian kepada Masyarakat (KKN-PkM)
merupakan salah satu persyaratan akademik dalam lingkungan Sekolah Tinggi
Agama Islam Wali Sembilan (SETIA WS). Kuliah Kerja Nyata berbasis
Pengabdian kepada Masyarakat (KKN-PkM) ini dapat terlaksana seperti apa yang
direncanakan apabila didalamnya terdapat bantuan moril dan material berbagai
pihak, dan semoga bantuannya dapat bernilai ibadah disisi Allah SWT. Untuk itu
penulis menghaturkan terima kasih sebesarnya kepada :
1. Bapak Drs. H. Muhlisin, SE., M.Ag.,M.M. selaku Ketua Sekolah Tinggi
Agama Islam Wali Sembilan Semarang.
2. Bapak Dr. H. Mustagfirin, M.Ag selaku ketua panitia penyelenggara
KKN-PkM
3. Ibu Hj. Uswatun Marhamah, M.Pd Ketua Jurusan Sekolah Tinggi Agama
Islam Wali Sembilan Semarang.
4. Bapak Drs.H.M. Ali Fauzin, MM, M.Par, M.SI selaku Dosen Pembimbing
Lapangan.
5. Bapak H. Zaenal Arifin selaku Kepala Desa Godong Kecamatan Godong
Kabupaten Grobogan.
6. Rekan-rekan KKN Kelompok I SETIA WS Semarang di Desa Godong.
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangan yang terdapat didalamnya, untuk itu penulis sangat mengharapkan
adanya kritikan dan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan
laporan ini.

ii
Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi penulis sendiri dan orang lain pada masa-masa mendatang. Amin.

Grobogan, 27 Februari 2022


Penyusun

Mohammad Imam Khambali


NIM:11820037

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 6
BAB II PERAN MODIN DAN DAKWAH
A. Peran ................................................................................................... 7
1. Pengertian dan Teori Peran ........................................................... 7
2. Pengertian Peranan Sosial ............................................................ 9
B. Modin ................................................................................................ 10
1. Sejarah Modin ............................................................................. 10
2. Pengertian Modin ........................................................................ 12
3. Syarat dan Kriteria Modin ........................................................... 13
C. Dakwah .............................................................................................. 14
1. Pengertian Dakwah ......................................................................14
2. Dakwah Dasar ............................................................................. 17
3. Tujuan Dakwah ............................................................................ 17
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG KONDISI SOSIAL
MASYARAKAT DESA GODONG DAN TENTANG BIOGRAFI MODIN
A. Gambaran Umum Tentang Kondisi Sosial Masyarakat Desa Godong
1. Letak Geografis ........................................................................... 21
2. Kondisi sosial dan Keagamaan Masyarakat Desa Godong ......... 22
B. Biografi Modin ................................................................................. 23
1. Riwayat Modin ............................................................................ 23
2. Karir dan Organisasi..................................................................... 24
BAB IV METODE PENELITIAN

iv
A. Jenis Penelitian ................................................................................. 26
B. Subyek Penelitia ............................................................................... 26
C. Teknik Pengumoulan Data ............................................................... 27
D. Analisis Data..................................................................................... 28
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 29
B. Rekomedasi ...................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

3.

v
4.

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dakwah merupakan suatu proses penyampaian informasi dalam Islam
dengan tujuan mengajak manusia menuju kepada kebaikan, sehingga tercapainya
kehidupan yang tentram dunia akhirat. Penyampaian informasi dapat dilakukan
dengan beberapa metode diantaranya secara lisan, melalui perbuatan, dan tulisan 1.
bahwa dakwah adalah Usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada
perorangan manusia dan seluruh umat tentang konsep Islam, pandangan dan
tujuan hidup manusia di dunia ini, yang meliputi amal ma’ruf nahi munkar,
dengan berbagai media dan cara yang diperbolehkan dan membimbing
pengalaman dalam peri kehidupan perseorangan, peri kehidupan berumah tangga
(usrah), peri kemasyarakatan dan peri kehidupan bernegara. Lain halnya dengan
realitas yang ada saat ini, kegiatan dakwah sering kali dalam masyarakat hanya
diartikan sebagai ceramah agama yakni pendakwah menyampaikan pesannya di
hadapan masyarakat dengan rentan waktu tertentu 2. Pendakwah dalam masyarakat
umum sering disebut sebagai dai, kiai, ustadz atau ustadzah. Tetapi sebenarnya
pendakwah tidak hanya sebatas itu, melainkan seorang guru, dosen, orang tua juga
dapat dikatakan sebagai pendakwah. Karena secara hakiki dakwah bukan hanya
kewenangan atau kewajiban ulama atau tokoh agama, tapi dakwah adalah
tanggung jawab setiap muslim yang ada di muka bumi ini. Kewajiban setiap
muslim untuk berdakwah sudah terkandung dalam Al-Qur’an surat Ali-Imran ayat
104:
"Dan hendaklah ada diantara kalian kamu segolongan umat yang
menyeru pada kebajikan, menyuruh kepada ma'ruf dan mencegah pada yang
munkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung"3.
Setiap muslim yang akan melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai
pendakwah, pengajak, penyeru dan pemanggil umat, harus senantiasa berpegang
1
Amin, Darori, Islam dan Kebudayaan Jawa, Yogyakarta: Gama Media, 2002
2
Aziz, Moh, Ali, Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana, 2009
3
Al-Qur'an al-Karim, 2006: 64

1
2

kepada segala ketentuan serta keterangan yang ada dalam al-Qur’an dan al-hadis.
Dengan kata lain, al-Qur’an dan al-hadis mengingatkan umat untuk meninggalkan
serta menjauhkan diri dari kemungkaran, kenistaan, kebatilan, kesewenang-
wenangan, kebodohan dan keterbelakangan4. Selain untuk pengingat, al-Quran
dan al-hadis juga ditetapkan sebagai fondasi bagi umat muslim di dunia, agar
setiap perbuatan yang dijalankan mendapat syafaat dunia dan akhirat.
Keharusan tetap berlangsungnya dakwah Islamiyah merupakan realisasi
dari salah satu fungsi hidup setiap muslim sebagai risalah penerus perjuangan
Nabi Muhammad SAW5. Dakwah Islamiyah memiliki wilayah yang luas
dikarenakan masuk dalam semua aspek kehidupan. Kita sendiri tidak bisa terlepas
dari kegiatan dakwah, sebab apapun yang berkaitan dengan Islam, dapat
dipastikan terdapat unsur-unsur dakwah. Dakwah mempunyai beberapa unsur
yang mendukungnya, yaitu subyek dakwah atau pendakwah, obyek dakwah atau
mad’u, materi, metode, media dan strategi. Semua unsur-unsur tersebut saling
bersinergi satu sama lain, supaya tujuan dakwah dapat tercapai dengan baik.
Salah satu unsur penting dalam dakwah adalah subyek dakwah. Subyek
dakwah disebut dai, ibarat seorang guide atau pemandu terhadap orang-orang
yang ingin mendapatkan keselamatan hidup di dunia dan akhirat. Sebagai
petunjuk jalan yang harus mengerti dan memahami jalan yang boleh dilalui dan
mana jalan yang tidak boleh dilalui. Dari kedudukannya yang sangat penting di
tengah masyarakat, seorang dai harus mampu merealisasikan ajaran-ajaran Islam
di masyarakat. Menghindarkan masyarakat dari berpedoman pada ajaran-ajaran di
luar al-Quran dan hadis.
Aktivitas dakwah di Indonesia merupakan sesuatu yang khas dan tidak
bisa terlepas dari kebudayaan masyarakat. Indonesia memiliki keanekaragaman
budaya, adat, istiadat yang berbentuk ritual sosial keagamaan yang berkembang di
masyarakat. Khususnya masyarakat Jawa, salah satu kelompok masyarakat yang
memiliki banyak tradisi dan selanjutnya dijadikan sebagai salah satu praktik yang
memiliki nilai strategis bagi kehidupan. Menjadikan suatu tradisi sebagai sarana

4
Ardhana, Jurnalistik Dakwah, Yogyakarta: PustakaPelajar, 1995.
5
Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1987
3

beribadah, dengan menghapuskan unsur-unsur awalnya dan menggantikannya


dengan unsur-unsur Islam6.
Sebelum agama-agama besar datang ke Indonesia, khususnya Jawa,
mereka telah mengenal dan mempercayai kepercayaan adanya Tuhan yang
melindungi mereka. Keberagaaman ini semakin berkualitas dengan masuknya
agama-agama besar seperti Hindu, Budha, Islam, Katolik, Protestan ke Jawa.
Dalam pengertian lain bahwa ada diantara mereka yang benar-benar menjalankan
agama Islam secara murni. Ada yang memadukan ajaran-ajaran agama mereka
sebelumnya. Dengan demikian secara sadar atau tidak mereka telah melakukan
sinkretisasi antara ajaran Islam dengan ajaran dari luar Islam.
Tradisi masyarakat Jawa yang masih dilakukan hingga sekarang ini adalah
beragam upacara lingkar hidup, yakni upacara kelahiran, pernikahan hingga
kematian. Tradisi ini juga masih dijalankan oleh orang Jawa yang telah memeluk
Islam. Tradisi yang sudah menjadi budaya masyarakat Jawa ini sulit untuk
dihilangkan. Salah satu tradisi ritual atau upacara dalam adat Jawa yaitu selamatan
yang termasuk dalam upacara kematian. Masyarakat Islam Jawa mempunyai
kebiasaan atau adat mengadakan selamatan kematian, yang dimaksud berdoa
bersama-sama untuk mendoakan seseorang yang sudah meninggal, yang mana
selamatan satu akar dengan Islam dan salam yaitu kedamaian atau kesejahteraan.
Sebagaimana bila seorang muslim meninggal, maka keluarga terdekat atau
masyarakat yang ditinggalkan mengadakan upacara keagamaan dalam selamatan
kematian yang berlangsung selama: 1-7 hari, 40 hari, 100 hari, 1 tahun, 2 tahun,
1000 hari dan juga diadakan haul setiap tahunnya. Upacara kumpul-kumpul untuk
selamatan orang mati pada hari-hari tertentu itu menurut Hamka adalah
menirukan agama. Hindu. Ritual tersebut diisi dengan berjudi, minuman keras dan
sesajen kepada leluhur atau mayat, yang mana hal tersebut sangat bertentangan
dengan hukum-hukum agama Islam yang melarang judi, minuman keras, dan
sesaji kepada mayat karena ritual tersebut nantinya menjurus kerusakan dan
syirik.

6
Hasanah, Hasyim, Gerakan Dakwah Kultural, Semarang: UIN Walisongo, 2015
4

Hal ini memang tidak bisa disalahkan sepenuhnya karena mereka masih
belum mengenal ajaran agama Islam yang melarang keras ritual atau tindakan di
atas. Namun dalam pelaksanaannya saat ini, hadirin yang kumpul di rumah duka
pada hari-hari tertentu itu membaca bacaan-bacaan tertentu yang di kenal sebagai
bacaan tahlilan, yakni membaca lafal “laa illaaha illallah” secara bersama-sama,
sebagai suatu cara yang efektif untuk menanamkan jiwa tauhid selain itu
menimbulkan efek sentimental (penuh perasaan) dan sugestif (gampang menerima
paham atau pengajaran). Selain itu bacaan bacaan yang ada di tahlilan adalah
bacaan dari sepenggal ayat yang ada di dalam al-Quran.
Pemahaman masyarakat tentang tradisi tahlilan sangat diterima dan diakui.
Bahwa tahlilan merupakan kewajiban bagi masyarakat setempat, karena bertujuan
untuk menyebarkan atau memperluas syi’ar Islam, saling menjaga tali
silaturrahim sesama warga serta untuk mengirim doa kepada keluarga yang telah
meninggal. Tahlilan merupakan amalan saleh yang sesuai dengan tuntutan agama
dipandang dari sudut penambahan ilmu7.
Tradisi tahlilan merupakan salah satu hasil akulturasi antara nilai-nilai
masyarakat setempat dengan nilai-nilai Islam. Tradisi tahlilan dalam acara
selamatan kematian pada masyarakat ini merupakan salah satu sistem ritualitas
yang masih dipertahankan secara eksklusif hingga kini. Tradisi tahlilan ini
meskipun berangkat dari kristalisasi nilai-nilai budaya yang sedemikian
tradisional, namun pengaruhnya hingga kini masih sedemikian kuat. Pelaksanaan
tahlilan serta upacara lain dalam masyarakat Jawa biasa dipimpin oleh modin.
Modin atau yang biasa disebut lebe ini dipandang memiliki pengetahuan yang
mendalam tentang agama Islam di masyarakat. Sehingga ia seringkali tampil
menjadi wakil utama dalam acara-acara penting umat Islam di desa.
Keberadaan modin ini sangat menarik dalam lingkup dakwah Islam. Hal
ini disebabkan modin merupakan semacam penanggungjawab keagamaan,
terutama bagi masyarakat desa. Modin yang masuk dalam administrasi kelurahan
bertugas dalam hal kesejahteraan masyarakat khususnya dalam keagamaan. Tugas
dan kewajibannya berhubungan dengan hukum Islam. Salah seorang modin yang

7
Jaiz, Hartono, Ahmad, Tarekat Tasawuf dan Mauludan, Surakarta: Wacana Ilmiah Press, 2007
5

bertugas di Desa Godong, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan adalah


Ahmad Muadib.
Ahmad Muadib—selanjutnya disebut Pak Modin—adalah orang perangkat
desa yang dikabari pertama kali jika ada kabar kematian. Pak Modin nantinya
bertanggungjawab mengurusi jenazah, dari hal memandikan jenazah, mengkafani
jenazah hingga menguburkan jenazah.
Pada saat upacara pemberangkatan jenazah menuju masjid atau mushola
terdekat, Pak Modin memberikan sambutan mewakili keluarga keluarga yang di
tinggalkan. Di dalam sambutan tersebut Pak Modin memohonkan maafkan atas
kesalahan atau kekhilafan yang dilakukan oleh jenazah baik sengaja maupun tidak
sengaja dan bertanya kepada orang-orang yang melayat apakah masih ada sangkut
paut akan hal-hal yang belum di selesaikan. Setelah itu Pak Modin memberikan
sedikit tausiyah tentang kehidupan dan kematian, memberi pengingat kepada
semua pelayat bahwa hidup itu sebentar dan suapaya berbuat kebaikan dan
menjauhi larangan.8
Tidak hanya sekedar mengurus jenazah yang dilakukan oleh modin, tetapi
kegiatan atau hal-hal yang berhubungan dengan Islam. Pak Modin yang di anggap
masyarakat memiliki tokoh penting dalam identitas Islam. Seperti yang telah
disampaikan di awal, bahwa pendakwah tidak hanya sebatas tokoh agama dan
ulama. Tetapi semua orang yang menyerukan Islam diantaranya adalah Pak
Modin. Pak Modin menyeru agama Islam berjalan beriringan dengan tugasnya
sebagai perangkat desa di bagian keagamaan.
Berdakwah dengan menggunakan struktural ini memang bisa dibilang
potensial dan efektif, begitu juga berdakwah dengan kultural. Pak Modin masuk
dalam struktural keperangkatan desa dengan tugas utamanya dalam hal
keagamaan. Dan dalam tugasnya itu pak modin juga mempertahankan kultur yang
ada di desa. Dan dakwah dengan model seperti ini diharapkan tidak akan lahir
kegiatan-kegiatan yang bisa bertentangan dengan Islam.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan peneliti tertarik untuk
meneliti peran modin dalam dakwah di masyarakat lebih lanjut. Salah satu

8
Wawancara dengan Pak Modin
6

wilayah yang masih kental dengan adanya peran modin yaitu Desa Godong
Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan. Sehingga peneliti mengangkat judul
“Peran Modin dalam Dakwah di Masyarakat”
B. Identifikasi Masalah
Bertumpu pada latar belakang masalah, maka pokok permasalahan yang
menjadi fokus kajian dari penulis yaitu bagaimana peran modin dalam dakwah di
masyarakat?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan
Untuk mengetahui peran mudin dalam berdakwah di masyarakat (Studi di
Desa Godong Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan).
b. Manfaat
Secara Teoritik
Menambah khasanah pengetahuan dalam bidang ilmu Dakwah
mengenai Eksistensi Modin dan perannya dalam dakwah pada masyarakat Desa
Godong.
Secara praktis
1. Memberikan kesempatan bagi diri penulis untuk mengembangkan
kemampuan menulis sebuah karya ilmiah akademis mengenai
Peran Modin dalam Dakwah di Masyarakat. Hal ini nantinya dapat
menjadi referensi bagi penulis-penulis lain untuk memperdalam
pengetahuan tentang peran modin dalam dakwah.
2. Memberikan sebuah deskripsi yang aktual mengenai urgensi peran
Modin dalam dakwah di masyarakat, sehingga diharapkan dapat
memberikan sumbangsih bagi diri penulis pribadi, pemangku
kebijakan dan masyarakat umum untuk mencari sebuah solusi
dalam mengatasi berbagai masalah tentang peran Modin dalam
Dakwah di Masyarakat.
BAB II
PERAN MUDIN DAN DAKWAH

A. Peran
1. Pengertian dan Teori Peran
a. Pengertian Peran
Peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang
mempunyai suatu status9. Status atau kedudukan didefinisikan sebagai
suatu peringkat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok, atau posisi
suatu kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lainnya. Setiap
orang mungkin mempunyai sejumlah status dan diharapkan mengisi
peran sesuai dengan status tersebut. Dalam arti tertentu, status dan peran
adalah dua aspek dari gejala yang sama. Status adalah seperangkat hak
dan kewajiban, sedangkan peran adalah pemeranan dari seperangkat
kewajiban dan hak-hak tersebut.
Peranan atau peran (role) merupakan aspek dinamis kedudukan
(status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai
dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Pentingnya
peranan adalah karena ia mengatur perilaku seseorang. Peranan
menyebabkan seseorang pada batas-batas tertentu dapat meramalkan
perbuatan-perbuatan orang lain. Peranan diatur oleh norma-norma yang
berlaku. Misalnya, norma kesopanan menghendaki agar seorang laki-laki
bila berjalan bersama seorang wanita, harus di sebelah kiri10.
Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan
posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam
masyarakat (yaitu social-position) merupakan unsur statis yang
menunjukkan tempat individu pada organisasi masyarakat. Peranan lebih
banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses.

9
Horton, Paul B, Sosiologi, Jakarta: Erlangga, 1999
10
Soekanto, TeoriPeranan, Jakarta: Bumi Aksara, 2002

7
8

Jadi, seseorang menduduki satu posisi dalam masyarakat serta


menjalankan suatu peranan. Peranan mungkin mencakup tiga hal, yaitu:
1) Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini
merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing
seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
2) Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3) Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting
bagi struktur sosial masyarakat.

b. Pengertian Teori Peran


Teori peran (Role Theory) adalah teori yang merupakan perpaduan
teori, orientasi, maupun disiplin ilmu, selain dari psikologi, teori peran
berawal dari dan masih tetap digunakan dalam sosiologi dan antropologi.
Dalam ketiga ilmu tersebut, istilah “peran” diambil dari dari dunia teater.
Dalam teater, seorang aktor harus bermain sebagai seorang tokoh tertentu
dan dalam posisinya sebagai tokoh itu ia mengharapkan berperilaku
secara tertentu. Dari sudut pandang inilah disusun teori-teori peran.
Menurut Biddle dan Thomas teori peran terbagi menjadi empat
golongan yaitu yang menyangkut:
1) Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial.
2) Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut.
3) Kedudukan orang-orang dalam perilaku.
4) Kaitan antara orang dan perilaku.
Teori peran (Role Theory) adalah teori yang merupakan perpaduan
berbagai teori, orientasi maupun disiplin ilmu. Selain dari psikologi, teori
peran berawal dari dan masih tetap digunakan dalam sosiologi dan
antropologi. Dalam ke tiga bidang ilmu tersebut, istilah “peran” diambil
dari dunia teater. Dalam teater, seorang aktor harus bermain sebagai
seorang tokoh tertentu dan dalam posisinya sebagai tokoh itu, ia di
9

harapkan untuk berperilaku secara tertentu. Posisi aktor dalam teater


(sandiwara) itu kemudian dianalogikan dengan posisi seseorang dalam
masyarakat. Sebagaimana halnya dalam teater, yaitu bahwa perilaku yang
diharapkan dari padanya tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berada
dalam kaitan dengan adanya orang-orang lain yang berhubungan dengan
orang atau aktor tersebut.

2. Pengertian Peranan Sosial


Peranan sosial adalah suatu perbuatan seseorang dengan cara tertentu
dalam usaha menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan status yang
dimilikinya. Seseorang dapat dikatakan berperan jika ia telah
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan status sosialnya dalam
masyarakat. Jika seseorang mempunyai status tertentu dalam kehidupan
masyarakat, maka selanjutnya ada kecenderungan akan timbul suatu
harapan-harapan baru. Dari harapan-harapan ini seseorang kemudian akan
bersikap dan bertindak atau berusaha untuk mencapainya dengan cara dan
kemampuan yang dimiliki. Oleh karena itu peranan dapat juga
didefinisikan sebagai kumpulan harapan yang terencana. Seseorang yang
mempunyai status tertentu dalam masyarakat. Dengan singkat peranan
dapat dikatakan sebagai sikap dan tindakan seseorang sesuai dengan
statusnya dalam masyarakat. Atas dasar definisi tersebut maka peranan
dalam kehidupan masyarakat adalah sebagai aspek dinamis dari status11.
Ciri pokok yang berhubungan dengan istilah peranan sosial adalah
terletak pada adanya hubungan-hubungan sosial seseorang dalam
masyarakat yang menyangkut dinamika dari cara-cara bertindak dengan
berbagai norma yang berlaku dalam masyarakat, sebagaimana pengakuan
terhadap status sosialnya. Sedangkan fasilitas utama seseorang yang akan
menjalankan peranannya adalah lembaga-lembaga sosial yang ada dalam
masyarakat. Biasanya lembaga masyarakat menyediakan peluang untuk

11
Syani, Abdul, Sosiologi, Sistematika, Teoridan Terapan, Jakarta: PN Bumi Aksara, 1994
10

pelaksanaan suatu peranan. Menurut Levinson, bahwa peranan itu


mencakup tiga hal, yaitu:
a. Peranan meliputi norma-norma yang di hubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan
rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam
kehidupan kemasyarakatan.
b. Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai peri kelakuan individu yang
penting bagi struktur sosial masyarakat.

B. Modin
1. Sejarah Modin
Sejarah perkembangan modin berawal ketika ajaran Islam masuk ke
Indonesia di mana terdapat perpaduan antara Hukum Islam dan Hukum
Adat. Dalam perkembangannya atau proses masuknya Islam ke Indonesia
tidak lepas dari peran budaya atau disebut akulturasi agama 12. Kemunculan
dan perkembangan Islam di Negara Indomelayu (seperti Indonesia)
menimbulkan transformasi kebudayaan-peradaban lokal. Transformasi suatu
kebudayaan-peradaban melalui pergantian agama terjadi karena Islam bukan
hanya menekankan keimanan yang benar, akan tetapi juga mengatur
bagaimana untuk tingkah yang baik. Ajaran yang terdapat dalam Islam pada
giliranya harus diimplementasikan setiap Muslim dalam berbagai aspek
kehidupannya.
Pengaruh budaya terhadap masuknya Islam di Indonesia sangatlah
kuat. Ajaran-ajaran Islam yang mencakup aspek akidah, syari'ah dan akhlak,
menampakkan perhatiannya yang sangat besar terhadap persoalan utama
kemanusiaan dan budaya di Indonesia yang sangat plural. Hal yang sama
juga terjadi pada munculnya modin sebagai petugas resmi urusan agama di
12
Mulyosari, Dinamika Masyararat dan Solusinya, Kasusatas Pemilihan Kaum di Dusun
Cupuwatu I Purwomartani Kalasan Sleman. Aplikasia, Jurnal Aplikasi llmu-ilmu Agama. Vol.
VIII, No. 2, Desember 2007.
11

sebuah desa yang tidak lepas dari pengaruh budaya. Pola-pola struktural
Jawa Islam konteporer memiliki kemiripan dengan yang ada dalam mitologi
zaman Mataram dan organisasi keraton. Pada kalangan masyarakat jawa
yang sangat anti-santri, kegiatan agama seperti memimpin doa, mencatat
peristiwa kelahiran, pernikahan, khitanan, dan penyelenggaraan upacara
kematian harus dipimpin oleh orang spesial dalam menyelengarakan ritual
Islam disebut dengan modin.
Pada tahun 1814 di masa Raffles, telah ada seorang Penghulu yang
merupakan anggota konstitusi dari warga asli Indonesia yang berkedudukan
sebagai pemimpin masjid. Perannya adalah membantu muslim untuk
memutuskan problem yang muncul. Kemudian istilah ini lebih dikenal
sebagai muaddzin yang mempunyai arti pemimpin Masjid. Perkembangan
sekanjutnya muncul istilah Kaum atau yang bisa disebut modin, rois atau
The Mosque Official (Pemimpin Masjid). Modin bertugas mengurusi urusan
orang yang mau menikah dan orang yang kena musibah kematian.
Kemudian, sekitar orde lama, modin masuk menjadi bagian dari
Administrasi Desa, dimana bisa kita lihat, secara struktural, seorang modin
dipilih oleh Kepala Desa.
BPD Kepala Desa

Sekdes

Kaur Keuangan Kaur


Umum

Kepala Dusun Bayan Modin


Tani

(Kedudukan Modin secara struktural)


12

Secara struktural posisi jabatan bidang kesra (Kesejahteraan Rakyat) atau


modin memang berada di bawah kepala desa, akan tetapi dalam menjalankankan
tugas dan fungsinya seorang modin lebih banyak langsung terjun di tengah
kehidupan masyarakat sehingga sangatlah tepat jika secara administratif seorang
modin berubah dengan istilah Kaur Kesra (Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat).
Seorang kaum bertugas memimpin berbagai ritual, seperti kematian, kelahiran dan
sebagainya. Sebagai contoh, dia memimpin berdoa, yasinan, tahlil, slametan,
ziarah kubur dan sebagainya. Sebagai imbalan jasa, seorang Kaum diberi bengkok
atau lahan pertanian seluas 200 m2. Tanah tersebut milik Pemerintah Desa.
Selama menjadi Kaur, dia berhak memanfaatkan lahan tersebut untuk mencukupi
kebutuhannya.

2. Pengertian Modin
Modin menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti juru azan;
muazzin, pegawai masjid. Kata modin berasal dari bahasa Arab: mu’addzin, dan
merupakan sebutan bagi orang yang menyuarakan adzan. Modin adalah seorang
pegawai rendahan dalam soal administrasi agama yang membantu seorang
penghulu dalam berbagai upacara keagamaan. Modin adalah juru muadzin atau
pegawai masjid yang dipilih pemerintah atau usul kyai, berfungsi juga sebagai
catatan sipil di tingkat daerah13.
Modin pada abad ke- 19 di Jawa digunakan untuk menunjukan pejabat
keagamaan tingkat desa, satu tingkat dibawah penghulu kabupaten, atau naib.
Modin bertanggung jawab mengenai urusan-urusan keagamaan penduduk Desa,
seperti menemani pengantin wanita dan pria ke naib dan membantu
mempersiapkan pernikahan. Di sejumlah wilayah di Jawa, muncul berbagai nama
untuk modin, seperti kaum, lebe atau amil.
Modin menurut sekretaris Desa Godong H. Nur Salim adalah perangkat
desa yang mengurusi masalah nikah, masalah kematian, masalah kependudukan,

13
Latif, M., Syahbudin, Persaingan Calon Kepala Desa di Jawa, Yogyakarta: Media Perssindo,
2000.
13

masalah pendidikan dan masalah kesejahterahan masyarakat, tetapi masyarakat


lebih mengenal modin dengan tugasnya di masalah nikah dan masalah kematian
saja.
Kepala Desa Godong, H. Zainal Arifin, memberikan pengertian tentang
modin, bahwa modin bisa dikatakan sebagai kepala agama atau pemimpin agama
karena tugas modin kebanyakan di bidang keagamaan. Tidak hanya itu modin
juga sebagai kepala urusan kemasyarakatatan, mencatat kependudukan, mengurusi
masyarakat miskin, dan modin terkadang juga membantu tugas kepala dusun
membagikan tagihan pajak kepada masyarakat.
Modin atau lebe adalah pemimpin agama juga orang yang bertugas
memimpin kegiatan-kegiatan agama antara lain menikahkan orang. Modin dengan
begitu, sejatinya berkedudukan istimewa karena bertalian dengan tugas
pengabdian yang penuh keikhlasan. Istimewa itu bukan berarti ia diistimewakan,
melainkan tidak semua orang mampu menjadi modin karena dibutuhkan
kepribadian dan pengetahuan agama yang baik. Modin adalah pembarep yang
memberikan teladan sekaligus pelayanan terhadap masyarakat. Tugasnya bukan
sekadar mengurus jenazah, talqin, membantu persiapan pernikahan, dan
sejenisnya sehingga terkesan seperti panitia teknis. Modin, seperti kalimat
pembentuknya, adalah benar-benar pemimpin agama yang memiliki fungsi
penting dalam membangun ekspresi keberagaman masyarakat desa.

3. Syarat dan Kriteria Modin


Secara umum, karakter pemimpin agama tersebut tercantum dalam
AlQuran surat Al-Anbiya’ ayat 73:

ِ ٰ‫َو َج َع ْلنٰهُ ْم اَىِٕ َّمةً يَّ ْه ُدوْ نَ بِا َ ْم ِرنَا َواَوْ َح ْينَآ اِلَ ْي ِه ْم فِ ْع َل ْالخَ يْر‬
‫ت َواِقَا َم الصَّلٰو ِة َواِ ْيتَاۤ َء‬
ٰ ‫ال َّزكٰو ِةۚ َو َكانُوْ ا لَنَا‬
ۙ َ‫عبِ ِد ْين‬
“Dan Kami menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi
petunjuk dengan perintah Kami dan Kami wahyukan kepada mereka agar berbuat
14

kebaikan, melaksanakan salat dan menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami
mereka menyembah”14
Berdasarkan wawancara dengan Sekretaris Desa Godong, H. Nur Salim
menyatakan, bahwa syarat-syarat untuk menjadi seorang modin sama halnya
dengan syarat-syarat perangkat desa lainnya antara lain sebagai berikut:
1. Kartu Keluarga (KK) dan KTP,
2. Ijazah sekolah minimal SLTA atau sederajat
3. Akta Kelahiran
4. Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK)
5. Surat tidak pernah menjalani kurungan penjara
6. Surat keterangan bertaqwa kepada Allah SWT
7. Surat keterangan kesehatan dari dokter
8. Warga bertempat tinggal di Desa Godong
Adapun untuk modin menurut H. Nur Salim mempunyai kriteria khusus,
sebagai berikut:
1. Pendidikan Non-Formal
Kriteria khusus Modin, di samping berpendidikan formal
sebagaimana syarat menjadi perangkat desa juga wajib menempuh pendidikan
non-formal. Pendidikan non-formal yang dimaksud adalah pesantren. Diharapkan
modin mempunyai pengetahuan agama yang mendalam, karena tugas modin
banyak berkaitan dengan agama.
2. Harus Siap Mengurusi Jenazah
Kriteria kedua yaitu harus siap mengurus jenazah, memandikan
jenazah dan mengafani jenazah. Tugas ini menjadi tugas modin yang paling
utama, dikarenakan mengurus jenazah merupakan sesuatu hal yang seringkali
membuat orang takut. Selain itu, tidak semua orang paham bagaimana tata
caranya mengurus jenazah.

C. Dakwah

14
Al-Qur'an al-Karim, Departemen Agama RI AL-Qur'an Tajwid dan Terjemahnya, (Jakarta:
Syaamil Cipta Media, 2006)
15

1. Pengertian Dakwah
Secara lughowi dakwah berasal dari kata ً‫( دع ي~~دع دع~~وة‬da‟a,
yad‟u, da‟watan). Dalam tata Bahasa Arab, kata dakwah berbentuk sebagai isim
masdar yang berarti memanggil, mengajak atau menyeru 15. Mengajak, menyeru
memanggil dalam kebaikan untuk menpengaruhi umat menjadi yang lebih baik.
Mempengaruhi manusia memalui ucapan baik dapat pula dengan kiasan agar
lawan bicara merasa nyaman dengan ucapan yang ditututrkan dan tidak
tersinggung atas apa yang diucapkan. Makna utama kata dakwah menurut bahasa
adalah call (memanggil), invite (mengundang), dan digunakan juga untuk arti
missionary activity dan missionary work.
Kata dakwah dan derivasinya dalam al-Qur’an menemukan tiga kategori
arti. Pertama, arti-arti dakwah yang menjelaskan hubungan vertikal, yaitu do’a/
memohon kepada Tuhan dan ibadah/ menyembah. Kedua arti-arti yang
menejelaskan horisontal, yaitu undangan, harapan, panggilan, seruan, ajakan dan
permintaan. Ketiga arti-arti lainnya terdiri dari arti mendakwa dan anak angkat.
Penggunaan kata dakwah banyak dikaitkan oleh masyarakat dakwah
ditemukan tiga ketegori. Pertama, arti dakwah derivasinya dalam al-Qur’an sama
dengan devinisi istilah dakwah dalam ilmu dakwah, terdiri dari sejumlah arti yang
mengandung pengertian menggerakkan sesama manusia untuk berbuat sesuatu.
Kedua, arti dakwah derivasinya dalam al-Qur’an mirip dengan devinisi istilah
dakwah dalam ilmu dakwah, terdiri dari kelompok arti yang mengandung
pengertian mendorong/menggerakkan Tuhan (bukan manusia) untuk melakukan
sesuatu. Ketiga, arti dakwah derivasinya dalam al-Qur’an tidak sama dengan
devinisi istilah dakwah dalam ilmu dakwah, terdiri dari sejumlah arti yang tidak
mengandung pengertian menggerakkan orang lain atau pihak lain16.

Pengertian dakwah menurut para ahli antara lain :


a. Menurut.M Arifin dakwah mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan
ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang
15
Amin, Syamsul, Munir, Ilmu Dakwah, Jakarta: SinarGrafika, 2009
16
Sulthon Muhammad, Desain Ilmu Dakwah Kajian Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis,
Yogyakarta, Pustaka Pelajar: 2005
16

dilakukan secara sadar daan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain
baik secara individual maupun secara kelompok agar timbul dalam dirinya
suatu pengertian, kesadaran, sikap, penghayatan serta pengalaman terhadap
ajaran agama sebagai message yang disampaikan kepadanya dengan taanpa
adanya unsurunsur pemaksaan.
b. Nasarudin Latif dalam bukunnya “Teori dan Praktek Dakwah Islamiyah”,
mendefinisikan dakwah adalah usaha aktivitas dengan lisan maupun tulisan
yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman
dan menaati Allah SWT. Sesuai dengan garisgaris akidah dan syariat serta
akhlak Islamiyah.
c. Syekh Ali Mahfud dalam kitabnya “Hidayatul Mursyidin”, memberikan
definisi dakwah sebagai berikut: Dakwah adalah mendorong manusia untuk
melakukan kebajikan dan mengikuti petunjuk agama, menyeru mereka
kepada kebaikan dan mencegah mereka dari perbuatan munkar agar
memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
d. Muhammad Khidr Husein mengatakan, bahwa dakwah adalah upaya untuk
memotivasi orang agar berbuat baik dan mengikuti jalan petunjuk, dan
melakukan amar makruf nahi munkar dengan tujuan mendapatkan kesuksesan
dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
e. Abdul Munir Mulkhan mengartikan dakwah sebagai usaha mengubah situasi
kepada yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap individu maupun
masyarakat.
f. Menurut M. Quraish Shihab, mendefinisikan dakwah sebagai seruan atau
ajakan kepada keinsafan, atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang
lebih baik (dari yang awalnya berprilaku buruk sampai kepada arah yang
lebih baik) dan sempurna. Baik kepada pribadi maupun kepada masyarakat,
dan dakwah seharusnya berperan dalam pelaksanaan ajaran Islam secara lebih
menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan17.
Menurut penulis, dakwah berarti mengajak, menyeru kepada perorangan
maupun kelompok tentang ajaran ajaran Islam yang diperintahkan oleh Allah dan

17
Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Qur'an, Bandung: Mizan, 1992
17

menjauhi yang dilarangkan dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari.


Maka dakwah secara esensial bukan hanya berarti usaha mengajak mad’u
untuk beriman dan beribadah kepada Allah, tetapi juga bermakna menyadarkan
manusia terhadap realitas hidup yang harus mereka hadapi dengan berdasarkan
petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Dalam pengertian integralistik, dakwah
merupakan suatu proses yang berkerkesinambungan yang ditangani oleh
pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke
jalan Allah, dan secara bertahap menuju perikehidupan yang Islami. Suatu proses
yang berkesinambungan adalah suatu proses yang bukan kebetulan, melainkan
benar-benar direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara terus-menerus oleh
para pengemban dakwah dalam rangka mengubah perilaku sasaran dakwah sesuai
dengan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan18.

2. Dakwah Dasar
Dakwah merupakan kewajiban stiap muslimin dan muslimat.
Misalnya amar ma‟ruf nahi mungkar, jihad dan memberi nasehat. Untuk
menguatkan kewajiban dakwah bagi setiap muslm perlu juga ditinjau dari segi
kepentingan perkembangan dakwah dan pemanfaatan ilmu untuk diri sendiri dan
orang lain, sesuai firman Allah di dalam surat An-Nahl ayat 125 yang berbunyi:

َ‫ع اِلٰى َسبِي ِْل َربِّكَ بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َموْ ِعظَ ِة ْال َح َسنَ ِة َو َجا ِد ْلهُ ْم بِالَّتِ ْي ِه َي اَحْ َس ُنۗ اِ َّن َربَّك‬ ُ ‫اُ ْد‬
َ‫ض َّل ع َْن َسبِ ْيلِهٖ َوهُ َو اَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهتَ ِد ْين‬
َ ‫هُ َو اَ ْعلَ ُم بِ َم ْن‬
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang
baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”19.

3. Tujuan Dakwah

18
Hafidhuddin, Didin, Dakwah Aktual, Jakarta: Gema Insane, 1998
19
Al-Qur'an al-Karim, Departemen Agama RI AL-Qur'an Tajwid dan Terjemahnya, (Jakarta:
Syaamil Cipta Media, 2006)
18

Tujuan merupakan sesuatu yang dicapai melalui tindakan,


perbuatan atau usaha. Dalam kaitannya dengan dakwah, maka tujuan dakwah
sebagaimana dikatakan Ahmad Ghasully adalah membimbing manusia untuk
mencapai kebaikan dalam rangka merealisir kebahagiaan. Sementara itu, Ra’uf
Syalaby mengatakan bahwa tujuan dakwah adalah meng-Esakan Allah SWT,
membuat manusia tunduk kepada-Nya, mendekatkan diri kepada-Nya dan
intropeksi terhadap apa yang telah diperbuat20.

Tujuan dakwah sebagaimana dikatakan Ahmad Ghasully dan Ra’uf Syalaby


tersebut dapat dirumuskan ke dalam tiga bentuk yaitu:

a. Tujuan Praktis
Tujuan praktis dalam berdakwah merupakan tujuan tahap awal untuk
menyalamatkan umat manusia dari lembah kegelapan dan membawanya ke
tempat yang terang-benderang, dari jalan yang sesat kepada jalan yang lurus, dari
lembah kemusyrikan dengan segala bentuk kesengsaraan menuju kepada tauhid
yang menjanjikan kebahagiaan. Hal ini tercermin dalam al-Qur’an surah al-
Thalaq: 11

َ‫ت ِمن‬ ِ ٰ‫صٰلِح‬ ٍ ٰ‫ت اللّٰ~~ ِه ُمبَيِّن‬


ّ ‫ت لِّي ُْخ~~ ِر َج الَّ ِذ ْينَ اٰ َمنُ~~وْ ا َو َع ِملُ~~وا ال‬ ِ ‫َّس~~وْ اًل يَّ ْتلُ~~وْ ا َعلَ ْي ُك ْم اٰٰي‬
ُ ‫ر‬
ٍ ّٰ‫ص ~الِحًا يُّ ْد ِخ ْل~هُ َجن‬
‫ت تَجْ ~ ِريْ ِم ْن تَحْ تِهَ~~ا‬ َ ْ‫ت اِلَى النُّوْ ِرۗ َو َم ْن يُّْؤ ِم ْنۢ بِاللّٰ ِه َويَ ْع َمل‬ ِ ٰ‫الظلُم‬ُّ
‫ااْل َ ْنهٰ ُر خٰلِ ِد ْينَ فِ ْيهَآ اَبَدًاۗ قَ ْد اَحْ َسنَ اللّٰهُ لَهٗ ِر ْزقًا‬
“(dengan mengutus) seorang Rasul yang membacakan ayat-ayat Allah kepadamu
yang menerangkan (bermacam-macam hukum), agar Dia mengeluarkan orang-
orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, dari kegelapan kepada cahaya.
Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan mengerjakan kebajikan, niscaya Dia
akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-
sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sungguh, Allah memberikan
rezeki yang baik kepadanya.”21
20
Pimay, Awaluddin. 2006. Metodologi Dakwah. Semarang: Rasail. (Anshari, 1993: 107).
21
Al-Qur'an al-Karim, Departemen Agama RI AL-Qur'an Tajwid dan Terjemahnya, (Jakarta:
Syaamil Cipta Media, 2006)
19

Dengan demikian dapat dipahami bahwa secara praktis tujuan awal


dakwah adalah menyelamatkan manusia dari jurang yang gelap (kekafiran) yang
membuatnya tidak bisa melihat segala bentuk kebenaran dan membawanya
ketempat yang terang-benderang (cahaya iman) yang dipantulkan ajaran Islam
sehingga mereka dapat melihat kebenaran.
b. Tujuan Realities
Tujuan realistis adalah tujuan antara, yakni berupa terlaksananya
ajaran Islam secara keseluruhan dengan cara yang benar dan berdasarkan
keimanan, sehingga terwujud masyarakat yang menjunjung tinggi kehidupan
beragama dengan merealisasikan ajaran Islam secara penuh dan menyeluruh.
Tujuan dakwah semacam ini dapat dikaji dari al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 2:

ۙ َ‫ْب ۛ فِ ْي ِه ۛ هُدًى لِّ ْل ُمتَّقِ ْين‬


َ ‫ٰذلِكَ ْال ِكتٰبُ اَل َري‬
“Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertakwa,”
Dalam menafsirkan ayat ini, Sayyid Quthub berpendapat bahwa tujuan
dakwah adalah mewujudkan orang-orang mukmin yang berserah diri kepada
Allah dalam segala aspek kehidupan mereka dengan keseluruhan jiwa dan amal
mereka, baik yang kecil maupun yang besar.
Dengan penyerahan diri ini, maka sudah tidak tersisa lagi kedurhakaan
baik dalam angan-angan maupun dalam ingatan, baik dalam niatan maupun dalam
perbuatan, baik dalam kesukaan maupun dalam ketakutan, tidak berlagak
merendahkan diri terhadap Allah serta tidak membenci hukum-hukum Allah dan
ketetapan-ketetapan-Nya22.
Memperhatikan penafsiran Sayyid Quthub dapat dipahami bahwa al-
Qur’an menghendaki terwujudnya masyarakat beriman (mukmin) secara utuh dan
sempurna, bukan masyarakat mukmin yang setengah-setengah atau masyarakat
munafiq. Dengan demikian, tujuan realistis dakwah adalah merealisasikan

22
Pimay, Awaluddin. 2006. Metodologi Dakwah. Semarang: Rasail. (Anshari, 1993: 107).
20

terwujudnya masyarakat mukmin yang benar-benar menjalankan syari’at Islam


secara menyeluruh.
Dengan penyerahan diri ini, maka sudah tidak tersisa lagi kedurhakaan
baik dalam angan-angan maupun dalam ingatan, baik dalam niatan maupun dalam
perbuatan, baik dalam kesukaan maupun dalam ketakutan, tidak berlagak
merendahkan diri terhadap Allah serta tidak membenci hukum-hukum Allah dan
ketetapan-ketetapan-Nya.
21
BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG KONDISI SOSIAL MASYARAKAT
DESA GODONG DAN TENTANG BIOGRAFI MODIN

A. Gambaran Umum Tentang Kondisi Sosial Masyarakat Desa Godong


1. Letak Geografis
Desa Godong merupakan desa yang berada dalam lingkup
Kecamatan Godong dan termasuk wilayah paling utara bagian timur di
Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan. Dan luas wilayah 470.430 Ha.
Jarak dari Ibu Kota Kabupaten Grobogan 18.00 Km, lama perjalanaan
yang dibutuhkan adalah 0.50 jam jika menggunakan kendaraan bermotor.23
Batas-batas Desa Godong sebagai berikut:
a. Sebelah utara Desa Menawan Kecamatan Klambu
b. Sebelah barat Desa Bugel
c. Sebelah selatan Desa Kemloko
d. Sebelah timur Desa Klampok
Keadaan Desa Godong tidak jauh berbeda dengan daerah di
Kabupaten Grobogan yaitu beriklim tropis yang meliputi dua musim
(musim kemarau dan musim hujan). Desa ini terdiri dari 2 dusun: Dusun
Kemantren, Dusun Karanganyar. Penduduk Desa Godong berjumlah 6.513
jiwa dengan rincian jenis kelamin laki-laki sebanyak 3.175 jiwa dan jenis
kelamin perempuan sebanyak 3.338 jiwa.
Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Godong
Kepala Desa : H. Zainal Arifin
Sekertaris Desa : H. Nur Salim
Kepala Urusan (Kaur) Keuangan : H. Mukhsoni, S.E
SE Kaur Umum : Heru Ashar
Kepala Dusun (Kadus) I : H. Abdul Najib
Kepala Dusun (Kadus) II : Sukron
Modin I : H. Ahmad Muadib

23
Dokumentasi data pokok Desa Godong, 2010

22
23

Modin II : Muhammad Rofiq


Bayan Tani : H. Kamsari

2. Kondisi sosial dan Keagamaan Masyarakat Desa Godong


Desa Godong merupakan wilayah pusat ekonomi warga di wilayah
Kecamatan Godong. Maka tak heran jika masyarakat setempat mempunyai
profesi utama sebagai pedagang. Hal ini tak mengherankan, mengingat di
wilayah ini terdapat sebuah pasar induk yang bernama Pasar Umum Godong.
Pasar Godong menjadi sentra perdagangan, bukan hanya di kecamatan saja
melainkan juga dengan masyarakat Kabupaten Demak. Sebab lokasi keduanya
berdekatan (hanya berbeda sisi jalan). Sebagai sentra perekonomian,
pembangunan di Desa Godong dapat dibilang cepat. Berbagai perkantoran
(Dinas ataupun Swasta) berdiri di wilayah ini, pusat perbelanjaan hingga
sekolah-sekolah juga banyak dijumpai di Godong.
Desa Godong juga mempunyai lahan persawahan yang luas, hampir
sebagian dari luas desa adalah lahan pertanian. Lahan pertanian itu
dimanfaatkan warga untuk bertani padi. Selain padi juga ada sedikit yang
menanam sayur-sayuran dan buah-buahan, tetapi mayoritas menjadi petani
padi. Jadi ekonomi warga Godong bisa disebut berkecukupan, karena
persoalan sandang, papan dan pangan tidak menjadi kendala.
Kondisi keagamaan masyarakat Desa Godong sekarang, kebanyakan
menganut Agama Islam yang mengikuti organisasi masyarakat (ormas)
Nahdlatul Ulama (NU). Tetapi pada tahun lalu masih juga ada sebagian kecil
warga Desa Godong yang non-muslim seperti: Kristen dan Katolik. Walaupun
begitu Kondisi sekarang ini keseluruhan warga Desa Godong sudah menganut
Agama Islam.24
Mayoritas masyarakat Desa Godong lulusan SLTP atau sederajat yang
jumlahnya mencapai 339 orang. Dari banyaknya masyarakat yang
berpendidikan akhir SLTP atau sederajat itu mereka bercita-cita untuk
generasinya agar sekolah lebih tinggi lagi. Selain pendidikan formal

24
Dokumentasi data pokok Desa Godong, 2010
24

masyarakat Desa Godong juga ada yang berpendidikan non formal baik itu
tambahan jadi double pendidikan, formal dan non formal. pendidikan non
formal seperti mengaji diniyah, mengaji di pak ustadz, mengaji di pondok dan
mengaji di TPQ/TPA yang tersebar di 3 gedung TPQ/TPA dan Madrasah
Diniyah Awaliyah (MDA), 1 pndok pesantren, 3 masjid, 21 musholla atau
langgar di wilayah dengan jumlah murid sekitar 1.078.25
Pendidikan di Desa Godong bisa di katakana maju, salah satunnya bisa
dilihat dari infrastruktur, baik sarana pendidikan formal maupun pendidikaan
nonformal. Di Desa Godong terdapat sarana pendidikan formal terdiri dari
gedung sekolah anak di usia dini (play group), taman kanak-kanak, gedung
sekolah dasar, gedung SMP/MTS, SMK/SMA/MA dan gedung-gedung untuk
sekolah non formal yakni pondok pesantren dan gedung majelis taklim untuk
orang tua.

B. Biografi Modin
1. Riwayat Hidup
Ahmad Muadib, lahir pada tanggal 19 Juli 1971 di Dusun
Kemantren, Desa Godong, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan.
Ahmad Muadib lahir dari orang tua yang bernama H. Nur Syahid dan
Hj. Nur Afiyah. Ayahnya merupakan seorang guru mengaji dan juga
sebagai imam disalah satu masjid. H. Nur Syahid juga mendapat
kepercayaan untuk memimpin Mushola Miftahul Jannah dan juga
sebagai penceramah aktif setiap harinya. Mata pencaharian beliau
hanya sebagai petani biasa yang dibantu oleh istrinya seorang ibu
rumah tangga.
Semenjak lahir Muadib sudah berada dalam lingkungan yang
bersifat agamis. Bukan hanya karena latar belakang ayahnya yang
notebennya adalah seorang tokoh agama, tetapi juga karena aktivitas
masa kecilnya sudah lekat dengan pendidikan agama. Akibat pengaruh
lingkungan seperti inilah Ahmad Muadib memutuskan untuk tetap

25
Dokumentasi data pokok Desa Godong, 2010
25

istiqomah dalam jalur menyiarkan dakwah Islamiah hingga menjadi


seorang modin seperti sekarang ini.
Ahmad Muadib menyelesaikan pendidikan formalnya di SD Islam
YATPI Godong tamatan tahun 1985, meneruskan di MTS YATPI
Godong kemudian lulus pada tahun 1988, dan pendidikan formal
selanjutnya adalah di MA YATPI Godong tamat tahun 1991. Selain
menjalani pendidikan formal Muadib juga menimba ilmu di
pendidikan nonformal yaitu sekolah Madrasah Dinniyah Awaliyah
dan di malam harinya mempelajari Kitab Fikih dan Nahwu di bawah
bimbingan K.H. Zainul Wafa.
Pada tahun 1991 tepatnya paska menyelesaikan sekolahnya di MA
YATPI Godong, Muadib tidak langsung meneruskan ke Perguruan
Tinggi, melainkan menjadi santri di Pondok Pesantren Al Falah Desa
Ploso Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri Provinsi Jawa Timur selama
empat tahun. Setelah mukim dari Pondok Pesantren Al Falah ia
melanjutkan pendidikannya di IAIN Walisongo Semarang pada tahun
1995 mengambil jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan. Sekarang ia sudah berkeluarga dengan Nur Wakhidah
dan telah dikaruniai tiga orang anak, Rifqi Hulli Fahmi lahir tahun
1996, Ahmad Syaqi lahir tahun 2001, dan Salwa Chintia lahir tahun
2006.
2. Karir dan Organisasi
Muadib memulai belajar berdakwah dari masa remajanya. Dari
belajar berorganisasi yang berjalur di agama Islam, yaitu Ikatan
Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU). IPNU-IPPNU sebagai organisasi
yang bersifat keterpelajaran, kekaderan, kemasyarakatan, kebangsaan
dan keagamaan yang berhaluan Islam Ahlussunah Waljamaah. Di
IPNU Muadib masuk dalam kepengurusan sebagai seksi dakwah.
Sesuai semboyan IPNU belajar, berjuang dan bertaqwa, Muadib
mempraktekannya untuk menambah ilmu agama dan mengasah
kemampuan diri.
26

Selain organisasi IPNU, Muadib juga menghabiskan masa


remajanya di organisasi Karang Taruna. Karang Taruna (KT) adalah
organisasi sosial atau lembaga pemberdayaan masyarakat wadah
pengembangan generasi muda yang tumbuh dan berkembang atas
dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh, dan untuk
masyarakat terutama generasi muda di wilayah desa atau komunitas
sosial sederajat dan bergerak terutama dibidang usaha kesejahteraan
sosial dan bidang-bidang yang berorientasi pada peningkatan
kesejahteraan sosial.
Tahun 2004 di Desa Godong ada pembukaan menjadi perangkat
desa bagian modin. Muadib mencobanya untuk mendaftar. Setalah
dinyatakan di terima, Muadib langsung memutuskan untuk berhenti
dari pekerjaan mengabdinya menjadi guru dan fokus dalam pekerjaan
modinnya. Tugas modin Muadib sesuai Surat Pengangkatan Kepala
Desa Godong yakni selama 20 tahun mulai tahun 2004-2024.
Langkah Muadib untuk memilih pekerjaan sebagai perangkat
desa agar bisa berdakwah, menyiarkan agama Islam dan meneruskan
perjuangan ayahandanya yang di masyarakat Desa Godong dikenal
dengan agamanya yang baik atau bisa disebut kyai desa. Ia berfikir
bisa bekerja untuk menafkahi keluargaanya sekaligus berdakwah di
desanya sendiri. Baginya pekerjaan sebagai modin pekerjaan yang
sesuai. Walaupun tidak berdakwah seperti pendakwah-pendakwah
yang biasanya melakukan ceramah, tapi modin dengan tugas pokok
dan fungsinya bisa di bidang keagamaan26.

26
Wawancara dengan Modin, Godong 2022
27
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitataif dengan menggunakan
analisa diskriptif. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan
pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu
fenomena sosial dan masalah manusia. Peneliti membuat suatu gambaran
kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan
melakukan situasi yang dialami. Bogdan dan Taylor mengemukakan bahwa
metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dan perilaku dari orang-orang
yang diamati.27

B. Subyek Penelitian
Penentuan informan digunakan teknik purposive yakni memfokuskan
pada informan-informan di dalam unit kasus yang akan diteliti. Untuk
kemudian peneliti memilih informan, kelompok, tempat, kegiatan dan
peristiwa yang kaya dengan informasi.28 Penentuan informan dengan teknik
purposive ini berdasarkan atas kriteria tertentu. Informan tersebut terdiri dari:
1. Informan Pangkal yakni Kepala Desa Godong. Dari Informan pangkal
ini peneliti akan menggali informasi dan mendapatkan informan kunci
yang memiliki kredibilitas untuk memberikan informasi terkait tema
penelitian ini.
2. Informan kunci disini adalah Sekretaris Desa dan Modin. Adapun
kriteria yang peneliti tetapkan untuk Sekretaris Desa adalah memiliki
data-data yang peneliti butuhkan seperti: Profil desa, Struktur
Organisasi desa dan sudah menjabat selama bertahun-tahun. Sementara

27
Ardial, Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014), hal. 249
28
Nana Syaodiq Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya,2012), hal.101

28
29

untuk Modin adalah mengetahui keadaan di masyarakat dan sudah


menjabat selama bertahun-tahun.

C. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi,
dan dokumentasi.
1. Wawancara Mendalam
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan tersebut dilakukan oleh dua pihak yakni pewawancara
(interviewer) dan yang diwawancarai (interviewee). Maksud
mengadakan wawancara seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba
antara lain untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan,
organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain
kebulatan; merekronstruksi kebulatankebulatan demikian sebagai yang
dialami masa lalu; memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang
telah diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang;
memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh
dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi);
memverfikasi, merubah dan memperluas konstruksi yang
dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekkan anggota.29
Wawancara di tunjukkan oleh semua informan yaitu, Kepala
Desa Godong, Sekretaris Desa dan Modin. Wawancara kepada Kepala
Desa untuk meminta saran dan masukan tentang informasi terkait judul
penelitian.
Wawancara kepada Sekretaris Desa dan Modin untuk
mengetahui gambaran umum tentang Desa Godong, Jumlah warga,
Profil Desa, Struktur Organisasi Desa dan keadaan masyarakat Desa
Godong.

29
Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kulalitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset,
1998), hal.135
30

2. Observasi
Pengamatan dilakukan untuk mengetahui secara langsung proses
penyampaian keagamaan kepada masyarakat yang mengarah ke
kegiatan-kegiatan keagamaan yang sudah ada.

3. Dokumentasi
Adapun dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang
kondisi umum masyarakat Desa Godong dan menyimpan berbagai
informasi penting yang terkait dalam penelitian yang digunakan untuk
memverifikasi berbagai informasi dari informan.

D. Analisis Data
Peneliti menulusuri data dari berbagai sumber, mengumpulkan data
sejenis dari beberapa sumber data yang berbeda, mendiskusikan data yang
diperoleh dengan peneliti lain dalam hal ini adalah rekan sejawat dalam
sebuah forum diskusi informal yang menyajikan draft awal hasil penelitian
lapangan.
Analisis pascalapangan dilakukan dengan menelaah fieldnote, mereduksi
dan mengkategori data sesuai fokus atau temuan dan memeriksa kepastian
data.
31
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Fokus kajian dari penelitian ini yaitu peran modin dalam dakwah di
masyarakat Desa Godong Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan. Maka
penulis dapat menyimpulkan, bahwa tugas dan fungsi modin termasuk dalam
ranah peran modin dalam dakwah. Tugas dakwah modin juga terlihat dari
tugas pokok dan fungsinya yang telah dijabarkan dalam tugas kerja sebagai
perangkat desa. Tugas tersebut antara lain: (1) Mengadakan pencatatan dan
pengurus kematian serta segala sesuatu yang berhubungan dengan
perkawinan, pendataan tentang nikah, talak, rujuk, dan cerai. (2) Memfasilitasi
pembinaan kerukunan antar umat beragama, sosial budaya, dan keagamaan.
(3) Membantu memberi bantuan pada korban bencana alam serta mengawasi
pelaksanaannya. (4) Menyiapkan pelaksanaan pembinaan dibidang
pendidikan. (5) Membina kegiatan pengumpulan dana sosial, zakat, infaq, dan
shodaqoh. (6) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa
sesuai dengan bidang tugasnya.
Berdakwah dengan menggunakan pendekatan dakwah kultural dan
struktural. Jika di klasifiasikan peran modin dalam dakwah di masyarakat itu
ada tiga, pertama, modin sebagai mediator antara masyarakat dengan
pemerintahan dan pemerintahan dengan masyarakat. Kedua, Sebagai
jemabatan religius. Ketiga, Penanggung jawab akan kegiatan-kegiatan
keagamaan.

B. REKOMENDASI
1. Modin sebagai penanggungjawab keagamaan yang paling dekat
dengan masyarakat hendaknya tidak hanya dipandang sebagai orang
yang mengurus jenazah dan pernikahan, tetapi dipandang lebih
memaksimal dengan berbagai tugas modin yang telah tercantum dalam
amanat tugas kerja Kepala Desa.

32
33

2. Modin juga harus melakukan tugas dakwah yang lebih intensif,


melalui pembinaan keagamaan terhadap warga, baik anak-anak,
remaja, hingga orang tua.
3. Evaluasi sangat penting di lakukan dalam setiap pelaksanaan dakwah,
sehingga dakwah yang di lakukan lebih baik dari sebelumnya.
34
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Fatah, Munawir, Tradisi Orang-Orang NU, Yogyakarta Gunawan: Lkis


Pelangi Aksara, 2006.

Al-Qur'an al-Karim, Departemen Agama RI AL-Qur'an Tajwid dan Terjemahnya,


(Jakarta: Syaamil Cipta Media, 2006).

Amin, Darori, Islam dan Kebudayaan Jawa, Yogyakarta: Gama Media, 2002.

Amin, Syamsul, Munir, Ilmu Dakwah, Jakarta: SinarGrafika, 2009.

Anshari, Endang Saefuddin, Kuliah Al-Islam, Bandung: Pustaka. 1978.

Ardhana, Jurnalistik Dakwah, Yogyakarta: PustakaPelajar, 1995.

Arifin Anwar, Dakwah Konemporer, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:

Rineka Cipta, 1992.

Asmuni, Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1983.

Aziz, Moh, Ali, Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana, 2009.

Azwar, Syaifudin, Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset,

2005.

Berry, David, Pokok-Pokok dalam Sosiologi, Jakarta: Raya Grafindo Persada


1995.
Burhanudin, Jajat, Ulama dan Kekuasaan: Pergumulan Elite Politik Muslin dalam

Sejarah Indonesia, Jakarta: Mizzan Publika, 2012.

Gerungan WA, Psikologi Sosial, Bandung: Refika Aditama, 2004.

Hafidhuddin, Didin, Dakwah Aktual, Jakarta: Gema Insane, 1998.

Hamzah Ya’qub, Publistik Islam cet. II, Bandung: CV. Diponegoro, 1981.

Hasanah, Hasyim, Gerakan Dakwah Kultural, Semarang: UIN Walisongo, 2015

35
36

Safrodin, Halimi, Etika Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an Antara Idealitas

Qur’ani dan Realitas Sosial, Semarang: Walisongo Press, 2008.

Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1987.

Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Qur'an, Bandung: Mizan, 1992

Simuh, Islam dan Pergumpulan Budaya Jawa, Yogyakarta: Teraju, 2003.

Soekanto, TeoriPeranan, Jakarta: Bumi Aksara, 2002.

Sofwan, Ridin, Internalisasi Nilai Jawadan Islam dalam Aspek Kepercayaan dan
Rituaal, dalam M. Darori Amin (ed), Islam dan Kebudayaan Jawa,
Yogyakarta: Gama Media, 2002.
Suhartini, Dakwah Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta: Pustaka Pesantren,
2005.
Sulthon Muhammad, Desain Ilmu Dakwah Kajian Ontologis, Epistemologis dan

Aksiologis, Yogyakarta, Pustaka Pelajar: 2005.

Sulthon, Muhammad, Desain Ilmu Dakwah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.

Supena, Ilyas, Filsafat Dakwah: Perspektif Filsafat Ilmu Sosial, Semarang:

Abshor, 2007.

Suryabrata, Sumadi, MetodologiPenelitian, Jakarta: Raja GrafindoPersada, 1998.

Syani, Abdul, Sosiologi, Sistematika, Teoridan Terapan, Jakarta: PN Bumi Aksara,

1994.

Ummi, Sumbulah, Islam Jawa Dan Akulturasi Budaya: Karakteristik, Variasi Dan

Ketaatan Ekspresif, el Harakah Vol.14 No.1 Tahun 2012.

Wiradi, Gunawan, Dua Abad Penguasaan Tanah Pertanian di Jawa dari Masa ke

Masa, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008.


37

YAYASAN AL JAMI’AH AL MASYHARIYYAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM WALI SEMBILAN SEMARANG
(SETIA WS)
Jl. Kimangun Sarkoro No. 17 Telp/Fax (024)8453693
KOTA SEMARANG

BIODATA MAHASISWA KULIAH KERJA NYATA (KKN) DI DESA


GODONG KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN

Nama : MOHAMMAD IMAM KHAMBALI


NIM : 11820037
Fakultas : Hukum
Progam Studi : Ahwal Syakhsiyah (AS)
Tempat, Tanggal Lahir : Grobogan, 06 Maret 2000
Alamat Saat Ini : Ds. Winong, Kec. Penawangan, Kab. Grobogan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Daerah Asal : Grobogan
Status : Pelajar / Belum Menikah
Angkatan Tahun : 2018
Semester : 7 (Tujuh)
No. Telp/Hp : 087871104710
Saudara Yang Bisa Dihubungi
Nama : Ali Said
Alamat : Ds. Winong, Kec. Penawangan, Kab. Grobogan
Hubungan Keluarga : Ayah Kandung
No. Telp/Hp : 087871104710
Demikian Biodata Saya kami buat dengan benar, untuk digunakan dalam
pertimbangan kebijakan panitia selama KKN 2022

Semarang,13 Februari 2022

(Mohammad Imam Khambali)


38

LAMPIRAN
39

Anda mungkin juga menyukai