NAMA KELOMPOK :
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang
diberikan- Nya sehingga tugas Makalah yang berjudul ”Hubungan Mobilitas Sosial Dan
Pendidikan” ini dapat kami selesaikan. Makalah ini kami buat sebagai kewajiban untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Makalah dapat diselesaikan dengan baik tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak, baik bantuan berupa tenaga, fikiran, semangat dan lain sebagainya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, akan tetapi penulis
berharap semoga apa yang tertulis dalam makalah ini bermanfaat bagi mereka yang
memerlukan dan semoga dapat bermanfaat
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................
A. Latar Belakang ..................................................................................................
B. Rumusan Masalah .............................................................................................
C. Tujuan Masalah ................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................
A. Pengertian pendidikan dan mobilitas sosial ........................................................
B. Faktor-faktor pendorong mobilitas sosial ...........................................................
C. Faktor-faktor penghambat mobilitas sosial .........................................................
D. Preses terjadinya mobilitas ................................................................................
E. saluran-saluran mobilitas sosial .........................................................................
F. dampak mobilitas sosial .....................................................................................
G. hubungan pendidikan dalam mobilitas sosial .....................................................
H. mobilitas sosial melalui pendidikan ...................................................................
I. strategi pembaharuan pendidikan demi tercapainya mobilitas sosial...................
BAB III PENUTUP .....................................................................................................
1. Kesimpulan ......................................................................................................
2. Penutup ............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia saat ini mengalami kondisi yang jauh dari apa
yang diharapkan. Masalah dalam dunia pendidikan di Negara ini sangat bermacam-macam,
meliputi hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam masyarakat, hubungan
antar manusia di dalam sekolah,pengaruh sekolah terhadap perilaku dan kepribadian semua
pihak sekolah dan lembaga pendidikan dalam masyarakat.Untuk itu, para guru dan calon guru
harus paham dan dibekali sosiologi pendidikan serta terampil mengoperasionalkan dalam
kegiatan pendidikan.
Melihat realitas tersebut perlu kiranya merubah akan orientasi dari pendidikan
tersebut. Agar pendidikan dapat memainkan peranannya sebagai motor penggerak mobilitas
sosial. Sebab, pendidikan sebagai pembentuk intelektual peserta didiknya merupakan faktor
yang sangat penting dalam peruabahan yang terjadi di masyarakat. Bahkan boleh dikatakan,
perubahan dalam kalangan masyarakat tergantung akan pendidikan apa yang diterima oleh
peserta didiknya. Sebagai contoh, apabila pendidikan mengajarkan bahwa komunis,
kapitalisme, dan anakirme tidak baik. Maka peserta didik tidak akan melakukan hal tersebut.
Misalnya juga, bahwa untuk dapat mendekatkan diri kepada Tuhan harus dengan peka
terhadap realitas sosial maka peserta didik yang dihasilkan akan selalu melakukan analisa
sosial.Mobilitas sebagai salah satu indikator bahwa masyarakat kita mengalami kemajuan
atau tidak cukup pantas kiranya dijadikan sebuah orientasi dari pendidikan. Sebab, tanpa
adanya mobilitas sosial masyarakat tidak mungkin untuk mencapai kemajuan dan
kesejahteraan.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan pendidikan dan mobilitas sosial.
Makalah ini disusun dengan sistematika Pada bab I, berisi tentang latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penulisan dan sistematika penulisan. Pada bab II, berisi tentang pendidikan
dan mobilitas sosial, faktor-faktor pendorong mobilitas sosial, faktor-faktor penghambat
mobilitas sosial, proses terjadinya mobilitas sosial, dampak mobilitas sosial, hubungan
pendidikan dan mobilitas sosial, peran pendidikan dalam mobilitas sosial, dan mobilitas
sosial melalui pendidikan. Pada bab III berisi kesimpulan dan saran untuk makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Pendidikan
Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani, yaitu “paedagogie” yang berarti bimbingan
yang diberikan kepada anak, istilah ini kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Inggris
dengan “education” yang berarti pengembangan dan bimbingan. Istilah pendidikan dalam
islam disebutkan tarbiyah yang diterjemahkan dengan pendidikan.
Sedangkan menurut terminologi terdapat berbagai definisi pendidikan oleh ahli, diantaranya
sebagaimana yang dikemukakan oleh Ahmad D.Marimba memberikan pengertian pendidikan
dengan bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap peserta didik menuju
terbentuknya pribadi yang utama. Pendidikan dapat juga diartikan sebagai kegiatan seseorang
dalam membimbing dan memimpin anak menuju ke pertumbuhan dan perkembangan secara
optimal agar dapat berdiri sendiri dan bertanggun jawab.
A. Menurut Soerjono Soekanto:Mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial
yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial.
B. Menurut Kimball Young dan Raymond W. Mack:Mobilitas sosial adalah suatu mobilitas
dalam struktur sosial, yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok
sosial.
Jadi dapat disimpulan bahwa mobilitas sosial adalah perpindahan posisi seseorang
atau kelompok dari lapisan (strata sosial) yang satu ke lapisan yang lain. Mobilitas berasal
dari bahasa Latin, yaitu mobilis yang berarti mudah dipindahkan dari satu ke tempat ke
tempat lain. Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan dengan “gerak” atau “perpindahan”.
Mobilitas sosial merupakan suatu konsep dinamika sosial yang secara harfiah seringkali
diartikan sebagai suatu gerakan yang terjadi akibat berpindah atau berubah posisi sosial
seseorang atau sekelompok orang pada saat yang berbeda.
1. Status Sosial
Setiap manusia secara hierarki berhak untuk memlih atau mengubah status sosial yang
mereka terima sejak lahir. Tetapi hal ini sangat tergantung pada sistem stratifikasi sosial yang
terdapat dalam masyarakat. Pada sistem pelapisan yang terbuka , individu memilik peluang
besar untuk melakukan untuk melakukan mobilitas antar kelas. Sedangkan pada sistem
tertutup, mobilitas sosial individu tetap dapat terjadi meskipun sangat terbatas dan berjalan
lambat. Pada sistem pelapisan tertutup, status yang ada dipaksakan oleh keadaan untuk
diterima. Meskipun terjadi perubahan , berjalan dalam waktu yang lama setelah melewati
beberapa generasi.
2. Keadaan Ekonomi
Terdapat perbedaan latar belakang ekonomi keluarga dari setiap individu. Tetapi,
masing-masing individu pasti berusaha untuk memperbaiki dan meningkatkan keadaan
ekonominya menjadi lebih baik dari semula. Jadi, mobiltas sosialdisebabkan oleh suatu sikap
yang tidak menerima keadaan ekonomi yang sudah dimiliki sebelumnya.
3. Situasi Politik
Situasi politik dalam suatu masyarakat sangat di pengaruhi aspek-aspek lain sehingga
perubahan dan kebijakan politik akan memberikan peluang untuk melakukan
mobiltas vertikal maupun horizontal.
4. Pertumbuhan Penduduk
Diskriminasi (pembedaan) ras mash banyak terjadi di dunia, baik yang secara terbuka
maupun secara terselubung. Perbedaan ini terutama di rasakan oleh ras minoritas. Biasanya
pemerintah suatu negara menerapkan kebijakan tertentu yang membatasi hak-hak ras
minoritas tersebut, seperti yang terjadi pada ras aborigin di Australia atau ras Indian di
Amerika Serikat.
2. Diskriminasi Kelas
Hambatan juga dapat disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap kelas sosial
tertentu. Misalnya, pada zaman kolonial Belanda di Indonesia, sekolah formal hanya dapat di
ikuti oleh anak-anak Belanda, warga asing (khususnya dari Asia Timur) dan kaum
bangsawan pribumi yang memperoleh dukungan dari pemerintah kolonial Belanda.
3. Pengaruh Sosialisasi yang Kuat
Sosialisasi adalah suatu proses dimana seorang anak berpartisipasi menjadi anggota
masyarakat. Jika proses sosialisasi ini berjalan baik, maka pola-pola prilaku, cara pandang,
dan persepsi, akan tertanam dengan sangat kuat sehingga sulit dipengaruhi oleh unsur-unsur
yang dianut kelas sosial lainnya. Misal, pada umumnya seorang anak yang dibesarkan dalam
keluarga yang tinggal di pedesaan sederhana akan menghayati semua norma dan nilai-nilai
keluarganya, sehingga akan menolak atau bahkan menghindar bila bertemu dengan tata nilai
dan norma dalam masyarakat kota yang dianggap tidak pantas dilakukan.
4. Kemiskinan
Gerak sosial atau sosial mobility adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola-
pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial mencakup
sifat-sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungannya adalah suatu gerak
dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok
sosial. Struktur sosial mencakup sifat-sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan
hubungan antara individu dengan kelompoknya.
Tipe-tipe gerak sosial yang prinsipil ada dua macam, yaitu gerak sosial yang
horizontal dan vertikal. Gerak sosial horizontal merupakan peralihan individu atau objek-
objek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat.
Misalnya, seseorang yang beralih kewarganegaraan, beralih pekerjaan yang sederajat atau
mungkin juga peralihan lainnya. Dengan adanya gerak sosial yang horizontal, tidak terjadi
perubahan dalam derajat kedudukan seseorang ataupun suatu objek sosial. Gerak
sosialvertikal dimaksudkan sebagai perpindahan individu atau obyek sosial dari suatu
kedudukan sosial ke kedudukan lainnya, yang tidak sederajat. Sesuai dengan arahnya, maka
terdapat dua jenis gerak sosial yang vertikal, yaitu yang naik (social-climbing) dan turun
(social-sinking).Dalam pelapisan masyarakat, semakin seimbang kesempatan-kesempatan
untuk mendapatkan kedudukan tersebut akan semakin besar gerak sosial. Itu berarti bahwa
sufat sistem lapisan masyarakat semakin terbuka. Dalam sisyem lapisan terbuka, kedudukan
apa yang hendak dicapai semuanya terserah pada individunya.
Berpindah tempat tinggal dari tempat tinggal yang lama ke tempat tinggal yang
baru mengubah nama yang menunjukkan posisi sosial yang lebih tinggi.
1. Angkatan Bersenjata
Seseorang yang tergabung dalam angkatan bersenjata biasabya ikut berjasa dalam
membela nusa dan bangsa sehingga dengan jasa tersebut ia mendapat sejumlah penghargaan
dan naik pangkat.
2. Pendidikan
3. Organisasi Politik
Seorang angota parpol yang profesional dan punya dedikasi yang tinggi kemungkinan
besar akan cepat mendapatkan status dalam partainya. Dan mungkin bisa menjadi anggota
dewan legislatif atau eksekutif .
4. Lembaga Keagamaan
Lembaga ini merupakan salah satu saluran mobilitas vertikal, meskipun setiap agama
menganggap bahwa setiap orang mempunyai kedudukan yang sederajat tapi pemuka agama
selalu berusaha untuk menaikkan status mereka yang berkedudukan rendah ke kedudukan
yang lebih tinggi.
5. Organisasi Ekonomi
Organisasi ini, baik yang bergerak dalam bidang perusahan maupun jasa umumnya
memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi seseorang untuk mencapai mobilitas vertikal
karena dalam organisasi ini posisi sosial bersifat relatif terbuka.
6. Organisasi Profesi
Organisasi profesi lainnya yang dapat dijadikan sebagai saluran mobilitas vertikal,
antara lain ikatan Dokter Indonesia (IDI), Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) dan
Ikatan Sarjana Indonesia (ISPI).
7. Perkawinan
8. Organisasi keolahragaan
Seseorang yang berhasil naik ke kelas sosial yang lebih tinggi akan termotivasi atau
terdorong untuk lebih berprestasi dan lebih maju sehingga dapat mempertahankan, atau
bahkan meningkatkan, status sosialnya ke jenjang kelas yang lebih tinggi lagi. Misalnya
seorang staf dipromosikan menjadi pemimpin unit di kantornya.
Seseorang yang mengalami penurunan ke kelas sosial yang lebih rendah akan
mengalami kecemasan sebab fasilitas dan kemudahan-kemudahan yang sebelumnya
dia miliki dan dinikmati dalam melakukan aktivitas sehari-hari tidak lagi dimiliki.
Keretakan hubungan dalam kelompok primer terjadi ketika salah seorang yang
mulanya merupakan anggota suatu kelompok kemudian mengalami perpindahan kelas sosial
ke kelas sosial yang lebih rendah atau lebih tinggi. Misal, seseorang yang berasal dari
kelompok masyarakat petani di suatu kampung kemudian memperoleh jabatan yang lebih
tinggi disuatu lembaga pemerintahan.
Pendidikan dipandang sebagai jalan untuk mencapai kedudukan yang lebih baik di
dalam masyarakat. Makin tinggi pendidikan yang diperoleh makin besar harapan untuk
mencapai tujuan itu. Dengan demikian terbuka kesempatan untuk ke golongan sosial yang
lebih tinggi. Pendidikan dilihat sebagai kesempatan untuk beralih dari golongan yang satu
kegolongan yang lebih tinggi. Dikatakan bahwa pendidikan merupakan jalan bagi mobilitas
sosial. Pada zaman dahulu keturunanlah yang menentukan status sosial seseorang yang sukar
ditembus karna sistem golongan yang ketat. Para tokoh-tokoh pendidikan banyak yang
menaruh kepercayaan akan keampuhan pendidikan untuk mengubah dan memperbaiki nasib
seseorang. Dengan memperluas dan meratakan pendidikan diharapkan dicairkannya batas-
batas golongan-golongan sosial. Diharapkan kesempatan belajar yang sama membuka jalan
bagi seriap peserta didik untuk memperoleh pekerjaan yang diinginkannya. Kewajiban
belajar atau pendidikan universal memberikan pengetahuan dan keterampilan yang sama bagi
semua peserta didik dari semua golongan sosial. Dengan demikian perbedaan golongan sosial
akan dikurangi sekalipun tidak dapat dihapuskan sepenuhnya. Dalam kenyataan cita-cita itu
tidak mudah diwujudkan.
Ada beberapa hal dalam melihat hubungan antara pendidikan dengan mobilitas sosial
yaitu: kesempatan pendidikan yang banyak ditentukan oleh faktor-faktor tertentu antara lain
kedudukan atau status sosial masyarakat. Kalangan masyarakat bawah menginginkan
terjadinya perubahan atau mobilitas sosial melaui pendidikan. Selain itu juga untk
mendapatkan pekerjaan, kualifikasi pendidikan ada hubungannya dengan jenis pekerjaan,
akan tetapi tidak semua orang yang berkualifikasi tinggi dalam pendidikan mendapatkan
yang cocok dengan pekerjaannya. Kesempatan pekerjaan antara satu daerah dengan daerah
lainnya berbeda-beda karena mobilitas sosial dipengaruhi adanya pendidikan, maka
pendidikan menghasilkan kualifikasi yang lebih banyak.Jadi secara singkat hubungan dengan
mobilitas sosial dipengaruhi kesempatan memperoleh pekerjaan sesuai dengan kualifikasi
pendidikannya. Sehingga apabila ingin mobilitas sosial semakin baik maka kesempatan
memperoleh pendidikan semakin baik, dan hasil pendidikan sesuai dengan kebutuhan
lapangan pekerjaan.
Pendidikan dalam kaitannya dengan mobilitas. Yang pertama berakhir pada jabatan
mandor, dan yang lainya bermula dari kedudukan “sosial hanya satu, tapi dua mobilitasarus
mampu untuk mengubah mainstream peserta didik akan realitas sosialnya. Pendidikan
merupakan anak tangga mobilitas yang penting. Pendidikan dapat menjadi penyandar bagi
mobilitas. Artinya, dari ketiga pendidikan yang ada, formal, informal, dan nonformal,
nampaknya dua dari tiga pendidikan tersebut dapat diandalkan. Pada pendidikan formal dunia
pekerjaan dan dunia status lebih mempercayai kepemilikan ijazah tanda lulus seseorang
untuk naik jabatan dan naik status. Akan tetapi seiring dengan perkembangan zaman
kemudian mereka lebih mempercayai kemampuan individu atau skill yang harus
menghormati kepemilikan ijazah yang kadang tidak sesuai dengan kenyataannya. Inilah yang
ahirnya memberikan peluang bagi tumbuhnya pendidikan nonformal yang lebih bisa
memberikan keterampilan praktis bagi kebutuhan dunia kerja yang tentunya memiliki
pengaruh bagi seseorang.
Pendidikan yang tepat untuk mengubah paradigma ini adalah pendidikan kritis yang
pernah digulirkan oleh Paulo Freire. Sebab, pendidikan kritis mengajarkan kita selalu
memperhatikan kepada kelas-kelas yang terdapat di dalam masyakarakat dan berupaya
memberi kesempatan yang sama bagi kelas-kelas sosial tersebut untuk memperoleh
pendidikan. Disini fungsi pendidikan bukan lagi hanya sekedar usaha sadar yang
berkelanjutan. Akan tetapi sudah merupakan sebuah alat untuk melakukan perubahan dalam
masyarakat. Pendidikan harus bisa memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang
realitas sosial, analisa sosial dan cara melakukan mobilitas sosial. Pendidikan yang
diinginkan oleh masyarakat adalah proses pendidikan yang bisa mempertahankan dan
meningkatkan keselarasan hidup dalam pergaulan manusia.
Pendidikan merupakan anak tangga mobilitas yang penting. Bahkan jenis pekerjaan
kasar yang berpenghasilan baik pun sukar diperoleh, kecuali jika seseorang mampu membaca
petunjuk dan mengerjakan soal hitungan yang sederhana. Pada banyak dunia usaha dan
perusahaan industri, bukan hanya terdapat satu, melainkan dua
tangga mobilitas.Yang pertama berakhir pada jabatan mandor, yang lainnya bermula dari
kedudukan “program pengembangan eksekutif,” dan berakhir pada kedudukan pimpinan.
Menaiki tangga mobilitas yang kedua tanpa ijazah pendidikan tinggi adalah sesuatu hal yang
jarang terjadi. Hal ini diduga bahwa bertambah tingginya taraf pendidikan makin besarnya
kemungkinan mobilitas bagi anak-anak golongan rendah dan menengah. Ternyata ini tidak
selalu benar bila pendidikan itu terbatas pada pendidikan tingkat menengah. Jadi walaupun
kewajiban belajar ditingkatkan sampai SMU masih menjadi pertanyaan apakah
mobilitassosial dengan sendirinya akan meningkat. Mungkin sekalitidak akan terjadi
perluasan mobilitas sosial, seperti dikemukakan diatas ijazah SMU tidak lagi memberkan
mobilitas yang lebih besar kepada seseorang. Akan tetapi pendidikan tinggi masih dapat
memberikan mobilitas itu walaupun dengan bertambahnya lulusan perguruan tinggi makin
berkurang jaminan ijazah untuk meningkat dalam status sosial.
Pada dasarnya, pendidikan itu hanya salah satu standarsaja. Dari tiga “jenis
pendidikan” yang tersedia yakni pendidikan informal, pendidikan formal dan pendidikan
nonformal, tampaknya dua dari jenis yang terakhir lebihbisa diandalkan. Pada pendidikan
formal dunia pekerjaan dan dunia status lebih mempercayai kepemilikan ijazah tanda lulus
seseorang untuk naik jabatan dan naik status. Akan tetapi seiring dengan perkembangan
kemudian mereka lebih mempercayaikemampuan atau skill individu yang bersifat praktis dari
pada harus menghormati kepemilikan ijazah yang kadang tidak sesuai dengan kompetensi
sang pemegang syarat tanda lulus itu. Inilah yang akhirnya memberikan peluang bagi
tumbuhnya pendidikan-pendidikan non formal, yang lebih bisa memberikan keterampilan
praktis pragramatis bagi kebutuhan dunia kerja yang tentunya berpengaruh pada pencapaian
status seseorang. Dalam perspektif lain, dari sisi intelektualitas, memang orang-orang
berpendidikan lebih tinggi derajat sosialnya dalam masyarakat dan biasanya ini lebih terfokus
pada jenjang-jenjang hasil keluaran pendidikan formal. Makin tinggi sekolahnya makin tinggi
tingkat penguasaan ilmunya sehingga dipandang memiliki status yang tinggi dalam
masyarakat.
Dalam proses perubahan pendidikan paling tidak memiliki dua peran yang harus
diperhatikan, yaitu:
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendidikan dapat diartikan sebagai kegiatan seseorang dalam membimbing dan
memimpin anak menuju ke pertumbuhan dan perkembangan secara optimal agar dapat
berdiri sendiri dan bertanggun jawab. Sedangkan mobilitas sosial adalah gerak dalam suatu
struktur sosial atau perpindahan seseorang atau kelompok dari kedudukannya yang satu ke
kedudukan lainnya. Terdapat banyak faktor penghambat dan pendorong timbulnya mobilitas
sosial. Oleh karena itu pendidikan untuk mencapai mobilitas sosial ini maka pendidikan
merupakan anak tangga mobilitas yang penting. Selain itu, kita harus mengupayakan supaya
semua masyarakat memperoleh kesempatan pendidkan yang sama tanpa memandang
perbedaan status sosial.
B. SARAN
Sebagai seorang pendidik sebaiknya bisa menjadi pendidik yang baik yang membimbing
serta memberikan solusi bagi semua peserta didiknya serta dapat mengembangkan potensi yang ada
dalam dirinya maupun peserta didiknya secara optimal. Dengan adanya mobilitas sosial dalam
pendidikan ini diharapkan semua masyarakat memperoleh kesempatan pendidkan yang sama tanpa
memandang perbedaan status sosial yang mereka miliki.
DAFTAR PUSTAKA
Ari Ayumika, Trisna. 2012. [Online]. Pendidikan dalam Mengupayakan Mobilitas. Tersedia
: http://etnosentrisna.blogspot.com/2012/11/pendidikan-dalam-mengupayakan-
mobilitas.html.
Rizal Rasyid, Imra. Pendidikan dan Mobilitas sosial. 2012. [Online]. Tersedia
:https://imrarizalrasyid.wordpress.com/2012/11/25/pendidikan-dan-mobilitas-sosial.
Sadiah, Nurul. 2013. [Online]. Pendidikan dan Mobilitas Sosial Studi Kasus Pengangguran
Terdidik. Tersedia : http://blog.umy.ac.id/nurulsadiah/2013/01/20/pendidikan-dan-mobilitas-
sosial-studi-kasus-pengangguran-terdidik.