Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH AKHLAK TASAWUF TENTANG ETIKA

GOLDEN RULE DAN KONSISTENSI


Untuk memenuhi tugas mata kuliah akhlak tasawuf yang dibina oleh Bapak Fahru Rozi,M.Pd.I.

Dosen Pengampu:
Bapak Fahru Rozi,M.Pd.I.

Disusun oleh:
Kelompok 02 Kelas 1-G

1. Dela Novitasari 220101307

2. M.Ilham Nur Zaman 220101277

3. Tita Amanda A. 220101303

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSUTAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI
BOJONEGORO 2022
KATA PENGANTAR

Bismillahhirohmannirohim Assalamualaikum
Wr. Wb.
Puji syukur atas kehadiran Allah S.W.T yang telah memberikan Rahmat dan nikmat
kepada kami sehingga dalam penulisan dan penugasan makalah yang berjudul "Definisi dan
Contoh Golden Rule Serta Konsistensinya" Ini dapat di selesaikan dengan baik. Tujuan yang
mendorong kami menyusun makalah ini adalah tugas dari mata kuliah "Akhlak Tasawuf" Untuk
mancapai nilai yang memenuhi syarat perkuliahan ini dan semoga makalah ini bisa mudah di
pahami oleh teman".
Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terimakasih banyak untuk tempat dan
waktunya kepada yang terhormat:
1)Bapak Fahru Rozi,M.Pd.I. selaku dosen pembimbing kami.
2)Rekan kerjasama kelompok 07 yang telah bekerja sama dengan baik sehingga makalah ini
bisa selesai tepat waktu.
3)Tak lupa juga teman teman yang berbahagia.
Kami menyadari makalah ini jauhh dari kata sempurna oleh karena itu kami mohon kritik
dan saran dari teman-teman sekalian dan ibu dosen untuk membimbing kami dalam pembuatan
makalah selanjutnya .

Wassalamualaikum Wr. Wb.


3

DAFTAR ISI

Cover ...................................................................................................................1
Kata pengantar......................................................................................................2
Daftar isi ..............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar belakang...................................................................................................4
B.Rumusan Masalah .............................................................................................4
C.Tujuan Pembahasan ..........................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Golden Rule ...................................................................................6
B.Tiga Golden Rule Kehidupan Menurut Haidar Bagir
........................................8
C.Pengertian Konsistensi ......................................................................................9
D.Islam dan konsistensi ......................................................................................10
E.Membangun Konsistensi .................................................................................11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................12
DAFTAR ISI......................................................................................................13
5

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam hal keagamaan saat ini , walaupun banyak agama yang berbeda Beda tapi dalam semua
agama tersebut , memiliki suatu persamaan didalamnya.Yaitu Kaidah Kencana(
Golden Rule) , yang merupakan dasar dari proses perumusan dokumen Global Ethic.Kaidah
Kencana ini mencangkup banyak agama tidak hanya agama Agama besar yang adadi
Indonesia saja , namun juga agama Agama minoritas yang ada.Dasar terbentuknya dokumen
Global Ethic adalah Hans Kung yang merasa inginmempunyai dasar minimum yang dapat di
terima oleh semua orang yang di dasari olehkesamaan Kesamaan yang terdapat dalam berbagai
agama.Dengan akhirnya terbentuksebuah dokumen dari pertemuan yang diadakan pada tahun
1993 yang berjudul Menuju suatu Etika Global: Suatu Deklarasi Awal.
Golden Rule berlaku untuk semua manusia, dengan yang mempunyai iman ataupunyang tidak.
Dasar yang berlaku adalah, untuk mendapat perlakuan baik, tentu sebisa mungkinharus berbuat
banyak hal baik pada semua orang. Tapi jika mendapat perlakuan yang tidak baik, jangan
dibalas dengan hal yang tidak baik juga, karena yang akan terjadi justrukeburukan yang lebih
panjang dari permasalahan yang dipermasalahkan pada awalnya..Dokumen Global Ethic ini
sangat diminati oleh berbagai masyarakat, yangmenginginkan agar dokumen tersebut dapat di
terjemahkan ke berbagai bahasa , juga adanya permintaan untuk memperluas referensi yang
berhubungan dengan Global Ethic dan GoldenRule . Karena Golden Rule penting untuk
kalangan tertentu , banyak masyarakat yang inginagar adanya seminar tentang Golden Rule.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian golden rule?
2. Bagaimana Tiga Golden Rule Kehidupan Menurut Haidar Bagir?
3. Bagaimana pengertian konsistensi?
4. Bagaimana konsistensi dalam Islam?
5. Bagaimana cara membangun konsistensi?

C. Tujuan Pembahasan
1.Untuk mengetahui pengertian Golden Rule
2.Untuk mengetahui Tiga Golden Rule Kehidupan Menurut Haidar Bagir
3.Untuk mengetahui pengertian konsistensi
4.Untuk mengetahui konsitensi dalam Islam
5.Untuk mengenai cara membangun konsistensi

5
6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pegertian Golden Rule(Aturan Emas)


Secara psikologis, Golden Rule atau Aturan Emas adalah suatu bentuk empati. 1Suatu wujud
pemikiran bahwa kita sangat memahami pemikiran dan keinginan orang lain. Secara filosofis,
Aturan Emas menumbuhkan suatu pandangan bahwa orang lain adalah “saya” atau
“diri saya sendiri” maka bijaksananya memperlakukan orang lain seperti kita ingin
diperlakukan Secara sosiologis, Aturan Emas adalah penyamaan pengakuan dan penghargaan
kemanusiaan. Aturan Emas, pada hakikatnya, adalah suatu prinsip altruisme dalam pelbagai
budaya dan agama. Ia merupakan suatu prinsip kemurahan hati, suatu kehendak untuk
memberikan hal-hal terbaik dan positif bagi orang lain. 2Bagi beberapa orang, Aturan Emas
menjadi patokan moral universal.Sebelumnya, saya ingin menjelaskan apa definisi landasan
moral universal yang saya maksudkan disini. Landasan moral universal, berarti standar yang
digunakan dalam bertindak dan berlaku sama bagi setiap manusia yang ada.
Dalam lingkungan masyakat, terdapat aturan-aturan yang dijadikan landasan dalam
bertindak. Namun, aturan-aturan seperti ini hanya berlaku di sekitar lingkungan masyarakat itu
saja, karena aturan ini juga dibuat berdasarkan budaya setempat dan kesepakatan masyarakat
tersebut. Sehingga, aturan di daerah A belum tentu sama dengan aturan di daerah B dan bahkan
bisa saja bertentangan. Dengan begitu, antara satu orang dan orang lainnya bisa saja saling
melabeli ‘tidak bermoral’, karena landasan yang dianutnya saja bertentangan.Pada skala yang
lebih umum, landasan moral yang seringkali digunakan adalah sebuah moral agama. Hampir
semua (atau semua) ajaran agama mengajarkan ke arah kebaikan. Karena ajaran agama di
klaim berasal dari entitas yang disebut Tuhan, maka tak jarang ajaran agama mengklaim bahwa
nilai-nilainya bersifat universal. Namun pada praktiknya sendiri, masih sering terjadi konflik
horizontal antara satu penganut agama dan penganut agama yang lainnya. Sebenarnya, konflik
atas nama agama terjadi juga bukan murni karena pengaruh agama. Ada faktor-faktor lain yang
mempengaruhi seperti faktor ekonomi, sumber daya, wilayah, dll. Sehingga wajar jika
sebagian besar penganut agama mengatakan bahwa konflik agama itu sendiri disebabkan oleh
‘oknum’. Tetapi, disinilah kelemahan dari agama. Karena agama dianggap memiliki pengaruh
besar bagi sebagian besar manusia, maka nilai-nilai agama menjadi rentan ‘diperkosa’ oleh
orang-orang yang dianggap oknum. Jika ini terjadi terus menerus, maka nilai-nilai yang telah
‘diperkosa’ tersebut bisa saja di doktrin kan kepada orang-orang, sehingga nilai universal
agama hilang dan menjadi tidak kompatibel lagi di zaman sekarang. 3

1
Etika timbal balik – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
2
Universalisme moral – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
3
Mengenai Golden Rules atau Aturan Emas
8
Berdasarkan hal ini, kita bisa simpulkan bahwa selamanya tak ada landasan moral yang berlaku
universal jika hanya mengandalkan faktor-faktor yang berada di luar manusia seperti agama,
budaya, adat, dll (setidaknya untuk saat ini). Jika seperti itu, berarti kita harus melihat kembali
ke dalam diri manusia, yang sesuai dengan hakikat manusia sebenarnya. Sebagai manusia, kita
memiliki apa yang disebut sebagai instrumen berpikir dan nurani. Instrumen berpikir,
berfungsi untuk mengolah informasi-informasi yang datang dari luar diri manusia. Namun, jika
memutuskan apa yang baik dan buruk hanya dengan menggunakan instrumen berpikir, maka
hasilnya akan relatif bagi setiap orang, karena kemampuan berpikir setiap orang tentu saja
berbeda. Satu-satunya alasan mengapa konsep luar saja tidak bisa dijadikan landasan yang
universal, bahkan konsep agama yang katanya di klaim sebagai wahyu Tuhan, itu karena
manusia perlu mempersepsikan kembali informasi yang datang dari luar. Karena kemampuan
persepsi setiap orang itu relatif, maka informasi tersebut bisa saja berlaku bagi sebagian orang
saja, sehingga hal itu tidak bisa berlaku universal. Maka dari itu, manusia memiliki nurani.
Tetapi, nurani tidak bisa bekerja sendirian. Nurani perlu konsep luar yang sebelumnya telah
diolah oleh pikiran manusia untuk diolah kembali menjadi sebuah konsep baik dan buruk.
Karena nurani setiap orang itu sama, maka tak ada kebaikan dan keburukan yang bersifat
relatif. Mengutip dari Winda Ohyver,
“Tanpa ‘tahu’ (pengetahuan; instrumen berpikir) manusia tidak lebih dari primata yang tak
berakal. Dan manusia tanpa nurani (akhlak; pekerti) tidak lebih dari primata yg notabene
adalah binatang.”Dari konsep inilah, muncul apa yang disebut sebagai golden rule atau aturan
emas yang berbunyi:
“Perlakukan orang lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan”
Golden rule adalah cara melakukan moral yang lahir berdasarkan landasan nurani dan pikiran
manusia. Jika ini diberlakukan, maka manusia tidak perlu lagi menganggap agama sebagai
landasan moral tertinggi sehingga harus dibela.[3]
Padahal ya kita tau, moral masing-masing agama itu subjektif. Bagaimana bisa universal ya
kan?
Mungkin konflik akan tetap ada dan akan selalu ada selama masih ada manusia yang memiliki
kepentingan. Tapi setidaknya dunia akan menjadi lebih tenang.

Etika timbal balik – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


²Universalisme moral – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
³Mengenai Golden Rules atau Aturan Emas
9
B. Tiga Golden Rule Kehidupan Menurut Haidar Bagir
1. Golden Rule Pertama jika kau melakukan ini, beres hidup dan agamamu. Insya
Allah:Jangan lakukan apa yang kau ingin orang lakukan.”
Kata Nabi saw:
“Tak percaya seseorang hingga dia inginkan untuk orang lain apa yang dia inginkan untuk
dirinya sendiri.”

2. Golden Rule Kedua , resep bahagia Dunia-Akhirat:


“Kalau kau tak bisa membuat orang bahagia, setidaknya jangan mengganggu orang
mendapatkan kebahagiaannya.”
Rasulullah saw bersabda:“Muslim adalah yang Muslim lain selamat dari gangguan lisan
dan tangani.”
3. Aturan Emas Ketiga :
Jalani hidup dengan saling mencinta. Cintai semua makhluk-Nya, tanpa kecuali. Bencilah
kepada semangat, tidak kepada pelakunya. Ajak dia kepada kebaikan.”
Kata Nabi saw:
“Orang-orang yang saling mencinta karena mengakui kebesaran-Nya, hidupnya penuh cahaya,
hingga bahkan para nabi dan syuhada iri kepadanya.” 4

4
https://islamindonesia.id/tasawwuf/tiga-golden-rule-kehidupan-menurut-haidar-bagir.htm
10

C. PENGERTIAN KONSISTENSI
Konsisten adalah tetap [tidak berubah-ubah], taat asas, ajek, selaras, sesuai antara perbuatan
dengan ucapan.Kata konsisten diserap dari bahasa Inggris “Consistent” yng muncul sekitar
tahun 1570-an. Istilah “Consistent” ini berasal dari istilah “Consistentem” yang mempunyai
arti ‘berdiri dengan tegak/kokoh’.Sedangkan dalam “Oxofrd Dictionary” definisi konsisten
yaitu perbuatan sama yang dilakukan secara berulang-ulang dari waktu ke waktu, utamanya
perbuatan ini dilakukan agar adil dan akurat.
Konsisten dapat diartikan pula sebagai bakat, standar, ataupun efek yang sama sekali tidak
berubah dari waktu ke waktu. Lebih dari itu Oxford Dictionary juga memberikan artian bahwa
konsisten merupakan suatu argument atau ide yang tidak mengisyaratkan kontradiksi
sedikitpuun.Tetapi konsisten juga bisa diartikan sebagai sebuah yang “kompatibel” atau
disepakati berkaitan dengan sesuatu.Beberapa sumber lain juga mengartikan istilah konsisten
ini adalah suatu aktivitas yang dijalankan secara terus menerus dan benar tanpa keluar dari
jalur atau batasan yang sudah ditetapkan.

 Reza M Syarif [2005]


Konsisten adalan fokus pada suatu bidang yang mana kita tidak akan berpindah menuju bidang
lain sebelum pondasi bidang pertama benar-benar kuat.

 Cambrige Dictionary
Konsisten adalah sesuatu yang tidak berubah, atau selalu berbuat atau terjadi secara sama,
utamanya dalam hal positif. Konsisten juga didefinisikan sebagai sebuah kesepakatan, atau
mempunyai kesamaan dengan hal lain, atau bisa juga diartikan mempunyai prinsip yang sama
dengan lainnya.5

5
https://kbbi.web.id/konsistensi.html
³https://www.darulquran.sch.id/berita/detail/3658
³https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english-indonesian/consistency
11

D. Islam dan Konsistensi


Bersabda Nabi Muhammad saw ., “Katakanlah, ‘Aku beriman kepada Allah, lalu
konsistenlah!”” ( IMAM MUSLIM NO 38)Nabi Muhammad saw. Memerintahkan kepada
kaum Muslimin yang muttagin agar memiliki sifat konsisten dan melarang kita bersikap
“plinplan”. Perintah Nabi Muhammad saw, ini merupakan penjabaran dari firman Allah Swt
dalam Al Qur’an, ... Dan tetaplah (kamu) konsisten sebagaimana (telah) diperintahkan kepada
kamu...(Q.S.Asy Syura,a42.15).
Manusia yang berkepribadian akan memiliki sifat konsisten. Dalam teori manajemen dan
leadership modern. Salah satu sifat yang hendaknya dimiliki oleh seorang manajer ataupun
pemimpin adalah sikap yang teguh dan konsisten, baik dalam perbuatan maupun perkataan.
Seorang pemimpin yang plinplan dan tidak tetap pendirian hanya akan mengakibatkan
rusaknya kinerja dan lemahnya loyalitas organisasi.Oleh karena itu, Islam sebagai agama yang
sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan peradaban manusia telah menekankan sifat ini
kepada para penganutnya. Lebih jauh lagi, Allah Swt. Yang Maha tinggi lagi Maha
lembut menegur hamba-hamba-Nya yang tidak konsisten dan mengurai lagi
perkataan/sikapnya setelah diputuskan. Hal tersebut sebagaimana dalam firman-Nya, Dan
janganlah kalian menjadi sebagaimana seorang wanita yang menguraikan benangnya yang
telah dipintal dengan erat sehingga menjadi kembali bercerai-berai. (Q.S. Al Hijr, 15: 92)
Sikap konsisten bagi seorang Muslim juga mencakup kesamaan antara perkataan dan
perbuatan. Allah Swt. Melarang keras seorang Muslim yang kontradiktif antara perbuatan dan
perkataannya. Hal tersebut sebagaimana dalam firman-Nya, Hai orang-orang yang beriman,
mengapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu perbuat?Amat besar murka Allah jika
kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu perbuat.(Q.S.AshShaff, 61: 2-3)
Dalam kesempatan lain, Nabi Muhammad saw. Juga memperingat kan kita agar tidak memiliki
sifat ikut-ikutan (imma’ah),bagaikan kerbau dicocok hidungnya atau juga kemana angin
bertiup ke situlah condongnya. Islam membolehkan kita menyesuaikan diri pada halhal yang
12
bukan merupakan prinsip dan tidak terdapat larangannya dalam syariah, yaitu dalam hal-hal
yang bersifat mutaghayyirat (boleh berubah). Adapun pada hal-hal yang bersifat tsawabit
(halhal yang tetap sepanjang masa), maka hendaklah kita senantiasa bersikap konsisten.
Walaupun yang berpegang kepada prinsip itu hanya minoritas saja, pahala bagi orang yang
bertindak demikian akan sama dengan pahala suatu umat. Simaklah bagaimana Allah Swt.
Memuji Nabi Ibrahim. Walaupun seorang diri, beliau tetap konsisten kepada kebenaran Islam
sehingga Allah Swt. Memujinya dan menyatakan Ibrahim sebagai satu umat yang beriman dan
bertakwa, Sesungguhnya Ibrahim itu adalah suatu umat yang patuh lagi lurus kepada Allah.
(Q.S. An Nahl, 16: 120)6.

E. MEMBANGUN KONSISTENSI
Bagaimana konsistensi dibangun?
Konsistensi dibangun dengan keteguhan atau menurut Angela Lee Duckworth di kenal sebagai
Grit. Konsistensi bisa disarikan dalam 3 hal:

1. Dari hal kecil


Dimulai dari hal yang kecil yang sangat mungkin sudah bisa kita lakukan. Atau usaha kita
mencapai hal tersbut masih dekat dengan kemampuan kita.

2. Berulang
Inti konsisten adalah mengulangi kegiatan atau semantik yang sudah kita lakukan di masa
sebelumnya. Semantik yang sudah dilakukan dilakukan berulang, sehingga tidak akan
menjadi kontradiksi terhadap semantik di masa depan

3. Keteguhan
Adanya keteguhan membuat usaha untuk tetap tidak melakukan kontradiksi terhadap
semantik di masa selanjutnya akan terjaga Ketika konsistensi telah terbangun, jembatan
menuju hal besar telah kita sudah besar. Anggap konsistensi dengan analogi bensin atau
bahan bakar. Ketika bahan bakar yang dipunyai berkualitas dan cukup. Maka perjalanan
mencapai tujuan akan nyaman dan sampai ke titik tujuan.7

6
https://www-kompasiana-
com.cdn.ampproject.org/v/s/www.kompasiana.com/amp/hudaaulia8372/63136ac318333e4cf5564456
/islamdankonsistensi?amp_gsa=1&amp_js_v=a9&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D%3D
#amp_tf=Dari%20%251%2
7
https://rezaprama.medium.com/konsisten-eb6aa0915d23
13

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
Golden Rule atau peraturan Emas merupakan strategi pendekatan hubungan antarmanusia yang
kuat dalam sejarah dunia. Dalam arti lain, golden rules diartikan sebagai hubungan timbal balik
antara manusia dengan konsep positif dan bukan negatif. Agar lebih mudah memahami aturan
emas maka ada pepatah ‘manusia jika ingin dianggap manusia’.
Konsisten yaitu menetapkan sebuah gagasan atau keputusan tidak berubah-ubah secara singkat.
Dalam dunia kewirausahaan atau pengusaha, konsiten adalah kebulatan tekad untuk terus
melakukan usahanya dengan menghadapi banyak rintangan di masa saat ini dan nanti.
14

DAFTAR PUSTAKA
Etika timbal balik – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
https://cekpajak.co.id/blog/arti-kata-golden-rule-adalah/
https://islamindonesia.id/tasawwuf/tiga-golden-rule-kehidupan-menurut-haidar-bagir.htm
https://www.darulquran.sch.id/berita/detail/3658 https://rezaprama.medium.com/konsisten-
eb6aa0915d23

Anda mungkin juga menyukai