Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Ilmu Kalam
(Pengertian Jabbariyah, Latar Belakang kemunculan perkembangannya, tokoh –
tokoh Paham jabbariyah dan argimentasinya)

Oleh :
1. Achid Sifly (220101147)
2. Ariadhi Sulistiyabudi (220101291)
3. M. Wisnu Anggara (220101290)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS NAHDHATUL ULAMA SUNAN GIRI BOJONEGORO


Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena atas

limpahan rahmatnya Menyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu

tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai harapan. Ucapan terima kasih kami

sampaikan kepada Bapak Ahmad Muthi Uddin, M.Pd. sebagai Dosen pengampu

mata kuliah sejarah peradapan islam yang telah membantu memberikan arahan

dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam

Menyusun makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan kami. Maka

dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran unyuk menyempurnakan

makalah ini. Semoga yang di tulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

membutuhkan.

Bojonegoro ,1 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................2

BAB 1......................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................4

A. Latar Belakang..............................................................................................4

B. Rumusan Masalah.........................................................................................5

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................5

BAB II......................................................................................................................6

PEMBAHASAN......................................................................................................6

A. Pengertian Jabbariyah...................................................................................6

B. Latar belakang kemunculan dan perkembangannya.....................................9

C. Tokoh - tokoh Paham jabbariyah……………………………… ……… 11


D. Argumentas Jabbariyah ……………………………………………13
BAB III..................................................................................................................15

PENUTUP..............................................................................................................15

A. Simpulan.......................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permulaan dari perpecahan umat islam, boleh dikatakan sejak wafatnya


nabi.Tetapi perpecahan itu menjadi reda karena terpilihnya Abu Bakar
menjadikhalifah. Demikianlah berjalan masa-masa kekhalifahan Abu Bakar,
Umar, dalamkubu persatuan yang erat dan persaudaraan yang mesrah. Dalam
masa ketigakhalifah itulah dipergunakan kesempatan yang sebaik-baiknya
danmengembangkan islam keseluruh alam. Tetapi setelah islam luas kemana-
manatiba-tiba diakhir khalifah usman, terjadi suatu cedera yang ditimbulkan
olehtindakan usman yang kurang disetujui oleh pendapat umum.Inilah asalnya
fitnah yang membuka kesempatan untuk orang-orang yanglapar kedudukan
meruntuhkan pemerintahan usman. Semenjak
itulah berpangkalnya perpecahan umat islam sehingga menjadi beberapa partai ata
ugolongan dan memunculkan perbedaan pendapat. Perbedaan tersebut
tampakmelalui perdebatan dalam
masalah kalam yang ahirnya menimbulkan berbagaialiran - aliran dalam Islam.
Dalam perdebatan tentang teologi ini, yangdiperdebatkan bukanlah akidah-akidah
pokok seperti iman kepada Allah, kepadamalaikat dan lain sebagainya, melainkan
perdebatan masalah akidah cabang yangmembahas bagaimana sifat Allah, Al-
Qur’an itu baru ataukah qodir, malaikat itutermasuk golongan jin atau bukan, dan
hal-hal yang berkaitan dengan itu.Pebedaan tersebut akhirnya menimbulkan
berbagai macam aliran diantaranyasepertiKhawarij, Syiah, Murji’ah, Mu’tazilah,
Jabariyah dan Qodariyah serta aliran – aliran lainnyaPada pembahasan kali ini
kami akan menjelaskan tentangaliran jabariah.
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Jabbariyah ?

2. Apa latar belakang kemunculannya ?

3. Siapa saja tokoh – tokoh nya?

4. Apa saja asrgumentasinya ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dari Jabbariyah

2. Untuk mengetahui latar belakang kemunculannya

3. Untuk mengetahui tokoh – tokohnya

4. Untuk mengetahui apa saja argumentasinya


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Jabbariyah

Kata jabariah berasal dari kata jabara yanng berarti “memaksa”. Di dalam


Al-munjid dijelaskan bahwa nama jabariah berasal dari kata jabara
yangmengandung arti memaksa dan mengharuskan melakukan sesuatu.1 Kalau
dikatakan Allah mempunyai sifat Al-jabbar (dalam bentuk mubalaghah),
artinyaallah maha memaksa. Ungkapan al-ihsan majbur(bentuk isim maf’ul)
mempunyai arti bahwa manusia dipaksa atau terpaksa. Selanjutnya kata  jabara
(bentuk pertama), setelah ditarik menjadi jabariah (dengan menambahnya nasibah
,artinya adalah suatu kelompok atau aliran (isme). Lebih lanjut Asy-
Syahratsanymenegaskan bahwa paham al jabr berarti menghilangkan perbuatan
manusiadalam arti yang sesungguhnya dan menyandarkan kepada Allah
SWT.2Dengankata lain, manusia mengerjakan perbuatannya dalam keadaan
terpaksa. Dalam bahasa inggris, jabariah disebut fatalism atau predestination,
yaitu paham bahwa perbuatan manusia telah ditentukan dari semula oleh qadha
dan qadar Tuhan.3
Dapat Kita simpulkan bahwa aliran Jabariyah adalah aliran sekelompokorang
yang memahami bahwa segala perbuatan yang mereka lakukan merupakansebuah
unsur keterpaksaan atas kehendak Tuhan dikarenakan telah ditentukan oleh
qadha’ dan qadar Tuhan. Jabariah adalah pendapat yang tumbuh dalam
masyarakat Islam yang melepaskan diri dari seluruh tanggungjawab.
MakaManusia itu disamakan dengan makluk lain yang sepi dan bebas dari
tindakanyang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain, manusia itu
diibaratkan benda mati yang hanya bergerak dan digerakkan oleh Allah Pencipta,s
esuaidengan apa yang diinginkan-Nya. Dalam soal ini manusia itu dianggap tidak
lainmelainkan bulu di udara dibawa angin menurut arah yang diinginkan-Nya,  Maka
manusia itu sunyi dan luput dari ikhtiar untuk memilih apa yang diinginkannya
sendiri.

1
Abdul Rozak, Rosihin Anwar, “ Ilmu Kalam”, (Bandung: Pustaka Setia,2012), hlm 81,mengutipL.Mal’ul, “ Al-Munjid fi Al-
Lughah wa Al-‘Al am”, (Dar Al-Masyriq, Beirut

2
Ibid. Mengutip Asy-Syahrastani,“ Al-Milal Wa An-Nihal ”, Darul Fikri, Beirut. Hlm 85

3
Ibid. Mengutip Harun Nasution,“Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan”, UI Press. Cet V, Jakarta,
1986, Hlm.31
  B . Sejarah Kemunculan Aliran Jabariyah

Mengenai asal usul serta akar kemunculan aliran Jabariyah ini tidak lepas
dari beberapa faktor antara lain
1. Faktor Politik
Pendapat Jabariah diterapkan di masa kerajaan Ummayyah (660-
750 M).Yakni di masa keadaan keamanan sudah pulih dengan tercapainya
perjanjianantara Muawiyah dengan Hasan bin Ali bin Abu Thalib, yang
tidak mampu lagimenghadapi kekuatan Muawiyah. Maka Muawiyah
mencari jalan untuk memperkuat kedudukannya. Di sini ia bermain politik
yang licik. Ia ingin memasukkan di dalam pikiran rakyat jelata bahwa
pengangkatannya sebagai kepala negara dan memimpin ummat Islam
adalah berdasarkan "Qadha dan Qadar/ketentuan dan keputusan Allah
semata" dan tidak ada unsur manusia yangterlibat di dalamnya.

Golongan Jabariyah pertama kali muncul di Khurasan (Persia) pada saat


munculnya golongan Qodariyah, yaitu kira-kira pada tahun 70 H. Aliran
inidipelopori oleh Jahm bin Shafwan, aliran ini juga disebut Jahmiyah. Jahm
binShafwan-lah yang mula-mula mengatakan bahwa manusia terpasung,
tidakmempunyai kebebasan apapun, semua perbuatan manusia ditentukan
Allahsemata, tidak ada campur tangan manusia. Paham Jabariyah dinisbatkan
kepadaJahm bin Shafwan karena itu kaum Jabariyah disebut sebagai kaum
Jahmiyah, Namun pendapat lain mengatakan bahwa orang yang pertama mempelo
pori paham jabariyah adalah Al-Ja'ad bin Dirham, dia juga disebut sebagai orang
yang pertama kali menyatakan bahwa Al-Quran itu makhluq dan
meniadakan sifat-sifatAllah. Disamping itu kaum Jahmiyah juga mengingkari
adanya ru'ya (melihat Allah dengan mata kepala di akhirat). Meskipun kaum
Qadariyah dan Jahmiyah sudah musnah namun ajarannya masih tetap dilestarikan.
Karena kaum Mu'tazilahmenjadi pewaris kedua pemahaman tersebut dan
mengadopsi pokok-pokok ajaran kedua kaum tersebut. Selanjutnya ditangan
Mu'tazilah paham-paham tersebut segar kembali. Sehingga Imam As-Syafi'i
menyebutnya Wasil, Umar, Ghallan al-Dimasyq sebagai tiga serangkai yang seide
itulah sebabnya kaum
Mu'tazilahdinamakan juga kaum Qadariyah dan Jahmiyah. Disebut
Qadariyah karenamereka mewarisi isi paham mereka tentang penolakan terhadap
adanya takdir, danmenyandarkan semua perbuatan manusia kepada diri sendiri
tanpa adanyaintervensi Allah. Disebut Jahmiyah karena mereka mewarisi dari
paham penolakan mereka yang meniadakan sifat-sifat Allah, Al-
quran itu Makhluk, dan pengingkatan mereka mengenai kemungkinan
melihat Allah dengan mata kepaladi hari kiamat. Berkaitan dengan hal ini, Ibnu
Taimiyah mengatakan bahwasebagai pengikut Mu'tazilah adalah Jahmiyah tetapi
tidak semua Jahmiyah adalahMu'tazilah, karena kaum Mu'tazilah berbeda
pendapat dengan kaum Jahmiyahdalam masalah Jabr (hamba berbuat karena
terpaksa). Kalau kaum Mu'tazilahmenafikanya maka kaum Jahmiyah
meyakininya.
2. Faktor Geografi
Para ahli sejarah pemikiran mengkaji melalui pendekatan
geokultural bangsa Arab. Kehidupan bangsa Arab yang dikungkung
oleh gurun pasir saharamemberikan pengaruh besar ke dalam cara hidup mereka.
Ketergantungan merekakepada alam sahara yang ganas telah memunculkan sikap
penyerahan diriterhadap alam. Situasi demikian, bangsa Arab tidak melihat jalan
untuk mengubahkeadaan sekeliling mereka sesuai dengan keingianan mereka
sendiri. Merekamerasa lemah dalam menghadapi kesukaran-kesukaran hidup.
Akhirnya, mereka banyak bergantung kepada sikap Fatalisme.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai asal-usul kemunculan
dan perkembangan jabariah, tampaknya perlu dijelaskan siapa sebenarnya yangme
lahirkan dan menyebar luaskan
paham al-jabar serta dalam situasi apa pahamitu muncul.Pahamal-
jabar pertama kali diperkenalkan oleh Ja’d bin Dirham (terbunuh124 H) yang
kemudian disebarkan oleh Jahm Shafwan (125 H) dari khurasan.4

Dalam sejarah teologi islam, Jahm tercatat sebagai tokoh yang mendirikan
aliran Jahmiliyah dalam kalangan Murji’ah. Ia duduk sebagai sekertaris Suraih bin
Al-haris dan menemaninya dalam gerakan melawan kekuasaan bani umayah.
Dalam perkembangannya, paham al-jabar  ternyata tidak hanya dibawa oleh dua
tokohdiatas. Masih banyak tokoh-tokoh lain yang berjasa dalam
mengembangkan paham ini, di antaranya adalah Al-Husain bin Muhammad An-
najjar dan Ja’d binDirar.Mengenal kemunculan paham al
4
Afrizal M,“ Ibn Rusyid 7 Perdebatan Utama Dalam Teologi Islam”, Jakarta:Erlangga.2006. Hlm 27

 
jabar,para ahli sejarah pemikiranmengkajinya melalui pendeakatan geokultural
bangsa Arab. Di antara ahli yangdimaksud adalah Ahmad Amin. Ia
menggambarkan kehidupan bangsa arab yangdikungkung oleh gurun pasir sahara
yang memberikan pengaruh besar kedalamcara hidup meraka.5 Ketergantungan
mereka pada alam sahara yang ganas telahmencuatkan sikap penyerahan diri
terhadap alam.

Lebih lanjut Harun Nasution menjelaskan bahwa dalam situasi


demikian,masyarakat arab tidak banyak melihat jalan untuk mengubah keadaan
sekelilingmereka sesuai dengan keinginannya. Mereka merasa dirinya lemah dan
tidakkuasa dalam menghadapi kesukaran-kesukaran hidup. Akhirnya, mereka
banyak bergantung pada kehendak alam. Hal ini membawa mereka pada sikap
fatalisme.Sebenarnya benih-benih paham al-jabar sudah muncul jauh sebelum
keduatokoh diatas. Benih-benih itu terlihat dalam peristiwa sejarah berikut ini:

1. Suatu ketika, nabi menjumpai sahabatnya yang sedang bertengkar dalam


masalah takdir Tuhan. Nabi melarang mereka untuk
memperdebatkan persoalan tersebut, agar terhindar dari kekeliruan
penafsiran tentang ayat-ayat Tuhan mengenai takdir.6
 
2. Khalifah Umar bin Khathab pernah menangkap sesseorang yang
ketahuan mencuri. Ketika diintrogasi, pencuri itu berkata, “Tuhan
telahmenentukan aku mencuri”. Mendengar ucapan itu, umar marah sekali
dan enganggap orang itu telah berdusta pada Tuhan. Oleh karena itu,Umar
memberikan dua jenis hukuman kepada pencuri itu. Pertama,hukuman potong
tangan karena mencuri. Kedua, hukuman dera karenamenggunakan dalil takdir
Tuhan.7

3. Khalifah Ali bin Abi Thalib seusai perang shiffin ditanya oleh seorangtua
tentang kadar (ketentuan) Tuhan dan kaitannya dengan pahala dan siksa.Orang
itu bertanya, “apabila perjalanan (menuju perang shiffin) itu terjadi dengan
qadha dan qadar Tuhan, tidak ada pahala
sebagai balasannya.” Kemudian ali menjelaskan bahwa qadha dan
qadar bukanlah paksaan tuhan. Oleh karena itu, ada pahala dan siksa sebagai 
5
Abdul Rozak, Rosihin Anwar, “ Ilmu Kalam”,(Bandung: Pustaka Setia,2012), hlm 82,mengutip Ahmad
Amin,“ Fajr Al-Islam”, Maktabah An-Nahdhah Al-Misriyah LiAshhabina Hasan Muhammad Wa Auladihi,
Kairo, 1924, hlm.45
6
Ibid Hlm, 82
7
Ali Musthafa Al-Ghurabi,“Tarikh Al-Firaq Al-Islamiyyah”, Kairo, 1958, hlm.15dikutip oleh Abdul Rozak,
Rosihin Anwar, “ Ilmu Kalam”, (Bandung: PustakaSetia,2012), hlm 82
alasan amal perbuatan manusia. Ali selanjutnya menjelaskan, sekiranyaqadha
dan qadar merupakan paksaan, batallah pahala dan siksa,
gugur pulalah makna janji dan ancaman Tuhan, serta tidak ada celaan Allah
atas pelaku dosa dan pujian-Nya bagi orang-orang yang baik.8

4. Pada pemerintah daulah bani Umayah, pandangan tentang al-jabar


semakin mencuat ke permukaan. Abdullah bin Abbas melalui
suratnyamemberikan reaksi keras kepada penduduk siria yang diduga
berpaham “Jabariah” .Paparan diatas menjelaskan bahwa bibit paham al-
jabar  telah muncul sejakawal periode islam. Akan tetapi, al-jabar  sebagai
pola pikir atau aliran yangdianut, dipelajari dan dikembangkan terjadi pada
masa-masa pemerintahan baniumayah, yaitu oleh kedua tokoh yang telah
disebutkan.Berkaitan dengan kemunculan aliran jabariah dalam islam, ada
teori yangmengatakan bahwa kemunculannya diakibatkan oleh pengaruh
pemikiran asing,yaitu pengaruh agama yahudi bermahzab qurra dan agama
kristen bermahzabyacobit. Akan tetapi, tanpa pengaruh-pengaruh asing itu
sesungguhnya paham al- jabar akan muncul di kalangan umat islam.

Pemikiran yang ekstrim mengatakan bahwa manusia tidak


menciptakan perbuatannya. Perbuatan itu hanya ada pada Allah. Manusiatidak
mempunyai
perbuatan karena dia tidak mempunyai kemampuan untuk berbuat. Perbuatan
yang diciptakan Tuhan dalam diri manusia sama dengan gerak yang
diciptakanTuhan dalam benda mati. Oleh sebab itu, manusia berbuat bukan dalam
arti sebenarnya tetapi dalam arti majasi. Perbuatan manusia merupakan
perbuatanyang dipaksakan atas dirinya, termasuk peerbuatan mengerjakan
kewajiban danmenerima pahala dan siksa.9
 Dengan demikian, perbuatan manusia tidaklah timbul dari kemauan sendiritetapi
perbuatan itu dipaksakan atas dirinya. Misalnya, jika seorang
mencuri, perbuatan mencuri itu bukan atas kehendaknya sendiri tetapi timbul kare
nakehendak Tuhan. Jadi jabariyah ekstrem berkeyakinan
bahwa yang mempunyairencana dan melaksanakan perbuatan manusia adalah
Allah. Manusia dianggapsebagai pelaku yang semu terhadap perbuatannya
sendiri. Sedangkan jabariyahmoderat berpendapat bahwa Tuhan memang
menciptakan perbuatan
manusia, baik yang baik dan yang jahat, tetapi manusia mempunyai andil dalamm
ewujudkan perbuatan itu. Tenaga yang diciptakan dalam diri manusiamempunyai
efek dalam mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Inilah yang disebut kasb
dengan arti perolehan bagi manusia karena yang mewujudkan
perbuatan bukan manusia tetapi Tuhan. Perbuatan manusia pada hakikatnya dicipt
8
Ibid., hlm 28
9
Afrizal M,“ Ibn Rusyid 7 Perdebatan Utama Dalam Teologi Islam”, Jakarta:Erlangga.2006. Hlm 27
akanTuhan. Manusia dan Tuhan bekerja sama dalam mewujudkan perbuatan-
perbuatan manusia

Sebab, di dalam Al-qur’an terdapat ayat-ayat yang dapat menimbulkan paham ini,


misalnya:

‫مَّا َكا ُن ْوا لِيُْؤ ِم ُن ْٓوا ِآاَّل اَنْ َّي َش ۤاء هّٰللا‬ 
ُ َ
Artinya: “
...mereke tidak juga beriman, kecuali jika Allah menghendaki”
(Qs. Al- An’am :111)
‫َوهّٰللا ُ َخلَقَ ُك ْم َو َما تَ ْع َملُ ْو َن‬
Artinya: “padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat
itu” (Qs. Ash-Shaffat:96)

Artinya:“ kamu tidak menghendaki, tetapi allah yang menghendaki....”


(Qs. Al-Insan :30)

Ayat-ayat diatas terkesan membawa seseorang pada alam pikiran


jabariah.Mungkin inilah sebabnya pola pikir jabariah masih tetap ada di kalangan
umatislam hingga kini walaupun anjurannya telah tiada.

B. Para Pemuka Jabariyah dan Doktrin-doktrinnya


Menurut Asy-Syahratsani, Jabariyah dapat dikelompokkan menjadi
dua bagian, ekstrim dan moderat. Di antara doktrin Jabariyah ekstrim adalah pend
apatnya bahwa segala perbuatan manusia bukan merupakan perbuatan yangtimbul
dari kemauannya sendiri., tetapi perbuatan yang dipaksakan atas dirinya.Misalnya,
kalau seseorang mencuri, perbuatan mencuri itu bukanlah terjadi ataskehendak
sendiri, tetapi timbul karena qadha dan qadar Tuhan yang
menghendakidemikian. 10

C. Pokok-Pokok Pemikiran Jabariyah

1. Manusia tidak mampu berbuat apa-apa. Bahwa segala


perbuatanmanusiamerupakan paksaan dari Tuhan dan merupakan
kehendak-Nyayang tidak bisa ditolak oleh manusia. Manusia tidak punya

10
Abdul Rozak, Rosihon Anwar,  Ilmu Kalam, (Bandung : Pustaka Setia,2011).hlm. 65
kehendakdan pilihan. Ajaran ini dikemukakan oleh jahm bin shofwan.

2. Surga dan neraka tidak kekal, begitu pun dengan yang lainnya, hanyaTuhan
yang kekal.

3. Iman adalah ma’rifat dalam hati dengan hanya membenarkan dalam hati.
Artinya, bahwa manusia tetap dikatakan beriman meskipun iameninggalkan
fardhu dan melalkukan dosa besar, tetap dikatakan beriman walaupun tanpa
amal

4. Kalam Tuhan adalah makhluk, Allah SWT mahasuci dari segala


sifatkeserupaan dengan makhluk-Nya, maka Allah tidak dapat
dilihatmeskipun di akhirat kelak, oleh karena itu Al-Qur’an sebagai
makhluk adalah baru dan terpisah dari Allah, tidak dapat disifatkan kepada
AllahSWT.

5. Allah tidak mempunyai sifat serupa makhluk seperti berbicara, melihat,dan


mendengar

6. Tuhan menciptakan segala perbuatan manusia, tetapi manusia


berperandalam mewujudkan perbuatan itu. Teori ini dikemukakan oleh Al-
Asy’ari yang disebut teori kasah, sementara An-najjarmengaplikasikannya
dengan ide bahwa manusia tidak lagi seperti wayang yang digerakkan,
sebab tenaga yang diciptakan Tuhan dalamdiri manusia mempunyai efek
untuk mewujudkan perbuatannya

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Kata jabariah berasal dari kata jabarayanng berarti “memaksa”.


Didalam Al-munjiddijelaskan bahwa nama jabariah berasal dari kata jabara yang
mengandung arti memaksa dan mengharuskan melakukan sesuatu.Aliran
Jabariyah adalah aliran sekelompok orang yang memahami bahwasegala
perbuatan yang mereka lakukan merupakan sebuah unsurketerpaksaan atas

kehendak Tuhan dikarenakan telah ditentukan olehqadha’ dan qadar Tuhan

Golongan Jabariyah pertama kali muncul di Khurasan (Persia) pada saat


munculnya golongan Qodariyah, yaitu kira-kira pada tahun 70 H. Aliranini

dipelopori oleh Jahm bin Shafwan, aliran ini juga disebut Jahmiyah. Menurut

Asy-Syahratsani, Jabariyah dapat dikelompokkan menjadi

dua bagian, ekstrim dan moderat. Tokoh dari jabariyah ekstrim adalah Jahm

bin Shofyan dan Ja’d bin Dirham sedangkan tokoh jabariyah moderatadalah An-

Najjar dan Adh-Dhirar.


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rozak, Rosihin Anwar, “ Ilmu Kalam”, (Bandung: Pustaka Setia,2012),


hlm 81,mengutipL.Mal’ul, “ Al-Munjid fi Al-Lughah wa Al-‘Al am”, (Dar Al-
Masyriq, Beirut
Ibid. Mengutip Asy-Syahrastani,“ Al-Milal Wa An-Nihal ”, Darul Fikri, Beirut.
Hlm 85
Ibid. Mengutip Harun Nasution,“Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah
Analisa Perbandingan”, UI Press. Cet V, Jakarta, 1986, Hlm.31

Afrizal

M,“ Ibn Rusyid 7 Perdebatan Utama Dalam Teologi Islam”,Jakart

a:Erlangga.2006. Hlm 2

Abdul Rozak, Rosihin Anwar, “ Ilmu Kalam”,(Bandung: Pustaka Setia,2012),


hlm 82,mengutip Ahmad Amin,“ Fajr Al-Islam”, Maktabah An-Nahdhah Al-
Misriyah LiAshhabina Hasan Muhammad Wa Auladihi, Kairo, 1924, hlm.45
Ibid Hlm, 82
Ali Musthafa Al-Ghurabi,“Tarikh Al-Firaq Al-Islamiyyah”, Kairo, 1958,
hlm.15dikutip oleh Abdul Rozak, Rosihin Anwar, “ Ilmu Kalam”, (Bandung:
PustakaSetia,2012), hlm 82
Ibid., hlm 28
Afrizal M,“ Ibn Rusyid 7 Perdebatan Utama Dalam Teologi Islam”,
Jakarta:Erlangga.2006. Hlm 27

Abdul Rozak, Rosihon Anwar,  Ilmu Kalam, (Bandung : Pustaka


Setia,2011).hlm. 65

Anda mungkin juga menyukai